Anda di halaman 1dari 140

PUSAT PEMENTASAN MUSIK JAZZ DI KOTA PALU

DELTRI DIKWARDI EISENRING


F 221 06 017

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
HALAMAN PENGESAHAN

Berdasarkan persetujuan dari tim penguji oleh ketua Program Studi S1 Teknik Arsitektur,
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, maka judul :

“PUSAT PEMENTASAN MUSIK JAZZ DI KOTA PALU”

Disusun Oleh :

DELTRI DIKWARDI EISENRING

NIM. F 221 06 017

Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan


Universitas Tadulako Teknik Arsitektur

Ir. Armin Basong, M.Si Ir. Muhammad Najib, MT


NIP. 19560426 198603 1 001 NIP. 19620415 198803 1 002

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Pada hari Kamis, tanggal 6 September 2012, Panitia Ujian Tugas Akhir Program Studi S1 Teknik
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako berdasarkan SK No /H. 28.1.31/PP/2012,
menyatakan menerima, menyetujui Tugas Akhir yang telah dipertanggungjawabkan dihadapan panitia
ujian Tugas Akhir oleh :

Nama : Deltri Dikwardi Eisenring


No Stambuk : F 221 06 017
Judul : Pusat Pementasan Musik Jazz di Kota Palu
Panitia Ujian Tugas Akhir :
No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Ir. Mohammad Najib, MT Ketua


Nip. 19620415 198803 1 002

2 Mashuri, ST., M.Sc Sekretaris


Nip. 19710514 200212 1 001

3 Ir. M. Nadjib Massikki, MM Anggota


Nip. 19540622 198703 1 001

4 Ir. Abdul Gani Akhmad, M.Si Anggota


Nip. 19670309 199802 1 002

5 Saiful Alam, ST, MT Anggota


Nip. 19640113 199702 1 001

Tim Pembimbing Tugas Akhir :


No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Andi Jiba Rifai, ST., MT Pembimbing I


Nip. 19670310 199802 1 001

2 Burhanuddin, ST, MT Pembimbing II


Nip. 19700113 200501 1 001

Palu, September 2012

Program Studi S1 Teknik Arsitektur


Ketua,

Mashuri, ST., M.Sc


NIP. 19710514 200212 1 001
KATA PENGANTAR

Puji dan sujud syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan

hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan serta kesempatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“ Pusat Pementasan Musik Jazz di Kota Palu”

Ucapan terima kasih penulis haturkan khususnya pada Ibu Andi Jiba Rifai (

Pembimbing I / Dosen Wali), dan Bapak Burhanuddin ST, Msc. ( Pembimbing

II ) yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan

motivasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penyelesaian penulisan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini pula tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Armin Basong, M.Si. Dekan Fakultas Teknik Universitas

Tadulako;

2. Bapak Ir. Muhammad Najib, MT. dan Bapak Fuad Zubaidi, ST., M.Sc.

Ketua dan Sekretaris Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Tadulako;

3. Bapak Mashuri, ST., M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1 Teknik

Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako;

iv
4. Ibu Ir. Pudji Astutiek, F. M,si. Selaku KDK Struktur dan Utilitas dan

selaku Dosen Wali, terimah kasih atas saran dan kritik yang bersifat

membangun selama proses penyusunan skripsi penulis.

5. Ibu Zulfitriah Masiming, ST, MT. Selaku Kepala Laboratorium

Perancangan dan Rekayasa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Tadulako dan Ibu Puteri Fitriaty, ST, MT. Selaku Kepala Studio Tugas

Akhir;

6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Teknik Khususnya Jurusan

Arsitektur Universitas Tadulako;

7. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Teknik Universitas Tadulako;

8. Khusus buat teman – teman dekat penulis : My Vitate Rangers & Angels;

Elviana Febryanti, ST., Darmawan Hari Purnomo, ST., Andi Irmawati,

ST., Sulita Era Malik, ST., Risky Mulyasari, ST., Hajrah S. Prastiwi,

ST., Nuraini, Fitria Anggraeni, Yudistira M. Kampey, Andi

Zulkurniawan, Andi Mohammad Rizad, Wawan Febriansyah, Andi

Syamsir, Alfian, dan Anasthasia Astrid beserta Team Maketor Yuda

Priatna (Sipil 2006) dan Andri Izaki Kamil (Arsitektur 2007). Terima

Kasih untuk kebersamaan, kekeluargaan dan persahabatan kita dan dorongan

serta bantuannya.

9. Teman – teman Arsitektur sepersaudaraan angkatan 2006 dan eks Studio

Complex, eks Studio Animasi, Ibu Luthfiah, ST., M.Sc., kk Sutrati

Melisa Malik, ST yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan


v
skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu terima kasih;

10. Prof. Dr. Ir. Tommy Eisenring, MSc. beserta keluarga, terima kasih atas

perhatian, cinta, kasi sayang, dukungan dan semangat sehingga membantu

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Ir. Maryo

Pitanda Eisenring, MSi dan Ibunda Dra. Agustin Eisenring serta kekasih

Faradillah atas segala doa, cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi dan nasehat

yang tiada tertandingi nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Hanya

doa dan restunyalah yang dapat mengiringi segala kebahagian dan kesuksesan

dalam hidup penulis, serta begitu pula dengan kakak-kakak penulis Lili

Eisenring, Linggar Eisenring, Umar Eisenring dan Abraham Eisenring serta

Keponakan Dastan yang selalu menjadi inspirasi dan semangat bagi penulis.

Mereka merupakan kekuatan terbesar yang tak ternilai harganya dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, besar harapan Penulis bahwa tulisan ini dapat memberi manfaat

dan untuk kesempurnaan tulisan berikutnya Penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun.

Palu, September 2012

Penulis

vi
ABSTRAKSI

Deltri Dikwardi Eisenring, Pusat Pementasan Musik Jazz Di Kota Palu (Dosen
Pembimbing Andi Jiba Rifai, ST.MT dan Burhanuddin, ST, Msc)

Musik Jazz merupakan salah satu aliran musik yang kembali hadir dan
menjadi trend di kalangan masyarakat Palu. Aliran yang dianggap sebagai musik
untuk kalangan orang tua, sekarang banyak dinikmati oleh kalangan remaja.
Perkembangan ini dapat dilihat dari munculnya komunitas Kaili Jazz yang
dipelopori Zarro (Muhammad Nizar) yang memperkenalkan eksotisme bahasa
kaili (Palu) kepada publik musik jazz Indonesia.

Permasalahan umum pada pusat pementasan musik jazz ini adalah


bagaimana merancang bangunan yang dapat mewadahi kegiatan utama musik jazz
dan juga fasilitas pementasan musik jazz yang dapat digunakan oleh para
komunitas, musisi-musisi jazz dan juga masyarkat umum yang ingin mempelajari
musik jazz itu sendiri.

Berdasarkan hasil survey dan tabulasi data maka dapat disimpulkan bahwa
antusias dan minat masyarakat Palu terhadap musik jazz merupakan potensi dalam
perencanaan pusat pementasan musik jazz di Kota Palu dengan menentukan
bentukan dasar maupun akhir bentuk bangunan menggunakan metode analogi dan
metafora yaitu pendekatan bentuk secara dua dimensi dan tiga dimensi serta dari
aliran musik jazz itu sendiri.

Hasil dari racangan ini adalah bangunan pementasan musik jazz indoor
dan pementasan musik jazz outdoor dimana tempat pementasan terdiri dari
beberapa area yang dapat dimanfaatkan sebagai panggung pementasan musik jazz
dengan memiliki suasana yang berbeda-beda serta fasilitas-fasilitas yang dapat
mewadahi kegiatan musik jazz. Untuk pementasan musik jazz indoor penggunaan
sistem akustik menjadi sebuah solusi. Sistem akustik ini menyangkut bahan yang
digunakan dalam bangunan, pengendalian suara dalam gedung pementasan musik
dan penggunaan sound sistem sebagai pengeras suara. Untuk pementasan outdoor
bentuk tempat pementasan dikelilingi oleh panggung yang memberikan kenyaman
dalam segi audio, visual dan gerak dimana penonton dapat menikmati pementasan
dengan posisi yang berbeda-beda, baik yang menonton dengan posisi duduk
lesehan, duduk di kursi ataupun dengan posisi berdiri. Dengan memperhatikan hal
tersebut maka sebuah pementasan dapat memperoleh hiburan secara Audio dan
Visual dapat terpenuhi.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
ABSTRAKSI ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan dan sasaran ............................................................................. 4
a. Tujuan ............................................................................................ 4
b. Sasaran ........................................................................................... 4
D. Lingkup Pembahasan ........................................................................ 5
E. Manfaat .............................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Judul ................................................................................ 6
B. Latar Belakang Lahirnya Musik Jazz ................................................. 8
a. Perkembangan Musik Jazz di Dunia .............................................. 8
b. Perkembangan Musik Jazz di Indonesia ........................................ 8
C. Tinjauan Terhadap Sistem Akustik Pada Pementasan Indoor .......... 10
a. Jangkauan Frekuensi Sumber Bunyi .............................................. 11
b. Syarat Akustik ............................................................................... 12
c. Ketentuan Akustik Pada Tempat Pementasan musik Indoor ......... 13
d. Sound System ................................................................................ 17

viii
e. Faktor Pendukung Akustik Ruang ................................................. 18
D. Tinjauan Kenyamanan Pada Pementasan Outdoor ........................... 19
a. Kenyamanan Audio ....................................................................... 19
b. Kenyamanan Gerak/Fisik .............................................................. 22
c. Organisasi Ruang ............................................................................ 24
E. Studi Perbandingan ............................................................................ 25
a. Institute For Jazz Studies at Fort Adams Park ............................... 25
b. Barcelona auditorium and music center ........................................ 27
c. Yamaha Populer Music Course (YPMC) ...................................... 28
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Sifat Penelitian .................................................................................. 29
B. Tahap Penilitian ................................................................................. 29
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 30
D. Teknik Analisa Data .......................................................................... 31
E. Alur Pikir ........................................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Palu ............................................................. 33
a. Letak Geografis .............................................................................. 33
b. Keadaan Geologi ........................................................................... 34
c. Keadaan Iklim ................................................................................ 34
d. Perekenomian ................................................................................ 35
B. Penentuan Lokasi Penelitian............................................................... 35
a. Kriteria Pemilihan Tapak ............................................................... 35
b. Pemilihan Lokasi Penelitian .......................................................... 36
c. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 39
C. Tinjauan Makro ................................................................................. 40
a. Pendekatan Orientasi Matahari dan Angin ..................................... 40

ix
b. Pendekatan Sirkulasi dan Kebisingan ............................................ 41
c. Aksesibilitas ................................................................................... 42
d. View ............................................................................................... 43
e. Pola Tata massa dan Pembagian Zona Pada Tapak ....................... 43
f. Utilitas ............................................................................................ 46
1. Sistem Mekanikal dan Elektrikal ................................................. 46
2. Sistem Plumbing .......................................................................... 47
3. Sistem Keamanan ........................................................................ 47
4. Sistem Pencahayaan .................................................................... 48
5. Sistem Komunikasi dan Tata Suara ............................................. 49
6. Sistem Penghawaan ..................................................................... 51
7. Sistem Pembuangan Sampah ....................................................... 52
D. Tinjauan Mikro................................................................................... 53
a. Pelaku Kegiatan ............................................................................. 53
1. Pengguna Bangunan .................................................................... 53
2. Kapasitas Pengguna Bangunan .................................................... 54
3. Analisa Aktivitas Pengguna Bangunan ....................................... 56
b. Sistem Kurikulum .......................................................................... 58
c. Program Ruang .............................................................................. 59
1. Fasilitas Pada Bangunan .............................................................. 59
2. Waktu Penggunaan Ruang Bangunan ......................................... 60
3. Kebutuhan Ruang ........................................................................ 60
d. Besaran Ruang ............................................................................... 63
e. Pengelompokkan Ruang Kedalam Massa Bangunan .................... 74
f. Analisis Bentuk Dasar dan Penampilan Bangunan ........................ 75
E. Tinjauan Akustik Lingkungan ............................................................ 79
F. Tinjauan Akustik Ruang ..................................................................... 84

x
a. Masalah Akustik ............................................................................ 85
b. Bahan Akustik ............................................................................... 89
c. Sistem Akustik ................................................................................ 94
1. Desain Akustik Plafon Area Penonton ........................................ 94
2. Desain Akustik Plafon Area Panggung ....................................... 95
3. Desain Akustik Lantai Area Penonton ........................................ 95
4. Desain Akustik Lantai Balkon..................................................... 96
5. Desain Akustik Lantai Panggung ................................................ 97
6. Desain Akustik Dinding Area Penonton ..................................... 98
7. Desain Akustik Dinding Panggung ............................................. 99
8. Desain Akustik Dinding Area Penonton ..................................... 100
G. Tinjauan Pada Pementasan Outdoor .................................................. 101
a. Analisis Kenyamanan Visual Penonton Musik Jazz ..................... 101
b. Analisis Kenyamanan Gerak Penonton Musik Jazz ..................... 103

V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 105
B. Saran .................................................................................................. 106
C. Rekomendasi Desain ......................................................................... 107
a. Konsep Tata Massa ........................................................................ 107
b. Konsep Ruang Luar ....................................................................... 109
c. Konsep Sirkulasi ............................................................................ 110
d. Konsep Penampilan Pada Tempat Pementasan Musik Jazz .......... 111
e. Konsep Posisi Duduk ..................................................................... 113
f. Konsep Interaksi Audio dan Pencahayaan ..................................... 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Konser music jazz dan rock di donggala……………………. 2

Gambar 1.2 : Zarro peformace di konser music Jakjazz Cares 2010………... 2

Gambar 2.1 : Jangkauan Frekuensi Sumber Bunyi……………………….... 11

Gambar 2.2 : Lantai Bertrap dan Lantai Miring……………………………... 12

Gambar 2.3 : Komponern Terjadinya Akustik……………………………… 13

Gambar 2.4 : Lebar Panggung…………………………………….............. 17

Gambar 2.5 : Kondisi Mendengar di Udara Terbuka……………………… 22

Gambar 2.6 : Ukuran Tubuh Manusia 1 ………………………………….. 23

Gambar 2.7 : Ukuran Tubuh Manusia 2 ………………………….............. 24

Gambar 2.8 : Ukuran Tubuh Manusia 3 ……………………………......... 24

Gambar 2.9 : Prespektif Institute For Jazz Studies………................................... 25

Gambar 2.10 : Fasad Bangunan dan Audiotorium………....................................... 27

Gambar 2.11 : Tampak Depan Barcelona Music Center……………………. 27

Gambar 2.12 : Kategori Kursus YPMC…………………………………………... 28

Gambar 3.1 : Alur Pikir…………………………………………………………... 32

Gambar 4.1 : Peta Kota Palu……………………………………………………... 33

Gambar 4.2 : Peta Analisis Lokasi ………………………………………………. 37

Gambar 4.3 : Peta Lokasi Terpilih ………………………………………………. 39

Gambar 4.4 : Orientasi Matahari dan Angin Pada Tapak……………………....... 40

Gambar 4.5 : Sirkulasi dan Kebisingan Pada Tapak ……………………........ 41

Gambar 4.6 : Arah Pandangan Lokasi Penelitian ……………………......... 46

xii
Gambar 4.7 : Pola Organisasi Ruang ……………………............................ 44

Gambar 4.8 : Sistem Elektrikal Bangunan …………………….................... 46

Gambar 4.9 : Sistem Jaringan Air Bersih ……………………...................... 47

Gambar 4.10 : Penempatan Speaker Sistem Terpusat ………........................ 50

Gambar 4.11 : Penempatan Speaker Sistem Distribusi ………...................... 51

Gambar 4.12 : Sistem Pembuangan Sampah …………………….................. 52

Gambar 4.13 : Skema Analisa Aktivitas Pengunjung ……………………..... 56

Gambar 4.14 : Skema Analisa Aktivitas Pengelola Bagian Pendidikan ……. 56

Gambar 4.15 : Skema Analisa Aktivitas Pengelola Bagian Luar Pendidikan. 57

Gambar 4.16 : Skema Analisa Aktivitas Pengelola Bagian Service……….... 57

Gambar 4.17 : Skema Analisa Aktivitas Siswa Kursus Musik Jazz……….... 57

Gambar 4.18 : Sketsa Bentuk Bangunan Kursus Musik Jazz……………….. 76

Gambar 4.19 : Sketsa Bentuk Bangunan Kantor Pengelola dan Perpustakaan 77

Gambar 4.20 : Sketsa Bentuk Tempat Pementasan Musik Outdoor................ 78

Gambar 4.21 : Bentuk Lantai Empat Persegi……………….……………….. 79

Gambar 4.22 : Bentuk Lantai Kipas………………………...……………….. 79

Gambar 4.23 : Bentuk Lantai Tapal Kuda………………….……………….. 80

Gambar 4.24 : Bentuk Lantai Tak Teratur…………………………………... 80

Gambar 4.25 : Contoh Panggung Proscenium………………………………. 81

Gambar 4.26 : Contoh Panggung Terbuka………………….……………….. 82

Gambar 4.27 : Contoh Panggung Arena…………………………………….. 83

Gambar 4.28 : Contoh Panggung yang Dapat Disesuaikan……………........ 84

Gambar 4.29 : Pemberian Lapisan Akustik.................................................... 88

xiii
Gambar 4.30 : Perlakuan Untuk Menghasilkan Difusi Bunyi........................ 89

Gambar 4.31 : Dinding Belakang Dimiringkan.............................................. 89

Gambar 4.32 : Desain Akustik Plafon Area Penonton.................................... 94

Gambar 4.33 : Desain Akustik Plafon Panggung............................................ 95

Gambar 4.34 : Desain Akustik Lantai Area Penonton.................................... 96

Gambar 4.35 : Desain Akustik Lantai Balkon................................................ 97

Gambar 4.36 : Desain Akustik Lantai Panggung........................................... 98

Gambar 4.37 : Desain Akustik Dinding Area Penonton................................. 99

Gambar 4.38 : Akustik Dinding Panggung .................................................... 100

Gambar 4.39 : Area Penonton......................................................................... 101

Gambar 4.40 : Analisis Jarak Kenyamanan Interaksi Visual.……………….. 102

Gambar 4.41 : Analisis Interaksi Gerak dengan Posisi Berdiri……………... 103

Gambar 4.42 : Analisis Interaksi Gerak dengan Posisi Duduk……………… 103

Gambar 4.43 : Analisis Interaksi Gerak dengan Posisi Lesehan……………. 104

Gambar 5.1 : Analisis Tata Massa............................................……………. 107

Gambar 5.2 : Analisis Ruang Luar............................................……………. 109

Gambar 5.3 : Analisis Sirkulasi............................................……………..... 110

Gambar 5.4 : Sirkulasi Utama ............................................……………. 111

Gambar 5.5 : Penampilan Pada Tempat Pementasan Musik Jazz Outdoor. 112

Gambar 5.6 : Analisis Posisi Tempat Duduk................................................. 113

Gambar 5.7 : Analisis Interaksi Auido dan Pencahayaan............................. 114

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Data Perkiraan Penonton Java Jazz di Jakarta………………. 9

Tabel 2.2 : Data Perkiraan Penonton Pertunjukkan Musik di Palu……. 9

Tabel 2.3 : Jenis Peredam dan Kegunaannya …………………………… 18

Tabel 2.4 : Pengaruh Kekerasan Bunyi Pada Manusia …………………. 19

Tabel 4.1 : Analisis Potensi dan Kekurangan Alternative Lokasi terpilih. 37

Tabel 4.2 : Kapasitas Pengujung…………………….. …………………. 54

Tabel 4.3 : Kapasitas Pengelola Bagian Pendidikan……………………. 54

Tabel 4.4 : Kapasitas Pengelola Bagian Luar Pendidikan ……………… 55

Tabel 4.5 : Kapasitas Pengelola Service……………...…………………. 55

Tabel 4.6 : Kapasitas Siswa Kursus Musik Jazz……...…………………. 55

Tabel 4.7 : Analisis Fasilitas Ruang ………………….…………………. 59

Tabel 4.8 : Analisis Waktu Penggunaan Ruang ………………………… 60

Tabel 4.9 : Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Pendidikan……… 60

Tabel 4.10 : Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Komersial ……… 61

Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Performance


Tabel 4.11 : 61
Musik ………………………………………………………..

