3/TL/PP/2014
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TUGAS AKHIR
HALAMAN JUDUL
NISAUL KAMILA
21080110130066
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
SEMARANG
DESEMBER 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Nisaul Kamila
21080110130066
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan,
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
TIM PENGUJI
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
(Nisaul Kamila)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang tak terhingga hanya milik Allah SWT yang telah
Ulyasehingga apabila terjadi kesamaan data dalam penulisan telah diketahui oleh
Nisaul Kamila
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Assalamu’alaykum Wr.Wb
Alkhamdulillahirobbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa keimanan, kesempatan,
kekuatan, kesabaran dan kemudahan sehingga panulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir ini dengan baik. Penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada banyak pihak yang menjadi perantara pertolongan Allah kepada penulis,
semoga Allah selalu menjaga dan memberikan pertolongan-Nya kepada Anda
semua baik melalui saya atau orang lain. Terimakasih kepada:
1. Orang-orang terkasih: Ibu, Bapak, Kakak dan Adik, yang sejauh ini selalu
mendoakan, mendukung secara moriil dan materiil, serta selalu mengerti dan
memahami setulus hati kekurangan penulis yang tidak dapat lulus dengan
hasil yang lebih baik dengan waktu yang lebih cepat. Maaf dan beribu
terimakasih. Allah tahu betapa penulis menyayangi anda semua
2. Bapak Dr. Ir.Syafrudin, CES, M.T, selaku Ketua Prodi Teknik Lingkungan
Universitas Diponegoro.
3. Ibu Ir.Dwi Siwi Handayani, MSi selaku dosen wali dan koordinator mata
kuliah tugas akhir yang telah membantu kelancaran administrasi penyelesaian
tugas akhir.
4. Bapak Ir Wisnu Wardhana, M.S, dan Bapak Ir. Endro Sutrisno, M.S, selaku
dosen pembimbing tugas akhir yang telah memberikan banyak pelajaran dan
membimbing dengan sabar hingga laporan ini selesai.
5. Bapak Sucipto beserta staff Seksi Hidrologi PSDA Provinsi Jawa Tengah,
dan Ibu Reni Kraningtyas, S.P, M.Si beserta staff Seksi Data dan Informasi
BMKG Provinsi Jawa Tengah atas bantuan data curah hujan.
6. Bapak Andre Marketing Office komplek Perumahan BSB City, Bapak Heri
Project Manager Perumahan Graha Pesona Jatisari beserta staff, serta seluruh
masyarakat Jatisari atas data kondisi eksisting dan kerjasamanya.
vii
7. Annida Unnatiq Ulya, Best Partner yang selalu ikhlas membantu, sabar dan
bertahan menghadapi penulis hingga akhir penyelesaian laporan ini, tempat
sharing semua hal penting terkait tugas akhir, hingga sharing haha-hihi yang
tidak penting. Thanks a lot, love you as always.
8. Mario dan Dadang, yang rela bolak-balik Tembalang-Mijen untuk membantu
penulis dalam survey dan tracking lokasi. Terimakasih banyak, semoga Allah
selalu memudahkan, kalian memang super!
9. Andari, Chelly, Dita, Aris, Ulfa, Desi, Lina, Riris, Mbak Rani, Mas Adya,
Mas Arif, Mas Suryo, dan semua pihak yang telah ikut memberikan bantuan
kepada penulisyang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, dan
yang mau menampung sementara penulis untuk begadang di Laboratorium
Lingkungan.
10. Mas Dayat, Mbak Silvy, Pak Adi, Pak Tri, Bu Sri, Mas Budi, Bu Ani, dan
Mas Habibi yang membantu dalam proses administrasi dan informasi atau
bantuan lain yang menunjang terkait tugas akhir, maturnuwun sanget.
11. Seluruh teman-teman Teknik Lingkungan Angkatan 2010 dan teman-teman
KKN Baledu, Temanggung. Sampai jumpa di kehidupan yang lebih baik,
semoga Allah selalu melindungi kita semua. Sayang kalian.
Wassalamu’alaykum Wr.Wb
Nisaul Kamila
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................xv
ABSTRAK ................................................................................................ xx
ABSTRACT ..............................................................................................xxi
ix
Halaman
x
Halaman
.......................................................................................... III-14
xi
Halaman
5.1.6 Analisa Intensitas Hujan dan Debit Limpasan Air Hujan ... V-8
xii
Halaman
defined.
defined.
defined.
xiii
5.6 Operasional dan pemeliharaan Error! Bookmark not defined.
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 penentuan curah hujan dengan metode polygon Thiessen ..... II-10
Kota Semarang……...…………………………………………IV-2
Gambar 4.4 Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,
Gambar 5.2 Pembagian Wilayah dengan Metode Poligon Thiessen ......... V-6
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.5 Nilai Laju Resapan Biopori Berdasarkan Ordo Tanah ............ II-31
xvi
Tabel 4.7 Kondisi Sistem Drainase Eksisting .......................................... IV-9
Tabel 5.2 Curah Hujan yang Telah Dilengkapi di Tiap Stasiun .............. V-3
Tabel 5.3 Uji KOnsistensi Data hujan di Tiap Stasiun ............................ V-4
Tabel 5.4 Data Curah Hujan Stasiun Gunung Pati Terkoreksi ................ V-7
Tabel 5.5 Data Curah Hujan Stasiun Boja Terkoreksi ............................. V-7
Tabel 5.6 Data Curah Hujan Stasiun Bringin Terkoreksi ........................ V-8
Perhitungan…………………………………………………... V-13
Tabel 5.13 Perhitungan Intensitas hujan Metode Van Breen ..................... V-16
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
Form TA 01
Form TA 02
xviii
Surat Tugas Tugas Akhir
Form TA 03
Form TA 04
Form TA 05
Form TA 06
Form TA 07
Lembar Asistensi
Lembar Revisi
xix
ABSTRAK
daerah hilir. Adapun tujuan perencanaan ini adalah untuk mengetahui curah hujan,
evaluasi saluran drainase eksisting di wilayah studi melalui analisa curah hujan
dengan metode Log Person III dimana data curah hujan didapat dari Badan
drainase eksisting terutama pada kapasitas saluran drainase dan debit, baik debit
terserap, maupun debit sisa yang melimpas ke saluran drainase. Dari perencanaan
saluran yang awalnya tidak memenuhi untuk menampung semua air limpasan,
air limpasan masuk ke saluran: 8.643 m3/s dan tidak ada debit air yang terserap,
sedangkan untuk Ecodrainage, debit air limpasan hujan: 8.643 m3/s, debit air
terserap 4.419 m3/s, dan debit sisa yang masuk ke saluran: 4.224 m3/s.
