Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN PRAKTIKUM

DESAIN GEOMATRIK JALAN RAYA

DISUSUN OLEH :

RIYADUL JINAN
1703010088

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
JANUARI 2024
ANALISIS PENGARUH KUAT TEKAN BETON
MENGGUNAKAN SERAT FIBER OPTIC DAN SERBUK
PECAHAN KACA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana teknik

ALBIN HIMAWAN
1703010043

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
JANUARI 2024

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi yang diajukan oleh:

Nama : Albin Himawan

NIM : 1703010043

Program Studi : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik dan Sains

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Telah diterima dan disetujui

Purwokerto,15 Januari 2024

Pembimbing I Pembimbing II

M.Agus Salim Al Fathoni, S.T. M.T. Mukti Agung Wibowo, S.T.,M.T.


NIP/NIK. 2160119 NIP/NIK.2161054

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh :


Nama : Albin Himawan
NIM : 1703010043
Program Studi : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul : Analisis Pengaruh Kuat Tekan Beton
Menggunakan Serat Fiber optic Dan Serbuk
Pecahan Kaca

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
(S.T) pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Dewan Penguji

Pembimbing 1 : M.Agus Salim Al Fathoni, ST. MT ( )


Pembimbing 2 : Mukti Agung Wibowo, S.T.,M.T ( )
Penguji : Ir. Sulfah Anjarwati, S.T., M.T ( )

Ditetapkan di : Purwokerto
Tanggal : 18 Januari 2024

Mengetahui:
Dekan Fakultas Teknik dan Sains

Dr.Ir. Iskahar, S.T., M.T., ASEAN.


NIP/NIK.2160172

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Albin Himawan


NIM : 1703010043
Program Studi : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar serta bukan hasil penjiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak di kemudian hari terbukti
ada unsur penjiplakan, saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 18 Januari 2024


Yang membuat pernyataan

Albin Himawan
NIM. 1703010043

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademi Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan demi


pengembangan ilmu pengetahuan, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Albin Himawan
NIM : 1703010043
Program Studi : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik dan Sains
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jenis Karya : Skripsi
Menyetujui untuk membrikan Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive
Royalti-Free Right) kepada Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas karya
ilmiah yang berjudul:
Analisis Pengaruh Kuat Tekan Beton Menggunakan Serat Fiber optic Dan
Serbuk Pecahan Kaca
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Muhammadiyah Purwokerto berhak menyimpan,
mengalihmedia/mengalihiformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan skripsi saya dengan tetap
mencantumkan nama saya sebagai peulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Purwokerto 18 Januari 2024


Yang membuat pernyataan

Albin Himawan

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judulAnalisis Pengaruh Kuat
Tekan Beton Menggunakan Serat Fiber Optic Dan Serbuk Pecahan Kaca.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, serta Nabi Muhammad
SAW yang Selalu menjadi panutan dan tuntunan terbaik
2. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Purwokerto;
3. Dr.T.Ir. Iskahar, S.T., M.T., ASEAN. selaku Dekan Fakultas Teknik dan Sains
Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
4. Dr. Juanita., S.T., M.T selaku Kepala Program Prodi Teknis Sipil Fakultas
Teknik dan Sains Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
5. M Agus Salim Al Fathoni, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam
penyusunan skripsi ini;
6. Mukti Agung Wibowo, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam
penyusunan skripsi ini;
7. Ir. Sulfah Anjarwati, S.T., M.T., Selaku dosen penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk menguji penulis dalam sidang seminar hasil skripsi
ini;
8. Teman-teman (Den Sulthan B. P., Ilham Bangkit., Roy Divanda)yang telah
membantu dalam penelitian survey lapangan dan dokumentasi data primer

vi
dalam skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu dan mendoakan. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu. Aamiin.

Purwokerto, 18 Januari 2024


Yang Menyatakan,

Albin Himawan

vii
MOTTO
“Tertawalah bersama siapapun, tapi jangan pernah percaya siapapun”

“Mencoba suatu hal belum tentu berhasil tapi diam saja sudah dipastikan gagal”

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Pengaruh Kuat
Tekan Beton Menggunakan Serat Fiber Optic Dan Serbuk Pecahan Kaca” dapat
terselesaikan. Kami menyadari terselesaikannya Tugas Akhir ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, maka rasa terima kasih kami persembahkan kepada :
1. Panutanku, Ayahanda Alm. Rojikun, Yang dulu memberikan dorongan dan
dukungan dalam menjalani kerasnya kehidupan ini dan saya ingin menjadi
seperti beliau, sehingga penulis mampu menyelesaikan studinya sampai
sarjana.
2. Pintu Surgaku, Ibunda Sofiatun, Beliau yang sangat berperan penting dalam
hidup saya, motivasi, serta doa terbaiknya yang selalu menemani dalam
langkah penulis hingga sampai saat ini dan sampai kapanpun.
3. Saudaraku, Syahrur Ramadhan S.M.., yang senantiasa berada di samping saya
untuk memberikan banyak sekali masukan dan dukungan moral melalui kasih
sayangnya sebagai kakak, sehingga saya terdorong untuk menyelesaikan tugas
akhir ini
4. Bapak dan Ibu Dosen Serta staff Progam Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
dan Sains yang telah memberikan ilmu dan memberikan pelayanan yang baik
terhadap mahasiswa
5. Terimakasih kepada Destriliana dan Widya Lestari yang tiada lelah dan jenuh
dalam menemani sekaligus memberikan masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Terimakasih kepada Teman-teman Mabar (Arya Pandu Ragitha., Iin Agustin.,
Den Sulthan B. P., Ilham Bangkit., Yoga, Roy Divanda P, Rezad., M. Faris
Maulana, Riyadul Jinan, Haidar Hasan, Fandy Kusuma, Roni, ) yang tiada
lelah dan jenuh dalam menemani sekaligus memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Terimakasih kepada Teman-teman Tongkrongan Kos Meteor (Nurulhuda,
Niam Three Azmi, Eggy Nazar D.S, Achmad Sudrajad, Aditya, Ibnu Shina,

ix
Sidik Febrianto, Rifki, Fajar Syachrani, Rey) yang tiada lelah dan jenuh dalam
menemani sekaligus memberikan masukan penulis dalam kegiatan sehari-hari..

Terima kasih untuk hal yang sudah kita lalui bersama, atas tawa yang setiap
hari kita dapatkan bersama dan atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa
kuliah selama 5 tahun ini menjadi lebih berarti. Semoga saat-saat indah itu akan
selalu menjadi kenangan yang paling indah.

x
Analisis Pengaruh Kuat Tekan Beton Menggunakan Serat Fiber Optic Dan
Serbuk Pecahan Kaca
Albin Himawan.1, Agus Salim Al Fathoni2,Mukti Agung Wibowo.3
ABSTRAK

Beton merupakan salah satu bahan struktur yang banyak digunakan sebagai
pengembangan infrastruktur diIndonesia, beton mempunyai kekuatan cukup besar
terutama dalam kuat tekannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi pada saat ini
telah banyak dijumpai penelitian-penelitian untuk mendapatkan kualitas beton uang baik,
antara lain dengan memberikan bahan tambah. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah limbah fiber optic sebagai bahan tambah dari berat beton dan serbuk pecahan
kaca 10% sebagai pengganti sebagian agregat halus yang bertujuan untuk mengetahui
hasil kuat tekan dan mendapatkan persentase variasi penambahan serat fiber optic dan
serbuk pecahan kaca dalam campuran beton.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
mengadakan percobaan dengan kuat tekan rencana fc’20Mpa, untuk mendapatkan hasil
dengan menegaskan hubungan antar variabel. Variabel yang mempengaruhi kuat tekan
ditinjau dari aspek penambahan serat fiber optic yang dipotong 5cm dan serbuk pecahan
kaca 10% dari berat sebagian agregat halus. Tahapan pelaksanaan terdiri dari
persiapan,rencana campuran, pembuatan benda uji, pengujian kuat tekan, analisa data,
kesimpulan. Penelitian ini nantinya diharapkan memberikan manfaat dalam bidang
teknologi maupun konstruksi beton dimasa yang akan datang.
Dari penelitian ini analisa dan pembahasan diperoleh kuat tekan rata-rata dengan
serat 0%, 0,2%, 0,3%, 0,4% dan serbuk pecahan kaca 10% berturut turut adalah 20,76
Mpa, 21,70 Mpa, 22,51 Mpa, 23,82 Mpa. Sehingga memperoleh persentase penambahan
serat fiber optic yang terbaik yaitu 0,4% sebesar 23,82 Mpa, mengalami peningkatan
26% dari beton normal, untuk nilai slump pada campuran tersebut didapatkan hasil
berturut turut 11,3 cm, 10,8 cm, 10,2 cm, dan 9,2 cm.

Kata Kunci ; Beton, Serat optik, fc’20 Mpa, Ramah Lingkungan

xi
The Analysis Of Influence Concrete Compressive Strength Using Fiber Optic
And Broken Glass Powder
Albin Himawan.1, Agus Salim Al Fathoni2,Mukti Agung Wibowo.3
ABSTRACT
Concrete is one of the structural materials that is widely used for infrastructure
development in Indonesia, concrete has quite a large strength, especially in terms of
compressive strength. Along with the development of technology, many studies have been
conducted to obtain good quality concrete, including by providing additional materials.
The materials used in this research were fiber optic waste as an additional material for
the weight of the concrete and 10% broken glass powder as a partial replacement for
fine aggregate. The aim was to determine the compressive strength results and get the
percentage variation in the addition of fiber optic fiber and broken glass powder in the
concrete mixture.
The method used in this research is experimental, namely experimenting with a
compressive strength plan of fc'20Mpa, to obtain results by confirming the relationship
between variables. Variables that influence compressive strength are seen from the
aspect of adding fiber optic fibers cut into 5 cm pieces and broken glass powder at 10%
of the weight of the fine aggregate. The implementation stages consist of preparation,
mix planning, making test objects, compressive strength testing, data analysis, and
conclusions. It is hoped that this research will provide benefits in the field of technology
and concrete construction in the future.
From this research analysis and discussion, the average compressive strength
obtained with 0% fiber, 0.2%, 0.3%, 0.4%, and 10% broken glass powder is 20.76 Mpa,
and 21.70 Mpa, respectively. 22.51 Mpa, 23.82 Mpa. So we get the best percentage of
fiber optic addition, namely 0.4%, amounting to 23.82 Mpa, an increase of 26%
compared to normal concrete. For the slump value of the mixture, the results were 11.3
cm, 10.8 cm, 10, respectively. 2 cm, and 9.2 cm.

Keywords : Concrete, Fiber optic, fc’20 Mpa, Environmentally Friendly

DAFTAR ISI

xii
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................v

KATA PENGANTAR.................................................................................vi

MOTTO.....................................................................................................viii

HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................ix

ABSTRAK...................................................................................................xi

ABSTRACT..................................................................................................xii

DAFTAR ISI..............................................................................................xiii

DAFTAR TABEL......................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................3

1.4 Batasan Masalah.................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................4

xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton..................................................................................................5

2.2 Beton Serat.........................................................................................8

2.3 Metode Analisis Data.......................................................................11

2.4 Penelitian Terdahulu........................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian................................................................................27

3.2 Diagram Penelitian...........................................................................27

3.3 Alat dan Bahan.................................................................................29

3.4 Persiapan Bahan Campuran.............................................................30

3.5 Pengujian Agregat Halus..................................................................30

3.6 Mix Design Beton............................................................................34

3.7 Pembuatan Benda Uji dan Pengujian Beton Segar (Slump).............34

3.8 Perawatan Beton...............................................................................35

3.9 Pengujian Kuat Tekan......................................................................35

3.10 Analisis Perhitungan Data................................................................36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Agregat Halus..................................................................39

4.2 Pengujian Agregat Kasar..................................................................42

4.3 Mix Design.........................................................................................44

xiv
4.4 Nilai Slump........................................................................................58

4.5 Hasil Pengujian Berat Beton..............................................................59

4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton....................................................61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................63

5.2 Saran..................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................64

LAMPIRAN................................................................................................65

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Komposisi limit semen Portland.............................................................6


