Anda di halaman 1dari 14

7 Penyakit yang Berpotensi Menjangkit Kesehatan Pekerja Tambang

Kesehatan Pekerja
3 menit
Ditinjau oleh dr. Fadhli Rizal Makarim 18 Januari 2023

“Pekerja tambang berisiko tinggi mengalami penyakit yang berkaitan dengan sistem
pernapasan. Hal tersebut karena pekerja tambang selalu terpapar debu dan menghirupnya
dalam waktu lama selama bekerja.”

Halodoc, Jakarta – Setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing, termasuk yang


berkaitan dengan kesehatan. Salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kesehatan yang parah
yaitu pekerja tambang. Penyakit dan risiko yang dihadapi pekerja tambang berkaitan dengan
sistem pernapasan, karena menghirup debu saat bekerja.

Bahkan penyakit yang dialami pekerja tambang diklasifikasikan secara khusus sebagai Mine
Dust Lung Diseases (MDLD/ Penyakit Paru-paru Debu Tambang). Keluhan ini terjadi akibat
paparan debu yang terhirup dalam jumlah banyak dan sering. Baik selama penambangan ataupun
penggalian.
Potensi Penyakit yang Dihadapi Pekerja
Tambang
Pekerja tambang diharuskan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD) yang memadai untuk
mencegah atau mengurangi risiko bahaya kesehatan, khususnya alat pelindung pernapasan.
Meski begitu, potensi masalah kesehatan pada pekerja tambang seringkali masih ada, yaitu
berupa:

1. Pneumokoniosis
Penyakit ini mengacu pada sekelompok penyakit paru-paru yang disebabkan oleh menghirup
partikel debu tertentu dalam waktu lama. Peristiwa tersebut dapat menyebabkan reaksi negatif
pada jaringan paru-paru.

2. Pneumokoniosis pekerja batubara


Kondisi ini lebih dikenal sebagai penyakit paru-paru hitam. Pneumokoniosis pekerja batubara
(CWP) merupakan kondisi ketika debu batubara terhirup dalam waktu lama, sehingga
menyebabkan jaringan parut pada paru-paru, dan mengganggu kemampuan pengidap untuk
bernapas dengan mudah.

Penyakit ini merupakan kondisi yang tidak dapat diobati, melainkan hanya bisa dicegah dengan
membatasi paparan debu batu bara. Gejalanya juga berbeda-beda pada setiap pengidap,
tergantung pada komposisi debu dan durasi paparan.

3. Pneumoconiosis campuran debu


Mirip dengan pneumokoniosis batubara, kondisi ini terjadi akibat paparan berbagai partikel debu
dalam jangka waktu lama. Paparan debu dari tambang dari waktu ke waktu menyebabkan nodul
fibrotik di paru-paru, akibatnya pengidap mengalami gangguan pernapasan dan batuk.

4. Silikosis
Penyakit ini muncul akibat menghirup butiran kecil debu silika. Debu silika adalah mineral yang
ditemukan di kuarsa, pasir, dan bentuk batuan lainnya. Seperti penyakit paru-paru lainnya,
silikosis dapat menyebabkan sesak napas dan jaringan parut di paru-paru.

5. Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)


Penyakit yang rentan dialami pekerja tambang berikutnya yaitu PPOK. Ini adalah penyakit
peradangan kronis yang menghambat aliran udara ke paru-paru. Meskipun juga bisa terjadi pada
perokok, penambang merupakan orang yang berisiko tinggi mengalami PPOK.
Gejala PPOK meliputi batuk, mengi, kesulitan bernapas, dan meningkatkan produksi lendir.
Pengidap PPOK juga berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru sebagai
komplikasi PPOK.

6. Asbestosis
Ini adalah kondisi paru-paru kronis akibat paparan jangka panjang terhadap serat asbes di udara.
Asbestosis juga penyakit yang dapat dialami pekerja bangunan, tukang ledeng, tukang listrik,
tukang las, pekerja industri otomotif, pekerja tekstil dan penambang. Itulah sebabnya
penggunaan asbes dilarang, salah satunya untuk menurunkan risiko penyakit asbestosis.

7. Kanker
Selanjutnya, paparan asbes dapat menyebabkan mesothelioma, yaitu kanker yang mempengaruhi
sel mesotelial yang menutupi sebagian besar organ internal tubuh. Mesothelioma dapat
mempengaruhi lapisan paru-paru, bukan cuma paru-paru itu sendiri.

