Anda di halaman 1dari 93

KUALITAS TEDUHAN (SHADED AREA ) PADA RUANG

TERBUKA
(Studi kasus: Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Arsitektur

Program Studi Teknik Arsitektur – Universitas Malikussaleh

Disusun Oleh :

Anggita Dian Lestari Lubis

170160056

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FALKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama: Anggita Dian Lestari Lubis

Nim : 170160056

Judul: KUALITAS TEDUHAN (SHADED AREA) PADA RUANG


TERBUKA (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA KOTA
PEMATANGSIANTAR)

Dengan ini saya menyatakan, bahwa skripsi ini merupakan hasil penilitian dari
pemikiran maupun paparan asli dari karya sendiri. Skripsi ini tidak terdapat bagian
atau satu kesatuan yang memiliki dari keseluruhan jurnal, buku maupun sumber
lainnya.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya. Bila


ditemukan terdapat penyimpangan serta ketidak benaran dalam pernyataan saya ini
maka saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebagian maupun seluruh hak
gelar kesarjanaan saya.

Dengan ini pernyataan yang saya buat dengan sebenar-benarnya untuk


dipergunakan seperlunya.

Lhokseumawe, Maret 2022

Penulis sebagai pembuat pernyataan,

Anggita Dian Lestari Lubis

170160056

i
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN

Kualitas Teduhan (Shaded Area) pada Ruang Terbuka

(studi kasus: Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar)

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Teknik Arsitektur


Falkutas Teknik Universitas Malikussaleh, Lancang Garam-Lhokseumawe

Disusun Oleh :
Nama : Anggita Dian Lestari Lubis
Nim: 170160056
Jurusan/ prodi : Arsitektur
Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ar. Bambang Karsono, S.T., MT.,


Nurhaiza S.T.,M.T
Ph.D., IAI
NIP. 197107212006041001 NIP. 197703172005012002
Dosen Penguji I Dosen penguji II

Armelia Dafrina, S.T., M.T Sisca Olivia, S.T., M.S


NIP. 197711072005012002 NIPK. 201601198110242001

Mengetahui,
Koordinator Skripsi

Hendra A, S.T., M.T


NIP. 198604172019031010

ii
LEMBAR PENGESAHAN FALKUTAS

Berdasarkan hasil evaluasi sidiang skripsi pogram strata (S1) Program Studi
Arsitektur Falkultas Teknik Universitas Malikussaleh yang telah diadakan pada
tanggal 14 Februari 2022 , terhadap mahasiswa:

Nama mahasiswa :
Anggita Dian Lestari Lubis
Nomor Induk Mahasiswa :
170160056
Jurusan/Prodi :
Arsitektur
Judul Skripsi :
Kualitas Teduhan (Shaded Area) Pada Ruang
Terbuka (studi kasus : Lapangan Merdeka Kota
Pematangsiantar)
Tanggal Sidang : 14 Februari 2022
Menetapkan bahwa mahasiswa tersebut adalah telah memenuhi persyaratan
akademik yang diperoleh untuk mendapat Ijazah Sarjana Program Strata Satu (S1)
pada program Studi Arsitektur Falkutas Teknik Universitas Malikussaleh.

Lhokseumawe, Maret 2022

Disahkan Oleh, Disetujui Oleh,


Dekan Falkutas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil

Dr. Muhammad,S.T.,M.Sc Yulius Rief Alkhaly, S.T., M.Eng


NIP. 196805252002121004 NIP. 197107072002121001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa atas semua nikmat
dan karunia-Nya hingga saya dapat menyelesaikan penelitian skripsi mengenai
“Kualitas Teduhan (Shaded Area) Pada Ruang Terbuka (Studi Kasus : Lapangan
Merdeka Kota Pematangsiantar) sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana Arsitektur falkutas Teknik Universitas Malikussaleh. Selama penulisan
laporan penelitian ini saya mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Herman Fithra, ST., MT .,IPM.,ASEAN.Eng selaku Rektor


Universitas Malikussaleh.
2. Bapak Dr. Muhammad, ST., M.Sc. selaku Dekan Falkutas Teknik Universitas
Malikussaleh.
3. Bapak Yulius Rief Alkhaly, S.T., M.Eng selaku ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Malikussaleh
4. Ibu Cut Azmah Fithri, S.T., M.T selaku sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Universitas Malikussaleh.
5. Bapak Hendra A, S.T., M.T selaku ketua program Arsitektur.
6. Bapak Ar. Bambang Karsono, S.T., MT., Ph.D., IAI selaku dosen
pembimbing I dan sekaligus dosen pembimbing yang bijaksana dan sabar
telah memberi arahan, bimbingan, saran, dukungan serta meluangkan waktu
dan ilmu kepada saya melakukan proses penyusunan proposal skripsi dari
awal hingga akhir.
7. Ibu Nurhaiza S.T., M.T selaku dosen pembimbing II dan sekaligus dosen
pembimbing yang telah memberi arahan, bimbingan, saran, dukungan serta
meluangkan waktu dalam proses penyusunan proposal skripsi.
8. Ibu Armelia Dafrina, S.T., M.T selaku dosen penguji I yang telah membantu
memberikan saran dan masukan mengenai isi dan penulisan sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi.

iv
9. Ibu Sisca Olivia, S.T., M.S selaku dosen penguji II yang telah membantu
memberikan saran dan masukan mengenai tulisan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi.
10. Orang tua saya yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa untuk saya
baik mengenai perkuliahan maupun penyusunan skripsi.
11. Keempat saudara saya, Amelia Febrini Lubis, Aditia Idham Syahputra Lubis,
Arif Ichwan Hafiz Lubis, dan Adinda Permata Sari Lubis yang telah setia
memberikan semangat dan motivasi untuk saya dari awal hingga akhir
penyusunan skripsi.
12. Seluruh dosen staff pengajar prodi Arsitektur, Universitas Malikussaleh atas
ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
13. Teman-teman satu bimbingan saya, Muhammad Arif, Rahmat Adi Putra,
Fachry Attahilah, Raisul Fadhlan, Nurpatima Lubis, Alif Maulana, dan Danu
Wijaya yang selalu memberikan dukungan dan solusi dalam penyusunan
skripsi
14. Sahabat saya Muhammad Alfa Rozi yang membantu dan memberikan solusi
dalam penyusunan skripsi
15. Seluruh rekan seperjuangan di arsitektur unimal yang membantu dalam
memberikan saran dan semangat selama proses melakukan penulisan atau
penyusunan skripsi.

Proposal skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dalam hal penulisan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Semoga dengan ditulisnya laporan ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan serta manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Lhokseumawe, Maret 2022


Saya yang membuat penyataan

Anggita Dian Lestari Lubis

170160056

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

ِ‫س ِم‬
ْ ِ‫ّللا ب‬
َِِ ‫ن‬ِِ ‫الرحْ َم‬
َ ‫الر ِح ْي ِِم‬
َ
Sujud sembah serta syukur kepada Allah SWT. Taburan puing-puing cinta
dan kasih sayang-Mu telah memberikan saya kekuatan, kejujuran, membekali
ilmu tiada tara. Atas yang Engkau berikan kurnia dan kemudahan akhirnya skripsi
sederhana ini dapat selesaikan.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang yang sangat aku sayangi
dan kasihi

Ibunda dan Ayahanda tercinta


Teruntuk kedua orang tua tercinta sekaligus motivator dan penyemangat
hidup saya yang selalu serta sedia memberikan doa terbaik dan restu di setiap
perjalanan hidup saya sampai akhirnya saya bisa berada pada tahap ini. Tak cukup
saya membalas pengorbanan dan perjuangan yang kalian berikan pada saya.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebahagian dunia dan akhirat, aamiin.

Bapak Ar. Bambang Karsono, S.T,. M.T., P.Hd., IAI


Rasa hormat yang tak terlepas dari dalam diri saya, tulisan ini merupakan
wujudan ekspresi dari hati, saya sangat berterimakasih sebesar-besarnya kepada
bapak selaku pembimbing skripsi sekaligus orang tua yang telah mendampingi
saya dari awal hingga akhir dalam penyelesaian skripsi ini. Banyak hal yang saya
pelajari dari bapak bukan hanya akademik tetapi perilaku dan pelajaran hidup
lainnya. Tanpa bapak, saya tidak dapat menyelesaikan skripsi ini pada jalur yang
seharusnya.

Ibu Nurhaiza S.T.,M.T


Rasa hormat yang tak terlepas dari setiap tutur kata saya. Tulisan ini
merupakan wujudan ekspresi dari hati saya sangat berterimakasih sebesar-
besarnya kepada Ibu Nurhaiza S.T.,M.T yang telah mendampingi saya dari awal
hingga akhir dalam penyelesaian skripsi. Tanpa Ibu saya tidak dapat mengenggam

vi
skripsi ini pada jalur yang seharusnya. Semoga Ibu dan keluarga senantiasa
selalu diberikan Kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.

Teman-teman tercinta
Terimakasih saya ucapkan kepada teman-teman saya yang selalu
memberikan motivasi, nasehat, pesan moral dan canda tawa yang selalu membuat
saya semangat selama kuliah terlebih penyelesaian skripsi.

vii
Kualitas Teduhan (Shaded Area) Pada Ruang Terbuka
(Studi Kasus : Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar)
Oleh : Anggita Dian Lestari Lubis
NIM : 170160056
Pembimbing Utama : Ar. Bambang Karsono, S.T., M.T., Ph.D.
Pembimbing Pendamping : Nurhaiza, S.T., M.T

ABSTRAK

Semakin meningkatnya pembangunan baik berupa sarana maupun


prasarana di dalam suatu kota atau wilayah dapat menimbulkan efek negatif
terhadap lingkungan dari aspek tata ruang kota, seperti berkuranggnya ruang
terbuka hijau (RTH) yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem kota.
Dampak tersebut diperparah dengan berkurangnya vegetasi yang berfungsi sebagai
penahan radiasi matahari sekaligus penyerap karbondioksida (CO2) serta penghasil
oksigen (O2). Dengan demikian jika atmosfer di daerah perkotaan dicemari oleh
polutan udara dari berbagai aktivitas transportasi seperti mobil, truk, sepeda motor,
dan sebagainya maka dapat menyebabkan terjadinya efek urban heat yaitu radiasi
balik pancaran radiasi gelombang panjang dari berbagai jenis tutupan lahan
perkotaan yang tertangkap oleh polutan udara sehingga menyebabkan peningkatan
suhu udara.

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatra Utara


yang memiliki luas wilayah 79,97 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 255,317
jiwa pada tahun 2019. Semakin tingginya pembangunan di Kota Pematangsiantar
menyebabkan meningkatnya suhu serta jumlah penduduk yang signifikan. Kota
Pematangsiantar memiliki sebuah ruang terbuka hijau kota yaitu Lapangan
Merdeka dengan luas 10.066 m2. Lapangan Merdeka merupakan taman umum di
pusat kota yang memiliki berbagai jenis vegetasi. Kondisi ini memberikan manfaat
yang baik untuk pengurangan yang signifikan dalam konsentrasi polutan gas di
kota. Tetapi, vegetasi yang terdapat di Lapangan Merdeka masih sangat kurang

viii
sehingga shaded area yang tercipta masih minim dan dampak yang dihasilkan
kurang maksimal.

