TERBUKA
(Studi kasus: Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
170160056
Nim : 170160056
Dengan ini saya menyatakan, bahwa skripsi ini merupakan hasil penilitian dari
pemikiran maupun paparan asli dari karya sendiri. Skripsi ini tidak terdapat bagian
atau satu kesatuan yang memiliki dari keseluruhan jurnal, buku maupun sumber
lainnya.
170160056
i
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN
Disusun Oleh :
Nama : Anggita Dian Lestari Lubis
Nim: 170160056
Jurusan/ prodi : Arsitektur
Disetujui oleh,
Mengetahui,
Koordinator Skripsi
ii
LEMBAR PENGESAHAN FALKUTAS
Berdasarkan hasil evaluasi sidiang skripsi pogram strata (S1) Program Studi
Arsitektur Falkultas Teknik Universitas Malikussaleh yang telah diadakan pada
tanggal 14 Februari 2022 , terhadap mahasiswa:
Nama mahasiswa :
Anggita Dian Lestari Lubis
Nomor Induk Mahasiswa :
170160056
Jurusan/Prodi :
Arsitektur
Judul Skripsi :
Kualitas Teduhan (Shaded Area) Pada Ruang
Terbuka (studi kasus : Lapangan Merdeka Kota
Pematangsiantar)
Tanggal Sidang : 14 Februari 2022
Menetapkan bahwa mahasiswa tersebut adalah telah memenuhi persyaratan
akademik yang diperoleh untuk mendapat Ijazah Sarjana Program Strata Satu (S1)
pada program Studi Arsitektur Falkutas Teknik Universitas Malikussaleh.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa atas semua nikmat
dan karunia-Nya hingga saya dapat menyelesaikan penelitian skripsi mengenai
“Kualitas Teduhan (Shaded Area) Pada Ruang Terbuka (Studi Kasus : Lapangan
Merdeka Kota Pematangsiantar) sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana Arsitektur falkutas Teknik Universitas Malikussaleh. Selama penulisan
laporan penelitian ini saya mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
iv
9. Ibu Sisca Olivia, S.T., M.S selaku dosen penguji II yang telah membantu
memberikan saran dan masukan mengenai tulisan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi.
10. Orang tua saya yang selalu memberi semangat, motivasi dan doa untuk saya
baik mengenai perkuliahan maupun penyusunan skripsi.
11. Keempat saudara saya, Amelia Febrini Lubis, Aditia Idham Syahputra Lubis,
Arif Ichwan Hafiz Lubis, dan Adinda Permata Sari Lubis yang telah setia
memberikan semangat dan motivasi untuk saya dari awal hingga akhir
penyusunan skripsi.
12. Seluruh dosen staff pengajar prodi Arsitektur, Universitas Malikussaleh atas
ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
13. Teman-teman satu bimbingan saya, Muhammad Arif, Rahmat Adi Putra,
Fachry Attahilah, Raisul Fadhlan, Nurpatima Lubis, Alif Maulana, dan Danu
Wijaya yang selalu memberikan dukungan dan solusi dalam penyusunan
skripsi
14. Sahabat saya Muhammad Alfa Rozi yang membantu dan memberikan solusi
dalam penyusunan skripsi
15. Seluruh rekan seperjuangan di arsitektur unimal yang membantu dalam
memberikan saran dan semangat selama proses melakukan penulisan atau
penyusunan skripsi.
Proposal skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dalam hal penulisan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Semoga dengan ditulisnya laporan ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan serta manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
170160056
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
ِس ِم
ْ ِّللا ب
َِِ نِِ الرحْ َم
َ الر ِح ْي ِِم
َ
Sujud sembah serta syukur kepada Allah SWT. Taburan puing-puing cinta
dan kasih sayang-Mu telah memberikan saya kekuatan, kejujuran, membekali
ilmu tiada tara. Atas yang Engkau berikan kurnia dan kemudahan akhirnya skripsi
sederhana ini dapat selesaikan.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang yang sangat aku sayangi
dan kasihi
vi
skripsi ini pada jalur yang seharusnya. Semoga Ibu dan keluarga senantiasa
selalu diberikan Kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.
