Anda di halaman 1dari 161

TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MARTURIA DI SULAWESI TENGAH

Disusun Oleh:

ANDRIYAWANTO
Stb. F 221 12 130

Dibimbing oleh :

Ir. Jusnan Kello, M.T.


NIP. 19570630 198701 1 001

Gator Timbang, S.T., M.T.


NIP. 19680904 199802 1 001

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MARTURIA DI SULAWESI TENGAH

Diajukan sebagai Tugas Akhir


Program S1 Teknik Arsitektur

Disusun Oleh:

ANDRIYAWANTO
Stb. F 221 12 130

Dibimbing oleh :

Ir. Jusnan Kello, M.T.


NIP. 19570630 198701 1 001

Gator Timbang, S.T., M.T.


NIP. 19680904 199802 1 001

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Berdasarkan persetujuan pembimbing dan tim penguji maka skripsi tugas


akhir Program Studi S1 Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Tadulako, maka skripsi tugas akhir yang berjudul :

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MARTURIA DI SULAWESI TENGAH

Oleh:

ANDRIYAWANTO
F 221 12 130

Disahkan di Palu pada hari …………..………, tanggal …..………………, bulan …………………,


tahun Dua Ribu Sembilan Belas, oleh:

Ketua Jurusan Teknik Arsitektur,

Dr. Ir. Ahda Mulyati, M.T.


NIP. 19600710 198903 2 001

Dekan Fakultas Teknik


Universitas Tadulako,

Prof. Dr. H. Amar, S.T., M.T.


NIP. 19680714 199403 1 006

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MARTURIA DI SULAWESI TENGAH

Oleh:
Andriyawanto
F 221 12 130

Palu, Maret 2019


Disetujui oleh Panitia Ujian Tugas Akhir :

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN


Dr. Ir. Ahda Mulyati, M.T
1. Ketua
NIP. 19600710 198903 2 001
Ir. Sarifuddin, M.T
2. Sekretaris
NIP. 19651231 199203 1 033
Andi Jiba Rifai B, S.T, M.T
3. Anggota
NIP. 19670310 199802 1 001
Ir. Abdul Gani Akhmad, M.Si
4. Anggota
NIP. 19670309 199802 1 002
Nur Rahmanina B, S.T, M.T
5. Anggota
NIP. 19710625 200003 2 001
Ir. Jusnan Kello, M.T
6. Pembimbing 1
NIP. 19570630 198701 1 001
Gator Timbang, S.T, M.T
7. Pembimbing 2
NIP. 19680904 199802 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Arsitektur

Dr. Muhammad Bakri, S.T., M.T.


Nip. 19740818 200312 1 002

iii
PRAKATA

Salom, salam sejahtera,


Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Oleh
karena kasih dan penyertaan-Nya semata, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tugas Akhir ini dengan judul SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MARTURIA DI
SULAWESI TENGAH.
Penulisan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir
Program Studi S1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada Bapak Ir. Jusnan Kello, M.T.
selaku dosen pembimbing I dan Bapak Gator Timbang, S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing II yang senantiasa membimbing dan memberikan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini. Tak lupa ucapan terima
kasih juga kepada kedua orang tua saya Bapak Abraham Taburu, S.Pd. dan Ibu
Kristina Sa’bara bersama istri tercinta Irena Verawati dan anak Genta yang selalu
memberi semangat, juga atas dukungan serta kasih sayang yang berlimpah.
Serta tak lupa ucapan terima kasih dan penghargaan penulis persembahkan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, M.P selaku Rektor Universitas Tadulako;
2. Bapak Prof. Dr. Amar, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Tadulako;
3. Ibu Dr. Ir. Ahda Mulyati, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Tadulako dan selaku Dosen Wali;
4. Bapak Dr. Muhammad Bakri, S.T., M.T. selaku ketua Program Studi S1
Teknik Arsitektur;
5. Bapak Ir. Sarifuddin, M.T., Bapak Ir. Abdul Gani Akhmad, M.Si., Ibu Andi
Jiba Rifai Bassaleng, S.T., M.T. dan Ibu Nur Rahmanina Burhani, S.T., M.T.,
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan
yang membangun dalam penulisan ini;

iv
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Teknik Arsitektur yang telah
memberikan ilmu-ilmu yang sangat berharga kepada penulis;
7. Seluruh Staff pegawai Jurusan Teknik Arsitektur;
8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2012 Jurusan Teknik Arsitektur lebih
khusus teman-teman Studio Astrad dan Studio Perancangan Arsitektur;
9. Tante Ibu Imelda Mua, S.T., dan Ibu Miriyam, Amd.Kep. serta Bapak Yunius
Taburu, S.Pd. yang selalu mendukung penulis selama studi.
10. Arief Gunawan Taratu, SE bersama seluruh keluarga besar tercinta yang
sudah memberikan dukungan dan doa;
11. Bapak Budi Witjaksana, S.T., M.T. selaku Team Leader di PT. PARIGRAHA
KONSULTAN, Bapak Andi Munawar Setiawan Nur, S.T., IAI. selaku direktur
PT. GRAHA CITRA NUSANTARA, Bapak Adam Pagiling, S.P. selaku direktur
CV. MALEO GALLERY yang telah menerima penulis untuk Praktek Profesi
Arsitek di perusahaan yang dipimpin.
12. Bapak Pdt. Richarson Siwi, S.Th, M.Si. selaku Ketua STT Marturia Palu dan
Bapak Pdt. Wilson Lampi, S.Th. selaku Wakil Ketua Sinode GPID, serta
semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Harapan terbesar
dari penulis, kiranya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Amin.

Palu, 27 Maret 2019

Andriyawanto
F 221 12 130

v
ABSTRAK

Andriyawanto (Stb. F 221 12 130) Sekolah Tinggi Teologi Marturia Di Sulawesi


Tengah (Dibimbing oleh Jusnan Kello dan Gator Timbang)
Sekolah Tinggi Teologi Marturia merupakan suatu wadah edukasi yang
independen dalam pengembangan ilmu Teologi dikalangan umat Kristiani sesuai
amanat Pancasila dan didukung oleh gereja-gereja. Sekolah Tinggi Teologi
Marturia adalah pendidikan vokasi dan mencetak lulusan yang akan berada
dikoridor sesuai disiplin ilmunya baik profesional sebagi pendeta maupun
dilembaga pemerintahan sebagai tenaga pendidik maupun instansi keagamaan.
Marturia adalah nama yayasan yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan
yang sudah ada tersebut.
Kawasan zona permukiman perkotaan bersama dengan peruntukan
bangunan lain ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sigi Nomor 21
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010 – 2030. Dengan
adanya kawasan peruntukan demikian maka memberi ruang untuk perkembangan
fasilitas edukasi dibidang keagamaan di Kabupaten Sigi khususnya Sulawesi
Tengah secara umum.
Permasalahan desain pada Sekolah Tinggi Teologi Marturia terletak pada
penataan eksterior dan interior dengan pendekatan tema perancangan
transformasi simbol kedalam bentuk arsitektur yang digunakan untuk dapat
menyelesaikan perancangan tersebut. Konsep perancangan ruang luar dalam
sekolah tinggi tersebut di kelompokkan permassa bangunan yang di hubungkan
oleh garis vertikal dan horizontal dengan simbol salib yang di aplikasikan pada jalur
sirkulasi dan pedestrian.

Kata Kunci : Sekolah Tinggi, Teologi, Marturia, Sulawesi Tengah, Kabupaten Sigi.

vi
ABSTRACT

Andriyawanto (Stb. F 221 12 130) Marturia Theological College in Central


Sulawesi (Supervised by Jusnan Kello and Gator Timbang)
The Marturia Theology College is an independent educational institution in
the development of theology among Christians in accordance with the mandate of
the Pancasila and supported by churches. Marturia Theology College is vocational
education and printing graduates who will be in corridors according to their
scientific discipline are both professional as clergy and government institutions as
educators and religious institutions. Marturia is the name of the foundation that
organizes existing religious education.
The urban settlement zone together with other building designation is
stipulated in the Sigi Regency Regional Regulation Number 21 of 2011 concerning
Regional Spatial Planning for 2010-2030. With the existence of such allocation
areas, it provides space for the development of religious education facilities in Sigi
District, especially Central Sulawesi. general.
The design problem at the Marturia Theological College lies in exterior and
interior arrangement with the theme design approach to symbol transformation
into the architecture used to be able to complete the design. The concept of
designing outer space in high schools is grouped by building mass connected by
vertical and horizontal lines with the symbol of the cross applied to the circulation
and pedestrian lines.

Keywords: College, Theology, Marturia, Central Sulawesi, Sigi Regency.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
PRAKATA ................................................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 7
1.3 Tujuan dan Sasaran.................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan................................................................................................ 8
1.3.2 Sasaran .............................................................................................. 8
1.4 Batasan Perancangan .............................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1.5.1 Manfaat Praktis ................................................................................. 9
1.5.2 Manfaat Akademis ............................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................... 10
2.1. Tinjauan Objek Rancangan .................................................................... 10
2.1.1 Definisi Sekolah Tinggi Teologi ........................................................ 10
2.1.2 Sekolah Tinggi Teologi Marturia ..................................................... 11
2.1.3 Fungsi Sekolah Tinggi Teologi ......................................................... 14
2.2 Standar Sekolah Tinggi Teologi ............................................................. 31
2.2.1 Menristekdikti ................................................................................. 31
2.2.2 Kementrian Agama.......................................................................... 32
2.3 Kurikulum Sekolah Tinggi Teologi ......................................................... 34
2.3.1 Kurikulum Prodi S1 Teologi Kependetaan....................................... 34

viii
2.3.2 Kurikulum Prodi S1 Pendidikan Agama Kristen .............................. 37
2.4 Simbol-simbol Kristiani .......................................................................... 39
2.4.1 Salib dan krusifiks ............................................................................ 39
2.4.2 Ichthys ............................................................................................. 41
2.4.3 Alfa dan Omega ............................................................................... 41
2.4.4 Staurogram...................................................................................... 42
2.4.5 Chi Rho ............................................................................................ 43
2.4.6 Monogram IH .................................................................................. 43
2.4.7 Monogram IX................................................................................... 44
2.4.8 Simbol Elemental ............................................................................ 44
2.4.9 Burung Merpati ............................................................................... 45
2.5 Teori Transformasi ................................................................................. 46
2.5 Studi Banding ......................................................................................... 49
2.5.1 Sekolah Tinggi Teologi yang ada ..................................................... 50
2.5.2 Studi Banding Penelitian Terdahulu Terkait Objek Penelitian STT . 59
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 61
3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 61
3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 62
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 62
3.3.1 Data Primer ..................................................................................... 62
3.3.2 Data Sekunder ................................................................................. 63
3.4 Tahap Penelitian .................................................................................... 63
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 64
3.6 Teknik Analisis Penelitian ...................................................................... 64
3.7 Bahan dan Alat ....................................................................................... 65
3.8 Alur Pikir Penelitian ............................................................................... 66
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 67
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Sigi ......................................................... 67
4.2 Gambaran Umum Kabupaten Sigi ......................................................... 67
4.2.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten Sigi................. 67
4.2.2 Zona Rawan Bencana ...................................................................... 69

ix
4.2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sigi.......................... 70
4.2.4 Keagamaan di Kabupaten Sigi ......................................................... 71
4.3 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru ......................... 73
4.3.1 Kondisi Topografi ............................................................................ 73
4.3.2 Kondisi Penggunaan Lahan ............................................................. 74
4.3.3 Jaringan Jalan .................................................................................. 74
4.3.4 Jaringan Listrik ................................................................................. 75
4.3.5 Kondisi Jaringan Air Bersih .............................................................. 76
4.4 Analisis Makro........................................................................................ 77
4.4.1 Pemilihan Tapak .............................................................................. 77
4.4.2 Aksebilitas ....................................................................................... 78
4.4.3 Penzoningan Tapak ......................................................................... 83
4.4.4 Tata Massa dan Orientasi Bangunan .............................................. 86
4.4.5 Orientasi Matahari dan Angin ......................................................... 89
4.4.6 Parkiran ........................................................................................... 95
4.4.7 Konsep Vegetasi .............................................................................. 98
4.5 Analisis Mikro....................................................................................... 101
4.5.1 Pola dan Pengelompokan Kegiatan .............................................. 101
4.5.2 Kebutuhan Ruang .......................................................................... 105
4.5.3 Besaran Ruang............................................................................... 111
4.5.4 Hubungan Antara Massa Bangunan.............................................. 119
4.5.5 Penzoningan Ruang ....................................................................... 120
4.6 Analisis Struktur dan Utilitas Banguan ............................................... 121
4.6.1 Struktur ......................................................................................... 121
4.6.2 Utilitas ........................................................................................... 124
4.7 Analisis Bentuk..................................................................................... 130
4.7.1 Alkitab ........................................................................................... 131
4.7.2 Salib ............................................................................................... 131
4.7.3 Transformasi Bentuk ..................................................................... 132
4.7.4 Hasil Analisis .................................................................................. 133
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 135

x
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 135
5.2 Saran ..................................................................................................... 135
5.3 Rekomendasi Desain ........................................................................... 136
5.3.1 Konsep Makro ............................................................................... 136
5.3.2 Konsep Mikro ................................................................................ 136
5.3.3 Konsep Bentuk .............................................................................. 136
5.3.4 Site Plan ......................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ xvii
LAMPIRAN ............................................................................................................. xix

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kurikulum Prodi S1 Teologi Kependetaan ......................................... 31


Tabel 2 : Kurikulum prodi S1 PAK ..................................................................... 33
Tabel 3 : Hasil Studi Banding ............................................................................ 55
Tabel 4 : Perbandingan Penelitian Terdahulu .................................................. 56
Tabel 5 : Kebutuhan Data Primer ..................................................................... 59
Tabel 6 : Kebutuhan Data Sekunder ................................................................ 60
Tabel 7 : Alat Yang Digunakan Pada Penelitian ................................................ 62
Tabel 8 : Luas Wilayah Kabupaten Sigi Tahun 2017 ......................................... 65
Tabel 9 : Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sigi Tahun 2017 ....... 67
Tabel 10 : Jumlah peribadatan Kristen di Kabupaten Sigi Tahun 2017 ........... 68
Tabel 11 : Analisis vegetasi .............................................................................. 95
Tabel 12 : Kebutuhan Ruang Berdasarkan Mata Kuliah S1 Teologi ................. 101
Tabel 13 : Kebutuhan Ruang Berdasarkan Mata Kuliah S1 PAK ...................... 103
Tabel 14 : Analisis Kebutuhan Ruang ............................................................... 104
Tabel 15 : Jumlah Mahasiswa Aktif STT Marturia Perangkatan ....................... 107
Tabel 16 : Besaran Ruang Pengelola ............................................................... 109
Tabel 17 : Besaran Ruang Gedung Pendidikan ............................................... 111
Tabel 18 : Besaran Ruang Kapel ...................................................................... 111
Tabel 19 : Besaran Ruang Gedung Asrama ..................................................... 112
Tabel 20 : Besaran Ruang Gedung Perpustakaan dan Auditorium ................. 112

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kegiatan Belajar Mengajar ........................................................... 10


Gambar 2: Kapel Sekolah Tinggi Teologi ........................................................ 11
Gambar 3: Bengkel musik Gereja ................................................................... 12
Gambar 4: Asrama Mahasiswa ...................................................................... 13
Gambar 5: Pohon perdu yang tersusun rapi .................................................. 16
Gambar 6: Pohon dan bak sampah ................................................................ 16
Gambar 7: Pos keamanan .............................................................................. 17
Gambar 8: Bentuk dan ukuran ruang belajar ................................................ 19
Gambar 9: Ukuran meja di perpustakaan ...................................................... 19
Gambar 10: Jarak meja di perpustakaan ....................................................... 20
Gambar 11: Rak buku di perpustakaan .......................................................... 20
Gambar 12: Bangku dalam gereja .................................................................. 21
Gambar 13: Lebar jalur dalam gereja ............................................................ 21
Gambar 14: Penataan ruang laboratorium .................................................... 22
Gambar 15: Dimensi ruang kerja pengelolah ................................................ 22
Gambar 16: Ruang kerja pengelolah .............................................................. 23
Gambar 17: Pembagian ruang pengelolah .................................................... 23
Gambar 18: Penempatan perabot pada ruang pengelolah ........................... 23
Gambar 19: Lapangan Bola Voli dan Basket .................................................. 24
Gambar 20: Denah untuk hunian tipikal ........................................................ 24
Gambar 21: Bentuk-bentuk denah hunian tipikal ......................................... 25
Gambar 22: Dimensi jalur pejalan kaki .......................................................... 25
Gambar 23: Jalur untuk mensiasati lahan berkontur .................................... 25
Gambar 24: Parkiran parallel dan dengan sudut 30o ..................................... 26
Gambar 25: Parkiran dengan sudut 45o dan 60o ........................................... 26
Gambar 26: Salib dan krusifiks ....................................................................... 36
Gambar 27: Simbol Ichthys ............................................................................ 37

1
Gambar 28: Simbol Alfa dan Omega .............................................................. 38
Gambar 29: Simbol Staurogram ................................................................... 38
Gambar 30: Simbol Chi Rho .......................................................................... 39
Gambar 31: Simbol Monogram IH ................................................................. 40
Gambar 32: Simbol Monogram IX .................................................................. 40
Gambar 33: Lilin ............................................................................................. 41
Gambar 34: Burung merpati .......................................................................... 42
Gambar 35: Gedung Utama STT Jakarta ........................................................ 46
Gambar 36: Front View STT Aletheia Lawang ................................................ 50
Gambar 37: Kampus Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) ........................ 51
Gambar 38: Gedung asrama .......................................................................... 52
Gambar 39: Ruang kelas ................................................................................ 53
Gambar 40: Perpustakaan.............................................................................. 54
Gambar 41: Peta Administrasi Kabupaten Sigi .............................................. 58
Gambar 42: Alur Penelitian ............................................................................ 63
Gambar 43: Peta Administrasi Kabupaten Sigi .............................................. 65
Gambar 44: Zona Rawan Bencana ................................................................. 66
Gambar 45: Kondisi Topografi Site ................................................................ 70
Gambar 46: Jaringan Jalan Trans di Desa Oloboju ......................................... 71
Gambar 47: Jaringan Listrik di Desa Oloboju ................................................. 72
Gambar 48: Sumur bor di Desa Oloboju ........................................................ 72
Gambar 49: Peta Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru ..................................... 73
Gambar 50: Kondisi eksisting tapak ............................................................... 74
Gambar 51: Kondisi eksisting pencapaian ke tapak....................................... 75
Gambar 52: Analisis pencapaian ke tapak ..................................................... 76
Gambar 53: Hasil analisis akses ke tapak ....................................................... 77
Gambar 54: Data sirkulasi dalam tapak ......................................................... 77
Gambar 55: Analisis sirkulasi dalam tapak..................................................... 78
Gambar 56: Hasil analisis sirkulasi dalam tapak ............................................ 79

2
Gambar 57: Data eksisting tapak ................................................................... 80
Gambar 58: Analisis penzoningan tapak ........................................................ 81
Gambar 59: Hasil analisis penzoningan tapak ............................................... 82
Gambar 60: Data eksisting tapak ................................................................... 83
Gambar 61: Salib ............................................................................................ 83
Gambar 62: Analisis tata massa danorientasi bangunan ............................... 84
Gambar 63: Hasil analisis tata massa dan orientasi....................................... 85
Gambar 64: Arah orientasi matahari ............................................................. 86
Gambar 65: Sistem penyinaran pada bangunan ............................................ 86
Gambar 66: Lampu jalan ................................................................................ 87
Gambar 67: Lampu taman ............................................................................. 88
Gambar 68: Hasil analisis pencahayaan ......................................................... 89
Gambar 69: Data orientasi angin ................................................................... 90
Gambar 70: Analisis penghawaan .................................................................. 90
Gambar 71: Hasil analisis penghawaan ......................................................... 91
Gambar 72: Sistem parkir paralel .................................................................. 92
Gambar 73: Sistem parkir menyudut 45o ...................................................... 92
Gambar 74: Sistem parkir menyudut 90o ...................................................... 92
Gambar 75: Hasil analisis parkir ..................................................................... 93
Gambar 76: Vegetasi pada tapak ................................................................... 94
Gambar 77: Hasil analisis perletakan vegetasi............................................... 96
Gambar 78: Pola Kegiatan Mahasiswa Datang-Pulang .................................. 97
Gambar 79: Pola Kegiatan Mahasiswa Menginap ......................................... 98
Gambar 80: Pola Kegiatan Dosen Datang-Pulang .......................................... 98
Gambar 81: Pola Kegiatan Dosen Menginap ................................................. 99
Gambar 82: Pola Kegiatan Pengelola ............................................................. 100
Gambar 83: Pola Kegiatan Petugas Servis...................................................... 100
Gambar 84: Hubungan Antara Massa Bangunan........................................... 116
Gambar 85: Hasil analisis penzoning ............................................................. 117

3
Gambar 86: Struktur Tiang Pancang .............................................................. 118
Gambar 87: Struktur Rangka .......................................................................... 119
Gambar 88: Rangka Baja WF .......................................................................... 120
Gambar 89: Alur Jaringan Air Bersih .............................................................. 121
Gambar 90: Alur Jaringan Air Kotor ............................................................... 121
Gambar 91: Alur Jaringan Sampah ................................................................. 122
Gambar 92: Security....................................................................................... 122
Gambar 93: CCTV ........................................................................................... 123
Gambar 94: Pagar Beton ................................................................................ 123
Gambar 95: Sistem Sprinkler.......................................................................... 124
Gambar 96: Sistem Hydran ............................................................................ 125
Gambar 97: Fire Extinguisher ......................................................................... 125
Gambar 98: Tangga Darurat........................................................................... 126
Gambar 99: Skema Instalasi Listrik ................................................................ 126
Gambar 100: Alkitab ...................................................................................... 127
Gambar 101: Salib .......................................................................................... 127
Gambar 102: Transformasi bentuk salib ........................................................ 128
Gambar 103: Bentuk dasar Alkitab ................................................................ 129
Gambar 104: Transformasi bentuk Alkitab .................................................... 129
Gambar 105: Konsep Bentuk pada massa bangunan .................................... 129
Gambar 106: Site Plan .................................................................................... 130

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara yang mengakui adanya kebebasan
dalam menjalankan ibadah bagi setiap warganya berdasarkan agama dan
kepercayaan masing-masing. Hal ini dijamin dan disahkan oleh pemerintah
Indonesia dalam pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaan.
Adanya pengakuan ini berdampak pada perkembangan kehidupan beragama
maupun aliran kepercayaan di seluruh Indonesia.
Perkembangan kehidupan beragama yang pesat ini perlu di dukung dengan
adanya sarana maupun kegiatan yang mampu mendukung perkembangannya.
Untuk menjalankan usaha tersebut setiap agama diberi hak untuk membina dan
mendidik umatnya sebagai pemuka agama, disamping itu pula diperlukan sarana
seperti tempat ibadah, lembaga-lembaga yang menangani urusan agama,
lembaga sosial dan pendidikan. Salah satunya sarana yang memiliki peranan yang
cukup besar yakni sarana pendidikan guna menghasilkan tenaga pengajar dibidang
ilmu agama yang terdidik dan tenaga pengajar dibidang ilmu agama atau guru
agama di tingkat SD sampai SLTA. Pendidikan Teologia sebagai bagian dari sistem
pendidikan yang ada harus peka terhadap konteks pergumulan pendidikan
nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kualitas manusia dalam hal
pendidikan. Peranan pendidikan teologi dalam upaya pengembangan pendidikan
teologi kristen adalah menghasilkan lulusan yang ahli dibidang keagamaan sebagai
pemimpin gereja dan juga sebagai tenaga pendidik di sekolah, perlu upaya untuk
melakukannya dalam iman kristen didampingi dan diwarnai oleh sikap kritis,
realities serta konstruktif.
Sekolah Tinggi Teologi Marturia merupakan sekolah teologi Pendeta dalam
agama kristen dan sekolah pendidikan guru agama kristen, yang menghasilkan
lulusan pendeta dan tenaga pengajar ilmu agama kristen. Tuntutan pendidikan

