Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL SKRIPSI

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PERENCANAAN REKLAMASI


LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. MENAMBANG
MUARA ENIM, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Permohonan Tugas Akhir


Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh

Attarsyah Algifari

03021381621093

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul
KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PERENCANAAN REKLAMASI
LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. MENAMBANG
MUARA ENIM, MUARA ENIM, SMUATERA SELATAN

Pengusul

a. Nama : Attarsyah Algifari


b. Jenis Kelamin : Laki - Laki
c. NIM : 03021381621093
d. Semester : VII (Tujuh)
e. Fak/Jurusan : Teknik/Pertambangan
f. Institusi : Universitas Sriwijaya
g. Nomor Telepon : 0822-88391232
h. Alamat Email : attar0698@gmail.com

3. Waktu Pelaksanaan : 18 Desember 2019 – 18 Januari 2019

4. Lokasi Penelitian : Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

Palembang, Oktober 2019


Pembimbing Proposal, Pengusul

Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME Attarsyah Algifari


NIP. 194112181965091001 NIM. 03021381621093

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya,

Dr. Hj.Rr. Harminuke Eko Handayani, ST.,MT


NIP. 196902091997032001

A. JUDUL
Kajian Teknis dan Ekonomis Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas
Penambangan Batubara PT. Menambang Muara Enim, Muara Enim,
Sumatera Selatan

B. LOKASI
PT. Menambang Muara Enim

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

D. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beberapa potensi sumber daya
alam. Kekayaan alam tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
yang memiliki lahan pertambangan begitu luas. Lahan pertambangan tersebut
tersebar diberbagai pulau di Indonesia, dimana kekayaan alam tersebut
dieksplorasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berbagai masalah timbul akibat
kegiatan pertambangan mulai dari munculnya berbagai penyakit akibat limbah
pertambangan yang tidak terkendali, terjadinya pencemaran yang mengakibatkan
menurunnya kualitas lingkungan dan punahnya beberapa flora fauna yang menjadi
karakter daerah setempat. Keberadaan usahapertambangan memberikan
sumbangan yang besar kepada perekonomian negara, mulai dari usaha galian C
dengan luasan dan volume yang kecil, sampai pada keberadaan usaha kontrak
karya yang menghasilkan bahan galian jutaan ton dan menguasai ratusan ribu
hektar lahan dan juga hutan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1980, bahan galian di Indonesia dalam dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Golongan A (bahan galian strategis, sebagai contoh: minyak bumi, gas alam,
batubara, nikel, timah, dll), Golongan B (bahan galian vital, sebagai contoh:
tembaga, emas, besi, dll), dan Golongan C (bahan galian non strategis dan non
vital, sebagai contoh: fosfat, batu permata, bentonit, pasir kuarsa, granit, pasir,
batu kapur, marmer, dll). Masalah lingkungan dan keselamatan kerja dalam usaha
pertambangan di duniainiselalu menjadi isu yang paling penting.Masalah utama
yang timbul pada wilayah bekas tambang antaraberupa perubahan lingkungan,
yang meliputi perubahan kimiawi, perubahan fisik dan perubahan biologi.
Perubahan kimiawi berdampak terhadap keberadaan air tanah dan air permukaan,
berlanjut secara fisik yaitu mengakibatkan perubahan morfologi dan topografi
lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro yang disebabkan oleh
perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta
adanya penurunan produktivitas tanah dengan akibat tanah menjadi tandus atau
gundul (Sabtanto, 2008).
Mengacu kepada adanya beberapa perubahan tersebut, maka kegiatan
reklamasi menjadi satu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan. Selain
bertujuan untuk mencegah timbulnya erosi atau mengurangi kecepatan aliran air
limpasan, reklamasi dilakukan untuk menjaga lahan agar tidak labil dan lebih
produktif. Reklamasi diharapkan akan dapat menghasilkan nilai tambah bagi
lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
keadaan lingkungan sebelumnya.
Pemegang Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang berada di dalam kawasan
hutan melalui skema Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), wajib
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak akibat
kegiatan penambangan. Upaya perbaikan dan pemulihan tersebut diharapkan
dapat mengembalikan fungsinya secara optimal sesuai peruntukannya atau
setidaknya mendekati fungsi semula.
Aktivitas penambangan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan rona
lingkungan hidup. Adanya dampak perubahan rona lingkungan hidup tersebut
mengakibatkan setiap perusahaan pertambangan di Indonesia wajib melakukan
reklamasi. Reklamasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut harus sesuai
dengan peruntukkannya dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat.
Undang - undang yang mengatur atau berkaitan dengan kegiatan reklamasi
dan pascatambang adalah Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara Pasal 99 Ayat 1 sampai 3, Peraturan
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan pascatambang,
Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan kegiatan
reklamasi dan pascatambang.
Kegiatan pertambangan timah inkonvensional kini telah menjarah daratan
Pulau Bangka dan Belitung. Kini kegiatan penambangan timah baik oleh
perusahan swasta maupun TI, tidak saja dilakukan di darat, namun sudah
merambah ke laut. Kegiatan penambangan timah yang tidak mengindahkan aspek
ekosistem dan kondisi lingkungan, hanya akan meninggalkan lahan-lahan terlantar
dengan kondisi lanskap yang tidak beraturan, degradasi lahan, hilangnya kekayaan
biodiversity dan biota tanah, dengan status kesuburan tanah yang sangat rendah
sebagai akibat hilangnya lapisan tanah atas (top soil).
Lahan bekas tambang timah sebenarnya berpeluang untuk dimanfaatkan
sebagai areal pertanian dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan mengatasi
persoaalan lingkungan pasca penambangan. Intervensi inovasi teknologi pertanian
diyakini mampu untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga
dapat dijadikan sebagai media ideal untuk budidaya tanaman pertanian. Selain
aspek biofisik, upaya reklamasi juga patut mempertimbangkan aspek sosial
ekonomi ekonomi masyarakat, seperti status kepemilikan lahan, pengetahuan dan
keterampilan petani, dan kelayakan biaya usaha tani.
Kegiatan reklamasi lahan bekas tambang timah yang mempertimbangkan
aspek biofisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat akan memberikan
dampak positif bagi kegiatan pertanian dan juga sekaligus akan mampu
mengurangi dampak negatif akibat kegiatan penambangan timah.