Tabel 4.12 : Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Pelengkap .……… 62

Tabel 4.13 : Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Pengelola ..……… 62

Tabel 4.14 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Pendidikan ………… 63

Tabel 4.15 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Pengelola ..………… 64

Tabel 4.16 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Peformance Musik … 66

xv
Tabel 4.17 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Komersial ..………… 69

Tabel 4.18 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Penunjang .………… 71

Tabel 4.19 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Servis ……………… 72

Tabel 4.20 : Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Parkir ……………… 72

Tabel 4.21 : Analisis Rekapitulasi Besaran Ruang …………….………… 74

Tabel 4.22 : Koefisien Penyerap Bahan Akustik... …………….………… 92

Tabel 4.23 : Material Akustik ............................... …………….………… 93

xvi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perkembangan musik

yang sangat pesat. Kemajuan di bidang ini tidak lepas dari antusias masyarakat

sebagai penikmat musik yang sangat besar. Tiap tahunnya banyak bermunculan

berbagai jenis musik yang meramaikan blantika musik di indonesia. Aliran musik

yang berasal dari Luar negeri pun turut meramaikan dan bahkan menjadi trend

saat ini, musik jazz merupakan salah satu aliran musik yang saat ini kembali

muncul dan menjadi trend di kalangan masyarakat.

Minat masyarakat Indonesia terhadap musik jazz dewasa ini semakin besar.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya musisi dan penyanyi yang bermunculan

dengan mengusung genre jazz. Sehingga dapat dikatakan paradigma yang

mengkotakkan musik jazz sebagai konsumsi golongan berumur ataupun kelas atas

sudah semakin bergeser, menuju ke segala lapisan masyarakat baik tua maupun

muda.

Palu merupakan salah satu kota yang memiliki eksistensi yang tinggi

terhadap perkembangan kesenian, khususnya dari segi musik. Bila ditelusuri dari

segi seni musik khususnya musik jazz, kota ini tergolong masih dalam tahap awal

perkembangan. Namun, bila diperhatikan tiap tahunnya, pertumbuhan musik yang

dulunya dikenali sebagai ”musiknya orang tua”, kini peminatnya telah di

didominasi oleh kalangan anak muda dan sangat cepat beradaptasi di kalangan

masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan munculnya musisi-musisi jazz dan

1
mulai bermunculan komunitas-komunitas yang mengangkat musik jazz serta

acara-acara musik yang berbau dengan musik jazz yang diadakan di Kota Palu

sebagai bentuk perkenalan musik Jazz kepada masyarakat Palu.

Gambar 1.1 Konser Musik jazz dan rock tema: Damai Dan
Peduli Bencana Di Tanah Air di kota Donggala
(Sumber : http://www.stepmagz.com/2010/12/. )

Kaili jazz merupakan salah satu komunitas musik jazz di Kota Palu yang

dipelopori oleh salah satu musisi jazz yang berasal dari Kota palu yang bernama

Zarro (Muhammad Nizar). Zarro menciptakan semua komposisi di albumnya

dengan memperkenalkan eksotisme bahasa kaili (Palu) kepada publik musik jazz

Indonesia. Kepiawaiannya dalam mencipta, menyanyi dan memainkan alat musik


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
merupakan modal dasar Zarro untuk eksis di blantika musik Tanah Air.

Gambar 1.2 zarro peformace di konser music Jakjazz Cares 2010


(Sumber : http://www.uncluster.com/IN/reviews/reviews-event/jakjazz-
cares-2010-the-closing-night/. )
2
Melihat perkembangan dan pertumbuhan musik jazz di Kota Palu yang

semakin meningkat, maka diperlukannya suatu wadah yang dapat dapat

menampung kegiatan musik jazz baik dari segi pendidikan maupun

pengembangannya.

Musik jazz memiliki karakter musik yang berbeda bila dibandingkan dengan

musik lainnya. Salah satu perbedaan adalah eratnya interaksi sosial yang terjadi

ketika pertunjukan musik jazz, baik penonton maupun pemain musik jazz.

Perbedaan karakter ini sangat berperan penting dalam membentuk tata ruang

bangunan, khususnya dalam penataan ruang pertunjukan musik jazz. Karakter

musik jazz yang cenderung santai, merakyat, bebas berekspresi, konteks

lingkungan dan penuh konsentrasi.

Karakter ini berdasarkan sejarah munculnya musik jazz dimana musik jazz

merupakan musik jazz berasal dari kalangan rakyat yang non elit dan juga

merakyat serta adanya interaksi sosial. sehingga kegiatannya pun biasa dilakukan

di tempat-tempat umum, seperti taman, ruang terbuka, Pedestrian, depan

pertokoan ataupun di tepi jalan.

Secara arsitektural, karakter musik jazz ini akan mempengaruhi perancangan

ruang pertunjukan yang mempertimbangkan kenyamanan interaksi sosial yang

meliputi kenyamanan interaksi visual, interaksi audio dan juga interaksi gerak

yang dapat dinikmati oleh seluruh penonton ataupun pemain musik jazz sehingga

dapat menjadi media publikasi yang dapat menarik perhatian masyarakat secara

umum.

3
Berdasarkan uraian di atas, terdapat hal-hal mendasar yang melatarbelakangi

Pusat Pementasan Musik Jazz di Kota Palu yakni ; sebagai tempat untuk

menampung minat dan bakat di bidang musik jazz, sebagai tempat pementasan

musisi jazz yang bersifat kompetitif guna meningkatkan perkembangan musik

Jazz khususnya di Kota Palu, serta dari segi arsitektural dapat meciptakan sistem

akustik yang baik sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penonton ataupun

pemain musik jazz. Pemilihan judul “Pusat Pementasan Musik Jazz di Kota

Palu” sebagai tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi dasar pementasan musik

jazz di Kota Palu.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dirumuskan

adalah “bagaimana mewujudkan sebuah desain Pusat Pementasan Seni Musik

Jazz di Kota Palu

C. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mewujudkan sebuah desain Pusat

Pementasan Musik Jazz di Kota Palu.

b. Sasaran

Dalam mewujudkan tujuan penelitian, maka sasaran yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah desain Pusat Pementasan Musik Jazz di Kota Palu yang di

tuangkan ke desain fisik.

4
D. Lingkup Pembahasan

Pembahasan ditinjau dari lingkup bidang arsitektur maupun ilmu lainnya

yang menunjang penelitian ini. Adapun batasan dari penelitian ini adalah unsur-

unsur penataan fasilitas/sarana dan prasarana pusat pementasan musik jazz

sehingga dapat mewujudkan rancangan fisik desain Pusat Pementasan Musik Jazz

di Kota Palu

E. Manfaat

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Profesi; diharapkan bahwa tulisan ini dapat memberikan konstribusi bagi

pengembangan ilmu teknik khususnya dibidang arsitektur. Selain itu

tulisan ini diharapkan juga dapat berguna bagi penelitian yang sama pada

masa-masa yang akan datang.

2. Jasa pengembangan; tulisan dan rekomendasi yang akan dikemukakan

pada penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam perencanaan tempat

pementasan musik di Kota Palu khusunya pada musik jazz itu sendiri.

3. Sosial; tulisan ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian pementasan musik

jazz , sekaligus sumbangsih penulis bagi pemecahan masalah-masalah

sosial yang ditimbulkan oleh pembangunan pendidikan musik yang kurang

diwadahi.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul

Pusat adalah Pokok pangkal atau yang jadi pumpunan (berbagai-bagai

urusan, hal).

Pementasan adalah proses, cara, perbuatan mementaskan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia)

Pementasan adalah suatu kegiatan apresiasi yang bertujuan menampilkan

suatu karya atau seni yang mana bertujuan sebagai hiburan atau untuk apresiasi

suatu karya seni yang di lakukan oleh manusia/audience sebagai pencipta dan

enikmat karya seni ( http://sagiyantaruna.blogspot.com/2011/02/pementasan.html)

• Indoor : Pementasan yang dilakukan di dalam ruangan, memberikan

kemungkinan bagi dilakukannya pengkodisian ruang guna mencapai bunyi

yang dihasilkan oleh instrumen musik, dan audience dalam jumlah yang

terbatas.

• Outdoor : Pementasan yang dilakukan di udara terbuka, kurang

memberikan kemungkinan untuk mendapatkan tata suara yang sempurna,

dan audience yang tidak sangat terbatas.

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda

berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang (Wikipedia). Definisi

sejati tentang musik juga bermacam-macam:

1. Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar

2. Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.

6
3. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan

dan disajikan sebagai musik

Maka dapat disimpulkan bahwa musik adalah bunyi yang mempunyai

keseimbangan dan kesatuan, yang menghasilkan nada atau suara yang disusun

sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan.

Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal

abad ke-20 dengan akar-akar dari musik Afrika dan Eropa.

Berendt (1983) dalam bukunya the world is sound mendefinisikan jazz

sebagai bentuk "seni musik yang berasal dari Amerika Serikat melalui konfrontasi

orang kulit hitam dengan musik Eropa, ia berpendapat bahwa jazz berbeda dari

musik Eropa dalam jazz yang memiliki hubungan khusus untuk waktu, yang

didefinisikan sebagai 'ayunan', sebuah spontanitas dan vitalitas produksi musik di

mana improvisasi memainkan peran, dan kemerduan dan cara ungkapan yang

cermin individualitas dari musisi jazz melakukan.

Krin Gabbard (1995) dalam bukunya jazz among the discourses

mengklaim bahwa jazz adalah membangun atau kategori yang, sementara buatan,

masih berguna untuk menunjuk sejumlah musics dengan cukup umum harus

dipahami sebagai bagian dari sebuah tradisi yang koheren.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aliran

musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20.Musiknya

mencakup kualitas seperti berayun, improvisasi, interaksi kelompok,

mengembangkan sebuah suara individu, dan menjadi terbuka untuk kemungkinan

musik yang berbeda.

7
B. Latar Belakang Lahirnya Musik Jazz

a. Perkembangan Musik jazz di dunia

Dalam perkembangan lebih lanjut spirit jazz diinterpretasikan tidak hanya

sebatas perlawanan politis, tetapi menjadi gerakan liberalisasi atau dekonstruksi

bermusik dalam rangka mencari ruang gerak, alternatif cara, dan gaya permainan

lain. Namun, Ketika sedang gencar-gencarnya musik jazz dipasarkan di tanah air

sekitar tahun 1922, nampak beberapa kendala telah merintangi sehingga musik ini

belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, namun justru cenderung

menjadi elit dan eksklusif. Padahal kalau bersandar pada spirit yang dikandungnya

jelas bahwa menjadi elit bukan merupakan tujuan penciptaan musik jazz, sebab

jazz selalu “berdimensi pembebasan”.

b. Perkembangan Musik jazz di Indonesia

Aliran musik Jazz telah hadir di Indonesia sejak tahun 1922 dan telah

mewabah ke sebagian kota-kota besar di indonesia. Berawal dari berkembangnya

musik jazz saat ini, banyak kegiatan ataupun event-event yang berskala besar

bertemakan musik jazz dipertunjukkan demi memuaskan keinginan para penikmat

musik jazz. Java Jazz merupakan salah satu event musik jazz terbesar di Indonesia

yang sangat sukses di tiap penyelenggaraannya.. Sejak diselenggarakannya event

ini pada tahun 2005, Peminat event ini semakin bertambah, bahkan pada Java Jazz

pada tahun 2009, peminatnya mancapai 80.000 penonton.

8
Tabel 2.1. Data perkiraan penonton java jazz di jakarta

Tahun 2005 – 2009

PERKIRAAN
TAHUN
PENONTON
2005 47.500
2006 52.200
2007 60.500
2008 69.000
2009 80.000
(Sumber : Majalah Kabari, 11 Maret 2009)

Dan bahkan pada Tahun 2010 Jumlah penonton AXIS Jakarta

International Java Jazz Festival 2010 mencapai hingga 110.000 penonton (Sumber

: www.seputar-indonesia.com , 3 Maret 2010) sedangkan untuk di wilayah

Sulawesi Tengah musik jazz merupakan musik perkenalan yang dibawa oleh

Zarro dengan menggunakan alat musik lalove yang biasa digunakan untuk

upacara ritual di Sulawesi Tengah hal ini banyak mempengaruhi musisi-musisi di

kota Palu yang menggunakan musik alat traditional di kota Palu itu sendiri

dengan alunan musik jazz, rock dan lain2.

Tabel 2.2. Data perkiraan penonton pertunjukkan musik di Palu

Tahun 2005 – 2010

PERKIRAAN
TAHUN
PENONTON
2005 9.670
2006 11.990
2007 14.980
2008 19.030
2009 24.740
2010 32.900

(Sumber : Hasil Survey dan Promotor Musik, 2011)

9
C. Tinjauan Terhadap Sistem Akustik Pada Pementasan Indoor

Teori akustik pementasan musik sebagian besar mendasarkan teori Harold

Burris Meyer dan Edward C.Cole “ The Audience comes to see the show and to

hearr the show it wants a maximum comfort, a minimum of distraction, and

complete safety. The Audience wants to hear the actor, the singer and any other

sound which part of the show “ Dalam menyaksikan siatu pementasan

penonton menginginkan kenyamanan yang maksimal dari segi pendengaran,

tanpa kegaduhan, dan terjamin keselamatannya. Penonton ingin mendengar

bunyi atau suara yang baik dari pementasan seorang aktor dan penyanyi.

Karakteristik akustik ruang tertentu mempengaruhi kualitas bunyi dari

musik yang disajikan dalam ruang. Dimana faktor akustik dalam perancangan

desain interior merupakan faktor penentu kenyamanan suatu ruang, sebab akustik

mampu membantu kejelasan fungsi ruang, menjaga kesehatan pendengaran

memperjelas sistem komunikasi antar pengguna ruang dan pengaturannya ikut

menentukan kenyamanan suasana ruang.

Geoffery Broadbent (1988) , menyebutkan bahwa dalam perancangan

desain akustik terdapat 3 sistem proses yang saling menunjang yaitu :

1. Bangunan dan lingkungan hal ini menyangkut pengguna bangunan

2. Fungsi bangunan

3. Lingkungan fisik bangunan

Sistem akustik juga mempelajari perilaku suara dalam hal ini sumber

bunyi dan kecepatan tingkat intensitas bunyi. Menurut Leslie L. Doelle tentang

bunyi dan difusi bunyi adalah bunyi memliki 2 definisi yaitu :

10
1. Secara fisis merupakan pergerakan partikel melalui medium udara,

disebut sebagai bunyi obyektif.

2. Secara fisiologis bunyi dianggap sebagai sensasi pendengaran yang

ditimbulkan oleh kondisi fisik dan disebut sebagai bunyi subyektif.

Pada umumnya penyelesaian akustik oleh orang-orang Yunani dan

Romawi untuk tempat pementasan yaitu :

1. Menambahkan tembok pemantul bunyi sekeliling sumber dengan

memiringkan daerah penonton.

2. Menempatkan penonton sedekat mungkin ke daerah pentas dengan

membentuk daerah tempat duduk semi lingkaran yang curam

3. Membangun atap miring yang besar di atas daerah pentas dan

dinding-dinding juga dibuat miring pada kedua sisinya

a. Jangkauan Frekuensi Sumber Bunyi

Telinga normal manusia tanggap terhadap bunyi diantara jangkauan

frekuensi audio sekitar 20-20.000 Hz. Peranan frekuensi yang lebih tinggi dari

10.000 Hz dapat diabaikan inteligibilitas pembicaraan atau kenikmatan musik.

Gambar 2.1 Jangkauan Frekuensi Sumber bunyi


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

11
b. Syarat Akustik

Berikut ini adalah pernyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu

tempat pementasan :

1. Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian

terutama ditempat-tempat duduk yang jauh.

a) Gedung pementasan dibentuk agar penonton sedekat mungkin

dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak

yang ditempuh bunyi

b) Bunyi yang diterima penonton sedapat mungkin bunyi

langsung , tidak pemantulan bunyi tidak berulang kali.

c) Lantai dimana penonton duduk harus dibuat cukup miring,

penataan lantai miring sebab bunyi lebih mudah diserap bila

merambat melewati penonton dengan sinar datang miring.

Gambar 2.2 Lantai bertrap dan Lantai Miring


(Sumber : Christina E.M.Ph.D.2005.Akustik bangunan
prinsip-prinsip dan penerapannya di Indonesia)

12
d) Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan

pemantul bunyi yang besar dan banyak untuk memberi energi

bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton

terutama pada tempat duduk yang jauh.

e) Penonton harus berada didaerah penonton yang

menguntungkan baik dalam hal mendengar maupun melihat.

2. Energi bunyi harus didistribusikan secara merata dalam ruang

3. Ruang harus bebas dari cacat akustik seperti gema, pemantulan

yang berkepanjangan, gaung, pemusatan bunyi, dan lain-lain.

4. Bising dan getaran yang cukup menganggu pendengar atau

pementasan harus dihindari atau dikurangi di dalam ruang.

c. Ketentuan Akustik Pada Tempat pementasan Musik Indoor

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan tiga hal mendasar, yaitu :

1. Perubahan suara karena pemantulan, dan

2. Gangguan suara, ketembusan suara dari ruang lain.

3. Penerima, yang ingin atau tak ingin mendengar bunyi tersebut.

Gambar 2.3 Komponen tejadinya situasi akustik


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

13
Perancangan akustik suatu tempat pertunjukkan musik memperhatikan

ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Lantai

a) Kebutuhan luas lantai 1,1 sampai 1,4 m2 untuk tiap

pemusik/pemain dan untuk pembicara serta paduan suara

membutuhkan 0,3 – 0,4 m2.

b) Luas lantai dan volume tempat harus dijaga agar cukup kecil agar

jarak yang ditempuh bunyi pantul dan bunyi langsung cukup

pendek.

c) Sistem penataan lantai miring (sloped) atau bertrap (inclined)

dengan perbedaan ketinggian antar trap 15-25 cm.

