Anda di halaman 1dari 226

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN JEMBATAN PELENGKUNG BETON

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan


Strata Satu (S1) Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang

Oleh:

Ahmad Addin Tangguh S.P Aldo Praba Ramasta


30.2017.00.012 30.2017.00.014

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
JULI 2021
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 PO.BOX 1054/SM
Telp. (024)6583584 Fax. (024)6582455 http:/www.unissula.ac.id

BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR


No:
Pada hari ini tanggal Juli 2021 berdasarkan surat keputusan rektor
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang perihal penunjukan dosen
pembimbing dan asisten dosen pembimbing :
1. Nama : Muhamad Rusli Ahyar, ST., M.Eng
Jabatan Akademik : Kaprodi Teknik Sipil
Jabatan : Dosen Pembimbing I
2. Nama : Ir. Gatot Rusbintardjo, M.R.Eng., M.Sc., Ph.D
Jabatan Akademik : Lektor
Jabatan : Dosen Pembimbing II

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang tersebut di bawah ini telah
menyelesaikan bimbingan Tugas Akhir / Skripsi :
Nama : Ahmad Addin Tangguh S.P. Nama : Aldo Praba Ramasta
NIM : 3.02.017.00012 NIM : 3.02.017.00014
Judul : PERENCANAAN JEMBATAN PELENGKUNG BETON
Dengan tahapan sebagai berikut :
No Tahapan Tanggal Keterangan
1 Penunjukan dosen pembimbing
2 Proposal
3 Pengumpulan data
4 Analisis data
5 Penyusunan laporan
6 Selesai laporan

Demikian Berita Acara Bimbingan Tugas Akhir / Skripsi ini dibuat untuk
diketahui dan dipergunakan seperlunya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Pembimbing I Pembimbing II

(Muhamad Rusli Ahyar., ST., M.Eng) (Ir. Gatot Rusbintardjo, M.R.Eng.,


M.Sc., Ph.D)

Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNISSULA

(Muhamad Rusli Ahyar,ST., M.Eng)

iv
PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : Ahmad Addin Tangguh Surya Putra


NIM 30201700012

2. Nama : Aldo Praba Ramasta


NIM 30201700014
menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul:

“PERENCANAAN JEMBATAN PELENGKUNG BETON”

adalah merupakan hasil pemikiran dan pemaparan asli kami sendiri dan benar
bebas dari plagiarisme. Kami tidak mencantumkan pendapat-pendapat, rumus-
rumus tanpa merujuk pada publikasi-publikasi yang telah ada sebelumnya atau
yang telah ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah diajukan untuk
gelar atau ijasah pada Universitas Islam Sultan Agung Semarang atau perguruan
tinggi lainnya.

Apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak-benaran dalam


pernyataan ini, maka kami bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Demikian pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di: Semarang


Pada tanggal: 20 Juli 2021

Mahasiswa I Mahasiswa II

Ahmad Addin Tangguh S. P. Aldo Praba Ramasta


30201700012 30201700014

iv
MOTO

... dan jangan kmu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir. (Q.S 12 Yusuf ayat 87)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang


yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S 58 Al Mujadalah ayat 11)

Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S 8 Al


Anfal ayat 46)

Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahkan


baginya jalan menuju surga. (Hadist Riwayat Muslim)

Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya dengan baik, maka ia
akan memanfaatkanmu. (Hadist Riwayat Muslim)

Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan
Allah hingga ia pulang. (Hadist Riwayat Tirmidzi)

v
DEDIKASI

Tugas Akhir ini Kami dedikasikan untuk ilmu pengetahuan Teknik Sipil
pada umumnya dan ilmu Konstruksi Jembatan pada khususnya, serta
sebagai ibadah Kami kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismilliahirrohmannirohiim,
Alhamdulillahirobbil’aalaamiin,

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pnyayang,
segala puja dan puji syukur bagi Allah Subhanahu Wa ta’ala yang atas Rahmat,
Taufiq, dan Hidayah Nya, kami telah apat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Perencanaan Jembatan Pelengkung Beton”.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud atas pertolongan


Allah Tuhan Yang Maha Penolong dan atas bantuan serta dukungan beberapa
pihak. Untuk itu ingin mengucapkan terima kasih kepada kepada:

1. Bapak Ir. H. Rachmat Mudiyono, MT., Ph. D, selaku Dekan Fakultas


Teknik Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Bapak Muhammad Rusli Ahyar, ST., M.Eng, selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Bapak Muhamad Rusli Ahyar, ST, M.Eng dan Bapak Ir. Gatot Rusbintardjo,
M.R.Eng, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
4. Kedua orang tua saya, Bapak Afif Suyono dan Ibu Sumiati yang telah
memberikan do’a serta dukungan berupa moril dan materil.
5. Adik saya Bylqis Wiritanaya Surya Putri yang selalu memberikan dukungan
do’a, motivasi dan kasih sayang.
6. Aldo Praba Ramasta yang selalu sabar dan setia sebagai parter dalam
berjuang bersama menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir.
7. Sahabat – sahabat saya Ragil, Rizal, Nazali, Goceng, Pipit dan semua kawan
saya yang selalu memberikan dukungan, dorongan, hiburan, dan inspirasi.
8. Rekan – rekan di Program Studi Teknik Sipil UNISSULA angkatan tahun
2017 dan Angkatan tahun 2016, yang telah memberikan bantuannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang terlibat dan
telah membantu penyusun Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi diri kami pada khususnya dan semua pihak
yang memerlukan pada umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Semarang, 20 Juli 2021


Ahmad Addin Tangguh S. P.

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismilliahirrohmannirohiim,
Alhamdulillahirobbil’aalaamiin,

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pnyayang,
segala puja dan puji syukur bagi Allah Subhanahu Wa ta’ala yang atas Rahmat,
Taufiq, dan Hidayah Nya, kami telah apat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Perencanaan Jembatan Pelengkung Beton”.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud atas pertolongan


Allah Tuhan Yang Maha Penolong dan atas bantuan serta dukungan beberapa
pihak. Untuk itu ingin mengucpkan terima kasih kepada kepada:

1. Bapak Ir. H. Rachmat Mudiyono, MT., Ph. D, selaku Dekan Fakultas


Teknik Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Bapak Muhammad Rusli Ahyar, ST., M.Eng, selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Bapak Muhamad Rusli Ahyar, ST., M.Eng dan Bapak Ir. Gatot
Rusbintardjo, M.R.Eng, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir.
4. Kedua orang tua saya, Bapak Bangun Edi Listiyono dan Ibu Prastanti
Wahyuningsari yang telah memberikan do’a serta dukungan berupa moril
dan materil.
5. Adik saya Resky Septi Buana yang selalu memberikan dukungan do’a,
motivasi dan kasih sayang.
6. Ahmad Addin Tanggu S. P. yang selalu sabar dan setia sebagai partner
dalam berjuang bersama menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir.
7. Sahabat – sahabat saya Djihan, Adam, Nazali, Rizal, Anang, Annisa, Ragil,
Jambi yang selalu memberikan dukungan, dorongan, hiburan, dan inspirasi.
8. Rekan – rekan di Program Studi Teknik Sipil UNISSULA angkatan tahun
2017 dan Angkatan tahun 2016, yang telah memberikan bantuannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang terlibat dan
telah membantu penyusun Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi diri kami pada khususnya dan semua pihak
yang memerlukan pada umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Semarang, 20 Juli 2021


Aldo Praba Ramasta

viii
DAFTAR ISI

Bab Uraian Halaman

HALAMAN JUDUL ..............................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
BERITA ACARA ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIASI ...................iv
MOTO ................................................................................................... v
DEDIKASI ...........................................................................................vi
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................. xvii
ABSTRACT .......................................................................................xix
ABSTRAK ..........................................................................................xx

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1


1.2 Batasan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Tugas Akhir................................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan Laporan T.A .......................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan .............................................................................. 4


2.2 Peraturan – Peraturan Perencanaan Jembatan ........................... 4
2.3 Pembebanan Jembatan menurut SNI 1725-2016 ...................... 4
2.3.1 Beban Berat Sendiri (MS) ......................................................... 5
2.3.2 Beban Mati (MA) ...................................................................... 5

2.3.3 Beban Mati Tambahan .............................................................. 6


2.3.4 Beban Akibat Tekanan Tanah (TA) .......................................... 6
ix
DAFTAR ISI

Bab Uraian Halaman


2.3.5 Beban Lalu Lintas ..................................................................... 7
2.3.6 Gaya Rem .................................................................................. 9
2.3.7 Beban Angin .............................................................................. 9
2.3.8 Gaya Sentrifugal (TB) .............................................................11
2.3.9 Pembebanan Untuk Pejalan Kaki ............................................12
2.3.10 Beban Fatik / Kelelahan ..........................................................12
2.3.11 Beban Gempa ..........................................................................14
2.4 Pembebanan Jembatan menurut Peraturan Menteri PUPR
Nomor : 07/SE/M/2015 ...........................................................15
2.4.1 Kekuatan dan Stabilitas Struktur .............................................15
2.4.2 Keawetan dan Kelayakan Jangka Panjang ..............................15
2.4.3 Kemudahan Pemeriksaan ........................................................16
2.4.4 Kemudahan Pemeliharaan .......................................................16
2.4.5 Kenyamanan Bagi Pengguna Jembatan...................................16
2.4.6 Bangunan Pelengkap ...............................................................17
2.4.7 Perubahan Bentuk ....................................................................17
2.4.8 Pertimbangan Pelebaran di Masa Depan .................................17
2.4.9 Kemudahan Dilaksanakan .......................................................17
2.4.10 Ekonomis .................................................................................18
2.5 Contoh Perhitungan Jembatan Beton ......................................19

III METODOLOGI

3.1 Pendahuluan ............................................................................24


3.2 Premilinary Design ..................................................................24
3.3 Struktur Atas Jembatan ...........................................................24
3.4 Menghitung Pembebanan ........................................................25

3.5 Menghitung Pelat Lantai Jembatan .........................................29


3.6 Menghitung Gaya Prategang ...................................................33
3.7 Perhitungan Selubung Tendon Prategang ...............................33
3.8 Eksentrisitas Beton ..................................................................34
x
DAFTAR ISI

Bab Uraian Halaman


3.9 Kehilangan Tegangan ..............................................................36
3.10 Perhitungan Penghubung Geser ..............................................37
3.11 Perhitungan Balok Pelengkung ...............................................38

IV PERHITUNGAN DESAIN

4.1. Perencanaan Struktur Atas Jembatan ......................................45


4.1.1 Perencanaan Jembatan Girder .................................................45
4.1.2 Penentuan Lebar Efektif Pelat Lantai ......................................49
4.1.3 Section Properties Balok Prategang ........................................50
4.1.4 Section Properties Balok Prategang (Balok + Pelat) ..............53
4.1.5 Pembebanan Balok Prategang .................................................54
4.1.6 Gaya Prategang, Eksentrisitas, dan Jumlah Tendon ...............69
4.1.6.1 Perhitungan Selubung Tendon Prategang ...............................70
4.1.6.2 Eksentrisitas Beton ..................................................................73
4.1.7 Kehilangan Tegangan..............................................................81
4.1.8 Tegangan Yang Terjadi Pada Penampang Balok ....................88
4.1.9 Tegangan Yang Terjadi Pada Balok ........................................93
4.1.10 Perhitungan Sengkang ...........................................................115
4.1.11 Perhitungan Penghubung Geser (Shear Connector) .............125
4.1.12 Lendutan PCI Girder .............................................................129
4.1.13 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Beban.....................134
4.2 Perhitungan Balok Prategang ................................................140

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................184

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................xxi

LAMPIRAN .....................................................................................xxiv

xi
DAFTAR TABEL

No. Tabel Uraian Halaman

2.1 Faktor Beban Sendiri ............................................................................. 5

2.2 Berat Untuk Beban Mati ....................................................................... 5

2.3 Faktor Beban Mati Tambahan ............................................................... 6

2.4 Faktor Beban Akibat Tekanan Tanah.................................................... 7

2.5 Faktor Beban Lajur “D” ........................................................................ 7

2.6 Faktor Beban Lajur “T”......................................................................... 8

2.7 Nilai V0 dan Z0 ............................................................................................................................................. 10

2.8 Tekanan Angin Dasar ..........................................................................11

2.9 Fraksi Lalu Lintas Truk dalam Satu Lajur ..........................................13

2.10 LHR berdasarkan Klasifikasi Jalan .....................................................13

2.11 Pedoman Umum Penetuan Bentang Ekonomis...................................18

4.1 Dimensi Balok Prestress......................................................................47

4.2 Perhitungan Section Properties ...........................................................51

4.3 Perhitungan Momen Inersia ................................................................52

4.4 Perhitungan Section Properties (Balok + Pelat) .................................53

4.5 Perhitungan Momen Inersia (Balok + Pelat) .......................................54

4.6 Momen Akibat Temperatur .................................................................64

4.7 Perhitungan Kombinasi Pembebanan PCI Girder ..............................66

4.8 Pehitungan Kombinasi Pembenanan PCI Girder ...............................67

xii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Uraian Halaman

4.9 Perhitungan Kombinasi Pembebanan PCI Girder ..............................68

4.10 Perhitungan Jarak Tendon Tumpuan...................................................74

4.11 Pehitungan Jarak Tendon Tengah Bentang .........................................75

4.12 Posisi Lintasan Inti Tendon .................................................................76

4.13 Pehitungan Sudut Angkur ...................................................................78

4.14 Posisi Maing Masing Kabel Tendon ...................................................79

4.15 Kehilangan Tegangan Akibat Gesekan Kabel (Jack Friction) ............82

4.16 Kehilangan Tegangan Akibat Pengangkuran ......................................83

4.17 Kehilangan Tegangan Akibat Perpendekan Elastis ............................84

4.18 Kehilangan Tegangan Akibat Susut ....................................................85

4.19 Kehilangan Tegangan Akibat Rangkak...............................................86

4.20 Pehitungan Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja ..................87

4.21 Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja .....................................87

4.22 Total Kehilangan Tegangan ................................................................87

4.23 Tegangan Akibat Rangkak Beton .......................................................99

4.24 Tegangan Akibat Susut dan Rangkak Beton .......................................99

4.25 Tegangan Akibat Pengaruh Temperatur ...........................................108

4.26 Kontrol Tegangan Terhadap Kombinasi Pembebanan......................110

4.27 Kontrol Tegangan Terhdapa Kombinasai Pembebanan Kuat 1-3 .....111

xiii
DAFTAR TABEL

No. Tabel Uraian Halaman

4.28 Komtrol Tegangan terhadapa Kombinasi Pembebanan Kuat 4-5 .....112

4.29 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan Ekstrem 1-2 ..113

4.30 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan D.L 1-4 ........114

4.31 Perhitungan Sengkang Arah Vertikal ................................................116

4.32 Perhitungan Sengkang Arah Horisontal ............................................117

4.33 Jumlah Sengkang yang Digunakan untuk Bursting Force ................117

4.34 Tinjauan Geser Diatas Garis Netral ..................................................120

4.35 Tinjauan Geser Dibawah Garis Netral ..............................................122

4.36 Perhitungan Jarak Shear Connctor ....................................................128

4.37 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat 1 ................................136

4.38 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat II ...............................136

4.39 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat III ..............................136

4.40 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat IV ..............................137

4.41 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat V ...............................137

4.42 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Ekstrem I ...........................137

4.43 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Ekstrem II..........................138

4.44 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan I .....................138

4.45 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan II....................138

4.46 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan III ..................139

xiv
DAFTAR TABEL

No. Tabel Uraian Halaman

4.47 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan IV ..................139

4.48 Tulangan Positif D1 dan D14 ...........................................................143

4.49 Tulangan Negatif D1 dan D14 ..........................................................146

4.50 Tulangan Positif D2 dan D13 ...........................................................149

4.51 Tulangan Negatif D2 dan D13 ..........................................................152

4.52 Tulangan Positif D3 dan D12 ............................................................155

4.53 Tulangan Negatif D3 dan D12 ..........................................................157

4.54 Tulangan Positif D4 dan D11 ............................................................161

4.55 Tulangan Negatif D4 dan D11 ..........................................................163

4.56 Tulangan Positif D5 dan D10 ............................................................167

4.57 Tulangan Negatif D5 dan D10 ..........................................................169

4.58 Tulangan Positif D6 dan D9 ..............................................................173

4.59 Tulangan Negatif D6 dan D9 ............................................................175

4.60 Tulangan Positif D7 dan D8 ..............................................................179

4.61 Tulangan Negatif D7 dan D8 ............................................................181

4.62 Tulangan Balok Pelengkungan..........................................................183

xv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Uraian Halaman

1.1a Jembatan Cable Stayed.......................................................................... 1

1.1b Jembatan Gantung (Suspension Bridge) ............................................... 2

1.1c Jembatan Pelengkung Rangka Baja ...................................................... 2

1.1d Jembatan Pelengkung Beton ................................................................. 2

2.1 Beban Lajur “D”.................................................................................... 8

2.2 Pembebanan Truk “T” ........................................................................... 9

2.3 Gaya Yang Bekerja Pada Trotoar dan Tiang Sandaran .......................19

2.4 Pelat Lantai Kendaraan .......................................................................20

2.5 Dimensi Gelagar Prategang .................................................................20

2.6 Pembesian Gelagar Prategang .............................................................21

2.7 Dimensi Penghubung Geser ................................................................22

2.8 Dimensi Elastomer ..............................................................................23

3.1 Bagan Alir Metodologi........................................................................25

4.1 Potongan Melintang Jembatan ............................................................45

4.2 Dimensi Balok Prestress......................................................................46

4.3 Lebar Efektif Pelat Pantai ...................................................................49

4.4 Section Properties Balok Prategang ....................................................51

4.5 Perhitungan Section Properties (Balok + Pelat) ..................................53

4.6 Diagram Gaya yang bekerja dari Rem ................................................59

xiv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Uraian Halaman

4.7 Denah Gaya Rem ................................................................................59

4.8 Denah Pembebanan Beban Angin .......................................................62

4.9 Pembagian Bidang Temperatur ...........................................................63

4.10 Selubung Tendon.................................................................................73

4.11 Posisi/Denah Tendon pada Tumpuan ..................................................73

4.12 Posisi/Denah Tendon pada Tengah Bentang .......................................74

4.13 Ilustrasi Parabola Tendon ....................................................................76

4.14 Ilustrasi Parabola Tendon ....................................................................77

4.15 Posisi Masing-masing Kabel Tendon ..................................................80

4.16 Detail Angkur Hidup ...........................................................................80

4.17 Detail Angkur Mati .............................................................................81

4.18 Diagram Tegangan saat Transfer ........................................................88

4.19 Diagram Tegangan Setelah Kehilangan Tegangan .............................90

4.20 Diagram Tegangan Plat dan Balok menjadi Komposit .......................91

4.21 Tegangan Akibat Berat sendiri ............................................................93

4.22 Tegangan Akibat Susut Beton .............................................................95

4.23 Diagram Tegangan Akibat Rangkak Beton ........................................97

4.24 Tegangan Akibat Prategang ..............................................................100

4.25 Tegangan Akibat Beban Lajur ..........................................................101

xv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Uraian Halaman

4.26 Tegnaga Akibat Beban Pejalan Kaki ...............................................102

4.27 Tegangan akibat gaya rem (TB) ........................................................103

4.28 Tegangan Akibat Beban Gempa .......................................................105

4.29 Tegangan Akibat Pengaruh Temperatur ...........................................107

4.30 Plat Angkur .......................................................................................115

4.31 Sengkang Untuk Bursting Force .......................................................115

4.32 Jumlah Sengkang yang digunakan ....................................................117

4.33 Tinjauan Terhadap Geser ..................................................................118

4.34 Jarak Sengkang Yang Digunakan .....................................................124

4.35 Potongan Melintang PCI Girder dengan Sengkang ..........................125

4.36 Penghubung Geser (Shear Connector) ..............................................125

4.37 Balok Bertulang.................................................................................141

xvi
DAFTAR SINGKATAN

γ aspal = Berat Jenis Aspal


γ air = Berat Jenis
h = Tinggi
MA = Beban Mati
q = Intensitas beban
L = Panjang total jembatan
P = Tekanan Truk
A = Luas Penampang
PTT = Berat Gandar Truk
T = Berat Truk Terencana
BTR = Beban lajur terbagi rata
TEW = Beban angin tambahan
n = Jumlah
Csm = Koefisien respons elastic
R = Faktor modifikasi respons
Wt = Berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup
ts = Tebal minimum
Sb = Tebal selimut beton
Ø = Diameter tulangan
Mu = Momen maksimal
ωn = Indeks perkuatan
ρ = Rasio tulangan
fc’ = Mutu beton
fy = Mutu baja tulangan
As = Luas tulangan yang diperlukan
As‘ = Luas tulangan yang digunakan
H = Tinggi atau Tebal Struktur
Sb = Tebal selimut beton
Db = Asumsi tulangan
B = Lebar struktur

xvii
Rn = Koefisien penampang
Mu = Momen Ultimit
d = Tebal atau tinggi efektif
ꞷn = Indeks tulangan
r = Rasio tulangan
Ab = Luas penampang tulangan
Nb = Jumlah tulangan
D = Tebal atau tinggi efektif
Rho = Massa jenis
ß = Koefisien Wooble
a = Blok tekan
b = Lebar struktur
c = koefisien
Es = Modulus elastis strands
Mn = Momen yang mampu disediakan
Av = Luas tulangan sengkang
Vs = Gaya geser
s = Jarak tulangan

xviii
ABSTRACT

The development of the current era has covered various aspects of the field of
development, one of which is the construction of bridges, from simple to modern
bridges. In this final project, a concrete arch bridge will be planned and calculated
starting with the premilinary design, namely the determination of the initial design
which includes the bridge span, bridge width, beam dimensions. other. Design
modeling and structural analysis will be carried out using the computer program
SAP2000 V14 with the loading following the bridge loading regulations from SNI
1725 Year 2016. With a prestressed Girder I beam with a length of 126 m
consisting of 3 spans @ 42 meters and a distance between beams of 1.86 meters.

Keywords : Arched Bridge, Reinforced Concrete, Prestressed Concrete, SAP2000


V14, Girder I

xix
ABSTRAK

Perkembangan zaman saat ini telah mencakup berbagai aspek bidang


pembangunan salah satunya adalah pembangunan jembatan, dari jembatan yang
bentuk sederhana hingga modern. Dalam tugas akhir ini akan direncanakan dan
dihitung jembatan pelengkung beton dimulai dengan premilinary design yaitu
penentuan design awal yang meliputi bentang jembatan, lebar jembatan, dimensi
balok.Perencanaan dilanjutkan dengan perhitungan struktur atas jembatan yang
meliputi perhitungan penampang balok prategang, perhitungan pelengkung beton
dan bangunan pelengkap lainnya. Permodelan design dan analisis struktur akan
dilakukan dengan program komputer SAP2000 V14 dengan pembebanan
mengikuti peraturan pembebanan jembatan dari SNI 1725 Tahun 2016. Dengan
balok Girder I prategang panjang 126 m yang terdiri dari 3 bentang @ 42 meter
dan jarak antar balok 1,86 meter.

