Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KETERCAPAIAN PERENCANAAN TAMBANG BERBASIS

REKONSILIASI BLOK PENAMBANGAN UNTUK MENCAPAI TARGET


PRODUKSI BATU KAPUR SEBESAR 1.800.000 TON PER TAHUN PADA
KUARI PUSAR DI PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO), TBK

ACHIEVEMENT ANALYSIS OF MINE PLAN DESIGN BASED ON MINING


BLOCK RECONCILIATION TO ACHIEVE LIMESTONE PRODUCTION
TARGET 1.800.000 TONS PER YEAR ON PUSAR QUARRY
PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO), TBK

Risnal Affandi Zega1, Machmud Hasjim2, Syarifudin3


1,2,3JurusanTeknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang - Prabumulih Km.32 Inderalaya, 30662, Indonesia
E-mail: risnal.affandi@gmail.com

ABSTRAK

Realisasi produksi dalam setiap kegiatan penambangan sering mengalami ketidaksesuaian dengan perencanaan
tambang. Ketidaksesuaian ini diketahui setelah dilakukan rekonsiliasi antara perencanaan tambang awal periode
dengan kondisi aktual dan kemajuan tambang di akhir periode. Penggunaan software perencanaan tambang sangat
membantu dalam merekonsiliasi antara rencana penambangan dengan kondisi aktual di lapangan, yaitu dengan
melakukan overlay blok penambangan awal dan akhir periode. Ketidaksesuaian yang sering terjadi antara lain overcut
(penggalian di luar batas rencana penambangan) dan unfinished plan (kekurangan penggalian). Dalam penelitian ini,
analisis rekonsiliasi dilakukan dengan menggunakan data pada bulan April 2016. Ketercapaian aktual kemajuan
tambang bulan April 2016 adalah 116,05% untuk batu kapur. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketercapaian
produksi batu kapur tersebut adalah produktivitas alat gali muat yang memuaskan. Namun hal ini terlepas dari
penggalian di luar batas rencana penambangan. Dari hasil analisis diketahui bahwa penggalian sesuai rencana (in of
plan) adalah 74,97%, penggalian di luar batas rencana penambangan (overcut) adalah 41,09%, dan kekurangan
penggalian (unfinished) adalah 25,94%. Ketidaksesuaian rencana penambangan dan kondisi aktual ini disebabkan
kurangnya pengawasan dan kegiatan penggalian yang kurang disiplin di lapangan. Ketidaktercapaian rencana
penambangan ini berdampak pada stripping ratio sisa penggalian tahun 2016 yang mengalami peningkatan dari
rencana awal 1 : 0,095 menjadi 1 : 0,116. Dampak selanjutnya terjadi pada perubahan layout kuari yang berbeda dari
perencanaan yang jika terus dibiarkan akan menyebabkan kekeliruan dan kehilangan beberapa blok penambangan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan ketercapaian perencanaan tambang antara lain dengan
perencanaan dan penjadwalan ulang penggunaan alat gali muat serta meningkatkan pengawasan dan kedisiplinan di
lapangan.

Kata kunci: perencanaan, rekonsiliasi, overcut, unfinished plan, in of plan

ABSTRACT

The realization of production in any mining activities often occur the recurrent contradictions with mine plan. This
discrepancy known after reconciling mining plan with the actual conditions. Utilization of mine plan software is very
helpful to reconciling it. Mismacthes that often occur include overcut (excess excavation based on mine plan
boundaries) and unfinished plan (lack of excavation). In this case, reconciliation analysis was performed using the data
in April 2016. Achievement of actual progress of the month April 2016 was 116,05% for limestone. Results of the
analysis showed that the excavation in accordance with the plan is 74,97%, overcut 41,09%, and unfinished plan
25,94%. Factor causes a mismatch between the actual mining plans due to the loss controls and indiscipline factors.
Failure ini the mining plan stripping ratio impacted on the rest of the excavation in 2016, from the initial 1 : 0,095 rose
to 1 : 0,116. The subsequent impact is layout quarry changes and mismatch with planning. If left unchecked will lead to
lost some mine blocks. Efforts should be made to improve the achievement of the mining plan is rescheduling and
replanning the use of excavators loading (excavator backhoe) and increased surveillance and discipline on the field.

