Anda di halaman 1dari 119

No TA : 156/UN7.3.

3/TL/PP/2014

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN


LINGKUNGAN (ECODRAINAGE) DI KELURAHAN
JATISARI, KECAMATAN MIJEN, KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR
HALAMAN JUDUL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Strata 1 (S1)

NISAUL KAMILA
21080110130066

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
SEMARANG
DESEMBER 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : Nisaul Kamila


NIM : 21080110130066
Tanda Tangan :
Tanggal : Desember 2014

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan


(Ecodrainage) di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalammenyelesaikan pendidikan


Strata 1 pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro

Oleh :
Nisaul Kamila
21080110130066

Menyetujui dan mengesahkan


Tanggal :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Ir. Irawan Wisnu Wardhana, M.S Ir. Endro Sutrisno, M.S


NIP. 195606011986021001 NIP. 195708311986021002

Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan,

Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT


NIP. 195811071988031001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


NAMA : Nisaul Kamila
NIM : 21080110130066
Jurusan/ Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi : Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan
Lingkungan (Ecodrainage) di Kelurahan
Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing I : Ir. Irawan Wisnu Wardhana, M.S ( )


Pembimbing II : Ir. Endro Sutrisno, M.S ( )
Penguji I : Arya Rezagama, S.T, M.T ( )
Penguji II : Dr. Ing. Sudarno, S.T, M.Sc ( )

Semarang, Desember 2014


Program Studi Teknik Lingkungan
Ketua,

Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT


NIP. 195811071988031001

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :
Nama : Nisaul Kamila
NIM : 21080110130066
Jurusan/Program Studi : Teknik Lingkungan
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Nonekslusif (None-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas


Royalti/Nonekslusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal : Desember 2014
Yang menyatakan

(Nisaul Kamila)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga hanya milik Allah SWT yang telah

memberikan karunia berupa kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul ”Perencanaan Sistem

Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) di Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang” untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Dalam upaya turut serta menambah referensi terkait Ecodrainage, penulis

berharap dapat memberikan kontribusi yang nyata melalui perencanaan ini.

Perencanaan ini dibuat bekerja sama dengan saudari Annida Unnatiq

Ulyasehingga apabila terjadi kesamaan data dalam penulisan telah diketahui oleh

kedua belah pihak. Penulis menyadari akan kurang sempurnanya penulisan

perencanaan ini, sehingga kritik dan saran sangatlah diharapkan untuk

memberikan hasil yang lebih baik ke depannya.

Semarang, Desember 2014

Nisaul Kamila

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Assalamu’alaykum Wr.Wb
Alkhamdulillahirobbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa keimanan, kesempatan,
kekuatan, kesabaran dan kemudahan sehingga panulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir ini dengan baik. Penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada banyak pihak yang menjadi perantara pertolongan Allah kepada penulis,
semoga Allah selalu menjaga dan memberikan pertolongan-Nya kepada Anda
semua baik melalui saya atau orang lain. Terimakasih kepada:
1. Orang-orang terkasih: Ibu, Bapak, Kakak dan Adik, yang sejauh ini selalu
mendoakan, mendukung secara moriil dan materiil, serta selalu mengerti dan
memahami setulus hati kekurangan penulis yang tidak dapat lulus dengan
hasil yang lebih baik dengan waktu yang lebih cepat. Maaf dan beribu
terimakasih. Allah tahu betapa penulis menyayangi anda semua
2. Bapak Dr. Ir.Syafrudin, CES, M.T, selaku Ketua Prodi Teknik Lingkungan
Universitas Diponegoro.
3. Ibu Ir.Dwi Siwi Handayani, MSi selaku dosen wali dan koordinator mata
kuliah tugas akhir yang telah membantu kelancaran administrasi penyelesaian
tugas akhir.
4. Bapak Ir Wisnu Wardhana, M.S, dan Bapak Ir. Endro Sutrisno, M.S, selaku
dosen pembimbing tugas akhir yang telah memberikan banyak pelajaran dan
membimbing dengan sabar hingga laporan ini selesai.
5. Bapak Sucipto beserta staff Seksi Hidrologi PSDA Provinsi Jawa Tengah,
dan Ibu Reni Kraningtyas, S.P, M.Si beserta staff Seksi Data dan Informasi
BMKG Provinsi Jawa Tengah atas bantuan data curah hujan.
6. Bapak Andre Marketing Office komplek Perumahan BSB City, Bapak Heri
Project Manager Perumahan Graha Pesona Jatisari beserta staff, serta seluruh
masyarakat Jatisari atas data kondisi eksisting dan kerjasamanya.

vii
7. Annida Unnatiq Ulya, Best Partner yang selalu ikhlas membantu, sabar dan
bertahan menghadapi penulis hingga akhir penyelesaian laporan ini, tempat
sharing semua hal penting terkait tugas akhir, hingga sharing haha-hihi yang
tidak penting. Thanks a lot, love you as always.
8. Mario dan Dadang, yang rela bolak-balik Tembalang-Mijen untuk membantu
penulis dalam survey dan tracking lokasi. Terimakasih banyak, semoga Allah
selalu memudahkan, kalian memang super!
9. Andari, Chelly, Dita, Aris, Ulfa, Desi, Lina, Riris, Mbak Rani, Mas Adya,
Mas Arif, Mas Suryo, dan semua pihak yang telah ikut memberikan bantuan
kepada penulisyang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, dan
yang mau menampung sementara penulis untuk begadang di Laboratorium
Lingkungan.
10. Mas Dayat, Mbak Silvy, Pak Adi, Pak Tri, Bu Sri, Mas Budi, Bu Ani, dan
Mas Habibi yang membantu dalam proses administrasi dan informasi atau
bantuan lain yang menunjang terkait tugas akhir, maturnuwun sanget.
11. Seluruh teman-teman Teknik Lingkungan Angkatan 2010 dan teman-teman
KKN Baledu, Temanggung. Sampai jumpa di kehidupan yang lebih baik,
semoga Allah selalu melindungi kita semua. Sayang kalian.

Wassalamu’alaykum Wr.Wb

Semarang , Desember 2014

Nisaul Kamila

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............v

KATA PENGANTAR...............................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................xv

DAFTAR TABEL ...................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii

ABSTRAK ................................................................................................ xx

ABSTRACT ..............................................................................................xxi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ I-1

1.1 Latar Belakang....................................................................... I-1

1.2 Pembatasan Masalah ............................................................. I-2

1.3 Perumusan Masalah ............................................................... I-2

1.4 Tujuan Perencanaan............................................................... I-3

1.5 Manfaat Perencanaan............................................................. I-3

ix
Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... II-1

2.1 Sistem Drainase ................................................................... II-1

2.1.1 Definisi ................................................................................ II-1

2.1.2 Jenis Drainase ...................................................................... II-2

2.1.3 Pola Jaringan Drainase ........................................................ II-3

2.1.4 Bangunan penunjang ........................................................... II-4

2.2 Analisis Hidrologi ............................................................... II-5

2.2.1 Karakteristik hujan .............................................................. II-5

2.2.2 Data hujan ............................................................................ II-7

2.3 Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) ........... II-23

2.3.1 Lubang Resapan Biopori (LRB) ........................................ II-29

2.3.2 Sumur Resapan .................................................................. II-32

2.3.3 Metode Kolam Konservasi ................................................ II-38

2.3.4 Metode River Side Polder ................................................. II-38

2.3.5 Metode Areal Perlindungan Air Tanah ............................. II-39

2.3.6 Metode Sistem Pemanen Air Hujan (PAH)....................... II-39

2.4 Kerangka Perencanaan ...................................................... II-41

2.5 Hipotesis ............................................................................ II-41

x
Halaman

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ..III-1

3.1 Umum ................................................................................. III-1

3.2 Tujuan Operasional ............................................................ III-1

3.3 Lokasi Perencanaan ............................................................ III-3

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................ III-3

3.4.1 Data Primer ......................................................................... III-3

3.4.2 Data Sekunder .................................................................... III-4

3.5 Metode Pengolahan Data .................................................... III-5

3.6 Metode Analisis Data ......................................................... III-5

3.6.1 Kondisi Eksisting Wilayah Studi........................................ III-6

3.6.2 Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

(Ecodrainage) ..................................................................... III-6

3.6.3 Perbandingan Sistem Drainase Eksisting dengan Perencanaan

.......................................................................................... III-14

3.6.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB) ..................................... III-15

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ................... IV-1

4.1 Gambaran Umum Daerah Perencanaan.............................. IV-1

4.1.1 Letak Dan Kondisi Geografi .............................................. IV-1

4.1.2 Topografi ............................................................................ IV-3

xi
Halaman

4.1.3 Ketinggian Dan Jenis Tanah ............................................... IV-4

4.1.4 Curah Hujan........................................................................ IV-4

4.1.5 Tata Guna Lahan ................................................................ IV-5

4.1.6 Demografi ........................................................................... IV-6

4.1.7 Fasilitas Umum ................................................................... IV-6

4.2 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Di Kelurahan Jatisari . IV-9

4.2.1 Kondisi Sistem Drainase .................................................... IV-9

4.2.2 Permasalahan .................................................................... IV-10

4.3 Rencana tata kota .............................................................. IV-10

4.3.1 Persebaran Penduduk........................................................ IV-10

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................... V-12

5.1 Analisis Hidrologi ............................................................. V-12

5.1.1 Data Hujan ......................................................................... V-12

5.1.2 Melengkapi Data Curah Hujan yang Hilang ..................... V-13

5.1.3 Uji Konsistensi Data Curah Hujan .................................... V-15

5.1.4 Menentukan Curah Hujan Rata-rata Wilayah ................... V-17

5.1.5 Analisis Curah Hujan Maksimum Rencana ........................ V-1

5.1.6 Analisa Intensitas Hujan dan Debit Limpasan Air Hujan ... V-8

5.2 Analisis Hidraulika ............................................................ V-12

xii
Halaman

5.2.1 Menentukan Slope Saluran ................................................ V-12

5.2.2 Menentukan Dimensi Saluran ........................................... V-12

5.2.3 Menentukan Luas Penampang Basah Saluran (Rh) .......... V-12

5.2.4 Bangunan Penunjuang Sistem DrainaseError! Bookmark not

defined.

5.3 Evaluasi Kondisi Eksisting Sistem Drainase Di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang .. Error!

Bookmark not defined.

5.3.1 Saluran Drainase ..................... Error! Bookmark not defined.

5.3.2 Kolam Konservasi .................. Error! Bookmark not defined.

5.4 Pengembangan Sistem Drainase Di Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen, Kota SemarangError! Bookmark not

defined.

5.4.1 Analisis Daya Dukung LingkunganError! Bookmark not

defined.

5.4.2 Rencana Teknologi Ecodrainage dan Debit Air Hujan

Terserap (Qs) .......................... Error! Bookmark not defined.

5.5 Perbandingan Sistem Drainase Eksisting (Konvensional)

dengan Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan

Lingkungan (Ecodrainage) .... Error! Bookmark not defined.

xiii
5.6 Operasional dan pemeliharaan Error! Bookmark not defined.

5.7 Rencana anggaran biaya ......... Error! Bookmark not defined.

BAB VI PENUTUP .................................................................... VI-14

6.1 Kesimpulan ....................................................................... VI-14

Halaman

6.2 Saran ................................................................................. VI-14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

LAMPIRAN C

LAMPIRAN D

LAMPIRAN E

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Paralel ............................................................................. II-4

Gambar 2.2 penentuan curah hujan dengan metode polygon Thiessen ..... II-10

Gambar 2.3 Lubang Resapan Biopori (LBR .............................................. II-30

Gambar 2.4 Sumur Resapan ....................................................................... II-35

Gambar 2.5 Kolam Konservasi .................................................................. II-38

Gambar 2.6 Sistem Polder .......................................................................... II-30

Gambar 2.7 Sistem Pemanen Air Hujan (PAH) ......................................... II-40

Gambar 2.8 Kerangka Pikir Perencanaan................................................... II-41

Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan Sistem drainase Berwawasan

Lingkungan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang ................................................................................ III-16

Gambar 4.1 Wilayah Administrasi Kecamatan Mijen, Kota Semarang IV-1

Gambar 4.2 Wilayah Administrasi Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,

Kota Semarang……...…………………………………………IV-2

Gambar 4.3 Peta Topografi Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,

Kota Semarang ....................................................................... IV-3

Gambar 4.4 Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,

Kota Semarang ....................................................................... IV-5

Gambar 5.1 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Utama terhadap Stasiun

Pembanding ……………………………………………….. V-5

Gambar 5.2 Pembagian Wilayah dengan Metode Poligon Thiessen ......... V-6

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penentuan Besarnya Nilai K .................................................... II-13

Tabel 2.2 Tabel Bantu Yn dan Sn Distribusi Gumbel ............................. II-15

Tabel 2.3 Tujuan Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan (Ecodrainage) II-23

Tabel 2.4 Arahan Konsep Penangan Drainase Berwawasan

Lingkungan (Ecodrainage) ...................................................... II-26

Tabel 2.5 Nilai Laju Resapan Biopori Berdasarkan Ordo Tanah ............ II-31

Tabel 2.6 Penentuan Besarnya Faktor Geometrik (F) Untuk Penampang

Lingkaran ................................................................................. II-36

Tabel 2.7 Penentuan Besarnya Faktor Geometrik (F) Untuk Penampang

Segi Empat ............................................................................... II.37

Tabel 4.1 Curah Hujan Tiap Wilayah ...................................................... IV-4

Tabel 4.2 Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen

Kota Semarang ......................................................................... IV-6

Tabel 4.3 Fasilitas Peribadatan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen

Kota Semarang ......................................................................... IV-6

Tabel 4.4 Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen

Kota Semarang ......................................................................... IV-7

Tabel 4.5 Fasilitas Perekonomian di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen

Kota Semarang ......................................................................... IV-7

Tabel 4.6 Fasilitas Perusahaan/Perindustrian di Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen Kota Semarang ........................................... IV-8

xvi
Tabel 4.7 Kondisi Sistem Drainase Eksisting .......................................... IV-9

Tabel 5.1 Data Curah Hujan di Stasiun Terpilih...................................... V-1

Tabel 5.2 Curah Hujan yang Telah Dilengkapi di Tiap Stasiun .............. V-3

Tabel 5.3 Uji KOnsistensi Data hujan di Tiap Stasiun ............................ V-4

Tabel 5.4 Data Curah Hujan Stasiun Gunung Pati Terkoreksi ................ V-7

Tabel 5.5 Data Curah Hujan Stasiun Boja Terkoreksi ............................. V-7

Tabel 5.6 Data Curah Hujan Stasiun Bringin Terkoreksi ........................ V-8

Tabel 5.7 Perhitungan Rata-rata Curah Hujan Wilayah dengan Metode

Polygon Thiessen……………………………………………… V-10

Tabel 5.8 Analisa Frekuensi Curah Hujan ............................................... V-11

Tabel 5.9 Analisa Frekuensi Curah Hujan Log ....................................... V-12

Tabel 5.10 Perbandingan Persyaratan Pemilihan Distribusi dengan Hasil

Perhitungan…………………………………………………... V-13

Tabel 5.11 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat ................................................... V-14

Tabel 5.12 Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rencana Metode

Distribusi Gumbell ................................................................... V-15

Tabel 5.13 Perhitungan Intensitas hujan Metode Van Breen ..................... V-16

Tabel 5.14 Evaluasi Kondisi Eksisting dengan Perencanaan .................... V-25

Tabel 5.15 Daftar Harga Satuan Pekerjaan ................................................ V-43

