Inventaris
SKRIPSI
Diusulkan oleh :
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya di dalam skripsi ini tidak terdapat
bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi, tesis, buku atau bentuk lain yang
saya kutip dari karya orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dapat
dipandang sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat reproduksi karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya sendiri. Apabila ternyata
terdapat dalam Tugas Akhir saya bagian-bagian yang memenuhi standar
penjiplakan maka saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebahagian atau
seluruh hak gelar kesarjanaan saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Materai
Rp. 10000
i
ii
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Penggunaan Getah Pinus dan Abu Batu
Bata Sebagai Aspal Modifikasi Terhadap Campuran
AC-WC.
Nama Mahasiswa : Angga Renaldi Prayoga.
Nomor Induk Mahasiswa : 180110128.
Bidang : Transportasi.
Hari/Tanggal :
Proposal ini merupakan persyaratan untuk penulisan Skripsi pada Program Studi
Teknik Sipil Universitas Malikussaleh.
Lhokseumawe,
Pengusul,
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Berdasarkan Evalusi Sidang Skripsi Program Strata Satu (S1) Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh yang telah diadakan pada tanggal
Mei terhadap mahasiswa:
iii
KATA PENGANTAR
1. Rektor Universitas Malikussaleh Bapak Prof. Dr. Herman Fithra, ST., MT.,
IPM, ASEAN, Eng.
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Bapak Dr. Muhammad, ST.,
M. Sc.
3. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Bapak Yulius Rief
Alkhaly, ST., M.Eng.
4. Ketua Prodi Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Ibu Nura Usrina, ST., MT.
5. Pembimbing Utama Bapak Said Jalalul Akbar, ST., MT.
6. Pembimbing Pendamping Bapak Dr. Maizuar, ST., M.Sc, Eng.
7. Ketua Penguji Bapak T.M Ridwan, ST., MT.
8. Anggota Penguji Bapak Syibral Malasyi, ST., MT.
9. Seluruh tenaga pengajar, staff dan Teknisi Prodi Teknik Sipil Universitas
Malikussaleh.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan. Karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk dapat melakukan perbaikan karya ilmiah
lainnya.
Lhokseumawe,
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan
ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam
selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW
Keluarga Besar
Terimakasih untuk (Keluarga Besar) selalu memberikan motivasi, nasihat,
waktu, pikiran, tenaga serta dukungan yang membuatku semangat untuk
menyelesaikan skripsi. Semoga doa dan semua hal yang terbaik yang kalian
berikan menjadikanku orang yang baik pula.
TEMAN – TEMAN
Teman seperjuanganku Teknik Sipil angkatan 2018 yang banyak memberikan
dukungan pada penulis dalam menjalanin masa-masa sulit dan senang
perkuliahan.
v
vi
ABSTRAK
Jalan dengan lalu lintas yang berat haruslah mempunyai struktur perkerasan yang
kuat dan mampu menahan beban lalu lintas dengan baik, salah satunya pada
lapisan Asphalt Concret-Wearing Course (AC-WC). Salah satu alternatif untuk
meningkatkan kualitas perkerasan dengan memodifikasi campuran bahan
penyusun dapat menjadi solusi untuk meningkatkan mutu dan lapisan perkerasan
agar lapisan aspal beton terhindar dari kerusakan dini. Bahan yang dapat
digunakan kedalam campuran beraspal untuk menghasilkan perkerasan yang kuat
diantaranya getah pinus dan abu batu bata. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan getah pinus dan abu batu bata yang
dapat digunakan sebagai bahan tambah dan substitusi terhadap karakteristik
marshall pada campuran AC-WC. Campuran aspal beton AC-WC salah satu
lapisan permukaan pada kontruksi perkerasan lentur jalan raya, metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah experimental. Rancangan penelitian meliputi
tahapan persiapan bahan berupa agregat, sapal, filler abu batu bata dan bahan
tambah getah pinus, kemudian membuat benda uji menggunakan kadar aspal 4%
4,5% 5% 5,5% 6% dan dilakukan pengujian marshal untuk memperoleh Kadar
Aspal Optimum (KAO). Kedua membuat benda uji KAO dengan getah pinus dan
abu batu bata pada kadar 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4% dengan cara diuji marshall
untuk mendapatkan hasilnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan kadar
variasi 1%, 2%, 3%, dan 4% didapat hasil nilai stabilitas memiliki nilai tertinggi
pada variasi 3% dan 4% yaitu sebesar 1986,1 kg dan 1952,1 kg. Dapat
disimpulkan bahwa getah pinus dan abu batu bata dapat dimanfaatkan sebagai
bahan tambah dan substitusi pada aspal dengan variasi 3% dan 4%
vii
viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................2
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian............................................2
1.6 Metode Penelitian.............................................................................3
ix
x
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73
LAMPIRAN A PERHITUNGAN.......................................................................75
A.1 Sifat Fisis Material.........................................................................75
A.1.1 Agregat kasar.......................................................................75
A.1.2 Agregat halus........................................................................83
A.2 Pembuatan benda uji......................................................................91
A.2.1 Penentuan gradasi campuran.................................................91
A.2.2 Benda uji...............................................................................92
A.3 Parameter Marshall........................................................................95
A.3.1 Density..................................................................................95
A.3.2 Void Mineral Aggregate (VMA)..........................................96
A.3.3 Void In The Mix....................................................................97
A.3.4 Void filled With Asphalt (VFA)............................................98
A.3.5 Stabilitas...............................................................................99
A.3.6 Kelelehan plastis (flow)....................................................100
A.3.7 Marshall Quotient (MQ)....................................................100
LAMPIRAN B TABEL......................................................................................102
LAMPIRAN C GAMBAR.................................................................................108
xi
xii
DAFTAR TABEL
xiii
xiv
xv
xvi
1
2
4
5
Laston
Sifat-sifat Campuran Lapisan Lapisan
Pondasi
Aus Antara
(%)
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6
Stabilitas Marshall Sisa
(%) Setelah Peredaman Min. 90
Selama 24 jam
Rongga Dalam
Campuran (%) Pada
Min. 2
Kepadatan Membal
(refusal)
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2018
2.2 Agregat
Menurut (Sukirman, 2016) agregat didefinisikan secara umum sebagai
formasi kulit bumi yang keras dan padat. ASTM mendefinisikan agregat sebagai
suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun
berupa fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75-85%
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material
lain.