E. PERUMUSAN PENELITIAN
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana rencana teknis reklamasi lahan bekas penambangan PT.
Menambang Muara Enim?
2. Berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang di PT. Menambang Muara Enim?
3. Bagaimana perbandingan biaya reklamasi dengan jaminan biaya reklamasi
dari perusahaan?

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Dalam melakukan penelitian ini penulis membatasi masalah hanya
membahas rencana teknis, kajian biaya kegiatan reklamasi di lahan bekas tambang
di PT. Menambang Muara Enim dan perbandingan rencana biaya reklamasi
dengan jaminan biaya reklamasi dari perusahaan.

G. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisa rencana teknis reklamasi di PT. Menambang Muara Enim.
2. Mengkaji besar biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi di PT.

Menambang Muara Enim.


3. Menganalisa perbandingan biaya reklamasi dengan jaminan biaya
reklamasi dari perusahaan.

H. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian tugas akhir ini adalah:
a. Akademis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang kegiatan
reklamasi dan besar biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi di
PT. Menambang Muara Enim serta perbdaningan rencana biaya reklamasi
dengan jaminan biaya reklamasi dari perusahaan.
b. Praktis
Sebagai masukan bagi perusahaan untuk mendapatkan masukan–masukan
baru mengenai rencana reklamasi dan biaya reklamasi yang mungkin dapat
diterapkan di perusahaan.

I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tahapan Kegiatan Penambangan
1. Penyelidikan Umum (Prospeksi)
Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau
penemuan endapan mineral berharga yang bertujuan untuk menemukan
keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang memberikan
harapan untuk diselidiki lebih lanjut.
2. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau
setelah endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk
mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi
bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian
serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.
3. Perencanaan Tambang
Perencanaan tambang akan dilakukan apabila sudah ditemukan
cadangan bahan galian yang sudah layak untuk ditambang, dengan
tingkat cadangan terukur. Seperti kita ketahui bahwa cadangan itu
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu cadangan terukur, cadangan
terindikasi dan cadangan tereka.
4. Persiapan / Kontruksi (Development)
Persiapan/konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum operasi penambangan
dilakukan. Pekerjaan tersebut seperti pembuatan akses jalan tambang,
pelabuhan, perkantoran, bengkel, mes karyawan, fasilitas komunikasi
dan pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta
fasilitas pengolahan bahan galian.