Selain itu, penanganan mesothelioma berbeda dari kanker paru-paru pada umumnya. Pekerja
tambang yang mengidap Mine Dust Lung Diseases jenis apa pun berisiko tinggi terkena kanker
paru-paru seiring perkembangan penyakit.
Itulah beberapa penyakit yang dapat dialami oleh pekerja tambang. Sejauh ini, pencegahan risiko
penyakit penting untuk dilakukan. Sebab, hampir semua penyakit terkait pertambangan tidak
dapat disembuhkan. Namun masih bisa dicegah dengan membatasi paparan debu yang terhirup.

Setiap perusahaan tambang sudah seharusnya memiliki sistem manajemen untuk meminimalisasi
risiko dan mengurangi paparan pada semua pekerja tambang. Faktor-faktor yang dapat
mengurangi bahaya debu termasuk penggunaan alat pelindung pernapasan (RPE) yang sesuai
untuk melindungi para pekerja tambang.

Jika kamu memiliki kondisi yang serupa, sebaiknya segera kunjungi rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.

Kamu bisa melalui aplikasi Halodoc. Tentunya tanpa perlu menunggu atau mengantre lama.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!

7 Penyakit yang Berpotensi Menjangkit Kesehatan Pekerja Tambang

Kesehatan Pekerja
3 menit
Ditinjau oleh dr. Fadhli Rizal Makarim 18 Januari 2023

“Pekerja tambang berisiko tinggi mengalami penyakit yang berkaitan dengan sistem
pernapasan. Hal tersebut karena pekerja tambang selalu terpapar debu dan menghirupnya
dalam waktu lama selama bekerja.”
Halodoc, Jakarta – Setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing, termasuk yang
berkaitan dengan kesehatan. Salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kesehatan yang parah
yaitu pekerja tambang. Penyakit dan risiko yang dihadapi pekerja tambang berkaitan dengan
sistem pernapasan, karena menghirup debu saat bekerja.

Bahkan penyakit yang dialami pekerja tambang diklasifikasikan secara khusus sebagai Mine
Dust Lung Diseases (MDLD/ Penyakit Paru-paru Debu Tambang). Keluhan ini terjadi akibat
paparan debu yang terhirup dalam jumlah banyak dan sering. Baik selama penambangan ataupun
penggalian.

Potensi Penyakit yang Dihadapi Pekerja


Tambang
Pekerja tambang diharuskan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD) yang memadai untuk
mencegah atau mengurangi risiko bahaya kesehatan, khususnya alat pelindung pernapasan.
Meski begitu, potensi masalah kesehatan pada pekerja tambang seringkali masih ada, yaitu
berupa:

1. Pneumokoniosis
Penyakit ini mengacu pada sekelompok penyakit paru-paru yang disebabkan oleh menghirup
partikel debu tertentu dalam waktu lama. Peristiwa tersebut dapat menyebabkan reaksi negatif
pada jaringan paru-paru.

2. Pneumokoniosis pekerja batubara


Kondisi ini lebih dikenal sebagai penyakit paru-paru hitam. Pneumokoniosis pekerja batubara
(CWP) merupakan kondisi ketika debu batubara terhirup dalam waktu lama, sehingga
menyebabkan jaringan parut pada paru-paru, dan mengganggu kemampuan pengidap untuk
bernapas dengan mudah.

Penyakit ini merupakan kondisi yang tidak dapat diobati, melainkan hanya bisa dicegah dengan
membatasi paparan debu batu bara. Gejalanya juga berbeda-beda pada setiap pengidap,
tergantung pada komposisi debu dan durasi paparan.

3. Pneumoconiosis campuran debu


Mirip dengan pneumokoniosis batubara, kondisi ini terjadi akibat paparan berbagai partikel debu
dalam jangka waktu lama. Paparan debu dari tambang dari waktu ke waktu menyebabkan nodul
fibrotik di paru-paru, akibatnya pengidap mengalami gangguan pernapasan dan batuk.

4. Silikosis
Penyakit ini muncul akibat menghirup butiran kecil debu silika. Debu silika adalah mineral yang
ditemukan di kuarsa, pasir, dan bentuk batuan lainnya. Seperti penyakit paru-paru lainnya,
silikosis dapat menyebabkan sesak napas dan jaringan parut di paru-paru.

5. Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK)


Penyakit yang rentan dialami pekerja tambang berikutnya yaitu PPOK. Ini adalah penyakit
peradangan kronis yang menghambat aliran udara ke paru-paru. Meskipun juga bisa terjadi pada
perokok, penambang merupakan orang yang berisiko tinggi mengalami PPOK.