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Dokumentasi Tugas Akhir

LAMPIRAN B

Rekapitulasi Kondisi Sistem Drainase Eksisting

Tabel Perhitungan Evaluasi Saluran Drainase Eksisting dan Perencanaan

Rekapitulasi Saluran Drainase Eksisting dan Perencanaan

Tabel Besarnya Debit Terserap di Tiap Ruas Jalan

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

LAMPIRAN C

Data Curah Hujan

LAMPIRAN D

Peta Administrasi wilayah studi

Gambar Teknologi Ecodrainage

LAMPIRAN E

Form TA 01

Form TA 02

Surat Tugas Pembimbing Tugas Akhir

xviii
Surat Tugas Tugas Akhir

Form TA 03

Surat Tugas Seminar Proposal Tugas Akhir

Surat Permohonan Data untuk Tugas Akhir

Surat Pemberitahuan dan Ijin Wawancara

Surat Permohonan Perpanjangan Tugas Akhir

Surat Tugas Perpanjangan Tugas Akhir

Form TA 04

Form TA 05

Form TA 06

Form TA 07

Daftar Hadir Seminar

Lembar Asistensi

Lembar Revisi

xix
ABSTRAK

Penerapan sistem drainase konvensional di pemukiman padat penduduk

daerah hulu dapat mengakibatkan terjadinya genangan atau bahkan banjir di

daerah hilir. Adapun tujuan perencanaan ini adalah untuk mengetahui curah hujan,

kapasitas sistem drainase eksisting, dan perencanaan sistem drainase berwawasan

lingkungan (Ecodrainage) di wilayah studi. Perencanaan ini dilakukan mulai dari

evaluasi saluran drainase eksisting di wilayah studi melalui analisa curah hujan

dengan metode Log Person III dimana data curah hujan didapat dari Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prov. Jateng, dan Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Prov. Jateng, kemudian direncanakan

sistem Ecodrainage dengan menerapkan bangunan peresapan air hujan yang

mungkin diaplikasikan di wilayah studi, serta membandingkan dengan sistem

drainase eksisting terutama pada kapasitas saluran drainase dan debit, baik debit

terserap, maupun debit sisa yang melimpas ke saluran drainase. Dari perencanaan

yang dilakukan didapatkan hasil bahwa setelah menerapkan Ecodrainage, banyak

saluran yang awalnya tidak memenuhi untuk menampung semua air limpasan,

menjadi memenuhi. Dengan perbandingan debit untuk sistem drainase eksisting:

air limpasan masuk ke saluran: 8.643 m3/s dan tidak ada debit air yang terserap,

sedangkan untuk Ecodrainage, debit air limpasan hujan: 8.643 m3/s, debit air

terserap 4.419 m3/s, dan debit sisa yang masuk ke saluran: 4.224 m3/s.

Kata kunci : Ecodrainage, Log Person III, Drainase dan Debit.

xx
ABSTRACT

Application of conventional drainage systems in densely populated areas

can result in inundation upstream or downstream flooding. The purpose of this

project is to determine the rainfall, the capacity of the existing drainage systems,

drainage systems and environmental planning (Ecodrainage) in the study area.

Planning is starting from the evaluation of the existing drainage channel in the

study area through analysis of rainfall with Log Person III method in which

rainfall data obtained from the Meteorology, Climatology and Geophysics

(BMKG) Prov. Central Java, and the Department of Water Resources

Management (PSDA) Prov. Central Java, then planned Ecodrainage system by

implementing rain water infiltration buildings that may be applied in the study

area, as well as comparing with the existing drainage system, especially on the

capacity of drainage and discharge, discharge well absorbed, as well as the rest

of the over flow water discharge into the drainage channel. Of planning done

showed that after applying Ecodrainage, many channels that were not initially

meet to hold all the water runoff, be fulfilling. By comparison discharge to the

existing drainage system: water runoff into the channel: 8.643 m3 / s and no

discharge of water is absorbed, while for Ecodrainage, rain runoff water

discharge: 8.643 m3 / s, the flow of water absorbed 4.419 m3 / s, and discharge

the rest goes into the channel: 4.224 m3 / s.

Keywords: Ecodrainage, Log Person III, Drainage and Debit.

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan berbagai pembangunan di perkotaan dan bertambahnya

jumlah penduduk memberikan dampak terhadap permasalahan drainase seperti

banyaknya genangan air dan banjir. Buruknya sistem drainase seperti kerusakan

lingkungan maupun permasalahan lingkungan yang lain memicu persebaran

penyakit yang mengganggu kesehatan manusia. Menurut Wong (2000) dalam

Parkinson dan Ole Mark (2005), semakin tinggi level atau tingkat ekonomi

penduduk di suatu negara berkembang memiliki implikasi terhadap usaha

manajemen air hujan (stormwater) dan hidrologi terutama di daerah perkotaan

yang padat penduduk. Sebagai contoh, semakin banyak didirikan bangunan baru

dan meningkatnya penggunaan mobil atau sarana transportasi dan lain

mengakibatkan peningkatan area terbangun seperti jalan dan area parkir yang

dapat mengurangi area resapan air hujan dan mengurangi kemampuan tanah

menyerap air. Kondisi ini diperparah ketika daerah dataran tinggi seperti

Kecamatan Mijen yang seharusnya difungsikan sebagai daerah resapan air/daerah

tangkapan hujan telah berkembang dan beralih fungsi sebagai perumahan ataupun

permukiman. Hal ini bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Semarang tahun 2011-2031 pasal 36 tentang rencana pengendalian rob dan banjir

poin (d) tentang pengendalian kawasan terbangun di Kecamatan Gunung Pati,

Mijen dan Ngaliyan. (Perda Kota Semarang No.14 Tahun 2011)

I-1
I-2

Ekologi drainase (ecological drainage atau Ecodrainage) merupakan

suatu pemikiran yang ditujukan untuk mendukung suatu sistem drainase

berkelanjutan di wilayah perkotaan terutama di negara berkembang. Menurut

Parkinson dan Ole Mark (2005),sistem drainase berkelanjutan merupakan suatu

sistem drainase yang selain bertujuan untuk mengurangi permasalahan yang

ditimbulkan oleh adanya limpasan air hujan di permukaan, juga bertujuan untuk

mengurangi permasalahan polusi air (aquatic), mengkonversi sumber daya air dan

meningkatkan nilai guna air terutama di lingkungan perkotaan (urban).

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam perencanaan ini adalah masalah alih fungsi

lahan di daerah hulu/dataran tinggi yang seharusnya dimaksimalkan sebagai

daerah tangkapan hujan/konservasi air namun dituntut untuk menjadi daerah

perumahan atau permukiman sehingga memperbesar resiko terjadinya banjir di

dataran rendah. Untuk itu, pembatasan masalah dalam perencanaan ini

dispesifikasikan pada kualitas sistem drainase di Kelurahan Jatisari, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang dan selanjutnya dikembangkan menjadi sistem drainase

berwawasan lingkungan yang dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan serta

pengisian air tanah sebagai salah satu upaya pencegahan banjir di dataran yang

lebih rendah.

1.3 Perumusan Masalah

1. Berapa besarkah curah hujan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,

Kota Semarang?
I-3

2. Apakah dimensi saluran drainase eksisting dapat menampung seluruh

beban aliran permukaan?

3. Bagaimanakah perencanaan sistem drainase berwawasan lingkungan di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang?

1.4 Tujuan Perencanaan

1. Mengetahui besarnya curah hujan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang.

2. Mengetahui dimensi saluran drainase eksisting serta menganalisis

kemampuannya menerima beban aliran permukaan.

3. Membuat perencanaan sistem drainase berwawasan lingkungan di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

1.5 Manfaat Perencanaan

1. Menambah pengetahuan serta memberikan kesempatan bagi penulis

untuk mengaplikasikan ilmu mengenai sistem drainase serta

konservasi sumber daya air.

2. Memberikan saran kepada pemerintah tentang sistem drainase

berwawasan lingkungan yang efektif dan efisien diterapkan di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

3. Menambah pengetahuan masyarakat luas mengenai sistem drainase

yang baik serta konservasi sumber daya air.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Drainase

2.1.1 Definisi

Secara umum drainase yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha

untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu.

Sedangkan drainase perkotaan adalah sistem prasarana drainase dalam wilayah

kota yang intinya berfungsi selain untuk mengendalikan dan mengalirkan

limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga untuk mengendalikan dan

mengalirkan kelebihan air lainnya yang mempunyai dampak mengganggu

dan/atau mencemari lingkungan perkotaan, yaitu air buangan atau air limbah

lainnya. (Hardjosuprapto, 1999 : 1)

Pada literatur lain, drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks

pemanfaatan tertentu. Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang

mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan

kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota

tersebut. Drainase perkotaan meliputi pemukiman, kawasan industri dan

perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga, lapangan parkir,

pelabuhan udara, serta tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota.

(Hadihardjadja, 1997)

II-1
II-2

2.1.2 Jenis Drainase

1. Menurut Terbentuknya

Berdasarkan Hadihardjadja, 1997, menurut terbentuknya, jenis drainase

dibedakan menjadi 2, yaitu drainase alami dan drainase Buatan. Sedangkan di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini merupakan drainase

buatan, yaitu drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga

memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton,

gorong-gorong, pipa-pipa, dan sebagainya.

2. Menurut Letak Bangunan

Berdasarkan Hadihardjadja, 1997, menurut letak bangunannya, jenis

drainase dibagi menjadi 2, yaitu drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface

Drainage) dan Drainase Permukaan Air Tanah (Surface Drainage). Sedangkan di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini merupakan drainase

permukaan air tanah, yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan air

tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya

merupakan analisa open chanel flow.

3. Menurut Fungsi

Berdasarkan Hadihardjadja, 1997, menurut fungsinya, jenis drainase

dibedakan menjadi 2, yaitu single purpose dan multi purpose. Sedangkan di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini merupakan multi

purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik

secara bercampur maupun bergantian.


II-3

4. Menurut Konstruksi

Menurut konstruksinya, jenis drainase dibedakan menjadi 2, yaitu: saluran

terbuka dan saluran tertutup. Sedangkan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,

Kota Semarang ini merupakan saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok

untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang

cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan

kesehatan/mengganggu lingkungan. (Hadihardjadja, 1997)

5. Menurut Daerah Pelayanan

Menurut daerah pelayanannya, jenis drainase dibedakan menjadi 3, yaitu

drainase pemukiman, drainase lahan, dan drainase jalan. Sistem drainase yang

digunakan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang adalah

drainase lahan, yaitu sistem drainase lahan mempunyai berbagai segi yang sama

dengan sistem drainase hujan kota. Parit terbuka, yang lebih dapat diterima di

daerah pedesaan daripada di kota-kota besar, luas dipergunakan untuk drainase air

permukaan dengan penghematan biaya yang cukup besar, dibandingkan dengan

pipa-pipa di bawah tanah. ( Linsley et al, 1991)

2.1.3 Pola Jaringan Drainase

Beberapa contoh model tata letak/pola diterapkan dalam perencanaan

drainase meliputi: pola alami, pola jaring-jaring, pola radial, pola grid, pola siku

dan pola parallel. Di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini,

pola yang digunakan adalah pola pararel seperti pada gambar berikut:
II-4

Gambar 2.1 Pola Paralel


Sumber : Drainase Perkotaan,1997

2.1.4 Bangunan penunjang

Untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik, maka

diperlukan bangunan-bangunan pelengkap di tempat-tempat tertentu. Jenis

bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi:

1. Bangunan Silang, misal : gorong-gorong


2. Bangunan Pemecah Energi, misal : bangunan terjunan dan saluran curam
3. Bangunan Pengaman, misal : ground sill atau levelling structure
4. Bangunan Inlet, misal : grill samping atau datar
5. Bangunan Outlet, misal : kolam loncat air
6. Bangunan Pintu Air, misal : pintu geser, pintu otomatis
7. Bangunan Rumah Pompa
8. Bangunan Kolam Tandon atau Pengumpul
9. Bangunan Lubang Kontrol atan Manhole
10. Bangunan Instalzasi Pengolah Limbah
11. Peralatan penunjang berupa: AWLR, ORR, Stasiun meteorologi, detector
kualitas air
12. Dan lain sebagainya.

Semua bangunan tersebut di atas tidak harus selalu ada pada jaringan

drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya

dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan, dan tuntutan akan

kesempurnaan jaringannya. (Hadihardjadja, 1997)


II-5

2.2 Analisis Hidrologi

Perencanaan sistem drainase perkotaan tidak lepas dari aspek hidrologi,

yakni hujan yang terjadi pada kawasan terebut. Aspek hidrologi sangat

berpengaruh terutama dalam penentuan dimensi saluran drainase, karena air

hujan inilah yang harus segera dibuang, dialirkan atau diresapkan dari permukaan

tanah agar tidak menggenang.

2.2.1 Karakteristik hujan

Hujan pada tiap-tiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing sesuai

dengan kondisi wilayah tersebut. Karakteristik hujan antara lain :

1. Durasi hujan, adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian)

yang diperoleh dari hasil pencatatan alat pengukur hujan otomatis.

𝑡𝑒 = 0.9 𝑅 0.92 ................................................................................... (2.1)

Keterangan:

te: durasi hujan (jam)

R: curah hujan (mm)

2. Intensitas hujan, adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan

atau volume hujan tiap satuan waktu. Nilai ini tergantung dari lamanya

curah hujan dan frekuensi kejadiannya serta diperoleh dengan cara analisis

data hujan baik secara statistik maupun empiris.

3. Lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan

antara intensitas hujan dengan durasi hujan.

4. Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan

air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang
II-6

ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Rumus untuk menghitung waktu

konsentrasi :

tc = to + td ........................................................................................... (2.2)

5. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di atas

permukaan tanah menuju saluran drainase. Untuk menghitung to pada

daerah pengaliran yang kecil dengan panjang limpasan sampai dengan ±

300 meter, menggunakan rumus Kirpich:


𝐿𝑜 0.77
0.0195 ( ) 𝑑𝐻
√𝑠
𝑡𝑜 = ......................................................................... (2.3)
3600

Keterangan:

To : time of inlet (menit)

Lo : panjang rayapan (m)

L : slope saluran (m/m)

dH : beda ketinggian awal dan akhir saluran (m)

6. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di

sepanjang saluran sampai ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.