Teman-teman tercinta
Terimakasih saya ucapkan kepada teman-teman saya yang selalu
memberikan motivasi, nasehat, pesan moral dan canda tawa yang selalu membuat
saya semangat selama kuliah terlebih penyelesaian skripsi.
vii
Kualitas Teduhan (Shaded Area) Pada Ruang Terbuka
(Studi Kasus : Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar)
Oleh : Anggita Dian Lestari Lubis
NIM : 170160056
Pembimbing Utama : Ar. Bambang Karsono, S.T., M.T., Ph.D.
Pembimbing Pendamping : Nurhaiza, S.T., M.T
ABSTRAK
viii
sehingga shaded area yang tercipta masih minim dan dampak yang dihasilkan
kurang maksimal.
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
BAB 1 ......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
x
3.1.3 Pengolahan Data........................................................................................... 28
3.2 Variabel Penelitian................................................................................. 28
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................... 29
BAB IV ..................................................................................................................37
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.11. Grafik temperature panas yang dihasilkan material tertentu pada jam-
jam tertentu.............................................................................................................17
xii
Gambar 4.1 Titik Lokasi Penelitian .......................................................................37
Gambar 4.3 Grafik komparasi luas zona dengan eksisting shaded area ...............48
Gambar 4.4 Komparasi luas jalan dengan total eksisting shaded area .................48
Gambar 4.5 Rasio total luas jalan dengan total eksisting shaded area ..................48
Gambar 4.7 (a) Lamtoro (Leucaena leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate),
(b) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (c) Palem (Areaceae), (d) Cemara angin
(Casuarina equisetifolia),(e) Matoa (Pommetia Pinnata), (f) Pucuk Merah
(Syzygium oleina) ...................................................................................................48
Gambar 4.9. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Ketapang Kencana
(Terminalia Mantaly), (c) Matoa (Pommetia Pinnata) ..........................................51
Gambar 4.11. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly) .................................................................................................................53
Gambar 4.13. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly) .................................................................................................................54
Gambar 5.1. Grafik komparasi luas jalan dengan shaded area pasca infill ...........69
Gambar 5.2. Rasio total luas jalan dan shaded area pasca infill ............................69
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
air, menambah cadangan air tanah, menyerap karbon dioksida dari atmosfer
dan meningkatkan kualitas ekologi perkotaan dan mendorong satwa liar.
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatra Utara
yang memiliki luas wilayah 79,97 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 255,317
jiwa pada tahun 2019. Kota Pematangsiantar memiliki sebuah ruang terbuka hijau
kota yaitu Lapangan Merdeka dengan luas 10.066 m2. Lapangan Merdeka
merupakan taman umum di pusat kota yang memiliki berbagai jenis vegetasi.
Kondisi ini memberikan manfaat yang baik untuk pengurangan yang signifikan
dalam konsentrasi polutan gas di kota. Selain itu, banyaknya vegetasi di dalam
Lapangan Merdeka menyebabkan terjadinya habitat hewan seperti burung, kupu-
kupu, tupai, dan hewan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil penelitian/pengamatan beserta analisis yang dilakukan
dari hasil observasi di lapangan, pembahsan harus sejalan dengan rumusan
masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.
KAJIAN PUSTAKA
5
6
Secara ekologi ruang terbuka hijau dapat menyuguhkan area nyaman melalui
tajuk-tajuknya. Menurut Moniaga (2008) dalam Pratama (2013) pada siang hari
dan-daun menyerap sinar matahari melalui proses asimilasi, yang mengubah gas
karbondioksida (CO2) dan air menjadi karbohidrat dan oksigen (O2). Bersama
dengan vegetasi-vegetasi lain menguapkan air melalui proses evapotranspirasi,
sehingga suhu dibawah pohon menjadi lebih rendah dibandingkan tidak dibawah
pohon. Dengan demikian, luas dan pemilihan jenis vegetasi penyusun ruang terbuka
hijau sangat berpengaruh menurunkan suhu disekitarnya.
5. Taman
Taman dapat diartikan sebagai wajah serta karakter lahan dari bagian
muka bumi dengan segala kehidupan serta apa saja yang ada di dalamnya,
baik yang bersifat alami, ataupun buatan manusia yang merupakan bagian
ataupun total lingkungan hidup manusia dan beserta makhluk hidup
lainnya.