5. Penambangan (Eksploitasi)
Penambangan bahan galian dibagi alas tiga bagian yaitu tambang
terbuka, tambang bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang
terbuka dikelompokkan atas quarry strip mine, open cut, tambang
alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah dikelompokkan
atas room and pillar, longwall, caving, open stope, supported stope, dan
shrinkage. Sistem penambangan dengan menggunakan kapal keruk
dapat dikelompokkan menjadi tambang bawah air, walaupun relatif
dangkal.
6. Pengolahan / Metalurgi
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus
diolah terlebih dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar
lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan galian, perlunya
spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah maka
harga jualnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah
diolah.
7. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat
konsumen. Biasanya, antara perusahaan pertambangan dan konsumen
terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang, dan penjualan sesaat.
8. Reklamasi
Merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang
rusak akibat penambangan. Reklamasi dilakukan dengan cara
penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan. Reklamasi perlu
dilakukan karena Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik,
kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan
aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan
sebagainya. Perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak
lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang
buruk, masuknya gulma / hama / penyakit tanaman, pencemaran air
permukaan / air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain.

2. Reklamasi
Kegiatan pertambangan dengan teknik pertambangan terbuka (surface
mining) telah menyebabkan perubahan bentang alam yang meliputi topografi,
vegetasi penutup, pola hidrologi, dan kerusakan tubuh tanah. Untuk
mengembalikan fungsi ekologis, ekonomi dan sosial dari lahan tersebut, maka
lahan bekas tambang perlu segera direklamasi. Keharusan untuk melakukan
reklamasi pada lahan - lahan bekas tambang tertuang dalam UU No. 4/2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan Pemerintah No.
78/2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya. Dalam reklamasi itu sendiri terdapat beberapa tahap yang
harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan, ditetapkan spesifikasi
rehabilitasi yang didukung oleh audit rehabilitasi yang ketat.
Seperti Peraturan Pemerintah no 78 tahun 2010 yang telah disinggung
sebelumnya bahwa sebelum reklamasi ini dilakukan perlu adanya
perencanaan reklamasi agar segala kegiatan reklamasi yang dilakukan
terencana dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Perencanaan yang
dilakukan dibuat dalam jangka waktu 5 tahun sekali dan jika umur tambang
di bawah 5 tahun maka disesuaikan dengan umur tambang. Selain itu rencana
reklamasi ini dibuat setiap 1 tahun agar kegiatan reklamasi dapat terpantau
dan sesuai rencana reklamasi yang telah dibuat di awal.

3. Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi


Program reklamasi dalam kegiatan pertambangan adalah hal mutlak
yang harus dilakukan. Pada pelaksanaan kegiatan pertambangan selalu
dihadapkan pada dua kenyataan yang bertentangan yaitu disatu pihak
membutuhkan sumber daya mineral yang tidak dapat diperbarui dan dilain
pihak kegiatan pertambangan mengorbankan sumber alam dan lingkungan
sekitarnya bila tidak dikelola dengan baik.
Untuk mengendalikan dampak negatif kegiatan penambangan, sekaligus
mengupayakan pembangunan sektor pertambangan berwawasan lingkungan,
maka kegiatan penambangan yang berdampak besar dan penting diwajibkan
mengikuti peraturan perundangan yang mengatur pengendalian dampak
negatif penambangan. Kewajiban pelaksanaan kegiatan reklamasi pasca
penambangan di wilayah negara Indonesia, berdasarkan pada peraturan-
peraturan sebagai berikut :
a. Pasal 96 dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Pasal ini menyatakan bahwa
setiap pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan termasuk kegiatan reklamasi
dan pasca tambang, serta menentukan keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan.
b. Pasal 6 dalam UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup. Pasal ini menyatakan bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.
c. Pasal 2 dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi dan
Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara. Peraturan ini menyatakan bahwa pelaksanaan reklamasi oleh
pemegang IUP operasi produksi dan IUPK operasi produksi wajib
memenuhi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan, keselamatan, dan kesehatan kerja (K3), serta konservasi
mineral dan batubara.
d. Pasal 6 dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.
Pasal ini menyatakan bahwa perusahaan wajib menyusun Rencana
Reklamasi dan Rencana Penutupan Tambang.
e. Pasal 43 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang
Rehabilitas dan Reklamasi Hutan. Pasal ini menjelaskan bahwa
kegiatan reklamasi hutan pada kawasan bekas area pertambangan
dilakukan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan serta
dilakukan oleh pemegang izin penggunaan kawasan hutan untuk
kegiatan di luar kehutanan.
f. Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan
pasca tambang. Peraturan ini menyatakan bahwa setiap pemegang IUP
Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi wajib memiliki rencana kegiatan
reklamasi tambang dan melaksanakan kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang jika tambangnya telah memasuki masa akhir tambang yang
berprinsip pada pengelolaan lingkungan hidup.

