Anda di halaman 1dari 49

TIPE -1

AGUNG BHEKTI SETIAWAN


410012039
Teknik Geologi
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai sumber daya energi, batubara memiliki nilai
yang cukup strategis dan potensial untuk memenuhi
sebagian besar energi dalam negeri. Sumber daya
batubara di Indonesia diperkirakan sebesar 36 miliar
ton dan tersebar dari Sumatera, Kalimantan, dan
sisanya ada di Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya
(Soedjoko, 1993).
Cekungan Batubara di Indonesia (sumber : psdg esdm)
PERMASALAHAN
Bagaimana melakukan proses permodelan endapan
batubara untuk mengetahui pola sebaran batubara pada
wilayah IUP Perusahaan X
Bagaimana cara melakukan perhitungan sumber daya
batubara dengan menggunakan metode section atau
korelasi
LOKASI PENELITIAN
DESKRIPSI UMUM OBJEK PERMODELAN DAN PERHITUNGAN
SUMBERDAYA
Jenis : Batuan Sedimen
Warna : hitam kecoklatan - hitam
Kilap : kusam cemerlang
Gores : Hitam
Keras : Sekitar 2,5 skala mohs
Pecahan : Sheet Britle
Tekstur : non-klastika
Struktur : Laminasi
Komposisi : Umumnya Karbon
Material : Resin, fosil akar, dan batang
Nama : Batubara
BATUBARA
Batubara adalah bekas tumbuh tumbuhan yang terubah
oleh proses pembatubaraan atau dapat juga disebut
coalification. Bagian terbanyak dari tumbuhan adalah kayu,
selebihnya kulit, resin, daun, spora, dan benang sari.
Tumbuhan tersebut hidup di tempat itu sendiri ( insitu ) atau
terangkat dan tertransport dari tempat lain. Tumbuhan yang
diendapkan di tempat asal dapat diketahui oleh adanya suatu
fosil batang yang mungkin hanya tertinggal bagian bawah
batang berikut akarnya ( Eksplorasi Batubara Untuk Studi
Kelayakan, Direktorat Batubara, 1995 )
EKSPLORASI BATUBARA

Sumber:
SNI Klasifikasi
Sumberdaya dan
Cadangan Batubara
SUMBERDAYA DAN CADANGAN
BATUBARA

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Menurut SNI, 1998


Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi
( SNI Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara, 1998 )
Aspek Tektonik dan Sedimentasi Sebagai Parameter dalam Pengelompokkan
Kondisi Geologi.
Sumber : SNI Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara, 1998
METODE PENELITIAN
STUDI GEOLOGI
STUDI GEOLOGI
Daerah penelitian berada pada Formasi
Balikpapan ( Tmbp ).
-Perselingan Batupasir dan Batulempung
dengan sisipan lanau, serpih,
batugamping, dan batubara.
-Batupasir kuarsa berwarna putih
kekuningan
-Batupasir gampingan berwarna cokelat,
berstruktur silang siur yang mengandung
foraminifera kecil dengan sisipan karbon
pada lapisannya.
-Lapisan lempung kelabu kehitaman yang
mengandung sisa tumbuhan, oksida besi
yang mengisi rekahan rekahan
setempat mengandung lensa lensa
batupasir gampingan.
-Lanau gampingan, berlapis tipis, serpih
kecoklatan mengandung foraminifera
besar, moluska yang menunjukkan umur
miosen akhir bagian bawah miosen
tengah bagian atas
PENGUMPULAN DATA
Data Topografi
PENGUMPULAN DATA
Data Survei Lubang Bor
PENGUMPULAN DATA
Data Litologi Lubang Bor
PENGUMPULAN DATA
Data Litologi Lubang Bor

Pada area penelitian (berdasarkan data


litologi lubang bor) dapat disimpulkan
terdapat 3 seam yang terindikasi berdasarkan
36 titik bor yang ada pada IUP Perusahaan X,
dimana setiap seam tidak dijumpai adanya
percabangan, seam yang dijumpai lebih dari 2
seam dengan tipikal topografi agak
bergelombang menurut data topografi yang
ada. Hipotesa awal dapat dikatakan bahwa
area penelitian memiliki kondisi geologi yang
sederhana.
Peta Sebaran Lubang Bor
Validasi dan Verifikasi Data

