Menyetujui,
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
izin, pertolongan, dan kehendak-Nya sehingga laporan Kerja Praktik dengan judul
ANALISIS PERBANDINGAN FLOWRATE AKTUAL DAN TEORITIS
PADA POMPA DI PIT BENDILI PT. KALTIM PRIMA COAL dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang ditentukan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas pelaksanaan Kerja Praktik
sebagai prasyarat menyelesaikan Tugas Akhir dalam kurikulum akademik
Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung. Dalam laporan
ini dijelaskan mengenai perbandingan flowrate pompa secara aktual dan teoritis di
Pit Bendili, PT. Kaltim Prima Coal.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu saya memohon maaf dan juga
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Saya juga
berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sedikitnya dapat
memberikan sumbangan pengetahuan mengenai perbandingan flowrate aktual dan
teoritis dari beberapa jenis pompa yang digunakan di Pit Bendili.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Rio Revando sebagai pembimbing kerja praktik, Kru Torishima Guna
Engineering Services yang membantu dalam pengambilan data, dan IA-ITB
Sangatta Bengalon serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
karena telah memberikan bantuan dalam berbagai hal selama kegiatan dan
penulisan laporan kerja praktik ini.
Timotius Denis
NIM 12110057
i
DAFTAR ISI
ii
3.1.3. Water Management .......................................................................... III-5
3.1.4. Jalan Tambang ................................................................................. III-6
3.1.5. Sarana Penunjang ............................................................................ III-7
iii
5.8.2. LP 301 LP 306 .............................................................................. V-38
5.8.3. LP 303 LP 304 .............................................................................. V-41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
terbuka yang beroperasi karena pompa lebih efisien untuk digunakan dalam
sistem penyaliran. Air yang ada di dalam tambang harus sesegera mungkin untuk
dikeringkan agar penambangan batubara yang sejak awal direncanakan dapat
berjalan sesuai dengan target. Oleh karena itu, jumlah pompa yang dibutuhkan
oleh tambang pun harus disesuaikan dengan kemajuan perencanaan penambangan.
Dalam studi ini selain mengamati kegiatan penambangan yang ada di Pit
Bendili secara keseluruhan, akan dilakukan penelitian mengenai kondisi aktual
flowrate pada pipa outlet pompa yang digunakan. Beberapa faktor yang harus
diketahui yaitu spesifikasi pompa dan pipa, total dynamic head, limpasan air,
volume air yang ditangani, serta kondisi sump tersebut.
Jika tidak ditangani, air memiliki beberapa dampak negatif terhadap suatu
tambang terbuka. Dampak buruk tersebut antara lain isu geoteknik, yaitu
menyebabkan ketidakstabilan lereng karena tanah di lereng menjadi jenuh,
terhambatnya operasi penambangan karena jalan yang licin dan beresiko tinggi
apabila dilewati oleh alat berat, dan pit menjadi banjir sehingga batubara tidak
dapat diekspos. Oleh karena itu, sistem penyaliran dan dewatering yang baik
dengan menggunakan pompa sebagai contohnya sangat diperlukan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari studi ini antara lain :
1. Memahami secara umum kegiatan penambangan yang ada di Pit Bendili,
PT. Kaltim Prima Coal.
2. Mengetahui flowrate pompa secara aktual dan teoritis yang digunakan di
Pit Bendili, PT. Kaltim Prima Coal.
3. Membandingkan dan menganalisis hasil aktual dengan hasil teoritis dari
flowrate pompa yang digunakan di Pit Bendili, PT. Kaltim Prima Coal.
4. Memperoleh flowrate optimum pompa pada head tertentu.
I-2
sump pada Pit Bendili secara aktual dan teoritik. Dan memperoleh flowrate
optimum pompa pada head tertentu.
I-3
o Foto aliran air pada outlet pipa
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang dalam penelitian ini meliputi :
o Spesifikasi dan kurva perfroma pompa
o Spesifikasi, luas permukaan dan panjang pipa
o Data Head Losses dan Head static
2. Metode Perhitungan
Teoritis:
Metode Kurva Performa Pompa
Aktual:
Metode Flowmeter
Metode Foto
3. Analisa Data
Setelah mendapatkan data data yang diperlukan penulis menggunakan
rumus-rumus melalui literatur yang ada untuk mengolah data.
I-4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
II-1
CPP. Tambang di Bengalon juga terletak dekat dengan fasilitas pelabuhan
Tanjung Bara yang dihubungkan oleh jalan tambang dengan jarak 22 km.
Dekatnya semua lokasi tambang ke pelabuhan-pelabuhan memberikan PT. KPC
keuntungan dengan rendahnya biaya transportasi dari tambang ke pelabuhan.
II-2
PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC) merupakan salah satu perusahaan
tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. KPC beroperasi di daerah Kabupaten
Kutai Timur, Kalimantan Timur. Berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan
Batubara (PKP2B), Pemerintah Indonesia memberikan izin kepada PT. Kaltim
Prima Coal untuk melaksanakan eksplorasi, produksi dan memasarkan batubara
dari wilayah perjanjian sampai dengan tahun 2021. Wilayah perjanjian PKP2B ini
mencakup daerah seluas 90.960 ha di Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan Timur.
Pada tanggal 8 april 1982, PT. KPC melakukan perjanjian kerjasama
batubara dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PT. BA) dalam
melaksanakan kegiatan eksplorasi, produksi serta melaksanakan proyek
penambangan dengan masa kontrak 30 tahun yang berdasarkan surat keputusan
Nomor: J2/16/80 dan dilanjutkan dengan IUP eksplorasi DU417/Kalimantan
Timur oleh Dirjen Pertambangan. Pembangunan infrastruktur pertambangan
berlokasi di Sangatta dimulai pada bulan Januari tahun 1989 dan PT. KPC
memperbesar skala produksi pada 1 September 1991 dibawah kesepakatan dalam
PKP2B. Pada tahun 1997 PKP2B diamandemen dimana hak dan kewajiban PT.
BA dialihkan kepada Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral yang berlaku efektif 1 Juli 1997.
II-3
Sumber : Departemen Coal Mining PT. Kaltim Prima Coal, 2012
Gambar 2.2
Kegiatan Penambangan Batubara
II-4
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 2.3
Kegiatan Pengupasan Top Soil, Pit Bendili.
II-5
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 2.4
Kegiatan Pengupasan Over Burden, Pit Bendili.
