Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENGGEMBANGAN SANITASI

Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian proiritas penanganan sanitasi


sebagaimana terdapat dalam buku putih, SSK dan memorandum program kota kendari 2012-
2014. Program yang menjawab permasalahan sanitasi dan wilayah prioritas akan menjadi
program prioritas pengembangan sanitasi kota kendari dan di sususn sebagai rencana program
untuk tahun 2014yang sudah bersedia dana untuk msing masing kegiatan sedangkan untuk tahun
2015 – 2018 ditentukan berdasarkan tinggkat kebutuhan kota untuk mendukung kegiatan
kegiatan yang sudah di lakukan sebelumnya sehingga di harapkan terjadi kesenimbangan
program dan kegiatan dalam percepatan pembagunan sanitasi.kebutuhan yang paling mendesak
dan kegiatan yang mendukung tercapainya visi dan kota merupakan prioritas utama untuk di
laksanakan.

4.1 AIR LIMBAH DOMESTIK

Strategi 1 : pengguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas SDM dengan pelatihan,


melalui dukungan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat

Dalam rangka peningkatan lingkungan yang sehat dan bersih, diperlukan sebuah kelembagaan
yang baik di sertai SDM yang handal dan terlatih untuk sebuah tata kelola dan manajemen yang
handal, sikap dan propesional

Strategi 2 : penyusunan perda yang mengatur penggolahan air limbah domestik

Penyusunan peraturan daerah terkait penggolahan air limbah sangat di perlukan dalam rangka
pengaturan dan mengelolah sebuah sistem penggolahan air limbah yang seragam yang
memenuhi persyaratan teknis dan berwawasan linkunggan sehinga potensi potensi pencemaran
seperti jamban yang tidak layak ataupun pembanggunan gray water ( air buangan ) ke badan
tanah atau badan air tanpa pengolahan oleh masyarakat dapat di atasi

Perda tersebut juga dapat memuat aturan atau sanksi yang mengatur kewajiban penyedotan air
tinja bagi masyarakat,industry rumah tangga, perkantoran pemilik tangki tangki septik serta
mengatur standar operasional kegiatan jasa pengangkutan limbah cair dan penyediaan layanan
air limbah lainnya ( swasta)

Strategi 3 : meningkatkan akses layanan air limbah ( onsite individu dan komunal ) melalui
beberapa sumber pendanaan

Dalam rangka meningkatkan evektifvitas layanan penggolahan Air Limbah Domestik


Strategi 4 : memaksimalkan peran aktif stakeholder ( swasta, lembaga donor) dalam upaya
meningkatkan kegiatan komunikasi dan sosialisasi dalam pengelolaan Air Limbah Domestik

Kegiatan komunikasi dan sosialisasi dalam pengelolaan Air Limbah Domestik dimasyarakat
diperlukan untuk menumbuhkan warga dalam menggurangi resiko resiko pencemaran
lingkungan akibat air limbah domestic serta kesadaran dalam pengelolaan ( O&M) sarana umum
air limbah ( jamban umum, MCK++,MCK komunal dsb)

Strategi 5 : meningkatkan alokasi pendanaan dalam rangka penanganan air limbah

Peningkatan alokasi pendanaa di harapkan dapat meningkatkan jumlah warga yang memiliki
tangki septik utamanya di kawasan pesisir dan kawasan padat pendududk. Peningkatan alokasi
pendanaan dapat di lakukan secara bertahap setiap tahunnya

4,2 PENGGELOLAAN PERSAMPAHAN

Strategi 1 : penggutan ke lembaggan dan peningkatan kepastian SDM dalam rangka


pembenahan manajemen pengelolaan persampahan melalui pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat

Sebuah kelembagaan yang baik di sertai SDM yang kompoten di bidang pengelolaan
persampahan dapat meningkatkan kemampuan layanan persampahan kepada masyarakat
sehingga dapat menurunkan volume sampah yang ada atau belum terangkuti

Strategi 2 : meningkatkan akses layanan persampahan melalui berbagai sumber

Perluasan akses layanan persampahan dapat berupah penambahan armada pengangkutan baru
yang di butuhkan dengan kebutuhan sistem dan yang mendukung pemisahan sampah