2. Dinding

a) Dinding-dinding diberi lapisan pematulan yang difungsikan

sebagai penguat bunyi ke penonton dan mereduksi penyerapan

bunyi yang tidak diinginkan oleh penonton.

b) Dinding –dinding dibuat bergerigi sebagai pendukung pemantulan

bunyi.

c) Dinding dibuat sebagai dinding ganda yang berfungsi sebagai

insulasi bunyi yaitu untuk mengurangi masuk dan keluarnya

bunyi dari luar ke dalam dan sebaliknya

3. Plafon

a) Plafon dibuat bergerigi untuk memantulkan bunyi

14
b) Plafon didesain sebagai pemantul bunyi dan penyerap bunyi yang

disesuaikan dengan perletakannya

c) Lebar gerigi plafon 1 sampai 3 m dengan kedalaman 0,3 sampai

0,6 m

d) Permukaan pemantuk bunyi pada plafon dapat berupa pemantulan

datar, pemantul cekung yang memfokuskan sumber bunyi, dan

pemantulan cembung yang berfungsi menyebarkan bunyi

4. Panggung Orkestra

a) Ketinggian panggung sebaiknya dinaikkan cukup tinggi diatas

ketinggian lantai penonton yaitu sekitar 80-90 cm, untuk

menyediakan bunyi langsung yang nyaman dengan menggunakan

ruang resonansi yang mempunyai kedalaman 50 cm dibawahnya

sehingga menjaga kualitas suara yang jernih.

b) Area panggung orkestra sebaiknya tidak terlalu besar dan lebar,

panjang 9 m dan lebar maksimum sekitar 18 m sedangkan untuk

area paduan suara kedalamannya tidak boleh ditambah melebihi 3

m pada bagian belakang ataupun pada salah satu sisinya

c) Panggung orkestra harus mempunyai jalan masuk horizontal dan

vertical yang baik kedalam gudang instrument

d) Untuk ruang konser orkestra waktu dengung yang dibutuhkan

1,6-3 (detik)

e) Persyaratan-persyaratan bangunan, mekanisme, dan listrik harus

dikoosrdinasikan dengan pernyaratan austik yaitu mengendalikan

15
bising dan getaran yang ditimbulkan oleh sistem pendingin ruang

dari tempat yang berdekatan dengan ruang mekanik dan elektrik.

5. Balkon

Untuk balkon kedalamannya harus lebih kecil apabila dibandingkan

dengan tinggi balkon.

6. Pandangan penonton

a) Hubungan pemain dengan penonton diatur agar pandangan

horizontal dan vertikal bisa dicapai. Perbedaan tinggi antara garis

pandang penonton bagian belakang dengan titik mata penonton

yang berada didepannya minimal 10 cm

b) Jarak pandang, yaitu jarak yang masih memungkinkan penonton

dapat melihat pementasan dengan jelas, yaitu sekitar 25 m

c) Posisi penonton untuk melihat dengan jelas dan nyaman kearah

panggung adalah sekitar maksimum 100 derajat ke kiri dan ke

kanan dari ujung depan kiri dan kanan panggung.

d) Jumlah ideal kursi penonton untuk ditata bersejajar adalah 12-15

buah dengan dasar petimbangan bahwa area penonton yang duduk

ditengah-tengah tidak menempuh perjalanan jauh ke arah selasar

utama

e) Jarak antara kursi 80 cm dan untuk penonton untuk kursi paling

tepi di baris terdepan, sudut pandang minimal 30 derajat dan bagi

penonton pada kursi teratas maksimum pandangan kebawah 30

derajat dengan dasar pertimbangan bahwa sudut pandangan tidak

16
akan mengganggu penonton baik secara horizontal maupun

vertikal. Kemampuan visual manusia untuk melihat dengan

nyaman tanpa perlu memalingkan muka berada pada sudut 20

derajat ke arah kiri dan kanan, sehingga lebar panggung tidak

boleh melebihi lebar bagian depan lantai penonton.

Gambar 2.4 Lebar Panggung


(Sumber : Christina E.M.Ph.D .1990.Akustika bangunan
prinsip-prinsip dan penerapannya di Indonesia))

d. Sound System

Sound system memegang peranan penting dalam akustik ruang

penempatan sistem bunyi dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :

1. Sistem terpuat ( Centeral Cluster )

Penempatan bunyi terpusat yaitu pengelompokan speaker yang

diletakkan diatas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m.

2. Sistem tersebar ( Distributed )

Penempatan bunyi tersebar yaitu pengelompokkan rangkaian speaker

diatas penonton. Tipe ini digunakan untuk ruangan yang memiliki

langit-langit yang relatif pendek.

17
3. Sistem terpusat dengan kursi ( seat – integrated )

Sistem penempatan penguat bunyi terpusat dengan menggunakan

kursi yaitu meletekan speaker secara merata dibelakang kursi.

4. Sistem kombinasi

Untuk sistem kombinasi tipe terpusat dan tersebar diperlukan alat

penunda bunyi agar bunyi dari speaker dideretan belakang menunggu

datangnya bunyi dari speaker terpusat didepan.

e. Faktor Pendukung Akutik Ruang

Tingkat bunyi dalam suatu ruang dapat direduksi dengan penggunaan

bahan-bahan peredam aktif, antara lain : papan fiber untuk plafond, gorden / tirai

untuk dinding, dan karpet untuk lantai.

Bahan-bahan konstruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan

akustik auditorium atau yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalm ruang-ruang

bising dapat diklasifikasikan menjadi : bahan berpori-pori, penyerap panel atau

penyerap selaput, dan resonator rongga.

Jenis Peredam Kegunaan


Peredam berpori dan berserat Baik untuk meredam frekuensi
tinggi. Harus tebal untuk meredam
frekuensi rendah
Peredam membran Baik untuk meredam frekuensi
rendah
Peredam Resonan Dapat disesuaikan untuk meredam
ferkuensi tertentu
Peredam panil Merupakan paduan berpori dan
resonan, baik untuk meredam
frekuensi menegah
Tabel 2.3 Jenis Peredam dan Kegunaannya
(Sumber : Satwiko, Prasasto.2004)

18
Bunyi di luar batas kemampuan yang dapat diterima oleh telinga manusia

akan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Efek bunyi

dapat menjadi sangat buruk bila terjadi komplikasi.

Kebisingan (dbA) Efek


30-65 Bila berlangsung terus menerus akan menggangu
selaput telinga dan menyebabkan gelisah
65-90 Bila berlangsung terus menerus akan merusak
lapisan vegetative manusia (jantung, peredaran
darah, dll)
90-130 Bila berlangsung terus-menerus akan merusak
telinga
Tabel 2.4 Pengaruh Kekerasan Bunyi Pada Manusia
(Sumber : Satwiko, Prasasto.2004)

D. Tinjauan Kenyamanan Pada Pementasan Outdoor

a. Kenyamanan Audio

Kenyamanan Interaksi audio berhubungan dengan Akustik Ruang dan juga

akustik lingkungan dimana mempengaruhi kenyamanan pendengaran terhadap

sumber yang didengarkan melalui perambatan. Akustik sendiri berarti gejala

perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam.

Jenis perambatan kebisingan yang dapat dibedakan menurut medium yang

dilalui gelombang bunyi, yaitu:

1. Airbone sound, adalah perambatan gelombang bunyi melalui medium

udara. Model perambatan semacam ini akan sangat mudah masuk

kedalam bangunan jika terdapat lubang, celah, atau retak pada elemen

bangunan, terutama pada elemen dinding.

19
2. Structureborne sound, adalah istilah yang secara umum dipakai untuk

proses perambatan bunyi melalui benda padat. Perambatan melalui

elemen bangunan umumnya terjadi ketika sumber kebisingan

menempel pada atau sangat berdekatan dengan dinding.

Penguatan bunyi dalam sebuah ruang pementasan biasanya digunakan

untuk mengadakan tingkat kekerasan yang optimal serta memastikan terjadinya

difusi suara yang cukup merata di dalam ruangan. Hal ini diperlukan bila sebuah

ruang pementasan dengan kapasitas yang cukup besar sedangkan sumber suara

yang ada tidaklah memungkinkan bunyi tersebut terdistribusi dengan baik ke

seluruh ruangan, apalagi bila masih ditambah dengan bising lingkungan serta

suara gaduh penonton.

1. Komponen Sistem Penguat Suara

Sebenarnya terdapat cukup banyak komponen system penguat suara

yang dapat digunakan, semua itu tergantung dari kebutuhan desain pada setiap

bangunan, komponen pokok system penguat suara terdiri dari 3, yaitu :

a. Mikrophone

b. Penguat dan control / amplifier

c. Pengeras suara

Dengan penggunaan komponen penguat suara kualitas tinggi dan sesuai

dengan karakteristik ruangan akan menghasilkan kualitas bunyi natural yang baik

2. Sistem Pengeras Suara

Pada umumnya terdapat beberapa jenis pengeras suara, namun tidak

semua system tersebut dapat sesuai di setiap gedung. Untuk gedung pementasan

20
umumnya digunakan system penguat suara gabungan dari beberapa system

tersebut, yaitu :

a. Menggunakan system sentral dimana semua bunyi berasal dari depan, hal

ini lebih menguntungkan karena sumber suara asli datang dari arah yang

sama.

b. Sistem steriofonik (terdifusi), dimana system ini menggunakan

sekelompok pengeras suara yang diletakkan di bagian samping atau di atas

gedung pementasan, sehingga akan memberi efek yang dinamis terutama

untuk efek stereo dari pementas. Pengeras suara system yang

didistribusikan harus sekitar 20 sampai 45ft (6 sampai 13.5m) di atas

ketinggian lantai.

Gabungan dari sistem di atas menghasilkan sebuah sistem pengeras suara

yang lazim disebut sebagai surround sound dimana bunyi seolah-olah berada tepat

di tengah-tengah sumber bunyi sehingga efek musik dan kenikmatan memahami

musik akan lebih terasa.

Akustik lingkungan atau pengendalian bunyi secara arsitektural,

merupakan suatu cabang pengendalian lingkungan pada ruang-ruang arsitektural.

Ia dapat menciptakan suatu lingkungan, dimana kondisi mendengarkan secara

ideal disediakan, baik dalam ruang tertutup maupun di udara terbuka.

Pengendalian bunyi secara arsitektural mempunyai 2 sasaran:

1. Menyediakan keadaan yang paling disukai untuk produksi, perambatan,

dan penerimaan bunyi yang diinginkan di dalam ruang yang digunakan

untuk bermacam-macam tujuan mendengar ataupun diruang terbuka.

21
2. Peniadaan atau pengurangan bising (bunyi yang tak diinginkan) dan

getaran dalam jumlah yang cukup.

Gambar 2.5 Kondisi mendengar di udara terbuka


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

b. Kenyamanan Gerak / Fisik

Menurut Archie kaplan (1971) dalam artikelnya menjelaskan bahwa

definisi pergerakan adalah keadaan alamiah manusia dan dasar dari

keberadaannya. Kehidupan manusia menunjukkan ketiadaan keadaan yang statik,

mulai dari kedipan mata sampai gerak lari dengan kecepatan tinggi, pada saat

tidur ataupun terjaga, manusia selalu dalam keadaan bergerak.

1. Sirkulasi/jarak

Kepadatan adalah ukuran matematik dari jumlah orang per unit ruang.

Dipihak lain, bersesakan merupakan suatu pengertian psikologis atau perilaku

lingkungan yang menunjuk pada pengalaman yang terkurung, dirintangi,

terhalang oleh kehadiran banyak orang

Dengan memperhatikan interelasi antara sesama teman sejawat dan kondisi

ruang yang digunakan maka akan terjadi perbedaan-perbedaan sikap dan jarak

22
dalam tatap muka dimana jarak-jarak tersebut dapat menciptakan suatu suasana

yang nyaman, enak, dan menyenangkan. Jarak – jarak tersebut dibagi dalam 5

kelompok, yaitu:

a. Intimate distance (jarak intim) , antar 0-45 cm

b. Personal distance (jarak pribadi), antara 45-120 cm

c. Social distance (jarak sosial), antara 120-360 cm. Fase dekat antara 120-

210 cm sedangkan fase jauh antara 210-360 cm.

d. Public distance (jarak umum), antara 360-750 cm atau lebih.

e. Proxemics distance (jarak lingkungan). Jarak komunikasi pada pertemuan

umum dimana satu sama lain tidak kenal tetapi bisa terjadi interaksi

misalnya saat tunggu di ruang tunggu atau publik space, atau di dalam

ruang dan sebagainya.

2. Pola Interaksi Gerak

Pola interaksi gerak berhubungan dengan antropometrik setiap manusia.

Antropometri merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari tentang

pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada

tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya.

Gambar 2.6 Ukuran Tubuh Manusia 1


(Sumber : Penero, Julius. Dimensi manusia dan interior)
ruang)

23
Gambar 2.7 Ukuran Tubuh Manusia 2
(Sumber : Penero, Julius. Dimensi manusia dan interior)
ruang)
Gambar diatas didasarkan atas zona perlindungan tubuh yang diperluas

sampai diameter 106,6 cm atau seluar 0,93 meter persegi.

Gambar 2.8 Ukuran Tubuh Manusia 3


(Sumber : Penero, Julius. Dimensi manusia dan interior)
ruang)

Gambar diatas didasarkan atas zona perlindungan tubuh sampai dengan

121,9 cm atau seluas 1,21 meter persegi, memungkinkan terjadinya sirkulasi tanpa

mengganggu orang lain.

c. Organisasi Ruang

Dalam suatu program bangunan, umumnya terdapat syarat-syarat untuk

berbagai macam ruang. Syarat-syarat tersebut antara lain:

1. Memiliki fungsi-fungsi khusus atau persyaratan bentuk khusus

2. Penggunaan yang fleksibel dan dapat dengan bebas dimanipulasi

24
3. Memiliki fungsi atau kepentingan tunggal dan unik terdapat suatu

organisasi bangunan

4. Memiliki fungsi-fungsi yang serupa dan dapat dikelompokkan menjadi

suatu cluster fungsional atau berulang dalam suatu rangkaian linier

5. Membutuhkan bukaan ke ruang luar untuk mendapatkan cahaya,

ventilasi, pemandangan atau pencapaian ke luar bangunan

6. Harus dapat dipisahkan untuk kepentingan pribadi

7. Harus mudah dicapai

E. Studi Perbandingan

a. Institute For Jazz Studies at Fort Adams Park

Institute For Jazz Studies merupakan Suatu projek yang di desain oleh Jeff

Olgin. Site terletak di Newport Jazz fertival, Newport, Rhode Island, Amerika.

Proyek ini mendapatkan penghargaan “Award of distinction” pada tahun 2005.

Gambar 2.9 Prespektif Institute For jazz Studies


Sumber : www.arch.ttu.edu/people/faculty/Neiman/2005
Konsep yang diterapkan oleh Olgin adalah dengan menghubungkan musik

dan notasi struktur dan menerapkan karakter elemen musk jazz yang syncopasi

(pola nada yang tidak beraturan) ke dalam bentuk bangunan. program yang

diterapkan pada site dengan menghubungkan konsep arsitektur dan notasi musik .

25
Adapun fasilitas-fasilitas yang pada Institute for jazz studies adalah

sebagai berikut :

Campus
• Administration
• Dormns
• Lecture Halls
• Rehealsal Halls
• Rehealsal Cells
• Jazz research Library
• Jazz History archive
Tourish traps
• Jazz History Museum
• Monk’s dreams Bookstore
• Market/kiosks
• Refreshment Bars
Performance
• Jazz Concer Hall
• Lester leaps in nightclub
• Outdoor Amphiteatre
• Newport Jazz Festival
Taman
• Jazz sound Garden
• Instrument Garden
• Entry Garden
• Water Garden
Plazas
• Playground
• Body Exercise
• Informal Sports

26
b. Barcelona auditorium and music center

Barcelona Auditorium terletak di sebelah Plaça de les Glòries timur laut

dari Pusat Bersejarah Barcelona. Bangunan yang ditetapkan sebagai satu volume

kompak dengan Cor-Ten steel panel dimasukkan ke dalam kerangka bingkai

kuatkan beton. Frame menghasilkan yang repetitif dalam rangka pembangunan

dan bertindak sebagai kotak yang terbuka dan bebas-berdiri mendukung.

Gambar 2.10 Fasad Bangunan dan Auditorium


Sumber : www.arcspace.com

Bangunan-bangunan ini terdiri dari simfoni Hall dengan kapasitas 2340

orang dan juga Chamber Music Hall dengan kapasitas 700 fasilitas-fasilitas

lainnya adalah: Ruang latihan untuk untuk orchestras dan soloists, perpustakaan

khusus, dan studio rekaman musik eksperimental laboratorium, restoran,

lokakarya , penyimpanan dll . Jalur sirkulasi dari publik, melalui corridors dan

lobbies, memungkinkan akses ke Halls Utama pada beberapa tingkatan.

Gambar 2.11 Tampak Depan


Sumber : www.arcspace.com

27
c. Yamaha Popular Music Course (YPMC)

Yayasan Musik Indonesia (YMI) yang didirikan pada tanggal 22

Desember 1972, menyelenggarakan kursus-kursus musik yang menerapkan sistem

pendidikan musik Yamaha. YMI memiliki sekolah musik sublisensi lebih dari 105

lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang mengkhususkan penyediaan

pendidikan Piano, Electone, Gitar, Drum, pendidikan musik untuk anak-anak

Kursus yang ditetapkan pada umumnya berdasarkan alat music jenis alat

musiknya itu sendiri., seperti sebagai berikut :

Gambar 2.12 Kategori Kursus YPMC


(sumber : http://yamaha.co.id/course)

YMI yang merupakan lisensi dari Yamaha Music Foundation (YMF),

Jepang, membuka pusat-pusat lisensinya di Jakarta dan Surabaya.

28
III. METODE PENELITIAN

A. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif dan

kuantitatif. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada

berbagai masalah, menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan metode kuantitatif

memberikan informasi berupa angka untuk menjelaskan masalah penelitian yang

ada secara deskriptif.

B. Tahap Penelitian

Penelitian ini melalui beberapa tahapan langkah-langkah yang harus

dilakukan agar penelitian ini dapat memberi hasil yang sesuai kebutuhan, urutan

langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a) Tahap pralapangan :

▪ Menyusun rancangan penelitian

▪ Memilih lokasi penelitian

▪ Mengurus perizinan

▪ Menjajagi dan menilai keadaan lapangan

▪ Memilih dan memanfaatkan informan

▪ Menyiapkan perlengkapan penelitian

▪ Persoalan etika penelitian

29
b) Tahap pekerjaan lapangan :

▪ Memahami latar penelitian dan persiapan diri

▪ Memasuki lapangan

▪ Berperan serta sambil mengumpulkan data

c) Tahap analisis data :

▪ Konsep dasar analisis data

▪ Menemukan tema dan meneruskan hipotesis

▪ Menganalisis berdasarkan hipotesis

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terbagi atas dua jenis yaitu :

a) Data primer yang didapatkan dari hasil survey di kantor-kantor

pemerintahan yang terkait, baik dalam bentuk gambar, foto, maupun

catatan.

b) Data sekunder yang didapatkan dari literatur, kebijakan pemerintah serta

peraturan-peraturan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,

dalam hal ini data tersebut berguna sebagai data pelengkap yang

didapatkan diluar lokasi penelitian dan instansi yang terkait.

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data, menggunakan teknik

survey dengan cara :

a) Observasi

b) Wawancara

c) Dokumentasi

30
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data yang cepat dan sesuai

dengan maksud dan tujuan yang diinginkan, antara lain :

a) Kamera sebagai alat dokumentasi untuk mengambil gambar yang bisa

dijadikan data penelitian.

b) Pedoman wawancara, sebagai petunjuk umum untuk melakukan

wawancara.

D. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan

dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan

sebagainya. Langkah selanjutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan

dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat

rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga

sehingga tetap berada di dalamnya. Setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan data dalam bentuk uraian singkat dengan teks

yang bersifat naratif dan tahap akhir adalah kesimpulan dan verifikasi.

E. Alur Pikir

Dalam perancangan pusat pementasan musik jazz ini melalui beberapa

tahapan yang berurutan yaitu memasukkan data-data yang diperlukan kemudian di

analisis dan diproses. Setelah itu diadakan pengujian kembali (feed back) terhadap

analisa yang telah dilakukan untuk menghasilkan rancangan

31
Alur Pikir :

Gambar 3.1 Alur Pikir


(sumber : Hasil Analisis)

32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Palu

a. Letak geografis

Kota Palu secara geografis berada di tengah wilayah Kabupaten Donggala.