5
keagamaan yang semakin kompleks harus sejalan dengan fasilitas kampus yang
memenuhi syarat mutu serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk proses
perkuliahan. Sekolah Tinggi Teologi Marturia berdiri pada tahun 1990 dan
memperoleh legitimasi pemerintah Departemen Agama Provinsi Sulawei Tengah
dengan SK No.W.s/5-a/TL.01/727/90, maka pada tanggal 12 Mei 1991 Sekolah
Tinggi Teologi Marturia yang bernaung di Yayasan Istana Marturia mulai
melaksanakan Tridarma perguruan tinggi ( Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat). Semula proses perkuliahan (kampus) terletak di Jalan
Sisingamangaraja, karena sejak tahun 1993 kampus STT Marturia dipindahkan ke
Jalan Batu Bata Indah 87 A Kelurahan Tatura Utara, Kecamatan Palu Selatan.
Sekolah Tinggi Teologi Marturia akan direlokasi keluar kota berdasarkan
rencana pimpinan kampus tersebut dan didukung oleh Sinode Gereja Protestan
Indonesia Donggala sebagai pengasuh kampus tersebut serta Yayasan yang
menaungi. Alasan yang paling dasar direlokasinya kampus tersebut selain letak
lokasi kampus saat ini yang tidak sesuai peruntukan juga telah dipersiapkannya
lokasi kampus yang baru oleh Yayasan dan Sinode Gereja Protestan Indonesia
Donggala di Kabupaten Sigi, Tepatnya di Kecamatan Sigi Biromaru. Kecamatan Sigi
Biromaru merupakan dikawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan Kabupaten
Sigi, dengan zona ruang bencana Sesuai dengan Peta Zona Rawan Bencana,
wilayah Desa Oloboju masuk dalam zona ZRB 1 yakni zona yang berwarna kuning
muda. Berdasarkan Peta Zona Rawan bencana Desa Oloboju berada dalam Zona
yang aman. Sekolah Tinggi Teologi Marturia yang akan didesain mengacu pada
standar sesuai peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 394 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Agama. Lokasi kampus Sekolah Tinggi
Teologi Marturia saat ini terletak pada kawasan peruntukan permukiman sesuai
dengan Peraturan Daerah Kota Palu Nomor : 16 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palu Tahun 2010 – 2030. Kawasan perumahan dengan kapadatan

6
sedang sebagaimana ditetapkan di Kelurahan Lere, Kelurahan Kamonji, Kelurahan
Boyaoge, Kelurahan Nunu, Kelurahan Tawanjuka, Kelurahan Tatura Utara,
Kelurahan Tatura Selatan, Kelurahan Birobuli Selatan, Kelurahan Talise, Kelurahan
Tanamodindi, Kelurahan Lolu Selatan dan Kelurahan Birobuli Utara (Paragraf 1,
Rencana Kawasan Perumahan Pasal 45).
Sekolah Tinggi Teologi Marturia ini menghasilkan lulusan Pendeta untuk
Gereja Kristen Protestan dan tenaga pendidik (Guru Agama) yang dapat mengajar
disekolah formal. Adapun mahasiswa yang belajar teologi Kristen Protestan dan
bukan dari Kristen Protestan seperti Kristen Katolik, Adven atau Karismatik dapat
belajar sesuai dengan kurikulum STT Marturia. Selain itu mahasiswa dari agama
lain seperti Agama Islam yang ingin mempelajari Teologi Kristen juga diterima
dikampus Sekolah Tinggi Teologi Marturia ini untuk belajar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat:
1.2.1 Menyediakan wadah pendidikan agama Kristen yang memenuhi standar
pedidikan tinggi dibidang teologi;
1.2.2 Perlu adanya tenaga pendidik yang terdidik di bidang ilmu agama Kristen;
dan,
1.2.3 Pengembangan fasilitas pendidikan yang relevan dengan tuntutan jaman
teknologi seperti saat ini.
Maka dirumuskan bagaimana menetukan konsep dan tema perancangan
serta desain Sekolah Tinggi Teologi Marturia yang dapat mewadahi seluruh
kegiatan baik beribadah maupun kegiatan studi. Bagaimana mengolah tata ruang
baik eksterior maupun interior dan struktur bangunannya seperti ruang galeri,
auditorium, dan ruang staf lainnya maupun eksterior yang mendukung seluruh
kegiatan.

7
1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan
Tujuan peneliti adalah untuk menghasilkan desain bangunan Sekolah Tinggi
Teologi Marturia di Sulawesi Tengah melalui Pendekatan Perancangan Simbol-
simbol Kristiani untuk menyediakan fasilitas belajar bagi mahasiswa yang
melanjutkan sekolah di bidang Pendeta dan PAK (Pendidikan Agama Kristen).
Dengan adanya fasilitas belajar untuk sekolah teologi di Sulawesi Tengah yang
memenuhi standar pendidikan tinggi di bidang teologi, dan sesuai dengan standar
kompetensi pendeta.
Sekolah Tinggi Teologi (STT) adalah sekolah tinggi setara Universitas
merupakan sekolah Teologi atau sekolah Alkitab untuk pendidikan ‘Pendeta’ dan
‘Guru Agama Kristiani’.
1.3.2 Sasaran
Membuat rancangan desain bangunan Sekolah Tinggi Teologi Marturia
dengan mengekpos simbol-simbol kristiani pada bangunan serta menjadi dasar
merancang bentuk mulai dari site plan, denah, fasad serta interior dan lansekap
yang memenuhi standar bangunan dan fasilitas pendididkan tinggi teologi untuk
kristen protestan. Sekolah Tinggi Teologi Marturia ini menyediakan pendidikan
Alkitab di Sulawesi Tengah bagi lulusan SMA yang hendak melanjutkan
pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dalam bidang keagamaan. Sekolah
Tinggi Teologi Marturia ini sangat penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dikalangan umat nasrani. Dengan adanya sarana pendidikan sekolah tinggi alkitab
maka akan memudahkan masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya untuk
mendapatkan pendidikan tinggi tentang pengetahuan Alkitab.
1.4 Batasan Perancangan
Pada tugas akhir ini proses perencanaan dan perancangan untuk judul tugas
akhir yang diangkat dibatasi hanya pada perencanaan dan perancangan sekolah
tinggi teologi bagi umat beragama Kristen Protestan yang meliputi :

8
1.4.1 Ruang beribadah
1.4.2 Fasilitas penginapan
1.4.3 Fasilitas pembelajaran
1.4.4 Fasilitas pengelolah
1.4.5 Fasilitas pendukung lainnya
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
Mengetahui dan memberikan suatu gambaran mengenai pendidikan teologi
di Sulawesi Tengah yang terus berkembang di dukung adanya fasilitas bangunan
yang memenuhi standar untuk perguruan tinggi dibidang teologi. Selain itu, hasil
penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi yang ingin
melakukan penelitian lanjutan.
1.5.2 Manfaat Akademis
Sebagai tambahan wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan, serta
dapat memberikan konstribusi bagi kemajuan pengembangan ilmu arsitektur.

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Objek Rancangan


2.1.1 Definisi Sekolah Tinggi Teologi
Pendidikan tinggi terdiri dari pendidikan akademik yang memiliki fokus
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan pendidikan vokasi yang
menitikberatkan pada persiapan lulusan untuk mengaplikasikan keahliannya.
Institusi Pendidikan Tinggi yang menawarkan pendidikan akademik dan vokasi
dapat dibedakan berdasarkan jenjang dan program studi yang ditawarkan
seperti akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sekolah Tinggi
adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dan
akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi atau
kesenian tertentu. Oleh karena itu, sekolah Tinggi ini menawarkan pendidikan
baik pada level diploma maupun sarjana. Namun, ketika sebuah sekolah
tinggi memenuhi persyaratan mereka dapat menawarkan pendidikan tingkat
lanjut setelah level sarjana. Sekolah Tinggi ilmu Komputer merupakan salah
satu contoh dari jenis pendidikan tinggi ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam web resmi KBBI:
https://www.kbbi.web.id/sekolah tinggi, Ebta Setiawan) Sekolah Tinggi adalah
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau pendidikan
profesional dalam satu disiplin ilmu tertentu.
Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan Pendidikan
Akademik dan/atau Pendidikan Vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Sama seperti Universitas dan Institut, Sekolah Tinggi bisa
menyelenggarakan Pendidikan Akademik dan Pendidikan Vokasi. Namun, berbeda
dengan Universitas dan Institut, Sekolah Tinggi cuma terdiri dari satu fakultas yang
terbagi ke dalam berbagai jurusan. Misalnya, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
hanya menyediakan jurusan-jurusan dari Fakultas Komunikasi, seperti Hubungan

10
Masyarakat, Penyiaran, Periklanan, dan sebagainya. Contoh Sekolah Tinggi di
Indonesia adalah London School of Public Relation atau Sekolah Tinggi Ilmu
Komputer Indonesia.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) teologi adalah pengetahuan
tentang Tuhan, dasar-dasar kepercayaan kepada Tuhan dan agama berdasarkan
pada kitab-kitab Suci (W.J.S. Poerwardamita). Selanjutnya dalam kamus filsafat di
sebutkan teologi secara sederhana yaitu suatu studi mengenai pertanyaan
tentang Tuhan dan hubungannya dengan dunia realitas.
Dari uraian defenisi di atas dapat di simpulkan sekolah tinggi dalam
pendidikan di Indonesia adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi. Sekolah Tinggi Theologia merupakan
sekolah kependendetaan dan sekolah pendidikan Agama Kristen.
2.1.2 Sekolah Tinggi Teologi Marturia
Marturia adalah nama kampus Sekolah Tinggi Teologi yang bernaung di
Yayasan Istana Marturia. Sejak berdiri tahun 1990 dan memperoleh legitimasi
pemerintah Departemen Agama Provinsi Sulawei Tengah dengan SK No.W.s/5-
a/TL.01/727/90, maka pada tanggal 12 Mei 1991 Sekolah Tinggi Teologi Marturia
yang bernaung di Yayasan Istana Marturia mulai melaksanakan Tridarma
perguruan tinggi ( Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat).
Tahun 1993 kampus STT Marturia dipindahkan ke Jalan Batu Bata Indah 87 A
Kelurahan Tatura Utara, Kecamatan Palu Selatan. Di Lokasi inipun, sarana dan
prasarana dalam rangka proses perkuliahan masih sangat terbatas.
Pada tahun 2010, Sekolah Tinggi Teologi Marturia diterima Sinode GPID
sebagai gereja pemilik, yang dikelola oleh Yayasan Tunas Harapan Mandiri sesuai
dengan keputusan Sidang Sinode GPID tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011
berdasarkan SK. No.DJ.III/Kep/HK.00.5/629/2011 Sekolah Tinggi Teologi Marturia
kemudian memperoleh izin perpanjangan penyelenggara. Keputusan Badan

11
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 151/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/2013
Program Studi Teologi Kependetaan STT Marturia Palu terakreditasi BAN PT.
Sekolah Tinggi Teologia Marturia sebagai penyelenggara pendidikan Tinggi
dibidang Teologi Kristen turut bertenggung jawab mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membina melalui pelaksanaan fungsi Tri Darma perguruan Tinggi.
Bahwa Sekolah Tinggi Marturia sebagai perguruan tinggi yang mandiri, dalam
pelaksanaan fungsi, tugas dan tanggung jawab berpedoman pada Statuta STT
Marturia yang berfungsi sebagai pedoman dasar untuk merencanakan,
melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan STT Marturia, dan tidak
bertentangan dengan undang-undang peraturan-peraturan Pemerintah yang
berlaku.
Dalam Statuta Sekolah Tinggi Teologi Marturia yang dimaksud dengan:
2.1.2.1 Sekolah Tinggi Teologi Marturia, disingkat STT Marturia, berkedudukan di
Palu, yang didirikan oleh Yayasan Istana Marturia, adalah perguruan
tinggi yang melaksanakan Program Pendidikan Akademik dan/atau
Profesional.
2.1.2.2 Yayasan Istana Marturia kemudian menyerahkan STT Marturia Kepada
Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID), selanjutnya secara teknis
Sinode GPID menyerahkan pengelolaannya kepada Yayasan Tunas
Harapan Mandiri.
2.1.2.3 Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
2.1.2.4 Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi.
2.1.2.5 Statuta STT Marturia adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan
yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan dan menyelenggarakan
kegiatan fungsional sesuai dengan Visi dan/atau tujuan STT Marturia, dan
berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan dan pembuatan

12
peraturan-peraturan, uraian tugas, pedoman kerja dan prosedur
operasional yang berlaku di STT Marturia.
2.1.2.6 Kurikulum adalah Kurikulum STT Marturia yang dasarnya berpedoman
pada Kurikulum Nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
2.1.2.7 Civitas Akademik adalah satuan yang terdiri atas tenaga Pendidik, tenaga
kependidikan dan Mahasiswa di lingkungan STT Marturia.
2.1.2.8 Tenaga Kependidikan adalah Dosen yang telah menerima SK untuk
menjadi Dosen tetap atau tidak tetap.
2.1.2.9 Tenaga kependidikan adalah staf penunjang pendidikan yang telah
menerima SK untuk menjadi pegawai tetap atau tidak tetap.
2.1.2.10 Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada STT
Marturia Palu.
2.1.2.11 Alumni adalah tamatan STT Marturia.
2.1.2.12 Pemimpin adalah perangkat pengambil keputusan tertinggi pada STT
Marturia.
2.1.2.13 Senat adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi STT Marturia.
2.1.2.14 Kebebasan Akademik adalah kebebasan yang dimiliki anggota sivitas
akademik di lingkungan STT Marturia untuk secara bertanggung jawab
dan mandiri melaksanakan kegiatan akademik yang terkait dengan
pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ atau
seni.
2.1.2.15 Kebebasan Mimbar Akademik adalah bagian dari kebebasan akademik di
lingkungan STT Marturia, yang memungkinkan dosen menyampaikan
pikiran dan pendapat sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan.
2.1.2.16 Otonomi keilmuan adalah kegiatan keilmuan berpedoman pada norma
keilmuan yang harus ditaati oleh para ilmuwan dan calon ilmuwan.
2.1.2.17 Dewan Penyantun adalah dewan yang diangkat pemimpin untuk
membantu pemimpin di dalam memecahkan masalah-masalah akademik

13
di STT Marturia dan berperan aktif menggerakkan sumber daya gereja
dan masyarakat.
2.1.2.18 Badan penjaminan mutu adalah badan yang diangkat oleh pemimpin STT
Marturia yang bertugas mengawasi dan membina mutu STT Marturia.
2.1.2.19 Gereja Pengasuh adalah pemilik yang sah atas segala asset STT Marturia
Palu karena itu berhak dan bertanggung jawab secara struktural terhadap
STT Marturia.
2.1.2.20 Gereja pendukung adalah gereja-gereja yang secara normatif
bertanggung jawab atas perkembangan / mutu STT Marturia yang
pimpinan gerejanya masing-masing duduk sebagai anggota badan
Penjaminan Mutu STT Marturia.
2.1.3 Fungsi Sekolah Tinggi Teologi
Fungsi Sekolah Tinggi Teologi pada umumnya merupakan tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan aktifitas keagamaan seperti
beribadah disamping kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti berolah raga,
mengembangkan bakat musik gereja serta juga dilengkapi dengan fasilitas hunian
untuk menunjang kegiatan tersebut.
2.1.3.1 Pendidikan
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata
“Pedagogi“ kata dasarnya “Paid“ yang berartikan “anak“ dan juga kata “Ogogos“
artinya “membimbing”. Dari beberapa kata tersebut maka kita simpulkan kata
pedagos dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari tentang seni
mendidik Anak. Berikut foto kegiatan belajar mengajar.

14
Gambar 1: Kegiatan Belajar Mengajar
(Sumber: google/image, 2019)

Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu
sendiri. Kemudian kita berlanjut pada UU tentang adanya pendidikan tersebut,
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah sebuah usaha yang
di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, membangun kepribadian,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Undang – undang inilah yang menjadi
dasar berdidirinya proses pendidikan yang ada di Negara Indonesia.
2.1.3.2 Aktivitas keagamaan
Aktivitas keagamaan terdiri dari dua kata atau istilah yaitu “aktivitas” dan
“keagamaan”, istilah aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity, yang berarti
aktivitas, kegiatan, kesibukan. Sedangkan kata “keagamaan” berasal dari kata
dasar “agama” yang mendapat awalan “ke-“ dan akhiran “-an”. Agama itu sendiri
mempunyai arti kepercayaan kepada Tuhan, ajaran kebaikan yang bertalian
dengan kepercayaan. Berikut salah satu wadah aktivitas keagamaan pada Sekolah
Tinggi Teologi.

15
Gambar 2: Kapel Sekolah Tinggi Teologi
(Sumber: google/image, 2019)

Jadi kata aktivitas keagamaan mempunyai arti segala aktivitas dalam


kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai agama, yang diyakini agar tidak terjadi
kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.3.3 Estrakurikuler
Disetiap sekolah atau kampus biasanya ada sederet daftar kegiatan tambahan
ekstrakuriluler atau yang disingkat dengan sebutan ekskul yang diizinkan sekolah
dengan siswa sekolah atau mahasiswa perguruan tinggi tersebut sebagai
anggotanya. Berikut salah satu gambar kegiatan ektrakurikuler di kampus Sekolah
Tinggi Teologi.

Gambar 3: Bengkel musik Gereja


(Sumber: google/image, 2019)

16
Manfaat, fungsi dan tujuan diadakannya kegiatan ekskul baik di sekolah
maupun di kampus adalah sebagai wadah penyaluran hobi, minat dan bakat para
siswa / mahasiswa secara positif yang dapat mengasah kemampuan, daya
kreativitas, jiwa sportivitas, meningkatkan raa percaya diri, dan lain sebagainya.
Akan lebih baik lagi apabila mampu memberikan prestasi yang gemilang di luar
sekolah sehingga dapat mengharumkan nama sekolah atau kampus kita.
Walaupun secara akademis nilai dari ekstrakurikuler tidak masuk secara langsung
ke nilai rapot, namun kegunaannya jauh lebih bermanfaat daripada tidak
melakukan banyak hal di luar jam belajar.
2.1.3.4 Hunian/asrama
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu
kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah
bangunan dengan kamar-kamar yang dapat di tempati oleh beberapa penghuni di
setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang
lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah
asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun
untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain,
misalnya apartemen. Berikut gambar salah satu kamar asrama mahasiswa di
kampus Sekolah Tinggi Teologi.

Gambar 4: Asrama Mahasiswa


(Sumber: google/image, 2019)

17
Selain untuk menampung murid-murid, asrama juga sering di tempati peserta
suatu pesta olahraga. Banyak sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia yang
memiliki asrama. Salah satunya adalah asrama Universitas Airlangga Surabaya.
Asrama itu bernama asrama Bhinneka Tunggal Ika. Contoh lainnya adalah asrama
ITS, asrama UI, asrama UGM, asrama UB, dan lain sebagainya.
2.1.3.5 Lokasi Sekolah Tinggi Teologi
Dalam menentukan lokasi Sekolah Tinggi Teologi harus dilakukan
penyelidikan awal dalam hal geologi, topografi dan lingkungan sekitarnya.
Undang-undang Bangunan Gedung Nomor 28 (UUBG 28/2002) mengatur
ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi fungsi, persyaratan,
penyelenggaraan, peran masyarakat, dan pembinaan. Perencanaan dan
pembangunan lingkungan Sekolah Tinggi Teologi harus selalu mempertimbangkan
kemungkinan penggabungan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas
sosial yang telah ada dengan tidak mengurangi kuaalitas lingkungan secara
menyeluruh (Departemen Pekerjaan Umum, 1986). Syarat-syarat pemilihan lokasi
Sekolah Tinggi Teologi diantaranya :
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
b. Kondisi tanah bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15%, sehingga
dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya
dukung yang memungkinkan untuk dibangun Sekolah Tinggi Teologi.
c. Terjamin adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah
dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2.1.3.6 Kenyamanan Sekolah Tinggi Teologi
Kenyaman merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati
oleh manusia ketika melakukan aktivitas-aktivitas didalam suatu ruang. Menurut
Hakim dan kawan-kawan (2003), kenyaman adalah segala sesuatu yang

18
memperlihatkan penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis, baik dengan
ruang itu sendiri,
a. Sirkulasi
Sirkulasi berperan sebagai prasarana lalulintas da ruang transisi, selain itu
tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan sebagai ruang beraktivitas (activity
area), ruang terbuka untuk kontak sosial, wadah kegiatan rekreasi, dan bahkan
untuk aktivitas perekonomian masyarakat. Penataan sistem sirkulasi antar ruang,
terutama dalam hal penempatan serta penggunaan fungsi yang tepat, sangat
mempengaruhi kenyamanan pola pergerakan antar ruang itu sendiri.
Hubungan sirkulasi antar ruang yang tidak komprehensif serta tanpa
koordinasi yang menyeluruh dapat mengakibatkan sirkulasi antar ruang yang
kurang nyaman bagi penggunanya pada pencapaian atau akses yang tidak
terencana dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan sirkulasi
antara lain adalah: jalur masuk utama pada tapak (entrance), jalan keluar pada
tapak (maintrance), jalur pejalan kaki (trotoar/pedestrian), ketersediaan lahan
parkir dan lain-lain.
b. Iklim atau kekuatan alam
Faktor iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan
dalam merencanakan Sekolah Tinggi Teologi. Salah satu kendala iklim yang muncul
adalah curah hujan dan radiasi cahaya matahari. Faktor ini dapat menimbulkan
gangguan terhadap aktivitas luar Sekolah Tinggi Teologi, terutama dimusim
penghujan. Oleh karena itu perlu disediakan tempat yang bisa melindungi
pengguna seperti pergola atau pedestrian dengan atap pada Sekolah Tinggi
Teologi. Selain itu radiasi matahari pada daerah Sekolah Tinggi Teologi dapat
diminimalisir dengan menempatkan tanaman peneduh disekitar Sekolah Tinggi
Teologi.
c. Kebisingan
Tingginya tingkat kebisingan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang, juga
menjadi masalah vital yang dapat mengganggu kenyamanan bagi lingkungan

19
Sekolah Tinggi Teologi dan pengguna jalan, terutama pejalan kaki. Oleh sebab itu
untuk meminimalisir tingkat kebisingan yang terjadi, dapat dipakai tanaman
dengan pola dan ketebalan yang rapat serta tersusun rapi. Namun kebisingan yang
muncul dari faktor-faktor lain seperti suara musik, kebisingan parkir, dan
sebagainya akan sulit dihindari, kecuali adanya pengalokasian yang tepat bagi
activity area seperti itu. Berikut sketsa ilustrasi untuk meminimalisir kebisingan.

Gambar 5: Pohon perdu yang tersusun rapi dapat meminimalisir kebisingan


(Sumber: Sketsa penulis, 2019)

d. Aroma atau bau-bauan


Aroma atau bau-bauan yang tidak sedap bisa terjadi karena beberapa sebab,
seperti bau yang keluar dari asap knalpot kendaraan, atau bak-bak sampah yang
kurang terurus. Selain itu terdapat pembuangan sampah yang tidak jauh dari
daerah perlintasan jalan, maka bau yang tidak menyenangkan akan tercium oleh
para pengguna bangunan dan pengguna jalan. Untuk mengurangi gangguan
aroma yang berasal dari knalpot kendaraan dapat diminimalisir oleh tanaman
pepohonan yang berada disekitar Sekolah Tinggi Teologi. Sedangkan aroma bau
yang berasal dari sampah dapat ditanggulangi dengan memberikan penutup pada
bak sampah, seperti pada gambar berikut.