Kata Kunci : Vegetasi, Ruang Terbuka Hijau, Shaded Area

ABSTRACT

A development in the form of facilities and infrastructure within a city or


region can have a negative effect on the environmental aspects of urban space, such
as reduced green open space (RT) which functions to maintain the balance of the
city's ecosystem. The impact of the sun is exacerbated by the reduction of vegetation
that works as a radiation barrier as well as an absorber of carbon dioxide (CO2)
and producer of oxygen (O2). Thus, if the atmosphere in urban areas is exposed to
air pollution from various transportation activities such as cars, trucks,
motorcycles, and so on, it can cause urban heat effects, namely radiation emitted
by long wave radiation from various types of land cover recorded by air pollutants.
thereby causing an increase in air temperature.

Pematangsiantar City is one of the cities in North Sumatra Province which


has an area of 79.97 km2 with a population of 255,317 people in 2019. The higher
development in Pematangsiantar City causes temperature and significant
population. Pematangsiantar City has a city green open space, namely Merdeka
Square with an area of 10,066 m2. Merdeka Square is a public park in the city
center that has various types of vegetation. These conditions provide good benefits
for a significant reduction in the concentration of pollutant gases in the city.
However, the existing vegetation in Merdeka Square is still very lacking so that the
shaded area is still minimal and the resulting impact is less than optimal.

Keywords : Vegetation, Green Open Space, Shaded Area

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN .................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN FALKUTAS .............................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. ii

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

BAB 1 ......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 3
BAB II ......................................................................................................................5

KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................5

2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................... 5


2.1.1 Ruang Terbuka Hijau..................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Urban Heat Island ..................................................... 16
2.2.2. Solusi Urban Heat Island Dengan Pohon/Vegetasi ................... 17
2.3 Hutan Kota ............................................................................................. 18
2.3.1 Komponen Penentuan Vegetasi Hutan Kota ............................... 19
2.4 Kerangka Pikir ....................................................................................... 24
BAB III ..................................................................................................................27

METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................27

3. 1 Sumber Data ......................................................................................... 27


3. 1.1 Bahan Penelitian ......................................................................... 27
3.1.2 Perolehan Data ............................................................................. 27

x
3.1.3 Pengolahan Data........................................................................................... 28
3.2 Variabel Penelitian................................................................................. 28
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................... 29
BAB IV ..................................................................................................................37

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................37

4.1 Gambaran Obyek Penelitian .................................................................. 37


4.2 Analisa Dan Hasil Penelitian ................................................................. 38
4.2.1 Identifikasi Dimensi Zona dan Vegetasi Eksisting...................... 39
4.2.2 Identifikasi dan Rekomendasi Kawasan Studi menurut Zona ..... 48
4.2.3 Rekomendasi Vegetasi yang ingin Dihadirkan ........................... 54
4.2.4 Rekomendasi infill Pada Zona Kawasan ..................................... 64
4.3 Estimasi Peningkatan Shaded Area Pasca Infill Pohon ........................ 68
BAB V....................................................................................................................72

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................72

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 72


5.2 Saran ..................................................................................................... 72

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Magnivera Indica ..............................................................................10

Gambar 2.2. Longifolium Monoon .........................................................................10

Gambar 2.3. Annona Muricata L ...........................................................................11

Gambar 2.4. Adenium Obesum ..............................................................................11

Gambar 2.5. Enau ..................................................................................................12

Gambar 2.6. Casuarinaceae ...................................................................................12

Gambar 2.7. Terminalia Cattapa ...........................................................................13

Gambar 2.8. Meliaceae ..........................................................................................13

Gambar 2.9. Ficus Benjamina................................................................................14

Gambar 2.10. Manilkara Zapota............................................................................14

Gambar 2.11. Grafik temperature panas yang dihasilkan material tertentu pada jam-
jam tertentu.............................................................................................................17

Gambar 2.12. Proses evapotranspirasi yang terjadi pada pohon ............................18

Gambar 3.1. Peta Lokasi Objek Penelitian ............................................................30

Gambar 3.2. Eksisting Layout Lapangan Merdeka ................................................31

Gambar 3.3. Peletakan Pohon 1 .............................................................................32

Gambar 3.4. Peletakan Pohon 2 .............................................................................32

Gambar 3.5. Peletakan Pohon 3 .............................................................................33

Gambar 3.6. Peletakan Pohon 4 .............................................................................33

Gambar 3.7. Peletakan Pohon 5 .............................................................................34

Gambar 3.8. Peletakan Pohon 6 .............................................................................34

Gambar 3.9. Peletakan Pohon 7 .............................................................................35

Gambar 3.10. Peletakan Pohon 8 ...........................................................................35

xii
Gambar 4.1 Titik Lokasi Penelitian .......................................................................37

Gambar 4.2 Pembagian zona pada lokasi ..............................................................39

Gambar 4.3 Grafik komparasi luas zona dengan eksisting shaded area ...............48

Gambar 4.4 Komparasi luas jalan dengan total eksisting shaded area .................48

Gambar 4.5 Rasio total luas jalan dengan total eksisting shaded area ..................48

Gambar 4.6 Zona A ................................................................................................48

Gambar 4.7 (a) Lamtoro (Leucaena leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate),
(b) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (c) Palem (Areaceae), (d) Cemara angin
(Casuarina equisetifolia),(e) Matoa (Pommetia Pinnata), (f) Pucuk Merah
(Syzygium oleina) ...................................................................................................48

Gambar 4.8. Zona B ...............................................................................................50

Gambar 4.9. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Ketapang Kencana
(Terminalia Mantaly), (c) Matoa (Pommetia Pinnata) ..........................................51

Gambar 4.10. Zona C .............................................................................................52

Gambar 4.11. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly) .................................................................................................................53

Gambar 4.12. Zona D .............................................................................................53

Gambar 4.13. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly) .................................................................................................................54

Gambar 4.14. Rekomendasi Vegetasi dan Satwa yang dihasilkan ........................63

Gambar 5.1. Grafik komparasi luas jalan dengan shaded area pasca infill ...........69

Gambar 5.2. Rasio total luas jalan dan shaded area pasca infill ............................69

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan Silvikultural .......................................................................19

Tabel 2.2. Persyaratan Manajemen ........................................................................21

Tabel 2.3. Persyaratan Estetika ..............................................................................22

Tabel 3.1. Variabel Penelitian ................................................................................28

Tabel 4.1 Data Eksisiting Kawasan Studi .............................................................40

Tabel 4.2. Persyaratan Silvikultural .......................................................................55

Tabel 4.3. Persyaratan Manajemen ........................................................................56

Tabel 4.4. Persyaratan Estetika ..............................................................................57

Tabel 4.6. Persyaratan Manajemen ........................................................................60

Tabel 4.7. Persyaratan Estetika ..............................................................................61

Tabel 4.8 Kondisi Eksisting Lokasi .......................................................................43

Tabel 4.9 Peta Persebaran Pohon ...........................................................................46

Tabel 4.10 Optimasi Infill pohon pada zona kawasan ...........................................67

Tabel 4.11 Optimasi Luas Shaded Area yang dihasilkan ......................................68

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota atau perkotaan merupakan pusat permukiman dan kegiatan penduduk.


Perkembangan suatu kota merupakan penyelesaian dari konflik perkotaan yang
terjadi, serta mencerminkan perkembangan peradaban warga kota juga
pengelolanya (Chafid Vandeli, 2004). Budiharjo (seperti dikutip dalam
Samsudi,2010) mengatakan seiring perkembangnya zaman, pertumbuhan
penduduk di kota-kota semakin pesat, sehingga menimbulkan permasalahan yang
akhir-akhir ini meningkat di wilayah-wilayah perkotaan, yaitu masalah lingkungan
hidup, sehingga memerlukan pengintegrasian perencanaan lingkungan hidup
kedalam perencanaan tata ruang suatu perkotaan (Budihardjo, 2003). Karena kota
yang baik adalah kota yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan segala
komponen di dalam kota tersebut, sehingga menciptakan kenyamanan dan
kesehatan bagi seluruh warganya.

Ruang terbuka hijau merupakan suatu fasilitas penunjang yang harus


disediakan dalam suatu wilayah perkotaan. Ketersediaan ruang terbuka hijau di
suatu perkotaan bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana lingkungan yang
mempunyai manfaat besar bagi peningkatan kualitas lingkungan, keindahan,
hingga kesehatan masyarakat sehingga mewujudkan keserasian lingkugan.

Pohon sebagai salah satu komponen utama lansekap memiliki berbagai


fungsi, manfaat, dan peran penting yang berkontribusi dalam pengendalian dan
peningkatan kualitas lingkungan di perkotaan (Karsono, Wahid & Alamsyah,
2009). Penanaman pohon umumnya dapat menyelesaikan permasalahan
lingkungan seperti polusi udara serta mengurangi efek buruk dari iklim mikro.
Pohon juga memiliki banyak manfaat untuk lingkungan seperti mencegah polusi

1
2

air, menambah cadangan air tanah, menyerap karbon dioksida dari atmosfer
dan meningkatkan kualitas ekologi perkotaan dan mendorong satwa liar.
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatra Utara
yang memiliki luas wilayah 79,97 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 255,317
jiwa pada tahun 2019. Kota Pematangsiantar memiliki sebuah ruang terbuka hijau
kota yaitu Lapangan Merdeka dengan luas 10.066 m2. Lapangan Merdeka
merupakan taman umum di pusat kota yang memiliki berbagai jenis vegetasi.
Kondisi ini memberikan manfaat yang baik untuk pengurangan yang signifikan
dalam konsentrasi polutan gas di kota. Selain itu, banyaknya vegetasi di dalam
Lapangan Merdeka menyebabkan terjadinya habitat hewan seperti burung, kupu-
kupu, tupai, dan hewan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Sebaran vegetasi di sebuah ruang terbuka kota diyakini memberikan


kontribusi penurunan iklim mikro, namun mungkin belum ada studi yang dilakukan
khususnya di Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar untuk mengetahui secara
pasti bahwa sebaran vegetasi memberikan atau berkontribusi secara positif dalam
perubahan iklim

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kontribusi dan karakteristik vegetasi di lapangan


merdeka Kota Pematangsiantar melalui penilaian terhadap shaded area yang
dihasilkan dari sebaran vegetasi di lokasi tersebut

1.4 Manfaat Penelitian

 Manfaat bagi ilmu pengetahuan


Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi bagi
masyarakat umum mengenai betapa pentingnya ruang terbuka hijau bagi
suatu kota dan bagaimana pengaruhnya dengan iklim mikro dan dampak
lingkungan kota .
3

 Manfaat bagi penentu kebijakan


Studi ini dapat menjadi informasi penting bagi para penentu kebijakan
dalam pelestarian dan pengembangan ruang terbuka hijau khususnya bagi
kota-kota besar yang memiliki jumlah penduduk padat agar lebih
memperhatikan adanya ruang terbuka hijau, karena ruang terbuka hijau
memiliki pengaruh penting terhadap iklim mikro dan dampak lingkungan
kota.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan tata cara urut dalam merangkai sebuat paragaf,


gagasan ataupun laporan. Berikut sistematika yang digunakan dalam penyususan
penelitian ini :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ii sendiri membahas tentang studi pustaka yang digunakan guna
melengkapi data-data yang diperlukan untuk melakukakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN


Berisi tentang penjelasan metode penelitian yang digunakan, kerangka
penelitian yang didasarkan oleh teori yang digunakan, objek penelitian, dan
variable penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil penelitian/pengamatan beserta analisis yang dilakukan
dari hasil observasi di lapangan, pembahsan harus sejalan dengan rumusan
masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4

Berisi tentang keseluruhan isi yang telah disimpulkan dalam penelitian.