Strategi 3 : mengembangkan perencanaan sistem pengangkutan sampah yang saling


terintegritas dan komprehensif mulai dari TPS sampai TPA

Saling terintegritas sistem pengangkutan oleh armada pengangkut hingga ke TPA dapat lebih
mengefektifkan pergerakan/mobilisasi armada pengangkut sehingga dapat menjangkau wilayah
yang lebih luas dan meminimlkan biaya operasional kendaraan

Strategi 4 : memeksimalkan peran aktif stakeholder utamanya ibuh rumah tangga dan
kelompok pengelolah sampah dalam upaya meningkatkan kegiatan komunikasi dan sosialisasi
dalam penggelolaan persampahan

Peran aktif stakeholder utamanya ibu rumah tangga dan kelompok persampahan dalam
pengelolahan persampahan pada praktek 3R dapat menurunkan volume sampah rumah tangga
atau domestic pada tingkat sumber atau user interfacenya
4.3 DRAINASE

Strategi 1 : menyiapkan perda pengelolahan draenase untuk meningkatkan kinerja


pengelolaan draenase perkotaan

Prda tersebut dapat memuat kebijakan yang mengatur aturan umum, aturan teknis dan aturan
pengelelaan draenase dari user interfence hingga akhir

Strategi 2 : meningkatkan cukup layanan draenase perkotan melalui berbagai sumber


pendanaan

Wilayah cukup layanan yang menjangkau seluruh kawasan kota akan dapat mengatasi berbagai
persoalan penangana dan banjir di kota kendari

Strategi 3 : memaksimalkan peran aktif stakeholder dalam upaya menimbulkan kesadaran


masyarakat melalui kegiatan komunikasi dan sosialisasi dalam pengelolaan draenase

Pengelolaan draenase merupakan peran serta masyrakat untuk turut serta menjaga dan
menggelola draenaseyang di banggun oleh pemerintah

Strategi 4 : mengembangkan perencanaan sistem draenase kota yang teritegritas dan


komprehensif

Perencanna sistem draenase yang saling terintegritas antara wilaya dan kawasan dapat menjadi
kerangka atau guideline yang jelas hingga 5 ( lima ) tahun kedepan sebagai solusi dari berbagai
persoalan genangan dan banjir.
PROGRAM DAN KEGIATAN

5.1 RINGKASAN

Untuk kebutuhan biaya pengembangan sanitasi untuk 5 tahun ke depan di butuhkan biaya
sebesar Rp. 314.716.000.000,- yang di bagi menjadi 3 sub yang terdiri dari sub sebsektor air
limbah sejumlah Rp. 152.127.000.000,-, subsector persampahan sejumlah Rp. 84.526.000.000,-,
dan subsector Rp. 78.063.000.000,-, untuk lebih jelasnya dapat di lihat dibawah ini :

Table 5.1 Rekapitulasi Indekasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Selama 5 Tahun

Tahun Anggaran
No Uraian Kegiatan Total Anggaran
2016 2017 2018 2019 2020

1 Air Limbah Domestik

2 Persampahan

3 Drainase

Jumlah

Sumber : hasil analisa pokja sanitasi kota kendari, 2015

Rekapitulasi total anggaran sanitasi kota kendari pada jangka waktu 5 tahun kedepan adalah
sebesar Rp. 314.716.000.000,-. Di proyeksikan untuk pendanaan dari pemerintah antara
lain;APBD kota Kendari sejumlah Rp. 137.605.000.000,-, APBD Provinsi Sulawesi tenggara
sejumlah Rp. 3.720.000.000,-, sedangkan untuk perkiraan sumber pendanaan dari non
pemerintah antara lain dari pihak swastaCSR sejumlah Rp. 40.033.000.000,-, dari partisipasi
masyrakat sejumlah Rp. 1.724.000.000,-, untuk lebih jelasnya rencana penataan sanitasi per
tahun per sumber pendanaan dari kota kendari bias di lihat pada table di bawah ini

Table 5.2 : Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per
Sumber Anggaran

