iii
KELOMPOK 7
6. ANALISIS NON MUTUALLY EXCLUSIVE 27
6.1. Analisis non-mutually exclusive dengan umur alternatif sama 27
6.2. Analisis non-mutually exclusive dengan umur alternatif berbeda 29
7. DEPRESIASI, DEPLESI, AMORTISASI 32
KELOMPOK 8
7.1. Depresiasi 32
7.1.1. Straigth line depreciation (SLD) 33
7.1.2. Double declining balance depreciation (DDBD) 34
7.1.3. Sum of years digits depreciation (SOYD) 35
7.1.4. Sinking fund depreciation (SFD) 36
7.1.5. Unit of production depreciation (UPD) 38
KELOMPOK 9
7.2. Deplesi 39
7.2.1. Cost depletion 40
7.2.2. Percentage depletion 40
7.2.3. Pemilihan metode deplesi 41
7.3. Amortisasi 41
KELOMPOK 10
8. PENGARUH PAJAK DALAM ANALISIS LIFE CYCLE COSTING 43
8.1. Pengertian pajak 43
8.2. Cashflow setelah pajak 44
KELOMPOK 11
9. ANALISIS PENGGANTIAN 53
9.1. Konsep penggantian 53
9.2. Umur ekonomis 53
9.3. Membandingkan sewa atau beli 54
KELOMPOK 12
10. ANALISIS RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN 59
10.1. Analisis sensitivitas 59
10.1.1. Analisis sensitivitas variabel tunggal 60
10.1.2. Analisis sensitivitas dengan pendekatan rentang 62
KELOMPOK 13
10.2. Analisis probabilitas 62
10.2.1. Teori probabilitas 62
10.2.2. Pohon keputusan 63
iv
1. DEFINISI DAN KONSEP DASAR
Tujuan:
Memahami konsep ekonomi mineral dan aplikasinya dalam pengambilan keputusan investasi.
Memahami karakteristik industri pertambangan.
Memahami konsep nilai waktu uang dan kesetaraan.
Memahami konsep aliran kas.
Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi mineral tidak hanya berguna dalam analisis kelayakan dari aspek finansial
terhadap proyek-proyek keteknikan tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan investasi pada
umumnya.
Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100% (karena telah dikuasai)
dengan jumlah dana yang lebih besar tetapi kemungkinan perolehannya kurang dari 100%. Investasi diperlukan
untuk memulai suatu usaha atau mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha yang
sedang berjalan.
Tujuan dilakukannya investasi adalah untuk memperoleh nilai lebih/keuntungan di masa depan dari modal yang
diinvestasikan. Modal yang dimaksud dapat berupa uang, barang modal, tanah, bangunan, teknologi,
ataupun sesuatu yang tidak riil, misalnya hak paten atau kemampuan manajerial. Dalam bidang
pertambangan, kapital umumnya berupa deposit bahan tambang dan modal.
Keputusan investasi modal akan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kelangsungan
perusahaan untuk dapat berkompetisi ataupun untuk tetap berproduksi. Keputusan investasi yang salah tidak
saja dapat mengurangi keuntungan perusahaan tetapi juga dapat menghentikan kegiatan perusahaan sama
sekali.
Ketiga jenis analisis investasi ini mutlak harus dilakukan, karena sering terjadi suatu alternatif yang hasil analisis
ekonominya baik, ternyata tidak cukup baik jika dilihat dari analisis finansial dan intangible-nya. Sebagai
contoh, suatu proyek ditolak dari analisis finansial bila dana internalnya tidak mencukupi untuk membiayai
proyek dan juga tidak dapat memperoleh pinjaman dana dari luar dengan tingkat bunga yang sesuai. Faktor
intangible yang dapat mengakibatkan suatu proyek ditolak secara analisis ekonomi pada umumnya adalah
karena opini publik dan masalah lingkungan (polusi udara, tanah, dan air). Karenanya pengaruh analisis
finansial dan intangible terhadap analisis ekonomi harus diperhatikan secara seksama karena analisis-analisis
tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan alternatif investasi.
Nilai sesuatu (termasuk uang) berubah seiring dengan berjalannya waktu. Perjalanan waktu pada umumnya
mengurangi nilai kecuali pada benda antik dan benda yang mempunyai umur layanan (service life) tak
terbatas, seperti tanah.
Beberapa hal yang menyebabkan nilai uang dipengaruhi oleh waktu adalah:
1. Uang memiliki purchasing power (daya beli).
Secara umum uang digunakan untuk melakukan transaksi, sehingga semua komoditi harus dinilai
berdasarkan nilai tukarnya terhadap uang.
Daya beli uang menurun disebabkan oleh:
Inflasi
Perubahan pola supply (pasokan) dan demand (permintaan)
Sebagai contoh uang sejumlah Rp 10 juta yang disimpan di bank dengan bunga 20%/tahun dapat diambil
dalam beberapa cara, antara lain:
a. Disimpan hari ini dan baru diambil tahun depan dengan jumlah Rp 12 juta, dengan rincian pokok simpanan
Rp 10 juta ditambah bunga Rp 2 juta.
b. Diambil bunganya saja Rp 2 juta tiap tahun selama lima tahun, dan pada akhir tahun kelima pokok
simpanannya diambil. Jumlah uang yang diperoleh selama lima tahun tersebut adalah Rp 20 juta, dengan
rincian bunga Rp 2 juta x 5 = Rp 10 juta dan pokok simpanan Rp 10 juta.
c. Diambil dalam jumlah yang sama setiap tahunnya selama sepuluh tahun sebesar Rp 2,385 juta. Jumlah
uang yang diperoleh selama sepuluh tahun tersebut adalah Rp 23,85 juta, yaitu Rp 2,385 juta x 10.
Ketiga jumlah nominal uang tersebut yaitu Rp 12 juta, Rp 20 juta, dan Rp 23,85 juta pada dasarnya setara
dengan Rp 10 juta pada saat sekarang. Kesetaraan tersebut terjadi dengan penggunaan bunga 20% per tahun.
Discounted cashflow adalah nilai cashflow yang dibawa ke nilai sekarang (present worth) sesuai dengan
discount rate yang diberikan. Istilah discount mengacu pada pengurangan nilai, yaitu jika sejumlah tertentu
uang dimasa datang dihitung nilainya sekarang maka nilai uang tersebut akan lebih kecil (berkurang).
Contoh 1-1:
Pada tahun awal (tahun ke-0) biaya yang dikeluarkan adalah Rp 10 juta. Tahun ke-1 dikeluarkan lagi biaya Rp 2
juta selain diterima pendapatan (revenue) Rp 3 juta. Pada tahun ke-2, 3, 4, dan 5 diperoleh pendapatan
masing-masing Rp 5 juta. Gambarkan undiscounted cashflow perusahaan tersebut dalam bentuk tabel dan
diagram.