Kesimpulan berisikan penemuan yang didapat selama observasi dan hasil analisis
yang sesuai dengan masalah yang ada. Saran yang diberikan juga berupa
pemecahan masalah yang diteliti
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Ruang Terbuka Hijau


Semakin meningkatnya pembangunan baik berupa sarana maupun prasarana
di dalam suatu kota atau wilayah dapat menimbulkan efek negatif terhadap
lingkungan dari aspek tata ruang kota, seperti berkuranggnya ruang terbuka hijau
(RTH) yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem kota. Dampak tersebut
diperparah dengan berkurangnya vegetasi yang berfungsi sebagai penahan radiasi
matahari sekaligus penyerap karbondioksida (CO2) serta penghasil oksigen (O2).
Dengan demikian jika atmosfer di daerah perkotaan dicemari oleh polutan udara
dari berbagai aktivitas transportasi seperti mobil, truk, sepeda motor, dan
sebagainya maka dapat menyebabkan terjadinya efek urban heat yaitu radiasi balik
pancaran radiasi gelombang panjang dari berbagai jenis tutupan lahan perkotaan
yang tertangkap oleh polutan udara sehingga menyebabkan peningkatan suhu udara
(Hayati, dkk., 2016).

2.1.1.1 Pengertian Ruang terbuka Hijau


Menurut teori Edi Budiharjo dan Djoko Sujarto pada buku kota berkelanjutan
(2005) ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan akan lokasi-lokasi pertemuan serta kegiatan bersama di udara terbuka.
Dengan adanya pertemuan bersama serta relasi antara banyak orang, terdapat
kemungkinan akan timbulnya berbagai macam kegiatan di ruang umum tersebut .
Menurut Hamid Shirvani (1985) ruang terbuka dapat didefinisikan sebagai
seluruh landscape, hardscape (jalan, trotoar), taman umum, ruang terbuka hijau,
dan ruang rekreasi di area perkotaan. Maka dari itu ruang terbuka hijau merupakah
salah satu elemen dari ruang terbuka.

5
6

Sementara menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 ruang terbuka hijau


adalah sebuah area/ jalur memanjang yang penggunaannya bersifat lebih terbuka,
tempat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, baik yang tumbuh secara alami maupun
yang sengaja ditanam. Setiap wilayah atau kota diwajibkan untuk mengalokasikan
minimal 30% dari ruang atau wilayah untuk ruang terbuka hijau (RTH), dimana
20% akan diperuntukkan bagi ruang terbuka hijau (RTH) publik yang merupakan
ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola langsung oleh pemerintah daerah
yang diperuntukkan untuk digunakan oleh masyarakat secara umum, serta 10%
diperntukkan untuk ruang terbuka hijau (RTH) privat pada lahan-lahan yang
dimiliki swasta atau masyarakat.

Secara ekologi ruang terbuka hijau dapat menyuguhkan area nyaman melalui
tajuk-tajuknya. Menurut Moniaga (2008) dalam Pratama (2013) pada siang hari
dan-daun menyerap sinar matahari melalui proses asimilasi, yang mengubah gas
karbondioksida (CO2) dan air menjadi karbohidrat dan oksigen (O2). Bersama
dengan vegetasi-vegetasi lain menguapkan air melalui proses evapotranspirasi,
sehingga suhu dibawah pohon menjadi lebih rendah dibandingkan tidak dibawah
pohon. Dengan demikian, luas dan pemilihan jenis vegetasi penyusun ruang terbuka
hijau sangat berpengaruh menurunkan suhu disekitarnya.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan


Menurut Edi Purwanto (2007) ruang terbuka hijau dapat dibedakan
berdasarkan tipe-tipe nya, yaitu :

1. Ruang Terbuka Hijau Lindung


Ruang terbuka hijau lindung dapat diartikan sebagai ruang ataupun
kawasan yang lebih luas, baik dalam bentuk areal/jalur memanjang atau
mengelompok, dimana penggunaannya bersifat lebih publik didominasi
oleh tanaman yang tumbuh secara alami ataupun tanaman budi daya.
Kawasan ruang terbuka hijau lindung dapat berupa cagar alam di daratan
atau kepulauan, hutan wisata, hutan lindung, hutan wisata, hutan bakau,
persawahan, dsb.
7

2. Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB)


Ruang terbuka hijau binaan dapat diartikan sebagai ruang atau kawasan
yang lebih luas, baik dalam bentuk areal/ jalur memanjang atau
berkelompok, yang penggunaannya bersifat lebih terbuka/ umum, dengan
permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan batuan dan sebagian kecil
vegetasi/tanaman. Ruang terbuka hijua binaan dibuat dengan tujuan
menciptakan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka
hijau sebagai paru-paru kota, peresapan air, penyerapan polusi udara.

3. Koridor Hijau Jalan


Koridor hijau jalan dapat diartikan sebagai sisi kanan kiri jalan dengan
pepohonan di dalamnya, sehingga memberikan kesan asri dan teduh bagi
jalanan tersebut.

4. Koridor Hijau Sungai


Koridor hijau sungai dapat diartikan sebagai tanaman yang berada di
sepanjang bantaran sungai yang akan memberikan fungsi yang beraneka
ragam, yaitu, pencegah daerah erosi untuk daerah sekitar, dan penyerapan
air hujan lebih banyak. Dengan penanaman pohon area bantaran sungai
diharapkan mengikat tanah di sekitar sungai tersebut sehingga dapat
mencegah terjadinya erosi. Selain itu, penanaman pohon di area bantaran
sungai dengan penataan yang sesuai dan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan
dapat memberikan keindahan visual.

5. Taman
Taman dapat diartikan sebagai wajah serta karakter lahan dari bagian
muka bumi dengan segala kehidupan serta apa saja yang ada di dalamnya,
baik yang bersifat alami, ataupun buatan manusia yang merupakan bagian
ataupun total lingkungan hidup manusia dan beserta makhluk hidup
lainnya.
8

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang


Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan bab III pasal 6 :

 Taman kota
 Taman wisata alam
 Taman rekreasi
 Taman lingkungan perumahan dan permukiman
 Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
 Taman hutan raya
 Hutan kota
 Hutan lindung
 Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan lembah
 Cagar alam
 Kebun raya
 Kebun binatang
 Pemakaman umum
 Lapangan olahraga
 Lapangan upacara
 Parkir terbuka
 Lahan pertanian perkotaan
 Jalur di bawah tekanan tinggi (SUTT dan SUTET)
 Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ, dan rawa
 Jalur pengguna
 Jalan, median jalan, rel kereta, pipa gas dan pedestrian
 Kawasan dan jalur hijau
 Daerah penyangga (buffer zone)
 Lapangan Udara
 Taman atap (roff garden)
9

2.1.3 Vegetasi
Vegetasi adalah bagian hidup yang tersusun dari tumbuh-tumbuhan yang
menempati suatu ekosistem. Tanaman adalah satu satu material lansekap yang
hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman mempengaruhi ukuran besar
tanaman, bentuk, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Sehingga dapat
disimpulkan kualitas serta kuantitas ruang terbuka hijau akan terus berkembang
sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Hakim dan Hardi, 2004: 98). Pemilihan jenis
tanaman yang sesuai dengan kriteria penanamannya akan mempengaruhi fungsi
ruang terbuka hijau tersebut, seperti kemampuan dalam menekan pencemaran
udara, mengurangi bau, menyerap debu, mengurangi erosi tanah, meredam
kebisingan, penahan angin dan hujan secara menyeluruh.
Menurut Indriyanto (2006), komponen tumbuhan penyusun vegetasi terdiri
dari:
1. Belukar (shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
tangkai yang cukup banyak dan tebagi menjadi subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte), yaitu tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(seringkali pohon dan palma)
3. Paku-pakuan (fern), yaitu tumbuhan yang tidak memiliki bunga atau
tangkai, biasanya memiliki rizhoma akar dan berkayu, yang dimana
rhizome keluar dari tangkai daun
4. Palma (palm), yaitu tumbuhan yang tangkai nya terlihat menyerupai kayu/
berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat sebagai
penyokongnya
5. Terna (herb), yaitu tumbuhan yang merambat di tanah, tetapi tidak
menyerupai rumput. Memiliki daun yang tidak panjang dan lurus,
biasanya memiliki bunga yang mencolok, tingginya tidak lebih dari 2
meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
6. Pohon (tree), yaitu tumbuhan yang memiliki kayu yang besar, tinggi, dan
memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih
dari 20 cm.
10

2.1.3.1 Jenis Pohon Peneduh di Ruang Terbuka Hijau


1. Mangivera Indica (pohon Mangga)

Gambar 2.1. Magnivera Indica


Sumber : http://etheses.uin-malang.ac.id/2658/6/10620061_Bab_2.pdf ,
2022
Pohon mangga adalah pohon yang memiliki perawakan yang besar. Pohon
manga dapat mencapai tinggi hingga 30m, walaupun kebanyakan pohon mangga
hanya tumbuh sampai setinggi 15m atau kurang. Pohon mangga memiliki akar
tunggang yang bercabang-cabang, yang bisa mencapai panjang hingga 6 meter.

2. Longifolium Monoon (Glodokan Tiang)

Gambar 2.2. Longifolium Monoon


Sumber : https://smkn5jember.sch.id/?p=414, 2022

Longifolium monoon atau yang dikenal dengan sebutan glodokan tiang ini
adalah salah satu spesies pohon cemara yang dikenal dapat tumbuh hingga 10m dan
ditanam karena efektivitas nya dalam mengurangi polusi suara.
11

3. Annona Muricata L. (Pohon Sirsak)

Gambar 2.3. Annona Muricata L


Sumber : https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2285, 2022
Annona muricata l. atau yang dikenal dengan pohon sirsak ini ditanam
dengan tujuan untuk diambil daging buathnya. Pohon sirsak bisa tumbuh hingga
mencapai 9 meter. Di Indonesia pohon sirsak dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 1000 meter diatas permukaan air laut.

4. Adenium Obesum (Pohon Kemboja)

Gambar 2.4. Adenium Obesum


Sumber : https://dayaternak.com/cara-merawat-tanaman-adenium/, 2022

Adenium Obesum atau pohon kemboja adalah termasuk kedalam spesies


tanaman hias dengan batang besar, bagian bawahnya menyerupai umbi, dengan
batang yang tidak berkambium, akar dapat membesar menyerupai umbi, memiliki
bentuk daun yang panjang maupun lonjong, dengan warna bunga yang bermacam-
macam.
12

5. Enau (Pohon Aren)

Gambar 2.5. Enau


Sumber : https://dpkp.jogjaprov.go.id/, 2022
Enau atau pohon aren merupakan pohon yang mudah tumbuh, di Indonseia
pohon aren dapat tumbuh sampai diketinggian 1.400 meter dpl. Pohon aren yang
besar mampu tumbuh mencapai 25 meter dengan diameter batang hingga 65 cm,
memiliki batang pohon yang kukuh dan bagian atas diselimuti dengan serabut
warna hitam yang dikenal sebagai ijuk.