Tabel 2 2 Komposisi kimia kaca sebagai warna.....................................................9
Tabel 2 3 Mutu Pelaksanaan Volume Adukan Dan Deviasi Standar....................14
Tabel 2 4 Nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian mutu..........14
Tabel 2 5 Angka koreksi standar deviasi...............................................................15
Tabel 2 6 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Air semen danAgregat
Yang Biasa Dipakai di Indonesia..........................................................................17
Tabel 2 7 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen
Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkaran Khusus.......18
Tabel 2 8 Perkiraan Kebutuhan Air Bebas (Kg/m3).............................................20
Tabel 2 9 Penetapan nilai slump adukan beton.....................................................24
Tabel 4 1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus...........................................39
Tabel 4 2 Hasil pemeriksaan kadar lumpur Agregat halus....................................40
Tabel 4 3 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapa air Agregat Halus.........41
Tabel 4 4 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar...........................................42
Tabel 4 5 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.....43
Tabel 4 6 Mix Desain Beton Normal....................................................................44
Tabel 4 7 Mix Desain Beton Variasi.....................................................................45
Tabel 4 8 Nilai Deviasi Standar............................................................................46
Tabel 4 9 Nilai Margin..........................................................................................46
Tabel 4 10 Jenis Semen.........................................................................................48
Tabel 4 11 Persyaratan Jumlah Semen Minimum.................................................49
Tabel 4 12 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3)....................................................50
Tabel 4 13 Kebutuhan material untuk 1 benda uji silinder...................................57
Tabel 4 14 Kebutuhan material untuk 3 kali adukan.............................................58
Tabel 4 15 Nilai Slump dari masing-masing variasi.............................................58
Tabel 4 16 Hasil Berat Sampel tiap variasi dan rata rata......................................59
Tabel 4 17 Tabel Pengujian Sample Kuat Tekan..................................................61

xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kekuatan Tekan Beton Untuk
Benda Uji Silinder.................................................................................................17
Gambar 2 2 Grafik persen pasir terhadap kadar total agregat...............................21
Gambar 2 3 Grafik Perkiraan Berat Beton Basah.................................................23
Gambar 3 1 Bagan alir penelitian..........................................................................28
Gambar 4 1 Grafik Gradasi Agregat Halus...........................................................40
Gambar 4 2 Grafik Gradasi Agregat Kasar...........................................................43
Gambar 4 3 Grafik Perkiraan Berat Beton Basah Yang Telah Selesai.................48
Gambar 4 4 Grafik 15 persen pasir terhadap kadar total agregat..........................51
Gambar 4 5 Grafik perkiraan berat isi beton basah...............................................52
Gambar 4 6 Grafik berat isi beton variasi.............................................................55
Gambar 4 7 Perbandingan Nilai Slump dan Persentase Serat Fiber optic............59
Gambar 4 8 Grafik berat isi beton.........................................................................60
Gambar 4 9 Grafik Uji Kuat Tekan.......................................................................61

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan konstruksi di indonesia sangatlah berkembang
dengan pesat dan signifikan. Dibuktikan dengan banyakanya proyek
pembangunan baik konstuksi gedung, jembatan, jalan dan sebagainya.
Banyaknya pembangunan yang berjalan berpengaruh pada kebutuhan dalam
penggunaan beton. Beton merupakan bahan konstruksi yang paling sering
digunakan dan mudah dalam memproduksi dan mendapatkannya.
Beton serat merupakan salah satu beton khusus yang dikembangkan dari
beton normal dengan penambahan serat kedalam adukan beton. Baik berupa
serat alami maupun serat buatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
retak akibat pembebanan, panas hidrasi maupun penyusutan dan untuk
meningkatkan sifat mekanik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tekan,
gaya lentur dan gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya
terjadi pada beton dengan permukaan yang luas.
Menurut Tjokrodimuljo (2010) beton serat (fibre concrete) merupakan
bagan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat, serat yang digunakan pada umumnya berupa batangbatang dengan
diameter 5- 500 μm (mikro meter) dan panjang sekitar 25 mm sampai 100
mm. Bahan serat dapat berupa: serat asbestos, serat tumbuh-tumbuhan (rami,
bambu, ijuk), serat plastik (polypropylene), atau potongan kawat baja.
Penambahan serat pada pencampuran dapat mengurangi terjadinya segresi
pada beton. (Pratiwietal.,2016) Fiber optic adalah suatu jenis kabel yang
terbuat dari kaca atau plastic yang sangat halus, Ukuran fiber optic ini sangat
kecil dan halus (diameternya hanya 120 mikrometer), bahkan lebih kecil dari
helaian rambut manusia. Fiber optic juga berbagai jenis kabel, ada jenis fiber
optic single mode dan fiber optic multimode,
PT. Telkom Indonesia dimana perusahaan pengembang WI-FI sudah
mulai memakai kabel fiber optic karena akses jaringan lebih cepat dan stabil.

1
Dalam penggunaan kabel fiber optic dari PT. Telkom Indonesia ternyata
terdapat kabel fiber optic yang tidak terpakai dikarenakan kabel tersebut
merupakan sisa potongan kabel dari pengguna/pelanggan PT. Telkom
Indonesia (Indihome) dan tidak dapat disambung lagi.
Limbah dari kabel fiber optic sendiri yang terbuang dan tidak terpakai,
limbah fiber optic sendiri dibuat dari bahan material silica yang murni.
Material Silica salah satu bahan untuk pembuatan kaca.
Kaca merupakan bahan yang banyak ditemukan disekitar dan memiliki
nilai yang ekonomis, kaca juga memiliki ketahanan yang baik terhadap
abrasi, cuaca atau serangan kimia, karena di dalam kaca terdapat kandungan
silika yang cukup tinggi, sehingga kaca dapat digunakan sebagai alternatif
bahan pembuat beton.
Kaca merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri dan
rumah tangga yang tidak bisa terurai. Limbah serbuk kaca tersebut biasanya
dibuang langsung di tanah maupun di sungai dalam jumlah yang relatif
banyak. Hal ini tentu saja menyebabkan pencemaran lingkungan, baik
pencemaran pada tanahmaupun air secara tidak langsung serta menggangu
ekosistem yang ada. Salah satu upaya untuk mengurangi volume limbah
serbuk kaca yang dibuang adalah dengan memanfaatkannya sebagai
substitusi agregat halus dalam campurann beton.
Dengan memperhatikan adanya limbah fiber optic dan limbah kaca baik
yang berasal dari industri ataupun pembongkaran bangunan dan dari rumah
tangga dalam jumlah besar, Pada penelitian ini bertujuan memanfaatkan
limbah fiber optic dan kaca sebagai penganti agregat halus pada
campurannya. maka memungkinkan dimanfaatkan sekaligus sebagai alternatif
solusi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh fiber optic dan limbah
kaca.
1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa nilai slump beton menggunakan variasi serat fiber optic (0,2%;
0,3%; 0,4%) dan serbuk pecahan kaca dengan variasi 10% dari berat

2
aggregate halus.
2. Berapa kuat tekan beton menggunakan penambahan variasi serat fiber
optic dan serbuk pecahan kaca.
3. Bagaimana pengaruh penambahan serat fiber optic dan serbuk pecahan
kaca pada kuat tekan beton.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui nilai slump beton menggunakan variasi serat fiber optic
(0,2%; 0,3%; 0,4%) dan serbuk pecahan kaca (10%) dari berat aggregate
halus. Mengetahui kuat tekan beton menggunakan variasi fiber optic
(0,2%; 0,3%; 0,4%) dari berat beton dan serbuk pecahan kaca (10%)
sebagai bahan pengganti sebagian agregat halus.
2. Mengetahui pengaruh penambahan serat fiber optic dan serbuk pecahan
kaca pada kuat tekan beton.

1.4 Batasan Masalah


1. Pengujian menggunakan variasi serat fiber optic 0,2%; 0,3%; 0,4% dari
berat beton dan variasi serbuk pecahan kaca 10% dari berat agregat halus
yang lolos saringan no 16.
2. Fiber optic yang diggunakan dengan ukuran panjang 5 cm diameter 120
mikrometer.
3. Limbah Kabel Fiber optic berasal dari PT. Telkom Indonesia (Indihome).
4. Pengujian dilakukan pada kuat tekan beton ke 28 hari dengan masing-
masing variasi ada 3 sampel benda uji.
5. Rencana campuran beton berdasarkan SNI 03 – 2834 - 2000
6. Rancangan campuran beton (mix design) dengan mutu beton 20 Mpa.
7. Semen yang digunakan adalah semen PC Portland Merek Dinamix.
8. Aggrekat kasar adalah batu kerikil yang berasal dari sungai Serayu dengan
ukuran maksimum 40 mm.
9. Aggregate halus berupa pasir yang berasal dari sungai Serayu.
10. Air yang dipakai diambil dari laboratorium penelitian.
11. Benda uji berbentuk balok dengan silinder panjang 30cm diameter 15cm.

3
12. Mix design menggunakan (SNI 03 2834-2000).
13. Limbah kaca berasal dari bekas botol kaca bening.
14. Limbah kaca dihaluskan dan disaring menggunakan saringan nomor 16..
15. Limbah kabel fiber optic dipisahkan dan diambil serat kemudian dipotong
dengan panjang 5 cm.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat untuk mengetahui seberapa kuat tekan


beton yang didapatkan dengan menggunakan bahan tambah campuran beton
menggunakan serat fiber optic dan serbuk pecahan kaca sehingga dapat
diketahui apakah material tersebut dapat digunakan sebagai bahan campuran
untuk beton. Dan sebagai alternatif solusi permasalahan lingkungan yang
diakibatkan oleh limbah fiber optic dan kaca.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton
Berdasarkan SNI 2847:2019, beton adalah campuran semen portland atau
semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Kardiyono Tjokrodimulyo
(2007) mengemukakan Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran)
dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara
semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa bahan tambah lain
dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka
kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material
pembentuk.
Menurut Dr. Wuryati Samekto, M.Pd dan Candra Rahmadiyanto, S.T.
(2001) Beton dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan dan kontruksi yang
sifat-sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan
perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih.
Sifat-sifat beton dipengaruhi beberapa faktor diantaranya:
1. Kualitas semen, untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya
dapat
2. Digunakan jenis-jenis semen yang memenuhi syarat-syarat
yang sudah ditetapkan.
3. Perbandingan campuran semen Portland, bahan tambahan (aditif)
dan air.
4. Cara mencampur komponen.
5. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah).
6. Ketelitian pekerjaan perawatan
7. Umur beton.
8. Suhu udara waktu mencampur dan waktu proses pengerasan beton.

5
Material pembentuk beton menurut SNI beton:
1. Semen
Semen merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi secara
kimia dengan air, sehingga membentuk material yang padat. Secara
umum, komposisi kimia semen Portland adalah seperti yang
diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 2 1 Komposisi limit semen Portland

Oksida Komposisi (% berat)


CaO (kapur) 60-67
SiO₂ (silika) 17-25
Al₂O₃ (alimina) 3-8
FeO₃ (besi) 0.5-6
MgO (magnesia) 0.1-5.5
Alkis 0.2-1.3
SO₃ (sulfur) 1-3
Sumber: A.M. Nneville, Concrete Technology, 1987
Semen Portland dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut:
a. Jenis I :Semen untuk umum tidak memenuhi persyaratan khusus
b. Jenis II :Semen untuk beton tahan sulfat dan memiliki panas
hidrasi sedang
c. Jenis III :Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi
(cepat mengeras).
d. Jenis IV :Semen untuk beton yang memerlukan panas
hidrasirendah.
2. Agregat
Dalam SNI-15-1991-03, agregat didefinisikan sebagai material
granular, misalnya pasir, kerikil dan batu pecah yang dipakai
bersama- sama dengan satu media pengikat untuk membentuk beton

6
semen hidrolik atau adukan. Dalam struktur beton biasanya agregat
biasa menempati kurang lebih 70 % – 75 % dari volume beton yang
telah mengeras.
Agregat yang digunakan untuk beton harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 “Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton”. Bila tidak tercangkup dalam SII 0052-80 maka
agregat harus memenuhi ASTM C33 “Specification for
Structural Concrete Agregates”.
b. Ketentuan dari ASTM C330 “Specification for Light Weight
Agregates for Structural Concrete”, untuk agregat dan struktur
beton.
Berdasarkan ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Agregat halus, diameter 0 – 5 mm disebut pasir, yang
dibedakan:
 Pasir halus : Ø 0 – 1 mm
 Pasir kasar : Ø 1 – 5 mm.
b. Agregat kasar, diameter ≥ 5 mm, biasanya berukuran
antara 5 – 40 mm yang disebut kerikil.
3. Air
Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling
baik adalah air bersih yang memenuhi persyaratan air minum. Air
yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika terlalu sedikit
maka akan menyebabkan beton akan sulit untuk dikerjakan, tetapi
jika kadar air yang digunakan terlalu banyak maka kekuatan beton
akan berkurang dan terjadi penyusutan setelah beton mengeras.
Menurut SK SNI 03-2847-2002, Syarat air yang dapat
digunakan dalam proses pencampuran beton adalah sebagai
berikut :
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus lebih bersih dan
bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam,

7
16 alkali, garam, bahan organik, dan bahan-bahan lainnya yang
dapat merugikan terhadap beton dan tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau beton
yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air
bebas yang terkandung dalam agregat tidak boleh mengandung
ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada
campuran beton, kecuali pencampuran proporsi campuran beton
harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air
dari sumber yang sama dan hasil pengujian pada umur 7 dan 28
hari pada kubus uji mortal yang dibuat dari adukan dengan air
yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurangkurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji
yang dibuat dengan air yang dapat diminum. perbandingan uji
kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,
terkecuali pada air pencampur yang dibuat dan uji sesuai
dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortal semen hidrolis
(menggunakan specimen kubus dengan sisi 50mm)” (ASTM C 109).