8
Taman kota
Taman wisata alam
Taman rekreasi
Taman lingkungan perumahan dan permukiman
Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
Taman hutan raya
Hutan kota
Hutan lindung
Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan lembah
Cagar alam
Kebun raya
Kebun binatang
Pemakaman umum
Lapangan olahraga
Lapangan upacara
Parkir terbuka
Lahan pertanian perkotaan
Jalur di bawah tekanan tinggi (SUTT dan SUTET)
Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ, dan rawa
Jalur pengguna
Jalan, median jalan, rel kereta, pipa gas dan pedestrian
Kawasan dan jalur hijau
Daerah penyangga (buffer zone)
Lapangan Udara
Taman atap (roff garden)
9
2.1.3 Vegetasi
Vegetasi adalah bagian hidup yang tersusun dari tumbuh-tumbuhan yang
menempati suatu ekosistem. Tanaman adalah satu satu material lansekap yang
hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman mempengaruhi ukuran besar
tanaman, bentuk, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Sehingga dapat
disimpulkan kualitas serta kuantitas ruang terbuka hijau akan terus berkembang
sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Hakim dan Hardi, 2004: 98). Pemilihan jenis
tanaman yang sesuai dengan kriteria penanamannya akan mempengaruhi fungsi
ruang terbuka hijau tersebut, seperti kemampuan dalam menekan pencemaran
udara, mengurangi bau, menyerap debu, mengurangi erosi tanah, meredam
kebisingan, penahan angin dan hujan secara menyeluruh.
Menurut Indriyanto (2006), komponen tumbuhan penyusun vegetasi terdiri
dari:
1. Belukar (shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
tangkai yang cukup banyak dan tebagi menjadi subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte), yaitu tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(seringkali pohon dan palma)
3. Paku-pakuan (fern), yaitu tumbuhan yang tidak memiliki bunga atau
tangkai, biasanya memiliki rizhoma akar dan berkayu, yang dimana
rhizome keluar dari tangkai daun
4. Palma (palm), yaitu tumbuhan yang tangkai nya terlihat menyerupai kayu/
berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat sebagai
penyokongnya
5. Terna (herb), yaitu tumbuhan yang merambat di tanah, tetapi tidak
menyerupai rumput. Memiliki daun yang tidak panjang dan lurus,
biasanya memiliki bunga yang mencolok, tingginya tidak lebih dari 2
meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
6. Pohon (tree), yaitu tumbuhan yang memiliki kayu yang besar, tinggi, dan
memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih
dari 20 cm.
10
Longifolium monoon atau yang dikenal dengan sebutan glodokan tiang ini
adalah salah satu spesies pohon cemara yang dikenal dapat tumbuh hingga 10m dan
ditanam karena efektivitas nya dalam mengurangi polusi suara.
11
Meliaceae atau pohon mahoni adalah pohon besar yang dapat tumbuh hingga
mencapai 35-45 m dan diameter 125 cm. Pohon mahoni dapat mengurangi polusi
14
udara hingga 47-69% sehingga sering disebut sebagai pohon pelindung sekaligus
sebagai filter udara dan daerah tangkapan air.
Manilkara Zalpota atau pohon sawo manila adalah pohon yang dikenal
memiliki umur yang panjang. Sawo maila merupakan salah satu tumbuhan tropis
15
1. Pohon berukuran sedang, dapat tumbuh pada tanah yang padat, kurang
subur, dan tidak memerluka perawatan khusus,
2. Memiliki sistem perakaran yang dalam, serta tidak memiliki perakaran
datar didalam tanah,
3. Memiliki dahan/cabang dan ranting yang tidak mudah patah, serta
memiliki tajuk yang dapat merindangi lingkungan sekitar,
4. Pohon berbunga indah diutamakan, serta tidak menggugurkan daun
sepanjang masa, serta dapat menghasilkan buah, yang dapat
dimanfaatkan,
5. Dapat tumbuh di bawah naungan ringan atau memiliki porsi sebagai
tatanan komunitas strata tajuk kedua,
6. Mampu bertahan dengan gulma pengganggu pohon,
16
1. Hutan kota dapat diartikan sebagai satu kesatuan ekosistem yang berupa
hamparan yang tumbuh pohon-pohon yang kompak serta rapat di dalam
suatu wilayah perkotaan, baik pada tanah negara ataupun tanah hak yang
telah ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang
2. Hutan kota adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang sesuai peruntukan
dalam RTRW kabupaten/kota
19
3. Hutan kota berada pada tanah negara ataupun hak, sesuai persyaratan
dalam PP No. 63 tahun 2002.