xx
ABSTRACT
project is to determine the rainfall, the capacity of the existing drainage systems,
Planning is starting from the evaluation of the existing drainage channel in the
study area through analysis of rainfall with Log Person III method in which
implementing rain water infiltration buildings that may be applied in the study
area, as well as comparing with the existing drainage system, especially on the
capacity of drainage and discharge, discharge well absorbed, as well as the rest
of the over flow water discharge into the drainage channel. Of planning done
showed that after applying Ecodrainage, many channels that were not initially
meet to hold all the water runoff, be fulfilling. By comparison discharge to the
existing drainage system: water runoff into the channel: 8.643 m3 / s and no
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
banyaknya genangan air dan banjir. Buruknya sistem drainase seperti kerusakan
Parkinson dan Ole Mark (2005), semakin tinggi level atau tingkat ekonomi
yang padat penduduk. Sebagai contoh, semakin banyak didirikan bangunan baru
mengakibatkan peningkatan area terbangun seperti jalan dan area parkir yang
dapat mengurangi area resapan air hujan dan mengurangi kemampuan tanah
menyerap air. Kondisi ini diperparah ketika daerah dataran tinggi seperti
tangkapan hujan telah berkembang dan beralih fungsi sebagai perumahan ataupun
permukiman. Hal ini bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang tahun 2011-2031 pasal 36 tentang rencana pengendalian rob dan banjir
I-1
I-2
ditimbulkan oleh adanya limpasan air hujan di permukaan, juga bertujuan untuk
mengurangi permasalahan polusi air (aquatic), mengkonversi sumber daya air dan
pengisian air tanah sebagai salah satu upaya pencegahan banjir di dataran yang
lebih rendah.
Kota Semarang?
I-3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.
limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga untuk mengendalikan dan
dan/atau mencemari lingkungan perkotaan, yaitu air buangan atau air limbah
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks
kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota
pelabuhan udara, serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota.
(Hadihardjadja, 1997)
II-1
II-2
1. Menurut Terbentuknya
buatan, yaitu drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
permukaan air tanah, yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan air
3. Menurut Fungsi
purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
4. Menurut Konstruksi
Kota Semarang ini merupakan saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok
untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang
drainase pemukiman, drainase lahan, dan drainase jalan. Sistem drainase yang
drainase lahan, yaitu sistem drainase lahan mempunyai berbagai segi yang sama
dengan sistem drainase hujan kota. Parit terbuka, yang lebih dapat diterima di
daerah pedesaan daripada di kota-kota besar, luas dipergunakan untuk drainase air
drainase meliputi: pola alami, pola jaring-jaring, pola radial, pola grid, pola siku
dan pola parallel. Di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini,
pola yang digunakan adalah pola pararel seperti pada gambar berikut:
II-4
Semua bangunan tersebut di atas tidak harus selalu ada pada jaringan
yakni hujan yang terjadi pada kawasan terebut. Aspek hidrologi sangat
hujan inilah yang harus segera dibuang, dialirkan atau diresapkan dari permukaan
Keterangan:
2. Intensitas hujan, adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu. Nilai ini tergantung dari lamanya
curah hujan dan frekuensi kejadiannya serta diperoleh dengan cara analisis
air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang
II-6
konsentrasi :
tc = to + td ........................................................................................... (2.2)
5. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di atas
Keterangan:
6. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
𝐿𝑑𝑎
𝑡𝑑 = ⁄(60𝑉 ) ............................................................................. (2.4)
𝑑
Keterangan:
Sebagai dasar untuk perkiraan ini digunakan data hujan dari data hujan
a. Jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya tdak
maka perkiraan data yang hilang bisa mengambil harga rata-rata hitung
1 𝑟𝑖
𝑟𝑥 = ∑𝑛𝑖=1( 𝑥 𝑅𝑛) ...................................................................... (2.5)
𝑛 𝑅𝑖
Keterangan:
(Hardjosuprapto, 1999)
II-8
Ketidakkonsistenan data hujan ini dapat terlihat dari beloknya garis yang
terdiri dari:
a. Absis: yaitu oleh harga rata-rata curah hujan paling sedikit 5 stasiun hujan
b. Ordinat: yaitu oleh curah hujan dari stasiun yang diuji konsistensinya.
Konsistensi data hujan dapat diuji dengan kurva massa ganda (double
mass curves technique). Metode ini juga memungkinkan dilakukan koreksi data.
