Anda di halaman 1dari 63

Hidrologi

Tambang

Ninda febriyani putri nento

Universitas Halu Oleo

asfsf
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala


bimbingan-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan buku Hidrologi Tambang
yang merupakan tugas untuk menyelesaikan mata kuliah Hidrologi Tambang.
Buku ini dipergunakan sebagai referensi tentang Hidrologi tambang
khususnya sistem penyaliran pertambangan. Dalam buku ini di jelaskan mengenai
penjelasan dari tambang, kegiatan yang dilakukan dalam pertambangan, teori air
tanah, teori air permukaan dan lain sebagainya di paparkan secara lengkap dalam
buku ini. Selain itu buku Hidrologi Tambang ini dapat digunakan sebagai panduan
bagi mahasiswa dalam mencari referensi untuk tugas-tugas dan sebagainya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang secara sadar atau tidak sadar, secara langsung atau tidak langsung
membantu dalam pengerjaan buku ini hingga selesai dengan sempurna.
Penulis menyadari bahwa buku ini jauh dari sempurna dan masih perlu
perbaikan, tetapi harapan penulis dengan bantuan para pembaca sekalian kita
dapat menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu saran dan kritik untuk
perbaikan buku ini sangat penulis harapkan yang berguna dalam mengefektifkan
buku ini. Semoga Allah swt senantiasa memberkati kita semua. Amin.

Kendari, April 2018

Ninda Febriyani Putri Nento


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I DEFINISI UMUM 1
BAB II KEGIATAN PERTAMBANGAN 12
BAB III TEORI AIR 25
BAB IV PENYALIRAN TAMBANG 40
BAB V PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG 48
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
BAB I

PERTAMBANGAN

Definisi Umum

Pertambangan dapat diidentifikasikan sebagai setiap kegiatan yang


dilakukan dengan cara mengambil dan memanfaatkan semua bahan galian dari
muka bumi yang mempunyai nilai ekonomi yang rangkaian kegiatannya dimulai
dari penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan galian. Selain itu
pertambangan juga dapat diartikan dengan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pasca tambang.

Pengertian pertambangan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor


4 Tahun 2009 adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Konsep dasar pemberian hak untuk melakukan kegiatan
pertambangan umum yang 30 tahun lalu adalah melalui perjanjian, dengan adanya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara. Pada saat itulah kemudian korporasi-korporasi baru dan muda, dapat
dengan mudah masuk ke dalam aktivitas pertambangan nasional.

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan dikenal sebagai salah


satu negara di dunia yang kaya akan sumber bahan galian (tambangnya). Bahan
galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, biji
besi, dan lain–lain. Hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur,
mengurus dan mengawasi pengelolaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk
mempergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Hak-hak negara dibidang pertambangan dituangkan dalam peraturan
Undang-undang yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, yang menimbang “Bahwa mineral dan batubara yang
terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan
kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa,
yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang
banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk
memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam
usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara
berkeadilan”.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal (2 ayat 1)
Berbunyi “ Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara ditujukan untuk melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan
penggunaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan tata Kerja Dinas Pertambangan, dan Energi. Pasal (3)
Berbunyi “Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup
merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh
seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala daerah.

Kuasa pertambangan merupakan wewenang yang diberikan kepada


badan/perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Kuasa pertambangan
dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
1. Kuasa pertambangan penyelidikan umum;
2. Kuasa pertambangan eksplorasi;
3. Kuasa pertambangan eksploitasi;
4. Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian; dan
5. Kuasa pertambangan pengangkutan dan penjualan.

Sejarah Pertambangan Di Indonesia

Sejarah pertambangan dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919


dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah
operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai1923 beroperasi
dengan metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga 1940,
sedangkan produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938. Seiring
dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan
Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi
pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian mengesahkan
pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada
1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut
Perseroan.

Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di


Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang
Batubara dengan Perseroan. PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan
Tarahan atau di sebut juga dengan PTBA merupakan salah satu perusahaan
BUMN yang bergerak dalam bidang distribusi batubara yang berpusat di Tanjung
enim, Sumatera Selatan. PT Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik
negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya
batubara. PTBA yang berdiri sejak 1981 termasuk dalam daftar lima besar
produsen batubara di Indonesia. Bahkan penjualan PTBA di dalam negeri
termasuk terbesar kedua. Dunia pembangunan mengalami perkembangan yang
cukup pesat baik perkembanganya migas maupun non migas. Pada PTBA
melakukan penjualan baik dalam negri maupun luar negri dan melalui syarat dan
ketentuan yang telah di tetapkan. Dalam mengekspor penjualan harus memenuhi
syarat-syarat dan ketentuan administrasi yang telah di tetapkan oleh KSOP dan
PTBA. Setelah melakuan administrasi maka pihak eksportir atau kapal eksportir
mendapatkan izin sandar di pelabuhan tarahan dan di pemandu pihak assis yaitu
dari pihak PELINDO, untuk melakukan pemuatan barang yang akan dieksport ke
luar negri, negara negara tersebut adalah Jepang, Cina, Korea, Vietnam, Fhilipina,
Malaysia, Myanmar, Taiwan, Hongkong Dan India. Untuk mencapai kenaikan
atau peningkatan penjualan ekspor perusahaan harus memaksimalkan bauran
pemasaran agar dapat mencapai mangsa pasar ekspor yang di inginkan.

Perusahaan Tambang Di Indonesia

1. PT ANTAM Tbk
Kegiatan usaha Perseroan telah dimulai sejak tahun 1968 ketika Perseroan
didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara melalui merjer dari beberapa Perusahaan
tambang dan proyek tambang milik pemerintah, yaitu Badan Pimpinan Umum
Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara, Perusahaan Negara Tambang Bauksit
Indonesia, Perusahaan Negara Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam
Mulia, PT Nickel Indonesia, Proyek Intan dan Proyek-proyek Bapetamb. Perseroan
didirikan dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" di Republik
Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1968.
Pendirian tersebut diumumkan dalam Tambahan No. 36, BNRI No. 56, tanggal 5 Juli
1968. Pada tanggal 14 September 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun
1974, status Perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara
Perseroan Terbatas ("Perusahaan Perseroan") dan sejak itu dikenal sebagai "Perusahaan
Perseroan (Persero) Aneka Tambang".
Pada tanggal 30 Desember 1974, ANTAM berubah nama menjadi
Perseroan Terbatas dengan Akta Pendirian Perseroan No. 320 tanggal 30
Desember 1974 dibuat di hadapan Warda Sungkar Alurmei, S.H., pada waktu itu
sebagai pengganti dari Abdul Latief, dahulu notaris di Jakarta jo. Akta Perubahan
No. 55 tanggal 14 Maret 1975 dibuat di hadapan Abdul Latief, dahulu notaris di
Jakarta mengenai perubahan status Perseroan dalam rangka melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang No. 9 tahun 1969
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun
1969 (Lembaran Negara tahun 1969 No. 16. Tambahan Lembaran Negara No.
2890) tentang bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1969 No. 40), Peraturan Pemerintah No. 12
tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (Persero). Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1969 No. 21 dan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara Aneka Tambang menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero), Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1974 nomor 33
jo.Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.
1768/MK/IV/12/1974, tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Aneka Tambang menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Aneka
Tambang, yang telah memperoleh pengesahan dari Menkumham dalam Surat
Keputusannya No. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975 dan kedua Akta tersebut di
atas telah didaftarkan dalam buku register yang berada di Kantor Pengadilan
Negeri Jakarta berturut-turut di bawah No. 1736 dan No. 1737 tanggal 27 Mei
1975 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 312 BNRI No. 52 tanggal 1
Juli 1975. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun
1997 Perseroan menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di
Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1999, Perseroan mencatatkan sahamnya di
Australia dengan status foreign exempt entity dan pada tahun 2002 status ini
ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.

2. PT Bukit Asam Tbk


Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka
(open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya
selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah
(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan
komersial dimulai pada 1938.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para
karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN
TABA).
Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang
selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket
batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode "PTBA".
Visi dan Misi dari PT Bukit Asam yakni menjadi Perusahaan energi kelas
dunia yang peduli lingkungan Mengelola sumber energi dengan mengembangkan
kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah
maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.