Tepatnya sepanjang pantai Teluk Palu atau memanjang dari Timur ke Barat,

terletak di sebelah utara garis khatulistiwa pada koordinat 0,35 0 – 1,20 0 Lintang

Utara dan 120 0 – 122,09 0 Bujur Timur. Luas wilayah Kota Palu 395,06 km 2 atau

39,506 ha terdiri dari dataran rendah, dataran bergelombang dan dataran tinggi.

Gambar 4.1 Peta Kota Palu


(Sumber : Badan Pusat Statistik 2005 )

33
Batasan – batasan administratif kota Palu berdasarkan Undang – undang

No.4/1994 tentang pembentukan Kota Palu sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Tawaeli, Kecamatan

Banawa, Kabupaten Donggala dan Teluk Palu.

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Tawaeli, Kabupaten

Donggala dan Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi

Moutong.

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sigi Biromaru,

Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala.

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Banawa dan

Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala.

Kota Palu terdiri atas 4 Kecamatan, 43 Kelurahan yaitu : Kecamatan Palu

Utara, Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu Selatan, dan Kecamatan Palu

Barat dengan jumlah penduduk 304.200 jiwa.

b. Keadaan geologi

Kota Palu berada pada ketinggian 0 - 700 meter dari permukaan laut, dengan

keadaan geografis datar hingga pegunungan, sedang dataran rendah yang

umumnya tersebar disekitar pantai dan letaknya bervariasi.

c. Keadaan iklim

Sebagaimana umumnya daerah tropis Kota Palu dipengaruhi 2 (dua) iklim

yaitu : musim kemarau dan musim hujan, suhu udara maksimum rata-rata 35 °C

34
dan suhu udara minimum 26 °C. Curah hujan rata-rata sebesar 88,2 mm/tahun,

dengan kelembaban udara berkisar antara 73 – 82%.

d. Perekonomian

Di bidang perekonomian Kota Palu mempunyai berbagai kegiatan sektor

jasa-jasa, perdagangan, angkutan dan komunikasi, serta industri pengolahan.

Adanya berbagai aktifitas jasa pemerintahan dan perdagangan, memberikan nilai

tambah terhadap perekonomian di Kota Palu.

B. Penentuan Lokasi Penelitian

a. Kriteria pemilihan tapak

1. Segi tata guna tanah

• Terletak didaerah yang sudah berkembang

• Merupakan pusat orientasi pergerakan masyrakat yang banyak

• Bentuk permukaan yang datar

• Memperhatikan kemampuan daya dukung tanah

• Bebas dari gangguan bencana alam (banjir atau tanah longsor)

2. Segi fasilitas penunjang

• Terletak di daerah area perbelanjaan sehingga akses pencapaian mudah

• Terletak di dekat daerah hotel sehingga dapat memberikan fasilitas

tambahan.

• Terletak di daerah yang aman

• Di lalui jalan protokol yang dapat dilalui oleh segala jenis kendaraan

35
3. Segi pencapaian ke lokasi

• Mudah dicapai dan dikenal oleh pengunjung dari dalam kota maupun

luar kota

• Dilalui oleh segala jenis angkutan umum

4. Segi kesehatan lingkungan

• Memiliki sumber air bersih ( PDAM/PAM, air tanah dan lain-lain)

• Terdapat jarigan listrik

• Tidak berdekatan bandara udara

• Bebas dari gangguan bau tempat penimbunan sampah dan

pengelolahan air limbah

• Terdapat pembuangan air (air kotor, air limbah, air limbah)

b. Pemilihan lokasi penelitian

Secara administratif berdasarkan RTURW Kota Palu tahun 2006-2025

terdapat lima kelurahan yang merupakan daerah pengembangan Kawasan

Pariwisata Kota Palu, yaitu: Kelurahan Silae, Kelurahan Lere, Kelurahan Besusu

Barat, Kelurahan Talise, dan Kelurahan Tondo.

Kegiatan-kegiatan yang mendominasi pada kawasan tersebut yaitu

perdagangan dan jasa, pariwisata, pelayanan kesehatan, perkantoran, pertokoan,

pelayanan pendidikan formal/non formal dan permukiman. Hal ini dapat

diperjelas dengan adanya bangunan-bangunan perkantoran di Jalan Raja Moili dan

Jalan Undata; Perdagangan dan Jasa di Jalan Raja Moili dan Jalan Suharso serta

ruang publik sepanjang tepi pantai di Kelurahan Talise, Kelurahan Lere dan

Besusu Barat; Pelayanan Pendidikan (STIMIK) di Jalan Undata dan (Prespektif

36
College); Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit Umum Daerah Undata dan Rumah

Sakit Mata) di Jalan Suharso.

Dalam pendekatan kota, maka lokasi penelitian merupakan kawasan pusat

orientasi pergerakan masyarakat yang banyak, terdapat fasilitas-fasilitas

penunjang dan juga memberikan view yang baik. Terdapat 3 lokasi yang sesuai

dengan kriteria pemilihan lokasi yaitu :

Gambar 4.2 Peta Analisis Lokasi


(Sumber : google earth /2011 )

Tabel 4.1. Analisis potensi dan kekurangan alternative lokasi terpilih

Peta Lokasi Potensi Kekurangan


- Sesuai dengan - Daerah kurang
RTURK sebagai aman
kawasan pariwisata. - Tekanan
- Berada didekat torbulensi pada
tepi pantai sehingga tapak sangat tinggi.
view baik.
- Berada pada
medium-high
traffic.
- Tidak padat
pemukiman
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
- Fasilitas
penunjang sudah
mulai bekembang

37
- Sesuai dengan - Pemukiman padat.
RTURK sebagai -Tekanan torbulensi
kawasan pariwisata pada tapak sangat
dan pendidikan tinggi.
- Berada didekat
dan tepi pantai
sehingga view baik.
- Daerah aman
karena lokasi berada
di dekat kantor
polisi
- Fasilitas penujang
yang memadai.
- Berada pada
medium-high
traffic.

- Sesuai dengan - Jauh dari pusat


RTURK sebagai kota
kawasan pariwisata - Daerah kurang
- Berada didekat aman
tepi pantai sehingga - Kurangnya
view baik. fasilitas penunjang
- Lingkungan - Tekanan torbulensi
sekitar masih alami pada tapak sangat
- Tidak padat tinggi.
pemukiman

Daerah yang dianggap cocok adalah di jalan Raja Moili Kelurahan Besusu

Barat Kecamatan Palu Timur (alternatif 2) dengan alasan :

1. Lingkungan sekitar yang sedang berkembang, akan sangat menunjang

dari fungsi bangunan terutama pencapaian site yang mudah.

2. Banyaknya fasilitas-fasilitas umum yang mendukung, seperti tempat

pembelanjaaan, hotel, kantor polisi, ruang publik dan lain-lain.

3. Palu Timur merupakan kawasan yang cukup pesat perkembangan

terutama di bagian pantai Talise dan proyek yang ada adalah fasilitas

38
umum yang baru sangat cocok ditempatkan di sekitar wilayah pantai

Talise.

4. Terdapat lahan kosong yang cukup luas

5. Lokasi yang berada di sekitar wilayah pantai, hal ini sangat menunjang

untuk dibangun sebuah pertunjukkan musik indoor maupun outdoor

karena memiliki view yang baik

6. Telah adanya jaringan listrik, air bersih, drainase, dan lokasi pembuangan

sampah

7. Pencapaian terhadap bangunan dapat melalui berbagai alternatif, sehingga

memudahkan pengunjung dan menghindari kemacetan kendaraan.

Gambar 4.3 Peta Lokasi Terpilih


(Sumber : google earth /2011 )
c. Gambaran umum lokasi penelitian

Dalam RTRW Kota Palu 2006 Teluk Palu ditetapkan sebagai kawasan

lindung, pariwisata dan perdagangan/jasa. Kawasan lindung merupakan kawasan

yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahnya, kawasan lindung

tersebut meliputi sempadan pantai, sempadan sungai dan sempadan sekitar mata

air, kawasan pelestarian alam.

39
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
Kondisi penelitian merupakan salah satu pusat kegiatan yang cukup padat di

kawasan wisata pantai Teluk Palu, dengan kegiatan-kegiatan seperti perdagangan

dan jasa, pariwisata, pendidikan, perkantoran, permukiman, hiburan dan rekreasi.

Teluk palu berpotensi sebagai area terbuka publik dan banyak terdapat konser-

konser musik karena memiliki view pantai yang sangat baik.

C. Tinjauan Makro

a. Pendekatan Orientasi matahari dan angin

Arah angin laut pada siang hari bertiup dari arah utara ke arah selatan

sedangkan angin darat pada malam hari dari arah selatan ke utara. Untuk angin

laut dari arah utara mengandung garam kecepatan angin rata-rata 4,08 knot dan

dapat lebih cepat (sumber: BMG, wilayah stasiun Meteorologi Mutiara Palu).

Untuk tempat pertunjukkan outdoor diletakkan di sekitar bangunan sehingga

pada sore hari bangunan dapat menaungi ruang terbuka yang digunakan sebagai

tempat pertunjukkan nantinya.

Gambar 4.4 Orientasi matahari dan angin pada tapak


(Sumber : analisis )

40
b. Pendekatan Sirkulasi dan kebisingan

Pada tapak ada beberapa jalan yang mempunyai sirkulasi kendaraan 2 arah

dapat dilalui kendaraan bermotor maupun mobil dengan lebar jalan masing-

masing yaitu 6 meter. Arah lalu lintas yang dominan mempunyai sirkulasi 2 arah

mengakibatkan banyak terjadi cross sirkulasi yang dapat menyebabkan kemacetan

seperti pada jalan Raja Moili apabila antara jam-jam beraktifitas ( siang/sore ),

jalan padat karena di depan site terdapat ruang publik untuk tempat berkumpulnya

masyarakat menghabiskan waktunya. Pada perecanaan, penataan kembali

pedestrian dan pembuatan jalan 1 arah untuk menghindari kemacetan kendaraan.

Untuk potensi kebisingan, di jalan Raja Moili mempunyai tingkat kebisingan

tinggi yang berasal dari kendaraan dan angin laut yang cukup kencang pada siang

hari. Sebaiknya bangunan diletakkan menjauh dari jalan Raja Moili dan disekitar

site ditanami pepohonan yang dapat mereduksi kebisingan.

Gambar 4.5 Sirkulasi dan kebisingan pada tapak


(Sumber : analisis )

41
c. Aksesibilitas

Tingkat pencapaian kawasan sangat mudah hanya sekitar + 2 km dari pusat

kota ditempuh dengan jarak + 5 menit dengan menggunakan kendaraan.

Sepanjang perjalanan akan melewati teluk palu yang memiliki panorama alam

indah. Di sekitar area pantai terdapat pujasera dan juga ruang publik untuk

digunakan sebagai tempat santai ataupun tempat berkumpul.

Adapaun beberapa view dari arah barat ke timur dan dari timur ke barat yang

terdapat disekitar pantai Talise sebagai berikut :

Gambar 4.6 Arah Pandangan Lokasi Penelitian


(Sumber : survey )

42
d. View

Pada tapak potensi view yang paling menarik adalah di bagian arah utara.

potensi teluk yang indah menjadi daya tarik utama pada tapak, sehingga bukaan

dan orientasi bangunan mengarah pada utara dan timur laut tapak.

Keterangan :

1. Sebelah Utara memiliki view ke arah ruang publik dan pantai (teluk Palu)

2. Sebelah Timur memiliki view ke arah kawasan perdagangan .

3. Sebelah Selatan memiliki view ke arah kawasan permukiman.

4. Sebelah Barat memiliki view ke arah kantor polisi dan jembatan IV.

e. Pola Tata Massa dan Pembagian Zona Pada Tapak

Pertimbangan dalam penentuan pola massa bangunan adalah aktivitas yang

terdapat di dalam pusat pementasan musik jazz. Menurut D.K. Ching ada

beberapa pola tata massa yang digunakan, yaitu :

43
Gambar 4.7 Pola Organisasi Ruang
(Sumber : Francis D.K Ching, Arsitektur bentuk,ruang dan tatanannya)

Dari pola tata massa bangunan diatas, yang sesuai dengan fungsi bangunan

dan kondisi tapak adalah pola clustered form. Adapun beberapa kelebihan dan

kekurangan apabila menggunakan pola tata massa ini adalah :

44
1. Kelebihan

a) Bentuk gubahan massa yang terpisah akan memudahkan pembagian

kegiatan yang dilakukan berdasarkan fungsi bangunan.

b) Bentuk seperti ini akan memberikan ruang terbuka yang cukup

banyak yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan pementasan

outdoor.

2. Kekurangan

a) Akses pencapaian ke tiap bangunan cukup tidak mudah karena

bangunan terpisah-pisah dan memiliki fungsi masing-masing di tiap

bangunannya.

b) Site yang digunakan cukup luas.

Berdasarkan aktifitas dan sifat ruang, zona pada pusat pementasan dibagi

menjadi 3 zona, yaitu :

1. Zona Publik, merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan

umum seperti area lobby, area pementasan indoor maupun outdoor, area

komersil dan lain-lain.

2. Zona Privat, merupakan kegiatan yang membutuhkan ketenangan seperti

area pendidikan khususnya bagi siswa kursus musik jazz.

3. Zona Servis, merupakan kegiatan yang menunjang yang tidak

berhubungan langsung dengan umum, seperti rg. Pengelola dan lain-lain.

45
f. Utilitas

1. Sistem mekanikal elektrikal

a) Sistem elektrikal yang dimaksudkan pada kebutuhan akan aliran

listrik sebagai sumber tenaga untuk penerangan dan peralatan yang

digunakan dalam bangunan.

Sumber ailiran listrik berasal dari PLN dan cadangan generator yang

bekerja secara otomatis apabaila terdapat gangguan aliran PLN.

Gambar 4.8 Sistem Elektrikal Bangunan


(Sumber : Analisis)

b) Sistem mekanikal diterapkan dalam menunjang kegiatan operasioanal

bangunan. Pemakaian sistem ME diaplikasikan terutama pada ruang

pementasan/panggung pertunjukkan untuk perubahan, seperti :

1) Rolling (automobile movable system), yaitu untuk perubahan

dinding pembatas, sesuai dengan kapasitas pemakaian gedung.

2) Hydrolic system, yang dipergunakan pada perubahan formasi

lantai dan traps pit (naik-turunnya stage)

46
2. Sistem plumbing

a) Air bersih

Dasar-dasar pertimbangan pengadaan air bersih adalah sebagai

berikut :

1) Kelancaran distribusi ke setiap unit pemakaian .

2) Mampu mencukupi batas pemakaian sesuai dengan fungsinya

3) Persiapan/cadangan air bersih bila distribusi dari PDAM berhenti

4) Faktor penghematan energi di dalam pendistribusiannya.

Gambar 4.9 Sistem Jaringan Air Bersih


(Sumber : Analisis)

b) Air kotor

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuangan air kotor hanyalah

kelancaran keluar dari tapak dan jaminan tidak akan menimbulkan

dampak bagi lingkungan disekitarnya.

3. Sistem keamanan

Sistem penanggulangan terhadap ancaman keamanan terhadap bangunan

dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok utama dengan dasar pertimbangan,

sebagai berikut:

47
a) Sistem pencegahan kebakaran (fire escape system)

1) Kelancaran arus sirkulasi keluar dari gedung pada saat kebakaran

terjadi.

2) Kemampuan untuk mendeteksi adanya sumber kebakaran secara

dini.

3) Kemampuan untuk bertahan sebelum kendaraan Dinas kebakaran

tiba.

b) Sistem penangkal petir

1) Kemampuan untuk menyalurkan arus listrik dari petir ke tanah

tanpa membahayakan manusia.

2) Tidak mempengaruhi unsur estetika penampilan luar bangunan.

c) Sistem pencegahan kriminal

1) Kemampuan pendeteksian terhadap kejahatan yang terjadi di

dalam maupun di luar bangunan

2) Penanganan yang cepat dan tepat terhadap peristiwa kejadian

yang terjadi.

4. Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan pada gedung pementasan dibagi atas 2 (dua) yaitu :

a) Pencahayaan/penerangan alami, digunakan untuk sedapat mungkin

pada siang hari terutama pada kelompok kegiatan pengelola dan

fasilitas pendukung.

48
b) Pencahayaan buatan, digunakan untuk pada ruang-ruang tertutup

seperti pada ruang pegelaran dan bagian belakang panggung terutama

bagian persiapan pemain.

Fungsi pencahayaan itu adalah :

a) Pencahayaan utuk kemampuan melihat tempat duduk

b) Pencahayaan untuk pintu darurat/bahaya

c) Pencahayaan untuk dekorasi dan permukaan suasana ruang

pementasan indoor, biasanya bernilai estetis interior dan diletakkan

pada dinding.

Menurut DW Durant dalam bukunya Interior Lighting Design, kebutuhan

pencahayaan adalah :

a) Lobby = 200 lux

b) Ruang pementasan = 100-200 lux

c) Panggung = 300-500 lux

5. Sistem komunikasi dan tata suara

a) Sistem komunikasi

Pendekatan terhadap sistem komunikasi meliputi :

1) Keleluasaan dan kemudahan bagi pengunjung yang akan

menggunakan alat komunikasi.

2) Pemisahan yang jelas antara komunikasi pengelola dan jaringan

komunikasi untuk pengunjung.

3) Macam komunikasi yang keluar dan kedalam serta antar ruang

49
4) Kebutuhan komunikasi menyangkut jenis peralatan yang

digunakan.

b) Sistem tata suara

Tata suara merupakan bagian penting dalam pementasan musik teridi

atas 3 (tiga) elemen yaitu mikrofon, penguat suara (amplifier) dan

pengeras suara ( loudspeaker) yang merupakan elemen penentu

kualitas suara yang dihasilkan. Semakin baik kualitasnya semakin

baik pula kualitas suara yang dihasilkan.

Penghasil bunyi koordinasi dengan menggunakan mixer sebagai

pengatur keras lemahnya suara yang ditampilkan pada setiap sumber

bunyi sehingga keseluruhan suara di panggung merupakan hasil dari

suatu kumpulan bunyi yang harmonis.

3 (tiga) jenis sistem pengeras suara, yaitu :

1) Sistem terpusat, yaitu sistem yang dapat ditempatkan secara

terpusat dengan pengeras suara gugus (cluster) tunggal di atas

sumber bunyi.`

Gambar 4.10 Penempatan Speaker Sistem Terpusat


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik)

50
2) Sistem distribusi, yaitu sistem yang menggunakan sejumlah

pengeras suara di atas dan ditempatkan di seluruh audiotorium.

Gambar 4.11 Penempatan Speaker Sistem Distribusi


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik)

3) Sistem stereofonik, yaitu sistem yang menggunakan pengeras

suara gugus dua atau lebih.

Dengan tanpa sistem penguat, radius pencapaian maksimum hanya

sekitar 20 meter sehingga diperlukan sistem penguat dan beberapa

sistem perletakan loudspeaker.

6. Sistem penghawaan

Merupakan suatu sistem pengkodisian udara dengan mengatur temperatur

dan kelembapan udara di setiap ruang yang disediakan agar dapat

memberikan kenyamanan yang lebih optimal bagi pemakai ruang-ruang

tersebut yang meliputi :

a) Kenyamanan terhadap suhu dan kelembapan udara

b) Arah, volume dan kecepatan aliran udara atau sistem ventilasi

c) Tinggi langit-langit dan perluasan bangunan

d) Pengaruh lingkungan sekitarnya

51
e) Kebutuhan ruangan setiap ruangan berdasarkan sifat dan macam

kegiatan

f) Jenis tata penghawaan yang digunakan

1) Penghawaan alami

2) Penghawaan buatan

7. Sistem pembuangan sampah

Maksud dan tujuan pembuangan sampah adalah untuk menjaga

kebersihan dari ruangan. Disamping menjaga dan memperbaiki

lingkungan sekitar terutama juga dari segi kesehatan serta kenikmatan

dalam menghuni suatu bangunan.