Gejala PPOK meliputi batuk, mengi, kesulitan bernapas, dan meningkatkan produksi lendir.
Pengidap PPOK juga berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru sebagai
komplikasi PPOK.

6. Asbestosis
Ini adalah kondisi paru-paru kronis akibat paparan jangka panjang terhadap serat asbes di udara.
Asbestosis juga penyakit yang dapat dialami pekerja bangunan, tukang ledeng, tukang listrik,
tukang las, pekerja industri otomotif, pekerja tekstil dan penambang. Itulah sebabnya
penggunaan asbes dilarang, salah satunya untuk menurunkan risiko penyakit asbestosis.
7. Kanker
Selanjutnya, paparan asbes dapat menyebabkan mesothelioma, yaitu kanker yang mempengaruhi
sel mesotelial yang menutupi sebagian besar organ internal tubuh. Mesothelioma dapat
mempengaruhi lapisan paru-paru, bukan cuma paru-paru itu sendiri.

Selain itu, penanganan mesothelioma berbeda dari kanker paru-paru pada umumnya. Pekerja
tambang yang mengidap Mine Dust Lung Diseases jenis apa pun berisiko tinggi terkena kanker
paru-paru seiring perkembangan penyakit.
Itulah beberapa penyakit yang dapat dialami oleh pekerja tambang. Sejauh ini, pencegahan risiko
penyakit penting untuk dilakukan. Sebab, hampir semua penyakit terkait pertambangan tidak
dapat disembuhkan. Namun masih bisa dicegah dengan membatasi paparan debu yang terhirup.

Setiap perusahaan tambang sudah seharusnya memiliki sistem manajemen untuk meminimalisasi
risiko dan mengurangi paparan pada semua pekerja tambang. Faktor-faktor yang dapat
mengurangi bahaya debu termasuk penggunaan alat pelindung pernapasan (RPE) yang sesuai
untuk melindungi para pekerja tambang.

Jika kamu memiliki kondisi yang serupa, sebaiknya segera kunjungi rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.

Kamu bisa melalui aplikasi Halodoc. Tentunya tanpa perlu menunggu atau mengantre lama.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Bahaya Menghirup Debu Batu Bara, Pekerja


Tambang Rentan Terkena Pneumokoniosis
28 Maret 2016

Benarkah paparan debu batu bara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan pneumokoniosis? Seberapa besar bahayanya bagi pekerja tambang? Bagaimana pengendaliannya?
Debu batu bara termasuk jenis fibrogenic, yakni jenis debu yang sangat beracun dan dapat merusak paru-paru serta
memengaruhi fungsi atau kerja paru-paru. Bagi pekerja tambang yang setiap harinya terpapar debu batu bara bisa
membahayakan paru-parunya. Terpapar debu batu bara secara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan pneumokoniosis.
Source: wisegeek.com
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa para pekerja tambang sangat rentan mengalami pneumokoniosis. Seperti
dilansir depkes.go.id pada 13 November 2015, sebuah riset menunjukkan, sekitar 9 persen penambang batu bara di
Indonesia menderita pneumokoniosis.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pneumokoniosis merupakan penyakit akibat kerja (PAK)
paling banyak diderita oleh pekerja. Tahun 2013, 30 persen hingga 50 persen pekerja di negara berkembang
menderita pneumokoniosis. Sedangkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, dari 1 juta
kematian pada pekerja, 5 persen di antaranya adalah akibat Pneumokoniosis.
Apa itu pneumokoniosis? Bagaimana penyakit ini bisa membahayakan para pekerja tambang?
Dalam bahasa awam, penyakit akibat paparan debu batubara disebut paru-paru hitam (black lung disease) atau coal
worker's pneumoconiosis (CWP). CWP atau pneumokoniosis batu bara terjadi akibat terhirupnya debu batu bara
secara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama.
Risiko pekerja terkena pneumokoniosis tergantung dari berapa lama pekerja tersebut terpapar debu batu bara.
Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar lebih dari 10 tahun.
Karena proses sejak terpapar debu hingga muncul gejala butuh waktu bertahun-tahun, sering kali pada tahap awal
penyakit ini tidak bergejala. Maka dari itu, pneumokoniosis batu bara ini sering tidak terdeteksi. Kebanyakan
seseorang baru terdeteksi mengidap pneumokoniosis saat berusia lebih dari 50 tahun.
Gambaran radiologi paru-paru penderita coal worker pneumoconiosis.
A: Simple Pneumoconiosis, B: Progressive Massive
Fibrosis
Source: juke.kedokteran.unila.ac.id

