Anda di halaman 1dari 123

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

ANALISIS KINERJA BETON JACKETING DENGAN REINFORSMENT

SHEAR CONECTOR

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo

Oleh:

MUH. BIMA SAKTI RA

E1A1 15 056

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

1
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Analisis Kinerja beton jacketing dengan Reinforcement Shear

Conector

Nama Mahasiswa : Muh. Bima Sakti RA

NIM : E1A1 15 056

Jurusan : Teknik Sipil

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Masykur Kimsan,ST.,MT Dr. Hj. Nini Hasriyani Aswad, ST.,MT


Nip. 19720212 199802 1 001 Nip. 19711124 200312 2 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Sekretaris Jurusan Teknik Sipil


Universitas Halu Oleo Universitas Halu Oleo

Ahmad Syarif, ST.,MT Fitriah, S.ST.,MT


Nip. 1972107 200501 1 001 Nip. 19771022 200604 2 001

2
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi

Analisis Kinerja Beton Jacketing dengan Reinforcement Shear Conector

Dipersipkan dan disusun Oleh :

MUH. BIMA SAKTI RA

E1A1 15 056

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

Pada tanggal 29 Juli 2019

Susunan Dewan Penguji


Pembimbing I Pembimbing II

Masykur Kimsan, ST.,MT Dr. Hj. Nini Hasriyani Aswad, ST.,MT


Nip. 19720212 199802 1 001 Nip. 19711124 200312 2 003

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Hj. Nini Hasriyani Aswad, ST.,MT Rini Sriyani, ST.,MT Dr. Masdiana, ST.,MT
Nip. 19711124 200312 2 003 Nip. 19650930 199802 2 001 Nip. 19740115 200812 2 001

3
4

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Kendari, September 2019

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil


Universitas Halu Oleo Universitas Halu Oleo

Dr. Edward Ngii, ST.,MT Ahmad Syarif Sukri, ST.,MT


Nip. 19720212 199802 1 001 Nip. 1972107 200501 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muh. Bima Sakti RA

NIM : E1A1 15 056

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

Universitas : Halu Oleo

Menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian dan

pemikiran saya sendiri dan tidak mengambil atau melakukan plagiarisme terhadap

penelitian orang lain, kecuali sistematika dan beberapa kutipan-kutipan yang telah

disebutkan sumbernya.

Apabila dikemudian hari pada skripsi ini ditemukan dan terbukti

merupakan hasil plagiat, maka penulis siap menerima sanksi akibat perbuatan

tersebut sesuai aturan dan ketetapan yang berlaku.

Kendari, September 2019

Yang bertanda tangan

Muh. Bima Sakti RA

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

proposal yang berjudul “Analisis Kinerja Beton Jacketing Dengan

Reinforcement Shear Conector” sebagai langkah awal untuk mendapatkan gelar

Sarjan Teknik (ST).

Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua tercinta Ir. La

Ramuli., M.Si dan Haimah, SE yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga,

serta dukungan selama penulis menjalani pendidikan dari sekolah dasar sampai

penulis mencapai titik puncak Pendidikan Program Sarjana. Terima kasih yang

sebesar-besarnya pula kepada Dosen Pembimbing, Bapak Masykur Kimsan,

ST.,MT. selaku pembimbing I dan Ibu Dr.Hj.Nini Hasriani Aswad, ST.,MT. selaku

pembimbing II, serta Bapak Mukhlis Serah, ST selaku koordinator asisten

Laboratorium Survey dan Pengujian Bahan Fakultas Teknik, Universitas Halu

Oleo yang telah bersedia membimbing peneliti dalam melakukan segala rangkaian

penelitian hingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.


2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari.
4. Ketua Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

Kendari.

6
7

5. Dosen-dosen Jurusan Teknil Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

yang telah memberikan ilmunya selama peneliti menempuh pendidikan.


6. Staf Pengelola Jurusan Teknik Sipil dan Fakultas Teknik yang telah

membantu peneliti dalam mengurus segala keperluan terkait administrasi

selama peneliti menempuh pendidikan.


7. Saudara - saudara saya, Irma Lasandri Putri,ST.,M.Pw, Vitra

Lasandri,S.Pd.,M.Si, Muh. Afandi Ampama, S.Pi, Muhammad Fajar

Purnama, S.Pi.,M.Pi, Muh. Arjuna Sakti, Muh. Virikrillah yang telah

mendukung Penulis dari awal kuliah Sampai dititik ujung Penyelesaian Studi

Program S1
8. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil yang menjadi wadah

untuk Penulis menimbah ilmu yang tidak Penulis dapatkan di dunia

perkuliahan.
9. Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Periode 2017/2018, kalian yang

telah banyak membuat penulis merasa bahwa dunia kampus itu tidak harus

kuliah-kuliah saja tetapi mengurus atau menjadi bagian dari suatu lembaga

adalah hal yang menarik untuk mengembangkan kreatifitas, Inovasi, serta

pola pikir yang lebih matang yang nantinya akan sangat kita butuhkan pada

saat kita kerja nanti.


10. Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik UHO Kabinet

Revolusi Periode 2018/2019 yang selama ini menjadi teman diskusi persoalan

apapun.
11. Leting-leting jurusan teknik sipil angkatan 015, agsan, agung, anas, hazar,

tandri, vieta, fitwal, isa, kevin, andri, lambelu, anita, arisman, bashar, bayu,

burhan, delsa, diki, dimas, fatah, ipong, iqbal small, isra, jas, jemi, memet,

lubis, martono, maun, mutiah, andri jr, nanang, nova small, ikbal big, nur,
8

pandu, rahmin, rizaldi, saban, safar, sardin, sari, satriana, sia, soni, wandi,

waras, la bonte, rafiq, feri, salam, nasrun, kisma, alfi, iman tekaka, suatu

kehormatan tersendiri bisa bertemu dan mengenal kalian, melewati hari-hari

bersama, banyak suka, duka, tangis, canda tawa, egois, kecewa, yang telah

dilalui bersama kalian selama perkuliahan.


12. Leting leting se-Fakultas Teknik yang buat hari – hari penulis penuh warna

berkat kalian.
13. Senior – senior jurusan teknik sipil angkatan 013 yang pertama menyambut

Penulis masuk di fakultas tercinta ini, kak hijra, kak dzariat, kak ken, kak

baim, kak santon, kak nadya, kak eka, kak nanda, kak al, kak makur, kak ika,

kak izzat, kak zuhikma, kak, abu, kak yayan, kak umar dan lain lain, terima

kasi telah memberi banyak penulis pembelajaran, serta masukan selama

penulis menjalani proses perkuliahan.


14. Junior – junior jurusan teknik sipil 016, 017, dan 018, kalian juga banyak

membuat penulis belajar bagaimana memperlakukan adik sebagaimana adik

seutuhnya.
15. Seluruh senior dan junior dalam keluarga besar Fakultas Teknik Universitas

Halu Oleo Kendari.


16. Adik – adik tercinta, adha, ical, adrian, bone, taufik, fadlan, ewis, agung, fitra,

yusuf, minhar, mawan, delta, sukma, ido, ainun, dan lain lain yang telah

banyak memberikan sumbangsi tenaga dalam penyelesaian penelitian penulis.


17. Keluarga Besar Alumni SMA N 2 Kolaka Angkatan 2015 yang selalu

memberikan dukungan doa, inspirasi, motivasi, serta selalu berusaha

menyempatkan waktu satu sama lain.


18. Member Tampan dan Berani, Dimas, Salam, Lubis, Agung, Rahmin, Aba,

Vieta, Mbeloe, Ana, Tandri, dan Andri yang sudah menjadi tempat untuk

diskusi persoalan apapun itu yang kurang berguna


9

19. Seluruh pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan bersedia terlibat baik secara langsung maupun

tidak langsung demi selesainya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil penelitian ini masih

terdapat banyak kekurangan, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan para

pembaca pada umumnya.

Kendari, september 2019

Penulis
ABSTRAK

Andri, E1A1 15 005 “Pengaruh Variasi Penggunaan Pasir Laut Asal Desa

Labone, Kecamatan Lasalepa, Kabupaten Muna Terhadap Kuat Tekan Beton”.

Peneliti dibimbing oleh Dr. Edward Ngii, ST.,MT selaku pembimbing I dan

Fitriah, S.ST.,MT selaku pembimbing II.

Penggunaan material pasir laut sebagai bahan campuran beton telah lama

diterapkan di Indonesia, tidak terkecuali di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa,

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Namun, belum dilakukan kajian terkait

kualitas pasir laut di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik serta pengaruh penggunaan pasir laut tersebut terhadap kuat tekan

beton.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode

eksperimen ini dilakukan dengan membuat benda uji beton berbentuk silinder

dengan berbagai variasi pengguanaan pasir laut.

Hasil pengujian karakteristik pasir laut menunjukan kadar garam sebesar

7%, kadar air 8,25%, kadar lumpur 4,68%, berat isi 1,59 gram/cm3, analisa

saringan masuk ke zona 2 (agak kasar), berat jenis (kondisi SSD) 2,4 dan

penyerapan sebesar 2,96%. Pada pengujian beton untuk beton normal (0% PL),

beton subs.1 (25% PL), beton subs.2 (50% PL), beton subs.3 (75% PL), dan beton

pasir laut (100% PL) diperoleh kuat tekan berturut-turut sebesar 28,86 MPa; 29,14

MPa; 28,12 MPa; 31,14 MPa dan 27,58 MPa, serta kuat tarik belah berturut-turut

sebesar 2,69 MPa; 2,48 MPa; 2,45 MPa; 2,52 MPa dan 2,55 MPa. Sehingga, dapat

10
11

disimpulkan pasir laut ini dapat digunakan untuk pembuatan beton dengan kuat

tekan maksimum pada beton subs.3 (75% PL).

Kata Kunci : Pasir laut, pasir sungai, kuat tekan beton, kuat tarik belah beton.

ABSTRACT

Andri, E1A1 15 005 "The Effect of Variation in the Use of Sea Sand from

Labone Village, Lasalepa District, Muna Regency Against the concrete

compressive strength". The researcher was guided by Dr. Edward Ngii, ST.,MT as

mentor I and Fitriah, S.ST.,MT as mentor II.

The use of sea sand material as a concrete mixture material has long been

applied in Indonesia, not least in Labone Village, Lasalepa District, Muna

Regency, Southeast Sulawesi. However, no studies have been conducted regarding

the quality of sea sand in the area. This study aims to determine the
12

characteristics and influence of the use of sea sand on concrete compressive

strength.

The research method used is the experimental method. This experimental

method is carried out by making cylindrical concrete specimens with various

variations of the use of sea sand.

The results of sea sand study characteristic are follow by; salt content of

7%, moisture content of 8.25%, sludge content of 4.68%, fill weight of 1.59

gram / cm3, filter analysis into zone 2 (rather rough), density (SSD condition) of

2.4 and absorption of 2.96%. In concrete testing for normal concrete (0% PL),

concrete subs. 1 (25% PL), concrete subs. 2 (50% PL), concrete subs. 3 (75%

PL), and sea sand concrete (100 % PL), obtained compressive strength in a row

of 28.86 MPa; 29.14 MPa; 28.12 MPa; 31.14 MPa and 27.58 MPa, as well as

successive split tensile strengths of 2.69 MPa; 2.48 MPa; 2.45 MPa; 2.52 MPa

and 2.55 MPa. So, it can be concluded that this sea sand can be used for the

manufacture of concrete with maximum compressive strength on subs. 3 concrete

(75% PL).

Keywords : Sea sand, river sand, concrete compressive strength, concrete split

tensile strength.
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN......................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

ABSTRAK...........................................................................................................viii

ABSTRACT............................................................................................................ix

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL.................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................5

1.5 Batasan Masalah......................................................................................5

1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

2.1 Pengertian Beton.....................................................................................8

13
14

2.2 Material Penyusun Beton......................................................................12

2.2.1 Semen Portland.........................................................................12

2.2.2 Agregat......................................................................................15

2.2.3 Air..............................................................................................20

2.3 Pasir Laut...............................................................................................22

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Beton.......................................................24

2.5 Sifat Beton.............................................................................................25

2.6 Uji Slump...............................................................................................27

2.6.1 Kerucut Abram (Abram Cone)...................................................28

2.6.2 Batang Penusuk.........................................................................29

2.6.3 Alas Datar..................................................................................29

2.7 Faktor Air Semen...................................................................................32

2.8 Metode Mix Design...............................................................................38

2.8.1 Metode American Concrete Institute (ACI)..............................38

2.8.2 Metode Portland Cement Association (PCA)............................38

2.8.3 Metode Road Note No.4............................................................39

2.8.4 Metode SK. SNI T-15-1990-03/ Current British Method..........39

2.8.5 Metode Campuran Coba-coba ( Trial and Error ).....................39

2.9 Kuat Tekan Beton..................................................................................39

2.10Penelitian Terdahulu..............................................................................42
15

2.10.1 Penelitian oleh Indra Syahlur Fuad, Bazar Asnawi, dan

Hermawan..................................................................................42

2.10.2 Penelitian oleh Imran dan Muhammad Yunus..........................44

2.10.3 Penelitian oleh Yufiter Silas Kandi, Ruslan Ramang, dan

Remigildus Cornelis..................................................................45

2.10.4 Penelitian oleh B.Sampth dan G.Mohankumar.........................46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................48

3.1 Uraian Umum........................................................................................48

3.2 Variasi Benda Uji...................................................................................48

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................49

3.4 Alat dan Bahan......................................................................................50

3.4.1 Alat............................................................................................50

3.4.2 Bahan.........................................................................................51

3.5 Perancangan Bahan Material Penelitian................................................51

3.5.1 Pemeriksaan dan Analisa Material Beton.................................51

3.5.2 Perencanaan Campuran (Mix Design).......................................53

3.5.3 Pengujian Slump........................................................................53

3.6 Pembuatan dan Pengujian Benda Uji....................................................53

3.6.1 Pengujian Kuat Tekan Beton.....................................................53

3.6.2 Pengujian Tarik Belah Beton.....................................................53


16

3.7 Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian...................................................54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................55

4.1 Hasil Pemeriksaan Material...................................................................55

4.1.1 Hasil Pengujian Agregat Halus..................................................55

4.1.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar..................................................56

4.2 Mix Design............................................................................................56

4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton........................................................58

4.3.1 Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal dan Beton Pasir Laut60

4.3.2 Pengaruh Subtitusi Pasir Laut Terhadap Beton Normal............61

4.4 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton...............................................63

4.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton.............................66

BAB V PENUTUP................................................................................................68

5.1 KESIMPULAN.....................................................................................68

5.2 SARAN..................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69

LAMPIRAN..........................................................................................................72

NOTASI.................................................................................................................77

DOKUMENTASI.................................................................................................88
DAFTAR GAMBARY

Gambar 1. 1 Lokasi Pengambilan Pasir Laut

Gambar 2. 1 Cetakan Uji Slump (Abram Cone)....................................................29

Gambar 2. 2 Grafik Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (benda uji

berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm)...........................................34

Gambar 2. 3 Grafik Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (benda uji

berbentuk kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm)...................................................35

Gambar 2. 4 Sketsa Gambar Tipe/Bentuk Kehancuran pada Benda Uji...............40

Gambar 2. 5 Flow Chart Pelaksanaan Penelitian..................................................54

YGambar 4. 1 Pengujian Kuat Tekan Beton..........................................................59

Gambar 4. 2 Pola Keteratakan pada Uji Kuat Tekan Beton...................................59

Gambar 4. 3 Grafik Perbandingan Uji Kuat Tekan Beton.....................................63

Gambar 4. 4 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton....................................................64

Gambar 4. 5 Pola Retakan pada Uji Kuat Tarik Belah Beton...............................64

Gambar 4. 6 Grafik Uji Kuat Tarik Belah Beton...................................................65

Gambar 4. 7 Grafik Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tark Belah Beton...............67

17
DAFTAR TABE

Tabel 2. 1 Kelas dan Mutu Beton...........................................................................10

Tabel 2. 2 Komposisi Oksida Semen Portland.......................................................14

Tabel 2. 3 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland..............15

Tabel 2. 4 Tipe Semen Portland Berdasarkan Jenis Pekerjaannya.........................15

Tabel 2. 5 Batas Gradasi Agregat Halus................................................................18

Tabel 2. 6 Batas Gradasi Agregat Kasar................................................................20

Tabel 2. 7 Beton Menurut Kuat Tekannya.............................................................25

Tabel 2. 8 Berat Jenis Beton...................................................................................26

Tabel 2. 9 Kategori Slump berdasarkan Workability.............................................31

Tabel 2. 10 Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan Faktor Air Semen,

dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia.............................................33

Tabel 2.11 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen

Maksimum untuk Berbagi Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus........36

Tabel 2. 12 Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Kedap Air...................36

Tabel 2. 13 Ketentuan Untuk Beton yang Berhubungan Dengan Air Tanah yang

Mengandung Sulfat................................................................................................37

Tabel 2. 14 Faktor Koreksi Rasio Panjang (L) dengan Diameter (D)........................

