Anda di halaman 1dari 149

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

JUDUL

PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN PERPIPAAN AIR


BERSIH DENGAN SISTEM PENGALIRAN POMPA
DI DESA SUSULAKU A KECAMATAN INSANA
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana

Oleh

GASPAR Y. K. TUAMES
09 0601 2181

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK


JURUSAN TEKNIK SIPIL
KUPANG
MEI 2015

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Gaspar Y. K. Tuames

NIM : 09 0601 2181

Tanda Tangan : .....................

Tanggal : 12 Mei 2015

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PERENCANAAN TEKNIS JARINGAN PERPIPAAN AIR


BERSIH DENGAN SISTEM PENGALIRAN POMPA
DI DESA SUSULAKU A KECAMATAN INSANA
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Yang disiapkan dan diserahkan oleh :

GASPAR Y. K. TUAMES
NIM. 09 0601 2181

Telah Diuji dan Disetujui


Kupang, 12 Mei 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Wilhelmus Bunganaen, ST., MT. Drs. Sudiyo Utomo, M.Si.


NIP. 19670625 199802 1 001 NIP. 19570702 198702 1 001

Mengetahui,
Dekan Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Sains dan Teknik Fakultas Sains dan Teknik

Drs. Hery Leo Sianturi, M.Si. Jusuf J. S. Pah, ST., M.Sc.


NIP. 19651205 199103 1 006 NIP. 19680324 199802 1 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Gaspar Y. K. Tuames
NIM : 0906012181
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Bersih
dengan Sistem Pengaliran Pompa di Desa Susulaku A
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Nusa Cendana.

DEWAN PENGUJI :

Pembimbing I : Wilhelmus Bunganaen, ST., MT. (….……….....……)

Pembimbing II : Drs. Sudiyo Utomo, M.Si. (…….…...…..……)

Ketua Penguji : Ir. I Made Udiana, MT. (………....….….…)

Anggota Penguji : Wilhelmus Bunganaen, ST., MT. (……….….....……)

Anggota Penguji : Drs. Sudiyo Utomo, M.Si. (………….….……)

Ditetapkan di : Kupang
Tanggal : 12 Mei 2015

iv
MOTTO

PERSEMBAHAN

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
selalu menyertai, melindungi dan memberikan kemampuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Perencanaan Teknis Jaringan
Perpipaan Air Bersih dengan Sistem Pengaliran Pompa di Desa Susulaku A
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara” disusun sebagai salah
satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Nusa Cendana.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan serta
bantuan yang diterima dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Drs. Hery Leo Sianturi, MSi, sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Nusa Cendana beserta Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan.
2. Bapak Jusuf J. S. Pah, ST, M.Sc, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana.
3. Bapak Wilhelmus Bunganaen, ST, MT, sebagai Dosen Penasehat Akademik
serta Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sudiyo Utomo, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..
5. Bapak Ir. I Made Udiana, MT, sebagai ketua penguji skripsi.
6. Bapak-ibu dosen, pegawai dan teknisi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Nusa Cendana.
7. Bapak Yohanes A. Haki, sebagai Kepala Desa Susulaku A beserta aparat
Pemerintahan dan Masyarakat Desa Susulaku A yang telah mengijinkan dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian di Desa Susulaku A.
8. Bapak Fransiskus A. N. Tuames, S.Pt, sebagai Camat Insana beserta
Bapak/Ibu Pegawai yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
penelitian di wilayah Kecamatan Insana.

vi
9. K’ Hendry J. Benu, ST, K’ Ronaldo Djawa, ST, Om Jhony Lolowang, ST,
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga tercinta: Bapa dan Mama, K’ Theo, K’ Melda, K’ Frans Besin, K’
Lory, K’ Stef (Alm), K’ Frans, K’ Ona, K’ Hiro, K’ Vita, K’ Gusty, K’ Gina,
K’ No, K’ Ermy, K’ Dus, dan K’ Felly bersama keluarga yang dengan setia
mendoakan dan mendukung sepenuhnya penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini dan sepanjang perkuliahan penulis.
11. Teman-teman seperjuangan DEVIL’09: Debby ST, Nini ST, Robby ST, Irvan
ST, Ama ST, Deddy ST, Riant ST, Rio ST, Valent, Eko, Ogen, Becky, Marco,
Gerry, Darent, Puput, Detoz, Desning, Sary, Yonah, Tiny, Ersy, Selvi yang
selalu memberikan dukungan moril dan motivasi serta dukungan doa selama
ini bagi penulis.
12. Bapak dan Mama Kost, Om Vabby, Vebby, Inest, Fabregaz, Ani, Bylest,
Kenro, Yodi, Jhony, serta teman dan keluarga yang selalu memberikan
bantuan, dukungan doa dan motivasi bagi penulis.
13. Senior dan junior Teknik Sipil Undana yang selalu memberikan bantuan,
dukungan doa dan motivasi bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memerlukan
penyempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan tulisan ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Kupang, Mei 2015

Penulis

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Nusa Cendana, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Gaspar Y. K. Tuames
NIM : 0906012181
Jurusan : Teknik Sipil
Fakultas : Sains dan Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Nusa Cendana Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
”Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Bersih dengan Sistem
Pengaliran Pompa di Desa Susulaku A Kecamatan Insana Kabupaten Timor
Tengah Utara”.
Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Nusa Cendana berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Kupang
Pada tanggal : 12 Mei 2015

Yang menyatakan

(Gaspar Y. K. Tuames)

viii
ABSTRAK

Nama : Gaspar Y. K. Tuames


Jurusan : Teknik Sipil
Judul : Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Bersih
Dengan Sistem Pengaliran Pompa di Desa Susulaku A
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara

Desa Susulaku A memiliki sumber air yang cukup memadai tetapi yang
menjadi kendala adalah sumber mata air berada di bawah pemukiman warga
sehingga diperlukan pompa untuk menaikan air ke pemukiman warga. Sistem
operasional dan pemeliharaan juga diperlukan sehingga sarana yang telah
dibangun dapat bermanfaat sesuai rencana. Penelitian ini bertujuan untuk
merencanakan jaringan perpipaan air bersih dengan sistem pengaliran pompa di
Desa Susulaku A. Metode yang dipakai adalah metode observasi yakni teknik
pengambilan data melalui pengamatan langsung di lapangan baik pengukuran
debit, pengukuran topografi maupun metode dokumentasi yakni teknik
pengambilan data dengan mengambil teori-teori, rumus-rumus serta peraturan
dan ketetapan yang menunjang dalam penelitian ini. Metode yang digunakan
dalam perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan Metode Aritmatik,
Metode Geometrik dan Metode Eksponensial, menghitung pertambahan jumlah
fasilitas, serta perhitungan proyeksi kebutuhan air. Selanjutnya melakukan analisis
hidrolis pada pompa dan jaringan pipa serta hal yang diperhatikan dalam sistem
operasional dan pemeliharaan yang berkelanjutan adalah teknik, organisasi dan
biaya operasional dan pemeliharaan. Hasil proyeksi jumlah penduduk Dusun II
Desa Susulaku A tahun 2023 adalah 631 jiwa. Besar kebutuhan air pada tahun
rencana adalah 0,47 ltr/dtk. Debit Mata Air Oetak adalah 1,727 ltr/dtk. Jenis pipa
yang digunakan adalah jenis pipa GIP, dengan diameter pipa d = 2 inchi = 0,05 m
dan d= 2,5 inchi = 0,065 m. Volume bak penampung mata air (BPMA) 14 m 3,
volume bak penampung (BP) 12 m3 dan terdapat 2 unit hidran umum (HU)
memiliki volume yang sama 10 m3. Spesifikasi pompa 65 x 50X2 - 5 15 dengan
waktu beroperasi pagi hari 1 jam dan sore hari 1 jam. Teknis operasional
menyangkut hal-hal teknik yakni rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan,
pelaku dan keterampilan yang dibutuhkan. Organisasi pengelola terdiri dari
struktur organisasi dan tata peran serta perkiraan biaya operasional dan
pemeliharaan perbulan adalah Rp 2.347.300, sehingga tarif atau iuran yang
dikenakan adalah Rp 25.000/KK/bulan.

Kata kunci : pompa, jaringan pipa, sistem operasional dan pemeliharaan

ix
ABSTRACT

Name : Gaspar Y. K. Tuames


Study Program : Civil Engineering
Title : Technical Design of Clean Water Pipeline Network With
Pump Watering System At Susulaku A Village Insana Sub
District In Timor Tengah Utara Regency

The Susulaku A Village have adequate water source but the are some
consentrain that is the water source is located under the citizen housing so to
bossting up the water to citizen housing, the pump watering system is needed. The
operational and maintance system is also needed so the builded facility will be
useful asthe plan. The purpose of this research is to design the clean water
pipeline network with pump watering system at Susulaku A village. The used
method in this research is observation method by made a direct observation in the
field such as debit measurement and topography measurement and also used
documentation method by collect theory, formulas and regulation or
determination to support this research. The used method to calculating the
projected of population amount is aritmatic method, geometric method,
exponential method, calculating the increase amount of facility and also
calculating the projected of the water requirement.. The next step is doing the
Hydraulic Analyze of pump and pipeline network by considered the operation and
maintenance system. The result of projected population amount in Area II of
Susulaku A village in 2023 is 631. The number of water requirement based on the
year plan is 0,47 liter/sec. Oetak spring debit is 1,727 liter/sec. The type of pipe in
this research is GIP pipe with diameter = 2,00 inch = 0,05 meters and diameter =
2,50 inch = 0,065 meters. The spring basin volume (BPMA) is 14 m³, Basin
volume (BP) is 12 m³, and there are 2 units of public hydrants (HU) with the same
volume of 10 m³. The pump specification is 65 x 50X2 – 5 15 with operation time 1
hour in the morning and 1 hour in the afternoon. Operational technic are concern
maintenance and operational requirement details, treatment and competent
worker is also needed. The management organization consists of structural
organization and the role arrangement and also projected of operational and
maintenance finance is Rp.2.347.300, so the cost or contribution charged is
Rp.25.000/household/month.

Keywords : pump, pipeline network, operational and maintenance system

x
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR JUDUL ............ ................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
MOTTO ............ ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................ viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
1.6 Definisi Operasional Konsep ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Air ............................................................................................. 5
2.2 Sumber-Sumber Air Bersih .......................................................................... 5
2.2.1 Air hujan .................................................................................................. 5
2.2.2 Air permukaan .......................................................................................... 6
2.2.1 Air tanah .................................................................................................. 6

xi
2.2.2 Mata air .................................................................................................... 6
2.3 Kebutuhan Air Bersih ................................................................................. 6
2.3.1 Standar kebutuhan air bersih ..................................................................... 6
2.3.2 Peruntukan air bersih ................................................................................ 9
2.3.3 Penggolongan pemakain air bersih ......................................................... 9
2.3.4 Jumlah penduduk pemakai air bersih ...................................................... 10
2.3.5 Jumlah fasilitas pemakai air bersih ......................................................... 11
2.3.4 Jumlah kebutuhan air bersih suatu wilayah pada tahun rencana.............. 12
2.4 Sistem Distribusi ......................................................................................... 12
2.4.1 Sistem pengaliran ..................................................................................... 12
2.4.2 Jaringan distribusi .................................................................................... 13
2.5 Kehilangan Energi Pada Pompa .................................................................. 16
2.6 Kehilangan Energi Pada Pipa Transmisi ..................................................... 17
2.7 Pompa.......................................................................................................... 25
2.7.1 Deskripsi pompa ...................................................................................... 25
2.7.2 Jenis-jenis pompa .................................................................................... 25
2.7.3 Spesifikasi pompa .................................................................................. 28
2.7.4 Perencanaan instalasi pompa .................................................................. 30
2.8 Perpipaan ..................................................................................................... 34
2.9 Hidran Umum (HU) .................................................................................... 38
2.10 Perhitungan Tebal Pipa ............................................................................... 38
2.11 Perhitungan Tampang Ekonomis Saluran ................................................... 39
2.12 Debit Andalan F.J Mock ............................................................................. 40
2.13 Pengukuran Jarak ........................................................................................ 46
2.14 Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan Air Bersih ....... 50
2.14.1 Umum...................................................................................................... 50
2.14.2 Organisasi pengelola jaringan perpipaan air bersih ................................ 52
2.14.3 Biaya operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan air bersih ........ 52
2.14.4 Teknis operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan air bersih ...... 53

xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 54
3.1.1 Lokasi penelitian ....................................................................................... 54
3.1.2 Waktu penelitian ....................................................................................... 54
3.2 Objek dan Subjek Penelitian ....................................................................... 54
3.2.1 Objek penelitian ........................................................................................ 54
3.2.2 Subjek penelitian ...................................................................................... 54
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 54
3.3.1 Alat penelitian ........................................................................................... 54
3.3.2 Bahan penelitian ........................................................................................ 54
3.4 Sumber Data ............................................................................................... 55
3.4.1 Data primer ................................................................................................ 55
3.4.2 Data sekunder ............................................................................................ 55
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 55
3.5.1 Teknik observasi ....................................................................................... 55
3.5.2 Teknik dokumentasi .................................................................................. 55
3.6 Teknik Analisa Data .................................................................................. 55
3.7 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 58
4.2 Sumber Mata Air ......................................................................................... 58
4.3 Pengukuran Topografi Lokasi Penelitian .................................................... 59
4.4 Perhitungan Debit dengan Metode F.J.Mock .............................................. 62
4.5 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih .............................. 68
4.5.1 Proyeksi jumlah penduduk ........................................................................ 68
4.5.2 Uji kesesuaian metode proyeksi ................................................................. 72
4.5.3 Proyeksi jumlah fasilitas kebutuhan air bersih........................................... 76
4.5.4 Besar kebutuhan air untuk suatu wilayah pada tahun rencana ................... 77
4.6 Kehilangan Energi ....................................................................................... 78
4.6.1 Kehilangan energi pada pompa ................................................................... 78

xiii
4.6.2 Kehilangan energi pada pipa distibusi ........................................................ 86
4.7 Perhitungan Tebal Pipa ................................................................................ 91
4.8 Hidran Umum (HU) ..................................................................................... 93
4.9 Bak Penampung (BP) dan Bak Penampung Mata Air (BPMA) ................. 94
4.10 Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan Air Bersih ........ 99
4.10.1 Organisasi pengelola air bersih Suf Ana Susulaku ................................. 99
4.10.2 Biaya operasional dan pemeliharaan ...................................................... 105
4.10.3 Teknis operasional dan pemeliharaan air bersih .................................... 111
4.11 Pembahasan ............................................................................................... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 123
5.2 Saran ............................................................................................................ 124
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 126
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 130

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Nama Tabel Hal.

Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih dan Standar Kebutuhan Air
Domestik ............................................................................................ 7
Tabel 2.2 Kebutuhan Air untuk Rumah Tangga di Perkotaan ............................ 8
Tabel 2.3 Kebutuhan Air untuk Industri di Perkotaan ........................................ 8
Tabel 2.4 Kebutuhan Air untuk Komersial di Perkotaan .................................... 9
Tabel 2.5 Diameter Isap dan Cakupan Kapasitas Pompa (m3/menit) ................ 17
Tabel 2.6 Koefisien Kerugian dari Berbagai Katup ........................................... 17
Tabel 2.7 Koefisien Kekasaran Mutlak, ε ......................................................... 20
Tabel 2.8 Harga kv untuk Penampang Pengaliran Berbentuk Lingkaran........... 22
Tabel 2.9 Harga Koefisien Contration (kc) ........................................................ 23
Tabel 2.10 Koefisien Kehilangan (kb) pada Belokan Pipa .................................. 25
Tabel 2.11 Jenis-Jenis Katup dan Kesesuaiannya dengan Penggunaan .............. 34
Tabel 2.12 Diameter Nominal Pipa..................................................................... 35
Tabel 4.1 Data Pengukuran Topografi Patok 1 ................................................. 59
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan dan Hari
Hujan ................................................................................................................... 62
Tabel 4.3 Rekapitulasi Perhitungan Evapotranspirasi ..................................... 64
Tabel 4.4 Rekapitulasi Perhitungan Debit Metode F.J. Mock ......................... 67
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Dusun II Desa Susulaku A .................................. 69
Tabel 4.6 Persentase Perkembangan Jumlah Penduduk Dusun II
Desa Susulaku A ................................................................................................. 70
Tabel 4.7 Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Penduduk Dusun II Desa Susulaku A
pada Tahun 2014-2033 ........................................................................................ 72
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Metode Arimatik pada
Dusun II Desa Susulaku A dari Tahun 2014 Sampai 2033 ................................. 73
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Metode Geometrik pada
Dusun II Desa Susulaku A dari Tahun 2014 Sampai 2033 ................................. 74
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Metode Eksponensial pada
Dusun II Desa Susulaku A dari Tahun 2014 Sampai 2033 ................................. 75

xv
Tabel 4.11 Rekapitulasi Perhitungan Standar Deviasi Dari Ketiga Metode
pada Dusun II Desa Susulaku A.......................................................................... 76
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Energi pada Pompa ........................................... 84
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Energi pada Pipa Distribusi ............................... 91
Tabel 4.14 Jenis Biaya dan Perkiraan Biaya Operasional Pemeliharaan Air
Bersih Perbulan di Dusun II Desa Susulaku A ................................................ 109
Tabel 4.15. Rincian Kebutuhan Operasional dan Pemeliharaan BPMA .......... 113
Tabel 4.16 Pelaku dan Keterampilan Operasional dan Pemeliharaan BPMA . 113
Tabel 4.17 Rincian Kebutuhan Operasional dan Pemeliharaan Pompa ............ 115
Tabel 4.18 Pelaku dan Keterampilan Operasional dan Pemeliharaan Pompa . 115
Tabel 4.19 Rincian Kebutuhan Operasional dan Pemeliharaan HU ................. 118
Tabel 4.20 Pelaku dan Keterampilan Operasional dan Pemeliharaan HU ....... 118

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Nama Gambar Hal.

Gambar 2.1 Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum ....................................... 13


Gambar 2.2 Sistem Cabang ................................................................................ 14
Gambar 2.3 Sistem Gridiron .............................................................................. 15
Gambar 2.4 Sistem Lopp .................................................................................... 15
Gambar 2.5 Pipa dengan Pompa ........................................................................ 16
Gambar 2.6 Sketsa Pengaliran Air dalam Pipa dengan Garis Tekanan Energi . 18
Gambar 2.7 Diagram Moody ............................................................................. 19
Gambar 2.8 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa ............................................... 21
Gambar 2.9 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa yang Melalui Katup/Valve .... 22
Gambar 2.10 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa yang Mengalam Penyempitan 23
Gambar 2.11 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa yang Mengalami Pembesaran24
Gambar 2.12 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa yang Mengalami Belokan ... 25
Gambar 2.13 Klasifikasi Pompa ......................................................................... 26
Gambar 2.14 Pompa Volut.................................................................................. 27
Gambar 2.15 Pompa Difuser ............................................................................... 27
Gambar 2.16 Pomapa Aliran Campuran ............................................................. 27
Gambar 2.17 Pompa Jenis Isapan Ganda ............................................................ 28
Gambar 2.19 Contoh Pemasangan Pipa Isap yang Salah dan Benar .................. 31
Gambar 2.20 Petunjuk-Petunjuk Pemasangan Pompa Mendatar ........................ 32
Gambar 2.21 Pipa Sifon ...................................................................................... 33
Gambar 2.22 Pipa PVC (Poly Vinil Cloride) ...................................................... 34
Gambar 2.23 Pipa PE (Poly Ethylene) ................................................................ 35
Gambar 2.24 Pipa GIP (Galvanize Iron Pipe) .................................................... 35
Gambar 2.25 Gate Valve ..................................................................................... 36
Gambar 2.26 Check Valve ................................................................................... 36
Gambar 2.27 Presure Reducing Valve ................................................................ 37
Gambar 2.28 Saluran Ekonomis Bentuk Segi Empat .......................................... 40
Gambar 2.29 Asas Reinchenbach ........................................................................ 46

xvii
Gambar 2.30 Membidik dengan Teropong Condong ......................................... 47
Gambar 2.31 Cara Menghitung Azimuth ............................................................ 48
Gambar 2.32 Menentukan Koordinat Titik .......................................................... 49
Gambar 2.33 Skenario Pengoperasian dan Perawatan Sarana Perpipaan ............ 50
Gambar 2.34 Tahap-Tahap Pemeliharaan Jaringan Perpipaan ............................ 51
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................. 57
Gambar 4.1 Peta DAS Mata Air Oetak ............................................................... 65
Gambar 4.2 Grafik Debit Metode F.J. Mock 70% ............................................. 68
Gambar 4.3 Skema Pompa ................................................................................. 78
Gambar 4.4 Diagram Pemilihan Pompa Umum ................................................ 85
Gambar 4.5 Rencana BPMA .............................................................................. 96
Gambar 4.6 Struktur Organisasi Pengelola Air Bersih Suf Ana Susulaku ........ 100

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Nama Lampiran Hal

Lampiran 1 Peta Desa Susulaku A ....................................................................130


Lampiran 2 Pengukuran Debit Mata Air Oetak .................................................131
Lampiran 3 Data dan Hasil Perhitungan Survey Topografi ..............................133
Lampiran 4 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2005 .......................134
Lampiran 5 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2006 .......................135
Lampiran 6 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2007 .......................136
Lampiran 7 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2008 .......................137
Lampiran 8 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2009 .......................138
Lampiran 9 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2010 .......................139
Lampiran 10 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2011 ......................140
Lampiran 11 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2012 ......................141
Lampiran 12 Data Hujan Harian Pos Hujan Oenenu Tahun 2013 ......................142
Lampiran 13 Data Iklim Stasiun Klimatologi Lasiana .......................................143
Lampiran 14 Tabel Tekanan Uap Jenuh, ea (mbar) Sebagai Fungsi
Temperatur Udara Rata-Rata dan Pengaruh Penyinaran Matahari Terhadap
Temperatur, f(T) ............................................................................................... 146
Lampiran 15 Tabel Harga W Sesuai Temperatur dan Ketinggian .....................147
Lampiran 16 Tabel Harga 1 - W Sesuai Temperatur dan Ketinggian................148
Lampiran 17 Harga Ra Dinyatakan dalam Evaporasi Ekivalen (mm/hr),
Harga n/N Berdasarkan Keteduhan Skala Oktas dan Perpuluhan, Nilai Faktor
Perkiraan Kondisi Musim, c ............................................................................ 149
Lampiran 18 Tabel Perhitungan Evapotranspirasi Potensial ..............................150
Lampiran 19 Tabel Perhitungan Debit Metode F.J. Mock...................................159
Lampiran 20 Penentuan Nilai f dengan Grafik Moody (D= 0,05 m) ..................168
Lampiran 21 Contoh Buku Penerimaan Tarif .....................................................169
Lampiran 22 Contoh Laporan Keuangan Aliran Kas .........................................170
Lampiran 23 Contoh Laporan Keuangan Laba (Rugi) .......................................171
Lampiran 24 Contoh Format Inventarisasi Prasarana dan Peralatan ..................172

xix
Lampiran 25 Perhitungan Tarif Listrik untuk Pompa perbulan ..........................173
Lampiran 26 Gambar Rencana............................................................................175
Lampiran 27 Foto Mata Air Oetak dan Pengukuran Debit .................................178
Lampiran 28 Foto Jalur Perencanaan Pipa dengan Pompa .................................179
Lampiran 29 Foto Survey Topografi...................................................................180

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, manusia tidak dapat
melanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dari segi kuantitas
dan kualitas. Pesatnya pertumbuhan penduduk pada suatu daerah berdampak
terhadap besarnya kebutuhan air bersih. Beberapa masalah yang timbul dalam
pemenuhan kebutuhan air adalah jumlah atau ketersediaan sumber air, pengolahan
sumber air, posisi atau letak sumber air, sistem pendistribusian dan sistem
operasional dan pemeliharaaan yang berkelanjutan. Sehingga menjadi hal yang
wajar jika sektor air bersih mendapat prioritas dalam penanganan dan
pemenuhannya.
Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan yang dilengkapi oleh
satuan perbukitan rendah dengan karakteristik yang berbeda – beda antara pulau
yang satu dengan pulau yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan sirkulasi air tidak
merata yang mengakibatkan perbedaan dalam ketersediaan air bersih bagi
masyarakat.
Desa Susulaku A merupakan salah satu desa dari 18 desa yang berada dalam
wilayah Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara. Jumlah penduduk
Desa Susulaku A 962 jiwa yang terdiri dari 226 KK, dengan rincian laki-laki
sebanyak 471 jiwa dan perempuan 491 jiwa (Data Desa Susulaku tahun 2012),
jumlah penduduk tersebut mendiami dua dusun yakni Dusun I (Nautus) dan
Dusun II (Manuinhau, Oepaha, dan Oekato). Wilayah Desa Susulaku A
merupakan wilayah dengan karakteristik perbukitan rendah yang menyebabkan
sirkulasi air tidak merata. Meskipun wilayah tersebut memiliki sumber air yang
cukup memadai, namun yang menjadi kendala adalah lokasi sumber mata air
berada lebih rendah dari sebagian besar pemukiman warga.
Sumber mata air Oetak yang memiliki debit pengaliran 1,727 liter/detik
(hasil pengukuran November 2013) menggunakan sistem gravitasi untuk

1
pengaliran sehingga pipa transmisi yang digunakan hanya melayani sebagian
masyarakat yang bermukim di Nautus (Dusun I) sedangkan sebagian besar
masyarakat yang berada di sekitar sumber air (masyarakat Manuihau, Oepaha dan
Oekato) tidak mendapatkan distribusi air bersih. Hal ini diakibatkan sumber air
Oetak memiliki elevasi yang lebih rendah dari masyarakat Manuinhau yang
merupakan daerah pengembangan pembangunan di Desa Susulaku A.
Dalam menjaga keberlanjutan jaringan perpipaan dengan sistem pengaliran
pompa yang direncanakan maka diperlukan suatu sistem operasional dan
pemeliharaan sehingga sarana yang telah dibangun dapat berfungsi sesuai
perencanaan. Salah satu contoh jaringan air bersih yang ada pada wilayah Dusun I
(Nautus) karena tidak memiliki sistem operasional dan pemeliharaan maka
jaringan air bersih yang telah dibangun tidak berfungsi sesuai rencana, baik dari
sistem pembagian air pada hidran umum, pemutusan pipa, tidak adanya
pergantian atau perbaikan pada sarana yang rusak serta masalah operasional
pemeliharaan lainnya. Sehingga selain perencanaan sistem jaringan perpipaan
dengan sistem pengaliran pompa salah satu hal yang diperhatikan dalam
penelitian ini adalah sistem operasional dan pemeliharaan jaringan air bersih yang
berkelanjutan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Bersih
dengan Sistem Pengaliran Pompa di Desa Susulaku A Kecamatan Insana
Kabupaten Timor Tengah Utara”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Berapa daya pompa yang dibutuhkan untuk menaikan air dari sumber mata
air Oetak ke bak penampung yang akan direncanakan?
2. Bagaimana sistem pemompaan dan jaringan perpipaan yang akan
direncanakan?

