Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

ANALISIS TEKNIS SISTEM DEWATERING BERDASARKAN


RENCANA PENAMBANGAN TAHUN 2015 PADA BLOK
TIMUR PT. MUARA ALAM SEJAHTERA KABUPATEN
LAHAT SUMATERA SELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya

OLEH
SANTO HADI ONASIS SIMANJUNTAK
NIM. 03101402003

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS TEKNIS SISTEM DEWATERING BERDASARKAN


RENCANA PENAMBANGAN TAHUN 2015 PADA BLOK
TIMUR PT. MUARA ALAM SEJAHTERA KABUPATEN
LAHAT SUMATERA SELATAN

SKRIPSI UTAMA

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh
SANTO HADI ONASIS SIMANJUNTAK
NIM. 03101402003

Palembang,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. Maulana Yusuf, MS, MT Bochori, ST, MT


NIP. 195909251988111001 NIP. 197410252002121003

Mengetahui, Dekan
Fakultas Teknik

Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA


NIP. 195308141985031002

ii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Santo Hadi Onasis Simanjuntak


NIM : 03101402003
Judul : Analisis Teknis Sistem Dewatering Berdasarkan Rencana
Penambangan Tahun 2015 Pada Blok Timur PT. Muara Alam
Sejahtera Kabupaten Lahat Sumatera Selatan

Menyatakan bahwa Laporan Skripsi saya merupakan hasil karya sendiri


didampingi tim pembimbing dan bukan hasil penjiplakan / plagiat. Apabila
ditemukan unsur penjiplakan / plagiat dalam Laporan Skripsi ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang
berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
dari siapapun.

Palembang, Juli 2015

Santo Hadi OS
03101402003

33
3
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Santo Hadi Onasis Simanjuntak


NIM : 03101402003
Judul : Analisis Teknis Sistem Dewatering Berdasarkan Rencana
Penambangan Tahun 2015 Pada Blok Timur PT. Muara Alam
Sejahtera Kabupaten Lahat Sumatera Selatan

Memberikan izin kepada Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk


mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya. Dalam
kasus ini saya setuju untuk menempatkan Pembimbing sebagai penulis
korespondensi (Corresponding author).
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
dari siapapun.

Palembang, Juli 2015

Santo Hadi OS
03101402003

44
4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir di PT. Muara Alam Sejahtera yang
berjudul “Analisis Teknis Sistem Dewatering Berdasarkan Rencana
Penambangan Tahun 2015 Pada Blok Timur PT. Muara Alam Sejahtera
Kabupaten Lahat Sumatera Selatan” dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini diucapkan juga terima kasih kepada Ir. H. Maulana
Yusuf, MS, MT, selaku pembimbing pertama dan Bochori, ST, MT, selaku
pembimbing kedua. Dan juga terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Badia Parizade, M.B.A. selaku Rektor Universitas Sriwijaya.
2. Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, D.E.A. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
3. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST,.MT dan Bapak Bochori ST,.MT selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Sriwijaya.
4. Pimpinan dan staf karyawan PT. Muara Alam Sejahtera yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memperlancar kegiatan
penelitian.
5. Para Dosen dan staf karyawan Jurusan Teknik Pertambangan yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan bantuannya selama
menempuh pendidikan di kampus.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kesalahan. Karena itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kelengkapan kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Semoga laporan ini berguna dan dapat menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang, Juli 2015 Penulis

5
RINGKASAN
ANALISIS TEKNIS SISTEM DEWATERING BERDASARKAN RENCANA
PENAMBANGAN TAHUN 2015 PADA BLOK TIMUR PT MUARA ALAM
SEJAHTERA KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN
Karya tulis ilmiah berupa Skripsi, 30 April 2015

Santo Hadi Onasis Simanjuntak; Dibimbing oleh Ir. H. Maulana Yusuf, MS, MT
dan Bochori, ST, MT

Technical Analysis Of Dewatering Systems Based On 2015 Mining Plan In East


Block, PT. Muara Alam Sejahtera Lahat South Sumatera

xiii +43 halaman, 13 gambar, 30 tabel, 10 lampiran

RINGKASAN

PT. Muara Alam Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di industri


pertambangan batubara yang merupakan induk dari PT. Baramulti Group
memiliki luas IUP 1745 Ha yang terdiri atas dua blok penambangan yaitu blok
barat dan blok timur. Metode penambangan yang diterapkan di pit penambangan
blok timur adalah open pit dengan kegiatan penambangan diserahkan kepada
kontraktor PT. Ulima Nitra. Untuk mengoptimalkan produksi sesuai rencana
penambangan tahun 2015 diperlukan analisa terhadap sistem dewatering tambang.
Sumber utama sistem dewatering di PT. Muara Alam Sejahtera adalah air yang
berasal dari air debit limpasan hujan, air tanah dan air penyerapan. Total debit air
yang masuk di pit blok timur maksimum pada tahun 2015 bulan Februari yaitu
sebesar 268.862,05 m3 dibutuhkan pemompaan selama 18 jam per hari dengan
debit pompa 540 m3/jam. Berdasarkan jumlah debit limpasan sump dapat penuh
terisi limpasan selama maksimal 3,3 hari artinya selama itu pompa diperolehkan
tidak bekerja karena sump dianggap masih aman untuk menampung air yang
masuk ketambang. Dengan komposisi lumpur sebesar 3% dari perkiraan volume
pemompaan, didapat volume lumpur lebih besar daripada volume kolam
pengendapan lumpur maka dibutuhkan pengurasan kolam pengendapan lumpur
yang tepat sebelum kolam penuh dengan endapan lumpur sehingga dibutuhkan
maksimal pengurasan sebanyak 23 kali dalam setahun.

Kata Kunci : Dewatering, pompa, sump, kolam pengendapan lumpur

6
SUMMARY
TECHNICAL ANALYSIS OF DEWATERING SYSTEMS BASED ON 2015
MINING PLAN IN EAST BLOCK, PT. MUARA ALAM SEJAHTERA,
LAHAT, SOUTH SUMATRA
Scientific Paper in the form of Skripsi, 30 April 2015

Santo Hadi Onasis Simanjuntak; Supervised by Ir. H. Maulana Yusuf, MS, MT


and Bochori, ST, MT

Analisis Teknis Sistem Dewatering Berdasarkan Rencana Penambangan Tahun


2015 Pada Blok Timur PT. Muara Alam Sejahtera, Lahat, Sumatera Selatan

xiii +43 pages, 13 picture, 30 table, 10 attachment

SUMMARY

PT. Muara Alam Sejahtera is a company engaged in the coal mining industry that
is the parent of PT. Baramulti Group has an area of 1745 Ha IUP consisting of
two mining are blocks west and block east. Mining method applied in pit mining
block to the east is an open pit mining operations handed over to the contractor
PT. Ulima Nitra. To optimize production according to the mining plan in 2015
required an analysis of the mine dewatering system. The main source of
dewatering system in PT. Muara Alam Sejahtera estuary is the water coming from
rainfall runoff discharge water, ground water and water absorption. Total
discharge of water entering in the eastern bloc maximum pit in February 2015 in
the amount of 268.862,05 m3 required pumping for 18 hours per day by discharge
pump 540 m3/h. Based on the amount of runoff discharge sump can be filled up
runoff for a maximum of 3.3 days means that during the pump sump is collected
does not work because it is still safe to accommodate the incoming water. With
the mud composition of 3% of the estimated volume of pumping, sludge obtained
a greater volume than the volume of the mud settling ponds required dewatering
sludge settling ponds just before the pool is filled with silt so it takes a maximum
of draining as much as 23 times a year.

Keywords: Dewatering, Pumps, Sump, Settling Ponds

vii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan .................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi .................................................. iii
Halaman Pernyataan Integritas ..................................................................... iv
Kata Pengantar .............................................................................................. v
Ringkasan ...................................................................................................... vi
Summary ....................................................................................................... vii
Daftar Isi ........................................................................................................ viii
Daftar Gambar ............................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ............................................................................................ xii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
1.7 Bagan Alir Penelitian ........................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Siklus Hidrologi ................................................................................... 5
2.1.1 Presipitasi .................................................................................... 5
2.1.2 Infiltrasi ....................................................................................... 10
2.1.3 Evapotranspirasi ......................................................................... 10
2.2 Air Tanah ............................................................................................. 11
2.3 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) ...................................... 12
2.4 Air Limpasan ....................................................................................... 13
2.5 Sistem Penyaliran ................................................................................ 14
2.5.1 Pumping (Pemompaan) .............................................................. 15
2.5.2 Hosting (Pemipaan) .................................................................... 17
2.5.3 Sump (Kolam Terbuka) .............................................................. 18
2.5.4 Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) .......................................... 20

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Kesampaian Daerah ............................................................................. 23
3.2 Lokasi PT. Muara Alam Sejahtera ....................................................... 23
3.3 Rancangan Penelitian ........................................................................... 25
3.3.1 Studi Literatur ............................................................................. 25
3.3.2 Orientasi Lapangan ..................................................................... 25
3.3.3 Pengumpulan Data ...................................................................... 25
3.3.4 Pengolahan Data ......................................................................... 25

888
3.3.5 Metode Penyelesaian .................................................................. 27

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Debit Air Yang Masuk Ke Tambang Tahun 2015 .............................. 30
4.1.1 Perhitungan Curah Hujan dan Intensitas Hujan .......................... 30
4.1.2 Perhitungan Debit Air Limpasan ................................................ 32
4.1.3 Perhitungan Debit Air Tanah ...................................................... 33
4.1.4 Perhitungan Evapotranspirasi ..................................................... 33
4.1.5 Perhitungan Total Debit Air ....................................................... 33
4.2 Analisa Pemompaan ............................................................................ 34
4.2.1 Perhitungan Head Total Pompa .................................................. 34
4.1.2 Analisa Kapasitas Pemompaan ................................................... 36
4.1.3 Rencana Jam Kerja Pompa ......................................................... 37
4.3 Analisa Kapasitas Sump ....................................................................... 37
4.4 Analisa Kolam Pengendapan Lumpur dan Rencana Pengurasan ......... 39
4.4.1 Kapasitas Kolam Pengendapan Lumpur ..................................... 40
4.4.2 Rencana Pengurasan Kolam Pengendapan Lumpur ................... 41

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 43
5.2 Saran .................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

9
9
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.1. Bagan Alir Penelitian ............................................................................. 4
2.1. Daur Hidrologi ....................................................................................... 5
2.2. Kurva Temperatur - Kekentalan ............................................................. 21
3.1. Peta Kesampaian Daerah ........................................................................ 23
3.2. Peta Layout Tambang PT. Muara Alam Sejahtera ................................. 24
4.1. Pompa Multiflo CF-48H ......................................................................... 35
4.2. Sketsa Pemompaan PT. Ulima Nitra ...................................................... 35
4.3. Kondisi Sump Pada Blok Timur ............................................................. 38
4.4. Kolam Pengendapan Lumpur Blok Timur ............................................. 39
C.1. Peta Catchment Area Tahun 2015 .......................................................... C-1
E.1. Desain Penelitian Air Tanah .................................................................. E-1
H.1. Pompa Multiflo CF-48H ......................................................................... H-1
H.2. Grafik Performance Pompa Multiflo CF-48H ....................................... H-2