Berdasarkan ukuran butirannya, agregat dapat dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu :
A. Agregat kasar
Menurut (Sukirman, 2016), agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir
lebih besar dari saringan No.4 (= 4,75 mm) dan lebih kecil dari ayakan 1½ inci.
Namun berdasarkan (Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018), agregat yang
digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dibawah ini:
1. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya.
7
2. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
3. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam
tabel 2.2 untuk (Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018). Angularitas agregat
kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar
dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu sama atau lebih.
4. Agregat kasar untuk latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih,
harus
memenuhi persyaratan yang diberikan pada tabel 2.3 (Spesifikasi Umum
Bina Marga, 2018)
5. Agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan
yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan
kondisi saling mengunci dari masing-masing partikel agregat. Agregat kasar
diharapkan menjadikan campuran lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan
mortar terhadap kelelehan (flow) dan meningkatkan stabilitas. Ketentuan
agregat kasar menurut (Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018) tertera pada
Tabel 2.2.
B. Agregat halus
Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan
No.4 (= 4,75 mm) dan maksimum yang lolos ayakan No.200 (=0,075 mm)
adalah 10% (Sukirman, 2016). Berdasarkan standar (Spesifikasi Umum Bina
Marga, 2018), agregat yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan
yang disyaratkan:
1. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah yang lolos ayakan No.4 (4,75 mm).
2. Fraksi agregat pecah halus dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
3. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok
ke instalasi pencampuran aspal sehingga gradasi gabungan dan
persentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
4. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran Asphalt Concrete sampai
suatu batas yang tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran.
Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 2.3.
C. Gradasi Agregat
9
1. Bahan pengisi (filler) dalam campuran aspal beton adalah bahan yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm).
2. Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan
dan stabilitas.
3. Mengisi rongga dan menambah bidang kontak antar butir agregat sehingga
dapat meningkatkan kekuatan campuran.
4. Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan pengikat yang
berkonsistensi tinggi sehingga mengikat butiran agregat secara bersamaan.
5. Mengurangi rongga udara (air void).
nilai indeks kekuatan sisa lebih besar yang berarti campuran tersebut lebih tahan
terhadap rendaman air (Yuniarti dkk., 2015).
Bk
Berat jenis bulk(agregat halus)= ...........................................(2.2)
( B+ BJ−BT )
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah berat jenis dengan
memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering, dan agregat volume
yang dapat diserapi oleh air. Dapat disimpulkan dengan persamaan 2.5 dan 2.6.
Bk
Berat jenis semu ( agregat kasar )= .................................................(2.5)
( Bk−Ba )
Bk
Berat jenis semu ( agregat halus )= ..........................................(2.6)
( B+ BK −BT )
Agregat berpori berguna untuk menyerap aspal, sehingga terjadi ikatan yang
baik antara aspal dan agregat. Tetapi pori yang terlalu besar akan menyebabkan
aspal cepat pecah serta memungkinkan terjadi degradasi. Degradasi merupakan
kondisi yang tidak diinginkan pada perkerasan jalan. Banyaknya pori diperkirakan
dari banyaknya air yang terserap agregat dengan menggunakan persamaan
berikut, dengan penyerapan dibatasi sebesar ≤ 3% untuk lapis permukaan
(Sukirman, 2003).
(Bj−Bk )
Penyerapan ( absorpsi ) air= ×100.............................................(2.7)
Bk
W
Berat isi agregat = .............................................................................(2.11)
V
VMA−VIM
VFA= 100 …………………………………………….……
VMA
(2.15)
di mana : VFA = rongga udara yang terisi aspal, persentase dari VMA (%)
VMA = rongga udara pada agregat, presentase volume total (%)
VIM = rongga udara pada campuran setelah pemadatan (%)
Gmb x PS
VMA= 100 - ………………………………………………....
Gsb
(2.16)
Gmm−Gmb
VIM =100 ………………………………………..………
Gmm
(2.17)
dimana : VIM = Rongga udara dalam campuran padat, persen dari total
volume.
Gmm = Berat jenis maksimum campuran
16
stabilitas
Marshall quotient = ……………….………..….……..…. (2.20)
flow
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Pada penelitian ini untuk material yang digunakan didapat dari berbagai
tempat seperti aspal dengan penetrasi 60/70, agregat kasar berupa batu pecah dan
agregat halus berupa pasir serta abu batu (dust) diperoleh dari PT. Abad Jaya
Abadi Sentosa, Jl. Banda Aceh – Medan Km. 260, Krueng Guekueh, Kab. Aceh
Utara. Semen Portland tipe 1 dibeli dari toko bangunan sekitar Lhokseumawe,
Aceh Utara. Getah pinus diperoleh dari Takengon, Aceh Tengah. Dan abu batu
bata diperoleh dari Reuleut, Aceh Utara.
3. Filler yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland tipe I, filler
berfungsi untuk mengisi rongga antar agregat halus dan agregat kasar, seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.3.
19
20
4. Aspal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aspal dengan penetrasi 60/70
berfungsi sebagai pengikat pada agregat, seperti diperlihatkan pada gambar 3.4.
Gambar 3. 4 Aspal.
5. Getah pinus adalah zat cair pekat dari pohon pinus. Tinggi pohon pinus bisa
mencapai 35 meter, seperti diperlihatkan pada gambar 3.5.
Gambar 3. 5 Getah pinus.
6. Abu batu bata merupakan hasil dari peremukan bata sebagai bahan pengisi,
seperti diperlihatkan pada gambar 3.6.
21
22
a. Satu set saringan digunakan untuk memilah agregat sesuai dengan ukuran
pada saringan, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3. 7 Saringan.
Gambar 3. 9 Oven.
23
24
f. Silinder dan batang besi pemadat digunakan untuk menetukan berat isi
padat agregat, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.13.
h. Piknometer dan plat kaca digunakan untuk mengertahui berat jenis halus
dan penyerapan agregat halus, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.15.
25
26
7
b. Marshall hammer atau alat penumbuk, berdiameter 98,4 mm (3 ”), berat
8
4,5 kg dengan tinggi jatuh 457 mm (18”) yang digunakan untuk
memadatkan benda uji, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.17
Gambar 3. 19 Waterbath.
27
28
Gambar 3. 20 Thermometer.
Gambar 3. 21 Wajan.