2
3. Bagaimana sistem operasional dan pemeliharaan jaringan air bersih yang
berkelanjutan dari jaringan perpipaan yang akan direncanakan?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan konsisten pada masalah yang
diteliti, maka perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini, seperti berikut ini:
1. Perencanaan ini tidak membahas analisa biaya, analisis kekuatan struktur,
sanitasi air baik secara kimia ataupun biologi.
2. Untuk menaikan air dari sumber mata air Oetak ke bak penampung
menggunakan pompa.
3. Pengukuran topografi menggunakan theodolit dengan metode tachimetri.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui daya pompa yang dibutuhkan untuk menaikkan air dari sumber
mata air Oetak ke bak penampung yang akan direncanakan.
2. Mengetahui sistem pemompaan dan jaringan perpipaan yang akan
direncanakan.
3. Mengetahui sistem operasional dan pemeliharaan jaringan air bersih yang
berkelanjutan dari jaringan perpipaan yang akan direncanakan.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Membantu masyarakat Desa Susulaku A sebagai tahapan awal berupa
perhitungan dan penggambaran teknik melalui suatu perencanaan teknis
pengembangan sistem jaringan air bersih berdasarkan hasil penelitian.
2. Memberikan rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara
dalam hal ini instansi yang berkaitan yaitu PDAM dan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Timor Tengah Utara untuk membantu masyarakat dalam
penyediaan air bersih.
3. Sebagai suatu sumbangan informasi ilmiah bagi peneliti dan lembaga
pendidikan yang berkepentingan.

3
1.6 Defenisi Operasional Konsep
Untuk menghindari kesalah-pahaman dari masalah-masalah yang diangkat
maka defenisi operasional konsepnya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Teknis : suatu kegiatan merencanakan atau
membuat sesuatu secara teknik
dengan mempertimbangkan aspek
tertentu
2. Jaringan Perpipaan : suatu rangkaian pipa yang saling
terhubung satu sama lain secara
hidrolis
3. Air bersih : zat cair yang tidak mengandung
kuman dan bakteri, tidak berwarna
sehingga dapat dikonsumsi.
4. Sistem Pengaliran : suatu sistem atau cara mengalirkan
air
5. Pompa : alat atau mesin untuk menaikan atau
memindahkan dengan cara
mengisap dan memancarkan
6. Desa Susulaku A : lokasi tempat penelitian ini
berlangsung
7. Kecamatan Insana : suatu wilayah kecamatan yang
berada di Kabupaten Timor Tengah
Utara
8 Kabupaten Timor Tengah Utara : salah satu kabupaten yang berada di
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Jadi “Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Bersih dengan Sistem
Pengaliran Pompa di Desa Susulaku A Kecamatan Insana Kabupaten Timor
Tengah Utara” maksudnya adalah merencanakan suatu kegiatan
pembangunan secara teknik jaringan air bersih dengan cara pengaliran pompa
di Desa Susulaku A di Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara
suatu wilayah administrasi dalam Propinsi Nusa Tenggara Timur.

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air


Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan dan air laut (UU RI No.7/2004 tentang Sumber Daya Air).
Air adalah kehidupan, begitu pentingnya peran air, organisme hidup
tidak dapat lepas dari air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Sanim B,
2011 ;54).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat–syarat kesehatan dan dapat diminum setelah
dimasak (Sutrisno.dkk,1987;23).
Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan
dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis,
sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002).

2.2 Sumber- Sumber Air Bersih


Sumber air merupakan salah satu komponen umum utama yang mutlak
ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka
suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi.
Untuk memenuhi akan kebutuhan air bersih maka manusia mendapatkan
air dari berbagai sumber air bersih, yaitu antara lain.( Djawa.D.R,2011;6)
2.2.1 Air hujan
Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, karena dengan adanya
pengotoran udara yang disebabkan kotoran – kotoran industri atau debu dan lain
sebagainya, maka akan mempengaruhi keadaan tersebut. Dengan demikian untuk

5
menjadikan air hujan sebagai air minum maka penampungan air hujan jangan
dimulai pada saat awal hujan turun, karena masih banyak mengandung kotoran.
2.2.2 Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi dan
masuk ke cekungan alam, cekungan buatan dan sungai. Pada umumnya air
permukaan ini mudah tercemar oleh kotoran – kotoran yang terdapat dipermukaan
tanah, maka perlu dilakuakan pengolahan lebih lanjut.
2.2.3 Air tanah
Di antara sumber–sumber air, air tanah yang paling efektif untuk
dikonsumsi sebab telah melalui beberapa proses alamiah di dalam lapisan kulit
bumi oleh karena itu air tanah memiliki rasa yang enak dan kualitas yang cukup
baik. Air tanah adalah bagian air yang terdapat di bawah permukaan tanah yang
dapat dikumpulkan dengan sumuran, terowongan, atau mengalir secara natural ke
permukaan bumi melalui rembesan atau mata air.
2.2.4 Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir terpengaruh oleh musim
dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya
(munculnya ke permukaan tanah) terbagi atas :
a. Rembesan, dimana air keluar dari lereng – lereng.
b. Timbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran.

2.3 Kebutuhan Air Bersih


Dalam kebutuhan air bersih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain:
2.3.1 Standar kebutuhan air bersih
Kebutuhan air untuk penduduk kota berkisar antara 80 liter sampai 150 liter
per orang per hari (Djawa.D.R,2011;8). Besarnya kebutuhan air bersih suatu
daerah (kota atau desa) sangat tergantung pada jumlah penduduknya. Penduduk
dapat dibedakan sebagai penduduk desa dan penduduk kota. Adanya perbedaan
standar kebutuhan air untuk penduduk desa dan penduduk kota dilakukan

6
berdasarkan pertimbangan bahwa penduduk kota cenderung memanfaatkan air
secara berlebihan untuk keperluan tertentu dibandingkan dengan penduduk desa.
Angka kebutuhan adalah besarnya pemakaian air yang diperuntukan bagi
konsumen. Besarnya angka kebutuhan air tergantung pada faktor – faktor berikut
ini: iklim, cara dan standar hidup, jenis dan banyaknya industri, kualitas air,
tekanan dalam pipa jaringan sistem sanitasi yang digunakan dan penggunaan
meter ukur.
Standar kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bersih yang
dipergunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kebutuhan air domestik dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel. 2.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih dan Standar Kebutuhan Air
Domestik

KATEGORI KOTA BERDASARKAN


500.000 100.000 20.000
>1.000.000 s/d s/d s/d < 20.000
No URAIAN / KRITERIA
1.000.000 500.000 100.000
Kota Kota Kota
Kota Kecil Desa
Metropolitan Besar Sedang
Konsumsi Unit Sambungan
1 > 150 150 - 120 90 - 120 80 - 120 60 - 80
Rumah (SR) (ltr/org/hari)
Konsumsi Unit Hidran Umum
2 20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 - 40
(HU) (ltr/org/hari)
1.15 - 1.25 1.15 - 1.25 1.15 - 1.25 1.15 - 1.25 1.15 - 1.25
3 Faktor hari maksimum
* harian * harian * harian * harian * harian
1.75 - 2.0 1.75 - 2.0 1.75 - 2.0 1.75 - 2.0 1.75 - 2.0
4 Faktor jam puncak
* hari maks * hari maks * hari maks * hari maks * hari maks
5 Jumlah jiwa per SR (Jiwa) 5 5 5 5 5
6 Jumlah jiwa per HU (Jiwa) 100 100 100 100 - 200 200
Sisa tekan di penyediaan
7 10 10 10 10 10
distribusi (meter)
8 Jam operasi (jam) 24 24 24 24 24
Volume reservoir
9 15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 - 25
(% max day demand )
50 : 50 50 : 50
10 SR : HU s/d s/d 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

7
Besarnya angka kebutuhan untuk rumah tangga (Lambe,1982;11) adalah
sebagai berikut:
a. Rumah tangga
1) Pedesaan = 60 ltr/org/hr
2) Kota = 135 ltr/org/hr
Tabel 2.2 Kebutuhan Air untuk Rumah Tangga di Perkotaan
Kegunaan Ltr/org/hr
1. Mandi 55
2. Cuci 20
3. Gelantor WC 30
4. Pembersihan rumah 10
5. Pembersihan alat dapur 10
6. Masak 5
7. Minum 5
Jumlah 135
Sumber : Lambe,1982;12

b. Industri

Tabel 2.3 Kebutuhan Air untuk Industri di Pekotaan

Kebutuhan air untuk


Jenis industri setiap ton hasil
produksi
1. Besi 11 m3
2. Aluminium 73 m3
3. Minyak 0.1 m3/barel
4. Kertas
a. Koran 69 m3
b. Karton 146 m3
c. Tulis 445 m3
5. PLTU 0.0023 m3/KW
6. Pakaian 355 m3
7. Urea 330 m3
8. Semen 2 – 5 m3
9. Tembaga 180m3
Sumber : Lambe,1982;16

8
c. Komersil
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Untuk Komersil di Pekotaan

Jenis industri Ltr/org/hr


1. Pabrik (dan kamar mandi)
2. Pabrik (dan tanpa kamar mandi) 45
3. RS 30
a. Tempat tidur < 100
b. Tempat tidur > 100 340
4. Asrama 450
135
5. Hotel
180
6. Kantor 45
7. Restoran 70
8. Bioskop 15
9. Sekolah
a. ½ hari 45
135
b. Asrama
1500 - 3000*
10. Fasilitas ibadah

Sumber : Lambe,1982;16 *dalam satuan liter/bangunan/hari.

2.3.2 Peruntukan air bersih


a. Rumah tangga, yang mencakup mandi/cuci, air minum, penggunaan di dapur,
penggunaan tingkat rumah tangga (menyiram tanaman dan halaman)
b. Lembaga tata usaha komersil, yang mencakup Rumah Sakit (RS), sekolah,
kantor, hotel, dan restaurant, pusat perbelanjaan atau pasar dan sarana olah
raga.
c. Fasilitas peribadatan
d. Sarana perhubungan (sarana terminal, pelabuhan dan lain – lain)
e. Industri
1) Industri yang melakukan proses bahan mentah
2) Industri yang melakukan pembersihan dan pengulasan sisa–sisa produksi
3) Industri yang melakukan katel uap
2.3.3 Penggolongan pemakaian air bersih
Sesuai dengan penggunaanya maka pemakaian air digolongkan menjadi
lima (5) golongan :
a. Golongan sosial

9
1) Umum : terdidri atas kran umum, kamar mandi umum, wc umum
2) Khusus : terdiri atas Puskesmas, klinik pemerintah, tempat ibadah
b. Golongan non niaga
1) Rumah tangga
2) Instansi pemerintah : sarana instansi, pemerintah, lembaga–lembaga
pemerintah, kolam umum.
c. Golongan niaga
1) Niaga kecil : warung, toko, penginapan, RS swasta, dan kantor
perusahaan
2) Niaga besar : hotel dan restaurant, bengkel dan tempat hiburan
d. Golongan industri
1) Industri kecil : industri rumahan, pengrajin
2) Industri besar: pabrik minuman, pabrik es, dan industri perikanan
e. Golongan khusus
1) Pelabuhan laut
2) Pelabuhan sungai

2.3.4 Jumlah penduduk pemakai air bersih


Tingginya pemakaian air juga tergantung pada pertambahan penduduk.
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air, selain jumlah pemakai saat sekarang
perlu juga diketahui jumlah pemakaian untuk 10 (sepuluh) tahun yang akan
datang. Pertambahan penduduk dapat dianalisa dengan menggunakan tiga metode
di bawah ini dan dari ketiga rumus tersebut dipilih jumlah penduduk pada tahun
rencana yang lebih besar sebagai penduduk rencana (Adu, A.2006;13), antara lain:
a. Metode Aritmatik

Pn = Po + (n.q)Po........................................................................................(2.1)

b. Metode Geometrik

Pn = Po . (1 + q)n

......................................................................................(2.2)

10
c. Metode Eksponensial

Pn = Po . e n . q ............................................................................................(2.3)

Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun rencana
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
n = selisih tahun terhadap tahun dasar
q = tingkat perkembangan penduduk
e = bilangan ekponensial = 2,718282
Untuk menentukan nilai q maka dicari jumlah persentase selisih nilai
kenaikan dan penurunan selama 10 (sepuluh) tahun dibagi dengan selisih tahun
terhadap tahun dasar dan dapat dihitung dengan rumus (Adu, A. 2006;13) :

Jumlah
q = ..........................................................................(2.4)
Prosentase
n-1
Dari ketiga rumus di atas dipilih jumlah penduduk pada tahun rencana yang
lebih besar sebagai penduduk rencana.

2.3.5 Jumlah fasilitas pemakai air bersih


Selain jumlah penduduk, juga perlu diketahui jumlah fasilitas – fasilitas
umum yang ada di Dusun II Desa Susulaku A dan untuk memproyeksikan
jumlah fasilitas – fasilitas umum dapat dihitung dengan rumus (Adu,
A.2006;14) :
Fn = K . Fo .....................................................................................(2.5)
K = Pn/Po .................................................................................... (2.6)
Dimana:
Fn = jumlah fasilitas pada tahun rencana
Fo = jumlah fasilitas pada tahun dasar
Pn = jumlah penduduk pada tahun rencana
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar

11
2.3.6 Jumlah kebutuhan air bersih suatu wilayah pada tahun rencana
Setelah diketahui jumlah penduduk rencana (Pn) dan jumlah fasilitas tahun
rencana (Fn) maka dapat diketahui jumlah kebutuhan air bersih suatu wilayah
atau debit rencana (Qr), yaitu dengan rumus (Adu, A.2006;15) :
Qr = (Pn . q) + (Fn . q)
Dimana:
Qr = debit rencana (m3/det)
Pn = jumlah penduduk pada tahun rencana
q = besarnya kebutuhan air (ltr/org/hr)
Fn = jumlah fasilitas pada tahun rencana

2.4 Sistem Distribusi

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan


konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah
memenuhi syarat keseluruh daerah pelayanan (Joko T,2010;14).
2.4.1 Sistem pengaliran
Distribusi air minum dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung
kondisi topografi dari sumber air ke konsumen, yaitu :
a. Cara gravitasi
Digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar
dengan elevasi daerah pelayanan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena
hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
b. Cara pemompaan
Digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk
mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Cara ini digunakan
untuk daerah pelayanan yang datar dan tidak ada daerah berbukit.
c. Cara gabungan
Cara ini reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan
selama periode pemakaian tinggi pada kondisi darurat, misalnya jika terjadi
kebakaran dan tidak ada energi. Sisa air dipompakan ke dan disimpan dalam
reservoir distribusi, karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air

12
selama periode pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada
kapasitas debit rata-rata.

(c) Cara Gravitasi

(b) Cara Pemompaan

(a) Cara Gabungan

Gambar 2.1 Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum


Sumber : Joko T, 2010;16.
2.4.2 Jaringan distribusi
Menurut Joko T. (2010), jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang
berhubungan dan digunakan untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak
distribusi ditentukan oleh kondisi topografidaerah layanan dan lokasi instalasi
pengolahan biasanya diklasifikasikan sebagai :
a. Sistem cabang (branch)
Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) menyerupai cabang suatu
pohon.Pipa induk utama tersambung dengan pipa sekunder dan dari pipa sekunder
tersambung ke pipa pelayanan.
Kelebihan sistem cabang (branch) :
1) Sistem ini sederhana dan desain jaringannya juga sederhana
2) Cocok untuk daerah yang sedang berkembang

13
3) Pengambilan dan tekanan pada titik manapun dapat dihitung dengan
mudah.
4) Pipa dapat ditambahkan (pengembangan kota)
5) Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi yang terbatas.
6) Membutuhkan beberapa katup.
Kekurangan sistem cabang (branch) :
1) Saat terjadi kerusakan, air tidak ada sementara waktu
2) Tidak cukup air untuk memadamkan kebakaran karena suplai hanya dari
pipa tunggal
3) Pada jalur buntu, mungkin terjadi pencemaran dan sedimentasi.
M
a
i
n

Keterangan :
Saluran utama (primer)
Saluran cabang (sekunder)

Gambar 2.2 Sistem Cabang


Sumber :Joko T, 2010;19.
b. Sistem gridiron
Pipa induk utama dan sekunder terletak dalam kotak serta pipa pelayanannya
saling berhubungan. Sistem ini paling banyak digunakan.
Kelebihan sistem gridiron :
1) Air dalam sistem mengalir bebas kebeberapa arah dan tidak terjadi
stagnasi seperti bentuk cabang.
2) Ketika ada perbaikan pipa, pipa tersebut tetap mendapat dari pipa yang
lain.
3) Ketika terjadi kebakaran, air tersedia disemua arah.
Kekurangan sistem gridiron :
1) Perhitungan ukuran pipa lebih rumit.
2) Membutuhkan lebih banyak pipa, sambungan dan mahal.

14
Keterangan :
Saluran utama
(primer)
Saluran cabang
(sekunder)
Gambar 2.3 Sistem Gridiron
Sumber : Joko T, 2010;19.
c. Sistem loop
Pipa perlintasan (cross) menghubungkan kedua pipa induk utama.
Kelebihan sistem loop:
1) Setiap titik mendapat suplai dari dua arah
2) Saat terjadi kerusakan pipa, air dapat disediakan dari arah lain
3) Untuk memadamkan kebakaran, air tersedia dari segala arah
4) Desain pipa mudah.
Kekurangan sistem loop ini membutuhkan lebih banyak pipa.

Keterangan :
Saluran utama (primer)
Saluran cabang (sekunder)

Gambar 2.4 Sistem Loop


Sumber :Joko T, 2010;19.

15
2.5 Kehilangan Energi Pada Pompa
Kehilangan energi pada pompa dihitung untuk medapatkan daya pompa
yang akan digunakan untuk menaikan air dari sumber air ke reservoir. Besarnya
kehilangan energi pada jaringan pipa pada pompa dapat dilihat pada gambar 2.5
berikut:

Gambar 2.5 Pipa dengan Pompa


Sumber: Triatmodjo,B, 2006;73.
Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan pipa 2 yaitu sebesar
hf1 dan hf2. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (garis tekanan)
menurun sampai di bawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah
sumbu pipa mempunyai tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan.
Untuk menghitung kehilangan total pompa digunakan rumus (Sularso, Harou.T,
1996;26):
2
V
h  h a  Δh p  h 1  d ...........................................................................(2.8)
2g
Dimana:
h = kehilangan energi total pompa (m)
ha = kehilangan energi statis total (m)
ha = hs + hd..........................................................................(2.9)
Δhp = perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)
h1 = berbagai kehilangan akibat gesekan, katup, belokan (m)
Vd = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)

16
Tabel 2.5 Diameter Isap dan Cakupan Kapasitas Pompa (m3/menit)
Diameter isap (mm) 40 50 65 80
50 Hz < 0.16- 0.25- 0.40-
0.20 0.32 0.50 0.80
Kapasitas
60 Hz < 0.18- 0.28- 0.45-
0.22 0.36 0.56 0.90
Diameter isap (mm) 100 125 150
50 Hz 0.63- 1.00- 1.60-3.15
1.25 2.00
Kapasitas
60 Hz 0.71- 1.12- 1.80-3.35
1.40 2.24
Sumber: Sularso dan Tahara,H, 1996; 23

Tabel 2.6 Koefisien Kerugian dari Berbagai Katup


Diameter (mm)
Jenis Katup
100 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000 1200 1350 1500
sorong 0,14 0,12 0,1 0,09 0,07
kupu-kupu 0.6-0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
putar 0.09-0.026 (bervariasi menurut diameternya)
cegah jenis ayun 1,2 1,15 1,1 1 0,98 0,96 0,94 0,92 0,9 0,88
cegah tutup- 1,2 1,15 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4
cepat jenis tekan
cegah jenis
1,44 1,39 1,34 1,3 1,2
angkat bebas
kepak - - - - - - - - - - 0.9 - 0.5 (bervariasi menurut ø)
isap(dgn saringan) 1,97 1,91 1,84 1,78 1,72
Sumber: Sularso dan Tahara,H, 1996; 39

2.6 Kehilangan Energi Pada Pipa Transmisi


Dalam pengaliran air dari hulu ke hilir, fluida bergerak mengalami
kehilangan energi. Kehilangan energi ini dapat berakibat pada semakin kecilnya
nilai tinggi tekan atau kecepatan,sehingga berakibat pada semakin kecilnya debit.
Pada penerapan kehilangan energi lebih sering disebut dengan kehilangan tinggi
tekanan air.

17
Karena itu kehilangan energi merupakan faktor dominan yang harus
diperhitungkan pada aliran di dalam pipa yaitu tinggi kehilangan energi (head).
Berikut ini, pada gambar 2.6. dapat dilihat sketsa pengaliran air dalam pipa.

Garis Statis

HA Garis Energi H
A
d
H
Z B
A B
L
Z
datum B

Gambar 2.6 Sketsa Pengaliran Air dalam Pipa dengan Garis Tekanan Energi
Sumber: Kodoatie.R.J,2002;247.

Douglas (1986), menyebutkan hfsebagai kehilangan energi karena gesekan


oleh permukaan pipa dan hm sebagai kehilangan energi karena tahanan oleh
bentuk pipa sebagaimana dalam uraian berikut :
1. Kehilangan energi akibat gesekan (major losses)
Walau menggunakan teorema Bernoulli untuk kondisi ideal tanpa gesekan
(frictionless), setiap pipa memiliki tahanan gesekan terhadap gerak air (frictional
resistance) oleh karena kekasaran pipa.
Kehilangan energi akibat gesekan dengan dinding pipa di aliran seragam
dapat dihitung dengan persamaan Darcy-Weisbach (Kodoatie.R.J,2002;243).
Persamaan sebagai berikut :
2
LV
h f ..…........…………..........…….………………..….....…. (2.10)
f d 2g
Dimana:
hf = kehilangan energi oleh tahanan permukaan pipa (m)
f = koefisien tahanan permukaan pipa atau dikenal dengan Darcy –
Weisbach faktor gesekan)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran (m/dtk)
d = diameter pipa (m)

18
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
Diantara faktor – faktor di atas, faktor gesek (f) merupakan salah satu faktor
yang sulit penentuannya. Kesulitan ini karena faktor gesek juga tergantung pada
jenis aliran dan pipa yang digunakan.
Moody (1944) kemudian membuat diagram yang dikenal dengan Diagram
Moody untuk nilai f dan R bagi beragam nilai kekasaran relatif, ε/D. diagram
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Diagram Moody


Sumber: Klass.K.S.Y,2009;19.

Dalam metode ini beberapa langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan bilangan Reynolds
V.D
R ............................................................................................. (2.11)
ν
Dimana :
R = bilangan Reynolds
V = kecepatan aliran (m/dtk)
D = diameter pipa (m)
ν = kekentalan kinematik

19
1
  T 1.165 
ν  1.792x10  6  
  25   …………………........………..(.2.12)
 
T = suhu (0C)

b. Kekasaran relatif dengan nilai kekasaran ε merujuk pada Tabel 2.7


c. Tentukan nilai koefisien gesekan, f dengan memetakan nilai Bilangan
Reynold dan ε/D pada Diagram Moody.
Nilai ε adalah tinggi kekasaran mutlak yang nilainya dapat dilihat pada
Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Koefisien Kekasaran Mutlak, ε

Nilai ε
Bahan
dalam mm
Kuningan, timah, gelas, semen, yang diaduk secara
sentrifugal, lapis batu bara 0.0015
Baja yang diperdagangkan atau besi tempa, pipa baja yang
dilas 0.046
Polyvinyl chloride (PvC) 0.05
Besi cor diaspal 0.12
Besi berlapis seng (galvanisir) 0.15
Besi cor 0.26
Papan dari kayu 0.18 – 0.9
Beton 0.3 – 3
Baja dikeling 9
Sumber: Klass.K.S.Y, 2009;19.

Sedangkan kecepatan aliran dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan


(Triatmodjo.B,1996;28) berikut :
Q = V x A .........................................................................................(2.13)
Atau,
Q
V= ..………………......……………..............………..……...... .(2.14)
A

20
Dimana:
Q = debit aliran (m3/dtk)
V = kecepatan aliran (m/dtk)
A = luas penampang pipa (m2)
Luas penampang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
1
A = π d 2 ..……...............………..….…..………..…...………. ......(2.15)
4
Dimana:
A = luas penampang pipa (m2)
π = 3.14
d = diameter pipa (m)

d
pipa

Gambar 2.8 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa


Sumber: Kodoatie.R.J,2002;232.

2. Kehilangan energi karena tahanan oleh bentuk pipa (minor losses)


Kehilangan ini disebabkan oleh gangguan lokal terhadap aliran normal dalam
pipa. Beberapa contoh gangguan lokal tersebut adalah :
a. Lubang masuk dan keluar ke dan dari dalam pipa
b. Perubahan bentuk penampang tiba-tiba (penyempitan dan pembesaran)
c. Belokan pipa, halangan (tirai, pintu air)
d. Perlengkapan pipa (sambungan, katup, dan percabangan)
1) Kehilangan energi akibat katup (valve)
Pemasangan katup pada instalasi adalah untuk pengontrolan kapasitas,
tetapi dengan pemasangan katup tersebut akan mengakibatkan kerugian
energi aliran karena aliran dicekik. Perumusan untuk menghitung
kehilangan energi akibat pemasangan katup adalah sebagai berikut
(Kodoatie.R.J,2002;246):

21
2
V
h nk .……………................….......…………….……(2.16)
v v 2g

Dimana:
hv = kehilangan energiakibat katup/valve (m)
n = jumlah katup/valve
kv = koefisien kehilangan energi akibat katup/valve
V = kecepatan aliran (m/dtk)
G = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)
Kv adalah koefisien kehilangan di katup/valve. Nilai Kv ini sangat
tergantung pada jenis katup/valve dan bukaannya, biasanya pada
katup/valve diberikan spesifikasi teknisnya untuk bisa mengetahui
besarnya kv.
Untuk jaringan perpipaan Susulaku digunakan katup/valve jenis kran
seperti dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut :
katup/valve

F V
F1

Gambar 2.9 Sketsa Potongan Aliran dalam Pipa yang Melalui Katup/Valve
Sumber: Gandakoesuma,1970.

Harga kv dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut :


Tabel 2.8 Harga kv untuk Penampang Pengaliran
Berbentuk Lingkaran
α 100 200 300 400 500 600 700
F1 /F 0.849 0.692 0.535 0.385 0.250 0.137 0.091
Kv 0.290 1.560 5.470 17.300 52.600 206.000 486.000
Sumber : Gandakoesoema,1970;112.
2) Kehilangan energi akibat penyempitan (contraction)
(Kodoatie.R.J,2002;245)
2
V
h k ………………………….............……….....…….(2.17)
c c 2g

22
Dimana:
hc = kehilangan energiakibat penyempitan tampang (m)
kc = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan tampang
V2 = kecepatan aliran dengan d2(m/dtk) (dihilir penyempitan)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)
Nilai Kc untuk berbagai nilai d2/d1 tercantum dalam Tabel 2.9
berikut :
Tabel 2.9 Harga Koefisien Contration (kc)

d2/d1 0 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00


kc 0.50 0.45 0.38 0.28 0.14 0
Sumber : Kodoatie.R.J,2002;246.
Di bawah ini dapat dilihat pengaliran air dalam pipa yang mengalami
penyempitan penampang seperti pada gambar 2.10 berikut :

Sambungan Pipa

d1 d2 V

Gambar 2.10 Sketsa Pot Aliran dalam Pipa yang Mengalami Peneyempitan
Sumber:Kodoatie.R.J,2002;234.

