EKONOMI MINERAL
CATATAN KULIAH
EKONOMI MINERAL
3
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamiin, berkat kuasa dan kasih sayang ALLAH SWT akhirnya Catatan Kuliah Ekonomi
Mineral ini bisa diselesaikan.
Catatan Kuliah Ekonomi Mineral ini diperuntukkan bagi mahasiswa teknik tingkat diploma maupun sarjana yang
ingin mendapatkan pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar dan metodologi ekonomi teknik dalam proses
pengambilan keputusan investasi pada kegiatan perencanaan dan pengembangan proyek-proyek keteknikan,
khususnya pada industri pertambangan dan pengelolaan sumberdaya mineral.
Materi dalam catatan kuliah ini merupakan rangkuman dari berbagai referensi yang disajikan secara ringkas
dan mudah dipahami namun tetap mencakup esensi dari setiap teori yang berkaitan dengan ekonomi teknik.
Disamping itu disajikan pula contoh soal sederhana untuk membantu pemahaman materi.
Mengingat keterbatasan yang ada, maka catatan kuliah ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Oleh
karena itu masukan dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnannya. Tak lupa penyusun menghaturkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan catatan kuliah ini. Selain itu
penghargaan yang besar penyusun berikan kepada suami dan anak-anak yang tidak surut atas memberikan
doa, semangat, dan dukungan.
Mudah-mudahan catatan kuliah ini menjadi amal kebaikan penyusun dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya.
4
1. DEFINISI DAN KONSEP DASAR
Tujuan:
Memahami konsep ekonomi teknik dan aplikasinya dalam pengambilan keputusan investasi.
Memahami karakteristik industri pertambangan.
Memahami konsep nilai waktu uang dan kesetaraan.
Memahami konsep aliran kas.
Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi teknik tidak hanya berguna dalam analisis kelayakan dari aspek finansial
terhadap proyek-proyek keteknikan tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan investasi pada
umumnya.
Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100% (karena telah
dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar tetapi kemungkinan perolehannya kurang dari 100%.
Investasi diperlukan untuk memulai suatu usaha atau mempertahankan dan meningkatkan kapasitas
produksi suatu usaha yang sedang berjalan.
Tujuan dilakukannya investasi adalah untuk memperoleh nilai lebih/keuntungan di masa depan dari modal
yang diinvestasikan. Modal yang dimaksud dapat berupa uang, barang modal, tanah, bangunan, teknologi,
ataupun sesuatu yang tidak riil, misalnya hak paten atau kemampuan manajerial. Dalam bidang
pertambangan, kapital umumnya berupa deposit bahan tambang dan modal.
Keputusan investasi modal akan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kelangsungan
perusahaan untuk dapat berkompetisi ataupun untuk tetap berproduksi. Keputusan investasi yang salah
tidak saja dapat mengurangi keuntungan perusahaan tetapi juga dapat menghentikan kegiatan perusahaan
sama sekali.
Ketiga jenis analisis investasi ini mutlak harus dilakukan, karena sering terjadi suatu alternatif yang hasil
analisis ekonominya baik, ternyata tidak cukup baik jika dilihat dari analisis finansial dan intangible-nya.
Sebagai contoh, suatu proyek ditolak dari analisis finansial bila dana internalnya tidak mencukupi untuk
membiayai proyek dan juga tidak dapat memperoleh pinjaman dana dari luar dengan tingkat bunga yang
sesuai. Faktor intangible yang dapat mengakibatkan suatu proyek ditolak secara analisis ekonomi pada
umumnya adalah karena opini publik dan masalah lingkungan (polusi udara, tanah, dan air). Karenanya
pengaruh analisis finansial dan intangible terhadap analisis ekonomi harus diperhatikan secara seksama
karena analisis-analisis tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan alternatif
investasi.
Nilai sesuatu (termasuk uang) berubah seiring dengan berjalannya waktu. Perjalanan waktu pada umumnya
mengurangi nilai kecuali pada benda antik dan benda yang mempunyai umur layanan (service life) tak
terbatas, seperti tanah.
Beberapa hal yang menyebabkan nilai uang dipengaruhi oleh waktu adalah:
1. Uang memiliki purchasing power (daya beli).
Secara umum uang digunakan untuk melakukan transaksi, sehingga semua komoditi harus dinilai
berdasarkan nilai tukarnya terhadap uang.
Daya beli uang menurun disebabkan oleh:
Inflasi
Perubahan pola supply (pasokan) dan demand (permintaan)
Perubahan struktur ekonomi
Sebagai contoh harga premium sekarang Rp 6.500/liter, artinya 1 liter premium nilainya Rp
6.500.Beberapa tahun yang lalu harga premium masih Rp 4.500/liter, atau dikatakan nilai uang
mengalami penurunan terhadap premium.
2. Uang memiliki earning power (kemampuan menghasilkan).
Sejumlah uang yang disimpan di bank akan bertambah dengan adanya bunga. Sebagaimana meminjam
barang, bunga (interest) dianggap sebagai sewa atas pemakaian uang tersebut.
Sebagai contoh uang sejumlah Rp 10 juta yang disimpan di bank dengan bunga 20%/tahun dapat diambil
dalam beberapa cara, antara lain:
a. Disimpan hari ini dan baru diambil tahun depan dengan jumlah Rp 12 juta, dengan rincian pokok
simpanan Rp 10 juta ditambah bunga Rp 2 juta.
b. Diambil bunganya saja Rp 2 juta tiap tahun selama lima tahun, dan pada akhir tahun kelima pokok
simpanannya diambil. Jumlah uang yang diperoleh selama lima tahun tersebut adalah Rp 20 juta,
dengan rincian bunga Rp 2 juta x 5 = Rp 10 juta dan pokok simpanan Rp 10 juta.
c. Diambil dalam jumlah yang sama setiap tahunnya selama sepuluh tahun sebesar Rp 2,385 juta. Jumlah
uang yang diperoleh selama sepuluh tahun tersebut adalah Rp 23,85 juta, yaitu Rp 2,385 juta x 10.
Ketiga jumlah nominal uang tersebut yaitu Rp 12 juta, Rp 20 juta, dan Rp 23,85 juta pada dasarnya setara
dengan Rp 10 juta pada saat sekarang. Kesetaraan tersebut terjadi dengan penggunaan bunga 20% per
tahun.
Discounted cashflow adalah nilai cashflow yang dibawa ke nilai sekarang (present worth) sesuai dengan
discount rate yang diberikan. Istilah discount mengacu pada pengurangan nilai, yaitu jika sejumlah tertentu
uang dimasa datang dihitung nilainya sekarang maka nilai uang tersebut akan lebih kecil (berkurang).
Contoh 1-1:
Pada tahun awal (tahun ke-0) biaya yang dikeluarkan adalah Rp 10 juta. Tahun ke-1 dikeluarkan lagi biaya Rp
2 juta selain diterima pendapatan (revenue) Rp 3 juta. Pada tahun ke-2, 3, 4, dan 5 diperoleh pendapatan
masing-masing Rp 5 juta. Gambarkan undiscounted cashflow perusahaan tersebut dalam bentuk tabel dan
diagram.
Jawab:
Tabel undiscounted cashflow:
Diagram cashflow:
2 0 3
2.000.000 10.000.0000
Dari tabel di atas terlihat pada akhir tahun ke-5, proyek tersebut menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp 11.000.000.
Contoh 2-1:
PT Insan Kreatif mendapat pesanan bangku untuk suatu sekolah. Di pasaran harga bangku (S) sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diajukan sekolah itu adalah Rp 450.000/unit. Jika bangku itu dibuat sendiri maka
diperlukan biaya-biaya sebagai berikut:
Harga kayu = Rp 950.000/m3
Paku = Rp 20.000/kg
Bahan finishing = Rp 100.000/lt
Upah tukang = Rp 80.000/orang/hari
Upah pembantu tukang = Rp 50.000/orang/hari
Satu unit bangku membutuhkan 0,20 m3 kayu, 0,01kg paku, bahan finishing 0,1lt, dan diselesaikan selama
0,5 hari kerja oleh tukang ditambah1 hari kerja oleh pembantunya.Selain itu perusahaan memerlukan
bengkel kerja dengan biaya sekitar Rp 1,5 juta dan pengadaan peralatan kerja Rp 2,2 juta.