29
30
Aspal beton
F Di tekan Laboratorium Kelelehan
Flow marshall (flow)
Aspal Pen Di penetrasi Laboratorium Kekerasan
aspal
Penetrasi
31
32
Cara
No Jenis data perolehan Sumber Penggunaannya
5 Analisa saringan Studi literatur SNI 03- Menghitung Analisa
1968-1990 saringan
6 Komposisi campuran Studi literatur Bina Marga Menghitung Mix
proporsi aspal (mix 2018 design
design)
7 Marshall test Studi literatur Bina Marga Mendapatkan hasil
2018 pengujian Marshall
test
a. Analisa saringan
Pengujian ini mengacu pada (‘SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian Tentang
Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar’, 1990), material yang digunakan
sebanyak 3 sampel, kemudian benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu
110oC, selanjutnya saringan disusun dari ukuran yang paling besar diletakkan
di tempat paling atas, saringan diguncang selama 15 menit, setelah itu diamkan
selama 5 menit agar debu mengendap, setelah itu timbang untuk mengetahui
berat material yang tertahan di masing-masing saringan.
b. Berat jenis agregat kasar
Pengujian berat jenis agregat kasar (batu pecah) mengacu pada (‘SNI 1970-
2008 Metode Pengujian Berat Jenis, Isi, dan Penyerapan’, 2008) yang
digunakan sebanyak 3 sampel dengan berat 5 kg, kemudian batu pecah di ayak
menggunakan saringan nomor 4, ambil material yang tertahan di saringan
nomor 4, benda uji didapatkan dengan cara quartering (dibagi empat bagian).
Kemudian cuci benda uji untuk menghilangkan debu-debu yang menempel
setelah itu keringkan menggunakan oven dengan suhu 110 oC, setelah itu
keluarkan benda uji dari oven dan diamkan agar benda uji dingin, kemudian
rendam benda uji selama 24 jam, setelah itu keringkan benda uji dengan cara di
lap menggunakan kain, setelah benda uji kering timbang benda uji sebanyak
2500 gr, kemudian gantungkan keranjang dunagen dibawah timbangan, setelah
itu atur bacaan timbangan menjadi 0 lalu masukkan benda uji, dan naikkan
bejana, kemudian keranjang digoyang-goyang untuk mengeluarkan gelembung
udara yang tertangkap, kemudian catat berat nya, setelah itu keringkan benda
uji.
c. Berat jenis agregat halus
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir) mengacu pada (‘SNI
1970-2008 Metode Pengujian Berat Jenis, Isi, dan Penyerapan’, 2008)
menetukan jenuh kering permukaan, material yang digunakan sebanyak 3
sampel, siapkan pasir sebanyak 5 kg kemudian lakukan quartering untuk
memperoleh benda uji sebanyak 2 kg. keringkan benda uji kedalam oven
dengan suhu 110oC. Setelah itu rendam benda uji selama 24 jam, lalu buang air
perendaman, letakkan benda uji kedalam talam dan jemur menggunakan panas
33
34
35
36
37
38
aus pada perkerasan jalan, campuran laston menggunakan aspal modifikasi getah
pinus dan limbah styrofoammemenuhi persyaratan nilai rongga dalam campuran
(VIM), rongga di antara mineral agregat (VMA) dan rongga yang terisi aspal
(VFA).
Penelitian yang dilakukan oleh (Dea Putri Perceka, Tan Lie Ing, 2016)
dengan judul penelitian Pengaruh Getah Pinus Pada Stabilitas, Pelelehan, dan
Durabilitas Lapis Pengikat Beton Aspal. Berdasarkan hasil analisis data dan
39
40
pembahasan terhadap pengujian campuran aspal tanpa getah pinus dan campuran
aspal dengan penambahan getah pinus kadar 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh adalah 6%
2. Kadar getah pinus terbaik yang diperoleh adalah 3%
3. Nilai stabilitas dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah pinus
= 1252 kg, sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal getah pinus =
935 kg. Nilai stabilitas mengalami penurunan sebesar 317 kg.
4. Nilai pelelehan dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah
pinus = 3,6 mm, sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan
getah pinus = 4,64 mm. Nilai pelelehan mengalami peningkatan sebesar 1,04
mm.
5. Nilai durabilitas dari pengujian Marshall untuk campuran aspal tanpa getah
pinus = 70,14%, sedangkan pengujian Marshall untuk campuran aspal dengan
getah pinus = 84,26%. Nilai durabilitas mengalami peningkatan sebesar
14,12%.
6. Penambahan getah pinus terhadap campuran aspal menyebabkan penurunan
nilai stabilitas, peningkatan nilai pelelehan, dan peningkatan nilai indeks
kekuatan sisa. Sebaiknya tidak direkomendasikan untuk perkerasan lentur
dengan lalulintas berat, karena lapis perkerasan tidak stabil.
41
42
43
44
45
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Berdasarkan hasil dan nilai pengolahan data yang meliputi beberapa tahapan
dimulai dari pemeriksaan agregat kasar dan halus, pembuatan benda uji dan
pengujian benda uji sehingga didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum (KAO),
Hasil pengujian marshall standar campuran aspal beton AC-WC yang sesuai
dengan Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air batu pecah 3/4
Sifat Persyaratan
No Hasil
Agregat
Min Max
1 Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,583 M
dimana:
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Pada tabel 4.1 diperoleh hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air batu
pecah 3/4 memenuhi spesifikasi sehingga agregat tersebut dapat digunakan,
kemudian setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan batu pecah 3/8, untuk
hasil pemeriksaan berat jenis batu pecah 3/8 diperlihatkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air batu pecah 3/8
Persyaratan
No Sifat Agregat Hasil
Min Max
1 Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,526 M
2 Berat Jenis SSD 2,5 - 2,593 M
dimana:
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Pada Tabel 4.2 untuk batu pecah 3/8 memenuhi spesifikasi, sehingga agregat
tersebut dapat digunakan dalam campuran aspal.
47
48
Agregat halus pasir dan dust yang digunakan untuk pemeriksaan berat jenis
harus memiliki mutu yang baik dan bersih dari tanah dan kotoran lainnya.
setelah dilakukan pemeriksaan kebersihannya terhadap agregat halus pasir,
kemudian diperoleh hasil perhitungan berat jenis, diperlihatkan pada Tabel
4.3.