Tabel 3. 1 Matriks Jadwal Pelaksanaan Penelitian..............................................49Y

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Halus..................55

Tabel 4. 2 Variasi Benda Uji..................................................................................57

Tabel 4. 3 Persentase material setiap 1 m3.............................................................58

18
19

Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal (0% PL)............................60

Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Pasir Laut (100% PL)...................60

Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Subs.1 (25% PL)...........................61

Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Subs.2 (50% PL)...........................61

Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Subs.3 (75% PL)...........................62

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Pengujian Kuat Tekan Beton............................................62

Tabel 4. 10 Rekapitulasi Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.................................65

Tabel 4. 11 Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton dengan Pendekatan

Nawy......................................................................................................................66

Tabel 4. 12 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah dengan Pendekatan SNI

................................................................................................................................66
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur

bangunan. Kelebihan beton dengan struktur lain di antaranya adalah tahan api,

awet/tahan lama, kuat tekannya cukup tinggi, dan mudah dibentuk ketika masih

segar. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan,

baik dalam teknologi pembuatan campurannya ataupun teknologi pelaksanaan

konstruksinya. Perkembangan yang telah sangat dikenal adalah ditemukannya

kombinasi antara material beton dan baja tulangan yang digabungkan menjadi

satu kesatuan konstruksi dan dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang

banyak diterapkan pada bangunan struktural seperti: bangunan gedung, jembatan,

perkerasan jalan, bendungan air, tandon air dan berbagai konstruksi lainnya.

Beton bertulang pada bangunan gedung terdiri atas beberapa elemen struktur,

misalnya balok, kolom, pelat lantai, pondasi, sloof, ring balok, ataupun pelat atap.

Namun dibalik kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton

bertulang jika dibandingkan dengan bahan material lainnya, beton bertulang juga

memiliki masalah yang dapat mengurangi keunggulannya. Diantara masalah yang

sering dijumpai adalah masalah keretakan yang terjadi pada bahan tersebut.

Keretakan pada beton bertulang dapat timbul pada saat pra-konstruksi dan pasca

konstruksi. Sebenarnya setiap beton bertulang yang diaplikasikan pada struktur

1
2

bangunan pasti akan terjadi retakan, yang harus dipertimbangkan adalah apakah

retakan tersebut dapat ditolerir karena tidak berbahaya atau retakan tersebut

membahayan struktur bangunan secara keseluruhan. Keretakan pada beton

bertulang ini disebabkan oleh beberapa hal, karena pengaruh dari sifat beton itu

sendiri maupun faktor lingkungan luar yang mempengaruhi beton secara

langsung. Kalau kita lihat dari jenis retakannya, ada dua jenis keretakan pada

beton bertulang yaitu retakan yang terjadi saat pembuatan beton dan retakan yang

terjadi setelah beton selesai dibuat. Dari dua jenis retakan tersebut banyak sekali

berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya retakan tersebut. Penyebab

Keretakan Beton Yang Terjadi Saat Pembuatan Beton Bertulang adalah sifat

beton, suhu, korosi pada tulangan, pembuatan yang kurang baik, material yang

kurang baik, serta cara penulangan, dan penyebab keretakan beton yang terjadi

setelah pembuatan beton bertulang adalah pengaruh lingkungan, serta

pembebanan.

Dalam perkembangan dunia ilmu Teknik sipil telah banyak dilakukan

inovasi – inovasi dalam hal perbaikan dan perkuatan struktur di antaranya adalah

metode injeksi untuk memperbaiki retak pada struktur, metode patching dan

grouting untuk memperbaiki beton yang mengalami spalling (rompal – rompal

pada permukaan beton), memperpendek bentang dari struktur dengan konstruksi

beton ataupun dengan konstruksi baja yang bertujuan memperkecil gaya – gaya

dalam yang terjadi, memperbesar dimensi dari pada beton (concrete jacketing)

dan lain – lain.


3

Dalam Penelitian ini, akan menggunakan metode Jacketing dengan

menambah dimensi serta meningkatkan mutu beton sebagai salah satu alternatif

perkuatan struktur yang cukup efisien.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1) Berapakah besar kuat tekan beton dari masing – masing benda uji yang

mengalami proses jacketing setelah di lakukan uji tekan ?


2) Berapakah besar kuat tekan dari beton jacketing yang menggunakan

Reinforcement Shear Conertor sebagai bahan tambah dalam proses jacketing?


1) Berapakah perbandingan kuat tekan antara beton normal yang mengalami

proses jacketing dengan beton yang menggunakan Reinforcement Shear

Conertor juga mengalami proses jacketing?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada sub bab

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1) Untuk mengetahui seberapa besar kuat tekan beton dari masing – masing

benda uji yang mengalami proses jacketing setelah di lakukan uji tekan.
2) Untuk mengetahui besar kuat tekan dari beton jacketing yang menggunakan

Reinforcement Shear Conertor sebagai bahan tambah dalam proses jacketing.


4

3) Untuk mengetahui perbandingan kuat tekan antara beton normal yang

mengalami proses jacketing dengan beton yang menggunakan Reinforcement

Shear Conertor juga mengalami proses jacketing.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1) Manfaat ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan menambah khazanah

keilmuan dalam bidang teknik sipil khusunya tentang metode perkuatan

struktur.
2) Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi

setiap pembaca yang berkepentingan dalam bidang infrastruktur sipil.

1.5. Batasan Masalah

Untuk membatasi cakupan dari penelitian ini, maka penulis

memberikan batasan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut

1) Penelitian ini hanya menggunakan tiga mutu beton yaitu K-125, K-150,K-

175, K-225 dan K-300.


2) Penelitian ini menggunakan jenis semen tipe I yaitu semen portland yang

penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus.


3) Penelitian ini hanya menggunakan besi tulangan ulir Ø13 mm sebagai bahan

tambah beton eksisting.


4) Jacketing di lakukan pada beton eksisting setelah umur beton mencapai 28

hari.
5) Pengujian beton jacketing dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
5

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bagian

yang dalam pembahasannya saling terkait, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, batasan

permasalahan, maupun sistematika penulisan dari laporan Penelitian ini.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi uraian tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian serta uraian konsep dan teori yang mendukung dalam penelitian ini.

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang penjelaskan mengenai bahan, alat, variabel dan tahap

penelitian.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang pembahasan yang menyangkut pelaksanaan

pengolahan data yang telah di peroleh dari hasil pengujian yang telah di

laksanakan dengan disertakan grafik-grafik untuk memperjelas hasil penelitian.

BAB V : Penutup

Bab ini menguraikan kesimpulan penelitian berdasarkan tujuan dan

pembahasan serta saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Adapun penjelasan dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

judul dalam pembahasan penelitian ini adalah :

1. Efektivitas Berbagai Metode Jacketing untuk Balok RC. Sachin S. Ravala

dkk (2013). Penelitian ini dibuat model sederhana yaitu balok beton bertulang

berpenampang persegi kemudian diperkuat dengan metode jacketing. Tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari metode

jacketing untuk perbaikan kerusakan struktur beton. Dalam penelitian ini

menggunakan 4 metode jacketing. Metode I yaitu jacketing balok

menggunakan konektor dowel dan mikro – concrete. Dimensi konektor dowel

yang dipilih adalah 120 mm x 50 mm. Konektor ini dipasang pada permukaan

balok hingga 80 mm. Konektor Dowel dipasang pada sisi balok dengan lebar

150 mm dan permukaan sisi dengan kedalaman 300 mm dari balok yang jarak

dengan penempatannya acak kanan – kiri dengan menggunakan bahan

bonding chemical. Metode II yaiu pelapisan balok dengan bonding agent dan

micro – concrete. Ikatan micro – concrete dipasang pada balok permukaannya

beton yang dilakukan setelah pelapisan bonding agent. Metode III yaitu

jacketing balok dengan penggunaan gabungan konektor dowel, bonding

agent dan micro – concrete. Pertama-tama konektor dowel dipasang pada

permukaan beton balok. kemudian bonding agent dipasang pada permukaan

6
7

balok. Dan setelah itu dilakukan pelapisan balok dengan micro – concrete.

Metode IV yaitu pelapisan balok menggunakan micro – concrete tanpa

konektor dowel dan bonding agent, hanya micro – concrete yang telah

digunakan. Dari hasil percobaan dengan jelas menunjukkan bahwa jacketing

dapat meningkatkan sifat struktural untuk balok RC. Untuk balok jacketing

permukaan halus, daya dukung beban tertinggi terjadi pada teknik jacketing

dengan kombinasi konektor dowel, bonding agent dan micro-concrete. Untuk

balok jacketing permukaan yang terkelupas, daya dukung beban tertinggi

terjadi pada teknik jacketing yang hanya menggunakan micro – concrete

dibandingkan dengan teknik jacketing lainnya yang digunakan. Adapun

persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah

menggunakan metode jucketing sebagai metode perkuatan struktur.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian penulis adalah penulis tidak

menggunakan bahan tambah konektor dowel dan micro – concrete sebagai

bahan kombinasi dari perkuatan struktur.


2. Material dan Teknik Jacketing untuk Retrofitting Struktur. Shri. Pravin dkk

(2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja struktur

apapun di bawah gempa bumi di masa depan serta untuk mengetahui teknik

jacketing yang bisa digunakan dalam perbaikan kerusakan struktur beton.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik jacketing yaitu Reinforced

Concrete Jacketing, Steel jacketing dan Beam Jacketing. Teknik inovatif dari

perbaikan struktural memiliki banyak keunggulan dibandingkan teknik

konvensional. Penggunaan standar dan bahan perbaikan inovatif, teknologi

tepat guna, pengerjaan, dan kontrol kualitas selama pelaksanaan adalah faktor
8

kunci untuk perbaikan sukses, penguatan dan pemulihan struktur yang rusak.

Untuk Reinforced Concrete Jacketing ada beberapa syarat yang harus di

lakukan. Untuk sifat beton harus sesuai dengan struktur beton yang ada serta

kuat tekan harus lebih besar dari struktur yang ada dengan 5 N / mm 2 atau

setidaknya sama dengan kuat tekan dari struktur yang ada. Untuk tebal

jacketing di sarankan 10 cm untuk beton yang di cor di tempat dan 4 cm

untuk shotcrete. Untuk Steel jacketing ketebalan pelat baja yang disarankan

adalah 6 mm, ketinggian jacketing 1,2 sampai 1,5 kali panjang sambungan

untuk kasus kolom lentur dan ketinggian sepanjang kolom untuk kasus kolom

geser. Untuk Beam Jacketing lebar minimum untuk jacket longitudinal

reinforcement yang di sarankan adalah 8 cm jika beton di cor di tempat atau 4

cm untuk shotcrete. Adapun persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis adalah menggunakan metode jucketing sebagai

metode perkuatan struktur. Sedangkan perbedaan dengan penelitian penulis

adalah penulis tidak menggunakan bahan serat karbon untuk bahan tambah

dari perkuatan struktur.


3. Studi Eksperimental pada Sambungan steel Jacket – Concrete komposite. Xin

Nie dkk (2017). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan

dari sambungan steel Jacket – Concrete komposite. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Rancangan

penelitian adalah steel –concrete composite pada jembatan rangka dengan

lima tiang setinggi 40 m sebagai struktur prototipe, yang terdiri dari tiga

spesimen, termasuk dua koneksi komposit jaket-beton baja dengan detail

konstruksi yang berbeda dan satu koneksi tulangan tradisional, dirancang


9

untuk mempelajari mekanisme transfer beban pada berbagai jenis sambungan

komposit. Spesimen pertama SCCRJ-1 tipe steel jacketing, Spesimen pertama

SCCRJ-2 tipe steel jacketing, Spesimen pertama SCCRJ-3 tipe rebar.

Spesimen SCCRJ-1 dan SCCRJ-2 adalah steel jacketing (yaitu, beton bagian

bawah kolom pada dua spesimen ini dibungkus oleh jaket baja dengan

panjang 550 mm (sepanjang arah kolom), lebar 530 mm, tinggi 432 mm

dengan tebal baja 6 mm) dan koneksi komposit beton. Spesimen SCCRJ-3

adalah koneksi rebar komposit tradisional. kemudian akan dilakukan uji

beban siklik pada ketiga spesimen tersebut dan akan dilihat apa yang terjadi

pada ketiga spesimen tersebut. Hasil uji beban siklik terbalik dari tiga

spesimen bahwa sambungan komposit steel jacketing memiliki kinerja

struktural yang lebih baik dari pada sambungan tulangan, dan momen lentur

pada beton-beton gelagar dapat langsung ditransfer ke beton dermaga melalui

jaket baja. Ketahanan retak dan daya dukung Spesimen SCCRJ-1 dan

SCCRJ-2 lebih baik dari Spesimen SCCRJ-3, yang berarti koneksi jaket

komposit baja lebih baik dari pada koneksi rebar tradisional. Alasan utama

untuk ini adalah bahwa RC kolom dekat sendi sambungan ditutupi oleh steel

jacketing. Dengan demikian, bagian terlemah telah dipindahkan dari sendi

koneksi ke bagian terluar dari jaket baja di kolom RC di mana momen lentur

lebih kecil, yang memberikan peningkatan daktilitas dan daya dukung

koneksi komposit. Adapun persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis adalah menggunakan metode jucketing sebagai metode

perkuatan struktur. Sedangkan perbedaan dengan penelitian penulis adalah


10

penulis tidak menggunakan steel jacketing sebagai salah satu metode

perbaikan maupun peningkatan kekuatan struktur.