20
Gambar 6: Pohon dan bak sampah yang dapat ditutup
(Sumber: Sketsa penulis, 2019)
e. Bentuk
Bentuk Sekolah Tinggi Teologi harus disesuaikan dengan bentuk bangunan
pendidikan sekaligus menjadi simbol sebagai bangunan keagamaan kristiani
dengan menggunakan konsep transformasi arsitektur. Bangunan pendidikan
tinggi agama Kristen ini harus memperlihatkan simbol-simbol keagamaan dengan
mentransformasikan simbol tersebut kedalam bentuk arsitektur yang sesuai
ukuran standar manusia agar skala yang dibentuk memberikan rasa nyaman, baik
pandangan visual maupun kenyamanan fasilitas Sekolah Tinggi Teologi. Bentuk
Sekolah Tinggi Teologi sangat mempengaruhi tampilan kawasan disekitarnya dan
menarik perhatian serta menunjukkan identitasnya sebagai bangunan pendidikan
agama Kristen.
f. Keamanan
Hakim dkk (2003) mengemukakan bahwa keamanan merupakan masalah
yang mendasar, karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang dilakukan.
Untuk mencegah terjadinya tindakan kriminal di Sekolah Tinggi Teologi harus
dilengkapi dengan pos keamanan dan CCTV. Berikut gambar pos keamanan.

21
Gambar 7: Pos keamanan
(Sumber: Sketsa penulis, 2019)

g. Kebersihan
Daerah yang terjaga kebersihannya akan memberikan rasa nyaman bagi
pengguna Sekolah Tinggi Teologi selain menciptakan estetika yang sempurna juga
dapat memberikan kenyamanan bagi lingkungan disekitar pertokoan. Untuk
memenuhi kebersihan suatu lingkungan pertokoan perlu disediakan bak-bak
sampah sebagai elemen landsekap dan sistem saluran air selokan yang terencana
dengan baik. Selain itu pada daerah tertentu yang menuntut kebersihan tinggi,
pemilihan jenis tanaman hias dan semak agar memperhatikan kekuatan daya
rontok daun, buah dan bunganya.
h. Keindahan
Keindahan suatu gedung Sekolah Tinggi Teologi perlu diperhatikan secara
serius untuk memperoleh suasana kenyamanan. Keindahan harus selalu
terkontrol penataannya, meskipun dalam suatu ruang terdapat berbagai ragam
aktivitas manusia yang berbeda-beda. Keindahan mencakup persoalan kepuasan
batin dan panca indera manusia. Demikian juga pada eksistensi keindahan disuatu
Sekolah Tinggi Teologi harus selalu terhindar dari ketidak beraturan bentuk,
warna, atau pula aktivitas manusia yang ada didalamnya. Untuk memperoleh
kenyamanan yang optimal maka keindahan harus memperhatikan berbagai segi,
baik itu segi bentuk, warna, komposisi susunan tanaman dan fasilitas pendukung

22
Sekolah Tinggi Teologi serta diperhatikan juga faktor-faktor pendukung sirkulasi
kegiatan manusia.
2.1.3.7 Kebutuhan Ruang Sekolah Tinggi Teologi
Kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana Sekolah Tinggi Teologi berkaitan
dengan daya dukung lingkungan dan jalan yang ada disekitar bangunan tersebut.
a. Ruang kuliah
Merupakan tempat untuk melangsungkan kegiatan belajar mangajar di
kampus tersebut.

Gambar 8: Bentuk dan ukuran ruang belajar


(Sumber: Data Arsitek Jilid 1, 1996)

b. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat untuk mecari referensi studi dan membaca
buku di kampus tersebut. Berikut standar ukuran pada perpustakaan.

23
Gambar 9: Ukuran meja di perpustakaan
(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 10: Jarak meja di perpustakaan


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 11: Rak buku di perpustakaan


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

24
c. Kapel
Kapel merupakan tempat untuk beribadah yang fungsinya juga sama dengan
gereja di kampus tersebut. Berikut bebearapa standar ukuran pada gereja.

Gambar 12: Bangku dalam gereja


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 13: Lebar jalur dalam gereja


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

25
d. Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat belajar dan bereksperimen pada disiplin
ilmu tertentu dalam hal ini adalah kebutuhan untuk menunjang ilmu pengetahuan
di kampus tersebut, untuk itu penataan perabot dalam laboratorum harus tertata
agar dapat maksimal penggunaannya.

Gambar 14: Penataan ruang laboratorium


(Sumber: Data Arsitek Jilid 1, 1996)

e. Ruang pengelola
Ruang pengelola merupakan kantor atau pusat administrasi seluruh kampus
baik dosen ataupun mahasiswa berserta para staf-staf lain kampus tersebut.
Bangunan pengelolah dirancang sedemikian rupa agar dapat memenuhi
kebutuhan administrasi pada kampus Sekolah Tinggi Teologi sesuai dengan
standar-standar berikut ini.

26
Gambar 15: Dimensi ruang kerja pengelolah
(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 16: Ruang kerja pengelolah


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 17: Pembagian ruang pengelolah


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

27
Gambar 18: Penempatan perabot pada ruang pengelolah
(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

2.1.3.8 Fasilitas Penunjang Sekolah Tinggi Teologi


a. Lapangan olahraga
Lapangan olahraga adalah salah satu kebutuhan yang mutlak dipenuhi pada
suatu kampus perguruan tinggi dalam menunjang pengembangan organisasi
internal kampus maupun pengembangan kemampuan setiap mahasiswanya.
Berikut standar ukuran lapangan voli dan lapangan basket.

Gambar 19: Lapangan Bola Voli dan Basket


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

b. Asrama mahasiswa
Asrama mahasiswa merupakan kebutuhan yang tak terpisahkan dalam suatu
wadah perguruan tinggi. Asrama mahasiswa sebagai fasilitas untuk menunjang
berlangsungnya kehidupan kampus harus direncanakan secara eksplisit agar
menghasilkan suatu penataan yang baik dalam segi arsitektur bangunan tersebut.
Asrama mahasiswa direncankan sesuai dengan standar dan kaidah ukuran yang
sesuai dibawah ini dengan mengacu pada arsitek data.

28
Gambar 20: Denah untuk hunian tipikal
(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 21: Bentuk-bentuk denah hunian tipikal


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

c. Pedestrian way
Pedestrian merupakan jalur bagi pejalan kaki untuk menunjang kebutuhan
dalam melakukan aktivitas dari bangunan ke bangunan lainnya dalam kampus.
Berikut dimensi dalam merencanakan pedestrian way.

Gambar 22: Dimensi jalur pejalan kaki


(Sumber: Data Arsitek Jilid 1, 1996)

29
Gambar 23: Jalur untuk mensiasati lahan berkontur
(Sumber: Data Arsitek Jilid 1, 1996)

d. Parkiran
Parkiran adalah salah satu yang harus diperhitungkan dalam merencanakan
bangunan yang akan menampung banyak orang dengan membawa kendaraan.
Berikut bentuk dan dimensi parkiran.

Gambar 24: Parkiran parallel dan dengan sudut 30o


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

Gambar 25: Parkiran dengan sudut 45o dan 60o


(Sumber: Data Arsitek Jilid 2, 2002)

30
2.2 Standar Sekolah Tinggi Teologi
2.2.1 Menristekdikti
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi pada Bagian
Ketujuh, Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran.
Pasal 31. Standar sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kriteria
minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi dan proses
pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Pasal 32
Ayat (1) Standar sarana pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
paling sedikit terdiri atas:
2.2.1.1 perabot;
2.2.1.2 peralatan pendidikan;
2.2.1.3 media pendidikan;
2.2.1.4 buku, buku elektronik, dan repositori;
2.2.1.5 sarana teknologi informasi dan komunikasi;
2.2.1.6 instrumentasi eksperimen;
2.2.1.7 sarana olahraga;
2.2.1.8 sarana berkesenian;
2.2.1.9 sarana fasilitas umum;
2.2.1.10 bahan habis pakai; dan
2.2.1.11 sarana pemeliharaan, keselamatan, dan keamanan.
Ayat (2) Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan rasio penggunaan sarana sesuai dengan
karakteristik metode dan bentuk pembelajaran, serta harus menjamin
terselenggaranya proses pembelajaran dan pelayanan administrasi akademik.
Pasal 33 ayat (1) Standar prasarana pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 paling sedikit terdiri atas: lahan; ruang kelas; perpustakaan;
laboratorium/studio/bengkel kerja/unit produksi; tempat berolahraga; ruang

31
untuk berkesenian; ruang unit kegiatan mahasiswa; ruang pimpinan perguruan
tinggi; ruang dosen; ruang tata usaha; dan fasilitas umum.
Ayat (2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k meliputi:
jalan; air; listrik; jaringan komunikasi suara; dan data.
Pasal 34 ayat (1) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf
a harus berada dalam lingkungan yang secara ekologis nyaman dan sehat untuk
menunjang proses pembelajaran. Ayat (2) Lahan pada saat perguruan tinggi
didirikan wajib dimiliki oleh penyelenggara perguruan tinggi. Pasal 35 Pedoman
mengenai kriteria prasarana pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (1) huruf a sampai dengan huruf k ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Pasal 36 ayat (1) Bangunan perguruan tinggi
harus memiliki standar kualitas minimal kelas A atau setara. Ayat (2) Bangunan
perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan keamanan, serta dilengkapi dengan instalasi listrik yang berdaya
memadai dan instalasi, baik limbah domestik maupun limbah khusus, apabila
diperlukan. Ayat (3) Standar kualitas bangunan perguruan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didasarkan pada peraturan menteri yang
menangani urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum. Pasal 37 ayat (1)
Perguruan tinggi harus menyediakan sarana dan prasarana yang dapat diakses
oleh mahasiswa yang berkebutuhan khusus. Ayat (2) Sarana dan prasarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: pelabelan dengan tulisan Braille
dan informasi dalam bentuk suara; lerengan (ramp) untuk pengguna kursi roda;
jalur pemandu (guiding block) di jalan atau koridor di lingkungan kampus;
peta/denah kampus atau gedung dalam bentuk peta/denah timbul; dan toilet atau
kamar mandi untuk pengguna kursi roda.
Ayat (3) Pedoman mengenai sarana dan prasarana bagi mahasiswa yang
berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
2.2.2 Kementrian Agama

32
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 394 Tahun 2003
Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Agama, Pasal 11 Sarana dan
Prasarana dengan kriteria sebagai berikut:
2.2.2.1 Tanah tempat mendirikan perguruan tinggi agama dimiliki dengan bukti
sertifikat atas nama perguruan tinggi agama dimaksud atau bukti
sewa/kontrak sekurang-kurangnya untuk masa 20 (dua puluh) tahun
dengan hak pakai yang dinyatakan dalam perjanjian"
2.2.2.2 Sarana dan prasarana milik sendiri atau disewa untuk masa sekurang-
kurangnya 5 (lima ) tahun yang dibuktikan dengan perjanjian meliputi:
a. ruang kuliah 0,5 m2 per-mahasiswa;
b. ruang dosen tetap 4 m2 per-orang;
c. ruang administrasi dan kantor 4 m2 per-orang;
d. ruang perpustakaan.
e. ruang laboratorium untuk menunjang pengembangan program studi
setiap jurusan yang diselenggarakan;
f. ruang tempat ibadah
g. Memiliki buku kepustakaan dengan kriteiria :
2.2.2.3 Program diploma dan program S-1:
Buku yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian minimal satu jridul
untuk setiap mata kuliah dan buku yang berkaitan dengan ketrampilan dan
keahlian minimal dua judul untuk setiap mata kuliah, serta jumlah eksamplar
setiap judul buku sebagaimana di maksud ayat 3) huruf a angka (1) dan (2)
sekurang-kurangnya 10"A dari jumlah mahasiswa dengan memperhatikan
komposisi jenis judul.
Setiap program studi pada program pascasarjana minimal 500 judul buku yang
sesuai dengan bidang studi serta memenuhi kriteria ilmiah; Berlangganan jurnal
ilmiah terakreditasi yang relevan minimal satu judul untuk setiap program studi
pada program diploma dan program S-1, dan minimal dua jurnal ilmiah
terakreditasi yang relevan untuk setiap program studi pada program pascasarjana.

33
Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud ayat 2) sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan minimal sebagaimana tercantum dalam lampiran angka 4
keputusan ini. sertifikat hak milik/hak pakai atau perjanjian/sewa kontrak tanan
dan prasarana fisik lainnya dalam bentuk akta notaris.
2.3 Kurikulum Sekolah Tinggi Teologi
Penyelenggaraan perkuliahan menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) yang
bobot pelaksanaannya dinyatakan dalam satuan kredit semester. Perkuliahan
dilakukan dalam bentuk tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan mandiri
meliputi seminar, simposium, diskusi, loka karya, praktikum, tutorial perkuliahan
umum dengan multimedia. Perkuliahan dilaksanakan berdasarkan Tahun
Akademik yang dimulai pada bulan September dan berakhir pada bulan Agustus
tahun berikutnya. Tahun Akademik terdiri atas 2 (dua) semester, yaitu semester
gasal dan semester genap yang masing-masing terdiri atas 16 (enam belas) minggu
efektif perkuliahan.
Setiap program yang ada memiliki kurikulum yang dipakai sebagai pedoman
pembelajaran mahasiswa. Berikut kurikulum dari program studi S1 Jurusan Teologi
dan S1 Jurusan Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut:
2.3.1 Kurikulum Prodi S1 Teologi Kependetaan
Tabel 1: Kurikulum Prodi S1 Teologi Kependetaan
NO BIDANG STUDI SKS
SEMESTER I
1. Bahasa Indonesia 2
2. Bahasa Inggris I 2
3. Pengetahuan dan Pembimbing PL I 2
4. Pengetahuan dan Pembimbing PB I 2
5. Pemuridan I dan II 2
6. Pembimbing Teologi Sistematika 2
7. Bibliologi 2
8. Sejarah Gereja Umum I 2
9. Hermeneutika I 2
10. Ilmu Metode Belajar 2
JUMLAH 20
SEMESTER II
1. Bahasa Inggris II 2

34
2. Pengetahuan dan Pembimbing PL II 2
3. Pengetahuan dan Pembimbing PB II 2
4. Teologi Proper 2
5. Musik Gereja 2
6. Sejarah Gereja Umum II 2
7. Homelitika I 2
8. Liturgika 2
9. Mengenal Teologi Reformasi 2
10. Pendidikan Agama Kristen I 2
JUMLAH 20
SEMESTER III
1. Filsafat dan Filsafat Pancasila 2
2. Tafsir PB I 2
3. Bahasa Ibrani I 2
4. Tafsir PL I 2
5. Teologi PL I 2
6. Anthropologi dan Hamartiologi 2
7. Etika I 2
8. Sejarah Gereja Asia 2
9. Pastoral I 2
10. Homelitika II 2
11. Pendidikan Agama Kristen II 2
JUMLAH 22
SEMESTER IV
1. Etika II 2
2. Pastoral II 2
3. Sejarah Gereja Indonesia 2
4. Bahasa Ibrani II 2
5. Psikologi 2
6. Agama Dunia 2
7. Tafsir PL II 2
8. Tafsir PB II 2
9. Kristologi 2 2
10. Teologi PL II 2
11. Teologi Misi 2
JUMLAH 22
SEMESTER V
1. PI Anak 2
2. Tafsir PB III 2
3. Pneumatologi 2
4. Teologi PB I 2
5. Tafsir PL III 2
6. Bahasa Yunani I 2

35
7. Manajemen Gereja 2
8. Strategi PI 2
9. Ilmu Logika 2
10. Islamologi 2
11. Pertumbuhan Gereja 2
JUMLAH 22
SEMESTER VI
1. Tafsir PL IV 2
2. Bahasa Yunani II 2
3. Teks dan Ilmu Komunikasi 2
4. Teologi PB II 2
5. Sosiologi Rural 2
6. Filsafat Pendidikan 2
7. Ocultisme 2
8. Ekklesiologi 2
9. Filsafat Kepemimpinan 2
10. Apologetika 2
11. Tafsir PB IV 2
JUMLAH 22
SEMESTER VII
1. Hermeneutik II 2
2. Pemuridan III 2
3. Pluralisme Agama (Oikoumenika) 2
4. Kurikulum Pembinaan Warga Gereja 2
5. Tafsir PL V 2
6. Sosiologi Urban 2
7. Tafsir PB V 2
8. Bidat dan Ajaran Sesat 2
9. Kontekstualisasi 2
10. Eskatologi 2
11. Teologi Kontemporer 2
JUMLAH 22

Semester VIII adalah program skripsi


Semester IX dan X adalah kuliah praktek 1 tahun
Total 160 Sistem Kredit Semester.
Sumber: STT Marturia, 2018

36
2.3.2 Kurikulum Prodi S1 Pendidikan Agama Kristen
Tabel 2: Kurikulum prodi S1 PAK
NO BIDANG STUDI SKS
SEMESTER I
1. Bahasa Indonesia 2
2. Pancasila 2
3. Pengetahuan dan Pembimbing PL I 4
4. Pengetahuan dan Pembimbing PB II 4
5. Dogmatika I 2
6. Pembimbing Teologi Sistematika 2
7. PAK I (Pembimbing) 4
8. Musik Gereja I 2
9. Metode Penulisan Makalah & Skripsi 2
JUMLAH 24
SEMESTER II
1. Kewiraan 2
2. Missiologi 2
3. Pembinaan Warga Gereja 2
4. Dogmatika II 2
5. Kateketika 2
6. Hermeneutika 2
7. Strategi Pembelajaran PAK I 2
8. Teori Belajar Dalam PAK I 2
9. Profesi Keguruan PAK I 4
JUMLAH 20
SEMESTER III
1. Personalia 2
2. Tafsir PL I 2
3. Tafsir PB I 2
4. Etika I 2
5. Teologi PL I 3
6. Sejarah Gereja Umum 2
7. Dogmatika III 3
8. Bahasa Ibrani 3
9. Perencanaan Pengajaran 2
10. Teori Belajar Dalam PAK II 2
JUMLAH 23
SEMESTER IV
1. Tafsir PL II 2
2. Tafsir PB II 2
3. Etika II 2
4. Sejarah Gereja Indonesia 2

37
5. PAK II (Anak) 2
6. PAK III (remaja/pemuda) 2
7. Agama-agama Suku 2
8. Liturgika 2
9. Homelitika I 2
10. Teologi PL II 2
11. Bahasa Inggris 2
12. Strategi Pembelajaran PAK II 2
JUMLAH 24
SEMESTER V
1. Teologi PB I 2
2. Etika III 2
3. Psikologi 2
4. Psikologi Perkembangan 4
5. Bahasa Yunani 3
6. Homelitika II 2
7. Perencanaan Pembelajaran PAK I 2
8. Media pembelajaran 2
JUMLAH 19
SEMESTER VI
1. Manajemen Gereja 2
2. Metode Penelitian 2
3. Oikumene 2
4. Hukum Gereja 2
5. Tafsir PL III 2
6. Tafsir PB III 2
7. Teologi PB II 2
8. Perencanaan Pembelajaran PAK II 2
9. Profesi Keguruan PAK II 4
JUMLAH 20
SEMESTER VII
1. Sejarah gereja Asia 2
2. Pastoral 2
3. Filsafat 2
4. Hinduisme dan Budhaisme 2
5. Islamologi 2
6. Ilmu Budaya Dasar 2
7. Kuliah Praktek Lapangan 4
8. Skripsi I 3
JUMLAH 19
SEMESTER VIII
1. PAK IV (Dewasa/Keluarga) 2
2. Sosiologi 2

38
3. Pendidikan Nasional 2
4. Seminar PAK 2
5. Skripsi II 3
JUMLAH 11

Total 160 Sistem Kredit Semester


Sumber: STT Marturia, 2018

2.4 Simbol-simbol Kristiani


Simbol Kristen adalah simbol atau lambang atau tanda yang digunakan dalam
Simbolisme Kristen (bahasa Inggris: Christian symbolism). Simbol-simbol itu
meliputi lambang-lambang kuno (archetypes), tindakan, karya seni atau peristiwa
peringatan dalam tradisi Kristen. Objek-objek atau tindakan-tindakan tersebut
diambil arti dalamnya untuk melambangkan ide-ide Kristiani. Berikut symbol-
simbol kristiani ( I Marsana Windhu, 1997):
2.4.1 Salib dan krusifiks

Gambar 26: Salib dan krusifiks


(Sumber: https://id.wikipedia.org, 2017)

Krusifiks (Crucifix), sebuah salib dengan "tubuh" (corpus), simbol yang


digunakan dalam Gereja Katolik, Lutheranisme, Ortodoksi Timur, dan
Anglikanisme, berbeda dengan sejumlah denominasi Protestan, yang

39
menggunakan hanya salib kosong. Bentuk salib, yang direpresentasikan dengan
huruf "T", mulai digunakan sebagai "meterai" atau simbol Kekristenan Awal sejak
abad ke-2. Pada akhir abad ke-2, sebagaimana tertulis dalam Octavius karyanya,
Marcus Minucius Felix menolak klaim yang diajukan para pencelanya kalau orang
Kristen menyembah atau memuja salib. Salib (crucifix, stauros dalam bahasa
Yunani) pada periode tersebut direpresentasikan dengan huruf T.
Pada awal abad ke-3 salib telah sedemikian dikaitkan dengan Kristus sehingga
Klemens dari Alexandria, yang meninggal antara tahun 211 dan 216, tanpa takut
disalahartikan menggunakan frasa τὸ κυριακὸν σημεῖον (tanda Tuhan) yang
berarti "salib", ketika dia mengulangi ide yang baru berkembang sejak munculnya
Surat Barnabas, bahwa angka 318 (dalam penulisan angka Yunani menggunakan
huruf-huruf ΤΙΗ) dalam Kejadian 14:14 adalah suatu ramalan perlambang
semacam salib (T, garis tegak dengan garis melintang, melambangkan nilai 300)
dan Yesus (ΙΗ, dua hurud pertama nama-Nya dalam bahasa Yunani, ΙΗΣΟΥΣ,
melambangkan nilai 18). Tertulianus yang hidup sezaman dengan Klemens juga
menolak tuduhan bahwa orang Kristen adalah crucis religiosi (yaitu
"pemuja/penyembah tiang gantungan"), dan membalikkan tuduhan tersebut
dengan cara mempersamakan penyembahan berhala pagan dengan
penyembahan tiang pancang atau tonggak. Dalam bukunya De Corona, ditulis
tahun 204, Tertullian menceritakan sudah adanya tradisi orang-orang Kristen
berulang kali menggerakkan tangan membuat tanda salib di kening mereka.
Meskipun salib telah dikenal sejak awal mula Kekristenan, krusifiks baru muncul
pada abad ke-5. Pakar dan sejarawan Medieval Perancis M.-M. Davy telah
menjabarkan secara rinci "Simbolisme Romawi" (Romanesque Symbolism)
berkaitan kemunculan krusifiks ini dalam perkembangan Abad Pertengahan di
Eropa Barat.