Penggolongan masalah sampah dilakukan dengan cara pengumpulan

sampah seperti hal-hal sebagai berikut:

a) Penyediaan tempat atau keranjang sampah pada tempat-tempat umum

yang mudah diangkut dan dibersihkan,

b) Disalurkan kedalam shaft yang telah disediakan dalam bangunan,

kemudian ditampung pada suatu kontainer. Selanjutnya diangkut

petugas ketempat penampungan sampah.

Gambar 4.12 Sistem Pembuangan Sampah


(Sumber : Analisis)

52
D. Tinjauan Mikro

a. Pelaku Kegiatan

1. Pengguna bangunan

a) Pelajar pada kursus music jazz

Pelajar pada music jazz ini adalah merupakan pihak pengguna yang

kegiatannya meliputi belajar music jazz diiringi dengan latihan-latihan

bersama dan juga untuk melakukan penampilan music jazz di panggung.

b) Pengelola bangunan

Pengelola bangunan adalah merupakan pihak yang bertanggung jawab

terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan di pusat pementasan music

jazz ini baik di dalam event pementasan, kursus music , tempat-tempat

penjualan music ataupun kegiatan-kegiatan menunjang lainnya.

c) Pengunjung

Pada pusat pementasan musik jazz ini terbagi atas 3 sasaran

pengunjung yang meliputi :

1) Komunitas/penikmat musik jazz merupakan pengunjung yang

melakukan aktivitas secara bersama-sama atau berkelompok,

misalnya menonton pementasan, mengikuti kegiatan pertemuan

ataupun saling bertukar ilmu.

2) Pengunjung umum merupakan pengunjung yang melakukan

aktivitas seperti menonton pementasan, makan di foodcourt,

membeli alat musik dan aktivitas-aktivitas lainnya

3) Pengantar siswa kursus.

53
2. Kapasitas pengguna bangunan

Untuk mengetahui kapasitas pengguna bangunan yang dibutuhkan pada

bangunan, ada beberapa asumsi yang dapat menunjang sebagai data

pelengkap sebagai berikut :

c) Masyarakat/pengunjung

Pengunjung dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu :

Tabel 4.2. Kapasitas Pengunjung

Pengunjung Jumlah
Pengunjung pertunjukkan outdoor 500 orang
Pengunjung pertujukkan indoor 300 orang
Pengantar kursus musik 25 orang
Pengunjung toko alat musik 15 orang
Pengunjung toko buku musik dan 20 orang
CD/DVD
Pengunjung studio musik 5 orang
Pengunjung rekaman musik 10 orang
Pengunjung perpustakaan musik 30 orang
Pengunjung food court 100 orang
Pengguna ruang serbaguna 150 orang
Total 1155 orang

d) Pengelola dan administrasi

Pengelola dan administrasi dibagi menjadi 3 bagian :

Tabel 4.3. Kapasitas Pengelola Bagian Pendidikan

Pengelola Jumlah
Tenaga pengajar 10 orang
Kepala pengajar 1 orang
Bagian pendaftaran 2 orang
Bagian administrasi 4 orang
Bagian pembukuan 2 orang
Resepsionis 2 orang
Total 21 orang

54
Tabel 4.4. Kapasitas Pengelola Bagian Luar Pendidikan

Pengelola Jumlah
Manager 1 orang
Wakil manager 1 orang
Sekretaris 1 orang
Bagian administrasi 2 orang
Bagian operasional dan fasilitas 2 orang
Bagian keuangan 2 orang
Bagian advokasi 2 orang
Bagian pemasaran 2 orang
Resepsionist 2 orang
Total 15 orang

Tabel 4.5. Kapasitas Pengelola Service

Pengelola Jumlah
Kepala bagian keamanan 1 orang
Bagian keamanan 5 orang
Karyawan 20 orang
Total 26 orang

e) Siswa kursus musik jazz

Tabel 4.6. Kapasitas Siswa Kursus Musik Jazz

Siswa kursus musik Jumlah


Kursus gitar elektrik 3 orang
Kursus gitar akustik 5 orang
Kursus bass 3 orang
Kursus drum 2 orang
Kursus biola 3 orang
Kursus keyboard 2 orang
Kursus piano 3 orang
Kursus saxosphone 3 orang
Kursus flute 3 orang
Kursus terompet 3 orang
Total 30 orang

Dari data asumsi diatas, maka total keseluruhan kapasitas daya tampung

pusat pementasan musik jazz yang diperkirakan adalah :

55
605 orang + 21 orang + 27 orang + 26 orang + 30 orang = + 709

3. Analisa aktivitas pengguna bangunan

a) Skema aktvitas pengunjung

Gambar 4.13 Skema Analisa Aktivitas Pengunjung


(Sumber : Analisa )

b) Skema aktivitas pengelola dan administrasi

• Pengelola bagian pendidikan

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

Gambar 4.14 Skema Analisa Aktivitas Pengelola Bagian Pendidikan


(Sumber : Analisa )

56
• Pengelola bagian luar pendidikan

Gambar 4.15 Skema Analisa Aktivitas Pengelola Bagian Luar Pendidikan


(Sumber : Analisa )
• Pengelola bagian service

Gambar 4.16 Skema Analisa Aktivitas Pengelola Bagian Service


(Sumber : Analisa )
c) Skema aktivitas siswa kursus music jazz
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

Gambar 4.17 Skema Analisa Aktivitas Siswa Kursus Musik Jazz


(Sumber : Analisa )

57
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
b. Sistem Kurikulum

Studi kurikulum yang di lakukan di Yamaha Popular Music Course (YPMC)

untuk dijadikan acuan sistem kurikulum yang diterapkan pada tempat kursus

musik jazz yang merupakan bagian dari Pusat Pementasan Musik jazz itu sendiri.

Kapasitas pengguna dan umur pada kursus musik jazz ini yaitu mulai dari

anak-anak yang berumur mulai dari 6 tahun hingga orang tua. Sistem

pembelajaran pada kursus musik jazz ini terdiri dari 3 tingkatan kemampuan.

Tingkatan-tingkatan kemampuan pada kursus musik jazz adalah :

1. Tingkat dasar (Basic)

Pada tingkatan ini masih mengajarkan materi-materi dasar berupa

pengenalan alat-alat music, cara menggunakan alat musik baik dalam

pemegangannyaa maupun caranya.

2. Tingkat menengah (Advance)

Pada tingkatan ini, para siswa telah menguasai alat musik dan cara

bermain musik dengan benar, serta mampu membaca not balok serta

memainkan alat musik dengan membaca chord atau not balok.

3. Tingkat akhir (performance)

Pada tingkatan ini, siswa telah memahami teknik dasar hingga teknik yang

diajarkan pada tingkat menengah. Para siswa dapat meminkan alat musik

sesuai dengan keinginannya tanpa di damping oleh pengajar dan dapat

menunjukkan hasil pembelajarannya pada pertunjukan-pertunjukan musik

jazz.

58
c. Program Ruang

1. Fasilitas pada bangunan

Fasilitas pada bangunan yang akan direncanakan pada pusat pementasan

music jazz yaitu :

Tabel 4.7. Analisis Fasilitas Ruang

A. Fasilitas Perfomance Musik


Studio musik
Studio rekaman
Ruang pertunjukkan musik jazz indoor
Ruang pertunjukkan musik jazz outdoor

B. Fasilitas Pengelola
Kantor pengelola
Kantor administrasi
Ruang pertemuan
Ruang pengajar

C. Fasilitas Pendidikan
Ruang kursus vocal
Ruang kursus gitar
Ruang kursus bass
Ruang kursus drum
Ruang kursus piano
Ruang kursus keyboard
Ruang kursus flute dan terompet
Ruang kursus saksofon
Ruang penyimpanan alat-alat musik
Ruang latihan bersama

D. Fasilitas Komersial
Toko kaset CD/DVD dan toko buku
Ruang penjualan alat-alat musik
Cafetaria

59
E. Fasilitas Service
Pos satpam
Pantry
Ruang genset
Ruang main panel
Ruang utilitas
Musholla

F. Fasilitas Pelengkap
Ruang perpustakaan
Ruang komunal
Ruang tunggu pengunjung
Parkir area

2. Waktu penggunaan ruang bangunan

Tabel 4.8. Analisis Waktu Penggunaan Ruang

Nama ruang Waktu pengunaan


Area pertunjukkan musik jazz outdoor Pkl. 16.00 – 21.00
Area pertunjukkan musik jazz indoor Pkl. 21.00 – 24.00
Kursus musik jazz Pkl. 15.30 – 21.00
Penjualan alat musik Pkl. 10.00 – 21.00
Penjualan CD/DVD dan toko buku Pkl. 10.00 – 21.00
Perpustakaan Pkl. 10.00 – 21.00
Food court/cafetaria Pkl. 10.00 – 24.00
Studio musik Pkl. 10.00 – 24.00

3. Kebutuhan ruang

Tabel 4.9. Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Pendidikan

Kebutuhan Sifat ruang


Pemakai Peralatan Karakter ruang P SP PB S
ruang
Kursus Pelajar, Gitar/bass, kursi, Akustik ruang, akrab, √
gitar/bass dan meja, sounsystem, semi formal,
pengajar lighting pencahayaan cukup,
nyaman
Kursus gitar Pelajar, Gitar akustik, biola, Akustik ruang, akrab, √
akustik, biola, dan terompet, kursi, semi formal,
terompet pengajar meja, lighting pencahayaan cukup,
nyaman

60
Kursus vocal Pelajar, Mixer vocal. kursi, Akustik ruang, akrab, √
dan meja, lighting, semi formal,
pengajar sound system pencahayaan cukup,
nyaman
Kursus drum Pelajar, 1 set drum, kursi, Akustik ruang, akrab, √
dan lighting semi formal,
pengajar pencahayaan cukup,
nyaman, space lebih
luas
Kursus piano Pelajar, Piano, kursi lighting Akustik ruang, akrab, √
dan semi formal,
pengajar pencahayaan cukup,
nyaman
Kursus Pelajar, Keyboard, kursi, Akustik ruang, akrab, √
keyboard dan lighting semi formal,
pengajar pencahayaan cukup,
nyaman
Ruang latihan Pelajar, Gitar/bass, Akustik ruang, akrab, √
dan keyboard, drum, non formal,
pengajar saksofone, biola, pencahayaan cukup,
sound system, nyaman, space lebih
lighting luas

Tabel 4.10. Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Komersial

Kebutuhan Sifat ruang


Pemakai Peralatan Karakter ruang P SP PB S
ruang
Toko musik Pelajar, Kursi, meja, akrab, formal, √
pengajar, etalase, alat- nyaman, space yang
pengunjung musik, rak cukup, sirkulasi
CD/DVD.
Food Pelajar, dan Meja makan, akrab, non formal, √
court/cafe pengajar kursi, meja kasir, space yang cukup,
lighting, rak, nyaman, tenang,
etalase, lemari sirkulasi

Tabel 4.11. Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Perfomance Musik

Kebutuhan Sifat ruang


Pemakai Peralatan Karakter ruang P SP PB S
ruang
Rg, Pelajar, Stage, sound Akustik ruang, akrab, √
pertunjukkan pengajar, system, lighting non formal, nyaman,
musik indoor pengunjung sirkulasi,
pencahayaan cukup
Rg, Pelajar, Stage, sound Akustik lingkungan, √
pertunjukkan pengajar, system, lighting akrab, non formal,
musik pengunjung nyaman, sirkulasi,
outdoor

61
Studio Pelajar, 1 set mixer, 1 setAkustik ruang, akrab, √
rekaman pengajar, alat musik, kursi,non formal, space
pengunjung sound system yang cukup, nyaman,
sirkulasi
Studio musik Pengunjung 1 set musik, Akustik ruang, akrab, √
kursi, sound non formal, space
system, lighting yang cukup, nyaman,
sirkulasi

Tabel 4.12. Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Pelengkap

Kebutuhan Sifat ruang


Pemakai Peralatan Karakter ruang P SP PB S
ruang
Perpustakaan Pelajar, Kursi, meja, rak akrab, formal, √
musik pengajar, buku nyaman, tenang,
pengunjung space yang cukup,
sirkulasi
Ruang Pelajar, Stage, sound Akustik lingkungan, √
Komunal pengajar, system, lighting akrab, non formal,
pengunjung nyaman, sirkulasi,
Ruang tunggu Pengunjung Kursi, meja, akrab, non formal, √
perabot, lighting nyaman, tenang,
space yang cukup,
sirkulasi

Tabel 4.13. Analisis Kebutuhan Ruang Pada Fasilitas Pengelola

Kebutuhan Sifat ruang


Pemakai Peralatan Karakter ruang P SP PB S
ruang
Kantor Pengelola Kursi, meja, rak akrab, formal, √
pengelola buku nyaman, tenang,
sirkulasi
Kantor Pengelola Stage, sound akrab, formal, √
administrasi system, lighting nyaman, tenang,
sirkulasi
Ruang Pengelola, Kursi, meja akrab, formal, √
pertemuan pengajar panjang, rak nyaman, tenang,
buku, lemari space yang cukup,
sirkulasi
Ruang Pengajar Kursi, meja, rak akrab, formal, √
pengajar buku nyaman, tenang,
sirkulasi

62
(Sumber: analisis)

Ket : P = Private

SP = Semi Private

PB = Publik

S = Servis

d. Besaran ruang

Untuk menentukan besaran ruang didasarkan pada pertimbangan :

1. Standar ruang berdasarkan literatur

2. Kebutuhan ruang berdasarkan analisis kegiatan pelaku

Tabel 4.14. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Pendidikan

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Unit
(m2) (m2)
RUANG KELAS KURSUS :
1.68 m2/orang
Kursus gitar elektrik 3 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2
1.68 m2/orang
Kursus gitar akustik 5 orang NAD 35 m2 1 35 m2
Sirkulasi 24 m2
1.68 m2/orang
Kursus bass 3 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2
2.58 m2/orang
Kursus drum 2 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2
1.40 m2/orang
Kursus biola 3 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2
3.50 m2/orang
Kursus keyboard 2 orang NAD 35 m2 1 35 m2
Sirkulasi 24 m2
3.50 m2/orang
Kursus piano 3 orang NAD 35 m2 1 35 m2
Sirkulasi 24 m2
1.20 m2/orang
Kursus saxosphone 3 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2
1.20 m2/orang
Kursus flute 3 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2
1.20 m2/orang
Kursus terompet 3 orang NAD 30 m2 1 30 m2
Sirkulasi 24 m2

63
LUAS RUANG KELAS KURSUS 375 m2
UNIT PENDIDIKAN KURSUS :

Rg. supervisor 2 orang NAD 24 m2 1 24 m2


10 m2 /orang
Rg. Staff keuangan 4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
Rg. administrasi 4 orang 20 % sirkulasi 48 m2 1 48 m2
NAD
Rg. informasi 4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
1.00 m2/orang
Rg. tunggu 20 orang 20 % sirkulasi Asumsi 20 m2 1 20 m2

10 m2/orang
Rg. Instruktur musik 10 orang DMRI 240 m2 1 240 m2
20 % sirkulasi
TOTAL LUAS UNIT ADMINISTRASI KURSUS 430 m2
LAVATORY : Siswa + pengelola + instruktur + tamu = 57 orang
STANDAR : 1 wc untuk 30 org, 1 urinoir untuk 25 org, 1 westafel 50 org
Pria 60 % = 60 % x 57 org = 35 org, Wanita 40 % = 40 % x 57 org = 22 org

Km/wc 2,25 m2 MEE 2,2 m2 4 8,8 m2


Pria
Urinoir 0,8 m2 MEE 0,8 m2 4 3,2 m2
(35 orang)
Wastafel 0,9 m2 MEE 0,9 m2 2 1,8 m2

Km/wc Wanita 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2


(22 orang) 0,9 m2
Wastafel MEE 0,9 m2 2 1,8 m2
LUAS LAVETORY KURSUS 20 m2
SIRKULASI 30 % 6 m2
TOTAL LUAS LAVETORY KURSUS 26 m2
LUAS UNIT PENDIDIKAN KURSUS MUSIK JAZZ 831 m2
SIRKULASI 30 % 249 m2
TOTAL LUAS UNIT PENDIDIKAN KUSRSUS 1080 m2

Tabel 4.15. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Pengelola

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Unit
(m2) (m2)
UNIT PENGELOLA UTAMA:
20 m2 /orang
Rg. manager 1orang NAD 24 m2 1 24 m2
20 % sirkulasi
Rg. wakil manager 1 orang NAD 24 m2 1 24 m2

64
Rg. sekretaris 2 orang NAD 24 m2 1 24 m2

Rg. bagian
4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
administrasi
Rg. bagian
operasional dan 4 orang 10 m2 /orang NAD 48 m2 1 48 m2
fasilitas
Rg. bagian 20 % sirkulas
4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
keuangan
Rg. bagian
4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
advokasi
Rg. bagian
4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
pemasaran
Rg. informasi 4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
2,3 m2
Rg. rapat 20 orang NAD 66 m2 1 66 m2
20 m2 sirkulasi
Hall 200 orang 0,65 m2 NAD 130 m2 1 130 m2
1 m2
Rg. tamu 12 orang NAD 12 m2 1 12 m2
20 % sirkulasi
LUAS UNIT PENGELOLA 568 m2
LAVATORY : Pengelola Utama = 15 orang
STANDAR : 1 wc untuk 30 org, 1 urinoir untuk 25 org, 1 westafel 50 org
Pria 60 % = 60 % x 15 org = 35 org, Wanita 40 % = 40 % x 15 org = 22 org

Km/wc 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2


Pria
Urinoir 0,8 m2 MEE 0,8 m2 2 1,6 m2
(35 orang)
Wastafel 0,9 m2 MEE 0,9 m2 2 1,8 m2

Km/wc Wanita 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2


(22 orang) 0,9 m2
Wastafel MEE 0,9 m2 2 1,8 m2
LUAS LAVETORY KURSUS 14 m2
SIRKULASI 30 % 4,2 m2
TOTAL LUAS LAVETORY KURSUS 18,2 m2
LUAS UNIT PENGELOLA 586 m2
SIRKULASI 30 % 176 m2
TOTAL LUAS UNIT PENGELOLA 762 m2
DIBULATKAN 762 m2

65
Tabel 4.16. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Perfomace Musik

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Unit
(m2) (m2)
PERTUNJUKKAN INDOOR :

Rg. supervisor 2 orang NAD 24 m2 1 24m2


Rg. Staff 10 m2 /orang
2 orang NAD 24 m2 1 24 m2
keuangan
Rg. informasi 2 orang 20 % sirkulasi NAD 24 m2 1 24 m2