6. Casuarinaceae (Pohon Cemara Angin)

Gambar 2.6. Casuarinaceae


Sumber : https://rimbakita.com/pohon-cemara/, 2022
Cemara merupakan tetumbuhan hijau abadi yang sering disangka sebagai
yusam karena memiliki ranting yang beruas pada dahan besar dan terlihat seperti
jarum dengan buah yang mirip dengan runjung kecil.
13

7. Terminalia Cattapa (Ketapang)

Gambar 2.7. Terminalia Cattapa


Sumber : http://eprints.umm.ac.id/35043/3/jiptummpp-gdl-juniarto20-
47410-3-babii.pdf, 2022
Terminalia Cattapa atau ketapang adalah sejenis pohon yang hidup di tepi
pantai dan rindang. Memiliki tajuk yang indah betingkat-tingkat menyebabkan
ketapang sering dijadikan sebagai pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan.

8. Meliaceae (Pohon Mahoni)

Gambar 2.8. Meliaceae


Sumber : http://p2kp.stiki.ac.id/id3/2-3060-2956/Mahoni_102998_p2kp-
stiki.html, 2022

Meliaceae atau pohon mahoni adalah pohon besar yang dapat tumbuh hingga
mencapai 35-45 m dan diameter 125 cm. Pohon mahoni dapat mengurangi polusi
14

udara hingga 47-69% sehingga sering disebut sebagai pohon pelindung sekaligus
sebagai filter udara dan daerah tangkapan air.

9. Ficus Benjamina (Pohon Beringin)

Gambar 2.9. Ficus Benjamina


Sumber : http://himakova.lk.ipb.ac.id/files/2016/05/BRGN2.jpg, 2022
Ficus Benjamina atau pohon beringin adalah pohon yang memiliki banyak
manfaat untuk lingkungan, yaitu sebagai filtrasi udara sehingga menyebabkan
udara segar di sekitar pohon.

10. Manilkara Zapota ( Pohon Sawo Manila)

Gambar 2.10. Manilkara Zapota


Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/1431/3/2BL01069.pdf, 2022

Manilkara Zalpota atau pohon sawo manila adalah pohon yang dikenal
memiliki umur yang panjang. Sawo maila merupakan salah satu tumbuhan tropis
15

yang mudah beradaptasi sehingga lebih mudah dibudidayakan di berbagai negara


termasuk Indonesia.

2.1.3.2 Persyaratan jenis-jenis vegetasi hutan kota wilayah permukiman


Menurut Kementrian Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Pusat penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
(2012) semakin maraknya pengembangan kawasan permukiman menyebabkan
kurangnya situasi kenyamanan lingkungan, sehingga dengan mengembangkan
hutan di wilayah perkotaan dapat menjadi salah satu strategi dalam mengantisipasi
hal tersebut. Untuk mewujudkan kawasan permukiman yang ramah lingkungan,
maka bangunan permukiman yang nyaman serta menjamin kelestarian sumber daya
air yang dimanfaatkannya harus tersedia. Agar sumber air tanah tetap
keberadaannya serta mampu menjadi penopang kebutuhan air baku, upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mempertinggi daya masuk air ke dalam tanah.
Upaya tersebut telah diyakini dengan membangun kawasan hijau dalam bentuk
hutan kota, yang terdiri dari beberapa jenis vegetasi dengan jarak penanaman yang
rapat, akan mampu menopang kenyamanan lingkungan permukiman.

Beberapa persyaratan jenis-jenis hutan kota wilayah permukiman, antara lain


mencakup:

1. Pohon berukuran sedang, dapat tumbuh pada tanah yang padat, kurang
subur, dan tidak memerluka perawatan khusus,
2. Memiliki sistem perakaran yang dalam, serta tidak memiliki perakaran
datar didalam tanah,
3. Memiliki dahan/cabang dan ranting yang tidak mudah patah, serta
memiliki tajuk yang dapat merindangi lingkungan sekitar,
4. Pohon berbunga indah diutamakan, serta tidak menggugurkan daun
sepanjang masa, serta dapat menghasilkan buah, yang dapat
dimanfaatkan,
5. Dapat tumbuh di bawah naungan ringan atau memiliki porsi sebagai
tatanan komunitas strata tajuk kedua,
6. Mampu bertahan dengan gulma pengganggu pohon,
16

7. Dapat menghasilkan oksigen tinggi, dan disukai oleh burung maupun


satwa liar lainnya,
8. Tidak mengeluarkan zat alelopati atau alergi terhadap alergi permukiman,
9. Memiliki umur lebih dari 70 tahun dengan tipe perawakan yang tidak
banyak berubah, dan tahan terhadap hama dan penyakit.

2.2 Urban Heat Island

2.2.1 Pengertian Urban Heat Island


Kota-kota besar dunia selalu mengaitkan peningkatan urbanisasi dengan
peningkatan suhu yang konsisten yaitu sekitar 0,1oC hingga 1,1oC pada setiap
dekade. Terjadinya peningkatan suhu ini disebabkan oleh akumulasi dari daerah
panas perkotaan. Semakin tinggi suhu pada suatu kota maka akan terjadi
peningkatan penggunaan listrik untuk pendinginan udara melalui alat pendingin
udara (AC) sehingga berakibat peningkatan produksi karbondioksida serta polutan
lainnya. Semua polutan yang dihasilkan kemudian akan memberikan konstribusi
negatif pada peningkatan suhu global melalui “efek rumah kaca”.
17

Landsberg (1981) dalam Karsono (2016) mengatakan bahwa “suhu udara


yang lebih hangat di suatu wilayah kota dibandingkan dengan suhu udara di
perdesaan merupakan gambaran nyata tentang daerah panas perkotaan (urban heat
island). Bangunan, jalan raya, vegetasi dan elemen fisik lainnya dalam kota adalah
material panas aktif dan permukaan bumi.

Gambar 2.11. Grafik temperatur panas yang dihasilkan material tertentu


pada jam-jam tertentu
Sumber : Karsono (2016)

2.2.2. Solusi Urban Heat Island Dengan Pohon/Vegetasi


Karsono (2016) mengatakan pohon dan vegetasi menyerap air melalui akar
serta melepaskannya melalui daun. Proses ini disebut juga sebagai transpirasi.
Evaporasi merupakan suatu proses konversi air dari cairan menjadi gas akibat
energi panas matahari. Evaporasi muncul dari vegetasi dan pohon serta permukaan
tanah yang ada di sekitarnya setelah menyerap air hujan melalui daun dan
permukaan vegetasi lainnya (batang).

Secara bersama proses ini disebut juga dengan evapotranspirasi, yaitu


mendinginkan udara dengan menggunakan panas udara untuk menguapkan air.
18

Evapotranspirasi secara sendiri atau kombinasi dengan peneduh dapat membantu


menurunkan suhu udara pada musim panas.

Gambar 2.12. Proses evapotranspirasi yang terjadi pada pohon


Sumber : Karsono (2021)

2.3 Hutan Kota

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/Menhut-V/2004 bagian ke-


enam.

1. Hutan kota dapat diartikan sebagai satu kesatuan ekosistem yang berupa
hamparan yang tumbuh pohon-pohon yang kompak serta rapat di dalam
suatu wilayah perkotaan, baik pada tanah negara ataupun tanah hak yang
telah ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang
2. Hutan kota adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang sesuai peruntukan
dalam RTRW kabupaten/kota
19

3. Hutan kota berada pada tanah negara ataupun hak, sesuai persyaratan
dalam PP No. 63 tahun 2002.

Hutan kota dapat diartikan juga sebagai ruang terbuka yang ditumbuhi
vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang dapat memberikan manfaat kepada
lingkungan sebesar besarnya untuk penduduk kota dalam kegunaan estetika,
proteksi, rekreasi, dan sebagainya.

Pembagunan hutan kota dapat dilaksanakan dengan melakukan peningkatan


penghijauan perkotaan, baik kualitas maupun kuantitas dengan meniru hutan alam
atau ekosistem alam.

2.3.1 Komponen Penentuan Vegetasi Hutan Kota


Berdasarkan teori dari Indriyanto (2006), terdapat bebrapa komponen
penentuan skor terhadap vegetasi di Hutan Kota, yaitu:

1. Persyaratan Silvikultural
Menurut Indriyanto (2006), agar fungsi hutan kota optimal, pemilihan jenis
pohon hutan kota harus memenuhi persyaratan silvikultural, yaitu berada pada
tempat tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (kondisi iklim
dan edafis), dapat tumbuh pada tanah dengan kondisi miskin hara, mampu
memulihkan kesuburan tanah, tahan terhadap penyakit dan serangan hama,
spesies tumbuhan yang selalu hijau, batang pokok dan cabang tidak mudah patah
dan tumbang, akar tidak merusak jalanan, bangunan, dan beton di sekitarnya.

Tabel 2.1 Persyaratan Silvikultural


Komponen Kriteria Skor
Ketinggian tempat 0-5000 mdpl 2
>5000 mdpl 1
20

Tabel 2.1 (lanjutan)


Curah hujan 1200-2000 mm/thn 2
>1200 dan <2000 1
mm/thn
Pohon toleran terhadap Toleran 2
tanah miskin hara Tidak toleran 1
Sifat memulihkan Mampu menyuburkan 2
kesuburan tanah tanah
Tidak mampu 1
menyuburkan tanah
Pohon tahan hama dan Tahan 2
penyakit Tidak tahan 1
Memiliki sifat Selalu hijau 2
menggugurkan daun Menggugurkan daun 1
Ketahanan batang Tidak mudah tumbang 2
pokok dan dan patah
percabangan terhadap
angin
Mudah tumbang dan 1
patah
Kondisi perakaran Tidak 2
terhadap bangunan merusak/mengganggu
disekitarnya Merusak/mengganggu 1
Toleransi terhadap Toleran 2
suhu tinggi Tidak toleran 1
Toleransi terhadap Toleran 2
penyinaran matahari Tidak toleran 1
yang kuat
21

Tabel 2.1 (lanjutan)


Toleransi terhadap Toleran 2
kekurangan air Tidak toleran 1
Sumber : Indriyanto (2006)

2. Persyaratan Manajemen
Menurut Indriyanto (2006), cara penanaman tumbuhan yang dipilih
harus mudah, pemeliharaan yang mudah dan murah, pengamanan dan
pemanfaatannya yang mudah. Sementara menurut Saebo et al (2005), jenis-
jenis pohon yang dipilih dalam pengembangan hutan kota harus memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pembangunan hutan kota, yaitu memiliki
tajuk tebal dan rapat sehingga dapat difungsikan sebagai tanaman peneduh,
memiliki tajuk kuat dan rapat agar dapat difungsikan sebagai tanaman penahan
angin, serta memiliki kemampuan tinggi dalam pengurangan pencemaran
lingkungan perkotaan.