40
2.4.2 Ichthys

Gambar 27: Simbol Ichthys


(Sumber: https://www.google.co.id/simbol+ichthys, 2017)

Simbol Ichthys (IXΘΥΣ atau Ichthus) yang berwujud "ikan" (yaitu makna kata
"ichthys") banyak digunakan oleh orang Kristen perdana sebagai lambang yang
penting. Popularitasnya di kalangan orang Kristen dikarenakan kata "IXΘΥΣ" ini
dapat merupakan singkatan akrostik terkenal dari lima kata bahasa Yunani Koine
yang menggambarkan hakikat Yesus Kristus dan apa yang diimbangi oleh orang-
orang yang percaya kepada-Nya yaitu: Ἰησοῦς Χριστός, Θεοῦ Υἱός, Σωτήρ", (Iēsous
Christos, Theou Huios, Sōtēr), artinya "Yesus Kristus, Putra Allah, Juruselamat".
Penjelasan ini diberikan antara lain oleh Augustinus dalam karya tulisannya
"Civitate Dei" ("Kota Allah"), di mana ia juga mencatat bahwa kalimat "Ίησοῦς
Χρειστός Θεοῦ Υἱός Σωτήρ" terdiri dari 27 huruf, yaitu 3 x 3 x 3, yang pada zaman
itu melambangkan "kekuasaan".
2.4.3 Alfa dan Omega

Gambar 28: Simbol Alfa dan Omega


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2017)

41
Simbol "Alfa dan Omega" digunakan sejak awal Kekristenan, mengambil
huruf pertama dan terakhir alfabet Yunani, Alpha (α atau Α) dan Omega (ω atau
Ω), yang diturunkan dari pernyataan Yesus Kristus (atau Allah) sendiri "I am the
Alpha and the Omega, the First and the Last, the Beginning and the End" (Wahyu
22:13, juga 1:8 dan 21:6).
2.4.4 Staurogram

Gambar 29: Simbol Staurogram


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2017)

Simbol Staurogram (artinya monogram salib, dari bahasa Yunani: ΣTAΥPOΣ,


stauros, yang berarti salib; bahasa Inggris: Monogrammatic Cross) atau simbol
Tau-Rho, disusun dari huruf Tau (Τ) yang menindih huruf Rho (Ρ). Staurogram pada
mulanya dipakai untuk menyingkat kata Yunani untuk "salib" dalam naskah kuno
Perjanjian Baru, seperti halnya suatu nomina sacra. Huruf "Tau" dianggap lambang
keselamatan karena identifikasi huruf tersebut dengan huruf Ibrani "Taw, yang
pada Yehezkiel 9:4 merupakan tanda di kening orang-orang yang diselamatkan
dari penghukuman Allah, maupun penampakan lengan Musa yang dibentangkan
dalam Keluaran 17:11. Huruf Rho sendiri melambangkan Kristus sebagai Mesias
karena Abraham, sebagai lambang Mesias, memperanakkan Ishak menurut janji
Allah ketika ia berusia 100 tahun dan 100 adalah angka yang dilambangkan oleh
huruf rho.

42
2.4.5 Chi Rho

Gambar 30: Simbol Chi Rho


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2017)

Simbol Chi Rho tersusun dari penumpangtindihan dua huruf pertama (dalam
bentuk huruf besar) Chi dan Rho (ΧΡ) dari kata Yunani "ΧΡΙΣΤΟΣ" = Kristus
sedemikian sehingga membentuk suatu monogram. Penggunaan meluas di
kalangan masyarakat Kristen kuno sejak tanda itu digunakan oleh Kaisar Romawi
Konstantinus I sebagai lambang kerajaan (vexillum) dan dinamakan Labarum.
2.4.6 Monogram IH

Gambar 31: Simbol Monogram IH


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2017)

Monogram IH diambil dari inisial nama Yesus ("IHSOUS" dalam bahasa Yunani
Koine). Dua huruf pertama nama itu adalah Iota (Ι) dan Eta (Η), ditulis tumpang

43
tindih, atau jumlah nilai huruf-huruf itu, sangat terkenal dan merupakan cara awal
untuk melambangkan Kristus. Simbol ini diberi penjelasan dalam Surat Barnabas
dan oleh Klemens dari Alexandria. Dari nama Yesus dan Kristus dalam bahasa
Yunani muncul sejumlah Christogram. antara lain seperti IHS.
2.4.7 Monogram IX

Gambar 32: Simbol Monogram IX


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2017)

Monogram IX adalah bentuk monogram awal dari nama Yesus Kristus, yang
ditemukan dalam peti-peti mayat (ossuary) orang-orang Kristen di Palestinia.
Tersusun dari tumpang tindih huruf-huruf pertama Yunani dari Yesus ("IHSOUS")
dan Kristus ("XPEIΣTOΣ"), yaitu Iota Ι dan Chi Χ, sehingga monogram ini berarti
"Yesus Kristus". Penjelasan yang lebih kompleks dari monogram ini diberikan oleh
Irenaeus dan Pachomius karena nilai huruf Iota adalah 10 dan huruf Chi adalah
huruf dari kata Kristus ("XPEIΣTOΣ") yang terdiri dari 8 huruf, maka para bapa
gereja ini menggunakan angka-angka tersebut untuk mendapatkan nilai 888
((10*8)*10)+((10*8)+8) yang sudah dikenal melambangkan Yesus, mengingat
jumlah nilai huruf-huruf Yunaninya adalah 888 (IHΣΟΥΣ: 10+8+200+70+400+200).
2.4.8 Simbol Elemental
Simbol Elemental (yaitu menggunakan elemen dasar) dipakai luas oleh gereja
perdana. Air mempunyai nilai penting simbolik yang spesifik bagi orang Kristen. Di

44
samping untuk Baptisan Kudus, air melambangkan pencucian dan pemurnian. Api,
terutama dalam bentuk nyala lilin, melambangkan Roh Kudus dan "terang".

Gambar 33: Lilin


(Sumber: www.google/image, 2017)

Sumber-sumber simbol ini adalah Alkitab sendiri. Misalnya "lidah-lidah api"


melambangkan kehadiran "Roh Kudus" pada hari Pentakosta, dan Yesus Kristus
menyebut pengikut-Nya "terang dunia"; atau juga "api Allah yang
menghanguskan" ditemukan dalam Ibrani 12.
Simbol-simbol kristiani menurut Pdt. Richardson Siwi, M.Si. yang merupakan
dosen dan ketua STT Marturia Palu ada tiga simbol yaitu Salib yang melambangkan
pengorbanan, Alkitab yang merupakan firman atau dasar, dan burung merpati
yang melambangkan Roh Kudus.
2.4.9 Burung Merpati
Burung merpati adalah simbol roh kudus dalam sejarah burung merpati dalam
tradisi Kristen berkembang ketika Yesus diurapi oleh Roh Kudus di sungai Yordan.
Alkitab mempercayai bahwa Roh Kudus datang kepada Yesus dalam rupa burung
merpati. Simbol Burung merpati dalam tradisi Kristen dipahami sebagai symbol
kehadiran Roh Kudus dalam peristiwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis
(Mat 3:16 bdk Mrk, Luk dan Yoh). Berikut gambar burung merpati.

45
Gambar 34: Burung merpati
(Sumber: www.google/image, 2019)

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya.
(Matius 3: 16).
2.5 Teori Transformasi
Pengubahan bentuk dan ruang arsitektur akan memerlukan bentuk dasar.
Penetapan bentuk dasar dilakukan terlebih dahulu karena pengubahan
menyangkut dua kesatuan yang berbeda yaitu sebagai pengubahan bentuk
arsitektur dan pengubahan ruang arsitektur. Transformasi bentuk atau perubahan
bentuk bisa didapat melalui berbagai variasi seperti dengan perubahan dimensi
bentuk, pengurangan beberapa bagian dari bentuk awal, dan penambahan
beberapa bagian bentuk. Adapun strategi-strategi lain yang bisa diambil dalam
rangka mentransformasi sebuah objek rancangan.
Menurut Anthony Antoniades, 1990. ”Transformasi adalah sebuah proses
perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate,
perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur
eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah
dekenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau
melipatgandakan”.

46
Transformasi adalah “Perubahan dari deep structure yang merupakan
struktur makna terdalam sebagai isi struktur tersebut ke surface structure yang
merupakan struktur tampilan berupa struktur material yang terlihat” (Broadbent,
1980).
2.5.1 Kategori Transformasi dalam Disain
2.5.1.1 Disain Pragmatic
Menggunakan bahan dasar material, seperti tanah, batu, batang pohon,
ranting, bambu kulit binatang, atau menggunakan bahan material baru. Proses
yang dilakukan dengan cara trial and error hingga memunculkan sebuah bentuk
yang terlihat melayani tujuan desainer.
2.5.1.2 Disain Typologic
Menggunakan “mental image” yang telah fiks dari bentuk-bentuk bangunan
yang telah dikenal termasuk penggunaan material yang khas. Dengan demikian
suatu disain akan mengalami transformasi typilogic ketika disain tersebut memiliki
kaitan budaya dengan suatu daerah, dan memberikan image tentang daerah atau
budaya tersebut.
2.5.1.3 Disain Analogical
Menggunakan medium arsitektur sebagai sebuah gambaran untuk
menterjemahkan keaslian ke dalam bentuk-bentuk baru. Dengan demikian suatu
disain akan mengalami transformasi Analogical ketika disain tersebut memiliki
kriteria penggambaran tentang sesuatu sebagai alasan simbolik (dapat berupa
benda, watak atau peristiwa).
2.5.1.4 Disain Canonic
Menggunakan grid-grid (modular) dan axis sebagai dasar dari gambaran disain
awal. Dengan demikian suatu disain akan mengalami transformasi Analogical
ketika disain tersebut menggunakan pendekatan geometrikal baik itu dalam
sistem konvensional maupun sistem koputasi. Memperlihatkan pekerjaan sistem-
sistem proporsi.

47
2.5.2 Saluran-saluran Transformasi
2.5.2.1 Material
Penggunaan material bangunan yang dipilih berdasarkan konsekuensi bahwa
material tersebut dapat mempengaruhi sistem struktur dan penataan fungsi
misalnya sistem modular serta tampilan arsitektur (tekstur, detail finishing dan
sebagainya), termasuk juga faktor harga dan konteks lokasi dan iklim.
2.5.2.2 Pemalihan
Pengalihan bentuk (1) Evolusi progresif : Perubahan dari sebuah bentuk
secara artistic; (2) Interpretasi : Peminjaman dari obyek lain dengan
memperhatikan kelayakan aplikasi dan validitasnya; dan (3)
Dekonstruksi/dekomposisi : Susunan obyek yang ada dipisahkan untuk dicari cara
baru dalam kombinasinya dan menimbulkan kesatuan/tatanan baru dengan
strategi struktural dan komposisi yang berbeda
2.5.2.3 Eksotik dan Multikultural
Penggunaan aspek eksotika yang berhubungan dengan fisik atau metafisik
pada geografis tertentu. Kemudian arsitek merangkum budaya dan intelektual
yang dituju dalam arsitektur (persilangan budaya dan evolusi intelektual).
2.5.2.4 Kompleksitas dan Kontradiksi
Penggunaan elemen-elemen baik itu dalam wujud bidang, bentuk, warna,
kegunaan yang diambil berdasarkan aspek kesejarahan atau seni-seni populer.
Bila elemen-elemen dasar tersebut melebur membentuk sebuah komposisi yang
berubag dari sifat dasarnya, maka terjadilah kompleksitas dan kontradiksi.
2.5.2.5 Historicism dan Presenden
Penggunaan aspek budaya, teknologi dan filosofi, dimana harus meiliki
referensi sejarah yang benar dan presenden yang tepat.
2.5.2.6 Imagery, Mimesis dan Literality
Peniruan dan imitasi elemen-elemen atau gaya yang dibentuk ditempat
tertentu dimasa lalu. Kreatifitas dalam interpretasi literal, yaitu imitasi dengan
dasar imajinasi yang spesifik.

48
2.5.2.7 Metaphor
Pengkiasan sebagai hasil fantasi dan imajinasi perancang: (1) Yang tdk teraba:
penciptaan konsep, ide dari kondisi manusia atau kejadia khusus; (2) Yang teraba:
mengacu pada obyek visual atau sifat material; dan (3) Kombinasi : antara konsep
dan visual saling mendukung.
2.5.2.8 Paradoks
Kreatifitas arsitek mengolah Arsitektur sebagai sebuah kritik dengan
menggambarkan sebuah titik kritis yang menyarankan alternatif yang sangat
berbeda dan “lucu”.
2.5.2.9 Geometri
Bekaitan dengan kreatifitas arsitektural dalam pengolahan geometris dengan
modul, proporsi dalam mencapai segi estetika serta ketepatan dan keteraturan.
2.5.2.10 Poetry dan Literatur
Kreatifitas arsitek dalam menggali inspirasi yang bersumber dari struktur
sebuah puisi atau literatur dengan mengamati tata dan gaya bahasa, ritme dan
irama, tekanan bentuk dan tekanan makna, pol-plot dan sebagainya.
2.5 Studi Banding
Berikut beberapa Sekolah Tinggi Teologi di sejumlah kota besar di Indonesia
yang menjadi objek studi banding dan beberapa tugas akhir atau penelitian serupa
yang sudah di tulis mahasiswa arsitektur sebelumnya.

49
2.5.1 Sekolah Tinggi Teologi yang ada
2.5.1.1 STT Jakarta

Gambar 35: Gedung Utama STT Jakarta


(Sumber: www.google/image.com, 2017)

Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STT Jakarta) adalah sebuah sekolah tinggi
teologi Kristen yang berlokasi di Jaka rta, Indonesia. Merupakan perguruan tinggi
teologi tertua di Indonesia. STT Jakarta didirikan pada tahun 1934, saat itu
bernama Hoogere Theologische School (HTS) dan mengambil lokasi di Bogor.
Sekolah ini didirikan untuk menjawab visi yang dilontarkan oleh H. Kraemer pada
akhir tahun 1920-an, sebagai suatu upaya mempersiapkan pendeta-pendeta di
Indonesia. Menurut Kraemer, harus ada suatu orientasi baru dalam pendidikan
teologi. Orang Indonesia tidak boleh dididik untuk hanya menjadi pembantu atau
penolong pendeta atau zendeling Belanda. Pada tahun 1936 sekolah ini
dipindahkan ke Jakarta, kemudian pada tahun 1954 namanya berubah menjadi
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. STT Jakarta lahir sebagai suatu lembaga pendidikan
tinggi yang berusaha untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

50
Pada 2000, program studi S1 STT Jakarta memperoleh status terakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan pering-kat B.
Pada saat reakreditasi 2004, peringkat tersebut meningkat menjadi A. Status
terakreditasi dengan peringkat A juga disandang oleh program studi Magister
Teologi. Bahkan Program Studi Doktor Teologi adalah Program Studi Doktor
Teologi yang pertama terakreditasi di Indonesia dan meraih peringkat A. Hingga
2013, STT Jakarta telah meluluskan mahasiswa/i sebanyak 2448 orang, dengan
jumlah lulusan Sarjana Theologi (S.Th.) dan Sarjana Sains Teologi (S.Si. (Teol.))
sebanyak 1875 orang, Magister Divinitas (M.Div.) sebanyak 3 orang, Magister
Ministri (M.Min.) sebanyak 196 orang, Doktor Ministri sebanyak 9 orang, Magister
Teologi (termasuk program SEAGST) sebanyak 304 orang, dan Doktor Teologi
(termasuk program SEAGST) sebanyak 61 orang. Para mahasiswa/i program-
program studi tersebut diutus oleh gereja ataupun lembaga gerejawi, sehingga
sebagian besar kembali melayani gereja atau bekerja pada lem-baga pengutus
masing-masing. Adapun fasilitas di dalam kampus adalah sebagai berikut.
a. Pusat Pembelajaran Warga Gereja (PPWG)
Sejak tahun 2003, STT Jakarta mengembangkan program Pusat Pembelajaran
Warga Gereja (PPWG), yang dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan dan latihan bagi gereja dan warga gereja khususnya yang berada di
wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Namun, saat ini kiprah PPWG juga dapat
dirasakan oleh berbagai pihak di pelosok nusantara.
b. Perpustakaan
Perpustakaan STT Jakarta memiliki koleksi buku sebanyak 62.429 eksemplar,
dengan 37.362 judul buku (per November 2009) koleksi tersebut masih ditambah
ratusan judul buku, majalah, buletin, jurnal ilmiah, beberapa kaset audio, kaset
vidio, DVD, dan CD. Perpustakaan STT Jakarta menjadi salah satu perpustakaan
teologi terlengkap dan terbesar di Indonesia.
c. Kapel
d. Laboratorium Khotbah

51
e. Wisma STT (Guest House)
f. Pusat Kegiatan Mahasiswa PKM)
g. Aula lantai 1 dan 5
h. Bengkel Liturgi dan Musik Gereja (BLMG)
i. Bengkel Pendidikan Kristiani (Bengkel PK)
Bengkel Pedidikan Kristiani (PK) adalah sebuah tempat yang dirancang secara
khusus sehingga menjadi tempat yang akrab dan nyaman bagi mahasiswa dan bagi
warga gereja secara umum. Bengkel PK menjadi tempat untuk mendapatkan ide
dan sumber inspirasi, berkreasi mengembangkan ide-ide, merancang dan
membuat berbagai program gerejawi.
j. Kantin
k. Fasilitas Olahraga (lapangan bulu tangkis, tenis meja)
l. Ruang Multimedia
m. Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja Indonesia(PDSGI)
Adapun Unit Kegiatan Mahasiswa adalah sebagai berikut.
a. Teater 27
b. Gita Amarta Symphony (GAS) (Kelompok alat musik biola dan mini orchestra)
c. Bau Kencur (Kelompok alat musik perkusi)
d. Kelompok Musik Kreatif (KMK) (Paduan Suara mahasiswi/a STT Jakarta serta
permainan alat musik kreatif)
e. Tari (Kelompok Tari STTJ)
f. Gembel (Gerakan Mahasiswa Bela Lingkungan), suatu komunitas mahasiswa
STT Jakarta yang peduli lingkungan hidup.
g. Perintis (Mahasiswa STTJ Pecinta Alam)
h. Linguistik (Unit kegiatan mahasiswa yang mengkaji bahasa Ibrani, bahasa
Yunani dan bahasa Inggris)
i. Kurir (Buletin mahasiswa STT Jakarta)
j. Biro 27 (Unit kegiatan mahasiswa yang membedah film)
Gereja-gereja Pendukung

52
a. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)
b. Gereja Kristen Indonesia (GKI)
c. Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ)
d. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)
e. Gereja Kristen Pasundan (GKP)
f. Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)
g. Gereja Protestan di Indonesia (GPI)
h. Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)
i. Gereja Protestan Maluku (GPM)
j. Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM)
k. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)
l. Gereja Toraja (GT)
m. Gerja Injili di Tanah Jawa (GITJ)
n. Gereja Kristen Sumba (GKS)
o. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, mewakili gereja-gereja anggotanya
yang lain.
2.5.2 Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

Gambar 36: Front View STT Aletheia Lawang


(Sumber: www.google/image.com, 2017)

53
Berdasarkan keputusan pemerintah perihal nama Institut Theologia Aletheia
yang harus diganti menjadi Sekolah Tinggi, maka pada tahun 2010 nama Institut
Theologia Aletheia berubah menjadi Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang
hingga saat ini.
Seiring dengan meningkatnya kegiatan di Institut Theologia Aletheia dan
semakin bertambahnya jumlah mahasiswa, maka keberadaan gedung STT
Alethehia sudah tidak memadai lagi. Untuk itu diperlukan penambahan Gedung
Rektorat, Perpustakaan dan Auditorium. Atas berkat dan campur tangan Tuhan
maka STT Aletheia membangun gedung baru di Jalan Argomoyo 13-17 Lawang.
Gedung baru ini berdiri di atas tanah seluas 1500 m2 dan bangunan gedung terdiri
dari 3 lantai. Lantai pertama adalah gedung rektorat, lantai dua digunakan untuk
perpustakaan dan ruang Seminar, serta lantai 3 dibangun Auditorium Sola Gracia
yang diperuntukkan untuk acara Wisuda dan kegiatan ibadah. Pembangunan
gedung baru STT Aletheia selesai dan diresmikan oleh Bupati Malang pada tanggal
14 Agustus 2007.
Untuk meningkatkan kehidupan spiritualitas para mahasiswa, STT Aletheia
memberikan pembinaan dalam dimensi spiritualitas melalui meditasi pribadi,
ibadah pagi dan sore, persekutuan malam, kesaksian, dan persekutuan asrama
putra dan asrama putri. Selain daripada itu, mahasiswa juga dilibatkan dalam
kelompok Family Group yang bertemu seminggu sekali. Melalui family group ini
pada mahasiswa saling berbagi dan saling mendukung bagi pertumbuhan
spiritualitas tiap-tiap mahasiswa.
Karakter Kristiani sangat penting bagi Hamba Tuhan. Oleh sebab itu, para
mahasiswa STT Aletheia ditolong untuk memiliki karakter Kristiani yang dapat
menjadi berkat bagi orang lain. Para mahasiswa STT Aletheia mendapatkan
pembinaan karakter melalui kegiatan Personality Character Building (PCB) yang
dilakukan seminggu sekali. Para mahasiswa diberikan keterampilan-keterampilan
yang akan berguna bagi pelayanan mereka di masa yang akan datang.
Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada para mahasiswa antara lain

54
keterampilan bermain musik, menyanyi, panggung boneka, prakarya, memasak
dan lainnya.
2.5.3 Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT)/South East Asia Bible Seminary

Gambar 37: Kampus Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT)


(Sumber: www.google/image.com, 2017)

STT SAAT didirikan pada tahun 1952 oleh Pdt. Dr. Andrew Gih untuk
menjawab kebutuhan akan minimnya hamba Tuhan di Indonesia pada masa itu.
Pada perjalanan kedua Beliau dari Tiongkok ke Indonesia, Dr. Gih bertemu dengan
beberapa pemimpin gereja di Bandung yang mengungkapkan bahwa fakta
tersebut disebabkan oleh langkanya sekolah Alkitab yang dapat mendidik hamba-
hamba Tuhan di Indonesia. Sekolah teologi yang mulanya dinamakan Madrasah
Alkitab Asia Tenggara ini didirikan di Bandung, lalu dipindahkan ke Malang pada
tahun 1954. Pada tahun 1981, ia kemudian berubah nama menjadi Seminari
Alkitab Asia Tenggara. Jika sebelumnya berlokasi di Jalan Kasin Kidul Nomor 18
(kini Jalan Arief Margono), mulai Agustus 2007 Seminari menempati lokasi baru di
Jalan Bukit Hermon. Dimulai dengan tiga orang, jumlah tersebut makin lama makin
ditambahkan dan hingga saat ini, tercatat lebih dari 1.400 lulusan Seminari yang
tersebar di Indonesia dan di seluruh dunia.

55
STT SAAT menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh mahasiswa
sebagai berikut.
2.5.3.1 Asrama

Gambar 38: Gedung asrama


(Sumber: www.google/image.com, 2017)

STT SAAT menyediakan asrama putra dan putri bagi mahasiswa dan
mahasiswi yang belum berkeluarga. Di setiap lantai asrama diperlengkapi dengan
kamar mandi, lapangan untuk berolahraga, serta common room bagi mahasiswa
untuk bercengkrama bersama.
2.5.3.2 Ruang Kelas

Gambar 39: Ruang kelas


(Sumber: www.google/image.com, 2017)

56
STT SAAT menyediakan ruang kelas yang nyaman untuk menunjang
kelancaran proses belajar mengajar bagi para mahasiswa dan dosen. Khusus
program studi konsentrasi musik gerejawi, ruang kelas dilengkapi dengan piano
dan perlengkapan untuk latihan vokal atau paduan suara. Mahasiswa juga dapat
menggunakan Preaching Lab atau ruang homiletika untuk latihan khotbah dan
Music Lab yang dilengkapi dengan kibor dan komputer untuk menggubah atau
mengaransemen lagu.
2.5.3.3 Sarana olahraga
STT SAAT menyediakan beberapa sarana olahraga untuk menunjang
kebugaran fisik para mahasiswa antara lain lapangan bola basket, voli dan
bulutangkis.
2.5.3.4 Ruang konseling
STT SAAT menyediakan ruang-ruang untuk konseling yang dapat digunakan
oleh mahasiswa untuk melakukan konseling dengan para konselor mereka. Ruang
konseling ini juga dapat dipakai menjadi tempat praktik konseling bagi mahasiswa
program studi konsentrasi konseling.
2.5.3.6 Toko Buku
STT SAAT menyediakan sebuah toko buku sebagai sarana mahasiswa untuk
memperoleh buku-buku teologi yang bermutu atau untuk memesan buku-buku
yang diperlukan untuk kuliah. Toko buku STT SAAT juga menyediakan makanan
dan beberapa kebutuhan umum sehari-hari bagi mahasiswa.
2.5.3.7 Laboratorium Komputer
STT SAAT menyediakan laboratorium komputer yang dilengkapi dengan
sarana internet bagi mahasiswa untuk mencari materi studi dan pelayanan serta
mengirim atau menerima surel.

