Anda di halaman 1dari 153

PENGARUH KEDALAMAN PONDASI (DF/B) DAN JARAK LAPIS

PERTAMA GEOGRID (U/B) TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI


PERSEGI DENGAN DIMENSI PONDASI (L/B) = 1,5 DAN JARAK ANTAR
GEOGRID (H/B) = 0,3

SKRIPSI
TEKNIK SIPIL

Diajukan untuk memenuhi persayaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

EKKI DARMAWAN PUJO SUSILO


NIM. 135060101111022

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH KEDALAMAN PONDASI (DF/B) DAN JARAK LAPIS PERTAMA
GEOGRID (U/B) TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PERSEGI DENGAN
DIMENSI PONDASI (L/B) = 1,5 DAN JARAK ANTAR GEOGRID (H/B) = 0,3
SKRIPSI
TEKNIK SIPIL

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Teknik

EKKI DARMAWAN PUJO SUSILO

NIM. 135060101111022

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing


pada tanggal 5 Juli 2017

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. As’ad Munawir, MT. Dr. Ir. Arief Rachmansyah


NIP. 19591111 198601 1 003 NIP. 19660420 199303 1 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dr. Eng. Indradi W, ST, M..Eng (Prac)


NIP. 19810220 200604 1 002
LEMBAR IDENTITAS PENGUJI

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Kedalaman Pondasi (Df/B) dan Jarak Lapis Pertama Geogrid
(U/B) terhadap Daya Dukung Pondasi Persegi dengan Dimensi Pondasi
(L/B) =1,5 dan Jarak Antar Geogrid (H/B)=0,3
Nama Mahasiswa : Ekki Darmawan Pujo Susilo
NIM : 135060101111022
Program Studi : Teknik Sipil
Minat : Geoteknik

TIM DOSEN PENGUJI


Dosen Penguji I : Dr. Ir. As’ad Munawir, MT.
Dosen Penguji II : Dr. Ir. Arief Rachmansyah
Dosen Penguji III : Eko Andi Suryo, ST., MT., Ph.D

Tanggal Ujian : 12 Juni 2017


SK Penguji : 641/UN10.F07/SK/2017
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya dan


berdasarkan hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah ilmiah yang
diteliti dan diulas di dalam Naskah Skripsi ini adalah asli dari pemikiran saya. Tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di
suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
jiplakan, saya bersedia Skripsi dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Malang, Mei 2017

Mahasiswa,

Ekki Darmawan Pujo Susilo

NIM. 135060101111022
RIWAYAT HIDUP

Ekki Darmawan Pujo Susilo lahir pada 24 Agustus 1995, merupakan putra dari
Bapak Sunar dan Ny. Endang Yuli Ningsih. Mengawali tingkat Sekolah Dasar (SD) pada
tahun 2001 sampai pada tahun 2007 di SDN Babadan 01, Blitar. Kemudian melanjutkan
pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2007 hingga tahun 2010 pada
SMPN 01 Wlingi. Setelah itu melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) pada
tahun 2010 sampai tahun 2013 di SMA 1 Talun. Pada tahun 2013 melanjutkan kuliah di
Universitas Brawijaya.
Selama kuliah aktif mengikuti beberapa kegiatan kampus dan organisasi, diantaranya
kegiatan kepanitiaan seperti probin maba dan civil fiesta. Sedangkan organisasi yang diikuti
adalah Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) yaitu Departemen Amera tahun kepengurusan
2014 – 2017. Pada Tahun 2016 juga mengikuti Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia yang
dilaksanaklan di Kota Palembang. Selain aktif dalam aktifitas kepanitiaan dan organisasi
juga aktif sebagai asisten Mata Kuliah Statika pada tahun 2016.

Malang, Mei 2017

Penulis
LEMBAR PERUNTUKAN

Puji Syukur kepada Allah SWT karena atas barokah dan rahmatnya, Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Ucapan Shalawat kepada Nabi besar Muhammad SAW, ucapan
terima kasih juga tidak lupa saya haturkan kepada Bapak-Ibu serta Saudara yang telah
memberikah dukungan moral dan material dalam proses penyelesaian skripsi ini, Bapak-Ibu
dosen dan dosen pembimbing yang telah membimbing selama perkuliahan dan penyusunan
skripsi. Begitu juga untuk Tim skripsi, Pugil, Jepris, Karunia, Ellen, Nadia, Acenk, serta
Nanas yang telah berjuang bersama dalam penyelesaian skripsi ini. Dan teman-teman
mahasiswa teknik sipil khusus nya teman-teman Amera, kawan seperjuangan serta Avon R.
Malanva, A.Md.
Akhir kata, saya mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan yang pernah saya lakukan selama ini. Sekian dan terima kasih.