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air pasir
Persyaratan
No Sifat Agregat Hasil
Min Max
1 Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,618 M
2 Berat Jenis SSD 2,5 - 2,641 M
3 Berat Jenis Semu (Apparent) 2,5 - 2,679 M
4 Penyerapan Air (Absorbsi) (%) 3 0,874 M
dimana:
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Pada tabel 4.3 di atas diperoleh hasil dari perhitungan berat jenis pasir dan
penyerapan air pasir, hasilnya memenuhi spesifikasi sehingga agregat
tersebut dapat digunakan untuk campuran aspal beton. Kemudian setelah itu
dilanjutkan dengan abu batu (dust), hasil berat jenis dust diperlihatkan pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air dust.
Persyaratan
No Sifat Agregat Hasi
Min Max l
1 Berat Jenis Bulk 2,5 - 2,582 M
dimana:
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh berat isi agregat kasar (batu pecah 3/4)
pada kondisi gembur yaitu 1.349 gram/cm3 dan berat isi pada kondisi padat
yaitu 1.490 gram/cm3, berat isi agregat kasar (batu pecah 3/8) pada kondisi
gembur yaitu 1.360 gram/cm3 dan berat isi pada kondisi padat yaitu 1.442
gram/cm3, berat isi agregat halus (dust) pada kondisi gembur yaitu 1.656
gram/cm3 dan berat isi pada kondisi padat yaitu 1.805 gram/cm 3, berat isi
agregat halus (pasir) pada kondisi gembur yaitu 1.648 gram/cm 3 dan berat isi
pada kondisi padat yaitu 1.746 gram/cm3. Pada pengujian ini tidak terdapat
nilai batasan minimal dan maksimal.
49
50
3/4'' 19,1 100 100 100 100 100 16,00 27,00 40,00 15,00 2,0 100,00 100 100 M
1/2" 12,7 53 100 100 100 100 8,49 27,00 40,00 15,00 2,0 92,49 90 100 M
3/8" 9,52 12 100 100 100 100 1,93 26,87 40,00 15,00 2,0 85,80 77 90 M
No. 4 4,75 0 4 100 100 100 0,06 1,13 39,84 15,00 2,0 58,04 53 69 M
No .8 2,36 0 1 69 92 100 0,04 0,16 27,52 13,87 2,0 43,59 33 53 M
No. 16 1,16 0 0 49 82 100 0,04 0,09 19,49 12,33 2,0 33,96 21 40 M
No. 30 0,5 0 0 31 65 100 0,04 0,07 12,51 9,70 2,0 24,32 14 30 M
No. 50 0,3 0 0 22 41 100 0,04 0,05 8,75 6,16 2,0 17,00 9 22 M
No.100 0,15 0 0 11 11 100 0,04 0,05 4,51 1,59 2,0 8,19 6 15 M
No. 200 0,075 0 0 5 3 100 0,04 0,05 2,00 0,52 2,0 4,62 4 9 M
dimana
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat tabel gradasi campuran, diperoleh proporsi fraksi
agregat kasar (CA) yaitu 16%, fraksi agregat sedang (MA) yaitu 27% fraksi
dust 40%, fraksi pasir 15%, filler 2%, untuk grafik gradasi yang diperoleh
yaitu gradasi menerus sesuai dengan penjelasan (Hermanus et al., 2015).
Grafik gradasi campuran diperlihatkan pada Gambar 4.1
100
90
80
%Lolos Saringan
70
60
50
40
30
20
10
0
0.01 0.1 1 10 100
51
52
53
54
Berat aspal 6% (72gr) maka untuk mendapatkan total dari campuran dengan
berat 1200 gr yaitu dengan cara total campuran dikurang dengan berat aspal,
kemudian hasilnya dikalikan dengan masing-masing persentase agregat.
Komposisi campuran aspal beton pada kadar aspal 6% diperlihatkan pada
Tabel 4.12.
55
56
Nilai dari hasil parameter marshall untuk benda uji penentuan kadar aspal
optimum yang memenuhi sepesifikasi dan yang tidak memenuhi spesifikasi
diperlihatkan pada Tabel 4.19.
57
58
1 Density -
2 VMA Min 15
Kadar aspal optimum didapatkan dari kadar aspal terbaik yang memenuhi semua
spesifikasi parameter marshall terletak pada 6%. Penjelasan secara rinci untuk
seluruh parameter marshall yaitu sebagai berikut:
A. Density (kepadatan)
Parameter Kadar aspal optimum didapatkan dari kadar aspal terbaik yang
memenuhi semua spesifikasi parameter marshall terletak pada 6%. Penjelasan
secara rinci untuk seluruh parameter marshall yaitu sebagai berikut:
2.50
2.45
2.40
2.33 2.33 2.33
2.352.32
Density (gr/cm3)
2.28
2.30
2.25
2.20
2.15
2.10
2.05
2.00
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal %
VMA %
14.50
13.00
11.50
10.00
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal %
7.00 5.9
6.00 5.2
4.8
5.00
4.00
3.00
2.00
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal %
59
60
75.00 70.9
70.00 67.0
65.00 61.9
60.00
VFA %
55.00 49.8
49.4
50.00
45.00
40.00
35.00
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal %
E. Stabilitas
Nilai stabilitas memiliki nilai minimum sebesar 800 gr dan nilai maksimumnya
tidak dibatasi, untuk nilai stabilitas pada aspal beton dengan kadar aspal 4%,
4,5%, 5%, 5,5% dan 6% memenuhi spesifikasi umum bina marga tahun 2018
dikarenakan nilai yang diperoleh pada kadar aspal tersebut melewati nilai
minumum dari stabilitas seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.6.
2000
1873
1900
1765 1767 1771 1778
1800
Stability (kg)
1700
1600
1500
1400
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal
F. Flow (kelelehan)
Nilai minimum yang disyaratkan untuk parameter marshall flow adalah 2 mm
dan nilai maksimal sebesar 4 mm, karena hal itu untuk nilai Flow semua kadar
variasi pada aspal beton memenuhi spesifikasi hasil tiap nilai variasi 4%
sebesar 3,71%, 4,5% sebesar 3,25%, 5% sebesar 3,31 %, 5,5% sebesar 3,77
% dan 6% sebesar 3,64 %, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.7.