Jawab:
Tabel undiscounted cashflow:
Diagram cashflow:
0 1 2 3 4 5
10.000.0000 2.000.000
Dari tabel di atas terlihat pada akhir tahun ke-5, proyek tersebut menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp
11.000.000.
Contoh 2-1:
PT Insan Kreatif mendapat pesanan bangku untuk suatu sekolah. Di pasaran harga bangku (S) sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diajukan sekolah itu adalah Rp 450.000/unit. Jika bangku itu dibuat sendiri maka diperlukan
biaya-biaya sebagai berikut:
Harga kayu = Rp 950.000/m3
Paku = Rp 20.000/kg
Bahan finishing = Rp 100.000/lt
Upah tukang = Rp 80.000/orang/hari
Upah pembantu tukang = Rp 50.000/orang/hari
Satu unit bangku membutuhkan 0,20 m3 kayu, 0,01kg paku, bahan finishing 0,1lt, dan diselesaikan selama 0,5
hari kerja oleh tukang ditambah1 hari kerja oleh pembantunya.Selain itu perusahaan memerlukan bengkel kerja
dengan biaya sekitar Rp 1,5 juta dan pengadaan peralatan kerja Rp 2,2 juta.
Rp 3.700.000
BEP = = 23,15 ≈ 24 unit
Rp 450.000 − Rp 290.200
Aspek teknis dan aspek ekonomis tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, keduanyaakanselalu saling
mempengaruhi. Perkiraan biaya investasi alatakan tergantung pada jumlah alat yang dipergunakan dan
kapasitas alat yang dipilih. Demikian pula biaya produksi merupakan fungsi dari kapasitas alat yang dipakai.
Biaya penambangan yang rendah dapat dicapai jika rancangan teknis dapat dioptimalkan dengan
memperhatikan pemilihan dan jumlah alat yang akan digunakan, yaitu yang dapat memberikan biaya produksi
per ton yang rendah.
Secara umum biaya operasi dibagi menjadi tiga komponen biaya, yaitu:
1) Biaya operasi langsung
I=Pin
Dimana:
I = bunga (interest)
P = pokok (principal)
i = tingkat/suku bunga (interest rate)
n = periode pinjaman
Sehingga jumlah uang/pinjaman pada akhir periode (F) adalah:
F = Pokok + Bunga
=P+Pin
= P (1 + i n)
Contoh 3-1:
Seorang petani meminjam uang di KUD sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 10%/tahun dengan
perhitungan bunga sederhana. Berapa hutang yang harus dibayar pada akhir tahun keempat?
Jawab:
F = Rp 10.000.000 x (1 +(10% x 4))
= Rp 14.000.000
2. Bunga majemuk (compound interest), yaitu bunga yang dihasilkan dari pokok pinjaman dibungakan lagi
bersama-sama dengan pokok pinjaman.
I = P(1 + i)n-1 . i
Sehingga jumlah uang/pinjaman pada akhir periode (F) adalah:
F = Pokok + Bunga
= P + P(1 + i)n-1 . i
= P (1 + i)n
Dari kedua contoh di atas ternyata bunga majemuk nilainya lebih tinggi dari bunga sederhana. Dalam
pembahasan pemilihan alternatif atau evaluasi rencana investasi digunakan bunga majemuk.
r = i. m
Suku bunga efektif (effective rate) disimbolkan E adalah suku bunga sesungguhnya dalam satu tahun yang
tepat dibayarkan terhadap sejumlah uang yang disimpan atau dipinjam.
Contoh 3-3:
Bank ABC membebankan suku bunga sebesar 1,25 % per bulan pada semua saldo rekening yang belum
terbayar. Berapakah suku bunga nominal dan suku bunga efekti per tahunnya?
Jawab:
Suku bunga periode (i) = 1,25% per bulan
Jumlah pemajemukan/th (m) = 12
Suku bunga nominal (r) = 1,25% x 12 = 15% per tahun
Suku bunga efektif (E) = (1 + (0,15/12))12 – 1 = 16,18% per tahun
Tabel 3.1. Tingkat suku bunga efektif per tahun dari berbagai suku bunga nominal.
Akan tetapi penggunaan magic number ini akan salah jika periode pemajemukan kurangdari tiga (n≤3) atau
suku bunga (i) di atas 30%
Contoh 3-4:
Berapa tahun uang yang disimpan di bank menjadi dua kali lipat jika suku bunga yang berlaku adalah 8% per
tahun?
Jawab:
n = 72/(8% x 100) = 9 tahun
Contoh 3-5:
Seorang ayah mendepositokan uang Rp 100 juta sekarang di bank dengan tingkat bunga 12%/ tahun. Uang
tersebut akan diambil pada akhir tahun kelima, saat anaknya akan masuk universitas. Berapa jumlah uang yang
akan diperoleh sang ayah?
Contoh 3-6:
Biaya masuk SMA favorit lima tahun mendatang diperkirakan Rp 30 juta. Untuk keperluan tersebut, seorang ayah
berniat membuka tabungan pendidikan yang memberikan bunga 18% per tahun. Berapa uang yang harus
disetorkan sekarang?
Jawab:
P = Rp 30 juta (1/(1 + 0,18)5)
= Rp 30 juta (P/F 18%, 5)
= Rp 30 juta (0,4371)= Rp 13.113.000
Contoh 3-7:
Seorang PNS menabung Rp 10 juta per tahun untuk keperluan investasi saat dia pensiun lima tahun yang akan
datang. Jika suku bunga yang diberikan bank 6% per tahun, berapa total uang yang dia kumpulkan sampai
akhir tahun ke-5? F= ?
Jawab: 0 1 2 3 4 5
F = Rp 10 juta ((1 + 0,06)5 – 1)/ 0,06
= Rp 10 juta (F/A6%, 5)
A A A A A
= Rp 10 juta (5,6371)= Rp 56.371.000
A = Rp 10 jt/th
Contoh 3-8:
Jika kita ingin memiliki uang $ 1000 pada akhir tahun keenam, berapa uang yang harus kita depositokan setiap
tahunnya, jika suku bunga deposito itu 10%/tahun?
= $ 1000 (A/F10%,6)
= $ 1000 (0,12961)= $ 129,61 A A A A A
A=?
3.5.5. Capital-recovery
Digunakan untuk menentukan nilai aliran kas yang seragam setiap akhir tahun selama periode tertentu dengan
suku bunga tertentu dari nilai sekarang.
Contoh 3-9:
Untuk ekspansi bisnisnya seorang pengusaha meminjam uang di bank sebesar Rp 100 juta dengan suku bunga
5% per tahun untuk jangka waktu 10 tahun. Berapa angsuran yang dibayar pengusaha tersebut setiap
tahunnya?
P=Rp 100 jt
Jawab:
0 1 .. .. .. 10
A = Rp 100 juta {(0,05(1+0,05)10) / ((1+0,05)10 – 1)}
= Rp 100 juta (A/P5%,10)
= Rp 100 juta (0,1295)= Rp 12.950.000/tahun A A A A A
A=?