Malang, Mei 2017

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Kedalaman Pondasi
(Df/B) dan Jarak Lapis Pertama Geogrid (u/B) terhadap Daya Dukung Pondasi
Persegi dengan Dimensi Pondasi (L/B) =1,5 dan Jarak Antar Geogrid (h/B)=0,3”.
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan yang
harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya untuk
meraih gelar sarjana serta diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan di
bidang Teknik Sipil khususnya bidang Geoteknik.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan.
Maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Sunar dan Ny. Endang Yuli Ningsih serta Ny.
Enggrit Dewi Nilasari, S.Kep yang selalu memberi dukungan dan doa kepada saya.
2. Ir. Sugeng P. Budio, MS dan Ir. Siti Nurlina, MT, selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang sangat membantu
kelancaran tugas akhir ini.
3. Dr. Eng. Indradi Wijatmiko, ST, M.Eng (Prac) selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Sipil Falkutas Teknik Universitas Brawijaya yang sangat membantu
kelancaran tugas akhir ini.
4. Dr. Ir. As’ad Munawir, MT dan Dr. Ir. Arief Rachmansyah selaku dosen pembimbing
pertama dan kedua yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi
saran serta masukan kepada penulis.
5. Dr. Ir. Harimurti, MT, Ir. Suroso, Dipl.HE, M.Eng, Eko Andi Suryo, ST., MT., Ph.D,
Dr.Eng. Yulvi Zaika, MT selaku dosen geoteknik yang telah meluangkan waktu
memberi saran serta masukan kepada penulis.
6. Dr. M. Zainul Arifin, MT selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Prof. Dr. Ir. Sri Murni Dewi, MS, selaku Kepala Laboratorium Struktur dan
Konstruksi Bahan
8. Bapak dan Ibu dosen Teknik Sipil yang telah memberikan saran dan masukan
penulis.

i
9. Pak Sugeng, Pak Hadi, Mbak Retno dan Mas Dino selaku pihak dari Laboratorium
Struktur dan Konstruksi Bahan yang telah membantu penulis.
10. Pak Ketut, Mbak Indah dan Mbak Asmi, selaku pihak dari Laboratorium Mekanika
Tanah dan Geoteknik yang telah membantu penulis.
11. Jepris, Karunia, Pugil (Putri), Acenk (Arif), Ellen, Anas, Nadia yang telah bekerja
bersama selama berbulan-bulan dan menjadi teman seperjuangan serta keluarga yang
dengan penuh kerj keras dan pengorbanan sehingga kita bisa menyelesaikan tugas
akhir ini bersama-sama.
12. Ny. Avon R. Malanva, A.Md yang tidak banyak membantu.
13. Teman-teman assisten Laboratorium Mekanika Tanah.
14. Dan semua teman-teman Teknik Sipil seperjuangan
15. yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah sangat membantu penulis
untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis pun menyadari bahwa penulis tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan.
Begitupun dalam penyusunan tugas akhir ini, dengan kerendahan hati penulis menantikan
adanya masukkan, baik berupa saran maupun kritik yang dapat bersifat membangun guna
penyusunan laporan-laporan yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca dan semua pihak yang memerlukan.