3) Kehilangan energi akibat pembesaran tampang (expansion)


(Kodoatie.R.J,2002:246)
2
V
h k ………………....………...………….......….……(2.18)
e e 2g

Dimana:
he = kehilangan energiakibat penyempitan tampang (m)
ke = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan tampang
V2 = kecepatan aliran dengan d2(m/dtk) (dihilir penyempitan)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)
2
A 
k   2 1 ...……………………….………............…...…(2.19)
e A 
 1 

23
Dimana:
ke = koefisien kehilangan energi akibat pembesaran tampang
A2 = luas penampang pipa 2 (m2)
A1 = luas penampang pipa 1 (m2)
Di bawah ini dapat dilihat pengaliran air dalam pipa yang mengalami
pembesaran penampang seperti pada gambar 2.11 berikut :

Sambungan Pipa

d1 d2 V

Gambar 2.11 Sketsa Pot Aliran dalam Pipa yang Mengalami Pembesaran
Sumber: Kodoatie.R.J,2002;234.

4) Kehilangan energi akibat belokan


Pada belokan digunakan persamaan (Triadmodjo.B,1996;64) :
2
V
h nk ……………............................………........……(2.20)
b b 2g

Dimana:
hb = kehilangan energiakibat belokan pipa (m)
n = jumlah belokan
kb = koefisien kehilangan pada belokan pipa
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/dtk)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)

Koefisien kehilangan (kb)pada belokan pipa, merupakan fungsi jenis


dinding dan sudut belokan terhadap bidang horizontal (α) sebagaimana
terlihat dalam Tabel 2.10 berikut :
Tabel 2.10 Koefisien Kehilangan (kb) pada Belokan Pipa
Α 200 400 600 800 900
kb 0.046 0.139 0.364 0.740 0.984
Sumber : Triadmodjo.B,1996;64.

24
Di bawah ini dapat dilihat sketsa gambar belokan pipa seperti pada
gambar 2.12 berikut :

Gambar 2.12 Sketsa Pot Aliran dalam Pipa yang Mengalami Belokan
Sumber: Klass.K.S.Y, 2009;42.

2.7 Pompa
2.7.1 Deskripsi pompa

Pengertian pompa secara sederhana sesuai dengan fungsinya adalah alat


untuk mentransport fluida. Fungsi yang lainnya adalah untuk mensirkulasi
fluida ke sistem dan mengubah energi mekanik menjadi energi fluida.
Pompa menggerakan cairan dari tempat bertekanan rendah ke tempat
dengan tekanan yang lebih tinggi, untuk mengatasi perbedaan tekanan ini
maka diperlukan tenaga (energi).
2.7.2 Jenis – jenis pompa
Jenis pompa dapat diklasifikasi sebagai berikut:

25
Gambar 2.13 Klasifikasi Pompa
Sumber: Suripin, 2004;209.

1. Pompa turbo
Pompa turbo dibagi atas pompa sentrifugal, pompa aliran campuran, pompa
aliran aksial.
1) Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugal dapat menggunakan dua macam impelear, yaitu jenis
isapan tunggal dan isapan ganda. Selain itu pompa sentrifugal juga dapat
disusun dengan satu tingkat atau tingkat banyak. Pompa sentrifugal dibagi
atas pompa volut dan pompa difuser. Pompa volut bekerja yaitu aliran yang
keluar dari implear pompa volut ditampung di dalam volut (rumah spiral),
yang selanjutnya akan menyalurkan ke nosel keluar. Pompa difuser
mempunyai difuser yang dipasang mengelilingi impeler, untuk menurunkan

26
kecepatan aliran yang keluar dari ipleler. Pompa difuser dipakai untuk
memperoleh head total yang tinggi (terlihat pada Gambar 2.14 dan Gambar
2.15).

Gambar 2.14 Pompa Volut


Sumber: Sularso dan Tahara,H, 1996;7

Gambar 2.15 Pompa Difuser


Sumber: Sularso dan Tahara,H, 1996;8

2) Pompa aliran campuran


Untuk head yang sedikit lebih rendah, dapat dipilih pompa aliran
campuran. Pompa ini umumnya menggunakan difuser dengan sudu antar. Jika
pompa menggunakan rumah volut untuk menampung langsung aliran yang
keluar dari implear, maka disebut pompa aliran campur jenis volut.

Gambar 2.16 Pompa Aliran Campuran


Sumber: Sularso dan Tahara,H, 1996;8

27
3) Pompa aliran aksial
Dipakai untuk head yang lebih rendah lagi, aliran di dalam pompa ini
mempunyai arah aksial (sejajar poros). Untuk mengubah head kecepatan
menjadi head tekanan, dipakai sudu antar yang berfungsi sebagai difuser.

Gambar 2.17 Pompa Jenis Isapan Ganda


Sumber: Sularso dan Tahara,H, 1996;8

2.7.3 Spesifikasi pompa


Untuk pemilihan pompa digunakan diagram di bawah ini. Dengan cara
menarik garis lurus dari debit yang ada dengan satuan (m3/menit) dan head total
pompa atau kehilangan energi total pada pompa. Pada pertemuan kedua garis
tersebut maka dapat diketahui spesifikasi pompa yang akan digunakan.

28
Gambar 2.18 Diagram Pemelihan Pompa Umum
Sumber: Sularso dan Harou T,1996;52.

Menghitung daya pompa dilakukan untuk mengetahui spesifikasi pompa


yang akan digunakan sehingga didapatkan efisiensi penggunaan daya, desain
dan harga instalasi pompa serta penggeraknya yang lebih ekomonis. Adapun
beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menghitung daya pompa adalah
antara lain, dengan menghitung kehilangan energi yang terjadi pada instalasi
pompa yang kita akan buat. Dari perhitungan kehilangan energi itu didapatkan
kehilangan energi pada pompa yang merupakan kemampuan pompa untuk
mentransfer air.

29
Daya yang diperlukan pompa untuk menaikan zat cair (Triatmodjo,B,
2006;73) :
Q.H.γ
D .......………….……………….......……...................... (2.21)
75η
Dimana:
D = daya (hp)
Q = debit aliran (m3/det)
H = tinggi tekanan efektif (m)
γ = berat jenis zat cair (kgf/m3)
η = efisiensi pompa

2.7.4 Perencanaan instalasi pompa


Menurut Sularso dan Harau.T (1996) pompa tidak dapat bekerja sendiri
tanpa fasilitas penunjangnya seperti pipa-pipa dan katup-katup. Jadi dalam
merencanakan peralatan pompa harus diperhatikan benar-benar fasilitas
penunjang ini.
a. Tata letak pompa
Ruang pompa harus direncanakan dengan memperhatikan jalan masuk
mesin, tempat dan ruang untuk membongkar dan memasang pompa, jalan
masuk untuk pemeliharaan dan pemeriksaan, papan tombol, pipa-pipa,
penopang pipa, saluran pembuang air, drainase ruangan, ventilasi,
penerangan, keran pengangkat, dan lain-lain.
Jika beberapa pompa akan dipasang di dalam ruangan yang sama perlu
diperhatikan jarak antar pompa. Jarak yang terlalu besar kurang ekonomis,
tetapi jarak yang terlalu dekat dapat menimbulkan pusaran di tadah isap
hingga akan mengakibatkan perfomansi pompa yang buruk atau
menyulitkan pada waktu operasi dan pemeliharaan. Karena itu sebagai
pedoman dapat diambil jarak minimum 1 m atau biasanya lebih dari 1,5 m
sebagai ruang bebas di sekeliling pompa (Sularso dan Harau.T,1996;61).
b. Pemipaan
a. Pipa isap

30
Dalam merencanakan pipa isap tindakan pengamanan berikut ini perlu
diambil (Sularso dan Harau.T,1996;61).
a) Hindari terjadi penyempitan aliran atau pusaran pada nosel isap
b) Pipa harus sependek mungkin dan jumlah belikan harus sseedikit
mungkin agar kerugian head dapat diperkecil.
c) Hindari terjadi kantong udara dalam pipa dengan membuat bagian
pipa yang mendatar agar menanjak ke arah pompa dengan
kemiringan dengan kemiringan 1/100 sampai 1/50. Jika terjadinya
kantong udara tak dapat dihindari sama sekali, perlu disediakan
cara untuk membuang udara. Dapat dilihat pada Gambar 2.19

P
o
m
p
a

Udara dikeluarkan

Gambar 2.19 Contoh Pemasangan Pipa Isap yang Salah dan Benar
Sumber: Sularso dan Harou T,1996;63.

d) Karena tekanan dalam pipa biasanya lebih rendah dari tekanan


atmosfir, perlu dipakai cara menyambung pipa yang tidak dapat
menyebabkan kebococan udara dari luar ke dalam pipa isap.
e) Bila sebuah saringan atau katup isap akan dipasang maka perlu
disediakan cara untuk membersihkan kotoran yang menyumbat.
Misalnya dengan membuat penggantung yang bebas yang mudah
dilepas dan tidak ditanam di dalam beton. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.20.

31
Gambar 2.20 Petunjuk-Petunjuk Pemasangan Pompa Mendatar
Sumber: Sularso dan Harou T,1996;63.

b. Pipa keluar
a) Diameter pipa keluar atau pipa penyalur harus ditentukan
berdasarkan atas efisiensi dan ekonomis pemompaan. Jadi diameter
pipa penyalur tidak harus sama dengan diameter lubang keluar
pompa. Jika pipa sangat panjang, diameter pipa yang ekonomis
tergantung pada biaya pemeliharaan, ongkos daya pompa, dan
besarnya biaya instalasi. Yang dimaksud dengan biaya instalasi di
sini terdiri atas harga semua peralatan seperti pompa-pompa,
motor-motor, katup-katup dan pipa, biaya pemasangan,biaya
pekerjaan sipil, bunga modal dan sebagainya.
Pada umumnya kecepatan aliran di dalam pipa diambil 1 sampai 2
m/s untuk pipa berdiameter kecil, dan 1,5 sampai 3,0 m/s untuk
pipa berdiameter besar. Kecepatan tidak boleh lebih dari 6 m/s
karena terjadi penggerusan (Sularso dan Harau.T,1996;63).
b) Akhir pipa keluar
Untuk pompa dengan head rendah, akhir ujung pipa ke luar
umunya dibuat terbuka, dengan arah hampir medatar, di bawah
permukaan zat cair bagian atas. Jika pompa akan dipasang di atas
permukaan air keluar, maka harus dibuat pipa sifon dengan
membengkokkan pipa keluar ke bawah. Dengan demikian akhirnya

32
pipa ini akan masuk ke permukaan air ditadah keluar seperti
diperlihatkan dalam Gambar 2.21. Jika pipa dibuat dibuat demikian
maka head keluar statis hd akan semakin rendah jika muka aliran
di saluran keluar semakin rendah, sehingga daya penggerak pompa
akan semakin lebih kecil.

MAT (Mata Air Tinggi)

MAR (Mata Air


Rendah)

Gambar 2.21 Pipa sifon


Sumber: Sularso dan Harou T,1996;64.

c) Penumpu pipa
Dalam instalasi, pipa harus ditumpu untuk menahan beratnya
sendiri, berat zat cair yang ada didalamnya, gaya karena tekanan
dan aliran zat cair, dan gaya-gaya lain yang dapat bekerja pada
pipa. Tumpuan ini harus dipasang sedemikian rupa hingga pipa
tidak membebani pompa atau katup-katup yang ada.
Jarak antara tumpuan-tumpuan untuk pipa mendatar harus
ditentukan sedemikian hingga lendutan pada pipa tidak terlalu
besar. Ledutan yang besar akan menyebabkan pipa mudah bergetar.
Selain itu juga tidak sedap dipandang.
Pipa yang dipasang miring harus dijaga agar tidak merosot dalam
arah sumbuhnya.
Pipa yang dipasang tegak dapat menalami getaran dan tekukan
karena itu juga harus ditumpu atau diberi pegangan pada jarak-
jarak tertentu (Sularso dan Harau.T,1996;64).

33
c. Katup
Katup dipakai dalam instalasi pompa untuk menutup aliran, mencegah
aliran balik, atau mengatur aliran. Dalam beberapa hal dipakai
gabungan dari dua katup atau lebih, dan dalam hal lainsatu katup
dipakai untuk melakukan lebih dari satu tugas. Adapun jenis-jenis katup
dan kesesuainnya dengan penggunaan dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Jenis-Jenis Katup dan Kesesuainnya
dengan Penggunaan

Sumber: Sularso dan Harou T,1996;64.

2.8 Perpipaan
1. Jenis pipa dan ukuran pipa
Menurut Pamsimas dalam modul pelatihan KKM Kabupaten Kupang (2013)
pipa yang digunakan untuk jaringan perpipaan air bersih di pedesaan adalah
sebagai berikut:
a. Pipa PVC (Poly Vinil Cloride)

Gambar 2.22 Pipa PVC (Poly Vinil Cloride)


Sumber : http:/search/Aimage/galvanize iron pipe &p2/html.

34
b. Pipa PE (Poly Ethylene)

Gambar 2.23 Pipa PE (Poly Ethylene)


Sumber : http:/search/Aimage/Poly Ethylene pipe &p2/html.
.
c. Pipa GIP (Galvanize Iron Pipe) atau pipa besi galvanis

Gambar 2.24 Pipa GIP (Galvanize Iron Pipe)


Sumber :http:/search/Aimage/ Galvanize Iron Pipe &p2/html.

Ukuran diameter nominal pipa dapat dilihat pada Tabel 2.12.


Tabel 2.12 Diameter Nominal Pipa
Pipa- pipa PVC/PE Pipa GIP
Diameter Nominal (mm) Persamaan diameter Diameter Nominal (inchi) Persamaan diameter (mm)
Diameter luar (inchi) Diameter dalam (dalam/luar)
20 3/4 " 1/2 " 15/21
25 1" 3/4 " 20/27
32 1 " 1/4 1" 26/34
40 1 " 1/2 1 " 1/4 33/42
50 2" 1 " 1/2 40/49
63 2 " 1/2 2" 50/60
75 3" 2 " 1/2 66/76
90 3 " 1/2 3" 80/90
110 4 " 1/2 4" 102/114
Sumber : Modul pelatihan KKM Kab. Kupang,2013;27

35
2. Perlengkapan pipa
Menurut Direktorat Penyehatan Air Departemen Kesehatan (1996)
perlengkapan pipa yang diperlukan antara lain:
a. Sambungan pipa : elbow, tee, socket, reducer dan lainnya.
b. Katup/Valve
Berfungsi untuk menghentikan dan mengatur aliran air dalam pipa.
Jenis-jenis valve yang digunakan adalah :
1) Gate Valve (Katup)
Jenis valve ini mempunyai bentuk penyekat piringan (wedge), yang
digerakkan ke atas bawah untuk membuka dan menutup. Biasanya
digunakan untuk posisi buka atau tutup sempurna dan tidak disarankan
untuk posisi sebagian terbuka.

Gambar 2.25. Gate Valve


Sumber : http://eryhartoyo.wordpress.c
om
2) Check Valve /2012/08/14/jenis-jenis-valve/
Jenis valve ini mempunyai fungsi untuk mengalirkan fluida hanya ke
satu arah saja atau tidak terjadi reserved flow/back flow. Mempunyai
beberapa tipe lagi berdasarkan bagian dalamnya seperti double-plate, swing,
tilting dan axial.

Gambar 2.26 Check Valve


Sumber : http://eryhartoyo.wordpress.c
om
/2012/08/14/jenis-jenis-valve/

36
3) Pressure Reducing Valve
Katub ini digunakan untuk mengontrol tekanan dihilir katup sehingga
daerah di hilir katup tidak menderita tekanan yang terlalu tinggi.

Gambar 2.27 Pressure Reducing Valve


Sumber : http://www.cla-val.com/fire-protection-
pressure-reducing-valve-p-140-l-
en.html.
c. Air release valve
Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa
ditempatkan pada tempat tertinggi jalur pipa.
d. Wash out
Berfungsi untuk mengeluarkan kotoran/endapan yang terjadi dalam
pipa. Ditempatkan pada tempat-tempat rendah dari jalur pipa.

3. Jalur pipa
Pemilihan jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang
tidak memerlukan perlengkapan untuk mengurangi biaya konstruksi dan
pemeliharaan. Penempatan dan pemasangan pipa perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Kedalaman galian dan timbunan
b. Bentuk parit
c. Material timbunan
d. Material pendukung untuk pemasangan pipa di bawah tanah maupun di
atas tanah.
e. Kemiringan pipa yang dipasang

37
2.9 Hidran Umum (HU)
Hidran umum (HU) adalah cara pelayanan air bersih yang transportasi
airnya dilakukan dengan sistem perpipaan, sedangkan pendistribusian kepada
masyarakat melalui tangki HU. Pada umumnya volume tangki yang diperlukan
sekitar 15% - 20% dari volume kebutuhan satu hari tergantung fluktuasi
kebutuhan.
Dipilih jika daerah pelayanan berada sekitar 3 km dari jaringan distribusi
PDAM dan atau sumber air minum lainnya selama tersedia kapasitas dan
tekanan. Dalam lingkup program ini, pemanfaatan air minum oleh masyarakat
disalurkan melalui pelayanan hidran umum (HU).
1. Komponen hidran umum
Komponen modul hidran umum terdiri dari:
a. Jaringan perpipaan (PVC, PE dan GIP)
b. Tangki hidran umum kapasitas 3 m³, 2 m³, 1 m³ (sesuai kebutuhan)
c. Bila perlu dapat dibangun booster pump
2. Kriteria Desain
a. 1 (satu) Hidran Umum (HU) melayani ± 300 jiwa atau 60 KK (I KK = 5
jiwa) dan jarak maksimum HU adalah 200 m.
b. Jumlah HU yang diperlukan di suatu daerah pelayanan ditentukan
berdasarkan parameter-parameter berikut yaitu :
1) Jumlah jiwa yang akan dilayani
2) Kapasitas produksi air bersih

2.10 Perhitungan Tebal Pipa


Menurut ASME B31.11 Code dalam Djawa D.R,2011:31, tebal pipa yang
dibutuhkan akibat tekanan internal rancangan dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
Pi x D
t = ....................................................................................... (2.22)
2.S
Dimana:
t = Tebal pipa minimum berdasarkan tekanan kerja fluida (cm)

38
Pi = Tekanan yang terjadi pada pipa (kg/cm2)
D = Diameter pipa (cm)
S = Tekanan izin material (28.000 Psi = 1930,50 kg/cm2)

tn = t + A ................................................................................. (2.23)
Dimana:
tn = Tebal minimum berdasarkan tekanan kerja fluida (cm)
A = Tebal korosi dan erosi pada pipa pada umur tertentu (10 tahun
A= 1,001 cm)
tn
treq = ............................................................................. (2.24)
(1 - MT)
Dimana:
treq = Tebal pipa yang diperlukan (cm)
MT = Toleransi (12,5 %)
Tebal pipa dihitung untuk menjamin tingkat keamanan pipa. Berdasarkan
persamaan di atas yang mempengaruhi pemilihan tebal pipa adalah tekanan kerja
fluida, diameter pipa, dan tegangan izin material pembentuk pipa tersebut.

2.11 Perhitungan Tampang Ekonomis Saluran


Penjelasan tentang tampang lintang ekonomis dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus debit aliran, yang dalam hal ini misalnya digunakan rumus
Maning (Triatmojo.B,2003;117).

Q  A V  A 1 R 2 / 3 I 1 / 2 .....................................................................
n
(2.25)
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/dtk)
A = Luas penampang basah (m2)
R = Jari–jari hidraulis (m)
I = Kemiringan dasar saluran
n = Koefisien Maning

39
Menurut Triatmojo B. (2003) dalam bukunya Hidraulika II membuat
rumus–rumus tampang ekonomis saluran untuk saluran berbentuk segi empat
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.28 Saluran Ekonomis Bentuk Segi Empat


Sumber: Triatmojo, B, 2003;120.

B = 2y ................................................................................ (2.26)
A = 2y2 ................................................................................ (2.27)
R = A/P = y/2 ................................................................................ (2.28)
Dimana:
B = Lebar dasar saluran (m)
y = Kedalaman saluran atau tinggi saluran (m)
A = Luas penampang basah (m2)
R = Jari–jari hidraulis (m)

2.12 Debit Andalan F.J Mock


Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock pada tahun 1973 dan berdasarkan
fenomena alam di beberapa tempat di Indonesia. Dengan metode ini, besarnya
aliran dari data curah hujan, karakteristik hidrologi daerah pengaliran dan
evapotranspirasi dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini adalah hujan yang jatuh
pada catchment area sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan
langsung menjadi aliran permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk
kedalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi pertama akan menjenuhkan top soil, kemudian
menjadi perkolasi membentuk air bawah tanah (ground water) yang kemudian akan
keluar ke sungai sebagai aliran dasar atau base flow (Chandra.Y, 2012)

40
Debit andalan adalah rangkaian debit bulanan yang diperoleh melalui
perhitungan dengan metode tertentu untuk beberapa tahun pengamatan dan
mempertimbangkan keadaan alam alur sungai. Maksud dari perhitungan debit ini
adalah menentukan jumlah air yang dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat pemakai air.
Untuk mendapatkan debit andalan (Hilaludin, dkk, 2008:36), dipakai
persamaan berikut ini:
aliran sungai x luas DAS
Debit andalan  ……………………….... (2.29)
satu bulan
Untuk menghitung debit andalan digunakan metode Water Balance F.J.
Mock yang dikembangkan khusus untuk sungai-sungai di Indonesia. Data-data
yang diperlukan antara lain :
- Data curah hujan bulanan (R) dan hari hujan (n) pada bulan tersebut.
- Data iklim daerah rencana.
- Daerah Tangkapan Air (catchment area)
- Data tanah.
Prinsip perhitungan ini adalah bahwa hujan yang jatuh di atas tanah
(presipitasi) sebagian akan hilang karena penguapan (evaporasi), sebagian
akan hilang menjadi aliran permukaan (direct run off) dan sebagian akan
masuk tanah (infiltrasi). Infiltrasi mula-mula menjenuhkan permukaan (top
soil) yang kemudian menjadi perkolasi dan akhirnya keluar ke sungai sebagai
aliran dasar (base flow).
Tahap-tahap perhitungan debit andalan antara lain :
1. Data Curah Hujan
Data Curah Hujan yang diperlukan adalah data hujan bulanan yang
terlampaui 70% atau 80 % berdasarkan data curah hujan yang ada. Data curah
hujan bulanan yang ada sepanjang pengamatan diurutkan dari yang kecil ke
besar berdasarkan jumlah curah hujan pertahunnya. Persamaan yang
digunakan untuk mengetahui curah hujan efektif adalah dengan menghitung
urutan m = n/5 +1

41
Dimana:
m = data urutan ke m yang akan dipakai sebagai curah hujan
n = efektif
jumlah tahun pengamatan (tahun)

Jadi curah hujan efektif dan data hujan yang digunakan adalah tahun
pada urutan ke-m dari data curah hujan dan hari hujan stasiun pengamatan.
Tahap-tahap perhitungan debit andalan meliputi data curah hujan,
evaporasi terbatas, keseimbangan air di permukaan tanah (water balance),
debit dan storage air tanah, aliran sungai dan penentuan debit andalan.
2. Evapotranspirasi
Selain penguapan yang terjadi pada permukaan tanah dan permukaan
air, terjadi juga penguapan pada tanaman (tumbuhan) yang disebut transpirasi.
Gabungan dari peristiwa evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi.
Metode evapotranspirasi yang dianjurkan untuk perhitungan debit
andalan F.J Mock yaitu Metode Penman Modifikasi (Wiratmo 2010). Menurut
Chandra, Y. (2012) dalam penelitianya yang berjudul Pendugaan Reliability
Waduk Nadra Krenceng PT. Krakatau Tirta Industri menulis metode ini
disebut juga Metode Evapotranspirasi III, metode ini juga cukup sering
digunakan dalam pengembangan sumber daya air di DAS.
Persamaan-persamaan yang digunakan dalam Metode Penman
Modifikasi adalah sebagai berikut (Kadir 2010):
ed = ea x Rh …………………………………...............……...... (2.30)
Dimana:
ed = tekanan uap air (mbar)
ea = tekanan uap air jenuh (mbar) (Lampiran 14)
Rh = kelembaban relatif (%)
𝑈
f (U) = 0,27 ( 1 + ( )) ……………………...............……...... (2.31)
100

Dimana:
f (U) = fungsi angin relatif
U = kecepatan angin (km/hari) (Lampiran 13)

42
Rs = [ 0,25 + (0,54 n/N)] Ra …………………...........……........ (2.32)
Dimana:
Rs = radiasi matahari setelah terkoreksi (mm/hari)
Ra = radiasi matahari (mm/hari) (Lampiran 17)
Rns = (1- α) Rs ……....................……………...........……...... (2.33)
Dimana:
Rns = penyinaran radiasi matahari yang dikoreksi bumi
(mm/hari)
α = albedo (koefisien berbagai tutupan lahan)
f (ed) = 0,34 – (0,044ed0,5) ……...........................……...... (2.34)
Dimana:
f (ed) = koreksi akibat tekanan air
f (n/N) = 0,1 + (0,9 n/N) ……............................................. (2.35)
Dimana:
f (ed) = koreksi akibat tekanan air
Rn1 = f (T) x f (ed) x f (n/N) ……...............................….....…...... (2.36)
Dimana:
f(T) = pengaruh penyinaran matahari terhadap temperatur
(mm H2O/hari (Lampiran 14)
Rn = Rns – Rn1 ……...................................................….....…...... (2.37)
Dimana:
Rn = penyinaran radiasi matahari bersih (mm/hari)
Et = c [(W x Rn) + {(1 – W) x (ea - ed) x f (U)}] .….......…...... (2.38)
Dimana:
Et = evapotranspirasi (mm/hari)
c = faktor perkiraan kondisi musim (Lampiran 17)
W = faktor pemberat sesuai temperatur ketinggian (Lampiran 15)
1-W = 1 - faktor perkiraan kondisi musim (Lampiran 16)

43
3. Keseimbangan air di permukaan tanah (water balance)
Hal-hal yang berkaitan dengan keseimbangan air di permukaan tanah.
a. Curah hujan yang mencapai permukaan tanah (Storage)
Secara umum persamaan ini dapat dituliskan (Hilaludin, dkk,
2008:35) sebagai berikut:
S = R-Et ………………………………………...............…….... (2.39)
Dimana:
S = air yang masuk ke dalam tanah (mm)
R = hujan (mm)
Et = evapotranspirasi

Jika harga S (+) bila R>Et, air masuk ke dalam tanah,


Jika harga S (-) bila R>Et, sebagian air tanah akan keluar, terjadi defisit
b. Soil Storage yaitu perubahan kandungan air tanah
c. Soil Moinsture yaitu kelembaban permukaan tanah yang ditaksir
berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah atas catchment area.
d. Water Surplus ialah banyaknya air yang berada di permukaan tanah,
dan dapat dituliskan (Hilaludin, dkk, 2008:35) seperti di bawah ini.
Water Surplus = (R-Et) - Soil Storage ………......................... (2.40)
Dimana:
R = hujan (mm)
Et = evapotranspirasi
Perubahan kandungan air tanah, soil storage (ds) adalah selisih antara
soil moisture capacity bulan sekarang dengan bulan sebelumnya. Soil
moisture capacity ini ditaksir berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah
atas catchment area. Biasanya ditaksir 60 s/d 250 mm, yaitu kapasitas
kandungan air dalam tanah per m2. Jika porositas tanah lapisan atas tersebut
makin besar, maka soil moisture capacity akan makin besar.
4. Debit dan Storage air tanah
Hal-hal yang mempengaruhi debit dan storage air tanah yaitu :
a. Koefisien infiltrasi (Ic) ditentukan berdasarkan kondisi porositas tanah
dan kemiringan alur sungai. Pada lahan yang datar Ic besar, dan pada

44
lahan yang terjal air bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga Ic
kecil. Koefisien infiltrasi (Ic) diambil 0,2 - 0,5.
b. Storage air tanah ditentukan dengan persamaan (Hilaludin, dkk,
2008:35) seperti di bawah ini.