Kata Kunci : Jembatan Pelengkung, Beton bertulang, Beton Prategang, SAP2000


V14, Girder I

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun di atas sungai, jalan raya,
jalan kereta api sehingga memungkinkan kendaraan atau orang melintasinya.
Definisi lain dari jembatan yaitu suatu bangunan yang berguna untuk
menyatukan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya hambatan, seperti
lembah, sungai, saluran irigasi dan pembuang jalan.

Keberadaan jembatan saat ini selalu mengalami perkembangan, dari model


sederhana sampai yang modern seperti jembatan Cable Stayed, jembatan
gantung, jembatan pelengkung rangka baja maupun pelengkung beton masing-
masing seperti terlihat pada Gambar 1.1a, 1.1b, 1.1c, dan 1.1.d.

Gambar 1.1a. Jembatan Cable Stayed

1
Gambar 1.1b. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)

Gambar 1.1c. Jembatan Pelengkung Rangka Baja

Gambar 1.1d. Jembatan Pelengkung Beton

Demikian juga bahan-bahan yang digunakan mulai dari beton, baja, dan
kayu. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi serta
mengingat estetikanya, maka penggunaan material beton termasuk salah satu
alternatif yang dapat dipilih dalam variasi bentuk pembangunan struktur
jembatan. Dari pada bahan yang lain, kelebihan dari penggunaan beton sendiri

2
mudah dibentuk pada saat pelaksanaan. Jadi dapat menjadikan lebih estetik
dari pada material yang lain.

1.2 Batasan Masalah

Kontruksi jembatan terdiri dari bangunan atas, bangunan bawah dan


pondasi. Dalam tugas akhir ini hanya dibatasi merencanakan bangunan atas
jembatan.

1.3 Tujuan Tugas Akhir

Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencana bangunan atas Jembatan


Pelengkung Konstruksi Beton.

1.4 Sistimatika penulisan laporan T.A.

Laporan Tugas Akhir ini dimulai dengan menguraikan latar belakang tentang
jembatan pelengkung beton yang diuraikan pada Bab I, kemudian dilanjutkan
dengan tinjauan pustaka yaitu meninjau buku-buku, jurnal-jurnal, dan makalah-
makalah yang berhubungan dengan perencanaan jembatan pelengkung beton,
yang diberikan pada Bab II. Selanjutnya metodologi penulisan yang
menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan
diberikan pada Bab III.. Bahasan atas hasil perencanaan jembatan pelengkung
beton diberikan pada Bab IV. Sebagai penutup laporan diberikan kesimpulan
pada Bab V.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Di dalam Bab II ini akan ditinjau buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah, dan


peraturan-pertauran yang berkaitan dengan perencanaan jembatan pelengkung
beton. Tinjauan pustaka akan dimulai dengan meninjau 1) Peraturan-peraturan
pembebanan yang ada untuk merencana jembatan, 2) Contoh perhitungan
jembatan konstruksi beton.

2.2 Peraturan-Peraturan peencanaan jembatan

Peraturan perencanaan dan pembebanan jembatan jalan raya yang dipergunakan


dalam perencanaan jembatan pelengkung ini adalah:

1. Standar Nasional Indonesia, SNI 1725 -2016 Pembebanan untuk Jembatan


[1].
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
07/SE/M/2015 Tanggal 23 April 2015 [2].

2.3 Pembebanan Jembatan menurut SNI 1725-2016

Pembebanan perencanaan jembatan, beban, dan gaya yang berkerja berdasarkan


SNI 1725 – 2016 terdiri dari beban berat sendiri, beban mati, dan beban mati
tambahan.

4
2.3.1 Beban Berat Sendiri (MS)

Beban berat sendiri adalah beban yang diperhitungkan dari berat jembatan,
sebagaimana diberikan tabel 2.1

Tabel 2.1 Faktor Beban Sendiri


Faktor Beban
Jangka Waktu KUMS
Bahan
Biasa Terkurangi
Baja, Alumunium 1,1 0,9
Beton Pracetak 1,2 0,85
Tetap
Beton dicor ditempat 1,3 0,75
Kayu 1,4 0,7

2.3.2 Beban Mati (MA)

Beban mati adalah beban yang ada pada seluruh badan jembatan yang terbentuk
pada beban elemen non-structural, yang dijelaskan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Berat untuk Beban Mati


Berat / Satuan Isi Kerapatan
No Bahan
(KN/m2) massa (kg/m3)
1 Lapisan permukaan beraspal 22 2240
2 Besi tuang 71 7240
3 Timbunan tanah dipadatkan 17,2 1755
4 Kerikul dipadatkan 18,8 – 22,7 1920 – 2315
5 Aspal beton 22 2245
6 Beton ringan 12,25 – 19,6 1250 - 2000
7 Beton 22 – 25,6 2240 - 2560
8 Beton prategang 25 – 26 2560 - 2640
9 Beton bertulang 23,5 – 25,5 2400 - 2600
10 Baja 77 7850
11 Kayu (ringan) 7,8 800
12 Kayu (keras) 11 1120

5
2.3.3 Beban Mati Tambahan

Beban mati tambahan merupakan berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang ialah elemen nonstruktural, dan besarnya dapat
berubah sepanjang usia jembatan. Dalam perihal tertentu, nilai aspek beban mati
tambahan yang berbeda dengan ketentuan pada Tabel 2.3 boleh digunakan dengan
persetujuan lembaga yang berwenang. Faktor beban mati tambahan bisa dilihat
pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Faktor beban mati tambahan


Faktor beban ( MA )
Tipe
Keadaan Batas Layan (  S ) Keadaan Batas Ultimit ( U )
beban MA MA
Keadaan Biasa Terkurangi
Umum 1,00 2,00 0,70
Tetap Khusus (terawasi) 1,00 1,40 0,80
Catatan (1) : Faktor beban layan sebesar 1,3 digunakan untuk berat utilitas

2.3.4 Beban Akibat Tekanan Tanah (TA)

Koefisien tekanan tanah nominal wajib dihitung berdasarkan sifat- sifat tanah.
Sifat- sifat tanah( kepadatan, kadar kelembaban, kohesi sudut geser dalam serta
lain sebagainya) wajib diperoleh berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian
tanah baik di lapangan maupun laboratorium. Apabila tidak diperoleh informasi
yang cukup maka karakteristik tanah bisa ditentukan sesuai dengan syarat pada
pasal ini. Tekanan tanah lateral memiliki hubungan yang tidak linier dengan sifat-
sifat bahan tanah. Tekanan tanah lateral pada kondisi batas daya layan dihitung
berdasarkan nilai nominal dari s , c dan f . Faktor beban akibat tekanan tanah
dijelaskan pada Tabel 2.4

6
Tabel 2.4 Faktor beban akibat tekanan tanah
Faktor beban ( TA )
Tipe
Kondisi Batas Layan (  S ) Kondisi Batas Ultimit (  U )
beban TA TA
Tekanan tanah Biasa Terkurangi
Tekanan tanah vertikal 1,00 1,25 0,80
Tekanan tanah lateral
Tetap - Aktif 1,00 1,25 0,80
- Pasif 1,00 1,40 0,70
- Diam 1,00 (1)
Catatan (1) : Tekanan tanah lateral dalam keadaan diam biasanya tidak diperhitungkan
pada keadaan batas ultimit.

2.3.5 Beban Lalu Lintas

Beban lalu lintas berdasarkan SNI 1725 – 2016 terdiri dari ‘Beban Lajur D’ dan
‘Beban Truck T’ dan dijelaskan dibawah ini:

1) Beban Lajur “D” (TD)

Beban lajur “D” pada jembatan terdiri dari beban garis (BGT) serta beban tersebar
merata (BTR), seperti di[erlihatkan pada Gambar 2.1. Faktor beban layan pada
beban lajur ‘D’ diberikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Faktor Beban Lajur “D”


Faktor beban ( TD )
Keadaan Batas Layan (  S ) Keadaan Batas Ultimit ( U )
Jembatan
TD TD
Beton 1,00 1,80
Boks Girder
Baja 1,00 2,00

7
Gambar 2.1 Beban Lajur “D”

2) Beban Truk “T” (TT)

Terdapat beban lalu lintas lainnya selain beban “D” yaitu beban truk "T".
Penggunaan Beban truk "T" tidak digunakan bersamaan dengan penggunaan
beban “D”. Beban truk hanya digunakan untuk perhitungan struktur pelat lantai.
Berikut faktor beban untuk beban “T” seperti terlihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Faktor Beban Lajur “T” [1]

Jembatan Faktor beban


Keadaan Batas Layan (  S ) Keadaan Batas Ultimit ( U )
Beton 1,00 1,80
Boks Girder
1,00 2,00
Baja

8
0,5 m 0,5 m
1,75
5m (4 - 9) m
m
50 kN 225 kN 225 kN 2,75
m

150 25 kN 750 112,5 kN 112,5 kN


mm mm 75
250 0 mm
250 250
mm mm 2,75
mm
250 250
250 mm m
mm
mm
150 25 750 112,5 kN 112,5 kN
mm kN mm 75
0 mm
`
Gambar 2.2 Pembebanan Truck “T”

2.3.6 Gaya Rem

Penempatan gaya rem disemua lajur rencana yang dimuati sesuai dengan Lalu
Lintas Lajur Rencana. Gaya ini harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal
pada jarak 1800 mm diatas permukaan jalan pada masing- masing arah
longitudinal dan dipilih yang paling menentukan. Dimasa depan jembatan yang
semula 2 arah akan diubah menjadi satu arah, maka saat menghitung gaya rem
semua lajur rencana harus dibebani secara simultan. Faktor kepadatan lajur juga
berlaku untuk menghitung gaya rem.

2.3.7 Beban Angin

Beban angin berdasarkan SNI 1725 – 2016 terdiri dari ‘Tekanan Angin
Horizontal’ dan ‘Tekanan Angin pada Struktur’

9
1) Tekanan Angin Horizontal

Tekanan angin yang ditentukan diasumsikan oleh angin rencana dengan kecepatan
dasar (VB) sebesar 90 hingga 126 km/jam. Untuk jembatan atau bagian jembatan
yang memiliki elevasi lebih tinggi dari 10000 mm dari permukaan tanah atau
permukaan air, kecepatan angin rencana, VDZ, dapat dihitung dengan persamaan
dibawah ini:

𝑉 𝑍
𝑉𝐷𝑍 = 2,5 𝑉0 ( 𝑉10 ) 𝑥 (𝑍 ) .................................................................. pers. 2.1
𝐵 0

di mana:
VDZ = kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 = kecepatan angin pada elevasi 10000 mm dari permukaan tanah atau
permukaan air rencana (km/jam)
VB .= kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 126 km/jam pada elevasi 1000 mm
Z = elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau permukaan air dimana
beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
Vo = kecepatan gesekan angin (km/jam)
Zo = panjang gesekan di hulu jembatan (mm)

Untuk mendapatkan nilai V0 dan Z0 diberbagai kondisi suhu dapat dilihat pada
Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Nilai V0 dan Z0 untuk berbagai kondisi permukaan hulu [1]
Kondisi Lahan Terbuka Sub Urban Kota
V0 (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Z0 (mm) 70 1000 2500

10
2) Beban angin pada struktur

Kondisi beban angin yang bekerja pada kendaraan yang tidak terlibat dalam
kombinasi pembebanan, perencana dapat menggunakan kecepatan angin rencana
dasar yang berbeda. Dengan data yang tidak akurat, tekanan angin dalam MPa
direncanakan dengan menggunakan persamaan berikut:

𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 ....................................................................................................... pers. 2.2

di mana:
PB = tekanan angin dasar ditentukan dalam Tabel 2.8 (MPa)

Tabel 2.8 Tekanan angin dasar [1]


Komponen Angin tekan Angin hisap
bangunan atas (MPa) (MPa)

Rangka, kolom, 0,0024 0,0012


dan pelengkung
Balok 0,0024 N/A
Permukaan 0,0019 N/A
datar

Pengambilan nilai gaya total beban angin tidak boleh kurang dari 4,4 kN/mm pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok.

2.3.8 Gaya Sentrifugal (TB)

Dengan tujuan menghitung gaya radial atau efek guling dari beban roda, pengaruh
gaya sentrifugal harus diambil dari beban hidup sebagai hasil perhitungan dari
berat gandar truk rencana dengan faktor C sebagai berikut:

𝑉2
C=𝑓 ...................................................................................... pers. 2.3
𝑔𝑅1

11
di mana,
v = kecepatan rencana jalan raya (m/detik)
f = faktor dengan nilai 4/3 untuk kombinasi beban selain keadaan batas
fatik dan 1,0 untuk keadaan batas fatik

g = percepatan gravitasi: 9.8 (m/detik2)


Rl = jari-jari kelengkungan lajur lalu lintas (m)

2.3.9 Pembebanan Untuk Pejalan Kaki

Setiap komponen trotoar dengan lebar lebih dari 600 mm harus direncanakan
untuk menahan beban pejalan kaki 5 kPa, dan harus dipertimbangkan bekerja
secara simultan dengan beban kendaraan di setiap jalur. Jika trotoar bisa dinaiki,
tidak perlu berasumsi bahwa beban pejalan kaki dan beban kendaraan bekerja
secara bersamaan. Jika trotoar kemungkinan besar akan berubah fungsinya
menjadi jalur di masa mendatang, Pada jarak 250 mm beban hidup kendaraan
harus diteratepkan dalam panel dinding untuk merencanakan komponen jembatan.
Dalam hal ini, tidak perlu mempertimbangkan faktor beban dinamis.

2.3.10 Beban Fatik/Kelelahan

a. Besaran dan konfigurasi

Beban fatik atau kelelahan merupakan satu beban truk dengan tiga gandar, di
mana jarak gandar tengah dan gandar belakang merupakan jarak yang konstan
sebesar 5000 mm.

b. Frekuensi beban fatik

Frekuensi beban kelelahan harus diambil sebagai volume lalu lintas harian (LHR)
dari jalur yang direncanakan. Frekuensi ini berlaku untuk semua komponen
jembatan dan yang mengangkut lebih sedikit truk. Jika informasi yang

12
didapatakan tidak lengkap dan tidak akurat, maka perencana bisa menentukan
rata-rata jumlah truk per hari di salah satu jalur berikut:

LHRSL = pt × LHR......................................................................................... pers. 2.4

di mana:
LHR = jumlah truk rata-rata per hari dalam satu arah selama umur rencana
LHRSL = jumlah truk rata-rata per hari dalam satu lajur selama umur rencana
pt = fraksi truk dalam satu lajur sesuai Tabel 2.9

Tabel 2.9 Fraksi lalu lintas truk dalam satu lajur (p)
Jumlah lajur truk pt
1 1,00
2 0,85
3 atau lebih 0,80

Apabila informasi yang didapatkan mengenai lalu lintas harian rata-rata tidak
akurat, maka dapat digunakan LHR menurut klasifikasi jalan sesuai dengan Tabel
2.10.

Tabel 2.10 LHR Menurut Klasifikasi Jalan


Kelas
Kelas fungsional rencana
Tipe I : kelas Tipe II
LHR kelas
Arteri I Semua lalu lintas I
Primer II ≥ 10.000 I
Kolektor < 10.000 II
II ≥ 20.000 I
Arteri < 20.000 II
Sekunder Kolektor NA ≥ 6.000 II
< 6.000 III
NA ≥ 500 III
Lokal < 500 IV

13
2.3.11 Beban Gempa

Jembatan dapat direncanakan supaya memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh


namun dengan hal tersebut dapat mengalami kerusakan yang besar dan gangguan
terhadap pelayanan akibat gempa. Penggantian secara parsial atau lengkap pada
struktur diperlukan untuk beberapa kasus. Kinerja operasional yang membutuhkan
kinerja yang tinggi dapat ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

Beban gempa digunakan sebagai gaya horizontal yang ditentukan menurut


perkalian antara koefisien respons elastik (Csm) dengan berat struktur ekivalen
yang setelahnya dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd) dengan
rumus sebagai berikut:

𝐶𝑠𝑚
𝐸𝑄 = x 𝑊𝑡 ................................................................................................. pers 2.5
𝑅

di mana:
𝐸𝑄 = gaya gempa horizontal statis (kN)
𝐶𝑠𝑚 = koefisien respons elastik
𝑅 = faktor modifikasi respons
𝑊𝑡 = beart total striktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang sesuai (kN)

2.4 Pembebanan Jembatan menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor :


07/SE/M/2015

Menteri PUPR melalui surat edaran No. 07/SE/M/05 memberikan inti-inti


perencanaan jembatan yang antara lain:
a. Kekuatan dan stabilitas struktur
b. Keawetan dan kelayakan jangka panjang
c. Kemudahan dalam pemerikasaan
d. Kemudahan dalam pemeliharaan
e. Kenyamanan berkendara bagi pengguna jembatan
f. Ekonomis

14
g. Kemudahan dalam pelaksanaan

Surat Edaran (SE) Menteri PUPR No. 07/SE/M/2015 tentang Pedoman


Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan [5], menyebutkan di pasal 1 bahwa
syarat perencanaan struktur-struktur jembatan yang tidak umum (extraordinary
bridge), seperti beban rencana pada jembatan yang sangat besar maupun usia
rencana jembatan yang sangat panjang, serta yang memakai bahan-bahan ataupun
cara-cara yang baru, persyaratan pembebanan dapat ditetapkan oleh lembaga yang
berwenang.

2.4.1. Kekuatan dan Stabilitas Strukutur

Perencana jembatan memiliki tanggung jawab utama yang harus


mengedepankan keselamatan masyarakat umum, dimana perencana harus
merencanakan suatu jembatan yang memiliki keselamatan struktural
(structural safety) yang memadai.

2.4.2. Keawetan dan Kelayakan Jangka Panjang

Jembatan yang menggunakan standart yang tinggi dalam proses fabrikasi dan
perakitannya dibuat dari bahan yang berkualitas. Baja struktur harus
terlindung dari korosi, menggunakan system proteksi katodik (cathodic
protection) atau lapis pelindung (coating) yang berusia panjang. Baja tulangan
dan baja prategang yang menggunakan komponen beton yang terkena udara
atau air harus terlindung secara baik dengan salah satu atau kombinasi dari
pelindung epoxy dan/atau galvanis, selimut beton, kepadatan beton, komposisi
kimia beton, pengecatan permukaan beton atau proteksi katodik. Baja
prategang di dalam selongsong harus diberi injeksi dengan graut (grouts) atau
tindakan lain untuk melindungi dari korosi. Bahan yang terbuat dari
aluminium harus di insulasi secara elektrikal dari komponen baja dan beton.

15
2.4.3. Kemudahan Dalam Pemeriksaan

Ketika tujuan pemeriksaan dinilai tidak mudah diperoleh sehingga disediakan


tangga inspeksi, jalan pemeriksaan, catwalk, lubang pemeriksaan yang
tertutup, akses penggantian lampu penerangan dan sebagainya

2.4.4. Kemudahan Dalam Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan pada sistem struktur tertentu yang diperkirakan sulit


dilakukan harus dihindari. Daerah di sekitar tempat perletakan dan di bawah
sambungan pelat lantai harus dirancang dengan pendongkrakkan,
pembersihan, perbaikan dan penggantian perletakan dan sambungan. Titik
pendongkraka harus di tentukan dalam rencanan dan struktur harus dirancang
untuk gaya pendongkrakan yang diperlukan. Lubang-lubang (cavities) dan
sudut-sudut yang dapat mengundang manusia atau hewan harus dihindari atau
dibuat tertutup.

2.4.5. Kenyamanan Berkendara Bagi Pengguna Jembatan

Untuk pergerakan lalu lintas yang mulus lantai jembatan harus dirancang
dengan benar. Pada jalan yang diperkeras, diantara jalan pendekat dan kepala
jembatan harus dipasangi pelat injak (structural transition slab) . Sudut pada
sambungan lantai beton yang terlewati oleh lalu lintas harus dilindungi dari
kemungkinan tergerus atau gompal. Pertimbangan harus diberikan untuk
menyediakan ketebalan tambahan + 10 mm untuk keperluan penyesuaian profil
lantai dengan cara penggerindaan (grinding) dan sebagai kompensasi
berkurangnya ketebalan akibat tergerus pada lantai beton tanpa lapis
permukaan

16
2.4.6. Bagunan pelengkap

Apabila dibutuhkan perlengkapan harus dibuat untuk mendukung dan memelihara


tempat terpasangnya utilitas

2.4.7. Perubahan Bentuk

Jembatan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari pengaruh


struktural dan psikologi yang tidak diinginkan akibat perubahan bentuk yang
terjadi. Pada jembatan bersudut (skewed) terdapat perhitungan tambahan yaitu
batasan lendutan ijin menurut bahan jembatan dan tipe struktur.

2.4.8. Pertimbangan Pelebaran di Masa Depan

Untuk keperluan pada jembatan gelagar, Perhitungan kapasitas balok terluar


(exterior beams) harus dihitung sama dengan balok lainnya (interior beams)
kecuali jika jembatan dimasa mendatang diasumsikan tidak mungkin/tidak
akan untuk dilakukan pelebaran jembatan. Untuk memungkinkan menerima
beban pada kondisi jembatan yang telah diperlebar, perhitungan untuk
perencananaan bangunan bawah jembatan juga perlu dilakukan.

2.4.9. Kemudahan dalam dilaksanakan

Suatu jembatan dapat mudah dilaksanakan atau dibangun jika direncanakan


dengan baik, oleh karena itu seorang perencana juga harus memiliki wawasan
tentang teknik-teknik konstruksi jembatan dan komponen komponennya
sehingga gambar yang diterbitkan dari proses perencanaan dapat
dilaksanakan.

17
2.4.10. Ekonomis

Faktor ekonomis dari desain atau rencana yang baik akan memperhatikan
sumber pendanaan untuk pelaksanaan perencanaan jembatan yang telah
selesai. Pemilihan tipe bangunan atas, penentukan seberapa besar biaya yang
diperlukan untuk membangun jembatan tersebut adalah jumlah dan panjang
bentang yang diperlukan. Tipe jembatan serta komponen yang digunakan juga
menentukan besar kecilnya life cycle cost dari jembatan. Biaya total jembatan
(total cost) akan mencakup biaya awal pembangunan (initial cost), biaya
pengoperasian (operational cost) serta biaya pemeliharaan/penggantian
komponen (maintenance cost) yang harus menjadi pertimbangan pada saat
perencanaan jembatan. Pada Table 2.12 dari berbagai literature, disajikan
sebagai referensi awal dalam pemilihan bangunan atas berdasarkan bentang
ekonomisnya.