Prinsip dari metode ini adalah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif
apabila tidak membentuk garis lurus, maka dilakukan koreksi dengan rumus:
𝑡𝑔𝛽 𝑇𝐵
𝐹𝑘 = = .............................................................................................. (2.6)
𝑡𝑔𝛼 𝑇𝐿
𝑅𝑘 = 𝐹𝑘 . 𝑅 ................................................................................................... (2.7)
Keterangan:
Fk : faktor koreksi
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu
(Soemarto, 1995). Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan
dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa
titik pengamatan curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari
dalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan. Metode ini digunakan untuk data
hujan dengan jumlah stasiun relative banyak, perbedaan stasiun tidak terlalu besar
1
R= (R1 + R2 + R3 + …+Rn) ..................................................................... (2.8)
n
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata dan
(Varshney, 1979) Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
∑𝑛
𝑖=1 𝑃𝑖 𝑥 𝐴𝑖
𝑃= ∑𝑛
............................................................................................... (2.9)
𝑖=1 𝐴𝑖
Keterangan:
Gambar dari penentuan curah hujan dengan metode polygon Thiessen adalah
sebagai berikut :
A2 M
L
O
A3
A1
c. Metode Isohyet
Metode ini digunakan untuk daerah dengan topografi yang tidak rata dan
Keterangan:
(Hadihardjadja, 1997)
a. Distribusi Normal
Keterangan:
KT : faktor frekuensi
S : standar deviasi
II-12
Keterangan:
Keterangan:
KT : faktor frekuensi
S : standar deviasi
Keterangan:
K : koefisien
s : standar deviasi
garis lurus dari besarnya nilai koefisien kemencengan (G) dan periode ulang hujan
Keterangan:
G : koefisien kemencengan
s : standar deviasi
Tabel 2.1
d. Distribusi gumbel
YTr −Yn
𝑋𝑇𝑟 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + Sx ............................................................... (2.16)
Sn
Keterangan:
mean, Yn)
Sx : standar deviasi
Keterangan:
Tabel 2.2
Tabel Bantu Yn dan Sn Distribusi Gumbel
n Yn Sn n Yn Sn
5 0.4588 0.7928 19 0.522 1.0565
6 0.469 0.8388 20 0.5236 1.0628
7 0.4774 0.8749 21 0.5252 1.0696
8 0.4843 0.9043 22 0.5268 1.0754
9 0.4902 0.9288 23 0.5283 1.0811
10 0.4952 0.9496 24 0.5296 1.0864
11 0.4996 0.9676 25 0.5309 1.0915
12 0.5035 0.9833 26 0.532 1.0961
13 0.507 0.9971 27 0.5332 1.1004
14 0.51 1.0095 28 0.5343 1.1047
15 0.5128 1.0206 29 0.5353 1.1086
16 0.5157 1.0316 30 0.5362 1.1124
17 0.5181 1.0411 31 0.5371 1.1159
18 0.5202 0.0493 32 0.538 1.1193
II-16
Tabel 2.2
Tabel Bantu Yn dan Sn Distribusi Gumbel (Lanjutan)
n Yn Sn n Yn Sn
33 0.5388 1.1226 55 0.5504 1.1681
34 0.5396 1.1255 56 0.5508 1.1696
35 0.5402 1.1285 57 0.5511 1.1708
36 0.541 1.1313 58 0.5515 1.1721
37 0.5418 1.1339 59 0.5518 1.1734
38 0.5424 1.1363 60 0.5521 1.1747
39 0.543 1.1388 61 0.5524 1.1759
40 0.5436 1.1413 62 0.5527 1.177
41 0.5442 1.1436 63 0.553 1.1782
42 0.5448 1.1458 64 0.5533 1.1793
43 0.5453 1.148 65 0.5535 1.1803
44 0.5458 1.1499 66 0.5538 1.1814
45 0.5463 1.1519 67 0.554 1.1824
46 0.5468 1.1538 68 0.5543 1.1834
47 0.5473 1.1557 69 0.5545 1.1844
48 0.5477 1.1574 70 0.5548 1.1854
49 0.5481 1.159 71 0.555 1.1863
50 0.5485 1.1607 72 0.5552 1.1873
51 0.5489 1.1623 73 0.5555 1.1881
52 0.5493 1.1638 74 0.5557 1.189
53 0.5497 1.1658 75 0.5559 1.1898
54 0.5501 1.1667
Sumber: Suripin, 2004
disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-
beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya.
Beberapa rumus intensitas curah hujan yang dihubungkan dengan hal-hal ini,
antara lain :
II-17
a. Metode Thalbott
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbott dalam tahun 1881 dan disebut
jenis Talbott. Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana
a
I ............................................................................................ (2.18)
t b
Keterangan :
a
It I 2 I 2 t )( I
( N I 2 ) ( I ) 2
( I )( It ) N ( I 2 t )
b
( N I 2 ) ( I ) 2
(Intensity Duration Frequency) dari Van Breen, yang dapat didekati dengan
persamaan berikut:
54𝑅𝑇 + 0.07𝑅𝑇2
𝐼𝑇 = ........................................................................................ (2.19)
𝑡𝑐+0.3𝑅𝑇
c. Metode Sherman
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut
jenis Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
a
I ................................................................................................. (2.20)
tn
d. Metode Ishiguro
Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953. Rumus yang
I= a y ....................................................................................... (2.21)
t + b
dimana :
N I2 – ( I )2
b = ( I . It ) – N ( I2t)
N I2 – ( I )2
Keterangan:
a, b, n : konstanta
n : banyaknya data
II-19
e. Metode Mononobe
Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan (I) di dalam rumus rasional dapat
2
R 24 3
I mm / jam ............................................................. (2.22)
24 tc
Keterangan:
R : curah hujan rancangan setempat dalam mm
tc : lama waktu konsentrasi dalam jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
(Hadihardjadja, 1997)
6. Debit Rancangan
air secara tepat, agar jangan ada genangan air yang berarti. Untuk memenuhi
modifikasinya.
a. Metode Rasional
Apabila luas daerah pengaliran lebih kecil dari 0,80 km2 (40-80 Ha),
𝑄 = 𝐹. 𝐶. 𝐼. 𝐴 ................................................................................................. (2.23)
II-20
Keterangan:
berfungsi untuk memperkecil nilai estimasi suatu daerah pengaliran yang relatif
besar.