Pengolahan Batubara
Setelah ditambang, batubara perlu diproses terlebih dahulu sebelum dijual
ke pasaran. Batubara yang telah ditambang dibawa ke Coal Proccessing Plant.
Fasilitas pengolahan batubara di PT Kaltim Prima Coal pada dasarnya ditujukan
untuk memproses batubara yang masuk dari tambang hingga siap untuk diangkut
dan dimuat untuk dipasarkan. Coal Processing Plant juga berfungsi sebagai
blending plant batubara yang masuk dari tambang. Oleh karena itu pit control di
tambang harus menentukan terlebih dahulu batubara-batubara yang dapat masuk
ke Coal Processing Plant.
Batubara selanjutnya diangkut ke crusher untuk proses pengecilan ukuran
(kominusi) sesuai permintaan konsumen. Terdapat 5 crusher untuk batubara
bersih dan 1 crusher untuk dirty coal yang masih memerlukan pencucian, dengan
total kapasitas 6200 tph + 300 tph. Hasil crusher 1 masuk ke stockpile 1. Hasil
crusher 2 masuk ke stockpile 2. Sedangkan hasil crusher 3, 4, dan 5 masuk ke
stockpile 3. Dari stockpile batubara tersebut kemudian diangkut menggunakan
overland conveyor sepanjang 13 km ke Tanjung bara.
II-6
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 2.5
Stockpile batubara di dekat Coal Processing Plant.
Reklamasi
Reklamasi dimaksudkan untuk memperkecil kerusakan lingkungan akibat
kegiatan penambangan dengan mengembalikan daerah yang telah ditambang ke
fungsi semula. Tahap dalam kegiatan reklamasi lahan dimulai dengan
penimbunan lapisan penutup berdasarkan lokasi dan tipe material, penyebaran
tanah pucuk (top soil), preparasi lahan reklamasi yang terdiri dari kegiatan ripping
dan drainage, dan penanaman tumbuh-tumbuhan agar lapisan tanah pucuk tidak
mudah tererosi.
II-7
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 2.6
Kiri: Pusat pengembangan rehabilitasi - Environmental
Departement; Kanan: Lahan yang sudah di reklamasi.
Tabel 2.1: Sumberdaya & Cadangan Batubara PT. Kaltim Prima Coal
Measured & Indicated
Recoverable Reserves
Resources
Sangatta 590.000.000 ton 4.136.000.000 ton
Bengalon 132.000.000 ton 1.126.000.000 ton
TOTAL 722.000.000 ton 5.262.000.000 ton
Sumber : Departemen Coal Mining PT. Kaltim Prima Coal, 2011
Kualitas batubara di PT. Kaltim Prima Coal dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :
- Prima - Pinang - Pelikan
- Pinang High Energy - Pinang Low Energy - Melawan
II-8
Tabel 2.2: Kualitas Batubara PT. Kaltim Prima Coal
TS (adb)
CV (gar) <0.15 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 > 0.70
>6700
6700
6650
6600
6550
6500
6450
6400
6350
6300
6250
6200
6150
6100
6050
6000
5950
5900
5850
5800
5750
5700
5650
5600
5550
5500
5450
5400
5350
5300
5250
5200
<5200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
II-9
2.5 Keadaan Geologi
2.5.1 Struktur Geologi
Struktur geologi yang dapat diamati berupa perlipatan, sesar dan kelurusan
sumbu lipatan berarah hampir Utara-Selatan kecuali di bagian Timurlaut peta,
berarah Barat-Timur. Struktur kubah berada di bagian Utara peta. Tektonika yang
dapat diamati terjadi pada Plio-Plitosen, yang mengakibatkan ketidakselarasan
dengan batuan yang lebih tua dan pengaktifan kembali struktur-struktur geologi
sebelumnya (sukardi, N Sikumbang, I. Umar dam R. Sunaryo, 1995).
Daerah Pinang termasuk dalam Formasi Balikpapan dan terletak dibagian
timur laut Lembah Kutai. Struktur Kubah Pinang umumnya didominasi oleh
perlipatan perlipatan yang membentuk serangkaian antiklin yang berpusat di
Samarinda dan memiliki kecenderungan arah Utara Timur).
Deposit pinang terdapat dalam komplek struktur yang terdiri dari sinklin
lembak, antiklin melawan dan sinklin runtu. Dari deposit pinang, batubara terus
berlanjut ke arah timur laut dan kemudian berputar ke arah selatan sekeliling
kubah pinang. Sesar yang muncul di area ini adalah sesar villa, c north, dan sesar-
sesar yang lain.
II-10
Tm p b
Tm b
Tm p b a
Tm b a
line
D
LOC A TION MA P U
ntic
Le D
mb U
u A
k a
ura
S.
Fa
clin
ul
Sek
Le
Syn
t
mb
ak
e
BENGALON
Penebanga
Ran
tau
F a u lt
n
Oa Tm p b
t
ul
Fa Tp k b
n
g alo
P
alon
S. Beng
S.
Sek
PORT
ur a
SITE
u
Se p a s o Ba ru
Qa
it
S. Qa
ra
Be
ng
alo
n
St
Tm p b
Tm b a
ne
NORTH
r
cli
PINANG
sa
Syn
Tm b a
as
Runtu
Tm p b
ak
Lemba
Tm p b Tm p
M
lt
Fau
k
M EL AW AN PINANG Villa
S yn
D PINANG
cline
W EST
e
PINANG
LEGEND
Anti
Tm b a
M EL AW AN
W EST Lim it of Lem bak B lock
Melawan
(D U 417) 90,706 H a
Lim it of K P C E xploitation
T a n jun g Ba ra (D U 1517) 9,618 H a
tta
Pa p a
Ba ru
Cha rlie
S. S
T e lu k Qa
L ing ga
K U TA I N A TION A L P A R K Tp k b
Qa
Tm b a
Sa n ga tta Tm p b
S.