Tabel 2.11 Pedoman Umum Penentuan Bentang Ekonomis [2]


No Tipe Bangunan Atas Bentang Ekonomis (m)
1 Pelat Beton Bertulang 0 – 15
2 Gelagar Beton T 10 – 18
3 Mod Gelagar Beton T 18 – 25
4 Gelagar Boks Beton Bertulang 25 – 40
5 Gelagar I Beton Pratekan 25 – 40
6 Gelagar Boks Baja 40 – 300
7 Rangka Baja (Steel Truss) 40 – 200
8 Pelengkung Baja (Steel Arch) 150 – 400
9 Beruji Kabel (Cable Stayed) 200 – 500
10 Gantung (Suspension) 300 – 2000

18
2.5 Contoh Perhitungan Jembatan Beton

Perhitungan Struktur Jembatan Beton Prategang di Sungai Mappajang

a. Tiang Sandaran
➢ Mutu beton fc’ = 35
➢ mpa = 250 kg/cm2
➢ Mutu baja fy = 240
➢ mpa = 2400 kg/cm
➢ Tulangan = Ø 8 – 20

Gambar 2.3 Gaya Yang Bekerja Pada Trotoar dan tiang sandaran

b. Trotoar
Direncanakan:
➢ Lebar = 0,5 m
➢ Tebal (h) = 45 cm
➢ Ø tulangan utama = 12 mm
➢ Tebal selimut beton (p) = 2 cm
➢ Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m³
➢ Tulangan = D10 – 15,5(As = 460 mm²)

c. Plat Lantai Kendaraan


Direncanakan:
➢ Tebal plat lantai kendaraan (h) = 20 cm
➢ Tebal lapisan aspal (t) = 5 cm

19
➢ Tebal lapisan air hujan (th) = 5 cm
➢ Mutu beton (f’c) = 35
➢ Mpa Mutu baja (fy) = 320 Mpa
➢ Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m³
➢ Berat jenis aspal = 2240 kg/ m³
➢ Berat jenis air hujan = 1000 kg/ m³
➢ Tulangan = D 13 - 20 ( As terpasang = 634 mm²)

Gambar 2.4 Pelat Lantai Kendaraan

d. Gelagar Beton Prategang


Direncanakan:
➢ Mutu beton (f’c) (f’c = 80 MPa)
➢ Berat jenis beton prategang (ɣbalok prategang ) = 2500 kg/m³
➢ Gelagar yang digunakan produksi PT. WIKA dengan dimensi
sebagai berikut:

Gambar 2.5 Dimensi Gelagar Prategang

20
➢ Jarak tiap tendon dari serat terbawah:
1. Tendon I (z1’) = a’ + (3 x 300) = 577 + (3 x 300) = 1477 mm
2. Tendon II (z2’) = a’ + (2 x 300) = 577 + (2 x 300) = 1177 mm
3. Tendon III (z3’) = a’ + 300 = 577 + 300 = 877 mm
4. Tendon IV (z4’) = a’ = 577 mm

➢ Penulangan tendon beton prategang


Tulangan memanjang
• Tinggi Gelagar (h) = 2100 mm
• Lebar bawah gelagar (b) = 700 mm
Direncanakan
• Selimut beton (d’) = 40 mm
• Tulangan utama = D 22 mm
• Tulangan sengkang = D 8 mm
• Tinggi efektif (d) = 2100 – 40 – 8 – 0,5 x 22 = 2041 mm
• Tulangan = 28 D 22 ( As = 11024 mm² )
Karena Vc > Vu secara teoritis tidak perlu sengkang, maka cukup
digunakan sengkang Ø 8 - 200.

Gambar 2.6 Pembesian Gelagar Prategang

21
e. Diafragma
Diafragma tidak dapat menahan beban dari luar dan hanya dapat menahan
beban sendiri balok diafragma tersebut.
Direncanakan:
➢ Tinggi Balok (h) = 1600 mm
➢ Mutu Beton (f’c) = 35 Mpa
➢ Berat Jenis Beton = 24 kN
➢ Tebal Balok (t) = 200 mm
➢ Tebal selimut beton (d’) = 40 bomm
➢ Ø tulangan = D 16 mm
➢ Ø sengkang = D 10 mm
➢ Kuat tekan beton (f’c) = 35 MPa
➢ Kuat leleh tulangan (fy) = 320 MPa
➢ Tinggi efektif (d) = t – d’ – Ø sengkang – (0,5 x Ø tulangan)

Berdasarkan tabel tulangan baja, di peroleh tulangan:


➢ 4 D 16 ( As terpasang = 804 mm²)
➢ Digunakan tulangan bagi D 10 ( As terpasang = 4 x 71,33 = 285,32
mm²)

f. Penghubung Geser

Gambar 2.7 Dimensi Penghubung Geser

22
Direncanakan:
➢ Diameter angkur = 2D16
➢ Tinggi angkur masuk ke pelat = 12 cm
➢ Tinggi angkur masuk ke gelagar = 27 cm
➢ Modulus elastisitas plat (Ec) = 24 ’ 0,043 √35 = 29,91 Mpa

➢ Modulus elastisitas gelagar (Ecg) =25 ’ 0,043 √80 = 48,08 Mpa

➢ Luas penampang angkur (Asc) = 200,96

➢ Jumlah penghubung geser yang digunakan (n) = n = Vu / Q =


5,2x10³ x 12463,4 = 64 buah untuk ½ bentang

➢ Untuk keseluruhan gelagar digunakan 128 angkur

g. Perletakan
Direncanakan:
Berdasarkan tabel dimensi standar perletakan elastomer dipilih penampang
dengan Nmaks > Vu. Dipilih penampang dengan ukuran 250 x 500 mm,
Nmaks > Vu = 1160 kN > 520 kN.

Gambar 2.8 Dimensi Elastomer

23
BAB III

METODOLOGI

3.1 Pendahuluan

Bab metodologi ini disusun untuk menjelaskan tahapan-tahapan perencanaan


jembatan pelengkung beton. Tahap awal perencanaan adalah desain awal atau
preliminary design untuk menentukan dimensi panjang, lebar, dan mutu bahan
yang akan digunakan. Tahap kedua adalah menghitung struktur bangunan atas
yang meliputi pelat lantai, beton prategang, balok pelengkung, kolom. Bagan alur
perencanaan jembatan dilihat pada Gambar 3.1

3.2 Premilinary Desain

Premilinary Desain merupakan desain awal dalam merencanakan jembatan yang


meliputi penentuan dimensi jembatan, spesifikasi material yang akan dibutuhkan,
dan cara-cara yang akan digunakan untuk merencanakan struktur jembatan.
Spesifikasi material struktur akan diterapkan terlebih dahulu dan dimodelkan
dengan software SAP 2000 untuk diuji dengan beban identifikasi sebelumnya.

3.3 Struktur Atas Jembatan

Struktur Atas Jembatan adalah bagian dari jembatan yang berguna untuk menerima
beban langsung yang meliputi beban hidup, beban mati, beban lalu lintas
kendaraan, beban pejalan kaki, yang seterunya disalurkan ke bangunan bawah
jembatan.

24
MULAI

Preliminary Design

Panjang Jembatan Lebar Jembatan Mutu Bahan

Menghitung Struktur
Bangunan Atas

Pelat Lantai
Balok Jembatan Kolom Jembatan
Jembatan

Tidak Memenuhi Evaluasi


Struktur

Memenuhi
Gambar Rencana
Jembatan

SELESAI

Gambar 3.1 Bagan Alir Metodologi

3.4 Menghitung Pembebanan

Perhitungan pembebanan yang mempengaruhi bangunan atas jembatan yaitu pelat


lantai, balok, dan kolom. Pembebanan yang diperhitungkan pada analisa ini
adalah:

25
1. Berat Sendiri (MS)

Berat Sendiri merupakan berat dari bagian jembatan yang meliputi elemen
struktural maupun elemen non-struktural yang dibebankan pada jembatan itu
sendiri. Berat sendiri hasilnya dihitung secara otomatis menggunakan aplikasi
SAP 2000.

2. Beban Mati Tambahan (MA)

Beban mati tambahan merupakan berat semua material yang mengakibatkan


beban pada jembatan yang ialah elemen non-struktural

a. Lapisan Aspal + Overlay

MA = γ aspal x h .................................................................... pers. 3.1

di mana:
γ aspal = Berat Jenis Aspal (kN/m3)
h = Tinggi Aspal (m)

b. Air Hujan

MA = γ air x h ......................................................................... pers. 3.2

di mana:
γ air = Berat Jenis (kN/m3)
h = Tinggi (m)

c. MA = MA (Lap.Aspal + Overlay) + MA Air Hujan............... pers. 3.3

di mana:
MA = Beban Mati (kN/m3)

26
MA ( Lap.Aspal + Overlay) = Beban Lap.Aspal + Overlay (kN/m3)
MA Air Hujan = Beban Air Hujan (kN/m3)

3. Beban Lajur “D” (TD)

Beban Lajur “D” adalah beban kendaraan yang terpecah menjadi Beban Terbagi
Rata (BTR) yang disatukan dengan Beban Garis (BGT)

➢ Beban Terbagi Rata (BTR)

TD = q ..................................................................................... pers. 3.4


Jika L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa ....................................................... pers. 3.5
Jika L ≥ 30 m : q = 9,0 * (0,5 + 15 / L) ..................................... pers. 3.6

di mana:
q = Intensitas beban terbagi rata (kPa)
L = Panjang total jembatan yang dibebani (m)

➢ Beban Garis (BGT)

FDB = 0,4 untuk L ≤ 50 m ...................................................... pers. 3.7


FDB = 0,4 – 0,0025 * (L-50) untuk 50 < L< 90 m ................. pers. 3.8
FDB = 0,3 untuk L ≥ 90 m ...................................................... pers. 3.9

4. Beban Truk “T” (TT)

TT = P/A ......................................................................................... pers. 3.10

di mana:
P = Tekanan Truk (kN)
A = Luas Penampang Truk (kN/m3)
5. Gaya Rem

27
➢ 25% dari berat gandar truk desain

TB = 25% x PTT .................................................................... pers. 3.11

di mana:
PTT = Berat Gandar Truk (kN/m3)

➢ 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata (BTR)

TB = 5% x (T + BTR) .......................................................... pers. 3.12

di mana:

T = Berat Truk Terencana (kN/m3)


BTR = Beban lajur terbagi rata (kN/m3)

6. Beban Angin (EWL)

Beban yang berasal dari arah horizontal yang sejajar dengan lantai jembatan
karena angin yang bertiup. Beban tersebut dihitung dengan rumus:

EW = ½ * h / x * TEW.............................................................................. pers. 3.13

di mana:
h = Tinggi Truk (kN/m3)
TEW = Beban angin tambahan (kN/m3)

7. Beban Pejalan Kaki (TP)

28
TP = q x l x n ............................................................................................ pers. 3.14

di mana:
q = Intensitas beban pada trotoar (kPa)
l = Lebar Trotoar (m2)
n = Jumlah trotoar

8. Pengaruh Gempa (EQ)

Gaya gempa pada balok jembatan dihitung dengan akselarasi kebawah vertikal,
dihitung dengan rumus:

EQ = Csm / R x Wt ............................................................................... pers. 3.15

di mana:
Csm = Koefisien respons elastic (kPa)
R = Faktor modifikasi respons
Wt = Berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang sesuai
(kN)

3.5 Menghitung Pelat Lantai Jembatan

Pelat lantai adalah bagian dari jembatan dan fungsi utamanya adalah untuk
mendistribusikan beban di sepanjang penampang jembatan. Pelat lantai
didefinisikan sebagai bagian yang terintegrasi dengan sistem struktur lain yang
dirancang untuk mentransfer beban sepanjang bentang jembatan. Pelat lantai yang
berguna sebagai jalan kendaraan di jembatan harus memiliki ketebalan minimum
ts yang memenuhi ketentuan berikut:

ts ≥ (200) mm ............................................................................................. pers. 3.16

ts ≥ (100 + 40 L) mm ................................................................................. pers. 3.17

29
di mana:
L = Bentang dari pelat lantai antara pusat tumpuan
ts = Tebal minimum pelat lantai

1. Menghitung tebal efektif pelat lantai, menggunakan rumus sebagai berikut:

d = H – Sb – ⅟2 Ø tulangan .................................................................. pers. 3.18

di mana:
d = Tebal efektif pelat lantai
H = Tebal pelat lantai
Sb = Tebal selimut beton
Ø = Diameter tulangan

2. Menghitung nilai koefisien Rn menggunakan persamaan:

𝑀𝑢
Rn = .................................................... pers. 3.19
0,8 𝑥 0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑 2

di mana:
Mu = Momen maksimal
fc’ = Mutu beton
d = Tebal efektif pelat lantai

3. Menghitung nilai indeks perkuatan menggunakan persamaan:


ωn = 1 − √1 − 2 x Rn......................................................................... pers. 3.20

di mana:
ωn = Indeks perkuatan
4. Menghitung rasio tulangan menggunakan persamaan:

ωn x 0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′
ρ= ....................................................................pers. 3.21
𝑓𝑦

30
di mana:
ρ = Rasio tulangan
ωn = Indeks perkuatan
fc’ = Mutu beton
fy = Mutu baja tulangan

5. Menghitung rasio tulangan minimum menggunakan persamaan:

14
ρmin = .................................................................................pers. 3.22
𝑓𝑦

di mana:
ρ = Rasio tulangan
fy = Mutu baja tulangan

6. Menghitung nilai rasio tulangan maksimum menggunakan persamaan:

0,75 𝑥 0,85 𝑥 𝑓𝑐′ 6000


ρmax = x ............................................pers. 3.23
𝑓𝑦 (6000+𝑓𝑦)

di mana:
ρ = Rasio tulangan
fc’ = Mutu beton
fy = Mutu baja tulangan

7. Membandingkan perhitungan nilai rasio tulangan minimum dan maksimum


menggunakan ketentuan berikut:

• Jika ρ < ρmin maka dipilih ρmin


• Jika ρmin < ρ < ρmax maka dipilih ρ
• Jika ρ > ρmax maka penampang harus diperbesar

31
8. Menghitung luas tulangan menggunakan persamaan:

As = ρ x b x d ...................................................................................... pers. 3.24

di mana:
As = Luas tulangan yang diperlukan
Ρ = Rasio tulangan
b = Lebar penampang pelat
d = Diameter lubang baut

9. Menghitung luas tulangan menggunakan persamaan:

𝐴𝑠′ 𝑥 𝑏
n= ....................................................................................................... pers. 3.25
As

di mana:
As‘ = Luas tulangan yang digunakan
As = Luas tulangan yang diperlukan

10. Memeriksa luas tulangan yang terjadi berdasarkan jarak antar tulangan yang
telah dihitung menggunakan persamaan:

𝐴𝑥𝑏
As = n
> 𝐴𝑠 (𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛) ........................................................... pers. 3.26

di mana:
As = Luas tulangan
b = Lebar pelat
n = jumlah tulangan

32
3.6 Menghitung Gaya Prategang

1. Menghitung Gaya Prategang efektif:

Fb =0
𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑒 𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0 =- − + ............................................................ pers. 3.27
𝐴 𝑊𝑏 𝑊𝑏

di mana:
𝑃𝑒𝑓𝑓 = Gaya prategang efektif

2. Menentukan jumlah strand:

ns = Pt/(% x UTS) ............................................................................... pers. 3.28

di mana:
ns = Jumlah strand
Pt = Gaya prategang awal

3. Menentukan Jumlah Tendon :

nt = ns/jumlah strand pada tendon ........................................................ pers. 3.29

di mana:
nt = Jumlah tendon

3.7 Perhitungan Selubung Tendon Prategang

1. Menghitung jari-jari penampang

r = √(Ix/A) ............................................................................................ pers. 3.30

33
di mana:
r = Jari – jari inersia penampang
A = Luas Penampang

2. Menghitung Selubung Bawah

Selubung bawah = Yb – kb – amin .................................................... pers. 3.31

amin = MPCI/Pt ................................................................................... pers. 3.32

di mana:
amin = Jarak titik berat tendon dibawah batas kern
MPCI = Momen akibat berat sendiri girder
Pt = Gaya Pratekan awal

3. Mengitung Selubung Atas

Selubung Atas = Ya – amax + kt ....................................................... pers. 3.33

amax = MDL/Peff.................................................................................... pers. 3.34

di mana :
amax = Jarak titik berat tendon diatas batas kren
MDL = Momen akibat berat sendiri girder
Peff = Gaya Pratekan efektif

3.8 Eksentrisitas Beton

1. Menghitung posisi tendon di tengah

Mpci
a = ...................................................................................... pers. 3.35
Pt

34
di mana:
a = Jarak as tendon bawah terhadap alas balok

2. Menghitung Inti Tendon

4 .fx
Y= x (L-X) ................................................................................... pers. 3.36
L2

di mana:
Y = Ordinat Tendon yang ditinjau
X = Absios Tendon yang ditinjau
L = Panjang Bentang
F = Tinggi Puncak Parabola Maksimum

3. Sudut angkur

4 .fx
Y= x (L-X) .................................................................................. pers. 3.37
L2

di mana:
Y = Ordinat Tendon yang ditinjau
X = Absios Tendon yang ditinjau
L = Panjang Bentang
F = Tinggi Puncak Parabola Maksimum

4. Menghitung Letak dan Trace Kabel

4 .es .X
Yb - x (L-X) .............................................................................. pers. 3.38
L2
4 .fn .X
z’n - x (L-X).............................................................................. pers. 3.39
L2

35
3.9 Kehilangan Tegangan

1. Kehilangan Tegangan Akibat Gesekan Kabel

Px = Po x e-( µα+β.Lx) ........................................................................ pers. 3.40

dimana:
Px = Kehilangan akibat gesekan kabel
β = Koefisien Wooble
µ = Koefisien riksi

2. Kehilangan Tegangan Akibat Pengangkuran

ΔPS = 2 * Es * ΔL/X ....................................................................... pers. 3.41


𝐸𝑝.𝑑
X = √ 𝜆.𝑃𝑥 ..................................................................................... pers. 3.42
2.𝜇.𝑒0
λ =( ) .................................................................................... pers. 3.43
𝐿𝑥 2

dimana:
ΔL = rata-rata panjang slip
Es = Modulus Elastisitas strand
e0 = Eksentrisitas
Lx = Jarak tarik pengangkuran ke tengah bentang

3. Kehilangan Tegangan Akibat Perpendekan Elastis

𝐸𝑠
n = 𝐸𝑐 .............................................................................................. pers. 3.44

dimana
𝐸𝑠 = Modulus elastisitas beton
𝐸𝑐 = Modulus elastisitas strand

36
4. Kehilangan Tegangan Akibat Pengaruh Rangkak

C = (t0.6/(10+t0.6))Cu ......................................................................... pers. 3.45

dimana
Cu = Koefisien rangkak maksimum

5. Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja

Re = R x (1-2 x (CR + SH)/Px)......................................................... pers. 4.46

3.10 Perhitungan Penghubung Geser

1. Menghitung Tegangan geser horisontal akibat gaya lintang pada penampang

fv = Vi * Sx / (bv * IXC) ...................................................................... pers. 4.47

di mana:
Vi = Gaya lintang ada penampang yang ditinjau
Sx = Momen statis luasan plat terhadap titik berat penampang
komposit
bv = Lebar bidang gesek
beff = Lebar efektif Pelat
h0 = Tebal Pelat
IXC = Inersia penampang balok komposit

2. Menghitung Luas total Shear Connector

Ast = ns * As ........................................................................................ pers. 4.48


di mana:
ns = Jumlah shear connector
As = luas satu shear connector

37
3. Menghitung Jarak antara shear connector

as = fs * Ast * kt / (fv * bv) ................................................................. pers. 4.49

di mana:
kr = Koefisien gesek pada bidang kontak (1 – 1.4)
fa = Tegangan ijin baja shear connector
fs = 0.578 * fy
fci = Tegangan ijin beton balok komposit

3.11 Perhitungan Balok Pelengkung

1. Menghitung tulangan

a) Menghitung Rasio tulangan pada kondisi balance

b = 1 x 0.85 x fc’/ fy x 600 / ( 600 + fy )...................................... pers. 4.50

di mana:
b = Rasio tulangan pada kondisi balance
β1 = Faktor bentuk distribusi tegangan beton

b) Menghitung faktor tahanan maksimum

Rmax = 0.75 x b x fy x [1 – ½ x 0.75 x b x fy / ( 0.85 x fc’ ) ]...... pers. 4.51

di mana:
Rmax = Faktor tahanan momen maksimum

38
c) Menghitung jarak tulangan terhadap sisi luar beton

ds = ts +  + D/2 ...................................................................... pers. 4.52

di mana:
ds = Jarak tulangan terhadap sisi luar beton
ts = Tebal bersih selimut beton

d) Menghitung jumlah tulangan dalam satu baris

ns = ( b - 2 x ds) / ( 25 + D ) ............................................................. pers. 4.53

di mana:
ns = Jumlah tulangan dalam satu baris
b = Lebar balok
ds = Jarak tulangan terhadap sisi luar beton
D = Diameter tulangan (deform)

e) Menghitung jarak horizontal pusat ke pusat antara tulangan

x = ( b - ns * D - 2 * ds ) / ( ns - 1 )............................................. pers. 4.54

di mana:
x = Jarak horizontal pusat ke pusat antara tulangan

f) Menghitung jarak vertical pusat ke pusat antara tulangan

y = D + 25 ......................................................................................... pers. 4.55

di mana:
y = Jarak vertical pusat ke pusat antara tulangan

39
2. Perhitungan tulangan momen positif

a) Menghitung momen positif nominal rencana

Mn = Mu+ /  ....................................................................................... pers. 4.56

di mana:
Mn = momen positif nominal rencana
Mu+ = momen rencana positif akibat beban terfaktor

b) Tinggi efektif balok

d = h – d’ ........................................................................................... pers. 4.57

di mana:
d = tinggi efektif balok
h = tinggi balok
d’ = perkiraan jarak pusat tulangan

c) Faktor tahanan momen

Rn = Mn * 106 / ( b * d2 ) .................................................................... pers. 4.58

di mana:
Rn = Faktor tahanan
Mn = momen positif nominal rencana

d) Rasio tulangan yang diperlukan

 = 0.85 x fc’ / fy x [ 1 -  x [1 – 2 x Rn / ( 0.85 x fc’ ) ] ................ pers. 4.59

40
di mana:
 = Rasio tulangan yang diperlukan

e) Rasio tulangan minimum

min =  fc' / ( 4 * fy ) .................................................................. pers. 4.60

di mana:
min = Rasio tulangan minimum.

f) Luas tulangan yang diperlukan

As =  x b x d ........................................................................... pers. 4.61

di mana:
As = Luas tulangan yang diperlukan

g) Jumlah tulangan yang diperlukan

n = As / (  / 4 x D2 ) ......................................................................... pers. 4.62

di mana:
n = jumlah tulangan yang diperlukan
As = Luas tulangan yang diperlukan
D = Diameter tulangan

h) Luas tulangan terpakai

As = n x  / 4 x D2 ............................................................................. pers. 4.63

di mana:
As = Luas tulangan terpakai

41
i) Jumlah baris tulangan

nb = n / ns ................................................................................. pers. 4.64

di mana:
nb = jumlah baris tulangan

j) Letak titik berat tulangan

d' =  [ ni x yi ] / n ..................................................................... pers. 4.65

di mana:
d’ = letak titik berat tulangan

k) Tinggi efektif balok

d = h – d’ .......................................................................................... pers. 4.66

di mana:
d = tinggi efektif balok
h = tinggi balok

l) Momen nominal

Mn = As * fy * ( d - a / 2 ) * 10-6 ................................................. pers. 4.67

di mana:
Mn = Momen nominal
As = Luas tulangan terpakai

42
m) Menghitung momen negatif nominal rencana

Mn = Mu+ /  ....................................................................................... pers. 4.68

di mana:
Mn = momen negatif nominal rencana
Mu+ = momen rencana negatif akibat beban terfaktor