Penentuan td dengan rumus :

𝐿𝑑𝑎
𝑡𝑑 = ⁄(60𝑉 ) ............................................................................. (2.4)
𝑑

Keterangan:

Lda : panjang saluran (m)

60 : angka konversi (1 menit = 60 detik)

Vd : kecepatan saluran rata-rata (m/s)


II-7

2.2.2 Data hujan

Beberapa tahapan dalam menentukan curah hujan maksimum adalah

seperti dijelaskan berikut :

1. Melengkapi data curah hujan yang hilang

Sebagai dasar untuk perkiraan ini digunakan data hujan dari data hujan

stasiun pengamat yang berdekatan dan mengelilingi stasiun pengamat yang

datanya tidak lengkap.

a. Jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya tdak

lengkap dengan hujan tahunan normal semua stasiun kurang dari 10 %,

maka perkiraan data yang hilang bisa mengambil harga rata-rata hitung

dari stasiun–stasiun yang mengelilinginya atau metode aritmatik.

b. Jika selisihnya lebih dari pada 10 %, maka dapat menggunakan metoda

perbandingan rasio normal, yaitu :

1 𝑟𝑖
𝑟𝑥 = ∑𝑛𝑖=1( 𝑥 𝑅𝑛) ...................................................................... (2.5)
𝑛 𝑅𝑖

Keterangan:

rx : curah hujan yang dilengkapi

Rn : rata-rata curah hujan stasiun utama

n : banyaknya stasiun pengamat hujan (n > 2)

ri : curah hujan stasiun pembanding di tahun yang sama dengan rx

Ri : rata-rata curah hujan stasiun pembanding

(Hardjosuprapto, 1999)
II-8

2. Uji Konsistensi Data Curah Hujan

Ketidakkonsistenan data curah hujan dapat mengakibatkan hasil

perhitungan menjadi tidak tepat. Ketidakkonsistenan ini dapat disebebkan karena:

a. Perubahan mendadak pada sistem lingkungan

b. Perubahan cara pengukuran

c. Pemindahan alat ukur

Ketidakkonsistenan data hujan ini dapat terlihat dari beloknya garis yang

terdiri dari:

a. Absis: yaitu oleh harga rata-rata curah hujan paling sedikit 5 stasiun hujan

yang datanya dipakai dalam perhitungan perencanaan sistem drainase

b. Ordinat: yaitu oleh curah hujan dari stasiun yang diuji konsistensinya.

Keduanya harus berada di tahun yang sama yang kemudian di plot ke

dalam koordinat kartesius yang dimulai dari data yang terbaru.

Konsistensi data hujan dapat diuji dengan kurva massa ganda (double

mass curves technique). Metode ini juga memungkinkan dilakukan koreksi data.

Prinsip dari metode ini adalah membandingkan curah hujan tahunan akumulatif

dari jaringan stasiun utama.

Garis lurus akan terbentuk apabila curah hujannya konsisten. Namun

apabila tidak membentuk garis lurus, maka dilakukan koreksi dengan rumus:

𝑡𝑔𝛽 𝑇𝐵
𝐹𝑘 = = .............................................................................................. (2.6)
𝑡𝑔𝛼 𝑇𝐿

𝑅𝑘 = 𝐹𝑘 . 𝑅 ................................................................................................... (2.7)

Keterangan:

α,β : sudut kemiringan data hujan dari stasiun utama


II-9

Fk : faktor koreksi

R : curah hujan asli

Rk : curah hujan setelah dikoreksi

3. Menghitung Hujan Wilayah Rata-rata Daerah Aliran


Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan

pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di

seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu

(Soemarto, 1995). Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan

dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa

titik pengamatan curah hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari

pengamatan curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :

a. Metode Rata-rata Aljabar

Metode ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di

dalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan. Metode ini digunakan untuk data

hujan dengan jumlah stasiun relative banyak, perbedaan stasiun tidak terlalu besar

dan selisih rata-rata kurang dari 10%.

1
R= (R1 + R2 + R3 + …+Rn) ..................................................................... (2.8)
n

Keterangan : R : curah hujan daerah (mm)

n : jumlah titik (pos-pos) pengamatan

R1 , R2 , R3… Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)


II-10

b. Metode Polygon Thyssen

Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata dan

masing-masing ketinggian terwakili, maka cara perhitungan curah hujan rata-rata

dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan.

(Varshney, 1979) Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan

sebagai berikut :

∑𝑛
𝑖=1 𝑃𝑖 𝑥 𝐴𝑖
𝑃= ∑𝑛
............................................................................................... (2.9)
𝑖=1 𝐴𝑖

Keterangan:

P : curah hujan (mm)

A : Luas wilayah yang dilayani pos penakar hujan (m2)

Gambar dari penentuan curah hujan dengan metode polygon Thiessen adalah
sebagai berikut :

A2 M

L
O

A3
A1

Gambar 2.2 penentuan curah hujan dengan metode polygon Thiessen

sumber: suripin, 2004

dimana : I : Stasiun I dengan luas Poligon A1

II : Stasiun II dengan luas poligon A2

III : Stasiun III dengan luas poligon A3

A1 : Luas daerah yang dibatasi LON

A2 : Luas daerah yang dibatasi LOM

A3 : Luas daerah yang dibatasi MON


II-11

c. Metode Isohyet

Metode ini digunakan untuk daerah dengan topografi yang tidak rata dan

dihitung sesuai ketinggian kontur, tetapi tidak berlaku untuk masing-masing

tahun. Dirumuskan sebagai berikut :

Ra = ((Ro + R1 )L1 + (R1 + R2)L2 +….+ (Rn-1 + Rn)Ln) ......................... (2.10)

Keterangan:

Rn : Curah hujan berdasarkan elevasi

Ln : Luas daerah cakupan

L : Luas total daerah cakupan

(Hadihardjadja, 1997)

4. Analisa Frekuensi Data hujan

Analisa frekuensi hujan harian maksimum dapat dilakukan dengan

beberapa metode, yaitu:

a. Distribusi Normal

𝑋𝑇 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾𝑇 𝑆 ......................................................................... (2.11)

Keterangan:

XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

hujan tahunan (mm)

Xrata-rata : nilai rata-rata varian (mm)

KT : faktor frekuensi

S : standar deviasi
II-12

Sedangkan untuk menghitung standar deviasi (s) adalah dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

log 𝑥−log 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)2 0.5


𝑠 = ∑( ) .............................................................. (2.12)
𝑛−1

Keterangan:

s : standar deviasi/simpangan baku

n : banyaknya data hujan (tahun)

b. Distribusi Log Normal

𝑌𝑇 = 𝑌𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾𝑇 𝑆 .......................................................................... (2.13)

Keterangan:

YT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

hujan tahunan (mm)

Yrata-rata : nilai rata-rata varian (mm)

KT : faktor frekuensi

S : standar deviasi

c. Distribusi Log Person III

Mengitung logaritma hujan dengan periode ulang T dengan rumus:

log 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾. 𝑠 ............................................................ (2.14)

Keterangan:

XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

hujan tahunan (mm)

Xrata-rata : nilai rata-rata varian (mm)


II-13

K : koefisien

s : standar deviasi

Besarnya nilai K didapatkan dengan bantuan tabel dengan cara menarik

garis lurus dari besarnya nilai koefisien kemencengan (G) dan periode ulang hujan

(PUH) yang digunakan. Koefisien kemencengan dapat dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

∑(log 𝑥−𝑙𝑜𝑔 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)3


G= (𝑛−1)(𝑛−2)𝑠3
..................................................................... (2.15)

Keterangan:

G : koefisien kemencengan

s : standar deviasi

n : banyaknya data hujan (tahun)

Tabel 2.1

Penentuan besarnya nilai K

Interval Kejadian (Recurrence Interval), Tahun (Periode Ulang)


1.0101 1.25 2 5 10 25 50 100
Koef. G Persentase Peluang Terlampaui (Percent chance of being exceeded)
99 80 50 20 10 4 2 1
3.0 -0.667 -0.636 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051
2.8 -0.714 -0.666 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973
2.6 -0.769 -0.696 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 2.889
2.4 -0.832 -0.725 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800
2.2 -0.905 -0.752 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705
2.0 -0.990 -0.777 -0.310 0.609 1.130 2.219 2.192 3.605
1.8 -1.087 -0.799 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499
1.6 -1.197 -0.817 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388
1.4 -1.318 -0.832 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271
1.2 -1.449 -0.844 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149
1.0 -1.588 -0.852 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022
0.8 -1.733 -0.856 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891
0.6 -1.880 -0.857 -0.099 0.800 1.328 1.929 2.359 2.755
0.4 -2.029 -0.855 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615
II-14

Interval Kejadian (Recurrence Interval), Tahun (Periode Ulang)


1.0101 1.25 2 5 10 25 50 100
Koef. G Persentase Peluang Terlampaui (Percent chance of being exceeded)
99 80 50 20 10 4 2 1
0.2 -2.178 -0.850 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472
0.0 -2.326 -0.842 0.000 0.842 1.282 1.751 2.051 2.326
-0.2 -2.472 -0.830 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178
-0.4 -2.615 -0.816 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029
-0.6 -2.755 -0.800 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880
-0.8 -2.891 -0.780 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733
-1.0 -3.022 -0.758 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588
-1.2 -2.149 -0.732 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449
-1.4 -2.271 -0.705 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318
-1.6 -2.388 -0.675 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197
-1.8 -3.499 -0.643 0.282 0.799 0.946 1.035 1.069 1.087
-2.0 -3.605 -0.609 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990
-2.2 -3.705 -0.574 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905
-2.4 -3.800 -0.537 0.351 0.725 0.795 0.823 0.830 0.832
-2.6 -3.889 -0.490 0.368 0.696 0.747 0.764 0.768 0.769
-2.8 -3.973 -0.469 0.384 0.666 0.702 0.712 0.714 0.714
-3.0 -7.051 -0.420 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667
Sumber: Suripin. 2004

d. Distribusi gumbel

YTr −Yn
𝑋𝑇𝑟 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + Sx ............................................................... (2.16)
Sn

Keterangan:

XTr : nilai hujan perkiraan (mm)

Xrata-rata : nilai hujan rata-rata (mm)

YTr : raduce variate, sebagai fungsi periode ulang

Yn : reduce mean yang tergantung dari jumlah sampel (tabel reduce

mean, Yn)

Sn : reduce standar deviasi yang tergantung dari jumlah sampel (tabel

reduce standar deviasi, Sn)


II-15

Sx : standar deviasi

Untuk menghitung reduce variate (YTr) digunakan rumus:


𝑇𝑟
𝑌𝑇𝑅 = − ln(𝑙𝑛 𝑇𝑟−1) ............................................................................... (2.17)

Keterangan:

YTr : reduce variate

TR : periode ulang hujan yang digunakan

Tabel 2.2
Tabel Bantu Yn dan Sn Distribusi Gumbel

n Yn Sn n Yn Sn
5 0.4588 0.7928 19 0.522 1.0565
6 0.469 0.8388 20 0.5236 1.0628
7 0.4774 0.8749 21 0.5252 1.0696
8 0.4843 0.9043 22 0.5268 1.0754
9 0.4902 0.9288 23 0.5283 1.0811
10 0.4952 0.9496 24 0.5296 1.0864
11 0.4996 0.9676 25 0.5309 1.0915
12 0.5035 0.9833 26 0.532 1.0961
13 0.507 0.9971 27 0.5332 1.1004
14 0.51 1.0095 28 0.5343 1.1047
15 0.5128 1.0206 29 0.5353 1.1086
16 0.5157 1.0316 30 0.5362 1.1124
17 0.5181 1.0411 31 0.5371 1.1159
18 0.5202 0.0493 32 0.538 1.1193
II-16

Tabel 2.2
Tabel Bantu Yn dan Sn Distribusi Gumbel (Lanjutan)

n Yn Sn n Yn Sn
33 0.5388 1.1226 55 0.5504 1.1681
34 0.5396 1.1255 56 0.5508 1.1696
35 0.5402 1.1285 57 0.5511 1.1708
36 0.541 1.1313 58 0.5515 1.1721
37 0.5418 1.1339 59 0.5518 1.1734
38 0.5424 1.1363 60 0.5521 1.1747
39 0.543 1.1388 61 0.5524 1.1759
40 0.5436 1.1413 62 0.5527 1.177
41 0.5442 1.1436 63 0.553 1.1782
42 0.5448 1.1458 64 0.5533 1.1793
43 0.5453 1.148 65 0.5535 1.1803
44 0.5458 1.1499 66 0.5538 1.1814
45 0.5463 1.1519 67 0.554 1.1824
46 0.5468 1.1538 68 0.5543 1.1834
47 0.5473 1.1557 69 0.5545 1.1844
48 0.5477 1.1574 70 0.5548 1.1854
49 0.5481 1.159 71 0.555 1.1863
50 0.5485 1.1607 72 0.5552 1.1873
51 0.5489 1.1623 73 0.5555 1.1881
52 0.5493 1.1638 74 0.5557 1.189
53 0.5497 1.1658 75 0.5559 1.1898
54 0.5501 1.1667
Sumber: Suripin, 2004

5. Analisa Intensitas Hujan


Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang

disebut intensitas curah hujan (mm/jam). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-

beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya.

Beberapa rumus intensitas curah hujan yang dihubungkan dengan hal-hal ini,

telah disusun sebagai rumus-rumus eksperimental. Yang biasanya digunakan

antara lain :
II-17

a. Metode Thalbott

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbott dalam tahun 1881 dan disebut

jenis Talbott. Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dimana

tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga yang diukur.

a
I  ............................................................................................ (2.18)
t b

Keterangan :

I : Intensitas curah hujan (mm/jam)

t : Lamanya curah hujan (menit)

a
 It  I 2    I 2 t )( I 
( N  I 2 )  ( I ) 2

( I )(  It )  N ( I 2 t )
b
( N  I 2 )  ( I ) 2

b. Metode Van Breen


Intensitas hujan di Indonesia dapat mengacu pada pola grafik IDF

(Intensity Duration Frequency) dari Van Breen, yang dapat didekati dengan

persamaan berikut:

54𝑅𝑇 + 0.07𝑅𝑇2
𝐼𝑇 = ........................................................................................ (2.19)
𝑡𝑐+0.3𝑅𝑇

Keterangan: IT: intensitas hujan (mm/jam)

RT: curah hujan harian maksimum (mm)

tc: durasi hujan (menit)


II-18

c. Metode Sherman

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut

jenis Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang

lamanya lebih dari 2 jam. Rumus yang digunakan :

a
I ................................................................................................. (2.20)
tn

d. Metode Ishiguro

Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953. Rumus yang

digunakan sebagai berikut :

I= a y ....................................................................................... (2.21)

t + b

dimana :

a = (  It .  I2 ) – (  I2t ).(  I )

N  I2 – (  I )2

b = (  I .  It ) – N ( I2t)

N  I2 – (  I )2

Keterangan:

I : Intensitas hujan (mm/jam)

t : Durasi Hujan (menit)

a, b, n : konstanta

n : banyaknya data
II-19

e. Metode Mononobe

Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan (I) di dalam rumus rasional dapat

dihitung dengan rumus :

2
R  24  3
I   mm / jam ............................................................. (2.22)
24  tc 
Keterangan:
R : curah hujan rancangan setempat dalam mm
tc : lama waktu konsentrasi dalam jam
I : intensitas hujan dalam mm/jam
(Hadihardjadja, 1997)

6. Debit Rancangan

Debit rencana untuk daerah perkotaan umumnya dikehendaki pembuangan

air secara tepat, agar jangan ada genangan air yang berarti. Untuk memenuhi

tujuan tersebut saluran-saluran harus dibuat sesuai dengan debit rancangan.

Faktor-faktor yang menentukan tinggi genangan air yang diperbolehklan

agar tidak menimbulkan kerugian yang berart, adalah:

a. Luas daerah yang kan tergenang.


b. Lama waktu penggenangan.
Besarnya debit rencana dapat dihitung dengan metode rasional dan

modifikasinya.

a. Metode Rasional
Apabila luas daerah pengaliran lebih kecil dari 0,80 km2 (40-80 Ha),

kapasitas pengaliran dapat dihitung dengan rumus:

𝑄 = 𝐹. 𝐶. 𝐼. 𝐴 ................................................................................................. (2.23)
II-20

Keterangan:

Q : debit puncak (m3/s)

F : faktor konversi 0.002778

C : Koefisien pengaliran (0 < C > 1)

A : Luas daerah tangkapan (Ha)

b. Metode Modifikasi Rasional


Apabila luas daerah pengaliran antara 0,80 – 50 km2 maka metode rasional

harus dimodifikasi dengan memperhitungkan efek penampungan saluran. Efek

penampungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien penampungan yang

berfungsi untuk memperkecil nilai estimasi suatu daerah pengaliran yang relatif

besar.