Sc a l e 1 :1 0 0 0 0 0 Sa Tm p
ng
0 2. 5 atta
1 0 Km
5 R iver
R oad
REGIONAL GEOLOGY
LEM BAK EXPLORATION BLOCK
2.5.2 Morfologi
Morfologi, berdasarkan geomorfologi, maka bentang alam di daerah
penyelidikan umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan yaitu :
Satuan morfologi pedataran, umumnya terdapat pada bagian selatan dan
utara yaitu disekitar kota Sangatta dan Bengalon, yang menyebar hampir berarah
barat timur dan searah dengan arah aliran sungai Sangatta dan sungai Bengalon
dengan pola aliran sungai yang bermeander. Umumnya dimanfaatkan sebagai
II-11
pemukiman penduduk, dan mempunyai ketinggian antara 2 meter sampai 25
meter dari permukaan air laut, yang umumnya didominasi oleh batuan aluvial.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang, umumnya terdapat pada bagian
barat, baratlaut, baratdaya, timur dan pada bagian tenggara daerah yang menyebar
hampir berarah utara selatan, dengan pola aliran sungai yang dendritik,
umumnya berupa hutan, semak belukar, tidak dihuni oleh penduduk, sebagian
dimanfaatkan sebagai ladang serta kebun, mempunyai ketinggian berkisar dari 25
meter sampai 200 meter dari permukaan laut. Dilapangan umumnya didominasi
batuan-batuan sedimen dari Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung baru.
Satuan morfologi perbukitan memanjang, umumnya terdapat pada bagian
tengah daerah yang menyebar hampir berarah utaraselatan dan radial, dengan pola
aliran sungainya yang menyebar. Umumnya berupa hutan lebat dan tidak dihuni
oleh penduduk, mempunyai ketinggian berkisar dari 200 meter sampai 350 meter
dari permukaan laut. Dilapangan umumnya merupakan perbukitan pegunungan
yang didominasi oleh batuan sedimen dari Formasi Maluwi dan sebagian Formasi
Balikpapan.
2.5.3 Stratigrafi
Stratigrafi daerah Pinang dari yang tua adalah Formasi Pamaluan, Formasi
Pulaubalang, dan Formasi Balikpapan. Formasi formasi tersebut banyak
mengandung batubara. Endapan batubara terbentuk pada masa tersier yang
merupakan bagian dari cekungan Kutai.
Formasi Pamaluan tersusun dari batulempung dengan sisipan tipis napal,
batupasir dan batubara. Bagian atas terdiri dari batulempung pasiran yang
mengandung sisa tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara. Secara umum
bagian bagian bawah lebih gampingan dan mengandung faoraminifera plangton
dibanding dengan bagian atasnya. Formasi ini dapat dikorelasikan dengan bagian
atas dari Formasi lembak. Lingkungan pengendapannya berkisar dari neritik
dalam sampai neritik dangkal.
Formasi Pulaubalang dengan ketebalan kurang lebih 400 meter, dominan
tersusun oleh batulempung, batulanau dengan lapisan tipis batupasir gampingan,
batugamping koral dan batupasir dengan fragmen batubara. Perselingan batu
II-12
pasirdengan batu lempung dan batu lanau, setempat bersisipan tipis lignit, batu
gamping atau batupasir gampingan. Berumur Miosen Awal bagian atas Miosen
Tengah bagian bawah. Sedimentasinya diperkirakan terjadi di daerah prodelta
dengan tebaran terumbu di beberapa tempat. Pada bagian bawah ketebalan
batubara 0.5 2 meter, umumnya mempunyai kandungan belerang yang tinggi
sehingga tidak ekonomis untuk ditambang.
Formasi Balikpapan tersusun dari Pasir (lepas), lempung, lanau, tuff, dan
batubara. Pada perselingan batupasir kuarsa, lempung dan lanau memperlihatkan
struktur silang siur dan perarian. Setempat mengandung sisipan batubara dengan
ketebalan antara 20-40 cm. Lempung berwarna kelabu, getas, mengandung
muscovit, bitumen dan oksida besi, dari Formasi Balikpapan umur Miosen
Tengah Miosen Akhir. Tebal formasi kurang lebih 2000 meter, dengan
lingjungan pengendapan muka-dataran delta. Formasi ini tertindih selaras oleh
Formasi Kampungbaru. (sukardi, N Sikumbang, I. Umar dam R. Sunaryo, 1995).
II-13
BAB III
TINJAUAN UMUM PIT BENDILI
III-1
R9800B dengan bucket capacity 45 m3. Semua alat disini menggunakan dispatch
system dan software Minvu untuk mendapatkan data produktivitas dan cycle time
aktual secara otomatis. Untuk perencanaan tambang sendiri di PT. Kaltim Prima
Coal terbagi menjadi Long-Term, Mid-Term dan Short-Term. Dan dalam kegiatan
perencanaannya PT. Kaltim Prima Coal menggunakan standar baku perusahaan
sebagai acuan. Software yang digunakan Minex.
III-2
peledakan pada siang hari. Peledakan perlu dilakukan untuk membongkar material
penutup yang bersifat keras, sehingga mudah untuk dilakukan pengupasan.
III-3
kemiringan pada area dumping. Sedangkan patok-patok digunakan untuk
memberikan tanda pada area dumping sesuai warnanya, yaitu kuning untuk
dumping sementara, hijau untuk final dumping dan merah apabila ada dumping-an
yg melewati batas.
III-4
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 3.6
Kiri: Penupasan Over Burden; Kanan: Pengambilan Batubara, Pit Bendili.
III-5
\
III-6
kondisi yang aman dalam berkendara banyak hal yang harus diperhatikan. Lebar
jalan di area ini bervariasi namun berkisar antara 3,5 kali dari lebar alat yang
terbesar untuk jalan lurus dan 4,5 kali dari lebar alat yang terbesar untuk belokan.
Lalu adanya tanggul di sisi jalan minimal kali dari ban terbesar. Crossfall dan
saluran air juga harus dibuat untuk Water Management. Kemiringan jalan
maksimum 8%, sebisa mungkin jalan tambang terbuat dari material yang baik
yang tidak menyerap air sehingga jalanan tidak berlumpur. Perawatan jalan juga
dapat menggunakan Grader untuk meratakan jalan agar tidak banyak gundukan
atau material jatuhan dari Dump Truck. Kemudian penyiraman jalan perlu
dilakukan untuk mencegah debu tambang yang dapat mengganggu pernafasan dan
penglihatan.
III-7
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 3.10
Kiri: Area Pengisian Bahan Bakar; Kanan: Fuel Truck.
Waterfilling adalah area tempat pengisian air untuk Water Truck. Biasanya
waterfilling berada pada jalur pipa pompa dari sump, dengan menambahkan katup
sambungan agar air yang dialirkan oleh pompa dapat mengalir ke waterfill. Shift
change merupakan area pertukaran shift bagi para operator alat berat, area ini
sangat bermanfaat dalam peningkatan efisiensi kerja, khususnya saat pertukaran
jam kerja, dikarenakan biasanya waktu pertukaran cukup memakan waktu yang
lama, dengan adanya area ini maka waktu pertukaran dapat dipersingkat. Untuk
menunjang peningkatan efisiensi kerja, transportasi dari lokasi penjemputan
operator menuju shift change disediakan kendaraan khusus yaitu Manhaul Truk.