3. Tulangan Geser

a) Menghitung kuat geser beton

Vc = (√ fc') / 6 x b x d x 10-3 ...................................................... pers. 4.69

di mana:
Vc = kuat geser beton
b = lebar balok
d = tinggi efektif balok

b) Tahanan geser beton

 x Vc ....................................................................................... pers. 4.70

di mana:
 = Faktor reduksi kekuatan

c) Luas tulangan geser sengkang

Av = ns x  / 4 x P2 ........................................................................... pers. 4.71

di mana:
Av = luas tulangan geser sengkang

43
P = diameter sengkang (polos)

d) Jarak sengkang yang diperlukan

s = Av * fy * d / ( Vs * 103 ) ......................................................... pers. 4.72

di mana:
s = Jarak sengkang
Av = luas tulangan sengkang
Vs = kuat geser sengkang

e) Jarak sengkang maksimum

Smax = d / 2 ........................................................................................ pers. 4.73

di mana:
Smax = Jarak sengkang maksimum
d = tinggi efektif balok

44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Struktur Atas jembatan

Dibawah ini akan dijelaskan perhitungan untuk sturktur atas jembatan:

4.1.1 Perencanaan Jembatan Girder

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jembatan

a) Data Jembatan

Panjang balok prategang (L) = 40 m


Jarak antara balok prategang (s) = 1,86 m
Tebal plat lantai jembatan (h0) = 0,25 m
Tebal lapisan aspal (hs) = 0,10 m
Tinggi genangan air hujan (tb) = 0,05 m

45
b) Specific Gravity

Beton prategang (Wc) = 25,50 kN/m3


Beton bertulang (Wc’) = 25 kN/m3
Beton (Wc’’) = 24 kN/m3
Aspal (Waspal) = 22 kN/m3
Air hujan (Wair) = 9,80 kN/m3

c) Dimensi Balok Prestress

Gambar dimensi untuk Balok Prestress akan ditunjukkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Dimensi Balok Prestress

46
Tabel 4.1 Dimensi Balok Prestress
No Nama Lebar (m)
1 b1 0,64
2 b2 0,8
3 b3 0,3
4 b4 0,2
5 b5 0,25
6 b6 0,7
7 h1 0,07
8 h2 0,13
9 h3 0,12
10 h4 1,65
11 h5 0,25
12 h6 0,25
13 h 2,10

d) Beton

Data Beton yang akan digunakan:

1. Mutu beton girder prestress = K – 500


2. Kuat tekan beton, f’c = 0,83 x K/10
= 41,5 Mpa
3. Modulus elastic beton, Ec = 4700 x √𝑓𝑐′
= 30277,632
4. Angka poisson, u = 0,15
5. Modulus geser, G = Ec/(2 x (1+u))
= 13164,188 MPa
6. Koefisien muai panjang untuk beton α = 10 E-05/°C

47
7. Kuat tekan beton pada keadaan awal (saat transfer), fci
= 0,80 x f’c = 33,2 Mpa
8. Tegangan ijin beton saat penarikan :
➢ Tegangan ijin tekan = 0,60 x f’ci
= 19,92 MPa
➢ Tegangan ijin tarik = 0,50 x √f′ci
= 2,88 MPa
9. Tegangan ijin beton pada keadaan akhir :
➢ Tegangan ijin tekan = 0,45 x f’ci
= 18,68 MPa
➢ Tegangan ijin tarik = 0,50 x √f′ci
= 3,22 MPa
10. Mutu beton plat lantai jembatan = K – 400
11. Kuat tekan beton, f’c = 0,83 x K/10
= 33,2 MPa
12. Modulus elastic beton, Ec = 4700 x √f′ci
= 27081,14 MPa

e) Baja Prategang

Data Strands Cable – Standart VSL:


1. Jenis Strand = Uncoated 7 wire super strands ASTM A – 416 grade 270
2. Tegangan leleh strand, fpv = 1580 Mpa
3. Kuat tarik strand, fpu = 1860 MPa
4. Diameter nominal strands = 12,7 mm
5. Luas tampang nominal satu strands, Ast = 98,7 mm2
6. Beban putus minimal satu strands, Pbs = 187,32 kN
7. Jumlah kawat untaian (strands cable) = 19 kawat untaian
8. Diameter selubung ideal = 64 mm

48
9. Luas tampang strands = 1875,3 mm2
10. Beban putus satu tendon, Pb1 = 3559,1 kN
11. Modulus elastis strands, Es = 193000 MPa
12. Tipe = VSL 19

f) Baja Tulangan

1. Untuk baja tulangan deform D>12mm, U – 36


Kuat leleh baja, fy = U x 10
= 360 MPa
2. Untuk baja tulangan polos Ø ≤ 12mm, U – 24
Kuat leleh baja, fy = U x 10
= 240 Mpa

4.1.2 Penentuan Lebar Efektif Pelat Lantai

Gambar untuk lebar efektif pelat lantai akan ditunjukan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Lebar Efektif Pelat Lantai

a) Lebar efektif plat (Be) diambil nilai terkecil dari :


➢ L/4 = 40,4
= 12 m
➢ S = 1,86 m

49
➢ 12 x ho = 12 x ho m

b) Diambil lebar efektif plat lantai, Be = 1,86 m


c) Kuat tekan beton plat, f’c(plat) = 0,83 x K(plat)
= 33,2 MPa
d) Kuat tekan beton balok, f’c(balok) = 0,83 x K(balok)
= 41,50 MPa
e) Modulus elastic plat beton, Eplat = 4700 x √f’c(plat)
= 2,70E+04 MPa
f) Modulus elastic balok beton prategang, Ebalok = 0,043 x (Wc)1.5 x √f’c(balok)
= 0,043 x (25,50)1.5 x √41,50
= 3,57E+04 MPa
g) Nilai perbandingan modulus elastic plat dan balok, n
= Eplat/Ebalok = 0,76
h) Jadi lebar pengganti beton plat lantai jembatan, Beff = n x Be
= 1,36 m

50
4.1.3 Section Properties Balok Prategang

Gambar 4.4 Section Properties Balok Prategang

Tabel 4.2 Perhitungan Section Properties


Jarak Titik
Luas Jarak Titik
Luas Jarak Titik Berat Ke
Lebar Tinggi Section Berat Ke Atas
Nama Jumlah section Berat Ke Atas x Luas
(mm) (mm) x x Luas Section
(mm2) Atas (mm) Section
Jumlah x Jumlah
(mm3)
1 800 200 1 160000 160000 100 16000000 16000000
2 300 120 2 36000 72000 260 9360000 37440000
3 200 1650 1 330000 330000 1025 338250000 338250000
4 250 250 2 62500 125000 1850 115625000 462500000
5 700 250 1 175000 175000 1975 345625000 345625000
Total 763500 862000 824860000 1199815000

51
Mencari nilai momen inersia dari aplikasi sap2000
Nilai Yt = 20,7 mm (momen inersia dari potongan tengah ke atas)
Nilai Yb = 420,2 mm (momen inersia dari potongan tengah ke bawah)

Tabel 4.3 Perhitungan Momen Inersia

Momen Momen Inersia x


Nama Jumlah
Inersia Jumlah (mm4)
1 1 52201496832 52201496832
2 1 99877423745 99877423745
3 2 27530343513 55060687026
4 1 77498015700 77498015700
5 2 33940527177 67881054354
6 1 1,3564E+15 1,3564E+15
Total 4,83E+11

Tahanan momen sisi atas:


Wt = 433545546,4 mm3

Tahanan momen sisi bawah:


Wb = 490071523,1 mm3

52
4.1.4 Section Properties Balok Prategang (Balok + Pelat)

Gambar 4.5 Perhitungan Section Properties (Balok + Pelat)

Tabel 4.4 Perhitungan Section Properties (Balok + Pelat)


Jarak
Jarak Titik Jarak Titik
Titik
Luas Luas Berat Ke Berat Ke
Lebar Tinggi Berat
Nama Jumlah section Section x Atas x Luas Atas x Luas Yt Yb
(mm) (mm) Ke
(mm2) Jumlah Section Section x
Atas
(mm3) Jumlah
(mm)
0 1360 250 1 340000 340000 125 42500000 42500000
1 640 70 1 44800 44800 35 1568000 1568000
2 800 130 1 104000 104000 135 14040000 14040000
3 300 120 2 36000 72000 240 8640000 17280000
831,805 1518,2
4 200 1650 1 330000 330000 1025 338250000 338250000
5 250 250 2 62500 125000 1850 115625000 231250000
6 700 250 1 175000 175000 1975 345625000 345625000
Total 1092300 1190800 866248000 990513000

Nilai Yt = 831,805 mm
Nilai Yb = 1518,2 mm

53
Tabel 4.5 Perhitungan Momen Inersia (Balok +Pelat)
Momen Momen Inersia x
Nama Jumlah
Inersia Jumlah (mm4)
0 1 1,71626E+11 1,71626E+11
1 1 28461709431 28461709431
2 1 50642288346 50642288346
3 2 12622779591 25245559181
4 1 87185813837 87185813837
5 2 64903615182 1,29807E+11
6 1 2,29618E+11 2,29618E+11
Total 7,22586E+11

Tahanan momen sisi atas :


Wt = 868697194,4 mm3
Tahanan momen sisi bawah :
Wb = 475950865,9 mm3

54
4.1.5 Pembebanan Balok Prategang

a) Berat Sendiri (MS)


1. Berat Balok Prategang
Luas Penampang (A) = 850800 mm2
Panjang Balok Prategang (L) = 40 m
= 40000 mm
Bj PCI Girder = 25,50 KN/m3
=
0,0000255 N/mm3
Berat Balok (Wbalok) = A x Bj
= 850800 x 0.0000255
Mendapatkan Momen dan gaya geser dari perhitungan SAP2000
Momen PCI = 4,338 kNm
Geser PCI = 433,8 kNm

2. Berat Deckslab
Lebar deck slab (s) = 1120 mm
Tinggi deck slab (h) = 70 mm
Bj deck slab = 25 KN/mm3
= 0,000025 N/mm3
Qdeck slab = s x h x Bj
= 1120 x 70 x 0,000025
= 1,96 N/mm
Mendapatkan Momen dan gaya geser dari perhitungan SAP2000
Momen deck slab = 4,338 kNm
Geser = 433,8 kNm

55
3. Berat Diafragma
Tebal Diafragma (t) = 200 mm
Tinggi Diafragma (h) = 1600 mm
Lebar Diafragma (s) = 1600 mm
Bj Diafragma = 0,000025 N/mm3
Luas Penampang (A) = 1600 x 1600
= 2.560.000 mm2
Berat Diafragma (P) = 2.560.000 x 0,000025 x 200
= 12800 N

4. Beban Pelat Lantai


Lebar Pelat Lantai (s) = 1800 mm
Tinggi Pelat Lantai (h) = 250 mm
Bj Pelat Lantai = 25 KN/mm3
Q Pelat Lantai = s x h x Bj
= 1800 x 250 x 0,000025
= 11,25 N/mm
= 11,25 KN/mm

5. Beban Trotoar dan Parapet


Luas Penampang (A) = 850800 mm2
Panjang Balok Prategang (L) = 40 m
= 40000 mm
Bj Beton Prategang = 25,50 KN/m3
= 0,0000255 N/mm3
Berat Trotoar = 25,751 Kn/m
Momen PCI = 5,114 kNm
Geser PCI = 511,42 kN

56
b) Beban Mati Tambahan
1. Beban Aspal
Lebar Aspal (s) = 1800 mm
Tebal Aspal (t) = 50 mm
Bj Aspal = 22 KN/m3
Q aspal = s x t x Bj
= 1800 x 50 x 0,000022
= 1,98 N/mm
Momen = 396 kNm
Geser = 39,6 kN

2. Beban Genangan Air


Lebar Genangan (s) = 1800 mm
Tebal Genangan (t) = 100 mm
Bj Air = 9,8 KN/m3
= 0,0000098 N/mm
Q Air = s x t x Bj
= 1800 x 100 x 0,0000098
= 1,764 N/mm
Momen = 352,8 kNm
Geser = 35,28 kN

c) Beban Lajur
Bentang Jembatan 40 m, maka :
Q = 9 x (0,5 + 15/L)
= 9 x (0,5 + 15/40)
= 7,875 KPa
Beban garis (P) = 49 KN/m
Jarak Balok Prategang = 1,8 m
Beban Merata pada Girder (QTD) =qxs

57
= 7,875 KN/m2 x 1,8
= 14,175 KN/m
Faktor Beban Dinamis = 0,4
Beban akibat faktor Beban Dinamis
PTD = (1 + DLA) x p x s
= (1 + 0,4) x 49 x 1,8
= 123,48 KN
Momen Akibat Beban Lajur = 4069,8 Nmm
Geser Akibat Beban Lajur = 345240 N

d) Beban Pejalan Kaki


Lebar trotoar, bt = 650,0625 mm
Intensitas beton pada trotoar, q =5 kPa
Jumlah trotoar, n =2
Pembebanan jembatan untuk trotoar, QTP = q x bt x n
= 6,5 Kn/m
Pembebanan tiap girder, QTP = 6,5 / 5
= 1,30 Kn/m
Momen = 260 Nmm
Geser = 26 kN

e) Gaya Rem
Panjang PCI Girder = 40 m
Jumlah PCI Girder = 5 Buah
Besar Gaya Rem = 100 KN/lajur
= 200 KN/2 lajur

58
Gambar 4.6 Diagram Gaya yang Bekerja dari Rem
Gaya Rem tiap Girder = 200/5
= 40 KN
Apabila mengacu pada SNI 1725 – 2016, pembebanan rem adalah diambil
yang terbesar dari
• 25 % dari berat girder truk desain, atau
• 5 % dari beban truk rencana ditambah dengan beban lajur terbagi rata
Besar Gaya Rem = 25% x ((2 x 500 Kn) / 5)
= 50 kN
Besar Gaya Rem = 5% x ((2 x 500 Kn) / 5 + 14,175 kN/m x 40 m)
= 38,35 kN

Gambar 4.7 Denah Gaya Rem


Titik tangkap gaya rem setinggi 1,8 m dari pelat lantai jembatan sehingga (y)
Y = 1,8 + Tpelat lantai + Taspal + Ytc
= 1,8 + 0,25 + 0,05 + 0,832
= 2,93 m
Momen maksimum = 73,25 kNm
Geser Akibat Gaya Rem = 3,662 N

59
f) Beban Angin
Menyesuaikan pada SNI 1725 – 2016, maka perhitungan beban akibat beban
angin adalah
𝑉10 𝑧
VDZ = 2,5 x V0 x x ln 𝑧0
𝑉𝐵

Kecepatan angina rencana, VB = 90 s/d 126 km/jam


= diambil 125 km/jam
= 125 km/jam
Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm di atas permukaan tanah, V10
= VB
= 125 km/jam
125 16000
VDZ = 2,5 x 19,3 x 125 x ln 2500

= 59,566 km/jam

1. Beban Angin pada Struktur


Terdapat beban angin pada struktur yang antara lain struktur atas dan bawah,
Untuk struktur atas adalah:
𝑉10
PD = PB x ( 𝑉𝐵 )2
89,566 2
= 0,0024 x ( )
125

= 1,232 x 10-3 MPa


Untuk struktur bawah adalah :
Pada struktur bawah menggunakan beban angin sesuai dengan SNI 1725 – 2016
dengan tekanan angin dasar sebesar 0,0019 Mpa
𝑉𝐷𝑍
PD = PB x ( 𝑉𝐵 )2
89,566 2
= 0,0024 x ( )
125

= 9,755 x 10-4 Mpa


Total beban angin yang berefek pada struktur adalah
EWs = (1,232 x 10-3 + 9,755 x 10-4) x B
= (2,207 x 10-3) x 10000

60
= 0,022 Kn/mm
Standar yang diperlukan gaya total beban angin tidak boleh kurang dari 4.4
Kn/mm, maka diambil gaya total beban angin pada struktur sebesar 4.4 Kn/mm
Presentase beban angina pada sruktur bawah PDB
(0,001232−0,0009755)
= x 100%
(0,001232)

= 20,82 %
Beban angina pada struktur bawah dipakai, PDb
= 20,82% x 4.4 kN/mm
= 0,916 kN/mm
Beban angina pada struktur atas, PDa = 4,4 kN/mm – 0,916 kN/mm
= 3,484 kN/mm
Mengacu pada SNI 1725 – 2016 bahwa jembatan harus mampu menerima gaya
angin vertical sebesar 9,6 x 10-4 MPa.
QEW = (9,6 x 10-4) x B
= (9,6 x 10-4) x 10000
= 9,6 N/mm
Beban angina tiap girder, QEW = 9.6 / 5
= 1,96 N/mm
Momen Akibat Beban Angin = 384 kNm
Geser Akibat Beban Angin = 38,4 Kn

2. Beban Angin pada Kendaraan


Beban angin pada kendaraan yang digunakan pada kendaraan sesuai dengan
standar SNI 1725 – 2016
Beban angin diambil pada saat kendaraan berada diatas Fly Over

61
Gambar 4.8 Denah Pembebanan Beban Angin

Pada standar yang diperlukan ditentukan beban angin sebesar 1,46 N/mm,
maka digunakan beban angin sebesar 1,46 N/mm
TEW = 1,46 N/mm
QEW = 2 x [(1/2 x h)/ ((x). TEW)]
= 2 x [(1/2 x 2)/ ((1,75). 1,46)]
= 0,782 KN/m
Beban angina kendaraan tiap girder, QEW = 0,782/5
= 0,1564 N/mm
Momen akibat beban angin = 156,4 kNm
Geser akibat beban angina = 3,128 Kn

g) Beban Gempa
Mengacu pada SNI 1725 – 2016, bahwa beban gempa diambil dengan
persamaan sebagai berikut

𝐶𝑠𝑚
EQ = x Wt
𝑅

Asumsi bahwa T0 ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS


SDS = 0,5 g
R = 1,5
Wt = (Qms + QMA + QTD) x L
= (63,243 + 3,744 + 14,175) x 40
= 3246,48 kN

62
0,5
EQ = 1,5 x 3246,48

= 1082,16 kN
Mengacu pada SNI 1725 – 2016 bahwa beban gempa vertical diambil 10%
dari beban permanen, maka :
TEQ = 0,10 x Wt
= 1,10 x ((63,243 + 3,744) x 40000)
= 267,95 N
Beban gempa vertical, QEQ = Eo/L
= 267,95 / 40000
= 6,699 N/mm
Beban gempa vertical tiap girder, QEQ = 6,699 / 5
= 1,34 N/mm
Momen Akibat Beban Gempa = 267
Geser Akibat Beban Gempa = 26,8

h) Beban Temperatur
Gaya internal akibat perbedaan temperature, Pt= At x Ec x β x (Ta – Tb)/2
Modulus elastic balok, Ec = 3,57 x 107 MPa
Perbedaan temperature, ΔT = α x L x (Tmax design – Tmin design)
= 11 x 10-6 x 40000 x (40 – 15)
= 11 °C

Gambar 4.9 Pembagian Bidang Temperatur

63
Tabel 4.6 Momen Akibat Temperatur

Lebar Tinggi Temperatur Gaya Lengan Terhadap Titik Berat


No Luas (Ta + Tb)/2 Zi Momen
(m) (m) Atas Bawah (Kg) Penampang Balok Komposit

0 1,36 0,25 0,34 11 6 8,5 860,909 Z0 = Yac - (h0/2) 0,706805 608,495

1 0,64 0,07 0,0448 6 5,3 5,65 75,4026 Z1 = Yac - h0 - (h1/2) 0,546805 41,2305

2 0,8 0,13 0,104 5,3 4 4,65 144,061 Z2 = Yac - h0 - h1 - (h2/2) 0,446805 64,3671

3 0,3 0,12 0,036 4 2,8 3,4 36,462 Z3 = Yac - h0 - h1 - h2 - (h3/2) 0,341805 12,4629

4 0,2 0,85 0,17 2,8 0 1,4 70,8984 Z3 = Yac - h0 - h1 - h2 - (h'4/2) 0,043195 3,06246

Jumlah 1187,73 729,618

64
i) Beban Kombinasi
Kuat 1 = 1.0 MS + 1.0 MA + 1.8 TD + 1.8 TB + 1.8 + 0 TG
Kuat 2 = 1.0 MS + 1.0 MA + 1.4 TD + 1.4 TB + 1.4 TP + 0 TG
Kuat 3 = 1.0 MS + 1.0 MA + 1.4 EWS + 0 TG
Kuat 4 = 1.0 MS + 1.0 MA
Kuat 5 = 1.0 MS + 1.0 MA + 1.0 EWL + 0 TG
Ekstrem 1 = 1.0 MS + 1.0 MA + 0.5 TD + 0.5 TB + 0.5 TP + 1.0 EQ
Ekstrem 2 = 1.0 MS + 1.0 MA + 0.5 TD + 0.5 TB + 0.5 TP
Daya Layan 1 = 1.0 MS + 1.0 MA + 1.0 TD + 1.0 TB + 1.0 TP + 1.0 EWL +
0.5 TG
Daya Layan 2 = 1.0 MS + 1.0 MA + 1.3 TD + 1.3 TB + 1.3 TP
Daya Layan 3 = 1.0 MS + 1.0 MA + 0.8 TD + 0.8 TB + 0.8 TP + 0.5 TG
Daya Layan 4 = 1.0 MS + 1.0 MA + 0.7 EWS

65
Tabel 4.7 Perhitungan Kombinasi Pembebanan PCI Girder
Gaya Momen Gaya Lintang Kuat
Jenis Beban
Maks. (kNmm) Maks. (kN) Kuat 1 Kuat 2 Kuat 3 Kuat 4 Kuat 5
Beban Mati (MS)
1 Beban Girder I 4.338.000 433.800
2 Beban Deck Slab 392.000.000 39.200
3 Berat Diafragma 518.400.000 57.600
Beban Pelat 2.250.000 225.000
4
Lantai
Beban Trotoar 5.114.200 511.420
5
dan Parapet
Total 12.612.600 1.267.020
Beban Mati
Tambahan (MA)
1 Beban Aspal 396.000.000 39.600
2 Beban Genangan 352.800.000 35.280 21.286.890 19.525.670 13.899.000 13.361.400 13.392.680
Total 748.800.000 74.880
Beban Lajur (TD) 4.069.800 345.240
Beban Pejalan 260.000.000 26.000
Kaki (TP)
Beban Rem (TB) 73.250.000 3.663
Beban Angin (EW)
Beban Angin Pada 384.000.000 38.400
1
Struktur (Ews)
Beban Angin Pada 31.280.000 3.128
2
Kendaraan (EWI)
Beban Gempa (EQ) 267.960.000 26.796
Beban Temperatur (TG) 7.155.108

66
Tabel 4.8 Perhitungan Kombinasi Pembebanan PCI Girder
Gaya
Jenis Beban Gaya Momen Lintang Ekstrem
Maks. (kNmm) Maks. (kN) Ekstrem 1 Ekstrem 2
Beban Mati (MS)
1 Beban Girder I 4.338.000 433.800
2 Beban Deck Slab 392.000.000 39.200
3 Berat Diafragma 518.400.000 57.600
Beban Pelat 2.250.000 225.000
4
Lantai
Beban Trotoar 5.114.200 511.420
5
dan Parapet
Total 12.612.600 1.267.020
Beban Mati
Tambahan (MA)
1 Beban Aspal 396.000.000 39.600
2 Beban Genangan 352.800.000 35.280 15.830.885 15.562.925
Total 748.800.000 74.880
Beban Lajur (TD) 4.069.800 345.240
Beban Pejalan 260.000.000 26.000
Kaki (TP)
Beban Rem (TB) 73.250.000 3.663
Beban Angin (EW)
Beban Angin Pada 384.000.000 38.400
1
Struktur (Ews)
Beban Angin Pada 31.280.000 3.128
2
Kendaraan (EWI)
Beban Gempa (EQ) 267.960.000 26.796
Beban Temperatur
(TG) 7.155.108

67
Tabel 4.9 Perhitungan Kombinasi Pembebanan PCI Girder
Gaya
Gaya Momen Lintang Daya Layan
Jenis Beban
Maks.
Daya Layan 1 Daya Layan 2 Daya Layan 3 Daya Layan 4
Maks. (kNmm) (kN)
Beban Mati
(MS)
Beban Girder
1
I 4.338.000 433.800
Beban Deck
2
Slab 392.000.000 39.200
Berat
3
Diafragma 518.400.000 57.600
Beban Pelat 2.250.000 225.000
4
Lantai
Beban
5 Trotoar 5.114.200.000 511.420
dan Parapet
Total 12.612.600 1.267.020
Beban Mati
Tambahan (MA)
1 Beban Aspal 396.000.000 39.600
Beban
2
Genangan 352.800.000 35.280
Total 748.800.000 74.880 17.799.307 19.085.365 16.887.417 13.630.200
Beban Lajur
(TD) 4.069.800 345.240
Beban Pejalan 260.000.000 26.000
Kaki (TP)
Beban Rem (TB) 73.250.000 3.663
Beban Angin
(EW)
Beban Angin
Pada 384.000.000 38.400
1
Struktur
(Ews)
Beban Angin
Pada 31.280.000 3.128
2
Kendaraan
(EWI)
Beban Gempa
(EQ) 267.960.000 26.796
Beban
Temperatur (TG) 7.155.108

68
4.1.6 Gaya Prategang, Eksentrisitas, Dan Jumlah Tendon

Pada perhitungan gaya prategang digunakan jenis tendon adalah VSL Multi Strand
System.