Contoh 3-10:
Sebuah dealer menawarkan mobil dengan uang muka Rp 10 juta dan sisanya dapat diangsur Rp 2 juta/bulan
selama 100 bulan. Bila bunga yang diberlakukan dealer tersebut adalah 1%/bulan, berapa harga mobil itu jika
dibayar tunai saat ini?
Jawab: P=?
Nilai sekarang dari total angsuran: 0 1 .. .. .. 100
P = Rp 2 juta (P/A 1%,100)
= Rp 2 juta (63,029)
A A A A A
= Rp 126.038.000
A= 2jt/bln
Harga mobil tersebut = uang muka + total angsuran
H = Rp 10 juta + Rp 126.038.000
= Rp 136.038.000
A = B + g {(1/i)-(n/(1+i)n – 1))}
A = B + g (A/G i,n)
Kelayakan suatu investasi (proyek) dari aspek ekonomi dapat dianalisis berdasarkan manfaat (benefit) dan
biaya (cost). Suatu proyek dikatakan layak untuk dikerjakan jika manfaat yang diberikan lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Untuk menilai keekonomian suatu proyek perlu dilihat seluruh pengeluaran dan
pendapatan sepanjang umur proyek tersebut (life cycle analysis), bukan hanya dengan melihat biaya per
satuan produksi di tahun tertentu.
Indikator keuntungan yang digunakan dalam pengambilan keputusan seyogyanya mempunyai ciri-ciri:
1. Dapat dengan tepat dalam membandingkan dan mengelompokkan kesanggupan memberikan
keuntungan (profitability) dari kesempatan-kesempatan penanaman modal.
2. Mencerminkan nilai waktu dari modal perusahaan dan secara realistis merupakan masukan bagi
kebijaksanaan fiskal dari perusahaan, termasuk investasi kembali di masa yang akan datang.
3. Dapat menunjukkan keuntungan meskipun sekecil-kecilnya.
4. Mencakup pernyataan-pernyataan kuantitatif dari resiko.
5. Menggambarkan faktor-faktor lain, seperti hasil-hasil gabungan, resiko, dan kekayaan perusahaan bila
mungkin.
Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek/investasi antara lain:
a. Net present value (NPV)
b. Rate of return (ROR)
c. Present value ratio (PVR) atau Benefit-cost ratio (BCR)
d. Payback period (PBP)
Pada dasarnya untuk analisis investasi tunggal, semua indikator tersebut akan memberikan hasil keputusan yang
konsisten satu sama lain, tetapi informasi spesifik yang dihasilkan tentu akan berbeda. Sehingga dalam
prakteknya beberapa indikator sering digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
komprehensif.
Contoh 4-1:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Contoh 4-2:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan ROR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 10% diperoleh NPV = 10,156 (perhitungannya seperti contoh 4.1)
Untuk i = 15%, nilai NPV adalah:
NPV = 20(P/F,15%,1)+30(P/F,15%,2)+20(P/F,15%,3)+40(P/F,15%,4)+40(P/F,15%,5)-100
= 20(0,8696)+30(0,7561)+20(0,6575)+40(0,5718)+40(0,4972)-100
= -4,015
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
ROR−10% 15%−10%
= 10,156−(−4,015) 10,156
10,156−0
ROR = 10% + (15%-10%)((10,156/(10,156+4,02)) 0
10% 15%
=13,58% ROR=?
Karena ROR>MARR, maka proyek tersebut layak. -4,015
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan PVR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
PVR = NPV/│PW net CF (-)│
= 10,156/│-100│= 0,10
Karena PVR>0, maka proyek tersebut layak.
Contoh 4-4:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan BCR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
BCR = PW net CF(+)/│PW net CF (-)│
= 20(P/F,10%,1)+30(P/F,10%,2)+20(P/F,10%,3)+40(P/F,10%,4)+40(P/F,10%,5) / │-100│
= 110,156/100
= 1,10
Atau
BCR = PVR + 1
= 0,10 + 1 = 1,10
Karena BCR>1, maka proyek tersebut layak.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan undisconted dan discounted PBP jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
a. Simple PBP
Terlebih dulu menghitung aliran kas kumulatifnya:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1 juta) -100 20 30 20 40 40
Aliran kas kumulatif (x Rp 1 juta) -100 -80 -50 -30 10 50
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
𝐂𝐮𝐦. 𝐂𝐅(−)𝐭𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫
𝐏𝐁𝐏 = 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐂𝐮𝐦. 𝐂𝐅(−)𝐭𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 + │ │
𝐂𝐅(+)𝐭𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐮𝐭𝐧𝐲𝐚
−30
PBP = 3 + │ │ = 3 + 0,75= 3,75 tahun.
40
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Discounted CF (x Rp 1 juta) -100 18,182 24,792 15,026 27,320 24,836
Cummulatif DCF (x Rp 1 juta) -100 -81,818 -57,026 -42,000 -14,680 10,156
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-4 dan ke-5, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
𝐂𝐮𝐦. 𝐂𝐅(−)𝐭𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫
𝐏𝐁𝐏 = 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐂𝐮𝐦. 𝐂𝐅(−)𝐭𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 + │ │
𝐂𝐅(+)𝐭𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐮𝐭𝐧𝐲𝐚
−14,680
PBP = 4 + │ │= 4 + 0,59 = 4,59 tahun.
24,836
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat berbagai alternatif yang dapat dipilih. Pertimbangan untuk memilih alternatif yang terbaik
adalah yang membutuhkan biaya minimum atau yang menghasilkan keuntungan maksimum atau yang waktu
pengembalian investasinya paling singkat.
Analisis mutually exclusive adalah menganalisis beberapa alternatif dimana hanya ada satu alternatif yang akan
dipilih, yaitu alternatif yang akan menghasilkan pelayanan (service) terbaik, atau yang akan memperbaiki,
memperluas, mengembangkan operasi yang ada, atau yang akan menghasilkan pemasukan (income)
terbesar. Alternatif yang dipilih adalah yang mempunyai ROR, NPV, BCR, atau PVR yang paling tinggi
dibandingkan alternatif yang lain. Akan tetapi terkadang suatu alternatif mempunyai ROR yang lebih tinggi
dibanding alternatif yang lain tetapi NPV nya lebih rendah. Untuk kondisi tersebut maka indikator kelayakan
tersebut harus dihitung nilai inkrementalnya.