2.2 Beton Serat


Tjokrodimuljo (2010) mengemukakan Beton serat (fibre concrete) merupakan
bagan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat,
serat yang digunakan pada umumnya berupa batangbatang dengan diameter 5-
500 μm (mikro meter) dan panjang sekitar 25 mm sampai 100 mm. Bahan serat
dapat berupa: serat asbestos, serat tumbuh-tumbuhan (rami, bambu, ijuk), serat
plastik (polypropylene), atau potongan kawat baja (Pratiwi et al., 2016).
Beton serat menurut (ACI 544.1R-96) juga didefinisikan sebagai beton yang
dibuat dari semen hidrolik, agregat, dan bahan lain yang memperkuat berupa
serat-serat. Serat yang cocok untuk memperkuat beton telah diproduksi dari baja,
kaca, dan polimer organik (serat-serat sintetis) (Pratiwi et al., 2016).

8
Menurut Wahyudi (2011) Serat optik (fiber optic) adalah suatu pemandu
gelombang cahaya (light wave guide) yang berupa suatu kabel tembus pandang
(transparant), yang mana pemampang dari kabel tersebut terdiri dari dua bagian,
yaitu: bagian tengah yang disebut “Core” dan bagian luar yang disebut
“Cladding”. Cladding pada serat optik membungkus atau mengelilingi Core.
(Pratiwi et al., 2016). Adapun bentuk pemampang dari core dapat bermacam-
macam, antara lain pipih, segi tiga, segi empat, segi banyak atau berbentuk
lingkaran. Komposisi kandungan kimia kaca berbagai warna dapat di lihat pada
Tabel berikut:
Tabel 2 2 Komposisi kimia kaca sebagai warna

Kaca Bening Kaca Coklat Kaca Hijau


Komposisi
(%) (%) (%)

SiO₂ 72.42 72.21 72.38

Al₂O₃ 1.44 1.37 1.49

TiO₂ 0.035 0.041 0.04

Cr₂O₃ 0.002 0.026 0.13

Fe₂O₃ 0.07 0.26 0.29

CaO 11.50 11.57 11.26

MgO 0.32 0.46 0.54

Na₂O 13.64 13.75 13.52

K₂O 0.35 0.20 0.27

SO₃ 0.21 0.10 0.07

Sumber : Shanmugavadivu, dkk (2014)

9
Menurut Shanmugavadivu (2014) mengemukakan kelebihan fiber optic jika
digunakan dalam pembuatan beton adalah sebagai berikut: (Pratiwi et al., 2016).
1. Aman, tidak ada listrik, panas, atau sinar ultraviolet di kabel serat optik.
2. Ideal untuk digunakan di dalam dan sekitar air, artefak berharga,lukisan,
permukaan yang mudah terbakar, dll.
3. Serba guna, dapat digunakan dalam berbagai aplikasi.
4. Ramah pemakaian, kabel ini tahan lama, tidak berkarat, dan dilindungi UV
plastik, sehingga tidak ada yang pecah atau terbakar, hampir bebas perawatan.
Kaca merupakan hasil penguraian senyawa-senyawa inorganik yang mana
telah mengalami pendinginan tanpa kristalisasi. Dalam kehidupan sehari-hari
kaca digunakan sebagai cermin, insulator panas, alat-alat laboratorium, dekorasi,
dan pembatas ruang. Limbah serbuk kaca biasanya dibuang langsung di tanah
maupun di sungai dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini tentu saja
menyebabkan pencemaran lingkungan, baik pada tanah maupun air. Salah satu
upaya untuk mengurangi volume limbah serbuk kaca adalah dengan
memanfaatkannya sebagai substitusi agregat halus dalam campuran beton.
Lestari dan Alhamdani (2014) menyebutkan jenis-jenis kaca sebagai berikut :
(Pratiwi et al., 2016).
1. Kaca Normal (Annealed Glass)
Kaca normal merupakan kaca datar dengan permukaan jernih dan tingkat
distorsi yang rendah digunakan untuk aplikasi pada bangunan perumahan,
shoppingmall, hotel atau restoran.
2. Kaca laminasi (Laminated Glass)
Kaca laminasi merupakan kaca yang terdiri dari 2 atau lebih lapisan dengan
satu atau lebih lapisan transparan dengan penambahan bahan plastic Polyvinyl
butiral (PVB) diantara kedua lapisannya. Sifat kaca diperkuat dengan adanya
lapisan PVB. Kaca ini digunakan untuk laminasi antara lain untuk bangunan
perkantoran, bank, museum, toko perhiasan dan lain-lain.

10
3. Tempered or Toughened Glass
Tempered glass merupakan kaca yang sangat kuat yang diproduksi dengan
perlakuan pemanasan seragam pada suhu sekitar 6500°C yang kemudian
didinginkan dengan cepat.
4. Heat strengthened glass
Heat strengthened glass merupakan jenis tempered glass yang diperkuat
secara termal dengan menginduksi tekanan permukaan, digunakan untuk
aplikasi pada dinding pemisah, lantai, atap dan kaca struktural.
5. Heat Soaked Tempered Glass
Heat Soaked Tempered Glass merupakan jenis kaca yang diproduksi
dengan teknik perendaman untuk mengurangi resiko kerusakan yang
diakibatkan proses produksi, digunakan untuk aplikasi pada bagian bangunan
yang memerlukan kekuatan terhadap perubahan temperatur, seperti kaca
struktural.
6. Kaca reflektif (Reflective glass)
Kaca reflektif merupakan kaca yang dilapisi logam pada salah satu nya
untuk meningkatkan refleksi panas dan cahaya. Jenis kaca ini memiliki
kelebihan pada estetika dan mengurangi panas dan silau pada eksterior
bangunan. Jenis kaca ini juga dapat mengurangi beban AC
7. Insulating Glass Unit (Double Glazing)
Insulating Glass Unit merupakan jenis kaca pabrikasi yang terbuat dari 2
atau lebih kaca panel dengan rongga udara diantara lapisan kacanya. Rongga
ini bisa diisi dengan udarakering atau gas agar memiliki kinerja termal lebih
baik.
8. Cermin (Mirror)
Cermin merupakan jenis kaca reflektif dengan tingkat refleksi yang tinggi.
Dapat memberikan bayangan pada objek di depannya. Digunakan pada
bangunan seperti pada kamar mandi, ruang ganti dinding dekoratif.

2.3 Metode Analisis Data


1. Pemeriksaan kadar lumpur dalam pasir

11
Dalam SNI 03-4142-1996 “Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam
Agregat Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm) Pasir adalah butiran-
butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal di atas ayakan
0,075 mm. Didalam pasir juga masih terdapat kandungan- kandungan
mineral yang lain seperti tanah dan slit. Pasir yang digunakan untuk bahan
bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan didalam (PUBI).
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur
didalamnya tidak lebih dari 5. Dengan cara endapan ekivalen kadar lumpur
dalam pasir yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara cepat.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah
liat dan silt) dalam pasir tersebut.

2. Pemeriksaan kadar air agregat


Dalam SNI 03-1971-1990 “Metode Pengujian Kadar Air Agregat”, Kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering
terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen danberfungsi sebagai
koreksi terhadap pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan
dengan kondisi agregat dilapangan. Hasil pengujian kadar air agregat dapat
digunakan dalam pekerjaan:
a. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton
b. Perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.
Tujuan Pemeriksaan kadar air pasir ini bertujuan untuk mengetahui kadar/
kandungan air yang ada di permukaan butir-butir pasir atau kerikil.
3. Analisis saringan
Dalam SNI 03-1968-1990 “Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat
Halus dan Kasar, Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui
nilai variasi butiran suatu agregat. Variasi butiran agregat dapat
mempengaruhi kelecakan dari mortar beton, apabila agregat halus yang
terdapat dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari
agregat halus dan semen akan naik ke atas.
Tujuan analisis gradasi (pemeriksaan gradasi) pasir berikut ini adalah untuk:

12
a. Memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran, baik
agregat halus maupun agregat kasar

b. Menentukan modulus kehalusan (fineness modulus) agregat halus


dan kasar, serta ukuran maksimum agregat kasar. Ukuran
maksimum agregat kasar digunakan untuk menetapkan berat air
dan persentase udara yang ada dalam unint beton.
4. Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus
Tujuan pemeriksaan ini ialah untuk memperoleh berat jenis curah, berat
jenis semu jenuh kering muka dan penyerapan air pada agregat halus. Berat
jenis curah/bulk specific gravity adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25°C. Berat jenis kering permukaan
jenuh/saturated surface dry specific gravity adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C. Berat jenis semu/apperent
specific gravity adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu
25°C. Penyerapan/absorption adalah perbandingan berat air yang dapat
diserap pori terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam persen.
5. Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting
untuk mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk
bahan campuran adukan beton.
Tujuan Untuk menentukan “bulk and apparent” berat jenis (specific
grafity) dan penyerapan (absorption) dari agregat kasar (kerikil) menurut
prosedur SNI 1969:2008. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya
komposisi volume agregat dalam adukan beton.
6. Pembuatan adukan beton atau Mix design
Pada tahapan ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah yang benar
dalam pembuatan mix design beton. Adapun langkah langkah pembuatan

13
beton menurut SNI 03 2834-2000 sebagai berikut: (Taufiq Lilo Adi
Sucipto, 2020).

14
a. Menentukan mutu beton dan umur beton
Dalam penelitian ini, mutu beton yang akan digunakan adalah Fc’20
MPa dengan umur pengujian beton 28 hari. Penggunaan mutu beton 20
Mpa merupakan mutu standar yang digunakan pada pengecoran jalan
dan plat lantai bangunan bertingkat.
b. Menentukan Nilai Deviasi Standar (DS)
Tabel 2 3 Mutu Pelaksanaan Volume Adukan Dan Deviasi Standar

Volume Pekerjaan Deviasi standar sd (MPa)

Mutu pekerjaan
Volume
Sebutan
Beton (m3)
Baik sekali Baik Dapat diterima
Kecil <1000 4,5< s ≤ 5,5 5,5 < s ≤ 6,5 6,5 < s ≤ 8,5
Sedang 1000-3000 3,5< s ≤ 4,5 4,5 < s ≤ 5,5 5,5 < s ≤ 7,5
Besar >3000 2,5 < s ≤ 3,5 3,5 < s ≤ 4,5 4,5 < s ≤ 6,5

Sumber: SNI 03 2834-2000

Standar deviasi akan digunakan untuk nilai margin atau angkaaman


yang apabila kita disain itu paling tidak akan setara ataulebih sedikit
dari mutu yang direncanakan.
Tabel 2 4 Nilai deviasi standar untuk berbagai tingkat pengendalian
mutu

Tingkat Pengendalian Sd
Mutu (MPa)
Pekerjaan
Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4
Sumber: SNI 03 2834-2000

15
Karena dalam penelitian ini masih termasuk studi eksperimen, jadi

digunakan tingkat pengendali yang jelek yaitu 7 MPa.

c. Mencari Nilai Tambah Untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (M)


Tabel 2 5 Angka koreksi standar deviasi

Jumlah pengujian Faktor penggali deviasi


standar
< 15 -

15 1,16

20 1,08

25 1,03

>30 1,00

Sumber: SNI 03 2834-2000


- Semakin sedikit sampel yang digunakan maka angka

margin/deviasi standarnya lebih besar.

- Karena penelitian ini adalah studi eksperimen dan benda uji

yang dibuat <15, maka ditetapkan nilai margin setara 12 Mpa

(SNI 03 2834-2000).

- Atau jika dihitung dengan menggunakan rumus, nilai margin ini

setara dengan:

1,64 x s...............(2.1)
7. kuat tekan beton yang ditargetkan dapat dihitung

dengan Rumus:

f’cr = f’c +M...............(2.2)

Keterangan:
f ’cr = Kuat tekan rata-rata (Mpa).
f ’c = Kuat tekan yang disyaratkan (Mpa).
M = Nilai tambah (Mpa).

16
8. Menentukaan Jenis Semen Portland
Menurut Tjokrodimuljo (2007) Semen Portland merupakan
bahan pengikat hidrolis yang sangat penting dalam konstruksi
beton. Bahan perekat hidrolis yaitu dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker, terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis dengam gips sebagai bahan
pembantu untuk membentuk pasta semen atau grout bila
bersenyawa dengan air dapat mengeras dan bila bereaksi dengan
agregat halus biasa disebut mortar (Pratiwi et al., 2016).

Semen Portland yang digunakan dalam penelitian ini adalah


semen Portland tipe I.
a. Menetapkan Jenis Agreat
Jenis agregat kasar dan agregat halus ditetapkan, apakah
berupa alami atau batu pecah, pada penelitian ini digunakan
agregat kasar batupecah dan agregat halus alami.
b. Menetapkan Faktor Air Semen (FAS)
Faktor air semen yang digunakan untuk mencapai kuat
tekan rata- rata yang ditargetkan berdasarkan hubungan
kuat tekan dan kondisi pekerjaan yan diusulkan. Bila tidak
tersedia data hasil penelitian sebagaipedoman dapat
digunakan Tabel 2.6 dan Gambar 2.1.