X Rp.1 juta

Tahun Anggaran
No Sumber Anggaran Total Anggaran
2016 2017 2018 2019 2020
A. Pemerintah
1 APBD KOTA
2 APBD PROVINSI
No Sumber Anggaran Tahun Anggaran Total
Anggaran
3 APBN
Jumlah A
B. Non-Pemerintahan
1 CSR Swasta
2 Masyarakat
Jumlah B
Total (A+B)
Sumber :Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari,2015
5.2 KEBUTUHAN BIAYA PENGEMBANGAN SANITASI DENGAN SUMBER PENDANAAN
PEMERINTAH
Untuk merencanakan pendanaan yang bersumber dari apbd kota kendari sampai dengan tahun
2020 adalah subsector air limbah sebesar Rp.77.314.000.000,-,pada subsector persampahan
sebesar Rp. 42.507.000.000,-, pada subsector drainase sebesar Rp. 18.084.000.000,-. Total
anggaran yang dibutuhkan untuk penanganan sanitasi di kota kendariadalah sebesar Rp.
137.905.000.000,-
Table 5.3 : Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Kota Kendari
× Rp. 1juta
No Urayan Kegiatan Tahun Anggaran Total
2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran
1 Air Limbah
Domestic
2 Persampahan
3 drainase
Jumlah
Sumber :Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari,2015
Untuk rencana pendanaan dari sumber APBD Provinsi Sulawesi Tenggara yang dibutuhkan
untuk membangun sanitasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dikota kendari terdiri
darisubsektor air limbah sebesar Rp. 200.000.000,-. Subsector persampahan Rp. 520.000.000,-
dan sub sector drainase sebesar Rp. 3.000.000.000,-
Table 5.4 : Rekapitulasi dengan sumber pendanaan APBD Provinsi
× Rp. 1juta

No Urayan Kegiatan Tahun Anggaran Total


2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran
1 Air Limbah
Domestic
2 Persampahan
3 Drainase
Jumlah
Sumber :Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari,2015
Untuk rencana pendanaan melalui apbn, total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan
sanitasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun di kota kendari adalah sebesar Rp. 96.646.000.000,-
yang terdiri dari subsector air limbah sebesar Rp. 52.480.000.000,-. Subsektor persampahan Rp.
36.690.000.000,- dan subsector drainase sebesar Rp. 7.476.000.000,-
Table 5.5 : Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBDN
× Rp. 1juta

No Urayan Kegiatan Tahun Anggaran Total


2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran
1 Air Limbah
Domestic
2 Persampahan
3 Drainase
Jumlah
Sumber :Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari,2015
5.3 KEBUTUHAN BIAYA PENGEMBANGAN SANITASI DENGAN SUMBER PENDANAAN NON
PEMERINTAH
Mengenai potensi pendanaan swasta untuk pembangunan sanitasi dalam jangka waktu 5
(lima) tahun diperkirakan dibutuhkan total biaya sebesar rp. 40.033.000.000,- yang terdiri dari
subsector air limbah sebesar rp. 23.308.000.000,- subsector persampahan rp. 4.435.000.000,-
dan subsector drainase sebesar rp. 12.290.000.000,-lebih detail dapat dilihat pada table
dibawah ini :
TABEL 5.6 : REKAPITULASI PENDANAAN SANITASI PARTISIPASI SWASTA/CSR

X Rp. 1 Juta
Tahun Anggaran Total
No Uraian Kegiatan Anggaran
2016 2017 2018 2019 2020

1 Air Limbah Domestik 1,640 6,100 6,049 4,575 4,944 23,308

2 Persampahan 60 512 1,387 635 1,841 4,435

3 Drainase - 2,010 3,310 4,110 2,860 12,290

Jumlah 1700 8,622 10,746 9,320 9,645 40,033

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari, 2015


Sedangkan untuk potensi pendanaan melalui partisipasi masyarakat untuk pembangunan
sanitasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun diperkirakan dibutuhkan total biaya sebesar Rp.
9.356.000.000,- yang diperkirakan hanya akan ada pada 2 subsektor yaitu terdiri dari subsektor
Air Limbah sebesar Rp. 8.256.000.000,- dan sub sektor persampahan Rp.1.100.000.000,- lebih
detailnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 5.7 : REKAPITULASI PENDANAAN SANITASI PARTISIPASI MASYARAKAT
X Rp. 1 Juta
Tahun Anggaran Total
No Uraian Kegiatan Anggaran
2016 2017 2018 2019 2020

1 Air Limbah Domestik - 1,944 1,974 2,154 2,184 8,256

2 Persampahan - 275 275 275 275 1,100

3 Drainase - - - - - -

Jumlah - 2,219 2,249 2,429 2,459 9,356

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari, 2015


5.4. ANTISIPASI FUNDING GAP
Karena keterbatasan anggaran Pendapatan Daerah untuk melengkapi kebutuhan ini kota
kendari meminta kesediaan swasta untuk mau bekerja sama dalam bidang sarana persampahan.
Untuk data anggaran funding gap di Kota Kendari dapat di lihat pada tabel berikut ini :