Keywords: Planning, Reconciliation, Overcut, Unfinished plan, In of Plan

1. PENDAHULUAN
Bahan baku utama dalam kegiatan operasi produksi semen di PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk adalah batu kapur
yang ditambang di kuari Pusar. Operasi produksinya dirancang dalam sebuah tahapan berupa perencanaan tambang
termasuk perancangan blok penambangan per bulan yang dituangkan dalam peta perencanaan tambang. Perancangan
tambang menjelaskan tahapan-tahapan penambangan dengan tujuan merancang bentuk-bentuk penambangan untuk
memproduksi cadangan bahan galian [1]. Pentahapan penambangan memberi informasi tentang lokasi-lokasi yang akan
ditambang kedepannya sesuai dengan target produksi [2].

Namun pada realisasinya sering ditemukan ketidaksesuaian antara rencana penambangan dan kondisi aktual di
lapangan. Ketidaksesuaian ini diketahui setelah dilakukan rekonsiliasi pada akhir periode. Tujuan dilakukannya
rekonsiliasi penambangan adalah untuk mengetahui mengapa dan dimana ketidaksesuaian itu terjadi. Jika terus
dibiarkan, ketidaksesuaian ini akan menyebabkan kerugian terhadap perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan analisis
rekonsiliasi penambangan agar ketidaksesuaian ini tidak berulang berlanjut setiap bulan [3].

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana ketercapaian produksi batu kapur berdasarkan
perencanaan tambang termasuk bentuk ketidaksesuaian antara rencana penambangan dengan kondisi aktual di lapangan,
apa saja faktor penyebabnya, bagaimana dampak yang ditimbulkan, dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase ketercapaian produksi batu kapur berdasarkan perencanaan
tambang serta kesesuaian realisasi penambangan terhadap rencana penambangan, mengetahui faktor penyebab
ketidaktercapaian, dampak yang ditimbulkan, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target produksi
berdasarkan perencanaan tambang.

Rekonsiliasi desain penambangan merupakan pencocokan antara desain rencana penambangan dengan realisasi aktual
di lapangan. Terdapat beberapa istilah dalam melakukan rekonsiliasi tersebut, antara lain overcut, in of plan, dan
unfinished [4]. Overcut merupakan jumlah material yang digali melebihi desain rencana. In of plan merupakan jumlah
material yang digali sesuai rencana. Sedangkan unfinished merupakan jumlah material yang belum digali dan
berdasarkan rencana penambangan seharusnya material tersebut digali [3]. Salah cara untuk menjamin penambangan
berjalan dengan baik adalah membuat rencana penambangan bulanan untuk bulan berikutnya dan meninjau/mengulas
ketercapaian penambangan bulan sebelumnya [5].

Perancangan penambangan dapat dibantu oleh software minescape. Menurut Jhon Deboer (2006), software ini
merupakan salah satu software tambang yang aplikatif pada perancangan tambang (mine design). Keunggulan dari
software ini adalah sifatnya yang fleksibel dan efisien sehingga cocok dipakai pada perencanaan jangka pendek dan
jangka panjang [6]. Rekonsiliasi blok penambangan yaitu dengan melakukan overlay peta situasi perencanaan tambang
dan peta situasi kemajuan tambang dalam suatu periode bisa dilakukan dengan software ini. Perhitungan volume hasil
rekonsiliasi berupa volume in of plan, overcut, dan unfinished dapat dilakukan dengan menggunakan menu reserve pada
opencut. Konsep perhitungan volume galian pada menu ini didasarkan pada konsep prisma segitiga. Volume galian
yang akan dihitung diasumsikan sebagai isi dari prisma segitiga yang akan dibatasi bagian atas dan bawah oleh suatu
surface dengan luas tertentu [7].