17
Tabel 2 6 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Air semen danAgregat
Yang Biasa Dipakai di Indonesia
Umur Umur
Jenis Agregat Umur3 Umur7 Bentuk
28 91
Kasar hari hari Uji
Hari hari
Batu tak
17 23 33 40
Semen Tipe I dipecahkan Silinder
Batu pecah 19 27 37 45
Batu tak
Semen Tahan 20 28 40 48
dipecahkan
Sulfat TipeII, V
Kubus
Batu pecah
25 32 45 54
Batu tak
Semen Tipe 21 28 38 44 Silinder
Dipecahkan
III
Batu pecah 25 33 44 48

Sumber: SNI 03 2834-2000

Pada tabel sesuaikan jenis semen, semen yang akan digunakan adalah
semen tipe 1 dan jenis agregat kasar yaitu batu pecah serta umur rencana28
hari dengan bentuk benda uji silinder dan didapatkan kuat tekan senilai 32
MPa pada nilai faktor air semen (Fas) 0,5.
Gambar 2 1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kekuatan Tekan Beton Untuk
Benda Uji Silinder

Sumber: 03-2834-2000

18
Cara menggunakan Grafik adalah sebagai berikut:
1. Tarik garis vertikal fas 0,5 sesuai dengan tabel.
2. Kemudian Tarik secara horizontal nilai kuat tekan silinder 32 Mpa ke
kanan sampai berpotongan dengan nilai fas 0,5.
3. Setelah berpotongan dibuat garis parabola diantara garis pertemuan
titik 32Mpa dan fas 0,5.
4. Setelah didapat garis parabola baru, kemudian gunakan kuat tekan yang
direncanakan f’cr = 32 Mpa.Kemudian Tarik secara horizontal dari
nilai f’cr (32 MPa) sampaimenyentuh garis parabola yang baru.
5. Kemudian Tarik kebawah secara tegak lurus sampai menyentuh nilai
fas dan kemudian baca nilai fas yang akan dicari.
6. Maka akan didapat nilai fas bebas = 0,58
7. Faktor air semen adalah perbandingan jumlah air dengan jumlah
semen, semakin tinggi nilai fas, maka semakin kecil nilai kuat tekan
beton sehingga harus hati-hati dalam menentukan nilai fas.
8. Menentukan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
sesuai dengan tabel 2.7.

Tabel 2 7 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen


Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkaran Khusus
Jumlah Nilai Faktor
Lokasi SemenMinimum AirSemen
Per Maksismum
m³ Beton (kg)
Beton di dalam Ruang Bangunan :

a. Keadaan keliling non-korosif 275 0,6

b. Keadaan keliling korosif

disebabkan oleh kondensasi atau 325 0,52

Korosif

19
Beton di luar ruangan bangunan:

a. Tidak terlindung dari hujan dan

terik matahari langsung 325 0,6

b. Terlindung dari hujan dan terik

matahari langsung 275 0,6

Beton masuk kedalam tanah:

a. Mengalami keadaan bahas dan

kering berganti-ganti 325 0,55

b. Mendapat pengaruh sulfat dan

alkali dari tanah ̶̶

Beton yang kontinu berhubungan :

a. Air tawar

b. Air laut ̶

Sumber : SNI 03 2834-2000

- Fas maksimum dan jumlah semen minimum pada


pengujian ini diambil jenis pembetonan beton di dalam
ruang bangunan keadaan keliling non

korosif sehingga fas maksimum didapat nilai 0,6 dan


jumlah semen 275 kg/m3.
- Sehingga fas yang digunakan adalah 0,55 (fas terkecil).
Digunakan fas terkecil karena semakin tinggi nilai fas,
maka mutu beton akan semakin turun.

- Nilai slump yang ditentukan di dalam indoor yaitu 60mm- 180


mm.

20
9. Besar Butir Agregat Maksimum
Besar butir agregrat maksimum yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah 40 mm.

10. Kadar Air Bebas


Kadar air bebas agregat campuran (agregat tak
dipecahkan dan agregat dipecahkan) dihitung dengan
persamaan berikut.
Kadar air bebas = 2/3 Wh = 1/3 Wk..............................(2.3)
Dengan :
Wh = Perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wk = Perkiraan jumlah air untuk agregat
kasarNilai Wh dan Wk diperoleh dari
tabel 2.8.
Tabel 2 8 Perkiraan Kebutuhan Air Bebas (Kg/m3)

Slump (mm)
Ukuran Maks
Jenis Batuan 0– 10 - 30 30 – 60 60 -180
Kerikil
10
Tak dipecah 150 180 205 225
10
Pecah 180 205 230 250

Tak dipecah 135 160 180 195


20
Pecah 170 190 210 255

Tak dipecah 115 140 160 175


40
Pecah 155 175 190 205

Sumber : SNI 2834-2000


03

Dengan ukuran agregat 40 mm dan nilai slump 60 mm – 180


mm, didapat jenis batuan alami 175 (Wh) dan batu pecah 205
(Wk).

- Maka dapat dihitung dengan rumus :


Kadar air bebas = 2/3 Wh = 1/3 Wk..........................(2.4)
faktor air semen

21
22
11. Menentukan Persentase Agregat Halus dan Agregat Kasar
Untuk menentukan persentase agregat halus dan
agregat kasar dapat dilihat pada gambar grafik 2.2.
Gambar 2 2 Grafik persen pasir terhadap kadar
total agregat

Sumber: 03-2834-2000
- Susunan besar butir agregat halus adalah daerah gradasi
agregat no.2 sesuai dengan tabel SNI 03-2834-2000.

- Persen agregat halus dicari dan disesuaikan pada ukuran


agregat maksimum yang digunakan.

- Pada mix design untuk penelitian ini, agregat maksimum


yang digunakan adalah 40mm, sehingga digunakan grafik
15. Kemudian berdasarkan nilai slump yang telah
ditentukan (60mm-180mm) maka digunakan grafik no.4
- Kemudian dengan menggunakan nilai fas yang digunakan
yaitu 0,58 dan daerah gradasi agregat halus yaitu gradasi 4,
maka persen agregat halus dapat ditentukan.

Cara menggunakan grafik adalah sebagai berikut:


a. Pada gambar 2.2 diatas, tentukan grafik yang akan dipakai

23
berdasarkan ukuran maksimum agregat dan nilai slump
yang direncanakan.
b. Tarik garis vertikal ke atas sampai kurva yang paling atas
diantara 2 kurva yang menunjukan daerah gradasi pasir.
c. Kemudian, Tarik garis horizontal ke kanan, baik kurva
batas atas maupun kurva batas bawah yang berada di
daerah gradasi dan catatnilainya.
d. Ambil rata-rata dari hasil kedua nilai tersebut
e. Untuk persentase agregat kasar dihitung dengan
rumus:100% - persentase agregat halus.
12. Berat Jenis Relatif Agregat
Berat jenis relative agregat diambil dari hasil
laboratorium.Berat jenis agregat gabungan dapat dihitung
dengan rumus berikut.
BJ agregat gabungan = (%AH x BJ Agregat halus) + (%AK x
BJ Agregat kasar)..................................................................(2.5)
Dengan :
BJ agregat gabungan = Berat jenis agregat gabungan BJ
agregat halus = Berat jenis agregat halus
BJ agregat kasar = Berat jenis agregat kasar
%AH = Persentase agregat halus
%AK = Persentase agregat kasar

24
13. Mencari Nilai Berat Isi Beton Dengan Menggunakan Gambar 2.3.
Gambar 2 3 Grafik Perkiraan Berat Beton Basah.

Sumber: 03-2834-2000
Cara menggunakan grafik adalah sebagai berikut:
a. Pada gambar 2.3 diatas, Tarik garis sesuai dengan nilai
berat jenis agregat gabungan sejajar dengan garis linier
yang telah ada pada grafik.
b. Tarik garis vertical keatas sampai memotong garis yang
telah dibuat tadi sesuai dengan nilai kadar air bebas
kemudian Tarik garis horizontal ke kiri pada perpotongan
kedua garis diatas dan catat nilainya.
14. Pemeriksaan slam beton segar
Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang
dipakai sebagai tolok ukur kelecakan beton segar, yang
berhubungan dengan tingkat kemudahan pengerjaan beton.
Bertujuan untuk mengetahui langkah dan besarnya nilai uji
slam.
Penetapan nilai slump untuk berbagai pengerjaan beton
dapat dilihat pada tabel dibawah ini

25
26
Tabel 2 9 Penetapan nilai slump adukan beton

Nilai Slump
Uraian
Maksimum Minimum

Dinding, Pelat pondasi dan pondasi telapak


12,5 5,00
Bertulang

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan


9,00 2,50
konstruksi di bawah tanah

Pelat, Balok, Kolom, Dan Dinding 15,00 7,50

Perkerasan jalan 7,50 5,00

Pembetonan massal 7,50 2,50

Sumber : Tjokrodimuljo(2007)

15. Pembuatan silinder beton


Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang
digunakan untuk bahan bangunan. Silider beton ini dibuat dari
adukan beton yang akan diguanakan, yang merupakan sampel
yang akan diujikan di laboratorium. Jumlah silinder beton yang
dibuat harus bisa merepresentasikan dari adukan beton yang
dibuat sebagai bahan bangunan.
16. Pengujian kuat tekan silinder beton
Maksud dari pengujian kuat tekan silinder beton adalah
untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder
yang dibuat dan dirawat di Laboratorium. Kekuatan tekan beton
adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
Kuat tekan beton dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

27
P
F¿
A

Dengan:
F’c = Kuat tekan beton (MPa)
P = Beban maksimum (N)
A = Luas penampang benda uji (mm)
2.4 Penelitian Terdahulu
Pada tahun 2021 Asrafi Abrar dan Masril melakukan penelitian terkait terkait
pengaruh penambahan limbah kaca terhadap kuat tekan beton pernah dilakukan
dengan mutu beton fc' 14.5 dan variasi pecahan kaca sebesar 0%, 4%, 6%, 8%
dari berat agregat halus. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada beton umur 7
hari, 14 hari dan 28 hari. Hasil uji kuat tekan selama 28 hari menunjukan bahwa
nilai Dari hasil penelitian dan pengujian, penambahan tumbukan limbah kaca
sebesar 0% (beton normal) tekan umur 28 hari f’c 14,53 Mpa, untuk 4% kuat
tekan umur 28 hari f’c 12,83 Mpa, untuk 6% kuat tekan umur 28 hari f’c 12,46
Mpa, untuk dan 8% kuat tekan umur 28 hari f’c 12,08 Mpa
Syf. Umi Kalsum dan Betti Ses Eka Polonia pada tahun 2021 melakukan
penelitian mengenai pengaruh limbah kaca pengganti agregat halus terhadap kuat
tekan beton dengan variasi serbuk kaca sebesar 2% dan 4% sebagai pengganti
agregat halus. Tujuan pencampuran limbah kaca diharapkan dapat meningkatkan
nilai kuat tekan beton. Uji kuat tekan beton dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari
dan 28 hari. Dengan hasil uji kuat tekan paling rendah yaitu beton variasi 4% dan
hasul uji kuat tekan tertinggi pada variasi 2%, presentase penambahan limbah
kaca yang paling optimal terhadap kuat tekan beton maksimum adalah variasi
campuran 2% dengan hasil 11.88 MPa dan 11.32 MPa.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ananda Welas Asih pada tahun 2018,
Ananda meneliti pengaruh serbuk kaca sebagai bahan pengganti sebagian agegat
halus pada beton mutu tinggi dengan menggunakan serbuk kaca sebagai substitusi
pasir dengan proporsi 0%,5%,10%,15% dan 20% terhadap volume pasir, dengan
ukuran ada penelitian ini mnegggunakan metode SNI 7656-2012 dengan hasil
pengujian menunjukkan bahwa proporsi maksimum serbuk kaca didapatkan pada

28
variasi 5% yaitu pada pengujian tarik belah, modulus runtuh dan kuat geser beton
mengalami peningkatan rata-rata berturut-turut sebesar 45.378%, 13.415%, dan
12.59%. Sedangkan pada pengujian kuat tekan didapatkan proporsi maksimum
pada variasi 10% dengan peningkatan sebesar 7.957%.
Oktavian Bagus Pratama melakukan penelitian terhadap Pengaruh
penambahan kabel fiber optic sebagai bahan pengganti sebagian semen dapat
meningkatkan kuat tekan beton. Dari hasil uji kuat tekan beton normal diperoleh
rata rata sebesar 23,59 Mpa dengan penambahan serat 1% diperoleh rata-rata
sebesar 26,37 Mpa mengalami peningkatan 11,78% dari beton normal. Dengan
penambahan serat 1,5% diperoleh rata rata sebesar 31,85% Mpa mengalami
peningkatan 35% dari beton normal, dan dengan [penambahan serat 2%
diperoleh rata-rata sebesar 28,54 Mpa mengalami peningkatan 20,98 % dari beton
normal. Presentase penambahan limbah fiber optic yang dapat meningkatkan kuat
tekan beton secara optimal adalah 1,5 %, diperoleh rata- rata kuat tekan sebesar
31,85 Mpa yaitu mengalami peningkatan 35% dari beton normal,
Pada tahun 2016 Sustika Pratiwi, Hakas Prayuda dan Fadillawaty Saleh
melakukan penelitian kuat tekan beton serat menggunakan variasi fibre optic dan
pecahan kaca. Penelitian ini menggunakan serat optik yang merupakan serat
sintetis diperoleh dari bagian dalam kabel optik. Kaca merupakan bahan yang
mudah ditemukan dan memiliki nilai ekonomis, selain itu kaca juga memiliki
ketahanan abrasi yang sangat baik cuaca dan serangan kimia. Tiga variasi
kandungan serat digunakan untuk ini penelitian yaitu 0,1%; 0,15%; 0,2% dengan
panjang 10 cm. Sedangkan serbuk pecahan kaca yang digunakan adalah 20%
dari berat pasir. Dalam pembuatan benda uji menggunakan perhitungan ACI
544.IR-96 yang menghasilkan kuat tekan rata-rata kadar serat 0,1%(22,43 MPa),
0,15%(24,31 MPa), 0,2%(29,63 MPa) dapat disimpulkan bahwa penambahan
serat dari 0,1% menjadi 0,15% mengalami peningkatan kuat tekan rata-rata
sebesar 8,4% dan penambahan serat dari 0,15% menjadi 0,2% mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 21,9%.