6.0
5.0
3.71 3.77 3.64
4.0 3.25 3.31
Flow (mm)
3.0
2.0
1.0
0.0
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal
G. Marshall Quontient
Nilai minimal yang disyaratkan untuk parameter marshall MQ adalah 250 gr
dan nilai maksimal tidak dibatasi, karena hal tersebut berarti semua variasi
aspal beton memenuhi spesifikasi dengan nilai tiap variasi 4% sebesar
479,4%, 4,5% sebesar 549,0%, 5% sebesar 536,2 %, 5,5% sebesar 502,6 %
dan 6% sebesar 497,6 %, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.8.
600.0
549.0 536.2
550.0
502.6 497.6
500.0479.4
MQ (kg/mm)
450.0
400.0
350.0
300.0
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal
61
62
Setelah diuji marshall didapat nilai parameter marshall diantaranya yaitu nilai
density, VMA, VIM, VFA, stabilitas, flow, dan MQ, kemudian nilai dari seluruh
parameter marshall tersebut dimasukkan kedalam tabel grafik dan tabel grafik
tersebut diperlihatkan pada Tabel 4.21.
Secara rinci telah diperlihatkan pada Tabel 4.21 tentang hasil pengujian marshall
dari seluruh variasi yang telah dibuat dan hanya variasi 0% (normal) dan variasi
3% saja yang memenuhi spesifikasi sedangkan divariasi 1%, 2%, dan 4% hampir
memenuhi. Penjelasan secara rinci untuk parameter marshall yaitu sebagai
berikut:
A. Density (kepadatan)
Nilai density tidak dibatasi yang artinya semua hasil dari setiap persen variasi
untuk nilai density memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan diperlihatkan pada Gambar 4.9.
18.4
17.6
VMA(%)
17.6
17.2
16.3
16.8
16.3 16.2
16.0
0 1 2 3 4
variasi getah pinus %
63
64
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada nilai variasi 1% dan 2% mengalami
kenaikan dari nilai KAO. Dikarenakan dari jumlah tumbukan, gradasi agregat dan
kadar aspalnya. Hal ini menyebabkan terjadinya kenaikan pada nilai VMA yang
berarti semakin tinggi nilai VMA maka semakin banyak rongga dalam campuran
yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara semakin
tinggi.
6.4 6.3
6.1 5.8
VIM(%)
5.8
5.5
5.2
4.8 4.8 4.7
4.9
4.6
0 1 2 3 4
kadar getah pinus %
70.9
70.4 70.4
70.6
69.8
VFA(%)
69.0
68.2
67.4
66.6 66.1
65.8
65.0 64.4
64.2
0 1 2 3 4
kadar getah pinus %
E. Stabilitas
Nilai stabilitas memiliki nilai minimum sebesar 800 gr dan nilai maksimumnya
tidak dibatasi. Untuk nilai stabilitas variasi 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%
memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018.
65
66
2406.0
Stability(KG)
2256.0
2106.0 1961.8 1986.1
1952.1
1956.0
1767.4
1806.0 1778.2
1656.0
1506.0
0 1 2 3 4
kadar getah pinus %
F. Flow (kelelehan)
Nilai minimal yang disyaratkan untuk parameter marshall flow adalah 2 mm
dan nilai maksimal sebesar 4 mm, pada variasi 0%, 1%, 2%, dan 3%,
memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018, sedangkan pada variasi
4% tidak memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018.
Gambar 4.14 Grafik flow variasi
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penambahan kadar aspal pada campuran
mengakibatkan flow mengalami peningkatan, kenaikan nilai flow ini disebabkan
karena dengan penambahan kadar aspal pada campuran mengakibatkan campuran
menjadi semakin plastis sehingga besarnya deformasi pada saat menerima beban
meningkat. Jika nilai flow lebih kecil dari 2 mm mengakibatkan campuran
menjadi kaku sehingga perkerasan mudah mengalami retak. Sebaliknya, jika
campuran dengan nilai flow yang terlalu tinggi diatas 4 mm, maka akan
mengakibatkan perkerasan memiliki deformasi yang semakin tinggi.
655.0
615.0
mq(KG/MM)
575.0
526.4 525.0
535.0 497.6 509.6 508.0
495.0
455.0
415.0
375.0
0 1 2 3 4
kadar getah pinus %
67
68
1.2 Pembahasan
Pembahasan secara keseluruhan untuk hasil dari parameter marshall yang
telah didapatkan ini bertujuan untuk membahas secara rinci antara variasi. Hasil
dari keseluruhan parameter marshall tersebut diperlihatkan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hasil pengujian parameter marshall
2406.0 4.54
4.34
2256.0 4.12
4.14
2106.0 1961.8 1986.1 3.81
1952.1 3.94 3.74
1956.0 3.66
3.74 3.64
Stability(KG)
Flow(MM)
1767.4
1806.0 1778.2 3.54
1656.0 3.34
1506.0 3.14
0 1 kadar getah pinus
2 % 3 4 0 1 kadar getah2pinus % 3 4
A. Density
Nilai density menunjukkan tingkat kepadatan suatu campuran perkerasan
agregat dan aspal. Nilai density yang besar menunjukkan bahwa
kerapatannya semakin baik, tetapi nilai density sudah pada nilai optimum
69
70
71
72
kadar variasi 0% dengan nilai 70,4%, kadar variasi 1% sebesar 64,4%, kadar
variasi 2% sebesar 66,1%, pada kadar variasi 3% sebesar 70,4%, dan pada
kadar variasi 4% sebesar 70,9%. Nilai VFA yang tinggi menunjukan bahwa
rongga pada campuran lebih terisi oleh aspal.
E. Stabilitas
Stabilitas adalah nilai ketahanan deformasi akibat beban lalu lintas tanpa
terjadinya perubahan bentuk seperti gelombang dan alur. Dari hasil yang
didapat bahwa nilai stabilitas meningkat sangat signifikan pada kadar variasi
0% (KAO) dengan nilai stabilitas yaitu 1778,2 Kg, pada kadar variasi 1%
dengan nilai 1767,4 Kg, di kadar variasi 2% mengalami kenaikan dengan
nilai 1961,8 Kg, di kadar variasi 3% juga mengalami kenaikan di nilai
1986,1 Kg, dan di variasi 4% mengalami penurunan di nilai 1952,1 kg.
Peningkatan tertinggi nilai stabilitas campuran dengan penambahan kadar
variasi 3% dikarenakan mempunyai nilai kekakuan bahan ikat paling besar,
sehingga kemampuan untuk mempertahankan ikatan dan mencegah
terjadinya deformasi semakin besar, dan tentunya akan lebih stabil dalam
menahan beban.