Kesesuaian perencanaan tambang dengan kondisi aktual dipengaruhi oleh produktivitas alat gali muat yang digunakan,
tingkat pengawasan, dan tingkat kedisiplinan di lapangan. Menurut Indonesianto [8], produktivitas alat gali muat dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
3.600
Pgm = Cb × × Ff × Sf × PA × UA (1)
Cm

Keterangan :
Pgm = Produksi alat gali muat (m3/jam)
Cm = Waktu edar alat gali-muat (sekon)
Cb = Capacity Bucket (m3)
Ff = Fill Factor
Sf = Swell Factor
PA = Physical Availability %
UA = Utilization Availability %

Fill factor merupakan faktor yang menunjukan banyaknya material galian pada pada bucket yang didasarkan pada jenis
dan kekerasan material. Swell factor merupakan perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume material dari
bentuk aslinya [10].

Physical Availability (PA) menunjukkan ketersediaan fisik suatu alat yang siap digunakan untuk melakukan pekerjaan
pada saat alat tersebut tidak rusak [9]. Dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝑤+𝑠
PA = × 100% (2)
w+s+r

Utilization Availability (UA) menunjukkan ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang padahal tidak
terjadi kerusakan di bagian mekanikal dan tidak ada sebab yang jelas seperti tidak sedang hujan atau tidak ada jalan
licin, namun alat di standby-kan [9]. Dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝑤
UA = × 100% (3)
w+s

Perkalian antara Physical Availability (PA) dengan Utilization Availability (UA) adalah Effective Utilization (EU) yang
menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif [10].

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 April 2016 sampai 30 Mei 2016 di PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggabungkan teori-teori yang mendukung penelitian dengan data-
data yang diamati dan diperoleh di lapangan.

Metode penelitian yang dilakukan dalam penyelesaian penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Orientasi lapangan, yaitu pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi aktual di
lapangan.
2. Pengambilan data, terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi waktu edar alat gali muat, jumlah
fleet yang bekerja, dan hambatan kerja. Data sekunder yaitu data penunjang dari PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk.
Seperti peta rencana penambangan, peta situasi awal dan akhir bulan April 2016, spesifikasi alat gali muat yang
digunakan, realisasi produksi, jadwal kerja operator, curah hujan, swell factor, dan ketersediaan alat gali muat.
3. Pengolahan data, setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut :
a. Melakukan overlay peta situasi awal bulan April 2016 dengan peta situasi akhir bulan April 2016 dengan
menggunakan software Minescape 4.118 untuk mengidentifikasi apakah penggalian telah sesuai dengan rencana
penambangan atau tidak.
b. Menghitung volume area in of plan, overcut, dan unfinished untuk mengetahui volume ketercapaian dan
ketidaktercapaian produksi batu kapur berdasarkan perencanaan tambang untuk bulan April 2016.
c. Menghitung produktivitas alat gali muat aktual (termasuk faktor-faktor terkait seperti waktu edar alat gali muat
dan efisiensi kerja) untuk mengetahui kondisi operasi penambangan.
4. Analisis data, setelah pengolahan data dilakukan analisis data dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menganalisis perbandingan antara peta perencanaan tambang bulan April 2016 dengan realisasi di lapangan,
dalam hal ini merupakan peta situasi awal dan akhir bulan April 2016.
b. Menganalisis kinerja alat gali muat yang digunakan dengan membandingkan target produksi dengan
produktivitas aktual alat gali muat bulan April 2016.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi kasus yang dianalisis dengan rekonsiliasi bulanan ini adalah periode April 2016. Untuk menganalisis kesesuaian
antara perencanaan tambang dengan realisasi aktual digunakan beberapa istilah, antara lain :
1. In of Plan : Penggalian sesuai rencana
2. Overcut : Penggalian melebihi batas rencana penggalian
3. Unfinished : Penggalian tidak terselesaikan