Contoh 5-1:
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di area penambangan, investor bermaksud membeli generator listrik. Ada tiga
alternatif generator listrik yang ditawarkan oleh penjual, dengan biaya dan manfaat sebagai berikut:
Merek generator X Y Z
Harga (x Rp 1 juta) 17 25 28
Biaya operasi dan perawatan (x Rp 1 juta) 8 6 5
Nilai manfaat/tahun (x Rp 1 juta) 13 13 13
Nilai sisa (x Rp 1 juta) 5 8 14
0 1 ........................... 4 5
CFX0 = -17 juta CFX1 = 5 juta CFX4 = 5 juta CFX5 = 10 juta
Alternatif Y:
OCy = 6 juta
OCy = 6 juta OCy = 6 juta Iy = 13 juta
Cy = 25 juta Iy = 13 juta Iy = 13 juta Ly = 8 juta
0 1 ........................... 4 5
CFY0 = -25 juta CFY1 = 7 juta CFY4 = 7 juta CFY5 = 15 juta
Alternatif Z:
OCZ = 5 juta
OCZ = 5 juta OCZ = 5 juta IZ = 13 juta
CZ = 28 juta IZ = 13 juta IZ = 13 juta LZ = 14 juta
0 1 ........................... 4 5
CFZ0 = -28 juta CFZ1 = 8 juta CFZ4 = 8 juta CFZ5 = 22 juta
Kemudian urutkan alternatif dari yang mempunyai investasi terkecil sampai yang mempunyai investasi terbesar,
dengan cara membuat tabel cashflow masing-masing alternatif dan inkrementalnya:
Terbukti dengan menganalisis secara inkremental maka semua indikator tersebut memberikan hasil yang
sama/konsisten (generator Z paling layak untuk dipilih).
Alternatif A:
0 1 2 LA
CB OCB1 OCB2 OCB3
LB
Alternatif B:
0 1 2 3
Alternatif B:
CB OCB1 OCB2 OCB3 CB OCB1 OCB2 OCB3
LB LB
0 1 2 3 3 4 5 6
Contoh 5-1:
Seorang investor dihadapkan pada pilihan untuk menjual bukit karst miliknya seharga Rp 150 juta atau
mengembangkan lahan tersebutdengan investasi Rp 300 juta pada tahun ke-0 dan Rp 400 juta pada tahun ke-1
akan menghasilkan keuntungan tetap dari tahun ke-2 sampai tahun ke-10 sebesar Rp 200 juta. Jika MARR yang
ditetapkan adalah 15%, keputusan mana yang paling menguntungkan secara ekonomi?
Jawab:
Diagram cash flow masing-masing alternatif adalah:
Alternatif A (mengembangkan lahan):
-300 -400 200 200 200 200 200 200 200 200 200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
150 - - - - - - - - - -
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-450 -400 200 200 200 200 200 200 200 200 200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
∆BCRA-B = ∆PVRA-B + 1
= 0,04 + 1
= 1,04
Karena ∆BCRA-B>1, maka pilih alternatif A.
Analisis non-mutually exclusive adalah analisis terhadap beberapa alternatif dimana dari beberapa alternatif
tersebut dapat dipilih lebih dari satu alternatif, sesuai dengan tersedianya modal atau anggaran untuk investasi
tersebut.
Tujuan dari analisis non-mutually exclusive adalah untuk memaksimalkan keuntungan kumulatif yang dapat
dihasilkan dari investasi (cummulative net value atau cummulative future worth profit) berdasarkan kombinasi
beberapa alternatif.
Aplikasi analisis non-mutually exclusive antara lain pemilihan alternatif riset dan pengembangan, pemilihan
metode eksplorasi, serta meranking prospek pengeboran pada industri minyak.
Ada dua teknik yang digunakan untuk meranking proyek non-muatually exclusive, yaitu:
a. Growth rate of return (growth ROR), yaitu suatu tingkat suku bunga majemuk dimana investasi tumbuh.
b. Analisis rasio, baik menggunakan PVR atau BCR.
Individual ROR dan individual NPV tidak bisa digunakan untuk meranking proyek non-mutually exclusive, karena
individual NPV maupun ROR yang besar belum tentu mencerminkan alternatif terbaik.Analisis menggunakan net
value analysis (NPV,NAV,NFV) pada proyek non-mutually exclusive digunakan untuk memilih kombinasi proyek
yang menghasilkan nilai bersih kumulatif terbesar.
Jika pengusaha itu memiliki dana Rp 35 juta untuk pembelian mesin tersebut, dan dia juga mempunyai pilihan
untuk berinvestasi pada proyek lain yang memberi keuntungan 20%/tahun, mesin mana yang dipilih secara non-
mutually exclusive?
Jawab:
NPVA = -10 juta + 6 juta(P/A,20%,5) = -10 juta + 6 juta (2,991) = Rp 7,946 juta
NPVB = -25 juta + 10 juta(P/A,20%,5) = -25 juta + 10 juta (2,991) = Rp 4,910 juta
NPVC = -35 juta + 15 juta(P/a,20%,5) = -35 juta + 15 juta (2,991) = Rp 9,865 juta
Analisis:
Total harga mesin A + mesin B = Rp 35 juta, NPVA + NPVB= Rp 12,856 juta.
Harga mesin C = Rp 35 juta, NPVC = Rp 9,865 juta.
Kesimpulan: lebih menguntungkan membeli mesin A + mesin B.
-25jt - - - - -
FB = 74,42jt
Initial +Reinvest
0 1 2 3 4 5
Jawab:
Initial + -50jt - - - - - - -
Reinvest F= 148,21jt
0 1 2 3 4 5 6 7
Initial + -30jt - - - - - - -
Reinvest F=110,17jt
0 1 2 3 4 5 6 7
Initial + -20jt
Reinvest F = 67,43jt
0 1 2 3 4 5 6 7
7.1. Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalamkonsep
akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh
waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Faktor-faktor penyebab depresiasi:
Keausan atau penurunan performa mesin/alat akibat pemakaian (physical degradation).
Perkembangan teknologi yang menghasilkan mesin/alat yang lebih efisian dan ekonomis (functional
depreciation).
Tabel 7.1. Masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud menurut UU No. 36 Tahun 2008
Besarnya depresiasi dari tahun pertama sampai tahun ke–t adalah tetap:
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
d = tingkat/laju depresiasi tahunan
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
N = umur aset (dalam satuan tahun)
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-1:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkanmasa pakai mesin tersebut selama 5
tahun.Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode straigth line dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 dari
mesin tersebut.
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Tingkat/laju depresiasi per tahun:
d = 100%/5 = 20%
Nilai depresiasi tiap tahun:
Dt = (P-S)/N
= ($ 10,000 – $ 1,000)/5= $ 1,800
Nilai bukuakhir tahun ke-1 sampai ke-5:
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
d = tingkat/laju depresiasi tahunan
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
N = umur aset (dalam satuan tahun)
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-2:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5
tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode declining balance dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-
5 dari mesin tersebut.
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
𝐧(𝐧+𝟏)
Jumlah digit tahun adalah: 𝐒𝐎𝐘𝐃 = 𝟐
𝐧−(𝐭−𝟏)
Besarnya depresiasi tahun ke–t adalah: 𝐃𝐭 = (𝐏 − 𝐒)
𝐒𝐎𝐘𝐃
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
SOYD = jumlah digit tahun
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
N = umur aset (dalam satuan tahun)
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-3:
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
Contoh 7-4:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5
tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai depresiasi
dengan metode sinking fund dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 mesin tersebut, jika i =20%.