Analisis Statistik Drill Hole

Validasi
Model Secara
Grafis
PENENTUAN AREA KERJA
PERMODELAN ENDAPAN BATUBARA
Secara ideal, dalam permodelan dibutuhkan data data pendukung
berupa :
-Data Logging Geofisika
-Data Deskripsi Batuan Pada Lubang Bor
-Data Kualitas Batubara

Contoh Data Logging


Geofisika Dalam Bentuk
Grafik

Metode yang dipakai dalam proses


permodelan berupa metode korelasi.
Langkah langkah :
1. Pembuatan garis searah dip pada tiap
lubang bor
2. Pembuatan penampang lubang bor
3. Menghubungkan lapisan batubara yang
antara lubang bor satu dengan lubang
bor lainnya berdasarkan karakter yang
sama
Pembuatan Garis Section Searah Dip
Penampang Line A

Seam E
Seam F

Seam C
Penampang Line BA

Seam C
Penampang Line BB

Seam C
Penampang Line C

Seam E

Seam F Seam C
Penampang Line D

Seam C
Penampang Line E

Seam C
Penampang Line F

Seam F Seam E
Seam C
Penampang Line G

Seam E Seam C
Seam F
Penampang Line H

Seam E Seam C
Seam F
Penampang Line I

Seam C
Seam E
Seam F
Penampang Line J

Seam F Seam C

Seam E
Perhitungan Sumberdaya Batubara
Perhitungan sumberdaya menggunakan metode section atau
penampang
Perhitungan sumberdaya batubara dilakukan dengan tujuan
mengetahui berapa banyak endapan batubara yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pertambangan.
Dalam proses perhitungan sumberdaya batubara dengan
menggunakan metode section dilakukan dengan
menggunakan rumus yang disesuaikan dengan model section
dan endapan yang ada pada area estimasi, berdasarkan hal
tersebut penulis menggunakan rumus trapezoidal atau rumus
dengan menggunakan 2 penampang yang garisnya tidak
beraturan.
Perhitungan Sumberdaya Batubara
Rumus Trapezoidal
Volume = (jp:6) x (Pn1 + 4M + Pn2)
Keterangan:
Jp : Jarak antar penampang
Pn1 : Luas endapan batubara pada penampang 1
Pn2 : Luas endapan batubara pada penampang 2
4M : Rata rata ketebalan sebenarnya dari endapan pada penampang 1
dan 2 dikalikan dengan rata rata panjang endapan pada penampang 1 dan
penampang 2 yang lalu dikalikan 4

*Untuk mencari nilai luas endapan digunakan rumus dasar Panjang sebenarnya batubara x tebal sebenarnya batubara
Panjang section yang dimasukkan ke dalam
tabel estimasi adalah panjang garis
penampang yang searah dengan endapan
batubara. Dengan kata lain, jika ditemui
perpotongan antara garis horisontal
penampang dengan endapan batubaranya
maka panjangnya dihitung dari floor batubara
yang berpotongan dengan batas vertikal
penampangnya.

Kedalaman section yang dimasukkan ke dalam


tabel estimasi adalah kedalaman penampang
yang merupakan batas akhir endapan batubara
terdalam pada penampang. Dengan kata lain,
jika ditemui perpotongan antara garis vertikal
terdalam penampang dengan endapan
batubaranya maka kedalamannya dihitung dari
batas top penampang ke perpotongan endapan
dengan garis vertikal penampang.