57
2.5.3.8 Perpustakaan

Gambar 40: Perpustakaan


(Sumber: www.google/image.com, 2017)

Perpustakaan STT SAAT dinamai “Prothumia” sebuah kata dalam bahasa


Yunani yang berarti “kesiapan pikiran” (lih. Kis. 17:11; 2 Kor. 9:2) dengan tujuan
agar para pengunjung perpustakaan STT SAAT memiliki kesiapan pikir ketika
menggunakan fasilitas ini. Perpustakaan Prothumia yang bertempat di gedung tiga
lantai yang luasnya 1569 meter persegi ini memiliki koleksi sekitar lebih dari
70.000 koleksi. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran di STT SAAT,
perpustakaan Prothumia menyediakan jurnal-jurnal teologi, online ATLA Journal,
dan e-book. Perpustakaan Prothumia terbuka untuk para rohaniwan dan
mahasiswa teologi luar STT SAAT yang hendak mengadakan riset dengan
membawa surat rekomendasi dari institusi tempat yang bersangkutan
melayani/studi.
Tabel 3: Hasil Studi Banding
Unsur STT Jakarta STT Aletheia STT SAAT Rekomendasi
Pembandin Desain
g
Lokasi Terletak di Berdiri di Terletak di Mudah diakses
pusat kota atas tanah lokasi dan berada
Jakarta, Jl. seluas berbukit, pada kawasan
Proklamasi 1500m2, Jl. Jl. Bukit peruntukan
No.27. Hermon pendidikan

58
Argomoyo,
Lawang.
Gedung Bermassa dan Bermassa Bermassa Bermassa,
memiliki dan memiliki dan berlantai berlantai
bangunan bangunan banyak banyak dan
berlantai 5 berlanta 3 dengan memiliki ruang
konsep terbuka hijau
modern pada
bangunan
serta
memiliki
ruang
terbuka hijau
Fasilitas Perpustakan Asrama dan Toko buku, Sarana olah
digital, sarana ruang sarana raga, kesenian,
olahraga, seminar olahraga, kantin dan IT
kantin, asrama
ruang
multimedia,
Pusat
Dokumentasi
Sejarah Gereja
Indonesia
(PDSGI)
Sumber: Penulis, 2018

2.5.2 Studi Banding Penelitian Terdahulu Terkait Objek Penelitian STT


Studi banding dilakukan untuk memperoleh informasi terkait objek penelitian
melalui penelitian terdahulu . melalui studi banding dapat dipelajari mengenai
kekurangan dan kelebihan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal pada
penelitian terhadap kampus Sekolah Tinggi Teologi yang akan dirancang.
2.5.2.1 Kompleks Sekolah Tinggi Teologia Internasional Harvest Di Semarang
Kompleks Sekolah Tinggi Teologia Internasional Harvest Di Semarang yang
ditulis oleh Wulani Enggar Sari dari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang Penekanan Desain Arsitektur Modern.
2.5.2.2 Sekolah Tinggi Teologi Bandung

59
Dalam tugas akhir ini mengangkat tema bioklimatik pada konsep desain
bangunannya yakni judulnya Sekolah Tinggi Teologi Bandung dengan konsep
Arsitektur Bioklimatik, yang ditulis oleh Sabar Pardomuan dari jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
Bandung tahun 2007.
2.5.2.3 Sekolah Tinggi Teologi di Surakarta
Tulisan ini mengangkat judul Sekolah Tinggi Teologi di Surakarta dengan
Menerapkan Metode Pengajaran dan Pelayanan Yesus, yang ditulis oleh Nugroho
Agung Subekti dari UNS tahun 2009.
Tabel 4: Perbandingan penelitian terdahulu
Tahun Nama Peneliti Persamaan Perbedaan
2005 Wulani Enggar Sari Kompleks Sekolah Tinggi Penekanan Desain
Universitas Teologia Internasional Arsitektur Modern
Diponegoro Harvest Di Semarang
2007 Sabar Pardomuan Sekolah Tinggi Teologi Konsep Arsitektur
Universitas Bandung Bioklimatik
Komputer
Indonesia Bandung
2009 Nugroho Agung Sekolah Tinggi Teologi di Menerapkan
Subekti Surakarta Metode Pengajaran
UNS dan Pelayanan Yesus
Sumber: Penulis, 2018

Berdasarkan hasil studi banding, maka desain Sekolah Tinggi Teologi Marturia
yang dirancang akan menekankan pada:
a. Desain kampus Sekolah Tinggi Teologi sesuai dengan standar perguruan tinggi
dari Kemenristekdikti dan Kemenag (Dirjen Bimas Kriten);
b. Menerapkan konsep simbol Kristen pada bangunan.

60
BAB III
METODE PENELITIAN

1.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada di Propinsi Sulawesi Tengah. Secara astronomis,
Sulawesi Tengah terletak antara 2o 22’ Lintang Utara dan 30 48’ Lintang Selatan
dan antara 119o 22’−124o 22’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis
khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.

Gambar 41: Peta Provinsi Sulawesi Tengah


(Sumber: google.image, 2019)

Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki batas-batas:


Utara – Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo; Selatan – Provinsi Sulawesi Barat
dan Provinsi Sulawesi Selatan; Barat – Selat Makassar; Timur – Provinsi Maluku.

61
1.4 Metode Penelitian
Berdasrkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk menyusun landasan
konseptual desain fisik Sekolah Tinggi Teologi di Sulawesi Tengah, maka metode
penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan serta
dinamika yang diamati, memberikan gambaran, pemaparan dan penguraian dari
beberapa objek yang menjadi penelitian dengan menggunakan logika ilmiah.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen
kunci (Sugiyono, 2005)

1.5 Jenis dan Sumber Data

1.5.1 Data Primer


Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian berupa
wawancara dan hasil pengamatan. Data primer yang dibutuhkan berupa kondisi
eksisting tapak, sarana dan prasarana, serta utilitas penunjang tapak.
Tabel 5: Kebutuhan Data Primer
No. Jenis Data Rincian Data Sumber Data
1. Kondisi Eksisting - Luasan lahan Observasi dan
- Bentuk lahan Dokumentasi
- Topografi
- Arah angin
- Orientasi matahari
- Pencapaian
2. Prasarana Pendukung - Jaringan jalan Observasi dan
- Jaringan drainase Dokumentasi
3. Utilitas Pendukung - Jaringan listrik Observasi dan
- Jaringan air bersih Dokumentasi
Sumber: Penulis, 2018

62
1.5.2 Data Sekunder
Data adalah data yang diperoleh dari media internet, kepustakaan dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian, antara lain : teori-teori
tentang bangunan Sekolah Tinggi Teologi, dokumen dari instansi terkait berupa
data lokasi, peta lokasi penelitian dan sebagainya.
Tabel 6: Kebutuhan Data Sekunder
No. Rincian Data Sumber Data
1. Data Jumlah Penduduk Sulawesi Data Instansi Badan Pusat Statistik
Tengah & Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah dan
Kabupaten Sigi
2. Data sarana pendidikan di Data Instansi Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sigi Kabupaten Sigi
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Data Instansi Dinas Tata Ruang
Kabupaten Sigi Kabupaten Sigi
4. Standar-standar dan peraturan Kementrian Riset, Teknologi dan
pemerintah tentang bangunan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)
Sekolah Tinggi Teologi dan Kementrian Agama (Kemenag),
Dirjen Binmas Kristen.
Sumber: Penulis, 2018

1.6 Tahap Penelitian


Penelitian ini melalui beberapa tahapan langkah-langkah yang harus
dilakukan agar penelitian ini dapat memberi hasil yang sesuai kebutuhan, urutan
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.6.1 Tahap Awal :
1.6.1.1 Menyusun rancangan penelitian.
1.6.1.2 Memilih lokasi penelitian.
1.6.1.3 Mengurus izin penelitian
1.6.1.4 Menyiapkan perlengkapan penelitian
1.6.2 Tahap turun lapangan :
1.6.2.1 Turun lapangan.
1.6.2.2 Mengumpulkan data

63
1.7 Teknik Pengumpulan Data
1.7.1 Studi pengamatan yaitu :
1.7.1.1 Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari
narasumber mengenai objek yang akan di desain.
1.7.1.2 Observasi lapangan, penelitian dilapangan secara langsung bertujuan
untuk melihat kelebihan dan kekurangan lokasi.
1.7.1.3 Studi pustaka dilakukan terhadap beberapa buku karangan, artikel yang
dapat digunakan sebagai sumber data yang mendasari dalam proses
perancangan.
1.7.1.4 Studi banding dilakukan untuk membandingkan objek yang sebenarnya
dilapangan dengan objek yang akan di desain.
1.8 Teknik Analisis Penelitian
Data-data yang sudah terkumpul dari hasil penelitian dilapangan,
diklasifikasikan secara selektif dan disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian
diidentifikasi dengan cara sebagai berikut :
1.8.1 Menguraikan secara deskriptif data-data dilapangan, yang meliputi kondisi
eksisting dilapangan, aktifitas, sarana dan prasarana kemudian dianalisis
secara kualitatif.
1.8.2 Hasil analisis dikaikan dengan standar-standar perancangan arsitektur
sehingga mendapatkan analisis yang dapat merumuskan konsep acuan
perancangan Sekolah Tinggi Teologi. Adapun konsep dasar desain Sekolah
Tinggi Teologi di Sulawesi Tengah yaitu :
1.8.2.1 Konsep dasar perancangan makro :
a. Analisis tapak
b. Analisis sirkulasi dan parkir
c. Analisis pencapaian
d. Analisis tata massa bangunan
e. Analisis penataan vegetasi
1.8.2.2 Konsep dasar perancangan mikro

64
a. Kebutuhan ruang
b. Besaran ruang
c. Sistem pencahayaan
d. Sistem penghawaan
1.8.2.3 Konsep struktur bangunan
a. Struktur
b. Material
c. Utilitas
1.8.2.4 Konsep bentuk
1.8.2.5 Rekomendasi desain
1.9 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian antara lain, adalah sebagai
berikut :
Tabel 7: Alat Yang Digunakan Pada Penelitian
Jenis Alat Nama Alat Kegunaan
Untuk mengukur satuan
Alat ukur Meteran panjang dan perbedaan
ketinggian
Pulpen dan buku Untuk mencatat hasil survey
lapangan
Alat
Kertas dan pensil Untuk melakukan sketsa
dokumentasi lapangan
Kamera Untuk mengambil gambar
kondisi lokasi
Perekam Untuk merekam saat
wawancara
Sumber: Penulis, 2018

65
1.10 Alur Pikir Penelitian

Desain Sekolah Tinggi Teologi


Di Sulawesi Tengah

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Analisis

Data Primer Sintesis Data Sekunder


 Kondisi eksisting  Data jumlah
 Prasarana penduduk
pendukung  Data sarana
 Utilitas Kesimpulan pendidikan
pendukung  RTRW Kabupaten
Sigi

Rekomendasi
Desain

Desain dan Maket

Gambar 42: Alur Penelitian


(Sumber: Analisis Penulis, 2018)

66
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Tengah


Lokasi penelitian berada di Propinsi Sulawesi Tengah. Secara astronomis,
Sulawesi Tengah terletak antara 2o 22’ Lintang Utara dan 30 48’ Lintang Selatan dan
antara 119o 22’−124o 22’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis
khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00.
Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki batas-batas:
Utara – Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo; Selatan – Provinsi Sulawesi Barat dan
Provinsi Sulawesi Selatan; Barat – Selat Makassar; Timur – Provinsi Maluku.
4.2 Gambaran Umum Kabupaten Sigi
Kabupaten Sigi merupakan salah satu dari 12 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi
Sulawesi Tengah setelah mengalami pemekaran dari Kabupaten Donggala pada
tahun 2008. Sejak awal dibentuk, Kecamatan Sigi Biromaru telah ditetapkan sebagai
Ibukota Kabupaten Sigi yang letaknya cukup strategis karena dekat dengan Ibukota
Provinsi dan merupakan salah satu Ibukota Kabupaten yang paling dekat dengan
Ibukota Privinsi yakni Kota Palu dengan jarak antar ibukota 30 km, serta mudah
dicapai dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Sigi.
4.2.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten Sigi
Kabupaten Sigi secara administratif merupakan bagian dari wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah, yang secara umum terbagi menjadi 15 Kecamatan dan 152 Desa
yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong,
Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten
Donggala. Untuk batas administrasi Kabupaten Sigi dapat diuraikan sebagai berikut.
Sebelah Utara : Kota Palu;
Sebelah Selatan : Provinsi Sulawesi Selatan;
Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso;
Sebelah Barat : Provinsi Sulawesi Barat dan Kabupaten Donggala

67
Secara administratif, Kabupaten Sigi mempunyai luas wilayah sebesar 5.196 km2
atau 519.6 Ha yang terdiri dari 15 Kecamatan dan 152 Desa. Untuk kecamatan yang
memiliki wilayah yang cukup luas di Kabupaten Sigi berdasarkan data BPS Kabupaten
Sigi tahun 2018 yaitu Kecamatan Kulawi dengan luas 1 053,56 km 2 atau 20,28 % dari
luas wilayah Kabupaten Sigi. Sedangkan Kecamatan Dolo merupakan kecamatan yang
memiliki luas wilayah paling kecil yakni seluas 36,05 km2 atau 0,69 % dari luas wilayah
keseluruhan Kabupaten Sigi. Berikut peta administrasi Kabupaten Sigi.

Gambar 43: Wilayah Administrasi Kabupaten Sigi


(Sumber: petatematikindo, 2019)

Adapun rincian masing-masing luas kecamatan di Kabupaten Sigi dapat terlihat


pada tabel berikut.
Tabel 8: Luas Wilayah Kabupaten Sigi Tahun 2017
No. Kecamatan Luas (km2) Presentase (%)
1. Pipikoro 956,13 18,40
2. Kulawi Selatan 418,12 8,05
3. Kulawi 1 053,56 20,28
4. Lindu 552,03 10,62

68
5. Nokilalaki 75,19 1,45
6. Palolo 626,09 12,05
7. Gumbasa 176,49 3,40
8. Dolo Selatan 584,71 11,25
9. Dolo Barat 112,18 2,16
10. Tanambulava 56,33 1,08
11. Dolo 36,05 0,69
12. Sigi Biromaru 289,60 5,57
13. Marawola 38,65 0,74
14. Marawola Barat 150,51 2,90
15. Kinovaro 70,38 1,35
Total 5 196,02 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi , 2018

4.2.2 Zona Rawan Bencana


Bencana memang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi bencana itu, namun
studi tentang wilayah rawan bencana dapat dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya. Berikut Peta Zona Rawan bencana Kota Palu dan wilayah
disekitarnya termasuk Wilayah Kabupaten Sigi.

69
DESA OLOBOJU

Gambar 44: Zona Rawan Bencana


(Sumber: Google Image, 2019)

Sesuai dengan Peta Zona Rawan Bencana tersebut , wilayah Desa Oloboju masuk
dalam zona ZRB 1 yakni zona yang berwarna kuning muda. Berdasarkan Peta Zona
Rawan bencana tersebut Desa Oloboju berada dalam Zona aman dari semua yang
ada.
4.2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sigi
Dari data jumlah penduduk Kabupaten Sigi dapat diketahui bahwa pada tahun
2017, jumlah penduduk Kabupaten Sigi mencapai 234.588 jiwa dengan jumlah
penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Palolo,
Kecamatan Marawola dan Kecamatan Dolo. Berikut merupakan tabel yang
menjelaskan jumlah dan kepadatan penduduk pada tiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Sigi tahun 2017.
Tabel 9: Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sigi Tahun 2017
Laju
Jumlah Kepadatan
Pertumbuhan
No. Kecamatan Penduduk Penduduk per
Penduduk
(Jiwa) km2
2015-2017 (%)

70
1. Pipikoro 8 533 1,11 9
2. Kulawi Selatan 9 244 1,11 22
3. Kulawi 15 462 1,11 15
4. Lindu 5 141 1,12 9
5. Nokilalaki 6 139 1,11 82
6. Palolo 29 834 1,11 48
7. Gumbasa 12 744 1,10 72
8. Dolo Selatan 15 763 1,11 27
9. Dolo Barat 13 718 1,10 122
10. Tanambulava 8 585 1,12 152
11. Dolo 22 463 1,11 623
12. Sigi Biromaru 46 754 1,11 161
13. Marawola 22 904 1,11 593
14. Marawola Barat 6 966 1,11 46
15. Kinovaro 10 388 1,35 147
Total 234 588 1,11 45
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi , 2018

Berdasarkan tabel jumlah dan kepadatan penduduk tersebut, diketahui bahwa


jumlah penduduk terbanyak pada Kabupaten Sigi berada di Kecamatan Sigi Biromaru
dengan jumlah sebanyak 46.754 jiwa, sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terendah yakni Kecamatan Lindu dengan jumlah sebanyak 5.141 jiwa.
Sementara itu,untuk kepadatan penduduk di Kabupaten Sigi dengan kepadatan
terendah berada pada Kecamatan Pipikoro dan Kecamatan Lindu yakni sebanyak 9
jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi
berapa pada Kecamatan Dolo yakni sebanyak 623 jiwa/km2. Laju pertumbuhan
penduduk per tahun di Kabupaten Sigi tahun 2015-2017 sebesar 1,1 %.
4.2.4 Keagamaan di Kabupaten Sigi

71
Kabupaten Sigi merupakan daerah yang didiami oleh berbagai suku dengan
pemeluk agama yang berbeda-beda berdasarkan agama yang dianut. Berdasarkan
proyeksi penduduk tahun 2017, terdapat sekitar 151.142 penduduk memeluk agama
Islam; 81.082 memeluk Agama Kristen Protestan; 2.003 memeluk agama Katolik;
serta 223 memeluk agama Hindu dan 138 memeluk agama Budha. Tercatat hingga
tahun 2017 jumlah fasilitas peribadatan berupa Masjid dan Mushalla masing-masing
257 buah dan 71 buah. Sedangkan untuk gereja Protestan sebanyak 322 buah dan
gereja Katolik 3 buah.
Jumlah gereja Kristen Protestan dan gereja Katholik di Kabupaten Sigi diuraikan
pada tabel berikut.
Tabel 10: Jumlah peribadatan Kristen Protestan di Kabupaten Sigi Tahun 2017
No. Kecamatan Gereja Protestan Gereja Katholik
1. Pipikoro 24
2. Kulawi Selatan 27
3. Kulawi 38 1
4. Lindu 27
5. Nokilalaki 18
6. Palolo 93 1
7. Gumbasa 16
8. Dolo Selatan 6
9. Dolo Barat 10
10. Tanambulava 2
11. Dolo 6
12. Sigi Biromaru 25 1
13. Marawola 4
14. Marawola Barat 18
15. Kinovaro 8
Total 322 3
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi , 2018

72
4.3 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru
Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru merupakan wilayah rencana pengembangan
sistem perkotaan, sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana
lainnya sesuai Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Sigi dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Sigi Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Tahun 2010 - 2030. Sesuai RTRW Kabupaten Sigi, kawasan permukiman perkotaan
seluas kurang lebih 10.418 Ha, tesebar di Kecamatan Marawola, Kecamatan Sigi
Biromaru, Kecamatan Palolo, dan Kecamatan Kulawi. Pengembangan dilakukan
dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, kerohanian, air
bersih, listrik, dan komunikasi pada wilayah perkotaan dan perdesaan sesuai dengan
kebutuhan rencana. Dan sesuai dengan lokasi studi yang terdapat di Desa Oloboju
yang terdiri dari 2 Dusun dan 6 RT.
Secara administrasi Kecamatan Sigi Biromaru terdiri dari 17 desa dan 1 Unit
Permukiman Transmigran (UPT), dimana berdasarkan klasifikasinya yang termasuk
dalam klasifikasi desa swasembada ada 15 desa, sedang 2 desa yang lain masih
termasuk desa swakarsa. Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru terletak di Kabupaten Sigi
dengan luas 289,60 km2.Adapun batas deliniasi Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru
diuraikan sebagai berikut.
Sebelah Utara : Kota Palu;
Sebelah Selatan : Kecamatan Tanambulava dan Kecamatan Palolo;
Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong;
Sebelah Barat : Kecamatan Marawola, Kecamatan Dolo dan
Kecamatan Dolo Barat
4.3.1 Kondisi Topografi
Kondisi topografi lahan peruntukan permukiman perkotaan relatif datar dan juga
sebagian wilayahnya berkontur dengan slope Antara 0-10% dengan luas wilayah
28,68 km2. Berdasarkan elevasi, bahwa Kecamatan Sigi Biromaru pada umumnya
terletak di daerah dataran (65%), perbukitan (25%), pegunungan (10%) dan terletak
pada ketinggian 22-257 meter diatas permukaan laut. Keadaan tanah menurut

73
persentase bentuk permukaan tanah Desa Oloboju dataran 10%, perbukitan 20%,
pegunungan 10% dan ketinggian dari permukaan laut 162 meter.

Gambar 45: Kondisi Topografi Site


(Sumber: Data Lapangan, 2019)

4.3.2 Kondisi Penggunaan Lahan


Berdasarkan hasil survei lapangan dan interpretasi peta menunjukan pola
penggunaan lahan di Desa Oloboju di dominasi oleh perbukitan. Desa Oloboju dilalui
oleh jalan trans Palu-Palolo dan sangat strategis untuk pengembangkan daerah
permukiman perkotaan.
Penggunaan lahan di Desa Oloboju diluar kawasan pertanian dan perkebunan di
dominasi oleh perdagangan dan jasa, perkantoran dan juga pendidikan.
4.3.3 Jaringan Jalan
Desa Oloboju terhubung langsung dengan jalan Trans Palu-Palolo sehingga arus
transportasi cukup ramai. Kondisi beberapa jalan lingkungan sudah mengalami
perkerasan da nada juga yang belum mengalami perkerasan.

74
Gambar 46: Jaringan Jalan Trans di Desa Oloboju
(Sumber: Data Lapangan, 2019)

4.3.4 Jaringan Listrik


Jaringan listrik ditujukan untuk penerangan. Salah satu sumber energi yang
mutlak dipenuhi adalah energi listrik. Pemenuhan kebutuhan listrik di suatu kawasan
diharapkan dapat menunjang kegiatan penduduk dan pada akhirnya akan
meningkatkan perekonomian masyarakat. Sejalan dengan pengembangan kawasan
permukiman perkotaan dengan intensitas kegiatan Pusat Pelayanan Lingkungan yang
selanjutnya disebut PPL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk mendukung
PPK dengan melayani kegiatan beberapa kecamatan yang lebih kecil.

Gambar 47: Jaringan Listrik di Desa Oloboju


(Sumber: Data Lapangan, 2019)

75
4.3.5 Kondisi Jaringan Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Desa Oloboju dilayani dengan menggunakan
sistem sumur bor dengan kedalaman ±45 meter dibawah tanah dasar. Berikut salah
satu sumber air bersih dekat tapak.