3.1 Ketercapaian Produksi Batu Kapur Berdasarkan Perencanaan Tambang Bulan April 2016

A. Kesesuaian Perencanaan Tambang dengan Realisasi di Lapangan

Diperlukan overlay antara peta situasi awal bulan April 2016 (rencana penambangan) dengan peta situasi akhir bulan
April 2016 (realisasi penambangan) untuk mengetahui apakah kegiatan penggalian yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan tambang atau tidak. Untuk melakukan overlay, dalam penelitian ini digunakan alat bantu berupa perangkat
lunak (software) perencanaan tambang (Minescape 4.118). Pada gambar 1 merupakan hasil overlay kedua data tersebut.

Dari gambar 1 terlihat bahwa kemajuan tambang selama bulan April 2016 setelah dilakukan overlay dengan peta situasi
rencana penambangan bulan April 2016 terdapat lokasi penggalian sesuai rencana, yang melebihi batas rencana
penggalian, dan tidak terselesaikan.

B. Ketercapaian Perencanaan Tambang dan Ketercapaian Produksi Bulan April 2016

Untuk mengetahui ketercapaian perencanaan tambang yang lebih rinci, maka dilakukan perhitungan volume daerah
kemajuan tambang. Perhitungan meliputi besarnya kemajuan yang sesuai rencana (in of plan), kemajuan yang tidak
sesuai rencana (overcut), dan volume daerah yang belum dilakukan penggalian (unfinished).

Menghitung volume daerah tersebut menggunakan software minescape menggunakan metode triangular grouping.
Area penambangan tersebut dibagi dengan tool relimit. Kemudian dilakukan triangulasi dan penerapan efek hollow
sehingga membentuk efek triangular. Perhitungan luas masing-masing segitiga hasil triangulasi menggunakan teorema
Heron, yaitu dengan data koordinat masing-masing titik pembentuk segitiga sehingga didapatkan jarak antar titik dan
luas daerag. Kemudian luas tersebut dikali tinggi bench untuk menghasilkan volume penggalian. Volume penggalian
dikali dengan densitas untuk menghasilkan tonase bahan kapur.

Dari perhitungan didapatkan tonase batu kapur yaitu daerah in of plan sebesar 113.792 ton, overcut sebesar 65.259 ton,
dan unfinished 40.208 ton. Tabel 1 menunjukkan persentase ketercapaian rencana penambangan bulan April 2016.

Keterangan : In of plan
Overcut
Unfinished
Batas realisasi penambangan
Crest
Toe

Gambar 1. Hasil Overlay Antara Daerah Kemajuan Tambang dengan Daerah Rencana Penambangan pada
Kuari Pusar Bulan April 2016
Tabel 1. Akumulasi Ketercapaian Perencanaan Tambang Bulan April 2016

Material
Volume Batu kapur Tanah Penutup Tanah liat
(%) (%) (%)
(Ton) (BCM) (Ton)
Rencana 154.000 100% 15.000 100% 30.000 100%
Ketercapaian aktual 179.051 116,3% 14.531 96,87% 25.634 85,45%
Ketidaksesuaian
Perencanaan Tambang
a. Overcut 65.259 42,37% - - - -
b. Unfinished 40.208 26,11% - - - -
In of Plan 113.792 73,89% - - - -

Gambar 2 merupakan grafik ketercapaian perencanaan tambang pada penggalian batu kapur terhadap realisasi
penambangan bulan April 2016.