X Rp. 1 Juta
Total
Tahun Anggaran
No Uraian Kegiatan Anggara
2016 2017 2018 2019 2020 n

1 Air Limbah Domestik - 5,990 5,990 5,990 5,990 23,960

2 Persampahan - - 900 1,350 1,350 3,600

12,33 33,301
3 Drainase - 4,976 6,368 9,662
5
13,25 16,96 19,67 60,861
4 Daftar Tunggu - 10,966
8 2 5
Kebutuhan Sanitasi 65,33 71,22 71,36 314,416
5 36,386 70,029
Pondasi 8 4 9
6 Gap (%) - 15.7 20.3 24 27.6 19.4

Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kota Kendari, 2015

Antisipasi Funding-Gap ini akan dibahas bersama dengan pihak swasta yang berpotensi agar
mendapatkan alternatif pendaftaran baik dari swasta, masyarakat, maupun dari negara donor.
Selama ini pemerintah kota kendari masih belum mempunyai regulasi terkait peran Swasta.
Antisipasi Funding-Gap ini memerlukan runtutan kegiatan yanga harus ditempuh antara lain yaitu
penyusunan perda tentang CSR dan pembentukan tim TSP (Tanggungjawab Sosial Perusahaan).
3. Kelembagaan Dan Peraturan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota kendari yang menangani dan terkait dalam
pengelolaan drainase adalah Dinas Pekerjaan umum dan Dinas Kebersihan. Pada Dinas Pekerjaan
Umum, penanganan drainase lingkungan melekat pada bidang Cipta Karya yang membawahi
Seksi Pengembangan Air Bersih dan Drainase sedangkan pada Dinas kebersihan terdapat pada
Bidang Kebersihan dan Persampahan yang membawahi seksi kebersihan Jalan dan Drainase.

2.4 AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI

a. Area berisiko dan permasalahan Air limbah Kota Kendari adalah:

Tabel 2.16 : Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik


Wilayah Prioritas
No Area berisiko
Air limbah

1 Resiko 4 Kelurahan Kadia

Kelurahan kendari Caddi

2 Resiko 3 Kelurahan Bende

Kelurahan korumba

Kelurahan kampung salo

Kelurahan Dapu-Dapura

Sumber : Olah Data Instrumen Profil Sanitasi Kota Kendari, 2015

Tabel 2.17 : Permasalahan Utama Sektor Air Imbah Domestik


Sub Sektor Air Limbah Domestik

1. Aspek Teknis
Pengembangan Sarana Prasarana

a. Adanya potensi pencemaran akibat 11 % warga masih


membuang air besar sembarangan karena tidak memiliki
User Interface
jamban (Termasuk warga di wilayah pesisir)
b. Masih terdapat 7% jamban yang tidak sesuai standar
teknis/standar kesehatan (dikawasan kepadatan <25
jw/ha)
c. Masih terdapat 3% jamban yang tidak sesuai standar
kesehatan (dikawasan pesisir)
d. Adanya potensi kontaminasi bakteri e coli pada tanah dan
air tanah akibat penggunaan sistem onsite individual pada
kepadatan penduduk >50 jiwa/ha
e. Adanya potensi pencemaran akibat 100% warga masih
membuang grey water (air buangan) ke badan tanah atau
badan air tanpa pengolahan
a. Adanya potensi pencemaran akibat jamban warga yang
tidak memiliki/tidak bermuara ke tangki septik (dikawasan
Penampungan yang diproyeksikan memiliki kepadatan > 50 jiwa/ha)
b. Adanya potensi pencemaran akibat tangki septik yang
Awal
bocor/ Tidak sesuai Standar Teknis

Kurangnya sarana operasional pengelolaan air


Pengangkutan/Pengaliran limbah

Belum optimalnya pemanfaatan IPLT


puulonggida

Semi pengolahan Akhir Terpusat Belum ada uji kelayakan IPLT yang ada baik dari
segi Lokasi, Konstruksi, Kapasitas, dan sistem
pengolahan limbah yang digunakan.