Vn = k.Vn-1 + (0,5.I(l + k)) ……...………………..................…….(2.41)


Dimana:
Vn = volume air tanah bulan ke-n
k = qt/qo = Faktor resesi aliran di tanah (0,4-0,7)
Vn = volume air tanah bulan ke (n-1)
-1 = infiltrasi (0,2-0,5)
I = aliran air tanah pada bulan t
qt = aliran air tanah pada bulan awal (t = 0)
qo

Harga k yang tinggi akan memberikan resesi yang lambat seperti


pada kondisi geologi lapisan bawah yang sangat lolos air. Koefisien
infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah
pengaliran. Faktor resesi aliran air tanah (k), diambil 0,4-0,7.
Lahan yang porous mempunyai infiltrasi lebih tinggi dibanding tanah
lempung berat. Lahan yang terjal menyebabkan air tidak sempat berinfiltrasi
ke dalam tanah sehingga koefisien infiltrasi akan kecil.
5. Aliran Sungai
Yang termasuk dalam unsur aliran sungai adalah aliran dasar dan aliran
permukaan.
Aliran dasar = infiltrasi – perubahan volume air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih – infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
Setelah semua data tersebut didapatkan barulah dihitung debit andalan yang
akan dipakai untuk perencanaan jaringan perpipaan air bersih.

45
2.13 Pengukuran Jarak
Menurut Frick, H (1979) pada pengukuran jarak secara optis dapat kita
tentukan suatu jarak atas dasar sudut paralaktis dan suatu rambu dasar. Kita
membaginya atas dua cara. Cara pertama menggunakan sudut paralaktis tertentu
dan kita membaca nilai pada mistar dasar pada sasaran. Cara kedua menggunakan
suatu rambu dasar dengan panjang tertentu dan kita mengukur sudut paralaktis.
Rambu dasar bisa diletakkan secara horizontal atau vertikal, pengukuran jarak
secara optis pada saat ini sudah agak jarang digunakan karena adanya cara
elektronis (misalnya Wild Distomat DI 3S atau Wild DI 10 Distomat).
1. Asas Reichenbach
Asas ini didasarkan atas sudut paralaktis α yang ditentukan. Sudut ini
ditentukan oleh dua benang stadia yang di-ets pada pelat kaca dengan benang
silang, seperti terlihat pada Gambar 2.29.

Gambar 2.29 Asas Reichenbach


Sumber: Frick, H. 1979;96

Benang stadia atas dan bawah memotong sebagian besar rambu ukur
sepanjang L. Jika garis bidik horisontal seperti Gambar 2.29, kita dapat
menentukan syarat berikut:
L 
D= cot ……...…….....................………...…...................…….(2.42)
2 2
Jarak p antara kedua benang stadia kemudian dipilih sedemikian rupa
sehingga pers. 2.43 disederhanakan menjadi:
D = L x 100 ……...…….....................………...…..................…….(2.43)
Jika kita membidik dengan teropong condong sebesar β ke suatu rambu ukur
yang sejajar anting kita harus memperhatikan Gambar 2.30. Rambu ukur sekarang

46
tidak lagi diletakkan siku-siku pada garis bidik, melainkan dengan kemiringan β.
Pembacaan rambu ukur L selanjutnya harus kita proyeksikan siku-siku pada garis
bidik.

Gambar 2.30 Membidik dengan Teropong Condong.


Sumber: Frick, H. 1979;96

Ada perbedaan yang mendasar antara pengukuran menggunakan waterpass


dan pengukuran dengan menggunakan teodolit. Dalam pengukuran waterpas,
garis bidik dibuat datar, meskipun menggunakan teodolit namun ketika membidik
garis bidiknya dibuat datar, sedangkan dalam pengukuran teodolit garis bidik
tidak harus datar, bisa diarahkan ke atas maupun ke bawah sesuai dengan keadaan
di lokasi. Cara menghitung tinggi masing- masing titikpun menjadi berbeda, yaitu
menggunakan metode tachimetri. Dalam pelaksanaan pengukuran, yang dibaca
adalah: benang atas, tengah, bawah, dan sudut horizontal serta sudut vertikal (β).
Benang atas, tengah, bawah diperlukan untuk menghitung jarak dari
teropong rambu ukur benang tengah juga untuk menghitung beda tinggi, namun
karena arah teropong dapat ke atas maupun ke bawah, (garis bidik tidak datar)
maka tidak dapat langsung ditentukan beda tingginya. Oleh karena itu maka perlu
dihitung dahulu pengaruh dari sudut vertikalnya.
Rambu ukur sekarang tidak lagi diletakkan siku-siku pada garis bidik,
melainkan dengan kemiringan β. Pembacaan rambu ukur L selanjutnya harus kita
proyeksikan siku-siku pada garis bidik. Kita dapatkan pembacaan rambu ukur
yang direduksikan L’ = L cos β. Atas dasar rumus ini dapat kita tentukan jarak
miring menurut rumus berikut:

47
D’ = L’ x 100 = 100 x L cos β ...……........................………......(2.44)
Jarak horisontal yang dicari kemudian menjadi proyeksi jarak miring D’
oleh sudut β dan dapat ditentukan sebagai berikut:
D = D’ cos β = 100 x L cos β2 ...……........................………......(2.45)
Beda tinggi (∆h)
∆h = D’ sin β ...…….................................................………......(2.46)
∆H = 100 L sin β cos β ...…….........................................………......(2.47)
Beda tinggi antara titik A dan B (∆H) ditentukan sebagai berikut:
∆H = + i + ∆h – z = ∆h + (i – z) ……........................……….....(2.48)
Dimana :
i = tinggi alat
z = tinggi sasaran
Dalam perhitungan reduksi untuk menentukan jarak horisontal dan beda
tinggi dapat kita gunakan mistar hitung tachimetri yang menentukan D dan ∆h
atas dasar sudut β dan pembacaan mistar L.

2. Menghitung azimut titik-titik hasil ukur


Azimuth adalah sudut jurusan yang dimulai dari arah utara berputar ke timur
(utara-timur) atau ke barat (utara-barat) dan berakhir pada arah titik tertentu (kalau
tidak dari utara atau dari selatan bukan azimuth tetapi sudut jurusan). Ada empat
sistim azimuth yaitu utara-timur, utara-barat selatan-timur dan selatan-barat.
Dalam satu pengukuran hanya boleh menggunakan satu sistim saja. Azimut
diperlukan untuk menentukan koordinat titik-titik hasil ukur, azimuth berasal dari
sudut horizontal yang dirubah menjadi Azimuth (a) dengan cara sebagai berikut:

Gambar 2.31 Cara Menghitung Azimuth


Sumber: Frick, H. 1979;96

48
Pertama kali memulai mengukur dari titik A arahkan teropong ke utara
dengan kompas, setelah dikunci sudutnya, arahkan teropong ke titik 1, dengan
demikian diperoleh sudut αA setelah semua data yang diperlukan lengkap, maka
teropong diangkat dan dipindah ke titik 1. Setelah diatur semua mulailah
mengukur dengan cara teropong diarahkan ke titik polygon sebelumnya, dalam
hal ini ke titik A, sudut 0o horisontalnya diarahkan ke titik A dan dikunci
sudutnya. Lanjutkan mengukur ke semua titik yang diperlukan dan pastinya juga
ke arah titik 2, Setelah data cukup maka pindah lagi ke titik berikutnya dengan
prosedur yang sama yaitu setiap mulai pengukuran, sudut selalu di nol kan ke titik
polygon sebelumnya. Sehingga untuk menghitung azimuth masing-masing titik
hasil ukur, yang dipakai pedoman adalah azimuth titik poligonnya.

3. Menentukan koordinat titik hasil ukur.


Rumus yang dipakai sama dengan menghitung jarak datar D dan Ah
tetapi sudut yang dipakai adalah Azimuth (a) dan jarak yang dipakai adalah
jarak datar D.
Rumus: Ax = D sin a , dan
Ay = D cos a.

Gambar 2.32 Menentukan Koordinat Titik


Sumber: Sutomo W,T,1977

49
Suatu pengukuran selalu dimulai dari titik tertentu yang mempunyai
koordinat awal. Misalkan pengukuran di titik 1 ber koordinat awal (x1;y1)
pengukuran selanjutnya misal ketitik 2, a, b, c dan seterusnya maka koordinat titik
2 dapat dihitung setelah Ax dan Ay diketahui dengan rumus di atas yaitu x 2 = x1 +
Ax1 dan y2 = y1+Ay1, demikian juga titik-titik detail yang dibidik dari titk 1
misalnya xa = x1 + Axa dan ya = y1+Aya, dan seterusnya. Untuk memudahkan
pekerjaan semua perhitungan dilakukan dengan tabel excel.

2.14 Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan Air Bersih


2.14.1 Umum
Operasional dan pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan
sistematis yang dilakukan secara rutin, berkala maupun perbaikan sewaktu-waktu
untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan
bermanfaat sesui rencana (Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana
Desa,Dirjen Cipta Karya,2010;4).
Untuk mengetahui mengapa operasional dan pemeliharaan itu perlu
dilakukan terhadap sarana perpipaan yang telah dibangun, untuk itu kita lihat
gambaran atau skenario tentang hal tersebut dari Gambar 2.33.

Pengaruh
A
B
1 2 3 C
5 -10 tahun ke depan

1. sebelum dibangun
2. selama proses konstruksi
3. setelah konstruksi

Gambar 2.33 Skenario Pengoperasian dan Perawatan Sarana Perpipaan


Sumber: Modul Pengoperasian dan Perawatan Sarana Air
Bersih,2011;39.

50
Dari gambaran di atas dapat kita lihat mengenai keberlanjutan dari sebuah
sarana setelah dibangun dan diberikan kepada pemakai dikelolah sendiri, maka
hanya ada tiga pengalaman yang sering ditemukan dimanamana yakni:
A. kelompok merawat dengan baik bahkan mengembangkan lagi dan
berfungsi lebih dari 10 tahun.
B. kelompok merawat dan menggunakan sehingga sarana tetap berfungsi
lebih dari 10 tahun.
C. kelompok tidak merawat dan sarana rusak akhirnya kembali pada
kondisi awal.

Pada prinsipnya perawatan bertujuan memelihara dan menjaga sarana agar


air dapat mengalir dengan baik dan sarana yang rusak dapat segera ditanggulangi
atua diperbaiki sehingga dapat bertahan dan berfungsi dalam waktu yang lama.
Dalam perawatan sarana ada dua kategori:
a. Pekerjaan atau perawatan umum yang dapat dilakukan oleh seluruh
anggota cakupan. Misalnya: pembersihan lingkungan mata air, jalur pipa,
bak reservoir, dan hidran umum.
b. Pekerjaan teknis yang hanya boleh dilakukan oleh teknisi terlatih.
Misalnya: Memperbaiki pipa atau aksesoris yang pecah atau bocor,
penyetelan katup pengatur atau buka tutup.

Tahap-tahap proses pemeliharaan jaringan perpipaan secara umum


melalui proses yang dapat digambarkan pada Gambar 2.34 berikut :

Inventarisasi Evaluasi Prioritisasi


dan Identifikasi dan dan Pembiayaan
Perhitunga Penjadwala
n n
Pelaksanaan
Pemeliharaan
dan Pelaporan

Gambar 2.34 Tahap-Tahap Pemeliharaan Jaringan Perpipaan


Sumber: Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Desa,
Dirjen Cipat Karya,2010;8.

51
Hal-hal yang diperhatikan dalam suatu sistem operasional dan
pemeliharaan sarana perpipaan air bersih dalah teknis operasional dan
pemeliharaan, organisasi pengelolaan dan biaya operasional pemeliharaan.

2.14.2 Organisasi Pengelola jaringan perpipaan air bersih


Kelompok atau tim pengelola operasional dan pemeliharaan terorganisasi,
diperlukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan fungsi dan manfaat
prasarana air bersih yang telah dibangun. dalam arti akan terjadi estafet
pengelolaan dari panitia pembangunan saat perencanaan dan pelaksanaan fisik ke
kelompok ini saat pasca-pembangunan.
Pada prinsipnya organisasi pengelola prasarana air bersih adalah kelompok
swadaya untuk mengelola sarana dan prasarana itu sendiri. Secara sederhana
adalah masyarakat atau suatu komunitas masyarakat yang telah merencanakan
kegiatan infrastruktur adalah juga yang melaksanakan pembangunan fisiknya,
maka juga harus betanggung jawab melaksanakan

2.14.3 Biaya operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan air bersih


Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana jaringan perpipaan
ditujukan untuk mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi
pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana oleh tim pengelola prasarana
desa sehingga tidak muncul hambatan dan kendala dari ketersediaan dana.
Pembiayaan jaringan perpipaan menyangkut terdiri dari jenis kontribusi,
cara pengumpulan biaya, prinsip penetapaan tarif, perhitungan tarif,
mekanisme penetapan tarif, struktur tarif progresif dan peninjauan tarif secara
berkala.
Secara umum perhitungan tarif atau harga pokok pelayanan air bersih
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Pedoman
Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Desa,2010)

Seluruh biaya O dan P dalam 1 bulan (Rp)


Tarif air bersih = .............(2.49)
Jumlah air yang terjual dalam 1 bulan (m 3 )

52
2.14.4 Teknis operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan air bersih
Teknis operasional menyangkut hal-hal teknik operasional dan
pemeliharaan baik itu rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan, pelaku
dan keterampilan yang dibutuhkan permasalahan yang sering terjadi,
keterbatasan dan catatan penting yang dilakukan pada sarana air bersih yakni
bak penampung mata air, pompa, bak penampung, hidran umum, pipa
transmisi dan pipa distribusi.

53
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.1.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Desa Susulaku A, Kecamatan
Insana. Kabupaten Timor Tengah Utara dan sumber air yang digunakan yaitu
Mata Air Oetak.
3.1.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Nopember 2013 sampai
dengan bulan September 2014.

3.2 Objek dan Subjek Penelitian


3.2.1 Objek penelitian
Objek Penelitian adalah sumber Mata Air Oetak.
3.2.2 Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah membuat perencanaan secara teknis jaringan
perpipaan dengan sistem pengaliran pompa.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Alat penelitian
Peralatan yang digunakan adalah:
1. Wadah/ jergen 5 liter
2. Theodolit
3. GPS ( Global Positioning System) tipe Garmin 60c
4. Stopwatch / Hp
3.3.2 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan yaitu lembar pengisian data pengukuran.

54
3.4 Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari :
3.4.1 Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari hasil pengamatan di lapangan
berupa data pengukuran debit air (Q), topografi (elevasi) dan panjang pipa (L) .
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait dan hasil studi
kepustakaan seperti data jumlah penduduk, peta topografi sekitar lokasi, studi
literatur, tipe pompa yang akan dipakai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Teknik observasi
Teknik observasi adalah : teknik pengambilan data melalui pengamatan
langsung di lapangan terhadap objek penelitian.
3.5.2 Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengambilan data dengan mengambil
teori-teori, rumus-rumus serta peraturan dan ketetapan yang menunjang dalam
penelitian ini.

3.6 Teknik Analisa data


Teknik analisis data dilakukan dengan cara memanfaatkan metode yang
didapat dari studi literatur. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan pengumpulan data-data primer dan sekunder yang berupa data
teknis dan data penunjang lainnya yang digunakan dalam analisa sistem
jaringan distribusi air bersih.
2. Mengolah data- data jumlah penduduk dan jumlah fasilitas.
3. Menganalisis debit Q yang tersedia.
4. Menganalisis besar kebutuhan air bersih yang harus dipenuhi oleh sumber
mata air Oetak.

55
5. Menghitung kehilangan energi untuk mendapatkan daya pompa yang akan
digunakan
6. Menghitung kehilangan energi mayor dan kehilangan energi minor untuk
jaringan transmisi pipa.
7. Tinggi kehilangan energi total dihitung dari penjumlahan tinggi kehilangan
energi mayor, kehilangan energi minor.
8. Melakukan perencanaan dengan membuat gambar rencana jaringan distribusi
air bersih.
9. Melakukan perencanaan sistem operasional dan pemeliharaan jaringan air
bersih.

3.7 Diagram Alir Penelitian

Mulai

PENGUMPULAN DATA :
Data Primer : 1. Elevasi
2. Debit (Q)
3. Panjang Pipa (L)

Data Sekunder : 1. Jumlah Penduduk


2. Data Hujan dan Data Iklim
3. Koefisien Kehilangan Energi ( f,ε,η,T, kc,kb,kv)

Menghitung jumlah proyeksi penduduk


1. Metode Aritmatik : Pn = Po + (n.q)Po
2. Metode Geometrik : Pn = Po . (1 + q)n
3. Metode eksponensial : Pn = Po . e n . q

Menghitung Jumlah Proyeksi Fasilitas


Fn = K . Fo

Menghitung Jumlah Debit Rencana


Qr = (Pn . q) + (Fn . q)

56
A

PEREENCANAAN JARINGAN

Perhitungan Kehilangan Energi pada Pompa (h)


2
Vd
h  h a  Δh p  h 1 
2g

Perhitungan Daya
Pompa

Perhitungan pada Pipa Transmisi (h)


Metode Darcy Weisbach

hf mayor hm minor
L V
2 (hv,hb,hc,he)
h f
f d 2g

OUTPUT DATA :
h = hf mayor + hm minor

+)
Perhitungan :
Hidran Umum(HU), Bak Penampung (BP)
dan Bak Penampung Mata Air (BPMA)

Operasional dan Pemeliharaan

+)
Hasil dan Pembahasan

+)
Kesimpulan dan Saran

+)
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Sumber : Hasil Rancangan, 2014

57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Desa Susulaku A terletak di Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah
Utara, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Peta Desa Susulaku A dapat dilihat pada
Lampiran 1. Secara geografis Desa Susulaku A berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara dengan Kelurahan Ainiut
2. Sebelah Selatan dengan Desa Susulaku B
3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Malaka
4. Sebelah Barat dengan Desa Nansean Timur
Wilayah Desa Susulaku A merupakan wilayah dengan karakteristik
perbukitan rendah serta tanah yang berwarna hitam. Wilayah ini ini berada pada
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Boni. Ketinggian wilayah ini adalah ± 375 m di
atas permukaan laut.
Desa Susulaku sejak tahun 2004 memiliki jumlah penduduk sebesar 1582
jiwa. Akan tetapi pada tahun 2004 terjadinya pemekaran wilayah menjadi 2 desa,
yakni desa Susulaku A dan desa Susulaku B. Jumlah penduduk desa Susulaku A
tahun 2004 sebesar 824 jiwa dan pada tahun 2013 jumlah penduduk desa
Susulaku A adalah 1006 jiwa (Sumber: Data Desa Susulaku A tahun 2013).

4.2 Sumber Mata Air


Sumber mata air yang digunakan untuk perencanaan ini adalah sumber mata
air Oetak dengan debit pengaliran 1,727 liter/detik, hasil pengukuran November
2013. Langkah-langkah pengukuran debit dapat dilihat pada Lampiran 2.
Keterangan sumber air Oetak:
Lokasi : Desa Susulaku A
Nama mata air : mata air Oetak
Debit air : 1,727 liter/detik

58
4.3 Pengukuran Topografi Lokasi Penelitian
Topografi lokasi penelitian Dusun II Desa Susulaku A dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolit. Dari hasil pengukuran
dengan theodolit diperoleh data pengukuran yang selanjutnya diolah untuk
mendapatkan elevasi dan jarak.
Salah satu contoh perhitungan pengolahan data topografi yang diambil
adalah pada patok 1 dengan perhitungannya sebagai berikut:
Diketahui:
1. Langkah-langkah pengukuran
Pertama yang dilakukan adalah menentukan titik awal (BM) selanjutnya
menyetel teodolit. Dengan menggunakan kompas pada teodolit sudut horisontal
teodolit dinolkan ke utara selanjutnya diukur tinggi alat (TA) selanjutnya
dilakukan pengukuran untuk target dan patok selanjutnya yang diinginkan.
Pengukuran untuk patok-patok selanjutnya sudut horisontal awal dinolkan ke
patok sebelumnya.
2. Data-data pengukuran
Data pengukuran topografi patok 1 seperti pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Data Pengukuran Topografi Patok 1
Pembacaan Sudut
Tinggi Alat Pembacaan Benang
Patok Target Vertikal Horisontal
(TA)
atas (a) tengah (t) bawah (b) derajat (d) menit (m) detik (dt) derajat (d) menit (m) detik (dt)
1,44 1 utara 0 0 0
BM 0,630 0,600 0,570 83 27 55 161 51 40
a 1,365 1,302 1,240 72 26 16 123 5 55
2 1,840 1,700 1,560 68 1 1 124 52 55
Sumber: Hasil Pengukuran, 2014

Berdasarkan data-data pengukuran patok 1 di atas dapat ditentukan nilai-nilai


sebagai berikut:
1. Sudut azimut = sudut azimut awal + sudut horisontal
Sudut azimut awal = 0°
Sudut azimut BM = Sudut azimut awal + sudut horisontal
Sudut azimut BM = 0° + (161 + 51/60 +40/3600)°
Sudut azimut BM = 161,860 °
Sudut azimut target a = 123,100 °

59
Sudut azimut patok 2 = 124,880 °
Perhitungan sudut azimut untuk patok selanjutnya menggunakan sudut azimut
awal patok sebelumnya.
2. Jarak
a. Jarak optik (d) = [(a–b) x (sin sudut vertikal)] x 100
Jarak optik (d) BM = [(0,630–0,570) x sin(83+27/60+55/3600)°] x 100
Jarak optik (d) BM = 5,960 m
Jarak optik (d) target a = 11,920 m
Jarak optik (d) patok 2 = 25,960 m
b. Jarak datar = (jarak optik) x (sin sudut vertikal)
Jarak optik (d) BM = (5,960) x sin(83+27/60+55/3600)°
Jarak optik (d) BM = 5,920 m
Jarak optik (d) target a = 11,360 m
Jarak optik (d) patok 2 = 24,080 m
3. Delta H = (jarak optik) x (cos sudut vertikal)
Delta H target BM = (5,96) x cos(83+27/60+55/3600)°
Delta H target BM = 0,680 m
Delta H target a = 3,600 m
Delta H target patok 2 = 9,720 m
4. Delta X = (jarak datar) x (sin azimut)
Delta X target BM = (5,920) x sin (161,860)°
Delta X target BM = 1,840 m
Delta X target a = 9,520 m
Delta X target patok 2 = 19,750 m
5. Delta Y = (jarak datar) x (cos azimut)
Delta Y target BM = (5,920) x cos (161,860)°
Delta Y target BM = -5,630 m
Delta Y target a = -6,200 m
Delta Y target patok 2 = -13,770 m
6. Nilai X, Y dan Z
Nilai X awal, Y awal dan Z awal = 0

60
a. Nilai X = (nilai X awal) + (delta X)
Nilai X target BM = (0 + 1,840) m
Nilai X target BM = 1,840 m
Nilai X target a = 9,520 m
Nilai X target patok 2 = 19,750 m
b. Nilai Y = (nilai Y awal) + (delta Y)
Nilai Y target BM = (0 )+ (-5,630) m
Nilai Y target BM = -5,630 m
Nilai Y target a = -6,200 m
Nilai Y target patok 2 = -13,770 m
c. Nilai Z = (nilai Z awal) + (TA) – (b) + (delta H)
Nilai Z target BM = (0) + (1,440 m) – (0,600 m) + (0,680 m)
Nilai Z target BM = 1,520 m
Nilai Z target a = 3,730 m
Nilai Z target BM = 9,460 m
Perhitungan nilai X, Y dan Z patok selanjutnya menggunakan X awal, Y awal
dan Z awal patok sebelumnya.
Perhitungan untuk patok-patok selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dari hasil pengukuran dan perhitungan diperoleh jarak dan elevasi untuk
perencanaan jaringan perpipaan dan pompa sebagai berikut:
1. Perencanaan pompa berada pada jarak 52 m dan elevasi +27 m dari Sumber
Mata Air Oetak.
2. Perencanaan bak penampung (BP) berada pada jarak 304 m dan elevasi +62
m dari Sumber Mata Air Oetak.
3. Perencanaan hidran umum 1 (HU1) berada pada jarak 134 m dari bak
penampung (BP) dan elevasi +55 m dari Sumber Mata Air Oetak.
4. Perencanaan hidran umum 2 (HU2) berada pada jarak 800 m dari bak
penampung (BP) dan elevasi +22 m dari Sumber Mata Air Oetak.