𝑄 = 𝐹. 𝐶. 𝐶𝑠. 𝐼. 𝐴 ........................................................................................... (2.24)

Keterangan:

Q : debit puncak (m3/s)

F : faktor konversi 0.002778

C : Koefisien pengaliran (0 < C > 1)

A : Luas daerah tangkapan (Ha)

Cs : koefisien penampungan

2tc
Dimana: Cs= ................................................................................... (2.25)
2tc  td
Keterangan:
tc = Waktu konsentrasi (menit)
td = Waktu pengaliran (menit)
II-21

7. Koefisien Pengaliran (C)


Besar suatu pengaliran dapat kita nyatakan dalam ukuran tinggi, dan kita

sebut sebagai tinggi aliran. Kalau ukuran besarnya hujan (dalam mm) untuk luas

daerah yang sama, kita sebut tinggi hujan, maka perbandingan antara tinggi aliran

dengan tinggi hujan (yang ditentukan untuk jangka waktu yag cukup panjang)

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛
disebut koefisien pengaliran, jadi : 𝐶 = ................................... (2.26)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛

Koefisien pengaliran ini dipengaruhi oleh : keadaan hujan, luas dan bentuk

DAS, kemiringan DAS dan dasar saluran, daya infiltrasi dan perkolasi tanah

kebasahan tanah, letak DAS terhadap arah angin, dan lain-lain. Harga C berubah

dari waktu ke waktu, sesuai dengan perubahan pada DAS.

8. Kecepatan aliran dalam saluran ( V )


Kecepatan aliran yang diijinkan dalam suatu saluran telah memiliki suatu

ketentuan-ketentuan tertentu. Secara umum, kecepatan aliran dalam saluran

diisyaratkan sebesar 0,3 meter/detik atau lebih, dengan maksud agar tidak terjadi

pengendapan material di dasar saluran. Dan kecepatan maksimumnya biasanya

diisyaratkan antara 1 sampai 3 m/detik dengan maksud agar saluran tidak mudah

tergerus, terutama untuk saluran berbentuk segi empat.

9. Intensitas Hujan
Penentuan intensitas hujan untuk perencanaan saluran mempertimbangkan:

- Periode ulang hujan rata-rata yang diperoleh


- Waktu konsentrasi
II-22

10. Perhitungan slope saluran

Persamaan rumus manning yang digunakan untuk perhitungan slope

saluran:

𝑑𝐻
𝑆= .......................................................................................................... (2.27)
𝐿

Keterangan:

S : slope saluran (m/m)

dH : beda ketinggian awal dan akhir saluran (m)

L : panjang saluran (m)

11. Perhitungan dimensi saluran

Untuk menghitung dimensi saluran maka digunakan rumus manning

berikut:
1
𝑉= 𝑅 2/3 𝑆 1/2 ............................................................................................ (2.28)
𝑛

Keterangan:

V :kecepatan aliran (m/s)

n : koefisien manning berdasarkan jenis saluran

R : jari-jari hidrolis

S : kemiringan/slope

12. Mencari luas saluran basah (A)


𝑄
𝐴= ...................................................................................................... (2.29)
𝑉

Keterangan:

A : Luas saluran basah (m2)


II-23

Q : debit pengaliran (m3/s)

V : kecepatan (m/s)

2.3 Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage)

Drainase berwawasan lingkungan dimaksudkan sebagai upaya mengelola

kelebihan air dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah

secara alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas

sungai sebelumnya (Kementerian PU, 2011). Adanya konsep baru drainase

tersebut dilatarbelakangi oleh isu perubahan iklim yakni ketersediaan air bagi

kebutuhan makhluk hidup. Cara pelaksanaannya dengan mengoptimalisasikan

sistem drainase yang telah ada dan mengembangkan ecodrainage seperti

melakukan penampungan air (baik secara alamiah maupun buatan), meresapkan

air ke dalam tanah serta mengalirkan kelebihan air ke badan air penerima tanpa

menambah beban pada badan air penerima tersebut.

Tabel 2.3

Tujuan Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan (Ecodrainage)

TUJUAN KETERANGAN

Mengurangi limpasan Meminimalkan perubahan karakteristik hidrologi dari suatu

air hujan (runoff) dan area tangkapan (catchment) yang disebabkan oleh

melindungi area pembangunan dan teknologi yang bertujuan untuk

perkotaan dari banjir. mempertahankan karakteristik alam dari aliran limpasan air

hujan (runoff).

Konservasi sumber Mendukung infiltrasi air hujan untuk mengisi kembali air
II-24

TUJUAN KETERANGAN

daya air tanah (groundwater) dan memanfaatkan teknologi untuk

mengumpulkan dan menyimpan air hujan melalui berbagai

macam aplikasi.

Melindungi kualitas Mengurangi jumlah polusi yang masuk ke dalam air hujan

dari sumber air (stormwater system) melalui implementasi dari kontrol

sumber dan mengurangi konsentrasi polutan menggunakan

teknologi yang tepat.

Mempertahankan Memaksimalkan keberadaan flora dan fauna yang terdapat di

habitat alam dan lingkungan aliran air (watercourse) untuk mendukung

biodiversiti konservasi alam dan biodiversiti.

Mendukung nilai guna Mendorong kegunaan dari wilayah air di lingkungan

dari air di lingkungan perkotaan sebagai potensi rekreasi dan kesadaran lingkungan

perkotaan masyarakat.

Sumber: Parkinson dan Ole Mark, 2005

Di beberapa negara berkembang seperti India dan Malaysia, telah

dilakukan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan yang dirancang

berdasarkan prinsip ekodrainase. Hal tersebut dilatarbelakangi antara lain oleh

perkembangan berbagai pembangunan di perkotaan dan bertambahnya jumlah

penduduk yang berdampak terhadap permasalahan drainase seperti banyaknya

genangan air dan banjir maupun permasalahan lingkungan yang terdampak akibat

buruknya sistem drainase seperti kerusakan lingkungan dan persebaran penyakit

yang mengganggu kesehatan manusia. Menurut Wong (2000) dalam Parkinson

dan Ole Mark (2005), semakin tinggi level atau tingkat ekonomi penduduk di
II-25

suatu negara berkembang memiliki implikasi terhadap usaha manajemen air hujan

(stormwater) dan hidrologi terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk.

Sebagai contoh, semakin banyak didirikan bangunan baru dan meningkatnya

penggunaan mobil atau sarana transportasi dan lain mengakibatkan peningkatan

area terbangun seperti jalan dan area parkir yang dapat mengurangi area resapan

air hujan dan mengurangi kemampuan tanah menyerap air.


II-26

Tabel 2.4

Arahan Konsep Penangan Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage)

RUANG LINGKUP KETERPADUAN


ARAH TUJUAN PENDEKATAN
KEGIATAN PROGRAM

REGIONAL Keterpaduan dengan sistem Penyesuain masterplan  Pengembangan sistem polder  Flood control

pengendalian banjir drainase kota dengan pola


dan pemompaan  Konservasi Air Baku
 Pintu-pintu air
sungai.
 Saluran interceptor / sodetan
KOTA Pengurangan tingkat genangan Sinkronisasi dan  Stimulasi  PPSP (Program

terutama pada kawasan strategis keterpaduan sistem drainase pembangunan/peningkatan/reha Percepatan Sanitasi
bilitasi saluran primer, sekunder Perkotaan)
perkotaan untuk menjaga makro dan mikro yang
dan tersier.  SPPIP (Strategi
produktifitas dan ekonomi dinyatakan dalam  Fasilitasi pengembangan Pembangunan

Kota/Kab, melindungi investasi masterplan drainase kota. prasarana dan sarana drainase Permukiman
perkotaan skala Kota/Kab. Infrastruktur
terbangun dan mencegah timbul
Perkotaan)
dan tersebarnya penyakit yang

ditularkan melalui air.


II-27

RUANG LINGKUP KETERPADUAN


ARAH TUJUAN PENDEKATAN
KEGIATAN PROGRAM

KAWASAN Pengurangan genangan di kawasan Optimalisasi kapasitas  Stimulasi  RPKPP (Rencana


pembangunan/peningkatan/reha Pembangunan
perumahan dan permukiman. sistem drainase eksisting
bilitasi sistem drainase lokal. Kawasan
dan pembangunan baru
 Pengembangan sistem drainase Permukiman
sistem drainase berwawasan lingkungan. Prioritas)

berwawasan lingkungan  KAPET


 GNPSR (Gerakan
Nasional
Pembangunan Sejuta
Rumah)
LINGKUNGAN Pengurangan tingkat genangan Pengembangan  Stimulasi pembangunan  KIP

untuk menjaga keberlanjutan pembangunan fisik saluran prasarana drainase lingkungan.  Revitalisasi Kawasan
 Pelibatan peran aktif  Program
lingkungan perumahan dan drainase berwawasan
masyarakat dalam memelihara Keciptakaryaan
permukiman yang layak, sehat dan lingkungan dan fungsi drainase. berbasis masyarakat

bersih. pemeliharaan fungsi saluran (Pamsimas, Sanimas,


3R, SLBM)
drainase melalui peran aktif
II-28

RUANG LINGKUP KETERPADUAN


ARAH TUJUAN PENDEKATAN
KEGIATAN PROGRAM

masyarakat.

TAPAK Penyediaan prasarana dan sarana Drainase berwawasan  Fasilitasi perencanaan tapak  Penerbitan IMB
BANGUNAN
bangunan yang layak huni dan lingkungan dan pemisahan
bangunan.  Konservasi Air Tanah
 Pembangunan drainase persil  Sistem PAH (Panen
sehat. saluran air hujan dan
berwawasan lingkungan. Air Hujan)
saluran air limbah.  Pembuatan sumur resapan.

Sumber: Kementerian PU, 2011


II-29

Arahan penanganan drainase dapat dibagi menjadi 3 wilayah penanganan

sebagai berikut (Kementerian PU, 2011):

1. Wilayah Hulu
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan untuk kemudian

diresapkan (pola retensi sebagai upaya pengawetan atau konservasi air).

Contohnya dengan pembuatan biopori, sumur resapan skala rumah tangga dan

kolam retensi komunal.

2. Wilayah Tengah
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan ke kolam

tampungan untuk ditampung sementara atau diresapkan bila memungkinkan

(gabungan pola retensi dan detensi).

3. Wilayah Hilir
Air limpasan saluran dialirkan melalui saluran drainase ke waduk atau

kolam untuk penampungan sementara (pola detensi) sebelum dialirkan atau

dipompa ke badan air (sungai atau laut).

Metode drainase ramah lingkungan (Ecodrainage) dapat dilakukan dengan

beberapa cara (Kementerian PU, 2011) yaitu:

2.3.1 Lubang Resapan Biopori (LRB)

Lubang Respan Biopori (LRB) merupakan sebuah lubang berdiameter +

10 cm dengan kedalaman 80-100 cm yang dibuat untuk memperluas bidang

resapan setidaknya seluas kolom/dinding lubang. Sedangkan biopori adalah

lubang-lubang kecil (pori) pada tanah yang terbentuk aktifitas organisme dalam

tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah, lubang tersebut berisi

udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Lubang Resapan Biopori (LBR) ini
II-30

diaktifkan dengan memasukkan sampah organik ke dalamnya dimana sampah ini

akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan

kegiatannya melalui proses dekomposisi. Dengan adanya aktifitas fauna tanah

maka biopori akan terbentuk.

Gambar 2.3 Lubang Resapan Biopori

Sumber: www.bpbd.jakarta.go.id, 2014


II-31

Cara pembuatan Lubang Resapan Biopori ( LBR) adalah:

1. Membuat lubang silinder secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter +

10 cm. Kedalaman + 80-100 cm atau sampai melampaui muka air tanah bila

air tanahnya dangkal. Sedangkan jarak antar lubang antara 50-100 cm.

2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2

cmdi sekeliling mulut lubang.

3. Kemudian LBR diisi dengan sampah organik baik berasal dari dapur, sisa

tanaman, atau pangkasan rumput.

4. Sampah organik ditambahkan secara berkala seiring dengan berkurangnya

sampah organik di LBR karena penyusunan akibat proses pelapukan.

5. Kompos yang terbentuk dalam LBR dapat diambil pada saat dibutuhkan,

atau pada akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan LBR.

𝐻 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jumlah LBR = 𝐻 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝐿𝑅𝐵 ...................................................................... (2.30)

(Brata, 2008)

Dimana laju peresapan air di LBR dapat dilihat berdasarkan ordo tanah

seperti yang disajikan pada tabel 2.5 sebagai berikut:

Tabel 2.5

Nilai Laju Resapan Biopori Berdasarkan Ordo Tanah

No. Ordo Tanah Laju resapan biopori (lt/jam)

1 Entisol 147.32

2 Inseptisaol 104.56

3 Ultisol 25.03

Sumber: Rasmita (2010) dalam Kesuma (2012)


II-32

2.3.2 Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang

dibuat untuk menampung air hujan agar meresap ke dalam tanah. Sumur resapan

merupakan kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang

untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi

menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian, konstruksi dan

kedalamannya berbeda.

Sumur resapan dapat dikatakan sebagai salah satu teknik konservasi air,

berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk

sumur galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan adalah

tempat untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.

Sementara itu manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan sumur resapan antara

lain adalah:

1. mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air

sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi.

2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air

tanah.

3. Mengurangi atau menahan terjadinya kenaikkan air laut bagi daerah yang

berdekatan dengan wilayah pantai.

4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air

tanah yang berlebihan

5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.


II-33

Beberapa metode untuk menentukan dimensi sumur resapan:

1. Sunjoto (1998)

Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung

berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap

ke dalam tanah dan dapat dituliskan sebagai berikut:

a. Sumur Kosong Tampang Lingkaran:

𝑄 −𝐹.𝐾.𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )} ...................................................... (2.31)
𝐹.𝐾 𝜋.𝑅 2

b. Sumur Kosong tampang Segi Empat:

𝑄 −𝑓.𝐾.𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )} ...................................................... (2.32)
𝑓.𝐾 𝑃.𝐿

c. Sumur Isi Material Tampang Lingkaran:

𝑄 −𝐹.𝐾.𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( 𝑛.𝜋.𝑅2 )} ..................................................... (2.33)
𝐹.𝐾

d. Sumur Isi Material Tampang Segi Empat:

𝑄 −𝑓.𝐾.𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}...................................................... (2.34)
𝑓.𝐾 𝑛.𝑃.𝐿

Keterangan:

H = tinggi muka air dalam sumur (m)

H’ = tinggi muka air dalam sumur terisi material (m)

F = faktor geometrik penampang lingkaran (m) (tabel 2.6)

f = faktor geometrik penampang segi empat (m) (tabel 2.7)

Q = debit air masuk (m3/jam)

Te = durasi hujan (jam)

K = Koefisien permeabilitas tanah (m/jam)

R = jari-jari sumur (m)


II-34

n = porositas material pengisi

2. Metode PU

Pusat penelitian dan pengembangan permukaan Departemen Pekerjaan

Umum (1990) telah menyusun standar tata cara perencanaan teknik sumur resapan

air hujan yang ditulis dalam SK SNI T-06-1990 F. tidak jauh berbeda dengan apa

yang dikemukakan oleh Sunjoto, metode PU menyatakan bahwa dimensi atau

jumlah sumur resapan yang diperlukan pada suatu lahan, ditentukan oleh curah

hujan maksimum, permeabilitas tanah dan luas bidang tanah, yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:


𝐷.𝐼.𝐴𝑡𝑎𝑑𝑎ℎ − 𝐷.𝐾.𝐴𝑠𝑢𝑚𝑢𝑟
H= ............................................................................... (2.35)
𝐴𝑠𝑢𝑚𝑢𝑟 + 𝐷.𝐾.𝐿

Kapasitas Resapan

Faktor yang mempengaruhi resapan air tersebut antara lain faktor

geometrik, koefisien permeabilitas tanah, serta kedalaman air tanah. Berikut

formula yang digunakan untuk menghitung debit resapan:

Qo = f.K.h ..................................................................................................... (2.36)

Keterangan:

Qo = debit resapan (m3/detik)

f = faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/detik)

H = kedalaman air (m)


II-35

Gambar 2.4 Sumur Resapan

Sumber: www.padeblogan.com, 2008


II-36

Tabel 2.6

Penentuan Besarnya Faktor Geometrik (F) Untuk Penampang Lingkaran

Sumber: Sunjoto, 2011


II-37

Tabel 2.7

Penentuan Besarnya Faktor Geometrik (f) Untuk Penampang Segi Empat

s s ss s ss

Sumber: Sunjoto, 2008 dalan Sunjoto, 2011


II-38

2.3.3 Metode Kolam Konservasi

Metode ini dilakukan dengan membuat kolam-kolam (waduk atau

embung) baik di perkotaan, permukiman, pertanian atau perkebunan. Kolam

difungsikan untuk menampung air hujan terlebih dahulu untuk kemudian

diresapkan atau digunakan kembali sebagai air bersih setelah melalui proses

pengolahan, dan sisanya dialirkan ke sungai secara perlahan.