Hutan kota dapat diartikan juga sebagai ruang terbuka yang ditumbuhi
vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang dapat memberikan manfaat kepada
lingkungan sebesar besarnya untuk penduduk kota dalam kegunaan estetika,
proteksi, rekreasi, dan sebagainya.
1. Persyaratan Silvikultural
Menurut Indriyanto (2006), agar fungsi hutan kota optimal, pemilihan jenis
pohon hutan kota harus memenuhi persyaratan silvikultural, yaitu berada pada
tempat tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (kondisi iklim
dan edafis), dapat tumbuh pada tanah dengan kondisi miskin hara, mampu
memulihkan kesuburan tanah, tahan terhadap penyakit dan serangan hama,
spesies tumbuhan yang selalu hijau, batang pokok dan cabang tidak mudah patah
dan tumbang, akar tidak merusak jalanan, bangunan, dan beton di sekitarnya.
2. Persyaratan Manajemen
Menurut Indriyanto (2006), cara penanaman tumbuhan yang dipilih
harus mudah, pemeliharaan yang mudah dan murah, pengamanan dan
pemanfaatannya yang mudah. Sementara menurut Saebo et al (2005), jenis-
jenis pohon yang dipilih dalam pengembangan hutan kota harus memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pembangunan hutan kota, yaitu memiliki
tajuk tebal dan rapat sehingga dapat difungsikan sebagai tanaman peneduh,
memiliki tajuk kuat dan rapat agar dapat difungsikan sebagai tanaman penahan
angin, serta memiliki kemampuan tinggi dalam pengurangan pencemaran
lingkungan perkotaan.
Rendah 1
Sumber : Indriyanto (2006)
3. Persyaratan Estetika
Menurut Indriyanto (2006), pohon yang akan ditanam pada hutan kota,
harus memiliki habitus yang menunjukkan kesesuaian dengan tujuan keindahan.
Sementara menurut Saebo et al (2005), selain fungsi estetika, pohon yang dipilih
dalam pengembangan hutan kota harus sekaligus mendukung fungsi pendidikan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.
Kriteria kesesuaian :
RUMUSAN MASALAH :
MANFAAT PENELITIAN :
Publikasi pentingnya ketersediaan ruang
terbuka hijau di suatu kota.
ANALISA DATA
REKOMENDASI
25
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Sumber Data
27
28
37
38
Penelitian ini bertujuan untuk memberi rekomendasi konsep ruang terbuka hijau
sebagai upaya untuk menurunkan pengaruh iklim mikro dan dampak lingkungan
kota.
Tabel 4.1 menunjukkan komparasi antara luas permukaan jalan dengan luas tajuk
pohon eksisting yang menghasilkan daerah bayangan (shaded area). Data pada
tabel kemudian dianalisis kedalam bentuk grafik histogram untuk memperoleh
komparasi yang lebih jelas.
41
Zona 4
Zona 3
Zona 2
Zona 1
Gambar 4.3. Grafik komparasi luas zona dengan eksisting shaded area
Sumber : Data Penulis, 2021
Zona A dan B memliki luas total permukaan yang paling besar yaitu seluas
2.960 m2 dengan shaded area yang terbentuk seluas 981 m2 untuk zona A dan 500
m2 untuk zona B Yang dihasilkan oleh pohon eksisting yang ada. Sementara zona
C dan D memiliki luas total terendah yaitu 2.073 m2. Dengan eksisting shaded area
yang dihasilkan dari pohon seluas 417 m2 untuk zona C dan 251 untuk zona D.