III-8
Di lapangan juga terdapat sarana peristirahatan dan kamar mandi yg
sifatnya sementara, sehingga dapat dipindah-pindah dengan mudah. Kemudian
untuk keselamatan dan keamanan kerja maka dibutuhkan safety sign yang berisi
informasi serta kewajiban yg harus dipatuhi dalam bekerja. Dan untuk mengontrol
pergerakan lereng maka ditempatkan alat pemantau geotek. Kemudian lampu
penerangan juga disediakan khususnya untuk bekerja pada shift malam. Workshop
atau bengkel kendaraan juga tersedia untuk melakukan perawatan rutin agar
kinerja alat tetap kondisi prima sehingga akan meningkatkan efisiensi kerja.
Dalam membantu perencanaan water management di Pit Bendili, maka digunakan
alat pemantau curah hujan yang ditempatkan di beberapa lokasi tertentu.
III-9
BAB IV
DASAR TEORI
Keterangan :
Head tekanan :
Head kecepatan :
Head potensial : Z
Jumlah dari ketiganya merupakan energi mekanik total per satuan berat zat
cair dan dinyatakan dalam tinggi kolom zat cair (m). Head (H) dinyatakan dalam
energi spesifik , yaitu energi mekanik yang dikandung oleh aliran per satuan
massa (1 kg) zat cair, J/kg.
IV-1
Sumber : Pump Curve Presentation Multiflo, 2010
Gambar 4.2
Terminologi Dasar Pompa.
Keterangan :
Suction Lift : Jarak vertikal dari permukaan air dan titik pusat impeller
Discharge Head : Jarak vertikal dari titik pusat impeller dan akhir discharge
Static Head : Penjumlahan dari Suction Lift ditambahkan dengan Discharge Head
Friction Loss : Nilai tahanan yang dikarenakan oleh gesekan suatu cairan
melewati pipa atau selang, nilai tersebut sebagai Head Loss
dalam meter
Total Dynamic Head : Penjumlahan dari Static Head dan Head Loss
IV-2
Friction Loss : tahanan/ hambatan dikarenakan oleh air yang melewati
strainer, suction pipe, priming tank dan pompa. Tahanan tersebut akan
bervariasi dengan flowrate, ukuran dan panjang pipa yang digunakan.
Vapour Pressure : Tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan proses
evaporasi. Akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu air.
NPSH : Nett Positive Suction Head.
IV-3
Berdasarkan kondisinya Nett Positive Suction Head dibagi menjadi 2, yaitu :
a. NPSHA (Nett Positive Suction Head Acquired)
Tekanan yang tersedia pada pompa untuk mendorong air menuju impeller.
Besarnya dapat dihitung, dari tekanan yang tersisa seltelah
memperhitungkan ketinggian vertikal, friction losses dan vapor pressure
dari 14,7 psi.
b. NPSHR (Nett Positive Suction Head Required)
Tekanan yang dibutuhkan oleh pompa untuk mendorong air menuju
impeller. Tidak dapat dihitung, telah ditentukan oleh produsen pompa.
Nett Positive Suction Head Acquired harus lebih besar dari Nett Positive
Suction Head Required dengan toleransi < 3%, jika tidak maka pompa dapat
mengalami kavitasi.
4.4 Kavitasi
Kavitasi adalah salah satu penyebab terbesar dari kegagalan pompa.
Kavitasi adalah runtuhnya atau ledakan dari molekul oksigen pada air (H2O)
karena perbedaan tekanan dalam pompa yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara Nett Positive Suction Head (NPSH) yang diperlukan dan yang tersedia. Air
melewati impeller ke daerah tekanan tinggi di mana cairan berubah menjadi uap
dan runtuh dan kemudian direformasi kembali ke cairan, menyebabkan suara
popping. Kavitasi terdengar seperti batu kerikil atau batuan kecil berderak di
dalam pompa, jadi jika terdengar suara ini, hal yang harus dilakukan adalah :
a. Mengurangi suction lift dari water level ke garis tengah pompa sesuai
dengan kurva kinerja produsen pompa
b. Memperlambat kecepatan pompa
c. Memeriksa bahwa tidak ada penghalang ke inlet hisap seperti lumpur, dan
lain-lain
d. Memeriksa pipa discharge untuk memastikan tidak ada penyumbatan
IV-4
4.5 Bagian Bagian Pompa
Pompa memiliki bagian bagian yang sangat penting, yaitu:
a. Boom Kit : terdiri dari Strainer yaitu mulut utama pompa untuk menghisap
air permukaan (inlet pompa). Jarett yaitu alat penopang pipa dan strainer,
juga untuk mengatur posisi strainer ketika akan menghisap air.
b. Pontoon : alat yang berfungsi untuk mengapungkan pompa ketika harus
berada di dalam sump.
c. Fuel Tank : tangki bahan bakar untuk pompa.
d. Bunding : wadah untuk mencegah bahan bakar yang bocor tidak
mencemari lingkungan secara langsung.
e. Impeller : alat utama untuk memompa air yang dihisap ke lokasi tujuan.
IV-5
4.6 Bagian Bagian Pipa
Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan pipa dalam pemompaan:
a. Polyethylene Pipe : merupakan jenis pipa yang umum digunakan dalam
sistem pemompaan ditambang, terdiri dari berbagai diameter dan
kemampuannya dalam menahan tekanan air, tergantung spesifikasi pipa.
b. Pipe Fittings : perabotan yang berkaitan dengan fasilitas penunjang sistem
pemompaan, pada umumnya terdapat katup (valve) dan belokan (elbow).
c. Reducer : alat untuk menyambungkan pipa dengan ukuran yang berbeda,
biasanya untuk mengubah diameter pipa dari inlet menuju outlet.
d. Outlet Pipe: keluaran dari sistem pemompaan.