Tabel 2.2. Persyaratan Manajemen


Komponen Kriteria Skor
Cara penanaman Mudah 2
pohon Sulit 1
Cara pemeliharaan Mudah dan murah 2
pohon Tidak mudah dan 1
mahal
Cara pengamannya Mudah 2
pohon Tidak mudah 1
Cara pemanfaatannya Mudah 2
pohon Tidak mudah 1
Fungsi tajuk sebagai Baik sebagai peneduh 2
peneduh (tebal dan (tebal dan rapat)
rapat) pohon Kurang baik sebagai 1
peneduh (tidak tebal
dan tidak rapat)
22

Tabel 2.2. (lanjutan)


Fungsi tajuk sebagai Baik sebagai 2
penahan angin (kuat pelindung angin (tajuk
dan rapat) pohon kuat dan rapat)
Kurang baik sebagai 1
peneduh (tajuk tidak
kuat dan ringan)
Kemampuan dalam Tinggi 2
pencemaran
lingkungan pohon

Rendah 1
Sumber : Indriyanto (2006)

3. Persyaratan Estetika
Menurut Indriyanto (2006), pohon yang akan ditanam pada hutan kota,
harus memiliki habitus yang menunjukkan kesesuaian dengan tujuan keindahan.
Sementara menurut Saebo et al (2005), selain fungsi estetika, pohon yang dipilih
dalam pengembangan hutan kota harus sekaligus mendukung fungsi pendidikan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Tabel 2.3. Persyaratan Estetika


Komponen Kriteria Skor
Habitus pohon (tajuk Indah 2
percabangan, daun, Tidak indah 1
dan/ bunga)
Fungsi pohon sebagai Ya 2
sarana pendidikan Tidak 1
Ukuran buah Buah berukuran 2
relative kecil
Buah berukuran besar 1
23

Tabel 2.3. (lanjutan)


Getah Tidak menghasilkan 2
beracun/berbahaya Getah 1
yang dihasilkan beracun/berbahaya
Potensi alergi yang Tidak berpotensi 2
timbul dari serbuk sari alergi
Berpotensi alergi 1
Sumber : Indriyanto (2006)

Kriteria kesesuaian :

a. TIDAK SESUAI : (23 – 30,33)


b. CUKUP SESUAI : (>30,33-38,33)
c. SESUAI : (>38,33-46)
24

2.4 Kerangka Pikir

KUALITAS TEDUHAN (SHADED AREA)


PADA RUANG TERBUKA (STUDI
KASUS : LAPANGAN MERDEKA KOTA
PEMATANGSIANTAR)

ISSUE : PERUBAHAN IKLIM


MIKRO DAN DAMPAK
LINGKUNGAN KOTA

RUMUSAN MASALAH :

Sebaran vegetasi disebuah ruang terbuka kota diyakini memberikan


kontribusi penurunan iklim mikro, namun mungkin belum ada studi
yang dilakukan khususnya di lapangan merdeka kota Pematangsiantar
untuk mengetahui secara pasti bahwa sebaran vegetasi memberikan
atau berkontribusi secara positif dalam perubahan iklim Pertanyaan
penelitian
TUJUAN: Untuk mengetahui kontribusi dan karakteristik vegetasi
dilapangan merdeka kota Pematangsiantar melalui penilaian terhadap
shaded area yang dihasilkan dari sebaran vegetasi dilokasi tersebut

MANFAAT PENELITIAN :
Publikasi pentingnya ketersediaan ruang
terbuka hijau di suatu kota.

METODA PENELITIAN STUDI KASUS


OBSERVASI & LAPANGAN MERDEKA KOTA
DOKUMENTASI PEMATANGSIANTAR

ANALISA DATA

REKOMENDASI
25

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu


NO Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Kurniawan Konsep pemilihan Kota Surabaya dengan tingkat
danAlfian, vegetasi lansekap aktivitas kendaraan tinggi
2010 pada taman menyebabkan kondisi udara Nox dan
lingkungan di kotoran sudah melebihi batas baku
Bunderan Waru mutu yang lebih rendah, diperlukan
Surabaya kebutuhan ruang terbuka hijau sengan
memiliki jenis tanaman fungsional
dan tanaman sistem bertingkat
2 Septi Riyani Konsep “Green Infill pohon sebagai strategi
Sari, 2017 Coriddor ” Pada rekomendasi konsep green corridor
Lansekap Kota menghasilkan luas shaded area yang
Lhokseumawe (Studi terbentuk dan akan memberi manfaat
Kasus : Kota terkait isu urban heat island.
Lhokseumawe- Aceh,
Indonesia).
3 Hidayat, 2010 Kajian fungsi ekologi Rekomendasi perencanaan jalur hijau
jalur hijau jalan dan jalan yang baik serta
sebagai penyangga konfigurasinya untuk mencapai
lingkungan pada Tol keefektifan peran jalur hijau jalan
Jagorawi sebagai penyangga lingkungan dan
mendukung keamanan pada tol
jagorawi.
26

Tabel 2.4. (lanjutan)


34 Wahyuni dan Identifikasi lansekap Elemen softscape yang ada di Taman
Qomarun, elemen softscape dan Balekambang Solo secara garis besar
2015 hardscape pada taman telah mampu memenuhi kategori
Balekambang Solo RTH, namun demikian, elemen
hardscape belum memenuhi standar
kelengkapan yang dibutuhkan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Sumber Data

3. 1.1 Bahan Penelitian


a. Objek penelitian
Objek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah Lapangan Merdeka
yang merupakan sebuah ruang terbuka hijau yang berada tepat di tengah-tengah
pusat Kota Pematangsiantar. Lapangan merdeka ini merupakan sebuah taman hijau
besar yang dikembangkan pemerintah Kota Pematangsiantar sebagai Ruang
terbuka hijau yang juga berfungsi sebagai sarana publik. Aktivitas yang terdapat di
dalam lapangan merdeka ini sangat beragam, mulai dari sebagai tempat berkumpul,
olahraga, rekreasi dan banyak fungsi lainnya.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah vegetasi, hardscape, serta
softscape yang tersedia di Lapangan Merdeka kota Pematangsiantar.

3.1.2 Perolehan Data


Dalam melakukan penelitian ini terdapat dua metode perolehan data yang
dilakukan, yaitu perolehan data primer dan perolehan data sekunder.
a. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari pengamatan langsung di
lapangan. Data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan yaitu, jenis
vegetasi yang tersedia, hardscape dan softscape.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil membaca dan
memahami referensi dan literatur dari buku, jurnal yang yang berhubungan dengan
penelitian ini.

27
28

3.1.3 Pengolahan Data


1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data dari berbagai macam
sumber, seperti buku, jurnal dan lainnya yang berkaitan dengan tema sehingga
penelitian yang dilakukan bersifat lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan
keasliannya. Dengan metode ini diharapkan dapat menemukan teori dengan baik
sehingga mampu menghubungkan dengan hasil analisis lapangan.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi lapangan dan aktivitas yang
terdapat pada lapangan.
Pengamatan langsung di lapangan bertujuan untuk mengamati perilaku
masyarakat dan aktivitas yang dilakukan selama berada di lapangan merdeka,
sehingga hasil penelitian lebih akurat.
3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk menyuguhkan informasi atau bukti resmi yang


berguna sebagai catatan.

3.2 Variabel Penelitian

Tabel 3.1. Variabel Penelitian


No Cara
Variabel Indikator Parameter
perolehan data
a. Jenis Berdasarkan
kebutuhan Obeservasi,
1. Vegetasi ruang terbuka dokumentasi,
b. Jumlah
hijau sesuai kajian pustaka
luasan.
29

Tabel 3.1. (lanjutan)


Observasi,
Berdasarkan
dokumentasi,
a. jarak kebutuhan
2. Jarak kajian
vegetasi ruang terbuka
literatur,
hijau
pemetaan
Pemilihan jenis
material Observasi,
a. Jenis
3. Material berdasarkan dokumentasi,
material
kesesuaian kajian literatur
fungsi
Observasi,
Berdasarkan
dokumentasi,
Shaded kebutuhan
3. a. Luas kajian
Area ruang terbuka
literatur,
hijau
pemetaan
Sumber : Data Penulis, 2021

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan sebuah ruang terbuka hijau dengan nama


Lapangan Merdeka dan berlokasi di Jalan Sutomo Pematangsiantar. Fungsi utama
dari Lapangan Merdeka ini merupakan Ruang terbuka Hijau yang dimanfaatkan
sebagai sarana ruang publik, fasilitas yang terdapat di Lapangan Merdeka juga
sangat beragam, seperti sarana olahraga, sarana permainan, dan lain-lain.
Alasan pemilihan lokasi adalah, karena lokasi Lapangan Merdeka berada
tepat di Pusat Kota Pematangsiantar, sehingga cocok dengan tema yang diajukan,
yaitu ruang terbuka hijau kota. Sehingga analisa dapat lebih akurat dilakukan.
30

Gambar 3.1. Peta Lokasi Objek Penelitian


Sumber : Data Penulis,, 2021
31

Gambar 3.2. Eksisting Layout Lapangan Merdeka


Sumber : Data Penulis, 2021

Ket : Merah : pohon 1 Biru tua : pohon 5

Biru muda : pohon 2 Ungu muda : pohon 3

Hijau : pohon 4 Kuning : pohon 6

Ungu Tua : pohon 8


a. Skeatboard f. Pendopo j. Lapangan
b. Taman g.Tugu k. Refleksi
c. Tangki air h. Area Olahraga l. Tempat Bermain
d. Musholla 1 i. Pendopo 2 m. Tempat duduk 2
e. Tempat duduk
32

Gambar 3.3. Peletakan Pohon 1

Gambar 3.4. Peletakan Pohon 2


33

Gambar 3.5. Peletakan Pohon 3

Gambar 3.6. Peletakan Pohon 4


34

Gambar 3.7. Peletakan Pohon 5

Gambar 3.8. Peletakan Pohon 6


35

Gambar 3.9. Peletakan Pohon 7

Gambar 3.10. Peletakan Pohon 8


36

3.4 Metode Penelitian

Untuk mengidentifikasi karakteristik kondisi ruang terbuka hijau di zona


studi digunakan teknik analisa deskriptif kualitaitif.
Metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan dua jenis data dalam
pembahasannya yaitu data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini.
Data primer diperoleh dengan cara observasi, sedangkan data sekunder berupa data
survei, kumpulan data, peta super-impossing, tabel dan uraian terkait.
Kegiatan yang akan dilakukan pada pelaksanaan metode survei adalah
sebagai berikut :
a. Penyiapan peta dasar berdasarkan fokus lokasi yang ditentukan.
b. Pengumpulan data sekunder berupa data-data yang diperoleh dari
beberapa sumber (buku dan berdiskusi dengan pembimbing) terkait persiapan
melakukan survei (memperkaya referensi pustaka).
c. Melakukan survei langsung lapangan dengan menyesuaikan persebaran
vegetasi pada peta dasar dengan kondisi lapangan (letak vegetasi).
d. Melakukan survei lapangan menentukan jenis pohonnya (nama pohon
dan lebar tajuk).
e. Tabulasi perhitungan vegetasi berdasarkan zona pada koridor yang
diteliti.
Setelah semua kegiatan yang dilakukan pada metode survei didapatkan data
validnya dan rekomendasi vegetasi dengan konsep hutan kota. Rekomendasi
penambahan pohon berdasarkan analisa jenis pohon yang ada pada masing-masing
zona. Pohon yang ditambahkan mengundang keanekaragam hewan terutama
burung untuk datang pada di setiap zona. Alat-alat yang digunakan pada penelitian
ini meliputi GPS, meteran, komputer dengan perangkat lunak AutoCAD 2016,
Photoshop cc, serta microsoft word 2016. Produk akhir dari penelitian ini berupa
rekomendasi vegetasi dengan konsep hutan kota pada Lapangan Merdeka kota
Pematangsiantar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

Gambar 4.1 Titik Lokasi Penelitian

Sumber : Data penulis, 2021

37
38

Objek yang diteliti adalah Lapangan Merdeka Pematang Siantar yang


merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang berada di tengah-tengah Kota
Pematangsiantar. Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar memliki luas 9963.1
m2 dengan penghijauan yang secara visual sudah dapat dikatakan asri.