Pneumokoniosis batu bara dibedakan atas bentuk sederhana (simpleks) dan terkomplikasi (kompleks)
atau Progressive Massive Fibrosis. Pneumokoniosis sederhana terjadi karena inhalasi debu batu bara saja. Gejalanya
hampir tidak ada, sesekali hanya menimbulkan batuk ringan. Sedangkan, pneumokoniosis terkomplikasi ditandai
gejala pernapasan pendek, batuk berdahak yang cenderung menetap, dahak berwarna hitam, hingga bengkak di kaki
dan tungkai.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pneumokoniosis batu bara, di antaranya:

1. Usia pekerja saat paparan debu pertama kali.


2. Lama berada di tempat kerja.
3. Tipe debu; usia batu bara menentukan risiko terjadinya pneumokoniosis batu bara.
4. Pekerja merupakan perokok aktif.
5. Ukuran debu.
Seberapa
6. besar bahaya pneumokoniosis bagi pekerja tambang?
Debu batu bara termasuk salah satu jenis debu paling berbahaya (respirable dust). Debu berukuran 0.1-10 mikron
mudah terhirup pada saat kita bernapas. Debu berukuran lebih dari 5 mikron akan mengendap di saluran napas
bagian atas. Debu berukuran 3-5 mikron akan menempel di saluran napas bronkiolus, sedangkan yang berukuran 1-3
mikron akan sampai di alveoli.

Source: 24.hu
Setiap debu batu bara yang masuk ke sistem pernapasan bagian dalam atau paru-paru bagian dalam tidak bisa
dikeluarkan oleh sistem mekanisme tubuh secara alami, maka debu tersebut akan tinggal selama-lamanya di dalam
paru-paru.
Itulah sebabnya, pneumokoniosis pada pekerja tambang batu bara tidak dapat disembuhkan (irreversible)karena
kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru oleh debu batu bara adalah menetap. Alternatifnya, penderita hanya
dapat mengurangi atau mengontrol gejala, yaitu dengan bronkodilator dan terapi oksigen.
* * *
Seperti dilansir detik.com pada 9 November 2015, Ketua umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi
Indonesia, dr Nusye E Zamsiar, MS, SpOk menyatakan, data resmi untuk pneumokoniosis di Indonesia memang
belum ada. Namun dari beberapa penelitian seperti telah disebutkan pada paragraf sebelumnya, diperkirakan
angkanya memang cukup tinggi. Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah tindakan preventif.
Bahaya pneumokoniosis batu bara yang tidak dapat dipulihkan kembali, sulitnya deteksi dini, serta tingkat pajanan
debu yang sangat tinggi, mengharuskan manajemen dan pekerja untuk segera melakukan pencegahan untuk
menghindari terjadinya komplikasi yang lebih parah. Berikut tindakan preventif yang dapat Anda lakukan, di
antaranya:

 Mengendalikan paparan debu di lingkungan kerja, misalnya ventilasi dalam tambang harus baik atau
pengambilan/ penambangan batu bara dengan cara basah, yaitu dengan menyemprot jalan permukaan batu
bara yang akan ditambang menggunakan air terlebih dahulu.
 Pekerja menggunakan alat pelindung pernapasan, seperti masker dengan tepat untuk mengurangi paparan
debu selama bekerja.
 Pekerja wajib melakukan pemeriksaan kesehatan rutin berkala dengan rentang waktu 5 tahun sekali sesuai
rekomendasi dari CDC's National Institute for Occupational Safety and Health.
 Kurangi merokok karena konsumsi rokok yang tinggi dapat memperparah kondisi paru-paru.
 Pekerja diberikan vaksinasi terhadap pneumokokus untuk mencegah terjadinya infeksi.

Bila pekerja sudah didiagnosis menderita pneumokoniosis batu bara, artinya pekerja tersebut harus lebih berhati-
hati. Sebab, pneumokoniosis bisa berkembang pada tahap terberatnya menjadi kanker paru. Pencegahan yang bisa
dilakukan, yaitu menghindari paparan langsung atau menjauhi paparan dengan cara rotasi pekerjaan ke bagian lain
yang kadar debu batu baranya lebih rendah dan menggunakan masker khusus sebagai solusi terakhir yang dapat
dilakukan. Segera periksakan diri Anda ke dokter apabila mengalami gejala sesak dan batuk berkepanjangan untuk
menghindari risiko pneumokoniosis batu bara yang lebih kompleks.
Semoga Bermanfaat, Salam Safety!

Anda mungkin juga menyukai