3. PT Freeport Indonesia
Awal Mula Freeport ke Papua Geolog muda kebangsaan Belanda, Jean
Jacques Dozy, pada 1936 bersama rombongan kecil mengembara Papua atas
prakarsa dan biaya sendiri. Tujuan utama Dozy adalah mendaki gletser Cartensz
yang ditemukan Jan Cartenszoon pada 1623 saat menjelajah Papua.
Dozy penasaran dengan temuan Cartensz mengenai puncak gunung yang tertutup
salju di Papua. Laporan Cartensz ini sempat menjadi bahan olok-olok karena
dinilai mustahil ada gletser di kawasan khatulistiwa. Ketika sedang menjelajah
Cartensz ini, Dozy terpukau melihat pegunungan tanpa pepohonan atau tundra
yang kemudian dia namakan Grasberg yang artinya Gunung Rumput. Tak jauh
dari Gunung Rumput, Dozy juga membuat sketsa batuan hitam kokoh berbentuh
aneh, menonjol di kaki pegunungan setinggi 3.500 meter. Batuan hitam itu dia
namakan Erstberg yang artinya Gunung Bijih.
Dalam penjelajahannya itu, Dozy juga mengambil batuan yang kemudian
dikirim ke laboratorium. Hasil analisis serta penjelasan batuan diterbitkan dalam
Jurnal Geologi Leiden tahun 1939. Pecahnya perang dunia membuat laporan itu
tak mendapatkan perhatian. Eksekutif dari perusahaan tambang asal Amerika,
Freeport Sulphur, yang pertama kali menggali 'kekayaan' catatan Dozy pada 1959.
Pada awal tahun yang sama, Freeport baru saja kehilangan pertambangan bijih
nikel di Kuba akibat nasionalisasi perusahaan di bawah pimpinan Fidel Castro.
Forbes K. Wilson, manajer eksplorasi Freeport Sulphur yang kemudian
menjadi Presiden Director Freeport Mineral, mendapatkan informasi mengenai
catatan Dozy dari Jan Van Gruisen, eksekutif dari perusahaan East Borneo
Company. Wilson sangat tertarik untuk mengeksplorasi Erstberg. “Saya akan
melihat sendiri Erstberg dan akan berusaha sampai mati,” kata Wilson kepada
Mealey. Freeport pun tak tanggung-tanggung membiayai ekspedisi dan eksplorasi
Wilson senilai US$120 ribu. Menurut Mealey, nilai itu pada 1996 sekitar US$1
juta dolar. Meski saat itu Wilson berusia 50 tahun, dia bertekad berhasil mencapai
Gunung Bijih yang berwarna hitam. Menurut Mealey, sebagai persiapan
ekspedisi, Wilson menghentikan kebiasaan merokok yang sudah 30 tahun dan
menerima imunisasi dari hampir semua penyakit yang pernah dikenal manusia.
“Dia melatih diri hidup di hutan rimba dan pegunungan tinggi yang dingin,” kata
Mealey. Penjelajahan Wilson dibantu beberapa ahli seperti geolog, insinyur,
botanis serta perwira polisi. Wilson membuat catatan khusus perjalanannya dalam
buku The Conquest of Cooper Mountain.
Penjelajahan Wilson dan tim berhasil memastikan cadangan bahan
tambang berharga di Erstberg. Pada masa awal ditemukan, diperkirakan adanya
cadangan 33 juta ton bijih besi dengan kandungan tembaga sebesar 2,5 persen.
Namun, Freeport masih membutuhkan izin dan kepastian investasi. Di periode itu,
Indonesia mengalami gonjang-ganjing politik, mulai dari perang perebutan
wilayah Papua Barat hingga Tragedi 1965. Freeport memproses perizinan dengan
mendapatkan bantuan dari Julius Tahija yang berperan sebagai perantara. Menurut
Mealey, Julius yang mengatur pertemuan antara pejabat Freeport dengan Menteri
Pertambangan dan Perminyakan Indonesia, Ibnu Sutowo di Amsterdam.
Selain itu, Freepot menyewa pengacara Ali Budiarjo yang pernah menjadi
Sekretaris Jenderal dan Pertahananan Direktur Pembangunan Nasional pada
1950an. Berkat bantuan Ali, Freeport menjadi perusahaan yang pertama kali
mendapatkan Kontrak Karya dengan masa 30 tahun, setelah lahirnya Undang-
Undang Penanaman Modal pada 1967. Belakangan Ali didaulat sebagai Presiden
Direktur PT Freeport Indonesia pada 1974-1986.
Eksplorasi Grasberg Pada 1980, Freeport bergabung dengan McMoran,
perusahaan eksplorasi minyak dan gas yang dipimpin James Robert Jim Bob
Moffett. Perusahaan kemudian berganti nama menjadi Freeport McMoran dengan
Freeport Indonesia sebagai anak usaha. Menurut Mealey, sejak Moffet ditunjuk
sebagai pimpinan Freeport McMoran pada 1984, dia memerintahkan seluruh
jajaran Freeport meningkatkan eksplorasi. Selain itu, cadangan Erstberg
diperkirakan habis pada 1987. Eksplorasi pertama dilakukan geolog Dave Potter
dengan meneliti Grasberg. Potter dan rekan-rekannya mengebor gunung dengan
kedalaman 200 meter pada 1985. Namun, hasil pemboran pertama itu tidak
meyakinkan. Kemudian pada 1987, Potter mendarat dengan helikopter di atas
puncak gunung dan mulai mengumpulkan contoh batuan permukaan. Hasil
analisis laboratorium menyatakan batuan mengandung emas dengan kadar yang
sangat tinggi. Moffet pun mendorong pemboran di Grasberg. Pada akhir 1980-an,
Mealey turut bergabung dengan Potter membuat beberapa lubang bor.
Dari pengalaman eksplorasi, tulis Mealey, Grasberg berbeda dengan
puncak-puncak yang mengelilinginya. Grasberg yang ketinggiannya lebih rendah,
memungkinkan pepohonan besar tumbuh, tetapi dalam kenyataannya vegetasi
yang tumbuh di atas permukaan hanyalah sejenis rumput kasar.
“Anomali vegetasi ini yang merupakan indikasi yang dicari para geolog,” tulis
Mealey.
Gambar 1.3 Kawasan Grasberg di Tembagapura, Papua. (ANTARA FOTO/M
Agung Rajasa)
Menurut Mealey, pertumbuhan pohon dan semak di Grasberg terhalang oleh tanah
yang bersifat asam, tetapi tidak menjadi masalah bagi jenis rumput kasar untuk
tumbuh. “Keasaman tanah adalah hasil proses pelindian alam terhadap mineral-
mineral sulfida yang mengandung tembaga dan emas,” kata Mealey.
Pengetahuan di atas merupakan kesimpulan yang diperoleh belakangan.
Namun, lanjut Mealey, banyak anomali vegetasi seperti itu terjadi di dunia, tetapi
tidak selalu berkaitan dengan mineralisasi komersial seperti di Grasberg.
Pemboran di Gunung Grasberg dilakukan di lima titik dimulai dari bagian
puncak. Empat lubang pertama menunjukkan kadar emas dan tembaga, namun
tidak terdapat konsentrat endapan emas. Hasil pemboran ke lima membuat
Freeport terkesima karena dari 611 meter kedalaman bor, 591 meter menembus
lapisan bijih yang mengandung kadar tembaga 1,69 persen dan kadar emas 1,77
gram per ton. “Hasil pemboran ini dianggap yang paling hebat yang pernah ada
dalam sejarah industri pertambangan,” tulis Mealey.