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
i = 20%
Sedangkan nilai buku (book value) pada tahun ke-t adalah: BVt = P(t-1) - Dt
Dimana:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-5:
Perusahaan tambang pasir PT Galunggung membeli satu unit excavator seharga Rp 700 juta. Berdasarkan
spesifikasi teknis excavator tersebut mampu menambang pasir sebanyak 50.000 m 3 dan nilai sisa pada akhir
umur ekonomisnya diperkirakan Rp150 juta.
Perencanaan produksi pasir perusahaan ABC adalah sebagai berikut:
Tahun ke- Produksi (m3)
1 4.000
2 6.000
3 10.000
4 10.000
5 15.000
6 5.000
Ʃ 50.000
Hitung nilai depresiasi tahunan excavator tersebut dengan metode unit produksi.
Jawab:
P = Rp 700 juta
S = Rp 150 juta
Nilai depresiasi tahun ke-1 sampai tahun ke-6:
Dt = (Produksi/Ʃproduksi)(P-S)
D1 = (4.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 44 juta
D2 = (6.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 66 juta
D3 = (10.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 110 juta
D4 = (10.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 110 juta
D5 = (15.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 165 juta
D6 = (5.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 55 juta
Hasil hitungan depresiasi dan nilai buku disajikan pada tabel berikut:
Tahun ke- Produksi (m3) Depresiasi Nilai buku
1 4.000 Rp 44 juta Rp 656 juta
2 6.000 Rp 66 juta Rp 590 juta
3 10.000 Rp 110 juta Rp 480 juta
4 10.000 Rp 110 juta Rp 370 juta
5 15.000 Rp 165 juta Rp 205 juta
6 5.000 Rp 55 juta Rp 150 juta
Ʃ 50.000
7.2. Deplesi
Sumber daya alam juga termasuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap lainnya, sumber daya alam setelah
dieksploitasi kemudian diolah terus-menerus maka lama kelamaan sumber daya alam akan habis. Oleh karena
itu perlu ada pembebanan biaya yang mirip dengan persediaan.
Deplesi adalah suatu bentuk potongan pajak atas berkurangnya sumberdaya alam (cadangan mineral atau
kekayaan hutan) yang diberikan selama umur ekonomis cadangan tersebut. Perhitungan deplesi dilakukan
setiap tahun.
Ada dua metode perhitungan deplesi untuk mineral, minyak, dan gas, yaitu:
a. Cost depletion
b. Percentage depletion
Sedangkan untuk menghitung deplesi hasil hutan biasanya menggunakan metode cost depletion.
% deplesi
Hasil yang lebih kecil Pilih metode deplesi yang
merupakan percentage menghasilkan pengurangan
depletion yang diijinkan pajak lebih besar.
Batas % deplesi:
50% untuk mineral Cost depletion
100% untuk minyak dan gas
Dimana:
Contoh 7-6:
Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000ounces.
Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas
diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun.Hitunglah cost depletion
tahun ke-1 dan tahun ke-2.
Jawab:
Cost depletion tahun ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500
Cost depletion tahun ke-2 = ($150.000-$7.500)(50.000 ounces / 950.000 ounces) = $7.500
Contoh 7-7:
Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000 ounces.
Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas
diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun dengan harga jual
$29/ounce setelah royalti.Diasumsikan tingkat deplesi untuk emasadalah 15% dari pendapatan bersih.Hitunglah
percentage depletion tahun ke-1 dan tahun ke-2.
Keterangan:
*)Karena hasil percentage depletion 15% adalah $217.500 lebih kecil daripada batas 100% percetage depletion,
maka diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi. Pada tahun ke-2 jika pendapatan dan
pengurangan diasumsikan sama seperti tahun ke-1, maka batas percentage depletion juga sama, sehingga
diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi.
**)Cost depletion tahun ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500, lebih kecil daripada
percentage depletion sehingga perusahaan memilih percentage depletion untuk pengurangan deplesinya.
Basis biaya untuk perhitungan cost depletion tahun ke-2 harus disesuaikan untuk pengurangan aktual deplesi
yang diambil.
Cost depletion tahun ke-2 = ($150.000-$217.500)(50.000/950.000) < 0.
Sehingga pada tahun ke-2 metode cost depletion juga tidak digunakan untuk pengurangan deplesi. Dengan
kata lain percentage depletion digunakan lagi untuk menghitung deplesi pada tahun ke-2.
Jika biaya pengembangan seluruhnya (100%) digunakan untuk pengurangan pendapatan sebelum pajak,
maka tidak ada amortisasi.
Contoh 7-9:
Seorang investor akan mengembangkan suatu pertambangan. Biaya pengembangan sebesar $1 juta yang
diadakan pada bulan juli (bulan ke-7) tahun ini (tahun ke-0). Jika amortisasi yang diijinkan adalah 30% dari biaya
pengembangan dan periode amortisasi di atas 60 bulan, hitunglah pengurangan pajak yang diijinkan.
Jawab:
Basis amortisasi = 30% x $1.000.000 = $300.000
Jangka waktu dari bulan ke-7 sampai bulan ke-12 tahun ke-0 adalah 6 bulan, sehingga amortisasi yang diambil
pada tahun ke-0 adalah 6/60, tahun ke-1 sampai ke-4 adalah 12/60, dan tahun ke-5 adalah 6/60.
Tahun ke- Pengurangan amortisasi
0 (6/60) ($300.000) = $30.000
1-4 (12/60) ($300.000) = $60.000
5 (6/60) ($300.000) = $30.000
Dalam industri pertambangan dikenal adanya pungutan yang bisa digunakan sebagai
pengurang/potongan(deduction) pendapatan sebelum pajak, antara lain:
Royalti, yaitu suatu bentuk kompensasi atas diberikannya hak istimewa untuk mengembangkan atau
memproduksi mineral atau migas. Kompensasi berupa pembagian keuntungan dari nilai mineral yang
diekstraksi.
Severance tax (mining tax), yaitu pajak negara atas pengambilan sumberdaya alam yang perhitungannya
berdasarkan nilai/jumlah produksi aktual.
Property tax (ad valorem tax), yaitu retribusi yang dipungut oleh otoritas perpajakan atas kekayaan baik
yang berupa barang bergerak maupun tidak bergerak.
Di samping itu potongan pajak juga berasal dari penyusutan atau penurunan nilai sebuah aktiva yang memilki
umur manfaat. Penyusutan adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan, karena
merupakan potongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan
penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Jenis-jenis penyusutandalam industri pertambangan yaitu:
a. Depresiasi digunakan untuk aktiva tetap.
b. Amortisasi digunakan untuk aktiva tidak berwujud.
c. Deplesi digunakan untuk aktiva sumber daya Alam.