Kelompokkan biaya berdasarkan biaya tetap dan biaya variable. Hitunglah berapa jumlah minimal pesanan
bangku yang harus diterima perusahaan untuk mencapai titik impas (break even point/BEP)?
Jawab:
Biaya tetap:
Membangun bengkel kerja = Rp 1.500.000
Pengadaan alat kerja = Rp 2.200.000
Jumlah fixed cost (FC) = Rp 3.700.000
Biaya variable per unit bangku:
Bahan kayu = 0,2 m3 x Rp 950.000/m3 = Rp 190.000
Paku = 0,01kg x Rp 20.000/kg = Rp200
Bahan finishing = 0,1 lt x Rp 100.000/lt = Rp 10.000
Upah tukang = 0,5 hari x Rp 80.000/orang/hari = Rp 40.000
Upah pembantu tukang = 1 hari x Rp 50.000/orang/hari = Rp 50.000
Jumlah variable cost (VC) = Rp 290.200
Jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (BEP) adalah:
FC
BEP=
SVC
Rp 3.700 .000
BEP= =23,15 24 unit
Rp 450.000Rp 290.200
Secara umum biaya operasi dibagi menjadi tiga komponen biaya, yaitu:
1) Biaya operasi langsung
Biayaoperasi langsung merupakan biaya utama dan berkaitan langsungdenganproduk yang dihasilkan.
Walaupun komponen biaya operasi langsung dari satu tambang ke tambang yang lain bervariasi, akan
tetapi pada umumnya terdiri dari:
Upah pekerja (pekerja lapangan, pengawas lapangan, dan sebagainya)
Bahan bakar (bahan bakar, oli, dan sebagainya)
Royalti.
Persiapan daerah produksi/permukaan kerja
2) Biaya operasi tak langsung
Biaya operasi tak langsung adalah pengeluaran-pengeluaran yang tak terpengaruholeh produksi yang
dihasilkan. Biaya operasi langsung terdiri dari:
Gaji pekerja (administrasi, keamanan, teknisi, jurubayar, petugas kantor, bengkel dan sebagainya).
Asuransi.
Penyusutan alat.
Pajak.
Reklamasi daerah bekas tambang.
Perjalanan bisnis, rapat, sumbangan-sumbangan.
Keperluan kantor.
Humas dan sebagainya.
3) Biaya overhead
Biaya overhead dapat/tidak dapat dimasukkan sebagai ko mponen biaya operasi tetapi biaya-biaya ini
berpengaruh terhadap total biaya produksi walaupun umumnya mencerminkan biaya-biaya diluar
tambang/biaya-biaya perusahaan. Overhead biasanya dikelompokkan menjadi:
a. Penjualan.
b. Administrasi kantor pusat.
Contoh 3-1:
Seorang petani meminjam uang di KUD sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 10%/tahun dengan
perhitungan bunga sederhana. Berapa hutang yang harus dibayar pada akhir tahun keempat?
Jawab:
F = Rp 10.000.000 x (1 +(10% x 4))
= Rp 14.000.000
2. Bunga majemuk (compound interest), yaitu bunga yang dihasilkan dari pokok pinjaman dibungakan lagi
bersama-sama dengan pokok pinjaman.
I = P(1 + i)n-1 . i
Sehingga jumlah uang/pinjaman pada akhir periode (F) adalah:
F = Pokok + Bunga
= P + P(1 + i)n-1 . i
= P (1 + i)n
Contoh 3-2:
Dari kedua contoh di atas ternyata bunga majemuk nilainya lebih tinggi dari bunga sederhana. Dalam
pembahasan pemilihan alternatif atau evaluasi rencana investasi digunakan bunga majemuk.
Contoh 3-3:
Bank ABC membebankan suku bunga sebesar 1,25 % per bulan pada semua saldo rekening yang belum
terbayar. Berapakah suku bunga nominal dan suku bunga efekti per tahunnya?
Jawab:
Suku bunga periode (i) = 1,25% per bulan
Jumlah pemajemukan/th (m) = 12
Suku bunga nominal (r) = 1,25% x 12 = 15% per tahun
Suku bunga efektif (E) = (1 + (0,15/12))12 1 = 16,18% per tahun
Tabel 3.1. Tingkat suku bunga efektif per tahun dari berbagai suku bunga nominal.
Akan tetapi penggunaan magic number ini akan salah jika periode pemajemukan kurangdari tiga (n3) atau
suku bunga (i) di atas 30%
Contoh 3-4:
Berapa tahun uang yang disimpan di bank menjadi dua kali lipat jika suku bunga yang berlaku adalah 8%
per tahun?
Jawab:
n = 72/(8% x 100) = 9 tahun
Contoh 3-5:
Seorang ayah mendepositokan uang Rp 100 juta sekarang di bank dengan tingkat bunga 12%/ tahun. Uang
tersebut akan diambil pada akhir tahun kelima, saat anaknya akan masuk universitas. Berapa jumlah uang
yang akan diperoleh sang ayah?
Jawab:
F = Rp 100 juta (1 + 0,12)5
= Rp 100 juta (F/P )
12%, 5
Contoh 3-6:
Biaya masuk SMA favorit lima tahun mendatang diperkirakan Rp 30 juta. Untuk keperluan tersebut, seorang
ayah berniat membuka tabungan pendidikan yang memberikan bunga 18% per tahun. Berapa uang yang
harus disetorkan sekarang?
Jawab:
P = Rp 30 juta (1/(1 + 0,18)5)
= Rp 30 juta (P/F 18%, 5)
= Rp 30 juta (0,4371)= Rp 13.113.000
Contoh 3-7: F= ?
5 4 3
Seorang PNS menabung Rp 10 juta per tahun untuk keperluan investasi saat dia pensiun lima tahun yang
1 2 0
akan datang. Jika suku bunga yang diberikan bank 6% per tahun, berapa total uang yang dia kumpulkan
sampai akhir tahun ke-5?
Jawab: A
5
F = Rp 10 juta ((1 + 0,06) 1)/ 0,06
= Rp 10 juta (F/A6%, 5)
= Rp 10 juta (5,6371)= Rp 56.371.000
Contoh 3-8:
Jika kita ingin memiliki uang $ 1000 pada akhir tahun keenam, berapa uang yang harus kita depositokan
setiap tahunnya, jika suku bunga deposito itu 10%/tahun?
F= $1000
6 .. ..
Jawab:
1 .. 0
A = $1000 (0,1/((1 + 0,1)6 -1))
= $ 1000 (A/F10%,6)
= $ 1000 (0,12961)= $ 129,61 A
3.5.5. Capital-recovery
Contoh 3-9:
Untuk ekspansi bisnisnya seorang pengusaha meminjam uang di bank sebesar Rp 100 juta dengan suku
bunga 5% per tahun untuk jangka waktu 10 tahun. Berapa angsuran yang dibayar pengusaha tersebut
setiap tahunnya?
P=Rp 100 jt
Jawab:
0 1 .. .. .. 10
A = Rp 100 juta {(0,05(1+0,05)10) / ((1+0,05)10 1)}
= Rp 100 juta (A/P5%,10)
= Rp 100 juta (0,1295)= Rp 12.950.000/tahun A A A A A
A=?
3.5.6. Uniform series present-worth
Digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah pembayaran yang seragam setiap akhir tahun
selama periode tertentu dan suku bunga tertentu.