Gambar 4.4. Komparasi total luas jalan dengan total eksisting shaded area
Sumber : Data Penulis, 2021
Gambar 4.5. Rasio total luas jalan dengan total eksisting shaded area
Sumber : Data Penulis, 2021
Merujuk pada Bab 2 yaitu terkait grafik temperatur panas yang dihasilkan
oleh material-material tertentu pada jam-jam tertentu (Gambar. 2.11), yaitu
menunjukkan bahwa material paving dan rumput yang dominan digunakan pada
kawasan studi yang menyumbangkan pantulan panas dengan suhu yang paling
tinggi mencapai 33ocelcius untuk rumput dan 34ocelcius untuk paving pada
ketinggian 150 cm tepat pada pukul 13.00 WIB.
43
A Area skeatboard
B Taman
C Tangki air
44
D Musholla
E Tempat duduk
F Pendopo
G Tugu
H Area Olahraga
45
I Pendopo 2
J Lapangan
K Refleksi
L Tempat bermain
M Tempat duduk 2
Pohon
mangga
6
(Mangifera
Indica)
Ketapang
Kencana
8
(Terminalia
Mantaly)
Glodokan
tiang
150
(Polyathia
longifolia)
Matoa
(Pommetia 4
Pinnata)
47
Palem
1
(Areaceae)
Cemara
angin
3
(Casuarina
equisetifolia)
Pucuk
Merah
9
(Syzygium
oleina)
Pendekatan konsep ruang terbuka hijau adalah melalui optimasi infill atau
penyisipan pohon baru pada setiap zona yang berpotensi. Jenis pohon yang akan
dipilih dengan mempertimbangkan kepada konsep ruang terbuka hijau yang ingin
dihasilkan termasuk jenis satwa yang ingin dihadirkan pada setiap zona. Jenis
pohon yang akan dipilih pada setiap zona dipilih adalah yang berkarakter sesuai
ekologi kawasan kota untuk memperkecil resiko stress, sakit dan mati pada pohon
yang akan dipilih untuk ditanam (infill).
1. Zona A
Gambar 4.7. (a) Lamtoro (Leucaena leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate),
(b) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (c) Palem (Areaceae), (d) Cemara
angin (Casuarina equisetifolia),(e) Matoa (Pommetia Pinnata), (f) Pucuk Merah
(Syzygium oleina)
(c) https://artikel.rumah123.com/17-jenis-pohon-palem-hias-tercantik-untuk-
taman-bikin-rumah-jadi-asri-66077
(d) https://ragunanzoo.jakarta.go.id/satwa-ragunan/flora/cemara-laut/
(e) http://papua.litbang.pertanian.go.id/index.php/layanan/taman-
agroinovasi/537-plasmanutfah-3
(f) https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/cara-merawat-
pucuk-merah-agar-tumbuh-dengan-baik-34
2. Zona B
Zona B terdapat beberapa fasilitas publik seperti area skeatboarding,
pendopo, dan taman kecil.
Gambar 4.9. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Ketapang Kencana
(Terminalia Mantaly), (c) Matoa (Pommetia Pinnata)
Sumber :
(a) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
(b) http://sma2salatiga.sch.id/wordpress/ketapang-kencana-terminalia-
mantaly/
(c) http://papua.litbang.pertanian.go.id/index.php/layanan/taman-
agroinovasi/537-plasmanutfah-3
3. Zona C
Zona C terdapat beberapa fasilitas publik seperti area tempat duduk, area
bermain, dan pendopo
52
Gambar 4.11. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly)
Sumber :
(a) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
(b) https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Lamtoro_104301_p2k-
unkris.html
(c) http://sma2salatiga.sch.id/wordpress/ketapang-kencana-terminalia-
mantaly/
4. Zona D
Zona C terdapat beberapa fasilitas publik seperti area tempat duduk,
mushalla, dan pendopo
Gambar 4.13. (a) Glodokan tiang (Polyathia longifolia), (b) Lamtoro (Leucaena
leucocephala ssp. Glabrata (rose) s. Zarate), (c) Ketapang Kencana (Terminalia
Mantaly)
Sumber :
(a) https://tamankita.tangerangkota.go.id/sieman/list_tanaman/detail/42
(b) https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Lamtoro_104301_p2k-
unkris.html
(c) http://sma2salatiga.sch.id/wordpress/ketapang-kencana-terminalia-
mantaly/
5. Persyaratan Manajemen
Menurut Indriyanto (2006), cara penanaman tumbuhan yang dipilih
harus mudah, pemeliharaan yang mudah dan murah, pengamanan dan
pemanfaatannya yang mudah. Sementara menurut Saebo et al (2005), jenis-
jenis pohon yang dipilih dalam pengembangan hutan kota harus memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pembangunan hutan kota, yaitu memiliki
tajuk tebal dan rapat sehingga dapat difungsikan sebagai tanaman peneduh,
memiliki tajuk kuat dan rapat agar dapat difungsikan sebagai tanaman penahan
angin, serta memiliki kemampuan tinggi dalam pengurangan pencemaran
lingkungan perkotaan.