2.2 Pengertian Beton

Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau

semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa

bahan tambahan (admixture). Seiring dengan penambahan umur, beton akan

semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.

Beton memliki daya kuat tekan yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai

atau dipergunakan untuk pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan,

jembatan dan jalan.

Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran agregat

halus (pasir), agregat kasar (kerikil) atau jenis agregat lainnya dengan air dan

semen Portland. Penggunaan beton pada bangunan gedung sebagai struktur

pondasi, balok, kolom, dan plat lantai, sedangkan untuk bangunan air beton

digunakan untuk saluran drainase, gorong – gorong, bendungan, dan bendung.

Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi mempunyai kuat Tarik

yang rendah (Tjokrodimuljo, 1996).

2.3 Keunggulan dan Kelemahan Beton

Menurut (Tjokrodimuljo, 2007) beton memiliki beberapa kelebihan antara

lain sebagai berikut ini.

1. Harga yang relatif lebih murah karena menggunakan bahan-bahan dasar yang

umumnya mudah didapat


11

2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas, tahan terhadap pengkaratan

atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya perawatan menjadi

lebih murah

3. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan dengan

baja tulangan yang mempunyai kuat tarik tinggi sehingga dapat menjadi satu

kesatuan struktur yang tahan tarik dan tahan tekan, untuk itu struktur beton

bertulang dapat diaplikasikan atau dipakai untuk pondasi, kolom, balok,

dinding, perkerasan jalan, landasan pesawat udara, penampung air, pelabuhan,

bendungan, jembatan dan sebagainya

4. Pengerjaan atau workability mudah karena beton mudah untuk dicetak dalam

bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan beton dapat dipakai beberapa kali

sehingga secara ekonomi menjadi lebih murah.

Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan, beton juga memiliki

beberapa kekurangan, menurut (Tjokrodimuljo, 2007) kekurangan beton adalah

sebagai berikut ini.

1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar bermacam-

macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan dan

cara pembuatannya bermacam-macam

2. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga harus direncanakan

sesuai dengan bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara perencanaan

dan cara pelaksanaan bermacam-macam pula

3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan mudah

retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara untuk mengatasinya, misalnya
12

dengan memberikan baja tulangan, serat baja dan sebagainya agar memiliki

kuat tarik yang tinggi.

2.4 Jenis – Jenis Beton

Adapun jenis-jenis beton adalah sebagai berikut :

a. Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang berat volumenya <1900 kg/m³, dipakai

untuk elemen non struktural. Dibuat dengan cara membuat membuat

gelembung udara dalam adukan semen, menggunakan agregat ringan (tanah

liat bakar/batu apung) atau pembuatan beton non-pasir.


b. Beton Normal

Beton Normal adalah beton yang berat volumenya 2200-2500 kg/m³,

dipakai hampir semua bagian struktural bangunan.

c. Beton Berat

Beton Berat adalah beton yang berat volumenya >2500 kg/m³, dipakai

untuk struktur teretentu misalnya struktur yang harus tahan terhadap radiasi

atom.

d. Beton Jenis Lain


Adapun jenis-jenis beton jenis lain adalah sebagai berikut :
1. Beton massa (mass concrete)

Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar,

bendungan dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran

beton jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi

yang timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton

semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di permukaan

beton >20 ºC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik yang disertai


13

retak-retak. Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton

(shrinkage) yang dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan

berlangsung. Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass

concrete akan beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru

dengan beton lama mengingat waktu setting beton yang singkat (±2 jam),

sehingga perlu direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku

beton tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk

menghindari terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan

komposisi beton (nilai slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek

pelaksanaan di lapangan (suhu udara saat pengecoran, curing, menggunakan

bekisting dengan kemampuan isolasi yang bagus dan menyiapkan

construction joint). Pemberian tulangan ekstra untuk menahan gaya tarik

akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan sebagai salah satu pertimbangan

struktural.

2. Ferosemen (ferrocement)

Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai

ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas,

fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.

3. Beton serat (fibre concrete)


Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat

berupa serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa,

dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai

jembatan.
4. Beton Siklop
14

Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat

kasar dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan

dan pangkal jembatan.


5. Beton Hampa
Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi

hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method).


6. Beton Ekspose

Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing,

biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang

dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek

film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, listplank, kolom dan

balok bangunan.

2.5 Bahan Penyusun Beton

Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan halus

serta bahan tambah, di mana setiap bahan penyusun mempunyai fungsi dan

pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan,

bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas bahan penyusun,

nilai faktor air semen, gradasi agregat, ukuran maksimum agregat, cara pengerjaan

(pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan perawatan) serta umur beton

(Tjokrodimuljo, 1996). Berikut adalah bahan penyusun beton yang digunakan

adalah sebagai berikut ini.


15

2.5.1 Semen Portland

Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai

bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan

proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen

menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen (Portland Cement)

adalah Joseph Aspdin pada tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris.

Dinamakan semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna

serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland.

Berdasarkan SNI – 15 – 2049 – 2004, semen OPC (Ordinary Portland

Cement) yaitu semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak

semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis

dan digiling bersama - sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih

bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan

tambahan lain. Semen OPC (Ordinary Portland Cement) dibagi menjadi 5 (lima

jenis) berdasarkan jenis dan penggunaannya, antara lain :

a. Jenis I, yaitu semen portland untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan

persyaratan-persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lain.


b. Jenis II, yaitu semen portland dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat atau kalor hidrasi terjadi.


c. Jenis III, yaitu semen portland dalam penggunaannya memerlukan kekuatan

tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.


d. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan kalor

hidrasi rendah.
e. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam dalam penggunaanya memerlukan

ketahanan tinggi terhadap sulfat.


16

2.5.2 Agrerat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira – kira menempati

sebanyak 70% dari volume mortar atau beton. Pemilihan agregat merupakan

bagian yang sangat penting karena karakteristik agregat akan sangat

mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1996). Agregat juga

adalah suatu bahan yang berasal dari butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau

mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral

padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen.

2.5.2.1 Agregat Halus

Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm.

Agregat halus juga disebut dengan pasir. Adapun syarat - syarat halus yang

baik digunakan untuk bahan campuran beton, antara lain sebagai berikut :

1) agregat halus tidak boleh mengandung kadar lumpur lebih dari 5%,

2) agregat halus tidak mengandung zat organik terlalu banyak, yang dibuktikan

dengan percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan diatas

endapan tidak boleh gelap dari warna standar atau pembanding,

3) agregat halus memiliki modulus butir halus antara 1,50 - 3,80,

4) agregat halus tidak boleh reaktif terhadap alkali,

5) kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%

dan jika di pakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%.

Tabel 2.1 Batas – batas gradasi agregat halus


17

(Tjokrodimuljo, 2007)

Tabel 2.2 Persyaratan pengujian agregat halus

2.5.2.2 Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 4,75 mm.

Untuk mendapatkan kuat tekan beton mutu tinggi > 62,1 MPa, sebaiknya ukuran

maksimum agregat kasar adalah 12,5 mm. Agregat kasar juga disebut kerikil,

batu pecah, ataupun split. Adapun syarat – syarat agregat halus yang baik

digunakan untuk bahan campuran beton antara lain, sebagai berikut :

1) Agregat kasar tidak boleh mengandung kadar lumpur maksimum 1%,

2) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat - zat yang reaktif terhadap alkali,
18

3) Agregat kasar memliki ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari 1/5

jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, 3/4

jarak bersih antar tulangan atau berkas tulangan,

4) Agregat kasar tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari

20%,

5) Agregat kasar memiliki kekekalan maksimum 12% bagian yang hancur jika

diuji dengan natrium sulfat dan jika diuji dengan magnesium sulfat bagian

yang hancur maksimum 18%.

Tabel 2.3 Batas – batas gradasi agregat kasar

(SNI 03-2834-1992)

Agregat kasar menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia

perlu diuji ketahanannya terhadap keausan (dengan mesin Los Angeles).

Persyaratan mengenai ketahanan agregat kasar beton terhadap keausan

ditunjukkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Persyaratan kekerasan agregat kasar


19

(SNI 03-2834-1992)

Berkaitan dengan pekerjaan konstruksi beton bertulang, ukuran

maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:

a. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun

b. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun

c. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawatkawat, bundel

tulangan, atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-selongsong.

Persyaratan pengujian agregat kasar selengkapnya dapat dilihat pada tabel

2.5 sebagai berikut :

Tabel 2.5 Persyaratan pengujian agregat kasar

2.5.2.3 Berat Jenis Agregat

Agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya, yaitu agregat normal,

agregat berat dan agregat ringan. Agregat normal ialah agregat yang berat

jenisnya antara 2,5 sampai 2,7. Biasanya berasal dari agregat granit, basalt,
20

kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan berberat jenis sekitar 2,3 dengan

kuat tekan antara 15 MPa sampai 40 MPa dan disebut beton normal.

Agregat berat berberat jenis lebih dari 2,8 misalnya magnetik (Fe3O4),

barytes (BaSO4), atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga berat jenisnya

tinggi (sampai 5), yang efektif sebagai dinding pelindung radiasi sinar X.

Agregat ringan mempunyai berat jenis kurang dari 2,0 yang biasanya

dibuat untuk nonstruktural, akan tetapi dapat pula untuk beton struktural atau blok

dinding tembok. Kebaikannya ialah berat sendiri yang rendah sehingga

strukturnya ringan dan fondasinya lebih kecil.

Bila suatu agregat kering beratnya W, maka diperoleh berat jenisnya (Bj)

adalah :

W
B.j = Vb ( 2.0 )
Dimana :

Bj = Berat Jenis

W = Berat Butir Agregat (gram)

Vb = Volume Butiran Agregat (gram) (Tjokrodimuljo, 1996)

2.5.2.4 Ukuran Maksimum Butir Agregat

Adukan beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang sama atau

beton dengan kekuatan yang sama, akan membutuhkan semen yang lebih sedikit

apabila dipakai butir kerikil yang besar-besar. Oleh karena itu, untuk mengurangi

jumlah semen (sehingga biaya pembuatan beton berkurang) dibutuhkan ukuran

butir-butir maksimum agregat yang sebesar-besarnya. Pengurangan jumlah semen

juga berarti pengurangan panas hidrasi, dan ini berarti mengurangi kemungkinan
21

beton untuk retak akibat susut atau perbedaan panas yang besar. Walaupun

demikian, besar butir maksimum agregat (dapat juga diartikan ukuran maksimum

butir kerikil/batu pecah) tidak dapat terlalu besar, karena ada faktor-faktor lain

yang membatasi. Faktor-faktor yang membatasi besar butir maksimum agregat

adalah :

a. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 3/4 kali jarak

bersih antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan cetakan
b. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal plat.
c. Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/5 kali jarak

terkecil antara bidang samping cetakan.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka ukuran maksimum butir

agregat umumnya dipakai 10 mm, 20 mm, 30 mm, atau 40 mm. Jika tidak dipakai

baja tulangan, misalnya beton untuk pondasi sumuran, ukuran maksimum agregat

dapat sebesar 150 mm.

2.5.2.5 Gradasi Agregat

Gradasi agregat ialah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-

butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar.

Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang

kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori di antara butiran yang lebih

besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kepampatannya

tinggi.

Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari berat butiran

yang tertinggal atau lewat di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan itu

ialah ayakan dengan lubang : 76 mm (3”), 38 mm (11/2”), 19 mm (3/4”), 9,6 mm


22

(3/8”), 4,80 mm (No. 4), 2,40 mm (No. 8), 1,20 mm (No. 16), 0,60 mm (No. 30),

0,30 mm (No. 50), dan 0, 15 mm (No. 100).

2.5.2.6 Persyaratan Agregat

Agregat untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

a. Butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut. Ukuran kekuatan agregat dapat

dilakukan dengan pengujian ketahanan aus dengan mesin los angeles, atau

dengan bejana Rudeloff. Persyaratan menurut standar bidang pekerjaan umum

seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.6 Persyaratan kekerasan agregat kasar untuk beton

(Tjokrodimuljo, 1996)

b. Tidak mengandung tanah atau kotoran lain yang lewat ayakan 0,075 mm (No.

200). Pada agregat halus jumlah kandungan kotoran ini harus tidak lebih dari

5% untuk beton sampai 10 Mpa (100 Kg/cm²), dan 2,5% ntuk beton mutu

yang lebih tinggi. Pada agregat kasar kandungan kotoran ini dibatasi sampai

maksimu 1%. Jika agregat mengandung kotoran lebih dari batas-batas

maksimum tersebut maka harus dicuci dengan air bersih.


23

2.5.3 Air

Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan

beton karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran

beton adalah untuk membantu reaksi kimia semen portland dan sebagai bahan

pelicin antara semen dengan agregat agar mudah dikerjakan. Air diperlukan pada

adukan beton karena berpengaruh pada sifat pengerjaan beton (workability).

Secara umum, air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah

air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari

90% kekuatan beton yang memakai air suling.

Dalam hal terdapat kesulitan air di daerah terpencil misalnya yang tidak

terdapat air minum atau air untuk penggunaan umum, dan kualitas air yang ada

dikhawatirkan, maka perlu dilakukan pengujian kualitas air.

Kekuatan beton dan daya tahannya berkurang jika air mengandung kotoran.

Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan beton,

serta kekuatan betonnya setelah mengeras.

Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam, sekitar 78 persennya

adalah sodium klorida dan 15 persennya adalah magnesium sulfat. Adanya garam-

garam dalam air dapat mengurangi kekuatan beton sampai 20%. Air laut tidak

boleh digunakan untuk campuran beton pada beton bertulang atau beton prategang

karena resiko terhadap korosi tulangan lebih besar.

Air untuk campuran beton minimal yang memenuhi persyaratan air minum,

akan tetapi bukan berarti air untuk campuran beton harus memenuhi standar air
24

minum. Penggunaan air sebagai bahan campuran beton sebaiknya memenuhi

syarat sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007).

a. Air harus bersih


b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda yang melayang lainnya lebih

dari 2 gram/liter
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merukas beton,

asam, zat organik lebih dari 15 gram/liter


d. Tidak mengandung klorida atau Cl > 0,5 gram/liter
e. Tidak mengandung senyawa sulfat > 1 gram/liter

2.6 Bahan Adiktif

Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air, semen dan

agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera atau selama

pengadukan beton dengan tujuan mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton

sewaktu masih dalam keadaaan segar atau setelah mengeras. Fungsi-fungsi bahan

tambah antara lain: mempercepat pengerasan, menambah kelecakan (workability)

beton segar, menambah kuat tekan beton, meningkatkan daktilitas atau

mengurangi sifat getas beton, mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya.