Malang, Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... x
RINGKASAN ...................................................................................................................... xi
SUMMARY ........................................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
2.1 Pasir .................................................................................................................... 7
2.1.1 Klasifikasi Pasir Berdasarkan Unified (U.S.C.S) ....................................... 9
2.1.2 Kepadatan Relatif Pasir ............................................................................ 11
2.2 Daya Dukung Tanah. ....................................................................................... 12
2.2.1 Rumus Kapasitas Dukung Secara Umum ................................................ 12
2.2.2 Pondasi Dangkal ...................................................................................... 13
2.2.3 Tegangan Kontak ...................................................................................... 14
2.2.4 Pola Keruntuhan Pondasi Tanpa Perkuatam ............................................ 15
2.2.5 Faktor Keamanan pada Pondasi Dangkal ................................................ 19
2.3 Geosintetik ....................................................................................................... 20
2.3.1 Jenis-Jenis Geosintetik ............................................................................. 20
2.3.2 Geogrid..................................................................................................... 21
2.3.3 Pola Keruntuhan Pondasi dengan Perkuatan ........................................... 26
2.4 Metode Pemadatan Tanah ................................................................................ 27
2.4.1 Metode Surface Compaction .................................................................... 27
2.4.2 Metode Vibro-Compaction ...................................................................... 28
2.4.3 Metode Compaction Grouting ................................................................. 29
2.5 Penelitian Sebelumnya ..................................................................................... 29
2.5.1 Pengaruh Jarak Lapis pertama Geogrid (U) ............................................. 29
2.5.2 Penentuan Daya Dukung Tanah (qu) ........................................................ 30

iii
2.5.3 Efek Skala Model Terhadap Nilai Daya Dukung Teoritis ....................... 31
2.6 Bearing Capacity Ratio dan Settlement Reduction Factor ............................. 32
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 35
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................... 35
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 35
3.3 Jumlah dan Perlakuaan Benda Uji ................................................................... 36
3.4 Metode Penelitian ............................................................................................ 37
3.4.1 Pengujian Dasar ....................................................................................... 37
3.4.2 Persiapan Benda Uji ................................................................................ 37
3.4.3 Metode Pelaksanaan Sampel Uji ............................................................. 38
3.4.4 Pengujian Pembebanan ............................................................................ 43
3.4.5 Metode Analisis Data .............................................................................. 45
3.5 Variasi Penelitian ............................................................................................. 46
3.6 Bagan Alir Tahapan Penelitian ........................................................................ 48
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................. 51
4.1 Analisis Bahan ................................................................................................. 51
4.1.1 Analisis Saringan...................................................................................... 52
4.1.2 Analisis Spesific Grafity .......................................................................... 53
4.1.3 Analisis Kepadatan Tanah (Compaction) ................................................ 53
4.1.4 Analisis Kuat Geser Langsung ................................................................ 55
4.2 Hasil Pengujian Kepadatan dan Kadar Air Model Test ................................... 56
4.2.1 Tanah Pasir Tanpa Perkuatan .................................................................. 56
4.2.2 Tanah Pasir dengan Perkuatan ................................................................. 56
4.3 Hasil Pengujian Daya Dukung Tanah pasir Tanpa Perkuatan Geogrid ........... 57
4.3.1 Hasil Perhitungan Teoritik ....................................................................... 57
4.3.2 Hasil Eksperimen Mengunakan Model Test ............................................ 57
4.3.3 Analisis Penurunan Secara Teoritik dan Eksperimen .............................. 58
4.3.4 Efek Skala Model terhadap Daya Dukung Teoritik ................................ 59
4.4 Hasil Pengujian Daya Dukung Pondasi pada Tanah pasir dengan Perkuatan
Geogrid .......................................................................................................... 62
4.4.1 Analisis Daya Dukung Pondasi Persegi pada Tanah Pasir dengan
Perkuatan Geogrid .................................................................................. 62
4.4.2 Analisis Penurunan Tanah Pasir dengan Variasi Kedalaman Pondasi. ... 65
4.4.3 Analisis Penurunan Tanah Pasir dengan Variasi Jarak Lapis Geogrid. ... 67
4.5 Perbandingan Hubungan Penurunan dan Daya Dukung Tanah Pasir Tanpa
Perkuatan dan Pasir dengan Perkuatan Geogrid ............................................ 70
4.5.1 Df/B = 0.3 ................................................................................................. 71
4.5.2 Df/B = 0,45 ............................................................................................... 72

iv
4.5.3 Df/B = 0,6 ................................................................................................. 73
4.6 Analisis Bearing Capacity Ratio ..................................................................... 74
4.6.1 Bearing Capacity Ratio (BCR) pada Sampel Tanah dengan Variasi
Kedalaman Pondasi (Df) ......................................................................... 74
4.6.2 Bearing Capacity Ratio (BCR) pada Sampel Tanah dengan Variasi Jarak
Lapis Pertama Geogrid (u) ...................................................................... 75
4.7 Analisis Peningkatan Nilai Daya Dukung pada Tanah Pasir yang
Menggunakan Perkuatan Geogrid .................................................................. 77
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 81
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 81
5.2 Saran................................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 83
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 87