Grasberg mulai dieksploitasi pada 1988. Tiga tahun setelah pengerukan


itu, Freeport mendapat perpanjangan Kontrak Karya II dengan masa 30 tahun dan
akan habis pada 2021. Pada 1995, cadangan Grasberg sebanyak 40,3 miliar pon
tembaga dan 52,1 juta ons troy emas. Dengan eksploitasi Grasberg, cadangan
Freeport meningkat dua kali lipat. “Kami mengoperasikan pabrik pengolahan
yang canggih dan biaya produksi kami mungkin yang terendah di dunia. Ada
perkiraan bahwa Freeport akan tetap mampu meraih keuntungan dari tambang di
Irian Jaya untuk 45 tahun ke depan,” tulis Mealey.

gambar 1.4 Pengolahan bijih tambang PT Freeport Indonesia, Tembagapura,


Mimika, Papua. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Tambang Bawah Tanah Setelah dikeruk hampir 30 tahun, cadangan
emas dan tembaga di penambangan terbuka (open pit) Grasberg akan habis pada
2017. Freeport pun terus melanjutkan eksploitasi dengan menambang bawah
tanah. Ada tiga tambang bawah tanah yang akan menjadi masa depan Freeport,
yakni Deep Ore Zone (DOZ), Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).
Sejak 2010 tambang bawah tanah DOZ mulai beroperasi. Produksinya berupa
bijih yang mengandung tembaga, emas, dan peraknya mencapai 60 ribu ton bijih
per hari dengan puncaknya pernah mencapai 80 ribu ton bijih per hari. Adapun
Big Gossan yang saat ini produksinya sangat selektif dan tidak banyak. Sejak
September 2015, tambang DMLZ dibuka. Setiap harinya, Freeport mengolah
sekitar 220 ribu -240 ribu ton ore atau bijih. Freeport berniat memperpanjang
kontrak kerja dengan pemerintah dan hingga kini belum ada kepastian apakah
pemerintah memberikan perpanjang kontrak atau tidak.

4. PT Vale Indonesia
PT Vale mempunyai sejarah yang membanggakan di Indonesia. Diawali
dengan ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an. Kegiatan
eksplorasi, kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada periode
kemerdekaan dan selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno.
PT Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia)
didirikan pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT Vale dan
Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan
lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan
pengolahan bijih nikel. Sejak saat itu PT Vale memulai pembangunan smelter
Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada
bulan Januari 1996, KK tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya
hingga 28 Desember 2025. Pada bulan Oktober 2014, PT Vale dan Pemerintah
Indonesia mencapai kesepakatan setelah renegosiasi KK dan berubahnya beberapa
ketentuan di dalamnya termasuk pelepasan areal KK menjadi seluas hampir
118.435 hektar. Ini berarti luasan areal KK telah berkurang hingga hanya 1,8%
dari luasan awal yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia pada saat
penandatanganan KK tahun 1968 seluas 6,6 juta hektar di bagian timur dan
tenggara Sulawesi akibat serangkaian pelepasan areal KK.
BAB II

KEGIATAN PERTAMBANGAN

Kegiatan Umum
Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi tugas-tugas yang dilakukan
untuk mencari, mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian
mengolah sampai bisa bermanfaat bagi manusia. Secara garis besar, tahapan
tahapan kegiatan dalam usaha pertambangan dijelaskan dalam Gambar.
Setiap melakukan tahap-tahap kegiatan usaha pertambangan, pengusaha harus
memiliki surat keputusan pemberian Kuasa pertambangan (KP) atau Surat izin
Penambangan Daerah (SIPD) yang sesuai dengan tahap kegiatan yang dilakukan.

Tambang Terbuka
Metode penambangan terbuka dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Tambang terbuka dengan ekstraksi mekanis;
2. Tambang terbuka dengan ekstraksi menggunakan air.

EKSTRAKSI MEKANIS

Metode penambangan terbuka dengan ekstraksi mekanis dapat dibedakan menjadi


4 yaitu ;
1) Open pit mining
2) Quarry (Kuari)
3) Open cast mining
4) Auger mining
Keempat metoda tersebut adalah merupakan metode penambangan yang berperan
dalam menghasilkan 90% produksi bahan tambang yang dihasilkan dari sistem
tambang terbuka. Lebih spesifik lagi, jika dilihat dari total produksinya maka
tambang open pit dan open cast merupakan metode penambangan yang paling
banyak diterapkan dalam tambang terbuka.

Open Pit

Open pit mining dicirikan dengan bentuk tambang berupa corong (kerucut
terbalik) di permukaan bumi. Pada open pit mining, tanah penutup dikupas dan
diangkut ke suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapan ekonomis di
bawahnya. Kedua aktivitas, yaitu pengupasan dan penggalian, dilakukan pada
suatu pemuka kerja (front) yang berbentuk satu atau beberapa jenjang. Pembuatan
pemuka kerja lebih dari satu, baik pada elevasi yang sama maupun beda elevasi,
dimaksudkan untuk memastikan terjaminnya kemenerusan produksi (tidak ada
delay kerja).

Setelah didahului dengan aktivitas pengupasan lapisan penutup,


pengupasan dan penggalian bijih atau endapan target dilakukan secara seksama
dengan urut-urutan yang mengikuti kaidah perencanaan tambang, sehingga biaya
penggalian bijih/endapan target dan lapisan penutup dapat dibayar dari penjualan
bijih/ endapan target yang tergali, sedemikian rupa sehingga operasional jangka
panjang, yaitu pembukaan/ penggalian sampai pit limit dapat tercapai. Jenjang
tunggal dirancang sesuai dengan peralatan mekanis yang digunakan. Tinggi
jenjang dibatasi oleh jangkauan excavator/shovel, sedangkan lebar jenjang harus
cukup luas bagi peralatan gali-muat dan truk untuk bermanuver. Kemiringan
lereng ditentukan berdasarkan perhitungan kemantapan lereng dengan input
berupa data sifat fisik dan data kuat geser material pembentuk lereng tersebut.
Gambar 2.1 open pit mine

Open Cast Mining

Pada open pit mining, tanah penutup dikupas dan ditransportasikan ke


suatu daerah pembuangan yang tidak ada endapan ekonomis di bawahnya,
sedangkan open cast mining, metodanya hampir sama dengan open pit mining,
tetapi berbeda pada satu hal yaitu tanah penutup tidak dibuang ke daerah
pembuangan di luar tambang tetapi dibuang langsung ke lokasi bersebelahan yang
telah ditambang. Aktivitas penambangan material waste disini terdiri dari
penggalian, pengangkutan dan sekaligus penimbunan (=casting), yang pada
umumnya dikombinasikan oleh suatu alat saja.
Gambar 2.2 open cast mine

Auger Mining

Auger mining adalah sebuah metode penambangan yang berhadapan


dengan dinding yang tinggi atau penambangan singkapan (outcrop recovery)
lapisan batubara/endapan target dengan pemboran ke dalam lapisan endapan
tersebut tanpa melakukan penggalian lapisan penutup Auger mining lahir sebelum
1940-an untuk mendapatkan batubara pada sisi dinding tinggi (high wall) dari
batas akhir tambang (pit limit) terbuka secara konvensional. Penambangan
batubara dengan auger bekerja dengan prinsip drag bit rotary drill skala besar.
Tanpa merusak lapisan batubara dan juga lapisan batuan di atasnya, auger
mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan memanfaatkan ulir di
stang-bor dan kungkungan dinding lubang bor.
Gambar 2.3 Auger Mine

EKSTRAKSI DENGAN AIR

Metoda ini berhubungan dengan air atau cairan untuk memperoleh mineral
dari dalam bumi, baik dengan aksi hidrolik maupun dengan serangan cairan.
Masih sangat kurang pemakaiannya pada tambang terbuka. Ada 2 (dua) jenis
penambangan di dalam metoda ini yaitu placer mining dan solution mining.
Placer mining menggunakan air untuk menggali, mentransportasi dan
mengkonsentrasikan mineral-mineral berat. Solution mining adalah metoda yang
membuat cair mineral-mineral sehingga dapat ditransportasikan dengan
menggunakan air atau cairan pelarut. Placer mining terdiri dari hydraulicking dan
dredging, sedangkan solution mining terdiri dari borehole extraction dan
leaching.