Belum ada uji mengenai data buangan dari IPLT


(baik itu volume, kualitas efluen, efisiensi
pengolahan, hasil lumpur).
Pembuangan akhir/daur akhir
Belum adanya pemanfaatan hasil sedimentasi
(lumpur) IPLT dan MCK ++

Pengelolaan Air Limbah Belum Terencana Dan


Dokumen Perencanaan Belum Memiliki Acuan/Standar Teknis

2. Aspek Non Teknis

Belum adanya Kebijakan Mengenai Aturan


Kebijakan
Umum dan aturan teknis yang mengatur
pengelolaan air limbah (User Interface) sampai
dengan pemrosesan akhir.

Masih Kurangnya Sumberdaya Manusia Di


Kelembagaan Bidang Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam


PMJK/ Pemberdayaan O & M sarana umum air limbah (MCK, MCK ++
dan septiktank komunal).

Belum optimalnya kampanye, sosialisasi dan


Aspek komunikasi & media advokasi terkait kesadaran masyarakat
mengenai sub sektor air limbah.

Masih rendahnya alokasi dana APBD untuk sub


Aspek pendanaan sektor air limbah.

Dari permasalahan air limbah tersebut diatas maka dapat digambarkan lokasi-lokasi area
beresiko air limbah di kota kendari berdasarkan hasil pengelolaan data sekunder, Index
resiko EHRA dan presepsi Pokja/SKDP akan dianalisis oleh tools instrument sanitasi yang
mendapatkan hasil sebagai berikut :

b. area berisiko dan permasalahan persampahan


Tabel 2.18 : Area Berisiko Persampahan
Wilayah prioritas
No Area berisiko
persampahan

1 Kelurahan kendari caddi

Kelurahan tondonggeu

Resiko 4

2 Resiiko 3 Kelurahan Andounohu


Kelurahan Bungkutoko

Kelurahan Abeli Dalam

Kelurahan Lalolara

Kelurahan Lapulu

Sumber : Hasil Olah Data Instrum Profil Sanitasi Kota Kendari, 2015

Lokasi-lokasi area beresiko persampahan diatas didasarkan padaa hasil Pengolahan Data
sekunder, index beresiko EHRA yang dianallisis oleh tools instrument sanitasi.

Permasalahan yang ada dalam pengelolaan persampahan kendari adalah:


Tabel 2.19 : Permasalahan Utama Sektor Persampahan
1. aspek teknis
Pengembangan sarana prasarana

Masih rendahnya pengurangan timbulan


sampah domestik dari sumbernya (rumah
User interface tangga)

Belum optimalnya kawasan percontohan 3R

a. Masih terdapat titik-titik lokasi


pembuangan sampah rumah tangga
ilegal di permukaan disebabkan masih
kurangnya armada pengumpulan
setempat (motor sampah/gerobak
Pengumpulan Setempat sampah,dll)
b. Rendahnya kesadaran warga mengenai
perlunya membuang sampah pada
tempat yang sudah disediakan (TPS)
c. Belum adanya armada pengumpulan
setempat yang mendukung 3R
a. Adanya pembangunan TPS yang tidak
terintegrasi dengan rute pengangkutan
sampah sehingga sampah tidak
terangkut
Penampungan sementara
b. Perancangan dan kapasitas TPS yang
tidak sesuai dengan standar
pembangunan TPS dan voume sampah
sehingga menyebabkan luberan sampah
c. Belum berjalannya pemisahan sampah
pada tempat penampungan sampah
sementara
d. Jadwal pembuangan sampah belum
terintegrasi dengan jadwal
pengangkutan sampah
a. Masih terdapat wilayah yang
sampahnya belum terlayani oleh
armada truk sampah
b. Armada pengangkutan belum
Pengangkutan/pengaliran
mendukug 3R
c. Kurangnya tenaga pengangkut sampah
disebabkan sistem pengupahan yang
kurang layak

Belum maksimalnya pengolahan sampah pad


Semi Pengolahan Akhir Terpusat tempat pengolahan sampah terpadu (TPTS)
yang ada

a. Terdapat indikasi terjadinya


Pembuangan Akhir pencemaran lingkungan di TPA
b. Adanya indikasi perluasan area TPA
2. Aspek Non Teknis
a. Masih perlunya peninjauan kembali
kebijakan pengelolaan persampahan
b. Kurangnya sosialisasi kebijakan
Aspek kebijakan
c. Kurangnya implementasi kebijakan
yang mengatur pengelolaan
persampahan
Masih kurangnya sumberdaya manusia
Aspek kelembagaan dibidang persamphan

Sumber: Pokja sanitasi, 2015

Anda mungkin juga menyukai