Data yang digunakan adalah :


➢ Diameter Nominal = 18 mm
➢ Luas Nominal =-
➢ Beban Putus = 380 kN
➢ Tegangan Tarik = 1700 MPa

Eksentrisitas Tendon C = Yb – 125


= 985,739 mm -125
= 860,739 mm
Gaya Prategang Efektif
Fb =0
𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑒 𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0 =- − +
𝐴 𝑊𝑏 𝑊𝑏
𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑃𝑒𝑓𝑓 𝑥 860,739 21.286.890.000
0 = -850800 − +
490071523,1 490071523,1

Peff = 14.815.984,86 N
= 14.815.98486 kN
Asumsi kehilangan tegangan 20%
Maka gaya prategang awal yaitu (Pt) = 120% x 14.815.984,86
= 17.779.181,83 N
= 17.779.181,83 kN
Untuk menentukan jumlah strand (ns) digunakan 80% UTS
ns = Pt/(80% x UTS)
17.779.181,83
= 0.8 𝑥 380000

= 58,484 strand
= 59 strand

69
Diambil jumlah kabel Strand pada suatu tendon adalah 17
Jumlah tendon yang digunakan nt :
nt = ns/17
= 59/17
= 3,471
= 4 Tendon
Digunakan tendon sebanyak 4 buah dengan masing-masing strand adalah 17 strand

4.1.6.1 Perhitungan Selubung Tendon Prategang

Jari – jari inersia penampang (r) = √(Ix/A)


= √(483.083.000.000/850.800
= 753,524 mm
r2 = 567798,419 mm2
ya = 1114,26 mm
yb = 985,739 mm
kb = r2/ya
= 504,574 mm
kt = r2/yb
= 576,013 mm
= 576,013 mm

a) Selubung Bawah

Selubung Bawah = Yb – kb – amin


amin = MPCI/Pt
di mana :
amin = Jarak titik berat tendon dibawah batas kern
MPCI = Momen akibat berat sendiri girder
Pt = Gaya Pratekan awal

70
➢ Tengah Bentang
amin = Momen sendiri/Pt
4.338.000.000
= 17.779.181,83

= 243,993 mm
Maka el = Yb – kb – amin
= 985,739 – 504,574 – 243,993
= 237,172 mm

➢ Seperempat Bentang
amin = Momen berat sendiri x 0,75/Pt
4.338.000.000 𝑥 0,75
= 17.779.181,83

= 182,995 mm
Maka el = Yb – kb – amin
= 985,739 – 504,574 – 182,995
= 298,17 mm

➢ Tumpuan
amin =0
Maka el = Yb – kb – amin
= 985,739 – 504,574 – 0
= 481,165 mm

b) Selubung Atas

Selubung Atas = Ya – amax + kt


amax = MDL/Peff
di mana :
amax = Jarak titik berat tendon diatas batas kren

71
MDL = Momen akibat berat sendiri girder
Peff = Gaya Pratekan efektif

➢ Tengah Bentang
amax = Momen Berat sendiri + lajur/Pt
8407800000 𝑥 0,75
= 17.779.181,83

= 472,901

Maka e2 = Yb – amax + kt
= 985,739 – 472,901 +576,013
= 1088,851 mm

➢ Seperempat Bentang
amax = Momen Berat Sendiri + lajur x /Pt
8407800000 𝑥 0,75
= 17.779.181,83

= 354,67605 mm
Maka e2 = Yb – amax + kt
= 985.739 –354.67605+ 576.013
= 1207,07595 mm

➢ Tumpuan
amax = 0 mm
Maka e2 = Yb – amax + kt
= 985.739 – 0 + 576.013
= 1561,752 mm

Diameter selubung tendon yang disediakan :


➢ Tumpuan = 1561,752 – 481,165
= 1080,587 mm

72
➢ Seperempat Bentang = 1207,07595 – 298,17
= 908,90595 mm
➢ Tengah Bentang = 1088,851 – 237,172
= 851,679 mm

Gambar 4.10 Selubung Tendon

4.1.6.2 Eksentrisitas Beton

a) Posisi Tendon di Tengah

Gambar 4.11 Posisi/ Denah Tendon pada tumpuan

Jarak as tendon bawah terhadap alas balok PCI Girder yaitu a.


Mpci
di mana : a = Pt
4.338.000.000
a = 17,779,181.83

a = 243.993 mm
diameter selubung tendon yang ada 75 mm
Jarak bersih tendon bawah ke alas adalah
= 243.993 – (75/2)

73
= 206.493 mm
Jarak antar tendon yaitu (yd) = (1080.587/3)
= 360.196 mm

Tabel 4.10 Perhitungan Jarak Tendon Tumpuan


Nomor
Posisi Tendon di tumpuan x = 0,00 a' Yd Zn
tendon
1 Z1 = a' + 3 yd 243,993 360,196 1324,58
2 Z2 = a' + 2 yd 243,993 360,196 964,385
3 Z3 = a' + yd 243,993 360,196 604,189
4 Z4 = a' 243,993 360,196 243,993

b) Posisi Tendon Di Tengah Bentang

Gambar 4.12 Posisi/ Denah Tendon pada Tengah Bentang

Jarak alas balok ke as tendon baris bawah (a) = 100 mm


Jarak antar tendon yaitu (yd) = 851,679/1
= 851,679 mm
Ditetapkan (yd) = 150 mm

74
Tabel 4.11 Perhitungan Jarak Tendon Tengah Bentang
Nomor
Posisi Tendon di tumpuan x = 20 a' Yd Zn
Tendon
1 Z1 = a' + yd 100 150 250
2 Z2 = a' 100 150 100
3 Z3 = a' 100 150 100
4 Z4 = a' 100 150 100

c) Lintasan Inti Tendon

Panjang PCU Girder = 40 m


Eksentrisitas (es) = 860,739 mm
Persamaan lintasan tendon :

4 .fx
Y= x (L-X)
L2

di mana:
Y = Ordinat Tendon yang ditinjau
X = Absios Tendon yang ditinjau
L = Panjang Bentang
F = Tinggi Puncak Parabola Maksimum

Gambar 4.13 Ilustrasi Parabola Tendon

75
Tabel 4.12 Posisi Lintasan Inti Tendon

Xn Yn Xn Yn
0 0 - -
1000 83,92 21000 858,59
2000 163,54 22000 852,13
3000 238,86 23000 841,37
4000 309,87 24000 826,31
5000 376,57 25000 806,94
6000 438,98 26000 783,27
7000 497,08 27000 755,3
8000 550,87 28000 723,02
9000 600,37 29000 686,44
10000 645,55 30000 645,55
11000 686,44 31000 600,37
12000 723,02 32000 550,87
13000 755,3 33000 497,08
14000 183,27 34000 438,98
15000 806,94 35000 376,57
16000 826,31 36000 309,87
17000 841,37 37000 238,86
18000 852,13 38000 163,54
19000 858,59 39000 83,92
20000 860,74 40000 0

Keterangan ;
X0 = Tinggi plat
e0 = Eksentrisitas

76
X0 = 250 mm
e0 = 22 mm
2 x (es+e0 )
αAB = L
+x0
2

2 x (860.739+22 )
= 40000
+250
2

= 0,087 rad
2 x (es+e0 )
αBC = L
+x0
2

2 x (860.739+22 )
= 40000
+250
2

= 0,087 rad

d) Sudut Angkur

Panjang bentang (L) = 40 m = 40000 mm

Gambar 4.14 Ilustrasi Parabola Tendon

Persamaan Lintasan Tendon,


4 .fx
Y = x (L-X)
L2
4 .fn .(L−2X)
dy/dx = L2

Sudut Angkur (α) = ATAN (dy/dx)

77
Tabel 4.13 Perhitungan Sudut Angkur
Nomor Eksentrisitas, fn Sudut
Jumlah Strand dY/dX
Tendon (mm) Angkur
1 17 f1 1074,58 0,10746 0,10705
2 17 f2 864,385 0,08644 0,08622
3 17 f3 504,189 0,05042 0,05038
4 17 f4 143,993 0,0144 0,0144

e) Letak dan Trace Kabel

Panjang PCI Girder = 40 m


= 40000 mm
Eksentrisitas = 860.739 mm
Yb = 985.739 mm
4 .es .X
Posisi Trace Kabel, Z0 = Yb - x (L-X)
L2
4 .fn .X
Posisi masing – masing kabel, Zn = z’n - x (L-X)
L2

78
Tabel 4.14 Posisi Masing masing kabel Tendon

Jarak X Z0 Z1 Z2 Z3 Z4

0 985,739 1324,58 964,385 604,189 243,993


1000 901,817 1219,81 880,107 555,031 229,954
2000 822,199 1120,41 800,152 508,393 216,634
3000 746,884 1026,38 724,518 464,277 204,035
4000 675,873 937,732 653,206 422,681 192,156
5000 609,166 854,452 586,217 383,606 180,996
6000 546,762 776,545 523,549 347,053 170,557
7000 488,662 704,01 465,203 313,02 160,837
8000 434,866 636,849 411,179 281,508 151,837
9000 385,374 575,061 361,476 252,517 143,558
10000 340,185 518,645 316,096 226,047 135,998
11000 299,3 467,603 275,038 202,098 129,159
12000 262,718 421,933 238,302 180,67 123,039
13000 230,441 381,636 205,887 161,763 117,639
14000 202,467 346,712 177,759 145,377 112,959
15000 178,796 317,161 154,024 131,512 109
16000 159,43 292,983 134,575 120,168 105,76
17000 144,367 274,178 119,449 111,168 103,24
18000 133,607 260,746 108,644 105,042 101,44
19000 127,152 252,686 102,161 101,26 100,36
20000 125 250 100 100 100

79
Panjang kabel tendon (m)

Z0
Z1

Z2
Z3

Z4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Jarak (m)

Gambar 4.15 Posisi Masing – Masing Kabel Tendon

f) Pemakaian Angkur

Angkur Hidup = VSL


Tipe = 19 Sc

Gambar 4.16 Detail Angkur Hidup

Angkur Mati = VSL


Tipe = 19 P

80
Gambar 4.17 Detail Angkur Mati

4.1.7 Kehilangan Tegangan (Loss Of Prestress)

a) Kehilangan Tegangan Akibat Gesekan Kabel

Po = 4.444.795.458 N
Sudut angkur Tendon 1 = 0.10705 rad
Tendon 2 = 0.08622 rad
Tendon 3 = 0.05038 rad
Tendon 4 = 0.0144 rad
Modulus Elastisitas = 195 x 103 MPa
Koefisien friksi µ = 0.2
Koefisien Wooble, β = 0.0016
e = 2718
Kehilangan akibat gesekan kabel Px = Po x e-( µα+β.Lx)

81
Tabel 4.15 Kehilangan Tegangan Akibat Gesekan Kabel (Jack Friction)

X Δ Ps (N)
No.
λ Kondisi 100% Kondisi 50%
Tendon kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
100% 50% 100% 50%
1 0,0016 9,314 13,173 125612 88821,4 4.088.017,07 2.017.993,35
2 0,0016 9,295 13,145 125872 89005,1 4.105.342,10 2.026.602,07
3 0,0016 9,262 13,099 126321 89322,2 4.135.338,69 2.041.507,48
4 0,0016 9,229 13,052 126772 89641,6 4.165.662,70 2.056.575,93

b) Kehilangan Tegangan Akibat Pengangkuran

Harga rata – rata panjang slip, ΔL = 3 mm


Modulus elastisitas strand, Es = 195 x 103 N/mm2
Eksentrisitas, eo
Tendon 1 = 1074,58 mm
Tendon 2 = 864,38 mm
Tendon 3 = 504,19 mm
Tendon 4 = 143,99 mm

Jarak tarik pengangkuran ke tengah bentang, Lx = 20 m


= 20000 mm
Jumlah strand = 60 buah
Luas satu strand = 254,47 mm
2.𝜇.𝑒0
λ =( )
𝐿𝑥 2

𝐸𝑝.𝑑
X = √ 𝜆.𝑃𝑥

ΔPS = 2 * Es * ΔL/X

82
Tabel 4.16 Kehilangan Tegangan Akibat Pengangkuran

X Δ Ps (N)
No.
λ kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi 100% Kondisi 50%
Tendon
100% 50% 100% 50%
1 0,0016 9,31 13,17 125612 88821,4 4.088.017,07 2.017.993,35
2 0,0016 9,29 13,14 125872 89005,1 4.105.342,10 2.026.602,07
3 0,0016 9,26 13,01 126321 89322,2 4.135.338,69 2.041.507,48
4 0,0016 9,23 13,05 126772 89641,6 4.165.662,70 2.056.575,93

c) Kehilangan Tegangan Akibat Perpendekan Elastis


Luas Penampang PCU Girder, A = 850.800 mm2
Modulus elastisitas beton, Ec = 35700 MPa
Modulus elastisitas strand, Es = 195 x 103 MPa
Gaya prategang pada penampang = 16.494.360,56 N
Jumlah strand = 60 Buah
Luas nominal satu strand = 257,47 mm2
Momen akibat berat sendiri PCU Girder = 4.338.000.000 Nmm
𝐸𝑠
Modulus ratio, n = 𝐸𝑐
195 𝑥 10^3
= 35700

= 5,46
Besarnya tegangan pada penampang
16.494.360,56
Fc = 850.800

= 19.387 MPa (Kondisi 100%)

83
Tabel 4.17 Kehilangan Tegangan Akibat Perpendekan Elastis

Δ Pe (MPa) Δ Pe (N)
No.
n Kondisi 100% Kondisi 50%
Tendon kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
100% 50% 100% 50%
1 5,46 105,85 52,26 457916 226057 3.630.100,72 1.791936,35
2 5,46 105,85 52,26 457916 226057 3.647.425,74 1.800.545,06
3 5,46 105,85 52,26 457916 226057 3.677.422,33 1.815.450,47
4 5,46 105,85 52,26 457916 226057 3.707.746,34 1.830.518,92

d) Kehilangan Tegangan Akibat Susut

Luas penampang PCI = 850.800 mm2


Modulus elastisitas strand = 195 x 103 MPa
Faktor prngaruh kelembaban relative udara setempat diambil 70% = 0,75
Faktor pengaruh tebal minimal komponen beton diambil 15 cm didapat 1
Faktor pengaruh konsistensi slup adukan beton, diambil 12 cm = 1,08
Faktor pengaruh aggregat halus dalam beton, diambil 50 % didapat 1
Faktor pengaruh pengaruh kadar udara dalam beton, diambil 6 % didapat 1
Factor pengaruh jumlah semen dalam beton 12 kg/cm3 didapat 1
Besarnya harga ƛCS = 0,75 x 1 x 1,08 x 1,00 x 1 x 1 = 0,81
εCSU = 780 x 10-6 x ƛCS = 0,0006318
εCST = (t/(35+t))*εcsu = 0,0002916
ΔSH = εCST x 195000
= 56,862 MPa

84
Tabel 4.18 Kehilangan Tegangan Akibat Susut
ΔSH Kondisi
Tendon (MPa) ΔSH(N) 100% Kondisi 50%
1 56,86 245984 3.384.116,27 1.545.951,90
2 56,86 245984 3.401.441,30 1.554.560,61
3 56,86 245984 3.431.437,89 1.569.466,03
4 56,86 245984 3.461.761,90 1.584.534,47

e) Kehilangan Tegangan Akibat Pengaruh Rangkak

Modulus elastisitas PCI, Ec = 35.700 MPa


Modulus elastisitas strand, Es = 165.000 MPa
Rasio Perbandingan modulus, n = Es/Ec = 5,46
Eksentrisitas, es = 860.739 mm
Jumlah strand = 60
Luas nominal strand = 254,47 mm2
Luas penampang PCI girder = 850.800 mm2
Factor pengaruh kelembaban relative udara setempat, diambil 70% sehingga
didapat 0,8
Factor pengaruh tebal min. komponen beton,diambil 15 cm sehingga didapat
1,01
Factor pengaruh konsistensi slup adukan beton, diambil 7,5 cm, sehingga
didapat 1,01
Factor pengaruh aggreagat halus dalam beton, diambil 50%, sehingga didapat
1,005
Factor pengaruh kadar udara dalam beton, diambil 5% sehingga didapat 0,91
Factor pengaruh umur beton saat dibebani, diambil 30 hari, sehingga didapat
0,84
Besarnya harga factor pengaruh :
0,8 x 1,001 x 1,01 x 1,005 x 0,91 x 0,84 = 0,621

85
Koefisien rangkak maksimum, Cu = 2,35 x 0,622
= 1,461
Koefisien rangkak yaitu = (t0.6/(10+t0.6))Cu
= (300.6/(10+300.6)) 1,462
= 0,635
Besarnya tegangan pada penampang Fc = 16,078 MPa (Kondisi 100%)
= 7,35 MPa (Kondisi 50%)

Tabel 4.19 Kehilangan Tegangan Akibat Rangkak


ΔSH (MPa) ΔSH(N)
Kondisi
Tendon Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi 50%
100%
100% 50% 100% 50%
1 55,74 25,49 241141 110260 3.142.975,28 1.435.691,92
2 55,74 25,49 241141 110260 3.160.300,31 1.444.300,64
3 55,74 25,49 241141 110260 3.190.296,90 1.459.206,05
4 55,74 25,49 241141 110260 3.220.620,90 1.474.274,50

f) Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja

Relaksasi, R = 2,5 %
Re = R x (1-2 x (CR + SH)/Px)

86
Tabel 4.20 Perhitungan Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja

Kehilangan Kondisi Kondisi


Tegangan 100 % 50%

CR 55,74 25,49
SH 56,86 56,86
Tendon 1 0,02 0,01
Tendon 2 0,02 0,01
RE
Tendon 3 0,02 0,01
Tendon 4 0,02 0,01

Tabel 4.21 Kehilangan Tegangan Akibat Relaksasi Baja


Kehilangan
Tegangan Yang terjadi
Tegangan
Tendon
Kondisi Kondisi
kondisi 100% Kondisi 50%
100% 50%
1 75,00098 55,13 3.142.900,28 1.435.636,79
2 75,00098 55,13 3.160.225,31 1.444.245,51
3 75,00098 55,13 3.190.221,90 1.459.150,92
4 75,00098 55,13 3.220.545,90 1.474.219,37

Tabel 4.22 Total Kehilangan Tegangan


kondisi 100% 12.713.389,38
Kondisi 50% 5.813.325,58

Total Kehilangan tegangan yaitu

pt−peff 17.779.181,83−12.713.893,38
= x 100% = x 100 %
𝑝𝑡 17.779.181,83

= 28,49 %

87
4.1.8 Tegangan Yang Terjadi Pada Penampang Balok

Mengacu pada peraturan perencanaan teknik jembatan (Bridge Design Code), tegangan
beton sesaat yang terjadi setelah penyaluran gaya prategang tidak boleh melampaui
nilai berikut:

1) Tegangan serat tekan terluar harus ≤ 0,60 x f’ci dengan f’ci = 0,80 f’c
2) Tegangan serat tarik terluar harus ≤ 0,50 x √f’ci dengan f’ci = 0,80 f’c

Tegangan beton pada keadaan beban layan tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut:

1) Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati, dan
beban hidup ≤ 0,45 f’c
2) Tegangan serat tarik terluar yang pada awalnya mengalami tekan ≤ 0,50
√f’c

a) Keadaan Awal (Saat Transfer)

Gambar 4.18 Diagram Tegangan Saat Transfer

Mutu beton balok prategang, = K-500


Kuat tekan beton f’c = 0,83 x K x 100
= 41500 kPa
Kuat tekan beton pada kondisi awal (saat transfer), f’ci = 0,83 x f’c

88
= 33200 kPa
Tegangan ijin tekan beton = -0,6 x f’c
= -19920 kPa
Pt = 17.779.181,83 kN
Mbalok = 4.338.000.000 Nmm
Wa = 433545546,4 mm3
Wb = 490071523,1 mm3
A = 850.800 mm2
e0 = 860,74 mm

Tegangan di serat atas


pt pt . e0 Mbalok
Fa =- + -
𝐴 𝑊𝑎 𝑊𝑎
17.779.181,83 17.779.181,83 x 860,739 4.338.000.000
=- + -
850.800 433545546,4 433545546.4
2
= 4,395 N/mm
Tegangan di serat bawah
pt pt . e0 Mbalok
Fb =- - +
𝐴 𝑊𝑏 𝑊𝑏
17.779.181,83 17.779.181 x 860,739 4.338.000.000
=- + +
850800 490071523,1 490071523.1

= - 43,272 N/mm2
≤ - 0,6 Fci aman

b) Keadaan Setelah Kehilangan Tegangan

Mutu beton balok prategang, K – 500


Kuat tekan beton. Fc’ = 0,83 x K/100
= 41500 kPa
Tegangan ijim tekan beton = - 0,45 x fc’
= - 18675 kPa

