Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333892905

ISLAM DI ANDALUS

Article · September 2018

CITATIONS READS

0 736

1 author:

Ammar Muhammad
Universitas Negeri Yogyakarta
15 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ammar Muhammad on 20 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Nama : Ammar Muhammad

NIM : 16407144005

ISLAMISASI ANDALUS

A. PENDAHULUAN
Pemerintahan Islam yang pertama kali menduduki Spanyol adalah
Khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus (Salwasalsabila, 2008:
21). Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.
Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abd
Malik (685-705 M). Khalifah Abd Malik mengangkat Ibnu Nu’man al Ghassani
menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al Walid (705-715 M), Hasan
Ibnu Nu’man sudah digantikan oleh Musa Ibnu Nushair. Di saat al Walid
berkuasa, Musa Ibnu Nushair sukses memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki daerah Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan
penaklukan ke berbagai wilayah bekas kekuasaan Bangsa Barbar di sejumlah
pegunungan sehingga mereka menyatakan loyal dan berjanji tidak akan membuat
kekacauan seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Penaklukan wilayah Afrika Utara hingga menjadi salah satu propinsi dari
Khalifah Bani Umayyah membutuhkan waktu selama 53 tahun, sejak tahun 30 H
(masa pemerintahan Muawiyah Ibnu Abi Sofyan) sampai tahun 83 H (masa al
Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, kawasan itu
merupakan basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gothik. Kerajaan
ini seringkali mendatangi penduduk dan mendorong mereka untuk membuat
kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini dapat dikuasai
secara total, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan
Spanyol. Dari sini dapat diketahui bahwa penaklukan Afrika Utara adalah batu
loncatan bagi kaum Muslimin untuk menguasai wilayah Spanyol.
Dalam sejarah penguasaan Spanyol, ada tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan paling berjasa dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah Tharif
Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad, dan Musa ibn Ibnu Nushair. Tharif dinilai sebagai
perintis dan penyelidik wilayah Spanyol karena ia merupakan orang pertama yang
sukses menyeberangi selat antara Maroko dan Benua Eropa. Ia pergi bersama satu
pasukan perang berjumlah lima ratus orang dengan menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu, Tharif menang dan kembali
ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang banyak jumlahnya. Termotivasi
oleh keberhasilan Tharif dan krisis kekuasaan dalam kerajaan Gothic yang
menguasai Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh
harta rampasan perang, pada tahun 711 M Musa Ibnu Nushair mengirim pasukan
sebanyak 7000 orang ke Spanyol di bawah pimpinan Thariq Ibnu Ziyad.