Bahan tambah diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit dengan pengawasan

yang ketat agar tidak berlebihan yang berakibat memperburuk sifat beton

(Tjokodimuljo, 1996). Bahan tambah menurut maksud penggunaannnya dibagi

menjadi dua golongan yaitu admixtures dan additives.

Admixtures ialah semua bahan penyusun beton selain air, semen hidrolik

dan agregat yang ditambahkan sebelum, segera atau selama proses pencampuran

adukan di dalam batching, untuk merubah sifat beton baik dalam keadaan segar

atau setelah mengeras. Definisi additive lebih mengarah pada semua bahan yang
25

ditambahkan dan digiling bersamaan pada saat proses produksi semen (Taylor,

1997).

Menurut Tjokrodimuljo (1996), salah satu bahan tambah Chemical

Admixtures merupakan bahan tambah bersifat kimiawi yang dicampurkan pada

adukan beton dengan maksud agar diperoleh sifat-sifat yang berbeda pada beton

dalam keadaan segar maupun setelah mengeras, misalnya sifat pengerjaannya

yang lebih mudah dan waktu pengikatan yang lebih lambat atau lebih cepat.

Superplasticizer merupakan salah satu jenis chemical admixure yang sering

ditambahkan pada beton segar. Pada dasarnya penambahan superplasticizer

dimaksudkan untuk meningkatkan kelecakan, meningkatkan kemudahan

pengerjaan (workability) dan mengurangi jumlah air yang diperlukan dalam

pencampuran (faktor air semen), mengurangi slump, mencegah timbulnya

segregasi, menambah kadar udara (air content) serta memperlambat waktu

pengikatan (setting time). Adapun beberapa keuntungan lain menggunakan bahan

tambah ini antara lain adalah:

a. Kadar semen dapat dikurangi cukup besar untuk menjaga faktor air semen

yang sama. Hal ini akan menghasilkan penghematan.


b. Faktor air-semen dapat dikurangi secara signifikan untuk menjaga kadar

semen dan kinerja kelecakan yang sama. Hal ini akan menyebabkan

peningkatan kekuatan.
c. Kinerja tinggi pada faktor air semen sangat rendah seperti pengecoran beton

dengan tulangan yang rapat.


d. Mengurangi permeabilitas.
26

e. Untuk pekerjaan di sebuah proyek campuran beton yang sudah ditambahkan

superplasticizer ini sangat berguna karena untuk mempermudan dan

mempercepat pemompaan beton dibandingkan beton biasa.


Menurut Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

nomor : 22/SE/M/2015 tentang pedoman penggunaan bahan tambah kimia

(chemical admixture) dalam beton, bahan tambah pengurang air (normal water

reducer) adalah bahan tambah yang disebut plasticizer dalam teknologi beton.

Suatu produk pengurang air yang biasa mampu mengurangi kebutuhan air sebesar

10% sampai 15%. Pengurangan air yang lebih tinggi, dengan memasukkan jumlah

besar bahan tambah jenis plasticizer, akan menghasilkan efek yang tidak

diinginkan pada beton seperti bleeding, segregasi dan pengikatan yang tidak

terkendali. Jenis baru pengurang air (HRWR/superplasticizer/SP), yang secara

senyawa kimia berbeda dari pengurang air biasa (NWR/plasticizer) akan mampu

mengurangi kadar air sampai dengan 30%. Bahan tambah yang termasuk dalam

kelas ini dikenal sebagai superplasticizer. Superplasticizer (High Range Water

Reducer), yang sebenarnya merupakan versi yang lebih modern dari plasticizer

(Normal Water Reducer), dan contoh superplasticizer di Indonesia bisa dilihat

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Superplasticizer


27

A. Epoxy Adhesive

Epoxy adalah kopolimer yang terbentuk dari dua bahan kimia yang

berbeda, yaitu resin dan pengeras. Resin digunakan sebagai basenya dan

polymed sebagai hardenernya (pengerasnya). Dalam bentuk asli epoxy resin

sangat keras dan getas, tetapi pada saat penggunaannya akan dicampurkan bahan

campuran untuk menyesuaikan sisi mekaniknya, baik dalm sisi kekuatan,

kekenyalan, dan keuletannya.

Epoxy merupakan pelapis akhir pada permukaan lantai ataupun dinding,

yang biasa digunakan pada lahan parkir, gedung, pabrik, gudang, rumah sakit,

dan supermarket, ataupun industry lainnya. Keistimewaanya lantai yang dilapisi

catepoxy akan lebih kuat, lebih bersih tidak ada sambungan nat, kokoh, terlihat

mengkilap, dan tahan terhadap benturan ataupun terkena bahan kimia. Epoxy

juga merupakan standart dari ISO pada perusahaan yang sejenis industry. Epoxy

juga digunakan sebagai perekat stuktural, bahan seperti kayu dan lain-lain yang

direkat dengan resin epoxy.

B. JENIS-JENIS EPOXY FLOORING

1. Epoxy coating

2. Epoxy floorcoating

3. Epoxy mortar

4. Epoxy microseal

5. Epoxy injection

6. Epoxy water proofing


28

C. EPOXY FLOOR COATING

Epoxy floor coating merupakan kombinasi antara epoxy resin yang

direaksikan oleh polymed suatu kimia yang kuat menempel pada beton, keramik,

kayu, ataupun metal.

D. EPOXY MORTAR

Fungsinya : sebagai perbaikan pada permukaan beton, sebagai lapisan

acian pada struktur beton yang rapuh, sebagai penambal lapisan pada permukaan

beton yang rusak, bersifat water proofing.

E. DEMPUL EPOXY (BODY COAT)

Berfungsi untuk menutupi pori-pori, lubang, dan beton yang retak.

Berfungsi untuk pendempulan pada lapisan dinding, body kapal, dudukan mesin,

kayu, fiber, plat, body mobil dan lain-lain. Bahannya dempul epoxy dapat tahan

terhadap panas.

F. EPOXY CLEAR

Ketahanan terhadap zat alkali merupakan fungsi utama yang dimiliki

epoxy clear satu ini. Bahan epoxy clear tidak berwarna melainkan transparan,

biasa digunakan pada tahap akhir pengecatan pada dinding, ataupun lantai

G. CARA PENGAPLIKASIAN

1. Jika lantai yang mau dilapisi dengan epoxyadalah beton, maka terlebih

dahulu bersihkan permukaan beton dari debu dan kotoran menggunakan

vacum cleaner, jika sudah bersih untuk lapisan awal gunakan epoxy
29

primer yang sifatnya pelapis dasar aplikasikan menggunakan roller atau

cat semprot.

2. Tunggu epoxy primer ini sampai kering, tunggu sekitar 12 jam agar

pengeringan sempurna.

3. Setelah itu tahap base epoxy coate, body coate, dan top coate, tahap ini

harus dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu yang sama dan

harus bersih dalam pengaplikasiannya.

4. Saat melakukan tahapan diatas sebaiknya menggunakan roller yang baik

dengan bulu yang tidak rontok, karena jika ada sisa bulu yang rontok

akan terlihat dan tidak rata, itu harus segera dibersihkan dan kemudian di

cat ulang.

5. Dalam pengaplikasian tahap di atas sebaiknya dilakukan dua kali lapisan

dengan jangka waktu tertentu, tergantung mesin pengering atau

blowernya. Agar epoxy menjadi kuat dan terlihat baik.

6. Selama proses pelapisan, jendela, pintu, atau fentilasi lainnya harus

terbuka, karena jika tertutup bisa membahayakan pekerja, karena zat

epoxy merupakan zat kimia.

7. Pada saat pengaplikasian para pekerja harus menggunakan sandal dari

karet yang lunak dan rata, Agar tidak berpengaruh pada lapisan yang baru

dicat dengan epoxy.

8. untuk menambah efek glossy atau mengkilap pada permukaan lapisan

bisa ditambahkan epoxy clear pada akhir lapisan, pengaplikasiannya

harus rata dan berkala.

9. Setelah lapisan sudah selesai, lantai tidak boleh langsung dilewati, tunggu

sampai sekitar 12 jam, agar lantai dapat dilewati. Tetapi lantai dapat
30

dilewati lebih cepat jika pengeringan dilakukan menggunakan mesin

blower yang besar.

10. Mobil, gerobak, atau mesin lainnya baru bisa lewat setelah jangka waktu

7 hari terakhir setelah pelapisan selesai.

H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN CAT PELAPIS EPOXY

Sebelum kita bahan tentang kelebihan dan kekurangan mengenai cat

epoxy, mari kita lihat dudlu seperti apa cat epoxy itu. Yaaaa… cat epoxy

digunakan untuk melapisi permukaan lantai atau beton, memiliki permukaan

yang licin dan mengkilap dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan.

Jadi cat epoxy juga memiliki kelebihan dan kekurangannya, mari kita bahan

kelebihannya terlebih dahulu.

1. KELEBIHAN

a) PENAMPILAN

Kenapa cat pelapis lantai epoxy sekarang lebih banyak

digunakan di kebanyakan supermarket atau tempat perbelanjaan lainnya?

Yaaaa…. Karena cat pelapis epoxy memiliki tampilan yang menarik dan

glossy. Ditambah sekarang kami juga mengadakan program cat pelapis

epoxy 3D yang dapat menampilkan gambar tiga dimensi dengan

tambahan cat epoxy yang mengkilap dapat menghasilkan karya yang

indah dan cocok untuk supermarket dan perusahaan lainnya. Penampilan

cat epoxy sudah tidak diragukan lagi, jika pengaplikasian yang benar dan

tepat dapat menghasilkan lapisan epoxy yang telihat baik dan mengkilap.

Dapat digunakan untuk lapisan lantai supermarket dan lain-lain.

b) KETAHANAN
31

Cat epoxy sudah terbukti ketahanannya, bahkan sudah

merupakan standartdari ISO untuk perusahaan yang sejenis industry.

Makanya sekarang banyak perusahaan, pabrik, ataupun lainnya yang

sudah banyak menggunakan epoxy. Cat epoxy mampu menahan beban

dengan tekanan tinggi. Selain ketahanan dalam tekanan cat epoxy juga

tahan terhadap panas dan tahan air, selain itu cat epoxy juga tahan

terhadap bakteri atau kotoran, makanya banyak digunakan di rumah

sakit, atau perusahaan farmasi lainnya.

c) UMUR PANJANG

Cat pelapis lantai epoxy merupakan cat pelapis yang memiliki

ketahanan dalam aspek umur. Cat pelapis lantai epoxy memiliki umur

yang relative panjang, epoxy dapat bertahan selama beberapa decade

tanpa retak ataupun mengelupas. Hal ini dikarenakan cat pelapis epoxy

terbuat dari bahan kimia resin dengan campuran pengeras yang membuat

kedua bahan tersebut menjadi klop dalam pencampurannya. Makanya

sekarang banyak pabrik dan perusahaan lainnya lebih memilih epoxy

untuk lapisan lantainya.

d) TERJANGKAU

Terjangkau!!! Itulah kata yang dicari dari beberapa perusahaan

yang yang ingin lebih meminimalisasikan pengeluaran. Cat pelapis epoxy

sangatlah tepat dan sangan terjangkau dari cat pelapis lantai lainnya.

Walaupun lebih murah dan terjangkau cat pelapis epoxy tidak

meninggalkan kulaitasnya yang masih memegang kepercayaan dari

banyak perusahaan yang memakai jasa cat pelapis epoxy. Kenapa cat
32

pelapis epoxy sangat terjangkau? Karena cat pelapis epoxy mudah dalam

cara pengaplikasiannya, hanya dengan langsung diinstal di atas jenis

lantai beton atau lainnya. Inilah kenapa cat pelapis lantai epoxy sekarang

semakin banyak digunakan di beberapa perusahaan, pabrik, supermarket,

rumah sakit, dan instansi lainnya. Keterjangkauan dan fleksibilitas yang

menjadi factor utama dan ini bisa anda temukan di cat pelapis lantai

epoxy.

e) VARIASI

Kenapa sekarang banyak perusahaan dan supermarket

menggunakan cap pelapis epoxy, bahkan juga banyak keluarga yang

mengecat lantainya dengan cat pelapis epoxy. Ini dikarenakan cat pelapis

epoxy memiliki variasi variasi yang banyak dan juga memilki tampilan

yang menarik. Cat epoxy memilki banyak variasi warna yang menambah

permukaan lantai rumah anda menjadi terlihat, elegan, halus, dan

mengkilap, dan pastinya lebih mudah pembersihannya. Dengan cat

pelapis epoxy lantai juga dapat diatur kedalam mode tradisional, pribadi,

atau pun desain khusus seperti vintage dan lainnya. Adanya jumlah

varian warna yang sangat banyak menjadikan cat pelapis lantai epoxy

menjadi pilihan alternative yang lebih ekonomis untuk mengupgrade

beton polos atau suasana rumah dan kantor anda.

e) PROTEKTIF

Walaupun cat pelapis lantai epoxy sangat ekonomis, cat pelapis

ini tidak meninggalkan kualitasnya yang dapat menahan pengembunan

pada lantai beton atau lantai lainnya yang dapat merusak kekuatan lantai
33

beton tersebut. Cat pelapis lantai epoxy juga dapat melindungi lantai dari

air, retak, minyak, bakteri, atau pun zat kimia yang membahayakan. Hal

ini dapat menghemat banayak biaya pada kebersihan dan

pemeliharaannya dengan menghilangkan kebutuhan untuk membersihkan

karpet atau nat. hal ini juga santa cukup murah untuk durasi dan tingkat

perlindungan yang ditawarkan oleh cat pelapis epoxy ini.

f) KENYAMANAN

Cat pelapis lantai epoxy juga menyuguhkan kenyamanan pada

penerapannya pada lantai rumah atu kantor. Salah satu keuntungan ini

tidak banyak yang mengetahuinya, hal ini adalah cat pelapis epoxy lantai

mampu meningkatkan visibilitas didalam ruangan dengan mencerminkan

cahaya di dalam ruangan rumah atau kantor kita.

2. KELEMAHAN EPOXY LANTAI

Setelah anda menegetahui menegenai kelebihan cat pelapis epoxy

lantai yang begitu banyak macamnya dari mulai keterjangkauan sampai

ketahanannya yang sudah terbukti kebenarannya. Tetapi disisi lain cat

epoxy lantai juga memiliki beberapa kelemahannya, mari simak beberapa

kelemahan yang dimiliki oleh cat pelapis epoxy lantai.

a) HANYA SEMENTARA

Salah satu kelemahan utama yang dimiliki cat pelapis epoxy

lantai adalah hanya untuk sementara, walaupun memiliki umur yang

relatif panjang, cat pelapis lantai epoxy harus diganti dengan yang baru

kembali. Terutama jika diaplikasikan pada lantai yang sering dilalui


34

kendaraan berat. Dengan adanya hal ini agar lantai tetap terlihat baik

anda harus melapisinya dengan mantel epoxy yang baru agar lebih tahan

lama, ini tidak bisa dihindari pada permukaan lantai yang sering dilewati

kendaraan berat seperti di pabrik atau di pergudangan.