Dari sudut kepentingan pajak investor, metode tercepat dari pengurangan biaya adalah untuk mengeluarkan
atau mengurangi pajak secara penuh pada tahun dikeluarkan. Hal ini disebabkan semakin cepat diperoleh
pemotongan pajak, semakin cepat diperoleh keuntungan dari pemotongan tersebut sehingga akan
memperbaiki ekonomi proyek. Akan tetapi hukum pajak seringkali tidak mengijinkan hal yang demikian.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Produksi (ounces/th) - 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Harga jual ($/ounce) - 30 33 36,30 39,93 43,92
Biaya produksi ($/th) - 1.000.000 1.080.000 1.166.000 1.260.000 1.360.000
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalti (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
Net income 0 1.550 1.725 1.919 2.134 2.373
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost1) -3.400 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.400 1.550 1.725 1.919 2.134 2.673
Keterangan:
1)Capital cost = working capital+acquisition rigths +depreciable equipment+development.
= $300 + $900 + $1.000 + $1.200 = $3.400
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost -1.200 0 0 0 0 0
-Depreciation1) 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Cost depletion2) 0 -180 -180 -180 -180 -180
Taxable income -1.200 1.140 1.315 1.510 1.724 1.963
-Tax (30%)3) 360 -342 -394,5 -453 -517,2 -588,9
Net income -840 798 920,5 1.057 1.206,8 1.374,1
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 180 180 180 180 180
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost4) -2.200 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.040 1.178 1.300,5 1.437 1.586,8 2.054,1
Keterangan:
1)Deprecition tahun ke-n = (P-S)/n
= (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
Mineral yang diambil dan dijual selama tahun berjalan
2)Cost depletion = Basis penyesuaian x
Mineral yang ditemukan pada awal tahun
Cost depletion th-1 = ($900.000)(100.000 ounces / 500.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th-2 = ($900.000-$180.000)(100.000 ounces / 400.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th-3 = ($720.000-$180.000)(100.000 ounces / 300.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th-4 = ($540.000-$180.000)(100.000 ounces / 200.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th-5 = ($360.000-$180.000)(100.000 ounces / 100.000 ounces) = $180.000
4)Tax (30%), jika taxable income negatif maka dianggap sebagai saving.
5)Capital cost = working capital+acquisition rigths +depreciable equipment.
= $300.000 + $900.000 + $1.000.000 = $2.200.000
c. Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode percentage depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost -1.200 0 0 0 0 0
-Depreciation1) 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Percentage depletion2) 0 -382 -421 -463 -509 -560
Taxable income -1.200 938 1.074 1.227 1.395 1.583
-Tax (30%)3) 360 -281,4 -322,2 -368,1 -418,5 -474,9
Net income -840 656,6 751,8 858,9 976,5 1.108,1
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 382 421 463 509 560
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost4) -2.200 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.040 1.238,6 1.372,8 1.521,9 1.685,5 2.168,1
d. Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost
depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost1) -840 0 0 0 0 0
-Amortization2) -72 -72 -72 -72 -72 0
-Depreciation3) 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Cost depletion4) 0 -180 -180 -180 -180 -180
Taxable income -912 1.068 1.243 1.438 1.652 1.963
-Tax (30%)5) 273,6 -320,4 -372,9 -431,4 -495,6 -588,9
Net income -638,4 747,6 870,1 1.006,6 1.156,4 1.374,1
+Amortization 72 72 72 72 72 0
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 180 180 180 180 180
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost6) -2.560 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.126,4 1.199,6 1.322,1 1.458,6 1.608,4 2.054,1
Keterangan:
1)Development cost = 70% x $1.200 = $840
2)Amortisasi tahun ke-n = 30% (dev. cost)/periode amortisasi
= 30% (1.200.000)/5 = $72.000 (tetap sampai tahun ke-5)
3)Deprecition tahun ke-n = (P-S)/n
= (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
e. Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost -840 0 0 0 0 0
-Amortization -72 -72 -72 -72 -72 0
-Depreciation 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Percentage depletion 0 -382 -421 -463 -509 -560
Taxable income -912 866 1.002 1.155 1.323 1.583
-Tax (30%) 273,6 -259,8 -300,6 -346,5 -396,9 -474,9
Net income -638,4 606,2 701,4 808,5 926,1 1.108,1
+Amortization 72 72 72 72 72 0
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 382 421 463 509 560
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost -2.560 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.126,4 1.260,2 1.394,4 1543,5 1.707,1 2.168,1
Keterangan:
1)Development cost = 70% x $1.200 = $840
2)Amortisasi tahun ke-n = 30% (dev. cost)/periode amortisasi
= 30% (1.200.000)/5 = $72.000 (tetap sampai tahun ke-5)
3)Deprecition tahun ke-n = (P-S)/n
= (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
4)Percentage depletion diperbolehkan jika nilainya lebih kecil dari batas deplesi maksimal:
Batas deplesi maksimal = 50% x taxable income befofe depletion
Batas deplesi th-1 = 50%(2.550.000 - 1.000.000 - 30.000 - 0 – 72 - 200.000) = $588
Batas deplesi th-2 = 50%(2.805.000 - 1.080.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $675,5
Batas deplesi th-3 = 50%(3.086.000 - 1.166.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $773
Batas deplesi th-4 = 50%(3.394.000 - 1.260.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $880
Batas deplesi th-5 = 50%(3.733.000 - 1.360.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $999,5
Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap cashflow dilakukan analisis NPV, ROR, PVR atau BCR, dan PBP
pada discount rate tertentu (misal, i=20%)
a. Cashflow sebelum pajak (x$1000)
NPV = ∑ PW revenue - ∑ PW cost
NPVA =1.550(P/F,20%,1)+1.725(P/F,20%,2)+1.919(P/F,20%,3)+2.134(P/F,20%,4) +2.673(P/F,20%,5) - 3.400
= 1.550(0,833) + 1.725(0,694) + 1.919(0,579) + 2.134(0,482) + 2.673(0,402) - 3.400
= 2.303,5
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVA = $2.303,5
2.303,5
Untuk i = 50%, diperoleh NPVA = -$257,9
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(2.303,5-0) = (50%-20%)/(2.303,5-(-257,9)) 0
50%
20% ROR=?
RORA = 20% + (50%-20%)((2.303,5/(2.303,5+257,9))
=46,98% -257,9
BCRA = PVRA + 1
= 0,68 + 1 = 1,68
b. Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung
dengan metode cost depletion.
NPV = ∑ PW revenue - ∑ PW cost
NPVB =1.178(P/F,20%,1)+1.300,5(P/F,20%,2)+1.437(P/F,20%,3)+1.586,8(P/F,20%,4) +2.054,1(P/F,20%,5)-3.400
= 1.178(0,833) + 1.300,5(0,694) + 1.437(0,579) + 1.586(0,482) + 2.054(0,402) - 3.400
= $907
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVA = $907
907
Untuk i = 35%, nilai NPVA = -$294
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(907-0) = (35%-20%)/(907-(-294)) 0
20% 35%
RORB = 20% + (35%-20%)((907/(907+294)) ROR=?