4. Prinsip Dasar Reklamasi Lahan Bekas Tambang


Berdasarkan Pasal 2 dalam PERMEN ESDM No. 7 Tahun 2014, sebelum
melakukan kegiatan reklamasi harus memenuhi beberapa prinsip dasar
sebagai berikut:
1.Prinsip perlindungan lingkungan hidup berdasarkan baku mutu
lingkungan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang meliputi:
a. Kualitas air permukaan, air tanah dan tanah serta udara harus
sesuai dengan baku mutu lingkungan.
b. Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing,
lahan bekas tambang.
c. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati.
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya.
e. Aspek sosial, budaya dan ekonomi.
2. Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3), meliputi:
a. Perlindungan keselamatan para pekerja.
b. Perlindungan para pekerja dari penyakit akibat kerja.
2. Prinsip konservasi mineral dan batuan, meliputi:
a. Penambangan yang optimum.
b. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan pemurnian yang
efektif dan efisien.
c. Pengelolaan dan pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar rendah,
dan mineral ikutan serta batubara kualitas rendah.
d. Pendataan sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang serta sisa pengolahan dan pemurnian.

5. Perencanaan Reklamasi
Untuk dapat melakukan kegiatan reklamasi, pihak perusahaan diwajibkan
memiliki suatu perencanaan kegiatan reklamasi agar pada saat pelaksanaan
semua kegiatannya dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Perencanan
reklamasi harus dipersiapkan sebelum kegiatan operasi penambangan
berlangsung. (Iskandar Suwardi 2009).
Adapun beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam kegiatan
reklamasi adalah sebagai berikut :
Persiapan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
a. Luas area yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
b. Pemindahan dan penempatan tanah pucuk pada tempat tertentu.
c. Pengembalian dan perbaikan kandungan bahan beracun hingga mencapai
tingkat aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
d. Pengembalian lahan seperti keadaan semula yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
e. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
f. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
g. Penggemburan tanah atau penanaman tanaman pionir yang akarnya
mampu menembus tanah yang keras.
h. Penanaman kembali lahan bekas tambang jenis tanaman yag sesuai dengan
rencana rehabilitasi.
i. Memantau dan mengelola area reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
6. Kegiatan Reklamasi
Sebelum melakukan kegiatan reklamasi perlu diketahui sebelumnya
beberapa tahapan dari kegiatan reklamasi. Tahapan-tahapan dari kegiatan
reklamasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (Iskandar Suwardi
2009).
a. Persiapan lahan.
b. Penataan lahan (recounturing).
c. Revegetasi atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lainnya.

7. Penatagunaan Lahan
Lahan yang akan direklamasi harus ditata terlebih dahulu agar lereng-
lereng tidak menyebabkan erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan daya tahan
tanah di area penambangan.

8. Penentuan Alat Mekanis


Penentuan alat mekanis dilakukan guna untuk menentukan hasil produksi
top soil (tanah penutup) untuk menutupi lubang bukaan yang akan ditutup
(direklamasi) Agar dapat menentukan atau merencanakan yang realistis dan
terarur maka harus dipelajari dan diamati kengan keadaan lapangan kerja,
sehingga dalam produksi kita dapat menentukan alat yang cocok dan dapat
memenuhi target produksi.
Komponen-komponen lapangan kerja perlu diperhatikan ialah :
1. Jalan-jalan dan saran pengangkutan yang ada
Perlu diamati dan dicatat adalah cara pengangkutan yang dapat dipakai
untuk mengangkut alat-alat bisnis dan logistic ke tempat kerja. Beberapa
kemungkinan :
• Dilalui atau dekat jalan umum
• Dilalui atau dekat jalur kereta api
• Dekat dengan lapangan terbang atau pelabuhan
• Belum ada jalan umum ataupun jalur kereta api
2. Tumbuh-tumbuhan (vegetasi)
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di di tempat kerja perlu
diteliti apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa, pohon besar,
dsb. Sehingga dapat ditetapkan alat-alat yang perlu dipakai.
3. Macam material dan perubahan volumenya
Setiap macam tumbuhan atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat
fisik yang berbeda-beda. Sehingga kondisi material yang terdapat di lokasi
kerja harus di catat dan dianalisis dengan tepat macam-macamnya.
4. Daya dukung material
Daya dukung material ini adalah kemampuan material untuk menopang
atau mendukung alat-alat berat yang terletak diatasnya.