v
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel 2.1 Rentang ukuran partikel ........................................................................................ 9
Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Tanah USCS.......................................................................... 10
Tabel 2.3 Sistem klasifikasi USCS ..................................................................................... 11
Tabel 2.4 Faktor bentuk, kedalaman dan kemiringan yang rekomendasikan ..................... 13
Tabel 3.1 Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Persegi Tanpa Perkuatan ....................... 45
Tabel 3.2 Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Persegi Dengan Perkuata ....................... 45
Tabel 3.3 Bearing Capacity Ratio (BCR) Untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid .... 46
Tabel 4.1 Tipe Geogrid ....................................................................................................... 51
Tabel 4.2 Hasil pengujian specific grafity pada tanah pasir sample. .................................. 53
Tabel 4.3 Nilai Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah Pondasi Persegi Tanpa Perkuatan . 56
Tabel 4.4 Nilai Kadar Air dan Berat Isi Kering Pondasi Persegi dengan Perkuatan ........ 56
Tabel 4.5 Nilai Daya Dukung Analitik untuk Pondasi Persegi tanpa Perkuatan Geogrid .. 57
Tabel 4.6 Nilai Daya Dukung Berdasarkan Eksperimen untuk Pondasi Tanpa Perkuatan . 57
Tabel 4.7 Perbandingan nilai teoritis dengan nilai model tes ............................................. 59
Tabel 4.8 Perhitungan nilai Nɣ* berdasarkan teori Shiraishi.............................................. 61
Tabel 4.9 Nilai Daya Dukung Eksperimen Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid ... 62
Tabel 4.10 Nilai Daya Dukung Eksperimen Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid . 63
Tabel 4.11 Nilai BCR untuk Variasi Rasio Df/B ................................................................ 74
Tabel 4.12 Nilai BCR untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid.................................... 76
Tabel 4.13 Peningkatan Daya Dukung Pondasi Persegi ..................................................... 77
Tabel 4.14 Peningkatan Daya Dukung antar Variasi Df/B ................................................. 78
Tabel 4.15 Peningkatan Daya Dukung antar Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid ........... 78

vi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 2.1 Bentuk-bentuk butiran tanah pasir ..................................................................... 8
Gambar 2.2 Jenis pondasi dangkal ...................................................................................... 14
Gambar 2.3 Tegangan Kontak ............................................................................................. 15
Gambar 2.4 Fase Keruntuhan Pondasi ................................................................................ 16
Gambar 2.5 Macam macam keruntuhan pondasi ................................................................ 18
Gambar 2.6 Grafik hubungan Df/B dan Dr pada tanah pasir .............................................. 19
Gambar 2.7 Klasifikasi Geosintetik..................................................................................... 21
Gambar 2.8 Geogrid Uniaksial ............................................................................................ 23
Gambar 2.9 Geogrid Biaksial .............................................................................................. 23
Gambar 2.10 Geogrid Triaksial ........................................................................................... 23
Gambar 2.11 Geogrid berdasarkan cara penyambung elemennya ...................................... 24
Gambar 2.12 Diagram Kuat Tarik Geogrid ......................................................................... 24
Gambar 2.13 Mekanisme kerja geogrid dengan butir pasir. ............................................. 25
Gambar 2.14 Keruntuhan pondasi dangkal dengan perkuatan ............................................ 26
Gambar 2.15 Pneumatic rubber-tired rollers dan smooth-wheel roller ............................... 27
Gambar 2.16 Dynamic compaction ..................................................................................... 28
Gambar 2.17 Proses vibro-compaction ............................................................................... 28
Gambar 2.18 Proses compaction grouting ........................................................................... 29
Gambar 2.19 Grafik Pengaruh rasio u/B terhadap nilai BCR pondasi persegi. ................. 29
Gambar 2.20 Metode penentuan nilai daya dukung pada pondasi dangkal (a) metode tangent
intersection; (b) Metode Log – Log; (c) Metode Hiperbolic;(d) Metode 0,1B
....................................................................................................................... 30
Gambar 2.21 Grafik hubungan rasio N*-B ....................................................................... 32
Gambar 2.22 (a) titik runtuh tidak diketahui, (b) titik runtuh diketahui .............................. 33
Gambar 3.1 (a) Silinder beton (b) Pondasi 12cm x 18cm (c) Alat Pembacaan (d)LVDT dan
Load Cell. ...................................................................................................... 36
Gambar 3.2 Model tes percobaan (a) Potongan melintang dan memanjang sampel tanpa
perkuatan; (b) Potongan melintang sampel dengan perkuatan geogrid. ....... 36
Gambar 3.3 Layer pengambilan density. ............................................................................ 38
Gambar 3.4 Plat besi sebagai pondasi ................................................................................. 38