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 2, diketahui persentase ketercapaian perencanaan tambang untuk batu kapur bulan
April 2016 antara lain in of plan 73,89%, overcut 42,37%, dan unfinished 26,11%. Jika dilihat ketercapaian produksi
(ketercapaian aktual), maka terlihat perbedaan antara produksi berdasarkan perencanaan tambang dan produksi aktual.
Ketercapaian produksi batu kapur pada bulan April 2016 adalah sebesar 116,3%. Sedangkan perbandingan antara
produksi berdasarkan perencanaan tambang dan produksi aktual untuk tanah liat dan tanah penutup belum bisa
dilakukan. Hal ini disebabkan belum adanya evaluasi terhadap ketercapaian perencanaan tambang untuk kedua bahan
galian tersebut di lapangan.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Ketercapaian Produksi Batu Kapur Bulan April 2016

Produktivitas alat gali muat di kuari pusar pada bulan April 2016 cukup memuaskan. Namun masih memiliki
beberapa kelemahan seperti tingginya angka standby time dan tingkat efektifitas yang rendah. Untuk lebih jelasnya,
ketersediaan alat gali muat pada bulan April 2016 dapat dilihat pada tabel 2.

Perbandingan Ketercapaian Perencanaan Tambang

179,051

40,208 Produksi Aktual


Bahan Galian
Batu kapur

Unfinished
65,259
Overcut

113,792 In of Plan
Target
154,000

0 50,000 100,000 150,000 200,000


Produksi

Gambar 2. Grafik Ketercapaian Perencanaan Tambang pada Penggalian Batu Kapur terhadap Realisasi
Penambangan Bulan April 2016
Tabel 2. Rekapitulasi Ketersediaan Alat Gali Muat Bulan April 2016 di Kuari Pusar PT. Semen Baturaja
(Persero), Tbk

Hours Availability
No. Unit Effective Standby Repair MA PA UA EU
Total
(W) (S) (R) (%) (%) (%) (%)
1 PC 300 (01) 213,23 89,5 27,27 330 88,66 91,74 70,44 64,62
2 PC 300 (02) 220,32 83,5 26,18 330 89,38 92,07 72,52 66,76
3 PC 300 (03 L) 107,54 36,5 20,96 165 83,69 87,30 74,66 65,18
4 PC 300 (03 OB) 57,32 81,5 26,18 165 68,65 84,13 41,29 34,74
5 PC 300 (04) 91,54 178,5 59,96 330 60,42 81,83 33,90 27,74

Tabel 3. Rekapitulasi Produksi Alat Gali Muat (Excavator Backhoe Komatsu PC 300-8) untuk Batu Kapur
pada Bulan April 2016 di Kuari Pusar PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk

Rencana Aktual
No. Alat Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi
Ton/jam Ton/bulan Ton/jam Ton/bulan
1 PC 300 (01) 352,16 70.706,76 329,82 70.334,75
2 PC 300 (02) 352,16 70.706,76 324,57 71.815,20
3 PC 300 (03 L) 352,16 35.353,38 334,09 35.929,10
Total 1056,48 176.766,89 988,48 178.079,05

Dengan ketersediaan alat gali muat yang cukup memuaskan untuk penggalian batu kapur pada bulan April 2016, maka
didapatkan persentase ketercapaian produksi batu kapur sebesar 116,27%. Hal ini terlepas dari penggalian di luar batas
rencana penambangan. Adapun rekapitulasi produksi alat gali muat (excavator backhoe Komatsu PC 300-8) untuk batu
kapur pada bulan april 2016 di kuari pusar PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan produksi aktual untuk bulan April 2016 melewati rencana produksi berdasarkan kemampuan alat
gali muat. Hal ini dipengaruhi oleh faktor PA dan UA yang cukup memuaskan. Namun angka produktivitas aktual per
jam alat gali muat belum setara dengan rencana. Jika terus dibiarkan akan menyebabkan ketidaktercapaian target
produksi khususnya sisa galian tahun 2016. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis solusi berupa upaya-upaya yang
dapat dilakukan agar produksi batu kapur dalam perencanaan tambang tahun 2016 dapat tercapai.