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini meggunakan metode eksperimen dan dilakukan di
Laboratorium Teknologi Bahan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
& Sains Universitas Muhamadiyah Purwokerto Mulai dari proses
pencampuran atau pembuatan benda uji, proses pencetakan beton dan
pengujian kuat tekan beton. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi pengujian material yang digunakan pengujian slump flow dan
pengujian kuat tekan beton.
3.2 Diagram Penelitian
Prosedur penelitian dimulai dengan studi literatur terkait dengan beton
Berserat sebagai pedoman dengan dibantu hasil dari penelitian sebelumnya.
Kemudian mempersiapkan alat dan bahan untuk pengujian agregat yang akan
digunakan. Setelah memenuhi syarat dilakukan penyusunan mix design
menggunakan metode SNI Perencanaan Campuran Beton 03-2834-2000
untuk pembuatan benda uji. Pengujian beton segar dengan uji slump flow
untuk mengetahui flowability dan workability beton. Sebelum ke tahap
pengujian beton dirawat terlebih dahulu untuk umur beton 28 hari. Pengujian
beton keras dilakukan kuat tekan beton pada umur beton yang direncanakan
yaitu 28 hari. Hasil pengujian data dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.

30
Mulai

Studi Literatur
Tidak
Persiapan alat dan bahan

Alat : Bahan Agregat :


Bahan :
1. Timbangan 7. Gelas Ukur 1. Agregat halus
1. Air
2. Ayakan 8. Sekop 2. Agregat kasar
2. Semen
3. Kaliper 9. Cetakan Silinder 3. Fiber optic
4. Piknometer 10. Cetakan Caping 4. Serbuk kaca Pengujian Agregat :
5. Oven 11. Alat Slump 2. 1. Gradasi (Ag Halus
6. Saringan 12. Compressingtes dan Kasar)
1. 2. Kadar Lumpur
3. Berat Jenis

YA
Memenuhi syarat
Mix Design SNI 02-2834-2000

Proses pencampuran bahan

Proses pencetakan beton

Proses perawatan beton

Pengujian kuat tekan beton

Analisis data

Kesimpulan dan saran penelitian

Selesai

31
Gambar 3 1 Bagan alir penelitian

32
3.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ayakan Agregat Untuk mengayak agregat halus dan agregat kasar.
2. Cetakan silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
untukmencetak benda uji silinder.
3. Gelas ukur Untuk mengukur takaran air.
4. Kerucut abrams untuk pengujian slump campuran beton.
5. Sendok semen untuk memasukan dan meratakan campuran
betonkedalam cetakan silinder.
6. Timbangan untuk menimbang berat bahan uji.
7. Compressing Test Machine (CTM) adalah alat yang digunakan
untuk menguji kuat tekan beton.
8. Piknometer untuk pengujian berat jenis pasir.
9. Oven dengan kapasitas temperature 2200C untuk mengeringkan
agregat.
10. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
11. Cetakan Capping untuk mencetak belerang yang telah leleh
kemudian dilapisi pada permukaan beton agar rata.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Semen Portland merk Dynamix.
2. Agregat halus dan agregat kasar yang berasal dari sungai Serayu.
3. Air yang digunakan adalah air dari labolatorium teknologi
bahanFakultas Teknik & Sains.
4. Serat Fiber optic yang sudah diproses digunakan sebagai bahan
tambah serat pada beton.
5. Serbuk pecahan kaca yang sudah dihaluskan dan berukuran sama
seperti agregat halus.

33
3.4 Persiapan Bahan Campuran
Pengolahan fiber optic untuk bahan campuran beton dengan cara
memisahkan kulit kabel dengan serat opticnya dan serat optic dipotong-
potong sektar 5 cm. Serbuk kaca didapatkan dari limbah botol bekas, kaca
dicuci hingga bersih kemudian kaca ditumbuk halus hingga menyeruoai
agregat halus.
3.5 Pengujian Agregat Halus
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
Analisa gradasi ini dilakukan untuk mengetahui distribusi besaran
atau jumlah persentase butiran agregat halus dengan menggunakan
saringan yang disusun berurutan. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunjukan dalam tabel atau grafik. Langkah-langkah pemeriksaan
gradasi agregat halus adalah :
a. Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai
kering, kemudian ambil sampel sebanyak 1000 gram.
b. Sampel dimasukan kedalam saringan yang telah disusun berurutan
mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 4,75mm;
2,36mm; 1,18mm; 0,60mm; 0,30mm; 0,15mm; pan, kemudian
saringan tersebut digoyangkan dengan mesin selama 15 menit.

c. Menghitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas


masing- masing saringan terhadap berat total benda uji setelah
disaring (SNI 03-1968-1990).
2. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa berat jenis
agregat halus dan berapa besar penyerapan air agregat halus. Berat
jenis adalah perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu
material terhadap berat jenis air dengan volume yang sama pada
temperatur yang ditentukan. Langkah-langkah pengujian berat jenis
dan penyerapan air adalah sebagai berikut:

34
a. Benda uji dalam oven dikeringkan pada suhu (110 ± 5)°C, sampai berat
tetap, yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama
3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang
waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air
lebih besar daripada 0,1 %, benda uji didinginkan pada suhu ruang,
kemudian benda uji direndam dalamair selama (24 ± 4) jam.
b. Air perendam dibuang dengan hati-hati, jangan sampai ada butiran
yang hilang, agregat di atas talam ditebarkan, lalu dikeringkan di udara
panas dengan cara membalik-balikan benda uji, permukaan jenuh
dikeringkan sampai tercapai keadaan kering.
c. Permukaan jenuh yang dalam keadaan kering diisikan benda uji ke
dalam kerucut terpancung, lalu dipadatkan dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali, kerucut terpancung diangkat, keadaan.
d. kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan tercetak.
e. Permukaan jenuh yang dalam permukaan kering dimasukan 500 gram
benda uji ke piknometer; air suling dimasukan 90% isi piknometer,
putar sambil diguncang sampai tak terlihat gelembung udara
didalamnya, untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa
hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangansampai ada air yang ikut
terhisap, dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.
f. Piknometer dalam air dan ukur suhu air direndam untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar 25°C.
g. Air ditambahkan sampai mencapai tanda batas.
h. Piknometer berisi air dan benda uji ditimbang sampai ketelitian 0,1
gram (Bt).
i. Benda uji dikeluarkan, oven dengan suhu (110 ± 5)°C dikeringkan
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
j. Benda uji yang sudah dingin kemudian ditimbang (Bk).

35
3. Piknometer yang berisi air penuh ditentukan beratnya dan ukur
suhuair menggunakan penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B).
4. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar lumpur yang
terdapat pada agregat halus. Langkah-langkah pemeriksaan kadar
lumpur agregat halus adalah :

a. Cawan kosong ditimbang untuk wadah pasir dalam satuan gram pada
timbangan digital.
b. Pasir sebesar 150 gram dimasukan kedalam cawan yang sudah
ditimbang tadi.
c. Menimbang pasir kering sebesar 100 gram sebagai berat awal(A).
d. Pasir dimasukan kedalam gelas ukur dan tambahkan air setinggi 12cm
dari permukaan atas pasir.
e. Gelas ukur ditutup dengan telapak tangan dan melakukan pencucian
dengan cara menggoyangkan gelas ukur selama 1 menit, lalu diamkan
air mengendap didasar gelas ukur dan membuang air keruhnyadengan
hati-hati jangan sampai ada pasir yang ikut terbuang.
f. Pencucian pasir diulangi dengan cara yang sama sebanyak 7 kali
pencucian.
g. Meletakan pasir yang sudah dicuci ke dalam cawan
h. Mengatur suhu oven (110 ± 5)° C.
i. Cawan yang berisi pasir yang sudah dicuci dimasukan kedalam oven
selama 24 jam sebagai berat akhir(B).
j. Cawan yang berisi pasir yang sudah dioven selama 24 jam diambil dan
menghitung kandungan lumpur dalam pasir.Pengujian Agregat Kasar
5. Uji Gradasi Agregat Kasar
Uji gradasi adalah penentuan persentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase
dapat ditunjukan dalam grafik atau tabel. Langkah-langkah
pengujian agregat kasar sebagai berikut:

36
a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C,
sampai berat tetap.
b. Ayakan yang akan digunakan dipersiapkan dan disusun dari atas
dengan diameter ayakan yang paling besar mengacu pada (SNI 03-
2834-2000).
c. Benda uji yang lewat disusunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan
tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
d. Persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing
saringan dihitung terhadap berat total benda uji yang telah disaring
(SNI 03-1968-1990).
6. Uji Berat Jenis Agregat Kasar
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan berat jenis, berat jenis
kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis
semu (apparent) dari agregat kasar. Adapun langkah-langkah
pemeriksaan sebagai berikut:
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan.
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ±5)°C sampai
berat tetap
c. Dinginkan benda uji pada suhu ruangan selama 1-2 jam, kemudian
timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
d. Rendam benda uji pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
e. Keluarkan benda uji dari dalam air kemudian lap dengan kain
penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran
yang besar pengeringan harus satu persatu.
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj).
g. Letakan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di
dalamair (Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
pada suhu standar (25° C).

37
3.6 Mix Design Beton
Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) dilakukan
berdasarkanhasil pengujian dari masing-masing bahan yang akan
digunakan untuk pencampuran beton. Perencanaan campuran beton pada
penelitian ini sesuai dengan SNI 03-2834-2000.
3.7 Pembuatan Benda Uji dan Pengujian Beton Segar (Slump)
Pembuatan benda uji dilakukan setelah tahap pengujian agregat selesai
dilakukan dan hasil uji agregat memenuhi syarat untuk bahan
pencampuran beton. Langkah – langkah pembuatan benda uji pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan yang akan digunakan dipersiapkan kemudian menimbang
bahan yang telah dipersiapkan sesuai dengan mix design yang
telahditentukan.
2. Memasukkan bahan mulai dari kerikil, pasir, semen kedalam mesin
mixer secara bertahap hingga tercampur merata. Setelah itu
tambahkanair.
3. Campuran yang sudah merata dilakukan uji slump flow.
4. Pengujian slump flow dilakukan dengan alat kerucut Abrams dan
papan berukuran ±100cm x 100cm. Cara pengujiannya ialah :
- Papan atau plat disiapkan dan dibasahi dengan sedikit air agar
licin.
- Kerucut Abrams diletakan tepat pada tengah-tengah papan
dengan posisi terbalik (diameter besar berada di atas).
- Masukan adukan secara bertahap sebesar 1/3 isi cetakan, setiap
lapis ditumbuk sebanyak 25 kali tumbukan secara merata,tongkat
harus masuk sampai lapisan bawah tiap-tiap lapisan.
- Setelah kerucut penuh dan lapisan atasnya diratakan, adukan
beton didiamkan selama 30 detik.
- Selanjutnya kerucut diangkat perlahan secara vertikal atas.
- Cetakan diangkat dan diletakan disamping benda uji kemudian
ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi

38
cetakan dengan tinggi benda uji.