IV-6
BAB V
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
LP 112
LP 120
LP 123
V-1
5.2.1 LP 120
Metode Flowmeter
Type : MF420
Diameter pipa : 14 inchi
RPM 1650 1700 1750 1800
v average 0 0.948 1.134 1.512 m/s
Pipe Fill = 0% 40% 80% 98%
Q average 0.00 24.83 59.40 97.02 L/s
Metode Foto
RPM 1650 1700 1750 1800
X= 0.00 222.11 330.26 414.22
E= 288.80 141.82 109.62 37.13
d= 288.80 288.80 288.80 288.80
E/d = 100.00 49.11 37.96 12.85
Q= 0.00 60.58 89.02 111.40 L/s
Factor Partial = 0.00 0.50 0.72 0.92
Q average 0.00 30.29 64.09 102.49 L/s
V-2
Kiri Atas: RPM < 1650; Kanan Atas: RPM 1700;
Kiri Bawah: RPM 1750; Kanan Bawah: RPM 1800.
Analisis Data
80,00
60,00 Flowmeter
40,00 Foto
20,00 Curve
0,00
1650 1700 1750 1800
RPM
V-3
Sumber : Timotius Denis, 2013
Grafik 5.2
Kurva Performa LP 120 Multiflo 420
V-4
5.2.2 LP 112
Metode Flowmeter
Type : MF420
Diameter pipa : 12 inchi
RPM 1650 1700 1750 1800
v average 0 0.874 1.372 2.048 m/s
Pipe Fill = 0% 30% 90% 100%
Q average 0.00 13.52 63.67 105.61 L/s
Metode Foto
RPM 1650 1700 1750 1800
X= 0.00 175.12 316.94 504.02
E= 256.30 171.45 62.44 256.30
d= 256.30 256.30 256.30 256.30
E/d = 100.00 66.89 24.36 100.00
Q= 0.00 37.17 67.46 107.39 L/s
Factor Partial = 0.00 0.30 0.81 1.00
Q average 0.00 11.15 54.64 107.39 L/s
V-5
Gambar 5.3
Kiri Atas: RPM < 1650; Kanan Atas: RPM 1700;
Kiri Bawah: RPM 1750; Kanan Bawah: RPM 1800.
Analisis Data
100,00
Flowrate (L/s)
80,00
60,00 Flowmeter
40,00 Foto
Curve
20,00
0,00
1650 1700 1750 1800
RPM
V-6
Sumber : Timotius Denis, 2013
Grafik 5.4
Kurva Performa LP 112 Multiflo 420
V-7
5.2.3 LP 123
Metode Flowmeter
Type : MF420
Diameter pipa : 14 inchi
RPM 1650 1700 1750 1800
v average 0 1.068 1.676 1.358 m/s
Pipe Fill = 0% 50% 96% 87%
Q average 0.00 34.96 105.34 77.35 L/s
Metode Foto
RPM 1650 1700 1750 1800
X= 0.00 210.54 419.21 410.88
E= 288.80 141.82 49.25 91.23
d= 288.80 288.80 288.80 288.80
E/d = 100.00 49.11 17.05 31.59
Q= 0.00 57.54 112.55 110.63 L/s
Factor Partial = 0.00 0.63 0.90 0.78
Q average 0.00 36.25 101.30 86.29 L/s
V-8
Kiri Atas: RPM < 1650; Kanan Atas: RPM 1700;
Kiri Bawah: RPM 1750; Kanan Bawah: RPM 1800.
Analisis Data
80,00
60,00 Flowmeter
40,00 Foto
20,00 Curve
0,00
1650 1700 1750 1800
RPM
V-9
valve yang menghubungkan ke waterfill pada jalur pipa LP 123 pada elevasi 15
meter. Apabila tekanan yang diberikan oleh pompa terlalu besar maka akan terjadi
kebocoran pada katup di waterfill. Hal ini jugalah yang mengakibatkan katup pada
waterfill sering pecah/bocor.
V-10
booster, sekitar elevasi 50-60 meter. Bila meletakkan waterfill terlalu dekat
dengan booster, maka kemungkinan kebocoran tetap akan terjadi karena tekanan
yang diberikan oleh booster terlalu besar. Dengan kondisi sekarang tidak
memungkinkan dilakukan penambahan booster pada LP 123 karena adanya
waterfill pada elevasi 15 meter , karena idealnya booster diletakkan pada elevasi
30 meter.
V-11
5.3 Penyu Drain
Pada pengamatan lapangan, data diambil pada Penyu Drain yang merupakan
outlet dari Sump H.South. Berikut ini adalah hasil dari pengamatan lapangan:
o Tanggal Pengamatan: Selasa, 25 Juni 2013
o Kondisi: Tidak hujan
o Panjang Pipa = 696 meter
o Head static = 86 meter
LP 113
LP 144
5.3.1 LP 144
Metode Flowmeter
Type : MF420E
Diameter pipa : 12 inchi
RPM 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300
v average 0 1.148 2.336 2.892 3.186 3.544 4.066 m/s
Pipe Fill = 0% 85% 97% 100% 100% 100% 100%
Q average 0.00 50.32 116.85 149.13 164.29 182.75 209.67 L/s
Metode Foto
RPM 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300
X= 0.00 239.28 468.84 663.58 770.47 843.49 997.48
E= 256.30 67.04 16.45 0.00 0.00 0.00 0.00
V-12
d= 256.30 256.30 256.30 256.30 256.30 256.30 256.30
E/d = 100.00 26.16 6.42 0.00 0.00 0.00 0.00
Q= 0.00 50.87 99.65 141.03 163.49 178.83 211.18 L/s
Factor Partial = 0.00 0.80 0.97 1.00 1.00 1.00 1.00
Q average 0.00 40.70 96.66 141.03 163.49 178.83 211.18 L/s
V-13
Analisis Data
200,00
Flowrate (L/s)
150,00
Flowmeter
100,00 Foto
Curve
50,00
0,00
1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300
RPM
Berdasarkan kurva yang didapat ada perbedaan antara flowrate aktual dan
flowrate teoritis. Berdasarkan Kurva Performa, Pompa LP 144 tidak mampu untuk
memompa air pada RPM dibawah 1150, namun pada kondisi aktualnya pompa
tersebut mampu memompakan air dengan RPM diatas 1000. Maka dari itu
berdasarkan analisis saya ada kemungkinan kesalahan dalam penggunaan
Transmission Factor dalam perhitungan flowrate teoritis. Dikarenakan belum
adanya data Transmission Factor untuk pompa Multiflo 420E.