= 31,33% -294
BCRB = PVRB + 1
= 0,27 + 1 = 1,27
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cum. CF(−)terakhir
PBP = tahun Cum. CF(−)terakhir + │ │
CF(+)th berikutnya
−683,6
PBP = 3 + │ │
765,2
= 3 + 0,89 = 3,89 tahun.
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVC = $1.150,4
1.150,4
Untuk i = 35%, nilai NPVC = -$119,7
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
0
(ROR-20%)/(1.150,4-0) = (35%-20%)/(1.150,4-(-119,7)) 20% 35%
ROR=?
RORC = 20% + (35%-20%)((1.150,4/(1.150,4+119,7))
-119,7
= 33,59%
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cum. CF(−)terakhir
PBP = tahun Cum. CF(−)terakhir + │ │
CF(+)th berikutnya
−533,8
PBP = 3 + │ │
812,8
= 3 + 0,66 = 3,66 tahun.
d. Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost
depletion.
NPV = ∑ PW revenue - ∑ PW cost
NPVD =1.199,6(P/F,20%,1)+1.322,1(P/F,20%,2)+1.458,6(P/F,20%,3)+1.608,4(P/F,20%,4)+2.054,1(P/F,20%,5) - 3.126,4
= 1.199,6(0,833) + 1.322,1(0,694) + 1.458,6(0,579) + 1.608,4(0,482) + 2.054,1(0,402) - 3.126,4
= $1.236,6
BCRD = PVRD + 1
= 0,4 + 1 = 1,4
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cum. CF(−)terakhir
PBP = tahun Cum. CF(−)terakhir + │ │
CF(+)th berikutnya
−364,5
PBP = 3 + │ │
775,7
= 3 + 0,47 = 3,47 tahun.
e. Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
NPV = ∑ PW revenue - ∑ PW cost
NPVE = 1.260,2(P/F,20%,1)+1.466,4(P/F,20%,2)+1.543,5(P/F,20%,3)+1.707,1(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5) - 3.126,4
= 1.260,2(0,833) + 1. 466,4(0,694) + 1. 543,5(0,579) + 1. 707,1(0,482) + 2. 168,1(0,402) - 3.126,4
= $1.529,9
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh NPVE = $1.529,9
1.529,9
Untuk i = 40%, nilai NPVE = -$329,1
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
0
(ROR-20%)/(1.529,9-0) = (45%-20%)/(1.529,9-(-329,1)) 45%
20% ROR=?
RORE = 20% + (45%-20%)((1.529,9/(1.529,9+329,1))
-329,1
= 40,6%
BCRE = PVRE + 1
= 0,5 + 1 = 1,5
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
Cum. CF(−)terakhir
PBP = tahun Cum. CF(−)terakhir + │ │
CF(+)th berikutnya
−164,7
PBP = 3 + │ │
823,3
= 3 + 0,20 = 3,20 tahun.
Kesimpulan:
Investasi yang tidak dikenakan pajak memberikan keuntungan terbesar secara ekonomi.Semakin besar
pengurangan pajak di awal tahun, semakin besar pula keuntungan yang bisa diperoleh kaitannya dengan
ekonomi proyek.
Pada gambar di atas terlihat captal recovery cost mengalami penurunan seiring bertambahnya umur mesin,
sementara biaya operasi dan perawatan mengalami kenaikan seiring bertambahnya umur mesin. Pada
awalnya total biaya menurun sampai pada umur mesin tertentu kemudian bergerak naik. Titik dimana total
biaya adalah minimum disebut umur economi dari suatu aset.
Contoh 9-1:
Sebuah perusahaan bermaksud mengganti peralatan dengan biaya awal $4.000 dengan nilai sisa nol.
Berdasarkan pengalaman biaya perawatan selama tahun ke-1 adalah nol dan setelah itu akan naik $200/th.
Kapan peralatan tersebut akan diganti jika i = 12%?
Sewa (leasing) adalah suatu alternatif penggunaan aset selama periode tertentu tanpa harus memilikinya. Akan
tetapi secara analisis sewa bisa berbentuk sebagai berikut:
a. Operating lease (sewa operasi), adalah perjanjian sewa atas penggunaan aset oleh penyewa (lessee/user)
selama periode tertentu yang disepakati (aplikasi sehari-hari seperti menyewa mobil di rental).
Ketentuan dalam operating lease adalah sebagai berikut:
Pihak pemilik (lessor) menguasai kepemilikan aset secara penuh.
Pihak pemilik menanggung biaya perawatan dan perbaikan aset.
Pihak penyewa bisa membatalkan perjanjian karena alasan tertentu,tetapi harus membayar pinalti.
Pembayaran operating lease dapat digunakan seluruhnya untuk pengurang penghasilan pajak pada
saat pembayaran tersebut dilakukan.
Karena penyewa tidak punya kepemilikan apapun atas aset yang disewa, maka tidak ada capital
cost, depresiasi, dan nilai sisa aset di pihak penyewa.
Contoh 9-2:
Analisislah alternatif pengadaan aset berikut ini untuk waktu dua tahun dengan asumsi MARR = 15%, income tax
rate = 40%, depresiasi straigth line dengan umur aset 2 tahun, dan kondisi expense against other income.
A) Pembelian tunai
C=350 - L=150
0 1 2
B) Operating lease
LP=60 LP=120 LP=60
0 1 2
C) Capital lease L=150
LP=100 LP=200 LP=100
0 1 2
D) Pembelian dengan 80% dana berasal dari pinjaman, bunga pinjaman = 9%/th
C=350 L=150
B=280 MP=159 MP=159
0 1 2
Keterangan:
Semua nilai dikali $1.000, C = capital cost (biaya modal), L = salvage value (nilai sisa), LP = lease payment
(pembayaran sewa), B = borrowed money (uang yang dipinjam), MP = mortgage payment (pembayaran
angsuran).
Jawab:
Semua hitungan dalam ribuan dollar.
A) Analisis cashflow pembelian tunai
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 150
-Depreciation* 0 -100 -100
Taxable income 0 -100 -100
-Tax 40% ** 0 40 40
Net income 0 -60 -60
+Depreciation 0 100 100
-Capital cost -350 0 0
Cashflow -350 40 40
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 0
-Lease payments -60 -120 -60
Taxable income -60 -120 -60
-Tax 40% * 24 48 24
Net income -36 -72 -36
-Capital cost 0 0 0
Cashflow -36 -72 -36
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 150
-Interest1) 0 -24 -8
-Depreciation2) 0 -109 -109
Taxable income 0 -133 33
-Tax 40%3) 0 53 -13
Net income 0 -80 20
+Depreciation 0 109 109
-Capital cost4) -100 -176 -92
Cashflow -100 -147 37
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 150
-Interest1) 0 -25 -13
-Depreciation2) 0 -100 -100
Taxable income 0 -125 37
-Tax 40% 3) 0 50 -15
Net income 0 -75 22
+Depreciation 0 100 100
+Loan amount 80% 280 0 0
-Principal payment4) 0 -134 -146
-Capital cost -350 0 0
Cashflow -70 -109 -24
Keterangan:
Karena aset tersebut menjadi milik pembeli setelah pembayaran angsuran lunas, maka ada capital cost, ada
depresiasi, dan ada salvage value.
Seluruh pembayaran angsuran dibawa ke nilai sekarang (PW of capital lease payment) dengan diskon sesuai
bunga pinjaman (dalam kasus ini i = 9%)
PW cap. lease payment = 100 + 200(P/F,9%,1) + 100(P/F,9%,2)
= 100 + 200(0,9174) + 100(0,8417) = $368
Pada umumnya investasi dalam proyek berlaku untuk jangka waktu yang panjang. Selama jangka waktu
tersebut mungkin terdapat perubahan dari iklim usaha yang sulit diramalkan, karena banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal dari proyek atau perusahaan. Adanya unsur-
unsur ketidakpastian dalam jangka waktu tertentu harus diperhitungkan dalam analisis ekonomi agar diperoleh
hasil yang lebih akurat.
Jawab:
Cashflow dari proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Investasi -$150.000 0 0 0 0 0
Manfaat 0 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000
Biaya operasi 0 -$50.000 -$50.000 -$50.000 -$50.000 -$50.000
Nilai sisa 0 0 0 0 0 $70.000
Untuk MARR = 20%, dan umur investasi 5 tahun:
NPV = -Investasi awal + Manfaat/th (P/A,20%,5) – Biaya/th (P/A,20%,5) + Nilai sisa (P/F,20%,5)
NPV = -150.000 + 100.000(P/A,20%,5) -50.000(P/A,20%,5)+ 70.000(P/F,20%,5)
NPV = -150.000 + 100.000(2,9906) - 50.000(2,9906) + 70.000(0,4019) = $27.663
Investasi awal ($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
90.000 -40 87.663 217
120.000 -20 57.663 108
150.000 0 27.663 0
180.000 +20 -2.337 -108
210.000 +40 -32.337 -217
Manfaat/th($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
60.000 -40 -91.961 -432
80.000 -20 -32.149 -216
100.000 0 27.663 0
120.000 +20 87.475 216
140.000 +40 147.287 432
Biaya operasi/th($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
30.000 -40 87.475 216
40.000 -20 57.569 108
50.000 0 27.663 0
60.000 +20 -2.243 -108
70.000 +40 -32.149 -216
Nilai sisa($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
42.000 -40 16.410 -41
56.000 -20 22.036 -20
70.000 0 27.663 0
84.000 +20 33.290 20
98.000 +40 38.916 41
Umur proyek (n) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
3 -40 -4.166 -115
4 -20 13.196 -52
5 0 27.663 0
6 +20 39.718 44
7 +40 49.767 80
MARR (%) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
12 -40 69.958 153
16 -20 47.042 70
20 0 27.663 0
24 +20 11.147 -60
28 +40 -3.030 -111
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa pengaruh terhadap NPV akibat perubahan dari investasi awal, manfaat
tahunan, dan biaya operasi tahunan lebih signifikan daripada akibat perubahan nilai sisa. Dengan kata lain
pengaruh perubahan parameter-parameter yang dekat dengan tahun ke-0 lebih signifikan daripada pengaruh
akibat perubahan parameter yang terletak beberapa tahun berikutnya dari tahun ke-0.
Sedangkan perubahan umur proyek dan tingkat pengembalian minimum benar-benar menyebabkan
perubahan dalam keseluruhan cashflow.
500
Investasi awal
400
300 Manfaat/th
200
100 Biaya operasi/th
0
-40% -20% 0 +20% +40% Nilai sisa
-100
-200 Umur proyek
-300
-400 MARR
-500
Ketika suatu proyek terlihat baik dengan nilai optimis tetapi terlihat buruk dengan nilai pesimis, maka kajian lebih
lanjut terhadap ketidakpastian dan resiko proyek tersebut harus dilakukan.
Contoh 10-2:
Cashflow dari suatu proyek adalah sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Investasi $150.000 0 0 0 0 0
Manfaat 0 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000
Biaya operasi 0 $50.000 $50.000 $50.000 $50.000 $50.000
Nilai sisa 0 0 0 0 0 $70.000
Cashflow $150.000 $50.000 $50.000 $50.000 $50.000 $120.000
Jika rentang perubahan -20% dan +20% terjadi pada investasi awal, manfaat tahunan, biaya operasi, dan nilai
sisa, lakukan analisis sensitivitas untuk kondisi terbaik dan kondisi teburuk dengan umur proyek masing-masing 5
tahun dan MARR 20%.
Jawab:
Hasil analisis memperlihatkan bahwa proyek memuaskan (layak) pada kondisi terbaik dan pada kondisi yang
diharapkan, tetapi tidak memuaskan pada kondisi terburuk.
Contoh 10-3:
Andaikan dua mata uang yang seimbang dilempar, berapa nilai ekspektasi dan varian dari jumlah tampak
muka yang akan terjadi?
Jawab:
Misalnya:
M1 = uang logam pertama menunjukkan tampak muka
B1 = uang logam pertama menunjukkan tampak belakang
M2 = uang logam kedua menunjukkan tampak muka
B2 = uang logam kedua menunjukkan belakang
Jika x merupakan variabel acak yang menunjukkan banyaknya tampak muka yang muncul, akan diperoleh:
Contoh 10-4:
Dari contoh 10-3 andaikan diadakan aturan permainan sebagai berikut:
Jika tidak ada yang muncul maka kalah Rp 100,00
Jika tampak muka 1 yang muncul maka menang Rp 40,00
Jika tampak muka 2 yang muncul maka menang Rp 80,00
Maka nilai kemenangan atau keuntungan yang diharapkan (nilai ekspektasi) dari permainan tersebut jika
permainan berlangsung lama adalah:
E(keuntungan) = - Rp 100 (0,25) + Rp 40 (0,50) + Rp 80 (0,25) = Rp 15,00
Contoh 10-5:
Sebuah perusahaan dihadapkan pada dua keputusan apakah akan melakukan pemboran atau tidak
terhadap lahan pertambangan minyak yang dimilikinya. Jika dilakukan pemboran akan menelan biaya $1 juta
dengan kemungkinan gagal adalah 0,8 dan kemungkinan berhasil adalah 0,2,sedangkan perolehan discounted
NPV adalah $5 juta. Tentukan keputusan yang akan diambil dengan menggunakan pohon keputusan.
Jawab:
EMV membor = (0,8 x -$1 juta) + (0,2 x $5 juta) = $0,2 juta Kering
NPV = -$1 juta
EMV tidak megebor = 0 Probabilitas = 0,8
Keputusan: mengebor
membor
Produksi
NPV = $5 juta
Probabilitas = 0,2
tidak membor
NPV = 0