F. Flow
Kelelehan (flow) merupakan parameter Marshall yang menyatakan besarnya
penurunan campuran akibat beban vertikal hingga batas runtuh. Dari hasil
yang didapat bahwa nilai flow pada kadar variasi 0% (KAO) di dapat nilai
flow 3,635 mm, pada kadar variasi 1% nilai flow 3,657 mm, pada kadar
varasi 2% nilai flow 3,740 mm, pada kadar variasi 3% nilai flow 3,813 mm,
dan pada kadar variasi 4% naik menjadi 4,12 mm. Dari hasil ini
menunjukkan bahwa pada kadar variasi 1% mengalami kenaikan sedikit dari
KAO, dikarenakan pada kadar variasi 1% sudah ada kadar getah pinus maka
terlihat nilai flow mengalami kenaikan pada variasi 1% juga naik sampai
variasi 4%. Hal ini disebabkan semakin tinggi penambahan kadar getah
pinus akan mengakibatkan campuran menjadi lebih plastis. Hal ini
mengakibatkan lebih mudah berubah bentuk apabila diberi beban.
G. Marshall Quotient (MQ)
Nilai MQ merupakan rasio atau perbandingan antara nilai stabilitas dan flow
pada campuran beton aspal yang digunakan untuk menunjukkan tingkat
fleksibilitas campuran. Dari hasil yang didapat bahwa nilai MQ pada kadar
variasi 0% (KAO) yaitu 497,6 Kg/mm, setelah memasuki kadar variasi 1%
yang sudah masuk penambahan getah pohon pinus maka mengalami
kenaikan dengan nilai 509,6 Kg/mm, pada variasi 2% dengan nilai 526,4
Kg/mm, pada kadar variasi 3% dengan nilai 525,0 Kg/mm, dan pada kadar
variasi 4% dengan nilai 508,0 Kg/mm. Kenaikan dan penurunan nilai MQ
dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow pada campuran. Namun nilai
tersebut masih memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Stabilitas
yang kecil dan flow yang besar menghasilkan campuran yang lebih lembek
dan mudah mengalami deformasi jika diberi pembebanan. Sebaliknya, nilai
stabilitas yang besar dan flow yang kecil menghasilkan campuran yang
lebih getas.
73
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan yaitu pemanfaatan Getah
pinus dan Abu batu bata sebagai bahan tambah dan substitusi sebagian aspal
dengan variasi 1% dan 2% menunjukkan hasil yang diperoleh tidak memenuhi
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018. Dikarenakan variasi 1% pada nilai
VIM dan VFA tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Pada variasi 2%,
nilai VIM tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Dimana pada variasi 1%
nilai VIM melewati batas maksimum dari yang disyaratkan oleh Spesifikasi
Umum Bina Marga 2018, sedangkan untuk nilai VFA tidak mencapai dari yang
disyaratkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Pada variasi 2% ini nilai
VIM tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, dikarenakan melewati batas
maksimum dari yang disyaratkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga 2018.
Untuk variasi 3% dan 4%, nilai keseluruhannya memenuhi Spesifikasi Umum
Bina Marga Tahun 2018.
5.2 Saran
Apabila menggunakan campuran beraspal dengan variasi 1% dan 2% aspal
beton akan menghasilkan sifat seperti mudah keropos dan butiran agregat cepat
terlepas dari aspal, hal tersebut disebabkan karena nilai VFA dan VIM yang tidak
memenuhi batas minimal yang disyaratkan. Jika ingin menggunakan perkerasan
dengan bahan tambah dan substitusi sebagian aspal menggunakan bahan getah
pinus dan abu batu bata dengan variasi 1% dan 2%, disarankan untuk jalan
perkampungan yang lalu lintasnya tidak terlalu padat. Dan jika untuk perkerasan
jalan raya disarankan untuk menggunakan variasi 3% dan 4%, dikarenakan pada
variasi 3% dan 4% tersebut nilai keseluruhannya mencapai dan memenuhi
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA
I Gede Budiartha Utama. (2017) ‘Pengaruh Pengunaan Serbuk Batu Bata Sebagai
Filler Pada Campuran Laston (AC-WC)’, Artikel Ilmiah.
Dwi Kartikasari, Sugeng Dwi Hartantyo. (2017) ‘Penggantian Filler Dengan Fly
Ash dan Serbuk Batu Bata Pada Campuran Aspal (AC-WC)’.
Dea Putri Perceka, Tan Lie Ing. (2016) ‘Pengaruh Getah Pinus Pada Stabilitas,
Pelelehan, dan Durabilitas Lapis Pengikat Beton Aspal’, Jurnal Teknik
Sipil Maranatha.
SNI 03 4804 1998 Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara Dalam Agregat.
SNI 1969, P.B.J. (2008) ‘Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar’.
Standar Nasional SNI 1970 20 08 Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat
75
76
Yosep Daiman Sakur, Ida Farida. (2019) ‘Analisis Penggunaan Serbuk Bata
Merah Sebagai Filler Pada Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)’,
Jurnal Konstruksi.
77
78
dimana :
M : Memenuhi
79
80
100−95 , 33
= x 100
100
= 4,20 %
Untuk perhitungan pada sampel selanjutnya dapat menggunakan persamaan
diatas dan untuk hasil sampel selanjutnya diperlihatkan pada Tabel A.2.