Masalah lainnya adalah retak dan chipping yang mengembang,

ini adalah masalah umum yang biasa yang dihadapi lantai pada umunya,

yang dapat menyebabkan pengelupasan pelapis pada lantai, apalagi yang

sering dilalui oleh kendaraan berat, hal ini harus cepat dilakuakan

penambalan ulang, jika tidak ini akan berakibat pada pelapis yang

semakin lama pengelupasannya akan semakin besar dan menyebar.

b) LICIN

Licin, kenapa licin? Karena cat pelapis lantai epoxy mempunyai

permukaan yang mengkilap yang menjadikan licin saat terkena air atau

minyak. Laantai yang dilapisi epoxy relatiftahan selip, ini tidak universal.

Hal ini hanya untuk aplikasi khusus untuk penggunaan di area yang

sering ditumpahi bahan kimia. Contohnya adalah minyak, maka instalasi

lantai epoxy anti- licin harus diterapkan agar tidak menjadi sangat licin.

Lantai yang dilapisi cat epoxy bisa menjadi sangat licin saat

basah, hal ini bisa menjadi situasi yang sangat berbahaya terhadap

keselamatan para pekerja dalam sebuah pabrik atau perusahaan lainnya.

Cat pelapis epoxy lantai tidaklah cocok untuk lantai yang baisa terkena

tumpahan air atauyang sifatnya lembab pada lantainya. Namun, anda


35

dapat meminimalisasi resiko ini, untuk beberapa persen kami siap

memberi solusi yang terbaik untuk mengatasi hal tersebut.

c) PERSIAPAN

Kelemahan lainnya adalah persiapannya yang relative lama.

Untuk mendapatkan lantai yang siap untuk diinstalasi cat pelapis epoxy

harus melawati beberapa tahap yang cukup banyak, dan perlu jeda waktu

yang cukup lama.

Missal juka yang ingin dilapisi cat epoxy lantai beton, lantai

beton harus bebas dari kotoran dan minyak, hal ini harus benar-benar

bersih, setelah tunggu sampai mongering. Atau pelarutan sebelum coating

epoxy pada lantai beton. Apalagi jika da keretakan pada lantai beton itu

sendiri, harus dilakukan penambalan terlebih dahulu, proses ini juga

membutuhkan jangka waktu yang cukup lama untuk sampai lanttai

tersebut kering dengan sempurna. Apabila yang ingin dilapisi adalah

lantai semen atau tanah, lantai harus rata dan bersih dari kotoran atau sisa

semen yang mongering yang masih menempel pada lantai.

Tetapi kabar baiknya, semakin majunya teknologi di bidang

pekerjaan umum, ditambah dengan tenaga kerja kami yang sudah

berpengalaman maka semakin cepat pula hal itu dapat dihindari atau

dapat dipercepat pengerjaannya. Namun, tetap mengedepankan kualitas

yang terbaik untuk kepuasan pelanggan.

d) PENGERINGAN
36

Terlepas dari proses persiapan yang relative lama dan bertele-tele

untuk instalasi cat epoxy pada lantai beton atau lantai lainnya. Cat pelapis

lantai epoxy ini juga memakan waktu yang cukup lama dalam masa

pengeringannya. Daricat epoxy primer sampai finishing, harus ada jangka

waktu yang cukup lama. Contohnya : cat primer atau cat dasar harus

menunggu hingga 12 jam atau lebih agar mongering dengan sempurna

baru bisa dilapisi dengan cat lainnya. Tetapi hai ini dapat

diminimalisasikan dengan majunya mesin mesin pekerjaan umu yang

sudah semakin maju, dengan menggunakan blower yang besar proses

penegringan akan semakin cepat. Dan dengan adanya alaat untuk

penyemprot bertekanan udara proses pengecatan akan semakin cepat dan

hasil pun akan terlihat lebih baik dan rata.

e) BAU

Kebanyakan semua cat memang memilki bau yang menyengat,

karena memang bahan dasar cat adalah dari bahan kimia tertentu. Cat

pelapis lantai epoxy pun juga begitu, ia memiliki bau yang sangat

menyengat, ia memiliki bau ammonia setelaah diinstalasi pada lantai.

Makanya pekerja harus menggunakan masker yang tebal, agar tidak

terlalu mencium bau itu. Tetapi bau ini hanya bersifat sementara ketika

cat epoxy masih basah, ketika sudah mongering bau yang dihasilkan oleh

cat epoxy akan hilang dengan sendirinya.

Itulah beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh cat

pelapis lantai epoxy. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai cat pelapis

lantai epoxy lebih baik berkonsultasi dengan kontraktor epoxy lantai


37

yang professional untuk menganalisis terhadap lantai anda, untuk hasil

yang anda inginkan dan terlihat sempurna.

2.7 Faktor Air Semen (w/c)

Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dan berat semen yang

digunakan dalam adukan beton. Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan

beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang rendah dan semakin rendah

faktor air semen kuat tekan beton semakin tinggi. Namun demikian, nilai faktor

air semen yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin

tinggi. Nilai faktor air semen yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam

pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan

menyebabkan mutu beton menurun. Oleh sebab itu ada suatu nilai faktor air

semen optimum yang menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai faktor

air semen minimum untuk beton normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri

Mulyono, 2004). Perbandingan faktor air semen dengan kondisi lingkungan dapat

dilihat pada table 2.7.


38

Tabel 2.7 Faktor air semen untuk setiap kondisi lingkungan

(SNI 03-2834-2000)
39

2.8 Uji Slump

Pada setiap pengerjaan beton, ada hal-hal yang penting yang harus

diperhatikan salah satu diantaranya adalah kelecakan beton segar. Kelecakan

beton biasanya di periksa dengan uji slump untuk dapat memperoleh nilai slump

yang kemudian dipakai sebagai tolak ukur kelecakan beton segar untuk

kemudahannya dalam mengerjakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kelecakan beton antara lain (Tjokrodimuljo, 2007) sebagai berikut ini.

1. Jumlah air yang dipakai dalam adukan beton


2. Jumlah pasta dalam campuran adukan
3. Gradasi agregat
4. Gradasi agregat

Slump pada beton sangat berhubungan dengan faktor air semen (fas) yang

ada pada beton, semakin tinggi nilai factor air semen pada sebuah beton maka

biasanya akan semakin tinggi pula nilai slump yang didapatkan berarti jika nilai

slump tinggi maka kuat tekanpun akan semakin kecil karena menurut Gambar 2.2,

pada gambar tersebut dapat terlihan grafik yang menunjukkan semakin besar nilai

fas pada beton maka nilai kuat tekanpun akan semakin kecil dan sebaliknya

semakin kecil nilai fas yang diperoleh maka kuat tekan akan semakin tinggi.

Sehingga nilai slump dan kandungan fas pada beton akan sangat mempengaruhi

nilai kuat tekan pada beton tersebut.


40

Gambar 2.2 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen

(SNI 03-2834-1993)

2.9 Perawatan Beton

Perawatan beton adalah suatu tahap akhir pekerjaan pembetonan, yaitu

menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak dipadatkan sampai

proses hidrasi cukup sempurna (kira-kira selama 28 hari). Kelembaban permukaan

beton itu harus dijaga agar air didalam beton segar tidak keluar. Hal ini untuk

menjamin proses hidrasi semen (reaksi semen dan air) berlangsung dengan

sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, maka oleh udara panas akan terjadi proses

penguapan air dari permukaan beton segar, sehingga air dari dalam beton segar

mengalir keluar, dan beton segar kekurangan air untuk hidrasi, sehingga timbul

retak-retak pada permukaan betonya. (Tjokrodimuljo, 2007 ). Pada curing yang

akan dilakukan, Air laut sendiri mengandung 3,5% zat garam, gas-gas terlarut,
41

bahan-bahan organik dan partikel tak terlarut. Zat garam utama yang terdapat

dalam air laut adalah klorida sebanyak 55%, natrium 31%, sulfat 8%, magnesium

4%, kalsium 1%, potassium 1% dan sisanya terdiri dari bikarbonat, bromide, asam

borak, strontium dan florida kurang dari 1%.

Untuk menghindari terjadinya retak-retak pada beton karena proses hidrasi

yang terlalu cepat, maka dilakukan perawatan beton dengan cara sebagai berikut

ini.

1. Menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab


2. Menaruh beton segar di atas genangan air
3. Menaruh beton segar di dalam air.

Menurut SNI-2493-2011 perawatan benda uji beton di laboratorium

dapat dilakukan sebagai berikut :


1. Menutup setelah pekerjaan akhir Untuk menghindari penguapan air dari beton

yang belum mengeras, benda segera ditutup setelah pekerjaan akhir, lebih

dipilih plat yang tak menyerap dan reaktif atau lembaran plastik yang kuat,

awet dan kedap air. Goni basah dapat digunakan untuk menutup, tetapi harus

diperhatikan untuk menjaga goni tetap basah hingga benda uji dibuka dari

cetakan. Letakan lembaran plastik di atas goni akan melindungi goni untuk

tetap basah. Lindungi permukaan luar cetakan papan dari kontak dengan goni

basah atau sumber air lainnya sedikitnya untuk 24 jam setelah silinder dicetak.

Air dapat menyebabkan cetakan mengembang dan merusakkan benda uji pada

umur awal.
2. Pembukaan Cetakan
Membuka benda uji dari cetakan 24 jam ± 8 jam setelah pencetakan.
3. Lingkungan perawatan beton
Kecuali bila ada persyaratan lain, semua benda uji dirawat basah pada temperatur

23ºC ± 1,7ºC mulai dari waktu pencetakan sampai saat pengujian, dengan
42

catatan temperatur dalam pasir basah atau di bawah goni basah atau bahan

yang serupa akan selalu lebih rendah dari atmosfir sekitarnya jika penguapan

terjadi. Penyimpanan selama 48 jam pertama perawatan harus pada lingkungan

bebas getaran. Seperti yang diberlakukan pada perawatan benda uji yang

dibuka, perawatan basah berarti bahwa benda uji yang akan diuji harus

memiliki air bebas yang dijaga pada seluruh permukaan pada semua waktu.

Kondisi ini dipenuhi dengan merendam dalam air jenuh kapur dan dapat

dipenuhi dengan penyimpanan dalam ruang jenuh air sesuai dengan (AASTHO

M 201). Benda uji tidak boleh diletakkan pada air mengalir atau air yang

menetes. Rawat silinder beton struktur ringan sesuai dengan standar ini atau

sesuai dengan (SNI 03-3402-1994).


4. Benda uji kuat lentur
Merawat benda uji kuat lentur sesuai dengan a dan b, kecuali selama dalam

penyimpanan untuk masa minimum 20 jam segera sebelum pengujian benda uji

direndam dalam cairan jenuh kapur pada 23ºC ± 1,7ºC saat terakhir masa

perawatan, antara waktu benda uji dipindahkan dan perawatan sampai

pengujian diselesaikan. Pengeringan benda uji harus dihindarkan. Dengan

catatan jumlah pengeringan yang relatif sedikit dari permukaan benda uji lentur

akan menyebabkan tegangan tarik pada serat ekstrim yang akan mengurangi

secara berarti kuat lentur yang seharusnya. Lama pelaksanaan

curing/perawatan beton sendiri berpengaruh pada beberapa hal antara lain

sebagai berikut ini.


a. Mutu / kekuatan beton (Strength)
b. Keawetan struktur beton (Durability)
c. Kekedapan air beton (Water Tightness)
d. Ketahanan permukaan beton (Wear Resistance)
43

e. Kestabilan volume yang berhubungan dengan susut atau pengembangan

(volume stability : shrinkage and expansion)

Berikut adalah bebeerapa peraturan mengenai berapa lama

pelaksanaan curing/perawatan beton sebagai berikut ini.


a. SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :
1) 7 hari untuk beton normal
2) 3 hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
b. ASTM C – 150 mensyaratkan curing selama :
1) Semen tipe I, waktu minimum curing selama 7 hari
2) Semen tipe II, waktu minimum curing selama 10 hari
3) Semen tipe III, waktu minimum curing selama 3 hari
4) Semen tipe IV, waktu minimum curing selama 14 hari

2.10 Penyerapan Air

Pada sebuah spesimen berbeda dalam penyerapan air permukaan, ada

sedikit selisih perbedaan dalam penyerapan air bagian dalam beton. Selain itu,

penyerapan air permukaan yang tinggi hanya mengurangi kuat tekan selimut

beton. Seluruh kekuatan tekan beton tergantung pada kedua permukaan dan

struktur dalam beton. Hal tersebut dapat disimpulkan kekuatan beton tidak dapat

dievaluasi oleh penyerapan air. Penyerapan air dapat dihitung dengan persamaan

(2.3)

Bb−Ba ( 2.0 )
PA = x 100
Ba
Dimana :

PA = Penyerapan air (%)

Ba = Berat awal beton (kg)

Bb = Berat setelah perendaman (kg)


44

2.11 Kuat Tekan Beton

Kinerja dalam sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan

beton. Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban

persatuan luas (Mulyono, 2004). Benda uji beton hancur bila dibebani dengan

gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Nilai kuat tekan beton

sering kali menjadi parameter utama untuk mengenali mutu sebuah konstruksi,

karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Faktor

yang berpengaruh pada nilai kuat tekan beton biasanya adalah


1. Umur beton, karena semakin lama umur beton maka peningkatan kuat tekannya

pun akan semakin menurun, hal ini tidak dapat dilihat pada umur beton muda

seperti 28 hari karena biasanya pada umur tersebut beton masih mengalami

peningkatan, tetapi jika beton sudah berumur 360 hari ke atas baru akan terlihat

penurunan tersebut .
2. Workability pada saat pengerjaan beton, karena biasanya pada beton normal

beton yang memiliki workability yang tinggi akan cenderung mengalami

segregasi dan bleeding yang menyebabkan nilai kuat tekannya pun menurun.
3. Gradasi butiran, pada saat pembuatan sampel beton tentu dibutuhkan gradasi

yang tidak seragam dari gradasi yang paling kecil hingga besar untuk mengisi

rongga - rongga atau celah pada saat pembuatan cetakan / silinder beton. Hal

ini sangat berpengaruh karena jika jumlah gradasi agregat kasar yang seragam

terlalu besar maka rongga - rongga pada beton tidak akan tertutup sempurna

dan mengakibatkan terjadinya lubang - lubang atau keropos pada bagian beton,

yang akan berakibat pada kekuatan beton yang menurun.


4. Perawatan beton (curing), perawatan beton adalah proses yang bertujuan untuk

menjaga suhu pada saat proses hidrasi.


45

5. Kadar semen, karena semakin tinggi kadar semen dalam beton, maka semakin

tinggi kuat tekan yang dihasilkan.


6. Admixture, penggunaan bahan tambah seperti pozzolan dan superplasticizer

yang membantu meningkatkan workabilitas dan proses hidrasi semen dapat

meningkatkan kuat tekan beton.