V-14
Sumber : Timotius Denis, 2013
Grafik 5.8
Kurva Performa LP 144 Multiflo 420E
V-15
5.3.2 LP 113
Metode Flowmeter
Type : MF420
Diameter pipa : 12 inchi
RPM 1350 1400 1450 1500 1550 1600
v average 0 1.344 2.08 2.722 3.26 3.576 m/s
Pipe Fill = 0% 85% 95% 100% 100% 100%
Q average 0.00 58.91 101.90 140.36 168.11 184.40 L/s
Metode Foto
RPM 1350 1400 1450 1500 1550 1600
X= 0.00 284.69 395.82 515.41 629.18 733.69
E= 256.30 50.98 18.61 0.00 0.00 0.00
d= 256.30 256.30 256.30 256.30 256.30 256.30
E/d = 100.00 19.89 7.26 0.00 0.00 0.00
Q= 0.00 60.57 84.34 109.78 133.81 155.76 L/s
Factor Partial = 0.00 0.86 0.98 1.00 1.00 1.00
Q average 0.00 52.09 82.65 109.78 133.81 155.76 L/s
V-16
Metode Kurva Performa
RPM Actual 1350 1400 1450 1500 1550 1600
RPM Curve 882 915 948 980 1013 1046
Head Loss = 0.00 0.31 0.75 1.50 2.10 2.65 m/100m
TDH = 86 88 91 96 101 104 m
Q average 0.00 38.00 72.00 97.00 120.00 143.00 L/s
Transmission Rate = 1.53
Head Loss dengan Tabel I20 Australian Pipe Friction Handbook
Analisis Data
120,00
100,00 Flowmeter
80,00 Foto
60,00
Curve
40,00
20,00
0,00
1000 1050 1100 1150 1200 1250
RPM
V-17
laju aliran yang lebih besar dari seharusnya. Penyebab lain yaitu pompa
menghisap angin sehingga pada outlet keluar tembakan-tembakan angin yang
bertekanan tinggi. Hal tersebut mengganggu sensor dalam pembacaan kecepatan
aliran, sehingga mengakibatkan hasil perhitungan flowrate dengan metode
flowmeter pada kasus ini lebih besar.
Pada kurva performa, pompa LP 113 bekerja pada efisiensi 70%, dimana
kondisi sudah cukup baik, namun untuk mengoptimalkan kemampuan pompa
RPM pada LP 113 dapat ditingkatkan sampai mendekati RPM 1200 pada kurva,
dimana aktualnya dapat mencapai RPM 1800. Pompa LP 113 bekerja pada Head
Static yang cukup optimal, sehingga apabila dilakukan peningkatan RPM sampai
maksimal akan didapat flowrate yg besar.
Dengan melakukan ekstensi pada kurva performa yang didapat, maka
kondisi optimal Pompa LP 113 didapat pada RPM 1150 berdasarkan kurva,
V-18
dimana kondisi aktualnya berada pada RPM 1750, dengan prediksi flowrate
mencapai 215 L/s.
LP 135
V-19
5.4.1 LP 135
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 135
Type : MF380
Diameter pipa : 14 inchi
RPM 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800
v average 0 1,178 1,462 1,56 1,74 1,826 1,874 1,782 2,016 2,02 1,99 2,186 m/s
Pipe Fill = 0% 50% 60% 65% 70% 75% 85% 85% 90% 90% 95% 100%
Q average 0,00 38,56 57,43 66,39 79,75 89,67 104,29 99,17 118,79 119,03 123,78 143,12 L/s
Metode Foto
RPM 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800
X= 0,00 296,33 315,40 317,05 337,61 331,26 356,66 367,24 393,13 388,41 386,39 421,79
E= 288,80 146,04 106,86 81,51 59,79 39,82 29,23 47,75 288,80 288,80 288,80 288,80
d= 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80
E/d = 100,00 50,57 37,00 28,22 20,70 13,79 10,12 16,53 100,00 100,00 100,00 100,00
Q= 0,00 80,10 85,11 85,55 90,95 89,28 96,06 99,01 106,21 104,89 104,33 113,15 L/s
Factor Partial = 0,00 0,50 0,65 0,75 0,86 0,90 0,95 0,90 1,00 1,00 1,00 1,00
Q average 0,00 40,05 55,32 64,16 78,22 80,36 91,26 89,11 106,21 104,89 104,33 113,15 L/s
V-20
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 5.10
1: RPM < 1250; 2: RPM 1300; 3: RPM 1350;4: RPM 1400;
5: RPM 1450; 6: RPM 1500; 7: RPM 1550; 8: RPM 1600;
9: RPM 1650;10: RPM 1700; 11: RPM 1750; 12: RPM 1800;
Q average 0,00 11,00 30,00 52,00 80,00 109,00 128,00 140,00 160,00 175,00 185,00 205,00 L/s
Transmission Rate = 1.00
Head Loss dengan Tabel I25 Australian Pipe Friction Handbook
Analisis Data
200,00
Flowrate (L/s)
150,00
Flowmeter
100,00
Foto
50,00 Curve
0,00
RPM
V-21
Kurva Perbandingan Flowrate LP 135
Berdasarkan kurva didapat hasil flowrate aktual dan teoritis yang berbeda.
Dalam perhitungan aktual kurva flowrate LP 135 cenderung sama, baik dengan
metode foto dan metode flowmeter. Sedangkan dalam kurva perhitungan teoritis
grafik pompa LP 135 memiliki performa yang cenderung naik. Kondisi ini dapat
terjadi karena kondisi mesin pompa LP 135 yang sudah menurun, sehingga
flowrate yang dihasilkan tidak sesuai dengan metode kurva pompa.
V-22
mencapai flowrate 205 L/s dengan RPM 1800, namun aktualnya hanya sekitar
130 L/s . Maka dari itu untuk pompa LP 135 ini dapat digunakan pada kondisi
optimalnya yaitu pada RPM 1650 dengan flowrate sekitar 110 L/s dengan
pertimbangan untuk menjaga kondisi pompa agar tidak mudah overheat karena
performa pompa yang sudah kurang baik.