Placer mining ; hydraulicking

Kualitas yang berbeda dari endapan placer sehingga memungkinkan


dikategorikan sebagai ekstraksi aqueous adalah (Daily, 1968) :
1. Material di tempat memungkinkan terdesintegrasi oleh aksi tekanan air
(atau aksi mekanik ditambah hidrolik).
2. Ketersediaan supply air pada head yang diperlukan.
3. Ketersediaan ruang untuk penempatan waste.
4. Konsentrat berat adalah mineral yang berharga, sehingga memungkinkan
dilakukan pengolahan mineral sederhana.
5. Pada umumnya, gradient alamiah dan rendah sudah memungkinkan
transportasi hidrolik dari mineral.
6. Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan yang berhubungan
dengan air dan pembuangan waste.
Tinggi jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5–15 m,
tetapi dapat mencapai 60 m (Morrison & Russell, 1973). memperlihatkan metoda
hydraulicking

Gambar 2.5 Hydaulicking method


Placer Mining: Dredging

Dredger adalah mesin tambang menerus yang ditemukan pertama kali.


Dredging adalah penggalian endapan placer di bawah air. Dredger dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Turner, 1975):
1) Mekanik
a. Bucket line (endless chain of buckets revolving along ladder).
b. Bucket –wheel suction (buckets discharge in suction pipeline).
c. Dripper (shovel/back-hoe, grapple, or dragline mounted on barge).
2) Hidraulik
a. Suction (open intake suction line).
b. Cutter head (evcavation by rotating cutter on suction line).

Gambar 2.6 Dredge method

Solution Mining: Borehole Extraction


Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal,
maka daya tarik solution mining sebagai metoda eksploitasi meningkat. Solution
mining adalah salah satu metode ekstraksi aqueous dimana mineral biasanya
diperoleh ditempat dengan dilarutkan, dicairkan, diluluhkan atau slurrying
meskipun didahului dengan beberapa persiapan atau eksploitasi di bawah tanah,
tetapi hampir semua operasi dilakukan di permukaan. Pada borehole mining air
diinjeksi melalui lubang bor ke dalam formasi mineral yang kemudian dilarutkan
atau dicairkan sehingga menjadi slurries mineral berharga dan dipompa ke
permukaan melalui lubang bor. Kadang-kadang suatu reagen ditambahkan ke air,
yang membentuk leaching kimia.
Contoh mineral yang dapat dieksploitasi dengan borehole mining adalah
evaporites (garam, potash, dan trona dengan dissolusi, belerang dengan melting
(frasch process), phospat, kaolin, oil sand, batubara, gilsonite, uranium dengan
slurrying (percobaan) dan uranium dan liquite dengan leaching kimia.

Gambar 2.7 Solution Mining: Boreholes Extraction (Hartman, 1987).


Solution Mining: Leaching
Leaching adalah ekstraksi kimia untuk metal atau mineral dari ikatan suatu
cadangan bijih atau dari material yang telah digali dan ditambang (Schlitt, 1982).
Proses pada dasarnya adalah kimiawi tetapi dapat juga proses bakteri (beberapa
bakteri beraksi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi pada leaching sulfida).
Jika ekstraksi dilakukan di tempat mineral tersebut maka dinamakan leaching
insitu, dan bila dilakukan di tempat penimbunan disebut leaching timbunan (heap
leaching) yang termasuk kategori metoda penambangan sekunder.

Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan pada
ekstraksi, hal itu dilengkapi beneficiation dalam tahap awal dari pengolahan
mineral (Lastra dan Chase, 1984). Akibatnya, biaya produksi cenderung relatif
lebih rendah daripada metode penambangan konvensional. Sebagai perbandingan
(Bhappu, 1982), menunjukkan bahwa untuk tambang tembaga, biaya produksi
total yang diperkirakan untuk metoda open pit sekitar US$ 5,00– US$ 6,80/ton
sedangkan leaching insitu sekitar US$ 3,60-US$ 4,40/ton. Aplikasi dari leaching
insitu sejauh ini masih terbatas pada tembaga dan uranium, sedangkan leaching
timbunan pada emas dan perak. Studi percobaan mengindikasikan bahwa banyak
logam seperti mangan, emas-perak, aluminium, dan cobalt-nikel, adalah kandidat
utama untuk leaching insitu (Porter et. al., 1982). Leaching insitu dari lignite juga
sedang diteliti (Sadler dan Huang, 1981).
Gambar 2.8 Solution Mining: Leaching (Hartman, 1987).

Manual mining method


Cara penambangan ini sangat sederhana dengan menggunakan tenaga
manusia hampir tidak memakai alat mekanis (lihat Gambar 4.20). Cara ini
biasanya dilakukan oleh rakyat setempat atau oleh kontraktor-kontraktor kecil.
Biasanya endapan yang ditambang bentuknya :
a. Ukuran atau jumlah cadangannya kecil
b. Letaknya tersebar dan terpencil
c. Endapannya cukup kaya
Tambang Tertutup
Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) adalah
metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya
dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung
berhubungan dengan udara luar. Penambangan bawah tanah meliputi beberapa
kegiatan seperti pembuatan jalan masuk, penggalian bijih dari badan bijih di
massa batuan dan pengangkutan bijih ke permukaan. Guna menunjang beberapa
aktivitas tersebut dibutuhkan penggalian sejumlah lubang bukaan dengan berbagai
bentuk, ukuran dan orientasi yang sesuai dengan fungsinya. Gambaran umum dari
model tambang bawah tanah dapat dilihat pada Gambar. Ada tiga macam
penggalian pada tambang bawah tanah yang ditunjukkan pada Gambar tersebut,
yaitu:
1. Sumber pengambilan bijih atau lombong (stope);
2. Jalan masuk ke lombong, jalan masuk untuk pelayanan dan
awalpembangunan lombong; dan
3. Jalan masuk permanen dan jalan masuk pelayanan. Kesamaan antara
fungsi dan perilaku geomekanik yang dibutuhkan dari berbagai tipe
penggalian non produktif selalu ada dan tidak tergantung kepada metode
penambangan yang dipakai.

Lombong adalah tempat dimana bijih dihasilkan. Sekumpulan lombong


yang dibuat selama penggalian bijih biasanya membentuk suatu lubang bukaan
yang besar. Operasi penggalian bijih pada lombong adalah inti dari proses
penambangan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap perilaku batuan yang berada
di dalam badan bijih dan dalam massa batuan di sekitar badan bijih (country rock)
menjadi sangat penting dalam memastikan rancangan tambang, efisiensi operasi
tambang dan analisis keekonomian dari setiap lombong dan tambang secara
keseluruhan. Jalan masuk permanen dan jalan masuk pelayanan harus memenuhi
spesifikasi tertentu, seperti dapat terbuka dengan aman selama penggalian
penambangan badan bijih berlangsung. Sebagai contoh, shaft untuk pelayanan dan
pengangkutan bijih dan buangan harus mampu menerima getaran terus menerus
akibat operasi pengangkutan (cage dan skip) yang berjalan dengan cepat.

Gambar 2.4 Skema tambang metal bawah tanah yang ideal.


BAB III

TEORI AIR

Air Tanah
Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu
pengetahuan khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah
ilmu tentang air baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang
terjadinya, perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di
alam ini.

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan


bumi. Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat
lubang pori di antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan
bumi ini disebut akuifer.

Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd


(1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata
aqua yang berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah
lapisan pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa akuifer adalah
lapisan tanah yang mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah
karena adanya ruang antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, dapat
disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan
mampu mengalirkan air. Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan
untuk menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur
atau mata air – mata air disebut akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah
satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang
disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya
meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Hal ini
disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu mengalirkan
air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang sifat dari
lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisanakuifer adalah pasir, kerikil,
batu pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori
ditunjukkan oleh Gambar berikut ;

Gambar 3.1 Akuifer di bawah tanah

Gambar 3.2 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah

Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer


yaitu tebal akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis. Tebal
akuifer diukur mulai dari permukaan air tanah (water table) sampai pada suatu
lapisan yang bersifat semi kedap air (impermeable) termasuk aquiclude dan
aquifuge. Permeabilitas merupakan kemampuan suatu akuifer untuk meloloskan
sejumlah air tanah melalui penampang 1 m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat
ditentukan oleh tekstur dan struktur mineral atau partikel-partikel atau butir-butir
penyusun batuan. Semakin kasar tekstur dengan struktur lepas, maka semakin
tinggi batuan meloloskan sejumlah air tanah. Sebaliknya, semakin halus tekstur
dengan struktur semakin tidak teratur atau semakin mampat, maka semakin
rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air tanah. Dengan
demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas yang berbeda
dengan jenis batuan yang lainnya. Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer
untuk menyimpan dan memberikan sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya
cadangan air tanah atau hasil jenis yang dapat tersimpan dalam akuifer sangat
ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun akuifer (tekstur dan struktur butir-butir
penyusunnya).