1
0
1
0
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1. Reduced Variate (Y) Sebagai Fungsi Periode Ulang ............................. 8
2.2. Nilai Reduced Mean (Yn) ....................................................................... 9
2.3. Nilai Reduced Standard Deviation (Sn) ................................................. 9
2.4. Koefisien Permeabilitas .......................................................................... 12
2.5. Koefisien Limpasan ................................................................................ 14
2.6. Konstanta Hazen – Williams Berbagai Jenis Pipa .................................. 17
2.7. Koefisien Kerugian Dari Berbagai Katup ............................................... 18
3.1. Metode Penyelesaian .............................................................................. 27
4.1. Perkiraan Curah Hujan Tahun 2015 ....................................................... 31
4.2. Perkiraan Intensitas Hujan Tahun 2015 .................................................. 31
4.3. Debit Air Limpasan Tahun 2015 ............................................................ 32
4.4. Jumlah Evapotranspirasi Per Bulan Tahun 2015 .................................... 33
4.5. Total Volume Air Yang Masuk Ke Tambang Tahun 2015 .................... 34
4.6. Kapasitas Pemompaan Maksimum ......................................................... 36
4.7. Rencana Jam Kerja Pompa ..................................................................... 37
4.10. Analisa Kapasitas Sump .......................................................................... 45
4.11. Kapasitas Kolam Pengendapan Lumpur ................................................. 47
4.12. Rencana Pengurasan Kolam Pengendapan Lumpur ............................... 48
A.1. Data Curah Hujan Bulanan Merapi Barat Tahun 2005 - 2014 ............... A-1
A.2. Rata-rata Jam Hujan Daerah Merapi Barat Tahun 2008 - 2012 ............. A-2
A.3. Jumlah Hari Hujan Bulanan Daerah Merapi Barat 2008 - 2012 ............ A-3
B.1. Perhitungan Simpangan Baku ................................................................. B-1
B.2. Perhitungan Prediksi Curah Hujan Perbulan Tahun 2015 ...................... B-2
B.3. Prediksi Curah Hujan Perhari Tahun 2015 ............................................. B-3
B.4. Prediksi Intensitas Curah Hujan Tahun 2015 ......................................... B-4
D.1. Perhitungan Debit Air Limpasan ............................................................ D-1
E.1. Koefisien Permeabilitas Lapisan Batupasir dan Batubara ...................... E-2
E.2. Perhitungan Debit Air Tanah .................................................................. E-3

1
1
1
1
F.1. Debit Evapotranspirasi Tahun 2015 ....................................................... F-1
G.1. Perhitungan Total Debit Air Yang Masuk Ke Tambang ........................ G-1

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
A. Data Curah Hujan, Jam Hujan Rata-Rata, Jumlah Hari Hujan .................. A-1
B. Perhitungan Curah Hujan ........................................................................... B-1
C. Peta Catchment Area Tahun 2015 .............................................................. C-1
D. Debit Air Limpasan .................................................................................... D-1
E. Air Tanah .................................................................................................... E-1
F. Evapotranspirasi ......................................................................................... F-1
G. Prediksi Total Debit Air Yang Masuk Ke Tambang .................................. G-1
H. Spesifikasi Pompa ...................................................................................... H-1
I. Perhitungan Head Pompa ............................................................................ I-1
J. Perhitungan Pengendapan Lumpur .............................................................. J-1

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara merupakan salah satu bahan energi alternatif sebagai bahan
pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis di Indonesia.
Cadangan batubara di Indonesia cukup melimpah dan harganya sangat kompetitif.
Di beberapa tempat terindikasi adanya endapan batubara yang cukup potensial
untuk dikembangkan, salah satunya adalah di kecamatan Merapi Barat,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Penambangan Batubara di
Kabupaten Lahat cukup banyak yang melibatkan teknologi tinggi dan modal yang
cukup besar. Salah satu perusahaan yang sedang beroperasi yaitu PT Muara Alam
Sejahtera.
PT Muara Alam Sejahtera adalah perusahaan penambangan batubara yang
menerapkan sistem penambangan terbuka dalam kegiatannya. Untuk memenuhi
kebutuhan pengguna batubara maka diperlukan manajemen yang baik dari
pembongkaran, pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan batubara sehingga
antara produksi batubara dan permintaan yang semakin meningkat dapat berjalan
dengan selaras. PT Muara Alam Sejahtera telah melakukan pengupasan batubara
dengan luas IUP operasi produksi sekitar 1754 Ha dan akan meningkatkan
produksinya pada tahun 2015 (Laporan Eksplorasi PT. Muara Alam Sejahtera,
2013). Masalah di tambang yang sangat mempengaruhi dalam aktivitas
penambangan dan keselamatan tambang adalah air. Air tersebut berasal dari air
hujan, air limpasan berdasarkan luas catchment area dan air tanah. Semua air
tersebut akan terkumpul didasar tambang sehingga air tersebut harus dikeluarkan
agar tidak mengganggu aktivitas penambangan. Dibutuhkan upaya
penanggulangan optimal untuk menangani air yang masuk ke area penambangan.
Curah hujan rata-rata tambang PT. Muara Alam Sejahtera adalah sebesar
253,25 mm/bulan dan kapasitas aktual volume sump pada pit penambangan blok
timur adalah sebesar 7.887 m3. Untuk memompakan air dari sump menuju kolam
pengendapan lumpur, digunakan pompa model Multiflo CF-48H yang memiliki

1 Universitas Sriwijaya
2

debit pemompaan maksimum sebesar 200 L/detik atau sebesar 720 m3/jam secara
spesifikasi namun aktualnya debit aktual pompa hanya sebesar 110 L/detik atau
sebesar 396 m3/jam sehingga pada musim-musim penghujan sering terjadi
perluapan air di sump. Untuk itu dibutuhkan analisa terhadap sistem dewatering
pada tahun 2015 agar pompa mampu memompakan air yang masuk dan tidak ada
perluapan air pada sump yang dapat menghambat kegiatan penambangan.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana debit air yang masuk ke tambang pada tahun 2015?
2. Bagaimana kapasitas pompa dan rencana jam kerja pompa berdasarkan rencana
penambangan pada tahun 2015?
3. Bagaimana kapasitas sump berdasarkan jumlah debit air yang masuk ke
tambang pada tahun 2015?
4. Bagaimana kapasitas kolam pengendapan lumpur dan rencana pengurasan
kolam pengendapan lumpur berdasarkan volume pemompaan pada tahun
2015?

1.3 Batasan Masalah


Penelitan ini dibatasi hal-hal sebagai berikut :
1. Analisa dewatering hanya pada area penambangan blok timur PT. Ulima Nitra
di PT. Muara Alam Sejahtera.
2. Catchment area yang digunakan adalah berdasarkan peta rencana
penambangan pada tahun 2015.
3. Analisa pompa hanya pada jenis pompa yang dipakai oleh PT. Ulima Nitra
yaitu pompa Multiflo CF-48H.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui total debit air yang masuk ke tambang pada tahun 2015.
2. Untuk mengetahui kapasitas pompa dan merencanakan jam kerja pompa
berdasarkan rencana penambangan pada tahun 2015.

Universitas Sriwijaya
3

3. Untuk menganalisa kapasitas sump berdasarkan jumlah debit air yang masuk
ke tambang pada tahun 2015.
4. Untuk menganalisa kapasitas kolam pengendapan lumpur dan merencanakan
pengurasan kolam pengendapan lumpur berdasarkan volume pemompaan pada
tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan dasar pemikiran bagi perusahaan dalam pemilihan pompa.
2. Dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi perusahaan dalam
merencanakaan sistem dewatering tambang.
3. Dapat menjadi dasar pemikiran bagi perusahaan dalam merawat kolam
pengendapan lumpur.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bab 1 Pendahuluan
Merupakan bab pembuka yang menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pembuatan laporan tugas akhir, terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
penulisan, dan bagan alir penelitian.
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka
Merupakan teori dari sistem penirisan tambang yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Bab 3 Metode Penelitian
Merupakan penjelasan mengenai kesampaian daerah, lokasi penelitian dan
rancangan penelitian yang terdiri dari studi literatur, orientasi lapangan
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data.
4. Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Merupakan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan yang
isinya berupa jumlah debit air yang masuk ke tambang, kapasitas pompa dan
rencana jam kerja pompa, kapasitas sump, dan kapasitas kolam pengendapan
lumpur serta rencana pengurasannya.

Universitas Sriwijaya
4

5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran


Merupakan kesimpulan dan saran berdasarkan pengamatan dan pengolahan
data yang dilakukan selama pengamatan di lapangan.

1.7 Bagan Alir Penelitian

ANALISIS TEKNIS SISTEM DEWATERING BERDASARKAN RENCANA


PENAMBANGAN TAHUN 2015 PADA BLOK TIMUR PT MUARA ALAM
SEJAHTERA KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

ORIENTASI LAPANGAN

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER: DATA SEKUNDER:


- Sump aktual - Peta luas catchment area pada tahun 2015
- Pemipaan aktual - Curah hujan 10 tahun
- Pompa aktual - Spesifikasi pompa Multiflo CF-48H
- Kolam pengendapan lumpur aktual - Debit air tanah
- Rencana sump tahun 2015
- Rencana kolam pengendapan lumpur tahun 2015

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

- Analisa kapasitas pemompaan


- Analisa kapasitas sump
- Analisa kolam pengendapan lumpur

KESIMPULAN

Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi


Air yang berada di dalam maupun di permukaan bumi mengalami proses
yang membentuk daur. Secara umum daur hidrologi terjadi karena air yang
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut akan terkondensasi dan kembali
jatuh ke bumi (Gambar 2.1). Kejadian ini disebut presipitasi yang dapat berbentuk
hujan, salju, atau embun. Peristiwa perubahan air menjadi uap air dan bergerak
dari permukaan tanah ke udara disebut evaporasi, sedangkan penguapan air dari
tanaman disebut transpirasi. Jika kedua proses ini terjadi secara bersama-sama
maka disebut evapotranspirasi (Soemarto, 1999).

Gambar 2.1 Daur Hidrologi (Soemarto, 1999)

2.1.1 Presipitasi
Presipitasi adalah kedalaman cairan yang terakumulasi di atas permukaan
bumi bila seandainya tidak terdapat kehilangan. Semua air yang bergerak di dalam
bagian lahan lahan dari daur hidrologi secara langsung maupun tidak langsung

5 Universitas Sriwijaya
6

berasal dari presipitasi. Sumber dari presipitasi adalah laut, udara membawa titik-
titik uap air laut bergerak menuju daerah dataran tinggi yang dapat menyebabkan
air mendingin sampai dibawah titik embun dan menyebabkan presipitasi berupa
air hujan, salju, dan bentuk presipitasi lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
presipitasi adalah sebagai berikut (Syehan, 1990) :
a. Garis Lintang
b. Ketinggian tempat
c. Jarak dari sumber-sumber air
d. Posisi di dalam dan ukuran masa tanah benua atau daratan
e. Arah angin yang umum (menuju atau menjauhi) terhadap sumber-sumber air
f. Hubungannya dengan deretan gunung
g. Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan

Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan. Jika
membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus ditinjau, yaitu (Soemarto,
1999):
a. Intensitas (i), adalah laju curah hujan persatuan waktu, misalnya mm/menit,
mm/jam, mm/hari.
b. Lama waktu atau durasi (t), adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit
atau jam.
c. Tinggi hujan (d) adalah banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air
diatas permukaan datar, dalam mm.
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan yang biasanya
dinyatakan dengan waktu ulang (return periode) T, misalnya sekali dalam T
tahun.
e. Luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2.
Tahapan menentukan kuantitatif data presipitasi atau curah hujan
(Soemarto, 1999):
1. Pengukuran presipitasi atau curah hujan
Pengukuran peresipitasi dapat dilakukan dengan alat pengukur curah hujan
yaitu penangkar hujan dan pencatat hujan. Penangkar hujan untuk menampung

`Universitas Sriwijaya
7

hujan yang jatuh dikawasan tersebut, sedang pencatat hujan untuk mencatat
tinggi hujan dari alat penangkar hujan.
2. Frekuensi pengukuran
Frekuensi pencatatan dan pengukuran terhadap curah hujan yang jatuh di suatu
kawasan dapat dilakukan sebanyak:
- Sekali dalam sehari, dilakukan dengan alat pengukur manual yang
mengukur tiap hari wadah penangkar hujan dengan waktu yang teratur.
- Sekali dalam seminggu atau sebulan, namun dilakukan dengan alat
pengukur otomatis yang mana menhasilkan data curah hujan setiap saat dan
di hubungkan dengan komputer di pusat komputer.
A. Periode ulang hujan
Curah hujan diperkirakan terjadi satu kali dalam n tahun, maka n tahun
dapat dianggap sebagai periode ulang dari x. Perhitungan periode ulang yang
paling banyak dipakai adalah Metode Gumbel. Metode Gumbel merupakan teori
harga ekstrim untuk menunjukan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim X1, X2,
X3, ..., Xn, dimana sample-samplenya sama besar, dan X merupakan variable
berdistribusi eksponensial, maka probabilitas kumulatipnya P dalam nama
sebarang harga di antara n buah harga Xn akan lebih kecil dari harga tertentu.
Persamaan Gumbel untuk mendapatkan perkiraan curah hujan dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini (Soewarno, 1995).