LP 063
V-23
5.5.1 LP 063
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 063
Type : MF140
Diameter pipa : 14 inchi
RPM 1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800 1850
v average 0 1,928 1,974 1,93 1,934 2,146 2,0875 2,152 2,178 m/s
Pipe Fill = 0% 5% 15% 30% 40% 40% 45% 45% 48%
Q average 0,00 6,31 19,39 37,91 50,65 56,20 61,50 63,40 68,45 L/s
Metode Foto
RPM 1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800 1850
X= 0,00 374,37 567,34 568,47 594,15 623,93 617,93 656,20 642,97
E= 288,80 266,91 227,12 206,96 183,54 183,54 169,55 169,55 158,05
d= 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80
E/d = 100,00 92,42 78,64 71,66 63,55 63,55 58,71 58,71 54,73
Q= 0,00 109,72 153,06 153,37 160,50 168,40 166,83 176,86 173,39 L/s
Factor Partial = 0,00 0,05 0,14 0,23 0,34 0,34 0,38 0,38 0,43
Q average 0,00 5,49 21,43 35,28 54,57 57,26 63,39 67,21 74,56 L/s
V-24
Foto oleh : Timotius Denis, 2013
Gambar 5.12
1: RPM 1500; 2: RPM 1550; 3: RPM 1600;4: RPM 1650;
5: RPM 1700; 6: RPM 1750; 7: RPM 1800; 8: RPM 1850.
Q average 51,00 56,00 61,00 64,00 66,00 70,00 73,00 77,00 81,00 L/s
Transmission Rate = 1.00
Head Loss dengan Tabel I25 Australian Pipe Friction Handbook
Analisis Data
80,00
Flowrate (L/s)
60,00
Flowmeter
40,00 Foto
20,00 Curve
0,00
1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800 1850
RPM
V-25
Berdasarkan kurva didapat hasil flowrate aktual dan teoritis yang berbeda.
Perbedaan tampak ketika pompa LP 063 bekerja pada RPM rendah, dimana
terjadi gap yang cukup besar, namun seiring dengan kenaikan RPM gap tersebut
semakin menghilang.
V-26
5.6 Badak Drain (Raja Outlet)
Pada pengamatan lapangan, data diambil pada Badak Drain yang merupakan
outlet dari Sump Raja. Berikut ini adalah hasil dari pengamatan lapangan:
o Tanggal Pengamatan: Selasa, 16 Juli 2013
o Kondisi: Setelah hujan
o Panjang Pipa = 468 meter
o Head static = 90 meter
LP 133
5.6.1 LP 133
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 133
Type : MF390
Diameter pipa : 14 inchi
RPM 1600 1650 1700 1750 1800 1850 1900 1926
Q average 0,00 44,78 91,18 116,81 151,90 156,48 172,98 182,28 L/s
V-27
Metode Foto
RPM 1600 1650 1700 1750 1800 1850
X= 0,00 373,70 414,73 447,01 551,39 576,41
E= 288,80 137,65 54,01 0,00 0,00 0,00
d= 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80 288,80
E/d = 100,00 47,66 18,70 0,00 0,00 0,00
Q= 0,00 100,80 111,52 118,98 148,63 155,58 L/s
Factor Partial = 0,00 0,53 0,88 1,00 1,00 1,00
Q average 0,00 15,00 75,00 125,00 150,00 172,00 193,00 210,00 L/s
Transmission Rate = 1.73
Head Loss dengan Tabel I25 Australian Pipe Friction Handbook
V-28
Analisis Data
200,00
Flowrate (L/s)
150,00
Flowmeter
100,00
Foto
50,00 Curve
0,00
1600 1650 1700 1750 1800 1850 1900 1926
RPM
Berdasarkan kurva didapat hasil flowrate aktual dan teoritis yang cukup
mendekati. Perbedaan tampak ketika pompa LP 133 bekerja pada RPM rendah
dan tinggi, dimana terjadi gap namun tidak berbeda jauh. Flowrate aktual dan
teoritis cenderung sama pada RPM 1750 -1800.
Pada keadaan di lapangan pompa sudah tidak mampu lagi memompakan
air dengan flowrate teoritis. Kondisi ini dapat terjadi karena kondisi pompa sudah
tidak baru lagi. Maka dari itu hasil perhitungan aktual flowrate pompa berada
dibawah prediksi dengan perhitungan kurva. Head yang harus dihadapi oleh
pompa LP 133 cukup tinggi, maka dari itu pompa ini harus bekerja pada RPM
tinggi.
V-29
Sumber : Timotius Denis, 2013
Grafik 5.16
Kurva Performa LP 133 Multiflo 390
Pada RPM 1900 flowrate yang dihasilkan cukup besar namun ada indikasi
pompa menghisap angin. Maka dari itu untuk pompa LP 133 ini dapat digunakan
pada kondisi optimalnya yaitu pada RPM Aktual 1850 dimana RPM pada kurva
yaitu RPM 1069, pompa LP 133 akan bekerja pada efisiensi 65% - 70% dengan
flowrate pada keadaan aktualnya sekitar 172 L/s.
V-30
5.7 Eastern Drain (Duren Outlet)
Pada pengamatan lapangan, data diambil pada Eastern Drain yang merupakan
outlet dari Sump Duren. Berikut ini adalah hasil dari pengamatan lapangan:
o Tanggal Pengamatan: Senin, 15 Juli 2013
o Kondisi: Setelah hujan
o Panjang Pipa = 984 meter
o Head static = 115 meter
LP 103
5.7.1 LP 103
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 103
Type : MF390
Diameter pipa : 12 inchi
RPM 1550 1600 1650 1700 1726
v average 0 1,56 1,908 1,528 2,74 m/s
Pipe Fill = 0% 60% 80% 95% 95%
Q average 0,00 48,27 78,71 74,85 134,23 L/s
V-31
Metode Foto
Pada kasus ini pengambilan flowrate secara aktual dengan metode foto tidak
dapat dilakukan karena kondisi pipa outlet yang terbenam. Untuk memudahkan
pengambilan data kedepannya pembuatan pipa outlet sebaiknya tidak ditanam,
tetapi dibiarkan muncul dipermukaan.
Analisis Data
100,00
Flowmeter
50,00
Curve
0,00
1550 1600 1650 1700 1726
RPM
V-32
Grafik 5.17
Kurva Perbandingan Flowrate LP 103
Berdasarkan kurva didapat hasil flowrate aktual dan teoritis yang tidak
sesuai. Pada kondisi aktual berdasarkan flowmeter pada RPM 1700 pompa LP
103 tidak stabil, karena pompa mulai mengalami kavitasi, namun ketika RPM
ditingkatkan lagi pompa mampu menghasilkan flowrate yang tinggi
V-33
Berdasarkan analisis saya terjadi kesalahan pada alat pembaca RPM pompa yang
terdapat di pompa LP 103.
Untuk mengatasi head yang sangat tinggi pompa LP 103 harus bekerja
mencapai RPM maksimalnya yaitu RPM 1900 (kondisi aktual) atau RPM 1100
(berdasarkan kurva performa pompa). Pompa akan bekerja dengan efisiensi 65%
- 70% dan flowrate yang dihasilkan mencapai 135 L/s.