7. Porositas, beton yang memiliki porositas tinggi akan memiliki kuat tekan yang

rendah, sebaliknya beton yang lebih padat akan memiliki kuat tekan yang lebih

tinggi.
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c dengan satuan

kg/cm2 atau MPa (Mega Pascal) yang bisa didapatkan pada Persamaan ( 2.3 ).

Nilai kuat tekan beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat

tariknya, oleh karena itu untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya

ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo, 2007). Kuat tekan beton mengalami

kenaikan seiring bertambahnya hari sampai umur 28, Menurut (Mulyono, 2004)

kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Kekuatan

beton akan naik secara cepat sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya

akan kecil.

P ( 2.0 )
f’c =
A
∑f 'c ( 2.0 )
f’c rata-rata =
N
Dimana :

f’c = Kuat tekan beton (MPa)


P = Beban tekan maksimum (kg)
A = Luas bidang tekan (cm3)
N = Jumlah benda uji (buah)
f’c rata-rata = Kuat tekan beton rata – rata (MPa)
46

2.12 Modulus Elastisitas Beton

Modulus elastisitas beton merupakan kemiringan garis singgung (slope

dari garis lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan nol ke kondisi tegangan 0,45

f’c pada kurva tegangan-regangan beton. Modulus elastisitas beton dipengaruhi

oleh jenis agregat, kelembaban benda uji beton, faktor air semen, umur beton dan

temperaturnya. Secara umum, peningkatan kuat tekan beton seiring dengan

peningkatan modulus elastisitasnya.

Menurut SNI-03-2847 (2002) pasal 10.5 hubungan antara nilai modulus

elastisitas beton normal dengan kuat tekan beton adalah Ec = 4700 √ f ' c .

Modulus elastisitas beton dihitung dengan rumus :

( 2.0 )
σ
EC =
ε
( 2.0 )
EC =4700 ∙ √ f ' C
Dimana :

EC = Modulus elastisitas (MPa)


σ = Tegangan aksial (MPa)
ε = Regangan aksial (MPa)
f’C = Kuat tekan Maksimum (MPa)

2.13 Metode Jacketing

Pada umumnya bangunan gedung direncanakan dapat berfungsi selama

masa layan tertentu. Namun selama masa layannya, bangunan rentan terhadap

kerusakan akibat berbagai hal. Setiap kerusakan diusahakan dapat dideteksi sedini

mungkin, sebab satu kerusakan dapat merembet, memicu dan memperparah

kerusakan lainnya.
47

Triwiyono (2005) menyatakan bahwa perbaikan atau perkuatan struktur

atau elemen – elemen struktur diperlukan apabila terjadi degradasi bahan yang

berakibat tidak terpenuhi lagi persyaratan-persyaratan yang bersifat teknik yaitu :

kekuatan (strength), kekakuan (stiffness), stabilitas (stability) dan ketahanan

terhadap kondisi lingkungan (durability). Tidak terpenuhinya persyaratan-

persyaratan tersebut tidak hanya disebabkan karena kerusakan saja akan tetapi

perubahan peraturan (code) dengan persyaratan yang lebih ketat, mungkin saja

struktur yang sebelumnya dianggap memenuhi persyaratan, menjadi tidak lagi,

sehingga diperlukan tindakan perkuatan.

Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan dalam pekerjaan retrofitting

yaitu repairing dan strengthening. Istilah repairing diterapkan pada bangunan

yang sudah rusak, dimana telah terjadi penurunan kekuatan, untuk dikembalikan

seperti semula. Sedangkan strengthening adalah suatu tindakan modifikasi

struktur, mungkin belum terjadi kerusakan, dengan tujuan untuk menaikkan

kekuatan atau kemampuan bangunan untuk memikul bebanbeban yang lebih besar

akibat perubahan fungsi bangunan dan stabilitas.

Adanya Perkuatan kolom beton adalah tindakan untuk mengantisipasi

kolom dari kerusakan yang dapat terjadi, misalnya kerusakan akibat pengaruh

lingkungan yang disebabkan karena cuaca dan suhu, kesalahan dalam

perencanaan, adanya perubahan fungsi bangunan dari rencana semula (design)

dan akibat beban yang berlebihan dari kapasitas yang direncanakan serta akibat

beban sementara seperti gempa , beban hidup yang besar yang tidak terduga, dan

lain sebagainya. Perkuatan kolom dilakukan dengan tujuan antara lain:


48

1. Meningkatkan kapasitas beban hidup yang dapat ditanggung oleh kolom.

2. Menambah perkuatan pada kolom untuk mengatasi kesalahan perencanaan

maupun konstruksi.

3. Meningkatkan ketahanan kolom bangunan terhadap gaya gempa yang akan

terjadi dilihat dari tingkat kepentingan bangunan, lokasi bangunan, dan lain

sebagainya.

4. Menambah atau menggantikan penulangan yang berkurang akibat kerusakan

karena tumbukan atau korosi.

Perkuatan struktur diperlukan apabila kerusakan yang terjadi

menyebabkan degradasi terhadap hal-hal berikut ini: Kekuatan, kekakuan,

stabilitas, ketahanan terhadap kinerja tertentu dan fungsi struktur. Tahapan

kegiatan dalam melakukan perbaikan dan perkuatan terhadap struktur beton

bertulang, diantaranya kajian kerusakan, struktural, ekonomi dan kajian lainnya.

Dalam kajian kerusakan diperlukan langkah – langkah yang mesti

dilakukan:

1. Pengamatan Lapangan, yang dilakukan di lokasi bangunan untuk mendapatkan

informasi aktual mengenai: lokasi kerusakan pada struktur, jenis kerusakan,

kondisi beton dan baja/tulangan.

2. Informasi dan catatan mengenai struktur, sangat diperlukan dalam hal

perbaikan/perkuatan struktur, kondisi yang akurat mengenai struktur bangunan

yang diperoleh dari gambar pelaksanaan (as built drawing) serta

dokumen/catatan yang dibuat semasa pelaksanaan pembangunan maupun masa

pemeliharaan.
49

3. Pengujian struktur, dilakukan untuk memperoleh informasi lebih jelas

mengenai tingkat kerusakan dan kondisi struktur, dilakukan beberapa

pengujian terhadap elemen beton bertulang yang rusak maupun terhadap

struktur secara keseluruhan. Pengujian yang dilakukan dapat berupa pengujian

merusak (destructive testing) atau pengujian tak merusak (Non destructive

testing), adapun informasi yang diperoleh melalui pengujian ini diantaranya:

lebar dan kedalaman retak, kondisi beton, potensi korosi baja, kuat tekan beton,

modulus elastisitas beton, daya dukung struktur.

4. Diagnosa penyebab kerusakan, penyebab kerusakan harus dapat dinyatakan

secara jelas sebelum dilakukan kajian lanjut mengenai upaya

perbaikan/perkuatan yang akan dilakukan. Diagnosa yang kurang tepat

mengenai penyebab kerusakan akan mengurangi efektifitas upaya perbaikan

bahkan memperburuk kondisi struktur.

2.13.1 Pemilihan Bahan Perbaikan dan Perkuatan

Setelah melakukan kajian mendalam dan mengetahui jenis perkuatan yang

dibutuhkan dan dimungkinkan struktur dapat diperkuat, maka langkah selanjutnya

adalah pemilihan metoda perbaikan untuk masing-masing elemen struktur.

Didalam pemilihan ini juga terkait pemilihan bahan agar diperoleh hasil perbaikan

yang kekuatannya sesuai dengan yang diinginkan dan tahan lama. Secara umum

persyaratan bahan untuk perbaikan/perkuatan adalah :

1. Susut kecil.

2. Melekat secara baik.


50

3. Muaian dan modulus elastisitas tidak jauh dengan bahan yang diperbaiki.

4. Permeabilitas rendah.

5. Tahan lama.

2.13.2 Sistem Perkuatan Concrete Jacketing

Konsep dasar metode ini adalah pembesaran dimensi dan penambahan

tulangan pada elemen struktur untuk meningkatkan kinerja elemen tersebut.

Pembesaran tersebut dilakukan dengan Jacketing. Jacketing dari bahan beton

telah terbukti sebagai solusi perkuatan yang efektif untuk meningkatkan kinerja

seismik kolom. Teknik perkuatan struktur ini digunakan pada kolom bangunan

yang bertujuan untuk memperbesar penampang kolom, maka penampang kolom

menjadi besar dari pada sebelumnya sehingga kekuatan geser beton menjadi

meningkat. Keuntungan utama dari metode ini adalah memberikan peningkatan

dan pertambahan batas daripada kekuatan dan duktilitas beton, dan keuntungan

kedua, bahwasannya jacket dalam melindungi dari kerusakan fragment dan

struktur yang diperbaiki memiliki kemampuan dalam menerima beban, karena

jacket dapat mengurangi kegagalan geser langsung (direct shear), namun dapat

juga menyediakan peningkatan kapasitas struktur itu sendiri.

Agar perkuatan concrete jacketing ini dapat bekerja secara maksimal,

maka ada beberapa spesifikasi minimum yang harus dipenuhi. Menurut dokumen

CED 39 (7428), spesifikasi minimum yang harus dipenuhi antara lain :

a. Mutu beton pembungkus yang harus lebih besar atau sama dari mutu beton

existing.
51

b. Untuk kolom yang tulangan longitudinal tambahan tidak dibutuhkan, minimum

harus diberikan tulangan Ø12 mm di keempat ujungnya dengan sengkang Ø8

mm.

c. Minimum tebal jacketing 100 mm

d. Diameter tulangan sengkang minimum Ø8 mm tidak boleh kurang 1/3

tulangan longitudinal.

e. Jarak maksimal tulangan sengkang pada daerah ¼ bentang adalah 100 mm, dan

jarak vertikal antar tulangan sengkang tidak boleh melebihi 100 mm.

Metode concrete jacketing memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun

sebagai berikut :

a. Kelebihan

1) Mampu meningkatkan daktalitas struktur dan kekuatan struktur (kapasitas

aksial, kapasitas lentur, dan kemampuan geser).

2) Mampu menambah kekakuan struktur.

3) Mampu meningkatkan stabilitas Struktur.

4) Biaya lebih ekonomis dibandingkan metode perkuatan lainnya.

b. Kekurangan

1) Ukuran kolom setelah dipasang perkuatan akan menjadi lebih besar

sehingga akan mengurangi ruang kosong yang ada.

2) Jika penempatan concrete jacketing ini tidak perhatikan dengan baik maka

dapat menyebabkan kekakuan yang tidak merata.

3) Kemampuan kapasitas dari concrete jacketing lebih rendah dibandingkan

perkuatan dengan steel jacketing, CFRP, GFRP, AFRP.


52

2.14 Fungsi Besi terhadap Beton

Pengertian dan Fungsi Besi Beton – Besi beton atau yang biasa disebut beton

bertulang adalah besi yang digunakan dalam pembuatan beton untuk kebutuhan tulangan

kontruksi. Fungsi beton bertulang ini penting dalam sebuah bangunan.

Kedua bahan, yaitu tulangan dan beton sama-sama saling melengkapi karena

untuk menciptakan bangunan yang kuat harus didukung oleh gaya tarik dan mampu

menahan gaya tekan. Kedua gaya ini dimiliki oleh gabungan dari tulangan dan

beton. Besi beton tulangan ini mempunyai dua bentuk atau dua jenis yaitu besi polos dan

besi ulir. Besi polos juga sering disebut plain bar sedangkan besi ulir biasa disebut

deformed bar / BJTD.

1) Besi polos merupakan besi yang mempunyai ciri dengan penampang bundar dengan

permukaan yang tidak bersirip dan mempunyai permukaan yang lisin. Berbeda

dengan besi polos, besi ulir ini mempunyai bentuk fisik yang berbentuk sirip

melintang (puntir/sirip ikan) atau rusuk memanjang (sirip teratur/bambu) dengan

pola tertentu. Selain itu, ada juga batang tulangan yang dipilin pada proses

produksinya.
2) Tulangan polos (BJTD) ini pengaplikasiannya jarang digunakan kecuali untuk

membungkus tulangan longitudinal (sengkang atau spiral) yang diberi kait pada

ujungnya, terutama pada kolom.


Fungsi Besi Beton
Sejarah mengatakan bahwa sejak tahun 1950 besi beton sudah mulai digunakan

sebagai elemen utama dalam pembangunan gedung yang tinggi. Awalnya pada abad ke-

20 gedung-gedung di Amerika menggunakan bahan baja profik sebagai elemen struktur

utamanya namun setelah pengetahuan manusia berkembang, pada tahun 1950-an

kontruksi beton dijadikan peran dalam konstruksi gedung tinggi.


53

Besi beton lebih sering digunakan untuk pembangunan gedung di Indonesia. Bukan

tanpa sebab, karena bahan ini relatif lebih mudah didapat serta lebih ekonomis jika

dibandingkan konstruksi lainya.

Dalam konstruksi seperti bangunan, jembatan, perkerasan jalan beton bertulang

merupakan bahan yang paling penting. Pada bangunan gedung bertingkat tinggi besi

beton sangat penting dalam pembuatan balok, dinding, plat kolom dan sloof.

Satu hal yang tidak kalah penting adalah saat proses pembuatan besi beton bertulang,

cek kembali kualitas kekerasan beton tersebut. Apakah sesuai standar atau tidak. Anda

bisa mengetahui juga tekan beton menggunakan sebuah alat yang bernama alat uji tekan

beton.

2.15 Kuat Tekan Rata-Rata


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Uraian Umum

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

eksperimen. Metode eksperimen ini dilakukan dengan membuat benda uji

beton dengan berbagai mutu yaitu k-125, k-150, k-175, k-225 sebagai beton

eksisting dan terdiri dari dua variasi yang mana adalah beton tanpa besi

tulangan dengan beton menggunakan besi tulangan dengan diameter 9 mm

lalu nantinya akan di jacketing menggunakan mutu beton k-300 . Dari

masing-masing benda uji akan dilakukan pengujian kuat tekan dan

diharapkan dari pengujian tersebut dapat diketahui pengaruh tulangan dan

tanpa tulangan terhadap beton terhadap kekuatan tekan beton.