Rg. perlengkapan 4 orang NAD 48 m2 1 48 m2


8 m2
Rg. monitor 2 orang DMRI 16 m2 1 16 m2
6 m2
Rg. Sound system 4 orang DMRI 24 m2 1 24 m2
4 m2
Rg. teknisi 4 orang DMRI 16 m2 1 16 m2
3 m2
Rg. lighting 4 orang DMRI 12 m2 1 12 m2
4,5 m2 (alat
Rg. medis 4 orang NAD 18 m2 1 18 m2
medis)
Gudang alat 25 m2 Asumsi 25 m2 2 50 m2
0,84 m2/orang
Rg. persiapan 40 orang NAD 48 m2 1 48 m2
20 % sirkulasi
0,84 m2/orang
Back stage 40 orang NAD 48 m2 1 48 m2
20 % sirkulasi
Tiket 2 orang 6 m2 Asumsi 12 m2 1 12 m2
108 m2
Stage 60 orang NAD 216 m2 1 216 m2
Standar okestra
0,8 m2/orang
Rg. Jumpa pers 40 orang NAD 48 m2 1 48 m2
20 % sirkulasi
0,8 m2/orang
Rg. penonton 600 orang NAD 720 m2 1 720 m2
40 % sirkulasi
0,3 m2/orang
Hall 600 orang NAD 300 m2 1 300 m2
20 % sirkulasi

LUAS UNIT PERTUNJUKKAN INDOOR 1648 m2


LAVATORY : Pengelola + pengunjung = 25 org + 600 = 625 org
STANDAR : 1 wc untuk 30 org, 1 urinoir untuk 25 org, 1 westafel 50 org
Pria 60 % = 60 % x 625 org = 295 org, Wanita 40 % = 40 % x 625 org = 230 org

66
Km/wc 2,25 m2 MEE 2,2 m2 12 26,4 m2
Pria
Urinoir 0,8 m2 MEE 0,8 m2 14 11,2 m2
(295 org)
Wastafel 0,9 m2 MEE 0,9 m2 8 6,4 m2

Km/wc Wanita 2,25 m2 MEE 2,2 m2 8 17,6 m2


(230 org) 0,9 m2
Wastafel MEE 0,9 m2 4 3,6 m2
LUAS LAVETORY INDOOR 66 m2
SIRKULASI 30 % 19.8 m2
TOTAL LUAS LAVETORY INDOOR 86 m2
LUAS UNIT PERTUNJUKKAN INDOOR 1734 m2
SIRKULASI 30 % 520,2 m2
TOTAL LUAS UNIT PERTUNJUKKAN INDOOR 2254,2 m2
DIBULATKAN 2254 m2
PERTUNJUKKAN OUTDOOR :
10 m2 /orang

Area perlengkapan 4 orang 20 % NAD 48 m2 1 48 m2


sirkulasi

8 m2
Area monitor 2 orang DMRI 16 m2 1 16 m2
6 m2
Area soundman 8 orang DMRI 48 m2 48 m2
Area Sound asumsi
4 orang Asumsi 50 m2 2 100 m2
system
4 m2
Area teknisi 4 orang DMRI 16 m2 1 16 m2
3 m2
Area lighting 4 orang DMRI 12 m2 1 12 m2
9 m2 (alat
Area medis 4 orang NAD 36 m2 1 36 m2
medis)
Area Gudang alat 50 m2 Asumsi 50 m2 1 50 m2
2 m2/orang
Area persiapan 20 orang 20 % NAD 48 m2 1 48 m2
sirkulasi
2 m2/orang
Back stage 20 orang 20 % NAD 48 m2 1 48 m2
sirkulasi
Area Tiket 2 orang 6 m2 Asumsi 12 m2 2 24 m2
Asumsi
Stage area 16 orang Asumsi 96 m2 1 96 m2
24 m2 x 12

67
m2
300 org stand
0,49 147 m2 1 147 m2
m2/orang
Area penonton 500 orang
200 org seat
0,42 NAD 84 m2 1 84 m2
m2/orang

LUAS UNIT PERTUNJUKKAN OUTDOOR 773 m2


LAVATORY : Pengunjung = 40 % 500 = 200 org
STANDAR : 1 wc untuk 30 org, 1 urinoir untuk 25 org, 1 westafel 50 org
Pria 60 % = 60 % x 200 org = 120 org, Wanita 40 % = 40 % x 200 org = 80
org

Km/wc 2,25 m2 MEE 2,2 m2 4 8,8 m2


Pria
Urinoir 0,8 m2 MEE 0,8 m2 4 3,2 m2
(195 org)
Wastafel 0,9 m2 MEE 0,9 m2 2 1,8 m2

Km/wc Wanita 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2


(130 org) 0,9 m2
Wastafel MEE 0,9 m2 1 0,9 m2
LUAS LAVETORY OUTDOOR 19,1 m2
SIRKULASI 30 % 5,73 m2
TOTAL LUAS LAVETORY OUTDOOR 24,83 m2
LUAS UNIT PERTUNJUKKAN INDOOR 797.83 m2
SIRKULASI 30 % 239,35 m2
1037,18
TOTAL LUAS UNIT PERTUNJUKKAN INDOOR
m2
DIBULATKAN 1037 m2
STUDIO MUSIK DAN STUDIO REKAMAN :

Rg. supervisor 2 orang 10 m2 /orang NAD 24 m2 1 24 m2


Rg. Staff
2 orang 20 % NAD 24 m2 1 24 m2
keuangan
sirkulasi
Rg. perlengkapan 4 orang NAD 48 m2 1 48 m2
0,84
m2/orang
Rg. tunggu 20 orang NAD 20 m2 1 20 m2
20 %
sirkulasi

68
Rg. Studio Studi banding Studi
14 orang 84 m2 2 168 m2
music/rekaman banding
9 m2
Rg. teknisi 2 orang DMRI 18 m2 1 18 m2
12 m2
Rg. sound lock 2 orang DMRI 24 m2 1 24 m2

Rg. operator 4 orang 25 m2 DMRI 50 m2 1 50 m2


LUAS UNIT STUDIO MUSIK DAN STUDIO REKAMAN 376 m2
LAVATORY : Pengelola + pengunjung = 14 org + 34 org = 48 org
STANDAR : 1 wc untuk 30 org, 1 urinoir untuk 25 org, 1 westafel 50 org
Pria 60 % = 60 % x 48 org = 30 org, Wanita 40 % = 40 % x 48 org = 18 org

Km/wc 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2


Pria
Urinoir 0,8 m2 MEE 0,8 m2 2 1,6 m2
(30 org)
Wastafel 0,9 m2 MEE 0,9 m2 2 1,8 m2

Km/wc Wanita 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2


(18 org) 0,9 m2
Wastafel MEE 0,9 m2 2 1,8 m2
LUAS LAVETORY STUDIO MUSIK DAN STUDIO REKAMAN 6,28 m2
SIRKULASI 30 % 1,88 m2
TOTAL LUAS LAVETORY STUDIO MUSIK DAN STUDIO
REKAMAN
8,18 m2
LUAS UNIT STUDIO MUSIK DAN STUDIO REKAMAN 384,18 m2
SIRKULASI 30 % 115,26 m2
TOTAL LUAS UNIT STUDIO MUSIK DAN STUDIO REKAMAN 499,44 m2
DIBULATKAN 500 m2

Tabel 4.17. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Komersial

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Unit
(m2) (m2)
MUSIC JAZZ SHOPPING CENTER :
10 m2 /orang
Rg. supervisor 2 orang NAD 24 m2 1 24 m2
20 %
Rg. Staff sirkulasi
2 orang NAD 24 m2 1 24 m2
keuangan
Rg. penjualan :
50 m2
instrument dan Asumsi 50 m2 4 200 m2
sound

69
Asumsi:
dipamerkan
Rg. pameran 25 piano (3,5
Asumsi 113 m2 1 113 m2
produk m2) sirkulasi
30%

9 m2
Rg. tes alat 3 orang NAD 18 m2 1 18 m2

Kasir 2 orang 4 m2 Asumsi 8 m2 1 8 m2


Gudang alat 50 m2 Asumsi 50 m2 2 100 m2
LUAS UNIT MUSIC JAZZ SHOPPING CENTER 587 m2
SIRKULASI 30 % 176,1 m2
TOTAL LUAS UNIT MUSIC JAZZ SHOPPING CENTER 763 m2
MUSIC JAZZ CAFE :
10 m2 /orang
Rg. supervisor 2 orang NAD 24 m2 1 24 m2
20 %
Rg. Staff sirkulasi
2 orang NAD 24 m2 1 24 m2
keuangan
1,9 m2/orang
Rg. makan 200 orang BPDS 380 m2 1 380 m2
1,5 m2/orang
20 %
Panggung cafe 12 orang NAD 18 m2 1 18 m2
sirkulasi

Rg. teknisi dan 9 m2


2 orang 18 m2 1 18 m2
alat
Asumsi 20 %
Dapur 6 orang dari rg.makan Asumsi 76 m2 1 76 m2

Kasir 2 orang 4 m2 Asumsi 8 m2 1 8 m2


Asumsi 50 %
Gudang makanan Asumsi 38 m2 1 38 m2
dari rg.makan
LUAS UNIT MUSIC JAZZ CAFE 586 m2
LAVATORY : Pengelola + pengunjung = 36 org + 200 org = 236 org
STANDAR : 1 wc untuk 30 org, 1 urinoir untuk 25 org, 1 westafel 50 org
Pria 60 % = 60 % x 236 org = 140 org, Wanita 40 % = 40 % x 236 org = 96 org

Km/wc 2,25 m2 MEE 2,2 m2 4 8,8 m2


Pria
Urinoir 0,8 m2 MEE 0,8 m2 6 4,8 m2
(140 org)
Wastafel 0,9 m2 MEE 0,9 m2 4 3,6 m2

70
Km/wc Wanita 2,25 m2 MEE 2,2 m2 2 4,4 m2
(96 org) 0,9 m2
Wastafel MEE 0,9 m2 2 1,8 m2
LUAS LAVETORY MUSIC JAZZ CAFE 23,4 m2
SIRKULASI 30 % 7,02 m2
TOTAL LUAS LAVETORY MUSIC JAZZ CAFE 30,42 m2
LUAS UNIT MUSIC JAZZ CAFE 616,42 m2
SIRKULASI 30 % 184,92 m2
TOTAL LUAS MUSIC JAZZ CAFE 800,34 m2
DIBULATKAN 800 m2

Tabel 4.18. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Penunjang

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Unit
(m2) (m2)
PERSPUSTAKAAN AUDIO :

Rg. supervisor 2 orang 10 m2 /orang NAD 24 m2 1 24 m2


20 % sirkulasi
Rg. administrasi 2 orang NAD 24 m2 1 24 m2
Asumsi 1
komputer/orang
Rg. audio visual 50 orang (2,4 m2) 50 % Asumsi 180 m2 1 180 m2
sirkulasi

1,44 m2/orang
Rg. baca 100 orang DMRI 190 m2 1 190 m2

Rak buku 100 rak 1,8 m2/orang DMRI 240 m2 1 240 m2


Rg. perawatan 4 5 m2/orang DMRI 24 m2 1 24 m2
Rg. penitipan 4 2,4 m2/orang DMRI 12 m2 1 12 m2
Rg. fotocopy 2 4 m2 Asumsi 8 m2 1 8 m2
Gudang Asumsi 48 m2 Asumsi 48 m2 1 48 m2
LUAS UNIT PERPUSTAKAAN AUDIO 750 m2
SIRKULASI 30 % 225 m2
TOTAL LUAS UNIT MUSIC JAZZ SHOPPING CENTER 1029 m2
DIBULATKAN 1029 m2

71
Tabel 4.19. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Servis

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Unit
(m2) (m2)
UNIT PENUNJANG :
0,8 m2/orang 40
% sirkulasi
Mushollah 100 orang NAD 104 m2 1 104 m2
t.wudhu 10 m2

3 m2
Pos jaga 4 orang BPDS 12 m2 2 24 m2

Hall 200 orang 0,65 m2/orang NAD 130 m2 1 130 m2


Gudang alat Asumsi 24 m2 Asumsi 24 m2 1 24 m2
Rg. genset 1 modul MEE 12 m2 1 12 m2
Rg. AHU 1 modul MEE 96 m2 1 96 m2
Rg. trafo 1 modul MEE 100 m2 1 100 m2
Rg. panel 1 modul MEE 100 m2 1 100 m2
LUAS UNIT PERPUSTAKAAN AUDIO 590 m2
SIRKULASI 30 % 177 m2
TOTAL LUAS UNIT MUSIC JAZZ SHOPPING CENTER 767m2
DIBULATKAN 767 m2

Tabel 4.20. Analisis Besaran Ruang Pada Fasilitas Parkir

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Unit
(m2) (m2)
RUANG PARKIR :
Parkir Pengelola dan Instruktur : 200 + 20 = 220 orang
Diasumsikan pihak pengelolal yang memakai kendaraan :
40 % menggunakan kendaraan pribadi = 40 % x 220 = 88 orang.
Perbandingan pengguna mobil dan motor adalah 1:5
Mobil : 1/6 x 88 orang = 14 buah
Motor : 5/6 x 88 orang = 36 buah (1 motor = 2 orang)
30 % menggunakan angkutan umum = 30% x 220 = 66 orang
30% menggunakan bis dinas = 30% x 220 =66 orang (1bis = 20 orang)
Pengelola Mobil = 14 15 m2/unit 15 m2 14 210 m2

72
Motor = 36 1,2 m2/unit 1,2 m2 36 43,2 m2
Umum = 66
Bus = 66 28 m2/unit 28 4 112 m2
LUAS PARKIR PENGELOLA 365,2 m2
SIRKULASI 30 % 109,56 m2
TOTAL LUAS PARKIR PENGELOLA 474,76 m2
DIBULATKAN 475 m2
Parkir Siswa Musik Jazz : 30 orang
Diasumsikan siswa kursus yang memakai kendaraan :
10% menggunakan mobil = 10 % x 30 = 3 orang
30 % menggunakan motor = 30 % x 30 = 9 orang
45 % menggunakan angkutan umum = 45% x 30 = 14 orang
15 % menggunakan bis dinas = 15% x 30 = 5 orang
Mobil = 3 15 m2/unit 15 m2 3 45 m2
Motor = 9 1,2 m2/unit 1,2 m2 9 10,8 m2
Siswa kursus
Umum = 14
Bus = 5 28 m2/unit 28 1 28 m2
LUAS PARKIR SISWA 83,8 m2
SIRKULASI 30 % 25,14 m2
TOTAL LUAS PARKIR SISWA 108,94 m2
DIBULATKAN 109 m2
Parkir Pengunjung : music hall + pengunjung lain = 800 + 100 org = 900 orang
Diasumsikan pihak pengelolal yang memakai kendaraan :
40 % menggunakan kendaraan pribadi = 40 % x 900 = 360 orang.
Perbandingan pengguna mobil dan motor adalah 1:2
Mobil : 1/3 x 360 orang = 120 orang (1 mobil = 4 orang) = 30 mobil
Motor : 2/3 x 360 orang = 240 orang (1 motor = 2 orang) = 120 motor
30 % menggunakan angkutan umum = 30% x 110 = 33 orang
30% menggunakan bis dinas = 30% x 110 =33 orang (1bis = 20 orang)
Mobil = 30 15 m2/unit 15 m2 30 450 m2
Pengunjung
Motor = 120 1,2 m2/unit 1,2 m2 120 144 m2
LUAS PARKIR PENGUNJUNG 594 m2
SIRKULASI 30 % 178,2 m2
TOTAL LUAS PARKIR SISWA 772,2 m2
DIBULATKAN 773 m2

73
Keterangan :
NAD = Neufert Architect Data
MEE = Mechanical & Electric Equipment
BPDS = Building Planing and Design Standard
DMRI = Dimensi Manusia & Ruang Interior

Tabel 4.21. Analisis Rekapitulasi Besaran Ruang

Luas perunit Luas total


Nama Ruang Kapasitas Standar Unit
(m2) (m2)
UNIT TERBANGUN :
Luas Unit Fasilitas Pendidikan 1080 m2
Luas Unit Fasilitas Pengelola 762 m2
Luas Unit Fasilitas Performance Musik Jazz 3791 m2
Luas Unit Fasilitas Komersial 1563 m2
Luas Unit Fasilitas Penunjang 1029 m2
Luas Unit Fasilitas Servis 767 m2
Luas Unit Fasilitas Parkir 1357 m2
TOTAL LUAS UNIT TERBANGUN 10349 m2
BC = 70% open space, 30% terbangun

OPEN SPACE = (70/30) 10.349 m2 = 24.147 m2

LUAS TOTAL = LUAS TERBANGUN + LUAS OPEN SPACE

= 10.349 m2 + 24.147 m2

= 34.496 m2

DIBULATKAN = 3,5 ha

e. Pengelompokkan ruang ke dalam massa bangunan

Untuk mendapatkan kelompok tata massa bangunan, terlebih dahulu

diadakan analisa terhadap pola hubungan kelompok ruang. Kelompok ruang yang

mempunyai hubungan erat dan sedang dapat disatukan menjadi satu massa

74
bangunan. Adapun pola hubungan kelompok ruang dapat digambarkan seperti

pola di bawah ini :

Kursus musik
Kantor pengelola
Pementasan indoor
Pementasan outdoor Ket : Dekat
Studio music dan rekaman Sedang
Music jazz shopping center Jauh
Music jazz cafe
Perpustakaan audio
Fasilitas service

Bagan 4.1. Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang


(Sumber : Analisa Penulis, 2010)

f. Analisis bentuk dasar dan penampilan bangunan

Musik jazz merupakan music yang menggambarkan freedom of expression

yang disertai dengan interaksi antar pemusik. Dari beberapa sisi segi aliran musik

jazz divisualisasikan ke dalam bentuk bangunan yang terdapat pada pusat

pementasan musik jazz.

Bentukkan massa pada pusat pementasan musik jazz ini menggunakan bentuk

dasar segi empat. Hal ini sesuai dengan sejarah awal dari music jazz itu sendiri

yang merupakan music yang ter “kotak”kan atau music digolongkan ke dalam

music kaum negro yang pada saat itu adalah budak dengan kehidupan berada

kasta paling bawah.

Untuk bentuk massa bangunan dibagi berdasarkan jenis aliran yang ada pada

music jazz, yaitu :

75
1. Swing : Pada aliran musik jazz ini, music jazz tidak lagi dianggap sebagai

music para budak melainkan musik popular dengan irama swing

yang cocok untuk berdansa dan juga music jazz mulai bisa

diterima oleh orang kulit putih dimana bentuknya okestra namun

tetap mempertahankan ciri improvisasi. Pola swing ini

divisualisasikan di gedung pertunjukkan indoor dan tempat kursus

musik dengan bentukan dasar segi empat yang menjadi indentitas

jazz tetap dipertahankan namun di improvisasi . Bangunan dirotasi

sebagai perwujudan dari perkembangan jazz klasik menjadi big

band tanpa menghilangkan unsur aslinya, yaitu improvisasi.

Gambar 4.18 Sketsa bentuk bangunan kursus musik


(Sumber : Sketsa penulis )

76
2. Bebop : pada aliran music jazz ini, musik jazz dikembalikan sebagai music

kaum negro mempunyai karakteristik musik yang berupa tempo

dengan mengutamakan improvisasi pada struktur harmoni

daripada improvisasi pada melodi. Alat music yang digunakan

pun tidak sebanyak dalam aliran swing. Bebop dibagi menjadi 2

yaitu : hardbop dan coolbop. Hardbop cenderung berirama cepat

sedangkan coolbop berirama lebih santai. Untuk hardbop

divisualisasikan di kantor pengelola dimana atmosfer kerja yang

cenderung cepat sedangkan untuk coolbop divisualisasikan di

perpustakaan dimana menciptakan atmosfer santai dan tenang.

Bentuk yang digunakan segi empat dibagi menjadi dua bagian

massa bangunan yang kemudian ditempatkan berlawanan arah

sesuai pembagian aliran bebop pada music jazz.

Gambar 4.19 Sketsa bentuk bangunan kantor pengelola dan


perpustakaan
(Sumber : sketsa penulis )

77
3. Fusion : pada aliran musik jazz ini, terjadi pencampuran antara musik jazz

dengan jenis musik lainnya, sehingga terjadi beberapa variasi dari

musik jazz. Di aliran ini juga jazz lebih mengglobal dan dapat

diterima oleh masyarakat. Pola fusion ini divisualisasikan pada

tempat pementasan outdoor dimana terdapat atmosfer santai serta

termasuk area publik yang dapat diakses masyarakat umum.

Bentuk yang digunakan segi empat yang volumenya dikurangi.

Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan volume dapat

mempermudah pencampuran musik jazz itu sendiri dengan music

yang lainnya.

Analogi Lingkungan Modern

Analogi Lingkungan

Modern Structure
VIEW KE LAUT

Gambar 4.20 Sketsa bentuk tempat pementasan musik outdoor


(Sumber : sketsa penulis )

78
E. Tinjauan Akustik Lingkungan

Untuk tempat pementasan indoor, bentuk dan kapasitas jumlah penonton serta

lapisan akustik pada permukaan semuanya berperan dalam karakteristik akustik

ruang tertentu yang jelas mempengaruhi kualitas bunyi dari musik.

Akustik yang baik dapat diperoleh dari bentuk dasar bangunan (bentuk lantai

bangunan). Ada 4 bentuk lantai yaitu :

1. Bentuk lantai empat persegi.

Bentuk lantai historis dengan unsur tradisi yang menonjol dan masih

digunakan. Pemantulan silang antara dinding-dinding sejajar menyebabkan

bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi akustik ruang yang diinginkan

pada ruang musik.

Gambar 4.21 Bentuk lantai empat persegi


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan )

2. Bentuk lantai kipas.

Bentuk lantai yang membawa penonton lebih dekat ke sumber bunyi ,

sehingga memungkinkan konstruksi balkon. Cenderung menciptakan

gema atau pemusatan bunyi.

Gambar 4.22 Bentuk lantai kipas


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan )

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan) 79


3. Bentuk lantai tapal kuda.

Bentuk lantai yang menyediakan ruang penonton yang relatif pendek

cocok untuk rumah opera, tetapi kurang cocok untuk pegelaran okestra.

Gambar 4.23 Bentuk lantai tapal kuda


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan )

4. Bentuk lantai tak teratur.

Bentuk lantai yang membawa penonton sangat dekat dengan sumber

bunyi. Bentuk ini dapat menyediakan keakraban akustik dan ketegasan,

karena permukaan-permukaan yang digunakan untuk menghasilkan

pemantulan-pemantulan dengan waktu tunda singkat dapat dipadukan

dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan arsitektur.

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

Gambar 4.24 Bentuk lantai tak teratur


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan )

80
Untuk tempat pementasan outdoor ada 3 jenis berdasarkan bentuk lantainya

yaitu :

1. Panggung proscenium.

Disebut juga daerah pentas yang berada di ujung audiotorium dengan

penonton yang mengamati lewat kerangka/bingkai bukaan proscenium.

Masalah akustik yang dihadapi dalam perancangan panggung ini adalah :

a) Sulit untuk menempatkan seluruh penonton dekat dengan panggung,

dimana jarak antara pemain musik dan tempat duduk paling belakang

sangat jauh, maka kekerasan sulit diperoleh kecuali dengan bantuan

pengeras suara.

b) Penempatan lampu dekat panggung menyulitkan penempatan pemantul

sekitar panggung yang dibutuhkan untuk memenuhi kekerasan yang

cukup.

c) Pemborosan energi bunyi terlampau banyak oleh sayap yang

diperlukan untuk peralatan penerangan.

Gambar 4.25 Contoh panggung proscenium


(Sumber : Sktesa Penulis; Denah Roberts Theater, IOWA, 1961 )

81
2. Panggung terbuka.

Disebut juga panggung menonjol atau panggung elizabeth dimana daerah

pentas utama menghadap ke penonton dan dikelilingi oleh beberapa

penonton pada beberapa sisi. Hal ini yang menyebabkan kedekatan

penonton dengan pemain musik cukup akrab. Masalah akustik pada

panggung semacam ini adalah :

a) Terkadang pemain dapat membelakangi penonton.

b) Aspek visual kurang memuaskan.

c) Jalan keluar-masuk cukup rumit.

d) Penataan lampu di sekeliling panggung utama dapat mengganggu

penempatan pemantul di sekitar panggung.

Gambar 4.26 Contoh panggung terbuka


(Sumber : Sketsa Penulis; Denah Festival Theater, England, 1962 )

3. Panggung arena.

Disebut juga panggung pusat/tengah atau panggung melingkar

berkembang dari amphiteater klasik dengan bentuk radial. Seperti pada

panggung terbuka, bentuk ini menghilangkan pemisahan antara pemain

dan penonton .

82
Keternaran panggung arena sebagian disebabkan biaya produksi yang

rendah, dekor yang sangat sederhana dan tiap ruang dapat menampung

jenis panggung ini dengan relatif mudah.

Karena penempatan panggung arena adalah kelanjutan dari konsep

panggung terbuka maka masalah-masalah akustik yang berhubungan

dengan panggung terbuka, seperti yang digambarkan diatas berlaku juga

untuk panggung arena.

Gambar 4.27 Contoh panggung arena


(Sumber : Sketsa Penulis; Panggung Arena, Washington D.C, 1961 )

4. Panggung yang dapat disesuaikan.

Dalam ketiga jenis hubungan antara penonton utama pada panggung

tersebut diatas, daerah penonton dan pemain tetap. Ini berarti sumber

transmisi penerima jarak merupakan rangkaian yang konstan.

Dalam prakteknya terkadang hal tersebut membutuhkan perubahan untuk

kebutuhan estetisnya. Panggung yang dapat disesuaikan ini merupakan

aplikasi dari kebutuhan keindahan yang terus menerus berubah. Perubahan

ini dapat dicapai dengan tangan atau alat-alat elektro mekanis yang dapat

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)


83
mengatur agar letak, bentuk, dan ukuran pentas dan hubungannya dengan

daerah penonton dapat diubah hampir tanpa batas.

Gambar 4.28 Contoh panggung yang dapat disesuaikan


(Sumber : Sketsa Penulis)

F. Tinjauan Akustik Ruang

Yang perlu diperhatikan dalam rancangan akustik suatu ruang yang digunakan

untuk mengajar maupun latihan musik yaitu :

1. Luas lantai, tinggi ruang, bentuk ruang, dan volume yang sesuai harus

disediakan untuk memperoleh dengung, diffusi keseimbangan, dan

keterpaduan yang tepat.

2. Jumlah bahan-bahan penyerap bunyi yang banyak harus digunakan untuk

membuat ruang-ruang ini cukup mati sehingga daya akustik yang

berlebihan yang ditimbulkan masing-masing instrumen dapat diredam


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
3. Transmisi bunyi yang tak diingikan antara ruang-ruang yang digunakan

secara serentak harus direduksi sampai suatu minimum yang absolut.

Dalam ruang-ruang ini, kesejajaran antara permukaan yang berhadapan

harus dihindari, paling sedikit dua dinding yang berdampingan harus

84
diberi bahan penyerap bunyi seluruhnya sampai kedasarnya. Demikian

pula dengan sebagian besar atau bila mungkin seluruh langit-langit karena

ketinggian ruang-ruang ini selalu kurang cukup. Selain itu disarankan agar

sisi bawah konstruksi lantai diatas diatur secara akustik untuk

menyediakan insulasi bunyi yang cukup terhadap bising dari atas tanpa

langit-langit gantung.

a. Masalah Akustik

Masalah akustik merupakan faktor penentu kondisi suatu ruang uatamanya

pada ruang pementasan outdoor, dalam hal ini adalah ruang audit penonton yang

sedang menyaksikan pementasan musik. Masalah tersebut meliputi :

1. Kekerasan (loudness) dan difusi energi suara/bunyi dalam suatu ruangan.

Pada pementasan musik, dimana jarak pemain dan penonton diletakkan

sedekat mungkin sehingga mengurangi jarak yang harus ditempuh bunyi.

Pendengaran manusia dapat membedakan 2 (dua) buah suara yang datang

berurutan dengan perbedaan minimal 0,03 detik.

2. Keadaan permukaan lantai, celling dan dinding

a) Keadaan permukaan lantai

Mengingat jenis pementasan music yang ditampilkan aliran music

jazz, maka pertimbangannya harus berdasarkan kemungkinan

maksimal suatu jenis music terhadap bentuk dan tuntutannya yaitu

music okestra, dimana ruang audit yang sangat membutuhkan system

akustikal alami dengan mempertimbangkan sudut penerimaan bunyi

85
dan penglihatan yang baik ke panggung. Maka dari itu penggunaan

lantai sebaiknya disusun berjenjang atau berundak.

Namun untuk penikmat music yang atraktif maka pertimbangan lantai

yang rata karena penontonnya rata-rata berdiri untuk mendukung ruang

gerak music yang atraktif tersebut. Dengan demikian, untuk

menyatukan keduanya, maka permukaan lantai ada yang dibuat datar

khususnya depan panggung pementasan dan ada yang dibuat

miring/curam khususnya bagian balkon dengan tetap

mempertimbangkan persyaratan akustik. Untuk jenis ini kegiatan yang

menimbulkan suara bising, maka permukaan lantai harus dilapisi

dengan karpet atau sesuatu yang tebal sehingga dapat membantu

mnyerap bunyi yang bising tersebut.

b) Keadaan permukaan celling dan dinding

Terdapat kecendrungan untuk membentuk permukaan langit-langit

sedemikian rupa sehingga diperoleh refleksi bunyi awal yang cukup

kuat ke arah atap bagian ruang. Dinding-dinding samping dengan

permukaan tidak teratur banyak digunakan, agar arus gelombang bunyi

dipantulkan ke segalah arah, di difusikan lebih baik daripada

dipantulkan ke dalam ruang.

3. Waktu dengung (Reverberation Time)

Untuk perhitungan dan control terhadap waktu dapat diketahui dengan

mengacu pada :

86
• Multi purpose audiotorium concert = 1,7 – 2,0 detik

• Volume ruang = 6,8 – 10,8 m3/torang

a) Pada lantai

• Penonton ditempat duduk empuk, perluas lantai dengan koefisien

penyerapan 0,90

• Karpet sebagai penyerap bunyi dengan koefisien penyerapan 0,14

b) Pada dinding

• Karet busa sebagai penyerap ( pada dinding belakang ) dengan

koefisien penyerapan 0,57

• Tegel geocoustic / ubin akustik (pada dinding depan) dengan

koefisien penyerapan 2,32

• Gypsum permukaan halus pada bata ( pada dinding samping )

dengan koefisien penyerapan 0,02

c) Pada plafon

• Papan gypsum gantung (pemantul di area penonton) dengan

koefisien penyerapan 0,12

• Karet busa sebagai penyerap (penyerap pada plafon belakang)

dengan koefisien penyerapan 0,57

4. Cacat akustik

Cacat akustik yang harus dihindari dalam perancangan adalah :

a) Gema

Gema terjadi bila selang minimum sebesar 1/25 detik (untuk

pembicaraan) sampai 1/10 detik (untuk musik)

87
b) Flutter echo

Flutter echo dapat dihindari dengan memiringkan sudut dinding

dengan minimal 5 meter atau menjauhkan jarak antara dinding

melebihi 17 meter atau dengan menggunakan material peredam suara

pada dinding tersebut.

c) Pemusatan bunyi

Gejala pemusatan bunyi (hot spots) dapat dieliminasi dengan

menghilangkan dinding cekung yang besar dan tak terputus atau

dengan melapisi bahan penyerap bunyi yang efisien.

d) Daerah mati

Dapat terjadi dalam suatu ruang akibat pantulan pada langit-langit,

tidak sempat mencapai daerah tersebut. Yang mana sering dijumpai

pada bagian bawah balkon yang terlalu dalam sehingga refleksi suara

sukar sampai pada daerah tersebut.

e) Gangguan akustik.

Gangguan ini berasal dari luar bangunan maupun berasal dari dalam

bangunan.

Cara penanggulangan gema :

Gambar 4.29 Pemberian Lapisan Akustik


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik)
Lingkungan nulis) 88
Gambar 4.30 Perlakuan untuk menghasilkan Difusi Bunyi
(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik)

Gambar 4.31 Dinding Belakang Dimiringkan


(Sumber : Sketsa Penulis; Doelle,Leslie L.1990.Akustik)
b. Bahan Akustik

Pada tempat pementasan jazz indoor , dibutuhkan suatu sistem akustik khusus

untuk penyesuaian pengaruh pantulan, penyerapan, transmisi bunyi dan difraksi

bunyi (bunyi yang dibelokkan) agar tercapai kualitas bunyi ruang dimana setiap

penonton menerima bunyi dengan kualitas suara yang sama. Bahan akustik terdiri
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
atas bahan pemantul, bahan penyerap dan pereduksi bunyi.

1. Bahan pemantul bunyi

a) Unit-unit blok beton, digunakan sebagai modular bangunan dan

bersifat mereduksi suara.

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)


89
b) Batu, bahan bangunan batu (mansonry) memantulkan gelombang

bunyi 95 %

c) Kaca, merupakan bahan transparan dari silikat yang sangat ringan, dan

bersifat pereduksi yang sangat baik.

d) Dan lain-lain

2. Bahan penyerap bunyi

a) Rangka baja, material baja berlubang selain berfungsi sebagai susunan

penopang lantai atau atap, bila dilengkapi dengan bahan penyerap

seperti fiberglass bersifat sebagai penyerap suara yang sehingga

mampu mengurangi kebisingan dan dengung.

b) Karpet, adalah jenis material yang berfungsi sebagai bahan penyerap

ruang dalam bentuk elemen lantai dengan tingkat penyerapan tinggi.

c) Tirai dan tenun, beberapa jenis tirai dan tenun yang berfungsi sebagai

penyerap antara lain : selimut berserat berupa fiberglass yang

digunakan untuk dinding atau plafon yang diekspos mereduksi

kebisingan dan dengung, papan berserat biasa digunakan untuk panel

dinding atau plafon merupakan material penyerap yang baik

tergantung dari ketebalannya, Semprotan berserat bersifat penyerap

suara yang sangat baik dalam bentuk selimut atau papan, dan fiber

mineral/fiber selulosa adalah jenis bahan fiber yang sering digunakan

sebagai ubin, selimut , papan atau semprotan untuk penyerap suara.

d) Ubin akustik, ubin akustik dapat menyerap 50-90% bunyi yang

menumbuknya.

90
e) Busa akustik, sering digunakan sebagai bahan pengisi kursi dengan

presentasi penyerapan bahan 20-90% bunyi.

f) Dek akustik, bahan dari baja berlubang dapat menyerap bunyi sebesar

50-90 % bunyi.

g) Lapisan dukting, bahan dari fiberglass untuk mencegah bising

h) Plywood merupakan pematul suara yang cukup baik, dan akan bersifat

mereduksi bunyi bila digabung dengan bahan lain.

91
Tabel 4.22. Koefisien Penyerapan Bahan Akustik

NAMA BAHAN FREKUENSI HZ


125 250 500 1000 2000 4000
1. Acoustical plaster (plaster
akustik) 0.07 0.17 0.50 0.60 0.68 0.66
2. Acoutsic steel deck (Dek
akustik) 0.58 0.64 0.71 0.63 0.47 0.40
3. Acoustone space tile. Perunit 0.22 0.81 1.88 2.28 2.16 1.83
4. udara,pervolume 100m3
kelembapan 50 % 0.3 0.9 2.4
5. Penonton ditempat duduk
empuk,perluas lantai 0.39 0.57 0.90 0.94 0.92 0.87
6. Tempat duduk empuk dan
kosong, perluas lantai 0.19 0.37 0.56 0.67 0.61 0.59
7. Bangku kayu kosong,
Perluas lantai 0.37 0.44 0.067 0.70 0.80 0.72
8. Pemusik dengan tempat
duduk dan alat musik perorang. 4.0 8.5 11.5 14.0 13.0 12.0
9. Karpet 0.02 0.06 0.14 0.37 0.60 0.65
10. Karet Busa 0.08 0.24 0.57 0.69 0.71 0.73
11. Balok beton tanpa dicat 0.36 0.44 0.31 0.29 0.39 0.25
12. Balok beton di cat 0.10 0.05 0.06 0.07 0.09 0.08
13. Kain 0.07 0.31 0.49 0.75 0.70 0.60
14.Lantai beton atau teraso 0.01 0.01 0.05 0.02 0.02 0.02
15.Papan Gypsum Gantung 0.12 0.12
16.Tegel Geocoustic (81 cm)
perunit 0.13 0.74 2.35 2.53 2.03 1.73
17. Gypsum halus pada bata 0.013 0.015 0.02 0.03 0.04 0,05
18. plywood 0.60 0.30 0.10 0.09 0.09 0.09
19. Panel Kayu 0.30 0.25 0.20 0.17 0.15 0.10
20. Sound box (20 cm) 0.74 0.57 0.45 0.35 0.36 0.34
(Sumber : Akustik lingkungan)

92
Tabel 4.23. Material Akustik

No. Material Sifat Tempat


Pereduksi Penyerap Pemantul Pemasangan
sangat Dinding dan
1. Beton baik Baik - atap
2. Kaca Kurang - baik Pada dinding
3. Kaca Baik - baik Pada dinding
sangat
4. Papan Gipsum baik Baik baik Pada Plafon
5. Unit Blok Beton baik - baik Pada dinding
sangat
6. Bata baik - baik pada dinding
Lembaran sangat pada penutup
7. Logam baik kurang - atap
8. Plaster / Giba baik kurang - pada dinding
9. Plywood Kurang Baik - Pada dinding
10. Ubin Pegas baik baik pada plafon
11. Rangka Baja Kurang - - pada atap
12. Batu baik - baik Pada dinding
13. Panel Kayu - kurang - Pada dinding
14. Rangka Kayu baik - - Pada dinding
15. Karpet baik Baik - pada lantai
dinding dan
16. Ubin Akustik baik baik - plafon
sangat pengisi kursi
17. Busa Akustik - baik - dan di dinding
18. Dek aksutik baik baik - Pada dinding
Tirai dan
19. Tenunan - baik - Pada dinding
20. Lapisan Dukting baik baik - pada plafon
21. Bahan Berserat
a. Selimut Serat baik baik - Pada dinding
b. Papan serat - baik - Pada dinding
c. Semprotan baik baik - Pada dinding
22. Bahan Fiber
sangat
a. Fiber Glass - baik - Pada dinding
b. Fiber Mineral sangat
dan selulosa - baik - Pada dinding
(Sumber : Faktor Akustik dalam Perancangan Desain Interior)

93
c. Sistem Akustik

1. Desain Akustik Plafon Area Penonton

a) Mendesain bentuk plafon yang membentuk gerigi diawali pada plafon

yang menghadap penonton (berada diatas panggung), kemudian

berlanjut pada plafon diatas penonton untuk memantulkan bunyi

kearah penonton yang duduk pada bagian belakang. Untuk

menghindari pemantulan kembali kearah panggung bagian plafon

yang menghadap kepanggung didesain dengan bahan yang menyerap.

b) Mengatur bentuk dan peletakan plafon agar pemantulan yang terjadi

merata dan berlangsung seketika atau dengung, dan bukan pemantulan

tunda atau gema.

c) Penonton yang duduk pada jarak sekitar 12 m dari panggung dapat

mendengarkan bunyi asli langsung dengan baik, sedangkan yang

duduknya lebih dari 12 m membutuhkan bantuan pemantulan untuk

dapat mendengarkan bunyi asli dengan lebih jelas.