Gambar 48: Sumur bor di Desa Oloboju


(Sumber: Data Lapangan, 2019)

76
4.4 Analisis Makro
4.4.1 Pemilihan Tapak

Gambar 49: Peta Wilayah Kecamatan Sigi Biromaru


(Sumber: BPS Kabupaten Sigi, 2018)

Rencana tapak Sekolah Tinggi Teologi yang terletak di Desa Oloboju berada di
zona permukiman perkotaan bersama dengan peruntukan bangunan lain. Total luas
wilayah Desa Oloboju dengan luas wilayah 28,68 km 2. Kondisi eksisting tapak masih
berupa lahan kosong dan dipenuhi oleh pohon-pohon liar dan semak-semak. Akses
menuju tapak dapat dilalui dengan adanya jalan utama yakni jalan Trans Palu-Palolo.
Adapun batas-batas tapak yaitu arah utara berbatasan dengan perbukitan. Arah
selatan berbatasan dengan wahana rekreasi dan persawahan. Arah timur berbatasan
dengan permukiman, perdaganagan yang juga masih berupa lahan kosong dan

77
perbukitan. Arah barat berbatasan dengan tapak peruntukan perdagangan juga
terdapat perkantoran dan sekolah yakni SMP Negeri 13 Sigi.

TAPAK

Gambar 50: Kondisi eksisting tapak


(Sumber: Survei lapangan, 2019)

Posisi tapak Sekolah Tinggi Teologi cukup strategis karena berada ditengah
kawasan zona permukiman perkotaan yang mulai berkembang sehingga mudah
dijangkau berbagai arah.
4.4.2 Aksebilitas
Aksebilitas terbagi menjadi dua yakni akses kedalam tapak dan akses dalam
tapak.

78
4.4.2.1 Analisis sirkulasi ke dalam tapak
Pencapaian ke tapak merupakan analisis yang dilakukan terhadap jalan
penghubung ke tapak untuk mencari akses terbaik masuk ke tapak maupun keluar
dari tapak.
a. Data eksisting

Jalan
lingkungan

TAPAK

Jalan Trans
Palu-Palolo

Gambar 51: Kondisi eksisting pencapaian ke tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

1) Terdapat 1 akses jalan disekitar tapak dan terhubung langsung dengan pintu
masuk utama tapak.
2) Jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai akses servis keluar dan masuk tapak
berada pada arah barat tapak.
b. Analisis data
Terdapat 1 akses jalan disekitar tapak dan terhubung langsung dengan pintu
masuk utama tapak. Jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai akses servis keluar dan
masuk tapak berada pada arah barat tapak. Terdapat saluran irigasi pada arah selatan
tapak.
Sesuai dengan kondisi lapangan, akses menuju tapak dilalui dengan melewati
jalan Trans Palu-Palolo yang terhubung langsung dengan tapak. Selain itu dibutuhkan

79
pembuatan jalan baru pada arah barat tapak untuk membuat pintu masuk dan keluar
untuk kegiatan khusus dengan jarak minimal 50 meter dari persimpangan.

Jalan IN-OUT
lingkungan

TAPAK

IN-OUT
Jalan Trans
Palu-Palolo

Gambar 52: Analisis pencapaian ke tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

c. Hasil analisis
Setelah dilakukan analisis output yang didapatkan yaitu pintu masuk utama
terdapat pada arah selatan digunakan sebagai akses utama pada tapak sedangkan
pintu masuk dan keluar yang terdapat pada arah barat digunakan sebagai jalur akses
khusus dan jalur servis pada tapak.

80
IN-OUT
Akses
khusus
TAPAK

IN-OUT

Akses pintu
masuk utama

Gambar 53: Hasil analisis akses ke tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.2.2.2 Analisi Sirkulasi Dalam Tapak


Sirkulasi dalam tapak bertujuan untuk mengatur jalannya sirkulasi dalam tapak
sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan pengguna baik sebagai mahasiswa,
dosen dan tamu pengunjung serta staf-staf yang lain dalam beraktivitas.
a. Data eksisting

TAPAK Akses
khusus

Akses pintu
masuk utama

Gambar 54: Data sirkulasi dalam tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

81
b. Analisis data
Berdasarkan pola tata massa dan aktivitas didalam sekolah tinggi Teologi sebagai
bangunan pendidikan keagamaan maka sirkulasi dalam tapak direncanakan agar
dapat menjangkau semua bagian didalam bangunan. Sirkulasi dalam tapak harus
mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan khususnya gangguan yang
diakibatkan oleh kendaraan sehingga pengguna dilarang menggunakan kendaraan
didalam tapak. Selain itu, akses khusus pengguna dan pengunjung dipisahkan guna
tertatanya jalur sirkulasi dalam tapak.

Akses
khusus

Akses
pengguna

Akses pintu
masuk utama

Gambar 55: Analisis sirkulasi dalam tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

c. Hasil analisis
Berdasarkan hasil analisis, setelah semua pengguna maupun pengunjung sekolah
tinggi Teologi memasuki tapak, kendaraan berhenti ditempat parkir. Setelah itu
pengguna atau pengunjung berjalan kaki pada saat melakukan aktivitas masing-
masing. Setiap bagian dalam tapak dihubungkan pedestrian ways, dimana pedestrian
ini dilengkapi dengan atap sehingga pengguna dapat terjamin kenyamanannya saat

82
beraktivitas khususnya gangguan panas dan hujan. Selain itu pedestrian juga dapat
dilengkapi dengan bangku sebagai tempat santai atau beristirahat dan berbincang.

Jalur
pedestrian
ways

Gambar 56: Hasil analisis sirkulasi dalam tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.3 Penzoningan Tapak


Penzoningan merupakan anaalisis yang dilakukan untuk mengelompokkan
kegiatan dan fungsi didalam sekolah tinggi sehingga menciptakan penataan tapak
yang teratur. Penzoningan tapak menyesuaikan dengan kondisi disekitar tapak.
4.4.3.1 Data eksisting
a. Tapak berbentuk segi empat.
b. Kondisi Tapak relatif datar.
c. Terdapat jalan Trans pada arah selatan dan bersebelahan dengan wahana
rekreasi.
d. Arah utara terdapat perbukitan dan berbatasan dengan lahan yang masih
kosong.
e. Arah timur berbatasan dengan lahan yang masih kosong dengan peruntukan
permukiman perkotaan.
f. Arah barat terdapat ruko dan perkantoran serta fasilitas pendidikan menengah.

83
TAPAK

Gambar 57: Data eksisting tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.3.2 Analisis data


a. Tapak berbentuk segi empat.
b. Kondisi Tapak relatif datar.
c. Terdapat jalan Trans pada arah selatan dan bersebelahan dengan wahana
rekreasi.
d. Arah utara terdapat perbukitan dan berbatasan dengan lahan yang masih
kosong.
e. Arah timur berbatasan dengan lahan yang masih kosong dengan peruntukan
permukiman perkotaan.
f. Arah barat terdapat ruko dan perkantoran serta fasilitas pendidikan menengah.
Sesuai dengan perletakan pintu masuk tapak maka bagian terluar tapak
dimanfaatkan sebagai area publik, kemudian daerah bagian dalam tapak
dimanfaatkan sebagai area semi publik dan area servis. Dengan adanya zoning area
maka penempatan gedung-gedung penunjang sekolah tinggi teologi menyesuaikan
dengan pembagian zona sesuai dengan fungsi dan sifatnya.

84
Akses
khusus

Akses pintu
masuk utama

Keterangan:
= Area Publik
= Area Semi Publik
= Area servis

Gambar 58: Analisis penzoningan tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.3.3 Hasil anilisis


Sesuai hasil analisis maka pembagian gedung penunjang berdasarkan
peruntukan zona tapak yaitu:
a. Area publik terdiri dari pintu masuk, pos keamanan, lahan parkir dan pusat
informasi serta toilet dan penunjang public lain jika dibutuhkan dalam desain.
b. Area semi publik terdiri dari gedung pengelola, gedung perkuliahan dan Kapel
serta fasilitas olahraga serta ekstrakurikuler lainnya.
c. Area servis terdiri dari bagunan asrama mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi.

85
Area Semi
Publik Area Servis

Area Publik

Gambar 59: Hasil analisis penzoningan tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.4 Tata Massa dan Orientasi Bangunan


Tata massa dan orientasi bangunan merupakan skema penataan bangunan
didalam tapak untuk memaksimalkan penggunaan tapak berdasarkan penzoningan
dan menentukan arah hadapan utama bangunan terhadap lingkungan disekitar
tapak.
4.4.4.1 Data eksisting
a. Tapak berbentuk segi empat.
b. Kondisi tapak relatif datar.
c. Terdapat jalan trans Palu-Palolo serta bersebelahan dengan wahana rekreasi,
area permukiman perkotaan dan areal persawahan.
d. Arah utara terdapat perbukitan
e. Arah timur terdapat lahan yang masih kosong persiapan permukiman
perkotaan.

86
TAPAK

Gambar 60: Data eksisting tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.4.2 Analisis Data


Tata massa Sekolah Tinggi Teologi Marturia ini dari bentuk dasar Salib sebagai
simbol utama Agama Kristen Protestan.

Gambar 61: Salib


(Sumber: Penulis, 2019)

87
Salib di artikan kita mempunyai hubungan secara vertikal yaitu hubungan kepada
tuhan Tuhan dan mempunyai hubungan secara horizontal yaitu hubungan antar
manusia yang harus kita bangun.
Kondisi tapak berbentuk segi empat, relatif datar. Terdapat jalan trans Palu-
Palolo serta bersebelahan dengan wahana rekreasi, area permukiman perkotaan dan
areal persawahan. Arah utara terdapat perbukitan, arah timur terdapat lahan yang
masih kosong persiapan permukiman perkotaan. Berikut gambaran tapak.
Berdasarkan kondisi disekitar tapak arah hadapan utama bangunan berorientasi
pada akses masuk utama tapak. Penataan massa bangunan disesuaikan dengan
penzoningan tapak, dengan melihat bentuk tapak persegi empat dan area tapak yang
luas maka menggunakan pola Grid lebih cocok diterapkan.

Akses
khusus

Akses pintu
masuk utama

Gambar 62: Analisis tata massa dan orientasi bangunan


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.4.3 Hasil anilisis


Pola perletakan massa bangunan menyesuaikan dengan penzoningan tapak
menggunakan pola grid, sedangkan arah orientasi bangunan menghadap akses
utama tapak yaitu arah selatan.

88
Area Servis

Area Semi
Publik

Area Publik

Arah orientasi utama


Sekolah Tinggi Teologi

Gambar 63: Hasil analisis tata massa dan orientasi


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.5 Orientasi Matahari dan Angin


4.4.5.1 Orientasi Matahari dan Pencahayaan
Pencahayaan merupakan pengaturan sistem pencahayaan didalam tapak untuk
menciptakan kenyamanan visual guna kelancaran aktivitas pada sekolah tinggi
Teologi. Pencahayaan pada tapak terbagi menjadi dua yaitu pencahayaan pada siang
hari memanfaatkan cahaya matahari dan pencahayaan pada malam hari
memanfaatkan cahaya lampu.

89
a. Data eksisting

Barat Timur

Gambar 64: Arah orientasi matahari


(Sumber: Penulis, 2019)

1) Matahari menyinari tapak selama 12 jam penuh.


2) Kondisi tapak yang didominasi perbukitan dan rumput liar membuat tapak
terlihat gersang dan mengalami terpaan sinar matahari langsung.
3) Pada malam hari tapak sangat gelap namun terdapat jaringan listrik yang
mendukung pencahayaan malam hari pada tapak.
b. Analisis data

Barat vegetasi Timur

Gambar 65: Sistem penyinaran pada bangunan


(Sumber: Penulis, 2019)

90
Terpaan sinar matahari langsung dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
mengganggu aktivitas didalam tapak, sehingga perlu dilakukan perencanaan untuk
memfilter cahaya matahari agar dapat dimanfaatkan sebagai pencahayaan pada
siang hari didalam tapak dan juga didalam bangunan kampus sekolah tinggi.
Penanaman vegetasi yang teratur dapat memfilter cahaya sinar matahari yang
menyinari tapak sehingga keadaan tapak tidak terlalu panas pada siang hari. Selain
itu cahaya matahari bermanfaat sebagai sumber pencahayaan siang hari pada
bangunan. Penggunaan material kaca memungkinkan cahaya matahari masuk
kedalam bangunan namun memerlukan pembuatan sunscreen untuk memfilter
cahaya matahari.
Pencahayaan pada malam hari memanfaatkan lampu untuk menerangi tapak.
Adapun jenis-jenis lampu yang digunakan Antara lain yaitu:
1) Lampu jalan, berfungsi sebagai penerangan pada area jalan raya disekitar
kampus dan juga sebagai elemen estetika pada tapak.

Gambar 66: Lampu jalan


(Sumber: Penulis, 2019)

2) Lampu taman, berfungsi sebagai penerangan disekitar taman dan juga sebagai
elemen estetika.

91
Gambar 67: Lampu taman
(Sumber: Penulis, 2019)

c. Hasil analisis
1) Melakukan penataan vegetasi untuk memfilter sinar matahari langsung kedalam
tapak.
2) Memanfaatkan sunshading pada bangunan untuk memfilter sinar matahari yang
masuk kedalam bangunan.
3) Pencahayaan pada malam hari memanfaatkan berbagai jenis lampu sesuai
dengan kebutuhan pencahayaan pada sekolah tinggi Teologi.

92
Lampu
penerang pada
malam hari

vegetasi

Gambar 68: Hasil analisis pencahayaan


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.5.2 Orientasi Angin dan Penghawaan


Penghawaan merupakan pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami pada
tapak melalui beberapa pertimbangan dan perencanaan.
a. Data eksisting
1) Pada siang hari laut berhembus barat dan utara tapak.
2) Pada malam hari angin berhembus dari arah timur dan selatan tapak.
3) Tapak kampus dikelilingi oleh tapak peruntukan permukiman perkotaan.

93
Angin laut pada
siang hari

Angin darat pada


malam hari

Gambar 69: Data orientasi angin


(Sumber: Penulis, 2019)

b. Analisis data
1) Pada siang hari laut berhembus barat dan utara tapak.
2) Pada malam hari angin berhembus dari arah timur dan selatan tapak.
3) Tapak kampus dikelilingi oleh tapak peruntukan permukiman perkotaan.

Gambar 70: Analisis penghawaan


(Sumber: Penulis, 2019)

Angin berhembus dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami pada


tapak dengan memberi bukaan pada arah angin sehingga angin bisa berhembus
kedalam tapak maupun kedalam bangunan. Angin yang berhembus pada tapak
tidak terlalu kencang sehingga hanya diperlukan vegetasi sebagai filter angin.

94
c. Hasil analisis

Pohon
trembesi

Pohon
palem

Pohon
glodokan

Gambar 71: Hasil analisis penghawaan


(Sumber: Penulis, 2019)

1) Memberi bukaan pada arah angin.


2) Penanaman vegetasi untuk memfilter angin yang masuk ke tapak.
3) Pemberian cross ventilasi pada bangunan.
4.4.6 Parkiran
Parkiran merupakan pengaturan penyediaan lahan parkir yang direncanakan
dengan baik agar menampung seluruh kendaraan mahasiswa, dosen dan pengelola
serta staf- staf lain maupun pengunjung.
4.4.6.1 Data eksisting
a. Dibutuhkan lahan parkir pada pintu masuk utama yang dapat diakses oleh
umum.
b. Dibutuhkan lahan parkir untuk akses masuk khusus dosen, staf dan tamu penting
lainnya.

95
4.4.6.2 Analisis data
Berdasrkan Data Arsitek Neufert, sistem parkir terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Parkir parallel

Gambar 72: Sistem parkir paralel


(Sumber: Ernest Neufert, 2002)

1) Efisien diterapkan dibadan jalan.


2) Sirkulasi keluar masuk sulit.
3) Daya tamping kendaraan sedikit.
b. Sistem parkir menyudut 45o

Gambar 73: Sistem parkir menyudut 45o


(Sumber: Ernest Neufert, 2002)

1) Efisien diterapkan di area parkir.


2) Sirkulasi keluar masuk lancar.
3) Daya tamping kendaraan cukup banyak.
c. Sistem parkir menyudut 90o

Gambar 74: Sistem parkir menyudut 90o


(Sumber: Ernest Neufert, 2002)

1) Efisien diterapkan di area parkir.


2) Sirkulasi keluar masuk lancar.
3) Daya tamping kendaraan cukup banyak.

96
Dibutuhkan lahan parkir pada pintu masuk utama yang dapat diakses oleh
umum. Dibutuhkan lahan parkir untuk akses masuk khusus dosen, staf dan tamu
penting lainnya. Penempatan lahan parkir harus berdekatan dengan akses keluar
masuk tapak untuk mempermudah kendaraan keluar masuk ke tapak. Selain itu, area
parkir harus ditanami pohon peneduh untuk melindungi kendaraan dari panas dan
hujan.
4.4.6.3 Hasil analisis

Parkiran
umum

Parkiran
khusus

Gambar 75: Hasil analisis parkir


(Sumber: Penulis, 2019)

Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan output sebagai berikut :


a. Terdapat dua perletakan parkir yaitu pada akses utama terdapat parkiran umum
dan parkiran khusus sedangkan pada akses servis tidak terdapat parkiran karena
merupakan jalur khusus servis.
b. Sistem parkir yang digunakan yaitu parkir menyudut 45o untuk kendaraan roda
empat dan parkir menyudut 90o untuk kendaraan roda dua.
c. Parkiran harus ditanami vegetasi sebagai peneduh kendaraan pada parkiran

97
4.4.7 Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi merupakan penataan beberapa vegetasi yang disesuaikan
dengan fungsi dan kegunaannya dengan pertimbangan faktor estetika. Vegetasi
berperan penting dalam perencanaan tapak khususnya dalam hal kenyamanan.
4.4.7.1 Data eksisting
a. Kondisi tapak yang berupa padang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar dan
semak belukar.
b. Kondisi cuaca pada tapak tidak menentu.

TAPAK Vegetasi dalam


tapak berupa
pohon liar dan
rumput liar
yang tumbuh
tak beraturan

Gambar 76: Vegetasi pada tapak


(Sumber: Penulis, 2019)

4.4.7.2 Analisis data


Pemilihan vegetasi pada tapak perlu mempertimbangkan kondisi iklim dan tanah
agar vegetasi dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, berdasarkan fungsi sekolah tinggi
Teologi sebagai bangunan pendidikan keagamaan maka perlu pemilihan vegetasi
yang memiliki daya rontok daun yang kurang sehingga mudah dalam perawatan dan
pembersihan. Adapun analisis vegetasi adalah sebagai berikut:

98
Tabel 11: Analisis vegetasi
Nama
No. Ciri-ciri Fungsi gambar
vegetasi
- Pohon besar Sebagai
Trembesi
- Tinggi peneduh dan
1. (Albizia
- Tajuk yang sangat lebar juga sebagai
Saman)
filter
- Bentuk stang daun
panjang sehingga susunan
Palem Pengarah
daun merunduk
Putri jalan dan
2. - Susunan daun kurang
(Veitcheia penambah
teratur
Memilli) estetika
- Ujung daun kecil

- Tinggi mencapai 5 m
- Berbentuk seperti
piramida simetris Mengurangi
- Daun berbentuk lanset polusi udara
Glodokan
dengan tepi dan sebagai
3. (Polyathea
bergelombang penambah
longifolia)
- Daun berwarna glossy estetika pada
hijau dan memanjang arsitektur
- Struktur akar menembus
ke dalam, tidak meyebar
- Batas tumbuh maksimal 1 Sebagai
meter pembatas
4. Perdu dan
penambah
estetika
- Tekstur yang paling halus Sebagai
Rumput
dan lembut penutup
Jepang
5. - Rumput ini tidak sesuai tanah dan
(Zoysia
dengan halaman landed, penambah
japonica)
teduh dan lembab. estetika
Sumber: Penulis, 2019

99
4.4.7.3 Hasil analisis

Pohon
trembesi

Rumput
jepang

Pohon Pohon
palem glodokan

Gambar 77: Hasil analisis perletakan vegetasi


(Sumber: Penulis, 2019)

Berdasarkan hasil analisis maka didapatkan output sebagai berikut :


a. Pohon trembesi diletakkan pada area yang berbatasan dengan jalan dan batas
belakang untuk memfilter angin laut pada siang hari.
b. Pohon palem diletakkan pada area parkir sebagai peneduh kendaraan.
c. Pohon glodokan tiang diletakkan pada sisi kanan dan kiri tapak juga sebagai
pembatas.
d. Pohon perdu diletakkan pada areal depan setiap bangunan sebagai pembatas
dan elemen estetika.
e. Rumput jepang diletakkan pad taman atau sebagai penutup permukaan tanah
selain sebagai penambah elemen estetika juga untuk menghindari resiko erosi.

100
4.5 Analisis Mikro
4.5.1 Pola dan Pengelompokan Kegiatan
4.5.1.1 Mahasiswa
Pengunjung utamanya adalah Mahasiswa yang akan datang untuk kegiatan
belajar di Kampus tersebut. Kemudian ada juga kegiatan lain yang diadakan di
Sekolah Tinggi seperti diskusi kelompok, membaca dan olahraga. Jam perkuliahan di
kampus Sekolah Tinggi Teologi Marturia mulai dari pukul 08.00 – 17.00.
a. Mahasiswa datang-pulang

Gambar 78: Pola Kegiatan Mahasiswa Datang-Pulang


(Sumber : Penulis, 2018)

101
b. Mahasiswa menginap

Gambar 79: Pola Kegiatan Mahasiswa Menginap


(Sumber : Penulis, 2018)

4.5.1.2 Pengajar/Dosen
Pengajar terbagi atas 2 kelompok, Pengajar datang-pulang adalah Guru/Dosen
yang akan mengajar mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar namun tidak
diharuskan untuk tinggal di Kampus, dan pengajar menginap adalah Guru/Dosen
yang mengajar mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar yang mengharuskan
mereka tinggal di Kampus dalam jangka waktu tertentu.
a. Dosen datang-pulang

Gambar 80: Pola Kegiatan Dosen Datang-Pulang


(Sumber : Penulis, 2018)

102
b. Dosen menginap

Gambar 81: Pola Kegiatan Dosen Menginap


(Sumber : Penulis, 2018)

4.5.1.3 Pengelola
Pengelola merupakan pelaku yang konsisten mengunjungi Kampus STT.
Pengelola bertugas mengelola dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan
pengunjung dan penyelenggaraan acara-acara keagamaan, kegiatan belajar
mengajar serta penerimaan mahasiswa.

103
Gambar 82: Pola Kegiatan Pengelola
(Sumber : Penulis, 2018)

4.5.1.4 Petugas Servis


Menunjang pelaksanaan pelayanan, menjaga dan merawat Kampus.