Keterangan:
Cs : koefisien penampungan
2tc
Dimana: Cs= ................................................................................... (2.25)
2tc td
Keterangan:
tc = Waktu konsentrasi (menit)
td = Waktu pengaliran (menit)
II-21
sebut sebagai tinggi aliran. Kalau ukuran besarnya hujan (dalam mm) untuk luas
daerah yang sama, kita sebut tinggi hujan, maka perbandingan antara tinggi aliran
dengan tinggi hujan (yang ditentukan untuk jangka waktu yag cukup panjang)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛
disebut koefisien pengaliran, jadi : 𝐶 = ................................... (2.26)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛
Koefisien pengaliran ini dipengaruhi oleh : keadaan hujan, luas dan bentuk
DAS, kemiringan DAS dan dasar saluran, daya infiltrasi dan perkolasi tanah
kebasahan tanah, letak DAS terhadap arah angin, dan lain-lain. Harga C berubah
diisyaratkan sebesar 0,3 meter/detik atau lebih, dengan maksud agar tidak terjadi
diisyaratkan antara 1 sampai 3 m/detik dengan maksud agar saluran tidak mudah
9. Intensitas Hujan
Penentuan intensitas hujan untuk perencanaan saluran mempertimbangkan:
saluran:
𝑑𝐻
𝑆= .......................................................................................................... (2.27)
𝐿
Keterangan:
berikut:
1
𝑉= 𝑅 2/3 𝑆 1/2 ............................................................................................ (2.28)
𝑛
Keterangan:
R : jari-jari hidrolis
S : kemiringan/slope
Keterangan:
V : kecepatan (m/s)
secara alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas
tersebut dilatarbelakangi oleh isu perubahan iklim yakni ketersediaan air bagi
air ke dalam tanah serta mengalirkan kelebihan air ke badan air penerima tanpa
Tabel 2.3
TUJUAN KETERANGAN
air hujan (runoff) dan area tangkapan (catchment) yang disebabkan oleh
perkotaan dari banjir. mempertahankan karakteristik alam dari aliran limpasan air
hujan (runoff).
Konservasi sumber Mendukung infiltrasi air hujan untuk mengisi kembali air
II-24
TUJUAN KETERANGAN
macam aplikasi.
Melindungi kualitas Mengurangi jumlah polusi yang masuk ke dalam air hujan
dari air di lingkungan perkotaan sebagai potensi rekreasi dan kesadaran lingkungan
perkotaan masyarakat.
genangan air dan banjir maupun permasalahan lingkungan yang terdampak akibat
dan Ole Mark (2005), semakin tinggi level atau tingkat ekonomi penduduk di
II-25
suatu negara berkembang memiliki implikasi terhadap usaha manajemen air hujan
area terbangun seperti jalan dan area parkir yang dapat mengurangi area resapan
Tabel 2.4
REGIONAL Keterpaduan dengan sistem Penyesuain masterplan Pengembangan sistem polder Flood control
terutama pada kawasan strategis keterpaduan sistem drainase pembangunan/peningkatan/reha Percepatan Sanitasi
bilitasi saluran primer, sekunder Perkotaan)
perkotaan untuk menjaga makro dan mikro yang
dan tersier. SPPIP (Strategi
produktifitas dan ekonomi dinyatakan dalam Fasilitasi pengembangan Pembangunan
Kota/Kab, melindungi investasi masterplan drainase kota. prasarana dan sarana drainase Permukiman
perkotaan skala Kota/Kab. Infrastruktur
terbangun dan mencegah timbul
Perkotaan)
dan tersebarnya penyakit yang
untuk menjaga keberlanjutan pembangunan fisik saluran prasarana drainase lingkungan. Revitalisasi Kawasan
Pelibatan peran aktif Program
lingkungan perumahan dan drainase berwawasan
masyarakat dalam memelihara Keciptakaryaan
permukiman yang layak, sehat dan lingkungan dan fungsi drainase. berbasis masyarakat
masyarakat.
TAPAK Penyediaan prasarana dan sarana Drainase berwawasan Fasilitasi perencanaan tapak Penerbitan IMB
BANGUNAN
bangunan yang layak huni dan lingkungan dan pemisahan
bangunan. Konservasi Air Tanah
Pembangunan drainase persil Sistem PAH (Panen
sehat. saluran air hujan dan
berwawasan lingkungan. Air Hujan)
saluran air limbah. Pembuatan sumur resapan.
1. Wilayah Hulu
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan untuk kemudian
Contohnya dengan pembuatan biopori, sumur resapan skala rumah tangga dan
2. Wilayah Tengah
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan ke kolam
3. Wilayah Hilir
Air limpasan saluran dialirkan melalui saluran drainase ke waduk atau
lubang-lubang kecil (pori) pada tanah yang terbentuk aktifitas organisme dalam
tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah, lubang tersebut berisi
udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Lubang Resapan Biopori (LBR) ini
II-30
akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan
10 cm. Kedalaman + 80-100 cm atau sampai melampaui muka air tanah bila
air tanahnya dangkal. Sedangkan jarak antar lubang antara 50-100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2
3. Kemudian LBR diisi dengan sampah organik baik berasal dari dapur, sisa
5. Kompos yang terbentuk dalam LBR dapat diambil pada saat dibutuhkan,
𝐻 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jumlah LBR = 𝐻 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝐿𝑅𝐵 ...................................................................... (2.30)
(Brata, 2008)
Dimana laju peresapan air di LBR dapat dilihat berdasarkan ordo tanah
Tabel 2.5
1 Entisol 147.32
2 Inseptisaol 104.56
3 Ultisol 25.03
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
dibuat untuk menampung air hujan agar meresap ke dalam tanah. Sumur resapan
merupakan kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang
untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi
kedalamannya berbeda.
Sumur resapan dapat dikatakan sebagai salah satu teknik konservasi air,
sumur galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan adalah
Sementara itu manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan sumur resapan antara
lain adalah:
tanah.
3. Mengurangi atau menahan terjadinya kenaikkan air laut bagi daerah yang
1. Sunjoto (1998)
berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap
𝑄 −𝐹.𝐾.𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )} ...................................................... (2.31)
𝐹.𝐾 𝜋.𝑅 2
𝑄 −𝑓.𝐾.𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )} ...................................................... (2.32)
𝑓.𝐾 𝑃.𝐿
𝑄 −𝐹.𝐾.𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( 𝑛.𝜋.𝑅2 )} ..................................................... (2.33)
𝐹.𝐾
𝑄 −𝑓.𝐾.𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}...................................................... (2.34)
𝑓.𝐾 𝑛.𝑃.𝐿
Keterangan:
2. Metode PU
Umum (1990) telah menyusun standar tata cara perencanaan teknik sumur resapan
air hujan yang ditulis dalam SK SNI T-06-1990 F. tidak jauh berbeda dengan apa
jumlah sumur resapan yang diperlukan pada suatu lahan, ditentukan oleh curah
hujan maksimum, permeabilitas tanah dan luas bidang tanah, yang dapat
Kapasitas Resapan
Keterangan:
Tabel 2.6
Tabel 2.7
s s ss s ss
diresapkan atau digunakan kembali sebagai air bersih setelah melalui proses
kelebihan air hujan di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder ini terletak di
II-39
Metode ini dilakukan dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air
ekologi.
kelebihan air hujan di area pemukiman penduduk. Metode ini bisa dilakukan
II-40
dengan membuat bak-bak penampung air di dekat rumah melalui pipa dari atap.
Konstruksi bak penampung dapat berupa pasangan batu bata atau konstruksi beton
bertulang.
Sumber: http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-
banjir/penampungan-air-hujan, 2007
II-41
yang penting (Sugiyono, 2012 : 91). Kerangka perencanaan dari perencanaan ini
adalah:
Air hujan dari daerah hulu yang langsung melimpas dapat memicu
seperti data curah hujan, topografi, dan lain-lain melalui wawancara dan
studi literatur
2.5 Hipotesis
3.1 Umum
drainase berwawasan lingkungan secara sistematis dan saling terkait, dari tahap
optimal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun diagram alir dapat
wilayah studi
III-1
III-2
Kota Semarang.
Mijen, Kota Semarang, berdasarkan data curah hujan dari stasiun penakar
studi
Data yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini terdiri dari dua
jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun metode pengumpulan masing-
1. Wawancara
Project Manager di salah satu perumahan yang merupakan bagian dari komplek
perumahan BSB City yang ada di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang beserta staff, serta kepada bapak Andre selaku staff di marketing office
umum dan kondisi saluran drainase pada khususnya, serta mengingat karena
Kelurahan Jatisari yang awalnya merupakan kebun karet, kini + 30% lahannya
2. Pengamatan Langsung
yaitu:
1. Studi Literatur
2. Data lainnya
Berbeda dari studi literatur, metode pengumpulan data ini adalah dengan
Mijen, Kota Semarang, serta data pendukung lainnya seperti data curah hujan dari
III-5
adalah:
a. Data curah hujan selama 14 tahun terakhir pada 3 stasiun hujan (Boja,
b. Peta tata guna lahan atau site plan kawasan Kelurahan Jatisari,
Data yang telah didapatkan dari pengumpulan data primer dan sekunder
Kecamatan Mijen, Kota Semarang, dimana pengolahan data ini didukung oleh
Kondisi eksisting dari wilayah yang akan dijadikan wilayah studi terlebih
tempat tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
1. Survey Lokasi
(Ecodrainage)
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi analisis fisik site plan
bangunan rumah, ruang terbuka hijau, serta pengukuran permeabilitas tanah untuk
mengetahui daya dukung tanah terhadap air, dimana analisis ini dimaksudkan
Cara melengkapi data curah hujan yang hilang yaitu dengan mengambil
a. jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang dicari dengan
stasiun pembanding kurang dari 10%, maka perkiraan nilai curah hujan
b. jika selisihnya lebih dari 10%, maka nilai curah hujan yang hilang dapat
1 𝑛 𝑟𝑖
𝑟𝑥 = ∑ ( 𝑥 𝑅𝑛)
𝑛 𝑖=1 𝑅𝑖
Keterangan:
𝑡𝑔𝛽 𝑇𝐵
𝐹𝑘 = =
𝑡𝑔𝛼 𝑇𝐿
𝑅𝑘 = 𝐹𝑘 . 𝑅
Keterangan:
Fk : faktor koreksi
Uji homogenitas hanya dilakukan pada area regional dengan luas mencapai 10
stasiun pengamat hujan. Untuk wilayah yang lebih kecil tidak dilakukan.
∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖 𝑥 𝐴𝑖
𝑃=
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖
Keterangan:
a. Distribusi Normal
𝑋𝑇 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾𝑇 𝑆
Keterangan:
tahunan (mm)
KT : faktor frekuensi
S : standar deviasi
III-9
𝑌𝑇 = 𝑌𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾𝑇 𝑆
Keterangan:
KT : faktor frekuensi
S : standar deviasi
d. Distribusi gumbel
YTr − Yn
𝑋𝑇𝑟 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + Sx
Sn
Keterangan:
Yn : reduce mean yang tergantung dari jumlah sampel (tabel reduce mean,
Yn )
Sx : standar dediasi
III-10
untuk perhitungan curah hujan dengan cara melihat selisih terkecil dari beberapa
metode yang ada. Serta untuk menentukan periode ulang hujan (PUH) yang akan
digunakan untuk menghitung intensitas hujan dengan cara melihat selisih terkecil
𝐿𝑜 0.77
0.0195 ( ) 𝑑𝐻
√𝑠
𝑡𝑜 =
3600
Keterangan:
𝐿𝑑𝑎
𝑡𝑑 = ⁄(60𝑉 )
𝑑
Keterangan:
tc = to + td
𝑡𝑒 = 0.9 𝑅 0.92
Keterangan:
54𝑅𝑇 + 0.07𝑅 𝑇 2
𝐼𝑇 =
𝑡𝑐 + 0.3𝑅𝑇
Keterangan:
𝑄 = 𝐹. 𝐶. 𝐶𝑠. 𝐼. 𝐴
Keterangan:
Cs : Koefisien storasi
adalah dengan cara sebagai berikut, dimana terdapat rumus yang berbeda untuk
𝑄 −𝐹. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝐹. 𝐾 𝜋. 𝑅 2
𝑄 −𝑓. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝑓. 𝐾 𝑃. 𝐿
𝑄 −𝐹. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝐹. 𝐾 𝑛. 𝜋. 𝑅 2
III-13
𝑄 −𝑓. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝑓. 𝐾 𝑛. 𝑃. 𝐿
Keterangan:
𝐻 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jumlah LRB yang dibutuhkan = 𝐻 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝐿𝑅𝐵
Qrun-off = Q – Qs
Keterangan:
rumus:
𝑉 = 𝑄𝑟𝑢𝑛−𝑜𝑓𝑓 𝑥 𝑡𝑑
Keterangan:
secara kapasitas diketahui tidak mampu menampung air limpasan hujan sehingga
bangunan peresapan yang dapat diterapkan untuk mengurangi debit air limpasan
terlalu kecil, tidak perlu diperbesar. Setelah itu, dibandingkan debit air yang
𝑉 =𝐴𝑥𝐻
Mulai
Persiapan
- Gambaran umum
wilayah studi
Kondisi eksisting - data curah hujan
Data Primer Data Sekunder
wilayah studi - peta jaringan
drainase
- peta site plan
Pengolahan Data
YA
- penentuan hujan rata-rata
- menganalisa frekuensi hujan
- melakukan uji kecocokan hujan
- menghitung intensitas hujan
- penentuan Catchment area
- menghitung debit air hujan
- pengukuran permeabilitas tanah
- penentuan dimensi bangunan resapan
terpilih (sumur resapan, biopori, danau
atau PAH)
- menghitung volume air hujan terserap
- gambar desain bangunan resapan
(sumur resapan, biopori, danau atau
PAH
- penentuan arah aliran
- menghitung waktu konsentrasi
- menghitung debit limpasan
Standar Biaya - menghitung dimensi saluran
- gambar desain saluran drainase
Hasil Desain
Selesai
Gambar 4.1
IV-1
IV-2
Gambar 4.2
Semarang
Kecamatan Mijen
Mijen
IV-3
4.1.2 Topografi
tinggi dengan rentang elevasi antara 203-285 m di atas permukaan laut. Berikut
Semarang:
Gambar 4.3
daerah hulu/dataran tinggi, maka jenis tanah yang umum dijumpai di wilayah ini
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Tabel 4.1
Stasiun Hujan
No Tahun St. Gn St. St.
Pati Boja Bringin
1 2000 127 121
2 2001 87 205.0 -
3 2002 136 168.0 -
4 2003 151 132.0 -
5 2004 147 165.0 -
6 2005 105 47.0 -
7 2006 174 133.0 -
8 2007 114 50.0 -
9 2008 305 140.0 162
10 2009 108 210.0 227
11 2010 165 - 155
12 2011 200 - 98
13 2012 99 75.0 107
14 2013 146 95.0 157
Jumlah 1937.0 1420.0 906.0
Rata-Rata 147.4 128.4 151.0
Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah, BMKG Provinsi
Jawa Tengah, 2014
IV-5
Semarang adalah perkebunan karet. Namun, sekitar 30% lahannya telah diubah
Gambar 4.4
Semarang
4.1.6 Demografi
Mijen, Kota Semarang pada tahun 2012 tercatat sebanyak 8.780 jiwa dengan
jumlah laki-laki sebanyak 4.444 jiwa dan perempuan sebanyak 4.336 jiwa.
1. Fasilitas Pendidikan
Tabel 4.2
Jenjang
No Negeri Swasta jumlah
Pendidikan
1 TK 0 2 2
2 SD 1 1 2
3 SLTP 0 1 1
4 SLTA 0 1 1
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
2. Fasilitas Peribadatan
Tabel 4.3
No Fasilitas Jumlah
1 Masjid 4
2 Langgar/Surau 11
3 Gereja 1
4 Kuil/Pura/Vihara 0
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
IV-7
3. Fasilitas Kesehatan
Tabel 4.4
No Fasilitas Jumlah
1 Rumah Sakit 0
2 Rumah Sakit Bersalin 2
3 Poliklinik 1
4 Puskesmas 0
5 Puskesmas Pembantu 0
6 Praktek Dokter 4
7 Apotek 2
8 Posyandu 11
9 Pos KB 2
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
4. Fasilitas Perekonomian
Tabel 4.5
No Fasilitas Jumlah
1 Pasar 0
2 Warung/Kios/Toko 120
3 Koperasi 0
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
IV-8
5. Fasilitas Perusahaan/Perindustrian
Tabel 4.6
No Fasilitas Jumlah
1 Industri Besar dan Sedang 4
2 Industri Kecil 3
3 Industri Rumah Tangga 2
4 Hotel 0
5 Rumah Makan 12
6 Perdagangan 20
7 Angkutan 3
8 Jasa 0
9 Lainnya 0
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
IV-9
Tabel 4.7
Luas
Kelas Eo Ei Tata Guna H
No Jalur Sub DPS Area Bentuk L (m) B (m) Konstruksi Kondisi
Saluran (m) (m) Lahan (m)
(ha)
Perumahan Bukit Jatisari Elok
1 Jl. Duku I Ka (Blok A) Tersier Kali Blorong 276 272 0.11 Pemukiman Segi Empat 82 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
2 Jl. Duku II Ki (Blok B) Tersier Kali Blorong 276 272 0.10 Pemukiman Segi Empat 82 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
3 Jl. Duku II Ka (Blok C) Tersier Kali Blorong 276 272 0.90 Pemukiman Segi Empat 82 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
4 Jl. Duku III Ka (Blok L, N) Tersier Kali Blorong 273 270 0.20 Pemukiman Segi Empat 215 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
5 Jl. Duku III Ki (Blok M) Tersier Kali Blorong 273 270 0.13 Pemukiman Segi Empat 215 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
6 Jl. Duku IV Ka (Blok F, T) Tersier Kali Blorong 274 266 0.18 Pemukiman Segi Empat 161 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
7 Jl. Duku IV Ki (Blok G, S) Tersier Kali Blorong 274 266 0.19 Pemukiman Segi Empat 161 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
8 Jl. Duku V Ka (Blok H, R) Tersier Kali Blorong 273 267 0.20 Pemukiman Segi Empat 162 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
9 Jl. Duku V Ki (Blok I, Q) Tersier Kali Blorong 273 267 0.17 Pemukiman Segi Empat 162 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
10 Jl. Duku VI Ka (Blok J, P ) Tersier Kali Blorong 273 268 0.21 Pemukiman Segi Empat 161 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
Sumber: Analisa Penulis, 2014
4.2.2 Permasalahan
2. Banyaknya pengotor saluran seperti sampah dan rumput liar yang tumbuh di
bibir saluran yang juga mengurangi volume saluran. Dan pada saluran yang
drainase tidaklah terlalu penting sehingga saluran drainase dibuat hanya oleh
warga (rumah) yang ingin membuat saja, sedangkan yang merasa tidak perlu
dengan Kelurahan Cangkiran), di sebelah utara Bukit Jatisari tepatnya di sisi barat
BAB V
Data curah hujan diperoleh dari pengukuran oleh stasiun hujan yang
dikelola oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah. Berikut merupakan
Tabel 5.1
stasiun Tugu pada tahun 2004 terhadap stasiun Ngaliyan dan Semarang Barat:
= (216,34 + 210,73) / 2
= 213,54
= -0,12363349 x 100%
= 12,36%
utama adalah lebih dari 10% maka untuk menghitung hujan yang hilang
𝑟𝑥 1 𝑟𝑛 𝑟𝑥
= (∑𝑛𝑛=1 − )
𝑅𝑥 𝑛−1 𝑅𝑛 𝑅𝑥
V-14
𝑟𝑥 1 𝑟𝑛 𝑟𝑥
= (∑𝑛𝑛=1 − )
𝑅𝑥 𝑛−1 𝑅𝑛 𝑅𝑥
𝑟𝑥 1 182,4 𝑟𝑥 236 𝑟𝑥
= (( − )+( − ))
190,04 3−1 216,34 190,04 210,73 190,04
𝑟𝑥 1 159,6336−𝑟𝑥 212,8448−𝑟𝑥
= (( )+( ))
190,04 2 190,04 190,04
𝑟𝑥 1 372,4784−2𝑟𝑥
= ( ))
190,04 2 190,04
𝑟𝑥 372,4784−2𝑟𝑥
=( ))
95,02 190,04
Tabel 5.2
Tabel 5.3
St.
St. Utama St. Pembanding
Pembanding Rata-rata Akumulasi
Akumulasi
Stasiun St.
St. Semarang St. Utama
St. Ngaliyan St. Tugu Pembanding Pembanding
Barat
Gambar 5.1
Meskipun data hujan stasiun Ngaliyan ini dianggap paling efektif, namun
Tabel 5.4
Data Curah Hujan Stasiun Ngaliyan Terkoreksi
faktor
curah CH
no tahun koreksi
hujan terkoreksi
(fk)
1 1999 161,0 1 161,00
2 2000 226,8 1 226,75
3 2001 219,8 1 219,75
4 2002 201,7 1 201,67
5 2003 226,6 1 226,58
6 2004 182,4 0,9996 182,34
7 2005 238,8 1 238,75
8 2006 215,2 0,9996 215,08
9 2007 214,5 1 214,50
10 2008 203,0 0,9996 202,92
11 2009 219,9 1 219,92
12 2010 222,8 1 222,83
13 2011 224,8 1 224,75
14 2012 267,0 1 267,00
15 2013 221,0 1 221,00
Sumber: Analisa Penulis, 2014
DAS sedang dan di wilayah studi tidak terdapat pos pengamat hujan, sehingga
pos-pos pengamat hujan yang digunakan adalah pos pengamat hujan yang paling
dekat wilayah studi yaitu stasiun Ngaliyan, stasiun Tugu dan stasiun Semarang
Barat.
berikut:
Tabel 5.5
Curah hujan maksimum rata-rata pada periode ulang hujan tertentu harus
Tabel 5.6
Analisis Frekuensi Curah Hujan
Xi (Xi- (Xi- (Xi-
NO TAHUN Xi (Xi-X)^4
diurutkan X) X)^2 X)^3
1 1999 187,2 176,6 -17,5 305,6 -5341,0 93361,0
2 2000 209,0 177,0 4,3 18,7 80,6 348,3
3 2001 214,4 187,2 9,7 94,5 918,3 8926,2
4 2002 207,2 194,0 2,5 6,4 16,0 40,3
5 2003 238,3 195,6 33,6 1130,3 38000,8 1277588,0
6 2004 176,6 196,9 -28,1 788,5 -22140,7 621710,8
7 2005 195,6 199,8 -9,1 82,4 -748,6 6797,4
8 2006 177,0 205,0 -27,7 766,2 -21207,9 587035,5
9 2007 196,9 205,0 -7,8 60,5 -470,9 3663,7
10 2008 208,4 207,2 3,7 13,8 51,5 191,5
11 2009 205,0 208,4 0,3 0,1 0,0 0,0
12 2010 205,0 209,0 0,3 0,1 0,0 0,0
13 2011 199,8 214,4 -4,9 23,8 -116,2 567,1
14 2012 255,8 238,3 51,1 2613,3 133589,6 6829098,6
15 2013 194,0 255,8 -10,7 114,1 -1218,2 13010,2