5. Iklim
Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau (kering). Yang sering menghambat pekerjaan adalah pada waktu
musim hujan, sehingga hari-hari kerja menjadi pendek. Jika hujan sangat
lebat sehingga tanah menjadi becek dan lengket dan akan menggangu
kegiatan produksi karena alat-alat berat tidak akan bekerja dengan baik.
6. Ketinggian dari permukaan air laut
Yang berpengaruh dari ketinggian lokasi dari permukaan air laut ini adalah
mesin dari alat berat yang dipergunakan, karena kerapatan udara akan rendah
pada ketinggian yang tinggi. Contohnya mesin deasel akan yang

- Kemampuan Produksi Alat


Kemampuan produksi alat dapat digunakan untuk menilai kinerja dari alat
muat dan alat angkut. Semakin baik tingkat penggunaan alat maka semakin
besar produksi yang dihasilkan.
a. Produksi Alat Gali Muat (Excavator)
Menurut Handbook Komatsu Edition 28 (2007), produktivitas excavator
dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan (1)

……………………………………………………….(1)
Ket :
Q = Produktivitas alat gali-muat (bcm/jam untuk tanah atau ton/jam untuk
batubara sesuai density batubara)
KB = Kapasitas bucket (m3)
Eff = Efisiensi kerja
FB = Factor bucket
SF = Swell factor
CT = Waktu edar alat gali-muat excavator (detik)

b. Produksi Alat Angkut (DumpTruck)


Menurut Handbook Komatsu Edition 28 (2007), produktivitas dump truck
dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan (2)

………...............................(2)

Keterangan:
Q = Produktivitas dump truck (bcm/jam untuk tanah atau ton/jam untuk
batubara sesuai density batubara)
n = Jumlah pengisian
KB = Kapasitas bucket (m3)
Eff = Efisiensi kerja
FB = Factor bucket
SF = Swell factor
CT = Waktu edar alat gali-muat excavator (detik)

9. Penempatan Tanah pucuk


Penempatan tanah pucuk dilakukan agar dapat digunakan secara efisien.
Karena pada umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk
diletakan pada jalur tanaman atau bisa juga diletakkan pada lubang tanam.
Dalam pelaksanaan kegiatan recontouring ini dibutuhkan beberapa alat
mekanis seperti alat gali, alat muat dan alat angkut agar kegiatan
recontouring ini dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah faktor-faktor dari
alat pada saat melakukan recontouring:(Partanto, Projosumarto 2005)
a) Faktor Pengembangan / Faktor Pemuaian (Swell Factor)
Material di alam ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi
dengan baik, tetapi apabila digali atau diberai dari tempat aslinya akan terjadi
pengembangan volume. Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan
volume berai (loose) dikenal dengan istilah faktor pengembangan (swell
factor). Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume
material yang diperhitungkan pada waktu penggalian selalu ada yang disebut
“bank yard” atau volume aslinya di alam. Sedangkan apa yang harus kita
angkut adalah material yang telah mengembang karena digali. Sebaliknya bila
bank yard tersebut dipindahkan, lalu dipadatkan kembali maka volumenya
akan berkurang. Berikut persamaan untuk mengetahui besaran swell factor
berdasarkan material :

....... ………………………………(3)

Keterangan :
V loose = Volume Material loose,
LCM V insitu = Material insitu, BCM
b) Efisiensi Kerja Alat Mekanis
Efisiensi kerja alat mekanis dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
keterampilan operator, perbaikan alat, keterlambatan kerja dan sebagainya.
Dalam hubungan dengan efisiensi kerjanya, maka perlu juga diketahui
mengenai kesediaan dan penggunaan alat mekanis. Karena hal ini
mempunyai nilai kerja yang bersangkutan.