data kemiringan didasarkan pada data


lapangan dan asumsi kemiringan
berdasarkan pada model penampang
yang dibuat secara manual berdasarkan
pada data bor. Jika dalam suatu
penampang didapati lebih dari satu data
bor,maka untuk mendapatkan data
kemiringannya dilakukan pengukuran
sudut berdasarkan floor batubara yang
dimodelkan dari penampang yang telah
dibuat.
TABEL ESTIMASI PADA BLOK AREA 1
A.Thick T.Thick Avg. Thck Sec. Length Sec. Depth seam Length
section drillhole seam lithology From (m) To (m) Dip () cos(dip) Luas (m2)
(m) (m) (m) (m) (m) (m)

DH-BS-01 F CO 4,7 10,08 5,38 13 0,974 5,24 4,66 214,6 16,34 215,22 1003,79

DH-BS-03C F CO 9,4 14,29 4,89 13 0,974 4,76 214,6

DH-BS-03B F CO 16,95 21,04 4,09 13 0,974 3,99 214,6


Line A
TB-ABS-08 E CO 14,45 19,2 4,75 6 0,995 4,72 3,21 221,5 8,3 221,66 710,92

DH-BS-01 E CO 21,05 22,75 1,7 6 0,995 1,69 221,5

DH-BS-11 C CO 34,5 36,53 2,03 12 0,978 1,99 1,99 86 2 86,02 171,19

DH-BS-05 F CO 18,1 22,98 4,88 15,3 0,965 4,71 4,02 193 51,9 199,86 802,90

DH-BS-03 F CO 1,7 5,45 3,45 15,3 0,965 3,33 193

DH-BS-03 E CO 30 31,8 1,8 23 0,921 1,66 2,67 175,4 75,1 190,80 509,34

Line C DH-BS-03A E CO 14,6 18,6 4 23 0,921 3,68

DH-BS-03A E CO 14,6 18,6 4 3 0,999 3,99 2,95 48,5 4,6 48,72 143,52

TB-ABS-10 E CO 3,45 5,35 1,9 3 0,999 1,90

DH-BS-23 C CO 12,8 15,3 2,5 3 0,999 2,49657 2,5 56 2 56,04 140,09

Avg. Jarak Avg.T.Thck


Area Seam Avg. Seam. Lgth (m) 4M Volume = (jp : 6) x (pn1 + 4M + pn2)
(m) (m)

1 F 63,3 207,5388259 4,3406832 3603,4412 57076,86281


1 E 68,3 153,7248327 2,9409181 1808,3686 36109,62978
1 C 72,4 71,02947779 2,2411067 636,73856 11439,37006
BLOK AREA 1

Seam E
BCM 36.109,62

Seam F
BCM 57.076,86 Seam C
BCM 11.439,37
PETA SEBARAN BATUBARA
Seam F
BCM 172.203,028

Seam C
BCM 140.556,075

Seam E
BCM 184.863,902
KOMPARASI DENGAN SOFTWARE MINESCAPE 5.7
KOMPARASI DENGAN PARAMETER SAMA

BY MINESCAPE SECTION BY MANUAL SECTION


Area Seam Avg. Jarak Avg. Seam. Lgth Avg.T.Thck 4M Volume
BLOCKNAME CUTFILL SEAM BURDEN T. VOLUME PLANAREA
1 F 63,3 207,54 3603,44 57076,86
AREA1 CUT F ABE22XX_GRD 47536,04 11665,02 4,34

AREA1 CUT F RESOURCE 52839,02 12853,50


Area Seam Avg. Jarak Avg. Seam. Lgth Avg.T.Thck 4M Volume
BLOCKNAME CUTFILL SEAM BURDEN TOTALVOLUME PLANAREA
AREA 1 1 E 68,3 153,72 2,94 1808,36 36109,62
AREA1 CUT E ABE22XX_GRD 20980,63 14025,17

AREA1 CUT E RESOURCE 37575,22 14025,17


Area Seam Avg. Jarak Avg. Seam. Lgth Avg.T.Thck 4M Volume
BLOCKNAME CUTFILL SEAM BURDEN TOTALVOLUME PLANAREA
1 C 72,4 71,03 2,24 636,73 11439,37
AREA1 CUT C ABE22XX_GRD 34711,96 82565,22

AREA1 CUT C RESOURCE 88173,46 82565,22


Area Seam Avg. Jarak Avg. Seam. Lgth Avg.T.Thck 4M Volume)
BLOCKNAME CUTFILL SEAM BURDEN TOTALVOLUME PLANAREA
AREA 7 7 C 87,2 250,30 2,22 2218,16 50616,24
AREA7 CUT C ABE22XX_GRD 319120,84 20311,32

AREA7 CUT C RESOURCE 50147,98 20311,32

Perbandingan dari perhitungan dengan menggunakan cara manual


dengan perhitungan dengan menggunakan software Minescape 5.7
dengan parameter yang sama menunjukkan selisih volume 73.493,60 m3
KESIMPULAN
Pengerjaan dari perhitungan sumber daya batubara dilakukan pada
area seluas sekitar 44,1 hektar (area AB33X) yang berada dalam
area IUP Perusahaan X yang memiliki luas hingga 177,1 hektar, pada
area ini dilakukan pengeboran pada 36 titik bor.
Berdasaarkan data pemboran eksplorasi hanya didapat litologi
berupa batulempung dengan sisipan batupasir dan batulanau, serta
batubara yang dijadikan sebagai objek permodelan dan perhitungan
sumberdaya.
Dari data bor tersebut dapat dijumpai 3 seam batubara dengan
masing masing rincian F, E, dan C, dengan lapisan tertipis 1,7
meter yang ada pada seam E dan lapisan paling tebal 5,38 meter
yang ada pada seam F.
Rata rata ketebalan lapisan batubara yang diketahui dan dihitung
setebal 2,32 meter untuk seam C, setebal 3,1 meter untuk seam E,
dan setebal 3,77 meter untuk seam F.
KESIMPULAN
Perhitungan volume dan sumberdaya dengan menggunakan metode section atau
penampang digunakan rumus trapezoidal yang berdasarkan pada klasifikasi SNI-
5015-2011, terukur (measured) 500 meter, tertunjuk (indicated) 1000 meter,
tereka (inferred) 1500 meter.
Kondisi geologi yang ada di daerah penelitian berada pada kategori sederhana,
dengan tidak terdapat data struktur geologi yang berkembang dan juga tidak
terdapat data intrusi berdasarkan data pemboran ( aspek tektonik ). Selain itu
ketebalan yang relatif sama (sekitar 2 - 5 meter) dengan kesinambungan hingga
ribuan meter dan percabangan yang tidak dijumpai.
Dari hasil perhitungan, penulis berkesimpulan bahwa sumberdaya batubara
terukur di daerah penelitian secara keseluruhan yang dihitung dengan metode
section atau penampang atau korelasi berjumlah 646.909,913 ton. Adapun
sumberdaya masing masing seam batubara adalah, seam F sebesar 223.863,93
ton, seam E batubara sebesar 240.323,0736 ton, seam C sebesar 182.722,89 ton.
Angka angka tersebut didapatkan dari hasil perhitungan volume dikalian densitas
batubara pada umumnya.
SARAN
Sebaiknya jumlah bor di lokasi IUP Perusahaan X lebih diperbanyak
agar hasil permodelan dan perhitungan sumberdaya akan lebih rinci
didapat.
Faktor lain jika ada penambahan bor di lokasi penelitian ialah
kemungkinan akan banyak dijumpai struktur struktur geologi yang
sebelumnya tidak terdeteksi dengan baik maupun hasil dari
permodelan batubaranya akan lebih baik dan menambah tingkat
keyakinan eksplorasi.
Sangat disarankan adanya data kualitas batubara ataupun data data
pendukung seperti foto singkapan dan deskripsi lapangan yang dapat
menggambarkan karakteristik masing masing seam batubara agar
proses pengerjaan laporan seminar ini bisa lebih baik hasilnya.
Metode section dipilih karena cocok digunakan untuk perhitungan
yang lebih presisi tanpa menggunakan interpretasi yang cukup banyak
dikarenakan metode ini sangat bergantung pada data data real yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai