Anda di halaman 1dari 519

ISBN: 978-602-361-385-4

Proceeding CEEDRiMS 2021


Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 30 Juni 2021

Penanggungjawab:
Mochamad Solikin

Ketua Reviewer:
Purwanti SP

Editor:
Nurul Hidayati dan Abdul Rochman
Proceeding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 30 Juni 2021

Komite Pengarah : [1] Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D.


[2] Dr. Niken Silmi Surjandari, S.T., M.T.
[3] Prof. Ir. Widodo, MSCE., Ph.D.
[4] Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D.
Penanggung Jawab : Mochamad Solikin, Ph.D.
Ketua : Muhammad Ali Rofiq, MT
Kesekretariatan : Bambang Sumantri, S.Pd
Bendahara : Nur Khotimah Handayani, ST, M.Eng
Ketua Review Makalah : Purwanti SP, ST, MSc
Editor : Nurul Hidayati, ST, MT, Ph.D
Ir. Abdul Rochman, M.T.
Layouter : Ali Himawan
Desain Cover : Fira Himara
Acara : Anto Budi L, ST, MSc
Yenny Nurchasanah, ST, MT
Ika Setyaningsih, ST, MT
Dr. Senja Rum H, ST, MT
Muhammad Ujianto, ST, MT
Alfia Magfirona ST, MT
Perlengkapan : Purnama Widi S
Amanuni
Joko Setiawan
Konsumsi : Ir. Renaningsih, MT
Tri Utami, S.T.

ISBN: 978-602-361-385-4
Cetakan pertama, Agustus 2021
©2021 Hak Cipta pada penulis dilindungi Undang-Undang

Penerbit
Muhammadiyah University Press
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Gedung I Lantai 1 Sayap Utara
Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57162
Jawa Tengah - Indonesia
Telp : (0271) 717417 Ext. 2172
Email : muppress@ums.ac.id

ii
SAMBUTAN
KOORDINATOR KOMDA 3 BMPTTSSI

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu


Salam sejahtera untuk kita semua.

Bapak, Ibu, dan seluruh peserta simposium yang saya hormati. Marilah kita panjatkan puji syukur
kepada Allah SWT, atas Rahmat yang diberikan sehingga kita masih diberikan kesehatan.
Selamat datang kami ucapkan kepada seluruh peserta CEEDRiMS 2021. CEEDRiMS tahun 2021
mengusung tema “Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur yang
Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan”. CEEDRiMS 2021 menjadi wadah publikasi
secara nasional yang diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada para mahasiswa S1 dan S2
tingkat akhir untuk dapat menunjukkan hasil penelitian dengan cara presentasi yang baik. Panitia juga
memberi kesempatan kepada akademisi dan peneliti ditingkat nasional untuk berpartisipasi di acara
symposium ini.
Kegiatan CEEDRiMS 2021 diselenggarakan atas kerjasama antar perguruan tinggi di wilayah
Komda 3 yaitu DIY dan Jateng, sehingga diharapkan mampu menjadi wadah networking dan saling
mengetahui perkembangan antar perguruan tinggi. Saat ini, pandemik Covid 19 masih belum berakhir,
pembatasan aktivitas fisik masih menjadi kebijakan Pemerintah. Untuk tetap terselenggaranya
simposium, maka kegiatan dilaksanakan secara daring.
Atas terselenggaranya acara simposium ini, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan Bapak
Ibu:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bapak Prof. Dr. Sofyan Anif M.Si.
2. Sekjen BMPTTSSI, Bapak Ir. Muhamad Abduh, MT, Ph.D.
3. Dekan Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bapak Ir. Sri
Sunarjono, MT., Ph.D.
4. Kaprodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Bapak
5. Mochamad Solikin, ST, MT, Ph.D.
6. Pembicara Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D. (kepala BMKG); Prof. Ir. Masyhur
Irsyam, MSE, Ph.D (Geotechnical Engineering Research Group of ITB): Adi Prasetya ST,
M.Eng, Ph.D. (Kepala Balai Teknik Pantai PUPR Indonesia); Ir. Melani D. Wangsadinata,
M.Arch. (President Director PT Wiratman); dan Ir. Muslich Hartadi Sutanto MT. Ph.D. IPM
(University Teknologi Petronas Malaysia).
7. Seluruh Panitia CEEDRiMS2021
8. Seluruh Perguruan Tinggi partner di wilayah Komda 3,
9. Peserta simposium

Pada CEEDRiMS2021 terkumpul 69 paper dari berbagai bidang keahlian Teknik Sipil yaitu
sebagai berikut: struktur 10 paper; manajemen konstruksi = 18 paper; material-disaster-risk manajemen
= 7 paper; geoteknik = 9 paper; keairan = 18 paper; dan transportasi = 7 paper. Partisipasi
penulis berasal dari berbagai institusi yaitu sebagai berikut: Universitas Muhammadiyah Surakarta;
Universitas Gadjah Mada; Universitas Pelita Harapan; Universitas Syiah Kuala: Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang; Institut Teknologi Nasional Jogjakarta; Universitas Tarumanegara; PT
Adhikara Mitra Cipta; Universitas Kristen Imanuel; Universitas Semarang; Universitas Indonesia;
Universitas Islam Indonesia; Universitas Veteran Bangun Nusantara; Universitas Muhammadiyah

iii
Purworejo; Universitas Hasanudin; Universitas Sebelas Maret; Institut Teknologi Sepuluh November;
Dinas PUPR Maluku Utara; Universitas Islam Al Azhar; dan Universitas Teknologi Jogjakarta.
Akhir kata, jika ada kekurangan dalam persiapan dan penyelenggaraan simposium ini, kami
mohon maaf. Semoga kegiatan symposium ini bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Koordinator Komda 3,

Dr. Niken Silmi Surjandari, ST, MT.

iv
SAMBUTAN
KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu.

Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin, dengan rahmat yang diberikan Allah, Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2021 dapat menyelenggarakan
kegiatan Seminar dengan nama: Civil Engineering, Environmental, Disaster & Risk Management
Symposium (CEEDRiMS).
CEEDRiMS adalah Seminar Nasional di bidang Teknik Sipil yang merupakan kegiatan tahunan
KOMDA 3 Badan Musyawarah Pendidikan Tinggi Teknik Sipil Seluruh Indonesia (BMPTTSSI).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyediakan forum untuk komunikasi antar akademisi, praktisi dan
pemerhati bidang Teknik Sipil dalam membahas perkembangan dan memecahkan permasalahan di
bidang Teknik Sipil. Pada CEEDRiMS tahun 2001 ini mengangkat tema: ” Inovasi Teknologi dan
Material Terbarukan Menuju Infrastruktur yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan”.
Tema ini akan dikupas secara mendalam oleh beberapa keynote speaker untuk memberikan pencerahan
bagi seluruh peserta Seminar.
Kegiatan CEEDRiMS yang secara rutin telah dilaksanakan, secara bergantian bertempat di Program
Studi Teknik Sipil di lingkungan Komda 3 BMPTTSSI. Program Studi Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang secara rutin telah menyelanggarakan seminar nasional, pada tahun 2021
dipercaya oleh Komda 3 BMPTTSSI sebagai penyelenggara, maka kegiatan seminar Nasional ke XI
direpresentasikan dalam bentuk CEEDRiMS tahun 2021. Kegiatan Seminar Nasional ini sangat
didukung karena secara nyata memberikan manfaat yang sangat besar dalam menguatkan peran Prodi
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta di masyarakat dan meningkatkan wawasan
perkembangan ke-Teknik Sipil-an bagi seluruh civitas akademika.
Dengan terselenggaranya kegiatan Seminar Nasional CEEDRiMS 2021 ini, saya selaku Ketua
Program Studi mengucapakan terima kasih kepada seluruh jajaran panitia yang telah bekerja keras
mewujudkan kegiatan ini. Ucapan terima kasih yang tulus juga disampaikan kepada keynote speaker
dan invited speaker yang berkenan hadir untuk membedah tema seminar, kepada pemakalah yang
mengirimkan kontribusinya, kepada hadirin dan pihak-pihak yang membatu terwujudnya kegiatan ini.
Sebagai penutup, kami mohon maaf apabila dalam penyelenggaraan acara ini masih ada kekurangan.

Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu

Surakarta, 30 Juni 2021


Ketua Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mochamad Solikin, Ph.D.

v
Civil Engineering,
Environmental, Disaster &
Risk Management
Symposium (CEEDRiMS)
Proceeding

SUSUNAN PANITIA

Komite Pengarah : [1] Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D.


[2] Dr. Niken Silmi Surjandari, S.T., M.T.
[3] Prof. Ir. Widodo, MSCE., Ph.D.
[4] Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D.

Penanggung Jawab : Mochamad Solikin, Ph.D.

Ketua : Muhammad Ali Rofiq, MT

Kesekretariatan : Bambang Sumantri, S.Pd

Bendahara : Nur Khotimah Handayani, ST, M.Eng

Acara : Anto Budi L, ST, MSc


Yenny Nurchasanah, ST, MT
Ika Setyaningsih, ST, MT
Dr. Senja Rum H, ST, MT
Muhammad Ujianto, ST, MT
Alfia Magfirona ST, MT
Penanggung review makalah : Purwanti SP, ST, MSc
Prosiding dan editor : Nurul Hidayati, ST, MT, Ph.D
Ir. Abdul Rochman, M.T.

Perlengkapan : Purnama Widi S Amanuni


Joko Setiawan

Konsumsi : Ir. Renaningsih, MT Tri Utami, S.T.

vi
DAFTAR ISI

SAMBUTAN
KOORDINATOR KOMDA 3 BMPTTSSI............................................................................................. iii
SAMBUTAN
KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA .... v
SUSUNAN PANITIA ............................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ vii

ANALISIS MANAJEMEN BIAYA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI TANGERANG


Victor, Manlian Ronald. A. Simanjuntak ............................................................................................. 1
ANALYSIS OF LIQUEFACTION POTENTIAL BASED ON SHEAR WAVE VELOCITY (Vs) IN
MEDAN, NORTH SUMATRA
Nur Hidayati Oktavia, Abdul Haris, Sigit Pramono ............................................................................. 9
PRIORITAS PEMELIHARAAN JEMBATAN PADA RUAS JALAN NASIONAL DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Andriyanto Surya Wijaya, Akhmad Aminullah, Arief Setiawan Budi Nugroho ...................................17
PERBANDINGAN CURAH HUJAN SATELIT PADA DAS TILONG NUSA TENGGARA TIMUR
TERKAIT PERUBAHAN IKLIM
Azarya Bees, Karlina dan Joko Sujono ...............................................................................................25
KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON MUTU TINGGI UMUR 3 HARI
MENGGUNAKAN MATERIAL HASIL PEMBAKARAN SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN
SEMEN
Margeritha Agustina Morib, Aktor Juang Laowo, Refor Mey Jonathan Hulu ......................................33
EFISIENSI PENGADAAN MATERIAL UNTUK MEMINIMALISASI LIMBAH KONSTRUKSI
MENGGUNAKAN PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL
Yohanes Widayat ...............................................................................................................................41
KAJIAN MORFODINAMIKA PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG
Hamammi Ahdannabiel, Radianta Triatmadja, Nur Yuwono ..............................................................50
PEMANFAATAN LIMBAH BETON UNTUK PERBAIKAN KUAT GESER TANAH DESA
KARANGJATI, KECAMATAN KARANGJATI, KABUPATEN NGAWI
Qunik Wiqoyah, Anto Budi Listyawan, Oky Kurnia ...........................................................................59
KAJIAN IDENTIFIKASI MODEL MANAJEMEN MUTU PROSES PEMELIHARAAN JALAN TOL
TANGERANG – MERAK
Putri Arumsari, Manlian Ronald A. Simanjuntak ................................................................................68
KAJIAN AWAL MANAJEMEN RISIKO PROYEK KERETA CEPAT JAKARTA – BANDUNG
Indra Putra Salim, Manlian Ronald A. Simanjuntak ............................................................................76
PENGARUH FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN TINGKAT KEPAHAMAN TENAGA KERJA
TERHADAP FAKTOR TEKNIS KONSTRUKSI PADA PRODUK RUMAH PROGRAM BSPS
(STUDI KASUS : KOTA DAN KABUPATEN MAGELANG)
Ety Fitriyani, Suprapto Siswosukarto, Djoko Sulistyo.........................................................................84

vii
TINJAUAN ULANG KAPASITAS RESERVOIR DAN SALURAN TRANSMISI INSTALASI
PENGOLAHAN AIR PDAM LAWU TIRTA MAGETAN DI DESA CILENG KABUPATEN
MAGETAN
Purwanti Sri Pudyastuti, Rendra Ardyansyah, Hermono S Budinetro, Jaji Abdurrosyid ...................... 92
ANALISIS STABILITAS JEMBATAN CABLE-STAYED PRESTRESSED BOX GIRDER DENGAN
VARIASI RASIO BENTANG TERHADAP LEBAR JEMBATAN
Arief Hidayat, Bambang Supriyadi, Andreas Triwiyono ................................................................... 101
KAJIAN LOW-IMPACT DEVELOPMENT DAN DEBIT BANJIR SUNGAI SRINGIN KOTA
SEMARANG
Djoko Suwarno, Kevin Isa Purnama, Iman Sakajaya Pratikna, Budi Santosa .................................... 108
KAJIAN IDENTIFIKASI RISIKO UNTUK MEMINIMALKAN DAMPAK TIME & COST OVERRUN
PADA PROYEK INFRASTRUKTUR
Agus Kuswardoyo, Manlian Ronald A. Simanjuntak ........................................................................ 117
ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN IRIGASI BENDUNG KEDUNGGUPIT KULON
KABUPATEN PURWOREJO
Eko Riyanto, Agung Setiawan, Muhammad Hakim .......................................................................... 131
KEKUATAN LATERAL DINDING COLD-FORMED STEEL STRAP BRACED PADA RUMAH
INSTAN SEHAT BAJA RINGAN (RISBARI)
Abdul Kadir, Iman Satyarno, Ali Awaludin ...................................................................................... 138
PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN JARINGAN IRIGASI BENDUNG
KEDUNG GLAGAH
Agung Setiawan, Anwar Khusnudin ................................................................................................. 146
KOREKSI DAN VALIDASI DATA CURAH HUJAN SATELIT GPM-IMERG DAN CHIRPS DI DAS
SELOREJO, KABUPATEN MALANG
Ni Made Candra Partarini, Joko Sujono, Endita Prima Ari Pratiwi .................................................... 151
ANALISIS KEHALUSAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN TERHADAP KUAT
TEKAN DAN DURABILITAS BETON HIGH VOLUME FLY ASH MUTU NORMAL
Mochammad Solikin, Ibnu Nur Ihsan, Budi Setiawan, Yenny Nurchasanah ...................................... 160
PENILAIAN KINERJA STRUKTUR PILAR JEMBATAN TERHADAP TIME HISTORY GEMPA
PIDIE JAYA
Ardli Pratama Putra, Taufiq Saidi, Muttaqin Hassan ......................................................................... 168
PEMANFAATAN MATA AIR SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR PADA MASA PANDEMI
COVID 19 (STUDI KASUS : KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA)
Ratna Septi Hendrasari, Immam Barnadhib Nugraha, Muhammad Yolan Dhika Pratama ................. 176
REVIEW PERILAKU LANTAI/DECK KOMPOSIT BETON-KAYU
Chintia, A. Awaludin, A. Saputra ..................................................................................................... 182
RUMAH INSTAN STRUKTUR BAJA (RISBA) DENGAN PEMBEBANAN MONOTONIK
Sanggabuana Satria K, Iman Satyarno, Ashar Saputra....................................................................... 188
KUAT LENTUR PELAT BETON PRECAST SEGMENTAL TANPA GROUTING MENGGUNAKAN
TULANGAN KONVENSIONAL DENGAN PEREKAT LEM BETON
Abdul Rochman, M. Ujianto, Nur Rohman Hidayatulloh.................................................................. 196

viii
KEBERHASILAN PENINGKATAN KUALITAS RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DARI PROGRAM
BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2020
Sintawati, Hendramawat Aski Safarizki, Iwan Ristanto .................................................................... 203
APLIKASI DAYA DUKUNG TANAH PONDASI DANGKAL BERBASIS MIT APP INVENTOR
(STUDI KASUS RUKO JALAN SRIWIJAYA, WISMA MUGASARI, DAN GEDUNG DEMAK)
Arafah Salsabila, Patricia Bella Oktadhiansari, Daniel Hartono ........................................................ 208
TREATMENT RISIKO BIAYA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI INTERIOR
Regina Kartika A, Manlian Ronald A Simanjuntak .......................................................................... 219
EVALUASI SISTEM DRAINASE KOTA MATARAM
Siti Nurul Hijah, Rosita Eliawati ...................................................................................................... 225
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR & VARIABEL STANDARISASI DOKUMEN
PENGADAAN JASA KONSTRUKSI
Nobalazi Gulo, Manlian A. Ronald Simanjuntak .............................................................................. 235
PRODUKTIVITAS PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG MELALUI PENERAPAN LEAN
CONSTRUCTION: SEBUAH STUDI LITERATUR
Waskito Ady, Manlian Ronald Simanjuntak ..................................................................................... 242
ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL RISIKO KONTRAK DESIGN AND BUILD
Bambang Sudibyo, Manlian Ronald A. Simanjuntak ........................................................................ 253
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENGENDALIAN WAKTU PADA BANGUNAN GEDUNG
BERTINGKAT DI PROYEK KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM INTERNASIONAL INDONESIA
Harfit Langlang Buono Putra, Manlian Simanjuntak......................................................................... 260
PEMANFAATAN SERAT SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN TANAH
LEMPUNG
Anto Budi Listyawan, Anang Pambudi ............................................................................................. 267
PENERAPAN KONSEP BIM DARI STUDI KASUS DAN PERSPEKTIF PENGGUNA
Edwin Budi Setiawan, Vendie Abma ................................................................................................ 274
ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN PROCUREMENT TIPE TENDER CEPAT BERBASIS e-
PROCUREMENT DI PERUSAHAAN PT. ABC
Dwi Martono, Manlian Ronald Simanjuntak .................................................................................... 282
PERBEDAAN PENGARUH PEMAKAIAN BRACING BAJA MODEL X DAN INVERTED-V PADA
BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN ANALISIS STATIK NON-LINIER PUSHOVER, DITINJAU
DARI KINERJA BATAS LAYAN
Ghewa Gabriel ................................................................................................................................. 290
ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL KETERLAMBATAN PADA PENGGUNAAN METODE
FASADE GFRC DI PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG TINGGI DI PROYEK
XYZ
Elianto, Lukas Beladi Sihombing ..................................................................................................... 299
IDENTIFIKASI PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER SEISMIK DAN GEOMETRI SUMBER
GEMPA TERHADAP PERCEPATAN TANAH DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Elvis Saputra, Widodo ..................................................................................................................... 307
ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL CONSTRUCTION PUNCH-LIST KONTRAKTOR
BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP KINERJA WAKTU DI PROYEK ABC
Rudi Agus Susanto, Manlian A Simanjuntak .................................................................................... 315

ix
EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS JATENG
KORIDOR 1 PURWOKERTO – PURBALINGGA
Arief Usman Hakim, Miftahul Fauziah............................................................................................. 324
EVALUASI SIFAT MEKANIK DAN HIDRAULIK BETON POROUS DENGAN VARIASI
CAMPURAN
Agung Setiawan ............................................................................................................................... 332
PENDEKATAN POLA PENGEMBANGAN TANAH EKSPANSIF DENGAN METODE ELEMEN
HINGGA SAP2000
Cahyo Agung Saputra, Bambang Setiawan, Rojab Nurul Huda......................................................... 338
ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN SECANT PILE TERHADAP KINERJA BIAYA
PADA PROYEK APARTEMEN DI MAKASAR
Juse Roejanto, Harianto Hardjasaputra ............................................................................................. 344
KAJIAN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG SESUAI DENGAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO. 24/PRT/M/2008
Sely Novita Sari, Triwuryanto .......................................................................................................... 353
PENJADWALAN MENGGUNAKAN METODE PERT PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN
MEKAR MUKTI-CIBARUSAH, JAWA BARAT, BEKASI
Rere Marenki Prahadita, Sely Novita Sari, Anggi Hermawan ........................................................... 360
ANALISIS PERBANDINGAN KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI
DENGAN CAMPURAN KAPUR DAN TRASS
Renaningsih, Agus Susanto, Aisiyah Pramaisela Hapsari.................................................................. 368
PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA TUKANG PADA
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FIAI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Wella Arfani, Triwuryanto, Sely Novita Sari .................................................................................... 377
TINJAUAN STUDI KINERJA SEISMIK PLAFON SECARA NUMERIK DAN UJI SHAKING TABLE
A.R. Ikhwanti, A. Triwiyono, I. Satyarno ......................................................................................... 385
SISTEM PERBAIKAN TANAH DEEP CEMENT MIXING DI LOKASI STOCK YARD STASIUN
KERETA API GARONGKONG KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN
Suwarno, Luthfi Amri Wicaksono .................................................................................................... 393
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI PADA PROYEK
KLASIFIKASI KECIL PASCA DITERBITKANNYA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 21/PRT/M/2019
Danang Eko Wahyuono ................................................................................................................... 401
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI CBR DI LAPANGAN DENGAN GRAFIK KORELASI DCP
(DROP CONE PENETROMETER) DAN PERHITUNGAN FUNGSI (Studi Kasus Proyek Rekonstruksi
Jalan Tol Jagorawi)
Muhammad Bimo Agung Krestiono, Qunik Wiqoyah, Anto B. Listyawan, Renaningsih................... 408
SISTEM PONDASI TIANG BOR YANG RAMAH LINGKUNGAN
Suwarno, Luthfi Amri Wicaksono .................................................................................................... 417
ANALISIS RISIKO DAN MITIGASI RISIKO KETERLAMBATAN PEMBANGUNAN MENARA
TELEKOMUNIKASI PADA PT.XYZ
Hermanto, Irawan Tani .................................................................................................................... 425

x
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR & VARIABEL PENGARUH SISTEM KESELAMATAN
TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA OPERASIONAL
PADA BANGUNAN MRT JAKARTA
San Fransisco Saragih, Manlian A. Ronald Simanjuntak ................................................................... 433
PENGARUH PERUBAHAN NOMENKLATUR SATUNAN KERJA TERHADAP KINERJA
PROFESIONALISME KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI (STUDI KASUS
PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI LOKASI PROVINSI SUMATERA UTARA)
Novi Anggoro Andriyanto ................................................................................................................ 441
PENJADWALAN WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN METODE
CPM DI FLORES TIMUR
Natalia Dwidamayanti Irawan, Sely Novita Sari, Anggi Hermawan .................................................. 447
PEMANFAATAN TANAH SEDIMEN SEBAGAI LAPISAN KEDAP AIR PENUTUP AKHIR
LANDFILL
Rona Reski, Muhammad Natsir Djide, Tri Harianto, Irwan Ridwan Rahim ....................................... 456
ANALISIS RANTAI PASOK DALAM MENJAMIN EFEKTIFITAS PEKERJAAN KONSTRUKSI
STRATEGIS PEMERINTAH DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA
Risman Iriyanto Djafar, Manlian Ronald A. Simajuntak ................................................................... 462
ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL YANG MENGHAMBAT PENERAPAN 5D BIM PADA
PEMBIAYAAN PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA
Jessica Dalian, Krishna Mochtar ...................................................................................................... 467
ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN PENGARUHNYA DALAM MENINGKATKAN
KINERJA OPERASIONAL BANGUNAN GEDUNG (STUDI KASUS APARTEMEN XYZ KOTA
TANGERANG)
Thimoty Dalian, Lusiana Idawati ..................................................................................................... 474
ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK BAJA TULANGAN DAN BETON READY MIX PADA
PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG PADA MASA PANDEMI COVID-19
V. Budiyanto1, M. Toricelli, Hermawan, Budi Setiyadi..................................................................... 481
PENGARUH VARIASI KADAR SEMEN TERHADAO KUAT TEKAN BETON CEMENT TREATED
NASE (CTB)
Agus Muldiyanto , Purwanto, Edo Wiguna, dan M.Bagus Satriawan ................................................. 492
KAJIAN FAKTOR DAN VARIABEL PENTING PENYEBAB COST OVERRUN PADA PROYEK
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG YANG DAPAT DIKENDALIKAN DENGAN
PENGGUNAAN BIM
Ari Tiandaru Baskoro, Lukas Beladi Sihombing ............................................................................... 498

xi
xii
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS MANAJEMEN BIAYA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI


TANGERANG

Victor1*, Manlian Ronald. A. Simanjuntak2


1,2
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan DKI Jakarta
*
Victor.vr1996@gmail.com

Abstrak
Proyek konstruksi di Indonesia semakin berkembang dan meningkat dari waktu ke waktu, hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyaknya pembangunan yang terjadi di Indonesia terutama diwilayah
Tangerang. Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta menghasilkan perkembangan wilayah yang
sangat pesat di Tangerang. Sehingga banyak perusahaan konstruksi terutama di wilayah Tangerang
yang kini berkembang dengan pesat. Kurangnya pemahaman serta penerapan dalam manajemen biaya
proyek yang menyebabkan pembengkakkan biaya proyek sering kali terjadi diwilayah Tangerang.
Permasalahan penelitian kemudian dikembangkan menjadi: apa saja faktor dan variabel manajemen
biaya proyek yang dianalisis, dan rekomendasi perbaikan yang dihasilkan. Metodologi penelitian ini
diawali dengan metode analisis deskriptif yang dapat secara akurat dan sistematis dalam
menggambarkan fakta serta karakteristik objek yang menjadi subjek penelitian, mengidentifikasi
permasalahan penelitian, mempersiapkan instrumen penelitian, menganalisis permasalahan penelitian
dan membahas hasil penelitian. Responden kuesioner dalam penelitian ini merupakan para kontraktor
yang memiliki pengalaman membangun diwilayah Tangerang, dengan cara mengisi kuesioner. Hasil
dari penelitian ini terdapat empat faktor utama manajemen biaya proyek yaitu, cost planning, cost
implementation, cost evaluation, dan cost control. Rekomendasi dari penelitian ini adalah manajemen
biaya proyek harus diterapkan dari awal perencanaan proyek hingga akhir proyek, yang meliputi faktor
cost planning, faktor cost implementation, faktor cost evaluation, dan faktor cost control.

Kata kunci: evaluasi biaya, implementasi biaya, manajemen biaya proyek, pengendalian biaya,
perencanaan biaya.

PENDAHULUAN
Proyek konstruksi di Indonesia semakin berkembang dan meningkat dari waktu ke waktu, hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyaknya pembangunan yang terjadi di Indonesia terutama diwilayah
Tangerang, berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) kota Tangerang No.3 Tahun 2019 tentang “Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Tangerang Tahun 2019-2023”. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten. Hal ini seiring dengan nawa cita pemerintah Indonesia
yang salah satu poinnya tentang “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Kerjasama pemerintah dengan pihak swasta
menghasilkan perkembangan diwilayah Tangerang berkembang dengan sangat pesat, salah satu peranan
besar dari pemerintah adalah dengan mempermudah aksesibilitas dari luar atau kedalam wilayah
Tangerang dengan pembangunan infrastruktur beruapa akses tol, simpang susun dan lain sebagainya.
Sedangkan peran dari pihak swasta dapat dilihat dari begitu banyaknya investor yang berbondong-
bondong untuk menginvestasikan uang mereka pada proyek konstruksi dalam meningkatakan
pembangunan industri, kota mandiri, dan pergudangan diwilayah Tangerang. Sehingga banyak
perusahaan konstruksi terutama di wilayah Tangerang yang kini berkembang dengan pesat. Kurangnya
pemahaman serta penerapan dalam manajemen biaya proyek yang menyebabkan pembengkakkan biaya
proyek sering kali terjadi diwilayah Tangerang.
Perumusan masalah dibuat serta dikembangkan dari latar belakang serta tujuan dari penelitian ini
dilakukan, sehingga didapatkan rumusan masalah adalah sebagai berikut: apa saja faktor-faktor dan
variabel-variabel manajemen biaya proyek yang dianalisis dalam penelitian ini dan apa rekomendasi
perbaikan yang dihasilkan dalam penelitian ini. Batasan dalam penelitian ini sebagai berikut: kuesioner
responden akan diberikan kepada kontraktor yang memiliki pengalaman proyek konstruksi diwilayah
Tangerang, faktor dan variabel dalam penelitian ini didapatkan dari jurnal-jurnal penelitian serta pendapat
dari para ahli dibidang konstruksi.

1
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Studi Pustaka
Manajamen Biaya Proyek
Manajemen biaya proyek menurut Project Management Body of Knowledge Guide (PMBOK),
mencakup proses dari awal perencanaan, estimasi, penganggaran, pembiayaan, pendanaan, mengelola,
dan mengendalikan biaya sehingga proyek dapat diselesaikan sesusai dengan biaya yang telah disepakati.
Sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar 1, mengenai project cost management.

Gambar 1. Project Cost Management (sumber: PMBOK)

Manajemen Proyek
Menurut PMBOK, manajemen proyek merupakan seni atau ilmu yang berhubungan dengan cara
kepemimpinan dan koordinasi terhadap sumber daya yang dapat terdiri dari manusia atau material dengan
metode pengelolaan yang modern untuk mencapai target yang telah ditentukan, yang dapat berupa biaya,
mutu, dan waktu dalam upaya memenuhi keinginan stake holder. Menurut project management institute
(PMI) – 2008, proyek merupakan suatu kegiatan yang bersifat sementara dan bisa dikerjakan untuk
menghasilkan produk atau jasa yang unik. Manajemen proyek digunakan untuk mengelola seluruh
aktivitas-aktivitas proyek yang dapat berupa teknik pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), alat
(tool), dan teknik (techniques) manajemen. Sehingga dapat disimpulkan dimana manajemen proyek
menginginkan adanya penanggung jawab tunggal yang dapat dijadikan sebagai pusat sumber informasi
mengenai proyek, koordinator, dan integrator pada seluruh aktivitas proyek.
Fungsi Manajamen Proyek
Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014), menjelaskan mengenai fungsi dari manajemen proyek,
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi perencanaan (planning)
Fungsi perencanaan dalam manajemen proyek bertujuan untuk membuat keputusan dalam
mengelola data serta informasi yang digunakan pada masa yang akan datang, seperti dalam
merencanakan jangka panjang dan jangka pendek, dan lain sebagainya.
2. Fungsi organisasi (organizing)
Fungsi organisasi dalam manajemen proyek bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan
pekerja dengan aktivitasnya masing-masing agar dapat saling berhubungan dengan lingkup
pekerjaan hingga mencapai tujuan bersama, seperti dalam menyusun kegiatan-kegiatan lainnya.

2
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

3. Fungsi pelaksanaan (actuating)


Fungsi pelaksanaan dalam manajemen proyek bertujuan untuk mempertemukan seluruh pelaksana
yang berhubungan dalam menjalankan seluruh kegiatan proyek, seperti pembagian tugas, tanggung
jawab, dan lain sebagainya.
4. Fungsi pengendalian (controlling)
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengukur hasil kualitas pekerjaan dan menganalisis serta
mengevaluasi hasil dari pekerjaan, seperti memberikan masukkan mengenai perbaikan, dan
sebagainya.
Menurut Widiasanti & Lenggogeni (2013), manajemen memeiliki beberapa fungsi-fungsi, yaitu:
1. Fungsi perencanaan, merupakan tindakan pengambilan keputusan yang berisis informasi atau data,
fakta kegiatan maupun asumsi yang akan dipilih serta dilakukan di masa mendatang
2. Fungsi pengorganisasian, merupakan sebuah tindakan untuk mempersatukan kumpulan kegiatan
manusia yang memiliki tanggung jawab dan peranan masing-masing, dengan tata cara tertentu
namun saling berhubungan satu sama lain.
3. Fungsi pelaksanaan, merupakan tindakan menggerakan semua orang dan semua peran dalam
organisasi untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sudah ditetapkan dalam tahap perencanaan.
4. Fungsi pengendalian, merupakan sebuah tindakan atau usaha dari perusahaan yang telah
tersistematis untuk mencapai tujuan, dengan membandingkan hasil kinerja dengan rencana dan
memutuskan tindakan yang tepat dalam memperbaiki ketidaksesuaian.
Hasil Penelitian Yang Relevan
Studi literatur yang dilakukan dalam penelitian ini diambil dari hasil penelitian berupa jurnal-jurnal
serta prosiding dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yang dianggap relevan oleh peneliti yang dapat
dilihat pada tabel 1. Berikut adalah daftar dari jurnal-jurnal yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 1. Hasil Penelitian Yang Relevan


No. Jurnal Penulis Tahun
Cost Development Over-time at Construction Olav Torp, Alemu Moges Belay,
1 Planning Phase: Empirical Evidence from Carl Thodesen, Ole Jonny 2016
Norwegian Construction Projects Klakegg
Analysing factors affecting delays in Indian Hemanta Doloi, Anil Sawhney,
2 2012
construction projects K.C. Iyer, Sameer Rentala
Pengaruh aspek pelaksanaan konstruksi terhadap
3 kinerja biaya proyek (studi kasus di bank jawa Hartono 2014
tengah)
Analisis pengendalian biaya proyek pada Fajar Sri Handayani, Sugiyar,
4 2016
kontraktor sedang (grade 4 dan 5) di yogyakarta AB. Kusuma Wardani
Project Management a systems approach to
5 Harold Kerzner, Ph.D
planning, schedulling, and controlling
Fuzzy Ordering of the Factors Affecting the
Nabi Ibadov, Janusz
6 Implementation of Construction Projects in 2013
Kulejewski, Michal Krzerminski
Poland
The impact of contractors’ attributes on
Jaman I. Alzahrani, Margaret W.
7 construction project success: A post construction 2012
Emsley
evaluation
Faktor-faktor yang mempengaruhi profit Hendra Nata, Jantje B. Mangare,
8 2016
kontraktor pada proyek konstruksi D.R.O Walangitan
Identifikasi faktor penyebab cost overrun biaya Terso Paparang, D.R.O
9 pada proyek terminal antar-kabupaten-propinsi Walangitan, Pingkan A.K. 2018
Tangkoko Bitung Pratasis
Faktor-faktor yang menyebabkan cost overrun Yetsin C. Dapu, A.K.T. Dundu,
10 2016
pada proyek konstruksi Ronny Walangitan

3
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI
Metode deskriptis merupakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini karena dapat
menggambarkan karakteristik objek yang diteliti secara sistematis dan tepat.

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Berdasarkan gambar 2. menjelaskan mengenai proses penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini, digunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif sehingga diawali dengan penulisan latar
belakang, dilanjutkan dengan perumusan masalah berdasarkan latar belakang yang sudah ada. Studi
literatur yang dilakukan dalam penelitian ini bersumber dari jurnal dan prosiding yang memiliki relevansi
dengan kurun waktu 10 tahun terakhir. Dari hasil studi literatur yang dilakukan, peneliti mendapatkan
empat faktor utama manajamen biaya proyek (cost planning, cost implementation, cost evaluation, cost
control) serta 83 variabel pendukungnya.
Pada penelitian ini menggunakan metode delphi dalam menganalisis faktor dan variabel yang sudah
terkumpul dalam bentuk validasi pakar, yang akan diberikan kepada pakar/ahli pada bidang konstruksi
untuk mengetahui pendapatnya terhadap faktor dan variabel yang akan diteliti. Validasi pakar kemudian
akan diberikan kepada lima ahli/pakar dalam bidang konstruksi yang memiliki latar belakang pengalaman
kerja yang berbeda, sehingga data yang dihasilkan dapat mewakili berbagai lingkup bidang konstruksi,
yang dapat dilihat pada tabel 2 mengenai deskripsi ahli/pakar dalam penelitian ini.

Tabel 2. Deskripsi Ahli/Pakar


Nama Usia Pengalaman kerja Pendidikan Lingkup Pakar
Pakar 1 49 Tahun >10 Tahun S1 Developer
Pakar 2 52 Tahun >10 Tahun S2 Kontraktor/Akademisi
Pakar 3 41 Tahun >10 Tahun S1 Manajemen Konstruksi
Pakar 4 46 Tahun >10 Tahun S2 Kontraktor
Pakar 5 52 Tahun >10 Tahun S3 Kontraktor/Akademisi

4
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hasil dari validasi pakar ini kemudian dianalisis dan disimpulkan, agar dapat memberikan hasil
rekomendasi dari manajemen biaya proyek konstruksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian dan studi literatur yang telah dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan
beberapa proses manajemen biaya proyek yang dalam penerapannya mencakup dari awal perencanaan
proyek hingga akhir proyek selesai. Dari proses penerapan manajemen biaya proyek tersebut, dapat
diwakilkan keadalam empat faktor manajemen biaya proyek yaitu:
1. Faktor cost planning
2. Faktor cost implementation
3. Faktor cost evaluation
4. Faktor cost control
Dari empat faktor manajamen biaya proyek yang didapatkan dari studi literatur, kemudian peneliti
mendapatkan 83 variabel pendukung yang bersumber dari jurnal, buku dan prosiding yang relevan dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir yang dapat dilihat pada tabel 3. Kemudian 83 variabel tersebut dibuat
menjadi kuesioner atau angket validasi pakar yang kemudian diberikan kepada ahli atau pakar. Hasil dari
validasi pakar tersebut terdapat dua varibel yang dibuang yaitu variabel X10 (optimism bias) dan X64
(age in business). Berikut adalah faktor dan variabel yang memiliki pengaruh terhadap manajemen biaya
proyek yang dikerjakan kontraktor pada proyek konstruksi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Faktor dan Variabel manajemen biaya proyek


Faktor Variabel Sumber
Cost X1 Scope & Design Change [1],[7]
Planning X2 Project Complexity [1],[7]
X3 Site and location Constraint [1],[7]
X4 Need for Special Facilities [1],[7]
X5 Extreme Wheater Condition [2]
X6 Poor Means of Contracting [2]
X7 Improper Planning of Contractor During Bidding Stage [2]
X8 Lack of advanced project management [1]
X9 Funding challenges [1]
X11 Estimation methods and contingencies [1]
X12 Faulty execution [1]
X13 Project size [1]
X14 The need for special work [1]
X15 Legislation [1]
X16 Market condition [1]
X17 Preliminary engineering challenges [1]
X18 Types of client and financial situation [1]
X19 Experience [1]
X20 Labour force [1]
X21 Types of contract [1]
X22 Construction technology [1]
X23 Completeness and quality of cost information [1]
X24 HSE (Health, Safety, Environment) [1]
X25 Interface [1]
X26 Transfer to operation [1]
X27 Framework condition [1]

5
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

……………………Lanjutan Tabel 3. Faktor dan Variabel manajemen biaya proyek


Faktor Variabel Sumber
Cost X28 Lack of Skilled Operators for Specialised equipment [2]
Implemen- X29 Inefficient Use of Equipment [2]
tation X30 Delay in Material Procurement [2]
X31 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Utama [3]
X32 Percepatan Waktu Penyelesaian Pekerjaan [3]
X33 Kinerja Pelaksanaan Prakualifikasi [3]
X34 Client deadline requirements, [6]
Changes of material and structural solutions in project
X35 [6]
documentation
X36 Changes in functional requirements, introduced by the investor [6]
X37 Incorrect estimation of the scope of works [6]
X38 Litigation between the participants of the project [6]
Increase in the prices of construction materials, necessary for
X39 [6]
completion of works
Incomplete project documentation, absence of the required
X40 [6]
decisions or permits
X41 Incorrect estimation of project timeline [6]
X42 Too high expectations for the quality of execution of the works [6]
Cost X43 Quality policy [7]
Evaluation X44 Quality assurance [7]
X45 Occupational safety and health administration rate (OSHAIR) [7]
X46 Health and safety records [7]
X47 Quality control [7]
X48 Experience Modification Rating (EMR) [7]
X49 Contract cost overruns [7]
X50 Contract time overruns [7]
X51 Past record of conflict and disputes [7]
X52 Failure to have completed a contract [7]
X53 Waste disposal during construction [7]
X54 Environmental plan during construction [7]
X55 Materials and substances used in the project [7]
X56 Management capability [7]
X57 Site organisation [7]
X58 Knowledge of particular construction method [7]
X59 Work programming [7]
X60 Adequacy of labour resources [7]
X61 Adequacy of plant resources [7]
X62 Size of the company [7]
X63 Company image [7]
X65 Experience in the region [7]
X66 Type of past project completed [7]
X67 Size of past project completed [7]
X68 Turnover history [7]
X69 Credit history [7]
X70 Cash flow forecast [7]

6
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

…………………Lanjutan Tabel 3. Faktor dan Variabel manajemen biaya proyek


Faktor Variabel Sumber
Cost X71 Work Breakdown Stucture (WBS) [4]
Control X72 Metode Kurva S [4]
X73 Pengkodean Biaya [4]
X74 Earned Value Analysis (EVA) [4]
X75 Cost Estimating [5]
X76 Cost accounting [5]
X77 Project Cash Flow [5]
X78 Company Cash Flow [5]
X79 Direct Labor Costing [5]
X80 Overhead Rate Costing [5]
X81 Incentives [5]
X82 Penalties [5]
X83 Profit-Sharing [5]
[Sumber: 1. Torp, dkk (2016); 2. Doloi, dkk (2012); 3. Hartono (2014); 4. Handayani, dkk (2016); 5.
Harold Kerzner, Ph.D; 6. Ibadov, dkk (2013); 7. Alzahrani dan Emsley (2012); 8. Nata, dkk (2016); 9.
Paparang, dkk (2018); 10. Dapu, dkk (2016).]

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan manajemen biaya proyek konstruksi, mencakup dari awal perencanaan proyek hingga
proyek selesai. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi dalam manajemen biaya proyek, dimana
terdapat 81 variabel yang dibagi kedalam empat faktor tersebut. Berikut adalah jumlah variabel yang
terdapat pada empat faktor utama manajamen biaya proyek:
- Faktor cost planning : 26 variabel
- Faktor cost implementation : 15 variabel
- Faktor cost evaluation : 27 variabel
- Faktor cost control : 13 variabel +
81 variabel
2. Rekomendasi yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
- Manajemen biaya proyek konstruksi harus diterapkan dari tahap awal perencanaan proyek
hingga berakhirnya sebuah proyek.
- Faktor manajemen biaya proyek yang harus diterapkan adalah pada tahap cost planning, cost
implementation, cost evaluation, dan cost control.

DAFTAR PUSTAKA
Alzahrani, J., & Emsley, M. 2013, The impact of contractors’ attributes on construction project success:
A post Construction Evaluation, International Journal of Project Management 31, 312-322.
Dapu, Y., Dundu, A., & Walangitan, R. 2016, Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Cost Overrun Pada
Proyek Konstruksi, Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.10, 641-647.
Doloi, H., Sawhney, A., Iyer, K., & Rentala, S, 2012, Analysing factors affecting delays in Indian
construction projects. International Journal of Project Management 30, 479-489.
Handayani, F. S., Sugiyarto, & Wardani, A. K., 2016, Analisis Pengendalian Biaya Proyek Pada
Kontraktor Sedang (Grade 4 dan 5) di Yogyakarta. e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL, 339-345.
Harold Kerzner, P., 2009, Project Management A Systems Approach to Planning, Schedulling, and
Controlling, Canada: John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

7
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hartono, 2014, Pengaruh Aspek Palaksanaan Konstruksi Terhadap Kinerja Biaya Proyek (Studi Kasus di
BANK Jawa Tengah), Prosiding SNST ke-5, Semarang.
Ibadov, N., Kulejewski, J., & Krezeminski, M., 2013, Fuzzy Ordering of the Factors Affecting the
Implementation of Construction Projects in Poland, 11th International Conference of Numerical
Analysis and Applied Mathematics (pp. 1298-1301), American Institute of Physics.
Nata, H., Mangare, J., & Walangitan, D., 2016, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Kontraktor
Pada Proyek Konstruksi, Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.6, 383-390.
Paparang, T., Walangitan, D., & Pratasis, P., 2018, Identifikasi Faktor Penyebab Cost Overrun Biaya
Pada Proyek Terminal Antar-Kabupaten-Propinsi Tangkoko Bitung, Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.10,
813-822.
PMI., 2017, A guide to the project management body of knowledge (PMBOK guide) / Project
Management Institute, Newtown Square, Pennsylvania 19073-3299 USA: Project Management
Institute, Inc.
Torp, O., Belay, A. M., Thodesen, C., & Klakegg, O. J., 2016, Cost Development Over-time at
Construction Planning Phase: Empirical Evidence from Norwegian Construction Projects, Procedia
Engineering 145, 1177-1184.
Widiasanti, I., & Lenggogeni., 2013, Manajemen Konstruksi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

8
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALYSIS OF LIQUEFACTION POTENTIAL BASED ON SHEAR WAVE


VELOCITY (Vs) IN MEDAN, NORTH SUMATRA

Nur Hidayati Oktavia1, Abdul Haris2* and Sigit Pramono 3


1
Reservoir Geophysics, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2
Geoscience Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences (FMIPA),
Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
3
Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency (BMKG), Jakarta 10610,
Indonesia
*Corresponding author’s email : aharis@sci.ui.id

Abstract
Medan is one of the big cities on the Sumatera Island which has an active seismic activity. During
earthquakes, ground motion may cause a loss of strength or stiffness that results in the collapse of
buildings and failure of infrastructure. Liquefaction is the phenomenon in which the stiffness and the
strength of the soil are lost under the action of earthquake force. The shear wave velocity (Vs) methods
are applied to analyse the soil liquefaction potential by using of a factor of safety (FS) used to evaluate
the strength or stiffness of the soil which correlates with building construction. This research shown that
the northern of Medan was dominated by soft soils (SE) while the southern was dominated by medium
soils (SD). In the soft soil the earthquake vibrations will have higher amplification that will make this
research area has a high risk of seismic hazard. Classification factor of safety (FS) values that provide
probability of liquefaction at Medan exhibits a high potential of liquefaction at northern area and a low
potential of liquefaction at southern area. The obtained factor of safety (FS) distribution maps may serve
as useful tools for land management and city planning and as a case study for other populated cities.

Keywords: earthquake, liquefaction, shear wave velocity

INTRODUCTON
High potential earthquakes in Indonesian megathrust subduction zone have led to a continuous
development among researchers. Seismic activity is also influenced by local faults in the area. Medan is
one of the big cities in Indonesia which has quite active in seismic activity due to the tectonic plates. The
tectonic is influenced by two main generators, the subduction of the Indo Australia plate which collide
with the Eurasian plate and the presence of local faults spread across the city. Infrastructure development
in Medan is growing from time to time.
Construction and infrastructure development in Medan must consider the risks caused by the
earthquake. One of the effects of an earthquake that can damage infrastructure is liquefaction. This
liquefaction has occurred in Palu in 2018, where earthquake measuring M7.4 which damaged materials in
Petobo and Balaroa. When liquefaction occurred in Petobo, hundreds of houses were buried in mud with
a height of 3-5 meters. Whereas in Balaroa liquefaction phenomenon triggered the landslide as well as
elevated ground motion.
During earthquakes, ground motion may cause a loss of strength or stiffness that results in the
collapsed of buildings, landslides, the failure of some infrastructures or other hazards. Liquefaction is a
phenomenon when a saturated or slightly saturated soil loses strength and stiffness due to load stress the
solid soil becomes liquid. Liquefaction associated with saturated or cohesionless soils.
Research on the analysis of liquefaction potential was carried out using the shear wave velocity ( )
parameter where the obtained in this study using approachment multichannel analysis surface waves
(MASW) measurement. This research aims as an earthquake disaster mitigation to reduce disaster risk
and as a reference in developing areas with minimum impact from earthquake disasters.
Medan area is composed of clay, gravel, and sand. The eastern composed by young volcano
products of Tufa Toba (Girsang R, Siddik M, 1992). Medan geology map (Cameron NR, et al 1982)
shown a form of Aluvium (Qh) aged Holocene which is unconformably situated above the Medan
Formation (Qpme) aged Plistocene. Then the lithology of alluvium is divided into coastal alluvium (Qp),
delta alluvial (Qd), swamp alluvial (Qr), and river alluvium (Qs). Distribution of geological rocks of
Medan can be seen in Figure 1 (Seismologi Teknik BMKG, 2020).

9
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Medan has result of compressional tectonic deformation from megathrust subduction. Apart from
the subduction, Medan have active local faults such as Renun Fault and Tripa3 Fault. These subduction
and local faults trigger tectonic earthquakes in Medan and the surrounding areas.

Figure 1. Geologycal rocks distribution of Medan

METHOD
Liquefaction Theory
Liquefaction is a phenomenon that occurs when saturated or slightly saturated soil loses strength due
to a sudden cyclic load so that the solid soil becomes liquid. This cyclic load can come from vibrations
due to earthquakes or other loading. Liquefaction occurs normally in saturated soils where the pores of
the soil are filled with water, which at the time of loading the water exerts pressure on the soil particles
which affect the density of the soil. Loading due to the earthquake causes the water pressure to increase
leading the density of soil becomes liquid. After the soil density becomes liquid, the soil no longer has the
bearing capacity or strength to resist the load and only depends on the pore water pressure. When loss of
strength occurs, the soil behaves like a viscous fluid. As the bearing capacity of soil to sustain foundation
loads is directly related to strength. The loads above the ground such as the structure of the building will
collapse because the soil loses its stability after being liquefied.
The phenomenon of liquefaction due to a vibration’s load (Kramer, 1996) is divided into two types:
Flow Liquefaction that occurs in loose soil which is triggered by earthquake, followed by a change in soil
to become like a liquid, usually leads to large and sudden shear movements in the soil causes structure to
collapse. Cyclic Mobility which is triggered by cyclic loading on relatively dense sandy soils (dense
sand), this causes a large gradual deformation during cyclic loading, not followed by a change in the
properties of the soil to liquid..There are three main things that are the conditions for triggering the
occurrence of liquefaction, which are: earthquake intensity and duration, ground water level and type of
soil.

Shear Wave Velocity ( )


Shear wave velocity ( ) can determine the stiffness properties of the soil and then classify the type
of soil. The greater the value of , the greater the value of soil stiffness where the characteristics of the
soil are getting hard and dense. Shear wave velocity ( ) is measured using Rayleigh waves (surface
waves), the value of the measurement results can be used to determine the types of soil in an area.
Shear wave velocity ( ) is measured with multichannel analysis of surface wave (MASW) method.
Multichannel analysis of surface wave (MASW) method uses the Rayleigh wave propagation theory

10
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

resulting from the interaction of shear waves with the surface soil layer, so the profile can be estimated.
The classification of soil types can be seen in the Table 1 which is based on SNI 1726 of 2019 (SNI,
2019).

Table 1. Classification of soil types

Cyclic Stress Ratio (CSR)


Cyclic stress ratio (CSR) is the value of stress caused by cyclic loads (Seed and Idriss, 1971) usually
due to earthquakes. These variables are the seismic demand placed on a soil layer. The CSR calculated
based on depth of the layer and the groundwater level. The CSR is calculated by:

(1)

Peak ground acceleration (PGA) is equal to the maximum ground acceleration that occurred during
an earthquake. The following methods for determining peak ground acceleration ( ) at potentially
liquefiable sites, are: (1) using empirical attenuation correlations with earthquake magnitude, distance
from the seismic energy source, and local site conditions; (2) performing local site response analyses for
soil profiles; (3) using empirical amplification ratios, this method use a multiplier or ratio by which
bedrock outcrop motions are amplified to estimate surface motions at soil sites (Youd et al, 2001).

Cyclic Resistance Ratio (CRR)


Cyclic resistance ratio (CRR) is the value of soil strength against cyclic loads that occur, usually
caused by earthquakes, or the ability of the soil to be able to withstand liquefaction. Several insitu
geotechnical tests that are often used to analyze the ability of soil to liquefied include standard penetration
test (SPT), cone penetration test (CPT), and also shear wave velocity ( ).
The approach of as a liquefaction resistance is used since and CRR are influenced by void ratio,
effective confined stresses, stress history, and geologic age. However, there are two limitations of using
in analysis of liquefaction potential. These limitations are: (1) seismic wave velocity measurements are
made at small strains, whereas liquefaction is a large strain phenomenon; and (2) seismic testing does not
provide samples for classification of soils as an identification of non-liquefiable soils. Non-liquefiable
soils can be classified as liquefiable by criteria whilst cemented soils could also be classified as non-
liquefiable due to their characteristically high values.

11
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

In the calculation of the CRR, the value of the shear wave velocity that has been corrected with
stress (stress corrected shear wave velocity) is required to improve the penetration resistance (Sykora,
1987 and Robertson et al, 1992). Furthermore, shear wave velocity ( measurement method considers
the cyclic resistance ratio (CRR) as the value of CSR that separates the liquefaction and non-liquefaction
occurrences for a given . Liquefaction usually occurs during an earthquake with a magnitude of M7.0
until M7.5 (Seed and Idriss, 1971). For the CRR calculation, it can be seen from the formula below:

(2)

The value of is the limit of for the liquefaction potential and is influenced by the amount of fine
content (FC) in soil particles, formulated as follows:

= 215 m/s for FC ≤ 5%


= 215 – 0.5 (FC-5) for 5% < FC < 35%
= 200 m/s for FC ≥ 35%

Furthermore, shear wave velocity ( measurement method considers the cyclic resistance ratio
(CRR) as the value of CSR that separates the liquefaction and non-liquefaction occurrences for a given
. Shown in Figure 2 are the CRR- curves (Andrus and Stokoe, 2000) for the earthquakes of 7.5
magnitudes.

Figure 2. Liquefaction resistance curves for magnitude 7.5


earthquakes

Factor Of Safety (FS)


Factor of safety (FS) can be used to analysis of liquefaction potential. The result of this analysis has
been used for disaster prevention and mitigation. Analysis of liquefaction potential of a soil under a given
seismic loading is generally defined as the ratio of cyclic resistance ratio (CRR), which is a measure of
liquefaction resistance, over cyclic stress ratio (CSR).
The cyclic stress ratio (CSR) can be expressed by Equation (3.1), cyclic resistance ratio (CRR) is
given by Equation (3.6). Based on the convention, the liquefaction is predicted to occur when FS≤1.When
FS > 1, the liquefaction is predicted not to occur. Estimate of the factor of safety (FS) is calculated by:

(3)

12
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

RESULT
Shear Wave Velocity (Vs)
The results of the shear wave velocity ( analysis at a depth of 5 meters ( ) as in Figure 35(a)
shows that Medan is dominated by values ranging from 73 m/s2 to 226 m/s2 with classification of soft
soil (SE) to medium soil (SD). The shear wave velocity ( analysis at a depth of 7 meters ( ) as in
Figure 3(b) shows that Medan is dominated by values ranging from 73.556 m/s2 to 283.33 m/s2 with
classification of soft soil (SE) to medium soil (SD). And the shear wave velocity ( analysis at a depth
of 10 meters ( ) as in Figure 3(c) shows that Medan is dominated by values ranging from 74.326
m/s to 252.233 m/s2 with classification of soft soil (SE) to medium soil (SD).
2

(a)

(b) (c)
Figure 3 (a). Shear wave velocity analysis in depth 5 meters, (b). Shear wave
velocity analysis in depth 7 meters, and (c). Shear wave velocity analysis in depth
10 meters

Based on the geological map from Figure 1, northern Medan composed of sandstone and clay
lithology which is characterized by the distribution of low values or classified as soft soil (SE). The
central to southern of Medan has a geological form of gravel sized sand to boulder marked with moderate
value and classified as medium soil (SD).
Figure 4(a) can conclude that at a depth of 5 to 30 meters the value does not occur with a
significant velocity gap at each depth or relatively similar until 30 meters of depth (sample point of
research at MD9). This is why the value in the northern part of Medan consist of soft soil classification

13
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

until 30 meters of depth. Figure 4(b) shows the profile at the anomaly point in the southeastern of
Medan where the value gets smaller with increasing depth (sample point of research at MD48).
The value indicates a smaller value at 10 meters depths. This anomaly can be due to differences
in lithology where lithology at a depth of less than 10 meters has a medium soil classification while
lithology at a depth of more than 10 meters has a soft soil classification. Based on the results of the
analysis from Vs5 , Vs7 , and Vs10 it was found that the northern of Medan was dominated by soft soil (SE)
while the southern was dominated by medium soil (SD).
The southeastern of Medan consists of tuff, which is marked with a moderate value which is
classified as medium soil. This tuff lithology is clearly visible at a depth of 10 meters as in Figure 4(b).
While the southwestern part of Medan has andesite lithology where this lithology cannot be clearly
described by the value of .

(a) (b)
Figure 4 (a). profil at MD9 and (b) profil at MD48

Peak Ground Acceleration (PGA)


Seismic induced soil liquefaction causes damages at soft soil (SE) sites. There fore, it is an
important issue to determine peak ground acceleration (PGA) appropriately for liquefaction analysis.
Peak ground acceleration (PGA) is calculated using bedrock outcrop motions are amplified to estimate
surface motions at soil sites. Peak ground acceleration (PGA) is needed for CSR calculation. The research
area consists of medium soil (SD) and soft soil (SE), where the maximum ground acceleration at medium
soil (SD) is 0.4g and soft soil is 0.6g. The PGA value has been considered for the return period 1000
years (Pusat Gempa Nasional, 2017).

Analysis of Liquefaction Potential by Factot of Safety (FS)


Earthquake magnitude of ( ) M7.7 was used for this research. The selection of this magnitude is
based on the maximum magnitude generated by Renun Fault [11]. The chosen magnitude will affect the
magnitude scaling factor (MSF) value. This local fault was chosen because it has a closer distance with
Medan than the source of the subduction zone even though the earthquake magnitude of the subduction
zone. Comparison of CRR and CSR values aims to see the trend of liquefaction occurrence at research
area. If the factor of safety (FS) value is more than one, then there is no liquefaction, a value less than 1
indicates a liquefaction. Figure 8 show the results of the analysis from values of CSR and CRR at Medan.
Soils buried deeper than approximately 15 meters are more resistant to liquefaction because the effective
overburden pressure increases with depth.
However, the results of the factor of safety (FS) analysis based on the value show that the
northern area of Medan has the potential for liquefaction as oppose to the central to the south. Southeast
Medan indicates that there is a higher liquefaction potential than southern. Figure 4(a) shows that there is
no velocity gap in the existing profile, this makes the value of almost similar to a depth of 30
meters. This similarity affects the factor of safety (FS) value in the analysis liquefaction potential. The
analysis result indicates that the liquefaction depth could reach up to 10 meters in the northern area The
velocity at which the soils transmit shear waves can contribute to the amplification of the motion. Ground
shaking is stronger when the shear wave velocity is lower. High amplification can lead to liquefaction.
Therefore, soils that have high amplification may also increase the risk of liquefaction. Table 1 illustrated

14
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

that soft soil (SE) will experience the strongest ground motion and hard rock (SA) will have a least
contribution to ground motion amplification. S-waves travel faster in hard rock than in soft soil (SE). Soft
soil (SE) amplify shear waves, hence the ground shaking in these areas are enhanced. Medium soil (SD)
will experience significant amplification. High amplification indicates that this research area has a high
risk of seismic hazard. Soft soil (SE) which is the most susceptible soil type for amplification, leading to
highly liquefiable soil as shown as Figure 5.

Figure 5. Liquefaction potential map

Liquefaction impact depends on the level of susceptibility. In the high susceptibility area, the
consequences are represented by lateral spreading and settlement. In the moderately susceptible area, the
settlement is less while in weak susceptibility the impact is minor. Consequently, before any project of
construction in liquefiable soils started, we need either to strengthen the site or to avoid it. In this research
the shear wave velocity ( ) method has several limitations. This method is unable to discriminate
whether the soil packing is dense or loose (fine content). This inherent feature of shear wave velocity ( )
generates a limitation for the use of this parameter in analyzing where the soils response is strongly
dependent on the soils packing, as the case of liquefaction phenomenon. The characteristics of the soil
grains such as shape, size distribution, and composition also influenced the liquefaction susceptibility.
Shear wave velocity ( ) is an index parameter that can be measured in the field to complement other field
tests.

CONCLUSION
The city of Medan is located in the seismically active zone of megathrust subduction and active local
faults such as Renun Fault. This research described the analysis of liquefaction potential based on shear
wave velocity ( ) data. The peak ground acceleration (PGA) provided by the research is 0.4g for medium
soil (SD) and 0.6g for soft soil (SE), the PGA value has been considered for the return period 1000 years.
Factor of safety (FS) methodology was applied to analyse the liquefaction potential of the subsoil layers.
The shear wave velocity ( ) data shown that the northern of Medan was dominated by soft soil (SE)
while the southern was dominated by medium soil (SD). The earthquake vibrations will have higher
amplification in the soft soil. High amplification will make this research area has a high risk of seismic

15
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

hazard. Soft soil (SE) which is the most susceptible soil type for amplification indicates a highly
liquefiable soil. Liquefaction is a phenomenon in which the strength and stiffness of a soil is reduced by
earthquake shaking.
The quantitative characteristics of the liquefiable layers provide the probability of liquefaction.
These characteristics were obtained by using the classification of factor of safety (FS) values. Our results
conclude that the urban area of Medan exhibits a high of liquefaction potential to the north and low
liquefaction potential to the southeast. Liquefaction impact depends on the level of susceptibility. In the
high susceptibility area, the consequences are represented by lateral spreading and settlement. In the
moderately susceptible area, the settlement is less while in weak susceptibility the impact is minor.
Consequently, before any project of construction in liquefiable soils started, we need either to strengthen
the site or to avoid it. This liquefaction research needs to be refined with soil type data at a certain depth
through SPT and CPT to complement the existing shear wave velocity ( ) data. The potential map may
serve as useful tools for land management and planning in the city and as a case study for other populated
cities.

REFERENCES
Andrus R. D, Stokoe K. H., 2000, Liquefaction resistance of soils from shear wave velocity. Journal of
Geotechnical and Geoenvironmental Engineering. 126(11):1015–102
Cameron, N. R, et al, 1982, Geologic map of the Medan quadrangle Sumatra 0619 Scale 1:250.000
Girsang, R, Siddik M., 1992, Potensi pertambangan dan energi kota Medan
Kramer S. L., 1996, Geotechnical earthquake wngineering. Prentice Hall New Jersey
Pusat Gempa Nasional, 2017, Peta sumber dan bahaya gempa Indonesia Bandung
Robertson P. K, et al., 1992, Seismic cone penetration test for evaluating liquefaction potential under
cyclic loading. Can. Geotech. J. 29(4): 686-695
Seed H, Idriss I. M., 1971, Simplified procedure for evaluating soil liquefaction potential. Journal of
Geotechnical Engineering ASCE Vol. 97:pp1249-1273
Seismologi Teknik BMKG, 2020, Laporan kegiatan kerentanan seismik kota Medan. Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika Jakarta
SNI-1726-2019, 2019, Standard Perencanaan Ketahanan Gempa pada Struktur Bangunan BSN
Sykora D. W., 1987, Creation of a data base of seismic shear wave velocities for correlation analysis.
Geotech. Lab. Misc. Paper. GL-87-26
Youd T.L, Idris L, 2001, Liquefaction resistance of soils. Summary Report From the Journal of
Geotechnical and Geoenvironmental Engineering. ASCE, Vol. 127:817-833

16
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PRIORITAS PEMELIHARAAN JEMBATAN PADA RUAS JALAN NASIONAL


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Andriyanto Surya Wijaya1*, Akhmad Aminullah2, Arief Setiawan Budi Nugroho3


1,2
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jalan Grafika No.2, Yogyakarta, DIY
*
Email: andriyanto2018@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Jembatan merupakan infrastruktur transportasi yang penting. Peranan penting jembatan ini harus
didukung pengelolaan yang baik dari sisi anggaran pemeliharaan, perbaikan dan penggantian.
Efektivitas pemeliharaan jembatan dalam kesatuan fungsi dengan pemeliharaan jalan raya merupakan
satu aspek yang penting. Kementerian PUPR melalui Bina Marga melakukan pemeliharaan jalan dan
jembatan secara Long Segment. Pelaksanaan pemeliharaan jembatan secara long segment masih kurang
optimal. Alokasi anggaran masih berpusat pada pemeliharaan jalan. Pemeliharaan jembatan mendapat
prioritas kedua dengan anggaran yang kurang tepat sasaran. Penelitian ini ingin mengoptimalkan
pemeliharaan jembatan dengan penentuan prioritas pemeliharaan jembatan per elemen. Analisis
dilakukan pada data kerusakan jembatan dengan metode BMS dan metode MPN kemudian dihitung RAB
pemeliharaan jembatan dan dilakukan simulasi pemotongan anggaran pemeliharaan jembatan.
Kemudian dibandingkan hasil pemeliharaan jembatan per elemen dan secara keseluruhan. Hasil
penelitian menunjukkan kombinasi metode BMS dan MPN dapat digunakan untuk penentuan prioritas
pemeliharaan jembatan sampai tingkat elemen. Keefektifan pemeliharaan jembatan tingkat elemen
sangat cocok untuk pemeliharaan jembatan dengan anggaran terbatas. Sehingga pemeliharaan
jembatan tidak selalu mengacu pada satu jembatan utuh.

Kata kunci: bms, elemen, jembatan, mpn, rab

PENDAHULUAN
Jembatan menjadi salah satu infrastruktur transportasi penting yang mampu menghubungkan kedua
wilayah dan ruas – ruas jalan yang ada di suatu wilayah. Peranan penting jembatan ini harus didukung
oleh pengelolaan yang baik dari sisi anggaran untuk pemeliharaan, perbaikan dan penggantian selama
siklus hidup jembatan berlangsung.Indonesia memiliki sistem manajemen jembatan atau yang lebih
dikenal dengan Bridge Management System. Fitur yang ada pada BMS meliputi pencatatan inventarisasi
jembatan, inspeksi jembatan, identifikasi penanganan jembatan, urutan prioritas pekerjaan jembatan,
alokasi dana yang optimum untuk pemeliharaan jembatan, rencana dan program pemeliharaan jembatan
[Departemen Pekerjaan Umum, 1993].
Efektivitas penanganan jembatan dalam kesatuan fungsi dengan pemeliharaan aset jalan raya
merupakan satu aspek penting yang harus diperhatikan. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal
Bina Marga melakukan pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan secara Long Segment. Menurut
Direktorat Jenderal Bina Marga (2015), Long Segment merupakan penanganan preservasi jalan dalam
batasan satu panjang segmen yang menerus dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi jalan
yang seragam dan memenuhi standar sepanjang segmen. Pemaketan secara long segment mulai
diterapkan di tahun anggaran 2016 untuk preservasi ruas jalan nasional.
Pada pelaksanaannya pemeliharaan jembatan secara long segment masih kurang optimal. Prioritas
utama pemeliharaan masih pada jalan. Jembatan dalam hal ini mendapat prioritas kedua setelah alokasi
anggaran dialokasikan untuk pemeliharaan jalan.
Penelitian ini ingin mengoptimalkan pemeliharaan jembatan secara long segment dengan
mengusulkan analisis penentuan prioritas untuk pemeliharaan jembatan per elemen. Analisis tersebut
mengusulkan pemeliharaan elemen jembatan dari yang paling krusial harus segera diperbaiki maupun
yang prosesnya dapat ditunda pada tahun anggaran mendatang

17
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada 12 jembatan tua dengan usia lebih besar sama dengan 25 tahun. Jembatan
yang diamati berada pada ruas jalan BTS. Kabupaten Bantul – Gading, ruas jalan Piyungan – BTS.
Kabupaten Gunung Kidul dan ruas jalan Yogyakarta – Piyungan

Gambar 1. Lokasi Survey Jembatan

Data Penelitian
 Data primer berupa pemeriksaan langsung secara visual pada kondisi existing dua belas jembatan
pada ruas BTS. Kabupaten Bantul – Gading, ruas jalan Piyungan – BTS. Kabupaten Gunung Kidul
dan ruas jalan Yogyakarta – Piyungan menurut formulir pemeriksaan detail jembatan BMS 1993
untuk memperoleh nilai kondisi setiap jembatan. Setiap kerusakan yang ada pada setiap elemen dan
komponen level 4 jembatan di data dan dianalisis untuk memperoleh nilai kondisi level 1 dari
jembatan itu sendiri.
 Data sekunder untuk penelitian ini adalah data hasil survey jembatan milik Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah VII pada tahun 2019.

Alur Penelitian
Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan studi literatur baik melalui
review jurnal, thesis, modul pelatihan, paparan seminar serta buku – buku yang berkaitan dengan
penentuan prioritas penanganan jembatan dan Bridge Management System
Tahap kedua adalah mencari data sekunder yaitu data hasil survey jembatan yang diperoleh dari
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VII Jawa Tengah – D.I. Yogyakarta. Setelah data
tersebut diperoleh maka dilakukan inspeksi langsung ke lapangan. Inspeksi ini berupa pemeriksaan detail
elemen jembatan pada level 4 elemen jembatan.
Tahap ketiga setelah memperoleh data nilai kondisi untuk setiap elemen jembatan maka dilakukan
olah data dengan metode BMS dan MPN untuk memperoleh nilai kondisi level 1 setiap jembatan dan
nilai MPN untuk masing – masing elemen jembatan. Data nilai kondisi BMS tersebut kemudian
dikategorikan menurut nilai kondisi jembatan dan rencana penanganannya.
Tahap keempat rekomendasi rencana penanganan tersebut diolah lagi untuk dihitung RAB
pemeliharaannya. Kemudian dilakukan simulasi pemotongan anggaran jembatan agar dapat dilakukan
pengambilan keputusan untuk penanganan jembatan dengan anggaran terbatas.

18
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penilaian Kondisi Jembatan
Penilaian Kondisi Jembatan BMS 93
Perhitungan nilai kondisi jembatan dilakukan dengan metode BMS 93 untuk memperoleh nilai
kondisi secara keseluruhan dari suatu jembatan. Berikut perhitungan nilai kondisi untuk salah satu
jembatan yaitu Jembatan Suru.

Tabel 1. Rekap perhitungan nilai kondisi jembatan suru level 1


Kerusakan Elemen Level 1
Nama Jembatan
Kode Uraian NK
Jembatan Suru 1.000 Jembatan 2

Penilaian kondisi jembatan tersebut kemudian dilakukan pada ke 6 jembatan di ruas jalan BTS.
Kabupaten Bantul – Gading. Penilaian jembatan pada ruas jalan Piyungan – BTS. Kabupaten Gunung
Kidul dan ruas jalan Yogyakarta – Piyungan tidak dilakukan karena terkendala keadaan medan jembatan
yang sulit untuk dijangkau oleh peneliti. Sehingga nilai kondisi jembatan pada kedua ruas tersebut
diambil dari hasil survey jembatan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VII pada tahun 2019.
Berikut hasil rekap data penilaian kondisi untuk setiap jembatan.

Tabel 2. Rekap hasil penilaian jembatan


Jembatan Nilai Kondisi
Jembatan Duren 2
Jembatan Karangsari 2
Jembatan Suru 2
Jembatan Saradan 1
Jembatan Salak 2
Jembatan Bunder 2
Jembatan Ketandan 1
Jembatan Kuning 1
Jembatan Panasan 1
Jembatan Buntung 2
Jembatan Tambalan I 1
Jembatan Tambalan II B 1

Penilaian Kondisi Jembatan MPN


Penilaian kondisi jembatan dengan metode Maintenance Priority Number (MPN) digunakan untuk
menentukan prioritas elemen mana saja dari sebuah jembatan yang dapat diprioritaskan untuk suatu
pemeliharaan jembatan [Ryall, 2001]. Nilai kondisi hasil pemeriksaan detail BMS atau dalam metode
MPN merupakan condition value (CV) dikonversi ke condition factor (CF). Kemudian menambahkan
faktor – faktor lain seperti faktor pembobotan pada location factor (LF) dari elemen tersebut serta road
factor (RF) [Nugroho, 2017].

MPN = CF x LF x RF/14 (1)


dengan : CF = condition factor
LF = location factor
RF = road factor

Penilaian kondisi jembatan dengan metode MPN tersebut kemudian dilakukan pada ke-6 jembatan
pada ruas jalan BTS. Kabupaten Bantul – Gading yang meliputi Jembatan Duren, Jembatan Karangsari,
Jembatan Suru, Jembatan Saradan, Jembatan Salak dan Jembatan Bunder. Nilai MPN pada jembatan
diperoleh dari nilai elemen terkecil yang telah dihitung nilai MPN nya.

19
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3. Rekap nilai MPN jembatan


Nama Jembatan Elemen NK MPN
Jembatan Duren Concrete Slabs 2 30,00
Piers 2 25,00
Drainage System 2 50,00
Jembatan Karangsari Main Beams 1 35,71
Concrete Slabs 1 42,86
Abutments 2 35,00
Drainage System 1 71,43
Jembatan Suru Transverse Beams 2 25,00
Main Beams 2 25,00
Concrete Slabs 2 30,00
Bearing 2 30,00
Jembatan Saradan Drainage System 1 71,43
Abutments 1 50,00
Jembatan Salak Drainage System 2 50,00
Main Beams 2 25,00
Concrete Slabs 2 30,00
Abutments 2 35,00
Jembatan Bunder Metal Deck Plate 2 30,00
Transverse Beams 2 25,00
Rangka 2 25,00
Abutments 2 35,00
Main Beams 1 35,71

RAB Pemeliharaan Jembatan


RAB Pemeliharaan Rutin Jembatan
Jembatan yang akan dihitung RAB Pemeliharaan Rutinnya adalah jembatan yang memiliki nilai
kondisi 1 antara lain Jembatan Saradan, Jembatan Ketandan, Jembatan Kuning, Jembatan Panasan,
Jembatan Tambalan I dan Jembatan Tambalan II B.

Tabel 4. Rekap pemeliharaan rutin jembatan


Nama Jembatan Jumlah Harga Pekerjaan
Jembatan Saradan Rp 4.773.391,71
Jembatan Ketandan Rp 3.100.526,90
Jembatan Kuning Rp 4.829.682,86
Jembatan Panasan Rp 21.725.464,40
Jembatan Tambalan I Rp 6.212.545,62
Jembatan Tambalan II B Rp 5.068.440,31
Total Rp 42.339.000,00
RAB Pemeliharaan Berkala Jembatan
Jembatan yang akan dihitung RAB Pemeliharaan Berkalanya adalah jembatan yang memiliki nilai
kondisi 2 antara lain Jembatan Duren, Jembatan Suru, Jembatan Salak, Jembatan Bunder, Jembatan
Buntung dan Jembatan Karangsari.

Tabel 5. Rekap pemeliharaan berkala jembatan


Nama Jembatan Jumlah Harga Pekerjaan
Jembatan Duren Rp 45.918.052,13
Jembatan Suru Rp 65.929.137,26
Jembatan Salak Rp 26.051.576,88
Jembatan Bunder Rp 110.486.589,64
Jembatan Buntung Rp 48.979.565,91
Jembatan Karangsari Rp 9.932.901,34

20
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Total Rp 275.354.300,00

Simulasi Pemotongan Anggaran Jembatan


Pemeliharaan jembatan memiliki pagu anggarannya masing – masing. Apabila pagu anggaran yang
disediakan ternyata mengalami pemotongan atau pergeseran anggaran maka diperlukan penentuan
prioritas untuk pemeliharaan jembatan.
 Penentuan prioritas pemeliharaan jembatan per elemen pada pemotongan anggaran 25%.
Pemeliharaan jembatan dititikberatkan pada elemen yang paling parah terlebih dahulu untuk
ditangani.
Total biaya pemeliharaan jembatan = Rp 317.693.300,00 x 75%
= Rp 238.269.975,00
Maka alokasi anggaran yang dilakukan dengan pemotongan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Rekap pemeliharaan jembatan


Pagu Anggaran : Rp 238.269.975,00
Nama Jembatan Elemen yang diperbaiki Alokasi Anggaran
Jembatan Salak Main Beams Rp 23.858.819,72
Jembatan Duren Piers Rp 40.773.158,21
Concrete Slabs
Jembatan Suru Main Beams Rp 19.782.125,28
Concrete Slabs
Transverse Beams Rp 44.443.985,55
Jembatan Bunder Transverse Beams Rp 28.640.999,79
Metal Deck Plate
Rangka
Main Beams Rp 78.158.832,66
Total Rp 235.657.921,20
Sisa Rp 2.612.053,80

Analisis prioritas pemeliharaan jembatan dengan menitikberatkan pada elemen yang paling parah
untuk ditangani terlebih dahulu memberi pengaruh pada skala prioritas penanganan jembatan pada tahun
anggaran selanjutnya.

Tabel 7. Rekap data skor prioritas BMS 93 sebelum & setelah pemeliharaan
Nilai Kondisi
Level 2 Skor Prioritas Skor Prioritas
Nama Jembatan Level 1 Level 1 Traffic
BA BA BB BB AS AS (Sebelum) (Setelah)
(Sebelum) (Setelah)
(Sebelum) (Setelah) (Sebelum) (Setelah) (Sebelum) (Setelah)
Jembatan Duren 2 1 2 1 2 0 1 1 0 7 3
Jembatan Karangsari 2 2 1 1 2 2 2 2 0 7 7
Jembatan Suru 2 2 2 1 0 0 2 2 0 6 5
Jembatan Saradan 1 1 0 0 1 1 1 1 0 3 3
Jembatan Salak 2 2 2 1 2 2 2 2 5 13 12
Jembatan Bunder 2 2 2 0 2 2 0 0 0 6 4
Jembatan Ketandan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Kuning 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Panasan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Buntung 2 2 2 2 0 0 1 1 0 5 5
Jembatan Tambalan I 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Tambalan II B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Total 67 59

21
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 8. Rekap data nilai MPN sebelum & setelah pemeliharaan


NK NK MPN MPN
Nama Jembatan Elemen
(Sebelum) (Setelah) (Sebelum) (Setelah)
Jembatan Duren Concrete Slabs 2 0 30,00 42,86
Piers 2 0 25,00 35,71
Drainage System 2 2 50,00 50,00
Jembatan Karangsari Main Beams 1 1 35,71 35,71
Concrete Slabs 1 1 42,86 42,86
Abutments 2 2 35,00 35,00
Drainage System 1 1 71,43 71,43
Jembatan Suru Transverse Beams 2 0 25,00 35,71
Main Beams 2 0 25,00 35,71
Concrete Slabs 2 0 30,00 42,86
Bearing 2 2 30,00 30,00
Jembatan Saradan Drainage System 1 1 71,43 71,43
Abutments 1 1 50,00 50,00
Jembatan Salak Drainage System 2 2 50,00 50,00
Main Beams 2 0 25,00 35,71
Concrete Slabs 2 2 30,00 30,00
Abutments 2 2 35,00 35,00
Jembatan Bunder Metal Deck Plate 2 0 30,00 42,86
Transverse Beams 2 0 25,00 35,71
Rangka 2 0 25,00 35,71
Abutments 2 2 35,00 35,00
Main Beams 1 0 35,71 35,71

Pada Tabel 7 setelah dilakukan pemeliharaan pada tingkat elemen untuk Jembatan Duren, Jembatan
Suru, Jembatan Salak dan Jembatan Bunder terjadi penurunan skor prioritas untuk ke empat jembatan
tersebut. Pada Tabel 8 setelah dilakukan pemeliharaan pada tingkat elemen untuk jembatan yang sama
terdapat beberapa perubahan pada nilai MPN dari tiap jembatan tersebut. Nilai MPN tersebut dipengaruhi
oleh tingkat kerusakan suatu elemen dan faktor lokasi dari tiap elemen tersebut pada jembatan.
 Penentuan prioritas pemeliharaan jembatan pada satu jembatan secara keseluruhan dengan
pemotongan anggaran 25%.
Total biaya pemeliharaan jembatan = Rp 317.693.300,00 x 75%
= Rp 238.269.975,00
Maka alokasi anggaran yang dilakukan dengan pemotongan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Rekap pemeliharaan jembatan


Pagu Anggaran : Rp 238.269.975,00
Nama Jembatan Alokasi Anggaran
Jembatan Salak Rp 26.051.576,88
Jembatan Duren Rp 45.918.052,13
Jembatan Bunder Rp 110.486.589,64
Jembatan Suru Rp 65.929.137,26
Total Rp 248.385.355,90
Sisa (-) Rp 10.115.380,90

Setelah dilakukan pemeliharaan pada jembatan yang sama dengan metode pengalokasian anggaran
pada satu jembatan secara keseluruhan ternyata memberikan hasil kurangnya anggaran untuk penanganan
ke empat jembatan tersebut. Dari total biaya pemeliharaan sebesar Rp 248.385.355,90 ternyata masih
kurang anggaran sebesar Rp 10.115.380,90.
Analisis prioritas pemeliharaan jembatan dengan mengalokasikan anggaran pada satu jembatan
secara keseluruhan juga berpengaruh pada analisis prioritas pemeliharaan jembatan di tahun berikutnya.
Dibandingkan dengan menangani kerusakan per elemen jembatan tentu akan lebih efektif apabila

22
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

pemeliharaan tersebut ditangani secara keseluruhan. Namun harus ditinjau kembali untuk ketersediaan
anggaran yang ada pada tahun tersebut.

Tabel 10. Rekap data skor prioritas BMS 93 sebelum & setelah pemeliharaan
Nilai Kondisi
Level 2 Skor Prioritas Skor Prioritas
Nama Jembatan Level 1 Level 1 Traffic
BA BA BB BB AS AS (Sebelum) (Setelah)
(Sebelum) (Setelah)
(Sebelum) (Setelah) (Sebelum) (Setelah) (Sebelum) (Setelah)
Jembatan Duren 2 0 2 0 2 0 1 0 0 7 0
Jembatan Karangsari 2 2 1 1 2 2 2 2 0 7 7
Jembatan Suru 2 0 2 0 0 0 2 0 0 6 0
Jembatan Saradan 1 1 0 0 1 1 1 1 0 3 3
Jembatan Salak 2 0 2 0 2 0 2 0 5 13 5
Jembatan Bunder 2 0 2 0 2 0 0 0 0 6 0
Jembatan Ketandan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Kuning 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Panasan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Buntung 2 2 2 2 0 0 1 1 0 5 5
Jembatan Tambalan I 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Jembatan Tambalan II B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 4 4
Total 67 40

Tabel 11. Rekap data nilai MPN sebelum & setelah pemeliharaan
NK NK MPN MPN
Nama Jembatan Elemen
(Sebelum) (Setelah) (Sebelum) (Setelah)
Jembatan Duren Concrete Slabs 2 0 30,00 42,86
Piers 2 0 25,00 35,71
Drainage System 2 0 50,00 71,43
Jembatan Karangsari Main Beams 1 1 35,71 35,71
Concrete Slabs 1 1 42,86 42,86
Abutments 2 2 35,00 35,00
Drainage System 1 1 71,43 71,43
Jembatan Suru Transverse Beams 2 0 25,00 35,71
Main Beams 2 0 25,00 35,71
Concrete Slabs 2 0 30,00 42,86
Bearing 2 0 30,00 42,86
Jembatan Saradan Drainage System 1 1 71,43 71,43
Abutments 1 1 50,00 50,00
Jembatan Salak Drainage System 2 0 50,00 71,43
Main Beams 2 0 25,00 35,71
Concrete Slabs 2 0 30,00 42,86
Abutments 2 0 35,00 50,00
Jembatan Bunder Metal Deck Plate 2 0 30,00 42,86
Transverse Beams 2 0 25,00 35,71
Rangka 2 0 25,00 35,71
Abutments 2 0 35,00 50,00
Main Beams 1 0 35,71 35,71

Pada tabel 11 rekap data nilai MPN apabila dibandingkan dengan tabel 8 terdapat beberapa
perbedaan setelah dilakukan pemeliharaan jembatan per elemen dan secara keseluruhan. Pada tabel 11
elemen yang memiliki nilai MPN terendah untuk setiap jembatan sama dengan elemen sebelum dilakukan
pemeliharaan jembatan. Hal ini dikarenakan jembatan kembali ke keadaan awal dimana nilai kondisinya
adalah 0 sehingga nilai MPN untuk setiap jembatan tersebut merepresentasikan faktor lokasi atau bobot
paling tinggi dari setiap elemen pada jembatan tersebut. Total nilai MPN setelah diperbaiki pada tabel 11
apabila dijumlahkan maka hasilnya sebesar 1013,57 pada tabel 8 sebesar 915. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan prioritas penanganan jembatan sama seperti pada skor prioritas BMS yang juga
ikut turun setelah dilakukan penanganan secara keseluruhan dibanding dengan penanganan per elemen.

KESIMPULAN
Semakin besar total skor prioritas semakin besar beban pemeliharaan jembatan di tahun anggaran
mendatang. Total skor prioritas pemeliharaan jembatan per elemen lebih besar (59) daripada secara

23
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

keseluruhan (40), tetapi pemeliharaan jembatan per elemen lebih efektif dengan anggaran Rp
238.269.975,00 mampu mengakomodir sebagian besar pemeliharaan elemen beberapa jembatan dan
menyisakan Rp 2.612.053,80 dibandingkan dengan pemeliharaan satu jembatan secara keseluruhan yang
kurang anggarannya Rp 10.115.380,90.
Pada pemeliharaan jembatan per elemen, elemen yang tidak diperbaiki pada Jembatan Duren adalah
sistem drainase dengan nilai MPN 50, pada Jembatan Suru adalah landasan dengan nilai MPN 30, pada
Jembatan Salak meliputi sistem drainase dengan nilai MPN 50, pelat lantai dengan nilai MPN 30 dan
kepala jembatan dengan nilai MPN 35, pada Jembatan Bunder adalah kepala jembatan dengan nilai MPN
35. Sedangkan pemeliharaan satu jembatan, keseluruhan elemen diperbaiki. Total skor MPN
pemeliharaan jembatan per elemen sebesar 915 dan pemeliharaan satu jembatan secara keseluruhan
sebesar 1013. Secara efektifitas lebih efektif pemeliharaan satu jembatan secara keseluruhan namun
dengan metode MPN ini pemeliharaan jembatan tetap dapat dilakukan dengan anggaran yang terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1993, Panduan Pemeriksaan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1993, Panduan Prosedur Umum IBMS, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1993, Panduan Rencana dan Program IBMS, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2015. Pengertian Long Segment. In Pelaksanaan Proses Pengadaan dan
Pekerjaan Preservasi Jalan Secara Long Segment No.09/SE/Db/2015. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Marga.
Nugroho, A.P., 2017, Perbandingan Penilaian Kondisi Jembatan Metode BMS (Bridge Management
System) dan MPN (Maintenance Priority Number), Tesis, Program Studi S2 Teknik Sipil, UGM,
Yogyakarta.
Ryall, M.J., 2001. Bridge Management. Great Britain: Butterworth-Heinemann.

24
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PERBANDINGAN CURAH HUJAN SATELIT PADA DAS TILONG NUSA


TENGGARA TIMUR TERKAIT PERUBAHAN IKLIM

Azarya Bees1*, Karlina1 dan Joko Sujono1


1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl. Grafika, Kampus No.2, Senolowo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
*Email : azaryabees@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Hujan merupakan salah satu unsur iklim penting bagi aktifitas manusia, oleh karena itu penting untuk
mengetahui perubahan curah hujan yang terjadi akibat perubahan iklim. Data hujan berbasis
penginderaan jauh atau teknologi satelit dikembangkan untuk membantu dalam analisis data hujan
dikarenakan kurangnya ketersediaan alat pengukur hujan dibeberapa wilayah. Dalam penelitian ini
hujan satelit GPM dan satelit PERSIANN digunakan untuk mengetahui perubahan curah hujan pada
DAS Tilong selama periode 2020-2059 menggunakan model iklim CanESM2 berdasarkan RCP2.6,
RCP4.5 dan RCP8.5 dengan bantuan perangkat lunak Statistical Downscaling Model (SDSM). Sebelum
melakukan proyeksi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan keakuratan curah hujan satelit dengan
curah hujan observasi dimana skala bulanan memberikan hasil yang lebih baik daripada skala harian
baik untuk satelit GPM maupun PERSIANN dengan nilai korelasi skala bulanan berturut turut 0,926
dan 0,874. Hasil proyeksi menunjukan hujan rerata tahunan satelit GPM mengalami kenaikan berkisar
antara 6,0-12,4% dengan kenaikan curah hujan tertinggi pada periode 2050an skenario RCP4.5 jika
dibandingkan dengan kondisi eksisting, sedangkan hujan satelit PERSIANN mengalami kenaikan
berkisar antara 4,9-10,9% dengan kenaikan curah hujan tertinggi pada periode 2030an skenario
RCP8.5 dibandingkan dengan kondisi eksisting.

Kata kunci : DAS Tilong, hujan satelit, model iklim, perubahan iklim, SDSM.

PENDAHULUAN
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim penting bagi aktifitas manusia. Curah hujan memiliki
karakteristik yang beragam menurut ruang dan waktu, sehingga ketersediaan data yang memadai menjadi
hal yang penting untuk memahami karakteristik curah hujan di suatu wilayah (Misnawati dkk., 2018).
Namun permasalahannya beberapa daerah terkadang tidak tersedia alat untuk mengukur data curah hujan,
sehingga untuk mengatasi minimnya ketersediaan data hujan dalam beberapa tahun terakhir telah
dilakukan sejumlah studi tentang penggunaan data hujan berbasis penginderaan jauh atau teknologi satelit
(Mutiara dkk., 2017).
Kajian mengenai penggunaan data hujan satelit sudah banyak dilakukan, diantaranya Fang dkk.,
(2019), Sun dkk., (2018) menggunakan GPM untuk mengukur kejadian hujan ekstrim didaerah Cina dan
Cina Utara, Ginting (2019) menggunakan GPM dan PERSIANN untuk mengetahui perkiraan debit banjir
DAS Progo, Pratiwi (2017) menggunakan GPM dan PERSIANN untuk mengevaluasi hasil prediksi hujan
satelit terhadap hujan yang terjadi dilapangan. Penelitian ini selanjutnya akan menggunakan satelit GPM
dan PERSIANN CDR.
Perubahan iklim adalah kondisi beberapa unsur iklim (curah hujan) yang intensitasnya cenderung
berubah atau menyimpang dari dinamika dan kondisi rata-rata, menuju ke arah tertentu (meningkat atau
menurun) (Rejekiningrum, 2014). Penyebab utama perubahan iklim adalah kegiatan manusia
(antropogenik) yang berkaitan dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) yang mendorong
terjadinya pemanasan global dan telah berlangsung sejak hampir 100 tahun terkakhir (Balitbangtan 2011).
Data luaran Global Climate Model (GCM) merupakan alat utama untuk memprediksi iklim global. Salah
satu GCM yang ada pada Assesment Report 5 adalah CanESM2 yang dikembangkan oleh lembaga
Canadian Centre for Climate Modelling and Analysis (CCCma) (Chim dkk., 2020). Pada penelitian ini
selanjutnya akan menggunakan model iklim CanESM2 dengan 3 skenario masa depan yaitu RCP2.6,
RCP4.5, dan RCP8.5. Resolusi spasial GCM masih cukup kasar namun bisa didekati ke skala lokal
dengan menggunakan teknik downscaling, pada penelitian kali ini akan menggunakan teknik statistical
downscaling dengan bantuan perangkat lunak Statistical Downscaling Model (SDSM).

25
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan data penelitian
Lokasi penelitian berada pada DAS Tilong, yang terletak di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara
Timur. DAS Tilong dipilih sebagai daerah penelitian karena terdapat waduk yang difungsikan untuk
memenuhi kebutuhan air baku masyarakat, sehingga penting untuk mengetahui perubahan curah hujan
terkait perubahan iklim agar bisa dilakukan upaya terkait dengan operasional waduk untuk memenuhi
fungsinya dimasa depan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data hujan satelit yang sudah
divalidasi dengan dua stasiun hujan yang berada dekat dengan DAS Tilong yaitu stasiun hujan Baun, dan
stasiun hujan Tarus. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data curah hujan harian dari Balai
Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, data curah hujan satelit GPM, data curah hujan satelit PERSIANN-
CDR, dan data GCM CanESM2. Peta lokasi penelitian beserta lokasi stasiun hujan dan tata guna lahan
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Analisis curah hujan wilayah


Curah hujan rerata dari hasil pengukuran hujan dibeberapa stasiun pengukuran dapat dihitung
dengan metode Poligon Thiessen. Metode ini dipandang cukup baik karena memberikan koreksi terhadap
kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah yang dianggap mewakili (Triatmodjo, 2008). Curah hujan
rerata dengan cara Poligon Thiessen dihitung dengan Persamaan 1 sebagai berikut.
(1)

Dimana R merupakan hujan rerata kawasan, An merupakan luas daerah yang mewakili stasiun 1, 2, … dst,
Rn merupakan hujan pada stasiun 1, 2, … dst.

Keakuratan hujan satelit


Dalam penelitian Chen dkk., (2018) untuk mengkomparasi data hujan satelit GPM di area Cina
menggunakan beberapa indikator statistik untuk menguji konsisteni hubungan antara data hujan satelit
dan data hujan terukur. Koefisien korelasi yang dikenal luas dan paling sering digunakan adalah koefisien
korelasi momen hasil kali Pearson yang dinotasikan dengan r, dimana rumus r adalah pada Persamaan 2.
Selain koefisein korelasi, keakuratan data hujan satelit dapat dilihat dari nilai root mean square error
(RMSE) dan BIAS.
(2)

26
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(3)

(4)

Dimana P dan G merupakan data hujan satelit (mm) dan data hujan terukur di lapangan (mm)
sedangkan n merupakan jumlah hari atau bulan dalam analisis.

Koreksi data satelit


Penggunaan data hujan satelit sering mengalami kendala karena terdapat inkonsistensi (bias)
terhadap data observasi, sehingga perlu dilakukan koreksi bias terlebih dahulu sebelum digunakan dalam
kajian (Misnawati dkk., 2018). Metode Linear Scaling (LS) adalah metode koreksi bias paling sederhana,
metode ini hanya mengoreksi rata-rata raw curah hujan satelit terhadap rata-rata observasi (satu momen
statistik) (Kurnia dkk., 2020), berikut persamaan dari koreksi bias Linear Scaling.

(5)

Dimana Pcor,m adalah curah hujan satelit terkoreksi, Praw,m adalah curah hujan satelit, µ(Pobs,m) adalah
rerata bulanan observasi, µ(Praw,m) rerata bulanan curah hujan satelit. Selanjutnya hasil koreksi akan
dinilai kembali menggunakan 3 parameter statistik yaitu koefisien korelasi, RMSE dan BIAS.

Model iklim
Dalam kebanyakan studi tentang dampak perubahan iklim, GCM telah menjadi sarana utama yang
digunakan untuk simulasi iklim global dan regional (Reshmidevi dkk., 2018). Salah satu model iklim
yang akan digunakan pada penelitian ini adalah The Second Generation Canadian Earth System Model
(CanESM2), model ini dikembangkan oleh CCCma. CanESM2 menyediakan tiga skenario RCP masa
depan yaitu RCP2.6, RCP4.5, dan RCP8.5 dimulai dari tahun 2006 hingga 2100 (Chim dkk., 2020).
Maksud dari masing masing skenario ini adalah, RCP2.6 dikembangkan untuk merepresentasikan
skenario yang mengarah pada tingkat konsentrasi gas rumah kaca yang sangat rendah, RCP4.5 adalah
skenario konsentrasi CO2 tingkat menengah dimana total pencemaran radiasi stabil pada 4,5 Wm -2,
RCP8.5 merupakan penstabilan tekanan radiasi yang tumbuh pada 8,5 Wm-2 (Thomson dkk., 2011;
Vuuren dkk., 2011). Selain data luaran GCM, data reanalysis dari NCEP (National Centers for
Environmental Prediction) dan NCAR (National Center for Atmospheric Research) juga diperlukan
untuk keperluan metode downscaling. Dataset NCEP mulai dari tahun 1961 hingga 2015. CanESM2
memiliki ensambel variabel predictor hingga sejumlah 25 variabel dasar serta jumlah curah hujan total.
Variabel ini disajikan dalam bentuk grid yang memudahkan untuk pemilihan lokasi terdekat.
SDSM merupakan perangkat lunak yang dikembangkan untuk menghasilkan skenario perubahan
iklim beresolusi tinggi (Wilby dkk., 2004). Selama downscaling menggunakan SDSM, sebuah model
regresi linier berganda dikembangkan antara beberapa variabel predictor skala besar yang dipilih dan
predictand skala lokal seperti suhu dan curah hujan (Khan dkk., 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis keakuratan data satelit
Data hujan observasi dan data satelit PERSIANN berupa data hujan titik sedangkan data hujan
satelit GPM menggunakan data hujan wilayah. Untuk keperluan evaluasi data hujan observasi dan satelit
harus menggunakan data hujan yang sama yaitu data hujan rata-rata wilayah. Oleh karena itu data hujan
observasi dan PERSIANN harus diubah menjadi curah hujan rata-rata wilayah dengan menggunakan
Persamaan 1.
Gambar 2 menunjukkan scatterplot dari curah hujan satelit GPM dan PERSIANN terhadap curah
hujan observasi pada skala harian dan bulanan dari tahun 2000-2019 pada DAS Tilong. Hasil evaluasi
menunjukan kedua satelit memiliki akurasi yang rendah pada skala harian dengan nilai r 0,444 untuk
satelit PERSIANN dan 0,433 untuk satelit GPM. Namun terjadi peningkatan nilai r dari skala harian
menjadi skala bulanan dengan nilai r 0,874 untuk satelit PERSIANN dan 0,926 untuk satelit GPM. Untuk

27
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

nilai RMSE terjadi peningkatan dari skala harian ke skala bulanan. Nilai positif pada hasil BIAS
menunjukan curah hujan yang ditunjukkan satelit cenderung lebih besar dari curah hujan observasi,
sedangkan sebaliknya jika nilai BIAS negatif.

Gambar 2. Scatterplot curah hujan satelit terhadap curah hujan observasi


pada DAS Tilong (a) curah hujan harian GPM, (b) curah hujan harian
PERSIANN, (c) curah hujan bulanan GPM, (d) curah hujan bulanan
PERSIANN

Data satelit terkoreksi


Untuk mendapat nilai korelasi yang lebih baik antara data curah hujan satelit dan data curah hujan
observasi perlu dilakukan koreksi. Koefisien koreksi bulanan untuk setiap satelit dapat diperoleh dengan
menggunakan Persamaan 5. Tabel 1 menunjukan nilai koreksi bulanan untuk satelit GPM dan
PERSIANN.

Tabel 1. Koefisien bias koreksi curah hujan satelit


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agt Sep Okt Nov Des
GPM 0,900 0,966 0,893 1,048 1,022 1,323 1,268 1,296 0,571 0,874 0,778 1,027
PERSIANN 1,219 1,371 1,081 1,053 0,749 0,964 0,729 0,842 0,381 0,555 0,742 1,177

Nilai koreksi pada satelit GPM menunjukan bahwa nilai curah hujan GPM cenderung lebih besar
pada musim hujan (November s/d Maret) sedangkan pada satelit PERSIANN menunjukan nilai curah
hujan PERSIANN cenderung lebih besar pada musim kemarau (April s/d Oktober). Tabel 2 menunjukan
nilai hasil evaluasi curah hujan satelit GPM dan PERSIANN terhadap curah hujan obervasi pada DAS
Tilong sebelum dan sesudah koreksi

Tabel 2. Hasil evaluasi data curah hujan satelit dan curah hujan observasi pada DAS Tilong
Sebelum dikoreksi Setelah dikoreksi
Satelit
r RMSE BIAS r RMSE BIAS
GPM_d 0,433 12,678 0.060 0,436 12,175 1,86 x 10-16
PERSIANN_d 0,444 10,071 -0,079 0,474 10,056 3,53 x 10-16
GPM_m 0,926 60,323 0,057 0,932 56,349 2,81 x 10-16
PERSIANN_m 0,874 80,088 -0,078 0,892 71,971 2,98 x 10-16
Keterangan : _d skala harian; _m skala bulanan

Hasil evaluasi menunjukkan terjadi perubahan yang cukup signifikan pada curah hujan satelit
PERSIANN setelah dikoreksi baik pada skala harian maupun skala bulanan dapat dilihat pada Tabel 3.
Curah hujan bulanan rerata GPM dan PERSIANN setelah dikoreksi juga menunjukan nilai yang hampir

28
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

sama dengan curah hujan observasi seperti yang terlihat pada Gambar 3. Curah hujan tahunan rerata
antara satelit GPM dan PERSIANN setelah dikoreksi memiliki nilai yang hampir sama dengan curah
hujan tahunan rerata observasi pada DAS Tilong yaitu berkisar pada 1400 mm/tahun.

Gambar 3. Perbandingan curah hujan bulanan rerata (a) sebelum dikoreksi, (b) setelah dikoreksi

Proyeksi curah hujan masa depan


Curah hujan satelit hasil koreksi kemudian diproyeksi dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak SDSM. Sebelum memproyeksi data hujan masa depan dilakukan pemilihan predictor untuk data
satelit dan observasi menggunakan metode yang dipakai oleh Mahmood dan Babel (2013). Tabel 3
menunjukkan 3 predictor terpilih.

Tabel 3. Predictor-predictor terpilih


Observasi GPM PERSIANN
P*1_ugl P*p1_ugl P*p1_ugl
P*p500gl P*ptempgl P*p5_zgl
P*850gl P*p500gl P*p1zhgl

Selanjutnya dilakukan proses kalibrasi model untuk membuat hubungan bulanan dengan
menggunakan metode ordinary least square untuk optimasi, metode fourth-root untuk transformasi dan
skenario conditional. Proyeksi hujan akan dilakukan untuk 2 periode masa depan yakni periode 2030an
(2020-2039) dan periode 2050an (2040-2059) dengan 3 skenario yaitu RCP2.6, RCP4.5 dan RCP8.5.
Untuk kalibrasi model menggunakan data re-analysis NCEP/NCAR dan CanESM2 historis dengan
periode 2000-2005 baik untuk curah hujan observasi maupun curah hujan satelit. Tabel 4a menunjukan
nilai RMSE pada tahap kalibrasi.
Perbedaan curah hujan harian rerata exsisting dengan curah hujan yang dimodelkan oleh
NCEP/NCAR dan CanESM2 berkisar antara 0,17-0,70 mm/hari dan 0,14-1,05 mm/hari berturut-turut.
Validasi model menggunakan periode 2006-2019 dengan data CanESM2 skenario RCP2.6, RCP4.5 dan
RCP8.5. Pada tahap validasi dilakukan juga pemilihan ensamble yang nantinya akan digunakan
berdasarkan dengan nilai RMSE terendah. Ensamble terpilih ditampilkan pada Tabel 4b. Pada tahap
validasi curah hujan harian rerata eksisting dengan hasil pemodelan memiliki nilai lebih kecil dari hasil
kalibrasi berkisar antara 0,11-0,63 mm/hari untuk RCP2.6, 0,03-0,56 mm/hari untuk RCP4.5 dan 0,10-
0,63 mm/hari untuk RCP8.5. Nilai RMSE pada tahap validasi menunjukan nilai yang cenderung lebih
kecil dari nilai pada tahap kalibrasi, dikarenakan perbedaan pada periode data yang digunakan, dimana
pada periode validasi data yang digunakan lebih panjang dari data pada periode kalibrasi.

29
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 4. Nilai RMSE pada tahap kalibrasi dan validasi


(a) Kalibrasi (b) Validasi
Curah Hujan Curah Hujan
Satelit Satelit
CH (mm) RMSE Ensamble CH
RMSE
Observasi (mm)
Eksisting 4,21 Observasi
Eksisting 3,82
NCEP 4,84 12,8648
CanESM2 4,35 12,7362 RCP2.6 59 3,93 12,3002
Historis RCP4.5 77 3.85 12,3567
GPM RCP8.5 100 3.92 12,3141
Eksisting 3,58 GPM
NCEP 4,28 14,1124 Eksisting 3,91
CanESM2 4,63 14,4180 RCP2.6 46 4,52 13,8807
Historis RCP4.5 26 4,47 13,7898
PERSIANN RCP8.5 76 4,56 14,2841
Eksisting 4,08 PERSIANN
NCEP 4,25 9,1484 Eksisting 3,88
CanESM2 4,69 8,9314 RCP2.6 59 4,51 9,1124
Historis
RCP4.5 11 4,40 9,0912
RCP8.5 58 4,47 9,2028

Analisis data hujan masa depan


Analisis data hujan masa depan dengan model CanESM2 skenario RCP2.6, RCP4.5 dan RCP8.5
menunjukan hasil yang bervariasi baik untuk curah hujan observasi, curah hujan satelit GPM dan
PERSIANN. Curah hujan bulanan hasil prediksi periode 2030an dan 2050an ditunjukan pada Gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan curah hujan bulanan rerata (a) CH observasi periode 2030an, (b) CH
observasi periode 2050an, (c) CH GPM periode 2030an, (d) CH GPM periode 2050an, (e) CH
PERSIANN periode 2030an, (f) CH PERSIANN periode 2050an

Curah hujan rerata bulanan masa depan pada hujan observasi dan hujan satelit GPM menunjukan
pola yang hampir sama yaitu mengalami penurunan pada bulan April sampai dengan September,

30
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Desember dan Januari. Namun pada hujan satelit PERSIANN menunjukan terjadinya peningkatan hampir
pada setiap bulan untuk setiap skenario RCP pada periode 2030an dan 2050an. Hasil proyeksi curah
hujan bulanan rerata menunjukan bahwa satelit GPM memberikan nilai peningkatan yang cukup ekstrim
dibanding hujan observasi dan satelit PERSIANN. Pada satelit GPM peningkatan curah hujan terjadi
hingga 391% pada bulan Oktober periode 2050an RCP8.5 sedangkan untuk satelit PERSIANN
peningkatan curah hujan sebesar 40% pada bulan Oktober dengan periode dan skenario RCP yang sama
dengan satelit GPM. Berdasarkan dari hasil proyeksi diketahui bahwa peningkatan curah hujan tertinggi
pada DAS Tilong terjadi pada bulan Oktober baik pada hujan observasi, GPM dan PERSIANN.
Curah hujan rerata tahunan pada hujan observasi menunjukan adanya penurunan terhadap kondisi
eksisting untuk periode 2030an dan 2050an pada tiga skenario RCP. Sedangkan hujan rerata tahunan
satelit GPM dan satelit PERSIANN hasil simulasi menunjukan pola yang sama yaitu hujan skenario
RCP4.5 lebih tinggi dibandingkan RCP2.6 dan RCP8.5 pada periode 2030an dan 2050an terhadap
kondisis eksisting. Hujan rerata tahunan observasi mengalami penurunan terendah pada skenario RCP4.5
periode 2050an sebesar 7,9%, hujan rerata tahunan satelit GPM mengalami kenaikan tertinggi pada
skenario RCP4.5 periode 2050an sebesar 12,4% dan hujan rerata tahunan PERSIANN mengalami
kenaikan tertinggi pada skenario RCP8.5 periode 2030an sebesar 10,9%. Gambar 5 menunjukan
perbandingan curah hujan rerata tahunan observasi, satelit GPM dan satelit PERSIANN untuk tiga
skenario RCP dan dua periode masa depan.

Gambar 5. Perbandingan curah hujan rerata tahunan masa depan (a) RCP2.6, (b) RCP4.5, (c)
RCP8.5

KESIMPULAN
Hasil analisis menunjukan satelit PERSIANN memiliki kinerja yang lebih baik untuk skala harian
dengan nilai r 0,444, sedangkan satelit GPM menunjukan kinerja yang lebih baik untuk skala bulanan
terhadap hujan observasi DAS Tilong dengan nilai r 0,926. Curah hujan observasi dan satelit GPM
menunjukan adanya kesamaan pola penurunan curah hujan di masa depan yaitu pada bulan April sampai
dengan September. Adanya kesamaan pola curah hujan rerata bulan hujan observasi dan GPM disebabkan
oleh tingginya nilai korelasi skala bulanan antara hujan observasi dan GPM sehingga menghasilkan pola
yang sama meskipun dengan nilai yang berbeda, dimana satelit GPM memberikan nilai yang lebih tinggi
dari nilai curah hujan observasi. Pada analisis curah hujan rerata tahunan menunjukan bahwa curah hujan
satelit GPM dan PERSIANN menunjukan terjadi peningkatan curah hujan terhadap nilai eksisting pada
periode 2030an dan 2050an dengan tiga skenario RCP, sedangkan hujan observasi menunjukan nilai yang
sebaliknya yaitu terjadi penurunan curah hujan. Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa satelit
GPM merupakan satelit yang dapat menggambarkan nilai curah hujan pada DAS Tilong dengan baik
pada kondisi eksisting maupun masa depan. Dapat dilihat dari tingginya nilai korelasi pada skala bulanan
selain itu dapat dilihat juga dari kesamaan pola pada hasil proyeksi curah hujan masa depan. Oleh karena
itu satelit GPM dapat dikatakan bisa digunakan untuk menggambarkan kondisi curah hujan pada DAS
Tilong.

31
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
Bâ, K. M., Balcázar, L., Diaz, V., Ortiz, F., Gómez-Albores, M. A., & Díaz-Delgado, C, 2018,
Hydrological evaluation of PERSIANN-CDR rainfall over Upper Senegal River and Bani River
basins, Remote Sensing, 10(12), 1884.
BALITBANGTAN, 2011, Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 67 p.
Chen, C., Chen, Q., Duan, Z., Zhang, J., Mo, K., Li, Z., & Tang, G, 2018, Multiscale comparative
evaluation of the GPM IMERG v5 and TRMM 3B42 v7 precipitation products from 2015 to 2017
over a climate transition area of China, Remote Sensing, 10(6), 944.
Chim, K., Tunnicliffe, J., Shamseldin, A., & Kakkada, C, 2020, Identifying future climate change and
drought detection using CanESM2 in the upper Siem Reap River, Cambodia, Dynamics of
Atmospheres and Oceans, 101182.
Fang, J., Yang, W., Luan, Y., Du, J., Lin, A., & Zhao, L, 2019, Evaluation of the TRMM 3B42 and GPM
IMERG products for extreme precipitation analysis over China, Atmospheric research, 223, 24-38.
Ginting, Jody M, 2019, Analisis Hujan Satelit PERSIANN dan GPM untuk Perkiraan Debit Banjir DAS
Progo, Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Karlina, 2013, Analisis Kekeringan Meteorologis di Wilayah Kabupaten Wonogiri, Tesis, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Kurnia, W. G., Muharsyah, R., & Widiyanto, S, 2020, Performa Koreksi Bias Prakiraan Curah Hujan
Model European Centre Medium Weather Forecast (ECMWF) di Sulawesi, Buletin GAW
Bariri, 1(2), 77-86.
Khan, M. S., Coulibaly, P., & Dibike, Y, 2006, Uncertainty analysis of statistical downscaling
methods, Journal of Hydrology, 319(1-4), 357-382.
Mahmood, R., and Babel, M. S, 2013, "Evaluation of SDSM developed by annual and monthly sub-
models for downscaling temperature and precipitation in the Jhelum basin, Pakistan and India",
Theoretical and Applied Climatology, 113(1–2), 27–44.
Misnawati, M., Boer, R., June, T., & Faqih, A, 2018, Perbandingan metodologi koreksi bias data curah
hujan chirps, Limnotek: perairan darat tropis di Indonesia, 25(1).
Mutiara, J., Yudianto, D., & Fitriana, F, 2017, Studi Perbandingan Curah Hujan Hasil Pengukuran Pos
Hujan Dan Satelit Untuk Wilayah Bandung Comparison Study Of Rainfall Measured At
Groundstation And Sattelite For Bandung Region, Jurnal Teknik Sumber Daya Air, 137-144.
Pratiwi, Destiana Wahyu, Joko Sujono and Adam Pamudji Rahardjo, 2017, “Evaluasi Data Hujan Satelit
Untuk Prediksi Data Hujan Pengamatan Menggunakan Cross Correlation”, Seminar Nasional Sains
Dan Teknologi, no. November: 1–11.
Rejekiningrum, P, 2014, Dampak Perubahan Iklim terhadap Sumberdaya Air: Identifikasi, Simulasi, dan
Rencana Aksi.
Sun, W., Sun, Y., Li, X., Wang, T., Wang, Y., Qiu, Q., & Deng, Z, 2018, Evaluation and correction of
GPM IMERG precipitation products over the capital circle in Northeast China at multiple
spatiotemporal scales, Advances in Meteorology, 2018.
Thomson, A. M., Calvin, K. V., Smith, S. J., Kyle, G. P., Volke, A., Patel, P., ... & Edmonds, J. A, 2011,
RCP4. 5: a pathway for stabilization of radiative forcing by 2100, Climatic change, 109(1), 77-94.
Triatmodjo, B, 2008, Hidrologi Terapan. Yogyakarta : UGM Press
Van Vuuren, D. P., Edmonds, J., Kainuma, M., Riahi, K., Thomson, A., Hibbard, K., Rose, S. K, 2011,
The representative concentration pathways: An overview, Climatic Change, 109(1), 5–31
Vernimmen, R. R.E., A. Hooijer, Mamenun, E. Aldrian and A. I.J.M. Van Dijk, 2012, “Evaluation and
Bias Correction of Satellite Rainfall Data for Drought Monitoring in Indonesia”, Hydrology and
Earth System Sciences 16: 133–46.
Wilby, R. L., Charles, S. P., Zorita, E., Timbal, B., Whetton, P., & Mearns, L. O, 2004, Guidelines for
Use of Climate Scenarios Developed from Statistical Downscaling Methods, Analysis, 27(August),
1–27.

32
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON MUTU TINGGI UMUR 3
HARI MENGGUNAKAN MATERIAL HASIL PEMBAKARAN SEBAGAI
PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN

Margeritha Agustina Morib1, Aktor Juang Laowo2, Refor Mey Jonathan Hulu3
1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Immanuel
Jl. Solo Km 11,1, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
margerithaagustina@ukrimuniversity.ac.id

Abstrak
Penggunaan beton sebagai material utama konstruksi berbanding lurus dengan penggunaan semen.
Upaya mengurangi semen dilakukan dengan mengganti sebagian semen dengan material hasil
pembakaran seperti Fly Ash (FA), Abu Pecahan Gerabah (APG), dan Abu Daun Bambu (ADB).
Penggunaan material hasil pembakaran pada beton mutu tinggi terutama pada beton usia muda perlu
diteliti. Perancangan campuran beton mengacu pada design of high strength concrete mixes oleh
Khrisna Raju N (1983) dengan target kuat tekan rencana 52 MPa pada umur 28 hari. Penggunaan FA,
APG dan ADB sebanyak 5%, 7%, 9% dan 11% dihitung dari total volume semen yang dikonversi
menjadi berat berdasarkan berat jenis masing-masing bahan. Penggunaan bahan tambah
superplasticizer SikaCim sebanyak 0,7% dari berat semen mengurangi penggunaan air 15%. Pengujian
kuat tekan, modulus elastis dan kuat tarik belah dilakukan saat beton berumur 3 hari. APG 5%
memberikan kuat tekan tertinggi sebesar 31,20 MPa. Penggunaan ADB menunjukkan kuat tekan
tertinggi terjadi pada komposisi 7% dengan kuat tekan mencapai 31,14 MPa. Peningkatan kuat tekan
tidak linier dengan peningkatan modulus elastis karena dilakukan pada beton muda. Kuat tarik belah
rata-rata sebesar 20,33% dari kuat tekannya dan mengkonfirmasi poisson ratio beton 0,2.

Kata kunci: Beton mutu tinggi, abu pecahan gerabah, fly ash, abu daun bambu, kuat tekan

PENDAHULUAN
Penggunaan beton sebagai material utama konstruksi berbanding lurus dengan penggunaan semen.
Untuk mencapai kuat tekan tinggi dibutuhan jumlah semen cukup banyak dengan fas kecil. Produksi
semen berkontribusi pada pemanasan global dengan melepaskan gas CO ke udara. Pengurangan jumlah
semen dan penggantian dengan material yang bisa menghasilkan sifat mengikat seperti semen berupa
pozzolan sisa pembakaran penting diteliti. Upaya mengurangi semen dilakukan dengan mengganti
sebagian semen dengan material hasil pembakaran seperti Fly Ash (FA), Abu Pecahan Gerabah (APG),
dan Abu Daun Bambu (ADB). FA terbentuk dari hasil pembakaran serbuk batubara dari tungku
pembangkit tenaga uap yang terbawa gas buang cerobong asap dan sifat kimianya yang mengandung
silika dan alumina. APG terbentuk dari hasil pembakaran keramik dengan suhu 700 yang dihaluskan
dan menghasilkan silika yang merupakan senyawa kimia yang paling penting dalam semen setelah kapur.
ADB terbentuk dari hasil pembakaran daun bambu kering dengan suhu yang dapat
menghasilkan pozzolan. Penggunaan material hasil pembakaran pada Beton Mutu Tinggi (BMT)
terutama pada beton usia muda perlu diteliti.
(Thoengsal, 2017) menjelaskan bahwa Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete) merupakan
beton yang memiliki kekuatan yang relatif cukup besar dengan kuat tekan minimal > 41,4 Mpa (SNI 03-
6468-2000). BMT biasanya digunakan untuk elemen struktur yang memikul beban yang besar
misalnya girder jembatan, pier, poer, spun pile pondasi, sheet pile, elemen struktur bangunan tingkat
tinggi dll. BMT selain memiliki kuat tekan tinggi juga memiliki kelemahan yaitu getas (Brittle), oleh
karena itu BMT dimodifikasi dengan material serat/batang fiber untuk meningkatkan tingkat
daktilitasnya. BMT dalam proses pembuatannya selalu menjaga kadar air – semen (Water/Cement Ratio)
yaitu berkisar 0,2-0,3 agar tingkat porositas dalam beton dapat berkurang, tetapi tidak menghilangkan
sifat workability saat proses pelaksanaannya yaitu dengan penambahan superplastisizer. Penggunaan
BMT dapat mereduksi dimensi beton sehingga dapat mengurangi bobot massa struktur bangunan.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa BMT cenderung mengurangi penggunaan ukuran agregat kasar
yang besar tetapi lebih dititik beratkan pada tingkat kehalusan, kekerasan dari agregat yang digunakan.

33
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Kuat tekan aksial (fc’) merupakan karakteristik utama dan terpenting dari beton. Kuat tekan beton
ditetapkan saat beton berumur 28 hari. Untuk keperluan industri dan kecepatan progres konstruksi, sering
dibuat beton pracetak di lapangan yang harus bisa diangkat dan dipasang pada struktur saat umur beton
masih muda. Kuat tekan dan modulus elastis beton muda sangat perlu dipahami oleh perencana struktur
dan kontraktor. Selain itu beton juga berkontribusi memberikan kapasitas geser dari struktur. SNI
2847:2019 menyatakan perhitungan kapasitas geser beton normal menggunakan λ = 1. Sedangkan untuk
beton ringan λ ditentukan berdasarkan nilai kuat tarik belah beton (f ct). Kuat tarik belah digunakan dalam
mendesain dan mengevaluasi kapasitas geser beton serta perhitungan panjang penyaluran tulangan dalam
beton. Kuat tarik belah umumnya lebih besar dari kuat tarik langsung dan lebih rendah dari kekuatan tarik
lentur (modulus of rupture). Kuat Tarik belah pada BMT tidak dinyatakan dalam SNI saat ini.

METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan semen Portland tipe I, agregat halus dan agregat kasar berasal dari
Sungai Opak Yogyakarta dan air dari sumur di Laboratorium Teknologi Beton Teknik Sipil, UKRIM. Fly
ash berasal dari PLTU Paiton, abu daun bambu dari limbah daun bambu kering di Kalasan dan abu
pecahan gerabah diambil dari limbah pecahan gerabah di Kasongan, Bantul. Superplasticizer yang
digunakan adalah SikaCim Concrete Additive produksi PT. Sika Indonesia.

Peralatan Penelitian
Peralatan penelitian yang digunakan meliputi peralatan pengujian pendahuluan yaitu tachimetri,
piknometer, set ayakan, Sieve Shaker, timbangan, caliper, desikator, oven, cawan, sekop dll. Peralatan
cetak beton meliputi cetakan silinder beton, concrete mixer serta set pengujian slump. Peralatan
pengujian kuat tekan, modulus elastis dan kuat tarik belah menggunakan Digital Compression Machine
kapasitas 2000 kN. Untuk menguji modulus elastis beton digunakan compressometer dengan dial gauge
ketelitian 0,01 mm. Pengujian kuat tarik belah menggunakan Tc-525 Split Tensile Test.

Benda Uji
Benda uji pada penelitian ini adalah BMT, BMT dengan superplasticizer (BMTS), BMT dengan FA
(BFA), BMT dengan APG (BAPG) dan BMT dengan ADB (BADB). Perbandingan komposisi bahan
pengganti semen (FA, APG dan ADB) dengan semen adalah 5% : 95%, 7% : 93%, 9% : 91%, dan 11% :
89% dengan superplasticizer sebesar 0,7% dari berat semen sebanyak 6 buah benda uji untuk setiap
perbandingan campuran. Perawatan benda uji dilakukan dengan menyelimuti dengan karung basah
selama 3 hari dan kemudian dilakukan pemeriksaan berat satuan, kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat
tarik belah. Jumlah benda uji sebanyak 84 buah disajikan pada Tabel 1.

Pengujian Pendahuluan
Pengujian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanik dari bahan sebagai
dasar dalam perancangan campuran (mix design). Pengujian pendahuluan meliputi pemeriksaan kadar
lumpur, gradasi butiran, berat satuan dan berat jenis. Uji pendahuluan untuk FA, APG dan ADB adalah
pemeriksaan berat jenis.

Perancangan Campuran Beton (mix design)


Perancangan campuran menggunakan metode perhitungan design of high strength concrete mixes
(Khrisna Raju N, 1983).

Pengujian Kuat Tekan


Uji tekan dilakukan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm2 s/d 4 kg/cm2 (SNI 03-1974-1990)
sampai benda uji hancur. Beban maksimum yang dihasilkan dicatat dan digambarkan sketsa atau
didokumentasikan keruntuhan benda uji. Kuat tekan beton dihitung menggunakan persamaan
fc’ = (1)

34
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dengan:
fc’ = kuat tekan beton salah satu benda uji (MPa)
P = beban tekan maksimum (N)
A = luas permukaan benda uji tertekan (mm²)

Tabel 1. Komposisi campuran benda uji


Abu Abu Superplasticizer
Kode Benda Semen Fly Jumlah
No Pecahan Daun (SikaCim
Uji Portland Ash Sampel
Gerabah Bambu Concrete Additive)
1 BMT 100% - - - - 6
2 BMTS 100% - - - 0,7% 6
3 BFA 5 95% 5% - - 0,7% 6
4 BFA 7 93% 7% - - 0,7% 6
5 BFA 9 91% 9% - - 0,7% 6
6 BFA 11 89% 11% - - 0,7% 6
7 BAPG 5 95% - 5% - 0,7% 6
8 BAPG 7 93% - 7% - 0,7% 6
9 BAPG 9 91% - 9% - 0,7% 6
10 BAPG 11 89% - 11% - 0,7% 6
11 BADB 5 95% - - 5% 0,7% 6
12 BADB 7 93% - - 7% 0,7% 6
13 BADB 9 91% - - 9% 0,7% 6
14 BADB 11 89% - - 11% 0,7% 6
Jumlah Total 84

Pengujian Modulus Elastisitas


Nilai modulus elastis beton bervariasi menurut kekuatannya, hal ini disebabkan oleh sifat agregat,
sifat semen, umur beton, kecepatan pembebanan dan ukuran benda uji yang berbeda-beda. Pengujian
modulus elastisitas dilaksanakan bersamaan dengan pengujian kuat tekan. Untuk pengujian modulus
elastisitas, besarnya beban maksimum yang diberikan kepada benda uji ± 40 - 60% beban minimum dari
uji kuat tekan. Deformasi pada dial dibaca dan dicatat untuk setiap kenaikan pembebanan sesuai dengan
interval yang ditentukan, sampai mencapai beban maksimum. Pembebanan dikembalikan ke posisi nol
dan dilakukan kembali langkah pertama untuk kedua kalinya dengan pembebanan maksimum sampai
benda uji hancur. Data pengujian digunakan untuk menghitung tegangan tekan dan regangan untuk setiap
kenaikan beban kemudian digambarkan kurva tegangan dan regangan. Modulus elastisitas beton hasil
pengujian (Ec) dihitung berdasarkan kurva diagram tegangan regangan dengan persamaan :
(2)

Dimana:
= (3)

= (4)

Dengan:
P = Beban elastis (kN)
A = Luas penampang (mm2)
L0 = Tinggi alat ukur modulus elastisitas /panjang awal (mm)
L = Defleksi/perpendekan (mm)
1 = Tegangan pada regangan 0,00005 (MPa)
2 = Tegangan pada beban elastis 40% dari beban maksimum dari uji
kuat tekan

35
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1 = Regangan sebesar 0,00005 (koreksi pembebanan)


2 = Regangan pada P elastis

Nilai Ec dibandingkan dengan perhitungan modulus elastitisitas menggunakan rumus pendekatan yang
terdapat pada SNI 2847:2019 sesuai persamaan :
a. Untuk berat satuan (Wc) di antara 1440 dan 2560 kg/m3 .
(5)
b. Untuk beton normal
(6)

Pengujian Kuat Tarik Belah


Kuat tarik-belah adalah nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang
diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan
meja penekan mesin uji. Kuat tarik belah adalah salah satu parameter penting kekuatan beton. Nilai kuat
tekan dan kuat tarik bahan beton tidak berbanding lurus, setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan
hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat tariknya. Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat
tarik yang rendah dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu sekitar 10 % - 15 %, kadang-kadang 20%
dari kuat tekannya. Kuat tarik belah beton didapat melalui persamaan :

fct = (7)

Dengan:
fct = kuat tarik belah (MPa)
P = beban tekan maksimum saat silinder beton terbelah/runtuh (N)
L = panjang/tinggi benda uji (mm)
D = diameter benda uji dalam (mm)

Analisis dan Pengolahan Data


Hasil pengamatan dan pengukuran di laboratorium dibandingkan dan dianalisis dengan hasil yang
diperoleh secara teoritis untuk penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Pendahuluan
Hasil pengujian pendahuluan digunakan sebagai dasar perancangan mix design beton. Hasil uji
pendahuluan agregat disajikan pada Tabel 2. Hasil uji berat jenis bahan pengganti semen disajikan pada
Tabel 3.

Mix Design
Perancangan campuran menggunakan metode perhitungan design of high strength concrete mixes
(Khrisna Raju N, 1983). Kuat tekan rencana beton 28 hari adalah 52 MPa sedangkan untuk pengujian 3
hari maka kuat tekan dikalikan dengan faktor koreksi 0,4 sehingga kuat tekan rencana 3 hari yaitu 20,8
MPa. Kebutuhan bahan susun hasil rancangan campuran beton disajikan pada Tabel 4.

Tabel 2. Hasil uji Pendahuluan Agregat


Hasil Uji
Parameter Uji
Agregat Halus Agregat Kasar
Kadar lumpur (%) 2,4 0,8
Modulus Halus Butir 3,56 7,593
Daerah gradasi agregat II
Berat satuan (g/cm3) 1,55 1,34
Berat jenis SSD 2,69 2,4

36
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3. Hasil uji berat jenis bahan pengganti semen


Parameter Hasil
Berat jenis fly ash 2,86
Berat jenis abu pecahan gerabah 2,56
Berat jenis abu daun bambu 2,23

Tabel 4. Kebutuhan bahan susun untuk setiap proporsi campuran


Kode Semen Pasir Kerikil Air FA APG ADB Superplasticizer
Benda (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (%)
Uji
BMT 18,488 14,420 41,043 6,129 0 0 0 0
BMTS 18,488 14,420 41,043 6,129 0 0 0 0,7
BFA 5 15,967 14,420 41,043 6,129 0,839 0,7
BFA 7 15,630 14,420 41,043 6,129 1,175 0,7
BFA 9 15,294 14,420 41,043 6,129 1,511 0,7
BFA 11 14,958 14,420 41,043 6,129 1,846 0,7
BAPG 5 15,967 14,420 41,043 6,129 0,751 0,7
BAPG 7 15,630 14,420 41,043 6,129 1,052 0,7
BAPG 9 15,294 14,420 41,043 6,129 1,352 0,7
BAPG 11 14,958 14,420 41,043 6,129 1,653 0,7
BABD 5 15,967 14,420 41,043 6,129 0,654 0,7
BADB 7 15,630 14,420 41,043 6,129 0,916 0,7
BADB 9 15,294 14,420 41,043 6,129 1,178 0,7
BADB 11 14,958 14,420 41,043 6,129 1,440 0,7

Hasil Uji Tekan


Pengujian tekan dilakukan saat beton berusia 3 hari. Hasil pengujian tekan disajikan ada Gambar 1.
Hasil uji tekan menunjukkan bahwa BMT mencapai hasil yang sesuai dengan target rencananya yaitu
sebesar 22,07 MPa dengan perkiraan kekuatan pada umur 28 hari mencapai 55 MPa sehingga memenuhi
target perencanaan awal yaitu 52 MPa. Penambahan superplasticizer meningkatkan kuat tekan sebesar
41,63% menjadi 30,11 MPa pada umur 3 hari. Penggantian sebagian semen dengan FA, APG dan ADB
memberikan pengaruh terhadap kuat tekan beton. BMT dengan pecahan gerabah 5% (BAPG5)
memberikan kuat tekan tertinggi sebesar 31,20 MPa. Kuat tekan rata-rata semua variasi benda uji pada
umur 3 hari berada di atas BMT. Penggunaan FA sampai 11% masih menunjukkan peningkatan kuat
tekan. Penggunaan APG menunjukkan kecenderungan penurunan kuat tekan seiring bertambahnya
presentase APG, sementara penggunaan ADB memberikan kuat tekan tertinggi pada komposisi 7% yaitu
31,14 MPa. Semua bahan sisa pembakaran bisa digunakan sebagai material pengganti semen pada BMT
dengan komposisi yang tepat.

37
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Kuat Tekan Rata-rata Umur 3 Hari


35,00 31,20 31,14
30,11
30,00 27,39 27,95 28,72 27,97 28,96 27,81 26,45
23,61 22,94 23,86
25,00 22,07
fc' (MPa)

20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
BMT BMTS BFA 5 BFA 7 BFA 9 BFA BAPG BAPG BAPG BAPG BABD BABD BABD BABD
11 5 7 9 11 5 7 9 11
Variasi Benda Uji

Gambar 1 Hasil uji kuat tekan beton umur 3 hari

Hasil Uji Modulus Elastis Beton


Hasil uji modulus elastis disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 2. Ec1 dan Ec2 digunakan sebagai
parameter target modulus elastis yang harus dicapai sesuai umur beton sementara Ec menunjukkan nilai di
bawah target acuannya. Beton dengan FA, APG dan ADB menunjukkan kenaikan kuat tekan pada umur 3
hari tetapi modulus elastisnya masih di bawah seharusnya sementara BMT tanpa bahan pengganti hasil
modulus elastisnya mendekati acuan. BMT dengan bahan pengganti abu sisa pembakaran menunjukkan
peningkatan kuat tekan yang tidak beriringan dengan peningkatan modulus elastis. Kemungkinan
peningkatan modulus elastis berlangsung lebih lambat dan akan maksimal saat beton berumur 28 hari.
Untuk membuktikan hal tersebut diperlukan pengujian yang sama pada beton dengan umur yang lebih
lama sampai umur 28 hari.

Modulus Elastisitas Rata-rata Umur 3 Hari


30000,00
25000,00
Ec (MPa)

20000,00
15000,00
10000,00
5000,00
0,00

Variasi Benda Uji

Ec 1 Ec 2 Ec Aktual

Gambar 2 Modulus elastis beton umur 3 hari

38
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 5. Hasil pengujian modulus elastis beton umur 3 hari


Berat Modulus
Modulus Modulus
Kode P Elastis P Maks. Satuan Elastis
Lo (mm) Elastis 1 Elastis 2
Benda Uji (kN) (kN) Beton Aktual Ec
Ec1 (MPa) Ec2 (MPa)
(gr/cm³) (MPa)
BMT 198,3 159 382 2,26 21368,85 21835,95 19738,89
BMTS 192,05 225,2 500,5 2,30 25326,01 25014,47 9508,89
BFA 5 200,6 123,8 524,5 2,31 26252,42 25596,53 7345,48
BFA 7 197,1 159,2 412,5 2,31 23182,72 22701,75 21309,63
BFA 9 200,85 180,8 515,5 2,30 25418,23 25367,66 15243,39
BFA 11 197,5 189,4 514 2,30 25553,72 25353,20 4855,43
BAPG 5 198 204,4 591 2,30 27421,38 27166,64 14987,41
BAPG 7 199,4 181,6 560,5 2,29 26610,93 26471,57 17693,99
BAPG 9 199,6 154 458 2,29 23931,83 23868,95 16185,68
BAPG 11 199 185,6 524 2,28 25282,93 25591,97 15293,62
BADB 5 199,3 204,4 512 2,30 25486,34 25302,98 13354,08
BADB 7 199,25 214,8 563 2,28 26350,57 26534,57 13511,34
BADB 9 199,25 180,8 530,5 2,26 25221,72 25756,35 20589,33
BADB 11 198,4 175,2 496,5 2,26 24526,85 24918,33 13770,82

Kuat Tarik Belah


Pengujian kuat tarik belah beton pada umur 3 hari memberikan hasil seperti yang disajikan pada
Gambar 3 sedangkan perbandingan kuat tekan dan kuat tarik belah disajikan pada Gambar 4. Gambar 3
menunjukkan kuat tarik belah pada beton dengan ADB berkinerja lebih baik dari pada bahan pengganti
lainnya. Kuat Tarik belah tertinggi sebesar 5,96 MPa terjadi pada BADB 9. Kuat tarik belah terendah
terjadi pada BAPG5 yaitu 4,38 MPa. Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan kuat tekan tidak terlalu
berpengaruh terhadap kuat tarik belah. Kuat tarik belah rata-rata sebesar 20,33% dari kuat tekannya. Hal
ini mengkonfirmasi nilai poisson ratio beton sebesar 0,2.

Kuat Tarik Belah Rata-Rata (MPa)


7,00

6,00
Kuat Tarik Belah (MPa)

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00

Variasi Benda Uji

Gambar 3 Kuat Tarik Belah Beton Umur 3 hari

39
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Perbandingan Kuat Tekan dengan Kuat Tarik Belah


Beton Umur 3 Hari
Kuat tekan dan kuat tark (MPa) 35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
BMT BMTS BFA 5 BFA 7 BFA 9 BFA BAPG BAPG BAPG BAPG BADB BADB BADB BADB
11 5 7 9 11 5 7 9 11

Kuat tekan Kuat tarik belah

Gambar 4. Perbandingan kuat tekan dan kuat Tarik belah beton umur 3 hari

KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini disarikan sebagai berikut :
1. Hasil uji tekan menunjukkan bahwa BMT yang direncanakan mencapai hasil yang sesuai dengan
target rencananya yaitu sebesar 22,07 MPa dengan perkiraan kekuatan pada umur 28 hari mencapai
55 MPa.
2. Penggantian sebagian semen dengan FA, APG dan ADB memberikan pengaruh positif terhadap kuat
tekan beton. Semua bahan sisa pembakaran bisa digunakan sebagai material penggati semen pada
BMT dengan komposisi yang tepat.
3. BMT dengan bahan pengganti sisa pembakaran menunjukkan peningkatan kuat tekan yang tidak
beriringan dengan modulus elastis. Kemungkinan peningkatan modulus elastis berlangsung lebih
lambat dan akan maksimal saat beton berumur 28 hari.
4. Kuat Tarik belah tertinggi sebesar 5,96 MPa terjadi pada BADB 9. Kuat tarik belah terendah terjadi
pada BAPG5 yaitu 4,38 MPa. Kuat tarik belah rata-rata sebesar 20,33% dari kuat tekannya. Hal ini
mengkonfirmasi nilai poisson ratio beton sebesar 0,2.

DAFTAR PUSTAKA
Raju N. K. dkk.1983. design of high strength concrete mixes. Srinivasnagar: CBS
SNI 2847-2013. 2019. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung dan Penjelasan. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional
Toengsal, J., ST, MT, Dr., 2017, Kategori Jenis Beton, URL: http://jamesthoengsal.blogspot.com/ p/blog-
page_46.html. Diakses tanggal 18 Maret 2021

40
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

EFISIENSI PENGADAAN MATERIAL UNTUK MEMINIMALISASI LIMBAH


KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PEMODELAN PERSAMAAN
STRUKTURAL

Yohanes Widayat
Program Studi Program Profesi Insinyur, Fakultas Teknik, Unika Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur , Semarang , Jawa Tengah
Email : yohanes_widayat@yahoo.co.id

Abstrak
Pembangunan sarana prasarana mengakibatkan masalah limbah konstruksi di seluruh dunia.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah terkonsentrasi pada tahap desain dan konstruksi, pengurangan
limbah konstruksi melalui proses pengadaan bahan diabaikan secara luas. Tujuan penelitian:
mengetahui pengaruh komitmen pemasok low waste, manajemen pembelian material low waste,
manajemen pengiriman bahan yang efektif, manajemen bill of quantity yang efisien dari limbah, dan
manajemen vendor serta mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap efisiensi pengadaan
material untuk meminimalisasi limbah konstruksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menurut
tingkat eksplanasinya termasuk dalam penelitian kausalitas dengan metode analisis yang digunakan
yaitu Structural Equation Model (SEM). Dalam pengujian menggunakan SEM terdapat measurement
model dan structural model yang diuji menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).Hasil
penelitian efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi di wilayah Jawa yaitu :
Manajemen pembelian material low waste (X2), Manajemen pengiriman bahan yang efektif (X3) dan
Manajemen vendor (X5) berpengaruh signifikan dengan masing-masing nilai sebesar 14,3%, 44,5%,
dan 31,3%,sedangkan Komitmen pemasok low waste (X1), Manajemen bill of quantity yang efisien dari
limbah (X4) tidak berpengaruh, tetapi tetap berkonstribusi dengan nilai pengaruh sebesar 0,46% dan
0,70%.Variabel yang dominan berpengaruh terhadap efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi adalah Manajemen pengiriman bahan yang efektif (X3) dengan nilai
estimate terbesar 44,5%.

Kata kunci : limbah konstruksi, efisiensi, pengadaan material, SEM

PENDAHULUAN
Pembangunan sarana prasarana disertai dengan pembangunan, proyek renovasi dan pembongkaran
berkembang pesat. Kegiatan konstruksi ini mengakibatkan masalah limbah konstruksi di seluruh dunia.
Pasca pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi bangunan gedung sisa material atau Construction Waste
tidak dapat dihindari. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari
yang disyaratkan, baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang tersisa/tercecer/rusak
sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya (J.R. Illingworth, 1998).
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan waste management telah dilakukan
oleh (Ajayi et al, 2015) dengan melakukan penelitian tentang efektivitas limbah industri konstruksi :
Memahami hambatan dan syarat untuk perbaikan , terdapat beberapa faktor untuk mengurangi intensitas
limbah konstruksi dengan beberapa tindakan untuk pencegah limbah pada tahap desain yaitu penggunaan
limbah seumur hidup pada akhir masa pakai, peningkatan kepatuhan dari hasil alat pengelolaan limbah,
pendekatan pengelolaan sampah yang lebih murah, meningkatkan ketatnya perundang-undangan dan
kebijakaan pengelolaan sampah. Beberapa strategi pengadaan yang telah teridentifikasi adalah subjek
studi yang secara khusus berfokus pada desain atau kegiatan konstruksi. Persentase substansial limbah
yang dihasilkan dalam kegiatan konstruksi telah ditelusuri akibat koordinasi yang tidak efektif dari
manajemen lokasi (Ajayi et al, 2017).
Pengadaan bahan yang efisiensi limbah untuk proyek konstruksi dengan pemodelan struktur faktor
penentu keberhasilan, temuan penelitian ini membantu serangkaian tindakan yang harus diambil selama
proses pengadaan bahan, dengan memperhatikan empat indikator yang signifikan berpengaruh yaitu :
komitmen pemasok, manajemen pembelian, manajemen pengiriman bahan dan Bill of Quantity yang
efisien limbah dengan menggunakan pendekatan metode eksplorasi sebagai kerangka kerja, dan
pemodelan persamaan struktural. (Ajayi and Oyedele, 2018)

41
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berdasarkan pertimbangan di atas ada hal menarik perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengadaan
material efisien limbah konstruksi yang telah dilakukan oleh (Ajayi and Oyedele 2018) dengan judul
penelitian “ Waste-efficient materials procurement for construction projects: A structural equation
modelling of critical success factor “ temuan penelitian ini membantu serangkaian tindakan yang harus
diambil selama proses pengadaan bahan. Ada empat variabel yang signifikan berpengaruh dalam proses
pengadaan bahan yaitu : Komitmen Pemasok, Manajemen Pembelian, Manajemen Pengiriman Bahan
dan Bill of Quantity Yang Efisien Limbah.
Dengan memperhatikan empat variabel yang berpengaruh dalam proses pengadaan bahan yaitu :
Komitmen Pemasok, Manajemen Pembelian, Manajemen Pengiriman Bahan dan Bill of Quantity Yang
Efisien Limbah, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengadaan material efisien limbah konstruksi
dengan menambahkan variabel baru yaitu manajemen vendor sebagai salah satu indikator yang
mempengaruhi efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi.
Tujuan penelitian: mengetahui pengaruh komitmen pemasok low waste, manajemen pembelian
material low waste, manajemen pengiriman bahan yang efektif, manajemen bill of quantity yang efisien
dari limbah, dan manajemen vendor terhadap efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah
konstruksi. Kemudian mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap efisiensi pengadaan
material untuk meminimalisasi limbah konstruksi.

Landasan Teori
Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek, lebih
dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugraha, 1985). Pada tahap pelaksanaan
konstruksi penggunaan material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup besar, sehingga upaya
untuk meminimalisasi sisa material penting untuk diterapkan.
Logistik Bahan Konstruksi dan Pengelolaan Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan bahan bangunan adalah proses yang kompleks menggabungkan orang,
teknologi, proses dan pihak yang terlibat dalam perencanaan, estimasi, identifikasi pemasok, pembelian,
transportasi dan stocking bahan untuk kegiatan konstruksi (Bell and Stukhart 1986).
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Proses tradisional konstruksi manajemen material
biasanya melibatkan sejumlah tahapan termasuk take-off material, biaya material, pergudangan dan
penggunaan material yang sebenarnya. Pada tahap awal upaya yang diperlukan untuk memastikan bahwa
lepas landas material dibuat secara akurat dari spesifikasi proyek untuk mencegah kesalahan dalam
pemesanan (Bell dan Stukhart, 1986).

Gambar 1. Tahapan Manajemen Logistik Material Dalam Proyek Konstruksi


Sumber : Ajayi & Oyedele, 2018

Vendor Managed Inventory (VMI) merupakan paradigma koordinasi dalam pengelolaan rantai
pasok terintegrasi yang berusaha mengoptimalkan simulta-inventaris dan perutean yang rapi. Dalam
sistem ini, keputusan tentang waktu dan tingkat pengisian ulang pelanggan ditentukan oleh pemasok yang
diharapkan memiliki pengetahuan yang lengkap tentang kebutuhan pelanggan, untuk menghindari

42
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

kehabisan stok (de Maio and Laganà 2020). Keseimbangan harus dibuat antara stok material yang
berlebihan dan material keterlambatan, karena material bekas menghasilkan kerusakan dan pemborosan,
sedangkan yang terakhir mengakibatkan keterlambatan tenaga kerja dan waktu yang melebihi batas (Bell
dan Stukhart, 1986).
Keberadaan manjemen vendor diharapkan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan
rekan kerja. Hubungan yang saling menguntungkan dan bisa berjalan terus-menerus, sehingga kedua
belah pihak bisa tumbuh dan sukses bersama. Adapun tujuan dari majemen vendor adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan value for money dari vendor
2. Memastikan bahwa kinerja vendor bisa sesuai dengan harapan perusahaan, misalnya pasokan
barang/jasa tepat waktu, tepat jumlah, dan kualitasnya sesuai dengan permintaan perusahaan.
3. Mengelola hubungan agar vendor bisa mendukung strategi dan kinerja perusahaan
Structural Equation Modelling (SEM)
Structural Equation Modeling (SEM) adalah multivariat yang banyak digunakan teknik untuk
mengeksplorasi dan menguji hubungan antar variabel dan mencakup analisis regresi, analisis faktor,
korelasi ganda dan analisis jalur (Hair et al., 2006). SEM memiliki kemampuan untuk memperkirakan
beberapa hubungan yang saling terkait, dan memperbaiki kesalahan pengukuran (Kline, 2010). SEM juga
membantu memahami model algoritma kinerja, karena menyediakan representasi visual dari hubungan
kompleks antara konstruksi (Chen et al., 2012). Banyak manfaat SEM yang telah banyak digunakan
dalam studi terkait konstruksi, misalnya, Xiong et al. (2014) menguji pengaruh faktor kinerja peserta pada
kepuasan kontraktor, menggunakan pemodelan persamaan struktural. Mainul Islam dan Faniran (2005)
membangun SEM untuk menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas perencanaan proyek,
Chen et al. (2012) menggunakan SEM untuk menyelidiki hubungan timbal balik di antara faktor penentu
keberhasilan proyek konstruksi. Baru-baru ini, Xiong et al. (2015) melakukan review terhadap 84 studi
terkait konstruksi yang menggunakan SEM antara tahun 1998 dan 2012.

Hipotesis
Hipotesis pernyataan tentang keterkaitan antara variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu; Variabel
X1 (komitmen pemasok low waste) berpengaruh terhadap Y (efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi),Variabel X2 (manajemen pembelian material low waste) berpengaruh
terhadap Y (efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi),Variabel X3
(manajemen pengiriman bahan yang efektif) berpengaruh terhadap Y (efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi),Variabel X4 (manajemen bill of quantity yang efisien dari limbah)
berpengaruh terhadap Y (efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi),Variabel
X5 (manajemen vendor) berpengaruh terhadap Y (efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi
limbah konstruksi).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menurut tingkat eksplanasinya termasuk dalam penelitian kausalitas, karena
penelitian ini dilakukan untuk menguji mengenai hubungan kausalitas antar satu atau beberapa variabel
dengan satu atau beberapa variabel lainnya (Sugiyono, 2013).

Populasi dan Sampel


Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang
memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti, sedangkan sampel
adalah subset dari populasi (Ferdinand, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu ahli arsitek, ahli
struktur, site manager dan logistik pada perusahaan konstruksi atau kontraktor di wilayah Jawa sejumlah
108 responden. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan non-probablity sampling karena tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel (Sugiyono,
2013).

43
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Variabel Penelitian
Sugiyono (2007) dalam Faizal (2018) menjelaskan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel saja yakni variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat). Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1. Variabel Independen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2007). Variabel dependen penelitian ini adalah Efisiensi Pengadaan Material
Untuk Meminimalisasi Limbah Konstruksi (Y).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian Model Struktural
Pengujian model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel dependen terhadap
variabel independen dalam model penelitian yang dibuat. Model penelitian diuji dengan menggunakan
acuan R-Square sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Dari pengolahan data yang dilakukan
dengan menggunakan Amos 22 didapatkan nilai koefisien yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan
antara variabel. Adapun nilai tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.

44
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Model Penelitian Amos

Hasil uji kesesuain model menggunakan chi – square, CMIN/ DF, GFI, AGFI , RMSEA, TLI dan
CFI diringkas pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Goodness Of Fit Model Pengukuran


Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi model
Chi – square Sekecil mungkin 1047.668 Marginal fit
Probability ≥ 0.05 0.000 Tidak Fit
CMIN/ DF ≤ 2.00 3.563 Tidak Fit
RMSEA ≤ 0.08 0.155 Tidak Fit
GFI Mendekati 1 0.584 Tidak Fit
AGFI Mendekati 1 0.503 Tidak Fit
TLI Mendekati 1 0.724 Marginal Fit
CFI Mendekati 1 0.751 Marginal Fit
Sumber : Pengolahan Data Penelitian, 2020

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa model yang direncanakan kurang fit secara marginal, karena
setelah diuji kecocokkannya Nilai CMIN/ DF, GFI, AGFI , RMSEA, TLI dan CFI kurang baik. Oleh
sebab itu model tersebut kemudian dimodifikasi mengikuti modification indices serta melakukan analisis
confirmatory factor analysis (CFA) untuk mencari model yang terbaik.
Hasil analisis penyesuaian model dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini :

45
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Model Setelah Modifikasi

Tabel 3. Hasil Goodness Of Fit Setelah Modifikasi


Indeks Cut off Value Hasil Evaluasi model
Chi – square Sekecil mungkin 177.724 Good fit
Probability ≥ 0.05 0.000 Tidak Fit
CMIN/ DF ≤ 2.00 1.661 Good fit
RMSEA ≤ 0.08 0.078 Good fit
GFI Mendekati 1 0.964 Marginal fit
AGFI Mendekati 1 0.806 Marginal fit
TLI Mendekati 1 0.947 Good fit
CFI Mendekati 1 0.958 Good fit
Sumber : Pengolahan Data Penelitian, 2020

Tabel 3 menunjukkan bahwa model yang direncanakan fit secara baik, karena setelah diuji
kecocokannya nilai CMIN/ DF, GFI, AGFI , RMSEA, TLI dan CFI hasilnya baik. Sehingga dapat
diambil kesimpulan hasil uji modifikasi lebih baik dibandingkan model awal.
Setelah tahap-tahap pengujian terhadap kesesuaian model dan normalitas data dilakukan, maka
menguji mengenai kausalitas dan didapatkan output dari SEM uji kausalitas ini dilakukan dengan
membaca nilai CR (Critical Ratio) yang identik dengan uji-t. Nilai yang tertera dalam kolom signifikansi
menunjukkan tingkat signifikansi antar variabel dalam model. Hubungan antar variabel dengan tingkat
signifikansi dibawah 0,05 menunjukkan bahwa hubungan tersebut adalah hubungan yang signifikan.
Hasil analisis datanya adalah sebagai berikut :

46
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 4. Hasil Analisis Data Penelitian


Estimate S.E. C.R. P Keterangan
Efisiensi pengadaan Komitmen 0.046 0.076 0.607 0.544 Tidak
material untuk pemasok low Signifikan
meminimalisasi limbah waste
konstruksi (Y) (X1)
Efisiensi pengadaan Manajemen 0.143 0.068 2.110 0.035 Signifikan
material untuk pembelian
meminimalisasi limbah material low waste
konstruksi (Y) (X2)
Efisiensi pengadaan Manajemen 0.445 0.217 2.045 0.041 Signifikan
material untuk pengiriman bahan
meminimalisasi limbah yang efektif
konstruksi (Y) (X3)
Efisiensi pengadaan Manajemen bill of 0.070 0.253 0.276 0.783 Tidak
material untuk quantity yang Signifikan
meminimalisasi limbah efisien dari limbah
konstruksi (Y) (X4)
Efisiensi pengadaan Manajemen 0.313 0.131 2.387 0.017 Signifikan
material untuk vendor
meminimalisasi limbah (X5)
konstruksi (Y)

Hasil pengujian hipotesis diperoleh beberapa hasil sebagai berikut.


1. Untuk hipotesis pertama Komitmen pemasok low waste berpengaruh terhadap Efisiensi pengadaan
material untuk meminimalisasi limbah konstruksi. Dari hasil pengolahan data diketahui nilai c.r
(critical ratio) untuk pengaruh Komitmen pemasok low waste terhadap Efisiensi pengadaan
material untuk meminimalisasi limbah konstruksi adalah sebesar 0,607 yang menunjukkan bahwa
nilai t-statistik 0,607 < nilai t-tabel (1,96) dan nilai p 0,544 diatas 0.05, maka nilai ini
menunjukkan hasil tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak pada penelitian ini,
sehingga terbukti secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Komitmen
pemasok low waste terhadap Efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah
konstruksi.
2. Untuk hipotesis kedua Manajemen pembelian material low waste berpengaruh terhadap Efisiensi
pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi. Dari hasil pengolahan data diketahui
nilai c.r (critical ratio) untuk pengaruh Manajemen pembelian material low waste terhadap Efisiensi
pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi adalah sebesar 2,110 yang
menunjukkan bahwa nilai t-statistik 2,110 > nilai t-tabel (1,96) dan nilai p 0,035 di bawah 0.05,
maka nilai ini menunjukkan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan H2 diterima pada
penelitian ini, sehingga terbukti secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
Manajemen pembelian material low waste terhadap Efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi.
3. Untuk hipotesis ketiga Manajemen pengiriman bahan yang efektif berpengaruh terhadap Efisiensi
pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi. Dari hasil pengolahan data diketahui
nilai c.r (critical ratio) untuk pengaruh Manajemen pengiriman bahan yang efektif terhadap
Efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi adalah sebesar 2,045 yang
menunjukkan bahwa nilai t-statistik 2,045 > nilai t-tabel (1,96) dan nilai p 0,041 di bawah 0.05,
maka nilai ini menunjukkan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan H 3 diterima pada
penelitian ini, sehingga terbukti secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
Manajemen pengiriman bahan yang efektif terhadap Efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi.
4. Untuk hipotesis keempat Manajemen bill of quantity yang efisien dari limbah berpengaruh terhadap
Efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi. Dari hasil pengolahan data
diketahui nilai c.r (critical ratio) untuk pengaruh Manajemen bill of quantity yang efisien dari

47
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

limbah terhadap Efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi adalah
sebesar 0,313 yang menunjukkan bahwa nilai t-statistik 0,313 < nilai t-tabel (1,96) dan nilai p 0,783
diatas 0.05, maka nilai ini menunjukkan hasil tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan H4
ditolak pada penelitian ini, sehingga terbukti secara statistik bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Manajemen bill of quantity yang efisien dari limbah terhadap Efisiensi pengadaan
material untuk meminimalisasi limbah konstruksi.
5. Untuk hipotesis kelima Manajemen vendor berpengaruh terhadap Efisiensi pengadaan material
untuk meminimalisasi limbah konstruksi. Dari hasil pengolahan data diketahui nilai c.r (critical
ratio) untuk pengaruh Manajemen vendor terhadap Efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi adalah sebesar 2,387 yang menunjukkan bahwa nilai t-statistik
2,387 > nilai t-tabel (1,96) dan nilai p 0,017 di bawah 0.05, maka nilai ini menunjukkan hasil yang
signifikan, sehingga dapat disimpulkan H3 diterima pada penelitian ini, sehingga terbukti secara
statistik bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Manajemen vendor terhadap Efisiensi
pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi
di wilayah Jawa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Manajemen pembelian material low waste (X2), Manajemen pengiriman bahan yang efektif (X3) dan
Manajemen vendor (X5) berpengaruh signifikan dengan masing-masing nilai sebesar 14,3 %, 44,5
%, dan 31,3 % terhadap efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi limbah konstruksi (Y).
Sedangkan Komitmen pemasok low waste (X1), Manajemen bill of quantity yang efisien dari limbah
(X4) tidak berpengaruh, tetapi tetap berkonstribusi terhadap Efisiensi pengadaan material untuk
meminimalisasi limbah konstruksi (Y) dengan nilai pengaruh sebesar 0,46 % dan 0,70 %.
2. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap efisiensi pengadaan material untuk meminimalisasi
limbah konstruksi adalah Manajemen pengiriman bahan yang efektif (X3) dengan nilai estimate
terbesar 44,5 %.

DAFTAR PUSTAKA
Ajayi, S. O., & Oyedele, L. O. (2018). Waste-efficient materials procurement for construction projects: A
structural equation modelling of critical success factors. Waste Management, 75, 60–69.
https://doi.org/10.1016/j.wasman.2018.01.025
Ajayi, S. O., Oyedele, L. O., Bilal, M., Akinade, O. O., Alaka, H. A., & Owolabi, H. A. (2017). Critical
management practices influencing on-site waste minimization in construction projects. Waste
Management, 59, 330–339. https://doi.org/10.1016/j.wasman.2016.10.040
Ajayi, S. O., Oyedele, L. O., Bilal, M., Akinade, O. O., Alaka, H. A., Owolabi, H. A., & Kadiri, K. O.
(2015). Waste effectiveness of the construction industry: Understanding the impediments and
requisites for improvements. Resources, Conservation and Recycling, 102, 101–112.
https://doi.org/10.1016/j.resconrec.2015.06.001
Augusty, Ferdinand (2013). Metode Penelitian Manajemen. Semarang. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Bell, L. C., & Stukhart, G. (1986). Attributes of materials management systems. Journal of Construction
Engineering and Management, 112(1), 14–21. https://doi.org/10.1061/(ASCE)0733-
9364(1986)112:1(14)
Chen, Y.Q., Zhang, Y.B., Liu, J.Y., Mo, P., 2012. Interrelationships among critical success factors of
construction projects based on the structural equation model. J. Manage. Eng. 28 (3), 243–251.
de Maio, A., & Laganà, D. (2020). The effectiveness of Vendor Managed Inventory in the last-mile
delivery: An industrial application. Procedia Manufacturing, 42, 462–466.
https://doi.org/10.1016/j.promfg.2020.02.047
Fulford, R., & Standing, C. (2013). Construction industry productivity and the potential for collaborative
practice. JPMA. https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2013.05.007
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

48
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E., 2006. Multivariate data analysis: A global
perspective. sixth ed. Prentice Hall, Upper Saddle River, N
Illingworth, J.R. (1998): Construction Methods And Planning. E & FN Spon. London
Kline, R.B., 2010. Principles and Practice Of Structural Equation Modelling. Guilford Publications,
New York
Mainul Islam, M.D., Faniran, O.O., 2005. Structural equation model of project planning effectiveness.
Constr. Manage. Econ. 23 (2), 215–223
Makwana, A. H., Mata, R. M., & Pitroda, J. R. (n.d.). Source Identification and Minimization of Waste in
Building Construction Using Rii and Imp . I . Method. 1–11.
Nugraha,Paulus;Natan,Ishak, 1985. Manajemen Proyek Konstruksi Jilid I, Kartika Yuda
Sugiyono (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv.
Xiong, B., Skitmore, M., Xia, B., 2015. A critical review of structural equation modeling applications in
construction research. Automat. Constr. 49, 59–70

49
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN MORFODINAMIKA PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

Hamammi Ahdannabiel1*, Radianta Triatmadja2, Nur Yuwono2


1
Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Gajah Mada
2
Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Gajah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Kab. Sleman, Yogyakarta, 55281
*
Email: hamammi.ahdannabiel@gmail.com*, radianta@ugm.ac.id, nuryuwono@ugm.ac.id

Abstrak
Pantai dapat digambarkan sebagai daerah yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Permasalahan yang sering terjadi di pantai adalah erosi pantai. Erosi pantai memiliki pengaruh
terhadap perubahan garis pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan garis pantai
yang terjadi di sekitar groin Pantai Widuri. Analisis perubahan garis pantai menggunakan aplikasi
DSAS dan software MIKE21. Citra satelit yang digunakan adalah citra Landsat. Waktu perekaman citra
selama 8 (delapan) tahun dari tahun 2013 – 2020 dan modul yang digunakan untuk pemodelan MIKE21
adalah modul FlowModel FM, Spectral Wave dan Sand Transport. Parameter yang digunakan sebagai
inputan untuk mendapatkan besaran nilai sediment trasport adalah data angin hasil reanalysis ERA5
selama 11 (sebelas) tahun dari tahun 2010 – 2020 yang kemudian diolah menggunakan metode SMB.
Rumus empiris yang digunakan untuk melakukan prediksi nilai besaran LST menggunakan rumus dari
CERC dan Walton Jr. Hasil analisis menunjukkan, hampir seluruh bagian dari Pantai Widuri
mengalami akresi, dengan besaran LST per tahunnya memiliki nilai bervariasi untuk setiap musimnya.
Kecepatan arus sejajar pantai di lapangan sebesar 0.834 m/s dan 0.512 m/s.

Kata kunci: Akresi, Groin, MIKE21, Perubahan Garis Pantai

PENDAHULUAN
Pantai adalah wilayah yang sangat dinamis karena di wilayah ini antara darat, udara, dan laut saling
berinteraksi satu sama lain sehingga pantai akan terus menerus mencari kesetimbangan alami dimana
akan memiliki dampak terhadap perubahan garis pantai (Arief dkk., 2011). Perubahan garis pantai
menjadi sebuah permasalahan yang sering terjadi di perairan pantai Utara Jawa akibat dari erosi dan
sedimentasi yang berlebihan. Salah satu pantai yang mengalami erosi adalah pantai Widuri yang terletak
di Kabupaten Pemalang.
Perairan Pantai Widuri memiliki panjang garis pantai sejauh ± 2 (dua) km dengan ± 1.4 (satu koma
empat) km dibangun groin. Secara geografis Pantai Widuri terletak di antara 109° 22’ 03.7” - 109° 22’
48” BT dan 6° 51’ 40” - 6° 51’ 43” LS. Kawasan pantai Widuri masuk ke dalam zona rawan terhadap
gelombang pasang dan erosi pantai. Kondisi perairan Pantai Widuri mirip dengan yang ada di sepanjang
pantai Utara Jawa yaitu perairan dangkal dengan kemiringan landai, hal ini diperkuat oleh Aguilar dkk,
(2010) yang menjelaskan bahwa daerah pesisir dengan kontur perairan landai seperti daerah dimana
proses pasang surut/macrotidal sering terjadi, garis pantai dapat bergeser secara cepat. Pantai Widuri
memiliki muara sungai yang banyak menyimpan sedimen, sehingga secara umum garis pantai akan
mengalami perkembangan karena pada umumnya muara sungai memiliki material tersuspensi tinggi yang
berasal dari sungai tersebut.
Oleh masyarakat sekitar, Pantai Widuri digunakan sebagai tempat wisata dan juga pemukiman
sedangkan di muara sungainya digunakan sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kegiatan masyarakat
ini dapat mempercepat terjadinya erosi pantai yang berefek kepada perubahan garis pantai. Untuk melihat
perubahan garis pantai dapat menggunakan alat bantu, yaitu berupa pemodelan ataupun menggunakan
citra satelit. Menurut Kasim (2012), menggunakan alat bantu dalam memonitoring perubahan garis pantai
dapat memberikan keuntungan karena mampu menganalisa dalam jangkauan yang luas dan juga
menghemat pengeluaran biaya.
Kajian perubahan garis pantai diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah
Kabupaten Pemalang dan berbagai pihak lainnya sehingga memiliki informasi tambahan yang berguna
dalam pengelolaan wilayah pesisir.

50
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI
Perubahan Garis Pantai
Data garis pantai diperoleh dari citra Landsat. Citra yang digunakan adalah citra dengan waktu
perekaman tahun 2013 – 2020 yang terekam pada musim Peralihan II. Citra dikoreksi secara radiometrik
dan geometrik. Perubahan garis pantai kemudian diolah menggunakan bantuan aplikasi DSAS (Digital
Shoreline Analysis System). Titik dasar dibentuk oleh perpotongan garis transek yang dibuat oleh
pengguna dan garis pantai berdasarkan waktu dan digunakan DSAS sebagai panduan pengukuran
(Istiqomah dkk., 2016; Salmon dkk., 2019). Oleh karena itu, pembaharuan garis pantai perlu dilakukan
secara berkala dimana data mengenai wilayah pesisir perlu dikelola secara baik sehingga dapat digunakan
untuk perlindungan pesisir atau dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana pembangunan
jangka panjang untuk wilayah pesisir (Guariglia dkk., 2006).

Peramalan Data Gelombang


Peramalan data gelombang dilakukan menggunakan data angin reanalysis ERA5 yang kemudian
diolah dengan menggunakan metode SMB (Svedrum Munk Bretschneider). Data angin yang digunakan
adalah data angin perjam selama 10 (sepuluh) tahun, tahun 2010 – 2020. Data angin reanalysis ERA5
dapat diunduh melalui https://climate.copernicus.eu/.
Berdasarkan hasil peramalan gelombang dengan menggunakan metode SMB diperoleh nilai berupa
tinggi gelombang signifikan (Hs) dalam satuan meter dan periode gelombang signifikan (Ts) dalam
satuan detik. Menurut CERC (1984) dalam Yulius dkk (2020), ada beberapa tahapan yang perlu
dilakukan untuk melakukan peramalan gelombang, antara lain: melakukan filter data angin, menghitung
panjang fetch efektif, dan menghitung tinggi dan periode gelombang laut. Triatmodjo (1999) dalam
Satriadi (2012), menjelaskan bahwa tinggi gelombang signifikan (Hs) dan periode gelombang signifikan
(Ts) diperoleh dengan menggunakan metode statistik 33,3% yaitu dengan mengurutkan nilai H dan T dari
yang tertinggi hingga terendah, kemudian diambil 33,3% nilai tertinggi dari keseluruhan data.
Nilai Hs dan Ts digunakan untuk menganalisis parameter gelombang yang ada seperti: panjang
gelombang laut dalam (L0), panjang gelombang (L), kedalaman perairan relatif (d/L), koefisien shoaling
(Ks), koefisien refraksi (Kr), sudut gelombang pecah (αb) kedalaman gelombang pecah (db), ketinggian
gelombang pecah (Hb), dan kecepatan arus sejajar pantai (V) dimana nilai db dan Hb akan digunakan
untuk menghitung besaran LST (Harahab dkk., 2017; Yulius dkk., 2020).

Simulasi Pemodelan MIKE21


MIKE21 adalah sebuah perangkat lunak yang dapat mensimulasikan model hidrodinamika dalam
bentuk 2 (dua) dimensi berdasarkan pendekatan grid atau mesh (DHI, 2012). MIKE21 dapat untuk
mensimulasikan gelombang, sedimen, aliran dan ekologi baik wilayah pantai atau wilayah sungai. Pada
penelitian ini menggunakan 3 modul yaitu Flow Model FM, Spectral Waves FM, dan Sand Transport.
Dalam melakukan pemodelan menggunakan MIKE21 diperlukan untuk membuat mesh terlebih
dahulu yang berasal dari data bathimetri dan data garis pantai. Data yang diperlukan untuk modul Flow
Model FM adalah mesh, data angin dan data pasang surut sedangkan untuk modul Spectral Waves adalah
data gelombang, data angin, dan data area series yang berasal dari hasil modul Flow Model FM.
Kemudian untuk modul Sand Transport berupa data karakteristik sedimen berupa ukuran butir sedimen
d50, hasil pemodelan modul Spectral Waves dan mesh.

Transpor Sedimen Sejajar Pantai


Transpor sedimen pantai dapat terjadi akibat adanya aktivitas fisik berupa gelombang, oleh karena
itu transpor sedimen akan terjadi sepanjang tahun dimana arah dan besaran transpor akan mengalami
perbedaan, bergantung dari musim yang sedang terjadi. Untuk mendapatkan nilai besaran sedimen
transport dapat menghitung dengan menggunakan persamaan empiris (Dahuri dkk., 2001).
Besaran nilai transpor sedimen pantai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Qn = Qrt – Qlt (1)
dengan:
Qrt = Transpor Sedimen Sejajar Pantai Musim Barat (m3/tahun)

51
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Qlt = Transpor Sedimen Sejajar Pantai Musim Timur (m3/tahun)

Persamaan CERC
Menurut CERC (1984), dengan menghitung besar nilai energi fluks gelombang dapat digunakan
untuk melakukan pendekatan dalam menghitung besaran transport sedimen sejajar pantai dengan
menggunakan persamaan berikut:

P1 (2)
dengan:
Eb = Energi Gelombang
Cgb = Kecepatan Grup Gelombang Pada Saat Gelombang Pecah

Eb (3)
Cgb (4)
dengan:
= Sudut Datang Gelombang Pecah (°)
Hb = Tinggi Gelombang Pecah (m)
db = Kedalaman Gelombang Pecah (m)

Sehingga nilai transport sedimen sejajar pantai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:

(5)
dengan:
Q = Transport Sedimen Sejajar Pantai (m3/tahun)
K = Konstanta
ρs = Densitas Sedimen (kg/m3)
ρ = Densitas Air Laut (kg/m3)
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
p = Faktor Porositas (0,4)
T = Periode Gelombang (s)
A =
= Sudut Datang Gelombang Pecah (°)

Persamaan Walton Jr dan Bruno


Walton Jr dan Bruno (1989), mengusulkan rumus empiris untuk mengukur transport sedimen
dengan berdasarkan nilai tinggi gelombang pecah dan arus sejajar pantai. Rumus yang diusulkan sebagai
berikut:
(6)

(7)
dengan:
V = Rata-rata Kecepatan Arus Sejajar Pantai (m/s)
W = Lebar Surf Zone (m)
Cf = Koefisien Friksi (0,005) (Shanas and Kumar, 2014)
m = Gradien Kemiringan Lereng
= Teori Kecepatan Arus Sejajar Pantai Dengan Parameter
Campuran (0,4) (Longuet‐ Higgins, 1970)

52
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Lapangan
Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran dan observasi lapangan yang dilakukan pada lokasi
penelitian. Tinggi gelombang dan periode gelombang lapangan termasuk kecil dengan tinggi gelombang
pada masing-masing titik pengambilan adalah 31 cm dan 49 cm sedangkan untuk periode gelombang
adalah 2.4 detik dan 4.38 detik (Ahdannabiel, 2017; Gusnanto, 2017). Hal ini memiliki keterkaitan erat
dengan lemahnya angin yang bertiup.
Sistem monsun yang dominan di perairan Asia Tenggara berdampak besar kepada pola dan arah
angin (Wyrtki, 1961). Arah angin yang dominan selama musim Timur (Juni-Agustus) adalah Tenggara
dan Timur. Sedangkan selama musim Barat dominan angin berasal dari Barat dan Barat Laut. Selama
musim Peralihan angin menjadi tidak menentu.
Kecepatan angin antara 1 – 5 knot dapat menghasilkan gelombang setinggi 0.5 m sedangkan untuk
kecepatan 7 – 16 knot membentuk gelombang antara ketinggian 0.5 – 20 m (Wrytki, 1961; Sorensen,
1991).

Tabel 1. Karakter Gelombang di Pantai Widuri


Titik 1 Titik 2
S 06° 51' 39.9" S 06° 51' 42.1"
Posisi
E 109° 22' 40.3" E 109° 22' 09.0"
Tanggal 29/08/2016 21/05/2016
α0 (°) 45 35
Hs (m) 0.49 0.31
Ts (s) 4.38 2.4
Hb (m) 0.3836 0.1940
db (m) 0.4348 0.2231
V (m/s) 0.8339 0.5122

Peramalan Gelombang
Hasil peramalan gelombang menggunakan metode SMB, diperoleh nilai tinggi gelombang
signifikan (Hs) dan nilai periode gelombang signifikan (Ts) pada musim barat sebesar 0.563 meter dan
3.866 detik. Sedangkan untuk musim timur diperoleh nilai tinggi gelombang signifikan (Hs) dan nilai
periode gelombang signifikan (Ts) sebesar 0.441 meter dan 4.418 detik. Hasil peramalan gelombang
kemudian di validasi dengan data lapangan menggunakan metode CF didapatkan nilai sebesar 0.049
untuk parameter H dan 0.581 untuk parameter T.
Peramalan gelombang, kemudian dibuat wave rose untuk melihat dominansi arah datang gelombang.
Sehingga diperoleh besaran sudut datang gelombang (α0) untuk musim Barat sebesar 345° dan musim
Timur 85°.

53
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

a) b)

Gambar 1. (a) Mawar Gelombang Musim Barat Tahun 2010 – 2020 dengan Dominansi Berasal
dari Arah Barat Laut dan Utara (b) Mawar Gelombang Timur Tahun 2010 – 2020 dengan
Dominansi Berasal dari Arah Timur

Perubahan Garis Pantai


Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat yang mana citra Landsat memiliki
resolusi spasial 30 m. Semua citra yang digunakan dalam penelitian diambil selama musim transisi kedua.
Variasi perubahan garis pantai selama 8 (delapan) tahun terakhir (2013 – 2020) dapat dilihat pada gambar
2. Hasil pengolahan citra menunjukkan bahwa garis pantai Widuri selama 8 (delapan) tahun terakhir
cenderung mengalami penambahan panjang garis pantai. Pada tahun 2013 luas wilayah pantai adalah
63.862 m2 sedangkan tahun 2020 bertambah menjadi 100.812 m2 sedangkan untuk panjang garis pantai
pada tahun 2013 sepanjang 1486 m sedangkan tahun 2020 bertambah menjadi 1503 m. Tidak hanya
faktor morfodinamik saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan garis pantai, ada faktor lain yang
berperan dalam pertumbuhan garis pantai seperti terdapatnya bangunan pelindung pantai berupa groin.
Karena fungsi dari groin itu sendiri adalah untuk memerangkap sedimen supaya terjadinya pertumbuhan
garis pantai.

Gambar 2. Peta Perubahan Garis Pantai dengan Menggunakan Citra Landsat Sepanjang Tahun
2013 – 2020 Menunjukkan Terjadi Akresi di Sepanjang Pantai Widuri

Transpor Sedimen Sejajar Pantai


Menurut CEM (2002), selisih antara nilai transpor sedimen pada musim barat dan musim timur
adalah sebagai besaran nilai transpor sedimen per tahun. Jika besar transpor sedimen bernilai positif maka
arah dari transpor sedimen menuju arah barat sedangkan bernilai negatif menuju ke arah timur.
Nilai Qn untuk titik 1 menurut persamaan CERC sebesar 5.621 x 103 m/tahun untuk titik 2 sebesar
5.155 x 103 m/tahun sedangkan untuk persamaan Walton Jr nilainya lebih besar yaitu untuk titik 1 adalah
15.847 x 103 m/tahun dan titik 2 sebesar 13.210 x 103 m/tahun.

54
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari persamaan CERC dan Walton Jr untuk di kedua titik memiliki nilai positif, sehingga
menunjukkan bahwa dominansi ke arah musim barat dan dominansi terjadinya akresi seperti ditunjukkan
pada gambar 2.

Tabel 2. Nilai LST per Musim per Tahun


CERC Walton Jr NET
Titik Musim
Q (m3/yr) Q (m3/yr) CERC Walton Jr
Lapangan 20.6622337 63.80489832
Barat 20.14744725 63.87728553
1 Peralihan 1 17.03645526 56.02762319
5.621 15.847
Timur 10.11304698 37.57407467
Peralihan 2 21.44958911 66.48418476

Tabel 3. Nilai LST per Musim per Tahun (Lanjutan)


CERC Walton Jr NET
Titik Musim
Q (m3/yr) Q (m3/yr) CERC Walton Jr
Lapangan 3.268458595 21.08086531
Barat 20.36517735 65.56219295
2 Peralihan 1 17.31114101 58.22579097
5.155 13.210
Timur 10.20466596 38.52100121
Peralihan 2 22.31698106 72.0572966

Pemodelan MIKE21
Pemodelan tinggi gelombang dan pemodelan sedimen dasar menggunakan program MIKE21
menggunakan modul yang berbeda. Untuk tinggi gelombang menggunakan modul Spectral Wave
sedangkan sedimen dasar menggunakan modul Sand Transport. Hasil dari kedua model tersebut
sama-sama ditampilkan dalam gradien warna untuk memudahkan dalam visualisasi.

(a) (b)

Gambar 3. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang pada Musim Barat Tahun 2010 – 2020
Menujukkan Gelombang Bergerak Dari Arah Barat Kemudian Berbelok Menuju Pantai Dimana
Selama Menjalar Mengalami Transformasi Gelombang Berupa Shoaling Dan Refraksi (b) Hasil
Pemodelan Tinggi Gelombang pada Timur Tahun 2010 – 2020 Menujukkan Gelombang
Bergerak dari Arah Timur Laut Menuju Pantai Mengalami Tranformasi Gelombang Akibat
Perubahan Dasar Laut

55
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pemodelan gelombang dengan menggunakan MIKE21 mununjukkan bahwa tinggi gelombang


yang ada di depan jetty muara berkisar 10 – 20 cm dan tinggi gelombang yang ada di sekitar groin
pantai adalah 0 – 10 cm pada musim barat, sedangkan pada musim timur tinggi gelombang lebih
merata di nilai 10 – 20 cm. Arah penjalaran gelombang juga mengalami pembelokan. Pembelokan
yang terjadi pada saat penjalaran gelombang dikarenakan perbedaan kontur kedalaman. Sorensen
(2006) dalam Amalia dkk (2014), menjelaskan bahwa gelombang yang merambat dari perairan
dalam menuju ke perairan rendah akan mengalami sebuah efek yang dinamakan refraksi dimana
perubahan arah rambat gelombang akibat perbedaan kedalaman dan akan berusaha tegak lurus
dengan kontur garis pantai.
Pada pemodelan sedimen dasar terlihat hasil perubahan garis pantai setiap tahunnya. Perubahan
yang terjadi diakibatkan oleh adanya proses sedimentasi ataupun proses erosi perairan. Hasil
pemodelan menunjukkan adanya sedimentasi baik yang ada di sekitar groin ataupun disekitar jetty
muara dengan tingkatan yang berbeda.

Gambar 4. Hasil Perubahan Garis Pantai Menggunakan Pemodelan MIKE21 dari Tahun 2013
– 2020

Hasil antara citra Landsat dengan pemodelan MIKE21 terlihat jarak yang sangat berbeda.
Perbedaan ini terjadi karena resolusi temporal dari citra yang digunakan. Citra Landsat memiliki
resolusi temporal 30 m serta memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya seperti tutupan awan
dan kemiringan satelit. Sehingga pada saat digitasi akan terjadi penyimpangan seperti berada jauh di
depan groin dan cenderung lurus, sedangkan pada hasil MIKE21 cenderung berada di sekitar groin
lebih terlihat posisi sedimentasi dan abrasi dikarenakan MIKE21 memiliki keunggulan dalam
akurasi yang tinggi. Untuk perubahan garis pantai dengan skala besar antara citra Landsat dengan
MIKE21 akan terlihat sama akan tetapi untuk perubahan garis pantai yang skala kecil akan sangat
susah terlihat menggunakan citra.
Berdasarkan hasil penelitian Ahdannabiel dkk., (2017) sedimen yang ditemukan pada perairan
Pantai Widuri berupa pasir dan pasir lanauan. Dari hasil peramalan gelombang baik secara
matematis maupun dengan software tinggi gelombang di Pantai Widuri relatif kecil, kurang dari 1 m.
Dengan ketinggian gelombang yang rendah tidak memiliki banyak pengaruh terhadap sebaran
sedimen. Rendahnya tinggi gelombang juga disebabkan oleh kontur yang landai dan kecepatan angin
yang lemah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa perairan pantai
Widuri dilihat dari citra Landsat selama 8 (delapan) tahun (2013 – 2020) didominasi dengan proses
akresi. Hasil ini didukung dengan rendahnya tinggi gelombang di pantai widuri yang mana tinggi
gelombang di bawah 1 m, nilai LST dari kedua persamaan bernilai positif dan juga ada nya groin di
sekitar Pantai Widuri, dimana fungsi groin itu sendiri digunakan untuk memerangkap sedimen supaya
garis pantai mengalami kemajuan. Kecepatan arus sejajar pantai cenderung rendah, yaitu 0.834 m/s dan
0.512 m/s.

56
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah pantai widuri kedepannya
baik untuk melakukan mitigasi wilayah ataupun pengembangan wilayah pesisir. Penelitian ini masih
dapat dikembangkan mengingat penelitian di wilayah perairan pantai Widuri masih sangat minim, seperti
kajian sebaran sedimen di muara sungai, kajian besaran muatan sedimen yang masuk ke wilayah pantai,
dan kajian bathimetri untuk alur pelayaran.

TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam memberikan kontribusi untuk menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aguilar, F.J., Fernández, I., Pérez, J.L., López, A., Aguilar, M.A., Mozas, A., and Cardenal, J. 2010.
Preliminary Results on High Accuracy Estimation of Shoreline Change Rate Based on Coastal
Elevation Models. International Archives of the Photogrametry, Remote Sensing and Spatial
Information Science. Vol 38 (8): 986-991. Kyoto.
Ahdannabiel, H., Widada, S., dan Hariadi. 2017. Distribusi Sedimen Dasar Akibat Arus Sejajar Pantai di
Sekitar Groin di Perairan Pantai Widuri Pemalang. Jurnal Oseanografi. Vol 6 (4): 650-658.
Amalia, R., Warsito, A., dan Purwanto. 2014. Studi Refraksi dan Difraksi Gelombang pada Rencana
Bangunan Pelabuhan di Tanjung Bonang, Kabupaten Rembang. Jurnal Oseanografi. Vol 3 (4):582 –
588.
Arief, M., Winarso, G., dan Prayogo, T. 2011. Kajian perubahan garis pantai menggunakan data satelit
Landsat di Kabupaten Kendal. J. Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital. Vol8(1):
71-80.
CEM. 2002. Coastal Engineering Manual. Dept of the Army, U.S. Army Corps of Engineers. Washington D.C.
CERC. 1984. Shore Protection Manual. Vol 1, 4th Ed, US Army Corps of Engineers, Washington D.C.
Government Printing Office, Vicksburg.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pantai dan
Laut Secara Terpadu. P.T Pradnya Paramita, Jakarta.
Guariglia, A., Buonamassa, A., Losurdo, A., Saladino, R., Trivigno, M.L., Zaccagnino, A., and
Colangelo, A. 2006. A Multisource Approach for Coastline Mapping and Identification of Shoreline
Changes. Annals of Geophysics. 49(1): 295-304.
Gusnanto, H.N.O.H. 2017. Study Run Up Gelombang pada Jetty Muara di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tanjungsari, Kabupaten Pemalang. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Harahab, M.I., Sugianto, D.N., dan Purwanto. 2017. Analisis Transformasi dan Spektrum Gelombang
Berarah di Perairan Sayung Demak Jawa Tengah. Jurnal Oseanografi. Vol 6(1): 89-99.
Istiqomah, F., Sasmito, B., dan Amarrohman. F.J. 2016. Pemantauan Perubahan Garis Pantai
Menggunakan Aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) Studi Kasus: Pesisir Kabupaten
Demak. Jurnal Geodesi Undip. Vol 5 (1): 78-89.
DHI. 2012. MIKE 21 & MIKE 3 Flow Model FM, Sand Transpor Module, Scientific Documentation.
MIKE BY DHI, Edition 2012.
Kasim, F. 2012. Pendekatan Beberapa Metode Dalam Monitoring Perubahan Garis Pantai Menggunakan
Dataset Penginderaan Jauh Landsat dan SIG. J. Ilmiah Agropolitan. 5(1): 620- 635.
Longuet-Higgins, M.S. 1970. Longshore Currents Generated by Obliquely Incident Sea Waves: 1. J. Geophys. Res.
75(33): 6778-6789.
Salmon, C., Duvat, V.K.E., and Laurent, V. 2019. Human- and Climate-Driven Shoreline Changes on a Remote
Mountainous Tropical Pacific Island: Tubuai, French Polynesia. Anthropocene. 25: 100191.
Satriadi, A. 2012. Studi Batrimetri dan Jenis Sedimen Dasar Laut di Perairan Mariana, Semarang, Jawa
Tengah. Buletin Oseanografi Marina. Vol 1. 53 – 62.
Shanas, P.R., and Kumar, V.S. 2014. Coastal Processes and Longshore Sediment Transport along Kundapura Coast,
Central West Coast of India. Geomorphology. 214: 436-451.
Sorensen, R.M. 1991. Basic Coastal Enginering. John Wiley & Sons, New York.

57
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Sugianto, D.N. 2010. Model Distribusi Data Kecepatan Angin dan Pemanfaaatannya Dalam Peramalan
Gelombang di Perairan Laut Paciran, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 15(3): 143-152.
Walton, Jr. T.L., and Bruno. R.O. 1989. Longshore Transport at a Detached Breakwater, Phase II.
Journal of Coastal Research. Vol 5 (4):679-691.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asian Waters. Vol. 2. Naga Report. Univ. of
California, La Jolla, San Diego.
Yulius., Putra, N.K.K., Rochaddi, B., dan Ramdhan, M. 2020. Abrasi dan Akresi Berdasarkan Longshore
Sediment Transport Serta Perubahan Garis Pantai: Studi Kasus Pantai Pulau Cemara Besar,
Karimunjawa. Jurnal Segara. Vol 16. No 3. 197-208.

58
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PEMANFAATAN LIMBAH BETON UNTUK PERBAIKAN KUAT GESER


TANAH DESA KARANGJATI, KECAMATAN KARANGJATI, KABUPATEN
NGAWI

Qunik Wiqoyah1, Anto Budi Listyawan2 Oky Kurnia 3


1,2,3)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl.Ahmad Yani, Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura, Surakarta, Jawa Tenan Indonesia
Email : qunik_w@yahoo.co.id

Abstrak
Hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan pada tanah Desa Karangjati, Kecamatan Karangjati,
Kabupaten Ngawi didapatkan nilai LL = 63,00%,PL = 30,26 %,SL = 21,12 %,dan PI = 31,74 %. Nilai
PI sebesar 31,74 % (lebih dari 17%) merupakan tanah lempung dengan plastisitas tinggi sehingga perlu
dilakukan perbaikan tanah. Perbaiakan gradisi tanah dengan memanfaatkan limbah beton, ini bertujuan
untuk meningkatkan kuat geser tanah lempung tersebut. Besarnya variasi penambahan limbah beton
adalah : 0%,5%,7,5%,10%,12,5,dan 15% terhadap berat sampel tanah kering udara. Pengujian yang
dilakukan meliputi sifat fisis dan sifat mekanis pada tanah asli dan tanah campuran. Hasil uji sifat fisis,
nilai kadar air,batas cair,indeks plastisitas,dan persentase lolos saringan No. 200 mengalami penurunan
terhadap bertambahnya persentase penambahan limbah beton, sedangkan berat jenis, batas plastisitas,
dan batas susut mengalami kenaikan. Berdasarkan metode AASHTO, tanah campuran limbah beton
variasi 0% - 12,5% termasuk kelompok A-7-5 sedangkan tanah dengan campuran limah beton 15%
termasuk kedalam A-5. Menurut metode USCS, tanah asli termasuk dalam kelompok CH, sedangkan
tanah campuran limbah beton 5% dan 7,5% termasuk kelompok MH, dan tanah campuran dengan
limbah beton 10% sampai 15% termasuk kelompok ML. Hasil uji pemadatan didapatkan nilai berat
volume kering mengalami kenaikan dan nilai kadar air optimum mengalamai penurunan seiring
bertambahnya presentase limbah beton, sedangkan uji kuat geser tanah didapatkan nilai kohesi (c) dan
sudut gesek dalam (Ǿ) mengalami kenaikan, begitu pula nilai kuat gesernya mengalami kenaikan pada
setiap penambahan limbah beton.

Kata Kunci :stabilisasi, tanah lempung, limbah beton, kuat geser

PENDAHULUAN
Di daerah Karangjati, Ngawi banyak terjadi kerusakan konstruksi bangunan seperti dinding
bangunan mengalami retak-retak, sedangkan pada ruas jalan mengalami kerusakan cukup parah seperti
bergelombang, retak-retak dan berlubang. Usaha perbaikan telah dilakukan berulang kali tetapi masih
sering mengalami kerusakan. Hal tersebut terjadi diperkirakan akibat tanah dasar (subgrade) tidak mampu
mendukung beban-beban di atasnya.
Berdasarkan hasil uji pendahuluan, didapatkan nilai LL = 63,00%, PL = 30,26 %, SL = 21,12 %, dan
PI = 31,74 %. Berdasarkan nilai PI = 31,74 % (lebih dari 17%) maka tanah di Desa Karangjati,
Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi termasuk tanah lempung dengan plastisitas tinggi, karena nilai
plastisitas indeks > 17%, sehingga perlu dilakukan perbaikan tanah. Perbaikan tanah secara mekanis ini
menggunakan limbah beton sebagai bahan stabilisasinya untuk meningkatkan kuat geser tanah tersebut.
Limbah beton yang digunakan merupakan hasil pembuangan sisa-sisa praktikum teknologi beton di
Laboratoriun Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penggunaan limbah beton sebagai bahan perbaikan tanah lempung bisa lebih meningkatkan sifat-
sifat fisis tanah dibandingkan dengan tanah aslinya. Tanah lempung mengalami perbaikan parameter kuat
geser ketika diberi campuran limbah beton dengan persentase yang telah digunakan. Semakin banyak
limbah beton yang digunakan maka semakin baik juga nilai sudut gesek dalam dan nilai kohesinya
(Solekan, 2014).
Nilai kuat geser tanah dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
τ = C + σ tan Ǿ
dengan τ = kuat geser tanah (kN/m2),
c = kohesi tanah,
φ = sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern,

59
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2).


METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta dan
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Negeri Sebelas Maret dimulai dari pengujian Atterberg Limits,
berat jenis, kadar air, analisis saringan, uji pemdatan, dan uji kuat geser, sedangkan tahap-tahap penelitian
diuraikan sebagai berikut:
Penelitian ini diawal dengan studi literatur, penyediaan bahan berupa sampel tanah yang diambil
dari Desa Karangjai, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi yang dilakukan pengeringan dan
penyaringan lolos saringan Nomor 4, limbah beton didapat dari sisa-sisa hasil praktikum teknologi beton
di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan lolos saringan Nomor 4, dan persiapan
alat pengujian. Setelah pengadaan alat dan bahan kemudian dilakukan pengujian sifat fisis tanah yang
meliputi uji kadar air, berat jenis, Atteberg Limits, dan analisis ukuran butir tanah, sedangkan pada limbah
beton dilakukan uji sifat fisis berupa berat jenis.Tahap kedua dilakukan pembuatan benda uji tanah asli
dan tanah campuran dengan limbah beton dengan variasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15% terhadap berat
total tanah kering udara yang selanjutnya dilakukan pemeraman selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan uji
pemadatan tanah dengan pemadatan Standard Proctor untuk mendapatkan nilai kadar air optimum (wopt)
dan γdmaks. Setelah diketahui nilai kadar air optimum (wopt) dan γdmak, kemudian dilakukan pembuatan
benda uji tanah asli dan tanah campuran dengan limbah beton dengan variasi 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan
15% terhadap berat total tanah kering udara dengan penambahan air sesuai dengan kadar air optimum.
Selanjutnya dilakukan pemeraman selama 24 jam terhadap benda uji, kemudian dilakukan uji kuat
geser.Tahapan selanjutnya merupakan tahap analisis data dan pembahasan dari hasil pengujian yang telah
dilakukan, serta pengambilan kesimpulan dan saran jika diperlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Sifat Fisis Tanah Asli dan Tanah Campuran
Hasil pengujian sifat fisis tanah asli dan tanah campuran yang telah dilakukan di Laboratorium
Universitas Muhammadiyah Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji sifat fisis tanah asli dan tanah campuran
Tanah Limbah Penambahan Limbah Beton
No Pengujian
Asli Beton 5% 7,5% 10% 12,5% 15%
1 Kadar Air 8.24 2.04 4.93 4.84 4.65 4.20 4.16
2 Berat Jenis (Spesific Gravity) 2.60 3.07 2.71 2.71 2.72 2.74 2.74
3 Batas Cair (Liquid Limit) 63.00 58.65 53.65 47.21 46.87 42.45
4 Batas Plastis (Plastic Limit) 30.26 30.47 31.02 31.08 31.89 32.38
5 Batas Susut (Shrignkage Limit) 21.12 28.18 23.02 24.70 28.22 30.07
6 Indeks Plastisitas (Plasticity Index) 32.74 28.17 22.63 16.13 14.98 10.08
7 Kelompok Indeks (GI) 24.91 19.33 15.33 11.34 10.19 7.63
8 Lolos Saringan No.200 74.00 68.00 65.00 63.00 60.00 58.00
9 Klasfisikasi AASHTO A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-5
10 Klasifikasi USCS CH GW MH MH ML ML ML

Uji kadar air tanah asli kering udara didapatkan nilai sebesar 8,24%, akan tetapi setelah dilakukan
penambahan limbah beton nilai kadar air selalu mengalami penurunan. Nilai kadar air terendah pada
penambahan limbah beton 15% yaitu 4,16%. Hal tersebut disebabkan nilai kadar air pada tanah asli lebih
besar dibandingkan dengan nilai kadar air limbah beton dan adanya kemungkinan limbah beton dapat
menyerap air, sehingga pada setiap presentase penambahan limbah beton kadar air mengalami penurunan.
Hubungan kadar air terhadap penambahan limbah beton dapat dilihat pada Gambar 1.

60
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

9,0 8,24

Kadar Air (%)


8,0
7,0
6,0 4,93 4,84 4,65
5,0 4,20 4,16
4,0
3,0
2,0
1,0
0 5 10 15
Persentase Limbah Beton (%)

Gambar 1. Grafik Hubungan Kadar Air dengan Presentase PenambahanLimbah Beton

Uji specific gravity tanah asli didapatkan nilai sebesar 2,601 akan tetapi setelah dilakukan
penambahan limbah beton terhadap tanah asli, nilai berat jenis mengalami kenaikan. Nilai specific gravity
tertinggi pada penambahan limbah beton 15% yaitu 2,744. Nilai specific gravity pada setiap penambahan
limbah beton selalu mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan nilai spesific gravity limbah beton lebih
besar dibandingkan dengan nilai berat jenis tanah asli. Hubungan berat jenis terhadap penambahan limbah
beton dapat dilihat pada Gambar 2.

3
Berat Jenis

2,9
2,8 2,721
2,705
2,7
2,601 2,711 2,740 2,744
2,6
2,5
0 5 10 15 20
Persentase Limbah Beton (%)

Gambar 2. Grafik Hubungan Berat Jenis dengan Presentase PenambahanLimbah Beton

Nilai batas cair pada tanah asli sebesar 63 %, akan tetapi setelah dilakukan penambahan limbah
beton nilai batas cair mengalami penurunan. Nilai liquid limit yang terendah terjadi pada sampel tanah
dengan penambahan limbah beton 15% yaitu sebesar 42,45%. Penurunan bisa disebabkan karena limbah
beton memiliki gradasi butiran yang lebih besar dari pada tanah asli sehingga mengakibatkan terjadinya
butiran-butiran tanah yang semakin besar dan mengakibatkan nilai kohesi menjadi menurun. Hubungan
batas cair terhadap penambahan limbah beton dapat dilihat pada Gambar 3.

70
63,00 58,65
60 53,65
50 46,87
Batas Cair (%)

40 47,21 42,45
30
20
0 5 10 15 20
Persentase Campuran Limbah Beton (%)

Gambar 3. Grafik Hubungan Batas Cair dengan Presentase PenambahanLimbah Beton

Uji batas plastis mengalami kenaikan karena adanya penambahan limbah beton. Nilai batas plastis
tertinggi pada penambahan limbah beton 15% yaitu sebesar 32,38 %, sedangkan nilai batas plastis
terendah terjadi pada tanah asli yaitu 30,26%. Terjadinya kenaikan nilai batas cair dikarenakan campuran
antara tanah asli dengan limbah beton sehingga mengakibatkan terjadinya butiran-butiran tanah yang
semakin besar yang menyebabkan nilai kohesi menurun.Hubungan batas plastis terhadap penambahan
limbah beton dapat dilihat pada Gambar 4.

61
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

40

35
31,08 32,38

Batas Plastis (%)


30,26 30,47
30 31,02 31,89

25

20
0 5 10 15 20
Persentase Campuran Limbah Beton (%)
Gambar 4. Grafik Hubungan Batas Plastis dengan Presentase PenambahanLimbah Beton

Uji batas susut pada tanah asli didapatkan nilai sebesar 21,12 %, akan tetapi setelah dilakukan
penambahan limbah beton nilai batas susut mengalami kenaikan. Nilai batas susutyang tertinggi terjadi
pada sampel tanah dengan penambahan limbah beton 15% yaitu sebesar 30,07%. Hal tersebut
dikarenakan setiap presentase penambahan limbah beton tidak menyebabkan perubahan volume sehingga
nilai batas susut selalu mengalami kenaikan seiring berta,bahnya limbah beton. Hubungan batas susut
terhadap penambahan limbah beton dapat dilihat pada Gambar 5.
35
Batas Susut (%)

30 28,22 30,07
25 23,02
21,12 24,70
20 22,18
15
10
0 5 10 15 20
Persentase Campuran Limbah Beton(%)

Gambar 5. Grafik Hubungan Batas Susut dengan Presentase Penambahan Limbah Beton

Uji indeks plastisitas mengalami penurunan seiring penambahan limbah beton. Nilai indeks
plastisitas terendah terjadi pada penambahan limbah beton 15% yaitu sebesar 10,08%, sedangkan nilai
indeks plastisitas tertinggi terjadi pada tanah asli yaitu 32,74%. Terjadinya penurunan nilai indeks
plastisitas dikarenakan nilai LL yang cenderung menurun dan nilai PL yang cenderung naik. Hubungan
indeks plastisitas terhadap penambahan limbah beton dapat dilihat pada Gambar 6.

40
Indeks Plastisitas (%)

35
32,74
30 28,17
25
22,63
20 14,98
15
10 16,13 10,08
5
0
0 5 10 15 20
Persentase Campuran Limbah Beton (%)

Gambar 6. Grafik Hubungan indeks plastisitas dengan Presentase Penambahan Limbah Beton

62
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

100
90 Tanah asli

80 5% Limbah
Beton
70 7.5% Limbah
Persentase Lolos
Beton
60 10% Limbah
Saringan (%)
Beton
50 12.5% Limbah
Beton
40 15% Limbah
Beton
Limbah Beton
30
20
10
0
100 1 10 0,1 0,01 0,001
Diameter Saringan (mm)
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Presentase Lolos Saringan dengan Diameter Saringan

Berdasarkan pemeriksaan analisis saringan tanah dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen
lolos saringan dan persen tertahan yang dipakai untuk menganalisis butiran tanah. Hasil uji gradasi
butiran pada tanah campuran limbah beton dengan persentase 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%
didapatkan hubungan antara presentase lolos saringan dengan diameter saringan seperti pada Gambar 7.
Berdasarkan Gambar 7 didapat nilai presentase lolos saringan No.200 seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil presentase tanah lolos saringan No.200


Lolos No.200
No Keterangan
(%)
1 Tanah Asli 74
2 Limbah Beton 1
3 Tanah Asli + 5 % Limbah Beton 68
4 Tanah Asli + 7.5 % Limbah Beton 65
5 Tanah Asli + 10 % Limbah Beton 63
6 Tanah Asli + 12.5 % Limbah Beton 60
7 Tanah Asli + 15 % Limbah Beton 58

Berdasarkan Tabel 2 Persentase tanah yang lolos saringan No.200 semakin menurun karena limbah
beton memiliki gradasi butiran yang lebih besar dari pada tanah asli sehingga mengakibatkan terjadinya
butiran-butiran tanah yang semakin besar dan fraksi yang lolos semakin sedikit. Tanah yang lolos
saringan No.200 terbesar terjadi pada tanah asli yaitu 74% dan terendah pada tanah yang dicampur
dengan limbah beton 15% yaitu sebesar 58%.
Uji klasifikasi tanah asli dan tanah campuran limbah beton 5%, 7,5%, 10%, dan 12,5% menurut
AASHTO termasuk ke dalam kelas A-7-5 yang merupakan material tanah berlempung dengan kualitas
tanah sedang sampai buruk untuk pembangunan kontruksi jalan raya, sedangkan tanah campuran limbah
beton 15% masuk ke dalam kelas A-5 yaitu tanah berlanau sedang sampai buruk. Menurut USCS tanah
asli termasuk ke dalam klasifikasi CH yang merupakan tanah lempung tak organik dengan plastisitas
tinggi, lempung gemuk (fat clays), sedangkan pada tanah campuran limbah beton 5% dan 7,5% masuk
kedalam MH atau OH, sedangkan pada tanah campuran limbah beton dengan variasi 10%, 12,5%, dan
15% termasuk ke dalam klasifikasi tanah ML atau OL, maka dalam menentukan klasifikasi tanah tersebut
digunakan sistem klasifikasi tanah USCS menggunakan LLR. Berdasarkan LL kering oven 50,10% dan
LL kering udara 53,65% maka didapatkan nilai LLR penambahan limbah beton 7,5% yaitu 0,933>0,75,
sedangkan untuk penambahan limbah beton 10% didapatkan nilai LL kering oven yaitu 45,21% dan nilai
LL kering udara 47,21% maka didapatkan nilai LLR 0,95>0,75, sedangkan untuk penambahan limbah
beton 12,5% didapatkan nilai LL kering oven yaitu 40,66% dan nilai LL kering udara 46,87% maka
didapatkan nilai LLR 0,86>0,75, sedangkan untuk penambahan limbah beton 15% didapatkan nilai LL
kering oven yaitu 39,77% dan nilai LL kering udara 42,45% maka didapatkan nilai LLR 0,936>0,75.
Berdasarkan nilai LLR yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa nilai LLR lebih dari 0,75, maka

63
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

klasifikasi tanah campuran limbah beton 10%, 12,5%, dan 15% masuk ke dalam klasifikasi ML yang
merupakan tanah lanau organik atau berlempung dan campuran limbah beton 5% dan 7,5% masuk
kedalam kelas MH yaitu lanau tak organik atau pasir halus diatomae, lanau elastis, sedangkan limbah
beton yang digunakan menurut USCS merupakan dalam kelompok GW yaitu kerikil gradasi baik dan
campuran pasir-kerikil sedikit atau tidak mengandung butiran halus.

Uji Sifat Mekanis Tanah


Uji pemadatan Standard Proctor
Hasil pengujian pemadatan Standard Proctor dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3
menunjukan bahwa nilai berat volume kering mengalami kenaikan pada setiap presentase penambahan
limbah beton. Nilai berat volume kering tertinggi terjadi pada penambahan limbah beton 15% yaitu 1,70
gr/cm2, sedangkan nilai berat volume kering terendah terjadi pada tanah asli yaitu 1,40 gr/cm2. Salah satu
faktor penyebab berat volume kering mengalami kenaikan adalah limbah beton yang mempunyai gradasi
butiran yang lebih besar dibandingkan tanah asli sehingga butiran tanah semakin besar dan rongga tanah
yang sebelumnya terisi oleh air akan terisi oleh butiran limbah beton yang menyebabkan tanah padat dan
keras sehingga volume kering meningkat, sedangkan kadar air optimum mengalami penurunan pada
setiap penambahan presentase limbah beton. Nilai kadar air optimum tertinggi terjadi pada tanah asli
yaitu 28%, sedangkan nilai kadar air optimum terendah terjadi pada penambahan limbah beton 15% yaitu
16 %. Hal tersebut disebabkan karena penambahan gradasi butiran yang lebih besar berupa limbah beton.
Hubungan antara berat volume kering dengan kadar dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 3. Hasil uji pemadatan Standard Proctor


Berat Volume Kering w optimum
No Jenis Sampel
(kg/cm2) (%)
1 Tanah Asli 1.40 28.00
2 Tanah Asli + 5% Limbah Beton 1.54 19.00
3 Tanah Asli + 7,5% Limbah Beton 1.58 19.00
4 Tanah Asli + 10 % Limbah Beton 1.60 18.00
5 Tanah Asli + 12,5 % Limbah Beton 1.68 17.00
6 Tanahs Asli + 15 % Limbah Beton 1.70 16.00

2
Berat Volume

Tanah Asli
(Kg/cm2)

1
Kering

0 5% Limbah
0,00 50,00 Beton
Kadar Air (%) 7.5% Limbah
Beton
Gambar 8. Grafik Hubungan antara berat volume kering dengan kadar air

Uji Direct Shear Test (DST)


Pengujian kuat geser langsung (DST) dilakukan persentase penambahan limbah beton dengan
variasi 0%,5%, 7,5%, 10%, 12,5, dan 15%. Tujuan dilakukannya pengujian ini untuk mengetahui nilai
parameter kuat geser yaitu nilai kohesi (C) dan sudut gesek dalam (φ). Hasil pengujian Direct Shear Test
(DST) dengan penambahan campuran limbah beton dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengujian DST


Pengujian Tanah Tanah Campuran Limbah Beton
No
(Direct Shear Test) Asli 5% 7.5% 10.0% 12.5% 15%
2
1 Kohesi (kg/cm ) 0.801 0.848 0.906 0.975 1.034 1.045
0
2 Sudut gesek dalam ( ) 10.04 14.16 17.68 18.14 19.50 21.72

64
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hasil uji DST didapatkan nilai kohesi yang semakin naik terhadap penambahan limbah beton. Nilai
kohesi terendah terjadi pada tanah asli sebesar 0,801 kg/cm2, sedangkan nilai kohesi tertinggi terjadi pada
penambahan limbah beton 15% yaitu 1,045 kg/cm2. Nilai kohesi yang selalu meningkat ini disebut
dengan kohesi semu. Kohesi semu disebabkan karena kondisi tanah yang belum jenuh sempurna yang
dipengaruhi oleh lamanya waktu perendaman, sehingga nilai kohesi cenderung naik pada setiap
presentase penambahan limbah beton. Berdasarkan Tabel 4 dapat dibuat grafik hubungan antara nilai
kohesi dengan presentase penambahan limbah beton pada Gambar 11.

1,200
1,034
1,000 0,906
Kohesi (Kg/cm2)
1,045
0,800 0,975
0,801 0,848
0,600
0,400
0,200
0,000
0 5 10 15 20
Presentasi Limbah Beton (%)
Gambar 11. Grafik Hubungan antara nilai kohesi dengan presentase penambahan limbah beton

Hasil uji DST didapatkan nilai sudut gesek dalam yang semakin naik terhadap penambahan limbah
beton. Nilai sudut gesek dalam tertinggi terjadi pada penambahan limbah beton 15% yaitu 21,72 0,
sedangkan nilai sudut gesek dalam terendah terjadi pada tanah asli yaitu 10,04 0. Hal tersebut dikarenakan
adanya penambahan gradasi butiran yang lebih besar terhadap tanah asli yang berupa limbah beton.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dibuat grafik hubungan antara nilai sudut gesek dalam dengan presentase
penambahan limbah beton pada Gambar 12.
30,00
Sudut Gesek

19,50 21,72
Dalam (o)

20,00 17,68
18,14
10,00 14,16
10,04
0,00
0 5 10 15 20
Presentasi Limbah Beton (%)

Gambar 12. Grafik Hubungan antara nilai kohesi dengan presentase penambahan limbah
beton

Hasil nilai tegangan geser dan kuat geser tanah asli dengan tanah campuran limbah beton 0%, 5%,
7,5%, 10%, 12,5%, dan 15% dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil kuat geser tanah asli dan tanah campuran limbah beton
Tegangan Kuat
No Nama Sampel Normal (σ) Geser Tanah (τ)
(kg/cm2 ) (kg/cm2 )
1 Tanah Asli 1.498 1.057
2 Tanah Campuran 5% Limbah Beton 1.498 1.219
3 Tanah Campuran 7.5% Limbah Beton 1.498 1.382
4 Tanah Campuran 10% Limbah Beton 1.498 1.486
5 Tanah Campuran 12.5% Limbah Beton 1.498 1.556
6 Tanah Campuran 15% Limbah Beton 1.498 1.579

65
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berdasarkan Tabel 5 didapatkan nilai kuat geser tanah yang semakin naik terhadap penambahan
limbah beton. Nilai kuat geser tanah tertinggi terjadi pada penambahan limbah beton 15% yaitu 1,642
kg/cm2, sedangkan nilai kuat geser tanah terendah terjadi pada tanah asli yaitu 1,067 kg/cm2. Hal tersebut
dikarenakan nilai kohesi dan sudut gesek dalam yang cenderung mengalami kenaikan sehingga akan
berbanding lurus dengan kuat geser tanah. Hubungan antara nilai kuat geser tanah dan presentase
penambahan limbah beton dapat dilihat pada Gambar V.12.
2,000
Kuat Geser (Kg/cm2) 1,556
1,579
1,500 1,219 1,382 1,486
1,000 1,057
0,500
0,000
0 5 10 15 20
Presentasi Limbah Beton (%)

Gambar 13. Grafik Hubungan antara Nilai Kuat Geser Tanah dengan Presentase Penambahan
Limbah Beton

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan analisis data percobaan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan limbah beton sebagai bahan stabilitasi tanah lempung bisa lebih meningkatkan sifat-sifat
fisis tanah jika dibandingkan dengan tanah asli sebelum dicampur dengan limbah beton.
2. Pengujian sifat fisis tanah asli didapatkan nilai kadar air 8,24%, specific gravity (GS) 3,068, batas
cair (LL) 63%, batas plastis (PL) 30,26%, batas susut (SL) 21,12% dan indeks plastisitas (PI)
32,74%. Menurut metode ASSHTO tanah asli temasuk dalam kelompok A-7-5 merupakan material
tanah berlempung dan tidak baik digunakan untuk lapis pondasi bangunan dan perkerasan jalan.
Sedangkan menurut metode USCS termasuk dalam kelompok CH yaitu tanah lempung organik
dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk (fat clays).
3. Hasil uji fisis tanah campuran menunjukkan bahwa nilai nilai kadar air, batas cair, indeks plastisitas,
dan persentase lolos saringan No. 200 mengalami penurunan terhadap bertambahnya persentase
penambahan limbah beton, sedangkan berat jenis, batas plastisitas, dan batas susut mengalami
kenaikan. Berdasarkan metode AASHTO, tanah campuran limbah beton dengan variasi 0%,5%,
7,5%, 10%, dan 12,5% termasuk ke dalam kelompok A-7-5 yang merupakan material tanah
berlempung, dengan kualitas tanah sedang sampai buruk untuk pembangunan kontruksi jalan raya,
sedangkan tanah campuran dengan limbah beton 15% masuk ke dalam kelompok A-5 yaitu tanah
berlanau sedang sampai buruk. Berdasarkan USCS, tanah campuran dengan limbah beton 5% dan
7,5% kedalam kelas MH yaitu lanau tak organik atau pasir halus diatomae, lanau elastis, sedangkan
tanah campuran dengan limbah beton ,10%, 12,5%, dan 15% termasuk ke dalam klasifikasi ML
yaitu tanah lanau organik atau berlempung.
4. Hasil uji pemadatan tanah meggunakan Standard Proctor pada tanah asli maupun tanah campuran
dengan persentase penambahan limbah beton 0%,5%, 7,5%, 10%, 12,5, dan 15% dari berat sampel
tanah kering udara dengan pemeraman 24 jam menunjukkan bahwa berat volume kering maksimum
mengalami peningkatan dan kadar air optimum mengalami penurunan. Nilai berat volume kering
maksimum terendah terjadi pada tanah asli yaitu sebesar 1,40 gr/m3 dan nilai berat volume kering
maksimum tertinggi pada persentase penambahan limbah beton 15% yaitu sebesar 1,70 gr/cm3 .
Nilai kadar air optimum tertinggi terjadi pada tanah asli yaitu sebesar 28%, sedangkan nilai kadar air
optimum terendah terjadi pada penambahan limbah beton 15% yaitu sebesar 16%. Nilai kohesi dan
sudut gesek dalam mengalami peningkatan seiring dengan penambahan persentase limbah beton
0%,5%, 7,5%, 10%, 12,5, dan 15% dari berat sampel tanah kering udara. Nilai kohesi tertinggi
padapersentase penambahan limbah beton 15% yaitu 1,045 kg/cm2 sedangkan nilai kohesi terendah
terjadi pada tanah asli dengan nilai 0,801 kg/cm2. Nilai sudut gesek terendah pada tanah asli
didapatkan nilai 10,040 sedangkan nilai sudut gesek dalam tertinggi terjadi pada penambahan limbah

66
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

beton 15% yaitu 21,720. sedangkan nilai kuat geser tanah mengalami kenaikan pada setiap
penambahan limbah beton. Nilai kuat geser tertinggi terjadi pada tanah campuran 15% yaitu sebesar
1,579 kg/cm2 dan nilai kuat geser terendah terjadi pada tanah asli yaitu sebesar 1,057 kg/cm2.

DAFTAR PUSTAKA
ASTM. 1981. Annual Book of ASTM. Philadelpia. USA.
Bowles, J.E. 1986. Sifat-Sifat Fisis Tanah dan Geoteknik Tanah (Mekanika Tanah) edisi kedua. Jakarta:
Erlangga.
Cassagrande, A. 1948. Classification and Identification of Soils. Trans. ASCE, vol 113, pp. 901-930.
Das, B.M. 1995. Principles of Geoteknik Engineering. Boston: PWS Publisher.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah I edisi V. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hairulla, dkk. 2014. Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Exspansif Terhadap
Nilai Kuat Tekan Bebas Guna Perkuatan Jalan Lingkungan di Kampung Distrik Sota Perbatasan
Republik Indonesia – Papua New Giinea. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha, Vol .3 No.3, Desember
ISSN.2089-6697.
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Solekan. 2017. “Penggunaan Limbah Beton Sebagai Bahan Perbaikan Tanah Lempung Terhadap
Parameter Kuat Geser”. Skripsi. Suraakarta: Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

67
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN IDENTIFIKASI MODEL MANAJEMEN MUTU PROSES


PEMELIHARAAN JALAN TOL TANGERANG – MERAK

Putri Arumsari1*, Manlian Ronald A. Simanjuntak2


1
Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara - Jakarta, Indonesia, Jl. Letjen S. Parman No.1,
RT.6/RW.16, Tomang, Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440, Indonesia
2
Guru Besar Universitas Pelita Harapan, Jl. M. H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village Tangerang 15811,
Indonesia
Email Corresponding Authour: putri.328202002@stu.untar.ac.id

Abstrak
Berdasarkan hasil SPM jalan tol tahun 2012-2014, terdapat beberapa indikator pelayanan yang tidak
memenuhi persyaratan untuk beberapa ruas jalan tol. Untuk menjaga SPM jalan tol tetap terpenuhi,
pemeliharaan jalan tol perlu disesuaikan dengan standar manajemen mutu. Standar yang dapat
digunakan adalah ISO 9001:2015 dan PMBOK. Salah satu prinsip ISO 9001:2015 dan PMBOK adalah
customer focus, sehingga kepuasan pengguna menjadi tujuan dari sebuah pelayanan. Jalan tol
Tangerang – Merak memiliki panjang 72,45 km yang menghubungkan 3 wilayah. Permasalahan
penelitian yang dianalisis adalah: Apa indikator manajemen mutu sesuai standar yang diacu? Apa
indikator proses pemeliharaan jalan tol yang berkualitas sesuai dengan standar yang diacu? Bagaimana
potret penyelenggaraan jalan tol Tangerang – Merak? Apa state of the art yang dilakukan dalam proses
penelitian ini? Metodologi penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. Instrumen penelitian ini yaitu data sekunder, yang terdiri dari data proyek, hasil penelitian
dan referensi yang terkait. Hasil akhir dari penelitian ini berupa identifikasi model manajemen mutu
dari ISO 9001:2015, PMBOK serta proses kegiatan pemeliharaan jalan tol. Hasil penelitian ini dapat
memberikan referensi dalam rangka mengetahui indikator manajemen mutu dan indikator proses
pemeliharaan jalan tol, memahami potret penyelenggaraan jalan tol Tangerang – Merak dan state of the
art dari penelitian ini.

Kata kunci: manajemen mutu, pemeliharaan, jalan tol, state of the art

PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesian Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol,
definisi Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan untuk membayar tarif tol. Jalan tol pertama yang beroperasi di
Indonesia adalah jalan tol Jagorawi dengan panjang 59 km yang menghubungkan Jakarta, Bogor dan
Ciawi. Pada tahun 1995 hingga 1997 dilakukan upaya percepatan pembangunan jalan tol untuk ruas jalan
sepanjang 762 km, namun akibat krisis moneter pada tahun 1997 pembangunan jalan mengalami
penundaan. Perkembangan pembangunan jalan tol di Indonesia sedikit demi sedikit mengalami kemajuan
hingga pada tahun 2005 dibentuknya Badan Pengatur Jalan Tol sebagai regulator jalan tol di Indonesia
(BPJT, 2021).
Untuk menjaga agar standar pelayanan minimal (SPM) jalan tol tetap memenuhi pelayanan
minimum, kegiatan pemeliharaan jalan tol perlu disesuaikan dengan sebuah standar mutu. Terdapat
beberapa standar manajemen mutu yang dipakai di dunia konstruksi yaitu Project Management Body of
Knowledge (PMBOK) dan International Organization for Standarization (ISO) 9001:2015. Pada
PMBOK, kegiatan manajemen mutu terdiri dari 3 proses yaitu Plan, Manage dan Control (PMBOK,
2017) sedangkan pada ISO 9001:2015, terdapat 4 siklus yaitu Plan, Do, Check dan Act (PDCA)
(Cognoscenti Consulting Group, 2015).
Ruas jalan tol Tangerang – Merak memiliki panjang 72,45 km yang melewati 3 wilayah yaitu
Tangerang, Serang dan Cilegon. Jalan tol Tangerang – Merak telah beroperasi sejak tahun 1992 sampai
saat ini. Jenis kendaraan yang melewati ruas jalan ini mulai dari golongan I sampai dengan golongan V.
Pada wilayah Serang terdapat wilayah Industri yang memiliki total luas sebesar 5.115 hektar yang
mengakibatkan lalu lintas kendaraan golongan II – golongan V banyak melintasi ruas jalan tol ini.
Berdasarkan hasil SPM pada beberapa ruas jalan tol pada tahun 2012-2014, terdapat beberapa indikator
pelayanan yang tidak memenuhi persyaratan seperti kondisi jalan tol, keselamatan dan unit
pertolongan/penyelamatan & bantuan pelayanan (Makmur, et al., 2015).

68
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berdasarkan latar belakang penelitian ini permasalahan penelitian adalah: Apa indikator manajemen
mutu sesuai standar yang diacu? Apa indikator pemeliharaan jalan tol yang berkualitas sesuai dengan
standar yang diacu? Bagaimana potret penyelenggaraan jalan tol Tangerang – Merak? Apa state of the art
yang dilakukan dalam proses penelitian ini?

KAJIAN PUSTAKA
Pemeliharaan Jalan Tol
Penerapan kegiatan pemeliharaan jalan tol di Indonesia diatur dalam Pedoman Nomor 028/BM/2011
dan Manual Nomor 029/BM/2011 yang dapat dilihat alur kegiatannya pada Gambar 1. Sesuai dengan
definisinya, pemeliharaan jalan tol adalah upaya yang dilakukan terhadap sebagain atau seluruh unsur
jalan, dengan tujuan untuk mempertahankan, memulihkan atau meningkatkan kondisi jalan agar
memenuhi ketentuan standar pelayanan minimal jalan tol dan umur rencana yang ditetapkan dapat
tercapai (Direktorat Jendral Bina Marga, 2011). Terdapat 4 jenis kegiatan pemeliharaan jalan tol, yaitu
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan penanganan darurat.
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan sepanjang tahun. Pemeliharaan berkala
adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara menambah lapis bukan struktural pada permukaan jalan
lama. Peningkatan adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara menambah lapis struktur pada
permukaan perkerasan jalan lama. Penanganan darurat adalah penanganan yang dilakukan untuk
memulihkan secepatnya kondisi jalan yang mengganggu kelancaran lalu lintas dan/atau membahayakan
pengguna jalan yang diakibatkan oleh kejadian tak terduga.
Hasil inspeksi kondisi objek inspeksi adalah tingkat kerusakan serta prioritas perbaikan masing-
masing objek inspeksi. Kategori kerusakan dibagi menjadi 3 kriteria yaitu R1, R2 dan R3. Dimana R1
adalah kerusakan yang perlu segera diperbaiki. R2 adalah kerusakan yang tindak lanjutnya perlu dibahas
terlebih dahulu karena kerusakan tidak menggganggu struktur konstruksi. R3 adalah kerusakan yang tidak
lanjut perbaikannya dapat ditangguhkan.
Sedangkan prioritas perbaikan dibagi menjadi 2 kriteria yaitu P1 dan P2. P1 adalah perbaikan atau
penanganan kerusakan yang tidak dapat ditunda karena membahayakan konstruksi atau lingkungan dan
pemakai jalan. P2 adalah perbaikan atau penanganan keruksanan yang dapat ditunda atau tidak
membahayakan konstruksi atau lingkungan dan pemakai jalan.

Manajemen Mutu Mengacu kepada ISO 9001:2015


Standar manajemen mutu ISO 9001:2015 menggabungkan proses dari siklus PDCA dan pemikiran
berbasis risiko. Siklus PDCA memastikan bahwa proses-proses dalam sebuah perusahaan sudah terkelola
dengan baik dan sumber dayanya sudah sesuai, serta terdefinisikan peluang untuk melakukan peningkatan
dan peluang tersebut dapat dilaksanakan. Pemikiran berbasis risiko memastikan bahwa perusahaan dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan proses dan sistem manajemen mutu meleset dari
apa yang sudah direncanakan, dan terdapat langkah pencegahan untuk meminimalisir dampak negatif
serta memaksimalkam peluang yang ada (Cognoscenti Consulting Group, 2015).
Siklus PDCA pada ISO 9001:2015 dapat dilihat pada Gambar 1, dimana siklus tersebut dapat
diaplikasikan pada seluruh proses dan sistem manajemen mutu secara keseluruhan. Pemikiran berbasis
risiko merupakan hal penting dalam memperoleh sistem manajemen mutu yang efektif. Sebuah
perusahaan perlu merencanakan dan mengimplementasikan langkah-langkah untuk mengantisipasi risiko
dan peluang, sehingga dapat memperbaiki hasil keluaran dan mencegah dampak negatif terhadap mutu
(Cognoscenti Consulting Group, 2015).

69
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Proses Manajemen Mutu berdasarkan Siklus PDCA pada ISO 9001:2015
(Sumber: CognoscentiConsultingGroup, 2015)

Manajemen Mutu Mengacu kepada PMBOK Edisi 6


Proses manajemen mutu terdiri dari 3 proses yaitu perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
manajemen mutu yang dapat dilihat pada Gambar 2. Setiap proses terdiri dari Inputs, Tools &
Techniques, dan Outputs (PMBOK, 2017).
Jika dilihat pada Gambar 2, di proses perencanaan dan pengendalian manajemen mutu proyek
terdapat aspek manajemen risiko proyek di dalamnya. Pada bagian inputs di proses perencanaan
manajemen mutu, perencanaan manajemen risiko digunakan untuk memberikan pendekatan saat
mengidentifikasi, menganalisa dan memantau risiko pada saat aktifitas manajemen mutu sehingga
menghasilkan produk dan proyek yang sukses. Risk register juga digunakan pada proses ini untuk
memberikan informasi terkait dengan ancaman dan peluang yang dapat berdampak terhadap persyaratan
mutu. Pada bagian inputs di proses pengelolaan manajemen mutu, risk report digunakan untuk
mengidentifikasi sumber dari risiko proyek secara keseluruhan yang dapat berdampak kepada mutu dari
tujuan proyek (PMBOK, 2017).

Gambar 2. Proses Manajemen Mutu berdasarkan PMBOK


(Sumber: PMBOK, 2017)

70
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang berbasis pada desain penelitian studi kasus
(Creswell, 2014). Studi kasus yang diambil pada penelitian ini adalah penyelenggaraan kegiatan
pemeliharaan jalan tol pada jalan tol Tangerang – Merak. Data-data diperoleh melalui data sekunder
berupa data proyek, hasil penelitian terdahulu dan referensi yang terkait. Data-data tersebut dianalisa
secara deskriptif untuk dapat menjawab permasalahan penelitian yang sudah dijabarkan sebelumnya.
Standar mutu yang dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini adalah ISO 9001:2015 dan PMBOK
Edisi 6. Sehubungan dengan acuan standar mutu tersebut maka tujuan utama dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi indikator manajemen mutu secara keseluruhan dan juga yang terkait dengan
pemeliharaan jalan tol. Memotret penyelenggaraan pemeliharaan jalan tol Tangerang – Merak serta
menemukan state of the art pada penelitian ini.
Tahapan dari penelitian ini dimulai dengan mengkaji permasalahan penelitian yang diperoleh dari
pengumpulan data awal berupa jurnal-jurnal terkait. Kajian pustaka selanjutnya dilakukan untuk
mendalami model-model standar manajemen mutu dari ISO 9001:2015 dan PMBOK Edisi 6. Analisa
yang dilakukan adalah analisa untuk menjadwab 4 permasalahan penelitian terkait dengan indikator
manajemen mutu sesuai standar yang diacu, indikator kegiatan pemeliharaan jalan tol yang berkualitas,
potret penyelenggaraan jalan tol Tangerang – Merak dan state of the art yang akan dilakukan dalam
penelitian ini.

ANALISIS
Indikator Manajemen Mutu ISO 9001:2015 & PMBOK Edisi 6
Untuk menyelesaikan permasalahan penelitian indikator manajemen mutu sesuai standar yang diacu,
dilakukan kajian pustaka terhadap 2 standar manajemen mutu yaitu ISO 9001:2015 dan PMBOK Edisi 6.
Sebuah prinsip dasar diperlukan dalam menentukan apa yang benar dilakukan dan memahami kenapa hal
tersebut perlu dilakukan. Prinsip pada manajemen mutu berdasarkan definisi International Organization
for Standarization/Technical Committee (ISO/TC) 176 adalah sebuah keyakinan yang mendasar dalam
memimpin dan mengoperasikan sebuah organisasi, yang bertujuan untuk melakukan perbaikan kinerja
yang berkelanjutan dalam jangka panjang dengan fokus kepada konsumen sementara tetap memenuhi
kebutuhan dari pemangku kepentingan lainnya (Hoyle, 2006). Pendekatan manajemen mutu modern
mencari cara meminimalisir variasi dan memberikan hasil akhir sesuai dengan persyaratan pemangku
kepentingan (PMBOK, 2017).
Masing-masing standar manajemen mutu memiliki prinsip dasar yang dianut. Prinsip-prinsip
mendasar tersebut dapat diambil sebagai indikator kinerja terkait dengan manajemen mutu. Prinsip dasar
dari masing-masing standar dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Manajemen Mutu ISO 9001:2015 & PMBOK


ISO 9001:2015 PMBOK
Customer focus Customer satisfaction
Continual improvement Continual improvement
Mutually beneficial supplier Mutually beneficial partnership with
relationships suppliers
Leadership Management responsibility
Process approach
System approach
Factual approach
Involvement of people
(Sumber: Hoyle, 2006 & PMBOK, 2017)

Indikator Mutu Pada Pemeliharaan Jalan Tol


Untuk menyelesaikan permasalahan penelitian indikator pemeliharaan jalan tol yang berkualitas
sesuai dengan standar yang diacu, dilakukan kajian pustaka terhadap indikator mutu jalan tol berdasarkan
SPM Jalan Tol. SPM jalan adalah ukuran jenis dan mutu pelayanan dasar yang harus dicapai dalam
pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol. Indikator mutu pada kegiatan pemeliharaan jalan tol mencakup
substansi pelayanan yaitu kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas,

71
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

keselamatan, unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan, lingkungan dan tempat istirahat, dan
tempat istirahat dan pelayanan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2014).

Potret Penyelenggaraan Pemeliharaan Jalan Tol Tangerang – Merak


Untuk menyelesaikan permasalahan penelitian terkait dengan potret penyelenggaran jalan tol
Tangerang – Merak, data laporan SPM yang diperoleh dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dari tahun
2018 – 2020 telah dirangkum untuk menggambarkan pelayanan mutu jalan tol Tangerang – Merak.
Perbandingan model penerapan manajemen mutu antara ISO 9001:2015, PMBOK Edisi 6 dan proses
kegiatan pemeliharaan jalan tol berdasarkan pedoman pemeliharaan jalan juga diilustrasikan pada analisis
ini.
Penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan jalan tol dapat dilihat dari hasil SPM ruas jalan tol tersebut.
Untuk hasil SPM jalan tol Tangerang – Merak, data yang didapatkan adalah hasil SPM tahun 2018 – 2020
yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Persentase Indikator Tidak Memenuhi SPM (Tahun 2018-2020)


Persentase indikator
Substansi Pelayanan Indikator tidak memenuhi SPM
Tahun 2018 - 2020 (%)
Tidak ada lubang 50
Kekesatan 17
Retak 17
Ketidakrataan 17
Kondisi Jalan Tol Rutting 50
Guardrail Median 17
Tidak ada lubang bahu jalan 17
Retak bahu jalan 17
Rounding 17
Perambuan 33
Marka jalan 33
Guide post/reflector 33
Keselamatan Patok KM 17
Patok HM 17
PJU 17
Pagar rumja 17
Lingkungan Kebersihan 17
Kondisi Jalan TIP 33
Tempat Istirahat (TI) dan Tempat
On/Off Ramp TIP 33
Istirahat dan Pelayanan (TIP)
Toilet 17
(Sumber: Olahan Sendiri, 2021)

Berdasarkan hasil dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa substansi pelayanan yang tidak memenuhi SPM
dengan persentase ≥ 50 % kedua adalah kondisi jalan tol dengan indikator “tidak ada lubang” dan
“rutting”. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja pelayanan jalan tol yang diberikan kepada konsumen.
Sedangkan berdasarkan standar manajemen mutu, baik ISO 9001:2015 dan PMBOK, keduanya
menyatakan bahwa konsumen menjadi salah satu prinsip mendasar dari standar tersebut (Hoyle, 2006) &
(PMBOK, 2017).
Pada penelitian ini, model yang ingin di analisis merupakan model penerapan manajemen mutu
berdasarkan dengan 2 standar mutu yaitu ISO 9001:2015 dan PMBOK dengan dibandingkan dengan
kegiatan pemeliharaan jalan tol secara umum. Ilustrasi perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar
3. Kedua standar manajemen mutu telah mengaplikasikan manajemen risiko di dalamnya.
Perubahan manajemen mutu ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015 salah satunya adalah
penambahan manajemen risiko pada standar tersebut (Jodkowski, 2015). Sedangkan untuk manajamen
mutu PMBOK, manajemen risiko diintegrasikan dengan manajemen mutu mulai pada PMBOK edisi
keempat (2008) walau hanya pada tahapan perencanaan manajemen mutu (PMBOK, 2008) dan sampai
sekarang masih diterapkan pada PMBOK edisi keenam (2017) yang sudah dikembangkan sampai masuk
pada proses pengelolaan manajemen mutu (PMBOK, 2017).

72
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Perbandingan Penerapan Standar Manajemen Mutu terhadap Realisasi


(Sumber: Olahan Sendiri, 2021)

Jika dilihat pada proses kegiatan pemeliharaan jalan tol yang diadopsi berdasarkan Pedoman dan
Manual Pemeliharaan Jalan Tol Direktorat Jendral Bina Marga (2011) pada Gambar 3, proses kegiatan
tersebut tidak memasukan proses manajemen risiko di dalamnya. Manajemen risiko pada sebuah
perusahaan diharapkan dapat meningkat kinerja operasional dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan
perusahaan yang lebih tinggi. Strategi perusahaan terkait dengan manajemen risiko sebaiknya menjadi
bagian dari kebijakan strategis perusahaan yang diturunkan dalam visi, misi dan rencana jangka panjang
& pendek perusahaan. Terkait dengan manajemen mutu, integrasi manajemen risiko dapat memperbaiki
pemeliharaan sistem manajemen mutu pada jangka panjang serta mengidentifikasi risiko terkait dengan
indikator mutu perusahaan (Jodkowski, 2015).

State of the Art Proses Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian awal dari topik disertasi terkait dengan analisis manajemen mutu
dalam proses pemeliharaan jalan tol Tangerang – Merak. Secara keseluruhan, rencana tahapan analisis
pada disertasi ini terdiri dari (i) identifikasi model, (ii) model penelitian, (iii) analisis model, dan (iv)
optimasi model. Namun pada artikel ilmiah ini tahapan yang dianalisis hanya sampai pada tahapan
identifikasi model. Pembentukan model penelitian, tahapan analisis model dan optimasi model akan
dilanjutkan pada penelitian berikutnya untuk mendapatkan state of the art untuk penelitian ini. Dalam
proses penelitian ini, gambaran state of the art dilakukan dengan merangkum model-model penelitian
manajemen mutu terkait dengan jalan tol yang telah dirangkum pada Tabel 3.
Berdasarkan perkembangan penelitian terdahulu pada Tabel 3 dan ilustrasi model manajemen mutu
pada Gambar 4, terlihat terdapat gap penelitian terkait dengan model manajemen mutu. Markow (1980)
mengemukakan penggunaan standar mutu sebagai acuan dalam kegiatan pemeliharaan jalan tol.
Penggunaan standar mutu tersebut perlu dilengkapi dengan penerapan manajemen mutu mulai dari level
manajemen, level inspeksi sampai dengan level produksi (Battikha, 2003). Model kegiatan pemeliharaan
jalan tol sesuai dengan Gambar 3 yang diatur oleh BPJT dapat diintegrasikan dengan proses manajemen
risiko. Dengan ada pedoman yang mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses manajemen mutu
pada kegiatan pemeliharaan jalan, risiko-risiko yang dapat mengakibatkan indikator standar pelayanan
jalan tol tidak terpenuhi bisa diidentifikasi sehingga menjadi perbaikan yang berkelanjutan.

73
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3. Matriks Penelitian Terdahulu


Manfaat untuk
No. Peneliti Judul Model Penelitian Penelitian
Sekarang
1 (Markow, Incorporating Quality Standards
Road Conditions Penggunaan
at Given Time
1980) quality standar
standards and manajemen mutu
Maintenance
impacts within Workload Required sebagai acuan
highway dalam
maintenance Updated Road merencanakan
Maintenance Cost
management Conditions pengendalian
mutu pada
Maintenance kegiatan
Impacts
pemeliharaan
Evaluate and
jalan tol
Reiterate
2 (Battikha, Quality Penerapan
2003) Management strategi
Practice in manajemen mutu
Highway mulai dari level
Construction manajemen
sampai dengan
level produksi

(Sumber: Olahan Sendiri, 2021)

Pembahasan
Total quality management (TQM) memerlukan keterlibatan semua aspek yang berkaitan dengan
perusahaan (Williams, et al., 2006), salah satunya adalah manajemen risiko. Risiko operasional
didefinisikan sebagai “risiko terkait kerugian yang diakibatkan dari gagalnya proses manusia dan sistem
dari internal atau berasal dari kegiatan eksternal” (Basel Committee Banking Supervision, 2003). Risiko
ini dapat berdampak terhadap beberapa aspek yaitu, klien, produk dan praktik bisnis, gangguan pada
bisnis dan kerusakan sistem, produk akhir dan juga penipuan. Pada kegiatan pemeliharaan jalan tol, yang
merupakan kegiatan operasional dari sebuah jalan tol, terdapat risiko operasional di dalamnya. Sehingga
diperlukan penanganan secara manajemen risiko dalam pelaksanaan manajemen mutu untuk kegiatan
pemeliharaan jalan tol.
Oleh karena itu, model kegiatan pemeliharaan jalan tol yang ada di dalam bagian pada Gambar 3
dapat diintegrasikan dengan proses manajemen risiko. Dengan ada pedoman yang mengintegrasikan
manajemen risiko ke dalam proses manajemen mutu pada kegiatan pemeliharaan jalan, risiko-risiko yang
dapat mengakibatkan indikator standar pelayanan jalan tol tidak terpenuhi bisa diidentifikasi sehingga
menjadi perbaikan yang berkelanjutan. Berdasarkan perkembangan penelitian terdahulu pada Tabel 3 dan
ilustrasi model manajemen mutu pada Gambar 3, terlihat terdapat gap penelitian terkait dengan model
manajemen mutu. Markow (1980) mengemukakan penggunaan standar mutu sebagai acuan dalam
kegiatan pemeliharaan jalan tol. Penggunaan standar mutu tersebut perlu dilengkapi dengan penerapan
manajemen mutu mulai dari level manajemen, level inspeksi sampai dengan level produksi (Battikha,
2003).

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
a. Indikator mutu berdasarkan ISO 9001:2015 adalah 8 prinsip yaitu fokus terhadap konsumen,
perbaikan yang berkelanjutan, hubungan saling menguntung antara supplier, kepemimpinan,
pendekatan proses, pendekatan sistem, pendekatan nyata dan keterlibatan orang. Sedangkan
indikator mutu berdasarkan PMBOK adalah 4 prinsip yaitu kepuasan konsumen, perbaikan yang
berkelanjutan, hubungan saling menguntung antara supplier dan tanggungjawab manajemen.

74
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

b. Indikator pemeliharaan jalan yang berkualitas didasari oleh indikator yang diperolah dari SPM
Jalan Tol yang memiliki 8 substansi pelayanan yaitu kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata,
aksesibilitas, mobilitas, keselamatan, unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan,
lingkunan dan tempat istirahat dan tempat istirahat dan pelayanan.
c. Berdasarkan hasil laporan SPM jalan tol Tangerang – Merak pada tahun 2018 – 2020 masih
terdapat beberapa indikator SPM yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada lubang dan rutting. Berkaitan
dengan model pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan tol dengan 2 standar yang dijadikan acuan
yaitu ISO 9001:2015 dan PMBOK, terdapat celah penelitian yaitu tidak adanya proses manajemen
risiko di dalam manajemen mutu kegiatan pemeliharaan jalan tol.
d. Berdasarkan tabel matriks penelitian terdahulu, state of the art pada proses penelitian ini adalah
perlu pengembangan model pengintegrasian proses manajemen risiko ke dalam proses manajemen
mutu pada kegiatan pemeliharaan jalan tol.

DAFTAR PUSTAKA
Basel Committee Banking Supervision, 2003. Advanced Measurement Approaches for Operational Risks:
Supervisory Expectations, Basel: Basel Committee on Banking Supervision.
Battikha, M. G., 2003. Quality management practice in highway construction. International Journal of
Quality & Realibity Management, 20(5), pp. 532-550.
BPJT, 2021. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Badan Pengatur Jalan Tol).
[Online] Available at: www.bpjt.pu.go.id [Accessed 2021 Maret 2021].
Cognoscenti Consulting Group, 2015. Standar Internasional ISO 9001:2015 Sistem Manajemen Mutu -
Persyaratan, Jakarta: Cognoscenti Consulting Group.
Creswell, J. W., 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches. Edisi
4 ed. California: SAGE Publication Inc..
Direktorat Jendral Bina Marga, 2011. Manual Konstruksi dan Bangunan No. 029/BM/2011 Pemeliharaan
Jalan Tol, Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.
Direktorat Jendral Bina Marga, 2011. Pedoman Konstruksi dan Bangunan No. 028/BM/2011
Pemeliharaan Jalan Tol, Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.
Hoyle, D., 2006. ISO 9000 Quality Systems Handbook. Oxford: Elsevier.
Jodkowski, L., 2015. Possibilities and Methods of Risk Assessment under ISO 9001:2015. International
Journal of Managerial Studies and Research (IJMSR), 3(10), pp. 1-10.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
16/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minilam Jalan Tol Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum.
Makmur, A., Rajagukguk, R. P. & Santosa, W., 2015. Evaluasi Pemenuhan Indikator Standar Pelayanan
Minimal Jalan Tol di Indonesia. Bandar Lampung, The 18th FSTPT International Symposium,
Unila.
Markow, M. J., 1980. Incorporating Quality Standards and Impact within Highway Maintenance
Management, Massachusetts: Massachusetts Institue of Technology.
PMBOK, 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge. Edisi 4 ed. Pennsylvania:
Project Management Institue, Inc..
PMBOK, 2017. A Guide to the Project Management Body of Knowledge. Edisi 6 ed. Pennsylvania:
Project Management Institue, Inc..
Rampini, G. H., Berssaneti, F. T. & Saut, A. M., 2019. Insertion of Risk Management in Quality Systems
with the Advent of ISO 9001:2015: Descriptive and Content Analyzes. Industrial Engineering and
Operations Management II, pp. 209-221.
Supervision, B. C. B., 2003. Advanced measurement approaches for operational risks: supervisory
expectations, Basel: Basel Committee Banking Supervision.
Williams, R. et al., 2006. Quality and Risk Managemeng: What are the key issues?. The TQM Magazine,
pp. 67-86.

75
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN AWAL MANAJEMEN RISIKO PROYEK KERETA CEPAT


JAKARTA – BANDUNG

Indra Putra Salim1*, Manlian Ronald A. Simanjuntak2


1
Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara - Jakarta, Indonesia, Jl. Letjen S. Parman No.1,
RT.6/RW.16, Tomang, Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440, Indonesia
2
Guru Besar Universitas Pelita Harapan, Jl. M. H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village Tangerang 15811,
Indonesia
*Email Corresponding Authour: indra.328202001@stu.untar.ac.id

Abstrak
Menurut standar Project Management Body of Knowledge, manajemen risiko adalah proses formal di
mana faktor risiko diidentifikasi, dianalisis, dan ditangani secara sistematis. Manajemen risiko penting
untuk proyek konstruksi dan Proyek Strategis Nasional yang dirumuskan oleh pemerintah Indonesia.
Penelitian ini mengkaji data sekunder berbasis proyek yang dikaji yaitu salah satu Proyek Strategis
Nasional yang merupakan proyek kereta cepat pertama di Indonesia yang membentang sepanjang 142.3
km antara Jakarta – Bandung. Proyek infrastruktur ini memiliki tingkat kerumitan dan risiko tinggi
dalam implementasinya. Pada implementasinya, manajemen risiko harus dilakukan di seluruh siklus
proyek dari tahap awal dan diawasi secara berkelanjutan. Permasalahan penelitian yang akan
diselesaikan dalam penulisan ini yaitu: Apa indikator manajemen risiko sesuai standar yang diacu
dalam penelitian ini? Bagaimana potret penyelenggaraan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung yang
diteliti dalam penelitian ini? Apa state of the art yang dilakukan dalam proses penelitian ini? Penelitian
ini menggunakan metode deskirptif kualitatif. Instrumen penelitian berupa data sekunder: data proyek,
hasil penelitian yang relevan, referensi terkait, dan berbagai opini pakar. Hasil penelitian ini
memberikan acuan bagi semua pihak, termasuk optimisme, peluang positif dan dampak positif untuk
memahami indikator manajemen risiko, memahami implementasi proyek Kereta Cepat Jakarta -
Bandung dan memahami proses penelitian saat ini (state of the art).

Kata kunci: Risiko, Manajemen Risiko, Infrastruktur, Kereta Cepat, State of the Art

PENDAHULUAN
Kereta cepat Jakarta - Bandung merupakan proyek kereta cepat pertama di Indonesia yang beban
kerjanya sangat besar dan melibatkan banyak aspek internal dan eksternal atau aspek teknis dan non
teknis proyek. Setiap aspek yang termasuk dalam proyek dapat memberikan ketidakpastian atau risiko
yang mungkin terjadi di masa mendatang dan berdampak negatif pada proses pelaksanaan proyek. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengelolaan risiko secara mendalam dengan mempertimbangkan faktor risiko
yang dapat mempengaruhi proyek.
Proyek kereta cepat Jakarta - Bandung cukup banyak risiko karena proyek ini merupakan proyek
alternatif yang berbeda dengan rencana semula dan dijalankan dalam periode pemerintahan yang berbeda,
selain itu proyek ini banyak melibatkan negara asing sehingga berdampak pada tingginya biaya proyek.
Apabila risiko proyek tidak dikelola dengan baik maka risiko yang terjadi dapat merugikan pemilik
proyek, kontraktor, masyarakat dan lingkungan sekitar proyek, sehingga untuk menghindari risiko -risiko
yang membahayakan dan merugikan semua pihak tersebut, maka perlu dilakukan indentifikasi risiko
proyek yang mungkin akan terjadi selama penyelesaian proyek kereta Jakarta – Bandung, setelah faktor
yang merupakan risiko proyek ditemukan, perlu dilakukan analisis dan penyusunan rencana untuk
mengatasi risiko – risiko terebut. Hal ini dilakukan dengan harapan setiap pemilik proyek, kontraktor,
masyarakat dan lingkungan sekitar proyek dapat mengelola proyek dengan baik sehingga risiko – risiko
yang muncul dapat diatasi.
Berdasarkan latar belakang penelitian ini permasalahan penelitian yang akan diselesaikan yaitu:
a. Apa indikator manajemen risiko sesuai standar yang diacu dalam penelitian ini?
b. Bagaimana potret penyelenggaraan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung yang diteliti dalam
penelitian ini?
c. Apa state of the art yang dilakukan dalam proses penelitian ini?

76
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN PUSTAKA
Risiko
Norken (2015) mendefinisikan risiko sebagai faktor yang memberikan pengaruh buruk dan harus
ditangani untuk tercapainya penyelesaian pekerjaan yang dibatasi oleh waktu, biaya dan kualitas. Risiko
juga dapat diartikan sebagai kerugian akibat dari munculnya suatu kejadian yang tidak diharapkan.
Kejadian yang tidak diharapkan ini bisa muncul dari berbagai sumber (Sunaryo,2007). Menurut
Labombang (2011) risiko adalah variasi hal yang mungkin terjadi secara alami atau kemungkinan
terjadinya peristiwa di luar hal yang diharapkan yang mengancam keuntungan properti dan keuntungan
finansial akibat bahaya yang terjadi. Menurut Vaughan (1978) ada 3 definisi risiko yang yakni : (1) Risk
is the Chance of Loss (risiko adalah peluang terjadinya kerugian); (2) Risk is the Possibility (risiko adalah
kemungkinan kerugian) dan (3) Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian) Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian yang timbul akibat
adanya ketidakpastian. Risiko = Kemungkinan suatu peristiwa × Konsekuensi kerugian akibat peristiwa
itu. Risiko tidak dapat dihindari sepenuhnya, tetapi pilihan dapat dibuat sehingga risiko dapat
diminimalkan. Flanagan et Al. (2006) mendefinisikan proyek konstruksi sebagai rangkaian kegiatan yang
tidak berulang dengan spesifikasi unik seperti periode jangka panjang, proses yang kompleks, dan
lingkungan yang tidak menguntungkan, masalah keuangan / investasi, dan struktur organisasi yang
dinamis.

Manajemen Risiko
Definisi risiko dan manajemen risiko dari berbagai literatur disajikan secara luas. Risiko adalah
efek dari ketidakpastian pada tujuan (ISO 31000: 2018). Manajemen Risiko Proyek meliputi proses
pelaksanaan perencanaan manajemen risiko, identifikasi, analisis, perencanaan respons, implementasi
respons, dan pemantauan risiko pada suatu proyek. Tujuan dari manajemen risiko proyek adalah untuk
meningkatkan kemungkinan dan / atau dampak dari risiko positif dan untuk mengurangi kemungkinan
dan / atau dampak risiko negatif, untuk mengoptimalkan peluang keberhasilan proyek (PMBOK EDISI 5,
2017). Manajemen risiko adalah budaya, proses, dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang
potensial sambil mengelola efek samping (AS / NZS 4360: 2004).

Proses Manajemen Risiko


Menurut standar AS/NZS 4360 dalam Ramli (2010) proses manajemen risiko mencakup langkah
sebagai berikut : (1) menentukan konteks; (2) identifikasi risiko; (3) penilaian risiko ; (4) pengendalian
risiko; (5) komunikasi dan konsultasi dan (6) pemantauan dan tinjau ulang. Menurut PMBOK EDISI 5,
tahap dalam manajemen risiko meliputi perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko
(kualitatif dan kuantitatif), perencanaan mitigasi risiko, pemantauan dan pengendalian risiko. Pada proses
dalam manajemen risiko, harus ada pihak pihak yang bertanggung jawab atas setiap proses yang ada.
Pihak-pihak ini merupakan para pemangku kepentingan di dalam suatu proyek seperti sponsor, manajer
proyek, manajer fungsional, dan sebagainya. Tanggung jawab yang ada pun dapat meliputi mendukung,
bertanggung jawab, dan menyetujui.
Pada dasarnya risiko adalah ketidakpastian dalam mencapai tujuan. Terdapat perbedaan dalam
menganalisis risiko antara PMBOK EDISI 5 dengan ISO dan AS/NZS dimana risiko pada PMBOK
EDISI 5 disebabkan perbedaan ruang lingkup penggunaan alat. PMBOK EDISI 5 menganalisis risiko
berdasarkan kebutuhan proyek konstruksi, sedangkan ISO dan AS/NZS menganalisis risiko berdasarkan
kondisi internal dan eksternal organisasi. Hal ini menyebabkan perbedaan alat yang digunakan dalam
analisis risiko (Endah, 2020).
AS/NZS dan ISO memberikan kebebasan dalam menganalisis risiko, namun ISO cukup detail dalam
pelaporan dan tabulasi hasil analisis risiko, sehingga penggambaran yang ada memudahkan untuk
membaca laporan hasil analisis risiko. Dalam penanganan risiko, PMBOK EDISI 5 menjelaskan 5
tanggapan dalam menghadapi risiko berdasarkan sifatnya. ISO menekankan bahwa penanganan
tergantung pada masalah yang dihadapi, sedangkan dalam AS/NZS 6 langkah penanganan risiko disajikan
sesuai karakteristiknya, hampir sama dengan PMBOK EDISI 5. Pemantauan dan tinjauan terkait
penerapan manajemen risiko hampir semuanya sama antara PMBOK EDISI 5, ISO dan AS/NZS. (Endah,
2020).

77
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1. Ringkasan dari Proses Manajemen Risiko setiap Standard yang ada
(Sumber: Endah, 2020)
Tools Name
Scope
PMBOK 5th Edition ISO AS/NZS
5.2. Communication & 3.2. Communication and
Consultation consultation
5.3. Establishing the
Plan Risk Management 11.1. Plan Risk Management context 4.1. Establishing the context

Identify Risk 11.2. Identify Risk 5.4.2. Risk Identification 4.2. risk identification
11.3. Perform Qualitative
Analysis
Analysis Risk 5.4.3. Risk Analysis 4.3. Risk analysis
11.4. Perform Quantitative
Analysis
Risk response 11.5. Plan Risk response 5.4.4. Risk Evaluation 4.4 Risk evaluation
11.6. Implement risk
Risk Treatment 5.5. Risk Treatment 4.5 Risk treatment
responses
Monitoring and Review 11.7. Monitor risks 5.6. Monitoring & Review 4.6 Monitoring and review

Hasil Penelitian yang Relevan


Berikut penelitian-penelitian sebelumnya terkait penelitian penulis yang sedang berlangsung:

Tabel 2. Matriks Penelitian Terdahulu


No. Peneliti Judul Penelitian Manfaat untuk
Penelitian
Sekarang
1. Adlina Kusumadewi, Analisis Teridentifikasi 65 risiko yang berada Mengetahui
Virginia Listyani, Jati Manajemen Risiko dalam tujuh kategori, yaitu: ekonomi identifikasi risiko
Utomo Dwi Hatmoko, Tahap Konstruksi dengan dua sub kategori, human dengan dan kategori yang
Ferry Hermawan Pada Proyek dua sub kategori, lingkungan dengan tiga ada dalam proyek
(2017) Kereta Cepat sub kategori, alam dengan tiga sub ini.
Jakarta – Bandung kategori, planning dengan dua sub
kategori, project relation dengan tiga sub
kategori, dan teknikal dengan enam sub
kategori.
2. Frangky Ronald Model Risiko Pada Terdapat faktor-faktor lingkup non- Mengetahui
Lepar, Rober J. M. Tahapan excusable yang memiliki risiko pemodelan risiko
Mandagi, Shirl S. Pelaksanaan berdampak pada pada perubahan kinerja pada tahap
Lumeno (2018) Pembangunan proyek pembangunan bangunan swasta di pelaksanaan
Proyek Bangunan Kota Manado baik dari segi kinerja biaya, proyek dan
Swasta yang waktu, dan mutu. faktor–faktor risiko mengetahui
Berpengaruh utama yang menempati risiko 5 paling faktor-faktor
Terhadap Kinerja tinggi sesuai dengan hasil penelitian risiko yang paling
Proyek adalah Menggunakan Tenaga Kerja Lokal, berpengaruh
Owner Suka Berubah-ubah terhadap dalam proyek.
Gambar Kerja, Banyak Perubahan oleh
Owner terhadap Gambar Rencana, Waktu
Pelaksanaan Singkat, dan Moral dan
Motivasi Kerja yang Rendah.

78
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

3. Albogamy, Abdullah, A Risk Mengetahui


Nashwan Dawood, Management pemodelan risiko
Darren Scott (2014) Approach to pada tahap
Address pelaksanaan
Construction proyek dari aspek
Delays klien.
from Client Aspec

(Sumber: Hasil Olah Data)

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang berbasis pada desain penelitian studi kasus
(Creswell, 2014). Studi kasus yang diambil pada penelitian ini adalah Proyek Kereta Cepat Jakarta -
Bandung. Data diperoleh melalui data sekunder berupa data proyek, hasil penelitian sebelumnya dan
referensi terkait. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Standar risiko yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah PMBOK EDISI 5. Terkait referensi
standar risiko tersebut, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keseluruhan indikator
manajemen risiko yang terkait dengan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung, dan mengambil foto
pelaksanaan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung. Diagram alur penelitian ditunjukkan pada Gambar
1.

Gambar 1. Alur Penelitian


(Sumber: Hasil Olah Data)

Tahapan penelitian ini dimulai dengan menelaah pertanyaan penelitian yang diperoleh dari pengumpulan
data awal berupa jurnal yang relevan. Tinjauan literatur lebih lanjut dilakukan untuk mengeksplorasi
model standar manajemen risiko PMBOK EDISI 5. Analisis yang dilakukan adalah analisis untuk
menjawab 3 permasalahan penelitian terkait dengan indikator manajemen risiko sesuai standar yang
diacu, potret penyelenggaraan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung state of the art yang dilakukan
dalam proses penelitian ini.

ANALISIS
Indikator manajemen Risiko PMBOK EDISI 5
Proses manajemen risiko sebagaimana didefinisikan dalam ISO 31000: 2009, AS/NZS yang berlaku
untuk semua organisasi akan memastikan bahwa praktik yang baik berlaku, dan kesalahan dikelola di
setiap organisasi, ISO 31000: 2009 memberikan prinsip dan pedoman umum tentang manajemen risiko
dan dapat digunakan oleh bisnis publik, swasta atau komunitas, asosiasi, kelompok atau individu. Standar
ini tidak khusus untuk industri atau sektor mana pun sedangkan PMBOK EDISI 5 diarahkan ke proses
manajemen risiko berbasis proyek Konstruksi dengan definisi risiko berdasarkan kejadian dalam proyek
konstruksi (Endah, 2020). Sehingga standar mutu yang digunakan dalam penelitian ini adalah PMBOK
EDISI 5.

79
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Proses Manajemen Risiko Proyek


(Sumber: PMBOK EDISI 5)

Potret Penyelenggaraan Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung


Proyek kereta cepat Jalarta – Bandung ini merupakan proyek telah melipatkan benyak pihak dan
bahkan melibatkan pihak asing yaitu kontraktor yang berasal dari China sehingga menelan cukup banyak
biaya. Sebenarnya, pada tahun 2008 proyek diusulkan adalah proyek kereta cepat Jakarta – Surabaya,
akan tetapi proyek yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan perjalanan di Pulau Jawa ini tidak
sempat terlaksana akan tetapi justru digantikan dengan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang baru
terlaksana di tahun 2015. Proyek kereta cepat Jakarta – Bandung melibatkan China dan pemerintah
memilih China sebagai promotor dalam proyek ini. Pemilihan China sebagai promotor dilanjutkan
dengan penandatanganan perjanjian konsesi selama 50 tahun.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu proyek strategis nasional yang
ditargetkan dapat dioperasikan pada pertengahan tahun 2021. Proyek ini dibangun oleh PT Kereta Cepat
Indonesia China (PT KCIC) yang merupakan perusahaan gabungan dari investor China (CRIC, CREC,
Sinohydro, CRRC dan CRSC) dan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pilar Sinergi
BUMN Indonesia (PSBI), diantaranya PT Wijaya Karya, PT Kereta Api Indonesia, PTPN 8 dan PT Jasa
Marga. Proyek ini akan dikerjakan seluruhnya oleh investor tanpa menggunakan dana pemerintah.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung terletak di bagian barat Pulau Jawa, menghubungkan ibu kota
Indonesia, Jakarta dan Bandung, ibu kota Jawa Barat. Melewati sembilan kabupaten termasuk Jakarta,
Kabupaten Bekasi, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Bandung Barat, Cimahi, Kota Bandung dan
Kabupaten Bandung. Kecepatan desain 350km / jam, dan panjang trase 142,3 Km, dimana Jakarta
sepanjang 3,6 Km dan Jawa Barat sepanjang 138,7 Km. Nantinya akan ada empat stasiun yaitu di Halim,
Karawang, Walini, Tegal Luar dan Depo Tegal Luar.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan Jakarta, ibu
kota Indonesia, dan Bandung, kota terbesar keempat dengan total panjang 142,3 kilometer dan kecepatan
desain 200 hingga 350 kilometer per jam. Jangka waktu pembangunan yang direncanakan awal adalah
tiga tahun dari 2016 hingga 2019. Perusahaan patungan rel kecepatan tinggi Indonesia (PT Kereta Cepat
Indonesia China, KCIC) bersama-sama melakukan pembangunan, pengoperasian dan pengelolaan rel
kecepatan tinggi Jakarta-Bandung ini. Diantaranya, Indonesia menyumbang 60% dari modal proyek dan
Tiongkok menyumbang 40%; total investasi di Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah US $ 6,071 miliar,

80
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dan China Development Bank memberikan 75% pinjaman, dan 25% sisanya merupakan modal proyek
yang berasal joint venture antara Indonesia dan Tiongkok melalui KCIC.

Gambar 3. Jalur dan profil pokok kereta cepat Jakarta – Bandung


(Sumber: FS Kereta Cepat Jakarta - Bandung, 2016)

Proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang dibangun oleh konsorsium perusahaan asal Indonesia
dan China yang mana semua biaya tersebut tidak mengambil dana APBN melainkan murni bussiness to
bussiness dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, agar biaya yang dikeluarkan tidak
jauh melebihi yang telah dianggarkan, maka analisis risiko perlu dilakukan. Tentunya masih banyak
potensi risiko yang perlu ditentukan dan dianalisis. Pada tahapan studi kelayakan, desain atau
perencanaan, pengadaan, konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan, potensi risiko masih dapat terjadi.
Sebelum pelaksanaan proyek, pada tahap awal pelaksanaan proyek, baik pemerintah maupun calon badan
usaha Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dituntut dapat melakukan analisis risiko yang mendalam,
analisis tersebut dapat dilakukan dengan memperhitungkan faktor risiko yang dapat memengaruhi
kelayakan proyek tersebut. Tingkat probabilitas potensi risiko pada setiap tahapan perlu dipahami
sehingga penilaian (analisis dan evaluasi) dapat dilakukan dan dapat dilakukan penanganan.
Dari penjelasan terkait dengan masifnya proyek ini dan betapa luas lingkup pekerjaannya, maka beberapa
risiko yang perlu diperhatikan dalam proyek ini seperti Kesulitan dalam pembebasan lahan pemerintah
atau pun masyarakat, hujan yang berkepanjangan, terdapat banyak utilitas (listrik, air, gas) yang perlu
dipindah, desain gambar tidak selesai tepat waktu, terjadi perubahan desain, pemerintah sulit memberikan
izin yang dibutuhkan proyek, terjadi keterlambatan pada pembayaran termin proyek, permasalahan dalam
tim desain (Kusumadewi, 2017).

State of the art Proses Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian awal sebuah topik disertasi terkait menggunakan analisis manajemen
risiko pada proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung. Secara keseluruhan, perencanaan tahapan kajian
dalam disertasi ini terdiri dari identifikasi model, model penelitian, analisis model, dan optimasi model.
Tetapi dalam artikel ilmiah ini tahapan yg dianalisis hanya hingga dalam tahapan model penelitian.
Tahapan analisis model dan optimasi model akan dilanjutkan dalam penelitian berikutnya agar
mendapatkan state of the art untuk penelitian ini. Proses atau alur dari penelitian ini dapat dilihat dari
gambar 4 di bawah ini.
Dalam proyek konstruksi, khususnya di Indonesia, manajemen risko sangat penting dilakukan.
Walaupun manajemen risiko sudah dilakukan dalam suatu proyek, tetapi tetap risiko-risiko tersebut
berdampak dalam pembangunan infrastruktur publik yang menjadi tertunda. Perlu ditekankan juga bahwa
manajemen risiko proyek bukanlah strategi untuk menghindari risiko konflik yang berdatangan.
Melainkan, tujuannya adalah membantu pengambilan keputusan atas dasar informasi mengenai risiko
yang berkemungkinan memiliki nilai tertentu untuk kesuksesan proyek. Selanjutnya, tujuannya adalah
sebagai tuntutan dalam merespon risiko proyek dengan cara yang mangkus. Oleh karena itu, dibutuhkan
komunikasi efektif di setiap stakeholders, agar segala informasi tersampaikan secara merata diikuti
dengan pemahaman persepsi atas kemungkinan risiko yang diidentifikasi dan dianalisis. Sehingga
dirasakan perlu ada suatunya terobosan dalam penanganan manajemen risiko tersebut seperti dengan

81
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

penambahan kombinasi antara manajemen risiko dengan manajemen komunikasi proyek. Manajemen
komuniasi proyek termasuk proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa informasi dalam proyek
dibuat dengan tepat dan cepat, baik dalam segi pengumpulan, diseminasi, penyimpanan, dan disposisi.
Manajemen risiko proyek sangat dibutuhkan agar risiko-risiko tinggi proyek ini dapat tersampaikan
kepada pihak yang dirasa perlu untuk membantu merespon risiko tersebut baik itu eksternal maupun
internal. Terkadang akar penyebab gagalnya sebuah manajemen risiko adalah memprioritaskan
pendekatan reaktif oleh stakeholder proyek dan baru menyelenggarakan manajemen risiko setelah konflik
datang. Tentu saja ini sangat tidak diharapkan terjadi. Efek komunikasi dari pendekatan reaktif akan
menyebabkan ketidaksinambungan informasi dan pengelolaan di segala lini organisasi

Gambar 4. Diagram alur tahapan state of the arts


(Sumber: Hasil Olah Data)

..
Gambar 4. Proses Manajemen Risko dengan Manajemen Komunikasi Proyek
(Sumber: Hasil Olah Data)

Dari kajian manajemen risiko yang sudah perlu dilakukan dilakukan, masih perlu dilakukan pendetailan
dan analisis pemodelan dengan menambahkan cara atau metode penanganan yang baik seperti
manajemen komunikasi proyek untuk beberapa risiko tinggi yang berkaitan dengan pihak luar atau pihak
ketiga. Sehingga manajemen risiko yang dilakukan pada saat tahapan respon risiko dapat lebih optimal
lagi. Hal ini perlu dilakukan guna menekan dampak risiko yang terjadi dikarenakan risiko tinggi yang
sangat berpengaruh dan berdampak terhadap biaya dan waktu keseluruhan proyek infrastruktur di
Indonesia dan terkhususnya proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
a. Setelah dilakukan perbandingan standar manajemen risiko antara AS/NZS, ISO 31000, dan PMBOK
EDISI 5, maka indikator manajemen risiko sesuai standar yang diacu dalam penelitian ini adalah

82
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PMBOK EDISI 5 dikarenakan PMBOK EDISI 5 diarahkan ke proses manajemen risiko berbasis
proyek Konstruksi dengan definisi risiko berdasarkan kejadian dalam proyek konstruksi.
b. Perusahaan patungan rel kecepatan tinggi Indonesia (PT Kereta Cepat Indonesia China, KCIC)
bersama-sama melakukan pembangunan, pengoperasian dan pengelolaan rel kecepatan tinggi
Jakarta-Bandung ini. Diantaranya, Indonesia menyumbang 60% dari modal proyek dan Tiongkok
menyumbang 40%; total investasi di Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah US $ 6,071 miliar, dan
China Development Bank memberikan 75% pinjaman, dan 25% sisanya merupakan modal proyek
yang berasal joint venture antara Indonesia dan Tiongkok melalui KCIC. Proyek kereta cepat Jakarta
- Bandung cukup banyak risiko karena proyek ini merupakan proyek alternatif yang berbeda dengan
rencana semula dan dijalankan dalam periode pemerintahan yang berbeda, selain itu proyek ini
banyak melibatkan negara asing sehingga berdampak pada tingginya biaya proyek. Dari proyek
sebesar ini ada beberapa risiko yang cukup berdampak dan perlu dilakukan manajemen risiko.
c. Proyek Kereta Cepata Jakarta - Bandung telah melakukan manajemen risiko, namun manajemen
risiko. tersebut perlu dilakukan sebuah pemodelan baru berupa menambahkan cara menambahkan
manajemen komunikasi proyek. Manajemen komunikasi proyek penting untuk menyempurnakan
manajemen risiko proyek yang sudah berjalan di dalam proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung ini.

DAFTAR PUSTAKA
Adlina Kusumadewi, Virginia Listyani, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Ferry Hermawan. (2017). Analisis
Manajemen Risiko Tahap Konstruksi Pada Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung. Jurnal Karya
Teknik Sipil, vol. 6, no. 1, pp. 157-164.
Albogamy, Abdullah, Nashwan Dawood, Darren Scott. (2014). A Risk Management Approach to Address
Construction Delays from Client Aspec. Computing in Civil And Building Engineering. ASCE
p.1497.
Australia, S. (2004). Handbook: Risk management guidelines, companion to AS/NZS 4360: 2004.
Standards Australia Internal Ltd, Sydney.
Frangky Ronald Lepar, Rober J. M. Mandagi, Shirl S. Lumeno. (2018). Model Risiko Pada Tahapan
Pelaksanaan Pembangunan Proyek Bangunan Swasta yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Proyek.
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.2 Februari 2018 (125-136) ISSN: 2337-6732
Hermawan, Ferry., Frida Kistiani, Tanto Djoko Santoso. (2011). Pengaruh Pembebasan Lahan Terhadap
Risiko Proyek Konstruksi (Studi Kasus Social Engineering Proyek Jalan Tol Ruas Semarang
Bawen). Jurnal TEKNIK. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
ISO (2018). ISO 31000:2018 Risk management-Principles and guidelines, International Organization for
Standardization, www.iso.org.
Kusumadewi, Adlina., Listyani Virginia, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Ferry Hermawan. (2017). Analisis
Manajemen Risiko Tahap Konstruksi Pada Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung. Jurnal Karya
Teknik Sipil Universitas Diponegoro, p. 157-164.
Marantika, Desi., Moch. Bayu Erwinsyah, Jati Utomo Dwi Hatmoko, Riqi Radian Khasani. (2016).
Analisis Risiko Investasi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Jurnal Karya Teknik Sipil.
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
PMBOK EDISI 5. (2017). A Guide to the Project Management Body of Knowledge. Pennsylvania:
Project Management Institue, Inc.
PT Kereta Cepat Indonesia China. (2016). Feasibilty Study Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Sari, Endah Murtiana., Manlian A. Simanjuntak., M. Agung Wibowo., Obsatar Sianga. (2020).
Comparison of Risk Management Analysis Between PMBOK EDISI 5 (2017), ISO (31000:2018)
and AS/NZS (4360:2009). PalArch’s Journal of Archaeology of Egypt / Egypotology. 17(10), 1439-
1451. ISSN 1567-214x.

83
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENGARUH FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN TINGKAT KEPAHAMAN


TENAGA KERJA TERHADAP FAKTOR TEKNIS KONSTRUKSI PADA
PRODUK RUMAH PROGRAM BSPS
(STUDI KASUS : KOTA DAN KABUPATEN MAGELANG)

Ety Fitriyani1*, Suprapto Siswosukarto2, Djoko Sulistyo3


1,2,3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta;
*Email : ety.fitriyani@ugm.ac.id1*, suprapto.siswosukarto@ugm.ac.id2, djokosulistyo@ugm.ac.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor teknis dan non teknis yang mempunyai tingkat
pengaruh yang tinggi terhadap produktivitas tenaga kerja. Data diperoleh melalui kuisoner dan
wawancara. Pembagian kuisoner dibantu oleh 7 asisten penelitian. Faktor – faktor disajikan dalam
kuisoner dan dibagi menjadi 2 (dua) kategori utama yaitu Faktor Teknis dan Non Teknis. Kategori
faktor teknis dibagi menjadi 5 (lima) sub kategori yaitu material, manajemen, tenaga kerja, peralatan
dan kategori yang berkaitan dengan proyek. Hasil dari kuisoner dianalisis dengan metode Relative
Importance Index (RII). Hasil penelitian menunjukkan tiga faktor non teknis yang paling signifikan
pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja yaitu kualitas dan pengadaan material batu bata,
kehadiran tenaga kerja lain dan informasi. Sedangkan tiga faktor teknis praktik konstruksi yang paling
penting menurut tenaga kerja adalah pada konstruksi atap harus terdapat ikatan angin dan gording,
ukuran balok pengikat/sloof dibangun dengan ukuran 15 x 20 cm, dan setiap ujung sengkang ditekuk 135
derajat menjepit besi utama.

Kata kunci: Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), produktivitas, tenaga kerja

PENDAHULUAN
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang selanjutnya disingkat BSPS adalah bantuan pemerintah
berupa stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk meningkatkan keswadayaan dalam
peningkatan kualitas rumah dan pembangunan rumah baru beserta prasarana, sarana dan utilitas umum.
Salah satu daerah di Indonesia yang sedang giat menjalankan program BSPS ini adalah wilayah kota dan
kabupaten di Magelang. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, program BSPS ini tidak luput dari
berbagai kendala yang menghambat jalannya program. Salah satu kendala tersebut adalah banyak ditemui
produk komponen bangunan rumah yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang seharusnya. Produk
bangunan rumah yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis ini membuktikan bahwa produktivitas tenaga
kerja tidak maksimal. Terlebih sebuah data dari basis data terpadu (BDT) Kementrian Sosial RI
menyajikan bahwa di Kabupaten Magelang, program BSPS pada tahun 2019 hanya menjangkau 6.237
(9%) warga berpenghasilan rendah dan miskin. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) di Magelang agar rumah program BSPS yang hanya
dapat menjangkau angka 9% ini dapat dimaksimalkan pada aspek produktivitas tenaga kerjanya. Ketika
produktivitas tenaga kerja maksimal maka aspek kualitas dan kuantitas dari bangunan pun akan tercapai.

Produktivitas Tenaga Kerja


Dalam proses berjalannya program BSPS di Magelang, pemilihan tenaga kerja hanya berdasarkan
pengalaman yang dimiliki oleh calon tenaga kerja. Hal tersebut dikarenakan upah tenaga kerja yang
sangat minim dalam anggaran sehingga kualifikasi, sertifikasi ataupun keterampilan calon tenaga kerja
tidak menjadi syarat utama. Oleh sebab itu, produktivitas tenaga kerja yang diharapkan maksimal sering
tidak dapat tercapai. Ketika produktivitas tenaga kerja tidak dapat maksimal, maka target suatu proyek
konstruksi tidak dapat tercapai baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Produktivitas kerja konstruksi
yang buruk disepakati menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penundaan konstruksi (El- Gohary,
2014). Oleh karena itu, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
konstruksi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, sehingga dapat membantu agar pengelolaan

84
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

proyek konstruksi dapat mencapai target kualitas yang kompetitif dan biaya yang efektif pada waktu yang
telah ditentukan (El- Gohary, 2014).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu, penulis
dalam penelitian ini mengusulkan klasifikasi faktor-faktor berpengaruh ke dalam lima kategori utama
yaitu: (1) kategori material; (2) kategori manajemen; (3) kategori tenaga kerja; (4) kategori peralatan; (5)
kategori proyek. Selanjutnya empat kategori utama tersebut disebut sebagai faktor non teknis. Sedangkan
faktor teknis dalam penelitian ini adalah segala ketentuan atau tahapan konstruksi yang tertuang di dalam
persayaratan teknis pelaksanaan pembangunan rumah program BSPS. Faktor dari ketentuan teknis
tersebut juga dimaksudkan untuk mengedukasi para tenaga kerja sehingga akan lebih paham mengenai
pembangunan rumah yang sesuai dengan persayaratan teknis. Maka dalam penelitian ini dilakukan
identifikasi dan evaluasi faktor teknis dan non teknis yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga
kerja pada pembangunan rumah program BSPS di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang.

METODOLOGI PENELITIAN
Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota dan Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan data utama
yang bersumber dari tenaga kerja yang sedang bekerja untuk proyek pembangunan rumah program BSPS.
Penjabaran mengenai data dan sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Adapun data primer pada penelitian ini adalah adalah kuisoner dan wawancara yang diajukan kepada
tenaga kerja. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber–sumber yang telah ada.

Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengambil kasus secara
purposive sampling. Penelitian diawali dengan menyusun kuisoner yang berisi faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja konstruksi. Faktor – faktor tersebut berdasarkan penelitian –
penelitian terdahulu, kemudian dibagi menjadi 2 kategori yaitu teknis dan non teknis. Dalam penelitian
ini, kuisoner terlebih dahulu diajukan kepada Kepala Bidang PUPR Kabupaten Magelang, Kordinator
Fasilitator (Korfas) dan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL). Pengajuan kuisoner tersebut dimaksudkan
agar dilakukan review dan koreksi terlebih dahulu sehingga menghasilkan masukan dan revisi terkait
faktor–faktor yang disajikan dalam lembar kuisoner. Kemudian uji validitas dan reabilitas dilakukan
sehingga kuisoner tersebut valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki
kecermatan tinggi.
Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan lembar kuisoner kepada 359 tenaga kerja di
Kabupaten Magelang dan 148 tenaga kerja di Kota Magelang. Pembagian kuisoner dibantu oleh 7 asisten
penelitian. 2 Untuk mengontrol kualitas data dari responden sebelumnya dilakukan uji reabilitas sehingga
jawaban seseorang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hasil kuisoner kemudian dianalisis dengan
rumus Relative Importance Index (RII), sehingga diketahui nilai persentase masing – masing faktor.

Pengujian Validitas
Dalam penelitian ini, kevalidan dari kuesioner diukur pada tingkat signifikan (α) 5%, dan dengan
dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2000) :
1) Jika r hasil positif, serta r hasil ˃ r tabel, maka butir variabel tersebut adalah valid
2) Jika r hasil negatif, serta r hasil ˂ r tabel, maka butir variabel tersebut adalah tidak valid.
Untuk uji validitas digunakan sampel sebanyak n = 30, pada tingkat signifikansi alpha = 5%
(Ghozali, 2018). Pada penelitian ini menggunakan r tabel = 0,361.

Pengujian Reliabilitas
Sementara itu untuk uji reliabilitas, akan diukur dengan koefisien Alpha Cronbach. Jika koefisien
realibilitas hasil perhitungan menunjukkan angka ≥ 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang
bersangkutan dinyatakan reliabel (Riduwan, 2010).
Pengujian reliabilitas dilakukan pada tenaga kerja konstruksi. Responden yang menjadi sampel
untuk pengujian reliabilitas sebanyak 507 sampel yang terdiri atas tenaga kerja yang bekerja dalam proses
pembanguna rumah program BSPS. Hasil Uji Reliabilitas dijelaskan pada tabel 3.1 sebagai berikut:

85
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3.1. Hasil Uji Reliabilitas


VariabelS koefisien Alpha Cronbach Kriteria Kesimpulan
X 0,871 0,6 Reliabel
Y 0,925 0,6 Reliabel

Berdasarkan pada tabel 3.1 maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel penelitian telah
reliabel. Hal ini menyatakan bahwa seluruh indikator pada kuesioner adalah reliabel dan layak untuk
dilakukan analisis lanjutan.

Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah penerima program BSPS yang berjumlah 5400 unit
rumah di Kabupaten Magelang dan 240 unit rumah di Kota Magelang.
Sampel
Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan Persamaan (1) (Hogg dan Tanis 2009):
(1)
Keterangan :
= ukuran sampel terbatas
= ukuran sampel tidak terbatas
= populasi yang tersedia
adalah diperkirakan oleh Persamaan (2) (Hogg dan Tanis 2009):
(2)
Keterangan :
Z = nilai statistik untuk tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu, 2,575, 1,96, dan 1,645, untuk tingkat
kepercayaan 99, 95, dan 90%, masing-masing;
P = nilai proporsi populasi sedang diperkirakan;
ε = kesalahan sampling dari estimasi titik.
Karena nilai P tidak diketahui, Sincich et al. (2002) menyarankan nilai konservatif 0,50 untuk
digunakan sehingga sampel ukuran yang diperoleh setidaknya sebesar yang dibutuhkan. Menggunakan
95% tingkat kepercayaan, yaitu, tingkat signifikansi 5%, sampel tak terbatas ukuran populasi, m,
diperkirakan dengan persamaan (2) sebagai berikut:

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai sebagai ukuran sampel tidak terbatas adalah
385. Selanjutnya nilai digunakan untuk mengetahui nilai sebagai sampel terbatas di masing – masing
kota dan kabupaten Magelang.

Analisis Data
Untuk menganalisis data, teknik relative importance index (RII) digunakan. Indeks ini dihitung
untuk setiap faktor dengan menggunakan Persamaan (3) (Lim dan Alum 1995; Enshassi dkk. 2007;
Jarkas dan Bitar 2012):

(3)

Keterangan :
= persentase pengalaman tahunan dari RII masing-masing faktor
=Jumlah responden yang menjawab “SangatBerpengaruh / Sangat Penting”
=Jumlah responden yang menjawab“ Berpengaruh / Penting”
=Jumlah responden yang menjawab “ Cukup Berpengaruh / CukupPenting”
=Jumlah responden yang menjawab “Kurang Berpengaruh / Kurang Penting”
= Jumlah responden yang menjawab “ Tidak Berpengaruh / Tidak Penting”

86
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Data
Dari perhitungan sampel dengan rumus (1) didapatkan hasil sebanyak 359 rumah dipilih sebagai
sampel yang mewakili total populasi 5400 rumah penerima bantuan di Kabupaten Magelang. Sedangkan
148 rumah dipilih sebagai sampel yang mewakili 240 rumah penerima bantuan di Kota Magelang.
Selanjutnya kuisoner akan disebar dan tersebut dan diisi oleh salah satu tenaga kerja. Tingkat pengaruh dari
masing – masing faktor dari kategori teknis dan non teknis dihitung menggunakan rumus Relative
Importance Index (RII) dan menghasilkan nilai persentase. Keseluruhan faktor non teknis dibagi menjadi 4
(empat) kategori yaitu material, manajemen, tenaga kerja, peralatan dan proyek. Nilai RII untuk faktor dari
masing-masing kategori dihitung dengan menggunakan Persamaan (3).

Faktor Non Teknis


Kategori Material
Hasil nilai indeks dan peringkat kepentingan relatif dari 4 faktor di bawah kategori material
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Nilai RII Kategori Material

Para tenaga kerja memberikan hasil faktor “kualitas dan pengadaan material batu bata” sebagai
faktor yang paling berpengaruh dalam kategori ini dengan indeks kepentingan relatif sebesar 93,77%.
Pada pelaksanaan pembangunan rumah program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), para
tenaga kerja mengeluhkan kualitas material batu bata yang ada di lokasi. Batu bata yang tersedia sudah
banyak yang patah dan rapuh sehingga menyulitkan tenaga kerja dalam proses pemasangan. Selain
kualitas, tenaga kerja mengaitkan permasalahan material batu bata dengan proses pemesanan barang
tersebut. Pada pelaksanaan pemasangan batu bata biasanya material dipesan dari warga desa setempat
yang memproduksi batu bata secara rumahan. Hal tersebut dilakukan agar material batu bata tidak
mengalami kekurangan di lapangan karena kekurangan material dapat berpengaruh terhadap produktivitas
tenaga kerja. Seperti hasil penelitian Setyawan A W (2014), dimana faktor keterbatasan bahan material
bangunan, menyebabkan terhambatnya pada proses pelaksanaan rehabilitasi atau perbaikan rumah
penerima program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang dilaksanakan di Desa Sidodadi
Kecamatan Tempureji Kabupaten Jember. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa perlu adanya kerjasama yang
baik dengan toko bangunan penyedia material sehingga distribusi material dapat berjalan lancar.
Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Rodrigo et. Al., (2011) juga didapat bahwa faktor
produktivitas yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja konstruksi adalah faktor bahan
material. Pekerja mengaitkan penyebab utama masalah material terkait dengan pengiriman tidak tepat
waktu dari gudang; penyebab kedua adalah kurangnya material yang tersedia sebelum pekerjaan dimulai;
yang ketiga adalah masalah material yang berada jauh dari area kerja.
Kategori Manajemen
Tenaga kerja memberikan hasil faktor “pembayaran upah” sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas tenaga kerja dengan indeks kepentingan relatif 84,30%. Minimnya dana untuk alokasi
tenaga kerja membuat penerima bantuan harus lebih bijak dalam menggunakan dana tersebut. Dari hasil
kuisoner, terdapat 247 tenaga kerja menjawab “sangat penting” bahwa faktor upah mempengaruhi
produktivitas dalam bekerja. Dalam hasil wawancara yang dilakukan, tenaga kerja juga mengaitkan
permasalahan mengenai upah dengan tabungan yang harus bisa dibawa pulang untuk mencukupi
kebutuhan rumah. Hal ini memiliki persamaan dengan yang dialami oleh tenaga kerja konstruksi di
Mesir. Pada penelitian El-Gohary (2014), dijelaskan bahwa pada dasarnya tenaga kerja konstruksi di

87
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Mesir mempunyai tujuan untuk menyimpan sebanyak mungkin uang yang dihasilkan dari bekerja untuk
dibawa pulang ke rumah. Sehinga dalam penelitian tersebut “program insentif” menduduki faktor paling
penting yang memengaruhi produktivitas tenaga kerja. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh
Jarkas (2012) faktor upah juga menjadi faktor berpengaruh ketiga dalam kategori manajemen yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di Kuwait.
Kategori Tenaga Kerja
Hasil nilai indeks dan peringkat kepentingan relatif dari 6 faktor di bawah kategori tenaga kerja
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Nilai RII Kategori Tenaga Kerja

Faktor kehadiran tenaga kerja lain mempunyai nilai indeks kepentingan relatif sebesar 89,70%.
Faktor ini menjadi faktor utama yang paling berpengaruh dalam kategori tenaga kerja. Yang dimaksud
kehadiran tenaga kerja lain pada penelitian ini yaitu kehadiran seorang atau lebih tenaga kerja yang
mempunyai keahlian yang berbeda dari tenaga kerja sebelumnya sehingga diharapkan dapat membentuk
suatu komposisi kerja guna meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Seperti dalam Soeharto (2008)
dijelaskan bahwa salah satu faktor berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja yaitu faktor
komposisi kelompok kerja. Pada kegiatan konstruksi seorang penyelia lapangan memimpin satu
kelompok kerja yang terdiri dari bermacam-macam pekerja lapangan (labor craft), seperti tukang
batu,tukang besi, tukang pipa, tukang kayu, pembantu (helper) dan lain-lain. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Messah (2008) menghasilkan bahwa faktor utama penyebab keterlambatan pelaksanaan
konstruksi gedung menurut pihak kontraktor adalah factor ketidaktersediaan tenaga kerja, hal ini
dikarenakan waktu pelaksanaan proyek konstruksi bertepatan dengan waktu tanam, waktu panen, atau
hari raya sehingga sulit untuk mendapatkan tenaga kerja buruh. Selain itu ketidaktersediaan tenaga kerja
juga disebabkan proyek konstruksi tersebut merupakan proyek besar yang membutuhkan banyak tenaga
kerja, dengan tidak tersedianya tenaga kerja proyek menjadi terlambat.
Kategori Peralatan
Hasil nilai indeks dan peringkat kepentingan relatif dari 2 faktor di bawah kategori tenaga kerja
ditunjukkan pada Gambar 3. Para pekerja memberikan hasil faktor “kerusakan peralatan” sebagai faktor
paling berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja dalam kategori ini, dengan indeks penting relatif
83,94%. Menurut para pekerja, kerusakan peralatan sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Jika
terdapat alat yang rusak, maka produktivitas pekerjaan akan turun. Hal ini dikarenakan tenaga kerja harus
mencari alat pengganti atau menunggu untuk perbaikan alat. Dalam penelitian Rodrigo (2011), salah satu
faktor berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja adalah kerusakan peralatan. Alasan utama yang
dikemukakan adalah jauhnya tempat perbaikan alat ke lokasi sehingga tenaga kerja menghabiskan waktu
hanya untuk menunggu perbaikan alat. Alwi (2003) menjelaskan bahwa menunggu perbaikan peralatan
diidentifikasi sebagai faktor penting yang menyebabkan pedagang menganggur dan penundaan jadwal.
Misalnya saja peralatan yang sering pecah dan mengharuskan perbaikan. Untuk proyek yang berlokasi di
daerah terpencil, jauh dari kantor pusat, perbaikan bisa memakan waktu lama. Untuk teknisi harus datang
untuk memperbaiki masalah, dan bagian-bagiannya. Maka perbaikan tersebut butuh beberapa hari.

88
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3.Hasil Nilai RII Kategori Peralatan


Kategori Proyek
Hasil nilai indeks dan peringkat kepentingan relatif dari 4 faktor di bawah kategori terkait
proyek ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Nilai RII Kategori Proyek

Para pekerja memberikan hasil faktor “informasi” sebagai faktor paling berpengaruh terhadap
produktivitas tenaga kerja dalam kategori ini, dengan indeks kepentingan relatif 89,59%. Contoh
informasi dalam penelitian ini adalah mengenai spesifikasi teknis pelaksanaan konstruksi. Misalnya, pada
saat akan melakukan pembesian seharusnya Tenaga Fasilitator Lapangan selaku pendamping program
BSPS, memberikan informasi tentang diameter besi yang seharusnya digunakan. Informasi tersebut
berguna agar tidak terjadi kesalahan dalam spesifikasi teknis sehingga menyebabkan kegagalan
konstruksi atau pengerjaan ulang. Dari wawancara yang dilakukan sebanyak 284 tenaga kerja
menganggap penting informasi tersebut agar spesifikasi teknis konstruksi sesuai dengan persyaratan yang
berlaku. Namun, yang terjadi di lapangan adalah Tenaga Fasilitator Lapangan tidak setiap hari melakukan
pengawasan dilapangan sehingga informasi sering tidak dapat tersampaikan. Penelitian oleh El Gohary
(2014) juga menghasilkan faktor “kejelasan instruksi dan pertukaran informasi” mendapat peringkat ke-
10 dari faktor keseluruhan yang diteliti. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian oleh Horner dkk.
(1989) bahwa “kompleksitas informasi konstruksi” menjadi faktor berpengaruh ke-7 yang dapat
mempengaruhi produktvitas tenaga kerja dari 13 faktor secara keseluruhan.

Faktor Teknis
Pondasi
Pada tahapan pembangunan pondasi ini, komposisi pada campuran spesi mendapatkan nilai
persentase terendah dengan indeks 71,79%. Dari wawancara yang dilakukan, salah satu faktor yang
sering terjadi adalah keterlambatan pengiriman semen ke lokasi pembangunan. Keterlambatan tersebut
mengakibatkan tenaga kerja secara sengaja menghemat semen dalam campuran spesi, sehingga campuran
pasir atau airnya yang berlebih. Maka dari itu, keterlambatan material dapat menurunkan mutu karena
produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi. Selain menurunkan mutu, keterlambatan material
menyebabkan keterlambatan proyek seperti dalam penelitian Ariyanto (2018), dihasilkan bahwa
keterlambatan proyek dapat berasal dari beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan
pekerjaan pada proyek yaitu kelalaian dari pihak supplier untuk mengirim material.
Balok Pengikat/Sloof
Pada bagian tahapan pembangunan balok pengikat/sloof yang dianggap paling penting oleh tenaga
kerja yaitu membangun konstruksi balok pengikat/sloof dengan ukuran 15 x 20 cm. Pada tahapan tersebut
indeks kepentingan relatif sebesar 94,00%. Pada tahap pembangunan balok pengikat/sloof, tenaga kerja

89
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

kurang mengerti mengenai harus adanya koneksi sloof dengan pondasi dan koneksi sloof dengan kolom.
Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahapan bagian “Sambungan dengan kolom : Beton: koneksi solid
(pertemuan/sambungan baja harus ada overlap 40 cm); tidak ada yang retak/”lepas”/ renggang”
mempunyai indeks kepentingan relatif hanya 76,21%. Dari hasil wawancara, ketidaktahuan tenaga kerja
mengenai koneksi ini terbentuk karena kebiasaan dan pengawasan oleh Tenaga Fasilitator Lapangan yang
tidak dilakukan setiap hari, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan. Seperti
dalam penelitian Jarkas (2012), faktor “kurangnya pengawasan tenaga kerja” menduduki peringkat
pertama yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja konstruksi di Kuwait dalam kategori
manajemen. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengawasan tenaga kerja secara langsung
diperlukan untuk membuat pekerjaan sesuai spesifikasi kontrak dan menghindari kesalahan atau
ketidaksesuaian.
Kolom
Nilai RII tertinggi pada kategori ini yaitu pada tahapan “membangun kolom dengan ukuran 15 x 15
cm” dengan nilai indeks kepentingan relatif 90,57%. Dalam berlangsungnya pembangunan rumah
program BSPS, beberapa hal sering terjadi dalam kesalahan penulangan kolom diantaranya diameter besi
tidak sebanding dengan beban, jarak sengkang tidak diperhatikan, jumlah besi tidak sesuai, ikatan kurang
kuat, atau tidak menggunakan tekuk pada ujung sebagai pengait. Akibatnya bangunan menjadi kurang
kokoh, kolom menjadi lengkung, keretakan pada struktur yang berujung pada ambruknya bangunan
(Studio, 2020).
Balok Keliling/Ring Balok
Nilai RII tertinggi pada kategori membangun balok yaitu pada tahapan membangun “setiap ujung
sengkang ditekuk 135 derajat menjepit besi utama” dengan nilai indeks penting relatif 91,16%. Tahapan
yang mempunyai indeks kepentingan relatif terendah dengan nilai 82,25% yaitu ukuran balok dengan
ukuran ring 12 x 15 cm. Namun, permasalahan yang sering terjadi dalam tahapan konstruksi balok
memiliki persamaan dengan tahapan konstruksi kolom yaitu pemasangan diameter tulangan utama yang
tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Pada penelitian ini tahapan “diameter tulangan utama 10 mm”
hanya mendapat nilai indeks kepentingan relatif 84,46%. Banyak faktor yang dapat terjadi di lapangan
sehingga tenaga kerja melakukan penulangan diameter dengan tulangan yang salah, salah satunya adalah
faktor keterbatasan material. Faktor lain yang dapat terjadi selain keterbatasan material adalah faktor
informasi dari Tenaga Fasilitator Lapangan kepada tenaga kerja di lapangan.
Rangka Atap
Dalam hasil penelitian ini, faktor tahapan bagian “Bila beton bertulang: sesuai syarat beton (seperti
kolom & ring balok beton - pertemuan/sambungan baja harus ada overlap 40 cm)” sebagai faktor dengan
indeks penting relatif terendah yaitu 80,59%. Dengan hasil tersebut, membuktikan bahwa tenaga kerja
kurang paham dengan harus adanya pertemuan atau sambungan baja sepanjang 40 cm. Overlap 40 cm
tersebut penting dilakukan agar konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan. Dari hasil
wawancara yang dilakukan, tidak adanya tenaga kerja lain, membuat tenaga kerja sering mengabaikan
informasi terkait persyaratan teknis dari Tenaga Fasilitator Lapangan seperti informasi mengenai harus
adanya overlap tersebut. Maka dalam hal ini, kehadiran tenaga kerja yang lain berpengaruh terhadap
produktivitas tenaga kerja. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Kadir (2012), dihasilkan bahwa
faktor kekurangan pekerja asing dan lokal di pasar menjadi faktor yang berpengaruh terhadap tenaga
kerja konstruksi di Malaysia. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa industri konstruksi Malaysia
menghadapi kekurangan pekerja konstruksi yang akut karena lowongan yang ditinggalkan oleh pekerja
lokal yang lebih suka bergabung dengan sektor manufaktur dan jasa. Keterlambatan yang disebabkan oleh
pekerja konstruksi yang tidak memadai berada di peringkat kedelapan dari keseluruhan faktor yang
diteliti.

KESIMPULAN
Untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja konstruksi, seseorang harus mengidentifikasi dan
mengenali pengaruh faktor-faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Penelitian ini telah
mengidentifikasi, berdasarkan perhitungan nilai RII untuk menentukan pengaruh peringkat dari faktor
teknis dan non teknis yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja konstruksi pada pembangunan

90
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

rumah program BSPS. Pada penelitian ini dihasilkan faktor non teknis yang mempunyai nilai RII
tertinggi pada masing-masing kategori yaitu faktor kualitas dan pengadaan material batu bata pada
kategori material, faktor kehadiran tenaga kerja lain pada kategori tenaga kerja, faktor informasi pada
kategori terkait proyek. Kemudian nilai RII tertinggi pada faktor teknis yaitu konstruksi atap harus
terdapat ikatan angin dan gording, ukuran balok pengikat/sloof dibangun dengan ukuran 15 x 20 cm, dan
setiap ujung sengkang ditekuk 135 derajat menjepit besi utama. Dengan hasil penelitian ini diharapkan
adanya pengawasan dari Tenaga Fasilitator Lapangan terhadap tenaga kerja lebih diperketat, perlu adanya
penambahan tenaga kerja dan diperlukan manajemen persediaan bahan material dalam proses berjalannya
program BSPS. Dalam hal terkait hasil penelitian faktor teknis, kebijakan pemerintah harus mendorong
dan lebih memperhatikan pendidikan teknis dan program magang pelatihan tenaga kerja khusus program
BSPS.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, M. R., Lee,W. P., Jaafar, M. S., Sapuan, S. M., and Ali, A. A.A. (2005). Factors affecting
construction labour productivity forMalaysian residential projects.” J. Struct. Surv., 23(1), 42–54.
Alwi, S. (2003). Factors influencing construction productivity in theIndonesian context. Proc., 5th
Eastern Asia Society for Transportation Studies (EASTS) Conf., QUT ePrints, Brisbane, QLD,
1557–1571.
El Gohary, K. M., and Aziz, R.F. (2014). Factors Influencing Construction Labor Productivity in Egypt.
J. Manage. Eng., 30(1), 1-9.
Jarkas, A. M., and Bitar, C. G. (2012). Factors affecting construction laborproductivity in Kuwait.J.
Constr. Eng. Manage., 10.1061/(ASCE)CO.1943-7862.0000501, 811–820.
Kaming, P. F., Olomolaiye, P. O., Holt, G. D., and Harris, F. C. (1997).Factors influencing craftsmen’s
productivity in Indonesia. Int. J. Proj. Manage., 15(1), 21–30.
Menpermen PUPR. (2018). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 07/PRT/M/2018 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Menpermen PUPR. (2016). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 05/PRT/M/2016Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung.
Musafaruddin, Afifuddin, M., Munir, A. (2018).“Faktor-Faktor Penghambat Pembangunan Layak Huni
untuk Kaum Dhuafa di Provinsi Aceh (Studi Kasus : Kabupaten Aceh Utara.”Jurnal Arsip Rekayasa
Sipil dan Perencanaan 1(4),119-129.
Soeharto, I. (2001). “Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 1”. Erlangga,
Jakarta, 1999.
https://www.arsitur.com/2017/08/kesalahan-saat-membangun-rumah-yang.html. Diakses pada 20 April
2021.

91
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

TINJAUAN ULANG KAPASITAS RESERVOIR DAN SALURAN TRANSMISI


INSTALASI PENGOLAHAN AIR PDAM LAWU TIRTA MAGETAN DI DESA
CILENG KABUPATEN MAGETAN

Purwanti Sri Pudyastuti1*, Rendra Ardyansyah1, Hermono S Budinetro1, Jaji


Abdurrosyid1
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta, Jawa Tengah
*
Email: psp237@ums.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan kebutuhan air di Desa Cileng, Kabupaten Magetan,
menganalisa pipa transmisi dalam 20 tahun kedepan, dan mengetahui kapasitas reservoir air baku.
Hasil penelitian rencana tahun 2039 terjadi pertumbuhan penduduk yang meningkat sebanyak 47.371
jiwa yang diproyeksikan menggunakan metode least square. Pertumbuhan penduduk sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan air bersih masyarakat. Pada tahun 2039 kebutuhan air masyarakat di
daerah pelayanan PDAM Lawu Tirta IPA Cileng mencapai 53,268 liter/detik. Sementara itu PDAM
Lawu Tirta IPA Cileng saat ini hanya mampu menyediakan maksimal 50 liter/detik. Masyarakat
pelanggan PDAM banyak menggunakan air pada hari Minggu. Volume Reservoir pada tahun
perencanaan (2039) adalah 467,65 m3 yang didapatkan dari hasil perhitungan. Volume tersebut lebih
besar dari yang dapat ditampung oleh PDAM Lawu Tirta IPA Cileng saat ini yang hanya berukuran 300
m3. Pipa saluran transmisi pada perhitungan tahun rencana (2039) dirasa masih cukup mampu untuk
menyuplai kebutuhan dari sumber air ke reservoar IPA. Ukuran pipa PDAM Lawu Tirta IPA Cileng
yang dipakai saat ini mempunyai diameter 8 inch, yang lebih besar dari hasil perhitungan yang hanya
berdiameter 6,535 inch. Oleh karena itu tidak diperlukan pembesaran pipa.

Kata kunci: kapasitas reservoir, kebutuhan air, PDAM, pertumbuhan penduduk

PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan mendasar bagi makhluk hidup untuk tetap melangsungkan kehidupannya
di bumi, mahkluk hidup akan sangat terus bergantung akan ketersediaan air yang memadai terutama air
layak konsumsi, tanpa adanya air manusia, hewan, dan tumbuhan akan sangat sulit untuk
mempertahankan hidupnya. Indonesia termasuk negara yang memiliki ketersediaan air tawar yang cukup
memadai. Air tawar banyak bersumber dari air bawah permukaan yang berupa air tanah serta aliran
sungai bawah tanah, dan sumber yang lain berasal dari air permukaan yaitu air yang terkumpul di atas
tanah atau di mata air, sungai danau, lahan basah dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan
tanah dan di udara.
Seperti halnya di Kabupaten Magetan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dari
tahun ketahun menyebabkan kebutuhan air juga semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan sumber
air yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Magetan. Hampir seluruh penduduk
Kabupaten Magetan bergantung pada air bersih dari PDAM Tirta Lawu Magetan. PDAM Magetan sendiri
memiliki beberapa sumber air baku yang berasal dari mata air gunung Lawu yang langsung
didistribusikan kepada masyarakat tanpa perlu penampungan dan pengolahan karena sumber mata air dari
lereng gunung Lawu sudah layak untuk dikonsumsi. Selain itu serta pada tahun 2012 air dari Waduk
Gonggang yang sebelumnya hanya dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi kemudian dimanfaatkan oleh
PDAM untuk kebutuhan air di wilayah Magetan selatan yaitu Kecamatan Poncol.
Setelah PDAM memanfaatkan air permukaan dari waduk Gonggang maka didirikanlah Instalasi
Pengolahan Air (IPA) tepatnya di desa Cileng Kecamatan Poncol Magetan untuk mengolah air baku
menjadi air yang layak konsumsi bagi masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan
kebutuhan air di wilayah layanan IPA desa Cileng dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, mengetahui
kapasitas reservoir air baku, dan menganalisa pipa transmisi agar layanannya optimal.

92
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN
Perkiraan Pertumbuhan Penduduk
Data jumlah penduduk merupakan salah satu variabel yang diperlukan untuk memprediksi besarnya
kebutuhan air di masa mendatang. Menurut Soemarto (1999), perkiraan pertumbuhan penduduk dapat
dihitung dengan menggunakan beberapa metode, antara lain yaitu:
a. Metode aritmatika, dengan rumus:
Pn = P0 (1 + (nr)) (1)

(2)

dengan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n
P0 = jumlah penduduk pada awal tahun
r = prosentase pertumbuhan penduduk
n = periode waktu yang ditinjau
t = tahun
Pt = jumlah penduduk pada tahun ke-t
b. Metode geometrik, dengan rumus:
Pn = P0 (1 + r) (3)
c. Metode regresi linier dengan pendekatan least square.

Kebutuhan Air
Acuan untuk menentukan kebutuhan air per orang per hari untuk kebutuhan domestik (kebutuhan rumah
tangga) dan kebutuhan non-domestik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panduan Kebutuhan Air Domestik dan Non-domestik (sumber: Dirjen Cipta Karya,
1996)
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa)
500.000 s/d 100.000 s/d 20.000 s/d
URAIAN > 1.000.000 < 20.000
1.000.000 500.000 100.000
Metropolitan Besar Sedang Kecil Desa
1 2 3 4 5 6
1. Konsumsi unit sambungan
> 150 150 - 120 90 - 120 80 - 120 60 - 80
rumah (SR) (lt/org/hari)
2. Konsumsi unit hidran (HU)
20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 - 40
(lt/org/hari)
3. Konsumsi unit non-
domestik (HU) (lt/unit/hari):
a. Niaga kecil 600 - 500 600 - 500 600
b. Niaga besar 1000 - 5000 1000 - 5000 15000
c. Industri besar 0,2 - 0,8 0,2 - 0,8 0,2 - 0,8
d. Pariwisata 0,1 - 0,3 0,1 - 0,3 0,1 - 0,3
4. Kehilangan energi (%) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30
1,15 - 1,25 * 1,15 - 1,25 * 1,15 - 1,25 * 1,15 - 1,25 * 1,15 - 1,25 *
5. Faktor hari maksimum
harian harian harian harian harian
1,75 - 2,0 * hari 1,75 - 2,0 * hari 1,75 - 2,0 * hari 1,75 - 2,0 * hari 1,75 - 2,0 * hari
6. Faktor hari puncak
maks maks maks maks maks
7. Jumlah jiwa per SR (jiwa) 5 5 5 5 5
8. Jumlah jiwa per HU (jiwa) 100 100 100 100 - 200 200
9. Sisa tekan di penyediaan
10 10 10 10 10
distribusi (meter)
10. Jam operasi (jam) 24 24 24 24 24
11. Volume reservoir (%max
15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 - 25
day demand)
50 : 50 s/d 80 : 50 : 50 s/d 80 :
12. SR : HU 80 : 20 70 : 30 70 : 30
20 20
13. Cakupan pelayanan (%) 90 90 90 90 90

93
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Sedangkan kebutuhan air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(4)
dengan :
Qr = kebutuhan air rata-rata
Q = kebutuhan air per orang per hari
np = jumlah penduduk
nsr = jumlah sambungan rumah

Sistem Distribusi Air


Menurut Pebakirang (2015), sistem distribusi air bersih adalah sistem untuk penyaluran atau
pembagian air melalui sistem perpipaan dari bangunan penampungan dan pengolahan (reservoir) ke
daerah layanan (konsumen). Sistem transmisi dari reservoir ke daerah layanan dapat dilakukan secara
gravitasi atau menggunakan pompa. Untuk menghitung kapasitas reservoir digunakan rumus sebagai
berikut (Dirjen Cipta Karya, 1996):
= Qr̅ x 0,2 + 1,2 x Qr̅ (5)
= 1,75 x Qproduksi (6)
= V x Qprotot x 86400 (7)
dengan:
V = volume surplus dan defisit
Qr̅ = debit rata-rata (lt/dtk)
Qprotot = debit pada jam puncak (lt/dtk)

Diameter pipa dihitung dengan menggunakan rumus Hazen-William sebagai berikut (Triatmodjo, 1993):
2,63 0,54
ℎ = 0,279 (8)
(9)
dengan:
D = diameter pipa transmisi
C = koefisien kekasaran pipa
Qhm = debit pada jam puncak (lt/dtk)
S = kemiringan pipa
H = ketinggian kontur
L = panjang pipa
Kehilangan energi mayor (major loss) pada pipa dapat dihitung dengan menggunakan rumus Darcy-
Weisbach atau Hazen-William (Sularso & Tahara, 2006).

ℎ (Darcy-Weisbach) (10)

ℎ (Hazen-William) (11)

dengan:
hf = kehilangan energi (m)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
C = koefisien kekasaran
= koefisien gesekan

94
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuisioner yang
dibagikan kepada pengguna PDAM Lawu Tirta, digunakan untuk mengetahui jam puncak penggunaan
air. Data sekunder berupa data kependudukan (tahun 2011 – 2019), data fasilitas umum dan sosial, data
teknis bangunan air yang ada, gambar jaringan pipa transmisi, dimensi pipa eksisting, dan data debit pada
mata air, seluruh bak pelepas tekan, dan reservoir. Lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 1 berikut
ini.

Gambar 3. Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkiraan Pertumbuhan Penduduk
Dengan menggunakan data kependudukan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan tahun 2011 –
2020, maka diperoleh hasil hitungan proyeksi pertumbuhan penduduk 20 tahun ke depan seperti
ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2039
Proyeksi jumlah penduduk 20 tahun ke depan
Tahun
Aritmatika Geometrik Regresi Linier
2020 46047 46048 45589
2021 46133 46135 45682
2022 46218 46221 45776
2023 46304 46308 45870
2024 46389 46395 45964
2025 46475 46482 46058
2026 46560 46569 46152
2027 46646 46657 46245
2028 46731 46744 46339
2029 46816 46832 46433
2030 46902 46920 46527
2031 46987 47008 46621
2032 47073 47096 46715
2033 47158 47184 46808
2034 47244 47273 46902
2035 47329 47362 46996
2036 47415 47450 47090
2037 47500 47539 47184
2038 47585 47629 47278
2039 47671 47718 47371

95
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

standard deviasi 712,08 711,96 695,77


Untuk analisa selanjutnya, dipilih hasil hitungan proyeksi jumlah penduduk dengan menggunakan metode
least square karena mempunyai nilai deviasi standard yang terkecil.

Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air bersih total adalah kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga (domestik) dan
non-domestik ditambah dengan kehilangan air. Besarnya kehilangan air diasumsikan sebesar 20% dari
kebutuhan air total sampai akhir tahun perencanaan. Dengan menggunakan acuan dari Tabel 1 serta
rumus-rumus untuk hitungan kebutuhan air yang sudah diuraikan pada halaman sebelumnya, maka
diperoleh hasil hitungan kebutuhan air seperti ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Hitungan Kebutuhan Air Bersih
Q Domestik dan
Q Kehilangan Q harian
Tahun Non Domestik Q Total (lt/dtk)
(lt/dtk) (liter/hari)
(lt/dtk)
2020 41,604 8,321 49,924 4.313.459,0
2021 41,682 8,336 50,018 4.321.566,5
2022 41,832 8,366 50,199 4.337.166,0
2023 41,983 8,397 50,379 4.352.765,6
2024 42,133 8,427 50,560 4.368.365,1
2025 42,284 8,457 50,740 4.383.964,7
2026 42,434 8,487 50,921 4.399.564,2
2027 42,585 8,517 51,101 4.415.163,8
2028 42,735 8,547 51,282 4.430.763,3
2029 42,885 8,577 51,463 4.446.362,8
2030 43,036 8,607 51,643 4.461.962,4
2031 43,186 8,637 51,824 4.477.561,9
2032 43,337 8,667 52,004 4.493.161,5
2033 43,487 8,697 52,185 4.508.761,0
2034 43,638 8,728 52,365 4.524.360,5
2035 43,788 8,758 52,546 4.539.960,1
2036 43,939 8,788 52,726 4.555.559,6
2037 44,089 8,818 52,907 4.571.159,2
2038 44,240 8,848 53,087 4.586.758,7
2039 44,390 8,878 53,268 4.602.358,3

Dari hasil hitungan diperoleh peningkatan kebutuhan air rata-rata maksimum pada tahun 2039
sebesar 53,268 liter/detik. Berdasarkan data dari PDAM Lawu Tirta Magetan debit dari Waduk Gonggang
dulu sebesar 50 liter/detik namun karena adanya longsoran di sekitar waduk hingga mengakibatkan pipa
46 tersumbat kini hanya sebesar 40 liter/detik yang akan masuk ke IPA Cileng dan setelah melalui
pengolahan hanya 37 liter/detik yang masuk kedalam reservoir, dan debit yang dapat didistribusikan
untuk masyarakat sekitar 34 liter/detik. Dengan kondisi ini maka perlu mencari alternatif sumber air
tambahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sumber air alternatif dapat
berupa dari mata air, pengeboran sumur dalam, atau pembuatan reservoir air hujan (rainwater harvesting)
yang banyak diterapkan di daerah-daerah rawan kekeringan seperti Gunung Kidul (Pudyastuti, 2020)

Fluktuasi Pemakaian Air


Data fluktuasi penggunaan air bersih di wilayah distribusi IPA Cileng didapatkan melalui survei
menggunakan kuisoner. Responden dipilih sebanyak 20 responden yang mewakili penduduk di Desa
Cileng. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dengan kuisoner terhadap 20 responden, maka jam
puncak pemakaian air PDAM Lawu Tirta IPA Cileng terjadi pada pagi dan sore hari tepatnya pukul
06.00-07.00 dan 17.00.

96
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pada pukul 13.00-14.00 terjadi ketenangan laju pemakaian air oleh masyarakat. Sedangkan pada
pukul 23.00-03.00 adalah jam terendah untuk pemakaian 47 air. Pemakaian terendah ini karena
masyarakat hanya menggunakan air untuk berwudhu’dan ke toilet.
Pemakaian air harian maksimum terjadi pada hari Minggu. Pemakaian air harian maksimum
didapatkan dari perhitungan jumlah kebutuhan air domestik dan non domestik dikalikan dengan faktor
harian maksimum sebesar 1,25 dan akan didapatkan hasil sebesar 62,405 liter/detik atau 224.659,3
liter/jam untuk penduduk pada tahun 2020. Fluktuasi pemakaian air pada PDAM Lawu Tirta dapat dilihat
pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Fluktuasi Air Bersih Pada Daerah Layanan PDAM Lawu Tirta Magetan

Kapasitas Reservoir
Kapasitas/volume reservoir dapat dihitung setelah mengetahui jumlah kebutuhan air harian
maksimum. Besarnya volume reservoir dihitung dengan menjumlahkan debit terendah dengan debit
tertinggi yang didapatkan dari total kebutuhan air maksimum yang dikurangkan dengan total pemakaian
air masyarakat. Hasil perhitungan volume reservoir dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Hitungan Proyeksi Kapasitas Reservoir

97
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Jumlah Komulatif Komulatif


Debit Fluktuasi Debit Harian Surplus Defisit
3 Penduduk Fluktuasi 3
Debit Harian 3 3
(m /jam) (m3/jam) Max(m /jam) (m ) (m )
Jam 2039 (m3/jam) Max(m3/jam)
D=Akumul F=Akumulasi
A B C=A*B E G= F-D G= F-D
asi (C) (E)
1 0,003 47371 129,785 130 191,8 192 61,98 -
2 0,003 47371 129,785 260 191,8 384 123,96 -
3 0,003 47371 129,785 389 191,8 575 185,94 -
4 0,003 47371 148,326 538 191,8 767 229,38 -
5 0,003 47371 155,742 693 191,8 959 265,40 -
6 0,005 47371 237,939 931 191,8 1.151 219,23 -
7 0,005 47371 259,570 1.191 191,8 1.342 151,42 -
8 0,005 47371 227,124 1.418 191,8 1.534 116,06 -
9 0,005 47371 216,308 1.634 191,8 1.726 91,52 -
10 0,005 47371 246,591 1.881 191,8 1.918 36,70 -
11 0,004 47371 207,656 2.089 191,8 2.109 20,80 -
12 0,004 47371 210,900 2.3 191,8 2.301 1,67 -
13 0,004 47371 194,677 2.494 191,8 2.493 - -1,24
14 0,004 47371 194,677 2.689 191,8 2.685 - -4,16
15 0,004 47371 207,656 2.897 191,8 2.876 - -20,05
16 0,005 47371 227,124 3.124 191,8 3.068 - -55,41
17 0,005 47371 227,124 3.351 191,8 3.26 - -90,76
18 0,006 47371 275,793 3.627 191,8 3.452 - -174,79
19 0,005 47371 216,308 3.843 191,8 3.644 - -199,34
20 0,004 47371 194,677 4.038 191,8 3.835 - -202,25
21 0,003 47371 162,231 4.2 191,8 4.027 - -172,71
22 0,003 47371 146,008 4.346 191,8 4.219 - -126,96
23 0,003 47371 129,785 4.476 191,8 4.411 - -64,98
24 0,003 47371 129,785 4.605 191,8 4.602 - -3,00
Surplus Maksimum 265,40
Defisit Minimum -202,25
Volume Reservoir = Surplus Maksimum - Defisit Minimum 467,65

Kapasitas yang dimiliki IPA Cileng saat ini adalah sebesar 300 m3, sehingga belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan air masyarakat dalam 20 tahun kedepan. Oleh karena itu diperlukan pembesaran
reservoir berdasarkan hasil perhitungan sebesar 468 m3 dan dibulatkan menjadi 500 m3 dengan
pertimbangan agar dapat memenuhi keperluan mendesak pada tahun perencanaan.

Kapasitas Saluran Transmisi


Saluran transmisi PDAM Lawu Tirta dalam penelitian ini menggunakan sistem gravitasi dimana
posisi sumber air lebih tinggi dari reservoir. Dalam menganalisa pipa saluran transmisi tersebut akan
menggunakan data elevasi dan dimensi pipa yang telah digunakan oleh PDAM Lawu Tirta. Pipa dari
sumber mata air ke IPA (B ke C), debit yang dialirkan guna memenuhi kebutuhan air bersih PDAM Lawu
Tirta IPA Cileng sampai dengan tahun 2020 adalah 0,05327 m3/det, tinggi titik pengambilan = + 810,000
m, tinggi Muka air di IPA = + 618,000 m, panjang Pipa (L) = 6060.

Kemiringan Hidrolis (S) = = = 0,0475

V = 0,354 . CH .S0,54 . D0,36


Q/A = 0,354 . CH .S0,54 . D0,36
Q = 0,2785 . CH .S0,54 . D0,36

Berdasarkan dari tabel nilai koefisien Hazen-Williams untuk pipa baja dipeoleh nilai CH = 120
Q = 0,2785 . CH .S0,54 . D0,36
0,05327 = 0,2785 . 120 . (0,0475)0,54 . D2,63
D = 0,166 m = 16,6 cm = 6,535 inch

Berdasarkan hasil pertihungan untuk pipa saluran transmisi PDAM Lawu Tirta IPA Cileng guna
memenuhi kebutuhan air pada tahun 2039 mendapatkan diameter pipa sebesar 6,535 inci. PDAM Lawu

98
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tirta IPA Cileng saat ini menggunakan pipa dengan diameter sebesar 8 inci, dengan diameter pipa
tersebut penggunaan pipa PDAM Lawu Tirta dalam 20 tahun kedepan dirasa masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan dan belum diperlukan pembesaran pipa.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan hasil hitungan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahun rencana 2039 terjadi pertumbuhan penduduk yang meningkat sebanyak 47.371 jiwa yang
diproyeksikan menggunakan metode regresi linier menggunakan pendekaran least square. Metode ini
dipilih karena mempunyai nilai standar deviasi paling kecil dibanding metode aritmatika dan
geometrik.
2. Pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air bersih masyarakat. Pada tahun
2039 kebutuhan air masyarakat di daerah pelayanan PDAM Lawu Tirta IPA Cileng mencapai 53,268
liter/detik. Sementara itu PDAM Lawu Tirta IPA Cileng saat ini hanya mampu menyediakan
maksimal 50 liter/detik.
3. Masyarakat pelayanan PDAM banyak menggunakan air pada hari minggu. Dan jam yang terpadat
dalam pelayanan terjadi pada saat pagi hari dimulai dari pukul 05.00-08.00 sedangkan untuk sore
harinya terjadi pada pukul 16.00-18.00.
4. Volume reservoir pada tahun perencanaan (2039) adalah 467,65 m3. Volume tersebut lebih besar dari
yang dimiliki PDAM Lawu Tirta IPA Cileng saat ini yang hanya berukuran 300 m3.
5. Pipa saluran tranmisi pada perhitungan tahun rencana (2039) dirasa masih cukup mampu untuk
menyuplai kebutuhan dari sumber air ke reservoar IPA. Ukuran pipa PDAM Lawu Tirta IPA Cileng
yang dipakai Saat ini mempunyai dimeter 8 inch hal itu lebih besar dari hasil perhitungan yang
hanya bediameter 6,535 inch. Oleh karena itu tidak diperlukan pembesaran pipa.

Saran
Untuk memenuhi kebutuhan air di masa yang akan datang, maka PDAM Lawu Tirta perlu
meningkatkan kapasitas reservoirnya dan mencari alternatif sumber air tambahan agar dapat memenuhi
kebutuhan air masyarakat di daerah layanannya. Alternatif sumber air dapat berasal dari mata air, sumur
dalam, atau pembuatan reservoir penampung air hujan. Selain itu juga perlu dilakukan usaha konservasi
di daerah tangkapan air yang menjadi sumber air agar ketersediaan air dapat berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2020, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2020.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2019, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2019.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2018, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2017, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2017.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2016, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2016.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2015, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2014, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2014.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2013, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2013.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2012, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2012.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2011, Kabupaten Magetan dalam Angka Tahun 2011.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 1996, Analisis Kebutuhan Air Bersih.
Pebakirang, A., 2015, Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih di Desa Munte Kecamatan Likupang
Barat Kabupaten Minahasa Utara, Jurnal Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Pudyastuti, P.S., et.al, 2020, Small Scale Integrated Sustainable Roof Design (Case Study in Surakarta
City), Journal of Civil Engineering and Architecture 8(4): 500 – 506, http://www.hrpub.org, DOI:
10.13189/cea.2020.080413
Soemarto, C.D., 1999, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

99
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Sularso dan Tahara, H., 2006, Pompa dan Kompresor, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal 117 –
129.
Triatmodjo, B., 1993, Hidraulika II, ISBN: 9798541030, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.

100
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS STABILITAS JEMBATAN CABLE-STAYED PRESTRESSED BOX


GIRDER DENGAN VARIASI RASIO BENTANG TERHADAP LEBAR
JEMBATAN

Arief Hidayat1*, Bambang Supriyadi2, Andreas Triwiyono3


1,2,3
Teknik Sipil, Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Sleman, Yogyakarta
*
Email: ariefhidaytt@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Jembatan bentang panjang memiliki permasalahan khususnya akibat beban angin. Kegagalan struktur
jembatan akibat beban angin dinamik terjadi pada jembatan Tacoma yang membuat runtuhnya jembatan
karena ketidakstabilan aerodinamik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kestabilan
aerodinamik dari 3 variasi lebar dek jembatan cable stayed 7 m, 12 m dan 18 m yang mana hasil dari
penelitian ini akan menetukan kategori dari stabilitas aerodinamik dek jembatan. Metode pengujian
penelitian ini adalah dengan menganalisis jembatan cable-stayed menggunakan software Midas Civil 19
dan hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa semakin besar rasio lebar dek terhadap bentang
jembatan membuat frekuensi alami struktur semakin meningkat. Kestabilan aerodinamik jembatan pada
ketiga model dek jembatan yang paling baik adalah pada bentang 18 m yang mana memiliki nilai Pb
sebesar 0,039 dan masuk kedalam kategori a yang mana menandakan pengaruh dari beban angin
dinamik pada struktur tidak terlalu signifikan berpengaruh.

Kata kunci: Jembatan, Cable Stayed, Stabilitas, Aerodinamik

PENDAHULUAN
Jembatan merupakan infrastuktur yang penting dalam pembangunan suatu daerah. Jembatan
berfungsi untuk menghubungkan wilayah yang dibatasi oleh sungai, lembah, danau, laut, hingga melintasi
jalan berlalu lintas padat dengan membangun flyover sehingga mobilisasi lancar dan mudah. Jembatan
memiliki berbagai jenis berdasarkan materialnya seperti jembatan kayu, baja, beton dan jembatan
komposit. Menurut bentangnya, jembatan dikategorikan menjadi dua, yaitu jembatan bentang panjang
dan pendek. Jembatan bentang panjang adalah jembatan yang memiliki bentang utama lebih besar dari
200 m (Badan Standardisasi Nasional 2005).
Jembatan bentang panjang memiliki permasalahan khususnya akibat beban angin dinamik.
Kegagalan struktur jembatan akibat beban angin dinamik terjadi pada jembatan Tacoma yang membuat
runtuhnya jembatan karena ketidakstabilan aerodinamik. keruntuhan jembatan Tacoma ini
diklasifikasikan sebagai fenomena aerodinamik pada jembatan bentang panjang yang memiliki ketebalan
dari dek yang tinggi serta lebar dari jembatan dibandingkan dengan bentang dari jembatan yang kurang
ideal menahan beban aerodinamik. Akibatnya jembatan mengalami gerak berombak sampai akhirnya
jembatan tersebut runtuh (Suangga dan Wiryana, 2008). Gaya angin dinamik dapat mengakibatkan tidak
hanya masalah servis dan keselamatan khusus pada jembatan bentang panjang, tetapi juga ketidakstabilan
seluruh struktur jembatan karena adanya sifat fleksibilitas struktur jembatan bentang panjang (Supriyadi
dkk., 2017) oleh karena itu bentuk bentuk dari dek jembatan menjadi sangat penting khususnya untuk
jembatan bentang panjang (Abdel-aziz dan Attia, 2015).
Beberapa penelitian mengenai jembatan panjang yang terkena beban angin dinamik sudah banyak
diteliti, diantaranya adalah penelitian tentang analisis flutter pada jembatan cable stayed (Sukamta dkk.,
2017) dengan menggunakan analisis numerik berdasarkan delapan turunan aerodinamik yang diekstraksi
dan menggunakan metode flutter margin dari Zimmerman untuk memperkirakan kecepatan angin flutter
pada hasil eksperimental didapatkan bahwa hasil dari analisis numerik mendekati hasil uji eksperimental.
Supriyadi., dkk (2017) meneliti tentang pengaruh penambahan lebar dek terhadap stabilitas jembatan
cable stayed dan mendapatkan hasil bahwa jembatan kabel khususnya untuk jembatan beton dengan
sistem 2 plain yang memiliki ratio panjang dan lebar yang optimum tidak menunjukan ketidakstabilan
aerodinamik ketika memenuhi persyaratan B> L/30 (B ≥ 3,33%), semakin besar rasio lebar jembatan
terhadap bentang utama jembatan, semakin besar pula berat sendiri serta beban layan yang bekerja pada

101
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

struktur jembatan (Ohorella dan Harsoyo 2017). Pada penelitian ini digunakan ratio lebar terhadap
bentang jembatan dengan ratio 3,18% (dek lebar 7m), 5,46% (dek lebar12m), dan 8,18% (lebar dek 18m).
Hua., dkk (2007) juga meneliti tentang analisis flutter untuk jembatan bentang panjang menggunakan
program ANSYS yang mana penambahan jaringan pusat dengan 0% menyebabkan penurunan kinerja
stabilitas akibat angin, termasuk divergensi torsi aerostatik dan stabilitas flutter.
Hardono (2011) dan Tristanto, dkk (2016) meneliti tentang perilaku aerodinamika gelegar dari
jembatan beruji kabel "Palibaja" menggunakan uji statis terowongan angin hasil peneitian menunjukkan
bahwa kondisi angin dengan sudut serang 0 derajat maka model akan mengalami negative lift dan model
lantai jembatan Palibaja kemungkinan terjadinya gaya angkat dalam arah gaya berat jembatan, dengan
solusi perforasi lantai.
Kategori kestabilan aerodinamik jembatan pada penelitian ini menggunakan tingkat kerentanan
jembatan terhadap angin dinamik dari pedoman perencanaan teknis jembatan beruji kabel, ada 3 kategori
yaitu kategori a menunjukkan pengaruh angin dinamik pada struktur jembatan tidak signifikan, kategori b
menandakan diperlukan perhatian terhadap bentuk penampang jembatan, dan kategori c Pengaruh angin
dinamik sangat signifikan .
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai kestabilan aerodinamik dari 3 variasi lebar dek
jembatan cable stayed yang mana hasil dari penelitian ini akan menetukan kategori dari stabilitas
aerodinamik dek jembatan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih dalam
kestabilan aerodinamik pada jembatan bentang panjang khususnya untuk jembatan cable stayed.

Jembatan Bentang Panjang


Jembatan bentang panjang memiliki panjang bentang utama lebih 200 m (lihat Gambar 1). Jembatan
bentang panjang biasanya digantung menggunakan kabel secara langsung maupun tidak langsung. Sistem
jembatan dengan menggunakan kabel dikategorikan menjadi cable stayed bridge dan suspension bridge.
Kelebihan jembatan cable stayed tidak hanya rasio panjang bentang utama dan tinggi pylon yang lebih
murah tetapi juga defleksi akibat pembebanan pada tengah bentang yang lebih kecil dibandingkan dengan
jembatan suspension karena hal ini beberapa penelitan menunjukkan bahwa jembatan cable stayed lebih
unggul daripada jembatan gantung (Supriyadi dan Muntohar 2007).

Gambar 1. Grafik hubungan biaya konstruksi jembatan dengan tipe jembatan yang ideal
diterapkan pada masing-masing bentang. (Svensson, 2012)

Pembebanan Jembatan
Standar yang digunakan untuk perhitungan pembebanan jembatan adalah SNI 1725:2016 yang
mengatur komponen beban jembatan terdiri dari atas berat sendiri (MS) adalah berat bahan dari jembatan
dan elemen-elemen struktural bagian dari jembatan yang dipikulnya, ditambah dengan beban dari elemen
non-struktural yang dianggap tetap, berat mati tambahan (MA) yaitu berat seluruh bahan yang
membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan beasarnya dapat
berubah selama umur jembatan, beban lalu lintas (TD), beban pejalan kaki (TA), beban angin (EW), dan
beban gempa (EQ) menggunakan SNI 2833:2016.

102
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Stabilitas Aerodinamik
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (2015) tentang pedoman perencanaan jembatan beruji
kabel, tingkat kerentanan jembatan terhadap beban dinamik angin dinyatakan dengan parameter Pb yang
menunjukan tingkat kerentanan jembatan terhadap angin dinamik beredasarkan kategori dari jembatan.

( 1)
dengan:
φ = kerapatan udara (kg/m3)
b = ½ lebar dek jembatan (m)
md = berat persatuan panjang dek
V = kecepatan angin rata-rata dalam periode 1 jam (m/s)
L = panjang bentang maksimum (m),
fb = frekuensi lentur alami (Hz)

Tabel 2. Tingkat kerentanan jembatan terhadap angin dinamik (Kementerian Pekerjaan


Umum, 2015)
Tipe
Syarat Keterangan
Kategori
Pengaruh angin dinamik pada struktur jembatan tidak
Kategori a Pb < 0,04
signifikan
Kategori b 0,04 ≤ Pb ≤ 1,00 Diperlukan perhatian terhadap bentuk penampang jembatan
Kategori c Pb > 1,00 Pengaruh angin dinamik sangat signifikan

METODE PENELITIAN
Beban angin merupakan hal yang harus diperhitungkan khususnya untuk struktur jembatan bentang
panjang seperti cable stayed bridge, yang mana dapat mempengaruhi kinerja layan dan stabilitas struktur
jembatan, untuk itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam khususnya pada stabilitas aerodinamis dari
struktur jembatan. Pemodelan jembatan dianalisis dengan menggunakan program Midas Civil 2019 untuk
mengetahui kestabilan struktur jembatan terhadap angin dinamik. Prosedur penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data referensi jembatan cable stayed, tinggi pilon, material dek, rasio lebar dek terhadap
bentang jembatan.

Data Jembatan
Data-data jembatan yang digunakan baik itu data umum adalah data jembatan yang diasusmsikan
dari data jembatan bentang panjang pada umumnya. Data material dan mutu jembatan dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Material dan mutu dari tiap komponen jembatan


Komponen Material Mutu Keterangan
Pilon Beton Fc 50 f’c = 50 Mpa
Dek Beton Fc 50 f’c = 50 Mpa
Kabel Steel strand A416 – 270 (low) fpy = 1680 MPa & fpu = 1860 MPa

Geometri Jembatan
Jembatan yang digunakan adalah jembatan yang memiliki total bentang 420 m dengan bentang
utama sebesar 220 m dan bentang sisi jembatan 100 m (lihat Gambar 2). Dek yang digunakan adalah
prestressed box girder (solid) dengan lebar dek yang digunakan pada penelitian ini adalah 7 m, 12 m, dan
17 m (lihat Gambar 3). Struktur pylon jembatan menggunakan beton bertulang dan memiliki ukuran lebar
22 m, untuk lebar jembatan 7 m dan lebar 12 m, dan 28 m untuk jembatan lebar 18 m. Tinggi pylon untuk
kesemua bentang yang digunakan adalah 90 m (lihat
Gambar 4 ).

103
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Geometri jembatan cable stayed (boundary condition)

(a)

(b)

(c)

Gambar 3. Geometri dek jembatan 7 m (a), 12 m (b) dan 18 m (c)

Gambar 4. Geometri pylon jembatan

104
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Frekuensi Alami Struktur
Nilai frekuensi alami pada struktur jembatan didapatkan dari hasil pemodelan menggunakan
software Midas Civil 2019 didapatkan bahwa nilai frekuensi alami pada lebar dek jembatan 7 m adalah
0,29 Hz, 12 m adalah 0,42 Hz, dan 18 m dengan nilai 0,52 Hz (lihat Gambar 5). Dari nilai frekuensi alami
struktur yang diperoleh diketahui bahwa semakin besar rasio lebar terhadap bentang jembatan maka
semakin besar nilai frekuensi alami struktur.
Frekuensi Alami Struktur

0,64
Frekuensi Alami (Hz)

0,62
0,6
0,58
0,56
0,54
0,52
0,5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Lebar Jembatan (m)

Gambar 5. Frekuensi alami struktur jembatan

Stabilitas Aerodinamik
Berdasarkan rumus stabilitas aerodinamik dari pedoman perencanaan jembatan cable stayed
didapatkan angka kestabilan aerodinamik untuk kecepatan angin rata-rata (V) 15 m/s untuk jembatan
dengan lebar dek 7 m memiliki angka kestabilas aerodinamik (Pb) sebesar 0,048, dan 12 m mendapatkan
angka kestabilan aerodinamik (Pb) sebesar 0,042 kedua dek jembatan masuk dalam kategori b yang mana
menandakan bahwa diperlukan perhatian terhadap bentuk penampang jembatan sedangkan untuk
jembatan dengan lebar dek 18 m memiliki nilai P b sebesar 0,039 dan masuk kedalam kategori a yang
artinya pengaruh beban angin dinamik pada struktur tidak terlalu berpengaruh terhadap dek jembatan.

Angka Kestabilan Struktur


0,080
Kategori b
Pb

0,040
Kategori a
Pengaruh Angin Dinamik Pada
Struktur Jembatan Tidak
Signifikan
0,000
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Lebar Jembatan (m)

Gambar 6. Angka kestabilan struktur jembatan cable stayed

105
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari hasil stabilitas aerodinamik (lihat Gambar 6) diketahui bahwa semakin meningkatnya lebar
jembatan angka kestabilan aerodinamik menunjukkan kondisi yang semakin baik atau pengaruh angin
dinamik pada struktur jembatan tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena nilai frekuensi bending yang
meningkat dikarenakan dari persamaan 1 frekuensi bending menjadi faktor pembagi sehingga
menghasilkan nilai pb yang semakin rendah (kategori kestabilan aerodinamik meningkat).

KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang dilakukan pada jembatan cable stayed dapat disimpulkan semakin besar
rasio lebar dek terhadap bentang jembatan membuat frekuensi alami struktur semakin meningkat dengan
nilai 0,29 Hz untuk lebar dek 7 m (3,18%), 0,42 Hz untuk lebar dek 12 m (5,46%), dan 0,52 Hz untuk
lebar dek 18 m (8,18%). Kestabilan aerodinamik jembatan pada ketiga model dek jembatan yang paling
balik adalah pada jembatan dengan lebar 18 m yang mana memiliki nilai Pb sebesar 0,039 dan masuk
kedalam kategori a yang mana menandakan pengaruh dari beban angin dinamik pada struktur tidak terlalu
signifikan berpengaruh hal ini dapat terjadi dikarenakan nilai frekuensi bending yang meningkat dan
menjadi faktor pembagi sehingga menghasilkan nilai pb yang semakin rendah (kategori kestabilan
aerodinamik meningkat).

SARAN
Pengaruh aerodinamik pada struktur jembatan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna
mengetahui secara signifikan pengaruh angin dinamik pada struktur jembatan khususnya jembatan cable
stayed dengan menggunakan pengujian wind tunnel dan memodelkan jembatan dengan program selain
Midas Civil seperti ANSYS dan program analisis struktur lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdel-aziz, A., dan Walid, A.A, 2015, Aeroelastic Investigation of Different Deck Sections for
Suspension Bridges by Numerical Analysis, International Journal of Engineering and Innovative
Technology (IJEIT), No.12, Vol 4, 49–57.
Badan Standardisasi Nasional, 2005, Standar Pembebanan Untuk Jembatan, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2016, Standar Pembebanan Untuk Jembatan, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2016, Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa, Jakarta
Hardono, S., 2011, Perilaku Aerodinamika Gelegar Dari Jembatan Beruji Kabel "Palibaja" Menggunakan
Uji Statis Terowongan Angin dengan Model Section, Jurnal Jalan-Jembatan, Vol.28, No.2, hal 137-
150.
Hua, X. G., Z. Q., Chen, Y. Q. Ni., dan. M. Ko., 2007, Flutter Analysis of Long-Span Bridges Using
ANSYS, Wind and Structures, An International Journal, No.10, Vol.10, 61–82.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2015, Pedoman Perencanaan Teknis Jembatan Beruji Kabel, Jakarta.
Ohorella, S., dan Harsoyo, 2017, Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar
Terhadap Bentang Jembatan, Jurnal Teknisia, No.2, Vol.22, 359-371.
Suangga, M., dan Andi, W, 2008, Analisis Flutter Jembatan Tacoma Narrows Lama. Seminar dan
Pameran Haki, Agustus, Jakarta.
Sukamta, Ireng, G., dan Fariduzzaman, 2017, Flutter Analysis of Cable Stayed Bridge, Procedia
Engineering, Vol.171, 1173–1177.
Supriyadi, B., dan Muntohar, A.S., 2007, Jembatan, Beta Offset, Yogyakarta.
Supriyadi, B., Siswosukarto, S., Masagala, A.A., dan Hadjoh, I.ES., 2017, The Effect of Dek Width
Addition Toward Stability of Cable Stayed Bridge: Case Study of Siak Sri Indrapura Bridge, In
International Symposium on Civil and Enviromental Engineering, eds. M.J. Zainorizuan et al.
Melaka.
Svensson, H., 2012, BMC Public Health Cable-Stayed Bridges, Berlin.
Tristanto, L., Hardono, S., dan Sukmara, G., 2016, Kriteria Penilaian Model Aerodinamik Jembatan
Kabel dalam Pengujian Terowongan Angin, Jurnal Jalan - Jembatan, Vol.33, No.2, 65-79.

106
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

107
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN LOW-IMPACT DEVELOPMENT DAN DEBIT BANJIR SUNGAI


SRINGIN KOTA SEMARANG

Djoko Suwarno1*, Kevin Isa Purnama2, Iman Sakajaya Pratikna2, Budi Santosa1
1,2
Dosen dan Alumni Program Studi Teknik Sipil, Universitas Soegijapranata Semarang
Jln. Pawiyatan Luhur Sel. IV No.1, Bendan Duwur Kec. Gajahmungkur, Semarang, Jateng
*
Email: dj.suwarno@unika.ac.id

Abstrak
Permasalahan banjir sering terjadi di Pantai Utara Pulau Jawa salah satunya Kota Semarang.
Dampaknya berupa kerugian material, perekonomian, dan terkendalanya perjalanan transportasi.
Sungai Sringin Kota Semarang sebagai lokasi penelitian karena mengalami banjir saat musim hujan.
Tujuan penelitian untuk menganalisa kondisi eksisting Sungai Sringin dan pengaruh penerapan Low-
Impact Development (LID) pada Daerah Aliran Sungai Sringin. Pemodelan Environmental Protection
Agency Storm Water Management Model (EPA SWMM) digunakan untuk kondisi eksisting dan
penerapan LID, supaya diketahui debit puncak runoff masing-masing subcatchment pada DAS Sringin.
Pemanfaatan LID pada DAS Sringin mempengaruhi nilai runoff pada subcatchment DAS Sringin antara
-0.50% sampai -7.58%, nilai persen flooding pada junction antara -0.09% sampai -8.39%, penurunan
elevasi muka air saluran antara 1 x 10-3 meter sampai 6 x 10-3 meter, jumlah titik banjir tetap sebanyak
12 titik. Cukup efektif karena perbandingan luas area tipe LID berpengaruh terhadap perubahan nilai
runoff, sehingga semua tipe LID dapat dipakai..

Kata kunci: EPA SWMM, Low-Impact Development, Sungai Sringin

PENDAHULUAN
Tahun 2021 menjadi tahun dengan curah hujan periode 50 tahunan mencapai 178 mm, sehingga
banjir menjadi salah satu masalah di Pulau Jawa (BMKG, 2021). Era globalisasi saat ini, banjir sering
melanda di Kota Jakarta dan juga Kota Semarang. Banjir diperparah dengan lemahnya kesadaran
masyarakat dalam mengelola sampah, karena membuang sampah tidak pada tempatnya yang berakibat
sebagian besar sampah di masuk ke sungai. Banjir yang semakin parah di Kota Semarang. Kawasan
Sungai Sringin Kota Semarang masih mengalami banjir akibat air rob di musim hujan. Fauzi (2006),
menyebutkan kolam penampungan yang tersedia tidak mampu menampung limpasan air hujan.
Pengelolaan limpasan air hujan menggunakan Low-Impact Development (LID) diawali pada tahun
1990 di negara Amerika Serikat, Kanada, dan Britania, ditujukan untuk menghasilkan pembangunan
berdampak minimum dengan metode rancangan pengelolaan limpasan. Metode LID didasarkan pada
pengetahuan konservasi fungsi hidrologis, dan menerapkan fungsi lahan yang beralihfungsi tetap
memiliki fungsi ramah lingkungan. Sutrisno (2011), menunjukkan penerapan LID sejak tahun 1996 di
Amerika Serikat tepatnya di Price George’s County, Maryland-17 km di timur Kota Washington, D.C
dengan hasil yang bagus, maka dilanjutkan di Pennsylvania dan Minnesota.
Pemanfaatan LID selain ramah lingkungan, juga menghemat biaya konstruksi. Pemanfaatan aplikasi
EPA SWMM dengan pendekatan Low-Impact Development (LID) diharapkan menurunkan debit banjir
akibat limpasan air hujan pada DAS Sungai Sringin Semarang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit puncak dari hidrograf aliran periode ulang 10
tahunan pada masing-masing sub-catchment dengan bantuan software EPA SWMM. Melakukan
pengujian pada enam tipe LID di masing-masing sub-catchment DAS.

Landasan Teori
Hujan Rancangan
Hujan rancangan adalah curah hujan paling besar pada suatu daerah dengan peluang tertentu. Data
yang diperlukan adalah data hujan harian maksimum (R24), diolah menggunakan analisis perhitungan
distribusi Normal, Log Normal, Gumbel, dan Log Pearson III (Soewarno, 1995).

108
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Periode Ulang (T)


Periode ulang adalah kemungkinan terjadinya peristiwa 1 kali dalam periode ulang T tahun. Nilai
probabilitas suatu peristiwa memanfaatkan persamaan Weibull.
P(x) = m_i/((n+1))
T = 1/(P(x))
Jenis Distribusi
Distribusi Normal
Distribusi Normal dapat disebut sebagai kurva Normal atau distribusi Gauss.
T = x+ KT × Sd
dengan:
XT = curah hujan rancangan periode ulang T- tahunan (mm)
KT = nilai variabel reduksi Gauss
Sd = standar deviasi
x = nilai curah hujan rata-rata (mm)
Distribusi Log Normal
Distibusi Log Normal adalah analisis yang dikembangkan dari distribusi normal dengan cara mengganti
nilai variasi x (curah hujan maksimum) menjadi nilai logaritma (Soewarno, 1995).
LogXT = Log xi + (KT × Log Sd)
XT = 〖10〗^(〖LogX〗_T )
dengan:
XT = curah hujan rancangan pada periode ulang T- tahunan (mm)
Xi = data curah hujan ke I (mm)
KT = nilai variabel reduksi Gauss
Sd = standar deviasi
XT = curah hujan rancangan pada periode ulang T- tahunan (mm)
Distribusi Gumbel
Proses analisis distribusi curah hujan metode Gumbel dipengaruhi oleh beberapa variable dalam proses
analisis, yaitu variabel reduce variate (Yt), variabel reduce mean (Yn), dan variabel reduce standard
deviation (Sn).
T = x + S_d/S_n (YT-Yn)
YT = -ln (-ln× (T-1)/T)
dengan:
XT = curah hujan rancangan periode ulang T- tahunan (mm)
x = nilai rata-rata hujan rancangan (mm)
Sd = Standar deviasi
Sn = reduced standard deviation
Yn = reduced mean
YT = reduced variate
T = Periode ulang T (tahunan)
Distribusi Log Pearson III
Distribusi Log Pearson III diperoleh berdasarkan fungsi kerapatan peluang, dan setiap data curah hujan
harus dilogaritmakan (Soewarno, 1995).
LogXrt =∑_(i=1)^n▒(Log X_i )/n
Logaritma curah hujan dengan periode ulang T-tahunan
LogXT = LogXrt + (G × Log Sd)
dengan:
XT = curah hujan rancangan periode ulang T- tahunan (mm)
Xrt = rata-rata hitungan (mm)
Sd = standar deviasi
G = Nilai dari variabel standar (standardized variable) yang tergantung dari nilai

109
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

koefisien skewness (Cs)

Low-Impact Development (LID)


Low-Impact Development adalah cara mengelola air hujan dalam skala mikro terutama pada
kawasan tangkapan air hujan yang besar. Dalam pengembangan konsep LID, diutamakan
mempertahankan kondisi lingkungan alami tanpa adanya gangguan terhadap lingkungan sekitar. LID
dapat dilaksanakan dengan merancang struktur bangunan yang digunakan menyimpan atau menampung
air hujan (storage), menahan limpasan air hujan (detain), menginfiltrasikan, dan menguapkan (evaporate).
Prinsip LID mapu mengurangi limpasan di ujung saluran (off-site stream), serta membantu mengisi
kembali air tanah (groundwater recharge). Menurut Sutrisno (2011), pembangunan merpengaruhi kondisi
hidrologis area tersebut, maka perlu pengendalian LID terpusat pada kondisi hidrologi area pembangunan
(on-site hydrology).

EPA SWMM
EPA SWMM juga mensimulasikan sebuah limpasan hujan, limpasan penguapan, infiltrasi, hingga
koneksi air tanah yang digunakan untuk keperluan akar tanah, kawasan jalan, kawasan berumput,
kawasan kebun hujan, dan kawasan parit. Seluruh komponen dari hidrologi EPA SWMM beroperasi pada
sub kumpulan, yang terbagi atas area yang kedap air dan area tidak kedap air untuk memprediksi muatan
suatu limpasan dan polutan dari curah hujan, proses penguapan, dan kerugian yang terjadi akibat infiltrasi
dari masing-masing area. Rossman (2004), menjelasan pengembangan EPA SWMM dengan menerapkan
suatu kawasan ramah lingkungan, dengan pemodelan mereduksi limpasan pada kawasan kedap air dan
kawasan tidak kedap air.

Visual Objek Hidrologi pada EPA SWMM


EPA SWMM adalah sebuah pemodelan untuk mensimulasikan kuantitas maupun kualitas run off
akibat dari limpasan air hujan. Untuk mendukung proses simulasi dalam EPA SWMM, maka pemodelan
yang terdapat pada visual objek hidrologi meliputi Subcatchment, Outfall Node, Junction Node, Conduit,
Storage Unit, Pump, Flow Divider, dan Rain Gauge merupakan langkah awal untuk dilakukannnya
simulasi (Rossman, 2004).
• Rain Gauge
Dalam aplikasi SWMM, objek rain gauge digunakan untuk menampilkan data menuju sistem
SWMM. Data yang ada pada rain gauge terdiri dari data time series, dan data intensitas curah hujan.
• Subcatchment
Dalam aplikasi SWMM Subcatchment digunakan sebagai unit hidrologi pada tanah di mana topologi
dan elemen suatu sistem drainase menunjukkan permukaan run off di suatu titik pelepasan.
• Outfall Node
Outfall Node merupakan suatu titik terminal pada sistem drainase yang digunakan untuk menetapkan
titik akhir pada hilir.
• Junction Node
Junction Node pada software EPA SWMM diartikan sebagai keseluruhan bagian dari node pada
sistem drainase yang berfungsi sebagai penghubung antara saluran satu dengan saluran lainnya.
• Conduit
Conduit merupakan sebuah saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air, pada peranti lunak EPA
SWMM yang digunakan, conduit berhubungan dengan angka kekasaran dari saluran yang tersedia.
Apabila dilakukan sebuah perhitungan sederhana, variabel yang berhubungan untuk dalam sebuah
perhitungan yaitu debit aliran (Q), luas suatu kawasan (A), jari-jari dari suatu hidrolik (R), dan
kemiringan dasar saluran pada suatu kawasan (S).
• Pump
Pump bertugas untuk menaikkan ketinggian air yang tersedia, kenaikkan yang terjadi pada pompa
bisa diatur melalui pengaturan kontrol yang bekerja secara dinamik, dan sudah ditetapkan oleh
penggunanya.

110
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

EPA SWMM Pendekatan LID


Pemakaian LID pada swmm memiliki beberapa tipe LID yang dapat digunakan. Tipe LID yang
dapat digunakan dalam swmm berupa green roof, permeable pavement, bio-rentention cell, infiltration
trench, rain barrel, dan rain garden. Untuk setiap tipe LID memiliki parameter yang berbeda beda,
sedangkan nilai dari parameter berdasarkan angka yang akan digunakan dalam menerapkan LID
(Coffman, 2000).
• Green Roof
Penggunaan LID tipe green roof pada suatu bangunan yaitu dengan menerapkan vegetasi yang
sengaja di tanam pada seluruh permukaan atap rumah. Dengan adanya green roof, maka system
drainase yang terbentuk pada atap rumah dapat menekan pengelolaan stormwater (Coffman, 2000).
• Permeable Pavement
Penggunaan permeable pavement atau perkerasan jalan pada LID, memberikan alternatif untuk
mengembalikan daerah resapan yang hilang akibat urbanisasi yang secara tidak sadar telah
mengubah area hijau menjadi kawasan industri, perumahan, perkantoran, dan pusat perbelanjaan.
Permeable pavement merupakan suatu metode perkerasan jalan, yang memungkinkan air untuk
terserap ke dalam tanah.(Maryland, 1999).
• Bioretensi
Sistem bioretensi yang dikelola sedemikian rupa, dapat menjadi bagian dari ruang terbuka hijau
yang dirancang berdasarkan jenis tanah, kondisi pada lokasi, dan tat ruang rencana pengembangan.
Konsep dari bioretensi memakai kombinasi penerapan filtrasi yang memadukan antara proses fisik
dan penyerapan secara biologis (Maryland, 1999).
• Parit Infiltrasi
Parit infiltrasi merupakan suatu bentuk galian parit yang diisi kembali dengan batuan sehingga
membentuk cekungan yang berada di bawah permukaan tanah, sehingga mampu menampung
limpasan air hujan. Limpasan tersebut akan tersimpan dalam parit hingga terinfiltrasi sepenuhnya ke
dalam tanah (Maryland, 1999)
• Rain Barrel
Rain barrel atau tong hujan merupakan suatu bentuk tampungan limpasan air hujan yang sengaja
didirikan di atas atap bangunan. Air yang tertampung akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
bagi warga setempat seperti menyiram tanaman atau kebutuhan lainnya (Maryland, 1999).

METODE PENELITIAN
Lokasi Sungai Sringin
Sungai Sringin Kota Semarang dari hulu hingga hilir melalui delapan kelurahan yaitu Kelurahan
Tlogomulyo, Bangetayu Wetan, Tlogosari Wetan, Bangetayu Kulon, Genuksari, Banjardowo, Trimulyo,
dan Terboyo Wetan.

Gambar 1 Lokasi Sungai Sringin Gambar 2 Batas DAS Sungai Sringin

111
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Diagram Gagasan Penelitian


Permasalahan banjir menimbulkan dampak yang merugikan banyak orang dalam aspek lingkungan
maupun aspek lainnya. Gagasan penelitian ini untuk mereduksi debit limpasan dengan melakukan analisis
yang berdampak positif untuk lingkungan, melalui simulasi penerapan LID dalam mengatasi masalah
banjir di Sungai Sringin.

Gambar 3 Tahapan Umum Pelaksanaan Gambar 4 Tahapan Analisis EPA SWMM

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Data Hujan
Analisis data curah hujan harian dari Stasiun hujan Karangroto pada tahun 2009-2019. Stasiun
Hujan Karangroto Semarang berada dalam koordinat 110˚29’12,529”E dan 6˚57’0,663”S.

Tabel 1 Data Curah Hujan (R24) Tahun 2009-2019


Tahun R24(mm)
2009 58
2010 90
2011 70
2012 79
2013 131
2014 127
2015 86
2016 79
2017 119
105
2018
54
2019
131
Max 90.7
Rerata 54
Min
(Sumber: dataset/data-hujan-stasiun-94-karangroto-genuk-kabupaten-semarang)

Analisis Parameter Statistik Hujan


Setelah mendapatkan data curah hujan harian maksimum (R 24) dari stasiun hujan Karangroto,
kemudian menganalisa perhitungan dispersi yaitu menghitung parameter statistik curah hujan.

112
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 2 Parameter Statistik Curah Hujan


Rata-rata 90,69
Standar deviasi(Sd) 26.68
Koefisien skewnes (Cs) 0.26
Koefisien kurtosis (Ck) 0.02
Koefisien variasi (Cv) 0.29
Nilai Tengah 86

Hasil nilai rata rata (x), standar deviasi (Sd), koefisien skewness (Cs), koefisien kurtosis (Ck),
koefisien variasi (Cv). Menentukan distribusi yang digunakan, yaitu distribusi Normal, distribusi Log
Normal, distribusi Gumbel, dan distribusi Log Pearson III. Menentukan jenis distribusi yang digunakan,
dengan melakukan pencocokan statistik dasar, kemudian dibandingkan dengan syarat-syarat setiap jenis
distribusi

Tabel 3 Parameter Statistik Dasar Masing-Masing Jenis Distribusi


No Distribusi Data Persyaratan Keterangan
1 Normal Cs = 0.26 Cs = 0 tidak
Ck = 0.02 Ck = 3 tidak

2 Log Cs = 0.26 Cs = Cv3 + 3Cv tidak


Normal Ck = 0.02 Ck = Cv8+6Cv6+
15Cv4+16 Cv2+3 tidak

3 Gumbel Cs = 0.26 Cs = 1.14 tidak


Ck= 0.02 Ck= 5.4 tidak

4 Log Cs = 0.26 Cs ≠ 0 oke


Pearson III Cv = 0.29 Cv = 0.3 oke

Tabel 3 menunjukkan analisis perhitungan distribusi Normal, distribusi Log Normal, dan Distribusi
Gumbel tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan distribusi Log Pearson III dengan persyaratan Cs ≠ 0 di
mana nilai Cs = 0,26 memenuhi persyaratan pertama dan kedua terpenuhi yaitu nilai Cv = 0,29. Maka
analisa parameter statistik dasar pola distribusi hujan sesuai dengan distribusi Log Pearson III.

Pemilihan Jenis Distribusi


Analisis curah hujan maksimum (R24) dalam penelitian ini, jenis distribusi yang digunakan adalah
distribusi Normal, distribusi Log Normal, distribusi Gumbel, dan distribusi Log Pearson III.

Tabel 4 Nilai Curah Hujan Rancangan (XT) Dari Perhitungan 4 Distribusi


Periode Nilai Curah Hujan Rancangan (XT)
Ulang Dist. Dist. Log Dist. Dist. Log
(Tahunan) Normal Normal Gumbel Pearson III
5 113,10 112,21 118,27 112,47
10 124,84 128,14 138,96 127,40
25 136,31 145,88 165,11 145,53
50 145,38 161,64 184,50 157,78

Setelah melakukan perhitungan nilai curah hujan rancangan (XT) maka dilakukan pengujian distribusi
dengan cara uji chi kuadrat dan uji kolmogorov smirnov
Tabel 5. Hasil Chi Kuadrat Masing- Masing Distribusi

113
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Distribusi Nilai Chi Nilai Chi Keterangan


Kuadrat Kritik
Normal 1.27 5.991 Diterima
Log Normal 1.27 5.991 Diterima
Gumbel 1.27 5.991 Diterima
Log Pearson III 3.09 5.991 Diterima

Tabel 6. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Masing – Masing Distribusi


Distribusi Δmax Δcr Keterangan
Normal 0.24 0.391 Diterima
Log Normal 0.14 0.391 Diterima
Gumbel 0,84 0.391 Tidak Diterima
Log Pearson III 0.33 0.391 Diterima

Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jaman


Setelah jenis distribusi telah ditentukan, maka dilakukan perhitungan intensitas hujan.

Tabel 7 Distribusi Hujan Jam-Jaman Periode Ulang 10 Tahunan


Waktu Intensitas hujan (i) Distribusi
hujan (mm) (%) hujan jam–
rancangan (t) jaman (mm)
1 44.21 31.73 40.43
2 27.85 19.98 25.46
3 21.25 15.25 19.43
4 17.54 12.59 16.04
5 15.11 10.85 13.82
6 13.38 9.60 12.24
Σ 139.35 Σ 127.40

Setelah mendapatkan distribusi hujan jam-jaman, dilanjutkan membuat grafik hyetograph dengan
metode Alternating Block Method (ABM) dengan menyusun data secara bolak balik dari data terkecil.

Analisis pengaruh LID Dengan Aplikasi SWMM


LID berpengaruh pada subcatchment yaitu terlihat perubahan nilai debit runoff pada tiap subcatchment
yang menerapkan LID. Lihat Tabel 8

Tabel 8 Perbandingan Runoff Tanpa LID dan Dengan LID Tiap Subcatchment
Subcatch Runoff Runoff Pengaruh
ment Tanpa Dengan LID pada
LID (LPS) LID (LPS) Runoff (%)
SC1 4251.68 4182.31 -1.63
SC2 1108.15 1085.68 -2.03
SC3 1139.11 1113.22 -2.27
SC4 1696.78 1644.72 -3.07
SC5 1540.26 1517.42 -1.48
SC6 1226.18 1217.46 -0.71
SC7 213.74 211.28 -1.15
SC8 210.89 209.16 -0.82
SC9 124.84 122.48 -1.89
SC10 364.3 314.89 -13.56
SC11 812.7 787.35 -3.12

114
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

SC12 1610.78 1538.94 -4.46


SC13 535.01 522.32 -2.37
SC14 756.91 644.6 -14.84
SC18 545.4 504.06 -7.58
SC19 226.82 217.15 -4.26
SC20 227.27 221.57 -2.51
SC22 653.14 649.88 -0.50
SC25 548.2 475.95 -13.18
SC28 905.51 842.30 -6.98
SC34 1244.55 1224.26 -1.63
SC37 665.75 569.79 -14.41
SC43 576.63 541,34 -6.12
SC44 718.91 710.91 -1.11
SC45 1064.14 1041.42 -2.14
SC46 930.63 909.13 -2.31
SC49 685.61 679.36 -0.91
SC57 729.14 577.34 -20.82

LID berpengaruh pada conduit dengan penurunan tinggi muka air (H) dapat dilihat Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Tinggi Muka Air pada Conduit Tanpa dan Penerapan LID
Tinggi Muka Air (m) Delta H
Conduit Tanpa LID Menerapkan LID
CS2 0.533 0.532 0.001
CS13 1.350 1.349 0.001
CS14 1.050 1.049 0.001
CS15 1.298 1.297 0.001
CS16 1.221 1.220 0.001
CS21 1.573 1.569 0.004
CS30 0.866 0.862 0.006
CS35 0.265 0.264 0.001
CS36 0.700 0.698 0.002
CS37 0.856 0.854 0.002
CS38 0.709 0.708 0.001
CS40 0.870 0.869 0.001
CS41 1.339 1.338 0.001
CS42 1.891 1.888 0.003
CS48 0.836 0.835 0.001

Pengaruh LID pada node atau junction dapat dilihat dengan perubahan nilai total flood volume semakin
berkurang.

Tabel 10. Perbandingan Volume Limpasan Tiap Node Tanpa LID dan Dengan LID
Tanpa LID Menerapkan LID Persen
Node Total Flood Total Flood Flooding
(106 Liter) (106 Liter) (%)
JC6 55.75 55.62 -0.23
JC8 8.04 7.94 -1.18
JC9 20.20 20.18 -0.11
JC13 26.73 26.37 -1.35
JC20 3.21 3.17 -1.39

115
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

JC21 27.74 27.56 -0.64


JC23 0.45 0.41 -8.39
JC24 0.88 0.86 -2.31
JC26 69,91 69,85 -0.09
JC32 11.50 11.37 -1.12
JC38 16.34 16.30 -0.25
JC45 495.43 494.22 -0.24

KESIMPULAN
Hasil penelitian di Sungai Sringin menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Penerapan LID berpengaruh pada debit puncak runoff minimum sebesar 4.26% dan maksimum dan
1.63%.
b. Penerapan LID berpengaruh pada masing-masing subcatchment yaitu nilai runoff yang terjadi
sebesar -0.50% hingga -7,58%,
c. Penerapan LID berpengaruh pada nilai flooding pada junction sebesar -0.09% sampai -8.39%,
perubahan tinggi muka air sebesar 1 x 10-3 meter sampai 6 x 10-3meter,
d. Penerapan LID berpengaruh pada jumlah titik banjir tetap = 12 titik. Cukup efektif karena pengaruh
area LID terhadap perubahan nilai runoff melalui grafik regresi linier dan polynomial menghasilkan
koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9973 hingga 1, sehingga semua tipe LID yaitu LID tipe Rain
Barrel, Bio Retensi, Green Roof, Permeable Pavement, Infiltration Trench, dan Rain Garden
berpengaruh terhadap luas area dan perubahan nilai runoff, karena luas area LID yang dihasilkan
semakin besar sehingga perubahan nilai runoff yang dihasilkan juga semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA
BMKG., 2021, Prakiraan curah hujan 2021
Coffman, Larry, 2000, Low-Impact Development Design Strategies, An Integrated Design
Approach. EPA 841-B-00-003. Prince George's County, Maryland. Department of Environmental
Resources, Programs and Planning Division. ISSN: 1858-2559.
Fauzi, Akhmad, 2006, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi, Jakarta:
PT Gramedia Pustakan Utama. ISSN: 9792210423.
Maryland, 1999, Low-Impact Development Design Strategies:An Integrated Design Approach
Prince George’s County, AS. ISSN: 1882-5796
Rossman, 2004, Storm Water Management Model User’s Manual 5.0. Cincinnati: EPA /600/R-
05/040, United Stated Environmental Agency. ISSN: 2292-6062
Sutrisno, Tri, 2011, Simulasi Saranadan Prasarana Pengelolaan Limpasan Hujan Berbasis
Pendekatan Low-Impact Development di Kampus UI Depok Menggunakan Perangkat Lunak HYDRO-
CAD. ISSN: 1979-9764
Soewarno, 1995, Hidrologi Untuk Teknik, Penerbit Nova, Bandung. ISSN: 0216-3012.

116
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN IDENTIFIKASI RISIKO UNTUK MEMINIMALKAN DAMPAK


TIME & COST OVERRUN PADA PROYEK INFRASTRUKTUR

Agus Kuswardoyo1*, Manlian Ronald A. Simanjuntak2


1
Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara - Jakarta, Indonesia, Jl. Letjen S. Parman No.1,
RT.6/RW.16, Tomang, Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440, Indonesia
2
Guru Besar Universitas Pelita Harapan, Jl. M. H. Thamrin Boulevard 1100 Lippo Village Tangerang 15811,
Indonesia
*Email Corresponding Authour: agus.328202004@stu.untar.ac.id

Abstrak
Proyek infrastruktur merupakan kegiatan strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Dalam pelaksanaannya seringkali mengalami kegagalan penyelesaian proyek tepat waktu dan
biaya. Sebuah studi menemukan bahwa 80% proyek infrastruktur besar secara global mengalami cost
overrun lebih dari 30%. PLN adalah sebuah BUMN yang mendapat tugas dari Pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Capital expenditure PLN sepanjang tahun
2015 – 2019 rata-rata sebesar Rp 100 Tn per tahun yang pendanaan utamanya bersumber dari loan.
Oleh karena itu menjadi sangat penting memperkuat Project Risk Management dengan mengetahui
risiko, sumber risiko dan hubungan antarrisiko yang berdampak pada time & cost overrun sehingga bisa
menyusun rencana mitigasi dengan baik. Permasalahan penelitian yang dianalisis adalah
mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang berdampak pada time & cost overrun? Bagaimana
hubungan antar risiko tersebut? Apa penyebab dari risiko-risiko yang dikaji dalam penelitian ini?
Metodologi penelitian ini adalah dengan analisis diskriptif dengan menggunakan metode kualitatif.
Instrumen penelitian ini yaitu data sekunder hasil penelitian, data proyek, referensi yang terkait dan
berbagai opini pakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 faktor risiko dengan 113
penyebab risiko yang terkait cost overrun dan 11 faktor risiko dengan 61 penyebab risiko yang terkait
time overrun. Dari kajian literatur juga ditemukan hubungan antarfaktor risiko..

Kata kunci : cost overrun, time overrun, Project Risk Management

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Sebuah studi menemukan bahwa 80% proyek infrastruktur besar secara global mengalami cost
overrun, bahkan sebagai contoh Bangkok Metro project mengalami cost overrun 70% melampaui
anggaran awalnya (Mace). Demikian pula, McKinsey memperkirakan bahwa 98% mega proyek
mengalami cost overrun lebih dari 30% dari anggaran awal. Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan
oleh Profesor Bent Flyvbjerg juga mengungkapkan bahwa sembilan dari sepuluh mega proyek mengalami
cost overrun. Bent menambahkan bahwa cost overrun hingga 50% bahkan lebih, secara riil adalah umum
ditemukan. Trigunarsyah (2004) mengidentifikasi 38% proyek di Indonesia mengalami keterlambatan.
Keterlambatan penyelesaian proyek dapat berdampak pada time & cost overrun (Abdul-Rahman et al.,
2006; Enshassi et al., 2008; Tshering, 2020). Faktor-faktor yang berdampak pada time & cost overrun
terkait dengan beberapa bentuk risiko (memon & rahman, 2014; al-maktoumi, 2020) dan ririko
ketidakpastian proyek (sharma, 2014). Pemerintah Indonesia meningkatkan belanja infrastruktur yang
diperoleh dari rasionalisasi belanja subsidi BBM, dari Rp256,1 triliun pada 2015 hingga Rp394 triliun
dan Rp415 triliun pada 2018 dan 2019 (Faslan), sehingga time & cost overrun akan mempengaruhi
kemampuan penganggaran.
PLN adalah sebuah BUMN yang mendapat tugas dari Pemerintah untuk melaksanakan
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Pendanaan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan
bersumber dari modal sendiri/ekuitas perusahaan maupun pinjaman (Riza, artikel Ditjen PRKN). Capital
expenditure sepanjang tahun 2015 – 2019 rata-rata sebesar Rp 100 Tn per tahun yang pendanaan
utamanya bersumber dari loan. Oleh karena itu menjadi sangat penting memperkuat Project Risk
Management agar risiko-risiko yang berdampak pada terjadinya time & cost overrun bisa dimitigasi
dengan efektif. Dengan mitigasi risiko yang tepat dan efektif maka dapat menurunkan likelihood dan
dampak risiko yang menyebabkan time & cost overrun.

117
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Waktu, biaya dan kualitas adalah tiga segitiga ekuilibrium elemen faktor keberhasilan konstruksi
yang digunakan dalam menentukan dan mengukur keberhasilan proyek konstruksi. Elemen-elemen ini
disematkan sepanjang siklus hidup proyek secara keseluruhan mulai dari tahap perencanaan,
implementasi sampai fase serah terima. Namun demikian, untuk dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan pada setiap elemen tadi tidak semudah yang diharapkan, di mana sebagian besar kontraktor
tidak dapat memenuhi batas waktu serta terjadinya tambahan biaya dalam menyelesaikan proyek mereka.

Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian yang akan diselesaikan dalam penulisan ini yaitu Risiko apa saja yang
berdampak pada terjadinya time & cost overrun? Bagaimana hubungan antar risiko tersebut? Apa saja
penyebab risiko yang dikaji dalam penelitian ini ?

STUDI LITERATUR
PMBOK merupakan suatu buku yang mencantumkan terminologi standar dan pedoman untuk
manajemen proyek yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1983 oleh Project Management Institute
(PMI). Edisi keenamnya diterbitkan tahun 2017 dan mencantumkan Project Time Manajemen, Project
Cost Management dan Project Risk Management yang merupakan tiga di antara kesepuluh Knowledge
Area. Project cost management terdiri dari 4 proses manajemen yaitu Plan Cost Management, estimate
costs, determine budget dan control costs. Untuk Project Schedule Management terdiri 6 proses
manajemen yaitu plan schedule management, define activities, sequence activities, estimate activity
durations, develope schedule dan control schedule. Sedangkan pada Project risk management terdiri dari
tujuh proses manajemen yaitu plan risk management, identify risks, perform qualitative risk analysis,
perform quantitatif analysis, plan risk responses, implement risk respons dan monitor risks.
ISO 21500: 2012, Guidance on Project Management, adalah standar internasional yang
dikembangkan oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi, atau ISO mulai tahun 2007 dan dirilis
pada tahun 2012. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan panduan umum, menjelaskan prinsip-prinsip
inti dan apa yang merupakan praktik yang baik dalam manajemen proyek. ISO 21500 secara umum
memiliki kesesuaian dengan PMBOK, begitu juga sebaliknya. ISO 21500 terdiri 5 proses group dan 10
proses manajemen yang di antaranya memuat proses manajemen waktu, biaya dan Risiko. Penelitian ini
mengacu pada Knowledge Area dalam PMBOK 6th, 2017.
Risiko adalah peristiwa atau kondisi tidak pasti yang jika terjadi akan berdampak positif atau negatif
pada tujuan proyek (PMBOK). Ancaman adalah situasi atau kondisi yang tidak menguntungkan bagi
proyek dan dapat berupa, keadaan negatif, risiko dengan dampak negatif, serangkaian peristiwa negatif
dan kemungkinan perubahan negatif. Sedangkan peluang adalah situasi atau kondisi yang
menguntungkan bagi proyek dan mungkin keadaan yang positif, risiko dengan dampak positif, atau
kemungkinan untuk perubahan positif. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan tentang suatu
peristiwa yang mengurangi kepercayaan pada kesimpulan yang diambil dari data.
Manajemen risiko merupakan proses formal, dimana faktor-faktor risiko secara sistematis
diidentifikasi, dianalisis dan ditangani (PMBOK). Sumber risiko bisa berasal dari lingkungan, yang
disebut risiko eksternal dan bisa juga dari internal yang berasal dari ketidakpastian yang ada dalam
proyek itu sendiri (He Zhi, 1995). Risiko dalam industri konstruksi umumnya dianggap sebagai kejadian
yang berdampak pada tujuan utama proyek, yaitu biaya, waktu dan mutu (Dai dkk. 2009). Dibandingkan
dengan banyak industri lainnya, industri konstruksi lebih banyak risiko karena adanya sifat unik kegiatan
konstruksi misalnya memiliki periode tertentu, proses yang rumit, lingkungan yang tidak mendukung,
intensitas keuangan, dan dinamisasi struktur organisasi (Flanagan &amp; Norman, 1993; Akintoye
&amp; MacLeod, 1997). Oleh karena itu, teknik manajemen risiko yang efektif untuk mengelola risiko
yang terkait dengan berbagai kegiatan konstruksi merupakan bagian penting bagi keberhasilan proyek.
Simanjuntak et al (2014) menunjukkan bahwa selama 2013 dan 2014 kualitas infrastruktur Indonesia
berada di peringkat 82 dari 148 negara. Beberapa studi sebelumnya sepakat bahwa keberhasilan sebuah
proyek dapat dinilai dari diselesaikannya proyek dalam durasi yang dijadwalkan dan anggaran yang
direncanakan. Sayangnya masalah utama yang dihadapi oleh sebagian besar proyek konstruksi di negara
berkembang adalah terkait dengan terjadinya pembengkakan biaya dan tambahan waktu dalam proyek.
Menurut Choudhury dan Phatak (2004) cost overrun adalah perbedaan antara perkiraan biaya asli
sebuah proyek dengan biaya konstruksi aktual sampai periode penyelesaian proyek. Rosenfield (2013)

118
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

menganggap cost overrun sebagaia masalah universal yang bisa diselesaikan dengan mengidentifikasi
akar penyebabnya. Sementara itu dari penelitian yang dilakukan di Kenya oleh Kagiri (2007)
mengungkapkan bahwa kelebihan waktu dan biaya dalam proyek dipengaruhi oleh banyak faktor. Lee
(2008) meneliti masalah cost overrun pada 161 proyek sosial di Korea, dan diketahui bahwa penyebab
pembengkaan biaya antara lain adanya perubahan skope pekerjaan, penundaan selama konstruksi,
estimasi dan penyesuaian harga yang tidak logis serta kurangnya kontrol internal.
Penelitian selanjutnya menyatakan bahwa faktor-faktor yang menghambat keberhasilan proyek tepat
waktu, anggaran dan mutu adalah ketidakmampuan kontraktor, faktor persiapan proyek yang tidak tepat,
perencanaan sumber daya, perbedaan interpretasi persyaratan kontrak, skope pekerjaan, ketepatan waktu,
birokrasi pemerintah dan manajemen risiko (kagiri, 2007).
Penelitian Love et. al. (2005) lebih lanjut mengungkapkan bahwa sistem pengadaan bisa berdampak
pada meningkatnya biaya sampai 11% dan tambahan waktu 13 – 25%. Penyebab cost overrun di
antaranya adalah perhitungan biaya proyek yang tidak tepat, perencanaan dan implementasi yang buruk,
kurang baiknya manajemen proyek selama pelaksanaan, manipulasi dan bencana alam.
Penelitian Habibi & Amp; Kermanshachi (2018) mengkategorikan penambahan waktu menjadi
sembilan kelompok penting yaitu (1) Faktor-faktor politik dan sosial (2) Faktor terkait kontraktor yaitu
pengalaman kontraktor yang tidak memadai, perencanaan manajemen site yang buruk, eksekusi sub
kontraktor yang tidak tepat, (3) Faktor dari Owner seperti lambannya pengambilan keputusan, kontrak
yang tidak realistis, durasi kontrak dan keterlambatan pembayaran, (4) Keterlambatan ketersediaan
material, (5) Terkait Konsultan, yaitu approval drawing dan kontrak, (6) Faktor kontraktual yaitu
keterlambatan karena negosiasi dan perselisihan, kesenjangan komunikasi antarstakeholder, (7) Faktor
tenaga kerja dan peralatan yang tidak memadai, produktivitas, kerusakan peralatan pada saat puncak
pekerjaan, (8) Faktor kontrak, yaitu perbedaan interpretasi, variation order dan perselisihan, (9) Elemen
eksternal terdiri dari perubahan peraturan pemerintah, kondisi lokasi proyek dan cuaca. Faktor-faktor
penyebab tambahan waktu dan biaya tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Penelitian yang
dilakukan oleh abam (2017) dan almaktomi (2020) dengan menggunakan analisa statistik PLS-SEM
menunjukkan adanya hubungan antarfaktor tersebut.
Berdasarkan studi literatur di atas, penulisan ini menganalisa literatur yang ditulis oleh Memon &
Rahman (2014), sharma (2014), al-maktouri (2020), abam (2017), Almaktari (2020) dan tshering (2020).

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan analisa kualitatif dengan menganalisis data dan informasi yang bersifat
deskriptif. Data-data diperoleh melalui data sekunder berupa data hasil penelitian dan referensi-referensi
yang berkaitan.

119
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Alur penelitian

Persiapan Penelitian

Kajian Permasalahan Penelitian

Kajian Pustaka, ISO 21500/2012, PMBOK 6th 2017,


referensi yang terkait

Desain Penelitian
Matrik Penelitian

Pembahasan Hasil Analisa Penelitian

Kesimpulan

Gambar 1. Alur Penelitian

Project Management Knowledge (PMBOK 6th, 2017)

6. Project Schedule 11. Project Risk 7. Project Cost


Management Management Management

11.1 Plan Risk Management


Identifikasi Penyebab Identifikasi Penyebab
11.2. Identifikasi Risiko
Risiko Project Schedule Risiko Project Cost
11.3. Perform Qualitative
Management dari literatur Management dari literatur
Risk Analysis

11.4. Perform Quantitative


Risk Analysis
11.5. Plan Risk Responses
Menyusun Risk Register 11.6. Implement Risk Menyusun Risk Register
Time Overrun Responses Cost Overrun
11.7. Monitor Risks

Risiko-risiko pada Project Risiko-risiko pada Project


Schedule Management Cost Management

Analisa hubungan antar


risiko dari literatur

Gambar 2. Desain Penelitian

120
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Desain Penelitian
Desain penelitian dijelaskan pada Gambar 2. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini dilakukan
dengan mendasarkan pada 3 Knowledge Area PMBOK yang relevan dengan penelitian ini yaitu Project
schedule Management, Project Cost Management dan Project Risk Management. Selanjutnya dengan
mengacu pada sub proses 11.2 Identifikasi risk, maka dilakukanlan identifikasi penyebab risiko pada
Knowledge Area project schedule management dan pada knowledge project cost management. Dari hasil
identifikasi sumber risiko, selanjutnya disusun risk register pada masing-masing knowledge area.
Selanjutnya seluruh risiko yang teridentifikasi ini akan diteliti kaitan satu dengan lainnya.

ANALISIS
Faktor Risiko
Faktor Risiko yang berdampak Cost Overrun
Penelitian Memon;Rahman (2012), mengatakan bahwa dari tinjauan artikel tentang kasus di seluruh
dunia faktor risiko yang berdampak pada cost overrun yang dikategorikan ke dalam tujuh faktor risiko,
yaitu contractor site management (CSM), design and documentation factor (DDF), financial factor
(FIN), information and communication factor (ICT), human resources factor (LAB), non-human
resource factor (MMF), dan project management and contract administration (PMCA).
Penelitian sharma (2014), mengelompokkan faktor risiko yang berdampak pada cost overrun ke
dalam 11 group yaitu Owner, Contractor, Consultant, Design, Project, Material, Labour, Equipment,
Contract, Coordination/ communication dan External. Penelitian Almaktari (2017), tentang faktor yang
mempengaruhi cost overrun dikelompokkan ke dalam 6 faktor risiko yaitu Financial factors: (F), Human
resources factors: (H), Construction techniques factors: (C), Environmental factors: E, Social and Political
factors: (S), dan Procurement management: (P).
Tabel 1. Faktor Risiko yang Berdampak Cost Overrun
No Memon, Rahman (2012) Sharma (2014) Almaktari (2017)
1 Contractor’s site management Contractor -
related factors
2 Design and documentation Design -
related factors
3 Financial management related - Financial
factors
4 Information and Coordination & -
communication related factors Communication
5 Human resource (workforce) Labour Human resources factors
related factors
6 Non-human resource related Material -
factor
Equipment -
7 Project management and Project -
contract administration
related factors
8 - Owner -
9 - Consultant -
10 - Contract -
11 - External -
12 - - Construction techniques
factors
13 - - Environmental factors
14 - - Social and Political
Factors
15 - - Procurement management

121
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

7 Faktor 11 Faktor 6 Faktor


Faktor Risiko yang berdampak Time Overrun
Penelitian Memon;Rahman (2014), mengatakan bahwa dari tinjauan artikel tentang kasus time
overrun terdapat lima faktor risiko, yaitu faktor Owner/Client Responsibility, faktor Consultant
Responsibility, faktor Contractor Responsibility, faktor Resource dan faktor Others.
Penelitian Yeshi Tshering (2020), menyatakan bahwa dari tinjauan artikel, terdapat tujuh faktor yang
berdampak pada time overrun yaitu Project Related, Project Management Team Related, Contractor
Related, Labour Related, Equipment Related, Material Related dan Others.
Sedangkan penelitian Al Maktoumi (2020) mengelompokkan ke dalam 6 faktor risiko yaitu Material
related factors, Equipment Related Factors, Labor Related Factors, Contractor Related Factor, Client
Related Factors dan Effects of Project Completion Delay.

Tabel 2. Faktor Risiko yang Berdampak Time Overrun


No Rahman1 (2014) Tshering (2020) Al Maktoumi1 (2020
1 Owner/client Responsibility - Client Related Factors
2 Consultant Responsibility - -
3 Contractor Responsibility Contractor Related Contractor Related Factor
4 Resource Related Factor - -
5 Others Others -
6 - Project Related -
7 - Project Management Team -
Related
8 - Labour Related Labor Related Factors
9 - Equipment Related Equipment Related Factors
10 Material Related Material RelatedFactors
11 Effects of Project Completion
delay
5 Faktor 7 Faktor Faktor

Hubungan Antarfaktor Risiko


Hubungan Antarfaktor Risiko yang berdampak Cost Overrun
Selanjutnya Memon, Rahman melakukan uji Korelasi antarfaktor di kasus Peninsular malaysia
dengan menggunakan Uji korelasi Spearman ntuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi Cost Overrun. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan SPSS v.17
dengan rangkuman hasil disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Rangkuman Hubungan antarfaktor Cost Overrun dari Memon (2012)


Factor High Correlation Moderate Correlation
Frequent design changes Incomplete design at the time of tender Inadequate monitoring and control
with cost claims
Change in the scope of the project Contractual claims, such as, extension
of time
Mistakes and errors in design Poor project management
Poor site management Incompetent subcontractors Lack of communication between
and supervision parties
Lack of coordination between parties Financial difficulties of owner
Inadequate planning and scheduling
Cash flow and financial Poor financial control on site claims Change in the scope of the project
difficulties faced by High cost of labour Inadequate planning and scheduling
contractor Contractual claims, such as, extension Equipment availability and failure
of time with cost
Financial difficulties of owner Shortages of materials

122
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Delay in progress payment by owner


Lack of coordination Slow information flow between Inaccurate quantity take-off
between parties parties
Lack of communication between Mistakes during construction
parties
Incompetent subcontractors Inaccurate time and cost estimates
Inadequate monitoring Change in the scope of the project Labour productivity
and control
Inaccurate time and cost estimates Shortage of materials
Schedule delay Shortage of site workers
Poor project management
Incomplete design at the Frequent design changes Delay preparation and approval of
time of tender drawings
Poor design and delays in design Delays in decision-making

Dalam penelitian tentang hubungan antar faktor-faktor Cost Overrun di proyek-proyek di


Universities di Nigeria Abam (2017) menggunakan faktor-faktor sebagaimana dalam penelitian Memon,
Rahman (2012) di atas yaitu Contractor’s site management related, factors, Design and documentation
related factors, Financial management related factors, Information and communication related factors,
Human resource (workforce) related factors, Non-human resource related factor dan Project
management and contract administration related factors. Populasi dari studinya terdiri dari seluruh
kontraktor yang bekerja untuk perguuan tinggi umum di Lafia Metropolis yaitu Federal University Lafia,
Nasarawa State Polytechnic dan College of Agriculture, Lafia. Perancangan studi riset yang digunakan
adalah survei sampel deskriptif. Sampel yang terdiri dari 25 kontraktor dari perusahaan konstruksi yang
sedang mengerjakan proyek di perguruan tinggi diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling
(SRS). Kuesioner, instrumen utama untuk penelitian diberikan kepada kontraktor dan hasilnya dianalisis
menggunakan Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). diperoleh hubungan
antarfaktor yang disajikan dalam tabel dan model hasil running PLS-SEM di bawah ini.

Gambar 3. Hubungan antarfaktor risiko dari Abam (2017)

Tabel 4. Hubungan antar faktor Cost Overrun menurut Abam (2017)

Factors Cronbach’s Composit Composite Average rho_ rho_A n


Alpha in % e Reliability in Variance
Reliabilit % Extracted A %
y (AVE)
CSMRF 94.2 0.952 95.2 0.716 0.949 94.9
DDRF 97.3 0.979 97.9 0.904 0.976 97.6
FMRF 95.6 0.965 96.5 0.820 0.959 95.9
HRRF 94.8 0.960 96 0.829 0.957 95.7
ICTRF 93.7 0.959 95.9 0.887 0.960 96.0
NHRF 97.4 0.981 98.1 0.928 0.975 97.5
PMCARF 92.0 0.945 94.5 0.813 0.925 92.5

123
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari uji yang dilakukan oleh Abam (2017) dan uji yang dilakukan oleh Memon, Rahman (2012)
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antar faktor yang berdampak pada Cost Overrun, namun
hubungan tersebut sangat tergantung dari obyek yang diteliti.
Hubungan Antarfaktor Risiko yang berdampak Timeoverrrun
Almaktomi (2020) melakukan pengujian hubungan antarfaktor, yaitu Material related factors,
Equipment related factors, Labour related factors, Contractors related factors, Client related factors, dan
Effects of Project Completion Delay dengan menggunakan pengukuran validitas diskriminan untuk
memastikan bahwa sebuah konstruk (variabel laten) memiliki hubungan terkuat daripada konstruk lainnya
dalam model jalur PLS. Nilai dari akar kuadrat AVE dan korelasi konstruk pada tabel 5 menunjukkan
bahwa validitas diskriminan memuaskan.

Tabel 5 Validitas Diskriminan Hubungan antarfaktor

Reliabilitas model pengukuran divalidasi dengan menilai reliabilitas sub-faktor dan faktor
pembebanan. Nilai minimum 0,45 dapat dianggap lebih baik untuk memuat sub-faktor (Comrey & Lee,
2013) tetapi untuk penelitian ini, sub-faktor dengan weight di atas 0,50 dianggap memadai (Hulland,
1999) dan sub-faktor dengan beban yang lebih rendah telah dihapus dari model dan model jalur akhir
yang dihasilkan ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Hubungan antarfaktor risiko dari Almaktomi (2020)

Penyebab Risiko
Penyebab Risiko yang berdampak Cost Overrun
Penelitian Memon;Rahman (2012), mengatakan bahwa dari tinjauan artikel terdapat 35 penyebab
faktor risiko yang berdampak pada terjadinya cost overrun. Penelitian sharma (2014), menemukan 51
penyebab risiko sedangkan penelitian Almaktari (2017), tentang faktor yang mempengaruhi cost overrun
menemukan 56 penyebab umum cost overrun.

124
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 6. Penyebab Risiko yang Berdampak Cost Overrun menurut Memon & Rahman (2012)
No Faktor Risiko Penyebab Risiko
1 Contractor’s site 1 Poor site management and supervision
management related 2 Incompetent subcontractors
factors 3 Schedule Delay
4 Inadequate planning and scheduling
5 Lack of experience
6 Inaccurate Time and Cost estimates
7 Mistakes during construction
8 Inadequate monitoring and control
2 Design &documentati- 9 Frequent design changes
Tion related factors 10 Mistakes and Errors in design
11 Incomplete design at the time of tender
12 Poor design and delays in Design
13 Delay Preparation and approval of drawings
3 Financial management 14 Cash flow and financial difficulties faced by contractors
related factors 15 Poor financial control on site
16 Financial difficulties of owner
17 Delay in progress payment by owner
18 Delay payment to supplier /subcontractor
19 Contractual claims, such as, extension of time with costclaims
4 Information and com- 20 Lack of coordination between parties
munication related 21 Slow information flow between parties
factors 22 Lack of communication between parties
5 Human resource 23 Labour productivity
(workforce) 24 Shortage of site workers
related factors 25 Shortage of technical personnel (skilled labour)
26 High cost of labour
27 Labour Absenteeism
6 Non-human resource 28 Fluctuation of prices of materials
related factors 29 Shortages of materials
30 Late delivery of materials and equipment
31 Equipment availability and failure
7 Project 32 Poor project management
management
related factors And 33 Change in the scope of the project
contract adminis- 34 Delays in decisions making
tration 35 Inaccurate quantity take-off

Tabel 7. Penyebab Risiko yang Berdampak Cost Overrun Menurut Sharma (2014)
No Faktor Risiko Penyebab Risiko
1 Owner Factor 1 Slow decision making (SDM)
2 Unrealistic contract duration (UCD)
3 Interference by owner (IBO)
4 Slow payment of completed work by owner (SPOCW)
5 Mode of finance and payment (MOFP)
2 Contractor Factor 6 Poor planning and scheduling (PPS)
7 Contractor’ lack of experience (CLE)
8 Financial difficulty faced by contractor (FDC)
9 Obsolete and improper construction method (OICM)
10 Rework due to error in construction (RDEC)
11 Disputes on site (DOS)
12 Incompetent sub-contractor (ISC)
13 Poor site management (PSM)

125
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

14 Waste on site (WOS)


Consultant 15 Contract management(CM)
3 16 Delay in performing inspection (DPI)
17 Inaccurate time and cost estimate (ITCE)
18 Quality assurance (QA)
19 Inadequate experience of technical consultant (IETC)
Design Factor 20 Frequent design change (FDC)
21 Improper design and delay in producing design document (IDDP)
22 Delay in approval of design (DAD)
Project Factor 23 Additional work (AW)
24 Lowest bid procurement policy (LBP) project
25 Change in the scope of the project (CSP)
Material Factor 26 Shortage of construction material ( SCM)
27 Late material delivery (LMD) material
28 Delay in procurement of materials (DPM)
4 29 Changes in material specifications (CMS)
Labour 30 Shortage of labours (SOL)
31 Unqualified labour (UL)
32 Low level productivity of labours (LLPL)
33 Labour disputes and strikes (LDS)
34 High cost of labour (HCL)
Equipment Factor 35 Equipment availability and failure (EAF)
36 Shortage of equipment (SOE)
37 High cost of machineries and its maintenance (HCM)
5 Contract Factor 38 Mistakes and discrepancies in contract document (MDCD)
39 Contractual procedure and type of contract (CPTC)
Coordination/ 40 poor coordination between parties (PCBP)
Communication Factor 41 Lack of communication between parties (LCBP)
6 42 Slow information flow between parties (SIFP)
External Factor 43 Climatic condition (CC)
44 Inappropriate govt. policies and laws (IGPL)
45 Social and cultural factors (SCF)
46 Differing site (ground) conditions (DSC)
47 Fluctuation in price material (FPM)
48 Inflation (IF)
49 Accidents during construction (ADC)
50 Fraudulent practices and kickbacks (FPK)
51 Acts of GOD (AOG)
52 High interest rate charge by bank and loan (HIRBL)
53 Insurance cost (IC)

Tabel 8. Penyebab Risiko yang Berdampak Cost Overrun Menurut Almaktari (2017)
No Faktor Risiko Penyebab Risiko
1 Fiancial Factor 1 Delay in progress payments
2 Cash flow difficulties by client
3 Contractor’s financial difficulties
4 Financing and payment of completed projects
5 Fluctuation of currency exchange rate
6 Poor Financial management and control
7 Taxes and Insurance increase
2 Human resources 8 Improper coordination and Interacaction of project team
Factor 9 Lack of qualified Project Managers
10 Lack of skilled labor
11 Low labor productivity
12 Poor site management and supervision
13 Project team’s experience in devel-opment stages

126
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

14 Relationship between labor and management team


15 Staff training in the skill areas relevant to project
3 Construction 16 Client-initiated variations
Techniques Factor 17 Complexity of design and size of project
18 Deficiencies in Cost planning and time scheduling
19 Delays in work approval waiting for information
20 Design changes during post-contract period
21 Discrepancies in construction documentations
22 Fraudulent practices and Corruption
23 Improper allocations and control of con-struction resources
24 Lack of materials and equipment
25 Low experience of Consultants and contractors
26 Low speed at decision-making, involving all project teams
27 Poor Methods of design, evaluation, and construction
28 Risk Management strategies
4 Environmental 29 Soil and land stability
Factors 30 Environmental pollutions due to project
31 Geological historical of data project site
32 Healthy and safety during construction
33 Hydrological historical data site
34 Inclement weather
35 Lack of Environmental analysis
36 Location and accessibility of the projects
37 Topography and site condition
5 Social and Political 38 Change construction laws and regu-lations
Factor 39 Policy for Importation of technology, equipment, and materials
40 Political instability
41 Political will to support construction projects
6 Procurument Factor 42 Additional works at owner`s request
43 Contractors and Consultant tendering faults
44 Deficiencies in Monitoring and evalu-ation of works during construction
45 Fluctuation in building materials cost
46 Form of procurement and contractual arrangements
47 Inaccurate take off quantities
48 Incomplete design at the time of ten-dering
49 Lack of cost reports during construc-tion stage
50 Non-adherence to contract conditions
51 Omissions and errors in the bills of quantities
52 Poor contract management
53 Poor procurement programming of materials
54 Tender period and market condition
55 Unavailability of supplies of labor and materials

Penyebab Risiko yang berdampak Time Overrun


Penelitian Memon;Rahman (2014), mengatakan bahwa dari tinjauan artikel tentang kasus time
overrun terdapat 30 penyebab umum time, Penelitian Yeshi Tshering (2020), menyatakan bahwa dari
tinjauan artikel tentang time overrun, terdapat 31 penyebab time overrun sedangkan penelitian Al
Maktoumi (2020) menyebutkan 51 penyebab risiko yang berdampak pada time overrun.

Tabel 8. Penyebab Risiko yang berdampak pada Time Overrun Menurut Rahman (2014)
No Faktor Risiko Penyebab Risiko
1 Owner/client 1 Change in the scope of the project
Responsibility Factor 2 Delay in progress payment by owner
(OWN) 3 Financial difficulties of owner
4 Delays in decisions making
5 Owner interference

127
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

6 Unrealistic contract duration andrequirements imposed


2 Consultant 7 Delay in inspection and approval of completed works
8 Unrealistic contract duration and requirements imposed
3 Responsibility Factor 9 Frequent design changes
(COS) 10 Mistakes and Errors in design
11 Delay Preparation and approval of drawings
12 Incomplete design at the time of tender
4 Contractor 13 Inadequate planning and scheduling
Responsibility Factor 14 Lack of experience
(CON) 15 Poor site management and supervision Lack of experience
16 Incompetent subcontractors
17 Cash flow and financial difficulties faced by contractors√
18 Mistakes during construction
5 Resource Related 19 Fluctuation of prices of materials
Factor
(RES 20 Shortages of materials
21 Late delivery of materials andequipment
22 Insufficient Numbers of equipment
23 Labour productivity
24 Shortage of site workers
6 Others Factor(OTH) 25 Effect of weather
26 Unforeseen ground condition
27 Accidents on site
28 Lack of coordination between parties
29 Lack of communication between parties
30 Laws and Regulatory Framework

Tabel 9. Penyebab Risiko yang berdampak pada Time Overrun Menurut Yeshi Tshering (2020)
No Faktor Risiko Penyebab Risiko
1 Project Related Factor 1 Complexity of the project
2 System of work award to the lowest bidder
3 Change in scope, design and other discrepancies
4 Penalty imposed for the work delay is inappropriate
2 Project Management 5 Time taken for decision making
Team Related Factor 6 Suspension of work and delay in payments
7 Unrealistic calculation of the project duration
8 Change in project management team
9 Delay in the review of the work progres
10 Improper monitoring of the contractors involved
3 Contractor Related 11 Experience of the contractor for the same work
Factor
12 Financial stability of the contractor
13 Availability of loan and debt system
14 Issues related to sub-contracting
15 Proper planning in purchase of materials/ equipment
16 Use of inadequate methods and techniques
4 Labor Related Factor 17 Productivity of manpower
18 Lack of skilled labor
19 Usage of foreign labor
20 Lack of skilled operators for the equipment
21 Experience of the technical staffs
5 Equipment Relared 22 Efficiency of equipment
Factor 23 Suitability equipment selected for work
24 Hiring of equipment
6 Material Related 25 Shortage of construction materials
Factor 26 Issues related to the transportation of the materials
27 Price escalation of the construction materials
7 Others Factor 28 Unfavorable weather conditions

128
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

29 Delay in obtaining clearances


30 Unnecessary involvement of external agencies
31 Changes in the rules and regulations
Tabel 10. Penyebab Risiko yang berdampak pada Time Overrun Menurut Almaktoumi (2020)

No Faktor Risiko Penyebab Risiko


1 Material Related 1 Shortage of materials in the market
Factor 2 Non-availability of materials in the market
3 Change of materials during construction
4 Delay of raw materials to project site
5 The startup got delayed due to non-availability of specific accessories
6 Materials received found to be damaged
7 Delay in work-in-process due to non-availability of materials
8 Work in process materials stay for a longer time
9 Delay in arranging raw materials according to specification
10 Delay due to finishing materials scarcity
2 Equipment Related 11 Breakdown of equipment
Factor 12 Equipment operator's skill is low in this project
13 Existing equipment is not effective and leads to low productivity
14 The equipment used is not of the latest technology
15 Improper equipment selection for the project
16 There is a shortage of equipment
17 There is no safety measures environment of using the equipment
3 Labor Related 18 Shortage of labors
Factor 19 There is an unqualified workforce
20 There is an issue with the contract regarding the nationality of labors
21 Labors’ productivity level is low
22 Personal conflicts among labors
23 No motivation for the labors
24 Poor linguistic understanding by labors
4 Contractor related 25 Contractor lacks working capital finance for the project
Factor 26 The conflict between the contractor and sub-contractor during the
execution phase
27 Review of drawings lead to rework during construction
28 There was a conflict between the contractor and other parties
(consultant and/or owner)
29 Poor site management and supervision by the contractor
30 Poor coordination by the contractor with others
31 Ineffective planning and scheduling of the project by the contractor
32 Contractor’s staff not technically qualified
33 Delay by the contractor in spadework towards project execution
34 Unknown delays from subcontractor's side
5 Client Related 35 No proper coordination between the client and other parties
Factor 36 Delay in progress payments release by the owner
37 Delay in providing services from utilities by the arranger
38 Project completion time calculated wrongly and time was not
sufficient
39 Time lag due to the delayed decision-making process by the owner
40 There was a suspension of work by the owner due to poor quality
41 Delay in revision and approval when change request was made
42 Delay in furnishing and delivering the site to the contractor by the
owner
43 There were conflicts between the joint-ownership of the project
44 Delay performing inspection and testing
6 Effect of Project 45 Execution delay may lead to abandonment if issues are not resolved
Completion Delay 46 Inferior quality of materials can lead to project failure
47 Disputes and claims for the losses arise due to such delays
48 Delay may end up with a bad reputation
49 Time overrun at the time of completion

129
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

50 Budget overrun during the completion


51 Improper completion due to high penalties

KESIMPULAN
1. Dari tinjauan artikel tentang kasus time overrun ditemukan faktor-faktor risiko Owner
Responsibility, faktor Consultant Responsibility, faktor Contractor Responsibility, faktor Resource,
Project Related, Project Management Team Related, Labour Related, Equipment Related, Material
Related, Effects of Project Completion Delay dan others. Sedangkan untuk kasus cost overrun,
ditemukan faktor-faktor risiko Contractor’s site management related factors, Design and
documentation related factors, Financial management related factors, Information and
communication related factors, Human resource (workforce) related factors, human resource
(workforce) related factors, Non-human resource related factor, Project management and contract
administration related factors, labor, material, equipment, project, owner, consultant, contract,
external, construction technique factors, environmental factors, sicial and political factor dan
procorument factors.
2. Dari penelitian Abam (2013) dan Almaktomi (2020) ditemukan hubungan antar faktor risiko.
3. Dari studi literatur ditemukan 61 penyebab risiko time overrun dan sebanyak 113 penyebab faktor
risiko yang berdampak pada cost overrun.

DAFTAR PUSTAKA
Abam, A. O. & Nzeako, G. C., (2017). A comparative study of Project Cost Overrun Management using
Partial Least Squares- Structural Equation Modelling and Fuzzy Inference System. Department of
Mathematics, Federal University Lafia, Unpublished Undergraduate Project.
Abam, A. O., Nnamdi, O., E., Edwin, N., Gladys, N. (2017). Project Cost Overrun Management in
Universities Using Partial Least Squares-Structural Equation Modelling. American Journal of
Applied Mathematics: 5(4):108-113.
Al Maktoumi, Firdouse Rahman Khan2 , Ahmed Rashid Suwied Al Maktoumi3(2020). Assessing The
Factors Causinf Project Copletion Delays in the Construction Sector of Oman Using SEM-PLS, 903
- 905
Choudhury, I., & Phatak, O., (2004). Correlates of time overrun in commercial construction, ASC
Proceeding of 4th Annual Conference, Brigham Young University- provo-Utah, April 8-10. Arabian
international Journal of Project Management, 17(2), 101-106.
Kagiri, D. (2005). Time and cost overruns in power projects: A case study of Kenya Electricity
Generating Company. Unpublished MBA Project, University of Nairobi.
Kaliba, C., Muya, M. & Mumba, K., (2009). Cost Escalation and Schedule Delay in Road Construction
Projects in Zambia, International Journal of Project Management, 5(27), 522-531.
Lee, J. K., (2008). Cost overrun and cause in Korean social overhead capital Projects: Roads, rails,
airports and ports. J. Urban Planning. Dev., 2(134), 59-62.
Love, P. E. D., Raymond, Y. C. T. & David, J. E., (2005), Time-Cost Relations in Australia Building
Construction Projects; ASCE Journal of Construction Engineering and Management, 2(131), 187-
194.
Memon, Ismail Abdul Rahman (2012)., The Cause Factors of Large Project’s Cost Overrun : A Survey in
the Southern Part of Peninsular Malaysia. Hal 1-5
Sharma., (2014) Cost Overrun Factors and Project Cost Risk Assesment in Construction , 139-154
Tsering (2020)., Factor Affecting Time Overrun in Construction Project in Bhutan, halaman 5.
Yusuf, Anthony Olukayode (2020), Relationship Between Time Overrun and Completion Cost of
Construction Projects

130
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN IRIGASI BENDUNG


KEDUNGGUPIT KULON KABUPATEN PURWOREJO

Eko Riyanto1), Agung Setiawan2), Muhammad Hakim3)


1),2)3)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo
Purworejo, Purworejo, Jawa Tengah
Email: eko.riyanto@umpwr.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bermula dari permasalahan kondisi Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon yang
mengalami kerusakan struktur pada komponennya seperti rusaknya dinding bangunan penguras,
rusaknya lantai maupun dinding bangunan sadap. Dengan kondisi tersebut diperlukan suatu penilaian
kondisi dan fungsi sehingga dapat dilakukan penanganan untuk perawatan. Tujuan penelitian ini
menganalisis nilai kinerja berdasarkan kondisi kerusakan, mengetahui kinerja saat ini, memperoleh
bobot komponen Saluran Sekunder. Penelitian dilakukan di Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon yang
berada di D.I Kedunggupit Kulon pada Bendung Kedunggupit. Berlokasi di Desa Kalikotes, Kecamatan
Pituruh. Penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari pengamatan di
lapangan sedangkan data sekunder dari UPT SDA Wilayah Kemiri dan Balai PSDA Probolo. Data
diolah dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Hasil penelitian menunjukan
bahwa bobot kinerja komponen Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon berdasarkan kondisi dan fungsi
dari urutan tertinggi hingga terendah yaitu, Bangunan Bagi 28,68%, Bangunan Sadap 23,87%,
Bangunan Pengatur 21,74%, Bangunan Penguras 13,09%, Bangunan Terjunan 7,33%, Jembatan 2,78%
dan Patok Hektometer 2,51%. Kondisi komponen Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon saat ini dalam
kondisi rusak sedang dengan persentase 22,55%, sedangkan fungsi dari kinerja Saluran Sekunder
Kedunggupit Kulon dalam keadaan cukup dengan persentase 77,45 %. Sehingga, kondisi dan kinerja
Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon dalam keadaan cukup.

Kata Kunci: Kinerja, Bobot Komponen, jaringan irigasi Bendung Kedunggupit Kulon.

PENDAHULUAN
Bendung Kedunggupit Kulon merupakan bendung yang berada di hilir Bendung Kedunggupit
Wetan. Bendung ini berada di sungai Kedunggupit yang berlokasi di Desa Kalikotes, Kecamatan Pituruh,
Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Bendung ini adalah bangunan (Bendung Tetap) yang
dibangun melintang pada sungai Kedunggupit untuk mengaliri Daerah Irigasi (D.I) Kedunggupit Kulon
yang mampu mengairi 993 ha. Daerah Irigasi (D.I) Kedunggupit Kulon melayani dua areal yaitu Saluran
Kedunggupit Kulon dengan luas 570 ha dan Saluran Kedungjono seluas 363 ha.
Sebagai Jaringan Irigasi, kondisi Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon Daerah Irigasi Kedunggupit
Kulon mengalami kerusakan struktur pada komponennya seperti kerusakan dinding pada bangunan
penguras dan rusaknya lantai maupun dinding bangunan sadap. Dengan kondisi tersebut maka diperlukan
suatu penilaian kondisi dan fungsi Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon, sehingga dapat dilakukan
penanganan untuk perawatan dan perbaikan pada Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon.
Merujuk pada permasalahan tersebut, penelitian ini membahas mengenai kinerja jaringan irigasi
terutama pada Saluran Sekunder berdasarkan aspek kondisi dan fungsi struktural bangunannya. Beberapa
bagian bangunan Saluran Sekunder akan diteliti lebih lanjut secara visual dan teoritis untuk menghasilkan
suatu kriteria Saluran Sekunder.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis nilai kinerja saluran sekunder kedunggupit kulon
berdasarkan kondisi kerusakan, menganalisis kondisi kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon
berdasarkan penilaian kondisi dan fungsi bangunan Komponennya serta memperoleh bobot komponen
Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon yang dapat digunakan sebagai indikator kinerja Saluran Sekunder
berdasarkan kondisi dan fungsi komponennya.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi studi ini berada di Daerah Irigasi Kedunggupit Kulon lebih spesifiknya adalah Saluran
Sekunder Kedunggupit Kulon yang berada di Desa Kalikotes, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo.

131
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November tahun 2020. Penelitian ini dimulai dari
pengambilan data-data yang berkaitan dengan Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon di Balai PSDA
Progo Bogowonto dan Luk Ulo. Kemudian dilakukan survei di hulu Saluran Sekunder sampai dengan
hilir Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon yang berada di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo.
Pengumpulan data yang berupa datar primer berupa hasil pengamatan langsung di lapangan yang
berupa kerusakan, jenis dan kondisi visual saluran sekunder kedunggupit kulon. Sedangkan data
sekunder berasal dari instansi terkait.
Analisis data dilakukan dengan percobaan teknik penilaian kondisi dan fungsi bangunan Saluran
Sekunder pada Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon. Penilaian dilakukan dengan memberi nilai pada
masing-masing kriteria yang telah disusun berdasarkan metode AHP (Analytic Hierarchy Process)
dengan penyusunan hirarki berdasarkan pendapat bersama peneliti dengan pihak UPT dan Balai PSDA
Probolo sebagai pihak ahli, untuk kemudian diolah sesuai dengan metode AHP (Analytic Hierarchy
Process).

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komponen kinerja saluran sekunder adalah suatu yang menjadi faktor penunjang suatu saluran
sekunder, yang berfungsi untuk perbaikan, pengaturan, pemanfaatan maupun pemeliharaan saluran
sekunder. Komponen kinerja saluran sekunder sebagai indikator kondisi saluran sekunder dibagi menjadi
tujuh komponen, yaitu Bangunan Bagi, Bangunan Sadap, Bangunan Terjunan, Bangunan Penguras,
Bangunan Pengatur, Jembatan dan Patok Hektometer.
Kriteria penilaian kondisi saluran sekunder dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi
penelitian dengan pendampingan pihak UPT SDA Wilayah Kemiri. Setelah persentase kerusakan
dianalisis, hasil dari analisis tersebut kemudian dimasukan dalam klasifikasi kondisi komponen.
Klasifikasi kondisi komponen mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 12/PRT/M/2015, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
23/PRT/M/2015.

132
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1. Komponen Penyusun Kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon


No. Komponen
1. Bangunan Bagi
2. Bangunan Sadap
3. Bangunan Terjunan
4. Bangunan Penguras
5. Bangunan Pengatur
6. Jembatan
7. Patok Hektometer

Tabel 2. Klasifikasi Kondisi Komponen Aset


Persentase
Kondisi Skor Uraian
Kerusakan
Aset menunjukkan kerusakan yang kecil, diperlukan
Baik 4 <10%
pemeliharaan rutin atau perbaikan kecil.
Aset pada kondisi rata-rata parah, diperlukan pemeliharaan
Rusak Ringan 3 10%-20%
Berkala atau perbaikan kecil.
Aset pada kondisi parah, pelayanan masih dapat dilakukan,
Rusak Sedang 2 21%-40%
membutuhkan pekerjaan pemeliharaan cukup besar.
Aset yang mengalami kerusakan parah, permasalahan
Rusak Berat 1 >40% struktur serius, pelayanan tidak dapat dilakukan sepenuhnya.
diperlukan perbaikan besar atau penggantian.
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2015

Tabel 3. Klasifikasi Fungsi Komponen Aset


Persentase
Kondisi Skor Uraian
Keberfungsian
Aset mempunyai keberfungsian lebih dari 80% ; seluruh
Baik 4 >80%
daerah layanan terfasilitasi.
Aset mempunyai keberfungsian antaraa 40% sampai 80% ;
Cukup 3 80%-40% kesulitan dalam pembagian air, namun masih dapat teratasi
dengan giliran.
Aset mempunyai keberfungsian antaraa 20% sampai 40% ,
Kurang 2 40%-20%
giliran pembagian air tidak mencukupi kebutuhan.
Tidak Berfungsi 1 <20% Aset tidak berfungsi, daerah layanan tidak terairi.
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2015

Setelah kriteria penilaian saluran sekunder disusun, perlu dilakukan pemberian bobot untuk masing-
masing komponen. Pemberian bobot dilakukan berdasarkan pengaruh struktur komponen tersebut
terhadap keseluruhan kondisi saluran sekunder.

Perhitungan AHP
Membuat hirarki dalam bagan struktur hirarki AHP
KINERJA SALURAN
SEKUNDER

BB BS BTj BPgr BPgt J PH

Gambar 2. Bagan Struktur AHP Tentang Kinerja Saluran Sekunder


Dengan:
BB = Bangunan Bagi BPgt = Bangunan Pengatur
BS = Bangunan Sadap J = Jembatan
BTj = Bangunan Terjunan PH = Patok Hektometer
BPgr = Bangunan Penguras

133
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Membuat matriks perbandingan berpasangan antara kriteria

Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan dari Responden Ke-3


Kriteria BB BS BTj BPgr BPgt J PH

BB 1 1 5 5 1 7 9
BS 1/1 1 5 1 3 7 9
BTj 1/5 1/5 1 1/3 1/5 3 5
BPgr 1/5 1/1 3 1 1/3 5 5
BPgt 1/1 1/3 5 3 1 5 7
J 1/7 1/7 1/3 1/5 1/5 1 1
PH 1/9 1/9 1/5 1/5 1/7 1/1 1

Setelah penilaian perbandingan dimasukkan ke dalam matriks-matriks di atas, selanjutnya untuk


memperoleh satu matriks harus dilakukan rata-rata ukur dengan Geometrik Mean (GM) dari 4 (empat)
responden.

Tabel 5. Geometrik Mean dari 4 Matriks Responden


Kriteria BB BS BTj BPgr BPgt J PH
BB 1 1,32 4,40 4,40 1,32 7,45 9,00
BS 0,76 1 3,87 1,00 2,28 7,00 9,00
BTj 0,23 0,26 1 0,33 0,20 3,87 5,00
BPgr 0,23 1,00 3,00 1 0,29 5,00 5,00
BPgt 0,76 0,44 5,00 3,41 1 6,44 7,00
J 0,13 0,14 0,26 0,18 0,16 1 1,00
PH 0,11 0,11 0,20 0,20 0,14 1,00 1
Jumlah 3,22 4,27 17,73 10,53 5,39 31,76 37,00

Menetapkan bobot prioritas kriteria dengan menentukan eigenvector

Tabel 6. Menetapkan bobot prioritas kriteria dengan menentukan eigenvector


Bobot Prioritas
Kriteria BB BS BTj BPgr BPgt J PH Jumlah
(e.v)
BB 0,31 0,31 0,25 0,42 0,24 0,23 0,24 2,01 0,2868 28,68 %
BS 0,24 0,23 0,22 0,09 0,42 0,22 0,24 1,67 0,2387 23,87 %
BTj 0,07 0,06 0,06 0,03 0,04 0,12 0,14 0,51 0,0733 7,33 %
BPgr 0,07 0,23 0,17 0,09 0,05 0,16 0,14 0,92 0,1309 13,09 %
BPgt 0,24 0,10 0,28 0,32 0,19 0,20 0,19 1,52 0,2174 21,74 %
J 0,04 0,03 0,01 0,02 0,03 0,03 0,03 0,19 0,0278 2,78 %
PH 0,03 0,03 0,01 0,02 0,03 0,03 0,03 0,18 0,0251 2,51 %
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 7 1 100 %

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh prioritas kriteria sebagai berikut:


Prioritas pertama : BB = 28,68 % Priotitas kelima : BTj = 7,33 %
Prioritas kedua : BS = 23,87 % Prioritas keenam: J = 2,78 %
Prioritas ketiga : BPgt = 21,74 % Prioritas ketujuh: PH = 2,51%
Prioritas keempat : BPgr = 13,09 %

Mengukur konsistensi logis dengan menguji CI dan CR

134
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Mencari nilai Vektor [A] = Matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas

Tabel 7. Nilai vektor komponen saluran sekunder


Matrik Awal Vektor
Bobot Prioritas
Kriteria BB BS BTj BPgr BPgt J PH [A]
BB 1 1.32 4.40 4.40 1.32 7.45 9.00 0.2868 2.22
BS 0.76 1 3.87 1.00 2.28 7.00 9.00 0.2387 1.79
BTj 0.23 0.26 1 0.33 0.20 3.87 5.00 0.0733 0.52
BPgr 0.23 1.00 3.00 1 0.29 5.00 5.00 0.1309 0.98
BPgt 0.76 0.44 5.00 3.41 1 6.44 7.00 0.2174 1.71
J 0.13 0.14 0.26 0.18 0.16 1 1.00 0.0278 0.20
PH 0.11 0.11 0.20 0.20 0.14 1.00 1 0.0251 0.18

a. Mencari nilai vektor B


…………………………………………………… ……….…….(1)

b. Mencari Maximum Eigenvalue


………………………………………………...(2)

c. Mengukur Consistency Index (CI)


……………………………………………………….............................(3)

d. Random Index (RI)


Pada kinerja saluran sekunder komponen penyusun didapat 7 komponen, berdasarkan jumlah
komponen yang ada maka didapat Random Index (RI) 1,32.

Tabel 8. Indeks Konsisten Random


Urutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Matriks
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Sumber: Saaty dalam Marsono (2020)

e. Mengukur Consistency Ratio (CR)


……………....…………………………………………………..……….. (4)

Nilai CR = 5,9% ≤ 10%, maka kekonsistenan dapat diterima (valid).

135
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Distribusi Bobot Komponen

KINERJA SALURAN
SEKUNDER

BB BS BTj BPgr BPgt J PH


28.68% 23.87% 7.33% 13.09% 21.74% 2.78% 2.51%

Gambar 3. Distribusi Bobot Komponen

Pembobotan Kriteria Penilaian dan Kondisi Saluran Sekunder


Setelah melakukan pembobotan, maka dilakukan perhitungan kinerja Saluran Sekunder
Kedunggupit Kulon berdasarkan data dari hasil penelitian di lapangan:

Perhitungan Kondisi Komponen Kinerja Saluran Sekunder Bendung Kedunggupit Kulon

Tabel 9. Kondisi Komponen Kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon


Kerusakan Bobot AHP Kerusakan Komponen
No. Komponen
(%) (%) (%)
1 Bangunan Bagi 18 28,68 5,16
2 Bangunan Sadap 35 23,87 8,35
3 Bangunan Terjunan 20 7,33 1,47
4 Bangunan Penguras 21 13,09 2,75
5 Bangunan Pengatur 19 21,74 4,13
6 Jembatan 14 2,78 0,39
7 Patok Hektometer 12 2,51 0,30
Total Bobot 100 22,55

Berdasarkan perhitungan kondisi komponen kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon didapat
bahwa kondisi kerusakan Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon sebesar 22,55%. Dari hasil perhitungan,
Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon saat ini dalam keadaan RUSAK SEDANG.
Perhitungan Keberfungsian Komponen Kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon

Tabel 10. Keberfungsian Komponen Kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon


Fungsi Komponen
No. Komponen Fungsi (%) Bobot AHP (%)
(%)
1 Bangunan Bagi 82 28,68 23,52
2 Bangunan Sadap 65 23,87 15,51
3 Bangunan Terjunan 80 7,33 5,87
4 Bangunan Penguras 79 13,09 10,34
5 Bangunan Pengatur 81 21,74 17,61
6 Jembatan 86 2,78 2,39
7 Patok Hektometer 88 2,51 2,21
Total Bobot 100 77,45

Berdasarkan perhitungan kondisi keberfungsian kinerja Saluran sekunder Kedunggupit Kulon


didapat bahwa kinerja keberfungsian Saluran Sekunder sebesar 77,45%. Sehingga dapat disimpulkan
keberfungsian komponen Saluran Sekunder dalam keadaan CUKUP.

KESIMPULAN
Hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

136
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1. Hasil analisis yang dilakukan didapat bobot komponen kinerja saluran sekunder berdasarkan kondisi
kerusakan sebesar; bangunan bagi 5,16%, bangunan sadap 8,35%, bangunan terjunan 1,47%,
bangunan penguras 2,75%, bangunan pengatur 4,13%, jembatan 0,39% dan patok hektometer 0,30%.
2. Didapat kondisi komponen kinerja Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon mengalami kerusakan
komponen dengan total bobot sebesar 22,55%. Sesuai dengan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015,
persentase kerusakan 21% - 40% mengalami kondisi RUSAK SEDANG dengan uraian aset pada
kondisi parah, pelayanan masih dapat dilakukan dan membutuhkan pemeliharaan cukup besar.
Sedangkan fungsi kinerja komponen Saluran Sekunder Kedunggupit Kulon sebesar 77,45%. Sesuai
dengan Permen PUPR No. 23/PRT/M/2015, persentase keberfungsian 80% - 40% sehingga dapat
disimpulkan keberfungsian komponen aset dalam keadaan CUKUP.
3. Pembobotan dilakukan dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk menentukan
hubungan antara komponen kinerja saluran sekunder. Hasil Pembobotan yang didapat, prioritas yang
terbesar yaitu Bangunan Bagi Sebesar 28,68 % dan prioritas terkecil yaitu Patok Hektometer sebesar
2,51%.
4. Perlu dilakukan pemeliharaan rutin, perbaikan dan penggantian pada beberapa komponen Saluran
Sekunder Kedunggupit Kulon agar Kinerja Saluran Sekunder ditinjau dari fungsi komponen CUKUP
menjadi BAIK, sedangkan ditinjau dari kondisi komponen RUSAK SEDANG menjadi BAIK.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Sumber Daya Air. 2013. Standar Perencanaan Irigasi KP-01. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum Dirjen Sumber Daya Air.
Humaidi, A. I., & Anwar, S. 2020. Analisis Kinerja Irigasi di Saluran Induk Cipelang Dengan Metode
AHP (Analytical Hierarchy Process). Jurnal Konstruksi, 5(2).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2019. Modul Pengenalan Sistem Irigasi. Jakarta:
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Khusnudin, Anwar. 2020. Analisis Kinerja Jaringan Irigasi Bendung Kedung Glagah Kabupaten
Purworejo. Skripsi, Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Marsono. 2020. Penggunaan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Penelitian. Bogor: iN
Media.
Mulyono S. 2004. Riset Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015. 2015. Eksploitasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 23/PRT/M/2015. 2015. Pengelolaan
Aset Irigasi. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Prayogi, K. 2015. Model penetapan Prioritas Rehabilitasi Bendung Berbasis Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus di Wilayah Kerja UPT Pengairan Kalisat Kabupaten
Jember). Jember: Universitas Jember.
Putra, B. M. 2016. Desain Kriteria Penilaian Kondisi Sungai Berdasarkan Aspek Struktur Bangunan
(Studi Kasus Sungai Pepe Baru Surakarta). Jurnal Teknik Sipil , 279-290.
Rizal, M. 2020. Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Peminatan Dengan Metode AHP Berbasis
Web Pada Prodi Pendidikan Teknik Informasi. Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Rizalihadi, M., Fauzi, A., & Tanzil, R. (2012). Analisa Efisiensi Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Pandrah
Kabupaten Bireuen. Jurnal Teknik Sipil, 1(3), 279-290.
Suryadi, K., & Ramdhani, A. 2000. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahyudi, Muhammad. 2017. Analisa Kinerja Bendung Berdasarkan Aspek Fungsi Struktur Bangunan
(Studi Kasus Bendung Pekatingan). Skripsi, Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

137
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KEKUATAN LATERAL DINDING COLD-FORMED STEEL STRAP BRACED


PADA RUMAH INSTAN SEHAT BAJA RINGAN (RISBARI)

Abdul Kadir1*, Iman Satyarno2, Ali Awaludin3


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2,3
Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Sleman, Daerah Instimewa Yogyakarta 55281
*
Email: abdul.k@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Gempa bumi merupakan salah satu bencana terbesar di Indonesia karena kerusakan yang ditimbulkan,
terutama kerusakan pada bangunan Non-Engineered Buildings, sehingga dibutuhkan sistem yang dapat
meminimalkan kerusakan tersebut. RISBARI, hunian rumah tinggal tahan gempa dengan sistem modular
dinding rangka Cold-Formed Steel (CFS). Dinding rangka CFS didesain menggunakan strap braced
yang berfungsi sebagai mekanisme dalam menahan gaya lateral. Studi eksperimental dilakukan pada
spesimen/dinding CFS strap braced dengan dan tanpa penutup/sheathing menggunakan metode
pengujian quasi-static monotonic. Hasil eksperimental hubungan beban dan perpindahan lateral pada
dinding CFS strap braced dengan penutup/sheathing mengalami peningkatan kekakuan awal, beban
yield, beban ultimate dengan masing-masing nilai sebesar 200,00%, 103,38%, 128,87% terhadap
dinding rangka CFS strap braced tanpa penutup/sheathing. Ultimate drift ratio dinding CFS strap
braced dengan penutup/sheathing sebesar 3,13% dan tanpa penutup/sheathing sebesar 2,95%.
Pembesaran lubang/bearing dan patah/fracture pada material GRC board merupakan kegagalan yang
terjadi pada dinding CFS strap braced dengan penutup/sheathing, dan penurunan kekuatan dinding
disebabkan tumpu lubang/hole bearing pada daerah sambungan hold-down dan bottom track, sehingga
diperlukan modifikasi geometri terhadap pelat sambung hold-down. Jungkit/tilting pada screw
merupakan kegagalan yang terjadi pada dinding CFS strap braced tanpa penutup/sheathing, dan
penurunan kekuatan dinding disebabkan sobek/tear-out pada elemen flens dari bottom track, sehingga
diperlukan jarak screw yang optimum.

Kata kunci: cold-formed steel, strap braced, quasi-static monotonic, risbari

PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir telah terjadi gempa bumi di beberapa wilayah Indonesia, meliputi:
Yogyakarta dan Jawa Tengah M6,3(2006), Lombok M7,0 dan Palu M7,4 (2018). Dampak dari kejadian
tersebut menyebabkan kerusakan pada rumah tinggal sederhana atau Non-Engineered Buildings (NEB)
baik kondisi ringan, sedang maupun berat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa pada dasarnya dapat
dihindari jika rumah dibangun dengan benar dan mengikuti konsep desain rumah yang tahan gempa.
Rumah Instan Sehat Baja Ringan (RISBARI) merupakan perwujudan sebagai hunian rumah tinggal
tahan gempa yang diperuntukan sebagai pemenuhan rekonstruksi rumah tinggal bagi masyarakat yang
terkena dari dampak bencana gempa bumi. Menurut Awaludin (2019), RISBARI terbuat dari Cold-
Formed Steel (CFS) yang didesain menggunakan Strap Braced Wall System dengan ukuran (6 x 5 m) dan
tinggi bangunan 3 m, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Konstruksi bangunan RISBARI dengan CFS merupakan suatu alternatif praktis untuk
meminimalkan penggunaan struktur dari beton atau baja konvesional yang digunakan sebagai main frame
bangunan, terutama material CFS memiliki nilai strength/weight ratio yang tinggi sehingga dapat
memberikan keandalan yang baik terhadap bahaya seismik. Selain itu, RISBARI memiliki kemudahan
dan lebih cepat dalam konstruksi pembangunannya, sehingga dapat menjadi solusi sebagai rumah tahan
gempa dalam proses percepatan rekonstruksi bangunan rumah tinggal bagi masyarakat. Kualitas
teknologi RISBARI secara engineering terjamin dan memiliki kecukupan yang memadai, namun untuk
menjamin integritas dari struktur bangunan perlu dilakukan studi lebih lanjut, yaitu studi eksperimental
terhadap sistem modular dinding rangka Cold-Formed Steel strap braced dari bangunan RISBARI.
Dinding rangka CFS strap braced pada konstruksi RISBARI selain difungsikan sebagai pelindung
konstruksi bangunan baik secara eksterior maupun interior, juga didesain untuk dapat memberikan
ketahan lateral terhadap gaya gempa. Studi eksperimental menggunakan metode pengujian quasi-static

138
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

monotonic yang diaplikasikan pada spesimen/dinding, dengan tujuan: untuk mengetahui besar simpangan
yang terjadi, tingkat daktalitas, kekakuan elastis, energi disipasi dan pola kerusakan yang terjadi pada
spesimen.
Beberapa penelitian eksperimental tentang kinerja dinding dengan rangka Cold-Formed Steel (CFS)
telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, hal ini ditinjau untuk menetapkan sebagian ruang
lingkup dan metode studi yang akan diterapkan dalam penelitian ini.
Pan dan Shan (2010), melakukan penelitian terhadap dinding menggunakan rangka Cold-Formed
Steel (CFS) dengan dan tanpa penutup/sheathing, pengujian dilakukan terhadap spesimen dengan ukuran
full-size dan half-size dengan ukuran masing-masing yaitu (2400 x 2400 mm) dan (1265 x 2400 mm) .
Material sheathing terdiri dari 3 jenis meliputi; gypsum board, calcium silicate board dan oriented-strand
board dengan ketebalan setiap sheathing yaitu 9 mm dan 12 mm. Berdasarkan hasil pengujian quasi-
static monotonic yang dilakukan, spesimen dengan full-size frame dengan dua sisi sheathing memiliki
performance ultimit tertinggi, sedangkan rangka dinding tanpa sheathing memiliki performance terendah,
selain itu kemampuan pada rangka dinding dengan sheathing meningkat dengan bertambahnya ketebalan
dari material sheathing tersebut.
Nie dkk. (2020), melakukan investigasi terhadap dinding dengan frame Cold-Formed Steel (CFS).
Dalam penelitian menggunakan tipe sheathing yang berbeda, yaitu; gypsum board dan oriented-strand
board. Berdasarkan hubungan beban dan perpindahan lateral dari spesimen akibat pengujian quasi-static
monotonic, hasil pengujian menunjukkan bahwa jenis material sheathing sangat mempengaruhi
kemampuan dinding dengan rangka CFS, dimana dinding dengan sheathing dua sisi lebih baik
dibandingkan dinding dengan sheathing hanya pada satu sisi.
Penelitian bangunan RISBARI telah dilakukan oleh Awaludin (2019), namun penelitian tersebut
belum mengkaji akan kekuatan lateral dari dinding CFS. Berdasarkan referensi tersebut, sehingga penulis
melakukan studi eksperimental terhadap sistem dari dinding CFS strap braced dengan dan tanpa
penutup/sheathing yang terdiri dari dua ketebalan material penutup/sheathing yang berbeda.

a) b)

Gambar 1. Bangunan RISBARI: a) Struktur bangunan, b) Penerapan dilapangan


(Dokumen usulan RISBARI, 2019)

METODE PENELITIAN
Perencanaan Spesimen
Perencanaan spesimen yang digunakan dalam studi eksperimental yaitu sebagian modular dinding
rangka CFS strap braced dari total 16 modular dinding yang terdapat pada bangunan RISBARI. Studi
eksperimental dilakukan pada modular dinding eksterior (E06). Gambar 2.a menunjukkan lokasi dari
dinding/spesimen. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan, meliputi: a) Dinding terdiri dari dua
ketebalan material penutup/sheathing yang berbeda. b) Pemasangan strap braced hanya pada satu segmen
yaitu hubungan antara double stud, immediate stud dan bottom track. Selain itu, posisi dinding/spesimen
berada dibagian sudut dari bangunan yang memungkinkan terjadinya expanshive demage pada struktur
dinding akibat dari gaya lateral yang terjadi. c) Ketersedian space atau tempat pengujian. Diharapkan dari
lokasi dinding/spesimen yang dipilih dapat menggambarkan prilaku dari keselurahan modular dinding
dari bangunan RISBARI. Total dua (2) buah spesimen akan dilakukan pengujian quasi-static monotonic,
yaitu: dinding tersusun atas frame dan strap braced (X) tanpa penutup/sheathing (C75–0–0–0–X-N) dan

139
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dinding tersusun atas frame dan strap braced (X) dengan penutup/sheathing (C75–6–8–30–X–W). Kedua
dinding berukuran full-size (1500 x 3000 mm) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Spesimen
menggunakan profil lip-channel C75.75.0,75 dengan nilai Fy 649,30 MPa dan Fu 661,64 Mpa [Dokumen
Usulan RISBARI, 2019] yang diperuntukan sebagai frame dan flat steel strap ukuran (28 x 1 mm)
diperuntukan sebagai strap braced (X), sedangkan penutup/sheathing pada sisi depan (exterior)
menggunakan GRC timberplank dengan ketebalan 8 mm dan pada sisi belakang (interior) menggunakan
GRC board dengan ketebalan 6 mm. Dalam perakitan spesimen, semua frame (stud, struts, track dan
strap braced) dihubungkan dan dirakit menggunakan SDS-truss screw (12-14x20), sedangkan frame dan
penutup/sheathing dihubungkan dengan menggunakan alat sambung SDS-calci screw (#6 x 1½”) dengan
jarak pemasangan yaitu 30 cm. Pada daerah hold-down hubungan frame diperkuat dengan pelat sambung
berupa L bracket dengan ketebalan 1,5 mm (galvanis coating), sehingga diharapkan tidak terjadi
kegagalan pada daerah tersebut selama pengujian dilakukan.

Lokasi
spesimen

b)

a) c)

Gambar 2. a) Lokasi spesimen, b) Lip-channel profile, c) Pelat sambung hold-down


(Dokumen detail engineering design RISBARI, 2019)
Top track Top track
Diagonal strut Diagonal strut
Immediate track
Immediate track
GRC board
End stud
Immediate stud Immediate stud
End stud Strap braced
GRC timberplank
Strap braced
Hold-down Hold-down

Bottom track Bottom track


Double stud Double stud

a) b)

Gambar 3. Detail rangka dinding CFS: a) Tanpa sheathing, b) Dengan sheathing

Instrumentasi dan Set-up Pengujian


Instrumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari setiap pengujian spesimen, meliputi;
perpindahan lateral dan besarnya gaya yang diberikan. Pengukuran perpindahan arah lateral (arah
horizontal) disisi ujung atas spesimen menggunakan LVDT dengan panjang guage yaitu 100 mm, hal ini
dilakukan karena sangat dimungkinkan perpindahan dalam arah lateral sangat besar, juga dipasang LVDT
arah vertikal dengan panjang guage yaitu 50 mm pada daerah dekat tumpuan. Dalam pengujian yang

140
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dilakukan menggunakan frame load dengan kapasitas 80 Ton. Sebuah hydraulic jack berkapasitas 5 Ton
dan load cell dengan kapasitas serupa digunakan untuk memberikan pembebanan quasi-static monotonic
pada spesimen yang terpusat pada sisi ujung atas spesimen. Keseluruhan data dari LVDT dan load cell
akan terekam dalam instrument data logger TS 303 yang dilengkapi dengan 10 channel data. Selama
pengujian, pergerakan pada bagian sisi (interior dan eksterior) dicegah dengan lateral support frame dan
tidak ada beban vertikal yang diterapkan pada bagian atas spesimen. Spreader ditempatkan pada bagian
atas spesimen, sehingga diharapkan distribusi gaya lateral yang diaplikasikan dapat menyebar keseluruh
bagian dari dinding dan tidak hanya terkonsentrasi pada satu bagian titik sudut saja. Set-up pengujian
diilustrasikan seperti pada Gambar 4. Pengujian spesimen dilakukan dengan pembebanan quasi-static
monotonic melalui load control system hingga pembebanan memberikan penurunan kekuatan maksimal
20%.

Hydraulic Jack Spreader

Load Cell LVDT.H

Frame Load
Lateral Support
Speciment
LVDT.V LVDT.H
Support beam LVDT.H
connection
Support Beam Rigid floor

Gambar 4. Set-up pengujian spesimen

Landasan Teori
Prosedur pembebanan quasi-static monotonic berdasarkan aturan ASTM-E2126 (2011). Dalam hal
ini beberapa parameter yang ditinjau dalam studi, meliputi; besarnya nilai Pyield, Ppeak, Pultimate, Δyield, Δpeak,
Δultimate, Kekakuan elastis (Ke), Energi Disipasi (ED), daktalitas (μ) dan tipe kegagalan yang terjadi.
Gambar 5, menunjukkan idealisasi kurva elatic-plastic yang merupakan suatu luasan pendekatan dari
kurva hubungan antara beban dan perpindahan lateral dari kurva envelope.

Ke
1

Gambar 5. Equivalent Energy Elastic-Plastis (EEEP) curve (ASTM E2126-11)


Kekakuan Elastis (Ke)
Bagian dari kurva elastis-plastis yang memiliki garis dengan kemiringan yang hampir sama dan juga
bisa tidak sama dengan kemiringan kurva envelope, diartikan sebagai nilai dari kekakuan geser elastis

141
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ekivalen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Menurut ASTM E2126 (2011), memberikan
persamaan (1) untuk nilai dari kekakuan geser elastis ekivalen (Ke) sebagai berikut.

0,4 Ppeak
Ke  (1)
e
dengan :
Ke = Kekakuan geser elastis ekivalen (kN/mm)
0,4 Ppeak = Beban pada saat 40% dari beban puncak (kN)
e = Perpindahan elastis spesimen pada 0,4Ppeak

Beban Yield (Pyield) dan Beban Ultimate (Pultimate)


Menurut ASTM E2126 (2011), pasal 9.1.4 dan merujuk pada Gambar 5, memberikan persamaan (2)
untuk beban yield (Pyield) akibat pembebanan quasi-static monotonic, sedangkan penentuan beban ultimate
(Pultimate) dan perpindahan ultimate (Δultimate) ditentukan saat terjadi penurunan beban maksimal 20% dari
beban puncak/beban maksimal (Ppeak).

 2 A 
Pyield    2
 Ke (2)
 u u
K e 

dengan :
Pyield = Beban yield (kN)

ultimate = Perpindahan ultimate (mm)


A = Luas dibawah kurva envelope dari zero-point ke perpindahan ultimate
dari spesimen (kN-mm)
Ppeak = Beban absolut maksimum yang ditahan oleh spesimen (kN)

e = Perpindahan elastis spesimen pada 0,4Ppeak (mm)


Ke = Kekakuan geser elastik ekivalen (kN/mm)
2
Jika, ultimate < 2A/Ke, maka Pyield = 0,85 Pyield (kN)

Perpindahan Yield (Δyield)


Besaran nilai perpindahan yield (Δyield) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Dapat diperoleh
setelah nilai beban yield (Pyield) dan kekakuan geser elastis ekivalen (Ke) telah diketahui, menurut ASTM
E2126 (2011), memberikan persamaan (3) sebagai berikut.
Pyield
yield  (3)
Ke
dengan :
yield = Perpindahan yield (mm)
Pyield = Beban yield (kN)
Ke = Kekakuan geser elastik ekivalen (kN/mm)

Daktalitas Perpindahan
Menurut ASTM E2126 (2011), rasio daktalitas dapat diperoleh dari perbandingan perpindahan
ultimate (Δu) struktur saat penurunan beban maksimal 20% dari beban puncak/ maksimal (Ppeak) terhadap
perpindahan yield (Δyield).

142
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

D  ultimate
(4)
yield

dengan :
D = Daktalitas perpindahan
ultimate = Perpindahan ultimate (mm)

yield = Perpindahan yield (mm)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kurva Hubungan Beban dan Perpindahan Lateral
Besaran nilai hubungan beban dan perpindahan lateral dari spesimen ditunjukkan pada Gambar 6.
Menurut ASTM E2126 (2011), model equivalent energy elastic-plastic (EEEP) curve digunakan untuk
mengekstrak parameter dari spesimen, dan nilai parameter spesimen dari model EEEP curve ditampilkan
pada Tabel 1. Menurut Monika (2017), Energi Disipasi (ED) dari spesimen didapatkan berdasarkan luas
dibawah kurva (A) yang didefinisikan sebagai luasan kurva envelope mulai dari titik zero (0) hingga
ultimate displacement (Δultimate). Berikut merupakan observasi yang dibuat berdasarkan pengujian quasi-
static monotonic melalui prilaku hubungan beban dan perpindahan lateral spesimen adalah sebagai
berikut.
a). Kekakuan awal dari kedua spesimen memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pada tahap ini
kekakuan dari kedua spesimen ditentukan berdasarkan elastic displacement (Δ0,4Ppeak).
b). Energi Disipasi (ED) dari dinding C75–6–8–30–X–W mengalami peningkatan sebesar 141,73%
terhadap dinding C75–0–0–0–X-N.
c). Daktalitas yang diberikan dinding C75–6–8–30–X–W lebih baik dibandingkan dinding C75–0–0–0–
X-N, menurut FEMA 306, besaran nilai daktalitas dinding C75–6–8–30–X–W dikategorikan
sebagai daktalitas menengah.
d). Nilai ultimate drift ratio (DRultimate) dinding C75–6–8–30–X–W sebesar 3,13% dan dinding C75–0–
0–0–X-N sebesar 2,95%. Selain itu, terjadi peningkatan beban yield (Pyield) sebesar 103,38% dan
beban ultimate (Pultimate) sebesar 128,87% pada dinding C75–6–8–30–X–W terhadap dinding C75–0–
0–0–X-N.
e). Kekuatan dari kedua spesimen menurun seketika setelah mencapai beban peak (Ppeak). Disebabkan
adanya kegagalan tumpu lubang/hole bearing pada daerah hubungan hold-down dan bottom track
yang terjadi pada dinding C75–6–8–30–X–W, sedangkan dinding C75–0–0–0–X-N terjadi
kegagalan sobek/tear-out pada elemen flens dari bottom track di daerah sambungan bottom track dan
strap braced.

Tabel 1. Parameter model EEEP curve dari spesimen terhadap pengujian quasi-static
monotonic
Ke ED Pyield Ppeak Pultimate
Spesimen
(kN/mm) (kN-mm) (kN) (kN) (kN)
C75–0–0–0–X-N 0,07 214,01 3,25 3,55 2,84
C75–6–8–30–X–W 0,21 517,33 6,61 8,12 6,50

Tabel 1. (lanjutan)
Δyield Δpeak Δultimate
Spesimen μ Jenis Kegagalan
(mm) (mm) (mm)
C75–0–0–0–X-N 45,54 86,76 88,65 1,95 T + TO
C75–6–8–30–X–W 31,45 88,54 94,02 2,99 B+F+H

143
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Drift (%)
0 1 2 3 4 5
9 160
Hole Bearing Ppeak Envelope: C75–0–0–0–X-N
8 Fracture 140
Pyield Envelope: C75-6-8-30-X-W
7 EEEP: C75–0–0–0–X-N 120
Pultimate EEEP: C75-6-8-30-X-W
6 100
Force (kN)

%Drift-Ult.-C75-0-0-0-X-N
5 Bearing %Drift-Ult.-C75-6-8-30-X-W
0,4Ppeak Ppeak 80
4 Pyield
3 Pultimate 60
2 40
Tilting Tear-Out
1 0,4Ppeak 20
0 0
0 20 40 60 80 100 120 140
Displacement (mm)

Gambar 6. Hubungan beban–perpindahan lateral spesimen akibat quasi-static monotonic

a) b) c)

d) e)

Gambar 7. Jenis kegagalan: a) Tilting, b) Tear-out, c) Bearing, d) Fracture, e) Hole bearing

Jenis Kegagalan
Berdasarkan hasil eksperimental dengan pengujian quasi-static monotonic, jenis kegagalan yang di
observasi pada spesimen adalah sebagai berikut.
a). Jungkit/tilting pada SDS-truss screw (T): Kegagalan terjadi pada dinding C75–0–0–0–X–W di
daerah sambungan immediate stud dan strap braced seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.a
dengan nilai drift ratio yaitu 2,11%. Kegagalan disebabkan karena screw mengalami kemiringan
yang merusak bagian dari pelat immedate stud dan menimbulkan pembesaran lubang atau bearing
condition akibat rotasi yang ditimbulkan dalam mekanisme geser selama menahan gaya aksial tarik
yang diberikan oleh flat-braced.
b). Sobek/tear-out (TO) pada bottom track: Kegagalan sobek/tear-out ditemukan pada dinding C75–0–
0–0–X–W di daerah sambungan bottom track dan strap braced seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7.b dengan nilai drift ratio yaitu 2,89% . Dimana elemen flens dari bottom track sobek dari
lubang baut menuju ujung dari flens akibat dari gaya axial tarik yang ditimbulkan oleh srap braced.
c). Pembesaran lubang/bearing (B) pada material penutup/sheathing: SDS-calci screw digunakan untuk
menghubungkan material sheathing pada frame CFS dari dinding C75–6–8–30–X–W. Gaya yang
terjadi pada spesimen ditransfer diantara frame dan SDS-calci screw ke material sheathing selama
kondisi pembebanan quasi-static monotonic. Observasi dilakukan pada daerah SDS-calci screw dan
sheathing, dimana sangat jelas terdapat deformasi pada daerah tersebut, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 7.c dengan nilai drift ratio yaitu 1,71%. SDS-calci screw mentransfer gaya eksternal ke

144
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

material sheathing (GRC board), sehingga menimbulkan adanya konsentrasi tegangan dan
menghancurkan sheathing yang terhubung pada bottom track, sehingga menyebabkan pembesaran
lubang/bearing pada material sheathing.
d). Patah/fracture (F) pada material penutup/sheathing: Patah/fracture ditemukan pada dinding C75–6–
8–30–X–W seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.d dengan nilai drift ratio yaitu 2,18%.
Berdasarkan observasi terhadap spesimen, lokasi patah/fracture tidak berada pada area tengah dari
sheathing (GRC board), hal ini disebabkan karena dinding tidak hanya menahan geser, namun juga
ada tambahan compression atau tension karena aksi momen yang timbul.
e). Tumpu lubang/hole bearing (H) pada hold-down dan track: Hole bearing ditemukan pada dinding
C75–6–8–30–X–W seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.e dengan nilai drift ratio yaitu 3,12%.
Pada daerah pelat penyambung hold-down dan bottom track yang berada pada sisi pembebanan
mengalami deformasi tekuk/bending yang signifikan sehingga menyebabkan kegagalan tumpu
lubang/hole bearing pada spesimen. Deformasi atau kegagalan seperti ini tidak diharapkan, karena
mengurangi kekuatan keseluruhan dari dinding dan mengakibatkan pergeseran lateral yang
berlebihan tanpa memanfaatkan keseluruhan kapasitas dari dinding.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian quasi-static monotonic yang dilakukan, kekuatan dari kedua
spesimen/dinding menurun seketika setelah mencapai beban peak (Ppeak). Hal ini disebabkan karena
kegagalan tumpu lubang/hole bearing di daerah sambungan hold-down dan bottom track yang terjadi
pada dinding C75–6–8–30–X–W, dan kegagalan sobek/tear-out pada elemen flens dari bottom track di
daerah sambungan bottom track dan strap braced yang terjadi pada dinding C75–0–0–0–X–W.
Kegagalan tumpu/hole bearing dapat diminimalisir dengan meningkatkan kekuatan dari pelat sambung
hold-down yaitu dengan memodifikasi geometri atau menggunakan pelat yang lebih tebal. Sedangkan
kegagalan sobek/tear-out dapat dicegah dengan menggunakan nilai jarak screw yang optimum pada
daerah sambungan. Terjadinya pembesaran lubang/bearing dan patah/fracture dari penutup/sheathing
merupakan observasi lain yang dijumpai pada dinding C75–6–8–30–X–W, kegagalan terjadi pada daerah
sisi belakang (interior) dari dinding dengan material penutup/sheathing berupa GRC booard (6 mm).
Sehingga dapat menjadi perhatian terutama pada ketebalan dan jenis material dari penutup/sheathing
untuk menghindari terjadinya kegagalan yang serupa. Hubungan beban dan perpindahan lateral
menunjukkan bahwa beban yied (Pyield) dan beban ultimate (Pultimate) dari dinding C75–6–8–30–X–W
mengalami peningkatan yang signifikan terhadap dinding C75–0–0–0–X–W. Adapun ultimate drift ratio
(DRultimate) dari kedua spesimen yaitu sebesar 3,13% pada dinding C75–6–8–30–X–W dan 2,95% pada
dinding C75–0–0–0–X-N.

DAFTAR PUSTAKA
ASTM-E2126, 2011, Standart test methods for cyclic (reserved) load test for shear resistance of vertikal
elements of the lateral force resisting systems for buildings, Copyright. (C) ASTM Internasional, PO
Boc C-700 West Conshohocken, Pennsylvania 19428-2959, United States.
Awaludin, A., 2019, RISBARI: An alternative house model for the 2018 lombok earthquake affected
people, IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 849:012069.
Monika, F., Awaludin, A., 2017, Studi kuat geser panel kayu vertikal dengan perkuatan single bracing
tulangan baja akibat pembebanan monotonik, Jurnal Rekayasa Sipil, Vol.6, No.2.
Nie, S., Zhou, T., Zhang, Y., Zhang, B., Wang, S., 2020, Investigation on the design method of shear
strength and lateral stiffness of the cold-formed steel shear wall, Hindawi, Journal of Mathematical
Problems in Engineering, Vol.2020, Article ID 8959712, https://doi.org/10.1155/2020/8959712.
Pan, C-L. dan Shan, M-Y., 2010, Monotonic shear tests of cold-formed steel wall frames with sheathing,
Journal of Thin-Walled Structures, Vol.49 (2011), Hal.363-370.

145
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN JARINGAN


IRIGASI BENDUNG KEDUNG GLAGAH

Agung Setiawan1*, Anwar Khusnudin2


1,2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.3, Purworejo, Jawa Tengah
*
Email: agungsetiawan@umpwr.ac.id

Abstrak
Sektor pertanian merupakan sektor utama yang mendukung perekomian Kabupaten Purworejo. Kinerja
jaringan irigasi yang memadai membutuhkan pemeliharan dan perbaikan berkelanjutan. Keterbatasan
dana Kabupaten Purworejo menjadi kendala dalam pemeliharan dan perbaikan, sehingga diperlukan
prioritas pemeliharan jaringan irigasi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan indeks kinerja Saluran
Sekunder Kragilan dan menentukan prioritas perbaikan.Evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015.
Metode penelitian dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara dengan petugas Unit Pelaksana
Teknis (UPT) PUPR Loano Kabupaten Purworejo untuk mendapatkan data kondisi prasarana fisik
Saluran Sekunder Kragilan. Dari data yang diperoleh, dibuat evaluasi kondisi dan keberfungsian
dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil evaluasi kondisi Saluran Sekunder Kragilan menunjukkan rusak sedang, aspek keberfungsian baik.
Saluran memerlukan perbaikan dan pemeliharan berkala. Skala prioritas perbaikan komponen saluran
adalah bangunan sadap, bangunan ukur dan penguras.

Kata kunci: Analytical Hierarchy Process (AHP), Kinerja Saluran Sekunder Kragilan, Skala Prioritas

PENDAHULUAN
Bendung Kedung Glagah merupakan salah satu dari beberapa bendung di Kabupaten Purworejo
yang berlokasi di Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Bendung ini
dibangun melintang pada Sungai Kali Jali untuk mengaliri Daerah Irigasi (D.I) Loning – Kragilan, lahan
yang dialiri seluas 1.390 Ha terdiri dari Desa Kragilan, Desa Ngemplak, Desa Ngaglik serta beberapa
desa lainnya. Panjang saluran 17.100 M, terdiri dari Saluran Induk (Primer) dan Saluran Sekunder.
Sebagai bangunan irigasi struktur bangunan Saluran Sekunder Kragilan pada Bendung Kedung
Glagah ini dipengaruhi oleh kondisi alam yang tidak stabil pada daerah aliran, sehingga Saluran Sekunder
Kragilan pada Bendung Kedung Glagah harus didesain bertahan dalam jangka waktu yang lama dalam
kondisi yang ditentukan. Meskipun begitu, faktor-faktor eksternal pada Saluran Sekunder Kragilan yang
tidak diperkirakan dapat merusak struktur bangunannya. Sedangkan kondisi di lapngan saat ini sebagian
dinding saluran mengalami kerusakan yang cukup parah, sedangkan untuk komponen – komponen
saluran sekunder ada beberapa komponen atau sub komponen yang mengalami kerusakan seperti halnya
Lantai bangunan sadap jebol, papan duga muka air tidak terbaca, dan dinding runtuh. Karena kondisi
tersebut maka diperlukan suatu penilaian kondisi Saluran Sekunder berdasarkan struktur bangunannya,
sehingga dapat dilakukan sebuah penanganan yang tepat untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan
Saluran Sekunder Kragilan pada Bendung Kedung Glagah sebelum terjadi kerusakan bangunan secara
permanen.
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana kriteria kondisi dan
keberfungsian Saluran Sekunder Kragilan. Komponen bangunan apa yang mendapat prioritas perbaikan
dan pemeliharan berkala. Permasalahan tersebut dipecahkan dengan melakukan survei pengamatan
lapangan dan wawancara, selanjutnya dilakukan analisis hirarki perbaikan dan pemeliharaan.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Saluran Sekunder Kragilan pada Daerah Irigasi Loning –
Kragilan Jaringan Irigasi Bendung Kedung Glagah yang terletak di Desa Kragilan, Kecamatan Gebang,
Kabupaten Purworejo.

146
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Skema Jaringan Irigasi D.I Loning – Kragilan

Langkah Penelitian
a. Teknis Pengumpulan Data
Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat
dari dekat tentang kondisi jaringan irigasi. Teknik observasi dilakukan dengan cara pengambilan
dokumentasi yang didampingi oleh Petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kecamatan Loano dan
petugas lainnya. Data Saluran Sekunder Kragilan meliputi jenis bangunan yang ada di Saluran
Sekunder Kragilan. Data pengamatan fisik Saluran meliputi kondisi bangunan yang ada di Saluran
Sekunder Kragilan
Data sekunder diambil dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten
Purworejo dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kecamatan Loano. Data sekunder yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah Peta Jaringan Irigasi DI Bendung Kedung Glagah dan Bangunan DI
Bendung Kedung Glagah. Setelah data–data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh komponen bangunan Saluran Sekunder yang ada di Saluran Sekunder Kragilan pada
Bendung Kedung Glagah. Setiap komponen tersebut diolah untuk mengetahui kondisi kerusakan dan

147
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

fungsi Saluran Sekunder Kragilan pada Bendung Kedung Glagah, khususnya yang berkaitan dengan
kinerja Saluran Sekunder.
b. Analisis data
Analisis data dimulai dengan menyusun kriteria penilaian kinerja sistem irigasi berpedoman pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 dan hasil
kuisioner, melakukan evaluasi Penilaian Kinerja Saluran Sekunder Kragilan dengan menggunakan
kriteria penilaian kinerja sistem irigasi yang ditetapkan dengan pembobotan penilaian setiap aspek
dan indikatornya. Penilaian aspek kondisi prasarana fisik terdiri dari kondisi bangunan sadap,
bangunan ukur, bangunan penguras, bangunan terjunan, bangunan talang, mandi hewan dan
jembatan. Penilaian dilakukan dengan memberi nilai pada masing-masing kriteria yang telah disusun
berdasarkan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Penyusunan hirarki berdasarkan pendapat
bersama peneliti dengan pihak UPT (Unit Pelaksana Teknis) sebagai pihak ahli, untuk kemudian
diolah sesuai dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process).
Menurut (Srihadi Putri, dkk., 2015), langkah-langkah di dalam penerapan metode AHP sebagai
berikut.
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan -
sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan paling bawah. Pada
kriteria penilaian ini, perhitungan AHP digunakan pada komponen yang menyusun kinerja
Saluran Sekunder. Bobot yang diperoleh dari perhitungan AHP pada masing-masing komponen
kemudian dikalikan dengan bobot dari penilaian kondisi bangunannya. Semua bobot ditulis
dalam bentuk persentase (%).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
4. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan
data diulangi.
5. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen
merupakan bobot setiap elemen. Langkah selanjutnya proses iterasi tiap-tiap hirarki dalam
penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
6. Memeriksa konsistensi hirarki yang meliputi Consistency Vector (Vektor Konsisten), Lambda
Maksimum (λ), Consistency Indeks (CI), Random Index (RI), dan Consistency Ratio (CR). Nilai
Consistency Ratio (CR) nilainya harus kurang 10 persen.
7. Jika nilai CR lebih dari 10 persen, maka penilaian data harus diperbaiki tingkat kepentingan
suatu elemen dibandingkan elemen lainnya, melakukan perbandingan berpasangan, sehingga
diperoleh penilaian seluruhnya.
Komponen kinerja Saluran Sekunder Kragilan yang menunjang kinerja saluran tersebut terdiri dari
Bangunan Sadap, Bangunan Penguras, Bangunan Terjunan, Bangunan Ukur, Bangunan Talang,
Bangunan Mandi Hewan, dan Jembatan. Penilaia kondisi dan fungsi bangunan yang ada di Saluran
Sekunder Kragilan berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan. Hasil penilaian untuk
menentukan indek kinerja saluran irigasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi, sebagaimana pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini.

Tabel 1. Indeks Kondisi Sistem Irigasi


Kondisi Bangunan dan Nilai Kerusakan
Saluran (%)
Baik < 10
Rusak Ringan 10 - 20
Rusak Sedang 21 - 40
Rusak Berat > 40

148
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 2. Indeks Kinerja Sistem Irigasi


Indeks Kinerja Sistem Irigasi Nilai (%)
Sangat Baik 80 - 100
Baik 70 - 79
Kurang dan perlu perhatian 55 - 69
Jelek dan perlu perhatian < 55

HASIL DAN PEMBAHASAN


Distribusi Bobot Komponen Saluran Sekunder Kragilan
Hasil analisis hierarki menggunakan Metode AHP didapatkan distribusi bobot komponen pada
kriteria penilaian kinerja saluran sekunder.
Tabel 3. Distribusi Bobot Komponen Saluran Sekunder Kragilan
Komponen Saluran Bobot Nilai (%)
Bangunan Sadap 32,64
Bangunan Ukur 25,29
Bangunan Penguras 19,46
Bangunan Talang 8,57
Bangunan Terjunan 7,97
Bangunan Mandi Hewan 3,89
Jembatan 2,18

Penilaian kondisi Saluran Sekunder Kragilan


Setelah melakukan pembobotan, maka dilakukan perhitungan kinerja Saluran Sekunder Kragilan
berdasarkan data dari hasil penelitian dilapangan:
1. Perhitungan kondisi kerusakan komponen Saluran Sekunder Kragilan. Nilai kondisi kerusakan pada
komponen kinerja Saluran Sekunder Kragilan didapat perkalian antara presentase kerusakan
komponen Saluran Sekunder Kragilan dengan bobot kinerja komponen berdasarkan metode AHP.
Tabel 4. Kondisi Kerusakan Komponen Saluran Sekunder Kragilan
Kerusakan Bobot Nilai Kondisi
Komponen Saluran
(%) (%) Kerusakan (%)
Bangunan Sadap 42 32,64 13,71
Bangunan Ukur 25 25,29 1,95
Bangunan Penguras 10 19,46 1,28
Bangunan Talang 10 8,57 6,32
Bangunan Terjunan 16 7,97 0,86
Bangunan Mandi Hewan 73 3,89 2,84
Jembatan 13 2,18 0,28
Total 100,00 27,23

Berdasarkan perhitungan komponen kinerja Saluran Sekunder Kragilan didapat bahwa kondisi
kerusakan Saluran Sekunder Kragilan sebesar 27,23%. Dari hasil perhitungan, kondisi Saluran
Sekunder Kragilan saat ini dalam keadaan RUSAK SEDANG. Sesuai klasifikasi kondisi komponen
dan mengacu pada Per.Men PUPR No. 12/PRT/M/2015 di mana kondisi komponen Saluran
Sekunder Kragilan diantara 21%-40%. Dengan kondisi komponen aset di lapangan rusak sedang
aset membutuhkan pekerjaan pemeliharaan. Komponen Saluran Sekunder yang membutuhkan
prioritas perbaikan dan pemeliharaan adalah Bangunan Sadap dan Bangunan Talang.
2. Perhitungan Fungsi Komponen Kinerja Saluran Sekunder Kragilan.
Nilai Fungsi pada komponen kinerja Saluran Sekunder Kragilan didapat perkalian antara prosentase
kerusakan komponen Saluran Sekunder Kragilan dengan bobot kinerja komponen berdasarkan
metode AHP.

149
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 5. Kondisi Fungsi Kinerja Komponen Saluran Sekunder Kragilan


Fungsi Bobot Nilai Keberfungsiaan
Komponen Saluran
(%) (%) (%)
Bangunan Sadap 58 32,64 18,93
Bangunan Ukur 75 25,29 18,97
Bangunan Penguras 90 19,46 17,51
Bangunan Talang 90 8,57 7,71
Bangunan Terjunan 84 7,97 6,69
Bangunan Mandi Hewan 27 3,89 1,05
Jembatan 87 2,18 1,00
Total 100,00 72,77

Berdasarkan perhitungan komponen kinerja Saluran Sekunder didapat hasil bahwa fungsi komponen
Saluran Sekunder Kragilan sebesar 72,77 %. Sehingga diketahui bahwa fungsi komponen Saluran
Sekunder Kragilan dalam keadaan BAIK. Sesuai klasifikasi kondisi komponen dan mengacu pada
Per.Men PUPR No. 12/PRT/M/2015 di mana fungsi komponen Saluran Sekunder Kragilan di antara
70% - 79%. Bangunan Sadap, Bangunan Ukur dan Penguras perlu dilakukan pemeliharaan.
Bangunan talang, terjunan, mandi hewan dan jembatan perlu dilakukan rehabilitasi.

KESIMPULAN
1. Bobot komponen pada kriteria penilaian kinerja saluran sekunder dengan urutan kinerja dari yang
tertinggi sampai dengan yang terendah yaitu, Bangunan Sadap, Bangunan Ukur, Bangunan Penguras,
Bangunan Talang, Bangunan Terjunan, Bangunan Mandi Hewan, dan Jembatan.
2. Indeks kondisi kerusakan Saluran Sekunder Kragilan berada pada kisaran 27,23 % yang berarti rusak
sedang, diperlukan pemeliharaan secara berkala yang bersifat perbaikan. Indeks keberfungsian
Saluran Sekunder Kragilan berkisar pada harga 72,77 % yang berarti saluran masih berfungsi dengan
Baik.
3. Komponen Saluran Sekunder Kragilan yang prioritas mendapat perbaikan adalah Bangunan Sadap
dan Bangunan Talang sehingga dapat berfungsi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.12/PRT/M/2015 Tentang
Pedoman dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Pradipta, A. G. dkk., 2020. Prioritas Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Tersier di D.I.
Yogyakarta Menggunakan Multiple Attribute Decision Making. Jurnal Irigasi, Volume 15. No.1,
hal. 55-69.
Anonim, 2013. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (Head
Works) KP-02. Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Saaty, T., 2008. Decision making with the Analytic Hierarchy Process. International Journal Services
Sciences, 1(1), hal. 83-98.
Srihadi Putri, E. W., Harisuseno, D. & Purwati, E., 2015. Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung
Kabupaten Demak. Jurnal Teknik Pengairan, Mei, 6(1), hal. 66-75.
Zamroni, A., Hadiani, R. R. & Sobriyah, 2016. Skala prioritas Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jaringan
Irigasi Sederhana (Studi Kasus Di Kabupaten Semarang). Seminar Nasional Sains dan Teknologi.

150
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KOREKSI DAN VALIDASI DATA CURAH HUJAN SATELIT GPM-IMERG


DAN CHIRPS DI DAS SELOREJO, KABUPATEN MALANG

Ni Made Candra Partarini1*, Joko Sujono2, Endita Prima Ari Pratiwi2


1
Program Magister Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika Kampus No.2, Sinduadi, Mlati, Kab. Sleman, D.I. Yogyakarta
*
Email: partarini@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Ketersediaan data hidrologi menjadi salah satu permasalahan dalam perencanaan bangunan air.
Perkembangan data hujan satelit menjadi solusi permasalahan ini dengan kelebihan secara spasial dan
temporal. Studi ini bertujuan untuk melakukan koreksi dan validasi data hujan satelit (GPM-IMERG dan
CHIRPS) dengan data pengamatan untuk mengetahui kelayakan penggunaan data hujan satelit. Koreksi
bias data hujan satelit dilakukan dengan tiga metode yaitu, metode regresi, distribution mapping, dan
rasio rata-rata. Tahap validasi menggunakan metode Root Mean Squared Error (RMSE), Nash-Sutcliffe
Efficiency (NSE), Koefisien Korelasi (R), dan Uji Kesalahan Relatif (KR). Daerah aliran sungai Selorejo
digunakan sebagai studi kasus dengan pertimbangan ketersedian data yang memadai. Penelitian
dilakukan dengan periode data bulanan pada masing-masing sumber data dengan tiga rentangan tahun
kalibrasi dan validasi dengan panjang data 19 tahun. Hasil analisis menunjukan bahwa validasi GPM-
IMERG sebelum dan sesudah koreksi lebih baik daripada CHIRPS. Sebelum dilakukan analisis kalibrasi
dan koreksi, nilai korelasi data GPM-IMERG dan CHIRPS >0,79. Berdasarkan ketiga metode koreksi
untuk kedua data satelit, metode regresi dengan persamaan linier dianggap paling sesuai. Dilihat dari
nilai RMSE paling rendah 75,38; nilai NSE = 0,86; KR = 0,03, serta nilai R = 0,93.

Kata kunci: CHIRPS, GPM-IMERG, hujan satelit, koreksi, validasi

PENDAHULUAN
Data hujan merupakan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi kondisi cuaca, banjir, dan
kekeringan. Sulitnya memprediksi nilai hujan secara spasial dan temporal di lapangan disebabkan oleh
kurangnya pengukuran langsung curah hujan yang baik, serta sifat parameter yang sangat bervariasi baik
secara spasial dan temporal [Kummerow dkk., 1998]. Analisis hidrologi sangat penting untuk
memperoleh data debit andalan dan debit banjir berdasarkan variasi kala ulang. Hasil analisis ini untuk
memperoleh desain dan dimensi bangunan yang sesuai dan tepat guna, seperti yang tercantum pada
analisis hidrologi, hidrolika, dan Kriteria Desain Bangunan di Sungai [SNI 1724:2015]. Distribusi curah
hujan temporal dan spasial tidak merata, sulit untuk menentukan berapa banyak hujan yang sebenarnya
turun di bumi. Penakar curah hujan dianggap akurat dan andal pada skala regional dan global karena
variabilitas temporal dan spasial curah hujan yang tinggi. Curah hujan area yang diperkirakan oleh alat
pengukur hujan menunjukkan banyak ketidakpastian karena penakar hujan yang jarang [Collischonn dkk.,
2008].
Di Indonesia, penelitian tentang hujan satelit telah banyak dilakukan, tetapi hanya terbatas pada
beberapa jenis sumber data seperti TRMM dan PERSIANN yang dikaitkan dengan bidang sumber daya
air. Penelitian terhadap sumber data lain seperti GPM-IMERG dan CHIRPS sangat terbatas dan tidak
dikaitkan dengan analisis bidang sumber daya air. Mamenun dkk., (2014), telah melakukan penelitian
menggunakan sumber data TRMM terhadap tiga jenis hujan di Indonesia seperti, pola hujan monsoon,
equatorial, dan hujan lokal. Penelitian tersebut menghasilkan persamaan koreksi tiap jenis hujan. Batas
adminiastrasi digunakan sebagai acuan luas area penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian
lanjutan mengenai analisis hujan satelit dengan sumber data satelit yang lebih bervariasi serta
dihubungkan dengan prinsip pengelolaan sumber daya air, terutama dalam alihragam hujan ke debit
dengan datasan wilayah kajian berupa daerah aliran sungai (DAS).
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukan adanya kesalahan dalam prediksi data satelit.
Kesalahan-kesalahan ini meliputi kesalahan akibat sensor [Tang dkk., 2015], algoritma pengambilan
[Sadeghi dkk., 2019]. Pada studi lainnya, ketidaksesuaian dapat disebabkan oleh karakteristik awan,

151
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

iklim, musim, letal geografis dan topografis [Serrat-Capdevila dkk., 2016 & Sun dkk., 2018], sehingga
diperlukan metode koreksi bias terhadap kesalahan/bias tersebut.
Penelitian mengenai metode koreksi bias telah banyak dilakukan seperti, Piani dkk., (2010) dan
Dasanto dkk., (2014) melakukan koreksi bias dengan menggunakan metode yang dikenal dengan metode
Distribution Mapping, serta Mamenun dkk., (2014) menggunakan metode regresi. Misnawati dkk., (2018)
juga melakukan perbandingan empat metode koreksi bias seperti, Metode Regresi Linear Berganda,
Metode Distribution Mapping, Metode Rasio Rata-Rata, dan Regresi Power. Perbandingan metode ini
menunjukan bahwa Metode Regresi Linier Berganda paling sesuai jika digunakan pada koreksi bias
statistik untuk data satelit CHIRPS.Paper ini mengkaji perbandingan koreksi bias hujan satelit GPM-
IMERG dan CHIRPS dengan metode Regresi, Distribution Mapping, dan Rasio Rata-Rata. Metode
validasi hujan pengamatan dan hujan satelit menggunakan metode evaluasi statistik berupa koefisien
korelasi (R), bias relatif (RB), Nash-Sutcliffe Efisiensi (NSE). dan root mean square error (RMSE).

METODOLOGI
Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di DAS Selorejo yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasi ini
dipandang ideal karena memiliki jumlah stasiun penakar hujan yang memadai dan terdapat alat ukur debit
di titik kontrolnya, yaitu di Waduk Selorejo. Luas DAS ini sebesar 236,43 km2 dengan letak geografis
112°19.5’0” - 112°28’15.010” BT dan 07°45’56,45” - 07°56’51,076” LS. Titik kontrol dari DAS ini ialah
Bendungan Selorejo yang membendung Kali Konto sebagai sungai utama. Stasiun hujan yang digunakan
yaitu Stasiun Jombok, Pujon, Ngantang, Kedungrejo, dan Sekar yang tersebar di DAS Selorejo seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 7. Peta Sebaran Stasiun Hujan dan Batas DAS Selorejo

Data
Penelitian ini menggunakan data hujan yang bersumber dari satelit dan stasiun pengamatan.
Terdapat beberapa data lain yang mendukung penelitian ini seperti, data DEM untuk analisis batas DAS
dan sungai.
1. Data Hujan Pengamatan
Stasiun hujan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) yaitu, Stasiun Pujon,
Kedungrejo, Ngantang, Jombok, dan Sekar dengan panjang data 19 tahun. Data ini berupa data harian
yang diperoleh dari UPT PSDA WS Brantas (Korwil Malang).
2. Data Hujan Satelit
Data hujan satelit yang digunakan adalah data hujan satelit GPM-IMERG (Global Precipitation
Measurement Mission - The Integrated Multi-satellite Retrievals for GPM) dan CHIRPS (Climate
Hazards Group InfraRed Precipitation with Station). Pemilihan kedua data ini didasarkan oleh penelitian-
penelitian terdahulu yang menyatakan keakuratan kedua satelit ini [Yang dkk., 2017 & Liu dkk., 2020].
Panjang data yang diunduh disesuaikan dengan panjang data hujan pengamatan yaitu, 19 tahun.

152
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data GPM-IMERG memiliki resolusi spasial berupa grid berukuran 0,1°×0,1°, tersedia dalam
periode data 3-jam, harian, 5 hari, dan bulanan. Data ini tersedia pada website
https://gpm.nasa.gov/data/imerg namun, dapat diunduh pada https://giovanni.gsfc.nasa.gov/ giovanni/
untuk memperoleh data dengan luasan sesuai wilayah penelitian.
CHIRPS memiliki resolusi spasial yang lebih kecil dengan besaran grid 0,05°×0,05° serta memiliki
data dalam periode harian, setelah bulanan, dan bulanan. Data-data CHIRPS secara global dapat diakses
melalui https://data.chc.ucsb.edu/products/CHIRPS-2.0/, untuk memperoleh data dengan luasan sesuai
penelitian dapat dilakukan dengan mengunduh pada Google Earth Engine. Grid yang diunduh pada tiap
data satelit dapat diperhatikan pada Gambar 2.

(a) (b)
Gambar 8. Batasan Grid yang digunakan (a) Grid GPM-IMERG (b) Grid CHIRPS

Metode Analisis
Kualitas data hujan pengamatan diuji konsistensinya dengan metode RAPS. Data yang telah
dinyatakan konsisten kemudian dilanjutkan dengan analisis hujan rerata wilayah dengan metode Poligon
Thiessen. Data satelit yang digunakan berupa hujan rerata wilayah seluas DAS Selorejo. Analisis
selanjutnya ialah kalibrasi data dengan koreksi data hujan satelit dan validasi hasil koreksi.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan periode data bulanan, karena periode ini dianggap
paling baik dalam analisis validasi [Yang dkk., 2017]. Tahapan penelitian ini secara garis besar memiliki
dua tahap yaitu, kalibrasi dan validasi dengan membagi panjang data menjadi dua bagian. Kalibrasi data
dengan panjang tahun 2001 – 2010, validasinya dengan data 2011 – 2019. Selain itu, dilakukan juga
kalibrasi dengan data tahun 2001 – 2014 dan 2001 – 2015 serta validasi 2015 – 2019 dan 2016 – 2019.
Pembagian rentang data tertentu untuk memperoleh hasil kalibrasi dan validasi paling sesuai dengan data
pengamatan.

Koreksi Data Hujan Satelit


Secara umum besaran hujan satelit tidak sesuai dengan data hujan pengamatan/terukur, sehingga
perlu dilakukan koreksi. Perbedaan ini dapat diakibatkan dari kesalahan-kesalahan ini meliputi kesalahan
akibat sensor [Tang dkk., 2015], algoritma pengambilan [Sadhegi dkk., 2019], dan sebagainya. Koreksi
bias merupakan langkah yang bertujuan untuk mengkoreksi nilai hujan satelit agar sesuai dengan nilai
hujan pengamatan. Adapun beberapa koreksi bias yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabagai
berikut:
 Metode Regresi
Koreksi bias dengan Metode Regresi sebelumnya telah dilakukan oleh Mamenun dkk., (2014)
dengan menggunakan regresi linear, regresi power, regresi logaritmik, dan regresi eksponensial,
penelitian ini menunjukan regresi power paling sesuai menggambarkan khubungan data hujan
pengamatan dan hujan satelit. Dalam penelitian kali ini, persamaan regresi yang digunakan yaitu
regresi linier dan regresi polinomial. Kedua persamaan ini juga dikembangkan dalam bentuk
intercept sehingga terdapat 5 (lima) persamaan regresi yang akan digunakan sebagai koreksi.
Adapun persamaan yang digunakan adalah Persamaan 1 sampai dengan Persamaan 5.
Regresi Linier :Ŷ = aX+b (2)
Regresi Linier Intercept : Ŷ = aX (3)

153
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Regresi Polinomial : Ŷ = bo + b1X + b2X2 (4)


Regresi Polinomial Intercept : Ŷ = b1X + b2X2 (5)
Regresi Power/Berpangkat : Ŷ = aX b
(6)
dengan:
Ŷ : persamaan garis lurus Y (curah hujan pengamatan) atas X (curah hujan satelit),
X : variabel bebas dalam hal ini berupa curah hujan satelit,
a,b : sebagai koefisien regresi.

 Metode Rasio Rata-Rata


Metode ini mengoreksi dengan mengalikan data hujan satelit dengan rasio perbandingan rerata hujan
pengamatan dan satelit. Rasio ini menjadi faktor koreksi hujan satelit dengan Persamaan 6.

μm
=Xn μm X (7)
dengan:
Ŷ : data satelit terkoreksi,
μm : data hujan pengamatan rerata,
μm X : data hujan satelit,
n : urutan data yang akan dikoreksi.

 Metode Distribution Mapping


Penggunaan metode ini dilakukan dengan beberapa tahap [Piani dkk., 2010 dan Dasanto dkk., 2014]
yaitu mengidentifikasi jenis distribusi peluang dengan metode gamma dan probabilitas curah hujan.
Dalam studi kali ini digunakan distribusi normal sebagai metode distribusi peluang. Tahap
selanjutnya dilakukan analisis Probability Density Function (pdf) dan Cumulative Distribution
Function (cdf) dengan Persamaan 7 dan Persamaan 8 [Misnawati dkk., 2018].

(8)

(9)
Langkah selanjutnya, membuat fungsi transfer dari distribusi kumulatif kedua data hujan dengan
menggunakan lima fungsi regresi seperti pada metode sebelumnya. Persamaan ini kemudian digunakan
sebagai koreksi bias data satelit.

Validasi
Validasi (validation) adalah proses evaluasi terhadap model untuk mendapatkan gambaran tentang
tingkat ketidakpastian yang dimiliki oleh suatu model dalam memprediksi proses hidrologi. Dalam
penelitian ini, validasi digunakan untuk mengevaluasi metode koreksi bias yang digunakan. Untuk data
dengan koreksi, pada umumnya validasi dilakukan dengan menggunakan data, diluar periode data yang
digunakan untuk kalibrasi (Indarto, 2012). Misalnya digunakan kalibrasi dengan data curah hujan 2001-
2010, kemudian validasi dilakukan dengan periode tahun 2011-2019. Metode yang digunakan dalam
tahap ini ialah Root Mean Squared Error (RMSE), Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE), Koefisien Korelasi
(R), dan Kesalahan Relatif (KR) [Mamenun dkk., 2014 & Yang dkk, 2017] dengan Persamaan 9 sampai
dengan Persamaan 12.

n Yi-Yi
i
n
(10)
n
i Yi-Yi
- n
(11)
i Yi-Yi
n ni YiYi- n Yi n Yi
(12)
n ni Yi - n
i Yi n ni Yi - n
i Yi

154
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan
n
i Yi-Yi
Yi
(13)
dengan:

Yi : data observasi (data sebenarnya)


Ŷi : data perkiraan (data satelit)
n : jumlah data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Konsistensi
Hasil analisis uji konsistensi data hujan pengamatan tiap stasiun menunjukan bahwa ke-lima
stasiun menunjukan data yang konsisten. Data hujan ini kemudian ditransformasikan menjadi curah hujan
wilayah dengan metode Poligon Thiessen. Data hujan satelit pun telah diunduh dalam bentuk hujan rerata
wilayah.

Hujan Satelit
Perbandingan nilai curah hujan pengamatan dengan data satelit GPM-IMERG dan CHIRPS
menunjukan adanya perbedaan nilai hujan seperti yang ditunjukan pada Gambar 3. Perbedaan ini dapat
diakibatkan dari kesalahan-kesalahan ini meliputi kesalahan akibat sensor (Tang dkk., 2015), algoritma
pengambilan (Sadhegi dkk., 2019), dan sebagainya. Pada studi lainnya menyatakan ketidaksesuaian dapat
disebabkan oleh karakteristik awan, iklim, musim, letal geografis dan topografis [Serrat -Capdevila dkk.,
2016 & Sun dkk., 2018]. Koreksi terhadap hujan satelit sering terkendala oleh ketersediaan data hujan
pengamatan baik secara spasial maupun temporal. Pencatatan yang tidak kontinu, seri waktu data hujan
tidak cukup panjang, banyak data yang kosong, dan sebaran stasiun hujan belum merata [Su dkk., 2007].

1000 Hujan Pengamatan Hujan GPM Hujan CHIRPS


Curah Hujan (mm)

800
600
400
200
0
2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019
n (Bulan)

Gambar 9. Perbandingan hujan antara hujan Pengamatan, GPM-IMERG, dan CHIRPS

Koreksi Bias
Hasil koreksi bias berupa persamaan koreksi atau koefisien koreksi sesuai dengan metode koreksi
bias yang digunakan. Koreksi bias terhadap data GPM-IMERG dan CHIRPS dengan metode Regresi,
persamaan linier, polinomial, polinomial intercept, dan power/berpangkat nilai R2 tertinggi diperoleh
pada bulan September dengan nilai rerata R2 = 0,98, sedangkan persamaan Linier Intercept nilai R2 paling
tinggi terjadi pada bulan April dengan nilai rerata R2 = 0,96.
Metode Rasio Rata-Rata tidak menggunakan persamaan regresi sebagai koreksi bias, namun .
menggunakan Persamaan 5 yaitu ratio antara rerata data pengamatan dan rerata data. Rasio ini diperoleh
dengan kalibrasi data bulanan sehingga terdapat 12 (dua belas) koefisien. Koefisien dengan nilai < 1
menunjukkan bahwa data satelit overestimated dan sebaliknya apabila nilai koefisien koreksi > 1 hujan
satelit terindikasi underestimated terhadap data pengamatan. Metode ini secara jelas dapat menunjukkan
bahwa dengan panjang data kelibrasi yang berbeda, hujan satelit baik GPM-IMERG maupun CHIRPS
cenderung underestimated pada bulan-bulan basah misalnya pada bulan November hingga April dan
overestimated pada bulan-bulan kering mulai bulan Mei hingga Oktober.
Pada metode Distribution Mapping nilai R2 rata-rata bernilai > 0,98 karena hubungan antar kedua
data disesuaikan dengan besaran distribusi fungsi transfer. Dimana, nilai fungsi transfer berupa curah
hujan berdasarkan nilai cdf yang kemudian menyebabkan grafik scatter plot bendekati garis 45°.

155
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hubungan kedua data ini sebagai fungsi transfer yang kemudian digambarkan dengan persamaan linier,
linier intercept, polinomial, dan olinomial intercept untuk koreksi data satelit.

1000
GPM-IMERG Hujan Rerata Wilayah Metode Regresi Metode Distribution Mapping
800
Curah hujan (mm)

600

400

200

0
2016 2017 2018 2019
Waktu (Bulan)

Gambar 10. Perbandingan Koreksi Bias Data Satelit GPM-IMERG

1000
CHIRPS Hujan Rerata Wilayah Metode Regresi Metode Distribution Mapping
Curah hujan (mm)

800

600

400

200

0
2016 2017 2018 2019
Waktu (Bulan)

Gambar 11. Perbandingan Koreksi Bias Data Satelit CHIRPS

Hasil koreksi data GPM-IMERG disajikan pada Gambar 4, sedang untuk data satelit CHIRPS dapat
dilihat pada Gambar 5. Hasil koreksi berdasarkan ketiga metode untuk hujan satelit GPM-IMERG,
menunjukkan nilai hujan paling sesuai dihasilkan oleh metode Regresi. Untuk kedalaman hujan < 400mm
hasil koreksi pada tiap metode menghasilkan nilai yang hampir menyamai nilai hujan pengamatan. Hasil
koreksi bias untuk kedua data satelit, menunjukan metode Regresi paling sesuai. Hujan satelit GPM-
IMERG, paling sesuai dengan persamaan linier, sedangkan, hujan satelit CHIRPS dengan persamaan
linier Intercept. Keseuaian ini berdasarkan hasil perhitungan validasi metode, RMSE, NSE, KR, dan R.
Penggunaan persamaan linier dan polinomial perlu kehati-hatian mengingat dalam persamaan
tersebut terdapat nilai konstanta yang dapat menyebabkan hasil koreksi hujan menjadi tidak logis dan
dapat bernilai negatif. Kedua jenis persamaan tersebuti tetap dapat digunakan. Piani dkk., (2010) dan
Dasanto dkk., (2014) menggunakan persaman linier dalam menurunkan fungsi transfer pada perhitungan
metode Distribution Mapping.

Hasil Validasi
Kalibrasi yang dilaukan dengan 3 (tiga) rentang data berbeda menghasilkan 3 (tiga) rentang data
verifikasi/validasi. Nilai hujan satelit GPM-IMERG dan CHIRPS pada dasarnya memiliki nilai korelasi
yang tinggi (>0,79) dengan hujan pengamatan. Namun demikian, ketelitian hujan satelit tersebut masih
dapat ditingkatkan dengan melakukan koreksi terhadap bias yang ada. Koreksi yang dilakukan dengan
menggunakan data bulanan sesuai dengan persamaan tiap bulannya.
Hasil validasi data hujan dengan rentang 9 (sembilan) tahun, hujan satelit GPM-IMERG dan
CHIRPS paling sesuai ialah Metode Regresi dengan persamaan linier. Kesesuaian ini berdasarkan nilai
RMSE, NSE, KR, dan R yang dapat diperhatikan pada Tabel 1. Nilai RMSE pada persamaan linier paling
rendah, dengan nilai NSE dan korelasi (R) paling tinggi. Kesalahan relatif cenderung meningkat dari
sebelum koreksi. Dengan pertimbangan tiga metode yang dominan, dipilih metode regresi dengan
persamaan linier paling sesuai. Pola ini juga terjadi pada analisis validasi dengan panjang data 5 (lima)
tahun seperti ditunjukan pada Tabel 3.

156
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 4. Hasil validasi koreksi bias tahun 2011 - 2019


GPM-IMERG CHIRPS
Metode Koreksi Bias
RMSE NSE KR R RMSE NSE KR R
Data Pengamatan Tidak Terkoreksi 99,81 0,76 0,02 0,88 103,78 0,74 0,02 0,86
Linier 89,77 0,80 0,04 0,90 87,89 0,81 0,04 0,90
Linier Intercept 91,42 0,80 0,05 0,90 91,56 0,80 0,03 0,89
Metode Regresi Polinomial 94,56 0,78 0,03 0,89 126,02 0,62 0,00 0,90
Polinomial Intercept 92,16 0,79 0,04 0,89 97,54 0,77 0,02 0,88
Power/Berpangkat 94,91 0,78 0,07 0,89 112,14 0,70 0,03 0,85
Metode Rasio Rata-Rata 90,08 0,80 0,05 0,90 89,38 0,81 0,01 0,90
Linier 108,29 0,72 0,06 0,85 98,02 0,77 0,04 0,90
Linier Intercept 90,24 0,80 0,01 0,90 93,61 0,79 0,03 0,89
Metode Distribution
Polinomial 107,55 0,72 0,06 0,85 176,64 0,24 0,19 0,78
Mapping
104,60 0,73 0,06 0,86 99,84 0,76 0,04 0,88
Power/Berpangkat 104,60 0,73 0,06 0,85 103,91 0,74 0,00 0,87

Tabel 5. Hasil validasi koreksi bias tahun 2016 - 2019


GPM-IMERG CHIRPS
Metode Koreksi Bias
RMSE NSE KR R RMSE NSE KR R
Data Pengamatan Tidak Terkoreksi 87,42 0,81 0,03 0,91 117,724 0,655 0,005 0,810
Linier 75,38 0,86 0,03 0,93 97,40 0,76 0,06 0,88
Linier Intercept 78,14 0,85 0,03 0,92 105,29 0,72 0,00 0,86
Metode Regresi Polinomial 138,51 0,52 0,09 0,93 100,56 0,75 0,02 0,90
Polinomial Intercept 76,57 0,85 0,04 0,93 95,71 0,77 0,05 0,88
Power/Berpangkat 90,51 0,80 0,03 0,89 117,52 0,66 0,06 0,83
Metode Rasio Rata-Rata 77,03 0,85 0,03 0,92 103,4 0,7 0,03 0,87
Linier 90,08 0,80 0,05 0,89 119,40 0,65 0,05 0,85
Linier Intercept 79,14 0,84 0,11 0,93 111,06 0,69 0,06 0,85
Metode Distribution Mapping Polinomial 118,56 0,65 0,20 0,88 120,48 0,64 0,06 0,86
Polinomial Intercept 90,55 0,80 0,07 0,90 123,65 0,62 0,08 0,82
Power/Berpangkat 96,04 0,77 0,06 0,89 134,50 0,55 0,08 0,79

Tabel 6. Hasil validasi koreksi bias tahun 2015 - 2019


GPM-IMERG CHIRPS
Metode Koreksi Bias
RMSE NSE KR R RMSE NSE KR R
Data Pengamatan Tidak Terkoreksi 87,75 0,79 0,07 0,90 108,53 0,68 0,03 0,83
Linier 80,70 0,83 0,09 0,92 93,21 0,77 0,10 0,89
Linier Intercept 83,23 0,81 0,10 0,91 98,04 0,74 0,04 0,87
Metode Regresi Polinomial 137,85 0,49 0,05 0,91 95,42 0,76 0,06 0,91
Polinomial Intercept 84,19 0,81 0,10 0,91 91,24 0,78 0,09 0,89
Power/Berpangkat 0,77 0,48 0,54 0,98 113,49 0,66 0,10 0,84
Metode Rasio Rata-Rata 84,46 0,81 0,10 0,91 97,92 0,74 0,08 0,88
Linier 94,42 0,76 0,09 0,88 110,43 0,67 0,11 0,88
Linier Intercept 85,54 0,80 0,14 0,91 103,54 0,71 0,10 0,86
Metode Distribution Mapping Polinomial 98,19 0,74 0,09 0,88 132,78 0,53 0,00 0,79
91,52 0,78 0,11 0,89 108,59 0,68 0,10 0,85
Power/Berpangkat 96,88 0,75 0,09 0,88 108,59 0,62 0,12 0,83

Data hujan satelit GPM-IMERG maupun CHIRPS untuk rentang data validasi 4 (empat) tahun,
memiliki hubungan yang erat dengan data hujan hasil pengamatan, ditandai nilai koefisien korelasi
sebesar 0,91 untuk hujan satelit GPM-IMERG dan 0,810 untuk hujan satelit CHIRPS seperti terlihat pada
Tabel 2. Koreksi bias dengan persamaan regresi linier memiliki nilai RMSE paling rendah serta NSE dan
R paling tinggi dibanding persamaan lain baik untuk data GPM-IMERG. Sedangkan data CHIRPS paling
sesuai persamaan polinomial intercept.
Metode rasio rata-rata dan Distribution Mapping walaupun tidak sebaik metode regresi, namun
masih dapat meningkatkan ketelitian data hujan satelit, dilihat dari 4 (empan) parameter statistik yang
digunakan seperti terlihat pada table diatas. Perbedaan hasil validasi dapat dipengaruhi oleh panjang data
kalibrasi dan validasi yang digunakan. Berdasarkan ketiga rentang data validasi ini, metode regresi dapat
dikatakan paling sesuai dengan persamaan linier sebagai koreksi. Secara umum, hasil analisis
menunjukan data GPM-IMERG paling baik daripada data hujan CHIRPS. Dapat dilihat dari nilai RMSE,
NSE, dan R (korelasi). Nilai kesalahan relatif pada data hujan CHIRPS relatif lebih rendah dibanding data
hujan GPM-IMERG.

157
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KESIMPULAN
Ketiga metode koreksi bias memiliki performa yang baik pada masing-masing rentang data kalibrasi
dan validasi. Secara umum, performa kedua data hujan satelit GPM-IMERG dan CHIRPS sebelum
koreksi dapat dianggap baik. Nilai NSE ≥ 0,75 nilai Kesalahan Relatif sangat kecil sebesar 0,02 dengan
nilai koefisien korelasi ≥ 0,80 menunjukan hubungan yang kuat antara hujan satelit dengan hujan
pengamatan serta RMSE cenderung kecil.
Berdasarkan hasil kalibrasi dan validasi diperoleh hasil yang menunjukan bahwa performa tiap
metode koreksi bias berbeda-beda, namun ketiga dapat menaikkan ketelitian hujan satelit relatif terhadap
hujan pengamatan. Metode regresi dengan persamaan linier menunjukkan nilai yang paling baik pada
validasi hasil koreksi bias data satelit GPM-IMERG dan CHIRPS. Nilai paling baik ditunjukan pada data
GPM-IMERG dengan panjang tahun validasi 4 (empat) tahun dengan nilai RMSE paling rendah 75,38;
nilai NSE = 0,86; KR = 0,03, serta nilai R = 0,93. Data hujan satelit GPM-IMERG lebih baik daripada
data hujan CHIRPS berdasarkan kriteria statistic RMSE, NSE, KR, dan R (korelasi).

DAFTAR PUSTAKA
Collischonn, B., Collischonn, W., and Tucci, C. E. M., 2008, Daily hydrological modeling in theAmazon
basin using TRMM rainfall estimates, Journal of Hydrology, No.1-4, Vol.360, 207-216.
Dasanto, Bambang Dwi., Boer, Rizaldi., Pramudya, Bambang., Suharnoto, Yuli., 2014, Evaluasi Curah
Hujan TRMM Menggunakan Pendekatan Koreksi Bias Statistik, Jurnal Tanah dan Iklim, No.1, Vol.
38, 15-24.
Indarto., 2012, Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi, Jakarta : Bumi Aksara.
Kummerow, C., Barnes, W., Kozu, T., Shi, J., and Simpson, J., 1998, The tropical rainfall measuring
mission (TRMM) sensor package. Journal of Atmospheric and Oceanic Technology, Vol.15, 809-
817.
Liu, Chian-Yi., Aryastana, Putu., Liu, Gin-Rong., Huang, Wan-Ru., 2020, Assessment of satellite
precipitation product estimates over Bali Island. Journal of Atmospheric Research, Vol. 244, 1-14.
Mamenun., Pawitan, Hidayat., Sophahelumakan, Ardhasena., 2014, Validasi Dan Koreksi Data Satelit
Trmm Pada Tiga Pola Hujan di Indonesia, Jurnal Meteorologi dan Geofisika, No.1, Vol.15, 13-23.
Misnawati, M., Boer, R., June, T., & Faqih, A., 2018, Perbandingan Metodologi Koreksi Bias Data Curah
Hujan CHIRPS, Limnotek: perairan darat tropis di Indonesia, No.1, Vol.25, 18-29.
Piani, C., Haerter, JO., Coppola, E., 2010, Statistical Bias Correction for Daily Precipitation in Regional
Climate Models Over Europe, Theor-Appl Climatol, Vol. 99, 187–192.
Sadeghi, M., Asanjan, A.A., Faridzad, M., Nguyen, P., Hsu, K., Sorooshian, S., Braithwaite, D., 2019,
PERSIANN-CNN: Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information Using Artificial
Neural Networks–Convolutional Neural Networks, Journal of Hydrometeorology, Vol.20, 2273–
2289.
Serrat-Capdevila, A., Merino, M., Valdes, J.B., Durcik, M., 2016, Evaluation of the performance of three
satellite precipitation products over Africa, Remote Sensing 2016, No. 836, Vol.8, 1-22.
SNI 1724:2015., Analisis Hidrologi, Hidraulik, dan Kriteria Desain Bangunan di Sungai, Badan
Standardisasi Nasional.
Su, F., Hong, Y., Lettenmaier, DP., 2007, Evaluation of Multi-satellite Precpitation Analysis (TMPA) and
Its Utility in Hydrologic Prediction in the La Plata Basin, Journal of Hydrometeorology, Vol.9, 622-
640.
Sun, Q., Miao, C., Duan, Q., Ashouri, H., Sorooshian, S., Hsu, K., 2018, A review of global precipitation
data sets: Data sources, estimation, and intercomparisons, Reviews of Geophysic, 2018, No.1,
Vol.56, 79–107.
Tang, L., Tian, Y., Yan, F., Habib, E., 2015, An Improved Procedure for The Validation of Satellite-
Based Precipitation Estimates, Atmospheric Research, Vol.163, 61–73.
Yang, Na., Zhang, Ke., Hong,Yang., Zhao, Qiaohua., Huang, Qin., Xu, Yinshan., Xue, Xianwu., Chen,
Sheng, 2017, Evaluation of the TRMM multisatellite precipitation analysis and its applicability in
supporting reservoir operation and water resources management in Hanjiang basin, China, Journal of
Hydrology, Vol.549, 313-325.

158
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

159
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS KEHALUSAN FLY ASH SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN


TERHADAP KUAT TEKAN DAN DURABILITAS BETON HIGH VOLUME
FLY ASH MUTU NORMAL

Mochammad Solikin1, Ibnu Nur Ihsan2, Budi Setiawan3, Yenny Nurchasanah4


1,3 ,4
Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta
*
Email: msolikin@ums.ac.id; ibnu.nur.ihsan@gmail.com; Budi.Setiawan@ums.ac.id;
Yenny.Nurchasanah@ums.ac.id;

Abstrak
Beton merupakan bahan utama dalam pembuatan suatu konstruksi, baik untuk pembangunan gedung,
jembatan, ataupun pembangunan infrastruktur lainnya. Beton high volume fly ash merupakan beton
yang memiliki kandungan penggunaan fly ash sebesar 50% yang digunakan sebagai subtitusi dari total
semen dan sudah terbukti menghasilkan kekuatan yang setara dengan beton pada umumnya apabila
digunakan metode pembuatan yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat
kehalusan fly ash terhadap kuat tekan dan durabilitas beton high volume fly ash dengan mutu kuat tekan
normal. Tingkat kehalusan diperoleh dengan menyaring fly ash pada saringan nomor 200 dan 400.
Pengujian yang dilakukan meliputi uji perkembangan kuat tekan pada umur 14 hari, 28 hari dan 56 hari
serta uji durabilitas beton dengan metode rapid chloride penetration test (RCPT). Hasil penelitian
menunjukkan terjadi peningkatan kuat tekan seiring bertambahnya umur beton dimana pada umur 56
hari beton HVFA memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan beton normal berturut turut terjadi
peningkatan sebesar 13% untuk fly ash yang lolos saringan 200 dan peningkatan sebesar 18% untuk fly
ash yang lolos saringan 400. Hasil pengujian RCPT menunjukkan kehalusan fly ash meningkatkan
ketahanan beton terhadap penetrasi ion klorida.

Kata kunci: beton high volume fly ash, durbilitas beton , ion klorida, kuat tekan, RCPT

PENDAHULUAN
Beton saat ini merupakan bahan utama dalam pembuatan suatu konstruksi. Hal ini ditunjukkan
hampir semua pembuatan pembangunan kontruksi menggunakan beton sebagai material utamanya.
Pembangunan gedung, pembangunan jembatan, pembangunan saluran drainase, ataupun pekerjaan
pembangunan lain banyak menggunakan beton sebagai bahan utama konstruksinya.
Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan halus serta bahan tambah,
dimana setiap bahan penyusun mempunyai fungsi ataupun pengaruh yang berbeda. Sifat yang penting
pada beton adalah kuat tekan. Jika kuat tekan beton tinggi maka sifat beton yang lain umumnya baik juga.
Adapun faktor yang mempengaruhi kuat beton adalah bahan penyusun beton itu sendiri, factor air semen,
gradasi agregat, ukuran maksimum agregat dan cara pembuatan beton (pencampuran, pengangkatan,
pemadatan dan perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).
Penggunaan material beton sebagai bagian dari struktur bangunan telah banyak digunakan karena
mempunyai kuat tekan tinggi. Sudah banyak upaya yang di lakukan untuk meningkatkan kuat tekan
beton, salah satunya dengan menambahkan bahan tambah berupa limbah ke dalam campuran beton.
Sebagai contoh limbah yang dapat di tambahkan ke dalam campuran beton adalah fly ash.
Fly ash atau abu terbang adalah residu (ampas) dari pembakaran batu bara yang di alirkan dari ruang
pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah di gunakan sebagai bahan campuran pada
beton. Abu terbang dapat di bedakan menjadi 3 jenis yaitu kelas C (Abu terbang yang kandungan CaO
lebih dari 10% yang di hasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batu bara), kelas F (Abu
terbang yang kandungan CaO kurang dari 10% yang di hasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen
batu bara) dan kelas N (Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat di golongkan sebagai tanah
diatomic, opaline chertz dan shales, tuff dan abu vulkanik) (Simatuphang, 2016).
Fly ash apabila di buang secara terbuka bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan karena fly ash
mengandung beberapa elemen beracun seperti arsenic, vanadium, antimony, boron dan chromium. Maka

160
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

salah satu cara agar fly ash tersebut tidak mencemari lingkungan adalah dengan memanfaatkan fly ash
sebagai bahan pengganti sebagian semen dalam pembuatan beton (Sumajouw M.D.J dan Dapas S.O,
2013).
Beton high volume fly ash adalah campuran beton yang menggunakan fly ash dimana persentase fly
ash yang di gunakan lebih dari 50%. Penggunaan fly ash lebih dari 50% memungkinkan untuk
menghasilkan workability yang tinggi serta meningktakan durability dari serangan bahan bahan kimia
(Malhotra Metha, 2005).
Menurut penelitian Sari, (2016) dalam naskah publikasinya yang berjudul “Pemanfaatan Teknologi
High Volume Fly ash Concrete Untuk Memproduksi Beton Kuat Tekan Normal” memberikan
kesimpulan terjadi peningkatan nilai kuat tekan beton normal dengan bertambahnya umur beton yaitu
18,109 MPa pada umur beton 14 hari, 19,241 MPa pada umur beton 28 hari dan 19,618 MPa pada umur
beton 56 hari.
Menurut penelitian Umboh, Sumajouw dan Windah, (2014) dalam jurnalnya yang berjudul
“Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly ash) Dari PLTU II Sulawesi Utara Sebagai Subtitusi Persial
Semen Terhadap Kuat tekan Beton” memberikan kesimpulan nilai kuat tekan beton dengan penngantian
semen dengan fly ash sebesar 30% adalah 24,18 Mpa, 40% adalah 15,3 Mpa, 50% adalah 12,28 Mpa,
60% adalah 8,02 Mpa dan 70% adalah 4,79 Mpa untuk umur 28 hari.
Berdasarkan uraian diatas, akan dilakukan sabuah penelitian tentang pengaruh tingkat kehalusan fly
ash sebagai bahan pengganti sebagian semen untuk mengetahui nilai kuat tekan dan durabilitas pada
beton high volume fly ash mutu normal.

METODE
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta
dimulai dari pengumpulan literature yang akan digunakan sebagai panduan dan acuan dalam penelitian,
mempersiapan bahan dan alat yang akan digunakan, pembuatan benda uji berupa silinder beton,
perawatan benda uji dengan perendaman selama 14 hari, 28 hari dan 56 hari, serta pengujian benda uji
berupa kuat tekan dan durabilitas beton.
Persiapan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan campuran beton meliputi agregat halus,
agregat kasar, semen, fly ash, air dan superplasticizer. Pengujian bahan campuran beton berupa pengujian
visual untuk semen dan fly ash serta pengujian langsung untuk agregat halus dan agregat kasar. Setelah
itu di lakukan perencanaan campuran beton dengan nilai fas 0,30 dan bahan tambah superlplasticizer
sebesar 1,25% dari pemakaian semen. Komposisi bahan campuran dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi beton untuk 1 m3


Fly ash Fly ash
Material Beton Acun
Lolos 200 Lolos 400
Pasir (kg) 854 854 854
Kerikil (kg) 1014 1014 1014
Fly ash (kg) - 158,5 158,5
Portland Cemen (PC) 317 158,5 158,5
Air (liter) 95 95 95
Total (kg) 2280 2280 2280

Setelah didapatkan komposisi campuran yang dibutuhkan, langkah selanjutnya menyiapkan


peralatan yang mendukung untuk pekerjaan pencampuran semua bahan penyusun beton. Semua bahan
dan peralatan apabila sudah dipersiapkan kemudian langkah berikutnya melakukan pencampuran bahan
sesuai dengan komposisi yang sudah direncanakan menggunakan alat bantu mixer beton. Pencampuran
dimulai dari memasukkan pasir dan kerikil kedalam mixer, setelah homogen, masukkan semen dan fly
ash diikuti dengan penambahan air, setelah homogen masukkan bahan tambah Superplasticizer. Tunggu
hingga semua bahan tercampur rata, setelah itu dituang dalam wadah yang disediakan dan dilakukan
pengujian beton segar. Hasil untuk pengujian beton segar didapatkan nilai slump sebesar 15 cm. Langkah
selanjutnya adukan beton segar dimasukkan ke dalam cetakan dengan jumlah keseluruhan benda uji
adalah 36 sampel.

161
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

162
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 2. Jumlah benda uji


Kuat Tekan Silinder Durabilitas
Prosentase Fly ash Lolos
( Ø 15cm, Tinggi 30cm ) ( Ø10cm, Tinggi 5cm)
Saringan 200 & 400 (%)
14 hari 28 hari 56 hari 56 hari
0% 3 3 3 3
50% lolos saringan 200 3 3 3 3
50% lolos saringan 400 3 3 3 3
Jumlah Total 36

Setelah semua sampel selesai dimasukkan ke cetakan silinder, selanjutnya didiamkan selama 2 x 24 jam,
sebelum dilakukan pelepasan benda uji dari cetakan silinder. Setelah 2 x 24 jam dilakukan pelepasan
benda uji dari cetakan silinder dan dilakukan perendaman di bak perendaman sebagai salah bentuk
kegiatan perawatan beton.hingga waktu pengujian tiba yaitu: 14 hari, 28 hari dan 56 hari kalender
Dilakukan persiapan alat untuk pengujian kuat tekan beton silinder dan benda uji durbilitas beton.
Alat uji untuk kuat tekan benda uji silinder yaitu Compressing Testing Machine (CTM) dan untuk benda
uji durbilitas beton menggunakan alat Rapid Chloride Penetration Test (RCPT). Sebelum dilakukan
pengujian durabilitas beton, benda uji harus di vacum terlebih dahulu selama 3 jam agar benda uji berada
pada kondisi kering udara. Setelah itu dilakukan perendaman benda uji selama 18 jam. Kemudian di
lakukan pengujian menggunakan larutan NaOH untuk tegangan positif dan NaCl untuk tegangan negatif
dimana tegangan listrik 60 Volt DC. Pengujian durabilitas beton ini di lakukan selama 6 jam serta
pembacaan arus yang lewat setiap 30 menit.

Gambar 1. Pengujian vacum beton

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian slump
Pengujian slump bertujuan mengetahui workability dan kekentalan adukan beton yang akan dituang ke
dalam bekisting beton. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan campuran beton segar kedalam
kerucut abrams dan mengukur penurunn dari beton segar tersebut.

Tabel 3. Hasil Pengujian Slump


Penggunaaan air per m3 (Liter)
Benda Uji Slump (cm)
Rencana Aktual
Beton Acuan 95 150 18
Lolos Saringan 200 95 105 15
Lolos saringan 400 95 105 15

163
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari hasil tabel 3. Hasil pengujian slump, beton HVFA menunjukkan terjadi pengurangan jumlah air
yang diperlukan dalam adukan beton untuk mencapai workabilitas yang direncanakan. Meskipun hasil
pengujian slump terkadi penurunan nilai slump pada beton HVFA, namun besar penurunannya masih
berada dalam rentang yang diijinkan yaitu 10-20 cm. Pengurangan jumlah air pada beton HVFA sangat
mungkin disebabkan butiran fly ash yang bulat yang mengurangi gesekan antar partikel. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian Rommel dan Rusdianto (2012) bahwa beton dengan penambahan fly ash
membutuhkan air yg lebih sedikit dibandingkan beton normal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
kehalusan butiran fly ash tidak mempengaruhi nilai slump yang dihasilkan.

Gambar 2. Hasil Pengukuran Slump

Pengujian kuat tekan beton


Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan benda uji silinder beton. Pengujian ini
dilaksanakan setelah benda uji silinder beton berumur 14 hari, 28 hari da 56 hari. Pengujian kuat tekan
menggunakan alat tekan yang disebut Universal Tansion Machine (UTM). Nilai kuat tekan silinder
didapatkan dari beban maksimal (P maks) dibagi luas alas dari silinder.
f’c = .....................................................................(1)
dengan :
P = beban maksimum (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)
f’c = kuat tekan beton (N/ mm2).

Berdasarkan Gambar 3 hasil pengujian perkembangan kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat
tekan beton akan semakin meningkat sejalan dengan semakin lama umur perawatan beton. Pemakaian
HVFA mampu menghasilkan kuat tekan beton yang lebih tinggi dibandingkan kuat tekan beton acuan.
Hal ini dimungkinkan karena pemakaian air yang lebih sedikit dalam pembuatan beton sehingga beton
yang dihasilkan lebih tinggi kerapatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Simatupang dkk (2016)
bahwa terjadi kenaikan kuat tekan beton dari umur 7 hari sampai 56 hari.
HASIL UJI KUAT TEKAN BETON

36,33
40,00 32,65
28,31 30,19
23,21 26,42
30,00 21,33 22,65
19,06
Kuat Tekan Beton Acuan
(Mpa) 20,00
FA Lolos Saringan 200
10,00
FA Lolos Saringan 400
0,00
14 hari 28 hari 56 hari
Umur Beton

164
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Hasil Pengujian Perkembangan Kuat Tekan Beton.

Kuat tekan beton tertinggi dicapai pada waktu umur beton 56 hari dimana semakin tinggi tingkat
kehalusan fly ash maka semakin tinggi peningkatan kuat tekannya apabila dibandingkan dengan kuat
tekan beton acuan. Pada fly ash yang lolos saringan 200 terjadi peningkatan sebesar 13% sedangkan pada
fly ash yang lolos saringan 200 terjadi peningkatan sebesar 18%. Peningkatan kuat tekan ini sangat
mungkin disebabkan semakin halus fly ash yang digunakan maka fly ash semakin reaktif sehingga jumlah
binder yang mendukung terbentuknya kuat tekan beton semakin tinggi.

Pengujian durabilitas beton


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan beton terhadap bahan kimia berupa
NaOH dan NaCl. Benda uji durbilitas beton berupa silinder berukuran diameter 100 mm dan tinggi 50
mm. Pengujian menggunakan larutan NaCl untuk tegangan negatif dan NaOH untuk tegangan positif
dengan tegangan listrik 60 Volt DC pengujian dilakukan selama 6 jam dengan pembacaan ampere meter
setiap 30 menit. Benda uji diapit kepingan dan dialiri listrik menggunakan alat RCPT (Rapid Chloride
Penetration Test).

Gambar 4. Pengujian durabilitas beton

Hasil pembacaan arus yang lewat tersebut selanjutnya digunakan menghitung charge passed
menggunakan rumus sebagaimana tertulis dalam ASTM C1202-94berikut ini:
……………………………………. (2)
dengan : Q = daya hantar beton/ charge passed (coulomb)
Io = besarnya arus pada 0 menit
I30 s/d 60 = besarnya arus setiap 30 menit selama 6 jam
Selanjutnya tabel berikut digunakan untuk mengevaluasi hasil yang diperoleh, yang menunjukkan
secara kualitatif tingkat resistensi beton terhadap penetrasi klorida.

Tabel 2.3. Tingkat penetrasi klorida berdasarkan besarnya arus (Coulomb)


Charge passed (coulomb) Tingkat penetrasi klorida

> 4.000 High


2.000 – 4.000 Medium
1.000 – 2.000 Low
100 – 1.000 Very low
< 100 Negligible

165
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 5 Hasil Pengujian Durabilitas Beton

Dari gambar 5. Hasil pengujian durabilitas beton di dapatkan nilai rata-rata durabilitas beton acuan
mutu normal sebesar 1.845 column. Sedangkan rata-rata durabilitas beton fly ash lolos saringan 200
sebesar 1.806 column. Sedangkan rata-rata durabilitas beton fly ash lolos saringan 400 sebesar 987
column. Hal ini berarti bahwa semakin halus fly ash yang digunakan maka semakin semakin baik pula
ketahanan beton terhadap ion clorida. Sebagai pembanding telah di lakukan penelitian oleh Prabakar dan
Neelamegam (2011) bahwa beton dengan penggunaan fly ash memiliki ketahanan terhadap ion clorida
yang lebih baik di bandingkan dengan beton biasa.
.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain sebagi
berikut :
1. Nilai Slump rata-rata pada campuran HVFA mutu normal dengan presentasi 50% fly ash lolos
saringan 200 dan fly ash lolos saringan 400 sebesar 15 cm, hal ini menunjukkan bahwa nilai slump
sudah memenuhi persyaratan.
2. Pengaruh kehalusan fly ash terhadap kuat tekan beton mengalami peningkatan yang cukup besar
dimana peningkatan paling besar terjadi pada umur 56 hari sebesar 18%.
3. Kehalusan fly ash sangat mempengaruhi ketahanan beton terhadap ion clorida karena semakin halus
butiran fly ash yang digunakan maka semakin rapat dan padat beton yang di hasilkan sehingga sulit
untuk di tembus oleh aliran ion klorida.
4. Penelitian dapat di kembangkan lagi dengan mengganti bahan pozzolan yang digunakan

UCAPAN TERIMA KASIH


Penyusunan Penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini pula dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada laboratorium Prodi Teknik Sipil atas dukungan fasiltas yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
ASTM C1202-97, 1997, Electrical Indication of Concrete’s Ability to Resist Chloride Ion Penetration,
Annual Book of ASTM Standards, Vol 04.02, PA, USA
Erwin, R., & Yunan, R., 2012 Pemakain Fly ash Sebagai Comentitious Pada Beton Mutu Tinggi Dengan
Steam Curing, Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

166
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

J. Prabakar., P. Devades. M., M. Neelamegam., 2011 Effect Of Fly ash On Durability And Performance
Of Concrete . The Indian Concrete Jurnal, Indian.
Malhotra, V.M., & Metha, P.K., 2005, High Performance High Volume Fly ash Concrete Material ,
Mixture Proportionong, Properties, Construktion Properties and Case Histories. Ottawa, Canada.
Suplementary Cementing Material For Sustinable Development. Ottawa, Canada.
Sari, N.A., 2016, Pemanfaatan Teknologi High Volume Fly ash Concrete Untuk Memproduksi Beton
Kuat Tekan Normal, Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Simatupang, P.H.,dkk., 2016, Pengaruh Subtitusi Persial Semen Dengan Abu Terbang Terhadap
Karakteristik Tenis Beton,. Jurnal Teknik Sipil Vol V No 2 November 2016.
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Umboh, A.H., Sumajouw, M.D.J., Windah, R.S., 201, Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly ash) Dari
PLTU II Sulawesi Utara Sebagai Subtitusi Persial Semen Terhadap Kuat Tekan Beton, Jurnal Sipil
Statik Vol 2 No 7 November 2014 ISSN : 2337-6731.

167
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENILAIAN KINERJA STRUKTUR PILAR JEMBATAN TERHADAP TIME


HISTORY GEMPA PIDIE JAYA

Ardli Pratama Putra1, Taufiq Saidi2, Muttaqin Hassan3


1
Magister Teknis Sipil, Universitas Syiah Kuala
2,3
Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala
Darussalam, Banda Aceh, Aceh
Email: ardlipratamaputra8@gmail.com, taufiqsaidi@gmail.com, muttaqin@unsyiah.ac.id

Abstrak
Berdasarkan sejarah gempa yang pernah terjadi di Aceh, telah terjadi gempa darat sebesar 6,5 Mw
yang mengguncang Pidie Jaya. Gempa yang terjadi menyebabkan beberapa bangunan seperti gedung,
jembatan mengalami kegagalan. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah
jembatan khususnya dalam hal ini berfokus pada pilar jembatan telah mampu bertahan ketika gempa
seperti yang telah terjadi di Kab. Pidie Jaya tersebut kembali terjadi. Jembatan yang menjadi tinjauan
yaitu Jembatan Teunom yang berada di Kabupaten Aceh Jaya dan Jembatan Kuala Bubon yang berada
di Kabupaten Aceh Barat dan yang merupakan jembatan yang berlokasi di dekat pantai barat Provinsi
Aceh. Jembatan tersebut dianalisa dengan menggunakan metode pushover dan time history Gempa Pidie
Jaya. Hasil yang diperoleh adalah probabilitas kerusakan ringan yang dapat terjadi pada Jembatan
Teunom berada pada PGA 0,13 g sedangkan untuk Jembatan Kuala Bubon, kerusakan ringan yang
dapat terjadi berada pada PGA 0,12 g. Untuk nilai evaluasi kinerja struktur pada Pilar Jembatan
Teunom dengan simpangan total maksimum pilar sebesar 0,01 yang berada pada level kinerja Moderate
Damage, dan untuk Pilar Jembatan Kuala Bubon berada pada level kinerja Extensive Damage dengan
angka simpangan total maksimum sebesar 0,028. Berdasarkan angka tersebut, Pilar Jembatan Kuala
Bubon memiliki nilai kerapuhan struktur yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Pilar Jembatan
Teunom sehingga Pilar Jembatan Kuala Bubon akan lebih dulu mengalami kegagalan pada strukturnya.

Kata Kunci: kerapuhan, pushover, time history

PENDAHULUAN
Jembatan mengambil peranan penting dalam perekonomian suatu negara, dengan adanya jembatan,
akses dari satu pulau ke pulau yang bersebrangan dapat dilalui dengan mudah. Jembatan yang merupakan
komponen utama pada jaringan transportasi diharuskan untuk dapat bekerja dan mampu melayani
kendaraan yang melintas ketika dan setelah bencana alam terjadi seperti gempa bumi. Perencanaan
jembatan yang menggunakan konstruksi beton bertulang didesain sesuai Standar Nasional yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Indonesia, khususnya di Aceh, bangunan yang menggunakan
konstruksi beton bertulang seperti Gedung dan Jembatan memiliki persyaratan khusus pada tahap
perencanaannya yaitu harus memiliki angka keamanan sesuai peraturan yang telah ditetapkan terhadap
beban dinamis seperti gempa.
Berdasarkan sejarah gempa yang pernah terjadi di Aceh, Gempa Pidie Jaya termasuk salah satu
gempa yang mengakibatkan kerusakan berskala besar. Gempa tersebut mengakibatkan beberapa
bangunan infrastruktur seperti Gedung pertokoan, Mesjid, Jalan dan Jembatan runtuh. Pilar jembatan
yang berada di sekitar pusat gempa mengalami kegagalan struktur yang menyebabkan jembatan tidak
dapat digunakan sebagai jalur akses utama masyarakat. Gempa susulan yang berkekuatan lebih kecil
masih terus terjadi sampai saat ini di Aceh. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian perilaku struktur pilar
pada jembatan yang baru selesai dibangun maupun pilar yang telah lama didirikan dengan menggunakan
metode pushover yang nantinya akan digambarkan melalui kurva fragilitas (kurva kerentanan).
Kurva fragilitas merupakan kurva yang menghubungkan antara nilai probabilitas terjadinya suatu
tingkat kerusakan pada pilar jembatan akibat suatu intensitas gempa. Pada penelitian ini, kurva fragilitas
yang dihasilkan bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kerusakan yang terjadi serta untuk menentukan
level kinerja struktur pilar jembatan akibat beban gempa.
Adapun masalah dan lingkup kegiatan pada penelitian ini adalah Penelitian ini hanya terbatas pada
studi analisa respon lendutan dan gaya dalam akibat beban dinamis berdasarkan nilai dari hasil analisa
Pushover, Studi parameter ini hanya terfokus pada nilai probabilitas kerapuhan serta perbandingan
evaluasi kinerja struktur pilar dari jembatan dengan perbedaan tinggi kolom dan lokasi yang berbeda

168
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

yaitu Jembatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya dan Jembatan Kuala Bubon Kabupaten Aceh Barat yang
dikonstruksi pada tahun 2016, Analisa pemodelan dilakukan dengan menggunakan program MIDAS
CIVIL, Hasil analisa akan diteruskan ke tahap penggambaran kurva fragilitas dan perhitungan evaluasi
kinerja struktur pilar sehingga akan didapatkan tingkat kerentanan dari kedua pilar jembatan yang
ditinjau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jembatan yang telah dikonstruksi atau lebih
spesifiknya pada bagian pilar jembatan tersebut telah dikonstruksi dengan baik sesuai standar kriteria
perencanaannya, dan jika nantinya ditemukan adanya perlemahan struktur yang telah terjadi, dapat
diberikan dugaan penyebab terjadinya perlemahan hingga kegagalan struktur dari kedua pilar jembatan.
Penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah atau instansi yang bertanggung jawab
pada jembatan untuk mengetahui tingkatan kinerja jembatan dan langkah antisipasi yang dapat diambil
untuk struktur pilar yang mengalami perlemahan berdasarkan hasil analisa.

METODOLOGI
Berdasarkan [Anonim, 2016] tentang Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa, Respon
spektra adalah nilai yang menggambarkan respon maksimum system berderajat-kebebasan-tunggal pada
berbagai frekuensi alami (periode alami) teredam akibat suatu goyangan tanah. Untuk kebutuhan praktis,
maka respon spektra dibuat dalam bentuk respon spektra yang sudah disederhanakan.

Gambar 1. Bentuk tipikal respon spektra di permukaan tanah

Respon spektra di permukaan tanah ditentukan dari 3 (tiga) nilai percepatan puncak yang mengacu
pada peta gempa Indonesia dengan probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun (PGA, S s dan S 1), serta
nilai factor amplifikasi FPGA, Fa1 dan Fv. Perumusan respon spektra adalah sebagai berikut :

As = FPGA x PGA (1)


SDS = Fa x Ss (2)
SD1 = Fv x S1 (3)

Dikutip dari [Wardana, 2016] fragilitas dapat digambarkan sebagai kemungkinan dari kondisi respon
seismik melampaui kapasitas seismik berdasarkan intensitas pergerakan tanah (ground motion), dengan
menggunakan metode analitis, fungsi dari fragilitas dapat diperoleh berdasarkan rumus berikut:

P = Ф( ) (4)

Dengan :
P = Probabilitas kerusakan struktur;
Ф = Fungsi standar normal distribusi kumulatif;

169
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

βRU = Ketidakpastian total struktur;


x = Ground motion parameter, PGA (g);
λ = Rata-rata dari ln x

Menurut [Wardana, 2016] ketidakpastian merupakan suatu cara untuk mentolerir terkait pendekatan
yang dilakukan. Umumnya terdapat dua tipe ketidakpastian struktur seperti, β R yang merupakan
ketidakpastian yang disebabkan oleh fenomena yang akan terjadi secara acak, dan β U yang merupakan
ketidakpastian yang ditimbulkan oleh adanya keterbatasan pengetahuan terhadap alam. Berdasarkan dua
tipe ketidakpastian tersebut, nantinya dapat dihitung Ketidakpastian total struktur (β RU) dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

(5)

dengan :
βRU = Ketidakpastian total;
βR = Ketidakpastian aleatory;
βU = Ketidakpastian epistemic.

Setelah dilakukan proses perhitungan dengan menggunakan persamaan yang telah disebutkan,
selanjutnya didapat nilai-nilai probabilitas yang membentuk suatu kurva fragilitas seperti gambar di
bawah ini.

Gambar 2. Konsep Kurva Fragilitas pada empat kondisi berdasarkan HAZUS


Sumber: HAZUS – MH 2.1, 2001

Dasar evaluasi didapat dari Dokumen ATC (Applied Technology Council) 40 1996 Seismic
Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings. Deformasi lateral pada struktur diperiksa terhadap nilai
simpangan total maksimum dan simpangan inelastic untuk mendapatkan tingkat kinerja struktur.
Rumus-rumus yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja struktur pilar dan batasan deformasi
lateral sebagai berikut :

 Simpangan Total Maksimum: (6)

 Simpangan Inelastis Maksimum: (7)

170
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dimana:
Dt: Perpindahan maksimum struktur (m)
D1: Perpindahan pada kondisi leleh pertama (m)
Htot: Tinggi total struktur (m)

Pengambilan Data Desain Pilar


Pilar jembatan yang akan diteliti merupakan pilar beton bertulang yang memiliki panjang bentang
gelagar ± 20 m. Jembatan yang akan digunakan yaitu Jembatan Teunom yang terletak di Kabupaten Aceh
Jaya dan Jembatan Kuala Bubon yang terletak di Kabupaten Aceh Barat. Kedua jembatan ini nantinya
akan dibandingkan kekakuan strukturnya berdasarkan hasil dari proses analisa pushover menggunakan
program analisa elemen hingga.

Pemodelan Pilar Jembatan


Kedua jembatan yang akan dimodelkan menggunakan bantuan program analisa elemen hingga, dan
pada penelitian ini digunakan program MIDAS CIVIL. Penelitian hanya memodelkan bentuk pilar dari
kedua jembatan dengan memasukkan dimensi dan tulangan dari gambar As-Built Drawing ketika
jembatan tersebut dibangun. Pemodelan ini juga membandingkan SNI yang digunakan pada masing-
masing jembatan ketika direncanakan. Pemodelan menggunakan dimensi tulangan yang mengikuti
standar ASTM. Berikut ini merupakan tahapan proses pemodelan.

a. Pemodelan pilar jembatan berdasarkan Gambar DED masing-masing jembatan dengan menggunakan
referensi dimensi tulangan berdasarkan Standar ASTM;
Berikut ini merupakan gambar pemodelan Pilar Jembatan Teunom (Gambar 3.a) dan Kuala Bubon
(Gambar 3.b).

a. Pilar Jembatan Teunom b. Pilar Jembatan Kuala Bubon


Gambar 3. Pemodelan Pilar Jembatan Teunom (a), Pilar Jembatan Kuala Bubon (b)

b. Input respon spektra berdasarkan situs puskim.go.id di lokasi tinjauan yaitu Daerah Teunom dan
Kuala Bubon;
Pada pemodelan struktur pilar jembatan, respon spectra yang digunakan ialah untuk Daerah Teunom
digunakan respon spektra dengan jenis tanah lunak dengan PGA 0,573g, sedangkan untuk Daerah
Kuala Bubon digunakan respon spektra dengan jenis tanah keras dengan PGA 0,585g.

c. Input time history Gempa Pidie Jaya;


Pengambilan data time history Gempa Pidie Jaya telah dilakukan sebelumnya sehingga time history
yang digunakan dapat langsung diinput ke dalam pemodelan struktur pilar jembatan kedua jembatan.
d. Menjalankan analisa menggunakan pushover method;
Setelah semua persyaratan terpenuhi dan dimasukkan (input), selanjutnya adalah menjalankan
analisis menggunakan pushover method yang telah tersedia pada pilihan run analyze-nya perangkat
lunak yang digunakan yaitu MIDAS Civil.

171
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang diperoleh yaitu nilai dari kekakuan struktur pada masing-masing pilar jembatan yang
digunakan, dengan kriteria perbandingan sebagai berikut:
 Perbandingan nilai kerentanan berdasarkan Hasil Analisa Pushover dari masing-masing jembatan
yang ditampilkan dengan kurva fragilitas. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan metode
pushover didapatkan hasil dari kurva hubungan antara nilai percepatan spektrum dan nilai
perpindahan spectrum pada arah X dan Y untuk Pilar Jembatan Teunom dan Kuala Bubon pada
Gambar 4 dan 5.

Kurva Billinier
Jembatan Kuala Bubon dan Teunom Arah X

Kuala Bubon Arah X Teunom Arah X


0,008842
0,55 0,176845 0,442113 0,353690
0,50 0,088423
Spectral Acceleration (m)

0,45 0,265268
0,40
0,35
0,30
0,25
0,063184
0,20 0,021061 0,105307
0,15 0,042123 0,084245
0,10 0,002106
0,05
0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00
Spectral Displacement (m)

Gambar 4. Kurva Billinier Hasil Analisa Pushover Pilar Jembatan Teunom dan Kuala Bubon Arah
X
Kurva Billinier
Jembatan Kuala Bubon dan Teunom Arah Y

0,015009Kuala Bubon Arah Y Teunom Arah Y


0,238511
0,55 0,503779
0,150088 0,415356
0,50
Spectral Acceleration (m)

0,45 0,326933
0,40
0,35
0,30
0,25 0,306461
0,20 0,265467
0,15 0,224473
0,183480
0,10 0,142486
0,05 0,014249
0,00
0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00
Spectral Displacement (m)

Gambar 5. Kurva Billinier Hasil Analisa Pushover Pilar Jembatan Teunom dan Kuala Bubon Arah
Y
Dari hasil analisa pushover juga didapatkan kurva billinier untuk nantinya dihitung menggunakan
persamaan 4 sehingga menghasilkan Kurva Fragilitas dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Penentuan klasifikasi tingkat kerusakan
Kurva fragilitas memiliki tingkatan atau klasifikasi tingkat kerusakan dimulai dari tingkat kerusakan
ringan sampai tingkat kerusakan yang mengalami kehancuran struktur total, deskripsi dari klasifikasi
tingkat kerusakan ditampilkan pada tabel 1 di bawah ini.

172
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1 Deskripsi tingkat kerusakan jembatan


Tingkat Kerusakan Deskripsi
Retak dan pecah minor pada abutment, retak dan pecah
Slight minor pada sendi plastis, pecah minor pada kolom (hanya
perlu perbaikan ringan/nonstruktural.
Retak geser dan pecah menengah pada kolom (kolom masih
Moderate kuat secara structural), terjadi perpindahan sedang pada
abutment.
Terjadi penurunan kekuatan tanpa runtuh pada kolom,
Extensive terjadi kegagalan akibat geser (kolom tidak aman secara
struktural), terjadi perpindahan yang besar pada abutment.
Complete Semua kolom runtuh total.

b. Perhitungan menggunakan persamaan 4 dan 5


Perhitungan dengan menggunakan persamaan 4 dan 5 digunakan untuk memperoleh hasil berupa
nilai-nilai untuk menampilkan kurva kerapuhan dari kedua pilar jembatan yang ditinjau seperti pada
gambar 6 dan 7 di bawah ini.

FRAGILITY CURVE KUALA TEUNOM


SLIGTH MODERATE EXTENSIVE COMPLETE
1

0,9 1; 0,88690
0,8
0,15; 0,7454
0,7
PROBABILITY (%)

0,6 0,6; 0,61410

0,5 0,13; 0,5

0,4
0,4; 0,33360
0,3

0,2
0,3; 0,17110
0,1

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
PGA (g)

Gambar 6. Kurva Fragilitas Pilar Jembatan Teunom

173
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

FRAGILITY CURVE KUALA BUBON


SLIGHT MODERATE EXTENSIVE COMPLETE
1

0,9

0,8 0,15; 0,8023 1; 0,7823


0,7
0,13; 0,6554
PROBABILITY (%)

0,6

0,5

0,4

0,3
0,5; 0,2611
0,2
0,4; 0,1357
0,1

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
PGA (g)

Gambar 7. Kurva Fragilitas Pilar Jembatan Kuala Bubon

Perbandingan nilai evaluasi kinerja struktur dari setiap pilar jembatan yang ditinjau. Berdasarkan
nilai batas deformasi lateral pada tabel 2.1, untuk Pilar Jembatan Teunom setelah dihitung menggunakan
rumus 2.11a didapat nilai Simpangan Total Maksimum sebesar 0,010 m yaitu berada pada level
Moderate Damage dan Simpangan Total Maksimum pada Jembatan Kuala Bubon berada di level kinerja
struktur Extensive Damage yang memiliki nilai sebesar 0,028 m.
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa Struktur Pilar Jembatan Teunom lebih dapat menerima efek
dari guncangan gempa seperti Gempa Pidie Jaya dengan kekuatan sebesar 6,5Mw dan masih dapat
digunakan dengan baik untuk menjadi bangunan akses masyarakat setelah gempa terjadi. Jika
dibandingkan dengan nilai Simpangan Total Maksimum Struktur Pilar Jembatan Teunom, Struktur Pilar
Jembatan Kuala Bubon sudah mengalami kegagalan struktur setelah Gempa Pidie Jaya tersebut terjadi,
yang diduga perbedaan itu terjadi akibat perbedaan kekakuan struktur dari kedua pilar jembatan, dugaan
perbedaan kekakuan struktur tersebut terjadi akibat dari berbedanya jenis tanah yang digunakan pada saat
perencanaan di kedua daerah, dimana pada daerah Kuala Bubon, jenis tanah yang digunakan merupakan
tanah keras sehingga struktur pilar jembatannya direncanakan tidak terlalu kaku, berbeda dengan daerah
Teunom yang tanahnya merupakan tanah lunak, kekakuan struktur pada Pilar Jembatan Teunom
direncanakan lebih tinggi daripada Struktur Pilar Jembatan Kuala Bubon yang kemudian dari hasil
analisis dengan menggunakan Gempa Pidie Jaya, level kinerja struktur Pilar Jembatan Teunom lebih baik
daripada level kinerja struktur Pilar Jembatan Kuala Bubon.

KESIMPULAN
1. Pilar Jembatan Teunom dan Pilar Jembatan Kuala Bubon mengalami kerusakan ringan dengan nilai
intensitas gempa masing-masing sebesar 0,13 g dan 0,12 g.
2. Pilar Jembatan Teunom berada pada level kinerja struktur Moderate Damage yang masih memiliki
kekuatan dan ketahanan struktur pasca gempa yang sama dengan kekuatan dan ketahanan struktur
sebelum gempa terjadi.
3. Pilar Jembatan Kuala Bubon berada pada level kinerja struktur Extensive Damage yang apabila
gempa terjadi, kekuatan strukturnya harus segera diperbaiki karena tidak dapat lagi menahan beban
yang dapat dipikul pada saat sebelum gempa terjadi.

174
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

4. Struktur Pilar Jembatan Kuala Bubon sedikit lebih rapuh ketika terjadi gempa yang diduga
diakibatkan oleh kelas tanah yang ada pada lokasi pembangunan yaitu tanah lunak.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Standar Nasional Indonesia 1727-2013: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Anonim, 2016, Standar Nasional Indonesia 1725-2016: Pembebanan Untuk Jembatan, Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Anonim, 2019, Standar Nasional Indonesia 1726-2019: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
E. Hernandez-Montes, M. Aschleim., 2003, Estimates Of The Yield Curvature For Design Of Reinforced
Concrete Columns, Magazine of Concrete Research, 55, No 4, Granada.
Federal Emergency Amangement Agency (FEMA), 2001a, HAZUS99 for MapInfo, Service Release 2,
December 2001, Western U.S, CD ROM, FEMA, Washington, D.C.
Federal Emergency Amangement Agency (FEMA), 2001b, HAZUS99 for MapInfo, Service Release 2,
December 2001, Western U.S, CD ROM, FEMA, Washington, D.C.
Federal Emergency Amangement Agency (FEMA), 2001c, HAZUS99 for MapInfo, Service Release 2,
December 2001, Western U.S, CD ROM, FEMA, Washington, D.C.
Megha Vasavada, V R. Patel., 2016, Development of Fragility Curves for RC Buildings using Hazus
Method, International Research Journal of Engineering and Technology, Volume 03 Issue 05.
Nirav K. patel, Sandip A. Vasanwala., 2020, Propagating Fragility Curve For RC Buildings Via Hazus
Methodology, Proceedings Volume 32, Part 3, Pages 314-320.
Oktopianto, Yogi., 2013, Evaluasi Kinerja Struktur Beton Bertulang Dengan Metode Pushover,
Universitas Gunadarma, Jakarta Selatan.
Rahimi Vahid, Khodakarami Mohammad Iman, Vahdani Reza., 2015, Determine of Structural Fragility
Curves of Buildings with Hazus Methodology for Seismic Risk Assessment I the city of Semnan Iran,
10th International Congress on Civil Engineering, University of Tabriz, Iran.
Sabrina, Hazziaty., 2020, Analisa Kerentanan Bangunan Pada Rumah Tipe Beton Terhadap Gempa Bumi
di Aceh Utara, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

175
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PEMANFAATAN MATA AIR SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR PADA


MASA PANDEMI COVID 19
(STUDI KASUS : KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA)

Ratna Septi Hendrasari1* , Immam Barnadhib Nugraha2, Muhammad Yolan Dhika


Pratama3
1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta
Jl. Glagahsari No. 63 Yogyakarta, DIY
*
Email: ratnasepti.h@gmail.com

Abstrak
Kecamatan Umbulharjo merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta. Pada
daerah ini dijumpai beberapa mata air. adanya potensi mata air ini berpeluang untuk memenuhi
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih saat ini cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh
kebiasaan masyarakat dan penerapan protokol kesehatan, terkait dengan adanya pandemi covid 19.
Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka diperlukan suatu penelitian pemanfaatan potensi mata air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi mata air dalam menyuplai kebutuhan air bagi
masyarakat di Kecamatan Umbulharjo. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan survei dan
pengukuran jumlah air untuk cuci tangan. Selain itu juga dilakukan survei dan pengukuran debit mata
air. Prosentase kemampuan mata air dalam menyuplai air bersih dihitung berdasarkan potensi mata air
dan perkiraan jumlah penduduk di Kecamatan Umbulharjo. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa potensi dari keempat mata air yang terletak di Kecamatan Umbulharjo adalah sebesar 0,73
L/detik. Kondisi ini mampu untuk menyuplai sekitar 2,61 – 2,64 % dari jumlah penduduk di Kecamatan
Umbulharjo untuk sekali cuci tangan. berdasarkan potensi mata air dan dan jumlah masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air bersih..

Kata kunci:covid 19, cuci tangan, mata air, umbulharjo

PENDAHULUAN
Salah satu kelompok virus yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia adalah coronavirus. Jenis
baru kelompok virus ini ditemukan pada akhir tahun 2019. Coronavirus yang ditemukan dapat
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan COVID 19. Pertama kali ditemukan yaitu di wilayah Wuhan,
Tiongkok pada bulan Desember 2019. Sampai saat ini, COVID 19 telah menyerang sebagian besar
penduduk dunia dan telah merenggut banyak nyawa.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, kasus pertama COVID 19 resmi diumumkan pemerintah daerah
pada 15 Maret 2020. Pada kemunculan kasus penyebaran COVID 19, Pemerintah daerah menyatakan,
dalam satu bulan awal, seluruh kasus merupakan bawaan dari wilayah lain (imported case). Seiring
dengan berjalannya waktu, penambahan kasus ini menjadi cukup besar. Peningkatan ini terjadi karena
proses penyebaran yang begitu cepat.
Peluang setiap orang dapat tertular dan terinfeksi COVID-19 semakin besar. COVID-19 dapat
menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar
saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara. Orang dapat terinfeksi COVID-19 jika
menghirup percikan orang yang terinfeksi virus ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga
jarak minimal 1 meter dari orang lain. Percikan-percikan ini dapat menempel di benda dan permukaan
lainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Hal ini menyebabkan jika orang
menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka, bisa
menyebabkan mereka terinfeksi.
Resiko terinfeksi atau penyebaran penyakit ini dapat dikurangi dengan cara menerapkan pola hidup
sehat. Cara tersebut antara lain mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan
antiseptik berbahan dasar alkohol. Hal ini dilakukan agar dapat membunuh virus di tangan Anda. Akibat
dari penerapan pola hidup dengan cuci tangan adalah kecenderungan permintaan kebutuhan air bersih
menjadi meningkat.

176
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Salah satu kota di DIY yang cukup dikenal masyarakat adalah Kota Yogyakarta. Penduduk kota ini
sangat padat. Adanya pandemi COVID 19, menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk melakukan
cuci tangan meningkat. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyakit ini.
Dengan penerapan cuci tangan ini menyebabkan kecenderungan permintaan kebutuhan air bersih
cenderung meningkat. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan terhadap permintaan air bersih,
khususnya pada saat pandemi COVID 19.
Kecamatan Umbulharjo merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Yogyakarta yang
masih berada pada sub DAS Gajah Wong. Pada daerah ini, dijumpai beberapa mata air. Dengan melihat
adanya mata air ini, kita bisa manfaatkan sebagai sumber air bersih sebagai salah satu penyuplai air bersih
untuk memenuhi kebutuhan air yang cenderung meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian
terkait dengan pemanfaatan mata air untuk memenuhi kebutuhan air terutama peningkatan kebutuhan
yang disebabkan oleh penerapan kebiasaan cuci tangan di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemanfaatan mata air yang terletak di Kecamatan
Umbulharjo. dalam menyuplai kebutuhan air yang digunakan untuk melakukan cuci tangan bagi
masyarakat di kecamatan tersebut.
Penelitian tentang kelayakan sumber mata air telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian
tentang kelayakan sumber mata air ditinjau dari parameter fisik sebagai sumber penyediaan air di
Kabupaten Klaten [Haryono, 2013]. Penelitian ini dilakukan dengan survei lokasi. Data yang diambil di
lokasi adalah data koordinat, keadaan sekitar mata air dan pengambilan sampel mata air pada setiap mata
air. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitas mata air dan analisis kebutuhan air. Analisis kualitas
mata air dari parameter fisik yaitu bau, rasa, suhu dan kekeruhan. Analisis kebutuhan mata air dengan
mengacu pada debit mata air dan kebutuhan domestik masyarakat. Dari hasil analisis keduanya akan di
analisis kelayakan sumber mata air ditinjau dari parameter fisik sebagai sumber penyediaan air di
Kabupaten Klaten. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mata air yang berada di Kabupaten Klaten
berjumlah 26 yang terletak di Kecamatan Bayat, Kalikotes, Kebonarum, Jogonalan, Karangnongko,
Polanharjo, karaganom dan Tulung. Kualitas mata air sebagian besar memiliki kualitas baik ditinjau dari
parameter fisik yaitu bau, rasa, suhu dan kekeruhan. Ada dua mata air yang memiliki bau dan kekeruhan
yaitu mata air waduk rowo jombor dan Ngruweng.
Penelitian tentang pengelolaan mata air juga sudah pernah dilakukan, diantaranya adalah penelitian
tentang pengelolaan mata air untuk penyediaan air rumahtangga berkelanjutan di lereng selatan
Gunungapi Merapi [Sudarmadji, dkk., 2016]. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengelolaan
mata air berbasis teknologi tepat guna dalam penyediaan air rumahtangga di lereng selatan Gunungapi
Merapi. Penelitian dilakukan dengan survei dan observasi di lapangan terhadap mata air yang digunakan
untuk penyediaan air rumahtangga. Sejumlah responden pengguna mata air dan tokoh masyarakat
setempat diwawancarai secara bebas dan terstruktur untuk memperoleh data pengelolaan mata air. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan karakteristik mata air, pengetahuan masyarakat
dan budaya lokal yang beragam akan berpengaruh terhadap pengelolaanmata air. Perkembangan
teknologi tidak dapat diabaikan dalam pengelolaan sumberdaya air. Hal ini dapat dipadukan dengan
budaya masyarakat setempat dalam pengelolaan mata air, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal
dan kesinambungan fungsi dan manfaat mata air tersebut.

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta pada sub
DAS Gajah wong. Metode penelitian merupakan hasil studi litelatur dari beberapa buku, jurnal dan
laporan penelitian yang memiliki keterkaitan dengan sistem yang dibuat. Berdasarkan studi literatur,
maka metode yang diterapkan adalah :
a) Melakukan persiapan yang meliputi persiapan alat. Peralatan yang dipakai meliputi gelas ukur dan
stop watch.
b) Melakukan survei posisi mata air yang berada di Kecamatan Umbulharjo pada sub DAS Gajah
Wong. Survei dilakukan dengan menyusuri sub DAS Gajah Wong serta dengan menggunakan google
maps. Selain itu juga dilakukan interview dengan masyarakat di sub DAS Gajah Wong.
c) Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi langsung pada lokasi mata air dan
pengukuran debit mata air. Pengukuran debit mata air dilakukan dengan cara menampung aliran air
pada mata air yang di observasi.

177
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

d) Melakukan pengukuran volume air yang dipakai untuk melakukan cuci tangan dengan menggunakan
gelas ukur. Pengukuran dilakukan dengan cara menampung air yang digunakan untuk cuci tangan
mulai dari kran air dihidupkan sampai dengan proses cuci tangan selesai dan kran air dimatikan.
Selain itu juga dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan untuk melakukan cuci tangan dengan
menggunakan stopwatch.
e) Menentukan debit air yang dipakai untuk melakukan cuci tangan.
f) Menganalisa potensi mata air yang ada di Kecamatan Umbulharjo pada sub DAS Gajah Wong terkait
dengan pemanfaatan mata air tersebut sebagai sumber air untuk mencukupi kebutuhan air yang
diperlukan untuk cuci tangan.

Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Penelitian.

Debit aliran merupakan jumlah volume air yang mengalir dalam waktu tertentu melalui suatu
penampang air. Debit air pada mata air dan debit air yang digunakan untuk melakukan cuci tangan,
dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).
V
Q ……………………………………………………………………………… (1)
t
dengan :
Q = debit (L/dt atau m3/dt)
V = volume aliran air (L atau m3)
t = waktu (dt)
[Rustika, I., dkk., 2018]

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 2 hal yaitu potensi (debit mata air) dan lokasinya
serta kebutuhan air untuk cuci tangan.

Potensi Mata Air


Dari hasil survei dan observasi di lapangan, diperoleh beberapa lokasi mata air pada sub DAS Gajah
Wong dengan mengambil lokasi di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Lokasi mata air tersebut
dapat dilihat Tabel 1.

178
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1. Lokasi dan debit mata air


No Lokasi Debit (L/dt)
1 Jl. Gambiran No. 10 Pandeyan Kec. Umbulharjo Kota Yogyakarta 0,26
2 Jl. Nasional III Giwangan, Kec. Umbulharjo Kota Yogyakarta 0,31
3 Jl. Nasional III Giwangan, Kec. Umbulharjo Kota Yogyakarta 0,12
4 Jl. Sidobali No. 384 Muja-Muju Kec. Umbulharjo Kota Yogyakarta 0,04

Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa potensi air yang dimiliki dari keempat mata air tersebut adalah
sebesar 0,73 L/dt. Debit paling besar terdapat pada mata air yang terletak pada Jl. Nasional III, Giwangan
yaitu sebesar 0,31 L/detik. Sedangkan debit paling kecil terdapat pada mata air yang berada di Jl.
Nasional III Giwangan yaitu sebesar 0,12 L/dt.

Kebutuhan air untuk cuci tangan.


Kebutuhan air untuk melakukan cuci tangan dudasarkan pada hasil survei pengukuran debit air yang
dipakai untuk melakukan cuci tangan. Debit air yang dipakai untuk melakukan cuci tangan ditampilkan
pada Tabel 2. [Hendrasari,2020].

Tabel 2. Debit pemakaian air untuk cuci tangan


Debit pemakaian air (L/dt)
0,057 0,073 0,067 0,073 0,060
0,058 0,090 0,059 0,067 0,100
0,050 0,080 0,064 0,075 0,060
0,056 0,067 0,058 0,060 0,050
0,051 0,057 0,086 0,069 0,050
0,055 0,054 0,072 0,049 0,060
0,050 0,055 0,089 0,051 0,055
0,075 0,059 0,078 0,055

Pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa debit pemakaian air untuk cuci tangan paling kecil adalah 0,05
L/dt, sedangkan debit paling besar adalah 0,1 L/dt. Perbedaan debit ini disebabkan karena volume
pemakaian air dan waktu yang digunakan oleh seseorang dalam melakukan cuci adalah berbeda. Debit
pemakaian rata-rata diperoleh dengan mencari nilai rata-rata dari debit. Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa debit rata-rata pemakaian air untuk cuci tangan adalah 0,064 L/dt.
Dari hasil survei, diketahui bahwa rata-rata waktu yang digunakan untuk melakukan cuci tangan
adalah 8,9 detik. Dengan demikian, volume air rata-rata yang digunakan untuk cuci tangan setiap orang
adalah 0,57 liter. Sementara potensi dari keempat mata air tersebut adalah 0,73 L/dt. Seandainya air yang
keluar dari mata air tersebut ditampung dalam waktu 24 jam, maka akan diperoleh volume air sebesar
1051,2 liter. Berdasarkan hal tersebut maka volume air dari mata air dapat untuk mencukupi sebanyak
1846 orang dalam sekali cuci tangan.

Proyeksi jumlah penduduk


Kebutuhan air untuk melakukan cuci tangan dihitung berdasarkan jumlah penduduk Kecamatan
Umbulharjo dan Gondokusuman dimana posisi mata air tersebut berada.Dengan menggunakan data
jumlah penduduk yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Yogyakarta [https://
jogjakota.bps.go.id/publication], dihitung rata-rata pertumbuhan penduduk menggunakan metode
geometri. Proyeksi penduduk dengan metode geometri menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk
akan bertambah secara geometri menggunakan dasar perhitungan majemuk [Adioetomo dan Samosir,
dalam Hartati, 2016] dengan laju pertumbuhan penduduk (rate of growth) dianggap sama untuk setiap
tahun. Dari perhitungan ini, diperoleh nilai pertumbuhan penduduk rata-rata = 0,29 %. Selanjutnya
dihitung proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode geometrik. Hasil proyeksi jumlah penduduk
ditampilkan pada Tabel 3.

179
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3. Proyeksi jumlah penduduk


No Tahun Perkiraan jumlah penduduk (jiwa)
1 2020 69832
2 2021 70035
3 2022 70238
4 2023 70442
5 2024 70646

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2024, maka prosentase kemampuan
keempat mata air tersebut untuk menyuplai air adalah sekitar 2,61 – 2,64 % dari sekitar jumlah penduduk
di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Prosentase kemampuan mata air untuk menyuplai
kebutuhan air ditampilkan dalam Gambar 2.

Prosentase Kemampuan Mata Air


2,650
Prosentase kemampuan mata air (%)

2,645
2,640
2,635
2,630
2,625
2,620
2,615
2,610
2,605
2,600
2,595
2020 2021 2022 2023 2024
Tahun

Gambar 2. Prosentase kemampuan mata air.

Dari Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa prosesntase kemampuan mata air dalam menyuplai air untuk
keperluan cuci tangan adalah menurun. Penurunan ini disebabkan karena jumlah penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun dan dengan asumsi bahwa debit mata air adalah tetap. Dengan jumlah
penduduk yang meningkat, maka kebutuhan akan air akan cenderung meningkat, sedangkan kemampuan
mata air adalah terbatas.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa potensi dari keempat mata air yang
terletak di Kecamatan Umbulharjo adalah sebesar 0,73 L/detik. Kondisi ini mampu untuk menyuplai
sekitar 2,61 – 2,64 % dari jumlah penduduk di Kecamatan Umbulharjo untuk sekali cuci tangan. Untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian terkait dengan kualitas air pada masing –masing mata
air, ataupun pencarian sumber air lain guna mencukupi kebutuhan akan air bersih.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2021, Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka, https://jogjakota.bps.go.id/publication, diakses
tanggal 1 Mei 2021.
Hartati, dkk, 2016. Metode Geometri, Metode Aritmatika Dan Metode Eksponensial Untuk
Memproyeksikan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan, Prosiding Seminar Nasional Sains,
Matematika, Informatika Dan Aplikasinya, Vol. 4, Buku 4, Hal. 7 – 18. Lampung.

180
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Haryono, S., 2013, Analisis Kelayakan Sumber Mata Air Ditinjau Dari Parameter Fisik Sebagai Sumber
Penyediaan Air Di Kabupaten Klaten, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta.
Hendrasari, R.S., 2020, Studi Peningkatan Kebutuhan Air Bersih Pada Masa Pandemi Covid 19 di Kota
Yogyakarta, Prosiding Seminar Nasional: Optimalisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Menuju Kemandirian di Tengah Pandemi Covid-19 Vol. 3 (2020), Semarang, 23
Desember 2020.
Rustika, Ika., dkk, 2018. Sistem Pengukuran dan Pemantauan Ketinggian dan Debit air Berbasis
Mikrokontroler Untuk mendeteksi Potensi Banjir, 9 th Industrial Research Workshop And National
Seminar, Vol. 9 (2018), Hal. 57 – 64. Bandung.
Sudarmadji, dkk., 2016, Pengelolaan Mata Air Untuk Penyediaan Air Rumah Tangga Berkelanjutan Di
Lereng Selatan Gunung Api Merapi, J. Manusia Dan Lingkungan, Vol.23, No. 1, Maret 2016: 102-
110.

181
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

REVIEW PERILAKU LANTAI/DECK KOMPOSIT BETON-KAYU

Chintia1*, A. Awaludin2, A. Saputra3


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, INDONESIA
*
Email: aisyahchintia@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Metode konstruksi kayu-beton komposit telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, antara lain
untuk konstruksi seperti gedung bertingkat dan jembatan bentang pendek. Makalah ini menyajikan
review tentang penelitian kayu-beton komposit dari tahun-tahun sebelumnya. Referensi literatur dipilih
dan ditinjau dengan cermat untuk memberikan gambaran dan pengembangan teknik konstruksi Timber
Concrete Composite. Lantai TCC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan lantai kayu
tradisional atau sistem beton bertulang. Kuat tekan beton yang tinggi dan kuat tarik yang tinggi pada
kayu memberikan keuntungan kinerja struktur bila disatukan menjadi struktur komposit.

Kata kunci: Kayu beton komposit, Kayu laminasi, Struktur komposit.

PENDAHULUAN
Sistem komposit kayu-beton (Timber-Concrete Composite) adalah teknik konstruksi yang digunakan
untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan lantai kayu yang ada serta untuk konstruksi baru seperti
gedung bertingkat dan jembatan bentang pendek. Struktur TCC mencakup tiga komponen yang berbeda,
yaitu kayu, beton, dan sambungan. Komponen tersebut tidak hanya menahan gaya yang sama, tetapi juga
menunjukkan perilaku yang berbeda. Pelat beton biasanya tahan terhadap kompresi, sedangkan kayu
biasanya menahan tegangan yang disebabkan oleh tekuk, dan sistem sambungan dapat menahan slip
antara kayu dan beton dalam struktur TCC.

Keunggulan Sistem Komposit


Deck jembatan TCC memiliki kekuatan tekuk yang jauh lebih tinggi dan defleksi yang lebih rendah
daripada deck kayu (non-komposit) dengan dimensi yang sama (Ceccotti, 2002). Potensi keuntungan dari
semua jembatan kayu termasuk kapasitas beban dan kekakuan yang lebih besar karena modulus elastisitas
beton yang lebih tinggi terhadap kayu, kerentanan yang lebih sedikit terhadap getaran, peningkatan daya
tahan karena pelat beton melindungi kayu dari kontak langsung dengan air akibat hujan dan angin, serta
perlindungan bagian kayu dari benturan roda. Dibandingkan dengan jembatan beton bertulang, jembatan
TCC lebih ringan karena berat kayu hanya seperempat beton dan memiliki kekuatan tekan dan tegangan
yang hampir sama, tidak memerlukan tulangan baja tambahan, lebih berkelanjutan karena kayu
memisahkan karbon dioksida dari atmosfer dan memiliki lebih sedikit energi yang terwujud, dan secara
estetika menyenangkan (Fragiacomo et al., 2018)

Metode Desain
Eurocode 5, Bagian 2 (CEN 2004) menjelaskan secara singkat, desain jembatan TCC. Pendekatan
ini, yang dikenal sebagai metode gamma, menggunakan kekakuan lentur yang efektif yang
mempertimbangkan kekakuan sambungan melalui koefisien komposit γ mulai dari 0 untuk tanpa aksi
komposit hingga 1 untuk aksi komposit penuh.. Metode gamma dapat digunakan dengan asumsi berikut
kayu dan beton dihubungkan oleh sambungan mekanik dengan slip modulus K dan jarak s yang konstan
atau bervariasi sesuai dengan gaya geser antara smin dan smax, dengan smax ≤ 4smin, dan beban bekerja tegak
lurus terhadap sumbu (dalam arah z) dengan memberikan momen bervariasi secara sinusoidal atau
parabola dan gaya geser.

Shear Connector (Sambungan Geser)


Sistem koneksi adalah bagian penting dari sistem TCC mana pun. Sambungan harus kaku dan kuat
untuk memaksimalkan aksi komposit, tetapi jumlah konektor dan waktu pemasangan harus minimal
sehingga membuat sistem hemat biaya (Deam et al., 2008). Alat sambung dapat meneruskan gaya geser
serta mencegah atau mengurangi gerakan antara kayu dengan slab beton. Oleh karena itu, performa

182
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

mekanik kayu dan beton sangat dipengaruhi oleh kualitas alat sambung antara kayu dan beton. Alat
sambung juga harus terdeformasi secara plastis sebelum terjadi kerusakan pada bagian kayu ataupun
beton (Auclair et al., 2016).

Gambar 1. Contoh sambungan geser kayu-beton: (A1) paku; (A2) glued reinforced concrete steel bars;
(A3) sekrup; (A4) sekrup miring; (B1) split rings; (B2) toothed plates; (B3) steel tubes; (B4) steel
punched metal plates; (C1) lubang bundar pada kayu dan pengencang yang mencegah uplift; (C2)
lekukan persegi dan pengencang; (C3) ) cup indentation dan batang baja prategang; (C4) deck papan kayu
yang dipaku dan pelat geser baja yang dimasukkan sampai ke papan yang lebih dalam; (D1) kisi baja
yang direkatkan ke kayu; (D2) pelat baja yang direkatkan pada kayu. (Ceccotti, 2002)

RISET TENTANG TIMBER CONCRETE COMPOSITE


Telah banyak dilakukan uji keruntuhan jangka pendek pada lantai TCC. Uji runtuh ini penting untuk
mengukur aksi komposit dalam menahan beban dan kegagalan. Push-out tests pada sambungan harus
selalu mendahului uji keruntuhan untuk mendapatkan sifat mekanis sambungan. Kekakuan dan kekuatan
konektor geser sangat mempengaruhi tingkat aksi komposit dalam struktur. Berikut ringkasan dari
beberapa artikel yang mengenai uji keruntuhan jangka pendek dalam beberapa tahun terakhir yang
disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan perilaku deck komposit beton-kayu dari beberapa tahun yang lalu
No Referensi Deskripsi Keterangan
1. Clouston, P. et al Kayu glulam sepanjang 10 m, pelat 1. Perhitungan menunjukkan
(2005) beton 120x960 mm, dan tiga baris bahwa balok yang diuji bekerja
jaring baja sepanjang bentang. Jaring dengan aksi komposit penuh,
baja (steel mesh) memiliki panjang 1 97% kekakuan efektif dan 99%
m. Dilakukan four point bending test kekuatan balok dengan aksi
dan perhitungan desain dengan komposit penuh.
metode gamma yang mengacu pada 2. Dengan metode gamma,
Eurocode 5. Beban elastis maksimum diperkirakan terjadi kegagalan
aktual pada balok adalah 250 kN dan sebesar 312 kN dibandingkan
kegagalan ultimit terjadi pada 291 dengan 315 kN untuk aksi
kN. komposit penuh.
2. Deam, B. L. et al Empat spesimen balok kayu beton 1. Kekakuan balok komposit non
(2008) komposit dengan LVL joist prategang terbukti hampir tiga
sepanjang 6 m.Satu spesimen dengan kali lipat dari bare LVL joist,
LVL biasa, sambungan geser yang tetapi hanya 74% lebih kuat.
kuat, dan pelat beton. Tiga spesimen 2. Prategang balok komposit

183
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

lainnya menyelidiki penggunaan memiliki pengaruh yang kecil


panel beton nonstruktural ringan baik terhadap kekakuan
sebagai pelat, tendon prategang lurus maupun kekuatannya. Namun,
dan sambungan geser yang kuat dan prategang mengurangi defleksi
tendon prategang yang dibungkus midspan.
dan sambungan geser yang lebih
lemah. Dilakukan Dinamic test dan
quasi-static four-point bending tests
3. Lukaszewska, E. et al Lima balok glulam komposit kayu- 1. Hasil uji eksperimental dan
(2010) beton dengan panjang 4,8 m. Pelat analisis numerik menunjukkan
beton dengan ukuran 60 x 1600 x bahwa koneksi berlekuk
4800 mm dibuat di luar lokasi bersama dengan pipa baja dan
dengan konektor yang terpasang. lag screw dapat memberikan
Tiga spesimen dengan lag screw kinerja struktur yang baik dan
yang dikelilingi oleh pipa baja yang dapat meningkatkan efisiensi
tertanam di beton, dan dua spesimen koneksi.
dengan pelat logam yang dipaku 2. Balok dengan tipe konektor
pada balok glulam untuk ST+S+N berperilaku linier
menghubungkan pelat beton ke balok sampai konektor menjadi
glulam. Dilakukan full-scale plastis akibat kegagalan geser
bending tests sampai gagal. pada takik beton. Jenis
sambungan ini adalah yang
terkaku dan terkuat. Runtuhnya
balok terjadi karena patahnya
kayu yang mengalami
tegangan, dengan konektornya
sudah menjadi plastis, tetapi
jauh sebelum terjadi slip
ultimit. Secara keseluruhan,
balok komposit jenis ini sangat
kaku, dengan kekuatan tinggi
372 kN dan daktilitas yang
rendah.
4. Yeoh, D. et al (2011) 11 Balok T LVL- beton komposit 1. Metode kekakuan tekuk efektif
dengan variabel yang berbeda seperti atau metode γ menurut
panjang bentang 8 dan 10 m, lebar Lampiran B Eurocode 5
digunakan untuk merancang
600 dan 1.200 mm, jenis sambungan
balok di bawah beban desain 3
dan beton diselidiki. Semua balok kN/m2 dan beban permanen
diuji kira-kira 4–5 bulan setelah desain 1 kN/m2 di samping
konstruksi. Setiap balok hanya bobot sendiri. Enam balok
ditopang dan diuji 4 titik, quasi-static dirancang well-designed dan
bending test sampai gagal lima dirancang underdesigned.
menggunakan beban 400 kN aktuator Semua balok menunjukkan aksi
komposit tingkat tinggi, antara
hidrolik yang dikendalikan.
86,8% dan 99,9%.
5. Fragiacomo, M. and Lima balok glulam komposit kayu- 1. Hasil terbaik dapat diperoleh
Lukaszewska, E. beton dengan panjang 4,8 m. Pelat dengan menggunakan konektor
(2011) beton dengan ukuran 60 x 1600 x takik yang diperkuat dengan
4800 mm dibuat di luar lokasi coach screw, yang ternyata jauh
dengan konektor yang terpasang. lebih kaku daripada konfigurasi
Tiga spesimen dengan lag screw alternatif yang hanya coach
yang dikelilingi oleh pipa baja yang screw atau pelat baja yang
tertanam di beton, dan dua spesimen dipaku ke kayu.
dengan pelat logam yang dipaku 2. Frekuensi natural sebagian
pada balok glulam untuk besar melebihi nilai 8 Hz,
menghubungkan pelat beton ke balok membuktikan bahwa sistem
tidak peka terhadap getaran jika

184
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

glulam. Dilakukan Uji statis dan digunakan untuk bentang 4,5


dinamis dan analisis numerik. m.
6. Khorsandnia, N. et al 4 balok TCC memiliki bentang 5,8 m 1. Kekakuan sambungan NS pada
(2012) dan panjang totalnya adalah 6,0 m. balok B-NS jauh lebih kecil
Tiga jenis sambungan (NS, SFS dan dibandingkan dengan total
BM) digunakan pada balok dengan kekakuan sambungan SFS dan
jarak yang berbeda dan jumlah BM.
pengencang yang berbeda pada 2. Berdasarkan distribusi regangan
panjang balok. Pelat beton memiliki yang diamati pada kedalaman
lebar 600 mm dan tebal 75 mm serta penampang, semua balok
tebal balok LVL 250 mm dan lebar menunjukkan perilaku semi-
48 mm. Dilakukan uji push-out pada komposit.
sambungan dan four point bending
test pada balok TCC. Pada balok
TCC pembebanan dihentikan pada
defleksi bentang tengah 10 mm.
7. Boccadoro, L and Benda uji berukuran 6 m x 600 x 160 1. Daya dukung beban tertinggi
Frangi, A. (2014) mm. Pelat LVL kayu beech
diukur dalam spesimen dengan
berukuran 40 mm dengan lapisan
beton setebal 120 mm. Kayu dan takik persegi panjang (1A dan
beton dihubungkan dengan takik 1B) dan menunjukkan bahwa
sedalam 15 mm di pelat LVL. takik persegi panjang
Dilakukan four-point bending tests. memastikan perilaku struktural
yang lebih baik daripada
gelombang berlekuk.
2. Antara beban kegagalan benda
uji 1A (55 kN) dan 1B (50 kN)
terdapat selisih sebesar 9%,
karena kualitas beton yang
lebih rendah pada benda uji 1B
sehingga mengalami kegagalan
akibat kegagalan geser pada
beton. Sedangkan spesimen 1A
mengalami kerusakan kayu
8. Mai, K. Q. et al (2018) Lima spesimen lantai dibuat dengan 1. Frekuensi utama lantai
dimensi yang sama, lebar dan
meningkat secara signifikan
panjang 900 mm 6000 mm. Di antara
lima spesimen, empat adalah lantai dengan topping beton 100 mm,
beton CLT hybrid, dengan jenis menjadi sekitar 25% lebih
konektor yang bervariasi, sudut (45 tinggi daripada spesimen tanpa
dan 90), dan jarak, dan sisanya hanya topping. Rasio redaman lantai
CLT, dianggap spesimen standar. komposit sekitar 1%, dan
Lapisan atas beton dengan ketebalan kemungkinan akan berkurang
100 mm. Dilakukan 4-point bending
dengan tambahan topping
test dan dynamic test.
beton.
2. Spesimen lantai beton-CLT
hibrida menunjukkan
peningkatan kapasitas tekuk
yang signifikan, dari 3-5 kali
lebih tinggi, dibandingkan
dengan spesimen lantai CLT.

185
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

9. Mudie, J. et al (2019) Detail dari spesimen ini, yaitu 1. Hasilnya menunjukkan bahwa
bentang 4,9 m, joist LVL kayu
momen tengah bentang dan
beech pada pusat 700 mm, pelat
dengan kedalaman 80 mm dan berbagi reaksi keduanya
konektor geser steel mesh. Pada berbeda secara nonlinear
penelitian ini dilakukan double- dengan beban, tetapi dengan
shear tests dan load-to-failure test. cara yang sangat berbeda satu
sama lain (dengan perbedaan
hingga hampir 20% diamati di
antara keduanya), dalam
perkembangan antara tidak
retak, retak, dan sambungan
daktilitas.
2. Setelah mencapai beban puncak
pada spesimen TCC, konektor
terus berubah bentuk. Rekaman
dari linear potentiometers high
light bahwa terjadi slip di ujung
spesimen antara beton dan
balok kayu mencapai hingga
7,8 mm sebelum fraktur kayu
terjadi.
10. Du, H. et al (2021) Dua balok glulam beton komposit 1. Hasil percobaan menunjukkan
dengan sekrup miring dan konekter bahwa daya dukung dan
berlekuk. Sekrup yang digunakan kekakuan balok komposit
adalah lag screw. Setiap spesimen GCCB-1 dengan sekrup miring
balok komposit terdiri dari satu balok lebih besar dibandingkan
kayu berukuran 150 mm × 300 mm dengan balok komposit GCCB-
yang dihubungkan ke satu pelat 2 dengan konektor berlekuk.
beton 800 mm × 80 mm dengan Alasan utamanya adalah balok
konektor geser. Interlayer memiliki komposit GCCB-1 memiliki
lebar 400 mm, tebal 15 mm dan rasio sambungan geser yang
panjang 1500 mm. Pada penelitian lebih besar dibandingkan
ini dilakukan four-point bending dengan balok komposit GCCB-
test. 2.

PEMBAHASAN
Perilaku jangka pendek struktur TCC telah diselidiki dari beberapa review di Tabel 1. Berbagai jenis
balok TCC dengan koneksi berbeda telah dilakukan uji tekuk empat titik (four-point bending test) untuk
mengukur aksi komposit sebenarnya dari sistem, kapasitas dukung beban, mekanisme kegagalan dan
untuk mengevaluasi load-deflection response yang terjadi pada struktur tersebut. Hasil dari uji tekuk
menunjukkan bahwa kapasitas dukung beban yang tinggi dapat diharapkan dari TCC. Perilaku jangka
pendek memperlakukan kayu, beton, dan perilaku sambungan sebagai elastis linier dan mengabaikan
deformasi geser.
Perilaku jangka panjang dari sistem komposit ini dipengaruhi oleh fenomena yang berbeda seperti
creep. Selain itu, perilaku jangka panjang lantai TCC dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti
ukuran kayu, sifat permukaan, jenis pembebanan, panjang siklus lingkungan dan bahkan difusi
kelembapan yang cukup kompleks dan bersifat non-linier. Defleksi maksimum di bawah beban
Serviceability Limit State (SLS) adalah parameter yang paling berpengaruh pada kinerja balok TCC
bentang menengah hingga panjang yang mengalami kondisi lingkungan yang parah (Fragiacomo &
Schänzlin, 2010). Oleh karena itu, perlu dilakukan penyelidikan perilaku struktur di bawah pembebanan
jangka panjang.

186
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dalam studi ini membuktikan bahwa TCC memiliki potensi besar sebagai
solusi inovatif untuk lantai/deck yang berkelanjutan. TCC juga merupakan pilihan yang baik karena
kombinasi yang baik dengan bobot yang ringan, mudah dibangun dan mampu meningkatkan kekuatan
dan kekakuan lantai komposit kayu-beton.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengetahui pengaruh kinerja jangka panjang
jembatan TCC di bawah beban layan, termasuk analisis efek rangkak beton, dan pada perilaku fatigue
pada sistem sambungan. Penelitian tentang ketahanan api, dan kerentanan terhadap perilaku getaran perlu
dilakukan karena tuntutan akan kenyamanan dan keamanan pada bangunan tidak boleh diabaikan..

DAFTAR PUSTAKA
Auclair, S.C., Sorelli, L., & Salenikovich, A., 2016, A New Composite Connector for Timber-Concrete
Composite Structures, Construction and Building Materials, Vol. 112, Hal. 84-92
Boccadoro, L., dan Frangi, A., 2014, Experimental Analysis of the Structural Behavior of Timber-
Concrete Composite Slabs made of Beech-Laminated Veneer Lumber, Journal of Performance of
Constructed Facilities, Vol. 28 (6).
Ceccotti, A. (2002). "Composite concrete-timber structures," Progress in Structural Engineering and
Materials, Vol. 4, Hal. 264-275.
Clouston, P., Bathon, L. A., and Schreyer A., 2005, Shear and Bending Performance of a Novel Wood–
Concrete Composite System, Journal of Structural Engineering, Vol. 131, hal. 1404-1412.
Deam, B. L, Fragiacomo, M., and Gross, L. S., 2008, Experimental Behavior of Prestressed LVL-
Concrete Composite Beams, Journal of Structural Engineering, Vol. 134, Hal. 801-809.
Du, H., Hu, X., Han, G., and Shi, D., 2021, Experimental and analytical investigation on flexural
behaviour of glulam-concrete composite beams with interlayer, Journal of Building Engineering,
Vol. 38.
European Committee for Standardization, 2004, Eurocode 5: Design of timber structures - Part 2:
Bridges, Brussels, Belgium.
Fragiacomo, M., and Lukaszewska, E., 2011, Development of prefabricated timber–concrete composite
floor systems, Structures and Buildings, Vol. 164, Hal. 117–129.
Fragiacomo, M., Gregori, A., Xue J., Demartino, C., and Toso, M., 2018, Timber-concrete composite
bridges: Three case studies, Journal Traffic Transportation Engineering, Vol. 5, Hal. 429-438.
Fragiacomo, M., and Schänzlin, J. 2010, The effect of moisture and temperature variations on timber-
concrete composite beams, paper presented to the 11th WCTE 2010, Riva del Garda, Trentino, Italy.
Khorsandnia, N., Valipour, H. R., and Crews, K., 2012, Experimental and analytical Investigation of
Short-term Behaviour of LVL-Concrete Composite Connections and Beams, Construction and
Building Materials, Vol. 37,Hal. 229- 238.
Lukaszewska, E., Fragiacomo, M., and Johnsson, H., 2010, Laboratory Tests and Numerical Analyses of
Prefabricated Timber-Concrete Composite Floors, Journal of Structural Engineering, Vol. 136, Hal.
46-55.
Mai, K. Q., Park, A., Nguyen, K. T., and Lee, K., 2018, Full-scale static and dynamic experiments of
hybrid CLT–concrete composite floor, Construction and Building Materials, Vol. 170, Hal. 55-65.
Mudie, J., Sebastian, W. M., Norman, J., and Bond I. P., 2019, Experimental study of moment sharing in
multi-joist timber-concrete composite floors from zero load up to failure, Construction and Building
Materials, Vol. 225, Hal. 956–971.
Yeoh, D., Fragiacomo, M., and Deam, B., 2011, Experimental behaviour of LVL–concrete composite
floor beams at strength limit state, Engineering Structures, Vol. 33, Hal. 2697–2707.

187
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK SLOOF-KOLOM DOUBLE CNP PADA


RUMAH INSTAN STRUKTUR BAJA (RISBA) DENGAN PEMBEBANAN
MONOTONIK

Sanggabuana Satria K 1*, Iman Satyarno2, Ashar Saputra3


1,2,3
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
*
Email: sanggabuana.satria@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Salah satu alternatif usulan dari Rumah Tahan Gempa (RTG) guna keperluan rekonstruksi kembali
pasca bencana adalah Rumah Instan Struktur Baja (RISBA). RISBA memiliki konsep perencanaan pada
bagian sambungan diharapkan tetap pada kondisi elastis ketika kapasitas penampang yang disambung
telah mencapai kondisi plastis akibat penerimaan beban. Uji monotonik dilakukan pada spesimen
berupa sambungan balok sloof-kolom untuk mengetahui perilakunya ketika diberi beban lateral.
Dilakukan variasi pengujian dengan tipe sambungan tengah dan tepi, arah pembebanan pada sumbu
kuat dan lemah, serta penambahan mortar di dalam profil kolom double CNP. Hasil pengujian benda uji
SRBA-1 memiliki nilai Ppeak yang lebih tinggi dibandingkan SRBA-2. Pembebanan arah sumbu kuat
menghasilkan nilai Ppeak yang lebih tinggi dibandingkan beban arah sumbu lemah. Benda uji SRBA-1
pembebanan sumbu kuat terisi mortar memiliki kapasitas sambungan tertinggi dimana menerima beban
puncak Ppeak sebesar 7,485 kN, kekakuan elastis sebesar 0.1089 kN/mm dan daktilitas 4.199. Pada
pengujian SRBA-2 pembebanan sumbu kuat terisi mortar memiliki kapasitas sambungan tertinggi
dimana menerima beban puncak Ppeak sebesar 4.444 kN, dengan kekakuan elastis sebesar 0.0684 kN/mm
dan daktilitas 2,537. Pada benda uji sambungan SRBA-1 ditemukan kerusakan yang terjadi berupa
kegagalan tekuk pada lokasi yang diharapkannya terbentuk sendi plastis serta kegagalan fraktur pada
bagian balok sloof pada benda uji sambungan SRBA-2.

Kata kunci: sambungan balok sloof-kolom, monotonik, rumah tahan gempa, struktur baja

PENDAHULUAN
Gempa merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi, berdampak luas, serta mengakibatkan
kerusakan fisik hingga sosial ekonomi masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara dengan nilai
frekuensi gempa yang tinggi. Beberapa peristiwa gempa besar terjadi di Indonesia seperti gempa Jogja
(2006) dengan skala 6.3M, gempa Lombok (2018) dengan skala 7.0M, gempa Palu (2018) sebesar 7.4M
tidak hanya menimbulkan korban jiwa, melainkan juga kerusakan pada bangunan terutama bangunan
sederhana (bangunan non-engineered).
Bangunan non-engineered dikategorikan sebagai bangunan rumah tinggal yang direncanakan tanpa
bantuan arsitek maupun ahli struktur [Boen, 2007]. Kegagalan pada bangunan non-engineered ini terjadi
dikarenakan dinding pasangan batu bata memiliki sifat yang getas dan berat disertai oleh faktor buruknya
sambungan antar dinding, atap, maupun dengan fondasi. Pembangunan kembali rumah sesuai keadaan
semula membutuhkan waktu dan biaya menjadi fokus utama pemerintah dikarenakan tingginya angka
kerusakan.
Muncul alternatif solusi terkait kebutuhan rekonstruksi tempat tinggal bagi korban gempa RISBA
(Rumah Instan Struktur Baja) berdasarkan semboyan “build back better” dengan harapan korban dapat
segera meninggalkan pengungsian, kembali ke rumah, dan membangun kembali yang lebih baik
[Setiawan dan Saputra, 2019]. Konstruksi RISBA menggunakan struktur utama terbuat dari baja dengan
profil kanal double CNP 95x33x10x1,8 dibangun dengan waktu 5 hari berdasarkan simulasi riil di
lapangan. Sifat material baja yang daktail membuat RISBA unggul dibandingkan material getas ketika
terjadi kejadian gempa di masa datang. Keawetan material yang digunakan terjamin dengan pelapisan
menggunakan lapisan anti karat (Zinchromate) minimal 2 lapis untuk meningkat durabilitas bahan. Profil
baja CNP disambung dengan menggunakan las listrik, hal ini didasarkan pada metodenya yang sederhana
tanpa ada standar pengelasan khusus serta sudah banyak dikuasai masyarakat sehingga memudahkan
pelaksanaan pekerjaannya RISBA memiliki tinggi dinding 3 meter menggunakan bahan kalsiboard
dengan ukuran 1,2 m x 2,4 m untuk menghindari sisa material dan pasangan bata 60 cm yang bertujuan

188
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

sebagai tambahan pengaku sekaligus massa yang diperlukan ketika struktur bergoyang akibat beban angin
serta dapat diterima oleh masyarakat yang masih trauma dengan dinding pasangan bata keseluruhan.
Sambungan pada struktur RISBA direncanakan masih berada pada kondisi elastis ketika kapasitas
penampang yang disambung sudah mencapai kondisi plastis akibat menerima pembebanan. Untuk
mengetahui perilaku sambungannya ketika diberi beban lateral dilakukan studi lebih lanjut dengan studi
eksperimental terhadap sistem sambungan balok sloof-kolom dari RISBA. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan pembebanan lateral monotonik untuk mengetahui kurva hubungan antara beban dan
perpindahan, kekakuan elastis, daktilitias, serta pola kerusakan yang terjadi.

Sambungan Sambungan
Tepi Tengah

Gambar 12. Bangunan RISBA (Bimbingan Teknis Penerapan Teknologi Rumah Tahan Gempa Mataram,
NTB, 2019)

METODE PENELITIAN
Uji Eksperimental
Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Universitas Gadjah Mada. Pengujian dilakukan
menggunakan spesimen berupa sambungan balok sloof-kolom yang diberi pembebanan monotonik. Hasil
dari pengujian berupa kurva hubungan antara beban dan perpindahan serta pola kerusakan yang terjadi.
Benda Uji
Benda uji menggunakan profil baja CNP dimensi 95x33x10x1,8 untuk penampang kolom dan balok
sloof, serta besi siku L40 dan L70 yang digunakan sebagai pengaku. Berdasarkan hasil uji tarik, diperoleh
nilai rata-rata tegangan leleh (fy) 268,104 MPa dan kuat tarik (fu) 331,311 MPa. Penyambungan antar
profil CNP menggunakan las listrik dengan kawat las tipe RB26 yang diproduksi oleh Kobe Steel. Tinggi
dari kolom diambil 1,5 meter berdasarkan nilai 1/2 H Infection Point dari total tinggi bangunan (H) 3
meter. Detail dari benda uji dan persyaratannya dalam perkejaan perakitan sambungan dapat dilihat pada
Gambar 2.
Terdapat dua tipe sambungan yaitu tengah dan tepi yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada masing-
masing tipe sambungan diberi arah pembebanan yang berbeda mengikuti sumbu kuat maupun lemah serta
variasi penambahan isi dan tanpa mortar pada profil kolom double CNP. Profil double CNP diisi dengan
mortar pasir semen 1:5 dan telah diuji di laboratorium dengan nilai berat jenis rata-rata 2003 kg/m3 serta
kuat tekan rata-rata 9,122 MPa. Benda uji dibuat berjumlah delapan (8) buah dengan rincian dapat dilihat
pada Tabel 1.

189
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 13. Detail Benda Uji Eksperimental

(a) (b)
Gambar 14. Tipe Sambungan: (a) Sambungan Tengah (SRBA-1), (b) Sambungan Tepi (SRBA-2)

Tabel 7. Variasi Jumlah Tipe Benda Uji


Spesimen Arah Pembebanan Variasi Isi Jumlah (buah)
Tanpa Isi 1
Arah X
Mortar 1
SRBA-1
Tanpa Isi 1
Arah Y
Mortar 1
Tanpa Isi 1
Arah X
Mortar 1
SRBA-2
Tanpa Isi 1
Arah Y
Mortar 1
Total 8
Instrumentasi dan Set-up Pengujian
Setting alat pengujian pemberian beban lateral secara bertahap menggunakan alat hydraulic jack serta
load cell kapasitas 5 ton untuk pembacaan besarnya beban. Penentuan besarnya kapasitas alat ditentukan
berdasarkan hasil analisis numerik nilai beban maksimal dari berbagai variasi benda uji sekitar 800 kg.
Pengukuran besarnya perpindahan yang terjadi menggunakan LVDT (Linear Variable Differential

190
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Transducer) dengan kemampuan baca 100 mm dan ketelitian 1/100 mm yang dipasang di bagian ujung
atas kolom. Alat rekam data yang digunakan selama pengujian menggunakan data logger TS-303.

Gambar 15. Set-up Alat Pengujian

Prosedur Analisis
Analisis hasil dari uji eksperimental beban monotonik menggunakan hasil kurva hubungan antara
beban dan perpindahan untuk menghitung Kurva EEEP (Equivalent Energy Elastic-Plastic Curve)
berdasarkan ASTM-E2126. Kurva awal berupa garis dengan kemiringan yang sama dengan kurva beban
dan perpindahan pada saat beban mencapai 0.4 P peak (beban puncak) dengan perpindahan elastis (Δ e) dan
garis mendatar yang menghubungkan perpindahan leleh (Δ yield) dan perpindahan ultimit (Δu) seperti pada
Gambar 5.
Kekakuan elastis (Ke) berdasarkan ASTM-E2126 merupakan kemiringan dari beban pada kondisi
0.4 Ppeak dan perpindahan Δe dapat dihitung berdasarkan Persamaan 1.

0,4 Ppeak
Ke = (
∆e 1)
dimana:
Ke = Kekakuan geser elastis (kg/mm)
0,4 Ppeak = Beban pada kondisi 40% dari beban puncak (kg)
Δe = Perpindahan elastis ketika beban pada kondisi 40% dari beban puncak (mm)
Beban pada kondisi leleh (P yield) didapatkan berdasarkan keseimbangan luasan di bawah kurva envelope
dengan luasan di bawah kurva EEEP pada Gambar 5 yang dapat dihitung berdasarkan Persamaan 2. Nilai
dari perpindahaan saat leleh pertama (Δ yield) kemudian dapat dihitung berdasarkan Persamaan 3.

2A
Pyield = ∆u - ∆u 2 - K (
Ke e 2)
Pyield
∆yield = (
Ke
3)

191
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dimana:
Pyield = Beban pada kondisi leleh (kg)
Δu = Perpindahan ultimit (mm)
A = Luas di bawah kurva envelope (kg.mm)
Ke = Kekakuan geser elastis (kg/mm)

Gambar 16. Kurva Elastis-Plastis (ASTM E2126-11, 2015)

Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur untuk tidak mengalami keruntuhan secara tiba-tiba
(getas) tetapi masih mampu mengalami deformasi yang cukup besar pada saat beban maksimum tercapai
sebelum struktur mengalami keruntuhan. Faktor daktilitas struktur merupakan rasio antara perpindahan
ultimit (Δu) dan perpindahan saat mengalami leleh pertama (Δyield). Daktilitas dapat dihitung berdasarkan
Persamaan 4.

∆u
μ (
∆yield
4)
dimana:
Δu = Perpindahan ultimit (mm)
Δyield = Perpindahan leleh pertama (mm)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Berdasarkan hasil uji eksperimental diperoleh kurva hubungan antara beban dan perpindahan. Kurva
yang dihasilkan merupakan pembacaan beban dari load cell dan perpindahan dari LVDT di posisi ujung
atas kolom. Hasil keseluruhan pengujian tipe sambungan SRBA-1 dapat dilihat pada Gambar 6 dan
SRBA-2 pada Gambar 7.
Pola kerusakan yang terjadi pada SRBA-1 umumnya terjadi tekuk (buckling) pada kolom di posisi
bagian atas pengaku dimana merupakan posisi yang diharapkan terbentuknya sendi plastis, detail pola
kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan kurva hasil pengujian, terlihat pada benda uji
SRBA-1 yang tidak diisi oleh mortar terjadi penurunan beban signifikan akibat terjadinya tekuk. Namun
pada SRBA-2 tidak ditemukan terjadinya tekuk pada kolom, melainkan terjadi fraktur (fracture) pada

192
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

bagian balok sloof secara seragam tanpa perbedaan baik tidak terisi maupun terisi mortar, detail pola
kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 17. Kurva Beban - Perpindahan Sambungan SRBA-1

Gambar 18. Kurva Beban - Perpindahan Sambungan SRBA-2

(a) (b)
Gambar 19. Pola Kerusakan Tekuk pada Kolom: (a) Benda Uji Sambungan Tengah Tanpa Isi, (b) Benda Uji
Sambungan Tengah dengan Isi

193
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(a) (b)
Gambar 20. Pola Kerusakan Fraktur pada Sloof: (a) Benda Uji Sambungan Tepi Tanpa Isi (b) Benda Uji
Sambungan Tepi dengan Isi

Pembahasan
Analisis dilakukan untuk menggambarkan kurva EEEP berdasarkan kurva beban-perpindahan hasil
dari uji eksperimental. Kurva contoh perhitungan menggunakan benda uji SRBA-1 beban arah X tanpa isi
dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 21. Hasil Analisis Kurva EEEP pada SRBA-1 Beban Arah X Tanpa Isi

Perhitungan luasan di bawah kurva eksperimental dihitung berdasarkan nilai integral dari persamaan
polinomial dengan koefisien regresi yang paling mendekati 1. Detail hasil analisis untuk mendapatkan
nilai kekakuan elastis (Ke) dan daktilitas struktur (µ) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan


Ppeak Δpeak Pult Δult Pyield Δyield Ke
Spesimen Arah Beban Variasi Isi µ
kN mm kN mm kN mm kN/mm
Tanpa Isi 6.347 102.59 5.078 141.364 5.739 60.588 0.0947 2.333
Arah X
Mortar 7.485 254.1 7.348 259.770 6.740 61.872 0.1089 4.199
SRBA-1
Tanpa Isi 4.444 84.84 3.555 145.495 4.019 50.120 0.0802 2.903
Arah Y
Mortar 6.131 167.44 5.827 232.610 5.865 60.095 0.0976 3.871
Tanpa Isi 3.718 175.38 2.974 198.962 3.410 88.115 0.0387 2.258
Arah X
Mortar 4.444 137.83 3.555 151.331 4.081 59.646 0.0684 2.537
SRBA-2
Tanpa Isi 3.463 156.92 2.770 184.641 3.295 64.652 0.0510 2.856
Arah Y
Mortar 3.796 121.53 3.698 146.59 3.579 65.956 0.0543 2.223

194
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 3, diperoleh pada benda uji SRBA-1 memiliki nilai Ppeak yang
lebih tinggi dibandingkan SRBA-2 untuk semua tipe variasi, hal ini diakibatkan karena sambungan
tengah memiliki 4 sisi yang menahan secara stabil ketika diberi beban jika dibandingkan dengan
sambungan tepi. Arah beban pengujian pada sumbu kuat (Arah X) menghasilkan beban P peak yang lebih
tinggi untuk semua tipe variasi, hal ini diakibatkan karena pada nilai inersia penampang arah sumbu kuat
(Ix) memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sumbu lemahnya. Penambahan mortar semen pada
benda uji meningkatkan beban Ppeak serta meningkatkan nilai Ke pada semua tipe variasi, hal ini
diakibatkan karena terjadi aksi komposit antara mortar semen dan penampang kolom baja dalam menahan
beban.

KESIMPULAN
1. Hasil pengujian SRBA-1 pembebanan arah X terisi mortar memiliki kapasitas sambungan tertinggi
dimana menerima beban puncak Ppeak sebesar 7,485 kN, dengan kekakuan elastis sebesar 0.1089
kN/mm dan daktilitas 4.199.
2. Hasil pengujian SRBA-2 pembebanan arah X terisi mortar memiliki kapasitas sambungan tertinggi
dimana menerima beban puncak Ppeak sebesar 4.444 kN, dengan kekakuan elastis sebesar 0.0684
kN/mm dan daktilitas 2,537.
3. Ditemukan terjadinya pola kerusakan berupa tekuk (buckling) pada penampang kolom double CNP
di bagian yang diharapkan terjadinya sendi plastis pada setiap benda uji SRBA-1.
4. Tidak ditemukannya kerusakan tekuk pada benda uji SRBA-2, namun terjadi pola kerusakan fraktur
(fracture) pada lokasi balok sloof dengan pola yang serupa baik benda uji SRBA-1 dan SRBA-2

DAFTAR PUSTAKA
Boen, T. (2007). Engineering Non-Engineered Buildings, from Non-Engineered to 3D Non-Linear
Analysis, Performance Based Design. Seminar Dan Pameran HAKI 2007 “Konstruksi Tahan
Gempa Di Indonesia,” 1–16.
Setiawan, A.F., Saputra, A.: RISBA Rumah instan struktur baja, Bimbingan Teknis Penerapan Teknologi
Rumah Tahan Gempa Mataram, NTB (2019)
ASTM - American Society For Testing And Materials. 2015. “E2126 - Standard Test Methods for Cyclic
(Reversed) Load Test for Shear Resistance of Vertical Elements of the Lateral Force Resisting
Systems for Buildings.” i(C):1–14. doi: 10.1520/E2126-11.2.

195
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KUAT LENTUR PELAT BETON PRECAST SEGMENTAL TANPA GROUTING


MENGGUNAKAN TULANGAN KONVENSIONAL DENGAN PEREKAT LEM
BETON

Abdul Rochman1*, M. Ujianto2*, Nur Rohman Hidayatulloh3


1,2,3
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sukoharjo, Jawa Tengah
*
Email: ar126@ums.ac.id

Abstrak
Pembuatan beton konvensional membutuhkan banyak tenaga dan waktu dalam pengerjaannya.
Pemakain beton precast bisa menjadi salah satu solusi. Teknologi precast sudah banyak diterapkan
pada berbagai elemen bangunan, salah satunya pada struktur pelat. Penelitian ini mengkaji suatu sistem
pelat precast alternatif, yang dibuat secara segmental. Benda uji pelat dibuat dengan ukuran: panjang
100 cm, lebar 65 cm, tebal total 10 cm. Gaya tarik prestress diberikan oleh baja tulangan konvensional
diameter 10 mm dengan cara mengencangkan baut di kedua ujungnya. Uji kuat lentur dilakukan dengan
menggunakan 2 titik pembebanan. Dari hasil pengujian diperoleh, untuk pelat precast segmental nilai
kekakuan rata-ratanya sebesar 1369,394 N/mm, dan momen ultimit rata-ratanya sebesar 7,916 kN.m.
Sedang untuk pelat utuh )non precast), nilai kekakuan rata-ratanya sebesar 1782,702 N/mm, dan
momen ultimit rata-ratanya sebesar 11,582 kN.m. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, kinerja pelat
precast segmental belum sebaik pelat utuh konvensional.

Kata kunci : pelat precast, segmental, kekakuan, momen ultimit

PENDAHULUAN
Plat beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang
arahnya horizontal, dan beban yang bekerja memiliki arah tegak lurus pada bidang plat tersebut.
Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar
bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
ketegaran balok portal.
Plat beton konvensional umumnya tersusun atas komponen plat lantai, balok anak, balok induk dan
kolom. Plat beton konvensional dibuat dan dicor langsung pada tempat pekerjaan konstruksi, sesuai
dengan bagian yang dibutuhkan pada perencanaan. Beton konvensional ini masih menjadi favorit bagi
beberapa kalangan dalam pembuatan bangunan tertentu.Tetapi ada kelebihan dan kekurangan dalam
struktur beton konvensional. Kelebihannya yaitu lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan dengan
kebutuhan, dapat dibuat ditempat yang sempit, pengawasan lebih terkontrol. Tetapi beton konvensional
memiliki kekurangan antara lain waktu pekerjaan lebih lama, kualitas dan mutu beton sulit terukur, biaya
yang besar dari segi bahan dan proses pembuatan.
Untuk mengantisipasi dari kekurangan dari plat beton konvensional diantaranya terdapat alternatif
untuk menggunakan plat beton precast dan prestress. Untuk plat beton prestress memiliki kekurangan
pada mahalnya sewa alat dan juga mahalnya bahan untuk pembuatan plat beton prestress. Untuk itu maka
digunakan plat beton precast yang menghemat biaya dalam pelaksanaan sebuah pekerjaan konstruksi.
Aziz (2014) telah meneliti tentang perbandingan pelaksanaan pekerjaan plat beton metode
konvensional dan metode precast. Berdasarkan hasil dan analisa didapatkan besar reduksi pekerjaan
antara pracetak fly slab dibandingkan metode konvensional cor di tempat antara lain: biaya pekerjaan
lebih ekonomis, yaitu dapat mereduksi rencana anggaran biaya sebesar 3,05% -37,57%, durasi pekerjaan
lebih cepat, sebesar 2,94% -72,72% bila dibanding dengan plat konvensional cor di tempat, lebih ramah
lingkungan, dapat meminimalisir pemakaian kayu pada proyek tersebut karena dapat mereduksi
biayapenggunaan kayu antara 90,11% –98,81%.
Penelitian tentang pelat beton precast telah dilakukan oleh Pratama, 0. (2018) yang meneliti
tinjauan ekonomis pelat beton dengan sistem precast menggunakan perkuatan kawat harmonika.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Haryanti, N. (2019) yang meneliti pelat beton precast bentuk

196
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

beralur dengan tulangan wiremesh. Penelitian ini mencoba untuk melanjutkan penelitian tersebut yang
mengkaji seberapa efektif pemakaian plat beton precast segmental yang diaplikasikan untuk lantai
bangunan rumah tinggal sederhana. Plat beton precast didesain berbentuk V dan sebagai perkuatan tarik
digunakan tulangan baja konvensional. Karena dibuat dalam bentuk segmental, kinerja platnya tentu
berbeda dengan plat beton yang dibuat secara konvensional. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah: (i) untuk mengetahui perbandingan kekakuan dan ketahanan lendutan plat beton precast dengan
plat beton konvensional, (ii) untuk mengetahui perbandingan kekuatan atau daya dukung plat beton
precast dengan plat beton konvensional, (iii) untuk mengetahui perbandingan berat dan biaya plat beton
precast dengan plat beton konvensional.

(a) Penampang pelat precast segmental (b) Blok plat baja ujung

Gambar 1. Penampang pelat beton precast segmental dan blok plat baja ujung

Luasan tulangan untuk memberikan gaya prestress dihitung sebagaimana perhitungan tendon pada
balok prestress metode post-tensioned. Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a). Menghitung modulus elastisitas beton, Ec


Ec = w1,5.(0,043). (dalam MPa) . ...........................(1)
Dengan w = berat jenis beton (kg/m3)
fc’ = kuat tekan beton pada umur 28 hari (MPa)

b). Melakukan analisis penampang (diperoleh e, Ya, Yb, Ipb)


c). Menghitung tegangan tepi atas dan tepi bawah pelat (Rochman, A., 2008)

Tepi atas :
- Tf + T f .e.Ya - M D .Ya - M L .Ya ≤ 0,45.fc’ . .................(2)
 Ai I pb I pb I pb
Dari persamaan diatas diperoleh nilai Tf = ....

Tepi bawah :
- Tf - T f .e.Yb + M D .Yb + M L .Yb ≤ 0,5. ..................(3)
 Ai I pb I pb I pb
Dari persamaan diatas diperoleh nilai Tf = .......

Dari perhitungan tegangan saat akhir pada bagian tepi atas dan tepi bawah dipilih nilai T terkicil
yang kemudian digunakan untuk mencari diameter tulangan pokok dengan rumus sebagai berikut:
D = .................................(4)

dengan :
Tf = gaya tarik awal tulangan pokok (N)
f’c = kuat-tekan beton pada 28 hari (Mpa)
ΣAi = luas penambang netto (mm2)
Ipb = momen inersia penampang beton (mm4)

197
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Perhitungan blok plat baja ujung sebagai berikut:


T
Abaja = ..................(5)
0,45. f ' c
Menghitung momen plat baja
σ= T ......................(6)
b.h

Mplat = .b.h. σ. .b .......................(7)

Mplat = .b.t2.fy ....................(8)

t = . ..................(9)

Momen ultimit lentur hasil pengujian dihitung dengan persamaan:


Mkap = .Pmax + .q.l2 ................(10)
dengan :
Mkap = momen kapasitas lentur hasil pengujian (Nmm)
Pmax = beban maksimum (Nmm)
q = beban merata (N/mm)
l = bentang benda uji (mm)

METODOLOGI
Bahan dan alat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bahan-
bahan yang diperlukan antara lain: semen Portland, menggunakan semen jenis I dengan merk
Indocement. Agregat halus, diambil dari PT. Panca Darma Beton. Agregat kasar berukuran maksimal 10
mm, diambil dari PT. Panca Darma Beton. Air diambil dari laboratorium Fakultas Teknik jurusan Teknik
Sipil Universitas Muhammdiyah Surakarta. Tulangan baja, digunakan adalah baja tulangan dengan Ø10
mm. Wiremesh (tulangan kawat baja las) dengan diameter 6 mm. Superplasticizer, digunakan viscocrete
1003, dibeli dari PT. Sika. Peralatan yang digunakan antara lain: Kerucut Abram’s, untuk uji slump flow.
Concrete mixer, untuk mengaduk campuran beton. Cetakan silinder, untuk pembuatan benda uji kuat-
tekan beton. Hidrolis Testing Machine, untuk uji kuat tekan, kuat-tarik, dan kuat lentur.

(a) Benda uji plat utuh (b) Benda uji plat segmental
Gambar 2. Benda uji plat utuh dan plat segmen.

Tahapan Penelitian
Kegiatan ini meliputi 5 tahap, dimulai dari proses persiapan alat dan penyediaan bahan, pemeriksaan
bahan, perencanaan dan pembuatan benda uji serta pengujian benda uji, dengan penjelasan sebagai
berikut:
Tahap I : Persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

198
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tahap II : Pengujian terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan benda uji
meliputi:semen, air, agregat halus, agregat kasar, baja tulangan dan wiremesh.
Tahap III : Meliputi perencanaan adukan beton (menggunakan metode SNI 03-2834-2000),pembuatan
adukan beton, pengujian slump, pembuatan benda uji (pelat utuh 3 sampel, pelat precast
segmental 3 sampel) dan perawatan beton (selama 28 hari).
Tahap IV : Pada tahap ini dilakukan pengujian benda uji yang sudah berumur 28 hari, baja tulangan dan
wiremesh. Pengujian yang dilakukan meliputi: pengujian berat jenis beton, pengujian kuat
tekan silinder beton, pengujian kuat lentur plat beton dan pengujian kuat tarik baja tulangan
dan wiremesh.
Tahap V : Pada tahap ini dilakukan analisis data yang didapat dari Tahap III dan Tahap IV. Analisis
data dilakukan dengan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian. Data dianalisis dan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta membandingkan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, akan didapatkan suatu kesimpulan mengenai penelitian
ini.
Untuk lebih jelasnya, tahapan penelitian dapat dilihay pada pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagan alir penelitian

199
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Begisting

Pengujian lentur benda uji


Benda uji plat segmental
Gambar 4. Dokumentasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian pendukung
Hasil pengajian pendukung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian pendukung.
No Jenis pengujian Hasil
1 Uji kuat-tarik baja fy rata-rata = 433,26 MPa
2 Uji kuat-tarik wiremesh fy rata-rata = 363,78 MPa
3 Uji slump flow Rata-rata = 52
4 Uji berat jenis beton Rata-rata = 2485 kg/m3
5 Uji kuat-tekan beton fc' rata-rata = 61,74 MPa

Pengujian Utama/Pengujian Kuat Lentur Pelat Beton Precast


Hubungan beban dengan lendutan
Grafik hubungan antara beban dan lendutan pelat beton precast segmental dapat dilihat pada
Gambar 5, dan pelat beton utuh dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Hubungan antara beban dan lendutan pelat precast segmental

200
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 6. Hubungan antara beban dan lendutan pelat utuh


Analisis kekakuan
Nilai kekakuan pelat beton precast segmental dapat dilihat pada Tabel 2, dan pelat beton utuh dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Nilai kekakuan pelat beton precast segmental


No Pretak awal (N) Lendutan (mm) Kekakuan (N/mm) Kekakuan rata-rata (N/mm)
Pelat 1 27900 22 1268
Pelat 2 28400 20 1420 1369
Pelat 3 28400 20 1420

Tabel 3. Nilai kekakuan pelat beton utuh


No Pretak awal (N) Lendutan (mm) Kekakuan (N/mm) Kekakuan rata-rata (N/mm)
Pelat 1 40900 24 1704
Pelat 2 43500 22 1977 1782
Pelat 3 40000 24 1666

Dari Tabel 2 dan Tabel 3 di atas terlihat, nilai kekakuan rata rata untuk pelat beton precast
segmental sebesar 1369 N/mm dan untuk pelat beton utuh sebesar 1782 N/mm. Hasil ini menunjukkan
bahwa kinerja kekakuan pelat beton precast segmental belum sebaik pelat beton utuh, yaitu sekitar 76,8
% dari pelat beton utuh.
Momen ultimit (eksperimental)
Momen ultimit (eksperimental) pelat precast segmental dapat dilihat pada Tabel 4, dan pelat beton utuh
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Nilai momen ultimit pelat beton precast segmental


No Pmaksimum (N) Q (N/mm) Momen ultimit Momen ultimit rata-rata
(Nmm) (Nmm)
Pelat 1 30800 0,53 7766000
Pelat 2 32200 0,53 8116000 7916000
Pelat 3 31200 0,53 7866000

201
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 5. Nilai momen ultimit pelat beton utuh


No Pmaksimum (N) Q (N/mm) Momen ultimit Momen ultimit rata-rata
(Nmm) (Nmm)
Pelat 1 47300 0,53 11891000
Pelat 2 47900 0,53 12041000 11582000
Pelat 3 43000 0,53 10816000

Dari Tabel 4 dan Tabel 5 di atas terlihat, momen ultimit rata rata untuk pelat beton precast
segmental sebesar 7916000 Nmm dan untuk pelat beton utuh sebesar 11582000 Nmm. Hasil ini
menunjukkan bahwa kinerja kekakuan pelat beton precast segmental belum sebaik pelat beton utuh, yaitu
sekitar 68,3 % dari pelat beton utuh.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1). Kekakuan pelat precast segmental memiliki nilai rata-rata sebesar 1369 N/mm dan pelat
utuh sebesar 1782 N/mm.
2). Momen ultimit rata-rata pelat beton precast segmental sebesar 7916000 N.mm dan pelat
beton utuh sebesar 11582000 N.mm.
3). Dari kedua parameter di atas terlihat bahwa kinerja pelat precast segmental pada penelitian
ini belum bisa setara dan sebaik kinerja pelat beton utuh.

DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A, 2017, Teori dan Desain Balok Plat Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847-2013,
Muhammadiyah University Press. Surakarta.
Aziz, 2014, Evaluasi Penggunaan Beton Precast di Proyek Konstruksi, Tugas Akhir Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
BSN, 1989, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, SK SNI S-04-1989-F, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Haryanti, N.. 2019, Tinjauan Kinerja Plat Lantai Beton Precast Bentuk Beralur dari Beton Mutu Tinggi
Dengan Perkuatan Baja Tulangan dan Wiremash, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pratama, Ogie. 2018, Tinjauan Ekonomis Plat Beton dengan Sistem Precast Menggunakan Perkuatan
Kawat Harmonika dengan Penambahan Flyash dan Superplasticizer, Tugas Akhir Program Studi
Teknik Sipil,Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rochman, A. 2008, Buku Ajar Desain Jembatan, Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

202
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KEBERHASILAN PENINGKATAN KUALITAS RUMAH TIDAK LAYAK HUNI


DARI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA DI
KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2020

Sintawati1, Hendramawat Aski Safarizki2 *, Iwan Ristanto3


1,2 ,3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Veteran Bangun Nusantara
Jl. Letjen Sudjono Humardhani, No.1, Jombor, Sukoharjo, Jawa Tengah
*
Email: hendra.mawat@gmail.com

Abstrak
Jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten Wonogiri adalah 25.002 unit. Pada Tahun 2020
Kabupaten Wonogiri mendapatkan alokasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari
Kementerian PUPR sejumlah 680 unit di 6 Kecamatan yang tersebar di 19 Desa di Kabupaten
Wonogiri. Program Peningkatan Kualitas RTLH Program BSPS adalah Bantuan Stimulan yang memacu
Penerima Bantuan untuk melakukan Swadaya agar pembangunan rumah berhasil. Jenis swadaya
berupa uang dan material. Berdasarkan dari hasil analis jumlah Swadaya terbesar dari 6 Kecamatan
tersebut adalah Kecamatan Tirtomoyo sejumlah Rp 15.990.250,- dan Swadaya terendah di Kecamatan
Jatiroto sebesar Rp 7.997.000,-. Berdasarkan analisa kedua bahwa Keberhasilan Peningkatan Kualitas
Rumah Tidak Layak Huni Dari Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Kabupaten Wonogiri
dapat terukur dari tingkat kelayakan < 35 % menjadi 90 – 100 % dan dengan melihat hasil
pembangunan dari RTLH menjadi Rumah Layak Huni yang pembangunanya sesuai dengan spesifikasi
Teknis Rumah Sehat.

Kata kunci: BSPS, RTLH, Swadaya masyarakat, Peningkatan Kualitas

PENDAHULUAN
Kemiskinan adalah persoalan klasik yang mendera hampir di setiap kabupaten/kota di Indonesia,
tidak terkecuali Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan
angka kemiskinan yang cukup tinggi. Kabupaten Wonogiri berdasarkan data Pembaharuan Basic Data
Terpadu (PBDT) tahun 2015 memiliki RTLH sebanyak 43.232 unit, RTLH. Dan pada awal tahun 2019
Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri melaksanakan Verifikasi dan Validasi RTLH, dan dari
pendataan tersebut diperoleh data jumlah RTLH Kabupaten Wonogiri adalah 25.002 unit.
Pemerintah kabupaten sangat optimis dapat menurunkan jumlah RTLH dengan cepat dengan
melakukan intervensi dengan berbagai program dan sumber dana dalam rangka menuntaskan RTLH di
Kabupaten Wonogiri.
Pada Tahun 2020 Pemerintah Kabupaten Wonogiri mendapatkan alokasi untuk peningkatan kualitas
Rumah Tidak Layak Huni dari Dana APBN yaitu Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
sejumlah 680 unit. Dengan Alokasi yang tersebar di 6 Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Pada
hakikatnya setiap warga masyarakat membutuhkan perumahan yang layak huni, namun dalam
kenyataanya pemenuhan kebutuhan rumah layak huni tersebut menjadi masalah bagi sebagian masyarakat
(Desiana, 2016).
Menurut para ahli kemiskinan itu bersifat multidimensional, karena kebutuhan manusia itu macam-
macam, maka kemiskinan memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan
meliputi aspek primer yang berupa miskin akan asset, organisasi sosial politik dan pengetahuan juga
keterampilan. Dan aspek skunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan
informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah
(Arsyad, 2015). Sebagaimana kita ketahui bahwa kemiskinan berdampak pada tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang salah satunya kebutuhan tempat tinggal yang layak. Hal ini terjadi karena
ketidakberdayaan meraka untuk memenuhi rumah layak huni karena kondisi ekonomi yang kurang baik.
Dengan adanya bantuan peningkatan Kualitas RTLH untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah di
Kabupaten Wonogiri Program BSPS dapat meningkatkan kualitas hunian/ tempat tinggal yang kebih
baik.

203
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang selanjutnya disingkat BSPS adalah bantuan Pemerintah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam
peningkatan kualitas rumah dan pembangunan baru rumah beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Swadaya masyarakat adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
mewujudkan sebuah keinginan, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Ciri khas dari suatu inisiatif atau kegiatan
swadaya adalah adanya sumbangan dalam jumlah besar yang diambil dari sumber-sumber
daya yang dimiliki sendiri oleh individu atau kelompok (Verhagen, 1996). Sebenarnya dengan
munculnya swadaya masyarakat berarti ada kepedulian, ada kesadaran bahwa manusia tidak bisa berdiri
sendiri melainkan saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh
rumah.Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya selanjutnya disingkat PKRS adalah kegiatan memperbaiki
rumah tidak layak huni menjadi layak huni yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat
baik secara perseorangan atau berkelompok (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018).
Perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu cara meningkatan kualitas hidup
untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan (Burns, Keswell and Leibbrandt, 2005). Kebjiakan
pembangunnan belum mengikutsertakan masyarakat miskin dalam pengelolaan kota (Cage, 2014).
Padahal dengan adanya partisipasi masyarakat dapat membantu peningkatan pemahanan akan kebutuhan
dan priorotas pembangunan (Cherunya et al., 2021).
Berkait hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mencari jawab bagaimana mengukur Stimulan
Swadaya masyarakat untuk keberhasilan pembangunan rumah tidak layak huni serta mengetahui tingkat
keberhasilan stimulan swadaya masyarakat terhadap Dari Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya di Kabupaten Wonogiri Tahun 2020.

METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
merupakan penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif. Lokasi tempat
penelitian berada di 19 Desa di 6 kecamatan di Kabupaten Wonogiri yaitu kecamatan Bulukerto,
Purwantoro, Tirtomoyo, Jatiroto, Wonogiri, dan Slogohimo. Untuk mencapai keberhasilan dalam
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data terdiri dari: Observasi,Wawancara dan Diskusi, dan Dokumentasi. Analisis data
merupakan sebuah proses tindak lanjut dari pengolahan data. Data yang sudah diolah sedemikian rupa
kemudian dianalisis dan diklasifikasikan menjadi kelompok khusus sesuai dengan jenis datanya hingga
dihasilkan data yang tersusun secara sistematis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemerintah Kabupaten Wonogiri mendapatkan alokasi Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) sebanyak 680 unit. Lokasi berada di desa/kelurahan dengan tingkat kesejahteraan rendah dan
sedang. Berdasarkan Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Swadaya Satuan Non Vertikal
Tertentu Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Tengah Nomor 765-785/KPTS/SNVTPPJATENG /2020
Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Berupa Uang Tahun Anggaran 2020 tanggal 13 Agustus
2020, daftar desa penerima BSPS sebagai mana terdapat pada Tabel 1. Daftar desa penerima BSPS.
Pelaksanaan Progran BSPS di Kabupaten Wonogiri Pembangunan ini merupakan pembangunan
yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta partisipasi masyarakat dengan metode pelaksanaan
berdasarkan prinsip pengelolaan. Untuk mensukseskan program ini tentunya sangat diharapkan peran
serta masyarakat.. Program ini diselenggarakan bersama masyarakat secara terbuka berdasarkan
musyawarah serta melibatkan masyarakat baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
maupun pemanfaatan dengan semangat gotong royong.
Beda hal nya dengan keberhasilan dari program ini dilihat dengan terbangunnya rumah yang layak
huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah atau miskin yang ditandai dengan tepat sasaran, tepat
penggunaan, dan tepat waktu serta berkelanjutan. Melalui program bantuan ini diharapkan dapat
membantu masyarakat memenuhi kebutuhan papannya, karena masyarakat yang berpenghasilan rendah

204
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

atau kemiskinan pada umumnya membuat masyarakat hanya memenuhi kebutuhan pangan dan sandang.
Perlu adanya peran yang serius dari pemerintah dalam menangani angka kemiskinan dan melalui program
ini diharapkan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan rumah yang sehat dan layak huni
sebagaimana mestinya.

Tabel 1. Daftar desa penerima BSPS.


No Kecamatan Nama Desa Jumlah penerima BSPS
1 Bulukerto Bulurejo 20
Geneng 30
Bulukerto 40
Nadi 30
2 Purwantoro Ploso 40
Gondang 40
Biting 20
Kepyar 80
Sumber 80
Bakalan 40
3 Tirtomoyo Sidorejo 50
Hargantoro 50
4 Jatiroto Brenggolo 45
Guno 8
5 Wonogiri Giriwono 27
Purwosari 20
Sonoharjo 20
Wonokerto 20
6 Slogohimo Karang 20
Jumlah 680

Sumber: Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Swadaya Satuan Non Vertikal Tertentu Penyediaan
Perumahann Provinsi Jawa Tengah Nomor 765-785/KPTS/SNVTPPJATENG /2020 Tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya Berupa Uang Tahun Anggaran 2020 tanggal 13 Agustus 2020

Masyarakat yang akan mendapatkan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) diwajibkan
untuk swadaya agar pelaksanaan Program ini dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Keswadayaan
masyarakat atau calon penerima bantuan dapat berupa uang, material atau bahan bangunan, dan tenaga
kerja. Sumber swadaya dapat berasal dari keluarga Inti, Keluarga besar, ataupun gotong royong
masyarakat sekitar. Besar dana swadaya dari 6 Kecamatan yang disurvei tampak pada Tabel 2.

Tabel 2. Rincian Swadaya Pelaksanaan Peningkatan Kualitas RTLH Program BSPS Kab.Wonogiri
untuk 1 Rumah
Jumlah Swadaya Prosentase Jumlah Swadaya Terhadap Besar Bantuan
No Kecamatan
(Rp)
1 Wonogiri 13.947.615 80%
2 Tirtomoyo 15.990.250 91 %
3 Slogohimo 14.429.550 82 %
4 Jatiroto 7.997.000 46 %
5 Purwantoro 11.488.517 66 %
6 Bulukerto 12.998.900 74 %
Sumber: Pengolahan data lapangan

Dari tabel 2 didapatkan untuk Pelaksanaan Swadaya di Kabupaten Wonogiri Kecamatan Tirtomoyo
adalah jumlah terbesar yaitu 91 % . Hal ini dikarenakan sebagian besar penerima bantuan di Kecamatan
Tirtomoyo adalah Petani yang memiliki hasil pertanian yang banyak dan hasil ternak. Kebanyakan
mereka menjual hasil ternak untuk menambah swadaya pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal ini

205
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

menunjukan bahwa Stimulan dari Pemerintah berhasil. Selanjutnya diurutan kedua adalah di Kecamatan
Slogohimo hal ini dikarenakan masyarakat juga berhasil terpacu untuk menambah stimulan sehingga
rumah mereka menjadi layak huni.
Sedangkan untuk besar stimulan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Jatiroto yang hanya
sebesar 46 %. Hal ini dikarenakan perekonomian di sana masih kurang yang ditandai dengan jumlah
stimulan yang paling sedikit. Selain itu kebanyakan penerima bantuan adalah perempuan (sebagai Kepala
Keluarga) sehingga disana peran masyarakat dan Ketua RT RW sangat pokok karena yang melaksanakan
kegiatan tersebut kebanyakan dari Perangkat Desa. Sehingga untuk Pelaksanaan Pembangunan ini
dilaksanakan dengan gotong royong dan dapat mengurangi stimulan untuk upah tukang.

Analisa Pengukuran Keberhasilan Peningkatan Kualitas Pelaksanaan BSPS


Pelaksanaan Peningkatan Kualitas RTLH Program BSPS di Kabupaten Wonogiri sejumlah 680 unit.
Syarat penerima bantuan adalah rumah dengan kondisi rusak berat. Komponen utama rumah adalah
aladin (atap, lantai, dinding) . Rumah dengan kondisi rusak berat yaitu minimal 2 komponen kerusakan
harus terpenuhi terutama untuk dinding. Rumah belum ada struktur nya (pondasi. sloof, kolom, dan
ringbalk) termasuk kriteria di BSPS. Untuk Lantai masih tanah , dinding belum permanen dan rangka atap
dari bambu atau kayu yang sudah lapuk.
Untuk Rumah penerima bantuan BSPS di Kabupaten Wonogiri Rata – Rata tingkat kelayakan
bangunan untuk ditempati sebesar < 35 % karena rata – rata lantai masih tanah dan dinding belum
permanen ( masih dari kayu, grc, atau gedeg) selain itu sebagian rangka atap dari bambu atau kayu yang
sudah lapuk.
Pelaksanaan BSPS di Wonogiri berhasil meningkatkan kualitas rumah dan layak untuk ditempati
karena sudah ada atap (meliputi rangka atap dan genteng), Dinding dan pondasi (dengan strukturnya),
lantai yg sudah diplester (bukan tanah), memiliki MCK/sanitasi, Penghawaan dan pencahayaan cukup.
Sehingga Pelaksanaan BSPS ini berhasilkan meningkatkan kualitas rumah menjadi 90 – 100%.
Peningkatan Kualitas terbesar adalah di Kecamatan Wonogiri sejumlah 99 %. Hal ini menunjukan bahwa
Masyarakat Kecamatan Wonogiri adalah masyarakat perkotaan. Sehingga mereka mempunyai keinginan
untuk meningkatkan kualitas rumah dengan maksimal. Sehingga rumah dapat ditempati dan hasilnya baik
sehingga tidak menyebabkan kekumuhan karena berada di Ibukota Kabupaten.

Tabel 3. Prosentase Kelayakan Peningkatan Kualitas RTLH Program BSPS Kabupaten Wonogiri
Kondisi Rumah
No Kecamatan
Awal (%) Akhir (%)
1 Wonogiri 34 99
2 Tirtomoyo 27 96
3 Slogohimo 32 95
4 Jatiroto 21 91
5 Purwantoro 32 93
6 Bulukerto 30 93
Sumber: Pengolahan data lapangan

Pada Gambar 1 diberikan contoh hasil peningkatan kualitas RTLH Program BSPS di Kabupaten
Wonogiri :

206
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Kondisi 0 % Kondisi 100 %


Gambar 1. Peningkatan Kualitas RTLH di Kabupaten Wonogiri

KESIMPULAN
Stimulan swadaya masyarakat untuk keberhasilan pembangunan rumah tidak layak huni dari
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya di Kabupaten Wonogiri berjalan dengan baik.
Keberhasilan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni Dari Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Kabupaten Wonogiri dapat terukur dari tingkat kelayakan hunian dari
sebelumnya < 35 % menjadi 90 – 100 % dan dengan melihat hasil pembangunan dari RTLH menjadi
Rumah Layak Huni yang pembangunanya sesuai dengan spesifikasi Teknis Rumah Sehat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih diberikan kepada Prodi Teknik Sipil Universitas Veteran Bangun Nusantara
yang telah mendukung penyusunan penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA.
Arsyad, L. (2015) Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan
Berkelanjutan.
Burns, J., Keswell, M. and Leibbrandt, M. (2005),Social assistance, gender, and the aged in South
Africa’, Feminist Economics. doi: 10.1080/13545700500115944.
Cage, C. (2014), Transforming the social capital of the urban poor: Lessons from Kisumu, Kenya’,
Development in Practice. doi: 10.1080/09614524.2014.867306.
Cherunya, P. C. et al. (2021) ‘The challenges of livelihoods reconstruction in the context of informal
settlement upgrading’, Environment and Planning A. doi: 10.1177/0308518 20926514.
Desiana, I. (2016) Kemampuan Masyarakat Miskin Memenuhi Persyaratan Bantuan Stimulant Bedah
Rumah Studi Kasus Di Desa Labuhan Makmur, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji.
Universitas Lampung.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2018) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 07/PRT/M/2018 Tahun 2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya.
Verhagen, K. (1996) Pengembangan Keswadayaan (Pengalaman LSM di Tiga Negara). Jakarta: Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara (Puspa Swara).

207
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

APLIKASI DAYA DUKUNG TANAH PONDASI DANGKAL BERBASIS MIT


APP INVENTOR (STUDI KASUS RUKO JALAN SRIWIJAYA, WISMA
MUGASARI, DAN GEDUNG DEMAK)

Arafah Salsabila1*, Patricia Bella Oktadhiansari2, Daniel Hartono3


1,2
Teknik Sipil, Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata
Jalan Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur, Kota Semarang, Jawa Tengah
Email: daniel@unika.ac.id3

Abstrak
Perencanaan pondasi membutuhkan perhitungan yang cukup rumit dan cukup lama jika dilakukan
secara manual, maka dari itu penulisan ini bertujuan untuk membuat sebuah program aplikasi
perhitungan pondasi dangkal berbasis android yang akan memudahkan seorang engginer untuk
mengetahui kekuatan pondasi yang akan dibangunnya. Program aplikasi ini menggunakan 3 jenis
metode perhitungan pada pondasi dangkal. Untuk perhitungan berdasarkan data hasil Cone Penetration
Test (CPT) menggunakan metode Schmertmann. Pada perhitungan berdasarkan data hasil Standard
Penetration Test (SPT) menggunakan metode Meyerhof, sedangkan berdasarkan data hasil uji
laboratorium menggunakan metode Terzaghi. Aplikasi ini dapat dijalankan dengan memasukkan input
data yaitu data penyelidikan tanah pada masing-masing metode dan data rencana pondasi. Melalui
pemodelan didapatkan selisih antara nilai hasil perhitungan manual dan program menggunakan data
CPT adalah 0,0033, sedangkan menggunakan data SPT adalah 0,0038 serta perhitungan menggunakan
data uji laboratorium 0,023. Persentase antara nilai hasil perhitungan manual dan program
menggunakan data CPT adalah 0,04903%, sedangkan yang menggunakan data SPT adalah 0,064%
serta yang menggunakan data uji laboratorium adalah 0,556%. Perhitungan daya dukung tanah pondasi
menggunakan program lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dibandingkan dengan perhitungan
secara manual.

Kata kunci: pondasi dangkal, daya dukung, aplikasi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pondasi atau struktur bawah merupakan salah satu bagian paling penting untuk mendukung
keamanan dan kestabilan bangunan. Perencanaan pondasi memerlukan perhitungan analisis daya dukung
tanah terhadap kondisi di lapangan dan di laboratorium. Perhitungan daya dukung tanah pondasi dangkal
menggunakan manual akan membutuhkan pengetahuan yang cukup rumit terutama bagi orang yang
belum berpengalaman. Seiring dengan perkembangan zaman para insinyur atau engineer dituntut untuk
melakukan pekerjaan yang lebih cepat dan tepat. Pada era globalisasi sekarang ini gadget merupakan
media penting untuk komunikasi dan media pembelajaran. Pembuatan aplikasi ini menggunakan Maka
dari itu aplikasi ini dibuat menggunakan MIT APP Inventor agar program ini nantinya dapat diakses
dengan mudah melalui gadget android yang dapat diunduh melalui google play store apk.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
(a). Bagaimana melakukan perhitungan daya dukung tanah pondasi dangkal yang efektif dan efisien?
(b). Berapa persentase selisih antara perhitungan manual dengan perhitungan menggunakan aplikasi?

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu:
(a). Menentukan cara perhitungan daya dukung tanah pondasi dangkal selain manual yang efektif dan
efisien.
(b). Membuat aplikasi perhitungan daya dukung tanah pondasi dangkal yang dapat diakses oleh
pengguna smartphone android.
(c). Mengetahui besar persentase selisih antara perhitungan manual dengan perhitungan aplikasi.

208
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(d). Menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan perhitungan dalam menentukan perencanaan daya
dukung tanah pondasi dangkal.
(e). Mempermudah seseorang melalui smartphone berbasis android untuk dapat mengetahui daya
dukung tanah pondasi dangkal.
Batasan Penelitian
Batasan penelitian untuk membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu:
1) Hasil aplikasi program hanya sampai menentukan daya dukung ijin (qa) tanah pondasi dangkal.
2) Penyimpanan hasil data yang disimpan tidak dapat dibagikan ke pengguna lain.
3) Data hasil perhitungan yang tersimpan tidak dapat disunting atau edit.
4) Tabel data penyelidikan tanah hasil CPT yang muncul dalam aplikasi hanya dari kedalaman pondasi
sampai lebar pondasi di bawah dasar pondasi, sedangkan untuk SPT dari permukaan tanah sampai
kedalaman lebar pondasi di bawah dasar pondasi.
5) Perhitungan berdasarkan data hasil CPT dan SPT pada program tidak dipengaruhi muka air tanah.
6) Perhitungan berdasarkan data hasil uji laboratorium sampel tanah pada program hanya dapat
menghitung untuk 1 lapisan tanah.
7) Output program antara lain:
(a). Data hasil CPT menggunakan metode Schmertmenn dengan jenis pondasi menerus dan pondasi
setempat berbentuk bujur sangkar.
(b). Data hasil SPT menggunakan metode Meyerhof dengan jenis pondasi menerus atau pondasi
setempat, sedangkan jika menggunakan tabel dari Terzaghi dan Peck dengan jenis pondasi
memanjang dan pondasi setempat bujur sangkar.
(c). Data hasil uji laboratorium sampel tanah dengan jenis pondasi menerus, pondasi setempat
berbentuk empat persegi panjang, bujur sangkar, dan lingkaran.

TINJAUAN PUSTAKA
Uraian Umum
Pada zaman modern ini perhitungan daya dukung dapat dilakukan melalui sebuah aplikasi. Contoh
beberapa software yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi perhitungan ini adalah Microsoft Visual
Basic 6, Android Studio, Eclipse, Adobe Flash, dan lain-lain. Pada penelitian ini software yang akan kami
gunakan yaitu MIT APP Inventor yang hasil program nantinya dapat diakses oleh siapa saja melalui
smartphone.

Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal


Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983, standar daya dukung tanah
dibagi menjadi:
(a). Tanah keras, daya dukung lebih dari 5 kg/cm2.
(b). Tanah sedang, daya dukung 2 – 5 kg/ cm2.
(c). Tanah lunak, daya dukung 0,5 – 2 kg/cm2.
(d). Tanah sangat lunak, daya dukung 0 – 0,5 kg/cm2.

Jenis Pondasi Dangkal


Beberapa jenis pondasi dangkal antara lain:
(a). Pondasi Menerus(Continuous Foundation)
(b). Pondasi Telapak atau Setempat
(c). Pondasi Rakit (Mat Foundation)
(d). Pondasi Gabungan
(e). Pondasi Struktur Cangkang (Shell Foundation).

Daya Dukung Berdasarkan Hasil Cone Penetration Test (CPT)


Penentuan klasifikasi tanah dengan menggunakan grafik hubungan antara qc dan Fr dengan metode
Schmertmann seperti pada gambar dibawah ini.

209
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Grafik Klasifikasi Tanah dari Hubungan Nilai qc dan Fr.

Menurut Schmertmann (1978), untuk tanah non kohesif seperti tanah pasir dan kerikil daya dukung
tanah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Pondasi lajur atau menerus,
qu = 28-0,0052 (300-qc)1,5 (kg/cm2)

2. Pondasi telapak bujur sangkar,


qu = 48-0,009 (300-qc)1,5 (kg/cm2)

Untuk tanah kohesif seperti tanah lempung dan lanau, yaitu sebagai berikut :
1. Pondasi lajur atau menerus,
qu = 2+0,28 qc (kg/cm2)

2. Pondasi telapak bujur sangkar,


qu = 5+0,34 qc (kg/cm2)

Daya Dukung Berdasarkan Hasil Standard Penetration Test (SPT)


Berikut rumus yang digunakan Meyerhof dalam menghitung daya dukung ijin yang dikaitkan
dengan nilai SPT untuk pondasi setempat dan menerus:
1. Dengan lebar B ≤ 1,2 m,
qa = 1,22 N (t/m2)
2. Dengan lebar B > 1,2 m,
2
qa = 0,54 N (t/m2)
Klasifikasi tanah lempung menggunakan tabel dari Terzaghi dan Peck (1948) yaitu:

Tabel 1. Kapasitas Daya Dukung Tanah Lempung


Kapasitas Dukung Ijin (kN/m2)
Konsistensi NSPT
Bujur Sangkar Memanjang
Sangat lunak 0–2 0 – 30 0 – 22
Lunak 2–4 30 – 60 22 – 45
Sedang 4–8 60 – 120 45 – 90
Kaku 8 – 15 120 – 240 90 – 180
Sangat kaku 15 – 30 240 – 480 180 – 360
Keras >30 >480 >360

210
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Daya Dukung Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Sampel Tanah


Menurut Terzaghi (1943), perhitungan daya dukung ultimit (qu) dan daya dukung ultimit netto (qun)
untuk pondasi dibagi berdasarkan tipe keruntuhan serta bentuk pondasi. Faktor-faktor Nc, Nq dan Nγ
digunakan untuk keruntuhan geser umum, sedangkan Nc’, Nq’ dan Nγ’ dengan nilai ϕ diganti ϕ’.
Persamaan perhitungan faktor daya dukung tanah pondasi antara lain:

Nq =

Nc= cot ϕ (Nq – 1)

Nγ =

Nilai faktor-faktor daya dukung tanah pondasi juga dapat diketahui melalui tabel berikut.

Tabel 2. Faktor Daya Dukung Tanah Pondasi


Keruntuhan Geser Keruntuhan Geser
ϕ Umum Lokal
Nc Nq Nc’ Nq’ ’
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7, 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1

Persamaan perhitungan daya dukung ultimit dan daya dukung ultimit netto antara lain :
1. Tanah mengalami keruntuhan geser umum.
a. Pondasi memanjang
qu = c Nc + po Nq + 0,5 γ B Nγ
qun = c Nc + po (Nq-1) + 0,5 γ B Nγ
b. Pondasi setempat berbentuk empat persegi panjang
qu = c Nc (1+0,3(B/L)) + po Nq + 0,5 γ B Nγ (1-0,2(B/L))
qun = c Nc (1+0,3(B/L))+ po (Nq-1) + 0,5 γ B Nγ (1-0,2(B/L))
c. Pondasi setempat berbentuk bujur sangkar
qu = 1,3 c Nc + po Nq + 0,4 γ B Nγ
qun = 1,3 c Nc + po (Nq-1) + 0,4 γ B Nγ
d. Pondasi setempat berbentuk lingkaran
qu = 1,3 c Nc + po Nq + 0,3 γ B Nγ
qun = 1,3 c Nc + po (Nq-1) + 0,3 γ B Nγ
2. Tanah mengalami keruntuhan geser lokal.
Nilai c diganti c’, dimana c’ = 2/3 c
a. Pondasi memanjang
qu = c’ Nc’ + po Nq’ + 0,5 γ B Nγ’
qun = c’ Nc’ + po (Nq’-1) + 0,5 γ B Nγ’

211
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

b. Pondasi setempat berbentuk empat persegi panjang


qu = c’ Nc’ (1+0,3(B/L)) + po Nq’ + 0,5 γ B Nγ’ (1-0,2(B/L))
qun = c’ Nc’ (1+0,3(B/L)) + po (Nq’-1) + 0,5 γ B Nγ’ (1-0,2(B/L))
c. Pondasi setempat berbentuk bujur sangkar
qu = 1,3 c’ Nc’ + po Nq’ + 0,4 γ B Nγ’
qun = 1,3 c’ Nc’ + po (Nq’-1) + 0,4 γ B Nγ’
d. Pondasi setempat berbentuk lingkaran
qu = 1,3 c’ Nc’ + po Nq’ + 0,3 γ B Nγ’
qun = 1,3 c’ Nc’ + po (Nq’-1) + 0,3 γ B Nγ’

Nilai po merupakan nilai tekanan overburden, dimana po = Df γ. Jika terdapat muka air tanah, maka
akan dibagi menjadi 3 kondisi seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
1. Kondisi 1: po = Df γb.
Nilai γ pada suku persamaan ketiga menjadi γb. Berikut gambar pengaruh muka air tanah kondisi 1.
2. Kondisi 2: po = [γ’ (Df-dw) + γb dw].
Nilai γ pada suku persamaan ketiga menjadi γ’ dimana γ’= γsat – γw
Berikut gambar pengaruh muka air tanah kondisi 2.
3. Kondisi 3: po = Df γ dan nilai γ pada suku persamaan ketiga menjadi γr dimana, γr = γ’ + (z/B) (γb- γ’).
Berikut gambar pengaruh muka air tanah kondisi 3.

a. Kondisi 1 b. Kondisi 2 c. Kondisi 3


Gambar 2. Pengaruh Muka Air Tanah Pada Masing-Masing Kondisi.

MIT App Inventor


Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki MIT App Inventor ini antara lain:
1. Bahasa pemrograman berbasis blok visual yang disusun seperti puzzle.
2. Pembuatan aplikasi hanya dengan cara mengakses website appinventor.mit.edu.
3. Hasil aplikasi dapat diunduh dan dijalankan pada telepon pintar Android.
Kekurangan aplikasi antara lain:
1. Database internal sehingga penyimpanan hanya dalam aplikasi saja.
2. Pemodelan interface atau tampilan terlalu kaku sehingga sedikit rumit dalam mendesain tampilan.

METODE PEMODELAN
Metode pemodelan terdiri dari bagan Alir Studi dan Tahapan Proses Pembuatan Program. Berikut
gambar bagan alir studi penelitian dan proses pembuatan program ini.

212
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Diagram Alir Program Utama.

Gambar 4. Bagan Alir Studi.

PEMODELAN DAN PEMBAHASAN


Pembuatan program pemodelan daya dukung pondasi dangkal dimulai dari data input, proses data
dan output data. Terdapat 3 studi kasus yang telah dipilih, yaitu proyek Ruko Sriwijaya, Wisma
Mugasari, dan Gedung Kantor Demak.

Perhitungan Menggunakan Data Uji CPT


Studi kasus yang diambil untuk pengujian dan perbandingan menggunakan data CPT adalah proyek
bangunan ruko 3 lantai di Jalan Sriwijaya Semarang. Data proyek ruko ini antara lain:

213
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1. Data Proyek
Identitas proyek = Ruko Jalan Sriwijaya Semarang
Kode titik uji =3
Beban bangunan = 85125 kg
= 85,125 ton
Jenis pondasi = Setempat bujur sangkar
Kedalaman pondasi (Df) = 2 m
Lebar pondasi (B) = 1,2 m
Nilai keamanan (Fk) =3
Tampilan posisi pondasi proyek ruko ini dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

2m

1,2 m
Gambar 5. Tampilan Posisi Pondasi Proyek Ruko Sriwijaya.

Hasil perhitungan program menggunakan studi kasus ruko Jalan Sriwijaya Semarang.

Gambar 6. Hasil Output Program Data CPT


Tabel 4. Perbandingan Nilai qa Pada Pondasi Menerus dan Bujur Sangkar
Jenis Persentase
Notasi Satuan Manual Program
Pondasi (%)
qa Menerus kg/cm2 6,73 6,7333 0,04903
Bujur 2
qa kg/cm 9,03 9,0333 0,0365
Sangkar

Dari hasil perbandingan hasil perhitungan tersebut terdapat selisih angka antara perhitungan manual
dengan perhitungan menggunakan program sebesar 0,04903 %.

Perhitungan Menggunakan Data Uji SPT


Studi kasus yang diambil untuk pengujian dan perbandingan menggunakan data SPT adalah proyek
wisma 3 lantai. Data proyek wisma ini antara lain:

214
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1. Data Proyek
Identitas proyek = Wisma Mugasari Semarang
Kode titik uji = BH2
Beban bangunan = 160102,7 kg
= 160,1027 ton
Jenis pondasi = Setempat bujur sangkar
Kedalaman pondasi (Df) =2m
Lebar pondasi (B) = 2,75 m
Nilai keamanan (Fk) =3
Tampilan posisi pondasi proyek wisma ini dapat dilihat pada gambar 7. berikut ini.

2m

Gambar 7, Tampilan Posisi Pondasi Proyek Wisma Mugasari.


2,75 m

Hasil Perhitungan menggunakan Program dengan studi kasus Wisma Mugassari Semarang

Gambar 8. Hasil Output Program Data SPT


Tabel 7. Perbandingan Nilai qa
Persentase
Notasi Satuan Manual Program
(%)
qa t/m2 12,621 12,62065 0,003

Dari hasil perbandingan perhitungan tersebut terdapat selisih angka antara perhitungan manual dengan
perhitungan program sebesar 0,003 %.

Perhitungan Menggunakan Data Uji Laboratorium Sampel Tanah


Studi kasus yang diambil untuk pengujian dan perbandingan menggunakan data laboratorium sampel
tanah adalah proyek gedung perkantoran 3 lantai. Data proyek dan data hasil laboratorium sampel tanah
proyek ini antara lain:

215
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1. Data Proyek
Identitas proyek = Gedung Kantor di Kabupaten Demak
Kode sampel uji = B1-2
Beban bangunan = 64400 kg
= 64,4 ton
Jenis pondasi = Setempat bujur sangkar
Kedalaman pondasi (Df) =2m
Lebar pondasi (B) = 2,2 m
Nilai keamanan (Fk) =3
Data Hasil Uji Laboratorium Sampel Tanah
Berat volume tanah basah, γb = 1,869 t/m3
Sudut geser tanah, ϕ = 30°
Kohesi, c = 0,08 kg/cm2
= 0,8 t/m2

Tampilan posisi pondasi proyek ini dapat dilihat pada gambar 9. berikut ini.

Gambar 9. Tampilan Posisi Pondasi Proyek Gedung Kantor Demak.


Hasil perhitungan menggunakan program dengan studi kasus Gedung Kantor Demak.

Tabel 8. Perbandingan Nilai qa Pada Keruntuhan Geser Umum


Manua Persentas
Jenis Pondasi Program
l e (%)
Memanjang 51,731 51,732 0,0014
Persegi Panjang 51,948 51,948 0,0005
Bujur Sangkar 51,948 51,948 0,0005
Lingkaran 49,188 49,188 0,0005

Tabel 9. Perbandingan Nilai qa Pada Keruntuhan Geser Lokal


Persentase
Jenis Pondasi Manual Program
(%)
Memanjang 17,256 17,256 0,0020
Persegi
17,567 17,567 0,0004
Panjang
Bujur Sangkar 17,567 17,567 0,0004
Lingkaran 16,864 16,864 0,0011

Dari hasil perbandingan hasil perhitungan tersebut terdapat selisih angka antara perhitungan manual
dengan perhitungan menggunakan program sebesar 0,002%.

216
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 10. Hasil Output Program Data Uji Laboratorium Tanah

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Perhitungan daya dukung tanah pondasi dangkal menggunakan program lebih efektif dan efisien
dalam segi waktu dibandingkan dengan perhitungan secara manual.
2. Program daya dukung tanah pondasi dangkal berbasis MIT App Inventor ini diketahui pada masing-
masing uji kurang dari 1%, maka program dapat digunakan dan dikembangkan lebih lanjut.

Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Diharapkan perhitungan program dapat dilanjutan hingga penulangan pondasi.
2. Mengembangkan perhitungan program menggunakan metode lain.
3. Output program dapat ditambah jenis pondasi dangkal lain yaitu pondasi rakit, pondasi gabungan,
dan pondasi cangkang (shell foundation).

DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph. 1992. Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah 1 Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah 2 Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Das, Braja M. 2007. Principles of Foundation Engineering 7th Edition. Canada : Cengage Learing.
Hardiyatmo, Hary Christady. 1994. Mekanika Tanah I1. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Hardiyatmo, Hary Christady. 1996. Teknik Pondasi 1. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Haryanto. 2005. Aplikasi Struktur Shell Pada Sydney Opera House. Semarang : Universitas Diponegoro.
Herbowo, Setya dan Razaqy A. Y.. 2015. Pemodelan Daya Dukung Pondasi Dangkal Dengan Bahasa
Visual Basic 6. Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.
McCormac, Jack C. 2004. Desain Beton Bertulang Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
Muntaha, Ahmad. 2007. Aplikasi Perencanaan Pondasi Dangkal Dengan Program Borland Delphi 6.0.
Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Universitas Jember.
PPIUG 1983. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung. Bandung : Direktorat Penyeldikan
Masalah Bangunan.
SNI 2827:2008. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan Alat Sondir. Jakarta : Badan Standardisasi
Nasional.

217
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

SNI 4153:2008. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPT. Jakarta : Badan Standardisasi
Nasional.

218
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

TREATMENT RISIKO BIAYA PADA PELAKSANAAN PROYEK


KONSTRUKSI INTERIOR

Regina Kartika A1, Manlian Ronald A Simanjuntak2


1
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi Lt. 3. DKI Jakarta, 2 Guru Besar
dan Dosen Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi Lt. 3. DKI Jakarta
*
Email Corresponding Author: as.reginakartika@gmail.com, manlian.adventus@uph.edu

Abstrak
Dewasa ini permintaan masyarakat dalam penggunaan jasa interior kian meningkat seriring dengan
pertumbuhan konstruksi dan ekonomi yang terus berkembang. Unsur biaya merupakan salah satu aspek
penentu keberhasilan pada sebuah proyek konstruksi khususnya pada konstruksi interior. Kompleksitas
pada pelaksanaan konstruksi interior membuat proyek interior memiliki risiko yang harus
dipertimbangkan khusunya pada biaya pelaksaan proyek. Pada kenyataannya sering dijumpai
permasalahan munculnya penambahan biaya pada proyek konstruksi selama tahap pelaksanaan
pekerjaan, yang disebabkan oleh beberapa faktor dan variabel. Untuk meminimalisir terjadinya risiko
biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi interior, maka hendaknya diperhatikan dengan dan
dipertimbangkan dengan baik untuk mencegah dan menghindari hal-hal apa saja yang dapat
menimbulkan risiko biaya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor dan variabel yang
menjadi risiko biada pada pelaksanaan proyek konstruksi interior dan untuk menganalisis variabel
dominan yang mempengaruhi dan menyebabkan risiko biaya pada proyek konstruksi interior serta dapat
memberikan rekomendasi perbaikan terhadap hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan metode
analisis kualitatif dan kuantitatif dengan pengumpulan data sekunder dan primer. Hasil dari penelitian
didapatkan 6 variabel yang memiliki dampak risiko terhadap kinerja biaya pada pelaksanaan konstruksi
interior yang diteliti.

Kata kunci: interior, konstruksi, mitigasi, proyek, risiko

PENDAHULUAN
Proyek konstruksi di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang positif. Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian dan konstruksi di
Indonesia, permintaan masyarakat dan konsumen untuk menggunakan layanan jasa interior semakin
meningkat. Baik di tingkat individu ataupun masyarakat umum saat ini juga mulai banyak yang telah
menggunakan jasa interior professional. Pengguna jasa seperti hunian, hotel, perkantoran, fasilitas publik
lainnya hingga individu semakin banyak yang menggunakan layanan jasa interior untuk merancang
estitka ruangan mereka, baik untuk peroyek pembangunan baru maupun renovasi. Unsur biaya
merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan sebuah proyek konstruksi khususnya pada penelitian ini
yaitu pelaksanaan konstruksi interior. Kompleksitas pada pelaksanaan konstruksi interior membuat
proyek interior memiliki risiko yang harus dipertimbangkan. Kompleksitas pada pelaksanaan konstruksi
interior membuat proyek interior memiliki risiko yang harus dipertimbangkan. Proses manajemen risiko
merupakan pendekatan sistematis dan proaktif untuk mengendalikan proyek, dengan mengetahui atau
mengurangi dari kejadian-kejadian yang tidak pasti atau tidak diketahui sebelumnya (Mulcahy, 2010).
Tingkat keberhasilan sebuah proyek dapat dinilai dari besar biaya yang efisien. Dalam penyelenggaraan
konstruksi faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena menyangkut jumlah investasi yang
besar dan rentan terhadap risiko kegagalan. Faktor kesesuaian biaya dapat menjadi salah satu indikator
utama keberhasilan proyek. Ketidaksesuaian antara biaya rencana konstruksi dengan biaya terlaksana
tentu dapat menimbulkan kerugian khusunya bagi penyedia jasa konstruksi. Faktor risiko merupakan
salah satu unsur yang selalu ada pada setiap proyek konstruksi namun risiko ini tentu dapat dihindari atau
diminimalisir dengan perencanaan biaya yang baik dan tepat sehingga tujuan pembangunan proyek dapat
tercapai. Untuk dapat menghindari ataupun meminimalisir risiko, kita harus mengetahui terlebih dahulu
penyebab apa saja yang dapat menimbulkan risiko tersebut. Untuk dapat memberikan gambaran kepada
penyedia jasa konstruksi interior, mengenai hal apa saja yang dapat menyebabkan risiko biaya pada
pekerjaan konstruksi interior, maka dibutuhkan studi analisis hal atau faktor apa saja yang dapat menjadi
risiko biaya pada tahap pelaksanaan konstruksi interior.

219
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Permasalahan Penelitian
1) Apa saja indentifikasi risiko biaya pada tahap pelaksanaan konstruksi interior yang diteliti dalam
penelitian ini?
2) Bagaimana hasil analisis dan rekomendasi perbaikan terhadap risiko biaya pada pelaksanaan proyek
konstruksi interior yang diteliti?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas maka maksud dan tujuan penelitian
ini adalah untuk:
1) Mengidentifikasi dan mengetahui apa saja yang menjadi risiko biaya pada tahap pelaksanaan
konstruksi proyek interior.
2) Memberikan rekomendasi perbaikan terhadap hasil penelitian.

Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini secara umum penulis berharap dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan industri jasa konstruksi interior di Indonesia, khususnya dalam bidang Manajemen
Konstruksi. Adapun manfaat yang ini dicapai antara lain :
1) Dapat menghasilkan suatu temuan dan mengambil keputusan yang berkenaan dengan kualitas biaya
yang terkait dengan risiko biaya yang dapat mempengaruhi pada tahap pelaksanaan konstruksi.
2) Memberikan rekomendasi dalam rangka menghasilkan suatu biaya konstruksi interior yang baik.

METODE PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini menjelaskan mengenai proses penelitian, instrumen penelitian,
pengumpulan data penelitian yang berdasarkan hasil kajian teori dan penelitian yang relevan, lalu
menganalisis data tersebut, dan yang terakhir metode pembahasan hasil penelitian. Untuk mencapai
tujuan penulisan dan menjawab permasalahan penulisan, maka diperlukan perancangan, proses, dan
penelitian yang sistematis, dengan kerangka sebagai berikut

Proses Penelitian
Proses penelitian merupakan susunan dari langkah apa saja yang dilakukan dalam penelitian. Pada
proses penelitian dilaksanakan secara sistematis, faktual dan logis. Hal yang penting untuk
mempertimbangkan faktor-faktor hubungan tersebut terhadap suatu konteks atau hubungan. Melalui
variabel-variabel yang didapatkan dari kajian-kajian pustaka yang relevan.

Gambar 1. Kerangka Penelitian

220
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Instrument Penelitian
Data dikumpulkan dengan instrument yang menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang
terdiri atas data primer dan data sekunder. Untuk menjawab permasalahan penelitian pertama dan kedua,
yaitu mengenai adanya risiko biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi interior. Hal ini menggunakan
kajian pustaka yang bersumber dari referensi-referensi yang relevan yaitu data sekunder.
1) Data primer yang didapat dari survei responden dengan melakukan penyebaran kuesioner pakar/ahli
serta responden, untuk memvalidasi variabel risiko dan memberikan opini melalui pengisian
kuesioner yang disebar oleh peneliti.
2) Data Sekunder yang digunakan didalam penelitian ini yaitu berupa kajian literatur bersumber dari
buku, jurnal ilmiah yang relevan, dan sebagainya guna mendukung dan memperkuat penelitian ini.
Dari data sekunder yang dikumpulkan akan disusun faktor dan variabel penelitian yang risiko biaya
pada pelaksanaan konstruksi proyek yang didapat dari studi literatur dan hasil penelitian yang
relevan.

Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan merupakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
yang menggunakan pendekatan Correlation Research. Analisis ini untuk menjelaskan hubungan klausul
antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
dengan metode penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada pihak – pihak yang terkait pada
proyek konstruksi interior.

Faktor dan Variabel Penelitian


Menurut Sugiyono (2016), Variabel penelitan adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi. Ada 2 macam variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel
bebas X (independen) dan variabel terikat Y (dependen).

Metode Analisis Data


Metode analisis data merupakan metode yang sangat penting dalam mengindentifikasi variabel-
variabel yang relevan sehingga didapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan. Sebagai input
untuk melakukan analisis tersebut adalah data dan informasi hasil dari kuisioner responden, pengambilan
data sampel. Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan merupakan metode analisis data
dilakukan dengan metode statistik, dengan bantuan program SPSS.

HASIL PEMBAHASAN
Identifikasi Risiko Biaya
Dalam penelitian ini dilakukan studi literatur dalam mengidentifikasi faktor dan variabel risiko
biaya. Dimana berdasarkan hasil studi literatur di dapatkan 8 faktor dan 91 variabel yang memiliki risiko
biaya pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi, dengan kinerja biaya pelaksanaan konstruksi sebagai
variabel terikat. Hasil studi tersebut kemudian dilakukan validasi terhadap faktor dan variabel risiko,
untuk mendapatkan masukan dari para ahli/pakar mengenai relevansi variabel terhadap risiko yang
ditentukan. Validasi pakar tersebut dilakukan dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner
terhadap lima pakar dengan pendidikan minimal S1 dengan pengalaman bekerja di proyek konstruksi
terutama bangunan tinggi selama minimal 10 tahun.
Berdasarkan data deskripsi kelima pakar tersebut yaitu 60% dari pakar berpendidikan S1 dan 40%
dari pakar berpendidikan S2. Sedangkan dari segi pengalaman, 100% responden pakar memiliki
pengalaman bekerja antara diatas 10 tahun. Dari hasil validasi pakar tersebut diperoleh 80 variabel risiko
biaya yang merupakan efek dari tahap konstruksi.

Hasil Analisis Penelitian


penelitian dilakukan dengan data primer yaitu dengan penyebaran kuesioner, dengan menggunakan
80 (delapan puluh) variabel yang lolos validasi pakar/ahli, kemudian dimasukkan menjadi pertanyaan
dalam bentuk kuisioner. Sebanyak 40 responden berhasil dihimpun pada penelitian ini, dan target survei

221
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

responden adalah homogen, yaitu populasi pelaksana konstruksi proyek di kontraktor interior, yang terdiri
dari Project Manager, Construction Manager, Site Manager, Engineer dan Supervisor. Data yang telah
dihimpun dari responden kemudian akan dilakukan proses pengolahan data dengan bantuan software
SPSS.

Pemilihan Uji Regresi


Pada tahap ini seluruh variabel yang telah dinyatakan valid dalam menjelaskan faktor-faktor
pembentuknya akan dianalisis untuk mendapatkan sebuah model regresi dimana R 2 yang ditetapkan > 0,8.
Dengan bantuan program SPSS, metode yang digunakan dalam regresi ini adalah metode stepwise.
Dari hasil analisis regresi menghasilkan 1 model regresi yang dibentuk oleh 6 (Enam) variabel
pembentuk, yaitu variabel X90, X33, X37, X75, X5 dan X46. Dimana keenam varibel tersebut adalah
kesulitan keuangan oleh owner (X90), koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi
kontraktor (X33), cara pembayaran tidak tepat waktu (X37), manajer proyek yang tidak kompeten (X75),
penggunaan material yang salah (X5) dan terjadinya perubahan desain oleh pemilik (X46). Dari keenam
variabel pembentuk model yang terjadi, nilai R2 yang dihasilkan yaitu sebesar 0,865. Hal ini menjelaskan
bahwa pada variabel X90, X33, X37, X75, X5 dan X46 secara simultan mampu menjelaskan variabel Y
sebesar 86,5%, sedangkan sisanya 13,5/% dijelaskan oleh faktor di luar variabel tersebut.
Penelitian ini memberikan treatment atau rekomendasi perbaikan kepada semua pelaku proyek yang
terlibat untuk lebih peduli dan antisipatif terhadap timbulnya risiko biaya yang akan berpengaruh kepada
kinerja biaya penyelesaian proyek. Risiko biaya yang dihasilkan sebagai risiko penentu / signifikan yang
berhasil diidentifikasi dalam tulisan ini adalah:
1. Kesulitan keuangan oleh owner
Pentingnya mengetahui biaya awal adalah salah satu mitigasi dalam risiko biaya, terlebih untuk
kepentingan pemilik proyek selaku pemberi kerja. Apabila terjadi kesulitan keuangan oleh pemilik
proyek maka akan berdampak pula terhadap kinerja biaya kontraktor selaku penyedia jasa
konstruksi, karena dalam proses pembayaran kontraktor selama pelaksanaan proyek akan terganggu.
Dan hal lainnya memungkinkan kontraktor untuk memberikan budget lebih dalam penyelesaian
proyek yang disebabkan oleh pembayaran yang kurang baik oleh owner.
2. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor
Dengan adanya sistem dan struktur organisasi serta komunikasi yang baik dan juga jelas merupakan
sebuah keharusan pada sebuah kegiatan pelaksanaan proyek sehingga dapat mengakomodasikan
seluruh tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak yang terlibat satu per satu
sesuai dengan weweang dan tanggung jawab, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan yang diharapkan.
3. Cara pembayaran tidak tepat waktu
Dengan adanya pengaplikasian kontrak kerja yang baik dalam pelaksanaan konstruksi menjadikan
hubungan hukum yang timbul antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa berada dalam ranah hukum
perdata, khususnya hukum perjanjian. Hal tersebut menjadi hal penting yang harus dibahas dan
disepakati lebih dalam lagi mengenai tata cara dan siklus waktu pembayaran di awal perjanjian
sebelum tanda tangan kontrak antara kedua belah pihak terjadi, sehingga para pihak yang terlibat
dapat memenuhi tanggung jawabnya sesuai yang tertuang di dalam kontrak yang disepakati.
4. Manajer proyek yang tidak kompeten
Bagi para pimpinan perusahaan kontraktor dalam memilih manajer proyek disarankan sebaiknya
memilih orang yang mempunyai skill/keahlian pada bidang atau proyek yang akan dikerjakan
sehingga hasil yang didapat nantinya akan lebih berkualitas. Dan bagi seorang manajer proyek
disarankan untuk menambah keterampilan dan keahlian supaya lebih dipercaya untuk menjalankan
suatu proyek dan menghasilkan suatu produk yang berkualitas.
5. Penggunaan material yang salah
Salah satu sumber daya yang sangat perlu untuk di perhatikan adalah material agar proyek yang di
rencanakan akan di kerjakan sesuai dengan spesifikasi yang di tetapkan, maka diperlukan adanya
pengendalian manajemen material. Dengan demikian proses kegiatan pembangunan proyek tersebut
akan dapat terlaksana secara berkelanjutan tanpa mengalami hambatan. Sangat di perlukan
perencanaan manajemen material yang terinci sehingga yang dapat memberikan masukan kepada
kontraktor pada saat mengambil keputusan.

222
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

6. Terjadinya perubahan desain oleh pemilik


Perubahan desain oleh pemilik adalah permintaan pemilik untuk melakukan perubahan terhadap
desain awal yang sudah diberikan kepada kontraktor yang dapat menimbulkan risiko biaya pada
proses berlangsungnya proyek konstruksi. Diperlukan adanya komitmen pemilik proyek untuk
memenuhi kesepakatan yang tertuang dalam kontrak sangat diperlukan untuk menjamin kesetaraan
kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajibannya

KESIMPULAN
Dari beberapa tahapan analisa yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka didapatkan beberapa
hal, yaitu.:
1) Hasil pengumpulan data awal memperoleh 91 variabel risiko biaya, kemudian validasi pakar
menyaring variabel menjadi 80 variabel yang kemudian dilakukan pengumpulan primer
menggunakan kuesioner terhadap 40 responden.
2) Berdasarkan data yang berhasil dihimpun dan telah dilakukan analisis regresi, didapatkan 1 model
regresi yang dibentuk oleh 6 (Enam) variabel pembentuk, yaitu variabel X90, X33, X37, X75, X5
dan X46 yang berpengaruh sebesar 86,5% terhadap kinerja biaya kontraktor pada pelaksanaan
proyek konstruksi interior. Sedangkan, sisanya (13,5%) dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari
penelitian ini. Penelitian ini memberikan treatment atau rekomendasi perbaikan terhadap variabel
yang dapat menimbulkan risiko biaya dalam pelaksanaan konstruksi interior.

DAFTAR PUSTAKA
AACE International Recommended Practice, 2008, Contingency Estimating – General Principles, No.
40R-08. AACE Inc.
AACE International Recommended Practice, 2009, Risk Analysis and Contingency Determination Using
Parametric Estimating, No. 42R-08. AACE Inc.
Arafa, Mohammed., Alqedra, Mamoun, 2011, Early Stage Cost Estimation of Buildings Construction
Projects using Artificial Neural Networks, Journal of Astificial Intelligence 4 (1), Asian Network for
Scientific Information, 63-75
Asiyanto, 2009, Manajemen Risiko untuk Kontraktor, Pradya Paramita, Jakarta.
Christian, Calvin., Anondho, Basuki, 2019, Analisis Variabel Pengurangan Biaya Overhead lapangan
Yang Dominan Pada Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat DI Jakarta, Jurnal Mitra Teknik Sipil,
Vol. 2, No. 2. Mei 2019, 35-44
Devin, Rafael., Gondokusumo, Onnyxiforus, 2017, Analisis Biaya Preliminaries Proyek Bangunan
Gedung Bertingkat (Studi Pada Perusahaan Kontraktor X), Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan.Vol. 1, No. 1. April 2017, 261-271.
Enshassi, Adnan., Mohamed, Sherif., Abdel-Hadi, Munther, 2013, Factors Affecting the Accuracy of Pre-
Tender Cost Estimates in the Gaza Strip, Journal of Construction in Developing Countries, 18(1),
Universiti Sains Malaysia. 73–94
Ervianto, 2005, Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi, Yogyakarta, Andi.
Hadinata, Gede Wira ., Nadiasa, Mayun., Widhiawati, Ida Ayu Rai, 2013, Analisis Faktor-faktor
Penyebab Pembengkakan realisasi Biaya Terhadap Rencana Anggaran Pelaksanaan Pada Proyek
Konstruksi Gedung, Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, Volume 2, No. 2. April
2013.
Ismael, Idzurnida., Junaidi, 2014, Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan
Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek Pembangunan Gedung di Kota Bukittinggi, Jurnal Momentum
, Vol.16 No.1. Februari 2014
Kerzner, Harord, 2013, Project Management, A System Approach to Planning, Scheduling and
Controling, 8th Edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey
Mulcahy, 2010, Risk Management Tricks of the Trade for Project Managers. (Second Edition), RMC
Publications Inc, Chicago.

223
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Oberlender, Garold D, 2000, Project Management for Engineering and Construction, 2nd Edition,
McGraw-Hill Book Company Inc, New York.
PMBOK Guide, 2018. Project Management Body of Knowdge Guide, Project Management Institte, Inc
Jakarata
R. A. Jimoh.,S. M. Adama, 2011, Assessment of prelim. in relation to the total cost of renovation work in
public schools in Abuja, Nigeria, in ICEC IX World Congress Assessment, 1-9
Roring, Hence. S. D, 2014, Model EstimasiBiaya Tahap Konseptual Konstruksi Bangunan Gedung
Dengan Metode Parametrik (Studi Kasus pada bangunan Gedung Publik di Wilayah Kota Manado
dan kabupaten/Kota Sekitarnya), Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2. September 2014,
103-108
Sahusilawane, Tonny., Bisri, Mohammad., Rachmansyah, Arif, 2011, Analisa Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Proyek Konstruksi Gedung Di Kota Ambon,
Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 5, No.2.
Soeharto. Iman, 1999, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 1, Edisi Kedua,
Erlangga, Jakarta.
Soeharto, Iman, 2001, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 2, Edisi Kedua,
Erlangga, Jakarta.
Sugiyono, 2016, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, PT Alfabet, Bandung.
Susila, Herman., Handoyo, Suryo, 2016, Analisis Faktor-faktor Dominan Resiko Biaya Pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Surakarta, Jurnal Teknik Arsitektur Volume 18 No. 22.
Januari 2016.
Yuliana, Candra, 2011), Permodelan Cost Planning Pembangunan Bangunan Gedung Negara, Dinamika
Teknik Sipil, Vol. 11,No. 1. Januari 2011, 87 – 93.

224
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

EVALUASI SISTEM DRAINASE KOTA MATARAM

Siti Nurul Hijah1, Rosita Eliawati2


1,2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Al-Azhar Mataram
Jalan Unizar Nomor 20 Turida - Sandubaya, Mataram, NTB
*
E-mail: nurulhijah.nh@gmail.com

Abstrak
Sistem drainase Kota Mataram sampai saat ini belum mampu mengatasi permasalahan banjir yang
terjadi disetiap musim hujan. Lokasi yang dievaluasi adalah Kelurahan Pagutan Timur, dikawasan ini
seringkali terjadi banjir ataupun genangan. Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi air dari
saluran drainase meluap dan menimbulkan genangan dijalan sekitar saluran drainase tersebut. Untuk
mengetahui permasalahan terjadinya banjir pada kondisi eksisting saluran drainase dan penanganan
yang tepat dilakukan survey lapangan dan menganalisis kapasitas masing-masing saluran drainase di
Kelurahan Pagutan Timur.
Dari hasil analisis penyebab utama banjir dan genangan di Kelurahan Pagutan Timur yaitu
penumpukan sedimen dan kecilnya dimensi saluran sehingga tidak mampu menampung kelebihan air
yang terjadi disaat musim hujan yang intensitasnya tinggi. Pada saluran drainase dikawasan tersebut
terdapat dua penampang saluran, Persegi dan trapesium. Dari 36 ruas saluran yang ada, 22 ruas
saluran masih mampu mengaliri debit rencana secara optimal dan 14 ruas saluran tidak mampu
menampung debit rancangan. Untuk penanganan permasalahan yang terjadi disaluran eksisting yaitu
enam ruas saluran dengan pengerukan sedimen. Setelah dilakukan pengerukan pada keenam saluran
tersebut ada satu ruas saluran yang masih tidak mampu menampung debit rancangan dan sembilan ruas
saluran sehingga dilakukan penanganan dengan redimensi saluran agar saluran tersebut mampu
menampung debit rancangan yang terjadi secara optimal.

Kata kunci : banjir, drainase, kapasitas saluran

PENDAHULUAN
Kondisi infrastruktur sistem jaringan drainase Kota Mataram sampai saat ini belum mampu
mengatasi permasalahan banjir yang terjadi di setiap musim penghujan. Salah satunya di Kelurahan
Pagutan Timur di kawasan ini seringkali terjadi banjir atau genangan pada musim hujan dengan intensitas
tinggi. saluran drainase yang telah ada efisiensinya telah berkurang, apabila terjadi hujan dengan
intensitas tinggi air dari saluran drainase meluap membanjiri jalan disekitar saluran drainase. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya penyempitan saluran drainase dan rendahnya kesadaran masyarakat akan
kebersihan dapat dijumpai dengan dibuangnya sampah ke saluran drainase. sehingga beresiko terhadap
terjadinya banjir.
Meskipun waktu terjadinya relatif tidak lama, namun banjir dirasa sangat menghambat guna
memenuhi syarat aman, nyaman, tertib dan sehat suatu daerah. Selain mengurangi keindahan lingkungan
di kawasan ini, banjir juga dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas warga setempat, lalu-lintas
menjadi tidak lancar dan dapat mempercepat kerusakan konstruksi jalan di Kelurahan Pagutan Timur.
Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem drainase yang sudah ada
dikawasan ini.
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui penyebab utama banjir dan genangan,
mengetahui kondisi eksisting dan menganalisa dimensi saluran drainase dan memberikan alternatif
penanganan sistem drainase di kelurahan Pagutan Timur Mataram

METODOLOGI
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data dimensi saluran,
kelandaian saluran yang merupakan hasil pengamatan langsung dikawasan Pagutan Timur Mataram. Data
sekunder berupa peta jaringan drainase eksisting dan data curah hujan 10 tahun. Setelah mendapatkan

225
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah pengolahan data tersebut. Pada tahap mengolah atau
menganalisis data dilakukan dengan menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.

Analisa Hidrologi
Analisis hidrologi merupakan suatu analisa awal dalam menagani penaggulangan banjir dan
perencanaan sistem drainase untuk mengetahui besarnya debit yang akan dialirkan sehingga dapat
ditentukan dimensi saluran drainase. Besarnya debit yang dipakai sebagai dasar perencanaan dalam
penanggulangan banjir adalah debit rancangan yang didapat dari penjumlahan debit hujan rencana pada
periode ulang tertentu dengan debit air buangan dari daerah tersebut.
Dalam menentukan intensitas hujan dan besarnya debit pengaliran di tentukan berdasarkan Rumus
Mononobe, karena data yang di gunakan adalah data curah hujan harian, maka di gunakan persamaan
sebagai berikut :
Perhitungan besarnya debit pengaliran sebagaimana persamaan berikut ini :
Q = 0,00278 x C x I x A
(1)
dengan :
Q = debit yang mengalir (m3/detik)
C = koefisien pengaliran
I = Intensitas hujah (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (ha)

Untuk perhitungan debit air kotor yang berasal dari buangan rumah tangga, bangunan gedung,
instansi dan sebagainya, besarnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penduduk dan kebutuhan air rata-
rata penduduk. Adapun besarnya kebutuhan air penduduk rata-rata adalah 150 liter/orang/hari. Sedangkan
debit air kotor yang harus dibuang di dalam saluran adalah 70% dari kebutuhan air bersih sehingga
besarnya air buangan adalah : 150 x 70% = 105 liter/orang/hari = 0,00121 liter/dtk/orang.
Pn x q Pn x 0.00121
Qak = (2)
A A

dengan :
Qah = debit air kotor (m3/detik)
Pn = Jumlah Penduduk (jiwa)
q = Jumlah Air Buangan (ltr/dtk/orang)
A = Luas Daerah (ha)

Debit rancangan dari tiap-tiap saluran, dimana dalam satu saluran menerima debit saluran dari
saluran sebelumnya. Persamaan debit rancangan :
Qtot = Qsal 1 + Qsal 2 + .....+ Qsal n (3)
dengan :
Qtot = debit rancangan (m³/detik)
Qsal n = debit saluran ke – n (m³/detik)

Analisis Hidrolika
Perencanaan saluran drainase harus berdasarkan pertimbangan kapasitas tampungan saluran yang
ada baik tinjauan hidrolis maupun elevasi kondisi lapangan.Tinjauan hidrolis dimaksudkan untuk
melakukan elevasi kapasitas tampungan saluran debit banjir ulang 10 tahun, sedangkan kondisi di
lapangan adalah didasarkan pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui apakah saluran
yang ada mampu atau tidak untuk mengalirkan air secara langsung pada saat hujan.
Pada jaringan drainase terdapat bentuk-bentuk penampang saluran, yaitu ;

226
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

a) penampang saluran segi empat

Gambar 1. Penampang saluran segi empat

Persamaan yang di gunakan untuk menghitung kapasitas saluran segi empat adalah :

A=bxh (4)
P = b + 2h (5)
bh A
R = b+2h = P
(6)
dengan :
b = lebar saluran (m)
h = dalam saluran tergenang air (m)
A = luas saluran (m²)
P = keliling basah (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
Kapasitas saluran di hitung dengan menggunakan persamaan Manning yaitu:
Q = A.V (7)
V = R²/³ S½ (8)
n
dengan :
Q = debit pengaliran (m³/detik)
V = kecepatan aliran dalam saluran (m³/detik)
S = kemiringan dasar saluran
n = koefisien kekasaran manning
b) penampang saluran trapesium
b'

1
m
h

Gambar 2. Penampang Saluran Trapesium

Persamaan yang di gunakan untuk menghitung kapasitas saluran berbentuk trapesium adalah :

A = (b + mh) h (9)
P = b + 2h (10)
R= (11)
dengan :
R = jari-jari hidrolis (m)
A = luas tampang basah saluran (m²)
P = keliling basah
n = koefisien kekasaran manning

227
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

S = kemiringan dasar saluran


Kemiringan dasar saluran dapat di hitung dengan persamaan :

H
S= L
(12)
dengan :
S = kemiringan dasar saluran
∆ = elevasi awal dan elevasi akhir (m)
L = jarak dari elevasi awal ke elevasi akhir (m)

Operasi dan Pemeliharaan Saluran Drainase


Menurut Permen PU No. 12 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan sistem drainase perkotaan pada
Pasal 22 yaitu :
1. Pemeliharaan dilakukan untuk mencegah kerusakan dan/atau penurunan fungsi Prasarana Drainase
dan perbaikan terhadap kerusakan prasarana drainase.
2. Pelaksanaan Pemeliharaan wajib mengikuti metode pelaksanaan bersih dan aman.
3. Kegiatan Pemeliharaan meliputi:
a. Pemeliharaan rutin;
b. Pemeliharaan berkala;
c. Rehabilitasi; dan
d. Pemeliharaan khusus
4. Pemeliharaan rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit meliputi kegiatan:
pengangkutan sampah manual/otomatis, pengerukan sedimen dari saluran, dan Pemeliharaan
mechanical electrical.
5. Pemeliharaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b paling sedikit meliputi kegiatan :
penggelontoran, pengerukan sedimen saluran / kolam / bak control / gorong-gorong / syphon /
Kolam Tandon / Kolam Retensi, dan Pemeliharaan mechanical electrical.
6. Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi kegiatan, antara lain: penggantian
atau perbaikan saluran, pompa/pintu air, perbaikan tanggul, penggantian atau perbaikan saringan
sampah, perbaikan kolam tampung dan perbaikan Kolam Tandon/Kolam Retensi akibat penurunan
fungsi maupun darurat (bencana alam).
Metodologi penelitian yang dilakukan menurut bagan alur sebagai berikut :

228
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data
Data curah hujan harian yang didapat dari Balai Wilayah Sungai yaitu data curah hujan harian dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2018. Adapun stasiun hujan yang terdapat di sekitar daerah penelitian
yang memenuhi syarat dari ketersediaan data yaitu stasiun Monjok dan stasiun Bertais.
Berikut data curah hujan harian maksimum dari Stasiun Monjok dan Stasiun Bertais dapat di lihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Data curah hujan harian maksimum Stasiun Monjok
Stasiun Monjok Stasiun Bertais
No Tahun Hujan (mm) Tanggal Kejadian Hujan (mm) Tanggal Kejadian
1 2009 125 16 Januari 43 7 Maret
2 2010 205 23 Oktober 83 27 Juli
3 2011 62 10 April 37 1 Januari
4 2012 94 18 Februari 105 29 Oktober
5 2013 77 30 Januari 96 25 Februari
6 2014 114 17 Februari 61 24 Oktober
7 2015 102 31 Januari 127 2 Mei
8 2016 110 10 Desember 209 14 Desember
9 2017 93 1 Februari 122 12 Juni
10 2018 106 30 Januari 142 11 November

229
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data saluran eksisting didapat dari hasil pengamatan langsung di Kawasan Pagutan Timur Mataram
dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Data Saluran Eksisting
Elevasi Elevasi L L
Dimensi saluran
Bentuk Saluran Lahan Saluran Lahan
No Nama Saluran
b' b h Saluran
Hulu Hilir Hulu Hilir (m) (m)
(m) (m) (m)
1 Bukit Ngadang 1 kn - 0.35 0.30 Persegi 20.30 19.80 20.70 20.00 75.70 67.83
2 Bukit Ngadang 2 kn - 0.40 0.40 Persegi 20.30 19.50 20.60 20.00 109.00 17.06
Bukit Ngadang 2
3 Persegi 20.00 19.50 20.60 20.00
kiri - 0.40 0.40 110.00 35.75
4 Bukit Ngadang 3 kn - 0.50 0.60 Persegi 19.80 19.30 20.50 19.83 430.00 70.61
Bukit Ngadang 3
5 Persegi 19.80 19.20 20.50 19.80
kiri - 0.50 0.60 430.00 63.80
6 Banjar Infaran 1 kn - 0.25 0.30 Persegi 20.30 19.55 20.60 20.30 96.00 18.25
7 Banjar Infaran 2 kiri - 0.30 0.30 Persegi 20.25 19.60 20.50 20.25 138.60 25.24
8 Banjar Infaran 3 kn - 0.50 0.30 Persegi 20.80 20.00 21.30 20.80 165.00 64.70
9 Banjar Infaran 3 kiri - 0.30 0.35 Persegi 20.82 20.00 21.15 20.85 143.00 23.25
10 Banjar Infaran 4 kn - 0.70 0.60 Persegi 21.50 21.10 21.75 21.50 129.00 64.00
Jln. Bung Karno
11 Persegi 21.50 19.20 21.50 21.20 982.00
Kiri - 1.00 1.20 190.59
12 Karang Buaye 1 kiri - 0.70 0.50 Persegi 21.70 21.10 24.50 21.70 438.00 101.00
13 Karang Buaye 2 kn - 0.25 0.40 Persegi 21.60 21.10 22.10 21.60 126.00 35.00
14 Karang Buaye 3 kn - 0.25 0.30 Persegi 21.60 21.10 22.10 21.60 193.00 88.50
15 Karang Buaye 4 kn - 1.30 0.50 Persegi 22.95 22.00 26.20 22.95 729.00 150.00
Jl.RM Panji Anom1
16 Persegi 21.50 21.10 22.20 21.60
kr - 0.75 0.90 383.00 90.00
Jl RM Panji Anom
17 0.60 Persegi 22.30 21.50 22.80 22.30 280.00
2kr - 0.50 40.00
Jl RM Panji Anom 2
18 2.80 2.55 0.80 Trapesium 21.70 21.15 23.00 21.80 702.00 123.00
kn
Petemon 4 kanan 24.0
1 0.30 Persegi 22.07 24.25 24.00
- 0.35 0 92.00 20.36
Petemon 5 kiri 24.0
2 0.30 Persegi 22.70 24.30 24.05
- 0.35 1 138.00 21.61
Petemon 6 kiri 23.0
3 0.90 Persegi 22.00 23.50 23.00
- 0.70 0 253.90 48.39
Petemon 7 kiri 23.3
4 0.80 Persegi 21.90 22.40 21.90
- 0.40 1 171.00 35.30
Lingkar selatan 1 1.0 24.0
5 23.80 24.20 23.90
kiri 0 0.85 0.50 Trapesium 0 160.00 59.00
Lingkar selatan 2 24.0
6 Persegi 23.50 24.30 24.00
kiri - 0.60 0.70 0 755.50 52.00
Lingkar selatan 2 24.0 120.0
7 Persegi 23.50 24.70 24.25
kn - 0.90 0.50 0 859.00 0
Petemon 8 kanan 24.8
8 0.30 0.40 Persegi 23.70 24.97 24.85
- 1 249.00 45.30
24.8
9 Petemon 8 kiri 0.30 0.40 Persegi 23.70 24.95 24.83 249.00 20.47
- 0

230
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Petemon 9 kanan 23.7


10 0.50 0.40 Persegi 23.40 24.35 23.70
- 0 123.95 70.00
Petemon 9 kiri 23.7
11 0.90 0.40 Persegi 23.40 24.35 23.80 136.16 80.00
- 0
Petemon 10 kiri 23.5 130.0
12 1.30 0.80 Persegi 23.20 24.00 23.50
- 0 335.00 0
Petemon 11 kanan 23.5
13 1.00 0.70 Persegi 22.95 23.98 23.55
- 0 258.00 74.28
Sumber : Hasil survey

Analisis Hidrologi
Perhitungan debit air hujan pada saluran Bukit ngadang 1 kanan
Koefisien pengaliran (C) = 0.25
Intensitas hujan (I 2th) = 27.559 mm/jam
Intensitas hujan (I 5th) = 47.781 mm/jam
Luas daerah pengaliran (A) = 0.843 Ha
Maka :
Qah 2th = 0.00278 x 0.25 x 27.559x 0.843
= 0.016 m2/dt
Qah 5th = 0.00278 x 0.25 x 47.781 x 0.843
= 0.028 m2/dt
Perhitungan debit kotor dan debit rancangan pada saluran Bukit ngadang 1 kanan
Pn : 7241 jiwa Q ah 2th = 0.016 m3/det
q : 0,00121 ltr/dtk/orang Q ah 5th = 0.028 m3/det
A : 0.843 ha Q ak = 0.012 m3/det
7241 0.00121
Qak rata-rata = 0.843
Q 2th = Q ah + Q ak
= 103.951 ltr/dtk/ha = 0.016 + 0.012
= 0.104 m3/dtk = 0.028 m3/det
Qak = Qak rata-rata x luas daerah pemukiman
= 0.104 x 0.11
= 0.012 m3/dtk
Q 5th = Q ah + Q ak
= 0.028 + 0.012
= 0.040 m3/det

Hasil perhitungan debit air kotor dan debit rancangan untuk masing - masing saluran dapat di lihat
pada tabel 2
Tabel 3. Hasil perhitungan bebit air kotor dan debit rancangan
Luas Qak Rata-rata Qak Qah 2th Qah 5th Q 2th Q 5th
No Nama Saluran
(Ha) m3/dt m3/dt m3/dt m3/dt m3/dt m3/dt
1 B. Ngadang 1 kanan 0.11 0.104 0.012 0.016 0.028 0.028 0.040
2 B. Ngadang 2 kanan 0.17 0.482 0.080 0.033 0.057 0.112 0.136
3 B. Ngadang 2 kiri 0.18 0.237 0.042 0.022 0.039 0.065 0.081
4 B. Ngadang 3 kanan 0.35 0.049 0.017 0.031 0.054 0.253 0.328
5 B. Ngadang 3 kiri 0.92 0.048 0.044 0.055 0.095 0.099 0.139
6 Bj. Infaran 1 kanan 0.13 0.597 0.080 0.019 0.033 0.099 0.113
7 Bj. Infaran 2 kiri 0.36 0.230 0.083 0.034 0.059 0.117 0.142
8 Bj. Infaran 3 kanan 0.77 0.107 0.082 0.040 0.070 0.123 0.153
9 Bj. Infaran 3 kiri 0.34 0.227 0.078 0.040 0.069 0.118 0.147
10 Bj. Infaran 4 kanan 0.24 0.314 0.075 0.012 0.020 0.354 0.528
11 Bung Karno Kiri 6.15 0.012 0.071 0.102 0.177 0.859 1.118

231
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

12 Karang Buaye 1 kiri 3.39 0.026 0.088 0.160 0.277 0.248 0.365
13 Karang Buaye 2 kanan 0.39 0.208 0.081 0.035 0.061 0.116 0.142
14 Karang Buaye 3 kanan 0.85 0.097 0.082 0.050 0.086 0.132 0.168
15 Karang Buaye 4 kanan 3.04 0.005 0.016 0.209 0.363 0.473 1.054
16 RM. Panji Anom1 kiri 3.50 0.024 0.082 0.150 0.259 0.232 0.342
17 RM. Panji Anom 2 kr 2.75 0.015 0.042 0.225 0.390 0.267 0.432
18 RM. Panji Anom 2 kn 2.43 0.023 0.056 0.116 0.202 1.729 2.824
19 Sukadana 1 kiri 3.08 0.028 0.085 0.093 0.161 0.178 0.246
20 Sukadana 2 kiri 2.81 0.029 0.081 0.097 0.167 0.178 0.249
21 Petemon 1 kanan 3.14 0.006 0.020 0.181 0.313 1.257 1.745
22 Petemon 2 kiri 0.37 0.215 0.079 0.088 0.152 0.167 0.231
23 Petemon 3 kanan 1.42 0.059 0.084 0.078 0.135 0.162 0.219
24 Petemon 4 kanan 0.22 0.372 0.081 0.044 0.077 0.125 0.157
25 Petemon 5 kiri 0.26 0.311 0.080 0.046 0.081 0.126 0.160
26 Petemon 6 kiri 1.16 0.039 0.045 0.090 0.157 0.465 0.624
27 Petemon 7 kiri 0.58 0.137 0.079 0.057 0.100 0.262 0.336
28 Lingkar selatan 1 kiri 0.49 0.146 0.071 0.029 0.050 0.100 0.121
29 Lingkar selatan 2 kiri 0.78 0.067 0.052 0.051 0.089 0.103 0.141
30 Lingkar selatan 2 kn 0.74 0.066 0.048 0.033 0.057 0.190 0.242
31 Petemon 8 kanan 0.42 0.169 0.071 0.039 0.068 0.110 0.138
32 Petemon 8 kiri 0.49 0.150 0.073 0.036 0.062 0.109 0.135
33 Petemon 9 kanan 0.38 0.165 0.063 0.025 0.043 0.088 0.106
34 Petemon 9 kiri 0.04 0.052 0.002 0.040 0.069 0.151 0.208
35 Petemon 10 kiri 3.29 0.023 0.077 0.086 0.148 0.401 0.539
36 Petemon 11 kanan 2.25 0.033 0.074 0.097 0.168 0.361 0.483

Analisis Hidrolika
Evaluasi kapasitas saluran dapat di lakukan dengan membandingkan debit rencana di salurkan
dengan debit kapasitas dari saluran tersebut. Hasil perhitungan evaluasi kapasitas saluran untuk masing-
masing saluran disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil perhitungan evaluasi kapasitas saluran
Q 2th Q 5th Qsal Evaluasi Evaluasi
No Nama Saluran
m3/dt m3/dt m3/dt Q 2th Q 5th Permasalahan
1 B. Ngadang 1 kanan 0.028 0.040 0.079 Memenuhi Memenuhi -
2 B. Ngadang 2 kanan 0.112 0.136 0.143 Memenuhi Memenuhi -
3 B. Ngadang 2 kiri 0.065 0.081 0.113 Memenuhi Memenuhi -
4 B. Ngadang 3 kanan 0.253 0.328 0.129 Meluap Meluap Sedimentasi 20 cm
5 B. Ngadang 3 kiri 0.099 0.139 0.141 Memenuhi Memenuhi -
6 Bj. Infaran 1 kanan 0.099 0.113 0.053 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
7 Bj. Infaran 2 kiri 0.117 0.142 0.053 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
8 Bj. Infaran 3 kanan 0.123 0.153 0.111 Meluap Meluap Sedimentasi 35 cm
9 Bj. Infaran 3 kiri 0.118 0.147 0.071 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
10 Bj. Infaran 4 kanan 0.354 0.528 0.342 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
11 Bung Karno Kiri 0.859 1.118 1.160 Memenuhi Memenuhi -
12 Karang Buaye 1 kiri 0.248 0.365 0.181 Meluap Meluap Sedimentasi 40 cm
13 Karang Buaye 2 kanan 0.116 0.142 0.053 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
14 Karang Buaye 3 kanan 0.132 0.168 0.058 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
15 Karang Buaye 4 kanan 0.473 1.054 0.404 Meluap Meluap Sedimentasi 40 cm
16 RM. Panji Anom1 kiri 0.232 0.342 0.360 Memenuhi Memenuhi -
17 RM. Panji Anom 2 kr 0.267 0.432 0.202 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
18 RM. Panji Anom 2 kn 1.729 2.824 1.536 Meluap Meluap Sedimentasi 50 cm
19 Sukadana 1 kiri 0.178 0.246 0.286 Memenuhi Memenuhi -
20 Sukadana 2 kiri 0.178 0.249 0.251 Memenuhi Memenuhi -
21 Petemon 1 kanan 1.257 1.745 1.841 Memenuhi Memenuhi -
22 Petemon 2 kiri 0.167 0.231 0.096 Meluap Meluap Dimensi saluran kecil
23 Petemon 3 kanan 0.162 0.219 0.928 Memenuhi Memenuhi -
24 Petemon 4 kanan 0.125 0.157 0.260 Memenuhi Memenuhi -
25 Petemon 5 kiri 0.126 0.160 0.175 Memenuhi Memenuhi -
26 Petemon 6 kiri 0.465 0.624 0.667 Memenuhi Memenuhi -

232
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

27 Petemon 7 kiri 0.262 0.336 0.398 Memenuhi Memenuhi -


28 Lingkar selatan 1 kiri 0.100 0.121 0.296 Memenuhi Memenuhi -
29 Lingkar selatan 2 kiri 0.103 0.141 0.153 Memenuhi Memenuhi -
30 Lingkar selatan 2 kn 0.190 0.242 0.166 Meluap Meluap Sedimentasi 30 cm
31 Petemon 8 kanan 0.110 0.138 0.141 Memenuhi Memenuhi -
32 Petemon 8 kiri 0.109 0.135 0.140 Memenuhi Memenuhi -
33 Petemon 9 kanan 0.088 0.106 0.113 Memenuhi Memenuhi -
34 Petemon 9 kiri 0.151 0.208 0.240 Memenuhi Memenuhi -
35 Petemon 10 kiri 0.401 0.539 0.628 Memenuhi Memenuhi -
36 Petemon 11 kanan 0.361 0.483 0.569 Memenuhi Memenuhi -

Berdasarkan hasil survey bahwa masalah yang ada pada saluran adalah sedimentasi dan dimensi
saluran yang kecil. Penanganan pada saluran yang tidak memenuhi kapasitas dengan cara pengerukan
sedimen pada saluran yang bermasalah dengan adanya penumpukan sedimen dan penanganan dengan
cara redimensi saluran, dikarenakan ada beberapa saluran yang memiliki dimensi yang kecil sehingga
tidak dapat menampung debit rencana pada saluran tersebut.

Tabel 5. Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase dengan cara pengerukan sedimen

Tabel 6. Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase dengan cara redimensi

KESIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan evaluasi sistem drainase di Kelurahan Pagutan Timur Kota
Mataram provinsi Nusa Tenggara Barat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyebab utama banjir dan genangan adalah adanya penumpukan sedimen dan kecilnya dimensi
saluran sehingga tidak mampu menampung kelebihan air yang terjadi disaat musim hujan yang
intensitasnya tinggi, dimana saluran drainase eksisting terdapat dua penampang saluran persegi dan
trapesium yang masih berfungsi dengan baik dan ada yang tidak tidak berfungsi.

233
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

2. Dari 36 ruas saluran drainase, 22 ruas saluran yang masih mampu mengaliri debit rencana secara
optimal dan 14 ruas saluran yang tidak mampu menampung debit rancangan, yang disebabkan oleh
dimensi saluran yang tidak memadai dan adanya sedimentasi pada saluran tersebut.
3. Untuk penanganan permasalahan yang terjadi disaluran eksisting, ada dua alternatif yang dapat
dilakukan yaitu enam ruas saluran dengan pengerukan sedimen pada saluran Bukit ngadang 3 kanan,
Banjar infaran 3 kanan, Karang buaye 1 kiri, Karang buaye 4 kanan, Jl. Mas Panji Anom 2 kanan
dan Jl. Lingkar selatan 2 kanan. Setelah dilakukan pengerukan pada keenam saluran tersebut ada
satu ruas saluran yang masih tidak mampu menampung debit rancangan yaitu Bukit ngadang 3
kanan sehingga alternatif selanjutnya adalah dengan cara redimensi saluran. Terdapat sembilan ruas
saluran yang perlu dilakukan redimensi yaitu saluran Bukit ngadang 3 kanan, Banjar infaran 1
kanan, Banjar infaran 2 kiri, Banjar infaran 3 kiri, Banjar infaran 4 kanan, Karang buaye 2 kanan,
Karang buaye 3 kanan, Jl. Mas Panji Anom 2 kiri dan petrmon 2 kiri. Sehingga saluran tersebut
mampu menampung debit rancangan yang terjadi secara optimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada BWS NT-1 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang Kota Mataram atas dukungan dan bantuan data sekunder guna menunjang
terlaksananya penelitian ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Universitas Islam Al-
Azhar Mataram atas bantuan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Haryoko, Limpat Ovi. 2013, Evaluasi Dan Rencana Pengembangan Sistem Drainase Di Kecamatan
Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung. Skripsi. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
Malahayati, Bandar Lampung.
Haziana. 2018, Evaluasi Permasalahan dan Penanganan Sistem Drainase Perkotaan Kawasan Kelurahan
Kekalik Jaya Kota Mataram. Skripsi. Teknik Sipil, Unizar, Mataram.
Ilyas. 2016, Evaluasi dan Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Ampenan Kota Mataram Dengan
Memperhatikan Karakteristik Sedimen Dasar, Skripsi. Teknik Sipil, Unizar, Mataram.
Saputro, Danang Ady Trisno. 2013, Perencanaan Drainase Perkotaan Di Kota Nanga Bulik Kabupaten
Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah, Jurnal Drainase, 1-11.
Situmorang, Jimmi Mulyanto. 2012, Evaluasi Kapasitas Tampung Dan Perencanaan Sistem Drainase Di
Kawasan Desa Dalam Kaum Kec. Sambas Kab. Sambas, Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil.
Universitas Tanjungpura, 1-13.
Suripin. 2004, Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi.
Triatmodjo, Bambang. 2009, Hidrologi Terapan, Yogyakarta : Beta Offset.
Wesli, 2008, Drainase Perkotaan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

234
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR & VARIABEL STANDARISASI


DOKUMEN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

Nobalazi Gulo1*, Manlian A. Ronald Simanjuntak2


1
Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universtitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi Jakarta Pusat
2
Dosen Magister Teknik Sipil Universtitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi Jakarta Pusat
*
Email Corresponding Author: nobalmts@gmail.com, Manlian.adventus@gmail.com,

Abstrak
Kegagalan pengadaan jasa konstruksi banyak dialami pada konstruksi yang mempunyai peran sangat
penting dalam standarisasi dokumen pengadaan untuk meningkatkan kinerja mutu sebagai parameter
dalam pelaksanaan mutu, dalam hal ini dapat di tentukan oleh perencanaan standarisasi dokumen.
Tujuannya penelitian yang dilakukan adalah : 1). Untuk mengetahui dan mengidentifikasi apa saja yang
mempengaruhi standar dokumen dalam pemilihan pengadaan jasa konstruksi terhadap kinerja mutu.
2).Mengetahui rekomendasi hasil faktor dan variable yang mempunyai pengaruh penting dalam
standarisasi dokumen. Dari penelitian yang sudah dilakukan dalam standarisasi dokumen di peroleh
kesimpulan sebagai berikut : 1). Di dapatkan 4 faktor yeng berhubungan dengan standarisasi dokumen
dengan 52 variabel terkait konstruksi. 2). Dalam standarisasi dokumen didapatkan 4 Faktor dan 8
variabel yang sangat berpengaruh terhadap kinerja mutu yang mempunyai pengaruh pada kinerja mutu
yaitu perlu adanya kesiapan dalam Dokumen yang dimulai dari Proses Inisiasi, perencanaan,
pengadaan jasa konstruksi, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan
pembangunan kembali suatu bangunan, dan Merek barang yang ditawarkan dalam brosur disesuaikan
dengan pekerjaan dalam surat penawaran yang mempunyai nilai sebesar 88,5% sisanya 11,5 % di
pengaruhi oleh variabel lainnya.

Kata Kunci : Dokumen, Jasa Konstruksi, Kinerja mutu, Standarisasi, SDM

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pemerintah setiap tahun menyalurkan dana ke daerah untuk pembangunan infrastruktur di seluruh
Indonesia baik untuk pengadaan pembangunan fasilitas gedung, jalan, irigasi dan utilitas lainnya dengan
menggunakan Anggaran Pembelajaan Daerah (APBD) maupun Anggaran Pembelajaan Nasional
(APBN), dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan dan peningkatan anggaran, yang juga seharusnya
berbanding lurus dengan penyerapan dan pelaksanaan dengan hasil dan mutu yang baik untuk dapat
dipergunakan sesuai dengan fungsi dan umur dari konstruksi tersebut, tetapi isu dan fakta pelaksanaan
dilapangan ada penurunan kinerja mutu baik dalam proses pengadaan ataupun dalam tahap konstruksi
yang semestinya masih masuk di fase perawatan, tetapi sudah mengalami kerusakan atau proyek
mangkrak, ini terjadi karena ada beberapa faktor yang tidak dilaksanakan sesuai prosedur dalam
pengadaan barang dan jasa sehingga menyebabkan penurunan dalam hal kinerja mutu.

Permasalahan Penelitian
Penelitian ini menganalisa masalah yang mempengaruhi implementasi standar dokumen dalam
pemilihan pengadaan jasa konstruksi terhadap pelaksanaan konstruksi. Menganalisa apa saja faktor utama
dan variabel penting yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi untuk
mencapai kinerja mutu sesuai dengan standar nasional indonesia, maka rumusan permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Yang paling berpengaruh dari 4 faktor dan 52 variabel yang telah ditetapkan sebagai faktor dan
variabel untuk diuji, yang sangat dominan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pemilihan
pengadaan Jasa Konstruksi sesuai dengan standar nasional indonesia dalam pelaksanaan
konstruksi?
2. Bagaimana rekomendasi hasil dari 4 faktor dan 8 variabel yang mempunyai pengaruh penting
dalam standarisasi dokumen?

235
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN
Proses Penelitian
Topik yang dibahas dalam penelitian ini adalah “ Identifikasi Dan Analisis Faktor & Variabel
Standarisasi Dokumen Pengadaan Jasa Konstruksi ”. Proses penelitian dimulai dengan melakukan
identifikasi terhadap faktor apa saja yang sangat mempengaruhi dan variabel yang menjadi
hambatan dalam pemilihan jasa konstruksi untuk mencapai standar nasional Indonesia sehingga
dalam pelaksanaan konstruksi dapat mencapai mutu yang baik, kemudian melakukan identifikasi
terhadap manfaat yang didapatkan dari penerapan standar dokumen pemilihan jasa konstruksi
yang mempengaruhi ketidak sesuaian mutu pelaksanaan konstruksi. Faktor dan variabel yang
didapatkan dari kajian-kajian pustaka yang relevan dan wawancara, dibuatlah kuisioner penelitian untuk
menganalisis variabel terikat pelaksanaan standar mutu berdasarkan spesifikasi yang tercantum dalam
dokumen, penting untuk dicermati dalam pelaksanaan konstruksi dan pengaruh variabel bebas yang
mempengaruhi standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan jasa konstruksi terhadap pencapaian mutu
dalam pelaksanaan konstruksi, sehingga diharapkan akan diperoleh data yang akurat mengenai
manfaat/peran penerapan standar dokumen terhadap kinerja mutu. Supaya tercapai tujuan dalam
penelitian ini dan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, maka diperlukan proses dan kerangka
acuan sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

Sesuai diagram alur penelitian gambar 1. kerangka dan proses penelitian dibuat agar alur kerja
penelitian dapat dilakukan dengan sistematis hingga kesimpulan akhir. Kesemua proses tersebut dapat
dijabarkan dalam bagian berikut.
1. Identifikasi permasalahan :

236
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Identifikasi permasalahan dirumuskan untuk merumuskan apa saja yang perlu dikaji untuk mencapai
tujuan hasil akhir penulisan sesuai yang telah dibahas dalam permasalahan penelitian.
2. Permasalahan penelitian satu
pada tahap ini, untuk menjawab permasalahan penelitian diawali dengan melakukan studi
kepustakaan, baik yang diperoleh dari buku, artikel ataupun jurnal penelitian, yang kemudian
disusun sehingga permasalahan satu dapat terjawab, yaitu mengidentifikasi 4 faktor utama dan 52
variabel yang mempengaruhi dalam menerapkan standar dokumen untuk pengadaan jasa konstruksi.
3. Permasalahan penelitian dua
Memberikan rekomendasi yang diberikan sesuai dengan hasil jawaban dari permasalahan penelitian
sebelumnya.
Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2014,92) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah suatu alat
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Instrumen penelitian juga menggunakan hasil observasi berupa dokumentasi yang dibentuk kedalam data
primer dan data sekunder. Menurut Juanda (2009,74) data primer adalah merupakan data yang
dikumpulkan oleh peneliti melalui perseorangan atau lembaga secara langsung dilapangan, sedangkan
data sekunder adalah data yang didapat dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi atau jurnal yaitu
diperoleh melalui penelitian yang sudah berjalan atau buku -buku referensi yang relevan.

Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2017), setiap metode penelitian mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode
penelitian kuantitatif cocok untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas atau dapat dihitung perumusan,
sementara metode penelitian kualitatif cocok digunakan untuk meneliti dimana masalahnya yang belum
jelas atau isu yang menjadi suatu permasalahan. Sehingga dalam penelitian ini digunakan kedua metode
penelitian tersebut, dimana metode penelitian kualitatif digunakan dengan tujuan untuk menemukan
faktor dan variabel dari hipotesis penelitian (permasalahan satu), dan metode penelitian kuantitatif
digunakan untuk menguji hipntesis penelitian tersebut (permasalahan dua). Adapun metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Metode Analisis permasalahan 1
Analisis permasalahan penelitian satu (Yang paling berpengaruh dari 4 faktor dan 52 variabel yang
telah ditetapkan sebagai faktor dan variabel untuk diuji, yang sangat dominan mempengaruhi standar
dokumen nasional Indonesia dalam pelaksanaan pengadaan Jasa konstruksi untuk tercapainya Mutu yang
baik dalam pelaksanaan konstruksi ) dilakukan dengan kajian Pustaka dan literatur, dari semua studi
tersebut dapat ditetapkan bahwa standar dokumen nasional Indonesia dalam pelaksanaan pemilihan
pengadaan jasa konstruksi untuk pelaksanaan jasa konstruksi dilihat dari berbagai sumber :
a. Di lihat dari peraturan pemerintah tentang standar dokumen dalam pengadaan barang/jasa.
b. Ditinjau dari peraturan Lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.
c. Peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat Republik Indonesia standar dan
pedoman pengadaan jasa konstruksi melalui penyedia.
d. Standar nasional Indonesia (SNI).
e. Peraturan pemerintahan daerah daerah Provinsi banten.
f. Jurnal yang relevan dari tahun 2010 sampai dengan 2021.
Metode Analisis permasalahan 2
Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan correlation research. Analisis ini untuk menjelaskan
hubungan klausal antar faktor/variabel melalui pengetesan hipotesis. Penelitian dilakukan dengan
menghimpun data dari kuesioner yang dikirim ke responden terpilih. Berdasarkan pengumpulan data ini,
harapannya adalah dengan memperoleh data yang akurat terkait penerapan sistem penerapan sistem
manajemen mutu dalam proses pengadaan Jasa Konstruksi terhadap kendala-kendala implementasi
system menejemen mutu.

237
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Faktor dan Variabel Penelitian


Hasil dari validitas pakar tentang faktor utama dan variabel yang sangat mempengaruhi standar
dokumen terhadap pencapaian mutu dalam pemilihan pengadaan jasa konstruksi dibuat kuesioner yang
kemudian disebar, ke responden diminta untuk memberikan penilaian kepada seluruh variabel pengaruh
standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan jasa konstruksi terhadap pencapaian mutu. Variabel yang
digunakan oleh penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel Independent (X) & variabel dependent
(Y). Variabel Independent adalah variabel yang identik dengan variabel bebas, variabel ini dianggap
sebagai variabel penyebab, karena mempengaruhi variabel dependent. Sedangkan variabel dependent
adalah variabel yang identik dengan variabel terikat oleh variabel bebas. Faktor dependent (Y) atau yang
disebut sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan standar mutu berdasarkan
spesifikasi yang tercantum dalam dokumen, penting untuk dicermati dalam pelaksanaan konstruksi yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel X (faktor Independent). Faktor Independent (X) yang disebut
sebagai variabel tidak terikat dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor pengaruh standarisasi dokumen
terhadap kinerja mutu.
Metode yang dilakukan dalam menganalisis data dilakukan dengan metode statistik, dengan alat
bantu program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi terbaru. Dalam pengolahan data
dilakukan dalam beberapa model uji yang harus dilalui untuk mendapatkan. hasil akhir yang menjadi
tujuan dari penulisan ini, yang cara detail akan dijabarkan langkah sebagai berikut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Permasalahan 1
Analisis Permasalahan penelitian satu adalah apa saja Faktor utama dan variabel apa saja yang
sangat mempengaruhi atau berhubungan dengan standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan
pengadaan sasa konstruksi terhadap pencapaian uutu untuk pelaksanaan konstruksi ditinjau dari sistem
manajemen mutu. Dalam menganalisis permasalahan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sehingga
terdapat 4 faktor penting dalam penelitian yaitu:
a. Dimensi pembangunan nasional dalam standarisasi dokumen (7 variabel).
b. Pengadaan barang dan jasa konstruksi perlu dilakukan standar dokumen (35 variabel).
c. Standar dan pedoman dokumen pengadaan jasa konstruksi melalui penyedia jasa (7 variabel).
d. Sumber Daya Manusia (3 variabel).

Analisis Permasalahan 2
Analisis permasalahan penelitian 2 (Bagaimana rekomendasi hasil faktor dan variable yang
mempunyai pengaruh penting dalam standarisasi dokumen ? ). Dari 4 faktor sistem manajemen mutu
dalam proses pengadaan Jasa Konstruksi yang terdiri dari 52 variabel bebas dan 1 variabel terikat akan
dilanjutkan proses analisis dengan metode penelitian kuantitatif dengan bantuan software SPSS versi 25
untuk analisis permasalahan penelitian 2.

Pemilihan Model Uji Regresi


Pada tahap ini seluruh variabel yang telah dinyatakan valid dalam menjelaskan faktor-faktor
pembentuknya akan dianalisis untuk mendapatkan sebuah model regresi, model inilah yang akan
menjelaskan faktor standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan jasa konstruksi dalam pencapaian
mutu untuk pelaksanaan konstruksi. Metode yang digunakan dalam regresi ini adalah metode stepwise,
dalam metode ini semua variabel bebas yang dianalisis akan disaring sehingga mendapatkan variabel
bebas yang benar-benar mampu menjelaskan variabel terikat. Variabel-variabel inilah yang disebut
sebagai variabel penentu (variabel prediktor). Dengan alat bantu program SPSS yang terbaru, berikut ini
adalah hasil analisis regresi dengan menggunakan metode model regresi yang terbentuk adalah 8, variabel
pembentuk, yaitu variabel X41, X4, X48, X2, X51, X45, X19, dan X44. Hasil analisis menunjukkan
1. Model regresi pertama adalah model regresi yang hanya memuat 1 variabel prediktor, yaitu variabel
X41. Nilai R square yang didapat dari model regresi tersebut adalah 0.459, yang berarti bahwa
variabel X41 (Menyebutkan Merek barang yang ditawarkan dan brosur untuk item pekerjaan di surat
penawaran merupakan standar dalam pemilihan pengadaan barang dan jasa konstruksi.) dalam model
I dapat memberikan kontribusi terhadap rekomendasi penerapan standar dokumen dalam

238
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya mutu untuk pelaksanaan konstruksi sebesar
49%.
2. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41 dan X4, nilai R square yang didapat dari
model regresi tersebut adalah 0.645. Selisih nilai R square model I dan model II adalah 0.186, hal ini
berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X4 (penerapan Pemberlakuan persyaratan SNI perlu
dilakukan terhadap Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal) terhadap penerapan standar
dokumen dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya mutu untuk pelaksanaan
konstruksi sebesar 18,6%
3. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41, X4, dan X48 nilai R square yang didapat
dari model regresi tersebut adalah 0.727. Selisih nilai R square model II dan model III adalah 0.082,
hal ini berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X48 (penyusunan dan penetapan rancangan
Kontrak dibuat berdasarkan standarisasi dokumen nasional) terhadap penerapan standar dokumen
dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya mutu untuk pelaksanaan konstruksi
sebesar 8,2%
4. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41, X4, X48 dan X2 nilai R square yang
didapat dari model regresi tersebut adalah 0.783. Selisih nilai R square model III dan model IV
adalah 0.056, hal ini berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X2 (Faktor utama yang
mempengaruhi dalam perumusan Standarisasi dokumen adalah sumber daya manusia) terhadap
penerapan standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya mutu
untuk pelaksanaan konstruksi sebesar 5,6%
5. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41, X4, X48, X2 dan X51 nilai R square
yang didapat dari model regresi tersebut adalah 0.828. Selisih nilai R square model IVdan model V
adalah 0.045, hal ini berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X51 (faktor yang amat
menentukan keberhasilan pemberlakuan standar mutu adalah SDM,karena manusia sebagai
pelaksana, penilai, dan pengendali serta sekaligus obyek implementasi standar mutu) terhadap
penerapan standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya mutu
untuk pelaksanaan konstruksi sebesar 4,5%
6. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41, X4, X48, X2, X51 dan X45, nilai R
square yang didapat dari model regresi tersebut adalah 0.849. Selisih nilai R square model Vdan
model VI adalah 0.021, hal ini berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X45 (Perlu review
dan penetapan spesifikasi teknis dalam pemilihan pengadaan barang dan jasa konstruksi) terhadap
penerapan standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya mutu
untuk pelaksanaan konstruksi sebesar 2,1%
7. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41, X4, X48, X2, X51, X45 dan X19, nilai R
square yang didapat dari model regresi tersebut adalah 0.871. Selisih nilai R square model VI dan
model VII adalah 0.022, hal ini berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X19 (Dalam
pengadaan barang dan Jasa perlu menetapkan tim atau tenaga ahli sesuai dengan profesinya)
terhadap penerapan standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar tercapainya
mutu untuk pelaksanaan konstruksi sebesar 2,2%
8. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X41, X4, X48, X2, X51, X45, X19 dan X44,
nilai R square yang didapat dari model regresi tersebut adalah 0.885. Selisih nilai R square model
VII dan model VIII adalah 0.014, hal ini berarti besar konstribusi yang diberikan variabel X44
(Pekerjaan Konstruksi itu meliputi mulai dari Inisiasi, perencanaan, pengadaan jasa konstruksi,
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu
bangunan) terhadap penerapan standar dokumen dalam pelaksanaan pemilihan Jasa Konstruksi agar
tercapainya mutu untuk pelaksanaan konstruksi sebesar 1,4%

Dari ke delapan variabel pembentuk model yang terbentuk, nilai R 2 yang dihasilkan yaitu 0,885.
Yang berarti variabel X41, X4, X48, X2, X51, X45, X19 dan X44 tersebut mampu menjelaskan
perubahan Y sebesar 88,5% sedangkan sisanya sebanyak 11,5% dijelaskan di luar variabel tersebut,
sehingga pada analisis selanjutnya, variabel pembentuk model yang digunakan adalah variabel
pembentuk model VIII.

239
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Faktor dalam pengadaan barang dan jasa konstruksi perlu dilakukan Standarisasi Dokumen dengan
variabel yang paling mendukung dengan mencantumkan merek atau spesifikasi barang yang
ditawarkan dan brosur untuk item pekerjaan di surat penawaran, merupakan standar dalam pemilihan
pengadaan barang dan jasa konstruksi, sehingga dapat meningkatkan pencapaian mutu.
2. Dalam pengadaan barang dan jasa konstruksi sangat diperlukan standar dokumen mulai dari inisiasi,
perencanaan, pelaksanaan dan serah terima dengan melakukan 4 faktor dan 8 variabel hasil uji
regresi dengan metode stepwise diatas yang mempunyai pengaruh penting dalam standar dokumen
dengan mencantumkan hasil dokumen yang lebih spesifik dengan mencantumkan merek barang
yang ditawarkan dan menyertakan brosur untuk setiap item pekerjaan di surat penawaran.

Saran
1. Untuk penelitian ini dapat dilanjutnya dengan menambahkan faktor dan variabel untuk mendukung
dan memperkaya standarisasi dokumen dalam pelaksanaan pemilihan pengadaan barang dan jasa
untuk dipergunakan kontraktor dan subkontraktor sebagai pedoman dalam pengadaan barang dan
jasa konstruksi.
2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih spesifik dengan menggunakan instrumen penelitian dengan
memperbanyak item-item pertanyaan dan sumber informasi data dan mendiskusikan item tersebut
dengan pihak yang memahami konsep indikator-indikator yang relevan sehingga diharapkan dapat
lebih meningkatkan validitas alat ukur yang digunakan dalam mengukur setiap varabel.

DAFTAR PUSTAKA
Joko Widodo, “Perubahan Atas Peraturan Pemertntah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi “, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020, 02 februari 2021,
Unit Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa Provinsi Banten, “Standar Dokumen Pemilihan Secara
Elektronik Pengadaan Pekerjaan Konstruksi”, Nomor : Dok. Pil/(Kode Tender)/Pokja (No. SPT)-
OPD-PK/ADPEM/2020
Contoh : Dok.Pil/0999000/Pokja-045-DPUPR-PK/ADPEM/2020
Addendum Dokumen Tender : Add.Dok. Pil/(Kode Tender)/Pokja (No. SPT) OPD-PK/ADPEM/2020
Contoh : Add_1.Dok.Pil/0999000/Pokja-045-DPUPR-PK/ADPEM/2020, (2020).
M. Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, “Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia”, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020, (2020).
Dwi Esti Intari, Nuzulan Nur Fauziah Andi Maddeppungeng, 2020 "Evaluasi Kepuasan Pelanggan
Terhadap Kinerja Manajemen Proyek Kontraktor Besar Studi Kasus : Proyek Pembangunan
Bendungan KLM Di Provinsi Banten," Jurnal Konstruksia, vol. 11, no. 2, pp. 59-72, Juli.
M. Basuki Hadimuljono Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, "Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi," Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia,
Jakarta, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
07/PRT/M/2019, (2019).
Farida , Dedy, 2019 “ Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Dan Pengendalian Internal Terhadap Kinerja
Karyawan “ Jurnal Akuntansi, Audit dan Sistem Informasi Akuntansi Vol. 3 No. 1 /April.
M. Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, “Tata Cara Penjaminan Dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat”, Lampiran Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
15/Se/M/2019 Tentang, (2019).
Hari Gumuruh Soeparto dan Tim, “Pedoman kerangka Ilmu Manajemen Proyek”, (PMBOK GUIDE)
Edisi keenam tahun 2019, (2019).
Andreas Wibowo Syafran Noferi, 2018 "Analisis Penyebab Calon Penyedia Jasa Melakukan Pendaftaran
lelang Tetapi Tidak Melanjutkan Memasukkan Dokumen Penawaran Pada Pengadaan Jasa

240
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Konstruksi," Jurnal Infrastrukture, vol. 3, no. 1, pp. 40-48 p-ISSN 2527-497X, e-ISSN 2580-4448,
Juni.
Joko Widodo, 2018 "Tentang Pengadaan Barang dan Jasa," Presiden Republik Indonesia, Jakarta,
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.16.
Lkpp, 2018 “Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia” lembaga kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah No.9.
Anton Soekiman Henny Yunita, 2017 "Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Konstruksi Terhadap
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Di Perusahaan Jasa Konstruksi," Jurnal
Infrastruktur, vol. 3, no. 1, pp. 1-1 p-ISSN 2527-497X, e-ISSN 2580-4448, Juni.
Rahman Abdullah, Mustika T.F Andi Maddepunggeng, 2016 "Pengaruh Pengalaman Kerja Dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM)," Jurnal Konstruksia, vol. 8, no. 1,
pp. 99-108, Desembaer.
Hotner Tampubolon, “Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Perannya Dalam Pengembangan
Keunggulan Bersaing”, Cetakan pertama Papas Sinar Sinanti Jakarta tahun 2016, (2016).
Cognoscenti Consulting Group, 2015 "Sistim Manajemen Mutu-Persyaratan," ISO 9001:2015 – For
Training Only, Jakarta, Standart Internasional ISO 9001.
Wahyu Oktri Widyarto Dessy Triana, "Relevansi Kualifikasi Kontraktor Bidang Teknik Sipil Terhadap
Kualitas Pekerjaan Proyek Konstruksi Di Provinsi Banten, 2013 " Jurnal Fondasi,Jurusan Teknik
Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, vol. 1, no. 1, pp. 182-190.
SNI ISO 9000:2015, “Sistem Manajemen Mutu – Dasar-dasar dan Kosakata Quality Management
Systems – Fundamentals and Vocabulary (ISO 9000:2015, IDT)”, disusun oleh Komite Teknis 03-
02, Sistem Manajemen Mutu, 11 November 2015, (2015).
Joko Widodo, “Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian”, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2014, (2014).
Sekertaris Daerah Provinsi Banten, 2011 "Pembinaan Jasa Konstruksi," Gubernur Banten, Serang,
Peraturan Daerah Provinsi Banten No 4.

241
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PRODUKTIVITAS PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG MELALUI


PENERAPAN LEAN CONSTRUCTION: SEBUAH STUDI LITERATUR.

Waskito Ady1 Manlian Ronald Simanjuntak2


1,2
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
Provinsi DKI Jakarta
*
Email: waskito.plano@gmail.com

Abstrak
Industri jasa konstruksi masih dianggap rendah produktivitas, sering terjadi pembengkakan biaya,
keterlambatan penyelesaian, banyak kesalahan, kurang tenaga terampil dan rendahnya kesadaran
Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (K3L). Keberhasilan menyelesaikan proyek
konstruksi ditentukan oleh produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya proyek yang
ada. Produktivitas proyek berkaitan dengan ketepatan waktu, urutan kerja dan metode yang benar, dan
efisiensi penggunaan sumber daya. Beberapa ahli berupaya mengadopsi prinsip industri manufaktur ke
dalam industri konstruksi. Di Indonesia, penerapan Lean Construction tepat dilakukan pada proyek
konstruksi bangunan gedung dengan tingkat kesulitan tinggi dan aktivitas kompleks. Penelitian
bertujuan menggali apakah penerapan Lean Construction dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Penelitian berfokus pada studi pustaka sejumlah penelitian di Indonesia maupun luar negeri. Waste
pada proyek konstruksi berkaitan dengan sisa material produksi lapangan, pemborosan akibat salah
metode, salah urutan, penumpukkan material akibat delay, material tak terserap akibat perubahan
desain, dan kerusakan hasil pekerjaan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Lean Construction membantu
meminimalisir waste dengan merampingkan urutan pekerjaan, memperbaiki penjadwalan untuk
mengurangi delay-time dan meningkatkan kolaborasi antarpihak yang terlibat dalam proyek. Kunci
sukses Lean Construction adalah: fokus pada pelanggan; budaya ramping seluruh pihak yang terlibat;
standarisasi prosedur yang ramping & baik; mengutamakan kerja cerdas serta minim kesalahan; &
semangat terus memperbaiki diri.

Kata kunci: industri konstruksi, lean construction, produktivitas proyek, waste

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri jasa konstruksi adalah salah satu bidang industri terbesar di dunia, yang terus tumbuh dan
berkembang dinamis seiring dengan kemajuan jaman (Maskuriy et al., 2019). Industri ini juga sangat
berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan industri jasa konstruksi
melibatkan sejumlah besar sektor industri lain yang saling terkait di dalam mata rantai pengadaan sumber
daya konstruksi, serta melibatkan banyak pihak dan pekerja di dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu,
banyak aktivitas dan pekerjaan yang timbul dari adanya suatu kegiatan konstruksi baik konstruksi
infrastruktur, bangunan gedung, fasilitas publik dan privat, maupun produk fisik konstruksi lainnya.
Banyaknya aktivitas di dalam pekerjaan konstruksi menjadikan industri jasa konstruksi merupakan salah
satu industri dengan tingkat kerumitan yang tinggi.
Selama beberapa dekade industri konstruksi dianggap sebagai industri yang rendah produktivitas,
sering terjadi pembengkakan biaya dan keterlambatan dari jadwal, sering terjadi kesalahan, kurangnya
tenaga kerja terampil dan rendahnya kesadaran pada Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan
(K3L). Industri konstruksi memiliki keunikan yang membedakannya dengan industri lain, di antaranya
sifat yang terfragmentasi, tiap proyek berbeda dengan proyek lainnya, sifat fisik produknya spesifik, dan
banyaknya pihak yang terlibat di dalamnya (Amiri et al., 2014). Karakteristik unit ini menyebabkan
permasalahan di industri konstruksi cukup kompleks. Salah satu permasalahan di dalam pelaksanaan
konstruksi yang sering terjadi adalah bagaimana cara menciptakan urutan aktivitas pekerjaan yang paling
efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal, biaya yang efisien, selesai tepat waktu, rework &
repair yang minimal serta kesalahan pekerjaan yang rendah.
Menjawab tantangan tersebut, beberapa ahli di bidang konstruksi berupaya mengadopsi prinsip kerja
industri manufaktur yang sudah mapan ke dalam industri konstruksi. Lean thinking dipilih dianggap
sebagai contoh keberhasilan dari industri manufaktur dalam menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja
dengan meminimalkan waste atau aktivitas yang tidak berguna di dalam satu mata rantai produksi.

242
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Konsep ini lalu dicoba untuk diterapkan pada industri jasa konstruksi, tidak terkecuali di Indonesia. Di
negara Indonesia, penerapan Lean di industri konstruksi masih terbilang sedikit atau jarang diterapkan.
Prinsip Lean dianggap sangat bermanfaat diterapkan pada proyek konstruksi terutama di proses
pengadaan proyek. Lean thinking diharapkan mampu meningkatkan produktivitas konstruksi dengan
mendorong terciptanya alur kerja dan tahapan pekerjaan konstruksi yang paling efisien dan efektif,
sehingga proyek bisa selesai tepat waktu, tepat biaya, minim permasalahan serta mencapai target mutu
yang diinginkan. Penerapan lean thinking di perusahaan jasa konstruksi tepat dilakukan pada proyek
konstruksi bangunan gedung yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan aktivitas yang kompleks.
Penelitian ini mencoba menggali apakah penerapan lean thinking di proyek konstruksi dapat
meningkatkan produktivitas kerja di dalam proyek secara signifikan.

Permasalahan Penelitian
Pada pelaksanaan proyek konstruksi, produktivitas kerja menjadi komponen yang sangat krusial.
Keberhasilan dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi sering kali ditentukan oleh seberapa besar
produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya proyek yang ada. Produktivitas kerja
berkaitan erat dengan proses pengadaan proyek. Pengadaan yang tepat akan menciptakan produktivitas
yang optimal dari penggunaan sumber daya konstruksi dalam upaya mencapai target-target pekerjaan.
Urutan pekerjaan yang tepat akan membantu tim pengadaan menyiapkan sumber daya proyek yang paling
tepat dan efisien untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan kesalahan kerja seminimal mungkin.
Dari penjabaran latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sejumlah masalah penelitian sebagai
berikut ini:
a. Apa saja definisi serta komponen utama dari Lean Thinking, Lean Construction, dan produktivitas
proyek konstruksi?
b. Bagaimana penerapan Lean Construction pada proyek konstruksi?
c. Apa saja kendala dan kunci sukses dari penerapan Lean Construction dalam suatu proyek
konstruksi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali apakah penerapan Lean Construction pada proyek
bangunan gedung dapat meningkatkan produktivitas proyek tersebut serta seperti apa pengaruhnya pada
proyek konstruksi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskan sasaran sebagai berikut ini:
a. Mengidentifikasi definisi dan komponen utama dari Lean Thinking, Lean Construction, dan
produktivitas proyek konstruksi;
b. Menggali contoh penerapan Lean Construction proyek konstruksi;
c. Merumuskan kendala dan kunci sukses penerapan Lean Construction pada proyek konstruksi agar
dapat meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan beberapa penelitian terpilih.

Batasan Penelitian
Batasan penelitian berfungsi memberikan gambaran sejauh mana lingkup penelitian ini akan
dilaksanakan. Berikut ini adalah batasan penelitian kali ini.
• Penelitian ini dibatasi pada proyek konstruksi bangunan gedung, dengan fokus penelitian adalah
tahapan pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.
• Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian menekankan pada teknik studi literatur yang relevan
dengan topik.
• Prinsip Lean juga dibatasi hanya pada penerapan di fase pelaksanaan proyek konstruksi.

METODOLOGI
Pendekatan Penelitian
Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan melalui metode analisis kualitatif yang
merupakan sistem pengambilan keputusan yang bersifat deskriptif, induktif dan berangkat dari sejumlah
fenomena yang terjadi di suatu lingkup kehidupan. Kajian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan
menggali apakah penerapan Lean Construction pada proyek bangunan gedung dapat meningkatkan
produktivitas proyek tersebut serta seperti apa pengaruhnya pada proyek konstruksi, berdasarkan
penelitian terdahulu dan studi pustaka yang relevan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan

243
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

perbandingan sejumlah penelitian mengenai proyek konstruksi di mana Lean Construction diterapkan,
terutama berkaitan dengan pengadaan dan urutan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi gedung.

Data Penelitian
Pada penelitian kali ini akan menggunakan data sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak
langsung dari pihak lain yang mengumpulkan atau memiliki data tersebut sebelumnya seperti hasil
penelitian, studi pustaka, data instansi atau organisasi dan sebagainya. Hasil penelitian diperoleh dari
jurnal-jurnal baik dalam negeri maupun luar negeri. Literatur atau pustaka teori diambil dari sejumlah
buku dan makalah seminar yang relevan.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data menggunakan metode kajian literatur dan telaah dokumen. Kajian
literatur dilakukan dengan menggali sejumlah buku-buku dan jurnal atau hasil penelitian lain yang
berkaitan dengan Lean Construction serta penerapannya pada sejumlah proyek konstruksi gedung. Telaah
dokumen adalah metode pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara mencari dokumen
terkait sasaran penelitian yang hendak dicapai. Dokumen-dokumen yang dijadikan sumber informasi bisa
berupa buku, pedoman atau standar, dokumen peraturan-peraturan, dokumen hasil kompilasi data yang
diterbitkan oleh lembaga tertentu maupun sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian seperti
sumber informasi dari media massa maupun internet.

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif digunakan
karena berupaya menggali suatu fenomena pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung, yang ingin
ditinjau dari sisi teoritis. Untuk bisa menjawab sejumlah pertanyaan & permasalahan penelitian yang ada,
peneliti harus bisa menyusun metode analisis data yang akan digunakan. Jenis dan teknik analisis sebagai
berikut:
• Studi literatur untuk mengidentifikasi definisi serta komponen utama dari penerapan Lean
Construction dan produktivitas proyek konstruksi;
• Menggali sejumlah penelitian di proyek yang menerapkan prinsip Lean Construction pada proses
pelaksanaan proyek konstruksi;
• Komparasi jurnal untuk merumuskan kendala dan kunci sukses dari penerapan prinsip Lean
Construction dalam suatu proyek konstruksi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lean Thinking dan Lean Construction
Konsep Lean merupakan suatu konsep yang berasal dari Toyota Production, konsep ini banyak
digunakan pada industri manufaktur dengan nama konsep Lean Production. Konsep Lean sebenarnya
memfokuskan pada sudut pandang klien dan ciri dari konsep pemikiran Lean berdasarkan kepada filsafat,
proses, orang, dan pemecahan masalah. Upaya ini terjalin untuk membentuk rangkaian produksi dan
menghindari waste yang tercipta melalui perampingan tahapan dan pengurangan beban kerja berulang
(Womack & Jones, 1996). Berikut ini adalah gambaran konsep Lean Construction menurut Koskela
(1992).

244
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Konsep Lean Construction (4P) menurut Koskela (1992)


Koskela (1992) merupakan orang pertama yang memiliki ide menggunakan konsep Lean Production
ke dalam industri konstruksi dan istilah Lean Construction pertama kali dikemukakan oleh International
Group for Lean Construction pada tahun 1993, sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Koskela (1997),
mengemukakan bahwa teori mengenai Lean Construction berawal dari konsep Lean Thinking industri
manufaktur yang diadopsi ke dalam proses konstruksi, teori Lean Thinking yaitu:
1. Mengurangi bagian aktivitas yang tidak menambah nilai.
2. Meningkatkan nilai output melalui pertimbangan yang sistematis tentang kebutuhan pelanggan.
3. Mengurangi variabilitas.
4. Mengurangi waktu siklus.
5. Menyederhanakan dengan meminimalkan jumlah langkah kerja.
6. Meningkatkan fleksibilitas output.
7. Meningkatkan transparansi proses.
8. Fokus mengawasi semua proses.
9. Membangun perbaikan secara berkelanjutan dalam proses.
10. Mengimbangi aliran peningkatan dengan aliran perubahan.
11. Membuat standar acuan
Pada dasarnya Lean Construction merupakan suatu cara untuk mendesain sistem produksi yang
dapat meminimalisasi pemborosan (waste) dari pemakaian material, waktu (time) dan usaha dalam rangka
menghasilkan jumlah nilai (value) yang maksimum (Koskela et al, 2002). Konsep Lean Enterprise
(Murman et al, 2002) terdiri dari berbagai sistem produksi yang berbagi prinsip-prinsip tertentu, termasuk
minimisasi waste, responsif terhadap perubahan, just-in-time, hubungan efektif dalam value stream,
peningkatan berkelanjutan, dan kualitas dari awal.
Perluasan teknik pada manufaktur khususnya pada konsep Lean Construction masih menjadi sebuah
hal yang perlu diperdalam karena konteks tersebut sesuai dengan konstruksi sosioteknologi (Niepce dan
Molleman 1998), di mana kombinasi elemen manusia dan teknis memastikan hasil kinerja yang lebih
tinggi (Moore, 2002). Namun dalam pelaksanaan, penting untuk menentukan seperangkat alat yang dapat
diterapkan untuk mencapai hasil kinerja yang lebih tinggi untuk proyek konstruksi. Berikut prinsip Lean
Construction yang dapat diterapkan dalam proyek konstruksi.

Tabel 1. Prinsip Lean Construction


Customer Focus
1 Memenuhi requirement owner
2 Menetapkan value dari sudut pandang pelanggan
3 Menggunakan sumber daya yang flexible & perencanaan adaptif
4 Tim mampu melaksanakan berbagai tugas
5 Menggunakan metode target costing dan value engineering
6 Menggunakan software bim dalam kegiatan engineering
Culture/People
1 Memberikan pelatihan yang dapat meningkatkan kinerja karyawan
2 Mendorong pemberdayaan karyawan
3 Komitmen manajemen
4 Bekerja dengan subkontraktor dan pemasok
5 Peran dan tanggungjawab diklasifikasikan
6 Kesadaran risiko setiap tim terhadap proyek
Standarization
1 Menggunakan prinsip 5R
2 Mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan/kecacatan
3 Manajemen visual
4 Menciptakan proses kerja yang di definisikan
5 Menciptakan logistik, gerakan material, dan rencana penyimpanan
6 Integrasi dan transparasi informasi
7 Informasi real time
Waste Elimination
1 Meminimalkan double handling dan gerakan pekerja/peralatan
2 Keseimbangan jumlah pekerja
3 Menghapus hambatan material & mengurangi masukan yang variasi
4 Mempermudah persiapan yang rumit & mengurangi waktu pergantian
5 Mengurangi material sisa
6 Menggunakan tpm (total productive material)
7 Pengiriman material menggunakan konsep just in time
8 Adanya detail instruksi bagi setiap pekerja

245
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

9 Penjadwalan produksi yang handal dan sesuai


10 Menerapkan pull schedulling
11 Meminimalkan wip (work in process)
12 Menggunakan decoupling linkages, memahami ukuran & lokasi buffer
13 Teknologi pelacakan untuk seluruh proses produksi
14 Pemahaman dan pemanfaatan transportasi
15 Menggunakan komponen standar produk
16 Menggunakan pre-assembly dan pre-fabrication
17 Menggunakan perancangan pra-produksi & analisis construct ability
18 Tepat waktu dalam perubahan permintaan
Continuous Improvement
1 Mempersiapkan pembelajaran organisasi dan analisis akar masalah
2 Mengembangkan dan menggunakan metrik untuk pengukuran kinerja
3 Menggunakan standar respon untuk produk cacat
4 Menciptakan rasa tanggungjawab atas kualitas kepada pekerja

Produktivitas Proyek Konstruksi


Definisi produktivitas merupakan hal yang sederhana dan kompleks pada saat bersamaan, hal ini
dikarenakan konsep ini merupakan konsep teknis dan manajerial (Thomas G, 2004). Produktivitas dapat
didefinisikan dan dianalisis dengan berbagai cara dan tidak ada konsensus yang pasti mengenai definisi
tersebut. Berbagai profesional dari berbagai bidang studi, termasuk ekonom, akuntan, ilmuwan perilaku,
insinyur, manajer memberikan definisi istilah tersebut dalam kaitannya dengan perspektif mereka sendiri
(Mohanty & Rastogi, 1986). Walaupun berada di dalam disiplin yang sama ada banyak definisi mengenai
produktivitas itu sendiri, Holzer dan Seok-Hwan (2004) berpendapat bahwa konsep produktivitas telah
digunakan selama bertahun-tahun sering terdapat kesalahan dalam penafsiran, konsep kinerja sebenarnya
dapat mewakili jalur konseptual yang lebih menarik sebagai upaya untuk menuju perbaikan manajemen.
Pritchard (1995) membedakan tiga kategori untuk definisi tentang produktivitas, yaitu:
• Pendekatan tekno-ekonomi yaitu, produktivitas sebagai ukuran efisiensi (output atau input)
• Produktivitas sebagai kombinasi efisiensi dan efektivitas (output = input dan output = tujuan)
• Pendekatan luas yang berisi segala sesuatu yang membuat fungsi organisasi lebih baik
Tangen (2005) juga memberikan penjelasan definisi istilah yang sering digunakan yaitu dengan
dibagi menjadi efisiensi, efektivitas, produktivitas, profitabilitas, dan kinerja dengan cara yang relatif
sederhana. Definisi tersebut dijabarkan dengan model Triple-P seperti yang dijelaskan berdasarkan
gambar berikut.

Gambar 2. Metode Triple-P menurut Tangen (2005)

Produktivitas sebagaimana dijelaskan pada Gambar 2 berhubungan dengan segala aktivitas produksi
yang dapat menggunakan output secara efisien dengan cara mengetahui perbandingan output yang
dihasilkan dengan input yang digunakan, dalam hal ini produktivitas dapat diukur secara parsial
(Mulyadi, 2001). Ukuran produktivitas dapat mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu
faktor atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran produktivitas
yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang
dicapai disebut dengan ukuran produktivitas parsial. Pengukuran produktivitas parsial akan mengarahkan
manajemen lebih fokus pada input tertentu, selain itu hasil pengukuran lebih mudah dipahami dan
diinterpretasikan sehingga tingkat kinerja produktivitas personel operasional cepat diketahui. Sebagai
contoh tenaga kerja lapangan langsung dapat dikaitkan dengan berapa banyak unit/volume yang

246
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dihasilkan untuk setiap jam/hari yang digunakan atau berapa banyak unit yang dihasilkan untuk setiap
satu unit bahan yang digunakan. Hasil pengukuran yang mudah dipahami menjadikan personel operasi
dapat melihat dan memahami keterkaitan antara input yang mereka kendalikan dengan output yang
mereka hasilkan. Pengukuran produktivitas parsial akan membuat manajemen mudah memahami dan
termotivasi untuk meningkatkan produktivitasnya karena apabila menggunakan suatu standar
produktivitas tertentu maka tren produktivitas akan dapat direkam perkembangannya. Rasio produktivitas
secara prasial pada pekerjaan struktur bangunan dapat menggunakan ukuran produktivitas operasional
(operational productivity measure) jika output dan inputnya dalam satuan kuantitas fisik, produktivitas
dapat diukur dengan rumus:

Rumus 1. Rasio Produktivitas

Berdasarkan pengertian produktivitas diatas maka produktivitas pada proyek konstruksi merupakan
perbandingan antara output proyek yang dihasilkan dengan input yang diberikan pada suatu rangkaian
kegiatan proyek. Produktivitas pada proyek konstruksi dinyatakan mengalami peningkatan apabila output
yang dihasilkan oleh suatu rangkaian kegiatan proyek mengalami peningkatan bila dibandingkan
sebelumnya, sedangkan produktivitas menurun apabila terjadi penurunan output yang dihasilkan apabila
dibandingkan dengan nilai sebelumnya. Besar kecilnya produktivitas yang dihasilkan pada proyek
konstruksi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya:
• Jenis pekerjaan
• Sumber daya
• Kondisi lingkungan kerja
• Persyaratan kontrak
• Metode & urutan kerja

Penerapan Lean Construction pada Beberapa Proyek Konstruksi


Berdasarkan pengumpulan sejumlah jurnal dan penelitian di Indonesia yang membahas mengenai
penerapan Lean Construction di berbagai proyek, maka peneliti merumuskan rangkuman sebagai berikut
ini:

Tabel 2. Rangkuman Sejumlah Penelitian yang Relevan


Peneliti, Tahun, Judul Rangkuman
Untu dkk., 2014. Penerapan Perbaikan perencanaan dengan menggunakan metode Lean Project Management (LPM),
Metode Lean Project yang meliputi pengidentifikasian waste, resiko dan estimasi kebutuhan proyek (waktu,
Management dalam sumber daya, dan biaya). Estimasi waktu dilakukan dengan menggunakan metode
Perencanaan Proyek
penjadwalan Critical Chain Project Managament (CCPM). Dari penelitian ini diperoleh
Konstruksi (Studi Kasus:
Pembangunan Gedung waste yang berpotensi muncul saat pelaksanaan proyek yaitu waiting, defects, unnecessary
Mantos Tahap III) motion dan excessive transportation. Waiting dan defect disebabkan karena lokasi
penampungan material yang terbatas, kondisi cuaca yang tidak menentu, dan kondisi tanah
yang sangat keras, sedangkan unnecessary motion dan excessive transportation disebabkan
oleh traffic jam. Adanya waste akan mengakibatkan keterlambatan proyek, untuk itu perlu
adanya safety time (buffer time) yang terdapat dalam penjadwalan dengan metode CCPM.

Dian Artika, 2014. Keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak produktif yang
Penerapan Metode Lean terlibat dalam pelaksanaan proyek. Segala sesuatu dalam proyek yang tidak menambah
Project Management dalam nilai, sebaliknya menambah biaya yang disebut pemborosan. Untuk mengatasi
Proyek Konstruksi pada
permasalahan tersebut diperlukan perbaikan dalam perencanaan dengan pendekatan Lean
Pembangunan Gedung
DPRD Kabupaten Ogan Ilir Project Management (LPM). Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi pemborosan,
risiko, dan estimasi kebutuhan proyek (waktu, sumber daya, dan biaya), serta estimasi
penjadwalan waktu menggunakan Critical Chain Project Management (CCPM). Proyek
pembangunan DPRD Kabupaten Ogan Ilir, didapat pemborosan yang berpotensi muncul
saat menunggu pelaksanaan proyek. Adanya waste akan mengakibatkan keterlambatan
proyek, untuk itu diperlukan safety time (waktu penyangga) yang terdapat dalam
penjadwalan dengan metode CCPM.

Lokaria dkk., 2015. Proyek EPC adalah industri konstruksi yang banyak terjadi pemborosan (waste). Lean

247
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Peneliti, Tahun, Judul Rangkuman


Identifikasi Penerapan Construction dicoba untuk diterapkan di konstruksi untuk mengurangi waste. Sebelum
Prinsip-prinsip Lean diterapkan lebih jauh, perlu diidentifikasi penerapan prinsip-prinsip Lean Construction
Construction pada Proyek pada proyek EPC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penerapan
EPC (Engineering,
prinsip-prinsip Lean Construction dan kendala saat diterapkan pada proyek EPC. Hasil
Procurement, Construction)
penelitian sebagian besar prinsip Lean Construction sering diterapkan pada proyek EPC.

Sitinjak, dkk., 2015. Perkembangan konstruksi Indonesia yang semakin maju, membuat daya saing antar jasa
Pengaruh Penerapan Metode konstruksi menjadi ketat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi dalam mengelola
Lean Construction pada proses kontruksi menjadi lebih optimal. Salah satu inovasi tersebut adalah penerapan
Biaya Pekerjaan Struktur
metode Lean Construction dengan konsep Work Structuring. Konsep Work Structuring
Tipikal
disini digunakan untuk merancang simulasi pekerjaan struktur beton lantai tipikal agar
memiliki aliran kegiatan yang lebih andal dan cepat. Inovasi Lean Construction pada
penelitian ini adalah menggunakan sistem transfer bekisting antar lantai pada bekisting
horisontal PERI. Dengan konsep Work Structuring, interaksi antara siklus pekerjaan
struktur beton dan siklus transfer bekisting antar lantai didapat 3 simulasi optimal dengan
aliran kegiatan dengan iddle time paling minimal yaitu simulasi 3 hari, 5 hari, dan 9 hari.

Mudzakir, dkk., 2017. Waste merupakan bentuk ketidakefisienan dan pemborosan yang ditimbulkan dari bahan
Evaluasi Waste dan material, SDM, dan waktu. Pada sisi lain, konstruksi ramping (Lean Construction)
Implementasi Lean memiliki 2 tujuan yang sangat fundamental yaitu meningkatkan value dan mengurangi
Construction (Studi Kasus:
waste. Studi ini menunjukkan bahwa waste yang paling sering terjadi pada proyek
Proyek Pembangunan
Gedung Serbaguna Taruna pembangunan gedung serbaguna adalah pada waktu menunggu instruksi. Sedangkan untuk
Politeknik Ilmu Pelayaran variabel waste yang memberi dampak paling besar pada proyek adalah waktu menunggu
Semarang) instruksi. Lean construction tools yang belum diterapkan pihak kontraktor yaitu Reverse
Phase Scheduling (RPS), Percent Plan Complete (PPC), Six Week Lookahead, commitment
chart, sustain, mobile chart dan Start of the day meeting.

Dari sejumlah penelitian di atas, dapat ditarik beberapa poin penting terkait waste di proyek
konstruksi bangunan gedung. Proyek bangunan gedung yang dianggap memiliki banyak rangkaian
aktivitas dan pekerjaan seringkali terjadi keterlambatan penyelesaian, pemborosan, dan sisa (waste). Hal
ini secara tidak langsung mendorong pembengkakan biaya dan berpengaruh pada sisi produktivitas
proyek. Keterlambatan terjadi akibat delay-time aktivitas pada pekerjaan proyek. Pemborosan terjadi
akibat kesalahan metode, urutan pekerjaan, maupun perencanaaan aktivitas. Waste timbul sebagai akibat
dari adanya keterlambatan, kesalahan perencanaan urutan aktivitas dan pekerjaan proyek. Waste yang
dibahas pada beberapa penelitian di atas tidak hanya berkaitan dengan sisa material produksi lapangan,
tetapi juga pemborosan akibat salah metode, salah urutan, penumpukkan material atau sumber daya akibat
delay, material tidak terserap akibat perubahan desain dan perbaikan akibat kerusakan hasil pekerjaan.
Berdasarkan konsep produktivitas, makin besar waste yang timbul di dalam proyek maka akan
semakin besar sumber daya atau input produksi yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk
konstruksi fisik yang diinginkan. Sumber daya yang besar atau boros menimbulkan value atau nilai dari
masing-masing input produksi makin rendah, sehingga bermuara pada produktivitas proyek konstruksi
yang semakin rendah. Input besar namun output kecil menunjukkan pemanfaatan sumber daya konstruksi
tidak maksimal, atau dengan kata lain tidak produktif. Oleh karena itu, berdasarkan hasil kompilasi
beberapa penelitian di atas, maka konsep produktivitas proyek konstruksi bisa ditingkatkan dengan
meminimalisir waste. Penelitian yang ada di atas menunjukkan bahwa Lean Construction mampu
merampingkan urutan pekerjaan, memperbaiki penjadwalan untuk mengurangi delay-time pada fase
konstruksi dan meningkatkan kolaborasi antar pihak yang terlibat di dalam proyek. Pengurangan ketiga
penyebab waste ini secara langsung akan mendorong proyek berjalan lebih optimal, efisien dalam
penggunaan sumber daya, efektif dalam penggunaan waktu, perbaikan pekerjaan yang minim, serta
kemudahan untuk berkolaborasi sehingga permasalahan proyek dapat segera dipercahkan sebelum
menimbulkan banyak dampak negatif.

Kesulitan Penerapan Lean Construction di Beberapa Proyek Konstruksi


Menurut Johansen dan Walter (2007), penerapan konsep Lean dalam industri konstruksi masih
terbatas. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Common et al. (2000) di Inggris serta
penelitian oleh Johansen et al. (2002) di Belanda yang dengan jelas menyatakan bahwa industri
konstruksi pada umumnya lambat dalam mengambil konsep Lean. Prinsip Lean construction masih
dianggap sebagai paradigma yang sulit diterapkan Indonesia secara sempurna, prinsip Lean Construction

248
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Micro seperti pengurangan waktu dan pengurangan variabilitas kontraktor besar Indonesia masih kurang
memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengimplementasikan prinsip dan teknik tersebut (Abduh dan
Roza, 2006). Penyebab sulitnya penerapan Lean Construction pernah dilakukan oleh Abdullah et al
(2009) di Malaysia dan menghasilkan bahwa faktor penyebab sulitnya penerapan prinsip Lean
Construction di Malaysia diakibatkan oleh kurangnya perhatian dan komitmen dari manajemen puncak,
kesulitan dalam memahami konsep konstruksi ramping, kurangnya pelatihan yang tepat, dan
kecenderungan perusahaan konstruksi untuk menerapkan konsep manajemen tradisional yang
bertentangan dengan produktivitas dan konsep manajemen kualitas. Abduh dan Roza (2006) menyatakan
bahwa kontraktor di Indonesia belum dapat menerapkan prinsip Lean Construction secara teknis seperti
pengurangan waktu dan pengurangan variabilitas dikarenakan kurang memiliki kesadaran dan
kemampuan untuk mengimplementasikan prinsip dan teknik tersebut. Selain itu, literasi yang rendah pada
pelaku di industri jasa konstruksi juga menyebabkan pengetahuan pelaku tentang Lean masing terbilang
minim di Indonesia.

Tabel 3. Tabel Kesulitan Penerapan Lean Construction


Faktor Penyebab Referensi
Kim dan Park (2006) menyatakan bahwa dari perspektif suatu proyek konstruksi, ditemukan bahwa
Kurangnya perhatian dan
banyak proyek menghadapi masalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak dalam
komitmen dari manajemen
mengimplementasikan konsep Lean.
puncak
Kesulitan dalam memahami Bertelsen (2003), sistem dalam proyek konstruksi sangat kompleks oleh karena itu pihak-pihak yang
Lean Construction terlibat dalam industri konstruksi harus memiliki pemahaman penuh tentang konsep Lean.
Kurangnya perhatian tentang
Jorgensen dan Emmitt (2008) mengemukakan bahwa eksposur yang diberikan terhadap penerapan
perlunya mengadopsi konsep
konsep Lean Construction sangat minim jika dibandingkan dengan Lean pada Manufacturing.
Lean Construction
Kim dan Park (2006) berpendapat bahwa salah satu kendala yang mengganggu keberhasilan
Kurangnya pelatihan yang konstruksi Lean adalah bahwa pelatihan hanya berpusat pada alat Lean yang dapat meningkatkan
tepat produktivitas dan kinerja, tetapi dengan fokus minimal pada konsep dan prinsip Lean.

Perusahaan tidak mau melakukan perubahan dalam metode konstruksi karena merasa metode yang ada
Pelaku konstruksi merasa
sebelumnya dapat mencapai tujuan, padahal menggunakan metode Lean Construction perusahaan
sangat puas dengan metode
dapat menghilangkan pemborosan dan mengurangi biaya konstruksi (Abdullah et al, 2009).
tradisional
Howell (1999) faktor sikap manusia merupakan salah satu aspek utama yang menghambat penerapan
Kurangnya kesadaran dan
Lean Construction di industri, terutama pada tahap implementasi fisik. Maksud sikap disini adalah
kemampuan secara tim
dalam penerapan suatu metode tidak semua bagian dari tim dapat berintegrasi dalam menerapkan
untuk menerapkan Lean
suatu metode dan tekonologi yang dinilai baru.
Construction
Jangka waktu yang dirasa Sebagai suatu metode yang baru konsep Lean Construction membutuhkan waktu untuk dipahami
lama dalam menerapkan sepenuhnya. Kim dan Park (2006) mengemukakan implementasi Lean Construction di perusahaan
prinsip Lean Construction konstruksi mengakibatkan banyak pembahasan dan banyak informasi yang butuh diskusi.

Kunci Sukses Penerapan Lean Construction pada Proyek Konstruksi


Manajemen konstruksi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pada industri
konstruksi, meskipun beberapa teknologi baru dan canggih telah diterapkan pada proyek konstruksi
namun produktivitas pada sektor industri masih cukup rendah (Koushki et al, 2005 dan Guo, 2009).
Sebagai contoh produktivitas industri konstruksi di AS telah menurun sejak 1964 (Teicholz, 2004).
Permasalahan pada produktivitas dapat ditimbulkan oleh beberapa hal seperti kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tim dalam proyek, tidak adanya prosedur pengerjaan yang sistematis atau prosedur yang
sudah ada tidak berhasil diterapkan dengan baik, perencanaan yang tidak sesuai, dan keterbatasan dalam
penggunaan teknologi (Harris et al, 2017). Alwi (2002) berpendapat faktor penyebab penurunan
produktivitas konstruksi secara teknis diakibatkan oleh beberapa hal seperti pemborosan material, adanya
pekerjaan ulang, tingginya waktu tunggu atau keterlambatan. Sejalan dengan hal tersebut Thomas et al
(2002) berpendapat bahwa dengan adanya prinsip Lean seperti pengurangan variablitas dapat
meningkatkan produktivitas ke arah yang lebih baik. Ada beberapa poin kunci yang harus diterapkan agar
Lean Construction dapat berjalan, yakni fokus pada pelanggan, budaya ramping pada seluruh pihak yang
terlibat di proyek, standarisasi prinsip Lean berupa prosedur yang ramping dan baik, mengutamakan kerja
cerdas dan minim kesalahan, serta semangat untuk terus menerus memperbaiki diri. Berikut kunci sukses
penerapan Lean Construction yang sudah dilaksanakan di Indonesia, diperoleh dari sejumlah jurnal dan
penelitian yang relevan, disajikan seperti gambar berikut ini.

249
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Kunci Sukses Penerapan Lean Construction pada Proyek Konstruksi

Selanjutnya dari rumusan mengenai sejumlah kunci sukses penerapan Lean Construction pada
proyek konstruksi, maka dapat dirumuskan juga alur proses bagaimana Lean Construction dapat
meningkatkan produktivitas pada proyek konstruksi. Secara umum tahapan pelaksanaan proyek
konstruksi dimulai dari persiapan/penyusunan desain dan rancangan produk konstruksi, melakukan
estimasi dan perhitungan baik harga maupun volume, menyusun penjadwalan rencana kerja, fase
pelaksanaan fisik konstruksi, fase pengetesan dan commissioning sampai dengan tahapan serah terima
hasil konstruksi kepada pemberi kerja. Sejumlah literatur mengemukakan bahwa untuk menerapkan Lean
Construction di semua fase konstruksi diperlukan tahapan atau langkah-langkah dimulai dari identifikasi
nilai-nilai yang ingin ditingkatkan (identify value); menyusun bagan aliran nilai (map value stream);
menyusun urutan baru yang ramping (create flow); mengimplementasikan urutan tersebut (establish pull);
dan terus-menerus melakukan perbaikan demi kesempurnaan (seek perfection). Keseluruhan urutan Lean
ini dilakukan di setiap fase konstruksi dan selalu diakhiri dengan evaluasi untuk mendapatkan perbaikan
demi kesempurnaan ke depan. Dengan menerapkan setiap tahapan ini, diharapkan waste yang sering
terjadi pada proyek konstruksi dapat diminimalkan secara berkesinambungan, sehingga pada akhirnya
produktivitas kerja di proyek konstruksi akan meningkat secara simultan sejalan dengan terus
diterapkannya prinsip Lean Construction. Berikut ini disajikan pada Gambar 4 mengenai skema
pengembangan konsep Lean Construction ke dalam tahapan konstruksi bangunan gedung.

Gambar 4. Konsep Lean Construction Berkaitan dengan Produktivitas Proyek Konstruksi

KESIMPULAN
Penerapan prinsip Lean Construction pada proyek konstruksi bangunan gedung dianggap dapat
meningkatkan produktivitas proyek tersebut. Permasalahan proyek yang sering terjadi seperti pemborosan
material, pembengkakan biaya, keterlambatan pekerjaan dan mutu konstruksi kurang baik menjadi latar
belakang dilakukannya penelitian ini. Dikarenakan praktik penggunaan Lean Construction masih
terbilang sedikit, maka digunakan metode studi literatur yang berupaya menggali praktik-praktik
keberhasilan penerapan Lean Construction pada proyek konstruksi bangunan gedung yang ada baik di

250
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Indonesia maupun luar negeri. Kajian literatur pada sejumlah jurnal dan hasil penelitian yang relevan
digunakan sebagai sumber melakukan komparasi terhadap komponen-komponen kunci keberhasilan Lean
Construction.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah penelitian di Indonesia berusaha menggali
penerapan Lean Construction dalam upaya mengurangi waste di dalam proyek konstruksi bangunan
gedung. Waste yang dibahas pada beberapa penelitian tidak hanya berkaitan dengan sisa material
produksi lapangan, tetapi juga pemborosan akibat salah metode, salah urutan, penumpukkan material atau
sumber daya akibat delay, serta material tak terserap akibat perubahan desain dan kerusakan hasil
pekerjaan. Produktivitas proyek konstruksi bisa ditingkatkan dengan meminimalisir waste. Lean
Construction mampu merampingkan urutan pekerjaan, memperbaiki penjadwalan untuk mengurangi
delay-time pada fase konstruksi dan meningkatkan kolaborasi antar pihak yang terlibat di dalam proyek.
Kesadaran yang rendah untuk menerapkan Lean Construction menjadi salah satu kendala penerapan
prinsip Lean di perusahaan konstruksi di Indonesia. Kunci sukses agar Lean Construction dapat berjalan
adalah: fokus pada pelanggan; budaya ramping pada seluruh pihak yang terlibat di proyek; standarisasi
prinsip Lean berupa prosedur yang ramping dan baik; mengutamakan kerja cerdas dan minim kesalahan;
serta semangat untuk terus menerus memperbaiki diri. Saran penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk
memperdalam bagaimana Lean Construction dapat diterapkan pada procurement project, mengingat
procurement project menjadi proses yang sangat mempengaruhi keberhasilan produk dikarenakan seluruh
sumber daya konstruksi dielaborasi pada proses ini untuk mencapai tujuan proyek.

DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M., dan Roza, H.A., 2006, Indonesian Contractors’s Readiness Towards Lean Construction,
Proceedings of the 14th Annual Conference of International Group for Lean Construction, Santiago,
Chile.
Alwi, S., Hampson, K., Mohamed, S, 2002, Non Value-Adding Activities: A Comparative Study of
Indonesian and Australian Construction Projects, Proceedings of the 10th annual conference of the
IGLC, Gramado, Brazil.
Common, G., Johansen D.E., Greenwood D., 2000, A Survey of the Take Up of Lean Concepts in the UK
Construction Industry), Proceeding 8th Annual Conference International. Group for Lean
Construction, Brighton, 17 - 19 July 2000.
Erika, Dian, 2014, Penerapan Metode Lean Project Management dalam Proyek Konstruksi pada
Pembangunan Gedung DPRD Kabupaten Ogan Ilir, Jurnal Teknik Sipil & Lingkungan, vol. 2, no. 1,
hal. 171-179.
Guo, H.L., 2009, Rethinking Construction Project Management Using the VP-based Manufacturing
Management Model, Hongkong: The Hong Kong Polytechnic University.
Harris, E.G. and Fleming, D.E., 2017, The Productive Service Employee: Personality, Stress, Satisfaction
and Performance", Journal of Services Marketing, vol. 31 no. 6, hal. 499-511.
Holzer, Marc, Seok-Hwan Lee (Eds), 2004, Public Productivity Handbook: Second Edition, Revised &
Explained, New York: Marcel Dekker Inc.
Johansen, E., Glimmerveen, H. and Vrijhoef, R., 2002, 'Understanding Lean Construction and How it
Penetrates the Industry: A Comparison of the Dissemination of Lean within the UK and the
Netherlands', Proceeding 10th Annual Conference International. Group for Lean Constrution.
Gramado, Brazil, 6 - 8 August 2002.
Koskela, Lauri J., 1992, Application of the New Production Philosophy to Construction, Technical
Report, Center for Integrated Facility Engineering, Department of Civil Engineering, Stanford
University. California.
Koskela, Lauri J., 1997, Lean Production in Construction, Technical Reserch Center of Finland,
Finlandia.
Koskela, Lauri J., Greg Howell, Glenn Ballard, and Iris Tommelein, 2002, the Foundations of Lean
Construction, 1st Edition, Routledge, Oxford.

251
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Koushki, P. A., Al-Rashid, K. and Kartam, N., 2005, Delays & Cost Increases in the Construction of
Private Residential Projects in Kuwait, Journal Construction Management Economics, vol. 23, no. 3,
hal. 285-294.
Lokaria, Alwin M., Leni S. Riantini, & Alin Veronika, 2015, Identifikasi Penerapan Prinsip-prinsip Lean
Construction pada Proyek EPC (Engineering, Procurement, Construction), Skripsi, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.
Maskuriy, Raihan, Ali Selamat, Petra Maresova, Ondrej Krejcar, Oladipo Olalekan David, 2019, Industry
4.0 for the Construction Industry: Review of Management Perspective, Journal of Economies, vol. 7,
no. 3, hal. 68-81.
Mehran, Amiri, Abdollah Ardeshir, Mohammad Hossein Fazel Zarandi, Risk-based Analysis of
Construction Accidents in Iran During 2007-2011- Meta Analyze Study, Iranian Jurnal Public
Health, vol. 43, no.4, hal. 507-522.
Mohanty, R. P. & Rastogi, S. C., 1986, An Action Research Approach to Productivity Measurement by,
International Journal of Operations & Production Management, vol. 6, no. 2, hal. 47 - 61.
Moore, D., 2002, Project Management: Designing Effective Organizational Structures In Construction,
Oxford, UK: Blackwell Science.
Mudzakir, Ahmad C., Arif Setiawan, M. Agung Wibowo, & Riqi Radian Khasani, 2017, Evaluasi Waste
dan Implementasi Lean Construction (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Serbaguna Taruna
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang), Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 4, no. 4, hal. 212-222.
Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipat ganda Kinerja
Keuangan Perusahaan, Edisi kedua, Jakarta: Salemba Empat.
Murman E, Allen T, Bozdogan K, Cutcher-Gershenfeld J, McManus H, Nightingale D, Rebentisch E,
Shields T, Stahl F, Walton M, Warmkessel J, Weiss S, and Widnall S, 2002, Lean Enterprise Value:
Insights from MIT’s Lean Aerospace Initiative, Houndmills, Basingstoke, Hampshire RG21 6XS,
Great Britain: Palgrave.Niepce, W., & Molleman, E., 1998, Work Design Issues in Lean Production
From a Sociotechnical Systems Perspective: Neo-Taylorism or The Next Step in Sociotechnical
Design? Human Relations Journal, vol. 51, no. 3, hal. 259–287.
Pritchard, R. D. (Ed.), 1995, Productivity Measurement and Improvement: Organizational Case Studies,
Indiana: Praeger Publishers/Greenwood Publishing Group.
Sitinjak, Benediktus W., Yovi Arsianto, M. Agung Wibowo, Frida Kistiani, 2015, Pengaruh Penerapan
Metode Lean Construction pada Biaya Pekerjaan Struktur Tipikal, Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 6,
no. 2, hal. 145-158.
Tangen. Stefan, 2005, Demystifying Productivity and Performance, International Journal of Productivity
and Performance Management, vol. 54, no. 1, hal. 34-46.
Teicholz, P., 2004, Labor productivity declines in the construction industry: Causes and remedies,
Viewpoints, Diakses 14 April, 2021, pada laman http://www.aecbytes.com.
Thomas, G., 2004, Performance Improvement towards a Method for Finding and Prioritizing Potential
Performance Improvement Areas in Manufacturing Operations, International Journal of Productivity
and Performance Management, vol. 53, no. 1, hal. 52-71.
Untu, Silvia H. S., Ariestides K. T. Dundu, & Robert J. M. Mandagi, 2014, Penerapan Metode Lean
Project Management dalam Perencanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Pembangunan Gedung
Mantos Tahap III), Jurnal Sipil Statik, vol. 2, no. 6, hal. 320-329.
Womack, J.P. and Jones, D.T., 1996. Lean Thinking: Banish Waste and Create Wealth in your
Corporation, New York: Simon and Schuster Inc.

252
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL RISIKO KONTRAK DESIGN AND


BUILD

Bambang Sudibyo1*, Manlian Ronald A. Simanjuntak2


1,2
Program Magistester Teknik Sipil, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
Jati Asih, Kota Bekasi, Jawa Barat
*
Email: b.sudibyo@yahoo.com; manlian adventus@mail.com

Abstrak
Untuk meningkatkan daya saing di sektor Jasa Konstruksi, Pemerintah membuat alternatif kontrak
konstruksi, salah satunya pekerjaan yang berbasis design and build. Proyek xyz dilaksanakan dengan
kontrak design and build, yang memiliki tingkat kompleksitas dan berpotensi memiliki resiko tinggi,
sehingga diperlukan analisa mengenai variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan
proyek tersebut. Permasalahan penelitian yang dikembangkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu; 1).
apa saja faktor dan variabel potensi risiko kontrak design and build; 2). bagaimana hasil kajian analisis
risiko kontrak design and build pada proyek xyz terhadap kinerja waktu. Pendekatan metodologi
penelitan yang digunakan dengan mengkaji studi pustaka, hasil penelitian yang relevan, survey dan
analisis responden melalui kuesioner, kemudian diolah dengan analisis statistik serta dilakukan
pengujian. Kajian ini menghasilkan 5 (lima) variabel yang berkontribusi terhadap kinerja waktu,yaitu :
1) koordinasi yang kurang baik antara tim yang terlibat; 2) terbatasnya jumlah perusahaan yang
mempunyai pengalaman pekerjaan design and build; 3) akibat adanya keterlambatan dan kelalaian dari
sub kontraktor sehingga mengakibatkan keterlambatan progress pekerjaan; 4) pemahaman tim ahli
perencanaan dalam memperkirakan biaya pekerjaan design and build; 5) pengalaman manajer proyek
untuk mengatur tenaga ahli sesuai pekerjaannya. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dan pertimbangan untuk pelaksaan proyek dengan kontrak design and build lainnya.

Kata kunci: analisis faktor dan variabel risiko, design and build, kinerja waktu

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Dengan iklim konstruksi yang makin terbuka di dunia konstruksi dan akibat adanya penerapan pasar
bebas. Pemerintah dituntut untuk meningkatkan daya saing di sektor Jasa Konstruksi Nasional dengan
membuat beberapa alternatif kontrak konstruksi. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan pekerjaan
yang berbasis design and build (rancang bangun), dimana tahap perencanaan dan konstruksi berada
dibawah satu kontrak, dengan tujuan supaya owner mendapatkan realisasi pekerjaan yang lebih cepat
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan dan biaya yang lebih efektif (Tarigan, et al., 2018). Keuntungan
dari metode design and build ini adalah partisipasi lebih awal dari kontraktor dalam perencanaan sehingga
mengakibatkan efisiensi waktu dan biaya serta kondisi yang baik serta proyek dapat selesai lebih awal
dan mutu yang terjamin.
Pembangunan proyek xyz dilaksanakan dengan kontrak design and build, memiliki tingkat
kompleksitas yang tinggi, berada dikawasan lalu lintas yang sangat padat dan berada diatas jalan toll
dalam kota. Maka dalam pelaksanaan pekerjaan akan berpotensi memiliki resiko tinggi, sehingga
diperlukan kajian mengenai faktor dan variabel risiko kontrak design and build yang berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek tersebut.

Permasalahan Penelitian
Permaslahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apa saja faktor dan variabel potensi risiko kontrak design and build?
b. Bagaimana hasil kajian faktor dan variabel risiko dalam kontrak design and build terhadap kinerja
waktu?

253
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI PENELITIAN
Proses Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, pembahasan analisis terhadap permasalahan 1 dilakukan
dengan identifikasi masalah, kajian pustaka, analisa data-data skunder dan kajian jurnal-jurnal yang
relevan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dan dilakukan klarifikasi dan validasi pakar melalui
kuisioner yang berkaitan dengan faktor dan variabel risiko dalam mengimplementasikan kontrak design
and build.
Sedangkan pembahasan analisis terhadap permasalahan 2 dilakukan dengan identifikasi masalah,
kajian pustaka, analisa data-data skunder dan kajian jurnal-jurnal yang relevan dalam kurun waktu 10
tahun terakhir dan dilakukan klarifikasi dan validasi pakar melalui kuisioner yang berkaitan dengan faktor
dan variabel risiko dalam mengimplementasikan kontrak design and build. Selanjutnya terhadap hasil
validasi pakar dilakukan penyebaran kuisioner kepada responden yang homogen, dalam hal ini konsultan
manajemen konstruksi, kemudian dilakukan anlisis dengan SPSS yang diharapkan akan mendapatkan
varibel-variabel utama yang berpengaruh terhadap kinerja waktu (Sujarweni, 2015)
Berikut ini diagram alur untuk proses penelitian:

Mulai

Identifikasi Masalah

Study Literatur, Pengumpulan data sekunder

Penyusunan Faktor dan Variabel

Kuisoner Tahap 1 (Validasi Pakar)

Klarifikasi dan Validasi Pakar Serta Pengumpulan Data

Analisa data Kuisoner Tahap 1

Kuisoner Tahap 2

Analisa data kuisoner tahap 2, dengan menggunakan SPSS

Hasil/Rekomendasi

Selesai
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah merupakan suatu bentuk usaha yang menghubungkan antara konsep
dengan realisasi. Dimana instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur nilai dari variabel-
variabel yang akan dilakukan untuk penelitia, dengan menggunakan skala likert yang akan di pakai untuk
penilaian kinerja suatu proyek (Saptutyningsih & Setyaningrum, 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Permasalahan 1
Permasalahan penelitian ke-1, (apa saja faktor dan variabel potensi risiko kontrak design and build).
Dalam menganalisis permasalahan ke-1 ini peneliti melakukan kajian pustaka dan kajian jurnal yang
relevan pada periode 10 tahun terkahir. Dari hasil kajian, peneliti melakukan validasi baik faktor maupun
variabel risiko kepada para pakar sebanyak 5 (lima) orang pakar melalui pertanyan kuesioner. Hasilnya
peneliti mengelompokkan ada 5 (lima) faktor dan 52 (lima puluh dua) variabel potensi risiko dalam

254
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

mengimplementasikan kontrak design and build. Berikut tabel faktor dan variabel risiko dalam dalam
kontrak design and build:
a. Faktor Manajemen Proyek
 Penjadwalan proyek yang padat (X1)
 Tenaga Ahli dengan latar belakang pendidikan yang sesuai (X2)
 Regulasi yang berlaku untuk keberhasilan proyek(X3)
 Organisasi manajerial yang baik untuk keberhasilan proyek (X4)
 Metode perencanaan pekerjaan yang baik (X5)
 Kejelasan ruang lingkup dalam kontrak (X6)
 Koordinasi yang kurang baik antara tim yang terlibat (X7)
 Kemampuan tenaga ahli dalam melaksanakan tugasnya (X8)
 Kondisi dan situasi proyek yang berada di atas jalan tol dan jalan protokol (X9)
b. Faktor Manajemen Proyek
 Terbatasnya jumlah perusahaan yang mempunyai pengalaman pekerjaan design and build (X10)
 Kriteria penilaian teknis yang kurang lengkap untuk menilai proses prakualifikasi dari
peserta(X11)
 Proses pembuatan kontrak yang terlambat (X12)
 Waktu yang diberikan untuk peserta lelang dalam persipan penawaran (X13)
c. Faktor Tim Ahli Perencanaan
 Kesesuaian bidang pekerjaan dengan latar belakang Pendidikan (X14)
 Pengalaman tim ahli perencanaan dalam mendesain pekerjaan design and build (X15)
 Pemahaman tim ahli perencanaan untuk mendesain sesuai dengan kerangka acuan kerja (X16)
 Pemahaman tim ahli perencanaan terhadap peraturan yang berlaku (X17)
 Pemahaman tim ahli perencanaan dalam estimasi waktu untuk pekerjaan design and build (X18)
 Pemahaman tim ahli perencanaan dalam memperkirakan biaya pekerjaan design and build (X19)
 Komunikasi tim ahli yang terlibat dalam pekerjaan design and build baik proses perencanaan
maupun pelaksanaan (X20)
 Pemahaman tim ahli perencanaan terhadap perubahan yang diminta pemilik proyek pada saat
proses perencanaan (X21)
 Terlambatnya persetujuan desain dalam proses perencanaan akibat adanya perbedaan pandangan
dengan pemilik proyek (X22)
 Adanya masukan oleh kontraktor pelaksana saat proses perencanaan pada tim ahli perencanaan
(X23)
 Terjadinya perubahan lingkup desain pada saat pelaksanaan pekerjaan (X24)
d. Faktor Tim Pelaksana Pembangunan
 Kesesuaian bidang pekerjaan dengan latar belakang Pendidikan (X25)
 Pengalaman kontraktor pelaksana pada pekerjaan design and build (X26)
 Kompentensi kontraktor pelaksana pada pekerjaan design and build (X27)
 Kemampuan keuangan konraktor pelaksana pada pekerjaan design and build(X28)
 pemahaman dari kontarktor pelaksana dalam proses desain yang sudah disepakati antara tim ahli
perencanaan dengan pemilik proyek(X29)
 komunikasi antara kontraktor pelaksana dengan pemilik proyek (X30)
 tersedianya peralatan oleh kontraktor pelaksana pekerjaan design and build(X31)
 Kemampuan kontraktor pelaksana dalam manajemen proyek(X32)
 Komunikasi dan koordinasi antar tenaga ahli yang ada dalam organisasi kontraktor pelaksana
(X33)
 Tersedianya sumber daya manusia utntuk melaksanakan pekerjaan (X34)
 Adanya cacat pada saat desain sehingga berakibat terhadap adanya perubahan pekerjaan yang
merubah dari desain awal (X35)
 Akibat adanya keterlambatan dan kelalaian dari sub kontraktor / supplier sehingga mengakibatkan
keterlambatan progress pekerjaan(X36)
 Adanya keterlambatan penerimaan material pada saat pelaksanaan pekerjaan (X37)

255
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

 Terjadinya pengrusakan / pencurian peralatan, material dan fasilitas proyek lainnya pada saat
pelaksanaan pekerjaan (X38)
 Adanya kecelakaan kerja pada saat pelaksanaan pekerjaan (X39)
 Tidak adanya pengawasan pada saat pabrikasi material (X40)
 Kesulitan akses menuju lokasi proyek pada saat pelaksanaan pekerjaan (X41)
 Metode pelaksanaan tidak sesuai dengan kondisi lapangan (X42)
 Adanya kendala pada saat pekerjaan pengeboran tiang pondasi (X43)
 Kualitas sub kontraktor yang kurang baik (X44)
 Kerusakan material saat pengiriman (X45)
 Kemacetan lalu lintas (X46)
e. Faktor Manajer Proyek
 Pengalaman manajer proyek untuk pelaksanaan pekerjaan design and build (X47)
 Keampuan manajer proyek untuk menangani pekerjaan design and build (X48)
 Kemampuan manajer proyek dalam melakukan pengandaan tenaga ahli untuk pekerjaan design
and build (X49)
 Kemampuan manajer proyek dalam identifikasi aktifitas pekerjaan design and build (X50)
 Pengalaman manajer proyek untuk mengatur tenaga ahli sesuai pekerjaannya (X51)
 Kemampuan manajer proyek dalam mengkoordinir tenaga ahlinya (X52)

Tabel 1. Hasil Regresi dengan Metode Stepwise Variables Entered/Removeda


Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X7 Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=
.050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
2 X10 Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=
.050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
3 X36 Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=
.050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
4 X19 Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=
.050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
5 X51 Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=
.050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
a. Dependent Variable: Y

Analisis Permasalahan 2
Permasalahan penelitian ke-2, bagaimana hasil kajian faktor dan variabel risiko dalam kontrak
design and build terhadap kinerja waktu. Peneliti dalam menganalisis permasalahan ke-2 melakukan
penyebaran kuesioner kepada responden yang homogen, yaitu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
dengan menggunakan bantuan google form. Kuesioner disebar kepada responden sejumlah 60 (enam
puluh) orang, dimana responden telah mengisi sejumlah 56 (lima puluh enam) orang. Yang selanjutanya
dari hasil kuesioner dilakukan kajian dengan proses analisis menggunakan program SPSS (Sujarweni,
2015), dengan uji-uji sebagai berikut:
a. Hasil data variabel awal yang dikumpulkan sejumlah 52 (lima puluh dua) variabel data.
b. Hasil uji validasi pakar, menyetujui secara keseluruhan terhadap 52 (lima puluh dua) variabel data.
c. Hasil uji validitas, sesuai dengan r tabel > 0.2632, semua data dinyatakan valid, terhadap 52 (lima
puluh dua) variabel data.
d. Hasil uji korelasi, disaring menjadi 19 (Sembilan belas) variabel data dengan persyaratan r > 0.4.
e. Hasil uji interkorelasi, data tetap dengan jumlah 19 (Sembilan belas) variabel data.
f. Dilakukan uji analisis faktor, tujuannya untuk mengetahu nilai KMO, anti image matrices, dan
communalities.
g. Setelah dilakukan uji faktor, untuk selanjutnya dilakukan analisis dengan metode regresi linier step
wise, sesuai dengan tabel hasil regresi berikut ini:

256
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

257
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 2. Hasil Model Summary Analisis Regresi Model Summaryf


Std. Error Change Statistics
R Adjusted R
Model R of the R Square Sig. F Durbin-
Square Square F Change df1 df2
Estimate Change Change Watson
1 .716a 0,513 0,504 0,437 0,513 56,835 1 54 0,000
2 .845b 0,714 0,703 0,338 0,201 37,272 1 53 0,000
3 .883c 0,779 0,766 0,300 0,065 15,254 1 52 0,000
4 .900d 0,810 0,795 0,281 0,031 8,360 1 51 0,006
5 .910e 0,828 0,810 0,270 0,018 5,093 1 50 0,028 2,091
a. Predictors: (Constant), X7
b. Predictors: (Constant), X7, X10
c. Predictors: (Constant), X7, X10, X36
d. Predictors: (Constant), X7, X10, X36, X19
e. Predictors: (Constant), X7, X10, X36, X19, X51
f. Dependent Variable: Y

Dari hasil uji regresi diatas, menghasilkan 1 (satu) model regresi yang dibentuk oleh 5 (lima)
variabel data pembentuk, yaitu X7, X10, X36, X19 dan X 51, dengan hasil analisis menunjukan:
1. Variabel pembentuk model regresi dikombinasi oleh variabel X7, dengan nilai R2 dari hasil uji
sebesar 0.513, yang artinya bahwa variabel X7 merupakan variabel pembentuk model ke 1, dengan
memberikan kontribusi terhadap perubahan Y sebesar 51.30 %.
2. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X7 dan X10, dengan nilai R2 dari hasil uji
sebesar 0.714. Dimana selisih dari nilai R2 pada model pertama dengan model kedua adalah sebesar
0.141, yang artinya bahwa variabel X10 merupakan variabel pembentuk model ke 2, dengan
memberikan kontribusi terhadap perubahan Y sebesar 14.10 %.
3. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X7, X10 dan X36, dengan nilai R2 dari hasil
uji sebesar 0.779. Dimana selisih dari nilai R2 pada model kedua dengan model ketiga adalah
sebesar 0.065, yang artinya bahwa variabel X36 merupakan variabel pembentuk model ke 3, dengan
memberikan kontribusi terhadap perubahan Y sebesar 6.5 %.
4. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X7, X10, X36 dan X19, dengan nilai R2 dari
hasil uji sebesar 0.810. Dimana selisih dari nilai R2 pada model ketiga dengan model keempat
adalah sebesar 0.031, yang artinya bahwa variabel X19 merupakan variabel pembentuk model ke 4,
dengan memberikan kontribusi terhadap perubahan Y sebesar 3.1 %
5. Sedangkan untuk variabel pembentuk model yang ke 5, dikombinasi oleh variabel X7, X10, X36,
X19, dan X51, dengan nilai R2 dari hasil uji sebesar 0.828. Dimana selisih dari nilai R2 pada model
keempat dengan model kelima adalah sebesar 0.018, yang artinya bahwa variabel X51 merupakan
variabel pembentuk model ke 5, dengan memberikan kontribusi terhadap perubahan Y sebesar 1.8
%.
Dari hasil uraian diatas, bahwa pembentuk kelima dari variabel model yang terjadi dengan nilai R2
yang dihasilkan sebesar 0.828. Yang artinya bahwa variabel X7, X10, X36, X19 dan X51 secara bersama-
sama mampu memeberikan pengaruh terhadap variabel Y sebesar 82.2 %, sedangkan untuk sisanya
sebesar 17.2 % berasal dari luar variabel tersebut. Dengan nilai R2 yang menjadi persyaratan dalam
kajian ini adalah sebesar R2> 0.80. Hitungan analaisis yang didapatkan dari hasil statistic SPSS diperoleh
nilai R2 = 0.828, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan hasil hitungan variabel pembentuk model pada
analisis ini mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kineja waktu proyek.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Atas dasar hasil analisis dan pembahasan penelitian dengan dasar permasalahan dalam penelitian,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahapan penelitian dimulai dengan identifikasi dari permasalahan, dan dilanjutkan dengan
mengumpulkan dari beberapa literatur, kajian pustaka dan melakukan kajian terhadap jurnal 10
tahun terakhir yang relevan serta dilakukan validasi terhadap pakar melalui kuesioner pakat. Dimana
dalam penelitian ini berhasil didapan 5 (lima) faktor dan 52 (lima puluh dua) variabel risiko dalam
mengimplementasikan kontrak design and build, yang berpengaruh terhadap kinerja waktu.

258
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

2. Dari variabel-variabel risikob tersebut untuk selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner kepada
responden yang homogen yaitu konsultan manajemen konstruksi, serta dilakukan dengan melalui
berbagai tahapan uji-uji statistik SPSS dengan persyaratan-persyaratan yang lolos uji. Dari hasil
analisis menghasilkan 5 (lima) variabel risiko yang dominan sebagai berikut:
a. X7 (koordinasi yang kurang baik antara tim yang terlibat);
b. X10 (terbatasnya jumlah perusahaan yang mempunyai pengalaman pekerjaan design and build);
c. X36 (Akibat adanya keterlambatan dan kelalaian dari sub kontraktor / supplier sehingga
mengakibatkan keterlambatan progress pekerjaan);
d. X19 (pemahaman tim ahli perencanaan dalam memperkirakan biaya pekerjaan design and
buid);
e. X51 (pengalaman manager proyek untuk mengatur tenaga ahli sesuai pekerjaannya).

DAFTAR PUSTAKA
Saptutyningsih, E. & Setyaningrum, E., 2020. Penelitian Kuantitatif Metode Dan Alat Analisis.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sujarweni, V. W., 2015. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tarigan, A. M., Abdullah, A. & Rani, H. A., 2018. Faktor-Faktor Risiko Design and Build Yang
Mempengaruhi Kesuksesan Proyek Rehabilitasi Total Gedung Pendidikan di Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. Journal of Archive in Civil Engineering and Planning E-ISSN: 2615-1340;
P-ISSN: 2620-7567, p. 10.

259
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENGENDALIAN WAKTU PADA BANGUNAN


GEDUNG BERTINGKAT DI PROYEK KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM
INTERNASIONAL INDONESIA

Harfit Langlang Buono Putra1, Manlian Simanjuntak2


Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Pelita Harapan Jakarta
*Email: Harfit Langlang Buono Putra
1
Peneliti Utama, 2Mentor

Abstrak
Pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia terus berkembang dengan pesat setiap tahunnya, terutama
di kota-kota besar di Indonesia. Adanya pertumbuhan inti mengidikasikan bahwa kepercayaan terhadap
pelaku industri konstruksi mengalami peningkatan. Dalam dunia konstruksi sering dijumpai
permasalahan berupa keterlambatan waktu dalam proses pelaksanaannya. Penelitian ini membahas
mengenai faktor-faktor dan variabel pengendalian waktu pada Proyek Gedung Bertingkat Kampus
Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian
dilakukan melalui metode analisis kualitatif yang merupakan sistem pengambilan keputusan yang
bersifat deskriptif, induktif dan berangkat dari proyek konstruksi. Batasan operasional dalam penelitian
ini adalah faktor – faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi Gedung
Perpustakaan dan Masjid di Universitas Islam Internasional Indonesia. Variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini terdiri dari variabel yang mempengaruhi (variabel bebas) yang terdiri dari 7 (tujuh)
kategori yaitu Tenaga, Bahan, Peralatan, Karakteristik tempat, Manajerial, Keuangan, Faktor-faktor
lain. . Jenis dan teknik analisis yang akan dikaji adalah studi literatur mengenai pengendalian waktu,
potret kondisi eksisting Proyek Kampus UIII, dan faktor-faktor dan variable pengendalian waktu Proyek
Bangunan Gedung Bertingkat

Kata Kunci: Faktor dan Variabel Kendali Waktu, Gedung Bertingkat, Pengendalian Waktu

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia terus berkembang dengan pesat setiap tahunnya,
terutama di kota-kota besar di Indonesia. Pertumbuhan signifikan sekitar 30% selama tiga tahun terakhir.
Adanya pertumbuhan inti mengidikasikan bahwa kepercayaan terhadap pelaku industry konstruksi
mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan nilai kontraktor menengah ke besar sekitar 30 %
selama tiga tahun terakhir (Toyib, 2017). Proses pertumbuhan konstruksi tersebut tentunya memberikan
peranan penting terhadap kemajuan di Indonesia, khususnya di bidang pertumbuhan ekonomi. Proyek
atau Pekerjaan konstruksi menurut UUJK No 18/1999 yang dikutip dalam Messah, 2008:10 adalah
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing
beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Dalam dunia konstruksi sering dijumpai permasalahan berupa keterlambatan waktu dalam proses
pelaksanaannya. Keterlambatan pelaksanaan proyek sering dilaporkan sebagai penyebab konflik yang
mempengaruhi berbagai pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi (Solis, 2015). Umumnya berakibat
pada timbulnya kerugian baik dipihak pemilik/owner maupun pihak pelaksana atau kontraktor, sehinngga
sering hal ini mengakibatkan terjadinya perdebatan tentang sumber penyebab dan berimplikasi juga
terhadap yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, waktu dan biaya (Proboyo,2014).
Menurut wulfram Ervianto (2005), pengelolaan sebuah proyek akan barhasil baik jika fungsi manajemen
dijalankan dengan efektif. Banyak faktor yang bisa menjadi alasan keterlambatan proyek, salah satunya
tidak adanya sistem manajemen pengendalian waktu yang baik pada saat berjalannya suatu proses
konstruksi. Kegagalan dalam dunia kontruksi terutama keterlambatan waktu, tidak dapat dirasakan saat
itu juga, namun apabila berlangsung secara terus menerus maka akan terakumulasi pada akhir proyek. Hal
ini menjadikan para penyedia jasa di bidang konstruksi, terutama kontraktor selalu berkembang dan
belomba-lomba dalam penggunaan metode pengendalian waktu. Harapannya agar dapat mengontrol

260
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

jalannya suatu proyek konstruksi dalam hal waktu pelaksanaannya supaya bisa sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tepat waktu, dapat di pastikan
menguntungkan kedua belah pihak, oleh sebab itu perusahaan yang baik akan selalu berusaha
melaksanakan sesuai waktu yang telah di tetapkan atau berusaha meminimalkan keterlambatan dengan
memilih tindakan koreksi yang perlu dilakukan dan mengambil keputusan berdasarkan analisa dari
berbagai faktor keterlambatan. Oleh sebab itu diperlukan kajian untuk mengindentifikasi dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek. Merujuk dari pembahasan
sebelumnya, pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap faktor-faktor pengendalian waktu yang
diterapkan di proyek bangunan gedung bertingkat dengan studi kasus di proyek pembangunan kampus
Universitas Islam Internasional Indonesia.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah:
1. Apa pengertian pengendalian waktu yang dikaji dalam penelitian ini?
2. Bagaimana potret kondisi eksisting proyek kampus Universitas Islam Internasional Indonesia yang
dianalisis dalam penelitian ini?
3. Apa saja faktor-faktor dan variabel pengendalian waktu pada proyek bangunan gedung bertingkat
yang dikaji dalam penelitian ini?

Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengkaji tentang pengertian pengendalian waktu yang dianalisis dalam penelitian ini.
2. Menganalisis kondisi eksisting proyek kampus Universitas Islam Internasioanl Indonesia.
3. Menganalisis faktor-faktor dan variabel pengendalian waktu pada proyek bangunan Gedung bertingkat
terutama di kampus Universitas Islam Internasioanl Indonesia.

Batasan Penelitian
Batasan penelitian berfungsi memberikan gambaran sejauh mana lingkup penelitian dilaksanakan.
Berikut ini adalah batasan penelitian kali ini.
 Penelitian ini dibatasi pada proyek konstruksi bangunan Gedung Bertingkat Proyek Kampus
Universitas Islam Internasioanl Indonesia
 Faktor-faktor pengendalian waktu juga dibatasi hanya pada penerapan di fase pelaksanaan proyek
konstruksi.

TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan Gedung Bertingkat
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, banyak kemajuan yang dirasakan oleh masyarakat
luas, pembangunan sektor gedung juga semakin meningkat. Terbatasnya ruang tidak menghalangi
pembangunan, terutama pada bangunan universitas untuk pembelajaran dan praktikum perkuliahan
maupun perkantoran, terutama di perkotaan. Bangunan dan gedung bertingkat sebagai salah satu alternatif
untuk memenuhi kebutuhan akan tempat bisnis di kota besar dengan lahan yang sangat terbatas. Gedung
bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan bertingkat rendah dan bangunan bertingkat
tinggi. Pembagian ini dibedakan berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan. Bangunan dengan
ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggi karena perhitungan strukturnya lebih
kompleks. Berdasarkan jumlah lantai, bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan bertingkat
rendah (2 – 4 lantai) dan bangunan berlantai banyak (5 – 10 lantai) dan bangunan pencakar langit.
Pembagian ini disamping didasarkan pada sistem struktur juga persyaratan sistem lain yang harus
dipenuhi dalam bangunan.

Manajemen Waktu
Proyek konstruksi sangatlah menarik dibicarakan dan dianalisis dikarenakan sifat dan karakter setiap
proyek adalah unik. Proyek konstruksi tidak lepas dari manajemen yang diterapkan. Manajemen pada
sutau proyek dapat diuraikan menjadi manajemen waktu, pengadaan, komunikasi, biaya, mutu, resiko,
sumber daya. Untuk mendukung proses peleksanaan penelitian ini digunakan tahapan-tahapan dalam

261
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

mengidentifikasi faktor-faktor komunikasi yang mempengaruhi kinerja waktu pembangunan Perkantoran


Revistar Graha Dewata Malang. Pada bab ini berisi tentang mengenai dasar-dasar teori yaitu
defenisidefenisi yang perlu diketahui, teori tentang proyek konstruksi, manajenem proyek konstruksi,
manajemen komunikasi, organisasi proyek, kontrak, pengendalian dan resiko dalam komunikasi proyek.
Adapun pengertian manajemen adalah proses merencanakan mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
(perusahaan) yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan proses adalah mengerjakan sesuatu dengan
pendekatan tenanga, keahlian, peralatan, dana dan informasi (Soeharto,1999). Pada penelitian yang akan
dianalisa adalah dari segi pengaturan waktu, dalam hal ini yaitu project time management.

Gambar 1. Project Schedule Management Overview


Sumber: PMBOK, 2017

Pengendalian Proyek
Sebagai salah satu fungsi dalam kegiatan manajemen proyek, pengendalian mempunyai tujuan
utama untuk meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama proyek berlangsung.
Menurut Mockler (dikutip oleh Husen, 2009) pengendalian dapat didefinisikan sebagai usaha yang
sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran dan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar-standar yang telah ditetapkan,
menganalisa kemungkinan terjadinya penyimpangan, kemudian melakukan tindakan koreksi yang
diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran
dan tujuan. Selain agar mendapatkan produk yang memuaskan, pengendalian juga dimaksudkan untuk
memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan
atau kesalahan yang paling minimal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Proyek


Pelaksanaan proyek haruslah dilakukan dengan baik untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan sehingga menyebabkan kegagalan proyek. Beberapa alasan yang dikemukakan sehingga
menyebabkan waktu penyelesaian proyek terlambat adalah cuaca yang buruk, kurangnya supply tenaga
kerja dan material, lemahnya subkontraktor, dan perubahan-perubahan setelah pelaksanaan kontrak
dimulai, manajemen lapangan yang buruk dan kebijaksanaan pemerintah yang tidak konsisten. Banyak
hal yang dapat terjadi pada proyek konstruksi yang menyebabkan bertambahnya waktu pelaksanaan
kegiatan tertentu atau seluruh proyek. Odeh (2002) mengatakan penyebab-penyebab utama yang umum

262
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

adalah kondisi-kondisi lapangan yang berbeda; perubahan-perubahan dalam desain dan persyaratan-
persyaratan; cuaca yang buruk; ketidaktersediaan tenaga kerja, material atau perlengkapan; kegagalan
dalam menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditentukan, perencanaan yang buruk; kegagalan sub
kontraktor; campur tangan dan gangguan owner. Semua hal ini harus dapat diantisipasi oleh pihak
pelaksana proyek, sehingga proyek dapat diselesaikan dengan baik.

Variabel-Variabel Tim Proyek


Stott et al. (1995) menjelaskan bahwa tim proyek adalah suatu kelompok yang biasanya bersifat
sementara dan dipakai pada suatu periode terbatas untuk memecahkan masalah-masalah yang spesifik
atau untuk mengembangkan produk baru. Tim tersebut bertanggung jawab atas perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Tim proyek merupakan salah satu struktur inti dari organisasi
perusahaan konstruksi. Setidaknya ada 2 alasan mengapa tim proyek ditempatkan sebagai struktur inti
yaitu tim proyek merupakan one of the real profit makers perusahaan konstruksi, dan organisasi proyek
sebagai induk dari tim proyek, dengan segala keluasaan dan kerumitan permasalahan dan tantangannya
merupakan lahan terbaik bagi kaderisasi calon-calon pimpinan perusahaan konstruksi dimasa mendatang.

Potret Kampus Universitas Islam Inernasional Indonesia


Salah sebuah universitas di Indonesia, didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun
2016 tentang Pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia sebagai perguruan tinggi berstandar
Internasional yang menjadi model pendidikan tinggi Islam terkemuka dalam bidang studi agama Islam,
ilmu-ilmu sosial, humaniora dan sains teknologi. Pendirian UIII juga tidak lepas dari keinginan untuk
meningkatkan pengakuan masyarakat akademik internasional atas peran Islam di Indonesia, dan
menjadikan Indonesia menjadi salah-satu pusat peradaban Islam di dunia melalui jalur dan jenjang
pendidikan tinggi yang memenuhi standar internasional. Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi Negeri
Berbadan Hukum (PTN-BH) berbasiskan universalisme Islam, paling tidak ada beberapa hal yang utama
yang penting dijelaskan sehubungan dengan UIII ini. Pertama, konteks dan karakteristik Islam di
Indonesia sebagai model peradaban Islam. Kedua, pendirian UIII sebagai pusat peradaban Islam melalui
pendidikan; ketiga, kaitan UIII dengan integrasi ilmu, terutama cara pandang UIII berkaitan dengan
epistemologi ilmu, model kajian yang berkaitan dengan Islam, dan model pengembangan kelembagaan;
ketiga, UIII menjadi pusat kajian dan riset internasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Internasional_Indonesia).

METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan melalui metode analisis kualitatif yang
merupakan sistem pengambilan keputusan yang bersifat deskriptif, induktif dan berangkat dari proyek
konstruksi. Kajian ini dimaksudkan untuk mengkaji factor-faktor pengendalian waktu pada Proyek
Bangunan Gedung Bertingkat berdasarkan penelitian terdahulu dan studi pustaka yang relevan. Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan mencari faktor-faktor dan variable pengendalian waktu pada
proyek konstruksi
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah faktor – faktor yang mempengaruhi waktu
pelaksanaan proyek konstruksi Gedung Perpustakaan dan Masjid di Universitas Islam Internasional
Indonesia. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang mempengaruhi (variabel
bebas) yang terdiri dari 7 kategori yaitu :
1. Tenaga kerja (labors).
2. Bahan (material).
3. Peralatan (equipment).
4. Karakteristik tempat (site characteristic).
5. Manajerial (managerial).
6. Keuangan (financial).
7. Faktor – faktor lain (other faktor/force majeure).

263
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini membutuhkan data yang digunakan untuk dianalisis dalam rangka memecahkan
permasalahan. Data primer diperoleh melalui kajian literatur dengan mempelajari berbagai tulisan melalui
buku, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan faktor-faktor pengendalian sebuah proyek
konstruksi bangunan gedung. Kajian literatur tersebut yang nantinya akan dijadikan sumber informasi
dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh adalah data terkait kontraktor yang menjadi penyelenggara
proyek konstruksi di Gedung Perpustakaan dan Masjid Universitas Islam Internasional Indonesia. Data
sekunder berupa kondisi eksisting proyek

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif digunakan
karena berupaya menggali suatu fenomena pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung, yang ingin
ditinjau dari sisi teoritis. Untuk bisa menjawab sejumlah pertanyaan & permasalahan penelitian yang ada,
peneliti harus bisa menyusun metode analisis data yang akan digunakan. Jenis dan teknik analisis sebagai
berikut:
• Studi Literatur mengenai apa pengertian pengendalian waktu yang dikaji dalam penelitian ini;
• Bagaimana potret kondisi eksisting proyek kampus Universitas Islam Internasioanl Indonesia yang
dianalisis dalam penelitian ini;
• Apa saja faktor-faktor dan variabel pengendalian waktu pada proyek bangunan Gedung bertingkat
yang dikaji dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Permasalahan 1: (referensi, buku, jurnal)
Manajemen waktu pada proyek konstruksi merupakan suatu pengendalian dan pengaturan waktu
atau jadwal dalam kegiatan proyek. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai usaha yang sistematis untuk
menentukan standar yang sesuai dengan sasaran dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar-standar yang telah ditetapkan, menganalisa kemungkinan
terjadinya penyimpangan, kemudian melakukan tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya
dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan. Selain agar
mendapatkan produk yang memuaskan, pengendalian juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa
program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan atau kesalahan yang
paling minimal. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu proyek dapat disebabkan perencanaan yang tidak
matang serta pengendalian yang kurang efektif.

Analisis Permasalahan 2: (data sekunder)


Berdasarkan studi yang dilakukan di proyek pembangunan gedung perpustakaan dan Masjid
Universitas Islam Internasional Indonesia terdapat beberapa kondisi eksisting proyek sebagai berikut:
1. Proyek Universitas Islam Internasional Indonesia (Gedung Perpustakaan dan Masjid) dimulai masa
pembangunannya pada 19 Desember 2019 dan akan berakhir pada 30 Juni 2021 (menurut addendum
terakhir).
2. Kondisi progress realisasi proyek 72.126 % dengan rencana progress sebesar 69.917 %. Terdapat
deviasi progress sebesar +2.208 % (progress terkahir bulan Maret 2021).
3. Lingkup pekerjaan kontraktor adalah struktur, arsitektur dan MEP (mekanikal, elektrikal dan
plumbing).
4. Pekerjaan struktur pada proyek ini sudah terealisasi 100%, untuk pekerjaan arsitektur terealisasi 72%
dan pekerjaan MEP terealisasi 50%.
5. Sistem pengendalian waktu yang dilakukan di proyek Universitas Islam Internasional Indonesia
salah satunya adalah dengan mengadakan rapat koordinasi antara kontraktor, vendor, mandor bahkan
owner yang dilakukan setiap pekan. Pembahasan secara rutin tentang sisa pekerjaan, dan komitmen
waktu dari tiap-tiap stakeholder.

264
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Analisis Permasalahan 3: (jurnal)


Menurut Andi et al, 2003 dalam penelitian I.A. Rai Widhiawati faktor – faktor yang potensial untuk
mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi, yang terdiri dari tujuh (7) kategori (Andi et al. 2003),
adalah :
1. Tenaga Kerja (Labors), yang meliputi keahlian, kedisiplinan, motivasi, angka ketidakhadiran,
ketersediaan tenaga kerja, penggantian tenaga kerja baru dan komunikasi antar tenaga kerja,
2. Bahan (Material), yang meliputi pengiriman, ketersediaan dan kualitas,
3. Peralatan (Equipment), yang meliputi ketersedian dan kualitas.
4. Karakteristik Tempat (Site Characteristic), yang meliputi keadaan permukaan atau dibawah
permukaan tanah, penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar, karakteristik fisik bangunan sekitar
lokasi poryek, tempat penyimpanan bahan atau material, akses ke lokasi proyek dan kebutuhan ruang
kerja,
5. Manajerial (managerial), yang meliputi pengawasan proyek, kualitas pengontrolan pekerjaan,
pengalaman manajer lapangan, perhitungan keperluan material, perubahan desain, komunikasi antara
konsultan atau kontraktor, komunikasi antara kontraktor atau owner, jadwal pengiriman material dan
peralatan, jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan dan persiapan rancangan tempat,
6. Keuangan (financial), yang meliputi pembayaran oleh owner dan harga material,
7. Faktor – faktor lainnya (other factors), yang meliputi intensitas curah hujam, kondisi ekonomi dan
kecelakaan kerja.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi literatur pada penelitian ini yang bersumber dari penelitian sebelumnya,
jurnal, buku, makalah, internet dan sumber lainnya didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengendalian waktu proyek merupakan suatu kegiatan pengawasan atau monitoring yang berhubungan
dengan waktu pelaksanaan proyek. Monitoring dan pengawasan ini dilakukan mulai awal berjalannya
proyek hingga berakhirnya suatu proyek konstruksi. Pengendalian waktu proyek selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang penting dari suatu proyek. Keberhasilan atau
kegagalan dari suatu proyek dapat disebabkan perencanaan yang tidak matang serta pengendalian yang
kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak berjalan secara efisien.
2. Kondisi eksisting progress pada proyek Universitas Islam Internasional Indonesia khususnya Gedung
Perpustakaan dan Gedung Masjid memberikan nilai deviasi progress sebesar +2.208 %. Dengan
progress terealisasi pekerjaan struktur sebesar 100%, progress pekerjaan aristektur sebesar 72% dan
progress terealisasi pekerjaan mekanikal, elektrikal, plumbing sebesar 50%.
3. Terdapat 7 (Tujuh) faktor yang memperngaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi yang meliputi :
tenaga kerja (labors), bahan (material), peralatan (equipment), karakteristik tempat (site
characteristic), manajerial (managerial), keuangan (financial) dan faktor lainnya (other factor) seperti
cuaca maupun kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Hidayah, Ahmad, dkk. 2018. Analisa Perbandingan Manajemen Waktu Antara Perencanaan dan
Pelaksanaan. Jurmateks, 1 (2) 2621-7686.
Ismael. 2013. Keterlmbatan Proyek Konstruksi Gedung Faktpr Penyebab dan Tindakan Pencegahannya.
Jurnal Momentum, 14 (1) 1693-752.
Khoirunnisa, Mona, dkk. 2019. Implementasi Last Panner System Pada Proyek di Palembang (Studi
Kasus : Proyek Rusunami Jakabaring). Jurnal Rekayasa Sipil, 15 (1) 1858-2133.
Messah, Theodorus, dkk. 2013. Kajian Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung
di Kota Kupang. Jurnal Teknik Sipil, 2 (2).
Mochtar. 2019. Analisa Penerapan Manajemen Waktu pada Proyek Konstruksi Jalan Lingkungan (Studi
Kasus: Perumahan Komplek Teratai Putih Kalimantan Selatan). Jurnal Kacapuri, 2 (1).
Pandeiroth. 2018. Analisa Penerapan Manajemen Waktu Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Kota
Medan. Jurnal Sains dan Teknolosi, 1 (3) 2621-1009.

265
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Sediyanto, Hidayat. 2017. Analisa Kinerja Biaya dan Waktu pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi dengan
Metode Earned Value (Studi Kasus Proyek Konstruksi Mall dan Hotel X di Pekanbaru). Jurnal Ilmu
Teknk dan Komputer, 1 (1) 2548-740.
Susilowati, Alfa. 2017. Faktpr yang Paling Berpengaruh Terhdap Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi. Orbith 13 (1) 199-203.
Tarore, Malingkas, dkk. 2012. Pengendalian Waktu dan Biaya pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan
Menggunakan Metode Nilai Hasil (Studi Kasus : Proyek Lanjutan Pembangunan Gedung PIP2B
Kota Manado). Jurnal Sipil Statik, 1 (1) 44-52.
Wirabakti, Rahman, dkk. 2014. Studi Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung. Jurnal Konstruksi, 6 (1).
Buku
Abrar Husen. (2001), Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian Proyek, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Antika, O. R. (2018). Analisis Biaya Dan Waktu Pada Crashing Dengan Menggunakan Metode Shift.
Yogyakarta: UII
Dipohusodo, (1996), Manajemen proyek konstruksi, Kanisius, Jakarta.
Ervianto Wulfarm I, 2006, “Manajemen Proyek Konstruksi”, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Hansen, Seng, 2015, Manajemen Kontrak Konstruksi Pedoman Praktis dalam Mengelola Proyek
Konstruksi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Husen, Abrar, 2009, Manajemen Proyek (Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek), Penerbit:
Andi Yogyakarta.
Husen, Ir. Abrar. 2011. “Manajemen Proyek Edisi Revisi” , Penerbit Andi. Yogyakarta.
Istimawan Dipohusodo, 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Martono, Nanang, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis isi dan Analisis Data Sekunder , Rajawali
Pers : Jakarta.
Nurhayati, 2010, Manajemen Proyek, Graha Ilmu : Yogyakarta.
Pastiarsa, Made, 2015, Manajemen Konstruksi Bangunan Industri Perspektif Pemilik Proyek.
TEKNOSAIN : Yogyakarta.
Sarno, Riyanarto, 2012, Analisis dan Desain Berorientasi Servis untuk Aplikasi Manajemen Proyek, Andi
: Yogyakarta.
Soeharto, Iman. 1997. Manajemen Konstruksi Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga.
Soeharto, Iman. (1999). Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Edisi 2, Cetakan 1.
Jakarta : Erlangga.
Sugiyono, (2009). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&B. Alfabeta, Bandung.
Sukanto Reksohadiprodjo, 2001, Manajemen Personalia, Edisi kelima, Cetakan Kedua, Penerbit BPFE
UGM, Yogyakarta.
Syafriandi, 2005, Aplikasi Microsoft Project untuk Penjadwalan Kerja Proyek Teknik Sipil, Andi :
Yogyakarta.
Syah, MS (2004). Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Tjiptono, F (2004). Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Ofset
Widiasanti, Irika dan Lenggogeni, 2013, Manajemen Konstruksi, Remaja Rosdakarya Offset : Bandung.

266
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PEMANFAATAN SERAT SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PERBAIKAN


TANAH LEMPUNG

Anto Budi Listyawan1, Anang Pambudi2


1,2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta, Jawa Tengah
*
Email: Anto.Budi@ums.ac.id

Abstrak
Tanah lempung dengan plastisitas tinggi memerlukan penanganan sebelum struktur dubangun di
atasnya, agar tidak terjadi keruntuhan pondasi akibat penurunan yang melampaui batas maksimum.
Tanah lempung yang diambil dari daerah Kedung Banteng memiliki berat jenis (GS) = 2,682 dan indeks
plasatisitas tanah (PI)= 36,698%. Tanah tersebut termasuk ke dalam kelompok CH (USCS) dan A-7-5
(AASHTO) sehingga termasuk tanah lempung dengan plastisitas tinggi dan memiliki kualitas buruk
sebagai subgrade. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki sifat fisis dan sifat mekanis tanah
lempung Kedung Banteng dengan bahan tambah serat serabut kelapa dengan variasi 1%, 2% dan 3%.
Hasil pengujian menunjukkan, semakin besar presentase serat serabut kelapa,kadar air dan batas plastis
semakinnaik, sedangkan berat jenis, batas cair, batas susut, indeks plastisitas serta persen lolos
saringan No. 200 menurun. Dengan ditambah serat serabut kelapa, klasifikasi tanah berubah menjadi
CL untuk system USCS, dan terjadi kenaikan berat volume tanah kering. Daya dukung tanah juga
mengalami kenaikan dengan uji CBR dengan variasi jumlah tumbukan 10, 35, 65 kali.

Kata Kunci :Lempung, Plastisita, Perbaikan Tanah, Serat Serabut Kelapa, Subgrade

PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur yang sekarang ini sedang gencar di Indonesia menimbulkan beberapa
tantangan dalam desain maupun pelaksanaanya. Desain konstruksi tidak hanya focus pada upper
structure, tetapi juga sub structure. Pondasi sebagai sub structure menjadi bagian yang tidak bias
ditinggalkan perannya dalam mendukung hasil desain konstruksi yang handal dan bias dipertanggung
jawabkan. Pondasi akan selalu berhubungan dengan tanah dasar (subgrade) sebagai lokasi beban
diteruskan. Tanah dasar harus memiliki persyaratan teknis, yaitu mampu menahan beban di atasnya dan
tidak mengalami keruntuhan.Tanah terdiri dari beberapa mineral, endapan-endapan, bahan organik, yang
tidak padat yang merupakan satu dari siklus pelapukan batuan.Stuktur tanah memiliki rongga yang berisi
air dan atau udara dan pertikel padat dengan bentuk permukaan dan pola susunan yang berbeda-beda
(Bowles, 1991).Craig 1994 mengatakan bahwa jenis tanah, karakteristik dan sifat-sifat tanah dipengaruhi
oleh kondisi geografis dimana tanah tersebut berada. Tanah yang buruk adalah tanah yang sangat lebek
ketika basah karena tergenang air hujan, dan menyusut dengan sangat signifikan ketika berada pada
musim kemarau(Hardiyatmo, 2002). Menurut Das (1995), tanah bisa dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tanah
pasir, tanah lanau, dan tanah lempung. Tanah pasir memiliki pori-pori yang besar sehinga cenderung
bersifat lepas.Tanah lanau dan lempung memiliki ukuran butir yang kecil, bersifat kohesif dan cenderung
mengembang jika dalam kondisi basah.
Tanah lempung dengan plastisitas tinggi tidak direkomendasikan menjadi material subgrade.
Karenanya perlu dilakukan perbaikan, baik dengan cara mekanis maupun dengan cara kimiawi. Perbaikan
tanah sering dilakukan dengan mencampur tanah lempung dengan material lain yang diharapkan akan
bereaksi dengan mineral tanah lempung sehingga butiran tanah lempung menjadi lebih besar dan
mengurangi sifat plastisnya. Material tambahan yang sering dipakai antara lain: kapur, semen, fly ash,
abu sekam padi, juga material yang berserat (Murhandani, 2015). Tujuan dari perbaikan tanah adalah
untuk memperbaiki sifat-sifat fisi serta meningkatkan daya dukung tanah, sehingga bisa digunakan
sebagai subgrade atau tanah dasar suatu bangunan (Cahyanti, 2014).
Hisyam (2013) melakukan penelitian berjudul Pemanfaatan serat karung plastik untuk perkuatan
tanah dengan tujuan mengetahui daya dukung tanah dengan menambahkan serat serabut plastik dengan
ukuran serat 0,5 cm, 1 cm, 2 cm, dengan prosentase serat 0; 0,5; 1; 1,5; 2; dan 2,5 dari berat kering tanah
lempung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kuat geser tanah terbesar diperoleh pada ukuran serat

267
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

0,5 cm dengan kadar serat 2%. Kustriana (2017) melakukan penelitian stabilisasi tanah lempung di Desa
Nambuhan, Purwodadi, Grobogan dengan ditambah material mill. Prosentase mill yang dipakai adalah
3%, 6%, 9% dan 12% dengan perawatan 0 dan 4 hari. Penggunaan mill ternyata tidak mampu
memperbaiki sifat fisis dan sifat mekanis terutama daya dukung tanah lempung di desa Nambuhan,
Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan struktur jalan di daerah Kedung Banteng, Nguter,
Kabupaten Wonogiri yang banyak mengalami kerusakan, ditandai banyaknya jalan yang bergelombang,
yang menjadi identifikasi awal bahwa subgrade mengalami kembang susut yang tinggi. Tanah di lokasi
termasuk jenis tanah lempung yang kurang baik untuk dasar struktur bangunan karena mempunyai
plastisitas tinggi, oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan tanah untuk memperbaiki sifat fisis dan
mekanisnya. Penelitian ini dilakukan dengan mencampur serat serabut kelapa dengan tanah lempung di
daerah Nguter, Wonogiri dengan prosentase yang bervariasi untuk mendapatkan sifat fisis dan sifat
mekanis yang lebih baik

Tanah lempung
Tanah lempung merupakan jenis tanah berbutir halus dengan diameter kurang dari 0,002 mm yang
terdiri dari beberapa unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminum yang banyak dijumpai di seluruh
wilayah Indonesia. Sebagai bahan konstruksi bangunan seperti subgrade jalan, tanah lempung harus
terhindar dari sifat-sifat plastis yang menyebabkan kembang susut yang tidak terkendali yang diakibatkan
oleh dominannya kandungan mineral tanah lempung yang bernama montmorillonite (Hardiyatmo, 2007).
Tanah lempung cenderung akan menggumpal dengan keras ketika berada dalam kondisi kering,
butiran akan saling melekat karena adanya kohesi yang tinggi. Saat terkena air tanah lempung akam
mengalami proses pengembangan yang signifikan. Sehingga banyak dijumpai struktur jalan di atas nya
mengalami kerusakan karena perbedaan volume yang sangat besar ketika mengembang dan menyusut.
Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan mineral lempung) ialah yang
mempunyai partikel-partikel tertentu yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur
dengan air” (Grim, dalam DAS 1995).

Serabut kelapa
Buah kelapa merupakan bagian dari pohon kelapa yang banyak terdapat di negara-negara tropis di
seluruh dunia. Salah satu bagian dari buah kelapa adalah kulit selimut yang berserat yang disebut serabut
kelapa, yang sering dipakai sebahai bahan kerajinan rumah tangga dan juga sebagai bahan bakar. Serabut
kelapa kaya akan serat yang belum banyak digunakan dalam bidang konstruksi. Masyarakat tradisional
banyak menggunakan serabut kelapa yang diolah menjadi tali dan bahan rumah tangga lainnya. Nilai
ekonomis serabut kelapa sangat baik karena merupakan bahan limbah yang bisa didapatkan dalam
volume yang besar dengan harga yang murah. Serabut kelapa jika diurai akan menghasilkan serat sabut
(cocofibre). Namun produk inti dari serabut adalah serat serabut. Pemanfaatan sabut kelapa digunakan
untuk campuran tanah sebagai pengikat kekuatan butiran terhadap uji CBR.

Pengujian CBR (California Bearing Ratio)


Metode pengujian ini dikembangkan oleh California state Highway Department sebagai cara untuk
melakukan assessment daya dukung tanah. Data hasil uji CBR akan digunakan sebagai dara dalam desain
lapisan perkerasan jalan Wesley (1997). Subgrade atau tanah dara yang digunakan sebagai pondasi jalan
raya bisa diambil dari tanah asli di lokasi atau juga dari sumber lain yang ditimbun di lokasi proyek.
Tanah timbunan harus dipadatkan di lapangan sampai mencapai paling tidak 95% kepadatan maksimum
hasil uji proctor di laboratorium. Pengujian CBR bisa dilakukan di lapangan atau di laboratorium.
Pengujian CBR di laboratorium bisa dilakukan dengan metode rendaman (Soaked laboratory CBR/
soaked design CBR) dan CBR laboratorium tanpa rendaman (unsoaked laboratory CBR/ unsoaked design
CBR). CBR yang direndam sebagai model yang mendekati kondisi di lapangan ketika tanah dasar
tergenang air, sehingga kuat dukung akan berada pada nilai terendahnya.
Penelitian ini menggunakan CBR laboratorium tanpa rendaman (unsoaked laboratory CBR/
unsoaked design CBR) dengan stabilisasi serat sabut kelapa. Terdapat dua macam perhitungan nilai CBR
:

268
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Penetrasi 0,1” :
CBR (%) = x 100% (1)

Penetrasi 0,2” :
CBR (%) = x 100% (2)

Dengan : P1 = Tekanan pada penetrasi 0,1 inchi (%)


P2 = Tekanan pada penetrasi 0,2 inchi (%)

METODE
Sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian berupa tanah lempung kering udara dengan kondisi
terganggu (disturbed) yang di ambil dengan alat manual pada kedalaman ±30 cm dari muka tanah di Desa
Kedungbanteng, kecamatan Nguter, Kabupaten Wonogiri. Air yang digunakan berasal dari Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Serat serabut kelapa tua yang diambil dari industri
kelapa di Pasar Kartasura. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :
Tahap pertama, berupa melakukan kompilasi literature yang mempunyai kesamaan topik dengan
memperhatikan aspek novelty, kemudian dilanjutkan persiapan bahan utama berupa tanah lempung dari
Nguter, Kabupaten Wonogiri dan serat serabut kelapa yang diambil dari industri kelapa yang berada di
pasar kartasura, serta persiapan alat-alat pengujian di laboratorium. Tanah lempung kondisi kering udara
diayak dan lolos saringan No.4. Serat serabut kelapa sebelum dilakukan pengujian diangin-anginkan
terlebih dahulu agara mendapatkan hasil kering udara.
Tahap kedua, dilakukan pengujian sifat fisis tanah asli dan tanah yang bercampur serat serabut
kelapa dengan presentase campuran 0%, 1%, 2%, 3% dengan ukuran ± 1 cm, yang meliputi: uji kadar air,
berat jenis, batas-batas atteberg, dan analisa ukuran butiran. Selanjutnya melakukan uji sifat mekanis
tanah asli dan tanah yang bercampur serat serabut kelapa dengan presentase campuran 1% ,2%, 3% dari
berat sempel tanah. Uji mekanis berupa pemadatan denga standard proctor untuk menentukan kadar air
optimum dan kepadatan maksimum yang digunakan untuk pedoman uji mekanis selanjutnya yaitu
pembuatan benda uji CBR.
Tahap ketiga, pengujian CBR, dengan membuat benda uji tanah asli dan tanah campuran lempung
dengan serat serabut kelapa dengan presentase 1%, 2%, 3%. Tanah asli dan campuran dipadatkan dengan
3 variasi tumbukan, yaitu 10 tumbukan, 35 tumbukan, 65 tumbukan. Setelah benda uji selesai dipadatkan,
maka pengujian CBR bisa dilakukan.
Tahap keempat, berupa pengolahan data dan analisis hasil serta pembahasan. Kemudian
kesimpulan bisa didapatkan setelah pembahasan diselesaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Sifat Fisis Tanah Asli
Berdasarkan Tabel 1 didapat parameter sifat fisis tanah sebagai berikut: kadar air = 15.945%,
specific grafity (Gs) = 2.682, batas cair (LL) = 53%, batas plastis (PL) = 18.302%, batas susut (SL) =
17.926%, indeks plastisitas (PI) = 34.698%. Maka tanah di daerah Desa Kedung Banteng, Kecamatan
Nguter, Kabupaten Wonogiri dikategorikan sebagai tanah lempung dengan plastisitas tinggi.

269
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1. Hasil uji sifat fisis tanah asli


No Jenis Pengujian Nilai
1 Kadar Air (%) 11,723
2 Berat Jenis (Gs) 2,682
3 Batas Cair (%) 55,0
4 Batas Plastis(%) 18,302
5 Batas Susut (%) 17,926
6 Indeks Plastis (%) 36,698
7 Lolos Saringan No.200 81,00
8 Indeks Kelompok 0
9 AASHTO A-7-5
10 USCS CH

Sifat Fisis Tanah Campuran


Tabel 2. Hasil uji sifat fisis tanah campuran
No Jenis Pengujian 0% 1% 2% 3%
1 Kadar Air (%) 11,723 12,110 12,410 12,717
2 Berat Jenis (Gs) 2,682 2,391 2,298 2,036
3 Batas Cair (%) 55,0 43,00 41,00 40,00
4 Batas Plastis(%) 18,302 20,063 22,964 25,799
5 Batas Susut (%) 17,926 16,651 12,084 11,496
6 Indeks Plastis (%) 36,698 22,937 18,036 14,201
7 Lolos Saringan No.200 81,00 63,00 62,00 60,00
8 Indeks Kelompok 0 0 0 0
9 AASHTO A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5
10 USCS CH CL CL CL

Tanah lempung dalam kondisi kering udara diuji kadar air tanahnya. Kemudian tanah asli dioven
selama 24 jam sebelum dilakukan pengujian. Berdasarkan nilai kadar air tanah asli sebesar 11,723% dan
mengalami kenaikan seiring bertambahnya presentase. Hal ini menunjukkan bahwa serat serabut kelapa
mempunyai sifat menyerap air. Sehingga kadar airnya naik seiring bertambahnya presentase serabut
kelapa dan dimungkinkan semakin banyak presentase serat serabut kelapa memungkinkan menyerap air
lebih banyak. Dari hasil pengujian didapat (specific grafity) berat jenis tanah asli sebesar 2,682
merupakan berat jenis tertinggi. Seiring bertambahnya presentase serat serabut kelapa, berat jenis tanah
campuran cenderung turun. Nilai berat jenis teredah sebesar 2,036 pada presentase campuran serat serabut
kelapa 3%. Hal ini terjadi karena serat serabut kelapa memiliki nilai berat jenis yang lebih kecil dari berat
jenis tanah asli. Sehingga berdampak pada berat jenis tanah asli yang berkurang seiring bertambahnya
presentase campuran.
Dari hasil pengujian batas cair (LL) cenderung mengalami penurunan seiring bertambahnya
presentase serat serabut kelapa. Batas cair (LL) terbesar terjadi pada tanah asli sebesar 55%, sedangan
penurunan terkecilnya berada pada penambahan serat serabut kelapa 3% yaitu sebesar 40%. Batas cair
mengalami penurunan dikarenakan sebagian besar tanah terikat pada serat serabut kelapa yang
mengakibatkan tanah lebih menyatu dan tidak mudah begeser. Bertambahnya presentase serat serabut
kelapa berakibat menurunnya nilai batas cair tanah lempung. Pengujian batas plastis (PL) pada tanah asli
sebesar 18,302%. Berdasarkan hasil pengujian tanah campuran nilai batas plastis mengalami kenaikan
seiring bertambahnya presentase serat serabut kelapa. Nilai batas plastis terbesar terdapat pada tanah
campuran 3% yaitu sebesar 25,799%. Hal ini dikarenakan penambahan serat serabut kelapa
mengakibatkan butiran tanah semakin tidak melekat atau cenderung bersifat lepas. Jadi semakin
bertambah presentase serat serabut kelapa, batas plastis mengalami penurunan. Hasil pengujian nilai batas

270
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

susut tanah asli sebesar 17,926%, dengan seiring bertambahnya presentase serat serabut kelapa nilai batas
susut menjadi menurun. Batas susut terbesar berada pada tanah asli yaitu sebesar 17,926% dan nilai batas
susut terkecil terjadi pada tanah campuran 3% yaitu sebesar 11,496%. Penurunan batas susut dikarenakan
ketika tanah dan serat serabut kelapa bercampur dengan air maka akan memperkecil luas spesifik butiran-
butiran tersebut, sehingga tidak akan berpengaruh oleh perubahan kadar air.
Nilai indeks plastisitas didapatkan dari selisih antara batas plastisdengan batas cair.Penambahan
presentase serat serabut kelapa dengan tanah asli menyebabkan nilai batas cair mengalami penurunan dan
batas plastis mengalami kenaikan.Sehingga berpengaruh pada indeks plastisitas (PI) yang semakin
menurun.Jika indeks plastisitas mengalami penurunan maka mengurangi potensi terjadinya
pengembangan terhadap tanah.Berdasarkan hasil nilai PI pada tanah asli sebesar 36,698% yang
merupakan nilai PI terbesar.Nilai PI terkecil terjadi pada penambahan presentase serabut kelapa 3% yaitu
sebesar 14,201%.
Fraksi tanah yang lolos saringan No. 200 pada tanah asli mengalami penurunan, yang semula 81%
menjadi 60% seiring penambahan presentase serat serabut kelapa 3%. Hal ini terjadi karena proses
percampuran tanah dengan serat serabut kelapa menjadikan serat serabut kelapa tidak lolos saringan No.
200. Tanah asli diklasifikasikan sebagai tanah lempung dengan plastisitas tinggi (CH) menurut sistem
USCS. Sedangkan tanah asli setelah dicampur serta serabut kelapa 1%, 2%, 3% dikategorikan senagai
tanah dengan symbol CL dengan deskripsi tanah lempung plastisitas rendah. Berarti dengan system
USCS, penambahan serta serabut kelapa memperbaiki klasifikasi tanah. Menurut system AASHTO, tanah
asli bisa dikalsifikasikan sebagai tanah lempung sebagai material subgrade yang buruk dengan symbol A-
7-5. Dengan system klasisfikasi yang sama, tanah campuran tidak mengubah symbol tanahnya.

Sifat Mekanis
Uji Pemadatan (Standard Proctor)
Tabel 4. Hasil uji standard proctor pada tanah asli dan campuran
Presentase Campuran Serat Serabut Kelapa
No. Pengujian(Standard Proctor)
0% 1% 2% 3%
1 Wopt (%) 25 26 28 28
2 ɤdmax (gr/cm³) 1,28 1,32 1,33 1,33

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada saat penambahan presentase serabut kelapa 1% yaitu sebesar 26%
mengalami kenaikan seiring bertambahnya presentase serabut kelapa hingga penambahan serat serabut
kelapa 3% yaitu sebesar 28%. Kadar air optimum tanah asli sebesar 25%. Hal ini disebabkan karena
serabut kelapa memiliki sifat menyerap air, sehingga semakin banyak campuran serabut kelapa maka nilai
kadar airnya akan semakin turun.Seiring bertambahnya persentase serat serabut kelapa menyebabkan
menaiknya berat volume kering. Berat volume kering tanah asli sebesar 1,28 gr/cmᶟ dan pada
penambahan persentase serat serabut kelapa 3% sebesar 1,33 gr/cmᶟ.
Uji CBR (California Bearing Ratio)
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanah asli dan tanah campuran serat serabut kelapa semakin banyak
tumbukan nilai CBR semakin naik dikarenakan tanah semakin padat. Nilai CBR tanah asli kurang dari
3% berarti termasuk tanah jelek dan harus dilakukan pemadatan kembali untuk mendapatkan nilai CBR
yang bagus.Sedangkan tanah dengan campuran serat serabut kelapa nilai CBRnya 5% - 15% berarti
kekuatan tanahnya bagus dan tidak diperlukan lagi pemadatan normal kecuali untuk lalu lintas berat.

271
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 5. Hasil pengujian CBR Unsoaked pada tanah asli dan campuran
Presentase Kode Nilai CBR
Banyaknya Tumbukan
Campuran Sampel (%)
0% 0A 1,9
1% 1A 8,4
10 kali tumbukan
2% 2A 10
3% 3A 12
0% 0A 2
1% 1A 9,6
35 kali tumbukan
2% 2A 11,3
3% 3A 13,8
0% 0A 3
1% 1A 11,1
65 kali tumbukan
2% 2A 12,6
3% 3A 14,2

KESIMPULAN
Berdasarkan data pengujian dan pengamatan yang dilakukan dilaboratorium disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dengan sistem USCS tanah asli diklasifikasikan sebagai kelompok CH. Tanah campuran serat
serabut kelapa 1%, 2%, 3% dengan klasifikasi CL, memiliki kadar air dan batas plastis yang semakin
naik dan untuk berat jenis (specific grafity), batas cair, batas susut, indeks plastis serta lolos saringan
200 dengan semakin bertambahnya presentase serat serabut kelapa semakin menurun. Tanah asli dan
campuran dikategorikan kelompok A-7-5 dengan menggunakan system AASHTO.
2. Pengujian pemadatan tanah menggunakan standard proctor dengan campuran serat serabut kelapa
0%, 1%, 2%, 3%. menunjukkan semakin banyak presentase serat serabut kelapa nilai kadar air
optimum dan berat volume tanah kering akan semakin naik. Berat volume kering tanah maksimum
dan kadar air optimum tertinggi terdapat pada tanah dengan campuran serat serabut kelapa tua 3%.
Hal tersebut dikarenakan serat serabut kelapa mempunyai sifat menyerap air sehingga nilai kadar air
yang campuran serat serabut kelapanya 0% termasuk paling rendah.
3. Berdasarkan hasil pengujian CBR tanah asli dan tanah campuran serat serabut kelapa 1%, 2%, 3%
dan diberikan tumbukan setiap penambahan serat serabut kelapa sebesar 10, 35, 65 tumbukan. hasil
yang didapat semakin banyak tumbukan nilai CBR akan semakin naik di sebabkan karena tanah
semakin padat. Nilai CBR tanah asli kurang dari 3% berarti termasuk tanah jelek dan harus
dilakukan pemadatan kembali untuk mendapatkan nilai CBR yang bagus. Sedangkan tanah dengan
campuran serat serabut kelapa nilai CBRnya 5% - 15% berarti kekuatan tanahnya bagus dan tidak
diperlukan lagi pemadatan normal kecuali untuk lalu lintas berat.

DAFTAR PUSTAKA
Bowles J.E.,1991, Sifat-Sifat Fisis Tanah dan Geoteknik Tanah, Erlangga, Jakarta.
Craig, R.F. 1994. Mekanika Tanah edisi keempat, Erlangga, Jakarta.
Das,B.M, 1995, Principles of Geoteknik Engineering, PWS Publisher, Boston.
Hairulla, Paresa J, Cahyanti A,T,W. 2014. Pemanfaatan Limbah beton Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah
Ekspansif Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas Guna Perkuatan Jalan Lingkungan di Kampung Distrik
Sota Perbatasan Republik Indonesia-Papua New Giinea. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha, Vol.3,
No.3, ISSN.2089-6697.
Hardiyatmo, H.C..2002, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Pers, Yogyakarta.
Hardiyatmo,H.C.,2007. Mekanika Tanah II, Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta.

272
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Murhandani,U.W.,2015, Stabilisasi Kapur Terhadap Kuat Dukung Tanah Lempung dengan Perawatan 3
Hari”, (Studi Khasus Subgrade Jalan Raya Tanon, Sragen), Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Mukarromah, Kustriana, 2017, Pemanfaatan Mill Sebagai Bahan Stabilisasi Terhadap Nilai CBR Tanah
Lempung Desa Nmbunan, Purwodadi, Grobogan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rasuma, Wahyu Tri Nurvianto (2017), Pemanfaatan Limbah Beton Guna Meningkatkan Daya Dukung
Tanah Lempung Daerah Sukodono, Kabupaten Sragen, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soedarmo,G.D., 1997, Mekanika Tanah 2, Kanisius, Yogyakarta.
Sudjianto, 2007, Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif Dengan Garam Dapur, Jurnal Teknik Sipil, Vol.8
No. 1:53-63.
Wesley, L, D., 2012. Mekanika Tanah ( untuk tanah endapan dan residu ), Andi, Yogyakarta.
Wiqoyah,Q., 2007, Pengaruh Tras Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah Lempung, Jurnal Teknik Sipil,
Vol 7 No.2 :147-153

273
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENERAPAN KONSEP BIM DARI STUDI KASUS DAN PERSPEKTIF


PENGGUNA

Edwin Budi Setiawan1, Vendie Abma2.


1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang Km 14,5 Sleman, Yogyakarta 55584 Indonesia
1*
15511286@students.uii.ac.id
2
vendie.abma@uii.ac.id

Abstrak
Perkembangan teknologi di jaman modern ini telah merbambah ke berbagai lini kehidupan, termasuk ke
dalam dunia konstruksi. Salah satu teknologi yang membantu para praktisi dalam memenuhi tuntutan
tersebut adalah Building Information Modeling (BIM). Yulyardi (2018) menjelaskan bahwa pada metode
konvensional terjadi pemborosan sekitar 10 % pada material, 40 % proyek mengalami over budget,
30% proyek mengalami pengerjaan ulang, dan hampir 90% proyek mengalami keterlambatan.
Penelitian ini menggunakan mixed method, yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif. Data yang
digunakan untuk analasis kuantitatif merupakan data berupa gambar struktur dan RAB Gedung Vokasi
UNY Kampus Wates, yang kemudian di modelkan dan dihitung ulang volume strukturnya dengan
menerapkan konsep BIM dengan bantuan software Tekla Structures 2020 yang kemudian hasilnya
dibandingkan dengan quantity takeoff metode konvensional. Sedangkan metode kualitatif dilaksankan
dengan melakukan wawancara semi terstruktur kepada praktisi BIM. Berdasarkan studi kasus yang
membandingkan metode konvensional dan metode BIM, penerapan konsep BIM dapat meningkatkan
akurasi volume pekerjaan pada pekerjaan rabat beton, beton ready mix, besi tulangan, dan tulangan
wiremesh #8 secara berurutan sebesar -29,03 %, -3,64 %, -10,63 %, dan -4,80 %. Menggunakan BIM
juga memiliki keunggulan yakni pekerjaan menjadi lebih cepat, perhitungan lebih akurat, serta
memudahkan komunikasi dan integrasi.

Kata kunci: BIM, Quantity takeoff, Tekla Structure

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini telah merambah ke berbagai lini kehidupan, termasuk ke dalam
dunia konstruksi. Perkembangan tersebut menuntut para praktisi dalam dunia konstruksi untuk
menghasilkan produk infrastuktur yang semakin berkualitas, dan lebih efisien. Salah satu teknologi yang
membantu para praktisi dalam memenuhi tuntutan tersebut adalah Building Information Modeling (BIM).
BIM adalah representasi digital dari karakter fisik dan karakter fungsional suatu bangunan. Karena itu, di
dalamnya terkandung semua informasi mengenai elemen-elemen bangunan tersebut yang digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam kurun waktu siklus umur bangunan, sejak konsep hingga
demolisi [Kementerian PUPR, 2018].
Dengan diterapkannya BIM ini, diharapkan dapat memperbaiki kekurangan metode konvensional
dimana sering terjadi kesalahan karena kurangnya akurasi dalam perhitungan. Yulyardi (2018)
menjelaskan bahwa pada metode konvensional terjadi pemborosan sekitar 10% pada material, 40%
proyek mengalami over budget, 30% proyek mengalami pengerjaan ulang, dan hampir 90% proyek
mengalami keterlambatan. Penerapan BIM juga diharapkan dapat mengubah proses konstruksi
konvensional dimana sering terjadi konflik atau kesalahpahaman antar stakeholder, karena alur informasi
yang kurang jelas dan informasi tidak tercatat dengan baik yang berdampak pada pekerjaan. Dalam BIM,
para stakeholder saling bekerjasama, bertukar informasi, berkolaborasi dalam mengefisienkan proses
permodelan sehingga dapat mengevaluasi proyek sebelum dilaksanakan konstruksi [Kementerian PUPR,
2018].
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan Permen PUPR No.22 tahun 2018, tetapi, kenyataannya di
lapangan BIM masih jarang ditemui di Indonesia. Yang mana, hal itu disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti biaya investasi awal yang tinggi, perubahan budaya kerja konvesional, kebutuhan pelatihan serta

274
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

biaya tambahan [Mieslenna, 2019]. Mengetahui hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut eksplorasi penerapan BIM dari studi kasus pekerjaan struktural dan perspektif pengguna.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, dapat terlihat bahwa mengadopsi teknologi BIM pada
industri konstruksi akan memberikan banyak manfaat. Kemudian maka dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu berapa selisih quantity takeoff struktur yang didapatkan antara metode konvensional
dan metode BIM serta bagaimana pengaruh penerapan metode BIM dari perspektif pengguna.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran atau sering disebut dengan mixed method.
Pelaksanaan penelitian metode campuran ini dengan menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian campuran merupakan suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
mencampur metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian atau serangkaian penelitian untuk
memahami permasalahan penelitian. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu
yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya
[Husein, 2013]. Dalam penelitian ini diperlukan dua objek data untuk dua jenis metode. Objek penelitian
metode kuantitatif yaitu gambar Detail Engineering Design serta volume pekerjaan yang didapatkan dari
Rencana Anggaran Biaya. Kemudian objek penelitian metode kualitatif yaitu praktisi BIM yang menjadi
responden dalam wawancara terkait penerapan BIM.
Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis data, yakni data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif merupakan data penelitian yang dikumpulkan dari objek penelitian. Data didapatkan dengan
mengajukan permohonan data kepada PT. Pola Data Consultants. Data yang dikumpulkukan merupakan
data sekunder berupa gambar Detail Engineering Design (DED) pekerjan Gedung Vokasi UNY Kamus
Wates serta Rencana Anggaran Biaya pekerjaan tersebut. Data volume analisis didapatkan dari
perhitungan software Tekla Structures 2020 secara otomatis setelah dilakukan 3D modelling, kemudian
selanjutnya hasil quantity takeoff tersebut diolah dengan menggunakan microsoft excel.
Kemudian data kualitatif didapatkan dengan melakukan wawancara semi-terstruktur dengan
beberapa responden yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mempraktikan BIM. Metode ini
merupakan wawancara mendalam yang mana responden harus menjawab pertanyaan-pertanyaan terbuka
yang telah diset sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan quantity takeoff dengan konsep BIM. Adapun
langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
2) Kajian Literatur
3) Pengumpulan Data Kuantitatif
4) Pemodelan 3D Menggunakan Tekla Structure
5) Melakukan Clash check
6) Mengeluarkan Volume Pekerjaan
7) Analisis Data Kuantitatif
8) Pengumpulan Data Kualitatif
9) Analisis Data Kualitatif
10) Melakukan Pembahasan
11) Penarikan Kesimpulan

Untuk lebih mudah memahami langkah penelitian ini, disajikan bagan alir sebagai berikut.

275
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 22. Bagan alir metode penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data proyek yang dibahas dalam penelitian ini adalah pembangunan Gedung Kuliah Vokasi UNY
Kampus Wates. Data yang diperoleh tersebut berupa Rencana Anggaran Biaya (RAB) Struktur tanpa
analisa dan Gambar Desain yang didapatkan dengan surat permohonan permintaan data. Data tersebut
akan dianalisis untuk mendapatkan nilai anggaran perencanaan proyek sebagai pembanding RAB yang
dihitung oleh konsultan. Analisis difokuskan untuk menganalisa volume dan kebutuhan material tiap
pekerjaan.

Data Kuantitatif
Model merupakan struktur gedung beton 3 lantai dengan luasan 48.000 x 23.00 cm. Gambar 2,
Gambar 3, dan Gambar 4 merupakan gambar potongan dan denah yang dijadikan acuan pemodelan dalam
penelitian.

Gambar 2. Potongan As 3

276
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Potongan As F

Gambar 4. Denah plat lantai (+4.150)

Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data hasil wawancara kepada 3 responden yang berpengalaman pada
bidang BIM. Responden dalam wawancara ini dipilih berdasarkan kedalaman pengetahuan dan
pengalaman mereka tentang fenomena yang diteliti. Kriteria utama yang digunakan dalam kualifikasi
yang diwawancarai adalah mereka yang mempunyai pengalaman di industri konstruksi yang luas dan atau
memegang peran manajemen dalam implementasi BIM. Nama responden tidak diungkapkan dalam
penelitian ini demi menjaga kerahasiaan data. Wawancara dilakukan di Yogyakarta, dari tanggal 16 – 18
Januari 2021.
Latar belakang responden dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Demografi responden


Responden Posisi Saat Ini Perusahaan Pengalaman BIM
R1 BIM Engineer PT. Pola Data Consultants < 1 Tahun
R2 BIM Engineer PT. Wika Gedung < 2 Tahun
R3 Senior BIM Engineer PT. Pola Data Consultants > 6 Tahun

277
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pemodelan
Hal yang pertama dilakukan sebelum melakukan pemodelan menggunakan software Tekla
Structures 2020 adalah dengan membuat student license yang didapatkan dengan cara mendaftarkan diri
di web resmi Tekla Campus. Setelah memiliki lisensi resmi dari Tekla Campus, buka software Tekla
Structure 2020 yang sudah ter-install. Kemudian akan muncul tampilan beberapa pilihan Environment,
Role dan configuration.
Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuat grid, dilanjutkan dengan pemodelan struktur-
struktur Gedung, termasuk dengan penulangannya, mulai dari elevasi dasar sampai dengan elevasi
puncak. Contoh pemodelan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5. Pemodelan tulangan pilecap

Quantity Takeoff
Hasil perhitungan quantity takeoff yang telah di-export ke dalam microsoft excel kemudian direkap
untuk memudahkan dalam analisis dan pembahasan. Hasil rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rekapitulasi quantity takeoff
No Item Pekerjaan Volume Konsultan Volume Analisis Satuan
1 Tiang Pancang 4000,00 4000,00 m
2 Rabat Beton 170,86 121,25 m3
3 Beton Ready mix 1191,79 1111,84 m3
4 Besi Tulangan 211953,99 189177,53 kg
5 Tul. Wiremesh M8 2.361,67 2248,40 m2

Setelah pemodelan selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu menghitung kebutuhan material dan
estimasi biaya. Pada tahapan ini fitur organizer digunakan untuk mendapatkan informasi yang terdapat
pada setiap model yang sudah dimodelkan pada drawing area dengan cara mengklik family.
Tekla Structures akan otomatis menghitung volume setiap elemen struktur seperti panjang, luas,
berat dan volumenya. Karena dilakukan secara otomatis, maka akurasi perhitungan yang dihasilkan
menjadi lebih akurat daripada perhitungan yang dilakukan secara manual oleh konsultan perencana.
Gambar 5 merupakan contoh quantity takeoff software Tekla Structures 2020 untuk pekerjaan tiang
pancang.
Hasil quantity takeoff tersebut kemudian di export ke dalam microsoft excel. Sotware yang
terintegrasi dengan analisis biaya dari tekla structures yakni vico office tidak dapat digunakan karena
tidak menyediakan student license. Hasil export quantity takeoff otomatis dalam template yang sudah rapi
teratur sehingga memudahkan analisis selanjutnya, seperti terlihat pada Gambar 6.

278
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PO.Box 1, Street address 1, 12345 City 1


Tel. 555 1234567, Fax 555 7654321
Email: first.last@company.com
Project name:
Project address:

Top level Height Length / Width Volume


Name Material Profile Weight kg
/ mm / mm mm / mm / m3

TP 1 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 24.300 450 4,921 11.809,80
TP 1 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 24.300 450 4,921 11.809,80
TP 1 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 24.300 450 4,921 11.809,80
TP 1 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 24.300 450 4,921 11.809,80
TP 1 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 24.300 450 4,921 11.809,80
TP 1 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 24.300 450 4,921 11.809,80
TP 2 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 25.000 450 5,063 12.150,00
TP 2 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 25.000 450 5,063 12.150,00
TP 2 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 25.000 450 5,063 12.150,00
TP 2 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 25.000 450 5,063 12.150,00
TP 2 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 25.000 450 5,063 12.150,00
TP 2 Concrete_Undefined
450*450 -1.600 450 25.000 450 5,063 12.150,00
TP 3 Concrete_Undefined
450*450 -2.000 450 24.600 450 4,982 11.955,60
TP 3 Concrete_Undefined
450*450 -2.000 450 24.600 450 4,982 11.955,60
TP 3 Concrete_Undefined
450*450 -2.000 450 24.600 450 4,982 11.955,60
TP 3 Concrete_Undefined
450*450 -2.000 450 24.600 450 4,982 11.955,60

Total
3.914.400 792,67 1.902.398,40

All objects in the table:


160

Gambar 6. Contoh export quantity takeoff excel

Setelah dilakukan quantity takeoff langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisis
perbandingan volume pekerjaan struktur untuk mengetahui selisih volumenya. Rekapitulasi perbandingan
quantity takeoff dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Selisih Quantity Takeoff Konvensional dengan Konsep BIM


Volume Volume
No Item Pekerjaan Selisih Satuan %
Konsultan Analisis
1 Tiang Pancang 4000,00 4000,00 0,00 m 0,00%
2 Rabat Beton 170,86 121,25 -49,61 m3 -29,03%
3 Beton Ready mix 1191,79 1111,84 -41,94 m3 -3,64%
4 Besi Tulangan 211953,99 189177,53 -22501,06 kg -10,63%
5 Tul. Wiremesh M8 2361,67 2248,40 -113,27 m2 -4,80%

Dari hasil analisis, didapatkan selisih terbesar terjadi pada rabat beton sebesar -29,03 % dan besi
tulangan sebesar -10,63%. Sedangkan pada perhitungan tiang pancang, tidak terdapat selisih, dengan
volume masing-masing sebesar 4000 m. Pada studi kasus ini telah disajikan quantity takeoff dengan
metode BIM. Dengan metode BIM ini didapatkan quantity takeoff yang tidak hanya meningkatkan
akurasi.

Analisis Perspektif Pengguna


Untuk memvalidasi hasil penelitian ini, maka dilakukan kegiatan wawancara semi terstruktur dengan
Quantity Surveyor proyek Gedung Vokasi UNY Kampus Wates, dan responden 3 yang merupakan senior
BIM Engineer di PT. Pola Data Consultant. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh penjelasan bahwa
hal yang menyebabkan selisih antara quantity takeoff metode konvensional dan metode BIM terdiri dari 2

279
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

faktor utama. Pertama, adanya perbedaan metode perhitungan, kedua terdapat faktor koefisien yang
dimasukkan ke dalam perhitungan.
Untuk alasan memudahkan perhitungan dan mempercepat pekerjaan, maka perhitungan quantity
takeoff metode konvensional dilaksakanan dengan metode per modul. Maksud dari pekerjaan dengan per
modul adalah menghitung item pekerjaan sesuai dengan fase dan tipe pekerjaan. Sebagai contoh, untuk
pekerjaan balok B1, modul balok B1 dihitung dari as ke as dan tanpa dikurangi volume benturan.
Kemudian untuk mempertimbangkan waste ketika di lapangan, hasil quantity takeoff tersebut dikalikan
dengan koefisien yang bervariasi mulai dari 1,2 – 1,3 atau sampai bertemu dengan nilai pagu proyek.
Berikut ini disampaikan temuan-temuan berdasarkan analisis yang sudah dilakukan berdasarkan hasil
wawancara:
1. Pengalaman penerapan BIM
Rata-rata lama pengalaman perusahaan menerapkan BIM adalah 2 tahun, sejak tahun 2019.
Software yang digunakan oleh perusahaan responden bermacam-macam, mulai dari Archicad,
Autodesk Revit, Naviswork, Tekla Structure, dan Tekla Structure Designer.
Alasan perusahaan mengadopsi BIM beraneka ragam, dimulai dari kebutuhan internal kantor,
mengikuti perkembangan inovasi dunia konstruksi, dan tuntutan permintaan klien.
2. Keunggulan dan kelemahan penerapan BIM
Secara umum, manfaat BIM yang dirasakan oleh responden antara lain adalah sangat memudahkan
pekerjaan, efisiensi biaya, efisiensi waktu, menghemat SDM, mengurangi rework, memudahkan
integrasi data, memudahkan dokumentasi pekerjaan, dan mendeteksi benturan pada saat
perencanaan.
Responden 3 mengatakan bahwa penghematan SDM diperoleh dengan kebutuhan tenaga ahli yang
lebih hemat dibandingkan dengan yang konvensional. Responden 3 juga mengatakan bahwa
dengan penerapan BIM dapat dengan mudah dan cepat untuk memperoleh proyek-proyek
konstruksi baru karena sudah mengikuti aturan standar Permen PUPR No. 22 Tahun 2018, dan
lebih meyakinkan klien.
Responden 2 mengatakan bahwa dalam proyeknya di dunia konstruksi, BIM membantu untuk
mengecek benturan jadwal serta mengontrol waktu pekerjaan dengan bantuan software nafiswork.
Responden 1 mengatakan bahwa dengan menerapkan BIM, komunikasi dan transfer data diantara
stakeholder menjadi lebih mudah. Dapat mendeteksi benturan lebih awal pada fase desain.

Hasil wawancara yang sudah ditranskripkan kemudian dianalisis dengan menandai kata-kata kunci
yang merujuk pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah teridentifikasi. Terdapat beberapa
keuntungan dengan menerapkan BIM, yakni diantaranya:
1. Perhitungan lebih akurat
a. Perhitungan volume beton dari BIM memiliki hasil yang akurat pada elemen struktur kolom dan
balok, karena pada kolom dihitung dengan menggunakan bentang elevation to elevation dan pada
balok dihitung menggunakan bentang bersih sisi dalam kolom.
b. Dapat mengurangi atau meminimalkan kesalahan akibat human error karena apabila melakukan
perhitungan volume dengan menggunakan Autocad dan Excel keterlibatan manusia dalam
melakukan perhitungan cukup besar, sedangkan dengan menggunakan BIM dapat langsung
mengetahui volume ketika model telah dibuat.
2. Pekerjaan menjadi lebih cepat
a. BIM dapat melakukan permodelan elemen struktur dengan baik dan mudah dipahami dalam
penggunaannya.
b. Untuk proses perhitungannya memiliki waktu yang lebih cepat, karena setelah model tersebut
dibuat maka volume dapat secara otomatis dihitun. Apalagi ketika terdapat perubahan desain,
maka hanya perlu mengubah gambar dan keluar volume yang baru, tidak perlu menghitung dari
awal.
c. Memudahkan pelaporan dan manajemen informasi sesuai kebutuhan proyek dan perubahan pada
model secara otomatis diperbarui ke semua kategori, gambar, dan laporan.

280
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

3. Memudahkan komunikasi dan integrasi


a. Dengan menggunakan BIM kemungkinan terjadi perbedaan penafsiran masing-masing pihak
pada saat melakukan perhitungan volume dapat berkurang karena gambar permodelan yang
dipakai sebagai dasar perhitungan volume hanya satu.
b. Mengekspor ke Excel dengan satu klik menggunakan template yang sudah siap
c. Mewarnai dan memvisualisasikan takeoff dalam 3D secara otomatis
d. Model, sebagai sumber informasi tunggal, memastikan konsistensi semua laporan, takeoff,
jadwal, dan gambar
Penelitian ini juga dikuatkan oleh Yulyardi (2018), yang menjelaskan bahwa pada metode
konvensional terjadi pemborosan sekitar 10 % pada material, yang dibuktikan dengan hasil quantity
takeoff yang lebih akurat dari metode konvensional dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat yang
dikuatkan dengan hasil wawancara.

KESIMPULAN
Hasil perhitungan estimasi biaya yang telah dilakukan, pada kenyataannya terdapat perbedaan
dengan perhitungan yang dilaksanakan dengan metode konvensional. Terjadi overestimate pada
perhitungan volume pekerjaan dengan metode konvensional.
Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Berdasarkan studi kasus yang membandingkan metode konvensional dan metode BIM dapat
disimpulkan, bahwa dengan metode BIM dapat meningkatkan akurasi volume pekerjaan pada
pekerjaan rabat beton, beton ready mix, besi tulangan, dan tulangan wiremesh #8 secara berurutan
sebesar -29,03%, -3,64%, -10,63%, dan -4,80%.
2. Dengan penerapan BIM didapatkan perhitungan yang lebih akurat, pekerjaan yang lebih cepat,
serta memudahkan komunikasi dan integrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Husein, U., 2013, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, Rajawali, Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018, Adopsi BIM dalam Organisasi, Pusat
Litbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi, Jakarta Selatan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018, Pelatihan Perencanaan Konstruksi Dengan
Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM), Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber
Daya Air Dan Konstruksi, Bandung.
Mieslenna, C.F., 2019. Kajian Penerapan Building Information Modelling Pada Industri AEC di
Indonesia, Tesis, Universitas Katholik Parahyangan, Bandung.
Yulyardi, L., 2018, BIM (Tekla) for the Accountable Infrastructure's Construction Advancement.
SIBIMA Konstruksi, Jakarta.

281
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN PROCUREMENT TIPE TENDER


CEPAT BERBASIS e-PROCUREMENT DI PERUSAHAAN PT. ABC

Dwi Martono 1 Manlian Ronald Simanjuntak 2


1,2
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Pelita Harapan Jakarta
Email: dwimart0nz@gmail.com

Abstrak
Dalam menyikapi era globalisasi pemerintah maupun pemberi kerja berupaya melakukan perubahan
dalam peraturan proses pelelangan pekerjaan yang diharapkan menjadi lebih efisien, efektif, terbuka,
bersaing, transparan, adil dan akuntabel. Seiring dengan kemajuan teknologi proses pelelangan secara
offline dapat berevolusi menjadi proses pelelangan online karena dapat memenuhi kriteria yang
diinginkan. Untuk itu perlu dilakukan E-Procurement, yaitu pelaksanaan pelelangan konstruksi berbasis
internet. Perubahan dalam metode Tender Cepat yang membuat penyederhanaan dalam kegiatan
pengadaan barang/jasa perlu diakomodir peraturan perundang-undangan. Tender Cepat pada
pemerintah dengan menggunakan Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) yang tidak
memerlukan penilaian kualifikasi, evaluasi penawaran administrasi, evaluasi penawaran teknis,
sanggah dan sanggah banding. Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan melalui metode
analisis kualitatif yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menggali apakah proses tender cepat
dalam e-procurement pada perusahaan PT. ABC dapat dikatakan berhasil. Faktor-faktor apa saja yang
memperngaruhi tingkat keberhasilan tender cepat dilihat dari kualitas pengetahuan dari tim pengadaan
PT. ABC. Perlu adanya proses peralihan pengatahuan dalam peralihan procurement manual ke e-
procurement. Pelatihan tim pengadaan menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan, selain sebagai
peremajaan sistem, juga sebagai proses menuju perusahaan penerapan prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Tugas dan tanggungjawab tim pengadaan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam
proses pengadaan pada Perusahaan PT. ABC.

Kata kunci : tender cepat; manajemen proyek; proses procurement; e-procurement; pengadaan proyek.

PENDAHULUAN
Pengadaan elektronik (e-procurement) menghubungkan jaringan bisnis yang luas, dan pencarian
merek dan komunikasi menjadi lebih nyaman. Sementara banyak perusahaan mengadopsi e-procurement
dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan dengan biaya yang lebih rendah dan peningkatan efisiensi,
perlu dicatat bahwa penggunaan e-procurement memang menjamin hasil positif bagi pembeli dan
pemasok (Manish Gupta dan Shubham Tripathi, 2018).
Perubahan cepat dalam dunia teknologi dan industri menuntut dunia pengadaan barang/jasa ikut juga
berubah. Salah satunya adalah penerapan metode baru dalam proses pemilihan Penyedia. Metode
pemilihan yang dimaksud, Tender Cepat, yaitu salah satu metode yang digagas oleh Presiden melalui
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan telah dirubah beberapa kali dan terakhir dengan Perpres 12
tahun 2021 tentang pengadaan barang/jasa.
Perubahan dalam metode Tender Cepat memang sudah sepatutnya dilaksanakan karena proses
perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin membuat penyederhanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa perlu untuk diakomodir dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu tipe
pengadaan/procurement adalah tender cepat. (Nidaur Rahmah-Pengadaanbarang.co.id,2020)

Pembatasan masalah
a) Kriteria apa saja yang termasuk procurement tender cepat?
b) Hal apa yang mendasari PT. ABC memerlukan e-procurement?
c) Faktor apa saja yang mempengaruhi SDM dalam keberhasilan e-procurement dengan metode
tender cepat di PT. ABC?

282
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tujuan penelitian
a) Mengetahui kriteria yang termasuk dalam procurement tender cepat.
b) Mengetahui hal-hal yang mendasari PT. ABC memerlukan e-procurement.
c) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi SDM dalam keberhasilan e-procurement dengan
metode tender cepat di PT. ABC.

Tinjauan pustaka
E-Procurement
Proses Manajemen Pengadaan Proyek melibatkan kesepakatan yang menggambarkan hubungan
antara dua pihak — pembeli dan penjual. Perjanjian bisa sesederhana pembelian sejumlah jam kerja
tertentu dengan tingkat tenaga kerja tertentu, atau bisa serumit kontrak konstruksi internasional beberapa
tahun. Pendekatan kontrak dan kontrak itu sendiri harus mencerminkan kesederhanaan atau kerumitan
hasil atau upaya yang diperlukan dan harus ditulis dengan cara yang sesuai dengan hukum lokal, nasional,
dan internasional terkait kontrak. (Project Procurement Management Overview- PMBOK, 2017)
Procurement merupakan sebuah pekerjaan yang berkaitan dengan pengadaan barang. Kegiatan
procurement secara garis besar yaitu menerima, membeli atau menyediakan barang atau jasa pihak lain.
Fungsi dari procurement dalam sebuah perusahaan yaitu untuk menyediakan barang atau jasa yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
Procurement atau pengadaan barang/jasa merupakan proses untuk mendapatkan barang dan jasa
dengan kemungkinan pengeluaran yang terbaik, dalam kualitas dan kuantitas yang tepat, waktu yang
tepat, dan pada tempat yang tepat untuk menghasilkan keuntungan atau kegunaan secara langsung bagi
pemerintah, perusahaan atau bagi pribadi yang dilakukan melalui sebuah kontrak. Berikut definisi dan
pengertian procurement dari beberapa sumber buku:
a) Menurut Siahaya (2013), procurement adalah upaya mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan
berdasarkan pemikiran logis dan sistematis dan mengikuti norma dan etika yang berlaku yang sesuai
dengan metode pengadaan barang dan jasa.
b) Menurut Novitaningrum (2014), procurement adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa
secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya.
E-Procurement merupakan aplikasi dari pelaksanaan pelelangan secara elektronik berbasis internet.
Aplikasi ini dapat berfungsi untuk media pengumuman, tempat penyimpanan dokumen sekaligus sebagai
alat bantu dalam proses seleksi. Sehingga interaksi antara buyers dan vendors dapat dilakukan secara
optimal, tanpa ada batasan jarak dan waktu. Dalam jurnal Manish Gupta dan Shubham Tripathi (2018)
disebutkan E-procurement mengacu pada penggunaan sistem teknologi informasi (TI) terintegrasi untuk
fungsi pengadaan, termasuk pengadaan, negosiasi, pemesanan, penerimaan dan review pasca pembelian.
e-procurement sebagai proses komprehensif di mana organisasi menggunakan sistem TI membuat
perjanjian untuk akuisisi produk atau layanan (kontrak) atau pembelian produk atau layanan sebagai
imbalan pembelian. Ada banyak manfaat potensial dari e-procurement, yang dirangkum oleh Panayiotou
et al., (2004) dalam jurnal Manish Gupta dan Shubham Tripathi (2018) adalah Meningkatkan kontrol
hubungan vendor, akurat pemenuhan proses, peningkatan efektivitas proses pembelian, pencapaian
tingkat layanan yang lebih tinggi, penurunan harga dari pemasok utama, berkurang biaya tercatat
persediaan, dan pengurangan siklus pesanan.
Pengertian Tender Cepat dan dasar pengaturannya dijelaskan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta peraturan pelaksanaannya,yaitu dalam :
1. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah:
a. Pasal 38 ayat (1), menyatakan bahwa metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas :
1) E-purchasing;
2) Pengadaan Langsung;
3) Penunjukan Langsung;
4) Tender Cepat;
5) Tender.
b. Pasal 38 ayat (6), menyatakan bahwa Tender Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dilaksanakan dalam hal:

283
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1) Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci; dan
2) Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia.
c. Pasal 50 ayat (4), menyatakan bahwa pelaksanaan pemilihan melalui Tender Cepat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) peserta telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia;
2) peserta hanya memasukan penawaran harga;
3) evaluasi penawaran harga dilakukan melalui aplikasi; dan
4) penetapan pemenang berdasarkan harga penawaran terendah.
2. Tender Cepat dilakukan untuk metode pemilihan Penyedia Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
menggunakan Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) yang tidak memerlukan
penilaian kualifikasi, evaluasi penawaran administrasi, evaluasi penawaran teknis, sanggah dan
sanggah banding. Tender Cepat dapat dilakukan untuk Pengadaan Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan kriteria:
a. spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan volume pekerjaan telah ditentukan secara
rinci sehingga persyaratan teknis tidak dikompetisikan;
b. dimungkinkan penyebutan merek dalam spesifikasi teknis/KAK sebagaimana dalam ketentuan
Pasal 19 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah; dan
c. peserta telah terkualifikasi dalam SIKaP.
Peran Sumberdaya manusia dalam Proses E-Procurement
Dalam pelaksanaan e-procurement, proses seperti procurement pada umumnya. Yang membedakan
hanyalah proses pemindahan dari cara konvensional menjadi berbasis jaringan internet. Pegetahuan akan
proses procurement menjadikan kunci berhasil atau tidaknya proses procurement itu sendiri. Baik tender
biasa maupun tender cepat. Panitia pengadaan mempunyai tugas yang diambil dari beberapa sumber
sebagai berikut;
a. Menurut Achlaq (2011), proses procurement tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab dari bagian
pengadaan barang adalah menyediakan barang maupun jasa dengan harga yang murah, berkualitas dan
terkirim tepat waktu. Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana procurement adalah sebagai
berikut:
1) Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok.
Hubungan dengan pemasok bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan
transaksional jangka pendek.
2) Memilih pemasok atau suplier.
Kegiatan memilih pemasok bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.
Kesulitan akan lebih tinggi kalau pemasok yang akan dipilih berada di mancanegara. Pemasok
yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa
melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan dan
sebagainya. Pemilihan pemasok harus sejalan dengan strategi supply chain.
3) Memilih dan mengimplentasikan teknologi yang cocok.
Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi. Teknologi yang lebih tradisional
dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax. Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan
electronic procurement (eprocurement) yaitu aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan.
4) Memelihara data item yang dibutuhkan dan data pemasok.
Bagian pengadaan harus memiliki data yang lengkap tentang item-item yang dibutuhkan
maupun data tentang pemasok mereka. Beberapa data pemasok yang penting untuk dimiliki
adalah nama dan alamat masing-masing dari pemasok, item apa yang mereka pasok, harga per
unit, pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi pemasok termasuk juga kualifikasi seperti
ISO.

5) Melakukan proses pembelian.

284
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembelian rutin dan
pembelian dengan melalui tender atau lelang. Pembelian rutin dan pembelian dengan tender
melewati proses-proses yang berbeda.
6) Mengevaluasi kinerja pemasok-pemasok.
Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi pemasok untuk meningkatkan kinerja
mereka. Kinerja yang digunakan untuk menilai pemasok seharusnya mencerminkan strategi
supplay chain dan jenis barang yang dibeli.
b. Menutut artikel gorental.co.id, Procurement biasanya dibuat dalam bentuk divisi atau team dalam
sebuah perusahaan. Banyak tugas dan tanggung jawab di divisi procurement. Maka dari itu perlu
diketahui tugas dan tanggung jawab dari procurement, yaitu:
1) Merencanakan Pembelian atu Penyediaan
Perencanaan pembelian atau penyediaan barang menjadi tugas yang sangat penting di divisi
procurement. Mencatat dan mempersiapkan barang atau jasa apa yang dibutuhkan atau
diminta perusahaan.
2) Membuat prosedur standar untuk Barang atau Jasa
Barang atau jasa yang diperlukan perusahaan haruslah memiliki prosedur standarnya agar
dapat terpenuhi apa yang diinginkan perusahaan.
3) Menyesuaikan spesifikasi barang atau Jasa yang Dibutuhkan Perusahaan
Divisi procurement bertugas untuk menyesuaikan spesifikasi barang atau jasa yang
dibutuhkan perusahaan. Tujuannya agar barang atau jasa yang dibutuhkan perusahaan dapat
sesuai dengan permintaan.
4) Mencari Vendor atau Supplier
Salah satu pekerjaan procurement yaitu mencari vendor atau supplier yang dapat
menyediakan barang atau jasa yang diperlukan oleh perusahaan. Dalam hal ini procurement
akan menghubungi dan membuat perjanjian dengan pihak suplier atau vendor.
5) Menganalisa Perbandingan Biaya Pembelian dari Supplier atau Vendor
6) Perbandingan biaya pembelian dari supplier atau vendor perlu dianalisa. Tujuannya untuk
membuat list supplier atau vendor mana yang memenuhi kriteria dan budget.
7) Menegosiasikan Harga, Pengiriman, Waktu pembayaran
Procurement ditugaskan untuk menjalin kerja sama antar supplier dengan perusahaan.
Fungsi utamanya untuk dapat menegosikan harga, shipping atau pengiriman dan waktu
pembayaran.
8) Menerima Tagihan Pembayaran dari Vendor atau Supplier
Tugas procurement salah satunya yaitu menerima barang, serta tagihan pembayaran dan
melakukan transaksi dengan Vendor atau supplier.
9) Membuat Kontrak
Pembuatan kontrak kerja sama antara supplier dengan perusahaan menjadi salah satu tugas
utama dari divisi procurement.
10) Melakukan Kontrol Persediaan Barang
Selain menjalankan transaksi pengadaan barang, procurement juga melakukan kontrol
jumlah persediaan dan melakukan pengecekan barang.
Pada umumnya, fokus pertimbangan dalam melakukan proyek procurement ada empat hal, yakni
manfaat, waktu, risiko dan biaya. Keempat hal tersebut harus diperhatikan oleh pihak penyedia barang
atau supplier.
Namun, pihak perusahaan yang mengadakan procurement akan berusaha keras untuk mendapatkan
barang atau jasa dengan harga yang paling murah, waktu paling cepat, resiko paling kecil dan juga
manfaat atau fitur yang sangat banyak dan juga efektif.
Sebaliknya, pihak supplier yang mengikuti proses procurement berkesempatan untuk menjual
produk barang atau jasanya dengan harga yang mahal, kuantitas dan kuantitas yang rendah, dan
memaksimalkan keuntungan dengan meminimalisir modal pengerjaan proyek. Sehingga, negosiasi pada
proses procurement ini akan menjadi proses yang pasti akan terjadi.

285
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dalam hal ini lah pengetahuan akan proses, tugas dan tanggungjawab tim pengadaan menjadi tolak
ukur keberhasilan dalam proses pengadaan. SDM yang baik akan menghasilkan produk pengadaan yang
baik begitu juga sebaliknya.

METODOLOGI
Pendekatan Penelitian
Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan melalui metode analisis kualitatif yang
merupakan sistem pengambilan keputusan yang bersifat deskriptif, induktif dan berangkat dari sejumlah
fenomena yang terjadi di suatu lingkup kehidupan. Kajian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan
menggali apakah proses tender cepat dalam e-procurement pada perusahaan PT. ABC dapat dikatakan
berhasil. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan tender cepat dilihat dari kualitas
pengetahuan dari tim pengadaan PT. ABC.

Data Penelitian
Dalam hal pengumpulan data, Gill, P., et. al. (2008) mengemukakan terdapat beberapa macam
metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu data sekunder, dan interview (individual atau
grup). Pada penelitian kali ini akan menggunakan data sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak
langsung dari pihak lain yang mengumpulkan atau memiliki data tersebut sebelumnya seperti hasil
penelitian, studi pustaka, data instansi atau organisasi dan sebagainya.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data menggunakan metode kajian literatur dan telaah dokumen. Kajian
literatur dilakukan dengan menggali sejumlah buku-buku dan jurnal atau hasil penelitian lain yang
berkaitan dengan e-procurement dan tender cepat. Telaah dokumen adalah metode pengumpulan data
sekunder yang dilakukan dengan cara mencari dokumen terkait sasaran penelitian yang hendak dicapai.
Dokumen-dokumen yang dijadikan sumber informasi bisa berupa buku, pedoman atau standar, dokumen
peraturan-peraturan, dokumen hasil kompilasi data yang diterbitkan oleh lembaga tertentu maupun
sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian seperti sumber informasi dari media massa maupun
internet.

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif digunakan
karena berupaya menggali suatu fenomena pada pelaksanaan tender cepat melalui e-procurement, yang
ingin ditinjau dari sisi teoritis. Untuk bisa menjawab sejumlah pertanyaan & permasalahan penelitian
yang ada, peneliti harus bisa menyusun metode analisis data yang akan digunakan. Jenis dan teknik
analisis sebagai berikut:
a) Studi literatur untuk mengidentifikasi kriteria yang termasuk e-procurement metode tender cepat;
b) Menggali dan mengidentifikasi hal-hal yang mendasari PT. ABC memerlukan e- procurement;
c) Komparasi jurnal untuk merumuskan faktor & variabel kunci faktor-faktor yang mempengaruhi
SDM dalam keberhasilan e-procurement dengan metode tender cepat di PT. ABC.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Permasalahan 1
Kriteria yang termasuk e-procurement metode tender cepat?
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Pasal 38 ayat (6), menyatakan Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci;
dan Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia. Pada Pasal 50 ayat (4),
menyatakan bahwa pelaksanaan pemilihan melalui Tender Cepat dengan ketentuan sebagai berikut
1)peserta telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia; 2) Peserta hanya memasukan
penawaran harga; 3) Evaluasi penawaran harga dilakukan melalui aplikasi; dan 4) Penetapan pemenang
berdasarkan harga penawaran terendah.
Sedangkan menurut LKPP, kriteria yang disebut tender cepat adalah (a) Spesifikasi teknis/KAK dan
volume pekerjaan telah ditentukan secara rinci sehingga persyaratan teknis tidak dikompetensikan; (b)

286
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan Penyebutan Merek terhadap barang/jasa; (c)
Peserta telah terkualifikasi dalam SIKaP; (d) Metode penyampaian penawaran menggunakan
penyampaian penawaran harga berulang/e-Reverse Aution.

Analisis Permasalahan 2
Hal apa saja yang mendasari PT. ABC memerlukan e-procurement ?
PT. ABC menerapkan e-procurement dalam proses pengadaan dalam pemenuhan kebutuhan
perusahaan. Perlu adanya proses peralihan pengatahuan dalam peralihan procurement manual ke e-
procurement. Pelatihan tim pengadaan menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan, selain sebagai
peremajaan sistem, juga sebagai proses menuju perusahaan penerapan prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Tugas dan tanggungjawab tim pengadaan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam
proses pengadaan. SDM yang baik akan menghasilkan produk pengadaan yang baik begitu juga
sebaliknya pada Perusahaan PT. ABC.
Dalam pelaksanaan e-procurement ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, adalah sebagai
berikut;
a. Pengiriman Barang Atau Pelaksanaan Jasa di / ke Tempat Yang Tepat
Prinsip ini memastikan bahwa barang atau jasa akan dikirimkan ke alamat yang benar, sesuai dengan
sistem. Tidak hanya itu, akomodasi atau mobilisasi akan diatur secara otomatis dan menjadi efisien
bagi semua Pihak.
b. Terkirim Tepat Waktu / Selesai Tepat Waktu
Melalui e-Procurement, barang atau jasa akan sampai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Tentunya akan membantu perusahaan untuk menjalankan proses bisnisnya tepat waktu dan tidak
akan ada pemberhentian produksi karena alasan kekurangan bahan.
c. Kualitas Sesuai Dengan Pesanan & Standar Perusahaan
Memastikan kualitas barang atau jasa yang sampai di perusahaan, sesuai dengan kualitas saat proses
pemesanan. Ini juga akan membantu perusahaan menjaga kualitas hasil produk dan jasa mereka
tetap sesuai dengan standar yang ada.
d. Kuantitas Tepat & Sesuai Dengan Pesanan
e-Procurement memastikan jumlah barang yang datang sama dengan jumlah barang saat pemesanan.
Proses ini akan membantu kedua belah pihak, yaitu pembeli dan penjual supaya tidak ada yang
dirugikan. Misalkan barang yang dikirim jumlahnya tidak sesuai, maka akan merugikan pihak
pembeli, dan penilaian pihak pembeli kepada pihak penjual akan menurun.
e. Barang / Jasa Dari Supplier Yang Tepat & Asli
Memastikan barang atau jasa dalam pengadaan berasal dari vendor atau supplier yang benar, untuk
menghindari pemalsuan merk. Jika menggunakan merk yang palsu, akan menurunkan kualitas
produk perusahaan juga.

Analisis Permasalahan 3
Bagaimana hasil kajian faktor faktor & variabel kunci faktor-faktor yang mempengaruhi SDM dalam
keberhasilan e-procurement dengan metode tender cepat di PT. ABC ?
Dalam studi literatur , masih terdapat beberapa permasalahan penerapan E-Procurement. Terdapat
hasil wawancara dengan salah satu anggota ULP (Unit Layanan Pengadaan) pada Inspektorat Jenderal
Kementerian Keuangan menyatakan bahwa aplikasi E-Procurement dengan metode E-Tendering masih
memiliki beberapa kelemahan dalam hal proses pengumumuman pemenang lelang. Sistem kurang dapat
mengakomodasi keinginan pengguna dengan fitur-fitur yang masih banyak belum dipahami sepenuhnya.
Permasalahan lainnya yang ditemukan penulis ketika melakukan wawancara dengan auditor belanja
modal pada Inspektorat V, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Disebutkan bahwa eselon 1 yang
memiliki kantor-kantor vertikal di daerah dengan kondisi jumlah pegawai yang minim akan kesulitan
dalam pembagian tugas dan fungsi, akibatnya terjadi beberapa rangkap jabatan yang tidak sesuai dengan
Perpres No. 54 Tahun 2010. Contohnya adalah seorang pejabat pengadaan merangkap sebagai pejabat
pembuat komitmen atau bendahara pengeluaran merangkap sebagai pejabat penerima hasil pekerjaan.
Akibatnya proses pengadaan barang dan jasa tidak dapat dilakukan dengan efektif dan efisien (Titik
Aryani, Leviandi Pangaribuan, 2019).

287
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Terdapat juga permasalahan terkait dengan pejabat akseptasi dan waktu yang diperlukan untuk
akseptasi/persetujuan tender cepat, mengingat, bahwa pengadaan dengan tender cepat diharapkan proses
delivery hasil pengadaan ke proyek sesuai waktu yang diharapkan.
Dengan hasil analisis penelitian ini, diharapkan dapat diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi
tim tender untuk mencapai keberhasilan penerapan tender cepat pada e-procurement di perusahaan PT.
ABC. Sehingga dapat di simpulkan bahwa penerapan tender cepat pada e-procurement di perusahaan PT.
ABC sudah tepat atau tidak, dan dibandingkan dengan studi kasus lain yang memiliki permasalahan yang
sama, dan dari hasil dari penelitian ini terhadap perusahaan PT. ABC dapat diterapkan pada perusahaan
lain yang melaksakan tender cepat pada proses e-procurement-nya.

KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran proposal penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kali
ini merupakan penelitian studi literatur yang dirancang untuk menggali :
a. Kriteria yang termasuk dalam procurement tender cepat
- Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
1) Peserta telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia;
2) Peserta hanya memasukan penawaran harga;
3) Evaluasi penawaran harga dilakukan melalui aplikasi; dan
4) Penetapan pemenang berdasarkan harga penawaran terendah.
- LKPP
1) Spesifikasi teknis/KAK dan volume pekerjaan telah ditentukan secara rinci sehingga
persyaratan teknis tidak dikompetensikan;
2) Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan Penyebutan Merek terhadap
barang/jasa;
3) Peserta telah terkualifikasi dalam SIKaP;
4) Metode penyampaian penawaran menggunakan penyampaian penawaran harga
berulang/e-Reverse Aution.
b. Hal yang mendasari PT. ABC memerlukan e-procurement
- Peremajaan Sistem
- Proses menuju perusahaan penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
c. Penerapan e-procurement metode tender cepat berhasil dilaksanakan oleh PT. ABC.
Mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengetahuan SDM yang menjadikan
keberhasilan proses tender cepat e-procurement serta melihat faktor-faktor keberhasilan dapat
dipergunakan oleh perusahaan lain dalam proses pengadaan :
- Sistem E-procurement dapat/tidak memfasilitasi keinginan pengguna
- Ada rangkap jabatan atau benturan kepentingan tim pengadaan
- Waktu Akseptasi persetujuan tender

DAFTAR PUSTAKA
Achlaq, Mochamad Mizanul. 2011. Tugas dan Tanggung Jawab Pengadaan Barang. Universitas
Narotama.
Aryani, Titik., Leviadi Pangaribuan. 2019. Analisis Pengaruh Implementasi E-Procurement dan
Kompetensi Pegawai Terhadap Kinerja Pengadaan Barang dan Jasa Kementerian Keuangan. Jurnal
Penelitian dan Karya ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 4, No. 1, Januari 2019,
ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275
Badzlina Daroyani Novitaningrum, 2014, Akuntabilitas dan Transparansi Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah Melalui Electronic Procurement(Best Practice di Pemerintah Kota Surabaya),
Kebijakan dan Manajemen Publik, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014, ISSN 2303 - 341X
Gill, P., Stewart, K., Treasure, E., & Chadwick, B. (2008). Methods of data collection in qualitative
research: interviews and focus groups. British Dental Journal Volume 204 No.6. DOI:
10.1038/bgj.2008.192

288
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Manish Gupta, Shubham Tripathi. 2018. A framework for buyer satisfaction in e-procurement in Indian
scenario: an integrated ISM and SEM approach. Int. J. Procurement Management, Vol. 11, No. 6,
2018.
Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2015, tentang ULP.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PMI. (2013). A Guide to Project Management Body of Knowledge. (PMBOK Guide), Fifth Edition.
Project Management Institute Inc.
Rahmah, Nidaur. 2020. Memahami Apa itu Supplier dan Hubungannya dengan Perusahaan dalam SCM.
https://www.pengadaanbarang.co.id/2020/07/memahami-apa-itu-supplier.html. (diakses pada
tanggal 18 Maret 2021).
Siahaya, Willem., Sukses Supply Chain Management Akses Demand Chain Management. In Media.
Jakarta. 2013.
www.gorental.co.id. Apa Perbedaan Antara Procurement Dengan Purchasing (diakses pada tanggal 20
Maret 2021)

289
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PERBEDAAN PENGARUH PEMAKAIAN BRACING BAJA MODEL X DAN


INVERTED-V PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN ANALISIS STATIK
NON-LINIER PUSHOVER, DITINJAU DARI KINERJA BATAS LAYAN

Ghewa Gabriel1*
1)
Teknik Sipil UNIKA Soegijapranata
Semarang, Jawa Tengah
*
ghewa@unika.ac.id

Abstrak
Menurut data dari katalog gempa bumi signifikan dan merusak yang dikeluarkan oleh BMKG, pada
tahun 2018 terdapat 23 gempa bumi yang signifikan dan merusak. Gaya gempa merupakan salah satu
penyebab kerusakan pada struktur bangunan. Untuk mengurangi kerusakan struktur pada bangunan,
diperlukan struktur bangunan yang dapat menahan gaya gempa. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan bracing baja model X dan inverted-V pada gedung
bertingkat dengan analisis static non-linier push over. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah base shear force dan displacement. Hasil yang diperoleh adalah, penggunaan bracing model X
mampu mengurangi displacement gedung sampai dengan 83% dan memenuhi kinerja batas layan
struktur. Bracing model inverted-V mengurangi displacement gedung sampai dengan 68%, tetapi belum
mampu memenuhi kinerja batas layan struktur.

Kata kunci: bracing, struktur, retrofitting, baja, gempa.

PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang termasuk lintasan The Pacific Ring of Fire, yang berarti
Indonesia memiliki deretan gunung berapi, sehingga di Indonesia sering terjadi gempa, baik gempa
tektonik maupun vulkanik. Menurut data dari katalog gempa bumi signifikan dan merusak yang
dikeluarkan oleh BMKG, pada tahun 2018 terdapat 23 gempa bumi yang signifikan dan merusak. Gaya
gempa merupakan salah satu penyebab kerusakan pada struktur bangunan. Untuk mengurangi kerusakan
struktur pada bangunan, diperlukan struktur bangunan yang dapat menahan gaya gempa. Bracing baja
merupakan komponen struktur yang umum digunakan pada bangunan tingkat tinggi. Penggunaan bracing
pada bangunan tingkat tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja batas layan struktur akibat gempa.

METODE PENELITIAN
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Menentukan model gedung dan data perencanaan serta kategori gedung berdasarkan SNI 1726-2019
2. Menentukan profil baja untuk rangka bracing pada Sistem Rangka Pemikul Momen
3. Melakukan analisa pembebanan gempa
4. Melakukan analisa push over dengan menggunakan software SAP2000 dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Membuat model gedung dan mendefinisikan semua elemen struktur dengan ukuran kolom WF
600x300x14x23, ukuran balok WF 400x400x11x18, dan ukuran bracing WF 400x400x18x18
b. Gedung memiliki 10 lantai. Arah X memiliki 4 bentang dengan panjang per bentang 4 m, arah
Y memiliki 5 bentang dengan jarak per bentang 5 m, dan tinggi per lantai 4 m.
c. Pelat lantai pada gedung ini terbuat dari beton bertulang dengan tebal 12 cm, pelat atap pada
gedung ini terbuat dari beton bertulang dengan tebal 10 cm.
d. Membuat batasan kondisi dimana gedung merupakan Sistem Rangka Baja Pemikul Momen
Menengah dengan nilai R = 4.5 (SNI 1726:2019 tabel 12)
e. Membut definisi pembebanan push over yang akan melakukan peningkatan intensitas
pembebanan sampai struktur mengalami keruntuhan
5. Hasil yang diperoleh berupa kurva pushover yang menunjukkan nilai gaya geser dasar dan
displacement yang terjadi berdasarkan 3 model. Gedung tanpa bracing, gedung dengan bracing-X,
dan gedung dengan bracing inverted-V.

290
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

6. Kontrol kinerja layan struktur dengan membandingkan antara batasan displacement yang dihitung
berdasarkan SNI 1726:2002 dan displacement yang terjadi antar lantai pada struktur dengan rumus:

∆ ℎ (1)
Dengan :
R = Faktor Modifikasi Respon Gempa
h = Tinggi lantai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gedung Tanpa Bracing
Model gedung pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

(a) (b)
Gambar 1. Model gedung 2 dimensi arah XZ (a) dan model 3D (b)

Model gedung merupakan gedung beraturan yang elemen strukturnya terdiri dari baja. Beban statik
non-linear pushover diaplikasikan pada gedung ini dengan kontrol pada displacement. Menurut SNI
1726:2002, analisis beban dorong statik (static push over analysis) adalah suatu cara analisis statik 2
dimensi atau 3 dimensi linier dan non-linier, di mana pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung
dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang
nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan
terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan
beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk elasto-plastis yang besar sampai mencapai kondisi di

291
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ambang keruntuhan. Arah beban pushover ini searah dengan sumbu X. Setelah dianalisa, didapatkan hasil
seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Deformasi pada struktur akibat beban non-linier pushover dan


sendi plastis yang terjadi.

Gambar 3. Kurva hubungan displacement (mm) dan base reaction (KN) pada struktur tanpa bracing

Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa pada lantai dasar terdapat sendi plastis dengan indikator
berwarna kuning yang menyatakan kondisi elemen struktur tersebut telah mencapai indikasi yang tidak
aman karena berada di atas indikator berwarna hijau (collapse prevention). Selain sendi plastis, analisa
beban statik non-linier pushover juga berpengaruh terhadap displacement dan base force yang terjadi
pada struktur, sehingga muncul sebuah kurva hubungan antara displacement dan base force dari struktur

292
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

di gambar 2. Adapun kurva pushover yang merupakan hubungan antara displacement (mm) dan base
force (KN) yang dapat dilihat pada gambar 3, dan interpretasi dari gambar 3 mengenai nilai dan
displacement dan base force dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai displacement dan base reaction pada struktur tanpa bracing
Step Displacement (mm) Base Force (KN)
0 0 0
1 80 6273.685
2 156.285 12256.023
3 179.421 13642.701
4 267.727 15507.145
5 354.443 16903.195
6 436.383 18027.521
7 518.14 18774.269
8 605.374 19285.147
9 685.384 19694.226
10 709.094 19780.763
11 761.925 19847.69
12 767.474 19852.287

Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa kurva berperilaku linier sampai pada step 2, setelah itu tidak lagi
linier dan pada akhirnya mencapai displacement maksimum pada step 12, yaitu 767.474 mm. Kemudian
dilakukan kontrol terhadap simpangan antar lantai yang terjadi, dengan membandingkan simpangan yang
terjadi pada struktur dengan simpangan izin yang dihitung berdasarkan kinerja batas layan. Hasil
perbandingan dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Kinerja batas layan pada struktur tanpa bracing

Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa simpangan pada lantai 1 sampai dengan lantai 7 melebihi batas
simpangan yang ditetapkan. Hal ini menunjukan struktur tidak memenuhi kinerja layan dan perlu
diperkuat agar simpangan yang terjadi menjadi sesuai dengan yang ditetapkan.

Gedung Dengan Bracing


Untuk meningkatkan kekakuan struktur, dilakukan pemasangan bracing pada struktur. Pemasangan
dilakukan dengan 2 model. Model berbentuk X dan berbentuk inverted-V. Berikut model bracing bentuk
X pada struktur yang dapat dilihat pada gambar 5 dan hasil analisa pada gambar 6

293
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(a) (b)
Gambar 5. Pemasangan bracing model X pada struktur dilihat dari model 2D/arah XZ (a) dan
model 3D (b)

Gambar 6. Deformasi struktur dengan menggunakan bracing X


dan sendi plastis yang terjadi pada struktur

Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa setelah diperkuat, sendi plastis pada struktur ada yang berpindah
ke bracing, dan indikator level kinerja struktur berada pada indikasi IO (Immediate Occupancy), yang
berarti lebih baik daripada struktur tanpa bracing yang melampaui CP (Collapse Prevention). Kurva
hubungan displacement dan base force pada struktur yang memakai bracing model X ini dapat dilihat
pada gambar 7, dan interpretasi hubungan displacement (mm) dan base force (KN) dapat dilihat pada
tabel 2.
Pada tabel 2 juga dapat dilihat bahwa nilai step berkurang jika dibandingkan dengan struktur
tanpa bracing, dan nilai displacement jauh mengalami pengurangan. Kurva yang dihasilkan antara
hubungan displacement dan base force tidak memiliki kelandaian seperti pada struktur tanpa bracing.

294
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berikutnya dimodelkan bracing inverted-V pada struktur seperti pada gambar 8. Hasil analisa pada
gambar 9.

Gambar 7. Kurva hubungan displacement dan base reaction pada struktur dengan bracing model X

Tabel 2. Nilai displacement dan base reaction pada struktur dengan bracing X
Step Displacement (mm) BaseForce (kN)
0 -0.0388 0
1 79.261503 34276.63188
2 160.911996 58745.5685
3 174.219057 61884.31839

(a) (b)
Gambar 8. Model bracing inverted-V dilihat dari arah XZ (a) dan 3D (b)

Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa bracing inverted-V dipasang sesuai dengan lokasi pemasangan
bracing X agar dapat dibandingkan dengan ideal. Pembebanan non-linier static pushover diberikan ke
arah sumbu X dengan metode displacement control.

295
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 9. Deformasi struktur dengan bracing inverted-V dan sendi plastis yang terjadi pada
struktur

Pada gambar 9 dapat terlihat bahwa kinerja struktur secara umum masuk ke indikasi CP, dan ada
beberapa bracing yang mengalami collapse. Berikut kurva hubungan displacement (mm) dan base force
(KN) pada struktur dengan bracing inverted-V pada gambar 10 dan interpretasi kurva pada tabel 3.

Gambar 10. Kurva hubungan displacementdan base force pada struktur dengan bracing inverted-V

296
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3. Nilai displacement dan base reaction pada struktur dengan bracing inverted-V
Step Displacement BaseForce
mm KN
0 -0.003931 0
1 79.996069 32952.05
2 82.720195 34074.119
3 163.893886 59764.946
4 225.653262 69849.515
5 248.558917 71774.017

Meskipun sama-sama memperkuat kekakuan gedung, tetapi displacement yang dihasilkan oleh
bracing inverted-V lebih besar daripada bracing X. Kontrol simpangan antar lantai dari gedung dengan
bracing X dan inverted-V dapat dilihat pada tabel 4

.Tabel 4. Nilai simpangan antar lantai


Lantai Simpangan antar lantai
Izin Bracing X Bracing inv-V
mm mm mm
1 26.7 17.1 29.87
2 26.7 15.1 21.59
3 26.7 24.2 21.88
4 26.7 22.9 35.11
5 26.7 22.1 49.75
6 26.7 22.9 34.3
7 26.7 15.4 18.8
8 26.7 16.5 13.4
9 26.7 8.7 14.2
10 26.7 9.32 9.65

Pada tabel 4, dapat dilihat kontrol simpangan pada gedung dengan bracing X memenuhi
persyaratan, sedangkan pada bracing inverted-V masih belum memenuhi kinerja batas layan, meskipun
jika dibandingkan dengan gedung tanpa bracing, sudah menunjukkan hasil yang lebih baik.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Penggunaan bracing X mampu memperkuat struktur hingga memenuhi kinerja batas layan untuk
setiap lantainya, dengan nilai displacement 83% lebih kecil dari gedung tanpa bracing.
2. Penggunaan bracing inverted-V mampu memperkuat struktur dengan nilai displacement 68% lebih
kecil dari gedung tanpa bracing , tetapi belum mampu untuk memenuhi kinerja batas layan.
Dimensi dari bracing berpengaruh terhadap kinerja bracing. Karena itu, saran untuk penelitian
selanjutnya adalah menggunakan dimensi baja yang lebih besar untuk bracing untuk model inverted-V
sehingga memiliki performa yang sama dengan bracing X.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2002, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi
Permukiman, Bandung.

297
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Nurtanto, D., 2016, Pemakaian Bracing Pada Bangunan Tahan Gempa dengan Analisis Pushover, Jurnal
Rekayasa Sipil dan Lingkungan, No.1, Vol.1, p.84-95
Pusat Gempa bumi Dan Tsunami, 2019, Katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak 1821-2018, Pusat
Gempa bumi dan Tsunami Kadeputian Bidang Geofisika BMKG, DKI Jakarta.
SNI 1726:2019, 2019, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Wallah, S.E., dkk, Perhitungan Inter Story Drift Pada Bangunan Tanpa Set-Back Akibat Gempa, Jurnal
Sipil Statik, No.6, Vol.1, p.408-414.

298
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL KETERLAMBATAN PADA


PENGGUNAAN METODE FASADE GFRC DI PEKERJAAN KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG TINGGI DI PROYEK XYZ

Elianto1, Lukas Beladi Sihombing2


1
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi
2
Dosen Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi
Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Selatan, Jakarta
Email : Eliantost30@gmail.com

Abstrak
Sektor industri konstruksi dituntut untuk lebih banyak berinovasi dan berkembang mengikuti kemajuan
teknologi. Dalam hal ini erat kaitannya dengan penggunaan metode konstruksi tertentu, salah satu
pekerjaan yang selalu berkembang dan dapat ditingkatkan metode dan inovasinya adalah pekerjaan
fasade. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji faktor keterlambatan dalam proses konstruksi fasade
Glass Fiber Reinforced Concrete dan mengkaji indikator kinerja waktu pada proses konstruksi fasade
GFRC. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif berupa
studi literatur dan penyebaran survey kepada pihak pemilik proyek(Owner) sebagai pengguna dan
pemangku kepentingan, kemudian diolah menggunakan SPSS. Hasil dari penelitian ini didapat 5 faktor
utama penyebab keterlambatan pekerjaan, yaitu manajemen perencanaan, manajemen
produksi,manajemen pengiriman, manajemen pemasangan dan keselamatan kerja dan lingkungan dan
dari kelima faktor tersebut menghasilkan 5 variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja waktu
dengan menyumbang konstribusi signifikansi sebesar 82,1 %. Penelitian ini memberikan kontribusi
kepada pihak – pihak yang terlibat yaitu pemilik proyek, kontraktor dan konsultan untuk menyelesaikan
keterlambatan pekerjaan dalam penggunaan metode fasade GFRC pada proses konstruksi bangunan
gedung tinggi di proyek XYZ

Kata kunci : Proyek, fasade GFRC, Gedung tinggi, SPSS

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pada perkembangan penggunaan metode konstruksi pada proyek gedung tinggi yang sangat pesat,
maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan sebuah proyek gedung tinggi juga semakin
tinggi. Hal ini menjadi dasar bahwa kebutuhan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu dalam
menjalankan proyek sangatlah penting sehingga proyek dapat selesai tepat waktu. Walaupun suatu
kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun apabila faktor – faktor tidak dapat teridentifikasi
dengan baik maka dapat mengakibatkan proyek tidak berjalan sepenuhnya sesuai rencana atau akan
terjadi keterlambatan proyek. Salah satu bidang penggunaan metode pembangunan gedung tinggi yang
ada dalam lingkup proyek adalah metode konstruksi fasade. Salah satu contoh metode konstruksi
fasade yang sering digunakan dalam proyek pembangunan gedung tinggi adalah fasade GFRC ( Glass
Fiber Reinforced Concrete). Glass Fiber Reinforced Concrete (GFRC) adalah jenis serat beton bertulang
(Glass Fiber Reinforced Concrete Association on International 1999). Salah satu contoh penggunaan
fasade GFRC adalah pada proyek XYZ. Pada proyek XYZ, tinggi bangunan gedung adalah 10 lantai,
dan terletak di pusat kota Jakarta.
Pada proses pekerjaannya terjadi keterlambatan antara schedule awal yang telah ditentukan dan
disepakati dengan Owner,dengan realisasi di lapangan sehingga diperlukan identifikasi Faktor-faktor
yang mengakibatkan keterlambatan tersebut dan untuk meminimalkan keterlambatan tersebut sehingga
dilakukan tindakan pencegahan. Tujuan dari penelitian ini adalah
1) Mengkaji faktor dan variabel keterlambatan dalam proses konstruksi fasade GFRC
2) Mengkaji faktor dan variabel yang paling berpengaruh terhadap indikator kinerja waktu pada proses
konstruksi fasade GFRC

299
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Studi Pustaka
Manajemen Proyek
Berdasarkan buku IPMA ICB 4.0,p36, proyek adalah cara untuk memberikan nilai kepada
organisasi. Meskipun mungkin ada cara lain untuk menyampaikan nilai ini, proyek sering kali memiliki
keunggulan tertentu yang membuatnya sesuai untuk tugas tertentu. Manajemen proyek berkaitan dengan
penerapan metode, alat, teknik, dan kompetensi sebuah proyek untuk mencapai tujuan. Manajemen
proyek dilakukan melalui proses dan integrasi berbagai fase siklus hidup proyek.
Keterlambatan Proyek
Sanders dan Eagles (2001) mengartikan keterlambatan sebagai sesuatu yang diakibatkan oleh
penambahan waktu untuk menyelesaikan semua maupun sebagian dari proyek. Keterlambatan juga dapat
diartikan sebagai habisnya waktu, baik melampaui tanggal dan target penyelesaian yang telah di tentukan
oleh kontrak, atau lebih dari waktu tambahan kontrak bila waktu tambahan telah diberikan.
Penjadwalan Waktu
Definisi waktu mencakup identifikasi dan penataan semua komponen proyek. (IPMA ICB 4.0) p112.
Tujuan dari elemen kompetensi ini adalah memungkinkan individu untuk mendefinisikan, mengurutkan,
mengoptimalkan, memantau dan mengontrol semua komponen yang diperlukan untuk memberikan hasil
proyek dan jadwal yang disepakati.
Fasade GFRC
Pengertian dari Glassfibre reinforced concrete (GFRC) adalah bahan komposit yang kompleks.
Material Ini adalah material komposit yang tidak biasa, dimana matriks dan penguatnya sendiri berupa
komposit berbasis semen ( Peter J M Bartos 2017, p1). Fasade GFRC adalah berupa panel GFRC dengan
rangka hollow metal. Material fasade bisa dicetak sesuai dengan permintaan desain atau dibuat dengan
ukuran dan arsitektur yang diinginkan.

METODOLOGI PENELITIAN
Proses Penelitian
Penelitian dimulai dengan merumuskan permasalahan penelitian yang didapatkan, yang kemudian
dilakukan kajian pustaka baik berupa buku, jurnal, data proyek dan juga penelitian yang relevan dengan
topik. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan faktor – faktor dan variabel keterlambatan dalam
penggunaan metode pekerjaan konstruksi fasade GFRC, baik dalam segi perencanaan dan pelaksanaan.
Setelah ditentukan faktor faktor dan variabel keterlambatan dalam pengunaan metode pekerjaan
konstruksi fasade GFRC, kemudian dibuatkan tabel kuisioner untuk divadidasikan oleh pakar – pakar
yang berkompeten di bidang pekerjaan konstruksi fasade, khususnya konstruksi fasade GFRC.
Data ke lima pakar dengan pengalaman minimal 15 tahun pada proyek konstruksi gedung tinggi di
DKI Jakarta. Profil pakar dapat dilihat dalam Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 9. Profil pakar validasi


Kode Pakar Pengalaman (tahun) Pendidikan Jabatan Pakar
Pakar 1 >15 S2 Project Manager
Pakar 2 >15 S2 Project Manager
Pakar 3 >15 S2 Senior Site Manager
Pakar 4 >15 S1 Senior Site Manager
Pakar 5 >15 S2 Design Manager

Setelah dilakukan analisis pendapat pakar, maka dilanjutkan ke penilaian kuisioner dengan
melibatkan 34 responden dari pihak pemilik proyek (Owner) di Jakarta khususnya yang bekerja pada
bidang proyek pembangunan gedung tinggi. Penilaian dengan kuisioner dilakukan untuk memberi
penilaian terkait faktor dan variabel yang berpengaruh terhadap keterlambatan proyek pada penggunaan
metode konstruksi fasade GFRC. Penilaian kuisioner berupa skala likert dapat dilihat pada Tabel 2
sebagai berikut :
Tabel 2 Skala Likert

300
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Skala Jawaban
1 Sangat tidak setuju
2 Setuju
3 Netral
4 Setuju
5 Sangat setuju

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik
dengan bantuan paket program SPSS 26 (Statistical Product and Service Solutions). Pengolahan data
dengan SPSS yang dilakukan antara lain (a) Uji Validitas dan Reabilitas, (b) Uji Korelasi dan
Interkorelasi,(c) Analisis Faktor, dan (d) Uji regresi linier, yang bertujuan untuk mengukur kekuatan
hubungan linier antara variabel dependet dan variabel independent

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor dan Variabel
Proses manajemen proyek dilakukan melalui proses dan integrasi berbagai fase siklus hidup
proyek, dalam metode kontruksi fasade GFRC terdapat siklus Perencanaan, Produksi, Pengiriman,
Pemasangan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan. Peneliti mendapatkan faktor dan variabel
keterlambatan penggunaan metode konstruksi fasade GFRC berdasarkan studi literatur. Dari literatur
yang dipelajari maka ditemukan 5 faktor dan 41 variabel yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Faktor dan Variabel Keterlambatan Metode Fasade GFRC
Faktor Kode Variabel Pustaka
Manajemen 10
X1
Perencanaan Proses penentuan tipe koneksi material
X2 Proses kalkulasi dimensi/ukuran material, 10
X3 Proses kalkulasi berat maksimum materia 10
Manajemen 14
X4 Kesulitan mencari material
Produksi
Pemesanan tambahan material karena perubahan 14
X5
spesifikasi
Pemesanan tambahan material karena perubahan 14
X6
desain yang mendadak oleh owner
X7 Pencampuran material 3
X8 Curing hasil produksi, 3
X9 Cetakan dan bekesting yang tersedia 3
Manajemen Keterlambatan material karena kepadatan lalu 4
X10
Pengiriman lintas
Kerusakan alat pengangkutan material saat 4
X11
pelaksanaan
Penundaan pengiriman karena kapasitas 4
X12
penyimpanan tidak memadai
Pemesanan ulang material karena kerusakan dan 4
X13
atau kehilangan material
Manajemen 2
X14 Mendefinisikan uraian pekerjaan
Pemasangan
X15 Penyusunan tahap pekerjaan 2
X16 Menentukan sumber daya penunjang pekerjaan 2
X17 Jenis pemasangan pekerjaan fasade 3
X18 Mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 1
Mengetahui efektivitas penggunaan alat bantu 1
X19
transportasi /gondola
Mengetahui efektivitas penggunaan alat angkat material 1
X20 /Hoist
X21 Umur tenaga kerja 11
X22 Keterampilan tenaga kerja 11

301
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Faktor Kode Variabel Pustaka


X23 Hubungan antar tenaga kerja 11
X24 Kesehatan tenaga kerja 11
X25 Komposisi kelompok kerja 11
X26 Upah tenaga kerja 11
Durasi yang dibutuhkan pada saat pengangkatan 13
X27
material
Durasi yang dibutuhkan untuk pemasangan 13
X28
rangka/Erection
Durasi yang dibutukan untuk pengelasan joint 13
X29
braket
Durasi yang dibutuhkan untuk pemasangan panel 13
X30
fasade
X31 Kelengkapan gambar dan spesifikasi 9
X32 sistem pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan 5
X33 Kecakapan dan kualitas pengawas 9
Koordinasi dan komunikasi dua arah antara 9
X34
manajemen dan pekerja
X35 Motivasi dan Moral 9
X36 Rework 9
Keselamatan 16
Perusahaan memiliki prosedur tentang penggunaan
Kerja dan X37
perlengkapan keselamatan
Lingkungan
X38 Inspeksi harian pekerja oleh supervisor, 16
X39 Pelaksanaan safety meeting secara berkala 16
Pelatihan penggunaan perlengkapan keselamatan 16
X40
terhadap pekerja
Mengatur penempatan prasarana kerja, peralatan, 16
X41
dan bahan

Faktor dan variabel yang didapat melalui kajian literatur kemudian divalidasi oleh pakar, sehingga
menghasilkan pengurangan 2 (dua) variabel, yaitu:
X7 Pencampuran Material
X14 Mendefinisikan Uraian Pekerjaan

Kuisioner dan Pengolahan data


Faktor-faktor dan variabel yang telah didapatkan melalui studi literatur dan telah divalidasi oleh
pakar kemudian disebar kepada responden dalam bentuk kuisioner. Setelah diperoleh data hasil kuisioner
kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan Software SPSS 26. Adapun hasil dari pengujian –
pengujian tersebut menghasilkan faktor dan variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja waktu.
Uji Validitas dan Reabilitas
Dari hasil pengujian validitas terdapat variabel yang tidak valid atau tidak lolos uji sehingga tidak
diikutkan pada pengujian selanjutnya, variabel yang tidak lolos uji tersebut yaitu :
X4 Kesulitan mencari material
X5 Pesanan tambahan material karena perubahan spesifikasi
X6 Pemesanan tambahan material karena perubahan desain yang mendadak oleh owner
X13 Pemesanan ulang material karena kerusakan dan atau kehilangan material
X15 Penyusunan tahap pekerjaan
Variabel tersebut tidak lolos pengujian karena memiliki nilai r hitung (Corrected Item-Total
Correlation) < r tabel sebesar 0,339.
Pada pengujian reabilitas semua variabel rata - rata didapatkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,938 >
0,9 sehingga lolos uji reabilitas
Uji Korelasi dan Interkorelasi
Setelah dilakukan uji korelasi didapatkan hasil nilai korelasi yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

302
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 4. Faktor dan Variabel Keterlambatan Metode Fasade GFRC


No Kode Variabel r
1 X1 Proses penentuan tipe koneksi material 0.590
2 X2 Proses kalkulasi dimensi/ukuran material, 0.363
3 X3 Proses kalkulasi berat maksimum materia 0.320
4 X8 Curing hasil produksi, 0.581
5 X9 Cetakan dan bekesting yang tersedia 0.459
6 X10 Keterlambatan material karena kepadatan lalu lintas 0.568
7 X11 Kerusakan alat pengangkutan material saat pelaksanaan 0.334
8 X12 Penundaan pengiriman karena kapasitas penyimpanan tidak memadai 0.461
9 X16 Menentukan sumber daya penunjang pekerjaan 0.179
10 X17 Jenis pemasangan pekerjaan fasade 0.551
11 X18 Mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 0.394
12 X19 Mengetahui efektivitas penggunaan alat bantu transportasi /gondola 0.217
13 X20 Mengetahui efektivitas penggunaan alat angkat material /Hoist 0.199
14 X21 Umur tenaga kerja 0.373
15 X22 Keterampilan tenaga kerja 0.311
16 X23 Hubungan antar tenaga kerja 0.481
17 X24 Kesehatan tenaga kerja 0.214
18 X25 Komposisi kelompok kerja 0.357
19 X26 Upah tenaga kerja 0.506
20 X27 Durasi yang dibutuhkan pada saat pengangkatan material 0.443
21 X28 Durasi yang dibutuhkan untuk pemasangan rangka/Erection 0.546
22 X29 Durasi yang dibutukan untuk pengelasan joint braket 0.624
23 X30 Durasi yang dibutuhkan untuk pemasangan panel fasade 0.583
24 X31 Kelengkapan gambar dan spesifikasi 0.279
25 X32 Sistem pengawasan pada pelaksanaan pekerjaan 0.035
26 X33 Kecakapan dan kualitas pengawas 0.156
27 X34 Koordinasi dan komunikasi dua arah antara manajemen dan pekerja 0.272
28 X35 Motivasi dan Moral 0.261
29 X36 Rework 0.531
30 X37 Perusahaan memiliki prosedur tentang penggunaan perlengkapan keselamatan 0.457
31 X38 Inspeksi harian pekerja oleh supervisor, 0.689
32 X39 Pelaksanaan safety meeting secara berkala 0.398
33 X40 Pelatihan penggunaan perlengkapan keselamatan terhadap pekerja 0.647
34 X41 Mengatur penempatan prasarana kerja, peralatan, dan bahan 0.533

Dari hasil pengujian korelasi diatas didapatkan nilai r, kemudian dengan persyaratan uji adalah
nilai r > 0,4 maka dari total 34( tiga puluh empat) variabel , tersisa 17 (variabel) yang lolos uji. Setelah
dilakukan pengujian interkorelasi dengan melihat nilai hubungan antara variabel independent degan
variabel independent didapatkan 13 variabel lolos uji dengan persyaratan nilai r (Pearson Correlation) <
0, 4 dan Sig. (2-tailed) > 0,05.
Analisis Faktor
Selanjutnya 13 variabel yang lolos uji korelasi dan interkorelasi dilakukan analisis faktor dengan
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 5. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai KMO, persyaratan
lolos uji adalah nilai KMO dan Bartlett test > 0,5 serta signifikansi < 0,05. Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa hasil pengujian dapat diterima.

303
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 5. Pengolahan Uji statistic KMO & Bartleet’s Test


Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.737

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 275.825


df 91
Sig. 0,000

Hasil Analisis Regresi


Setelah didapatkan hasil faktor dan ariabel yang telah lolos uji ,dianalisis kembali untuk
mendapatkan model regresi (R2) , hasil Analisis dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Model Summary Analisis Regresi

Berdasarkan Tabel 6 diatas jumlah model regresi yang terbentuk adalah 5 variabel yaitu : X38, X40,
X8, X1, X29. Hasil analisis menunjukkan :
1. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X38, dengan nilai R square yaitu 0.474 yang
berarti bahwa variabel X38 (Inspeksi Harian Pekerja Oleh Supervisor) dalam variabel pembentuk
model pertama memberikan kontribusi perubahan terhadap Y sebesar 47,4 %.
2. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X38 dan X40, dengan nilai R square yang
didapatkan sebesar 0,630. Selisi nilai R square model pertama dengan model kedua adalah 0,156.
Hal ini berarti bahwa X40 (Pelatihan Penggunaan Perlengkapan Keselamatan Kerja) dalam
pembentuk variabel model kedua memberikan kontribusi sebsar 15,6 % terhadap perubahan Y
3. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X38, X40 dan X8 dengan nilai R square yang
didapatkan sebesar 0,724. Selisi nilai R square model kedua dengan model ketiga adalah 0,094. Hal
ini berarti bahwa X8 (Curing Hasil Produksi) dalam pembentuk variabel model ketiga memberikan
kontribusi sebsar 9,4 % terhadap perubahan Y.
4. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X38, X40, X8 dan X1 dengan nilai R square
yang didapatkan sebesar 0,785. Selisi nilai R square model ketiga dengan model keempat adalah
0,061. Hal ini berarti bahwa X1 (Proses Penentuan Tipe Koneksi Material) dalam pembentuk
variabel model keempat memberikan kontribusi sebsar 6,1 % terhadap perubahan Y
5. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel 38, X40, X8 ,X1dam X29 dengan nilai R
square yang didapatkan sebesar 0,821. Selisi nilai R square model keempat dengan model kelima
adalah 0,036. Hal ini berarti bahwa X29 (Durasi yang Dibutuhkan untuk Pengelasan Joint braket)
dalam pembentuk variabel model kelima memberikan kontribusi sebesar 3,6 % terhadap perubahan
Y.

Dari kelima variabel pembentuk model yang terjadi X38, X40, X8, X1, X29. dengan nilai R square
0,821. Hal ini menunjukkan bahwa 82,1% variabel Y dapat dijelaskan oleh perubahan variabel X38, X40,
X8, X1, X29. Sedangkan sisanya 17,9 % dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Persyaratan R square
yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah R square > 0,80. Hasil analisis diperoleh R square sebesar
0,821 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembentuk model pada penelitian ini mempunyai kontribusi
yang signifikan terhadap kinerja waktu.

304
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari penelitian yang dilakukan dengan studi literatur diperoleh 5 faktor keterlambatan penggunaan
metode konstruksi fasade GFRC yaitu : manajemen perencanaan, manajemen produksi, manajemen
pemasangan dan keselamatan kerja dan lingkungan masing-masing faktor memiliki variabel dan
total seluruh variabel adalah 41 variabel.
2. Dari hasil analisis pengujian SPSS yang dilakukan untuk melihat pengaruh faktor keterlambatan dan
variabel penggunaan metode konstruksi fasade GFRC terhadap kinerja waktu pekerjaan maka
terdapat 5 variabel pembentuk model yang sangat signifikan mempengaruhi variabel Y (kinerja
waktu ) adapun variabel tersebut sebagai berikut :
a) X38 (Inspeksi Harian Pekerja Oleh Supervisor)
b) X40 (Pelatihan Penggunaan Perlengkapan Keselamatan Kerja
c) X8 (Curing Hasil Produksi)
d) X1 (Proses Penentuan Tipe Koneksi Material)
e) X29 (Durasi yang dibutuhkan untuk Pengelasan Joint braket)
Nilai R square adalah 0,821 menunjukkan bahwa 82,1% perubahan variabel Y dapat dijelaskan oleh
perubahan pada variabel X38, X40, X8, X1, X29. Sedangkan sisanya 17,95 % dijelaskan oleh faktor lain
diluar model.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah N.Siti, Yakin Kusnul, Octaviani B. Maulidya, 2018, Studi Perbandingan Waktu Dan Biaya
Dengan Metode Konstruksi Yang Berbeda (Proyek Pembangunan Villa Grand Sinensis), Ge-
STRAM: Jurnal Perencanaan dan Rekayasa Sipi ISSN 2615-7195(E) No. 02, Vol. 01, hal 80-88.
Amin Marwardi, Korniawan Tatang, 2016, Analisis Produktivitas Pekerjaan Instalasi Façade Curtain
Wall Unitized System Pada Proyek High-Rise Building Dengan Metode Simulasi Operasi Konstruksi
Berulang (Cyclone), Rekayasa Sipil, No. 02, Vol. 05, hal 48-60
Bartos J M, Peter, 2017, Glassfibre Reinforced Concrete: Principles, Production, Properties and
Application. Whittles Publishing,Dunbeath,Caithness KW6 6EG,Scotland, UK.
Dwi Hatmoko Jati Utomo, Kristiani Frida, 2017, Model Simulasi Risiko Rantai Pasok Material Proyek
Konstruksi Gedung, Media Komunikasi Teknik Sipil, No. 01, Vol. 23, hal 1-13.
Ferrada, X Serpell,, 2013, A Selection of Construction Methods : A Knowledge-Based Approach, Hindawi
Publishing Corporation The Scientific World Journal, Volume 2013, Article ID 938503, 25
September 2013.
ICB – IPMA Competence Baseline, Version 4.0, 2014, International Project Management Association.
Netherland (www.ipma.ch).
Klein, Tillmann, 2013, Intergral Façade Construction.Sirene, Ontwerpers, Rotterdam.
Lang Krippner Herzog, 2004, Facade Construction Manual, Birkhauser –Publishers for Architecture,
Basel- Boston – Berlin.
Manlian Ronald. ASimanjuntak, Yudhia Anovri, 2015, Analisis Faktor –Faktor dan Variabel
Produktivitas Pekerjaan Fasade Kaca Pada Bangunan Tinggi Perkantoran di Kawasan Kuningan
Jakarta Selatan, SENATEK 2015, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purokerto, ISBN
978-602-14355-0-2, hal 18-26.
Montali Jacopo, Overend Mauro, Pelken P. Michael, Sauchelli Michele, 2017, Knowledge Based
Engineer Applications For Supporting The Design of Precast Concrete Facade Panels”, 21ST
INTERNATIONAL CONFERENCE ON ENGINEERING DESIGN, ICED 17, 21-25 AUGUST 2017,
THE UNIVERSITY OF BRITISH COLUMBIA, VANCOUVER, CANADA Vol. 6: Design
Information and Knowledge, Vancouver, Canada, 21-25.08.2017.
Muslim Indriani, Zinuri, Lubis Fadrizal, 2019, Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Pekerjaan
Dinding Façade (Studi Kasus Pada Proyek pembangunan Hotel POP Pekanbaru), Siklus: Jurnal
Teknik Sipil, No. 01 Vol. 05, hal 12-22.
PMBOK Guide, 2018, Project Management Body of Knowdge Guide, Project Management Institute, Inc
Jakarta.

305
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Putri Irma Johor,Dinariana, Dwi, 2019, Analisa Indeks Kinerja Erection dinding Fasade Bangunan
Gedung Bertingkat Tinggi, IKRA-ITH TEKNOLOGI, No 1, Vol. 03, hal 1-7.
Puspita D.Marlinda, Nurcahyo C. Bintang, 2017, Analisis Risiko Rantai Pasok Dinding Beton Pracetak
Pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Dharma husada Surabaya, JURNAL TEKNIK ITS
ISSN: 2337-3539, No. 2, Vol. 6, hal D211-D216.
Sanders,D. and Eagles, C.W.,2001, .Delay, Disruption and Acceleration Claims, Borden Ladner Gervais
LLP. Canada.
Wynalda Daniel, Hendrik Sulistio, 2018, Analisis Korelasi Faktor-Faktor Penerapan K3 Terhadap
Tingkat Kecelakaan Dan Tingkat Keparahan Proyek Konstruksi, Jurnal Mitra Teknik Sipil, No. 1
Vol. 1, hal 195-200.

306
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

IDENTIFIKASI PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER SEISMIK DAN


GEOMETRI SUMBER GEMPA TERHADAP PERCEPATAN TANAH DI
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Elvis Saputra1*, Widodo2


1,2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang km 14,5, Yogyakarta, D.I.Yogyakarta
*
Email: elvis.saputra@uii.ac.id

Abstrak
Peta Gempa Nasional yang dipublish tahun 2017 memiliki beberapa perbedaan penggunaan sumber
gempa dan parameter seismik dibandingkan dengan Peta Gempa Nasional 2010. Perubahan parameter
seismik dan sumber gempa tersebut akan berpengaruh terhadap hasil prediksi nilai percepatan tanah.
Oleh karena itu, penelitian tentang perubahan nilai parameter, pergeseran geometri sumber gempa
megathrust, dan efeknya terhadap percepatan tanah puncak (PGA) khususnya di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta penting untuk dilakukan. Metode analisis yang digunakan dalam menentukan
pengaruh nilai percepatan pada penelitian ini menggunakan metode probabilistik. Hasil dari penelitian
ini diketahui bahwa perubahan geometri sumber gempa megathrust pada peta gempa 2017
menyebabkan terjadinya penurunan nilai percepatan tanah di D.I.Yogyakarta. Penurunan nilai
percepatan tersebut disebabkan karena terjadinya pergeseran zona megathrust dari sumber gempa
sebelumnya sehingga jarak dari site ke sumber gempa menjadi ikut berubah. Perubahan jumlah segmen
megathrust Jawa yang awalnya hanya terdiri dari 1 segmen kemudian berubah menjadi 3 segmen,
menyebabkan terjadi penurunan frekuensi kejadian gempa dan penurunan nilai parameter seismik.
Penurunan nilai parameter seismik tersebut juga menyebabkan terjadinya penurunan nilai percepatan.
Meskipun demikian, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terkait pengaruh nilai percepatan tanah akibat
penambahan jumlah segment patahan di Provinsi D.I.Yogyakarta mengingat kontribusi nilai percepatan
terbesar diberikan oleh sumber gempa patahan.

Kata kunci: Parameter seismik, pengaruh percepatan tanah puncak (PGA), sumber gempa.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hingga saat ini Indonesia telah memiliki 4 peta gempa yang digunakan secara Nasional untuk
perencanaan gedung dan infrastruktur tahan gempa. Peta gempa nasional pertama dimuat kedalam
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTI-UG,1983), kemudian dengan
adanya beberapa kejadian gempa besar dan hasil penelitian parameter seismik terkini, sehingga peta
gempa nasional telah dilakukan beberapa kali pemuktahiran berturut-turut yaitu Peta Gempa Nasional
2002, Peta Gempa Nasional 2010, serta yang terbaru Peta Gempa Nasional 2017.
Proses penyusunan Peta Gempa Nasional 2017 (PGN 2017) memiliki beberapa perbedaan
penggunaan parameter seismik dibandingkan dengan Peta Gempa Nasional 2010 (PGN 2010). Perbedaan
parameter seismik pada PGN 2017 ditandai dengan adanya kenaikan nilai magnitude maksimum,
penurunan nilai a (indeks seismisitas) dan penurunan nilai b (tingkat risiko gempa) yang akan
berpengaruh terhadap nilai beta (β) dan rate () dalam memprediksi gerakan tanah (PuSGeN, 2017).
Perbedaan parameter tersebut akan berpengaruh pada nilai percepatan tanah maksimum dan respon
spektra. Selain perubahan parameter seismik, dalam proses penyusunan PGN 2017 juga terdapat
perbedaan geometri segment megathrust (PuSGeN, 2017). Hal tersebut dapat diketahui dengan
melakukan overlay sumber gempa megathrust antara PGN 2017 (baru) dan PGN 2010 (lama). Hasil
overlay menunjukkan bahwa pada beberapa wilayah tertentu, segment megathrust bergeser posisi ada
yang mendekati dan ada juga menjauhi pulau atau daratan. Dengan demikian hal tersebut akan
menyebabkan perubahan jarak terhadap suatu titik yang ditinjau. Perubahan jarak selanjutnya akan
berpengaruh terhadap nilai percepatan tanah. Secara umum percepatan tanah akan semakin mengecil
seiring dengan bertambahnya jarak dari sumber gempa ke lokasi yang ditinjau (Ismul Hadi & Kirbani Sri
Brotopuspito, 2015).

307
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Sudah menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui efek perubahan parameter dan
geometri megathrust terhadap peta gempa. Perubahan yang dimaksudkan sudah termasuk seberapa besar
perubahan nilai parameter dan pergeseran geometri sumber gempa megathrust yang terjadi. Oleh karena
itu, penelitian tentang perubahan nilai parameter, pergeseran geometri, dan efeknya terhadap percepatan
tanah puncak (PGA) khususnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta penting untuk dilakukan.

Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA)


PGA merupakan parameter penting yang dapat memberikan gambaran besaran gerakan tanah
(Pawirodikromo, 2012), dengan mengetahui nilai PGA maka dapat diidentifikasi tingkat risiko suatu
wilayah. Penentuan nilai PGA pada penelitian ini menggunakan metode PSHA. Metode PSHA
merupakan metode yang paling umum digunakan saat ini dalam memprediksi gerakan tanah, karena
memiliki beberapa kelebihan dari metode sebelumnya yaitu metode Deterministic Seismic Hazard
Analysis (DSHA) (Irsyam et al., 2010). Analisis gerakan tanah dengan menggunakan metode PSHA akan
memperhitungkan berbagai macam skenario pergerakan tanah yang akan terjadi (Asrurifak et al., 2010).
Dengan menggunakan metode PSHA, ketidakpastian dalam penggunaan parameter-parameter sumber
gempa, persamaan ground motion prediction equations (GMPE), recurrence model, dan reccurence rate
dapat diatasi dengan menerapkan model logic tree (Pawirodikromo, 2018). Pada PSHA akan melibatkan
banyak persamaan-persamaan yang harus diperhitungkan, tetapi karena keterbatasan tempat maka hanya
persmaan probabilitas total yang disajikan yaitu:

Px ( x)   M  R P( X  x m, r ) f M (m) f R (r )drdm (1)

Dimana, Px (x) adalah probabilitas total dari suatu gempa yang menghasilkan percepatan puncak X > x,
magnitude M, jarak R selama rentang waktu yang ditinjau. P (X > x │m, r) merupakan probabilitas
sebuah gempa dengan magnitude M pada jarak R yang memberikan percepatan maksimum X di lokasi
lebih tinggi dari x. fM merupakan fungsi probabilitas magnitude. dan fR adalah fungsi probabilitas jarak.

METODE PENELITIAN
Identifikasi Sumber Gempa Potensial
Langkah awal yang dilakukan dalam analisis metode PSHA adalah menentukan sumber-sumber
gempa potensial terhadap lokasi tinjauan. Lokasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah
Provinsi D.I. Yogyakarta karena provinsi tersebut merupakan salah satu wilayah yang pernah terjadi
gempa besar dan terdapat banyak korban jiwa. Sumber gempa yang diperhitungkan dalam penelitian ini
mencakup radius 500 km dari batas administrasi D.I.Yogyakarta. Dari radius tersebut terdapat sumber
gempa subduksi dan patahan. Karena keterbatasan waktu dan tenaga maka pada penelitian ini sumber
gempa yang ditinjau hanya sumber gempa Megathrust saja.

Penentuan Parameter Seismik


Parameter seismik yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada parameter seismik hasil
penelitian terdahulu yaitu hasil studi dari tim gempa Nasional seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan
Tabel 2. Selain dari parameter seismik, dalam analisis PSHA juga diperlukan sudut penunjaman dengan
membuat potongan melintang pada distribusi kejadian gempa menggunakan software ZMAP (Wiemer,
2001).

Perhitungan Percepatan Tanah dengan Metode PSHA


Penentuan nilai percepatan tanah pada analisis PSHA (Pers. 1) digunakan bantuan software Seismik
Risk Model (Makrup, 2009). Analisis PSHA menggunakan SR-Model membutuhkan beberapa parameter
input sebagai berikut:
a. Koordinat dan kedalaman sumber gempa telah didapatkan pada tahap identifikasi sumber gempa
potensial.
b. Parameter sumber gempa yang sebelumnya didapatkan pada sub-bab 2.2, kemudian dilakukan
analisis lebih lanjut dengan persamaan Gutenberg-Richter di bawah ini (Makrup, 2013).

308
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

log( m)  a  bm (2)

dirubah menjadi bentuk fungsi,

m  10a  m (3)

dengan m adalah kejadian gempa per tahun, m adalah magnitude, dam a dan b adalah konstanta.
c. Persamaan Ground Motion Prediction Equations (GMPE)
d. Sudut penujuman yang sebelumnya sudah diperoleh pada subbab 2.2
e. Penginputan bobot logic tree.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sumber Gempa Megathrust Potensial
Segmen sumber gempa megathrust potensial yang diperhitungkan pada analisis PHSA di Provinsi
D.I.Yogyakarta disajikan pada Tabel 1 dan 2. Segmen sumber gempa pada Tabel 1 merupakan segmen
sumber gempa yang dirilis pada tahun 2010 yang masuk dalam radius 500 km dari batas administrasi
D.I.Y kemudian begitu juga sumber gempa yang disajikan pada Tabel 2 merupakan segmen sumber
gempa megathrust terbaru yang belum lama dipublish oleh tim studi gempa nasional (PuSGeN, 2017).

Tabel 1. Segmen megathrust


No Segmen Megathrust
1 Sumatera
2 Java
3 Sumba

Tabel 2. Segmen megathrust PGN 2017


No Segmen Megathrust
1 Eanggano
2 Selat Sunda-Banten
3 Jawa Barat
4 Jateng – Jatim
5 Bali

Perubahan Geometri Sumber Gempa Megathrust


Peta sumber gempa subduksi yang dirilis oleh tim Pusat Studi Gempa Nasional 2017 (Gambar 1)
terdapat perbedaan bentuk geometri dan jumlah segmen jika dibandingkan dengan peta sumber gempa
2010 (Gambar 2). Perubahan ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan isntalasi data GPS yang cukup
banyak setelah tahun 2010 (PuSGeN, 2017). Selain dari penambahan isntalasi data GPS, juga terdapat
beberapa hasil penelitian terbaru tentang perkembangan sumber gempa subduksi di Jawa. Berdasarkan
alasan tersebutlah segmen megathrust di Jawa yang awalnya hanya terdiri satu segmen pada peta gempa
2010, kemudian pada peta gempa 2017 terbagi menjadi 3 segmen yaitu Segmen Selat Sunda-Banten,
Segmen Jawa Barat, dan Segemen Jawa Tengah-Jawa Timur. Selain adanya perbedaan jumlah segmen,
bentuk geometri dari sumber gempa subduksi juga terjadi perubahan dimana ada segmen bergerak
menjauhi pulau jawa dan ada juga segmen yang bergerak mendekati seperti yang disajikan pada Gambar
3.

309
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Segmen megathrust peta gempa 2010 (Irsyam et al., 2010)

Gambar 2. Segmen megathrust peta gempa 2017 (PuSGeN, 2017)

Gambar 3. Overlay segment megathrust

Perubahan Parameter Seismik pada Sumber Gempa Megathrust


Perubahan yang terdapat dalam proses pembuatan peta gempa 2017 tidak hanya pada geometri
seumber gempa, tetapi juga terjadi perubahan penggunaan parameter seismik terutama di pulau Jawa.
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa jumlah zona segmen megahtrust yang pada tahun 2010 yang
terdiri dari 1 segmen kemudian pada tahun 2017 dibagi menjadi 3 segmen. Akibat dari perubahan jumlah
segmen ini menyebabkan terjadi penurunan frekuensi kerjadian gempa sehingga nilai parameterparameter

310
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

seismiknya juga akan terjadi penurunan. Perbedaan penggunaan parameter seismik dalam proses
pembuatan peta gempa 2010 dan 2017 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Parameter seismik peta gempa 2010 (Irsyam et al., 2010)


Segmen b β a α Mmin Mmax 
Sumatera 1,05 2,42 5,76 13,27 5 8,2 3,24
Java 1,1 2,53 6,14 14,14 5 8,1 4,37
Sumba 1,2 2,76 6,81 15,68 5 7,8 6,46

Tabel 4. Parameter seismik peta gempa 2017 (PuSGeN, 2017)


Segmen b β a α Mmin Mmax 
Enggano 1,05 2,42 5,57 12,38 5 8,8 2,09
Selat Sunda-Benten 1,15 2,65 5,99 13,79 5 8,8 1,74
Jawa Barat 1,08 2,49 5,55 12,78 5 8,8 1,41
Jateng-Jatim 1,08 2,49 5,63 12,97 5 8,9 1,70
Bali 1,11 2,56 5,63 12,97 5 9 1,2

Warna-warna yang terdapat pada segmen megathrust pada kedua tabel di atas menunjukkan
kesamaan posisi atau letak segmen. Segmen yang berwarna cokelat merupakan segmen megathrsut yang
berada di Pulau Sumatera, kemudian segmen yang berwarna hijau merupakan segmen megathrust di
pulau Jawa, dan yang terakhir segmen berwarna kuning merupkan segmen megathrust di Pulau Bali.
Frekuensi kejadian gempa dan nilai rate () yang terdapat pada parameter seismik 2017 tepatnya
pada Tabel 4, mengalami penuruanan dibandingkan parameter seismik 2010. Penurunan nilai parameter
seismik ini berhubungan dengan penambahan jumlah segmen seperti yang dijelaskan sebelumnya
sehingga distribusi kerjadian gempanya juga ikut terbagi dan menjadi lebih kecil. Meskipun demikian,
tidak semua parameter seismik pada peta gempa 2017 mengalami penurunan. Nilai Magnitude maksimum
pada setiap zona megahtrust yang ditinjau, sesecara kesuluruhan mengalami kenaikan.

Pengaruh Perubahan Geometri Sumber Gempa Megathrust


Perbedaan geometri sumber gempa akan berpengaruh terhadap nilai percepatan tanah pada lokasi
tinjauan. Lokasi yang memiliki jarak lebih dekat dengan sumber gempa akan memiliki nilai percepatan
yang lebih besar dan begitu juga sebaliknya. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan
geometri sumber gempa megathrust dimana pada selatan pulau jawa terdapat segmen yang bergeser
mendekati dan menajuhi pulau jawa. Berdasarkan perubahan geometri sumber gempa tersebut dilakukan
analisis lebih lanjut di Provinsi D.I. Yogyakarta dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Percepatan tanah di batuan dasar akibat perubahan geometri

Hasil analisis yang disajikan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa penggunaan geometri sumber
gempa megathrust 2010 dalam analisis PSHA, memiliki nilai percepatan yang lebih tinggi jika

311
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dibandingkan dengan penggunaan geometri sumber gempa megathrust 2017. Penurunan nilai percepatan
yang terjadi saat penggunaan geometri sumber gempa megathrust 2017 merata disemua kabupaten/kota di
D.I.Yogyakarta. Informasi lebih lanjut terkait perbedaan antara nilai percepatan dari input geometri 2010
dan geometri 2017 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan nilai percepatan per kabupaten/kota


Kabupaten/Kota Acc (g) Acc (g) Selisih
2010 2017
Kulon Progo 0.1585 0.0824 48.0%
Bantul 0.1469 0.0852 42.0%
Gunung Kidul 0.1418 0.0893 37.0%
Yogyakarta 0.1271 0.0757 40.4%
Sleman 0.1238 0.0701 43.4%

Penurunan nilai percepatan yang paling terbesar yang disajikan pada Tabel 5 terdapat pada
Kabupaten Kulon Progo dengan penurunan sebesar 48% dari percepatan dengan geometri sebelumnya.
Penurunan yang terjadi pada Kabupaten Kulon Progo diakibatkan oleh pergeseran geometri sumber
gempa 2017 yang bergerak menjauhi daratan seperti yang tampak pada hasil overlay pada Gambar 3.

Pengaruh Perubahan Parameter Sumber Gempa Megathrust


Terjadinya perubahan segmen megathrust di pulau Jawa yang awalnya hanya terdiri dari 1 segmen
kemudian berubah dibagi menjadi 3 segmen, menyebabkan terjadi penurunan frekuensi kejadian gempa
dan penurunan nilai parameter seismik. Penurunan parameter tersebut akan berpengaruh terhadap nilai
percepatan tanah.

Gambar 5. Pengaruh perubahan parameter seismik

Hasil yang disajikan pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai percepatan pada kabupaten/kota yang
dianalisis menggunakan parameter seismik 2010 memiliki nilai percepatan lebih tinggi dari pada yang
dianalisis menggunakan parameter 2017. Penurunan ini tidak terlepas dari penurunan nilai frekuensi
kejadian gempa setiap segmen megathrust di sekitar pulau Jawa akibat segmen yang dibagi menjadi lebih
kecil dari sebelumnya. Informasi lebih lanjut perbedaan antara nilai percepatan dari input geometri 2010
dan geometri 2017 disajikan pada Tabel 6.

312
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 6. Perbedaan percepatan berdasarkan Parameter seismik


Kabupaten/Kota Acc (g) Acc (g) Selisih
2010 2017
Kulon Progo 0.0824 0.0824 17.5%
Bantul 0.0852 0.0852 12.6%
Gunung Kidul 0.0893 0.0893 7.2%
Yogyakarta 0.0757 0.0757 17.4%
Sleman 0.0701 0.0701 20.3%

Penurunan nilai percepatan yang terjadi akibat perubahan parameter seismik tidak terlalu besar
seperti yang terjadi pada pengaruh akibat perubahan geometri sumber gempa. Persentase penurunan
maksimum yang terjadi yaitu sebesar 20.3% di Kabupaten Sleman yang letak lokasinya berada pada
jarak yang lebih jauh dari sumber gempa dibandingkan dengan 4 kabupaen/kota lainnya.
Terjadinya penurunan nilai percepatan pada penggunaan parameter seismik 2017 dikarenakan
terjadinya perubahan jumlah segmen megathrust di pulau Jawa yang awalnya hanya terdiri dari 1 segmen
kemudian berubah dibagi menjadi 3 segmen, menyebabkan terjadi penurunan frekuensi kejadian gempa
dan penurunan nilai parameter seismik. Penurunan nilai parameter tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan nilai percepatan.

Indeks Risiko Gempa Akibat Sumber Gempa Megathrust


Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) dalam Perka BNPB No. 02 Tahun 2012 telah
merumuskan indeks risiko gempa berdasarkan nilai percepatan seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Komponen indeks ancaman bencana (BNPB, 2012)


Bencana Indikator Kelas Indeks
Gempa Peta Bahaya Rendah Sedang Tinggi
Bumi Gempa PGA PGA PGA
Bumi (< 0.25) (0.25 – 0.7) ( > 0.7)

Berdasarkan hasil analisis PSHA, nilai percepatan maksimum yang diperoleh di Yogyakarta dengan
mempertimbangkan efek dari sumber gempa megathrust adalah  0.1 g. Jika mengacu pada tabel diatas
maka Provinsi D.I.Yogyakarta masuk ke dalam kelas indeks Rendah. Meskipun demikian, pada
kenyataannya kejadian gempa merusak tidak hanya terjadi akibat sumber gempa subduksi, tetapi lebih
didominasi oleh sumber gempa patahan seperti yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006, dimana
sumber gempa berasal dari patahan opak dan banyak menelah korban jiwa.
Selain dari itu, jika mengacu pada Peta Gempa 2017 prediksi nilai percepatan puncak di batuan
dasar di D.I.Yogyakarta berkisar 0.34 g. Nilai tersebut jauh berbeda dengan nilai yang diperoleh pada
penelitian ini, hal itu dikarenakan sumber gempa yang diperhitungkan dalam penyusunan peta tidak
hanya sumber gempa subduksi tetapi juga sumber gempa patahan. Dari perbandingan hasil tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa kontribusi sumber gempa patahan di Yogyakarta lebih mendominasi
dibandingkan dengan sumber gempa subduksi. Oleh karena itu diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh perubahan dan penambahan sumber gempa patahan.
Sumber gempa patahan yang dirilis oleh PusGen 2017 menunjukkan bahwa adanya penambahan
jumlah segment patahan aktif yang cukup signifikan. Sebelumnya pada PGN 2010, sumber patahan di
Pulau Jawa terdiri atas 10 sesar aktif, tapi pada PGN 2017 sumber gempa diketahui bertambah menjadi 37
patahan aktif (PuSGeN, 2017). Oleh karena itu, diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui
bagaimana pengaruh penambahan segmen patahan aktif di Provinsi D.I.Yogyakarta mengingat prediksi
nilai percepatan tanah di provinsi tersebut didominasi oleh sumber gempa patahan.

KESIMPULAN
a. Perubahan geometri sumber gempa megathrust pada peta gempa 2017 menyebabkan terjadinya
penurunan nilai percepatan tanah di D.I.Yogyakarta. Penurunan nilai percepatan tersebut disebabkan

313
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

karena terjadinya pergeseran zona megathrust dari peta gempa sebelumnya sehingga jarak dari site
ke sumber gempa menjadi ikut berubah, dalam hal ini jaraknya menjadi lebih jauh.
b. Perubahan jumlah segmen megathrust Jawa yang awalnya terdiri 1 segmen kemudian berubah
menjadi 3 segmen, menyebabkan terjadi penurunan frekuensi kejadian gempa dan penurunan nilai
parameter seismik. Penurunan nilai parameter seismik tersebut juga menyebabkan terjadinya
penurunan nilai percepatan.
c. Diperlukan evaluasi lebih lanjut dengan mempertimbangkan sumber gempa patahan untuk
menentukan indeks risiko di Yogyakarta, karena pengaruh nilai percepatan yang berikan oleh sumber
gempa megathrust cukup kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Asrurifak, M., Budiono, B., Triyoso, W., & Hendriyawan. (2010). Development of Spectral Hazard Map
for Indonesia with a Return Period of 2500 Years using Probabilistic Method. Civil Engineering
Dimension, 12(1), 52–62.
BNPB. (2012). Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana (Perka BNPB No.02 Tahun 2012).
Irsyam, M., Sengara, W., Aldiamar, F., & Widiyantoro, S. (2010). Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta
Gempa Indonesia 2010. Kementerian Pekerjaan Umum.
Ismul Hadi, A., & Kirbani Sri Brotopuspito, D. (2015). Pemetaan Percepatan Getaran Tanah Maksimum
Menggunakan Pendekatan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) di Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. In BERKALA FISIKA (Vol. 18, Issue 3).
Makrup, L. (2009). Pengembangan Peta Deagregasi Hazard untuk Indonesia Melalui Pembuatan
Software dengan Pemodelan Sumber Gempa Tiga Dimensi. Institut Teknologi Bandung.
Makrup, L. (2013). Seismic Hazard untuk Indonesia (Edisi Pertama). Graha Ilmu.
Pawirodikromo, W. (2012). Seismology Teknik & Rekayasa Kegempaan (Cetakan Pertama). Pustaka
Pelajar.
Pawirodikromo, W. (2018). The estimated PGA map of the Mw6.4 2006 yogyakarta Indonesia
earthquake, constructed from the modified mercalli intensity imm. Bulletin of the New Zealand
Society for Earthquake Engineering, 51(2), 92–104.
PuSGeN. (2017). Peta Sumber Daya dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Pustlitbang PUPR.
Wiemer, S. (2001). A software package to analyze seismicity: ZMAP. Seismological Research Letters,
72(3), 373–382.

314
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL CONSTRUCTION PUNCH-LIST


KONTRAKTOR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP
KINERJA WAKTU DI PROYEK ABC

Rudi Agus Susanto1*, Manlian A Simanjuntak2


1,2
Jurusan/Prodi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
Jl. MH Thamrin Boulevard Lippo Karawaci 1100, Tangerang, Banten
*
Email: rudiagusthaib@gmail.com

Abstrak
Proyek konstruksi merupakan suatu pelaksanaan proyek yang dikerjakan dengan sistem manajemen
proyek yang dilakukan dengan dimulai pada fase konstruksi inisiasi sampai dengan fase serah terima,
proyek konstruksi dilaksanakan berdasarkan kontrak yang sudah di setujui dan mengikuti jadwal yang
sudah ditentukan, tetapi dalam perjalanan proyek konstruksi tidaklah mudah terutama pada fase serah
terima (close out) yang mana terjadi ketidak sesuaian product yang dihasilkan artinya ada penambahan
waktu pelaksanaan untuk mengerjakan punch-list tersebut sehingga jadwal dan rencana bisa berubah
dengan rumusan permasalahan yang akan dikaji antara lain : 1). Apa saja faktor-faktor dan variabel
contrustion punch-list yang mempengaruhi pekerjaan kontraktor pada bangunan gedung bertingkat di
Proyek ABC; 2). Apakah rekomendasi pengaruh contrustion punch-list pada kinerja waktu pelaksanaan
pekerjaan kontraktor pada bangunan gedung bertingkat di Proyek ABC. Metode penelitian yang
digunakan dalam penulisan ini adalah analisis kualitatif, dengan melakukan studi literatur dari
berbagai buku dan kajian penelitian yang relevan di proyek ABC. Hasil penelitian yang dilakukan
dengan studi literatur serta kajian pustaka yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik
didapatkan yang terdiri dari : 1). 51 variabel construction punch-list, 3 faktor, dan hasil akhir di
dapatkan 4 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja waktu proyek terkait
construction punch-list tersebut adalah sebagai berikut : a) Faktor pemeliharaan yang di jelaskan oleh
Variabel X33 (Buruknya prosedur kerja). b). Faktor pemeliharaan yang di jelaskan oleh Variabel X 43
(Kurangnya pengetahuan tentang informasi untuk keperluan lapangan) c). Faktor pelaksanaan yang di
jelaskan oleh Variabel X19 (Sertifikasi dalam pekerjaan tidak di jumpai pada Mandor terpilih). d) Faktor
perencanaan yang di jelaskan oleh Variabel X5 (Report mengenai studi kelayakan dalam proses
keberlanjutan dalam proyek konstruksi). 2). sebagai akhir proses penelitian variabel tersebut di olah
dengan studi literatur sehingga di dapatkan rekomendasi dari pengaruh construction punch-list sebagai
treatment penanganan untuk mengoptimalkan kinerja proyek adalah sebagai berikut : a). kontrol
terhadap aspek pekerjaan dengan melakukan identifikasi sumber daya manusia; b).Komunikasi
merupakan hal yang penting dalam pengelolaan proyek konstruks terkait kemampuan dari project
manager; c) Kontraktor diharapkan dapat memberikan perhatian khusus ke tenaga kerja/karyawan
untuk dapat memiliki sertifikat keahlian; d). Memberikan informasi kepada tim penanganan decision
maker dalam hal ini adalah Quality Control.

Kata Kunci : Construction, Punch list, Kinerja Waktu, Bangunan Gedung

PENDAHULUAN
Proyek konstruksi merupakan suatu pelaksanaan proyek yang dikerjakan dengan sistem Manajemen
proyek yang dilakukan dengan dimulai pada fase konstruksi inisiasi sampai dengan fase serah terima,
tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah Mengetahui, dan mengidentifikasi faktor – faktor dan variabel
penting pada contrustion punch-list kontraktor terhadap kinerja waktu pelaksanaan untuk bangunan
gedung bertingkat di Proyek ABC yang dilatar belakangi oleh masalah yang dapat terjadi ketika
konstruksi bangunan gedung dikerjakan yang tentunya menjadikan suatu hambatan dalam penyelesaian
proyek konstruksi. Dari data yang berhasil dihimpun dari sumber pengumpulan data yang sudah
dilakukan pada pelaku proyek dan developer ada beberapa permasalahan yang dapat menjadi timbulnya
construction punch-list sebagai hambatan dalam penyelesaian proyek dari sisi waktu antara lain adalah :
1). Banyak terjadi tumpang tindih squence pekerjaan. 2). Dapat terjadi penambahan waktu dalam
penyelesaian waktu pelaksanaan gedung tinggi. 3). Dapat mengurangi bobot pekerjaan pokok. Hal
tersebut diatas memberikan pengaruh buruk terhadap waktu penyelesaian hand over ke pemilik proyek
konstruksi dilaksanakan berdasarkan kontrak yang sudah di setujui dan mengikuti jadwal yang sudah

315
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ditentukan, tetapi dalam perjalanan proyek konstruksi tidaklah mudah terutama pada fase serah terima
(close out) yang mana terjadi ketidak sesuaian product yang dihasilkan maka akan menimbulkan rework
yang akan menjadi punch-list sehingga menyebabkan perulangan pada pekerjaan artinya ada penambahan
waktu pelaksanaan untuk mengerjakan punch-list tersebut sehingga jadwal dan rencana bisa
berubah.(Irfan dkk, 2012)
Punch-list merupakan ketidak sesuaian konstruksi sesuai spek teknis pada beberapa item struktur,
arsitek dan Mekanical/ electrical tercatat pada list yang sudah dibuat untuk di setujui bersama pada saat
open defect ataupun close defect, hal ini dapat terjadi jika proses pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan
kesepakatan yang sudah di setujui pada spesifikasi teknis (Marcel dkk, 2013). Punch-list adalah dokumen
yang mencantumkan item pekerjaan akhir yang tersisa sebelum proyek konstruksi dianggap selesai,
dimana semua pekerjaan yang tidak berkenan dengan spek atau bill of quantity (BQ) di masukkan dalam
daftar punch-list. Penggunaan punch-list adalah pada saat close out proyek konstruksi sebelum serah
terima kepada owner/pemilik.( Alex, 2019).

Metode Pelaksanaan Konstruksi


Dalam Jawat tahun (2014), metode pelaksanaan konstruksi yang dilakukan dalam mewujudkan
keseluruhan pekerjaan perencanaan menjadi suatu bentuk fisik yang menerapkan proses rekayasa sesuai
dengan syarat dokumen dan lelang yang sudah dilakukan dalam keadaan teknis dan ekonomis yang ada
dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Teknologi konstruksi
(construction technology) mempelajari metode atau teknik yang digunakan untuk mewujudkan bangunan
fisik dalam lokasi proyek. Dapat diartikan sebagai urutan dari setiap langkah kegiatan (prosedure),
Metode pelaksanaan pekerjaan atau yang bisa disingkat CM (Construction Method), merupakan urutan
pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang
dibutuhkan dan kondisi medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien.

Proyek Konstruksi
Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan didalamnya
dijumpai banyak masalah uang harus diselesaikan. Disamping itu, dalam kegiatan konstruksi terdapat
suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Kegiatan membangun berakhir pada saat dimulainya
penggunaan bangunan tersebut, sehingga tahapan dari pada kegiatan dalam proyek konstruksi (Wulfram
I. Ervianto, 2002) adalah sebagai berikut (Jawat,2014) : Tahap Studi Kelayakan (feasibility study), Tahap
Penjelasan (Breifing), Tahap Perancangan (Design), Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender),
Tahap Pelaksanaan (construction) Dan Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (maintenance and
start up)

Siklus Proyek Konstruksi


Dalam Peranginangin 2017 Siklus dan tahapan proyek merupakan hal yang harus dipahami dakam
proses pengendalian pelaksanaan proyek. Siklus hidup proyek merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk
dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat 5 (lima) tahapan siklus hidup proyek, yaitu
inisiasi, perencanaan, pra-pelaksanaan, pelaksanaan, dan pengakhiran (Dimyati & Nurjaman, 2014).

Manajemen Waktu
Dalam Kiswati dkk, 2019 Standart kinerja waktu ditentukan dengan merujuk pada seluruh tahapan
kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Sehingga informasi dan data yang telah di
peroleh, dilanjutkan pada proses penjadwalan, yang kemudian akan ada output berupa format laporan
lengkap dan indicator progress waktu, antara lain :
a. Barchart, merupakan diagram batang yang secara sederhana menunjukkan informasi rencana jadwal
proyek beserta durasinya, kemudian dibandingkan dengan progress aktual.
b. Network planning, merupakan jaringan kerja berbagai kegiatan kritis yang membutuhkan
pengawasan ketat, agar pelaksanaannya tidak ada keterlambatan.
c. Kurva S, merupakan pengendalian kinerja waktu. Dengan menunjukkan dari bobot penyelesaian
komulatif masing-masing kegiatan dibandingkan dengan keadaan aktual.
d. Kurva earned value, merupakan progress waktu berdasarkan baseline yang telah ditentukan untuk
periode tertentu sesuai kemajuan aktual proyek.(Abrar Husen, 2011).

316
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Merupakan perencanaan, proses dan pengendalian yang telah ditentukan secara sadar untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan sumber daya secara efektif,
efisien dan produktif. Sehingga manajemen waktu yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan serta pengendalian pekerjaan terhadap waktu yang dibutuhkan dan
direncanakan harus sesuai. (PMBOK,2008)

Construction Punch List


Punch-list merupakan ketidak sesuaian konstruksi sesuai spek teknis pada beberapa item struktur,
arsitek dan Mekanical/ electrical (ME) yang tercatat pada list yang sudah dibuat untuk di setujui bersama
pada saat open defect ataupun close defect, hal ini dapat terjadi jika proses pekerjaan konstruksi tidak
sesuai dengan kesepakatan yang sudah di setujui pada spesifikasi teknis (Macarulla, 2013). Punch-list
merupakan dokumen yang mencantumkan beberapa item pekerjaan pada masa periode tahap akhir yang
tersisa pada masa sebelum proyek konstruksi dianggap selesai, dimana semua pekerjaan yang tidak
berkenan dengan spek atau bill of quantity (BQ) di masukkan dalam daftar punch-list. Penggunaan punch-
list dapat dikatakan terjadi pada saat close out proyek konstruksi sebelum serah terima kepada
owner/pemilik. (Benarroche,2019).

Kinerja Proyek
Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek dengan membandingkan hasil kerja nyata
dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor
pelaksana maka dalam penilaian kinerja sangat penting dilakukan unruk menilai progres pekerjaan pada
konstruksi terutama pada konstruksi bangunan gedung tinggi yang sedang dilakukan penelitian terkait
pengaruh construction punch-list.

Proyek Bangunan Gedung Bertingkat


Pada penelitian yang dilakukan pada Proyek Gedung Bertingkat dapat dikatakan sebagai proyek
yang berisiko tinggi mengingat besarnya bobot pekerjaan dan tingginya struktur yang akan dibangun.
Risiko muncul karena ketidak pastian yang dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya
peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto,1999)

METODOLOGI
Dari topik yang diambil dalam penelitian ini maka dalam mencapai tujuan penulisan dan menjawab
dari permasalahan penelitian dapat di rancang proses penelitian dengan kerangka sebagai berikut :
Dalam metode analisis yang digunakan pengujian statistik dalam menentukan, pengolahan program
analisis terkait data yang sudah dikumpulkan. Selanjutnya dalam melakukan pengolahan data untuk
mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan tujuan penelitian, diharapkan dapat secara detail
menjelaskan apa saja tahapan yang perlu dilakukan dalam pengujian antara lain adalah :

Metode Analisis 1
Analisis yang dilakukan dalam menjawab pertanyaan analisis 1 adalah dengan cara dilakukan
dengan kajian pustaka serta studi literatur di dapatkan variabel mengenai faktor-faktor dan variabel terkait
Construction punch-list yang didapatkan adalah pada saat masa konsruksi adalah pada Fase :
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pemeliharaan.

Metode Analisis 2
Analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode kuantitatif. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah dengan menggunakan program SPSS untuk pengolahan data yang di peroleh. Dan
dilakukan pengujian dengan langkah-langkah sebagai berikut Uji Validitas, Uji reabilitas, Uji Analisis
Korelasi serta sampai dengan pengujian Regresi Linier Berganda kemudian hasilnya di uji dengan uji
normalitas dengan kaitah pengujian hasilnya apakah sesuai dengan uji kelolosan yang di syaratkan

317
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Kerangka dan proses Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses pengumpulan data dan analisa data yang dimulai dengan melakukan kuesioner tahap pertama
kepada para pakar untuk validasi variable. Variabel yang telah disetujui oleh pakar dan selanjutnya
dilakukan proses kuisioner yang meliputi distribusi, penerimaan dan penyusunan daftar pemenuhan
jumlah responden terhadap sampling. Kemudian akan dibahas juga mengenai analisa data dari masing-
masing tahapan. Uji instrument yang digunakan adalah uji komparatif, uji validitas dan reliabilitas.

Hasil Metode Analisis 1


Dari analisis permasalahan 1 dilakukan dengan kajian pustaka serta studi literatur di dapatkan
variabel mengenai faktor-faktor dan variabel terkait Construction punch-list yang didapatkan adalah pada
saat masa konsruksi adalah pada Fase : Perencanaan, Pelaksanaan dan Pemeliharaan sesuai hasil yang
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Faktor dan Variabel Penelitian


Kode Variabel Sumber/Referensi
A Perencanaan (Planning)
X1 Pengambilan data yang berkaitan dengan proyek yang akan dilaksanakan Irfan, 2012
X2 Ketentuan prosedur kerja dalam pelaksanaan pekerjaan, Irfan, 2012
X3 Kebijakan dan pengambilan keputusan dalam penentuan skup pekerjaan Irfan, 2012
X4 Terkait hasil survey yang dilakukan dalam penentuan site manajemen Irfan, 2012
X5 Report mengenai studi kelayakan dalam proses keberlanjutan dalam proyek Irfan, 2012
konstruksi
X6 Persetujuan Dokumen perencanaan lengkap yang di lengkapi dengan persyaratan Irfan, 2012
teknis
X7 Negosiasi dalam har kerjasama dengan Owner mengenai aturan harga penawaran Riki saputra, 2016
yang diluar jalur prosedur pengadaan
X8 orientasi Owner dalam mendapatkan keuntungan yang tidak sesuai ( Fee Proyek Riki saputra, 2016
)diluar kontrak yang telah disepakati
B Pelaksanaan (Hubungan antara Kualitas dan Supervisi)
X9 Mengevaluasi progress mingguan dalam hal pengawasan pekerjaan di lapangan Yustinus Eka Wiyana, 2012
dan di lakukan koordinasi di pagi hari
X10 Hasil produk yang dihasilkan di korelasikan terhadap peraturan yang di setujui Yustinus Eka Wiyana, 2012

318
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Kode Variabel Sumber/Referensi


owner dan MK beserta gambar kerja.
X11 Kualitas dari team yang selalu mengkomunikasikan komitmen dalam menjaga Yustinus Eka Wiyana, 2012
kualitas dan waktu pekerjaan
X12 Pengaruh dari penjadwalan yang terlalu padat Nana Sutrisna,2013
X13 Kurang pengontrolan dalam peleksanaan pekerjaan
X14 Tidak adanya komunikasi yang terus menerus dalam menyampaikan kemajuan Nana Sutrisna,2013
pekerjaan
X15 Team lapangan kurang mengimformasikan tahapan kerja yang dilakukan Nana Sutrisna,2013
X16 Terjadinya pengiriman material yang tidak sesuai dengan pesanan Nana Sutrisna,2013
X17 Informasi tidak berjalan dengan baik Nana Sutrisna,2013
X18 Tidak di dapatkan tenaga kerja yang kualitasnya memadai Nana Sutrisna,2013
X19 Sertifikasi dalam pekerjaan tidak di jumpai pada Mandor terpilih Nana Sutrisna,2013
X20 Supervisi tidak memiliki sertifikasi terkait pekerjaan Proyek. Nana Sutrisna,2013
C Pemeliharaan
X21 Fisik dilapangan yang sudah tidak berfungsi karena kurang nya pemeliharaan Nuris-Sarwono,2016
X22 Terbatas sumber daya manusia yang memahami dalam proses serah terima Nuris-Sarwono,2016
X23 Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah pusat dan Nuris-Sarwono,2016
daerah
X24 Pemahaman yang berbeda terhadap peraturan antara lembaga Nuris-Sarwono,2016
X25 Kurangnya berpedoman pada aturan yang berlaku Nuris-Sarwono,2016
X26 Sumber Daya Manusia yang terbatas dan Kurang Ahli Nuris-Sarwono,2016
X27 Birokrasi serah terima rumit dan berkepanjangan Nuris-Sarwono,2016
X28 Kurangnya sosialisasi mengenai serah terima proyek dari pemerintah Pusat dan Nuris-Sarwono,2016
Daerah
X29 Menentukan jenis cacat yang paling umum Forcada, dkk 2016
X30 Membandingkan sifat defect bangunan di mana defect ini terdeteksi selama Forcada, dkk 2016
serah terima
X31 Dokumen pengoperasian dan pemeliharaan harus didokumentasikan tiga minggu Iman Shirkavand, dkk, 2016
sebelum serah terima dan dimulainya periode Comisioning.
X32 memulai eriode Comisioning dengan Mendokumentasikan defect Sesuai dengan Iman Shirkavand, dkk, 2016
PIC yang tepat pada lokasi kerja sebagai syarat serah terima bangunan
X33 Buruknya prosedur kerja Iman Shirkavand, dkk, 2016
X34 Proses perencanaan produksi tidak melibatkan tenaga ahli. Iman Shirkavand, dkk, 2016
X35 Kesalahan dalam pengambilan keputusan Ardhan Herdianto,dkk 2015

X36 Metode konstruksi/pelaksanaan kerja yang salah atau tidak tepat Ardhan Herdianto,dkk 2015
X37 Buruknya kualitas sub kontraktor Ardhan Herdianto,dkk 2015
X38 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik Ardhan Herdianto,dkk 2015
X39 Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal Ardhan Herdianto,dkk 2015
yang disepakati
X40 Kurangnya kerjasama pada teamwork, Rahmatul Irfan, dkk 2012
X41 Kurangnya pengawasan control pada pekerjaan Rahmatul Irfan, dkk 2012
X42 Jadwal pekerjaan yang terlalu sangat padat Rahmatul Irfan, dkk 2012
X43 Kurangnya pengetahuan tentang informasi untuk keperluan lapangan Rahmatul Irfan, dkk 2012
X44 Buruknya jalur komunikasi informasi Rahmatul Irfan, dkk 2012
X45 Pertimbangan presepsi yang kurang tepat di lapangan pada pengambilan Rahmatul Irfan, dkk 2012
keputusan
X46 Kurangnya antisipasi pada kondisi cuaca terkait keadaan alam Rahmatul Irfan, dkk 2012
X47 Kelemahan Manajemen perusahaan , keterbatasan sumber daya. Manlian Ronald A. Simanjuntak
dan Bagus Garundita, 2018
X48 Perbedaan pandangan, prioritas dan penilaian anggota tim eng. Manlian Ronald A. Simanjuntak
dan Bagus Garundita, 2018
X49 Kurang ketersediannya tenaga ahli untuk masalah teknis Manlian Ronald A. Simanjuntak
dan Bagus Garundita, 2018
X50 Diperlukan pengawasan terhadap pelaksanaan konstruksi terkait kontrak yang di Nyoman Martha Jaya, dkk, 2020
gunakan.
X51 Kurangnya material, Penggantian top level manajemen Nyoman Martha Jaya, dkk, 2020

Y Penetapan Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan. Manlian Ronald A. Simanjuntak


dan Bagus Garundita, 2018

319
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hasil Metode Analisis 2


Dari hasil 51 variabel yang sudah diajukan kepada Pakar/Ahli terdapat 2 variabel dari 51 variabel
yang diajukan. Selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menyebar kuesioner pada responden dengan
menggunakan 49 variabel yang sudah lolos dari validasi ahli/pakar yang sudah di uji pada pilot survey
yang sudah dilakukan. Hasil pengujian dilakukan dengan statistik menggunakan SPSS, maka dapat
diambil kesimpulan dari keseluruhan pengujian sudah dilakukan langkah-langkah dalam analisis statistik
sehingga didapatkan model dari hasil akhir pengujian yang berupa model analisis Construction punch-list
pada bangunan gedung tinggi yang mempengaruhi kinerja waktu. Rangkuman proses hasil analisis secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Dari pengumpulan data awal didapatkan 51 variabel yang berhubungan dengan Construction Punch-
list pada bangunan gedung tinggi.
b) Hasil pada validasi pakar didapatkan penyaringan menjadi 49 variabel.
c) Hasil uji validitas dengan r tabel = 0.2353 disaring menjadi 47 variabel.
d) Hasil uji korelasi dengan ketentuan r > 0.4 didapatkan 17 variabel bebas X yang mempengaruhi
terhadap variabel terikat Y.
e) Hasil uji auto korelasi dengan ketentuan r < 0.4 didapatkan 16 variabel bebas X yang mempengaruhi
terhadap variabel terikat Y.
f) Dari 16 variabel dilakukan uji regresi linier berganda dengan model stepwise didapatkan hasil dari
analisis 4 variabel bebas X yang mempengaruhi variabel terikat Y yang membentuk satu model
regresi linier.
g) Model regresi linier yang didapatkan dari hasil analisis kemudian di uji F dan T didapatkan hasil
yang memenuhi kriteria lulus uji.
h) Dari beberapa pengujian yang sudah di lakukan, dapat diambil kesimpulan hasil analisis statistik
adalah variabel analisis construction punch-list pada bangunan gedung tinggi yang signifikan
memberikan konstribusi terhadap kinerja waktu.

Dalam rangkaian analisis statistik yang sudah di lakukan di dapatkan modelling dari kesimpulan
model yang sudah lulus uji dan dapat menjelaskan kinerja waktu pada bangunan tinggi terkait
construction punch-list pada fase perencanaan,pelaksaan dan pemeliharaan pelaksanaan proyek
konstruksi didapatkan persamaan model regresi dan hasil olahan analisis statistik yang dapat dilihat
seperti sebagai berikut.
Y = -2.593 + 0.393X33 + 0.463X43 + 0.362X19 + 0.184X5

Hasil akhir dari kajian yang di peroleh adalah 4 buah variabel dari construction punch-list gedung
tinggi yang signifikan mempengaruhi dari segi waktu adalah sebagai berikut :
a) X33 (Buruknya prosedur kerja).
b) X43 (Kurangnya pengetahuan tentang informasi untuk keperluan lapangan).
c) X19 (Sertifikasi dalam pekerjaan tidak di jumpai pada Mandor terpilih).
d) X5 (Report mengenai studi kelayakan dalam proses keberlanjutan dalam proyek konstruksi).

Langkah selanjutnya adalah melakukan kajian terhadap 4 buah variabel construction punch-list yang
terjadi pada bangunan gedung tinggi untuk mendapatkan penjelasan secara detail dengan melakukan studi
literatur pada referensi literatur dan kajian terkait lainnya dengan uraian sebagai berikut :
1. Variabel X33 (Buruknya prosedur kerja)
Variabel ini merupakan bagian dari tahapan project life cycle pada tahap konstuksi dalam fase
pemeliharaan sangat penting di perhatikan karena dampaknya dapat merupakan risiko yang
ditanggung oleh kontraktor, Di dalam Angelina Nazalia Surian dan Jane Sekarsari (2018), buruknya
prosedur kerja merupakan aspek yang sangat penting untuk di tinjau karena sangat penting sekali dan
berhubungan dengan pekerjaan proyek konstruksi baik di awal pekerjaan ataupun pada masa akhir
pekerjaan.
2. Variabel X43 (Kurangnya pengetahuan tentang informasi untuk keperluan lapangan)
Variabel ini merupakan bagian dari tahapan project life cycle pada tahap konstuksi dalam fase
pemeliharaan perlu sangat penting di perhatikan karena dampaknya dapat merupakan risiko yang
ditanggung oleh kontraktor, Menurut Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Imam Firmansyah 2014,

320
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

mengenai pengetahuan informasi dalam memenuhi kebutuhan lapangan sangat penting dalam
pelaksanaan konstruksi, karena akibat dari pusat informasi yang terhambat akan menyebabkan
hambatan yang serius dalam segi waktu pelaksanaan.
3. Variabel X19 (Sertifikasi dalam pekerjaan tidak di jumpai pada Mandor terpilih)
Variabel ini merupakan bagian dari tahapan project life cycle pada tahap konstuksi dalam fase
pemeliharaan perlu sangat penting di perhatikan karena dampaknya dapat merupakan risiko yang
ditanggung oleh kontraktor, Di dalam Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) Nomor 18 Tahun
1999, untuk setiap pekerja yang bergerak pada proyek konstruksi adalah perlu untuk diadakannya
sertifikasi keterampilan yang dapat meningkatkan segi keahlian dan daya saing yang kompetitif serta
dapat mengikuti prosedur yang sudah di tetapkan.
4. Variabel X5 (Report mengenai studi kelayakan dalam proses keberlanjutan dalam proyek
konstruksi)
Variabel ini merupakan bagian dari tahapan project life cycle pada tahap konstuksi dalam fase
pemeliharaan perlu sangat penting di perhatikan karena dampaknya dapat merupakan risiko yang
ditanggung oleh kontraktor, Di dalam Rizal Mustofa, Agus Purwito Moestamin (2018) dalam
menentukan perjalanan proyek perlu dilakukan dengan studi kelayakan (Feasibility study) sebagai
kajian terhadap lingkungan dan aspek-aspek yang mempengaruhi dalam meningkatkan kinerja
proyek konstruksi sehingga dapat meminimalkan dampak yang akan terjadi dan yang akan muncul
setelah proyek konstruksi selesai

KESIMPULAN
Dari rangkaian penelitian yang sudah dilaksanakan pada tema analisis construction punch-list
kontraktor pada bangunan gedung tinggi dengan analisa pada pembahasan yang sudah dilakukan dengan
di dasari permasalahan-permasalahan penelitian yang sudah ditentukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1) Dalam rangkaian proses penelitian yang dimulai dari pengumpulan data studi literatur, studi pustaka,
kajian terdahulu, dan penelitian yang relevan ini di identifikasikan sehingga didapatkan 51 variabel
Construction punch-list bangunan gedung tinggi dari masing-masing faktor yang terdapat 3 faktor,
dan hasil akhir di dapatkan 4 variabel yang memiliki dampak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja waktu proyek dengan telah dilakukannya uji-uji statistik sesuai dengan kaidah yang
disyaratkan.
2) Proses kajian yang dianalisis adalah pada proses pelaksanaan pekerjaan terkait perencanaan,
pelaksanaan dan pemeliharaan sebagai proses pelaksanaan proyek konstruksi yang mana dalam
Construction punch-list bangunan gedung tinggi yang dalam setiap fasenya terdapat ketidaksesuaian
dalam pelaksanaan pekerjaaan sehingga dapat menyebabkan construction punch-list yang
memerlukan kekhususan dalam penanganannya sehingga dapat memberikan penambahan waktu
dalam pelaksanaan pekerjaan. Treatment terkait penanganan yang dilakukan adalah :
a. Faktor pemeliharaan yang di jelaskan oleh Variabel X33 (Buruknya prosedur kerja)
Treatment yang dilakukan adalah dengan kontrol terhadap aspek pekerjaan dengan melakukan
identifikasi sumber daya manusia mengenai pemahaman, pengalaman dan keterampilan yang
dimiliki dari setiap pekerja dalam menjalankan prosedur pekerjaan disetiap item pekerjaan.
b. Faktor pemeliharaan yang di jelaskan oleh Variabel X43 (Kurangnya pengetahuan tentang
informasi untuk keperluan lapangan)
Treatment yang dilakukan adalah Komunikasi merupakan hal yang penting dalam pengelolaan
proyek konstruks terkait kemampuan dari project manager dalam berkomunikasi secara efektif
dan dapat menentukan keberhasilan proyek.
c. Faktor pelaksanaan yang di jelaskan oleh Variabel X19 (Sertifikasi dalam pekerjaan tidak di
jumpai pada Mandor terpilih)
Treatment yang dilakukan adalah Kontraktor diharapkan dapat memberikan perhatian khusus ke
tenaga kerja/karyawan untuk dapat memiliki sertifikat keah;lian dengan memberikan upah/gaji

321
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

yang sesuai serta prioritas karir yang didapatkan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki untuk
terlaksananya proses proyek konstruksi.
d. Faktor perencanaan yang di jelaskan oleh Variabel X5 (Report mengenai studi kelayakan dalam
proses keberlanjutan dalam proyek konstruksi)
Treatment yang dilakukan adalah Memberikan informasi kepada tim penanganan decision maker
dalam hal ini adalah Quality Control dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif
solusi yang akan dilakukan dalam penanganan dan pengendaliannya proyek konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, B., Mubarak Rahmatul Irfan, 2012, Faktor-faktor penyebab Pekerjaan ulang (Rework) Pada
Pembangunan Gedung Di Dinas Bina Marga Dan Cipta Karya Unsyiah Tugas Akhir, Universitas
Syiah Kuala.
Benarroche, A, The Punch List: A Contractor Guide to Finish the Job & Get Paid, Levelset,
https://www.levelset.com/blog/punch-list/, diakses february 2019.
Dimyati, Hamdan dan Nurjaman Kadar, 2014, Manajemen Proyek, CV Pustaka Setia.
Ervianto, W.I., 2002, Manajemen Konstruksi, Penerbit Andi Jogjakarta.
Habibie, B.J., 1999, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruks,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54.
Husen, A., 2011, Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian Proyek (edisi
revisi), Andi Offset, Yogyakarta
Jaya, N.M., I Gusti Agung Adnyana Putera, dan Marlon Simanjuntak, 2020, Analisis Risiko Pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Yang Menggunakan Kontrak FIDIC di Bali, Program Studi
Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana Denpasar , Jurnal Spektran, Vol. 8, No.
1, Januari 2020,
Jawat, I.W., 2014, Penerapan Metode Konstruksi Dalam Mewujudkan Green Construction, Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa.
Kiswati, S., Ummi Chasanah, 2019, Analisis Konsultan Manajemen Konstruksi Terhadap Penerapan
Manajemen Waktu Pada Pembangunan Rumah Sakit Di Jawa Tengah, Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Pandanaran, Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.1.
Mustofa, R., Agus Purwito Moestamin, 2018, Studi Kelayakan Pembangunan Apartemen Biz Square
Surabaya, Tugas akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Macarulla, M., Nuria Forcada, Miquel Casals, Marta Gangolells, Alba Fuertes, and Xavier Roca, 2013,
Standardizing Housing Defects: Classification,Validation, and Benefits, Universitat Politècnica de
Catalunya, C/Colom, 11, Ed TR-5, 08222 Terrassa, Barcelona, Spain, @ ASCE / August.
Project Management Institute, A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (PMBOK).
Newtown Square, Pennsylvania, USA, Inc (2008).
Peranginangin, R., 2017, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur, Jl. Abdul Hamid – Cicaheum,
Bandung.
Surian, A.N., dan Jane Sekarsari T, 2018, Analisis Faktor –Faktor Eksternal Yang Memengaruhi Kinerja
Mutu Dalam Pelaksanaan Konstruksi Pada Bangunan Tinggi, Tugas Akhir, Universitas
Tarumanagara, Jl.Letjen S. Parman No.1 Jakarta.
Simanjuntak, M.R.A., Imam Firmansyah 2014, Rekomendasi Hasil Analisiswaktu Pelaksanaan
Konstruksi Bangunan Gedung Pemerintah Di Lingkungan Kota Serang Provinsi Banten, Fakultas
Sains dan Teknologi -Universitas Pelita Harapan, Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4,
Desember2014 (219-228) ISSN:2087-9334.
Soeharto, I., 1999, Manajemen Proyek (Dari konseptual sampai Operasional), Edisi kedua, Jilid 1,
Konsep, Studi Kelayakan, dan Jaringan Kerja, Penerbit Erlangga, Jl. H. Baping Raya No. 100,
Ciracas, Jakarta 13740.

322
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Wiranata, A.A., 2018, Analisis Penerapan Manajemen Waktu Pada PT. Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Udayana

323
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BUS RAPID TRANSIT (BRT)


TRANS JATENG KORIDOR 1 PURWOKERTO – PURBALINGGA

Arief Usman Hakim 11*, Miftahul Fauziah2


1,2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
*
Email: 14511403@students.uii.ac.id, miftahul.fauziah@uii.ac.id

Abstrak
Paper ini menyajikan hasil evaluasi kinerja angkutan umum BRT Trans Jateng Koridor 1, usulan
perbaikan kinerja, perhitungan biaya operasional kendaraan, dan tarifnya. Berdasarkan data yang
diperoleh dilakukan analisis kinerja angkutan umum pada kondisi eksisting lalu dibandingkan dengan
standar SK.687/AJ.206/DRJD/2002. Parameter yang tidak masuk standar dilakukan usulan perbaikan.
Berdasar hasil analisis diperoleh hasil pada kondisi eksisting faktor muat rata-rata 34,82%
(Purwokerto-Purbalingga), dan 38,39% (Purbalingga-Purwokerto), waktu antara 14 menit 22 detik,
kecepatan perjalanan rata-rata sebesar 28,73 km/jam dengan armada asal Purwokerto dan 28,28
km/jam dengan armada asal Purbalingga. Waktu sirkulasi armada Purwokerto 173,14 menit, sedangkan
armada Purbalingga 175,29 menit. Biaya pokok kondisi eksisting Rp. 4.112,19. Pendapatan per tahun
Rp. 4.026.216.000,- dengan hasil Benefit Cost Ratio (BCR) 0,681, sehingga subsidi untuk operasional
Rp. 1.888.253.292,- .Tarif eksisting Rp. 4.000,- untuk umum, dan Rp 2.000,- untuk pelajar. Berdasarkan
kondisi tersebut dikembangkan skenario alternatif perbaikan berupa:(a) skenario 1 dengan jumlah
armada 18 unit. (b) skenario 2 yaitu asumsi faktor muat 70% dengan armada 16 unit, dan diperoleh tarif
perbaikan sebesar Rp. 6.000,-. Skenario 1 memiliki BCR sebesar 1,147 namun memiliki kelemahan yaitu
jumlah armada sebanyak 18 unit menambah pengeluaran tahunan. Skenario 2 dinilai lebih layak dari
keuntungan bagi operator dengan nilai BCR sebesar 1,147.

Kata kunci: angkutan umum, BRT Trans Jateng, kinerja, biaya operasi kendaraan, tarif.

PENDAHULUAN
Transportasi merupakan fasilitas pendukung penting kehidupan manusia yang memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pentingnya transportasi terlihat dengan
semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke
seluruh pelosok tanah air bahkan dari dan ke luar negeri (Tamin, 2000). Transportasi memberikan akses
untuk setiap orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan mobilitas tersebut menyebabkan
Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya pengadaan untuk memenuhi layanan transportasi
tersebut di seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya yaitu eks Karesidenan Banyumas, yang
menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) trans Jawa Tengah (Jateng).
BRT trans Jateng saat ini melayani 1 koridor dengan beberapa rute, salah satunya adalah rute
Terminal Bulupitu (Purwokerto)-Terminal Bukateja (Purbalingga). Rute ini merupakan rute yang
menghubungkan dua kota yang mempunyai tingkat pertumbuhan tertinggi di eks keresidenan Banyumas.
Saat ini BRT Trans Jateng Koridor 1 ini mempunyai 47 shelter. Sebanyak 23 halte di antaranya berada di
Banyumas, dan 24 halte lainnya di Purbalingga. Dalam pengoperasiannya, BRT Trans Jateng masih
memiliki beberapa permasalahan yang belum teratasi, antara lain adanya keluhan tentang kualitas dan
tingkat pelayanan belum memadai, waktu tunggu yang terlalu lama, kurang peminat sehingga faktor muat
tidak terpenuhi sehingga pendapatan tarif tidak dapat menutupi biaya operasional, dan operator
mengalami kerugian. Berbagai permasalahan ini membutuhkan solusi, sehingga perlu dicari akar
permasalahan dengan melakukan evaluasi kinerja maupun tarifnya.
Kajian tentang evaluasi kinerja angkutan umum di berbagai lokasi maupun moda angkutan umum
telah banyak dilakukan dilakukan dan dipublikasikan oleh banyak peneliti sebelumnya, antara lain
evaluasi kinerja angkutan umum di Kota Sumbawa (Amanda, 2019), angkutan umum di Kota Bojonegoro
(Murti dan Agusdini, 2019), angkutan umum di Kota Malang (Bakhtiar, 2018), angkutan umum di Kota
Magelang (Anggraeni, 2018), angkutan umum di Kabupaten Sidoarjo (Supriyatno, 2015), angkutan
umum di Kabupaten Sidoarjo trayek jurusan Tulangan-Terminal Larangan (Muryanto dan Santoso, 2018),
angkutan umum di Kota Mataram (Yuliana dan Abadi, 2014), dan angkutan umum di Kota Depok yang

324
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

beroperasi di Jalan Margonda Raya (Rahmatullah dan Sumabrata, 2015). Evaluasi kinerja yang telah
dilakukan sebagian besar menggambarkan kinerja operasional yang meliputi faktor muat, kecepatan
perjalanan, waktu tempuh, waktu tunggu, waktu sirkulasi, ketersediaan armada, kepuasan pengguna,
namun belum semua mengeksplorasi tentang biaya operasional dan tarif. Evaluasi kinerja angkutan
umum dan penentuan tarif telah dikaji oleh lebih sedikit peneliti sebelumnya yaitu pada angkutan umum
Kota Batu (studi pada trayek Batu–Bumiaji, Batu–Selecta–Sumberbrantas, dan Batu–Gunungsari) oleh
Saputra, dkk (2016), angkutan umum di Kota Malang trayek Lawang Arjosari oleh Setiawan (2019),
angkutan umum di Kota Sragen kasus angkot jurusan Pasar Bunder-Bulu oleh Handoko (2008), angkutan
umum di Sidoarjo (Prakoso, 2015) dan angkutan umum di Kota Malang Trayek A1 dan B2 oleh Raharjo
(2015).
Secara khusus kajian kinerja angkutan umum Bus Rapid Transit (BRT) baru baru ini juga cukup
banyak menarik perhatian dan diteliti dan telah dipublikasikan, antara lain tentang studi kinerja BRT
Trans Jateng pada koridor Purwokerto-Purbalingga (Sari dan Afriandini, 2020), BRT koridor Rajabasa
(Nurfadli, dkk, 2015), BRT Koridor II Terboyo-Sisemut, Kota Semarang (Dwiryanti dan Ratnasari,
2013), BRT Kota Semarang Koridor I, Trayek Mangkang-Penggaron (Riyanto, 2012), dan BRT
Kabupaten Sidoarjo (Nurhidayati, 2016), sedangkan perencanaan BRT Kabupaten Purworejo dikaji oleh
Angga (2019).
Melengkapi banyak studi dan kajian sebelumnya, meskipun banyak kemiripan, kajian tentang
evaluasi kinerja BRT dan penentuan BOK dan tarifnya, secara khusus pada BRT trans Jateng koridor
Purwokerto Purbalingga belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Paper ini bertujuan mengkaji dan
mengevaluasi kinerja operasional angkutan umum BRT Trans Jateng Koridor 1 (Purwokerto
Purbalingga), memberikan usulan perbaikan kinerja, perhitungan biaya operasional kendaraan, dan usulan
tarif sebagai bagian dari upaya perbaikan kinerja dan pelayanan angkutan umum, serta mengurangi
kerugian operator.

METODOLOGI
Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder.
a. Data Primer diperoleh dari hasil survei langsung di lapangan, meliputi survei jumlah penumpang,
dilakukan dengan cara mencatat jumlah penumpang yang naik dan turun pada angkutan umum bus
dalam satu perjalanan; survei waktu sirkulasi, dengan mencatat waktu sirkulasi dari terminal asal
sampai dengan terminal tujuan; dan jarak antar halte. dilaksanakan dengan mencatat jarak antar halte
yang ditempuh oleh angkutan umum Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng koridor. Selain itu
dilakukan pula survei statis yang dilakukan di terminal. Survei ini untuk menentukan waktu antara
(headway), dengan mencatat nomor identitas kendaraan, kode trayek kendaraan, dan kaktu
kedatangan dan keberangkatan bus.
b. Data Sekunder diperoleh dengan menginventariskan data yang merujuk dari instansi terkait, buku
pedoman dan regulasi atau peraturan yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder berupa
data jumlah armada, rute trayek, jarak perjalanan, harga harga dan biaya operasional kendaraan, dan
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang tarif angkutan umum Bus Rapid Transit (BRT)
Trans Jateng.
Berdasar data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan di lapangan
kemudian diolah dan dianalisis untuk memperoleh parameter kinerja angkutan umum yaitu faktor muat
(load factor), waktu antara (headway), waktu sirkulasi, kecepatan perjalanan, dan ketersediaan armada
(availability). Teknik pengumpulan dan pengolahan data angkutan umum mengacu pada Departemen
Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1999), analisis kinerja dan pelayanan angkutan
umum dan usulan alternatif perbaikan sesuai dengan Direktorat Departemen Pekerjaan Umum dan
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Penataan Ruang (1996), dan UU RI
N0 22 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan” beserta peraturan pelaksanaannya (Departemen
Perhubungan, 2009), sedangkan perhitungan biaya operasi kendaraan (BOK) mengacu pada Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat (2002), dan analisis ekonomi menggunakan metode Benefit Cost Ratio
(BCR).

325
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kinerja pada Kondisi Eksisting
Grafik faktor muat (load factor, %) BRT Trans Jateng Koridor 1 (Purwokerto–Purbalingga) dan
sebaliknya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 berikut.

50 45,197
45 39,932
40 37,031 37,267
Load Factor (%)

35 32,111 30,509
30
25 21,699
20
15
10
5
0
Rabu Kamis Sabtu Minggu Senin Selasa Jumat

Hari
Gambar 1. Grafik rata-rata faktor muat (Purwokerto-Purbalingga)

70
60,744
60
Load Factor (%)

47,355
50
38,234
40 34,028 31,971
27,615 28,819
30
20
10
0
Rabu Kamis Sabtu Minggu Senin Selasa Jumat
Hari
Gambar 2. Grafik rata-rata faktor muat (Purbalingga- Purwokerto)

Berdasar Grafik pada Gambar 1 dan Gambar 2 dapat dilihat bahwa faktor muat tertinggi pada
Koridor Purwokerto-Purbalingga terjadi pada hari Sabtu dengan faktor muat sebesar 45,197%, jauh
dibawah standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996), yaitu 70%,
sedangkan pada arah sebaliknya (Purbalingga-Purwokerto), faktor muat tertinggi pada hari Minggu,
sebesar 60,744%, hanya relatif sedikit dibawah standar. Adapun pada kedua arah memiliki kesamaan,
bahwa pada hari -hari kerja (Senin-Jumat) semuanya memiliki faktor muat yang jauh dari standar, dan
terendahnya untuk kedua arah terjadi pada hari Rabu, hanya mencapai 21, 699 % dan dan 27, 615%. Hasil
kajian ini tidak jauh berbeda denga beberapa studi di lokasi lain, misalnya di Sidoarjo, faktor muat
tertinggi hanya sebesar 19,15 % (Prakoso, 2015), di Jalur Angkutan trayek Lawang–Arjosari Kabupaten
Malang yang diteliti oleh Setiawan, dkk (2019) maupun maupun trayek lain di Malang yang
dipublikasikan Bakhtiar (2018), serta angkutan umum di Kota Batu ( Saputra, dkk, 2016) juga tidak
memenuhi standar. Rendahnya faktor muat ini merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan
rendahnya pendapatan operator.
Waktu antara rata-rata diperoleh sebesar 14 menit 10 detik, dengan waktu antara minimum sebesar 3
menit dan waktu antara maksimum sebesar 31 menit. Ketersediaan armada untuk kedua arah setiap hari
pada hari kerja maupun hari libur adalah sejumlah 14 armada, sehingga diperoleh ketersediaannya adalah
sebesar 100 %. Adapun waktu sirkulasi untuk kedua arah koridor disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4
berikut.

326
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

190 188

Waktu Sirkulasi (menit)


185
180
175 173 173
171 170
168 169
170
165
160
155
Rabu Kamis Sabtu Minggu Senin Selasa Jumat
Hari
Gambar 1. Waktu sirkulasi armada dari Terminal Bulupitu Purwokerto

179 178
178 177 177
Waktu Sirkulasi (menit)

177
176 175 175
175 174
174
173 172
172
171
170
169
Rabu Kamis Sabtu Minggu Senin Selasa Jumat
Hari
Gambar 2. Waktu sirkulasi armada dari Terminal Bukateja Purbalingga

Berdasar grafik pada Gambar 3 dan Gambar 4 dapat diketahui bahwa waktu sirkulasi armada dari
terminal Purwokerto terjadi pada hari Kamis sebesar 188 menit, dan terendah 168 menit pada hari Senin,
sedangkan armada dari terminal Purbalingga memiliki waktu sirkulasi tertinggi sebesar 178 menit pada
hari Sabtu terendah pada hari Minggu sebesar 172 menit. Dari hasil hasil tersebut dapat dilihat bahwa
tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan perbedaan kurang 12 % dari antara waktu
sirkulasi tertinggi dengan terendah untuk kedua arah maupun antara hari hari dalam satu pekan.
Grafik kecepatan perjalanan rata rata setiap hari untuk armada asal Terminal Bulupitu Purwokerto
disajikan pada Gambar 5, sedangkan kurva kecepatan perjalanan armada asal Terminal Bukateja
Purbalingga diplotkan pada Gambar 6. Dari Gambar 5 dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa kecepatan
perjalanan tertinggi untuk armada dari Purwokerto-Purbalingga terjadi pada hari Minggu, yaitu 30,38
km/jam, dan terrendah pada hari Senin, dengan perbedaan yang cukup signifikan, yaitu dengan kecepatan
26,68 km/jam. Adapun untuk arah perjalanan sebaliknya, kecepatan perjalanan tertinggi untuk armada
dari Purbalingga-Purwokerto tjuga terjadi pada hari Minggu, dengan kecepatan 29,32 km/jam, dan
terrendah pada hari Kamis, dengan perbedaan yang tidak cukup signifikan, yaitu dengan kecepatan 27,07
km/jam.

327
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

31 30,382
30 29,494

Kecepatan (km/jam)
29,05 28,797
29 28,488
28,206
28
27 26,678

26
25
24
Rabu Kamis Sabtu Minggu Senin Selasa Jumat
Hari
Gambar 5. Grafik kecepatan perjalanan asal Terminal Bulupitu Purwokerto

34
Kecepatan (km/jam)

32
30 28,831 29,322 29,018 28,537
27,732 27,448
28 27,068
26
24
22
20
Rabu Kamis Sabtu Minggu Senin Selasa Jumat
Hari
Gambar 6 Grafik kecepatan perjalanan asal Terminal Bukateja Purbalingga

Biaya operasi kendaraan disajikan sebagai berikut.


Rekapitulasi biaya fix cost per bus per km
1) Biaya Penyusutan = Rp. 1.169,16 /bus-km
2) STNK/Pajak Kendaraan = Rp. 13,15 /bus-km
3) Biaya Keur Bus = Rp. 3,51 /bus-km
4) Biaya Awak Kendaraan = Rp. 350,75 /bus-km
5) Biaya Retribusi Terminal = Rp. 42,09 /bus-km
Rekapitulasi biaya variable cost per bus per km
1) Biaya BBM = Rp. 1.287,50 /bus-km
2) Biaya Ban = Rp. 294,- /bus-km
3) Biaya Pemeliharaan Kendaraan = Rp. 237,25 /bus-km
4) Biaya Overhoul General = Rp. 89 /bus-km
5) Biaya Penambahan Oli Mesin = Rp. 42,09 /bus-km
Total biaya keseluruhan = Rp. 4.166,12 /bus-km

Berdasar hasil perhitungan biaya operasional kendaraan di atas diperoleh biaya keseluruhan sebesar Rp.
4.166,12 per bus per kilometer. Biaya terbesar berasal dari biaya BBM yaitu sebesar Rp. 1.287,50 per
bus per kilometer. Adapun perhitungan tarif sesuai dengan ketentuan Direktorat Jendral Perhubungan
Darat nomor 687 tahun 2002 disajikan sebagai berikut.
Tarif pokok =
= Rp. 148,79 per km

328
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tariif BEP =
= Rp. 5.148,13
Tarif = ) + 10%
= Rp. 5.662,94
Berdasar hasil perhitungan di atas diperoleh tarif untuk asumsi load factor 70% adalah sebesar Rp.
5.662,94, dan untuk memudahkan pembayaran, tarif dibulatkan menjadi Rp. 6.000,-.

Usulan skenario perbaikan 1


Usulan alternatif perbaikan kinerja skenario 1 dilakukan dengan mengasumsikan atau menetapkan
nilai load factor rencana jalur koridor 1 pada Skenario 1 sebesar 70%. Waktu sirkulasi rata rata angkutan
umum BRT Trans Jateng Koridor 1 diperoleh sebesar 173 menit. Perencanaan headway ditetapkan
sebesar 10 menit. Jumlah armada 18 armada per waktu sirkulasi.
Jumlah penumpang pada sesi terpadat selama survei adalah sebanyak 158 penumpang (hasil survei),
sedangkan jumlah penumpang pada sesi terpadat menurut perhitungan sebesar 168 penumpang. Dengan
demikian dapat diketahui terdapat penambahan jumlah penumpang sebanyak 10 penumpang pada sesi
terpadat. Penambahan penumpang tersebar pada halte-halte yang intensitasnya relatif tinggi seperti di
halte Patista Harsa dan halte Terminal Bulupitu. Dari hasil terbut diperoleh pendapatan tahunan sebesar
Rp. 8.830.080.000,- dan pengeluaran sebesar Rp. 7.696.690.061,- dengan demikian diperoleh nilai BCR
sebesar 1,147, dan BRT Trans Jateng Koridor 1 mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.133.389.939,- per
tahun dengan nilai BCR > 1

Usulan skenario perbaikan 2


Berdasarkan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum di Wilayah Perkotaan dalam
trayek tetap dan teratur yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) disebutkan
bahwa faktor muat ideal adalah 70%. Periode jam sibuk pada saat penelitian yaitu dari jam 15.00 WIB
sampai dengan 17.00 WIB dengan jumlah penumpang sebesar 235 orang. Waktu sirkulasi direncanakan
sebesar 129 menit dengan waktu antara sebesar 8 menit, sehingga diperoleh jumlah armada yang
dibutuhkan sebanyak 16 armada per waktu sirkulasi. Pendapatan per tahun adalah sebesar Rp.
7.848.960.000,- dan pengeluaran per tahun adalah sebesar Rp. 6.841.502.277,-. Nilai BCR yang diperoleh
adalah sebesar 1,147. Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa BRT Trans Jateng Koridor 1
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.007.457.723,- per tahun dengan nilai BCR > 1.
Rekapitulasi perbandingan hasil analisis kinerja pada kondisi eksisting, usulan perbaikan skenario 1
dan usulan perbaikan skenario 2 disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi perbandingan kondisi eksisting dan usulan perbaikan


Variabel Eksisting Skenario 1 Skenario 2
Load Factor (%) 36,855 100 70
Headway (menit) 14 9 10
Waktu Sirkulasi (menit) 174,2 173 173
Kecepatan Perjalanan (km/jam) 28,5 30 30
Jumlah Armada (unit) 14 20 18
Biaya Operasional Kendaraan
4.112,19 4.112,19 4.112,19
(/bus-km) (Rp)
Pendapatan per tahun (Rp.) 4.026.216.000,- 9.811.200.000,- 8.830.080.000,-
Pengeluaran per tahun (Rp.) 5.914.469.292,- 8.551.877.846,- 7.696.690.056,-
Benefit Cost Ratio (BCR) 0,681 1,147 1,147
Tarif (Rp.) 4.000,- 6.000,- 6.000,-

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan kinerja dan tarif angkutan umum BRT Trans Jateng
Koridor 1 Jurusan Purwokerto–Purbalingga dapat disimpulkan sebagai berikut.

329
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1. Parameter kinerja operasional pada kondisi eksisting yang memenuhi standar kinerja angkutan
umum yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1999) adalah waktu sirkulasi,
ketersediaan armada, dan kecepatan perjalanan, sedangkan faktor muat dan waktu antara belum
memenuhi standar.
2. Berdasar kinerja kondisi eksisting diusulkan skenario perbaikan 2 karena lebih ekonomis dan
mengurangi pengeluaran tahunan dengan keuntungan yang hampir sama. Besar biaya pokok dengan
menggunakan load factor pada kondisi eksisting adalah sebesar Rp. 4.112,19. Pendapatan per tahun
untuk Jalur 1 adalah sebesar Rp. 4.026.216.000,- dengan jumlah pendapatan tersebut diperoleh hasil
BCR < 1 yaitu sebesar 0,681. sehingga pemerintah masih perlu memberi subsidi sebesar Rp.
1.888.253.292,- per tahun, untuk memenuhi biaya operasional tahunan, diusulkan tarif perbaikan
sebesar Rp. 6.000,-.

DAFTAR PUSTAKA
Amanda, S. P., 2019, Studi Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Penumpang Kota Sumbawa, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Angga, P., 2019. Perencanaan Bus Rapid Transit (BRT) di Kabupaten Purworejo, Skripsi, Politeknik
Transportasi Darat Indonesia- STTD, Jakarta.
Anggraeni., 2018, Evaluasi Kinerja Angkutan Umum di Kota Magelang (Studi Kasus Jalur 1 dan 8).
Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Bakhtiar, A., 2018, Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Kota Malang, Jurnal Ketahanan Pangan), Vol 2
(2), Hal.142-158.
Departemen Perhubungan Diretorat Jenderal dan Perhubungan Darat, 1999, Bina Sistem Lalu Lintas dan
Angkutan Kota, Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Angkutan Umum. Balai Diklat
Transjaya, Tegal.
Departemen Perhubungan, 2009, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, beserta peraturan
pelaksanaannya, Departemen Perhubungan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2002, Surat Keputusan Nomor 687 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktorat
Jenderal Perhubungan, Jakarta.
Direktorat Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat
Jenderal Penataan Ruang, 1996, Kinerja Pelayanan Angkutan Umum. Bandung
Dwiryanti dan Ratnasari, 2013, Analisis Kinerja Pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Koridor II Terboyo-
Sisemut. (Studi Kasus: Rute Terboyo – Sisemut Kota Semarang.
(https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/2932.)
Handoko, N., 2008, Evaluasi kinerja dan tarif angkutan perkotaan (Studi kasus angkot jurusan Pasar
Bunder-Bulu Sragen), Tesis, Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Murti, L. N. F., dan Agusdini, T. M. C., 2019, Evaluasi Kinerja angkutan umum penumpang trayek Lyn d
jurusan terminal Rajekwesi–Dander Kabupaten Bojonegoro. In Prosiding Seminar Teknologi
Perencanaan, Perancangan, Lingkungan dan Infrastruktur, Vol. 1, No. 1, pp. 84-90.
Muryanto, D., dan Santosa, R., 2018, Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Trayek Lyn Hb1 Jurusan
Tulangan-Terminal Larangan Kabupaten Sidoarjo. WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, Vol 16 No. 2,
Hal. 18-25.
Nurfadli, Heriyanto, dan Pratomo, 2015, Evaluasi Kinerja Angkutan Massal Bus Rapid Transit Koridor
Rajabasa–Sukaraja. (http://journal.eng.unila.ac.id/index.php/jrsdd/article/view/454)
Nurhidayati, I., 2016, Kajian Kinerja Pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Kabupaten Sidoarjo, Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya, Malang.
Prakoso, B. I., 2017, Evaluasi Kinerja dan Pelayanan Bus Trans Sidoarjo,Tesis, Program Sarjana, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Raharjo, I. B., 2015, Studi Evaluasi Kinerja dan Tarif Angkutan Umum (Trayek A. 1 dan BB. 2) Kota
Pasuruan Tahun 2015, Doctoral dissertation, ITN Malang, Malang.

330
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Rahmatullah, M., dan Sumabrata, J., 2015, Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Kota Depok Yang
Beroperasi Di Jalan Margonda Raya Depok.
Riyanto, B., 2012, Evaluasi Kinerja Pelayanan BRT di Kota Semarang Studi Kasus: Koridor I, Trayek
Mangkang-Penggaron. Jurnal Karya Teknik Sipil, Vol I N0.1, Hal. 1-12.
Saputra, P., Ahmat, C., Wiguna, R. A., Sulistio, H., dan Suharyanto, A., 2016, Evaluasi Kinerja Dan
Penentuan Tarif Angkutan Umum Kota Batu (Studi Kasus Angkutan Trayek Batu–Bumiaji, Batu–
Selecta–Sumberbrantas, Dan Batu–Gunungsari), Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya,
Malang.
Sari, C. A. N., dan Afriandini, B., 2020, Evaluasi Kinerja Bus Rapid Transit Trans Jateng Pada Koridor
Purwokerto-Purbalingga. Jurnal Sainteks, Vol.17 No. 1, Hal. 53-60.
Setiawan, D. A., 2019, Evaluasi Kinerja dan Tarif Angkutan Umum di Kabupaten Malang (Studi Kasus
Jalur Angkutan Trayek Lawang–Arjosari), Program Sarjana ITN, Malang.
Supriyatno, 2015, Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Di Kabupaten Sidoarjo.
(http://journal.unpar.ac.id/index.php/journaltransportasi/article/view/1850).
Tamin, O. Z., 2000, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung
Yuliana, H., dan Abadi, K., 2014, Evaluasi kinerja angkutan umum penumpang kota Mataram (studi
kasus: rute Sweta–Ampenan). Media Teknik Sipil, Vol 12, No.2.

331
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

EVALUASI SIFAT MEKANIK DAN HIDRAULIK BETON POROUS DENGAN


VARIASI CAMPURAN

Agung Setiawan1*,
1
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo
Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 3, Purworejo, Jawa Tengah
*
Email: agungsetiawan@umpwr.ac.id

Abstrak
Beton konvensional yang digunakan untuk lapis permukaan halaman rumah, jalan lingkungan, area
parkir dan tempat pejalan kaki dapat berdampak risiko peningkatkan limpasan permukaan. Dampak
langsung peningkatan limpasan permukaan akan menyebabkan potensi genangan air hujan dan
menyebabkan banjir serta berkurangnya infiltrasi. Salah satu upaya mengurangi limpasan dan
memperbesar infiltrasi air hujan adalah dengan menggunakan beton porous. Penelitian ini bertujuan
menginvestigasi karakteristik kuat tekan, infiltrasi dan permeabilitas dengan variasi campuran
komposisi semen dengan agregat. Dalam penelitian ini digunakan 4 (empat) perbandingan campuran
semen dengan agregat, dan faktor air semen sebagai berikut: 1: 5 , 1: 6, 1: 7 dan 1: 8 serta faktor air
semen 0,4. Setiap komposisi dibuat 5 benda uji silinder untuk uji kuat tekan, 2 benda uji infiltrasi dan uji
konduktivitas hidraulik silinder diameter 6 inch dan tinggi 20 cm. Metode pengujian infiltrasi dan
konduktivitas hidraulik menggunakan peralatan modifikasi ASTM C1701.
Komposisi campuran semen dengan agregat beton porous yang menghasilkan kuat tekan tertinggi
sebesar 5,41 M.Pa adalah 1 ; 5. Komposisi campuran 1 : 8 menghasilkan sifat hidraulik infiltrasi 1,01
cm/detik dan konduktivitas hidraulik 5,80 cm/detik. Kuat tekan beton porous mengalami penurunan
dengan bertambah besar perbandingan semen dengan agregat sebaliknya karakteristik hidraulik
infiltrasi dan konduktivitas hidraulik mengalami kenaikan.

Kata kunci: beton porous, kuat tekan, infiltrasi, konduktivitas hidraulik

PENDAHULUAN
Beton porous merupakan salah satu jenis beton ringan karena tidak adanya agregat halus dalam
komponen pembentuk utamanya. Kuat tekan beton porous kecil karena tidak adanya agregat halus, tetapi
mempunyai sifat dapat dilewati air. Sifat lolos air memberi keuntungan beton beton porous sebagai
alternatif pengurangan limpasan permukaan dan imbuhan air tanah. Penelitian beton porous semakin
mendapat perhatian untuk mendapatkan sifat mekanis dan sifat hidraulik yang lebih baik. Perbandingan
semen dengan agregat pada campuran beton porous akan mempengaruhi sifat mekanis dan hidraulik.
Material penyusun beton porous yang hanya menggunakan semen dan air untuk menyelimuti butir
agregat berakibat pada kecilnya kuat tekan. (Khonado & Hieryco Manalip, 2019) menyatakan pengertian
kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat
terpenting dalam kualitas beton. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan
semen, agregat, air.
Kuat tekan beton porous berkisar antara 2,8 – 28 MPa. Persyaratan standar mengenai mutu beton
berpori belum ada pada SNI. Penambahan agregat halus akan menurunkan permeabilitas tetapi akan
meningkatkan kuat tekan. Standar permeabilitas menurut UNI EN 12697-40 berkisar 5.78 x 10-3 sampai
dengan 2.69 x 10-2 m/s (ACI, 2010).
(Peiliang, et.al., 2020) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan beton porous
dengan kekuatan tinggi. Metode penelitian dengan menggabungkan praktik disain umum dan konsep
disain penggunaan pasta semen rendah, peningkatan homogenitas dan perbaikan ikatan antar agregat.
Properties mekanik dari beton porous tergantung dari 3 (tiga) aspek yaitu: pasta semen, agregat dan
karakteristik ikatan antara pasta semen dengan agregat. Ukuran agregat yang lebih kecil 3 mm lebih besar
kuat tekannya karena pasta semen lebih cukup menyelimuti permukaan agregat.
Penggunaan rasio semen dengan agregat 1:6 pada beton non pasir dengan agregat lokal dari Merak,
memberikan hasil nilai kuat tekan dan kuat lentur tertinggi yang masing-masing sebesar 3,712 MPa.
Sedangkan untuk nilai daya serap air, nilai terbesar terdapat pada rasio semen agregat 1 : 4 sebesar 4,775

332
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

%. Proporsi optimum pada penelitian ini adalah perbandingan semen dengan agregat 1:6 (Darwis, dkk.,
2017).
Penggunaan faktor air semen lebih tinggi dari 0,45 mengakibatkan pasta semen menjadi terlalu cair,
dan akan mengalir meninggalkan agregat dan menyebabkan pengendapan pasta semen di dasar. Dengan
faktor air semen yang lebih rendah dari 0,45 pasta tidak akan cukup untuk melapisi agregat. Faktor air
semen optimum memungkinkan pasta semen untuk melapisi agregat secara seragam. (Ginting, 2015).
Penelitian ini bertujuan menginvestigasi karakteristik kuat tekan, infiltrasi dan permeabilitas dengan
variasi campuran komposisi semen dibanding agregat.

METODOLOGI
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental yaitu dengan melakukan
percobaan uji tekan pada sampel silinder beton porous, uji infiltrasi dan permeabilitas di laboratorium
Bahan Konstruksi Teknik Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Pembuatan Benda Uji


Benda uji untuk kuat tekan berbentuk silinder dimensi diameter 150 mm tinggi 300 mm. Benda uji
untuk test infiltrasi dan permeabilitas berbentuk silinder diameter 6 inch tinggi 20 cm. Variasi komposisi
campuran beton porous adalah sebagai berikut.
a. 1 (semen) : 5 (agregat),
b. 1 (semen) : 6 (agregat),
c. 1 (semen) : 7 (agregat),
d. 1 (semen) : 8 (agregat).
Untuk waktu pengujian dilakukan setelah sampel beton porous 28 hari. Variabel-variabel dalam
penelitian ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah variasi komposisi campuran beton porous. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi, dan menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah hasil
uji kuat tekan, infiltrasi dan permeabilitas beton porous. Variabel kontrol adalah variabel yang terkendali
atau dibuat konstan. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah dimensi sampel beton porous, tipe
semen yang digunakan, jenis agregat, faktor air semen, cara pembuatan dan perawatan benda uji

Pengujian Infiltrasi dan Permeabilitas


Pengujian infiltrasi dan permeabilitas dilakukan untuk mendapatkan kinerja beton porous dalam
meloloskan air. Peralatan yang digunakan dalam Gambar 1. di bawah ini
Pengujian infiltrasi dilakukan dengan cara menuangkan volume air tertentu ke permukaan sampel
beton porous dan diukur waktunya. Tahapan pengujian permeabilitas Metode Falling Head sebagai
berikut:
a. Sampel beton porous diletakkan di bawah tabung acrylic terikat dengan lapis karet agar tidak terjadi
rembesan air.
b. Tabung acrylic diisi air sampai ketinggian tertentu (ho) dan sampel kondisi jenuh.
c. Keran air dibuka sampai terjadi beda tinggi kurang lebih 150 mm, keran air ditutup diukur waktu
penurunannya.

333
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Alat Pengujian Konduktivitas Hidraulik.

Infiltrasi
Infiltrasi adalah aliran air dari permukaan tanah ke dalam tanah. Pengujian infiltrasi beton porous
merujuk ASTM C1701 (Nassiri, dkk., 2017) menggunakan persamaan sebagai berikut:
(1)
dengan
I = Infiltrasi (cm/s)
V = Volume air (cm3 )
D = Diameter sampel (cm)
t = Waktu air surut (detik)

Konduktivitas Hidraulik
Untuk mengukur konduktivitas hidraulik beton porous menggunakan metode falling head
permeability. Sampel beton porous dicetak dalam bentuk silinder dengan diameter 6 inch dan tinggi 20
cm. Tabung pengukur didirikan di atas sampel. Tabung pengukur diisi air ketinggian tertentu dan sampel
kondisi jenuh. Keran dibuka dan dicatat perubahan tinggi muka air dan waktunya. Persamaan
konduktivitas hidraulik. (Hardiyatmo, 2018)


(2)

dengan
K = Konduktivitas Hidraulik (cm/s)
L = tebal sampel (cm)
 = luas tabung air (cm2)
A = luas sampel (cm2)
h0 = tinggi muka air awal tabung (cm)
h1 = tinggi muka air akhir tabung (cm)
t = interval waktu pengukuran (detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian kuat tekan beton porous dilakukan pada umur 28 hari. Hasil kuat tekan untuk beberapa
variasi komposisi campuran dapat dilihat pada Tabel 1. dan Gambar 2.

334
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1. Kuat tekan beton porous


Komposisi Kuat Tekan Rerata Kuat
Semen : Agregat (MPa) Tekan (MPa)
1:5
BP5.1 5,93
BP5.2 4,90
BP5.3 5,58 5,41
BP5.4 5,01
BP5.5 5,61
1:6
BP6.1 2,38
BP6.2 2,99
BP6.3 3,27 3,20
BP6.4 4,31
BP6.5 3,05
1:7
BP7.1 3,45
BP7.2 3,15
BP7.3 3,96 3,07
BP7.4 1,17
BP7.5 3,60
1:8
BP8.1 2,54
BP8.2 2,60
BP8.3 2,95 2,12
BP8.4 1,42
BP8.5 1,10

Gambar 2. Kuat tekan beton porous terhadap komposisi campuran semen : agregat

Tabel 2. Infiltrasi dan konduktivitas hidraulik beton porous


Konduktivitas
Komposisi Infiltrasi
Hidraulik
Semen : Agregat (cm/dtk)
(cm/dtk)
1:5 0,72 4,39
1:6 1,06 5,80
1:7 0,83 5,94
1:8 1,01 5,80

335
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Infiltrasi beton porous terhadap komposisi campuran semen : agregat

7,00
Konduktivitas Hidraulik (cm/detik)

5,80 5,94 5,80


6,00

5,00 4,39
4,00

3,00

2,00

1,00

0,00
1:5 1:6 1:7 1:8
Komposisi Campuran Semen : Agregat

Gambar 4. Konduktivitas hidraulik beton porous terhadap


komposisi campuran semen : agregat

Hasil uji kuat tekan beton porous menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan campuran semen
dengan agregat semakin menurun kuat tekan. Kondisi ini diakibatkan pasta semen yang menyelimuti
permukaan butiran semakin sedikit. Hal ini berakibat kekuatan ikatan antar butiran agregat menjadi
berkurang. Karakteristik hidraulik yaitu infiltrasi dan konduktivitas hidraulik akan mengalami kenaikan
seiring dengan bertambah besar perbandingan semen dengan agregat. Hal ini diakibatkan pasta semen
yang mengisi rongga antar butir agregat berkurang.

KESIMPULAN
Hasil pengujian beton porous dengan beberapa variasi komposisi campuran semen dan agregat dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Karakteristik mekanik, kuat tekan beton porous terbesar adalah komposisi campuran semen dan
agregat 1 : 8 sebesar 5,41 M.Pa.
2. Karakteristik hidraulik komposisi campuran semen dan agregat 1 : 8, infiltrasi sebesar 1,01 cm/detik
dan konduktivitas hidraulik 5,80 cm/detik.

336
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

3. Semakin besar perbandingan semen dengan agreagt maka kuat tekan semakin berkurang berkurang,
kemampuan meloloskan air semakin besar. Kuat tekan, infiltrasi dan konduktivitas hidraulik masih
memadai.

DAFTAR PUSTAKA
ACI. (2010). Report on Pervious Concrete ACI 522R-10. American Concrete Institute, Farmington Hills.
ASTM C 1701 (2009). Standard Test Method for Infiltration Rate of In Place Pervious Concrete ASTM
International.
Darwis, Z., Baehaki, & Supriyadi, H. (2017). Beton Non-Pasir dengan Penggunaan Agregat Lokal Dari
Merak. Jurnal Fondasi, Volume 6 No 1.
Ginting, A. (2015). Kuat Tekan dan porositas beton porous dengan bahan pengisi styrofoam. Jurnal
Teknik Sipil, Volume 11( Nomor 2), 76-168.
Hardiyatmo, H. C. (2018). Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Khonado, M. F., & Hieryco Manalip, S. E. (2019, Maret). Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton Porous
dengan Variasi Ukuran Agregat. Sipil Statik, Vol.7(No.3), 351-358.
Kurniadi, E., & Himawan, L. (2019, Maret). Kajian Kuat Tekan dan Infiltrasi Pada Beton Non Pasir.
Jurnal Riset Rekayasa Sipil, 72-78.
Megasari, S. W., Yanti, G., & Zainuri. (2020). Hubungan Karakteristik Beton Porous Dengan Variasi
Komposisi Agregat Kasar. Seminar Nasional Pakar ke 3 , (p. Buku 1: Sains dan Teknolog).
Peiliang, S., Jian-Xin, L., Haibing, Z., Songhui, L., & Chi Sun, P. (2020, October 214). Conceptual
design and performance evaluation of high strength pervious. Construction and Building Materials.
https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2020.121342
Yao, A., & Hao Ding, X. Z. ( 1 April 2018). Optimum Design and Performance of Porous Concrete for.
Hindawi, Advances in Materials Science and Engineering. https://doi.org/10.1155/2018/7082897
Nassiri, S., Rangelov, M., & Chen, Z. (2017). Preliminary Study to Develop Standard Acceptance Tests
for Pervious Concrete. Washington: Department of Civil and Enviromental Engineering.
Yi Zhang, Hui Li, Ahmed Abdelhady, & Jie Yang. (2020). Comparative laboratory measurement of
pervious concrete permeability using constant-head and falling-head permeameter methods.
Construction and Building Materials. doi:https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2020.120614

337
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENDEKATAN POLA PENGEMBANGAN TANAH EKSPANSIF DENGAN


METODE ELEMEN HINGGA SAP2000

Cahyo Agung Saputra1, Bambang Setiawan2 , Rojab Nurul Huda3


1,2,3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126
*
Email: Hyogung@Yahoo.co.id

Abstrak
Tanah ekspansif merupakan tanah yang mudah mengembang dan menyusut sehingga sering
menimbulkan masalah bagi konstruksi bangunan sipil, misalnya menyebabkan dinding bangunan retak
dan konstruksi jalan mengalami kerusakan retak, bergelombang, dan berlubang. Telah banyak
penelitian terkait tanah ekspansif dan memberikan kriteria yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan potensi swelling dari tanah ekspansif seperti penelitian, Seed (1962), Chen (2012)
dan Raman (1967). Metode penelitian dilakukan dengan mencari swelling preasure dari dial gauge arah
vertikal dan horizontal, kemudian dari data yang diperoleh digunakan mencari gaya pengembangan
tanah ekspansif. Gaya pengembangan tanah dijadikan sebagai input program SAP 2000 yang mana
sebelumnya telah didefinisikan material tanah pada model yang dibuat pada program SAP2000. Pada
analisis model digunakan analisis shell. Berdasarkan hasil analisa perilaku tanah ekspansif pada
sampel tanah trucuk, ternyata bisa dilakukan pendekatan pola pengembangan tanah dengan program
bantu SAP2000, hal ini terlihat ketika dilakukan analisis perbandingan antara hasil perhitungan
laboratorium dan SAP2000 yang memiliki pola nilai yang relatif sama. Parameter penting dalam
analisa program SAP yang digunakan adalah gaya pengembangan, modulus elastisitas (E), dan poisson
rasio (υ).

Kata kunci: ekspansif, kadar air, swelling, SAP2000

PENDAHULUAN
Tanah ekspansif adalah istilah yang digunakan pada tanah yang mempunyai potensi pengembangan
atau penyusutan yang tinggi oleh pengaruh perubahan kadar air. merupakan salah satu jenis tanah
bermasalah dan sangat peka tehadap perubahan kadar air. Ciri-ciri yang bisa diamati dari perilaku tanah
ekspansif adalah akan menyusut bila kadar air berkurang, dan sebaliknya akan mengembang bila kadar air
bertambah, hal ini dapat menimbulkan total heave terhadap konstruksi yang ada sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada konstruksi tersebut.
Kondisi ekspansif umumnya terjadi di tanah lempung mengandung mineral montmorillonite,
plastisitas tinggi dimana LL > 40% ; PI > 35%, adanya lapisan tanah di bawah permukaan tanah yang
merupakan zona aktif dimana cuaca sangat mempengaruhi perubahan kadar air.
Potensi pengembangan (swelling potential) merupakan salah satu cara untuk menggambarkan sifat
tanah ekspansif. Swelling adalah pembesaran volume tanah ekspansif akibat bertambahnya kadar air.
Nilai tekanan pengembangan bergantung pada banyaknya mineral lempung dalam tanah dan kadar air
awal. Gangguan tanah atau pembentukan kembali tanah dapat menambah sifat mudah mengembang.
Potensi pengembangan diartikan sebagai rasio peningkatan ketinggian dengan ketinggian awal tanah pada
tanah yang dipadatkan dengan kadar air optimum (OMC).
Pengujian pengembangan (swelling) pada laboratoium sangat berguna, namun tidak secara akurat
dapat memperediksi prilaku pengembangan tanah di lapangan. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal
tersebut, hal ini antara lain, karena tanah di laboratorium biasanya di genangi air, sedangkan tanah di
lapangan mungkin hanya sedikit saja di pengaruhi atau berhubungan dengan air. Aliran air ke dalam
tanah di lapangan bergantung pada banyak faktor, antara lain :
1. Suplai air yag bergantung pada hujan, irigasi dan drainase permukaan
2. Evaporasi dan transpirasi yang bergantung pada iklim dan vegetasi.
3. Adanya retakan dalam tanah yang menyebabkan air lebih mudah melewatinya
4. Daya tarik tanah pada air (isapan tanah).
Tanah di lapangan hanya akan mengembang sekitar 10 sampai 80% dari kemungkinan total
mengembangnya (Jones dan jones, 1987)

338
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Perkembangan dunia komputasi di bidang teknik sipil ternyata membawa banyak kemudahan untuk
menerapkan teori-teori dan perhitungan berdasarkan metode elemen hingga kedalam proses perancangan
di lapangan. Metode ini dapat digunakan sebagai pemodelan untuk perilaku pelat saat menerima beban.
Salah satu program yang berbasis pada perhitungan metode elemen hingga yaitu SAP2000. Program ini
dapat digunakan untuk menganalisis suatu pemodelan pelat dengan memasukkan data materialnya. Pada
penelitian yang berkaitan dengan permasalahan tanah ekspansif sendiri, telah banyak peneliti yang
menggunakan metode elemen hingga ini diantaranya: Marid'sha (2009), Ariseno.,(2019) dan
Mahmudah.,dkk(2017)

METODOLOGI PENELITIAN
Untuk memperoleh data-data yang tepat maka dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen
dimana akan dilakukan berbagai macam pengujian sehubungan dengan data-data yang diinginkan.
Adapun pelaksanaan pengujian dilakukan. Pengujian sampel tanah melalui prosedur-prosedur
laboratorium sesuai dengan standar ASTM (America Society for Testing and Material).
Sampel tanah yang di uji merupakan tanah dari daerah Trucuk kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Berdasarkan dari hasil pengujian di laboratorium didapatkan indeks properties tanah sebagai berikut :

Tabel 1. Indeks properties tanah Trucuk


Pengujian Persentase
Kandugan Air 44,28 %
Massa Jenis 2,31
Batas Cair 84,75 %
Batas Plastik 17,78 %
Indeks Plastisitas 66,97 %
Batas Susut 16,69 %
Gravel 1,32 %
Grain Size Sand 8,53 %
Silt 48,59 %
Clay 41,56 %

Hasil indeks properties pada tabel 1, menunjukan bahwa jenis tanah trucuk termasuk jenis yang ekspansif,
dimana LL > 40% ; PI > 35%.

Penempatan alat uji dan permodelan


Permodelan dilakukan di sebuah box uji seperti yang ditampilkan pada Gambar 1. Selanjutnya diatas
tanah uji pada box di letakan pelat besi dengan dimensi yang bisa di lihat pada gambar 2, beserta
penempatan dial indikator.

Gambar 1. Bentuk box Uji

339
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pembahasan dari satu sisi box uji, dapat dilihat pada gambar 3, selama 8 hari hingga tanah dalam
kondisi jenuh. Pembasahan dilakukan pada pagi dan sore hari, pembacaan dial dilakukan setelah
pembasahan dilakukan. Skenario pembasahan dapat dilihat pada tabel 2.

Gambar 2. Dimensi pelat uji dan titik dial

Tabel 2. Skenario Pembasahan Error! Not a valid link.

Gambar 3. Proses pembasahan

Melakukan analisis metode elemen hingga dengan program SAP2000


Analisis besarnya pemberian tekanan swelling tanah pada plat dilakukan dengan cara trial error
dengan Analisis Metode Elemen Hingga dengan bantuan Program SAP2000. Adapun tahapan yang
dilakukan analisis elemen hingga ini dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Bagan alir analisis metode elemen hingga

340
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah dilakukan pengujian dan pembacaan dial maka diperoleh data yang di olah dan disajikan
seperti berikut :

Hasil Deformasi Setelah Pembasahan

Tabel 3. Pembasahan pagi Tabel 4. Pembasahan sore


Dial (div) tiap jarak dari sisi terjauh pelat (mm) Dial (div) tiap jarak dari sisi terjauh pelat (mm)
Hari Ke- Pembacaan Hari Ke- Pembacaan
39 125,5 212,5 313,5 413,5 39 125,5 212,5 313,5 413,5
1 Pagi 0 0 0 0 0 1 Sore -0,155 -0,01 0,19 0,72 1,48
2 Pagi -0,09 0,635 3,18 4,095 5,995 2 Sore 0,32 2,64 3,965 7,495 9,94
3 Pagi 0,7 3,175 7,39 10,56 12,92 3 Sore 1,38 3,885 7,96 10,56 13,135
4 Pagi 2,56 5,045 8,32 12,24 12,395 4 Sore 7,335 6,525 9,1 12,76 12,28
5 Pagi 9,565 9,53 10,4 11,755 10,225 5 Sore 11,236 9,935 11,055 11,565 10,125
6 Pagi 11,237 10,725 11,475 11,445 9,49 6 Sore 11,245 10,86 11,56 11,469 9,48
7 Pagi 11,245 10,97 11,57 11,408 9,405 7 Sore 11,245 11,02 11,59 11,402 9,41
8 Pagi 11,245 11,132 11,638 11,41 9,375 8 Sore 11,245 11,175 11,658 11,425 9,365

Dari deformasi yang terjadi setelah pembasahan, dapat dilihat titik jenuh tanah pada setiap dial
memiliki nilai yang berbeda-beda, pada dial 1 = 13,135, dial 2 =12,76, dial 3 =11,658, dial 4 =11,75 dan
dial 5 =11,245.

Perbandingan hasil Swelling maksimum antara Laboratorium dan SAP2000


Analisis besarnya pemberian tekanan swelling tanah pada plat dilakukan dengan cara trial error
dengan Analisis Metode Elemen Hingga dengan bantuan Program SAP 2000 hingga deformasi yang
terjadi pada pemodelan mendekati lendutan skala lab yang ada. Besarnya tekanan diperoleh hasil sebagai
berikut :

341
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(a). Hari-2 Pagi SAP2000 dan lab (b) Hari-3 Pagi SAP2000 dan lab

(c). Hari-4 Pagi SAP2000 dan lab (d). Hari-5 Pagi SAP2000 dan lab

(e). Hari-6 Pagi SAP2000 dan lab (f). Hari-7 Pagi SAP2000 dan lab

(g). Hari-8 Pagi SAP2000 dan lab

Gambar 5. Hasil hari ke 2 sampai ke-8 Pagi SAP2000 dan lab

Pada grafik yang di sajikan pada gambar 5(a) sampai gambar 5(g) diatas, bisa diamati swelling yang
terjadi perharinya. Pengembangan (swelling) mulai terlihat terjadi pada hari kedua, dan terus terjadi

342
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

hingga maksimum di hari ketiga. Di hari keempat sampai dengan hari kedelapan tanah mulai mengalami
penurunan seiring dengan pembasahan yang terus dilakukan perharinya.
Hasil perbandingan antara nilai lendutan Lab dengan SAP2000, terlihat bahwa hasilnya memiliki
pola yang relatif sama. Setelah dilakukan analisis antara nilai keduanya didapatkan selisih nilai yang kecil
dan standar deviasi yang diperoleh relatif kecil sehingga selisih rata-rata yang diperoleh cenderung
menampilkan nilai yang resprensentatif. Pada tabel 5 akan di tampilkan nilai selisih rata-rata dan standar
deviasi yang di peroleh dari lendutan yang terjadi per harinya.

Tabel 5. Nilai rata-rata lendutan


Selisih rata-rata lendutan
Hari Standar Deviasi
Lab dan SAP2000
2 1,0652 0,30
3 1,0217 0,31
4 0,9627 0,20
5 0,8526 0,78
6 0,8423 0,94
7 0,8474 0,89
8 0,8468 0,90

KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil Identifikasi tanah yang telah di lakukan di laboratorium, tanah trucuk merupakan tanah
lempung ekspansif dengan potensi pengembangan (swelling potential) sangat tinggi.
2. Berdasarkan hasil analisa perilaku tanah ekspansif pada sampel tanah trucuk, ternyata bisa dilakukan
pendekatan pola pengembangan tanah dengan program bantu SAP2000, hal ini terlihat ketika
dilakukan analisis perbandingan antara hasil perhitungan laboratorium dan SAP2000 yang memiliki
pola nilai yang relatif sama

DAFTAR PUSTAKA
Ariseno, N. M., Utama, A. M., Setiawan, B., & Djarwanti, N. (2019). Pengaruh Pola Pada Sistem Cam
Menggunakan Metode Elemen Hingga. Jurnal Riset Rekayasa Sipil, 2(2), 59-64.
Chen, F. H. (2012). Foundations on expansive soils (Vol. 12). Elsevier.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pedoman Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi Jalan.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum
Hardiyatmo, H.C. (2012). Mekanika Tanah I. edisi keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press
Hardiyatmo, H.C. (2017). Tanah Ekspansif Permasalahan dan Penanganan. edisi kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Jones, D. E. Jr., and Jones, K. A. (1987), Treating Expansive Soils, Civil Engineering, ASCE, Vol.57, No.
8, August, pp. 62-65
Marid'sha, E. (2019). Analisis Settlement gedung bertingkat tinggi pada tanah ekspansif: studi kasus
Pakuwon Indah Surabaya.
Mahmudah, M., Dananjaya, R. H., & Surjandari, N. S. (2017). Perbandingan Deformasi Tanah Lempung
Plastisitas Tinggi Dengan Penambahan Sampah Plastik Menggunakan Uji Laboratorium dan
Analisis Metode Elemen Hingga. Matriks Teknik Sipil, 5(2).
Raman, V. (1967). Identification of expansive soils from the plasticity index and the shrinkage index
data. Indian Eng., Calcutta, 11(1), 17-22.
Seed, H. B., Woodward, R. J., & Lundgren, R. (1963). Prediction of swelling potential for compacted
clays. Transactions of the American Society of Civil Engineers, 128(1), 1443-1477
W. G. Holtz and H. J. Gibbs, “ Engineering Properties of Expansive Clays, “ Trans. ASCE, Vol. 121,
pp.641-663. 1956

343
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN SECANT PILE TERHADAP


KINERJA BIAYA PADA PROYEK APARTEMEN DI MAKASAR

Juse Roejanto1*, Harianto Hardjasaputra2,3


1
Magister Teknik Sipil, Sains Dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
2
Magister Teknik Sipil, Sains Dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
3
Teknik Sipil, Sains Dan Teknologi, Universitas Pembagunan Jaya
Tangerang, Banten
*
Email: roejanto@yahoo.com

Abstrak
Obyek penelitian ini adalah pembangunan hunian vertikal dengan struktur basement dalam, kondisi
tanah berpasir, dengan luas 3700 m² di tengah kota, yang akan dibangun dengan 27 lantai dan 3
basement. Metode konstruksi pada galian basement menggunakan metode top down, dinding penahan
tanah jenis secant pile dengan diameter 80 cm, dalam 2 m’ = 380 titik, fondasi bored pile, dan kingpost
51 titik. Analisis risiko pada penelitian ini hanya pada pekerjaan secant pile sampai dengan pekerjaan
galian basement dengan kaitan terhadap kinerja biaya. Dari studi literatur dan data dari perusahaan
fondasi didapat variabel risiko sejumlah 41 variabel, setelah di validasi oleh lima orang pakar didapat
35 variabel yang kemudian disebar lewat kuesioner kepada kontraktor fondasi sejumlah 54 responden.
Metode kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu jawaban kuesioner dari
responden, kemudian data tersebut diolah dengan software SPSS, di hasilkan 28 variabel yang akan
digunakan. Setelah menghasilkan model persamaan, didapat tujuh variabel risiko yang paling
berpengaruh terhadap kinerja biaya yaitu: hasil akhir pekerjaan secant pile setelah dilakukan galian
basement, komunikasi yang tidak baik antar pekerja kontraktor fondasi di lapangan, keterlambatan
pengiriman material dari supplier, kurangnya pemahaman dari team pada saat pelaksanaan tender,
keterbatasan ketrampilan supervisor di lapangan, pengawasan secara periodik yang tidak konsisten dan
waktu kerja. Tiga variabel risiko yang paling berpengaruh ini yang akan di mitigasi sebagai pedoman
dan diharapkan dapat dipakai sebagai referensi bagi kontraktor fondasi pada saat akan mendapatkan
proyek yang sejenis.

Kata kunci: Biaya, Risiko, Secant Pile

PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya perekonomian dan taraf hidup di kota Makasar berdampak juga pada
kebutuhan akan tingkat hunian yang semakin besar, namun lahan yang ada diperkotaan sangatlah terbatas
dan juga harga tanah yang tinggi, sehingga dibutuhkan pembangunan hunian secara vertikal dengan
struktur basement dalam untuk penempatan sarana parkir dan building services (Hardjasaputra H, 2014),
oleh karena itu salah satu developer di Indonesia yang terkenal dan mempunyai banyak pengalaman pada
sektor properti melihat peluang akan hal itu. Developer ini mempunyai sebidang tanah yang tidak terlalu
luas yaitu 3700 m², berada dilokasi tengah kota yang berada di hoek pada jalan jalan utama. Lokasi
proyek juga tidak jauh dari laut sehingga secara umum kondisi tanah yang ada adalah jenis tanah berpasir.
Lokasi juga diapit oleh perkantoran pada sisi belakang serta rumah jabatan disisi lainnya, dengan kondisi
tersebut developer merencanakan pembangunan hunian vertikal dengan jumlah lantai 27 lantai dan 3
basement. Metode konstruksi yang dipilih adalah metode top down konstruksi dengan menggunakan
dinding penahan tanah jenis secant pile dan fondasi tiang bor dengan king post.
Dinding penahan tanah adalah struktur yang di rencanakan untuk menjaga dan mempertahankan dua
muka elevasi tanah yang berbeda (Coduto, 2001). Proses pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah
harus dikerjakan dengan mengikuti standar pelaksanaan pekerjaan yang nantinya harus sesuai dengan
syarat syarat mutu dari konsultan perencana yang ditentukan dan telah dituangkan dalam kontrak
pekerjaan. Syarat syarat tersebut antara lain seperti toleransi pergeseran baik secara vertikal maupun
horisontal, mutu beton ready mix, mutu besi beton, serta syarat kebocoran pada saat penggalian tanah
basement dan dinding penahan tanah tersebut terlihat.
Proyek adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan waktu dan sumber daya terbatas untuk
mencapai hasil yang telah ditentukan. Untuk mencapai hasil akhir kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran,
jadwal dan mutu yang dikenal sebagai tiga kendala (triple constrain), (Rani 2016).

344
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pada proyek ini tahapan pekerjaan dinding penahan tanah jenis secant pile mengikuti standar
pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui oleh pengawas “in house” dari pemilik proyek, tetapi setelah
pengalian tanah basement di lakukan dan hasil pekerjaan tersebut terlihat, didapat hasil yang tidak
memenuhi syarat mutu yang telah ditentukan seperti ada beberapa tiang yang “bulging” ke sisi dalam
galian dan kebocoran di beberapa tempat. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada biaya keseluruhan
proyek yang akan menjadi tanggung jawab dari kontraktor fondasi.
Tahapan manajemen risiko berdasarkan PMBOK sixth edition (2017) dibagi menjadi tujuh tahapan
yaitu : Perencanaan manajemen Risiko, Identifikasi Risiko, Pelaksanaan Analisis Risiko Qualitatif,
Pelaksanaan Analisis Risiko Quantitatif, Pelaksanaan Respon Risiko, Implementasi Respon Risiko, dan
Monitoring/Control Risiko.
Adapun pengertian risiko secara umum dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya
peristiwa di luar yang diharapkan (Imam Soeharto, 1995). Risiko merupakan rangkaian kegiatan atau
faktor faktor yang apabila terjadi akan meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan dari proyek
yaitu biaya, mutu dan waktu. Manajemen risiko juga dapat diartikan adalah proses terstruktur dan
sistimatis dalam mengidentifikasikan, mengukur, memetakan, mengembangkan alternative penanganan
risiko dan memonitor serta mengendalikan penanganan risiko (Djohanputro,2008)
Dari uraian penelitian diatas didapat beberapa permasalahan penelitian yang dijabarkan sebagai
berikut:
1) Bagaimana tahapan proses pelaksanaan pekerjaan secant pile yang dikaji dalam penelitian ini?
2) Faktor faktor dan variabel variabel risiko apa saja yang paling berpengaruh pada pelaksanaan
pekerjaan secant pile yang dapat mempengaruhi biaya proyek?
Pada penelitian ini dibatasi hanya untuk pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung yang
menggunakan metode top down yaitu menggunakan dinding penahan tanah jenis secant pile dan fondasi
bored pile dengan king post sampai dengan hasil akhir pekerjaan yang dimonitor pada saat galian tanah
basement, dengan kondisi tanah secara umum adalah jenis tanah berpasir, dan penelitian ini ditinjau dari
sudut pandang kontraktor fondasi. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tahapan proses
pelaksanaan pekerjaan secant pile yang tepat, benar dan sesuai dengan kondisi aktual proyek sehingga
kontraktor fondasi yang mengerjakan dapat mengurangi risiko pekerjaan yang berdampak pada biaya
yang dikeluarkan, serta dapat memberi masukan pada kontraktor fondasi langkah apa saja yang harus
diperhatikan apabila akan mendapatkan proyek yang sejenis.

METODOLOGI
Proses Penelitian
Secara garis besar pada tahapan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian yang
ada. Diawali dengan adanya latar belakang permasalahan penelitian yang kemudian diikuti dengan
tinjauan pustaka, buku, artikel dan kajian jurnal jurnal yang relevan yang sudah ada, validasi pakar/ahli,
survey responden dan kemudian di analisis dengan software untuk menjawab permasalahan serta
akhirnya dapat menarik kesimpulan. Proses penelitian dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.

345
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Proses penelitian

Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2014), instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpulan data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang sedang diamati. Instrumen penelitian pada penelitian ini
menggunakan data hasil dari jawaban kuesioner responden kontraktor fondasi, serta menggunakan
software statistik yaitu program SPSS. Pada Penelitian ini juga menggunakan Skala Linkert. Skala
Linkert digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Adapun skala dan ukuran penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
dibuat dalam bentuk 5 skala yaitu satu (1) sangat tidak berpengaruh, dua (2) tidak berpengaruh, tiga (3)
cukup berpengaruh, empat (4) berpengaruh, lima (5) sangat berpengaruh.

Tabel 1. Skala Linkert


SKALA
KETERANGAN
PENILAIAN
1 Sangat Tidak Berpengaruh
2 Tidak berpengaruh
3 Cukup Berpengaruh
4 Berpengaruh
5 Sangat Berpengaruh

Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung di lapangan seperti
wawancara, pertanyaan pada pakar/ahli, penyebaran kuesioner baik pada pakar/ahli dan pada responden
yaitu dari kontraktor fondasi, sampai dengan penilaian kuesioner dari responden. Semua kuesioner yang
disebar bersifat tertutup dengan maksud agar di dapat hasil yang sesuai dengan tujuan. Kuesioner
dibagikan secara bertahap yaitu tahap pertama kepada para pakar/ahli yang berjumlah 5 orang, tahap
kedua ditujukan kepada responden dari kontraktor kontraktor fondasi. Kuesioner tahap pertama untuk
validasi faktor dan variabel variabel yang diidentifikasikan, kuesioner tahap kedua untuk faktor dan
variabel variabel yang telah divalidasi dan data yang didapat akan berupa data kuantitatif yang akan
diolah dengan menggunakan software SPSS.

346
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari laporan, artikel, penelitian penelitian yang relevan yang
sudah ada, juga data proyek dari kontraktor fondasi yaitu PT. GPS. Dari Identifikasi yang ada didapat 6
faktor yaitu perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, material dan peralatan, tenaga kerja, alam lingkungan
dan masyarakat serta manajemen. Variabel yang didapat adalah 41 variabel.
Faktor faktor dan variabel variabel tersebut adalah sebagai berikut: faktor perencanaan terdiri dari
X1 keterlambatan perijinan sebelum pelaksanaan, X2 kesalahan perencanaan, X3 terjadi perubahan
desain, X4 ada additional work, faktor pelaksanaan pekerjaan terdiri dari X5 ketergantungan transportasi
untuk angkutan peralatan, tools & accessories, X6 jenis dan kondisi tanah yang berpasir, X7 kondisi
lokasi proyek yang sempit, X8 masih adanya existing utilitas, X9 lalu lintas yang padat di sekitar lokasi
proyek, X10 kondisi muka air tanah yang tinggi, X11 penerapan K3 yang belum konsisten, X12 ketelitian
dari team surveyor, X13 pengiriman logistik BBM dan material penunjang, X14 penggunaan casing
panjang dan slurry stabilizer, X15 sequence kerja pada pengeboran secondary pile, X16 waktu kerja, X17
Keterlambatan pembuangan tanah bekas pengeboran, X18 kesulitan pengeboran pada primary pile, X19
pengecekan vertikaliti pengeboran yang tidak konsisten, X20 hasil akhir pekerjaan secant pile setelah
dilakukan penggalian basement, faktor material dan peralatan terdiri dari X21 keterbatasan supplier beton
ready mix, X22 ketersediaan bahan baku beton ready mix, X23 keterlambatan pengiriman material dari
supplier (beton dan besi), X24 ketepatan volume material yang disupplai, X25 Kenaikan harga material,
X26 kurang tersedianya stock spare part yang sering rusak, X27 kerusakan peralatan utama, X28
kekurangan peralatan utama, X29 kemampuan dan jenis peralatan bor yang dipakai, fakor tenaga kerja
terdiri dari X30 kurangnya tenaga kerja operator bor di lapangan, X31 keterbatasan ketrampilan
supervisor lapangan, X32 komunikasi yang tidak baik antar pekerja kontraktor fondasi di lapangan, X33
koordinasi yang tidak baik antar team proyek, faktor alam, lingkungan dan masyarakat terdiri dari X34
banyak turun hujan dengan intensitas tinggi, X35 traffic manajemen disekitar proyek, X36 koordinasi
dengan LSM, ormas dan aparatur setempat, X37 kebersihan di sekitar lokasi proyek, X38 adanya
complain warga sekitar proyek, faktor manajemen terdiri dari X39 kurangnya pemahamanan dari team
pada saat pelaksanaan tender, X40 tidak baiknya koordinasi antar bagian dan X41 pengawasan secara
periodik yang tidak konsisten.

Responden Penelitian
Responden Pakar
Pada penelitian ini responden pakar akan menjawab pertanyaan pertanyaan pada kuesioner satu
dalam bentuk yang disajikan berupa faktor dan variabel variabel risiko dengan jawaban setuju atau tidak
setuju, kemudian akan diverifikasi dan dikembalikan kepada peneliti. Pakar terdiri dari 5 orang terdiri
dari 3 orang yang mempunyai pengalaman di proyek proyek fondasi yaitu PT. IPR Tbk, dan PT. API dan
2 orang sebagai praktisi yang bersertifikat di bidang geoteknik yaitu PT. GE dan PT. SS. Semua pakar
mempunyai pengalaman kerja dibidangnya > dari 20 tahun
Responden Kontraktor Fondasi
Responden dari kontraktor kontraktor fondasi terdiri dari PT. GPS 18 orang, PT. API 17 orang, PT.
TIP 6 orang, PT. IPR Tbk 4 orang, PT. AJI 4 orang, PT. GSP 2 orang, PT. BPP 1 orang, PT. CD 1 orang
dan PT. PBS 1 orang. Total jumlah responden dari kontraktor kontraktor fondasi ada 54 orang. Adapun
Pendidikan responden adalah SMP:1 orang, SMA:6 orang, D3:9 orang, S1:35 orang dan S2:3 orang.
Profil responden dapat dilihat pada Gambar 2.
Untuk menjawab permasalahan pertama, menggunakan metode kualitatif yaitu dari studi literatur
dan data dari PT. GPS. Permasalahan kedua menggunakan metode kualititatif dan kuantitatif. Setelah
diverifikasi dan divalidasi oleh pakar, didapat 35 variabel yang di gunakan dan disebar melalui kuesioner
kepada kontraktor fondasi, kemudian jawaban responden tersebut diolah dan di uji dengan uji uji statistik
seperti uji validitas, reliabilitas, multikolinearitas, heteroskedasitas. Didapatkan 30 variabel kemudian
diambil nilai korelasi yang >0,4, sehingga didapakan 28 variabel yang akan dipakai untuk di analisis
regresi linear berganda dengan software SPSS versi 25 untuk mendapatkan model persamaan. Dari model
persamaan ini didapat variabel variabel pelaksanaan pekerjaan secant pile yang paling berpengaruh
terhadap kinerja biaya

347
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Profil responden kontraktor fondasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah mendapatkan data baik berupa metode kerja, gambar gambar pelaksanaan, sequence
pekerjaan dari PT. GPS selaku kontraktor fondasi yang mengerjakan proyek ini, tahapan tahapan
pekerjaan secant pile pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Setelah pengukuran perimeter dinding
basement, shop drawing, ijin kerja disetujui oleh konsultan pengawas proyek (“in house” controlling),
pemasangan guide wall dari H beam sebagai pengarah awal kelurusan dari tiang tiang secant pile di
pasang, setelah di cek kelurusannya atau vertikalitinya maka pengeboran primary pile (tiang bor tanpa
tulangan) dengan mutu beton K-175, slump 18+/- 2 cm dapat dimulai dan diselesaikan dengan
pengecoran beton ready mix sampai dengan elevasi yang direncanakan. Setelah maksimal hari ketiga
dilakukan pengeboran secondary pile (tiang bor dengan tulangan), mutu beton untuk secondary pile ini
menggunakan mutu beton Fc’ 30 Mpa dengan slump 18+/- 2 cm. Dikarenakan kondisi tanah secara
umum ada lapisan pasir sampai kedalaman 12-14 m’ maka pengeboran primary pile dan secondary pile
menggunakan temporary casing dengan panjang 9-12 m’, dan juga menggunakan “slurry stabilizer”
dengan tanah merah yang dimasukkan langsung kedalam lobang bor pada saat proses pengeboran
berlangsung. Pengeboran secondary pile (tiang bor dengan tulangan) dikerjakan setelah primary pile
(tiang bor tanpa tulangan, mutu K-175 berumur tiga hari) agar pada saat pengeboran overlap beton tidak
terlalu keras. Tahapan pekerjaan secant pile pada penelitian ini dapat dilihat seperti Gambar 3.

Uji Validasi dan Reliabilitas


Setelah jawaban kuesioner satu di validasi lima orang pakar, dari 41 variabel pertanyaan, didapat 6
variabel yang tidak digunakan yaitu X5 ketergantungan transportasi untuk angkutan peralatan, X22
ketersediaan bahan baku beton ready mix, X26 kurang tersedianya stock spare part yang sering rusak,
X29 kemampuan dan jenis peralatan bor yang dipakai, X30 kurangnya tenaga kerja operator bor di
lapangan dan X37 kebersihan di sekitar lokasi proyek, sehingga didapat 35 variabel yang akan diuji
validitasnya dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Pada penelitian ini menggunakan jumlah
responden n = 54 orang, dengan signifikansi 0,05 maka df = 54-2 = 52 didapat r tabel = 0,2681. Hasil uji
validitas data penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

348
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Tahapan pekerjaan secant pile

Tabel 2. Uji validitas


NO NAMA NAMA r hitung r tabel VALID /
VARIABEL VARIABEL TIDAK
PADA SPSS KUESIONER VALID
1 X1 X1 0,2273 0,2681 T
2 X2 X2 0,1503 0,2681 T
3 X3 X3 0,5220 0,2681 V
4 X4 X4 0,3221 0,2681 V
5 X5 X6 0,3772 0,2681 V
6 X6 X7 0,4595 0,2681 V
7 X7 X8 0,2885 0,2681 V
8 X8 X9 0,4517 0,2681 V
9 X9 X10 0,4741 0,2681 V
10 X10 X11 0,3957 0,2681 V
11 X11 X12 0,5360 0,2681 V
12 X12 X13 0,5094 0,2681 V
13 X13 X14 0,3592 0,2681 V
14 X14 X15 0,3399 0,2681 V
15 X15 X16 0,4985 0,2681 V
16 X16 X17 0,5133 0,2681 V
17 X17 X18 0,5162 0,2681 V
18 X18 X19 0,6351 0,2681 V
19 X19 X20 0,2919 0,2681 V
20 X20 X21 0,3029 0,2681 V
21 X21 X23 0,3142 0,2681 V

349
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

22 X22 X24 0,5485 0,2681 V


23 X23 X25 0,2256 0,2681 T
24 X24 X27 0,2475 0,2681 T
25 X25 X28 0,2305 0,2681 T
26 X26 X31 0,4639 0,2681 V
27 X27 X32 0,6751 0,2681 V
28 X28 X33 0,5719 0,2681 V
29 X29 X34 0,5170 0,2681 V
30 X30 X35 0,5725 0,2681 V
31 X31 X36 0,5796 0,2681 V
32 X32 X38 0,5923 0,2681 V
33 X33 X39 0,5530 0,2681 V
34 X34 X40 0,6383 0,2681 V
35 X35 X41 0,5348 0,2681 V

Setelah didapat 30 variabel yang valid, kemudian diuji realibilitasnya untuk mengetahui nilai
Cronbach’s Alpha. Didapat nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,954 > 0,6 berarti data variabel penelitian ini
sudah memenuhi persyaratan realibilitas. Menurut Arikunto (2013) dikategorikan tingkat realibilitas
sangat tinggi karena terletak diantara 0,80-1,00. Kemudian diambil nilai variabel yang mempunyai nilai r
> 0,40 dan akan digunakan sebagai variabel variabel pada model regresi. Adapun variabel yang
mempunyai nilai r < 0,40 tidak akan dipakai sebagai variabel pada model regresi. Variabel pada
kuesioner X6 jenis dan kondisi tanah yang berpasir dan X10 kondisi muka air tanah yang tinggi tidak
digunakan, sehingga variabel akhir yang digunakan adalah 28 variabel, dan dipakai untuk analisis regresi.
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel terikat (dependent) dengan satu atau
lebih variabel bebas (independent) dengan tujuan untuk mengestimasi atau memperkirakan rata rata
populasi atau nilai rata rata variabel dependent berdasarkan nilai independent yang diketahui
(Gujarati,2003). Analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS versi 25 dengan metode
stepwise didapatkan model persamaan sebagai berikut:

Y = -1,024 + 0,118*X15+0,147*X19+0,195*X21+0,174*X26 (1)


+0,251*X27+0,216*X33+0,156*X35

dengan:
Y = biaya
X15 = waktu kerja
X19 = hasil akhir pekerjaan secant pile setelah dilakukan penggalian basement
X21 = keterlambatan pengiriman material dari supplier, besi dan beton
X26 = keterbatasan ketrampilan supervisor di lapangan
X27 = komunikasi yang tidak baik antar pekerja kontraktor fondasi di lapangan
X33 = kurangnya pemahaman dari team saat pelaksanaan tender
X35 = pengawasan secara periodik yang tidak konsisten

Dari hasil model summary nilai R adalah 0,975, R Square 0,95 dan adjusted R Square 0,942. Untuk
uji Simultan (Uji F), di dapat nilai uji F: 124,923 > F tabel: 2,216 dengan Signifikan Uji F: 0,000 < 0,05
maka dapat disimpulkan secara simultan semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
atau bermakna terhadap variabel terikat (biaya).
Untuk uji parsial (Uji t), di dapat nilai t variabel X15 = 3,089, X19=4,693, X21=4,826, X26=4,341,
X27=5,874, X33=6,616, X35=3,870, semua nilai t variabel X > t tabel yaitu 2,060, dan semua nilai
signifikan: 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan masing masing variabel X15,X19,X21,X26,X27,X33
dan X35 secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan atau bermakna terhadap variabel terikat
(biaya).

350
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari 28 variabel risiko yang digunakan, setelah dilakukan analisis regresi linear berganda dan
mendapatakan model persamaan, didapatkan 7 variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja biaya
yaitu X15 waktu kerja, X19 hasil akhir pekerjaan secant pile setelah dilakukan penggalian basement, X21
keterlambatan pengiriman material dari supplier,besi dan beton, X26 keterbatasan ketrampilan supervisor
di lapangan, X27 komunikasi yang tidak baik antar pekerja kontraktor fondasi di lapangan, X33
kurangnya pemahaman dari team pada saat pelaksanaan tender, dan X35 pengawasan secara periodik
yang tidak konsisten.

KESIMPULAN
1) Tahapan tahapan pekerjaan secant pile yang dikerjakan oleh PT. GPS sudah sesuai dan disetujui oleh
wakil dari pemilik proyek yang berfungsi juga sebagai pengawas “In House”. Standar quality
control dari kontraktor fondasi sudah dijalankan seperti adanya form form pengeboran, inspeksi pada
keranjang besi, pengecoran beton ready mix, kontrol hasil mutu beton. Begitu juga dengan form form
seperti form request untuk mulai pekerjaan, laporan harian.
2) Dari hasil analisis didapat model persamaan dimana diambil tiga faktor dan tiga variabel risiko yang
paling berpengaruh terhadap kinerja biaya yaitu seperti Tabel 3.

Tabel 3. Faktor dan variabel risiko yang paling berpengaruh


Peringkat Variabel Nama Variabel Risiko Faktor
1 X27 Komunikasi yang tidak baik antar pekerja IV. Tenaga Kerja
kontraktor fondasi di lapangan
2 X33 Kurangnya pemahaman dari team pada saat VI. Manajemen
pelaksanaan tender
3 X21 Keterlambatan pengiriman material dari supplier III. Material &
(beton dan besi) Peralatan

Tiga variabel risiko yang paling berpengaruh tersebut dapat di cegah atau dimitigasi dengan langkah
sebagai berikut: untuk X27 memberikan pengarahan dan mengingatkan kembali "job description" masing
masing tingkat pekerjaan, seperti rigger, supervisor, operator, surveyor, site engineer, site manager serta
project manager, diadakan meeting koordinasi intern di proyek secara berkala yang konsisten. X33
meningkatkan pengetahuan akan metode kerja dan risiko pekerjaan pada team tender yaitu orang orang
yang terlibat pada proses tender sejak rapat penjelasan, klarifikasi dan negoisasi sampai dengan kontrak di
tanda tangani, sehingga dapat memberikan pertanyaan dan masukan atas persyaratan persyaratan yang
ada kepada penyelenggara tender, yang nantinya persyaratan persyaratan tersebut tidak akan
membebankan secara sepihak ke kontraktor fondasi, namun tetap dapat disetujui oleh stake holder
lainnya seperti pemilik proyek dan konsultan struktur. X21 meningkatkan komunikasi yang lebih sering
pada supplier khususnya untuk mengetahui posisi material besi beton yang akan di kirim, dan untuk beton
ready mix yang hanya terdapat dua supplier besar harus menempatkan orang pada batching plant untuk
mempercepat dan mengetahui beton ready mix yang sudah di loading sehingga dapat lebih cepat dikirim.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.
Coduto, D. P. (2001). Foundation Design: Principles and Practices. California: Pearson.
Djohanputro, B. (2008). Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM.
Gujarati, D. (2003). Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hardjasaputra, H. (2014). Construction Engineering of Deep Basement, Materi Kuliah Metode dan
Teknologi Konstruksi MTS UPH. Jakarta.
PMBOK Guide, Six Edition. (2017). Newton Square: PMI.
Rani, H. A. (2016). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Deepublish.
Soeharto, I. (1995). Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung:
Alfabeta.

351
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

352
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG


SESUAI DENGAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.
24/PRT/M/2008

Sely Novita Sari1*, Triwuryanto2


1,2
Program Studi Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No 1. Depok, Sleman, Yogyakarta
*
Email: sely.novita@itny.ac.id1, triwuryanto@itny.ac.id2

Abstrak
Pemeliharaan bangunan secara konsisten sudah menjadi persyaratan yang harus dipenuhi, terutama
bangunan gedung yang berfungsi untuk kepentingan umum. Pemeliharaan dan pengawasan secara
berkala akan banyak membantu untuk memperkecil biaya serta dapat mengurangi tingkat kerusakan.
Dalam penelitian ini akan membuat formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung sesuai
dengan peraturan menteri pekerjaan umum no. 24/PRT/M/2008 dengan tujuan mempermudah pengguna
bangunan mengartikan pedoman di lapangan. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah
melakukan kajian dari peraturan menteri pekerjaan umum no. 24/PRT/M/2008 untuk dibuat
formulirnya, agar pengguna bangunan gedung dimudahkan dalam pengaplikasian pedoman
pemeliharaan dan perawatan tersebut. Setelah kajian peraturan menteri pekerjaan umum no.
24/PRT/M/2008 dilakukan, dilaksanakan FGD yang terdiri dari ahli dalam bidang konstruksi dan
pemeliharan. Setelah FGD serta disepakati formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
layak digunakan, dilakukan uji coba formulir kepada masyarakat untuk menilai bangunan gedungnya.
Telah disusun Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung yang disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008. Formulir yang dimaksud adalah Formulir
Pemeliharaan dan Perawatan Arsitektural Bangunan Gedung, Struktur Bangunan Gedung, Mekanikal
Bangunan Gedung, Elektrikal Bangunan Gedung, Ruang Luar Bangunan Gedung, Tata Grha Bangunan
Gedung, Formulir Program Kerja Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, Formulir
Perlengkapan dan Peralatan untuk Pekerjaan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

Kata kunci: Bangunan, Pedoman, Pemeliharaan, Perawatan

PENDAHULUAN
Salah satu penyebab pengurus bangunan gedung mengabaikan pemeliharan dan perawatan bangunan
gedung adalah tidak dialokasikannya dana pemeliharaan dan perawatan, sehingga saat terjadi kerusakan
pada bangunan gedung tersebut biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih besar. Pemeliharaan
bangunan secara konsisten sudah menjadi persyaratan yang harus dipenuhi, terutama bangunan gedung
yang berfungsi untuk kepentingan umum. Kemudahan pemeliharaan sebuah bangunan gedung akan
mempengaruhi besarnya biaya pemeliharaan setiap tahunnya. Pemeliharaan dan pengawasan secara
berkala akan banyak membantu untuk memperkecil biaya serta dapat mengurangi tingkat kerusakan.
(Adriansyah, 2008)
Upaya penanggulangan bencana telah dilakukan, yaitu melalui kegiatan mitigasi salah satunya
berupa pemetaan, investigasi, inspeksi, pemantauan dan sosialisasi (Sari, 2019). Salah satu mitigasi yang
sering dilaksanakan pada saat pra bencana gempa bumi adalah melakukan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung agar bangunan tersebut dalam kondisi yang prima jika terjadi gempa bumi.
Pemeliharaan bangunan yang dimaksud adalah kegiatan menjaga kehandalan bangunan gedung agar
bangunan tersebut laik fungsi. Perawatan bangunan yang dimaksud adalah kegiatan menilai,
memperbaiki, dan menggantibagian bangunan gedung agar tetap laik fungsi.(Menteri Perkerjaan Umum,
2008)
Pekerjaan umum telah mengeluarkan peraturan Menteri pekerjaan umum no. 24/PRT/M/2008
tentang pedoman pemeliharaan bangunan dan perawatan gedung bangunan, dimana pedoman tersebut
sangat membantu pengguna bangunan gedung untuk mengetahui kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung. Manfaat lain dikeluarkannya peraturan Menteri pekerjaan umum no.
24/PRT/M/2008 tentang pedoman pemeliharaan bangunan dan perawatan gedung bangunan untuk
memastikan fungsi bangunan dengan baik sampai umur rencana. Banyak pihak yang masih menganggap

353
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

pemeliharan dan perawatan gedung kurang penting. Pedoman yang ada masih dalam keadaan banyak
narasi, penjelasan dan pelaksanaan kegiatan belum berupa formulir pemeliharaan dan perawatannya
untuk pengguna bangunan gedung lebih mudah dalam menganalisis kondisi bangunan gedung tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung yang
mudah digunakan sesuai peraturan Menteri pekerjaan umum no. 24/PRT/M/2008 tentang pedoman
pemeliharaan dan perawatan gedung bangunan.

Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Pemeliharan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta
prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi (preventive maintenance) dan
perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi
(currative maintenance), perawatan dilakukan setelah ada kerusakan atau masalah, baik pada tingkat
ringan, sedang, ataupun berat. (Menteri Perkerjaan Umum, 2008).

Sistem Pemeliharaan Bangunan


Maintenance atau pemeliharaan pada bangunan dimaksudkan sebagai gabungan dari tindakan teknis
dan administratif, yang dimaksudkan untuk mempertahankan, dan memulihkan fungsi bangunan sebagai
mana yang telah direncanakan sebelumnya.
Kegiatan pemeliharaan bangunan meliputi berbagai aspek yang bisa dikategorikan dalam 4 kegiatan,
yaitu:
1) Pemeliharan rutin harian.
2) Rectification (perbaikan bangunan yang baru saja selesai)
3) Replacement (penggantian bagian yang berharga dari bangunan)
4) Retrofitting (melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi)
Secara sederhana, pemeliharaan bangunan dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu:
pemeliharaan rutin dan pemeliharaan remedial/perbaikan. (Ervianto,2005)

Komponen Pemeliharaan Bangunan


Perawatan komponen bangunan memerlukan perhatian yang serius agar diperoleh hasil yang
maksimal dan perawatan ini diharapkan dapat membuat kondisi bangunan semakin nyaman dengan
fasilitas yang baik. Berikut adalah klasifikasi pemeliharaan komponen bangunan berdasarkan bidangnya.
(Usman and Winandi, 2009)

Gambar 1. Klasifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Bangunan


(Usman and Winandi, 2009)

METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan kajian dari peraturan Menteri
pekerjaan umum no. 24/PRT/M/2008 tentang pedoman pemeliharaan dan perawatan gedung bangunan

354
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

untuk dibuat formulirnya, agar masyarakat/ pengguna bangunan gedung dimudahkan dalam
pengaplikasian pedoman pemeliharaan dan perawatan tersebut.
Harapannya pengguna bangunan gedung hanya tinggal melakukan cek list atas apa yang akan
dilakukan dalam pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan dapat menilai kelayakan kondisi
bangunannya dengan mudah. Setelah kajian peraturan Menteri pekerjaan umum no. 24/PRT/M/2008
dilakukan, akan diadakan FGD (Focus Group Discussion) yang berisi kontraktor, konsultan perencana
dan pemerintahan pekerjaan umum untuk memutuskan formulir tersebut layak digunakan di lapangan.
Setelah FGD (Focus Group Discussion) dan disepakati formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan
gedung layak digunakan, dilakukan survei lapangan atau uji coba formulir kepada masyarakat untuk
menilai bangunan gedungnya.

Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Formulir pemeliharaan akan di bedakan menjadi 6 formulir pemeriksaan, meliputi pemeriksaan,
pengujian, pemeliharaan dan perawatan seluruh komponen bangunan gedung. Terdiri dari komponen
arsitektur bangunan gedung yang terdiri dari 16 kegiatan pemeliharaan, komponen struktur bangunan
gedung yang terdiri dari 13 kegiatan pemeliharaan dan perawatan, komponen mekanikal bangunan
gedung yang terdiri dari 9 kegiatan pemeliharaan, komponen ruang luar bangunan gedung yang terdiri
dari 12 kegiatan pemeliharaan, dan komponen tata graha yang terdiri dari 26 kegiatan pemeliharaan.
Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan
dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya
berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
1) Arsitektural
2) Struktural
3) Mekanikal (Tata udara, Sanitasi, Plambing, dan Transportasi)
4) Elektrikal (Catu daya, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi dan Alarm)
5) Tata Ruang Luar
6) Tata Grha (House Keeping)

Fokus Group Discussion (FGD)


Formulir yang dibuat tidak dapat langsung dijadikan hasil untuk penelitian ini, karena harus ada
dilakukan FGD (Focus Group Discussion) agar manual yang ada menjadi bahan diskusi orang-orang
berkompeten dalam bidang konstruski khususnya kontraktor yang sudah pernah membangun bangunan
gedung dan pelaksana pemeliharaan dan perawatan. Sehingga diharapkan setelah dilakukan FGD (Focus
Group Discussion) tersebut akan menghasilkan Formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
yang lebih baik lagi dan telah disepakati bersama.

Mengkaji peraturan
Menyusun formulir
menteri Pekerjaan
Mulai pemeliharaan dan perawatan
Umum no.
bangunan gedung
24/PRT/M/ 2008

Melakukan uji kelayakan formulir


Melakukan FGD pemeliharaan dan perawatan bangunan Selesai
gedung

Gambar 2. Bagan alur penelitian

355
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pengujian Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Pengujian formulir pemeliharaan dan perawatan berupa memberikan daftar kegiatan pemeliharaan
dan perawatan bangunan gedung kepada pengelola bangunan gedung dan ahli gedung tersebut, lalu pihak
yang melakukan pendataan pemeliharaan tersebut dapat merasakan apakah daftar kegiatan formulir yang
baru tersebut bisa membantu pengguna dalam pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor. 24/PRT/M/2008, pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga
keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu layak fungsi
(preventive maintenance). Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti
bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan
gedung tetap layak fungsi (curative maintenance).

Pedoman Pemeliharaan Bangunan Gedung


Pada Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung juga dibahas tentang program kerja
pemeliharaan dan perawatan bangunan Gedung yang terdiri dari pembersihan harian, pada waktu jam
kerja, di luar jam kerja, mingguan, bulanan dan tiga bulanan. Program kerja pemeliharaan dan perawatan
bangunan Gedung yang dimasukkan di Formulir yang dibuat hanya dibagi menjadi Harian, Mingguan dan
Bulanan karena disesuaikan dengan lingkup pemeliharaan yang sesuai dengan bidang Teknik Sipil.
Lingkup pemeliharaan yang dibahas pada Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
adalah Lingkup Pemeliharaan Bangunan Gedung dan Lingkup Perawatan Gedung. Lingkup Pemeliharaan
Bangunan Gedung terdiri dari arsitektural, structural, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar dan tata Grha
(House Keeping) dibahas sangat rinci di Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Lingkup Perawatan Bangunan Gedung terdiri dari rehabilitasi, renovasi, restorasi dan tingkat kerusakan.
Prosedur dan metode pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan periodik bangunan Gedung terdiri
dari komponen arsitektur bangunan Gedung, komponen struktur bangunan Gedung, komponen mekanikal
bangunan Gedung, komponen elektrikal bangunan Gedung, komponen ruang luar bangunan Gedung, dan
komponen tata Grha.

Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung dibuat untuk mempermudah pelaksana
lapangan melakukan pemeliharaan dan perawatan bangunan Gedung sesuai dengan Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 24/PRT/M/2008. Formulir dibuat berdasarkan kegiatan yang berhubungan dengan bagian-bagian
Teknik sipil, banyak bagian elektrikal dan mekanikal yang sudah dibahas secara rinci tidak dibahas
kembali oleh penulis.
1) Komponen Arsitektur Bangunan Gedung
Pada komponen arsitektur di bedakan menjadi dua formulir yaitu formulir pemeliharaan dan formulir
perawatan. Pada formulir pemeliharaan dibahas item bangunan arsitekturalnya, pemeliharaan yang
harus dilakukan dan waktu pelaksanaannya yang harus diisi oleh petugas pemeliharan
bangunan/bagian maintenance.
2) Komponen Struktur Bangunan Gedung
Pada komponen struktur di bedakan menjadi dua formulir yaitu formulir pemeliharaan dan formulir
perawatan. Pada formulir pemeliharaan dibahas item bangunan strukturnya, pemeliharaan yang harus
dilakukan dan waktu pelaksanaannya yang harus diisi oleh petugas pemeliharan bangunan/bagian
maintenance. Formulir pemeliharaan komponen struktur bangunan Gedung dilakukan pada waktu
pelaksanaan yang lebih lama/berjangka panjang, item bangunan struktur yang dibahas sama dengan
formulir pemeliharaan namun kegiatan perawatan dan waktu pelaksanaan yang berbeda, bentuk
formulir perawatan komponen struktur bangunan Gedung.
3) Komponen Mekanikal Bangunan Gedung
Pada komponen mekanikal formulir yang diberikan berbeda dengan formulir arsitektural dan struktur
yang dimana pemeliharaan dan perawatan yang berbeda, pada komponen mekanikal formulir
pemeliharaan dan perawatan dijadikan satu formulir dan waktu pelaksanaan menyesuaikan.

356
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

4) Komponen Elektrikal Bangunan Gedung


Pada komponen elektrikal di bedakan menjadi dua formulir yaitu formulir pemeliharaan dan
formulir perawatan. Pada formulir pemeliharaan dibahas item elektrikalnya, pemeliharaan yang
harus dilakukan dan waktu pelaksanaannya yang harus diisi oleh petugas pemeliharan
bangunan/bagian maintenance. Formulir pemeliharaan komponen elektrikal bangunan Gedung
dilakukan pada waktu pelaksanaan yang lebih lama/berjangka panjang, item bangunan elektrikal
yang dibahas sama dengan formulir pemeliharaan namun kegiatan perawatan dan waktu pelaksanaan
yang berbeda, bentuk formulir perawatan komponen elektrikal bangunan Gedung.
5) Komponen Ruang Luar Bangunan Gedung
Pada komponen ruang luar bangunan gedung di bedakan menjadi dua formulir yaitu formulir
pemeliharaan dan formulir perawatan. Pada formulir pemeliharaan dibahas item bagian ruang
luarnya, pemeliharaan yang harus dilakukan dan waktu pelaksanaannya yang harus diisi oleh petugas
pemeliharan bangunan/bagian maintenance. Formulir pemeliharaan komponen ruang luar bangunan
gedung dilakukan pada waktu pelaksanaan yang lebih lama/berjangka panjang, item bangunan ruang
luar bangunan gedung yang dibahas sama dengan formulir pemeliharaan namun kegiatan perawatan
dan waktu pelaksanaan yang berbeda.
6) Komponen Tata Grha Bangunan Gedung
Pada komponen tata grha bangunan gedung di bedakan menjadi dua formulir yaitu formulir
pemeliharaan dan formulir perawatan. Pada formulir pemeliharaan dibahas item bagian tata grhanya,
pemeliharaan yang harus dilakukan dan waktu pelaksanaannya yang harus diisi oleh petugas
pemeliharan bangunan/bagian maintenance. Formulir pemeliharaan komponen tata grha bangunan
gedung dilakukan pada waktu pelaksanaan yang lebih lama/berjangka panjang, item bangunan tata
grha bangunan gedung yang dibahas sama dengan formulir pemeliharaan namun kegiatan perawatan
dan waktu pelaksanaan yang berbeda.
7) Program Kerja Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Pada formulir program kerja pemeliharaan dan perawatan bangunan Gedung ini dibahas tentang
kegiatan pembersihan komponen yang dilaksakan pada jam kerja, diluar jam kerja, harian,
mingguan, bulanan dan tiga bulanan untuk mempermudah petugas pemeliharan bangunan/bagian
maintenance memeriksa kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan Gedung.
8) Perlengkapan dan Peralatan untuk Pekerjaan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Formulir perlengkapan dan peralatan untuk pekerjaan pemeliharaan dan perawatan bangunan
Gedung berisi tentang peralatan yang dibutuhkan sebuah Gedung untuk bisa melaksanakan
pemeliharaan dan perawatan. Perlengkapan dan peralatan tersebut terdiri dari jenis pekerjaan di
tempat yang tinggi, memindahkan benda berat, menata secara teliti, kabel, saluran, penggantung
listrik, dan sambungan las.

Focus Group Discussion (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan pada tanggal 08 November 2020 pada pukul 10.00 di
salah satu meeting room di Yogyakarta. Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) adalah untuk
memperoleh pendapat dan persetujuan dari peserta Focus Group Discussion (FGD), sehingga hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini bukan hanya kesimpulan dan gagasan dari satu pihak saja, melainkan dari
beberapa peserta Focus Group Discussion (FGD). Hasil dari Focus Group Discussion (FGD) tersebut
akan menjadi formulir perawatan dan pemeliharaan gedung. Peserta dalam Focus Group Discussion
(FGD) adalah kontraktor konstruksi dan personel pemeliharaan yang berpengalaman. Ada sekitar 12
peserta yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing. Kesimpulan yang didapatkan pada
Focus Group Discussion (FGD) adalah format kolom diperbaiki berdasarkan formulir yang ada, beberapa
bagian formulir diperiksa untuk item konstruksi tambahan, dan direkomendasikan untuk membuat buku
ringkasan panduan untuk mengisi bangunan. pemeliharaan dan formulir pemeliharaan.

Survei Lapangan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Setelah dilaksanakan FGD (Focus Group Discussion) proses selanjutnya adalah dilaksanakannya
survei lapangan untuk menentukan kelayakan lapangan formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan
Gedung. Survei lapangan dilaksanakan di 3 bangunan Gedung di Yogyakarta yang terdiri dari 1- 3 lantai.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui kendala yang ada pada formulir tersebut jika disebarkan ke

357
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

petugas pemeliharaan/maintenance. Survei lapangan dilaksanakan oleh petugas


pemeliharaan/maintenance dan didampingi oleh tim surveyor untuk memberitahukan jika ada yang tidak
dimengerti.
Pada kegiatan kali ini belum dihitung efektivitas formulir peraturan Menteri pekerjaan umum no.
24/PRT/M/2008 tentang pedoman pemeliharaan bangunan dan perawatan gedung bangunan untuk
pengguna, analisa tentang efektivitas formulir untuk pengguna akan dilakukan pada penelitian selanjutnya
pada tahun 2021. Efektivitas formulir akan dihitung pada bangunan gedung di sekitar daerah Yogyakarta.
Hasil dari survei ditemukan kerusakan pemeliharaan berkala yang tidak ada didalam pedoman
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, dari kekurangan tersebut bisa dijadikan bahan untuk
menambahkan bagian-bagian yang kurang dari formulir pemeliharan dan perawatan bangunan gedung.
Sehingga bisa dilakukan penambahan saran untuk dijadikan perkembangan penelitian selanjutnya.
Berikut adalah gambar hasil survei lapangan formulir pemeliharaan dan perawatan bangunan Gedung.

Gambar 3. Kondisi Eksisting Bangunan

KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah jawaban dari tujuan penelitian dilakukannya penelitian
Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
24/PRT/M/2008. Setelah dilakukan seluruh kegiatan penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
Telah disusun Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung yang disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008. Formulir yang dimaksud adalah sebagai
berikut ini.
1) Formulir Pemeliharaan Arsitektural Bangunan Gedung
2) Formulir Perawatan Arsitektural Bangunan Gedung
3) Formulir Pemeliharaan Struktur Bangunan Gedung
4) Formulir Perawatan Struktur Bangunan Gedung
5) Formulir Pemeliharaan dan Perawatan Mekanikal Bangunan Gedung
6) Formulir Pemeliharaan Elektrikal Bangunan Gedung
7) Formulir Perawatan Elektrikal Bangunan Gedung
8) Formulir Pemeliharaan Ruang Luar Bangunan Gedung
9) Formulir Perawatan Ruang Luar Bangunan Gedung
10) Formulir Pemeliharaan Tata Grha Bangunan Gedung
11) Formulir Perawatan Tata Grha Bangunan Gedung
12) Formulir Program Kerja Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
13) Formulir Perlengkapan dan Peralatan untuk Pekerjaan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung
14) Buku Saku Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. (2008), Kondisi masjid Islamic Centre sekarang ini sudah mengalami beberapa kerusakan di
beberapa komponen bangunan seperti kubah, flapon, 1’, pp. 1–16.
Ervianto, W.,I. (2005). Studi Pemeliharaan Bangunan Gedung. Yogyakarta

358
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Menteri Perkerjaan Umum (2008), Permen PU nomor 24 tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan
Gedung, p. 16.
Sari, S. N., & Prastowo, R. (2019). Peta Potensi Kerusakan Bangunan Akibat Kerentanan Gerakan
Tanah Di Daerah Kalirejo Kulonprogo Yogyakarta. ReTII, 435-441.
Usman, K. and Winandi, R. (2009), Kajian Manajeman Pemeliharaan Gedung (Building Maintenance) Di
Universitas Lampung, Jurnal Rekayasa, 13(2), pp. 157–166. doi: 10.1080/23734833.2015.1097408.

359
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENJADWALAN MENGGUNAKAN METODE PERT PADA PROYEK


PENINGKATAN JALAN MEKAR MUKTI-CIBARUSAH, JAWA BARAT,
BEKASI

Rere Marenki Prahadita1*, Sely Novita Sari 2, Anggi Hermawan 3


1,2,3
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITNY
Jln. Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman, DIY
*
Email: 1rereprahadita@gmail.com, 2Sely.novita@itny.ac.id, 3anggi@itny.ac.id

Abstrak
Pembangunan proyek konstruksi jalan saat ini mengalami perkembangan. Perencanaan waktu yang baik
sangat diperlukan dalam pelaksanaan proyek sehingga pengendalian dapat dengan mudah dilakukan
untuk meningkatkan efisien dan efektivitas pengelolaan proyek agar dicapai hasil yang maksimal.
Metode PERT digunakan utuk mengetahui berapa lama suatu proyek dapat terselesaikan dan mencari
adanya kemungkinan percepatan waktu pelaksanaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui penerapan metode PERT dan untuk mengetahui durasi optimal dengan menggunakan
metode PERT pada proyek peningkatan jalan Mekar Mukti-Cibarusah, Jawa Barat, bekasi. Metode
penelitian pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode PERT. Dimana data yang
dikumpulkan berupa data sekunder yang akan diolah dengan menggunakan software Microsoft Project
2010. Metode analisis data pada penelitian ini yaitu dengan menghitung produktivitas kerja, menghitung
Triple Duration Estimate, menghitung rata-rata durasi, menghitung standar deviasi, menghitung
varians, menentukan hubungan antar kegiatan, dan mencari kurva probabilitas. Berdasarkan hasil
analisis prosentase keberhasilan proyek dapat terselesaikan dalam waktu 85 hari adalah 0,021%,
kemungkinan proyek dapat terselesaikan dalam waktu 88 hari adalah 50%, dan kemungkinan proyek
dapat terselesaikan dalam waktu 95 hari adalah 99,98%. Sehingga dalam penerapan metode PERT ini
mengalami perubahan waktu rencana dari 150 hari menjadi 95 hari kerja, maka lebih cepat
pelaksanaannya 55 hari dari durasi awal.

Kata kunci: Optimalisasi, PERT, Waktu

PENDAHULUAN
Pembangunan proyek konstruksi jalan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut bisa dilihat dengan banyaknya proyek jalan yang sedang berjalan, baik jalan
nasional, provinsi, kabupaten, kota, maupun desa. Manajemen konstruksi menjadi salah satu penggerak
untuk membantu proses pelaksanaan pembangunan menjadi lebih lancar, manajemen juga diperlukan
bagi pihak atau suatu perusahaan untuk mengembangkan kemajuan proyek konstruksi yang sedang
dilaksanakan (Sari, 2019). Dalam menjalankan usahanya PT. DOLLAR LESTARI MANDIRI belum
menggunakan metode diagram network dalam dalam merencanakan waktu dan biaya. Maka peneliti ingin
menerapkan metode diagram network dalam proyek peningkatan jalan Mekar Mukti-Cibarusah, Jawa
Barat, Bekasi. Dalam mengestimasi waktu dan biaya disebuah proyek maka diperlukan optimlisai. Oleh
karena itu berdasarkan latar belakang tersebut pada peningkatan jalan Mekar Mukti-Cibarusah, maka
dilakukan analisis penjadwalan menggunakan metode PERT. Penelitian ini mengkaji teoritis manajemen
penjadwalan proyek menggunakan metode PERT, sebagai dasar pertimbangan guna mendapatkan hasil
yang efisien, hemat waktu, bermutu dan tepat guna dalam penawaran pembangunan proyek.
Penelitian sebelumnya adalah dengan judul “EVALUASI WAKTU PEKERJAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PERT PADA PROYEK PEMBANGUNAN ASRAMA LPTQ
(LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN)” (Octari, 2016). Tujuan pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui waktu realisasi di lapangan dan membandingkan dengan waktu yang
direncanakan dengan menggunakan metode PERT. Penelitian ini untuk meningkatkan efisiensi
pengunaan durasi waktu kerja dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Penelitian ini mengunakan metode
PERT dengan hasil penelitian yaitu paling cepat diselesaikan selama 85 hari dengan kemungkinan 0,20%,
paling lambat dapat diselesaikan 104 hari dengan kemungkinan 99,91%, paling mudah diselesaikan
selama 94 hari dengan kemungkinan 50%.

360
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Menurut Ervianto (2003) manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin biaya proyek
dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. PERT merupakan suatu metode yang dibuat untuk
mempermudah perencanaan penjadwalan dan pengendalian proyek yang kompleks, dengan permasalahan
utama yaitu menentukan durasi proyek sehingga terselesaikan dengan tepat waktu beserta dengan
anggaran biayanya (Handoko, 1993).
Komponen dalam PERT ada 2 menurut Nugroho (2007) yaitu :
1. Kegiatan (activity) adalah suatu pekerjaan yang memerlukan waktu, biaya, dan fasilitas
tertentu yang diberi simbol anak panah.
2. Peristiwa (event) adalah penenda dimulai dan diakhirinya suatu aktivitas yang memiliki
simbol node dengan penomoran dari nomor terkecil terhadap peristiwa yang mendahului.

METODE PENELITIAN
Data Penelitian
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pada tahap metode penelitian ini
dimulai dengan mengumpulkan data-data yang ada di studi kasus, selanjutnya dilakukan persiapan untuk
mendapatkan tahapan informasi dengan mengumpulkan data sekunder.

Metode Pengumpulan Data


Data yang diambil pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data penunjang yang
dikumpulkan melalui studi kepustakaan yan diambil dari literatur-literatur, hasil penulisan terdahulu, data
dari internet dan lainnya. Tujuan dari pengambilan data ini adalah untuk mendapatkan data yang dapat
dipercaya dan akurat. Adapun data tersebut adalah Rencana Anggaran Biaya (RAB), Time Schedule,
gambar rencana pelaksanaan proyek, daftar analisa harga dan upah.

Pengolahan Data
Setelah analisis selesai, maka dilakukan perhitungan hasil menggunakan beberapa alternatif, sehingga
waktu yang didapat lebih efektif dan efisien. Pengolahan data dapat dilakukan dengan bantuan software
Microsoft Project.

Bagan Alir Penelitian

Gambar 1. Bagan alir penelitian

361
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam tugas akhir ini penulis ingin menyajikan bentuk penjadwalan proyek dengan menggunakan
metode PERT. Adapun data yang diperoleh dari Kontraktor yaitu :
Nama Paket : Peningkatan Jalan Mekar Mukti - Cibarusah (1Km)
Lokasi : Ruas Jalan Mekar Mukti – Cibarusah Km.Jkt 62 + 800 -Km. Jkt 62+ 800
Tanggal Kontrak : 17 Juli 2019
Penyedia Jasa : PT. DOLLAR LESTARI MANDIRI
Kosultan : PT. JASSA MITRA MANUNGGAL
Tahun Angaran : 2019
Nilai Kontrak : Rp. 4.830.604.493,28 (Empat Milyar Delapan Ratus Tiga Puluh Juta Empat
Ribu Empat Ratus Sembilan Puluh Tiga Rupiah.

Penyusunan Jaringan Kerja


Berikut merupakan langkah penjadwalan menggunakan metode PERT pada proyek peningkatan
jalan Mekar Mukti-Cibarusah :

Menghitung Produktivitas
Untuk menyusun jaringan kerja dibutuhkan durasi dari masing-masing kegiatan. Perhitungan tiap
durasi berdasarkan pada volume pekerjaan, jumlah kebutuhan tenaga kerja, dan produktivitas tenaga
kerja. Berikut ini merupakan contoh perhitungan produktivitas pekerjaan peningkatan jalan Mekar Mukti
– Cibarusah :
Perkerasan beton semen
P= (1)
Dimana : v : kuantitas pekerjaan
n : jumlah tenaga kerja
t : durasi kegiatan
P=
=
= 102 m3/hari

Menghtung Tripel Duration Estimate


Berikut ini merupakan contoh perhitungan waktu pesimis, waktu optimis, dan waktu paling mungkin
pada salah satu pekerjaan dalam metode PERT :
Galian untuk saluran drainase dan saluran air
Diketahui tm : 5 hari
a. to = tm -5% = 5 – 5% = 4,75 hari ~ 5 hari
b. tp = tm + 10%
= 5 + 10%

Menghitung Nilai Rata-Rata (Te)


Berikut ini merupakan contoh perhitungan rata-rata durasi pada salah satu pekerjaan dalam mtode
PERT :
Galian untuk saluran drainase dan saluran air :
(2)
Dimana : a : waktu optimis
m : waktu paling mungkin
b : waktu pesimis

= = 5,05 hari ~ 5 hari

362
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Menghitung Nilai Standar Deviasi


Berikut ini merupakan contoh perhitungan standar deviasi pada salah satu pekerjaan dalam metode
PERT :
Galian untuk saluran drainase dan saluran air
(3)
Dimana : b : waktu pesimis
A : waktu optimis
= 0,13

Menghitung Nilai Varians


Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai varians pada salah satu pekerjaan dalam metode
PERT :
Galian untuk saluran drainase dan saluran air
Ve = se2 (4)
Dimana : se = standar deviasi
Ve = se2
= 0,132
= 0,016

Menentukan Hubungan Jalur Kritis


Dalam menentukan hubungan jalur kritis, maka diperlukan hubungan keterkaitan antar pekerjaan
untuk mengetahui hubungan aktivitas sebelumnya ke aktivitas berikutnya.

Tabel 1. Hubungan antar aktivitas kegiatan


No Nama Pekerjaan Kode Aktivitas pendahulu Waktu (hari)

Drainase A
1 Galian untuk saluran drainase dan saluran air A1 C4 5
2 Pasangan batu dengan mortar A2 C4 5
3 Saluran berbentuk U Tipe DS 1 (800 X 800 X 1200) A3 B1,B2, C3 2
4 Beton K250 (FC 20) untuk struktur beton minor A4 B1,B2, C3 5
5 Baja tulangan untuk struktur drainase beton minor A5 B1,B2, C3 5
Pekerjaan Tanah B
6 Galian perkerasan berbutir B1 - 21
7 Galian perkerasan beton B2 - 5
8 Timbunan biasa dari sumber galian B3 C4 6
9 Penyiapan badan jalan B4 C2 6
Pelebaran Perkerasan Dan Bahu Jalan C
10 Lapis pondasi agregat kelas A C1 C1 12
11 Lapis pondasi Agregat kelas B C2 C3 9
12 Perkerasan beton semen C3 D4 40
13 Lapis pondasi bawah beton kurus C4 D1 10
Perkerasan Berbutir D
14 Perkerasan beton semen dengan anyaman tulangan tunggal D1 E2 3
15 Lapis pondasi bawah beton kurus D2 D2 2
Perkerasan aspal E
16 Lapis resap pengikat -Aspal Emulsi E1 D3 2
17 Lapis perekat-Aspal Emulsi E2 F1,F4 2
18 Laston Lapis Aus (AC-WC) E3 F1,F4 2
19 Laston lapis Aus (AC-BC) E4 D3 2
Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor F
20 Lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan minor F1 E2 2
21 Campuran aspal panas untuk pekerjaan minor F2 E2 2

INPUT Data kedalam MICROSOFT PROJECT 2010


Data yang telah didapat dari hasil perhitungan sebelumnya berupa urutan kegiatan, durasi masing-
masing kegiatan, hubungan kegiatan dengan metode PERT , dan durasi sebelumnya.Kemudian masukkan
data ke dalam Microsoft Project 2010. Proses input datanya adalah sebagai berikut.
1. Untuk membuat file new project, klick menu File > New sehingga akan tampil lembar kerja
kosong seperti pada gambar berikut

363
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3.1 Lembar Kerja Microsoft Projct 2010

2. Menentukan tanggal mulai proyek. Langkah untuk memulainya adalah sebagai berikut :
a. Pilih perintah menu Project > Project Information, sehingga akan muncul jendela
Project Information seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Project Information

b. Selanjutnya setelah mengisi tanggal mulai proyek, maka jenis-jenis pekerjaan dapat
dimasukkan kedalam kolom task name.
c. Selanjutnya adalah mengisi durasi proyek, maka pada kolom duration dapat
dimasukkan berapa durasi tiap pekerjaan.
d. Langkah selanutnya adalah menyusun hubungan antar masing-masing pekerjaan.
e. Jika semua langkah sudah dilakukan, maka pada tampilan microsoft project akan
secara otomatis menampilkan hasil yang kita buat.

Penyusunan Kurva Probabilitas


Berdasar jalur lintasan kritis yang didapat menggunakan bantuan Microsoft Project 2010 maka
selanjutnya penyusunan kurva probabilitas dengan langkah yaitu :
1. Menentukan standar deviasi dan varians lintasan kritis
Berikut ini merupakan pekerjaan yang berada pada jalur kritis

Tabel 2. Jalur Lintasan Kritis


No. Nama Pekerjaan Kode Ve
1 Galian perkerasan berbutir B1 0,276
2 Lapis pondasi agregat kelas A C1 0,09
3 Perkerasan beton semen C3 1
4 Lapis pondasi bawah beton kurus C4 0,625
5 Lapis resap pengiat aspal emulsi E1 0,0025
6 Lapis perekat aspal emulsi E2 0,0025
7 Laston lapis aus (AC-WC) E3 0,0025

Berikut ini merupakan gambar network diagram dengan menggunakan Microsoft Project

364
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Microsoft Project 2010

Berikut ini merupakan langkah perhitungan pada jalur kritis :


a). Pehitungan te pada kegiatan jalur kritis
Te = 21,18 +12,10 + 40,33 + 10,08 + 2,018 + 2,018 + 2,018 = 89,744 ~ 90 hari
b). Perhitungan varians pada kegiatan jalur kritis
Ve = 0,276 + 0,09 + 1 + 0,625 + 0,0025 + 0,0025 + 0,0025 = 1,9985
c). Perhitungan standar deviasi pada kegiatan jalur kritis
Se = (5)
= = 1,414
d). Perhitungan nilai z
Z = (6)
Dimana : td : durasi target
Te : rata-rata durasi
Se : standar deviasi
Misalkan td adalah 88 hari, maka perhitunagnnya sebagai berikut :
Z =
= = - 0,001
Setelah diperoleh nilai Z pada perhitungan diatas, maka kita cari pada tabel normal berapa luas
kurva untuk nilai Z.
Tabel 3. Nilai Z dan Distribusi Normal
Td Z Distribusi Normal Komulaif
85 -3,536 0,0002
86 -2,828 0,0024
87 -2,122 0,0170
88 -0,001 0,5000
91 0,707 0,7580
92 1,414 0,9207
93 2,121 0,983
94 2,828 0,9976
95 3,356 0,9998

Membuat Kurva Perbandingan Probabilitas

365
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Kurva perbandingan probabilitas menggambarkan perbandingan besarnya kemungkinan umur


proyek. Cara menentukan probabilitas yaitu dimisalkan untuk nilai Z = 2,8280 dan luasnya adalah 0,9976.
Sehingga probabilitasnya adalah dikalikan 100 %, maka hasilnya 99,76 %.

Kurva Perbandingan Probabilitas


120,00%
98,30%99,76%99,98%
PROBABILITAS 100,00% 92,07%
75,80%
80,00%
60,00% 50,00%
40,00%
20,00%
0,02% 0,24% 1,70%
0,00%
85 86 87 88 91 92 93 94 95
TARGET DURASI

Gambar 4. Kurva perbandingan probabilitas

Pembahasan
Rata-rata durasi (te) pada lintasan kritis ini didapat yaitu 90 hari, nilai varians pada jalur kritis yaitu
1,9985, dan nilai standar deviasi pada jalur lintasan kritis ini adalah 1,414. Hasil analisis dengan
menggunakan metode PERT ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 Kurva Perbandingan Probabilitas, dimana
dalam kurva tersebut jalur lintasan kritis sangat efisien dalam mencapai pekerjaan. Durasi target proyek
juga mengalami perubahan dari 150 hari kerja menjadi 95 hari kerja, maka lebih cepat 55 hari kerja dari
durasi awal. Jalur lintasan ini juga sangat berpengaruh pada setiap kegiatan proyek, karena pada jalur
kritis ini merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat ditunda karena mengakibatkan tertundanya seluruh
kegiatan lain sehingga proyek otomatis akan mengalami keterlambatan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan metode PERT pada proyek peningkatan jalan Mekar
Mukti-Cibarusah maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode PERT ini lebih
cepat dibandingkan dengan penjadwalan awal dengan menggunakan 3 macam durasi waktu untuk
masing-masing kegiatan, yaitu to : durasi optimis, tp : durasi pesimis, dan tm : durasi paling mungkin.
Dari metode PERT diperoleh kegiatan jalur lintasan kritis yaitu galian perkerasan berbutir, lapis pondasi
agregat kelas A, perkerasan beton semen, lapis pondasi bawah beton kurus, lapis resap pengikat aspal
emulsi, lapis perekat aspal emulsi, dan laston lapis aus (AC-WC).
Pada metode PERT ini waktu kemungkinan proyek dapat terselesaikan dalam waktu 85 hari adalah
0,021%, kemungkinan proyek terselesaikan dalam waktu 88 hari adalahh 50%, dan kemungkinan proyek
terselesaikan dalam waktu 95 hari adalah 99,98 %. Sehinga dalam penerapan metode PERT pada proyek
peningkatan jalan Mekar Mukti-Cibarusah mengalami perubahan waktu dari 150 hari kerja menjadi 95
hari kerja, maka lebih cepat 55 hari kerja dari durasi awal.

UCAPAN TERIMA KASIH


Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kuasa-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat memperoleh gelar
Strata Satu (S1) pada Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Penyusun menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih perlu adanya penyempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir
ini.
Akhir kata, tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua saya yang telah
melahirkan dan membesarkan hinga sejauh ini, Ibu Sely Novita Sari, S.T., M.T, Bapak Anggi Hermawan

366
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

S.T., M. Eng, dan semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga
kedepannya Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Ervianto, W.I.2003. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Salemba Empat.
Handoko,T.H.1993. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.Cetakan ketujuh. Yogyakarta:BPFE.
Nugroho, A.A.2007. Optimalisasi Penjadwalan Proyek Pada Pembangunan Gedung Khusus
(Laboratorium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Semarang. Semarang, Tugas Akhir,
Universitas Negeri Semarang.
Octari, Fadilla Dwi.2016. Evaluasi Waktu Pekerjaan Dengan Menggunakan Metode PERT Pada Proyek
Pembangunan Asrama LPTQ. Tugas Akhir. Aceh : Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar.
Sari, S. N. (2019). Evaluasi Anggaran Biaya menggunakan Batu Bata Merah dan Batu Bata Ringan
Gedung Kantor Kelurahan Bareng Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Jurnal Qua
Teknika, 9(1), 1-10.

367
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS PERBANDINGAN KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG YANG


DISTABILISASI DENGAN CAMPURAN KAPUR DAN TRASS

Renaningsih1*, Agus Susanto2, Aisiyah Pramaisela Hapsari3


1,2,3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 57102,Surakarta, Jawa Tengah
*
Email: ren186@ums.ac.id1, as240@ums.ac.id2, aisiyahphapsari@gmail.com3

Abstrak
Tanah adalah komponen dasar dari konstruksi, baik itu kontruksi bangunan maupun kontruksi jalan.
Tanah dengan karakteristik kurang baik dapat mempengaruhi kontruksi yang di atasnya. Contoh tanah
dengan karakteristik kurang baik ada di daerah Bayat, Pedan, tanah di Bayat me nilai PI sebesar
27,25% , tanah Pedan nilai PI sebesar 50,20%, kedua tanah termasuk tanah lempung plastisitas tinggi.
Untuk memperbaiki karakteristik tanah dengan melakukan stabilisasi. Bahan yang sering digunakan
untuk stabilisasi: kapur dan trass. Akan dilakukan analisis perbandingan tanah lempung di tiga tempat
berbeda yang distabilisasi dengan campuran 5% kapur dan 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% trass terhadap
berat sampe. Pada uji sifat fisis tanah campuran diketahui nilai w, Gs, LL, SL, PI, lolos No. 200 turun
seiring variasi penambahan kapur dan trass, nilai PL mengalami kenaikan. Dari analisis regresi nilai
indeks plastisitas nilai R2 Bayat lebih tinggi dari Pedan sebesar 0,9718 dan diperoleh nilai korelasi r
sebesar 0,9858. Untuk sifat mekanis nilai w optimum dan swelling turun seiring dengan penambahan
kapur dan trass, sedang nilai berat volume kering maksimum dan CBR Soaked naik. Dari analisis
regresi untuk nilai CBR Soaked didapatkan nilai R 2 Bayat lebih tinggi daripada R2 Pedan dan Ngawi
yaitu sebesar 0.9878 diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,9939.

Kata kunci: CBR; Kapur; Stabilisasi Tanah Lempung; Trass

PENDAHULUAN
Tanah lempung merupakan tanah dengan karakteristik kurang baik. Karakteristik tanah yang kurang
baik dapat mempengaruhi konstruksi yang ada di atasnya misal pondasi suatu bangunan, jalan raya, dan
lain-lain. Sebagai contoh, Kristanti (2010) dalam penelitiannya melakukan pengujian pada tanah di Bayat
Klaten hasil dari penelitiannya diketahui tanah tersebut merupakan tanah lempung an organik dengan
plastisitas tinggi menurut klasifikasi USCS, dengan nilai Spesific Gravity (Gs) = 2,625, Liquid Limits
(LL)= 77,25%, Plastic Limits (PL) = 50%, Shrinkage Limits (SL) = 16,026% dan Indeks Plastisitas (PI) =
27,25%. Merdhianto (2015) telah melakukan penelitian di Pedan Klaten dan menunjukkan bahwa tanah
Pedan termasuk tanah lempung lunak dengan nilai Indeks Plastisitas sebesar 50,20%. Berdasarkan
klasifikasi AASHTO termasuk dalam golongan A-7-6, yaitu tanah lempung buruk. Sedangkan menurut
klasifikasi USCS termasuk ke dalam golongan CH yaitu lempung an organik dengan plastisitas tinggi.
Tanah lempung adalah tanah yang mempunyai sifat kembang susut yang tinggi, hal ini dapat merugikan
konstruksi yang ada di atasnya karena sifat kembang susut ini akan menyebabkan perubahan volume
tanah. Cara untuk mengatasi sifat yang merugikan ini adalah dengan melakukan stabilisasi pada tanah
tersebut.
Stabilisasi merupakan proses penambahan pada tanah untuk memperbaiki sifat tanah tersebut, dan
dapat menaikkan kekuatan tanah serta mutunya menjadi lebih baik. Menurut Sutikno dan Damianto
(2009) yang melakukan penelitian pada tanah ekspansif di daerah Cipularang diketahui bahwa dengan
penambahan kapur sebesar 4%-6% menyebabkan peningkatan nilai CBR yang signifikan. Menurut
Wiqoyah (2003) campuran tanah dan Trass dengan persentase campuran sebesar 10% dapat memperbaiki
tanah dengan w sebesar 33,70%, LL sebesar 69,88%, PL sebesar 27,32%, SL sebesar 12,73% , PI sebesar
41,8%, Gs sebesar 2,66 dan φ = 7,29. Berdasarkan latar belakang, penelitian bertujuan untuk mengetahui
korelasi besar perbandingan pengaruh penambahan campuran kapur dan trass pada tanah dengan
karakteristik berbeda-beda terhadap sifat fisis dan sifat mekanisnya (kuat dukung). Kapur terbentuk dari
batu sedimen yang terdiri dari mineral kalsium. Sifat yang dimiliki kapur antara lain bersifat plastis,
kemampuan mengeras dengan cepat sehingga memberi kekuatan pengikat, mudah dikerjakan tanpa
melalui proses pabrikan. Kapur merupakan mineral yang cukup efektif untuk proses stabilisasi tanah.
Kapur yang bisa digunakan dalam stabilisasi tanah adalah kapur hidup dan kapur padam CaO dan

368
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Ca(OH)2. Trass mempunyai sifat tidak mudah mengeras, dan apabila ditambah kapur dan air akan
memiliki masa seperti semen.
Sifat fisis tanah adalah sifat tanah dalam keadaan asli yang digunakan untuk menentukan jenis tanah
Pengujian sifat fisis tanah terdiri dari kadar air, berat jenis (specific grafity), batas-batas atterberg yaitu
batas cair (liquid limit); batas plastis (plastic limit); batas susut (shrinkage limit); indeks plastisitas
(plasticity index), analisa ukuran butiran yang terdiri dari analisa hydrometer dan analisa saringan,
klasifikasi tanah metode USCS (Unified Soil Classification System)dan AASHTO (American Association
of State Highway and Transportation Officials). Sifat Mekanis tanah adalah sifat perilaku dari struktur
massa tanah yang dikenai suatu gaya atau tekanan tertentu yang dapat dijelaskan secara teknis mekanis.
Pengujian Sifat mekanis tanah meliputi uji pemadatan tanah (standard proctor) dan pengujian CBR
(California Bearing Ratio).Pemadatan adalah proses mempertinggi kerapatan tanah dengan menggunakan
energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel. CBR California Bearing Ratio merupakan
suatu perbandingan antara beban percobaan percobaan (test load) dengan beban standar (standard load)
dan dinyatakan dalam persentase. Hasil pengujian CBR dapat diperoleh dengan mengukur besarnya
beban pada penetrasi tertentu.
Penetrasi 0,1”:
CBR (%) = . 100% (1)
Penetrasi 0,2”:
CBR (%) = . 100% (2)
dengan :
P1 = Tekanan pada penetrasi 0,1 inch (psi)
P2 = Tekanan pada penetrasi 0,2 inch (psi)

Pengembangan (Swelling) didefinisikan dengan rumus ;


Swelling (S) = x 100 (3)
Dengan :
S = Persen pengembangan (%)
ΔH = Perubahan tinggi benda uji (mm)
H = Tinggi benda uji mula-mula (mm)

METODOLOGI
Tinjauan Umum
Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan pengaruh campuran kapur dan
tras sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung tinjau dari sifat fisis dan mekanis terutama pada nilai
kuat dukung tanah tersebut.

Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi literatur dengan cara mempelajari dan
memperoleh data yang berasal dari jurnal dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan stabilisasi
pada tanah lempung ditinjau dari nilai kuat dukungnya.
Jurnal utama antara lain sebagai berikut :
1) Dewi (2017) “Kuat Dukung Subgrade Yang Distabilisasi dengan Trass dan Kapur” yang
menstabilisasi tanah lempung di daerah Bayat Klaten dengan variasi campuran 5% kapur dan 0% ,
2,5%, 5%, 7,5% dan 10% trass.
2) Kurniawan (2019) “Tinjauan Nilai Kuat Dukung Tanah Lempung Pedan Klaten Yang Distabilisasi
Dengan Trass dan Kapur” dengan variasi campuran 5% kapur dan 0% , 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%
trass.
3) Wiraprakoso (2017) “Stabilisasi tanah Ekspansif Dengan Campuran Kapur dan Trass Ditinjau Dari
Nilai Califonia Bearing Ratio (CBR) dan Swelling Parameter tanah”. yang menstabilisasi tanah
lempung di daerah Ngawi dengan variasi campuran 5% kapur dan 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% trass.

369
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Jurnal Pendukung antara lain:


1) Wiqoyah (2006) “Pengaruh Kadar Kapur, Waktu Perawatan Dan Perendaman Terhadap Kuat
Dukung Tanah Lempung” yang menstabilisasi tanah lempung di daerah Tanon Sragen dengan
variasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% kapur
2) Istiawan (2009) “Pengaruh Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Terhadap Kuat Dukung Dan Potensi
Pengembangan Tanah Lempung( Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen ) dengan variasi 5%,
8% dan 12% kapur
3) Prasetio (2017) “Kuat Dukung Tanah Lempung Bayat Klaten Yang Distabilisasi Dengan Trass”
dengan variasi 0% , 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% trass.
4) Mutaqin (2017) “Nilai Kuat Dukung Tanah Pedan Klaten Yang Distabilisasi Dengan Trass” dengan
variasi 0% , 5%, 10%, 15% dan 20% trass. Dan jurnal pendukung lainnya.

Tahap pelaksanaan
Pada tahap pertama, melakukan studi literatur sesuai dengan penelitian yaitu tentang stabilisasi
tanah..Pada tahap kedua, melakukan pengumpulan data. Data yang dibutuhkan adalah data sifat fisis yang
berupa berat jenis, data pengujian kadar air, pengujian Atterberg Limits, dan data analisis ukuran butiran
tanah dan data sifat mekanis tanah berupa pemadatan standard proctor, CBR dan Pengembangan
(Swelling). Pada tahap ketiga, melakukan analisis data dan pembahasan. Dilakukan analisis perbandingan
sifat fisis dan mekanis tanah lempung yang distabilisasi dengan campuran kapur dan trass dan dilakukan
analisis regresi. Pada tahap keempat, yang dilakukan pada tahap ini adalah menarik kesimpulan
berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap tiga.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Sifat Fisis
Dewi (2017) dalam jurnal dengan judul “Kuat Dukung Subgrade Yang Distabilisasi dengan Trass
dan Kapur” Dan Kurniawan (2019) dalam jurnal dengan judul “Tinjauan Nilai Kuat Dukung Tanah
Lempung Pedan Klaten Yang Distabilisasi Dengan Trass dan Kapur”. Melakukan penelitian stabilisasi
tanah dengan campuran kapur dan trass dari hasil penelitian sifat fisisnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Uji Fisis Tanah Yang distabilisasi


Bayat Pedan
Kapur 5% + Trass (%) Kapur 5% + Trass (%)
Jenis Pengujian Tanah Tanah
5% + 5% + 5% + 5% + 5% + 5% + 5% + 5% + 5% +
Asli 5% + 0% Asli
2.5% 5% 7.5% 10% 0% 2.5% 5% 7.5% 10%
Spesific Gravity 2.73 2.72 2.70 2.69 2.69 2.68 2.73 2.71 2.70 2.69 2.68 2.67
Kadar Air (%) 9.710 9.630 9.610 9.430 9.360 9.270 9.979 9.868 9.782 9.607 9.573 9.457
Batas Cair (%) 64.00 62.50 61.50 60.50 59.00 59.00 70.45 66.50 65.10 63.60 63.10 62.10
Batas Plastis (%) 24.13 25.79 26.78 28.64 29.80 30.12 38.05 38.70 39.40 39.96 40.27 40.50
Batas Susut (%) 30.28 29.15 27.11 25.18 22.32 21.43 36.52 35.86 34.78 34.11 33.56 33.15
Indeks Platisitas (%) 39.87 36.71 34.72 31.86 29.20 28.88 32.40 27.80 25.70 23.64 22.83 21.60
% Penurunan PI 7.93 12.92 20.09 26.76 27.56 14.20 20.68 27.04 29.54 33.33
Lolos Saringan 86.50 84.00 82.00 80.00 79.00 77.00 86.00 83.00 81.00 79.00 77.00 76.00
Kelompok Indeks 37.84 33.74 31.01 27.82 25.27 24.10 33.87 28.06 25.34 22.72 21.21 19.81
Klasifikasi USCS CH CH CH CH CH CH CH MH MH MH MH MH
Klasifikasi AASTHO A-7-6 A-7-6 A-7-6 A-7-6 A-7-6 A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5 A-7-5

Kadar Air
Berdasarkan tabel 1, nilai kadar air sebesar 9,71% pada tanah asli Bayat dan sebesar 9,979% pada
tanah asli Pedan. Nilai kadar air tersebut cenderung mengalami penurunan seiring dengan penambahan
kapur dan trass. Menurut Mutaqin (2017) hal tersebut dikarenakan kadar air Trass lebih rendah dari kadar
air tanah dan butiran Trass lebih banyak menyerap air dibandingkan dengan tanah sehingga terjadi
penurunan nilai kadar air. Pada pengujian ini ditentukan variabel tak bebas adalah nilai kadar air dan
variabel bebas merupakan campuran 5% kapur dan % Trass. Regresi antara kadar air dengan persentase
5% kapur dan Trass dapat dilihat pada Gambar 1.

370
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

9,9 y = -0,0419x + 9,8683

Kadar Air (%)


R² = 0,9822
9,6

9,3
y = -0,0365x + 9,6384
9 R² = 0,966
Tanah-2,5
Asli 0 2,5 5 7,5 10
Persentase Campuran 5% kapur dan Trass (%)
Tanah Bayat Tanah Pedan

Gambar 1. Hubungan kadar.air dan persentase penambahan 5% kapur dan trass (%)

Berat Jenis (Spesific Gravity)


Berdasarkan Penelitian Stabilisasi tanah dengan kapur yang dilakukan Qunik Wiqoyah (2006)
menunjukkan penambahan variasi 5% kapur menyebabkan penurunan nilai berat jenis tanah asli yang
semula sebesar 2,61 menjadi 2,60 berbeda dengan penelitian Istiawan (2009) penambahan kapur 5%
dapat menyebabkan kenaikan nilai berat jenis tanah yang semula 2,60 menjadi 2,70 Menurut Kenzi
(1979) percampuran antara tanah dengan kapur akan menghasilkan penggumpalan yang merekatkan antar
patrikel, bahan sementasi akan menggelilingi rongga pori yang telah ada sehingga lebih sulit ditembus air.
Rongga pori yang tertutup oleh lapisan sementasi kedap air akan terukur sebagai volume butiran sehingga
memperbesar volume butiran dan dapat menurunkan berat jenis tanah campuran. Menurut Firdaus (2018)
penurunan nilai Gs ini juga dapat dikarena nilai Gs badan aditif kapur lebih kecil daripada nilai Gs tanah
asli, sehingga nilai Gs tanah campuran memiliki nilai yang lebih rendah daripada tanah asli.
Pada stabilisasi tanah dengan Trass oleh Prasetio (2017) diketahui dengan penambahan 2,5% trass
menyebabkan kenaikan nilai berat jenis tanah yang semula 2,611 menjadi 2,633 dan pada penambahan
10% trass Gs nya menjadi 2,699 dan penelitian Mutaqin (2017) menunjukkan bahwa dengan penambahan
2,5% Trass menyebabkan peningkatan nilai spesific grafity dari 2,523 menjadi 2,633 dan penambahan
10% penambahan trass menjadi 2,585. Menurut Prasetio (2017) Peningkatan nilai berat jenis disebabkan
karena nilai berat jenis Trass yang digunakan pada penelitian lebih besar dari tanah asli sehingga nilai
berat jenis campurnnya mengalami peningkatan seiring pertambahan trass

2,74
Berat Jenis

2,72
y = -0,004x + 2,7167
2,7 R² = 0,9292
2,68 y = -0,0046x + 2,7138
R² = 0,9796
2,66
Tanah Asli
-2,5 0 2,5 5 7,5 10
Persentase Campuran 5% Kapur dan Trass (%)
Tanah Bayat Tanah Pedan

Gambar 2. Hubungan berat.jenis dan.persentase penambahan 5% kapur.dan trass (%)


Batas - Batas Atterberg
Batas.Cair (Liquid Limit/ LL)
Berdasarkan Penelitian Stabilisasi tanah dengan kapur oleh Qunik Wiqoyah (2006) menunjukkan
bahwa penambahan variasi 5% kapur menyebabkan penurunan nilai batas cair tanah asli yang semula
88,03% menjadi 60,39% ,penelitian Istiawan (2009) penambahan kapur 5% dapat menyebabkan
penurunan nilai batas cair tanah yang semula 66,00% menjadi 36,00%.Stabilisasi tanah dengan Trass
penelitian Prasetio (2017) diketahui bahwa dengan pertambahan 2,5% trass menyebabkan penurunan nilai
batas cair tanah yang semula 80,21% menjadi 75% dan pada penambahan 10% trass LL nya menjadi
66,50% dan Pada Penelitian Mutaqin (2017) menunjukkan bahwa dengan penambahan 5% Trass
menyebabkan penurunan nilai batas cair dari 74,95% menjadi 72,89% dan penambahan 10% penambahan
trass menjadi 69,15%.

371
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berdasarkan Tabel 1 pada hasil uji batas cair terjadi penurunan seiring dengan penambahan kapur dan
trass . Nilai batas cair paling rendah terdapat pada variasi penambahan 5% kapur dan 7,5% dan 10% Trass
pada tanah bayat yaitu diperoleh nilai sebesar 59,00%. Chen (1975) mengungkapkan penurunan batas cair
disebabkan karena ion. Ca+ yang kuat pada kapur bertukar tempat dengan...ion positif sodium yang
lemah pada permukaan partikel. Perubahan ini..membuat keseimbangan ion partikel menjadi lebih baik
sehinga menurunkan tingkat penyerapan air. Pada pengujian ini variabel tak bebas adalah nilai Batas Cair
variabel bebas merupakan campuran 5% kapur dan % Trass. Regresi antara Batas Cair dengan persentase
5% kapur dan trass dapat dilihat pada gambar 3.

73
Batas Cair (%)

y = -0,6109x + 67,432
68
R² = 0,8907
63 y = -0,4171x + 62,648
R² = 0,9657
58
-2,5 Asli
Tanah 0 2,5 5 7,5 10
Persentase Campuran 5% Kapur dan Trass (%)
Tanah Bayat Tanah Pedan

Gambar 3. Hubungan antara.batas cair dan persentase penambahan 5% kapur.


dan trass (%)

Batas Plastis (Plastic Limit/ PL)


Penelitian Stabilisasi tanah dengan kapur oleh Qunik Wiqoyah (2006) menunjukkan penambahan
variasi 5% kapur menyebabkan kenaikan nilai batas plastis tanah asli yang semula 38,58% menjadi
42,08%. Penelitian Istiawan (2009) penambahan kapur 5% dapat menyebabkan kenaikan nilai batas
plastis tanah yang semula 10,63% menjadi 11,06%. Pada stabilisasi tanah dengan Trass oleh Prasetio
(2017) diketahui bahwa dengan pertambahan 2,5% Trass menyebabkan penurunan nilai batas plastis
tanah yang semula 36,28% mengalami penurunan menjadi 32,95% dan pada penambahan 10% trass nilai
batas plastisnya menjadi 27,38% dan ppenelitian Mutaqin (2017) menunjukkan penambahan 5% Trass
menyebabkan penurunan nilai batas plastis yang semula 30,49% menjadi 29,10% dan pada 10%
penambahan trass menjadi 27,04%.
Dari Tabel 1 batas plastis tanah asli bayat adalah 24,13% dan tanah pedan sebesar 38,05. Pada
penambahan variasi campuran kapur dan trass nilai batas plastisnya mengalami kenaikan. Nilai batas
plastis terbesar terjadi pada persentase penambahan 5% kapur dan 10% trass pada tanah pedan, yaitu
didapatkan nilai sebesar 40,50%. Menurut Dewi (2017) kenaikan disebabkan pada saat penambahan
kapur dan Trass maka terjadi proses tarik-menarik antar partikel dan terjadi penggumpalan pada partikel
tanah sehingga butiran tanah membesar yang mengakibatkan nilai kohesi turun dan nilai batas plastis
mengalami kenaikan. Regresi antara Batas Plastis dengan persentase 5% kapur dan Trass dapat dilihat
pada Gambar 4.
Indeks Plastisitas (PI)
Berdasarkan Penelitian Stabilisasi tanah dengan kapur Qunik Wiqoyah (2006) menunjukkan bahwa
penambahan variasi 5% kapur menyebabkan penurunan nilai PI, tanah asli yang semula 49,44% menjadi
19,02%. Penelitian Istiawan (2009) penambahan kapur 5% menyebabkan penurunan nilai PI tanah yang
semula 55,37% menjadi 24,94%. Penurunan PI karena nilai PI sangat bergantung dengan nilai LL dan PL,
ketika nilai Liquid Limits mengalami penurunan dan nilai Plastic Limits mengalami peningkatan maka
nilai PI nya juga akan tereduksi. Menurut Ranggaesa (2017) Penurunan dapat terjadi karena adanya reaksi
pertukaran ion yang menyebabkan perubahan ion Ca+ untuk mengurangi ekspansifitas pada tanah
lempung. Pada stabilisasi tanah dengan Trass oleh Prasetio (2017) diketahui penambahan 2,5% trass
menyebabkan penurunan nilai PI tanah yang semula 43,93% mengalami penurunan menjadi 42,05% dan
pada penambahan 10% trass nilai PI menjadi 39,12%. Penelitian Mutaqin (2017) menunjukkan bahwa
dengan penambahan 5% Trass menyebabkan penurunan nilai PL yang semula 44,47% menjadi 43,79%
dan penambahan 10% penambahan trass menjadi 42,11%.

372
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

50
y = 0,2002x + 38,729

Batas Plastis (%)


R² = 0,9628
40
y = 0,501x + 25,664
30 R² = 0,9722

20
-2,5Asli
Tanah 0 2,5 5 7,5 10
Persentase Campuran 5% Kapur dan Trass (%)
Tanah Bayat Tanah Pedan

Gambar 4. Hubungan batas..plastis dan penambahan.. 5% kapur dan trass (%)

Dari Tabel1. selisih antara LL dan PL pada pengujian Batas Atterberg diperoleh nilai PI. Nilai PI
tanah asli daerah bayat sebesar 39,87% dan tanah pedan adalah sebesar 29,95%. Bertambahnya variasi
kapur dan trass menyebabkan penurunan LL dan meningkatnya PL, sehingga nilai indeks plastisnya
mengalami penurunan. Penurunan ini juga dapat dikarenakan butiran tanah yang.,membesar karena
terjadinya proses sementasi. Nilai PI terbesar pada penambahan persentase 5% kapur dan 0% trass dari
berat sampel pada tanah bayat sebesar 39,87 %, sedangkan nilai paling rendah terdapat campuran 5%
kapur dan 10% trass pada tanah pedan yaitu sebesar 24,05%. Pada pengujian ini ditentukan variabel tak
bebas adalah nilai Indeks Plastisitas variabel bebas merupakan campuran 5% kapur dan % Trass. Regresi
antara Indeks,.Plastisitas dengan persentase 5% kapur dan trass dapat dilihat pada gambar 5.

50 y = -0,9182x + 36,983
Indeks Plastis (%)

R² = 0,9718
40
y = -0,4072x + 27,239
30 R² = 0,74
20
Tanah-2,5
Asli 0 2,5 5 7,5 10
Persentase/.Campuran 5% Kapur dan Trass (%)
Tanah Bayat Tanah Pedan

Gambar 5. Hubungan indeks plastisitas dan penambahan 5% kapur dan trass (%)

Uji Sifat Mekanis


Uji Pemadatan (Standard Proctor)
Uji pemadatan.Standard Proctor bertujuan untuk mengetahui nilai berat isi.kering maksimum dan
nilai.kadar air optimum yang,akan digunakan untuk menentukan.,penambahan air pada uji CBR.
Penelitian Dewi (2017) “Kuat Dukung Subgrade Yang Distabilisasi dengan Trass dan Kapur”. Kurniawan
(2019) “Tinjauan Nilai Kuat Dukung Tanah Lempung Pedan Klaten Yang Distabilisasi Dengan Trass dan
Kapur”. Dan Wiraprakoso (2017) "Stabilisasi tanah Ekspansif Dengan Campuran Kapur dan Trass
Ditinjau Dari Nilai Califonia Bearing Ratio (CBR) dan Swelling Parameter tanah”. Hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan hasil uji mekanis tanah

373
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Sampel Variasi Wopt (% ) γd maks (gr/cm3) CBR (% ) Swelling (%)


Bayat Pedan Ngawi Bayat Pedan Ngawi Bayat Pedan Ngawi Bayat Pedan
1 Tanah Asli 22.00 22.20 32.50 1.30 1.32 1.33 1 1 0.73 1.75 2.07
2 Tanah Asli + Tras 0% + Kapur 5% 21.50 21.00 - 1.33 1.37 - 2 2 - 1.67 1.93
3 Tanah Asli + Tras 2,5% + Kapur 5% 21.00 20.50 30.70 1.36 1.44 1.44 3 3 0.73 1.56 1.86
4 Tanah Asli + Tras 5% + Kapur 5% 21.00 20.00 29.00 1.39 1.46 1.48 5 3 0.73 1.46 1.70
5 Tanah Asli + Tras 7,5% + Kapur 5% 19.50 19.00 29.00 1.40 1.50 1.49 6 5 0.73 1.35 1.60
6 Tanah Asli + Tras 10% + Kapur 5% 18.00 18.90 29.40 1.45 1.54 1.52 7 6 1.01 1.19 1.50
Uji California Bearing Ratio (CBR)
Berdasarkan penelitian Qunik Wiqoyah (2003) menunjukkan penambahan variasi 5% kapur
menyebabkan peningkatan nilai CBR Soaked tanah asli yang semula sebesar 0,60% menjadi 14,40%
Kemudian pada penelitian Istiawan (2009) penambahan kapur 5% menyebabkan peningkatan nilai CBR
Soaked tanah asli yang semula 1,00 % menjadi 1,60%. Stabilisasi tanah dengan Trass oleh Prasetio
(2017) diketahui dengan penambahan 2,5% Trass menyebabkan peningkatan nilai CBR Soaked tanah
yang semula 1,00% menjadi 3% dan pada penambahan 10% Trass nilai CBR Soaked menjadi 6%.
Penelitian Mutaqin (2017) menunjukkan bahwa dengan penambahan 10% Trass menyebabkan
peningkatan nilai CBR Soaked yang semula 1,00% menjadi 2,00%.
Penelitian Dewi (2017), Kurniawan (2019) dan Wiraprakoso (2017) stabilisasi Tanah dengan Kapur
dan Trass didapatkan nilai CBR Soaked tanah asli Bayat sebesar 1 % dan seiring penambahan campuran
kapur dan Trass nilai CBR soaked mengalami peningkatan, nilai CBR Soaked tertinggi penambahan 5%
kapur dan 10% trass sebesar 7% , pada daerah Pedan didapatkan nilai CBR Soaked tanah asli sebesar 1%
dan mengalami peningkatan seiring dengan penambahan campuran kapur dan trass, nilai CBR Soaked
tertinggi pada penambahan 5% kapur dan 10% sebesar 6% dan pada daerah Ngawi didapatkan nilai CBR
Soaked tanah asli sebesar 0,73% mengalami peningkatan pada penambahan 5% kapur dan 10% menjadi
1,01%.Regresi antara CBR Soaked dengan persentase 5% kapur dan trass dapat dilihat pada Gambar 6.

8 y = 0,5029x + 2,1143
Nilai CBR Soaked (%)

R² = 0,9878
6
y = 0,3886x + 1,8762
4 R² = 0,9527
y = 0,0166x + 0,7111
2 R² = 0,4088
0
-2,5 asli
tanah 0 2,5 5 7,5 10
Persentase Campuran Tras (%) dan Kapur 5%
CBR Soaked Bayat CBR Soaked Pedan CBR Soaked Ngawi

Gambar 6. Hubungan CBR Soaked dengan penambahan 5% kapur dan trass (%)

Uji Pengembangan (Swelling)


Pengembangan (Sweliing) pada tanah lempung dipengaruhi oleh nilai indeks plastisitas (PI) dan
gradasi tanah. Semakin kecil nilai PI dan gradasi butiran butiran, maka semakin kecil nilai
pengembanganya.
Berdasarkan penelitian dari Dewi (2017), Kurniawan (2019) dan yang menstabilisasi Tanah dengan
Kapur dan Tras didapatkan nilai Swelling tanah asli Bayat. sebesar 1,75% dan seiring penambahan
campuran kapur dan trass nilai Swellingnya mengalami penurunan, nilai Swelling terendah saat
penambahan 5% kapur dan 10% trass yaitu sebesar 1,19% kemudian pada daerah Pedan didapatkan nilai
Swelling tanah asli sebesar 2,07% dan mengalami penurunan seiring dengan penambahan campuran kapur
dan trass, nilai Swelling terendah saat penambahan 5% kapur dan 10% yaitu sebesar 1,50% Regresi
antara Swelling dengan persentase 5% kapur dan trass dapat dilihat pada gambar 7.

374
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

3
y = -0,0457x + 1,9481

Nilai Swelling (%)


2 R² = 0,9932

1
y = -0,0441x + 1,6621
tanah asli
R² = 0,9894
0
-2,5 0 2,5 5 7,5 10
Persentase Campuran Tras (%) dan Kapur 5%
Swelling Bayat Swelling Pedan
Linear (Swelling Bayat) Linear (Swelling Pedan)

Gambar 7. Hubungan Swelling dengan penambahan 5% kapur dan trass (%)


Tabel 3. Hasil Uji Hipotesa Dengan Excel Tabel 4. Hasil Analisa Regresi
Pengujian 2 Pengujian
No. Persamaan Regresi R r No. Fhitung Ftabel Keterangan
Uji Sifat Fisis Uji Sifat Fisis
Bayat y = -0.0365x + 9.6384 0.9660 0.9829 Bayat 113.784 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
1 Kadar Air 1 Kadar Air
Pedan y = -0.0419x + 9.8683 0.9822 0.9911 Pedan 221.346 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
Bayat y = -0.004x + 2.7167 0.9292 0.9640 Bayat 52.5 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
2 Berat Jenis 2 Berat Jenis
Pedan y = -0.0046x + 2.7138 0.9796 0.9897 Pedan 192 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
Bayat y = -0.4171x + 62.648 0.9657 0.9827 Bayat 112.585 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
3 Batas Cair 3 Batas Cair
Pedan y = -0.6109x + 67.432 0.8907 0.9438 Pedan 32.590 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
Bayat y = 0.501x + 25.664 0.9722 0.9860 Bayat 139.768 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
4 Batas Plastis 4 Batas Plastis
Pedan y = 0.2002x + 38.729 0.9628 0.9812 Pedan 103.423 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
Bayat y = -0.9182x + 36.983 0.9718 0.9858 Bayat 137.806 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
6 Indeks Plastisitas 6 Indeks Plastisitas
Pedan y = -0.4072x + 27.239 0.7400 0.8602 Pedan 11.383 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
Uji Sifat Mekanis Uji Sifat Mekanis
Bayat y = 0.5029x + 2.1143 0.9878 0.9939 Bayat 322.667 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
1 CBR Soaked Pedan y = 0.3886x + 1.8762 0.9527 0.9761 3 CBR Soaked Pedan 80.651 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
Ngawi y = 0.0166x + 0.7111 0.4088 0.6394 Ngawi 2.074 10.31 Fhitung<Ftabel , Ha ditolak Ho diterima
Bayat y = -0.0457x + 1.9481 0.9932 0.9947 Bayat 373.112 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak
2 Swelling 4 Swelling
Pedan y = -0.0441x + 1.6621 0.9894 0.9966 Pedan 585.366 7.71 Fhitung>Ftabel , Ha diterima Ho ditolak

Berdasarkan hasil penelitian dari data sekunder , Hasil perhitungan uji F pada Indeks Plastisitas
untuk penelitian di Bayat dan Pedan diperoleh nilai F hitung > F tabel, Ha diterima dan Ho ditolak, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penambahan kapur dan trass pada tanah lempung terhadap nilai
indeks plastisitas. Sebagai contoh dari hasil analisa regresi yang didapat nilai R 2 pada tanah Bayat =
0.9718 ini berarti variabel bebas yaitu persen penambahan kapur dan trass mempengaruhi variabel terikat
yaitu nilai indeks plastisitas sebesar 97,18% dan diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,9858 ini berarti
korelasi antara x dan y termasuk ke dalam kategori sangat kuat.
Dari Hasil perhitungan uji F pada nilai CBR Soaked untuk penelitian di Bayat dan Pedan diperoleh
nilai Fhitung > Ftabel, Ha diterima dan Ho ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penambahan kapur dan trass pada tanah lempung terhadap nilai CBR Soaked. Sebagai contoh dari hasil
analisa regresi yang didapat nilai R2 pada tanah Bayat = 0.9878 ini berarti variabel bebas yaitu persen
penambahan kapur dan trass mempengaruhi variabel terikat yaitu nilai CBR Soaked sebesar 98,78% dan
diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,9939 ini berarti korelasi antara x dan y termasuk kedalam kategori
sangat kuat.
Berdasarkan analisis regresi pada Gambar 7 diketahui bahwa besar kemiringan (Slope) yang terjadi
pada tanah Bayat adalah yang terbesar dengan persamaan y = 0.5029x + 2.1143 dari pada tanah Pedan
dengan persamaan y = 0.3886x + 1.8762 dan tanah ngawi dengan persamaan y = 0.0166x + 0.7111 , hal
ini dapat disimpulkan bahwa penambahan campuran kapur dan Trass pada tanah Bayat lebih berpengaruh
daripada tanah di Pedan maupun Ngawi. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan kimia CaO pada
tanah bayat lebih besar dari pada tanah pedan, sehingga tanah dan bahan stabilisator lebih mudah
bereaksi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data sekunder terhadap tanah lempung yang distabilisasi
dengan Trass dan kapur, maka dapat ditarik kesimpulan:
a) Hasil uji sifat fisis tanah campuran menunjukkan bahwa nilai berat jenis, kadar air, batas cair, batas
susut, indeks plastis dan lolos saringan no. 200 mengalami. penurunan seiring dengan penambahan

375
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

kapur dan trass, sedangkan nilai batas plastis mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis regresi
untuk nilai indeks plastisitas didapatkan nilai R 2 Bayat lebih tinggi daripada R2 Pedan yaitu sebesar
0,9718 dan diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,9858 ini berarti korelasi antara x dan y termasuk ke
dalam kategori sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penambahan
kapur dan Trass pada tanah lempung terhadap nilai indeks plastisitas.
b) Hasil uji Mekanis tanah campuran .menunjukkan bahwa nilai w optimum dan swelling mengalami
penurunan seiring dengan penambahan kapur dan trass, sedangkan nilai berat volume kering
maksimum dan CBR Soaked mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis regresi untuk nilai CBR
Soaked didapatkan nilai R2 Bayat lebih tinggi daripada R2 Pedan maupun Ngawi yaitu sebesar
0.9878 dan diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,9939 ini berarti korelasi antara x dan y termasuk ke
dalam kategori sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penambahan
kapur dan Trass pada tanah lempung terhadap nilai CBR Soaked.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ratih Fitriana, 2017, Kuat Dukung Subgrade Yang Distabilisasi Dengan Trass dan Kapur, Skripsi,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.. Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Hardiyatmo, H.C., 1992. Mekanika Tanah II Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Istiawan, D. 2009. Pengaruh Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Terhadap Kuat Dukung dan Potensi
Pengembangan Tanah Lempung (Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen), Skripsi, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Kristanti , Etik Julia. 2010. Tinjauan Kuat Dukung Subgrade Jalan (Studi Kasus Kerusakan Jalan Beluk,
Bayat, Klaten), Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kurniawan, Danang., 2019. Tinjauan Nilai Kuat Dukung Tanah Lempung Pedan Klaten Yang
Distabilisasi dengan Trass dan Kapur, Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Merdhianto, P. 2015, Send-Lime Column Stabillzation On The Consolidation Of Soft Clay Soil, Skripsi,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Mutaqin, Aziz Nurul., 2017, Nilai Kuat Dukung Tanah Lempung Pedan Klaten Yang Distabilisasi
Dengan Tras (Studi Kasus Tanah Lempung, Desa Troketon, Pedan, Klaten), Skripsi, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Prasetio, Sandi., 2017. Kuat Dukung Tanah Lempung Bayat Klaten Yang Distabilisasi Dengan Tras,
Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Tugas Akhir,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sutikno, Budi Damianto. 2009. Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan Penambahan Kapur (Lime) : Aplikasi
pada Pekerjaan Timbunan. Jurnal Volume 2 Nomor 11. Depok: Politeknik Negeri.
Wiraprakoso, Hafizan Adlan. 2017, Stabilisasi tanah Ekspansif Dengan Campuran Kapur dan Trass
Ditinjau Dari Nilai Califonia Bearing Ratio (CBR) dan Swelling Parameter tanah, Skripsi, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wiqoyah, Q. 2003, Stabilisasi Tanah Lempung Tanon Dengan Penambahan kapur Dan Trass, Tesis,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Wiqoyah, Q. 2006. Pengaruh Kadar Kapur, Waktu Perawatan Dan Perendaman Terhadap Kuat Dukung
Tanah Lempung, Tesis, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

376
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP


KINERJA TUKANG PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FIAI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Wella Arfani1*, Triwuryanto2, Sely Novita Sari3


1,2,3
Teknik Sipil,FTSP, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No 1. Depok, Sleman, Yogyakarta
1
wellaarfani20@gmail.com, 3triwuryanto@itny.ac.id, 2sely.novita@itny.ac.id

Abstrak
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan.SDM
yang baik adalah SDM yang memiliki kinerja yang baik serta efektif dalam menjalankan tugas yang
telah diberikan. Tenaga kerja dalam suatu proyek salah satunya adalah tukang bangunan yang juga
perlu diperhatikan disiplin kerja dan motivasi kerja yang dimilikinya dalam menjalan tugas. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap
kinerja tukang. Penelitian ini di lakukan pada tukang dengan cara penyebaran kesioner pada proyek
bangunan proyek gedung FIAI Universitas Islam Indonesia. Alat statistik yang digunakan adalah
dengan program komputer SPSS 22.0 dengan analisis regresi linear berganda yang terdiri dari 4 jenis
pengujian yaitu Uji t, Uji F, Uji Beta dan Uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor disiplin kerja
dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja tukang maka disiplin kerja
dan motivasi harus dimiliki oleh diri sendiri dan sumber daya yang berhubungan. Dengan demikian
upaya untuk dapat meningkatkan kinerja tukang yang lebih baik adalah dengan cara meningkatkan
kedisiplinan diri sendiri dan memberikan serta mendapatkan motivasi dari lingkungan kerja yang
mendukung agar dapat mencapai tujuan kedua pihak, yaitu pada pihak tukang bangunan itu sendiri dan
juga pada pihak proyek yang sedang dikerjakan.

Kata kunci: Disiplin Kerja, Kinerja Tukang, Motivasi Kerja.

PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan.SDM
yang baik adalah SDM yang memiliki kinerja yang baik serta efektif dalam menjalankan tugas yang telah
diberikan. Untuk mencapai efektifitas suatu kinerja haruslah memiliki disiplin kerja dan motivasi kerja
yang tinggi baik pemimmpin proyek maupun bawahannya (Sari, 2019). Tenaga kerja dalam suatu proyek
salah satunya adalah tukang bangunan yang juga perlu diperhatikan disiplin kerja dan motivasi kerja yang
dimilikinya dalam menjalan tugas. Setelah melakukan survei awal didapatkan bahwa tidak sedikit tukang
yang memiliki disiplin dan motivasi kerja yang tinggi terlihat dari tukang yang masih kurang mematuhi
peraturan yang ada, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja tukang. Disiplin merupakan sikap untuk mematuhi dan
mentaati semua peraturan organisasi dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan
Dengan indikator ketepatan waktu, pemanfaatan sarana, tanggung jawab kerja dan ketaatan terhadap
aturan proyek (Soejono, 1997). Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (
Handoko , 2013). Kinerja pada dasarnya memiliki banyak arti berdasarkan sudut pandang atau pendapat
para ahli, kinerja adalah hasil dari suatu perilaku seseorang atau kelompok yang terkait dengan cara
kerjanya. Pada setiap orang yang bekerja atau dalam suatu kelompok kerja, kinerja selalu diharapkan bisa
senantiasa baik kualitas dan kuantitasnya (Hardiyanto, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja tukang pada proyek pembangunan Gedung FIAI
Universitas Islam Indonesia dan mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja tukang pada
proyek pembangunan Gedung FIAI Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini memiliki manfaat menjadi
tambahan rujukan bagi penelitian selanjutnya serta sebagai pertimbangan bagi proyek yang menghadapi
masalah serupa.

377
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Batasan Masalah
Batasan masalah digunakan untuk membatasi ranah penelitian sehingga dapat fokus pada tujuan
penelitian. Batasan masalah penelitian ini adalah.
a) Objek penelitian dilakukan di proyek pembangunan gedung FIAI Universitas Islam Indonesia.
b) Responden penelitian adalah sebanyak 40 orang tukang yang terdiri dari tukang besi, tukang kayu,
dan tukang batu pada proyek pembangunan gedung FIAI Universitas Islam Indonesia.
c) Variabel penelitian yang diukur adalah kinerja tukang, disiplin kerja, dan motivasi kerja tukang
d) Metode pengumpulan data adalah dengan kuisoner.

Keaslian Penelitian
Referensi yang digunakan peneliti untuk menyusun penelitian ini salahsatunya diambil dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 1 merupakan referensi yang digunakan pada penelitian
sebelumnya.
Tabel 1. Perbandingan penelitian terdahulu
Perbedaan Penelitian
No Nama Peneliti Penelitian yang telah
Penelitian yang akan dilakukan
dilakukan
1. Menganalisa pengaruh 1. Menganalisa pengaruh disiplin
disiplin kerja dan motivasi kerja dan motivasi kerja terhadap
kerja terhadap kinerja guru kinerja tukang
31. Ariani Dewi, 2017
2. Hal yang dipengaruhi adalah
kinerja guru 2.Hal yang dipengaruhi adalah
kinerja tukang
1.Menganalisa pengaruh 1.Menganalisa pengaruh disiplin
disiplin kerja dan kerja dan motivasi kerja
lingkungan kerja terhadap terhadap kinerja tukang
kinerja karyawan 2. Penelitian dilakukan pada
2. Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan gedung
12. Tri Widari, 2016 badan pegawaian daerah FIAI Universitas Islam
kota Yogyakarta Indonesia.
3. Uji validitas instrumen 3. pengujian yang dilakukan
menggunakan Confirmatory adalah uji parsial dan uji
Faktor Analisis (CFA) simultan

1. Menganalisa hubungan 1. Menganalisa pengaruh disiplin


anatara motivasi kerja dan kerja dan motivasi kerja
nilai praktik kerja industri terhadap kinerja tukang
dengan kesiapan kerja siswa
23.
2.Variabel X yang diteliti adalah
Hifzi Muhammad, 2015 Motivasi keraja dan nilai 2. Variabel X yang diteliti adalah
praktik. motivasi kerja dan disiplin kerja

Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian yang akan
dilaksanakan dengan judul “Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Tukang Pada
Proyek Pembangunan Gedung FIAI Universitas Islam Indonesia ” belum pernah dilakukan sebelumnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan penelitian lapangan secara langsung
untuk mencari data primer dan menggunakan tinjauan pustaka untuk data sekunder yang diperlukan pada
penelitian ini. Data primer yang dibutuhkan didapatkan dari penyebaran kuesioner secara langsung
kepada para tukang diproyek pembangunan Gedung FIAI Universitas Islam Indonesia. Responden pada
penlitian ini adalah tukang bangunan pada proyek pembangunan gedung FIAI Universitas Islam
Indonesia. Data sekunder yang digunakan pada penilitian ini adalah buku-buku di perpustakaan, data-data
yang berasal dari internet, dan penelitian serupa sebelumnya.

378
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Instrumen Penelitian
a) Lembar kuesioner yang berisi dari :
1) Bagian A : Berisi tentang data responden yang meliputi jenis pekerjaan tukang, pendidikan
terakhir, usia, dan pengalaman kerja pada proyek kontruksi.
2) Bagian B : Berisi daftar pertanyan yang berkaitan dengan pengaruh disiplin kerja dan motivasi
kerja terhadap kinerja tukang.

b) Instrumen Penelitian
Penyusunan dan pengembangan instrumen penelitian dibuat berdasarkan teori-teori yang relevan,
literatur, serta berdasarkan diskusi dengan narasumber yang terpercaya dan mengetahui skala intsrumen
yang dimaksud.

pengumpulan data pembuatan


Mulai
sekunder kuisioner

analisis data regresi linier


Pembahasan hasil berganda penyebaran
analisa data 1. Uji F 3. Uji Beta kuisioner
2. Uji T 4. Uji R2

kesimpulan dan
Selesai
saran

Gambar 1. Diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data penelitian diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada tukang batu, tukang
kayu, tukang besi dan tukang lainnya pada proyek pembangunan gedung FIAI Universitas Islam
Indonesia. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan terlebih dahulu meminta izin kepada pimpinan proyek
pembangunan gedung FIAI Universitas Islam Yogyakarta, kemudian melakukan survei awal melaui
wawancara kepada beberapa tukang untuk mengetahui permasalahan terkait disiplin kerja dan motivasi
kerja terhadap kinerja tukang, setelah itu sebanyak 40 kuesioner disebarkan melalui mandor yang ada
pada proyek pembangunan gedung FIAI Universitas Islam Indonesia dan kemudian dibagikan kepada
para tukang yang ada pada proyek pembangaunan gedung FIAI Universitas Islam Indonesia, kuesioner
disebar secara bertahap agar tidak mengganggu aktifitas tukang pada proyek tersebut. Kuesioner
kemudian dikembalikan dengan jumlah 40 kuesioner utuh.
Setelah pengambilan kuesioner dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas
untuk mengetahui kesahihan suatu instrumen yang telah dibuat dan mengetahui bahwa instrumen dapat
digunakan pada waktu yang berbeda akan menghasilkan data yang sama. Teknik analisis yang digunakan
adalah mengunakan analisis regresi linear berganda dengan terlebih dahulu mencari persamaan regresi
nya agar mengetahui variabel berpengaruh positif atau berpengaruh negatif, kemudian dilakukan 4 jenis
uji regresi yaitu uji F, uji T, uji Beta dan uji R^2. Proses analisis data dilakukan dengan mengunakan
bantuan program SPSS versi 22.0 yang bertujuan untuk mempermudah proses hasil penelitian.

379
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

a) Uji Validitas
Dalam penelitian ini menggunakan α = 5% dengan syarat suatu instrumen untuk dianggap valid
adalah jika tingkat signifikan dari r hitung > r tabel (0,312). r tabel diperoleh dari tabel taraf signifikan
dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan r hitung diperoleh dari hasil output SPSS.
1) Variabel Disiplin Kerja (X1)
Pada variabel disiplin kerja koefisien korelasi product momen dapat dihasilkan dari output spss
22.0 salah satu hasil outputnya terlihat pada tabel 4.1 variabel X1.1 disiplin kerja dengan hasil r
hitung = 0,508 sehingga r hitung > r tabel = 0,508 > 0,312 maka dinyatakan valid.

Tabel 2. Output SPSS korelasi product moment variabel disiplin kerja

Sumber : (Olah Data, 2019)

2) Variabel Motivasi Kerja (X2)


Pada variabel Motivasi kerja koefisien korelasi product momen dapat dihasilkan dari output spss
22.0. salah satu hasil output nya terlihat pada tabel 4.3 variabel X2.1 Motivasi kerja dengan
hasil r hitung = 0,286 sehingga r hitung < r tabel = 0,286 < 0,312 maka dinyatakan tidak valid.
Untuk perhitungan indikator lainnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 3. Output SPSS korelasi product moment variabel motivasi kerja

Sumber : (Olah Data, 2019)

Tabel 4. Uji validitas variabel motivasi kerja

Koefisien korelasi
Variabel Indikator R tabel Keterangan
product momen
X2.1 0,286 0,312 Tidak Valid
X2.2 0,598 0,312 Valid
X2.3 0,560 0,312 Valid
X2.4 0,209 0,312 Tidak Valid
X2.5 0,486 0,312 Valid
X2.6 0,093 0,312 Tidak Valid
Motivasi X2.7 0,439 0,312 Valid
Kerja X2.8 0,007 0,312 Tidak Valid
(X2) X2.9 0,473 0,312 Valid
X2.10 0,712 0,312 Valid
X2.11 0,426 0,312 Valid
X2.12 0,211 0,312 Tidak Valid
X2.13 0,504 0,312 Valid
X2.14 0,333 0,312 Valid
X2.15 0,223 0,312 Tidak Valid
Sumber : (Olah Data, 2019)

380
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

3) Variabel Kinerja Tukang (Y)


Pada variabel kinerja tukang koefisien korelasi product momen dapat dihasilkan dari output spss
22.0. salah satu hasil output nya terlihat pada tabel 4.5 variabel X3.1 kinerja tukang dengan
hasil r hitung = 0,661 sehingga r hitung > r tabel = 0,661 > 0,312 maka dinyatakan valid.

Tabel 5.Output SPSS Korelasi Product Moment Variabel Kinerja Tukang

Sumber : (Olah Data, 2019)

b) Uji Realibilitas
Uji reliabilitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsistensi alat ukur atau kuesioner yang
digunakan.

Tabel 6. Hasil Output SPSS Reliabilitas variabel Disiplin Kerja (X1)

Sumber : (Olah Data, 2019)

Tabel 7. Uji Reliabilitas Variabel


Nilai Alpha/ R Ketentuan nilai Alpha/
Variabel Keterangan
hitung R table
Disiplin Kerja 0,858 0,5 Reliabel
Motivasi Kerja 0,586 0,5 Reliabel
Kinerja Tukang 0,754 0,5 Reliabel
Sumber : (Olah Data, 2019)

Dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan dilihat pada tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa
besarnya nilai alpha dari seluruh variabel mempunyai nilai lebih besar dari nilai 5% atau 0,5 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pertanyaan untuk tiap variabel dinyatakan reliabel yang
artinya jika instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
data yang sama pula.

c) Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dua variabel
atau lebih bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Persamaan yang diperoleh dari hasil output dibawah adalah

Y = 1,221 + 0,337 X1 + 0,497 X2 + e (1)

Dari hasil persamaan regresi tersebut dengan hasil bobot koefisien regresi disiplin kerja adalah + 0,337
maka faktor disiplin kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja tukang dan faktor motivasi kerja
memiliki hasil bobot koefisien regresi disiplin kerja adalah + 0,497 maka berpengaruh secara positif
terhadap kinerja tukang.

381
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 8. Deskripsi Variabel Kinerja Tukang


Standardiz
ed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,221 ,590 2,069 ,046
DISIPLIN KERJA ,337 ,106 ,421 3,176 ,003
(X1)
MOTIVASI ,497 ,163 ,405 3,054 ,004
KERJA (X2)
Sumber : (Olah Data, 2019)

1) Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara parsial (sendiri) yang
diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) Dengan taraf signifikansi atau tingkat
kesalahannya α = 5 % / 0,05 . Hasil pengujian uji T dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengujian Uji T


Keterangan T hitung Nilai signifikan

Disiplin kerja (X1) 3,176 0,003


Motivasi kerja (X2) 3,054 0,004
Sumber : (Olah Data, 2019)

Dari hasil tabel 9 diatas nilai t hitung dan nilai signigfikan dapat dilihat dari hasil output SPSS
22.0 seperti pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil Output SPSS 22.0 Pengujian Uji T

Sumber : (Olah Data, 2019)

2) Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan (bersama-sama) yang
diberikan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Hasil pengujian uji F dapat
dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Pengujian Uji F


Keterangan F hitung Nilai signifikan
Uji F 9,925 0,000
Sumber : olah data 2019

Dari hasil tabel 11. diatas nilai F hitung dan nilai signigfikan dapat dilihat dari hasil output
SPSS 22.0 seperti pada tabel 12

382
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 12. Hasil Output SPSS 22.0 Pengujian Uji F

Sumber : olah data 2019

3) Uji Beta
Uji beta digunakan untuk menganalisis variabel independent yang dominan mempengaruhi
variabel dependent. Pengujian mengenai variabel independent yang dominan mempengaruhi
variabel dependent. Hasil uji beta dapat dilihat dari hasil output SPSS 22.0 pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Output SPSS 22.0 Pengujian Uji Beta


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,221 ,590 2,069 ,046
DISIPLIN KERJA ,421 3,176
,337 ,106 ,003
(X1)
MOTIVASI ,405 3,054
,497 ,163 ,004
KERJA
Sumber : olah data 2019

Dari hasil uji beta diatas nilai beta pada variabel disiplin kerja diperoleh 0,421 dan nilai beta
pada variabel motivasi kerja diperoleh 0,405 sehingga dapat dilihat nilai beta yang paling besar
adalah pada variabel disiplin kerja yaitu sebesar 0,421 maka variabel yang paling dominan
adalah variabel disiplin kerja sehingga variabel disiplin kerja memiliki pengaruh yang terbesar
diantara variabel motivasi kerja terhadap variabel kinerja tukang (Y).

4) Uji R2

Koefisien determinasi digunakan untuk melakukan perbandingan antara variabel yang


diteliti dengan variabel yang tidak diteliti.

Tabel 14. Hasil Output SPSS pengujian uji Beta


Adjusted Std. Error of the
Model R R Square R Square Estimate
1 ,591a ////,349 ,314 ,19707
Sumber : olah data 2019

Dari hasil output diatas didapat bahwa nilai adalah sebesar 0,349 atau jika do persenkan
sebesar 34,9 % maka semua variabel yang diteliti mempunyai pengaruh terhadap variabel
kinerja tukang (Y) sebesar 34,9 % dibandingan dengan variabel yang tidak diteliti yaitu
sebesar 65,1 %.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Faktor disiplin kerja dan motivasi kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja tukang maka disiplin kerja dan motivasi harus dimiliki oleh

383
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

diri sendiri dan sumber daya yang berhubungan. Dengan demikian upaya untuk dapat meningkatkan
kinerja tukang yang lebih baik adalah dengan cara meningkatkan kedisiplinan diri sendiri dan
memberikan serta mendapatkan motivasi dari lingkungan kerja yang mendukung agar dapat mencapai
tujuan kedua pihak, yaitu pada pihak tukang bangunan itu sendiri dan juga pada pihak proyek yang
sedang dikerjakan.

DAFTAR PUSTAKA
Handoko, 2013, Manajemen. Yogyakarta. BPFE
Hardiyanto, Y., Ali, A. H. N., & Pambudi, H. A. (2005). Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi
Pengukuran Kinerja Pemasaran dengan Metode Balanced Scorecard Studi kasus PT. Semen Gresik.
Jurnal, Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi.
Sari, S. N. (2019). Evaluasi Anggaran Biaya menggunakan Batu Bata Merah dan Batu Bata Ringan
Gedung Kantor Kelurahan Bareng Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Jurnal Qua
Teknika, 9(1), 1-10.
Soejono. 1997. Metodologi Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, Jakarta: Rineka Cipta.

384
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

TINJAUAN STUDI KINERJA SEISMIK PLAFON SECARA NUMERIK DAN


UJI SHAKING TABLE

A.R. Ikhwanti1*, A. Triwiyono2, I. Satyarno3


1,2,3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
*
Email: ayunda.rahma@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang dapat menimbulkan korban jiwa dan kerusakan
bangunan. Korban jiwa yang ditimbulkan salah satunya berasal dari kerusakan bangunan yang runtuh
setelah terjadi gempa. Pada bangunan vital, seperti rumah sakit, harus tetap berfungsi sesaat setelah
terjadi gempa. Semua komponen struktur dan non struktur tidak boleh terdapat kerusakan dan harus
tetap berfungsi. Komponen non struktural yang paling sering rusak antara lain adalah plafon dan perlu
dilakukan evaluasi kinerja seismik plafon untuk meminimalisir potensi terhentinya operasional rumah
sakit pasca gempa. Oleh karena itu, dalam tinjauan ini akan dibahas beberapa penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya terkait analisis eksperimental di laboratorium dan numerik dari beberapa jenis
plafon dengan modifikasi bentuk, perkuatan, dan beban gempa dengan tujuan untuk mendapatkan
kesimpulan tentang kinerja seismik plafon secara numerik dan uji shaking table. Dari hasil tinjauan
analisis masing-masing penelitian memberikan output berupa frekuensi alami, percepatan dan
regangan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa masing-masing sistem plafon dengan modifikasi
perkuatan berbeda dinilai mampu dalam meningkatkan ketahanan seismik plafon.

Kata kunci: evaluasi kinerja, non struktural, plafon, shaking table

PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak gempa di Indonesia yang menimbulkan banyak korban
jiwa dan kerusakan bangunan. Gempa bumi yang terjadi diantaranya terjadi di Jawa Timur (10 April
2021), Lombok (29 Juli 2018 dan 5 Agustus 2018), Tasikmalaya (15 Desember 2017), dan banyak
kejadian gempa lainnya. Korban jiwa yang ditimbulkan salah satunya berasal dari kerusakan bangunan
yang runtuh setelah terjadi gempa. Pada bangunan vital seperti rumah sakit harus tetap berfungsi sesaat
setelah terjadi gempa. Oleh karena itu, semua komponen struktur dan non-struktural tidak boleh terdapat
kerusakan dan harus tetap berfungsi. Pada bangunan rumah sakit, komponen non struktural sama
pentignya dengan komponen struktur. Kerusakan komponen non-struktural juga dapat mempengaruhi
fungsionalitas bangunan pasca gempa secara signifikan. Komponen non-struktural yang paling sering
rusak antara lain adalah plafon seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Maka dari itu perlu dilakukan
evaluasi kinerja seismik plafon untuk meminimalisir potensi terhentinya operasional rumah sakit pasca
gempa.

Gambar 1. Kerusakan komponen non struktural gempa Tasikmalaya, 2017 (Zakaria, 2017)

Sejauh ini telah dilakukan beberapa penelitian yang meninjau ketahanan seismik plafon dengan uji
shaking table tetapi belum populer diterapkan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan
maka perlu dilakukan analisis eksperimental di laboratorium dan numerik dengan studi kasus dari

385
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

beberapa jenis plafon dengan modifikasi bentuk, perkuatan, dan beban gempa dengan tujuan untuk
mendapatkan kesimpulan tentang kinerja seismik plafon secara numerik dan uji shaking table.

RISET TENTANG KINERJA SEISMIK PLAFON SECARA NUMERIK DAN UJI SHAKING
TABLE
Telah dilakukan beberapa penelitian uji shaking table pada plafon. Uji ini dilakukan guna mengukur
kinerja seismik plafon untuk mengetahui frekuensi alami, percepatan dan regangan. Modifikasi perkuatan
pada plafon dinilai mampu mempengaruhi kinerja seismik plafon. Berikut beberapa ringkasan mengenai
uji kinerja seismik plafon dalam beberapa tahun terakhir.
Magliulo, G, dkk. (2012) melakukan pengujian dua jenis sistem plafon di laboratorium, yaitu single
frame ceiling (SFC) dan double frame ceiling (DFC) seperti dapat dilihat pada Gambar 2 dengan dimensi
total keduanya masing-masing 2,2 m x 2,2 m. Kerangka uji berukuran 2,42 m x 2,71 m x 2,72 m dengan
sistem rangka bresing konsentris tipe V dan dibaut pada sambungannya. Akselerometer dan pengukur
regangan dipasang untuk memantau respon rangka uji dan plafon. Input beban gempa dengan respon
spektrum sesuai ICBO 2000. Dibuat model elemen hingga menggunakan software SAP2000 yang
diimplementasikan sebagai balok elastis. Model elemen hingga dilakukan untuk mendapatkan estimasi
periode dan percepatan.

Gambar 2. a. Single frame ceiling (SFC); b. Double frame ceiling (DFC) (Magliulo, 2012)

Hasil pengujian di laboratorium menghasilkan nilai frekuensi sekitar 30 Hz atau 0,03 s. Hasil
tersebut mendekati hasil analisis numerik dan komponen plafon diklasifikasikan sebagai komponen non
struktural yang kaku (16,7 z < f < 33,3 Hz) dalam arah horizontal. Nilai percepatan maksimum benda uji
dalam perilaku yang diharapkan. Meskipun nilai percepatannya tinggi namun tidak ada kerusakan yang
tercatat dan nilai regangan rendah dicatat selama pengujian. Deformasi yang tercatat kurang dari 0,005%.
Dhakal dkk. (2016) melakukan penelitian dengan meninjau kegagalan plafon gantung yang
digunakan di Selandia Baru terhadap gempa dengan mempertimbangkan pembebanan pada tegangan
tarik, tekan dan geser. Dilakukan studi kasus pada bangunan 5 lantai dengan 3 sistem plafon gantung
yang berbeda. Ketiga sitem plafon gantung ter sebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Hasil eksperimental dan analitis mengenai kapasitas plafon gantung di Selandia Baru berupa
pengujian statik yaitu kurva kerapuhan komponen. Disimpulkan bahwa komponen paling kritis terjadi
pada sambungan paku keling tunggal (3,2 mm), sambungan cross tee yang mengalami tekan, sambungan
tee utama mengalami tegangan, dan sambungan paku keling ganda (3,2 mm). Ditemukan bahwa
pengencang ujung paku keling tunggal dan sambungan cross tee adalah elemen paling penting dari plafon
yang mengatur kapasitas sistem.
Pourali, dkk. (2016) melakukan studi eksperimental pengaruh klip seismik terhadap grid join pada
sistem plafon yang ditangguhkan. Mekanisme kegagalan yang berbeda diidentifikasi dalam eksperimen
monotonik. Kapasitas tarik dan tekan sambungan grid dengan dan tanpa klip seismik di setiap mode
kegagalan dihitung dan dibuat perbandingan antara sambungan yang diperkuat. Uji tegangan dan
kompresi monotonik dilakukan pada spesimen sambungan main tees (MT) dan cross tees (CT) yang
dapat dilihat pada Gambar 4.

386
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 3. Skema sistem plafon gantung (Dhakal dkk., 2016)

Gambar 4. Sambungan spesimen CT-MT dengan klip seismik dan 2 paku keling pada CT (Pourali
dkk., 2016)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan klip seismik meningkatkan kinerja sambungan
CT-MT dalam dua cara: a) meningkatkan kapasitas, dan b) menambah deformabilitas. Pada pengujian ini,
mode kegagalan yang berbeda diamati pada titik sambungan. Ketika klip seismik ditambahkan, kegagalan
awal selalu terjadi pada klip CT, diikuti dengan deformasi yang lebih besar dan pembengkokan pada klip
seismik. Perbandingan menunjukkan bahwa menggunakan klip seismik meningkatkan gaya kegagalan di
sambungan. Namun peningkatan ini harus disertai dengan penguatan sambungan pada MT dan
meningkatkan ukuran atau jumlah paku keling di ujung. Dengan peningkatan ini, jika klip seismik
ditambahkan, kapasitas sistem akan meningkat dan mode kegagalan tidak lagi rapuh.
Ozcelik, dkk. (2016) mengevaluasi kinerja sistem plafon gantung menggunakan shaking table untuk
memberikan kondisi batas yang realistis untuk sistem plafon yang akan di uji. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan kerangka uji rangka baja dimensi 3,0 x 2,4 m dengan membuat juga model elemen
hingga yang dapat dilihat pada Gambar 5. Bingkai uji dirancang sekaku mungkin untuk meminimalkan
interaksi dinamis yang mungkin terjadi antara shaking table dan kerangka uji.
Hasil evaluasi pada pengujian dan analisis didapat kualitas bahan dan pengerjaan merupakan
parameter terpenting dalam mempengaruhi kinerja dinamis sistem plafon gantung, sistem grid clip-in
memiliki kinerja yang lebih baik dripada sistem grid tipe T24 (sistem lay-on), klip seismik sedikit
meningkatkan kinerja dinamis sistem kisi suspensi tipe T24. Dalam sistem kualitas tinggi baik untuk T24
dan clip-in, tingkat kinerja yang ditetapkan oleh kode IHBC terpenuhi.

387
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 5. Kerangka uji dan model elemen hingga rangka baja (Ozcelik dkk., 2016)

Yan Lu, dkk. (2018) melakukan studi eksperimental kinerja seismik plafon gantung yang dipasang
pada struktur pendukung kaku dan fleksibel menggunakan shaking table. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perilaku seismik plafon gantung yang dipasang pada struktur pendukung yang kaku dan
fleksibel. Digunakan kerangka uji ketinggian 4 x 4 m seperti dapat dilihat pada Gambar 6. dengan rangka
baja tiga lantai yang dipasang ke simulator menggunakan baut berdiameter 26 mm. Simulator gempa
yang digunakan mampu menghasilkan percepatan tanah horizontal puncak hingga 2,0 g (PGA) dengan
kapasitas muatan 30 ton.

Gambar 6. Pengaturan pengujian dan instrumentasi: (a) rencana benda uji; (b) skema pengaturan
pengujian; (c) instrumentasi; dan (d) benda uji dipasang pada kerangka uji (Yan Lu dkk., 2018)

Berdasarkan rangkaian pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil untuk PGA < 0,22 g tidak
terjadi kerusakan pada plafon. Untuk PGA = 0,62 g brace runner jatuh di tepi bingkai dari plafon gantung
yang dipasang ke struktur pendukung yang kaku. Dan untuk PGA 3,0 g, jumlah panel yang jatuh paling
banyak terdapat pada plafon gantung yang dipasang pada struktur pendukung kaku.
Jiang, dkk. (2020) melakukan pengujian seismik sistem plafon gantung dengan shaking table.
Pengujian dilakukan dengan dua plafon dimensi 12,52 x 5,32 m yaitu Plafon A tanpa klip seismik dan
Plafon B dengan klip seismik. Plafon diuji untuk membandingkan mode kegagalan, sifat dinamis, dan
respon termasuk percepatan dan respon regangan. Digunakan kerangka uji dua lantai dengan rangka baja

388
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

memiliki dimensi 12,84 x 11,64 m dan tinggi 5,4 m seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Akselerometer, transduser perpindahan dan pengatur regangan dipasang pada benda uji untuk mengukur
respon sistem plafon. Untuk mengeksplorasi mekanisme kegagalan plafon, dimasukkan juga respon
percepatan di berbagai lantai struktur bangunan super tinggi yang diperoleh dengan analisis time history.

Gambar 7. Tampilan kerangka uji (Jiang dkk., 2020)

Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan dibandingkan dengan Plafon A, kerusakan
Plafon B jauh lebih kecil. Rasio jatuh panel terhadap total panel mencapai 71,03% untuk Plafon A.
Frekuensi alami Plafon A dalam arah X dan Y masing-masing 4,0 Hz dan 3,7 Hz. Untuk Plafon B, hasil
dalam arah X dan Y berturut-turut adalah 2.4 Hz dan 2.2 Hz. Frekuensi alami Plafon A lebih besar karena
efek hentakan yang kuat antara plafon dan balok. Kinerja seismik plafon gantung sangat dipengaruhi oleh
kondisi batas. Dengan pemasangan klip seismik di perbatasan, kinerja seismik meningkat secara
signifikan.
Kumar, dkk. (2020) menyajikan sebuah studi tentang set-up test menggunakan shaking table yang
terdiri dari kerangka uji yang mewakili bangunan satu lantai dan sistem plafon gantung eternit (PSCS)
yang mengalami getaran seismik arah horizontal. Pengujian menggunakan shaking table berukuran 1,5 x
1,5 m dengan tinggi 3 m. Plafon PSCS digantung pada bagian atap rangka uji dengan 4 suspender dari
baja ulir. Sudut plafon berbentuk L dengan dimensi 25 x 10 mm dan tebal 0,5 mm. Dipasang
akselerometer, LVDT dan pengukur regangan pada kerangka uji dan benda uji. Set-up pengujian dapat
dilihat pada Gambar 8. Respon spektrum yang digunakan sesuai dengan standar gempa India.

Gambar 8. Set-up pengujian PSCS (Kumar dkk., 2020)

Dari hasil pengujian diperoleh nilai periode dasar getaran yang terkait dengan kerangka uji sekitar
0,05 detik di salah satu arah horizontal, sedangkan periode dasar getaran yang terkait dengan plafon PSCS
adalah 0,3 detik dan 0,9 detik dalam dua arah horizontal arah panjang dan pendek. Redaman pada
kerangka uji 1,5% dan 1,3%, sedangkan pada plafon PSCS masing-masing 6% dan 8% pada arah panjang
dan pendek. Pada akhir percobaan, periode alami plafon PSCS meningkat dengan meningkatnya
intensitas gerakan tanah menjadi 1.0 detik dalam arah panjang dan pendek. Perubahan periode alami
dikaitkan dengan kerusakan di ujung bawah suspender.
Jun, dkk. (2020) melakukan pengujian shaking table dari berbagai jenis sistem plafon gantung,
plafon gantung langsung dan tidak langsung yang dapat dilihat pada Gambar 9, dengan menggunakan
benda uji uniaksial ukuran besar dan enam benda uji multi arah ukuran kecil. Kerangka uji ukuran besar

389
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

memiliki dimensi keseluruhan 13,1 x 5,1 m dengan tinggi 3 m dengan 2 shaking table masing-masing
berukuran 5 x 5 m dan segmen penyambung berukuran 4,1 x 5,1 m. Kerangka uji ukuran kecil memiliki
dimensi 4,1 x 4,1 m dengan tinggi 3,2 m dengan shaking table berukuran 4 x 4 m. Akselerometer, LVDT,
dan pengukur regangan dipasang untuk memantau respon dari kerangka uji dan benda uji. Digunakan
respon spektrum sesuai dengan Korean Design Standard (KCSC 2019).

Gambar 9. Sistem plafon gantung yang digunakan di Korea Selatan (Jun dkk., 2020)

Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan; (1) Analisis frekuensi alami benda uji
dengan jelas menunjukkan bahwa perilaku plafon gantung sangat bergantung pada detail sambungan
penggantung, plafon gantung yang digantung tidak langsung menunjukkan frekuensi alami yang lebih
tinggi karena karakteristik sambungan yang menahan rotasi dari sambungan; (2) Sistem plafon gantung
tidak langsung menunjukkan rasio redaman yang lebih tinggi (ξ = 7%) dibandingkan dengan sistem
plafon gantung langsung (ξ = 1%); (3) Faktor percepatan amplifikasi yang terukur lebih tinggi daripada
yang disyaratkan oleh ASCE 7-16, baik arah horizontal maupun vertikal. Nilai masing-masing faktor
percepatan amplifikasi untuk arah horizontal dan vertikal adalah 1,8 dan 1,75.

PEMBAHASAN
Uji eksperimental dan pemodelan numerik direncanakan untuk mengetahui kinerja seismik plafon
dengan studi kasus beberapa jenis plafon yang dimodifikasi bentuk, perkuatan, dan beban gempa.
Magliulo, G, dkk. (2012) telah melakukan uji eksperimental dan numerik dengan input beban gempa
respon spektrum sesuai ICBO 2000 dan membuat model elemen hingga menggunakan software
SAP2000. Akan dilakukan penelitian serupa dengan memasukkan beban gempa respon spektrum sesuai
ASCE 7-16 dan studi kasus komponen plafon yang terdapat pada rumah sakit di Yogyakarta. Kriteria
penerimaan komponen plafon juga akan dievaluasi sesuai ASCE 41-17. Desain dan evaluasi berdasarkan
pemodelan numerik atau eksperimental dengan nilai gaya yang bekerja pada komponen (Fp) dihitung dari
persamaan 1 dan persamaan 2.

Fp = (1)

390
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Fp = Ax (2)

dengan :
Wp = berat operational komponen;
ap = faktor amplifikasi komponen;
SXS = parameter percepatan spectral respon pada periode pendek;
h = tinggi rata-rata struktur diukur dari dasar hingga level atap;
Rp = faktor modifikasi elemen;
x = tinggi struktur tempat elemen terpasang diukur dari dasar bangunan;
Ip = faktor keutamaan elemen;
ai = percepatan maksimum;

Ax = faktor amplifikasi torsional, Ax =

KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan pustaka ini dibahas beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
terkait analisis eksperimental di laboratorium dan numerik dari beberapa jenis plafon dengan modifikasi
bentuk, perkuatan, dan beban gempa. Dari hasil tinjauan analisis masing-masing penelitian memberikan
output berupa frekuensi alami, percepatan dan regangan. Oleh karena itu dari penelitian ini disimpulkan
bahwa masing-masing sistem plafon dengan modifikasi perkuatan berbeda dinilai mampu dalam
meningkatkan ketahanan seismik plafon.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan studi kasus sesuai dengan standar atau
metode evaluasi kinerja seismik plafon yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
ASCE/SEI 41-17. 2017. Seismic Evaluation and Retrofit of Existing Buildings.. Virginia: The American
Society of Civil Engineers.
ASCE/SEI 7-16. 2016. Minimum Design Loads and Associated Criteria for Buildings and Other
Structures. Virginia: The American Society of Civil Engineers.
Dhakal, R.P., MacRae, G.A., Pourali, A., Paganotti, G., 2016, Seismic Fragility of Suspended Ceiling
Systems Used in New Zealand Based on Components Test, Bulletin of the Zew Zealand Society for
Earthquake Engineering, Vol. 49, No. 1.
Jiang, H.J., Wang, Y., Kasai, K., Motoyui, S., Chhat, T., 2020, Shaking Table Test on Chinese Style
Suspended Ceiling Systems, 17th World Conference on Eathquake Engineering, Sendai, Japan.
Jun, S.c., Lee, C.H., Bae, C.j., Lee, K.J., 2020, Shake-Table Seismic Performance Evaluation of Direct
and Indirect-Hung Suspended Ceiling Systems, Journal of Earthquake Engineering, ISSN: 1559-
808X.
Kumar, M., Matale, S., Rai, D.C., 2020, Influence of Perimeter Supports on The Seismic Response of
Plasterboard Suspended Ceiling Systems, 17th World Conference on Eathquake Engineering, Sendai,
Japan.
Lu, Y., Mosqueda, G., Han, Q., Zhao, Y., 2018, Shaking Table Test Examining Seismic Response of
Suspended Ceilings Attached to Large-Span Spatial Structures, Journal of Structural Engineering,
Vol. 144, Issue 9.
Magliulo, G., et al, 2018, Shake Table Test for Seismic Assessment of Suspended Continuous Ceilings,
Bulletin of Earthquake Engineering, DOI: 10.1007/s10518-012-9383-6.
Ozcelik, O., Misir, I.S., Saridogan, S., 2016, Performance Evaluation of Suspended Ceilling Systems
using Shaking Table Test, Journal of Structural Engineering & Mechanics, 121-142.
Pourali, A., Dhakal, R.P., MacRae, G., Tasligedik, A.S., 2016, Experimental Evaluation of The Influence
of Seismic Clips on Grid Joints in a Suspended Ceiling Systems, Conference: 16th US-Japan-NZ
Workshop on the Improvement of Structural Engineering and Resiliency, Nara, Japan.

391
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Ryu, K.P., Reinhorn, A.M., Filiatrault, A., 2012, Full Scale Dynamic Testing of Large Area Suspended
Ceiling System, 15th World Conference on Earthquake Engineering, Lisbon, Portugal.
Zakaria, I., 2017, An interior view of damage hospital is seen after an earthquake hit the city of
Banyumas, Indonesia, https://www.hindustantimes.com/world-news/earthquake-of-6-5-magnitude-hits-
indonesia-s-s-java-least-2-dead/story-P81GRb2ThDQvXyWEbVRYMK.html, diakses tanggal 3 Mei
2021.

392
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

SISTEM PERBAIKAN TANAH DEEP CEMENT MIXING DI LOKASI STOCK


YARD STASIUN KERETA API GARONGKONG KABUPATEN BARRU,
SULAWESI SELATAN

Suwarno1*, Luthfi Amri Wicaksono2


1
Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jember, Jember, Jawa Timur
*
Email: suwarno.surabaya@gmail.com

Abstrak
Emplasemen dan Stockyard di stasiun Garongkong, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan merupakan
infrastruktur perkeretaapian dan merupakan bagian dari proyek pembangunan jalan kereta api Trans
Sulawesi yang akan menghubungkan seluruh pulau Sulawesi, khususnya jalan kereta api Makassar –
Parepare. Emplasemen adalah tempat terbuka atau tanah lapang di dekat stasiun yang disediakan untuk
keperluan jawatan kereta api, sedangkan stockyard adalah tempat terbuka atau tertutup untuk
menyimpan suatu produk. Stockyard digunakan untuk menyimpan peti kemas dan material curah berupa
batu bara. Permasalahan yang ada di lapangan adalah kondisi tanah dasar area ini berupa tanah pasir
halus yang lunak; oleh sebab itu diperlukan perbaikan tanah dasar agar kuat menerima beban timbunan
dan beban hidup diatas timbunan sebesar 14,00 ton/m2. Metoda perbaikan tanah yang dipakai adalah
Deep Cement Mixing (DCM), yaitu metode perbaikan tanah dengan cara melakukan pengeboran tanah
dan kemudian dicampurkan semen yang secara langsung dalam bentuk slurry di lubang bor tanpa
membuang tanah hasil pengeboran. Bentuk lubang bor berupa 2 buah berdiameter 120 cm yang overlap
(interseksi) sejauh 30 cm. Dimensi tersebut setara dengan 1 (satu) lubang bor ekivalen diameter 1.60
meter. Kedalaman pengeboran = 12.00 meter. Kadar semen yang dipakai adalah 15 % berat tanah
kering. Jarak antar lubang bor searah sumbu X adalah 2,30 meter dan jarak searah sumbu Y adalah
1.70 m (as-as); yang dipasang di seluruh area stock yard. Hasil analisa menunjukkan bahwa daya
dukung tiang bor DCM adalah sebesar 222,41 ton, dimana cukup kuat menahan beban timbunan dan
beban hidup diatasnya sebesar 14.00 ton/m2.

Kata kunci: deep cement mixing, Garongkong, pondasi bor, stock yard, tanah lunak

PENDAHULUAN
Sistem pondasi Deep Cement Mixing (DCM) merupakan perbaikan tanah dengan menggunakan bor
dan mencampurkan tanah dengan semen didalam tanah secara langsung berbentuk slurry yang
diijeksionkan kedalam lubang bor yang berisi tanah tersebut.
Keuntungan metode DCM (FHWA, 2013), diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Biaya relatif rendah per unit volume hingga kedalaman 40 meter,
2) Kekuatan tanah yang diperbaiki bisa mencapai 0.50 Mpa hingga 4,0 Mpa,
3) Tata letak dapat bervariasi berdasarkan diameter dan jarak kolom atau ketebalan dan jarak panel,
4) Metoda pencampuran kering menghasilkan volume rusak sangat rendah,
5) Kerusakan pada metoda pencampuran basah dapat digunakan untuk material pengisi sangat baik,
6) Sedikit getaran dan kebisingan sedang-rendah (peralatan konstruksi dapat diredam),
7) Eksekusi relatif konstan dan mudah,
8) Performa insitu yang dapat diverifikasi dengan cepat,
9) Data teoritis, laboratorium, dan lapangan yang sangat baik untuk melengkapi teori desain lanjutan,
10) Kapasitas produksi tinggi dalam kondisi tertentu,
11) Kekuatan desain tipikal sekitar 1 MPa untuk proyek perbaikan tanah,
12) Ekonomis untuk proyek besar di tanah yang sangat lunak dan dapat dimampatkan.

Kerugian :
1) Hanya dapat mencapai kedalaman 40 m untuk pertimbangan praktikal,
2) Membutuhkan ruang kerja yang besar untuk peralatan bertenaga besar dan tidak ada batasan
overhead,
3) Tidak berlaku di tanah yang sangat padat, sangat kaku, atau yang memiliki bongkahan batu,

393
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

4) Hanya bisa dipasang vertikal,


5) Kemampuan terbatas untuk menangani strata yang terisolasi di kedalaman tertentu,
6) Tidak dapat dipasang di dekat struktur yang ada,
7) Biaya mobilisasi yang tinggi,
8) Fleksibilitas geometrik terbatas untuk pengeboran dan perawatan,
9) Berat peralatan konstruksi mungkin akan bermasalah untuk tanah yang sangat lunak.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah merancang dan mengoptimasi alternatif desain sistem perbaikan
tanah Stock yard stasiun kereta api Garongkong, di Barru, Sulawesi Selatan, kemudian memberikan
rekomendasi desain yang memenuhi kriteria desain dan sesuai dengan pertimbangan dalam aspek
ekonomi, pelaksanaan, serta kualitas yang dihasilkan.

METODOLOGI
Metoda DCM adalah sebagai berikut :
Prosesnya dimulai dengan menggunakan bor untuk mengebor lubang sampai ke tanah keras. Setelah
mesin mencapai kedalaman yang diinginkan, bahan pengikat, biasanya semen, disuntikkan untuk mengisi
ruang dan bercampur dengan lumpur lunak. Setelah semen mengeras, membentuk kolom yang tertanam.
Metoda DCM secara singkat disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Konsep Deep Cement Mixing (DCM)

Properti Tanah Untuk Metode Deep Cement Mixing.


a. Strength Envelope, Ø dan Cu
Praktik di Jepang adalah menggunakan sudut gesekan total (friction angle) φ = 0 dan kohesi c = ½ qu
untuk deep mixing (FHWA, 2013). Menurut FHWA (2013), direkomendasikan untuk desain
menggunakan tegangan total dari kekuatan deep mixing dengan sudut gesekan total (friction angle)
φ = 0 dan tanpa mempertimbangkan kekuatan tarik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Suwarno (1991), dengan kadar semen 15% dan waktu pemeraman 28 hari, nilai qu adalah sebesar 13
kg/cm2 sehingga cu adalah sebesar 6,50 kg/cm2. Adapun grafik hubungan antara kadar semen dan
unconfined compressive strength dapat dilihat pada Gambar 2.

394
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Unconfined compression strength lempung yang distabilisasi dengan semen

b. Modulus Young, E
Menurut FHWA (2013), direkomendasikan untuk desain menggunakan E50 sebagai 150 kali qu untuk
dry mixing dan E50 sebagai 300 kali qu untuk wet mixing.
c. Poisson’s Ratio,
Rasio Poisson tidak diperlukan untuk prosedur desain. Namun, rasio Poisson mungkin diperlukan
jika analisis numerik dilakukan, dan sumber dalam literatur dapat memberikan beberapa panduan.
Menurut CDIT (2002) dan Terashi (2003), rasio Poisson berkisar dari 0,25 sampai 0,50 terlepas dari
unconfined compressive strength.
Untuk gambut yang distabilkan dengan semen kering, Hebib dan Farrell (2003) mengukur rasio
Poisson 0,1 untuk strain yang kurang dari 1 persen. McGinn dan O'Rourke (2003) menggunakan
rasio Poisson 0,25 dalam analisis numerik mereka. Porbaha dkk. (2005) menggunakan metode
seismik untuk menentukan nilai rasio Poisson 0,3 sampai 0,4 untuk perilaku regangan kecil dari
deep mixing yang dibuat menggunakan metode wet mixing.
d. Berat Jenis
Menurut CDIT (2002), tanah yang diperbaiki dengan metode dry mixing berat jenisnya akan
meningkat 3 hingga 15 persen. Untuk tanah jenuh awal yang diolah dengan dry mixing, berat total
unit campuran jenuh, γmix, dihitung dengan persamaan 1.
(1)

Untuk tanah jenuh awal yang diolah dengan wet mixing, berat total unit campuran jenuh, γmix,
dhitung dengan persamaan 2.
(2)
Data tanah lempung yang distabilisasi dengan semen :
Kadar semen = 15 %
Unconfined compression strength = 13 kg/cm2.
Kohesi, Cu = ½. Qu = 6,5 kg/cm2.
Sudut geser,  = 0o
Modulus elastisitas, E = 382,45 Mpa dimana E=300 qu.
Kedalaman Deep Cement Mixing , Hdm = 12,00 meter.
 Geometri Deep Cement Mixing.

395
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Ilustrasi geometri DCM overlap satu sama lain secara menerus seperti ditunjukkan dalam Gambar 3
ataupun dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Gambar 3. Ilustrasi Geometri Deep Cement Mixing (Sumber: FHWA, 2013)


Area replacemen ratio, as shear dapat dihitung mempergunakan persamaan 3.

(3)

Dengan : ae = rasio area overlap

Geometri pemodelan DCM, dapat berupa 2 (dua) lubang bor yang interseksi ini diidealisasikan menjadi
sebuah lingkaran bor dengan diameter ekuivalen sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Pemodelan diameter ekuivalen

 Diameter Ekuivalen = 1,60 meter


 Beban merata = 14,00 t/m2.
 Beban gempa = sesuai data gempa, metoda response spectrum.
 Jarak arah sumbu X = 2,30 meter (as-as)
 Jarak arah sumbu Y = 1,70 meter (as-as)
Beban untuk pemodelan stockyard : 14,00 ton/m2
Beban Gempa (Kab. Barru, Sulawesi Selatan)
 Koordinat lokasi (4° 22'' 48,92'' S - 119° 36'' 59,59‘’ E)
 Ss = 0,067g
 S1 = 0,247g
 Kelas Situs: SE
 Metode: Response Spectrum

Perkiraan daya dukung DCM untuk kadar semen 15 % berat tanah kering diberikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Daya dukung DCM untuk kadar semen 15 % berat kering tanah.
Deep Cement Mixing Kedalaman Tiang Daya Dukung Reaksi Tiang (ton)

396
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(meter) SF = 3 SF = 2 1,2 D + 1,6 L


Kadar semen = 15 % 10 153,69 230,54 247,63
Diameter ekivalen = 160 cm 11 173,88 260,83 255,24
12 222,41 333,61 264,99
13 268,63 402,94 273,70

 Faktor Keamanan Untuk Metode Deep Mixing


Dengan cara iteratif, nilai kekuatan geser dan geometri dari material Deep Cement Mixing harus
dipilih sedemikian rupa sehingga faktor keamanan yang dihitung sama atau melebihi nilai desain seperti
yang ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Faktor keamanan untuk Deep Mixing (FHWA, 2013)


Simbol Deskripsi SF
Fcc Faktor keamanan terhadap kehancuran kolom deep mixing yang terisolasi di tengah. 1,30
Faktor keamanan terhadap stabilitas lereng, termasuk stabilitas global dan geser
Fs melalui zona deep mixing.
1,50
Faktor keamanan terhadap overturning capacity dan bearing capacity gabungan dari
Fo dinding geser deep mixing
1,30

Fc Faktor keamanan terhadap kehancuran di ujung zona deep mixing. 1,30


Fv Faktor keamanan terhadap geser pada bidang vertikal melalui zona deep mixing. 1,30
Fe Faktor keamanan terhadap ekstrusi tanah melalui dinding geser deep mixing. 1,30

 Kekuatan Geser pada Metode Deep Mixing


Menurut FHWA (2013), nilai desain kekuatan geser pada metode Deep Mixing bisa
didapatkan melalui persamaan 4.
Sdm = ½.fr.fc.qdm; fr = 0.80; fc = 0,187 ln (t) + 0.375. (4)
dimana :
Sdm = kekuatan geser tanah metode deep mixing
fr = perbedaan antara puncak unconfined dan regangan besar confined
fc = curing factor
t = waktu curing (hari)
qdm = unconfined compressive strength.
 Penurunan tanah ijin
- Pada area emplasemen penurunan struktur yang diijinkan adalah < 2,5 cm
- Pada area stockyard penurunan struktur yang diijinkan adalah:
o Container yard  kemiringan kontainer tidak boleh lebih dari 3°
o Coal stockpile  bergantung tipe material handling.

Data Gempa
Dengan website http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, didapatkan
data gempa pada lokasi emplasemen dan stockyard Garongkong untuk tanah sedang disajikan
dalam Gambar 5, dan diringkas sebagai berikut :
 Koordinat lokasi (4° 22'' 48,92'' S - 119° 36'' 59,59'' E)
 PGA = 0,260 g SS = 0,667 g S1 = 0,247 g
 CRS = 1,121 CR1 = 1,071 FPGA = 1,280
 FA = 1,266 FV = 1,907 PSA = 0,333 g
 SMS = 0,845 g SM1 = 0,470 g SDS = 0,563 g SD1 = 0,313 g
 T0 = 0,111 detik TS = 0,556 detik

397
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 5. Data Gempa Garongkong (Sumber: puskim.pu.go.id)

DESAIN STOCKYARD GARONGKONG


a. Beban Reach Stacker
Ilustrasi reach stacker menyususn peti kemas ditunjukkan dalam Gambar 6 dan besarnya beban reach
stacker, meliputi beban layan, reaksi pada roda depan, roda belakang dan beban gandar saat bergerak
ditunjukkan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Besarnya beban reach stacker
Item Beban (kg)
Beban layan 71.800
Beban gandar roda depan di LC1; kosong / bermuatan 37.500 / 102.200
Beban gandar roda depan di LC2; kosong / bermuatan 42.000 / 95.500
Beban gandar roda belakang di LC1; kosong / bermuatan 34.300 / 14.600
Beban gandar roda belakang di LC2; kosong / bermuatan 29.800 / 7.300
Beban gandar saat bergerak; depan / belakang (bermuatan) 93.100 / 23.700

Jadi, beban yang terjadi di atas tanah dasar akibat reach stacker adalah sebesar:
 Beban terpusat : 45.000 kg

Gambar 6. Reach stacker (Sumber: kriteria desain)

b. Beban Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC)


Konfigurasi alat RTGC ditunjukkan dalam Gambar 7. Berdasarkan data teknis RTGC yang
diberikan pada kriteria desain, besarnya beban RTGC (sebagai beban layan) = 127.000 kg.
Jadi, beban yang terjadi di atas tanah dasar akibat RTGC adalah sebesar:
 Beban terpusat : 31.750 kg (di tiap roda tumpuan RTGC)

398
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(a) Tampak depan RTGC (b) Tampak samping RTGC


Gambar 7. RTGC (Sumber: kriteria desain)

c. Beban Material Curah


Material curah di stockyard adalah tumpukan batubara setinggi 10.00 meter, berat jenis batubara
= 1.300 kg/m3 sehingga beban merata akibat tumpukan batubara = 13.000 kg/m2.

d. Beban Kontainer
Berdasarkan data teknis kontainer yang diberikan pada kriteria desain, besarnya beban kontainer
ukuran 20’ dan ukuran 40’ diberikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Data teknis kontainer ukuran 20’ dan 40’


Item Kontainer 20’ Kontainer 40’
Panjang 6.058 mm 12.192 mm
Lebar 2.438 mm 2.438 mm
Luas alas 14,77 m2 29,72 m2
Berat 245 kN 305 kN
Tinggi susun 5 tingkat 5 tingkat
Berat total 1.225 kN 1.525 kN

Total Beban 82,94 kN/m2 51,30 kN/m2


Jadi, beban yang terjadi di atas tanah dasar akibat kontainer adalah sebesar:
 Beban merata : 82,94 kN/m2 (5 tingkat kontainer)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis perbaikan tanah dengan metode DCM area stock yard adalah :
- Kadar semen = 15 %
- Diameter ekuivalen DCM = 1,60 meter,
- Jarak arah sumbu X = 2,30 meter dan jarak arah sumbu Y = 1.70 m (as-as).
- Kedalaman bored pile DCM = 12.00 meter dengan diameter ekuivalen 1.60 meter.
- Daya dukung DCM dengan diameter ekuivalen 1.60 meter dan kedalaman -12.00 meter dari muka
tanah setempat = 222,41 ton (safety factor = 3).
Hasil perhitungan daya dukung bored pile metoda DCM untuk variasi diameter ekivalen 140.00 cm,
160.00 cm dan 180.00 cm berdasarkan nilai N-SPT bor DH-2 diberikan dalam Tabel 6.

399
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 6. Daya dukung bored pile metode DCM berdasarkan data N-SPT bor DH-2
H NSPT Jenis  D 140 D 160 D 180
(m) Tanah (t/m3) Qult SF = 3 SF = 2 Qult SF = 3 SF = 2 Qult SF = 3 SF = 2
0 4 SM 1,80 102.26 34.09 51.13 133.56 44.52 66.78 181.31 60.44 90.66
1 4 SM 1,80 115.84 38.61 57.92 150.29 50.10 75.15 219.97 73.32 109.99
2 4 SM 1,80 140.60 46.87 70.30 181.63 60.54 90.82 252.49 84.16 126.25
3 3 SM 1,80 161.63 53.88 80.81 208.10 69.37 104.05 284.00 94.67 142.00
4 3 SM 1,80 182.07 60.69 91.03 233.78 77.93 116.89 311.58 103.86 155.79
5 3 SM 1,80 200.12 66.71 100.06 256.35 85.45 128.18 336.14 112.05 168.07
6 5 SM 1,60 218.60 72.87 109.30 279.12 93.04 139.56 361.22 120.41 180.61
7 5 SM 1,60 243.10 81.03 121.55 309.73 103.24 154.87 395.73 131.91 197.87
8 5 SM 1,73 279.39 93.13 139.69 355.09 118.36 177.55 445.88 148.63 222.94
9 5 SM 1,73 315.82 105.27 157.91 400.61 133.54 200.31 511.48 170.49 255.74
10 10 SM 1,75 363.81 121.27 181.90 461.08 153.69 230.54 578.25 192.75 289.13
11 10 SM 1,75 411.89 137.30 205.94 521.65 173.88 260.83 738.26 246.09 369.13
12 10 SM 1,75 525.05 175.02 262.52 667.22 222.41 333.61 898.37 299.46 449.19
13 10 SM 1,75 632.93 210.98 316.46 805.88 268.63 402.94 1058.54 352.85 529.27
14 10 SM 1,90 744.47 248.16 372.23 948.73 316.24 474.37 1215.79 405.26 607.90
15 10 SM 1,90 847.20 282.40 423.60 1080.05 360.02 540.03 1373.11 457.70 686.56
16 11 SM 1,90 954.95 318.32 477.47 1217.11 405.70 608.56 1524.18 508.06 762.09
17 11 SM 1,90 1061.01 353.67 530.50 1351.95 450.65 675.98 1675.35 558.45 837.68
18 11 SM 1,90 1432.47 477.49 716.23 1841.11 613.70 920.56 2273.03 757.68 1136.52
19 11 SM 1,90 1553.94 517.98 776.97 1998.11 666.04 999.06 2384.40 794.80 1192.20
20 10 SM 1,90 1644.16 548.05 822.08 2114.28 704.76 1057.14 2510.89 836.96 1255.45
21 10 SM 1,90 1736.61 578.87 868.30 2233.37 744.46 1116.69 2656.28 885.43 1328.14
22 12 SM 1,90 1845.52 615.17 922.76 2373.96 791.32 1186.98 2805.37 935.12 1402.69
23 12 SM 1,90 1955.84 651.95 977.92 2516.40 838.80 1258.20 2981.67 993.89 1490.84
24 12 SM 1,90 1091.21 363.74 545.60 2691.55 897.18 1345.78 3160.32 1053.44 1580.16
25 12 SM 1,90 2101.38 700.46 1050.69 2703.17 901.06 1351.59 3380.35 1126.78 1690.18

KESIMPULAN
1) Deep cement mixing (DCM) sebagai metode perbaikan tanah yang diaplikasikan di area stockyard
memakai campuran semen 15 % dan ukuran diameter ekuivalen 1.60 meter dengan kedalaman bor
sedalam 12.00 meter memenuhi syarat.
2) Jarak antar lubang bor searah sumbu X adalah 2,30 meter dan jarak searah sumbu Y adalah 1.70 m
(as-as) dengan daya dukung = 222,41 ton.

DAFTAR PUSTAKA
Coastal Development Institute of Technology. (2002). The Deep Mixing Method: Principle, Design, and
Construction, Balkema, Lisse, Netherlands.
FHWA, 2013-11, Federal Highway Administration Design Manual : Deep Mixing for Embankment and
Foundation, Support Publication No. FHWA-HRT-13-046.
McGinn, A.J. and O’Rourke, T.D. (2003). Performance of Deep Mixing Methods at Fort Point Channel,
Federal Highway Administration, Washington, DC.
Porbaha, A., Weatherby, D., Macnab, A., Lambrechts, J., Burke, G., Yang, D., and Puppala, A.J., 2005,
Regional Report : North American Practice of Deep Mixing Technology, International Conference
on Deep Mixing Best Practice and Recent Advances, R47–R73, Swedish Deep Stabilization
Research Centre, Stockhol, Sweden.
PPM-ITB, 2011, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, Kementerian Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Suwarno, 1991, Stabilisasi Tanah Dengan Semen di Lokasi Kali Lamong, Laporan Penelitian Dana
Pusat Penelitian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Terashi, M., 2003, The State of Practice in Deep Mixing Methods, Grouting and Ground Treatment :
Proceedings of the Third International Conference, Geotechnical Special Publication 120, 25–49,
American Society of Civil Engineers, Reston, VA.

400
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI


PADA PROYEK KLASIFIKASI KECIL PASCA DITERBITKANNYA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT NOMOR 21/PRT/M/2019

Danang Eko Wahyuono


Teknik Sipil, Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata
Jalan Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur, Kota Semarang, Jawa Tengah
Email: danang_clp@yahoo,com

Abstrak
Regulasi tentang pelaksanaan Keselamatan Konstruksi telah diterbitkan sejak lama. Bahkan sejak tahun
1970 masuk dalam Undang – Undang Republik Indonesia. Dalam kenyataannya belum dapat diterapkan
sesuai amanat undang – undang tersebut. Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya, kelalaian
perusahaan yang hanya memusatkan diri pada keuntungan merupakan penyebab besar kecelakaan
kerja. Minimnya pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagian besar disebabkan
oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya
perusahaan.Dilakukan penelitian dalam hal penerapan Sistem Keselamatan Konstruksi pada proyek
kualifikasi kecil guna mengetahui dan melakukan analisa riil terkait kejadian yang menjadi polemik
dalam pelaksanaannya hampir di seluruh wilayah di Indonesia pasca diterapkannya Pereturan Menteri
Pkerjaan Umum No. 21/PRT/M/2021 tentang Pedoman SMKK, terutama kasus pada proyek klasifikasi
kecil yang mana selama ini dianggap tidak perlu dilakukan penerapan K3. Dalam penulisan ini
digunakan metodologi kualitatif dengan model pendekatan studi kasus pada proyek irigasi. Studi kasus
(case study) adalah sebuah model yang memfokuskan eksplorasi “sistem terbatas” (bounded system)
atas satu kasus khusus ataupun pada sebagian kasus secara terperinci dengan penggalian data secara
mendalam. Hasilnya bahwa tidak diterapkannya secara optimal regulasi dan kebutuhan keselamatan itu
sendiri termauk penggunaan APD sehingga perlu adanya rekomendasi dan penerapan yang lebih
bersifat represif guna menjamin zero accident.

Kata kunci: APD, irigasi, keselamatan kerja, konstruksi, Peraturan Menteri

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyelenggaraan Jasa konstruksi di Indonesia telah mengalami beberapa masa dan dengan berbagai
regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara. Bahwa segala regulasi
yang telah ditetapkan oleh negara merupakan salah satu alat dalam upaya mengatur pelaksanaan kegiatan
kehidupan bernegara. Regulasi adalah aturan yang dibuat oleh pemerintah atau otoritas lain untuk
mengontrol cara sesuatu yang dilakukan atau cara orang berperilaku (Collins Dictionary). Salah satu
regulasi yang menjadi bahasan di sini adalah mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK).
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disebut SMKK adalah bagian dari
sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya keselamatan
konstruksi. Instrumen SMKK ini terdistribusi mulai dari rancangan konseptual SMKK yang disusun dari
awal perencanaan dan tahap perancangan. Tahap selanjutnya adalah penyusunan RKK penyelenggaraan
dan pelaksanaan konstruksi, baik itu sebagai lingkup pengawasan maupun lingkup pelaksanaan.
Rancangan Konseptual SMKK adalah dokumen telaahan tentang Keselamatan Konstruksi yang
disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian, perencanaan serta perancangan. Rencana
Keselamatan Konstruksi (RKK) merupakan dokumen lengkap rencana penerapan SMKK dan merupakan
satu kesatuan dengan dokumen kontrak. Setiap calon Penyedia Jasa wajib menyusun dan menyampaikan
RKK dalam dokumen penawaran.
Tujuan dari manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai upaya
mengurangi risiko K3 yang berpotensi mengakibatkan kerugian baik dalam perihal finansial maupun citra
dari perusahaan itu sendiri, mengetahui bagaimana kecelakaan terjadi juga berguna dalam arti

401
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

mengidentifikasi jenis kegagalan atau kesalahan apa saja yang biasanya menyebabkan kecelakaan,
sehingga tindakan dapat diambil untuk mengatasi kegagalan tersebut sebelum ada kesempatan untuk
terjadi. Oleh karena itu, dengan berkurangnya risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diharapkan
dapat mengurangi dampak kecelakaan pada area kerja serta meningkatkan keuntungan organisasi dari sisi
kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya.
Terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi menjadi salah satu indikator yang
mempengaruhi kinerja perusahaan dan secara langsung menjadikan kegagalan penerapan manajeman
resiko dalam pekerjaan tersebut. Adanya potensi dan resiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi
mestinya sudah dapat diidentifikasi sejak awal jika SMKK benar – benar diterapkan, sehingga adanya
kecelakaan dan kegagalan konstruksi dapat diminimalkan, karena seberapapun kecilnya tetap akan
mengakibatkan efek kerugian (loss). Kecelakaan konstruksi pada umumnya disebabkan karena pemilihan
metode kerja, material, peralatan kerja, serta kompetensi pekerja yang kurang berorientasi pada proses
dan hasil produk yang berkualitas dan aman. Dari hal tersebut maka potensi dan risiko kecelakaan kerja
harus sudah diperhitungkan sejak dini.
Sebagai gambaran data bahwa Depnakertrans Jawa Timur (2014) menyatakan bahwa dari data PT.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi.
Tahun 2006 terjadi 95.624 kasus kecelakaan kerja dan tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus. Pada
tahun 2008 terjadi sebanyak 93.823 kasus, dengan jumlah pekerja yang sembuh 85.090 orang, sedangkan
yang cacat total 44 orang. Menurut Runtu (2016), berdasarkan data Kementrian Kesehatan, jumlah kasus
kecelakaan kerja tertinggi yang terjadi pada tahun 2014 adalah Sulawesi Selatan, Riau, dan Bali,
sedangkan jumlah pekerja yang sakit akibat kerja tertinggi tahun 2014 adalah Bali. Sektor konstruksi
merupakan penyumbang kecelakaan kerja tertinggi, yakni 31,9% dari total kecelakaan kerja yang terjadi.
Jenis kasus tersebut antara lain jatuh dari ketinggian 26%, terbentur 12%, dan tertimpa alat 9%. Oleh
karena itu, semua proyek pembangunan konstruksi haruslah ditingkatkan pengawasannya, agar angka
kecelakaan kerja di bidang konstruksi dapat diminimalkan.

Gambaran Obyek Studi


Lokasi obyek studi adalah pada proyek pekerjaan konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI
Grenjeng Kanan. Proyek ini merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Semarang dalam hal ini
Dinas Pekerjaan Umum. Data Proyek adalah sebagai berikut:
Kegiatan : Peningkatan, Rehabilitasi / Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pekerjaan : Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI Grenjeng Kanan
Lokasi : Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
No Kontrak : 027/2/SP/SDA/K/DPU/2020
Nilai Kontrak : Rp. 873.798.000,00
Waktu pelaksanaan : 100 Hari Kalender
Penyedia Jasa : CV. Setia Usaha

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah – masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh penerapan SMKK K3 pada proyek konstruksi di kabupaten dilihat dari segi
biaya dan pola pikir (mindset) pelaku jasa konstruksi?
2) Bagaimana pengaruh perubahan pola pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang mewajibkan
pelaksanaan SMKK pada pelaku jasa konstruksi?
3) Bagaimana membentuk mindset tentang pentingnya merapkan K3 dalam proyek konstruksi dari
mulai skala klasifikasi kecil?

Landasan Teori
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi telah mulai diterapkan oleh Pemerintah sejak
lama. Secara historis peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia telah ada
sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah merdeka dan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945,
maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu
Veiligheids Reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun
1970.

402
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu
proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat
waktu, tepat biaya, dan tepat mutu (Ervianto, 2005). Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen proyek
adalah suatu perencanaan dan pengendalian proyek yang lebih ditekankan pada pola kepemimipinan,
pembinaan kerjasama, serta mendasarkan pada faktor usaha pencapaian tujuan proyek (Soehendradjati,
1990).

Keselamatan Kerja
Menurut Dainur (1993:75) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah keselamatan yang berkaitan
dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan cara – cara melakukan pekerjaan tersebut (Dainur 1993:75). Sedangkan Anwar Sutrisno yang
dikutip Moenir (1993:201) mengemukakan keselamatan kerja adalah suatu keadaan dalam
lingkungan/tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan serta kesehatan orang –
orang yang berada didaerah/ditempat tersebut, baik orang tersebut pegawai maupun bukan pegawai
organisasi kerja itu. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat
kerja dan lingkungan, serta cara – cara melakukan pekerjaan.
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi adalah suatu perencanaan dan pengendalian serta koordinasi dari awal hingga
berakhirnya proyek dengan menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kepada pegawai maupun bukan
pegawai di lingkungan kerja konstruksi agar bisa bekerja dengan aman dan sehat baik secara jasmani
maupun rohani terkait dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan dalam upaya menjamin pencapaian
tujuan akhir suatu proyek konstruksi yang aman, tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu.

Kajian Pustaka
Telah banyak diatur dalam peraturan perundangan dan pengertian – pengertian yang cukup
mendalam sebagai dasar dan pedoman dalam pelaksanaan penerapan keselamatan kerja, antara lain:
1. Undang - Undang No. 2 tahun 2017 Pasal 59 ayat 1
Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.
2. Undang – Undang RI No. 2 tahun 2017 Pasal 96 ayat 1
Setiap Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dikenai sanksi
administratif
3. Undang- Undang RI No.18 tahun 1999 Pasal 22, ayat (2) huruf L
Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai perlindungan
pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja serta jaminan sosial.
4. PP No. 29 tahun 2000 Pasal 17 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Penyedia Jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk menyusun dokumen penawaran
yang memuat rencana dan anggaran Keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan.
5. PP No. 29 tahun 2000 Pasal 30 ayat (1)
Bahwa untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang: a. Tempat kerja konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. PP No. 22 Tahun 2020 Pasal 84 ayat 1 dan 2
Dalam setiap penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa (termasuk
sub penyedia jasa dan pemasok) wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan.
7. PP No. 22 Tahun 2020 Pasal 163 ayat 1
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali Kota mengenakan sanksi peringatan tertulis kepada Penyedia
Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan.

403
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari peraturan dan perundangan yang ada dapat diketahui bahwa pemerintah sudah begitu intens
dalam menerbitkan regulasi terkait penerapan keselamatan kerja dalam pekerjaan konstruksi. Dari
peraturan yang sifatnya himbauan hingga yang berupa sanksi. Dan saat ini dengan terbitnya Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tahun 2019 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. maka semakin tegas wajib dilaksanakan karena dibiayai
secara tersendiri sebagai suatu mata pembayaran dalam RAB kontrak konstruksi.

METODOLOGI
Metodologi yang digunakan adalah metode kualitatif dengan model pendekatan studi kasus. Studi
kasus (case study) adalah sebuah model yang memfokuskan eksplorasi “sistem terbatas” (bounded
system) atas satu kasus khusus ataupun pada sebagian kasus secara terperinci dengan penggalian data
secara mendalam. Beragam sumber informasi yang kaya akan konteks dilakukan untuk penggalian data
(Creswell, 2015).
Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan
penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian
ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden dan melakukan studi pada situasi yang alami1).
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Hakikat penelitian kualitatif adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang yang
berhubungan dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba memahami, menggali pandangan dan
pengalaman mereka untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan
Partisipan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive dengan bantuan key person. Melalui
teknik purposive, peneliti memilih partisipan penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk
mempelajari atau untuk memahami permasalahan pokok yang akan diteliti. Partisipan penelitian dan
lokasi penelitian yang dipilih dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian (Herdiansyah,
2012). Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumen.

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN


Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Creswell. Stake (dalam
Creswell, 2015), mengatakan empat bentuk analisis data beserta interpretasinya dalam penelitian studi
kasus, yaitu: (1) Pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-contoh data serta
berharap mendapatkan makna yang relevan dengan isu yang akan muncul; (2) Interpretasi langsung,
peneliti studi kasus melihat pada satu contoh serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh.
Hal ini merupakan suatu proses dalam menarik data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara
bersama-sama agar lebih bermakna; (3) Peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua
atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat dilaksanakan melalui tabel 2x2 yang menunjukkan hubungan
antara dua kategori; (4) Pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik melalui analisa
data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang yang dapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus
mereka sendiri atau menerapkannya pada sebuah populasi kasus.

404
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam penerapan K3 di lokasi pekerjaan


konstruksi saat ini masih mengalami kendala. Dalam hal ini dilakukan suatu studi kasus pada paket
pekerjaan irigasi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Semarang yaitu pekerjaan Rehabilitasi Jaringan
irigasi DI Grenjeng Kanan. Pekerjaan ini masuk dalam klasifikasi kecil (dibawah Rp. 2 Milyar). Hasil
pengambilan data dari partisipan yang telah dilakukan dengan metode wawancara dan observasi dapat
disampaikan hasil sebagai berikut:
1. Partisipan A merupakan direktur perusahaan konstruksi selaku penanggung jawab perusahaan dan
yang bertandatangan kontrak. Berusia 51 tahun dengan pendidikan sarjana dan telah lama terlibat
dalam dunia konstruksi (±20 tahun). Beliau juga menjabat sebagai salah satu pengurus asosiasi
perusahaan konstruksi di wilayah Kabupaten Semarang. Sebagai direktur dengan pengalaman kerja
konstruksi yang cukup lama beliau sudah sangat memahami bagaimana regulasi dan pelaksanaannya
mulai dari pengadaan sampai dengan serah terima pekerjaan dan termasuk pemeliharaan pekerjaan.
Bahwa selama ini telah berusaha menerapkan konsep – konsep keselamatan meskipun dengan
standar yang minimal dan masih hanya berupa penanganan kejadian, bukan perencanaan sistem
keselamatan sejak awal pekerjaan. Beliau berargumen bahwa terkait resiko kecelakaan kerja yang
selama ini kecil dan minim sekali terjadi yang membuat bahwa urusan K3 ini tidak menjadikan
pertimbangan khusus dalam kebutuhan pelaksanaan, selain tentunya menimbulkan biaya yang tidak
sedikit. Adapun dengan telah diwajibkannya K3 dalam PERMENPUPERA 21 tahun 2019, beliau
dapat menerima dan menyambut baik hal ini. Bahwa selama ini menjadi kewajiban penyedia namun
menjadi bagian overhead dirasa cukup memberatkan sehingga memang dalam pelaksanaan di
lapangan hampir minim sekali dilaksanakan. Pertimbangan lainnya adalah bahwa selama ini resiko
kecelakaan sudah ditanggung oleh BPJS dengan kewajiban untuk mengasuransikan pekerja saat
pekerjaan ke BPJS sehingga dirasa sudah cukup untuk meng-cover jika terjadi insiden kecelakaan
kerja. Disisi lain terdapat permasalahan yeng menurut beliau belum dipikirkan oleh Pemerintah,
yaitu bahwa ketersediaan personil K3 yang bersertifikat masih belum seimbang dengan jumlah paket
yang dikerjakan, sedangkan regulasi yang ada masih belum memperlihatkan bahwa personil hanya
dapat ditugaskan pada 1 paket pekerjan (tidak bisa merangkap dengan paket pekerjaan lain meskipun
dalam 1 grup perusahaan). Hal ini tentunya menimbulkan kendala dalam proses pengadaan jasa
konstruksi itu sendiri. Selain itu masalah skill/kecakapan petugas K3 juga dirasa masih belum bisa
memenuhi apa yang diharapkan dari tujuan penempatan petugas K3 dalam pekerjaan.
2. Partisipan AA merupakan pekerja dalam pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi DI Grenjeng Kanan.
Beliau adalah tukang batu dengan tugas memasang konstruksi pasangan batu dan finishing siar serta
plesteran, berusia 45 tahun dengan pendidikan SMA dan telah terlibat dalam dunia konstruksi selama
kurang lebih 10 tahun. Sebagai tukang beliau merasa memiliki tanggungjawab cukup besar dalam
hal produktivitas hasil pekerjaan. Secara matematis menyampaikan bahwa paling tidak biaya yang
harus dikeluarkan pemborong lewat mandor harus seimbang dengan hasil pekerjaannya (output
harian). Untuk itu beliau selalu berusaha untuk secepat mungkin dan sebanyak mungkin dalam
memasang konstruksi pasangan batu dinding saluran. Beliau menyampaikan bahwa dengan mulai
diterapkannya K3 di lokasi memang dari segi keselamatan ada rasa lebih tenang namun terkait
dengan produktivitas merasa terganggu, dalam hal ini adalah faktor kenyamanan bekerja. Jika dalam
pelaksanaan sebelum diterapkan maka di lapangan tidak merasa harus perlu memakai helm, masker,
sarung tangan, sepatu boot dan rompi, maka saat ini dengan diharuskannya memakai maka ada
kenyamanan yang berkurang dan otomatis mengganggu produktivitas harian.
3. Partisipan B adalah site inspector dari konsultan supervisi berusia 38 tahun dengan pendidikan STM
dan telah terlibat dalam dunia konstruksi selama kurang lebih 8 tahun. Sebagai inspector beliau
merasakan bahwa regulasi yang diterapkan pemerintah sudah tepat. Bahwa saat ini di lapangan
diwajibkan untuk menggunakan atribut APD K3 (helm, sepatu boot, rompi, masker) bukanlah
sesuatu hal yang memberatkan. Namun sebagai pengendali pekerjaan masih menemui kendala dalam
hal memberikan pengertian dan mewajibkan untuk pekerja dapat selalu menggunakan APD. Ada
beberapa hal yang menurut beliau menjadi kendala yaitu: pekerja yang sebelumnya tidak terbiasa
memakai APD dan jumlah APD itu sendiri yang memang kurang. Sebagai ilustrasi bahwa dalam
RAB kontrak dianggarkan sejumlah 20 APD, namun dalam kenyataannya pekerja yang ada di
lapangan sampai dengan 40 orang sehingga sebagian pekerja menjadi tidak menggunakan APD. Jika
akan dianggarkan lagi dalam RAB (addendum pekerjaan dengan mengalihkan sebagian volume
pekerjaan lain untuk membiayai APD yang kurang) dikhawatirkan output tidak tercapai. Inilah yang

405
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

membuat pertimbangan konsultan selaku pengendali pekerjaan merasa menjadi kendala dalam hal
pengendalian penerapan SMKK di lapangan.
4. Partisipan C adalah Pejabat Pembuat Komitmen dari unsur bowhier/pemilik pekerjaan/pengguna
jasa. Beliau adalah kepala bidang, berusia 56 tahun dengan pendidikan sarjana dan telah terlibat
dalam dunia konstruksi selama kurang lebih 20 tahun. Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen beliau
menjalankan amanat perundangan terkait dengan pelaksanaan SMKK. Dalam pasal – pasal kontrak
telah diatur mengenai mekanisme pelaksanaan termasuk pelaporan. Selain itu juga telah dimasukkan
dalam anggaran RAB pekerjaan sehingga ada dasar untuk mewajibkan Penyedia untuk mengadakan
dan melaksanakan SMKK. Sebagai PPKom beliau mengontrol dan mengendalikan pekerjaan
sehingga kelengkapan APD harus tersedia dari awal. Adanya kendala jumlah pekerjan lebih banyak
dari jumlah APD dalam RAB kontrak belum menjadi pertimbangan untuk melakukan addendum.
Kendala yang disampaikan adalah terkait kehadiran petugas K3 di lokasi yang tidak selalu ada
sehingga dikhawatirkan jika sewaktu – waktu ada kejadian maka tidak bisa melakukan prosedur K3
di lokasi. Selain itu terkait ketersediaan personil petugas K3 yang bersertifikasi akan menjadi
kendala dalam proses pengadaan karena pemahaman terhadap regulasi yang ada bahwa untuk
petugas harus tersedia dalam masing – masing pekerjaan.
Selanjutnya dari hasil observasi di lapangan dan mendalami hal – hal terkait dokumen kontrak yang
di dalamnya terdapat RAB dan Syarat – Syarat Kontrak maka penulis menganalisa bahwa kondisi
lapangan belum benar – benar bisa mengikuti apa yang menjadi amanat perundangan. Bahwa terdapat
kendala dalam pelaksanaan adalah fakta yang memang harus menjadi pemikiran dan pembahasan
bersama untuk dapat segera ditindaklanjuti dengan kebijakan dan regulasi yang lebih detail.
Adapun terkait dengan proses pengadaan memang saat ini dengan sudah mulai dilakukan relaksasi
dalam masa pandemi termasuk upaya pemerintah untuk menggerakkan sektor ekonomi dengan padat
karya mendorong pekerjaan konstruksi yang sempat mati suri selama 1 tahun untuk bergerak kembali.
Namun regulasi terkait proporsi ketersediaan tenaga K3 sebagai awal syarat dalam proses penawaran
akan menjadi kendala karena jumlah paket pekerjaan dan tenaga yang tersedia tidak proporsional.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat bekerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan, dan penyakit berkelanjutan akibat
kerja. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
21/PRT/M/2019 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, maka telah
diwajibkan oleh Pemerintah untuk melaksanakan hal tersebut.
Dari hasil analisa studi kasus pada bab sebelumnya maka penulis menyimpulkan sekaligus
merekomendasikan hal- hal sebagai berikut:
1) Pemerintah diharapkan segera dapat melakukan pemetaan riil lapangan terkait pelaksanaan K3
terutama pada proyek klasifikasi kecil. Karena biaya K3 yang cukup menyerap anggaran dan
dikhawatirkan mempengaruhi output jika diikuti kebutuhan K3 di lapangan yang mana menyerap
anggaran tambahan
2) Perlu penekanan dan ketegasan yang lebih dalam hal pengendalian untuk memaksa personil
lapangan untuk selalu menggunakan APD sepanjang masa kerja pelaksanaan di lokasi pekerjaan
3) Pemerintah diharapkan menerbitkan regulasi yang lebih detail terkait petunjuk pelaksanaan
implementasi K3 di lokasi proyek dengan skala kecil beserta mekanisme dan ketentuan sanksi yang
lebih detail / jelas

DAFTAR PUSTAKA
Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Perpres 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Undang-Undang No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang No. 28/2002 Tentang BangunanGedung.

406
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Undang-Undang No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan.


Undang-Undang No. 36/2009 Tentang Kesehatan.
Undang-Undang No. 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Undang-Undang No. 02/2017 Tentang Jasa Konstruksi.
PP No. 50/2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
PP No. 44/2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
PP No. 88/2019 Tentang Kesehatan Kerja.
PP No. 22/2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2/2017 Tentang Jasa Konstruksi.
PERMENAKERTRANS No. PER.01/MEN/1980 Tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
PERMENAKER No. PER.04/MEN/1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
PERMENAKERTRANS No. PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
PERMENPUPR No. 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
PERMENPUPR No. 14/PRT/M/2020 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia.
Permen Ketenagakerjaan No. 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat
dan Pesawat Angkut.
Keputusan Bersama Menaker-MenPU No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi.
SE Menteri Kimpraswil No. Um 03.05-mn/426 tanggal 24 Agustus 2004 Hal Pencegahan Kecelakaan
Kerja pada Pelaksanaan Kegiata nKonstruksi
SE Menteri PU No.13/SE/M/2012 Tentang Program Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Sektor
Konstruksi di Lingkungan Kementerian PU.
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/BW/BK/1984 Tentang Pengesahan APD.
Instruksi Menteri PUPR No. 02/IN/M/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
SE Menteri No. 18/SE/M/2020 Tentang Pelaksanaan Tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Baru (New
Normal) dalam Penyelenggara Jasa Konstruksi.
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Proyek Jasa Konstruksi
(Permen PU No: 09/PRT/M/2008 & Ohsas 18001:2007).
Makalah Kelompok : SMK3 Jasa Konstruksi https://ariagusti.wordpress.com/ 2010/10/29/smk3-jasa-
konstruk
“Pelaksanaan SMK-3 Perlu Ditingkatkan” http://www.detailberita.com tanggal 23 oktober 2010.
“Kegiatan pusat pembinaan dan penyelenggaraan konstruksi” dalam http://www.Badan Pembinaan
Konstruksi.com .tanggal 23 oktober 2010.
Wirahadikusumah, R.W., Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek
Konstruksi di Indonesia, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Edisi 1-2009 buletin BPKSDM “K3 harus diterapkan pada semua pekerjaan konstruksi” dalam
http://www.pu.go.id. Tanggal 23 Oktober 2010.

407
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI CBR DI LAPANGAN DENGAN


GRAFIK KORELASI DCP (DROP CONE PENETROMETER) DAN
PERHITUNGAN FUNGSI
(Studi Kasus Proyek Rekonstruksi Jalan Tol Jagorawi)

Muhammad Bimo Agung Krestiono1, Qunik Wiqoyah2, Anto B. Listyawan2, Renaningsih2


1
Mahasiswa Teknik Sipil, 2Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol 1 Pabelan, Kartasura, Jawa Tengah
Email: bimoagungk@gmail.com

Abstrak
Tanah dasar sangat penting sebagai pondasi jalan raya maupun jalan tol sehingga lapisan subgrade
pada proyek rekonstruksi Jagorawi dipadatkan kembali untuk mendukung lapisan di atasnya. Pengujian
nilai CBR tanah dasar didapatkan dengan pemeriksaan CBR in-situ menggunakan alat DCP sudut
konus 60o (faktor kepraktisan), selanjutnya dengan menggunakan grafik korelasi DCP nilai CBR
diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai CBR dengan grafik korelasi DCP dengan
nilai CBR menggunakan fungsi logaritma, diantaranya dengan rumus Webster, Kleyn, dan Ardianto.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemeriksaan nilai CBR dengan metode grafik korelasi DCP
mempunyai nilai rata-rata pada jalur A 16,95% dan jalur B 15,73%, sedangkan dengan rumus Webster
jalur A 16,81% dan jalur B 16,47%; dengan rumus Kleyn jalur A 16,72% dan jalur B 16,41%; dan
Ardianto jalur A 20,61% dan Jalur B 20,18%. Berdasarkan nilai CBR tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa nilai CBR pada lapisan subgrade dengan grafik korelasi DCP berhimpitan dengan
nilai Webster dan Kleyn, dan mempunyai selisih yang cukup jauh dengan hasil yang diperoleh dengan
fungsi kajian Ardianto.

Kata kunci: Perbandingan, CBR, grafik korelasi DCP, Webster, Kleyn, Ardianto

PENDAHULUAN
Jalan Tol Jagorawi merupakan jalan tol tertua yang telah dibangun di Indonesia sejak tahun 1978
diresmikan oleh Presiden Soeharto. Jalan tol ini dibangun untuk menghubungkan Provinsi DKI Jakarta
menuju Istana Kepresidenan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat sepanjang 46 KM. Karena merupakan
jalan tol tertua di Indonesia sehingga Tol Jagorawi mempunyai volume lalu lintas kendaraan tertinggi
nomor 3 (tiga) setelah Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Tol Ringroad Dalam Jakarta sebesar 559.000 unit
kendaraan (Jasamarga, 2016).
Demi menjaga keamanan dan kenyamanan para pengguna jalan tol di Jagorawi, kemudian dilakukan
berbagai macam perawatan di antaranya yaitu rekonstruksi. Pekerjaan ini dilakukan untuk penggantian
perkerasan lentur menjadi perkerasan kaku untuk lajur satu dan bahu jalan. Perbaikan perkerasan ini
dilakukan dengan cara dibongkar sampai ke tanah dasar pada lapisan subgrade.
Tanah dasar sangat penting bagi pekerjaan apapun tak terkecuali pada rekonstruksi jalan tol. Pada
jalan raya maupun jalan tol, kekuatan perkerasan jalan sangat dipengaruhi oleh daya dukung dalam
dalam kepadatan maksimum. Tanah dasar digunakan untuk menopang lapisan di atasnya atau sebagai
pondasi pada struktur lapisan jalan sehingga mempengaruhi ketahanan lapisan di atasnya.
Berbagai macam cara untuk mengkalkulasi nilai CBR (California Bearing Ratio), diantaranya
adalah dengan menggunakan data plastisitas tanah, atau dengan penggradasian tanah, karena pekerjaan ini
dilakukan di ruas jalan tol Jagorawi yang tiap waktu banyak kendaraan yang melintas, dibutuhkan
pengujian yang berkualitas, kecepatan waktu pengerjaan, dan mudah pelaksanaannya di lapangan, maka
cara mudah untuk menentukan nilai CBR tanah dasar in-situ dengan menggunakan alat uji DCP
(Dynamic Cone Penetrometer). Alat DCP yang digunakan menggunakan sudut konus 60 o karena jenis
tanah dasar pada jalan tol Jagorawi tidak diketahui dan sudah termasuk lama sejak pembangunannya.
Cara pengambilan nilai CBR di lapangan setelah pengujian DCP ini tergolong cepat karena
menggunakan dua penggaris berbentuk segitiga siku-siku yang di sesuaikan dengan grafik korelasi DCP
dan CBR lapangan. Namun, dalam pengambilan data % CBR ini memungkinkan adanya ketidakakuratan
bila hanya menggunakan grafik korelasi dan tidak dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan fungsi

408
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

atau rumus logaritma DCP. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan menganalisa perbandingan nilai %
CBR dengan menggunakan grafik korelasi DCP-CBR dan rumus fungsi logaritma Webster, Kleyn, dan
kajian Ardianto.
Rumus-rumus yg digunakan dalam perhitungan ini adalah sebagai berikut:
a. Webster (1992) dalam Prisandhy (2011), fungsi yang digunakan oleh kontraktor dan konsultan tim
Jagorawi
Log(CBR) = 2,46–1,12.Log(DCPi) ........................................................ (1)
b. Kleyn (1975) dalam Lengkong, dkk. (2013), material jenis tanah yang tidak diketahui
Log(CBR) = 2.62 - 1.27 log (DCPi) ....................................................... (2)
c. TRL, Road Note 8 (1990) dalam Ardianto (2017), jenis tanah secara umum di Indonesia
menggunakan konus 600
Log (CBR) = 2,48 – 1,057 Log(DCPi) ................................................... (3)

METODE
Penelitian yang dilakukan ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut.
a. Lokasi yang digunakan adalah Jalan Tol Jagorawi yang berada pada KM kecil, yaitu mulai dari KM
9 sampai KM 12 jalur A (arah Kota Bogor) dan jalur B (arah Jakarta).
b. Lajur yang dibongkar yaitu lajur 1 dan bahu jalan pada lokasi pekerjaan tiap pembongkaran jalan
minimal 2 titik, total jumlah keseluruhan adalah 90 titik. Penumbukan tiap titik dilakukan pada 20-25
tumbukan.
c. Alat DCP yang digunakan pada pekerjaan ini hanya memakai sudut konus 60 o karena pada Jalan Tol
Jagorawi berlaku untuk semua gradasi butiran tanah, baik untuk keadaan tanah exsisting yang
berbutir halus maupun tanah berbutir kasar.
d. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari Tim Konsultan supervisi pekerjaan
rekonstruksi Tol Jagorawi yaitu PT Multi Phi Bheta Cibinong
e. Fungsi logaritma yang digunakan dalam perhitungan DCP menggunakan fungsi Webster, Kleyn, dan
kajian Ardianto.
f. Pengujian data yang dilakukan menggunakan program pengolah data Microsoft Excel

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan Studi literatur,
penelitian pendahuluan untuk mencari referensi pekerjaan menggunakan metode DCP, dilanjutkan
dengan tahap kedua yaitu persiapan penelitian dan pencarian data sekunder. Tahap ketiga dalam
penelitian ini terdiri dari input data, pengolahan dan analisa data yang diperoleh dari hasil pencarian data
di lapangan menggunakan alat analisis pengolah data Microsoft Excel menggunakan persamaan logaritma
DCP. Setelah mendapatkan hasil dari input, pengolahan, dan analisa data maka dilakukan pembahasan,
kemudian penarikan kesimpulan, dan saran untuk penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penghitungan CBR dengan Grafik Korelasi DCP
Teknik pengambilan nilai CBR ini dilakukan pada kedalaman lapisan permukaan tanah dasar ±55
cm dari ruas jalan tol yang telah dipadatkan dengan alat berat Vibro Roller kemudian dicatat pada kertas
formulir dari kontraktor yaitu dengan cara menyelaraskan garis dari tumbukan ke 20 atau 25 dengan
grafik korelasi DCP yang telah disediakan pada kertas atau formulir di lapangan menggunakan bantuan 2
(dua) buah penggaris berbentuk segitiga yang digambarkan pada Gambar 1.
Berdasarkan penetuan nilai CBR dengan grafik korelasi sebagaimana gambar di atas, pada STA
15+375 s/d 15+475 jalur A lajur 1 diambil empat titik sepanjang 100m menghasilkan nilai CBR pada titik
ke-1 sebesar 9,5%; titik ke-2 sebesar 9,2%; titik ke-3 sebesar 9,8%; dan titik ke-4 sebesar 18%, sehingga
nilai CBR pada ruas jalan tol tersebut telah memenuhi syarat yang diizinkan yakni nilai CBR-nya lebih
dari 6% CBR.

409
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Hasil pemeriksaan CBR dengan grafik korelasi DCP

Perhitungan CBR dengan Fungsi Logaritma DCP


Perhitungan nilai DCP-CBR dengan fungsi logaritma ini dihitung dengan menggunakan tiga fungsi
logaritma, yang pertama dengan menggunakan fungsi logaritma menurut Webster, dkk (1992), fungsi
kedua menurut Kleyn (1975), dan fungsi ketiga menurut kajian Ardianto (2017). Berikut contoh hasil
perhitungan.
1. Perhitungan DCP-CBR menggunakan fungsi logaritma Webster
Log(CBR) = 2,46 – 1,12.Log(DCPi)
STA 15+375 – 15+475 A/L1 Titik ke-1
n (tumbukan) = 20
D (kedalaman) = 41 cm = 410 mm
DCPi (mm/tumbukan) = 410 mm/20 tumbukan
= 20,5 mm/tumbukan
Log(CBR) = 2,465 – 1,12.Log(DCPi)
= 2,465 – 1,12.Log(20,5)
Log(CBR) = 0,99
CBR = 100,99
CBR = 9,79%

2. Perhitungan DCP-CBR menggunakan fungsi logaritma Kleyn


Log(CBR) = 2,62 – 1,27.Log (DCPi)
STA 15+375 – 15+475 A/L1 Titik ke-1
n (tumbukan) = 20

410
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

D (kedalaman) = 41 cm = 410 mm
DCPi (mm/tumbukan) = 410 mm/20 tumbukan
= 20,5 mm/tumbukan
Log(CBR) = 2,62 – 1,27.Log(DCPi)
= 2,62 – 1,27.Log(20,5)
Log(CBR) = 0,95
CBR = 100,95
CBR = 9,00 %

3. Perhitungan DCP-CBR menggunakan fungsi logaritma kajian Ardianto


Log(CBR) = 2,48 – 1,057.Log(DCPi)
STA 15+375 – 15+475 A/L1 Titik ke-1
n (tumbukan) = 20
D (kedalaman) = 41 cm = 410 mm
DCPi (mm/tumbukan) = 410 mm/20 tumbukan
= 20,5 mm/tumbukan
Log(CBR) = 2,48 – 1,057.Log(DCPi)
= 2,48 – 1,057.Log(20,5)
Log(CBR) = 1,03
CBR = 101,03
CBR = 12,40 %

Selanjutnya hasil perhitungan dengan fungsi logaritma DCP dapat dirangkum pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil perhitungan CBR dengan fungsi logaritma DCP


Kedalaman CBR (%)
STA n
D (mm) Grafik Webster Kleyn Ardianto
Titik 1 410 9,5 9,79 9,00 12,40
Titik 2 440 9,2 9,05 8,22 11,51
20
Titik 3 460 9,8 8,61 7,77 10,98
Titik 4 240 18 17,84 17,76 21,84
Titik 5 450 11 8,82 7,99 11,24
20
Titik 6 250 16 17,04 16,86 20,92
Titik 7 250 15 17,04 16,86 20,92
Titik 8 20 270 14,8 15,63 15,29 19,29
Titik 9 250 14,9 17,04 16,86 20,92
Titik 10 320 13 12,92 12,32 16,12
Titik 11 20 250 17 17,04 16,86 20,92
Titik 12 250 16 17,04 16,86 20,92
Titik 13 330 13 12,49 11,85 15,60
Titik 14 20 290 15 14,43 13,97 17,88
Titik 15 150 32 30,19 32,26 35,90
Titik 16 280 15 15,01 14,60 18,56
Titik 17 20 250 15 17,04 16,86 20,92
Titik 18 230 17 18,71 18,75 22,85
Titik 19 270 20 15,63 15,29 19,29
Titik 20 20 290 16 14,43 13,97 17,88
Titik 21 370 12 10,98 10,25 13,82
Titik 22 25 270 25 20,07 20,30 24,42

411
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Titik 23 260 15 16,31 16,04 20,07


Titik 24 250 19 17,04 16,86 20,92
20
Titik 25 360 13 11,33 10,61 14,23
Titik 26 300 14 13,89 13,38 17,25
Titik 27 190 20 23,17 23,89 27,96
Titik 28 270 15 15,63 15,29 19,29
Titik 29 270 15 15,63 15,29 19,29
Titik 30 20 210 20 20,71 21,04 25,15
Titik 31 210 20 20,71 21,04 25,15
Titik 32 180 30 24,62 25,59 29,61
Titik 33 210 20 20,71 21,04 25,15
Titik 34 300 13 13,89 13,38 17,25
Titik 35 300 14 13,89 13,38 17,25
20
Titik 36 210 20 20,71 21,04 25,15
Titik 37 230 18 18,71 18,75 22,85
Titik 38 160 30 28,09 29,72 33,53
Titik 39 20 200 21 21,88 22,39 26,49
Titik 40 210 19 20,71 21,04 25,15
Titik 41 270 16 15,63 15,29 19,29
20
Titik 42 310 14 13,39 12,83 16,67
Titik 43 180 25 24,62 25,59 29,61
20
Titik 44 160 31 28,09 29,72 33,53
Titik 45 280 16 15,01 14,60 18,56
20
Titik 46 260 17 16,31 16,04 20,07
Titik 47 190 22 23,17 23,89 27,96
20
Titik 48 250 17 17,04 16,86 20,92
Titik 49 340 12 12,08 11,41 15,12
Titik 50 20 340 12 12,08 11,41 15,12
Titik 51 400 10 10,07 9,28 12,73
Titik 52 280 15 15,01 14,60 18,56
20
Titik 53 430 9 9,28 8,47 11,79
Titik 54 550 7 7,05 6,20 9,09
Titik 55 20 270 16 15,63 15,29 19,29
Titik 56 300 14 13,89 13,38 17,25
Titik 57 270 16 15,63 15,29 19,29
Titik 58 230 18 18,71 18,75 22,85
Titik 59 200 20 21,88 22,39 26,49
20
Titik 60 160 30 28,09 29,72 33,53
Titik 61 200 20 21,88 22,39 26,49
Titik 62 310 13,5 13,39 12,83 16,67
Titik 63 330 12 12,49 11,85 15,60
20
Titik 64 360 10,5 11,33 10,61 14,23
Titik 65 200 20 21,88 22,39 26,49
Titik 66 320 13 12,92 12,32 16,12
20
Titik 67 240 18 17,84 17,76 21,84
Titik 68 200 20 21,88 22,39 26,49
Titik 69 20 440 9 9,05 8,22 11,51

412
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Titik 70 300 15 13,89 13,38 17,25


Titik 71 300 15 13,89 13,38 17,25
Titik 72 210 20 20,71 21,04 25,15
Titik 73 20 350 13 11,69 11,00 14,66
Titik 74 400 10 10,07 9,28 12,73
Titik 75 320 13 12,92 12,32 16,12
20
Titik 76 300 14 13,89 13,38 17,25
Titik 77 240 18 17,84 17,76 21,84
Titik 78 310 13 13,39 12,83 16,67
20
Titik 79 350 12 11,69 11,00 14,66
Titik 80 310 13 13,39 12,83 16,67
Titik 81 260 17 16,31 16,04 20,07
Titik 82 190 22 23,17 23,89 27,96
20
Titik 83 520 9 7,50 6,65 9,65
Titik 84 140 24 32,62 35,21 38,61
Titik 85 130 32 35,44 38,69 41,76
Titik 86 550 7 7,05 6,20 9,09
20
Titik 87 260 15 16,31 16,04 20,07
Titik 88 230 18 18,71 18,75 22,85
Titik 89 230 13 18,71 18,75 22,85
20
Titik 90 180 25 24,62 25,59 29,61

Jalur A di mulai dari titik ke-1 s/d titik ke-62 dan jalur B di mulai dari titik ke-63 s/d titik ke-90.
Berdasarkan hasil perhitungan pada titik ke-1 nilai CBR dengan fungsi logaritma DCP menggunaan
fungsi dari Webster sebesar 9,79%; Kleyn sebesar 9,00%; dan Ardianto sebesar 12,40%, masih memenuhi
syarat nilai %CBR untuk tanah dasar yaitu lebih dari 6%.

Perbandingan Nilai CBR grafik dengan Fungsi Logaritma


Analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar perbedaan antara nilai %CBR dengan
menggunakan grafik korelasi di lapangan dan %CBR bila dihitung dengan menggunakan fungsi logaritma
CBR. Berdasarkan pada hasil pemeriksaan nilai %CBR menggunakan metode grafik korelasi dan fungsi
logaritma CBR dapat direkapitulasi yang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil rekapitulasi nilai CBR grafik korelasi dan fungsi logaritma DCP Jalur A
CBR FUNGSI (%)
JALUR A CBR Grafik (%)
Webster Kleyn Ardianto
CBR Minimum (%) 7,00 7,05 6,20 9,09
CBR Maksimal (%) 32,00 30,19 32,26 35,90
CBR Rata-rata (%) 16,95 16,81 16,72 20,61

Rata-rata nilai CBR pada hasil grafik korelasi Jalur A terhadap hasil peritungan dengan rumus-
rumus logaritma DCP Webster dan Kleyn mempunyai hasil yang hampir sama, sedangkan dengan rumus
Ardianto mempunyai hasil yang berbeda.
Nilai rata-rata CBR hasil grafik korelasi dibanding hasil dengan rumus logaritma Webster
mempunyai selisih 0,13% dan apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan menggunakan rumus
logaritma Kleyn mempunyai nilai selisih 0,22%. Namun, untuk hasil perhitungan logaritma Ardianto
dibanding hasil rata-rata nilai CBR grafik korelasi DCP mempunyai selisih yang cukup besar yaitu
3,66%.

413
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

414
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3. Hasil rekapitulasi nilai CBR grafik korelasi dan fungsi logaritma DCP Jalur B
CBR FUNGSI (%)
JALUR B CBR Grafik (%)
Webster Kleyn Ardianto
CBR Minimum (%) 7,00 7,05 6,20 9,09
CBR Maksimal (%) 32,00 35,44 38,69 41,76
CBR Rata-rata (%) 15,73 16,47 16,41 20,18

Perbandingan Nilai CBR metode Grafik


42
Korelasi dengan Fungsi Logaritma DCP
Grafik Webster Kleyn Ardianto CBR 6%
36
Nilai CBR (%)

30
24
18
12
6
0
Titik 13
Titik 17
Titik 21
Titik 25
Titik 29
Titik 33
Titik 37
Titik 41
Titik 45
Titik 49
Titik 53
Titik 57
Titik 61
Titik 65
Titik 69
Titik 73
Titik 77
Titik 81
Titik 85
Titik 89
Titik 1
Titik 5
Titik 9

Gambar 2. Grafik perbandingan nilai CBR metode grafik korelasi


dengan fungsi logaritma DCP

Pada Jalur B untuk hasil rata-rata nilai CBR grafik korelasi DCP terhadap hasil perhitungan rumus
logaritma Webster, Kleyn, dan Ardianto tidak jauh berbeda dengan Jalur A pada Tabel 2. Berdasarkan
Tabel 3 hasil perhitungan nilai CBR rata-rata menurut rumus logaritma Ardianto, nilai rata-rata CBR
terhadap hasil pemeriksaan metode grafik korelasi DCP mempunyai perbedaan sebesar 4,45%. Pada
pemeriksaan nilai rata-rata CBR metode grafik korelasi DCP bila dibandingkan dengan hasil perhitungan
rumus logaritma Webster mempunyai selisih 0,74% dan jika dibandingkan dengan hasil rata-rata
perhitungan rumus logaritma Kleyn mendapatkan selisih 0,68%, sehingga baik Jalur A dan Jalur B bila
ditampilkan dalam bentuk grafik maka hasil dari pemeriksaan nilai CBR dengan grafik korelasi DCP
terlihat hampir sama nilai CBR-nya dengan hasil perhitungan dengan rumus logaritma Webster dan Kleyn
dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan rumus logaritma Ardianto, hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hasil dari penelitan adalah sebagai berikut:
a. Hasil pemeriksaan nilai CBR dengan menggunakan grafik korelasi DCP pada tumbukan ke-20 di
titik ke-1 9,5%; ke-2 9,2%; ke-3 9,8%; dan ke-4 18%; sehingga telah memenuhi syarat batas lebih
dari 6%.
b. Hasil perhitungan nilai CBR pada titik ke-1 dengan fungsi logaritma Webster adalah 9,79%; dengan
fungsi logaritma Kleyn adalah 9,00%; dan dengan fungsi logaritma Ardianto adalah 12,40%.
c. Hasil perbandingan nilai CBR metode grafik korelasi DCP dengan fungsi logaritma Webster dan
Kleyn mempunyai nilai yang hampir mendekati, sedangkan menurut fungsi logaritma kajian
Ardianto mempunyai nilai CBR yang lebih besar dibanding kedua rumus sebelumnya sehingga pada
rekonstruksi jalan tol Jagorawi ini nilai %CBR metode grafik korelasi DCP bisa digunakan untuk
menghitung dengan cepat untuk pekerjaan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Y. 2017. Menentukan Nilai CBR Menggunakan Alat DCP Dalam Grafik Dan Persamaan
Fungsi. Skripsi. Strata 1. UNILA Bandar Lampung

415
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Bina Marga, 2001. Penuntun DCP Bina Marga.


Das, B.M. 1995. Mekanika Tanah I. Erlangga: Jakarta
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah I. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah II. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Hardiyatmo, H.C. (2010). Mekanika Tanah I. Edisi 5. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. (2010). Mekanika Tanah II. Edisi 5. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Lengkong, P.I.L., dkk. 2013. Hubungan Nilai CBR Laboratorium dan DCP Pada Tanah Yang Dipadatkan
Pada Ruas Jalan Worilikupang Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Sipil Statik 1(5). April: 368-376.
Jasamarga, 2016. Public Expose Financial Club Jakarta. JASAMARGA: Jakarta
Multi Phi Beta. 2020. Summary Quality Control Dynamic Cone Penetrometer. SFO dan Rekonstruksi
Jalan Tol Jagorawi. Multi Phi Beta: Bogor.
Prisandhy, Pudia. 2011. Korelasi Nilai California Bearing Ratio (CBR) dan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) Pada Tanah Ekspansif Yang Dipadatkan. Skripsi. Strata 1. Fakultas Teknik Universitas
Indonesia: Jakarta
Sriharyani, S., dan Diah O. 2016. Kajian Penggunaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Pekerjaan
Timbunan Apron (Studi Kasus Di Bandar Udara Radin Inten II Lampung). TAPAK 5(2). Mei: 89-97
Sujahtra, I.W., dkk. 2019. Penyusunan Model Rumusan Korelasi Nilai DCP Dengan Nilai CBR Tanah
Berbutir Kasar. Jurnal SPektran 7(1). Januari: 115-112
Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova: Bandung
Transport Road Research. (1993): A guade to the structural design ofbitumen surfaced roads in tropical
and subtropical countries. Transport Research Laboratory Crowthorne. United Kingdom.

416
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

SISTEM PONDASI TIANG BOR YANG RAMAH LINGKUNGAN

Suwarno1*, Luthfi Amri Wicaksono2**


1
Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur
*
Email: suwarno.surabaya@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jember, Jember, Jawa Timur
**
Email: luthfiamri.teknik@unej.ac.id

Abstrak
Pondasi tiang bor umumnya dilakukan dengan cara pengeboran basah (wash boring) sehingga terjadi
buangan tanah yang bercampur air dan mengotori lingkungan. Full Displacement Column (FDC)
diperkenalkan oleh BAUER, dimana pengeboran tidak mengeluarkan tanah dari lubang bor sehingga
tidak ada material tanah galian yang perlu dibuang. Analisis dilakukan berdasarkan data penyelidikan
tanah bor dalam, nilai uji standar penetrasi (N-SPT), dan pengujian laboratorium. Perhitungan desain
dilakukan dengan memperhitungkan konsep dan mekanisme perkuatan FDC untuk mengurangi
kompresibilitas tanah, meningkatkan daya dukung, menaikkan stabilitas lereng, dan menurunkan potensi
likuifaksi. Metode FDC sama seperti deep soil mixing cement atau vibro stone/concrete column, yang
memberikan material penguat (cement grout/ mortar/ beton) akan menerima beban bersama dan sifat
komposit terbentuk melalui distribusi pembebanan antara tanah dan kolom cement grout/mortar/beton
sekitarnya. Pembagian konsentrasi tegangan tersebut dilakukan dengan pemasangan Loading Transfer
Platform (LTP) berupa lapisan granular padat dengan ketebalan bervariasi antara 60 cm hingga 100
cm. Dengan adanya LTP, tegangan akibat beban luar, beban perkerasan dan beban kendaraan, akan
terdistribusi pada kolom-kolom FDC dan tanah sekitarnya secara proporsional sesuai dengan
kekakuannya. Sebagai contoh, perencanaan FDC pada timbunan rel kereta api dengan beban 50 kPa
adalah diameter FDC = 0,42 m, spasi =2,0 m c/c square grid spacing, settlement = 88,67 mm post
construction (< 100mm). Sedangkan FDC pada stockyard dengan beban 90 kPa : Opsi 1 (max
settlement 100 mm) adalah diameter FDC = 0,42 m, spasi = 1,7 m c/c square grid spacing, settlement =
83,48 mm post construction (< 100 mm). Untuk opsi 2 (max settlement 200 mm) adalah diameter FDC =
0,42m, spasi = 2,7 m c/c square grid spacing, settlement = 187 mm post construction (< 200 mm).

Kata kunci: BAUER, full displacement column, loading transfer platform, pondasi bor, tanah lunak

PENDAHULUAN
Sistem pondasi tiang bor ramah lingkungan yang diperkenalkan disini adalah sistem Full
Displacement Column (FDC). Metoda ini diperkenalkan oleh BAUER. Full Displacement Column
diartikan “Kolom Perpindahan Penuh” dilakukan dengan membuat lobang bor dengan cara melakukan
penetrasi lapisan tanah tanpa mengeluarkan tanah terbor ke permukaan. Setelah mata bornya mencapai
kedalaman yang direncanakan, pengisian material penguat berupa cement grout/mortar/beton dilakukan
melalui ujung alat tersebut. Efek dari kombinasi densifikasi akibat proses pengeboran dan penguatan
tanah menggunakan material grout akan meningkatkan modulus kekakuan pada tanah lunak. Metode ini
sangat ideal diaplikasikan pada berbagai jenis tanah, mulai tanah kerikil berpasir (sandy gravel), pasir,
lanau, dan lempung hingga pada tanah organik yang lunak (soft organic soil) selama tanah tersebut masih
dapat dipindahkan/dimampatkan.
Keunggulan metode FDC, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan friksi selubung kolom dan ketahanan ujung karena adanya pemadatan
2) Desain yang ekonomis (kolom yang lebih pendek, diameter dan konsumsi mortar/beton yang
digunakan
3) Bebas getaran / vibrasi saat proses instalasi
4) Kinerja harian yang tinggi
5) Buangan tanah yang minimalis.
Perbaikan tanah dilakukan untuk meningkatkan karakteristik tanah hingga menjadi sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan dalam sebuah pekerjaan, misalnya :
1) Peningkatan kepadatan
2) Peningkatan kuat geser tanah
3) Peningkatan stabilitas tanah

417
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

4) Pengurangan kompresibilitas tanah


5) Pengurangan permeabilitas
6) Percepatan konsolidasi
7) Peningkatan daya dukung tanah

METODOLOGI
Metoda Full Displacement Column (FDC) mengikuti persyaratan teknis pelaksanaan yang umum
digunakan, yaitu :
(a). Pelaksanaan pengeboran dan penguatan diharapkan dapat dilaksanakan sekaligus dalam 1 tahap
bersamaan. Pengisian material penguat harus dilaksanakan pada saat proses pencabutan mata bor
auger berlangsung.
(b). Limbah dan debu yang ditimbulkan dari proses pelaksanaan harus seminimal mungkin
(c). Gangguan terhadap tanah dasar harus seminimal mungkin
(d). Tingkat vibrasi dan kebisingan harus seminimal mungkin
(e). Tidak mengubah sifat dari tanah asal/asli menjadi lebih buruk
(f). Tidak menimbulkan efek samping yang dapat merusak struktur di sekitarnya
Metode FDC sama seperti deep soil mixing atau soil cement column (kolom tanah bersemen), vibro
stone/concrete column. Teknik inklusi tersebut bertujuan membuat tanah dan material tambahan menjadi
massa komposit. Massa komposit FDC berupa tanah dan material penguat (cement grout/ mortar/ beton)
akan berperilaku sebagai sistem yang menerima beban bersama. Sifat komposit ini terbentuk melalui
distribusi pembebanan dengan pembagian konsentrasi tegangan antara tanah dan kolom cement
grout/mortar/beton sekitarnya. Pembagian konsentrasi tegangan tersebut dilakukan dengan pemasangan
Loading Transfer Platform (LTP) berupa lapisan granular padat dengan ketebalan yang bervariasi antara
60 cm hingga 100 cm. Dengan adanya LTP, tegangan akibat beban luar berupa beban perkerasan dan
beban kendaraan akan terdistribusi pada kolom-kolom FDC dan tanah sekitarnya secara proporsional
sesuai dengan kekakuannya. Konsep FDC ditunjukkan dalam Gambar 1, dan pelaksanan di lapangan
ditujukkan dalam Gambar 2.

Gambar 1. Konsep FDC (Full Displacement Column)

418
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Pelaksanaan lapangan FDC (Full Displacement Column) BAUER

Proses instalasi FDC dilakukan dengan cara membuat lobang dengan displacement boring tool yang
terdapat pada rotary drilling rig yang diborkan kedalam lapisan tanah kemudian diikuti dengan pengisian
material penguat bersamaan dengan proses penarikan displacement boring tool seperti ditunjukkan dalam
Gambar 3.

Gambar 3. Proses Instalasi FDC – BAUER

Tahap 1: Setting dan Positioning Displacement boring tool dipasang pada mesin bor yang dilengkapi
dengan sebuah selang pemasok material penguat dan selang-selang hidrolik lainnya yang disambungkan
pada extention pipe di posisi ujung atasnya (head section). Setiap mesin bor dilengkapi dengan monitor
dan digital recording computer untuk memonitor, mengolah dan menyimpan data-data pada proses
instalasi FDC seperti besarnya penetrasi terhadap waktu dan kedalaman. Detail setting out dilaksanakan
oleh surveyor, operator mesin bor harus menempatkan posisi displacement boring tool tepat pada
koordinat yang telah ditentukan.
Tahap 2: Proses Penetrasi Setelah displacement boring tool tepat pada posisinya, selanjutnya
operator akan memulai memutarkan alat tersebut dan memberikan penetrasi ke bawah hingga mencapai
kedalaman rencana atau kriteria yang telah disepakati oleh perencana berdasarkan data penyelidikan
tanah. Penetrasi dilakukan dengan mengkombinasikan berat sendiri dari displacement boring tool, putaran
torsi, dan penekanan bawah oleh mesin bor. Tanah akan terurai oleh starter auger dan kemudian terdesak
ke samping di sekeliling lobang oleh badan displacement boring tool.

419
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tahap 3 dan 4 : Pengisian Material Penguat dan Pencabutan Displacement Boring Tool Setelah
penetrasi mencapai kedalaman yang direncanakan, material penguat yang berupa grout
cement/mortar/beton dipompakan kedalam lobang melalui ujung bawah displacement boring tool secara
progresif. Saat pencabutan, displacement boring tool diputar kearah yang sama saat pengeboran untuk
memastikan tanah yang berada diatasnya terdesak dan tidak tercampur dengan material penguat. Di
bagian atas displacement boring tool terdapat counter flight section yang berfungsi sebagai alat untuk
memastikan tanah terdesak ke sekeliling lobang bor saat pencabutan dan pengisian material penguat.
Toleransi Pekerjaan perbaikan tanah ini diasumsikan bahwa posisi kolom saat proses instalasi
memiliki toleransi maksimal sebesar 100 mm dari posisi rencana. Pekerjaan perbaikan tanah ini
diasumsikan bahwa posisi kolom saat proses instalasi memiliki toleransi maksimal sebesar 100 mm dari
posisi rencana.
Material LTP dapat dibuat menggunakan pasir berbutir tajam dan keras yang tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan. Material pasir yang digunakan harus
bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dengan kandungan maksimum lempung < 15%. Yang
diartikan dengan lempung adalah butir butir yang dapat melalui saringan 0,063 mm. Sebagai alternatif,
material Sirtu juga dapat digunakan sebagai bahan LTP.

Konsep Desain Full Displacement Column


Konsep transfer tegangan dapat dijelaskan secara rinci melalui tinjauan perilaku kolom tunggal FDC
saat menerima beban.
Proses pembebanan tersebut dapat dijelaskan melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Pemasangan FDC dan LTP
2) Pembebanan dan distribusi tegangan oleh LTP ke FDC dan tanah sekitarnya
3) Proses konsolidasi. Pada saat penurunan tanah > penurunan FDC, terjadi transfer tegangan dari tanah
ke FDC akibat negative skin friction pada bagian atas FDC
4) Pada saat tercapai kondisi penurunan tanah > penurunan FDC di kedalaman tertentu, maka terjadi
transfer tegangan kembali dari FDC ke tanah sekitarnya.
Hal ini memobilisir positive skin friction dan tahanan ujung bawah FDC. Pada kondisi
kesetimbangan, tegangan-tegangan yang terjadi pada kolom FDC dapat dibagi dalam 4 komponen
sebagaimana terlihat pada Gambar 4, yaitu :
(1) Tegangan vertikal Q pada kepala kolom
(2) Negative skin friction pada bagian atas kolom di atas bidang netral
(3) Positive skin friction pada bagian bawah kolom
(4) Tahanan ujung kolom.

Gambar 4. Mekanisme Transfer Beban FDC – BAUER

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis perbaikan tanah dengan metode FDC dilakukan menggunakan metode elemen hingga untuk
mengetahui sifat penurunan tanah, daya dukung tanah. Tahap analisis dilakukan dengan tahap sebagai
berikut :
1) Analisa menggunakan model lokal axis simetri untuk menentukan besarnya tegangan maksimum
yang akan ditahan oleh kolom FDC, sekaligus memprediksikan besarnya penurunan vertical

420
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

maksimum yang mungkin terjadi. Penurunan maksimum harus lebih kecil dibandingkan persyaratan
yang ditentukan dalam kriteria desain, dan tegangan pada kolom FDC harus lebih kecil dari 7 MPa
(mengacu pada ASIRI clause 3.1.1.2 mengenai ULS design compressive strength sebesar maximum
7 MPa.
2) Dari pemodelan lokal axis simetri, dapat ditentukan besarnya spasi dan diameter FDC yang
dibutuhkan. Desain ini harus memenuhi persyaratan berupa penurunan ijin, dan tegangan maksimum
yang diijinkan oleh material FDC.
3) Model regangan bidang (plane strain), FDC dimodelkan sebagai model Embedded Pile Row (EPR).
Model plane strain digunakan untuk mendapatkan angka penurunan vertikal, tegangan pada kolom
FDC, dan stabilitas global timbunan. Hasil desain FDC berupa grid jarak antar FDC, kedalaman
FDC yang dibutuhkan, dan mutu FDC.

Data Tanah

Tabel 1. Parameter Tanah Zona 1


Elevasi (m) N-SPT c E50 EOED Eur
No Jenis Tanah Atas Bawah desain
k  ' (kPa) (kPa (kPa
(kPa
(blows/ft) (mm/hari) (kN/m3) 
)
1 Ballast-
gravel
2,90 2,60 10 22 1 40 50.000 40.000 250.000
2 Sub ballast-
2,60 2,20 1,00x10-1 18 1 35 30.000 24.000 150.000
pasir
3 Timbunan 2,20 0,60 8,64x10-5 17 1 25 8.000 6.400 24.000
4 LTP (Sand) 0,60 0,00 8,64x10-2 17 1 35 25.000 20.000 75.000
5 Silty sand 0,00 -5,00 3 8,64x10-4 17 1 30 4.500 3.600 13.500
6 Silty sand -5,00 -8,00 5 8,64x10-4 17 1 30 7.500 6.000 22.500
7 Silty sand -8,00 -13,00 8 8,64x10-4 17 1 31 12.000 9.600 36.000
8 Silty sand -13,00 -17,50 15 8,64x10-4 17 1 34 22.500 18.000 67.500
9 Silt Stone -17,50 -30,00 35 8,64x10-4 17 1 37 52.500 42.000 157.500

Tabel 2. Parameter Tanah Zona 1 dengan Data Terbaik


Elevasi (m)
N-SPT c E50 EOED Eur
No Jenis Tanah Atas Bawah desain
k  ' (kPa) (kPa (kPa
(kPa 
(blows/ft) (mm/hari) (kN/m3)  
)
1 Ballast-
gravel
2,90 2,60 10 22 1 40 50.000 40.000 250.000
2 Sub ballast-
2,60 2,20 1,00x10-1 18 1 35 30.000 24.000 150.000
pasir
-5
3 Timbunan 2,20 0,60 8,64x10 17 1 25 8.000 6.400 24.000
4 LTP (Sand) 0,60 0,00 8,64x10-2 17 1 35 25.000 20.000 75.000
5 Silty sand 0,00 -5,00 4 8,64x10-4 17 1 30 5.000 4.000 15.000
6 Silty sand -5,00 -7.50 7 8,64x10-4 17 1 30 8.750 7.000 22.500
7 Silty sand -7,50 -11.50 12 8,64x10-4 17 1 31 15.000 12.000 45.000
8 Silty sand -11,50 -20.00 15 8,64x10-4 18 1 37 62.500 50.000 187.500

Skema perbaikan Tanah FDC.

Tabel 3. Skema perbaikan tanah FDC


Square Estimasi
Panjan fc’ Tebal
Area Diameter Grid penuruna
Zona Timbunan g Lp (Mpa LP
(m2) (m) Spacings n (mm)
(m) ) (cm)
(m)
Rel kereta 36.072 0,42 2 19 20 60 89
Zona 1
Stockyard 48.177 0,42 2,7 19 20 60 187

421
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 5. Ilustrasi Konfigurasi Perbaikan Tanah FDC

Hasil analisa Plaxix untuk zona 1.

Gambar 5. Area perbaikan tanah

Area perbaikan tanah dapat dilihat pada Gambar 5. Potongan melintang pada lokasi proyek mengacu
pada sketsa pada Gambar 6. Area perbaikan tanah terdiri dari 2 lokasi, yaitu: 1. Emplasemen Kereta (garis
warna merah) 2. Stockyard (arsiran warna abu-abu)

Gambar 6. Potongan melintang timbunan

422
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pada pemodelan ini, perbaikan tanah dilakukan dengan menggunakan FDC dengan diameter 0,42 m,
panjang 19 m, dan square grid spacing. Analisis ini dilakukan dengan kondisi consolidation-undrained
menggunakan tahapan konstruksi sebagai berikut:
a) Instalasi Load Transfer Platform (LTP) – 14 hari
b) Instalasi FDC (waktu 30 hari)
c) Penimbunan fill + sub ballast (waktu 30 hari)
d) Beban hidup (selama 10 tahun)
Model dan hasil analisis lokal axis simetri adalah sebagai berikut :
(a). penurunan pada periode operasional 10 tahun adalah 85,18 mm < 100 mm dengan tegangan
maksimum pada FDC adalah 1.592 kPa < 7.000 kPa.
(b). Dengan demikian, FDC sesuai untuk menahan beban vertikal yang diberikan.

Tabel 4. Hasil Analisis Penurunan dan Tegangan Kolom – FDC Zona 1


Tegangan pada Kolom
Square Emplasemen Stockyard
FDC (kPa)
Diamete Grid
Post-
r (m) Spacing Total Total Post-con Beban Beban
con
(m) (mm) (mm) (mm) 50 kPa 90 kPa
(mm)
0,42 1,5 85,18 48,62 113,6 77,08 1,592 3,030
0,42 1,6 90,78 51,44 123,7 84,41 2,287 3,528
0,42 1,7 94,18 53,12 124,5 83,48 2,158 3,097
0,42 1,9 128,00 74,77 174,5 121,3 2,305 3,287
0,42 2,0 145,80 88,67 198,2 141,00 2,503 3,574
0,42 2,5 - - 245,7 169,8 - 4,962
0,42 2,7 - - 272,1 187,2 - 5,312
Catatan : Beban 50 kPa itu pada area Emplasemen; dan beban 90 kPa itu pada area Stockyard

Berdasarkan hasil analsis di atas, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: FDC pada timbunan rel
kereta api dengan beban 50 kPa : Diameter FDC = 0,42 m, Spasi = 2,0 m c/c square grid spacing,
Settlement = 88,67 mm post construction (< 100mm) FDC pada stockyard dengan beban 90 kPa : Opsi 1
(max settlement 100 mm) : Diameter FDC = 0,42 m, Spasi = 1,7 m c/c square grid spacing, Settlement =
83,48 mm post construction (< 100 mm). Opsi 2 (max settlement 200 mm) : Diameter FDC = 0,42m -
Spasi = 2,7 m c/c square grid spacing - Settlement = 187 mm post construction (< 200 mm).
Tabel 5 menampilkan hasil analisis penurunan menggunakan kondisi tanah terbaik. Nilai penurunan
dari Tabel 4 dan Tabel 5 dapat digunakan untuk memprediksi differential settlement yang mungkin
terjadi, khususnya pada lokasi emplasemen, berdasarkan data penyelidikan tanah yang ada. Analisis
menggunakan design line konservatif menghasilkan penurunan 88,67 mm sedangkan analisis
menggunakan data terbaik menghasilkan penurunan 76,22 mm. Differential settlement yang mungkin
dapat terjadi pada rentang jarak 356 m adalah 12,5 mm atau sekitar 0,003% (1:28500).

Tabel 5. Hasil Analisis Penurunan dan Tegangan Kolom – FDC Zona 1 (Data Terbaik)
Tegangan pada Kolom
Square Emplasemen Stockyard
Diameter FDC (kPa)
Grid
(m) Total Post-con Total Post-con Beban Beban
Spacing (m)
(mm) (mm) (mm) (mm) 50 kPa 90 kPa
0,42 1,5 82,67 47,16 109,90 74,38 1,495 2,122
0,42 1,6 88,06 50,69 117,60 80,22 1,665 2,380
0,42 1,7 91,23 51,58 121,40 81,77 1,847 2,650
0,42 1,9 122,60 71,77 165,80 115,10 2,187 3,120
0,42 2,0 129,90 76,22 175,60 121,90 2,354 3,328
0,42 2,5 - - 226,90 154,70 - 4,139
0,42 2,7 - - 246,10 167,10 - 4,467

423
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KESIMPULAN
1) FDC sebagai metode perbaikan tanah sehingga emplasemen dan stockyard dapat memenuhi
spesifikasi teknis yang disyaratkan.
2) FDC yang diajukan berupa kolom fc’ 20 MPa dengan diameter 0,42 m yang dengan variasi spasi
antara 1,4 m hingga 2,7 m dan kedalaman sekitar 19 m – 20 m.
3) Analisis menggunakan design line konservatif menghasilkan penurunan 88,67 mm sedangkan
analisis menggunakan data terbaik menghasilkan penurunan 76,22 mm.
4) Differential settlement yang mungkin dapat terjadi pada rentang jarak 356 m adalah 12,5 mm atau
sekitar 0,003% (1:28500).

DAFTAR PUSTAKA
Baez, J. I., dan Martin, G. R., 1993, Advances in the design of Vibro-systems for improvement of
liquefaction resistance. Proceedings of the Symposium on Ground Improvement, Canadian,
Geotechnical Society, Vancouver.
Irsyam, M., Widiyantoro, S., Natawidjaja, D. H., Meilano, I., Rudyanto, A., Hidayati, S., Triyoso, W.,
Hanifa, N. R., Djarwadi, D., Faizal, L., (editor), dan Sunarjito, National Team for updating of
Indonesia Earthquake Hazard Map, 2017, Earthquake Source and Hazard Map of Indonesia 2017.
Indonesia National center for earthquake Studies, Research and Development Agency of Ministry of
Public Work and Housing, Indonesia.
Makrup, L. L., Irsyam, M., Sengara., I. W., dan Hendriyawan, 2010, Hazard Deaggregation for Indonesia,
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 17 No. 3 Desember 2010
Youd, T. L., Idriss, I. M., Andrus, R. D., Arango, I., Castro, G., Christian, J. T., Dobry, R., Finn, W. D.
L., Harder, Jr., L. F., Hynes, M. E., Ishihara, K., Koester, J. P., Liao, S. S. C., Marcuson, III, W. F.,
Martin, G. R., Mitchell, J. K., Moriwaki, Y., Power, M. S., Robertson, P. K., Seed, R. B., and
Stokoe, II, K. H. 2001. Liquefaction resistance of soils: Summary report from the 1996 NCEER and
1998 NCEER/NSF Workshops on Evaluation of Liquefaction Resistance of Soils. J. Geotech.
Geoenviron. Eng., ASCE, 127 (10), 817–833.

424
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS RISIKO DAN MITIGASI RISIKO KETERLAMBATAN


PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI PADA PT.XYZ

Hermanto1*, Irawan Tani2*


1,2
Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
Plaza Semanggi, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
*
Email: hermanto1998@gmail.com, irawan.tani74@gmail.com

Abstrak
Kebutuhan akan Telekomunikasi sudah semakin vital bagi masyarakat modern saat ini apalagi dengan
terjadinya pandemik Covid-19, sektor telekomunikasi menjadi salah satu penunjang utama kegiatan
belajar dan bekerja dari rumah selama masa pandemi ini. Kondisi ini turut membuat industri di bidang
telekomunikasi dan penunjangnya semakin berkembang. Salah satu industri penunjang telekomunikasi
adalah penyedia (provider) menara telekomunikasi untuk pemasangan perangkat telekomunikasi. PT.
XYZ sebagai salah satu penyedia menara telekomunikasi dalam melaksanakan proyek pembangunan
menara telekomunikasi tidak jarang mengalami keterlambatan dari target yang sudah ditentukan yang
artinya tidak memenuhi sasaran kinerja waktu, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi.
Dalam penelitian ini didapatkan ada 7 (tujuh) faktor dan 31 (tiga puluh satu) variabel risiko yang dapat
mempengaruhi kinerja waktu proyek pembangunan menara, dan dari analisis yang dilakukan pada
PT.XYZ didapatkan ada 3 (tiga) variabel risiko yang signifikan mempengaruhi keterlambatan
pembangunan menara telekomunikasi yaitu : ketidaktepatan waktu pemesanan material, adanya
keluhan dari warga akibat pelaksanaan konstruksi , perubahan desain/detail dalam waktu pelaksanaan.
Dari variabel risiko yang signifikan tersebut dibuatkan langkah-langkah pencegahan/mitigasi yang
dinilai efektif untuk mengurangi dampak risiko yang akan terjadi pada proyek sejenis berikutnya.

Kata kunci: kinerja waktu, risiko proyek, menara telekomunikasi, mitigasi risiko

PENDAHULUAN
Bidang Telekomunikasi pada saat ini menjadi kebutuhan yang semakin vital terutama pada situasi
menghadapi Pandemik Covid-19 hal ini dikarenakan menjadi penunjang kegiatan bekerja dan belajar dari
rumah oleh masyarakat, kondisi ini turut mendorong pertumbuhan perusahaan penyedia / penyewa
menara telekomunikasi dalam menyediakan menara telekomunikasi yang dipergunakan oleh operator
telekomunikasi untuk pemasangan antenna pemancar.
Pertumbuhan industri penyedia menara telekomunikasi ini menimbulkan persaingan yang sangat
kompetitif di antara pelaku industri di bidang ini, dimana para penyedia menara berlomba-lomba
menghasilkan produk yang berkualitas dan penyediaan menara yang tepat waktu sesuai kebutuhan
provider telekomunikasi.
Proyek konstruksi dimana salah satunya menara telekomunikasi tidak pernah lepas dari sasaran dan
kendala proyek yaitu biaya, mutu , dan waktu. Ketiga kendala tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu
hal yang seharusnya bisa dicapai sehingga tercapai tujuan tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu. Untuk
mencapai keberhasilan dari ketiga hal tersebut perlu adanya manajemen proyek yang baik terutama dalam
pengendalian risiko proyek. Penelitian ini akan memperhatikan risiko-risiko yang akan mempengaruhi
sasaran kinerja waktu dengan berangkat dari penelitian sebelumnya yang relevan dan juga dari data
proyek PT. XYZ.
Dari latar belakang permasalahan penelitian diatas, permasalahan penelitian yang akan di teliti
adalah :
1) Potensi faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan keterlambatan pelaksanaan konstruksi
pembangunan menara telekomunikasi pada PT. XYZ
2) Analisis risiko yang paling signifikan menyebabkan keterlambatan pembangunan menara
telekomunikasi di PT.XYZ dari data responden yang telah di dapatkan
3) Langkah mitigasi risiko yang efektif untuk mengurangi dampak negatif dari risiko tersebut

425
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Agar penelitian lebih terarah dan menghindari pelebaran pokok permasalahan penelitian, dilakukan
pembatasan permasala seperti di bawah ini :
1) Penelitian dilakukan dari sudut pandang PT. XYZ sebagai owner (PT.XYZ perusahaan penyedia
menara telekomunikasi)
2) Data primer menggunakan data kuesioner dari ahli/pakar dan responden
3) Data sekunder menggunakan data proyek dari PT. XYZ dan hasil penelitian sebelumnya.

METODOLOGI
Proses Penelitian
Penelitian ini menggunakan obyek risiko-risiko penyebab keterlambatan pembangunan menara
telekomunikasi pada PT. XYZ selaku provider menara telekomunikasi di Indonesia. Risiko penyebab
keterlambatan pembangunan menara telekomunikasi sebagai variabel X atau variabel independen
sedangkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek dikatakan sebagai variabel Y atau variabel
dependen.
Dalam penelitian ini dilakakukan menggunakan metode survei, dimana dalam survei menggunakan
variabel dari hasil penelitian sebelumya dan telah di validasi oleh pakar. Survei ini dilakukan guna
melakukan analisis lebih lanjut dan identifikasi faktor risiko yang dominan memyebabkan keterlambatan
pada proyek pembangunan menara telekomunikasi di perusahaan PT. XYZ.
Dalam penelitian ini selain dilakukan secara kuantitatif, juga secara kualitatif dimana dilakukan
kajian data-data proyek dari PT. XYZ, referensi yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jumal, luar
negeri maupun dalam negeri tentang topik utama penelitian manajemen konstruksi yang relevan.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian

Instrumen Penelitian
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung pihak yang diperlukan datanya. Disini data primer
yang dimaksud adalah hasil dari kuesioner yang dilakukan pada tahap I, tahap II maupun tahap III.
Kuesioner yang dilakukan disini adalah yang sifatnya tertutup, ini agar bisa mendapatkan data yang
valid dan relevan dengan tujuan penelitian.
Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah tim proyek PT.XYZ di regional maupun
yang ada di kantor pusat. Kuisioner yang diberikan berupa pertanyana tertutup, responden hanya memilih
jawaban-jawaban tertentu yang sudah ada di dalam kuisioner.
Penggunaan kuisioner yang nantinya menjadi data primer diharapkan mendapatkan informasi dari
responden yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian

426
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ini melakukan pengkajian terhadap 7 faktor yang terdiri dari 31 variabel bebas (X) dan 1 variabel terikat
(Y).
Data sekunder
Data sekunder adalah hasil analisis dan interpretasi dari data primer atau data yang berkaitan dengan
masa lalu atau berasal dari peneliti sebelumnya.
Data-data sekunder yang proyek pembangunan menara telekomunikasi dari PT. XYZ berupa data
tahunan proyek yang terdiri dari jadwal pelaksaan proyek, laporan perkembangan proyek. Selain itu data
sekunder ini juga mengambil data penelitian sejenis berupa jurnal, buku referensi, skripsi yang relevan
yang membahas tentang manajemen proyek dan konstruksi.
Alat ukur
a). Metode Angket (Kuesioner)
Menurut Sugiyono (2005), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan rating scale, dimana rating scale yang
digunakan disini menghasilkan definisi spesifik dari probabilitas dan tingkat dampak atau mungkin
dimulai dengan definisi umum yang disediakan oleh organisasi [PMBOK, 2008]. Alternatif pilihan
jawaban yang disediakan masing-masing mempunyai kriteria sebagai berikut:
Skala Variabel bebas (X) sesuai definisi spesifik dari probabilitas dari PT.XYZ :
1 = Sangat Jarang (<= 10 % Kejadian pada Proyek) ; 2 = Jarang (11 % - 30% Kejadian pada Proyek) ; 3
= Kadang-Kadang (31 - 50 % Kejadian Pada Proyek); 4 = Sering (51% - 70% Kejadian pada Proyek); 5
= Sangat Sering (> 70% Kejadian pada Proyek)
Skala variabel terikat (Y) sesuai definisi spesifik dari dampak dari PT.XYZ :
1 = Sangat Kecil (Terlambat <= 1 minggu) ; 2 = Kecil (Terlambat 1 - 2 minggu); 3 = Sedang (Terlambat
2 - 4 minggu); 4 = Besar (Terlambat 1 - 2 bulan); 5 = Sangat Besar (Terlambat > 2 bulan)
b). Metode pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan :
1. Tahap I, diskusi /wawancara ke pakar tentang variabel-variabel penelitian. Dari masukan para
pakar, didapatkan masukan berupa tambahan variabel atau pengurangan variabel. Pakar di gunakan
disini adalah para pakar yang sudah berpengalaman di bidang proyek menara telekomunikasi
minimal 15 tahun dan berjumlah 5 pakar.
2. Tahap II , penyebaran kuesioner kepada para responden yaitu tim proyek PT. XYZ di regional dan
di kantor pusat. Hasil kuesioner kemudian dianalisa dengan alat bantu program SPPSS dan
didapatkan peringkat faktor-faktor mana saja yang berpengaruh terhadap keterlambatan proyek.
Kemudian dari faktor risiko yang paling signifikan mempengaruhi keterlambatan proyek dibuatkan
langkah penanganan/mitigasi yang didapatkan dari penelitian sebelumnya yang relevan.
3. Tahap III , mitigasi yang di dapatkan di tahap III ini divalidasi kembali dengan pakar dengan cara
dilakukan wawancara dengan pakar sehingga mendapatkan masukan untuk mitigasi yang paling
efektif dilakukan.
c). Sumber Data ( Responden)
Responden disini adalah tim proyek dari PT. XYZ yang bertugas di kantor regional maupun kantor
pusat yang menjadi sumber data dengan mengisi kuisioner penelitian.
Adapun total responden terdiri dari 59 orang dengan profil responden sebagai berikut :

Gambar 2. Profil Responden

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor Dan Variabel Risiko Keterlambatan Pembangunan Menara Telekomunikasi

427
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari referensi penelitian sebelumnya, ada 7 faktor dan 30 variabel risiko penyebab keterlambatan
sebuah proyek yang cukup relevan dengan pembangunan konstruksi menara telekomunikasi, faktor dan
variabel risiko ini kemudian didiskusikan dengan pakar atau ahli pada tahapan kuesione I. Terdapat
penolakan terhadap 1 variabel, yaitu variabel X2 Kenaikan harga material (faktor bahan) karena
dianggap tidak menjadi risiko penyebab keterlambatan proyek menara telekomunikasi.
Selain itu dari pakar atau ahli diberikan masukan 2 variabel tambahan yang akan menyebabkan
risiko penyebab keterlambatan proyek menara telekomunikasi yaitu :
 X31 Persyaratan Perijinan Pemerintah Daerah (Faktor Karakteristik Tempat)
 X32 Kualitas manajemen yang buruk dari kontraktor (Faktor Manajerial)
Dengan demikian, total faktor dan variabel yang akan digunakan untuk analisi lebih lanjut berjumlah
7 Faktor dan 31 Variabel.

Tabel 1. Faktor dan Variabel Risiko


Kode
Faktor Variabel Risiko Penelitian Sebelumnya
Var
I. Bahan X1 Pengiriman material yang terlambat ke lokasi [Asmarantaka, 2014]
X2 Kenaikan harga material [Rumimper, dkk., 2015]
X3 Kualitas material yang tidak sesuai [Rumimper dkk., 2015]
X4 Keterlambatan pabrikasi /material khusus [Andi,2003]
X5 Ketidaktepatan waktu pemesanan material [Ismael, 2013]
X6 Kekurangan bahan konstruksi saat pekerjaan [Ismael, 2013]
II. Peralatan X7 Keterlambatan pengiriman alat ke lokasi proyek [Hassan dkk., 2016]
X8 Keterlambatan pemesanan alat [Hartono dkk., 2015]
X9 Kerusakan alat saat pekerjaan berlangsung [Hartono dkk., 2015]
Masalah akses masuk bagi alat berat yang akan
X10 [Hassan dkk., 2016]
digunakan
X11 Produktifitas peralatan yang rendah [Hassan dkk., 2016]
X12 Kegagalan operasional peralatan [Rumimper dkk., 2015]
III. Tenaga Kerja Penempatan tenaga kerja yang kurang
X13 [Ismael, 2013]
berpengalaman di bidangnya
Keterlambatan kedatangan tenaga kerja akibat hari
X14 [Yuliana, 2011]
libur
X15 Kemampuan / skill tenaga kerja yang kurang [Rumimper dkk., 2015]
X16 Produktivitas tenaga kerja yang rendah [Senduk dkk., 2016]
IV. Kondisi
X17 Pengaruh hujan/cuaca pada aktifitas konstruksi [Ramanthan dkk., 2012]
Alam
Adanya keluhan dari warga akibat pelaksanaan
X18 [Senduk dkk., 2016]
V. Karakteristik konstruksi
Tempat X19 Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar [Andi, 2003]
X31 Persyaratan perijinan Pemerintah Daerah Masukan Pakar
VI. Keuangan Adanya keterlambatan pembayaran pada subkon
X20 [Adimata, 2016]
melalui kontraktor utama
X21 Pembayaran oleh pemilik kepada kontraktor [Andi , 2003]
VII. Manajerial Adanya pekerjaan yang haras diperbaiki karena
X22 [Farlianto, 2015]
cacat/tidak sesuai
Jadwal pelaksananaan tidak sesuai yang
X23 [Ismael, 2013]
direncanakan
X24 Sistem pengendalian jadwal yang lemah [Asmarantaka, 2014]
Penyusunan urutan kegiatan pekerjaan (sequence)
X25 [Asmarantaka, 2014]
yang kurang baik
Metode pada pekerjaan heavy lifting dan erection
X26 [Merlina dkk, 2019]
yang kurang tepat
X27 Perubahan desain/detail dalam waktu pelaksanaan [Sulaiman dkk., 2017]
X28 Kesalahan desain [Soemarno,2007]
X29 Kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara [Tjakra & Sangari, 2011]

428
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

pihak yang terlibat dalam proyek


Kurangnya pengawasan terhadap subkontraktor
X30 [Tjakra & Sangari, 2011]
dan supplier
X32 Kualitas manajemen yang buruk dari kontraktor Masukan Pakar

Analisis Risiko
Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dan reliabilitas adalah uji awal yang bertujuan untuk menguji instrument pengumpulan
data yang sudah dilakukan dari 59 responden di kuesioner II. Data yang valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur dalam pengujian validitas suatu
kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden
terhadap informasi dalam kuesioner. Pada penelitian ini menggunakan nilai korelasi diatas 0,4. Nilai
crombachs alpha hasil uji reliabilitas komponen faktor adalah 0,966, yang berarti komponen faktor
dinyatakan reliabel

Tabel 2. Analisis Korelasi


R R
Varia R Varia R
Ekspe Korelasi Ekspek Korelasi
bel hitung bel hitung
ktasi tasi
X1 0.504 0.4 Berkorelasi X18 0.566 0.4 Berkorelasi
X3 0.396 0.4 Tidak Berkorelasi X19 0.42 0.4 Berkorelasi
X4 0.424 0.4 Berkorelasi X31 0.407 0.4 Berkorelasi
X5 0.688 0.4 Berkorelasi X20 0.557 0.4 Berkorelasi
X6 0.433 0.4 Berkorelasi X21 0.394 0.4 Tidak Berkorelasi
X7 0.449 0.4 Berkorelasi X22 0.51 0.4 Berkorelasi
X8 0.5 0.4 Berkorelasi X23 0.529 0.4 Berkorelasi
X9 0.144 0.4 Tidak Berkorelasi X24 0.518 0.4 Berkorelasi
X10 0.148 0.4 Tidak Berkorelasi X18 0.566 0.4 Berkorelasi
X11 0.24 0.4 Tidak Berkorelasi X25 0.467 0.4 Berkorelasi
X12 -0.07 0.4 Tidak Berkorelasi X26 0.315 0.4 Tidak Berkorelasi
X13 0.561 0.4 Berkorelasi X27 0.451 0.4 Berkorelasi
X14 0.412 0.4 Berkorelasi X28 0.338 0.4 Tidak Berkorelasi
X15 0.535 0.4 Berkorelasi X29 0.528 0.4 Berkorelasi
X16 0.566 0.4 Berkorelasi X30 0.54 0.4 Berkorelasi
X17 0.377 0.4 Tidak Berkorelasi X32 0.444 0.4 Berkorelasi

Tabel 3. Uji Reliabilitas


Cronbach's Alpha N of Items
0.966 31

Analisa Regresi
Metode yang digunakan dalam regresi ini adalah dengan regresi metode stepwise, dalam metode ini
semua variabel bebas yang dianalisis akan disaring sehingga mendapatkan variabel bebas yang benar-
benar mampu menjelaskan variabel terikat. Variabel-variabel inilah yang disebut sebagai variabel penentu
(variabel prediktor). Dengan bantuan program SPSS 25, tabel dibawah ini adalah hasil analisis regresi
dengan menggunakan metode stepwise.
Sebelum melakukan analisis regresi, dilakukan terlebih dahulu iterasi-iterasi dengan program SPSS
untuk mendapatkan nilai regresi yang diharapkan (R square, Adj. R square lebih besar dari 0,8). Dari
iterasi yang dilakukan data hasil kuesioner responden di keluarkan sebanyak 17 responden karena
memiliki nilai residu yang besar (residu unstandarized > +/- 1), sehingga data responden yang digunakan
untuk analisa lebih lanjut sebanyak 42 responden

429
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 4 Analisis Regresi Metode Stepwise


Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
1 .806a 0.650 0.641 0.380
b
2 .875 0.765 0.753 0.315
c
3 .890 0.792 0.776 0.300
4 .905d 0.819 0.800 0.284
e
5 .917 0.840 0.818 0.270
6 .928f 0.861 0.837 0.256
a. Predictors: (Constant), X5 b. Predictors: (Constant), X5, X18
c. Predictors: (Constant), X5, X18, X27 d. Predictors: (Constant), X5, X18, X27, X22
e. Predictors: (Constant), X5, X18, X27, X22, X31 f. Predictors: (Constant), X5, X18, X27, X22, X31, X4

Model regresi keenam dikombinasi oleh variabel X5, X18 dan X27, X22, X31 dan X4, nilai R
square yang didapat dari model regresi adalah 0.861. Yang berarti variabel X5, X18 dan X27, X22, X31
dan X4 mampu menjelaskan perubahan Y sebesar 86,1% sedangkan sisanya sebanyak 13,9 % dijelaskan
di luar variabel tersebut, sehingga pada analisis selanjutnya.
Uji Asumsi Persyaratan Analisis Regresi
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear
berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS).

Tabel 5. Hasil Uji Asumsi Syarat Regresi


No Jenis Uji Nilai Syarat Nilai Hitung Kesimpulan
Signifikansi Residual berdistribusi
1 Uji Normalitas Signifikansi = 0,20
>0.,05 normal
Output semua variabel nilai VIF
VIF < 10 Tidak ada multikolinearitas
2 Uji Multikolinearitas < 10, tolerance>0.1
Tolerance > 0,1 antar variabel bebas
Tolerance > 0,1
Nilai signifikan variabel Model regresi tidak
Signifikansi
3 Uji Heteroskedastisitas X5,X18,X27,X22,X31, mengalami
>0.,05
X4 > 0,05 heteroskedastisitas
Asymp Sig
Uji Asymp Sig (2-tailed) Tidak terdapat gejala
4 (2-tailed)
Autokorelasi = 0,649 autokorelasi
> 0,05

Persamaan Regresi
Persamaan Regresi yang terbentuk dari hasil analisis regresi adalah :

Tabel 6. Koefisien Regresi


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 0.422 0.201 2.104 0.043
X5 0.425 0.052 0.680 8.251 0.000
X18 0.393 0.065 0.666 6.017 0.000
6 X27 0.449 0.093 0.560 4.826 0.000
X22 -0.206 0.093 -0.315 -2.210 0.034
X31 -0.169 0.062 -0.256 -2.724 0.010
X4 -0.201 0.089 -0.235 -2.270 0.029

Y = 0,422 + 0,425 X5 + 0,393 X18 + 0,449 X27 – 0,206 X22 – 0.169 X31 – 0,201 X4
Dari analisis diatas, variabel yang menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan menara
telekomunikasi adalah variabel nilai yang mempunyai koefisien positif :
X5 Ketidaktepatan waktu pemesanan material, X18 Adanya keluhan dari warga akibat pelaksanaan
konstruksi, X27 Perubahan desain/detail dalam waktu pelaksanaan
Kemudian dilakukan Uji t dan F, Nilai absolut dari t hitung semuanya > t tabel dan nilai
signifikansi < 0,05 sehingga hipotesis diterima. Nilai probabilitas pada tabel output Anova 0,000, nilai
ini lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis diterima.

430
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Mitigasi Risiko
Langkah penangan/mitigasi dari hasil penelitian sebelumnya yang relevan, kemudian didiskusikan
kembali dengan ahli/pakar dengan cara wawancara untuk mengetahui seberapa efektif mitigasi ini bisa
dilaksanakan atau ada masukan dari ahli/pakar untuk mitigasi risiko ini.
Berikut adalah mitigasi yang mendapatkan penilaian paling tinggi dari ahli/pakar dari sisi efektifitas
dilakukan dilapangan dimana nilai tertinggi untuk skala efektifitas 15 :

Tabel 7. Rekomendasi Mitigasi dari Pakar


Nilai
Variabel Risiko Rekomendasi Mitigasi
Efektifitas
Penjadwalan pemesanan & realisasi pemesanan material yang
X5 Ketidaktepatan waktu matang & koordinasi antar stakeholder agar kesiapan material
14
pemesanan material dapat dikondisikan sesuai keadaan lapangan [Ismiyati, Ranggi,
& Handajani, 2019]
Penggunaan tenaga kerja setempat sepanjang tenaga kerja lokal
X18 Adanya keluhan dari
warga akibat pelaksanaan tersebut memenuhi keahlian, dan pemanfaatan masyarakat 12
konstruksi sekitar / organisasi masyarakat sebagai pemasok bahan yang
diperlukan [Monika & Sakti, 2018]
X27 Perubahan desain / Menggunakan tim pengukuran (konsultan) yang profesional
detail dalam waktu dan sudah terbiasa dengan kondisi medan yang berat untuk 14
pelaksanaan melakukan pengukuran [Norken, Harmayani, & Yuliana, 2019]

KESIMPULAN
Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal seperti dibawah ini :
1) Ada 7 (tujuh) faktor dan 31 (tiga puluh satu) variabel risiko yang dapat menyebabkan keterlambatan
proyek pembangunan menara telekomunikasi dari hasil penelitan sebelumnya yang relevan dan hasil
masukan dari pakar/ahli.
2) Ada 3 variabel risiko yang sangat mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan menara
telekomunikasi yaitu : ketidaktepatan waktu pemesanan material (faktor bahan), adanya keluhan
dari warga akibat pelaksanaan konstruksi (faktor karakteristik tempat), perubahan desain / detail
dalam waktu pelaksanaan (faktor manajerial)
3) Langkah mitigasi hasil penelitan sebelumnya yang relevan, ada yang efektif sesuai validasi pakar
dan dapat dilakukan untuk mengurangi dampak risiko keterlambatan pembangunan menara
telekomunikasi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih dan apresiasi penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu secara
langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan ini :
1) Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil, dosen pembimbing dan para mahasiswa program studi
Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan
2) Para pakar, responden dari PT. XYZ atas kesediaan membantu penelitian ini
3) Panitia Civil Engineering, Environmental, Disaster & Risk Management Symposium 2021

DAFTAR PUSTAKA
Adimata, S., 2016, Analisis Keterlambatan Pembayaran Dalam Proyek Konstruksi di Palangka Raya.
Jurnal Perspektif Arsitektur. No.1,Vol.11, http://ejournal.upr.ac.id/index.php/Pra/ article/ view/396
Asmarantaka, 2014, Analisis Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Proyek Pada Pembangunan
Hotel Batiqa Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. No.3, Vol.2,No 3,
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/view/1284
Andi, 2003, Analisa Keterhambatan Konstruksi, Tugas Akhir, Program Teknik Sipil, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Hassan, H., Mangare, J. B., & Pratasis, P. A, 2016, Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pada Proyek
Konstruksi dan Alternatif Penyelesaiannya, Jurnal Sipil Statik. No.11, Vol.4,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/13796

431
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Ismiyati, Ranggi, S., & Handajani, M, 2019, Penerapan Manajemen Resiko Pada Pembangunan Proyek
Perpanjangan Dermaga log. Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol.25,
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkts/article/view/19467
Ismael, I. (2013). Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan
Pencegahannya. Jurnal Momentum No 1, Vol.14, https://ejournal.itp.ac.id/index.php/
momentum/article/view/25
Merlina Ayu Apriliyani dan Mawardi Amin, 2019, Analisis Keterlambatan Berbasis Manajemen Risiko
Pada Proyek Warehouse Lazada Tahap 2, Rekayasa Sipil, No.2, Vol. 8,
http://dx.doi.org/10.22441/jrs.2019.V08.i2.02
Monika, R., & Sakti, W. I. , 2018, Persepsi Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Proyek Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan Vol.2,
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmistki/article/view/1434
Norken, I., Harmayani, K., & Yuliana, N., 2019, Manajemen Risiko Tahap Konstruksi Pekerjaan
Peningkatan Jaringan Irigasi Das (Daerah Aliran Sungai) Tukad Sungi Di Kabupaten Tabanan.
Jurnal Spektran, No.1 Vol.7 https://ojs.unud.ac.id/index.php/ jsn/article/view/47467
Project Management Institute, 2008, A Guide To The Project Management Body Of Knowledge
(PMBOK) 6th Edition. Project Management Institute, Inc, Newton Square
Rumimper, R. R., Sompie, B. F., dan Sumajouw, M. D., 2015, Analisis Resiko Pada Proyek Konstruksi
Perumahan di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Media Engineering. No 2 Vol.5,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jime/article/view/9966
Ramanthan, C., Narayanan, S., dan Idrus, A. B., 2012, Construction Delays Causing Risk on Time and
Cost. Australian Journal of Construction Economics and Building.,
https://www.researchgate.net/publication/277201325_Construction_delays_causing_risks_on_time_
and_cost_-_A_critical_review
Sugiyono. 2005, Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung
Senduk, N., Willar, D., & Manoppo, F. J., 2016, Pemodelan Pengelolaan Risiko Proyek Pada Perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi Skala Kecil (Studi Kasus Kontraktor di Manado). Jurnal Ilmiah Media
Engineering, No.2, Vol.6, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php /jime/article/view/12844
Yuliana, C., 2011, Manajemen Risiko Kontrak Untuk Proyek Konstruksi. Jurnal Rekayasa Sipil
Universitas Brawijaya. No.1, Vol 11, https://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php /rs/article/view/399

432
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR & VARIABEL PENGARUH SISTEM


KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DALAM
MENINGKATKAN KINERJA OPERASIONAL PADA BANGUNAN MRT
JAKARTA

San Fransisco Saragih 1, Manlian A. Ronald Simanjuntak2


1
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi
2
Guru Besar Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi
Email : sanfransisco0202@gmail.com

Abstrak
Bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian material dan juga menyebabkan korban jiwa bagi
pengguna bangunan gedung, oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pencegahan bahaya kebakaran
untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kebakaran secara khusus kebakaran yang terjadi
pada bangunan bawah tanah yang memiliki keunikan resiko yang dapat terjadi setiap waktu. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor dan variabel penting sistem keselamatan kebakaran
pada bangunan MRT Jakarta kemudian melakukan analisis pengaruh sistem keselamatan terhadap
bahaya kebakaran dalam meningkatkan kinerja operasional bangunan MRT Jakarta. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini berupa, metode kualitatif dan kualitatif untuk mengetahui penerapan
sistem keselamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan MRT Jakarta. Penelitian ini
menghasilkan identifikasi sejumlah faktor-faktor dan variabel-variabel sistem keselamatan terhadap
bahaya kebakaran dan juga menguraikan hasil analisis data guna mendapatkan varibel apa saja yang
mempengaruhi kinerja operasional bangunan MRT Jakarta.

Kata kunci: kinerja operasional, sistem keselamatan, MRT Jakarta

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Salah satu unsur penting dalam pembangunan infrastuktur ialah unsur pemeliharaan dan
perlindungan hasil pembangunan terhadap bencana atau gangguan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuan operasional hasil pembangunan insfratuktur itu sendiri. Bahaya kebakaran adalah salah satu
gangguan pada bangunan yang dapat menimbulkan kerugian material dan juga menyebabkan korban jiwa
oleh sebab itu dipelukan suatu sistem pencegahan bahaya kebakaran untuk mengurangi kerugian yang
disebabkan oleh kebakaran. Kebakaran sangat sulit untuk dikendalikan sehingga diperlukan suatu solusi
dalam pengecegahan maupun penanggulangan kebakaran yang efektif dan terpadu menjadi studi dalam
penelitian ini.
UU No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung menyatakan bahwa untuk mewujudkan bangunan
gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya, harus menjamin keandalan bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah
sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran (Permen
PU No. 26 tahun 2008). Sistem proteksi kebakaran perlu dilihat kesesuaiannya dengan ketentuan yang
berlaku antara lain : Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan dan National Fire Protection Association (NFPA)
baik itu NFPA 101 tentang Life Safety Code maupun NFPA 130 yang berkaitan dengan standar sistem
kebakaran dan penilaian risiko pada bangunan bawah tanah untuk kereta. Tujuan dari penelitian ini adalah
:
1) Mengkaji faktor dan variabel sistem keselamatan kebakaran pada bangunan MRT Jakarta.
2) Mengkaji pengaruh sistem keselamatan terhadap kebakaran dalam meningkatkan kinerja
operasional bangunan MRT Jakarta.

433
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Studi Pustaka
Manajemen Resiko
Menurut PMBOK (2017), Manajemen risiko proyek mencakup tahap perencanaan manajemen
risiko, identifikasi, analisis, perencanaan respon risiko, pelaksanaan respon risiko serta pemantauan
risiko pada suatu proyek. Tujuannya guna peningkatan probabilitas dan/atau dampak risiko positif dan
berkurangnya probabilitas dan/atau dampak risiko negatif, dalam rangka pengoptimalan peluang
keberhasilan suatu proyek
Sistem Keselamatan Terhadap Bahaya Kebakaran
Menurut Suma’mur (1981), pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan keseluruhan
tindakan yang memiliki hubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran serta
mencakup perlindungan jiwa dan keselamatan manusia dan harta kekayaan. Dalam pencegahan,
menekankan pada upaya memindahkan maupun meminimalkan kebakaran yang bisa. Penanggulangan
menekankan pada langkah-langkah saat kebakaran, supaya korban seminimal mungkin.
Secara umum terdapat 4 faktor sistem keselamatan terhadap bahaya kebakaran di bangunan MRT
Jakarta, yakni:
1. Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi pasif kebakaran merupakan sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau
terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisah bangunan berdasarkan tingkat ketahanan api, serta perlindungan
terhadap bukaan (Permen PU No. 26 Tahun 2008). Menurut Manlian Ronald. A (2000),
Sistem proteksi pasif merupakan komponen dalam sistem keselamatan kebakaran yang
memberikan kontribusi yag cukup besar terhadap keandalan bangunan dalam upaya mencegah
terjadinya bahaya kebakaran. Komponen sistem proteksi pasif merupakan : Bahan bangunan tahan
api, arsitektonis bangunan dan proteksi kebakaran struktural.
2. Sistem Proteksi Aktif
Sistem Proteksi Aktif ialah perlindungan jika terjadi kebakaran dari sarana aktif yang ada di
bangunan ataupun suatu sistem pelindung untuk menangani kebakaran/api secara langsung. Sistem
Proteksi Aktif terdiri dari : sistem deteksi, sistem sprinkler, sistem hydran, APAR dan sistem
pengendalian asap
3. Fire Safety Management
Menurut Soehatman Ramli (2010), mengelola bahaya kebakaran harus dilakukan secara terus
menerus selama gedung masih beroperasional. Manajemen kebakaran dilaksanakan dalam 3 tahapan
yang dimulai dari pencegahan, penanggulangan kebakaran dan rehabilitasinya. Pencegahan
dilakukan sebelum kebakaran terjadi (pra kebakaran), penanggulangan dilakukan saat terjadi
kebakaran dan rehabilitasi dilakukan pasca terjadai kebakaran. Bahaya kebakaran juga harus
dikelola dengan baik dan terencana dengan menerapkan sistem menejemeb kebakaran yang baik.
Manajemen kebakaran berperan untuk memastikan keselamatan secara preventif dan juga
memastikan agar semua persyaratan atau kondisi fasilitas bangunan untuk evakuasi tetap terpelihara.
Manajemen keselamatan kebakaran terdiri dari : panduan langkah pencegahan kebakaran,
pemantauan terhadap panduan, pemeliharaan fasilitas proteksi kebakaran; pelatihan penghuni,
latihan kebakaran dan rencana darurat.
4. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan dalam keadaan darurat pada banguan MRT harus dapat
menghubungkan antara pusat kontrol operasi dan pos komando, dimana pos komando yang bertugas
mengendalikan, mengawasi dan mengkoordinasikan personal dan peralatan dalam meangani keadaan
darurat. Adapun sistem komunikasi yang dimaksut menurut NFPA 130 antara lain : komunikasi
Radio, komunikasi telepon dan Public Announcement System.
Kinerja Operasional Bangunan
Kinerja erat hubungannya dengan pencapaian tujuan namun dalam arti luas kinerja juga dapat dilihat
dari proses selama pekerjaan berlangsung. Kinerja bangunan dapat diukur dengan pencapaian biaya, mutu
dan waktu dengan merencanakan secara cermat, teliti dan terpadu seluruh alokasi sumber daya manusia,
peralatan, material dan biaya disesuaikan dengan kebutuhan (Manlian R & Skarlet, 2014)

434
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Menurut Dipohusudo (1996), proses pengendalian kinerja secara umum terdiri dari tiga langkah :
1. Menetapkan standart kerja. Standart ini berupa biaya yang dianggarkan dan jadwal
2. Mengukur kinerja terhadap standar dengan cara membandingkan antara kinerja aktual dengan
standar kinerja. Hasil pekerjaan dan pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan dengan jadwal dan
biaya yang telah direncanakan.
3. Melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan
Menurut Manlian R & Skarlet (2014), operasional bangunan merupakan hasil hasil dari proses kerja
yang digunakan untuk menggambarkan atau menetapkan variabel, syarat atau sasaran dalam terminologi
proses yang dibutuhkan keberadaan durasi dan jumlahnya. Kegiatan operasional didasarkan pada suatu
konsep mendaya-gunakan sistem yang telah ada apak berbentuk gedung, pabrik ataupun faslititas yang
lain secara terus menerus. Dengan demikian sebuah gedung dibangun melalui proses kontruksi kemudian
masuk pada tahap penggunaan gedung (operasional). Tahap operasional bangunan terdiri dari aspek
teknis dan aspek administratif yang bertujuan untuk mempertahankan dan memulihkan fungsi bangunan
sesuai dengan yang telah direncanakan. Aspek teknis adalah arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal.
Sedangkan aspek administratif adalah perijinan-perijinan bangunan yang menyatakan sebuah bangunan
dapat dibangun atau laik untuk dioperasikan.

METODOLOGI PENELITIAN
Proses Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan dengan melakukan studi literatur dari standar dan penelitian
sebelumnya. Dari studi tersebut akan diperoleh variabel - variabel sistem keselamatan terhadap bahaya
kebakaran pada bangunan MRT Jakarta. Kemudian dilakukan analisis pendapat pakar, setelah dilakukan
analisis pendapat pakar dilanjutkan responden ke Dinas Damkar DKI Jakarta dibidang perencanaan dan
pencegahan kebakaran, dengan jumlah responden sebanyak 44 responden sebagai analisis kuantitatif
dengan memberikan nilai probabilitas terjadinya risiko kebakaran pada bangunan MRT Jakarta.
Selanjutnta dilakukan analisis data dengan menggunakan SPSS dengan tahapan : uji validitas, uji
reabilitas, analisis korelasi, analisis interkorelasi, analisis faktor, analisis linier berganda dan uji model
(nilai adjusted R2, t, F dan Durbin Watson).

Latar Belakang
(Identifikasi masalah yang diteliti) Kesimpulan

Latar Belakang Analisis Data


(Identifikasi masalah yang diteliti)

Perumusan Masalah Data Sekunder Data Primer


 Literatur/Studi  Validasi Pakar
Pustaka  Kuisioner
Tujuan Penelitian

Studi Literatur Pengumpulan Data

Gambar 1. Proses Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor dan Variabel
Berdasarkan studi literatur dan sudah di validasi pakar makan ditemukan 4 faktor dan 51 variabel
sistem keselamatan terhadap bahaya yang ada pada bangunan MRT Jakarta.

435
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1 Faktor dan Variabel Sistem keselamatan terhadap bahaya kebakaran


Faktor Kode Variabel Pustaka
X1 Desain kapasitas peron 5
X5 Sifat bahan tahan api pada Pintu Evakuasi 6
X7 Letak Titik Kumpul (Assembly Point) 6
X9 Kompertemen pada ruang kendali listrik 5
X10 Kompertemen pada ruang kendali kereta 5
X11 Kompertemen pada ruang ruang daya cadangan 5
X12 Fire Shutter pada area publik 5
X13 Fire Stopping pada shaft kabel dan shaft pipa 7
X14 Sifat bahan tahan api pada tunnel segment 5
Proteksi Pasif
X15 Sifat bahan tahan api pada pengikat rel 5
X16 Sifat bahan tahan api pada elemen struktur kolom 5
X17 Sifat bahan tahan api pada elemen Struktur Balok 5
X18 Sifat bahan tahan api pada elemen Struktur Lantai 5
X19 Sifat bahan tahan api pada Struktur Dinding 5
X20 Sifat bahan tahan api pada Ruang Loket Informasi 5
X21 Sifat bahan tahan api pada Plafond 5
X22 Sifat bahan tahan api pada Interior 5
X23 Sifat bahan tahan api pada Sistem Pengkabelan 5
X24 Heat Detector 10
X25 Smoke Detector 10
X26 Sound Evakuasi 5
X28 Fire Hydrant System 11
X29 Standpipe Installations 5
X30 Emergency Ventilation 5
X31 Emergency Lighting 5
X35 Pintu Tepi Peron/Platform Screen Door 5
X36 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) 7
Proteksi Aktif
X37 Tangki Persediaan air kebakaran 12
X38 Pompa Pacu/Jockey Pump 12
X39 Pompa Utama/Electrical Pump 12
X40 Pompa Cadangan/Diesel Pump 12
X41 Siamese Conection 11
X42 Emergency power 5
X43 Operation Control Centre (OCC) 5
X44 Sistem Proteksi Petir 7
X45 Grounding System 5
X46 Emergency Procedures 5
X47 Emergency Managemet 5
X48 Inspection and Maintenance 3
X49 Fire Safety Audit 17
X50 Emergency Response Team 3
X51 Pelatihan Pemadaman Kebakaran 3
Fire Safety Management
X52 Fire Drills 3
X53 Fire Command Center 7
X54 Tanda bahaya kebakaran 3
X55 Tanda Exit/Sarana Keluar 13
X56 Kerjasama Antar Sektoral 5
X57 Rekaman (laporan atau rekaman komunikasi ) 7
X58 Komunikasi Radio 5
Sistem Komunukasi X59 Komunikasi Telepon 5
X61 Public Announcement System 5

436
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Analisis Data
Uji validitas
Uji validitas dilakukan dengan menentukan t tabel terlebih dahulu yang diperoleh dengan
mengetahui jumlah responden yang digunakan, jumlah responden dalam penelitian ini yaitu N = 44
dengan nilai signifikansi yang ditetapkan sebesar 5 %. Dari tabel didapatkan nilai r tabel dengan N = 44
adalah 0,297. Dari 51 variabel yang dilakukan uji validitas melalui program SPSS, dengan
dibandingkannya r hitung > r tabel, uji validitas menghasilkan 50 (lima puluh) variabel yang lolos uji,
yaitu variabel yang memiliki nilai r tabel > 0,297. Sedangkan X20 tidak lolos uji validitas karena r
hitung < r tabel (0,227 < 0,297).
Uji Realibilitas
Kriteria suatu instrumen pada penelitian ini dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach bila koefisien reliabilitas r > 0,9. Dari hasil pengolahan data statistik nilai Cronbach’s Alpha
hasil uji reabilitas adalah 0,964 artinya sesuai dengan instrumen penelitian yang digunakan dinyatakan
reliabel (konsisten) katena r = 0.964 > 0,9.
3.2.3 Uji Korelasi
Uji korelasi merupakan analisis untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas
(independent variabel) dengan variabel terikat (dependent variable). Kekuatan hubungan kedua variabel
untuk mendapatkan variabel yang dianggap paling berpengaruh. Dengan persyaratan kelulusan uji
korelasi adalah nilai r > 0,4 maka dari 50 variabel yang lolos uji validitas kemudian dilakukan uji
korelasi. Hasil analisis statistik uji korelasi maka terdapat 24 variabel yang lolos uji korelasi dengan nilai
r > 0,4.

Tabel 2. Hasil Uji Korelasi


Faktor Kode Variabel Nilai r
X9 Kompertemen pada ruang kendali listrik 0,427
X10 Kompertemen pada ruang kendali kereta 0,45
X11 Kompertemen pada ruang ruang daya cadangan 0,466
Faktor Proteksi Pasif
X12 Fire Shutter pada area publik 0,408
X14 Sifat bahan tahan api pada tunnel segment 0,45
X21 Sifat bahan tahan api pada Plafond 0,471
X24 Heat Detector 0,431
X26 Sound Evakuasi 0,447
X28 Fire Hydrant System 0,642
X29 Standpipe Installations 0,421
Faktor Proteksi Aktif X30 Emergency Ventilation 0,498
X31 Emergency Lighting 0,589
X36 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) 0,421
X37 Tangki Persediaan air kebakaran 0,482
X40 Pompa Cadangan/Diesel Pump 0,445
X50 Emergency Response Team 0,444
X51 Pelatihan Pemadaman Kebakaran 0,598
Fire Safety X52 Fire Drills 0,408
Management X53 Fire Command Center 0,617
X54 Tanda bahaya kebakaran 0,413
X55 Tanda Exit/Sarana Keluar 0,571
X57 Rekaman (tertulis atau rekaman komunikasi ) 0,501
Sistem Komunikasi X59 Komunikasi Telepon 0,713
X61 Public Announcement System 0,602

437
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Analisis Faktor
Pengujian dilakukan dengan cara menganalisis seluruh variabel, untuk mendapatkan nilai KMO dan
Barlett’s Test. Persayaratan lulus uji menurut Anwar Hidayat (2014), persyaratan lulus uji yaitu nilai
KMOnya dan Barlett’s Test > 0,5 dan signifikansi < 0,5. Hasil pengolahan data menghasilkan nilai KMO
yaitu 0,672, nilai signifikansi 0,000. Maka hasil pengolahan data statistik KMO dan Barlett’s Test dapat
diterima.
Uji Regresi Linier Berganda
Analisi regresi berganda adalah analisis yang menjelaskan hubungan atau penagruh antara variabel
terikat dengan variabel bebas. Dengan Uji regresi linier berganda, kekuatan hubungan anatara variabel
dapat diketahui. Pada tahapan ini variabel secara keseluruhan dikatakan valid dalam menjelaskan faktor-
faktor pembentuknya, kemudian dianalisis guna memperoleh sebuah model regresi. Metode yang
digunakan adalah metode stepwise, dengan SPSS. Hasil uji regresi diperoleh lima variabel bebas pada
tabel 3 yang teridentifikasi sebagai variabel penentu :

Tabel 3. Hasil Uji Regresi


Adjusted R Durbin-
Model Variabel R R Square Square Watson
1 X59 .713a 0,509 0,497
2 X28 .802b 0,643 0,626
3 X53 .859c 0,738 0,718
4 X55 .880d 0,775 0,752
5 X57 .912e 0,833 0,811 1,851

Berdasarkan tabel 3 analisis regresi terbentuk 1 model regresi yang dibentuk dari lima variabel,
yaitu : X59, X28, X53, X55 dan X57. Hasil analisisnya memperlihatkan :
1) Variabel pembentuk model, kombinasi variabel X59, nilai R squarenya 0.509 menunjukkan bahwa
variabel X59 (komunikasi telepon) dalam variabel pembentuk model pertama memberi kontribusi
perubahan terhadap Y dengan hasil 50,9 %.
2) Variabel pembentuk model, kombinasi variabel X59 dan X28, nilai R squarenya 0,643. Selisih dari
nilai R square pertama dan kedua yaitu 0,134. Dengan demikian, X 28 (fire hydran system) dalam
pembentuk variabel model kedua memberi kontribusi sebanyak 13,4 % terhadap perubahan Y.
3) Variabel pembentuk model, kombinasi variabel X59, X28 dan X 53 nilai R squarenya 0,738. Selisih
dari nilai R square kedua dan ketiga yaitu 0,095. Dengan demikian, X 53 (pusat komando kebakaran)
dalam pembentuk variabel model ketiga memberi kontribusi sebanyak 9,5 % terhadap perubahan Y.
4) Variabel pembentuk model, kombinasi variabel X59, X28, X53 dan X55 nilai R squarenya 0,775.
Selisih dari nilai R square ketiga dan keempat yaitu 0,037. Dengan demikian, X 55 (tanda exit)
dalam pembentuk variabel model keempat memberi kontribusi sebanyak 3,7 % terhadap perubahan
Y.
5) Variabel pembentuk model, kombinasi variabel X59, X28, X53, X55 dan X57 nilai R squarenya
0,833. Selisih dari nilai R square model dan keempat yaitu 0,058. Dengan demikian, X 57 (rekaman)
dalam pembentuk variabel model kelima memberi kontribusi sebanyak 5,8 % terhadap perubahan Y.
Cofficient of Determination Test atau R2 Test
Nilai R2 atau R Square dapat dilihat dari tabel 4 yaitu sebesar 0,833. Hal ini menjelaskan bahwa
83,3% variabel Y mampu dijelaskan oleh perubahan variabel X59, X28, X53, X55 dan X57. Sisanya 16,7
% dijelaskan oleh faktor diluar model. Maka dapat disimpulkan bahwa pembentuk model memiliki
kontribusi yang signifikan terhadap kinerja operasional bangunan MRT.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan melalui uji Durbin Watson, nilai Durbin Watson yang dihasilkan dari uji
autokorelasi akan dibandingkan dengan nilai dU dan dL pada tabel Durbin Watson. Untuk sampel
berukuran 44 (N=44) dengan jumlah variabel bebas 5 (k=5) didapat nilai dU tabel yaitu 1,7777 dan nilai

438
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dL tabel yaitu 1,2769. Nilai (5 - dW) = (5 – 1,851) = 3,149. Hasil pengujian menyimpulkan tidak ada
autokorelasi, dimana dW > dU, 1,851 > 1,7777, maka data tidak memiliki autokorelasi positif dan (5 –
dW) > dU (3,149 > 1,777, maka data tidak memiliki autokorelasi negatif.
Penetuan Model Statistik
Dari berbagai uji yang telah dilakukan bahwa model dapat diterima dalam menjelaskan pengaruh
sistem keselamatan terhadap bahaya kebakaran dalam meningkatkan kinerja operasional dengan
persamaan model regresi sebagai berikut :

Y = 0.545 + 0,294X28 + 0,259X53 + 0,429X55 – 291X57 + 0,217X59

Dari model tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisien variabel bebas X28, X53, X55, X59 bernilai
positif artinya jika apabila variabel bebas X 28 (fire hydran system), X 53 (pusat kendali kebakaran), X 55
(tanda exit), X59 (komunikasi telepon) kinerjanya baik/meningkat maka kinerja operasinal bangunan
MRT Jakarta juga akan meningkat. Pada model juga menjelaskan bahwa terdapat variabel bebas X57
yang bernilai negatif artinya jika variabel bebas X57 (rekaman/dokumentasi) mengalami kenaikan maka
sebaliknya akan berpengaruh negatif terhadap kinerja operasional bangunan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari studi literatur yang dilakukan diperoleh empat faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
operasional pada bangunan MRT Jakarta, yaitu : sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif, fire
safety management dan sistem komunikasi dan masing-masing faktor memiliki variabel dengan
jumlah variabel sebanyak 51 variabel.
2. Dari hasil analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh sistem keselamatan terhadap bahaya
kebakaran dalam meningkatkan kinerja operasional bangunan MRT Jakarta maka terdapat lima
variabel pembentuk model yang sangat signifikan mempengaruhi variabel kinerja opersioanal
bangunan. Adapun variabel tersebut adalah : X59 (komunikasi telepon), X28 (fire system hydran),
X53 fire command centre), X55 (tanda exit) dan X57 (rekaman/dokumentasi). Nilai R square
adalah 0,833 menunjukkan bahwa 83,3% perubahan variabel Y dapat dijelaskan oleh perubahan
pada variabel X28, X59, X 55, X57 dan X53. Sedangkan sisanya 16,7 % dijelaskan oleh faktor lain
diluar model.
3. Sistem keselamatan terhadap bahaya kebakaran memiliki korelasi positif terhadap peningkatan
kinerja operasional bangunan MRT Jakarta. Hali ini dapat dibuktikan dengan model regresi yang
dihasilkan dari uji statistik, yaitu :
Y = 0.545 + 0,294X28 + 0,259X53 + 0,429X55 – 291X57 + 0,217X59
Bahwa terjadi hubungan yang linier dengan menghasilkan empat variabel penentu dalam
meningkatkan kinerja operasional bangunan MRT Jakarta. Variabel tersebut merupakan aspek-
aspek dari sistem keselamatan terhadap bahaya kebakaran, yaitu :
X59 Komunikasi Telepon
X28 Fire System Hydran
X53 Fire Command Centre
X55 Tanda Exit

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Hidayat (2014), Penjelasan dan Interpretasi Analisis Faktors
Dipohusodo, Istimawan, 1996. Manajemen Proyek, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Manlian Ronald. A. 2000. “Pengaruh Fire Safety Design Terhadap Kehandalan Bangunan Dalam
Mencegah Terjadinya Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Tinggi Perkantoran Di DKI Jakarta.”
Univeritas Indonesia.

439
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Manlian Ronal, A Simanjuntak, Skarlet Sinta Suawa, 2014, Analisis Sistem Manajemen Mutu dan
Pengaruhnya Dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan Gedung Tinggi Perkantoran di
Jakarta Barat
NFPA 130, Standard for Fixed Guideway Transit and Passenger Rail Systems.
NFPA 101, Life Safety Code.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008, Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
PMBOK GUIDE, 2017, PMBOK GUIDE. Edited by Alin Veronika. 6th ed. Jakarta: PMI Indonesia
Chapter
SNI 03-1745-2000, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
SNI 03-3985-2000, Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm
kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
SNI 03-1745-2000, Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
SNI 03-3989-2000, Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung . Badan Standart Nasional.
SNI 03-6574-200, Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan
Bahaya pada Bangunan Gedung.
Singgih Santoso, 2005, Menguasai Statistik Di Era Informasi Dengan SPSS 12. PT.Elex Media
Komputindo
Soehatman Ramli, 2010, Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Edited by Husjain Djajaningrat, 2010
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. CV Haji Masagung.
Suprapto. 1997. “Fire Inspection And Safety Audit.”
Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

440
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENGARUH PERUBAHAN NOMENKLATUR SATUNAN KERJA TERHADAP


KINERJA PROFESIONALISME KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
(STUDI KASUS PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI LOKASI
PROVINSI SUMATERA UTARA)

Novi Anggoro Andriyanto1*,


1,2
(Program Profesi Insinyur RPL), Universitas Katolik Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur Sel. IV No.1, Bendan Duwur, Kec. Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah 50234
*
Email: aang_pantry77@yahoo.co.id

Abstrak
Perubahan nomenklatur yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia (PUPR) Nomor 1080/KPTS/M/2020 tanggal 19 Juni 2020 tentang Pemberhentian
dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Administrator di Kementerian PUPR, telah menetapkan 19
lokasi Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan ini tentunya
memberikan dampak secara langsung pada kinerja Konsultan Manajemen Konstruksi maupun
Kontraktor Pelaksana yang berperan sebagai pelaksana kebijakan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan nomenklatur yang dilakukan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia yang telah menetapkan 19 lokasi Balai
Pelaksana Penyediaan Perumahan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera
Utara. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kuantitati.
Hasil dari penelitian ini bahwa pengaruh Perubahan Nomenklatur Satunan Kerja Terhadap Kinerja
Profesionalisme Konsultan Manajemen Konstruksi secara umum tidak signifikan dikarenakan Konsultan
Manajemen Konstruksi tetap bekerja secara profesional sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Kata kunci: Nomenklatur Satuan Kerja, Pengaruh Perubahan, Profesionalisme Konsultan Manajemen
Konstruksi, Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar belakang penulis mengangkat judul ini sebagai bahan untuk penelitian adalah didasari karena
dengan adanya perubahan nomenklatur Satuan Kerja yang terjadi di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kemudian kontrak Konsultan Manajemen Kontruksi harus
dilakukan adenddum Perubahan Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Wilayah I, Satuan Kerja
Pengembangan Perumahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Susun dan Rumah Khusus,
Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara, dan dengan terjadinya addendum
perubahan Pejabat Pembuat Komitmen yang berkantor di Kota Medan mereka juga menginstruksikan
Konsultan Manajemen Kontruksi agar bersedia berkantor di Kota Medan juga. Sedangkan sebelumnya
Berdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor PR.02.01-Mn/1669 tanggal
09 September 2020 perihal Persetujuan Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) pada Kegiatan
Rumah Susun dan Rumah Khusus Direktorat Jenderal Perumahan. berdasarkan surat tersebut Konsultan
Manajemen Kontruksi sudah melakukan addendum perubahan / CCO (Contract Change Order) agar nilai
kontrak yang awalnya bersifat kontrak tahun tunggal hanya 8 bulan (Single Year Contract) berubah
menjadi kontrak tahun jamak 16 bulan (Multi Years Contract). Addendum perubahan / CCO (Contract
Change Order) yang dilakukan yaitu dengan cara mengurangi beberapa personil agar nilai kontrak yang
ada dapat cukup untuk pengendalian dan superivsi seluruh lokasi yang berubah menjadi kontrak tahun
jamak 16 bulan. Dan dengan adanya perubahan nomenklatur satuan kerja Konsultan Manajemen
Kontruksi harus melakukan addendum pengurangan personil kembali untuk menyesuaikan kebutuhan
sewa kantor dengan nilai kontrak yang tetap / tidak ada tambahan anggaran.
Penelitian ini dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efek dan pengaruh
perubahan nomenklatur yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) berdasarkan Surat Keputusan Menteri PUPR Nomor : 1080/KPTS/M/2020 tanggal 19 Juni 2020

441
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Administrator di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yang telah menetapkan 19 lokasi Balai Pelaksana
Penyediaan Perumahan di seluruh wilayah Indonesia. Tentunya perubahan nomenklatur tersebut sangat
berpengaruh terhadap kinerja Konsultan Manajemen Konstruksi maupun Kontraktor Pelaksana di
Wilayah Provinsi Sumatera Utara. Hal ini akan berpengaruh besar dikarenakan Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Kontraktor Pelaksana yang semula berkontrak dengan Satuan Kerja yang berada dibawah
Direkotrat Rumah Susun, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan berubah menjadi berkontrak dengan
Satuan Kerja yang berada di bawah Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan. Bukan hanya perubahan
pejabat-pejabat yang mengalami Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Administrator
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik, namun berpengaruh juga terhadap
dipa pada masing-masing penyedia yang berpindah semula dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) di Jakarta berpindah ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) masing-
masing daerah atau provinsi. Pelaksanaan serah terima tanggung jawab dan dokumen juga membutuhkan
waktu yang tidak singkat, karena rata-rata serah terima tersebut memakan waktu hampir 3 (tiga) bulan
yaitu bulan januari 2021 sampai dengan bulan maret 2021. Transisi ini tidak terlalu sulit penyelesaiannya
jika Konsultan Manajemen Konstruksi dan Kontraktor Pelaksana memiliki sifat kontrak tahun tunggal
(Single Year Contract). Namun kebetulan transisi perubahan nomenklatur Satuan Kerja ini bersamaan
dengan adanya addendum perubahan sifat kontrak yang disebabkan karena pengaruh Pandemi COVID-19
yang terjadi sehingga pemerintah melakukan refocussing program dan anggaran untuk kesehatan, sosial
dan pemulihan ekonomi nasional. Berdasarkan Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Nomor PR.02.01-Mn/1669 tanggal 09 September 2020 perihal Persetujuan Kontrak Tahun
Jamak (Multi Years Contract) pada Kegiatan Rumah Susun dan Rumah Khusus Direktorat Jenderal
Perumahan. Sehingga sifat kontrak yang semula tahun tunggal (Single Year Contract) diaddendum
menjadi tahun jamak (Multi Year Contract) dan untuk alokasi anggaran tahun 2020 semua paket kegiatan
hanya 30% dari nilai pagu masing-masing paket pekerjaan, maka dari itu mayoritas progres fisik lapangan
pada akhir desember 2020 progres yang dicapai sampai pekerjaan struktur, sedangkan untuk estimasi
30% terhadap pagu adalah hanya sampai pekerjaan struktur saja.
Adanyan perubahan nomenklatur Perubahan Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Wilayah I,
Satuan Kerja Pengembangan Perumahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Rumah Susun dan Rumah
Khusus, Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara, ternyata Pejabat Pembuat
Komitmen Rumah Susun dan Rumah Khusus, Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera
Utara sesuai dengan Surat Keputusan Menteri PUPR Nomor : 1080/KPTS/M/2020 tanggal 19 Juni 2020
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Administrator di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mereka masih belum siap dikarenakan beberapa
permasalahan-permasalahan dengan penyebab antara lain :
a) Adanya Addendum perubahan / CCO (Contract Change Order) RAB kontrak Konsultan Manajemen
Kontruksi untuk mengadakan kontrak kantor, dikarenakan anngaran yang tersedia tidak ada
penambahan untuk itu dengan cara mengurangi jumlah personil yang sudah terkontrak;
b) Adanya permasalahan teknis dan non teknis yang penyelesaiannya tidak dapat dilakukan dengan cari
singkat;
c) Adanya perbedaan nama paket pada DIPA anggaran dengan nama paket kegiatan pada dokumen
kontrak sehingga mengakibatkan keterlambatan proses pencairan anggaran;
d) Adanya permasalahan anggaran yang berkurang pada masing-masing paket kegiatan dari nilai
anggaran yang sudah terkontrak pada dokumen kontrak
Berdasar latar belakang diatas maka perlu disusun paper yang memiliki sasaran untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi kegiatan pengendalian dan supervisi di masing-masing lokasi proyek akibat
perubahan nomenklatur Satuan Kerja yang telah di lakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) serta mengetahui institusi manapun yang akan melakukan perubahan
nomenklatur dan memiliki kontraktual dengan pihak ketiga, nantinya dapat mempersiapkan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi akibat adanya perubahan nomenklatur pada nstitusi pada Satuan
Kerja maupun Pejabat Pembuat Komitmen.
Berangkat dari uraian tersebut di atas, rumusan masalah yang telah disusun oleh penulis meliputi
faktor yang mempengaruhi kegiatan pengendalian dan supervisi di masing-masing lokasi proyek yang
berlokasi di sumatera utara akibat perubahan nomenklatur satuan kerja serta manfaat perubahan
nomenklatur bagi institusi yang memiliki kontraktual dengan pihak ketiga.

442
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

METODOLOGI
Metode Pendekatan
Metode pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian
ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini selaras dengan pendapat Arikunto (2016) yang mengemukakan
bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta hasil penelitiannya. Sedangkan
spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni sebuah
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran tertentu yang dibutuhkan.

Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
penelitian kualitatif ini digunakan karena sangat berhubungan dengan manusia dan secara fundamental
bergantung terhadap pengamatan.
Pada penelitian kuantitatif penelitian kuantitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila
dibandingkan dengan penelitian kualitatif. Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa metode penelitian
kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan kongkrit,
teramati, dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa
angka-angka dan mengunakan analisis statistik.
Penulis memandang bahwa penelitian kuantitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian
yang penulis lakukan. Karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk meneliti fokus permasalahan
yang akan penulis teliti secara mendalam.

Lokasi Peneilitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Sumatera Utara. Alasan pengambilan lokasi
penelitian di Sumater Utara adalah:
a) Bertepatan dengan lokasi yang saat ini penulis terlibat dalam kontrak Konsultan Manajemen
Kontruksi;
b) Lokasi yang saat ini menggalami transisi perbuahan nomenklatur Satuan Kerja;
c) Memudahkan penulis untuk mendapatkan data-data sekunder maupun data primer.

Lokasi penelitian yang penulis pilih sebagai lokasi penelitian, antara lain:
(a). Pembangunan Rumah Susun Provinsi Sumatera Utara 1 TA.2020 (RSNPP 20-01), lokasi Pemerintah
Kota Tanjung Balai, Kota Tanjung Balai, dengan Kontraktor Pelaksana PT. Bintang Milenium
Perkasa KSO PT. Martua Jaya Megah;
(b). Pembangunan Rumah Susun Provinsi Sumatera Utara 2 TA.2020 (RSNPP 20-02), lokasi KEK SEI
Mangke, Kab.Simangulun, dengan Kontraktor Pelaksana PT. Bumi Aceh Citra Persada;
(c). Pembangunan Rumah Susun Provinsi Sumatera Utara 3 TA.2020 (RSNPP 20-03), lokasi RSUD
DolokSanggul (KSPN Toba) Kab Humbang Hasundutan, dengan Kontraktor Pelaksana PT.
Robinson Maju Bersama;
(d). Pembangunan Rumah Susun Provinsi Sumatera Utara 4 TA.2020 (RSNPP 20-04), lokasi RSUD
Hadrianus Sinaga, Kabupaten Samosir, dengan Kontraktor Pelaksana PT. Sogos Karya Sabungan.

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu pihak yang dijadikan sumber infomasi dan sasaran yang dapat
memberikan informasi dengan purposive pertalian dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut
penulis mengambil subjek yang dijadikan sampel penelitian antara lain :
(a). Kontraktor Pelaksana PT. Bintang Milenium Perkasa KSO PT. Martua Jaya Megah;
(b). Kontraktor Pelaksana PT. Bumi Aceh Citra Persada;
(c). Kontraktor Pelaksana PT. Robinson Maju Bersama;
(d). Kontraktor Pelaksana PT. Sogos Karya Sabungan.

Metode Pengambilan Sampel


Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel yang disebut sampel acak sederhana
(random sampling). Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), sampel acak sederhana adalah sebuah

443
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

sampel yang diambil dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

Metode Pengumpulan Data


Peneliti ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a). Angket/Kuisioner
Menurut Sarmanu (2017) metode angket adalah metode pengumpulan data menggunakan daftar
pertanyaan atau angket. Metode angket dibedakan menjadi metode angket terbuka dan tertutup.
Metode angket tertutup artinya jawaban pertanyaan dalam angket sudah tersedia, responden tinggal
memilih jawaban daftar pertanyaan yang telah tersedia. Metode angket terbuka, jawaban daftar
pertanyaan tidak tersedia. Pada penelitian ini akan digunakan jenis angket yang bersifat terbuka.
b). Wawancara/ Interview
Teknik wawancara atau interview menurut Eva (2020) merupakan pengambilan informasi atau
penumpulan data melalui wawancara yang dibantu dengan alat perekam seperti voice recorder
maupun dengan catatatn lapangan.
c). Metode Dokumentasi
Dokumen barang yang tertulis. di dalam memakai metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan lain sebagainya.
Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud lisan saja, tetapi dapat
berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan symbol-simbol.
d). Metode kepustakaan
Salah satu langkah penting dalam metode ilmiah adalah melalukan studi kepustakaan. Menurut
Ansori (2020) hal ini diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berkaitan dengan
penelitian yang telah berkembang, mengetahui simpulan dan generalisasi yang telah pernah dibuat,
mencari data sekunder yang akan mendukung penelitian, sehungga situasi yang diperlukan dapat
diperoleh.

Metode Penyajian Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk matriks distribusi dan matriks
silang serta teks naratif.

Metode Analisis Data


Analisis data pada data kuantitatif digunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan
analisis sederhana yang menekankan pada penggunaan metode distribusi frekuensi analisis dan matriks
silang analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor yang mempengaruhi kegiatan pelaksanaan fisik di Sumatera Utara akibat perubahan
nomenklatur satuan kerja dapat disajikan dalam bentuk tabel 1. Hasil penelitian manunjukkan bahwa pada
faktor nomenklatur baru tidak berpengaruh terhadap kinerja profesionalisme konsultan manajemen
konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun di provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan
bahwa terdapat 2 (13,33%) responden menyatakan nomenklatur baru tidak berpengaruh dan kinerja
profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun adalah
rendah; lalu terdapat 3 (20%) responden menyatakan nomenklatur baru tidak berpengaruh dan kinerja
profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun adalah
sedang; dan terdapat 5 (33,33%) nomenklatur baru tidak berpengaruh dan kinerja profesionalisme
konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun adalah tinggi.

444
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi kegiatan pelaksanaan fisik di Sumatera Utara akibat
perubahan nomenklatur satuan kerja
Kinerja Profesionalisme Rendah Sedang Tinggi Total
Nomenklatur Baru F % F % F % F %
Tidak Berpengaruh 2 13,33 3 20 5 33,33 10 66,66
Kadang Berpengaruh 1 6,66 1 6,66 3 20 5 33,33
Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 3 20 4 26,66 8 53,33 15 100
Sumber: Data primer yang telah diolah

Kemudian pada faktor faktor nomenklatur baru kadang berpengaruh terhadap kinerja
profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun di
provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan bahwa terdapat 1 (6,66%) responden menyatakan nomenklatur
baru kadang berpengaruh dan kinerja profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait
pembangunan rumah susun adalah rendah; sebanyak 1 (6,66%) responden menyatakan nomenklatur baru
kadang berpengaruh dan kinerja profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait
pembangunan rumah susun adalah sedang; serta terdapat 3 (20%) responden menyatakan nomenklatur
baru kadang berpengaruh dan kinerja profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait
pembangunan rumah susun adalah tinggi.
Selanjutnya pada faktor nomenklatur baru berpengaruh terhadap kinerja profesionalisme konsultan
manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun di provinsi Sumatera Utara dapat
dijelaskan bahwa tidak terdapat 0 (0%) responden menyatakan nomenklatur baru berpengaruh dan kinerja
profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun adalah
rendah; sebanyak tidak terdapat 0 (0%) responden menyatakan nomenklatur baru berpengaruh dan
kinerja profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun
adalah sedang; serta tidak terdapat 0 (0%) responden menyatakan nomenklatur baru berpengaruh dan
kinerja profesionalisme konsultan manajemen konstruksi khususnya terkait pembangunan rumah susun
adalah tinggi.

KESIMPULAN
Pelaksanaan perubahan nomenklatur Satuan Kerja yang telah di lakukan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dilakukan pada saat Konsultan Manajemen
Kontruksi memiliki sifat kontrak tahun jamak (Multi Year Contract). Terjadinya kontrak tahun jamak
pada Konsultan Manajemen Kontruksi ini terjadi karena adanya pengaruh Pandemi COVID-19 yang
terjadi sehingga pemerintah melakukan refocussing program dan anggaran untuk kesehatan, sosial dan
pemulihan ekonomi nasional. Sehingga strategi Konsultan Manajemen Kontruksi agar dapat melakukan
pengendalian dan supervisi dengan nilai kontrak yang ada dari yang semula kontrak tahun tunggal hanya
8 bulan (Single Year Contract) berubah menjadi kontrak tahun jamak 16 bulan (Multi Years Contract)
dilakukan addedndum dengan mengurangi jumlah personil yang ada di dalam kontrak.
Kesimpulan dari penulis Pengaruh Perubahan Nomenklatur Satunan Kerja Terhadap Kinerja
Profesionalisme Konsultan Manajemen Konstruksi secara umum tidak signifikan dikarenakan Konsultan
Manajemen Konstruksi tetap bekerja secara profesional sesuai dengan tugas dan tanggunh jawabnya.
Hanya saja yang terkena pengaruh akibat perubahan nomenklatur Satunan Kerja adalah jumlah personil
yang demi untuk dapat melakukan pengendalian dan supervisi dari awal kontrak hingga Kontraktor
Pelaksana melakukan serah terima pertama pekerjaan (PHO) harus dilakukan pengurangan sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran yang tersedia.

SARAN
Beberapa hal yang dapat penulis simpulkan yaitu, perubahan nomenklatur ini sebaiknya dilakukan
pada saat Konsultan Manajemen Kontruksi memiliki sifat kontrak tahun tunggal (Single Year Contract)
dan jangan dilakukan pada saat Konsultan Manajemen Kontruksi memiliki sifat kontrak tahun jamak

445
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

(Multi Year Contract). Hal ini dilakukan untuk menghindari agar pada saat transisi perubahan
nomenkaltur satuan kerja tidak memiliki masalah-masalah antara lain :
a) Tidak perlu melakukan Addendum perubahan / CCO (Contract Change Order) RAB kontrak
Konsultan Manajemen Kontruksi untuk mengadakan kontrak kantor, dan tidak perlu mengurangi
jumlah personil yang sudah terkontrak;
b) Tidak ada permasalahan teknis dan non teknis yang penyelaiannya cukup lama;
c) Tidak terjadi perbedaan nama paket pada DIPA anggaran dengan nama paket kegiatan pada
dokumen kontrak sehingga mengakibatkan keterlambatan proses pencairan anggaran;
d) Tidak terjadi permasalahan anggaran yang berkurang pada masing-masing paket kegiatan dari nilai
anggaran yang sudah terkontrak pada dokumen kontrak.

DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Muslich., 2020, Metodologi Penelitian Kuantitatif, cetakan pertama, Airlangga University Press,
Surabaya.
Eva, 2020, Metode dan Riset Desain Komunikasi Visual DKV, CV. Budi Utama, Yogyakarta.
Sarmanu, 2017, Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Statistika, cetakan pertama,
Airlangga Universitas Press, Surabaya.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi., 1995, Metode Penelitian Survei, PT. Pustaka LP3ES Indonesia,
Jakarta.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

446
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENJADWALAN WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG


MENGGUNAKAN METODE CPM DI FLORES TIMUR

Natalia Dwidamayanti Irawan 1*, Sely Novita Sari 2, Anggi Hermawan 3


1,2,3
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITNY
Jln. Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman, DIY
*
Email: 1antikairawan1912@gmail.com, 2Sely.novita@itny.ac.id, 3anggi@itny.ac.id

Abstrak
Penjadwalan pelaksanaan proyek merupakan salah satu bagian dari perencanaan proyek. Penjadwalan
adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing – masing pekerjaan dalam
rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan
keterbatasan – keterbatasan yang ada. Keberhasilan ataupun kegagalan dari pelaksanaan proyek sering
kali disebabkan kurang terencananya kegiatan proyek serta pengendalian yang kurang efektif. Critical
Path Method (CPM) atau metode lintasan kritis merupakan salah satu metode penjadwalan yang
berorientasi dalam menentukan posisi waktu yang paling optimal serta memprediksi konsekuensi
finansial jika penyelesaian proyek tertunda atau dipercepat. Metode lintasan kritis memperlihatkan
secara grafis pekerjaan – pekerjaan mana yang dianggap kritis dan merupakan kegiatan yang bila
pelaksanaanya terlambat maka akan menyebabkan terlambatnya pelaksanaan proyek secara
keseluruhan. Data penelitian berupa time schedule dan rencana anggaran biaya yang didapat dari
kontraktor, diketahui durasi penyelesaian proyek selama 84 hari. Sedangkan hasil analisa dengan
bantuan Microsoft Project, durasi penyelesaian menjadi 74 hari atau terjadi pengurangan durasi
sebesar 10 hari dengan kegiatan kritis yang ditunjukan pada nomor kegiatan 3, 9, 19, 20, 21, 23, 28, 38,
40, 41, 42, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 53, 54, 55, 58, 59, 60, 61 dan 62 dan menghemat biaya tenaga kerja
pada kegiatan yang dioptimalkan sebesar Rp21.748.100.

Kata kunci: Metode, Optimalisasi, Penjadwalan

PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi dan ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat, hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, khusunya di Kabupaten Flores Timur.
Pelaksanaan proyek konstruksi mempunyai banyak kegiatan dari awal sampai akhir pelaksanaan dan
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Penjadwalan pelaksanaan proyek merupakan salah satu bagian
dari hasil perencanaan. Sebuah proyek dikatakan berhasil apabila waktu pelaksanaan proyek diselesaikan
tepat atau lebih cepat dari waktu yang ditentukan dalam dokumen kontrak, di samping biaya dan kualitas
proyek. Dalam penelitian ini, untuk menentukan waktu penyelesaian proyek yang optimal pada proyek
pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran Keterampilan di MAN 2 Flores Timur, diperlukan analisi
optimalisasi durasi proyek. Optimalisasi biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan sumber daya yang
ada serta meminimalkan risiko namun tetap mendapatkan hasil yang optimal. Sehingga dapat diketahui
berapa lama suatu proyek tersebut diselesaikan dan mencari adanya kemungkinan percepatan waktu
pelaksanaan proyek dengan CPM (Critical Path Method)
Penelitian sebelumnya dari Arifiyanti F. Eka, 2018 dengan judul Penjadwalan Ulang Proyek Akibat
Keterlambatan Menggunakan Critical Path (Studi Kasus:Pembangunan Gedung Tangkapan dan Sarana
Prasarana Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I). Penelitiannya bertujuan untuk membentuk jaringan kerja
dan mendapatkan durasi proyek pembangunan Gedung Tangkapan dan sarana prasara Kantor Wilayah
DJBC Jawa Timur dengan menggunakan CPM. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan
penjadwalan menggunakan CPM dapat menunjukan kegiatan apa saja yang merupakan kegiatan kritis dan
metode CPM dapat mengoptimalkan durasi pekerjaan proyek.
Menurut Nugraha dkk (1985) Proyek merupakan suatu rangkaian kerja yang dimulai dari tahap
perencanaan sampai pada tahap akhir suatu pekerjaan. Dalam suatu proyek agar proyek tersebut berjalan
dengan baik dan selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan dibutuhkan suatu system pengelolahan.
Sistem pengelolahan itu yang disebut manajemen proyek. Manajemen proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesai proyek untuk
menjamin proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu (Ervianto, 2005). Penjadwalan

447
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan
material serta rencana durasi proyek dalam progress waktu tertentu untuk penyelesaian proyek (Husen,
2009). Critical Path Method (CPM) atau metode lintasan kritis merupakan metode yang berorientasi pada
waktu yang mengarah pada penentuan jadwal dan estimasi waktunya bersifat pasti (Herjanto, 2007).
Soeharto (1997), menekankan bahwa makna jalur kritis penting bagi pelaksana proyek, karena pada jalur
ini terletak kegiatan – kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan
proyek secara keseluruhan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran
Keterampilan MAN 2 yang beerlokasi di Flores Timur oleh CV. Duta Mua Perdana sebagai pihak
pelaksana.

Data Penelitian
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah jenis data
yang tidak diperoleh dari sumber utama, tetapi melalui seumber kesekian. Data sekunder merupakan data
yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada yaitu dari studi kepustakaan dan pihak terkait proyek
CV. Duta Mua Perdana

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah proses pengumpulan informasi dari semua sumber yang relevan
untuk menemukan jawaban atas masalah penelitian. Data yang diambil adalah data yang berkitan
langsung dengan penelitian dengan tujuan untuk mempermudah proses analisis lebih lanjut. Data yang
diambil adalah data sekunder sebagai penunjang penelitian yang dikumpulakan melalui studi pustaka dan
file dokumen rencana anggaran biaya, time schedulle dan daftar analisa harga upah dan bahan dari pihak
terkait proyek yaitu CV. Duta Mua Perdana

Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menganalisis anggaran biaya, time schedule dan
gambar kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran Keterampilan MAN 2 untuk
menentukan durasi dan kebutuhan sumber daya. Setelah menentukan durasi dan hubungan
ketergantungan antar kegiatan, selanjutnya dengan menggunakan Microsoft project untuk mendapatkan
jadwal baru yang lebih optimal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode yang digunakan dalam penentuan durasi optimal adalah metode lintasan kritis atau critical
path method. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan microsoft project. Data Proyek
Pembangunan Gedung Workshop Keterampilan MAN 2 Flores Timur sebagai berikut.
Nama Proyek : Pembangunan Gedung Workshop Keterampilan MAN 2 Flores Timur
Lokasi : Desa Watobuku, Solor Timur
Kontraktor : CV. DUTA MUA PERDANA
Nilai Kontrak : Rp.2.227.44.254,75
Jangka Waktu : 84 Hari Kelender
Tanggal Pekerjaan Mulai : 29 September 2019
Tanggal Pekerjaan Selesai : 21 Desember 2011

448
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Mulai

Pengumpulan Data
(Data Sekunder)

Analisis Data

1. Masukan Data Penjadwalan dan biaya sesuai


dokumen kontrak proyek ke program Ms. Project
2. Analisis Penjadwalan dan biaya berdasarkan kurva S

Penjadwalan ulang dengan CPM bantuan Ms. Project


Analisa Perhitungan :
1. ES dan EF
2. LS dan LF
3. Lag
Menghitung Float
1. FF
2. TF

Perbandingan Waktu dan Biaya antara Rencana


Realisasi dan Jadwal Baru

Tidak
OPTIMAL
Ya

Pembahasan

Selesai

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan cara perhitungan teknis. Dari hasil analisa perhitungan berdasarkan
data koefisien pada Rencana Anggaran Biaya Proyek dan jadwal pelaksanaan, didapatkan kebutuhan
tenaga, material dan peralatan perhari. Hasil hitungan tersebut digunakan untuk menghitung produktivitas
yang digunakan untuk memperkirakan durasi pekerjaan. Kebutuhan Tenaga kerja, material dan peralatan
perharinya dapat dihitung dengan cara.
Contoh perhitungan Kebutuhan Tenaga kerja untuk Pekerjaan Keramik Lantai 1
Volume Pekerjaan = 295,72 m²
Durasi Rencana = 8 hari
Pekerja = 0,70 OH
Keramik Lantai KW-1 40x40 = 6,5 Buah

Kebutuhan Tenaga Kerja = …………..(1)

Kebutuhan Pekerja = = 25,88 pekerja

Kebutuhan Material = …………..(2)

Kebutuhan Keramik Lantai = = 213,58 buah

Analisis Durasi
Analisa yang dilakukan adalah menghitung produktivitas dari jumlah sumber daya yang digunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Analisa Produktivitas untuk mempercepat durasi pekerjaan
dilakukan berdasarkan data analisis RAB dan time Schedule yang ada pada proyek yang diteliti. Untuk
menentukan durasi masing – masing pekerjaan pada proyek Pembangunan Gedung Workshop
Pembelajaran MAN 2 Flores Timur, penulis menggunakan asumsi – asumsi sendiri sesuai dengan
keadaan proyek dan perhitungan berdasarkan analisis RAB pada proyek tersebut yang dapat dihitung
dengan cara.
Durasi = ……………………………….. (3)

Asumsi dan Perhitungan Durasi Pekerjaan

449
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

1. Pekerjaan Keramik Lantai 1


a. Kondisi Pekerjaan Keramik Lantai 1
Volume Pekerjaan = 295,72 m²
Durasi Rencana = 8 hari

Tabel 1. Koefisien Bahan dan Tenaga Keramik Lantai


Keramik Lantai KW-1 40x40 Buah 6,500
Portland Cement kg 8,190
Bahan
Pasir Pasang m3 0,045
Semen warna kg 1,620
Pekerja OH 0,700
Tukang batu OH 0,350
Tenaga kerja
Kepala tukang OH 0,035
Mandor OH 0,035

b. Kebutuhan Tenaga Kerja dan Material


Kebutuhan Tenaga dan Material = koefisien x volume…………………………….. (4)

Tabel 2. Kebutuhan Tenaga dan Material Keramik Lantai

Resource Koefisien x volume Hasil

Pekerja 0,700 X 295,72 207,01


Tukang Batu 0,35 X 295,72 103,5
Kepala Tukang 0,035 X 295,72 10,35
Mandor 0,035 X 295,72 10,35
Keramik Lantai KW-1 40x40 6,5 X 295,72 1922,19
Portland Cement 8,19 X 295,72 2421,96
Pasir Pasang 0,045 X 295,72 13,31
Semen Warna 1,62 X 295,72 1,62
c. Produktivitas Perhari
Produktivitas Perhari =
= 295,722 m² / 8 hari
= 36,97 m²./hari
d. Jumlah alokasi tenaga kerja dan material perhari

Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja dan Material Perhari Keramik Lantai


Kebutuhan Tenaga
Resource Hasil
& alat / Durasi
Pekerja 207,01 / 8 25,88
Tukang Batu 103,5 / 8 12,94
Kepala Tukang 10,35 / 8 1,29
Mandor 10,35 / 8 1,29
Keramik Lantai KW-1 40x40 1922,19 / 8 240,27
Portland Cement 2421,96 / 8 302,75
Pasir Pasang 13,31 / 8 1,66
Semen Warna 1,62 / 8 59,88

450
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

e. produktivitas tenaga kerja perhari.


36,97 / 25,88 = 1,43 m²/ 1 pekerja
36,97 / 12,94 = 2,86 m²/ 1 tukang batu
36,97 / 1,29 = 28,57 m²/1 kepala tukang
36,97 / 1,28 = 28,57 m² / 1 orang mandor
f. Asumsi Penentuan Durasi
Dalam menentukan durasi pekerjaan dipakai produktivitas yang dominan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Pekerjaan keramik produktivitas yang lebih menentukan adalah produktivitas
tukang batu, dengan mandor dan kepala tukang tetap. Jadi jumlah tukang batu ditambah
menjadi 14 tukang batu, dengan kenaikan sebesar 10% dari jumlah tukang batu rencana.
10% tukang batu rencana = (0,1 x 12,94) + 12,94 = 14,23
Durasi =

Durasi =
= 7 hari

Penjadwalan Menggunakan Metode Lintasan Kritis


Setelah dilakukan analisa data proyek dengan perhitungan teknis yang dilanjutkan dengan bantuan
Microsoft Project untuk melakukan penjadwalan ulang, didapatkan durasi dan hubungan antar pekerjaan
yang baru dengan jangka waktu pelaksanaan proyek menjadi 74 hari yaitu dari tanggal 29 september 2019
sampai 11 desember 2019. Cara memasukan data ke dalam Microsoft Project 2007 adalah sebagai
berikut.
1. Untuk membuat new project, klik menu File > New. Micrososft project memiliki beberapa
tampilan layar, namun sebagai menu default, ketika membuka file baru yang akan ditamplkan
adalah layar Gantt Chart View seperti gambar berikut.

Gambar 1. Lembar Kerja Microsoft Project 2007

2. Menentukan Tanggal dimulai atau tanggal berakhirnya proyek


a. Aktifkan menu Project > Project Information sehingga muncul kotak dialog Project
Information seperti di bawah ini.

Gambar 2. Project Information

Pada kotak project information terdapat dua pilihan yaitu start date untuk memasukan tanggal
dimulainya proyek dan finish date untuk memasukan tanggal berakhirnya proyek.
3. Memasukan Pekerjaan
Langkah – langkah memasukan pekerjaan sebagai berikut.

451
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

a. Pada kolom task name, ketikkan pekerjaan – pekerjaan yang telah disusun mulai dari baris
pertama. Nomor urut tidak perluh diketikkan karena merupakan nomor baris disebelah kiri
kolom task name.
b. Tekan tombol enter untuk memasukan ketikan tersebut dan otomatis sel aktif akan berpindah
ke baris berikutnya. Pekerjaan yang telah dimasukan pada task name dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 3. Susunan Pekerjaan

4. Memasukan Durasi
Langka – langkah dalam memasukan durasi sebagai berikut.
a. Letakan pointer pada field duration pekerjaan.
b. Ketikkan sejumlah durasi diikuti dengan singkatan nama satuan durasi. Berikut dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 4. Durasi Pekerjaan

5. Menentuka Predecessor
Hubungan predecessor dari suatu pekerjaan diberikan dengan cara menuliskan nomor baris dari
pekerjaan yang menjadi predecessor-nya. Penulisan dilakukan pada kolom predecessor. Berikut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Predecessor
6. Jika semua langkah sudah dilakukan, maka pada Microsoft Project akan secara otomatis
menampilkan hasil dari lintasan kritis berupa gantt chart, network diagram, free slack, total slack
dan critical. Berikut dapat dilihat pada gambar di bawah ini

452
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 7. Network Diagram Gambar 6. Gantt Chart

Gambar 8. Free Slack, Total Slack dan Critical

Analisis Biaya
Analisis Rencana biaya untuk jenis – jenis pekerjaan hasil optimalisasi penjadwalan proyek
Pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran MAN 2 Flores Timur sebagai berikut.

Tabel 4. Upah Pekerja


Upah +
No Tenaga Satuan Harga/Upah
Keuntungan 10%
1 Pekerja OH Rp60.000 Rp66.000
2 Tukang Batu OH Rp80.000 Rp88.000
3 Tukang Kayu OH Rp80.000 Rp88.000
4 Kepala Tukang OH Rp92.000 Rp101.200
5 Mandor OH Rp95.000 Rp104.500

1. Pekerjaan Keramik Lantai (Rencana)


Volume = 295,72 m²
Jumlah Pekerja = 26 orang
Jumlah Tukang Batu = 14 orang
Jumlah Kepala Tukang = 1 orang
Jumlah Mandor = 1 orang
Durasi Rencana = 8 hari
Biaya = (Jumlah pekerja x Upah x Durasi)

453
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Pekerja = 26 x 66.000 x 8 = Rp13.728.000


Tukang Batu = 14 x 88.000 x 8 = Rp9.856.000
Kepala Tukang = 1 x 101.200 x 8 = Rp809.000
Mandor = 1 x 104.500 x 8 = Rp836.000
Total Biaya = Rp25.229.600
2. Pekerjaan Keramik Lantai (Optimalisasi)
Volume = 295,72 m²
Jumlah Pekerja = 26 orang
Jumlah Tukang Batu = 14 orang
Jumlah Kepala Tukang = 1 orang
Jumlah Mandor = 1 orang
Durasi Optimal = 7 hari
Biaya = (Jumlah pekerja x Upah x Durasi)
Pekerja = 26 x 66.000 x 7 = Rp10.626.000
Tukang Batu = 14 x 88.000 x 7 = Rp8.624.000
Kepala Tukang = 1 x 101.200 x 7 = Rp708.400
Mandor = 1 x 104.500 x 7 = Rp731.500
Total Biaya = Rp20.689.900

Pembahasan
Pada proyek Pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran MAN 2 Flores Timur waktu
penyelesaian proyek pada time schedule adalah 84 hari. Dari data time schedule dan rencana anggaran
biaya proyek dilakukan analisa percepatan durasi dengan perhitungan teknis dan dengan bantuan
Microsoft project untuk menentukan posisi jadwal yang optimal. Waktu dan biaya optimal yang
didapatkan dari hasil optimalisasi dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 5 Perbandingan Antar Waktu dan Biaya rencana dengan Waktu dan Biaya optimalisasi
Rencana Optimal
Durasi (Hari) Biaya (Rp) Durasi (Hari) Biaya (Rp)
84 Rp189.693.900 74 Rp167.945.800

Ditinjau dari segi waktu dan biaya, penjadwalan menggunakan metode lintasan kritis atau Critical
Path Method dapat meningkatkan efisiensi waktu dengan perhitungan sebagai berikut.
Efisiensi Waktu Proyek = 84 – 74 = 10 hari
= = 11,9 %

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penjadwalan ulang dengan metode lintasan kritis atau critical path method (CPM)
lebih optimal dari segi waktu dan biaya proyek dibandingkan dengan penjadwalan rencana buatan
kontraktor. Metode lintasan kritis memperlihatkan secara grafis pekerjaan – pekerjaan mana yang
dianggap kritis dan merupakan kegiatan yang bila pelaksanaanya terlambat maka akan menyebabkan
terlambatnya pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Kegiatan yang termasuk kritis adalah pekerjaan
pembersihan lokasi pekerjaan, pengukuran dan pemasangan bowplank, plesteran pondasi 1 pc : 4 psr,
urugan sirtu di bawah lantai, lepisan beton non struktur lantai (k – 125), galian tanah keras berbatu, galian
tanah, pekerjaan struktur baja dan beton, plesteran 1 pc : 3 psr, pekerjaan keramik lantai dan plint,
pasangan dinding, plesteran, pasangan alucoupan, pekerjaan memasang rangka plafond, memasang
plafond, memasang list plafond, pekerjaan pintu type P1, type P2, dan pekerjaan jendela type J2, acian
dinding dan beton, pengecatan tembok eksterior, pengecatan tembok interior, pengecatan kayu dan
pengecatan plafond.

454
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Hasil analisa data proyek dalam mempercepat durasi penyelesaian untuk mendapatkan waktu
optimal proyek Pembangunan Gedung Workshop Pembelajaran MAN 2 Flores Timur adalah selama 74
hari.
Efisiensi waktu hasil optimalisasi proyek dari jadwal proyek selama 84 hari menjadi 74 hari adalah
11.9 % dan menghemat biaya sebesar Rp21.748.100 dari jumlah total biaya tenaga kerja rencana pada
pekerjaan yang dioptimalisasi

DAFTAR PUSTAKA
Arifiyanti, Eka F. 2018. Analisis Penjadwalan Ulang Proyek Akibat Keterlambatan Menggunakan
Critical Path (Studi Kasus:Pembangunan Gedung Tangkapan dan Sarana Prasarana Kantor Wilayah
DJBC Jawa Timur I. Tugas Akhir. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.
Ervianto, Wulfram I. 2004. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi
Husen, Abrar. 2009. Manajemen Proyek (Perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek).
Yogyakarta : Andi.
Kelen, Adrianus. 2012. Optimalisasi Penjadwan Proyek Dengan Metode Lintasan Kritis Studi, Proyek
Rekonstruksi Bangunan Pengaman Pantai Bangboler). Skripsi. Maumere : Universitas Nusa Nipa.
Soeharto, Iman. 1997. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jakarta : Erlangga.

455
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PEMANFAATAN TANAH SEDIMEN SEBAGAI LAPISAN KEDAP AIR


PENUTUP AKHIR LANDFILL

Rona Reski 1*, Muhammad Natsir Djide 2, Tri Harianto 3, Irwan Ridwan Rahim 4
1
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jalan Poros Malino KM-6, Gowa
2
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Makassar
3,4
Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jalan Poros Malino KM-6, Gowa
*
Email: rona66reski@gmail.com

Abstrak
Tanah penutup landfill dirancang untuk mengurangi dampak negatif dari peningkatan timbulan sampah,
mengurangi jumlah infiltrasi dan meminimalkan peningkatan lindi. Tanah memiliki fungsi sebagai
komponen utama pendukung fondasi bangunan dan sebagai bahan bangunan itu sendiri. Tulisan ini
memuat tinjauan terhadap lapis penutup akhir landfill yang berfokus pada lapisan kedap air dengan
pemanfaatan tanah sedimen hasil pengerukan waduk bili-bili, gowa, sulawesi selatan. Studi awal
pemanfaatan tanah sedimen bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik fisis dan mekanis tanah
sedimen. Tanah sedimen diambil dalam kondisi tanah terganggu. Hasil pengujian fisis tanah
menunjukkan bahwa 94% tanah sedimen didominasi lanau ; 3,20% lempung ; 2,60% pasir dan 0,20%
kerikil. Menurut sistem klasifikasi AASHTO dan USCS menunjukkan tanah lanau (A-4) anorganik dan
termasuk tanah dasar cukup baik. Batas-batas atterberg diperoleh batas plastis (PL) 28,83% ; batas cair
(LL) 38,12% ; Indeks Plastis (PI) 9,29% ; batas susut (SL) 8,57% ; berat jenis (Gs) 2,664. Sedangkan
mekanis tanah dari pengujian pemadatan diperoleh kadar air optimum (wopt)30,25% dan berat isi kering
(γdry) 13,141kN/m3; kuat tekan bebas (qu) 304kN/m2; pengujian geser langsung didapatkan nilai kohesi
(c)77,47kN/m2 dan sudut geser dalam (φ)25°.

Kata kunci: kedap, landfill, sedimen, tanah

PENDAHULUAN
Sampah adalah barang atau benda yang sudah tidak dapat digunakan, tidak memiliki nilai ekonomis
yang merupakan produk hasil buangan dari aktivitas manusia. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 (2008) yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat sedangkan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (UU RI Nomor 18 Tahun 2008 pasal 4, 2008). Sampah
yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan disekitarnya karena dampak
negatif yang ditimbulkan. Tempat pembuangan akhir sampah yang tidak terkontrol berpotensi menjadi
sebab dari sumber penyakit, hunian bagi binatang atau organisme penyebab penularan penyakit dan bau
busuk yang ditimbulkan akibat dari penumpukan sampah akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan tersebut.
Pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah yang berwawasan lingkungan merupakan salah satu
upaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya pencemaran lindi (leachate) ke badan air maupun air
tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca serta berkembangbiaknya binatang atau
mikroorganisme sumber penyakit. Tempat pembuangan akhir sampah dengan sistem lahan urug (landfill)
sangat cocok untuk kondisi Indonesia, karena sebagian besar sampah merupakan sampah organik. Di
Indonesia, kota besar dan metropolitan harus direncanakan sesuai metode lahan urug saniter sedangkan
kota kecil dan sedang minimal harus direncanakan metode lahan urug terkendali (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum RI Nomor 03/PRT/M/2013, 2013).

456
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Landfill
Landfill (lahan urug) dibuat dengan tujuan menimbun sampah dan residu sampah agar pergerakan
lindi dan gas yang keluar dari sampah dapat dibatasi, bisa mencegah gangguan lingkungan berupa sisa-
sisa sampah yang beterbangan karena angin, dan mengurangi bau busuk yang bersumber dari timbulan
sampah. Hujan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan lindi di tempat pembuangan akhir sampah.
Infiltrasi dan perkolasi yang meresap melalui limbah yang disimpan dan mengikat konstituen limbah yang
terlarut dan tidak larut melalui reaksi fisika dan kimia. Limpasan permukaan (runoff), dekomposisi
biologis, kadar air tanah juga mengambil bagian dalam pembentukan lindi.
Rancangan penutup akhir landfill memegang peranan penting dengan pertimbangan aspek
kesehatan, keselamatan, estetika, permeabilitas, kekuatan dan pemanfaatan lahan setelah ditutup. Tanah
penutup landfill dirancang untuk mengurangi dampak negatif dari peningkatan timbulan sampah,
mengurangi jumlah infiltrasi dan meminimalkan peningkatan lindi. Penutup yang ditempatkan di atas
landfill adalah sistem penutup multi-komponen yang dibangun langsung di atas limbah segera setelah sel
tertentu terisi penuh. Tanah penutup akhir terdiri dari:
a) lapisan pendukung: berfungsi meratakan muka tanah penutup timbunan antara sebelumnya
dan memberikan kemiringan permukaan bukit.
b) lapisan kedap air: berfungsi mencegah resapan air hujan atau air permukaan lainnya.
c) lapisan penutup: berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan penutup bukit.
Tulisan ini memuat tinjauan terhadap lapis penutup akhir (final cover layer) yang berfokus pada
lapisan kedap air dengan pemanfaatan tanah sedimen hasil pengerukan waduk bili-bili, gowa, sulawesi
selatan. Proses sedimentasi yang berlangsung secara terus-menerus, jika sedimentasinya berlangsung
cepat, akan menjadi masalah yang sangat serius karena fungsi waduk semakin lama akan semakin
berkurang dan bila tidak ditanggulangi sesegera mungkin dapat mengakibatkan bangunan teknik tersebut
seluruhnya akan terisi oleh sedimen dan menyebabkan terjadinya pendangkalan (silting) pada waduk.
Studi awal pemanfaatan tanah sedimen bertujuan untuk menginvestigasi karakteristik fisis, dan mekanis
tanah sedimen.

Tanah
Tanah terdiri dari beberapa mineral bahan organik dan endapan yang relatif lepas, yang terletak di
atas batuan dasar. Tanah memiliki fungsi sebagai komponen utama pendukung fondasi bangunan dan
sebagai bahan bangunan itu sendiri. Tanah adalah bahan bangunan yang berlimpah di bumi. Tanah
merupakan bahan bangunan pokok yang dapat diperoleh di daerah setempat. Tinjauan dari sisi ekonomi,
tanah merupakan bahan konstruksi yang tersedia langsung di lapangan pada tempat pembangunan
struktur. Masalah yang sering dijumpai dalam struktur rekayasa sipil adalah akibat dari sifat-sifat teknis
tanah yang buruk. Perubahan perilaku tanah yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi, curah hujan, dan juga
kisaran temperatur yang berubah. Beberapa jenis tanah yang memiliki potensi kembang susut besar
adalah tanah yang dapat mengalami perubahan volume secara signifikan seiring dengan perubahan kadar
airnya.
Struktur rekayasa sipil harus diletakkan pada atau di atas permukaan tanah. Tanah dasar yang baik
dan stabil memberikan kemampuan terhadap bangunan untuk memikul beban diatasnya. Seberapa besar
penurunan yang diperkirakan bisa terjadi pada sebuah struktur sebagai akibat dari pertambahan tegangan
dan kapan penurunan terjadi. Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari bagian bangunan di atas
tanah (superstructure) dan bagian bangunan di bawah permukaan tanah (substructure). Bagian bangunan
di bawah permukaan tanah akan meneruskan seluruh beban bangunan ke tanah fondasi. Seorang
perencana perlu mengetahui sifat material bangunan yang digunakan dan sifat massa fondasinya yang
dapat berupa tanah atau batuan saat akan mendesain dan melaksanakan konstruksi bangunan. Berapa
tegangan tanah untuk suatu kedalaman tertentu akibat adanya superstructure atau beban tanah timbunan
dan kemampuan tanah menahan regangan tanpa terjadi suatu keruntuhan geser.
Tanah mempunyai sifat struktur yang bermacam-macam, hal itu disebabkan karena tanah
mempunyai banyak sifat fisis yang berbeda meliputi berat isi, angka pori, nilai sudut geser, dan berat
volume. Sedangkan sifat mekanis tanah merupakan sifat perilaku dari struktur massa tanah saat dikenai
suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknis mekanis. Karakteristik-karakteristik material dapat
ditentukan dari contoh tanah terganggu, yaitu contoh-contoh yang distribusi ukuran partikel tanah sama
dengan kondisi di lapangan tetapi keaslian struktur tanah di lapangan belum terjaga pada contoh tersebut.

457
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Karakteristik utama material adalah distribusi ukuran partikel atau gradasi dan plastisitas, yang digunakan
sebagai pedoman penamaan. Distribusi ukuran partikel dan sifat-sifat plastisitas dapat ditentukan baik
dengan menggunakan uji standar laboratorium maupun dengan pengamatan sederhana dan prosedur
manual.
Secara umum tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan sifat lekatnya, yaitu tanah kohesif,
tanah tidak kohesif (granular) dan tanah organik tanah. Sifat-sifat tanah kohesif adalah sebagai berikut: 1)
tanah kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir-butirnya seperti tanah lempung dan
lanau; 2) tanah non kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan antara butir-
butirnya atau hampir tidak mengandung lempung seperti pasir; dan 3) tanah organik adalah tanah yang
sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan organik (sifat tidak baik) seperti sisa-sisa hewani maupun
tumbuh-tumbuhan.
Jenis tanah berdasarkan ukuran butir digolongkan menjadi: 1) batu kerikil (gravel); 2) pasir (sand);
3) lanau (slit); dan 4) lempung (clay). Batu kerikil dan pasir dikenal sebagai golongan bahan-bahan yang
berbutir kasar atau tidak kohesif, sedangkan lanau dan lempung dikenal sebagai golongan bahan-bahan
yang berbutir halus atau kohesif. Beberapa parameter yang menentukan karakteristik tanah antara lain
adalah batas cair atau liquid limit (LL) batas plastis atau plastic limit (PL), batas susut atau shrinkage
limit (SL), dan specific gravity (Gs). Batas cair, batas plastis, dan batas susut adalah kadar air di dalam
tanah yang masing-masing menjadi batas antara fase cair dan fase plastis, fase plastis dan fase semi padat,
dan fase semi padat dan padat yang dikenal dengan istilah batas-batas atterberg (atterberg limits).

METODOLOGI
Lokasi Penelitian
Penelitian ini bersifat studi laboratorium yang dilakukan di laboratorium mekanika tanah
departemen sipil fakultas teknik universitas hasanuddin, gowa.

Pengambilan sampel
Material tanah yang digunakan sebagai sampel untuk pengujian laboratorium adalah tanah sedimen
hasil pengerukan waduk bili-bili, gowa, sulawesi selatan. Tanah sedimen diambil dalam kondisi tanah
terganggu (disturbed soil). Rancangan pengujian dan standar pengujian yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 1 seperti berikut

Tabel 1. Rancangan Pengujian Dasar Fisis dan Mekanis Tanah Sedimen


No Pengujian Keterangan
A Fisis Tanah
1 Analisa saringan dan Hidrometer ASTM D 424-59, D 4318-(00), AASHTO T89/T90
2 Batas-batas Atterberg ASTM D 424-59, D 4318-(00), AASHTO T89/T90
3 Berat Jenis ASTM D 854-58(72)

B Mekanis Tanah
1 Pemadatan ASTM D 698/D 1567
2 Kuat tekan bebas ASTM D 2166-66
3 Geser langsung ASTM D 3080-72

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis tanah sedimen disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan
bahwa tanah sedimen didominasi oleh lanau 94%, selanjutnya secara berurutan oleh lempung 3,20%,
pasir 2,60% dan kerikil 0,20%. Klasifikasi tanah menurut AASHTO dan USCS, tanah sedimen termasuk
dalam kategori tanah lanau anorganik dan termasuk tanah dasar cukup baik. Berdasarkan batas-batas
atterberg nilai batas plastis 28,83%, batas cair 38,12%, indeks plastis 9,29% dan batas susut 8,57%.
Sedangkan pengujian mekanis tanah, nilai kadar air dengan kondisi tanah terganggu (disturb soil)
diperoleh kadar air optimum (wopt) 30,25% dan berat isi kering (γdry) 13,141 kN/m3. Nilai kuat tekan

458
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

bebas (qu) 304 kN/m2 sedangkan uji geser langsung diperoleh nilai kohesi (c) 77,47 kN/m2 dengan sudut
geser dalam (φ) 25°.

459
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 2. Hasil Uji Fisis dan Mekanis Tanah Sedimen (sampel tanah terganggu)
No Pengujian Hasil Uji
Satuan
A Fisis Tanah
1 Analisa saringan dan hidrometer
a. Kerikil 0,20 %
b. Pasir 2,60 %
c. Lanau 94,00 %
d. Lempung 3,20 %
2 Batas-batas Atterberg
a. Batas Plastis (PL) 28,83 %
b. Batas Cair (LL) 38,12 %
c. Indeks Plastis (PI) 9,29 %
d. Batas Susut (SL) 8,57 %
3 Berat Jenis (Gravity Spesific) 2,664 -
4 Klasifikasi Tanah
a. AASHTO A-4 -
b. USCS ML -

B Mekanis Tanah
1 Pemadatan
a. Kadar air optimum (wopt) 30,25 %
b. Berat isi kering (γdry) 13,141 kN/m3
2 Kuat tekan bebas (qu) 304 kN/m2
3 Geser langsung
a. Kohesi (c) 77,47 kN/m2
b. Sudut geser dalam (φ) 25 °

Tanah lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari tanah yang sebagian besar terdiri dari butir-
butir yang sangat kecil seperti lempung dan lanau. Lapisan tanah lunak mempunyai sifat gaya geser yang
rendah, kemampatan yang tinggi, koefisien permeabilitas yang rendah, dan mempunyai daya dukung
yang rendah. Tanah lanau merupakan material yang butiran-butirannya lolos saringan nomor 200. Secara
umum tanah lanau mempunyai sifat yang kurang baik yaitu mempunyai kuat geser rendah setelah dikenai
beban, kapilaritas tinggi, permeabilitas rendah dan kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.
Lanau terdiri dari dua jenis yaitu lanau anorganik (inorganic silt) yang merupakan tanah berbutir halus
dengan plastisitas kecil mengandung butiran kuarsa sedimensi yang kadang disebut tepung batuan
(rockflour) dan tanah lanau organik (organic silt) tanah agak plastis berbutir halus dengan campuran
partikel-partikel bahan organik terpisah secara halus, warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-
abu sangat gelap.

KESIMPULAN
Tanah sedimen hasil pengerukan waduk bili-bili, gowa, sulawesi selatan masuk dalam kategori lanau
anorganik (inorganic silt). Tanah tersebut dapat digunakan sebagai lapisan kedap air penutup akhir
landfill dengan terlebih dahulu melakukan pencampuran menggunakan bahan atau material lain yang
sesuai untuk mengubah beberapa sifat indeks yang tidak diinginkan sebelum digunakan.
Beberapa penelitian yang menggunakan bahan atau material tertentu sebagai bahan stabilisasi tanah
untuk lapisan kedap air penutup akhir landfill, diantaranya: penggunaan serat C 3H6 (polypropylene)
sebagai aditif pada tanah akaboku yang dipadatkan untuk sistem penghalang penutup akhir TPA, mampu
meningkatkan kekuatan dan daktilitas tanah, meningkatkan kepadatan kering tanah, mengurangi
keretakan tanah (Harianto dkk, 2008). Menurut Nurdin dkk (2016) peningkatan nilai kuat tekan bebas,
penurunan nilai konduktivitas hidrolik tanah, dan peningkatan kapasitas dukung tanah sebagai lapisan

460
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

kedap penutup akhir landfill dengan penggunaan material tanah lunak yang distabilisasi fly ash dan
perkuatan serat tandan sawit.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada:
1) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku Penyelenggara dan Pemberi Dana Bantuan Beasiswa
BPPDN Angkatan Tahun 2017/2018.
2) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, MS.A.pt (selaku Promotor Utama), Dr. Eng. Ir.
Tri Harianto, ST., MT (selaku Co-Promotor 1), dan Dr. Eng. Irwan Ridwan Rahim, ST., MT. (selaku
Co-Promotor 2).
3) Asisten Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
Gowa.

DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E, 1984, Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah, Edisi Kedua, (diterjemahkan oleh: Johan K.
Hainim), Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, H.C, 2018, Mekanika Tanah 1, Cetakan Kedua, Edisi Ke-7, Gadjah Mada University Press.
Harianto, T., Hayashi, S., Du, Y.J, dan Suetsugu, D., 2008, Studies on compacted soil with fiber
reinforcement as a landfill cover system. Proceedings of the 22nd International Conference on Solid
Waste Technology and Management, Philadelphia,USA.
Nurdin, S., Samang L., Patanduk J., dan Harianto, T., 2016, Performance of Soft Soil Stabilized by Fly
Ash with Natural Fiber Reinforcement as Landfill Cover Layer. International Journal of Innovative
Research in Advanced Engineering (IJIRAE).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013, 2013, Tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga
Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, 2008, Tentang Pengelolaan Sampah.

461
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS RANTAI PASOK DALAM MENJAMIN EFEKTIFITAS


PEKERJAAN KONSTRUKSI STRATEGIS PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI MALUKU UTARA

Risman Iriyanto Djafar1*, Manlian Ronald A. Simajuntak2


1
Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Taruma Negara, Jl. Letjen S. Parman No.1 RT.6/RW.16,
Tomang, Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat,
2
Guru Besar Universitas Pelita Harapan-Jl. M.H. Thamrin Boulevard 1100
LippoVillage Tagerang 15811, Indonesia
*Email corresponding Author: risman.iriyanto.djafar@gmail.com

Abstrak
Pada proyek pemerintah usaha rantai pasok lokal untuk pekerjaan konstruksi berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, terdiri atas usaha pemasok bahan bangunan, usaha
pemasok peralatan, usaha pemasok teknologi dan usaha pemasok SDM. Ditahun 2020-2021 Negara
Republik Indonesia mengalami pandemi Covid-19, disisi lain setiap daerah telah menetapkan program
strategis dalam rangka penunjang program nasional serta peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
sehingga tidak dapat terelakan kegiatan pekerjaan konstruksi strategis di Maluku Utara tetap akan
berlangsung disaat status pandemi Covid-19 belum dicabut oleh Pemerintah pusat, untuk itu dibutuhkan
pola usaha rantai pasok lokal yang tepat dalam memenuhi kebutuhan pekerjaan konstruksi diwilayah
Maluku Utara sehingga memenuhi Aspek Waktu (pekerjaan dapat selesai sesuai dengan waktu kontrak),
Aspek Mutu (pekerjaan dapat memenuhi mutu sesuai spesifikasi), Aspek Keuangan (pekerjaan
terlaksana dengan nilai ekonomis), dan Aspek Pemanfaatan (pekerjaan dapat termanfatkan sesuai
dengan dokumen renstra). Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengkaji pola rantai pasok lokal yang
tepat khusus pekerjaan konstruksi beton, sehingga efektifitas pekerjaan konstruksi dapat memenuhi
output sesuai dengan kontrak kerja dan outcome sesuai dengan dokumen renstra Pemerintah Daerah
Maluku Utara pada saatpandemi Covid-19. Metode penelitian adalah dilakukan dengan menganalisis
data secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil wawancara secara mendalam dan
semi terstruktur digunakan untuk mendiskripsikan pola dan sikap indikator kinerja rantai pasok lokal
yang digunakan dalam penelitian ini, studi atas penelitian sebelumnya, serta studi literatur Lembaga/
instansi pemerintah, kemudian Data kuantitatif berupa memo dan dokumentasi lapangan dalam
mengukur kinerja rantai pasok pada proyek studi kasus.

Kata kunci : Rantai pasok, material beton, Maluku Utara, Covid 19

PENDAHULUAN
Indonesia diperkirakan memiliki pulau sebanyak 17.499, perairan luas mencapai 5,8 juta km2 dan
panjang garis pantai 81.900 km serta jumlah penduduk mencapai 237,6 juta jiwa, merupakan sebuah
negara kepulauan yang sangat luas dan berpopulasi tinggi. Sehingga tidak semuanya bisa dijangkau
dengan mudah. Perlu konsep bagaimana bisa terjadi pemerataan dalam semua pulau.
Pembangunan infrastruktur tersebut sangat diperlukan untuk memenuhi semakin meningkatnya
kesejahteraan masyarakat, untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan negara, serta untuk menjaga martabat
dan keberadaban bangsa. Karena itu, pemerintah, badan usaha, dan masyarakat perlu bahu Konsepsi,
Inovasi dan Aplikasi di IndonesiaSambutan Harmonisasi Rantai Pasok Konstruksi: Konsepsi, Inovasi dan
Aplikasi di Indonesia Konstruksi Indonesia 2012 dengan 7 Harmonisasi rantai pasok konstruksi, baik
secara horisontal maupun vertikal sangat diperlukan dalam pencapaian keberhasilan penyelenggaraan
infrastruktur membahu dalam berupaya menyediakan infrastruktur secara berkelanjutan, baik dalam
perspektif pendanaan, pengelolaan, penyelenggaraan maupun pemanfaatan untuk kepentingan sekarang
maupun masa mendatang.
Pada proyek pemerintah usaha rantai pasok lokal untuk pekerjaan konstruksi berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, terdiri atas usaha pemasok bahan bangunan, usaha
pemasok peralatan, usaha pemasok teknologi dan usaha pemasok Sumber Daya Manusia.

462
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Maluku Utara merupakan provinsi bagian Timur Indonesia yang resmi terbentuk pada 4 Oktober
1999 yang sebelumnya menjadi kabupaten dari Provinsi Maluku bersama dengan Halmahera Tengah,
berdasarkan UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor Tahun 2003. Kepadatan penduduk Maluku
Utara hingga pada akhir tahun 2020 mencapai 40,81 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk mencapai
2.305.158 jiwa. Provinsi Maluku Utara terdiri dari 1.474 pulau, jumlah pulau yang dihuni sebanyak 89
dan sisanya sebanyak 1.385 tidak berpenghuni [1].
Di dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur Maluku Utara saat ini, maka perlu
didukung tersedianya pasokan memadai seperti : 1) Material konstruksi, 2) peralatan yang cukup, dan
Sumber Daya Manusia memadai. Dimana ketersediaan material lokal di daerah lokasidi Sofifi dan
Halmahera adalah dapat mendukung pekerjaan infrastruktur bidang kecipta-karyaan dan kebina-margaan.
Pola pemasokan material pembangunan infrastruktur saat ini di Maluku Utara telah mempengaruhi :
1) Mutu konstruksi,
2) Biaya yang akan dikeluarkan, dan
3) Waktu yang dibutuhkan mengerjakan konstruksi. Material kerikil (alami/ batu pecah) dan pasir
adalah sebagai penyusun utama konstruksi seperti untuk pembuatan struktur beton, perkerasan jalan
dan aspal. Dimana raw material /bahan tersebut adalah bersumber dari sungai, gunung, dan pantai
yang harus memenuhi spesifikasi teknis

Kajian Pustaka
Harmonisasi Rantai Pasok Konstruksi (2012), menjelaskan bahwa Jaringan Sistem Logistik
Nasional dari Pelabuhan Hubungan Internasional, Provinsi Maluku Utara, Antara Pulau- pulau
selanjutnya ke antara Desa ke Desa. Sistem logistik nasional dengan regulasi dan kebijakannya adalah
telah diatur pemerintah daerah setempat sebagai pemangku kepentingan.
Kerangka Ilmu Manajemen Proyek (Project Management Body of Knowedge, PMBOK) (2018)
menjelaskan bahwa kebijakan pemangku kepentingan digambarkan dalam kategori seperti:
1) Indentifikasi pemangku kepentingan,
2) Perencanaan keterlibatan pemangku kepentingan;
3) Pengelolaan keterlibatan pemangku kepentingan, dan
4) Pemantauan keterlibatan pemangku kepentingan.
Harmonisasi rantai pasok konstruksi, baik secara horisontal maupun vertikal sangat diperlukan
dalam pencapaian keberhasilan penyelenggaraan infrastruktur. Namun, perlu disadari bahwa penerapan
sistem rantai pasok merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan sektor konstruksi. Di dalam rangka
tercapainya sasaran yang telah dipaparkan dalam dokumen MP3EI, Pemerintah pusat telah menerbitkan
Perpres Nomor 26tahun 2012 tentang “Cetak Biru PengembanganSistem Logistik Nasional” sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Jaringan Sistem Logistik Nasional

Dipersyaratkan bahwa setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi perlu syarat batasan yang biasa
disebut triple constraint yaitu harus tepat terhadap mutu, biaya, dan waktu seperti Gambar 2 berikut.

463
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Mutu Biaya

Waktu

Gambar 2. Triple constraint proyek konstruksi

Gambar 2. Menunjukkan hubungan ketiga constraint di atas perlu dipenuhi dalam setiap pekerjaan
proyek konstruksi. Dimana proyek ingin dikatakan sukses, bila memenuhi ketepatan terhadap waktu,
mutu, dan biaya. Namun tidak semua constraint tersebut dapat dipenuhi semuanya karena biasanya term
yang perlu dioptimalkan sesuai tingkat kompleksitas pekerjaan proyek itu.
Kajian tentang standar penggunaan mutu material beton untuk bangunan gedung dengan persyaratan
beton struktural sesuai SNI 2847-2019. Pekerjaan beton struktural untuk komponen pembangunan gedung
seperti untuk fondasi, sloef, kolom, balok, lantai, ring balk dan lain-lain. Sementara pekerjaan beton non
struktural seperti beton dinidng, rabat beton, jalan setapak dan lain-lain yang dimana semuanya
menggunaan kerikil dan pasir material lokal.
Mufti Amir Sultan dan Abdul Gaus (2011) melaporkan hasil penelitian karakteristik dan kuat tekan
mutu normal lokasi quarry agregat sungai Tewil Kabupaten Halmahera Timur. Karakteristik halus pasir
seperti : Kadar lumpur 4,6% (Syarat: 0,2 ~ 5%), berat padat sebesar 2,6 kg/ liter (Syarat: 1,6 ~ 3,2 kg/
liter), modulus kehalusan sebesar 2,76 % memenuhi syarat 2,2 ~ 3,1%. Sedangkan agregat kasar Kadar
lumpur 0,8% (Syarat: 08 ~ 1,0%), berat padat sebesar 2,6 kg/ liter (Syarat: 1,6 ~ 3,2 kg/ liter), modulus
kehalusan sebesar 6,8 % memenuhi syarat 5,5 ~ 8,5%, dan abrasi sebesar 22,6% (syarat : < 50%). Hasil
pengujian kuat tekan beton dengan mulai faktor air semen (FAS) ; 0,32 diperoleh kuat tekan beton kubus
dilaporkan sebesar 350 kg/cm2, sedangkan FAS sebesar 0,46 dilaporkan kuat tekan beton kubus 235
kg/cm2.
Maududi P. dkk., (2018) Melaporkan karakteristik beton ringan beragregat pasir dan batu apung
quary Tidore Kepulauan. Telah mengamati karakteristik agregat halus (pasir apung)seperti kadar lumpur
3,25%, berat padat sebesar 0,92 kg/ liter lebih ringan dari syarat 1,6 ~ 1,9kg/ liter, modulus kehalusan
sebesar 4,43 % memenuhi syarat 1,5 ~ 3,8 %. Dan juga telah mengamati karakteristik agregat kasar
seperti kadar lumpur 1,25%, berat padat sebesar 0,64 kg/ liter lebih ringan dari syarat: 1,6 ~ 1,9 kg/ liter,
modulus kehalusan sebesar 7,64 % memenuhi syarat 5,0 ~ 8%.
Material kerikil sungai – Oba Utara Kota Tidore Kepulauan adalah diolah dengan stone chuisher
menjadi batu pecah, hasil olahan batu pecah ini telah banyak digunakan pekerjaan proyek konstruksi
beton mutu tinggi seperti pembangunan apron rigid beton (Mutu beton K.350) Bandara Babullah di Kota
Ternate Mulai Tahun 2006 hingga saat ini.

METODELOGI PENELITIAN
Kerangka Penelitian
Penelitian ini adalah menggabungkan hasil-hasil kajian pustaka mengenai konsep rantai pasok pada
jaringan sistem logistik nasional dengan menganalisa kondisi saat ini di Maluku Utara.

Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
berupa hasil wawancara secara mendalam dan semi terstruktur digunakan untuk mendiskripsikan pola dan
sikap indikator kinerja rantai pasok lokal yang digunakan dalam penelitian ini, studi atas penelitian
sebelumnya, serta studi literatur Lembaga/ instansi pemerintah, kemudian data kuantitatif berupa memo
dan dokumentasi lapangan dalam mengukur kinerja rantai pasok pada proyek studi kasus.
Kondisi pasokan logistic material pembangunan infrastruktur di Maluku Utara seperti dalam
Gambar 3 berikut.

464
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Kelurahan = Kabupaten =

117 8 (delapan) Antar pulau


Pelabuhan
Ahmad Yani,

Desa = PT.Pelindo- IV
Kota =
Antar pulau Kota Ternate
1,063 2 (dua)

Pasok pulau
Gambar 3. Sket jaringan sistem logistik luar Malut
material Maluku Utara saat ini

Metode Analisis
Metode analisis adalah menggunakan kombinasi konsep sederhana dalam jaringan sistem logistik
nasional dan kondisi lokal di Maluku Utara, dimana akan didapatkan konsep berupa strategi rantai pasok
pengadaan material konstruksi yang efisien dan efektif.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Material Konstruksi
Jaringan Sistem Logistik Nasional gambar 1 di atas telah menjelaskan bahwa untuk mendukung
jaringan lokal Maluku Utara, maka diperlukan integrasi antar pulau provinsi dan kabupaten/ kota.
Indonesia memiliki banyak pulau, sehingga dibutuhkan pelabuhan yang memenuhi syarat seperti
Pelabuhan Ahmad Yani (Gambar 3). Pemerintah pusat sekarang telah menerapkan konsep tol laut. Pihak
pelaku konstruksi-kontraktor perlu mempersiapkan diri untuk melaksanakan pekerjaan di beda pulau di
Maluku Utara.
Di dalam delapan kabupaten dan dua kota di provinsi Maluku Utara, dimana kebutuhan dan
produksi material yang berbeda di desa/ kelurahan. Pembangunan gedung di suatu lokasi akan sangat
tergantung dari daerah lain, dikarenakan tidak semua daerah mampu memproduksi material sendiri.
Penyediapun sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi perlu membuat konsep dalam bentuk rantai pasok,
sehingga pengadaan material berjalan dengan efisien dan efektif. Kerikil, pasir dan semen sebagai
material utama dalam pekerjaan konstruksi beton, maka penting dalam keperluan pengadaan bahan/
material tersebut. Estimasi kebutuhan material konstruksi untuk pekerjaan kecipta-karyaan di Provinsi
Maluku Utara adalah dapat dilihat Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Estimasi kebutuhan material konstruksi proyek kecipta-karyaan di Maluku Utara

Tabel 1 di atas menunjukkan hasil estimasi kubikasi pekerjaan beton untuk 8 (delapan) Kabupaten
dan 2(dua) Kota.

Pelabuhan Pelindo-IV
Pelabuhan Indonesia Pelindo IV – Ahmad Yani lokasi koordinat 00° 47’ 00” N / 127° 23’ 00” E
adalah salah satu sarana penting bongkar muat di Provinsi Maluku Utara untuk menunjang rantai pasok
konstruksi antar pulau. Pelabuhan ini sebagai penghubung pulau- pulau kabupaten/kota.
Pelabuhan Ahmad Yani Kota Ternate sebagai salah satu pelabuhan untuk mengdistribusikan
material di Indonesia bagian timur. Konsep rantai pasok distribusi material semen perlu digambarkan

465
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dalam pola ditribusi material nasional. Sehingga tujuan kesuksesan proyek, seperti halnya bahwa tidak
semua provinsi dapat memproduksi semen sendiri maka diperlukan distribusi dengan mengoptimalkan
peran pelabuhan di Maluku Utara.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil analisa dan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pekerjaan konstruksi sangat membutuhkan kemudahan dalam pengadaan material untuk ketepatan waktu
dan mutu pekerjaan. Konsep rantai pasok konstruksi sangat membantu kesuksesan proyek pekerjaan
konstruksi.
Konsep Integrasi rantai pasok antar pulau di Maluku Utara perlu di kembangkan adalah:
1) Pola distribusi material konstruksi seperti semen antar kabupaten – kota adalah baik, sehingga
memudahkan penyedia kontruksi dalam pengadaan material konstruksi.
2) Pengoptimalan pelabuhan Pelindo-IV di Maluku Utara saat ini adalah sebagai sarana utama dalam
mendistribusikan material yang berasal dari pulau dan ke pulau-pulau lainnya.
3) Pengadaan material yang efektif akan mampu menahan kenaikan harga material agar tetap stabil dan
keteresedian stok senantiasa juga terjaga di pasaran.
4) Penggunaan material beton struktur dan non struktur di pekerjaan konstruksi adalah tercapai dengan
benar sebagaimana di dalam kontrak

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia-MalukuUtara, diakses pada tanggal 5 Mei 202 https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku_Utara
Buku Konstruksi Indonesia 2012, 2012, Harmonisasi Rantai Pasok Konstruksi dalam Konsepsi, Inovasi
dan Aplikasi di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum
Pedoman Kerangka Ilmu Manajemen Proyek-PMBOK Guide, Edisi ke-Enam, PMI Indonesia Chapter.
Moh Nur Soleh dan M. Agung Wibowo, Aplikasi Rantai Pasok: Pengadaan Material Konstruksi Antar
Pulau, Prosiding Seminar Multidisiplin Ilmu,
SNI 2847-2019, 2019, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, Badan Standarisasi
Nasional.
Mufti Amir Sultan dan Abdul Gaus, 2011, Studi Karakteristik dan Kuat Tekan Beton Mutu Normal,
Program Teknik Sipil, Skripsi, FT. Universitas Khairun.
Maududi, Mufti Amir Sultan dan Suyuti, 2018, Karakteristik Beton Ringan Beragregat Pasir dan Batu
Apung denga Bahan Tambah Serat Ijuk dan Serat, Skripsi Program Teknik Sipil, FT. Universitas
Khairun.
SNI 7394-2008, 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi
Bangunan dengan Gedung dan Perumahan, Badan Standarisasi Nasional,

466
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS FAKTOR DAN VARIABEL YANG MENGHAMBAT


PENERAPAN 5D BIM PADA PEMBIAYAAN PROYEK KONSTRUKSI DI
INDONESIA

Jessica Dalian1*, Krishna Mochtar2


1
Mahasiswa Prodi S2 Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
2
Dosen Prodi S2 Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Selatan, Jakarta
*
Email: Jessydalian@yahoo.com

Abstrak
Penerapan 5D BIM dalam proyek konstruksi diyakini dapat memberikan manfaat terhadap kinerja biaya
proyek konstruksi. Di Indonesia, 5D BIM sudah mulai di terapkan di proyek konstruksi, terutama pada
konstruksi Bangunan Gedung dan Infrastruktur, namun penerapan dan manfaatnya belum maksimal.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas tiga permasalahan penelitian yaitu: Apa saja yang
menjadi faktor dan variabel penghambat penerapan 5D BIM pada proyek konstruksi, apa saja faktor
dan variabel penghambat signifikan, serta yang terakhir apa rekomendasi perbaikannya. Metode
Penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan melakukan penyebaran kuestioner
kepada responden, analisis statistik dengan bantuan SPSS untuk uji validitas dan realibilitas, dan
pengolahan data dengan perhitungan RII untuk mendapatkan lima faktor penghambat yang signifikan,
yaitu Kurangnya staff yang qualify untuk mengadopsi teknologi 5D BIM, tingginya kebergantungan
dengan ketepatan dan kelengkapan gambar detail karena mempengaruhi keakuratan estimasi biaya,
banyaknya gambar dari perancang design yang tidak lengkap sehingga perhitungan biaya menjadi tidak
lengkap, lama waktu yang dihabiskan untuk penyusunan BoQ pada proyek yang besar, dan Kurangnya
standar atau protokol yang mendukung penerapan 5D BIM . Setelah itu dilakukan analisis penyebab dan
treatment untuk variabel penghambat tersebut dengan kajian literatur dan interview pakar. Setelah itu,
dilakukan penarikan kesimpulan terhadap rekomendasi perbaikan bagi variabel penghambat tersebut.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui treatment yang dapat dilakukan agar penerapan 5D
BIM semakin baik dan memberikan manfaat maksimal bagi proyek konstruksi di Indonesia.

Kata kunci: Proyek Konstruksi, Penerapan 5D BIM, Faktor Penghambat, Treatment

PENDAHULUAN
Industri konstruksi adalah salah satu industri yang memegang peranan paling penting dalam
pertumbuhan sosial dan ekonomi suatu negara (Ofori, George 2015). Salah satu indikator kesuksesan
proyek konstruksi adalah konstruksi yang within budget (PMBOK 2017). Untuk mencapai itu, dibutuhkan
kolabrasi yang baik dari semua pihak yang terlibat, yatu dengan pendistribusian informasi yang akurat,
kontinu, dan real-time information antar tim proyek. Komunikasi dan management data yang buruk telah
mengakibatkan kerugian $15.8 Billion per tahun, yaitu 3 -4 % dari total peningkatan biaya proyek
(N.Hasan Amjed., M.Rasheed, Sawsan. 2019)
BIM (Building Information Modeling) adalah teknologi berbasis pemodelan 3D sebagai alat praktisi
AEC (Architect, Engineering, and Construction) dalam proses perencanaan, design, pelaksanaan
konstruksi, dan pemeliharaan bangunan gedung dan infrastruktur yang lebih efisien. Penerapan BIM
membantu perencana untuk Build Before Construct melalui perencanaan digital sehingga mengurangi
kesalahan dan waste akibat rework pada saat memasuki fase konstruksi. 5D BIM merupakan level
penerapan BIM dimana perhitungan volume, penyusunan QTO dan estimasi biaya sudah dilakukan secara
digital untuk menghasilkan perhitungan yang cepat dan tepat.
Dari hasil wawancara dengan salah satu sumber yang saat ini bekerja di salah satu kontraktor
BUMN PP, pengaplikasian 5D BIM untuk pembiayaan proyek konstruksi mulai banyak di akukan di
Indonesia, namun sampai saat ini sebagian besar masih pada tahap penerapan Lonely BIM, dimana hanya
diterapkan di internal masing-masing perusahaan atau masing-masing individu dan belum terjadi
kolaborasi antar semua pihak yang terlibay dalam suatu proyek konstruksi.
Meskipun memberikan manfaat, penerapan teknologi 5D BIM di Indonesia dirasakan belum
maksimal, oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas tiga permasalahan penelitian yaitu: apa

467
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

saja yang menjadi faktor dan variabel penghambat penerapan 5D BIM pada proyek konstruksi, apa saja
faktor dan variabel penghambat signifikannya dan treatement atau rekomendasi perbaikannya.
Metode Penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan melakukan penyebaran
kuestioner kepada responden, analisis statistik dengan bantuan SPSS untuk uji validitas dan realibilitas,
dan pengolahan data dengan perhitungan RII untuk mendapatkan 5 (lima) variabel penghambat yang
signifikan. Setelah itu dilakukan analisis penyebab dan treatment untuk variabel penghambat tersebut
dengan kajian literatur dan interview pakar. Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan terhadap
rekomendasi perbaikannya.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui variabel penghambat dan treatment-nya agar
penerapan 5D BIM semakin baik dan memberikan manfaat maksimal pada proyek konstruksi di
Indonesia.

Studi Pustaka
Project Cost Managemennt (PMBOK 2017)
Proyek konstruksi merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan proyek yang saling berkaitan dalam
untuk mencapai tujuan proyek konstruksi. Proyek konstruksi mencakup pekerjaan struktur, arsitektur,
MEP dan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan fisik bangunan. Tujuan dari proyek
konstruksi adalah tercapainya konstruksi yang tepat waktu, tepat mutu dan sesuai dengan anggaran yang
di rencanakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan perencanaan yang baik sehingga tidak
terjadi banyak kendala pada saat konstruksi yang dapat menghambat proyek konstruksi.
Project cost management adalah proses didalam perencanaan, dimana dilakukan estimasi anggaran,
pendanaan (financing, pembiayaan (funding), pengelolaan, dan pengendalian biaya-biaya sehingga
proyek dapat diselesaikan sesuai dengan anggaran yang disetujui. Proses dalam project cost management
ini meliputi plan cost management, estimate cost, determine cost, dan control cost.
Building Information Modeling (BIM)
Menurut salah satu sumber yang saat ini bekerja di PT. PP,BIM adalah sistem yang mempermudah
dan menunjang proses konstruksi, dimana BIM dapat membantu perencana untuk Buid before construct,
dimana pembangunan di lakukan secara digital, bukan hanya 3D model, Namun dalam memproyeksikan
rencana kedepan, perencanaan mulai dari perhitungan volume, design sampai penjadwalan, dimana
diharapkan ketika memasuki proses konstruksi, design-nya sudah matang sehingga mengurangi
kesalahan-kesalahan pada saat pelaksanaan, serta mengurangi waste akibat rework.
Manfaat Penerapan 5D BIM
Menurut N. Hasan Amjed dan M Rasheed Sawsan (2019), manfaat penerapan 5D BIM dalam
proyek konstruksi adalah meningkatkan kolaborasi antara tim proyek, representasi digital meningkatkan
pemahaman terhadap proyek sehingga menghasilkan estimasi biaya yang baik., Quantity take off yang
lebih akurat, mengurangi kerja tambah kurang (change order), waktu dan biaya proyek terhubung
sehingga memudahkan cost control, Dapat mengidentifikasi resiko pembiayaan dari awal, dan adanya
integrasi secara langsung antara estimasi biaya, schedule dan QTO.

METODOLOGI
Proses Penelitian
Penelitian ini berawal dari permasalahan yang di rumuskan dari isu yang terjadi, kemudian lakuakn
kajian literatur yang relevan terhadap topik penelitian. Penelitian ini mengangkat 3 permasalahan
penelitian, yaitu faktor dan variabel yang menghambat penerapan 5D BIM, 5(lima) variabel penghambat
signifikan, dan rekomendasi treatment atau perbaikannya.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur kejadian
sosial maupun alam yang diamati. (Sugiyono 2016) Berikut akan disajikan bagaimana penggunaan
instrumen penelitian untuk hasil yang diharapkan.

468
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data Primer
Data primer merupakan data-data yang peneliti diperoleh secara langsung dari sumbernya. Teknik
yang digunakan adalah dengan melakukan observasi, wawancara dan kuestioner. Data primer didapat dari
proses sebagai berikut:
a) Survey Responden
b) Penyebaran Kuestioner
Data Sekunder
Data sekunder merupakan dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang didapatkan secara tidak
langsung melalui arsip atau dokumen. Dalam penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan untuk
mendapatkan faktor dan variabel penghambat penerapan 5D BIM.Data sekunder dalam penelitian ini
bersumber dari studi literatur dan Pustaka, jurnal yang relevan dengan topik pembahasan, dan kajian
penelitian terdahulu.

Metode Analisis Data Statistik


Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode statistik, dengan bantuan
program SPSS. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah Uji Validitas dan Uji Realibilitas.

Pengolahan Data
Metode Delphi
Menurut Ram dan Heliati (2018), metode ini menyerupakan proses dalam kelompok yang
melibatkan interaksi antara peneliti dan sekelompok ahli yang terkait pada topik tertentu dan biasanya
dilakukan melalui bantuan kuestioner. Dengan skala likert dengan ketentuan skor satu sampai lima
dengan skor 1 menyatakan sangat tidak setuju dan skor 5 menyatakan sangat setuju. Data hasil kuestioner
yang sudah dilakukan uji validitas dan realibilitas menggunakan SPSS. Setelah itu, variabel yang lolos uji
akan di hitung menggunakan Relative Importance Indicates (RII) dan Mean Score (MS) untuk
menentukan 5 faktor penghambat yang bernilai tinggi /signifikan.Rumus dari Relative Importance
Indicates (RII) yaitu :
RII = Total Poin Score (0<RII≤1)
5xN
Dimana :
RII : Relative Importance Indicates
Total Poin Score : Nilai Total Poin
N : Jumlah Responden
Nilai RII akan berada antara nilai 0 - 1. sedangkan untuk mencari MS dapat menggunakan rumus :

Mean =  (f x s) ( 1≤MS≤5)
5
Dimana :
s = Nilai yang diberikan untuk tiap faktor oleh responden yang berkisar antara 1-5
f = Frekuensi tanggapan untuk setiap peringkat untuk setiap faktor
N = Total jumlah reponden pada faktor

Peringkat prioritas disusun berdasarkan nilai RII dan nilai standar deviasi. Variabel yang memiliki
nilai RII tertinggi dan standar deviasi terkecil memiliki nilai kesepakatan tertinggi. Jika nilai RII dan
standar deviasi memiliki nilai yang sama, maka nilai mean akan menjadi penentu peringkat, yaitu variabel
dengan mean yang lebih tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan Pembahasan Permasalahan Penelitian Pertama
Permasalahan penelitian pertama dalam penelitian ini adalah Apa saja yang menjadi faktor dan
variabel penghambat penerapan 5D BIM. Setelah dilakukan studi literatur dan jurnal 10 tahun terakhir,
didapatkan hasil sebagai berikut.

469
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 3 Faktor dan Variabel Penghambat Penerapan 5D BIM


NO Faktor dan Variabel Penghambat Sumber
A Personal/Individu
X1 Risiko kesalahan yang timbul dari pemilik model/gambar 3D 1
X2 Kurangnya staff yang qualify untuk mengadopsi teknologi BIM 1
X3 Keengganan personal untuk berubah dari perhitungan tradisional kepada penerapan 1
5D BIM
X4 Kurangnya pengetahuan perancang design terhadap metode pekerjaan di lapangan 6
X5 Lama waktu yang dihabiskan untuk penyusunan BoQ pada proyek yang besar, 6
dimana harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap kelengkapan gambar,
detail gambar dan keakuratan gambar
X6 Banyak gambar dari perancang design yang tidak lengkap sehingga perhitungan 6
biaya menjadi tidak lengkap
X7 Buruknya dokumen design (detail design, keakuratan design, dll) menyebabkan 6
ketidakakuratan perhitungan volume yang di hasilkan software
X8 Kebergantungan dengan karyawan yang di training 6
X9 Karena bersifat kolaborasi, semua pihak yang terlibat dalam proyek harus memiliki 6
kemampuan dalam pengoprasian BIM
B Organisasi
X10 Tantangan budaya di organisasi yang menolak pengadopsian teknologi BIM 1,4
X11 Persepsi perusahaan yang beranggapan memiliki software saya sudah cukup untuk 1
mengadopsi 5D BIM
X12 Perlu untuk memformulasikan kontrak ke dalam BIM 1
X13 Memerlukan biaya yang tinggi dan waktu pada penerapan-nya, sehingga dari 2
management menolak menerapkan BIM
X14 Kesulitan untuk mempersiapkan tim atas perubahan yang terjadi, baik dari 2
workflow, keterampilan baru, dan software baru akibat penerapan 5D BIM
X15 Meningkatkan risiko bagi semua stakeholder, seperti siapa yang dapat mengakses 2,6
informasi dalam BIM models, siapa yang mengontrol informasi, serta
ketidakjelasan pihak yang bertanggung jawab jika terjadi kerusakan informasi
akibat adanya kolaborasi informasi dalam satu sistem
X16 Kurangnya Permintaan Klien yang mensyaratkan penggunaan BIM 4,5
X17 Kurangnya intervensi dari pemerintah sehingga tidak ada dorongan bagi industri 5
untuk menerapkan BIM
C Teknologi
X18 Tingginya biaya awal yang di keluarkan untuk mengadopsi teknologi 5D BIM 1,3,5
X19 Tidak adanya interoperability antar program, yaitu kemampuan dua atau lebih 1,2
sistem untuk bertukar informasi tanpa perlu menginstall software pihak ke tiga
X20 Kegagalan dari Integrasi antar software 1
X21 Kurangnya integrasi model design dan kurangnya informasi yang di butuhkan 1
untuk mengestimasi quantity
X22 Tingginya biaya untuk update software dan hardware 1,4
X23 Kurangnya standar atau protokol yang mendukung penerapan 5D BIM 1,5,6
X24 Kurangnya Single Software Solution pada penerapan BIM sehingga pengguna 2
harus bergantung pada beberapa software dalam suatu proyek
X25 Ketidaksesuaian antara format 5D BIM dengan format cost planning yang sudah 2
sudah diakui di industri konstruksi
X26 BIM models rentan untuk error dan lalai akan informasi yang penting sehingga 2
membuat perhitungan biaya menjadi tidak akurat
X27 Perlu skill khusus dalam penerapan-nya sehingga harus mengeluarkan biaya untuk 3,4,5,6
training karyawan
X28 Kecocokan antar software yang digunakan dalam pertukaran data/informasi antar 3
stakeholder
X29 Tidak adanya standar internal data (database, spreadsheets, dan gambar 3D) yang 4,6
memungkinkan software dan perusahaan untuk saling berkolaborasi.
X30 Sering terjadi dimana data dari satu software jika di pindahkan ke software lain, 5
hasilnya menjadi tidak teratur atau hilang.

470
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

X31 Meningkatnya resiko kehilangan informasi penting pada saat pemindahan data 5
sehingga menimbulkann ketidakakuratan perhitungan biaya
X32 Ketidaksesuaian dengan format Quntity Surveyor dengan gambar 3D sehingga QS 5
perlu untuk meminta gambar detail dari perencana untuk menyediakan detail
gambar untuk perhitungan detail volume
X33 Masih perlunya pengecekan manual terhadap output quantitiy yang dihasilkan 5
software sehingga belum tentu lebih cepat di bandingkan dengan perhitungan
manual
X34 Kurangnya konteks program terhadap metode konstruksi sehingga waste, join, 5
overlapping tidak terhitung
X35 Quantity Surveyor perlu usaha lagi untuk mengecek kelengkapan gambar detail 6
dan kesesuaiannya dengan format QTO
X36 Tingginya kebergantungan dengan ketepatan dan kelengkapan gambar detail 6
karena mempengaruhi keakuratan estimasi biaya
X37 Sering terjadi error antara gambar design dan spesifikasinya 6

Faktor dan variabel tersebut kemudian dilakukan Validasi Pakar melalui penyebaran kuestioner
dengan jawaban Ya atau Tidak. Selain itu, Pakar juga dapat menambahkan variabel yang dianggap
berpengaruh. Berikut ini adalah daftar Responden Pakar.

Tabel 1. Daftar Responden Pakar/Ahli


No Pakar Usia Pendidikan Bidang Pekerjaan Pengalaman Kerja
Anggota Asosiasi BIM
1 Pakar 1 44 Tahun S1 >5 Tahun
Indonesia
2 Pakar 2 37 Tahun S2 PUPR >5 Tahun
3 Pakar 3 36 Tahun S2 BIM Koordinator >5 Tahun

Setelah dilakukan validasi oleh Pakar, terdapat pengurangan 4 (Empat ) faktor dan variabel
penghambat yang dihilangkan, yaitu:
X16 Kurangnya Permintaan Klien yang mensyaratkan penggunaan BIM
X17 Kurangnya intervensi dari pemerintah sehingga tidak ada dorongan bagi industri
untuk menerapkan BIM
X19 Tidak adanya interoperability antar program, yaitu kemampuan dua atau lebih
sistem untuk bertukar informasi tanpa perlu menginstall software pihak ke tiga
X26 BIM models rentan untuk error dan lalai akan informasi yang penting sehingga
membuat perhitungan biaya menjadi tidak akurat

Selain itu, dari Pakar juga memberikan masukan sebanyak 2 (enam) faktor dan variabel penghambat
yang dinilai berpengaruh, yaitu:
X38 Kurangnya anggaran dari proyek di budgetkan untuk menerapkan 5D BIM di
proyek
X39 Integrasi software 3D ke software 5D belum maksimal, untuk penggunaan lebih
dari satu software

Setelah di lakukan validasi Pakar, faktor dan variabel tersebut kemudian disusun kembali sesuai
masukan Pakar dan dilakukan penyebaran kuestioner. Sebelum dilakukan penyebaran kuestioner kepada
responden, dilakukan Pilot Survey terlebih dahulu kepada dua responden untuk memastikan bahwa tata
bahasa yang tertulis di dalam kuestioner dapat dimengerti. Setelah itu, dilakukan penyebaran kuestioner
kepada 50 responden yang merupakan BIM Engineer dan Quantity Surveyor yang memiliki pengalaman
mengoperasikan teknologi 5D BIM. Hasil atau jawaban dari responden ini kemudian dilakukan uji
validitas dan realibilitas menggunakan SPSS.
Dari uji statistik ini, di dapatkan nilai Crinbach’s Alpha hasil uji realibilitas adalah 0.91. hal ini
berarti, instrumen pengukuran yang di digunakan di nyatakan reliable (konsisten) karena r> 0.9. Dengan

471
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

begitu dapat disimpulkan bahwa dari 35 variabel penelitian tersebut termasuk ke dalam realibilitas
sempurna/tinggi. Selain itu, Uji validitas menghasilkan 1 variabel yang tidak valid dengan Nilai Corrected
Item-Total Correlation = 0.22 atau <0.2353, yaitu variabel X 1 yaitu Resiko kesalahan yang timbul dari
pemilik model/gambar 3D. Dengan demikian, faktor dan variabel yang dinyatakan lolos uji statistik
adalah berjumlah 34 variabel.

Hasil dan Pembahasan Permasalahan Penelitian Kedua


Setelah didapatkan 34 variabel penghambat penerapan 5D BIM yang lolos uji statistik, tahap
selanjutnya adalah mencari 5 variabel signifikan yang menghambat penerapan 5D BIM yang menjadi
jawaban permasalahan kedua. Untuk itu, dilakukan pengolahan data menggunakan Relative Importance
Indicates (RII) dan Mean Score (MS) untuk menentukan 5 faktor penghambat yang bernilai tinggi
/signifikan. Dari perhitungan tersebut dihasilkan 5 variabel signifikan yaitu :

Tabel 4. Lima Faktor Penghambat Siginifikan


Variabel RII Mean SD Rank
X2 0,860 4,30 0,678 1
X36 0,820 4,10 0,863 2
X6 0,804 4,02 1,078 3
X23 0,800 4,00 1,010 4
X5 0,800 4,00 1,030 5

Hasil dan Pembahasan Permasalahan Penelitian Ketiga


Setelah didapatkan 5 variabel signifikan yang menghambat penerapan 5D BIM, kemudian di
lakukan kajian pustaka untuk mempelajari lebih lanjut penyebab dan treatment dari 5 variabel signifikan
tersebut, setelah itu dilakukan interview dengan pakar terkait penyebab dan treatment bagi variabel
penghambat yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa treatment yang dapat di lakukan untuk
variabel penghambat tersebut antara lain :

Tabel 8 Treatement Variabel Penghambat X2


Variabel Penghambat : X 2
Treatment :
- Mengajarkan teknologi 5D BIM di universitas
- Melakukan perekrutan terhadap engineer muda baik di sektor publik maupun swasta yang memiliki
kemampuan untuk menerapkan teknologi 5D BIM
- Adanya dukungan dengan memberikan reward bagi praktisi yang memiliki kemampuan teknologi 5D
BIM
- Memberikan pelatihan teknologi 5D BIM kepada praktisi QS/BIM secara berkala

Tabel 9 Treatment Variabel Penghambat X 36, X6 dan X5


Variabel Penghambat : X 36, X6 dan X5
Treatment :
- Membuat Daftar information requirement di awal perencanaan, baik yang Automated
Information (sudah tercantum di dalam gambar 3D) maupun non-automated information /
additional information (ex. data existing)
- Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara perancang / BIM koordinator dan Quantitiy
Surveyor
- Harus ada pilot proyek yang di design untuk pembuktian penerapan teknologi 5D BIM yang
sesuai dengan karakteristik masing2 proyek.
- Perlunya sinergitas aturan dari pemerintah dalam kewajiban penerapan 5D BIM dan
pelaksanaan auditnya

472
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 10 Penyebab dan Treatment Variabel Penghambat X 23


Variabel Penghambat :
X23 Kurangnya standar atau protokol yang mendukung penerapan 5D BIM
Treatment :
- Membuat standarisasi protokol terhadap teknologi 5D BIM
- Membuat Protokol yang jelas dan spesifik terkait batas penerapan 5D BIM dalam proyek.
- Semua stakeholder dalam proyek harus terlibat dalam penerapan BIM dan ada payung hukum yang
jelas yang mengatur tanggung jawab masing-masih stakeholder serta batas-batas penerapannya.
- Perlunya integritas aturan dari pemerintah dalam kewajiban penerapan 5D BIM dan pelaksanaan
auditnya.

KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam penelitian ini, dapat di simpul kan bahwa meski-pun penerapan teknologi
5D BIM di claim memiliki banyak manfaat, namun penerapan-nya masih relatif jarang dilakukan pada
proyek konstruksi di Indonesia. Dari kajian pustaka yang dilakukan di dapatkan 3 faktor penghambatnya
yaitu, faktor Individu, Organisasi dan Teknologi dan memiliki 37 variabel penghambat. Lima Faktor
signifikan yang menghambat penerapan 5D BIM pada proyek konstruksi di Indonesia adalah Kurangnya
staff yang qualify untuk mengadopsi teknologi 5D BIM, Tingginya kebergantungan dengan ketepatan
dan kelengkapan gambar detail karena mempengaruhi keakuratan estimasi biaya, banyak gambar dari
perancang design yang tidak lengkap sehingga perhitungan biaya menjadi tidak lengkap, lama waktu
yang dihabiskan untuk penyusunan BoQ pada proyek yang besar,dimana harus dilakukan pengecekan
terlebih dahulu terhadap kelengkapan gambar, detail gambar dan keakuratan gambar, serta kurangnya
standar atau protokol yang mendukung penerapan 5D BIM.

DAFTAR PUSTAKA
BIM Community (2019) .About BIM Adoption Around The World. Diakses dari
https://www.bimcommunity.com/news/load/1086/bim-adoption-around-the-world 20diakses 2012
20maret 202020. pada tanggal 20 maret 2020. Pukul : 22.15 WIB
Georgiadow, M (2017) An overview of benefits and challenges of buiding information modelling (BIM)
adoption in UK residential projects. Westminister Research, 19(3), 298-320
Mondejar., A Calvin Paulo . (2017), Assessment of Factors Affecting Cost Estimation on Project Cost
Management in Small, Medium, and Large Construction Firms Using Factor and Multivariate
Regression Analyses”.
Mohammad Mayouf .,Michael Gerges.,Sharon Cox (2019), 5D BIM: An investigation into the Integration
of Quantity Surveyors within the BIM Process, Journal of Engineering Design and Technology
DOI:10.1108/JEDT-05-2018-0080
N.Hasan Amjed., M.Rasheed, Sawsan (2019). The Benfits od and Challenges to Implement 5D BIM in
Construction Industry. Civil Engineering Journal, 5(2)
PMBOK sixth edition. (2017). A guide to the project management body of knowledge. Newtown Square,
Pennsylvania: Project Management Institute.
Stanley Ryan., Derek Thurnell (2014) The Benefit of, and Barriers to, Implementation of 5D BIM for
Quantitiy Surveying in New Zealand, Australasian Journal of Construction Economic and Building ,
14(1), 105-117

473
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN PENGARUHNYA DALAM


MENINGKATKAN KINERJA OPERASIONAL BANGUNAN GEDUNG (STUDI
KASUS APARTEMEN XYZ KOTA TANGERANG)

Thimoty Dalian 1, Lusiana Idawati2


1
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi
2
Guru Besar Magister Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Plaza Semanggi
Email : thimoty611@gmail.com

Abstrak
Pada era persaingan bisnis perusahaan di tuntut untuk menerapkan sistem manajemen yang baik
sebagai alat dalam meningkatkan kinerja perusahaan, melalui kinerja operasionalnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis Aspek-aspek sistem manajemen mutu yang paling berengaruh terhadap
kinerja operasional bangunan gedung apartemen XYZ kota Tangerang. Permasalahan dari penelitian ini
adalah 1) apa saja faktor dan variabel aspek aspek sistem manajemen mutu pada proses operasional
apartemen? dan 2)Apa saja aspek-aspek sistem manajeman mutu yang paling berpengaruh terhadap
kinerja operasional apartemen XYZ kota Tangerang? Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif ,dengan instrumen kuesioner yang bertujuan mendapatkan data penelitian ini.
Faktor dan variabel penelitian didefenisikan melalui studi literatur/pustaka. penyebaran kuesioner
dilakukan kepada 35 responden terpilih khusunya pada bagian departemen teknik, keamanan, Tata
graha, administrasi, keuangan ,dan layanan pelanggan. Analisis data yang digunakan adalah Regresi
Linier metode stepwise dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Hasil
dalam permasalahan 1) terdapat 8 faktor dan 47 variabel aspek-aspek sistem manajemen mutu pada
proses operasional apartemen XYZ dan 2) terdapat 3 variabel yang paling mempengaruhi yaitu (X4)
Meningkatkan upaya untuk mendapatkan masukan dari pemilik dan penghuni unit,(x14)Manajer
bangunan secara konsisten memperhatikan hak dan kebutuhan anggotanya(24) partisipasi pekerja
dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Kata kunci: sistem manajemen mutu, perawatan dan pemeliharaan, apartemen

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Dengan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan lahan di perkotaan apartemen
seharusnya menjadi bidikan bagi para penduduk maupun investor, namun pada kenyataannya penjualan
apartemen di Jakarta, Bogor, Depok termasuk Tangerang justru menurun 45,1 persen higga 75,8 persen.
(Haranti, 2020).

Gambar 1 :Petriella,(2021) Harga jual apartemen strata.

Pada gambar 1 grafik harga jual apartemen pada tahun 2020 an 2021 juga tidak mengalami
peningkatan, selain dikarenakan dampak pandemi. Tahapan oprasional juga sangat penting untuk
diperhatikankarena kegiatan fisik tanpa disertai dengan peningkatan fasilitasakan menyebabkan nilai
ekonomi dan nilai fisik menurun, kenyataan dilapangan menunjukan kegiatan pemeliharaan pada
umumnya kurang mendapatkan perhatian.(Lambang, 2018). Padahal pemeliharaan yang terencana dengan
baik membuat kondisi bangunan menjadi semakin indah, kokoh dan semakin terawat, kondisi demikian

474
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

punmenjadi aset kenamanan serta keamanan bagi penghuni bangunan tersebut.(Mulyandri dan
Saputra,2011;p1)
Pada bangunan gedung tinggi apartemen XYZ terdapat empat pihak yang berkepentingan dalam
mementukan kinerja bangunan gedung yaitu Pemilik, penghuni, pengembang dan pengelola gedung.
Dikarenakan apartemen XYZ masih belum menetapkan P3RS (Perhimpunan Pemilik dan Penghuni
Satuan Rumah Susun) maka dalam penelitian ini Developer/pengembang masih memiliki andil. Pada
tahapan operasional /pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung pihak pengembang menunjuk suatu
organisasi aitu yang disebut Manajer Bangunan (Building Manager). Sebagai pihak yang bertanggung
jawab terhadap perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung, berkewajiban dalam menerapkan sistem
manajemen yang baik sebagai alat dalammeningkatkan kinerja persahaan atau organisasi melalui kinerja
operasionalnya. (Tumbel, 2016). Salah satu prinsip Total Quality Management (TQM) adalah aturan atau
keyakinan yang komperhensif dan mendasar untuk memimpin dan menjalankan organisasi yang bertujuan
untuk terus meningkatkan kinerja dalam jangka panjang dengan berokus pada pelanggan sambil
memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan lainnya. (Abdulazeez dkk, 2015). Oleh karena itu
sistem manajemen yang diterapkan dalam operasional bangunan gedung heruslah berbasis mutu.
Penerapan Sistem Manajemen Mutu ang benar dalam pada seluruh kegiatan pengoperasian dalam
pemeliharaan bangunan gedung dapat mengurangi kegiatann perbaikan yang diakibatkan oleh hasil kerja
yang tidak sesuai standar, atau bahkan dapat mencegah terjadinya kerusakan sehingga menghasilkan
penurunan biaa operasional dan pemeliharaan bangunan gedung (simanjuntak dan suawa,2014). Oleh
karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja Aspek-aspek sistem manajemen
mutu yang paling berpengaruh terhadap kinerja operasional bangunan gedung apartemen XYZ kota
Tangerang, dalam prespektif Building Management.

Permasalahan Penelitian
Dari Latar belakang diatas maka permasalahan penelitian ini yaitu :
1) Apa saja faktor dan variabel aspek – aspek sistem manajemen mutu dalam proses operasional
Bangunan gedung apartemen XYZ kota Tangerang?
2) Apa saja Aspek-aspek sistem manajemen mutu yang paling berpengaruh terhadap Kinerja
operasional bangunan gedung apartemen XYZ kota Tangerang?

METODOLOGI PENELITIAN
Proses Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif diawali dengan melakukan studi
berdasarkan referensi berupa literatur baik buku, jurnal penelitian sebelumnya dan. Dari studi tersebut
akan diperoleh faktor dan variabel yang berhubungan dengan Kinerja operasional bangunan gedung
apartemen XYZ. Kemudian dilakukan analisis pendapat kelima pakar yang terdiri dari akademisi dan
profesional yang memiki pengalaman lebih dari sepuluh tahun sebagai pengelola gedung (Building
management). setelah variabel di validasi pakar dilanjutkan dengan membagikan kuisioner ke staff
manajemen pengelola yang berada di apartemen XYZ kota Tangerang. Yang berjumlah 35 responden
khusunya pada bagian departemen teknik, keamanan, Tata graha, administrasi, keuangan ,dan layanan
pelanggan. sebagai analisis kuantitatif dengan memberikan bobot angka yang bertujuan untuk menguji
korelasi antara faktor dan variabel sistem manajemen mutu yang paling berpengaruh terhadap kinerja
operasional bangunan gedung apartemen XYZ kota Tangerang.

475
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 2. Diagram Alur Metode Penelitian

Metode Penelitian
Metode Analisis Permasalahan 1
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan 1 yaitu faktor dan variabel aspek-
aspek sistem manajemen mutu pada operasional bangunan gedung apartemen. Metode yang digunakan
adalah berawal dari permasalahan rumusan isu yang terjadi, kemudian dilakukan kajian dari
literatur/pustaka baik berupa buku, artikel, dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik
permasalahan. Studi literatur dilakukan untuk mengidentifikasi faktor dan variabel aspek-aspek sistem
manajemen mutu terhadap operasional bangunan gedung apartemen. Setelah itu faktor dan variabel
variabel disusun berupa pertanyaan kuesioner, kemudian diajukan terhadap pakar untuk divalidasi. Pakar
dalam penelitian ini terdiri dari akademis dan orang yang ahli dibidangna khususnya dalam pengelolaan
bangunan gedung dengan pengalaman kerja lebih dari sepuluh tahun.
Metode Analisis Permasalahan 2
Metode penelitian yang dilakukan untuk menjawab permasalahan 2 yaitu aspek-aspek sistem
manajemen mutu yang paling berpengaruh terhadap kinerja operasional bangunan gedung apartemen
XYZ , yaitu dengan metode kuantitatif. Untuk memperoleh data primer faktor dan variabel yang telah
validasi oleh pakar ,dilanjutkan dengan membagikan kuisioner ke staff manajemen pengelola yang berada
di apartemen XYZ kota Tangerang. Yang berjumlah 35 responden khusunya pada bagian departemen
teknik, keamanan, Tata graha, administrasi, keuangan ,dan layanan pelanggan. Setelah hasil data
kuesioner didapatkan, dilanjutkan dengan analisis statistik dengan bantuan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution). Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi linier
dengan metode stepwise yang bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan linier anat variabel
independent dan dependent. Setelah pengolahan data dan analisis selesai maka melakukan pembahasan
terhadap hasil dan di ambil kesimpulan.

476
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Faktor dan Variabel Sistem Manajemen Mutu Pada Operasional apartemen
Pada Tabel 1. Telah dirangkumkan faktor dan variabel dari aspek-aspek sistem manajemen mutu
pada tahapan proses operasional bangunan gedung apartemen. Berdasarkan studi literatur yang dipelajari
dan melalui validasi pakar maka ditemukan sebanak 8 faktor dan 47 variabel.

Tabel 1. Faktor dan Variabel Sistem Manajemen Mutu


Faktor Kode Variabel Refrensi
X1 Memahami kebutuhan pemilik dan penghuni unit 3,5,6,7,8
Mengkomunikasikan harapan pemilik dan penghuni unit 2,3,5,7,8
X2
dengan organisasi secara keseluruhan
Penggunaan sumber daya organisasi yang efektif sehingga 2,3,8
X3
meningkatkan kepuasan penghuni dan pemilik unit
Fokus Terhadap Meningkatkan upaya untuk mendapatkan masukan dari 3,7,8
Pelanggan X4
pemilik dan penghuni unit.
Memenuhi harapan pemilik dan penghuni unit dengan 2,5,6
X5
memberikan spesifikasi dengan sesuai
Perbaikan kualitas yang dipilih berdasarkan usulan dari 2,5,7,8
X6
keluhan dan kepuasan pemilik dan penghuni
Memastikan bahwa sasaran organisasi disesuaikan dengn 3
X7
harapan pemilik dan penghuni unit
X8 Menganalisis harapan Pemilik dan penghuni 2,7,8
Hubungan komunikasi yang baik antar pihak Building 2,7,8
X9
Management dengan pemilik dan penghuni
Manajer bangunan Menetapkan target, tujuan dan sasaran 2,3
X10
organisasi
Manajer Bangunan Menjadikan seluruh anggota tim 2,3
X11
Kepemimpinan termotivasi atas pentingnya tujuan dan sasaran organisasi
Manajer Bangunan Meningkatkan kinerja keandalan 1,3,6,9
X12
seluruh anggota melalui pelatihan
Semua pemimpin divisi bangunan menjadi contoh dalam hal 3,10
X13
kejujuran
Manajer Bangunan secara konsisten memperhatikan hak dan 7,9
X14
kebutuhan anggotanya.
Manajer Bangunan mengembangkan rencana kontinjensi 10
X15
untuk mengontrol pemeliharaan dan perawatan.
Manajer Bangunan mendukung upaya peningkatan kualitas 1,7,9
X16
dengan menyediakan sumber daya
Manajer Bangunan menetapkan masalah kualitas dalam 6
X17
agenda rapat manajer
Building management menerapkan struktur manajemen yang 1,2,6
X18
sesuai dengan kompetensinya
Seluruh pemimpin divisi secara aktif berpartisipasi dalam 1,6,7
X19
upaya peningkatan kualitas
Memberikan kesempatan kepada seluruh anggota tim 2,3
Keterlibatan building management untuk memberikan gagasan dalam
X20
Personil merencanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab atau
timnya
X21 Karyawan yang meningkatkan kualitas diberi penghargaan 7
X22 Kepuasan pekerja diukur secara teratur 7,9
Building management berkontribusi terhadap keselamatan 7,9
X23
pekerja
setiap pekerja berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan 1,2,4
X24
sesuai dengan tanggung jawabnya masing masing
X25 karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya 5
Memahami kapabilitas (Kemampuan) organisasi dalam 2,3,4,6
X26
Pendekatan Sistem membuat perencanaan sumber daya
Manajemen X27 Peningkatan berkelanjutan secara terus-menerus melalui 1,3,10

477
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

pengukuran dan evaluasi


adanya jalur komunikasi vertical dan horizontal di setiap 6
X28
departemen
Mendefinisikan aktivitas yang diperlukan untuk diterapkan 2,,3
X29
pada organisasi secara sistematis
Menentukan kriteria serta metode yang disyaratkan untuk 2,3
X30
Pendekatan Proses memastikan pengendalian proses agar efektif
Mengukur, memantau, dan menganalisis proses operasional 3,5
X31
dalam perawatan dan pemeliharaan
X32 Sumber daya dikelola berdasarkan suatu tahapan proses 2,6
X33 pencegahan kesalahan saat merencanakan prosedur 10
Ketidak sesuaian pada proses dan layanan dideteksi melalui 5
X34
audit internal
X35 Memastikan informasi data akurat serta mudah diakses 2,3
Pendekatan Fakta Keputusan dibuat berdasarkan hasil analisis serta 2,3,6
X36
Dalam membuat pengalaman dan pengetahuan
Keputusan X37 Metode statistik digunakan untuk menganalisis data 2
X38 Berkomunikasi dalam berbagi informasi dengan supplier 1,3,6
Memastikan bahwa output dari supplier sesuai dengan 1,2,3,6
X39
Hubungan Saling persyaratan perusahaan melalui Audit
Menguntungkan Ada hubungan yang saling menguntungkan antara Building 2
dengan Supplier / X40
management dan pemasok/supplier
Pemasok 2,3,6
X41 Mengidentifikasi dalam menyeleksi supplier yang
berkompeten
Membuat perencanaan, yaitu menentukan tujuan, sasaran, 2,3,4
X42
Peningkatan dan metode
berkesinambungan X43 Pelatihan dalam metode serta alat yang digunakan 1,3,5
berdasarkan siklus X44 Melaksanakan pekerjaan berdasarkan perencanaan 3,4,6
PDCA Memeriksa hasil pekerjaan apakah terdapat penyimpangan 2,3,5
X45
atau tidak
Mengambil tindakan perbaikan yang tepat terhadap hasil 2,3,4,5,
X46
kerja yang tidak sesuai standar SOP
. Diterapkannya program untuk meningkatkan Perbaikan 2,6
X47
yang berkesinambungan

Pada tabel 1 di atas faktor dan variabel yang telah di tetapkan dalam penelitian ini terdiri dari 8
faktor dan 47 variabel.

Pengaruh Sistem Manajemen Mutu dalam Meningkatkan Kinerja Operasional

Gambar 3. Model Summary Analisi Regresi

Berdasarkan gambar 3 diatas jumlah model regresi yang terbentuk adalah 3 variabel yaitu X4, X14
dan X24. Hasil anisis menunjukan :
1. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X4 ,dengan nilai R square yang
didapatkan sebesar 0,726 yang berarti variabel X4 (Meningkatkan upaa untuk mendapatkan
masukan dari pemilik dan penghuni) dalam variabel model pembentuk pertama memberikan
kontribusi trhadap Y sebesar 72,6%.

478
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

2. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X4 dan X14 ,dengan nilai R square yang
didapatkan sebesar 0,806 selisih nilai R square model pertama dan kedua sebesar 0,08. Hal ini
berarti variabel X14 (Manajer bangunan gedung secara konsisten memperhatikan hak dan
kebutuhan anggotanya) dalam variabel model pembentuk kedua memberikan kontribusi trhadap
Y sebesar 8%.
3. Variabel pembentuk model dikombinasi oleh variabel X4, X14 dan X24 ,dengan nilai R square
yang didapatkan sebesar 0,850 selisih nilai R square model kedua dan ketiga sebesar 0,044. Hal
ini berarti variabel X24 (Setiap pekerja berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
tanggung jawabnya masing-masing) dalam variabel model pembentuk kedua memberikan
kontribusi trhadap Y sebesar 4,4%.
Dari ketiga variabel pembentuk model yang terdiri X4, X14 dan X24 dengan nilai R square 0,850.
hal ini menunjukan bahwa 85% variabel Y dipengaruhi oleh variabel X4, X14 dan X24 secara simulutan
atau bersamaan ,sedangkan sisanya sebesar 15% dipengaruhi oleh faktor dan variabel lain diluar model.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh 8 faktor aspek-aspek sistem manajemen mutu pada
tahapan operasional bangunan gedung apartemen yaitu 1)fokus terhadap pelanggan, 2)
kepemimpinan, 3)keterlibatan personil, 4) pendekatan sistem manajemen, 4) pendekatan proses, 5)
pendekatan akta dalam membuat keputusan, 6) hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
/supplier dan peningkatan berkesinambungan berdasarkan siklus PDCA dan dari semua faktor
terdapat 47 variabel.
2. Dari hasil analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh aspek-aspek sistem manajemen mutu
yang paling berpengaruh terhadap kinerja operasional bangunan gedung apartemen XYZ kota
Tangerang terdapat 3 faktor dan 3 variabel yaitu :
1) Faktor fokus terhadap pelanggan dengan variabel X4 Meningkatkan upaya untuk mendapatkan
masukan dari pemilik dan penghuni
2) Faktor Kepemimpinan dengan variabel X14 Manajer bangunan gedung secara konsisten
memperhatikan hak dan kebutuhan anggotanya
3) Faktor keterlibatan personil dengan variabel X24 Setiap pekerja berpartisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing
Nilai R square sebesar 0,850. hal ini menunjukan bahwa 85% variabel Y dipengaruhi oleh variabel
X4, X14 dan X24 secara simulutan atau bersamaan ,sedangkan sisanya sebesar 15% dipengaruhi oleh
faktor dan variabel lain diluar model.

Saran
Perlu dilakukan kajian literatur atau wawancara terkait tiga variabel tersebut untuk dapat
memberikan rekomendasi berbaikan agar lebih tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulazeez, A. ., Abbas, A., & Ibrahim, A. . (2015). Establishing the Status of Building Maintenance
Operations of Nigerian Universities based on the European Construction Institute Total Quality
Management Measurement Matrix. Innovare Journal of Engineering & Technology, 3(1), 3–8.
Akinlolu, M., Ndihokubwayo, R., & Simpeh, F. (2017). The extent of practice of Total Quality
Management ( TQM ) in the maintenance of university buildings in South Africa. 11th Built
Environment Conference, August, 414–426.
Astarini, S. D., & Utomo, C. (2020). Performance-Based Building Design of High-Rise Residential
Buildings in Indonesia. Sustainability, 12(17), 1-17. doi:https://doi.org/10.3390/su12177103
Amin, M., Wibowo, M. A., & Atmojo, P. S. (2016). Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu
terhadap Kualitas Pelaksanaan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (Studi Kasus: Tugas Pembantuan
Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Kedung Asem dan Daerah Irigasi Bodri Provinsi Jawa

479
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tengah). Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, 22(1), 1-12.


doi:https://doi.org/10.14710/mkts.v22i1.12401View
Bouranta, N., Psomas, E., Barraza, M. F., & Jaca, C. (2019). The key factors of total quality management
in the service sector: A cross-cultural study. Benchmarking: AnInternational Journal, 26(6).
doi:10.1108/BIJ-09-2017-0240
Fadli, Muttaqin, M., & Afifuddin, M. (n.d.). Kajian pemeliharaan bangunan gedung lpmp provinsi
Aceh. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 1(2), 148-155, 148-155. doi:DOI:
10.24815/jarsp.v1i2.10960
Haryanti.R. 2020. Penjualan Apartemen Jabodetabek Turun Drastis Hingga 75,8 persen.
https://properti.kompas.com/read/2020/05/04/223000421/penjualan-apartemen-di-jadebotabek-
turun-drastis-hingga-75-8-persen 29 Mei 2021 (19:45)
Labombang, M. (2018). Manajemen Pemeliharaan Fasilitas Dalam Pengelolaan Gedung. Mektek, 10.
Muyandri.H dan Saputra.R.A 2011,Pemeliharaan Bangunan : Basic Skill facility
Management.Edisi Pertama. Cetakan Pertama.Penerbit Andi.Yogyakarta.
Petriela.Y. 2021. Harga Stagnan, Penjualan Apartemen Strata Tetap Turun.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210407/47/1378065/harga-stagnan-penjualan-apartemen-strata-
tetap-turun 29 Mei 2021(20:45)
Ronald Simanjuntak, M. A., & Sinta Suawa, S. (2014). Analisis Sistem Manajemen Mutu dan
Pengaruhnya Dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan Gedung Tinggi Perkantoran di
Jakarta Pusat. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(2), 92–102.
Simorangkir, A. P., Priadi, E., & Alwi, A. (2017). Evaluasi Kinerja Penerapan Sistem Manajemen Mutu
pada kontraktor PT. Bangun Cipta Kontraktor. Jurnal Teknik Sipil, 17(2), 1-17. Retrieved January
17, 2021, from https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jtsuntan/article/view/25742/75676576809.
Tumbel, C. M. T. dan A. L. (2016). Penerapan Sistem Manajemen Mutu Dalam Meningkatkan Kinerja
Operasional Koperasi Simpan Pinjam (Studi Pada Koperasi Glaistygil Manado). Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi, 16(3), 14–26.
Wawak, S., Ljevo, Ž, & Vukomanovi, M. (2020). Understanding the Key Quality Factors in Construction
Projects—A Systematic Literature Review. Sustainability, 12(10376), 1-25.
doi:10.3390/su122410376

480
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK BAJA TULANGAN DAN BETON


READY MIX PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG PADA MASA
PANDEMI COVID-19

V. Budiyanto1, M. Toricelli1, Hermawan2*, Budi Setiyadi3


1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
2
Ketua Kelompok Keahlian Manajemen Konstruksi
3
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1, Bendan Duwur, Semarang
*Email: hermawan.mrk@gmail.com

Abstrak
Pandemi global yang terjadi karena Covid-19 menyebabkan seluruh kegiatan konstruksi menjadi
terhambat bahkan terhenti. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dikeluarkan oleh
Presiden Republik Indonesia turut diikuti dengan kebijakan turunan oleh masing-masing pemerintah
daerah menyebabkan sistem rantai pasok menjadi terhambat. Walaupun adanya pemberlakuan PSBB
namun beberapa proyek konstruksi gedung masih tetap beraktivitas. Dengan kondisi tersebut, maka
berpotensi menambah risiko pada sistem rantai pasok. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai
analisis risiko rantai pasok material. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi risiko rantai pasok
terkait material baja tulangan dan beton ready mix pada proyek konstruksi gedung dalam masa Pandemi
Covid-19. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis frekuensi dan
dampak risiko pada aktivitas rantai pasok Proyek X dan Proyek Y. Analisis frekuensi dan dampak risiko
didasarkan pada hasil penyebaran kuesioner dari 40 variabel risiko relevan yang terbagi dalam lima
aliran. Responden pada penelitian ini meliputi pihak kontraktor dan pihak supplier proyek terkait.
Berdasarkan hasil analisis 40 variabel risiko pada tahapan survei utama pihak kontraktor dihasilkan 22
variabel risiko dengan nilai kategori rendah, 13 variabel risiko dengan nilai kategori sedang, dan 5
variabel risiko dengan nilai kategori tinggi. Selanjutnya hasil analisis 40 variabel risiko pada pihak
supplier diperoleh 21 variabel risiko dengan nilai kategori rendah, 15 variabel risiko dengan nilai
kategori sedang, dan 4 variabel risiko dengan nilai kategori tinggi. Hasil akhir yang didapatkan dari
penelitian ini adalah uraian mengenai faktor penyebab dan strategi penanganan risiko pada variabel
risiko berkategori tinggi yang kedepannya dapat digunakan untuk mengoptimalkan sistem rantai pasok
material pada proyek bangunan gedung di situasi Pandemi sekarang maupun di situasi Pandemi yang
akan datang.

Kata kunci: analisis risiko, baja tulangan, beton ready mix, konstruksi gedung, pandemi covid-19, rantai
pasok

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akibat terjadinya Pandemi Covid-19, terjadi penurunan laju pertumbuhan pada sektor industri
konstruksi yang disebabkan oleh banyak faktor salah satunya yaitu rantai pasok. Rantai pasok yang baik
harus saling berkaitan dengan rantai pasok lain dan akan membentuk suatu sistem rangkaian yang
kompleks. Sistem rangkaian yang kompleks bertujuan agar distribusi barang dari hulu hingga hilir dapat
tersalurkan dengan baik dan tepat dari segi waktu, mutu, dan biaya. Pada penelitian analisis rantai pasok
terdahulu yang dilakukan pada beberapa kota di Pulau Jawa didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda satu
sama lain. Analisis risiko rantai pasok pada penelitian ini dilakukan pada masa Pandemi Covid-19 dengan
situasi yang jelas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan bahaya yang dihadapi pada masa
Pandemi Covid-19 menyebabkan ketidaklancaran, ketidakefisiensian, dan permasalahan pada sistem
rantai pasok. Banyak proyek konstruksi yang mengalami keterlambatan dari jadwal yang ditentukan.
Selanjutnya kerugian yang ditimbulkan akibat ketidaksesuaian jadwal dapat menyebabkan bertambahnya
biaya pada proyek konstruksi. Hal ini disebabkan progres proyek yang cenderung melambat.
Permasalahan koordinasi dan komunikasi antar berbagai pihak yang terlibat juga dapat berpotensi untuk
menimbulkan permasalahan akibat pembatasan sosial. Walaupun adanya Pemberlakuan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) namun beberapa proyek konstruksi gedung masih tetap beraktivitas.

481
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dengan kondisi tersebut maka proyek-proyek konstruksi berpotensi menambah risiko yang dapat terjadi
pada sistem rantai pasoknya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai analisis risiko rantai
pasok pada material untuk dapat mengidentifikasi risiko yang berpotensi menghambat pekerjaan dan
meminimalisir penyebaran Covid-19 pada masa pandemi ini.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah:
a) Mengidentifikasi nilai kategori risiko dalam aktivitas rantai pasok baja tulangan dan beton ready mix
pada masa Pandemi Covid-19.
b) Mengetahui faktor penyebab risiko dan strategi penanganan risiko dalam aktivitas rantai pasok baja
tulangan dan beton ready mix pada masa Pandemi Covid-19.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan penelitian ini adalah:
a) Responden penelitian adalah pihak kontraktor dan supplier pada proyek konstruksi gedung.
b) Risiko yang diteliti adalah risiko dari sudut pandang kontraktor dan supplier.
c) Risiko yang diteliti adalah risiko dalam aktivitas rantai pasok baja tulangan dan beton ready mix
proyek konsrtuksi gedung.

METODOLOGI
Tahapan Penelitian
Tahapan dari penelitian dimulai dengan penyusunan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan
penelitian, yang kemudian dilanjutkan dengan studi pustaka untuk mendapatkan identifikasi awal risiko
pada rantai pasok di proyek konstruksi. Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui relevansi dari
identifikasi awal risiko dari studi pustaka tersebut terhadap obyek penelitian, sekaligus untuk
mendapatkan variabel tambahan dari responden. Survei utama dilakukan untuk mengetahui persepsi
kualitatif responden terhadap frekuensi dan dampak dari variabel risiko (Nurcahyo dan Wiguna, 2016).
Kemudian dianalisis untuk mendapatkan risiko yang signifikan menggunakan formula dan matriks
frekuensi dan dampak. Survei respon risiko dilakukan untuk mengetahui solusi dan strategi pengelolaan
terhadap risiko yang masuk ke dalam kategori tinggi, yang dilanjutkan dengan penyusunan kesimpulan
dan saran. Detail tahapan penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 1.

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Survei Pendahuluan

Survei Utama

Analisis Data

Survei Respon Risiko

Kesimpulan dan
Saran
Gambar 1. Tahapan alur penelitian

482
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data Penelitian
Data yang dibutuhkan pada penelitian dapat diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data penelitian
Data Primer Data Sekunder
Data dari survei kuesioner dan wawancara Data identitas proyek yang sedang berjalan
dari pihak kontraktor dan supplier Data identitas responden
Data perusahaan kontraktor dan supplier

Variabel Penelitian
Risiko dalam aktivitas rantai pasok pada proyek konstruksi gedung dalam penelitian ini adalah risiko
pada hubungan kerja sama antara kontraktor dan supplier. Identifikasi, analisis, dan respon risiko
dilakukan dari masing-masing sudut pandang kontraktor dan supplier terhadap aktivitas rantai pasok baja
tulangan dan beton ready mix. Penyusunan variabel risiko dilakukan dengan menggunakan dan
mengembangkan variabel risiko pada penelitian terdahulu (Nurchayo dan Wiguna, 2016; Puspita, 2017).
Variabel risiko dikelompokkan menjadi aliran material, aliran finansial, aliran informasi, aliran relasional,
dan aliran inovasi yang secara detail dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Variabel risiko rantai pasok


Aliran Material
A1 Kesulitan mendapatkan suplai material akibat penutupan sebagian besar supplier
A2 Kelangkaan material yang menyebabkan tidak tepat waktu dalam pengiriman
A3 Ketidakstabilan suplai material oleh supplier kepada pihak kontraktor karena pembatasan sosial
A4 Keterlambatan dalam pengiriman material yang diakibatkan oleh cuaca yang buruk
A5 Ketidaksesuaian antara jumlah material yang dikirim oleh supplier kepada pihak kontraktor
dengan jumlah permintaan dari pihak kontraktor
A6 Kegagalan pengiriman material yang dikirim oleh supplier kepada pihak kontraktor karena
lokasi proyek yang sulit dilalui
A7 Ketidaksesuaian mutu atau kualitas material yang dikirim oleh supplier kepada pihak kontraktor
terhadap standar mutu sesuai spesifikasi pada kontrak
A8 Risiko akibat persyaratan ketat yang berlaku di sekitar lingkungan proyek terkait pengadaan
material oleh supplier kepada kontraktor ke lokasi proyek
A9 Keterlambatan dalam pengiriman material akibat penutupan beberapa akses jalan
A10 Kegagalan dalam pengiriman material yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas
Aliran Finansial
A11 Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya supplier
A12 Harga yang diberikan oleh supplier kurang kompetitif kepada pihak kontraktor
A13 Kesalahan dalam estimasi biaya
A14 Frekuensi pembayaran yang dilakukan oleh pihak kontraktor kepada supplier
A15 Perubahan harga material yang di suplai akibat situasi Pandemi Covid-19
A16 Risiko akibat fluktuasi kurs mata uang
A17 Terjadi peningkatan tarif produksi barang atau jasa
A18 Terjadinya krisis ekonomi
A19 Tidak sesuainya harga yang dibayarkan oleh kontraktor dengan dengan harga yang diberikan
oleh supplier
A20 Terjadi peningkatan tarif pajak barang atau jasa
Aliran Informasi
A21 Perubahan mutu dari material yang telah dipesan oleh kontraktor kepada pihak supplier
A22 Ketidakjelasan supplier dalam memberikan informasi
A23 Minimnya sumber daya alat atau manusia yang dimiliki perusahaan pada proses pertukaran
informasi
A24 Minimnya kepercayaan kontraktor terhadap supplier
A25 Negosiasi tidak berjalan lancar dengan pihak supplier
A26 Manipulasi informasi oleh supplier
A27 Pengajuan klaim dari pihak kontraktor atas ketidakpuasan material yang telah dikirim oleh
supplier
A28 Tidak adanya petunjuk penggunaan peralatan dan material oleh supplier kepada kontraktor
Kurang baiknya proses pengawasan dokumen pengadaan
A29 Minimnya frekuensi diadakannya rapat koordinasi antara pihak – pihak yang terlibat dalam

483
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

A30 proses konstruksi akibat situasi Pandemi Covid-19

Aliran Relasional
A31 Tingginya risiko penularan virus Covid-19 melaui kontak langsung antar pekerja
A32 Kesulitan mencari supplier pengganti di tengah Pandemi Covid-19
A33 Kurangnya kesadaran supplier dalam membina hubungan jangka panjang
A34 Tanggung jawab supplier yang sering lalai
A35 Koordinasi yang lemah dengan supplier
Aliran Inovasi
A36 Pembengkakan biaya konstruksi dengan adanya metode konstruksi yang baru ditengah Pandemi
Covid-19
A37 Ketidakpastian kualitas hasil pekerjaan dengan adanya metode konstruksi yang baru
A38 Spesifikasi dan mutu material yang tidak tercapai dengan persyaratan yang telah ditetapkan
terkait adanya inovasi
A39 Detail desain yang belum lengkap sehingga menyebabkan perubahan volume item pekerjaan
A40 Kelangkaan material dengan adanya metode konstruksi yang baru

Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah proyek konstruksi gedung yang sedang dalam fase konstruksi
minimal struktur bawah, yaitu:
a) Proyek X yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah.
b) Proyek Y yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Responden Penelitian
Survei merupakan teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, dan
peninjauan. Survei ditujukan kepada responden yang memiliki pemahaman detail dan menyeluruh terkait
aktivitas rantai pasok baja tulangan dan beton ready mix. Responden yang digunakan berjumlah 6 orang
dari pihak kontraktor dan 6 orang dari pihak supplier. Responden dari pihak kontraktor dan supplier dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
a) Proyek X
Kontraktor Pelaksana = Staf logistik, quality control, dan document management
(3 responden)
Supplier Ready Mix = Field manager dan quality control (2 responden)
Supplier Baja Tulangan = Quality control (1 responden)
b) Proyek Y
Kontraktor Pelaksana = Site manager, staf logistik, dan quality control (3 responden)
Supplier Ready Mix = Staf logistik (2 responden)
Supplier Baja Tulangan = Quality control (1 responden)

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, dengan menggunakan skala likert yaitu skala
persepsi kualitatif berupa rentang skala 0 hingga skala 4.
Skala persepsi kualitatif frekuensi terjadinya risiko dijelaskan sebagai berikut:
0 = sangat jarang terjadi
1 = jarang terjadi
2 = kadang-kadang terjadi
3 = sering terjadi
4 = sangat sering terjadi

Skala persepsi kualitatif dampak yang ditimbulkan oleh risiko dijelaskan sebagai berikut:
0 = berdampak sangat kecil
1 = berdampak kecil
2 = berdampak sedang
3 = berdampak besar
4 = berdampak sangat besar

484
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu:
a) Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan. Tahapan pertama adalah survei
pendahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan variabel risiko yang relevan dengan variabel risiko
melalui kajian literatur. Selanjutnya tahap kedua adalah tahapan survei utama. Survei utama bertujuan
untuk mendapatkan data berupa penilaian persepsi frekuensi terjadinya risiko dan dampak yang dapat
ditimbulkan terhadap variabel risiko yang telah divalidasi oleh responden pada tahap survei
pendahuluan.
b) Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor penyebab dan respon
penanganan dari risiko yang masuk ke dalam kategori tinggi dalam aktivitas rantai pasok baja tulangan
dan beton ready mix pada proyek konstruksi gedung.

ST

T
FREKUENSI

R A4

SR

SR R S T ST

DAMPAK

Keterangan: = Tinggi
= Sedang
= Rendah

Gambar 2. Matriks probabilitas dan dampak

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Melakukan perhitungan nilai frekuensi terjadinya peristiwa risiko dan dampak dari peristiwa risiko
dengan menghitung nilai masing-masing kategori dari penilaian persepsi risiko yang telah diisi oleh
para responden. Perhitungan nilai menggunakan metode analisis Frequency Index & Severity Index
(Hoai, dkk., 2008). Formula yang digunakan pada penelitian ini dapat diperlihatkan pada Persamaan
(1) dan Persamaan (2).

4
i=0 ai ni
FI= 4 ×100% (1)
4 i=0 i

4
i=0 ai ni
SI= 4 ×100% (2)
4 i=0 i

485
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dengan a adalah parameter yang ditetapkan untuk masing-masing tanggapan (berkisar 0 sampai
4), n adalah frekuensi dari masing-masing tanggapan. Sedangkan adalah jumlah total responden.
b) Selanjutnya, melakukan plotting hasil nilai setiap variabel risiko dari skala penilaian Frequency Index
& Severity Index. Ploting dilakukan untuk dapat menggolongkan suatu kejadian risiko ke dalam
kategori rendah (Zona Hijau Pola Diagonal), sedang (Zona Kuning Pola Titik), atau tinggi (Zona
Merah Pola Horizontal) dengan Matriks Frekuensi dan Dampak, seperti yang dinyatakan pada
PMBOK 5th (Project Management Institute, 2013). Contoh Matriks Probabilitas dan Dampak dapat
diperlihatkan pada Gambar 2.
c) Setelah mendapatkan beberapa variabel risiko yang masuk ke dalam kategori tinggi (Zona Merah),
lalu dilanjutkan dengan melakukan survei respon risiko. Survei respon risiko dilakukan dengan
wawancara kepada responden untuk mendapatkan informasi mengenai faktor penyebab dan respon
penanganan dari risiko berkategori tinggi tersebut.

HASIL PENELITIAN
Hasil Survei Pendahuluan
Dalam tahapan survei pendahuluan pada penelitian ini menghasilkan variabel yang sama persis
dengan yang sebelumnya diperoleh dan disusun dari studi pustaka. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
risiko dari studi pustaka tersebut adalah relevan bagi responden. Terdapat 10 variabel risiko pada aliran
material/fisik, 10 variabel risiko pada aliran finansial, 10 variabel risiko pada aliran informasi, 5 variabel
risiko pada aliran relasional, dan 5 variabel risiko pada aliran inovasi.

Hasil Survei Utama


Tahapan survei utama dilakukan berdasarkan hasil dari survei pendahuluan. Responden yang
digunakan pada tahapan survei utama juga merupakan lanjutan dari respon survei pendahuluan. Hasil
yang diperoleh dilakukan perhitungan Frequency Index dan Severity Index kemudian dikalsifikasikan
dengan aturan sebagai berikut:

0% < FI/SI ≤ 20% = Sangat Rendah (SR)


20% < FI/SI ≤ 40% = Rendah (R)
40% < FI/SI ≤ 60% = Cukup (C)
60% < FI/SI ≤ 80% = Tinggi (T)
80% < FI/SI ≤ 100% = Sangat Tinggi (ST)

Setelah mendapatkan nilai FI dan SI dari masing-masing variabel, langkah selanjutnya yaitu
melakukan ploting/pemetaan nilai tersebut pada Matriks Probabilitas dan Dampak. Rekapitulasi hasil
survei utama dari pihak kontraktor dapat diperlihatkan pada Tabel 3, sedangkan rekapitulasi hasi survei
utama dari pihak supplier dapat diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil survei utama dari pihak kontraktor


Frequency Index Severity Index Nilai
No
Persentase Klasifikasi Persentase Klasifikasi Risiko
A1 38 R 42 S Sedang
A2 38 R 42 S Sedang
A3 54 S 63 T Tinggi
A4 46 S 58 S Sedang
A5 17 SR 21 R Rendah
A6 33 R 46 S Sedang
A7 25 R 38 R Rendah
A8 33 R 33 R Rendah
A9 38 R 50 S Sedang
A10 25 R 50 S Sedang
A11 46 S 67 T Tinggi
A12 21 R 29 R Rendah
A13 29 R 46 S Sedang
A14 21 R 21 R Rendah

486
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

A15 46 S 71 T Tinggi
A16 25 R 46 S Sedang
A17 42 S 33 R Rendah
A18 17 SR 71 T Rendah
A19 21 R 38 R Rendah
A20 29 R 25 R Rendah
A21 29 R 58 S Sedang
A22 29 R 46 S Sedang
A23 17 SR 21 R Rendah
A24 21 R 29 R Rendah
A25 38 R 33 R Rendah
A26 25 R 50 S Sedang
A27 38 R 29 R Rendah
A28 21 R 21 R Rendah
A29 29 R 38 R Rendah
A30 33 R 33 R Rendah
A31 67 T 63 T Tinggi
A32 33 R 54 S Sedang
A33 33 R 29 R Rendah
A34 38 R 38 R Rendah
A35 33 R 33 R Rendah
A36 58 S 71 T Tinggi
A37 33 R 42 S Sedang
A38 25 R 38 R Rendah
A39 42 S 38 R Rendah
A40 25 R 38 R Rendah

Variabel dengan kategori risiko tinggi pada hasil survei utama dari pihak kontraktor dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
a) Ketidakstabilan suplai material oleh supplier kepada pihak kontraktor karena pembatasan sosial.
b) Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya supplier.
c) Perubahan harga material yang di suplai akibat situasi pandemi.
d) Tingginya risiko penularan virus Covid-19 melalui kontak langsung antar pekerja.
e) Pembengkakan biaya konstruksi dengan adanya metode konstruksi yang baru di tengah pandemi.

Tabel 4. Rekapitulasi hasil survei utama dari pihak supplier


Frequency Index Severity Index Nilai
No
Persentase Klasifikasi Persentase Klasifikasi Risiko
A1 46 S 63 T Tinggi
A2 33 R 42 C Sedang
Frequency Index Severity Index Nilai
No
Persentase Klasifikasi Persentase Klasifikasi Risiko
A3 38 R 46 C Sedang
A4 42 S 42 C Sedang
A5 29 R 33 R Rendah
A6 42 S 46 C Sedang
A7 25 R 38 R Rendah
A8 33 R 29 R Rendah
A9 46 S 33 R Rendah
A10 33 R 42 C Sedang
A11 46 S 50 C Sedang
A12 42 S 46 C Sedang
A13 42 S 50 C Sedang
A14 58 S 63 T Tinggi
A15 42 S 46 C Sedang
A16 42 S 33 R Rendah
A17 42 S 33 R Rendah

487
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

A18 25 R 54 C Sedang
A19 38 R 38 R Rendah
A20 42 S 38 R Rendah
A21 33 R 33 R Rendah
A22 33 R 42 C Sedang
A23 38 R 29 R Rendah
A24 21 R 13 SR Rendah
A25 33 R 46 C Sedang
A26 29 R 38 R Rendah
A27 42 S 25 R Rendah
A28 25 R 13 SR Rendah
A29 50 C 29 R Rendah
A30 33 R 46 C Sedang
A31 58 S 67 T Tinggi
A32 38 R 33 R Rendah
A33 42 S 29 R Rendah
A34 25 R 46 C Sedang
A35 63 T 63 T Tinggi
A36 38 R 50 C Sedang
A37 29 R 29 R Rendah
A38 33 R 33 R Rendah
A39 29 R 33 R Rendah
A40 21 R 21 R Rendah

Variabel dengan kategori risiko tinggi pada hasil survei utama dari pihak kontraktor dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
a) Kelangkaan material yang menyebabkan tidak tepat waktu dalam pengiriman.
b) Frekuensi pembayaran yang dilakukan oleh pihak kontraktor kepada supplier.
c) Tingginya risiko penularan virus Covid-19 melalui kontak langsung antar pekerja.
d) Koordinasi yang lemah dengan supplier atau kontraktor.

Hasil Survei Respon Risiko


Dalam tahapan survei respon risiko hanya dilakukan pada variabel risiko yang memiliki nilai
kategori tinggi saja. Tahapan survei respon risiko ini menghasilkan faktor penyebab dan strategi
penanangan risiko. Survei respon risiko dilakukan dengan metode wawancara kepada responden yang
sama lanjutan dari tahapan survei utama. Rekapitulasi hasil survei respon risiko dari pihak kontraktor
dapat diperlihatkan pada Tabel 6, sedangkan rekapitulasi hasil survei respon risiko dari pihak supplier
dapat diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 6. Rekapitulasi hasil survei respon risiko dari pihak kontraktor


Ketidakstabilan suplai material oleh supplier kepada pihak kontraktor
karena pembatasan sosial. (A4)
Pertanyaan Jawaban
1. Pembatasan tenaga kerja dan jam kerja menjadikan
produktifitas menurun sehingga ketersediaan material tidak
tercukupi.
Faktor 2. Permintaan suplai material di masa Pandemi berkurang atau
Penyebab tidak menentu sehingga supplier mengurangi/membatasi stok
material.
3. Sulitnya mobilisasi transportasi karena pembatasan yang
dilakukan beberapa daerah.
1. Membuat schedule produksi, schedule pengiriman, dan
material take off sehingga ketidakstabilan pada masa
pembatasan sosial ini dapat diantisipasi.
Strategi Risiko
2. Melakukan penambahan supplier untuk menutupi
kekurangan suplai material di masa pandemi.
3. Memesan lebih material (baja tulangan) sebagai stok

488
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

cadangan.
Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya supplier. (A11)
1. Keterlambatan pembayaran kontraktor oleh pihak owner
Faktor sehingga seluruh alur pembayaran terkena dampaknya.
Penyebab 2. Tidak tercapainya progress di lapangan yang mengakibatkan
cash flow terhenti.
1. Mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak pada
Strategi Risiko
kontrak pengadaan material.
2. Mengatur jatuh tempo dari pembayaran material sebelum
pengiriman.
Strategi Risiko
3. Adanya down payment dan cover bank garansi untuk
mengetahui kemampuan keuangan masing-masing pihak.
Perubahan harga material yang di suplai akibat situasi pandemi. (A15)
1. Biaya produksi material pada masa Pandemi relatif
Faktor meningkat.
Penyebab 2. Adanya pembatasan tenaga kerja dan jam kerja sehingga
bahan baku sulit di dapat.
1. Harga material sebaiknya diatur tetap selama masa kontrak
atau dalam masa periode tertentu sehingga kondisi apapun
Strategi Risiko harga material tetap mengikat.
2. Melakukan negoisasi kepada pihak supplier agar perubahan
harga yang diberikan tidak terlalu signifikan.
Tingginya risiko penularan virus Covid-19 melaui kontak langsung antar
pekerja. (A31)
1. Kurangnya menjaga kebersihan di area kerja
2. Tidak diterapkannya protokol penanggulangan dan
Faktor
pengendalian Covid-19.
Penyebab
3. Pekerja tidak disiplin di lingkungan sosialnya sehingga
dapat terjadi penularan di lingkungan proyek.
1. Menerapkan protokol Covid-19 dalam pelaksanaan proyek.
2. Membatasi jumlah tenaga kerja dengan sistem shift dan
mengatur jam kerja.
Strategi Risiko 3. Menyesuaikan jumlah pekerja dengan load pekerjaan di
lapangan.
4. Memberikan teguran keras kepada pekerja jika tidak disiplin
menjalankan protokol di lingkungan kerja.
Pembengkakan biaya konstruksi dengan adanya metode konstruksi yang
baru di tengah pandemi. (A36)
1. Proyek harus menyiapkan protokol Covid-19 untuk
Faktor pelaksanaan proyek day to day sebagai metode baru di masa
Penyebab Pandemi.
Faktor 2. Tidak adanya anggaran cadangan untuk metode konstruksi
Penyebab yang baru dalam kontrak yang menyebabkan anggaran proyek
tidak akurat dan mengalami pembengkakan.
1. Dalam melaksanakan metode konstruksi baru di masa
Pandemi diperhatikan tahapan & detailnya dengan baik agar
Strategi Risiko tidak menimbulkan pembengkakan biaya lagi.
2. Mencari alternatif metode konstruksi baru yang lebih murah
dan efisien di masa Pandemi.

Tabel 7. Rekapitulasi hasil survei respon risiko dari pihak supplier


Kelangkaan material yang menyebabkan tidak tepat waktu dalam
pengiriman. (A1)
1. Stok bahan baku yang mulai menipis yang diakibatkan
karena aktivitas impor mulai dihentikan.
Faktor 2. Beberapa supplier mengalami kelangkaan bahan baku yang
Penyebab disebabkan peraturan daerah terkait pembatasan izin.
3. Pengambilan bahan baku dibatasi baik waktu dan jumlah
pengambilannya.

489
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

4. Produksi terhambat karena adanya pembatasan di beberapa


daerah.
1. Melakukan peningkatan penggunaan bahan baku material
dari dalam negeri.
2. Menambah jumlah supplier agar material tercukupi dan tidak
Strategi Risiko terlambat.
3. Selalu menyiapkan stok yang lebih.
4. Mencari alternatif material lain yang masih sesuai dengan
spesifikasi.
Frekuensi pembayaran yang dilakukan oleh pihak kontraktor kepada
supplier. (A14)
1. Pembayaran dari owner kepada kontraktor terlambat
sehingga pembayaran kepada pihak supplier tertunda.
Faktor
Penyebab 2. Kurangnya pembaruan informasi dari bagian keuangan
sehingga jika terjadi kesalahan pada tagihan membutuhkan
waktu cukup yang lama untuk pengecekan.
1. Memberikan ruang diskusi kepada pihak kontraktor untuk
menyelesaikan masalah penundaan pembayaran.
Strategi Risiko 2. Selalu aktif dalam berkomunikasi dengan pihak kontraktor
bagian keuangan dan logistik sebelum pengiriman material dan
penagihan invoice.
Tingginya risiko penularan virus Covid-19 melaui kontak langsung antar
pekerja. (A31)
1. Kondisi lingkungan kerja yang mengharuskan terjadinya
Faktor interaksi antara para pekerja.
Penyebab 2. Kurang disiplinnya pekerja dalam mematuhi peraturan SOP.
3. Tidak adanya SOP yang jelas dan tegas di lingkungan kerja.
1. Membatasi jumlah orang pada masing-masing pekerjaan.
2. Memberikan APD sesuai SOP yang baru di masa Pandemi
Strategi Risiko dan memberikan teguran keras bila tidak disiplin.
3. Mengedukasi para pekerja untuk bertanggung jawab menjaga
diri masing-masing.
Koordinasi yang lemah dengan supplier/kontraktor. (A35)
1. Pihak kontraktor memiliki kegiatan dan jadwal yang berbeda
dengan supplier.
Faktor
Penyebab 2. Kurangnya komunikasi antara pihak kontraktor dan supplier.
3. Pihak supplier/kontraktor mengalami kendala SDM dalam
proses koordinasi.
1. Supplier/kontraktor melakukan inisiatif untuk melakukan
komunikasi dan koordinasi secara intensif.
2. Pihak supplier dapat menugaskan petugas lapangan untuk
Strategi Risiko memberikan informasi kepada pihak kontraktor jika terjadi
permasalahan dalam proses pemesanan ataupun pengiriman.
3. Membuat grup komunikasi di media sosial antara pihak
kontraktor dan supplier agar semua terlibat di dalamnya.

KESIMPULAN
Pada penelitian analisis rantai pasok terdahulu yang dilakukan pada beberapa kota di Pulau Jawa
didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Berbeda dengan peneltian analisis rantai pasok
terdahulu, analisis risiko rantai pasok pada penelitian ini dilakukan pada masa Pandemi Covid-19 dengan
situasi yang jelas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan menganalisis dan mengolah data hasil
survei kuesioner pada penelitian ini maka diperoleh hasil nilai kategori risiko dari masing-masing variabel
yang berhubungan dengan aktivitas rantai pasok baja tulangan dan beton ready mix. Berdasarkan hasil
analisis 40 variabel risiko pada tahapan survei utama pihak kontraktor dihasilkan 22 variabel risiko
dengan nilai kategori rendah, 13 variabel risiko dengan nilai kategori sedang, dan 5 variabel risiko dengan
nilai kategori tinggi. Selanjutnya hasil analisis 40 variabel risiko pada pihak supplier diperoleh 21

490
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

variabel risiko dengan nilai kategori rendah, 15 variabel risiko dengan nilai kategori sedang, dan 4
variabel risiko dengan nilai kategori tinggi. Berdasarkan perspektif kontraktor maka diperoleh 5 variabel
risiko kategori tinggi. Hasil tersebut diperoleh dari tahapan survei utama. Selanjutnya dari perspektif
supplier, maka diperoleh 4 variabel risiko kategori tinggi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa varibel
risiko tertinggi yang meliputi: ketidakstabilan suplai material oleh supplier kepada pihak kontraktor
karena pembatasan sosial, pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya supplier, perubahan
harga material yang di suplai akibat situasi pandemi, tingginya risiko penularan virus Covid-19 melalui
kontak langsung antar pekerja, pembengkakan biaya konstruksi dengan adanya metode konstruksi yang
baru di tengah pandemi, kelangkaan material yang menyebabkan tidak tepat waktu dalam pengiriman,
frekuensi pembayaran yang dilakukan oleh pihak kontraktor kepada supplier, dan koordinasi yang lemah
dengan supplier atau kontraktor.

DAFTAR PUSTAKA
Hoai, L., Lee, Y., and Lee, J., 2008, Delay and cost overruns in vietnam large construction projects: a
comparison with other selected countries. Korean Society of Civil Engineers Journal of Civil
Engineering, Vol. 12, Ed. 6, 367-377.
Nurcahyo, C.B., dan Wiguna, I.P.A., 2016, Analisis risiko rantai pasok beton ready mix pada proyek
pembangunan apartemen di Surabaya. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Vol. 14 Ed. 2, 55-62.
Project Management Institute., 2013, A guide to the Puspita body of knowledge (PMBOK guide).
Pennsylvania. Project Management Institute Inc.
Puspita, M.D., 2017, Risk analysis of precast concrete wall supply chain for the building project of the
puncak dharmahusada apartment surabaya. Tugas Akhir Program Sarjana Lintas Jalur Teknik Sipil,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

491
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PENGARUH VARIASI KADAR SEMEN TERHADAO KUAT TEKAN


BETON CEMENT TREATED NASE (CTB)

Agus Muldiyanto1 , Purwanto2, Edo Wiguna3, dan M.Bagus Satriawan4


1
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Semarang, Email:purwanto@gmail.com
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Semarang, Email:mulsuga@yahoo.co.id
3
Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil , Universitas Semarang, Email:edowiguna12@gmail.com
4
Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Semarang, Email:bagussatria9@gmail.com

Abstrak
Cement Treated Base (CTB) adalah lapis pondasi agregat yang distabilisasi dengan semen. Bahan
material yang digunakan antara agregat kasar, Abu batu dan Air. Pada dasarnya merupakan
pengembangan dari konstruksi Soil-Cement, dengan gradasi dan mutu yang lebih terkendali dan metode
pelaksanaan (pencampuran dan penghamparan) yang menyerupai pekerjaan pada Asphalt. Pembuatan
Cement Treated Base (CTB) dapat dipergunakan untuk pekerjaan yang memiliki beban yang tinggidan
dapat diaplikasikan contoh di bandar, Pelabuhan dan industri Penambahan semen akan menentukan
stabilitas dan meberikan kemudahan dalam pekerjaan. Tujuan penelitian ini 1. Untuk mendapatkan nilai
kuat tekan yang sesuai spek antara 45 – 55 kg/cm2. 2. Untuk mendapatkan hasil penambahan semen
yang sesuai dengan agregat yang telah dicampurkan. Metode yang digunakan dalam Pd T – 08 – 2005
metode ini dapat dibantu dengan menggunakan kadar air optimum.Hasil Penelitian untuk 1.kuat tekan
umur 7 hari dengan penambahan semen 3% adalah 34.21 kg/cm2 2. kuat tekan umur 7 hari dengan
penambahan semen 4.5% adalah 47.51%. 3. kuat tekan umur 7 hari dengan penambahan semen 6%
adalah 56.75 kg/cm2.4. kuat tekan umur 7 hari dengan penambahan semen 7.5% adalah 64.55 kg/cm2.
Sehingga dengan hasil ini dapat dibandingkan antara perbandingan semen yang efektif dan sesuai
dengan spesifikasi yang diperlukan adalah 4.5% berada diantara 45 – 55 kg/cm2.

Kata kunci: Cement Treated Base, Variasi kadar Semen, Kuat tekan

PENDAHULUAN
Mix Formula Cement Treated Base (CTB) merupakan suatu metode untuk membuat suatu campuran
Cement Treated Base (CTB) dengan bahan dasar semen, agregat kasar (split/batu pecah), air dan bisa
ditambah bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu untuk menbentuk suatu campuran mutu
yang dikehendaki. Pada dasarnya campuran bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Cement
Treated Base (CTB) harus memenuhi standarisasi spesifikasi umum 2018 bahan yang tidak memenuhi
standarisasi biasanya tidak digunakan untuk bahan campuran pembuat Cement Treated Base (CTB).
Bahan pembentuk Cement Treated Base (CTB) yang bagus akan menghasilkan Cement Treated Base
(CTB) yang bagus pula. Oleh sebab itu kuat tekan dipengaruhi oleh jenis material atau bahan yang
digunakan sesuai SNI 1974 – 2011.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1) Menganalisis perbandingan Cement Treated Base (CTB) dengan quarry Semen Gresik, Batu Pecah
1-2, 2-3, 3-5 Ex. Lokal Gringsing, Fan Agregat Ex. Lokal Jepara.
2) Mengetahui proporsi kadar semen pada Cement Treated Base (CTB), dengan quarry Semen Gresik,
Batu Pecah 1-2, 2-3, 3-5 Ex. Lokal Gringsing, Fan Agregat Ex. Lokal Jepara.
3) Mengetahui kuat tekan beton setelah dilakukan di uji dengan mesin tekan sesuai yang disyaratkan
pada 45 – 55 kg/cm2.
Cement Treated Base (CTB) merupakan suatu metode untuk membuat suatu campuran dengan
bahan dasar semen, agregat halus (abu batu), agregat kasar (split/batu pecah), air. Dalam metodologi
penelitian ini hal data yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan Mix Design adalah asal material,
kekuatan dan ekonomisnya. Proses pembuatan Cement Treated Base (CTB) membutuhkan waktu ± 14
hari, dari pengujian material agregat halus (abu batu) dan agregat kasarnya. Setelah di uji material lalu
melakukan pengujian kadar air optimum dengan menggunajan 3 – 5 Sampel yang dapat membentuk
kurva sesuai dengan SNI 03-1744-1989 Modified Proctor Compaction Test . Setelah diuji kemudian
dihitung kadar semen, abu batu, split dan airnya sesuai dengan analisa jumlah semen (Pd T-08-2005-B).
Asal materialnya berasal dari Semen Gresik, Batu Pecah 1-2, 2-3, 3-5 Ex. Lokal Gringsing, Fan Agregat
Ex. Lokal Jepara.

492
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Cement Treated Base (CTB) adalah bahan untuk lapis pondasi (Base Course) pada perkerasan lentur
(Flexible pavement) dan merupakan pengembangan dari struktur soil cement atau agregat semen (Harry
Pamadjaja, Dkk, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan Cement Treated Base (CTB)
adalah analisa jumlah semen,sifat agregat, dan cara pengerjaan.. Mix Design banyak dilakukan untuk
mengetahui berapa campuran yang akan digunakan pada waktu membuat Cement Treated Base (CTB)
pada pekerjaan konstruksi, sehingga cara ini sering dipakai dalam merencanakan mutu CTB. Proporsi
campuran CTB harus menghasilkan yang memenuhi persyaratan yaitu), Keawetan, kuat tekan, dan
ekonomis juga merupakan syarat umum dalam pelaksanaan Mix Design CTB. Kekuatan CTB akan
bertambah dengan naiknya umur beton
Mix Design Cement Treated Base (CTB )menggunakan bahan – bahan yang digunakan untuk
pembuatan Mix Design :
a. PPC Jenis I Gresik
Semen Portland ini dapat digunakan pada konstruksi yang bersifat umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis lain. Dapat dipergunakan untuk
konstruksi perkerasan jalan, jembatan, gedung, waduk, dan lain lain
b. Fan Agregat Jepara
Adalah agregat halus atau abu batu yang berasal dari jepara
c. Batu Pecah Gringsing
Batu Pecah 1-2, 2-3, 3-5 Ex. Lokal Gringsing
d. Air Laboratorium Bahan dan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang
Air yang berasal dari laboratorium Bahan bangunan Politeknik Negeri Semarang BRT

Kelebihan CTB tersebut antara lain adalah dapat memanfatkan teknologi yang baru yang dapat
digunakan dengan maksimal, Ketersediaan (availability) material dasar, Agregat, air dan semen pada
umumnya bisa didapat dengan mudah dari local setempat dan harga yang relatif murah.,Kekuatan tekan
tinggi,Seperti juga kekuatan tekan pada batu alam, yang membuat Cement Treated Base (CTB) cocok
untuk dipakai digunakan dengan beban yang tinggi.,Kemudahan untuk digunakan
(versatility),Pengangkutan bahan mudah, karena masing-masing bisa diangkut secara terpisah. Cement
Treated Base (CTB) bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan,fondasi, jalan, landasan
bandar udara,dan Peti kemas.,Kemampuan beradaptasi (adaptability),Cement Treated Base (CTB) bersifat
monolit, tidak memerlukan sambungan seperti baja. Beton dapat cetak dengan bentuk dan ukuran
berapapun, misalnya pada struktur cangkang (shell) maupun bentuk-bentuk khusus 3 dimensi.Kebutuahan
pemeliharaan yang minimal
Secara umum ketahanan (durability) CTB cukup tinggi, lebih tahan karat sehingga tidak perlu dicat,
lebih tahan terhadap bahaya kebakaran. adalah ,Kelemahan yang pertimbangkan yaitu Dibutuhkan tenaga
ahli dibidang CTB,Biaya yang dikeluarkan lebih ketimbang stabilisasi tanah menggunakan
kapur,Membutuhkan material yang cukup banyak,Bentuk yang telah dibuat sulit diubah., Kualitasnya
sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan.
Tujuan dari perencanaan campuran Cement Treated Base (CTB) (mix design) adalah untuk
menentukan proporsi semen, agregat halus (Abu Batu), agregat kasar, air Bahan – bahan yang digunakan
tersebut haruslah memenuhi syarat – syarat berikut ini :
1. Kekuatan tekan rencana.
Kuat tekan yang dicapai pada umur 7 hari ( atau umur yang ditentukan ) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh perencana konstruksinya. Kekuatan Cement Treated Base (CTB)
didefinisikan sebagai kemampuan maksimal beton memikul beban yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
σ =
Dimana :
σ = Kekuatan tekan beton
P = Gaya tekan
A = Luas Penampang
2. Kemudahan pengerjaan (workability). Workabilitas dapat diartikan :
a. Kompaktibilitas atau kemudahan dimana CTB dapat dipadatkan dan rongga – rongga udara
dapat dikeluarkan.

493
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

b. Stabilitas atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen, Koheren, dan stabil
selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi segregasi/ pemisahan butiran – butiran dari
bahan – bahan utamanya.
3. Durabilitas (durability).
Durabilitas atau sifat – sifat yang berhubungan dengan kekuatan tekan Cement Treated Base (CTB).
Dengan proporsi yang sesuai dapat menjadi lebih efisien dan hemat.
Dari Hasil tersebut menghasilkan yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dalam pengerjaan
yaitu 45 -55 kg/cm2 menurut spesifikasi teknis 2018

METODE PENELITIAN
Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Persiapan Bahan dan Alat

Pengujian Material

Trial Mix dengan Kadar semen 3%;4,5%;6%;7,5%

Pencetakan Benda Uji,


Benda Uji Dibuka tiga hari Sebelum Diuji
Kemudian Ditutup dengan burlap basah

Analisis Hasil Pengujian sesuai dengan Spek 45 – 55 kg/cm2

Kesimpulan / Saran

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian

Proses penulisan yang dilakukan oleh penulis dilakukan melalui tahap :


1. Penelitian
Penelitian dari material yang dipakai dalam campuran beton antara lain Semen Gresik, Fan
Agregat Ex. Gringsing, Batu Pecah Ex. Lokal Jepara.
2. Menganalisa Data
Maksud dari proses ini adalah penulis mengolah data yang sudah ada dan akan diperolehsuatu
output berupa analisa jumlah semen.
3. Membuat Kesimpulan & Saran

Maksud dari proses ini adalah penulis membuat suatu kesimpulan dari analisa data yang sudah
dilakukan dan membuat saran yang bersifat konstruktif / membangun.

494
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Data dan Analisa


Ringkasan dari pengujian propertis agregat didapat dilihat pada tabel 1 ringkasan hasil pengujian
keausan agregat sebesar 13,32% dengan spesifikasi minimum 0% dan maksimunya 40% dan dapat dilihat
tabel 4.10, dan menunjukan bahwa campuran ctb ini bersifat non plastis, bagian yang lemah sebesar 0.07
% (spesifikasi 0%-2%), rongga dalam agregat mineral pada kepadatan minimum 47,8 % (spesifikasi min.
14%) dapat dilihat pada tabel 4.12, uji kekekalan agregat dengan mengunakan sodium sulphate didapat
1,55 % (spesifikasi maks. 10%), kadar lumpur dengan pengujian gumpalan lempung didapat 1,80 %
(spesifikasi maks. 3%), dan material tidak mengandung senyawa organik.

Tabel 1. Ringkasan dari pengujian propertis agregat


HASIL
URAIAN PEMERIKSAAN SPESIFIKASI
PEMERIKSAAN
1. Analisa Pembagian Butir :
ASTM C136-2012, SNI 03-1968-1990
Inchi (mm)
# 2" # 50,8 100 100
No.4 # 4.75 49.36 45 - 100
No.10 # 1,80 41.83 37 - 80
No.40 # 0,45 17.81 15 - 50
No.80 # 0.21 0.29 0 - 25

2. KEAUSAN AGREGAT (500 PUTARAN) 13.32% 0% - 40%

3. ATTERBERG LL 0% - 25%
LIMIT PI Non Plastis 0% - 6%
PI x % Lolos No. 200 25%

4. BAGIAN YANG LEMAH 0.07% 0% - 2%

5. RONGGA DALAM AGREGAT MINERAL PADA KEPADATAN MINIMUM 47.800 Minimal 14%

6. KEKEKALAN (Soundness Test Sodium Sulphate) 1.55% Maksimum 10%

7. KADAR LUMPUR 1.80% Maksimum 3%

8. KADAR ORGANIK Warna lebih muda Warna NaOH Kuning

9. KEPADATAN Berat Jenis (Bulk) 2.80


MODIFIED Kadar Air Optimum (OMC) 7.00%
Berat Volume Kering Maks (ɣDMaks). 2.21 T/m³
Sumber :Hasil Pengujian Bulan April 2019 – Mei 2019

Dari hasil diatas menunjukan bahwa dengan variasi kadar semen 3% tidak memenuhi spesifikasi
yang ada dikarenakan hasil dari kuat tekan pada umur 7 hari percobaan satu sampai lima 37.58; 38.71;
30.11; 32.65; 32.03dengan rata-rata 34.21sehingga tidak memenuhi spesifikasi diangka 45 – 55 kg/cm2,
dengan variasi kadar semen 4.5% memenuhi spesifikasi dikarenakan hasil dari kuat tekan pada umur 7
hari percobaan satu sampai lima 54.95; 47.54; 44.54; 45.27; 45.27 dengan rata-rata 47.51 sehingga
memenuhi spesifikasi diangka 45 – 55 kg/cm2,.dengan variasi kadar semen 6.0% tidak memenuhi
spesifikasi dikarenakan hasil dari kuat tekan pada umur 7 hari percobaan satu sampai lima 56.65; 56.31;
57.27; 56.48; 57.04 dengan rata-rata 56.75 sehingga melebihi spesifikasi diangka 45 – 55 kg/cm2,dengan
variasi kadar semen 7.5% tidak memenuhi spesifikasi dikarenakan hasil darikuat tekan pada umur 7 hari
percobaan satu sampai lima 68.76; 60.38; 60.61; 71.81; 61.17dengan rata-rata 64.55 sehingga melebihi
spesifikasi diangka 45 – 55 kg/cm2. Jadi dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengujian variasi
kadar semen yang paling efektif dan optimum pada angka penambahan 4.5% pada material yang Semen
Gresik,Batu Pecah 1-2, 2-3, 3-5 Ex. Lokal Gringsing, Fan Agregat Ex. Lokal Jepara.

495
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Ket.

Gambar 2 Grafik KuatTekan CTB Umur 7 Hari


Sumber : Hasil Pengujian Bulan April 2019 – Mei 2019

17
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari analisaUji Bahan Bangunan yang telah dilakukan terhadap Cement Treated Base (CTB)
dengan variasi rencana yang dilakukan dengan menggunakan bahan Semen Gresik,Batu Pecah 1-2, 2-3,
3-5 Ex. Lokal Gringsing, Fan Agregat Ex. Lokal Jepara bahwa:Melalui pembuatan benda coba bentuk
Slinder d : 15 cm t : 30 cm sebanyak 20 buah dengan variasi semen 3%, 4.5%, 6%, 7.5%, didapat dengan
hasil yang paling efektif digunakan pada variasi tambahan semen yaitu 4,5 persen dengan hasil rata rata
kuat tekan 47.51 kg/cm2 . dengan hasil yang lebih hemat dan efisien sesuai dengan spesifikasi 45 – 55
kg/cm2.Saran Adapun saran yang diberikan antara lain Dalam perencanaan mix penambahan semen harus
diperhatikan dalam menentukan jumlah semen, karena bisa mempengaruhi kuat tekan Cement Treated
Base (CTB) itu sendiri,Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan material lain dengan quarry
yang berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
AASHTO T – 96 – 77 (1982) Standard Method of Test for Resistance to Degradation of Small-Size
Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
ASTM C – 131 – 96 dan ASTM C 535 – 96 Standard Test Method for Resistance to Degradation of
Small-Size Coarse Aggregate by Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine
ASTM C- 39 1992. Toleransi waktu pengujian kuat tekan.1992
Fuad Izzatur Rahman, Adventus Kristian tambunan, Ludfi Djakar, dan Achfas Zacoeb. 2014. Kajian
Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Material Cement Treated Base (CTB). Volume 1 No. 3. Hlmn
1020 – 1029.
Harry Patmadjaja. 2001. Penelitian Pendahuluan Penggunaan Benda Uji Kubus Beton Pada Perkerasan
Lentur Type Cement Treated Base (CTB). Volume 3 No. 1. Hlmn 24-29
Herman dan Jon Edwar. 2014. Pengaruh Variasi Semen Terhadap Nilai CBR Base Perkerasan Lentur
Tipe Cement Treated Base (CTB). Volume 10 No. 2. Hlmn 41 – 51
Kusdiyono, Drs, dkk. 2002. Modul Praktikum Uji Bahan Bangunan 1. Politeknik Negeri Semarang.
Neville, 1998, Properties of concrete., A.M. Longman group UK ltd. England, 1998

496
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Manual Konstruksi Bangunan (002-04/BM/2006) Buku 4 Lapisan Pondasi Agregat Semen Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
Rio Lukman KS dan Suhendra. 2018 Pengaruh Variasi Gradasi pada Agregat Terhadap Nilai Kuat Tekan
Cement Treated Base (CTB). Volume 1 No. 2. Hlmn 80 - 85
Slamet Widodo. 2014. Penggunaan Hammer Test dan Uji CBR Lapangan Untuk Menevaluasi Daya
Dukung Pondasi Cement Treated Base (CTB). Volume 17 No.1. hlmn 790 -797.
SNI 03-1744-1989. “ Metode Pengujian CBR Laboratorium”. Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03- 2417 – 1991“Pengujian Keausan dengan Metode Los Angeles”
Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan Nomor 02/SE/Db/2018.
September 2018. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Bina
Marga.
T., Gunawan, dan S., Margareth, Teori dan Soal Penyelesaian Konstruksi Beton, Jilid 1. Delta Teknik
Grup Jakarta,Jakarta,1990.

497
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

KAJIAN FAKTOR DAN VARIABEL PENTING PENYEBAB COST


OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG YANG
DAPAT DIKENDALIKAN DENGAN PENGGUNAAN BIM

Ari Tiandaru Baskoro1*, Lukas Beladi Sihombing2


1,2
Jurusan Manajemen Konstruksi/Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil,
Universitas Pelita Harapan
Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
*
Email: ari.tiandaru@gmail.com

Abstrak
Pesatnya perkembangan proyek konstruksi di Indonesia diiringi pula dengan perkembangan teknologi
dalam proses pelaksanaannya yang menghasilkan beberapa inovasi. Salah satu model inovasi yang
berkembang adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi melalui pemodelan bangunan
dengan menggunakan BIM. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi sering dijumpai proyek yang
mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) maupun keterlambatan dalam penyelesaiannya (Remi,
2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dan variabel penting apa saja yang menjadi
penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi
bangunan gedung dan bagaimana rekomendasi hasil penelitian dari penggunaan Building Information
Modeling (BIM) dalam meminimalisir faktor dan variabel penyebab cost overrun dalam pelaksanaan
proyek konstruksi bangunan gedung sehingga implementasi BIM diharapkan dapat membantu
mengendalikan faktor dan variabel penting penyebab cost overrun. Metode pada penelitian kali ini
menggunakan Partial Least Square untuk uji validitas faktor dan variabel penting penyebab cost
overrun yang dapat dikendalikan dengan BIM, berdasarkan nilai tertinggi. Hasil tersebut menunjukan
10 (sepuluh) variabel penting yang diurut berdasarkan nilai loading factor tertinggi pada Tahap
Definisi / Perencanaan dan Pemantapan, 28 (dua puluh delapan) variabel penting yang juga diurut
berdasarkan nilai loading factor tertinggi pada Tahap Implementasi / Pelaksanaan.

Kata kunci: cost overrun, proyek konstruksi bangunan gedung, building information modeling, pls,
partial least square

PENDAHULUAN
Tahap yang paling menentukan pada kegiatan kontruksi adalah tahap perencanaan dan pelaksanaan,
dimana kualitas keseluruhan sebuah proyek sangat bergantung pada pelaksanaan dan manajemen pada
tahap tersebut (Remi, 2017).
Yang menjadi tantangan dalam pelaksanaan proyek adalah merencanakan biaya yang efektif dan
waktu yang efisien tanpa mengurangi mutu. Sehubungan dengan masalah biaya, menurut Indriani
Santoso, dalam pelaksanaan proyek konstruksi, masih banyak dijumpai proyek yang mengalami
pembengkakan biaya (cost overrun) maupun keterlambatan (Remi, 2017). Perkembangan teknologi
dalam proses pelaksanaan dan manajemen proyek konstruksi yang menghasilkan beberapa model inovasi
terjadi beriringan dengan pesatnya perkembangan proyek konstruksi di Indonesia. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi demi mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih
baik, merupakan indikator di era industri 4.0, termasuk juga di bidang jasa konstruksi (Handoyo, 2020).
Salah satu bentuk inovasi yang berkembang pada industri konstruksi antara lain adalah pemanfaatan
teknologi informasi bangunan dengan menggunakan Building Information Modelling (BIM). Penggunaan
BIM sebagai bagian dari inovasi pada proses pelaksanaan proyek diharapakan dapat membantu
meminimalisir terjadinya penyebab cost overrun dalam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung
khusunya di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian kali ini adalah faktor dan variabel penting apa saja yang menjadi penyebab terjadinya
pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung dan
bagaimana rekomendasi hasil penelitian dari penggunaan Building Information Modeling (BIM) dalam
meminimalisir faktor dan variabel penyebab pembengkakan biaya (cost overrun) dalam pelaksanaan
proyek konstruksi bangunan gedung.

498
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Dari rumusan permasalahan yang ada, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dan variabel
penting apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap
pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung serta mengetahui rekomendasi hasil penelitian dari
penggunaan Building Information Modeling (BIM) dalam meminimalisir faktor dan variabel penyebab
cost overrun dalam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung.

STUDI PUSTAKA
Siklus Pelaksanaan Proyek
Secara umum tahap-tahap proyek bisa dibagi menjadi: tahap konsepsi, tahap perencanaan, tahap
eksekusi dan tahap operasi. Jika mengikuti sistem penahapan dari United Nation Industrial Development
(UNIDO), seperti yang dikutip oleh (Soeharto, 1995), siklus sebuah proyek dapat dilihat pada gambar
berikut:

DEFINISI /
KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI OPERASI
PEMANTAPAN

Gambar 1. Tahap siklus proyek

Pada pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung dengan tipe kontrak design and build yang
menjadi bahasan pada penelitian kali ini, tahap yang menjadi bahasan berada pada Tahap Definisi /
Perencanaan Dan Pemantapan dan pada Tahap Implementasi / Pelaksanan.

Proyek Konstruksi Bangunan Gedung


Berdasarkan definisinya, kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan yang bersifat sementara, yang
berlangsung dalam rentang waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dengan sasaran untuk
melaksanakan misi yang tujuannnya telah ditentukan secara jelas pada tahap awal (Soeharto, 1995).
Dalam UU No.2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi, definisi pekerjaan konstruksi adalah
keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bangunan. Sedangkan Perda Provinsi DKI No. 7 Tahun
2010 Pasal 1.8 menyebutkan bahwa Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian
atau tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat peneliti simpulkan bahwa proyek konstruksi bangunan
gedung merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai
tujuan proyek dalam bentuk fisik yang menjadi satu dengan tempat dan kedudukannya, yang berfungsi
sebagai tempat manusia berkegiatan.

Mengendalikan Biaya
Merupakan sebuah tahapan untuk memantau status pelaksanaan proyek agar informasi / data
mengenai biaya proyek dapat selalu diperbarui sehingga setiap terjadi perubahan dapat dikelola sesuai
biaya acuan (cost baseline) yang telah ditetapkan . Manfaat utama dari proses ini adalah untuk
mempertahankan dasar acuan biaya selama proyek berlangsung. Proses ini dilakukan diseluruh tahapan
pelaksanaan proyek (Project Management Institute, 2017). Dalam proses mengendalikan biaya, untuk
mendapatkan keluaran (output) yang baik maka dibutuhkan masukan (input) yang baik pula. Adapun
masukan (input) tersebut antara lain (Project Management Institute, 2017):
1) Rencana manajemen proyek
2) Mempersiapkan dokumen proyek
3) Persyaratan dalam pendanaan proyek
4) Data performa pekerjaan
5) Proses penataan aset

499
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Cost Overrun
Pembengkakan biaya (cost overrun) dikenal sebagai kenaikan biaya atau pembengkakan anggaran.
Ini adalah biaya yang tidak terduga, karena perkiraan yang terlalu rendah selama proses penganggaran
atau dikarenakan alasan lain (Landau, 2019). Selain itu, cost overrun juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana biaya yang sebenarnya (actual cost) melebihi biaya yang direncanakan (Sahusilawane, et
al., 2011). Sedangkan dalam penelitian lain, menurut Santoso pada tahun 2002, pembengkakan biaya
(cost overrun) adalah biaya konstruksi dalam suatu proyek yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi
anggaran (budget) proyek yang ditetapkan di tahap awal, sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan
bagi pihak kontraktor (Remi, 2017). Dari beberapa studi literatur dana kajian yang releven didapat faktor
dan variabel penyebab cost overrun seperti terlihat pada tabel berikut :

Manfaat / Kegunaan BIM


Building Information Modeling (BIM) merupakan inovasi revolusioner dalam industri konstruksi
guna merancang dan mengatur proses pelaksaanaan proyek secara virtual pada seluruh siklus pelaksanaan
proyek bangunan (Ullah, et al., 2019). Nilai utama BIM yang perlu diperhatikan oleh industri konstruksi
adalah kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari pemodelan dan memperluas penggunaannya
dengan memberinya makna untuk runtutan kerja dan proses yang saling berhubungan lainnya. Runtutan
kerja ini meliputi dampak pada manfaat dasar seperti perkiraan, penjadwalan, logistik, dan keselamatan
(Hardin & McCool, 2015).
Menurut Smith dan Deke pada tahun 2007, konsep dari penggunan BIM adalah dengan
membayangkan sebuah konstruksi secara virtual sebelum konstruksi fisik yang sebenarnya, yang mana
hal tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keselamatan,
menyelesaikan masalah, dan menganalisis dampak potensial (Berlian P., et al., 2016). Dalam
implementasinya, dimensi penggunaan BIM bergantung pada jenis dan fungsinya serta tahapan dari
proses pekerjaan proyek konstruksi. Dimensi dari penggunaan BIM itu sendiri dapat dilihat pada tabel
berikut (Kacprzyk & Kepa, 2014):

Tabel 1. Fungsi (Manfaaat / Kegunaan) BIM


Dimensi BIM Fungsi (Manfaaat / Kegunaaan)
Membuat visualisasi dan melakukan analisa ketidaksesuaian melalui pemodelan 3D
3D
bangunan.
Dapat membuat simulasi waktu / jadwal melalui konstruksi virtual; simulasi tahapan
4D
pelaksanaan konstruksi.
5D Melakukan estimasi / simulasi biaya.
6D Keberlanjutan proyek dan analisa energi.
7D Siklus operasional bangunan; perawatan.

METODOLOGI
Proses Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah penulis melihat potensi pembengkakan biaya (cost overrun) sebagai
bagian dari permasalahan yang sering terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung
dengan tipe kontrak design and build dan melihat bagaimana peran penggunaan BIM dalam
mengendalikan potensi tersebut. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor dan variabel
penting apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap
perencanaan (Tahap Definisi / Perencanan dan Pemantapan) dan tahap pelaksanaan (Tahap Implementasi)
proyek konstruksi bangunan gedung berdasarkan studi literatur dan penelitian yang relevan.
Setelah melakukan proses identifikasi dari faktor dan variabel penyebab cost ooverrun dari
penelitian terdahulu dilakukan, peneliti kemudian membuat daftar faktor dan variabel tersebut untuk
divalidasi oleh pakar. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012-2021), yang dimaksud Pakar
adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang ilmu tertentu. Mengingat populasi pengguna BIM
di Indonesia yang masih belum terlalu populer, maka dalam penelitian kali ini peneliti menetapkan
pengalaman para pakar dalam penggunaan BIM minimal selama tiga tahun dan pernah terlibat pada
proyek konstruksi bangunan gedung dengan tipe kontrak design and build yang menggunakan BIM. Hasil

500
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

dari validasi pakar kemudian dibuat struktur pemodelan untuk melihat hubungan antara masing - masing
faktor dan variabel penyebab cost overrun seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Konsep pemodelan hubungan peran BIM dalam mengendalikan faktor dan variabel
penyebab cost overrun

Faktor dan variabel hasil dari validasi pakar kemudian dibuat dalam bentuk kuesioner untuk diisi
oleh responden, dimana profil responden tersebut terdiri dari:
1) Pihak pelaksana / kontraktor yang terlibat pada proyek konstruksi bangunan, yang menggunakan
BIM dalam pelaksanaan proyeknya.
2) Orang – orang pada proyek tersebut memiliki pengalaman dalam menggunakan BIM minimal
selama satu tahun,
Hasil data dari kuesioner yang diisi oleh responden kemudian diuji validitasnya menggunakan
metode PLS (Partial Least Square) dengan software Smart PLS untuk mengidentifikasi variabel penting
apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) pada tahap pelaksanaan
proyek konstruksi bangunan gedung yang dapat dikendalikan dengan penggunaan BIM. Proses uji
validitas pada penelitian kali ini dibatasi hanya pada analisa model pengukuran (outer model) terkait
dengan faktor dan variabel penyebab cost overrun yang dapat dikendalikan dengan penggunaan BIM.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mengidentifikasi faktor dan variabel penyebab cost overrun dilakukan kajian tehadap studi
yang relevan dari empat penelitian terdahulu baik dari dalam maupun luar negeri, dimana dari data
tersebut, setelah dilakukan validasi pakar maka didapat faktor dan variabel penyebab cost overrun yang
dapat dikendalikan oleh penggunaan BIM seperti pada Tabel 3. Hasil pengujian dengan metode PLS
Algorithm menggunakan SmartPLS kemudian didapat hasil seperti tabel berikut:

Tabel 3. Nilai loading factor dari faktor dan variabel hasil validasi pakar
Faktor dan Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Loading
No. Kode Referensi
Pembengkakan Biaya Factor
Tahap Definisi / Perencanaan dan Pemantapan (Tahap Perencanaan)
1 X1 Desain yang buruk dan keterlambatan dalam Desain 4 0,594
2 X2 Kesalahan dalam desain 4 0,708
3 X3 Desain yang rumit 4 0,481
4 X4 Lambat dalam persiapan dan persetujuan gambar 4 0,340
5 X5 Perubahan tipe dan spesifikasi material 4 0,395
6 X6 Desain tidak lengkap pada saat tender 4 0,496
7 X7 Sering terjadi perubahan desain 1,4 0,299
8 X8 Kesalahan dalam menentukan jenis-jenis pekerjaan yang 1 0,703

501
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Faktor dan Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Loading


No. Kode Referensi
Pembengkakan Biaya Factor
akan disubkontrakkan
Kesalahan dalam menentukan kuantitas pekerjaan yang
9 X9 1 0,660
akan disubkontrakkan
Kesalahan dalam memprediksi kondisi lapangan dan
10 X10 1,2,3 0,537
kejadian yang akan datang
11 X11 Kurang jelasnya gambar kerja dan spesifikasi yang ada 1 0,751
Estimasi biaya pekerjaan subkontraktor yang kurang tepat/
12 X12 1,3,4 0,674
kurang realistis
Pengaturan waktu dan lahan yang kurang baik untuk
13 X13 1 0,691
pekerjaan subkontraktor yang akan bekerja
14 X14 Kesalahan dalam pemilihan subkontraktor 1 0,647
Data dan informasi tentang kinerja subkontraktor yang
15 X15 1 0,673
kurang lengkap
16 X16 Data dan informasi proyek yang kurang lengkap. 2,3 0,551
Kurangnya perhitungan terhadap antisipasi biaya tak
17 X18 2,3 0,680
terduga (contigency).
18 X19 Estimasi biaya yang tidak tepat. 2,4 0,416
19 X20 Birokrasi dalam tahap pelaksanaan tender 4 0,450
20 X21 Kurang lengkapnya klausul-klausul subkontrak 1 0,728
Durasi kontrak yang tidak realistis dan persyaratan yang
21 X24 4 0,507
diberlakukan
22 X25 Manajemen kontrak yang buruk 4 0,529
Klaim yang berhubungan dengan kontrak, seperti
23 X26 4 0,671
perpanjangan waktu dengan biaya klaim
Tidak adanya penjelasan pada klausul dalam subkontrak
24 X27 1 0,586
apabila terjadi pekerjaan tambah kurang (change orders)
Tahap Implementasi (Tahap Pelaksanaan)
Masalah kesulitan terhadap arus kas dan keuangan yang
25 X28 4 0,436
dihadapi kontraktor
26 X29 Kontrol keuangan yang buruk di lapangan 3,4 0,812
27 X33 Sistem pembiayaan, jaminan dan pembayaran 4 0,683
Terlambatnya pengiriman / kekurangan bahan pada saat
28 X36 2,4 0,798
pelaksanaan.
29 X37 Kekurangan material 4 0,765
30 X38 Kelebihan material 4 0,424
31 X39 Kurangnya tenaga kerja. 2,4 0,624
32 X42 Produktifitas tenaga kerja 4 0,713
33 X44 Penempatan pengawas yang tidak sesuai dengan kualifikasi 1 0,799
34 X47 Pengiriman peralatan yang terlambat 4 0,787
35 X49 Jumlah peralatan yang tidak mencukupi 4 0,788
Kurang baiknya komunikasi dan koordinasi antara
36 X51 1,3 0,692
kontraktor utama dan subkontraktor
Pemberian sanksi yang kurang tegas oleh kontraktor utama
37 X52 1 0,650
atas pelanggaran yang dilakukan oleh subkontraktor.
38 X53 Sangat kurangnya penyelenggaraan rapat koordinasi. 1 0,588
39 X54 Hubungan antara manajemen dan tenaga kerja 4 0,586
40 X55 Manajemen dan pengawasan lapangan yang buruk 4 0,752
Hubungan yang kurang baik antara owner, perencana dan
41 X56 2 0,578
kontraktor.
Kurangnya koordinasi antara pihak manajemen konstruksi,
42 X58 2 0,708
perencana dan kontraktor.
43 X59 Adanya perbedaan/perselisihan yang terjadi pada proyek. 2 0,736
44 X60 Lambat dalam pengambilan keputusan 4 0,713
45 X61 Kontrol dan monitoring yang tidak memadai 3,4 0,815
46 X62 Manajemen proyek yang buruk 4 0,616
47 X64 Arus informasi yang lambat diantara para pihak 4 0,706
48 X65 Kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara para pihak 3,4 0,649
49 X66 Campur tangan owner 4 0,488

502
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Faktor dan Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Loading


No. Kode Referensi
Pembengkakan Biaya Factor
Terjadi keterlambatan pada kegiatan yang dilaksanakan
50 X67 1 0,826
sebelumnya (predecessor)
Tingginya frekuensi change order pada saat pelaksanaan
51 X68 2,3,4 0,819
pekerjaan.
Tingginya tingkat pengulangan pekerjaan karena mutu
52 X69 1,2,3,4 0,636
pekerjaan yang kurang baik.
Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang
53 X70 2,4 0,618
bersamaan.
54 X71 Perencanaan dan penjadwalan yang tidak memadai 4 0,850
55 X72 Kesalahan selama konstruksi 4 0,690
56 X73 Estimasi Waktu yang tidak akurat 4 0,749
57 X74 Analisa kondisi lapangan yang tidak akurat 4 0,820
58 X75 Pekerjaan tambah 4 0,586
59 X76 Jadwal terlambat 4 0,817
Volume pekerjaan yang tidak akurat pada saat
60 X77 4 0,670
dilaksanakannya pekerjaan
Penundaan dalam pengecekan dan persetujuan pekerjaan
61 X78 3,4 0,841
yang telah selesai
62 X79 Metode / teknologi konstruksi yang usang atau tidak sesuai 1,4 0,726
63 X80 Kurangnya produktivitas lapangan dari subkontraktor 1 0,711
Kurangnya pengetahuan subkontraktor mengenai
64 X81 1 0,668
karakteristik proyek
65 X88 Kondisi lokasi yang tidak terduga 4 0,698
Referensi: 1. Achirwan dkk (2013); 2. Sahusilawane dkk (2011); 3. Dapu dkk (2016); 4. Memon dkk (2011)

Dalam SmartPLS, suatu variabel / indikator dinyatakan valid jika mempunyai loading factor di atas
0,5 terhadap konstruk / faktor yang dituju. Adapun output SmartPLS untuk loading factor dari outer
loading faktor dan variabel penyebab cost overrun yang dapat dikendalikan dengan penggunaan BIM
hasil dari validasi dapat dilihat pada Tabel 3 diatas.
Menurut (Hair et al., 2014: 103) seperti yang dikutip oleh G. David Garson, aturan praktis lain
dalam penggunaan PLS adalah bahwa variabel / indikator path loading dengan loading factor dalam
kisaran 0,40 hingga 0,70 harus dihapus jika penghapusan tersebut akan meningkatkan keandalan
komposit (Garson, 2016). Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menetapkan nilai untuk loading factor
dari masing – masing faktor dan variabel adalah di atas 0,65 sebagai dasar untuk dijadikan rekomendasi
kepada para pemangku kepentingan. Dari Tabel 3 tersebut di atas terlihat bahwa beberapa item memiliki
nilai loading factor dibawah 0.65. Oleh karenanya item – item tersebut harus dihapus demi meningkatkan
validitas dari tiap variabel / indikator.
Hasil dari penghapusan tersbut kemudian disusun kembali berdasarkan sepuluh peringkat tertinggi
nilai loading factor dari masing – masing faktor dan variabel sehingga didapatkan hasil seperti pada tabel
berikut:

503
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Tabel 4. Faktor dan variabel berdasarkan nilai loading factor


Faktor dan Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Loading
No. Kode
Pembengkakan Biaya Factor
Tahap Definisi / Perencanaan dan Pemantapan (Tahap Perencanaan)
1 X11 Kurang jelasnya gambar kerja dan spesifikasi yang ada 0,751
2 X21 Kurang lengkapnya klausul-klausul subkontrak 0,728
3 X2 Kesalahan dalam desain 0,708
Kesalahan dalam menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan
4 X8 0,703
disubkontrakkan
Pengaturan waktu dan lahan yang kurang baik untuk pekerjaan
5 X13 0,691
subkontraktor yang akan bekerja
Kurangnya perhitungan terhadap antisipasi biaya tak terduga
6 X18 0,680
(contigency).
Estimasi biaya pekerjaan subkontraktor yang kurang tepat/ kurang
7 X12 0,674
realistis
Data dan informasi tentang kinerja subkontraktor yang kurang
8 X15 0,673
lengkap
Klaim yang berhubungan dengan kontrak, seperti perpanjangan
9 X26 0,671
waktu dengan biaya klaim
Kesalahan dalam menentukan kuantitas pekerjaan yang akan
10 X9 0,660
disubkontrakkan
Tahap Implementasi (Tahap Pelaksanaan)
1 X71 Perencanaan dan penjadwalan yang tidak memadai 0,850
Penundaan dalam pengecekan dan persetujuan pekerjaan yang
2 X78 0,841
telah selesai
Terjadi keterlambatan pada kegiatan yang dilaksanakan
3 X67 0,826
sebelumnya (predecessor)
4 X74 Analisa kondisi lapangan yang tidak akurat 0,820
Tingginya frekuensi change order pada saat pelaksanaan
5 X68 0,819
pekerjaan.
6 X76 Jadwal terlambat 0,817
7 X61 Kontrol dan monitoring yang tidak memadai 0,815
8 X29 Kontrol keuangan yang buruk di lapangan 0,812
9 X44 Penempatan pengawas yang tidak sesuai dengan kualifikasi 0,799
Terlambatnya pengiriman / kekurangan bahan pada saat
10 X36 0,798
pelaksanaan.

KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui
faktor dan variabel penting apa saja yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan biaya (cost
overrun) pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung dari penyebab, berdasarkan
sepuluh peringkat tertinggi nilai loading factor dari masing – masing faktor dan variabel baik pada Tahap
Definisi / Perencanaan dan Pemantapan (Tahap Perencanaan) maupun Tahap Implementasi (Tahap
Pelaksanaan). Sementara hasil analisis dan wawancara Pakar, terhadap masing – masing faktor dan
variabel dengan peringkat tertinggi dapat diketahui bahwa implementasi BIM menunjukkan adanya hasil
yang positif dalam meminimalisir faktor dan variabel penyebab cost overrun pada pelaksanaaan proyek
konstruksi bangunan gedung dan pengaruh implementasi BIM pada faktor dan variabel tersebut dapat
memberikan dampak langsung dalam mengendalikan faktor dan variabel tersebut. Hal ini disebabkan
karena faktor dan variabel tersebut dapat diprediksi dari awal sejak penyusunan BIM Execution Plan
sehingga pada pelaksanaannya dapat dimonitor langsung dengan penggunaan BIM. Oleh karena itu,
sebagai rekomendasi, penggunaan BIM di Indonesia diharapkan dapat lebih dimaksimalkan oleh para
pemangku kepentingan yang terlibat di industri konstruksi di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Achirwan, Latief, Y. & Abidin, I. S., 2013. Pola Hubungan Antara Kinerja Biaya Proyek Dan Dampak
Penyimpangan Biaya Proyek Dengan Pendekatan Indikator Cost Overrun Pada Pengelolaan Sub
Kontraktor. Konstruksia, 4(2), pp. 62-75.

504
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Berlian P., C. A., Adhi, R. P., Hidayat, A. & Nugroho, H., 2016. Perbandingan Efisiensi Waktu, Biaya,
Dan Sumber Daya Manusia Antara Metode Building Information Modelling (BIM) Dan
Konvensional (Studi Kasus: Perencanaan Gedung 20 Lantai). Jurnal Karya Teknik Sipil, 5(2), pp.
220-229.
Dapu, Y. C., Dundu, A. & Walangitan, R., 2016. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Cost Overrun Pada
Proyek Konstruksi. Jurnal Sipil Statik, 4(10), pp. 641-647.
Garson, G. D., 2016. Partial Least Squares: Regression & Structural Equation Models. 2016 ed.
Asheboro, NC 27205 USA: Statistical Associates Publisher.
Handoyo, 2020. Kontan.co.id. Available at: https://industri.kontan.co.id/news/kementerian-pupr-dorong-
pemanfaatan-teknologi-konstruksi-berbasis-industri-40 [Accessed 20 May 2021].
Hardin, B. & McCool, D., 2015. BIM and Construction Management - Proven Tools, Methods adn
Workflows. Indianapolis, Indiana, John Wiley & Sons, Inc..
Hussein, A. S., 2015. Modul Ajar - Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial Least
Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0, Malang: Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis -
Universitas Brawijaya.
Kacprzyk, Z. & Kepa, T., 2014. Building Information Modelling – 4D Modelling Technology on the
Example of the Reconstruction Stairwell. s.l., s.n.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012-2021. kbbi.web.id.Available at: https://kbbi.web.id/pakar
[Accessed 19 May 21].
Landau, P., 2019. Projectmanager.com.Available at: https://www.projectmanager.com/blog/7-tips-for-
preventing-cost-overrun-on-projects [Accessed 24 May 2021].
Memon, A. H., Rahman, I. A. & Azis, A. A. A., 2011. Preliminary Study on Causative Factors Leading to
Construction Cost Overrun. International Journal of Sustainable Construction Engineering &
Technology, 2(1), pp. 57-71.
Project Management Institute, 2017. A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (PMBOK
Guide). Newtown Square, Pennsylvania: Project Management Institute, Inc..
Remi, F. F., 2017. Kajian Faktor Penyebab Cost Overrun Pada Proyek Konstruksi Gedung. Jurnal Teknik
Mesin (JTM), Volume 06, pp. 33-40.
Sahusilawane, T., Bisri, M. & Rachmansyah, A., 2011. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Proyek Konstruksi Gedung Di Kota Ambon. Jurnal
Rekayasa Sipil, 5(2), pp. 118-128.
Soeharto, I., 1995. Manajemen Proyek - Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Penerbit
erlangga.
Ullah, K., Lill , I. & Witt, E., 2019. An Overview of BIM Adoption in the Construction Industry: Benefits
and Barriers. Tallin, Emerald Publishing Limited.
Wisudanto, A. W., 2012. Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan pada Proyek Konstruksi Gedung di
Kediri, Surbaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

505

Anda mungkin juga menyukai