Tabel 1. Efisiensi Kerja (Handbook Komatsu Edisi 28)


Kondisi Operasi Efisiensi Kerja(%)
Baik 0.83
Rata-rata 0.80
Agak sulit 0.75
Sulit 0.70

c) Efisiensi Operator
Efisiensi operator pada saat menggerakkan alat sangat sulit untuk
diketahui secara tepat, karena selalu berubah-ubah tergantung dengan
keadaan cuaca, kondisi alat, suasana kerja, dan hambatan-hambatan yang
tidak dapat dihindari oleh operator. Dalam waktu 60 menit operator jarang
sekali dapat bekerja selama 60 menit. Misalnya dalam waktu kerja 60 menit
operator hanya bekerja 50 menit karena adanya hambatan-hambatan yang
sudah dijelaskan sebelumnya, maka dari itu dapat dilihat pada
d) Bucket Fill Factor
Bucket fill factor atau faktor pengisian bucket merupakan persentase atau
porsi bucket yang terisi material terhadap total kapasitas bucket.

Tabel 2. Bucket Fill Factor (Handbook Komatsu Edisi 28)


Bucket Fill
Faktor Menggali Bucket Excavator Factor
Kondisi mudah menggali tanah alami dari tanah liat, atau tanah yang 1.1 - 1.2
Lunak
Kondisi rata-rata menggali tanah berpasir dan tanah kering 1.0 - 1.1
Kondisi agak sulit menggali tanah alami, tanah berpasir dengan kerikil 0.8 - 0.9
Kondisi sulit menggali batu yang keras 0.7 - 0.8

10. Revegetasi
Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi
yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 60 Tahun 2009). . Revegetasi lahan tambang mengacu
kepada dokumen perencanaan seperti:
a) Dokumen AMDAL.
b) Dokumen Penutupan Tambang.
c) Dokumen Jaminan Reklamasi.
d) Dokumen RKTTL.
Untuk kegiataan revegetasi atau rehabilitasi. Bentuk rehabilitasi di
sesuaikan dengan fungsi kawasan penggunaan akhir kawasan pasca tambang.
Hal ini dapat memberikan kebingungan, dmana apabila lahan tersebut adalah
hutan, maka harus ada kompensasi dari perusahaan untuk penebangan pohon.
Sebelum pelaksanaan revegetasi terlebih dahulu perlu memperhatikan hal-
hal dalam memilih jenis tumbuhan, selain dipilih jenis tanaman lokal
(sebelum dilakukan kegiatan penambangan) yang sesuai dengan iklim dan
kondisi, tetapi perlu juga dipilih dan dicoba jenis tanaman lain yang dapat
berproduksi dan sesuai dengan jenis atau kondisi tanah, baik itu unsur-unsur
hara dalam tanah maupun pH tanah. Kemudian dilakukan cara penanaman
kembali pada lahan bekas penambangan.
Dalam hal ini untuk kegiatan revegetasi perlu memperhatikan antara jenis
tanaman yang dipilih dan syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lahan, agar
kriteria keberhasilan reklamasi dapat tercapai. Apabila pemilihan tanaman
tepat dan sesuai terhadap kondisi lahan yang akan direklamasi, maka:
a. Tanaman dapat tumbuh dengan baik
b. Persentase tumbuh tanaman yang diinginkantercapai
c. Jumlah tanaman tiap Hektar memenuhi target
d. Kombinasi jenis tanaman sesuai serta kesehatantanaman baik
Jika hal tersebut terlaksana maka keberhasilan reklamasi pada aspek
revegetasi dapat dikatakan berhasil karena telah sesuai dengan kriteria
keberhasilan reklamasi yang ditetapkan (Laksa,2015).

11. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan dalam kegiatan reklamasi sangat penting, karena
apabila pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik, maka akan berdampak
kepada tingkat keberhasilan reklamasi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pascatambang, pemeliharaan hasil reklamasi meliputi
pemupukan tanaman, perawatan tanaman, dan pemberian obat–obatan
(pestisida). Hal ini dilakukan agar kondisi tanaman dapat selalu baik sampai
dengan terakhir saat penyerahan hasil reklamasi terhadap pemerintah.