Objek yang diteliti adalah Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar yang


meliputi :

1. Identifikasi kualitas ruang terbuka hijau berdasarkan karakteristik vegetasi


yang tersedia.
2. Identifikasi terhadap kuantitas (jumlah) hijauan dan softscape yang tersedia
di kawasan survei. Hijauan dan softscape yang dimasksud merupakan
pepohonan yang tersedia di kawasan survei, sementara softscape yang
dimaksud merupakan permukaan tanah yang tidak tertutup dengan material
perkerasan atau kedap air. Menghitung persebaran jumlah pepohonan yang
tersedia di kawasan survei dilakukan dengan menganalisa data dan
melakukan cross-check berdasarkan survei lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk memberi rekomendasi konsep ruang terbuka hijau
sebagai upaya untuk menurunkan pengaruh iklim mikro dan dampak lingkungan
kota.

4.2 Analisa Dan Hasil Penelitian

Kawasan studi meliputi seluruh wilayah Lapangan Merdeka Kota


Pematangsiantar yang terletak di pusat Kota Pematangsiantar. Pemilihan lokasi
studi diawali dengan melakukan survei dan pemetaan menyeluruh mengenai
kondisi eksisting meliputi dimensi keseluruhan lokasi, jumlah dan karakteristik
eksisting pohon yang tersedia dan perhitungan estimasi daerah bayangan (shaded
area) yang terbentuk. Dari hasil survei dan pemetaan yang dilakukan maka
39

pemetaan lokasi dibagi menjadi 4 zona untuk memudahkan perhitungan shaded


area.

Gambar 4.2 Pembagian zona pada lokasi

4.2.1 Identifikasi Dimensi Zona dan Vegetasi Eksisting

Survei, observasi, pemetaan, serta pengukuran yang dilakukan secara detail


pada setiap zona yang dibagi, meliputi: Dimensi tiap zona, kuantitas eksisting
vegetasi, dan estimasi luas daerah bayangan (shaded area) yang terbentuk. Detail
hasil studi ini disajikan pada tabel 4.1.
40

Tabel 4.1 Data Eksisiting Kawasan Studi


No Zona Dimensi Zona Tajuk eksisting (m’) Rata-rata Shaded ARea

Panjang Lebar Luas 1-5 5-10 Total 1-5 5-10 Total


’ ’ ’ 2 2
(m ) (m ) (m ) (pohon) (pohon) (pohon) (m ) (m ) (m2)

1. Zona A 39,5 74,95 2.960 74 14 88 363 618 981

2. Zona B 39,5 74,95 2.960 48 6 54 235 265 500

3. Zona C 39,5 52,5 2.073 31 6 37 152 265 417

4. Zona D 39,5 52,5 2.073 15 4 19 74 177 251

Total 10.066 168 30 198 1.049 750 2.149

Sumber : Data Penulis, 2021

Tabel 4.1 menunjukkan komparasi antara luas permukaan jalan dengan luas tajuk
pohon eksisting yang menghasilkan daerah bayangan (shaded area). Data pada
tabel kemudian dianalisis kedalam bentuk grafik histogram untuk memperoleh
komparasi yang lebih jelas.
41

Zona 4

Zona 3

Zona 2

Zona 1

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Luas Eksisting Shaded Area Luas zona

Gambar 4.3. Grafik komparasi luas zona dengan eksisting shaded area
Sumber : Data Penulis, 2021

Zona A dan B memliki luas total permukaan yang paling besar yaitu seluas
2.960 m2 dengan shaded area yang terbentuk seluas 981 m2 untuk zona A dan 500
m2 untuk zona B Yang dihasilkan oleh pohon eksisting yang ada. Sementara zona
C dan D memiliki luas total terendah yaitu 2.073 m2. Dengan eksisting shaded area
yang dihasilkan dari pohon seluas 417 m2 untuk zona C dan 251 untuk zona D.

Secara keseluruhan, komparasi luas semua zona memiliki perbandingan


yang dapat dikatakan ekstrim terhadap shaded area yang dihasilkan oleh pohon
eksisting, yaitu, 10.066 m2 berbanding 2.149 m2 (Tabel 4.1). Secara rasio,
komparasi keduanya memiliki nisbah 1: 0.2 (Gambar 4.1), yaitu dalam setiap 1 m2
luas zona hanya 0.2 m2 yang tertutup oleh bayangan pohon (shaded area) yang
terbentuk. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa rata-rata sekitar 80%
permukaan jalan dan jalur pedestrian di kawasan studi terpapar sinar matahari
secara langsung sepanjang siang hari, yang terakumulasi akan menghasilkan urban
heat island dan secara mikro memberikan dampak terhadap meningkatnya suhu
rata-rata kawasan/kota.
42

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000


1
Luas Shaded Area (m2) 2,149
Luas Zona Keseluruhan (m2) 10,066

Gambar 4.4. Komparasi total luas jalan dengan total eksisting shaded area
Sumber : Data Penulis, 2021

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2


Luas Shaded Area 0.2
Luas Eksisting 1

Gambar 4.5. Rasio total luas jalan dengan total eksisting shaded area
Sumber : Data Penulis, 2021

Merujuk pada Bab 2 yaitu terkait grafik temperatur panas yang dihasilkan
oleh material-material tertentu pada jam-jam tertentu (Gambar. 2.11), yaitu
menunjukkan bahwa material paving dan rumput yang dominan digunakan pada
kawasan studi yang menyumbangkan pantulan panas dengan suhu yang paling
tinggi mencapai 33ocelcius untuk rumput dan 34ocelcius untuk paving pada
ketinggian 150 cm tepat pada pukul 13.00 WIB.
43

Tabel 4.2 Kondisi Eksisting Lokasi


Symbol Keterangan Gambar

A Area skeatboard

Tabel 4.2. (lanjutan)

B Taman

C Tangki air
44

D Musholla

E Tempat duduk

F Pendopo

Tabel 4.2. (lanjutan)

G Tugu

H Area Olahraga
45

I Pendopo 2

J Lapangan

K Refleksi

Tabel 4.2. (lanjutan)

L Tempat bermain

M Tempat duduk 2

Sumber : Data Penulis 2021


46

Tabel 4.3 Peta Persebaran Pohon


Nama Pohon Peletakan Gambar Jumlah
Lamtoro
(Leucaena
leucocephala
ssp.
16
Glabrata
(rose) s.
Zarate)

Pohon
mangga
6
(Mangifera
Indica)

Ketapang
Kencana
8
(Terminalia
Mantaly)

Tabel 4.3. (lanjutan)

Glodokan
tiang
150
(Polyathia
longifolia)

Matoa
(Pommetia 4
Pinnata)
47

Palem
1
(Areaceae)

Cemara
angin
3
(Casuarina
equisetifolia)

Pucuk
Merah
9
(Syzygium
oleina)

Sumber : Data Penulis 2021


48

4.2.2 Identifikasi dan Rekomendasi Kawasan Studi menurut Zona

Sub bab ini secara terperinci mengidentifikasi seluruh karakteristik pohon


eksisting, penyebaran serta potensi yang dimiliki setiap pohon. Dari hasil
identifikasi kemudian dapat direkomendasikan karakteristik pohon dan konsep
ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk memaksimalkan shaded area yang
terbentuk.

Pendekatan konsep ruang terbuka hijau adalah melalui optimasi infill atau
penyisipan pohon baru pada setiap zona yang berpotensi. Jenis pohon yang akan
dipilih dengan mempertimbangkan kepada konsep ruang terbuka hijau yang ingin
dihasilkan termasuk jenis satwa yang ingin dihadirkan pada setiap zona. Jenis
pohon yang akan dipilih pada setiap zona dipilih adalah yang berkarakter sesuai
ekologi kawasan kota untuk memperkecil resiko stress, sakit dan mati pada pohon
yang akan dipilih untuk ditanam (infill).

Pemilihan diameter tajuk pohon juga akan menjadi pertimbangan.

1. Zona A

Gambar 4.6 Zona A


Sumber : Data Penulis, 2021
49

Zona A terdapat beberapa fasilitas publik seperti lapangan basket, refleksi


kaki, musholla, pendopo, dan area olahraga.

Vegetasi eksisting yang terdapat pada zona A meliputi Lamtoro (Leucaena


leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), Glodokan tiang (Polyathia
longifolia), Matoa (Pommetia Pinnata), Palem (Areaceae), Cemara angin
(Casuarina equisetifolia), Pucuk Merah (Syzygium oleina). Total vegetasi pada
zona A sebanyak 87 pohon (Tabel 4.1)

Gambar 4.7. (a) Lamtoro (Leucaena leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate),
(b) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (c) Palem (Areaceae), (d) Cemara
angin (Casuarina equisetifolia),(e) Matoa (Pommetia Pinnata), (f) Pucuk Merah
(Syzygium oleina)

Sumber : (a) https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Lamtoro_104301_p2k-


unkris.html
(b) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
50

(c) https://artikel.rumah123.com/17-jenis-pohon-palem-hias-tercantik-untuk-
taman-bikin-rumah-jadi-asri-66077
(d) https://ragunanzoo.jakarta.go.id/satwa-ragunan/flora/cemara-laut/
(e) http://papua.litbang.pertanian.go.id/index.php/layanan/taman-
agroinovasi/537-plasmanutfah-3
(f) https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/cara-merawat-
pucuk-merah-agar-tumbuh-dengan-baik-34
2. Zona B
Zona B terdapat beberapa fasilitas publik seperti area skeatboarding,
pendopo, dan taman kecil.