vii
Gambar 3.5 (a) sebelum dilakukan pemadatan pasir diratakan terlebih dahulu; (b) proses
pemadatan pasir dengan silinder beton ............................................................ 39
Gambar 3.6 Pengujian kadar air dan density pada sampel uji. ........................................... 40
Gambar 3.7 (a) Penempatan posisi pondasi sehingga tepat di tengah; (b)membuat garis untuk
plot bentuk pondasi; (c) garis yang digunakan sebagai acuan letak pandasi; (d)
Meletakkan mal untuk mengukur kedalaman pondasi yang digunakan;
(e)kontrol kedalaman pondasi setelah mal dilepas; (f)memasang pondasi yang
akan digunakan; (g)kontrol waterpass sehingga tidak ada inklinasi;
(penimbunan tanah kembali sesuai dengan volume kepadatan tanah; (i) pondasi
siap untuk dibebani. ......................................................................................... 41
Gambar 3.8 perletakan geogrid pada sampel uji. ................................................................ 42
Gambar 3.9 pemsangan load cell pada sampel uji .............................................................. 43
Gambar 3.10 LVDT yang telah terpasang. ......................................................................... 44
Gambar 3.11 Siap dilakukan uji pembebanan. .................................................................... 44
Gambar 3.12 Model pengujian sampel ............................................................................... 44
Gambar 3.13 Bagan alir percobaan ..................................................................................... 49
Gambar 4.1 Hasil pembagian ukuran butiran tanah ............................................................ 52
Gambar 4.2 Hasil pengujian pemadatan di laboratorium mekanika tanah. ........................ 54
Gambar 4.3 Hubungan antara tegangan geser dan tegangan normal pada uji direct shear . 55
Gambar 4.4 Grafik pengujian model test tanpa perkuatan. ................................................. 58
Gambar 4.5 Perbandingan daya dukung teoritis dan model test. ........................................ 58
Gambar 4.6 Perbandingan nilai qu/ɣB antara model dengan metode teoritis Mayerhoff ... 60
Gambar 4.7 Perbandingan besar nilai daya dukung skala model dengan teoritis (Mayerhoff)
pada lebar pondasi yang berbeda beda ........................................................... 60
Gambar 4.8 Grafik hubungan N*/N-B modifikasi Shiraishi (1990) dan model tes ......... 61
Gambar 4.9 Nilai daya dukung ultimit (qu) eksperimen pondasi persegi dengan perkuatan
geogrid pada variasi rasio Df/B .................................................................... 63
Gambar 4.10 Nilai daya dukung ultimit (qu) eksperimen pondasi persegi dengan perkuatan
geogrid pada variasi u/B ............................................................................... 64
Gambar 4.11 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid saat Df/B = 0,3 serta u/B = 0,3 ; 0,4 dan 0,5 ................. 65
Gambar 4.12 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid saat Df/B = 0,45 serta u/B=0,3 ; 0,4 dan 0,5 ................. 66

viii
Gambar 4.13 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid saat Df/B = 0,6 serta u/B = 0,3 ; 0,4 dan 0,5 .................. 67
Gambar 4.14 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid saat u/B=0,3 serta Df/B = 0,3; 0,45 dan 0,6 .................... 68
Gambar 4.15 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid saat u/B=0,4 serta Df/B = 0,3; 0,45 dan 0,6 .................... 69
Gambar 4.16 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid saat u/B=0,5 serta Df/B = 0,3; 0,45 dan 0,6 .................... 70
Gambar 4.17 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dan pondasi persegi dengan perkuatan geogrid, u/B = 0,3 ;
0,4 ; 0,5 serta Df/B = 0,3 ............................................................................... 71
Gambar 4.18 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dan pondasi persegi dengan perkuatan geogrid, u/B = 0,3 ;
0,4 ; 0,5 serta Df/B = 0,45 ............................................................................. 72
Gambar 4.19 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dan pondasi persegi dengan perkuatan geogrid, u/B = 0,3 ;
0,4 ; 0,5 serta Df/B = 0,6 ............................................................................... 73
Gambar 4.20 Perbandingan nilai BCR untuk variasi rasio Df/B ......................................... 75
Gambar 4.21 Perbandingan nilai BCR untuk variasi jarak lapis pertama geogrid .............. 76