12. Biaya Reklamasi


Analisis data dilakukan secara kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih agar
penelitian ini dapat memberi pahaman menyeluruh atas pembebanan biaya
reklamasi.Data sekunder hasil studi terdahulu digunakan sebagai basis
pendekatan. Untuk menghitung besarnya jaminan biaya reklamasi, biaya
total yang dikeluarkan menggunakan rumus berikut :

TC = FC + VC ……………………………………………………………(4)

Keterangan:
TC : Total Cost
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang


Reklamasi dan Pascatambang dan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya
Mineral No.7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan
Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
bahwa biaya reklamasi terdiri dari :
 Biaya Langsung
 Biaya Tidak Langsung

 Biaya Langsung :
a. Biaya pembongkaran fasilitas tambang (bangunan, jalan, kantor, dll),
kecuali ada persetujuan dari instansi yang berwenang bahwa fasilitas
tersebut akan digunakan pemerintah.
b. Biaya penataan kegunaan lahan yang terdiri dari :
- Sewa alat – alat berat dan mekanis
- Pengaturan permukaan lahan
- Pengisian kembali lahan bekas tambang
c. Biaya Reklamasi meliputi :
- Analisis kualitas kualitas tanah
- Pemupukan
- Pengadaan bibit
- Penanaman, dll
d. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang.
 Biaya Tidak Langsung :
Untuk biaya tidak langsung dibagi kedalam 3 jenis, dan dari setiap biaya
tidak langsung tersebut dibuat berdasarkan persentase dari biaya
langsung terhadap grafik biaya reklamasi
a. Biaya perencanaan reklamasi
b. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor/pihak ketiga pelaksana
reklamasi.
c. Biaya Supervisi

I. PENELITIAN TERDAHULU
Menurut Riko Suryanata dalam penelitiannya yang berjudul “Perencanaan
Kegiatan dan Biaya Reklamasi Penambangan Batuan Andesit di PT. Desira Guna
Utama Gunung Siwaluh, Kampung Bolang, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”, menarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Luas lahan bekas tambang yang akan direklamasi adalah 0,9 ha di tahun
2015, 0,83 ha di tahun 2016, 0,91 ha di tahun 2017, 0,94 ha di tahun 2018
dan 0,93 ha di tahun 2019.
2. Rencana kegiatan reklamasi PT Desira Guna Utama ini telah
diperhitungkan dengan merencanakan biaya yang akan dikeluarkan.
Adapun biaya langsung rencana kegiatan reklamasi periode operasi
produksi (2015 – 2019) adalah sebesar Rp. 480.301.588 dan biaya tidak
langsungnya sebesar Rp. 117.280.928,47
3. Total biaya reklamasi PT Desira Guna Utama untuk periode 2015 sampai
tahun 2019 adalah sebesar Rp. 641.202.618,8

K. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggabungkan antara teori
dengan data di lapangan sehingga di dapat pendekatan penyelesaian masalah. Dan
metodologi penelitian yang dilakukan adalah :
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang
diperoleh dari instansi terkait, perpustakaan, dan informasi-informasi lainnya
yang berkaitan. informasi yang diperoleh dari studi literatur berupa literatur-
literatur yang berhubungan dengan aspek lingkungan.
2. Penelitian di lapangan
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa
tahap, yaitu:
a. Orientasi lapangan
Dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung serta mencari
informasi pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Pengambilan data
Proses pengambilan data dilakukan dengan mengambil data yang berkaitan
dengan penelitian pada lokasi pengamatan. Data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer diukur langsung pada lokasi penelitian. Data primer yang
diambil meliputi:
1. Data Citra Udara
Data citra udara digunakan untuk mengetahui luasan area lahan bekas
penambangan Batubara untuk mempermudah perencanaan reklamasi.
2. Data Cycle Time Alat Angkut
3. Data Cycle Time Alat Gali Muat

b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan referensi dari
perusahaan dan buku-buku handbook atau laporan perusahaan yang
mendukung :
1. Data Luas Area Timbunan
2. Data Spesifikasi Alat
3. Data Rencana Reklamasi dan Vegetasi
c. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah seluruh data hasil penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan
proses pengolahan data dengan menganalisis dan menggabungkan antara data
primer dan data sekunder sehingga didapatkan hasil pembahasan yang akan
menjadi kesimpulan dari permasalahan yang ada.