Menurut Krussman dan Ridder (1970), berdasarkan kadar kedap air dari
batuan yang melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, yaitu: Akuifer
terkungkung (confined aquifer), akuifer setengah terkungkung (semi confined
aquifer), akuifer setengah bebas (semi unconfined aquifer), dan akuifer bebas
(unconfined aquifer). Akuifer terkungkung adalah akuifer yang lapisan atas dan
bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air. Akuifer setengah terkungkung
adalah akuifer yang lapisan di atas atau di bawahnya masih mampu meloloskan
atau dilewati air meskipun sangat kecil (lambat). Akuifer setengah bebas
merupakan peralihan antara akuifer setengah terkungkung dengan akuifer bebas.
Lapisan bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan lapisan atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
dimungkinkan adanya gerakan air. Akuifer bebas lapisan atasnya mempunyai
permeabilitas yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air sama dengan
atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak terkungkung)
dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis akuifer
ditunjukkan pada Gambar berikut ;
Gambar 3.3 Jenis-jenis Akuifer

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,


cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung. Kedudukan tentang tipe akuifer disajikan pada
gambar berikut ;

Gambar 3.4 kedudukan tipe akuifer


Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan bumi yang
tersimpan dalam lapisan batuan kulit bumi. sumber air tanah yaitu air hujan yang
meresap kedalam tanah melalui pori-pori tanah. Air tanah dibedakan atas:

1. Air tanah dangkal, yaitu air tanah yang letaknya dekat permukaan bumi
diatas lapisan kedap air. Air tanah ini diambil dengan cara menggali tanah
yang lebih di kenal dengan nama sumur.
2. Air tanah dalam, yaitu air tanah yang letaknya jauh dari permukaan bumi
yang tersimpan dalam dua lapisan kedap air. Karena letaknya yang dalam,
air tanah ini memiliki tekanan yang kuat. Apabila terjadi celah yang dapat
tembus, maka akan menyembur keluar yang dinamakan dengan air artesis.
3. Air Tanah Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal dari
proses presipitasi (hujan) dari awan yang mengalami kondensasi
bercampur debu meteorit.
4. Air Tanah Baru (Juvenil) merupakan air tanah yang terbentuk dari dalam
bumi karena intrusi magma. air tanah juvenil ditemukan dalam bentuk air
panas (geyser).
5. Air Konat merupakan air tanah yang terjebak pada lapisan batuan purba
sehingga sering copypaste dari fuat cepat disebut fosil water.

Proses pembentukan
Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap
(infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan
terletak pada zona jenuh air. Air tanah berasal dari permukaan tanah, misalkan
hujan, sungai, danau. Dan dari dalam bumi sendiri diamana air tersebut terjadi
bersama-sama dengan batuannya, misalkan pada waktu terjadinya batuan endapan
terdapat air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut. Contohnya: air fosil yang
biasanya asin air volkanik – panas dan mengandung sulfur.
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada
lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan
dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona
jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu
peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke
bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,
pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau
badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi
tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan. Air yang meresap kedalam tanah akan
mengalir mengikuti gaya gravitasi bumi.
Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air,
menyebabkan poripori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda.
Setelah hujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air. Sejumlah air
beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang
kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas
retensi dari tanah telah habis, air akan bergerak kebawah kedalam daerah dimana
pori-pori tanah atau batuan terisi air.
Air di dalam zona jenuh air ini disebut Air Bawah Tanah. enambahan
volume air akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan. Air yang tersimpan di
bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air yang tidak bisa diserap dan
berada di permukaan tanah disebut air permukaan. Permukaan air tanah
disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah disebut zona
saturasi air.
Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak
dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya
mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan
gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi
“volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan
berbanding terbalik dengan tebal lapisan”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air bawah tanah


Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah
secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis
tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut
akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti
pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll.
Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat
pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-
zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat
tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis
tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri.
Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah
perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan
pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang
berasal dari air (water born diseases).

1. Faktor alami Artinya, bahwa unsur-unsur kimia yang ada dalam air
tanahterjadi karena adanya interaksi antara air tanah yang bersifat
pelarut unsur kimia yang ada dalam batuan penyimpan air tanah
(akuifer).
Faktor alami yang laian adalah keadaan lingkungan terbentuknya
akuifer, misalnya pada dearah lingkungan pantai cenderung akan
menghasilkan kandungan ion klorida yang lebih besar dibandingkan di
daerah yang jauh dari pantai.
Faktor lain adalah masuknya unsur-unsur kimia sejak awal ketika
berupa air hujan. Air hujan banyak meangkap terutama unsur oksigen,
karbon, hydrogen, nitrogen klorida, menjadi air tanah bereaksi dengan
batuan permukaan membentuk terutama unsure kalsium, natrium,
magnesium, bikarbonat, sulfat dan klorit.
2. Faktor non alami Artinya bahwa masuknya unsur kimia tertentu
kedalam air tanah disebabkan karena ada kaitannya demgan kegiatan
manusia, misalnya pada daerah-daerah pertanian yang sering
menggunakan pupuk atau pestisida dengan kadar tinggi kemungkinan
dapat mencemari air tanahnya. Pupuk umumnya mengandung unsur
utama berupa nitrogen, fosfor dan kalium, sedangkan pestisida antara
lian mengandung diasenon, endrin, linden, metoksiktor, tosapen,
propasin, dll. Disamping kegiatan untuk pertanian, kegiatan industry
dan rumah tangga dapat memperburuk kualitas air tanah. Limbah
industri umumnya menghasilkan logam-logam berat yang sangat
berbahaya bagi manusia walaupun dalam jumlah yan sedikit

Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mengalami penurunan kualitas selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah
industri kota dan sebagainnya. Macam-macam air permukaan yaitu air rawa/danau
dan air sungai.
Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan
kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan
kebutuhan, misalnya untuk air minum tentu dituntut kriteria kualitas yang
memenuhi syarat kesehatan dan sebagainya. Untuk memenuhi kepentingan dalam
berbagai hal akan membutuhkan tenaga, energi, dan biaya, sehingga dapat
menghasilkan manfaat dan nilai potensinya. Pemanfaatan sumber daya air antara
lain untuk irigasi, pembangkit tenaga air, air baku, penggelontoran, lalu lintas air,
rekreasi, dan perikanan. Konservasi tanah dan air di daerah aliran sungai perlu
dilakukan untuk perbaikan lahan dan hidro orologis di daerah aliran sungai. Usaha
ini dilakukan dengan perbaikan atau penataan penggunaan lahan sesuai dengan
kemampuan untuk menekan terkelupasnya lapisan tanah bagian atas dan
mengoptimalkan fungsi DAS sebagai daerah resapan. Untuk perubahan sungai
yang tidak terkendali dan sedimentasi waduk agar tetap stabil dan tetap berfungsi
sebagaimana yang telah direncanakan perlu adanya antisipasi penanggulangan
tersebut antara lain :

a. Pengendalian erosi sungai di hulu dan sedimentasi di hilir;


b. Pengaturan sungai yang berkelok-kelok (meander) dengan memperkuat
dinding sungai dengan cara memasang beronjong pada tepi sungai atau
krib, sehingga mengurangi keruntuhan dinding sungai;
c. Pengendalian erosi dan sedimentasi di sungai dengan membuat bangunan
pengendalian sedimen, seperti bendungan atau dam penahan sedimen

Gambar 3.5 Air permukaan

Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu
akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Udara yang mengandung
oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi
pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam
perjalanan O2 akan meresap ke dalam air permukaan.