Gambar 4.32 Desain Akustik Plafon Area Penonton


(Sumber : Analisa )

94
2. Desain Akustik Plafon Panggung

a) Peletakan plafon yang terlalu rendah kurang baik bagi lantai penonton

yang dibuat bertrap.

b) Plafon ruang panggung diselesaikan dengan bahan yang memantulkan

bunyi, agar suara dari suatu pertunjukkan music dapat tersebar kearah

penonton.

c) Posisi plafon panggung yang memantul harus diatur sedemikian rupa

agar tidak ada suara yang akan memantul kembali kepada pemain

dipanggung.

Gambar 4.33 Desain Akustik Plafon Panggung


(Sumber : Analisa )

3. Desain Akustik lantai Area Penonton

a) Lantai didesain dengan system penataan lantai miring (sloped) atau

bertrap (inclined) dapat mengatasi penonton di bagian belakang yang

kurang dapat melihat kearah panggung dengan baik.

b) Desain lantai yang lebih banyak dipakai adalah dengan system trap

atau berundak dengan perbedaan ketinggian antara trap 15 – 25 cm.

95
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
c) Lantai area penonton dilapisi dengan bahan lunak yang mampu

menyerap kebisingan yang terjadi diarea penonton, seperti langkah

kaki atau hentakan-hentakan kaki penonton.

Gambar 4.34 Desain Akustik Lantai Area Penonton


(Sumber : Analisa )

4. Desain Akustik Lantai Balkon

a) Apabila kapasitas penonton cukup besar, Lantai balkon yang berada

diatas lantai pertama dapat dipergunakan sehingga tidak terjadi

penempatan penonton yang terlalu jauh kesamping dari panggung.

b) Lantai balkon didesain dengan konstruksi yang baik, tidak hanya untuk

menahan beban mati (beban struktur dan perabot) dan beban hidup

(manusia) yang sangat aktif.

c) Lantai(Sumber
balkon: Doelle,Leslie
didesain beratap agar penonton
L.1990.Akustik yang duduk paling
Lingkungan)

belakang pada lantai balkon memperoleh sudut pandang yang kearah

panggung dengan batas sudut pandang yang nyaman maksimal 30

derajat kearah panggung (kearah bawah).

96
d) Untuk memenuhi persyaratan ini jumlah baris penonton pada balkon

biasanya dibuat maksimal 12 baris dengan kedalaman balkon didesain

lebih kecil dari pada tinggi balkon dan kenyamanan dan kualitas

akustik penonton dibawah balkon tercapai ketika plafon didesain

miring membuka kearah depan.

Gambar 4.35 Desain Akustik Lantai Balkon


(Sumber : Analisa )

5. Desain Akustik Lantai Panggung

a) Lantai panggung dibuat lebih tinggi dari pada penonton yang paling

bawah agar semua penonton dapat menyaksikan pementasan dengan

baik.

b) Perbedaan ketinggian berkisar setengah ketinggian badan manusia

pada umumnya yaitu sekitar 80 cm sampai 90 cm. Perbedaan

ketinggian yang lebih dari ini akan menimbulkan ketidaknyamanan


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

97
visual bagi penonton yang duduk paling depan atau berada pada jarak

yang cukup dekat..

Gambar 4.36 Desain Akustik Lantai Panggung


(Sumber : Analisa )

6. Desain Akustik Dinding Area Penonton

a) Mendesain dinding ruang penonton sebagai dinding ganda untuk

mengurangi masuk dan keluarnya bunyi dari luar dan kedalam.

b) Dinding dapat di desain sebagai pamantul dan penyerap bunyi dengan

menempatkan bagian depan gerigi yang menghadap kearah sumber

desain untuk menyerap bunyi agar tidak memantulkan bunyi kembali

kearah panggung sehingga tidak menghasilkan bunyi bias.

c) Mendesain
(Sumberpintu rangkap L.1990.Akustik
: Doelle,Leslie yang memilkiLingkungan)
ruang antara didalamnya

dengan memiliki luas antara yang cukup dengan lebar sekitar 80 – 1.5

m pada sebuah auditorium sehinga dapat menahan kebisingan dari luar

ketika pintu luar dibuka, dan dari dalam ketika pintu dalam dibuka.

98
Gambar 4.37 Desain Akustik Dinding Area Penonton
(Sumber : Analisa )

7. Desain Akustik Dinding Panggung

a) Pada panggung memiliki dinding pembatas, yaitu dibagian belakang

serta samping kiri dan kanan. Dinding belakang panggung diberi bahan

yang menyerap suara, agar tidak memantulkan suara kembali kepada

pemain yang dapat menimbulkan suara bias.

b) Panggung yang memiliki dinding sampai sejajar berhadap-hadapan

dibuat dengan bahan menyerap suara agar tidak terjadi pemantulan


(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
berulang kearah pemain music. Panggung yang dinding disampingnya

membuka kearah penonton, dapat memanfaatkan dinding sampingnya

itu untuk memantulkan suara kearah penonton, sehingga memperkuat

suara yang terjadi yang ada.

99
c) Pada gambar A desain dinding belakang panggung dilapisi dengan

bahan menyerap dan dinding sampai bila diletakkan sejajar dilapisi

bahan penyerap agar tidak menimbulkan pemantulan yang berulang-

ulang (standing waves), pada gambar B dapat juga dilapisi bahan

memantul namun diposisikan membuka, pada gambar C dibuat dalam

model sirip membuka menyebarkan suara dari sumber kepada

penonton.

Gambar 4.38 Akustik Dinding Panggung


(Sumber : Sketsa Penulis ; Christina E.M.Ph.D, 2005Akustika
Bangunan Prinsip-prinsip dan penerapannya di Indonesia, )

8. Desain Akustik Dinding Area Penonton

a) Jarak penglihatan maksimal bagi seseorang untuk masih dapat melihat

obyek secara jelas adalah sekitar 25 m sampai 30 m dengan

penempatan menyamping ini memiliki batas-batas yang harus dimiliki

agar sudut pandang penonton cukup nyaman.

b) Untuk kenyamanan visual ini batasan – batasan area penonton yang

diciptakan secara langsung juga mampu memberikan kualitas audio

yang baik, karena semakin kecil luas ruang, pemantulan yang tidak
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
diperlukan dapat semakin diminimalkan.

100
c) Gedung pementasan musik yang baik antara penonton dan pemain

music berada pada ruang yang sama tanpa bangunan pemisah diantara

keduanya.

Gambar 4.39 Area penonton


(Sumber : Analisa )

G. Tinjauan Pada Pementasan Oudoor

a. Analisis kenyamanan visual penonton musik jazz

Jarak pandang dan posisi duduk penonton merupakan faktor-faktor penting

yang mempengaruhi interaksi penonton dan pemain, dalam hal ini mengenai

kenyamanan interaksi visual pada saat menonton pementasan music jazz.

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

101
Dapat terlihat pada gambar di atas, posisi tempat duduk sangat

mempengaruhi kenyamanan visual penonton ke arah objek/pemain music jazz.

Gambar 4.40 Analisis Jarak Kenyamanan Interaksi Visual


(Sumber : Analisa )

Posisi duduk penonton yang teratur memungkinkan kenyamanan visual yang

diperoleh lebih maksimal ketika menonton pementasan music jazz. Posisi

penonton terbagi 3 yaitu penonton dengan posisi duduk lesehan yang ditempatkan

di area depan, penonton dengan posisi duduk dengan menggunakan kursi yang

ditempatkan di area tengah, dan juga penonton dengan posisi berdiri yang

ditempatkan di area belakang.

102
(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)
b. Analisis kenyamanan gerak penonton musik jazz

1. Analisis pola gerak dengan posisi berdiri

Gambar 4.41 Analisis Interaksi Gerak Dengan Posisi Berdiri


(Sumber : Analisa )

Berdasarkan analisis interaksi gerak dengan posisi berdiri saat menonton

pementasan music jazz, maka kenyamanan gerak yang diperoleh untuk 10

orang adalah seluas 7,31 meter persegi.

2. Analisis pola gerak dengan posisi duduk

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

Gambar 4.42 Analisis Interaksi Gerak Dengan Posisi Duduk


(Sumber : Analisa )

Berdasarkan analisis interaksi gerak dengan posisi duduk saat menonton

pementasan music jazz, maka kenyamanan gerak yang diperoleh untuk 10

orang adalah seluas 8,80 meter persegi.

103
3. Analisis pola gerak dengan posisi lesehan

Gambar 4.43 Analisis Interaksi Gerak Dengan Posisi Lesehan


(Sumber : Analisa )

Berdasarkan analisis interaksi gerak dengan posisi lesehan saat menonton

pementasan music jazz, maka kenyamanan gerak yang diperoleh untuk 10

orang adalah seluas 9,90 meter persegi

(Sumber : Doelle,Leslie L.1990.Akustik Lingkungan)

104
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pusat pementasan music jazz merupakan suatu wadah yang dapat

meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap music jazz khususnya kaili

jazz sehingga bahasa kaili bisa dikenal oleh masyarakat luar Kota Palu

dalam skala regional atau bahkan samapai terekspose ke skala

internasional.

2. Sirkulasi yang digunakan dalam desain pusat pementasan music jazz ini

adalah sirkulasi yang dapat diakses dari segala arah melihat arti dari jazz

itu sendiri yang sangat mendukung kebebasan dalam improvisasi.

3. Bentuk massa bangunan diolah sesuai dengan pembagian aliran music jazz

, yaitu : swing, bebop dan fusion sehingga masing-masing bangunan dapat

menvisualisasikan aliran-aliran yang terdapat di dalam music jazz itu

sendiri.

4. Untuk area pertunjukkan outdoor terletak di semua teras pada bangunan

komersil, pendidikan maupun pengelola ini menandakan bahwa music jazz

tidak hanya merupakan music kalangan atas seperti anggapan masyarakat

pada umumnya akan tetapi music jazz merupakan musik yang

bermasyarakat yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

105
B. Saran

1. Terhadap ilmu pengetahuan

Melalui penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sebagai

bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

2. Terhadap pihak pemerintah ataupun swasta

Dengan adanya pengembangan di kelurahan talise sebagai daerah publik

dan pementasan khususnya di bidang musik diharapkan melalui penulisan

ini dapat dijadikan pertimbangan sebagai acuan untuk sebuah desain pusat

pementasan musik jazz maupun musik lainnya yang dapat

memperkenalkan Sulawesi Tengah ke daerah luar.

106
C. Rekomendasi Desain

a. Konsep tata massa

Konsep tata massa yang diterapkan pada pusat pementasan music jazz ini

adalah secara terpisah dimana pengelompokkan massa bangunan berdasarkan dari

fungsi bangunan.

Gambar 5.1 Analisis Tata Massa


(Sumber : Analisis)

Secara umum, pusat pementasan music jazz ini terdiri dari 3 (tiga) area, yaitu area

pendidikan, area komersil dan area pengelola. Tata massa yang berbentuk mengelilingi

ruang pertunjukkan outdoor berfungsi sebagai point of interest dan juga dapat mereduksi

107
kebisingan yang berasal dari luar site. Bentuk massa yang tersebar akan memberikan

ruang-ruang yang dapat digunakan sebagai tempat pertunjukkan music jazz dalam hal ini

pementasaan music outdoor.

Adapun beberapa pertimbangan perletakan massa bangunan berdasarkan fungsi

bangunannya, yaitu :

1. Bangunan pendidikan dipisahkan menjauh dari bangunan komersial agar

menghindari kebisingan yang timbul pengaruh aktivitas pada area komersial

yang sangat berbeda dengan area pendidikan yang membutuhkan suasana

tenang.

2. Bangunan pengelola ditempatkan berdekatan dengan bangunan pendidikan agar

supaya para pengajar atau pengelola bangunan dapat mengontrol kegiatan yang

terdapat pada fasilitas pendidikan.

3. Perpustakaan diletakkan diantara bangunan komersial dan bangunan pendidikan

sehingga tidak hanya pengguna bangunan pendidikan saja yang dapat

mengakses dalam hal ini siswa kursus musik jazz, akan tetapi masyarakat umum

juga dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.

4. Bangunan komersil diletakkan di area depan kursus dan pertunjukkan outdoor

untuk memudahkan para pengunjung dari segi visual untuk mengakses

bangunan komersil ini melihat intensitas kegiatan pada bangunan ini lebih lama

dibandingkan dengan area bangunan yang lainnya.

108
b. Konsep ruang luar

Ruang luar pada pusat pementasan musik jazz ini terdiri dari 3 bagian yang

memiliki fungsi yang berbeda-beda seperti ruang terbuka yang digunakan sebagai

area taman, parker dan tempat pementasan musik jazz.

Untuk area pementasan diletakkan diantara bangunan-bangunan penunjang

lainnya seperti bangunan kursus, kantor pengelola dan lain-lain. Hal ini digunakan

untuk menghindari kebisingan yang berasal dari luar site sedangkan untuk area

parker terletak di depan site sehingga para pengunjung mudah mengakses tempat

parkir.

Gambar 5.2 Analisis Ruang Luar


(Sumber : Analisis)

109
c. Konsep sirkulasi

Gambar 5.3 Analisis Sirkulasi


(Sumber : Analisis)
Sistem sirkulasi pada tapak terbagi atas 2 bagian yaitu pada bagian depan

(main entrance), dan bagian belakang (site entrance). Sistem sirkulasi yang

diterapkan menggunakan konsep sirkulasi linier sehingga dapat mempermudah

pencapaian pada tiap bangunan terutama akses menuju tempat pementasan music

jazz.

Terdapat 3 sirkulasi utama yang dapat diakses untuk menuju tempat

pementasan music jazz yaitu sirkulasi yang menghubungkan antara area parkir

dengan tempat pementasan dan sirkulasi yang menghubungkan antara kantor

pengelola dengan tempat pementasan music jazz serta sirkulasi yang

menghubungkan antara tempat kursus musik dengan tempat pementasan musik

jazz.

110
Sirkulasi pengunjung pada pusat pementasan music jazz ini dirancang supaya

pengunjung dapat masuk dari mana saja, hal ini mengandung arti bahwa musik

jazz itu musik “bebas” dalam berekspresi atau dapat dikatakan musik yang

bermasyarakat.

Gambar 5.4 Sirkulasi Utama Yang Menghubungkan Antara Kantor


Pengelola dan Tempat Pementasan Musik Jazz
(Sumber : Sketsa Analisis)

d. Konsep penampilan pada tempat pementasan music jazz outdoor

Kenyamanan penonton pada saat menimakti sebuah tempat pementasan

musik jazz memberikan pengaruh pada penampilan tempat pementasan itu sendiri.

Tempat pementasan music jazz outdoor dikelilingi oleh bangunan , sehingga

konsep yang diterapkan yaitu dengan memberikan view yang berbeda-beda di tiap

tempat pememtasan musik jazz.

Hal ini dapat memberikan kesan yang berbeda-beda ketika diselenggarakan

musik jazz tersebut dan penonton dapat mendapatkan susanan yang berbeda dari

tiap pementasan music jazz serta terbentuknya suasana harmonis, interaksi

penonton tercapai di dalam pementasan sehingga musik jazz dapat lebih global

(diterima oleh semua kalangan).

111
Gambar 5.5 Penampilan Pada Tempat Pementasan
Musik Jazz Outdoor
(Sumber : Sketsa Analisis)

112
e. Konsep posisi duduk

Gambar 5.6 Analisis Posisi Tempat duduk


(Sumber : Sketsa Analisis)

Gambar diatas merupakan konsep yang diterapkan untuk menentukan posisi

pengunjung pada saat menonton pementasan musik jazz dibagian outdoor. Area

penonton dengan posisi duduk lesehan terletak di bagian depan yaitu area yang

paling berdekatan dengan stage pertunjukkan dan penonton yang berdiri pada saat

menonton ditempatkan pada area yang paling jauh dengan stage pertunjukkan.

Berdasarkan pengamatan tersebut maka posisi seperti ini akan memberikan

kenyamanan visual apabila digunakan bersamaan pada saat pementasan musik

jazz.

113
f. Konsep interaksi audio dan pencahayaan

Gambar 5.7 Analisis Interaksi Audio dan Pencahayaan


(Sumber : Sketsa Analisis)

Konsep pencahayaan menggunakan pencahayaan buatan karena kegiatan

pertunjukkan musik jazz dilaksanakan sampai pada malam hari , maka pencahayaan

menggunakan lampu sorot yang diletakkan disekitar area pertunjukkan dimana

perletakannya tidak menimbulkan silau bagi penonton maupun pemain music jazz itu

sendiri. Lampu sorot ini juga bermanfaat sebagai penerang bangunan yang dapat

digunakan sebagai background pada pementasan musik jazz outdoor .

Konsep audio pada pementasan music jazz outdoor menggunakan alat pengeras

suara (sound system) yang diletakkan mengelilingi area pertunjukkan sehingga para

penonton mendapatkan kenyamanan interaksi audio walaupun jarak jauh dari panggung.

114
DAFTAR PUSTAKA
Buku Literatur

Berendt, J. Ernts. 1991. The World Is Sound, Nada Brahma, Germany.

Ching, D.K. Francis. 1999. Arsitektur, Bentuk, Ruang & Susunannya, Erlangga,
Jakarta

Doelle, Leislie L. 1990. Akustik Lingkungan. Terjemahan Lea Prasetio, Erlangga,


Jakarta.

Gabbard Kirn. 1995. Jazz Among The Discourses. Duke University, Amerika.

Mediestik, Christina E. 2005, Akustika Bangunan, Erlangga, Jakarta.

Meyer, Burris. Harold. And C.cole, Edward. 1975. Teater and audiotorium, ed 2.
America

Neufret, E. 1992, Data Arsitek Jilid I Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Panero, Julius. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Erlangga, Jakarta.

Handayani, Rini. 2006. Gedung Pertunjukkan Musik Di Palu, UNTAD, Palu.

Satwiko, Prasasto. 2004. Tingkat Kebisingan Pada Perumahan di Perkotaan, UGM,


Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jurusan CV Rajawali Press


Jakarta.
Szwed, John F. 2008. Memahami dan Menikmati Musik Jazz, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Wijaya, Nalendra. 2010, Skripsi : Rumah Musik jazz di Surabaya, PETRA,


Surabaya.

Yasser, Mohammad. 2009, Skripsi : Kursus Musik Jazz di Yoyakarta, UMI,


Yogyakarta.

Website
http://www.101jass.blogspot.com/2009/03/dilema-sosialisasi-musik-jazz-di.html
diunduh pada tanggal 1 april 2011

http://www.arcspace.com/ diunduh pada tanggal 23 mei 2011

http://www.horizon-line.com/2006/05/ananta-jazz-etnik-rasa-palu/. diunduh pada


tanggal 4 april 2011

http://www.kabarinews.com/ diunduh pada tanggal 3 april 2011

http://www.stepmagz.com/2010/12/konser-musik-damai-dan-peduli-bencana-di-
tanah-air/. Diunduh pada tanggal 14 februari 2011

http://www.sagiyantaruna.blogspot.com/2011/02/pementasan.html/. Diunduh pada


tanggal 28 agustus 2011

http://yamaha.co.id/course. diunduh pada tanggal 4 oktober 2011


LAMPIRAN

1. Kebutuhan Gerak Musisi

a. Alat music tiup

124
b. Alat music string (gesek)

125
c. Alat music string (petik)

d. Alat music perkusi

126
127
e. Alat music kaviatur (tekan)

128
2. Pengaturan Tempat Duduk dan Jarak pandang

129
130
131

Anda mungkin juga menyukai