3.2 Faktor Penyebab Ketidaktercapaian Produksi Batu Kapur

A. Kurangnya Pengawasan

Kurangnya pengawasan mengakibatkan terjadinya penggalian tidak selesai (unfinished) dan penggalian yang melebihi
batas rencana penambangan. Untuk mencapai desain sesuai perencanaan di lapangan diperlukan pedoman dalam
pengerjaannya, yaitu patok elevasi. Patok-patok ini berfungsi untuk memberi patokan dalam mencapai desain rencana
penambangan dan sekaligus menjadi acuan pengawasan. Namun sayangnya pada kuari pusar tidak adanya patok elevasi
menyebabkan kegiatan penggalian sering melewati batas perencanaan. Kegiatan penambangan dan penggalian
mengandalkan blok-blok rencana tanpa patok elevasi. Padahal dengan adanya patok di lapangan memudahkan operator
menggali sesuai dengan blok rencana penambangan. Besar pengaruh kurangnya pengawasan terhadap ketidaktercapaian
produksi batu kapur berdasarkan perencanaan tambang bulan april 2016 adalah 70,11%.

B. Kegiatan Penggalian Kurang Disiplin

Batu kapur hasil peledakan digali oleh operator alat gali muat tanpa mengikuti batas rencana penambangan. Hal ini
disebabkan tidak adanya patok elevasi yang berfungsi sebagai acuan batas penggalian. Pemilihan lokasi penggalian
lebih mengacu kepada tingkat mudah atau susah untuk dijangkau dan digali, sehingga penggalian di luar batas rencana
penambangan pun terjadi. Besarnya pengaruh kegiatan penggalian yang kurang disiplin terhadap ketidaktercapaian
produksi batu kapur berdasarkan perencanaan tambang bulan april 2016 adalah 70,11%.

Disamping itu, karena adanya tekanan untuk mencapai target produksi batu kapur, maka ekspose batu kapur menjadi
prioritas utama sehingga penggalian tanah penutup sedikit terhambat. Hal ini berdampak pada kondisi stripping ratio,
yaitu pada awal penambangan 2016 sebesar 1 : 0,10. Hal ini didasarkan pada rencana produksi sebesar 1.800.000 Ton
batu kapur dan 180.000 BCM tanah penutup. Kondisi stripping ratio aktual pada akhir April 2016 pada kuari Pusar
adalah 1 : 0,116. Padahal jika dilihat dari rencana stripping ratio untuk awal bulan Mei hanya sebesar 1 : 0,095.

Kondisi ini sebenarnya masih sangat ekonomis disebabkan tanah penutup sisa berada di pinggiran kuari. Namun dalam
beberapa waktu ke depan ekspose terhadap tanah penutup akan lebih banyak terjadi mengingat kondisi penggalian
mulai mengarah ke pinggiran kuari, sehingga grafik peningkatan stripping ratio wajib diperhatikan.

3.3 Dampak Akibat Tidak Tercapainya Rencana Penambangan Bulan April 2016 Terhadap Rencana
Penambangan Bulan Mei hingga Desember 2016

Dampak penambangan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan tambang adalah peningkatan stripping ratio
secara keseluruhan menjadi lebih besar. Peningkatan angka stripping ratio secara keseluruhan terjadi sebagai akibat dari
target pengupasan tanah penutup pada bulan sebelumnya tidak tercapai sehingga terakumulasi pada bulan selanjutnya.
Pada akhir bulan April 2016 atau awal bulan Mei 2016, stripping ratio aktual adalah sebesar 1 : 0,116, sedangkan
rencana stripping ratio pada bulan Mei 2016 adalah sebesar 1 : 0,095.

Dampak lain akibat penambangan tidak sesuai perencanaan tambang adalah perubahan layout blok-blok kuari yang
sebelumnya telah direncanakan. Hal ini akan mengakibatkan kehilangan blok akibat ketidaksesuaian penggalian dengan
rencana penambangan.