Gambar 2.5 Kolam Konservasi

Sumber: www.gilangrupaka.wordpress.com, 2012

2.3.4 Metode River Side Polder

Merupakan metode menahan aliran air dengan mengelola atau menahan

kelebihan air hujan di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder ini terletak di
II-39

pinggir sungai dengan cara memperbesar bantaran sungai di berbagai tempat

secara selektif sepanjang sungai.

Gambar 2.6 Sistem Polder

Sumber: www.matamata, 2014

2.3.5 Metode Areal Perlindungan Air Tanah

Metode ini dilakukan dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air

tanah dan di kawasan yang ditentukan tersebut tidak diperbolehkan adanya

bangunan. Kawasan ini ditentukan berdasarkan kriteria secara geologi dan

ekologi.

2.3.6 Metode Sistem Pemanen Air Hujan (PAH)

Metode ini dilakukan untuk menahan aliran air dengan mengelola

kelebihan air hujan di area pemukiman penduduk. Metode ini bisa dilakukan
II-40

dengan membuat bak-bak penampung air di dekat rumah melalui pipa dari atap.

Konstruksi bak penampung dapat berupa pasangan batu bata atau konstruksi beton

bertulang.

Gambar 2.7 Sistem Penampung Air Hujan

Sumber: http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-

banjir/penampungan-air-hujan, 2007
II-41

2.4 Kerangka Perencanaan

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono, 2012 : 91). Kerangka perencanaan dari perencanaan ini

adalah:

Air hujan dari daerah hulu yang langsung melimpas dapat memicu

terjadinya banjir di daerah hilir

Terjadinya krisis sumber daya air ketika musim kemarau

Dilakukan kunjungan lokasi serta pengumpulan data yang diperlukan

seperti data curah hujan, topografi, dan lain-lain melalui wawancara dan

studi literatur

Dilakukan analisa kapasitas tampungan saluran drainase eksisting dan

perencanaan bangunan drainase berwawasan lingkungan

Analisa banyaknya debit limpasan yang terserap atau tertampung oleh

bangunan drainase berwawasan lingkungan yang terpilih

Gambar 2.8 Kerangka Pikir Perencanaan

Sumber: Analisa Penulis, 2014

2.5 Hipotesis

Tidak terdapat hipotesis dalam perencanaan ini.


BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

3.1 Umum

Metodologi perencanaan sistem drainase berwawasan lingkungan

(Ecodrainage) di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini

melakukan evaluasi terhadap sistem drainase eksisting dan merencanakan sistem

drainase berwawasan lingkungan secara sistematis dan saling terkait, dari tahap

persiapan sampai penyusunan akhir laporan. Sehingga diharapkan hasil yang

optimal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun diagram alir dapat

dilihat pada gambar 3.1.

3.2 Tujuan Operasional

Tujuan operasional perencanaan berfungsi untuk menerangkan tujuan

perencanaan yang hendak dicapai serta memberikan gambaran langkah-langkah

dalam perencanaan selanjutnya. Tujuan operasioanal perencanaan ini meliputi:

a. Merencanakan sistem drainase berwawasan lingkungan (Ecodrainage) di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, yang terdiri dari:

1. Mengetahui dan mengevaluasi kondisi eksisting di wilayah studi, meliputi:

a. Gambaran umum wilayah studi

b. Topografi/kontur wilayah studi

c. Rencana tata ruang wilayah Kecamatan Mijen, yang merupakan lokasi

wilayah studi

III-1
III-2

d. Sistem drainase eksisting di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen,

Kota Semarang.

2. Menghitung intensitas hujan yang terjadi di Kelurahan Jatisari, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang, berdasarkan data curah hujan dari stasiun penakar

hujan di sekitar wilayah studi, meliputi:

a. Curah hujan rata-rata yang terjadi di wilayah studi

b. Curah hujan harian maksimum yang terjadi di wilayah studi

c. Frekuensi terjadinya hujan di wilayah studi

d. Menghitung intensitas hujan di wilayah studi

3. Merencanakan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage)

di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, meliputi:

a. Analisis bangunan pelengkap drainase berwawasan lingkungan yang

dapat diaplikasikan di wilayah studi

b. Menghitung debit air hujan yang dapat direduksi atau ditampung

sementara oleh bangunan pelengkap drainase berwawasan lingkungan

c. Menghitung debit limpasan yang masuk ke saluran drainase di wilayah

studi

b. Menghitung RAB (rencana anggaran biaya) yang meliputi:

a. Menganalisis harga satuan (standar biaya) barang dan pekerja

b. Menghitung volume pekerjaan rencana

c. Menghitung total biaya yang dibutuhkan


III-3

3.3 Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan tugas akhir ini adalah di Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini terdiri dari dua

jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun metode pengumpulan masing-

masing data akan dijelaskan sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data primer dalam pelaksanaan tugas akhir dengan

Judul Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage) di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang yaitu:

1. Wawancara

Kegiatan wawancara/interview dilakukan dengan bapak Heri selaku

Project Manager di salah satu perumahan yang merupakan bagian dari komplek

perumahan BSB City yang ada di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang beserta staff, serta kepada bapak Andre selaku staff di marketing office

BSB City untuk mendapatkan keterangan mengenai kondisi perumahan secara

umum dan kondisi saluran drainase pada khususnya, serta mengingat karena

Kelurahan Jatisari yang awalnya merupakan kebun karet, kini + 30% lahannya

telah beralih fungsi menjadi perumahan.


III-4

2. Pengamatan Langsung

Survey atau pengamatan langsung di wilayah studi dilakukan untuk

mendapatkan data pendukung serta untuk mencocokkan keterangan yang didapat

dari kegiatan wawancara dengan pihak terkait.

Adapun data yang diperoleh dengan metode pengumpulan data primer

yaitu:

a. Luas total Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

b. Sumber air yang masuk ke saluran drainase

c. Dimensi, kondisi, serta efektifitas saluran drainase eksisting

3.4.2 Data Sekunder

Metode pengumpulan data sekunder dalam pelaksanaan tugas akhir

dengan judul Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

(Ecodrainage) di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang yaitu:

1. Studi Literatur

Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan dengan cara membaca buku,

jurnal-jurnal serta referensi lain yang berkaitan dengan sistem drainase

berwawasan lingkungan (Ecodrainage) yang berguna sebagai pustaka atau dasar

teori serta pendukung dalam pembahasan dari tugas akhir ini.

2. Data lainnya

Berbeda dari studi literatur, metode pengumpulan data ini adalah dengan

mengumpulkan data terkait sistem drainase dari Kelurahan Jatisari, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang, serta data pendukung lainnya seperti data curah hujan dari
III-5

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Dinas Penyediaan

Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah.

Adapun data yang diperoleh dari metode pengumpulan data sekunder

adalah:

a. Data curah hujan selama 14 tahun terakhir pada 3 stasiun hujan (Boja,

Gunung pati dan Beringin) dari BMKG dan PSDA

b. Peta tata guna lahan atau site plan kawasan Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

c. Peta kontur/topografi daerah studi

d. Peta jaringan sistem drainase eksisting di Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

3.5 Metode Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan dari pengumpulan data primer dan sekunder

kemudian diolah. Metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan

mengevaluasi dan menganalisis data sistem drainase eksisting yang telah

diperoleh, untuk merencanakan detail sistem drainase berwawasan lingkungan

(Ecodrainage) serta rencana anggaran biaya (RAB) di Kelurahan Jatisari,

Kecamatan Mijen, Kota Semarang, dimana pengolahan data ini didukung oleh

kajian pustaka serta kriteria desain sistem drainase.

3.6 Metode Analisis Data

Kondisi eksisting dari wilayah yang akan dijadikan wilayah studi terlebih

dahulu harus diketahui sebelum merencanakan kegiatan yang akan dilakukan di


III-6

tempat tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan

survey untuk mengetahui keadaan di wilayah studi.

3.6.1 Kondisi Eksisting Wilayah Studi

Dalam menganalisis kondisi eksisting, dapat dilakukan dalam 2 cara yaitu:

1. Survey Lokasi

Survey lokasi dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting wilayah studi.

2. Analisis Kondisi Eksisting Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang, dapat dilakukan dengan cara:

a. Menganalisis kondisi fisik, meliputi, luas wilayah, kontur/topografi

dan arah aliran sistem drainase

b. Menganalisis site plan Kelurahan

3.6.2 Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

(Ecodrainage)

1. Analisa Daya Dukung Lingkungan

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi analisis fisik site plan

bangunan rumah, ruang terbuka hijau, serta pengukuran permeabilitas tanah untuk

mengetahui daya dukung tanah terhadap air, dimana analisis ini dimaksudkan

untuk menentukan bangunan peresapan atau bangunan penampung apa yang

paling cocok diterapkan di wilayah studi.

2. Melengkapi data curah hujan yang hilang

Cara melengkapi data curah hujan yang hilang yaitu dengan mengambil

data hujan dari stasiun penakar hujan terdekat, dengan ketentuan:


III-7

a. jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang dicari dengan

stasiun pembanding kurang dari 10%, maka perkiraan nilai curah hujan

dengan cara aritmatik (rata-rata).

b. jika selisihnya lebih dari 10%, maka nilai curah hujan yang hilang dapat

dicari dengan metode perbandingan rasio normal seperti pada rumus:

1 𝑛 𝑟𝑖
𝑟𝑥 = ∑ ( 𝑥 𝑅𝑛)
𝑛 𝑖=1 𝑅𝑖

Keterangan:

rx : curah hujan yang dilengkapi

Rn : rata-rata curah hujan stasiun utama

n : banyaknya stasiun pengamat hujan (n > 2)

ri : curah hujan stasiun pembanding di tahun yang sama dengan rx

Ri : rata-rata curah hujan stasiun pembanding

3. Melakukan uji konsistensi data hujan

Uji konsistensi hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑡𝑔𝛽 𝑇𝐵
𝐹𝑘 = =
𝑡𝑔𝛼 𝑇𝐿

𝑅𝑘 = 𝐹𝑘 . 𝑅

Keterangan:

α,β : sudut kemiringan data hujan dari stasiun utama

Fk : faktor koreksi

R : curah hujan asli

Rk : curah hujan setelah dikoreksi


III-8

4. Melakukan uji homogenitas data hujan

Uji homogenitas hanya dilakukan pada area regional dengan luas mencapai 10

stasiun pengamat hujan. Untuk wilayah yang lebih kecil tidak dilakukan.

5. Menentukan hujan wilayah rata-rata dengan metode polygon thiessen

Hujan wilayah rata-rata metode ini dapat dihitung dengan rumus:

∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖 𝑥 𝐴𝑖
𝑃=
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖

Keterangan:

P : curah hujan (mm)

A : Luas wilayah yang dilayani pos penakar hujan (m2)

6. Menganalisis frekuensi hujan harian maksimum

Analisa frekuensi hujan harian maksimum dapat dilakukan dengan

beberapa metode, yaitu:

a. Distribusi Normal

𝑋𝑇 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾𝑇 𝑆

Keterangan:

XT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang hujan

tahunan (mm)

Xrata-rata : nilai rata-rata varian (mm)

KT : faktor frekuensi

S : standar deviasi
III-9

b. Distribusi Log Normal

𝑌𝑇 = 𝑌𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾𝑇 𝑆

Keterangan:

YT : perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

hujan tahunan (mm)

Yrata-rata : nilai rata-rata varian (mm)

KT : faktor frekuensi

S : standar deviasi

c. Distribusi Log Person III

Mengitung logaritma hujan dengan periode ulang T dengan rumus:

log 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + 𝐾. 𝑠

d. Distribusi gumbel

YTr − Yn
𝑋𝑇𝑟 = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 + Sx
Sn

Keterangan:

XTr : nilai hujan perkiraan (mm)

Xrata-rata : nilai hujan rata-rata (mm)

YTr : raduce variate, sebagai fungsi periode ulang

Yn : reduce mean yang tergantung dari jumlah sampel (tabel reduce mean,

Yn )

Sn : reduce standar deviasi yang tergantung dari jumlah sampel (tabel

reduce standar deviasi, Sn)

Sx : standar dediasi
III-10

7. Melakukan uji probabilitas data hujan

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui metode mana yang cocok

untuk perhitungan curah hujan dengan cara melihat selisih terkecil dari beberapa

metode yang ada. Serta untuk menentukan periode ulang hujan (PUH) yang akan

digunakan untuk menghitung intensitas hujan dengan cara melihat selisih terkecil

dari PUH metode yang telah dipilih.