Jumlah 3070 0,0 6018,2 121413,3 9442338,7
Rata-Rata (X) 204,68
Sumber: Analisa Penulis, 2014
2
∑n
i=1(Xi−X) 6018,2
S=√ = √ 15−1 = 𝟐𝟎, 𝟕𝟑𝟑𝟐𝟖
n−1
V-1
V-2
152 x 9442338
= (15−1)x (15−2)x (15−3)x 20,73328 4
= 𝟓, 𝟐𝟔𝟒𝟐𝟔𝟐
S 20,73328
Cv = X = = 𝟎, 𝟏𝟎𝟏𝟐96
204,68
Tabel 5.7
Analisa Frekuensi Curah Hujan Log
Log Log Xi (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
NO TAHUN Xi (Log Xi - Log X)
Xi diurutkan Log X)^2 Log X)^3 Log X)^4
1 1999 187,2 2,27 2,25 -0,04 0,00 0,0 0,0
2 2000 209,0 2,32 2,25 0,01 0,00 0,0 0,0
3 2001 214,4 2,33 2,27 0,02 0,00 0,0 0,0
4 2002 207,2 2,32 2,29 0,01 0,00 0,0 0,0
5 2003 238,3 2,38 2,29 0,07 0,00 0,0 0,0
6 2004 176,6 2,25 2,29 -0,06 0,00 0,0 0,0
7 2005 195,6 2,29 2,30 -0,02 0,00 0,0 0,0
8 2006 177,0 2,25 2,31 -0,06 0,00 0,0 0,0
9 2007 196,9 2,29 2,31 -0,01 0,00 0,0 0,0
10 2008 208,4 2,32 2,32 0,01 0,00 0,0 0,0
11 2009 205,0 2,31 2,32 0,00 0,00 0,0 0,0
12 2010 205,0 2,31 2,32 0,00 0,00 0,0 0,0
13 2011 199,8 2,30 2,33 -0,01 0,00 0,0 0,0
14 2012 255,8 2,41 2,38 0,10 0,01 0,0 0,0
15 2013 194,0 2,29 2,41 -0,02 0,00 0,0 0,0
Jumlah 3070 35 0,00 0,0 0,0 0,0
Rata-Rata (X) 204,68 2,31
Sumber: analisa Penulis, 2014
V-3
sebelumnya, dengan cara yang sama parameter statistik juga dihitung pada analisa
Tabel 5.8
=5–1–1=3
3. Ef = n/k
= 15/5 = 3
4. Dx = (Xmax – Xmin) / (k - 1)
= 166,7 186,5
Tabel 5.9
Dengan cara perhitungan yang sama, maka juga dilakukan untuk menghitung uji
Chi-Kuadrat metode Log Person III, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.10
(Of - Ef)^2 /
No Nilai Batasan Of Ef (Of - Ef)^2
Ef
1 2,23 2,27 2 3 1 0,333
2 2,27 2,31 5 3 4 1,333
3 2,31 2,35 6 3 9 3,000
4 2,35 2,39 1 3 4 1,333
5 2,39 2,43 1 3 4 1,333
Jumlah 7,333
Sumber: Analisa Penulis, 2014
Dari hasil perhitungan di atas, untuk kedua metode, nilai Chi kuadrat >
7.81, sehingga untuk perhitungan selanjutnya yang akan dipakai adalah yang
paling mendekati 7.81, yaitu 7,333 = Metode Distribusi Log Person III.
V-6
Person III
Tabel 5.11
Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rencana Metode Distribusi Log Person III
PUH
S G K K.SD LogXtr Xt (antilog Xtr)
Tahun
= 0,042403
= 0,05448
Berdasarkan tabel 2.1, untuk periode ulang hujan 2 tahun diketahui nilai K =
G1 = 0.0 K1 = 0
G2 = 0.2 K2 = -0.033
G = 0.05448 K=?
V-7
Untuk mencari nilai K pada G = 0,05448, maka dihitung dengan cara Interpolasi
sebagai berikut:
2
Dari gambar di atas, diketahui:
B1 = G1 – G
B2 = G1 – G2
𝑩𝟏
K = 𝑲𝟏 − 𝒙 (𝑲𝟏 − 𝑲𝟐)
𝑩𝟐
−0,05448
K=𝟎− 𝒙 (𝟎 − (−0.033))
−0.2
K = -0,0089892
= 2,309
Tabel 5.12
Tabel Perhitungan Intensitas Hujan (I) Menggunakan Tetapan Talbott,
Sherman dan Ishiguro
Dari tabel di atas didapat nilai deviasi terkecil adalah Van Breen
dengan Tetapan Talbott yaitu sebesar 0,4 x 10-12. Sehingga rumus yang
dipakai untuk menentukan Intensitas hujan adalah Rumus Van Breen.
Tabel 5.13
= 210,3 mm/jam
6,33(nLo) 0,6
to =
(C.Ie) 0, 4 .( So) 0,3
(0,035)
td = Ld / (60 Vd)
= 5,05 menit
V-10
te = R1.92 / (1.11R)
= 119,866 menit
tc = to + t d
= 23,36 + 5,05
= 28,4 menit
Pada kondisi ini, maka durasi hujan (te) adalah yang dipakai dalam
perhitungan intensitas hujan karena hasilnya lebih besar dari waktu konsentrasi
(tc).
V-11
2 𝑥 119,87
Cs = 2 𝑥 119,87 + 5,05
Cs = 0.979
Q = 0.00278 x C x I x A
= 1,904 m3/detik
= 72 m – 63 m = 9 m
𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 9
5. Slope = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = = 0,01
875
1. Debit air hujan (Q) = 1,904 m3/s, diperoleh dari rumus Q = 0.00278 x C x
IxA
0.6 – 3 m/s
perbandingan B : H adalah 2 : 1
lampiran):
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
m3/s
6.2 Saran
berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunadarma
Linsley, R.K., Kohler, M.A., and Paulhus, J.L.H., 1982, hydrology for Engineers,
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Rasmita, Ginting. 2010. Laju Resapan Air pada Berbagai Jenis Tanah dan Berat
Setiawan, Farizal A., Runi Asmaranto dan M. Janu Ismoyo. 2012. Studi
SK SNI T-06-1990-F. Tata Cara Teknik Pembuatan Sumur Resapan Air Hujan
ANDI
www.westchestergov.com/.../Post%20Construction%20Stormwater.htm
www.lowimpactdevelopment.org
http://bpbd.jakarta.go.id/lubang-resapan-biopori-sederhana-tepat-guna/
http://padeblogan.com/2008/11/02/perlu-sumur-resapan-air-hujan/
http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-
banjir/penampungan-air-hujan/
http://matamata.com/news/2014/02/17/122450/polder-system-solusi-atasi-banjir-
di-jakarta/
LAMPIRAN A
-1-
Banyak sampah dan rumput di saluran Konstruksi saluran drainase yang rusak