Air permukan ada empat macam yaitu sebagai berikut :

1. Sungai
Sungai adalah aliran air tawar dari sumber di daratan yang bermuara ke
danau, laut, atau tempat lain yang lebih besar. Air sungai berasal dari hujan yang
berlebihan serta tidak diserap lagi oleh tanah atau tumbuhan. Aliran sungai
umumnya berposisi miring sehingga mengakibatkan pengikisan dan pengendapan
seiring dengan aliran airnya. Bila derajat kemiringannya sudah ekstrem, maka
akan mengakibatkan erosi dan penurunan tanah. Pembagian sungai sebagai
berikut
 Berdasarkan pembentuknya, sungai dapat dibedakan menjadi :
a. Sungai Hujan, yakni sungai dengan sumber air berasal dari air hujan yang
volumenya berlebih dan tidak diserap tanah atau pun tumbuhan.
b. Sungai Gletser, yaitu sungai yang sumbernya berasal dari salju yang telah
mencair. Lapisan gletser bergerak menuruni pegunungan es, karenanya
banyak terdapat pada daerah beriklim dingin di sekitar kutub.
c. Sungai Campuran, yakni sungai yang sumbernya adalah air hujan dan
gletser. Banyak dijumpai di daerah beriklim sedang.
d. Sungai Periodik, adalah sungai dengan aliran air yang bergantung pada
musim. Bila musim penghujan maka alirannya deras, namun mengering
pada musim kemarau.

 Berdasarkan arah alirannya, sungai dapat dibedakan menjadi :


a. Sungai konsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya searah dengan
kemiringan lerengnya.
b. Sungai subsekuen adalah sungai yang arah aliran airnya tegak lurus
dengan sungai konsekuen.
c. Sungai resekuen adalah sungai yang arah aliran airnya sejajar dengan
sungai konsekuen.
d. Sungai obsekuen adalah sungai arah aliran airnya berlawanan dengan
sungai konsekuen.
e. Sungai anteseden adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu
mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya.
f. Sungai reverse adalah sungai yang kekuatan erosi ke dalammya tidak
mampu mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Oleh karena
itu arah aliran sungai ini berbelok menuju ke tempat lain yang lebih rendah
g. Sungai insekuen ialah sungai yang arah aliran airnya tidak mengikuti
perlapisan batuan sehingga arahnya tidak menentu.

Keterangan :
C = Konsekuaen ,O = Obsekuen, S = Subsekuen, R = Resekuen
Gambar 3.6 Aliran Sungai

 Berdasarkan pola alirannya sungai dapat di bedakan menjadi :


a. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan
arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan
tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan
perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang
homogen.
b. Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan
antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola
aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
c. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara
pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke
laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan
monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek)
atau dekat pantai.
d. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus,
sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan
sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling
antara yang lunak dan resisten.
e. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai
pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah
mencirikan daerah glacial bagian bawah.
f. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome.
g. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
h. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk
sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang
berseling antara lunak dan keras.
i. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya
terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
j. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai
utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada
topografi karst.
Gambar 3.6 Pola aliran sungai

2. Danau
Danau dalah genangan air yang tertampung oleh cekungan bumi dengan
volume yang besar. Air danau dapat bersumber dari aliran sungai, hujan, atau
mata air yang memancar dari dalam tanah. Selain itu, danau juga dapat dibentuk
oleh manusia dengan cara membendung aliran air atau sungai. Danau bendungan
ini biasanya disebut bendungan atau waduk.
Danau dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu:

 Danau vulkanik, yaitu danau yang terjadi karena letusan gunung api;
 Danau tektonik, yaitu danau yang terjadi karena air yang mengisi bekas
terjadinya gerakan kulit bumi (dislokasi);
 Danau tektovulkanik, yaitu danau yang terjadi karena letusan gunung api
sekaligus pergeseran kulit bumi;
 Danau buatan, yaitu danau yang sengaja dibuat untuk kepentingan
kehidupan manusia dengan cara membendung sebuah sungai.
Gambar 3.7 Danau

3. Rawa
Rawa adalah daratan yang rendah dan digenangi oleh air yang umumnya
terdapat di daerah dataran rendah atau sepanjang tepi pantai. Oleh karena itu, ada
pula daerah rawa yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Daerah tersebut
dinamakan daerah pasang surut karena pada saat air laut pasang, tanah rawa
terendam air dan ketika surut sebagian rawa tetap tergenangi air. Pada rawa masih
terdapat ciri-ciri kehidupan darat.

Gambar 3.8 Rawa


4. Laut
Laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat
luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir
yang ada di darat akan bermuara ke laut.

Gambar 3.9 Laut


BAB IV

PENYALIRAN TAMBANG

Teori Penyaliran

Hidrogeologi (hidro- berarti air, dan –geologi berarti ilmu mengenai


batuan) merupakan bagian dari hidrologi yang mempelajari penyebaran dan
pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan dikerak Bumi (umumnya dalam
akuifer). Istilah geohidrologi sering digunakan secara bertukaran. Beberapa
kalangan membuat sedikit perbedaan antara seorang ahli hidrogeologi atau ahli
rekayasa yang mengabdikan dirinya dalam geologi (geohidrologi), dan ahli
geologi yang mengabdikan dirinya pada hidrologi (hidrogeologi). Sedangkan
didalam penyaliran atau drainage akan berbicara tentang pengontrolan air tanah
dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang batubara.
Faktor - faktor yang diperlukan dalam sistem
pengontrolan penyaliran air tambang antara lain Sump terdiri dari sumur dalam
atau sumur pompa, curah hujan rata-rata, debit air minimum-maksimum, kualitas
air dan biaya.

Penyaliran yang diuraikan berikut ini dititikberatkan pada metode atau


teknik penanggulangan air pada tambang terbuka. Penyaliran bisa bersifat
pencegahan atau pengendalian air yang masuk ke lokasi penambangan. Hal yang
perlu diperhatikan adalah kapan cuaca ekstrim terjadi, yaitu ketika air tanah dan
air limpasan dapat membahayakan kegiatan penambangan, oleh sebab itu kondisi
cuaca pada tambang terbuka sangat besar efeknya terhadap aktifitas
penambangan. Apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka kegiatan
penambangan akan terhindar dari kondisi yang membahayakan tersebut.

Sistem penyaliran tambang adalah suatu metode yang dilakukan untuk


mencegah masuknya aliran air ke dalam lubang bukaan tambang atau
mengeluarkan air tersebut. Tujuan dari Sistem penyaliran Air Tambang adalah
untuk membuat lokasi kerja di
areal penambangan selalu kering karena bila tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah, misalnya adalah lokasi kerja tergenang, jalan tambang becek dan licin,
stabilitas lereng tambang rawan longsor, peralatan tambang cepat rusak, kesulitan
dalam mengambil contoh (sampling), efisiensi kerja menurun, dan terancamnya
keselamatan pekerja maupun kesehatannya. Yang harus diperhatikan dalam
sistem penyaliran tambang adalah pengontrolan jumlah air tambang yang ada

Terdapat dua cara pengendalian air tambang yang sudah terlanjur masuk
ke dalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau
membuat paritan dan adit. Sistem penyaliran dengan membuat kolam terbuka dan
paritan biasanya ideal diterapkan pada tambang open cast atau kuari, karena dapat
memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air dari bagian lokasi yang lebih tinggi
ke lokasi yang lebih rendah. Pompa yang digunakan pada sistem ini lebih efektif
dan hemat.

Metode Penyaliran Tambang


Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada
tambang terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:

1. Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)


Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke
lokasi penambangan. Beberapa metode penyaliran tambang (mine
dewatering) adalah sebagai berikut :
a) Membuat sump di dalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi
kerja. Air tambang dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian
dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa tergantung pada
kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit
air yang masuk ke dalam lokasi penambangan.
b) Membuat paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air
atau air limpasan menuju kolam penampungan, langsung ke
sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan
dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus
dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat dipasang gorong-gorong
yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur
berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras
dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar
melintang dari parit umumnya trapesium.
Sistem ini cukup ideal pada tambang terbuka Open
Cast atau quary. Parit dibuat berawal dari sumber mata air limpasan
menuju suatu kolam penampung atau langsung kesungai alam yang
sudah ada atau diarahkan ke selokan (riool) jalan tambang
utama.Paritan-paritan kadang dapat pula diterapkan pada tambang
terbuka open pit apabila situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit
adalah kolam atau sump yang akan menampung air sementara sebelum
dipompakan kepermukaan atau dialirkan ke sistem adit.

c) Sistem Adit
Penyaliran dengan sistem adit cocok diterapkan pada
tambangOpen Pit yang cukup dalam, tetapi terdapat suatu lembah yang
memungkinkan dibuatnya sumuran (Shaff). Sumuran ini berfungsi
sebagai jalan keluarnya aliran-aliran air melalui beberapa adit dari
dalam tambang. Aliran air akhirnya keluar melalui Lembah.