5. Memasukan sebagian material bahan tambah serat fiber optic


secara bertahap sampai semua bahan habis.
6. Setelah semua bahan habis dan adukan terlihat merata, uji slump
dilakukan kembali untuk mengetahui seberapa besar nilai slump
beton setelah semua bahan tambah dimasukan. Apabila nilai slump
lebih besar dari yang telah ditentukan maka adukan beton
dimasukan kembali kedalam molen dan diaduk kembali dengan
memberi air secara bertahap sampai mencapai nilai slump yang telah
ditentukan.
7. Beton segar yang telah diuji slump flow kemudian dimasukkan
kedalam cetakan silinder berukuran 15 x 30 cm. Setelah terisi
penuh diratakan permukaannya.
8. Cetakan beton dilepas setelah beton berumur 24 jam.
9. Benda uji kemudian dimasukan kedalam bak yang berisi air selama
26hari
10. Setelah direndam, beton dikeringkan dan diangin-anginkan selama
2hari.
11. Beton siap untuk diuji kekuatannya.
3.8 Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan dengan tujuan agar beton yang telah lepas
dari cetakan tidak mengalami keretakan karena berkurangnya kadar air
yang terlalu cepat sebelum pengujian beton keras.
Masa perawatan beton akan mengalami proses penyempurnaan
pengerasan. Pada penelitian ini perawatan benda uji dilakukan dengan
cara merendam dalam bak perendam yang diisi air penuh dan dikeluarkan
apabila umurnya telah mencukupi umur 28 hari. Hal ini bertujuan agar
udara yang terperangkan dalam beton dapat keluar dan meningkatkan
mutubeton tersebut. Ada cara lain dengan menggunakan kain atau karung
goni yang dibasahi dan diselimutkan ke seluruh permukaan sampel beton.
3.9 Pengujian Kuat Tekan

39
Pengujian kuat tekan bertujuan untuk mengetahui beban maksimal
yang dapat ditahan beton. Alat uji yang digunakan adalah mesin
Compression Testing Machine. Pengujian kuat tekan dilakukan
setelahbeton berumur 28 hari. Langkah – langkah pengujian kuat tekan
beton adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan benda uji silinder yang akan diuji.
2. Melapisi permukaan atas benda uji dengan belerang agar
permukaan rata.
3. Benda uji diletakan tepat di tengah-tengah alat uji kuat tekan
4. Pastikan jarum alat uji mengarah pada angka nol.
5. Menyalakan alat uji kemudian mencatat beton maksimal
ditunjukkan oleh jarum penunjuk hingga beton hancur atau retak.
6. Beban maksimal yang mampu ditahan benda uji dicatat kemudian
menghitung kuat tekan silinder beton.
3.10 Analisis Perhitungan Data
Analisis perhitungan dari data yang telah didapatkan dari hasil
penelitian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
1. Uji Gradasi Agregat
Uji gradasi agregat bertujuan untuk menentukan persentase berat
butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter
lubangtertentu. Berikut rumus yang dipakai untuk uji gradasi
agregat: Presentase
Berat tertahan saringan
Kelolosan : X 100 ................(3.1)
Berat total

2. Uji Berat Jenis


a. Uji Berat Jenis Agregat Kasar
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis
agregat kasar serta kemampuan menyerap air. Besarnya berat
jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering,
berat kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry), berat
jenis semu (Apparent) dan penyerapan (Absorption). Berikut

40
rumus yang digunakan pada uji berat jenis:
Berat jenis (Bulk Specify Gravity)
Bj
= Bj−Ba .......................……......................(3.2)

Berat jenis SSD


Bj
= …………….....................…..(3.3)
Bj−Ba

Berat jenis semu


Bk ....................................................................................................
=
Bk−Ba
………................................ (3.4)

Penyerapan
BkBerat tertahan saringan
= x 100 %.…(3.5)
berat total

Keterangan :
Bk = Berat benda uji kering oven (gr).
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gr).
Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam
air (gr).

b. Uji Berat Jenis Agregat Halus


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat
jenis agregat halus serta kemampuan menyerap air. Besarnya
berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan
kering, berat kering permukaan jenuh (Saturated Surface
Dry), berat jenis semu (Apparent) dan penyerapan
(Absorption). Berikut rumus yang digunakan pada uji berat
jenis:

Berat jenis bulk


= 𝐵𝑘___________.................................(3.7)
𝐵+500−𝐵𝑡

Berat jenis permukaan jenuh

41
=500______
..……................…..(3.8)
𝐵+500−𝐵𝑡

Berat jenis semu (Apparent)

= 𝐵𝑘
𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡 ……….............…....(3.9)

Penyerapan (Absorption)
= 500−𝐵𝑘 × 100%........(3.10)
𝐵𝑘

Keterangan :
Bk = Berat benda uji kering oven
B = Berat Piknometer isi air
Bt = Berat Piknometer + benda uji + air
c. Uji Kadar Lumpur Agregat Halus
Pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus(pasir)
bertujuan untuk menentukan besarnya (persentase)
kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan
sebagai campuran beton. Kandungan lumpur
<5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat
halus untuk pembuatan beton. Berikut rumus yang
dipakai untuk uji Kandungan Lumpur Agregat
Halus:Kandungan Lumpur
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100%
………………(3.11)
d. Uji Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan
luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekantertentu yng dihasilakn oleh
mesin tekan. Untuk memperoleh nilai kuattekan beton (σ)
digunakan rumus:
P
σ = ...............................................................(3.12)
A
Keterangan:
σ = Kuat tekan benda uji (kg/cm3).

42
P = Beban maksimum (kg).
A = Luas Penampang (cm3)

43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Agregat Halus


Pengujian terhadap agregat halus berupa pasir yang berasal dari
sungai serayu dalam penelitian ini meliputi :

1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus.


2. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus.
3. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air agregat Halus.
Berikut adalah hasil dari pengujian Agregat Halus :
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus

Tabel 4 1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus

SNI :03-
2834-
Kelolosan
No Diameter Berat Berat Prosentase 2000
Ayakan Tertahan Tertahan Komulatif Zona
(mm) (gram) (%) (%) (%) 4
1 4,8 12,1 1,21% 1,21% 98,79% 95 - 100
2 2,4 5,8 0,58% 1,79% 98,21% 95 - 100
3 1,2 9,90 0,99% 2,78% 97,22% 90 - 100
4 0,6 60,80 6,08% 8,86% 91,14% 80 - 100
5 0,3 473,40 47,34% 56,2% 43,8% 15 - 50
6 0,15 321,20 32,12% 88,32% 11,68% 0 - 15
7 PAN 116,80 11,68% 100%
Jumlah 1.000
Sumber : Analisis, 2023
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
FM =∑ 0,15𝑚𝑚
100

88,32+56,20+8,86+2,78+1,79+1,21 159,16
= 100 = 100 =1,5916

44
Gambar 4 1 Grafik Gradasi Agregat Halus

Grafik Gradasi Agregat Halus


120
(SNI : 03-3824-2000)
97.22 100 98.21 95
100 100 100
100 91.14
Lolos Komulatif (%)

90 95
80
80
98.79
60 50
43.80
40
15 15
20
0 11.68
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Ukuran Ayakan (mm)
Batas Atas Batas Bawah

Sumber : Analisis,2023
Dari hasil perhitungan maka diketahui modulus halus
sebesar 1,5916%. Nilai ini masih dalam batas yang diizinkan
yaitu 1,5% – 3,8% (SNI S-04-1989-F) dan sesuai dengan hasil
pemeriksaan gradasi pasir, maka pasir yang digunakan
memenuhi syarat dan masuk dalam gradasi zona 4.
2. Kadar Pemeriksaan Lumpur Agregat Halus

Tabel 4 2 Hasil pemeriksaan kadar lumpur Agregat halus

NO URAIAN SAMPEL(1) SAMPEL(2) SAMPEL(3)


Berat Awal (pasir kering oven,
1
W1 (gram) 100 100 100
Berat Akhir (pasir kering oven,
2
W2 (gram) 96,60 97,00 97,5
Kandungan Lumpur :
KL = (W1-W2) / W1 x 100 (%) 3,4% 3,0% 2,5%
Kandungan Lumpur rata-rata : (%) 3,0%
Sumber : Analisis, 2023.
Hasil pemeriksaan diatas maka dapat dihitung kadar lumpur sebagai
berikut :
a−b 100−96,60
a. 𝑥 100% = 𝑥 100% = 3,4%
a
100

45
𝑎−𝑏 100−97
b. 𝑥 100% = 𝑥 100% = 3,0%
𝑎 100

𝑎−𝑏 100−97,5
c. 𝑥 100% = 𝑥 100% = 2,5%
𝑎 100

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 1+ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 2+ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎


d. Hasil rata-rata =
𝑢𝑗𝑖
3
3,3+3+3,2
= = 3,0% < 5%.
3

Kadar lumpur rata-rata diperoleh sebesar 3,0%. Hal


ini menunjukan bahwa pasir tersebut memenuhi syarat
sebagai bahan pengisi beton sesuai dengan SNI S-04-1998-F
karena kadar lumpur tersebut kurang dari 5%.
3. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

Tabel 4 3 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapa air Agregat Halus
Contoh Satuan I II III

Berat Kering Permukaan A’ Gram 500 500 500


Berat Kering Contoh Oven A Gram 465,4 467,74 468,27
Berat Botol + Air B Gram 648 651 655
Berat Botol + Contoh + C Gram 951 958 959
Air
Berat Jenis Bulk (Kering A/(B+A’+-C) Rata 2.36 2.42 2.41
Oven) Rata 2.39
Berat Jenis Bulk (Kering 500/(B+A’+-C) Rata 2.54 2.59 2.58
Permukaan) Rata 2.57
Berat Jenis Semu A/(B+A-C) % 2.87 2.91 2.89
Penyerapan Air ((500-A/ 7.43 6.90 6.78
A)*100%
% Rata
Rata 7.04
Sumber : Analisis, 2023.
Dari hasil pengujian di dapatkan bahwa benda uji agregat
halus mempunyai nilai berat jenis sebesar 2,39, berat jenis
permukaan jenuh (SSD) sebesar 2,57,dan berat jenis semu sebesar
2,89.Dalam perencanaan campuran beton, pasir yang digunakan
merupakan pasir dalam kondisi permukaan jenuh (SSD) sebesar

46
2,57.

4.2 Pengujian Agregat Kasar


Pengujian terhadap agregat kasar dalam penelitian ini meliputi:
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar
2. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat kasar
Adapun hasil pengujian agregat kasar yaitu:

1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar (Maksimum 40 mm)

Tabel 4 4 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar

Diameter Berat Berat Prosentase Kelolosan


No Ayakan Tertahan Tertahan Komulatif

(mm) (gram) (%) (%) (%)


1 75,0 - 0,0% 0,0% 100,0%
2 37,5 - 0,0% 0,0% 100,0%
3 19,0 1.130,30 56,52% 56,52% 43,49%
4 9,5 856,74 42,84% 99,35% 0,65%
5 4,75 2,40 0,12% 99,47% 0,53%
6 PAN 10,56 0,53% 100,0% 0,0%
Jumlah 2000

Sumber : Analisis 2023.

47
Gambar 4 2 Grafik Gradasi Agregat Kasar

GRAFIK GRADASI AGREGAR KASAR


(SNI:03-3824-2000)
120

100

80
Lolos Komulatif %

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Ukuran Ayakan (mm)

batas bawah batas atas berat lolos

Sumber :Analisis,2023

2. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar


Tabel 4 5 Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

NO URAIAN SAMPEL (1) SAMPEL (2) SAMPEL


(3)
Berat agregat kering
1 (A)
oven (gram) 1.000 1.000 1000
Berat agregat kondisi
2 (B)
SSD (gram) 1.023,7 1.023,1 1024,3
Berat agregat dalam air
3 (C)
(gram) 624 620 627
Berat jenis atas dasar kering oven:
= A/(B-C) 2,50 2,48 2,52
Berat jenis atas dasar SSD :
= B/(B-C) 2,56 2,54 2,58
Berat jenis semu :
= A/(A-C) 2,66 2,63 2,68

48
Penyerapan :
2,37% 2,31% 2,43%
= (B-A)/A x 100%
Sumber :Analisis, 2023.
Dari hasil uji berat jenis pada tabel 4.5 berat jenis yang dipakai
untuk perencanaan campuran beton adalah berat jenis permukaan
jenuh (SSD) dengan nilai sebesar 2,56.