Berat tertahan Persen Persen
Berat
No Ukuran Berat
Saringan Komulati Lolos
Ayakan ( mm ) Saringan (Gram) %
+ Agregat f (%) (%)
3/4" 19,00 512 512 0,00 0,00 0,00 100 M
1/2" 12,50 437 437 0,00 0,00 0,00 100 M
3/8" 9,50 427 434 7,00 0,47 0,47 99,53 M
No. 4 4,75 415 1845 1430,00 95,33 95,80 4,2 M
No .8 2,36 398 452 54,00 3,60 99,40 0,6 M
No. 16 1,18 368 372 4,00 0,27 99,67 0,33 M
No. 30 0,60 359 360 1,00 0,07 99,73 0,27 M
No. 50 0,30 369 370 1,00 0,07 99,80 0,2 M
No.100 0,15 377 377 0,00 0,00 99,80 0,2 M
No. 200 0,075 394 394 0,00 0,00 99,80 0,2 M
jumlah 1497,00
dimana :
M : Memenuhi
81
82
permukaan
(gr)
Berat kering
2. BK 2451 2456 2452 2453,000
oven (gr)
Berat dalam air
3. BA 1550,7 1551,4 1549,4 1550,5
(gr)
Berat jenis BK / (BJ-
4. 2,582 2,589 2,579 2,583 M
kering bulk BA)
Berat jenis
kering jenuh BJ /
5. 2,634 2,635 2,630 2,633 M
permukaan (BJ-BA)
(ssd)
Sampel
No. Uraian Notasi Rata-rata
I II III
Berat jenis
semu BK / (BK-
6. 2,722 2,715 2,717 2,718 M
(apparent) BA)
Penyerapan (BJ-BK) /
7. 1,999 1,792 1,958 1,916 M
air (absorbsi) BK×100%
dimana :
M : Memenuhi
TM : Tidak memenuhi
dimana :
M : Memenuhi
TM : Tidak memenuhi
3. Berat isi
Untuk menghitung berat isi agregat kasar dapat dihitung dengan persamaan
2.11. Data berat isi agregat kasar diperlihatkan pada Tabel A.5 dan A.6.
83
84
85
86
1. Analisa saringan
Analisa saringan dilakukan untuk memperoleh distribusi butiran atau jumlah
presentase butiran antara agregat halus dan agregat kasar. Untuk menghitung
analisa atau gradasi agregat halus dapat digunakan persamaan 2.9, dan
persamaan 2.10. data analisa saringan atau gradasi agregat halus dapat dilihat
pada Tabel A.7 dan Tabel A.8.
a. Agregat fraksi halus (dust)
Agregat = 1500 gr
No. Saringan =8
Berat saringan = 398
Berat saringan + agregat = 860
Berat agregat tertahan = berat saringan berisi agregat –
berat
saringan
= 860 gr – 398 gr
= 462 gr
berat tertahan
Persen tertahan = x 100
jumlah berat tertahan
462 gr
= x 100
1500 gr
= 30,80 %
100− persentertahan
Persen lolos komulatif = x 100
100
100−30 , 80
= x 100
100
= 68,80 %
Untuk perhitungan pada sampel selanjutnya dan untuk ansar rata-rata
diperlihatkan pada Tabel A.7.
dimana :
M : Memenuhi
TM : Tidak memenuhi
87
88
89
90
491 gr
=
2247 gr −491−2558 gr
= 2,728 %
BJ −BK
Penyerapan air (absorpsi) = x 100
BK
500 gr −491 gr
= x 100
491 gr
= 1,833 %
dimana :
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
di mana:
M : Memenuhi
91
92
TM : Tidak Memenuhi
3. Berat isi
Untuk menghitung berat isi agregat halus dapat dihitung dengan persamaan
2.11. Data hasil dari berat isi untuk agregat halus dapat dilihat pada Tabel
A.11 dan Tabel 2.12.
a. Agregat fraksi halus (dust)
Berat isi gembur
Berat agregat (W) =C–A
= 8797 gr – 4101 gr
= 4696 gr
W
Berat isi =
V
4696 gr
=
2826 cm3
= 1,662 gr/cm3
Berat isi padat
Berat agregat (W) =C–A
= 9171 gr – 4101 gr
= 5070 gr
W
Berat isi =
V
5070 gr
=
2826 cm3
= 1,794 gr/cm3
Untuk perhitungan pada sampel selanjutnya dan berat isi rata-rata
diperlihatkan pada Tabel A.11.
Berat silinder +
1. agregat (C) Gram 8797 8772 8780 9171 9229 9212
2. Berat silinder (A) Gram 4101 4101 4101 4101 4101 4101
3. Berat agregat (W) Gram 4696 4671 4679 5070 5128 5111
4. Isi tempat (V) cm3 2826 2826 2826 2826 2826 2826
93
94
Berat silinder +
1. Gram 8756 8741 8781 9031 9041 9034
agregat (C)
2. Berat silinder (A) Gram 4101 4101 4101 4101 4101 4101
3. Berat agregat (W) Gram 4655 4640 4680 4930 4940 4933
4. Isi tempat (V) cm 3
2826 2826 2826 2826 2826 2826
5. Berat Isi gram/cm 3
1,647 1,642 1,656 1,745 1,748 1,746
Berat isi rata-rata gram/cm3 1,648 1,746
3/4" 19,1 100 100 100 100 100 16,00 27,00 40,00 15,00 2,0 100,00 100 100 M
1/2" 12,7 53 100 100 100 100 8,49 27,00 40,00 15,00 2,0 92,49 90 100 M
3/8" 9,52 12 100 100 100 100 1,93 26,87 40,00 15,00 2,0 85,80 77 90 M
No. 4 4,75 0 4 100 100 100 0,06 1,13 39,84 15,00 2,0 58,04 53 69 M
No .8 2,36 0 1 69 92 100 0,04 0,16 27,52 13,87 2,0 43,59 33 53 M
No. 16 1,16 0 0 49 82 100 0,04 0,09 19,49 12,33 2,0 33,96 21 40 M
No. 30 0,5 0 0 31 65 100 0,04 0,07 12,51 9,70 2,0 24,32 14 30 M
No. 50 0,3 0 0 22 41 100 0,04 0,05 8,75 6,16 2,0 17,00 9 22 M
No.100 0,15 0 0 11 11 100 0,04 0,05 4,51 1,59 2,0 8,19 6 15 M
No. 200 0,075 0 0 5 3 100 0,04 0,05 2,00 0,52 2,0 4,62 4 9 M
di mana :
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Gambar A.5 Grafik gradasi campuran agregat
Berdasarkan Tabel A.13 diperoleh proporsi agregat fraksi kasar (CA) yaitu
16%, agregat fraksi sedang (MA) yaitu 27%, agregat fraksi halus (pasir) yaitu
15% agregat fraksi halus (dust) yaitu 40% dan filler yaitu 2%, sehingga total mix
design tersebut memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2018.
95
96
Dust 40 451,20
Pasir 15 169,20
Filler 2 22,56
Aspal 6 72
Getah 1% dari berat aspal 0,72
pinus
Abu
Batu 5% dari filler 1,128
Bata
Total 1200,72
Untuk jumlah agregat kasar, agregat halus filler dan aspal adalah 1200 gram.