2. Penyaliran Tambang (Mine drainage)


Penyaliran tambang adalah mencegah air masuk ke lokasi
penambangan dengan cara membuat saluran terbuka sehingga air limpasan
yang akan masuk ke lubang bukaan dapat langsung dialirkan ke luar lokasi
penambangan. Upaya ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah
yang berasal dari sumber air permukaan.
Pencegahan air tambang bertujuan untuk mengupayakan air
tambang agar tidak masuk kedalam front penambangan. Dengan cara ini
maka kegiatan penambngan tidak akan terganggu. Salah satu cara
pencegahan agar air tambang tidak masuk ke lokasi kerja penambngan
telah diuraikan yaitu dengan membuat sumur terbuka (sump) di luar area
penambangan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah
sebagai berikut:
a) Metode Siemens
Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa
ukuran 8 inch, di setiap pipa tersebut pada bagian ujung bawah diberi
lubang-lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan dengan air tanah,
sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya
dipompa ke atas secara seri dan selanjutnya dibuang.

Air tanah akan mengalir menuju dan berkumpul disekitar


bagian bawah pipa tersebut sehingga dapat dipompakan ke luar.
Karena pembuatan sumur bor cukup banyak, maka cara pengisapan
airnya diupayakan sekaligus dengan menggunakan rangkaian seri atau
paralel mengelilingi areal tambang bagian luar. Oleh sebab itu ada
yang disebut dengan ring system yaitu sumur-sumur dirangkaikan satu
dengan yang lainnya oleh sebuah pipa induk yang dilengkapi sebuah
pompa air yang dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan atau
perhitungan.
b) Metode Elektro Osmosis
Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka
pemompaan sangat sulit diterapkan karena adanya efek kapilaritas
yang disebabkan oleh sifat dari tanah lempung itu sendiri. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka diperlukan cara elektro osmosis. Pada
metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bila elemen-elemen
ini dialiri listrik, maka air pori yang terkandung dalam batuan akan
mengalir menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan
dipompa keluar.

c) Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump).


Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai
permeabilitas rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat
lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan
pompa akan bekerja secara otomatis jika tercelup air. Kedalaman
lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
d) Metode kombinasi dengan lubang bukaan bawah tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam
tanah guna menampung aliran air dari permukaan. Beberapa lubang
sumur dibuat untuk menyalurkan air permukaan kedalam terowongan
bawah tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir
sendiri akibat pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.

e) Cara penggalian dengan pemotongan aliran air tanah


Metode ini biasanya dipergunakan untuk mengamati kondisi air
tanah. Tanah digali sampai menembus akuifer dan dipotong, sehingga
aliran air tanahnya tidak menembus ke arah hilir. Galian yang tembus
akuifer ini kemudian di timbun oleh material yang kedap air
(impermeable) atau menggunakan adukan semen. Tidak semua aliran
air tanah pada suatu areal dapat tertutupi dengan cara ini. Pemilihan
beberapa lokasi yang selektif menjadi pekerjaan penting agar
penggalian dan penyemenan (penimbunan ulang) tepat sasarannya.
Selain itu cara ini hanya dapat digunakan apabila kedalaman akuifer
masih terjangkau oleh alat galih dan perlu di ingat bahwa biayanya
tidak sedikit.
f) Small Pipe With Vacuum Pump.

Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang inpermiabel


(jumlah air sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian
dimasukkan pipa yang ujung bawahnya diberi lubang-lubang. Antara
pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar
(berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih
besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang bor
di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang
bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
BAB V

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG

Tambang Terbuka
Perencanaan Sump

Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk menampung


air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat
berfungsih sebagai pengendap lumpur. Tata letak sump akan dipengaruhi oleh
sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang dan
kestabilan lereng tambang.
Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar
tambang. Dimensi sump tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar dari
sump. Sump yang dibuat disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan kerja
(front) penambangan. Optimalisasi antara input (masukan) dan output (keluaran),
maka dapat ditentukan volume dari sump.
1
V=(luas atas+luas bawah)X 2 t

Sump ditempatkan pada elevasi terendah atau floor penambangan, jauh


dari aktifitas penggalian batubara sehingga tidak akan menggangu produksi.
Kolam Penampungan (Sump) adalah kolam penampungan air yang dibuat
untuk penampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu
dipompakan, serta dapat berfungsi sebagai pengendap lumpur. Pengaliran air
daru Sump akan dipengaruhi oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan
dengan geografis daerah tambang dan kestabilan lereng tambang. Ada dua sistem
penyaliran air tambang yaitu :
 Sistem Penyaliran Memusat
Pada sistem ini sump-sump akan di tempatkan di setiap jenjang
tambang (Bench), dengan sistem pengaliran dan jenjang paling atas
menuju jenjang di bawahnya sehingga akhirnya air dipusatkan di Main
Sump untuk kemudian di pompa keluar.

 Sistem penyaliran tidak terpusat


Sistem ini dapat dilakukan bila kedalaman tambang relatif dangkal
dengan keadaan geografis daerah luar tambang memungkinkan untuk
mengalirkan air langsung dari sump keluar tambang.

Perencanaan Saluran Terbuka


Pada perencanaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Catchment area/water deviden
Catchment area adalah suatu daerah tangkapan hujan yang dibatasi
oleh wilayah tangkapan hujan yang ditentukan dari titik-titik elevasi
tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup dengan pola
yang sesuai dengan topografi dan mengikuti kecenderungan arah gerak air.
Dengan pembuatan catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan
yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah.
Pembatasan catchment area dilakukan pada peta topografi, dan untuk
merencanakan sistem penyalirannya dianjurkan menggunakan peta
rencana penambangan dan peta situasi tambang.
2. Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk
mengalir dari titik terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat
dihitung dengan rumus dari “Kirpich”.
tc = HL
Keterangan :
 tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
 L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
 H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke
tempat berkumpulnya air (meter)

3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum
adalah bentuk trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah,
efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas kemiringan lerengnya
dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis
dengan Rumus Manning. Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada
beberapa macam bentuk dengan perhitungan geometrinya sebagai berikut :

Tabel 6.1 Perhitungan geometri dari beberapa bentuk saluran terbuka

Dimensi Penampang basah


Tinggi Faktor
Penampang Lebar Keliling
muka kemiringan Luas (A) Jari-jari hidrolis (R)
atas (B) (D)
air (y) (x)

b + 2h
b y - b.y (b. y)/ (b+2y)

1:1 → x : h
b+2y
b + 2x y 1:1,5→x=1,5y (b+x)y 2
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2
(1+x )
1:2→x=2y
лD (1-

Ф=cos-1((d- Ф/180)+
2(d- Л.D(1- (лD(1-Ф/180)+4(d-
d 0,5D)/0.5D) (d-
0,5D)tgФ Ф/180) 0,5D)ztgФ)/4лD(1-
0,5D) tgФ
2
Ф/180)
Tabel 6.2 Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan

Bahan Kemiringan dinding saluran


Batu/cadas Hampir tegak lurus
Tanah gambut/peat ¼:1
Tanah berlapis beton ½:1
Tanah bagi saluran yang lebar 1:1
Tanah bagi parit kecil 1,5 : 1
Tanah berpasir lepas 2:1
Lempung berpori 3:1