Gambar 83: Pola Kegiatan Petugas Servis


(Sumber : Penulis, 2018)

104
4.5.2 Kebutuhan Ruang
Berdasarkan pola kegiatan pelaku aktifitas dan kurikulum pada sekolah tinggi
teologi maka dibutuhkan ruang sebagai berikut:
Tabel 12: Kebutuhan Ruang Berdasarkan Mata Kuliah S1 Teologi
NO MATA KULIAH JENIS RUANGAN
1. Bahasa Indonesia Lab. Bahasa
2. Bahasa Inggris I Lab. Bahasa
3. Pengetahuan dan Pembimbing PL I Ruang Kuliah
4. Pengetahuan dan Pembimbing PB I Ruang Kuliah
5. Pemuridan I dan II Kapel
6. Pembimbing Teologi Sistematika Ruang Kuliah
7. Bibliologi Ruang Kuliah
8. Sejarah Gereja Umum I Ruang Kuliah
9. Hermeneutika I Ruang Kuliah
10. Ilmu Metode Belajar Ruang Kuliah
11. Bahasa Inggris II Lab. Bahasa
12. Pengetahuan dan Pembimbing PL II Ruang Kuliah
13. Pengetahuan dan Pembimbing PB II Ruang Kuliah
14. Teologi Proper Ruang Kuliah
15. Musik Gereja Lab. Musik
16. Sejarah Gereja Umum II Ruang Kuliah
17. Homelitika I Ruang Kuliah
18. Liturgika Ruang Kuliah
19. Mengenal Teologi Reformasi Ruang Kuliah
20. Pendidikan Agama Kristen I Ruang Kuliah
21. Filsafat dan Filsafat Pancasila Ruang Kuliah
22. Tafsir PB I Ruang Kuliah
23. Bahasa Ibrani I Lab. Bahasa
24. Tafsir PL I Ruang Kuliah
25. Teologi PL I Ruang Kuliah
26. Anthropologi dan Hamartiologi Ruang Kuliah
27. Etika I Ruang Kuliah
28. Sejarah Gereja Asia Ruang Kuliah
29. Pastoral I Ruang Kuliah
30. Homelitika II Ruang Kuliah
31. Pendidikan Agama Kristen II Ruang Kuliah
32. Etika II Ruang Kuliah
33. Pastoral II Ruang Kuliah
34. Sejarah Gereja Indonesia Ruang Kuliah
35. Bahasa Ibrani II Lab. Bahasa
36. Psikologi Ruang Kuliah

105
37. Agama Dunia Ruang Kuliah
38. Tafsir PL II Ruang Kuliah
39. Tafsir PB II Ruang Kuliah
40. Kristologi 2 Ruang Kuliah
41. Teologi PL II Ruang Kuliah
42. Teologi Misi Ruang Kuliah
43. PI Anak Ruang Kuliah
44. Tafsir PB III Ruang Kuliah
45. Pneumatologi Ruang Kuliah
46. Teologi PB I Ruang Kuliah
47. Tafsir PL III Ruang Kuliah
48. Bahasa Yunani I Lab. Bahasa
49. Manajemen Gereja Ruang Kuliah
50. Strategi PI Ruang Kuliah
51. Ilmu Logika Ruang Kuliah
52. Islamologi Ruang Kuliah
13. Pertumbuhan Gereja Ruang Kuliah
54. Tafsir PL IV Ruang Kuliah
55. Bahasa Yunani II Lab. Bahasa
56. Teks dan Ilmu Komunikasi Lab. Komputer
57. Teologi PB II Ruang Kuliah
58. Sosiologi Rural Ruang Kuliah
59. Filsafat Pendidikan Ruang Kuliah
60. Ocultisme Ruang Kuliah
61. Ekklesiologi Ruang Kuliah
62. Filsafat Kepemimpinan Ruang Kuliah
63. Apologetika Ruang Kuliah
64. Tafsir PB IV Ruang Kuliah
65. Hermeneutik II Ruang Kuliah
66. Pemuridan III Kapel
67. Pluralisme Agama (Oikoumenika) Ruang Kuliah
68. Kurikulum Pembinaan Warga Gereja Ruang Kuliah
69. Tafsir PL V Ruang Kuliah
70. Sosiologi Urban Ruang Kuliah
71. Tafsir PB V Ruang Kuliah
72. Bidat dan Ajaran Sesat Ruang Kuliah
73. Kontekstualisasi Ruang Kuliah
74. Eskatologi Ruang Kuliah
75. Teologi Kontemporer Ruang Kuliah
76. Kuliah Praktek Gereja
77. Skripsi Rg. Seminar
Sumber: STT Marturia, 2018

106
Tabel 13: Kebutuhan Ruang Berdasarkan Mata Kuliah S1 PAK
NO MATA KULIAH JENIS RUANGAN
1. Bahasa Indonesia Lab. Bahasa
2. Pancasila Ruang Kuliah
3. Pengetahuan dan Pembimbing PL I Ruang Kuliah
4. Pengetahuan dan Pembimbing PB II Ruang Kuliah
5. Dogmatika I Ruang Kuliah
6. Pembimbing Teologi Sistematika Ruang Kuliah
7. PAK I (Pembimbing) Ruang Kuliah
8. Musik Gereja I Lab. Musik
9. Metode Penulisan Makalah & Skripsi Lab. Komputer
10. Kewiraan Ruang Kuliah
11. Missiologi Ruang Kuliah
12. Pembinaan Warga Gereja Ruang Kuliah
13. Dogmatika II Ruang Kuliah
14. Kateketika Ruang Kuliah
15. Hermeneutika Ruang Kuliah
16. Strategi Pembelajaran PAK I Ruang Kuliah
17. Teori Belajar Dalam PAK I Ruang Kuliah
18. Profesi Keguruan PAK I Ruang Kuliah
19. Personalia Ruang Kuliah
20. Tafsir PL I Ruang Kuliah
21. Tafsir PB I Ruang Kuliah
22. Etika I Ruang Kuliah
23. Teologi PL I Ruang Kuliah
24. Sejarah Gereja Umum Ruang Kuliah
25. Dogmatika III Ruang Kuliah
26. Bahasa Ibrani Lab. Bahasa
27. Perencanaan Pengajaran Ruang Kuliah
28. Teori Belajar Dalam PAK II Ruang Kuliah
29. Tafsir PL II Ruang Kuliah
30. Tafsir PB II Ruang Kuliah
31. Etika II Ruang Kuliah
32. Sejarah Gereja Indonesia Ruang Kuliah
33. PAK II (Anak) Ruang Kuliah
34. PAK III (remaja/pemuda) Ruang Kuliah
35. Agama-agama Suku Ruang Kuliah
36. Liturgika Ruang Kuliah
37. Homelitika I Ruang Kuliah
38. Teologi PL II Ruang Kuliah
39. Bahasa Inggris Lab. Bahasa
40. Strategi Pembelajaran PAK II Ruang Kuliah
41. Teologi PB I Ruang Kuliah

107
42. Etika III Ruang Kuliah
43. Psikologi Ruang Kuliah
44. Psikologi Perkembangan Ruang Kuliah
45. Bahasa Yunani Lab. Bahasa
46. Homelitika II Ruang Kuliah
47. Perencanaan Pembelajaran PAK I Ruang Kuliah
48. Media pembelajaran Lab. Komputer
49. Manajemen Gereja Ruang Kuliah
50. Metode Penelitian Ruang Kuliah
51. Oikumene Ruang Kuliah
52. Hukum Gereja Ruang Kuliah
53. Tafsir PL III Ruang Kuliah
54. Tafsir PB III Ruang Kuliah
55. Teologi PB II Ruang Kuliah
56. Perencanaan Pembelajaran PAK II Ruang Kuliah
57. Profesi Keguruan PAK II Ruang Kuliah
58. Sejarah gereja Asia Ruang Kuliah
59. Pastoral Ruang Kuliah
60. Filsafat Ruang Kuliah
61. Hinduisme dan Budhaisme Ruang Kuliah
62. Islamologi Ruang Kuliah
63. Ilmu Budaya Dasar Ruang Kuliah
64. Kuliah Praktek Lapangan Sekolah Kristen
65. Skripsi I Rg. Seminar
66. PAK IV (Dewasa/Keluarga) Ruang Kuliah
67. Sosiologi Ruang Kuliah
68. Pendidikan Nasional Ruang Kuliah
69. Seminar PAK Rg. Seminar
70. Skripsi II Rg. Seminar
Sumber: STT Marturia, 2018

Tabel 14: Analisis Kebutuhan Ruang


PELAKU KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG
Pengelola, Pengelola  Lobby
Dosen,  Rg. Pendaftaran
Mahasiswa dan  Rg. Administrasi
Petugas Servis  Rg. Penerima tamu
 Rg. Staff administrasi
 Rg. Data admin. Mahasiswa
 Rg. Akademik mahasiswa
 Rg. Sub bid. Sarana pendidikan

108
 Rg. Data sub bid. Sarana
pendidikan
 Rg. Ketua/pimpinan STT
 Rg. Senat
 Rg. Puket (pembantu ketua) 1
 Rg. Puket (pembantu ketua) 2
 Pantry
 Rg. Kaprodi theologi
 Rg. Kaprodi PAK
 Rg. Kepala asrama
 Rg. Kepala humas
 Rg. Kepala keuangan
 Rg. Kepala admin
 Rg. Data
 Rg. Rapat pengelola
Corporate  Rg. Biro umum
Secretary  Rg. Biro kepegawaian
 Rg. Biro keuangan
 Rg. Biro akademik admin
Unit Usaha  Rg. Unit usaha
 Rg. Unit security
 Rg. Unit kesehatan
 Rg. Unit Lab.
 Rg. Unit ICT
 Rg. P3M
 Rg. Unit asrama
Kesehatan  Rg. Tunggu
 Rg. Periksa
 Rg. Penyimpanan
 Rg. Petugas
 Rg. Praktek
 Rg. Fitnes
 Toilet/WC
Perkuliahan  Rg. Info
 Lobby
 Rg. Dosen
 Rg. Rapat
 Pantry
 Rg. Seminar
 Rg. Kelas teori 1
 Rg. Kelas teori 2

109
 Rg. Lab. Bahasa
 Rg. Lab. Komputer
 Rg. Lab. Musik
 Rg. Serbaguna
 Gudang
Ibadah  Teras
 Rg. Duduk
 Altar
 Rg. Paduan Suara
 Rg. Penyimpanan
 Rg. Peralatan Ibadah
 Rg. Gudang Musik
 Rg. Buku Doa
 Rg. Perjamuan
 Rg. Cek sound
Beristirahat  Rg. Jaga
 Lobby
 Rg. Penerima tamu
 Rg. Staff
 Pantry
 Rg. Arsip
 Gudang
 Kamar tidur tipikal
 Rg. Cuci
 Pantry
 Rg. Makan bersama
 Rg. Simpan makanan
 Rg. Bersama
 Dapur kotor
 Dapur bersih
 Kamar mandi
Perpustakaan  Rg. Pendaftaran
 Rg. Penitipan barang
 Rg. Baca
 Rg. Staff
 Rg. Perbaikan buku
 Gudang
 Rg. Arsip
 Rg. Fotocopy
 Rg. Pinjam buku
 Rg. Internet

110
 Rg. Referensi Tugas Akhir
Kantin  Rg. Duduk
 Dapur
ATM Center  Box ATM
Auditorium  Rg. Manajemen
 Rg. Arsip
 Gudang
 Simpan alat
 Rg. Duduk
 Rg. Lighting
 Rg. Cek Sound
 Rg. Ganti kostum
 Audience
 Rg. Kesehatan
 Rg. Simpat obat
 Toilet/WC
Sumber: Penulis, 2018

4.5.3 Besaran Ruang


Berdasarkan jumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Marturia di Tahun 2018
memiliki 452 mahasiswa aktif dalam tabel berikut:
Tabel 15: Jumlah Mahasiswa Aktif STT Marturia Perangkatan
No. Tahun Jumlah
1 2013 91
2 2015 74
3 2016 83
4 2017 115
5 2018 89
Total 452
Sumber: STT Marturia, 2019

Presentase jumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Marturia pertahun dan


proyeksi jumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Marturia lima tahun kedepan
mengacu pada jumlah mahasiswa yang aktif, dengan menggunakan rumus proyeksi
geometris adalah sebagai berikut:

111
Keterangan:
Pn = penduduk pada tahun n
Po = penduduk pada tahun awal
1 = angka konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk (dalam persen)
n = jumlah rentang tahun dari awal hingga tahun n
Diketahui :
Pada tahun 2018 jumlah mahasiswa aktif Sekolah Tinggi Teologi Marturia
sebanyak 452 orang. Tingkat pertumbuhan penduduk di Sulawesi Tengah menurut
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah per tahun adalah 1,65%. Maka
proyeksi jumlah mahasiswa yang masuk Sekolah Tinggi Teologi Marturia pada tahun
2023 adalah.

Pn = Po ( 1 + r )n
= 452 ( 1 + 1,65% )5
= 452 ( 1 + 0,0165 )5
= 452 (1,0165 )5
= 452 ( 1,085267793073294 )
= 491 mahasiswa

Jadi poyeksi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Marturia untuk tahun 2023,
dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,65% pertahun, adalah 491 mahasiswa.
Dasar pertimbangan untuk mendapatkan besaran ruang yang ideal pada
bangunan Kampus Sekolah Tinggi Teologi yaitu:
4.5.3.1 Berdasarkan standar besaran ruang
a. Data Arsitek, Ernst Neufert (NAD)

112
b. Time Saver Standard (TSS)
4.5.3.2 Berdasarkan perhitungan studi ruang dengan dasar pertimbangan
a. Jumlah pelaku kegiatan
b. Kapasitas pemakai
c. Perabot/properti pendukung
d. Kebutuhan sirkulasi (flow)
4.5.3.3 Perhitungan menurut Asumsi (SB) meliputi
a. Studi banding
b. Referensi tugas akhir
4.5.3.4 Perhitungan menurut Asumsi (ASM) meliputi
a. Pengamatan lapangan
b. Perhitungan sesuai standar perabot dan pengguna
Berikut ini adalah tabel jumlah besaran ruang berdasarkan kapasitas dan
standar kebutuhan ruang per orang, berdasarkan studi pustaka maupun studi
banding proyek sejenis.
4.5.3.5 Kelompok Ruang Pengelola
Tabel 16: Besaran Ruang Pengelola
Kapasitas Standar Jumlah Sum
Nama Ruang Jmlh
Orang m2 Orang m2 ber
Pengelola
Lobby 135 0.8 108 SB
Rg. Pendaftaran 26 0.8 21 TSS
Rg. Administrasi 10 0.8 48 TSS
Rg. Penerima tamu 10 0.8 20 TSS
Rg. Staff administrasi 5 - 64 ASM
Rg. Data ADMN Mhs. 6 - 15 ASM
Rg. Akademik mahasiswa 45 - 72 ASM
Rg. Sub bid. Sarana pend. 2 - 18 ASM
Rg. Dana sub bid. Sarana 2 - 18 ASM
pendidikan
Rg. Ketua/pimpinan STT 4 - 18 SB
Rg. Senat 4 0.8 12 SB
Rg. Puket (pembantu 4 0.8 12 SB
ketua) 1

113
Rg. Puket (pembantu 4 0.8 12 SB
ketua) 2
Pantry - - 22.5 SB
Rg. Kaprodi Theologi 4 0.8 12 SB
Rg. Kaprodi PAK 4 0.8 12 SB
Rg. Kepala Asrama 4 0.8 12 SB
Rg. Kepala Humas 4 0.8 12 SB
Rg. Kepala Keuangan 4 0.8 12 SB
Rg. Kepala Admin 4 0.8 12 SB
Rg. Data 2 - 12 SB
Rg. Rapat Pengelola 20 - 35 SB
Corporate
Rg. Biro Umum 2 - 9 SB
Secretary
Rg. Biro Kepegawaian 2 - 9 SB
Rg. Biro Keuangan 2 - 9 SB
Rg. Biro Akademik Admin 2 - 9 SB
Unit Usaha
Rg. Unit Usaha 4 - 12 SB
Rg. Unit Security 2 - 6 SB
Rg. Unit Kesehatan 4 - 9 SB
Rg. Unit Lab 4 - 9 SB
Rg. Unit ICT 4 - 9 SB
Rg. P3M 4 - 9 SB
Rg. Unit Asrama 4 - 9 ASM
Kesehatan
Rg. Tunggu 8 - 18 SB
Rg. Periksa 4 18 SB
Rg. Penyimpanan 2 9 SB
Rg. Petugas 2 9 SB
Rg. Praktek 5 0.8 8 NAD
Toilet/WC 2 - 7.5 SB
2
Jumlah 748 m dengan kapasitas 360 orang
Sirkulasi 35 % 748 x 35% = 261,8
Jumlah Total Keseluruhan 748 + 261,8 = 1001 + tangga 30 m2 (@15 m2)
= 1031 m2
Sumber: Penulis, 2019

114
4.5.3.6 Kelompok Ruang Perkuliahan
Tabel 17: Besaran Ruang Gedung Pendidikan
Kapasitas Standar Jumlah Sum
Nama Ruang Jmlh
Orang m2 Orang m2 ber
Rg. Info 50 1.2 60 NAD
Lobby 10 - 52 ASM
Rg. Dosen 25 0.8 96 TSS
Rg. Rapat 10 2 28 NAD
Pantry 40 0.8 14 SB
Rg. Seminar 20 - 31 SB
Rg. Kelas Teori 20 - 14 16 SB
Rg. Lab Bahasa 15 - 28 TSS
Rg. Lab Komputer 15 - 38,5 SB
Rg. Lab Musik 10 - 28 SB
Rg. Serba Guna 250 - 147 SB
Gudang 4 - 20 3 SB
Jumlah 712 m2 dengan kapasitas 509 orang
Sirkulasi 30 % 712 x 30% = 213,6
Jumlah Total Keseluruhan 712 + 213,6 = 925,6 + tangga 30 m2 (@15 m2)
= 956 m2
Sumber: Penulis, 2019

4.5.3.7 Kapel
Tabel 18: Besaran Ruang Kapel
Kapasitas Standar Jumlah Sum
Nama Ruang Jmlh
Orang m2 Orang m2 ber
Teras 250 0.8 108 ASM
Rg. Duduk 500 0.8 366 ASM
Altar - 91 SB
Rg. Paduan Suara 20 - 14 NAD
Rg. Penyimpanan 2 - 8 ASM
Rg. Peralatan Ibadah - - 36 NAD
Rg. Gudang Musik 10 2 8 SB
Rg. Buku Doa 12 1 8 SB
Rg. Perjamuan 12 3 8 SB
Rg. Cek Sound 2 - 8 ASM
Jumlah 655 m2 dengan kapasitas 808 orang
Sirkulasi 30 % 655 x 30% = 196,5
Jumlah Total Keseluruhan 655 + 196,5 = 852 m2
Sumber: Penulis, 2019

115
4.5.3.8 Gedung Asrama
Tabel 19: Besaran Ruang Gedung Asrama
Kapasitas Standar Jumlah Sum
Nama Ruang Jmlh
Orang m2 Orang m2 ber
Rg. Jaga 4 1.2 4 2 ASM
Lobby 60 0.8 48 2 SB
Rg. Penerima Tamu 14 0.8 20 2 SB
Rg. Staff 5 - 12 2 SB
Pantry 4 - 12 8 SB
Rg. Arsip 2 - 4 2 SB
Gudang 2 - 4 4 ASM
Kamar Tidur Tipikal 4 2 x 0.3 24.5 256 NAD
Rg. Cuci 10 1.03x1.07 24.5 2 NAD
Pantry 10 1.24x0.44 20 2 NAD
Rg. Makan Bersama 250 2.4 x 2 130 2 NAD
Rg. Simpan Makanan 10 - 11 2 SB
Rg. Bersama 25 - 77 2 ASM
Dapur Kotor 10 - 34 ASM
Dapur Bersih 10 - 20 2 ASM
Kamar Mandi 48 0.4x0.75 49 4 NAD
2
Jumlah 7225 m dengan kapasitas 468 orang
Sirkulasi 35 % 7225 x 35% = 2528,75
Jumlah Total Keseluruhan 7225 + 2528,75 = 9753,75 + tangga 40 m2 (@10
m2 x 4) = 9794 m2
Sumber: Penulis, 2019

4.5.3.9 Gedung Perpustakaan dan Auditorium


Tabel 20: Besaran Ruang Gedung Perpustakaan dan Auditorium
Kapasitas Standar Jumlah Sum
Nama Ruang Jmlh
Orang m2 Orang m2 ber
Perpustakaan
Rg. Pendaftaran 2 12 6 NAD
Rg. Penitipan Barang - - 8 TSS
Rg. Baca 24 25.9 ASM
Rg. Staff 8 - 16 ASM
Rg. Perbaikan Buku 4 - 16 SB
Gudang 2 - 4 SB
Rg. Arsip 4 - 8 SB
Rg. Fotocopy 2 0.8 8 SB
Rg. Pinjam Buku 3 0.8 17 ASM
Rg. Internet 4 2 x 1.5 12 NAD

116
Rg. Referensi Tugas Akhir 8 - 63 ASM
Kantin
Rg. Duduk 50 - 33 ASM
Dapur 8 - 9 ASM
ATM Center
Box ATM 3 0.8 21 SB
Auditorium
Rg. Manajemen 3 - 10 SB
Rg. Arsip 2 - 4 SB
Gudang 2 - 4 ASM
Simpan Alat 2 - 6 ASM
Rg. Duduk 18 - 26 SB
Rg. Lighting 2 - 4 SB
Rg. Cek Sound 2 - 4 SB
Rg. Ganti Kostum 10 - 22.75 SB
Audience 500 - 322 SB
Rg. Kesehatan 5 - 10.52 SB
Rg. Simpan Obat 2 - 4 SB
Toilet/WC 21 0.4x0.75 63 ASM
Jumlah 727,17 m2 dengan kapasitas 691 orang
Sirkulasi 35 % 727,17 x 35% = 254,51
Jumlah Total Keseluruhan 727,17 + 254,51 = 981,68 + tangga 64 m2
(@32m2 x 2) = 1046 m2
Sumber: Penulis, 2019

4.5.3.10 Parkiran
a. perhitungan luas parkir mobil
Kebutuhan luas parkir mobil dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan
mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi.
Jumlah mahasiswa = 500 orang
1) 75% mahasiswa = 75% (500) = 735 orang
2) 25% memakai kendaraan umum = 25% 375 = 94 orang
3) 75% menggunakan kendaraan pribadi 75% 375 = 282 orang
4) 2/3 dengan mobil = 2/3 (282 orang) = 188 orang
1 mobil = 5 orang
Jadi jumlah mobil = 188/5 = 38 mobil
Luas parkir mobil = 38 mobil x 25 m2/mobil = 950 m2

117
b. perhitungan luas parkir motor
Kebutuhan luas parkir motor dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan
mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi.
1/3 dengan motor = 1/3 (282 orang) = 94 orang
1 motor = 2 orang
Jadi jumlah motor = 94/2 = 47 motor
Luas parkir motor = 47 motor x 6 m2/motor = 282 m2
c. perhitungan luas parkir service
Parkir service = 4 truk x 65 m2/truk = 260 m2
4.5.3.11 Lapangan Olahraga
Lapangan olahraga merupakan suatu fasilitas yang juga harus terpenuhi dalam
suatu instansi pendidikan tinggi untuk menunjang kegiatan para mahasiswanya
dalam pengembangan kepribadian khususnya untuk menjaga stamina dalam
melakukan aktivitas berolahraga. Perhitungan kebutuhan fasilitas lapangan olahraga
dihitung berdasarkan fasilitas yang harus dipenuhi. Sesuai dengan ukuran standar
internasional maka didapat luasan sebagai berikut:

Lapangan bola voli = 18m x 9 m = 162 m x 2 = 324 m2


Lapangan bola basket = 26m x 14 m = 364 m2 +
= 688 m2

4.5.3.12 Rekapitulasi
a. Luas kebutuhan ruang dalam
Luas bangunan pengelola = 1031 m2
Luas bangunan pendidikan = 956 m2
Luas bangunan kapel = 852 m2
Luas bangunan asrama = 9794 m2
Luas Perpustakaan & Auditorium = 1046 m2 +
Luas Total = 13679 m2

118
b. Luas kebutuhan ruang luar
Luas lahan parkir = 1492 m2
Luas lapangan olahraga = 688 m2 +
Luas Total = 2180 m2

Luas Lahan Terbangun (2+1) = 15859 m2


Koefisien Dasar Bangunan (KDB) = 60 : 40
60 % Terbangun : 40 % Open Space

Total Luas Lantai x 40


60

13679 x 40/60 = 9119


Kebutuhan Luas Tapak = 13679 + 9119
= 22798 m2

4.5.4 Hubungan Antara Massa Bangunan


Untuk mendapatkan keterkaitan hubungan antar massa bangunan pada masing-
masing area, maka dilakukan analisis terhadap tiap-tiap unit sarana fasilitas yang ada
dengan menghubungkan bagian yang erat, kurang erat dan tidak erat.
Adapun bentuk pola hubungan antara massa bangunan adalah sebagai berikut:

119
Keterangan :
Erat
Kurang erat
Tidak erat
Gambar 84: Hubungan Antara Massa Bangunan
(Sumber : Penulis, 2018)

4.5.5 Penzoningan Ruang


Penzoningan merupakan pengelompokan ruang-ruang yang mempunyai sifat
sama sehingga memudahkan sirkulasi didalam gedung.