4.3 Mix Design


1. Beton Normal
Tabel 4 6 Mix Desain Beton Normal

No. Uraian Nilai Satuan


1. Kuat Tekan Direncakanan 20 Mpa
2. Deviasi Standar 7 Mpa
3. Margin 12 Mpa
4. Kuat Tekan Rata Rata 32 Mpa
5. Jenis Semen Type I
6. Jenis Agregat Kasar Pecah
7. Jenis Agregat Halus Alam
8. Faktor Air Semen 0.58
9. Faktor Air Semen Maksimum 0.6
10. Nilai Slumpflow 60-180 Mm
11. Ukuran Maksimum Agregat 40 Mm
Kasar
12. Kebutuhan Air Penyesuaian 185 Kg/m3
Admixture
13. Kadar Semen 319 Kg/m3
14. Kadar Semen Maksimum 385
15. Kadar Semen Minimum 275
16. Daerah Gradiasi Agregat Halus Zona 4
17. Persen Berat Agregat Halus 28 %
18. Berat Jenis Agregat Campuran 2.56
19. Berat Isi Beton 2350 Kg/m3
20 Kebutuhan Agregat 1846 Kg/m3

49
21. Kebutuhan Agregat Halus 517 Kg/m3
22. Kebutuhan Agregat Kasar 1329 Kg/m3

Kesimpulan :
Volume Berat Total Air Semen Agregat Agregat
Halus Kasar
1m3 2380 185 319 517 1329
Proporsi 0.58 1.0 1.62 4.17
Adukan
Sumber : Analisis,2023
2. Beton Variasi
Tabel 4 7 Mix Desain Beton Variasi
No. Uraian Nilai Satuan
1. Kuat Tekan Direncakanan 20 Mpa
2. Deviasi Standar 7 Mpa
3. Margin 12 Mpa
4. Kuat Tekan Rata Rata 32 Mpa
5. Jenis Semen Type I
6. Jenis Agregat Kasar Pecah
7. Jenis Agregat Halus Alam
8. Faktor Air Semen 0.58
9. Faktor Air Semen Maksimum 0.6
10. Nilai Slumpflow 60-180 Mm
11. Ukuran Maksimum Agregat 40 Mm
Kasar
12. Kebutuhan Air Penyesuaian 185 Kg/m3
Admixture
13. Kadar Semen 319 Kg/m3
14. Kadar Semen Maksimum 385
15. Kadar Semen Minimum 275
16. Daerah Gradiasi Agregat Halus Zona 4
17. Persen Berat Agregat Halus 28 %
18. Berat Jenis Agregat Campuran 2.48
19. Berat Isi Beton 2295 Kg/m3

50
20 Kebutuhan Agregat 1791 Kg/m3
21. Kebutuhan Agregat Halus 501 Kg/m3
22. Kebutuhan Agregat Kasar 1290 Kg/m3

Kesimpulan :
Volume Berat Total Air Semen Agregat Agregat
Halus Kasar
1m3 2295 185 319 501 1290
Proporsi 0.58 1.0 1.57 4.04
Adukan
Sumber : Analisis,2023
1. Hitung Deviasi Standar
Standar deviasi akan digunakan untuk nilai margin atau angka
aman yang apabila kita disain itu paling tidak akan setara atau lebih
sedikit dari mutu yang direncanakan.
Tabel 4 8 Nilai Deviasi Standar.
Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (MPa)
Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4
Sumber :SNI 03-2834-2000
Karena belum ada pengalaman sehingga gunakan pengendali yang
jelek yaitu 7 MPa.
2. Nilai Tambah / Margin (M)
Tabel 4 9 Nilai Margin
Jumlah pengujian Faktor penggali deviasi
standar
< 15 -
15 1,16
20 1,08

51
25 1,03
>30 1,00
Sumber :SNI 03-2834-2000

Semakin sedikit sampel yang digunakan, maka angka


margin/deviasi standarnya lebih besar. Karena belum adanya
pengalaman dan benda uji yang dibuat <15 ,

maka ditetapkan nilai margin setara 12 MPa (sudah ditetapkan di


SNI). Atau apabila dihitung dengan menggunakan rumus, nilai
margin ini setara dengan 1,64 x s, karena memilih nilai s=7 jadi nilai
M=1,64 x 7 = 11,48 MPa =12 MPa.
3. Kuat tekan beton yang ditargetkan
f’cr=f’c + M = 20 MPa + 12 MPa =32 Mpa
4. Menentukan jenis semen yang digunakan
Semen yang digunakan adalah tipe 1(yang diperoleh dari toko
bangunan atau yang beredar di masyarakat).
5. Jenis agregat yang digunakan
1) Agregat Halus = Alami
2) Agregat Kasar = Batu Pecah
6. Menentukan faktor air semen (F.A.S)
Langkah-langkah :
a. menentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari
b. tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang
ditargetkan sampai memotong kurva
c. tarik garis tegak lurus kebawah memalui titik potong
tersebut untuk mendapatkan fas yang diperlukan.

52
Tabel 4 10 Jenis Semen

Jenis Umur Umu


Umur Umur
Jenis Semen Agregat 28 r 91 Bentuk Uji
3 hari 7 hari
Kasar hari hari
Alami 17 23 33 40
Semen Tipe I Pecah Silinder
19 27 37 45

Semen Tahan Alami 20 28 40 48


Kubus
Sulfat Tipe II, V Pecah 25 32 45 54
Alami 21 28 38 44
Semen Tipe III Silinder
Pecah 25 33 44 48
Sumber :SNI 03-2834-2000
Gambar 4 3 Grafik Perkiraan Berat Beton Basah Yang Telah Selesai

32

Sumber: Analisis 2023


0,58
Faktor air semen adalah perbandingan jumlah air dengan
jumlah semen, semakin tinggi nilai fas, maka semakin kecil nilai
kuat tekan beton sehingga harus hati-hati dalam menentukan nilai
fas. Sehingga FAS yang digunakan pada gambar 4.3 adalah 0,58
1. Menentukan jumlah semen minimum dan fas maksimum sesuai dengan
tabel dibawah ini:

53
Tabel 4 11 Persyaratan Jumlah Semen Minimum

Jumlah Nilai Faktor


Semen Air Semen
Minimum Maksismum
Per m³
Beton (kg)
Beton di dalam Ruang Bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif 275 0,6
b. Keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi atau 325 0,52
Korosif

Beton di luar ruangan bangunan :


a. Tidak terlindung dari hujan dan
325 0,6
terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik
275 0,6
matahari langsung
Beton masuk kedalam tanah :
a. Mengalami keadaan bahas dan
325 0,55
kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan
̶̶
alkali dari tanah
Beton yang kontinu berhubungan :
a. Air tawar
̶
b. Air laut
Sumber :SNI 03-2834-2000

Fas maksimum dan jumlah semen minimum pada pengujian ini


diambil jenis pembetonan beton di dalam ruang bangunan keadaan
keliling non korosif sehingga fas maksimum = 0,6 dan jumlah
semen = 275 kg/m3

sehingga fas yang digunakan adalah 0,58 (fas terkecil)


digunakan fas terkecil karena semakin tinggi nilai fas, maka mutu
beton akan semakin turun:

54
a. nilai slump yang ditentukan di dalam indoor yaitu 60mm- 180
mm

b. ukuran agregat maksimum adalah 40mm.


2. Tentukan Nilai Kadar Air Bebas
Tabel 4 12 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3).

Ukuran Maks Slump (mm)


Kerikil (mm) 0 - 10 10 – 30 30 – 60 60 -180
Alami 150 180 205 225
10
Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Pecah 170 190 210 255
Alami 115 140 160 175
40
Pecah 155 175 190 205
Sumber :SNI 03-2834-2000
Dengan ukuran agregat 40 mm dan nilai slump 60 mm – 180 mm,
didapat jenis batuan alami 175 (Wh) dan batu pecah 205 (Wk).
Maka dapat dihitung dengan rumus :
Kadar air bebas = 2/3 wh + 1/3 Wk = (2/3 x 175) + (1/3 x 205) =
185 kg/m3
Kadar semen = kadar air bebas dibagi dengan faktor air semen
= 185/0,58 = 319 kg/m3
Maka semen yang digunakan adalah 319 kg/m3
3. Kadar semen minimum ditentukan berdasarkan penggunaan beton
pada tabel sebelumnya, diperoleh kadar semen minimum 275
kg/m3. Kadar semen yang digunakan adalah kadar semen yang paling
besar, yaitu kadar semen yang diperoleh dari hasil perhitungan fas dan
kadar air bebas. Sehingga digunakan kadar air semen 319 kg/cm3.
Faktor air semen disesuaikan, hanya dihitung jika ada perubahan kadar
semen dari hasil perhitungan menjadi kadar semen minimum atau
maksimum. Pada mix design kali ini, kadar semen yang digunakan
adalah kadar semen berdasarkan hasil perhitungan, sehingga tidak perlu
adanya faktor air semen disesuaikan atau dengan kata lain fas yang

55
digunakan adalah 0,58

Susunan besar butir agregat halus adalah daerah gradasi agregat


No.2 sesuai dengan tabel SNI 03-2834-2000. Persentase agregat
halus dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini :

Gambar 4 4 Grafik 15 persen pasir terhadap kadar total agregat

28
%

0,5
8

Analisis:2023.
Pada mix design kali ini agregat maksimum yang digunakan
adalah 40mm, sehingga digunakan grafik 15. Kemudian
berdasarkan nilai slump yang telah ditentukan (60mm-180mm)
maka digunakan grafik No.4 Kemudian dengan menggunakan
nilai fas yang digunakan yaitu 0,58 dan daerah gradasi agregat
halus yaitu gradasi 4, maka persen agregat halus dapat ditentukan.
Dari nilai fas 0,58 tarik garis vertical hingga memotong dua buah
kurva daerah gradasi 2, lalu Tarik garis horizontal ke kanan, maka
didapatkan persen agregat halus yaitu 28%. Dapat dihitung
dengan rumus :

Beton Normal

Diketahui : Bj AH = 2,57

56
Bj AK = 2,56

57
Bj Ag. Gab = (persen Ag. Halus x Bj Ag. Halus ) + ( persen Ag.
Kasar x Bj Ag. Kasar ) = (0,28 x 2,57)+( 0,72 x 2,56) = 2,56
Berat jenis agregat gabungan
(SSD).
Dimana persen Ag kasar = 100%- Persen Ag. Halus
Beton Variasi
Diketahui : Bj AH+Kaca = 2,27
Bj AK = 2,56
Bj Ag. Gab = (persen Ag. Halus + kaca x Bj Ag. Halus dan kaca )
+ ( persen Ag. Kasar x Bj Ag. Kasar ) =(0,28 x 2,27)+( 0,72 x
2,56) = 2,48 Berat jenis agregat gabungan (SSD)Dimana persen
Ag kasar = 100%- Persen Ag. Halus.
Berat isi beton
Beton Normal
Gambar 4 5 Grafik perkiraan berat isi beton basah.

Sumber :SNI 03-2834-2000


- Buat kurva berat jenis agregat gabungan (2,56)
- Kemudian tarik secara vertical dari kadar air bebas = 185kg/m3

58
sampai menyentuh kurva bj agregat gabungan yang telah dibuat
- Kemudian tarik garis horizontal kearah kiri sehingga akan
diperoleh berat isi beton
4. Kadar Ag. Gabungan = Berat isi beton-kadar semen-kadar air
bebas
= 2350 –319 -185
= 1846 kg/m3
5. Kadar agregat halus = Persen agregat halus x kadar Ag.
Gabungan
= 28% x 1846
= 517 kg/m3
6. Kadar agregat kasar = Kadar ag. Gabungan x persen ag. Kasar
= 1846x 72%
=1329 kg/m3
7. Proporsi campuran teoritis
Dari hasil mix desain di atas adalah untuk campuran setiap m3.
a. Asumsikan jika untuk membuat 1 benda uji silinder
=¼ x 3,14 x 15²x 30
=5298,75 cm
= 0,00529875 m3
b. Penyusutan 20%

0,00529875 + (0,00529875*20%)

=0,0063617 m3

c. Proporsi campuaran untuk 1m3 Semen = 319 kg/m3


Air = 185 kg/m3

Agr ksr = 1329 kg/m3

Agr hls = 517 kg/m3

d. Proporsi campuran benda uji silinder


1. Semen = 319 x 0,0063617

59
= 2,03 kg

60
2. Air = 185 x 0,0063617

= 1,18 kg

3. Agregat kasar = 1329 x 0,0063617

= 8,46 kg

4. Agregat halus = 517 x 0,0063617

= 3,29 kg

Sehingga total berat beton 1 silinder= 14,95 kg


e. Proporsi campuran untuk 3 benda uji silinder
1. Semen = 319 x 0,0063617 x 3
= 6,09 kg
2. Air = 185 x 0,0063617 x3
= 3,53 kg
3. Agregat Halus = 517 x 0,0063617 x 3
= 9,86 kg
4. Agregat kasar = 1329 x 0,0063617 x3
= 25,37 kg
Sehingga total berat untuk 3 benda uji silinder adalah 44,84 kg.

61
Beton Variasi.
Gambar 4 6 Grafik berat isi beton variasi

Sumber: Analisis

buat kurva berat jenis agregat gabungan (2,48)


kemudian Tarik secara vertical dari kadar air bebas = 185kg/m3 sampai
menyentuh kurva Bj agregat gabungan yang telah dibuat
kemudian Tarik garis horizontal kearah kiri sehingga akan diperoleh
berat isi beton
rumus kadar agregat gabungan :
Kadar Ag. Gabungan = Berat isi beton-kadar semen-kadar air bebas
= 2295 –319 -185 = 1791 kg/m3
Kadar agregat halus = Persen agregat halus x kadar Ag. Gabungan
= 28% x 1791 = 501 kg/m3
Kadar agregat kasar = Kadar ag. Gabungan – persen ag. Kasar
=1791- 72%=1290 kg/m3
a. Proporsi campuran teoritis

Dari hasil mix desain di atas adalah untuk campuran setiap


m3.