B. PEMBAHASAN
Abdurrahman al Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil
melarikan diri dan lolos dari kejaran Bani Abbasiyah yang telah menaklukkan
Bani Umayyah di Damaskus. Abdurrahman melakukan pengembaraan ke
Palestina, Mesir, dan Afrika Utara, hingga akhirnya tiba di Cheuta. Di wilayah
ini, ia memperoleh bantuan dari Bangsa Barbar dalam menyusun kekuatan militer.
Selanjutnya, ia sukses mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid pertama karangan A. Syalabi
mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin menaklukkan
daerah Spanyol, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Suasana Perang diantara kaum muslimin dengan orang-orang Kristen
di Spanyol (Spanyol dikenal dengan tempat bertemunya beberapa
umat beragama).
2. Pergolakan – pergolakan dikalangan penduduk Spanyol (kaum
Romawi pada 133 M, kaum Yahudi, Vandal, Kristen/Nasrani), faktor
inilah yang mendorong kaum muslimin untuk menyerang Spanyol
karena dapat menaklukkan dengan mudah.
3. Perebutan kekuasaan yang berlaku di daerah Spanyol (umat Islam di
undang oleh kalangan tertentu untuk kepentingan tertentu pula).
4. Serangan kaum muslimin ke Spanyol atas undangan penduduk dalam
negeri itu sendiri untuk mempertahankan hak-hak mereka.
5. Niat kaum Islam untuk menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah itu.
Pada masa-masa awal umat Islam di Andalusia adalah merupakan
minoritas dalam jumlah namun mengendalikan kekuasaan politik dan kekuatan
militer. Jarak yang begitu jauh dari pusat peradaban Islam di Timur (Syria-Hijaz)
mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk Muslim berjalan relatif lambat,
dan karenanya penanaman pengaruh Islam dan penyebarluasan penggunaan
bahasa Arab juga berjalan sangat perlahan.
Pada masa kepemimpinan Andurrahman mulai berkembang mazhab
hukum yang dalam dunia Islam dikenal dengan mazhab Maliki. Mazhab itu
dibawa dan dikembangkan di Andalusia oleh para pengikutnya dan merupakan
mazhab hukum yang pertama didalam sejarah Islam. Kebijakan yang
dilaksanakan Hisyam pada masa itu menyebabkan pemerintahannya disamakan
dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) di Damaskus pada masa
sebelumnya.
Amir Hisyam juga melakukan pembangunan Masjid Agung Cordoba yang
terkenal megah itu, yang pembangunannya telah dimulai oleh ayahnya
Abdurrahman Ad Dakhil (756-788 M). Pembangunan infrastruktur kota, Hisyam
merenovasi The Roman Bridge of Cordova (jembatan Cordoba) dan terjun
langsung dalam proses pemugarannya. Selain itu iapun memperluas
pembangunan irigasi-irigasi di berbagai wilayah untuk perkembangan pertanian
dan begitu pun pembangunan saluran air untuk kota-kota.
Hisyam sangat mencintai ilmu, menghormati dan selalu meminta pendapat
ulama serta tahu bagaimana cara memperlakukan mereka. Beliau sangat tekun
dalam mendalami ilmunya, kekuasaan yang dimiliki dimanfaatkan untuk
memperluas ilmu pengetahuan, alhasil seluruh kota menggunakan bahasa arab
yang dikembangkannya, bahkan penduduk non-muslim pun memiliki hasrat
untuk mempelajari bahasa Arab dan mereka menggunakannya pada kegiatan
sehari-hari kecuali pada saat kebaktian. Dalam bidang keilmuan lainnya, Hisyam
banyak mengadakan pengkajian-pengkajian sumber pokok Islam (Al Quran dan
Hadits) kepada para ulama, hal itu dilakukan karena pada masa itu banyak orang
yang belum memahami pokok-pokok ajaran Islam.
Hisyam ibn Abdurrahman dikenal taat beragama, tawadhu, selalu menjaga
diri dari larangan Allah, cerdas, cakap dalam melaksanakan tugas, dan pandai
membaca keadaan. Sebagaimana diyakini ayahnya, Ad Dakhil, Hisyam bisa
membuat rakyatnya senang dan merasa aman dibawah pimpinannya. Ia selalu
disambut meriah dan suka cita ketika datang. Hisyam ialah orang yang
mempunyai banyak kebaikan dan cinta jihad, sebagaimana disebutkan oleh para
sejarawan dunia. Pada masa pemerintahannya tidak sedikit pemberontakan yang
berhasil ia hadapi, baik dengan cara mendekati hati musuh dan menaklukkannya
dengan berdamai, adapun beberapa diantaranya beliau sendiri yang langsung
terjun untuk mengatur strategi dan menghadapi musuh–musuhnya secara
langsung. Penataan kota juga sangat beliau perhatikan sehingga rakyat merasa
tentram dan tercukupi kebutuhannya.
Di bawah khalifah Abdurrahman dan penerusnya, al-Hakam dan al-
Manshûr, Andalusia benar-benar mencapai puncak kejayaannya dalam bidang
keagamaan maupun kebudayaan. Kota Cordoba berkembang menjadi pusat
kebudayaan yang sebanding dengan Kairawan, Damaskus, atau Baghdad.
Menurut satu laporan pada pengujung kota Cordoba saja memiliki 1.600 masjid,
900 pemandian umum, 60.300 villa, 213.077 rumah, dan 80.455 toko.18
Kemegahan dan kemeriahan kota Cordoba juga dimiliki oleh kota-kota lain di
Andalusia. Ibn Hawqal yang mengunjungi Andalusia melaporkan bahwa semua
kota di wilayah tersebut besar dan ramai, memiliki fasilitas perkotaan yang sangat
lengkap: jalan-jalan yang lapang dan bersih, pemandian, dan penginapan. Pada
saat yang sama dia juga mencatatkan bahwa Andalusia masih memiliki sejumlah
wilayah pedesaan yang kurang berkembang, biasanya dihuni oleh penduduk
beragama Kristen. Implisit dalam pernyataan ini adalah bahwa kesediaan