8. Mencari time of inlet (to)

Inlet time (to) dapat dihitung berdasarkan rumus:

𝐿𝑜 0.77
0.0195 ( ) 𝑑𝐻
√𝑠
𝑡𝑜 =
3600

Keterangan:

To : time of inlet (menit)

Lo : panjang rayapan (m)

L : slope saluran (m/m)

dH : beda ketinggian awal dan akhir saluran (m)

9. Mencari time of flow/conduit time (td)

Conduit time dapat dihitung berdasarkan rumus:

𝐿𝑑𝑎
𝑡𝑑 = ⁄(60𝑉 )
𝑑

Keterangan:

Lda : panjang saluran (m)

60 : angka konversi (1 menit = 60 detik)


III-11

Vd : kecepatan saluran rata-rata (m/s)

10. Mencari waktu konsentrasi (tc)

Waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung berdasarkan rumus:

tc = to + td

11. Mencari durasi hujan (te)

Perhitungan durasi dilakukan seperti pada rumus:

𝑡𝑒 = 0.9 𝑅 0.92

Keterangan:

te: durasi hujan (jam)

R: curah hujan (mm)

12. Perhitungan intensitas hujan

Besarnya intensitas hujan berbeda-beda tergantung dari curah hujan atau

frekuensi kejadian hujannya. Persamaan yang digunakan adalah dengan metode

Van Breen berikut:

54𝑅𝑇 + 0.07𝑅 𝑇 2
𝐼𝑇 =
𝑡𝑐 + 0.3𝑅𝑇

Keterangan:

IT: intensitas hujan (mm/jam)

RT: curah hujan harian maksimum (mm)

tc: durasi hujan (jam)


III-12

13. Perhitungan debit air hujan (Q)

Untuk mencari debit dengan metode modifikasi rasional digunakan rumus:

𝑄 = 𝐹. 𝐶. 𝐶𝑠. 𝐼. 𝐴

Keterangan:

Q : debit puncak (m3/s)

F : faktor konversi 0.002778

C : Koefisien pengaliran (0 < C > 1)

Cs : Koefisien storasi

A : Luas DAS (Ha)

14. Debit air hujan terserap (Qs)

Untuk menghitung debit yang akan terserap oleh bangunan peresapan,

adalah dengan cara sebagai berikut, dimana terdapat rumus yang berbeda untuk

setiap kondisi perencanaan bangunan peresapan.

a. Sumur Kosong Tampang Lingkaran:

𝑄 −𝐹. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝐹. 𝐾 𝜋. 𝑅 2

b. Sumur Kosong tampang Segi Empat:

𝑄 −𝑓. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻= {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝑓. 𝐾 𝑃. 𝐿

c. Sumur Isi Material Tampang Lingkaran:

𝑄 −𝐹. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝐹. 𝐾 𝑛. 𝜋. 𝑅 2
III-13

d. Sumur Isi Material Tampang Segi Empat:

𝑄 −𝑓. 𝐾. 𝑇𝑒
𝐻′ = {1 − 𝑒𝑥𝑝 ( )}
𝑓. 𝐾 𝑛. 𝑃. 𝐿

Keterangan:

H = tinggi muka air dalam sumur (m)

H’ = tinggi muka air dalam sumur terisi material (m)

F = faktor geometrik penampang lingkaran (m) (tabel 2.6)

f = faktor geometrik penampang segi empat (m) (tabel 2.7)

Q = debit air masuk (m3/jam)

Te = durasi hujan (jam)

K = Koefisien per meabilitas tanah (m/jam)

R = jari-jari sumur (m)

n = porositas material pengisi

Setelah didapatkan H total dari persamaan berikutnya, selanjutnya digunakan

persamaan berikut ini untuk mengetahui jumlah lubang yang dibutuhkan:

𝐻 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Jumlah LRB yang dibutuhkan = 𝐻 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝐿𝑅𝐵

15. Debit run off (Qrun-off)

Adapun rumus yang digunakan adalah:

Qrun-off = Q – Qs

Keterangan:

Qrun-off : debit air limpasan (m3/s)


III-14

Q : debit air hujan (m3/s)

Qs : debit air hujan terserap (m3/s)

16. Embung atau waduk

Untuk menghitung volume danau/embung yang dibutuhkan, digunakan

rumus:

𝑉 = 𝑄𝑟𝑢𝑛−𝑜𝑓𝑓 𝑥 𝑡𝑑

Keterangan:

V : volume danau/embung (m3)

Qrun-off : debit air limpasan yang masuk ke danau/embung (m3/s)

Td : waktu tinggal air di danau/embung (s)

3.6.3 Perbandingan Sistem Drainase Eksisting dengan Perencanaan

Setelah sistem drainase dievaluasi, maka diketahui bangunan mana yang

secara kapasitas diketahui tidak mampu menampung air limpasan hujan sehingga

menggenang atau melimpas ke badan jalan. Dari hasil evaluasi, direncanakan

bangunan peresapan yang dapat diterapkan untuk mengurangi debit air limpasan

hujan yang masuk ke saluran. Sehingga selain dapat mengkonservasi atau

recharge air ke dalam tanah, bangunan eksisting yang diketahui kapasitasnya

terlalu kecil, tidak perlu diperbesar. Setelah itu, dibandingkan debit air yang

masuk ke saluran drainase, yang meresap, serta dibandingkan pula kapasitas

saluran drainase eksisting sebelum dan sesudah perencanaan.


III-15

3.6.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

1. Rencana anggaran biaya (RAB) bangunan peresapan air hujan

a) Daftar kebutuhan konstruksi dan peralatan berdasarkan bangunan

peresapan air hujan terpilih

2. Rencana anggaran biaya (RAB) saluran drainase

a) Volume saluran yang direncanakan

𝑉 =𝐴𝑥𝐻

b) Daftar acuan harga satuan yang dapat diperoleh di kantor dinas

pekerjaan umum atau bappeda kota semarang

c) Perhitungan harga bahan

Harga satuan = volume saluran x harga bahan tiap m3

d) Perhitungan harga pekerjaan

Harga pekerjaan = vol. saluran x koef. pekerja x upah tiap m3

e) Rencana anggaran biaya (RAB)

RAB = total harga bahan x total harga pekerjaan


III-16

Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data Kajian Pustaka

- Gambaran umum
wilayah studi
Kondisi eksisting - data curah hujan
Data Primer Data Sekunder
wilayah studi - peta jaringan
drainase
- peta site plan

Pengolahan Data

TIDAK Analisis Data

DED Kriteria Desain

YA
- penentuan hujan rata-rata
- menganalisa frekuensi hujan
- melakukan uji kecocokan hujan
- menghitung intensitas hujan
- penentuan Catchment area
- menghitung debit air hujan
- pengukuran permeabilitas tanah
- penentuan dimensi bangunan resapan
terpilih (sumur resapan, biopori, danau
atau PAH)
- menghitung volume air hujan terserap
- gambar desain bangunan resapan
(sumur resapan, biopori, danau atau
PAH
- penentuan arah aliran
- menghitung waktu konsentrasi
- menghitung debit limpasan
Standar Biaya - menghitung dimensi saluran
- gambar desain saluran drainase

Perhitungan Volume Saluran Rencana Konstruksi

Perhitungan Volume Biaya

Hasil Desain

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan Sistem drainase Berwawasan Lingkungan


di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang
Sumber: Analisa Penulis, 2014
BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4.1 Gambaran Umum Daerah Perencanaan

4.1.1 Letak Dan Kondisi Geografi

Gambar 4.1

Wilayah Administrasi Kecamatan Mijen, Kota Semarang

Sumber: Analisa Penulis, 2014

IV-1
IV-2

Gambar 4.2

Wilayah Administrasi Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang

Sumber: Analisa Penulis, 2014

Kelurahan Jatisari merupakan bagian dari Kecamatan Mijen dimana

Kelurahan Jatisari ini memiliki luas 221,216 ha. Batas-batas administratif

Kelurahan Jatisari adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kelurahan Wonolopo dan Kelurahan Wonoplumban,

Kecamatan Mijen

 Sebelah Selatan : Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen

 Sebelah Timur : Kelurahan Mijen dan Kelurahan Tambangan, Kecamatan

Mijen
IV-3

 Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

4.1.2 Topografi

Kelurahan Jarisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang merupakan dataran

tinggi dengan rentang elevasi antara 203-285 m di atas permukaan laut. Berikut

merupakan gambaran topografi Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, kota

Semarang:

Gambar 4.3

Peta Topografi Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

Sumber: Analisa Penulis, 2014


IV-4

4.1.3 Ketinggian Dan Jenis Tanah

Karena Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang merupakan

daerah hulu/dataran tinggi, maka jenis tanah yang umum dijumpai di wilayah ini

merupakan tanah merah berpasir dengan permeabilitas sedang cenderung tinggi,

yaitu sebesar 6.3 cm/jam.

4.1.4 Curah Hujan

Curah hujan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

dapat dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

(PSDA) Provinsi Jawa Tengah di bawah ini.

Tabel 4.1

Curah Hujan di tiap Stasiun

Stasiun Hujan
No Tahun St. Gn St. St.
Pati Boja Bringin
1 2000 127 121
2 2001 87 205.0 -
3 2002 136 168.0 -
4 2003 151 132.0 -
5 2004 147 165.0 -
6 2005 105 47.0 -
7 2006 174 133.0 -
8 2007 114 50.0 -
9 2008 305 140.0 162
10 2009 108 210.0 227
11 2010 165 - 155
12 2011 200 - 98
13 2012 99 75.0 107
14 2013 146 95.0 157
Jumlah 1937.0 1420.0 906.0
Rata-Rata 147.4 128.4 151.0
Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah, BMKG Provinsi
Jawa Tengah, 2014
IV-5

4.1.5 Tata Guna Lahan

Sebagian besar lahan di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang adalah perkebunan karet. Namun, sekitar 30% lahannya telah diubah

menjadi perumahan yang terus berkembang di Kelurahan Jatisari yang

dipublikasikan dengan nama Bukit Jatisari (merupakan bagian dari perumahan

BSB City, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang).

Gambar 4.4

Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang

Sumber: Analisa Penulis, 2014


IV-6

4.1.6 Demografi

Banyaknya penduduk yang tinggal di Kelurahan Jatisari, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang pada tahun 2012 tercatat sebanyak 8.780 jiwa dengan

jumlah laki-laki sebanyak 4.444 jiwa dan perempuan sebanyak 4.336 jiwa.

Sebagian besar penduduk Kelurahan Jatisari beragama Islam dan

bermatapencaharian sebagai buruh bangunan. (BPS, 2012)

4.1.7 Fasilitas Umum

1. Fasilitas Pendidikan

Tabel 4.2

Fasilitas Pendidikan Kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen Kota

Semarang Tahun 2012

Jenjang
No Negeri Swasta jumlah
Pendidikan
1 TK 0 2 2
2 SD 1 1 2
3 SLTP 0 1 1
4 SLTA 0 1 1
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012

2. Fasilitas Peribadatan

Tabel 4.3

Fasilitas Peribadatan Kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen Kota

Semarang Tahun 2012

No Fasilitas Jumlah
1 Masjid 4
2 Langgar/Surau 11
3 Gereja 1
4 Kuil/Pura/Vihara 0
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
IV-7

3. Fasilitas Kesehatan

Tabel 4.4

Fasilitas Kesehatan Kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen Kota

Semarang Tahun 2012

No Fasilitas Jumlah
1 Rumah Sakit 0
2 Rumah Sakit Bersalin 2
3 Poliklinik 1
4 Puskesmas 0
5 Puskesmas Pembantu 0
6 Praktek Dokter 4
7 Apotek 2
8 Posyandu 11
9 Pos KB 2
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012

4. Fasilitas Perekonomian

Tabel 4.5

Fasilitas Perekonomian Kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen Kota

Semarang Tahun 2012

No Fasilitas Jumlah
1 Pasar 0
2 Warung/Kios/Toko 120
3 Koperasi 0
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
IV-8

5. Fasilitas Perusahaan/Perindustrian

Tabel 4.6

Fasilitas Perusahaan/Perindustrian Kelurahan Jatisari Kecamatan

Mijen Kota Semarang Tahun 2012

No Fasilitas Jumlah
1 Industri Besar dan Sedang 4
2 Industri Kecil 3
3 Industri Rumah Tangga 2
4 Hotel 0
5 Rumah Makan 12
6 Perdagangan 20
7 Angkutan 3
8 Jasa 0
9 Lainnya 0
sumber: Kecamatan Mijen dalam Angka 2012
IV-9

4.2 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Di Kelurahan Jatisari

4.2.1 Kondisi Sistem Drainase

Tabel 4.7

Kondisi Sistem Drainase Eksisting

Luas
Kelas Eo Ei Tata Guna H
No Jalur Sub DPS Area Bentuk L (m) B (m) Konstruksi Kondisi
Saluran (m) (m) Lahan (m)
(ha)
Perumahan Bukit Jatisari Elok
1 Jl. Duku I Ka (Blok A) Tersier Kali Blorong 276 272 0.11 Pemukiman Segi Empat 82 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
2 Jl. Duku II Ki (Blok B) Tersier Kali Blorong 276 272 0.10 Pemukiman Segi Empat 82 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
3 Jl. Duku II Ka (Blok C) Tersier Kali Blorong 276 272 0.90 Pemukiman Segi Empat 82 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
4 Jl. Duku III Ka (Blok L, N) Tersier Kali Blorong 273 270 0.20 Pemukiman Segi Empat 215 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
5 Jl. Duku III Ki (Blok M) Tersier Kali Blorong 273 270 0.13 Pemukiman Segi Empat 215 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
6 Jl. Duku IV Ka (Blok F, T) Tersier Kali Blorong 274 266 0.18 Pemukiman Segi Empat 161 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
7 Jl. Duku IV Ki (Blok G, S) Tersier Kali Blorong 274 266 0.19 Pemukiman Segi Empat 161 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
8 Jl. Duku V Ka (Blok H, R) Tersier Kali Blorong 273 267 0.20 Pemukiman Segi Empat 162 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
9 Jl. Duku V Ki (Blok I, Q) Tersier Kali Blorong 273 267 0.17 Pemukiman Segi Empat 162 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
10 Jl. Duku VI Ka (Blok J, P ) Tersier Kali Blorong 273 268 0.21 Pemukiman Segi Empat 161 0.3 0.35 Pas. Batu Bata Baik
Sumber: Analisa Penulis, 2014

*) Kondisi sistem drainase eksisiting selengkapnya, dapat dilihat di lampiran


IV-10

4.2.2 Permasalahan

Permasalahan umum yang terjadi dari sistem drainase eksisting di

Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang yaitu:

1. Pada saluran drainase alami tanpa diperkeras, semakin lama saluran

mengalami pengurangan volume akibat pendangkalan saluran yang

disebabkan longsornya dinding tanah pada saluran dan mengendapnya

sedimen yang hanyut sehingga mengendap di dasar saluran.

2. Banyaknya pengotor saluran seperti sampah dan rumput liar yang tumbuh di

bibir saluran yang juga mengurangi volume saluran. Dan pada saluran yang

diperkeras, tumbuhnya rumput liar ini dapat merusak struktur bangunan

saluran apabila tidak sering dijaga/dibersihkan.

3. Karena Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang merupakan

dataran tinggi (hulu), masyarakat atau bahkan pemerintah merasa saluran

drainase tidaklah terlalu penting sehingga saluran drainase dibuat hanya oleh

warga (rumah) yang ingin membuat saja, sedangkan yang merasa tidak perlu

tidak membuatnya. Hal ini dapat merusak estetika dan memicu

berkembangnya penyakit di masyarakat karena air hujan yang tertampung di

saluran drainase tidak mengalir karena di sekitarnya tidak memiliki saluran.

4.3 Rencana tata kota

4.3.1 Persebaran Penduduk

Sebagian besar penduduk Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota

Semarang terpusat di komplek perumahan Bukit Jatisari, dan sisanyan bertempat


IV-11

tinggal di pemukiman yang tersebar antara lain di sebelah selatan (perbatasan

dengan Kelurahan Cangkiran), di sebelah utara Bukit Jatisari tepatnya di sisi barat

jalan arteri Semarang-Boja, dan sebagian di sebelah utara yang berbatasan

langsung dengan Kelurahan Wonolopo. Sedangkan area yang lain merupakan

perkebunan dan pabrik karet.