Panaskan campuran agregat kasar, agregat halus, filler hingga temperature 1600 c
kemudian aspal dipanaskan sampai meleleh lalu masukkan Getah pinus kedalam
aspal yang sudah meleleh tersebut. Agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal
yang sudah dicampur getah pinus dan abu batu bata diaduk sampai merata diatas
alat pemanas, setelah merata campurannya lalu dimasukkan kedalam cetakan yang
berbentuk silinder dengan ukuran Ø101,6 mm x 75 mm yang telah disiapkan,
dilakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 2 x 75 tumbukan untuk
97
98
siap benda uji, benda uji didinginkan, setelah itu dikeluarkan dari cetakan dengan
ejector, kemudian lakukan perendaman selama 24 jam kemudian dilanjutkan
pengujian marshall.
A.3.1 Density
Nilai density merupakan besarnya kerapatan suatu campuran yang telah
dipadatkan. Suatu nilai campuran akan memiliki nilai density yang tinggi apabila
bentuk butiran yang tidak seragam, butiran dengan prioritas rendah dan kadar
aspal tinggi. Nilai density sangat ditentukan pada saat pemadatan. Hasil
perhitungan density benda uji aspal beton AC-WC diperlihatkan pada Tabel A.19.
g = (c :
f = (d -
t a b c d e f)
No e)
(mm) (%) (%) (gr) (gr) (gr) density
(cm3)
(gr/cm3)
c 1182
Density = = = 2,284 gr/cm3
f 517 , 4
t a b c d e Jcur
No VMA (%)
(mm) (%) (%) (gr) (gr) (gr) (%)
99
100
a 6
b= x 100 = x 100 = 5,66
100+a 100+6
2 , 4 x 2,284
= 100 x
2,4
= 6,6 %
VMA−VIM
VFA = x 100
VMA
17 , 9−6 , 6
= x 100
17 , 9
= 63,1 %
101
102
A.3.5 Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan maksimum aspal beton padat menerima beban
sampai terjadi kelelehan plastis. Untuk hasil perhitungan nilai stabilitas pada
penelitian ini diperlihatkan pada Tabel A.23.
dimana :
t = Tebal benda uji
a = Kadar aspal terhadap agregat
b = kadar aspal terhadap campuran
n = Nilai pembacaan arloji stabilitas
o = n x kalibrasi proving ring
p = Tebal koreksi benda uji
q = Stability
M = Menenuhi
Untuk mencari nilai stabilitas dan nilai dari stabilitas dari sampel yang
lainnya langkah-langkah perhitungannya seperti dibawah ini :
Untuk mencari nilai Marshall Quotient (MQ) dan nilai dari stabilitas dari
sampel yang lainnya langkah-langkah perhitungannya seperti dibawah ini :
stabilitas 1838
Q= = = 585 kg/mm
flow 3 ,14
103
104
dimana :
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
105
106
jumlah 1428.00
1/2" 12.7 53 100 100 100 100 8.46 27.00 40.00 15.00 2.0 92.46 90 100
3/8" 9.52 9 99 100 100 100 1.42 26.64 40.00 15.00 2.0 85.06 77 90
No. 4 4.75 1 4 100 100 100 0.11 0.98 39.84 14.98 2.0 57.91 53 69
No. 200 0.075 0 0 5 5 100 0.02 0.03 2.12 0.72 2.0 4.89 4 9
I II III I II III
1 Berat Tempat + Gram 7941 7887 7919 8264 8344 8332
Agregat
2 Berat Tempat Gram 4102.0 4102.0 4102. 4102.0 4102.0 4102.0
0
3 Berat Agregat Gram 3839 3785 3817 4162 4242 4230
107
108
. I II III I II III
1 Berat Tempat + Gram 8003 7922 7913 8138 8182 8210
Agregat
2 Berat Tempat Gram 4102. 4102. 4102. 4102. 4102. 4102.
0 0 0 0 0 0
3 Berat Agregat Gram 3901 3820 3811 4036 4080 4108
4 Isi tempat cm3 2826 2826 2826 2826 2826 2826
5 Berat Isi gram/cm3 1.380 1.352 1.349 1.428 1.444 1.454
Berat isi rata-rata gram/ 1.360 1.442
cm3
1 Berat Benda Uji Kering Jenuh (SSD) Bj 2500 2500 2500 2500
109
110
1 Berat Benda Uji Kering Jenuh (SSD) 500 500 500 500
111
112
113
114
Studi literatur
Persiapan bahan
Aspal
Agregat
Filler
Getah pinus
Abu batu bata
Persyaratan Spesifikasi
Umum Bina Marga 2018
115
116
Uji marshall
1. Stability
S= p x q x r
2. Density (kerapatan)
c
g= dan f =d – e
f
3. Flow ( Pembacaan dial )
4. Rongga terisi aspal (VFA)
(VMA−VIM )
VFA=100
VMA
5. Rongga antar butiran agregat (VMA)
Gmb x PS
VMA= 100 -
Gsb
6. Rongga dalam campuran (VIM)
Gmm−Gmb
VIM =100
Gmm
7. Marshall quotient
Persyaratan Spesifikasi
Umum Bina Marga 2018
B
Uji marshall
Selesai
117
118
LAMPIRAN D
BIODATA MAHASISWA
1. Personal
Nama : Angga Renaldi Prayoga
Nim : 180110128
Bidang : Transportasi
Alamat : Jl. Lintas Medan-Banda Aceh, Desa Alur Dua,
Kota Pangkalan Brandan, Kec. Sei Lepan, Kab.
Langkat
No Hp/Telpon : 0813-6666-5114
2. Orang Tua
Nama Ayah : Suparrudin
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 52 Tahun
Alamat : Jl. Lintas Medan-Banda Aceh, Desa Alur Dua,
Kota Pangkalan Brandan, Kec. Sei Lepan, Kab.
Langkat
NamaIbu : Roslaini
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Umur : 52 Tahun
Alamat : Jl. Lintas Medan-Banda Aceh, Desa Alur Dua,
Kota Pangkalan Brandan, Kec. Sei Lepan, Kab.
Langkat
3. Pendidikan Formal
Asal SLTA (Tahun) : SMA N 1 Brandan Barat (2015-
2018)
Asal SLTP (Tahun) : SMP N 3 Babalan (2012-2015)
Asal SD (Tahun) : SDN 050756 Alur Dua (2006-2012)
119