Gambar 4.8. Zona B


Sumber : Data Penulis, 2021

Vegetasi eksisting zona B meliputi Glodokan tiang (Polyathia longifolia),


Ketapang Kencana (Terminalia Mantaly, dan Matoa (Pommetia Pinnata).
51

Gambar 4.9. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Ketapang Kencana
(Terminalia Mantaly), (c) Matoa (Pommetia Pinnata)
Sumber :
(a) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
(b) http://sma2salatiga.sch.id/wordpress/ketapang-kencana-terminalia-
mantaly/
(c) http://papua.litbang.pertanian.go.id/index.php/layanan/taman-
agroinovasi/537-plasmanutfah-3

3. Zona C
Zona C terdapat beberapa fasilitas publik seperti area tempat duduk, area
bermain, dan pendopo
52

Gambar 4.10. Zona C


Sumber : Data Penulis, 2021

Vegetasi eksisting zona C meliputi Glodokan tiang (Polyathia longifolia),


Lamtoro (Leucaena leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), Ketapang
Kencana (Terminalia Mantaly)
53

Gambar 4.11. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly)
Sumber :
(a) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
(b) https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Lamtoro_104301_p2k-
unkris.html
(c) http://sma2salatiga.sch.id/wordpress/ketapang-kencana-terminalia-
mantaly/
4. Zona D
Zona C terdapat beberapa fasilitas publik seperti area tempat duduk,
mushalla, dan pendopo

Gambar 4.12. Zona D


Sumber : Data Penulis, 2021
Vegetasi eksisting pada zona D meliputi Glodokan tiang (Polyathia
longifolia), Lamtoro (Leucaena leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate),
Ketapang Kencana (Terminalia Mantaly)
54

Gambar 4.13. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly)
Sumber :
(a) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
(b) https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Lamtoro_104301_p2k-
unkris.html
(c) http://sma2salatiga.sch.id/wordpress/ketapang-kencana-terminalia-
mantaly/

4.2.3 Rekomendasi Vegetasi yang ingin Dihadirkan


 Pohon Mahoni
Merujuk pada Bab II tentang Teori dari Indriyanto (2006), maka :
4. Persyaratan Silvikultural
Menurut Indriyanto (2006), agar fungsi hutan kota optimal, pemilihan jenis
pohon hutan kota harus memenuhi persyaratan silvikultural, yaitu berada pada
tempat tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (kondisi iklim
dan edafis), dapat tumbuh pada tanah dengan kondisi miskin hara, mampu
memulihkan kesuburan tanah, tahan terhadap penyakit dan serangan hama,
spesies tumbuhan yang selalu hijau, batang pokok dan cabang tidak mudah patah
dan tumbang, akar tidak merusak jalanan, bangunan, dan beton disekitarnya.
55

Tabel 4.4. Persyaratan Silvikultural


Komponen Kriteria Skor
Ketinggian tempat 0-5000 mdpl 2
tumbuh >5000 mdpl 1
1200-2000 mm/thn 2
Curah hujan >1200 dan <2000
1
mm/thn
Toleransi terhadap Toleran 2
tanah miskin hara Tidak toleran 1
Mampu menyuburkan
2
Sifat memulihkan tanah
kesuburan tanah Tidak mampu
1
menyuburkan tanah
Pohon tahan hama dan Tahan 2
penyakit Tidak tahan 1
Memiliki sifat Selalu hijau 2
menggugurkan daun Menggugurkan daun 1

Tabel 4.4. (lanjutan)

Memiliki ketahanan Tidak mudah tumbang


2
batang pokok dan dan patah
percabangan terhadap
angin Mudah tumbang dan
1
patah
Kondisi perakaran Tidak
2
terhadap bangunan merusak/mengganggu
disekitarnya Merusak/mengganggu 1
Toleransi terhadap Toleran 2
suhu tinggi Tidak toleran 1
56

Toleransi terhadap Toleran 2


penyinaran matahari
Tidak toleran 1
yang kuat
Toleransi terhadap Toleran 2
kekurangan air Tidak toleran 1
Sumber : Indriyanto, 2006

5. Persyaratan Manajemen
Menurut Indriyanto (2006), cara penanaman tumbuhan yang dipilih
harus mudah, pemeliharaan yang mudah dan murah, pengamanan dan
pemanfaatannya yang mudah. Sementara menurut Saebo et al (2005), jenis-
jenis pohon yang dipilih dalam pengembangan hutan kota harus memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pembangunan hutan kota, yaitu memiliki
tajuk tebal dan rapat sehingga dapat difungsikan sebagai tanaman peneduh,
memiliki tajuk kuat dan rapat agar dapat difungsikan sebagai tanaman penahan
angin, serta memiliki kemampuan tinggi dalam pengurangan pencemaran
lingkungan perkotaan.

Tabel 4.5. Persyaratan Manajemen


Komponen Kriteria Skor
Cara penanaman Mudah 2
pohon Sulit 1
Cara pemeliharaan Mudah dan murah 2
pohon Tidak mudah dan 1
mahal
Cara pengamannya Mudah 2
Tidak mudah 1
Cara pemanfaatannya Mudah 2
Tidak mudah 1
57

Fungsi tajuk sebagai Baik sebagai peneduh 2


peneduh (tebal dan (tebal dan rapat)
rapat) Kurang baik sebagai 1
peneduh (tidak tebal
dan tidak rapat)
Fungsi tajuk sebagai Baik sebagai 2
penahan angin (kuat pelindung angin (tajuk
dan rapat) kuat dan rapat)
Kurang baik sebagai 1
penedug (tajuk tidak
kuat dan ringan)
Kemampuan dalam Tinggi 2
pencemaran
lingkungan

Rendah 1
Sumber : Indriyanto, 2006

6. Persyaratan Estetika
Menurut Indriyanto (2006), pohon yang akan ditanam pada hutan kota,
harus memiliki habitus yang menunjukkan kesesuaian dengan tujuan keindahan.
Sementara menurut Saebo et al (2005), selain fungsi estetika, pohon yang dipilih
dalam pengembangan hutan kota harus sekaligus mendukung fungsi pendidikan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Tabel 4.6. Persyaratan estetika


Komponen Kriteria Skor
Indah 2
58

Habitus pohon (tajuk Tidak indah 1


percabangan, daun,
dan/ bunga)
Fungsi pohon sebagai Ya 2
saran pendidikan Tidak 1
Ukuran buah Buah berukuran 2
relative kecil
Buah berukuran besar 1
Getah yang dihasilkan Tidak menghasilkan 2
beracun/berbahaya Getah 1
beracun/berbahaya
Potensi alergi yan Tidak berpotensi 2
timbul dari serbuk sari alergi
Berpotensi alergi 1
Sumber : Indriyanto, 2006

Jumlah skor yang didapatkan dari seluruh point adalah 41, sehingga
berdasarkan teori Indriyanto (2006) pohon mahoni dinilai sangat sesuai untuk
penanaman pohon sebagai pohon taman hutan kota.

 Pohon Beringin
Merujuk pada Bab II tentang Teori dari Indriyanto (2006), maka :
1. Persyaratan Silvikultural
Menurut Indriyanto (2006), agar fungsi hutan kota optimal, pemilihan jenis
pohon hutan kota harus memenuhi persyaratan silvikultural, yaitu berada pada
tempat tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (kondisi iklim
dan edafis), dapat tumbuh pada tanak dengan kondisi miskin hara, mampu
memulihkan kesuburan tanah, tahan terhadap penyakit dan serangan hama,
spesies tumbuhan yang selalu hijau, batang pokok dan cabang tidak mudah patah
dan tumbang, akar tidak merusak jalanan, bangunan, dan beton di sekitarnya.
59

Tabel 4.7. Persyaratan Silvikultural


Komponen Kriteria Skor
Ketinggian tempat 0-5000 mdpl 2
>5000 mdpl 1
Curah hujan 1200-2000 mm/thn 2
>1200 dan <2000 1
mm/thn
Toleran terhadap tanah Toleran 2
miskin hara Tidak toleran 1
Sifat memulihkan Mampu menyuburkan 2
kesuburan tanah tanah
Tidak mampu 1
menyuburkan tanah
Tahan hama dan Tahan 2
penyakit Tidak tahan 1
Sifat menggugurkan Selalu hijau 2
daun Menggugurkan daun 1

Tabel 4.7. (lanjutan)


Ketahanan batang Tidak mudah tumbang 2
pokok dan dan patah
percabangan terhadap
angin
Mudah tumbang dan 1
patah
Tidak 2
merusak/mengganggu
60

Kondisi perakaran Merusak/mengganggu 1


terhadap bangunan
disekitarnya
Toleransi terhadap Toleran 2
suhu tinggi Tidak toleran 1
Toleransi terhadap Toleran 2
penyinaran matahari Tidak toleran 1
yang kuat
Toleransi terhadap Toleran 2
kekurangan air Tidak toleran 1
Sumber : Indriyanto, 2006

2. Persyaratan Manajemen
Menurut Indriyanto (2006), cara penanaman tumbuhan yang dipilih
harus mudah, pemeliharaan yang mudah dan murah, pengamanan dan
pemanfaatannya yang mudah. Sementara menurut Saebo et al (2005), jenis-
jenis pohon yang dipilih dalam pengembangan hutan kota harus memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pembangunan hutan kota, yaitu memiliki
tajuk tebal dan rapat sehingga dapat difungsikan sebagai tanaman peneduh,
memiliki tajuk kuat dan rapat agar dapat difungsikan sebagai tanaman penahan
angin, serta memiliki kemampuan tinggi dalam pengurangan pencemaran
lingkungan perkotaan.

Tabel 4.8. Persyaratan Manajemen


Komponen Kriteria Skor
Cara penanaman Mudah 2
pohon Sulit 1
Cara pemeliharaan Mudah dan murah 2
pohon Tidak mudah dan 1
mahal
Cara pengamannya Mudah 2
61

Tidak mudah 1
Cara pemanfaatannya Mudah 2
Tidak mudah 1
Fungsi tajuk pohon Baik sebagai peneduh 2
sebagai peneduh (tebal (tebal dan rapat)
dan rapat) Kurang baik sebagai 1
peneduh (tidak tebal
dan tidak rapat)
Fungsi tajuk pohon Baik sebagai 2
sebagai penahan angin pelindung angin (tajuk
(kuat dan rapat) kuat dan rapat)
Kurang baik sebagai 1
penedug (tajuk tidak
kuat dan ringan)
Kemampuan dalam Tinggi 2
pencemaran
lingkungan

Rendah 1
Sumber : Indriyanto, 2006

3. Persyaratan Estetika
Menurut Indriyanto (2006), pohon yang akan ditanam pada hutan kota,
harus memiliki habitus yang menunjukkan kesesuaian dengan tujuan keindahan.
Sementara menurut Saebo et al (2005), selain fungsi estetika, pohon yang dipilih
dalam pengembangan hutan kota harus sekaligus mendukung fungsi pendidikan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.

Tabel 4.9. Persyaratan Estetika


Komponen Kriteria Skor
Indah 2
62

Habitus pohon (tajuk Tidak indah 1


percabangan, daun,
dan/ bunga)
Fungsi pohon sebagai Ya 2
saran pendidikan Tidak 1
Ukuran buah Buah berukuran 2
relative kecil
Buah berukuran besar 1
Getah yang dihasilkan Tidak menghasilkan 2
beracun/berbahaya Getah 1
beracun/berbahaya
Potensi alergi yang Tidak berpotensi 2
timbul dari serbuk sari alergi
Berpotensi alergi 1
Sumber : Indriyanto, 2006

Jumlah skor yang didapatkan dari seluruh point adalah 43, sehingga
berdasarkan teori Indriyanto (2006) pohon beringin dinilai sangat sesuai untuk
penanaman pohon sebagai pohon taman hutan kota.

PLANTS ANIMALS

(a.) Mahoni (b.) Cabai jawa

Swietinia macrophylla Dicaeum trochileum


63

(c.) Beringin (d.) Walik


Ficus benjamina Ptilinopus melanospilus

(e.) Glodokan tiang


(Polyathia longifolia),
Gambar 4.14. Rekomendasi Vegetasi dan Satwa yang dihasilkan
Sumber : (a) https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article-
pdf/Budidaya%20Mahoni.pdf
(b) https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/burung-cabai-jawa-3/
(c) http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/beringin
(d) https://www.jalaksuren.net/ciri-khas-burung-walik-jambu-dan-daerah-
persebarannya/
(e) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
64

4.2.4 Rekomendasi infill Pada Zona Kawasan


a. Zona A

Gambar 4.15. Rekomendasi infill pada zona A


Sumber : Data Penulis, 2021

Vegetasi yang direkomendasikan pada zona a berupa 15 pohon bertajuk 5-10


m dengan 10 pohon mahoni dan 5 pohon beringin dan 25 pohon bertajuk 1-5 m
yaitu pohon glodokan tiang. Sehingga mendatangkan satwa burung cabai jawa dan
burung walik yang hinggap.