61
4.4 Perhitungan Debit dengan Metode F. J. Mock
Perhitungan debit menggunakan Metode F. J. Mock data-data yang
diperlukan adalah data curah hujan bulanan dan data hari hujan Pos Hujan
Oenenu, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengan Utara dapat
dilihat pada Lampiran 4 - 12 dan data iklim dari Stasiun Klimatologi Lasiana
Kupang dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil rekapitulasi data curah hujan rata-
rata bulanan dan hari hujan seperti Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan dan Hari Hujan
Bulan
Tahun Kondisi
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nop Des
Curah Hujan (mm) 151 337 222 136 0 26 0 0 0 83 132 226
2005
Hari Hujan (hari) 7 12 13 6 0 1 0 0 0 3 6 9
Curah Hujan (mm) 862 221 242 429 82 121 0 0 0 0 0 479
2006
Hari Hujan (hari) 17 7 7 13 5 6 0 0 0 0 0 15
Curah Hujan (mm) 88 329 247 74 71 79 0 0 0 0 210 419
2007
Hari Hujan (hari) 10 17 12 6 4 7 0 0 0 0 5 11
Curah Hujan (mm) 580 622 582 293 96 92 43 0 0 0 193 215
2008
Hari Hujan (hari) 12 20 19 16 16 11 8 0 0 0 13 13
Curah Hujan (mm) 162 218 20 0 0 0 0 0 0 0 17 70
2009
Hari Hujan (hari) 11 14 5 0 0 0 0 0 0 0 5 10
Curah Hujan (mm) 26 13 40 34 287 90 0 0 39 203 207 249
2010
Hari Hujan (hari) 4 3 7 9 14 6 0 0 7 11 7 19
Curah Hujan (mm) 607 447 199 183 65 0 0 0 0 73 141 351
2011
Hari Hujan (hari) 23 11 11 6 1 9 0 0 0 1 5 16
Curah Hujan (mm) 165 79 290 117 69 6 0 0 13 0 72 171
2012
Hari Hujan (hari) 21 9 18 6 6 2 0 0 2 0 3 6
Curah Hujan (mm) 606 347 119 74 212 184 10 11 0 27 74 290
2013
Hari Hujan (hari) 16 18 8 3 7 8 2 4 0 3 6 16
Sumber: Stasiun Klimatologi Lasiana, 2014

Dalam menghitung debit dengan Metode F.J. Mock terlebih dahulu harus
dihitung nilai evapotranspirasi pada lokasi penelitian. Perhitungan
evapotranspirasi menggunakan Metode Penman Modifikasi. Data untuk
menghitung evapotranspirasi, diperlukan data klimatologi (data temperatur udara
rata-rata bualanan, data kecepatan angin, data kelembaban udara dan data lamanya
penyinaran matahari).
Salah satu contoh perhitungan evapotranspirasi yang diambil adalah pada
bulan Januari tahun 2005 dengan perhitungannya sebagai berikut:
1. Data :
Stasiun iklim = Lasiana Kupang (Lampiran 13)
Elevasi = 20 m (Lampiran 13)

62
Elevasi Lokasi Studi = 313 m
Beda Tinggi (DH) = 313 – 20 = 293 m
a = 0,25), b = 0,54, albedo (r) = 0,08 (nilai koefisien a, b dan r
diambil dari buku Hidrologi Teknik oleh Ir. CD. Sumarno,B.I.E.Dpil
;Hal. 29)
Temperatur (T) = 27,9 ° C (Lampiran 13)
Kecepatan Angin (U) = 7,408 Km/hr (Lampiran 13)
Kelembaban Relatif (RH) = 86 % (Lampiran 13)
Penyinaran Matahari (n) = 64 % (Lampiran 13)

Berdasarkan data-data di atas maka dihitung evapotranspirasi untuk


bulan Januari 2005 sebagai berikut:

2. Koreksi data:
T = (T – 0,006 DH) = 27,9 ° C – (0,006 x 293 m) = 26,142 ° C
n = (n – 0,006 DH) = 64 % - (0,006 x 293 m) = 61,070 %
3. Analisa data
ea = Tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian = 22,075 mbar
(Lampiran 14)
ed = ea x RH/100 (Pers 2.30/42)
ed = 22,075 x 86/100 = 18,984 mbar
ea – ed = 22,075 – 18,984 = 3,090 mbar
f (u) = 0,27 (1+U/100) (Pers 2.31/42)
f (u) = 0,27 (1 +7,408/100) = 0,290 Km/hr
W = 0,751 (Lampiran 15)
1- W = 0,249 (Lampiran 16)
Ra = 16,423 mm/hr (Lampiran 17)
n/N = 61,070/100 = 0,611
Rs = (a+b n/N) Ra (Pers 2.32/43)
Rs = (0,25+0,54 x 0,611) 16,423 = 9,522 mm/hr
Rns = (1-a) Rs (Pers 2.33/43)
Rns = ( (1-0,25) 9,522 = 7,141 mm/hr

63
f(T) = 15,936 (Lampiran 14)
f(ed) = (0,34 -0,004 ed0,5) (Pers 2.34/43)
f(ed) = (0,34 -0,004 18,9840,5) = 0,148
f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N (Pers 2.35/43)
f(n/N) = 0,1 + 0,9(0,611) = 0,650
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N) ( Pers 2.36/43)
Rn1 = 15,936 x 0,148 x 0,650 = 1,535 mm/hr
Rn = Rns – Rn1 (Pers 2.37/43)
Rn = 7,141 – 1,535 = 5,606 mm/hr
Kecepatan angin rata-rata (Ud) = (Ux1000)/(24x60x60) = 0,086 m/dtk
Faktor perkiraan kondisi musim (c) = 1,040 (Lampiran 17)

4. Evapotranspirasi Potensial (ETo)


ETo = c [ W x Rn + (1-W) x f(U) x (ea-ed)] (Pers 2.38/43)
ETo) = 1,040 [0,751 x 5,606 + 0,249 x 0,290 x 3,090] = 4,613 mm/hr
Jadi diperoleh evapotranspirasi potensial bulan Januari tahun 2005 adalah
4,613 mm/hari
Dalam memudahkan perhitungan evapotranspirasi dibuatkan tabel
perhitungan pada excel yang dapat dilihat pada Lampiran 18.
Rekapitulasi perhitungan evapotranspirasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Perhitungan Evapotranspirasi

No Tahun Sat. Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

1 2005 mm/hr 4,613 7,566 6,420 5,224 5,183 4,764 4,797 6,101 7,458 7,922 7,245 6,109
2 2006 mm/hr 3,715 6,568 5,571 4,897 5,065 4,372 4,773 6,253 7,829 8,619 8,849 7,378
3 2007 mm/hr 4,493 6,115 5,545 5,118 5,249 4,382 4,995 6,171 7,732 8,366 8,014 6,515
4 2008 mm/hr 4,297 5,009 6,059 5,648 5,307 4,571 4,933 6,246 7,683 8,339 7,827 5,454
5 2009 mm/hr 4,178 5,307 6,598 5,964 4,892 4,831 4,930 6,240 7,809 8,624 8,016 6,570
6 2010 mm/hr 4,095 6,665 7,036 5,278 4,518 4,650 4,819 6,115 7,061 7,405 7,943 5,315
7 2011 mm/hr 3,286 6,157 5,438 4,140 4,939 4,693 4,833 6,243 7,843 8,060 3,563 6,462
8 2012 mm/hr 3,943 6,639 5,705 5,490 4,669 4,687 4,876 6,189 7,648 8,685 8,476 7,367
9 2013 mm/hr 3,841 6,420 6,151 5,873 4,761 4,356 4,752 6,283 7,664 8,290 7,876 6,629
3
Rata-rata m /dt 4,051 6,272 6,058 5,292 4,954 4,589 4,857 6,205 7,636 8,257 7,534 6,422

Sumber: Hasil Perhitungan, 2014

64
Perhitungan debit dengan Metode F. J. Mock menggunakan data curah
hujan dan data hari hujan dari Pos Hujan Oenenu dari Tahun 2005-2013 dan luas
daerah aliran sungai. Luas daerah aliran sungai ditentukan berdasarkan Google
Earth untuk wilayah Dusun II desa Susulaku A dan sekitarnya dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Luas DAS di sekitar lokasi Mata Air Oetak didapat dari hasil digitasi
peta menggunakan program Autocad 2007 diperoleh luas sebesar 0,123 km2 atau
12,320 Ha.

Gambar 4.1 Peta DAS Mata Air Oetak


Sumber: Goolge Earth, 2014

Perhitungan debit dengan Metode F. J. Mock yang selengkapnya dibuat


dalam bentuk tabel perhitungan.
Salah satu contoh perhitungan debit dengan Metode F. J. Mock yang
diambil adalah pada bulan Januari tahun 2005 dengan perhitungannya sebagai
berikut:
1. Data :
Koefisien Infiltrasi (I) = 0,40 (diambil diantara 0,2-0,5
tergantung kondisi porositas tanah dan kemiringan alur sungai)
Faktor resesi air tanah (k) = 0,60 (diambil diantara 0,4-0,7
harga k yang tinggi akan memberikan resesi yang lambat seperti pada
kondisi geologi lapisan bawah yang sangat lolos air)

65
Luas DAS = 0,123 Km2 (hasil digitasi peta
menggunakan program Autocad 2007)
Tampungan Awal (Vn-1) = 100 mm
Kap. Kelembaban tanah (SMC) = 200 mm
Jumlah hari = 31 hari (Jumlah hari di Januari)
Curah hujan bulanan (P) = 151,00 mm/bln (Lampiran 4)
Jumlah hari hujan (n) = 7 hari (Lampiran 4)

Berdasarkan data-data di atas maka dihitung debit efektif dengan


Metode F. J. Mock untuk bulan Januari 2005 sebagai berikut:

2. Evapotranspirasi terbatas (ET)


Evapotranspirasi potensial (ETo) = 143 mm/bln
Singkapan lahan (m) diasumsi = 40 %
Evapotranspirasi (E) = ETo x (m/20)x(18-n) = 0,31 mm
ET = ETo – E = 143 – 0,310 = 142,68 mm
3. Water balance
Hujan efektif (P – ET) = 151 – 143 = 8,32 mm
Tampungan air tanah = 0 mm
Kelembaban tanah = 200 mm
Kelebihan air = Hujan efektif – Tampungan air tanah = 8,32 mm
4. Limpasan dan tampungan air tanah
Infiltrasi (I) = kelebihan air x infiltrasi = 8,32 x 0,40 = 3,33 mm
0,5 (1+k) x I = 0,5 (1+0,60) x 3,33 = 2,66 mm
k x Vn-1 = 0,60 x 100 = 60,00 mm
Volume tampungan (Vn) = {0,5 (1+k) x I} + {k x Vn-1}= 62,66 mm
DVn = Vn - Vn-1 = 62,66 – 100 = -37,34 mm
Interflow = I - DVn = 3,33 – (- 37,34) = 40,67 mm
Limpasan langsung = kelebihan air – I = 8,32 – 3,33 = 4,99 mm
Limpasan = Interflow + Limpasan langsung = 40,67 + 4,99 = 45,66 mm
Baseflow =0

66
5. Debit efektif (Qeff)
Qeff = Limpasan x Luas DAS x 1000/jumlah hari /86400 + baseflow
Qeff = 45,66 x 0,123 x 1000/31/86400 + 0
Qeff = 0,002 m3/dtk

Jadi diperoleh debit efektif dengan Metode F. J. Mock bulan Januari tahun
2005 adalah 0,002 m3/dtk.
Dalam memudahkan perhitungan debit dengan Metode F. J. Mock
dibuatkan tabel perhitungan pada excel yang dapat dilihat pada Lampiran 19.
Rekapitulasi perhitungan debit efektif dengan Metode F. J. Mock dapat
dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Perhitungan Debit Metode F.J. Mock

No Tahun Sat. Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

1 2005 m3 /dt 0,002 0,006 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003
3
2 2006 m /dt 0,025 0,005 0,005 0,012 0,002 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,017
3
3 2007 m /dt 0,002 0,008 0,005 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003 0,010
3
4 2008 m /dt 0,016 0,019 0,014 0,006 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,004
5 2009 m3 /dt 0,003 0,005 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
6 2010 m3 /dt 0,002 0,002 0,002 0,002 0,007 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003 0,004
7 2011 m3 /dt 0,017 0,012 0,004 0,005 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,004 0,007
3
8 2012 m /dt 0,003 0,002 0,005 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002
9 2013 m3 /dt 0,017 0,008 0,002 0,002 0,005 0,004 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,005
Rata-rata m3 /dt 0,010 0,007 0,005 0,004 0,003 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,006
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014

Debit dengan Metode F. J. Mock dibuat berdasarkan perengkingan data


curah hujan dari curah hujan terbesar hingga terkecil, lalu ditentukan curah hujan
pada posisi 70 % dari data curah hujan yang ada.

67
0.0120

Debit F. J. Mock (m3/det)


0.0100

0.0080
3
0.0060
Q70 = 0,00191 (m /det)

0.0040

0.0020

0.0000
8 15 23 31 38 46 54 62 69 77 85 92
Probabilitas (%)

Gambar 4.2 Grafik Debit Metode F. J. Mock 70%


Sumber: Hasil Perhitungan, 2014

Dari Gambar 4.2 diketahui debit dengan Metode F. J Mock adalah pada
kondisi 70% yaitu sebesar 0,00191 m3/det = 1,910 ltr/dtk.
Berdasarkan kedua hasil perhitungan debit, baik pengukuran debit secara
langsung di lapangan (Q= 1,727 ltr/dtk) dan perhitungan debit dengan Metode F.J
Mock (Q= 1,910 ltr/dtk) maka untuk perencanaan debit yang digunakan adalah
debit terkecil sehingga debit yang digunakan adalah Q= 1,727 ltr/dtk.

4.5 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih


4.5.1 Proyeksi jumlah penduduk
Kebutuhan air bersih suatu daerah dianalisa berdasarkan jumlah penduduk
yang ada di daerah tersebut, dengan memperhatikan perkembangan atau
pertumbuhan penduduk, maka konsumen pemakai air pada waktu yang akan
datang dapat diketahui.
Data yang akan digunakan dalam penulisan ini yaitu 10 tahun terakhir yaitu
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Khusus untuk daerah perencanaan
yakni Dusun II (Manuinhau, Oepaha dan Oekato) jumlah penduduk yang
digunakan yaitu dari tahun 2013 adalah 442 jiwa. Jumlah penduduk Dusun II
Desa Susulaku A dapat di lihat pada Tabel 4.5.

68
Tabel. 4.5 Jumlah Penduduk Dusun II
Desa Susulaku A

Jumlah
No. Tahun Penduduk
(Jiwa)

1 2004 303
2 2005 317
3 2006 332
4 2007 351
5 2008 364
6 2009 379
7 2010 392
8 2011 408
9 2012 425
10 2013 442

Jumlah 3713
Sumber : Data Desa Susulaku A Tahun 2013

Dalam mengetahui besar kebutuhan air bersih di Desa Susulaku A, tentunya


perlu diperkirakan jumlah penduduk untuk periode 20 tahun perencanaan yaitu
dari tahun 2013 hingga tahun 2032. Proyeksi jumlah penduduk Desa Susulaku A
yaitu sebagai berikut.
Perhitungan pertumbuhan penduduk untuk Dusun II Desa Susulaku A
mengacu pada jumlah penduduk Dusun II Desa Susulaku A pada Tabel 4.5, untuk
memperoleh perkembangan jumlah penduduk setiap tahun dan persentasi
penduduk pada Dusun II Desa Susulaku A, maka perhitungannya adalah :
Menghitung perkembangan penduduk tahun 2004 dan 2005 yaitu :
= Jumlah penduduk tahun sesudah – jumlah penduduk tahun sebelum
= 317– 303= 14 jiwa (penduduknya bertambah sebanyak 14 jiwa)
Menghitung persentasi perkembangan penduduk tahun 2004 dan 2005 yaitu:
317 - 303
 x 100 %  4,620 %
317
Perhitungan selanjutnya dapat di lihat pada Tabel 4.6 :

69
Perkembangan penduduk rata – rata

(q) = Jumlah Presentasi (Pers 2.4/11)


n-1
38.58 %
= 10-1
= 4.286 %
q = 0.043
Jumlah data proyeksi (n) = Pn - P0
n = 2014-2013 = 1 tahun
Perhitungan hasil pertumbuhan penduduk untuk Dusun II Desa Susulaku A
dapat di lihat pada Tabel 4.6:

Tabel 4.6 Persentase Perkembangan Jumlah Penduduk Dusun II


Desa Susulaku A
Jumlah
No. Tahun Penduduk Perkembangan Persentasi (%)
(Orang)
Naik Turun
1 2004 303
14 0 4,62
2 2005 317
15 0 4,73
3 2006 332
19 0 5,72
4 2007 351
13 0 3,70
5 2008 364
15 0 4,12
6 2009 379
13 0 3,43
7 2010 392
16 0 4,08
8 2011 408
17 0 4,17
9 2012 425
17 0 4,00
10 2013 442

Jumlah 3713 139 0 38,58


Sumber : Hasil Perhitungan, 2014.

70
a. Metode Aritmatik
Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2014 dengan Metode Aritmatik
sebagai berikut:
Pn = Po + (n . q) Po (Pers 2.1/10)
P2014 = 442 + ( 1 x 0.043) 442
= 460,950 org ≈ 461 org
b. Metode Geometrik
Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2014 dengan Metode Geometrik
sebagai berikut :

Pn = Po . ( 1 + q) n (Pers 2.2/10)

P2014 = 442 . ( 1 + 0.043) 1


= 460.910 org ≈ 461 org
c. Metode Eksponensial
Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2014 dengan Metode
Eksponensial sebagai berikut :

Pn = Po . e (n.q) (Pers 2.3/11)

P2012 = 442 x ( 2.7182818 ) 1 x 0.043


= 461,360 org ≈ 462 org

Pada Tabel 4.7 berikut ini dengan cara yang sama ditampilkan hasil
proyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun kedepan dengan tiga metode
pertambahan penduduk yakni Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan
Metode Eksponensial.

71
Tabel 4.7 Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Penduduk
Dusun II Desa Susulaku A pada Tahun 2014 – 2033
Dusun II Desa Susulaku A
Tahun Metode Metode Metode
No
Proyeksi Aritmatik Geometrik Eksponensial
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
1 2014 461 461 461
2 2015 480 481 482
3 2016 499 501 503
4 2017 518 523 525
5 2018 537 545 548
6 2019 556 569 572
7 2020 575 593 597
8 2021 594 618 623
9 2022 613 645 650
10 2023 631 673 679
11 2024 650 701 708
12 2025 669 731 739
13 2026 688 763 772
14 2027 707 795 805
15 2028 726 830 841
16 2029 745 865 878
17 2030 764 902 916
18 2031 783 941 956
19 2032 802 981 998
20 2033 821 1023 1042
Jumlah 12819 14141 14295
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014.

4.5.2 Uji kesesuaian metode proyeksi


Dalam pengujian ini, yang akan di uji adalah hasil proyeksi dari ketiga
metode tersebut yakni antara Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode
Eksponensial. Standar deviasi digunakan untuk menentukan ketiga metode yang
dapat dipilih.
Perhitungan standar deviasi Metode Aritmatik menggunakan rumus standar
deviasi (s). Perhitungan standar deviasi metode aritmatik untuk Dusun II Desa
Susulaku A dapat di lihat pada perhitungan di bawah ini :
Data penduduk hasil proyeksi Metode Aritmatik pada Dusun II Desa
Susulaku A tahun 2014 sampai tahun 2033 menggunakan Tabel 4.8.

72
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Metode
Aritmatik pada Dusun II Desa Susulaku A
dari Tahun 2014 Sampai 2033.
Jumlah Proyeksi
No Tahun Proyeksi (X1 )2
(X1 )

1 2014 461 212521


2 2015 480 230400
3 2016 499 249001
4 2017 518 268324
5 2018 537 288369
6 2019 556 309136
7 2020 575 330625
8 2021 594 352836
9 2022 613 375769
10 2023 631 398161
11 2024 650 422500
12 2025 669 447561
13 2026 688 473344
14 2027 707 499849
15 2028 726 527076
16 2029 745 555025
17 2030 764 583696
18 2031 783 613089
19 2032 802 643204
20 2033 821 674041
Jumlah 12819 8454527
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014.

2
n
 n 
n  Xi    Xi 
2

s i 1  i 1 
n (n - 1)


20 x 8454527 128192
20 (20 1)
4763779

380
s = 111.970

Perhitungan selanjutnya dengan cara yang sama menggunakan Metode


Geometrik dan Metode Eksponensial. Hasil perhitungan standar deviasi (s) dapat
di lihat pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10.

73
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Metode
Geometrik Pada Dusun II Desa Susulaku A
Dari Tahun 2014 Sampai 2033.

Jumlah Proyeksi
No Tahun Proyeksi (X1 )2
(X1 )

1 2014 461 212521


2 2015 481 231361
3 2016 501 251001
4 2017 523 273529
5 2018 545 297025
6 2019 569 323761
7 2020 593 351649
8 2021 618 381924
9 2022 645 416025
10 2023 673 452929
11 2024 701 491401
12 2025 731 534361
13 2026 763 582169
14 2027 795 632025
15 2028 830 688900
16 2029 865 748225
17 2030 902 813604
18 2031 941 885481
19 2032 981 962361
20 2033 1023 1046529
Jumlah 14141 10576781
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014.

2
n
 n 
n  Xi   Xi 
2

i 1  i 1 
s 
n (n - 1)


20 x10576781 141412
20 (20 1)
11567739

380
s = 174.470

74
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Metode
Eksponensial pada Dusun II Desa Susulaku A
dari Tahun 2014 Sampai 2033.

Jumlah Proyeksi
No Tahun Proyeksi (X1 )2
(X1 )

1 2014 461 212521


2 2015 482 232324
3 2016 503 253009
4 2017 525 275625
5 2018 548 300304
6 2019 572 327184
7 2020 597 356409
8 2021 623 388129
9 2022 650 422500
10 2023 679 461041
11 2024 708 501264
12 2025 739 546121
13 2026 772 595984
14 2027 805 648025
15 2028 841 707281
16 2029 878 770884
17 2030 916 839056
18 2031 956 913936
19 2032 998 996004
20 2033 1042 1085764
Jumlah 14295 10833365
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014.

2
n
 n 
n  Xi    Xi 
2

s i 1  i 1 
n (n - 1)


20 x10833365 142952
20 (20 1)
12320275

380

s = 180.060

75
Rekapitulasi perhitungan standar deviasi pada ketiga metode proyeksi dapat
di lihat pada Tabel 4.11:
Tabel 4.11 Rekapitulasi Perhitungan Standar Deviasi dari
Ketiga Metode pada Dusun II Desa Susulaku A

No. Metode Standar deviasi (s)

1 Aritmatik 111,965
2 Geometrik 174,475
3 Eksponensial 180,060
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014.

Dari hasil perhitungan standar deviasi dari ketiga metode tersebut, maka
diperoleh standar deviasi terkecil yaitu metode aritmatik yang artinya rata-rata
penyimpangan terkecil dari sebaran data adalah Metode Aritmatik, sehingga
metode yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air bersih adalah hasil
proyeksi penduduk dari Metode Aritmatik.

4.5.3 Proyeksi jumlah fasilitas kebutuhan air bersih


Jumlah fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi pada tahun
rencana dapat dihitung dengan menggandakan jumlah fasilitas yang ada dengan
koefisien tingkat perkembangannya. Koefisien tingkat perkembangan diperoleh
dengan membandingkan jumlah penduduk pada tahun rencana dengan jumlah
penduduk pada tahun dasar.
Pada Dusun II Desa Susulaku A hanya terdapat 1 unit fasilitas peribadatan,
sedangkan fasilitas-fasilitas yang lain belum ada. Jumlah penduduk pada tahun
2013 adalah 442 orang dan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2023 adalah
631 orang
Perhitungan proyeksi jumlah kebutuhan air bersih dilakukan berdasarkan
jumlah fasilitas-fasilitas yang ada pada Dusun II Desa Susulaku A. Perhitungan
proyeksi jumlah fasilitas peribadatan untuk tahun 2023 sebagai berikut:
Fn = K .Fo (Pers 2.5/11)
F2023 = K x F2013
K = P2023 / P2013

76
= 631 / 442
K = 1,430
F2023 = 1 unit x 1,430 = 1,430 ≈ 2 unit fasilitas peribadatan
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dihitung besar kebutuhan air
bersih pada fasilitas-fasilitas tersebut pada tahun dasar dan tahun rencana adalah
sebagai berikut:
Besar kebutuhan air untuk untuk fasilitas peribadatan untuk tahun 2023
terdapat 2 unit sehingga besar kebutuhan air bersih untuk tahun 2023 adalah :
1500 ltr/hari x 2 = 3000 ltr/hari = 0,035 ltr/dtk

4.5.4 Besar kebutuhan air bersih untuk suatu wilayah pada tahun rencana
Kebutuhan air bersih suatu wilayah mencakup kebutahan air bersih suatu
rumah tangga. Untuk memperoleh besarnya kebutuhan air bersih suatu wilayah
diperoleh dengan mengalikan jumlah konsumen dengan standar kebutuhan
pemakaian air bersih orang/hari, ditambah dengan pemakaian air pada fasilitas-
fasilitas yang ada.
Berdasarkan jumlah penduduk Dusun II Desa Susulaku A pada tahun 2013
dan 2023 yaitu masing-masing sebesar 442 orang (Tabel 4.5) dan 631 orang
(Tabel 4.7), standar air bersih untuk rumah tangga di desa adalah 60
liter/orang/hari. besar kebutuhan pada fasilitas peribadatan di Dusun II Desa
Susulaku A tahun 2013 dan 2023 yaitu masing-masing yaitu 1500 liter/hari dan
3000 liter/hari maka besar kebutuhan air di Dusun II Desa Susulaku A pada tahun
2013 dan 2023 dapat dihitung sebagai berikut:
Qr = (Pn . q) + (Fn . q) (Pers 2.7/12)
Q2013 = {(442 x 60) + 1500} = 28020 liter/hari
= 0,320 liter/detik
Q2023 = {( 631 x 60) + 3000} = 40860 liter/hari
= 0,470 liter/detik
Berdasarkan kebutuhan air bersih yang telah dihitung untuk tahun dasar
2013 yaitu 0,32 liter/detik dan tahun rencana 2023 yaitu 0,47 liter/detik dengan
debit sumber mata air Oetak yaitu 1,727 liter/detik, dengan demikian besarnya

77
debit air masih cukup untuk melayani wilayah Dusun II Desa Susulaku A sampai
tahun 2023.

4.6 Kehilangan Energi


Kehilangan energi (h) yang ditinjau meliputi kehilangan energi pada pompa
dan kehilangan energi pipa transmisi.