Rendah 1
Sumber : Indriyanto, 2006
6. Persyaratan Estetika
Menurut Indriyanto (2006), pohon yang akan ditanam pada hutan kota,
harus memiliki habitus yang menunjukkan kesesuaian dengan tujuan keindahan.
Sementara menurut Saebo et al (2005), selain fungsi estetika, pohon yang dipilih
dalam pengembangan hutan kota harus sekaligus mendukung fungsi pendidikan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.
Jumlah skor yang didapatkan dari seluruh point adalah 41, sehingga
berdasarkan teori Indriyanto (2006) pohon mahoni dinilai sangat sesuai untuk
penanaman pohon sebagai pohon taman hutan kota.
Pohon Beringin
Merujuk pada Bab II tentang Teori dari Indriyanto (2006), maka :
1. Persyaratan Silvikultural
Menurut Indriyanto (2006), agar fungsi hutan kota optimal, pemilihan jenis
pohon hutan kota harus memenuhi persyaratan silvikultural, yaitu berada pada
tempat tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya (kondisi iklim
dan edafis), dapat tumbuh pada tanak dengan kondisi miskin hara, mampu
memulihkan kesuburan tanah, tahan terhadap penyakit dan serangan hama,
spesies tumbuhan yang selalu hijau, batang pokok dan cabang tidak mudah patah
dan tumbang, akar tidak merusak jalanan, bangunan, dan beton di sekitarnya.
59
2. Persyaratan Manajemen
Menurut Indriyanto (2006), cara penanaman tumbuhan yang dipilih
harus mudah, pemeliharaan yang mudah dan murah, pengamanan dan
pemanfaatannya yang mudah. Sementara menurut Saebo et al (2005), jenis-
jenis pohon yang dipilih dalam pengembangan hutan kota harus memiliki
fungsi yang sesuai dengan tujuan pembangunan hutan kota, yaitu memiliki
tajuk tebal dan rapat sehingga dapat difungsikan sebagai tanaman peneduh,
memiliki tajuk kuat dan rapat agar dapat difungsikan sebagai tanaman penahan
angin, serta memiliki kemampuan tinggi dalam pengurangan pencemaran
lingkungan perkotaan.
Tidak mudah 1
Cara pemanfaatannya Mudah 2
Tidak mudah 1
Fungsi tajuk pohon Baik sebagai peneduh 2
sebagai peneduh (tebal (tebal dan rapat)
dan rapat) Kurang baik sebagai 1
peneduh (tidak tebal
dan tidak rapat)
Fungsi tajuk pohon Baik sebagai 2
sebagai penahan angin pelindung angin (tajuk
(kuat dan rapat) kuat dan rapat)
Kurang baik sebagai 1
penedug (tajuk tidak
kuat dan ringan)
Kemampuan dalam Tinggi 2
pencemaran
lingkungan
Rendah 1
Sumber : Indriyanto, 2006
3. Persyaratan Estetika
Menurut Indriyanto (2006), pohon yang akan ditanam pada hutan kota,
harus memiliki habitus yang menunjukkan kesesuaian dengan tujuan keindahan.
Sementara menurut Saebo et al (2005), selain fungsi estetika, pohon yang dipilih
dalam pengembangan hutan kota harus sekaligus mendukung fungsi pendidikan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.
Jumlah skor yang didapatkan dari seluruh point adalah 43, sehingga
berdasarkan teori Indriyanto (2006) pohon beringin dinilai sangat sesuai untuk
penanaman pohon sebagai pohon taman hutan kota.