89
Gambar 4.19 Diagram Tegangan Setelah Kehilangan Tegangan

Tegangan di serat atas


peff peff . e0 Mbalok
Fa =- + -
𝐴 𝑊𝑎 𝑊𝑎
12.713.893,38 12.713.893,38 x 860,739 4.338.000.000
=- + -
850.800 433545546,4 433545546.4

= 0,292 N/mm2

Tegangan di serat bawah


peff peff . e0 Mbalok
Fb =- - +
𝐴 𝑊𝑏 𝑊𝑏
12.713.893,38 12.713.893,38 x 860.739 4.338.000.000
=- + +
850800 490071523.1 490071523.1
2
= - 28,422 N/mm
≤ - 0,45 Fci aman

c) Keadaan Setelah Pelat Lantai Selesai Dicor

Mutu beton balok prategang, = K – 500


Kuat tekan beton, fc’ = 0,83 x K x 100
= 41500 kPa
Tegangan ijin tekan beton = - 0,45 x fc’
= 18675 kPa
Mbalok = 4.338.000.000 Nmm

90
Peff = 12.713.893,38 N
Mplat = 2.250.000.000 Nmm
Mbalok+plat = 6.558.000.000 mm3
Wa = 433545546.4 mm3
Wb = 490071523.1 mm3
A = 752300 mm2
e0 = 860,739 mm

Tegangan di serat atas


peff peff . e0 Mbalok+plat
Fa =- + -
𝐴 𝑊𝑎 𝑊𝑎
12.713.893,38 12.713.893,38 x 860.739 6.588.000.000
=- + -
850.800 433545546.4 433545546.4

= - 4,898 N/mm2
Tegangan di serat bawah
peff peff . e0 Mbalok+plat
Fb =- - +
𝐴 𝑊𝑏 𝑊𝑏
12.713.893,38 12.713.893,38 x 860.739 6.588.000.000
=- + +
850800 490071523.1 490071523.1
2
= - 23,831 N/mm
≤ - 0,45 Fci aman

d) Keadaan Setelah Pelat dan Balok Menjadi Komposit

Gambar 4.20 Diagram Tegangan Plat dan Balok Menjadi Komposit

91
Mutu beton balok prategang = K – 500
Kuat tekan beton, fc’ = 0,83 x K x 100
= 41500 kPa
Tegangan ijin tekan beton = - 0,45 x fc’
= - 18675 kPa
Mbalok = 4.338.000.000 Nmm
Mplat = 2.250.000.000 Nmm
Peff = 12.713.893,38 N
Mbalok+plat = 6.588.000.000 Nmm
Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 124197286 mm3
Wbc = 475950865,9 mm3
Eksentrisitas tendon untuk penampang komposit
E’0 = e0 + (ybc – yb)
= 860,739 + (1518,2 – 985,739 )
= 1393,2 mm
Tegangan beton di serat atas balok
peff peff . e0 Mbalok+plat
F’ac =- + -
𝐴 𝑊′𝑎𝑐 𝑊𝑎𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1393.2 6.588.000.000
=- + -
1190800 124197286 1241972826
2
= - 1,719 N/mm
Tegangan di serat bawah
peff peff . e0 Mbalok+plat
Fb =- - +
𝐴 𝑊𝑏𝑐 𝑊𝑏𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1393.2 6.588.000.000
=- - +
1190800 475950865.9 475950865.9

= - 34,051 N/mm2
≤ - 0,45 Fci’ aman

92
4.1.9 Tegangan Yang Terjadi Pada Balok

a) Tegangan Akibat Berat Sendiri (MS)


Momen akibat berat sendiri, Mms = 7.498.400.000 Nmm
Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 475950865,9 mm3

Gambar 4.21 Tegangan Akibat Berat Sendiri


Tegangan beton di serat atas plat
Mms
Fac =- 𝑊𝑎𝑐
7.498.400.000
=- 868697194,4

= - 8,632 Mpa

Tegangan beton di serat atas balok


Mms
Fac = - 𝑊′𝑎𝑐
7.498.400.000
=- 1241972826

= - 6,0375 MPa
Tegangan beton di serat bawah balok
Mms
Fbc =+ 𝑊𝑏𝑐

93
7.498.400.000
=+ 475950865,9

= + 15,755 Mpa

b) Tegangan Akibat Beban Mati Tambahan (MA)

Momen akibat beban mati tambahan, MMA = 748.800.000 Nmm


Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 475950865,9 mm3

Tegangan beton di serat atas plat


Mms
Fac =- 𝑊𝑎𝑐
7.498.400.000
=- 868697194,4

= - 0,862 MPa
Tegangan beton di serat atas balok
Mms
Fac = - 𝑊′𝑎𝑐
7.498.400.000
=- 1241972826

= - 0,603 MPa
Tegangan beton di serat bawah balok
Mms
Fbc =+ 𝑊𝑏𝑐
7.498.400.000
=+
475950865,9

= + 1,573 Mpa

94
c) Tegangan Akibat Susut dan Rangkak (SR)

➢ Tegangan Akibat Susut Beton

Gaya internal yang timbul akibat susut (menurut NAASRA Bridge Design
Specification) dinyatakan dengan
Ps = Aplat x Eplat x Δεsu x n x [(1-e-cf)/cf]
Aplat = Luas penampang plat (mm2)
Eplat = modulus elastis balok
e = bilangan natural
n = Eplat/Ebalok
Aplat = Beff x h0
= 1800 x 250
= 450000 mm2
Eplat = 27081,14
E = 2,718
n = 0,756302521

Gambar 4.22 Tegangan Akibat Susut Beton

Kb = 0,905
Kc =3

95
Kd = 0,938
Kc = 0,734
Ktn = 0,2
Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 475950865,9 mm3
Eksentrisitas tendon, e’ = yac – h0/2
= 831,805 – 250/2
= 706,805 mm
Gaya internal yang timbul akibat susut
Δεsu = ε0 x kb x ke x kp
= kb x kc x kd x ke x (1 – ktn)
cf = kb x kc x kd x ke x (1 – ktn)
= 0,905 x 3 x 0,938 x 0,734 x (1 – 0.2)
= 1,495
Ps = Aplat x Eplat x Δεsu x n x [(1 – e -cf)/cf]
= 450000 x 27081,14 x 0,000334x 0,754 x [(1-2,718-1,495)/1,495]
= 1904312,29 N
= 1904,31 kN
Tegangan akibat susut yang terjadi
Tegangan beton di serat atas plat
Ps Ps .e′
Fca = 𝐴𝑐 - 𝑊𝑎𝑐
1904312,29 1904312,29 x 706,805
= -
1190800 868697194,4

= 0,0498 MPa
Tegangan di serat atas balok
Ps Ps .e′
F’ca = 𝐴𝑐 - 𝑊′𝑎𝑐
1904312,29 1904312,29 x 706,805
= -
1190800 1241972826

= 0,52 MPa

96
Tegangan beton di serat bawah balok
Ps Ps .e′
Fcb = 𝐴𝑐 - 𝑊𝑏𝑐
1904312,29 1904312,29 x 706,805
= -
1190800 475950865,9

= 4,43 MPa

➢ TEGANGAN AKIBAT RANGKAK

Gambar 4.23 Diagram Tegangan Akibat Rangkak Beton

Residual creep (menurut NAASRA Bridge Design Specification) dinyatakan


dengan persamaan:

σcr = (1 – e -cf) x ( σ2 – σ1)

σ2 = tegangan pada balok komposit pada kondisi awal sebelum kehilangan


tegangan
σ1 = tegangan pada balok komposit pada kondisi akhir setelah kehilangan
tegangan
cf = the residual creep factor
= kb x kc x kd x ke x (1 - ktn)
e = bilangan natural
= 2,72
cf = kb x kc x kd x ke x (1 – ktn)
= 0,905 x 3 x 0,938 x 0,734 x (1 – 0,2)
= 1,495

97
Pt = 17.779.181,83 N
Peff = 12.713.893,38 N
e’0 = e0 + (ybc - yb)
= 860,739 + (1518,2 – 985,739)
= 1393,2 mm
Mbalok + plat = 6.588.000.000 Nmm
Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 475950865,9 mm3

Tegangan pada balok sebelum kehilangan tegangan


Tegangan beton di serat atas plat
Pt pt .e′ 0 Mbalok +plat
Fac = - 𝐴𝑐 + –
𝑊𝑎𝑐 𝑊𝑎𝑐
17.779.181,83 17.779.181,83 x 1393,2 6.588.000.000
=- + –
1190800 868697194,4 86869714.4

= 5,99 MPa
Tegangan beton di serat atas balok
Pt pt .e′ 0 Mbalok +plat
F’ac = - 𝐴𝑐 + –
𝑊𝑎𝑐 𝑊′𝑎𝑐
17.779.181,83 17.779.181,83 x 1393,2 6.588.000.000
=- + –
1190800 1241972826 1241972826

= - 0,291 MPa
Tegangan beton di serat bawah balok
Pt pt .e′ 0 Mbalok +plat
Fbc = - 𝐴𝑐 - +
𝑊𝑏𝑐 𝑊𝑏𝑐
17.779.181,83 17.779.181,83 x 1393,2 6.588.000.000
=- - +
1190800 475950865,9 475950865.9

= - 53,132 MPa

Tegangan pada balok setelah kehilangan tegangan


Tegangan beton di serat atas plat

98
Peff pt .e′ 0 Mbalok +plat
Fac =- + –
𝐴𝑐 𝑊𝑎𝑐 𝑊𝑎𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1393.2 6.588.000.000
=- + –
1190800 868697194.4 868697194.4

= 2,13 MPa
Tegangan beton di serat atas balok
Peff pt .e′ 0 Mbalok +plat
F’ac =- + –
𝐴𝑐 𝑊′𝑎𝑐 𝑊′𝑎𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1393.2 6.588.000.000
=- + –
1190800 1241972826 1241972826

= - 1,719 MPa
Tegangan beton di serat bawah balok
Peff pt .e′ 0 Mbalok +plat
Fbc =- + –
𝐴𝑐 𝑊𝑏𝑐 𝑊𝑏𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1393.2 6.588.000.000
=- + –
1190800 475950865.9 475950865.9

= - 34,051 Mpa

Tabel 4.23 Tegangan Akibat Rangkak Beton


σ2 σ1 σ2 - σ1 (1 – e-cf) σcr
Fac 5,99 2,13 3,86 0,776 0,2
F'ac -0,291 -1,719 1,428 0,776 0,54
Fbc -53,135 -34,051 -19,081 0,776 -0,04

➢ SUPERPOSISI TEGANGAN SUSUT DAN RANGKAK

Tabel 4.24 Tegangan Akibat Susut dan Rangkak Beton


Nama Susut dan
Susut Rangkak
Tegangan Rangkak
Fca 0,05 0,2 0,25
F'ca 0,52 0,54 1,06
Fcb 4,43 -0,04 4,39

99
d) Tegangan Akibat Prategang

Gambar 4.24 Tegangan Akibat Prategang

Peff = 12.713.893,38 N
Eksentrisitas, e’0 = 1143,2 mm
Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3

Tegangan beton di serat atas plat


Peff Peff .e′ 0
Fac =- +
𝐴𝑐 𝑊𝑎𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1393.2
=- +
1190800 868697194.4

= 6,055 MPa
Tegangan beton di serat atas balok
Peff Peff x e′0
F’ac =- +
𝐴𝑐 𝑊′𝑎𝑐
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1143.2
=- +
1190800 1241972826

= 1,026 MPa
Tegangan beton di serat bawah balok
Peff Peff x e′0
Fbc =- -
𝐴𝑐 𝑊𝑏𝑐

100
12.713.893,38 12.713.893,38 x 1143,2
=- +
1190800 569775305,7

= - 36,051 Mpa

e) Tegangan Akibat Beban Lajur “D”

Gambar 4.25 Tegangan Akibat Beban Lajur

Momen akibat beban lajur “D”, MTD = 4.069.800.000 Nmm


Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3
Tegangan beton di serat atas plat
MTD
Fac =- Wac
4.069.800.000
=- 868697194,4

= -4,68 MPa
Tegangan beton di serat atas plat
MTD
F’ac = - 𝑊′𝑎𝑐
4.069.800.000
=- 12419728,6

= -3.277 MPa
Tegangan beton di serat bawah plat
MTD
Fbc = 𝐴𝑐
4.069.800.000
= 569775305,7

101
= 7,143 MPa
f) Tegangan Akibat Pejalan Kaki

Gambar 4.26 Tegangan Akibat Beban Pejalan Kaki

Momen akibat pejalan kaki, MTP = 260.000.000 Nmm


Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3

Tegangan beton di serat atas plat


MTP
Fac = - Wac
260.000.000
= - 1241972826

= - 0,209 MPa
Tegangan beton di serat atas plat
MTP
Fbc = - 𝑊𝑏𝑐
260.000.000
= - 1241972826

= -0.209 MPa
Tegangan beton di serat bawah plat
MTP
Fbc = 𝑊𝑏𝑐
260.000.000
= 569775305,7

= 0.456 Mpa

102
g) Tegangan Akibat Gaya Rem (TB)

Gambar 4.27 Tegangn Akibat Gaya Rem (TB)

Momen balok akibat gaya rem, MTB = 73.250.000 Nmm


Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3
Tegangan beton di serat atas plat
MTB
Fac =- Wac
73.250.000
= - 868697194,4

= - 0.084 MPa
Tegangan beton di serat atas plat
MTP
Fac = - 𝑊𝑏𝑐
73.250.000
= - 1241972826

= -0,059 MPa
Tegangan beton di serat bawah plat
MTD
Fbc =
𝑊𝑏𝑐
73.250.000
= 569775305.7

= 0,129 Mpa

103
h) Tegangan Akibat Beban Angin (EW)

Momen balok akibat beban angin struktur, MEWS = 384.000.000 Nmm


Momen balok akibat beban angin kendaraan, MEWI = 31.280.000 Nmm
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3
Tegangan beton di serat atas plat
MEWS
Fac =- Wac
384.000.000
= - 868697194,4

= - 0,442 MPa
Tegangan beton di serat atas plat
MEWS
F’ac =- 𝑊′𝑎𝑐
384.000.000
= - 1241972826

= -0,309 MPa

Tegangan beton di serat bawah plat


MEWS
Fbc = 𝑊𝑏𝑐
384.000.000
= 569775305.7

= 0,674 Mpa

Tegangan beton akibat beban angin kendaraan (EW1)


Tegangan beton di serat atas plat
MEW1
Fac =- Wac
31.280.000
= - 868697194,4

= - 0,036 Mpa

104
Tegangan beton di serat atas plat
MEW1
F’ac =- 𝑊′𝑎𝑐
31.280.000
= - 1241972826

= -0,025 MPa
Tegangan beton di serat bawah plat
MEW1
Fbc = 𝑊𝑏𝑐
31.280.000
=
569775305,7

= 0,055 Mpa

i) Tegangan Akibat Beban Gempa (EQ)

Gambar 4.28 Tegangan Akibat Beban Gempa

Momen akibat beban gempa, MEWI = 267.960.000 Nmm


Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3
Tegangan beton di serat atas plat
MEQ
Fac =- Wac
267.960.000
= - 868697194,4

= - 0,3085 MPa
Tegangan beton di serat atas plat
MEQ
F’ac = - 𝑊′𝑎𝑐

105
267.960.000
= - 1241972826

= - 0,216 MPa
Tegangan beton di serat bawah plat
MEQ
Fbc = 𝑊𝑏𝑐
267.960.000
= 569775305.7

= 0,47 Mpa

j) Tegangan Akibat Pengaruh Temperatur (ET)

Gaya internal akibat perbedaan temperature

Pt = At x Ebalok x β x (Ta + Tb)/2

di mana:
At = Luas tampang yang ditinjau
Ta = Perbedaan temperatur gradient bagian atas
Tb = Perbedaan tempertur gradient bagian bawah

Gaya internal akibat perbedaan temperature, Pt = At x Ec x β x (Ta + Tb)/2


Modulus elastis balok, Ec = 27081,14 MPa
Perbedaan temperature, ΔT = α x L x (Tmax design – Tmin design)
= 11 x 10-6 x 40000 x (40 – 15)
= 11 °C

106
Gambar 4.29 Tegangan Akibat Pengaruh Temperatur (ET)

Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
W’ac = 1241972826 mm3
Wbc = 569775305,7 mm3
yac = 831,805 mm
ybc = 1268,2 mm
Beff = 1360 mm
h = 2100 mm

107
Tabel 4.25 Tegangan Akibat Pengaruh Temperatur
Temperatur Lengan Terhadap Titik
Lebar Tinggi Gaya
No Luas (Ta + Tb)/2 Berat Penampang Balok Zi Momen
(m) (m) (kg)
Atas Bawah Komposit
ℎ0
0 1,36 0,25 0,34 11 6 8,5 860,909 Z0 = yac – ( ) 0,707 608,495
2
ℎ1
1 0,64 0,07 0,045 6 5,3 5,65 75,403 Z1 = yac – h0 - ( ) 0,547 41,231
2
ℎ2
2 0,8 0,13 0,104 5,3 4 4,65 144,061 Z2 = yac – h0 – h1 - ( ) 0,447 64,367
2
ℎ3
3 0,3 0,12 0,036 4 2,8 3,4 36,462 Z3 = yac – h0 – h1 – h2 - ( ) 0,342 12,463
2

Z4 = yac – h0 – h1 – h2 – h3 -
ℎ4
4 0,2 0,85 0,17 2,8 0 1,4 70,898 ( ) 0,043 3,062
2

jumlah 1187,73 729,618

Eksentrisitas, ep = ΣMpt/ΣPt
= 729,618/1187,73
= 0,614 m
Tegangan yang terjadi akibat perbedaan temperature
Tegangan beton di serat atas plat
∑𝑃𝑡 ∑𝑃𝑡 𝑥 𝑒0
Fca = - Ebalok x β x ΔT + 𝐴𝑐
+ 𝑊𝑎𝑐
11647.652405 11647.652405 𝑥 614
= - 27081,14 x 0,000011 x 11 + 1190800
+ 868697194.4

= - 3,259 MPa
Tegangan beton di serat atas balok
∑𝑃𝑡 ∑𝑃𝑡 𝑥 𝑒0
Fca = - Ebalok x β x ΔT + 𝐴𝑐
+ 𝑊′𝑎𝑐
11647.652405 11647.652405 𝑥 614
= - 27081,14 x 0,000011 x 11 + 1190800
+ 1241972826

= - 3,2613 MPa
Tegangan beton di serat bawah balok
∑𝑃𝑡 ∑𝑃𝑡 𝑥 𝑒0
Fcb = 𝐴𝑐
- 𝑊𝑏𝑐
11647.652405 11647.652405 𝑥 614
= 1190800
+ 569775305.7

= - 0,00277 MPa

108
k) Kontrol Tegangan Akibat Kombinasi Pembebanan

Mutu beton = K – 500


Kuat tekan beton, fc’ = 0,83 x K x 100
= 41500 kPa
Tegangan ijin tekan beton, Fc’ = -0,45 x fc’
= -18,675 kPa
Tegangan ijin tarik beton, Fc = 0,50 x √𝑓𝑐′
= 101,86 kPa

109
Tabel 4.26 Kontrol Tegangan Terhadap Kombinasi Pembebanan
Kombinasi Pembebanan
Jenis Beban Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Daya Daya Daya Daya
Ekstrem 1 Ekstrem 2
1 2 3 4 5 Layan 1 Layan 2 Layan 3 Layan 4
Beban Mati (MS) v v v v v v v v v v v
Beban Mati
v v v v v v v v v v v
Tambahan (MA)
Beban Susut
v v v v v v v v v v v
Rangkak (SR)
Beban Prategang
v v v v v v v v v v v
(PR)
Beban Lajur
v v v v v v v
(TD)
Beban Pejalan
v v v v v v v
Kaki (TP)
Beban Rem (TB) v v v v v v v
Beban Angin
(EW)
Beban Angin
1 v v
Pada Struktur (Ews)
Beban Angin
2 v v
Pada Kendaraan (EWI)
Beban Gempa
v
(EQ)
Beban Temperatur
v v v v v v
(TG)

110
Tabel 4.27 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan Kuat 1 – 3
Kuat (MPa)
Tegangan (MPa)
Jenis Beban Kuat 1 Kuat 2 Kuat 3

Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb


Beban Mati - -
15,755
(MS) 8,632 6,0375
Beban Mati -
Tambahan -0,603 1,573
0,862
(MA)
Beban Susut
0,25 1,06 4,39
Rangkak (SR)
Beban
Prategang -
6,055 1,026
36,186
(PR)
Beban Lajur -
-3,277 7,143
(TD) 4,685
Beban Pejalan -
-0,209 0,456
Kaki (TP) 0,299
Beban Rem -
-0,059 0,129
(TB) 0,084
Beban Angin - - - - - - - - -
(EW) 12,312 10,936 0,5583 10,285 9,5179 3,6494 3,8078 4,9871 13,524
Beban
Angin
-
1 Pada -0,309 0,674
0,442
Struktur
(Ews)
Beban
Angin
-
2 Pada -0,025 0,055
0,036
Kendaraan
(EWI)
Beban Gempa -
-0,216 0,47
(EQ) 0,309
Beban
Temperatur -
-3,261 -0,003
3,259
(TG)

di mana: Fc’≤ -0,45 x fc’ (OK)


Fc ≤ 0,50 x √fc’ (OK)

111
Tabel 4.28 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan Kuat 4 – 5
Kuat (MPa)
Tegangan (MPa)
Jenis Beban Kuat 4 Kuat 5

Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb


- -
15,755
Beban Mati (MS) 8,632 6,0375
Beban Mati -
-0,603 1,573
Tambahan (MA) 0,862
Beban Susut
0,25 1,06 4,39
Rangkak (SR)
Beban Prategang -
6,055 1,026
(PR) 36,186
Beban Lajur -
-3,277 7,143
(TD) 4,685
Beban Pejalan -
-0,209 0,456
Kaki (TP) 0,299
-
-0,059 0,129
Beban Rem (TB) 0,084
Beban Angin
(EW) - - - - - -
3,189 4,5545 14,468 3,225 4,5797 14,413
Beban
Angin
-
1 Pada -0,309 0,674
0,442
Struktur
(Ews)
Beban
Angin
-
2 Pada -0,025 0,055
0,036
Kendaraan
(EWI)
Beban Gempa -
-0,216 0,47
(EQ) 0,309
Beban
Temperatur -
-3,261 -0,003
3,259
(TG)

di mana: Fc’≤ -0,45 x fc’ (OK)


Fc ≤ 0,50 x √fc’ (OK)

112
Tabel 4.29 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan Ekstrem 1 - 2
Kuat (MPa)
Tegangan (MPa)
Jenis Beban Ekstrem 1 Ekstrem 2

Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb


- -
15,755
Beban Mati (MS) 8,632 6,0375
Beban Mati -
-0,603 1,573
Tambahan (MA) 0,862
Beban Susut
0,25 1,06 4,39
Rangkak (SR)
Beban Prategang -
6,055 1,026
(PR) 36,186
Beban Lajur -
-3,277 7,143
(TD) 4,685
Beban Pejalan -
-0,209 0,456
Kaki (TP) 0,299
-
-0,059 0,129
Beban Rem (TB) 0,084
Beban Angin
(EW) - - - - - -
6,0316 6,5432 10,134 5,7231 6,3272 10,604
Beban
Angin
-
1 Pada -0,309 0,674
0,442
Struktur
(Ews)
Beban
Angin
-
2 Pada -0,025 0,055
0,036
Kendaraan
(EWI)
Beban Gempa -
-0,216 0,47
(EQ) 0,309
Beban
Temperatur -
-3,261 -0,003
3,259
(TG)

di mana: Fc’≤ -0,45 x fc’ (OK)


Fc ≤ 0,50 x √fc’ (OK)

113
Tabel 4.30 Kontrol Tegangan terhadap Kombinasi Pembebanan Daya Layan 1 - 4
Kuat (MPa)
Tegangan (MPa)
Jenis Beban Daya Layan 1 Daya Layan 2 Daya Layan 3 Daya Layan 4

Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb Fa F'ac Fb


-
-6,0375 15,755
Beban Mati (MS) 8,632
Beban Mati -
-0,603 1,573
Tambahan (MA) 0,862
Beban Susut
0,25 1,06 4,39
Rangkak (SR)
Beban Prategang
6,055 1,026 -36,186
(PR)
Beban Lajur -
-3,277 7,143
(TD) 4,685
Beban Pejalan -
-0,209 0,456
Kaki (TP) 0,299
-
-0,059 0,129
Beban Rem (TB) 0,084 - - - - - - - - - - - -
Beban Angin 11,035 11,419 9,5038 10,89 10,826 7,2391 10,045 10,726 11,013 4,6104 6,4338 16,813
(EW)
Beban Angin
Pada -
1 -0,309 0,674
Struktur 0,442
(Ews)
Beban Angin
Pada -
2 -0,025 0,055
Kendaraan 0,036
(EWI)
Beban Gempa -
-0,216 0,47
(EQ) 0,309
Beban Temperatur -
-3,261 -0,003
(TG) 3,259

114
4.1.10 Perhitungan Sengkang

Gambar 4.30 Plat Angkur

Gambar 4.31 Sengkang Untuk Bursting Force

Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah vertical,


ra = a1/a
Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah horizontal,
rb = b1/b
Kekuatan gaya untuk sengkang arah vertical :
Pbta = 0,30 x (1 – ra) x Pj
Kekuatan gaya untuk sengkang arah vertical :
Pbtb = 0,30 x (1 – rb) x Pj
Luas tulangan sengkang arah vertical :
Asb = Pbta / (0,85 x fs)
Luas tulangan sengkang arah horizontal
Arb = Pbtb / (0,85 x fs)

115
di mana :
Fs = tegangan ijin baja sengkang
Mutu baja sengkang = U – 32
Tegangan leleh baja sengkang, fy = 320000 kPa
Tegangan ijin baja sengkang, fs = 0,578 x fy
= 184960 kPa
Digunakan sengkang tertutup berdiameter = 2D13
Luas penampang sengkang, As = 2 x π/4 x D2
= 2 x 3,14/4 x 132
= 265,465 mm2
Jumlah sengkang arah vertical yang diperlukan, n = Ara / Ars
Jumlah sengkang arah horizontal yang diperlukan, n = Arb / As

Tabel 4.31 Perhitungan Sengkang Arah Vertikal


Angkur Hidup Angkur Mati
No VSL VSL Jumlah
Pj a1 a ra Pbta Ara
Kabel Sc Dim P Dim Sengkang
(Ton) (mm) (Ton) (mm)
1 19 265 19 250 4.444,80 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457
2 19 265 19 250 4.444,81 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457
3 19 265 19 250 4.444,82 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457
4 19 265 19 250 4.444,83 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457

116
Tabel 4.32 Perhitungan Sengkang Arah Horisontal
Angkur Hidup
Angkur Mati VSL
No VSL Jumlah
Pj b1 b rb Pbtb Arb
Kabel Sc Dim P Dim Sengkang
(Ton) (mm) (Ton) (mm)
1 19 265 19 250 4.444,80 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457

2 19 265 19 250 4.444,81 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457

3 19 265 19 250 4.444,82 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457

4 19 265 19 250 4.444,83 250 340 0,735 352,97 0,00225 8,457

a) Jumlah Sengkang Yang Digunakan

Gambar 4.32 Jumlah Sengkang yang digunakan

Tabel 4.33 Jumlah Sengkang yang Digunakan Untuk Bursting Force


Angkur Hidup VSL Angkur Mati VSL
No Jumlah
Dim P
Kabel Sc (Ton) Dim (mm) Sengkang
(mm) (Ton)
1 19 265 19 250 10
2 19 265 19 250 10
3 19 265 19 250 10
4 19 265 19 250 10

117
b) Tinjauan Terhadap Geser

Gambar 4.33 Tinjaun Terhadap Geser

V = Gaya geser akibat beban


M = Momen akibat beban

Eksentrisitas tendon :
E =Y
= 4 x f x X/L2 x (L-X)

Sudut kemiringan tendon :


α = ATAN x [4 x f x (L-2 x X)/L2 )
Koefissien gaya arah x :
Px = Peff x cos α
Py = Peff x sin α
Resultan gaya geser:
Vr = V - Py
Tegangan geser yang terjadi:
fv = Vr x Sx / (b x Ix)
Untuk tinjauan geser di atas garis netral :
Tegangan beton di serat atas :
𝑃𝑥 𝑃𝑥 . 𝑒 𝑀
Fa =- + - 𝑊𝑎
𝐴 𝑊𝑎

118
Sudut bidang geser :
γ = ½ x ATAN x (2 x fv/fa)
Jarak sengkang yang diperlukan:
as = fa x At / (fv x b x tan γ)
Tegangan beton di serat bawah:
𝑃𝑥 𝑃𝑥 . 𝑒 𝑀
Fb =- + - 𝑊𝑏
𝐴 𝑊𝑏

Sudut bidang geser :


γ = ½ x ATAN x (2fy/fb)
Jarak sengkang yang diperlukan:
as = fb x At / (fv x b x tan γ)
di mana:
At = Luas tulangan geser

Untuk tulangan geser digunakan sengkang berdiameter D 13


At = π/4 x D2
= 132,73 mm2
f = 0,874 m
L = 40 m
Peff = 12.713.893,3 N
b = 0,30 m
A = 850,800 mm2
Ix = 4,83083E+11 mm4
Sx = 0,255687 m3
Wa = 433545546,4 mm3
Wb = 490071523,1 mm3

119
Tabel 4.34 Tinjauan Geser Di Atas Garis Netral
Kombinasi Kuat 1 Pers. (1) Pers. (2) Pers. (3) Pers. (4) Pers. (5) Pers. (6) Pers. (7) Pers. (8) Pers. (9)
X Momen M
Geser V (N)
(Nmm) e a Px Py Vr fv fa y as
0 0 1.492.957,27 0 0,087 12665561 1107541 385417 0,68 -14,89 -0,046 212,91
1000 1.464.999.000 1.423.866,27 85,259 0,083 12670249 1052553 371313 0,66 -15,78 -0,041 257.65
2000 2.860.907.000 1.354.775,27 166,146 0,079 12674702 997506 357269 0,63 -16,64 -0,038 309,35
3000 4.187.724.000 1.285.684,27 242,66 0,074 12678918 942402 343282 0,61 -17,47 -0,035 369,08
4000 5.445.450.000 1.216.593,27 314,802 0,07 12682897 887245 329348 0,58 -18,26 -0,032 438,13
5000 6.634.085.000 1,147,502,27 382,572 0,066 12686639 832038 315464 0,56 -19,02 -0,029 518,06
6000 7.753.629.000 1.078.411,27 445,97 0,061 12690142 776783 301628 0,53 -19,75 -0,027 610,79
7000 8.804.082.000 1.009.320,27 504,995 0,057 12693406 721484 287836 0,51 -20,44 -0,025 718,71
8000 9.785.444.000 940.229,27 559,648 0,052 12696430 666144 274085 0,48 -21,10 -0,023 844,82
9000 10.697.715.000 871.138,27 609,929 0,048 12699215 610766 260372 0,46 -21,74 -0,021 992,90
10000 11.540.895.000 802.047,27 655,838 0,044 12701758 555353 246694 0,44 -22,34 -0,02 1167,8
11000 12.314.984.000 732.956,27 697,374 0,039 12704061 499908 233048 0,41 -22,90 -0,018 1375,85
12000 13.019.982.000 663.865,27 734,538 0,035 12706123 444435 219430 0,39 -23,44 -0,017 1625,33
13000 13.655.889.000 594.774,27 767,33 0,031 12707943 388936 205838 0,36 -23,94 -0,015 1927,38
14000 14.222.705.000 525.683,27 795,75 0,026 12709521 333415 192268 0,34 -24,42 -0,014 2297,17
15000 14.720.430.000 456.592,27 819,797 0,022 12710856 277875 178717 0,32 -24,86 -0,013 2755,80
16000 15.149.064.000 387.501,27 839,472 0,017 12711949 222319 165182 0,29 -25,27 -0,012 3333,39
17000 15.508.607.000 318.410,27 854,775 0,013 12712800 166751 151660 0,27 -25,65 -0,010 4074,02
18000 15.799.059.000 249.319,27 865,706 0,009 12713407 111172 138147 0,24 -26,00 -0,009 5044,39
19000 16.020.420.000 180.228,27 872,264 0,004 12713772 55587.8 124640 0,22 -26,32 -0,008 6349,25
20000 16.172.690.000 -111.126,73 874,451 0 12713893 0 -111127 -0,20 -26,60 0,007 8162,42

120
Tabel 4.35 Tinjauan Geser Di Bawah Garis Netral
Pers.
Pers. (1) Pers. (2) Pers. (3) Pers. (4) Pers. (5) Pers. (6) Pers. (8) Pers. (9)
Kombinasi Kuat 1 (7)
X
Momen M
Geser V (N) e
(Nmm) a Px Py Vr fv fa y as
0 0 1.492.957,27 0 0,087 12665561 1107541 385417 0,68 -14,89 -0,046 212,9
1000 1.464.999.000 1.423.866,27 85,259 0,083 12670249 1052553 371313 0,66 -15,68 -0,042 254,3
2000 2.860.907.000 1.354.775,27 166.146 0,079 12674702 997506 357269 0,63 -16,44 -0,038 301,9
3000 4.187.724.000 1.285.684,27 242.66 0,074 12678918 942402 343282 0,61 -17,17 -0,035 356,7
4000 5.445.450.000 1.216.593,27 314.802 0,07 12682897 887245 329348 0,58 -17,87 -0,033 419,8
5000 6.634.085.000 1,147,502,27 382.572 0,066 12686639 832038 315464 0,56 -18,55 -0,030 492,6
6000 7.753.629.000 1.078.411,27 445.97 0,061 12690142 776783 301628 0,53 -19,19 -0,028 576,8
7000 8.804.082.000 1.009.320,27 504.995 0,057 12693406 721484 287836 0,51 -19,80 -0,026 674,7
8000 9.785.444.000 940.229,27 559.648 0,052 12696430 666144 274085 0,48 -20,39 -0,024 788,7
9000 10.697.715.000 871.138,27 609.929 0,048 12699215 610766 260372 0,46 -20,95 -0,022 922,5
10000 11.540.895.000 802.047,27 655.838 0,044 12701758 555353 246694 0,44 -21,48 -0,020 1080,2
11000 12.314.984.000 732.956,27 697.374 0,039 12704061 499908 233048 0,41 -21,98 -0,019 1267,6
12000 13.019.982.000 663.865,27 734.538 0,035 12706123 444435 219430 0,39 -22,46 -0,017 1492,2
13000 13.655.889.000 594.774,27 767,33 0,031 12707943 388936 205838 0,36 -22,90 -0,016 1763,8
14000 14.222.705.000 525.683,27 795.75 0,026 12709521 333415 192268 0,34 -23,32 -0,015 2096,1
15000 14.720.430.000 456.592,27 819.797 0,022 12710856 277875 178717 0,32 -23,71 -0,013 2508,0
16000 15.149.064.000 387.501,27 839.472 0,017 12711949 222319 165182 0,29 -24,08 -0,012 3026,6
17000 15.508.607.000 318.410,27 854.775 0,013 12712800 166751 151660 0,27 -25,41 -0,011 3691,2
18000 15.799.059.000 249.319,27 865.706 0,009 12713407 111172 138147 0,24 -24,72 -0,010 4561,7
19000 16.020.420.000 180.228,27 872.264 0,004 12713772 55587.8 124640 0,22 -25,00 -0,009 5732,1
20000 16.172.690.000 -111.126,73 874.451 0 12713893 0 -111127 -0,20 -25,26 0,008 7358,1

121
c) Jarak Sengkang Yang Digunakan

4. 4.36 Tinjauan Geser Di Bawah Garis Netral


Jarak Sengkang D 13
X Tinjauan Tinjauan Jarak Yang
Geser - 1 Geser - 2 Diambil
1 212,91 212,91 50
2 257,65 254,32 50
3 309,35 301,94 50
4 369,08 356,71 100
5 438,13 419,80 100
6 518,06 492,60 150
7 610,79 576,83 150
8 718,71 674,65 150
9 844,82 788,73 150
10 992,90 922,47 200
11 1167,80 1080,22 200
12 1375,85 1267,64 200
13 1625,33 1492,18 200
14 1927,38 1763,80 200
15 2297,17 2096,11 200
16 2755,80 2508,03 200
17 3333,39 3026,55 200
18 4074,02 3691,19 200
19 5044,39 4561,74 200
20 6349,25 5732,10 200

Gambar 4.34 Jarak Sengkang Yang Digunakan

122
Gambar 4.35 Potongan Melintang PCI Girder Dengan Sengkang

4.1.11 Perhitungan Penghubung Geser (Shear Connector)

Gambar 4.36 Penghubung Geser (Shear Connector)

Tegangan geser horisontal yang disebabkan gaya lintang di penampang yang ditinjau
dihitung dengan rumus:

fv = Vi * Sx / (bv * IXC)

di mana:
Vi = Gaya lintang pada penampang
Sx = Momen statis luasan plat terhadap titik berat penampang komposit
bv = Lebar bidang gesek

123
beff = Lebar efektif Pelat
h0 = Tebal Pelat
IXC = Inersia penampang balok komposit

Luas total shear connector

Ast = ns * As

di mana:
ns = Jumlah shear connector
As = luas satu shear connector

Jarak antara shear connector, dihitung dengan rumus:

as = fs * Ast * kt / (fv * bv)

di mana:
kr = Koefisien gesek pada bidang kontak (1 – 1.4)
fa = Tegangan ijin baja shear connector
fs = 0,578 * fy
fci = Tegangan ijin beton balok komposit

Jika fy > 0.2 * fci, maka penampang harus diperbesar


beff = 1,36 m
h0 = 0,25 m
bv = 0,64 m
yac = 831,805 mm
IXC = 722586000000 mm4

124
Mutu Beton = K-500
Kuat tekan beton, fc’ = 0,83 * K * 100
= 41500 kPa
Tegangan ijin beton, fci = 0,30 * fc’
= 12450 kPa
Tegangan ijin geser, fvi = 0,20 * fc’
= 2490 kPa
Mutu Baja = U-32
Tegangan leleh, fy = U * 104
= 320000 kPa
Tegangan ijin, fs = 0,578 * fy
= 184860 kPa
Untuk shear connector digunakan tulangan = D 13
Jumlah besi tulangan, ns =2

As = 𝜋/4*D2
= 132,732 mm2
Ast = ns * As
= 265,464 mm2
Sx = beff * h0 * (yac – h0/2)
= 1360 * 250 * (831,805 – 250/2)
= 240313700 mm3

125
Tabel 4.36 Perhitungan Jarak Shear Connector
Kombinasi Kombinasi Kombinasi Diambil Jarak
Kontrol
Kuat 1 Kuat 1 Kuat 1 Shear
X
Vi fv as Connector
fvi = 2490
(N) (Mpa) (mm)
0 1.492.957,27 0,776 ≤ fvi (Aman) 98,84 50
1000 1.423.866,27 0,740 ≤ fvi (Aman) 103,63 50
2000 1.354.775,27 0,704 ≤ fvi (Aman) 108,92 50
3000 1.285,684,27 0,668 ≤ fvi (Aman) 114,77 50
4000 1.216.593,27 0,632 ≤ fvi (Aman) 121,29 50
5000 1.147.502,27 0,596 ≤ fvi (Aman) 128,59 50
6000 1.078.411,27 0,560 ≤ fvi (Aman) 136,83 100
7000 1.009.320,27 0,524 ≤ fvi (Aman) 146,19 100
8000 940.229,27 0,489 ≤ fvi (Aman) 156,94 100
9000 871.138,27 0,453 ≤ fvi (Aman) 169,38 100
10000 802.047,27 0,417 ≤ fvi (Aman) 183,98 100
11000 732.956,27 0,381 ≤ fvi (Aman) 201,32 150
12000 663.865,27 0,345 ≤ fvi (Aman) 222,27 150
13000 594.774,27 0,309 ≤ fvi (Aman) 248,09 150
14000 525.683,27 0,273 ≤ fvi (Aman) 280,70 150
15000 456.592,27 0,237 ≤ fvi (Aman) 323,17 150
16000 387.501,27 0,201 ≤ fvi (Aman) 380,79 200
17000 318.410,27 0,165 ≤ fvi (Aman) 463,42 200
18000 249.319,27 0,130 ≤ fvi (Aman) 591,84 200
19000 180.228,27 0,094 ≤ fvi (Aman) 818,72 200
20000 -111.126,73 -0,06 ≤ fvi (Aman) -1327,83 200

126
4.1.12 Lendutan PCI Girder

a) Lendutan Pada Balok Prestress Sebelum Komposit

Ebalok = 3,57E+04 Mpa


Ix = 4,83083E+11 mm4
L = 40000 mm

1. Lendutan Pada Keadaan Awal (Transfer)

Pt = 17.779.181,83 N
Mbalok = 4.338.000.000 Nmm
es = 860,739

Qt = 8 * Pt * es/L2
= 8 * 17.779.181,83 * 860,739 / 400002
= 21,69 N/mm

𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)


= -105,968 mm ≤ L/240 (OK)

2. Lendutan Saat Kehilangan Tegangan

Peff = 12.713.893,38 N
Mbalok = 4.338.000.000 Nmm
es = 860,739 mm

Qeff = 8 * Peff * es/L2


= 8 * 12.713.893,38 * 860,739 / 400002
= 54,717 N/mm

127
Qbalok = 8 * Mbalok/L2
= 8 * 4.338.000.000/ 400002
= 21,69 N/mm

𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)


= -63,835 mm ≤ L/240 (OK)

3. Lendutan Setelah Pelat Selesai Dicor

Peff = 12.713.893,38 N
Mbalok = 4.338.000.000 Nmm
es = 860,739 mm

Qeff = 8 * Peff * es/L2


= 8 * 12.713.893,38 * 860,739 / 400002
= 54,717 N/mm

Qbalok + pelat = 8 * Mbalok+pelat/L2


= 8 * 6.588.000.000/ 400002
= 32,94 N/mm

𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)


= -42,091 mm ≤ L/240 (OK)

4. Lendutan Setelah Pelat dan Balok Menjadi Komposit

Peff = 12.713.893,38 N
Mbalok + pelat = 6.588.000.000 Nmm
e’s = es + (Ybc – Yb)
= 860,739 + (1518,2- 985,739)

128
= 1393,2 mm
Ixc = 7,22586E+11 mm4

Qeff = 8 * Peff * es/L2


= 8 * 12.713.893,38 * 1393,2 / 400002
= 88,565 N/mm
Qbalok + pelat = 8 * Mbalok+pelat/L2
= 8 * 6.588.000.000/ 400002
= 32,94 N/mm
𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= -72,313 mm ≤ L/240 (OK)

b) Lendutan Pada Balok Prestress Setelah Komposit

Ebalok = 3,57E+04 Mpa


Ixc = 7,22586E+11 mm4
L = 40000 mm
Peff = 12.713.893,38 N
e’s = 1393,2 mm
Ac = 1190800 mm2
Wac = 868697194,4 mm3
Wbc = 475950865,9 mm3

1. Lendutan Akibat Berat Sendiri (MS)

Qms = 37,492 N/mm


𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= 48,466 mm ≤ L/240 (OK)

129
2. Lendutan Akibat Beban Mati Tambahan (MA)

Qms = 3,744 N/mm


𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= 4,838 mm ≤ L/240 (OK)

3. Lendutan Akibat Prestress (PR)

Peff = 12.713.893,38 N
e’s = 1393,2 mm
𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= -114,441 mm ≤ L/240 (OK)

4. Lendutan Akibat Susut dan Rangkak (SR)

➢ Lendutan Akibat Susut


Ps = 1904312.29 N
e’ = 706,805 mm
QPS = 8 * Ps * e’ / L2
= 6730 N/mm
𝛿 = 5/384 * (-Qt + Qbalok) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= 8698 mm ≤ L/240 (OK)

➢ Lendutan Akibat Rangkak


Lendutan pada balok setelah plat lantai selesai dicor (beton muda), 𝛿 1
= -42,091 mm
Lendutan pada balok setelah plat lantai selesai dicor (beton muda), 𝛿 2
= -72,313 mm
Lendutan akibat rangkak, 𝛿 = 𝛿2 - 𝛿1
= -30,222 mm

130
Lendutan (superposisi) akibat susut dan rangkak, 𝛿 = -21,526 mm ≤
L/240 (OK)

5. Lendutan Akibat Beban Lajur “D”

QTD = 14,175 N/mm


PTD = 123,480 N
𝛿 = 1/48 * (PTD) * L3 / ( Ebalok * IXC) + 5/384 * (QTD) * L4 / (Ebalok
* IXC)
= 24,698 mm ≤ L/240 (OK)

6. Lendutan Akibat Gaya Rem (TB)

MTB = 73.250.000 N/mm


𝛿 = 0,0642 * (MTB) * L2 / (Ebalok * IXC)
= 0,292 mm ≤ L/240 (OK)

7. Lendutan Akibat Beban Pejalan Kaki (TP)

MTP = 260.000.000 N/mm


𝛿 = 0,0642 * (MTP) * L2 / (Ebalok * IXC)
= 1,0353 mm ≤ L/240 (OK)

8. Lendutan Akibat Pengaruh Temperatur (ET)

∑P1 = 1187,73 kG
= 11647,652 N
ep = 570 mm
𝛿 = 0,0642 * ∑P1 * ep * L2 / (Ebalok * IXC)
= 0,0264 mm ≤ L/240 (OK)

131
9. Lendutan Akibat Beban Angin (EW)

➢ Lendutan Akibat Beban Angin Struktur (Ews)


QEws = 1,92 N/mm
𝛿 = 5/384 * (QEws) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= 2,481 mm ≤ L/240 (OK)

➢ Lendutan Akibat Beban Angin Kendaraan (EW1)


QEW1 = 0,1564 N/mm
𝛿 = 5/384 * (QEW1) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= 0,2021 mm ≤ L/240 (OK)

10. Lendutan Akibat Beban Gempa (EQ)


QEQ = 1,3398 N/mm
𝛿 = 5/384 * (QEQ) * L4 / ( Ebalok * Ix)
= 1,731 mm ≤ L/240 (OK)