V-12

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Hidrologi

5.1.1 Data Hujan

Data curah hujan diperoleh dari pengukuran oleh stasiun hujan yang

dikelola oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah. Berikut merupakan

data curah hujan tersebut:

Tabel 5.1

Data Curah Hujan Harian Maksimum di Stasiun Hujan Terpilih

Curah hujan (mm/24 jam)


Tahun
Ngaliyan Tugu Semarang Barat
1999 161,0 141,0 246,0
2000 226,8 181,0 215,0
2001 219,8 244,9 186,0
2002 201,7 156,8 251,0
2003 226,6 243,0 245,0
2004 182,4 236,0
2005 238,8 177,0 172,0
2006 215,2 145,3 168,0
2007 214,5 185,7 190,0
2008 203,0 215,0 208,0
2009 219,9 201,0 195,0
2010 222,8 164,0 221,0
2011 224,8 193,3 183,0
2012 267,0 223,3 271,0
2013 221,0 189,2 174,0
Jumlah 3245,1 2660,57 3161
Rata-
216,34 190,04 210,73
Rata
V-13

Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah, BMKG Provinsi Jawa


Tengah, 2014
Dari data curah hujan yang telah diperoleh tersebut, terdapat beberapa data

kosong sehingga untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya perlu dilakukan teknik

untuk melengkapi curah hujan.

5.1.2 Melengkapi Data Curah Hujan yang Hilang

Berikut merupakan contoh perhitungan melengkapi data curah hujan

stasiun Tugu pada tahun 2004 terhadap stasiun Ngaliyan dan Semarang Barat:

Rata-Rata Stasiun Pembanding:

Rata-Rata Stasiun Ngaliyan + Rata-Rata Stasiun Semarang Barat

= (216,34 + 210,73) / 2

= 213,54

Selisih Curah Hujan

Rata-Rata St. Tugu - Rata-Rata St.n Pembanding x 100%

Rata-Rata Stasiun Tugu

= -0,12363349 x 100%

= 12,36%

Selisih hujan tahunan normal antara stasiun pembanding dengan stasiun

utama adalah lebih dari 10% maka untuk menghitung hujan yang hilang

digunakan metode perbandingan rasio normal.

𝑟𝑥 1 𝑟𝑛 𝑟𝑥
= (∑𝑛𝑛=1 − )
𝑅𝑥 𝑛−1 𝑅𝑛 𝑅𝑥
V-14

𝑟𝑥 1 𝑟𝑛 𝑟𝑥
= (∑𝑛𝑛=1 − )
𝑅𝑥 𝑛−1 𝑅𝑛 𝑅𝑥
𝑟𝑥 1 182,4 𝑟𝑥 236 𝑟𝑥
= (( − )+( − ))
190,04 3−1 216,34 190,04 210,73 190,04
𝑟𝑥 1 159,6336−𝑟𝑥 212,8448−𝑟𝑥
= (( )+( ))
190,04 2 190,04 190,04
𝑟𝑥 1 372,4784−2𝑟𝑥
= ( ))
190,04 2 190,04
𝑟𝑥 372,4784−2𝑟𝑥
=( ))
95,02 190,04

𝑟𝑥 = 93,1 mm/24 jam

Tabel 5.2

Curah Hujan Harian Maksimum yang Telah dilengkapi di Tiap Stasiun

Curah hujan (mm/24 jam)


Tahun Semarang
Ngaliyan Tugu Barat
1999 161,0 141,0 246,0
2000 226,8 181,0 215,0
2001 219,8 244,9 186,0
2002 201,7 156,8 251,0
2003 226,6 243,0 245,0
2004 182,4 93,1 236,0
2005 238,8 177,0 172,0
2006 215,2 145,3 168,0
2007 214,5 185,7 190,0
2008 203,0 215,0 208,0
2009 219,9 201,0 195,0
2010 222,8 164,0 221,0
2011 224,8 193,3 183,0
2012 267,0 223,3 271,0
2013 221,0 189,2 174,0
Jumlah 3245,1 2753,69 3161
Rata-
Rata 216,34 183,58 210,73
V-15

Sumber: Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah, BMKG Provinsi


Jawa Tengah dan Analisa Penulis, 2014

5.1.3 Uji Konsistensi Data Curah Hujan

Tabel 5.3

Uji Konsistensi Data Hujan Tiap Stasiun Hujan

St.
St. Utama St. Pembanding
Pembanding Rata-rata Akumulasi
Akumulasi
Stasiun St.
St. Semarang St. Utama
St. Ngaliyan St. Tugu Pembanding Pembanding
Barat

161,0 141,0 246,0 203,5 2753,7 3203,0


226,8 181,0 215,0 220,9 2612,7 2999,5
219,8 244,9 186,0 202,9 2431,7 2778,7
201,7 156,8 251,0 226,3 2186,8 2575,8
226,6 243,0 245,0 235,8 2030,0 2349,5
182,4 93,1 236,0 209,2 1787,0 2113,7
238,8 177,0 172,0 205,4 1693,8 1904,5
215,2 145,3 168,0 191,6 1516,8 1699,1
214,5 185,7 190,0 202,3 1371,5 1507,5
203,0 215,0 208,0 205,5 1185,8 1305,3
219,9 201,0 195,0 207,5 970,8 1099,8
222,8 164,0 221,0 221,9 769,8 892,3
224,8 193,3 183,0 203,9 605,8 670,4
267,0 223,3 271,0 269,0 412,5 466,5
221,0 189,2 174,0 197,5 189,2 197,5
Sumber: Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah, BMKG Provinsi Jawa Tengah dan

Analisa Penulis, 2014


V-16

Akumulasi St. Ngaliyan (A)


3500
Akumulasi Stasiun A

3000 Akumulasi St.


2500 Gunungpati (A)
2000 Linear (Akumulasi
1500 St. Gunungpati (A))
1000
500
0 y = 216.7x - 57.566
R² = 0.9996

Akumulasi Stasiun B dan C

Gambar 5.1

Grafik Uji Konsistensi Stasiun A terhadap Stasiun B dan C

Sumber: Analisa Penulis, 2014

Meskipun data hujan stasiun Ngaliyan ini dianggap paling efektif, namun

terdapat perubahan lengkung (data tidak konsisten) sehingga perlu dikoreksi.

Berdasarkan faktor koreksi (fk) yang terbentuk dari grafik.


V-17

Tabel 5.4
Data Curah Hujan Stasiun Ngaliyan Terkoreksi
faktor
curah CH
no tahun koreksi
hujan terkoreksi
(fk)
1 1999 161,0 1 161,00
2 2000 226,8 1 226,75
3 2001 219,8 1 219,75
4 2002 201,7 1 201,67
5 2003 226,6 1 226,58
6 2004 182,4 0,9996 182,34
7 2005 238,8 1 238,75
8 2006 215,2 0,9996 215,08
9 2007 214,5 1 214,50
10 2008 203,0 0,9996 202,92
11 2009 219,9 1 219,92
12 2010 222,8 1 222,83
13 2011 224,8 1 224,75
14 2012 267,0 1 267,00
15 2013 221,0 1 221,00
Sumber: Analisa Penulis, 2014

5.1.4 Menentukan Curah Hujan Rata-rata Wilayah


V-18

Digunakan metode Polygon Thiessen karena DAS studi kasus merupakan

DAS sedang dan di wilayah studi tidak terdapat pos pengamat hujan, sehingga

pos-pos pengamat hujan yang digunakan adalah pos pengamat hujan yang paling

dekat wilayah studi yaitu stasiun Ngaliyan, stasiun Tugu dan stasiun Semarang

Barat.

Dari gambar tersebut, diketahui luas masing-masing wilayah sebagai

berikut:

1. Luas wilayah bagian Stasiun Ngaliyan (A) = 1478,48 ha

2. Luas wilayah bagian Stasiun Tugu (B) = 1301,87 ha

3. Luas wilayah bagian Stasiun Semarang Barat (C) = 1684,43 ha


V-19

Tabel 5.5

Perhitungan Rata-rata Curah Hujan Wilayah dengan Metode Polygon Thiessen

Hujan Harian Maksimum


Rata - Rata
St. St. A3
No Tahun St. A1 (ha) A2 (ha) A1.R1 A2.R2 A3.R3 Aa+Ab+Ac Hujan
Ngaliya Semarang (ha)
Tugu (mm)
n Barat
1 1999 161,0 141,0 246,0 1478,48 1301,87 1684,43 238035 183564 414370 4464,8 187,2
2 2000 226,8 181,0 215,0 1478,48 1301,87 1684,43 335245 235638 362152 4464,8 209,0
3 2001 219,8 244,9 186,0 1478,48 1301,87 1684,43 324896 318841 313304 4464,8 214,4
4 2002 201,7 156,8 251,0 1478,48 1301,87 1684,43 298160 204172 422792 4464,8 207,2
5 2003 226,6 243,0 245,0 1478,48 1301,87 1684,43 334999 316354 412685 4464,8 238,3
6 2004 182,4 93,1 236,0 1478,48 1301,87 1684,43 269699 121230 397525 4464,8 176,6
7 2005 238,8 177,0 172,0 1478,48 1301,87 1684,43 352987 230431 289722 4464,8 195,6
8 2006 215,2 145,3 168,0 1478,48 1301,87 1684,43 318120 189162 282984 4464,8 177,0
9 2007 214,5 185,7 190,0 1478,48 1301,87 1684,43 317134 241757 320042 4464,8 196,9
10 2008 203,0 215,0 208,0 1478,48 1301,87 1684,43 300131 279902 350361 4464,8 208,4
11 2009 219,9 201,0 195,0 1478,48 1301,87 1684,43 325142 261676 328464 4464,8 205,0
12 2010 222,8 164,0 221,0 1478,48 1301,87 1684,43 329455 213507 372259 4464,8 205,0
13 2011 224,8 193,3 183,0 1478,48 1301,87 1684,43 332288 251691 308251 4464,8 199,8
14 2012 267,0 223,3 271,0 1478,48 1301,87 1684,43 394754 290708 456481 4464,8 255,8
15 2013 221,0 189,2 174,0 1478,48 1301,87 1684,43 326744 246314 293091 4464,8 194,0
Sumber: Analisa Penulis. 2014
5.1.5 Analisis Curah Hujan Maksimum Rencana

Curah hujan maksimum rata-rata pada periode ulang hujan tertentu harus

diketahui sehingga debit banjir rencana dapat dihitung.

1. Parameter Statistik Curah Hujan

Tabel 5.6
Analisis Frekuensi Curah Hujan
Xi (Xi- (Xi- (Xi-
NO TAHUN Xi (Xi-X)^4
diurutkan X) X)^2 X)^3
1 1999 187,2 176,6 -17,5 305,6 -5341,0 93361,0
2 2000 209,0 177,0 4,3 18,7 80,6 348,3
3 2001 214,4 187,2 9,7 94,5 918,3 8926,2
4 2002 207,2 194,0 2,5 6,4 16,0 40,3
5 2003 238,3 195,6 33,6 1130,3 38000,8 1277588,0
6 2004 176,6 196,9 -28,1 788,5 -22140,7 621710,8
7 2005 195,6 199,8 -9,1 82,4 -748,6 6797,4
8 2006 177,0 205,0 -27,7 766,2 -21207,9 587035,5
9 2007 196,9 205,0 -7,8 60,5 -470,9 3663,7
10 2008 208,4 207,2 3,7 13,8 51,5 191,5
11 2009 205,0 208,4 0,3 0,1 0,0 0,0
12 2010 205,0 209,0 0,3 0,1 0,0 0,0
13 2011 199,8 214,4 -4,9 23,8 -116,2 567,1
14 2012 255,8 238,3 51,1 2613,3 133589,6 6829098,6
15 2013 194,0 255,8 -10,7 114,1 -1218,2 13010,2
Jumlah 3070 0,0 6018,2 121413,3 9442338,7
Rata-Rata (X) 204,68
Sumber: Analisa Penulis, 2014

Berdasarkan tabel di atas, maka parameter-parameter statistik curah hujan

yang telah disebutkan sebelumnya dapat dihitung dengan persamaan berikut:

a. Standar Deviasi (S)

2
∑n
i=1(Xi−X) 6018,2
S=√ = √ 15−1 = 𝟐𝟎, 𝟕𝟑𝟑𝟐𝟖
n−1

V-1
V-2

b. Koefisien Kemencengan/Skewness (Cs)


3
n x ∑n
i=1(Xi−X) 15 𝑥 121413,3
Cs = (n−1)(n−2) S3
= (15−1) 𝑥 (15−2) 𝑥 (20,73328)3
= 1,122748

c. Koefisien Kurtosis (Ck)


4
n2 x ∑ni=1(Xi − X)
Ck =
(n − 1)x(n − 2)x(n − 3)xS 4

152 x 9442338
= (15−1)x (15−2)x (15−3)x 20,73328 4

= 𝟓, 𝟐𝟔𝟒𝟐𝟔𝟐

d. Koefisien Variasi (Cv)

S 20,73328
Cv = X = = 𝟎, 𝟏𝟎𝟏𝟐96
204,68

Tabel 5.7
Analisa Frekuensi Curah Hujan Log
Log Log Xi (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
NO TAHUN Xi (Log Xi - Log X)
Xi diurutkan Log X)^2 Log X)^3 Log X)^4
1 1999 187,2 2,27 2,25 -0,04 0,00 0,0 0,0
2 2000 209,0 2,32 2,25 0,01 0,00 0,0 0,0
3 2001 214,4 2,33 2,27 0,02 0,00 0,0 0,0
4 2002 207,2 2,32 2,29 0,01 0,00 0,0 0,0
5 2003 238,3 2,38 2,29 0,07 0,00 0,0 0,0
6 2004 176,6 2,25 2,29 -0,06 0,00 0,0 0,0
7 2005 195,6 2,29 2,30 -0,02 0,00 0,0 0,0
8 2006 177,0 2,25 2,31 -0,06 0,00 0,0 0,0
9 2007 196,9 2,29 2,31 -0,01 0,00 0,0 0,0
10 2008 208,4 2,32 2,32 0,01 0,00 0,0 0,0
11 2009 205,0 2,31 2,32 0,00 0,00 0,0 0,0
12 2010 205,0 2,31 2,32 0,00 0,00 0,0 0,0
13 2011 199,8 2,30 2,33 -0,01 0,00 0,0 0,0
14 2012 255,8 2,41 2,38 0,10 0,01 0,0 0,0
15 2013 194,0 2,29 2,41 -0,02 0,00 0,0 0,0
Jumlah 3070 35 0,00 0,0 0,0 0,0
Rata-Rata (X) 204,68 2,31
Sumber: analisa Penulis, 2014
V-3

Berdasarkan persamaan yang telah disajikan di perhitungan parameter

sebelumnya, dengan cara yang sama parameter statistik juga dihitung pada analisa

frekuensi Log sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Standar Deviasi (S) = 0,042403

b. Koefisien Kemencengan (Cs) = 0,817195

c. Koefisien Kurtosis (Ck) = 4,716426

d. Koefisien Variasi (Cv) = 0,018364

Berdasarkan keseluruhan perhitungan yang telah disajikan sebelumnya,

ditentukan jenis distribusi (sebaran) yang akan digunakan untuk menganalisis

curah hujan maksimum rencana dengan cara membandingan hasil perhitungan

dengan persyaratan pemilihan metode seperti pada tabel 5.8 berikut:

Tabel 5.8

Perbandingan Persyaratan Pemilihan Distribusi dengan Hasil Perhitungan

perbandingan syarat pemilihan distribusi


Hasil Perhitungan Log
Parameter Normal Log Normal Gumbell Person
Non Log Log III
Standar Deviasi 20,73328 0,042403 - - - -
Koef.
Kemencengan 1,122748 0,817195 Cs = 0 Cs = 3 Cv + Cs < 1.1396 Cs ≈ 0
(Cs) Cv^2 = 4
Koef. Kurtosis
5,264262 4,716426 Ck < 5.4002 -
(Ck) - -
Koef.variasi 0,101296 0,018364 - - - -
Sumber: Analisa Pribadi, 2014

Keterangan: = memenuhi persyaratan non Log

= memenuhi persyaratan Log


V-4

= tidak memenuhi persyaratan

Berdasarkan keseluruhan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat

kesimpulan bahwa metode distribusi (sebaran) yang sesuai untuk diterapkan

adalah metode distribusi Gumbell dan Log Person III.