Kajian Teknis dan Ekonomis Perencanaan Reklamasi Lahan


Bekas Penambangan Batubara di PT. Menambang Muara
Enim, MUARA ENIM, SMUATERA SELATAN g

Permasalahan :

1. Bagaimana rencana teknis reklamasi lahan bekas penambangan di PT.


Menambang Muara Enim?
2. Berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang PT. Menambang Muara Enim?
3. Bagaimana perbandingan biaya reklamasi dengan jaminan biya reklamasi dari
perusahaan?
4. Bagaiman rencana biaya reklamasi dan penutupan tambang ?

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


a) Data Studi Kelayakan Tambang
a. Data Luasan Area lahan bekas
b) Data Kualitas Timah
tambang. c) Data WIUP dan IUP
b. Data kualitas air d) Data Revegetasi lahan reklamasi
c. Data Jumlah alat gali muat
dimiliki oleh perusahaan.
d. Data Cycle Time Alat gali muat.
Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 7. Diagram Alir Penelitian


L. JADWAL PENELITIAN
Sesuai dengan surat permohonan yang kami ajukan, kami bermaksud
melaksanakan Tugas Akhir pada tanggal 18 Desembaer2019 sampai 18
September 2020 dengan perincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :

Minggu
No Uraian Kegiatan
1-2 3-4 5-6 7-8
1 Persiapan
2 Survei Pendahuluan
3 Pengumpulan Data
4 Analisa
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan Akhir

M. PENUTUP
Demikianlah proposal permohonan penelitian Tugas Akhir yang
direncanakan dilakukan di PT. Menambang Muara Enim Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan. Besar harapan saya untuk dapat melakukan penelitian Tugas
Akhir ini. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami mengucapkan terima
kasih.
N. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.a2018.aTahapanaKegiatanaaPenambangan.ahttps://www.literasipublik.c
om/tahapan-kegiatan-pertambangan. (diakses pada 30 Juli)

Iskandar, Suwardi. 2009. Meningkatkan Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas


Tambang . Bogor : IPB.

Hilmansyah, D. 2016. Rencana Teknis dan Biaya Reklamasi Tambang Pasir Area
Blok 4 Seluas 3 Ha di PT. Bunkasarana Pratama Desa Cibinong Hilir,
Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur,Provinsi Jawa Barat. Universitas
Islam Bandung.

Komastsu. 2007. Spesifications and Application Hand Book Edition 28. Japan:
Komatsu Ltd, (hal. 75-80).

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010. Reklamasi dan Pasca Tambang


Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta:
Diundangkan di Jakarta, 20 Desember 2010.

Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014. Pelaksanaan Reklamasi dan


Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Jakarta: Ditetapkan di Jakarta, 28 Februari 2014.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2009.


Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. 17 September 2009.
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 317. Jakarta.

Permen ESDM Nomor 18 Tahun 2008. Reklamasi dan Penutupan Tambang.


Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta: Ditetapkan di
Jakarta, 29 Mei 2008.

Priyono. 2002. Konservasi Tanah dan Mekanis Pertanian. Panduan Kehutanan


Indonesia.

Prodjosumarto, Partanto. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis, Direktorat Jenderal


Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung.
San, Bukti, Dudi. 2017. Perencanaan Kegiatan dan Biaya Reklamasi
Penambangan Batuan Andesit di PT. Desira Guna Utama Gunung Siwaluh,
Kampung Bolang, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat. Universitas Islam Bandung.

Suprapto, Sabtanto Joko. 2014. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang Dan
Aspek Konservasi Bahan Galian. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral: Jakarta.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Jakarta: Ditetapkan di Jakarta, 19 September 1997.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara. Jakarta: Diundangkan di Jakarta, 12 Januari 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang membuat daftar riwayat hidup ini :

1. Nama Lengkap : Attarsyah Algifari


2. Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 6 juni 1998
3. Jenis Kelamin : Laki Laki
4. Kawin / Belum Kawin : Belum Kawin
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat Rumah : Jl Pencak
Silat f22, Kampus, Palembang
8. No. HP : 082288391232
9. Email : attar0698@gmail.com
10. Nama Orang Tua : Indah Monica
11. Pendidikan
a. SD Kartika II-3 Palembang tahun 2004 - 2010
b. SMP N 17 Palembang tahun 2010 - 2013
c. SMA N 17 Palembang tahun 2013 - 2016
d. Universitas Sriwijaya tahun 2016 - sekarang

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguh-


sungguhnya serta menurut keadaan yang sebenarnya.
Palembang Desmber 2019
Hormat Saya,

Attarsyah Algifari
NIM 03021381621093

Anda mungkin juga menyukai