120
Gambar 85: Hasil analisis penzoning
(Sumber : Penulis, 2019)

4.6 Analisis Struktur dan Utilitas Banguan


4.6.1 Struktur
Sistem struktur yang digunakan pada Sekolah Tinggi Teologi adalah sistem
struktur yang harus mementingkan tingkat kekuatan, kenyamanan serta daya tahan
lama pada bangunan sehingga menciptakan ruang-ruang sesuai fungsinya. Struktur
bangunan umumnya terdiri atas konstruksi pondasi, dinding, kolom, pelat lantai, dan
kuda-kuda atap. Pada prinsipnya, elemen struktur berfungsi untuk mendukung
keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi elemen tampak, interior, dan detail
arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan. Setiap bagian struktur bangunan
tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Kegunaan lain dari
struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas
menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah. Perancangan
struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem struktur ini sanggup

121
menanggung gaya gravitasi dan beban bangunan, kemudian menyokong dan
menyalurkannya ke tanah dengan aman. Struktur mempunyai peranan yang sangat
penting pada tampak bangunan. Ukuran dan jarak antar kolom mempengaruhi
desain dari fasad dan kolom itu sendiri seringkali merupakan faktor terpenting dari
penampilan bangunan (Henry, 1981). Berdasarkan dasar pertimbangan diatas, maka
sistem struktur yang perlu diperhatikan yaitu :
4.6.1.1 Sub Struktur (Struktur Bawah)
Substructure dibangun sebagian atau seluruhnya dibawah permukaan tanah.
Fungsi utamanya adalah menopang dan menyalurkan beban-beban dengan aman ke
dalam tanah (Francis D.K. Ching, 2008).
Struktur yang di pakai yaitu struktur badan bangunan (kolom dan balok). Dasar
pertimbangannyasesuai pemilihan upper structure seperti mampu menahan beban
horizontal dan gaya lateral seperti pondasi tiang dapat diterapkan pada kondisi tanah
dasar tapak yang di pilih.

Gambar 86: Struktur Tiang Pancang


(Sumber : Penulis, 2019)

Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung


dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang
mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di atasnya. Pondasi
harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya

122
sendiri, beban – beban bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar seperti:
tekanan angin,gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi
penurunan level melebihi batas yang diijinkan.
4.6.1.2 Middle Struktur (Struktur Tengah)
Struktur Tengah pada bangunan Sekolah Tinggi Teologi menggunakan sistem
rangka. Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur
utama pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja pada bangunan.

Gambar 87: Struktur Rangka


(Sumber : Penulis, 2019)

Untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya berupa struktur rangka portal


(frame structure) yaitu kerangka yang terdiri dari kolom dan balok. Pada sistem
rangka, dinding penyekat tidak diperhitungkan ikut mendukung beban, sebab dinding
berfungsi hanya sebagai pembatas ruang.
4.6.1.3 Upper Struktur (Struktur Atas)
Material umum yang digunakan pada atap ini merupakan material ringan, kuat,
dan tahan terhadap cuaca estetika, menunjang penampilan bangunan, serta
menjamin kemudahan perawatan dan pelaksanaan. Atap adalah bagian dari suatu
bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya
terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk keperluan perlindungan.

123
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan pemilihan tipe
atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat.
Struktur rangka baja untuk konstruksi atap mudah dalam pemasangan, praktis,
kuat, dan tahan lama. Selain itu, rangka baja tidak akan terpengaruh oleh perubahan
cuaca yang ekstrim. Rangka baja juga tidak mudah karatan dan menjamur. Ditambah
lagi, rangka baja tahan terhadap air, tahan api, anti rayap, tidak mudah keropos dan
tidak mudah patah.

Gambar 88: Rangka Baja WF


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

Rangka baja memiliki berbagai jenis dan ukuran, menyesuaikan ukuran rangka
dengan jenis konstruksi yang akan dibangun, seperti gudang, sekolah, dan lain-lain.
4.6.2 Utilitas
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan.
4.6.2.1 Jaringan Air
a. Air Bersih
Untuk penyimpanan air bersih dari pompa atau PDAM, volume air disesuaikan
dengan keperluan penghuni seluruhnya, dihitung per delapan jam. Air tersebut dapat
di simpan dalam ground reservoir dan tangki air.

124
Gambar 89: Alur Jaringan Air Bersih
(Sumber : Penulis, 2019)

b. Air Kotor
Perlu diperhatikan dalam pembuangan air kotor hanyalah kelancaran keluar
dari tapak dan jaminan tidak akan menimbulkan dampak bagi lingkungan
disekitarnya.

Gambar 90: Alur Jaringan Air Kotor


(Sumber : Penulis, 2019)

4.6.2.2 Sampah
Sampah organik dan sampah non organik yang dikumpulkan dari dari tempat-
tempat sampah yang di letakkan pada titik-titik tertentu dalam bangunan maupun
diluar bangunan di buang ke TPS/bak sampah kemudian diangkut melalui mobil
pengangkut sampah ke TPA.

125
Gambar 91: Alur Jaringan Sampah
(Sumber : Penulis, 2019)

Penataan sistem utilitas tapak direncanakan dengan menggunakan sistem


utilitas bawah tanah atau underground utility untuk memaksimalkan penggunaan
lahan dan tidak merusak estetika di lingkungan tapak. Sistem utilitas yang akan dibuat
didalam tanah diantaranya adalah jaringan listrik, jaringan telepon, pipa air bersih
dan pipa air kotor. Sementara jaringan drainase di area tapak direncanakan dibawah
pedesterian dan ditutup, ada pula drainase yang tertutup dengan menggunakan grill
besi. Sistem utilitas lain yang berada diatas permukaan diantaranya adalah tempat
sampah, hydrant, keran-keran air untuk taman pada lansekap taman.
4.6.2.3 Keamanan Bangunan
Selain unsur kekuatan dan keindahan, faktor keamanan juga berperan penting
dalam menunjang kenyamanan Sekolah Tinggi Teologi Marturia bagi para penghuni
dan pemakainya. Sehingga hal tersebut mutlak adanya instalasi sistem yang dapat
menjamin Keamanan dan privasi bagi para penggunanya.

Gambar 92: Security


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

126
Satuan Pengamanan atau sering juga disingkat Satpam adalah satuan kelompok
petugas yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan
keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan
swakarsa di lingkungan kerjanya.

Gambar 93: CCTV


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

CCTV menggunakan kamera video untuk menampilkan dan merekam gambar


pada waktu dan tempat di mana pun perangkat dipasangkan. CCTV adalah singkatan
dari Closed Circuit Television, yang menyiratkan viktimisasi sinyal buatan tertutup
atau tersembunyi, berbeda dengan sinyal siaran TV biasa.

Gambar 94: Pagar Beton


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

Pagar merupakan sebuah elemen yang sangat esensial di sebuah bangunan.


Tidak hanya properti berbentuk ruko atau kontrakan saja, misalnya, rumah juga

127
membutuhkan pagar. Pagar bukan lagi menjadi pelengkap tampilan eksterior rumah
tetapi juga sudah menjadi sebuah kewajiban yang harus ada dalam setiap hunian.
4.6.2.4 Bahaya Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung
sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu
digunakan juga sistem fire gas. Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri
dari sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.

Gambar 95: Sistem sprinkler


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprikler
sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran. Sistem ini ada 2 macam, yaitu:
a. Wet Riser System
Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air
selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b. Dry riser system
Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan penyedia air
akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar memerintahkannya.

128
Gambar 96: Sistem Hydran
(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun,
maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara
otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan
berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis, maka pompa diesel
akan bekerja.

Gambar 97: Fire extinguisher


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual
dan langsung diarahka pada posisi dimana api berada. APAR biasanya ditempatkan
di tempat-tempat strategis yang dissuaikan dengan peraturan Dinas Pemadam
Kebakaran.

129
Gambar 98: Tangga darurat
(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

Tangga darurat di dalam gedung Dalam perencanaan tangga darurat/tangga


kebakaran ada beberapa kriteria yang disyaratkan untuk digunakan dalam
perancangan.
4.6.2.5 Listrik
Skema instalasi sistem utilitas listrik adalah sebagai berikut

Gambar 99: Skema instalasi listrik


(Sumber: https://www.google.co.id/, 2019)

4.7 Analisis Bentuk


Desain Sekolah Tinggi Teologi sangat memperhatikan kenyamanan dan
keamanan pengguna dalam beraktivitas, sehingga desain Sekolah Tinggi Teologi
memperhatikan parameter dalam mencapai itu dalam desain. Kenyamanan adalah
segala sesuatu yang memperhatikan penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis,

130
baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna simbol
maupun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan warna cahaya ataupun bau,
atau lainnya. Adapun faktor kenyamanan dan penerapannya dalam desain Sekolah
Tinggi Teologi yaitu: iklim, bentuk, bising dan keamanan serta keindahan.
Dalam desain Sekolah Tinggi Teologi ini menggunakan konsep transformasi
arsitektur dengan mentransformasikan simbol-simbol keagamaan kedalam bentuk
arsitektur untuk memunculkan identitas bangunan tersebut serta menghadirkan
suasana keagamaan yang kental dalam kampus. Adapun simbol-simbol yang akan
dipakai untuk pendidikan Teologi adalah sebagai berikut.
4.7.1 Alkitab

Gambar 100: Alkitab


(Sumber : www.google/image, 2019)

Dalam Kitab Kolose Pasal 2: Ayat 3. tertulis “sebab di dalam Dialah tersembunyi
segala harta hikmat dan pengetahuan”. Jadi dasar harta hikmat dan pengetahuan
umat Kristiani adalah Alkitab yang mengajarkan untuk memperoleh semua itu.
4.7.2 Salib

Gambar 101: Salib


(Sumber : www.google/image, 2019)

131
Kitab Kolose Pasal 1: Ayat 20. dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala
sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah
Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Jadi salib adalah simbol
pengorbanan untuk menebus dosa-dosa manusia yang percaya kepadaNya.
4.7.3 Transformasi Bentuk
Bentuk dalam Desain Sekolah Tinggi Teologi ini, akan dibentuk oleh
pentransformasian simbol kedalam wujud arsitekturnya, sehingga menciptakan
suasana keagamaan dalam arsitektur bangunannya. Transformasi dapat diartikan
sebagai perubahan bentuk yaitu perubahan bentuk dari deep structure yang
merupakan struktur mata terdalam sebagai isi struktur tersebut ke surface structure
yang merupakan struktur tampilan berupa struktur material yang terlihat. Adapun
kategori transformasi yang dipakai yaitu konsep metafora adalah type konsep
perancangan yang mengungkapkan atau mengidentifikasikan hubungan diantara
benda-benda yang lebih bersifat abstrak dari yang sebenarnya (nyata).
Bentuk salib digunakan sebagai bentuk dasar penataan massa bangunan pada
kampus Sekolah Tinggi Teologi Marturia.

Gambar 102: Transformasi bentuk salib


(Sumber : penulis, 2019)

132
Salib adalah simbol pengorbanan Yesus Kristus dan diartikan kita mempunyai
hubungan secara vertikal yaitu hubungan kepada tuhan Tuhan dan mempunyai
hubungan secara horizontal yaitu hubungan antar manusia yang harus kita bangun..

Gambar 103: Bentuk dasar Alkitab


(Sumber : penulis, 2019)

Gambar 104: Transformasi bentuk Alkitab


(Sumber : penulis, 2019)

4.7.4 Hasil Analisis

Simbol
SALIB

Gambar 105: Konsep Bentuk pada massa bangunan


(Sumber : Penulis, 2019)

133
Gambar 106: Site Plan
(Sumber : Penulis, 2019)

134
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan atas kondisi eksisting, serta analisis yang
dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya:
5.1.1 Desain Sekolah Tinggi Teologi di Sulawesi Tengah mampu memenuhi kegiatan
akademik dan menghadirkan suasana kampus yang sangat kental dengan nuansa
keagamaan dan menghadirkan suasana pendidikan yang sakral.
5.1.2 Sekolah Tinggi Teologi di Sulawesi Tengah di desain berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sigi dengan mempertimbangkan faktor
kenyamanan dan keamanan guna mendukung aktivitas akademik didalam kampus
tersebut.
5.1.3 Sebagai sarana pendidikan keagamaan yang berada di kawasan zona
permukiman perkotaan bersama dengan peruntukan bangunan lain, memiliki fungsi
edukasi bagi pemeluk agama nasrani sesuai dengan amanat Pancasila.

5.2 Saran
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diuraikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan, serta dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu arsitektur. Selain itu, hasil
penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi yang ingin
melakukan penelitian lanjutan.
2. Terhadap pihak pemerintah dan instansi keagamaan serta pendidikan,
diharapkan dapat memberikan suatu gambaran mengenai pembangunan
kampus Sekolah Tinggi Teologi di kawasan zona permukiman perkotaan bersama
dengan peruntukan bangunan lain Kabupaten Sigi.

135
5.3 Rekomendasi Desain
Berdasarkan hasil pengamatan serta pembahasan hasil dan analisis pada bab
sebelumnya, maka rekomendasi desain Sekolah Tinggi Teologi di Sulawesi Tengah
diuraikan pada :
5.3.1 Konsep Makro
5.3.2 Konsep Mikro
5.3.3 Konsep Bentuk
5.3.4 Site Plan

136
DAFTAR PUSTAKA

Text Book
Lembaga Alkitab Indonesia, 2001. Alkitab, Jakarta.
Antoniades, Anthony C., 1990. Poetics of Architecture, Van Nostrand Reinhold, New
York.
BPS Kabupaten Sigi, 2018. Kecamatan Sigi Biromaru Dalam Angka.
BPS Kabupaten Sigi, 2018. Kabupaten Sigi Dalam Angka.
BPS Sulawesi Tengah, 2018. Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka.
Budihardjo, Eko, 2006. Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Francis D.K Ching, 1997. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunanya (terjamahan).
Jakarta: Erlangga.
Mardalis. 2014, Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal), Ed.1, Cet. 13.--
Jakarta: Bumi Aksara
Nasution, S. 2016, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Ed. 1, Cet. 15. -- Jakarta:
Bumi Aksara.
Neufert Ernst, Terjamahan Sunarto Tjahjadi ; Ferryanto. (2002). Data Arsitek Jilid 2
Edisi ke 33. Jakarta : Erlangga.
Neufert Ernst, Terjamahan Sunarto Tjahjadi. (1996). Data Arsitek Jilid 1 Edisi ke 33.
Jakarta : Erlangga.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 394 Tahun 2003, Tentang
Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Agama.pdf
Peraturan Daerah Kabupaten Sigi Nomor 21 Tahun 2011, Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Tahun 2010 – 2030.
Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011, Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palu Tahun 2010 – 2030.
Permenristekdikti_Nomor_44_Tahun_2015_SNPT.pdf

xvii
Praptiningrum, Uniek, 2009. GLOSARI ARSITEKTUR Kamus Istilah dalam Arsitektur/ -
-Ed. I. – Yogyakarta: ANDI.
Sabaruddin, Arief. 2013, Persyaratan Teknis Bangunan, Cet. I. Jakarta : Griya Kreasi
Tangoro, Dwi. 2005. Struktur Bangunan Rendah : Ilmu Bangunan/Dwi Tangoro, A.
Sadili Somaatmadja, Kuntjoro Sukardi. –Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Windhu, I. Marsana. 1997, Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani, Yogyakarta:
Kanisius.
Wibowo, Leardo. 2011, Sekolah Tinggi Theologi Depok Jawa Barat, Laporan
Perancangan Tugas Akhir semester genap (2010-2011).
Zahnd, Markus, 2008. Pendekatan Dalam Perancangan Arsitektur. Kanisius,
Yogyakarta.

Website
https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Tinggi_Filsafat_Theologia_Jakarta, (diakses
13 November 2017 pukul 19.25)
https://www.kbbi.web.id/sekolah, (diakses 16 November 2017 pukul 19.46)
https://www.kbbi.web.id/teologi, (diakses 16 November 2017 pukul 20.42)
https://www.sttmarturiapalu.org/id/stt-marturia-palu/statuta-%C2%A0sekolah-
tinggi-teologi-marturia-palu, (diakses 16 November 2017 pukul 22.24)
https://id.wikipedia.org/wiki/Simbol_Kristen, (diakses 16 November 2017 pukul
21.30)
https://www.sttmarturiapalu.org/id/welcome (diakses 19 Maret 2019 pukul 18.06)

xviii
LAMPIRAN

xix
HASIL WAWANCARA

1. Wawancara Terhadap Masyarakat


Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2019 kepada
warga di kawasan zona permukiman perkotaan bersama dengan peruntukan
bangunan lain di Kecamatan Sigi Biromaru, didapatkan hasil wawancara sebagai
berikut:
Pertanyaan :
a. Bagaimana pendapat anda tentang rencana pembangunan Kampus Sekolah Tinggi
Teologi di Kecamatan Sigi Biromaru yang masuk dalam kawasan zona permukiman
perkotaan bersama dengan peruntukan bangunan lain? Jelaskan alasan anda.
b. Kawasan pendidikan seperti apakah yang anda inginkan?
Jawaban :
Nama : Hi. Abdul Hafid Kaso, S.P.
Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan Pegawai Pertanian Provinsi
Menurut saya fasilitas kampus tersebut baik untuk kemajuan pendidikan
keagamaan di Kabupaten Sigi. Di Kecamatan Sigi Biromaru juga ada beberapa kampus
salah satunya kampus agama yang di atas sana. Yang saya inginkan selain kawasan
pendidikan yang dikembangkan disini .. fasilitas perdagangan juga yang belum
berkembang, lebih baik lagi ada SMA karna jauh di Bora, kalo disini Cuma SMK.
Nama : Sofyan
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Harusnya pembangunan kampus keagamaan dibangun ditempat yang aman dari
pengaruh-pengaruh radikal. Kondisi sudah diteliti sudah diketahui aman dari
bencana.
Nama : Ando
Umur : 35 Tahun

xx
Pekerjaan : Wiraswasta
Ramah lingkungan, kalo dia gempa tidak rubuh kebangunan lain, tidak merugikan
bangunan disekitarnya. Semua cocok, karena kami disini akan dekat dengan fasilitas
yang dibangun pemerintah.
Nama : Noel
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : POLRI
Dimana-mana saja kalo dibangun yang penting tanahnya sah. Kalo bisa dibuat
asrama dan fasilitas kesehatan.
Nama : Rio
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Biasa-biasa saja yang penting itu kampus tempatnya nyaman dan terakreditasi.
Kalo akreditasinya rendah sama dengan bohong.
Nama : Gayus
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : POLRI
Yang biasa-biasa saja. STT itu terbuka supaya orang yang tidak tau menjadi tau.
Yang cocok dibangun alfamidi.
2. Wawancara Terhadap Instansi Terkait
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2019 kepada
wakil ketua Sinode GPID, didapatkan hasil wawancara sebagai berikut:
Pertanyaan :
a. Bagaimana pendapat anda tentang rencana pembangunan Kampus Sekolah Tinggi
Teologi di Sulawesi Tengah khusus Kristen Protestan?
b. Sekolah Tinggi Teologi seperti apakah yang baik untuk Kristen Protestan? Jelaskan
alasan anda.
c. Apakah ada simbol khusus yang sakral dan melambangkan pendidikan dibidang
keagamaan.

xxi
Jawaban :
Nama : Pdt. Wilson Lampi, S.Th.
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Wakil Ketua Sinode Gereja GPID (Pendeta)
Pendidikan Teologi yang memiliki prospek kedepan sehingga suatu saat bisa di
Negrikan sehingga Teologi itu menjadi salah satu Fakultas. STT bisa menjadi STT
Negeri. Pendidikan Teologi yang berbasis kemasyarakatan dalam arti bahwa Teologi
itu Teologi local khas masyarakat Sulawesi Tengah yang terdiri dari berbagai suku,
dan latar belakang yang berbeda-beda. Simbol di dalam pendidikan Teologi yang
paling dikenal adalah gambar Alkitab dan lilin yang berarti “dalam Kristus terbitlah
cahaya merekah”
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada Desember 2018 kepada ketua
Sekolah Tinggi Teologi Marturia Palu, didapatkan hasil wawancara sebagai berikut:
Pertanyaan :
a. Bagaimana pendapat anda tentang rencana pembangunan Kampus Sekolah Tinggi
Teologi di Sulawesi Tengah khusus Kristen Protestan?
b. Bagaimana pengembangan Sekolah Tinggi Teologi di Sulawesi Tengah.
c. Apakah ada simbol khusus yang sakral dan melambangkan pendidikan dibidang
keagamaan.
Jawaban :
Nama : Pdt. Richarson Siwi, M.Si.
Umur :
Pekerjaan : Ketua STT Marturia Palu (Pendeta)
Itu mimpi kami, menjadi kampus yang besar hingga menjadi Universitas dan
unggul dibidangnya. Pendidikan STT dipersiapkan dilahan yang luas diluar Kota Palu.
Simbol pendidikan di Teologi adalah Alkitab yang terbuka, khususnya STT Marturia
Palu ada Burung Merpati sibol kehadiran Roh Kudus, Alkitab yang terbuka sebagai
sumber segala pengetahuan, ada Salib symbol pengorbanan Yesus Kristus di Golgota
serta symbol Alfa dan Omega yang adalah Dia (Yesus) yang adalah Awal dan Akhir.

xxii
FOTO EKSISTING KAMPUS STT MARTURIA

5.3.5 Block Plan

WC
Aula & Lab. Komputer

Perpustakaan & Kantor


Ruang Kelas

Jl. Batu Bata Indah, Palu


Blok plan kampus Sekolah Tinggi Marturia yang berada di Kecamatan Palu
Selatan, Kelurahan Tatura utara

5.3.6 Front View Kampus STT Marturia Palu

Front View kampus Sekolah Tinggi Marturia masih kurang memunculkan


identitas sebagai institusi pendidikan tinggi dibidang keagamaan

xxiii
5.3.7 Ruang Kuliah STT Marturia Palu

Suasana dihalaman kampus Sekolah Tinggi Marturia yang belum terencana dan
masih sangat sederhana dari sisi arsitektur bangunannya.
5.3.8 Aula

Ruang serbaguna sekaligus digunakan sebagai kapel kampus Sekolah Tinggi


Marturia dan pencahayaan alami yang minim karena kurangnya bukaan.

xxiv
5.3.9 Perpustakaan

Perpustakaan kampus Sekolah Tinggi Marturia dengan interior yang kurang


tertata.
5.3.10 Kantor

Kantor atau ruang pengelolah kampus Sekolah Tinggi Marturia


5.3.11 Ruang security

Ruang secutity kampus Sekolah Tinggi Marturia yang masih semi permanen dan
terletak dibelakang kampus tersebut

xxv
5.3.12 Area parkir

Area parkir sekaligus halaman kampus Sekolah Tinggi Marturia yang belum
terencana dan tertata rapi.

xxvi
DOKUMENTASI LAPANGAN

Gambar: View kedalam Site

Gambar: Jalan Trans Palu-Palolo

Gambar: Suasana disekitar Site

xxvii
Gambar: Fasilitas Rekreasi Desa Oloboju

Gambar: Fasilitas Air Bersih PASIGALA

xxviii

Anda mungkin juga menyukai