X =x + (Y-Yn) ............................................................................................... (2.1)


dimana :
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahun
x = Harga rata – rata sampel data curah hujan (dalam hal ini curah hujan
bulanan maksimum)
S = Simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah hujan
Y = Reduce variate, mempunyai nilai yang berbeda pada setiap periode ulang
Yn = Reduced mean, yang tergantung pada jumlah sample
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sample

`Universitas Sriwijaya
8

Besarnya simpangan baku (S) dapat dihitung dengan menggunakan rumus


(Soewarno, 1995):

S= ( x xi ) 2

............................................................................................. (2.2)
n 1

Dalam menentukan periode ulang hujan, maka harus diketahui terlebih


dahulu reduced variate, reduced mean, reduced standard deviation.
1. Reduced Variate (Y)
Menghitung nilai reduce variate menggunakan rumus (Soemarto, 1987) :

 T  1
Y   ln  ln  .......................................................................................... (2.3)
 T 
dimana :
Y = Reduced Variate
T = Periode ulang (tahun)

Tabel 2.1 Reduced Variate (Y) Sebagai Fungsi Periode Ulang (Soemarto, 1987)

Periode Ulang (T) Reduksi Variansi (Y)


2 0,367
5 1,4999
10 2,2504
100 4,6001
500 6,2136
1000 6,9072

2. Reduced Mean atau Koreksi Rata-rata (Yn)


Untuk menentukan nilai koreksi rata-rata, nilai reduced mean tergantung
atas banyak nya data curah hujan yang digunakan, data curah hujan minimal
digunakan dalam 10 tahun sebelumnya (Tabel 2.2) (Soemarto, 1987).

`Universitas Sriwijaya
9

Tabel 2.2 Nilai Reduced Mean (Yn) (Soemarto, 1987)

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5300 0,5820 0,5882 0,5343 0,5353
30 0,5363 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5400 0,5410 0,5418 0,5424 0,5430
40 0,5463 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5468 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,553 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0.5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,558 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600

3. Reduced Standard Deviation atau Koreksi Simpangan (Sn)


Untuk menentukan nilai Reduce Standard Deviation sama halnya dengan
mencari nilai Reduced Mean yaitu dilihat dari banyaknya data curah hujan yang
digunakan (Soemarto, 1987). Jumlah data curah yang dibutuhkan untuk mengolah
data pada persamaan gumbel manimal 10 tahun (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Nilai Reduced Standard Deviation (Sn) (Soemarto, 1987)

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0315 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,148 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1923 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734

B. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah presipitasi atau curah hujan yang jatuh pada
saat tertentu dalam satuan mm/menit, cm/jam, dan lain-lain (Syehan, 1990).
Untuk mencari intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
monobe (Soemarto, 1999):

`Universitas Sriwijaya
10

I= x .................................................................................... (2.4)
dimana :
I = intensitas (mm/jam)
d24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam
t = waktu konsentrasi (jam)

2.1.2 Infiltrasi
Air cair yang jatuh pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya
tidak kedap air, dapat bergerak kedalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan
kapiler dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Laju infiltrasi aktual adalah laju
air berpenetrasi ke permukaan tanah pada setiap waktu dengan gaya-gaya
kombinasi gravitasi, viskositas dan kapilaritas (Fac). Laju maksimum presipittasi
dapat diserap oleh tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (Fc)
untuk suatu intensitas curah hujan dilambangkan i. Jika intensitas curah hujan
lebih kecil dari kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi aktual lebih kecil dari
kapasitas infiltrasi (i < Fc, Fac < Fc) dan sebaliknya jika intensitas curah hujan
lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka kecepatan infiltrasi lebih kecil dari dari
kapsitas infiltras (i < Fc, Fac < Fc) i. Hal ini dikarenakan pada saat hujan, tidak ada
waktu air untuk terserap kedalam permukaan, karena debit air hujan yang tinggi
membawa partikel-partikel tertentu yang menutupi rongga-rongga pori tanah
(Seyhan, 1990).

2.1.3 Evapotranspirasi
Tidak semua prespitasi yang mencapai permukaan secara langsung
berinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan tanah. Sebagian
darinya akan hilang dalam bentuk evapotranspirasi yaitu proses dimana air
menjadi uap dan transpirasi yaitu proses dimana air menjadi uap melalui
metabolisme tanaman. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi laju
evapotranspirasi adalah (Suripin 2004) :
1. Faktor-faktor meteorologi
a. Radiasi Matahari

`Universitas Sriwijaya
11

b. Suhu udara dan Permukaan


c. Kelembaban
d. Angin
e. Tekanan Barometer

2. Faktor-faktor Geografi
a. Kualitas air (warna, sanitasi, dan lain lain)
b. Jeluk tubuh air
c. Ukuran dan bentuk permukaan air

3. Faktor-faktor lainnya
a. Kandungan lengas tanah
b. Karateristik kapiler tanah
c. Jeluk muka air tanah
d. Warna tanah
e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
f. Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain)

Untuk menafsir evapotranspirasi aktual tahunan rata-rata dan secara empiris


dijabarkan oleh Suripin, 2004. Rumus tersebut disajikan sebagai berikut :

P
E= .................................................................................... (2.5)
 P  
0.5
 2

0.9    
  L(T ) 
dimana :
E = Evapotranspirasi aktual rata-rata tahunan
P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
T = Suhu tahunan rata-rata (oC)
L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3

2.2 Air Tanah


Air Tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan air tanah dinamakan air jenuh
(staturated zone), sedangkan daerah tidak jenuh biasanya terletak di atas daerah

`Universitas Sriwijaya
12

jenuh sampai kepermukaan tanah, dimana rongga-rongganya berisi air dan udara.
Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi menyediakan air kepada zona bawah
tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan melakukan distribusi dan
mempengaruhi gerakan air tanah (Soemarto 1987). Aliran air tanah dalam akuifer
dapat dihitung dengan persamaan darcy. Persamaan darcy menurut CD. Soemarto
(1987) adalah sebagai berikut:

= ...................................................................................... (2.6)

dimana :
Q = Debit air tanah (m3/detik)
k = Koefisien permeabilitas (m/det)
= Luas penampang akuifer(m2)
H0 = Ketinggian awal air tanah (m)
H1 = Ketinggian air tanah sepanjang L (m)
= Panjang akuifer, jarak dari sumber (m)

Tabel 2.4 Koefisien Permeabilitas (Awang Suwandi, 2004)

Permeability Unit
No Description of Ground
Darcy Meinzer cm/det
1. Clay shale or dense rock with tight fractures,
0,0001 0,0018 9,7 x 10-8
considered impermeable in most excavations
2. Dense rock, few tight fractures, approximate
0,001 0,018 9,7 x 10-7
lower limit for oil production
3. Dense rock, 0.005 in fracture each sqft 0,5 9 4,8 x 10-4
4. Silt or clay, silt, fine sand. Few water well in less
1 18 9,7 x 10-4
permeable ground
5. Silt or clay, silt, fine sand. Few water well in less 19,4 x 10-4
2 36
permeable ground
6. Clean sand, medium and coarse (0,25 and 1.0
mm) 500 9.100 0,48
7. Clean gravel (70% larger than 2.0 mm) 1.250 22.750 1,2

2.3 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)


Catchment area menurut Awang Suwandi (2004) merupakan suatu areal
atau daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari

`Universitas Sriwijaya
13

titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup


yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti
kecenderungan arah gerak air. Dengan pembatasan catchment area maka
diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi
yang terendah pada catchment area tersebut. Pembatasan catchment area
biasanya dilakukan pada peta topografi, dan untuk perencanaan sistem penyaliran
di anjurkan dengan menggunakan peta rencana penambangan dan peta situasi
tambang.

2.4 Air Limpasan


Besarnya frekuensi banjir pada suatu kawasan dikendalikan oleh faktor-
faktor penyebab (intensitas presipitasi, lama hujan, frekuensi terjadinya hujan
angin dan luas daerah aliran) faktor-faktor lingkungan (faktor-faktor yang
mempengaruhi laju infiltrasi dan waktu konsentrasi (Soemarto, 1995). Tidak ada
satupun metode yang dapat memeberikan jumlah debit banjir yang tepat, namun
metode yang sangat sering digunakan karena kesederhanaannya adalah metode
rasional. Metode ini memberikan batasan jumlah air masuk dilihat dari limpasan
permukaan maksimum. Persamaan metode rasional menurut CD Soemarto (1995)
adalah sebagai berikut:

= . . ........................................................................................................ (2.7)
dimana:
Q = Limpasan permukaan maksimum (m3/jam)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.5)
i = Intensitas curah hujan (m/jam)
A = Luas catchment area/ daerah tangkapan hujan (m2)

`Universitas Sriwijaya
14

Tabel 2.5 Koefisien Limpasan (Awang Suwandi, 2004)

Kemiringan Jenis lahan C

< 3% (datar) Sawah, rawa 0,2


Hutan, perkebunan 0,3
Perumahan 0,4

3% - 15% (sedang) Hutan, perkebunan 0,4


Perumahan 0,5
semak-semak agak jarang 0,6
Lahan terbuka 0,7

>15% (curam) Hutan 0,6


Perumahan 0,7
Semak-semak agak jarang 0,8
Lahan terbuka daerah tambang 0,9

2.5 Sistem Penyaliran


Teknik penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian air masuk ke
lokasi penambangan. Perusahaan cendrung memutuskan teknik penyaliran dengan
mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi keselamatan kerja.
Selain itu dalam pemilihan teknik penyaliran harus memperhatikan prediksi cuaca
ekstrim yang akan terjadi di front penambangan agar mengurangi resiko bahaya
akibat tingginya debit air limpasan (Suwandhi, 2004).
Terdapat dua cara pengendalian air yang sudah telanjur masuk ke dalam
front penambangan, yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau membuat
paritan dan membuat adit. Sistem penyaliran dengan membuat kolam terbuka dan
paritan biasanya ideal diterapkan pada tambang open cast atau quarry, karena
dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan airnya dari bagian puncak atau
lokasi yang tinggi ke tempat yang rendah. Pompa digunakan pada posisi ini lebih
efisien, efektif dan hemat energi. Pada tambang open pit penggunaan pompa
menjadi sangat vital untuk menaikan air dari dasar tambang ke permukaan dan

`Universitas Sriwijaya
15

kerja pompa pun cukup berat. Kadang-kadang tidak cukup digunakan hanya 1 unit
pompa, tetapi harus beberapa pompa yang dihubungkan seri untuk membantu
daya dorong dari dasar sampai permukaan. Artinya unsur biaya pemompaan harus
diperhatikan. Sedangkan sistem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka
open pit dengan syarat lokasi penambangan harus mempunyai lembah tempat
sumuran dan adit agar air dapat keluar (Suwandhi, 2004).

2.5.1 Pumping (Pemompaan)


Untuk memindahkan zat cair keluar dari tambang diperlukan kegiatan
pemompaan dengan bantuan gaya tekan yang dihasilkan dari sebuah alat pada
pompa dimana dapat mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat
yang lebih tinggi. Pemasangan pompa dapat dilakukan dengan cara seri dan
paralel. Pemasangan pompa secara seri dilakukan karena head pompa yang
digunakan tidak mencukupi untuk menaikkan air sampai ketinggian tertentu.
Pemasangan pompa secara paralel dilakukan karena debit pompa yang digunakan
tidak mencukupi untuk mengeluarkan air sehingga harus digunakan dua pompa
atau lebih yang dipasang secara paralel.
Pandanglah aliran suatu zat cair melalui suatu penampang saluran. Pada
penampang tersebut zat cair mempunyai tekanan statis p (kgf/m 2), kecepatan rata-
rata v (m/s) dan ketinggian Z (m). Maka zat cair tersebut pada penampang yang
bersangkutan mempunyai head (m). Untuk perhitungan head pompa digunakan
prinsip Bernoulli. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan
menurut Sularso dan Haruo Tahara (2000) ditunjukan dalam persamaan dibawah
ini:

H= + + z ......................................................................................... (2.8)
γ

dimana :
P = tekanan (bar)
γ = berat spesifik (kN/m3)
V = kecepatan aliran fluida (m/s2)
Z1 = elevasi hisap (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

`Universitas Sriwijaya
16

Head total pompa menurut Sularso dan Haruo Tahara (2000) dapat ditulis
sebagai berikut:

H = + H + ∆H − H ........................................................................ (2.9)

dimana:
H = Head total pompa (m)
ha = Head statis total (m), Δhp = Perbedan head tekan yang bekerja pada kedua
permukaan air (m)
hl = Beberapa keruguian head di pipa, katup, belokan, dambungan, dll (m)
Vd = kecepatan aliran rata-rata dititik keluar pipa (m/s)

Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pemompaan persatuan
waktu dapat ditulis sebagai berikut menurut Sularso dan Haruo Tahara (2000) :

........................................................................................ (2.10)
= .............
dimana:
Pw = Daya air (kW)
H = Head total pompa (m)
Q = Debit (m3/detik)
= Berat spesifik (kN/m3)

Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah


sama dengan daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut ini menurut Sularso dan Haruo Tahara (2000) :

= ......................................................................................................... (2.11)

dimana:
= Effisiensi pompa
Pw = Daya air (kW)

`Universitas Sriwijaya
17

2.5.2 Hosting (Pemipaan)


Pipa (hosting) digunakan untuk keperluan pemompaan dalam aktivitas
penambangan. Sistem pemipaan akan sangat berhubungan erat dengan head
kerugian yang dihasilkan oleh pipa. Menurut Sularso dan Haruo Tahara (2000)
perhitungan besarnya head loss pada pipa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Hazen-William yaitu sebagai berikut :
1. Head loss pada pipa panjang

. .
. .
(L) ........................................................................... (2.12)
H = x
dimana :
HL = Head loss pipa (m)
Q = Debit aliran pipa (m3/detik)
C = Konstanta Hazen-Williams (Tabel 3.6)
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)

Tabel 2.6 Konstanta Hazen – Williams Berbagai Jenis Pipa (Sularso dan Haruo
Tahara, 2000)

No JENIS PIPA NILAI C


1 Pipa besi cor baru 130
2 Pipa besi cor lama 100
3 Pipa besi cor lama / permukaan dalam kasar 70
4 Pipa baja baru 130
5 Pipa baja sedang / setengah pakai 100
6 Pipa baja lama 80
7 Pipa Plastik "Polyethylene" 140

2. Head loss pada katup hisap

`Universitas Sriwijaya
18

v2
Hv = fv ...................................................................................................... (2.13)
2g
Dimana :
Hv = kerugian head katup (m)
v = kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
f = koefisien kerugian katup (Tabel 2.7)

3. Head loss pada ujung pipa keluar

v2
Hf = f ........................................................................................................ (2.14)
2g
dimana :
f = 1 dan v adalah kecepatan rata-rata pada pipa keluar

Tabel 2.7 Koefisien Kerugian Dari Berbagai Katup (Sularso dan Haruo Tahara,
2000)
Diameter (mm)
Jenis Katup 100 200
100 150 200 300 400 500 600 700 800 900
0 0
Katup sorong 0,14 0,12 0,10 0,09 0,07 0,00

Katup kupu-kupu 0,6 – 0,16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)

Katup putar 0,09 – 0,026 (bervariasi menurut diameternya)


Katup cegah kipas
- - 1,20 1,15 1,10 1,00 0,98 0,94 0,92 0,90 0,88 -
ayun

Katup kepak - - - - - - - - - 0,9 – 0,5


Katup isap (dengan
1,97 1,91 1,84 1,78 1,72 - - - - - - -
saringan)

2.5.3 Sump (Kolam Terbuka)


Menurut Awang Suwandhi (2004), sump (kolam terbuka) merupakan kolam
penampungan air yang dibuat untuk penampung air limpasan, yang dibuat

`Universitas Sriwijaya
19

sementara sebelum air itu dipompakan, serta dapat berfungsi sebagai pengendpaan
lumpur. Pengaliran air dari sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang
yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng
tambang. Berdasarkan tata letak kolam penampung (sump), sistem penirisan
tambang dapat dibedakan menjadi (Suwandhi, 2004) :
a. Sistem Penirisan Memusat
Pada sistem ini sump akan ditempatkan di setiap jenjang tambang (bench),
dengan sistem pengalirannya dari jenjang paling atas menuju jenjang
dibawahnya sehingga akhirnya air dipusatkan di main sump untuk kemudian
dipompakan keluar tambang.
b. Sistem Penirisan Tidak Memusat
Sistem ini dapat dilakukan bila kedalaman tambang relatif dangkal dengan
keadaan geografis daerah luar tambang memungkinkan untuk mengalirkan air
langsung dari sump keluar tambang.
Berdasarkan penempatannya, sump dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu (Suwandhi, 2004) :
1. Travelling Sump
Sump ini dibuat pada daerah front tambang. Tujuan dibuatnya sump ini adalah
untuk menanggulangi air permukaan. Jangka waktu penggunaan sump ini
relatif singkat dan selalu ditempatkan sesuai dengan kemajuan tambang.
2. Sump Jenjang
Sump ini dibuat secara terencana baik dalam pemilihan lokasi maupun
volumenya. Penempatan sump ini adalah pada jenjang tambang dan biasanya di
bagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut sebagai sump permanen karena
dibuat untuk jangka waktu yang cukup lama dan biasanya dibuat dari bahan
kedap air dengan tujuan untuk mencegah meresapnya air yang dapat
menyebabkan longsornya jenjang.
3. Main Sump
Sump ini dibuat sebagai tempat penampungan air terakhir. Pada umumnya
sump ini dibuat pada elevasi terendah dari dasar tambang.

`Universitas Sriwijaya
20

2.5.4 Kolam Pengendapan Lumpur (KPL)


Kolam pengendapan lumpur menurut State of Alaska Depertement Of
Enivirontental Conservastion (1983) merupakan sarana untuk menghindari
pencemaran perairan umum oleh air limpasan dari tambang yang mengandung
material padat akibat erosi. Penentuan lokasi dan kapasitas KPL harus
direncanakan dengan memperhatikan rencana tambang agar biaya pembuatannya
dan penanganan lumpur tidak memerlukan biaya besar.
Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam. namun pada setiap kolam
pengendap akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan menurut State of Alaska Depertement Of
Enivirontental Conservastion (1983) Keempat zona itu adalah :
1. Zona masukan adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam kolam
pengendapan dengan anggapan campuran antara padatan dan cairan
terdistribusi secara merata.
2. Zona Pengendapan adalah tempat dimana partikel akan mengendap. material
padatan disiniTempat dimana partikel akan mengendap. material padatan disini
akan mengalami proses pengendapan disepanjang saluran masing-masing ceck
dam.
3. Zona Endapan Lumpur adalah tempat dimana partikel padatan dalam cairan
mengalami sedimentasi dan terkumpul pada bagian bawah saluran pengendap.
4. Zona Keluaran adalah tempat keluarnya buangan cairan yangt relative bersih.
zone ini terletak pada akhir saluran.
Luas kolam pengendapan menurut Sengupta (1993) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

A = Q total/Vt ................................................................................................... (2.15)


dimana :
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik)
Vt = Kecepatan pengendapan (m/detik)

Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


“Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum “Stokes” berlaku bila padatannya kurang

`Universitas Sriwijaya
21

dari 40%, sedangkan bila persen padatan lebih dari 40% maka berlaku hukum
“Newton”.
Menurut Chih Ted (1996 ) persamaan Hukum Newton untuk perhitungan
kecepatan pengendapan partikel adalah sebagai berikut :

Vt 
g D  p a
................................................................................... (2.16)
 2
  
18 
dimana :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
p = berat jenis partikel padatan
a = berat jenis air (kg/m3)
 = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan

Gambar 2.2 Kurva Temperatur – Kekentalan (Gerry Nichols, 2009)

Menurut menurut Sengupta (1993) waktu yang dibutuhkan oleh partikel


untuk mengendap dengan kecepatan (m/s) sejauh (h) adalah :

`Universitas Sriwijaya
22

th = ....................................................................................................... (2.17)

dimana :
th = Waktu pengendapan partikel (menit)
Vt = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
H = Kedalaman Saluran (m)

Perhitungan kecepatan air keluar dari kolam pengendapan adalah :

Vh = .......... ........................................................................................... (2.18)

dimana :
Qtotal = Debit partikel
Vh = Kecepatan partikel keluar dari outlet
A = Luas kolam pengendapan

Waktu yang dibutuhkan partikel keluar dari waktu pengendapan :

th = ............................................................................................................ (2.19)

dimana :
P = Panjang kolam pengendapan (m)
Vh = Kecepatan partikel keluar dari outlet (m/detik)
th = waktu yang dibutuhkan partikel keluar dar pengendapan (m)

Untuk mengetahui persentasi pengendapan solid yang dapat di endapkan


dari jumlah solid yang masuk ke kolam p engendapan lumpur adalah :

Persentasi pengendapan: 100% .................................................. (2.20)


( )

dimana :
th = waktu yang dibutuhkan partikel keluar dar pengendapan
tv = waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap

`Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kesampaian Daerah


Wilayah IUP PT. Muara Alam Sejahtera terletak di sebelah barat daya kota
Palembang. Secara administratif daerah tersebut termasuk wilayah Kecamatan
Merapi, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi tambang dapat
dicapai dari kota Palembang melalui jalan Lintas Sumatera ±190 km sampai desa
Merapi (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah (Laporan Eksplorasi PT. MAS, 2013)

3.2 Lokasi PT. Muara Alam Sejahtera


PT. Muara Alam Sejahtera terletak di desa Muara Maung, Kecamatan
Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Daerah tersebut

23 Universitas Sriwijaya
24

berada pada posisi 103039’30’’ BT - 103044’18,14” BT dan 3044’30” LS - 3046’40”


LS. PT. Muara Alam Sejahtera yang berjarak ±190 km dari Kota Palembang dan
±20 km dari kota Lahat mempunyai luas wilayah Izin Usaha Pertambangan seluas
1745 Ha. Sebagian besar daerah untuk penambangan merupakan hutan bekas
ladang yang telah ditinggalkan, sebagian lagi berupa ladang atau kebun karet dan
kopi (Laporan Eksplorasi PT. MAS, 2013).
PT. Muara Alam Sejahtera membagi wilayah penambangannya menjadi 2
blok (Gambar 3.2), yaitu Blok Barat seluas 34,87 Ha dan Blok Timur seluas 39,06
Ha. Untuk melakukan kegiatan penambangannya, PT. Muara Alam Sejahtera
menggunakan jasa kontraktor, yang mana pada Blok Timur dikelola oleh
Kontraktor UN (Ulima Nitra) dan untuk Blok Barat dikelola oleh kontraktor PSG
(Prima Sarana Gemilang) (Laporan Eksplorasi PT. MAS, 2013).

4
Blok Barat
5
Blok Timur

9
10
11
12

Gambar 3.2 Peta Layout Tambang PT. Muara Alam Sejahtera (Laporan
Eksplorasi PT. MAS, 2013)

Universitas Sriwijaya
25

3.3 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian. Suatu rencana dan struktur penelitian untuk menjawab permasalahan
yang dihadapi dengan mengetahui dan menganalisa berbagai variabel yang
berpengaruh terhadap penelitian tugas akhir ini. Oleh karena itu dalam penelitian
ini ada beberapa variabel rancangan penelitian yang dilakukan diantaranya
sebagai berikut :

3.3.1 Studi Literatur


Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang, yang diperoleh dari instansi terkait (data perusahaan), perpustakaan
(literatur).

3.3.2 Orientasi Lapangan


Dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui
kondisi daerah penelitian dan kegiatan penambangan di lokasi tersebut.

3.3.3 Pengumpulan Data


Data yang diambil harus benar, akurat, dan lengkap serta relevan dengan
permasalahan yang ada. Data yang diambil dapat dikelompokkan menjadi :
1. Data primer yang berupa sump aktual, pemipaan aktual, pompa aktual, kolam
pengendapan lumpur aktual.
2. Data sekunder yang berupa peta luas catchment area pada tahun 2015, curah
hujan 10 tahun, spesifikasi pompa Multiflo CF-48H, debit air tanah, rencana
sump tahun 2015, rencana kolam pengendapan lumpur tahun 2015.