4.1.13 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Beban

Lendutan maksimum yang diijinkan, 𝛿 = L/300


= 133,333 m

132
133
Tabel 4.37 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat 1
Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1
𝛿
48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -35,837 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.38 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat II


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1
𝛿
48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -46,248 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.39 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat III


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -79,210 ≤ L/300 (OK)

134
Tabel 4.40 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat IV
Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -82,683 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.41 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Kuat V


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -82,481 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.42 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Ekstrem I


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -67,939 ≤ L/300 (OK)

135
Tabel 4.43 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Ekstrem II
Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -69,670 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.44 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan I


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -56,442 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.45 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan II


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -48,850 ≤ L/300 (OK)

136
Tabel 4.46 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan III
Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 61,850 ≤ L/300 (OK)

Tabel 4.47 Kontrol Lendutan Terhadap Kombinasi Daya Layan IV


Beban Beban Beban Beban
Berat Beban Beban Gaya Beban Beban Beban Lendutan
Mati Susut Angin Angin
Lendutan Pejalan
Sendiri Tambahan Rangkak Prategang Lajur Rem Temperatur Struktur Kendaraan Gempa Kombinasi Keterangan
Kaki
(MS) (MA) (SR) (PR) (TD) (TB) (TP) (ET) (Ews) (EWI) (EQ) Kuat 1

48,446 4,838 -21,526 -114,441 24,698 0,292 1,0353 0,0264 2,481 0,2021 1,731 -80,946 ≤ L/300 (OK)

137
4.2 Perhitungan Balok Pelengkung

a) Data Balok Pelengkung


➢ Bahan Struktur :
Kuat Tekan Beton, fc’ = 41,5 Mpa
Tegangan leleh baja (deform) untuk tulangan lentur, fy = 400 Mpa
Tegangan leleh baja (polos) untuk tulangan geser, fy = 240 Mpa

➢ Dimensi Balok
Lebar balok, b = 1400 mm
Tinggi balok, h = 2000 mm
Diameter tulangan (deform) yang digunakan, D = 25 mm
Diameter tulangan (polos) yang digunakan, P = 16 mm
Tebal Bersih selimut beton, ts = 40 mm

b) Perhitungan Tulangan
Untuk : fc’ > 30 Mpa
b1 = 0,85 – 0,05 x (fc’ – 30) / 7
= 0,767857143
Faktor bentuk distribusi tegangan beton,
b1 = 0,767857143
Rasio Tulangan pada kondisi balance,
rb = b1 x 0,85 x fc’ / fy x 600 / (600 + fy)
= 0,0406
Faktor tahanan momen maksimum,
Rmax = 0,75 x rb x fy x [1 – ½ x 0,75 x rb x fy / (0,85 x fc’)
= 10,0829
Faktor reduksi kekuatan lentur,
f = 0,80

138
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton,
ds = ts + Æ + D/2
= 68,50 mm
Jumlah tulangan dlm satu baris,
ns = ( b - 2 x ds) / ( 25 + D )
= 25,26
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris,
ns = 20 bh
Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,
x = ( b - ns x D - 2 x ds ) / ( ns - 1 )
= 26,58 mm
Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan,
y = D + 25
= 50 mm

Gambar 4.37 Balok Bertulang

139
1. Momen Dan Gaya Geser Rencana Balok D1 dan D14
Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 1822 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 911 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 195 kNm

a. Tulangan Momen Positif


Momen positif nominal rencana,
Mn = Mu + / f
= 22767,5 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn * 106 / ( b * d2 )
= 0,451 mm
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0.85 x fc’ ) ]
= 0,00113
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1,4 / fy
= 0,0035

140
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0.\,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =r*b*d
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 * D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.48 Tulangan Positif D1 dan D14


Juml.
Baris Jumlah Jarak Jarak
ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 110 perkiraan d’(OK)

141
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As * fy / ( 0,85 * fc' * b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy * ( d - a / 2 ) * 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu +
6523,648 > 1822 Aman (OK)

b. Tulangan Momen Negatif


Momen negatif nominal rencana,
Mn = Mu - / f
= 1138,750 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,225
Rn < Rmax (OK)

142
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00057
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1.4 / fy
= 0,0035
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan,
22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

143
Tabel 4.49 Tulangan Negatif D1 dan D 14

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0.85 x fc' x b )
= 87,470 mm
Momen nominal,
Mn = As * fy * ( d - a / 2 ) * 10-6
= 8154,56 kNm

Tahanan momen balok,


f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 911,000 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 195 kN

144
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,85 kN
Kuat geser sengkang,
Vs = 195 kN
Digunakan sengkang berpenampang :
2 P 16
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 940,35 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang,
2 P 16 250

145
2. Momen dan Gaya Geser Rencana Balok D2 dan D13
Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 1351 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 675 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 195 kNm

a. Tulangan Momen Positif


Momen positif nominal rencana,
Mn = Mu + / f
= 1688,750 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900,00 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,3341 mm
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00084
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1,4 / fy
= 0,0035

146
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 * D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.50 Tulangan Positif D2 dan D13

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 100 perkiraan d’(OK)

147
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As * fy / ( 0,85 * fc' * b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy * ( d - a / 2 ) * 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f x Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f x Mn ≥ Mu+
6523,648 > 1351 Aman (OK)

b. Tulangan Momen Negatif


Momen negatif nominal rencana,
Mn = Mu - / f
= 843,750 Nm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm

Faktor tahanan momen,


Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,1669
Rn < Rmax (OK)

148
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

149
Tabel 4.51 Tulangan Negatif D2 dan D13

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0.85 x fc' x b )
= 87,470 mm
Momen nominal,
Mn = As x fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 911 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 370 kN

150
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,585 kN
Kuat geser sengkang,
Vs = 370 kN
Digunakan sengkang berpenampang, 2 P 16
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 495,59 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang, 2 P 16 250

151
3. Momen dan Gaya Geser Rencana Balok D3 dan D12
Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 391 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 783 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 386 kNm

a. Tulangan Momen Positif


Momen positif nominal rencana,
Mn = Mu + / f
= 488,750 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967 mm
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1.4 / fy
= 0,00350

152
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.52 Tulangan Positif D3 dan D12

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
S [ ni * yi ]
n= 22 = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 100 perkiraan d’(OK)

153
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f x Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f x Mn ≥ Mu+
6523,648 > 1351,000 Aman (OK)

b. Tulangan Momen Negatif


Momen negatif nominal rencana,
Mn = Mu - / f
= 488,750 Nm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]

154
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)
Tabel 4.53 Tulangan Negatif D2 dan D13

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

155
Letak titik berat tulangan,
d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )
= 87,470 mm
Momen nominal,
Mn = As x fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 783,000 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 386 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,585 kN

156
Kuat geser sengkang,
Vs = 370 kN
Digunakan sengkang berpenampang : 2 P 16
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 475,05 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang, 2 P 16 250

4. Momen dan Gaya Geser Rencana Balok D4 dan D11


Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 710 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 1420 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 417 kNm

157
a. Tulangan Momen Positif

Momen positif nominal rencana,


Mn = Mu + / f
= 488,750 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900,00 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967 mm
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1,4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )

158
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.54 Tulangan Positif D4 dan D11

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
S [ ni * yi ]
n= 22 = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 100 perkiraan d’(OK)
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As x fy / ( 0.85 x fc' x b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy x ( d - a / 2 ) x 10-6

159
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f x Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f x Mn ≥ Mu+
6523,648 > 1351,000 Aman (OK)

b. Tulangan Momen Negatif


Momen negatif nominal rencana,
Mn = Mu - / f
= 488,750 Nm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1.4 / fy
= 0,00350

160
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.55 Tulangan Negatif D4 dan D11

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'

161
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )
= 87,470 mm
Momen nominal,
Mn = As x fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm

Tahanan momen balok,


f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 783 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 386 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,585 kN
Kuat geser sengkang,
Vs = 370 kN
Digunakan sengkang berpenampang : 2 P 16

162
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 475,05 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang, 2 P 16 250

5. Momen dan Gaya Geser Rencana Balok D5 dan D10


Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 592 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 1184 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 492 kNm

a. Tulangan Momen Positif


Momen positif nominal rencana,
Mn = Mu + / f
= 740 kNm

163
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900,00 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,1464 mm
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00037
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2

164
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.56 Tulangan Positif D5 dan D 10

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
S [ ni * yi ]
n= 22 = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 100 perkiraan d’(OK)
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f x Mn = 6523,648 kNm

165
Syarat :
f x Mn ≥ Mu+
6523,648 > 1351 Aman (OK)

b. Tulangan Momen Negatif

Momen negatif nominal rencana,


Mn = Mu - / f
= 488,750 Nm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1,4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403

166
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 21,818
Digunakan tulangan, 22 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.57 Tulangan Negatif D5 dan D10

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )

167
= 87,470 mm
Momen nominal,
Mn = As x fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 783 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser

Gaya geser ultimit rencana,


Vu = 386 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,585 kN
Kuat geser sengkang,
Vs = 370 kN
Digunakan sengkang berpenampang : 2 P 16
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2

168
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 475,05 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang, 2 P 16 250

6. Momen dan Gaya Geser Rencana Balok D6 dan D9


Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 889 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 1179 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 472 kNm

a. Tulangan Momen Positif

Momen positif nominal rencana,


Mn = Mu + / f
= 740 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm

169
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,1464 mm
Rn < Rmax (OK)

Rasio tulangan yang diperlukan :


r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00037
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 19,818
Digunakan tulangan, 20 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2

170
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.58 Tulangan Positif D6 dan D9

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
S [ ni * yi ]
n= 22 = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 100 perkiraan d’(OK)

Tinggi efektif balok,


d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As x fy / ( 0.85 x fc' x b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f x Mn = 6523,648 kNm

171
Syarat :
f x Mn ≥ Mu+
6523,648 > 1351,000 Aman (OK)

b. Tulangan Momen Negatif

Momen negatif nominal rencana,


Mn = Mu - / f
= 488,750 Nm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403

172
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 19,516
Digunakan tulangan, 20 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.59 Tulangan Negatif D6 dan D9

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )
= 87,470 mm

173
Momen nominal,
Mn = As x fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm

Tahanan momen balok,


f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 783 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 386 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,585 kN
Kuat geser sengkang,
Vs = 370 kN
Digunakan sengkang berpenampang : 2 P 16
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 475,05 mm

174
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang, 2 P 16 250

7. Momen dan Gaya Geser Rencana Balok D7 dan D8


Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu + = 602 kNm
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - = 1204 kNm
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 326 kNm

a. Tulangan Momen Positif


Momen positif nominal rencana,
Mn = Mu + / f
= 740 kNm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )

175
= 0,1464 mm
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00037
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 * fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
rmin = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )
= 19,818
Digunakan tulangan, 20 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n * p / 4 * D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

176
Tabel 4.60 Tulangan Positif D7 dan D8

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
68,50 < 100 perkiraan d’(OK)
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,50 mm
a = As x fy / ( 0,85 x fc' x b )
= 87,470
Momen nominal,
Mn = As * fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm
Tahanan momen balok,
f x Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f x Mn ≥ Mu+
6523,648 > 1351 Aman (OK)

177
b. Tulangan Momen Negatif

Momen negatif nominal rencana,


Mn = Mu - / f
= 488,750 Nm
Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton,
d' = 100 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1900 mm
Faktor tahanan momen,
Rn = Mn x 106 / ( b * d2 )
= 0,0967
Rn < Rmax (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0,85 x fc’ / fy x [ 1 - Ö x [1 – 2 x Rn / ( 0,85 x fc’ ) ]
= 0,00042
Rasio tulangan minimum,
rmin = Ö fc' / ( 4 x fy )
= 0,00403
Rasio tulangan minimum,
r min = 1.4 / fy
= 0,00350
Rasio tulangan yang digunakan,
r = 0,00403
Luas tulangan yang diperlukan,
As =rxbxd
= 10710 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As / ( p / 4 x D2 )

178
= 19,516
Digunakan tulangan, 20 D 25
Luas tulangan terpakai,
As = n x p / 4 x D2
= 10799 mm2
Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns
= 0,88
nb < 3 (OK)

Tabel 4.61 Tulangan Negatif D7 dan D8

Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak


ke ni yi ni * yi
1 22 68,50 1507,00
2 0 0,00 0,00
3 0 0,00 0,00
n= 22 S [ ni * yi ] = 1507

Letak titik berat tulangan,


d' = S [ ni x yi ] / n
= 68,50 mm
Tinggi efektif balok,
d = h - d'
= 1931,5 mm
a = As x fy / ( 0.85 x fc' x b )
= 87,470 mm
Momen nominal,
Mn = As x fy x ( d - a / 2 ) x 10-6
= 8154,560 kNm

179
Tahanan momen balok,
f * Mn = 6523,648 kNm

Syarat :
f * Mn ≥ Mu-
6523,648 > 783 AMAN (OK)

c. Tulangan Geser
Gaya geser ultimit rencana,
Vu = 386 kN
Faktor reduksi kekuatan geser,
f = 0,60
Tegangan leleh tulangan geser,
fy = 240 MPa
Kuat geser beton,
Vc = (√ fc') / 6 * b * d * 10-3
= 2855,975 kN
Tahanan geser beton,
f x Vc = 1713,585 kN
Kuat geser sengkang,
Vs = 370 kN
Digunakan sengkang berpenampang : 2 P 16
Luas tulangan geser sengkang,
Av = ns x p / 4 x P2
= 402,12 mm2
Jarak sengkang yang diperlukan :
s = Av * fy * d / ( Vs * 103 )
= 475,05 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax =d/2

180
= 965,75 mm
Jarak sengkang maksimum,
smax = 250 mm
Jarak sengkang yang harus digunakan,
s = 250 mm
Diambil jarak sengkang :
s = 250 mm
Digunakan sengkang, 2 P 16 250

Tabel 4.62 Tulangan Balok Pelengkung


No Tulangan Momen Tulangan Momen Tulangan
Balok Positif Negatif Sengkang
D1 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D2 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D3 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D4 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D5 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D6 20 D 25 20 D 25 2 P 16 250
D7 20 D 25 20 D 25 2 P 16 250
D8 20 D 25 20 D 25 2 P 16 250
D9 20 D 25 20 D 25 2 P 16 250
D10 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D11 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D12 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D13 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250
D14 22 D 25 22 D 25 2 P 16 250

181
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN

Hasil dari perhitungan Perencanaan Jembatan Pelengkung Beton adalah


sebagai berikut

1. Perencannan Jembatan Pelengkung Beton menggunakan struktur Beton prategang


Tipe Girder I dengan bentang total 120 m dengan lebar 13 m. tebal pelat 250 mm
2. Perhitungan pembebanan diperhitungkan dengan berpedoman pada SNI
Pembebanan untuk Jembatan tahun 2016
3. Perencanaan struktur beton prategang balok girder menggunakan kuat tekan beton
41,5 MPa dan menggunakan baja prategang Strands Cable – Standar VSL dengan
kuat tarik strands 1580 MPa
4. Tahap analisa struktur menggunakan program SAP2000, yaitu untuk
memperhitungkan gaya-gaya yang timbul akibat beban yang bekerja pada struktur
dengan kombinasi pembebanan dan faktor pembebanan yang sesuai dengan SNI
Pembebanan untuk Jembatan tahun 2016
5. Hasil analisa struktur dari program SAP2000 digunakan untuk perhitungan
struktur yang menghasilkan diantaranya sebagai berikut :
• Jumlah tendon pada girder berjumlah 4 tendon dengan masing masing
strands ada 17 strands
• Diameter selubung tendon yang disediakan
o Tumpuan = 1080,587 mm
o Seperempat Bentang = 908,905 mm
o Tengah Bentang = 851,679 mm
• Tulangan geser sengkang
o Segmen 1 = SK - D13 - 100
o Segmen 2 = SK - D13 - 150
o Segmen 3 = SK - D13 - 200
o Segmen 4 = SK - D13 – 250

184
5.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diberikan masukan ataupun sanggahan Untuk
perencanaan selanjutnya yaitu merencanakan struktur bawah jembatan

185
DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Standardisasi Nasional. 2016. Pembebanan untuk Jembatan. SNI


1725:2016. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

[2] Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. No.


07/SE/M/2015 tentang Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan.

[3] Rangan, Parea Rusan. (2019). Perencanaan Jembatan Sungai Mappajang


Dengan Jembatan Beton Prategang. Penerbit: Journal Dynamic Saint

[4] TY Lin, BH Burns. (1996). Desain Struktur Beton Prategang. Penerbit: Erlangga

[5] Andri Budiadi. (2008). Desain Praktis Beton Prategang. Penerbit: ANDI
PERENCANAAN JEMBATAN
PELENGKUNG BETON
by Addin - Aldo

Submission date: 04-Aug-2021 03:30PM (UTC+0800)


Submission ID: 1627617037
File name: TA_Jembatan_Pelengkung_Beton_1.pdf (2.24M)
Word count: 24495
Character count: 108970
PERENCANAAN JEMBATAN PELENGKUNG BETON
ORIGINALITY REPORT

22 %
SIMILARITY INDEX
22%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
0%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
ejurnal.untag-smd.ac.id
Internet Source 3%
2
download855.mediafire.com
Internet Source 2%
3
docslide.us
Internet Source 2%
4
journals.ukitoraja.ac.id
Internet Source 2%
5
sttgarut.ac.id
Internet Source 1%
6
edoc.pub
Internet Source 1%
7
qdoc.tips
Internet Source 1%
8
eprints.umm.ac.id
Internet Source 1%
9
catatanmasbor.blogspot.com
Internet Source 1%
10
adoc.pub
Internet Source 1%
11
riset.unisma.ac.id
Internet Source 1%
12
Repository.umy.ac.id
Internet Source 1%
13
jurnal.unmuhjember.ac.id
Internet Source 1%
14
www.scribd.com
Internet Source 1%
15
digilib.unmuhjember.ac.id
Internet Source <1 %
16
digilib.unila.ac.id
Internet Source <1 %
17
eprints.itn.ac.id
Internet Source <1 %
18
ejurnal.poliban.ac.id
Internet Source <1 %
19
123dok.com
Internet Source <1 %
20
idoc.pub
Internet Source <1 %
21
ft-sipil.unila.ac.id
Internet Source <1 %
<1 %
22
id.scribd.com
Internet Source

23
Submitted to Politeknik Negeri Bandung
Student Paper <1 %
24
repository.its.ac.id
Internet Source <1 %
25
Cut Rahmawati, Z Zainuddin, Syafridal Is,
Robbi Rahim. "Comparison Between PCI and
<1 %
Box Girder in BridgesPrestressed Concrete
Design", Journal of Physics: Conference Series,
2018
Publication

26
jurnal.umsb.ac.id
Internet Source <1 %
27
Verbovskiy, V.. "CM-triviality and relational
structures", Annals of Pure and Applied Logic,
<1 %
20030815
Publication

28
pt.scribd.com
Internet Source <1 %
29
doku.pub
Internet Source <1 %
30
id.123dok.com
Internet Source <1 %
31
hmtsunsoed.files.wordpress.com
Internet Source
<1 %
32
repositori.umsu.ac.id
Internet Source <1 %
33
stt-pln.e-journal.id
Internet Source <1 %
34
www.slideshare.net
Internet Source <1 %
35
media.neliti.com
Internet Source <1 %
36
digilib.its.ac.id
Internet Source <1 %
37
repository.uma.ac.id
Internet Source <1 %
38
dspace.uii.ac.id
Internet Source <1 %
39
journal.um-surabaya.ac.id
Internet Source <1 %
40
lambda.gsfc.nasa.gov
Internet Source <1 %
41
core.ac.uk
Internet Source <1 %
42
jurnal.unma.ac.id
Internet Source <1 %
43
jurnal.utu.ac.id
Internet Source <1 %
44
repository.uib.ac.id
Internet Source <1 %
45
Mulyadi Mulyadi, M. Ichwanul Yusup,
Bambang Hariyanto. "PERENCANAAN
<1 %
STRUKTUR BANGUNAN ATAS JEMBATAN
RANGKAS PANJANG KECAMATAN KRAGILAN
KABUPATEN SERANG", Journal of Sustainable
Civil Engineering (JOSCE), 2020
Publication

46
repository.ubb.ac.id
Internet Source <1 %
47
e-jurnal.pnl.ac.id
Internet Source <1 %
48
es.scribd.com
Internet Source <1 %
49
sinta.unud.ac.id
Internet Source <1 %
50
ejournal.unsrat.ac.id
Internet Source <1 %
51
repo.pusikom.com
Internet Source <1 %
52
repository.unpar.ac.id
Internet Source <1 %
<1 %
53
Tri Yuli Purnomo, Lucia Desti Krisnawati, Yosef
Cahyo Setianto Purnomo. "Kajian Jembatan
Kecamatan Sendang (Ruas Jalan Tugu-
Pabyongan) Kabupaten Tulungagung dengan
Metode Komposit", Jurnal Manajemen
Teknologi & Teknik Sipil, 2018
Publication

54
docobook.com
Internet Source <1 %
55
e-journal.uajy.ac.id
Internet Source <1 %
56
eprints.undip.ac.id
Internet Source <1 %
57
knifelife5.blogspot.com
Internet Source <1 %
58
text-id.123dok.com
Internet Source <1 %
59
erzacandrasari.blogspot.com
Internet Source <1 %
60
moam.info
Internet Source <1 %
61
pppambudi.blogspot.com
Internet Source <1 %
Exclude quotes Off Exclude matches Off
Exclude bibliography Off
LEMBAR KOREKSI
SEMINAR TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa / NIM : Aldo Praba Ramasta…………………………………………

Hari / Tanggal : 21 Juli 2021...………………………………………………..

Judul TA : Perencanaan Jembatan Pelengkung Beton............…………..

: ………………………………………………………………..

NO

1 Penulisan desimal dibuat 2 angka dibelakang koma..........................………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

2 Presentasi : ……………………………………………………………………………………………………………

1. Kurangi kata-kata “next”…………………………………………………………………………………………..

2. Posisi awal dan posisi tengah tendon disampaikan sekilas saja …………………………………………………..

3 Pemisah desimal dan pemisah ribuan konsisten pakai titik atau koma .....…………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

4 Rapikan tabel dilaporan……………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

5 Agar angka tidak terlalu banyak bisa gunakan satuan yang lebih tinggi .................………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

DOSEN PENGUJI

Muhamad Rusli Ahyar, ST., M.Eng


LEMBAR KOREKSI
SEMINAR TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa / NIM : Aldo Praba Ramasta…………………………………………

Hari / Tanggal : 21 Juli 2021...………………………………………………..

Judul TA : Perencanaan Jembatan Pelengkung Beton............…………..

: ………………………………………………………………..

NO

1 Judul TA “Perencanaan Jembatan Pelengkung Beton..........................………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

2 Tabel ada yang terputus...........………………………………………………………………………………………

............................................…………………………………………………………………………………………..

.......................................................................................................…………………………………………………..

3 Mengganti kata lengkung menjadi pelengkung................................... .....…………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

4 ........................................……………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

5 .................................................................................................................. .................………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………..

DOSEN PENGUJI

Ir. Gatot Rusbintardjo, M.R.Eng., M.Sc. Ph.D

Anda mungkin juga menyukai