Total shaded area yang dihasilkan dari infill 40 pohon baru pada zona A
adalah 781,5 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 1762 m2
65

b. Zona B

Gambar 4.16. Rekomendasi infill pada zona B


Sumber : Data Penulis, 2021

Vegetasi yang direkomendasikan pada zona b berupa 30 pohon bertajuk 5-10


m dengan 20 pohon mahoni dan 10 pohon beringin dan 50 pohon bertajuk 1-5 m
yaitu pohon glodokan tiang. Sehingga mendatangkan satwa burung cabai jawa dan
burung walik yang hinggap.

Total shaded area yang dihasilkan dari infill 80 pohon baru pada zona A
adalah 1563 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 2063 m2
66

c. Zona C

Gambar 4.17. Rekomendasi infill pada zona C


Sumber : Data Penulis, 2021

Vegetasi yang direkomendasikan pada zona b berupa 20 pohon bertajuk 5-10


m dengan 14 pohon mahoni dan 6 pohon beringin dan 40 pohon bertajuk 1-5 m
yaitu pohon glodokan tiang. Sehingga mendatangkan satwa burung cabai jawa dan
burung walik yang hinggap.

Total shaded area yang dihasilkan dari infill 60 pohon baru pada zona A
adalah 1074 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 1491 m2
67

d. Zona D

Gambar 4.18. Rekomendasi infill pada zona D


Sumber : Data Penulis, 2021

Vegetasi yang direkomendasikan pada zona b berupa 30 pohon bertajuk 5-10


m dengan 22 pohon mahoni dan 8 pohon beringin dan 45 pohon bertajuk 1-5 m
yaitu pohon glodokan tiang. Sehingga mendatangkan satwa burung cabai jawa dan
burung walik yang hinggap.

Total shaded area yang dihasilkan dari infill 75 pohon baru pada zona A
adalah 1539 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 1790 m2
68

4.3 Estimasi Peningkatan Shaded Area Pasca Infill Pohon

Peningkatan shaded area yang dihasilkan dari konsep taman hutan kota
dengan melakukan infill pada lokasi studi dapat diestimasi. Tabel 5.1 dan tabel 5.2
menyajikan jumlah pohon yang perlu di-infill-kan serta estimasi luasan shaded area
yang dihasilkan ketika pohon tersebut mencapai umur tanaman yang ideal.

Tabel 4.10. Optimasi Infill pohon pada zona kawasan

Dimensi Optimasi Infill Pohon

No. Zona Shaded


Panjang Tajuk Tajuk Jumlah
Lebar (m) Luas (m2) Area
(m) (1-5m’) (5-10m’) (Pohon)
(m2)

1. Zona A 39,5 74,95 2.960 25 15 40 1642,5

2. Zona B 39,5 74,95 2.960 50 30 80 2063

3. Zona C 39,5 52,5 2.073 40 20 60 1461

4. Zona D 39,5 52,5 2.073 45 30 75 1790


Sumber : Data Penulis, 2021
69

Tabel 4.11. Optimasi luas shaded area yang dihasilkan

Dimensi Zona Kuantitas Pohon Luas shaded area

Luas zona Kuantitas Pohon Luas Shaded Area

No. Zona Saat


Panjang Lebar Luas Saat Infill
Infill Total ini Total
(m) (m) (m2) ini (m2)
(m2)

1. Zona a 39,5 74,95 2.960 88 40 128 981 781,5 1762

2. Zona b 39,5 74,95 2.960 54 80 134 500 1563 2063

3. Zona c 39,5 52,5 2.073 37 60 97 417 1074 1491

4. Zona d 39,5 52,5 2.073 19 75 94 251 1539 1790

Total 10.066 198 255 453 2149 4957 7160

Sumber : Data Penulis, 2021

Jumlah infill yang diperlukan adalah sebanyak 255 pohon dari berbagai
jenis dengan tajuk yang bervariasi antara 5 meter hingga 10 meter. Sehingga total
optimasi pohon infill dan pohon eksisting berjumlah 453 pohon pada seluruh
kawasan studi serta menghasilkan total shaded area seluas 7160 m2. Gambar 5.1
menyajikan peningkatan luas shaded area pada setiap zona setelah dilakukannya
infill pohon, peningkatan yang terjadi sangat signifikan jika dibandingkan dengan
kondisi eksisting (gambar 4.1). sementara pada gambar 5.2 menyajikan
peningkatan rasio antara luas seluruh zona kawasan studi dengan luas shaded area
yang dihasilkan pasca infill pohon.
70

Zona 4

Zona 3

Zona 2

Zona 1

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

Luas Total Shaded Area Luas zona

Gambar 4.19. Grafik komparasi luas jalan dengan shaded area pasca infill
Sumber : Data Penulis, 2021

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Luas Shaded Area 0.7


Luas Eksisting 1

Gambar 4.20. Rasio total luas jalan dan shaded area pasca infill
Sumber : Data Penulis, 2021

Jumlah infill pohon yang diperlukan sebanyak 255 pohon dari pohon yang
sudah direkomendasikan dengan tajuk yang bervariasi dari 1-10 m. Sehingga secara
total optimasi pohon infill dengan pohon eksisting berjumlah sebanyak 453 pohon
pada seluruh kawasan studi dan akan menghasilkan total shaded area seluas 7160
m2. Gambar 5.1 menyajikan peningkatan luas shaded area pada setiap zona pasca
71

infill pohon. Peningkatan ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan kondisi
eksisting saat ini (rujuk pada bab 4, Gambar 4.3).

Sementara pada Gambar 5.2 menyajikan peningkatan rasio antara luas


seluruh area zona kawasan studi dengan luas shaded area yang dihasilkan pasca
infill pohon. Rasio nisbah juga meningkat dari yang sebelumnya 1 : 0,2 (rujuk pada
bab 4, Gambar4.5 ) menjadi 1: 0,71 maknanya dalam setiap 1 m2 luas zona
terbentuk shaded area seluas 0,71 m2. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa
hanya kurang dari 30% permukaan kawasan yang terpapar sinar matahari secara
langsung sepanjang hari.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini memberikan kesimpulan hasil studi dan saran. Kesimpulan
menguraikan tentang tentang optimasi shaded area yang dihasilkan dari infill
pohon pada lokasi studi dan manfaatnya Sementara saran menguraikan tentang
peluang dilakukannya penelitian ini lebih lanjut.

5.1 Kesimpulan

Infill pohon sebagai strategi rekomendasi konsep ruang terbuka hijau kota
yang baik dan menghasilkan shaded area yang terbentuk sehingga akan memberi
manfaat terkait isu urban heat island, yaitu :

a. Berkurangnya paparan sinar matahari langsung kedalam zona kawasan


studi serta perkerasan didalam kawasan studi, sehingga akan
mengurangi pantulan panas, dan mencegah terjadinya efek urban heat
island yang dapat meningkatkan suhu mikro kawasan
b. Kepadatan pohon yang semakin massif di kawasan studi akan
memberikan dampak menurunkan suhu mikro.
c. Zona kawasan akan memiliki daerah bayangan (shaded area) yang terus
menerus tanpa terputus, sehingga kawasan akan semakin nyaman untuk
dikunjungi pada siang hari.

5.2 Saran

Penelitian ini bersifat studi yang memberikan rekomendasi konsep Taman


Hutan Kota sebagai upaya mengurangi intensitas urban heat island pada lokasi
studi. Hasil studi memberikan gambaran peluang untuk memperbaiki kondisi
Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar dan mengurangi akumulasi urban heat
masih sangat terbuka lebar.

72
73

Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan sebagai kelanjutan dari hasil studi ini
secara lebih terukur berupa :

a. Simulasi aplikasi konsep taman hutan kota menggunakan software yang


sesuai,
b. Pengukuran suhu rata-rata pada setiap zona mengikut perubahan waktu
dan cuaca menggunakan alat yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko., & Djoko Sujarto., 2005, Kota Berkelanjutan. Cetakan Kedua,
Bandung: PT, Alumni.

Fandeli, C., Kaharuddin, & Mukhlison., 2004, Perhutanan kota. Fakultas


Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.

Hakim, R., & Hardi Utomo., 2003, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap
(Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain), Jakarta: Bumi Aksara.

Indriyanto., 2006, Identifikasi dan Kesesuaian Spesies Vegetasi Penghijauan di


Kota Bandar Lampung. ProsidisingSeminar Hasil-hasilPenelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat,Buku I. Lembaga Penelitian
UniversitasLampung. Bandar Lampung.Buku I. Lembaga Penelitian
UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Karsono, B., Wahid, J., Alamsyah, B., 2009, The Contribution of Trees in Public
Park. The Second International Conference On Green Technology and
Engineering (ICGTE), 1. 110.

Karsono, B., 2016, Mitigasi Daerah Panas Perkotaan (Urban Heat Island)
Dengan Lansekap Dan Vegetasi., Paper di Musrenbang Kota Medan 2016.

Moniaga, I.L., Takumansang, E.D., 2015, Pengembangan RTH Kota Berbasis


Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang (Studi Kasus : Kota Manado). Manado:
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015.

Purwanto, E., 2007, RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN GRAHA


ESTETIKA SEMARANG. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman,
6(1). 49.

Samsudi., 2010, RUANG TERBUKA HIJAU KEBUTUHAN TATA RUANG


PERKOTAAN KOTA SURAKARTA. Journal of Rural and Development,
1(1). 12.

74
75

BIODATA

1. Personal

Nama : Anggita Dian Lestari Lubis

Nim : 170160056

Bidang : Arsitektur

Tanggal Lahir : 20 Agustus 1999

Alamat : Jl. Silimakuta, No. 20, Kel. Timbang Galung, Kec.


Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara

No. Hp/Telepon : 085263195364

2. Orang Tua
Nama Ayah : Drs. Syamsir Lubis

Pekerjaan : Wirausaha

Tanggal Lahir : 22 Juni 1958

Alamat : Jl. Silimakuta, No. 20, Kel. Timbang Galung, Kec.


Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara

Nama ibu : Nurlely


76

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal lahir : 20 Januari 1962

Alamat : Jl. Silimakuta, No. 20, Kel. Timbang Galung, Kec.


Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara

3. Pendidikan Formal

Asal SLTA (2017) : SMAS Sultang Agung

Asal SLTP (2014) : SMP Taman Asuhan

Asal SD (2011) : SD Taman Asuhan

4. Software Komputer yang Dikuasai

Jenis Software : Microsoft Office Word

Tingkat penguasaan : Intermediate

Jenis Software : Microsoft Office Excel

Tingkat Penguasaan : Intermediate

Jenis Software : Microsoft Office Power Point

Tingkat Penguasaan : Intermediate

Jenis Software : Microsoft Office Power Publisher

Tingkat Penguasaan : Intermediate

Jenis Software : Adobe Photoshop

Tingkat Penguasaan : Intermediate

Jenis Software : AutoCAD

Tingkat Penguasaan : Intermediate

Jenis Software : Sketch Up

Tingkat Penguasaan : Intermediate

Jenis Software : Lumion

Tingkat Penguasaan : Intermediate


77

Jenis Software : Enscape

Tingkat penguasaan : Intermediate

Lhokseumawe, 5 April 2022


Saya yang membuat penyataan

Anggita Dian Lestari Lubis

170160056
75

Anda mungkin juga menyukai