3.3.4 Pengolahan Data


Setelah mendapatkan data, maka selanjutnya adalah pengolahan data. Karena
penelitian ini terdiri dari beberapa variabel, maka data harus dikelompokkan
sesuai dengan tahapan pengerjaannya. Adapun tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Perhitungan prediksi curah hujan dan intensitas curah hujan

Universitas Sriwijaya
26

Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan 10 tahun yang
didapat dari bagian Dinas Tanaman dan Pandan Holtikultura Kabupaten Lahat.
Data tersebut merupakan data mentah yang belum bisa langsung digunakan
sehingga perlu diolah terlebih dahulu dengan prinsip statistika. Hasil pengolahan
data tersebut merupakan angka-angka perkiraan tinggi hujan maksimum yang
dianggap terjadi sekali dalam periode ulang hujan yang direncanakan. Metode
yang dipakai dalam pengolahan data curah hujan adalah metode gumbel. Dan
untuk menghitung intensitas hujan digunakan persamaan rasional.
2. Perhitungan debit air total
Debit air total didapatkan dari jumlah volume air limpasan dan volume air
tanah dikurangi dengan volume penyerapan atau evapotranspirasi.
3. Menghitung head total pompa
Perhitungan head total pompa didapat dengan menggunakan persamaan
Bernoulli dengan menjumlah head static dengan head loss. Head static merupakan
perbedaan tinggi elevasi antara pipa inlet dengan pipa outlet sedangkan head loss
merupakan head kerugian yang dihasilkan oleh pipa.
4. Menghitung kapasitas dan jam kerja pompa
Kapasitas pompa dihitung untuk memperkirakan bagaimana kondisi sump
yang akan terisi oleh air hujan. Dengan mengetahui total debit air, debit rencana
pompa, dan perkiraan efektif working hour pompa dalam satu hari maka dapat
diketahui kapasitas pompa dan rencana jam kerja pompa.
5. Menghitung kapasitas sump
Sump berfungsi untuk menampung air permukaan yang belum sempat
terpompakan keluar tambang. Kapasitas sump pada tahun 2015 dihitung
berdasarkan jumlah debit air yang masuk ke tambang yang didapat dengan cara
membandingkan volume sump dengan total debit air sehingga didapatlah durasi
sump terisi penuh oleh air hujan.
6. Menghitung kapasitas dan rencana pengurasan kolam pengendapan lumpur
Kolam pengendapan lumpur bertujuan untuk menampung air dari tambang
yang mengandung material lumpur sebelum dialirkan menuju sungai. Hal ini
dilakukan agar partikel-partikel halus yang terkandung didalam air mengalami
pengendapan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sungai. Volume lumpur

Universitas Sriwijaya
27

dibandingkan dengan volume kolam pengendapan lumpur sehingga dapat


direncanakan pengurasannya.

3.3.5 Analisis Data


Data-data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk selanjutnya dapat
dihasilkan suatu rekomendasi.

Tabel 3.1 Metode Penyelesaian

No Rumusan Masalah Tujuan Metode


1. Bagaimana debit air Untuk mengetahui 1. Menghitung prediksi
yang masuk total debit air yang curah hujan bulanan dengan
ketambang pada masuk ke tambang menggunakan metode
tahun 2015 pada tahun 2015. analisa gumbel.
2. Menghitung intensitas
curah hujan bulanan dengan
menggunakan persamaan
monobe.
3. Menghitung luas
catchment area berdasarkan
peta rencana penambangan
tahun 2015.
4. Menghitung debit air
limpasan dengan
menggunakan persamaan
rasional.
5. Menghitung debit air
tanah dengan menggunakan
persamaan darcy.
6. Menghitung debit
evapotranspirasi dengan

Universitas Sriwijaya
28

persamaan Turc.
7. Menghitung total debit air
yang masuk ke tambang.
2. Bagaimana Untuk mengetahui 1. Menghitung head total
kapasitas pompa dan kapasitas pompa pompa dengan menggunakan
rencana jam kerja dan merencanakan persamaan Bernoulli.
pompa berdasarkan jam kerja pompa 2. Menentukan debit rencana
rencana berdasarkan pompa dengan menggunakan
penambangan pada rencana grafik performance pompa
tahun 2015? penambangan Multiflo CF-48H.
pada tahun 2015. 3. Menentukan perkiraan
efektif working hours
pompa.
4. Menghitung kapasitas
pompa berdasarkan jumlah
jam kerja maksimum per
bulan dan rencan debit
pompa.
5. Merencanakan jam kerja
pompa berdasarkan total
debit air dan debit pompa.
3. Bagaimana kapasitas Untuk Membandingkan rencana
sump berdasarkan menganalisa volume sump tahun 2015
jumlah debit air yang kapasitas sump dengan total debit air yang
masuk ke tambang berdasarkan masuk ke tambang.
pada tahun 2015? jumlah debit air
yang masuk ke
tambang pada
4. Bagaimana tahun 2015
kapasitas kolam Untuk 1. Menganalisa kapasitas
menganalisa volume kolam pengendapan

Universitas Sriwijaya
29

pengendapan kapasitas kolam lumpur terhadap volume


lumpur dan rencana pengendapan lumpur sebesar 3% dari
pengurasan kolam lumpur dan volume pemompaan.
pengendapan merencanakan 2. Merencanakan pengurasan
lumpur berdasarkan pengurasan kolam kolam pengendapan lumpur
volume pemompaan pengendapan berdasarkan volume lumpur
pada tahun 2015? lumpur yang terendapkan di kolam
berdasarkan pengendapan lumpur.
volume
pemompaan pada
tahun 2015

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Muara Alam Sejahtera melakukan kegiatan penambangannya dengan


menggunakan sistem penambangan open pit atau penambangan terbuka dengan
membentuk cekungan yang luas kebawah. Air yang masuk ke tambang sebagian
besar berasal dari limpasan air hujan dan air tanah. Akumulasi air yang cukup
banyak yang membuat sulitnya mengeluarkan air dari sump menuju kolam
pengendapan lumpur dengan menggunakan pompa yang memiliki kapasitas
tertentu sehingga dibutuhkan perencanaan dewatering yang baik dalam proses
pengeluaran air dari tambang.

4.1 Debit Air Yang Masuk Ke Tambang Pada Tahun 2015


Lokasi tambang PT. Muara Alam Sejahtera termasuk zona topografi daerah
berbukit dimana elevasi aktual dasar tambang pada blok timur ini berada pada
level +20 mdpl dan berdasarkan peta rencana penambangan pada tahun 2015,
dasar tambang pada blok timur akan berada pada elevasi +10 mdpl.

4.1.1 Perhitungan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan


Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan prediksi data
curah hujan tiap bulan dan intensitas hujan yang akan dipakai untuk membuat
menganalisa dewatering untuk tahun 2015 pada penambangan blok timur. Metode
yang digunakan untuk mendapatkan prediksi curah hujan tahun 2015 adalah
metode analisa gumbel. Data curah hujan yang digunakan untuk membuat
perkiraan curah hujan pada tahun 2015 adalah data curah hujan 10 (Lampiran A)
sehingga nilai reduce standard deviation (Sn) adalah 0,9496 (Tabel 2.3) dan nilai
reduce mean (Yn) adalah 0,4952 (Tabel 2.2). Sedangkan untuk nilai reduce
variate (Y) yang digunakan adalah untuk periode ulang 2 tahun yaitu 0,367 (Tabel
2.1). Dengan mengolah data curah hujan menggunakan metode analisa gumbel
(Lampiran B) maka perkiraan curah hujan per bulan pada tahun 2015 adalah
(Tabel 4.1) :

30 Universitas Sriwijaya
31

Tabel 4.1 Perkiraan Curah Hujan Tahun 2015

Bulan Curah Hujan (mm/bulan)


Januari 448,25
Februari 329,27
Maret 269,92
April 352,11
Mei 199,93
Juni 146,57
Juli 111,92
Agustus 123,49
September 129,33
Oktober 256,14
November 281,55
Desember 390,51

Setelah mendapatkan perkiraan curah hujan, dengan menggunakan


persamaan monobe maka perkiraan intensitas curah hujan per bulan pada tahun
2015 adalah (Tabel 4.2) :

Tabel 4.2 Perkiraan Intensitas Curah Hujan Tahun 2015

Bulan Intensitas (mm/jam)


Januari 5,56
Februari 6,58
Maret 4,10
April 4,86
Mei 8,29
Juni 8,24
Juli 9,73
Agustus 10,25
September 4,17
Oktober 3,86
November 5,62
Desember 4,25

Universitas Sriwijaya
32

4.1.2 Perhitungan Debit Air Limpasan


Total air yang masuk kedalam tambang hampir semua berasal dari limpasan
air hujan. Untuk menghitung debit air yang masuk kedalam tambang adalah
digunakan persamaan rasional. Berdasarkan hasil pembacaan peta rencana
penambangan PT. Muara Alam Sejahtera pada tahun 2015 yang didapat dari
Departemen Mining and Engineering (Lampiran C), total luas catchment area
pada blok timur adalah seluas 40,3 hektar atau sebesar 403000 m2. Jenis lahan
limpasan adalah lahan terbuka daerah tambang dengan koefisien limpasannya 0,9
(Tabel 3.5). Dengan menggunakan persamaan rasional maka didapatkan jumlah
debit air limpasan per jam yang masuk kedalam tambang untuk tahun 2015
(Lampiran D). Kemudian jumlah debit air limpasan per jam dikalikan jam hujan
maksimum perbulan sehingga didapat debit air limpasan maksimum per bulan
adalah sebagai berikut (Tabel 4.3) :

Tabel 4.3 Debit Air Limpasan Tahun 2015

Debit Air Limpasan


Bulan 3
(m /jam) (m3/bulan)
Januari 2017,06 234624,61
Februari 2387,51 275638,43
Maret 1486,50 96191,20
April 1761,20 126806,39
Mei 3008,48 100242,64
Juni 2987,58 92405,85
Juli 3527,97 64597,09
Agustus 3716,52 133868,94
September 1512,61 103946,41
Oktober 1399,02 96742,00
November 2039,52 147477,66
Desember 1541,37 223221,34

Universitas Sriwijaya
33

4.1.3 Perhitungan Debit Air Tanah


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Geologi PT. Muara
Alam Sejahtera, debit air tanah diasumsikan 2,03 m3/jam (Lampiran E) sehingga
debit air tanah rata-rata perbulan sama dengan 1481,08 m3/bulan.

4.1.4 Perhitungan Evapotranspirasi


Air yang masuk ke dalam lokasi tambang akan mengalami proses
penguapan dan transpirasi (evapotranspirasi). Debit evapotranspirasi didapatkan
dengan memperhitungkan curah hujan rata-rata tahunan dan suhu rata-rata pada
daerah penambangan. Debit evapotranspirasi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Turc, dengan suhu rata-rata adalah 27 oC sehingga didapatlah volume
evapotranspirasi perbulan sebagai berikut (Tabel 4.4) :

Tabel 4.4 Jumlah Evapotranspirasi Per Bulan Tahun 2015

Bulan Evapotranspirasi
Januari 8319,68
Februari 8257,46
Maret 4628,32
April 5149,73
Mei 2383,18
Juni 2212,24
Juli 1309,60
Agustus 2576,29
September 4915,13
Oktober 4945,89
November 5171,91
Desember 10358,12

4.1.5 Perhitungan Total Debit Air


Perhitungan total debit air yang masuk ke tambang didapat dari akumulasi
dari penjumlahan volume air limpasan dan volume air tanah dikurang dengan
besar evapotranspirasi. Dan didapatlah total volume air yang masuk per bulan ke

Universitas Sriwijaya
34

dalam lokasi tambang pada tahun 2015 dari hasil perhitungan (Lampiran G)
dengan hasil sebagai berikut (Tabel 4.5) :

Tabel 4.5 Total Volume Air Yang Masuk Ke Tambang Tahun 2015

Bulan Total Air (m3/bulan)

Januari 227786,01
Februari 268862,05
Maret 93043,96
April 123137,74
Mei 99340,54
Juni 91674,69
Juli 64768,57
Agustus 132773,73
September 100512,36
Oktober 93277,19
November 143786,83
Desember 214344,30

4.2 Analisa Pemompaan


Sistem dewatering tambang merupakan usaha penanganan untuk
mengeluarkan air atau mengeringkan air yang telah masuk ke areal tambang
dengan cara pemompaan.

4.2.1 Perhitungan Head Total Pompa


Pit penambangan blok timur PT. Muara Alam Sejahtera yang dikelola oleh
PT. Ulima Nitra sebagai kontraktornya menggunakan pompa model Multiflo CF-
48H untuk memompakan air dari sump menuju KPL. Pompa Multiflo CF-48H
(Gambar 4.1) memiliki debit pemompaan maksimum sebesar 200 L/detik atau
sebesar 720 m3/jam pada RPM 1800 (Lampiran H). Namun debit aktual pompa
pada tahun 2014 adalah 110 L/detik atau sebesar 396 m3/jam dengan rpm 1300.
Digunakan pipa jenis HDPE berdiameter 8 inch sebanyak 30 batang dengan

Universitas Sriwijaya
35

panjang per batangnya adalah 6m sehingga total panjang pipa adalah 180m.
Panjang head pompa adalah 54,54 meter dengan daya 108,54 kW (Lampiran I).