4.6.1 Kehilangan energi pada pompa


Kehilangan energi total pompa ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa.
Untuk menghitung kehilangan total pompa digunakan rumus sebagai berikut
:
2
V
h  h a  Δh p  h 1  d (Pers 2.8/16)
2g

+376
Bak Penampung
hd = 35 m

ha = 62 m

+340

hs = 27 m Pompa

+313
Reservoar/Mata
Air Oetak

Gambar 4.3 Skema Pompa


Sumber : Hasil Pengukuran 2014.

a. Menentukan hstat
ha = hs + hd (Pers 2.9/16)
hs = 27 m ( beda tinggi mata air Oetak dengan pompa)
hd = 35 m ( beda tinggi pompa dengan bak penampung)
ha = 27 m + 35 m
ha = 62 m

78
b. Menentukan Δh p
Tekanan pada permukaan air di sumber/reservoar dengan tekanan pada permukaan
bak penampung di asumsikan sama sehingga Δh p = 0

c. Menentukan h1 dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach


1) Pada pipa isap (dari bak penampung mata air /BPMA ke pompa)
a) Kehilangan energi akibat gesekan (mayor loss)
Jenis pipa yang digunakan adalah jenis pipa GIP
Diketahui :
Debit (Q) = 0,00173 m3/dtk
Panjang pipa (L) = 52 m
Diameter pipa (d) = 2 inchi = 0,050 m
Suhu (T) = 29 °
Nilai ε = 0,046 mm = 4,6 x 10-5 m (Tabel 2.7/20)
Perbedaan tinggi (H) = 27 m
Berdasarkan data-data di atas dapat ditentukan nilai-nilai sebagai berikut:
(1) Nilai kecepatan aliran dalam pipa :
Q=AxV (Pers 2.13/20)
Q = ¼ x π x d2 x V
4xQ 4 x 0,00173
V= = = 0,880 m/dtk
 x d2 3,14 x 0,05 2
(2) Tinggi kehilangan energi akibat gesekan (hf)
Mencari nilai f dengan langkah- langkah sebagai berikut:
(a) Nilai kekentalan kinematik sesuai dengan persamaan
1
  T 1.165 
ν  1.792x10  6  1  (Pers 2.12/20)
  25  
 
1
  29 1.165 
ν  1.792x10  6 1    
  25  
 

ν = 8,1873 x 10-7
(b) Bilangan Reynolds dapat dicari dengan rumus:

79
VxD
R= (Pers 2.11/19)
v
0,880 x 0,05
R=
8,1873 x 10 -7
R = 53741,833

(c) nilai kekarasaran relatif ε merujuk pada Tabel 2.7 , ε = 4,6 x 10-5
m, sehingga nilai
 4,6 x 10 -6
  0,001
D 0,05
(d) Petakan nilai R dan ε/D masing- masing di sisi bawah dan kanan
grafik sehingga didapatkan nilai koefisien gesekan Darcy-
Weisbach di sisi grafik, yaitu:
f = 0,037 (Lampiran 20)
2
LV
h f (Pers 2.10/19)
f d 2g
2
52 0,880
h  0,037
f 0,05 x 2 x 9,81
h  1,519 m
f
b) Kehilangan energi aksesoris pipa dan belokan (minor loss)
(1) kehilangan energi akibat katup/valve
Kehilangan energi akibat hv pada katup isap dan saringan (pada pipa
isap menuju ke pompa).
Dengan :
kv (katup isap dengan saringan) = 1,97 Tabel 2.6/17)
g (gravitasi) = 9,81 m/dtk2
diameter pipa = 2 inchi = 0,050 m
2
V
h nk (Pers 2.16/22)
v v 2g
2
0,880
h  1x1,97 = 0,078 m
v 2 x 9,81

80
(2) Perhitungan kehilangan energi akibat belokan
Pada kasus ini besar derajat (α) pada belokan adalah = 90° dengan
jumlah belokan 1 buah dan (α) = 20 jumlah 2, koefisien kehilangan
energi akibat belokan (kb) dapat dilihat pada Tabel 2.10/25.
Perhitungan kehilangan energi pada belokan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
2
V
h nk pers 2.20/24)
b b 2g

2
0,880
h  1x 0,984 = 0,0390 m (belokan α =90°)
b 2 x 9,81
2
0,880
h  2 x 0,046 = 0,004 m (belokan α =20°)
b 2 x 9,81
hb total = 0,039 m + 0,004 m = 0,042 m

Sehingga kehilangan energi h1 pada pipa isap (dari bak penampung mata
air /BPMA ke pompa) yaitu:
h1 isap = hf + hv + hb = 1,519 m + 0,078 m + 0,042 m
h1 isap = 1,639 m

2) Pada pipa keluar (dari pompa ke bak penampung /BP)


a) Kehilangan energi akibat gesekan (mayor loss)
Diketahui :
Debit (Q) = 0,00173 m3/dtk
Panjang pipa (L) = 252 m
Diameter pipa (d) = 2 inchi = 0,050 m
Suhu (T) = 29 °
Nilai ε = 0,046 mm = 4,6 x 10-5 m (Tabel 2.7/20)
Perbedaan tinggi (H) = 35 m
Berdasarkan data-data di atas dapat ditentukan nilai kehilangan energi (hf)
sebagai berikut:

81
2
LV
h f Pers 2.10/18)
f d 2g
2
252 0,880
h  0,037
f 0,05 x 2 x 9,81
h  7,360 m
f

b) Kehilangan energi aksesoris pipa dan belokan (minor loss)


(1) Kehilangan energi akibat katup/valve
Kehilangan energi akibat hv pada pipa keluar (pada pipa keluar
menuju ke bak penampung) adalah katup cegah dan katup sorong.
Dengan :
kv (katup cegah jenis angkat bebas) = 1,440 (Tabel 2.6/17)
kv (katup sorong) = 1,140 (Tabel 2.6/17)
g (gravitasi) = 9,81 m/dtk2
diameter pipa = 2 inchi = 0,050 m
2
V
h nk (Pers 2.16/22)
v v 2g

2
0,880
h  1x1,44 = 0,057 m (katup cegah angkat bebas)
v 2 x 9,81

2
0,880
h  1x1,14 = 0,045 m (katup sorong)
v 2 x 9,81

hv total = 0,057 m + 0,045 m = 0,102 m

(2) Perhitungan kehilangan energi akibat belokan


Pada kasus ini besar derajat (α) pada belokan adalah = 90° dengan
jumlah belokan 1 buah dan (α) = 20 jumlah 2, koefisien kehilangan energi
akibat belokan (kb) dapat dilihat pada Tabel 2.10/25.
Perhitungan kehilangan energi pada belokan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

82
2
V
h nk (pers 2.20/25)
b b 2g

2
0,880
h  1x 0,984 = 0,039 m (belokan α =90°)
b 2 x 9,81
2
0,880
h  2 x 0,046 = 0,004 m (belokan α =20°)
b 2 x 9,81
hb total = 0,039 m + 0,004 m = 0,042 m

Sehingga kehilangan energi h1 pada pipa keluar (dari pompa ke bak


penampung/BP) yaitu:
h1 keluar = hf + hv + hb = 7,360 m + 0,102 m + 0,042 m
h1 keluar = 7,505 m

Jadi nilai h1 pada pompa adalah hasil perhitungan penjumlahan dari


kehilangan energi h1 pada pipa isap (dari bak penampung mata air /BPMA ke
pompa) dan pipa keluar (dari pompa ke bak penampung /BP).
h1 = h1 isap + h1 keluar
h1 = 1,639 m + 7,505 m
h1 = 9,144 m
Dengan demikian h total pompa dapat diperoleh sebagai berikut:
2
V
h  h a  Δh p  h 1  d
2g

0,880 2
h  62  0  9,144 
2 x 9,81
h = 71,183 m
Kehilangan energi untuk overhead 15% dari nilai h maka diperoleh
hitungan sebagai berikut:
h = (15/100 x 71,183) + 71,183
h = 81,861 m

83
Hasil peritungan kehilangan energi papa pompa dapat dilihat pada Tabel
4.12.

Tabel 4.12 Hasil Peritungan Kehilangan Energi papa Pompa

d (m) Vd (m/dtk) h1 isap h1 keluar h1 ha ∆hp

0,05 0,880 1,639 7,505 9,144 62 0

2
V
h  h a  Δh p  h 1  d = 71,183 m
2g

Over Head 15% = 81,861 m

Sumber : Hasil Perhitungan, 2015

Menghitung daya pompa (D) yang akan digunakan untuk menaikan air dari
bak penangkap mata air (BPMA) ke bak penampung (BP) yaitu:

a. Menghitung daya pompa (D) menggunakan rumus:


Q.H.γ
D (pers 2.21/30)
75η

0,00173 x 81,861 x 1000


D
75 x 0,75

D = 2,51 hp = 1876,010 Watt


Karena daya pompa yang tersedia di pasar adalah 2200 Watt, maka daya
pompa yang digunakan adalah 2200 Watt = 2,2 Kw, spesifikasinya sebagai
berikut:
Diameter isap = 0,050 m
Diameter keluar = 0,050 m
Daya Motor = 2200 Watt
Jumlah katup = 2 Katup (untuk motor listrik)
b. Menghitung daya pompa (D) menggunakan diagram.

84
Perhitungan daya pompa (D) menggunakan diagram pemelihan pompa umum
Sularso dan Tahara seperti Gambar 4.4 dengan total kehilangan energi pada
pompa (h) adalah 81,861 m.

81,861

0.21

Gambar 4.4 Diagram Pemelihan Pompa Umum


Sumber: Hasil Perhitungan, 2015

Dari diagram pemilihan pompa di atas diperoleh spesifikasi pompa yang


digunakan adalah 65 x 50X2 - 5 15 dan kapasitas pompa 2,1 m3/menit
= 3,5 liter/detik dengan spesifikasinya sebagai berikut:
Diameter isap = 0,065 m
Diameter keluar = 0,050 m
Jumlah katup = 2 Katup
Daya Motor = 15 kW = 15000 Watt
Sehingga spesifikasi pompa yang digunakan utuk perencanaan pengaliran air
untuk pipa transmisi di Dusun II Desa Susulaku A adalah:
Diameter isap = 0,065 m
Diameter keluar = 0,050 m
Jumlah katup = 2 Katup
Daya Motor = 15 kW = 15000 Watt

85
4.6.2 Kehilangan energi pada pipa distribusi
a. Dari bak penampung ke hidran umum 1 (HU1)
1) Perhitungan kehilangan energi pada pipa akibat gesekan (mayor loss).
Jenis pipa yang digunakan adalah jenis pipa GIP
Perhitungan kehilangan energi akibat gesekan pada pipa dapat dihitung
dengan rumus Darcy-Weisbach yaitu seperti pers. 2.10 sebagai berikut:
Diketahui :
Debit (Q) = 0,00173 m3/dtk
Panjang pipa (L) = 134 m
Diameter pipa (d) = 2 inchi = 0,050 m
Suhu (T) = 29 °
Nilai ε = 0,046 mm = 4,6 x 10-5 m (Tabel 2.7/20)
Berdasarkan data-data di atas dapat ditentukan nilai-nilai sebagai berikut:
a) Nilai kecepatan aliran dalam pipa :
Q=AxV (Pers 2.13/20)
Q = ¼ x π x d2 x V
4xQ 4 x 0,00173
V= = = 0,880 m/dtk
 x d2 3,14 x 0,05 2
b) Tinggi kehilangan energi akibat gesekan
Mencari nilai f dengan langkah- langkah sebagai berikut:
(1) Nilai kekentalan kinematik sesuai dengan persamaan
1
  29 1.165 
ν  1.792x10  6 1     (Pers 2.12/20)
  25  
 

ν = 8,1873 x 10-7
(2) Bilangan Reynolds dapat dicari dengan rumus:
VxD
R= (Pers 2.11/19)
v
0,880 x 0,05
R=
8,1872 x 10 -7
R = 53741,833

86
(3) Menentukan nilai kekarasaran relatif ε merujuk pada Tabel 2.7 , ε =
4,6 x 10-5 m, sehingga nilai
 4,6 x 10 -5
  0,001
D 0,05
(4) Petakan nilai R dan ε/D masing- masing di sisi bawah dan kanan
grafik sehingga didapatkan nilai koefisien gesekan Darcy-Weisbach
di sisi grafik, yaitu:
f = 0,037 (Lampiran 20)
2
LV
h f (Pers 2.10/18)
f d 2g
2
134 0,880
h  0,0037
f 0,05 x 2 x 9,81
h  3,914 m
f
Jadi kehilangan energi akibat gesekan (mayor loss) pada pipa
transmisi dari bak penampung (BP) ke hidran umum 1 (HU1) yaitu hmayor
= 3,914 m

2) Kehilangan energi aksesoris pipa dan belokan (minor loss)


a) Menghitung kehilangan energi akibat katup/valve
Kehilangan energi akibat hv katup yang digunakan adalah jenis kran 10o
dengan jumlah 1 buah.
Dengan :
kv (katup katup jenis kran 10o) = 0,290 (Tabel 2.8/22)
g (gravitasi) = 9,81 m/dtk2
diameter pipa = 2 inchi = 0,050 m
2
V
h nk (Pers 2.16/22)
v v 2g

2
0,880
h  1 x 0,290 = 0,011 m
v 2 x 9,81

87
b) Perhitungan kehilangan energi akibat belokan
Pada kasus ini besar derajat (α) pada belokan adalah = 90° dengan
jumlah belokan 2 buah, koefisien kehilangan energi akibat belokan (kb) dapat
dilihat pada Tabel 2.10/25.
Perhitungan kehilangan energi pada belokan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
2
V
h nk (Pers 2.20/24)
b b 2g

2
0,880
h  2 x 0,984 = 0,064 m (belokan α =90°)
b 2 x 9,81

hb = 0,078 m

Jadi total kehilangan energi minor loss pada pipa transmisi dari bak
penampung ke hidran umum 1 yaitu hminor = 0,011 m + 0,078 m = 0,089 m

Sehingga diperoleh nilai h total dari hasil perhitungan berupa


penjumlahan dari kehilangan energi akibat gesekan (mayor loss), dengan
kehilangan energi akibat aksesoris pipa dan belokan (minor loss) pada pipa
transmisi dari bak penampung (BP) ke hidran umum 1 (HU1) adalah
htotal = hmayor + hminor
htotal = 3,914 m + 0,089 m = 4,003 m
Elevasi H pada posisi hidran umum 1 (HU1) adalah 7 m di bawah posisi
bak penampung (BP) sehingga dengan kehilangan energi h 4,003 m, maka
terdapat sisa energi sebesar 2,997 m.

b. Dari bak penampung(BP) ke hidran umum 2 (HU2)


1) Perhitungan kehilangan energi pada pipa akibat gesekan (mayor loss).
Jenis pipa yang digunakan adalah jenis pipa GIP
Perhitungan kehilangan energi akibat gesekan pada pipa dapat dihitung
dengan rumus Darcy-Weisbach yaitu seperti pers. 2.10 sebagai berikut:

88
Diketahui :
Debit (Q) = 0,00173 m3/dtk
Panjang pipa (L) = 800 m
Diameter pipa (d) = 2 inchi = 0,050 m
Suhu (T) = 29 °
Nilai ε = 0,046 mm = 4,6 x 10-5 m (Tabel 2.7/20)
Berdasarkan data-data di atas dapat ditentukan nilai kehilangan energi
(hf) sebagai berikut:
2
LV
h f (Pers 2.10/19)
f d 2g
2
800 0,880
h  0,037
f 0,05 x 2 x 9,81
h  23,366 m
f
Jadi kehilangan energi akibat gesekan (mayor loss) pada pipa transmisi
dari bak penampung (BP) ke hidran umum 2 (HU2) yaitu hmayor = 23,366 m

2) Kehilangan energi minor loss


a) Menghitung kehilangan energi akibat katup/valve
Kehilangan energi akibat hv katup yang digunakan adalah jenis kran 10o
dengan jumlah 1 buah.
Dengan :
kv (katup katup jenis kran 10o) = 0,290 (Tabel 2.8/22)
g (gravitasi) = 9,81 m/dtk2
diameter pipa = 2 inchi = 0,050 m
2
V
h nk (Pers 2.16/22)
v v 2g

2
0,880
h  1 x 0,290 = 0,011 m
v 2 x 9,81

89
b) Menghitungan kehilangan energi akibat belokan
Pada kasus ini besar derajat (α) pada belokan adalah = 90° dengan
jumlah belokan 2 buah, (α) = 40 jumlah 1 dan (α) = 20 jumlah 3, koefisien
kehilangan energi akibat belokan (kb) dapat dilihat pada Tabel 2.10/25.
Perhitungan kehilangan energi pada belokan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
2
V
h nk (pers 2.20/24)
b b 2g

2
0,880
h  2 x 0,984 = 0,078 m (belokan α =90°)
b 2 x 9,81
2
0,880
h  1x 0,139 = 0,005 m (belokan α =40°)
b 2 x 9,81
2
0,880
h  3x 0,046 = 0,005 m (belokan α =20°)
b 2 x 9,81
hb total = 0,078 m + 0,005 m + 0,005 m = 0,089 m

Jadi total kehilangan energi minor loss pada pipa transmisi dari dari bak
penampung (BP) ke hidran umum 2 (HU2) yaitu:
hminor = 0,011 m + 0,089 m = 0,100 m

Sehingga diperoleh nilai h total dari hasil perhitungan berupa


penjumlahan dari kehilangan energi akibat gesekan (mayor loss), dengan
kehilangan energi akibat katup/valve, dan kehilangan energi akibat belokan
(minor loss), pada pipa transmisi dari bak penampung (BP) ke hidran umum 2
(HU2) adalah
htotal = hmayor + hminor
htotal = 23,366 m + 0,100 m = 23,466 m

Elevasi H pada posisi hidran umum 2 (HU2) adalah 40 m di bawah posisi


bak penampung (BP) sehingga dengan kehilangan energi h 23,466 m, maka
terdapat sisa energi sebesar 16, 534 m.

90
Hasil peritungan kehilangan energi papa pipa transmisi dapat dilihat pada
Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Peritungan Kehilangan Energi papa Pipa Distribusi

No L (m) d (m) V (m/dtk) hminor hmayor h


dari BP ke HU1
1
134 0,05 0,880 0,089 3,914 4,003
dari BP ke HU2
2
800 0,050 0,880 0,100 23,366 23,466
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015

4.7 Perhitungan Tebal Pipa


1. Pada pipa isap pompa
Pi x D
a. t= (pers 2.22/38)
2.S
Pi
 H - hf

Pi = (27 – 1,519) x 1 = 25,481 T/m2 = 2,548 kg/cm2
2,548 x 6,5
t = = 0,004 cm
2x1930,5
b. tn = t + A (pers 2.23/39)
tn = 0,004 + 1,011 = 1,015 cm
tn
c. treq = (pers 2.24/39)
(1 - MT)
1,015
treq = = 1,160 cm = 0,457 inchi
(1 - 0,125)
2. Pada pipa keluar pompa
Pi x D
a. t = (pers 2.22/38)
2.S
Pi
 H - hf

Pi = (35 – 7,360) x 1 = 27,640 T/m2 = 2,764 kg/cm2

91
2,764 x 5
t = = 0,004 cm
2x1930,5
b. 9n =t+A (pers 2.23/39)
tn = 0,004 + 1,011 = 1,015 cm
tn
c. treq = (pers 2.24/39)
(1 - MT)
1,015
treq = = 1,160 cm = 0,457 inchi
(1 - 0,125)
3. Pada pipa distribusi (dari BP sampai HU1)
Pi x D
a. t = (pers 2.22/38)
2.S
Pi
 H - hf

Pi = (7 – 3,914) x 1 = 3,086 T/m2 = 0,309 kg/cm2
0,309 x 5
t = = 0,0004 cm
2 x1930,5
b. tn = t + A (pers 2.23/39)
tn = 0,0004 + 1,011 = 1,011 cm
tn
c. treq = (pers 2.24/39)
(1 - MT)
1,011
treq = = 1,156 cm = 0,455 inchi
(1 - 0,125)
4. Pada pipa distribusi (dari BP sampai HU2)
Pi x D
a. t = (pers 2.22/38)
2.S
Pi
 H - hf

Pi = (40 – 23,366) x 1 = 16,634 T/m2 = 1,663 kg/cm2
1,663 x 5
t = = 0,002 cm
2 x1930,5
b. tn = t + A (pers 2.23/39)
tn = 0,002 + 1,011 = 1,013 cm (pers 2.24/31)

92
tn
c. treq = (pers 2.24/39)
(1 - MT)
1,013
treq = = 1,158 cm = 0,456 inchi
(1 - 0,125)

4.8 Hidran Umum (HU)


1. Jumlah kebutuhan air bersih untuk hidran umum
Jumlah penduduk di Dusun II Desa Susulaku A pada tahun 2023 yaitu 631
orang (Tabel 4.9/55) berdasarkan Tabel 2.1/8 di peroleh konsumsi air rata-rata HU
yaitu 30 ltr/org/hari. Dari data-data tersebut dihitung jumlah kebutuhan air bersih
untuk HU sebagai berikut:
HU = 631 x 30 = 18930 ltr/hari
HU = 0,219 ltr/dtk
Jadi diperoleh kebutuhan air untuk HU di Dusun II Desa Sususlaku A tahun
2021 yaitu 0,219 ltr/org/dtk.

2. Jumlah hidran umum dan volume hidran umum.


Jumlah hidran umum dan volumenya dihitung berdasarkan pemakaian air per
hari, dengan standar jumlah jiwa per satu HU untuk pedesaan adalah 300 jiwa.
Perhitungan jumlah HU dan volume HU sebagai berikut :
a. Jumlah hidran umum
1 HU = 300 orang
HU = 631 org / 300org = 2,103 ≈ 2 unit HU
b. Volume hidran umum
V = 631 org x 30 ltr/org/hari
= 18930 ltr
= 18930 ltr / 2 HU
= 9465 ltr/HU
V = 9,465 m3/HU ≈ 10 m3/HU
Jadi dari hasil perhitungan hidran umum (HU) diperoleh jumlah 2 unit,
masing-masing dengan kapasitas 10 m3 dengan ukuran HU1 dan HU2 sama yaitu
PxLxT = 2,5m x 2m x 2m.

93
4.9 Bak penampung (BP) dan bak penampung mata air (BPMA)
1. Bak penampung (BP)
Air dari mata air Oetak dipompa menuju bak pemampung (BP), kemudian
dari bak penampung air didistribusikan menuju ke hidran umum (HU) dengan
cara gravitasi.
Bak penampung (BP) yang direncanakan dalam penelitian ini adalah bak
beton bertulang dengan volume 12 m3 (12000 liter) sehingga ukuran bak
penampung PxLxT = 3m x 2m x 2m = 12 m3

2. Bak penampung mata air (BPMA)


Hasil perhitungan kapasitas pompa 3,5 liter/detik dengan debit yang tersedia
adalah 1,727 liter/detik maka perlu direncanakan bak penampung mata air
(BPMA) untuk menampung air sebelum dipompa menuju bak penampung (BP).
Diketahui :
Jumlah penduduk Dusun II yang terlayani yaitu 631 orang
Kebutuhan air 30 ltr/org/hari
Kapasitas pompa 3,5 ltr/dtk
Volume bak penampung = 12 m3
Berdasarkan data-data di atas dapat ditentukan nilai-nilai sebagai berikut:
a. Besar kebutuhan air dalam sehari
631 org x 30 ltr/org/hr = 18930 ltr/hari
= 18,930 m3/hari
b. Waktu opersi pompa
Berdasarkan volume kebutuhan air pada tahun rencana (2023) yakni
sebesar 18930 liter maka waktu operasi pompa dalam sehari untuk mengisi
air pada BP hingga penuh dan selanjutnya didistribusikan menuju HU1 dan
HU2 adalah sebagai berikut:
besar kebutuhan air dalam sehari
Tpompa =
kapasitas pompa

18930 ltr
Tpompa =
3,5 ltr/dtk

94
Tpompa = 5408,57 dtk = 90,147 menit
Tpompa = 1,5 jam
Bak penempung (BP) yang direncanakan adalah 12 m3, maka setelah air
dipompa dan bak air penampung terisi penuh, selanjutnya air dalam BP akan
didistribusikan menuju HU1 dan HU2 dengan cara gravitasi untuk mengisi
HU bervolume masing-masing 10 m3 oleh karena itu penulis membagi sistem
pendistribusian dilakukan pada pagi dan sore hari setiap hari, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi lamanya waktu operasi pompa. Waktu yang
dibutuhkan pompa setiap hari dihitung sebagai berikut:
1) Pagi hari (dari BP menuju HU1)
Waktu beroperasi pompa pada pagi hari untuk didistribusikan ke
HU1
12000 ltr
Tpompa =
3,5 ltr/dtk
Tpompa = 3428,57 dtk = 57,142 menit
Tpompa = 0,950 jam ≈ 1 jam
Jadi waktu beroperasi pompa pada pagi hari untuk didistribusikan ke
HU1 adalah 1 jam yakni dari pukul 05.30 s/d 06.30 WITA.

2) Sore hari (dari BP menuju HU2)


Waktu beroperasi pompa pada sore hari untuk didistribusikan ke
HU2
12000 ltr
Tpompa =
3,5 ltr/dtk
Tpompa = 3428,57 dtk = 57,142 menit
Tpompa = 0,950 jam ≈ 1 jam
Jadi waktu beroperasi pompa pada sore hari untuk didistribusikan ke HU1
adalah 1 jam yakni dari pukul 16.00 s/d 17.00 WITA.

c. Volume bak penampung mata air (BPMA)


Berdasarkan waktu pengoperasian pompa dalam sehari adalah 2 jam
tetapi waktu pengoperasian pompa dibagi menjadi dua kali yakni 1 jam pada

95
pagi hari dan 1 jam pada sore hari maka dengan kapasitas pompa 3,5
liter/detik, maka volume BPMA di hitung menggunakan 1 jam pengoperasian
pompa. Perhitungan volume BPMA sebagai berikut:
VBPMA = kapasitas pompa x waktu pengoperasian pompa
VBPMA = 0,0035 m3/dtk x 3600 dtk
VBPMA = 12,600 m3 ≈ 14 m3

Jadi volume BPMA yang direncanakan adalah 14 m3 dengan ukuran


PxLxT = 3,5m x 2m x 2m.

d. Tinggi air stabil (y) dalam bak penampung mata air (BPMA)
Berdasarkan debit mata air Oetak 1,727 ltr/dtk dan kapasitas pompa
adalah 3,5 ltr/dtk, maka air yang di pompa lebih besar dari pada air yang
masuk, sehingga perlu dihitung tinggi air stabil (y) dalam BPMA. Untuk
memudahkan perhitungan tinggi air stabil diilustrasikan sebagai y seperti
pada Gambar 4.5.
Diketahui :
Qmasuk = 1,727 ltr/dtk = 0,00173 m3/dtk
Qkeluar = 3,500 ltr/dtk = 0,00350 m3/dtk
Volume penuh BPMA = 14000 ltr = 14 m3
Ukuran BPMA =PxLxT = 3,5m x 2m x 2m
Waktu operasi pompa = 1 jam = 3600 detik

A A

Denah BPMA Pot. A - A

Gambar 4.5 Rencana BPMA


Sumber: Hasil Perhitungan, 2015

Berdasarkan data-data di atas dihitung tinggi air stabil (y) dalam BPMA
sebagai berikut:

96
Awal pemompaan air terisi penuh Vpenuh = 14 m3
Volume masuk air 1 jam Vmasuk = 1,727 m3/dtk x 3600 dtk = 6,22 m3
Volume keluar air 1 jam Vkeluar = 3,500 m3/dtk x 3600 dtk = 12,6 m3
Sehingga sisa air dalam BPMA dalam 1 jam pengopersasian pompa
adalah
Vpenuh – Vkelur + Vmasuk = 14 m3 – 12,600 m3 + 6,220 m3 = 7,620 m3
Tinggi air stabil (y) setelah pompa bekerja 1 jam
PxLxy = 7,620 m3
3,5 m x 2 m x ym = 7,620 m3
7 ym = 7,620 m3
y = 1,090 m
Jadi tinggi air stabil pada BPMA dalam 1 jam pengoperasian pompa
untuk mememompa air menuju bak penampung (BP) adalah 1,090 m.

e. Perhitungan dimensi saluran masuk dan saluran keluar BPMA


Terdapat saluran masuk dan saluran keluar yang berfungsi menyalurkan
air masuk kedalam BPMA dan saluran keluar yang berfungsi membuang air
limpasan dari BPMA menuju alur sungai. Saluran yang direncanakan adalah
saluran pasangan batu berpenampang segi empat.
Perhitungan dimensi saluran masuk dan saluran keluar BPMA dengan
diketahui debit (Q) = 1,727 ltr/dtk =1,727 x10-3 m3/dtk, panjang saluran (L =
3,5 m = 3500 mm) maka kemiringan dasar saluran (I) = 100/3500 = 0,029 dan
koefisien Maning (n) = 0,02 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Q  A V  A 1 R 2 / 3I 1/ 2 (pers 2.25/39)
n
B = 2y (pers 2.26/40)
A = 2 y2 (pers 2.27/40)

Q  A V  A 1 R 2 / 3I 1/ 2
n

y2/3
1,727 x 10 - 3  2. y 2 1 0,0291 / 2
0,02 2

97
y2/3
1,727 x 10 - 3  2. y 2 50 0,169
2

y2/3
1,727 x 10 - 3  2. y 2 50 0,169
2

1,727 x 10 - 3  50 y 8 / 3 0,169

1,022 x 10 - 2  50 y 8 / 3

0,204 x 10 - 3  y 8 / 3
y = 0,04134 m = 4,134cm
B = 2y = 2 x 4,134 cm
B = 8,268 cm

Luas penampang basah (A) = B x y = 4,134 cm x 8,268 cm

A = 34,182 cm2 = 3418,198 mm2

Karena dimensi salurannya kecil (B x H = 8,268 cm x 4,134 cm), maka

untuk lebih praktisnya saluran diganti dengan menggunakan pipa GIP dengan

luasan penampang basah yang sama atau lebih besar yang berfungsi sebagai

saluran terbuka. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

kerusakan saluran akibat keruntuhan, tertimbun tanah, dan sebagainya.