LP 303-304 LP 301-306
LP 300-305
V-34
5.8.1 LP 300 LP 305
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 300
ID Booster : LP 305
Type : TF 200/180
Diameter pipa : 12 inchi
RPM Pompa 1650 1750
RPM Booster 1500 1700
v average 2,97 3,22 m/s
Pipe Fill = 100% 100%
Q average 153,15 166,04 L/s
Metode Foto
RPM Pompa 1650 1750
RPM Booster 1500 1700
X= 708,03 800,63
E= 256,30 256,30
d= 256,30 256,30
E/d = 100,00 100,00
Q= 150,37 169,83 L/s
Factor Partial = 1,00 1,00
Q average 150,37 169,83 L/s
V-35
Metode Kurva Performa
RPM Pompa 1650 1750
RPM Booster 1500 1700
Head Loss = 2,00 5,20 m/100m
TDH = 118 150 m
Q average 152,00 170,00 L/s
Transmission Rate = 1.00
Head Loss dengan Tabel I20 Australian Pipe Friction Handbook
Analisis Data
165,00
160,00
155,00 Flowmeter
150,00
Foto
145,00
140,00 Curve
1500 1700
1650 1750
RPM
V-36
Sumber : Timotius Denis, 2013
Grafik 5.20
Kurva Performa LP 300 - LP 305 Truflo 200/180
V-37
5.8.2 LP 301 LP 306
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 301
ID Booster : LP 306
Type : TF 200/180
Diameter pipa : 12 inchi
RPM Pompa 1700 1750
RPM Booster 1650 1650
v average 3,528 3,354 m/s
Pipe Fill = 96% 97%
Q average 174,65 167,77 L/s
Metode Foto
RPM Pompa 1700 1750
RPM Booster 1650 1650
X= 733,01 691,12
E= 256,30 256,30
d= 256,30 256,30
E/d = 100,00 100,00
Q= 155,62 146,82 L/s
Factor Partial = 1,00 1,00
Q average 155,62 146,82 L/s
V-38
Metode Kurva Performa
RPM Pompa 1700 1750
RPM Booster 1650 1650
Head Loss = 4,58 4,58 m/100m
TDH = 144 144 m
Q average 150,00 150,00 L/s
Transmission Rate = 1.00
Head Loss dengan Tabel I20 Australian Pipe Friction Handbook
Analisis Data
165,00
160,00
155,00
150,00 Flowmeter
145,00
140,00 Foto
135,00
130,00 Curve
1650 1650
1700 1750
RPM
V-39
mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena ada angin yang terhisap oleh
pompa.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal pompa LP 301 dan booster LP 306
bekerja pada efisiensi 74% berada pada RPM 1700 dan booster dengan RPM
1650. Flowrate yang dihasilkan sebesar 167 L/s.
V-40
5.8.3 LP 303 LP 304
Metode Flowmeter
ID Pompa : LP 303
ID Booster : LP 304
Type : TF 200/180
Diameter pipa : 14 inchi
RPM Pompa 1700 1750
RPM Booster 1500 1500
v average 1,988 2,16 m/s
Pipe Fill = 100% 100%
Q average 130,16 141,42 L/s
Metode Foto
RPM Pompa 1700 1750
RPM Booster 1500 1500
X= 488,21 488,24
E= 40,00 37,02
d= 288,80 288,80
E/d = 13,85 12,82
Q= 131,78 134,92 L/s
Factor Partial = 0,90 0,92
Q average 118,60 124,13 L/s
V-41
Metode Kurva Performa
RPM Pompa 1700 1750
RPM Booster 1500 1500
Head Loss = 2,19 2,19 m/100m
TDH = 120 120 m
Q average 122,00 122,00 L/s
Transmission Rate = 1.00
Head Loss dengan Tabel I20 Australian Pipe Friction Handbook
Analisis Data
130,00
125,00
120,00 Flowmeter
115,00 Foto
110,00
105,00 Curve
1500 1500
1700 1750
RPM
V-42
mengalami kenaikan. Hal tersebut terjadi karena suction lift pressure pada booster
mencapai kondisi optimal yaitu 108 kPa, dimana sebelumnya berada pada kondisi
98 kPa, walau RPM booster tetap berada di RPM 1500.
V-43
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ANALISIS
PERBANDINGAN FLOWRATE AKTUAL DAN TEORITIS PADA
POMPA DI PIT BENDILI PT. KALTIM PRIMA COAL dapat
disimpulkan bahwa:
1. Hasil perhitungan flowrate pompa secara teoritis dan aktual berbeda
namun hasilnya cukup mendekati. Secara teoritis flowrate pompa akan
lebih besar 10% dibandingkan kondisi aktualnya. Metode kurva tidak
memperhitungkan kondisi pompa secara aktual, sehingga mengasumsikan
kondisi pompa yang masih baru.
2. Metode perhitungan flowrate pompa secara aktual baik dengan metode
foto maupun metode flowmeter sangat bergantung pada keadaan pipa
outlet.
3. Kinerja beberapa pompa di Pit Bendili belum optimal.
6.2 Saran
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Melakukan pengambilan data secara aktual dari setiap perencanaan
dewatering pada pompa, karena kondisi setiap pompa dalam head tertentu
berbeda-beda.
2. Melakukan maintenance pada pompa secara berkala, khusus untuk pompa
yang bekerja pada RPM dan head tinggi kegiatan perawatan harus lebih
rutin untuk menjaga umur pompa.
3. Adanya standardisasi untuk pemasangan pipa pada outlet, hal tersebut
akan memudahkan dalam perawatan, inspeksi, dan pengambilan data
selanjutnya. Kondisi mulut pipa sebisa mungkin berada di ruang terbuka
VI-1
(tidak tertimbun), mudah dilihat, akses tidak sulit, dan tidak menjulang
keatas atau kebawah tetapi posisi datar.
4. Melakukan optimasi pada setiap pompa dan booster.
Pompa RPM Optimal Keterangan
LP 300 / LP 305 1750/1700 - Untuk booster suction lift pressure
LP 301 / LP 306 1700/1650 yang optimal yaitu 100 kPa.
LP 303 / LP 304 1700/1500 - RPM pompa sudah optimal.
VI-2
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
LAMPIRAN F
LAMPIRAN G
LAMPIRAN H