Gambar 4.1 Pompa Multiflo CF-48H

Berdasarkan rencana penambangan pada blok timur pada tahun 2015,


panjang pipa akan ditambahkan menjadi 260 m (Gambar 4.2) karena akan terjadi
pendalaman bukaan pit sehingga panjang headnya adalah 63,08 meter dengan
daya 161,27 kW (Lampiran I) dengan debit pompa 150 L/detik atau sebesar 540
m3/jam.

Gambar 4.2 Sketsa Pemompaan PT. Ulima Nitra

Universitas Sriwijaya
36

4.2.2 Analisa Kapasitas Pemompaan


PT. Ulima Nitra sebagai kontraktor penambangan pada blok timur
menerapkan hari kerja efektif yaitu 7 hari kerja tanpa off kecuali hari-hari libur
besar seperti hari raya lebaran (2 hari), hari kemerdekaan (1 hari), hari raya haji (1
hari), hari natal (1 hari) dan hari tahun baru (1 hari).
Dengan perencanaan debit pompa 150 L/detik atau 540 m3/jam dan
perkiraan efektif working hour pompa 20 jam dalam satu hari, maka dapat
dihitung kapasitas pemompaan maksimum per bulan tahun 2015 dan rencana jam
kerja pompa.
Dari hasil perhitungan dengan mengkalikan jumlah jam kerja maksimum
per bulan dikalikan rencana debit pompa sebesar 150 L/detik atau 540 m 3/jam
(Tabel 4.6), didapatlah kapasitas pemompaan per bulan lebih besar daripada
perkiraan volume air yang masuk ke tambang sehingga diperkiraan tidak ada sisa
air didalam sump sehingga pada tahun 2015 sump aman.

Tabel 4.6 Kapasitas Pemompaan Maksimum


Efektif Working Hour 20
jam
Perkiraan Volume Kapasitas
Bulan Air Masuk Jumlah Jumlah Pemompaan Max
(m3) Hari Kerja Jam Kerja (m3)
(hari) (jam)

Januari 227786 30 600 324000


Februari 268862 28 560 302400
Maret 93044 31 620 334800
April 123138 30 600 324000
Mei 99341 31 620 334800
Juni 91675 30 600 324000
Juli 64769 29 580 313200
Agustus 132774 30 600 324000
September 100512 29 580 313200
Oktober 93277 31 620 334800
November 143787 30 600 324000
Desember 214344 30 600 324000

Universitas Sriwijaya
37

4.2.3 Rencana Jam Kerja Pompa


Dengan membagikan perkiraan volume air masuk ke dalam tambang dan
rencana debit pompa sebesar 150 L/detik atau 540 m3/jam, didapatlah waktu yang
dibutuhkan pompa untuk memompakan air yang masuk ke tambang (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Rencana Jam Kerja Pompa


Jam Kerja Pompa
Perkiraan Volume Debit
Bulan
Air Masuk (m3) Pompa Per Bulan
Hari
Per Hari
Efektif
Januari 227786 422 30 14
Februari 268862 498 28 18
Maret 93044 172 31 6
April 123138 228 30 8
Mei 99341 184 31 6
Juni 91675 540 170 30 6
Juli 64769 m3/jam 120 29 4
Agustus 132774 246 30 8
September 100512 186 29 6
Oktober 93277 173 31 6
November 143787 266 30 9
Desember 214344 397 30 13
.

Pada bulan Februari diperkirakan jumlah air yang masuk ke tambang


merupakan yang paling besar yaitu 268.862 m3 dan dibutuhkan waktu sekitar 498
jam dalam satu bulan atau sekitar 18 jam per hari untuk memompakan air yang
masuk. Dan pada bulan Juli diperkirakan jumlah air yang masuk ke tambang
merupakan yang paling kecil yaitu 64.769 m3 dan hanya dibutuhkan waktu sekitar
120 jam dalam satu bulan atau sekitar 4 jam per hari untuk memompakan air yang
masuk.

4.3 Analisa Kapasitas Sump


Belakangan ini front tambang pada elevasi +20 sering tergenang air yang
diakibatkan oleh tingginya curah hujan pada akhir tahun, sementara sump dan

Universitas Sriwijaya
38

pemompaan yang sekarang sudah tidak mampu menampung dan memompakan


air (Gambar 4.2) sehingga kegiatan penambangan sering terhenti akibat alat-alat
berat tidak dapat beroperasi karena banyak jalan yang tergenang air. Hal tesebut
berdampak besar bagi perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan yang
baik terhadap sump agar untuk meminimalkan terjadinya genangan air pada front
tambang. Rencana volume sump di blok timur ditentukan dari besarnya striping
ratio yang telah direncanakan oleh perusahaan. Berdasarkan rencana
penambangan tahun 2015, volume sump di blok timur akan diperbesar menjadi
17.500 m3. Analisa kapasitas sump dilakukan untuk menentukan durasi sump akan
penuh oleh air hujan.

Gambar 4.2 Kondisi Sump pada Blok Timur

Dengan mengetahui debit limpasan maksimum per jam dan prediksi jam
hujan maksimum perhari yang didapat dari membagi jam hujan maksimum
perbulan dibagi hari hujan maksimum perbulan, maka dapat diketahui berapa
lama sump dapat bertahan menampung limpasan air hujan (Tabel 4.8).

Universitas Sriwijaya
39

Tabel 4.8 Analisa Kapasitas Sump


Lama Sump Penuh
Debit Prediksi Jam Rencana Saat Hujan
Bulan Limpasan Hujan Max Sump
Perjam (m3) Perhari (m3) Jam Hari

Januari 2017,06 5 17500 8,7 1,6


Februari 2387,51 6 17500 7,3 1,3
Maret 1486,5 4 17500 11,8 3,3
April 1761,2 4 17500 9,9 2,5
Mei 3008,48 2 17500 5,8 3
Juni 2987,58 2 17500 5,9 2,7
Juli 3527,97 2 17500 5,0 3
Agustus 3716,52 3 17500 4,7 1,4
September 1512,61 4 17500 11,6 2,9
Oktober 1399,02 5 17500 12,5 3
November 2039,52 4 17500 8,6 2
Desember 1541,37 7 17500 11,4 1,7

Berdasarkan dengan rencana volume sump sebesar 17.500 m3, sump mampu
menampung air limpasan hujan maksimal 3,3 hari dan minimal 1,3 hari. Artinya
selama itu pompa diperbolehkan untuk tidak bekerja karena sump dianggap masih
aman untuk menampung air.

4.4 Analisa Kolam Pengendapan Lumpur dan Rencana Pengurasan


Pada pit penambangan blok timur terdapat kolam pengendapan sebanyak 4
kompartemen yang terletak pada elevasi +65 (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Kolam Pengendapan Lumpur Blok Timur

Universitas Sriwijaya
40

Berdasarkan rencana penambangan tahun 2015, dimensi kolam


pengendapan lumpur akan diperbesar dengan panjang 30m, lebar 10m, dan
kedalaman 3m sebanyak 6 kompartemen sehingga total volume kolam
pengendapan lumpurnya untuk 6 kompartemen adalah 5400 m3.

4.4.1 Kapasitas Kolam Pengendapan Lumpur


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh Departemen SHE PT.
Muara Alam Sejahtera, komposisi air dalam pemompaan menuju kolam
pengendapan lumpur adalah sebesar 97 % dan komposisi solidnya sebesar 3 %
sehingga dapat dihitung besar volume lumpur yang terkandung dalam proses
pemompaan (Tabel 4.9) :

Tabel 4.9 Kapasitas Kolam Pengendapan Lumpur

Volume Volume Volume


Bulan Pemompaan (m3) Lumpur (m3) KPL (m3)

Januari 227786 7039 5400


Februari 268862 8269 5400
Maret 93044 2886 5400
April 123138 3804 5400
Mei 99341 3007 5400
Juni 91675 2772 5400
Juli 64769 1938 5400
Agustus 132774 4016 5400
September 100512 3118 5400
Oktober 93277 2902 5400
November 143787 4424 5400
Desember 214344 6697 5400

Dengan komposisi lumpur sebesar 3%, didapat volume lumpur lebih besar
daripada volume kolam pengendapan lumpur sehingga dibutuhkan pengurasan
kolam pengendapan lumpur yang tepat sebelum kolam penuh dengan endapan
lumpur.

Universitas Sriwijaya
41

4.4.2 Rencana Pengurasan Kolam Pengendapan Lumpur


Berdasarkan kecepatan pengendapan lumpur dan rencana dimensi kolam
pengendapan lumpur pada tahun 2015, didapatlah besar persentasi pengendapan
lumpur yaitu sebesar 99,75% (Lampiran J). Dan pengurasan kolam pengendapan
lumpur dilakukan apabila jumlah lumpur telah penuh 40% dari kapasitas kolam
pengendapan lumpur sebesar 5400 m3 yaitu sebesar 2.160 m3. Sehingga didapat
jumlah rencana pengurasan kolam pengendapan lumpur pada Tahun 2015 adalah
sebanyak 23 kali (Tabel 4.10) :

Tabel 4.10 Rencana Pengurasan Kolam Pengendapan Lumpur

Volume Volume Lumpur Yang


Bulan Rencana Pengurasan
Lumpur (m3) Terendapkan (m3)
Januari 7039 7021 3
Februari 8269 8248 4
Maret 2886 2879 1
April 3804 3795 2
Mei 3007 3000 1
Juni 2772 2765 1
Juli 1938 1933 1
Agustus 4016 4006 2
September 3118 3111 1
Oktober 2902 2895 1
November 4424 4413 2
Desember 6697 6680 3

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1. Jumlah debit air yang masuk ke tambang pada tahun 2015 yaitu maksimal pada
bulan Februari sebesar 268862,05m3 dan minimal pada bulan Juli sebesar
64768,57m3.
2. Kapasitas pompa dengan rencana debit 150 L/detik atau 540 m3/jam lebih besar
daripada volume air yang masuk ke tambang dan diperkiraan tidak ada sisa air
didalam sump sehingga pada tahun 2015 sump aman. Dengan debit
pemompaan 540 m3/jam dibutuhkan waktu pemompaan 18 jam perhari pada
bulan Februari dan 4 jam perhari pada bulan Juli.
3. Berdasarkan dengan rencana 2015, sump mampu menampung air limpasan
hujan maksimal 3,3 hari dan minimal 1,3 hari. Artinya selama itu pompa
diperbolehkan untuk tidak bekerja karena sump dianggap masih aman untuk
menampung air.
4. Berdasarkan debit pemompaan, volume lumpur lebih besar daripada volume
kolam pengendapan lumpur yang sebesar 5400 m3 sehingga dibutuhkan
pengurasan kolam pengendapan lumpur secara rutin. Berdasarkan kecepatan
pengendapan lumpur dan rencana dimensi kolam pengendapan lumpur pada
tahun 2015, didapatlah besar persentasi pengendapan lumpur yaitu sebesar
99,75%. Pengurasan dilakukan apabila jumlah lumpur telah penuh 40% dari
volume kolam pengendapan lumpur yaitu sebesar 2.160 m3. Sehingga didapat
jumlah rencana pengurasan kolam pengendapan lumpur pada Tahun 2015
adalah sebanyak 23 kali.

5.2 Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan dalam skripsi ini adalah:

42 Universitas Sriwijaya
43

1. Memaksimalkan pengerjaan sump sesuai dengan rencana pada musim kemarau


sehingga pada saat musim hujan tiba sump dapat menampung air limpasan dan
tidak terjadi perluapan air.
2. Perawatan pompa secara maksimum khususnya pada bulan-bulan penghujan
agar rencana kapasitas pompa tercapai.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

(2013). “Laporan Eksplorasi Di Wilayah IUP PT. MAS Daerah Merapi,


Kab. Lahat, Sumatera Selatan”. Lahat: PT. Muara Alam Sejahtera

Sumaatmadja, Eddy R. (2001). “Penyelidikan Batubara Bersistem Dalam


Cekungan Sumatera Selatan”. Sub Direktorat Batubara

Soemarto, CD. (1999). “Hidrologi Teknik (Edisi Perbaikan)”. Jakarta: Erlangga.