berinteraksi dengan Islam dan bahasa Arab dipersepsi sebagai satu jalan menuju
kemajuan dan perkembangan peradaban saat itu.
Menurut analisis Chejne, laporan tentang banyaknya pemandian umum
dapat digunakan sebagai indikasi tingkat Islamisasi yang telah terjadi di kota-kota
Andalusia. Sebab, pemandian umum adalah sebuah fitur budaya yang tidak
dikenal di Andalusia sebelum masuknya Islam. Lagi pula pemandian umum pada
masa tersebut lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan keagamaan. Karena
itu pula (asosiasi pemandian umum dengan agama Islam) penduduk Kristen
Andalusia pada umumnya tidak menyukai pemandian umum, sama seperti mereka
tidak menyukai adanya masjid dalam jumlah besar.
Pada masa kejayaan ini, ketergantungan kultural Andalusia kepada Dunia
Islam Timur sudah berakhir, dan Andalusia mulai mengembangkan
kebudayaannya sendiri dengan identitasnya yang khas Andalusia. Islam dan
bahasa Arab jelas merupakan faktor terpenting dan sekaligus menjadi identitas
dalam kemajuan budaya Andalusia saat itu, sama dengan di berbagai belahan
dunia Islam lainnya. Akan tetapi, kini Andalusia mulai membangun identitas sosio
kulturalnya sendiri. Sekadar contoh, jika di berbagai tempat lain pendidikan anak
dimulai dengan menghapal al-Qur’an, di Andalusia pendidikan anak dimulai
dengan pelajaran membaca dan menulis menggunakan ayat-ayat al-Qur’an
sebagai materi. Dengan cara itu mereka dapat menguasai keterampilan membaca,
menulis dan penguasaan kitab suci pada saat yang bersamaan. Contoh lain adalah
penggunaan penanggalan non-hijri oleh sementara penulis Muslim di Andalusia.
Bukan hal yang aneh jika seorang penulis Muslim di Andalusia menggunakan
secara paralel penanggalan hijri (Islam), penanggalan Romawi (Masehi), dan
penanggalan Koptik. Praktik ini misalnya dapat dilihat dalam karya-karya Ibn al-
Banna’ al-Marakkusyi, Ibn al-Idzari, dan Ibn al Khathib. Di sisi lain hal yang sama
juga dilakukan oleh beberapa penulis beragama Kristen.
Masa gemilang dibidang keilmuan di Andalusia yang sebenarnya terjadi
pada masa al hakam, pengganti Abdurrahman III, ia seorang sarjana yang
mempunyai gairah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada masanya
dinamika keilmuan sampai pada puncaknya, sehingga Andalusia menjadi pusat
ilmu pengetahuan, kesusastraan dan peradaban. Ia mendorong buntuk terciptanya
suasana akademik dengan membangun 27 buah sekolahan di ibukota. Pada masa
pemerintahannya berdiri sebuah universitas terbaik dan terbesar di dunia pada
masa itu, yaitu universitas Cordova yang berada di lingkungan masjid. Universitas
ini menjadi inspirasi lahirnya al Azhar di Kairo dan Universitas Nizammiyah di
Baghdad. 28 lain halnya dengan keilmuan agama, yang pada hal ini agama yang
paling maju dan berkembang ialah agama Islam.
Disamping memiliki Universitas ternama, Cordova sebagai Ibukota juga
memiliki perpustakaan besar dan memadai, yaitu perpustakaan al Hakam dengan
koleksi buku sekitar 400.000 judul. Buku-buku tersebut didatangkan dari toko-
toko buku Iskandarriyah, damaskus, dan Baghdad. Al Isfahani pengarang al
Aghani dari Irak, keturunan Bani Umayyah diberi gaji sebesar 1000 dinar untuk
penerbitan bukunya.
C. PENUTUP
Periode pertama adalah periode awal masuknya Islam ke Andalusia.
Periode ini ditandai oleh upaya umat Islam menyebarluaskan agama Islam dan
bahasa Arab dengan cara damai, tanpa meninggalkan bukti adanya pemaksaan.
Pada periode ini Islam Andalusia sangat banyak melakukan peniruan dari Islam
Timur di bawah dinasti Abbasiyah. Islam dan bahasa Arab telah menanamkan
akarnya di Andalusia, namun masih mendapatkan resistensi di sana sini dari para
penduduk asli. Periode kedua adalah periode kematangan dan keemasan
kebudayaan Islam di Andalusia. Pada periode ini kebudayaan Islam-Arab benar-
benar mendominasi Andalusia. Kebudayaan Islam Andalusia memasuki masa
kreatifnya dan mampu membangun identitasnya sendiri, yang dalam banyak hal
terbedakan dari kebudayaan Islam di wilayah-wilayah lainnya. Identitas ini lahir
dari berbagai keunikan realitas sosial kultural wilayah Andalusia dan interaksi
yang berlangsung di antara unsurunsur yang terdapat di sana. Periode ketiga
adalah periode kemunduran dan akhir kebudayaan Islam di Andalusia. Resistensi
penduduk lokal beragama Kristen mendapatkan angin ketika struktur politik umat
Islam di Andalusia mengalami kemunduran akibat perpecahan internal.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Siregar. ANDALUSIA: Sejarah Interaksi Religius dan Linguistik. IAIN Sumatera
Utara: Jurnal Miqot. Vol. XXXVII No. 2013. Diakses di
https://media.neliti.com/media/publications/152642-ID-andalusia-sejarah-
interaksi-religius-dan.pdf pada 17 September 2018 pukul 21.32 WIB.
Hourani, Albert. 1991. A History of the Arab Peoples. Cambridge, Mass.: The Belknap
Press of Harvard University Press.
J.M. Romein. 1956. Aera Eropa. Diterjemahkan oleh Noer Toegiman. Bandung: Penerbit
Ganeco.
K. Ali 1996. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lewis, Bernard. 1982. The Muslim Discovery of Europe. New York: W.W. Norton & Co.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai