Disetujui,
Dosen Pembimbing:
Dr. Joni Aldilla Fajri, S.T., M.Eng. Adelia Anju Asmara, S.T., M.Eng.
NIK: 165131306 NIK: 195130101
Tanggal: 28 November 2020 Tanggal: 28 November 2020
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTSP UII
Hari: Sabtu
Tanggal: 28 November 2020
Disusun Oleh:
Tim Penguji:
1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik apapun, baik di Universitas Islam Indonesia maupun di perguruan tinggi
lainnya.
2. Karya tulis ini adalah merupakan gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan
nama penulis dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Program software komputer yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya
menjadi tanggungjawab saya, bukan tanggungjawab Universitas Islam Indonesia.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik dengan pencabutan gelar yang sudah
diperoleh, serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi.
i
6. Seluruh dosen dan staff Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, terima kasih atas pelajaran, pengalaman,
dan bantuan yang selama ini telah diberikan.
7. Keluarga Toko Tanjung Baru Pasar Umbul, Bapak Nuzul Harianto dan Ibu Yuka
Sutrawardani yang telah bersedia menerima dan memberikan banyak bantuan kepada
penulis selama menjalani kuliah. Terima kasih atas segalanya.
8. Rekan-rekan kerjaku di PT. ANTAM Tbk dan PT. IPPS Tbk Maluku Utara yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis hingga saat ini.
9. Sedherek kawulo Dhandhun Wacano, S.Si., M.Sc. ingkang sampun maringi dukungan
utawi motivasi dumateng kawulo selami wonten jenjang pendidikan utawi kuliah.
Kawuolo ngaturaken agunging panuwun ikang tanpo upami.
10. Seluruh staff Balai Desa dan masyarakat Desa Pakuran yang telah banyak membantu
penulis selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kebumen.
11. Keluarga Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unit 253, Ari, Ali, Ndaru, Jesy, Virda, Meutia
dan Dinda yang telah bersedia berbagi suka duka dan banyak membantu.
12. Partner selama berproses dalam mengerjakan tugas akhir ini, Ahfi, Aina, Agi, Nofal
dan Reza. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan tugas akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik karena keterbatasan ilmu yang dimiliki maupun karena penulis tidak
luput dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kemajuan dan kebaikan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 02 Oktober 2020
ii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
ABSTRAK
Kata Kunci: Logam Berat, Sungai Code, Metal Pollution Index (MPI).
iii
ABSTRACT
One of pollutants that can reduce water quality is waste containing heavy metals.
Along with the rapid development around Code River, it is possible that Code River
flow may be contaminated by heavy metals from various sources. Purpose of this study
was to test quality of Code River water in terms of metal parameters of Lead (Pb), Iron
(Fe), Manganese (Mn), Chromium (Cr), Copper (Cu), Cadmium (Cd) and analyze
status of Metal Pollution Index (MPI) on Code River Yogyakarta. Metal Pollution
Index (MPI) method is used to compare the total heavy metal content of various
sampling locations. Sampling in this study was conducted at 6 (six) sites. Testing of
heavy metal parameters was carried out using Atomic Absorption Spectrofotometry
(AAS). Test results show metal concentration at site 1 (one) to site 6 (six) consecutive
Lead (Pb) is 4,52 mg/L (± 2,19), 2,84 mg/L (± 1,11), 3,72 mg/L (± 0,71), 2,61 mg/L
(± 1,32), 2,63 mg/L (± 1,34), 2,52 mg/L (± 1,40). Iron (Fe) is 3,65 mg/L (± 2,82), 5,52
mg/L (± 2,35), 6,74 mg/L (± 0,81), 8,99 mg/L (± 4,71), 10,24 mg/L (± 5,61), 3,85 mg/L
(± 1,26). Manganese (Mn) is 1,46 mg/L (± 0,59), 2,06 mg/L (± 0,36), 2,24 mg/L
(± 0,59), 2,34 mg/L (± 0,29), 2,43 mg/L (± 0,33), 3,29 mg/L (± 1,93). Chromium (Cr)
is 0,03 mg/L (± 0,01), 0,06 mg/L (± 0,03), 0,07 mg/L (± 0,03), 0,10 mg/L (± 0,01), 0,12
mg/L (± 0,03), 0,09 mg/L (± 0,01). Copper (Cu) is below Limit Detection < 0,0001
mg/L. Cadmium (Cd) is below Limit Detection < 0,0037 mg/L. Metal Pollution Index
(MPI) values are in range of 0,95 to 1,69. Based on this, it is known that 5 (five) of 6
(six) water sampling sites in Code River have been contaminated by heavy metals.
iv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................... i
vi
4.1.1.6 Kadmium (Cd) ......................................................................................... 32
4.2.1 Debit............................................................................................................ 36
4.2.6 pH............................................................................................................... 41
LAMPIRAN ................................................................................................................ 68
vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR NOTASI
n = Jumlah data/parameter.
viii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Hasil Analisis Korelasi Spearman Logam dan Fisika Kimia.........................46
ix
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 4.10 pH Air Sungai Code Per Site...................................................................41
xi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Sungai Code merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Yogyakarta.
Seiring dengan pembangunan yang pesat di sekitar Sungai Code, maka dapat muncul
berbagai dampak negatif di masa mendatang. Sumber pencemar Sungai Code terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu sumber pencemar titik (point source) dan bukan titik (non point
source). Sumber pencemar titik (point source) antara lain berupa industri, pariwisata,
perdagangan, apotik, klinik, dan laboratorium, rumah sakit, hotel, perumahan, dan
rumah makan. Sedangkan sumber pencemar bukan titik (non point source) antara lain
pertanian, peternakan dan rumah tangga (domestik dan sampah). Berdasarkan hasil
pemodelan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Yogyakarta diketahui
bahwa beban pencemaran Sungai Code adalah sebesar 1.709,638 kg/hari (DLH, 2018).
1
2
Tarigan (2013) menyebutkan bahwa hasil uji sampel air Sungai Code di 3 (tiga)
stasiun pemantauan memiliki konsentrasi Kadmium (Cd) berkisar antara 0,0003-
0,0080 mg/L. Selain itu, berdasarkan penelitian Sukirno et al. (2007) diketahui pula
bahwa air Sungai Code mengandung logam Titanium (Ti) 0,00148-0,00785 mg/L,
Magnesium (Mg) 0,1128-0,2238 mg/L, Vanadium (V) 0,0028-0,0061 mg/L,
Aluminium (Al) 0,0104-0,1265 mg/L, Mangan (Mn) 0,0091-0,075 mg/L, Arsenik (As)
0,00058-0,0036 mg/L, Kadmium (Cd) 0,00065-0,00714 mg/L, Kromium (Cr)
0,00063-0,00698 mg/L. Kemudian berdasarkan hasil pemantauan kualitas air Sungai
Code yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta (2018) melalui titik
pantau Gondolayu, didapatkan konsentrasi Timbal (Pb) sebesar 0,0044 mg/L dan Seng
(Zn) sebesar 0,0071 mg/L.
Metal Pollution Index (MPI) adalah salah satu metode yang tepat untuk digunakan
dalam melakukan pemantauan pencemaran logam berat di lingkungan maupun dalam
makanan. MPI juga dapat digunakan untuk membandingkan total kandungan logam
berat dari berbagai lokasi pengambilan sampel. Semakin tinggi nilai MPI maka
mengindikasikan tingkat pencemaran atau progresif penurunan kualitas perairan
tersebut (Ali et al. 2016).
Merujuk dari berbagai penjelasan tentang keberadaan logam berat di perairan dan
bahaya yang dapat ditimbulkan, maka menjadi penting untuk melakukan suatu kajian
analisis ditinjau dari parameter logam berat. Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah disebutkan, tidak terdapat penelitian yang menggunakan metode MPI. Oleh
karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian menggunakan metode MPI ditinjau
dari parameter logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn), Kadmium (Cd), Tembaga
(Cu) dan Kromium (Cr) melalui pengujian sampel air Sungai Code yang dilakukan 1
(satu) hingga 2 (dua) kali per bulan. Sehingga dapat diketahui informasi terkini
mengenai konsentrasi dan kondisi pencemaran yang disebabkan oleh logam berat di
Sungai Code Yogyakarta.
3
Seprianto et al. (2017) dalam penelitian tentang Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) pada air di Sungai Tondano Sulawesi Utara, menyebutkan bahwa hasil analisis
menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) menunjukan
konsentrasi Timbal (Pb) pada stasiun I (hulu) sebesar 0,12 mg/L, pada stasiun II
(tengah) sebesar 0,09 mg/L dan pada stasiun III (hilir) sebesar 0,13 mg/L. Berdasarkan
hasil pengujian tersebut diketahui bahwa konsentrasi logam Timbal (Pb) pada 3 (tiga)
stasiun pemantauan tersebut telah melebihi batas maksimum menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum yakni sebesar 0,01 mg/L.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra (2010) tentang Analisis
Cemaran Logam Tembaga (Cu) di Sungai Code Yogyakarta Secara Spektroskopi
Serapan Atom, disebutkan bahwa konsentrasi logam Tembaga (Cu) di Sungai Code
Sungai Code bagian hulu (Jembatan Boyong) sebesar 0,011 mg/L, Sungai Code bagian
tengah (Jembatan Gondolayu) sebesar 0,016 mg/L dan Sungai Code bagian hilir
(Jembatan Pasar) sebesar 0,041 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Tembaga
(Cu) pada Sungai Code bagian hilir (Jembatan Pasar) telah melebihi batas maksimum
Tembaga (Cu) Air Kelas I menurut Peraturan Gubernur DIY, Nomor 20 Tahun 2008
tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY yakni sebesar 0,02 mg/L.
7
Perairan sungai memiliki kapasitas terima yang terbatas terhadap bahan pencemar.
Adanya buangan air limbah dari aktivitas manusia yang mengandung senyawa logam
berat cepat atau lambat akan merusak ekosistem di sungai. Hal ini disebabkan karena
logam berat sukar diuraikan baik secara fisika, kimia, maupun biologis (Mohiuddin et
al. 2011). Berdasarkan penelitian Anjani (2018) tentang Analisis Water Quality Index
Kandungan Logam Berat di Sepanjang Sungai Code Yogyakarta, diketahui bahwa
Status mutu air dengan metode Indeks Pencemar menunjukkan bahwa Sungai Code
Yogyakarta termasuk dalam kategori tercemar ringan oleh logam berat. Sedangkan
Status mutu air Sungai Code Yogyakarta dengan metode Storet menunjukkan bahwa
Sungai Code Yogyakarta berstatus tercemar sedang dalam kategori kelas C.
8
Perubahan kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas manusia
dan mengakibatkan penurunan tingkat daya guna, produktivitas, daya dukung, dan
daya tampung sumber daya air (Suwondo et al. 2014).
11
Jugovac et al. (2015) dalam penelitian Metal Pollution Index (MPI) for Freshwater
Monitoring Based on Trace Metal Accumulation, menyebutkan bahwa nilai MPI
tertinggi di Sungai Tisza menunjukan nilai sebesar 1,57. Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa beberapa lokasi di Sungai Tisza telah tercemar oeh logam
berat. Nilai MPI sebesar 1,57 tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengujian sampel
air yang diambil di lokasi perkotaan yang juga terdapat pemukiman penduduk. Adapun
nilai MPI tersebut dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi logam Timbal (Pb) dan
Kadmium (Cd) yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian sampel air. Hal tersebut
sejalan dengan hasil penelitian Shehu (2019) dalam penelitian Water and Sediment
Quality Status of The Toplluha River in Kosovo yang menyebutkan bahwa salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi tingginya nilai MPI adalah lokasi, dimana pada lokasi
perkotaan dengan tingkat aktivitas yang tinggi dan berbagai jenis kegiatan yang
dilakukkan maka akan berpotensi menghasilkan nilai MPI yang tinggi pula.
Secara umum, kandungan logam berat dalam air dapat berasal dari sumber
pencemar titik (point source) dan bukan titik (non point source). Sumber pencemar
titik (point source) dapat terkait dengan pembuangan limbah industri secara langsung
ke dalam sungai. Sedangkan sumber pencemar bukan titik (non point source) dapat
berasal dari limpasan pertanian atau buangan dari rumah tangga (Zahari et al. 2016).
Berdasarkan penelitian Abdullah et al. (2015) tentang Metal Pollution and Ecological
Risk Assessment of Balok River, Pahang Malaysia, diketahui pula bahwa salah faktor
yang juga dapat berpengaruh terhadap tingginya nilai MPI adalah adanya aktivitas
manusia di bidang industri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sampel yang
diambil di sekitar kawasan industi Gebeng (industri pelapisan pipa) menunjukan nilai
MPI tertinggi yaitu 3,7. Diketahui pula bahwa tinggi rendahnya konsentrasi logam
berat pada sampel sangat berkontribusi terhadap nilai MPI.
13
Berikut Tabel 2.1 di bawah ini merupakan penelitian terdahulu terhadap sungai di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
C. Jembatan Pogung
Jembatan Pogung UGM terletak di Jl. Jembatan Baru UGM, Pogung Kidul,
Kecamatan Mlati, Sleman dengan Garis Lintang 7° 45' 48.08'' S dan Garis Bujur
110° 22' 14.23'' T. Kondisi lingkungan disekitar lokasi sampling site 3 ini
didominasi dengan pemukiman warga serta terdapat pertokoan, ruko dan restoran.
8,00
7,00
Konsentrasi Pb (mg/L)
6,00
Batas Maksimum
5,00 Pb Air Kelas III :
0,03 mg/L
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi Timbal (Pb) yang diperoleh berkisar antara 0,898 mg/L sampai
dengan 7,047 mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 20 tahun 2008, konsentrasi Timbal (Pb) yang diperbolehkan pada sungai
dengan kategori kelas III adalah 0,03 mg/L. Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa
konsentrasi Timbal (Pb) di setiap site telah melebihi batas maksimum yang telah
ditentukan. Secara alamiah Timbal (Pb) terdapat di dalam kerak bumi dan batuan. Pada
batuan batuan fosfat dan batuan pasir konsentrasi Timbal (Pb) dapat mencapai 100
mg/kg. Timbal (Pb) tersebar di lingkungan melalui proses alami termasuk erupsi
gunung berapi dan geokimia. Timbal (Pb) dapat masuk ke perairan melalui limpasan
air yang melewati deposit logam di lingkungan (Male et al. 2014).
Wahyuni et.al (2012) menyebutkan bahwa abu vulkanik dari Gunung Merapi
mengandung berbagai unsur logam seperti Timbal (Pb), Barium (Ba), Stronsium (Sr),
Zirkonium (Zr) dan dengan adanya unsur logam tersebut dalam abu vulkanik yang
menyebar di lingkungan dengan kuantitas yang cukup besar sangat dimungkinkan
bahwa abu vulkanik dari Gunung Merapi tersebut dapat mengkontaminasi perairan
(sungai atau sumur) yang berada di sekitarnya. Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui konsentrasi Timbal (Pb) dalam abu vulkanik Gunung Merapi sebesar 16,71
mg/kg. Selain itu, berdasarkan informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) (2020), diketahui bahwa sepanjang
Tahun 2019 erupsi Gunung Merapi terjadi sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu pada 14 Oktober
2019, 09 November 2019, dan 17 November 2019 sedangkan pada awal Tahun 2020
erupsi Gunung Merapi terjadi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada 13 Februari 2020 dan
03 Maret 2020. Oleh karena itu, tingginya konsentrasi Timbal (Pb) di site 1 selama
periode penelitian ini diduga disebabkan oleh abu vulkanik dari Gunung Merapi yang
masuk kedalam Sungai Boyong yang merupakan bagian hulu site 1 ataupun masukan
secara langsung kedalam perairan disekitar site 1, mengingat bahwa pada saat sampling
13 Februari 2020 abu vulkanik akibat erupsi Gunung Merapi dapat mencapai site 1.
28
18,0
16,0
Konsentrasi Fe (mg/L)
14,0
Batas Maksimum
12,0 Fe Air Kelas I :
10,0 0,3 mg/L
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
1 2 3 4 5 6
Site
Syiva (2017) dalam penelitian Analisis Kualitas Air Melalui Deteksi Besi (Fe)
pada Sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebutkan bahwa hasil pengujian
sampel air yang diambil dari Sungai Gadjah Wong, Sungai Winongo dan Sungai Code
menunjukkan konsentrasi Besi (Fe) berkisar antara 0,15 sampai dengan 10,32 mg/L.
Adapun konsentrasi Besi (Fe) tertinggi yaitu 10,32 mg/L didapatkan dari sampel air
yang diambil dari Sungai Code yang berlokasi di stasiun pengamatan yang berada di
daerah perkotaan dan dekat dengan area industri batik. Selain itu, berdasarkan
penelitian Tuty dan Herny (2009) diketahui pula bahwa pada limbah batik terdapat
konsentrasi Besi (Fe) sebesar 4,85 mg/L. Oleh karena itu, tingginya konsentrasi Besi
(Fe) di site 5 yang berada di daerah perkotaan selama periode penelitian ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh limbah dari berbagai kegiatan seperti buangan
dari limbah industri batik yang mengandung Besi (Fe) yang berada di daerah
perkotaaan yang kemudian masuk kedalam perairan Sungai Code.
6,0
5,0
Konsentrasi Mn (mg/L)
4,0
Batas Maksimum
3,0 Mn Air Kelas I :
0,1 mg/L
2,0
1,0
0,0
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi Mangan (Mn) yang diperoleh berkisar antara 1,095 mg/L sampai
dengan 5,509 mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 20 tahun 2008, konsentrasi Mangan (Mn) yang diperbolehkan pada sungai
dengan kategori kelas I adalah 0,1 mg/L. Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa
konsentrasi Mangan (Mn) di setiap site telah melebihi batas maksimum yang telah
ditentukan. Mangan (Mn) dapat masuk ke dalam lingkungan melalui aktivitas industri
seperti industri pembuatan pupuk dan petrokimia (Hasan et al. 2012). Adapun aktivitas
lain yang dapat meningkatkan konsentrasi Mangan (Mn) di lingkungan adalah
penggunaan pupuk yang mengandung Mangan (Mn) seperti pupuk Mangan Sulfat
(MnSO₄) (Sunarsih, 2018). Oleh karena itu, tingginya konsentrasi Mangan (Mn) di site
6 selama periode penelitian ini kemungkinan dapat disebabkan oleh pengaruh lokasi
site 6 yang didominasi oleh lahan pertanian dan penggunaan pupuk mengandung
Mangan (Mn) yang kemudian ketika hujan dapat ikut terbawa masuk kedalam perairan.
0,20
0,18
0,16
Konsentrasi Cr (mg/L)
0,14
Batas Maksimum
0,12 Cr Air Kelas III :
0,10 0,05 mg/L
0,08
0,06
0,04
0,02
0,00
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi Kromium (Cr) yang diperoleh berkisar antara 0,025 mg/L sampai
dengan 0,156 mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 20 tahun 2008, konsentrasi Kromium (Cr) yang diperbolehkan pada sungai
dengan kategori kelas III adalah 0,050 mg/L. Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa
konsentrasi Kromium (Cr) di setiap site telah melebihi batas maksimum yang telah
ditentukan terkecuali untuk site 1. Pada perairan Kromium (Cr) dapat berasal dari run-
off dari daratan. Kromium (Cr) dapat meningkat dalam jumlah besar juga akibat
aktivitas manusia seperti buangan limbah rumah tangga dan kegiatan industri besi,
baja, cat, elektroplating, tekstil, penyamakan kulit, keramik dan gelas (Maulana et al.
2017).
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat hasil analisis korelasi Spearman menggunakan
software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 25. Dalam metode
Spearman terdapat dasar acuan yang digunakan untuk mengambil keputusan dan
menentukan derajat hubungan (Sugiyono, 2013). Dasar dan pedoman tersebut adalah
terdapat hubungan yang signifikan (nilai signifikansi ˂ 0,05) dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan (nilai signifikansi > 0,05). Nilai korelasi 0,00-0,25
(hubungan sangat lemah), nilai korelasi 0,26-0,50 (hubungan cukup/sedang), nilai
korelasi 0,51-0,75 (hubungan kuat), nilai korelasi 0,76-0,99 (hubungan sangat kuat),
nilai korelasi 1,00 (hubungan sempurna). Jika koefisien korelasi bernilai + (positif)
maka hubungan kedua variabel dikatakan searah dan jika koefisien korelasi bernilai -
(negatif) maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak searah.
Pb Fe Mn Cr
Hasil analisis korelasi Spearman Timbal (Pb) dengan Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,272, 0,390, 0,305
dan nilai koefisien korelasi berturut-turut sebesar -0,253, -0,486, -0,414. Berdasarkan
hal tersebut dapat diketahui bahwa Timbal (Pb) dengan Besi (Fe) tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi sangat lemah dan tidak
searah, artinya peningkatan konsentrasi Timbal (Pb) tidak diikuti dengan peningkatan
konsentrasi Besi (Fe). Timbal (Pb) dengan Mangan (Mn) tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan tidak searah,
artinya peningkatan konsentrasi Timbal (Pb) tidak diikuti dengan peningkatan
konsentrasi Mangan (Mn). Timbal (Pb) dengan Kromium (Cr) tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan tidak
searah, artinya peningkatan konsentrasi Timbal (Pb) tidak diikuti dengan peningkatan
konsentrasi Kromium (Cr).
Hasil analisis korelasi Spearman Besi (Fe) dengan Kromium (Cr) dan Mangan
(Mn) menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,298, 0,041 dan nilai
koefisien korelasi berturut-turut sebesar 0,402, 0,829. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa Besi (Fe) dengan Kromium (Cr) tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan searah, artinya
peningkatan konsentrasi Besi (Fe) diikuti dengan peningkatan konsentrasi Kromium
(Cr). Besi (Fe) dengan Mangan (Mn) memiliki hubungan yang signifikan dengan
tingkat kekuatan korelasi sangat kuat dan searah, artinya peningkatan konsentrasi Besi
(Fe) diikuti dengan peningkatan konsentrasi Mangan (Mn).
Hasil analisis korelasi Spearman Mangan (Mn) dengan Kromium (Cr) menunjukan
nilai signifikansi sebesar 0,221 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,382. Berdasarkan
hal tersebut dapat diketahui Mangan (Mn) dengan Kromium (Cr) tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat kekuatan korelasi cukup/sedang dan searah,
artinya peningkatan konsentrasi Mangan (Mn) diikuti dengan peningkatan konsentrasi
Kromium (Cr).
35
5,00
4,50
4,00
3,50
Debit (m3/s)
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4 5 6
Site
4.2.2 Temperatur
Berikut Gambar 4.6 dibawah ini merupakan temperatur air per site di sepanjang
Sungai Code Yogyakarta.
34
32
Batas Atas
30
Temperatur °C
Temperatur Air
Kelas III : 28 °C
28
26
Batas Bawah
24 Temperatur Air
Kelas III : 22 °C
22
20
1 2 3 4 5 6
Site
1100
1000
Konsentrasi TDS (mg/L)
900
800
Batas Maksimum
700 TDS Air Kelas III
600 : 1.000 mg/L
500
400
300
200
100
1 2 3 4 5 6
Site
450
400
Konsentrasi TSS (mg/L)
350
300
Batas Maksimum
250 TSS Air Kelas III
200 : 400 mg/L
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6
Site
2600
2100
Batas Maksimum
EC (µS/cm)
EC Air Golongan
1600
D : 2.250 µS/cm
1100
600
100
1 2 3 4 5 6
Site
4.2.6 pH
Berikut Gambar 4.10 dibawah ini merupakan pH air per site di sepanjang Sungai
Code Yogyakarta.
10
9
Batas Atas pH
Air Kelas III : 9
8
Batas Bawah pH
pH
5
1 2 3 4 5 6
Site
Selain itu, pH perairan yang rendah dapat meningkatkan toksisitas logam berat
(Desriyan et al. 2015). Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian beberapa studi
terdahulu yang menunjukkan bahwa pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)
toksisitas Timbal (Pb) lebih tinggi saat kondisi pH 6,5 dibandingkan pH 8,5 (Pratama,
2018). Selanjutnya pada Kerang Hijau (Perna Viridis) toksisitas Besi (Fe) lebih tinggi
saat kondisi pH 5,4 dibandingkan pH 7,0 (Supriyantini dan Endrawati, 2015).
7
Konsentrasi DO (mg/L)
Batas Minimum
6 DO Air Kelas III
: 4 mg/L
5
2
1 2 3 4 5 6
Site
16
14
Konsentrasi BOD (mg/L)
12
10
Batas Maksimum
8 BOD Air Kelas III
: 6 mg/L
6
0
1 2 3 4 5 6
Site
BOD merupakan jumlah miligram oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerobik
untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L air selama 5 (lima) hari pada suhu
20 °C ± 1 °C. BOD merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan tolak ukur
beban pencemaran suatu perairan. Semakin tinggi konsentrasi BOD mengindikasikan
bahwa perairan tersebut telah tercemar sedangkan semakin rendah konsentrasi BOD
megindikasikan bahwa hanya sedikit jumlah bahan pencemar yang terdapat dalam
perairan tersebut (Vandra et al. 2016). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
menunjukan bahwa konsentrasi BOD dan akumulasi konsentrasi logam berat tertinggi
terdapat pada site 5.
55
50
Konsentrasi COD (mg/L)
45
40
35
Batas Maksimum
30 COD Air Kelas III
25 : 50 mg/L
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Site
Konsentrasi COD yang diperoleh berkisar antara 11,91 mg/L sampai dengan 36,70
mg/L. Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 tahun
2008, batas maksimum COD yang diperbolehkan pada sungai dengan kategori kelas
III adalah 50 mg/L. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa
konsentrasi COD di semua site tidak melebihi batas maksimum. Adapun tingginya
konsentrasi COD di site 5 dibanding site lainnya dapat disebabkan oleh lokasi site 5
yang berada di perkotaan dan juga banyaknya pemukiman padat penduduk di sekitar
sungai. Sehingga potensi masuknya berbagai buangan dari berbagai sumber juga akan
ikut meningkat. COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada, sehingga
nilai COD pada umumnya akan lebih besar daripada nilai BOD. Hal tersebut dapat
terjadi karena jumlah senyawa organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi lebih
besar dibandingkan secara biologis (Prabowo et al. 2016). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang menunjukan bahwa konsentrasi COD lebih besar dibandingkan BOD.
4.2.10 Amonia (NH3)
Berikut Gambar 4.14 dibawah ini merupakan konsentrasi Amonia (NH3) per site
di sepanjang Sungai Code Yogyakarta.
0,6
Konsentrasi Amonia (mg/L)
0,5
0,4
Batas Maksimum
0,3 Amonia Air Kelas
I : 0,5 mg/L
0,2
0,1
0,0
1 2 3 4 5 6
Site
Nomor 20 tahun 2008, batas maksimum Amonia (NH3) yang diperbolehkan pada
sungai dengan kategori kelas III adalah 0,5 mg/L. Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan diketahui bahwa konsentrasi Amonia (NH3) di semua site tidak melebihi
batas maksimum. Adapun tingginya konsentrasi Amonia (NH3) di site 5 dibanding site
lainnya dapat disebabkan oleh lokasi site 5 yang berada di perkotaan dan juga
banyaknya pemukiman padat penduduk di sekitar sungai. Sehingga potensi masuknya
buangan dari berbagai sumber juga akan ikut meningkat. Amonia (NH3) pada perairan
dapat berasal dari air seni, tinja serta air buangan dari berbagai aktivitas manusia.
Sebagaimana ketika pengambilan sampel air dilakukkan masih terlihat warga yang
buang air sembarangan dan temuan tinja pada aliran sungai. Konsentrasi Amonia
(NH3) yang tinggi kemudian dapat menyebabkan penurunan DO (Zhang et al. 2012).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa konsentrasi DO
terendah terdapat pada site 5 yang memiliki konsentrasi Amonia (NH3) tertinggi.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Korelasi Spearman Logam dan Fisika Kimia
Spearman Correlations
Debit Suhu TDS TSS EC pH DO BOD COD NH3
Correlation
-0,714 0,771 0,414 -0,488 0,454 -0,372 -0,722 0,747 0,695 0,351
Coefficient
Pb
Sig. (1-tailed) 0,059 0,036 0,048 0,057 0,043 0,087 0,039 0,035 0,038 0,044
Correlation
-0,829 0,657 0,429 -0,472 0,413 -0,395 -0,629 0,422 0,386 0,293
Coefficient
Fe
Sig. (1-tailed) 0,062 0,044 0,041 0,064 0,048 0,077 0,042 0,045 0,047 0,049
Correlation
-0,833 0,693 0,442 -0,454 0,431 -0,321 -0,636 0,435 0,359 0,277
Coefficient
Mn
Sig. (1-tailed) 0,065 0,047 0,045 0,059 0,046 0,071 0,044 0,042 0,042 0,047
Correlation
-0,708 0,794 0,433 -0,463 0,448 -0,338 -0,733 0,726 0,677 0,324
Coefficient
Cr
Sig. (1-tailed) 0,054 0,032 0,043 0,061 0,041 0,083 0,035 0,038 0,040 0,045
47
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan temperatur menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar
0,036, 0,044, 0,047, 0,032. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara logam dengan temperatur. Fauziah et al. (2012)
menyebutkan bahwa peningkatan temperatur di perairan cenderung mempengaruhi
proses kelarutan logam berat di perairan sehingga dapat mengakibatkan kelarutan
logam berat akan semakin meningkat dan partikel logam berat akan bergerak lebih
cepat sehingga meningkatkan akumulasi logam berat di perairan. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian, dimana temperatur tertinggi dari seluruh lokasi pengambilan
sampel air berada di site 5 yang mencapai temperatur 31,80 °C, sehingga
memungkinkan kelarutan logam berat menjadi lebih tinggi dan memiliki akumulasi
logam berat tertinggi dibandingkan site lainnya.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan TDS menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,048,
0,041, 0,045, 0,043. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara logam dengan TDS. TDS merupakan jumlah partikel
atau zat terlarut baik berupa mineral, garam, senyawa organik maupun anorganik. TDS
pada suatu perairan juga dapat meningkat akibat masuknya buangan dari berbagai
aktivitas manusia yang mengandung logam berat kedalam suatu perairan (Eleonora et
al. 2016). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana TDS tertinggi terdapat pada
site 5 yang berlokasi di daerah perkotaan, yang mana memiliki potensi terbesar
menerima buangan yang mengandung logam berat dari berbagai usaha/kegiatan yang
terdapat di sepanjang daerah aliran sungai.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan EC menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,043,
0,048, 0,046, 0,041. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara logam dengan EC. EC merupakan kemampuan air
untuk menghantarkan listrik. Semakin banyak garam dan senyawa organik anorganik
48
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pulai nilai EC. Tingginya nilai EC kemudian
dapat mengindikasikan bahwa terdapat logam yang terlarut dalam air (Purbalisa dan
Mulyadi, 2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana EC tertinggi sebesar
452 µS/cm terdapat pada site 5, yang juga merupakan site dengan akumulasi logam
berat tertinggi.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan DO menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,039,
0,042, 0,044, 0,035. Selanjutnya Amonia (NH3) menunjukan nilai signifikansi berturut-
turut sebesar 0,044, 0,049, 0,047, 0,045. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan DO dan Amonia (NH3).
DO adalah gambaran dari jumlah oksigen terlarut yang terdapat di dalam suatu
perairan. Kandungan DO di suatu perairan dapat dijadikan indikasi awal mengenai
adanya pencemaran bahan organik maupun anorganik. Suatu perairan dapat dikatakan
baik dan mempunyai tingkat pencemaran yang rendah jika memiliki konsentrasi DO
lebih besar dari 5 mg/L (Salmin, 2015). Selain itu, Riza et al. (2015) menyebutkan
bahwa semakin meningkat bahan pencemar organik maupun anorganik di suatu
perairan, maka akan meningkat pula aktivitas mikroorganisme dalam proses
menguraikan bahan pencemar tersebut, yang mana nantinya dapat mengurangi
konsentrasi DO di perairan tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, dimana
DO terendah sebesar 4,21 mg/L terdapat pada site 5, yang juga merupakan site dengan
akumulasi logam berat dan konsentrasi Amonia (NH3) tertinggi dibanding site lainnya.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan BOD menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,035,
0,045, 0,042, 0,038. Selanjutnya COD menunjukan nilai signifikansi berturut-turut
sebesar 0,038, 0,047, 0,042, 0,040. Nilai signifikansi yang < 0,05 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara logam dengan BOD dan COD. BOD
merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik yang terdapat di suatu perairan. Sedangkan COD merupakan jumlah
49
oksigen kimiawi yang diperlukan untuk menguraikan bahan organik, baik yang mudah
urai, kompleks ataupun sukar urai (Nanik, 2009). Pada umumnya nilai COD akan lebih
tinggi dibanding BOD. Hal tersebut dikarenakan senyawa anorganik dapat teroksidasi
oleh oksidator kuat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat.
Dengan tingginya konsentrasi BOD dan COD maka dapat mengakibatkan konsentrasi
DO semakin menurun (Riyanda et al. 2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian,
dimana site 5 dengan konsentrasi BOD dan COD tertinggi memiliki konsentrasi DO
terendah. Kemudian adanya selisih nilai BOD dan COD mengindikasikan bahwa
terdapat senyawa sukar urai, yang mana senyawa tersebut dapat berasal dari senyawa
logam berat pada perairan tersebut.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan debit menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,059,
0,062, 0,065, 0,054. Nilai signifikansi yang > 0,05 menunjukkan bahwa belum terdapat
hubungan yang signifikan antara logam dengan debit. Berdasarkan penelitian Mahmud
(2012) diketahui bahwa meningkatnya debit air pada musim penghujan tidak selalu
diikuti dengan menurunnya konsentrasi logam berat di perairan. Hal ini dikarenakan
faktor lain seperti limpasan dari daratan yang mengandung bahan-bahan antropogenik
juga dapat ikut terlarut ke suatu badan air selama musim penghujan. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian, dimana debit tertinggi sebesar 4,25 m3/s pada site 5 tidak
diikuti dengan penurunan konsentrasi logam berat. Mengingat bahwa perlu juga
diperhatikan kondisi dan karakteristik lingkungan sekitar serta lokasi pengambilan
sampel. Site 5 memiliki debit tertinggi, akan tetapi site 5 berada di daerah perkotaan
dan disepanjang badan sungai terdapat pemukiman padat penduduk dan berbagai
usaha/kegiatan yang berpotensi membuang limbahnya secara langsung kedalam
sungai.
Hasil analisis korelasi Spearman logam Timbal (Pb), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Kromium (Cr) dengan pH menunjukan nilai signifikansi berturut-turut sebesar 0,087,
0,077, 0,071, 0,083. Nilai signifikansi yang > 0,05 menunjukkan bahwa belum terdapat
50
hubungan yang signifikan antara logam dengan pH. pH atau derajat keasaman dapat
mempengaruhi konsentrasi logam berat di suatu perairan. Dalam hal ini kelarutan
logam berat pada suatu perairan akan semakin meningkat pada kondisi pH rendah
(asam). Sifat asam atau basa suatu larutan ditunjukkan oleh nilai pH yang berkisar
antara 0-14, dimana pH 7 merupakan larutan netral (Desriyan et al. 2015). Berdasarkan
pengukuran di lapangan, diketahui bahwa pH air Sungai Code di seluruh lokasi
pengambilan sampel berada pada kondisi netral, sehingga dapat dikatakan bahwa pH
belum berpengaruh terhadap konsentrasi ataupun kelarutan logam berat selama periode
penelitian ini.
2,00
1,80 1,69 Nilai MPI < 1
1,52 Tidak
Metal Pollution Index (MPI)
1,60
1,41 Tercemar
1,40 1,30 Nilai MPI > 1
1,20 Tercemar
1,20
0,95
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
1 2 3 4 5 6
Site
Nilai MPI < 1 (lebih kecil dari satu) menunjukkan bahwa kondisi perairan
tersebut tidak terkontaminasi oleh polutan logam berat. Sedangkan nilai MPI > 1 (lebih
besar dari satu) menunjukkan bahwa kondisi perairan tersebut telah terkontaminasi
oleh polutan logam berat dan semakin tinggi nilai MPI maka mengindikasikan tingkat
pencemaran atau progresif penurunan kualitas perairan tersebut (Ali et al. 2016).
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.17 diatas diketahui bahwa nilai MPI berada di
kisaran 0,95 sampai dengan 1,69. Shehu (2019) dalam penelitian Water and Sediment
Quality Status of The Toplluha River in Kosovo, menyebutkan bahwa salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingginya nilai MPI adalah lokasi, dimana pada lokasi
perkotaan dengan tingkat aktivitas yang tinggi dan berbagai jenis kegiatan yang
dilakukkan maka akan menghasilkan nilai MPI yang tinggi pula. Hal tersebut sejalan
dengan hasil perhitungan nilai MPI yang didapatkan dari penelitian ini, yang mana nilai
MPI tertinggi berada pada site 4 dan 5 yang sama-sama berada di wilayah Kota
Yogyakarta. Selain itu, semakin tinggi nilai MPI maka menunjukkan bahwa semakin
tinggi pula nilai akumulasi logam yang terdapat di dalam sampel (Islam et al. 2017).
Sementara itu, nilai MPI terendah terdapat pada site 1. Site 1 sendiri menjadi titik
hulu pada penelitian ini. Kondisi site 1 didominasi oleh hutan, perkebunan serta dekat
dengan Gunung Merapi. Kontaminasi logam berat umumnya dapat berasal dari faktor
alam seperti kegiatan gunung berapi atau faktor aktivitas manusia seperti kegiatan
pertanian dan limbah buangan rumah tangga. Dengan kondisi site 1 yang masih asri
dan jauh dari berbagai aktivitas manusia, maka menjadikan site 1 sebagai satu-satunya
lokasi yang memiliki nilai MPI < 1 yang mengindikasikan bahwa lokasi tersebut tidak
tercemar oleh logam berat.
Selain itu, perubahan guna lahan dengan beragam pola hidup masyarakat serta semakin
meningkatnya aktivitas manusia yang juga berpotensi menghasilkan limbah domestik
menjadikan beban pencemar di sungai semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Terjadinya penurunan kualias air dapat terjadi akibat pembuangan limbah yang tidak
terkendali dari segala jenis aktivitas di sepanjang sungai sehingga tidak sesuai dengan
daya dukung sungai tersebut (Prayogo et al. 2015). Pembuangan sampah secara
langsung di sepanjang aliran sungai juga berpotensi menjadi penyebab tingginya
pencemaran air sungai. Ali dan Khan (2018) dalam penelitian Assessment of
Potentially Toxic Heavy Metals and Health Risk in Water, Sediments, and Different
Fish Species of River Kabul, Pakistan, menyebutkan bahwa nilai MPI di lokasi
pengambilan sampel yang berbeda di Sungai Kabul berkisar antara 10,59-14,85. Nilai
MPI tertinggi adalah di Nowshera, yang dianggap sebagai lokasi tercemar di Sungai
Kabul karena pembuangan limbah industri yang tidak diolah dan limbah domestik dari
daerah perkotaan Nowshera serta limpasan dari pertanian yang masuk kedalam sungai.
Adapun status mutu air di Sungai Code berdasarkan analasis hasil pemantauan
kualitas air yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta (2018)
menggunakan metode Storet di 5 (lima) lokasi pemantauan adalah sebagai berikut:
(Jembatan Sardjito: cemar berat), (Jembatan Gondolayu: cemar berat), (Jembatan
Jambu: cemar berat), (Jembatan Sayidan: cemar berat) dan (Jembatan Tungkak: cemar
berat). Kelebihan metode Storet adalah dapat menggabungkan banyak data parameter
kualitas air sehingga gambaran mengenai kualitas air akan lebih komprehensif dan
tidak terpaku pada parameter-paramater tertentu. Kekurangan yang dimiliki adalah
tidak adanya jumlah parameter tetap yang harus digunakan. Sedangkan metode MPI
memiliki kelebihan selain dapat digunakan untuk pemantauan pencemaran logam di
lingkungan dapat juga untuk pemantauan logam dalam makanan (Ali et al. 2014).
Kelemahan metode MPI adalah hanya terpaku pada parameter logam berat saja.
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian Analisis Metal Pollution Index (MPI) Berdasarkan
Kandungan Logam Berat di Sungai Code Yogyakarta, adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi logam berat di site 1 s.d. 6 Timbal (Pb) berturut-turut adalah sebesar
4,52 mg/L (± 2,19), 2,84 mg/L (± 1,11), 3,72 mg/L (± 0,71), 2,61 mg/L (± 1,32),
2,63 mg/L (± 1,34), 2,52 mg/L (± 1,40). Besi (Fe) berturut-turut adalah sebesar 3,65
mg/L (± 2,82), 5,52 mg/L (± 2,35), 6,74 mg/L (± 0,81), 8,99 mg/L (± 4,71), 10,24
mg/L (± 5,61), 3,85 mg/L (± 1,26). Mangan (Mn) berturut-turut adalah sebesar 1,46
mg/L (± 0,59), 2,06 mg/L (± 0,36), 2,24 mg/L (± 0,59), 2,34 mg/L (± 0,29), 2,43
mg/L (± 0,33), 3,29 mg/L (± 1,93). Kromium (Cr) berturut-turut adalah sebesar 0,03
mg/L (± 0,01), 0,06 mg/L (± 0,03), 0,07 mg/L (± 0,03), 0,10 mg/L (± 0,01), 0,12
mg/L (± 0,03), 0,09 mg/L (± 0,01). Tembaga (Cu) berada dibawah Limit Detection
< 0,0001 mg/L. Kadmium (Cd) berada dibawah Limit Detection < 0,0037 mg/L.
2. Nilai Metal Pollution Index (MPI) di Sungai Code berada pada kisaran 0,95 sampai
dengan 1,69. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa 5 (lima) dari 6 (enam) site
sampling air di Sungai Code telah tercemar oleh logam berat.
5.2 Saran
Saran dari penelitian Analisis Metal Pollution Index (MPI) Berdasarkan
Kandungan Logam Berat di Sungai Code Yogyakarta yaitu perlu adanya kegiatan
sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan informasi mengenai pentingnya
menjaga kualitas perairan Sungai Code dan pengetahuan mengenai dampak yang dapat
ditimbulkan oleh logam berat di lingkungan. Kemudian untuk kedepannya perlu
dilakukan penelitian dengan mempertimbangkan rentang waktu pengambilan sampel
secara berkala yang dapat mewakili musim sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
58
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., Abas, M., dan Louis, V. (2015). Metal Pollution and Ecological Risk
Assessment of Balok River Sediment, Pahang Malaysia. American Journal of
Environmental Engineering. Vol. 5. pp. 1-7.
Ali, H., dan Khan, E. (2018). Assessment of Potentially Toxic Heavy Metals and
Health Risk in Water, Sediments, and Different Fish Species of River Kabul,
Pakistan. International Journal Human and Ecological Risk Assessment.
Vol. 24. pp. 2101-2118.
Ali, M., Lokman, M., Islam, S., dan Rahman, Z. (2016). Preliminary Assessment of
Heavy Metals in Water and Sediment of Karnaphuli River, Bangladesh.
Journal Environmental Nanotechnology, Monitoring and Management. Vol. 5.
pp. 27-35.
59
60
Arifin, T., Prartono, T., dan Kusuma, A. (2016). Sebaran Logam Berat Terlarut dan
Terendapkan di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan. Vol. 6. pp. 41-49.
Arlindia, I. (2015). Analisis Pencemaran Danau Maninjau dari Nilai TDS dan
Konduktivitas Listrik. Jurnal Fisika Unand. Vol. 4. pp. 325-331.
Ashraf, W. (2006). Levels Of Selected Heavy Metals in Tuna. The Arabian Journal
for Science and Engineering. Vol. 31. pp. 89-92.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. (2018). Laporan Kualitas Air Sungai
Januari - Desember 2018. Yogyakarta.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman. (2013). Laporan Kualitas Air Sungai
Januari - Desember 2013. Yogyakarta.
Dewanti, N., Budiastuti, P., dan Raharjo, M. (2016). Analisis Pencemaran Logam
Berat Timbal (Pb) di Badan Sungai Babon, Kecamatan Genuk Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4. pp. 119-125.
61
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Eleonora, A., Pratama, A., dan Ramadhani, M. (2016). Analisis Pola Sebaran Logam
Berat Menggunakan Metode Kelistrikan Batuan di Daerah Pertambangan
Emas Pangalengan, Kabupaten Bandung. Prosiding Seminar Nasional Fisika.
Tgl. 10 Oktober 2016. pp. 150-158.
Fauziah, A., Rahardja, B., dan Cahyoko, Y. (2012). Korelasi Ukuran Kerang Darah
(Anadara Granosa) dengan Konsentrasi Merkuri (Hg) di Muara Sungai
Ketingan, Jawa Timur. Journal Marine and Coastal. Vol. 1. pp. 34-44.
Happy, A., Dhahiyat, Y., dan Masyamsir. (2012). Distribusi Kandungan Logam
Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Kolom Air dan Sedimen
Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3.
pp. 175-182.
Hasan, H., Abdullah, S., Kofli, N., dan Kamarudin, S. (2012). Effective Microbes for
Simultaneous Bio-Oxidation of Ammonia and Manganese in Biological
Aerated Filter System. Journal Bioresource Technology. Vol. 124. pp. 355-363.
Islam, R., Habib, M., dan Waid, J. (2017). Heavy Metal Contamination of
Freshwater Prawn (Macrobrachium Rosenbergii) and Prawn Feed in
Bangladesh: A Market-Based Study to Highlight Probable Health Risks.
Journal Chemosphere. Vol. 170. pp. 282-289.
62
Jugovac, N., Miljanovic, B., dan Maletin, S. (2015). Metal Pollution Index (MPI) for
Freshwater Monitoring Based on Trace Metal Accumulation. Journal
Ecological. Vol. 32. pp. 55-60.
Khan, F., Jolly, Y., Islam, G., Akhter, S., dan Kabir, J. (2014). Contamination Status
and Health Risk Assessment of Trace Elements in Foodstuffs Collected from
The Buriganga River Embankments, Dhaka, Bangladesh. International
Journal of Food Contamination. Vol. 1. pp. 1-8.
Male, Y., Sunarti, S., dan Nunumete, N. (2014). Analisys Of Lead (Pb) and
Chromium (Cr) in The Roots of Seagrass (Enhalus Acoroides) in Water of
Tulehu Village Central Maluku Regency. Indonesian Journal of Chemical
Research. Vol. 1. pp. 66-71.
Maulana, I., Endrawati, H., dan Nuraini, R. (2017). Analisis Kandungan Logam
Berat Kromium (Cr) Pada Air, Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna Viridis)
Di Perairan Trimulyo Semarang. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 20. pp. 48-55.
Mohiuddin, M., Ogawa, Y., dan Zakir, M. (2011). Heavy Metals Contamination in
The Water and Sediments of Urban River in Developing Country.
International Journal of Environmental Science and Technology. Vol. 8.
pp. 723-736.
Notodarmojo, S., dan Makhmudah, N. (2016). Penyisihan Besi (Fe) dan Mangan
(Mn) Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada Kondisi
Aliran Tak Jenuh. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol. 16. pp. 150-159.
Nurjaya, W., Sanusi, H., dan Pratono, T. (2016). Distribution and Behaviour of
Dissolved and Particulate Pb and Zn in Jeneberang Estuary, Makassar.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 8. pp. 11-28.
Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Prabowo, R., Sunoko, H., dan Purwanto. (2016). Akumulasi Cadmium (Cd) Pada
Ikan Wader Merah (Puntius Bramoides) di Sungai Kaligarang. Jurnal MIPA.
Vol. 39. pp. 1-10.
Prayogo, T., Soemarno, M., dan Mahyudin, M. (2015). Analisis Kualitas Air Dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen
Kabupaten Malang. Indonesian Journal of Environment and Sustainable
Development. Vol. 6. No. pp. 105-114.
64
Purbalisa, W., dan Mulyadi. (2013). Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) Pada Badan
Air dan Tanah Sawah Sub-Das Solo Hilir Kabupaten Lamongan.
Jurnal Agrologia. Vol. 2. pp. 116-123.
Putra, A. (2014). Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi Pulau Kemaro
sampai dengan Muara Sungai Komering. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
Vol. 2. pp. 603-608.
Raziq, A. (2019). Analisis Hubungan Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air
Parameter Kimia Di Sungai Code Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Riyanda, A., Lubis, K., dan Jamilah, N. (2013). Kajian Karakteristik Kimia Air,
Fisika Air Dan Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat
Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 1. pp. 615-625.
Riza, F., Bambang, A., dan Kismartini. (2015). Tingkat Pencemaran Lingkungan
Perairan Ditinjau Dari Aspek Fisika, Kimia dan Logam di Pantai Kartini
Jepara. Indonesian Journal of Conservation. Vol. 4. pp. 52-60.
Said, N. (2010). Metode Penghilangan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) di Dalam Air.
Jurnal Air Indonesia. Vol. 6. pp. 136-148.
Salmin. (2015). Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana.
Vol. 30. pp. 21-26.
65
Saputra, R. (2010). Analisis Cemaran Logam Tembaga (Cu) di Sungai Code Secara
Spektroskopi Serapan Atom. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.
Schiavon, M., Pilon, H., Smits, M., Wirtz, R., dan Malagoli, M. (2008). Interactions
Between Chromium And Sulfur Metabolism In Brassica juncea. Journal Of
Enviromental Quality. Vol. 37. pp. 153-154.
Seprianto, S., Paputungan, M., Syarifuddin, A., Mambuat, J., dan Alla, G. (2017).
Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Air Sungai dan Ikan Mujair
(Oreochromis Mossambicus) di Sungai Tondano. Journal Public Health
Science. Vol. 9. pp. 153-159.
Shehu, I. (2019). Water and Sediment Quality Status of The Toplluha River in
Kosovo. Journal of Ecological Engineering. Vol. 20. pp. 266-275.
Sukirno., Irianto, B., dan Murniasih, S. (2007). Evaluasi Logam Dalam Air dan
Sedimen Sungai Code Dengan Teknik AAN (Tahap 2). Prosiding PPI-
PDIPTN. Tgl. 10 Juli 2007. pp. 183-189.
Sunarsih, E. (2018). Analisis Paparan Besi dan Mangan Pada Air Terhadap
Gangguan Kesehatan Pada Masyarakat Desa Ibul Kecamatan Indralaya
Kabupaten Ogan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 17. pp. 68-73.
66
Supriyantini, E., dan Endrawati, H. (2015). Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada
Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Perairan Tanjung Emas
Semarang. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 18. pp. 38-45.
Syiva, A. (2017). Analisis Kualitas Air Melalui Deteksi Besi (Fe) pada Sungai di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Tarigan, Y. (2013). Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Sungai dan Ikan Mas
(Cyprinus carpio Linnaeus) di Sungai Code Yogyakarta. Tugas Akhir.
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Tuty, A., dan Herny, B. (2009). Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cap Khas
Palembang Dengan Proses Filtrasi dan Adsorpsi. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia Indonesia. Tgl. 17 Oktober 2009. pp. 1-6.
Usero, J., Morillo, J., dan Gracia, I. (2005). Heavy Metal Concentrations in Mollusks
from The Atlantic Coast of Southern Spain. Journal Chemosphere. Vol. 59.
pp. 1175-1181.
Vandra, B., Sudarno, S., dan Nugraha, W. (2016). Studi Analisis Kemampuan Self
Purification pada Sungai Progo Ditinjau dari Parameter Biological Oxygen
Demand (BOD) dan Dissolved Oxygen (DO). Jurnal Teknik Lingkungan.
Vol. 5. pp. 1-8.
Winarsih, W., Emiyati, E., dan Afu, L. (2016). Distribusi Total Suspended Solid
Permukaan Di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 1.
pp. 54-59.
Zahari, M., Rashidah, N., dan Hamzah, Z. (2016). Assessment of Surface Water
Metal Pollution Based on Metal Pollution Index (MPI) Supported By
Multivariate Statistical Analysis. International Journal of Environmental.
Vol. 35. pp 23-35.
Zhang, J., Ni, W., Zhu, Y., dan Pan, Y. (2012). Effects of Different Nitrogen Species
on Sensitivity and Photosynthetic Stress of Three Common Freshwater
Diatoms. Journal Aquat Ecol. Vol. 47. pp. 25-35.
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
LAMPIRAN
Timbal (Pb)
Timbal (Pb)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 3,222 1,560 3,309 1,084 1,084 0,898
Q1 3,256 2,498 3,313 2,220 2,227 2,111
Q2 3,291 3,436 3,316 3,356 3,371 3,324
Q3 5,169 3,485 3,929 3,376 3,404 3,325
MAX 7,047 3,535 4,542 3,396 3,436 3,327
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 3,256 2,498 3,313 2,220 2,227 2,111
Q2-Q1 0,035 0,938 0,004 1,136 1,144 1,213
Q3-Q2 1,878 0,049 0,613 0,020 0,033 0,002
Q1-MIN 0,035 0,938 0,004 1,136 1,144 1,213
MAX-Q3 1,878 0,049 0,613 0,020 0,033 0,002
BM 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030
Besi (Fe)
Besi (Fe)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 1,975 2,993 6,215 4,149 4,458 2,640
Q1 2,022 4,465 6,275 6,707 7,533 3,205
Q2 2,069 5,938 6,335 9,265 10,607 3,771
Q3 4,484 6,791 7,002 11,415 13,135 4,462
MAX 6,898 7,644 7,669 13,564 15,662 5,153
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 2,022 4,465 6,275 6,707 7,533 3,205
Q2-Q1 0,047 1,473 0,060 2,558 3,075 0,565
Q3-Q2 2,415 0,853 0,667 2,149 2,527 0,691
Q1-MIN 0,047 1,473 0,060 2,558 3,075 0,565
MAX-Q3 2,415 0,853 0,667 2,149 2,527 0,691
BM 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300
68
69
Mangan (Mn)
Mangan (Mn)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 1,095 1,658 1,844 2,051 2,113 2,029
Q1 1,122 1,922 1,902 2,191 2,264 2,175
Q2 1,149 2,185 1,960 2,331 2,415 2,320
Q3 1,647 2,260 2,440 2,485 2,589 3,915
MAX 2,145 2,335 2,920 2,640 2,764 5,509
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 1,122 1,922 1,902 2,191 2,264 2,175
Q2-Q1 0,027 0,264 0,058 0,140 0,151 0,145
Q3-Q2 0,498 0,075 0,480 0,155 0,175 1,595
Q1-MIN 0,027 0,264 0,058 0,140 0,151 0,145
MAX-Q3 0,498 0,075 0,480 0,155 0,175 1,595
BM 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100
Kromium (Cr)
Kromium (Cr)
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 0,025 0,036 0,040 0,084 0,095 0,076
Q1 0,031 0,053 0,060 0,091 0,109 0,082
Q2 0,036 0,069 0,080 0,098 0,124 0,087
Q3 0,038 0,078 0,085 0,105 0,140 0,095
MAX 0,040 0,087 0,091 0,113 0,156 0,102
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 0,031 0,053 0,060 0,091 0,109 0,082
Q2-Q1 0,005 0,016 0,020 0,007 0,015 0,005
Q3-Q2 0,002 0,009 0,005 0,007 0,016 0,007
Q1-MIN 0,005 0,016 0,020 0,007 0,015 0,005
MAX-Q3 0,002 0,009 0,005 0,007 0,016 0,007
BM 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050
70
Debit
DEBIT
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 0,10 0,21 0,53 1,20 2,09 0,67
Q1 0,13 0,34 0,61 1,24 2,64 0,71
Q2 0,15 0,39 0,75 1,26 2,71 0,74
Q3 0,25 0,75 1,02 1,99 3,71 1,27
MAX 0,30 0,92 1,35 2,50 4,25 1,88
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 0,13 0,34 0,61 1,24 2,64 0,71
Q2-Q1 0,03 0,05 0,13 0,02 0,07 0,03
Q3-Q2 0,10 0,36 0,28 0,73 0,99 0,53
Q1-MIN 0,03 0,13 0,08 0,04 0,55 0,05
MAX-Q3 0,05 0,17 0,33 0,51 0,54 0,62
Temperatur
TEMPERATUR
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 23,70 25,50 26,20 27,00 27,90 27,20
Q1 24,08 26,00 26,78 27,08 28,53 27,60
Q2 24,40 26,10 27,00 28,15 30,00 28,75
Q3 24,73 26,43 27,15 29,23 31,18 29,45
MAX 25,00 27,00 27,70 30,10 31,80 30,00
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 24,08 26,00 26,78 27,08 28,53 27,60
Q2-Q1 0,32 0,10 0,23 1,08 1,48 1,15
Q3-Q2 0,33 0,32 0,15 1,08 1,18 0,70
Q1-MIN 0,38 0,50 0,57 0,07 0,63 0,40
MAX-Q3 0,27 0,57 0,55 0,88 0,63 0,55
BM ATAS 28,00 28,00 28,00 28,00 28,00 28,00
BM BAWAH 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00
71
TDS
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 113 159 219 268 310 258
Q1 120 167 227 280 323 267
Q2 126 173 232 285 333 276
Q3 143 184 246 290 337 280
MAX 152 193 267 293 351 290
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 119,50 166,75 227,25 279,50 322,75 267,00
Q2-Q1 6,00 5,75 4,75 5,00 10,25 8,50
Q3-Q2 17,25 11,75 13,75 5,75 4,25 4,00
Q1-MIN 6,50 7,75 8,25 11,50 12,75 9,00
MAX-Q3 9,25 8,75 21,25 2,75 13,75 10,50
BM 1000 1000 1000 1000 1000 1000
TSS
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 16 22 31 36 44 33
Q1 18 24 33 39 47 37
Q2 20 26 37 42 50 39
Q3 21 29 41 51 59 47
MAX 23 34 46 61 70 55
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 18,25 24,25 32,75 39,50 47,25 36,75
Q2-Q1 1,25 2,25 3,75 3,00 2,25 2,25
Q3-Q2 1,25 2,25 4,50 8,25 9,75 7,50
Q1-MIN 2,25 2,25 1,75 3,50 3,25 3,75
MAX-Q3 2,25 5,25 5,00 10,25 10,75 8,50
BM 400 400 400 400 400 400
72
EC
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 160 221 256 347 397 334
Q1 176 232 272 362 403 343
Q2 181 241 293 370 410 351
Q3 186 244 303 380 431 363
MAX 195 252 319 390 452 368
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 176,3 232,3 272,3 361,5 402,5 343,3
Q2-Q1 4,25 8,25 20,25 8,00 7,00 7,75
Q3-Q2 5,75 3,75 10,50 10,25 21,25 11,50
Q1-MIN 16,25 11,25 16,25 14,50 5,50 9,25
MAX-Q3 8,75 7,75 16,00 10,25 21,25 5,50
BM 2250 2250 2250 2250 2250 2250
pH
pH
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 7,4 7,3 7,5 7,5 7,3 7,0
Q1 7,5 7,4 7,6 7,5 7,3 7,1
Q2 7,6 7,5 7,7 7,6 7,5 7,2
Q3 7,6 7,5 7,7 7,7 7,5 7,3
MAX 7,8 7,6 7,7 7,7 7,6 7,4
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 7,5 7,4 7,6 7,5 7,3 7,1
Q2-Q1 0,05 0,05 0,05 0,07 0,13 0,08
Q3-Q2 0,05 0,05 0,05 0,08 0,05 0,08
Q1-MIN 0,10 0,10 0,10 0,03 0,03 0,13
MAX-Q3 0,20 0,10 0,00 0,03 0,10 0,13
BM ATAS 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00
BM BAWAH 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
73
DO
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 5,83 5,38 5,31 4,27 4,21 4,34
Q1 5,87 5,44 5,38 4,34 4,24 4,39
Q2 5,94 5,48 5,45 4,53 4,40 4,62
Q3 5,98 5,59 5,49 4,84 4,60 4,80
MAX 6,03 5,73 5,62 5,04 4,73 4,94
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 5,87 5,44 5,38 4,34 4,24 4,39
Q2-Q1 0,07 0,05 0,06 0,19 0,15 0,23
Q3-Q2 0,04 0,11 0,05 0,31 0,21 0,18
Q1-MIN 0,04 0,05 0,07 0,07 0,03 0,05
MAX-Q3 0,05 0,14 0,13 0,20 0,13 0,15
BM 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
BOD
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 3,90 5,06 6,14 8,94 10,10 8,22
Q1 4,03 5,34 6,59 9,35 10,30 9,03
Q2 4,30 5,51 7,26 9,42 10,71 9,74
Q3 4,71 6,27 8,07 11,46 12,34 11,82
MAX 5,10 6,62 8,30 12,31 13,59 12,63
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 4,03 5,34 6,59 9,35 10,30 9,03
Q2-Q1 0,27 0,17 0,67 0,07 0,41 0,71
Q3-Q2 0,41 0,76 0,81 2,04 1,63 2,08
Q1-MIN 0,13 0,28 0,45 0,41 0,20 0,81
MAX-Q3 0,39 0,35 0,23 0,85 1,25 0,81
BM 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
74
COD
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 11,91 18,43 20,61 23,65 25,83 21,48
Q1 12,78 20,17 21,48 24,09 27,13 23,65
Q2 14,09 21,48 23,65 26,70 30,17 25,39
Q3 18,43 28,00 27,13 32,35 35,83 32,78
MAX 18,87 28,87 27,57 32,78 36,70 33,65
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 12,78 20,17 21,48 24,09 27,13 23,65
Q2-Q1 1,30 1,30 2,17 2,61 3,04 1,74
Q3-Q2 4,35 6,52 3,48 5,65 5,65 7,39
Q1-MIN 0,87 1,74 0,87 0,43 1,30 2,17
MAX-Q3 0,43 0,87 0,43 0,43 0,87 0,87
BM 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00 50,00
Amonia (NH3)
AMONIA
Statistic S1 S2 S3 S4 S5 S6
MIN 0,007 0,015 0,048 0,087 0,179 0,070
Q1 0,009 0,024 0,055 0,101 0,192 0,088
Q2 0,013 0,034 0,062 0,121 0,240 0,106
Q3 0,015 0,039 0,081 0,177 0,325 0,145
MAX 0,028 0,046 0,116 0,336 0,467 0,198
Differencces S1 S2 S3 S4 S5 S6
Q1 0,009 0,024 0,055 0,101 0,192 0,088
Q2-Q1 0,004 0,010 0,008 0,020 0,048 0,018
Q3-Q2 0,002 0,005 0,019 0,056 0,086 0,039
Q1-MIN 0,003 0,009 0,007 0,014 0,013 0,018
MAX-Q3 0,013 0,007 0,034 0,159 0,141 0,053
BM 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500
75
Desember I
Parameter
Site Timbal Besi Mangan Kadmium Tembaga Kromium
(Pb) (Fe) (Mn) (Cd) (Cu) (Cr)
S1 7,047 6,898 2,145 < 0,0037 < 0,0001 0,040
S2 1,560 2,993 2,185 < 0,0037 < 0,0001 0,087
S3 4,542 6,335 2,920 < 0,0037 < 0,0001 0,091
S4 1,084 4,149 2,640 < 0,0037 < 0,0001 0,084
S5 1,084 4,458 2,764 < 0,0037 < 0,0001 0,095
S6 0,898 5,153 5,509 < 0,0037 < 0,0001 0,076
Januari I
Parameter
Site Timbal Besi Mangan Kadmium Tembaga Kromium
(Pb) (Fe) (Mn) (Cd) (Cu) (Cr)
S1 3,291 1,975 1,149 < 0,0037 < 0,0001 0,036
S2 3,436 5,938 1,658 < 0,0037 < 0,0001 0,069
S3 3,309 6,215 1,844 < 0,0037 < 0,0001 0,080
S4 3,356 9,265 2,051 < 0,0037 < 0,0001 0,113
S5 3,371 10,607 2,113 < 0,0037 < 0,0001 0,156
S6 3,327 2,640 2,029 < 0,0037 < 0,0001 0,102
Januari II
Parameter
Site Timbal Besi Mangan Kadmium Tembaga Kromium
(Pb) (Fe) (Mn) (Cd) (Cu) (Cr)
S1 3,222 2,069 1,095 < 0,0037 < 0,0001 0,025
S2 3,535 7,644 2,335 < 0,0037 < 0,0001 0,036
S3 3,316 7,669 1,960 < 0,0037 < 0,0001 0,040
S4 3,396 13,564 2,331 < 0,0037 < 0,0001 0,098
S5 3,436 15,662 2,415 < 0,0037 < 0,0001 0,124
S6 3,324 3,771 2,320 < 0,0037 < 0,0001 0,087
78
Desember I
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
30/12/2019 10:30 Mendung S1 5,82 0,20 0,30 0,25 0,00 0,09 0,11 0,10 7,6 24,8 147 187 5,98
30/12/2019 12:50 Mendung S2 9,40 0,26 0,25 0,50 0,13 0,03 0,04 0,21 7,5 26 188 239 5,43
30/12/2019 15:00 Gerimis S3 25 0,42 0,32 0,33 0,06 0,12 0,11 0,86 7,7 27 231 267 5,37
31/12/2019 11:00 Berawan S4 14,20 0,28 0,32 0,24 0,43 0,15 0,35 1,23 7,5 29 293 390 4,32
31/12/2019 12:45 Cerah S5 22 0,30 0,24 0,26 0,42 0,34 0,31 2,09 7,4 30,5 335 412 4,21
31/12/2019 14:45 Mendung S6 13 0,28 0,37 0,40 0,20 0,13 0,11 0,67 7,1 29 290 366 4,34
Januari I
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
16/01/2020 9:19 Berawan S1 5,78 0,11 0,35 0,21 0,00 0,16 0,13 0,12 7,4 25 152 195 5,86
16/01/2020 10:33 Mendung S2 9,28 0,36 0,43 0,34 0,11 0,09 0,10 0,35 7,3 27 193 252 5,38
16/01/2020 11:50 Cerah S3 24,80 0,32 0,25 0,27 0,05 0,10 0,08 0,53 7,6 27,7 219 256 5,47
16/01/2020 13:24 Cerah S4 14 0,20 0,28 0,22 0,40 0,32 0,38 1,20 7,5 30,1 281 361 4,39
16/01/2020 14:30 Cerah S5 21,85 0,45 0,40 0,33 0,25 0,27 0,40 2,64 7,3 31,8 320 397 4,28
16/01/2020 15:29 Cerah S6 13,10 0,26 0,34 0,38 0,24 0,11 0,15 0,71 7,0 30 265 341 4,49
80
Januari II
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
29/01/2020 17:10 Mendung S1 5,85 0,14 0,36 0,25 0,00 0,15 0,14 0,14 7,5 24,5 130 176 5,83
29/01/2020 16:05 Mendung S2 9,32 0,33 0,48 0,36 0,10 0,07 0,11 0,34 7,4 26,5 172 245 5,45
29/01/2020 15:10 Berawan S3 24,50 0,29 0,22 0,26 0,08 0,12 0,09 0,61 7,7 27,2 226 288 5,31
29/01/2020 10:30 Cerah S4 14,10 0,22 0,30 0,20 0,38 0,35 0,39 1,26 7,6 29,3 288 376 4,27
29/01/2020 11:45 Cerah S5 22,15 0,41 0,42 0,30 0,28 0,26 0,42 2,67 7,3 31,4 331 407 4,23
29/01/2020 12:34 Cerah S6 13 0,23 0,30 0,34 0,25 0,20 0,12 0,72 7,2 29,6 278 352 4,36
Februari I
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
13/02/2020 14:50 Berawan S1 5,90 0,21 0,35 0,29 0,01 0,16 0,13 0,17 7,6 24,3 113 160 5,90
13/02/2020 14:00 Berawan S2 9,43 0,35 0,50 0,40 0,11 0,10 0,12 0,43 7,5 26,2 165 230 5,51
13/02/2020 13:10 Mendung S3 25 0,27 0,20 0,24 0,09 0,13 0,10 0,63 7,7 27 233 297 5,42
13/02/2020 9:10 Cerah S4 14,20 0,21 0,27 0,18 0,40 0,38 0,42 1,25 7,6 27,3 268 347 4,67
13/02/2020 9:55 Cerah S5 22,10 0,38 0,40 0,30 0,33 0,31 0,40 2,76 7,5 29,5 310 401 4,51
13/02/2020 11:00 Cerah S6 13,10 0,21 0,28 0,31 0,28 0,24 0,14 0,77 7,3 28,5 258 334 4,75
81
Februari II
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
26/02/2020 7:20 Cerah S1 5,90 0,28 0,37 0,31 0,08 0,19 0,17 0,28 7,5 24 119 177 5,98
26/02/2020 7:55 Cerah S2 9,50 0,39 0,53 0,44 0,21 0,20 0,23 0,92 7,4 26 159 221 5,62
26/02/2020 8:30 Cerah S3 25 0,29 0,24 0,26 0,14 0,19 0,16 1,08 7,5 26,7 250 305 5,50
26/02/2020 9:00 Cerah S4 14,23 0,35 0,39 0,29 0,47 0,44 0,46 2,23 7,7 27 279 363 4,90
26/02/2020 9:30 Cerah S5 22,15 0,45 0,49 0,40 0,39 0,40 0,43 4,02 7,6 28,2 338 437 4,63
26/02/2020 10:00 Cerah S6 13,14 0,35 0,40 0,42 0,33 0,29 0,22 1,43 7,2 27,3 273 350 4,81
Maret I
Lebar Kedalaman (m) Kecepatan (m/s) Debit T TDS EC DO
Tanggal Waktu Cuaca Site pH
(m) h1 h2 h3 v1 v2 v3 (m3/s) (ºC) (mg/L) (µS/cm) (mg/L)
10/03/2020 6:40 Cerah S1 5,91 0,22 0,40 0,33 0,09 0,21 0,18 0,30 7,8 23,7 121 184 6,03
10/03/2020 7:35 Cerah S2 9,54 0,44 0,58 0,48 0,07 0,22 0,25 0,86 7,6 25,5 173 242 5,73
10/03/2020 8:10 Cerah S3 25 0,31 0,29 0,30 0,16 0,21 0,17 1,35 7,6 26,2 267 319 5,62
10/03/2020 8:45 Cerah S4 14,25 0,37 0,41 0,33 0,49 0,45 0,48 2,50 7,7 27 291 381 5,04
10/03/2020 9:20 Cerah S5 22,20 0,47 0,50 0,42 0,40 0,41 0,43 4,25 7,5 27,9 351 452 4,73
10/03/2020 10:05 Cerah S6 13,18 0,40 0,43 0,47 0,37 0,34 0,28 1,88 7,4 27,2 280 368 4,94
82
Desember I
Konsentrasi
BM Kelas III
No Kode Sampel DO 0 DO 5
BOD (mg/L) (mg/L)
(mg/L) (mg/L)
1 S1 6,48 5,33 4,30 6
2 S2 6,03 4,75 5,34 6
3 S3 5,87 4,35 7,26 6
4 S4 4,92 3,13 9,42 6
5 S5 4,71 2,81 10,30 6
6 S6 4,94 3,11 9,74 6
Januari I
Konsentrasi
BM Kelas III
No Kode Sampel DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L) (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
Januari II
Konsentrasi
BM Kelas III
No Kode Sampel DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L) (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,46 5,21 4,75 6
4,71
2 S1 B 6,53 5,29 4,67 6
3 S2 A 6,25 4,81 6,27 6
6,27
4 S2 B 6,19 4,75 6,27 6
5 S3 A 6,13 4,46 8,11 6
8,07
6 S3 B 6,08 4,42 8,03 6
7 S4 A 5,25 3,05 12,35 6
12,31
8 S4 B 5,17 2,98 12,27 6
9 S5 A 4,93 2,60 13,39 6
13,59
10 S5 B 4,88 2,50 13,79 6
11 S6 A 5,14 2,92 12,51 6
12,63
12 S6 B 5,26 3,01 12,75 6
Februari I
Konsentrasi
BM Kelas III
No Kode Sampel DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L) (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,60 5,48 3,99 6
4,03
2 S1 B 6,56 5,43 4,07 6
3 S2 A 6,11 4,79 5,59 6
5,51
4 S2 B 6,16 4,86 5,43 6
5 S3 A 6,07 4,60 6,79 6
6,59
6 S3 B 6,01 4,59 6,39 6
7 S4 A 5,37 3,55 9,59 6
9,35
8 S4 B 5,43 3,67 9,11 6
9 S5 A 5,21 3,27 10,55 6
10,71
10 S5 B 5,18 3,20 10,87 6
11 S6 A 5,45 3,69 9,11 6
9,03
12 S6 B 5,49 3,75 8,95 6
84
Februari II
Konsentrasi
BM Kelas III
No Kode Sampel DO 0 DO 5 BOD Rata-rata
BOD (mg/L) (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1 S1 A 6,68 5,55 3,86 6
3,90
2 S1 B 6,63 5,49 3,94 6
3 S2 A 6,22 4,95 4,98 6
5,06
4 S2 B 6,27 4,98 5,14 6
5 S3 A 6,10 4,69 6,10 6
6,14
6 S3 B 6,16 4,74 6,18 6
7 S4 A 5,50 3,74 8,90 6
8,94
8 S4 B 5,46 3,69 8,98 6
9 S5 A 5,33 3,43 10,02 6
10,10
10 S5 B 5,37 3,45 10,18 6
11 S6 A 5,46 3,80 8,10 6
8,22
12 S6 B 5,42 3,73 8,34 6
Januari I
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,183 0,180 17,57 20,17 2 18,87 50
2 S2 0,171 0,169 28,00 29,74 2 28,87 50
3 S3 0,173 0,170 26,26 28,87 2 27,57 50
4 S4 0,165 0,167 33,22 31,48 2 32,35 50
5 S5 0,161 0,163 36,70 34,96 2 35,83 50
6 S6 0,166 0,165 32,35 33,22 2 32,78 50
85
Januari II
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,181 0,183 19,30 17,57 2 18,43 50
2 S2 0,170 0,172 28,87 27,13 2 28,00 50
3 S3 0,171 0,173 28,00 26,26 2 27,13 50
4 S4 0,165 0,166 33,22 32,35 2 32,78 50
5 S5 0,162 0,160 35,83 37,57 2 36,70 50
6 S6 0,164 0,165 34,09 33,22 2 33,65 50
Februari I
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,188 0,189 13,22 12,35 2 12,78 50
2 S2 0,179 0,181 21,04 19,30 2 20,17 50
3 S3 0,178 0,179 21,91 21,04 2 21,48 50
4 S4 0,175 0,176 24,52 23,65 2 24,09 50
5 S5 0,171 0,173 28,00 26,26 2 27,13 50
6 S6 0,177 0,175 22,78 24,52 2 23,65 50
Februari II
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,189 0,190 12,35 11,48 2 11,91 50
2 S2 0,183 0,181 17,57 19,30 2 18,43 50
3 S3 0,180 0,179 20,17 21,04 2 20,61 50
4 S4 0,175 0,177 24,52 22,78 2 23,65 50
5 S5 0,173 0,174 26,26 25,39 2 25,83 50
6 S6 0,179 0,178 21,04 21,91 2 21,48 50
86
Maret I
Konsentrasi Konsentrasi
Kode Absorbansi Faktor BM Kelas III
No (mg/L) Rata-rata
Sampel Pengenceran (mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,187 0,187 14,09 14,09 2 14,09 50
2 S2 0,179 0,178 21,04 21,91 2 21,48 50
3 S3 0,176 0,176 23,65 23,65 2 23,65 50
4 S4 0,173 0,172 26,26 27,13 2 26,70 50
5 S5 0,169 0,168 29,74 30,61 2 30,17 50
6 S6 0,173 0,175 26,26 24,52 2 25,39 50
Amonia (NH3)
Desember I
Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,012 0,011 0,009 0,004 0,007 0,5
2 S2 0,015 0,015 0,022 0,022 0,022 0,5
3 S3 0,023 0,025 0,057 0,065 0,061 0,5
4 S4 0,034 0,033 0,105 0,100 0,102 0,5
5 S5 0,053 0,051 0,188 0,179 0,183 0,5
6 S6 0,030 0,029 0,087 0,083 0,085 0,5
Januari I
Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,017 0,016 0,031 0,026 0,028 0,5
2 S2 0,021 0,020 0,048 0,044 0,046 0,5
3 S3 0,037 0,036 0,118 0,113 0,116 0,5
4 S4 0,073 0,101 0,275 0,397 0,336 0,5
5 S5 0,118 0,116 0,471 0,462 0,467 0,5
6 S6 0,056 0,055 0,201 0,196 0,198 0,5
87
Januari II
Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,014 0,013 0,017 0,013 0,015 0,5
2 S2 0,018 0,019 0,035 0,039 0,037 0,5
3 S3 0,029 0,031 0,083 0,092 0,087 0,5
4 S4 0,051 0,056 0,179 0,201 0,190 0,5
5 S5 0,089 0,090 0,345 0,349 0,347 0,5
6 S6 0,045 0,046 0,153 0,157 0,155 0,5
Februari I
Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,013 0,012 0,013 0,009 0,011 0,5
2 S2 0,016 0,018 0,026 0,035 0,031 0,5
3 S3 0,021 0,023 0,048 0,057 0,052 0,5
4 S4 0,033 0,033 0,100 0,100 0,100 0,5
5 S5 0,059 0,061 0,214 0,222 0,218 0,5
6 S6 0,031 0,033 0,092 0,100 0,096 0,5
Februari II
Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,012 0,012 0,009 0,009 0,009 0,5
2 S2 0,014 0,013 0,017 0,013 0,015 0,5
3 S3 0,021 0,021 0,048 0,048 0,048 0,5
4 S4 0,031 0,029 0,092 0,083 0,087 0,5
5 S5 0,052 0,050 0,183 0,174 0,179 0,5
6 S6 0,025 0,027 0,065 0,074 0,070 0,5
88
Maret I
Konsentrasi
Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) BM Kelas I
No Kode Sampel Rata-rata
(mg/L)
I II I II (mg/L)
1 S1 0,014 0,013 0,017 0,013 0,015 0,5
2 S2 0,018 0,020 0,035 0,044 0,039 0,5
3 S3 0,025 0,024 0,065 0,061 0,063 0,5
4 S4 0,043 0,041 0,144 0,135 0,140 0,5
5 S5 0,071 0,069 0,266 0,257 0,262 0,5
6 S6 0,037 0,036 0,118 0,113 0,116 0,5
Desember I
Berat Kertas Berat Kertas
TSS BM Kelas III
No Kode Sampel Saring + Residu Saring
(mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 215,5 213,7 18 400
2 S2 215,6 213,2 24 400
3 S3 217,9 214,7 32 400
4 S4 219,5 215,4 41 400
5 S5 218,9 214,1 48 400
6 S6 217,2 213,3 39 400
Januari I
Berat Kertas Berat Kertas
TSS BM Kelas III
No Kode Sampel Saring + Residu Saring
(mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 216,5 214,5 20 400
2 S2 215,6 212,8 28 400
3 S3 216,7 213,6 31 400
4 S4 218,7 215,1 36 400
5 S5 217,6 213,2 44 400
89
Januari II
Berat Kertas Berat Kertas
TSS BM Kelas III
No Kode Sampel Saring + Residu Saring
(mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 215,5 213,9 16 400
2 S2 214,7 212,5 22 400
3 S3 216,9 213,4 35 400
4 S4 216,2 212,3 39 400
5 S5 217,8 213,1 47 400
6 S6 219,2 215,6 36 400
Februari I
Berat Kertas Berat Kertas
TSS BM Kelas III
No Kode Sampel Saring + Residu Saring
(mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 215,1 213,2 19 400
2 S2 216,7 213,8 29 400
3 S3 217,3 213,5 38 400
4 S4 217,2 212,8 44 400
5 S5 219,6 214,5 51 400
6 S6 218,6 214,7 39 400
Februari II
Berat Kertas Berat Kertas
TSS BM Kelas III
No Kode Sampel Saring + Residu Saring
(mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 218,7 216,6 21 400
2 S2 219,8 217,3 25 400
3 S3 221,3 217,1 42 400
4 S4 221,8 216,5 53 400
5 S5 223,7 217,5 62 400
6 S6 222,1 217,2 49 400
90
Maret I
Berat Kertas Berat Kertas
TSS BM Kelas III
No Kode Sampel Saring + Residu Saring
(mg/L) (mg/L)
Kering (mg) (mg)
1 S1 217,9 215,6 23 400
2 S2 219,6 216,2 34 400
3 S3 221,1 216,5 46 400
4 S4 221,4 215,3 61 400
5 S5 224,1 217,1 70 400
6 S6 221,4 215,9 55 400
91
Parameter KANDUNGAN
Baku Mutu Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas Keterangan
Air DIY I II III IV
FISIKA
Temperatur °C ± 30C ± 30C ± 30C ± 30C Deviasi temperatur dari
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap keadaan alamiah
suhu suhu suhu suhu
udara udara udara udara
Bau Tidak - - -
berbau
Kekeruhan NTU 5 - - -
Warna TCU 50 100 - -
Residu mg/L 1000 1000 1000 2000
Terlarut (TDS)
Residu mg/L 0 50 400 400
Tersuspensi
(TSS)
KIMIA
Ph mg/L 6 – 8.5 6 – 8.5 6-9 5-9
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 5 4 0 Angka batas
minimum
Fosfat mg/L 0.2 0.2 1 5
Nitrat mg/L 10 10 20 20
Amoniak NH3 mg/L 0.5 - - - Bagi perikanan, kandungan
amonia bebas untuk ikan
yang peka ≤ 0,02 mg/L
sebagai NH3
Arsen mg/L 0.05 1 1 1
Kobalt mg/L 0.2 0.2 0.2 0.2
92
Barium mg/L 1 - - -
Boron mg/L 1 1 1 1
Selemium mg/L 0.01 0.05 0.05 0.05
Kadmium mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01
Krom (VI) mg/L 0.05 0.05 0.05 1
Tembaga mg/L 0.02 0.02 0.02 0.2 Bagi pengolahan air minum
secara konvesional Cu ≤ 1
mg/L
Besi mg/L 0,3 - - - Bagi pengolahan air minum
secara konvesional Fe ≤ 5
mg/L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform MPN/100 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum
mL konvesional Fecal coliform
≤ 2000 MPN /100 mL
93
Total coliform MPN/100 1000 5000 10000 10000 Bagi pengolahan air minum
mL konvesional Fecal coliform
≤ 10000 MPN/100 mL
KETERANGAN
(-) : tidak dipersyaratkan
Mg : milligram
µg : mikrogram
ml : mililiter
L : Liter
Bq : Bequerel
94
Kriteria Kualitas Air Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
serta usaha perkotaan, industri, dan pembangkit
listrik tenaga air.
Penulis Tugas Akhir ini bernama Fariz Januar Abdi. Lahir di Kota Samarinda,
Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 19 Januari 1994. Penulis merupakan anak ke
6 (enam) dari 7 (tujuh) bersaudara dari pasangan Bapak Abdi Machdin dan Ibu Tatik
Suprapti. Saat ini tinggal di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, No Telp:
+6282220833444, E-mail: fariz.abdi19@gmail.com dan 16513044@students.uii.ac.id.
Pendidikan sekolah dasar ditempuh di SDN 014 Kota Samarinda. Pendidikan sekolah
menengah pertama ditempuh di SMPN 38 Kota Samarinda. Pendidikan sekolah
menengah atas di tempuh di SMKN 6 Kota Samarinda. Pada tahun 2016 penulis
diterima di Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia, Kota Yogyakarta.
95