3.4 Upaya Peningkatan Pencapaian Rencana Penambangan

A. Perencanaan dan Penjadwalan Ulang Penggunaan Alat Gali Muat

Setelah dilakukan perhitungan rekapitulasi produksi bahan galian sisa tahun 2016, maka didapatkan ketercapaian
96,42%. Dari hasil analisa diketahui bahwa ketercapaian sisa galian tahun 2016 cukup baik dan hampir tercapai. Namun
jika waktu efektif pelaksanaan teknis penambangan di lapangan tidak dimanfaatkan dengan baik, maka ketercapaian
untuk batu kapur tidak akan tercapai. Terlebih jika terjadi masalah-masalah diluar perencanaan seperti pabrik shutdown,
stockpile over, dan sebagainya. Oleh karena itu, direkomendasikan penambahan waktu penggunaan alat gali excavator
backhoe Komatsu PC 300-8 (03 L) sehingga meningkatkan produksi ketercapaian.

Tabel 4. Rekapitulasi Produksi 3 Unit Alat Gali Muat Setelah Penambahan Jam kerja pada Unit PC 300-8
Batu Kapur

Bulan (2016) Prodv/jam Prodv/Bln


Mei 988,48 173.045,06
Juni 988,48 172.725,96
Juli 988,48 184.173,05
Agustus 988,48 194.544,30
September 988,48 170.546,09
Oktober 988,48 155.666,07
November 988,48 132.555,82
Desember 988,48 123.513,71
Total Produksi 1.295.736,52
Sisa Galian 1.277.922
Persentase Ketercapaian 101,39%
Rencana kebutuhan alat untuk penggalian sisa tahun 2016 adalah 3 unit excavator backhoe Komatsu PC 300-8 (01, 02,
03 L) untuk penggalian batu kapur, 1 unit excavator backhoe Komatsu PC 300-8 (04) untuk penggalian tanah liat, dan 1
unit excavator backhoe Komatsu PC 300-8 (03 OB) untuk penggalian tanah penutup. Effective utilization excavator
backhoe Komatsu PC 300-8 (03 L) rata-rata adalah 15 hari. Untuk meningkatkan ketercapaian, maka dibutuhkan
tambahan waktu menjadi 22 hari seperti pada. Pesentase ketercapaian setelah dilakukan penambahan waktu alat gali
muat ditunjukkan pada tabel 4.

B. Meningkatkan Pengawasan di Lapangan

Untuk mencapai kesesuaian antara desain rencana penambangan dan realisasi di lapangan maka dibutuhkan patok level
elevasi di setiap blok penambangan. Selain itu juga pengecekan secara berkala dapat mengontrol aktivitas penambangan
dan mencegah terjadinya overcut pada penggalian. Pengecekan bukan selalu berati penggantian patok. Pengecekan
dilakukan hanya untuk memastikan bahwa kondisi penggalian saat ini sesuai dengan rencana. Patok yang masih ada dan
masih sesuai rencana tidak perlu diganti. Penggantian patok hanya dilakukan pada patok yang hilang dan yang tidak
relevan dengan kemajuan tambang. Hal ini menyebabkan penambangan menjadi terkontrol dan dapat mempermudah
ketercapaian perencanaan tambang.