Tabel 6.3 Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka

Kemiringan rata-rata dasar saluran Kecepatan rata-rata


(%) (m/det)
Kurang dari 1 0,4
1-2 0,6
2-4 0,9
4-6 1,2
6-10 1,5
10-15 2,4
4. Air limpasan (run off)
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Dalam neraca air
digambarkan hubungan antara curah hujan (CH), evapotranspirasi (ET),
air limpasan (RO),infiltrasi (I), dan perubahan permukaan air tanah (dS),
sebagai berikut :
CH = I + ET + RO ± dS

Besarnya air limpasan tergantung dari banyak faktor, sehingga


tidak semua air yang berasal dari curah hujan akan menjadi sumber bagi
sistem drainase. Dari banyak faktor, yang paling berpengaruh yaitu :

 Kondisi penggunaan lahan


 Kemiringan lahan
 Perbedaan ketinggian daerah

Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang


disebut koefisien air limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan
maksimum ditentukan dengan menggunakan Metode Rasional, antara lain
sebagai berikut :
Q = 0,278 × C × I × A

Keterangan:
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel 3.7)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Penggunaan Rumus Rasional mengasumsikan bahwa hujan merata


di seluruh daerah tangkapan hujan, dengan lama waktu hujan sama dengan
waktu konsentrasi.
Perencanaan Pompa Dan Pipa
Analisis pemompaan dan pemipaan dilakukan untuk mengetahui jumlah
pompa dan pipa yang akan digunakan.
1. Tipe sistem pemompaan
Sitem pemompaaan dikenal ada beberapa macam tipe sambungan
pemompaan yaitu :
 Seri
Dua atau beberapa pompa dihubungkan secara seri maka
nilai head akan bertambah sebesar jumlah head masing-masing
sedangkan debit pemompaan tetap.
 Pararel
Pada rangkaian ini, kapasitas pemompaan bertambah sesuai
dengan kemampuan debit masing-masing pompa namunhead tetap.
Kemudian untuk kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu untuk
diperhatikan

2. Batas Kapasitas Pompa


Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada
kondisi berikut ini :
 Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat
pemasangan.
 Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
 Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
 Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang dipakai untuk
mengerjakan bagian-bagian pompa
 Pembatasan pada performansi pompa.

3. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya investasi
untuk pembangunan instalasi maupun biaya operasi dan pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
Julang total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan
jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi
yang akan dilayani oleh pompa. Head (julang) adalah energi yang
diperlukan untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi tertentu. Semakin
besar debit air yang dipompa, maka head pompa juga akan semakin besar.
Head total pompa ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh
pompa tersebut Julang total pompa dapat ditulis sebagai berikut :

Ht=hc+ hv+hf+ hI

Keterangan :
Ht = Julang total pompa (m)
hc = Julang statis total (m)
hv = Velocity head (m)
hf = Julang gesek (m)
hI = Jumlah belokan (m)

 Julang statis (static head)


Adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh perbedaan
tinggi antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan.

hc = h2 – h1
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk

 Julang kecepatan (velocity head


Julang kecepatan adalah kehilangan yang diakibatkan oleh
kecepatan air yang melalui pompa.

hv = ( v ×g )
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)

 Julang kerugian gesek dalam pipa


Untuk menghitung julang kerugian gesek didalam pipa dapat
dipakai salah satu dari dua rumus berikut ini :

V = C . Rp. Sq Atau hf =λ. LD . v22g

Keterangan :
v = Kecepatan rata-rata aliran didalam pipa (m/dtk)
C,p,q = Koefisien-koefisien
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik
hf = Julang kerugian gesek dalam pipa (m)
λ = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitas (ms-2)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)

Selanjutnya untuk aliran turbulen julang kerugian gesek


dapat dihitung dengan berbagai rumus empiris.

Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus untuk
mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi
penambangan, kolam pengendapan ini dibuat dari lokasi terendah dari suatu
daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling pond secara alami dan
selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah
penambangan sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan
kekeruhan pada sungai atau laut sebagai tempat pembuangan akhir. Selain itu juga
tidak menimbulkan pendangkalan sungai akibat dari partikel padatan yang
terbawa bersama air.
Bentuk settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu
berupa kolam berbentuk empat persegi panjang, tetapi sebenarnya dapat
bermacam-macam bentuk disesuaikan dengan keperluan dan keadaan
lapangannya. Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam, namun pada
setiap settling pond akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan. Keempat zona tersebut adalah :
a) Zona masukan (inlet)
Merupakan tempat masuknya air lumpur kedalam settling
pond dengan anggapan campuran padatan-cairan yang masuk terdistribusi
secara seragam.

b) Zona pengendapan (settlement zone)


Merupakan tempat partikel padatan akan mengendap. Batas
panjang zona ini adalah panjang dari kolam dikurangi panjang zona
masukan dan keluaran.

c) Zona endapan lumpur (sediment)


Merupakan tempat partikel padatan dalam cairan (lumpur)
mengalami sedimentasi dan terkumpul di bagian bawah kolam.

d) Zona keluaran (outlet)


Merupakan tempat keluaran buangan cairan yang jernih. Panjang
zona ini kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur
dari ujung kolam pengendapan.

Untuk menentukan dimensi settling pond dapat dihitung berdasarkan hal-


hal sebagai berikut:
1. Diameter partikel padatan yang keluar dari kolam pengendapan tidak lebih
dari 9 x 10-6 m, karena akan menyebabkan pendagkalan dan kekeruhan
sungai.
2. Kekentalan air
3. Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
4. Kecepatan pengendapan material dianggap sama
5. Perbandinga dan cairan padatan diketahui

Luas settling pond dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


A = QtotalV

Keterangan:
A = Luas settling pond (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk settling pond (m3/detik)
V = Kecepatan pengendapan (m/dtk)

perhitungan prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui


kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsih untuk mengendapkan
partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan tambang. Untuk
perhitungan, diperlukan data-data antara lain (%) padatan dan persen (%) air yang
terkandung dalam lumpur
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap dengan kecepan (V)
sejauh (h) adalah:
tv = hV(detik)

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan


dengan kecepatan (Vh) adalah:

Vh = QtotalA
Th = PVh (detik)

Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik


jika (tv) tidak lebih besar dari (th).

Persentase pengendapan = th(th+tv) x 100%


Tambang tertutup
Penanganan masalah air pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :

 Dengan “Tunnel” (Terowongan). Penyaliran dengan cara ini adalah


dengan membuat “tunnel” atau “adit” bila topografi daerahnya
memungkinkan, dimana terowongan atau “adit” ini dibuat sebagai
level pengeringan tersendiri untuk mengeluarkan air tambang bawah
tanah. Cara ini relatif murah dan ekonomis bila dibandingkan dengan
sistem penyaliran menggunakan cara pemompaan air ke luar
tambang.
 Dengan Pemompaan. Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem
pemompaan adalah untuk mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar
“shaf” atau sumuran bawah tanah yang sengaja dibuat untuk
menampung air dari permukaan maupun air rembesan air bawah tanah.
Daftar Pustaka

Anonym. 2008. System Penambangan. Institute Teknologi Bandung. Bandung.

Anonim, 2009, Pumps Spesification PT Kitadin TM, Departemen Maintenance,


Sangatta.

Basri, 2009, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara, Universitas


Hasanuddin, Makassar
Gautama, RS., 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung.

Rusli, 2008, Desain Sumur Resapan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sosrodarsono, S., 1993, Hidrologi Untuk Pengaliran, Pradnya Paramita, Jakarta.

Soemart, CD., 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.

Suyono, dan Indun., 2002, Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi , Universitas


Pembangunan Nasional, Yogyakarta

Suwandhi, A., 2004, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang, Universitas Islam,


Bandung.

Zaky, 2008, Perencanaan Drainase, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ninda Febriyani


Putri Nento lahir di Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara pada tanggal 9 Februari 1998 merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari
pasangan suami istri Bapak Abdul Rizal Nento dan
Ibu Sitti Rosmi Sorumba.

Penulis menyelesaikan taman kanak-kanak di TK Kuncup Pertiwi Kota


Kendari, pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 2 Konawe Selatan, lalu
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di MTsN Negeri 1 Konda dan lulus pada
tahun 2012 dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 5 Kendari
lulus pada tahun 2015, kemudian melanjutkan jenjang pendidikan S1 pada
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo.

Anda mungkin juga menyukai