3.2 Variasi Benda Uji

Penelitian ini dimulai dengan penyiapan sampel yang digunakan

semen portland, air, sampel agregat kasar berupa split moramo dan agregat

halus pasir sabolakoa, Selanjutnya dilakukan pengujian sifat karakteristik

agregat yang digunakan berdasarkan metode yang relevan. Pembuatan

campuran beton terdiri dari beberapa mutu yaitu k-125, k-150, k-175, k-225

dengan variasi sebagai berikut :

1. Beton jacketing tanpa besi tulangan dengan komposisi campuran beton

eksisting menggunakan semen portland tipe 1 (tonasa), split moramo

sebagai agregat kasar, pasir sabolakoa sebagai agregat halus, setelah

54
55

beton eksisting jadi dan telah menjalani proses curing selama 28 hari

barulah beton eksisting tersebut siap untuk dijacketing menggunakan

mutu k-300.
2. Beton jacketing dengan besi tulangan dengan komposisi campuran beton

eksisting menggunakan semen portland tipe 1 (tonasa), split moramo

sebagai agregat kasar, pasir sabolakoa sebagai agregat halus, dan besi

tulangan diameter 9 mm setelah beton eksisting jadi dan telah menjalani

proses curing selama 28 hari barulah beton eksisting tersebut siap untuk

dijacketing menggunakan mutu k-300.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Survey dan Pengujian

Bahan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo dengan detail waktu yang

direncanakan, sesuai pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3. 3 Matriks Jadwal Pelaksanaan Penelitian


56

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.4.1 Alat Penelitian

Adapun alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Ayakan, dengan lubang berturut-turut 4,80 mm, 2,40 mm, 1,20 mm, 0,6

mm, 0,3 mm, 0,015 mm yang dilengkapi dengan tutup pan dan alat

penggetar, digunakan untuk mengetahui gradasi pasir.


2. Timbangan yang digunakan berfungsi untuk mengukur bahan susunan

adukan beton.
3. Gelas ukur yang digunakan berfungsi untuk mengukur banyaknya air yang

digunakan pada pembuatan beton.


4. Piknometer dengan kapasitas 500 gram yang digunakan berfungsi untuk

mencari berat jenis agregat halus.


5. Desikator berfungsi untuk mengeringkan bahan benda uji yang akan diteliti.
6. Cetakan beton yang akan di gunakan berukuran panjang 20 cm, lebar 20 cm,

tinggi 20 cm.
7. Mesin uji tekan yang akan digunakan berfungsi untuk menguji kuat tekan
8. benda uji beton.

3.4.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :
57

1. Agregat Halus

Agregat halus (pasir) yang digunakan adalah agregat yang semua

butirannya lolos saringan ukuran 4,75 mm dan memenuhi syarat agregat halus

menurut ASTM.

2. Semen

Bahan pengikat semen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

semen portland jenis 1 yang penggunaan umumnya tidak memerlukan

persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada semen jenis lain.

3. Air

Air yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah adalah air yang

memenuhi persyaratan sebagai air minum tidak mengandung lumpur, minyak

dan benda yang melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter serta tidak mengandung

bahan kimia berbahaya lainnya.

4. Besi Tulangan

Besi tulangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Besi Ulir

SNI dengan ukuran Ø 9 mm.

3.5 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini memerlukan beberapa tahapan yang akan

dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Pengadaan Bahan dan Peralatan


2. Pemeriksaan Bahan dan Peralatan
3. Perencanaan Campuran Beton
4. Pembuatan Beton (sebagai beton eksisting)
5. Perawatan Beton (Curing) Pengujian Beton Eksisting
6. Pemberian Jacketing pada Beton Eksisting
58

7. Perawatan Beton (Curing) Pengujian Beton setelah Jacketing


8. Pegujian Kuat Tekan pada Beton yang mengalami Jacketing

3.6 Perancangan Bahan Material Penelitian

3.6.1 Pemeriksaan dan Analisa Material Beton

1. Pemerikasaan Kadar Air

Pemeriksaan kadar air agregat menggunakan metode ASTM

D2216 – 80. Berdasarkan metode tersebut pengujian ini bertujuan

untuk penentuan besarnya kandungan air yang terkandung didalam

agregat kasar dan agregat halus dengan cara pengeringan. Yang

dimaksud dalam kondisi kering terhadap berat semula yang

dinyatakan dalam persen dan berfungsi sebagai koreksi terhadap

pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan dengan

kondisi agregat di lapangan. Nilai kadar air ini digunakan sebagai

koreksi dari takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan

dengan kondisi agregat di lapangan.

2. Pemerikasaan Kadar Lumpur

Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar menggunakan

metode ASTM C117. Berdasarkan metode tersebut pengujian ini

bertujuan untuk penentuan persentase kadar lumpur dalam agregat

kasar dan agregat halus sebagai campuran beton. Untuk agregat

halus kandungan lumpurnya berkisar < 5% sedangkan agregat

kasar kandungan lumpurnya berkisar < 1 %.

3. Pemeriksaan Berat Volume


59

Pemeriksaan berat volume agregat menggunakan metode

ASTM C29. Berdasarkan metode tersebut pengujian ini berfungsi

sebagai penentuan berat volume agregat kasar, halus, atau

campuran dari keduanya yang kemudian didefenisikan sebagai

perbandingan antara berat material dan kering volumenya.


4. Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat

Pemeriksaan berat jenis dan penyerapa agregat

menggunakan metode ASTM C127. Secara umum pemerikasaan

ini bertujuan untuk dapat mengetahui berat jenis dan persentase

berat air yang terkandung (dapat diserap) oleh agregat halus,

dihitung terhadap keringnya. Berdasarkan ASTM C127 pengujian

ini bertujuan untuk penentuan “bulk dan apparent” specific gravity

dan penyerapan (absorpsi) agregat halus, yang selanjutnya hasil

nilainya ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi

volume agregat dalam adukan beton.

3.6.2 Perencanaan Campuran (Mix Design)

Mix design yang dilakukan adalah metode SK. SNI T-15-1990-

03 atau Current British Method (DOE).

3.6.3 Pengujian Slump

Metode pengujian slump yang digunakan berdasar pada SNI

1972-2008:4. Uji slump pada dasarnya adalah suatu pengujian yang

dilakukan untuk menentukan tingkat kekakuan dari campuran beton

segar (fresh concrete), sehingga dapat diketahui nilai workability nya.


60

3.7 Pembuatan dan Pengujian Benda Uji

Pembuatan benda uji yang disiapkan berbentuk silinder dengan

menggunakan cetakan besi berbentuk silinder dengan dimensi 15 cm x 30

cm sebanyak 55 buah.

3.7.1 Pengujian Kuat Tekan Beton

Metode yang digunakan untuk pengujian kuat tekan beton

adalah SNI 1974 : 2011 tentang cara uji kuat tekan beton dengan

benda uji silinder.

3.7.2 Pengujian Tarik Belah Beton

Metode yang digunakan pada pengujian kuat tarik belah beton

adalah metode SNI 2491 : 2014 tentang metode uji kuat tarik belah

spesimen beton silinder.


61

3.8 Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian

Gambar 3.8 Flow Chart Pelaksanaan Penelitian


62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Material

Secara umum material penyusun beton , terdiri dari semen Portland,

agregat kasar, agregat halus, dan air. Langkah awal yang harus dilakukan

adalah pemeriksaan material sesuai dengan metode dan aturan yang telah

ditetapkan baik oleh SNI ataupun ASTM C33. Pemeriksaan dilakukan untuk

mengetahui karkateristik dari masing-masing material sehingga dapat

digunakan sebagai data acuan dalam mix design beton sesuai mutu yang

diinginkan.

4.1.1 Hasil Pengujian Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari

dua jenis agregat , yaitu pasir pohara (sebagai agregat halus standar)

dan pasir laut desa Labone (sebagai agregat halus alternatif). Adapun

hasil yang diperoleh dari pemeriksaan material dapat dilihat pada tabel

rekapitulasi berikut.

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Halus

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019


63

4.1.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat

kasar split moramo. Agragat ini telah banyak digunakan dan diteliti

sebelumnya, sehingga peneliti menggunakan data sekunder untuk

mengetahui karakteristiknya. Adapun data karakteristik material ini

adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Hasil Pengujian Karakteristik Split Moramo

Sumber : Data Sekunder, 2019

4.2 Mix Design

Metode mix design yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Development of Environment (DOE) yang sedikit dimodifikasi

sebagai penyesuaian dengan perbandingan volume agregat. Digunakan

rencana awal campuran dengan perbandingan 1 (semen): 2 (agregat halus) : 3

(agregat kasar) karena pada dasarnya sasaran utama pada penelitian ini adalah

daerah pesisir dan pulau, dimana pada daerah tersebut bangunan yang dibuat

oleh masyarakat cenderung tidak membutuhkan beton mutu tinggi. Selain itu,

perbandingan campuran tersebut lebih umum dan mudah dilaksanakan oleh


64

masyarakat. Adapun variasi benda uji yang dibuat pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 2 Variasi Benda Uji

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Adapun metode mix design yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Development of Environment (DOE) yang sedikit dimodifikasi

sebagai penyesuaian dengan perbandingan volume agregat. Digunakan

rencana awal campuran dengan perbandingan 1 (semen): 2 (pasir) : 3 (split)

karena pada dasarnya sasaran utama pada penelitian ini adalah daerah pesisir

dan pulau, dimana pada daerah tersebut bangunan yang dibuat oleh

masyarakat cenderung tidak membutuhkan beton mutu tinggi. Selain itu,

perbandingan campuran tersebut lebih umum dan mudah dilaksanakan oleh

masyarakat.

Pembuatan benda uji menggunakan cetakan silinder dengan dimensi

15 cm x 30 cm. Berdasarkan hasil perencanaan untuk beton normal (0% PL)

diperoleh berat masing-masing material setiap 1 m3 adalah 367,05 kg (semen),

734,10 kg (agregat halus), dan 1101,16 kg (agregat kasar). Jumlah pengunaan

setiap 1 m3 adalah 183,53 liter (diperoleh dari FAS 0,5).


65

Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, diperoleh berat beton basah

sebesar 2385,84 kg/m3. Dengan presentase masing-masing berat material

setiap 1 m3 sebagai berikut.

Tabel 4. 3 Persentase material setiap 1 m3

Material Berat Material (kg) Presentase (%)

Air 183,53 7,692


Semen 367,05 15,385
Agregat Halus 734,10 30,769
Agregat Kasar 1101,16 46,154
Jumlah 2385,84 100,00
Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Kebutuhan material untuk setiap 1 benda uji silinder dimensi 15 cm x

30 cm adalah sebagai berikut.

Diketahui Volume silinder = 0,00530 m3, berat beton basah setiap

silinder = 0,00530 m3 x 2385,84 kg/m3 = 12,56 kg, sehingga diperoleh

kebutuhan masing-masing material berikut.

Air = 0,077 x 12,65 = 1,946 liter

Semen = 0,154 x 12,65 = 0,973 kg

Agregat Halus = 0,308 x 12,65 = 3,892 kg

Agregat Kasar = 0,462 x 12,65 = 5,838 kg

4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan pada penelitian ini menggunakan metode

Crushing Test, yaitu metode pengujian menggunakan alat tekan hidrolik. Uji

kuat tekan ini dilaksanakan di Laboratorium Survey dan Pengujian Bahan,

Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo dengan jumlah sampel uji sebanyak
66

40 buah. Berikut adalah salah satu contoh pengujian kuat tekan pada salah

satu sampel benda uji.

Gambar 4. 1 Pengujian Kuat Tekan Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019


67

Gambar 4. 2 Pola Keteratakan pada Uji Kuat Tekan Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

4.3.1 Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal dan Beton Pasir Laut

Pengujian kuat tekan untuk beton normal dan beton pasir laut

dilakukan pada umur beton 28 hari. Adapaun hasil pengujiannya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal (0% PL)

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Pasir Laut (100% PL)

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019


68

Berdasarkan hasil pengujian diatas, terlihat bahwa kuat tekan

rata-rata dari beton normal pasir sungai lebih besar dibandingkan

dengan beton pasir laut. Hasil pengujian menunjukan beton normal (0%

PL) memiliki kuat tekan rata-rata sebesar 28,86 MPa. Sedangkan kuat

tekan rata-rata beton pasir laut (100% PL) sebesar 27,58 MPa.

4.3.2 Pengaruh Subtitusi Pasir Laut Terhadap Beton Normal

Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) jenis subtitusi pasir laut

dalam komposisi campuran beton yaitu, beton subs.1 (25% PL), beton

subs.2 (50% PL), dan beton subs.3 (75% PL). Penggunaan subtitusi

tersebut di maksudkan untuk mencari seberapa besar pengaruh

penggunaan pasir laut terhadap beton normal. Pengujian kuat tekan

untuk ketiga variasi beton tersebut dilakukan pada umur beton 28 hari.

Adapaun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Subs.1 (25% PL)

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Subs.2 (50% PL)


69

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Subs.3 (75% PL)

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Berdasarkan hasil pengujian dari ketiga variasi beton tersebut

dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan dan penurunan mutu beton.

Hasil penelitian menunjukkan pada beton subs.1 (25% PL) terjadi

peningkatan dengan kuat tekan beton rata-rata sebesar 29,14 MPa. Pada

beton subs.2 (50% PL) terjadi penurunan dengan kuat tekan rata-

rata 28,12 MPa. Sedangkan pada beton subs.3 (75% PL) terjadi

peningkatan yang cukup besar dengan kuat tekan rata-rata sebesar 31,14

MPa.
70

Hasil pengujian kuat tekan untuk seluruh benda uji dapat dilihat pada

tabel rekapitulasi berikut.

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Pengujian Kuat Tekan Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Grafik Kuat Tekan Beton


32
31
Kuat Tekan Beton (MPa)

30
29
28
27
26
25
0 25 50 75 100

Subtitusi Pasir Laut (%)

Gambar 4. 3 Grafik Perbandingan Uji Kuat Tekan Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa secara umum

penggunaan pasir laut dan pasir sungai cenderung memiliki kuat tekan

yang lebih tinggi dibanding hanya menggunakan pasir laut saja. Hasil

penelitian menunjukan bahwa kuat tekan tekan maksimum terjadi

pada variasi beton subs.3 (75% PL) dengan kuat tekan sebesar 31,14
71

MPa, sedangakan kuat tekan terendah terjadi pada beton pasir laut

(100% PL) dengan kuat tekan sebesar 27,58 MPa.

4.4 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Pengujian tarik belah pada penelitian ini menggunakan metode yang

sama dengan uji kuat tekan yaitu metode Crushing Test. Uji kuat tarik belah

dilaksanakan di Laboratorium Survey dan Pengujian Bahan, Fakultas Teknik,

Universitas Halu Oleo pada umur 28 hari dengan jumlah sampel uji sebanyak

10 buah. Berikut adalah salah satu hasil pengujian kuat tekan pada sampel

benda uji.

Gambar 4. 4 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019


72

Gambar 4. 5 Pola Retakan pada Uji Kuat Tarik Belah Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Adapun hasil uji kuat tarik belah beton dapat dilihat pada tabel

rekapitulasi berikut.

Tabel 4. 10 Rekapitulasi Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019


73

Grafik Kuat Tarik Belah Beton

Kuat Tarik Belah Beton (MPa)


2.80

2.60

2.40

2.20

2.00
0 25 50 75 100

Subtitusi Pasir Laut (%)

Gambar 4. 6 Grafik Uji Kuat Tarik Belah Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa kuat tarik belah beton

normal (0% PL) lebih tinggi dibandingkan kuat tarik belah pada beton pasir

laut (100%).. Hasil pengujian menunjukan pada kelima variasi benda uji

tersebut memiliki kuat tarik belah beton berturut turut sebesar 2,69 MPa, 2,48

MPa, 2,45 MPa, 2,52 MPa, dan 2,55 MPa.