Contoh 3-10:
Sebuah dealer menawarkan mobil dengan uang muka Rp 10 juta dan sisanya dapat diangsur Rp 2 juta/bulan
selama 100 bulan. Bila bunga yang diberlakukan dealer tersebut adalah 1%/bulan, berapa harga mobil itu
jika dibayar tunai saat ini?
Jawab: P=?
Nilai sekarang dari total angsuran: 100
0 1 .. .. ..
P = Rp 2 juta (P/A )
1%,100
= Rp 2 juta (63,029)
= Rp 126.038.000 A A A A A
A=
Harga mobil tersebut = uang muka + total angsuran
2jt/bln
H = Rp 10 juta + Rp 126.038.000
= Rp 136.038.000
Contoh 3-11:
Biaya operasi dan pemeliharaan suatu mesin produksi dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 berturut-turut
adalah Rp 5 juta, Rp 7,5 juta, Rp 10 juta, Rp 12,5 juta, dan Rp 15 juta. Berapa biaya tersebut per tahunnya
jika diketahui tingkat suku bunga adalah 20% per tahun.
Jawab:
A = B + g (A/G i,n)
= Rp 5 juta + Rp 2,5 juta (A/G )
20%,5
Kelayakan suatu investasi (proyek) dari aspek ekonomi dapat dianalisis berdasarkan manfaat (benefit) dan
biaya (cost). Suatu proyek dikatakan layak untuk dikerjakan jika manfaat yang diberikan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan. Untuk menilai keekonomian suatu proyek perlu dilihat seluruh pengeluaran
dan pendapatan sepanjang umur proyek tersebut (life cycle analysis), bukan hanya dengan melihat biaya
per satuan produksi di tahun tertentu.
Indikator keuntungan yang digunakan dalam pengambilan keputusan seyogyanya mempunyai ciri-ciri:
1. Dapat dengan tepat dalam membandingkan dan mengelompokkan kesanggupan memberikan
keuntungan (profitability) dari kesempatan-kesempatan penanaman modal.
2. Mencerminkan nilai waktu dari modal perusahaan dan secara realistis merupakan masukan bagi
kebijaksanaan fiskal dari perusahaan, termasuk investasi kembali di masa yang akan datang.
3. Dapat menunjukkan keuntungan meskipun sekecil-kecilnya.
4. Mencakup pernyataan-pernyataan kuantitatif dari resiko.
5. Menggambarkan faktor-faktor lain, seperti hasil-hasil gabungan, resiko, dan kekayaan perusahaan bila
mungkin.
Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek/investasi antara lain:
a. Net present value (NPV)
b. Rate of return (ROR)
c. Present value ratio (PVR) atau Benefit-cost ratio (BCR)
d. Payback period (PBP)
Pada dasarnya untuk analisis investasi tunggal, semua indikator tersebut akan memberikan hasil keputusan
yang konsisten satu sama lain, tetapi informasi spesifik yang dihasilkan tentu akan berbeda. Sehingga dalam
prakteknya beberapa indikator sering digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang
lebih komprehensif.
Contoh 4-1:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan NPV jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
NPV = PW revenue - PW cost
= 20(P/F,10%,1)+30(P/F,10%,2)+20(P/F,10%,3)+40(P/F,10%,4)+40(P/F,10%,5)-100
Contoh 4-2:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan ROR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
ROR adalah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 10% diperoleh NPV = 10,156 (perhitungannya seperti contoh 4.1)
Untuk i = 15%, nilai NPV adalah:
PW net CF
NPV
PVR=
Contoh 4-3:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan PVR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
PVR = NPV/PW net CF (-)
= 10,156/-100= 0,10
Karena PVR>0, maka proyek tersebut layak.
Contoh 4-4:
Suatu proyek memiliki aliran kas sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan BCR jika diketahui MARR = 10%.
Jawab:
BCR = PW net CF(+)/PW net CF (-)
= 20(P/F,10%,1)+30(P/F,10%,2)+20(P/F,10%,3)+40(P/F,10%,4)+40(P/F,10%,5) / -100
= 110,156/100
= 1,10
Atau
BCR = PVR + 1
= 0,10 + 1 = 1,10
Karena BCR>1, maka proyek tersebut layak.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1.000.000) -100 20 30 20 40 40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan undisconted dan discounted PBP jika diketahui MARR =
10%.
Jawab:
a. Simple PBP
Terlebih dulu menghitung aliran kas kumulatifnya:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Aliran kas (x Rp 1 juta) -100 20 30 20 40 40
Aliran kas kumulatif (x Rp 1 juta) -100 -80 -50 -30 10 50
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
terakhir
+
th berikutnya
CF
Cum .CF
terakhir +
PBP=tahun Cum .CF
30
PBP=3+
40 = 3 + 0,75= 3,75 tahun.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Discounted CF (x Rp 1 juta) -100 18,182 24,792 15,026 27,320 24,836
Cummulatif DCF (x Rp 1 juta) -100 -81,818 -57,026 -42,000 -14,680 10,156
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-4 dan ke-5, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
14,680
PBP=4 +
24,836 = 4 + 0,59 = 4,59 tahun.
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat berbagai alternatif yang dapat dipilih. Pertimbangan untuk memilih alternatif yang terbaik
adalah yang membutuhkan biaya minimum atau yang menghasilkan keuntungan maksimum atau yang
waktu pengembalian investasinya paling singkat.
Analisis mutually exclusive adalah menganalisis beberapa alternatif dimana hanya ada satu alternatif yang
akan dipilih, yaitu alternatif yang akan menghasilkan pelayanan (service) terbaik, atau yang akan
memperbaiki, memperluas, mengembangkan operasi yang ada, atau yang akan menghasilkan pemasukan
(income) terbesar. Alternatif yang dipilih adalah yang mempunyaiROR, NPV, BCR, atau PVR yang paling
tinggi dibandingkan alternatif yang lain. Akan tetapi terkadang suatu alternatif mempunyai ROR yang lebih
tinggi dibanding alternatif yang lain tetapi NPV nya lebih rendah. Untuk kondisi tersebut maka indikator
kelayakan tersebut harus dihitung nilai inkrementalnya.
Contoh 5-1:
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di area penambangan, investor bermaksud membeli generator listrik. Ada
tiga alternatif generator listrik yang ditawarkan oleh penjual, dengan biaya dan manfaat sebagai berikut:
Merek generator X Y Z
Harga (x Rp 1 juta) 17 25 28
Biaya operasi dan perawatan (x Rp 1 juta) 8 6 5
Nilai manfaat/tahun (x Rp 1 juta) 13 13 13
Nilai sisa (x Rp 1 juta) 5 8 14
Ketiga generator tersebut dibeli pada tahun ini (tahun ke-0) dan akan digunakan pada tahun depan (tahun
ke-1) serta memiliki umur pemakaian yang sama yaitu 5 tahun.Jika hanya satu generator yang akan dibeli,
tentukan generator mana yang paling menguntungkan dengan asumsi MARR 14%/tahun.
Jawab:
0 1 ........................... 4 5
CFX0 = -17 juta CFX1 = 5 juta CFX4 = 5 juta CFX5 = 10 juta
Alternatif Y:
OCy = 6 juta
OCy = 6 juta OCy = 6 juta Iy = 13 juta
Cy = 25 juta Iy = 13 juta Iy = 13 juta Ly = 8 juta
0 1 ........................... 4 5
CFY0 = -25 juta CFY1 = 7 juta CFY4 = 7 juta CFY5 = 15 juta
Alternatif Z:
OCZ = 5 juta
OCZ = 5 juta OCZ = 5 juta IZ = 13 juta
CZ = 28 juta IZ = 13 juta IZ = 13 juta LZ = 14 juta
0 1 ........................... 4 5
CFZ0 = -28 juta CFZ1 = 8 juta CFZ4 = 8 juta CFZ5 = 22 juta
Kemudian urutkan alternatif dari yang mempunyai investasi terkecil sampai yang mempunyai investasi
terbesar, dengan cara membuat tabel cashflow masing-masing alternatif dan inkrementalnya:
Terbukti dengan menganalisis secara inkremental maka semua indikator tersebut memberikan hasil yang
sama/konsisten (generator Z paling layak untuk dipilih).