Syehan Erisin. (1990). “Dasar-Dasar hidrologi”. Terjemahan Sentot Subagyo.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soewarno. (1995). “Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Jilid 1”. Bandung:


Penerbit Nova

Soemarto, CD. (1987). “Hidrologi Teknik”. Surabaya: Usaha Nasional.

Suripin. (2004). “Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”. Yogyakarta:


Penerbit Andi

Suwandhi, Awang. (2004). “Perencaanaan Sistem penyaliran Tambang Terbuka”(


Diklat Perencanaan Tambang Terbuka). Bandung: UNISBA.

Sularso, Haruo Tahara. (2000). “Pompa dan Kompesor (Pemilihan, Pemakaian


dan Pemeliharaan)”. Jakarta: Pramidya Paramita.

(1983). “Placer Mining Settling Pond Design Handbook”. Alaska: Alaska


depertement Of Environmental Conservation.

Sengupta, M. (1993). “Environmental Impacts of Mining. Monitoring.


Restoration. and Control”. USA: Lewis Publisher.

Chih Ted Yang. (1996). “Sediment Transport :Theory and Practice” . New york:
McGraw-Hill.

Nichols Gerry. (2009). “Sedeimentology and Stratigraphy”. USA: Wiley-


Blackwell.

`
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN, JAM HUJAN RATA-RATA, JUMLAH HARI HUJAN

Tabel A.1 Data Curah Hujan Bulanan Merapi Barat Tahun 2005 – 2014 (Dept. SHE PT. Muara Alam Sejahtera)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2005 524 399 497 443 259 215 145 160 218 305 329 89
2006 365 518 192 435 251 116 80 24 37 90 249 374
2007 466 153 51 269 80 86 41 24 151 262 229 438
2008 709 93 246 499 143 72 35 260 106 277 212 384
2009 405 339 293 317 37 144 69 137 155 248 276 472
2010 568 705 356 340 298 195 113 353 215 328 564 274
2011 259 188 340 486 96 386 80 53 127 244 228 619
2012 385 428 226 256 380 96 265 102 73 325 300 531
2013 526 372 408 247 451 138 300 145 156 320 281 514
2014 444 343 257 358 186 142 113 117 132 257 284 410
Jumlah 4651 3537 2866 3649,5 2181 1589,5 1241 1374,8 1369,5 2655,5 2952 4105
Xrata-rata 465 354 287 365 218 159 124 137 137 266 295 411

A-1 Universitas Sriwijaya


A-2

Tabel A.2 Rata – Rata Jam Hujan Daerah Merapi Barat Tahun 2008 – 2012 (Dept. SHE PT. Muara Alam Sejahtera)
Jam Hujan Perbulan (jam) Rata-rata Jam Hujan Jam Hujan Max per
Bulan Jumlah Jam
2008 2009 2010 2011 2012 (jam) bln

Jan 116,32 65,24 85,22 56,53 28,9 352,21 70,44 116,32


Feb 24,19 51,96 115,45 44,47 87,8 323,87 64,77 115,45
Mar 64,71 55,62 64,71 58,1 22,17 265,31 53,06 64,71
Apr 49,34 48,67 68,27 72 35,83 274,11 54,82 72,00
Mei 20,56 9,94 33,32 19,94 29,73 113,49 22,70 33,32
Jun 17,5 19,75 20,06 17,43 30,93 105,67 21,13 30,93
Jul 6,02 15,35 14,89 10,58 18,31 65,15 13,03 18,31
Agt 16,97 11,61 36,02 7,6 5,8 78,00 15,60 36,02
Sept 26,97 16,51 68,72 7,52 13,85 133,57 26,71 68,72
Okt 43,88 20,09 69,15 46,88 38,63 218,63 43,73 69,15
Nov 50,15 33,21 69,75 63,4 72,31 288,82 57,76 72,31
Des 79,35 67,66 26,8 144,82 119,1 437,73 87,55 144,82

Universitas Sriwijaya
A-3

Tabel A.3 Jumlah Hari Hujan Bulanan Daerah Merapi Barat Tahun 2008 – 2012 (Dept. SHE PT. Muara Alam Sejahtera)
Tahun
Hari Hujan Max
Rata-Rata Hari Hujan
Bulan Jumlah ln
2008 2009 2010 2011 2012 per b

Jan 22 11 22 16 16 87 17 22
Feb 8 4 17 12 20 61 12 20
Mar 12 14 18 16 13 73 15 18
Apr 18 8 16 15 18 75 15 18
May 18 5 14 14 14 65 13 18
Jun 10 7 10 14 7 48 10 14
Jul 5 6 10 7 8 36 7 10
Aug 10 6 11 5 3 35 7 11
Sep 7 5 17 7 4 40 8 17
Oct 15 9 15 13 15 67 13 15
Nov 9 10 17 13 14 63 13 17
Des 14 16 12 20 22 84 17 22

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN CURAH HUJAN

Tabel B.1 Perhitungan Simpangan Baku

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2005 524 399 497 443 259 215 145 160 218 305 329 89
2006 365 518 192 435 251 116 80 24 37 90 249 374
2007 466 153 51 269 80 86 41 24 151 262 229 438
2008 709 93 246 499 143 72 35 260 106 277 212 384
2009 405 339 293 317 37 144 69 137 155 248 276 472
2010 568 705 356 340 298 195 113 353 215 328 564 274
2011 259 188 340 486 96 386 80 53 127 244 228 619
2012 385 428 226 256 380 96 265 102 73 325 300 531
2013 526 372 408 247 451 138 300 145 156 320 281 514
2014 444 343 257 358 186 142 113 117 132 257 284 410
Jumlah 4651 3537 2866 3649,5 2181 1589,5 1241 1374,8 1369,5 2655,5 2952 4105
X rata-rata 465 354 287 365 218 159 124 137 137 266 295 411

( − ) 140225 294808 137368 81446 163041 75705 73247 96640 28694 43766 92070 197273

B-1 Universitas Sriwijaya


B-2

Tabel B.2 Perhitungan Prediksi Curah Hujan Perbulan Tahun 2015

Bulan ( − ) S X rata-rata Sn Y Yn Prediksi 2015

Januari 140225 125 465 448,25


Februari 294808 181 354 329,27
Maret 137368 124 287 269,92
April 81446 95 365 352,11
Mei 163041 135 218 199,93
Juni 75705 92 159 146,57
0,950 0,367 0,495
Juli 73247 90 124 111,92
Agustus 96640 104 137 123,49
September 28694 56 137 129,33
Oktober 43766 70 266 256,14
November 92070 101 295 281,55
Desember 197273 148 411 390,51

Prediksi curah hujan maksimum tahun 2015 adalah 448,25 mm/bulan pada bulan Januari dan minimum adalah 111,92 mm/bulan
pada bulan Juli.

Universitas Sriwijaya
B-3

Tabel B.3 Prediksi Curah Hujan Perhari Tahun 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2006 20,98 42,46 13,15 29,00 19,31 12,08 11,11 3,43 4,63 6,72 19,76 22,26
2007 26,78 12,50 3,49 17,93 6,15 8,91 5,69 3,40 18,81 19,51 18,17 26,07
2008 40,75 7,58 16,85 33,23 11,00 7,50 4,86 37,14 13,25 20,67 16,83 22,86
2009 23,28 27,79 20,07 21,13 2,85 15,00 9,58 19,57 19,38 18,51 21,90 28,10
2010 32,64 57,79 24,38 22,67 22,92 20,31 15,69 50,43 26,88 24,48 44,76 16,31
2011 14,89 15,41 23,29 32,40 7,38 40,21 11,11 7,57 15,88 18,21 18,10 36,85
2012 22,13 35,08 15,48 17,07 29,23 10,00 36,81 14,57 9,13 24,25 23,81 31,61
2013 30,23 30,49 27,95 16,47 34,69 14,38 41,67 20,71 19,50 23,88 22,30 30,60
2014 25,52 28,11 17,60 23,87 14,31 14,79 15,69 16,71 16,50 19,18 22,54 24,40
2015 25,76 26,99 18,49 23,47 15,38 15,27 15,54 17,64 16,17 19,11 22,34 23,24
Max 40,75 57,79 27,95 33,23 34,69 40,21 41,67 50,43 26,88 24,48 44,76 36,85
hujan / hari

Universitas Sriwijaya
B-4

Tabel B.4 Prediksi Intensitas Curah Hujan Tahun 2015


Rata-rata jam hujan Curah Hujan Harian
Bulan Rata-rata hari hujan Jam hujan / hari Intensitas (mm/jam)
(jam) Max
Januari 70,44 17 4 40,75 5,56
Februari 64,77 12 5 57,79 6,58
Maret 53,06 15 4 27,95 4,10
April 54,82 15 4 33,23 4,86
Mei 22,70 13 2 34,69 8,29
Juni 21,13 10 2 40,21 8,24
Juli 13,03 7 2 41,67 9,73
Agustus 15,60 7 2 50,43 10,25
September 26,71 8 3 26,88 4,17
Oktober 43,73 13 3 24,48 3,86
November 57,76 13 5 44,76 5,62
Desember 87,55 17 5 36,85 4,25

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN C
PETA CATCHMENT AREA TAHUN 2015

Gambar C.1 Peta Catchment Area Tahun 2015

C-1 Universitas Sriwijaya


LAMPIRAN D
DEBIT AIR LIMPASAN

Tabel D.1 Perhitungan Debit Air Limpasan

Intensitas hujan Catchment area Debit air limpasan Jam Hujan Max / Debit air limpasan
Bulan C (m2) (m3/jam) Bulan (m3/bulan)
(m/jam)
Jan 0,00556 2017,06 116,32 234624,61
Feb 0,00658 2387,51 115,45 275638,43
Mar 0,00410 1486,50 64,71 96191,20
Apr 0,00486 1761,20 72,00 126806,39
Mei 0,00829 3008,48 33,32 100242,64
Jun 0,00824 2987,58 30,93 92405,85
0,9 403000
Jul 0,00973 3527,97 18,31 64597,09
Agt 0,01025 3716,52 36,02 133868,94
Sept 0,00417 1512,61 68,72 103946,41
Okt 0,00386 1399,02 69,15 96742,00
Nov 0,00562 2039,52 72,31 147477,66
Des 0,00425 1541,37 144,82 223221,34

D-1 Universitas Sriwijaya


LAMPIRAN E
AIR TANAH

Untuk memperkirakan banyaknya air tanah pada bukaan tambang,


Departemen Geoteknik PT Muara Alam Sejahtera sudah melakukan penyelidikan
permeabilitas dengan mempelajari lapisan geologi batuan dan uji kelulusan air
(permeabilitas) dengan menggunakan metode Falling Head Test pada lapisan
sandstone dan batubara. Dari data-data yang diperoleh dengan Falling Head Test,
koefisien permeabilitas (k), dihitung dengan menggunakan persamaan dari Hoek
and Bray (1981), sebagai ru mus berikut ini:

= −
( − )
dimana :
k = koefisien permeabilitas
A = Luas penampang dari kolom air
F = Shape factor yang disesuaikan dengan kondisi bottom dari lubang
T1,T2 = pengukuran peubah waktu penurunan level air
H1,H2 = level air di lubang bor

Pehitungan Shape factor, menggunakan persamaan dengan kondisi lubang


sebagai dalam gambar di bawah ini:

D
L

…… untuk L > 4D

Gambar E.1 Desain Penelitian Air Tanah

E-1 Universitas Sriwijaya


E-2

Dari perhitungan dengan metode tersebut di atas, koefisien


permeabilitas lapisan batupasir dan batubara dari 20 kali pengujian, adalah
sebagai berikut (Tabel E.1).

Tabel E.1 Koefisien Permeabilitas Lapisan Batupasir Dan Batubara (Departemen


Geoteknik PT. Muara Alam Sejahtera)

Debit rembesan air tanah dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Q = k. i. A (m3/detik)

dimana :
Q = debit air tanah (m3/detik)
k = konduktivitas hidrolik atau koefisien permeabelitas (m/detik)
i = gradien/kemiringan hidraulik
A = luas penampang melintang batuan yang terembesi air (m2)

Universitas Sriwijaya
E-3

Untuk menghitung debit air tanah yang masuk ke dalam tambang, lapisan
batuan yang dianggap merembesi air tanah adalah batupasir dan batubara.
Koefisien permeabilitas batubara yaitu 1,10 x 10-4 cm/det dan sandstone yaitu
6,88 x 10-4 cm/det yang didapat dari hasil perhitungan data Falling Head Test.
Dalam menghitung debit air tanah yang potensial merembes ke dalam bukaan
tambang, nilai gradien hidrolik (i), tidak didasarkan atas nilai gradient hidraulik
alami, tetapi ditentukan dengan perkiraan rasional lokal, berdasarkan informasi
level air tanah dan lereng bukaan tambang. Nilai i, akan berubah bila geometri
lereng bukaan tambang berubah. Dalam studi ini, nilai gradien hidrolik
diasumsikan, dengan perkiraan rasional, yaitu i = 0,25. Dengan demikian,
perhitungan debit air tanah yang merembes melalui lapisan batupasir dan
batubara, masing-masing adalah sebagai berikut (Tabel E.2).

Tabel E.2 Perhitungan Debit Air Tanah (Departemen Geoteknik PT. Muara Alam
Sejahtera)

long
thick K Q
slopes
location Litologi luas i
m m cm/dtk m/dtk m3/dtk m3/jam

Coal 25 3742,78 0,0000688 0,000000688 93569,46 0,25 0,016 57,938


PIT 1
Sandstone 10 3742,78 0,000011 0,00000011 37427,78 0,25 0,001 3,705

Coal 25 2932,73 0,0000688 0,000000688 73318,17 0,25 0,013 45,399


PIT 2
Sandstone 7 2932,73 0,000011 0,00000011 20529,09 0,25 0,001 2,032

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh departemen geoteknik PT. Muara
Alam Sejahtera didapat dua jenis lapisan batuan yang merembeskan air tanah
yang berbeda yaitu lapisan sandstone dan lapisan batubara. Lokasi penambangan
yang dilakukan Pit UN terletak di blok timur yaitu di daerah penelitian PIT 2
dengan debit air tanah sandstone 2,03 m3/jam.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN F
EVAPOTRANSPIRASI

Dari data iklim yang didapat Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kab. Lahat Tahun 2011, debit evapotranspirasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

P
Ea  0,5
  P  
2

0,9    

LT 
  
dimana:
E = Evapotranspirasi aktual tahunan (mm/tahun)
P = Curah Hujan Tahunan (mm/tahun)
L(T) = Fungsi Suhu [300 + 25(T) + 0,05 (T)3]
T = Suhu rata-rata (oC)

Tabel F.1 Debit Evapotranspirasi

Curah Intensitas
Bulan Suhu E %E Q Limpasan Q Evapotranspirasi
Hujan Hujan

Jan 259 26,5 5,56 3,55 234624,6 8319,687


Feb 188 27,2 6,58 3 275638,4 8257,461
Mar 340 27 4,10 4,81 96191,2 4628,326
Apr 486 27,5 4,86 4,06 126806,4 5149,737
Mei 96 28 8,29 2,38 100242,6 2383,184
Jun 386 27,5 0,197 8,24 2,39 92405,85 2212,241
Jul 80 27,3 9,73 2,03 64597,09 1309,607
Ags 53 27,4 10,25 1,92 133868,9 2576,299
Sept 127 27,7 4,17 4,73 103946,4 4915,138
Okt 244 27,3 3,86 5,11 96742 4945,893
Nov 228 26,9 5,62 3,51 147477,7 5171,91
Des 619 26,9 4,25 4,64 223221,3 10358,12

Jumlah 3106 327,2

T 27,27

F-1 Universitas Sriwijaya


F-1 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN G
PREDIKSI TOTAL DEBIT AIR YANG MASUK KE TAMBANG

Tabel G.1 Perhitungan Total Debit Air Yang Masuk Ke Tambang

Debit Air Limpasan Volume Air Tanah Total Air Yang Masuk Ke
Bulan
(m3/bulan) Evapotranspirasi (m3/bulan) Tambang (m3/bulan)
(m3/bulan)

Jan 234624,61 1481,08 8319,68 227786,01


Feb 275638,43 1481,08 8257,46 268862,05
Mar 96191,20 1481,08 4628,32 93043,96
Apr 126806,39 1481,08 5149,73 123137,74
Mei 100242,64 1481,08 2383,18 99340,54
Jun 92405,85 1481,08 2212,24 91674,69
Jul 64597,09 1481,08 1309,60 64768,57
Agt 133868,94 1481,08 2576,29 132773,73
Sept 103946,41 1481,08 4915,13 100512,36
Okt 96742,00 1481,08 4945,89 93277,19
Nov 147477,66 1481,08 5171,91 143786,83
Des 223221,34 1481,08 10358,12 214344,30

G-1 Universitas Sriwijaya


LAMPIRAN H
SPESIFIKASI POMPA

Gambar H.1 Pompa Multiflo CF-48H

Model : Multiflo CF-48H


Pump Inlet : 200 mm (8”)
Pump outlet : 150 mm (6”)
Shut-Off Head : 125 m (410 ft)
Max Flow : 200 l/s
Max Rpm : 1800
Engine KW Min : 224 KW (358,4 Hp)
Fuel Tank : 890 ltr
Engine : Caterpillar C9 ACERT
Pump Description : 200 x 150 single stage centrifugal
Pump Casing : Cast Iron
Impeller Material : Stainless Steel
Impeller diameter : 470 mm
Max Solid : 45 mm
Length : 3685 mm

H-1 Universitas Sriwijaya


H-2

Width : 1685 mm
Height : 1872 mm
Weight : 4402 kg

Gambar H.2 Grafik Performance Pompa Multiflo CF-48H

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN HEAD POMPA

Persamaan Bernoulli :
2 2
P1 V1 P2 V2
 Z 1 H L H P    Z2
 2g  2g
Jika Z1 – Z2 = z, P1 = P2, dan V1 = V2, maka persamaan di atas menjadi :
Hp = z (static head) + HL (head loss)

A. Perhitungan Head Aktual


Elevasi sump = 20 mdpl
Elevasi KPL = 65 mdpl
Q = 110 L/s = 0,11 m3/detik
Diameter pipa = 8” = 203 mm = 0,203 meter
Panjang pipa = 180 meter
Koefisien C pipa HDPE = 140
Koefisien kerugian katup untuk D 200 mm = 1,84

1. Static Head (z)


Z = 65 – 20
= 45 m

2. Head Friction pada pipa


10,666(Q)1.85
Hf = xL
C 1.85 D 4.85
10,666(0,11)1.85 0,179
= 1.85 4.85
x 180 = x 180 = 7,872
(140) (0,2) 3,804

I-1 Universitas Sriwijaya


I-2

3. Head Friction pada katup pipa hisap


v2
Hf = f
2g
Q 0,11
V  = 2,961 m/s
A 3,14 x (0,101) 2
(3,50)2
Hf = 1,84 x = 1,081 m
2 (9,8)

4. Head kecepatan keluar


v2
Hf = f
2g
Q 0,11
V  = 2,961m/s
A 3,14 x (0,101) 2
(3,50)2
Hv = 1 x = 0,587m
2 (9,8)

Head Total = Static Head (z) + Head Loss (HL)


= 45 m + (7,872 + 1,081 + 0,587) m
= 54,54 m

B. Perhitungan Head Tahun 2015


Elevasi sump = 10 mdpl
Elevasi KPL = 65 mdpl
Q = 150 L/s = 0,15 m3/detik
Diameter pipa = 10” = 254 mm = 0,254 meter
Panjang pipa = 260 meter
Koefisien C pipa HDPE = 140
Koefisien kerugian katup untuk D 250 mm = 1,78

Universitas Sriwijaya
I-3

1. Static Head (z)


Z = 65 – 10
= 55 m

2. Head Friction pada pipa


10,666(Q)1.85
Hf = xL
C 1.85 D 4.85

10,666(0,15)1.85
= x 260
(140)1.85 (0,254) 4.85
0,318
= x 260 = 6,838 m
12,127

3. Head Friction pada katup pipa hisap


v2
Hf = f
2g
Q 0,15
V  = 2,961 m/s
A 3,14 x (0,127) 2
(3,50)2
Hf = 1,84 x = 0,796 m
2 (9,8)

4. Head kecepatan keluar


v2
Hf = f
2g
Q 0,15
V  = 2,961 m/s
A 3,14 x (0,127) 2
(3,50)2
Hv = 1 x = 0,447 m
2 (9,8)

Head Total = Static Head (z) + Head Loss (HL)


= 55 m + (6,838 + 0,796 + 0,447) m
= 63,081 m

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN J
PERHITUNGAN PENGENDAPAN LUMPUR

1. Kecepatan Pengendapan
Menurut Chih Ted (1996) persamaan Hukum Newton untuk perhitungan
kecepatan pengendapan partikel adalah sebagai berikut :

g  D 2 p  a 
Vt 
18 
dimana :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
p = berat jenis partikel padatan
a = berat jenis air (kg/m3)
 = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan

Diketahui:
Debit Pemompaan : 750 m3/jam
Jenis Lumpur : material clay (<0,002 mm)
Diameter Partikel : 0,000002 m (Tabel. 3.8)
Percepatan gravitasi : 9,8 m/s2
: 1000 kg/m3

: 2500 kg/m3
( : 0,000001 kg/m, suhu air 200C (Gambar 3.2)

Maka kecepatan pengendapan lumpur adalah:

9,8  0,000002 2  2500 1000


Vt 
18(0,000001)
Vt = 0,0033 m/detik

J-1 Universitas Sriwijaya


J-2

2. Waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap


Menurut menurut Sengupta (1993) waktu yang dibutuhkan oleh partikel
untuk mengen dap dengan kecepatan (m/detik) sejauh (h) adalah :

tv =
dimana :
th = Waktu pengendapan partikel (menit)
Vt = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
H = Kedalaman Saluran (m)

Pada tahun 2015, kolam pengendapan lumpur didesign dengan dimensi :


Panjang : 30 meter
Lebar : 10 meter
Kedalaman : 3 meter
Sebanyak 6 kompartemen sehingga volume kolam pengendapan lumpur adalah :
Volume = 6 ( 30 x 10 x 3 ) m
= 5400 m3
Maka waktu yang ibutuhk
d an lumpur untuk mengendap di dasar kolam adalah :

tv =
,
tv = 909 detik = 15 menit

3. Kecepatan air keluar dari kolam dan waktu yang dibutuhkan partikel keluar
dari waktu pengendapan.
Perhitungan kecepatan air keluar dari kolam pengendapan lumpur dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Vh =
dimana :

Universitas Sriwijaya
J-3

Qtotal = debit partikel


Vh = Kecepatan partikel keluar dari outlet
A = Luas kolam pengendapan

Berdasarkan ketetapan dari departemen SHE PT. Muara Alam Sejahtera bahwa
persen komposisi air pemompaan adalah 97% dan padatan 3%, sehingga :

Q air (m3/det) = 0,97 x debit pemompaan


= 0,97 x 540 m3/jam
= 523,8 m3/jam
= 0,1455 m3/det
Q padatan (m3/det) = 0,03 x debit pemompaan
= 0,03 x 540 m3/jam
= 16,2 m3/jam
= 0,0045 m3/det
Q total = 0,15 m3/det
Maka kecepatan air ke luar dari kolam adalah :

,
Vh =

Vh = 0,0005 m3/det

Waktu yang dibutuhkan partikel keluar dari waktu pengendapan dapat dihitung
dengan rumus berikut :

th =
dimana :
P = Panjang kolam pengendapan (m)
Vh = Kecepatan partikel keluar dari outlet (m/detik)
th = waktu yang dibutuhkan partikel keluar dar pengendapan (m)

Universitas Sriwijaya
J-4

Panjang kolam pengendapan merupakan panjang total dari 6 kompartemen kolam


yaitu 180 m, maka waktu yang dibutuhkan partikel keluar dari waktu
pengendapannya ad alah :

th =
,

th = 360000 detik
th = 6000 menit

4. Persentasi pengendapan
Untuk mengetahui persentasi pengendapan lumpur yang dapat di endapkan
dari jumlah lumpur yang masuk ke kolam pengendapan lumpur adalah :

Persentasi pengendapan: 100%


( )
dimana :
th = waktu yang dibutuhkan partikel keluar dari pengendapan
tv = waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap

Dengan waktu yang dibutuhkan lumpur untuk mengendap adalah 15 menit dan
waktu yang dibutuhkan lumpur keluar dari pengendapan sebesar 6000 menit,
maka persentasi pengendapannya adalah :

Persentasi pengendapan:
( )
0% = 99,75 %
10

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai