Anda di halaman 1dari 136

Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT.

ANTAM Tbk UBP Bauksit, Tayan, Kabupaten Sanggau,


Provinsi Kalimantan Barat

SKRIPSI

Oleh:
NOVIALDI ALVIANSYAH
(11160980000001)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT.
ANTAM Tbk UBP Bauksit, Tayan, Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Pertambangan (S.T)

Oleh:
NOVIALDI ALVIANSYAH
(11160980000001)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
HALAMAN PERSETUJUAN
PERENCANAAN DESAIN KOLAM PENGENDAPAN BUKIT 7 PT. ANTAM
TBK UBP BAUKSIT, TAYAN, KAB. SANGGAU, KALIMANTAN BARAT

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar sarjana teknik (S.T)

Oleh :

Novialdi Alviansyah

11160980000001

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

A. Silvan Erusani, S.T., M.Sc Ahmad Fauzan Haryono, S.T.,M.T


NIDN: 2012058001 NIP. 199210182019031006

Mengetahui,

Ketua program studi Teknik Pertambangan

Dr. Ambran Haryono, Msi


NIP. 19710408 2002121 001

i
Pernyataan Keaslian Skripsi

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di uin Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Mei 2019

Novialdi Alviansyah

ii
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi Berjudul Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Bukit 7 PT. Antam Tbk UBP
Bauksit, Tayan, Kab. Sanggau, Kalimantan Barat telah diajukan dalam sidang
munaqasyah Fakultas sains dan teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Mei
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satusyarat memperoleh gelar Sarjana
Teknik (S.T) pada program studi Teknik Pertambangan

Jakarta, 3 Mei 2019

Tim Penguji

Penguji I, Penguji II,

Dr. Ambran Hartono, MSi M. Bambang Soegeng, MT


NIP. 19710408 2002121 001

Tim
Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,

A. Silvan Erusani, S.T., M.Sc Ahmad Fauzan Haryono, S.T.,M.T


NIDN: 2012058001

Mengetahui
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi

Prof. Dr.lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud. Dr. Ambran Hartono, MSi
NIP. 196904042005012005 NIP. 19710408 2002121 001

iii
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir
dengan tema “Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM
Tbk UBP Bauksit, Tayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat”.
Penulisan Laporan Tugas akhir ini merupakan syarat untuk memenuhi mata kuliah
pada Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir, banyak pihak yang telah membantu,
memberikan dukungan dan mempermudah kegiatan penyusunan laporan ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. PT. Antam Tbk. UBP Bauksit:


 Bapak Rory Basrian Putra, ST. (Engineer Mine Plan & Development
Departement) selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan
masukan, dan diskusi pada penulis dalam melakukan penulisan laporan tugas
akhir ini.
 Bapak Gembong Suryo, ST. (Engineer Mine Plan & Development
Departement) selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberikan
masukan, dan diskusi pada penulis dalam melakukan penulisan laporan tugas
akhir ini.
 Bapak Sukirno (Engineer Mine Plan & Development Departement) yang telah
banyak membantu dan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data
penunjang laporan tugas akhir ini.

iv
v

 Bapak Ahmad Khoirudin (Survey Department) yang telah banyak membantu


dan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data penunjang laporan tugas
akhir ini
 Bapak Dudhi (Geology Department) yang telah banyak membantu dan
memudahkan penulis dalam mengumpulkan data penunjang laporan tugas
akhir ini.
 Bapak Billy (HSE Department) yang telah banyak membantu dan
memudahkan penulis dalam mengumpulkan data penunjang laporan tugas
akhir ini.
 Seluruh Karyawan PT. Antam Tbk UBP Bauksit atas keramahannya, bantuan,
kerjasama dan dukungannya selama Kerja Praktek ini berlangsung.

2. Program Studi Teknik Pertambangan UIN Jakarta.


 Dr. Ambran Hartono, M.Sc, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
 Bapak A.Silvan Erusani, S.T.,M.Sc selaku Dosen Pembimbing I
 Bapak Ahmad Fauzan Haryono, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II

3. Kedua orang tua tercinta yang telah senantiasa selalu mendoakan, memberikan
semangat dan motivasi, serta seluruh keluarga besar yang turut memberikan
semangat dan doa.

4. Seluruh keluarga besar Himpunan Tambang (HITAM) UIN jakarta atas dukungan
dan semangatnya. Sukses untuk kita semua! Salam Tambang!
vi

Pada penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan dalam proses penulisan ini. Maka dari itu, penulis menerima kritik dan
saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan laporan ini.

Jakarta, 3 Mei 2019

Novialdi Alviansyah
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama : Novialdi Alviansyah


NIM : 11160980000001
Program Studi : Teknik Pertambangan
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul:

Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Bukit 7 PT. Antam Tbk UBP Bauksit,
Tayan, Kab. Sanggau, Kalimantan Barat

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Jakarta, 3 Mei 2019

Novialdi Alviansyah

vii
viii

ABSTRAK

Suatu perencanaan teknis kolam pengendapan diperlukan untuk mengontrol


penurunan kualitas air limpasan tambang yang disebabkan oleh aktivitas
penambangan bauksit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir dampak terhadap
lingkungan serta menyesuaikan dengan peraturan mentri lingkungan hidup no 34
tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Bauksit..

Perencanaan kolam pengendapan perlu mengetahui besar curah hujan


rencana, intensitas curah hujan, luas daerah tangkapan hujan, debit limpasan serta
dimensi paritan pada area penelitian guna mengoptimalkan kolam pengendapan.

Hasil dari analisis yang dilakukan maka dibuat kolam pengendapan dengan 6
buah kompartemen yang memiliki kapasitas 50.067 m3 untuk menampung debit
limpasan sebesar 30.315,58 m3/hari dimana kapsitas untuk pengendapan sebesar
17.364 m3 dan air yang dapat dikeluarkan sebesar 32.700m3.

Kata kunci : curah hujan, debit limpasan, kolam pengendapan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


ABSTRACT

Sediment pond planning design is needed to controlling water quality


reduction caused of bauxite mining activity and minimize the impact on the
environment based on ministerial regulation of environment No. 34 of 2009
concerning wastewater quality standard for business and/or activity in bauxite
mining.
Sediment pond planning design is required about rainfall forecasting, rainfall
intensity, catchment area, runoff discharge and also design drainage for optimization
of sediment pond
As a result, sediment pond has 6 compartement with maximum capacity of
50.067 m3 to receive runoff discharge in the a mount of 30.315,58 m3/day. Sediment
pond capacity is split into two areas for sedimentation and for water. Sedimentation
capacity is 17.364 m3 and 32.700m3 for water capacity.

Key word: rainfall, runoff discharge,sediment pond

ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x

Daftar Isi

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Skripsi ...................................................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN ............................................................................................. iii

Kata Pengantar .......................................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................................ ix

Daftar Isi ...................................................................................................................... x

Daftar Gambar ......................................................................................................... xiii

Daftar Tabel.............................................................................................................. xiv

Daftar Lampiran ....................................................................................................... xv

BAB :

I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................................. 6
1.6 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 6

II TINJAUAN UMUM................................................................................................ 7

2.1. Kajian teoritik ....................................................................................................... 7


2.1.1. Rencana Penambangan .............................................................................. 8
2.1.2. Curah Hujan ................................................................................................ 8
2.1.3. Debit Limpasan ........................................................................................ 11
2.1.4. Saluran Penyaliran ................................................................................... 14
2.1.5. Kolam Pengendapan ................................................................................ 16

x
xi

2.1.6. Batas Baku Mutu Lingkungan................................................................ 20


2.1.7. Penambangan Bauksit PT. ANTAM, Tbk ............................................ 22
2.2. Hasil Jurnal Yang Relevan ................................................................................ 25
2.3. Kerangka Berfikir ............................................................................................... 28

III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 29

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................... 29


3.1.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................................. 29
3.1.2. Wilayah IUP PT. ANTAM ..................................................................... 30
3.1.3. kondisi geologi ......................................................................................... 32
3.2 Metode Penelitian............................................................................................... 34
3.3 Alur Penelitian .................................................................................................... 34
3.4 Instrument Penelitian ......................................................................................... 37
3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 37
3.4.2. Jenis Pengambilan Data .......................................................................... 37
3.5 Teknik Pengambilan Data ................................................................................. 38
3.5.1. Data Curah Hujan .................................................................................... 38
3.5.2. Data Topografi Aktual ............................................................................ 38
3.5.3. Data Rencana Penambangan .................................................................. 38
3.5.4. Data Kualitas Air Limpasan ................................................................... 38
3.5.5. Data Daerah Tangkapan Hujan .............................................................. 39
3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 39

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 42

4.1 Analisis ................................................................................................................ 42


4.1.1. Curah Hujan Rencana .............................................................................. 42
4.1.2. Intensitas Hujan ........................................................................................ 44
4.1.3. Daerah Tangkapan Hujan (catchment area)......................................... 45
4.1.4. Debit Air Limpasan ................................................................................. 46
4.1.5. Dimensi Paritan ........................................................................................ 46
4.1.6. Saluran Pipa .............................................................................................. 49
4.1.7. Kolam Pengendapan ................................................................................ 51
4.1.8. TSS pada Kolam Pengendapan .............................................................. 53
4.1.9. Laju Pengendapan .................................................................................... 54
4.1.10. laju Aliran Air .......................................................................................... 55
4.1.11. Waktu Pemeliharaan Kolam ................................................................... 55
4.2. Pembahasan ......................................................................................................... 56
4.2.1. Kondisi Penambangan ............................................................................. 56
4.2.2. Rencana Penambangan ............................................................................ 56
xii

4.2.3. Curah Hujan Rencana .............................................................................. 58


4.2.4. Intensitas Curah Hujan ............................................................................ 58
4.2.5. Daerah Tangkapan Hujan (catchment area)......................................... 58
4.2.6. Debit Limpasan ........................................................................................ 59
4.2.7. Air Tanah .................................................................................................. 60
4.2.8. Dimensi Paritan ........................................................................................ 60
4.2.9. Saluran Pipa .............................................................................................. 63
4.2.10. Kolam Pengendapan ................................................................................ 64
4.2.11. Output Kolam ........................................................................................... 66
4.2.12. Waktu Pemeliharaan Kolam ................................................................... 66
4.2.13. Kualitas Air Limpasan Tambang ........................................................... 67

V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 68

5.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 68


5.2. Saran .................................................................................................................... 68

Daftar Pustaka........................................................................................................... 69

LAMPIRAN ............................................................................................................... 71
Daftar Gambar

Gambar 2.1. Zona kolam pengendapan ...................................................................... 20

Gambar 2.2 Diagram kerangka berfikir ...................................................................... 28

Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah......................................................................... 30

Gambar 3.2 Peta IUP PT. ANTAM ........................................................................... 31

Gambar 3.3 Peta Geologi Regional............................................................................. 33

Gambar 3.4 Diagram Alur Penelitian ......................................................................... 36

Gambar 4.1. Visualisasi Paritan .................................................................................. 47

Gambar 4.2. Visualisasi Pipa ...................................................................................... 50

Gambar 4.3 Penampang Horizontal Pipa Pada Kolam Pengendapan ......................... 50

Gambar 4.4 Penampang Vertikal Pipa Pada Kolam Pengendapan ............................. 51

Gambar 4.5. Kolam Pengendapan............................................................................... 52

Gambar 4.6. Visualisasi Tanggul Kolam .................................................................... 53

Gambar 4.7. Peta Rencana Penambangan Bukit 7 Tahun 2019.................................. 57

Gambar 4.8 Lokasi Paritan.......................................................................................... 62

xiii
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Derajat Hujan .............................................................................................. 12

Tabel 2.2 Koefisien Limpasan .................................................................................... 13

Tabel 2.3 Perhitungan Dimensi Paritan ...................................................................... 15

Tabel 2.5 Parameter Kecepatan Aliran ....................................................................... 16

Tabel 2.6 Matrix Pemilihan Kolam Pengendapan ...................................................... 19

Tabel 2.7 Baku Mutu Air Limbah ............................................................................... 21

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ......................................................................................... 29

Tabel. 4.1 Perhitungan Rencana Curah Hujan ............................................................ 42

Tabel 4.3 Luas Daerah Tangkapan Hujan Bukit 7 Tahun 2019.................................. 45

Table 4.3 Debit Limpasan Bukit 7 Tahun 2019 .......................................................... 46

Tabel 4.4 Debit Limpasan Yang Masuk Kedalam Paritan.......................................... 47

Tabel 4.5 Perhitungan Dimensi Paritan Bukit 7 ......................................................... 48

Tabel 4.6 Perhitungan Saluran Kompartement Bukit 7 .............................................. 49

Tabel 4.7 Kapasitas Kompartement Kolam ................................................................ 51

Tabel 4.8 Jumlah TSS Pada Inlet Kolam Pengendapan .............................................. 54

Tabel 4.9 Waktu Laju Aliran Air ................................................................................ 55

Tabel 4.10 Koordinat Pipa Kolam Pengendapan ........................................................ 64

xiv
Daftar Lampiran

Lampiran A Data Curah Hujan ................................................................................... 72

Lampiran B Perhitungan Jam Hujan Rata – Rata ....................................................... 75

Lampiran C Perhitungan debit limpasan ..................................................................... 76

Lampiran D Arah Aliran Air ....................................................................................... 78

lampiran E Perubahan Daerah Tangkapan Hujan Bulanan ......................................... 79

Lampiran F Data Laporan Hasil Uji Air Limpasan Inlet ............................................ 86

Lampiran G Data Laporan Hasil Uji Air Limpasan Outlet ......................................... 90

Lampiran H Peta Penambangan Tahun 2019 .............................................................. 94

Lampiran I Peta Situasi Tambang ............................................................................... 95

Lampiran J Lokasi Rawa - Rawa ................................................................................ 96

Lampiran K Perhitungan Waktu Pengendapan ........................................................... 97

Lampiran L Perhitungan Waktu Air Dari Inlet Ke Outlet .......................................... 98

Lampiran M Penampang Kolam Pengendapan ......................................................... 103

Lampiran N Spesifikasi Long Arm ZX 210 LC ....................................................... 107

Lampiran O Data Test Pit ......................................................................................... 108

Lampiran P Curah Hujan .......................................................................................... 110

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengacu kepada Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 34
Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Bauksit dalam peraturan tersebut tercantum bahwa setiap
pengusaha pertambangan bauksit wajib melakukan pengelolaan air limbah
sehingga mutu air limbah yang dibuang tidak melewati batas baku mutu
lingkungan dan air limpasan tambang tidak boleh terkena pengaruh dari
kegiatan lain dan/atau sumber lain selain dari kegiatan pertambangan bijih
bauksit.
Seiring dengan adanya kegiatan penambangan khususnya
penambangan bauskit akan mengakibatkan perubahan terhadap air limpasan
di area penambangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sehingga perlu
dilakukan perencanaan pembuatan kolam pengendapan sehingga air dapat
dikelola terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan bebas. Hal ini
dilakukan guna meminimalisir dampak dari aktivitas penambangan.
Penurunan kualitas air disebabkan oleh terjadinya kontak antara air
dengan batuan atau material yang terkupas sehingga akan menurunkan
kualitas air. Dalam kegiatan aktivitas penambangan maka perlu
memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan agar dapat dicegah dan
meminimalisir dampak yang akan diberikan kepada lingkungan sesuai dengan
kaidah good mining practice.

1
2

Hal ini juga diatur di dalam Al-quran sebagaimana Al-quran


merupakan pedoman hidup manusia sehingga semua kegiatan yang dilakukan
harus berdasarkan kaidah – kaidah ke islaman yang telah tertuang didalamnya
antara lain yang sudah tercantum dalam surat ar – rum ayat 41, pada surat al –
baqarah ayat 11, dan al – baqarah ayat 30.

َْ ‫اس أَ ْيدِى َك َس َب‬


َ‫ت ِب َما َو ْٱل َبحْ َِر ْٱل َبرَ فِى ْٱل َف َسادَ َظ َه َر‬ ََ ْ‫ون لَ َعلَّه َْم َعمِلواَ ٱلَّذِى َبع‬
َِ ‫ض لِيذِي َقهم ٱل َّن‬ ََ ‫َيرْ ِجع‬
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)” (Q.S. Ar Rum:41)

‫ل َوإِ َذَا‬ َ ِ ْ‫ون َنحْ نَ إِ َّن َما َقال ٓواَ ْٱْلَر‬


َ َ َ‫ض فِى ت ْفسِ دوا‬
ََ ‫ل لَه َْم قِي‬ ََ ‫مصْ لِح‬
artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan” (Q.S. Al Baqarah :11)

ٓ
َ‫ل َوإِ ْذ‬ َ ِ ْ‫ٱلد َما ٓ ََء َو َيسْ فِكَ فِي َها ي ْفسِ دَ َمن فِي َها أَ َتجْ َعلَ َقال ٓواَ َۖ َخلِي َفةَ ْٱْلَر‬
ََ ‫ض فِى َجاعِ لَ إِنى ل ِْل َملَ ِئ َك َِة َر ُّب‬
ََ ‫ك َقا‬
َ‫ِك ن َسبحَ َو َنحْ ن‬ ََ ‫ك َون َقدسَ ِب َح ْمد‬ ََ َ‫ل َۖ ل‬ َٓ ‫ل َما أَعْ لَمَ إِن‬
ََ ‫ى َقا‬ َ َ ‫ون‬
ََ ‫َتعْ لَم‬
Artinya: ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui” (Q.S. Al Baqarah:30)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

Dari pengeritian tafsir Al-quran Nul Karim dapat dilihat bahwa kita
sebagai manusia harus menjaga kelesatarian lingkungan dalam hal ini harus
bisa menjaga dan meminimalisir dampak lingkungan yang disebabkan oleh
aktivitas penambangan agar kita tidak menjadi umat yang merugi.

PT. ANTAM, Tbk merupakan perusahaan yang berada dibawah


naungan PT. Indonesia Asahan Alumunium Persero yang bergerak dalam
bidang pertambangan. Salah satu sektor penambangannya adalah tambang
bauksit, yang dioperasikan oleh Unit Bisnis Penambangan Bauksit (UBPB)
Tayan. Unit Bisnis Penambangan Bauksit ini berlokasi di Kecamatan Tayan
hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan barat. Kegiatan penambangan
yang dilakukan PT ANTAM, Tbk berada pada daerah perbukitan. Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit Tayan ditetapkan oleh Direksi pada tanggal 27
September 2013 dan berlaku mulai 1 Oktober 2013 dengan Surat Keputusan
Direksi Nomor 243a.K/0251/DAT/2013 dengan cadangan bauksit 108,8 juta
ton dan sumber daya 365 juta ton yang tersebar di wilayah Tayan, Mempawah
dan Munggu Pasir.
Proses Kegiatan penambangan yang di lakukan di Unit Bisnis
Penambangan Bauksit (UBPB) PT. ANTAM Tayan dilakukan dengan metode
open cast dengan jumlah produksi tahun 2018 sebanyak 1.200.000 ton. PT.
ANTAM, Tbk. Unit Bisnis Penambangan Bauksit (UBPB) Tayan memiliki
kadar bauksit yang bervariasi dan digolongkan menjadi 3 jenis yaitu bauksit
kadar tinggi (high grade) yang memiliki kadar alumunium sebesar 50%,
bauksit kadar sedang (medium grade) memiliki kadar sebesar 49,9% - 40%
dan bauksit kadar rendah (low grade) memiliki kadar kurang dari 40% dengan
masing-masing bukit memiliki kadar bauksit yang berbeda-beda tergantung
dari proses pengayaan logam alumuniumnya. Ketebalan bauksit (ore)
bervariasi antara 5 sampai 8 meter.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT


ANTAM, Tbk maka akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkugan
khususnya pada kualitas air. Kemajuan aktivitas penambagan yang dilakukan
di oleh Unit Bisnis Penambangan Bauksit (UBPB) Tayan dan semakin besar
target operasi yang akan dicapai akan mengakibatkan semakin banyak bukaan
area baru untuk ditambang yang dapat menyebabkan perubahan arus air atau
air limpasan yang masuk yang front penambangan serta menurunkan kualitas
baku mutu air yang masuk ke front penambangan karena terkena efek dari
kegiatan penambangan.
Perlu dilakukan kajian teknis desain kolam pengendapan (sediment
pond) untuk menampung air limpasan tambang sehingga air dapat dikontrol
baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan memperhitungkan curah
hujan dan debit limpasan air hujan serta di dapat keselarasan antara debit yang
masuk kedalam sediment pond dengan kapasistas sediment pond itu sendiri
sehingga air yang masuk tidak akan meluap (over flow) yang dapat
mengakibatkan air langsung terbuang kelingkungan bebas tanpa dilakukan
treatment terlebih dahulu.

1.2 Identifikasi Masalah


Terjadinya penurunan kualitas air yang disebabkan oleh aktivitas
penambangan bauksit menuntut setiap perusahaan pertambangan bauksit
untuk melakukan pengelolaan air sebelum dibuang ke lingkungan bebas.
Penurunan kualitas air ini disebabkan oleh air limpasan yang masuk ke area
penambangan dimana material yang ditambang mengandung unsur
kontaminan. Dalam Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 34 Tahun
2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Bauksit tercantum jenis kontaminan yang terdapat pada
penambangan bijih bauksit. Beberapa jenis kontaminan yang harus di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

identifikasi adalah nilai pH, total suspended solid, serta kandungan logam
berat. Logam berat yang terdapat pada penambangan bauksit yaitu besi (Fe),
tembaga (Cu), nikel (Ni), mangan (Mn), serta timbal (Pb).
Penurunan kualitas air ini disebabkan oleh adanya kontak air dengan
maretial/batuan yang terekspose sehingga merubah kulalitas air. Berdasarkan
hasil uji laboratotirum terhadap air limpasan disimpulkan bahwa terdapat
Penurunan kualitas air pada aktivitas penambangan di PT. ANTAM Unit
Bisnis Penambangan Bauksit. Penurunan kualitas air dalam hal ini nilai
ditandai oleh Ph yang menurun, kadar TSS yang tinggi yang terkandung
dalam air serta terdapat logam berat dalam hal ini logam berat yang melebihi
ambang batas yaitu besi (Fe). Sehingga, dalam hal ini perusahaan harus
melakukan kegiatan Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
Agar tercapainya Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan maka harus dilakukan sebuah perencanaan kolam pengendapan.
Dimana kolam pengendapan akan menjadi tempat untuk kegiatan pemantauan
dan pengelolaan agar air yang terkontaminasi dapat dilakukan treatment
terlebuh dahulu.

1.3 Batasan Masalah


1. Lokasi penelitian dibatasi di area penambangan bukit 7 tahun 2019 di
PT. Antam
2. Tidak mempertimbangkan faktor geoteknik
3. Tidak membahas tentang treatment air limpasan
4. Tidak mempertimbangkan faktor ekonomi
5. Distribusi yang digunakan menggunakan distribusi gumble

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini yang dilakukan
adalah:
1. Bagaimana curah hujan pada tambang bukit 7?
2. Bagaimana dimensi paritan yang sesuai dengan debit limpasan tambang?
3. Berapa volume air yang akan masuk kedalam kolam pengendapan?
4. Bagaimana rencana desain kolam pengendapan yang mampu menampung
debit limpasan tambang?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun maksud dan tujuan penelitian Tugas Akhir yang dilakukan adalah:
1. Mengetahui curah hujan pada tambang bukit 7
2. Mengetahui volume air yang masuk kedalam kolam pengendapan
3. Mengetahui dimensi paritan yang sesuai dengan debit limpasan tambang
4. Mengetahui rencana desain kolam pengendapan yang mampu menampung
debit limpasan tambang

1.6 Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang ingin didapatkan dalam Tugas Akhir ini
sebagai berikut:
1. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
atau referensi dalam menambah wawasan di bidang ilmu pertambangan.
2. mengaplikasian langsung teori yang didapatkan di perkuliahan dengan
keadaan di lapangan.
3. Memberikan saran kepada perusahaan dan dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi bagi perusahaan untuk langkah pengambilan keputusan dalam
perencanaan kolam pengendapan limpasan air tambang yang sesuai
dengan kemajuan tambang.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Kajian teoritik


Aktivitas penambangan yang dilakukan oleh setiap unit bisnis
penambangan akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Oleh
karenanya setiap perusahaan pertambangan harus mengikuti kaidah good
mining practice yang mana setiap kegiatan tersebut diatur dalam dalam
Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia no 26
tahun 2018 tentang pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik dan
pengawasan pertambangan mineral dan batubara. Dalam peraturan tersebut
diatur bahwa setiap perusahan pertambangan harus mengidentifikasi dampak
lingkungan serta melakukan kegiatan upaya pengelolaan lingkungan.
Sebagai bentuk pengelolaan lingkungan yang diterapkan pada
perusahaan – perusahaan pertambangan, pembuatan kolam sediment pond
menjadi sebuah langkah perusahaan untuk mencegah dan meminimalisir
dampak lingkungan yang akan terjadi yang disebabkan oleh adanya aktivitas
penambangan. Dalam merancang suatu desain penyaliran tambang ada
beberapa parameter yang diperlukan guna mendesain sistem penyaliran yang
dibutuhkan untuk mengendalikan air limpasan, antara lain: rencana
penambangan, curah hujan, daerah tangkapan hujan (catchment area), air
limpasan (run off). Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
penyaliran tambang:

7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8

2.1.1. Rencana Penambangan


Rencana penambangan dibutuhkan untuk mengetahui sejauh apa
bukaan lahan baru atau pergerakan tambang sehingga terjadi
perubahan daerah baik dari segi luasan area maupun elevasinya yang
dapat mempengaruhi pergerakan air atau masuknya air kedalam area
penambangan, dengan mengetahui rencana penambangan yang akan
dilakukan maka dapat ditentukan daerah tangkapan hujan (catchment
area) dan ketinggian dari area buangan air.

2.1.2. Curah Hujan


Pengertian curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam suatu tempat yang datar dimana Curah hujan 1 (satu) milimeter
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak
satu liter (Leslie Wolley, 2009)
Pengolahan data curah hujan ini digunakan untuk menentukan
curah hujan rencana pada periode tertentu yang dapat digunakan untuk
menentukan suatu sistem penyaliran yang sesuai dengan kebutuhan
tambang.
Pengolahan data curah hujan akan meliputi perhitungan periode
ulang hujan dan perhitungan hujan rencana (forecast rainfall)
1. Periode ulang hujan adalah waktu hipotetik dimana curah hujan
atau debit dengan bearan tertentu (xt) akan tercapai atau
terlampaui pada periode tersebut (bambang triatmodjo, 2008). Dari
penentuan periode ulang hujan dapat diketahui bahwa semakin
besar penentuan periode ulang hujannya maka nilai curah hujannya
akan semakin tinggi dan probabilitas pencapaiannya akan semakin
besar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

2. Curah hujan rencana dilakukan untuk mengetahui curah hujan


maksimum yang akan terjadi dengan besaran tertentu sesuai
dengan periode ulang hujannya. Untuk menghitung curah hujan
maksimal pada daerah sekitar menggunakan metode Gumbel
berdasarkan analisis frekuensi dari data curah hujan maksimum.
Berikut formula untuk menghitung curah hujan rencana:

𝑋𝑡 = X + 𝑘 . 𝑆 ……………………………………………...(2.1)

Keterangan:
Xt = curah hujan rencana
X = curah hujan rata rata
K = faktor frekuensi
S = standar deviasi
Untuk nilai standar deviasi didapat berdasarkan perhitungan :

𝑆 = √ 𝑛−1 …………………………………………(2.2)
( 𝑋𝑖− X )

Keterangan :
S = standar deviasi
Xi = nilai curah hujan tahunan
X = nilai curah hujan rata rata
n = jumlah data

nilai k atau faktor frekuensi dapat dihitung dengan persamaan


sebagai berikut:
Yt−Yn
K= ………………………………………………(2.3)
Sn

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

Keterangan :
Yt = reduced variate
Yn = reduced mean
Sn = standar deviasi variat gumbel

Perhitungan reduced mean (Yn) didapat menggunakan persamaan


berikut:
𝑛+1−𝑚
𝑌𝑛 = −ln(𝑙𝑛( 𝑚
)
(𝑛+1))
Ʃ 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑡
𝑌𝑛 = 𝑛

Keterangan :
n = jumlah data
m = (peringkat curah hujan yang terbesar)

Untuk perhitungan reduced variate dapat di hitung dengan


persamaan berikut:
𝑇−1
𝑌𝑡 = − ln (− ln )
𝑇
Keterangan :
T = waktu periode ulang hujan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

2.1.3. Debit Limpasan


Debit limpasan (surface runoff) adalah air hujan yang mengalir
bergerak dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah sebelum
mencapai saluran. Untuk mengetahui besarnya debit air limpasan
dihitung menggunakan persamaan rasional, yaitu:

Q = 0,278 × C × I × A …………………………………………..(2.4)

Keterangan :
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km²)

Dalam perhitungan debit limpasan terdapat beberapa parameter


yang perlu dihitung terlebih dahulu, diantaranya sebagai berikut:
1. Intensitas Curah Hujan
Intensitas akan mempengaruhi besarnya volume atau
tingginya curah hujan pada periode waktu tertentu. Sehingga
dapat diketahui jumlah volume air hujan yang akan terjadi
perharinya.
Perhitungan curah hujan ini dilakukan dengan
menggunakan rumus mononobe. Perhitungan intensitas ini
dilakukan untuk menentukan jumlah curah hujan yang terjadi
perjam sehingga dapat diketahui jumlah debit limpasan yang
akan terjadi. Persamaan mononobe yaitu:

2⁄
𝑅24 24 3
𝐼= (𝑡) …………………………………..(2.5)
24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

Keterangan:
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lama waktu hujan
R24 = Curah hujan harian rencana

Hasil dari intensitas curah hujan dapat diklasifikasikan


menjadi beberapa parameter. Berikut hubungan antara derajat
curah hujan dan intensitas curah hujan dijelaskan pada tabel
(2.1) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Derajat Hujan


Intensitas Curah
Derajat Hujan Kondisi
Hujan (mm/menit)
Hujan lemah 0,02 – 0,05 Tanah basah semua
Hujan normal 0,05 – 0,25 Bunyi hujan terdengar
0,25 – 1,00 Air tegenang diseluruh permukaan
Hujan deras
dan terdengan bunyi dari genangan
Hujan sangat  1,00 Hujan seperti ditumpahkan, saluran
deras pengaira meluap
(Sumber : Sayoga, Rudy, “Pengantar Penyaliran Tambang”, 1993)

2. Koefisien Limpasan
Jenis – jenis material yang terdapat pada area tambang sangat
berpengaruh terhadap laju infiltrasi air limpasan. Karena setiap
material memiliki karakteristik atau nilai koefisien masing
masing. Semakin besar koefisien limpasan berarti sifat dari
material impermeable atau material sulit untuk melakukan
infiltrasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi koefisien limpasan
yaitu kondisi tanah. Laju infiltrasi turun pada hujan yang terus-
menerus yang mengakibatkan material jenuh sehingga tidak
mampu melakukan infiltrasi dan juga dipengaruhi oleh kondisi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi


nilai C adalah air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah
dan simpanan depresi. Beberapa parameter untuk menentukan
koefisien limpasan ditunjukan pada tabel (2.2) sebagai berikut:

Tabel 2.2 Koefisien Limpasan


Kemiringan Tutupan/jenis Lahan C
< 3% sawah, rawa 0,2
(datar) Hutan, perkebunan 0,3
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4
3% - 15% Perumahan 0,5
(sedang) Semak-semak agak jarang 0,6
Lahan terbuka 0,7
Hutan 0,6
> 15% Perumahan 0,7
(curam) Semak-semak agak jarang 0,8
Lahan Terbuka daerah tambang 0,9
Sumber: Sayoga, Rudi (1994) dan Fetter, C,W, (1994)

3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)


Daerah tangkapan hujan merupakan suatu kawasan
berupa cekungan yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa
igir (punggungan bukit), (Linsley et al,1975). Dengan kata
lain, daerah tangkapan hujan merupakan batas wilayah yang
memungkinkan air masuk kedalam suatu area yang akan
ditentukan berdasarkan perbedaan elevasi dimana area yang
akan masuk kedalam cakupan daerah tangkapan hujan
merupakan area masuknya air kedalam daerah yang ditentukan
sehingga akan membentuk polygon tertutup yang disesuaikan
dengan topografi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

2.1.4. Saluran Penyaliran


Saluran penyaliran diperuntukan untuk menampung dan
menyalirkan air dari air limpasan sehingga mengaliri air menuju
kolam. Desain saluran umumnya disesuaikan dengan debit air, tipe
material saluran, dan kemudahan dalam pembuatan saluran sesuai
dengan kondisi dilapangan yang mengacu pada debit air yang masuk
kedalam saluran.
Untuk menghitung dimensi saluran adalah dengan rumus Robert
Manning:
1 1⁄ 2⁄
𝑄= . 𝐴. 𝑆 2 .𝑅 3 …………………………………(2.6)
𝑛

Keterangan:
Q = Debit (m3/detik)
R = Jari-jari hidrolik = A/P (m)
S = Gardien (%)
A = Luas penampang basah (m2)
n = Koefisien kekasaran Manning
bentuk dimensi yang akan dibuat bisa bervariasi sesuai dengan
kebutuhan. Berikut penjabaran bentuk dimensi paritan pada tabel
(2.3):

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

Tabel 2.3 Perhitungan Dimensi Paritan


rectangle trapezoid circle
B
y 1 y
X D
b d
b ø

1 2
Area, A + − n
1
Wetted Perimeter P + + 1+ 2

Top Width B + n

by/(b+2y) + 1 n
Hydraulic Radius 1−
+ 1+ 2

+ 1 − n
Hydraulic Mean depth, Dm
+ n1

Sumber: http://personal.ftsl.itb.ac.id

Untuk penentuan manning coefficient ditentukan berdasarkan


materialnya. Berikut parameter penentuan manning coefficient:

Tabel 2.4 Parameter Manning Coefficient

Sumber: Applied Hydrology, 1998

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

Dari desain penyaliran yang sudah ditentukan maka ada parameter


kecepatan yang harus dipertimbangan. Kecepatan aliran air
berpengaruh terhadap pengendapan maupun tergerusnya material
paritan yang sudah di buat. Berikut beberapa parameter yang sesuai
untuk kecepatan air yang sesuai dengan material paritan:

Tabel 2.5 Parameter Kecepatan Aliran


Maximum allowable water velocity
Recommendation Maximum Velocity
No Chanel Condition
m/s
1 Sandy/Silt/Clay 0,5 - 1,2
2 Fine Gravel 1,,0
3 Firm Loam or Very Stiff Clay 1,0 - 2,0
4 Coarse Gravel 1,2 - 2,0
5 Poorly Grassed 1,0
6 Gravel (50mm) or Ful Grass Cover 2,0
7 Rock (100 mm) 2,5
8 Rock (150 mm) 3,0
Sumber: data mine plan department PT. Wahana Baratama Mining

2.1.5. Kolam Pengendapan


Sediment pond adalah kolam yang dirancang untuk mengendapkan
bahan-bahan padat dari air buangan tambang (air tercemar oleh tanah
dan bahan padat lainnya). Disebut juga dengan istilah settling pond
(William James, 1996)
Kolam pengendapan digunakan sebagai tempat penampungan air
sementara untuk dilakukan treatment sebelum dikeluarkan ke
lingkungan. Fungsi dari kolam pengendapan sendiri adalah untuk
mengendapkan material material tambang yang terbawa oleh air yang
mengakibatkan menurunnya kualitas air yang melampauai batas baku

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

mutu lingkungan. Luas kolam pengendapan dapat dihitung


menggunakan rumus :

𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴= ………………………………………………………(2.7)
𝑉
Keterangan :
A = luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal = debit air yang masuk kedalam kolam pengendapan (m3/det)
Vh = kecepatan pengendapan (m/detik)

Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan hukum


stokes sebagai berikut:
𝑔 . 𝐷2 . (𝜌𝑝− 𝜌𝑎)
𝑉= ………………………………………….(2.8)
18 𝜇

Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (meter/det)
g = percepatan gravitasi (meter/det)
ρp = berat jenis partikel padatan
ρa = berat jenis air (kg/m3)
μ = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)

D = diameter partikel padatan (m)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap (tv) adalah


𝑡𝑣 =
𝑣𝑡

Keterangan :

tv = waktu pengendapan

h = kedalaman kolam

vt = laju pengendapan

Waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari kolam pengendapan (th)


adalah:

𝑝
𝑡ℎ =
𝑣ℎ

Keterangan :

th = waktu keluar air

p = panjang kolam

vh = laju kecepatan air

penentuan bentuk kolam pengendapan Berdasarkan topografi


area yang akan dibangun terdapat dua parameter yaitu:

1. Daerah yang memiliki topografi dengan kontur tajam


Dengan topografi tersebut, maka pembuatan kolam
pengendap dilakukan dengan sitem membendung denganmeng
hubungkan dua bukit. Hal tersebut akan memberikan kapasitas
tampungan yangmaksimal dengan pekerjaan yang minimal.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

2. Daerah yang memiliki topografi dengan kontur landau


Dengan topografi tersebut, maka pemilihan kolam
pengendap adalahdengan melakukan penggalian kolam dimana
kapasitas tampungan tidak bisa maksimaldengan rata-rata
hanya 50% - 60% volume material yang digali.

Tabel 2.6 Matrix Pemilihan Kolam Pengendapan

jenis kolam
No topografi area
pengendapan

kontur sedang
1 kolam bendung
- tajam

2 kolam gali kontur landai

3 kolam meander kontur landai

kolam dan alat kontur sedang


4
penetral air - tajam

Sumber : perhapi, PT. Kaltim Prima Coal

Setiap kolam pengendap terdapat empat zona yang terbentuk


karena proses pengendapan material. Kolam pengendapan dibagi
menjadi 4 zona pengendapan yaitu:
1. zona masukan (inlet zone)
zona ini merupakan zona masuknya air limpasan yang
masih bercampur dengan material yang terbawa oleh air
kedalam kola pengendapan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

2. zona pengendapan (settlement zone)


zona ini merupakan tempat dimana material – material
padatan yang terbawa oleh air limpasan mengendap .
3. zona endapan lumpur (sedimend zone)
zona ini merupakan tempat material yang tercampur oleh air
mengalami proses sedimentasi
4. zona keluaran (outlet zone)
zona ini merupakan tempat keluarnya air dari kolam
pengendapan dimana pada zona ini air sudah dalam kondisi
sesuai dengan batas baku mutu yang ditetapkan.

Berikut visualisasi pembagian zona kolam pengendapan.

Inlet Settlement Outlet


Zone zone Zone

Sumber : Jurnal Geosains, Perencanaan Sistem Penyaliran


Tambang Terbuka Batubara, 2013
Gambar 2.1. Zona kolam pengendapan

2.1.6. Batas Baku Mutu Lingkungan


Mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit, dikatakan
bahwa Air limbah adalah air yang berasal dari kegiatan penambangan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

dan pencucian bijih bauksit, kegiatan produksi alumina, serta kegiatan


pendukung lainnya.
Dalam hal ini aktivitas penambangan dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas air yang disebabkan air terkena batuan yang
sudah terekspose oleh aktivitas penambangan. Serta pengelolaan air
limpasan harus dilakukan secara terpisah dengan penglolaan air yang
lainnya. Hal ini di jelaskan pada pasal 8 ayat 2A dikatakan “sistem
pengolahan air limpasan (run off) sebelum dibuang ke badan air
sengaja tidak terkena pengaruh dari kegiatan lain dan/atau sumber lain
selain dari kegiatan penambangan bijih bauksit tersebut”.
Sebagai acuan treatment apa saja yang harus dilakukan oleh
perusahaan pertambangan bauksit maka harus diketahui batas baku
mutu air limbah sehingga air limpasan tambang tidak melebihi dari
batas yang sesuai dengan peraturan pemerintah.
Dalam hal ini batas baku air limbah adalah “ukuran batas atau
kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan peraturan diatas berikut beberapa parameter yang harus
diperhatikan oleh pengusaha penambagan bijih bauksit:

Tabel 2.7 Baku Mutu Air Limbah


Kadar
No Parameter Satuan Metode Analisis
Maksimum
1 pH - 6-9 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/L 200 SNI 06-6989.3-2004
3 Fe mg/L 5 SNI 06-6989.49-2005
4 Mn mg/L 2 SNI 06-6989.41-2005

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

2.1.7. Penambangan Bauksit PT. ANTAM, Tbk


Sistem penambangan yang dilakukan di PT. ANTAM, Tbk. Unit
Bisnis Penambangan Bauksit Tayan yaitu Open Cast dengan sistem
penambangan shovel and truck. Proses awal untuk persiapan
penambangan terlebih dahulu dilakukan proses land clearing. Setelah
itu pengupasan top soil dan overburden yang diletakan tidak terlalu
jauh dari lokasi asalnya dengan tujuan pada saat proses backfill
material yang diambil tidak terlalu jauh. Selanjutnya akan dilakukan
kegiatan ore getting yaitu pengambilan bijih bauksit.
Pada tambang bauksit terdapat proses pencucian bauksit untuk
meningkatkan kualitas bauksit dengan menggunakan washing plant
untuk menghilangkan mineral pengotor dari bauksit sehingga bauksit
siap untuk dipasarkan

1. Pembukaan Lahan (Land Clearing)


Pembersihan lahan atau land clearing merupakan kegiatan
pembukaan lahan atau pembersihan lahan dari pepohonan
(Samindo Recources, 2018. http://samindoresources.com/business
/overburden-removal, 13 Maret 2019). Kegiatan ini dilakukan
untuk memudahkan kegiatan selanjutnya dimana vegetasi di lokasi
yang akan di tambang akan di kupas menggunakan alat bulldozer.

2. Pengupasan lapisan top soil (Top Soil Removal)


Lapisan top soil atau lapisan tanah pucuk adalah tanah lapisan
teratas tanah yang mudah dilalui air, tebalnya kurang lebih 30 cm,
termasuk dalam lapisan tempat berada tumbuhan dan akarnya,
berwarna hitam dan kaya akan bahan organik (kamus besar bahasa
indonesia, 2016). Top soil ini akan dikupas dan disimpan serta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

diletakan di dekat area penambangan yang nantinya akan


digunakan untuk kepentingan revegetasi.

3. Overburden Removal
Overburden adalah batuan dan tanah alami yang berada di
atas dan di sekitar tubuh bijih, tetapi perlu dikupas untuk
memungkinkan akses ke bijih atau ore. (McArthur River Mine,
2017, http://www.mcarthurrivermine.com.au/en/sustainability
/environment/Pages/overburden.aspx, Maret 13 2019). Pada tahap
ini dilakukan pengupasan overburden dan material yang dikupas
akan diletakan di dekat area penambangan namun tempatnya
terpisah dengan top soil.

4. Pengangkutan Bauksit
Pada tahap pengangkutan CBX (Crude Bauxite) dari front
penambangan menuju stockpile ETO (Exportable Transt Ore)
menggunakan alat angkut Dumptruck dengan Merek Hino Fm
260JD. Sedangkan pemuatan CBX kedalam DT menggunakan
Excavator Merek Volvo EC330BLc.

5. Dumping di Stockpile Exportable Transit Ore (ETO)


Material CBX yang di angkut dengan dump truck akan
diletakkan sementara di stockpile ETO sebelum dilakukan
treatment pencucian di WP.

6. Pencucian Bauksit di Washing plant (WP)


Pada saat proses pencucian menggunakan material yang
sudah dicuci akan dibagi berdasarkan ukuranya. Dump truck yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

membawa CBX selanjutnya akan melakukan dumping di hopper


dengan ukuran 35 cm x 35 cm. Material yang tertahan akan
dihancurkan atau dipecahkan menggunakan excavator.
Selanjutnya material yang masuk akan berlanjut trommel
yang berukuran 10 cm, material yang yang ukurannya lebih dari
10 cm akan direduksi lagi ukurannya dengan Jaw Crusher agar
dapat lolos ke trommel tersebut. Hasil pencucian washing plan
adalah material dengan ukuran 2mm, 2cm-9cm, 9-10 cm dari hasil
proses pemisahan dengan tromol screen. adapun material yang
lolos menjadi limbah washing plant dan dialirkan ke sediment
pond.

7. Stock bauksit di Exportable Fine Ore (EFO)


Material hasil pencucian akan di angkut dan diletakan di
stockpile Exportable Fine Ore (EFO) Material dari hasil
pencucian disebut washed bauxite. Pemuatan WBX dari WP
menggunakan alat muat berupa wheel loader Liugong 856 yang
akan diangkut oleh DT FM 260 JD.

8. Pengangkutan ke Jetty
Material yang sudah di stock di Exportable Fine Ore (EFO)
akan diangkut ke stockpile jetty. Sebelum menuju dermaga alat
angkut akan di timbang terlebih dahulu di jembatan penimbangan
guna menentukan tonase bauksit yang masuk kedalam stockpile
jetty. Material bauksit diangkut menggunakan alat angkut yang
sama yaitu DT FM 260 JD dan material siap untuk dikapalkan
sesuai dengan permintaan pembeli

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

2.2. Hasil Jurnal Yang Relevan


Pengelolaan lingkungan hidup secara praktis dilakukan dengan
pengendalian mutu limbah cair yang akan dibuang lingkungan bebas.
Sebelum air limbah dibuang ke sungai, terlebih dahulu harus di treatment di
sendimend pond sehingga air tersebut sesuai dengan baku mutu air. Penelitian
mengenai kajian teknis perencanaan sump dan sediment pond telah dilakukan
oleh beberapa orang sebelumnya di berbagai tempat yang berbeda. Berikut
jurnal – jurnal yang digunakan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan
penelitian:
1. Penelitian oleh Umar Achmad Baradja, Yunus Ashari, dan Yuliadi
(2016)
Judul dari penelitian yang dilakukan ini adalah Simulasi
Penyaliran Tambang Melalui Optimasi Elevasi Muka Air Kolam
Untuk Menjaga Front Kerja Penambangan di PT. Adaro Indonesia
Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan. Hasil penenlitian tersebut menghasilkan suatu sistem
penyaliran tambang yang akan berakhir kedalam sediment pond yaitu
sebagai berikut Desain settling pond terdiri atas 3 kompartemen,
dengan debit terdistribusi merata ke setiap settlingpond. Dimensi
settling pond dirancang dengan panjang 150 m, dan lebar 50 m.
Kedalaman dari settling pond dibuat sesuai dengan spesifikasi alat
yaitu Komatsu PC 200 dengan tinggi 3 m.

2. Penelitian oleh Syarifuddin, Sri Widodo, Arif Nurwaskito (2017)


Judul dari penelitian yang dilakukan ini adalah dilakukan
kajian sistem penyaliran pada tambang terbuka kabupaten tanah
bumbu provinsi kalimantan selatan. Dalam penelitian ini didapatkan
hasil perhitungan analisis curah hujan 2006-2014 didapatkan curah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

hujan rencana 86,48 mm/hari dengan intensitas curah hujan 30,27


mm/jam dengan luas daerah tangkapan hujan sebesar 4,26 km2 maka
didapat volume debit limpasan yang masuk kesumuran sebesar
1.277,5 m3/hari dan waktu konsentrasi 0,0011hari sehingga dapat
dirancang sumuran yang dapat menampung air limpasan yang
memiliki volume maskimal penampungan 3.600 m3/hari yang
bertujuan agar tidak meluap dan hasil perhitungan debit limpasan yang
masuk ke kolam pengendapan (settling pond) adalah 537,63 m3 maka
dirancang kolam pengendapan dengan kapasitas maksimal 900 m3
dengan waktu pengerukan dapat dilakukan setiap 307 hari sekali.

3. Penelitian oleh Alur zanni, Yunus Ashari, dan Dono Guntoro (2015)
Judul dari penelitian yang dilakukan adalah melakukan
pencegahan dan penanggulangan air yang masuk ke blok barat
terhadap pit blok timur pada area penambangan PT. Indoasia
cemerlang di desa Sungai Cuka, kecamatan kintap, kabupaten tanah
laut, provinsi Kalimantan selatan. Penelitian ini melakukan perenanaan
sediment pond dengan jumlah air yang masuk kedalam paritan sebesar
18.235,63 m3 maka hasil perencanaan panjang setiap kompartemen
5,89 m, lebar 29 meter dan tonggi tanggul sebesar 3,5 dengan persen
pengendapan sebesar 11,5. Untuk kegiatan pengerukan dilakukan
selama 9 hari.

4. Penelitian oleh Rahmadi Siahaan, Pocut Nurul Alam dan Febi Mutia
(2017)
Judul dari penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi
sistem penyaliran tambang dengan studi kasus di PT. Bara Energi
Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Dalam penenlitian ini dilakukan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

evaluasi kapasitas sump dengan menghitung debit limpasan dan air


tanah serta kapasitas pompa sehingga sump tidak meluap. Dari hasil
penelitian ini dihasilkan rekomendasi saluran penyaliran dan kapasitas
sump.
Rekomendasi dimensi saluran terbuka dengan ukuran
kemiringan dinding saluran terbuka 0,577 m, kedalaman saluran
terbuka 2,22 m, lebar dari dasar saluran terbuka 2,56 m, lebar
permukaan saluran terbuka 5,13 m dan luas penampang basah saluran
terbuka 8,53 m2 serta dimensi sump berukuran panjang 85 m, lebar 70
m dan kedalaman 3 m agar dapat menampung debit 17.556,5 m3/hari.

5. Penelitian oleh M. Sodiqin Utama Aji, Irvani, dan Ega Andini (2018)
Judul dari penelitian yang dilakukan adalah melakukan
rancangan teknis sistem penyaliran penambangan timah dengan studi
kasus di PT Menara Cipta Mulia, Kecamatan Kelapa Kampit,
Kabupaten Belitung Timur. Pada penelitan ini dilakukan perencanaan
sistem penyaliran dengan pembuatan sump di dalam bukaan tambang
serta dilakukan pemompaan untuk mengeluarkan air. Dari hasil
perhitungan tersebut maka dilakukan perencanaan kapasitas kolam
pengendapan. dari hasil tersebut didapatkan Dimensi settling pond
yang direncanakan berdasarkan pendekatan Hukum Stokes memiliki
kapasitas tampungan 661 m3 dan memiliki tiga kompartemen dengan
ukuran panjang 7 m, lebar 9 m, dan kedalamam 4 m.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

2.3. Kerangka Berfikir

`
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No 34 Tahun 2009 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih
Bauksit

Penurunan kualitas air tambang


yang disebabkan oleh aktivitas
penambangan bijih bauksit

Analisa keadaan
dilapangan

ada
Perencanaan desain
kolam pengendapan

tidak
- Curah hujan pada area penelitian
- Rancangan dimensi paritan
- Volume air yang masuk kedalam kolam
pengendapan
- Desain kolam pengendapan yang sesuai dengan
debit yang masuk kedalam kolam

Perencanaan yang sesuai


dengan undang - undang

Gambar 2.2 Diagram kerangka berfikir

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan atau 30 hari yaitu
dimulai dari minggu ke-1 pada tanggal 1 november sampai dengan minggu
ke 4 bulan November yaitu hingga tanggal 30 november tahun 2018.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

November
Jenis
No Lapangan
Kegiatan
1 2 3 4
Orientasi
1
Lapangan
Pengambilan
2
Data
Analisis
3
Data
Penyusunan
4
Laporan

3.1.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Izin Usaha Pertambangan Bauksit PT. ANTAM, Tbk. Unit
Bisnis Penambangan Bauskit Tayan berada disebelah timur kota
Pontianak yang mana secara administrasi terletak di Kecamatan Tayan
Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Untuk menuju
daerah tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana transportasi
darat dengan jarak tempuh 135 km dari bandara supaido dengan waktu
tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan melalui jalan trans Kalimantan.

29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30

Sumber : google maps


Gambar 3.1 Peta Kesampaian Daerah

3.1.2. Wilayah IUP PT. ANTAM


Secara administrasi IUP Unit Bisnis Penambangan Bauksit
(UBPB) PT. Antam Tayan berada di Kecamatan Toba, Tayan Hilir
dan Meliau, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat dengan
luas IUP sebesar 31.000 Ha yang mengelilingi wilayah hutan lindung.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31
Gambar 3.2 Peta IUP PT. ANTAM
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32

3.1.3. kondisi geologi


1. Struktur Geologi Regional
Wilayah IUP PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Bauksit Tayan terdapat pada Peta Geologi Regional lembar
Pontianak / Nangataman yang mana di dominasi oleh perbukitan.
Yang mana struktur geologi yang terbentuk berada pada bagian
timur blok lembar ini, sedangkan area Tayan berada pada bagian
tengah utara. Struktur yang terbentuk berupa fault yang
berorientasi NW-SE, N-S, NE-SW. Ketiga fault ini sangat
dipengaruhi oleh struktur besar yang membentang dari
Kalimantan Barat sampai Kalimantan Tengah yang berarah NW-
SE.
2. Genesa Bauksit
Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang
tersusun dari komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium
hidroksida seperti gibsit Al(OH)3, buhmit AlO(OH) dan diaspora
AlO(OH), serta terdapat mineral pengotor yang tidak larut seperti
kuarsa, hematit, magnetit, siderit, dan goethite dan terdapat
lempung sebagai pengotor lainnya (Gow dan Gian, 1993).
Batuan ini terbentuk umumnya pada iklim tropis atau sub
tropis dimana proses pembentukan bauxite terjadi ketika tanah
liat kemerahan atau yang biasa disebut tanah laterit terlarutkan
oleh silica dan material terlarut lainnya. Endapan bauksit terjadi
pada batuan dengan rentang usia mulai dari Prakambrium hingga
Holosen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33
Gambar 3.3 Peta Geologi Regional
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34

3.2 Metode Penelitian


Penelitian yang dilakukan di PT. Antam, Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Bauksit (UBPB) Tayan yang terletak di Kalimantan Barat menggunakan
metode Action research dimana penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
menemukan metode atau cara yang paling efektif untuk memecahkan suatu
masalah. Penelitian di lakukan pada area bukit 7 pada rencana penambangan
tahun 2019. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan berupa solusi
penanganan air limpasan tambang dengan mendesain kolam pengendapan.

3.3 Alur Penelitian

1. Studi Literatur
Mempelajari bahan-bahan yang terkait dalam penelitian penirisan dan
pemompaan baik berupa buku maupun berbagai referensi laporan
penelitian serta mempelajari berbagai referensi dari perpustakaan yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar teori pada penelitian ini.

2. Pengumpulan Data
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pengamatan
langsung di lapangan yaitu catchment area .
b. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan berdasarkan referensi yang
terdapat pada perusahaan seperti data curah hujan harian, data waktu
hujan, data temperatur harian, serta data rencana kemajuan produksi

3. Pengolahan Data
Tahap ini dikalukan setelah data lapangan yang terkumpul lengkap,
selanjutnya data diolah dan dianalisa menggunakan rumus matematis,
kemudian disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan perhitungan
penyelesaian.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

4. Analisa Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut, ialah
sebagai berikut :
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel
dan intensitas hujan dengan persamaan Mononobe.
b. Menghitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit
limpasan.
c. Menghitung dimensi drainage dengan menggunakan metode
mononobe dengan trial and error berdasarkan volume air yang
masuk per hari.
d. Menentukan dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit yang
masuk

5. Kesimpulan dan Rekomendasi


Mengambil kesimpulan dari hasil analisis data serta memberikan
rekomendasi kepada perusahaan berdasarkan hasil penelitian dan
merupakan arsip yang dimiliki perusahaan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Studi literatur

Pengamatan lapangan

Pengambilan data

Data Sekunder :
Data Primer :
1. Data Curah Hujan harian
1. Cachtment area 2. Data Rencana Produksi
3. Data topografi
4. Data kualitas air limpasan

Pengolahan Data
1. Menghitung curah hujan recana dengan
data curah hujan selama 10 tahun
2. Menghitung debit limpasan
3. Mendesain saluran
4. Mendesain dimensi kolam pengendapan

Analisis Data
1. Analisa menggunakan excel manual
2. Desain menggunakan SURPAC

Laporan Akhir, Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 3.4 Diagram Alur Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

3.4 Instrument Penelitian


3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini alat dan bahan yang dilakukan untuk
menunjang kegiatan penulisan laporan sebagai berikut:
1. Alat
- Laptop
- Software surpac 6.2.2
2. Bahan
- Peta topografi
- Peta rencana penambangan 2019
- Laporan curah hujan 10 tahun
- Laporan uji kualitas air tambang

3.4.2. Jenis Pengambilan Data


Data – data primer didapatkan berdasarkan hasil pengolahan data –
data penunjang. yang dilakukan Dalam penelitian ini pengambilan data
primer yaitu :
- Daerah tangkapan hujan

Data – data yang diperoleh untuk menunjang penelitian ini adalah


data sekunder berupa data hasil yang diambil dari beberapa satuan kerja
serta beberapa referensi dari arsip PT. Antam Tbk , jurnal, makalah serta
website resmi yang berkaitan dengan penelitian ini. Beberapa data yang di
pergunakan adalah:

- data curah hujan selama 10 tahun


- data topografi aktual
- data rencana penambangan
- kualitas air limpasan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

3.5 Teknik Pengambilan Data


3.5.1. Data Curah Hujan
Pengambilan data curah hujan harian dilakukan pengamatan di
stasiun pengamatan curah hujan di PT. ICA (Indonesia Chemical
Alumina). Pengamatan curah hujan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu
PT. ICA selaku anak perusahaan PT. ANTAM, Tbk. Data curah hujan
ini akan di berikan kepada satuan kerja Healt, Safety, & Enviroment
Setiap bulan.
.
3.5.2. Data Topografi Aktual
Pengambilan data topografi actual dilakukan dengan melakukan
survey yang dilakukan menggunakan drone untuk area yang luas.
Untuk katifitas kemajuan tambang pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan total station hal ini dilakukan untuk pemetaan
yang lebih detail. Untuk pengambilan data ini sendiri dilakukan oleh
satuan kerja survey

3.5.3. Data Rencana Penambangan


Data rencana penambangan didapatkan melalui satuan kerja
mine planning & development. Pengambilan data ini untuk
mengetahui lokasi penambangan yang akan dilakukan pada tahun
2019 sebagai penentuan lokasi perencenanaan kolam pengendapan

3.5.4. Data Kualitas Air Limpasan


Pengujian kualitas air limpasan ini dilakukan oleh pihak ketiga
yaitu Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri Laboratorium
Penguji Balai Riset Dan Standarisasi Industry Pontianak. Proses
pengambilan air limpasan tambang dilakukan pada inlet kolam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

pengendapan dan oulet kolam pengendapan yang hasilnya akan


dilakukan uji analisa laboratorium. Data hasil uji analisa laboratorium
ini akan diberikan kepada satuan kerja Healt, Safety, & Enviroment
setiap bulan.

3.5.5. Data Daerah Tangkapan Hujan


Pengambilan data daerah tangkapan hujan dilakukan dengan
menggunakan software surpac 6.6.2 dengan mengolah data topografi
serta data rencana penambangan tahun 2019. Pengambilan data ini
dilakukan dengan melihat perbedaan kontur, dimana penambangan
yang dilakukan berada pada kondisi perbukitan maka penentuan
daerah tangkapan hujan diambil dari puncak bukit dan akan dilihat
kemungkinan air yang masuk kedalam daerah penambangan lalu
ditentukan sehingga menjadi sebuah polygon tertutup.

3.6 Teknik Analisis Data


Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
1. Perhitungan Curah Hujan
Dalam pengolahan curah hujan penulis menggunakan data curah hujan
selama 10 tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2018 dari PT. ICA yang
dilaporkan kepada PT. Antam Tbk kepada satuan kerja HSE. Dari data
harian curah ini diambil nilai tertinggi yang terjadi pada tiap bulan selama
10 tahun dan diperhitungkan rencana curah hujan tiap bulannya.
perhitungan curah hujan dilakukan menggunakan rumus:

𝑋𝑡 = X + 𝑘 . 𝑆

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

2. Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Setelah dilakukan perhitungan curah hujan rencana maka dilakukan
perhitungan intensitas curah hujan dengan menghitung jam hujan rata – rata
dari data jam hujan selama 10 tahun. Perhitungan curah hujan rencana
dilakukan dengan mengunakan rumus mononobe

2⁄
𝑅24 3
𝐼= ( )
𝑡

3. Penentuan Daerah Tangkapan Hujan


Penentuan daerah tangkapan hujan ini dilakukan dengan menggunakan
software surpac 6.6.2 dangan data awal data topografi dan data perencanan
penambangan 2019 berdasarkan lokasi arah aliran air yang masuk kedalam
kolam pengendapan.

4. Debit limpasan
Dari hasil perhitungan nilai intensitas curah hujan serta penentuan
daerah tangkapan hujan pada area penambangan tahun 2019. Dari
perhitungan diatas maka didapatkan variabel untuk menghitung debit
limpasan. Selanjutnya dilakukan perhitungan debit limpasan berdasarkan
data-data tersebut.
Q = 0,278 x C x I x A

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

5. Dimensi saluran
Perhitungan dimensi saluran disesuaikan berdasarkan dari debit
limpasan yang akan masuk kedalam saluran dari masing masing daerah
tangkapan hujan. Dari hasil perhitungan diatas maka dilanjutkan untuk
perhitungan paritan dengan menggunakan rumus Robert Manning:
1 1 2
𝑄= . 𝐴 . 𝑆 ⁄2 . 𝑅 ⁄3
𝑛

6. Dimensi kolam pengendapan


Penentuan desain dan kapasitas kolam dilakukan berdasarkan dari
perhitungan debit limpasan. dari hasil debit puncak yang masuk kedalam
kolam maka dilakukan desain menggunakan software surpac 6.6.2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis
4.1.1. Curah Hujan Rencana
Untuk memperhitungan curah hujan rencana yang akan terjadi di
area penambangan PT. Antam Unit Bisnis Penambangan Bauksit
maka dilakukan analisa curah hujan dalam kurun waktu 10 tahun.
Berikut perhitungan curah hujan rencanan tahun 2019.

Tabel. 4.1 Perhitungan Rencana Curah Hujan


jumlah data (n) 10
curah hujan (Yn-
tahun (mm/hari) (xi-xbar)² m P Yn Ynbar Ynbar)²
2009 96 734,41 2 0,1818 -0,533 0,50 1,05807
2010 163 1592,01 10 0,9091 2,351 0,50 3,44255
2011 143 396,01 8 0,7273 1,144 0,50 0,42129
2012 110 171,61 3 0,2727 -0,262 0,50 0,57308
2013 123 0,01 6 0,5455 0,501 0,50 0,00003
2014 155 1017,61 9 0,8182 1,606 0,50 1,23406
2015 82 1689,21 1 0,0909 -0,875 0,50 1,87635
2016 112 123,21 4 0,3636 -0,012 0,50 0,25679
2017 127 15,21 7 0,6364 0,794 0,50 0,08934
2018 120 9,61 5 0,4545 0,238 0,50 0,06632
total 1231 5748,9 4,952 9,01788
rata-rata 123.1

Standar Deviasi variat gumbel (Sn) : 0.95


Standar Deviasi (S) : 25.27
Reduced Mean (Yn) : 0.50

42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43

Periode Ulang (Tahun) 2


Reduced Variate (Yt) 0.37
Reduced Variate Factor (k) -0.14
Curah Hujan Rencana (Xt) 119,67

Keterangan:
m = 1 sampai dengan 10 (peringkat curah
hujan yang terbesar)
𝑚
p = (Σn + 1)

1
Yn = −𝑙𝑛 (𝑙𝑛 (𝑝))

ΣYn
Ynbar (reduce mean rata -rata) = Σn
4,952
= 10

= 0,50
(Yn – Ynbar)2 = (𝑌𝑛 − 0,5)2
= ((−0,533) − 0,5)2
= 1.05807

Σ(Yn – Ynbar)
Standar deviasi variat gumbel (Sn) =√ Σn

9,01
= √ 10

= 0,95
Standar deviasi (S) = (Σ(xi-xbar)² / (Σn – 1))0,5
5748,9
=√ 9

= 25,27
𝑇−1
Yt ( redused variate) = −𝑙𝑛 (−𝑙𝑛 ( ))
𝑇

2−1
= −𝑙𝑛 (−𝑙𝑛 ( ))
2

= 0,37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

𝑌𝑡−𝑌𝑛
Faktor frekuensi (k) =
𝑆𝑛

(0,37−0,50)
=
0.9496

= - 0,14

Curah hujan rencana = Xt + (𝑘 𝑆)


= 123,1 + (- 0,14 x 25,27)
= 119,67 mm/hari

4.1.2. Intensitas Hujan


Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan rencana maka dapat
dilakukan perhitungan intensitas curah hujan. Untuk menghitung
intensitas curah hujan maka di butuhkan hasil perhitungan curah hujan
rencana dan data jam hujan perhari yang nantinya data jam hujan
selama 10 tahun akan di rata rata sehingga didapat jam hujan rata –
rata harian. Perhitungan jam hujan terdapat pada lampiran B. Berikut
perhitungan intensitas curah hujan:

Tabel 4.2. Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Periode Ulang Hujan 2 TAHUN
Hujan Rencana 119,67 mm/hari
Jam Hujan Harian Rata - Rata 2,6363 jam/hari
Intensitas Curah Hujan 21,74 mm/jam

Curah hujan rencana (Xt) = 119,67


Jam hujan/hari bulan januari = 2,6363
2⁄
𝑅24 24 3
Intensitas curah hujan (I) = (𝑡)
24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

2⁄
119,49 24 3
= (2.6363)
24

= 21,74 mm/jam

Setelah melakukan perhitungan intensitas curah hujan maka


dilakukan penentuan daerah tangkapan hujan sebagai tahapan lanjutan
untuk menghitung debit limpasan.

4.1.3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)


Daerah tangkapan hujan ini ditentukan berdasarkan perbedaan
elevasi yang akan mengindikasikan arah kemana air akan mengalir.
Sehingga dengan menggunakan dasar ini dapat ditentukan daerah
tangkapan hujan berdasarkan perbedaan elevasi. Untuk perubahan
deaerah tangkapan hujan dapat dilihat pada lampiran E. Berikut tabel
luas daerah tangkapan hujan pada penambangan 2019:

Tabel 4.3 Luas Daerah Tangkapan Hujan Bukit 7 Tahun 2019

No Daerah Tangkapan Hujan


1 Januari 0,415 km2

2 Februari 0,477 km2

3 Maret 0,563 km2

4 April 0,563 km2

5 Mei 0,588 km2

6 Juni 0,588 km2

7 Juli 0,588 km2


Sumber: hasil data lapangan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

4.1.4. Debit Air Limpasan


Setelah melakukan perhitungan intensitas curah hujan, serta
penentuan daerah tangkapan hujan selanjutnya dilakukan perhitungan
debit limpasan. perhitungan debit ini disesuaikan dengan luas bukaan
rencana area penambangan 2019. perhitungan debit limpasan akan
berubah – ubah untuk setiap bulannya sesuai dengan kemajuan
aktivitas penambangan. Detail perhitungan terdapat pada lampiran C.
Berikut hasil perhitungan debit limpasan menggunakan rumus (2.4):

Table 4.3 Debit Limpasan Bukit 7 Tahun 2019

NO Bulan Debit Limpasan


1 Januari 21.434,656 m3/hari
2 Februari 24.601,895 m3/hari
3 Maret 29.064,221 m3/hari
4 April 29.064,221 m3/hari
5 Mei 30.357,469 m3/hari
6 Juni 30.357,469 m3/hari
7 Juli 30.357,469 m3/hari
Sumber: hasil perhitungan

Setelah dilakukan perhitungan debit limpasan maka dapat


dilakukan penentian dimensi paritan yang sesuai dengan debit
limpasan yang masuk.

4.1.5. Dimensi Paritan


Dimensi paritan harus disesuaikan dengan debit limpasan yang
akan masuk ke area penambangan sehingga paritan yang dibuat akan
cukup untuk menampung debit limpasan air tambang. Berdasarkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

hasil perhitungan debit setiap daerah tangkapan hujan didapatkan debit


limpasan maksimum untuk bukit 7 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Debit Limpasan Yang Masuk Kedalam Paritan

debit bukit 7
PARAMETER
DTH 7
RUNOFF COEFISIEN 0,9
CATHMENT AREA 0,588
INTENSITAS HUJAN 21,74

𝑄 = 0, 7 𝐶 𝐼 𝐴

𝑄 = 0, 7 × 0,9 × 1,7 × 0,5

𝑄 = 3, 0 𝑚3 𝑠

Dari hasi ini dilakukan perhitungan dimensi paritan yang sesuai


dengan debit limpasan yang masuk. Berikut visualisasi dan hasil
perhitungan dimensi paritan:

Gambar 4.1. Visualisasi Paritan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Tabel 4.5 Perhitungan Dimensi Paritan Bukit 7


Penampang Saluran trapesium
Pit Saluran
Parameter Dimensi

kemiringan penampang 60 derajat


Z 0,58 m
d 1,2 m
D 1,4 m
e 0,69 m
R 0,6 m

daerah b 1 m
tangkapan
bukit 7 A 2,03 m²
hujan
2019
bukit 7 x 2,39 m
2019
grade 1,00
manning coeficient 0,4
velocity 0,15 m/s
debit limpasan 3,20 m³/s
debit tampungan saluran 3,61 m³/s
panjang paritan 4098,90 m
volume paritan 8326,44 m³

Setelah melakukan perhitungan dimensi paritan maka perlu


dilakukan perhitungan dimensi pipa untuk kolam pengendapan yang
berfungsi untuk menyalirkan air dari kompartement ke kompartement
lainnya.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

4.1.6. Saluran Pipa


Perhitungan dimensi pipa dilakukan untuk penentuan kapasitas
pipa yang mampu menampung debit yang masuk. Berikut perhitungan
dimensi saluran pipa:

Tabel 4.6 Perhitungan Saluran Kompartement Bukit 7

Penampang Saluran pipa pvc


Saluran
Parameter Dimensi

D 0,6 m
R 0,3 m
Phi 3,14 m
A 0,28 m
kompartement manning koef 0,012 m
bukit 7 Grade 0,1
debit masuk 3,20 m³/s
kecepatan debit masuk 0,15 m/s
debit tampungan 3,34 m³/s
kecepatan paritan 11,80954 m/s

Dari hasil perhitungan diatas berikut maka dilakukan penentuan


peletakan pipa pada pada tanggul kolam pengendapan. berikut visualisasi
pipa pada kolam pengendapan:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Gambar 4.2. Visualisasi Pipa

Gambar 4.3 Penampang Horizontal Pipa Pada Kolam Pengendapan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

Gambar 4.4 Penampang Vertikal Pipa Pada Kolam Pengendapan

4.1.7. Kolam Pengendapan


Berdasarkan hasil perencanaan maka didapatkan dimensi kolam
dengan luas yang dibutuhkan untuk pembuatan kolam pengendapan
sebesar 16.153,818 m2 dengan total volume yang dapat tertampung
sebesar 50.067 m3 dengan tinggi tanggul setinggi 4 meter dari elevasi
5 m ke elevasi 9 m.
Desain kolam memiliki 6 buah kompartement untuk
menghambat laju air untuk memaksimalkan pengendapan serta untuk
kegiatan pemeliharaan kolam pengendapan. Dari hasil pembagian
kompartement maka dilakukan perhitungan volume untuk setiap
kompartement. Berikut total volume untuk setiap kompartement:

Tabel 4.7 Kapasitas Kompartement Kolam

luas
kedalaman volume
kolam kompartement
(m) (m³)
(m²)
1 4 1.621,53 5.584
2 4 3.317,45 11.970
3 4 1.966,04 6.946
4 4 2.337,22 8.373
5 4 2.352,66 8.424
6 4 2.445,82 8.770
Total 14.040,73 50.067

Berikut visualisasi kolam pengendapan hasil perencanaan


menggunakan software surpac 6.6.2.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Gambar 4.5. Kolam Pengendapan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Gambar 4.6. Visualisasi Tanggul Kolam

4.1.8. TSS pada Kolam Pengendapan


Pada perencanaan kolam dilakukan perhitungan total suspended
solid (TSS) yang dilakukan untuk mengetahui berapa banyak material
yang akan diendapkan. Perhitungan ini dilakukan dengan data kualitas
air limpasan dari bulan januari 2018 hingga oktober. Berikut
perhitungan jumlah TSS rencana:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

Tabel 4.8 Jumlah TSS Pada Inlet Kolam Pengendapan

NO BULAN TSS
1 JANUARI 2.040 mg/L
2 FEBRUARI 1.195 mg/L
3 MARET 1.660 mg/L
4 APRIL 2.725 mg/L
5 MEI 910 mg/L
6 JUNI 12.525 mg/L
7 JULI 4.870 mg/L
8 AGUSTUS 9.700 mg/L
9 SEPTEMBER 11.320 mg/L
10 OKTOBER 49.825 mg/L
JUMLAH 96.770 mg/L
RATA - RATA 9.677 mg/L
Sumber : hasil uji lab baristand industri pontianak

Padatan = debit air x % solid

Padatan = 30.357,469 m3 x 0,968

Padatan = 293.77 m3

4.1.9. Laju Pengendapan


Laju pengendapan dihitung dengan menggunakan hukum stokes
dengan mempertimbangkan jenis material yang di endapkan dalam hal
ini berupa lempung. Dari hasil perhitungan yang terdapat pada
lampiran K didapatkan laju pengendapan sebesar 0,0019963 m/s. Dari
hasil perhitungan kecepatan pengendapan maka dilakukan perhitungan
waktu yang dibutuhkan untuk material mengendap. Dari hasil
perhitungan di butuhkan waktu untuk material mengendap sebesar
33,4 menit.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

4.1.10. Laju Aliran Air


Laju aliran air dihitung untuk mengetahui watu yang dibutuhkan
secara horizontal dari inlet hingga ke outlet. Perhitungan terdapat pada
lampiran L. Dari hasil perhitungan kecepatan dan waktu tempuh air
dari tiap kompartement didapatkan hasil seabagi berikut:

Tabel 4.9 Waktu Laju Aliran Air

kecepatan waktu waktu


kolam
(m/s) (detik) (menit)

1 0,038 905,33 15,09


2 0,025 3.776,21 62,94
3 0,046 1.562,91 26,05
4 0,033 2.025,15 33,75
5 0,032 1.066,58 17,78
6 0,028 2.600,61 43,34
Total 198,95

berdasarkan hasil perhitunga maka waktu yang dibutuhkan air


untuk keluar ke outlet selama 198,95 menit.

4.1.11. Waktu Pemeliharaan Kolam


Berdasarkan perhitungan padatan yang akan masuk kedalam
kolam pengendapan. Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat
diperkirakan berapa waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan
kolam. berikut perhitungan waktu pemeliharaan kolam:

Kapasitas pengendapan kolam = 17.364 m3


Total padatan yang masuk perhari = 296,79 m3
Kemampuan kolam = 17.364 m3 / 296,79 m3
= 59,11 hari = 59 hari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

4.2. Pembahasan
4.2.1. Kondisi Penambangan
Operasi penambangan bauksit yang dilakukan PT.Antam Unit
Bisnis Penambangan Bauksit saat ini berada pada bukit 7B Untuk
kondisi penambangan itu sendiri berada pada daerah perbukitan
sehingga dalam perencanaan kolam pengendapan akan dilakukan di
elevasi terendah dari daerah penambangan dengan memanfaatkan
gravitasi sebagai media penggerak air.

4.2.2. Rencana Penambangan


Rencana penambangan untuk tahun 2019 akan bergerak menuju
bukit 7A dimana pada tahun 2018 dilakuan penambangan pada bukit
7B. rencana penambangan yang dilakukan pada bukit 7A akan dimulai
pada bulan januari hingga bulan juli 2019. Area baru yang akan
terbuka pada bukit 7A sebesar 0,249 km2. Berikut gambar
perencanaan bukaan tambang pada bukit 7A:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.7. Peta Rencana Penambangan Bukit 7 Tahun 2019

57
58

4.2.3. Curah Hujan Rencana


Dari data curah hujan selama 10 tahun akan dicari curah hujan
maksimal yang terjadi setiap tahunnya yang akan dilakukan sebagai
data awal untuk melakukan perencanaan curah hujan tahun 2019.
Perhitungan rencana curah hujan ini dilakukan dengan menggunakan
metode analisa gumbel dengan periode ulang hujan selama 2 tahun.
Dari hasil perhitungan (tabel 4.1) berdasarkan data curah hujan selama
10 tahun maka didapat rencana curah hujan pada tahun 2019 sebesar
119,67 mm/hari.

4.2.4. Intensitas Curah Hujan

Perhitungan besarnya intensitas hujan di area penambangan


PT.Antam Unit Bisnis Penambangan Bauksit dilakukan dengan
menggunakan persamaan mononobe. Dari hasil perhitungan
didapatkan jam hujan harian rata – rata sebesar 2,64 jam per hari. hasil
perhitungan intensitas curah hujan (tabel 4.2) dengan curah hujan pada
periode ulang hujan 2 tahun maka didapatkan besar intenstas curah
hujan adalah 21,74 mm/jam.

4.2.5. Daerah Tangkapan Hujan (cathment area)


Penambangan yang dilakukan di PT.Antam Unit Bisnis
Penambnagan Bauksit merupakan sistem penambangan open cast
maka keiatan penambangannya akan mengikuti bentu perbukitan serta
penambangan yang diakukan relative dangkal sekitar 5 – 8 meter
sehingga kegiatan penambangan yang dilakukan tidak terlalu merubah
kontur yang signifikan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Semakin maju aktivitas penambangan yang akan terjadi


perubahan arah aliran air limpasan tambang dimana air akan
mengikuti level elevasi dari elevasi tinggi menuju elevasi rendah. Oleh
karena itu setiap kemajuan aktivitas penambangan akan terjadi
perubahan daerah tangkapan hujan. Perubahan daerah tangkapan hujan
dapat dilihat pada lampiran E.
Daerah tangkapan hujan mencangkup daerah penambangan
bulan desember tahun 2018. Hal ini dikarnakan air yang jatuh pada
area tersebut akan dialirkan pada kolam pengendapan yang sama. Dari
hasil hasil analisis yang dilakukan maka dipilih area bukaan terbesar
sebagai daerah tangkapan hujan akhir yaitu sebesar 0,588 km2
Daerah tangkapan hujan pada bulan maret dan april tidak terjadi
perubahan. Hal tersebut dikarnakan aktivitas penambangan yang
dilakukan terdapat pada daerah tangkapan hujan bulan maret.
Sehingga aktivitas penambangan tersebut tidak merubah arah aliran air
yang direncanakan akan masuk kedalam kolam pengendapan begitu
juga untuk bulan Mei, Juni, dan Juli ketiga bulan ini memiliki daerah
tangkapan hujan yang sama.

4.2.6. Debit Limpasan


Debit limpasan pada area penambangan dari hasil perhitungan
curah hujan rencana, intensitas curah hujan, dan penentuan dari luas
catchment pada bukit 7, maka dapat dilakukan perhitungan debit air
limpasan yang ada pada area penambangan bukit 7. Debit limpasan ini
di ambil berdasarkan debit limpasan yang terbesar. Dari hasil
perhitungan (table 4.4) didapatkan debit limpasan maksimum yang
akan terjadi sebesar 30.357,469 m3.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

4.2.7. Air Tanah


Air tanah pada daerah penelitian diabaikan dikarnakan air tanah
tidak ditemukan di seluruh area PT.Antam Tbk. hal ini dibuktikan
dengan kegiatan ekplorasi yang dilakukan dengan menggunakan test
pit (sumur uji). Ekplorasi dengan metode test pit dilakukan karena
kondisi endapan mineral yang dangkal. Dari hasil ekplorasi detail yang
dilakukan pembuatan test pit untuk setiap 25 m tidak ditemukannya air
tanah. Dalam hal ini dikatakan bahwa area yang ditambang tidak
memotong lapisan muka air tanah sehingga menjadi dasar bahwa air
tanah diabaikan. Untuk hasil test pit terdapat pada lampiran O.

4.2.8. Dimensi Paritan


Dalam perencanaan pembuatan paritan perlu dilakukan
pertimbangan penentuan bentuk paritan. Penentuan bentuk paritan ini
didasari dari kemudahan pembuatan paritan, relatif aman jika
dijadikan sebagai paritan serta kemudahan pembuatan paritan sesuai
dengan keadaan lapangan, dalam hal ini posisi alat gali akan
menentukan bagaimana bentuk paritan yang akan direncanakan, dalam
hal ini penentuan dimensi paritan berbentuk trapesium.
Perhitungan debit limpasan dibutuhkan untuk penentuan dimensi
paritan. Dari hasil perhitungan debit limpasan maka dilakukan
perhitungan luas dimensi kolam dari debit limpasan yang akan masuk
kedalam paritan. Hasil dari perhitungan dimensi paritan yang
dilakuakan memiliki luas dimensi sebesar 2,03 m2 dengan panjang
paritan sebesar 4.098,90 m.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Hasil perhitungan tersebut didapatkan debit maksimum yang


akan masuk kedalam paritan dimana debit tersebut sebagai acuan
untuk desain paritan. Debit tersebut menjadi batas minimum
tampungan debit paritan dimana Qmasuk ≤ Qoutput hal ini dimaksudkan
agar dimensi paritas sesuai dengan kapasitas debit sehingga air tidak
akan meluap. Dari hasil perhitungan tersebut maka debit maksimal
yang akan masuk kedalam paritan sebesar 3,20 m3/s.
Hasil perhitungan dengan luas dimensi sebesar 2,03 m3 dapat
dikatakan bahwa desain paritan tersebut mampu menampung debit
limpasan yang akan masuk kedalam paritan karena kapasitas paritan
melebihi debit limpasan dimana debit limpasan sebesar 3,20 m3/s dan
kapasitas paritan sebesar 3,61 m3/s. Serta hasil perhitungan kecepatan
diatas maka dapat diasumsikan bahwa akan terjadi pengendapan
material padatan pada paritan. Lokasi paritan diletakan pada sekitar
area bukaan dimana parit mengelilingi area penambangan sehingga air
tidak akan keluar ke lingkungan bebas.

Air akan mengalir menuju ke sekeliling area penambangan


mengikuti kontur perbukitan dikarnakan posisi penambangan berada
di perbukitan dan aktivitas penambangan yang dilakukan cenderung
dangkal. Desain paritan ini akan berujung pada kolam pengendapan
dimana paritan akan dibuat disekeliling area penambangan. berikut
gambar untuk menggambarkan lokasi paritan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

Gambar 4.8 Lokasi Paritan

Garis yang berwarna merah merupakan paritan yang


mengelilingi area penambangan. Untuk area yang berwarna pink
merupakan area bukaan pada bulan desember tahun 2019. Dan area
yang berwarna biru merupakan virgin area atau blm tersentuh oleh
aktivitas penambangan. Untuk area yang berwarna hijau sudah
dilakukan proses reklamasi dan revegetasi.

Setelah melakukan perhitungan rencana curah hujan 2019,


menentukan daerah tangkapan hujan, menghitung debit limpasan serta
menghitung dimensi paritan, maka dapat dilakukan desain kolam
pengendapan dengan mempertimbangkan topografi terendah dimana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

air akan mengalir, debit limpasan yang akan masuk kedalam kolam
pengendapan sehingga dapat disesuaikan kapasitas kolam yang cukup
untuk menampung air yang masuk, serta kualitas air sebagai
pertimbangan untuk dilakukannya water treatment lebih lanjut.

4.2.9. Saluran Pipa


Untuk menyalurkan air dari kompartement ke kompartement
yang lainnya digunakan pipa polyvinyl chloride (PVC) yang ditanam
di antara kompartement untuk mengalirkan air. Untuk mendapatkan
dimensi yang sesuai maka dilakukan perhitungan dimensi pipa, dari
hasil perhitungan didapatkan diameter pipa berukuran 24 inci atau
sebesar 0,61 m dengan debit air yang akan masuk kedalam pipa
sebesar 3,20 m3/s. Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan
kemampuan paralon untuk mengalirkan air sebesar 3,34 m3/s dengan
luas pipa sebesar 0,28 m. dari hasil perhitungan tersebut dapat
dikatakan bahwa paralon dapan mengalirkan air sesuai dengan kaidah
Qmasuk < Qkeluar.

Peletakan posisi pipa dibuat zig – zag sehingga air yang masuk
tidak langsung keluar dimana air akan tertahan terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan agar memaksimalkan aktivitas pengendapan. pada kolam
bukit 7 digunakan 6 buah pipa untuk mengalirkan air dari
kompartement 1 ke kompartement lainnya. Pemilihan saluran berupa
pipa dikarnaka tanggul yang akan digunakan untuk membendung air
merupakan material Over Burden yang berupa lempung, sehingga jika
dibuat parita berupa open chanel akan terjadi penggerusan pada
dinding paritan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

Peletakan pipa dilakukan pada elevasi 6.5 m yaitu 1.5 meter dari
dasar permukaan tanggul dengan alasan pada ketinggian 1.5 meter dari
permukan kolam digunakan sebagai tempat pengendapan material dan
pada elevasi 6,5 hingga elevasi 9 merupakan tempat untuk
menampung debit limpsan. Dengan perencanaan peletakan pipa pada
elevasi 6,5 jika kapasitas pengendapan sudah penuh maka kolam
pengendapan masih dapat menampung debit limpsana yang akan
masuk. Sehingga air tidak langsung meluap disaat area pengendapan
penuh dengan material yang terendapkan. Air pada kolam
pengendapan yang dapat dikeluarkan hanya dari elevasi 6,5 meter ke 9
meter. Berikut lokasi pipa pada kolam pngendapan:

Tabel 4.10 Koordinat Pipa Kolam Pengendapan


pipa y x z
1 9992469.181 406508.756 6.500
2 9992469.181 406474.413 6.500
3 9992554.210 406398.118 6.500
4 9992520.452 406463.957 6.500
5 9992487.233 406463.352 6.500
6 9992472.272 406387.206 6.500

Dari hasil desain tersebut maka volume air yang dapat


dikeluarkan sebesar 32.703 m3 dan kapasitas material yang tertinggal
pada kolam pengendapan sebesar 17.364 m3.

4.2.10. Kolam Pengendapan

Dalam perencanaan pembuatan kolam pengendapan, penentuan


kapasitas kolam pengendapan ini berdasarkan dari debit limpasan pada
area penambangan dimana kolam pengendapan harus memiliki
kapasitas lebih besar dibandingkan dengan debit limpasan yang akan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

masuk ke kolam sehingga kolam dapat menampung air sesuai dengan


kapasitas debitnya.

Berdasarkan hasil perhitungan debit limpasan, maka dapat


diketahui kebutuhan minimum untuk kolam pengendapan. Dari hasil
perhitungan tersebut didapat debit maksimal yaitu pada bukit 7 sebesar
30.357,469 m3/hari. Untuk desain dan perhitungan volume kolam
dilakukan dengan menggunakan software surpac 6.2.2 dari hasil desain
tersebut didapatkan lokasi, perubahan kondisi kolam

Hasil perencanaan pembuatan kolam pengendapan dilakukan


dengan membendung atau dengan cara menimbun area terbuka
sehingga akan membentuk sebuah kolam dengan memanfaatkan
perbedaan elevasi pada area sekitar kolam pengendapan. hal ini
dilakukan mengingat aktivitas penambangan yang dilakukan PT.
Antam Tbk, berada pada daerah perbukitan. Oleh karena itu dilakukan
pembendungan pada area terbuka sehingga memanfaatkan gaya
grafitasi untuk mengalirkan air menuju kolam pengendapan.

Perencananaan kolam bukit 7 dilakukan penimbunan dengan


membuat tanggul setinggi 4 meter pada elevasi 5 meter ke 9 meter
dengan lebar tanggul sebesar 4,5 meter dengan luas kolam sebesar
16.153,818 m2. Dengan jumlah kompartemen sebanyak 6 buah.
Penentunan jumlah kompartement disesuaikan dengan kemampuan
alat gali sertta Penentuan lebar tanggul disesuaikan dengan alat gali
yang akan bekerja untuk melakukan kegiatan pemeliharaan kolam.
Dimana alat yang digunakan untuk melakukan peremajaan kolam
adalah long arm excavator ZX 210 LC. Untuk spesifikasi alat gali
dapat dilihat pada lampiran N

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

4.2.11. Output Kolam


Proses output air kolam pengendapan dilakukan berdasarkan
perhitungan waktu pengendapan serta waktu air sampai ke output
kolam pengendapan. dari hasil perhitungan didapatkan waktu
pengendapan sebesar 33,4 menit. Sedangkan waktu air sampai ke
output kolam sebesar 224,65 menit. Dari hasil perhitugan tersebut
idealnya th > tv. Dari hasil perhitungan didapatkan th > tv.
Berdasarkan perhitungan tersebut maka proses pengendapan pada
kolam pengendapan dapat berlangsung seiring dengan masuknya air
kedalam kolam pengendapan.

4.2.12. Waktu Pemeliharaan Kolam


Pada proses pengendapan dilakukan perhitungan berapa banyak
material padatan yang terdapat pada air dan kesanggupan kolam untuk
menampung material tersebut setra berapa rentang waktu yang
dibutuhkan untuk dilakukan pengerukan material padaan tersebut.
perkiraan air material padatan yang masuk kedalam kolam
berdasarkan data lingkungan pada inlet kolam tambang pada bulan
januari 2018 hingga bulan oktober 2018. Pada laporan tersebut
terdapat jumlah tts sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui berapa
hari perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan kolam pengendapan.
perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan kapasitas
kolam pengendapan yang akan terendapkan dengan jumlah padatan
yang akan masuk kedalam kolam pengendapan. Berdasarkan dari
perhitungan maka perlu dilakukan kegatan pemeliharaan kolam
pengendapan setiap 59.11 hari atau sekitar 59 hari.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

4.2.13. Kualitas Air Limpasan Tambang


pengujian air limpasan tambang dilakukan untuk mengetahui
kandungan logam berat, perubahan PH serta mengetahui total
suspended solid. berdasarkan dari hasil uji lab air limpasan tambang
yang dilakukan PT. Antam Tbk pada kolam pengendapan, dari hasil
tersebut dapat di tentukan apakah perlu dilakukan treatment terlebih
dahulu sebelum dialirkan ke lingkungan bebas atau hanya dilakukan
pegendapan.
Hasil pengujian ini dilakukan oleh pihak ketiga PT. Antam Tbk,
yaitu badan penelitian pengembangan industry laboratorium penguji
balai riset dan standarisasi industri Pontianak. Pengujian ini dilakukan
setiap 1 bulan sekali sebagai standarisasi dari pengendapan yang
dilakukan.
Dari hasil laporan analisi air limpasan tambang dapat dilihat
pada lampiran F maka dapat disimpulkan bahwa kadungan tembaga
(Cu), nikel (Ni), mangan (Mn), dan timbal (Pb) masih dibawah
ambang batas baku mutu air limbah. Namun, pada kualitas PH,
kandungan besi (Fe), dan total suspended solid (TSS) perlu dilakukan
treatment lebih lanjut karena nilai dari hasil uji laboratorium melebihi
ambang batas baku mutu air limbah.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Curah hujan dengan periode ulang hujan selama 2 tahun pada bukit 7 yaitu
sebesar adalah 119,49 mm/jam dengan intensitas hujan sebesar 21,74 mm/jam.
2. Hasil perhitungan debit air limpasan pada daerah tangkapan hujan pada bukit
7 yang akan masuk kedalam kolam pengendapan pada bulan januari sebesar
21.434,656 m3/hari, Februari sebesar 24.601,895 m3/hari, Maret dan April
sebesar 29.064,221 m3/hari, Mei, Juni, dan Juli sebesar 30.357,469
3. Dimensi paritan yang sesuai dengan debit limpasan yang akan masuk
berdasarkan perhitungan didapat luas paritan untuk bukit 7 sebesar 2,03 m2
dengan volume paritan sebesar 8.326,44 m3.
4. Dimensi kolam pengendapan untuk bukit 7 dari hasil kalkulasi didapat
volume kolam sebesar 50.067 m3.

5.2. Saran
1. Membuat paritan di sekeliling tambang untuk menyalirkan air dan mencegah
air keluar ke lingkungan bebas.
2. Lakukan treatment terhadap PH, TSS, dan kandungan besi.
3. Dilakukan pengecekan kadar air secara berkala sebelum dibuang
kelingkungan bebas guna meminimalisir kerusakan lingkungan.
4. Membuat 6 buah kompartemen untuk memaksimalkan pengendapan serta
memudahkan untuk pemeliharaan kolam pengendapan.
5. Melakukan pemantauan & peremajaan kolam setiap 59 hari sekali

68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Daftar Pustaka

Alzur Zanni, Yunus Ashari, dan Dono Guntoro. 2015. melakukan pencegahan
dan penanggulangan air yang masuk ke blok barat terhadap pit blok timur
pada area penambangan PT. Indoasia cemerlang di desa Sungai Cuka,
kecamatan kintap, kabupaten tanah laut, provinsi Kalimantan selatan.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset,.
Chow, V.T., Maidment, D.R., Mays, L.W. 1988. Applied Hydrology. New
York: McGraw- Hill
Cathment area, 2008, http://www.floodsite.net/juniorfloodsite/html/en/student
/thingstoknow/ hydrology/catchmentarea.html, 13 Maret 2019.
E. M. Wilson, 1993. Hidrologi teknik. Bandung: ITB Bandung,.
Harry Christanto dan Syahirul Alim, Pemilihan Kolam Pengendap Di Daerah
Tambang, perhapi, PT. Kaltim Prima Coal
Kemen LH no 34 tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi usaha
dan/atau kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit
Kriteria desain, 2016 http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wpcontent/uploads
/2016/10/Kriteria_Desain-2.pdf, 13 Maret 2019
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Linsley, R. K. et al, 1975, "Hydrology for Engineers, U.S.A: McGraw Hill.
Muhammad Endriantho, Muhammad Ramli, 2013, Perencanaan Sistem
Penyaliran Tambang Terbuka Batubara.
Mcarthur rive rmine. 2017. http://www.mcarthurrivermine.com
.au/en/sustainability/environment/Pages/overburden.aspx, Maret 13 2019
M. Sodiqin Utama Aji, Irvani, dan Ega Andini, 2018, rancangan teknis sistem
penyaliran penambangan timah dengan studi kasus di PT Menara Cipta Mulia,
Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37
TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN.

69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70

Rahmadi Siahaan, Pocut Nurul Alam dan Febi Mutia, 2017, Evaluasi Teknis
Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten
Nagan Raya, Aceh
Sayoga, Rudy, 1994 Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang, Bandung:
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral ITB, Pengantar
Penyaliran Tambang”
Syarifuddin, Sri Widodo, dan Arif Nurwaskito. 2017 Jurnal Geomine, Vol. 5,
No. 2: Agustus 2017 84 KAJIAN SISTEM PENYALIRAN PADA
TAMBANG TERBUKA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
Suswanto, Rendhie. 2017, Kajian Teknis Dan Lingkungan sediment pond PT.
Antam (Persero), Tbk Unit Bisnis Pertambangan Bauksit (UBPB) Tayan
Kalimantan Barat, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang
samindo recources, 2018 http://samindoresources.com/business /overburden-
removal, 13 Maret 2019
Umar Achmad Baradja., Yunus Ashari., dan Yuliadi. 2016 Simulasi
Penyaliran Tambang Melalui OptimasiElevasi Muka AirKolamUntuk
Menjaga FrontKerja Penambangan(Studi Kasus : Penambangan Batubara Pit1
Wara, PT Adaro Indonesia, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong,
Provinsi Kalimantan Selatan)
Wolley, Leslie. 2009. Sanitation Details. U.S.A: International Thomson
Publishing
James, William, 1996, Modeling the Management of Strom Impact. U.S.A:
CRC Press.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


LAMPIRAN
Lampiran A
Data Curah Hujan
Data curah hujan ini hasil dari pemantauan yang didapat dari HSE department PT. ANTAM, Tbk. Unit Bisnis
Penambangan Bauksit. Data curah hujan yang digunakan selama 10 tahun yakni dari tahun 2009 hingga tahun 2018.

curah hujan
BULAN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
JANUARI 63 80 40 30 123 39 82 62 48 117
FEBRUARI 47 73 14.5 110 100 95 62 110 119 90
MARET 31 54 82 32 32 125 53 90 54 80
APRIL 86 163 85 35 27 68 33 33 115 75
MEI 87 48 86 97 86 155 73 75 57 95
JUNI 52.5 48 71 78 45 126 76 49 51 120
JULI 52.5 55 56.5 55 43 72 55 59 73 27
AGUSTUS 25 35 43 20 46 72 13 28 84 40
SEPTEMBER 58 51 76 90 42 23 6 81 95 70
OKTOBER 96 35 80 81 59 45 66 46 78 52
NOVEMBER 94 61 143 41 106 97 68 112 127 -
DESEMBER 63 96 119 91 42 68 68 39 85 -
TOTAL 755 799 896 760 751 985 655 784 986 766
MAX 96 163 143 110 123 155 82 112 127 120

72
Data jam hujan selama 10 tahun dari hasil pemantauan lamanya waktu hujan yang terjadi pada area tambang PT.
ANTAM,Tbk Unit Bisnis Penambangan Bauksit.

HARI HUJAN
BULAN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TOTAL MAX
JANUARI 19 19 14 18 13 14 22 20 16 11 166 22
FEBRUARI 12 12 11 18 19 7 13 23 10 11 136 23
MARET 17 17 14 23 10 13 11 20 13 17 155 23
APRIL 17 11 15 19 17 13 16 17 16 6 147 19
MEI 11 18 14 8 19 17 15 15 18 8 143 19
JUNI 10 14 11 4 8 11 12 11 11 8 100 14
JULI 8 18 8 13 15 2 19 12 11 3 109 19
AGUSTUS 7 12 7 7 10 13 5 4 12 4 81 13
SEPTEMBER 5 14 11 7 13 13 3 17 14 12 109 17
OKTOBER 20 17 18 17 14 14 9 20 18 3 150 20
NOVVEMBER 19 19 19 19 19 20 21 18 17 - 171 21
DESEMBER 16 21 17 23 20 18 14 19 20 - 168 23

73
Data pemantauan jumlah hari pada saat terjadinya hujan yang terjadi pada area tambang PT. ANTAM,Tbk Unit Bisnis
Penambangan Bauksit.

JAM HUJAN
BULAN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 TOTAL MAX
JANUARI 77,5 59 47,5 36,5 37 23 23 47 26,5 30,75 407,75 77,5
FEBRUARI 36 40 21,5 46 64 10 38 61 29,5 23,67 369,67 64,0
MARET 44 51 42 48 26 36 36 59 37 52 431,00 59,0
APRIL 59,5 34,5 35 95,5 43 35 34 41 32 26,5 436,00 95,5
MEI 24 43 37,5 24,5 61 41 37 33 40 33,5 374,50 61,0
JUNI 26,5 41 32 15,5 16 38,5 24 29 19,5 46,83 288,83 46,8
JULI 26 49,5 26 29 16 7 8 20 20,5 9,5 211,50 49,5
AGUSTUS 22 33 14,5 21 23 24 7 10 70,5 8,25 233,25 70,5
SEPTEMBER 24 42 15,5 25 44 21 8 34 41 47,67 302,17 47,7
OKTOBER 49 33 36,5 48 36 20 24 42 31 6,25 325,75 49,0
NOVVEMBER 89 63 49 52 48 43 34 47 51 - 476,00 89,0
DESEMBER 55 61 78 56 45,5 31 36 51 40,5 - 454,00 78,0

74
75

Lampiran B
Perhitungan Jam Hujan Rata – Rata
Perhitungan jam hujan rata – rata dengan membagi total jam hujan dengan total hari
hujan selama kurun waktu 10 tahun.

HARI JAM
TAHUN
HUJAN HUJAN
2009 161 532.5
2010 192 550
2011 159 435.0
2012 176 497.0
2013 177 459.5
2014 155 329.5
2015 160 309.0
2016 196 474.0
2017 176 439.0
2018 83 284.9
TOTAL 1635 4.310,4
RATA RATA JAM
HUJAN 2.636
76

Lampiran C
Perhitungan debit limpasan
Perhitungan debit limpasan ini dilakukan sesuai dengan kemajuan katifitas
penambangan

bukit 7
1. Debit bulan januari
Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0,415
Q = 2,26 m3/s
Total debit perhari
Q = 2,26 x 2,64 x 3.600
Q = 21.434,656 m3/hari

2. Debit bulan februari


Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0.477
Q = 2.59 m3/s
Total debit perhari
Q = 2.59 x 2,64 x 3.600
Q = 24.601,845 m3/hari

3. Debit bulan maret


Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0.563
Q = 3.06 m3/s
Total debit perhari
Q = 3.06 x 2,64 x 3.600
Q = 29.064,221 m3/hari
77

4. Debit bulan april


Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0,563
Q = 3,06 m3/s
Total debit perhari
Q = 3,06 x 2,64 x 3.600
Q = 29.064,221 m3/hari

5. Debit bulan mei


Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0,588
Q = 3,20 m3/s
Total debit perhari
Q = 3,20 x 2,64 x 3.600
Q = 30.357,469 m3/hari

6. Debit bulan juni


Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0,588
Q = 3,20 m3/s
Total debit perhari
Q = 3,20 x 2,64 x 3.600
Q = 30.357,469 m3/hari

7. Debit bulan Juli


Q= 0,278 x 0,9 x 21,74 x 0,588
Q = 3,20 m3/s
Total debit perhari
Q = 3,20 x 2,64 x 3.600
Q = 30.357,469 m3/hari
Lampiran D
Arah Aliran Air

78
Lampiran E
Perubahan Daerah Tangkapan Hujan Bulanan
Daerah tangkapan hujan Januari

79
Daerah tangkapan hujan Februari

80
Daerah tangkapan hujan Maret

81
Daerah tangkapan hujan April

82
Daerah tangkapan hujan Mei

83
Daerah rangkapan hujan Juni

84
Daerah Tangkapan Hujan Juli

85
86

Lampiran F
Data Laporan Hasil Uji Air Limpasan Inlet
Januari
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5,93 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 2040 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 158 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0,007 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 < 0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.056 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Februari
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.97 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 1195 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 72.6 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 < 0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Maret
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 4.17 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 1660 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 216 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 0.005 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.022 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
87

April
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.85 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 2725 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 371 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.132 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Mei
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.68 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 910 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 59.5 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.014 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Juni
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 6.52 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 12525 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 735 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.450 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.104 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
88

Juli
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.91 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 4870 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 254 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.055 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 0.032 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.020 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Agustus
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.40 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 9700 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 159 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.081 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.007 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

September
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.70 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 11320 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 136 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.063 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 0.032 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.021 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
89

Oktober
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 5.68 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 49825 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 155 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.076 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.022 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
90

Lampiran G
Data Laporan Hasil Uji Air Limpasan Outlet
Januari
PARAMETER BAKU HASI
NO SATUAN METODE UJI
UJI MUTU UJI
1 pH - 6-9 6.49 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 27 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 0.364 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 < 0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.038 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Februari
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.72 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 3.2 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 <0.001 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 < 0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Maret
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.71 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 18.2 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 1.35 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 0.032 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
91

April
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.81 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 22.6 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 2.3 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Mei
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.21 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 14 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 0.567 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Juni
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.04 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 8 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 2.34 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.008 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
92

Juli
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.53 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 6 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 0.73 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

Agustus
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.48 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 14.4 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 0.346 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.034 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009

September
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.05 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 12.7 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 3.28 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 0.004 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
93

Oktober
PARAMETER BAKU
NO SATUAN HASI UJI METODE UJI
UJI MUTU
1 pH - 6-9 6.61 SNI 06-6989.11-2004
2 TSS mg/l maks. 200 5.6 SNI 06-6989.3-2004
3 Besi (Fe) mg/l maks 5 0.171 SNI 06-6989.4-2009
4 tembaga (Cu) mg/l maks 2 <0.001 SNI 06-6989.6-2009
5 Nikel (Ni) mg/l maks 0.5 <0.001 SNI 06-6989.18-2009
6 Mangan (Mn) mg/l maks. 2 <0.001 SNI 06-6989.5-2009
7 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,1 < 0.002 SNI 06-6989.8-2009
Lampiran H
Peta Penambangan Tahun 2019

94
Lampiran I
Peta Situasi Tambang

95
Lampiran J
Lokasi Rawa - Rawa

96
97

Lampiran K
Perhitungan Waktu Pengendapan
Kecepatan pengendapan

2
𝑔. . (𝜌𝑝 − 𝜌𝑎)
𝑉=
1 𝜇

9, × ( × 10−6 )2 ( 650 − 1000)


𝑉=
1 × 1. × 10−6
𝑉 = 0,0019963 𝑚 𝑠

Berikut perhitungan waktu pengendapan:


𝑡𝑣 =
𝑣𝑡

𝑡𝑣 =
0,0019963
𝑡𝑣 = 003,71 detik
𝑡𝑣 = 33, men t
98

Lampiran L
Perhitungan Waktu Air Dari Inlet Ke Outlet

panjang
Debit
kolam luas (A) jalur air
(m³/s)
(m)
1 3.2 83.61 34.65
2 3.34 132.50 95.19
3 3.34 72.10 72.40
4 3.34 101.63 66.56
5 3.34 105.44 33.79
6 3.34 117.47 73.95

Kolam 1
Kecepatan laju air
𝑄
𝐴=
𝑣
3, 0 𝑚3 𝑠
𝑣=
3,61 𝑚2
𝑣 = 0,03 𝑚 𝑠

Waktu yang dibuthukan air hingga ke outlet


𝑝
𝑡=
𝑣
3 ,65 𝑚
𝑡=
0,03 𝑚 𝑠

𝑡 = 905,33det k
𝑡 = 15,09 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
99

Kolam 2
Kecepatan laju air
𝑄
𝐴=
𝑣
3,3 𝑚3 𝑠
𝑣=
13 ,50 𝑚2
𝑣 = 0,0 5 𝑚 𝑠

Waktu yang dibuthukan air hingga ke outlet


𝑝
𝑡=
𝑣
95,1 9 𝑚
𝑡=
0,0 5 𝑚 𝑠

𝑡 = 3.776, 1det k
𝑡 = 6 ,9 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Kolam 3
Kecepatan laju air
𝑄
𝐴=
𝑣
3,3 𝑚3 𝑠
𝑣=
7 ,10 𝑚2
𝑣 = 0,0 6 𝑚 𝑠
100

Waktu yang dibuthukan air hingga ke outlet


𝑝
𝑡=
𝑣
7 , 01 𝑚
𝑡=
0,0 6 𝑚 𝑠

𝑡 = 1.56 ,91 det k


𝑡 = 6,05 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Kolam 4
Kecepatan laju air
𝑄
𝐴=
𝑣
3,3 𝑚3 𝑠
𝑣=
101,63 𝑚2
𝑣 = 0,033 𝑚 𝑠

Waktu yang dibuthukan air hingga ke outlet


𝑝
𝑡=
𝑣
66,5 𝑚
𝑡=
0,033 𝑚 𝑠

𝑡 = .0 5,15 det k
𝑡 = 33,75 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
101

Kolam 5
Kecepatan laju air
𝑄
𝐴=
𝑣
3,3 𝑚3 𝑠
𝑣=
105, 𝑚2
𝑣 = 0,03 𝑚 𝑠

Waktu yang dibuthukan air hingga ke outlet


𝑝
𝑡=
𝑣
33,79 𝑚
𝑡=
0,03 𝑚 𝑠

𝑡 = 1.066,5 det k
𝑡 = 17,7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Kolam 6
Kecepatan laju air
𝑄
𝐴=
𝑣
3,3 𝑚3 𝑠
𝑣=
117, 7𝑚2
𝑣 = 0,0 𝑚 𝑠
102

Waktu yang dibuthukan air hingga ke outlet


𝑝
𝑡=
𝑣
73,95 𝑚
𝑡=
0,0 𝑚 𝑠

𝑡 = .600,61 det k
𝑡 = 3,3 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
103

Lampiran M
Penampang Kolam Pengendapan

Penampang Kolam A
104

Penampang Kolam B

Penampang Kolam C
105

Penampang kolam D

Penampang Kolam E
106

Penampang Kolam F
Lampiran N
Spesifikasi Long Arm ZX 210 LC

107
Lampiran O
Data Test Pit
ID BKT NOKODE XCOLLAR YCOLLAR ZCOLLAR FROM TO LAB KETERANGAN SPASI
37092 7 A 406193.2 9993664 104.173 2 4 Geomin Bauksit 25
37093 7 B 406193.2 9993664 104.173 4 6 Geomin Bauksit 25
37094 7 C 406193.2 9993664 104.173 6 8 Geomin Bauksit 25
37095 7 D 406193.2 9993664 104.173 8 8.5 Geomin Kong 25
36951 7 A 406043 9993689 91.22 1.00 3.00 Geomin Bauksit 25
36952 7 B 406043 9993689 91.22 3.00 5.00 Geomin Bauksit 25
36953 7 C 406043 9993689 91.22 5.00 7.00 Geomin Bauksit 25
36954 7 D 406043 9993689 91.22 7.00 9.20 Geomin Kong 25
45629 7 A 407107 9992142 78.21 3.50 5.50 Geomin Bauksit 25
45630 7 B 407107 9992142 76.21 5.50 7.50 Geomin Bauksit 25
45631 7 C 407107 9992142 74.21 7.50 8.50 Geomin kong 25
3008 7 A 406020 9991910 99.40 3.30 5.30 Geomin BAUKSIT 25
3009 7 B 406020 9991910 99.40 5.30 7.00 Geomin BOULDER 25
3010 7 A 406045 9991910 95.70 3.00 5.00 Geomin BAUKSIT 25
3011 7 B 406045 9991910 95.70 5.00 7.00 Geomin BAUKSIT 25
3012 7 C 406045 9991910 95.70 7.00 8.50 Geomin KONG 25
3013 7 A 406071 9991910 90.37 2.00 4.00 Geomin BAUKSIT 25
3014 7 B 406071 9991910 90.37 4.00 6.00 Geomin BAUKSIT 25
3015 7 C 406071 9991910 90.37 6.00 8.00 Geomin BAUKSIT 25
3016 7 D 406071 9991910 90.37 8.00 8.60 Geomin KONG 25

108
BHID BUKIT NOKODE XCOLLAR YCOLLAR ZCOLLAR FROM TO Geomin KETERANGAN SPASI
4 7 A 407207 9992043 73.21 1.70 3.70 Geomin BAKUSIT 25
4 7 B 407207 9992043 73.21 3.70 5.70 Geomin BAUKSIT 25
4 7 C 407007 9992043 73.21 5.00 7.00 Geomin KONG 25
5 7 A 407007 9991942 89.09 3.30 5.30 Geomin BAUKSIT 25
5 7 B 407007 9991942 89.09 5.30 7.30 Geomin KONG 25
104 7 A 406071 9991910 90.37 2.00 4.00 Geomin BAUKSIT 25
104 7 B 406071 9991910 90.37 4.00 6.00 Geomin BAUKSIT 25
104 7 C 406071 9991910 90.37 6.00 8.00 Geomin BAUKSIT 25
104 7 D 406071 9991910 90.37 8.00 8.60 Geomin KONG 25
105 7 A 406096 9991910 84.30 3.30 5.30 Geomin BAUKSIT 25
105 7 B 406096 9991910 84.30 5.30 7.10 Geomin KONG 25
106 7 A 406122 9991910 77.73 2.30 4.30 Geomin BAUKSIT 25
106 7 B 406122 9991910 77.73 4.30 6.30 Geomin KONG 25
1024 7 A 406967 9992567 100.67 2.40 4.40 Geomin Bauksit 25
1024 7 B 406967 9992567 100.67 4.40 6.40 Geomin Bauksit 25
1024 7 C 406967 9992567 100.67 6.40 8.40 Geomin Bauksit 25
1024 7 D 406967 9992567 100.67 8.40 9.60 Geomin KONG 25
1025 7 A 406992 9992567 95.49 6.20 8.20 Geomin Bauksit 25
1025 7 B 406992 9992567 95.49 8.20 9.80 Geomin KONG 25
1029 7 A 406593 9992541 78.96 1.80 3.80 Geomin Bauksit 25
1029 7 B 406593 9992541 78.96 3.80 5.80 Geomin Bauksit 25
1029 7 C 406593 9992541 78.96 5.80 7.70 Geomin KONG 25

109
110

Lampiran P
Curah Hujan

DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN


STASIUN : PIASAK TAYAN HILIR

BULAN : Oktober 2009


PENCATAT :Sarbitu

Jam Hujan Tinggi


No Tanggal Hujan
Mulai Selesai Jumlah JAM
(mm)
1 10/01/2009 15,00 16,00 1 16
17,30 18,30 1 3
2 10/04/2009 18,30 20,30 3 33,5
3 10/05/2009 19,00 19,30 0,5 1
4 10/06/2009 15,00 15,30 0,5 1
20,00 24,00 4 8
5 10/07/2009 15,00 16,00 1 36
6 10/08/2009 16,00 17,00 1 5
7 10/12/2009 18,30 20,30 3 27
21,00 23,00 2 25
8 13/10/2009 15,00 16,00 1 17
17,00 18,00 1 5
9 14/10/2009 16,00 17,00 1 14
19,00 22,00 3 55
10 15/10/2009 19,00 20,00 1 5
11 19/10/2009 14,00 15,00 1 26
12 22/10/2009 3,00 8,00 5 96
13 23/10/2009 19,00 20,00 1 6
14 24/10/2009 17,00 23,00 6 54
15 26/10/2009 23,30 1,30 3 23
16 27/10/2009 14,00 14,30 0,5 1,5
17 28/10/2009 20,00 21,00 1 4,5
18 29/10/2009 18,30 23,30 6 54
19 30/10/2009 19,00 19,30 0,5 1
20 31/10/2009 14,00 15,00 1 3,5

Jumlah hari hujan : 20


Jumlah jam hujan : 49
498 : 20 = 24,9 mm/dalam/hari
Jumlah curah hujan : 498 hujan
Curah hujan rata- 498 : 31 = 16, mm/dalam bulan
rata/ hari 24,9 januari
Curah hujan 49 : 20 = 2,45 mm/ jam hari
maksimal 96 hujan
Curah hujan minimal 1
111

DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN


STASIUN : PIASAK TAYAN HILIR

BULAN :April 2010


PENCATAT :Sarbitu

Jam Hujan Tinggi


No Tanggal Hujan
Mulai Selesai Jumlah JAM (mm)
1 04/05/2010 23,00 1,00 2 17,5
19,00 22,00 3 17,5
2 04/06/2010 15,00 17,00 2 6
3 04/08/2010 15,00 16,00 1 3
4 04/09/2010 17,00 19,00 2 7,5
5 04/11/2010 17,00 20,00 3 20
6 16/4/2010 17,00 1,00 8 163
19,00 23,00 4 36
7 19/4/2010 14,00 15,00 1 5
8 22/4/2010 19,00 20,00 1 6
9 23/4/2010 18,00 20,00 2 11
10 26/4/2010 18,00 19,00 1 3
11 27/4/2010 1,00 5,00 4 5
8,00 8,30 0,5 1
Jumlah hari hujan : 11
Jumlah jam hujan : 34,5
301,5 : 11 = 27,3 mm/dalam/hari
Jumlah curah hujan : 301,5 hujan
Curah hujan rata-rata/ 301,5 : 30 = 10 mm/dalam bulan
hari 27,3 januari
Curah hujan maksimal 163 34,5 : 11 = 3 mm/ jam hari hujan
Curah hujan minimal 1
112

DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN


STASIUN : PIASAK TAYAN HILIR
BULAN : Nopember 2011
:
PENCATAT Sarbitu
Jam Hujan Tinggi
No Tanggal Hujan
Mulai Selesai Jumlah JAM
(mm)
1 11/02/2011 11,30 12,30 1 3

2 11/03/2011 13,30 15,30 2 14


19,00 21,00 2 5,5
3 11/04/2011 15,00 19,00 4 31
4 11/05/2011 20,00 03,00 7 45
5 11/10/2011 18,00 19,00 1 12
6 11/12/2011 19,00 20,00 1 5,5
7 13/11/2011 09,00 13,00 4 11,5
8 15/11/2011 11,00 11,30 0,5 1
12,00 12,30 0,5 1
18,00 19,00 1 4
9 16/11/2011 18,30 19,00 0,5 1,5
10 17/11/2011 10,30 11,00 0,5 1
13,00 13,30 0,5 1,5
11 18/11/2011 16,00 17,00 1 7
12 19/11/2011 14,00 15,00 1 13
19,00 20,00 1 9,5
13 22/11/2011 8,00 8,30 0,5 1,5
14,00 15,30 0,5 24
14 23/11/2011 5,00 8,00 3 24,5
21,00 22,00 1 6,5
15 24/11/2011 15,00 16,00 1 3,5
16 26/11/2011 13,00 14,00 1 8
17 27/11/2011 15,00 17,00 2 57
18 28/11/2011 2,00 3,00 1 4
19 29/11/2011 17,00 2,00 9 143
Jumlah hari hujan : 19
Jumlah jam hujan : 49
Jumlah curah hujan : 439 439 : 19 = 23 mm/dalam/hari hujan
Curah hujan rata-rata/ 439 : 30 = 14,6 mm/dalam bulan
hari 23 januari
Curah hujan maksimal 143 49 : 19 = 2,5 mm/ jam hari hujan
Curah hujan minimal 1
113

DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN


STASIUN : PIASAK TAYAN HILIR
BULAN : Febuari 2012
:
PENCATAT Sarbitu
Jam Hujan Tinggi
No Tanggal Hujan
Mulai Selesai Jumlah JAM
(mm)
2012-02-
1 19,00 21,00 2 4
02
2012-03-
2 15,00 16,00 1 6
02
2012-05-
3 21,00 22,00 1 2
02
2012-06-
14,30 15,00 0,5 1
4 02
20,00 21,00 1 1,5
2012-08-
5 24,00 7,00 7 110
02
2012-09-
6 15,00 15,30 0,5 2,5
02
2012-10-
7 8,00 8,30 0,5 6
02
8 13/2/2012 19,00 1,00 6 110
18,00 20,00 2 12
9 14/2/2012 4,00 6,00 2 8
15,00 16,00 1 5,5
10 15/2/2012 2,00 5,00 3 36
11 16/2/2012 15,00 15,30 0,5 1,5
12 18/2/2012 13,00 14,00 1 24
16,00 19,00 3 38
13 19/2/2012 19,00 22,00 3 23
14 22/2/2012 16,30 17,30 2 17
15 23/2/2012 17,00 18,00 1 7
16 26/2/2012 6,00 9,00 3 18
17 27/2/2012 1,00 2,00 1 1,5
18 29/2/2012 19,00 23,00 4 6
Jumlah hari hujan 18
Jumlah jam hujan 46
440,5 : 18 = 24,4 mm/ Dalam /hari
Jumlah Curah hujan 440,5 hujan
Curah hujan rata- 440,5 : 30 = 14,6 mm/dalam bulan
rata/ hari 24,4 januari
Curah hujan
maksimal 110 46 : 18 = 2,5 mm/ jam hari hujan
Curah hujan minimal 1
DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN
114

STASIUN KALIMATOLOGI :PIASAK TAYAN HILIR


BULAN : Januari 2013
PENCATAT :Sarbitu
Jam Hujan Tinggi
Tangga
No Hujan
l Mulai Selesai Jumlah JAM
(mm)
2013-01-
1 19.00 22.00 3 15
01
2013-01-
2 16.00 18.00 2 9
02
2013-01-
3 16.00 17.00 1 7
03
2013-01-
4
04 12.00 12.30 1 4
15.00 16.00 1 15
2013-01-
5 05 19.00 1.00 6 17
13.00 15.00 2 22
2013-01-
6 11.00 12.00 1 4
09
2013-01-
7 14.00 14.30 1 3
11
15.00 16.00 1 5
2013-01-
8 18.00 19.00 1 6
19
2013-01-
9 23.00 5.00 6 19
21
20.00 22.00 2 3
2013-01-
10 18.00 23.00 5 123
22
2013-01-
11 16.00 18.00 2 9
23
2013-01-
12 30 15.00 16.00 1 11
18.00 19.00 1 6
2013-01-
13 31 16.00 16.30 1 1
Jumlah hari hujan 13
Jumlah jam hujan 37
279 : 13 = 21,46 mm/ Dalam /hari
Jumlah Curah hujan 279 hujan
Curah hujan rata-rata/ 279 : 31 = 9 mm/dalam bulan
hari 21.46 Januari
Curah hujan maksimal 123 37 : 13 = 2,48 mm/ jam hari hujan
Curah hujan minimal 1
115

DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN


STASIUN KALIMATOLOGI : PIASAK TAYAN HILIR
BULAN : Mei 2013
PENCATAT : sarbitu
Jam Hujan Tinggi
No Tanggal Hujan
Mulai Selesai Jumlah JAM
(mm)
1 03-May-14 18,00 19,00 1 5
2 06-May-14 1,00 2,00 1 12
3 08-May-14 6,00 8,00 2 4
4 09-May-14 14,00 15,00 1 6
5 11-May-14 17,00 19,00 2 59
6 12-May-14 16,30 19,30 3 53
7 13-May-14 18,00 21,00 3 38
13-May-14 22,00 23,00 1 6
8 14-May-14 17,30 19,30 3 12
14-May-14 20,00 21,00 1 5
9 17-May-14 16,00 19,00 3 155
10 18-May-14 17,30 19,30 2 22
1 19-May-14 18,00 21,00 3 12
12 22-May-14 20.00 21.00 1 6,5
13 25-May-14 21.30 22.30 2 17
14 26-May-14 16.30 18.30 3 5
15 27-May-14 4.00 9.00 5 15
16 29-May-14 21.00 22.00 1 7
17 31-May-14 14.30 16.30 3 13
Jumlah hari hujan 17
Jumlah jam hujan 41
446 : 17 = 26,23 mm/ Dalam
Jumlah Curah hujan 446 /hari hujan
Curah hujan rata-rata/ 475 : 31 = 14,38 mm/dalam
hari 26.23 bulan Mei 2014
41 : 17 = 2,41 mm/ jam hari
Curah hujan maksimal 96 hujan
Curah hujan minimal 4
116

DAFTAR PENGAMATAN CURAH HUJAN


STASIUN KALIMATOLOGI : PIASAK TAYAN HILIR
BULAN : Maret 2014
PENCATAT : Sarbitu
Jam Hujan
No Tanggal Tinggi Hujan (mm)
Mulai Selesai Jumlah JAM
1 2-Jan-15 14,00 14,30 0,5 1
16,00 16,30 0,5 3
2 3-Jan-15 18,00 19,00 1 6
3 5-Jan-15 10,30 11,30 1 4
16,00 17,00 1 13
19,00 19,30 0,5 1
4 7-Jan-15 6,00 6,30 0,5 2
12,30 13,30 1 6
15,00 15,30 0,5 1
8-Jan-15 12,00 13,00 1 5
15,00 15,30 0,5 2
9-Jan-15 13,00 13,30 0,5 2
10-Jan-15 15,00 15,30 0,5 2
11-Jan-15 13,00 14,00 1 3
13-Jan-15 17,00 18,00 1 5
14-Jan-15 13,00 13,30 0,5 2
14,00 15,30 1,5 11
18,00 19,00 1 3
16-Jan-15 17,00 19,00 2 22
17-Jan-15 20,00 4,00 8 82
18-Jan-15 7,00 8,00 1 15
10,00 11.00 1 14
14,00 17,00 4 22
20-Jan-15 18,00 22,00 4 53
21-Jan-15 14,00 14,30 0,5 1
15,30 16,00 0,5 1
18,00 19,00 1 2
23-Jan-15 18,00 22,00 4 46
24-Jan-15 3,00 5,00 2 39
26-Jan-15 17,00 19,00 2 13
27-Jan-15 19,00 20,00 1 5
28-Jan-15 23,00 24,00 1 1
29-Jan-15 21,00 22,00 1 3
30-Jan-15 5,00 7,00 2 1
14,00 15,00 1 5
31-Jan-15 15,00 18,00 3 7
Jumlah hari hujan 23
Jumlah jam hujan 46
Jumlah Curah hujan 404 404 : 22 = 18,36 mm/ Dalam /hari hujan
Curah hujan rata-rata/ hari 18,36 404 : 31 = 13,03mm/dalam bulan Mei 2014
Curah hujan maksimal 82 31 : 22 = 1,4 mm/ jam hari hujan
Curah hujan minimal 1
117

Nomor Form F-HSE/E-12.000.0004


Tanggal efektif
PENCATATAN 1-May-14
berlaku
CURAH HUJAN
Revisi 00
Halaman 1/1
STASIUN : PIASAK
BULAN : Nopember 2016
Jam Hujan
Tinggi Hujan
No Tanggal Keterangan
Mulai Selesai Jumlah JAM (mm)
1 01-Nov-16 0:00 1:00 1.0 2
14:00 15:00 1.0 5
16:00 22:00 6.0 23
2 02-Nov-16 13:30 14:30 1.0 4
3 03-Nov-16 1:00 1:30 0.5 1
14:30 15:30 1.0 4
4 06-Nov-16 19:00 20:00 1.0 7
5 07-Nov-16 7:00 12:00 5.0 112
6 08-Nov-16 12:00 13:00 1.0 4
7 09-Nov-16 16:00 17:00 1.0 5
8 10-Nov-16 13:00 14:00 1.0 5
15:00 19:00 4.0 29
9 11-Nov-16 16:00 16:30 0.5 7
10 13-Nov-16 18:00 22:00 4.0 52
11 14-Nov-16 15:30 18:30 3.0 9
12 15-Nov-16 13:30 14:00 0.5 3
13 20-Nov-16 18:00 20:00 2.0 31
14 21-Nov-16 14:30 15:00 0.5 4.0
16:00 19:00 3.0 21.0
15 22-Nov-16 14:00 15:00 1.0 7.0
16 24-Nov-16 15:00 16:00 1.0 9.0
17 27-Nov-16 17:00 19:00 2.0 42.0
22:00 3:00 5.0 28.0
18 30-Nov-16 19:00 20:00 1.0 3.0
Jumlah hari hujan 18 hari Keterangan:
Jumlah jam hujan 47 jam
Jumlah Curah hujan 417.0 mm 417.0 18 = 23.17 mm/ hari hujan
Curah hujan rata-rata/ hari 23.17 mm/hari 417.0 30 = 13.90 mm/hari
Curah hujan maksimal 112 mm 47 18 = 2.61 jam/hari hujan
Curah hujan minimal 1 mm

Petugas Inspeksi Tayan, November 2016


Nama TTD
Dibuat oleh, Dipriksa Oleh, Diketahui oleh,
Sarbitu

Yosafat Sisbiantoro Akon Marolop Simanjuntak


118

Nomor Form F-HSE/E-12.000.0004


Tanggal efektif
PENCATATAN 1-May-14
berlaku
CURAH HUJAN
Revisi 00
Halaman 1/1
STASIUN : PIASAK
BULAN : Nopember 2017
Jam Hujan Tinggi Hujan
No Tanggal Keterangan
Mulai Selesai Jumlah JAM (mm)
1 01 November 2017 15:00 16:30 1.5 33
2 03 November 2017 0:00 8:00 8.0 127
3 09 November 2017 22:00 0:00 2.0 5.5
4 10 November 2017 16:00 20:00 4.0 50
5 12 November 2017 4:00 10:00 6.0 3
6 13 November 2017 18:00 21:00 3.0 21.5
7 15 November 2017 12:00 14:00 2.0 17
20:00 22:00 2.0 13
8 17 November 2017 16:00 16:30 0.5 2
9 20 November 2017 12:00 16:00 4.0 29
10 22 November 2017 16:00 18:30 2.5 2
11 23 November 2017 16:00 19:00 3.0 28
12 24 November 2017 16:30 18:30 2.0 24
13 25 November 2017 14:00 14:30 0.5 1
18:00 19:00 1.0 2
14 26 November 2017 16:30 19:30 3.0 16
15 27 November 2017 15:30 20:00 4.5 42
16 28 November 2017 11:00 11:30 0.5 11.0
17 29 November 2017 8:00 9:00 1.0 12.0
Jumlah hari hujan 17 hari Keterangan:
Jumlah jam hujan 51 jam
Jumlah Curah hujan 439.0 mm 439.0 17 = 25.82 mm/ hari hujan
Curah hujan rata-rata/ hari 25.82 mm/hari 439.0 30 = 14.63 mm/hari
Curah hujan maksimal 127 mm 51 17 = 3.00 jam/hari hujan
Curah hujan minimal 1 mm

Petugas Inspeksi Tayan, Nopember 2017


Nama TTD
Sarbitu Dibuat oleh, Dipriksa Oleh, Diketahui oleh,

Yosafat Sisbiantoro Akon (.....................................)


119

Nomor Form F-HSE/E-12.000.0004


Tanggal efektif
PENCATATAN 1-May-14
berlaku
CURAH HUJAN
Revisi 00
Halaman 1/1
STASIUN : PIASAK
BULAN : Juni 2018
Jam Hujan Tinggi Hujan
No Tanggal Keterangan
Mulai Selesai Jumlah JAM (mm)
1 12 Juni 2018 7:00 8:00 1.0 5
12:30 14:00 1.5 4
2 15 Juni 2018 21:00 23:30 2.5 45
3 18 Juni 2018 23:00 1:30 2.5 23
4 19 Juni 2018 13:00 13:30 0.5 0.5
22:00 0:00 2.0 4
5 24 Juni 2018 0:00 3:00 3.0 20
5:20 8:00 2.7 30
11:00 11:40 0.7 15 Gerimis
16:00 20:00 4.0 25
6 25 Juni 2018 17:00 0:00 7.0 120
7 28 Juni 2018 17:30 0:30 7.0 26 Gerimis
8 30 Juni 2018 3:00 11:30 8.5 3 Gerimis
12:00 16:00 4.0 2 Gerimis
Jumlah hari hujan 8 hari Keterangan:
Jumlah jam hujan 47 jam
Jumlah Curah hujan 322.5 mm 322.5 8= 40.31 mm/ hari hujan
Curah hujan rata-rata/ hari 40.31 mm/hari 322.5 30 = 10.75 mm/hari
Curah hujan maksimal 120 mm 47 8= 5.85 jam/hari hujan
Curah hujan minimal 1 mm

Petugas Inspeksi Tayan, 30 Juni 2018


Nama TTD
Sarbitu Dibuat oleh, Dipriksa Oleh, Diketahui oleh,

Yosafat Sisbiantoro Akon (....................................)

Anda mungkin juga menyukai