Alternatif A:
0 1 2 LA
CB OCB1 OCB2 OCB3
LB
Alternatif B:
0 1 2 3
Contoh 5-1:
Seorang investor dihadapkan pada pilihan untuk menjual bukit karst miliknya seharga Rp 150 juta atau
mengembangkan lahan tersebutdengan investasi Rp 300 juta pada tahun ke-0 dan Rp 400 juta pada tahun
ke-1 akan menghasilkan keuntungan tetap dari tahun ke-2 sampai tahun ke-10 sebesar Rp 200 juta. Jika
MARR yang ditetapkan adalah 15%, keputusan mana yang paling menguntungkan secara ekonomi?
Jawab:
Diagram cash flow masing-masing alternatif adalah:
Alternatif A (mengembangkan lahan):
-300 -400 200 200 200 200 200 200 200 200 200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
150 - - - - - - - - - -
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-450 -400 200 200 200 200 200 200 200 200 200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
20%
32,3 RORA-Bdihitung dengan cara coba-coba:
NPVA-B @15% = Rp 32,3 juta
NPVA-B @ 20% = - 450 - 400(P/F,20%,1) + 200(P/A,20%,9)(P/F,20%,1)
BCRA-B = PVRA-B + 1
= 0,04 + 1
= 1,04
Karena BCRA-B>1, maka pilih alternatif A.
Analisis non-mutually exclusive adalah analisis terhadap beberapa alternatif dimana dari beberapa alternatif
tersebut dapat dipilih lebih dari satu alternatif, sesuai dengan tersedianya modal atau anggaran untuk
investasi tersebut.
Tujuan dari analisis non-mutually exclusive adalah untuk memaksimalkan keuntungan kumulatif yang dapat
dihasilkan dari investasi (cummulative net value atau cummulative future worth profit) berdasarkan
kombinasi beberapa alternatif.
Aplikasi analisis non-mutually exclusive antara lain pemilihan alternatif riset dan pengembangan, pemilihan
metode eksplorasi, serta meranking prospek pengeboran pada industri minyak.
Ada dua teknik yang digunakan untuk meranking proyek non-muatually exclusive, yaitu:
a. Growth rate of return (growth ROR), yaitu suatu tingkat suku bunga majemuk dimana investasi tumbuh.
b. Analisis rasio, baik menggunakan PVR atau BCR.
Individual ROR dan individual NPV tidak bisa digunakan untuk meranking proyek non-mutually exclusive,
karena individual NPV maupun RORyang besar belum tentu mencerminkan alternatif terbaik.Analisis
menggunakan net value analysis (NPV,NAV,NFV) pada proyek non-mutually exclusive digunakan untuk
memilih kombinasi proyek yang menghasilkan nilai bersih kumulatif terbesar.
Jika pengusaha itu memiliki dana Rp 35 juta untuk pembelian mesin tersebut, dan dia juga mempunyai
pilihan untuk berinvestasi pada proyek lain yang memberi keuntungan 20%/tahun, mesin mana yang dipilih
secara non-mutually exclusive?
Jawab:
NPVA = -10 juta + 6 juta(P/A,20%,5) = -10 juta + 6 juta (2,991) = Rp 7,946 juta
NPVB = -25 juta + 10 juta(P/A,20%,5)= -25 juta + 10 juta (2,991) = Rp 4,910 juta
NPVC = -35 juta + 15 juta(P/a,20%,5) = -35 juta + 15 juta (2,991) = Rp 9,865 juta
Analisis:
Total harga mesin A + mesin B = Rp 35 juta, NPVA + NPVB= Rp 12,856 juta.
Harga mesin C = Rp 35 juta, NPVC = Rp 9,865 juta.
Kesimpulan: lebih menguntungkan membeli mesin A + mesin B.
-10jt - - - - -
Initial +Reinvest FA = 44,65jt
0 1 2 3 4 5
40%
2,01 Growth ROR alternatif A (GRORA)dihitung dengan coba-coba:
NPVA @ 35% = - 10jt + 44,65jt (P/F,35%,5) = - 10jt + 44,65jt (0,269) = Rp 2,01 jt
NPVA @ 40% = - 10jt + 44,65jt (P/F,40%,5) = - 10jt + 44,65jt (0,186) = Rp -1,69 jt
Selanjutnya dicari
35%nilai interpolasinya: GROR =?
(GRORA-35%)/(2,01-0)
-1,69 = (40%-35%)/(2,01-(-1,69))
GRORA = 35% + (40%-35%)((2,01/(2,01+1,69))=37,7%
-25jt - - - - -
Initial +Reinvest FB = 74,42jt
0 1 2 3 4 5
25%
4,92 Growth ROR alternatif B (GRORB)dihitung dengan coba-coba:
NPVB @ 20% = - 25jt + 74,42jt (P/F,20%,5) = - 25jt + 74,42jt (0,402) = Rp 4,92 jt
NPVB @ 25% = - 25jt + 74,42jt (P/F,25%,5) = - 25jt + 74,42jt (0,328) = Rp -0,59 jt
Selanjutnya dicari
20%nilai interpolasinya: GROR =?
(GRORB- 20%)/(4,92-0)
-0,59 = (25%-20%)/(4,92-(-0,59))
Jawab:
NPVA = -50 jt + 20 jt(P/A,10%,2) + 50jt(P/F,10%,2) = -50 jt + 20 jt(1,736) + 50jt(0,826) = 26,033 jt
NPVB = -30 jt + 10 jt(P/A,10%,5) + 30jt(P/F,10%,5) = -30 jt + 10 jt(3,791) + 30jt(0,621) = 26,535 jt
NPVC = -20 jt + 5 jt(P/A,!0%,5) + 20jt(P/F,10%,7) = -20 jt + 5 jt(4,868) + 20jt(0,513) = 14,605 jt
Analisis:
Total harga mesin B + mesin C = Rp 50 juta, NPVB + NPVC = Rp 41,140 juta.
Initial + -50jt - - - - - - -
Reinvest F= 148,21jt
20%
5,73 0 1 2 3 4 5 6 7
-30jt - - - - - - -
F=110,17jt
0 1 2 3 4
Yuli Kusumawati, 5
Catatan Kuliah Mineral - 30
6 Ekonomi 7
Initial +
Reinvest
Initial + -20jt
Reinvest F = 67,43jt
20% 0 1 2 3 4 5 6 7
5,35
Growth ROR alternatif C (GRORC)dihitung dengan coba-coba:
NPVC @ 20% = - 20jt + 67,43jt (P/F,20%,7) = - 20jt + 67,43jt (0,279) = Rp -1,19 jt
NPVC @ 15% 15% = - 20jt + 67,43jt (P/F,15%,7) = - 20jt + 67,43jt (0,376) = Rp 5,35 jt
GROR =?
Selanjutnya dicari-1,19
nilai interpolasinya:
(GRORC- 15%)/(5,35-0) = (20%-15%)/(5,35-(-1,19))
GRORC = 15% + (20%-15%)((5,35/(5,35+1,19)) = 19,1%
7.1. Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilaifisik properti seiring dengan waktu danpenggunaannya.
Dalamkonsep akuntansi, depresiasi adalahpemotongan tahunan terhadappendapatan sebelum pajak
sehinggapengaruh waktu dan penggunaan atasnilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan
suatuperusahaan.
Faktor-faktor penyebab depresiasi:
Keausan atau penurunan performa mesin/alat akibat pemakaian (physical degradation).
Perkembangan teknologi yang menghasilkan mesin/alat yang lebih efisian dan ekonomis (functional
depreciation).
Tabel 7.1. Masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud menurut UU No. 36 Tahun 2008
Keterangan: Ayat (1) menggunakan metode depresiasi straigth line, ayat (2) menggunakan metode
depresiasi double declining balance.
Besarnya depresiasi dari tahun pertama sampai tahun ket adalah tetap:
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
d = tingkat/laju depresiasi tahunan
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
N = umur aset (dalam satuan tahun)
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-1:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkanmasa pakai mesin tersebut selama
5 tahun.Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode straigth line dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5
dari mesin tersebut.
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Tingkat/laju depresiasi per tahun:
d = 100%/5 = 20%
Nilai depresiasi tiap tahun:
Dt = (P-S)/N
= ($ 10,000 $ 1,000)/5= $ 1,800
Nilai bukuakhir tahun ke-1 sampai ke-5:
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
d = tingkat/laju depresiasi tahunan
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
N = umur aset (dalam satuan tahun)
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-2:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama
5 tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode declining balance dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun
ke-5 dari mesin tersebut.
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
n(n+ 1)
Jumlah digit tahun adalah: SOYD=
2
n(t1)
Besarnya depresiasi tahun ket adalah: Dt= (PS )
SOYD
Sedangkan nilai buku (book value) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana:
SOYD = jumlah digit tahun
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
N = umur aset (dalam satuan tahun)
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-3:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama
5 tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000.
Hitung nilai depresiasi dengan metode sum of years digits (SOYD) dan nilai buku pada akhir tahun ke-1
sampai tahun ke-5 dari mesin tersebut.
n(n+ 1) 5(5+1)
SOYD= = =15
2 2
n(t1)
Dt= (PS )
SOYD
5(11) 5
D1= ( 10.0001.000 )= ( 9.000 )=3.000
15 15
5( 21) 4
D 2= ( 10.0001.000 ) = ( 9.000 )=2.400
15 15
5(31) 3
D3= ( 10.0001.000 )= ( 9.000 ) =1.800
15 15
5( 41) 2
D 4= ( 10.0001.000 ) = ( 9.000 )=1.200
15 15
5(51) 1
D5= ( 10.0001.000 )= ( 9.000 ) =600
15 15
Contoh 7-4:
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama
5 tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai
depresiasi dengan metode sinking fund dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 mesin
tersebut, jika i =20%.
Jawab:
P = $ 10,000
S = $ 1,000
N = 5 tahun
i = 20%
Sedangkan nilai buku (book value) pada tahun ke-t adalah: BVt = P(t-1) - Dt
Dimana:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt = book value (nilai buku) aset
P = nilai awal aset
S = salvage value (nilai sisa) aset
t = akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-5:
Perusahaan tambang pasir PT Galunggung membeli satu unit excavator seharga Rp 700 juta. Berdasarkan
spesifikasi teknis excavator tersebut mampu menambang pasir sebanyak 50.000 m 3 dan nilai sisa pada
akhir umur ekonomisnya diperkirakan Rp150 juta.
Perencanaan produksi pasir perusahaan ABC adalah sebagai berikut:
Tahun ke- Produksi (m3)
1 4.000
2 6.000
3 10.000
4 10.000
5 15.000
6 5.000
50.000
Hitung nilai depresiasi tahunan excavator tersebut dengan metode unit produksi.
Jawab:
P = Rp 700 juta
S = Rp 150 juta
Nilai depresiasi tahun ke-1 sampai tahun ke-6:
Dt = (Produksi/produksi)(P-S)
D1 = (4.000/50.000)(Rp 700 juta Rp 150 juta) = Rp 44 juta
D2 = (6.000/50.000)(Rp 700 juta Rp 150 juta) = Rp 66 juta
D3 = (10.000/50.000)(Rp 700 juta Rp 150 juta) = Rp 110 juta
D4 = (10.000/50.000)(Rp 700 juta Rp 150 juta) = Rp 110 juta
D5 = (15.000/50.000)(Rp 700 juta Rp 150 juta) = Rp 165 juta
D6 = (5.000/50.000)(Rp 700 juta Rp 150 juta) = Rp 55 juta
Hasil hitungan depresiasi dan nilai buku disajikan pada tabel berikut:
Tahun ke- Produksi (m3) Depresiasi Nilai buku
1 4.000 Rp 44 juta Rp 656 juta
2 6.000 Rp 66 juta Rp 590 juta
3 10.000 Rp 110 juta Rp 480 juta
4 10.000 Rp 110 juta Rp 370 juta
5 15.000 Rp 165 juta Rp 205 juta
6 5.000 Rp 55 juta Rp 150 juta
50.000
7.2. Deplesi
Sumber daya alam juga termasuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap lainnya, sumber daya alam
setelah dieksploitasi kemudian diolah terus-menerus maka lama kelamaan sumber daya alam akan habis.
Oleh karena itu perlu ada pembebanan biaya yang mirip dengan persediaan.
Deplesi adalah suatu bentuk potongan pajak atas berkurangnya sumberdaya alam (cadangan mineral atau
kekayaan hutan) yang diberikan selama umur ekonomis cadangan tersebut. Perhitungan deplesi dilakukan
setiap tahun.
Ada dua metode perhitungan deplesi untuk mineral, minyak, dan gas, yaitu:
a. Cost depletion
b. Percentage depletion
Sedangkan untuk menghitung deplesi hasil hutan biasanya menggunakan metode cost depletion.
Batas % deplesi:
50% untuk mineral Cost depletion
100% untuk minyak dan gas
7.2.1. Cost depletion
Basis perhitungan cost depletion untuk proyek minyak dan pertambangan adalah:
Hak penguasaan.
Bonus penyewaan.
Biaya survey geologi/geofisika.
Biaya penaksiran dan legalitas.
Biaya-biaya sejenis yang diketahui dengan pasti.
Biaya eksplorasi penambangan ataupun biaya pengeboran minyak yang tidak nyata biasanya jarang
digunakan sebagai basis perhitungan cost depletion.
Dimana:
Basis penyesuaian = Basis biaya Penyesuaian Deplesi kumulatif.
Contoh 7-6:
Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000ounces.
Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas
diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun.Hitunglah cost depletion
tahun ke-1 dan tahun ke-2.
Jawab:
Cost depletion tahun ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500
Cost depletion tahun ke-2 = ($150.000-$7.500)(50.000 ounces / 950.000 ounces) = $7.500
Contoh 7-7:
Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000 ounces.
Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas
diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun dengan harga jual
$29/ounce setelah royalti.Diasumsikan tingkat deplesi untuk emasadalah 15% dari pendapatan
bersih.Hitunglah percentage depletion tahun ke-1 dan tahun ke-2.
Jawab:
Percentage depletion tahun ke-1= 15% (50.000 ounce x $29) = $217.000
Percentage depletion tahun ke-2= 15% (50.000 ounce x $29) = $217.000
Keterangan:
*)Karena hasil percentage depletion 15% adalah $217.500 lebih kecil daripada batas 100% percetage
depletion, maka diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi. Pada tahun ke-2 jika pendapatan
dan pengurangan diasumsikan sama seperti tahun ke-1, maka batas percentage depletion juga sama,
sehingga diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi.
**)Cost depletion tahun ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500, lebih kecil daripada
percentage depletion sehingga perusahaan memilih percentage depletion untuk pengurangan deplesinya.
Basis biaya untuk perhitungan cost depletion tahun ke-2 harus disesuaikan untuk pengurangan aktual
deplesi yang diambil.
Cost depletion tahun ke-2 = ($150.000-$217.500)(50.000/950.000) < 0.
Sehingga pada tahun ke-2 metode cost depletion juga tidak digunakan untuk pengurangan deplesi. Dengan
kata lain percentage depletion digunakan lagi untuk menghitung deplesi pada tahun ke-2.
7.3. Amortisasi
Amortisasi adalah proses penyusutan untuk aset tidak berwujud (intangible) dan digunakan untuk
pengurangan pajak. Menurut pajak, harga perolehan aset harus diamortisasi jika aset tersebut digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Harga aset atau biaya yang bisa diamortisasi misalnya biaya untuk pengembangan (development) tambang,
intangible cost pada pengeboran migas, hak patent, franchaise, dsb.
Jika biaya pengembangan seluruhnya (100%) digunakan untuk pengurangan pendapatan sebelum pajak,
maka tidak ada amortisasi.
Contoh 7-9:
Seorang investor akan mengembangkan suatu pertambangan. Biaya pengembangan sebesar $1 juta yang
diadakan pada bulan juli (bulan ke-7) tahun ini (tahun ke-0). Jika amortisasi yang diijinkan adalah 30% dari
biaya pengembangan dan periode amortisasi di atas 60 bulan, hitunglah pengurangan pajak yang diijinkan.
Jawab:
Basis amortisasi = 30% x $1.000.000 = $300.000
Jangka waktu dari bulan ke-7 sampai bulan ke-12 tahun ke-0 adalah 6 bulan, sehingga amortisasi yang
diambil pada tahun ke-0 adalah 6/60, tahun ke-1 sampai ke-4 adalah 12/60, dan tahun ke-5 adalah 6/60.
Tahun ke- Pengurangan amortisasi
1 (6/60) ($300.000) = $30.000
1-4 (12/60) ($300.000) = $60.000
5 (6/60) ($300.000) = $30.000
Dalam industri pertambangan dikenal adanya pungutan yang bisa digunakan sebagai
pengurang/potongan(deduction) pendapatan sebelum pajak, antara lain:
Royalti, yaitu suatu bentuk kompensasi atas diberikannya hak istimewa untuk mengembangkan atau
memproduksi mineral atau migas. Kompensasi berupa pembagian keuntungan dari nilai mineral yang
diekstraksi.
Severance tax (mining tax), yaitu pajak negara atas pengambilan sumberdaya alam yang
perhitungannya berdasarkan nilai/jumlah produksi aktual.
Property tax (ad valorem tax), yaitu retribusi yang dipungut oleh otoritas perpajakan atas kekayaan baik
yang berupa barang bergerak maupun tidak bergerak.
Di samping itu potongan pajak juga berasal dari penyusutan atau penurunan nilai sebuah aktiva yang
memilki umur manfaat. Penyusutan adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan,
karena merupakan potongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan
penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Jenis-jenis penyusutandalam industri pertambangan yaitu:
a. Depresiasi digunakan untuk aktiva tetap.
b. Amortisasi digunakan untuk aktiva tidak berwujud.
c. Deplesi digunakan untuk aktiva sumber daya Alam.
Dari sudut kepentingan pajak investor, metode tercepat dari pengurangan biaya adalah untuk mengeluarkan
atau mengurangi pajak secara penuh pada tahun dikeluarkan. Hal ini disebabkan semakin cepat diperoleh
pemotongan pajak, semakin cepat diperoleh keuntungan dari pemotongan tersebut sehingga akan
memperbaiki ekonomi proyek. Akan tetapi hukum pajak seringkali tidak mengijinkan hal yang demikian.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Produksi (ounces/th) - 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Harga jual ($/ounce) - 30 33 36,30 39,93 43,92
Biaya produksi ($/th) - 1.000.000 1.080.000 1.166.000 1.260.000 1.360.000
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalti (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
Net income 0 1.550 1.725 1.919 2.134 2.373
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost1) -3.400 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.400 1.550 1.725 1.919 2.134 2.673
Keterangan:
1)
Capital cost = working capital+acquisition rigths +depreciable equipment+development.
= $300 + $900 + $1.000 + $1.200 = $3.400
b. Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi
dihitung dengan metode cost depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
c. Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi
dihitung dengan metode percentage depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost -1.200 0 0 0 0 0
-Depreciation1) 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Percentage depletion2) 0 -382 -421 -463 -509 -560
Taxable income -1.200 938 1.074 1.227 1.395 1.583
-Tax (30%)3) 360 -281,4 -322,2 -368,1 -418,5 -474,9
Net income -840 656,6 751,8 858,9 976,5 1.108,1
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 382 421 463 509 560
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost4) -2.200 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.040 1.238,6 1.372,8 1.521,9 1.685,5 2.168,1
Keterangan:
1)
Deprecition tahun ke-n = (P-S)/n
= (1.000.000 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
2)
Percentage depletion diperbolehkan jika nilainya lebih kecil dari batas deplesi maksimal:
Batas deplesi maksimal = 50% x taxable income before depletion
Batas deplesi th-1 = 50%(2.550.000 - 1.000.000 30.000 0 200.000) = $660
d. Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost
depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost1) -840 0 0 0 0 0
-Amortization2) -72 -72 -72 -72 -72 0
-Depreciation3) 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Cost depletion4) 0 -180 -180 -180 -180 -180
Taxable income -912 1.068 1.243 1.438 1.652 1.963
-Tax (30%)5) 273,6 -320,4 -372,9 -431,4 -495,6 -588,9
Net income -638,4 747,6 870,1 1.006,6 1.156,4 1.374,1
+Amortization 72 72 72 72 72 0
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 180 180 180 180 180
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost6) -2.560 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.126,4 1.199,6 1.322,1 1.458,6 1.608,4 2.054,1
Keterangan:
1)
Development cost = 70% x $1.200 = $840
2)
Amortisasi tahun ke-n = 30% (dev. cost)/periode amortisasi
= 30% (1.200.000)/5 = $72.000 (tetap sampai tahun ke-5)
3)
Deprecition tahun ke-n = (P-S)/n
= (1.000.000 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
e. Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Revenue 0 3.000 3.300 3.630 3.993 4.392
-Royalty (15%) 0 -450 -495 -545 -599 -659
Net revenue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733
-Operating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360
-Mining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30
-Development cost -840 0 0 0 0 0
-Amortization -72 -72 -72 -72 -72 0
-Depreciation 0 -200 -200 -200 -200 -200
-Percentage depletion 0 -382 -421 -463 -509 -560
Taxable income -912 866 1.002 1.155 1.323 1.583
-Tax (30%) 273,6 -259,8 -300,6 -346,5 -396,9 -474,9
Net income -638,4 606,2 701,4 808,5 926,1 1.108,1
+Amortization 72 72 72 72 72 0
+Depreciation 0 200 200 200 200 200
+Depletion 0 382 421 463 509 560
+Working capital return 0 0 0 0 0 300
-Capital cost -2.560 0 0 0 0 0
CASH FLOW -3.126,4 1.260,2 1.394,4 1543,5 1.707,1 2.168,1
Keterangan:
1)
Development cost = 70% x $1.200 = $840
2)
Amortisasi tahun ke-n = 30% (dev. cost)/periode amortisasi
= 30% (1.200.000)/5 = $72.000 (tetap sampai tahun ke-5)
3)
Deprecition tahun ke-n = (P-S)/n
= (1.000.000 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahun)
4)
Percentage depletion diperbolehkan jika nilainya lebih kecil dari batas deplesi maksimal:
Batas deplesi maksimal = 50% x taxable income befofe depletion
Batas deplesi th-1 = 50%(2.550.000 - 1.000.000 - 30.000 - 0 72 - 200.000) = $588
Batas deplesi th-2 = 50%(2.805.000 - 1.080.000 - 30.000 0 - 72 - 200.000) = $675,5
Batas deplesi th-3 = 50%(3.086.000 - 1.166.000 - 30.000 0 - 72 - 200.000) = $773
Batas deplesi th-4 = 50%(3.394.000 - 1.260.000 - 30.000 0 - 72 - 200.000) = $880
Batas deplesi th-5 = 50%(3.733.000 - 1.360.000 - 30.000 0 - 72 - 200.000) = $999,5
Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap cashflow dilakukan analisis NPV, ROR, PVR atau BCR, dan PBP
pada discount rate tertentu (misal, i=20%)
a. Cashflow sebelum pajak (x$1000)
NPV = PW revenue - PW cost
NPVA =1.550(P/F,20%,1)+1.725(P/F,20%,2)+1.919(P/F,20%,3)+2.134(P/F,20%,4) +2.673(P/F,20%,5) -
50%
2.303,5 3.400
= 1.550(0,833) + 1.725(0,694) + 1.919(0,579) + 2.134(0,482) + 2.673(0,402) - 3.400
= 2.303,5
ROR adalah nilai0i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh
20% NPVA = $2.303,5
-257,9 ROR=?