C. Penambangan Harus Disiplin

Setelah dilakukan perencanaan dan penjadwalan ulang penggunaan alat gali muat maka untuk mencapai rencana
penambangan yang optimal diperlukan kedisiplinan dalam melakukan penggalian. Penggalian harus dilakukan sesuai
rencana penambangan yaitu sesuai dengan batas dan elevasi rencana sehingga tidak ada lagi kegiatan penggalian
mengacu kepada tingkat mudah atau susah untuk dijangkau dan digali. Oleh karena itu, untuk mendukung kedisiplinan
tersebut dibutuhkan patok level elevasi di setiap blok penambangan.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Penggalian batu kapur sesuai rencana (in of plan) adalah sebesar 73,89% atau 113.792 ton, kelebihan penggalian
(overcut) adalah sebesar 42,37% atau 65.259 ton, dan penggalian yang belum selesai (unfinished) adalah sebesar
26,11% atau 40.280. Sedangkan ketercapaian produksi aktual adalah sebesar 116,3% atau 179.051 ton untuk batu
kapur, 96,87% atau 14.531 BCM untuk tanah penutup, dan 85,45% atau 25.634 ton untuk tanah liat.
2. Ketidaktercapaian rencana penambangan berdasarkan perencanaan tambang bulan April 2016 disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain seperti kurangnya pengawasan yang menyebabkan sering terjadi kelebihan penggalian
(overcut), kegiatan penggalian kurang disiplin, dan belum adanya indikator dan evaluasi ketercapaian perencanaan
tambang.
3. Ketidaktercapaian perencanaan tambang berdampak pada peningkatan stripping ratio sisa galian untuk Mei-
Desember 2016 yaitu dari 0,095 menjadi 0,116. Kondisi ini sebenarnya belum menjadi masalah dan masih sangat
ekonomis. Namun dalam beberapa waktu ke depan ekspose terhadap tanah penutup akan lebih banyak terjadi
mengingat kondisi endapan penggalian mulai mengarah ke pinggiran kuari, sehingga grafik peningkatan stripping
ratio wajib diperhatikan. Dampak lain terjadi pada perubahan layout blok kuari yang direncanakan sebelumnya.
4. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak ketidaktercapaian perencanaan tambang terhadap
rencana penambangan adalah perencanaan dan penjadwalan ulang jam kerja alat gali muat, meningkatkan
pengawasan di lapangan, dan meningkatkan kedisiplinan penggalian.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Alpiana. (2011). Rancangan Desain Tambang PT. Bumi Bara Kencana di Desa Masaha Kec. Kapuas Hulu Kab.
Kapuas Kalimantan Tengah. Jurnal Media Bina Ilmiah Mataram, 5 (8) : 23-28.
[2] Cummins, A.B. (1973). SME Mining Engineering Hand Book. Edisi 2. New York : Society For Mining,
Metallurgy, and Petroleum Engineer.
[3] Simaremare, M. (2013). Rekonsiliasi Bulanan Sebagai Metode Praktis Untuk Mengetahui Ketidaksesuaian Antara
Rencana Penambangan dan Kondisi Aktual, Studi Kasus Pit 4-7 Senakin Mine Site, PT. Arutmin Indonesia.
Prosiding TPT PERHAPI 2013. Yogyakarta : PERHAPI
[4] Syahputra, H.(2012). Rekonsiliasi Sequence Penambangan Perencanaan Jangka Panjang dengan Kondisi Aktual,
Studi Kasus Pit Selatan Tambang Senakin PT. Arutmin Indonesia Periode Q4 2010 – Q3 2011. Prosiding
TPT PERHAPI 2012. Jakarta : PERHAPI
[5] Chabibi, F. (2013). Rekonsiliasi Penambangan Antara Perencanaantambang Jangka Pendek Dengan Realisasi
Berdasarkan Block Model dan Peta Topografi Periode Semester 1-2013 di Site Tanjung Buli UPB Nikel
Maluku Utara, PT. Antam (Persero) Tbk. Prosiding TPT PERHAPI 2013. Yogyakarta : PERHAPI
[6] Mincom. (1998). Petunjuk menggunakan Stratmodel : Mincom Ltd.
[7] Mincom. (1998). Petunjuk menggunakan Opencut : Mincom Ltd.
[8] Indonesianto, Y. (2000). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta : Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Pembangunanan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
[9] Nabar, D. (1998). Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat. Palembang : Universitas Sriwijaya
[10] Tenriajeng, AT. (2003). Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta : Gunadarma.

Anda mungkin juga menyukai