Berdasarkan luas penampang basah (A) = 3418,198 mm2 maka diameter

pipa saluran yang digunakan harus memiliki luasan penampang basah yang

sama atau lebih besar sehingga diameter pipa saluran yang digunakan adalah

3 inchi atau 80 mm dengan luasan A = ¼ x π x d2 = ¼ x 3,14 x 802 = 5004

mm2 (lebih besar 3418,198 mm2).

Jadi saluran masuk menggunakan pipa GIP dengan diameter 3 inchi


atau 80 mm dengan panjang L = 3,5 m

98
4.10 Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Perpipaan Air Bersih
Hal-hal yang diperhatikan dalam suatu sistem operasional dan
pemeliharaan adalah struktur organisasi, biaya operasional pemeliharaan dan
teknis operasional dan pemeliharaan.

4.10.1 Organisasi pengelola air bersih Suf Ana Susulaku


a. Stuktur organisasi dan tata peran
Suatu pembangunan prasarana desa yang bersifat swadaya harus
mengikutsertakan masyarakat di dalam pemabangunan prasarana tersebut, mulai
dari sebelum pembangunan sarana, selama konstruksi, dan setelah konstruksi.
Sebelum pembangunan sarana desa masyarakat membentuk panitia
pembangunan dengan cara musyawarah untuk melakukan survey awal,
perhitungan rencana biaya hingga penyusunan rencana kerja. Selanjutnya panitia
pembangunan berserta masyarakat membangun sarana tersebut. Setelah
pembangunan sarana masyarakat pengguna betanggung jawab melaksanakan
operasi dan pemeliharaan prasarana yang telah dibangun tersebut.
Kelompok atau tim pengelola operasional dan pemeliharaan terorganisasi
diperlukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan fungsi dan manfaat
prasarana air bersih yang telah dibangun. Dalam arti akan terjadi estafet
pengelolaan dari panitia pembangunan saat perencanaan dan pelaksanaan fisik ke
kelompok ini saat pasca pembangunan.
Pada prinsipnya organisasi pengelola prasarana air bersih Suf Ana Susulaku
(Tunas Muda Susulaku) adalah kelompok swadaya untuk mengelola sarana dan
prasarana air bersih yang akan dibangun di Desa Susulaku A. Secara sederhana
masyarakat Desa Susulaku A yang telah merencanakan kegiatan infrastruktur
juga yang melaksanakan pembangunan fisiknya, maka harus betanggung jawab
melaksanakan operasi dan pemeliharaan prasarana air bersih yang telah
dibangunnya tersebut.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembentukan tim pengelola
operasional dan pemeliharaan prasarana air bersih Suf Ana Susulaku adalah
menerapkan prinsip musyawarah mufakat dengan memperhatikan prinsip

99
demokratis, partisipasif, transparan dan akuntabel. Tim pengelola air bersih Suf
Ana Susulaku memiliki masa kerja empat tahun, setelah empat tahun kerja tim
pengelola bersama masyarakat pemanfaat melakukan musyawarah untuk memilih
tim pengelola air bersih yang baru. Stuktur organisasi pengelola prasarana air
bersih Suf Ana Susulaku seperti Gambar 4.6.

PEMBINA / PENGAWAS
Kades Susulaku A (Ka. Dusun II)

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

PELAKSANA HARIAN 3
Pompa & BPMA

PELAKSANA HARIAN 1 PELAKSANA HARIAN 2


Hidran Umum 1 Hidran Umum 2

TENAGA TEKNISI

MASYARAKAT PEMANFAAT
Wilayah Dusun II

Gambar 4.6 Struktur Organisasi Pengelola Air Bersih Suf Ana Susulaku
Sumber : Hasil Analisis, 2015

Tugas-tugas dari setiap unit kerja organisasi tim pengelola air bersih Suf Ana
Susulaku adalah sebagai berikut:
1) Ketua
Memimpin tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku dan bertanggung

100
jawab atas seluruh kegiatan operasional dan pemeliharaan sesuai peraturan
organisasi serta program kerja yang telah diputuskan bersama, yang antara
lain mencakup tugas :
a) Mengkoordinir tim pengelola operasional dan pemeliharaan air
bersih Suf Ana Susulaku.
b) Mengundang dan menyelenggarakan rapat-rapat rutin atau
musyawarah.
c) Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah Desa Susulaku
A, dinas terkait (PDAM TTU, Dinas Kesehatan TTU, Dinas PU
TTU, dan dinas-dinas terkait lainnya) serta pihak swasta atau lainnya
guna meningkatkan pembiayaan operasi dan pemeliharaan atau
pengembangan layanan prasarana air bersih.
d) Mendorong peningkatan kesadaran dan kontribusi berupa iuran
warga pengguna (Dusun II) dan untuk melakukan pemeliharaan
prasarana air bersih.
e) Bersama seluruh tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku
membuat laporan baik secara berkala maupun pertanggungjawaban
kegiatan.
f) Bersama seluruh tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku,
mensosialisasikan kegiatan-kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan kepada warga pengguna air besrsih.
g) Bersama seluruh tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku
menyusun draft peraturan dasar, program kerja operasional dan
pemeliharaan dan rencana pendanaan.
2) Sekretaris
Tugas sekertaris adalah melaksanakan kegiatan administrasi atau
ketatausahaan operasional dan pemeliharaan air bersih di Desa Susulaku A
antara lain mencakup tugas-tugas sebagai berikut:
a) Menyiapkan surat menyurat.
b) Mengarsip surat masuk dan surat keluar.
c) Menyimpan dan memelihara dokumen atau dokumentasi kegiatan.

101
d) Membuat notulen rapat atau musyawarah warga pengguna air bersih
3) Bendahara
a) Menerima dan menyimpan uang operasional dan pemeliharaan air
bersih.
b) Mengeluarkan uang dengan persetujuan ketua
c) Membuat dan menyimpan bukti atau kwitansi penerimaan dan bukti
pengeluaran.
d) Mencatat pembukuan keuangan operasional dan pemeliharaan.
e) Membuat laporan keuangan secara periodik dan
pertanggungjawaban keuangan.

4) Pelaksana harian 1 (wilayah hidran umum 1/HU1)


Pelaksana harian 1 bertugas melasanakan kegiatan operasional dan
pemeliharaan setiap hari pada wilayah HU1 dengan tugas-tuganya sebagai
berikut:
a) Mengontrol pengisian air pada pada HU1 setiap hari.
b) Memantau dan membersihkan HU1 seminggu sekali.
c) Mengumpulkan iuran opersional dan pemeliharaan pada masyarakat
pengguna HU1.
d) Mengadakan rapat atau musyawarah dengan masyarakat pengguna
HU1 jika terjadi kerusakan dan masalah kemacetan air pada hari
tertentu.
e) Melaporkan segera kepada tim pengelola air bersih Suf Ana
Susulaku jika terjadi kerusakan prasarana.
f) Melakukan dan mengontrol pembersihan HU1, perbaikan kerusakan
dengan bantuan tenaga teknisi dan masyarakat pengguna HU1
g) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan opersional dan pemeliharaan
air bersih wilayah HU1 kepada tim pengelola air bersih Suf Ana
Susulaku.
5) Pelaksana harian 2 (wilayah hidran umum 2 /HU2)
Tugas pelaksana harian 2 sama seperti tugas pelaksana harian 1 hanya
pelaksana harian 2 bertugas pada wilayah HU2.

102
6) Pelaksana harian 3 (pompa, BP dan BPMA)
Pelaksana harian 3 bertugas melasanakan kegiatan operasional dan
pemeliharaan setiap hari pada pompa, bak penampung (BP) dan bak
penampung mata air (BPMA) dengan tugas-tuganya sebagai berikut:
a) Menghidupkan dan mematikan pompa serta melakukan pemelihaan
pompa secara sederhana setiap hari.
b) Mengontrol pengisian air pada bak penampung setiap hari
c) Memantau dan membersihkan BPMA seminggu sekali
d) Melakukan dan mengontrol pembersihan BPMA, Pompa dan BP,
perbaikan kerusakan dengan bantuan tenaga teknisi dan masyarakat
pengguna.
e) Megindetifikasi dan mensurvei kondisi BPMA, Pompa dan bak
penampung.
f) Melaporkan segera kepada tim pengelola air bersih Suf Ana
Susulaku jika terjadi kerusakan prasarana.
g) Menyusun rencana kebutuhan, jadwal pemeliharaan dan perbaikan
prasarana.
h) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan opersional dan pemeliharaan
sarana air bersih.
7) Tenaga teknisi
Tenaga teknisi bertugas memperbaiki pipa, pompa dan aksesoris lain jika
terjadi kerusakan. Tenaga teknisi harus direkrut orang yang mempunyai
kemapuan pengetahuan tentang teknik perpipaan sederhana, dan bila perlu
diberikan pelatihan tentang teknis perpiaan dan pompa.
8) Pembina dan pengawas
Pemerintahan Desa Susulaku A dalam hal ini Kepala Desa dan Kepala
Dusun II melakukan koordinasi dan pengawasan bagi tim pengelola air
bersih Suf Ana Susulaku.
Masyarakat pengguna air bersih ikut menjaga dan memelihara prasara air
bersih yang ada sehingga prasarana dapat berfungsi dengan baik dan
memeliki umur pelayanan sesuai rencana.

103
b. Kegiatan rapat
Setiap bulan tim pengelola air bersih di Suf Ana Susulaku melakukan rapat.
Rapat dilakukan untuk melihat atau mengevaluasi hasil-hasil kegiatan
pemeliharaan yang telah dilakukan dan menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang ditemukan kemudian memutuskan rencana penyelesaian
masalah.
Rapat dipimpin oleh ketua, pada rapat pelaksana harian melaporkan hasil
operasional pemeliharaan, bendahara melaporkan data keuangan dan sekertaris
harus membuatkan daftar hadir peserta dan catatan notulen hasil rapat. Peserta
rapat rutin tidak hanya pengurus namun juga dapat mengundang wakil
masyarakat, aparat desa atau instansi terkait yang dapat memberi masukan bagi
kepentingan kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana air bersih di Desa
Susulaku A.
c. Pelaporan
Pelaporan mencakup pelaporan kegiatan dan pelaporan keuangan. Ketua
dibantu tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku bertanggungjawab untuk
melaporkan kegiatan operasi dan pemeliharaan air bersih. Contoh format
penerimaan iuran, laporan keuangan dan inventarisasi prasara dan peralatan dapat
dilihat pada Lampiran 21- Lampiran 24. Pelaporan tersebut terkandung unsur-
unsur sebagai berikut:
1) Pelaporan kegiatan
Pelaporan kegiatan mencakup laporan hasil pelaksanaan pemeliharaan
rutin, berkala dan hasil inventarisasi kondisi prasarana maupun hasil-hasil
rapat atau pertemuan yang dilaksanakan.
2) Pelaporan keuangan
Pelaporan keuangan dilakukan oleh bendahara. Bendahara melaporkan
penerimaan dan pengeluaran baik berkaitan dengan administrasi pengelola
maupun yang terkait dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan.
Laporan keuangan mencakup keadaan kas, laporan penerimaan yang
diperoleh dari sumber-sumber pendanaan iuran atau dari donatur pihak lain,
serta laporan pengeluaran.

104
d. Pelatihan
Pelatihan merupakan faktor penting dalam keberhasilan operasi dan
pemeliharaan sarana air bersih, pelatihan harus dilakukan pada awal masa
penugasan tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku dan dilakukan juga secara
periodik untuk penyegaran dan jika ada perkembangan.
Pelatihan untuk tim pengelola operasional dan pemeliharaan air bersih
Suf Ana Susulaku meliputi:
1) Pelatihan kelembagaan atau organisasi.
2) Pelatihan manajemen operasional dan pemeliharaan.
3) Pelatihan teknis pengoperasian dan pemeliharaan prasarana terutama
pelatihan teknis pemeliharaan pompa dan perpipaan sederhana.
4) Pelatihan pelaporan keuangan dan penentuan tarif atau iuran serta
sumbangan.
5) Pelatihan administrasi dan pelaporan.
6) Pelatihan perencanaan pengembangan sistem dan pendanaan.
Pelatihan dilaksanakan oleh tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku dan
Pemerintah Desa Susulaku A dengan melakukan kerja sama dinas atau instansi
terkait serta pihak swasta sesuai dengan jenis pelatihan yang akan dilaksanakan.

4.10.2 Biaya operasional dan pemeliharaan


Pembiayaan operasional dan pemeliharaan prasarana jaringan perpipaan air
bersih di Desa Susulaku A ditujukan untuk mengupayakan dan menjamin
ketersediaan dana bagi pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana air bersih
oleh tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku sehingga tidak muncul hambatan
dan kendala dari ketersediaan dana.
Sebagai wujud kemandirian dan keberlanjutan, sumber pembiayaan
opersional dan pemeliharaan yang potensial untuk digali adalah kontribusi warga
atau iuran sesuai dengan kesepakatan bersama. Hal ini merupakan bentuk
kompensasi komunitas pemanfaat terhadap penggunaan prasarana tersebut.

a. Jenis kontribusi
Jenis kontribusi warga pengguna air bersih adalah:

105
1) Sumbangan berupa uang yang diperoleh dari iuran warga pengguna air
bersih setiap bulan di Dusun II Desa Susulaku A.
2) Sumbangan berupa material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga
kerja, peralatan dalam rangka kegiatan pemeliharaan.

b. Cara pengumpulan
Cara pengumpulan dana yang berupa uang bergantung pada situasi sosial
budaya dan kemapuan ekonomi masyarakat Desa Susulaku A. Secara umum cara
pengumpulan dana opersional dan pemeliharaan air bersih adalah sebagai berikut:
1) Iuran
Iuran yang besarnya sudah ditetapkan ditarik dari warga pengguna
prasarana air bersih setiap bulan. Iuran bisa diterapkan untuk individu
perseorangan, kelompok, kepala keluarga/KK atau perusahaan atau instansi
yang menjadi pengguna prasarana air bersih.
Besarnya iuran yang akan dikenakan bagi warga pengguna sarana air
bersih di Dusun II Desa Susulaku A dihitung per kepala keluarga/KK, bagi
warga kurang mampu atau mampu hendaknya dimusyawarahkan dan
disepakati secara bersama-sama oleh seluruh warga pengguna air bersih
sehingga tidak terlalu membebani dan semua warga pemanfaat tetap dapat
memperoleh hak-hak yang sama.
2) Sumbangan atau donasi
Sumbangan sifatnya sukarela, dapat diminta dari warga masyarakat yang
menggunakan prasarana air bersih ataupun warga masyarakat yang tidak
langsung menggunaka air bersih serta kepada instansi terkait.
Hal yang diperhatikan berkaitan dengan penerapan sumbangan yang
akan diberlakukan oleh tim pengelola operasional dan pemeliharaan air
bersih Suf Ana Susulaku adalah disesuaikan dengan situasi budaya dan
kemampuan ekonomi warga Desa Susulaku A.
3) Sumber pendapatan lain yang sah
a) Bantuan Pemerintah
Sumber pendapatan ini dapat berasal dari anggaran pemerintah Desa
Susulaku A, anggaran pemerintah Kecamatan Insana, anggaran

106
pemerinah daerah (APBD) dan atau anggaran pemerintah pusat (APBN)
atau dari pihak lain yang sah. Dinas-dinas terkait yang dapat dimintai
dana bantuan untuk sarana air bersih adalah PDAM, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Kesehatan. Bantuan dari pemerintah umumnya dapat
digali jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan besar.
b) Bantuan pihak lain yang tidak mengikat
Bantuan ini berasal dari organisasi seperti Gereja atau perusahaan
swasta. Umumnya potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi
pengoperasian bersama prasarana air bersih, tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa perusahaan tertentu yang berada di sekitar wilayah
Desa Susulaku A dapat memberikan bantuan sumbangan.

c. Mekanisme perhitungan biaya dan tarif opersional dan pemeliharaan


Mekanisme perhitungan biaya dan tarif opersional dan pemeliharaan air
bersih di Dusun II Desa Susulaku A adalah sebagai berikut:
1) Setelah dihitung perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan oleh tim
pengelola air bersih Suf Ana Susulaku, biaya penggantian investasi dan
biya lain-lain yang akan dibebankan.
2) Selanjutnya tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku yang diprakarsai
ketua tim mengumpulkan semua anggota tim dan semua warga pengguna
air bersih.
3) Kemudian dijelaskan perlunya pembiayaan untuk operasi dan
pemeliharaan prasarana yang dikelola, dijelaskan untung ruginya bila
dikelola dengan biaya yang memadai dan bila dikelola dengan biaya
yang tidak memadai.
4) Warga pengguna diminta pendapatnya dan masukannya terkait dengan
perhitungan perkiraan biaya dan perkiraan penggunaan air bersih oleh
pemanfat dalam satu bulan yang telah disusun oleh tim pengelola air
bersih Suf Ana Susulaku.
5) Kemudian semua peserta yang hadir diajak menghitung bersama besaran
tarif berdasarkan rumusan yang digunakan dan diminta kesepakatannya.
Kesepakatan penetuan biaya dan tarif ini dituangkan dalam berita acara.

107
d. Perhitungan biaya operasional dan tarif perbulan
Perhitungan biaya operasional dan dan tarif air bersih di Dusun II Desa
Susulaku A secara umum dihitung oleh peneliti dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Seluruh biaya O dan P dalam 1 bulan (Rp)


Tarif air bersih = (Pers. 2.49/52)
Jumlah air yang terjual dalam 1 bulan (m 3 )

Biaya operasional dan pemeliharaan air bersih perbulan di Dusun II Desa


Susulaku A dihitung berdasarkan jenis biaya yakni honor tim pengelola, biaya
listrik untuk pompa, biaya perawatan dan perbaikan, biaya pergantian, biaya
umum, serta biaya lain-lain yang tak terduga.
Untuk biaya listik perhitungannya pada Lampiran 25 sedangkan biaya
lainnya diasumsikan oleh penulis. Semua jenis biaya dan dan perkiraan biaya
seperti Tabel 4.14.

108
Tabel 4.14 Jenis Biaya dan Perkiraan Biaya Opersional Pemeliharaan Air
Bersih Perbulan di Dusun II Desa Susulaku A
Perkiraan
No Jenis Biaya Rincian Biaya
Biaya/bulan (Rp)
1 Biaya Honor Tim Penengelola a. Ketua Rp 200.000
b. Sekretaris Rp 150.000
c. Bendahara Rp 150.000
d. Pelaksana Harian 1 Rp 200.000
e. Pelaksana Harian 2 Rp 200.000
f. Pelaksana Harian 3 Rp 200.000
g. Tenaga Teknisi Rp 100.000
2 Biaya Pengopersian Prasarana a. Listrik untuk Pompa Rp 837.300
3 Biaya Perawatan dan Perbaikan a. BPMA Rp 10.000
Ringan Prasarana b. Pompa Rp 50.000
c. Bak Penampung Rp 10.000
d. Hidran Umum Rp 20.000
c. Pipa dan Aksesoris Rp 10.000
4 Biaya Penggantian investasi jika
Rp 150.000
terjadi penyusutan atau kerusakan
5 Biaya Umum a. Administrasi ( ATK, Foto
Rp 10.000
copy,dsb)
b. konsumsi rapat Rp 40.000
6 Biaya Lain-lain yang menjadi beban
Rp 10.000
pelayanan (biaya tak terduga)
Total Rp 2.347.300
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015

Dari Tabel 4.16 di atas diperoleh total biaya operasional dan pemeliharaan air
bersih di Dusun II Desa Susulaku adalah Rp 2.347.300,- perbulan.
Berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan di atas maka dihitung tarif
air bersih sebagai berikut:
Diketahui :
Biaya operasional dan pemeliharaan dalam sebulan = Rp 2.347.300,-
Jumlah penduduk Dusun II Desa Susulaku A tahun 2015 = 480 orang.
Standar konsumsi air bersih pedesaan: HU = 30 ltr/org/hari.
Berdasarkan data-data di atas dihitung tarif air bersih sebagai berikut:
Jumlah air bersih yang dikonsumsi = 480 org x 30 ltr/org/hari
= 14400 ltr/hari
= 14,400 m3/hari = 432 m3/bulan

109
Seluruh biaya O dan P dalam 1 bulan (Rp)
Tarif air bersih =
Jumlah air yang terjual dalam 1 bulan (m 3 )

Rp 2.347.300,-
Tarif air bersih =
432 m 3 /bulan
Tarif air bersih = Rp 5.434,- /m3 ≈ Rp 5.500,- /m3

Berdasarkan tarif air bersih Rp 5.500,./m3 maka dihitung volume


konsumsi air perorang dalam satu bulan.
Volume konsumsi perbulan = 30 liter/org/hari x 30 hari
= 900 liter/org
Volume konsumsi perbulan = 0,900 m3/org
Jika tarif air dihitung perjiwa maka tarif yang akan dibayar untuk biaya
operasional dan pemeliharaan air bersih dalam satu bulan adalah sebagai
berikut:
Tarif perbulan = Rp 5.500,- /m3 x 0,9 m3/org
= Rp 4.950,- /org ≈ Rp 5.000,./org
Tarif perbulan = Rp 5.000,./org
Akan tetapi untuk pemerataan biaya operasional dan pemeliharaan
dengan sistem pendistribusian menggunakan hidran umum (HU) maka biaya
ini dikenakan per kepala keluarga (KK). Dengan jumlah kepala kelurga di
Dusun II Desa Susulaku A adalah 94 KK, maka perhitungan tarif air bersih
per kepala keluarga (KK) adalah sebagai berikut:
Total biaya O dan P dalam satu bulan
Tarif perbulan =
Jumlah KK
Rp 2.347.300,-
=
94 KK
Tarif perbulan = Rp 24.971,./KK ≈ Rp 25.000,./KK

Jadi tarif air bersih untuk biaya operasional dan pemeliharaan air bersih
di Dusun II Desa Susulaku A perkepala keluarga (KK) adalah Rp
25.000,./perbulan.

110
e. Peninjauan biaya dan tarif opersional dan pemeliharaan secara berkala
Peninjauan biaya dan tarif opersional dan pemeliharaan dilakukan secara
berkala setiap dua tahun sekali yang bertujuan untuk mengakomodir adanya
kenaikan biaya-biaya operasional dan pemeliharaan sebagai akibat dari adanya
kenaikan bahan- bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik, kenaikan harga suku
cadang dan kenaikan harga-harga yang lain. Peninjauan kembali terhadap tarif ini
harus dilakukan melalui rembug tim pengelola air bersih Suf Ana Susulaku
bersaman warga Dusun II Desa Susulaku A sesuai mekanisme yang sama seperti
ketika penentuan biaya dan tarif awal, yaitu dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menghitung kembali kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan
sesuai dengan harga-harga yang paling terakhir, termasuk penyesuaian
upah tim pengelola air bersih.
2) Menghitung tarif dasar air bersih berdasarkan data biaya yang terbaru,
dan menyusun struktur tarif sesuai dengan yang ditetapkan bersama
dalam rembug warga.
3) Menetapkan pemberlakuan tarif baru.

4.10.3 Teknis operasional dan pemeliharaan air bersih


a. Bak Penampung Mata Air (BPMA)
1) Pengoperasian
Pelaksana harian 3 mengontrol pengisian air dan pembersihan saringan
pada saluran masuk BPMA dan saringan pompa yang digunakan untuk
memompa air menuju bak penampung (BP).
2) Pemeliharaan
Pemeliharaan BPMA meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Pencegahan pencemaran dari kegiatan buang air besar maupun kecil,
kotoran ternak, pestisida, serta bahan bahan kimia berbahaya lainnya
dalam radius 300 m dari mata air.
b) Memeriksa saluran masuk, pagar keliling dan memperbaikinya jika
terdapat kerusakan.

111
c) Membersihkan sekeliling mata air dari tanaman yang akarnya
mungkin merusak struktur bangunan BPMA atau mengakibatkan
penyumbatan mata air.
d) Memeriksa kekeruhan air yang keluar dari mata air setelah hujan.
Jika terjadi kenaikan kekeruhan air setelah terjadi hujan maka
perlindungan mata air harus diperbaiki.
e) Memeriksa debit atau kuantitas air baku. Jika terjadi penurunan yang
tidak biasanya maka perlu diperiksa kemungkinan adanya
penyumbatan.
f) Pengambilan sampel air berkala sebulan sekali untuk dianalisa
kandungan e.coli untuk pemeriksaan ada tidaknya pencemaran
kotoran manusia atau hewan.
g) Melakukan penggelontoran dua minggu sekali untuk membuang
lumpur. Setelah selesai melakukan penggelontoran tutup kembali
katup penggelontor.
h) Periksa semua saringan, bersihkan dari kotoran yang menyumbat,
jika rusak atau berkarat ganti dengan material baru yang tidak
berkarat.
i) Periksa adanya erosi terhadap tanah disekitar BPMA, jika terjadi
erosi ataupun penurunan tanah lakukan perbaikan dengan menimbun
untuk mengganti tanah yang hilang atau turun.

Rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan serta pelaku dan


keterampilan yang dibutuhkan dalam operasional dan pemeliharaan BPMA
dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16.

112
Tabel 4.15 Rincian Kebutuhan Operasional dan Pemeliharaan BPMA
Bahan dan Suku Alat dan
Kegiatan Frekuensi Pelaku
Cadang Perlengkapan
Pembersihan penyaring
Sapu lidi, keranjang,
pada saluran masuk dan Harian Pelaksana harian 3 -
cangkul, parang
kotoran yang tersangkut
Pembersihan atau
Pengelontoran BPMA, Pelaksana harian 3 Sapu lidi, keranjang,
Dua mingguan -
dan pembersihan sekitar dan pengguna cangkul, parang
BPMA
Pemeriksaan kekeruhan Setelah terjadi hujan lebat Pelaksana harian 3 - -
Jika terjadi penurunan Wadah /bak air, jam
Pemeriksaan debit air Tim pengelola -
yang tidak biasa tangan atau stop watch
Bahan kimia untuk
Pemeriksaan kualitas air Teratur Dinas Kesehatan Peralatan laboratorium
analisa laboratorium
Tenaga teknis, tim
Perbaikan perpipaan dan Pipa, katup, semen, Keranjang, kunci pipa,
Saat terjadi kerusakan pengelola dan
katup pasir, kerikil cetok, timba plastik
pengguna
Tim penglola dan Semen, pasir, kerikil Keranjang, cangkul,
Perbaikan retak retak Saat terjadi kerusakan
Tukang Batu dan lempung cetok, timba plastik

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 4.16 Pelaku dan Keterampilan Operasional dan Pemeliharaan BPMA


Pelaku Peranan Keterampilan
Memanfaatkan air, melapor jika terjadi
Masyarakat Pengguna/ Tidak memerlukan Keterampilan
kerusakan, menjaga kebersihan lokasi, dan
Dusun II khusus
membantu saat terjadi perbaikan besar
Menjaga kebersihan, memeriksa adanya Keterampilan dasar perpipan
Pelaksana Harian 3
kerusakan, melaksanakan perbaikan kecil sederhana
Tim Pengelola Suf Ana
Mengorganisir perbaikan yang lebih besar. Kemampuan mengorganisir
Susulaku
Perbaikan pasangan batu kali atau bata atau
Tukang Batu Pertukangan
beton
Tenaga Teknis Perbaikan pipa dan aksesoris lain Keterampilan khusus

Memeriksa kualitas air bersih, membimbing


Pendukung dari pihak luar Kemampuan mengorganisir
dan menstimulasi organisasi pedesaan.