Untuk i = 50%, diperoleh NPVA = -$257,9
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(2.303,5-0) = (50%-20%)/(2.303,5-(-257,9))
RORA = 20% + (50%-20%)((2.303,5/(2.303,5+257,9))
=46,98%
BCRA = PVRA + 1
= 0,68 + 1 = 1,68
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-2 dan ke-3, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
910,4
PBP=2+
1.110,5
b. Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi
dihitung dengan metode cost depletion.
NPV = PW revenue - PW cost
NPVB =1.178(P/F,20%,1)+1.300,5(P/F,20%,2)+1.437(P/F,20%,3)+1.586,8(P/F,20%,4)
35% +2.054,1(P/F,20%,5)-3.400
907
= 1.178(0,833) + 1.300,5(0,694) + 1.437(0,579) + 1.586(0,482) + 2.054(0,402) - 3.400
= $907
ROR adalah nilai0i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh
20% NPVA = $907
-294 ROR=?
Untuk i = 35%, nilai NPVA = -$294
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(907-0) = (35%-20%)/(907-(-294))
RORB = 20% + (35%-20%)((907/(907+294))
= 31,33%
BCRB = PVRB + 1
= 0,27 + 1 = 1,27
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
683,6
PBP=3+
765,2
c. Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi
dihitung dengan metode percentage depletion.
NPV = PW revenue - PW cost
NPVc
=1.238,6(P/F,20%,1)+1.372,8(P/F,20%,2)+1.521,9(P/F,20%,3)+1.685,5(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5)-
3.400
35% = 1.238,6 (0,833) + 1.372,8 (0,694) + 1.521,9 (0,579) + 1.685,5 (0,482) + 2.168,1(0,402) - 3.400
1.150,4
= $1.150,4
ROR adalah nilai0i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh
20% NPVC = $1.150,4
-119,7 ROR=?
Untuk i = 35%, nilai NPVC = -$119,7
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(1.150,4-0) = (35%-20%)/(1.150,4-(-119,7))
RORC = 20% + (35%-20%)((1.150,4/(1.150,4+119,7))
= 33,59%
terakhir
+
th berikutnya
CF
Cum .CF
terakhir +
PBP=tahun Cum .CF
533,8
PBP=3+
812,8
d. Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
cost depletion.
NPV = PW revenue - PW cost
NPVD
=1.199,6(P/F,20%,1)+1.322,1(P/F,20%,2)+1.458,6(P/F,20%,3)+1.608,4(P/F,20%,4)+2.054,1(P/F,20%,5) -
3.126,4
40%
1.236,6 = 1.199,6(0,833) + 1.322,1(0,694) + 1.458,6(0,579) + 1.608,4(0,482) + 2.054,1(0,402) - 3.126,4
= $1.236,6
ROR adalah nilai0i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh
20% NPVD = $1.236,6
-78,6 ROR=?
Untuk i = 40%, nilai NPVD = -$78,6
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(1.236,6-0) = (40%-20%)/(1.236,6-(-78,6))
RORD = 20% + (40%-20%)((1.236,6/(1.236,6+78,6))
= 38,8%
BCRD = PVRD + 1
= 0,4 + 1 = 1,4
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
terakhir
+
th berikutnya
CF
Cum .CF
terakhir +
PBP=tahun Cum .CF
364,5
PBP=3+
775,7
e. Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode
percentage depletion.
NPV = PW revenue - PW cost
NPVE =
1.260,2(P/F,20%,1)+1.466,4(P/F,20%,2)+1.543,5(P/F,20%,3)+1.707,1(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5) -
3.126,4
45%
1.529,9 = 1.260,2(0,833) + 1. 466,4(0,694) + 1. 543,5(0,579) + 1. 707,1(0,482) + 2. 168,1(0,402) - 3.126,4
= $1.529,9
ROR adalah nilai0i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba:
Untuk i = 20% diperoleh
20% NPVE = $1.529,9
-329,1 ROR=?
Untuk i = 40%, nilai NPVE = -$329,1
Selanjutnya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
(ROR-20%)/(1.529,9-0) = (45%-20%)/(1.529,9-(-329,1))
RORE = 20% + (45%-20%)((1.529,9/(1.529,9+329,1))
= 40,6%
BCRE = PVRE + 1
= 0,5 + 1 = 1,5
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP
dapat dihitung dengan interpolasi:
terakhir
+
th berikutnya
CF
Cum .CF
terakhir +
PBP=tahun Cum .CF
164,7
PBP=3+
823,3
Kesimpulan:
Investasi yang tidak dikenakan pajak memberikan keuntungan terbesar secara ekonomi.Semakin besar
pengurangan pajak di awal tahun, semakin besar pula keuntungan yang bisa diperoleh kaitannya dengan
ekonomi proyek.
Contoh 9-1:
Sebuah perusahaan bermaksud mengganti peralatan dengan biaya awal $4.000 dengan nilai sisa nol.
Berdasarkan pengalaman biaya perawatan selama tahun ke-1 adalah nol dan setelah itu akan naik $200/th.
Kapan peralatan tersebut akan diganti jika i = 12%?
Jawab:
Hasil hitungan disajikan dalam tabel berikut ini:
Sewa (leasing) adalah suatu alternatif penggunaan aset selama periode tertentu tanpa harus memilikinya.
Akan tetapi secara analisis sewa bisa berbentuk sebagai berikut:
a. Operating lease (sewa operasi), adalah perjanjian sewa atas penggunaan aset oleh penyewa
(lessee/user) selama periode tertentu yang disepakati (aplikasi sehari-hari seperti menyewa mobil di
rental).
Ketentuan dalam operating lease adalah sebagai berikut:
Pihak pemilik (lessor) menguasai kepemilikan aset secara penuh.
Pihak pemilik menanggung biaya perawatan dan perbaikan aset.
Pihak penyewa bisa membatalkan perjanjian karena alasan tertentu,tetapi harus membayar pinalti.
Pembayaran operating lease dapat digunakan seluruhnya untuk pengurang penghasilan pajak pada
saat pembayaran tersebut dilakukan.
Karena penyewa tidak punya kepemilikan apapun atas aset yang disewa, maka tidak ada capital
cost, depresiasi, dan nilai sisa aset di pihak penyewa.
b. Capital lease/financial lease (sewa modal), adalah alternatif untuk memiliki aset dengan cara membayar
angsuran pinjaman. Dengan kata lain pengguna aset (lessee) mendapat pinjaman modal dari dealer
(lessor) yang menjual aset tersebut, dan karenanya pengguna aset harus membayar angsuran untuk
bisa memiliki aset tersebut.
Ketentuan dalam capital lease adalah sebagai berikut:
Contoh 9-2:
Analisislah alternatif pengadaan aset berikut ini untuk waktu dua tahun dengan asumsi MARR = 15%,
income tax rate = 40%, depresiasi straigth line dengan umur aset 2 tahun, dan kondisi expense against
other income.