62
 Asumsikan jika untuk membuat 1 benda uji silinder =¼ x
3,14 x 15²x 30
=5298,75 cm = 0,00529875 m3
 Penyusutan 20%

0,00529875 + (0,00529875*20%) =0,0063617 m3


 Proporsi campuaran untuk 1m3

Semen =319 kg/m3


Air = 185 kg/m3
Agr ksr = 1290 kg/m3
Agr hls = 501 kg/m3
 Proporsi campuran 1 benda uji silinder

Semen =319 x 0,0063617 = 2,03 kg


Air =185 x 0,0063617 = 1,18 kg
Agr ksr =1290 x 0,0063617 = 8,20 kg
Agr hls=501 x 0,0063617 = 3,19 kg
Sehingga total berat beton 1 silinder = 14,60 kg
 Proporsi campuran untuk 3 benda uji silinder

Semen =319 x 0,0063617 x 3 = 6,09 kg


Air =185 x 0,0063617 x3 = 3,53 kg
Agr ksr =1290 x 0,0063617 x 3 = 24,61 kg
Agr hls=501 x 0,0063617 x 3 = 9,57 kg
Sehingga total berat beton 3 silinder = 43,80 kg
 Aggregat halus yang diperlukan untuk 1 benda uji silinder
90% x 3,19 = 2,87 kg
 Serbuk kaca yang diperlukan untuk 1 benda uji silinder

10% x 3,19 = 0,319 kg


 Kebutuhan bahan tambah fiber optic untuk 1 benda uji
silinder

63
Fiber optic 0,2% = 0,2% x 14,61 = 0,0292 kg
Fiber optic 0,3% = 0,3% x 14,61 = 0,044 kg
Fiber optic 0,4% = 0,4% x 14,61 = 0,058 kg
 Kebutuhan bahan tambah fiber optic untuk 3 benda uji
silinder

Fiber optic 0,2% = 0,2% x 14,62 x 3 = 0,0876 kg


Fiber optic 0,3% = 0,3% x 14,62 x 3 = 0,132 kg
Fiber optic 0,4% = 0,4% x 14,62 x 3 = 0,174 kg
Kemudian untuk kebutuhan material setiap benda uji serta
kebutuhan material untuk 1 kali adukan dapat dilihat pada
tabel 4.10 dan 4.11.
Tabel 4 13 Kebutuhan material untuk 1 benda uji silinder
Material
Kode Volume Serat Serbuk
Agrega Agrega
benda (M³) Air fiber kaca
Semen (Kg) t halus t kasar
uji (Kg) optic 10%(Kg)
(Kg) (Kg)
(Kg)
BTN 0,0053 2,03 3,29 8,45 1 0 0
Bv1-0,2 0,0053 2,03 3,19 8,21 1 0,0292 0,319
Bv2-0,3 0,0053 2,03 3,19 8,21 1 0,044 0,319
Bv3-0,4 0,0053 2,03 3,19 8,21 1 0,058 0,319
Jumlah 8,12 12,9 33,08 4 0,1312 0,957

Sumber : Analisis ,2023

64
Tabel 4 14 Kebutuhan material untuk 3 kali adukan

Material
Jumlah Serat Serbuk
Kode benda uji benda Agregat Agregat
Semen Air fiber kaca
uji halus kasar
(Kg) (Kg) optic 10%
(Kg) (Kg)
(Kg)
BN 3 6,09 9,87 25,35 3 0 0

BV1-0,2 3 6,09 9,57 24,63 3 0,086 0,957

BV2-0,3 3 6,09 9,57 24,63 3 0,132 0,957

BV3-0,4 3 6,09 9,57 24,63 3 0,174 0,957

Jumlah 12 24,36 38,6 99,24 12 0,392 2,871

Sumber : Analisis, 2023

4.4 Nilai Slump


Hasil pengujian slump pada beton umur 28 hari dari msing-masing
variasi dapat dilihat pada tabel 4.12 dan gambar 4.6.
Tabel 4 15 Nilai Slump dari masing-masing variasi.

Umur Variasi Nilai slump


28 hari 0 11,3
28 hari 0,2% 10,8
28 hari 0,3% 10,2
28 hari 0,4% 9,2
Sumber : Analisis, 2023

65
Gambar 4 7 Perbandingan Nilai Slump dan Persentase Serat Fiber optic.

Uji Nilai Slump


11.3
12 10.8
10.2
10 9.2

8
Nilai Slump (cm)

0
BN BV1/0,2 BV2/0,3 BV3/0,4
Variasi Serat Fiber optic dan Serbuk Kaca (%)

Sumber : Analisis, 2023


Dari data nilai slump diatas dapat disimpulkan bahwa campuran
beton dengan penambahan serat fiber optic dan serbuk pecahan kaca
didapatkan nilai slump yang sesuai atau memenuhi aturan nilai slump
yaitu 6-18 cm. ditinjau dari workability nya, semakin besar persentase
penambahan serat fiber optic maka didapatkan nilai slump yang
semakin kecil. Hal ini memperlihatkan hasil adukan semakin kental,
lebih sulit pada proses pengadukan, penuangan, dan pemadatan dalam
cetakan uji slump maupun cetakan benda uji silinder.
4.5 Hasil Pengujian Berat Beton
Hasil pengujiaan berat beton dilakukan pada beton dengan
umur rencana 28 hari, dari masing-masing variasi dapat dilihat pada
tabel 4.13 dan gambar 4.7.
Tabel 4 16 Hasil Berat Sampel tiap variasi dan rata rata

Pengujian Berat Beton


Variasi (%) Berat Berat Rata-Rata 1 Berat Beton setiap 1
(kg) Benda Uji Silinder Kg/𝑚3
(kg)
BN Benda Uji 1 13,26 13,30 2090,11
Benda Uji 2 13,53

66
Benda Uji 3 13,10
BV1-0,2 Benda Uji 1 12,59 12,58 1977,46
Benda Uji 2 12,48
Benda Uji 3 12,67
BV2-0,3 Benda Uji 1 12,56 12,54 1971,17
Benda Uji 2 12,74
Benda Uji 3 12,32
BV3-0,4 Benda Uji 1 12,48 12,30 1933,45
Benda Uji 2 12,22
Benda Uji 3 12,20
Sumber :Analisis,2023
Gambar 4 8 Grafik berat isi beton.

Grafik Berat Beton


2200.00
Berat Beton(kg/m3)

2150.00
2089.75
2100.00
2050.00
2000.00 1977.97 1971.68
1933.94
1950.00
1900.00
1850.00
1800.00
BN Bv1/0,2 Bv2/0.3 Bv3/0.4
Variasi Serat Fiber optic dan Serbuk Kaca 10(%)

Sumber:Analisis,2023
Berdasarkan grafik 4.7, Data pemeriksaan berat isi beton untuk
berbagai variasi benda uji disimpulkan bahwa beton normal
mempunyai berat isi 2090,11 kg/𝑚3. Hampir memenuhi berat isi beton
rencana yaitu 2350 kg/𝑚3. Sedangkan untuk beton dengan variasi serat
fiber optic dan serbuk pecahan kaca, didapatkan berat isi terendah pada
variasi BV3-0,4 yaitu 1933,45 kg/𝑚3. Penambahan serat serat fiber
optic dengan variasi yang semakin besar didapatkan berat beton yang
semakin kecil. Penurunan berat beton dikarenakan serat fiber optic
memiliki berat yang lebih ringan daripada berat bahan penyusun beton
lainnya.

67
4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Hasil pengujian kuat tekan beton umur 28 hari, dari masing-


masing variasi campuran serat fiber optic dan serbuk kaca dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 17 Tabel Pengujian Sample Kuat Tekan
No. Kode Benda Uji Nilai Luas Kuat Kuat Kuat
Slump Silinder Tekan Tekan Tekan
(cm) (cm3) (KN) Benda Rata –
Uji Rata
(Mpa)
1. BN 1 11.3 17.6625 370 20.95
2. BN 2 11.3 17.6625 362 20.50 20.76
3. BN 3 11.3 17.6625 368 20.84
4. BV1-0,2-1 10.8 17.6625 382 21.63
5. BV1-0,2-2 10.8 17.6625 378 21.40 21.70
6. BV1-0,2-3 10.8 17.6625 390 22.08
7. BV2-0,3-1 10.2 17.6625 396 22.42
8. BV2-0,3-2 10.2 17.6625 394 22.31 22.51
9. BV2-0,3-3 10.2 17.6625 403 22.82
10. BV3-0,4-1 9.2 17.6625 429 24.29
11. BV3-0,4-2 9.2 17.6625 412 23.33 23.82
12. BV3-0,4-3 9.2 17.6625 421 23.84
Sumber :Analisis,2023

Gambar 4 9 Grafik Uji Kuat Tekan

Grafik Uji Kuat Tekan


30.00
Nilai Kuat Tekan(Mpa)

23.82
25.00 22.51
20.76 21.70
20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
1 2 3 4
Variasi Serat Fiber optic dan Serbuk Kaca 10 (%)

Sumber:Analisis,2023

68
Dari grafik uji kuat lentur 4.8, hasil pengujian kuat tekan beton
dari masing- masing variasi yaitu 0%, 0,2%, 0,3% dan 0,4% didapatkan
nilai kuat tekan beton rata-rata variasi sebesar 20,76 MPa, 21,70 MPa,
22,51 MPa, dan 23,82 MPa. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa
beton dengan kuat tekan tertinggi terdapat pada beton variasi
penambahan serat fiber optic 0,4% sebesar 23,82.

69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian analisis pengaruh kuat tekan beton menggunakan


serat fiber optic dan serbuk pecahan kaca yang dilakukan, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Nilai Slump Beton menggunakan variasi serat fiber optic kadar 0,2%;
0,3%; dan 0,4% berturut-turut diperoleh sebesar 10 cm, 10.2 cm dan
9.2 cm
b. Hasil pengujian kuat tekan beton dari masing- masing variasi yaitu
0%, 0,2%, 0,3% dan 0,4% didapatkan nilai kuat tekan beton rata-rata
variasi sebesar 20,76 MPa, 21,70 MPa, 22,51 MPa, dan 23,82 MPa.
Dengan hasil tertinggi terdapat pada penambahan serat fiber optic
dengan variasi 0,4%.
c. Pengaruh penambahan serat fiber optic dan serbuk pecahan kaca 10%
pada kuat tekan beton diperoleh hasil bahwa penambahan fiber optic
memberikan kenaikan pada nilai kuat tekan beton.
Dengan penelitian ini beton variasi yang saya hasilkan mempunyai berat
yang lebih ringan daripada berat beton normal, namun mempunyai nilai
kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal.
5.2 Saran

Berdasarkan penelitian analisis pengaruh kuat tekan beton


menggunakan serat fiber optic dan serbuk pecahan kaca yang dilakukan,
diperoleh beberapa saran sebagai berikut:

Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penambahan serat


fiber optic dengan menambahkan presentase fiber yang lebih banyak, dan
melakukan uji terhadap pengaruh penambahan fiber terhadap nilai.

70
DAFTAR PUSTAKA

Asih A welas. Pengaruh Serbuk Kaca Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Agregat
Halus Pada Beton Mutu Tinggi. Published online 2018. 25, Mei 2022.
Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 15- 2049-2004: Semen Portland. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional. 132 hlm.
Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002. Bandung Badan Stand Nas.
Published online 2002:251. 25, Mei 2022.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI 2847:2019 Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan. Standar Nas Indones.
2019;(8):720. www.bsn.go.id. 25, Mei 2022.
Darul, Syahroni, Edison, B. 2014. Kajian Pengaruh Serat Ijuk Terhadap Kuat
Tarik Belah Beton k-175. Jurnal Mahasiswa Teknik.
Eki G. P., F., Tanzil, G. 2013. Pengaruh Sulfat Terhadap Kuat Tekan Beton
dengan Variasi Bubuk Kaca Substitusi Sebagian Pasir dengan w/c 0,60
dan 0,65. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. Volume 1, No. 1. pp: 68-
73.
Fikkriansyah, Tanzil, G.. 2013. Pengaruh Sulfat Terhadap Kuat Tekan Beton
dengan Variasi Bubuk Kaca Substitusi Sebagian. 25, Mei 2022.
Semen dengan w/c 0,60 dan 0,65. Teknik Sipil dan Lingkungan.Volume 1, No. 1.
pp: 86-90.
Halus A, Fly DAN, Dari ASH, et al. 65 - 77. 2020;6(2):65-77.
Pratama, Oktavian Bagus, 2020. Analisis Pengaruh Limbah Fiber optic Sebagia
Bahan Pengganti Sebagian Semen Terhadap Kuat Tekan Beton.
Pratiwi, S., Prayuda, H., & Prayuda, F. (2016). Kuat Tekan Beton Serat
Menggunakan Variasi Fibre Optic dan Pecahan Kaca (Compressive
Strength of Fibre Concrete Using Fibre Optic Variation and Glass
Fracture). Semesta Teknika, 19(1), 55–67. 25 Mei 2022
SNI 03-2834-2000. SNI 03-2834-2000: Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal. Sni 03-2834-2000. Published online 2000:1-34. 25 Mei
2022
Taufiq Lilo Adi Sucipto, C. D. P. E. S. S. (2020). Kajian Pemanfaatan Limbah
Kaca Sebagai Pengganti Agregat Halus Dan Fly Ash 30% Dari Berat
Semen Ditinjau Dari Kuat Tarik Belah, Daya Serap Dan Porositas Beton.
Indonesian Journal Of Civil Engineering Education, 6(2), 65.
https://doi.org/10.20961/ijcee.v6i2.5367. 25 Mei 2022

71
LAMPIRAN 1

72
LAMPIRAN 2

73

Anda mungkin juga menyukai