Sumber: Hasil Analisis, 2015

3) Permasalahan yang sering terjadi


a) Erosi akibat banjir.
b) Runtuhnya saluran masuk BPMA akibat banjir.
c) Banjir dan kerusakan yang disebabkan oleh manusia atau hewan.

113
d) Pencemaran mata air akibat bocor dan karena kesalahan
pemasangan, atau perilaku manusia.
e) Kerusakan pipa dan saringan akibat korosi, kesalahan pemasangan
atau penyumbatan pada saringan dan pipa akibat lumpur atau akar
tanaman.

4) Keterbatasan
a) Kuantitas dan kualitas air berfluktuasi sesuai dengan perubahan
musim.
b) Tidak semua mata air menghasilkan air yang mempunyai rasa yang
bisa diterima masyarakat.

5) Catatan penting
a) Biasanya air mata air memiliki kualitas yang baik, namun perlu
dilakukan pemeriksaan kualitas karena tidak tertutup kemungkinan
jika air mata air berasal dari daerah tangkapan yang tercemar atau
dari sungai yang tercemar berat dan meresap ke dalam tanah lalu
muncul kembali kepermukaan tanah sebagai mata air.
b) Pelaksana harian 3 yang bertugas melakukan operasional dan
pemeliharaan di lokasi BPMA ditunjuk orang yang tinggal di sekitar
BPMA atau yang sering beraktifitas di dekat lokasi BPMA.

b. Pompa
1) Pengoperasian
Pompa beropersi pada pagi hari dan sore hari, pada pagi hari pompa
beroperasi 1 jam dari pukul 05.30 s/d 06.30 WITA untuk didistribusikan ke
HU1 dan pada sore hari 1 jam dari pukul 16.00 s/d 17.00 WITA untuk
didistribusikan ke HU2. Pelaksana harian 3 setiap hari bertugas
menghidupkan dan mematikan pompa untuk didistribusikan menuju HU1 dan
HU2.
2) Pemeliharaan
Bagian luar pompa dibersihkan setiap hari dengan cara mengelap dan
rumah pompa disapu, pengecekan pulsa listrik yang digunakan serta

114
pengencangan mur dan baut. Jika pulsa listrik tidak mencukupi utuk
pengopersaian pompa maka dilakukan pengisian ulang pulsa, dan jika terjadi
kerusakan pada pompa maka dilakukan perbaikan atau penggantian suku
cadang. Bangunan rumah pompa yang retak harus segera diperbaiki dan jika
ada bagian bangunan dari kayu yang telah lapuk harus segera diganti.

Rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan serta pelaku dan


keterampilan yang dibutuhkan dalam operasional dan pemeliharaan pompa
dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18.

Tabel 4.17 Rincian Kebutuhan Operasional dan Pemeliharaan Pompa


Bahan dan Suku Alat dan
Kegiatan Frekuensi Pelaku
Cadang Perlengkapan
Menghidupkan dan
Harian Pelaksana Harian 3 - -
mematikan pompa
Pembersihan bagian luar
Harian Pelaksana Harian 3 - Kain lap,pelumas
pompa
Pembersihan Rumah
Harian Pelaksana Harian 3 - Sapu lidi
Pompa
Pengecekan pulsa listrik 3 Harian Pelaksana Harian 3 - -

Kencangkan mur dan baut Mingguan Pelaksana Harian 3 - Kunci inggris, obeng,dll
Tergantung bagian Tergantung bagian yang
Ganti suku cadang Jika terjadi kerusakan Tenaga teknis
yang diganti diganti
Perbaikan retak retak
Jika terjadi retak atau Semen, pasir, kerikil cetok, gergaji, sekop,
rumah pompa dan Tukang Batu
kerusakan dan kayu timba plastik
kerusakan rumah pompa
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 4.18 Pelaku dan Keterampilan Operasional dan Pemeliharaan Pompa


Pelaku Peranan Keterampilan
Mematikan dan menghidupkan pompa,
Operasional pompa dasar dari
Pelaksana Harian 3 melakukan servis ringan, mengecek pulsa
pelatihan
listrik, melaporkan jika terjadi kerusakan.

Tim Pengelola Air Bersih Mensupervisi pelaksana harian dan


Kemampuan mengorganisir
Suf Ana Susulaku mengorganisir perbaikan besar

Melaksanakan servis dan perbaikan besar


Tenaga Teknis Keterampilan khusus
pada pompa
Dukungan pihak luar Melatih pelaksana harian Pelatihan dan pengetahuan teknis

Sumber: Hasil Analisis, 2015

115
3) Permasalahan yang sering terjadi
Bisa terjadi kerusakan parah pada pompa jika salah opersional dan
pemeliharaan, ketidakpahaman dan pengabaian atau menjalankan pompa
terus-menerus tanpa memperhatikan kapasitas pompa.

4) Keterbatasan
Kebutuhan mekanik atau teknisi mesin pompa yang terbatas sehingga
harus tersedia setiap saat terjadi perbaikan, serta tingginya biaya untuk listrik
sehingga memerlukan pemeliharaan yang cukup sering.

5) Catatan penting
a) Pompa jika dipelihara dengan baik dan benar bisa dijamin pompa
akan berusia panjang. Untuk tugas pemeliharaan yang lebih rumit
harus dikerjakan oleh oleh mekanik yang lebih berpengalaman yang
mengetahui suku cadang yang diperlukan.
b) Pelaksana harian 3 harus melaksanakan operasional dan
pemeliharaan pompa sesuai dengan jadwal dan ada tindak perbaikan
cepat jika ada kerusakan.

c. Bak penampung (BP)


1) pengoperasian
Pelaksana harian 3 bertugas memastikan bahwa tangki bak penampung
telah penuh, setelah penuh pelaksana harian mematikan pompa dan
mendistribusikan air menuju HU1 pada pagi hari dan HU2 pada sore hari.

2) Pemeliharaan
Pemeliharaan bak penampung (BP) meliputi:
a) Pemeriksaan dan pembersihan lingkungan bak penampung air bersih
dari rumput dan kotoran periode harian.
b) Pembersihan kelengkapan sarana dan melakukan perbaikan jika ada
kebocoran katup dan pipa.
c) Pembersihan endapan pasir atau lumpur jika ada, dan melakukan
pengurasan periode tiga bulanan.

116
d) Pembersihan karat dan pengecetan
e) Jika terjadi kerusakan harus segera ditangani oleh pelaksana harian 3
dan segara dilaporkan kepada tim pengelola air bersih Suf Ana
Susulaku untuk segera ditangani.

d. Hidran umum (HU)


1) Pengoperasian
Pelaksana harian 1 dan pelaksana harian 2 bertugas memastikan bahwa
tangki HU telah terisi penuh (10000 liter) atau sekurang- kurangnya lebih dari
3/4 bagian telah terisi namun jangan sampai airnya melimpah. Pengguna atau
pemakai membersihkan dan mengisi wadah air mereka melalui keran. Mandi
dan cuci tidak diperkenankan di HU.
2) Pemeliharaan
Pencegahan genangan lokasi sekitar keran termasuk drainasenya harus
dibersihkan setiap hari, opleh petugas lapangan 2 atau oleh pemakai. Jika
terjadi kerusakan pagar perlu segera diganti, bangunan yang retak harus
segera diperbaiki dan jika terdapat perpipaan atau keran yang bocor harus
segera diperbaiki.

Rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan serta pelaku dan


keterampilan yang dibutuhkan dalam Operasional dan Pemeliharaan Hidran
Umum dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20.

117
Tabel 4.19 Rincian Kebutuhan Operasional dan Pemeliharaan HU
Bahan dan Suku Alat dan
Kegiatan Frekuensi Pelaku
Cadang Perlengkapan
Menguras dan membersihkan 3 bulanan Air, kaporit Selang, sikat, sapu
Pelaksana harian dan pengguna
bak HU lidi, timba air
Jerigen, timba dll.
Keran air Harian Pelaksana harian dan pengguna -

Membersihkan lokasi sekitar Sapu lidi, sikat


Harian Pelaksana harian dan pengguna -
HU
Sekop, cetok
Membersihkan drainase HU Harian Pelaksana harian dan pengguna -
Memperbaiki atau mengganti Jika terjadi kerusakan Pelaksana harian dan tenaga Seal/washer karet, Kunci inggris, obeng,
keran teknis teflon, keran cadangan kunci pipa,dll.
Memperbaiki dinding atau Jika terjadi kerusakan Tim pengelola dan tukang batu kayu, paku, semen, palu, gergaji, cetok,
lantai HU pasir, air dll. keranjang, dll.
Memperbaiki pipa Jika terjadi kerusakan Pelaksana Harian dan Tukang nipple, connector, Kunci pipa, gergaji,
Pipa elbow, teflon, lem pipa, mesin pembuat ulir
cat anti karat, dll pipa galvanis

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Tabel 4.20 Pelaku dan Keterampilan Operasional dan Pemeliharaan HU

Pelaku Peranan Keterampilan


Masyarakat Pengguna/ Keran air, menjaga kebersihan Tidak memerlukan
Dusun II keterampilan khusus
Pelaksana harian 2 dan Mengontrol pengisian air pada Keterampilan dasar
pelaksana harian 3 HU, mebersihkan lokasi, perpipan sederhana
memperbaiki kerusakan kecil dan
mengumpulkan iuran bulanan.

Tim Pengelola Air Bersih Mensupervisi pelaksana harian dan Kemapuan mengorganisir
Suf Ana Susulaku mengorganisir perbaikan besar dan pembukuan

Tukang batu Memperbaiki dinding atau kolom Pertukangan


dan lantai HU
Tenaga teknis Memperbaiki pipa atau keran Keterampilan khusus
Dukungan pihak luar Memantau kesehatan, melatih tim Pelatihan dan uji
pengelola mikrobiologis
Sumber: Hasil Analisis, 2015

3) Permasalahan yang sering terjadi


a) Kesalahan dalam pengoperasian.
b) Kurangnya pemeliharaan dan konflik karena penempatan HU tanpa
melalui proses musyawarah terlebih dahulu diantara calon pengguna.
c) Drainase yang kurang baik dan keran dibiarkan terbuka setelah
dipakai.

118
4) Keterbatasan.
Jika masyarakat Dusun II Desa Susulaku A membentuk organisasi
pengelola air bersih Suf Ana Susulaku dan melaksanakan pemeliharaan
dengan baik maka satu-satunya hambatan adalah biaya.

5) Catatan penting
a) Perhatian khusus perlu diberikan pada cara penanganan air setelah
keluar dari HU agar tidak terjadi kontaminasi sampai air tersebut
dikonsumsi.
b) Pelaksana harian 2 dan pelaksana harian 3 dibantu warga pemanfaat
yang menjalankan tugas kebersihan HU dan sekelilingnya dan
menjaga HU tetap berfungsi.

e. Katup
1) Operasional
Pelaksana harian 1 dan pelaksana harian 2 bertugas membuka dan
menutup katup yang terdapat pada bak penampung (BP) menuju hidran unum
(HU). Setelah bak penampung terisi maka katup dibuka dan ditutup ketika
HU telah terisi penuh.
Membuka dan menutup katup juga dilakukan untuk mengikis sedimen
atau karat yang ada dibagian dalam katup yang bisa mempengaruhi kualitas
air bersih, serta pasir yang mungkin biasa mengganjal katup sehingga katup
tidak bisa menutup dengan sempurna.

2) Pemeliharaan
Katup harus diperiksa dan dipelihara secara berkala dengan cara sebagai
berikut:
a) Jenis katup dan lokasi semua katup tercatat dan diketahui oleh
pelaksana harian.
b) Katup bisa diakses dan bak katup tidak dalam keadaan tertimbun.
c) Bak katup bersih, kering dan tidak ada kebocoran.
d) Katup bisa dioperasikan dengan baik.

119
e) Katup dalam keadaan bisa tertutup atau terbuka.
f) Arah putaran dan jumlah putaran katup diketahui pelaksana harian.
g) Pemeliharaan katup dilakukan secara berkala setiap 2 minggu untuk
memastikan bahwa katup masih beroperasi dengan baik.

f. Pipa transmisi dan distribusi


Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan pipa transmisi dan distribusi meliputi:
1) Pemeriksaan pipa inlet dan alat ukur debit secara berkala, satu bulan
sekali
2) Pemeriksaan katup, pipa penguras secara berkala 3-4 bulan sekali
3) Penggantian komponen jaringan perpipaan yang rusak sesegera mungkin,
agar tidak mengganggu operasi dan pasokan air ke konsumen.

4.11 Pembahasan
Berdasarkan pengukuran debit yang dilakukan secara langsung di lapangan
dengan menggunakan metode volume metrik diperoleh Q = 1,727 ltr/dtk dan
dengan menggunakan Metode F J. Mock diperoleh Q = 1,910 ltr/dtk, sehingga
untuk perencanaan digunkan debit terkecil yaitu Q = 1,727 ltr/dtk.
Proyeksi penduduk menggunakan Metode Aritmatik karena metode ini
memiliki standar deviasi terkecil diperoleh jumlah penduduk untuk tahun 2023 di
Dusun II, desa Susulaku A adalah 631 orang. Proyeksi jumlah fasilitas kebutuhan
air bersih adalah 2 buah fasilitas peribadatan, sehingga besar kebutuhan air pada
tahun rencana (2023) di Dusun II desa Susulaku A adalah = 0,47 ltr/dtk.
Pengukuran topografi menggunakan theodolit dengan Metode Tachimetri
dan dan dari hasil pengukuran serta pengolahan data pengukuran diperoleh jarak
dan elevasi untuk perencanaan jaringan perpipaan dan pompa sebagai berikut:
1. Perencanaan pompa berada pada jarak 52 m dan elevasi +27 m dari
Sumber Mata Air Oetak.
2. Perencanaan bak penampung (BP) berada pada jarak 304 m dan elevasi
+62 m dari Sumber Mata Air Oetak.

120
3. Perencanaan hidran umum 1 (HU1) berada pada jarak 134 m dari bak
penampung (BP) dan elevasi +55 m dari Sumber Mata Air Oetak.
4. Perencanaan hidran umum 2 (HU2) berada pada jarak 800 m dari bak
penampung (BP) dan elevasi +22 m dari Sumber Mata Air Oetak.

Kehilangan energi pada pompa adalah h = 81,861 m, sehingga pompa yang


digunakan untuk menaikan air dari mata air Oetak ke bak penampung adalah 65 x
50X2 - 5 15 dengan kapasitas pompa 2,1 m3/menit = 3,5 liter/detik. dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Diameter isap = 0,065 m
Diameter keluar = 0,050 m
Daya Motor = 15000 Watt
Jumlah katup = 2 Katup
Kehilangan energi pada pipa transmisi Q = 1,723 ltr/dtk dari bak
penampung (BP) ke hidran umum 1 (HU1) dengan L= 134 m dan diameter =0,050
m diperoleh kehilangan energi yaitu 4,003 m. Elevasi H pada posisi hidran umum
1 (HU1) adalah 7 m di bawah posisi bak penampung (BP) sehingga dengan
kehilangan energi h 4,003 m masih terdapat sisa energi sebesar 2,997 m. Dari bak
penampung (BP) ke hidran umum 2 (HU2) dengan L= 800 m dan d = 0,050 m
diperoleh kehilangan energi yaitu 23,466 m. Elevasi H pada posisi hidran umum 2
(HU2) adalah 40 m di bawah posisi bak penampung (BP) sehingga dengan
kehilangan energi h 23,466 m masih terdapat sisa energi sebesar 16,534 m.
Pipa yang digunakan dalam perencanaan ini adalah jenis pipa GIP, dengan
diameter pipa d= 2,5 inchi = 0,065 m dan d = 2 inchi = 0,050 m. Bak penampung
(BP) yang direncanakan dalam penelitian ini adalah bak beton bertulang dengan
volume 12 m3 (12000 liter) dengan ukuran bak penampung Px LxT = 3 m x 2m x
2m dan bak penampung mata air (BPMA) adalah bak beton bertulang dengan
volume 14 m3 (14000 liter) dengan ukuran bak penampung Px LxT = 3,5m x 2m
x 2m sedangkan hidran umum (HU) yang direncanakan adalah bak beton
bertulang, terdapat 2 buah yakni HU1 dan HU2 memeiliki volume yang sama 10
m3 (10000 liter) dengan ukuran Px LxT = 2,5m x 2m x 2m. Untuk lebih jelasnya

121
dapat dilihat gambar perencanaan pada Lampiran 26.
Waktu opersi pompa dalam sehari dibagi menjadi pagi hari dan sore hari,
pada pagi hari pompa beropersi selama 1 jam dari pukul 05.30 s/d 06.30 WITA
untuk didistribusikan ke HU1 dan pada sore hari pompa beropersi selama 1 jam
dari pukul 16.00 s/d 17.00 WITA untuk didistribusikan ke HU2.
Hal-hal yang diperhatikan dalam sistem operasional dan pemeliharaan
sarana air bersih di Desa Susulaku A adalah struktur organisasi, biaya operasional
dan pemeliharaan dan teknis operasional dan pemeliharaan.
Teknis operasional menyangkut hal-hal teknik operasional dan
pemeliharaan baik itu rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan, pelaku
dan keterampilan yang dibutuhkan permasalahan yang sering terjadi, keterbatasan
dan catatan penting yang dilakukan pada sarana air bersih yakni bangunan
penangkap mata air (BPMA), pompa, bak penampung (BP), hidran umum (HU),
pipa transmisi dan pipa distribusi.
Organisasi pengelola diperlukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan
fungsi dan maafaat prasara air bersih yang telah bangun. Organisasi pengelola
terdiri dari struktur organisasi dan tata peran (stuktur organisasi pengelola air
bersih Suf Ana Susulaku), kegiatan yang dilakukan, pelaporan dan pelatihan.
Pembiayaan sarana air bersih terdiri dari jenis kontribusi, cara pengumpulan
biaya, prinsip penetapaan tarif, perhitungan tarif, mekanisme penetapan tarif, dan
peninjauan tarif secara berkala.
Seluruh biaya operasional dan pemeliharaan air bersih di Dusun II Desa
Susulaku A perbulan adalah Rp 2.347.300, dengan biaya yang dibebankan
perbulan adalah Rp 25.000,. per kepala keluarga (KK).

122
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Daya (D) dan spesifikasi pompa yang digunakan untuk menaikan air dari
sumber air Oetak ke bak penampung adalah 65 x 50X2 - 5 15 dengan
kapasitas pompa 2,1 m3/menit = 3,5 liter/detik spesifikasinya adalah sebagai
berikut:
Diameter isap = 0,065 m
Diameter keluar = 0,050 m
Daya Motor = 15000 Watt
Jumlah katup = 2 Katup
2. Sistem pemompaan dan jaringan perpipaan yang direncanakan adalah:
a. Sistem pemompaan yang direncanakan adalah air dari mata air Oetak
akan disalurkan menuju bak penampung mata air (BPMA/14000 liter)
sebelum dipompa menuju bak penampung (BP/12000 liter). Posisi
pompa berada pada jarak 52 m dan elevasi + 27 dari mata air Oetak.
Waktu operasi pompa dalam sehari dibagi menjadi dua yakni pada pagi
hari dan sore hari, pada pagi hari pompa beropersi selama 1 jam dari
pukul 05.30 s/d 06.30 WITA untuk didistribusikan ke HU1 dan pada sore
hari pompa beroperasi selama 1 jam dari pukul 16.00 s/d 17.00 WITA
untuk didistribusikan ke HU2.
b. Sistem jaringan perpipaan yang direncanakan adalah air yang telah
dipompa menuju bak penampung (BP/12000 liter) akan disalurkan
menuju hidran umum (HU/10000 liter) secara gravitasi. Terdapat dua
unit HU yakni HU1 berada pada jarak 134 m dan elevasi -7 dari BP dan
HU2 berada pada jarak 800 m dan elevasi -40 dari BP. Jenis pipa yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah jenis pipa GIP dengan diameter
pipa 2 inchi = 0,050 m.

123
3. Hal yang diperhatikan dalam sistem operasional dan pemeliharaan sarana
perpipaan air bersih yang berkelanjutan adalah:
a. Organisasi operasional dan pemeliharaan
Organisasi pengelola terdiri dari struktur organisasi dan tata peran,
(struktur organisasi Suf Ana Susulaku), kegiatan yang dilakukan,
pelaporan dan pelatihan.
b. Biaya operasional dan pemeliharaan.
Pembiayaan sarana air bersih terdiri dari jenis kontribusi, cara
pengumpulan biaya, prinsip penetapaan tarif, perhitungan tarif,
mekanisme penetapan tarif dan peninjauan tarif secara berkala. Perkiraan
biaya operasional dan pemeliharaan perbulan adalah Rp 2.347.300,
sehingga tarif atau iuran yang dikenakan adalah Rp 25.000,-/KK/bulan.
c. Teknis operasional dan pemeliharaan
Teknis operasional menyangkut hal-hal teknik operasional dan
pemeliharaan yakni rincian kebutuhan operasional dan pemeliharaan,
pelaku dan keterampilan yang dibutuhkan, permasalahan yang sering
terjadi, keterbatasan dan catatan penting pada sarana air bersih.

5.2 Saran
Sesuai dengan keadaan pada wilayah Desa Susulaku A dan lokasi sumber
air Oetak serta operasional dan pemeliharaan air bersih maka dapat disarankan
hal-hal sebagai berikut ini:
1. Pembangunan jaringan perpipaan air bersih dengan sistem pengaliran pompa
di wilayah Desa Sususlaku A dapat menjadi solusi untuk mendekatkan air
bersih ke wilayah ini terutama Dusun II Desa Susulaku A dengan lokasi
sumber mata air berada lebih rendah dari pemukiman warga.
2. Perlu adanya sistem operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan yang
sehingga sarana yang telah dibangun dapat berkelanjutan pemanfaatannya.
3. Rekomendasi bagi Pemerintah Desa Susulaku A untuk menganggarkan
tambahan biaya operasional dan pemeliharaan dari APBD desa untuk
membantu masyarakat pengguna air dalam mengurangi iuran perbulan.

124
4. Rekomendasi bagi Pemerintah Desa Susulaku A untuk menerapkan sistem
operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan yang telah ada pada Dusun I
(Nautus) sehingga sarana yang telah dibangun dapat berkelanjutan
pemanfaatannya.
5. Rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara dalam hal ini
instansi yang berkaitan yaitu PDAM dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Timor Tengah Utara untuk membantu masyarakat dalam penyediaan air
bersih.

125
DAFTAR PUSTAKA

Adu A, 2006. Studi Optimasi Penggunaan Sumur Bor Terhadap Ketersediaan


Air Bersih di RSS Oesapa, Kelurahan Oesapa, Kecamatan
Kelapa Lima Kota Kupang. Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Anonim, 2012. Jenis-Jenis Valve, http://eryhartoyo.wordpress.com.

Backhtiar, 2010. Kajian Perbandingan Debit Andalan Sungai Cimanuk Metode


Water Balance dan Data Lapangan, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Benu J. H, 2013. Studi Pengembangan Penyediaan Air Bersih di Kecamatan
Kupang Timur Kabupaten Kupang, Universitas Nusa Cendana,
Kupang.

Chandra Y, 2012. Pendugaan Reliability Waduk Nadra Krenceng PT. Krakatau


Tirta Industri, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Djawa D.R, 2011. Analisis Kehilangan Energi Air pada Pipa Penyaluran
Sarana Air Bersih Menggunakan Pompa Hidraulik di BTN
Kolhua Kota Kupang, Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Frick H, 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Kanisius, Yogyakarta.

Hilaludin dan Joko Santoso, 2008. Perencanaan Dam Dan Spillway Yang
Dilengkapi PLTMH Di Kampus Tembalang, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Joko T, 2010. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Bersih, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Kadir R. 2010. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
di Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani, Universitas Tadulako,
Palu.
Kementrian Federal Jerman untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi
(BMZ),2011. Modul Pengoperasian dan Perawatan Sarana Air

126
Bersih Sistem Gravitasi (Proyek Penyediaan Air Bersih dan
Sanitasi Pedesaan di Nusa Tenggara Timur/ProAir, Deuthche
Gesellschafft Fur Internasional Zusammenarbeit (GIZ) GmbH,
Kupang.
Kementrian Kesehatan, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907
Tentang Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta.

Kementrian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendaral Cipta Karya, 2010, Pedoman


Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Desa, National
Management Consultant (NMC), Depok.

Kementrian Pekerjaan Umum, Program Nasional PAMSIMAS, 2012 Modul


Pelatihan KKM Kabupaten Kupang. PAMSIMAS, Kupang.

Klass K. S. Y, 2009. Desain Jaringan Pipa Prinsip Dasar dan Aplikasi,


Mandor Maju, Bandung.
Kodoatie R. J, 2002. Hidrolika Terapan Aliran pada Saluran Terbuka dan Pipa,
Andi, Yogyakarta.
Lambe A.B,1982. Teknik Penyehatan I (Penyediaan Air Bersih).
Lolowang H. J, 2014. Perencanaan Teknis Bangunan Sipil pada Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Desa Tesbatan
Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang, Universitas Nusa
Cendana, Kupang.
Muthalib A, 1996. Kriteria Teknis Untuk Sistem Perpipaan Dengan Pengaliran
Gravitasi, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Pemerintah Kabupaten TTU, 2009. Timor Tengah Utara Dalam Angka 2009,
Badan Pusat Statistik Kab. TTU, Kefamenanu.
Presiden Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, Jakarta.
Soewarno, 2000. Hidrologi Operasional Jilid I, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Suripin, 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air, Andi, Yogyakarta.

127
Sutomo W,T, 1977. Ilmu Ukur Tanah, Kanisius, Jakarta.
Sutrisno C.T. dkk, 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka
Cipta, Jakarta.
Tahara H.S, 2000. Pompa dan Kompresor : Pemilihan, Pemakaian dan
Pemeliharaan, PT. Paradnya Paramita, Jakarta.
Triatmojo B, 1993. Hidraulika I, Beta Offset, Yogjakarta.
Triatmojo B, 2003. Hidraulika II, Beta Offset, Yogjakarta.
Wiratmo J, 2010. Rainfall Infiltration of Bandung during 1997 to 2006,
Institut Teknologi Bandung, Bandung.

128
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Gaspar Yanuarius Kanio Tuames. Penulis Lahir


pada tanggal 05 Januari 1990 di Kiupukan, Kecamatan
Insana-Kabupaten TTU. Penulis merupakan anak
bungsu dari sembilan bersaudara dari pasangan
Johanes Seo Tuames,BA dan Elisabeth Sanan. Pada
tahun 1997 penulis masuk pendidikan Sekolah Dasar
Katolik Boni dan tamat tahun 2003. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kefamenanu
hingga tamat pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Kefamenanu dan tamat pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang, melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan sampai tulisan
ini dibuat, penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada Jurusan Teknik
Sipil Undana.

129

Anda mungkin juga menyukai