2. Uji Kecocokan dengan Metode Chi Kuadrat

Contoh perhitungan Chi-kuadrat:

1. Jumlah kelas (k) = 1 + 3.322 log n

= 1 + 3.322 log 15 = 4.9 =5

2. Derajat kebebasan (dk) = k – R – 1

=5–1–1=3

(Nilai R = 2 untuk distribusi normal dan binormal, dan R = 1 untuk

distribusi poisson dan Gumbell) untuk dk = 3, dengan signifikan (α) = 5%,

maka berdasarkan tabel uji Chi-kuadrat didapat harga X2 = 7.81

3. Ef = n/k

= 15/5 = 3

4. Dx = (Xmax – Xmin) / (k - 1)

= (255,8 – 176,6) / (5 – 1) = 19,8

5. X awal = X min – (0.5 x Dx)

= 176,6 – (0.5 x 19,8) = 166,7

6. Rentang = X awal  (X awal + Dx)

= 166,7  186,5

7. Of = menghitung banyaknya data yang masuk dalam rentang tersebut.


V-5

Tabel 5.9

Perhitungan uji Chi-kuadrat Metode Gumbel

(Of - (Of - Ef)^2 /


No Nilai Batasan Of Ef
Ef)^2 Ef
1 166,7 186,5 2 3 1 0,333
2 186,5 206,3 7 3 16 5,333
3 206,3 226,1 4 3 1 0,333
4 226,1 245,9 1 3 4 1,333
5 245,9 265,7 1 3 4 1,333
Jumlah 8,667
Sumber: Analisa Penulis, 2014

Dengan cara perhitungan yang sama, maka juga dilakukan untuk menghitung uji

Chi-Kuadrat metode Log Person III, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.10

Perhitungan uji Chi-kuadrat Metode Log Person III

(Of - Ef)^2 /
No Nilai Batasan Of Ef (Of - Ef)^2
Ef
1 2,23 2,27 2 3 1 0,333
2 2,27 2,31 5 3 4 1,333
3 2,31 2,35 6 3 9 3,000
4 2,35 2,39 1 3 4 1,333
5 2,39 2,43 1 3 4 1,333
Jumlah 7,333
Sumber: Analisa Penulis, 2014

Dari hasil perhitungan di atas, untuk kedua metode, nilai Chi kuadrat >

7.81, sehingga untuk perhitungan selanjutnya yang akan dipakai adalah yang

paling mendekati 7.81, yaitu 7,333 = Metode Distribusi Log Person III.
V-6

3. Analisis Curah Hujan Maksimum rencana dengan Metode Distribusi Log

Person III

Tabel 5.11

Perhitungan Curah Hujan Maksimum Rencana Metode Distribusi Log Person III

PUH
S G K K.SD LogXtr Xt (antilog Xtr)
Tahun

2 0,042403171 0,05448 -0,009 0,000 2,309 203,57


5 0,042403171 0,05448 0,838731 0,036 2,345 221,14
10 0,042403171 0,05448 1,287176 0,055 2,364 231,04
25 0,042403171 0,05448 1,769 0,075 2,384 242,17
50 0,042403171 0,05448 2,080 0,088 2,397 249,64
100 0,042403171 0,05448 2,366 0,100 2,409 256,69
Sumber: Analisa Penulis, 2014

Berikut adalah contoh perhitungan pada periode ulang hujan 2 tahun:

log 𝑥−log 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)2 0.5


1. Simpangan Baku (s) = ∑( )
𝑛−1
𝟎
= (𝟏𝟓−𝟏)𝟎.𝟓

= 0,042403

∑(log 𝑥−𝑙𝑜𝑔 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)3


2. Koef Kemencengan (G) = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑠3
𝟎.𝟎𝟎𝟎𝟎
=
𝟏𝟒 𝒙 𝟏𝟑 𝒙 𝟎,𝟎𝟒𝟐𝟒𝟎𝟑𝟑

= 0,05448

Berdasarkan tabel 2.1, untuk periode ulang hujan 2 tahun diketahui nilai K =

G1 = 0.0 K1 = 0

G2 = 0.2 K2 = -0.033

G = 0.05448 K=?
V-7

Untuk mencari nilai K pada G = 0,05448, maka dihitung dengan cara Interpolasi

sebagai berikut:

2
Dari gambar di atas, diketahui:

B1 = G1 – G

= 0.0 - 0,05448 = -0,05448

B2 = G1 – G2

= 0.0 – 0.2 = -0.2

𝑩𝟏
K = 𝑲𝟏 − 𝒙 (𝑲𝟏 − 𝑲𝟐)
𝑩𝟐

−0,05448
K=𝟎− 𝒙 (𝟎 − (−0.033))
−0.2

K = -0,0089892

Logaritma hujan (Log X) = Log X rata-rata + K.s

= 2,309 + (-0,009 x 0,042)

= 2,309

Maka X = 203,6 mm/hari


V-8

5.1.6 Analisa Intensitas Hujan dan Debit Limpasan Air Hujan

Tabel 5.12
Tabel Perhitungan Intensitas Hujan (I) Menggunakan Tetapan Talbott,
Sherman dan Ishiguro

Sumber : Rekapitulasi Hasil Perhitungan , 2014

Dari tabel di atas didapat nilai deviasi terkecil adalah Van Breen
dengan Tetapan Talbott yaitu sebesar 0,4 x 10-12. Sehingga rumus yang
dipakai untuk menentukan Intensitas hujan adalah Rumus Van Breen.
Tabel 5.13

Perhitungan Intensitas Hujan Metode Van Breen

Durasi Intensitas Hujan Untuk PUH (mm/menit)


(menit) 2 5 10 25 50 100
203,6 221,1 231,0 242,2 249,6 256,7
5 210,3 215,4 218,2 221,3 223,3 225,3
10 195,5 201,3 204,4 207,9 210,2 212,3
20 171,4 178,0 181,5 185,5 188,0 190,4
40 137,5 144,5 148,3 152,5 155,3 157,9
60 114,8 121,6 125,4 129,5 132,3 134,8
80 98,5 105,0 108,6 112,6 115,2 117,7
120 76,7 82,5 85,6 89,2 91,6 93,8
240 46,1 50,2 52,4 55,0 56,7 58,3
Jumlah 1050,7 1098,3 1124,4 1153,4 1172,5 1190,5
Sumber: Analisa Penulis, 2014
V-9

Contoh perhitungan untuk PUH 2 rahun dengan durasi hujan 5 menit:

IT = ((54RT + (0,07 RT)2)) / ((tc+(0,3RT))

= ((54 x 203,6+ (0,07 x 203,6)2)) / ((5+(0,3 x 203,6))

= 210,3 mm/jam

1. Menentukan time of inlet/ waktu rayapan (to)

Contoh perhitungan waktu rayapan sebagai berikut:

6,33(nLo) 0,6
to =
(C.Ie) 0, 4 .( So) 0,3

6.33(0.035 x242) 0,6


= = 23,36 menit
(0.75 x76,788) 0, 4 .(0.0041) 0,3

Dimana: to = waktu rayapan (menit)

n = koefisien kekasaran Manning berdasarkan jenis permukaan tanah

(0,035)

Lo = panjang rayapan (242 m)

C = koefisien limpasan permukaan tempat air merayap (0,75)

Ie = intensitas hujan (76,788 mm/jam), dimana tc = te

So = kemiringan tanah rayapan/Slope (0.0041 m/m)

2. Menentukan time of flow/ waktu aliran (td)

Contoh perhitungan waktu aliran sebagai berikut:

td = Ld / (60 Vd)

= 875/ (60 x 2,89)

= 5,05 menit
V-10

Dimana: td = waktu mengalir di saluran (menit)

Ld = panjang saluran yang ditinjau (875 m)

Vd = kecepatan rerata air pada saluran (2,89 m/dt)

3. Menentukan Durasi Hujan (te) dan Waktu Konsentrasi (tc)

Contoh perhitungan durasi hujan sebagai berikut:

te = R1.92 / (1.11R)

= 203,57.92 / (1.11 x 203,57)

= 119,866 menit

Dimana: te = waktu durasi hujan (menit)

R = curah hujan harian maksimum (mm/hari)

Contoh perhitungan waktu konsentrasi sebagai berikut:

tc = to + t d

= 23,36 + 5,05

= 28,4 menit

Dimana: tc = waktu konsentrasi (menit)

to = waktu rayapan (menit)

td = waktu mengalir di saluran (menit)

Pada kondisi ini, maka durasi hujan (te) adalah yang dipakai dalam

perhitungan intensitas hujan karena hasilnya lebih besar dari waktu konsentrasi

(tc).
V-11

5. Menentukan Debit Puncak Limpasan Air Hujan

Contoh perhitungan koefisien storasi (Cs), sebagai berikut:


2 𝑡𝑒
Cs = 2 𝑡𝑒+𝑡𝑑

2 𝑥 119,87
Cs = 2 𝑥 119,87 + 5,05

Cs = 0.979

Berikut merupakan contoh perhitungan dengan persamaan rasional untuk

menghitung debit air limpasan dengan menggunakan intensitas curah hujan

metode Van Breen dengan PUH 2 tahun, sebagai berikut:

Q = 0.00278 x C x I x A

= 0.00278 x 0,75 x 76,788 mm/jam x 11,905 Ha

= 1,904 m3/detik

Dimana: Q = debit puncak / maksimum (m3/detik)

C = koefisien limpasan aliran permukaan

I = intensitas hujan (mm/jam), pada waktu tc (menit) dan PUH T (tahun)

A = luas daerah aliran (Ha)


V-12

5.2 Analisis Hidraulika

5.2.1 Menentukan Slope Saluran

Contoh perhitungan slope saluran (tabel terdapat pada lampiran):

1. Elevasi hulu saluran = 72 m

2. Elevasi hilir saluran = 63 m

3. Beda tinggi = elevasi hulu – elevasi hilir

= 72 m – 63 m = 9 m

4. Panjang saluran (Ld) = 875 m

𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 9
5. Slope = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = = 0,01
875

5.2.2 Menentukan Dimensi Saluran

Contoh perhitungan dimensi saluran (tabel terdapat pada lampiran):

1. Debit air hujan (Q) = 1,904 m3/s, diperoleh dari rumus Q = 0.00278 x C x

IxA

2. Kecepatan aliran (V) = 2,89 m/s Besarnya keceparan diasumsikan antara

0.6 – 3 m/s

3. A = Q / V = 1,904 / 2,89 = 0,659 m2

4. Pada jalur ini menggunakan saluran penampang segi empat dengan

perbandingan B : H adalah 2 : 1

5.2.3 Menentukan Luas Penampang Basah Saluran (Rh)

Contoh perhitungan luas penampang basah saluran (tabel terdapat pada

lampiran):

1. A = Q / V = 1,904 / 2,89 = 0,659 m2


V-13

2. H = √A/2 =√0,659 /2 = 0,57 m

3. B = 2*H = 2*0,57 = 1,14 m

4. Rh = A/(2*H+B) = 0,659/(2*0,57+1,14) = 0,28

5. Freeboard = 5% * H = 0,05 * 0,57 = 0,029 m


VI-14

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Besarnya curah hujan wilayah rata-rata di Kelurahan Tambakaji,

Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang adalah 204,7 mm/hari, sehingga

menghasilkan debit air hujan yang masuk ke saluran sebesar 29,135

m3/s

2. Sebagian besar dimensi saluran drainase eksisting di Kelurahan

Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang masih mampu

menerima limpasan air hujan, namun kondisi fisiknya sebagian besar

terjadi pendangkalan oleh sedimen, banyaknya sampah, rumput, serta

banyaknya saluran yang terputus terutama di wilayah pemukiman.

6.2 Saran

1. Dilakukan pemeliharaan secara berkala pada saluran drainase seperti

pembersihan sampah dan sedimen, serta pada bangunan peresapan

yang telah dibuat, dan dilakukan perbaikan bila diperlukan.

2. Bila memungkinkan, maka dilakukan penambahan bangunan

peresapan baik untuk jenis bangunan yang telah ada, maupun

menambanh bangunan peresapan baru untuk memperkecil debit sisa

yang masuk ke saluran sehingga sistem drainasenya semakin

berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Brata, Kamir R. Kompas 31 Januari 2008. 15 Manfaat dari Pembuatan Lubang

Resapan biopori. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Hadihardjadjadja, Joetata. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta: Universitas

Gunadarma

Hardjosuprapto, Moh.Masduki,Ir.1999.Drainase Perkotaan.Departmen Pekerjaan

Umum Jawa Barat.

Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011 tentang

Kesuma, Reza Wijaya. 2012. Studi Pemaksimalan Resapan Air Hujan

Menggunakan Lubang Resapan Biopori untuk Mengatasi Banjir.

Bandung: Institut Teknologi Bandung

Linsley, R.K., Kohler, M.A., and Paulhus, J.L.H., 1982, hydrology for Engineers,

McGraw-Hills, New York, USA

Parkinson, Jonathan and Ole Mark. 2005. Urban Stormwater Management in

Developing Countries. IWA Publishing: London

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031

Rasmita, Ginting. 2010. Laju Resapan Air pada Berbagai Jenis Tanah dan Berat

Jerami dengan Menerapkan Teknologi Biopori di Kecamatan Medan

Amplas. Medan: Universitas Sumatera Utara

Setiawan, Farizal A., Runi Asmaranto dan M. Janu Ismoyo. 2012. Studi

Penggunaan Sumur Resapan Guna Mengurangi Limpasan Permukaan


Kelurahan Merjosari Kota Malang dalam Laporan Tugas Akhir Program

Studi Teknik Pengairan. Malang: Universitas Brawijaya

SK SNI T-06-1990-F. Tata Cara Teknik Pembuatan Sumur Resapan Air Hujan

untuk Lahan Pekarangan.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta :

ANDI

www.westchestergov.com/.../Post%20Construction%20Stormwater.htm

www.lowimpactdevelopment.org

http://bpbd.jakarta.go.id/lubang-resapan-biopori-sederhana-tepat-guna/

http://padeblogan.com/2008/11/02/perlu-sumur-resapan-air-hujan/

http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-

banjir/penampungan-air-hujan/

http://matamata.com/news/2014/02/17/122450/polder-system-solusi-atasi-banjir-

di-jakarta/
LAMPIRAN A
-1-

DOKUMENTASI TUGAS AKHIR

Kondisi gorong-gorong penuh rumput Banyak sampah dan rumput di saluran

Banyak sampah dan rumput di saluran Konstruksi saluran drainase yang rusak

Saluran drainase yang terputus Saluran drainase menuju ke danau


LAMPIRAN A
-2-

Pengukuran Dimensi Saluran Eksisting Dinding Halaman

Danau Jatisari Penuh Sampah Danau Jatisari

Uji Permeabilitas Tanah Uji Permeabilitas Tanah


LAMPIRAN A
-3-

Uji Permeabilitas Tanah Uji Permeabilitas Tanah

Pos Stasiun Hujan Gunungpati Pos Stasiun Hujan

Pos Stasiun Hujan Gunungpati Tampak Depan Komplek Bukit Jatisari

Anda mungkin juga menyukai