PLANTS ANIMALS
Total shaded area yang dihasilkan dari infill 40 pohon baru pada zona A
adalah 781,5 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 1762 m2
65
b. Zona B
Total shaded area yang dihasilkan dari infill 80 pohon baru pada zona A
adalah 1563 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 2063 m2
66
c. Zona C
Total shaded area yang dihasilkan dari infill 60 pohon baru pada zona A
adalah 1074 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 1491 m2
67
d. Zona D
Total shaded area yang dihasilkan dari infill 75 pohon baru pada zona A
adalah 1539 m2 sehingga total keseluruhan shaded area yang terbentuk pada zona
A adalah 1790 m2
68
Peningkatan shaded area yang dihasilkan dari konsep taman hutan kota
dengan melakukan infill pada lokasi studi dapat diestimasi. Tabel 5.1 dan tabel 5.2
menyajikan jumlah pohon yang perlu di-infill-kan serta estimasi luasan shaded area
yang dihasilkan ketika pohon tersebut mencapai umur tanaman yang ideal.
Jumlah infill yang diperlukan adalah sebanyak 255 pohon dari berbagai
jenis dengan tajuk yang bervariasi antara 5 meter hingga 10 meter. Sehingga total
optimasi pohon infill dan pohon eksisting berjumlah 453 pohon pada seluruh
kawasan studi serta menghasilkan total shaded area seluas 7160 m2. Gambar 5.1
menyajikan peningkatan luas shaded area pada setiap zona setelah dilakukannya
infill pohon, peningkatan yang terjadi sangat signifikan jika dibandingkan dengan
kondisi eksisting (gambar 4.1). sementara pada gambar 5.2 menyajikan
peningkatan rasio antara luas seluruh zona kawasan studi dengan luas shaded area
yang dihasilkan pasca infill pohon.
70
Zona 4
Zona 3
Zona 2
Zona 1
Gambar 4.19. Grafik komparasi luas jalan dengan shaded area pasca infill
Sumber : Data Penulis, 2021
Gambar 4.20. Rasio total luas jalan dan shaded area pasca infill
Sumber : Data Penulis, 2021
Jumlah infill pohon yang diperlukan sebanyak 255 pohon dari pohon yang
sudah direkomendasikan dengan tajuk yang bervariasi dari 1-10 m. Sehingga secara
total optimasi pohon infill dengan pohon eksisting berjumlah sebanyak 453 pohon
pada seluruh kawasan studi dan akan menghasilkan total shaded area seluas 7160
m2. Gambar 5.1 menyajikan peningkatan luas shaded area pada setiap zona pasca
71
infill pohon. Peningkatan ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan kondisi
eksisting saat ini (rujuk pada bab 4, Gambar 4.3).
Pada bab ini memberikan kesimpulan hasil studi dan saran. Kesimpulan
menguraikan tentang tentang optimasi shaded area yang dihasilkan dari infill
pohon pada lokasi studi dan manfaatnya Sementara saran menguraikan tentang
peluang dilakukannya penelitian ini lebih lanjut.
5.1 Kesimpulan
Infill pohon sebagai strategi rekomendasi konsep ruang terbuka hijau kota
yang baik dan menghasilkan shaded area yang terbentuk sehingga akan memberi
manfaat terkait isu urban heat island, yaitu :
5.2 Saran
72
73
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan sebagai kelanjutan dari hasil studi ini
secara lebih terukur berupa :
Budihardjo, Eko., & Djoko Sujarto., 2005, Kota Berkelanjutan. Cetakan Kedua,
Bandung: PT, Alumni.
Hakim, R., & Hardi Utomo., 2003, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap
(Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain), Jakarta: Bumi Aksara.
Karsono, B., Wahid, J., Alamsyah, B., 2009, The Contribution of Trees in Public
Park. The Second International Conference On Green Technology and
Engineering (ICGTE), 1. 110.
Karsono, B., 2016, Mitigasi Daerah Panas Perkotaan (Urban Heat Island)
Dengan Lansekap Dan Vegetasi., Paper di Musrenbang Kota Medan 2016.
74
75
BIODATA
1. Personal
Nim : 170160056
Bidang : Arsitektur
2. Orang Tua
Nama Ayah : Drs. Syamsir Lubis
Pekerjaan : Wirausaha
3. Pendidikan Formal
170160056
75