4.5 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton

Menurut Nawy, 1998 pendekatan yang baik untuk menghitung

kekuatan tarik beton f’ct adalah dengan rumus 0,1f’c<f’ct<0,2f’c. Pada

penelitian ini diperoleh hubungan kuat tekan dan kuat tarik beton sebagai

berikut.

Tabel 4. 11 Perbandingan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton dengan

Pendekatan Nawy
74

Sumber : Hasil Analisa Peneliti, 2019

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai kuat tarik yang tidak

memenuhi kriteria pendekatan yang diberikan oleh Nawy, 1998.

Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 hubungan antar kuat tarik belah

terhadap kuat tekan beton dinyatakan dalam persamaan f’ct=0.7√f’c. Pada

penelitian ini diperoleh hubungan kuat tekan dan kuat tarik beton sebagai

berikut.

Tabel 4. 12 Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah dengan Pendekatan

SNI

Sumber : Hasil Analisa Peneliti, 2019

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai faktor pengali yang cukup

beragam pada seluruh variasi benda uji dengan kuantitas seluruhnya berada

dibawah standar yang ditetapkan oleh SK SNI T-15-1991-03.


75

Grafik Hubungan
Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton

Kuat Tarik Belah Beton (MPa)


2.80

2.70
0% PL 25% PL
2.60
50% PL 75% PL
2.50
100% PL
2.40
25 26 27 28 29 30 31 32

Kuat Tekan Beton (MPa)

Gambar 4. 7 Grafik Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Tark Belah Beton

Sumber : Hasil Pengujian Peneliti, 2019

Berdasarkan grafik diatas, diperoleh adanya hubungan kuat tekan dan

kuat tarik belah beton yang terjadi secara acak pada seluruh variasi benda uji.

Hal tersebut menunjukan bahwa kuat tarik belah beton tidak memenuhi

spesifikasi standar yang diberikan.


BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium

Survey dan Pengujian Bahan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada pengujian karakteristik material dapat disimpulkan bahwa pasir laut

yang digunakan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif

agregat halus untuk pembuatan beton, akan tetapi kandungan kadar garam

pada pasir tesebut tentu akan mempengaruhi durability beton.


2. Pada pengujian beton terjadi kecenderungan nilai kuat tekan yang lebih

tinggi pada beton dengan campuran pasir laut dan pasir sungai

dibandingkan hanya menggunakan pasir laut saja dengan kuat tekan

maksimum terjadi pada beton subs.3 (75% PL).

5.2 SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh kadar garam pada

pasir laut terhadap durability beton.


2. Perlu dilakukan penelitian tentang metode-metode yang dapat digunakan

untuk menurunkan kadar garam pasir laut sehingga diharapkan dapat

diperoleh sifat pasir laut yang mirip bahkan dapat menggantikan fungsi

pasir sungai sebagai agregat halus standar.


DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah,N. 2018. Pengaruh Penggunaan Limnbah Cangkang Kerang Sebagai

Subtiitusi Agregat Kasar Terhadap Sifat Mekanik Beton [Skripsi].

Kendari: Universitas Halu Oleo.

ASTM C-29 Standart Practice Making and Curing Concrete test specimens in

field,

Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002.

ASTM C-117 Standart Practice Making and Curing Concrete test specimens in

field, Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002.

ASTM C-127 Standart test method for materials, Specific gravity and absorbtion

of coarse aggregate, Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002.

ASTM C-136 Standart test method for Sieve analysis of fine and coarse

aggregate,

Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002.

ASTM C-150 Standart Specification for Portland cement, Annual Books of

ASTM

Standards, USA, 2002.


ASTM D-2216. Standard Test Method for Laboratory Determination of Water

(Moisture) Content of Soil and Rock by Mass, USA : 2005.

Bahar, Suardi et al. 2004. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta : PT. WIJAYA

KARYA.

B.Sampth dan G.Mohankumar. 2016. Preliminary Study on the Development of

Concrete with Sea Sandas Fine Aggregate.

http://www.indjst.org/index.php/indjst/article/viewFile/98631/72665.

(Diakses 02/07/2019 pukul 02.32 WITA)

Imran., Yunus, Muhammad. 2017. Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan

Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten

Fakfak. Journal INTEK, Volume 4 (1): 66-72.

http://jurnal.poliupg.ac.id/index.php/Intek/article/download/96/65.

(Diakses 08/02/2019 pukul 21.45 WITA)

Indra Syahlur Fuad, dkk. 2015. Pengaruh Penggunaan Pasir Sungai Dengan

Pasir Laut Terhadapkuattekan Dan Lentur Padamutu Beton K-225.

Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 3, No. 1.

http://www.univtridinanti.ac.id/ejournal/index.php/teknik/article/viewFile

/23/18. (Diakses 08/02/2019 pukul 21.45 WITA)


Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit C.V Andi Offset.

Mulyono, Tri. (2004). Teknologi Beton. Yogyakarta :Penerbit ANDI.

SK. SNI M-62-1990-03.1990. Metode Pengujian dan Perawatan Benda Uji Beton

di Labolatorium. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit.

SK. SNI M-62-1990-03.1990. Metode Pengujian dan Perawatan Benda Uji Beton

di Labolatorium. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 03–1972-1990). Metode Pengujian Slump Beton.

Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 03–2834-2000). Tata Cara Pembuatan Rencana

Campuran Beton Normal. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2847-2002). Persyaratan Beton Struktural

Untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.


Standar Nasional Indonesia (SNI 15–2049-2004). Semen Portland. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 1973-2008). Cara Uji Berat Isi, Volume

Produksi Campuran Dan Kadar Udara Beton. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 1974-2011). Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan

Benda Uji Silinder. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 1726-2012). Standar Perencanaan Ketahanan

Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Jakarta:

Badan Standarisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI 2847-2013). Persyaratan Beton Struktural

Untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007. Teknologi Beton. Daerah Istimewa Yogyakarta:

Biro Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Sleman.

Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Biro Penerbit Teknik Sipil Keluarga.

Wuryati, 2001. Teknologi Beton.Yogyakarta : Kanisius


Yufiter Silas Kandi, dkk. 2012. Substitusi Agregat Halus Beton Menggunakan

Kapur Alam Dan Menggunakan Pasir Laut Pada Campuran Beton.

Jurnal Teknik Sipil Vol.1 No.4.

https://media.neliti.com/media/publications/141920-ID-substitusi-

agregat-halus-beton-menggunak.pdf. (Diakses 08/02/2019 pukul 21.45

WITA)

Zulkifly. 2013. Pengaruh Penambahan Serat Sabut Kelapa Terhadap Kuat Tekan

Beton pada Beton Normal [Skripsi]. Kendari (ID) : Universitas Halu

Oleo.
LAMPIRAN

N
Perancangan Campuran Adukan Beton

Parameter :

a. Berat Satuan Material (Bs)


- Air : 1000 kg/m3
- Semen : 1240 kg/m3
- Pasir : 1595 kg/m3
- Split Moramo : 1380 kg/m3
b. Berat Jenis Material (Bj)
- Air :1
- Semen : 3,15
- Pasir : 2,57
- Split Moramo : 2,66
c. Perbandingan Berat (Pb)
- FAS : 0,5
- Semen :1
- Pasir :2
- Split Moramo :3
Pb
d. Volume Padat (Vp= )
Bj x Bs Air
- Vp Air : 0,00050 m3
- Vp Semen : 0,00032 m3
- Vp Pasir : 0,00078 m3
- Vp Split Moramo : 0,00113 m3 +
Volume Total : 0,00272 m3
Pb
e. Kebutuhan Material per m3 dalam berat ( Berat Material= x 1)
V .total
- Berat Air : 183,53 kg
- Berat Semen : 367,05 kg
- Berat Pasir : 734,10 kg
- Berat Split Moramo : 1101,16 kg +
Berat Total : 2385,84 kg
3
f. Kebutuhan Material per m dalam berat

Berat Material
(Volume Material= )
Bs
- Volume Air : 0,184 m3
- Volume Semen : 0,296 m3
- Volume Pasir : 0,460 m3
- Volume Split Moramo : 0,798 m3

Adapun kebutuhan pasir per3 untuk berbagai variasi dapat dilihat pada

analisa berikut.
Diketahui :

Volume Air : 0,184 m3

Volume Semen : 0,296 m3

Volume Pasir : 0,460 m3

Volume Split Moramo: 0,798 m3

Berat Satuan Pasir Sungai : 1595 kg/m3

Berat Satuan Pasir Laut : 1270 kg/m3

Ditanyakan :

Berat pasir dalam campuran per m3

Sehingga diperoleh :

Berat Pasir = Persentase Pasir x Volume Pasir x B.S Pasir

a. Beton Normal (0% PL)


Berat Pasir Laut = 0% x 0,460 x 1270
= 0 kg

Berat Pasir Sungai = 100% x 0,460 x 1595

= 734,10 kg
b. Beton Subs.1 (25% PL)
Berat Pasir Laut = 25% x 0,460 x 1270
= 146,18 kg
Berat Pasir Sungai = 75% x 0,460 x 1595
= 550,58 kg
c. Beton Subs.2 (50% PL)
Berat Pasir Laut = 50% x 0,460 x 1270
= 292,37 kg
Berat Pasir Sungai = 50% x 0,460 x 1595
= 367,05 kg
d. Beton Subs.3 (75% PL)
Berat Pasir Laut = 75% x 0,460 x 1270
= 438,55 kg
Berat Pasir Sungai = 25% x 0,460 x 1595
= 183,53 kg
e. Beton Pasir Laut (100% PL)

Berat Pasir Laut = 100% x 0,460 x 1270

= 584,73 kg

Berat Pasir Sungai = 0% x 0,460 x 1595

= 0 kg
Kebutuhan material per m3 pada seluruh variasi dapat dilihat pada tabel

rekapitulasi berikut.
Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Material per m3

Sumber : Hasil Analisa Peneliti


Tabel Estimasi Korelasi Kuat Tekan Silinder Beton Berdasarkan

Diameter Benda Uji (L/D = 2)

Diameter (D) Tinggi (L)


Faktor Koreksi
Mm Mm
50 100 1,09
75 150 1,06
100 200 1,04
125 250 1,02
150 300 1,00
175 350 0,98

200 400 0.96


250 500 0,93
300 600 0,91
Sumber : SNI 1974:2011-10
NOTASI
DAFTAR NOTASI

ACI = American Concrete Intitute

ASTM = American Society for Testing and Material

C3A = Trikalsium Aluminat

C2S = Dikalsium Silikat

C3S = Trikalsium Silikat

C4AF = Tetrakalsium Aluminoferit

Cl = Clorin

CTM = Compressive Testing Machine

DOE = Development of Environment

FAS = Faktor Air Semen

OPC = Ordinary Portland Cement

PC = Portland Cement

PCA = Portland Cement Association

PL = Pasir Laut

SNI = Standar Nasional Indonesia

SO4 = Sulfat

BPL = Beton Pasir Laut

BPLT = Beton Pasir Laut Treatment

BPS = Beton Pasir Sungai

BPST = Beton Pasir Sungai Treatment


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

SNI 03-1971-1990

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Ex : Pohara)

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Laut Ex : Desa Labone)

Kendari, Juli 2019

Asisten Laboratorium

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

SNI 03-1971-1990

Jenis Agregat : Agrergat Kasar (Split 0,5-1 Ex : Moramo

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREAGAT

SNI 03-4142-1996

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Ex : Pohara)

Kendari, Juli 2019

Asisten Laboratorium
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREAGAT

SNI 03-4142-1996

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Laut Ex : Desa Labone)

Jenis Agregat : Agrergat Kasar (Split 0,5-1 Ex : Moramo)

Kendari, Juli 2019

Asisten Laboratorium
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002

PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT

SNI 03-4804-1998

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Ex : Pohara)

Lepas Padat
Parameter
I II III I II III
Berat Mould (gram) 4374,20 4374,20 4374,20 4374,20 4374,20 4374,20
Berat Mould + Benda Uji (gram) 8931,30 8964,90 8957,90 9418,80 9421,70 9423,10
Berat Benda Uji (gram) 4557,10 4590,70 4583,70 5044,60 5047,50 5048,90
Volume Mould (cm3) (V) 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54
Berat Isi (gram/cm3) (ϒ) 1,51 1,52 1,52 1,67 1,67 1,67
3
Berat Isi Rerata (gram/cm ) 1,52 1,67

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Laut Ex : Desa Labone)

Lepas Padat
Parameter
I II III I II III
Berat Mould (gram) 4374,20 4374,20 4374,20 4374,20 4374,20 4374,20
Berat Mould + Benda Uji (gram) 8007,20 8003,70 8021,50 8400,00 8401,10 8409,40
Berat Benda Uji (gram) 3633,00 3629,50 3647,30 4025,80 4026,90 4035,20
Volume Mould (cm3) (V) 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54
Berat Isi (gram/cm3) (ϒ) 1,20 1,20 1,21 1,33 1,33 1,34
Berat Isi Rerata (gram/cm3) 1,21 1,34

Kendari, Juli 2019


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

Asisten Laboratorium

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002

PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT

SNI 03-4804-1998

Jenis Agregat : Agrergat Kasar (Split 0,5-1 Ex : Moramo)

Lepas Padat
Parameter
I II III I II III

Berat Mould (gram) 4375,50 4375,50 4375,50 4375,50 4375,50 4375,50

Berat Mould + Benda Uji (gram) 8386,40 8281,90 8327,40 8707,50 8788,40 8747,90

Berat Benda Uji (gram) 4010,90 3906,40 3951,90 4332,00 4412,90 4372,40

Volume Mould (cm3) (V) 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54 3017,54

Berat Isi (gram/cm3) (ϒ) 1,33 1,29 1,31 1,44 1,46 1,45

Berat Isi Rerata (gram/cm3) 1,31 1,45


PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT

SNI 03-1969-1990

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Ex : Pohara)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

Kendari, Juli 2019

Asisten Laboratorium

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT

SNI 03-1969-1990

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Laut Ex : Desa Labone)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

Jenis Agregat : Agrergat Kasar (Split 0,5-1 Ex : Moramo)

Kendari, Juli 2019

Asisten Laboratorium

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

SNI 03-1968-1990

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Ex : Pohara)

PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

SNI 03-1968-1990

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Laut Ex : Desa Labone)

Kendari, Juli 2019

Asisten Laboratorium
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

MUKHLIS SERAH, ST

NIP. 197709062001121 1 002

PENENTUAN NILAI MODULUS HALUS BUTIR AGREGAT HALUS

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Ex : Pohara)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121

PENENTUAN NILAI MODULUS HALUS BUTIR AGREGAT HALUS

Jenis Agregat : Agregat Halus (Pasir Laut Ex : Desa Labone)


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM SURVEY DAN PENGUJIAN BAHAN
Alamat : Kampus Hijau Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232
Telp. (0401) 3190887-31993383, Kendari 93121
DOKUMENTASI

T
A

I
PENGAMBILAN MATERIAL
PEMBUATAN BENDA UJI

PERAWATAN BENDA UJI

Anda mungkin juga menyukai