A) Pembelian tunai
C=350 - L=150
0 1 2
B) Operating lease
LP=60 LP=120 LP=60
0 1 2
C) Capital lease L=150
LP=100 LP=200 LP=100
0 1 2
D) Pembelian dengan 80% dana berasal dari pinjaman, bunga pinjaman = 9%/th
C=350 L=150
B=280 MP=159 MP=159
0 1 2
Keterangan:
Semua nilai dikali $1.000, C = capital cost (biaya modal), L = salvage value (nilai sisa), LP = lease payment
(pembayaran sewa), B = borrowed money (uang yang dipinjam), MP = mortgage payment (pembayaran
angsuran).
Jawab:
Semua hitungan dalam ribuan dollar.
A) Analisis cashflow pembelian tunai
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 150
-Depreciation* 0 -100 -100
Taxable income 0 -100 -100
-Tax 40% ** 0 40 40
Net income 0 -60 -60
+Depreciation 0 100 100
-Capital cost -350 0 0
Cashflow -350 40 40
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 0
-Lease payments -60 -120 -60
Taxable income -60 -120 -60
-Tax 40% * 24 48 24
Net income -36 -72 -36
-Capital cost 0 0 0
Cashflow -36 -72 -36
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 150
-Interest1) 0 -24 -8
-Depreciation2) 0 -109 -109
Taxable income 0 -133 33
-Tax 40%3) 0 53 -13
Net income 0 -80 20
+Depreciation 0 109 109
-Capital cost4) -100 -176 -92
Cashflow -100 -147 37
Tahun ke- 0 1 2
Salvage 0 0 150
-Interest1) 0 -25 -13
-Depreciation2) 0 -100 -100
Taxable income 0 -125 37
-Tax 40% 3) 0 50 -15
Net income 0 -75 22
+Depreciation 0 100 100
+Loan amount 80% 280 0 0
-Principal payment4) 0 -134 -146
-Capital cost -350 0 0
Cashflow -70 -109 -24
Pada umumnya investasi dalam proyek berlaku untuk jangka waktu yang panjang. Selama jangka waktu
tersebut mungkin terdapat perubahan dari iklim usaha yang sulit diramalkan, karena banyaknya faktor-
faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal dari proyek atau perusahaan.
Adanya unsur-unsur ketidakpastian dalam jangka waktu tertentu harus diperhitungkan dalam analisis
ekonomi agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
Jawab:
Cashflow dari proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Investasi -$150.000 0 0 0 0 0
Manfaat 0 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000
Biaya operasi 0 -$50.000 -$50.000 -$50.000 -$50.000 -$50.000
Nilai sisa 0 0 0 0 0 $70.000
Investasi awal ($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
90.000 -40 87.663 217
120.000 -20 57.663 108
150.000 0 27.663 0
180.000 +20 -2.337 -108
210.000 +40 -32.337 -217
Manfaat/th($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
60.000 -40 -91.961 -432
80.000 -20 -32.149 -216
100.000 0 27.663 0
120.000 +20 87.475 216
140.000 +40 147.287 432
Biaya operasi/th($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
30.000 -40 87.475 216
40.000 -20 57.569 108
50.000 0 27.663 0
60.000 +20 -2.243 -108
70.000 +40 -32.149 -216
Nilai sisa($) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
42.000 -40 16.410 -41
Umur proyek (n) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
3 -40 -4.166 -115
4 -20 13.196 -52
5 0 27.663 0
6 +20 39.718 44
7 +40 49.767 80
MARR (%) Perubahan prediksi (%) NPV ($) Perubahan thd NPV (%)
12 -40 69.958 153
16 -20 47.042 70
20 0 27.663 0
24 +20 11.147 -60
28 +40 -3.030 -111
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa pengaruh terhadap NPV akibat perubahan dari investasi awal,
manfaat tahunan, dan biaya operasi tahunan lebih signifikan daripada akibat perubahan nilai sisa. Dengan
kata lain pengaruh perubahan parameter-parameter yang dekat dengan tahun ke-0 lebih signifikan daripada
pengaruh akibat perubahan parameter yang terletak beberapa tahun berikutnya dari tahun ke-0.
Sedangkan perubahan umur proyek dan tingkat pengembalian minimum benar-benar menyebabkan
perubahan dalam keseluruhan cashflow.
500
400
Investasi aw al
300
Manfaat/th
200
Linear (Manfaat/th)
100 Biaya operasi/th
0 Linear (Biaya operasi/th)
-100-40% -20% 0 +20% +40% Nilai sisa
Umur proyek
-200
MARR
-300
Linear (MARR)
-400
-500
Ketika suatu proyek terlihat baik dengan nilai optimis tetapi terlihat buruk dengan nilai pesimis, maka kajian
lebih lanjut terhadap ketidakpastian dan resiko proyek tersebut harus dilakukan.
Contoh 10-2:
Cashflow dari suatu proyek adalah sebagai berikut:
Tahun ke- 0 1 2 3 4 5
Investasi $150.000 0 0 0 0 0
Manfaat 0 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000 $100.000
Biaya operasi 0 $50.000 $50.000 $50.000 $50.000 $50.000
Nilai sisa 0 0 0 0 0 $70.000
Cashflow $150.000 $50.000 $50.000 $50.000 $50.000 $120.000
Jika rentang perubahan -20% dan +20% terjadi pada investasi awal, manfaat tahunan, biaya operasi, dan
nilai sisa, lakukan analisis sensitivitas untuk kondisi terbaik dan kondisi teburuk dengan umur proyek
masing-masing 5 tahun dan MARR 20%.
Jawab:
Hasil analisis memperlihatkan bahwa proyek memuaskan (layak) pada kondisi terbaik dan pada kondisi yang
diharapkan, tetapi tidak memuaskan pada kondisi terburuk.
Contoh 10-3:
Andaikan dua mata uang yang seimbang dilempar, berapa nilai ekspektasi dan varian dari jumlah tampak
muka yang akan terjadi?
Jawab:
Misalnya:
M1 = uang logam pertama menunjukkan tampak muka
B1 = uang logam pertama menunjukkan tampak belakang
M2 = uang logam kedua menunjukkan tampak muka
B2 = uang logam kedua menunjukkan belakang
Jika x merupakan variabel acak yang menunjukkan banyaknya tampak muka yang muncul, akan diperoleh:
Contoh 10-4:
Dari contoh 10-3 andaikan diadakan aturan permainan sebagai berikut:
Contoh 10-5:
Sebuah perusahaan dihadapkan pada dua keputusan apakah akan melakukan pemboran atau tidak terhadap
lahan pertambangan minyak yang dimilikinya. Jika dilakukan pemboran akan menelan biaya $1 juta dengan
kemungkinan gagal adalah 0,8 dan kemungkinan berhasil adalah 0,2,sedangkan perolehan discounted NPV
adalah $5 juta. Tentukan keputusan yang akan diambil dengan menggunakan pohon keputusan.
Jawab:
EMV membor = (0,8 x -$1 juta) + (0,2 x $5 juta) = Kering
$0,2 juta NPV = -$1 juta
Probabilitas = 0,8
EMV tidak megebor = 0
Keputusan: mengebor membor
Produksi
NPV = $5 juta
Probabilitas = 0,2
tidak membor
NPV = 0
Yuli Kusumawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 64
REFERENSI
1. Grant, E.L., Ireson, W.G., and Leavenworth, R.S., 1982, Principles of Engineering Economy 7th edition,
John Wiley and Sons, Singapore.
2. Mangitung, D.M., 2013, Ekonomi Rekayasa, Disertai Cara Penyelesaian Dengan Speadsheet, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
3. Panneerselvam, R., 2012, Engineering Economics, PHI Learning Private Limited, New Delhi.
4. Partowidagdo, W., 2001, Risk Analysis & Project Risk Management, Institut Teknologi Bandung.
7. Stermole, F.J., Stermole J.M., 1996, Economic Evaluation and Investment Decision Methods 9th
edition, Investment Evaluations Corporation, Colorado.