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


Lampiran 1. Analisis Gradasi Butiran Tanah ............................................................ 87
Lampiran 2. Analisis Specific Grafity Tanah .............................................................. 88
Lampiran 3. Analisis Uji Geser Langsung (Direct Shear) ......................................... 91
Lampiran 4. Analisis Uji Pemadatan Standar (ASTM D-698-70 METODE B) ...... 93
Lampiran 5. Hasil Pengujian Kepadatan dan Kadar Air Benda Uji ....................... 95
Lampiran 6. Hasil Pengujian Daya dukung dan Penurunan Tanpa Perkuatan ... 102
Lampiran 7. Hasil Pengujian Daya dukung dan Penurunan Dengan Perkuatan . 105
Lampiran 8. Grafik Daya Dukung dan Penurunan ................................................. 114
Lampiran 9. Perhitungan Teoritis Tanah Pasir Tanpa Perkuatan………………..119
Lampiran 10. Grafik Daya Dukung dan Penurunan……………………………... .. 126

x
RINGKASAN

Ekki Darmawan Pujo Susilo, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya, Mei 2017, Pengaruh Kedalaman Pondasi (Df/B) dan Jarak Lapis Pertama
Geogrid (u/B) terhadap Daya Dukung Pondasi Persegi dengan Dimensi Pondasi (L/B) =
1,5 dan Jarak Antar Geogrid (h/B )= 0,3, Dosen Pembimbing : Dr. Ir. As’ad Munawir,
MT dan Dr. Ir. Arief Rachmansyah.

Jenis tanah berpasir merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki beberapa
masalah geoteknik dikarenakan sifat pasir yang memiliki ikatan antar partikel yang kecil
dan sudut gesek dalam yang besar, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada tanah
tersebut. Salah satu perbaikan yang dapat dilakukan pada tanah berpasir adalah
penggunaan geogrid. Geogrid merupakan salah satu jenis geosintetis dimana dapat
memberikan pengaruh interlocking pada tanah pasir sehingga dapat meningkatkan daya
dukung tanah tersebut apabila dibandingkan dengan geotekstil.
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian fisik pada pondasi persegi dengan
beberapa kombinasi variabel. Pengujian yang dilakukan memerlukan bantuan alat uji
seperti hidraulic jack dan dial LVDT dimana akan diperoleh nilai daya dukung serta
penurunan pada tanah pasir. Sampel tanah pasir dimasukan pada box uji bertahap menjadi
7 layer dan setiap layernya memiliki ketinggian 10 cm. Setelah sampel dimasukkan
dilakukan pemadatan kemudian dilakukan cek kepadatan dan kadar air pada masing
masing layer. Kemudian pemasangan geogrid dan pondasi diletakkan pada tengah box
dan dipastikan tidak mengalami kemiringan (inklinasi). Pemodelan fisik pada penelitian
ini menggunakan tanah pasir dengan perkuatan geogrid 3 lapis serta menerapkan variasi
berupa kedalaman pondasi (3,6 cm; 5,4 cm; 7,2 cm) dan rasio jarak lapis pertama geogrid
terhadap lebar pondasi (0,3; 0,4; 0,5).
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa penggunaan geogrid mempengaruhi
peningkatan daya dukung tanah pasir sebesar 30,532 %. Selain itu nilai daya dukung
maksimum terjadi ketika semakin kecilnya variasi rasio jarak lapis pertama geogrid serta
saat semakin meningkatnya variasi rasio kedalaman pondasi. Jika dilihat dari analisa BCR
terlihat bahwa kenaikan daya dukung maksimum terletak pada kedalaman pondasi 3,6 cm
dengan rasio u/B = 0,3. Untuk prosentase peningkatan daya dukung untuk variabel jarak
lapis pertama geogrid pada perkuatan tanah pasir adalah sebesar 11,154 %, sedangkan
untuk variabel rasio kedalaman pondasi adalah 13,008 %. Dapat dikatakan bahwa,
variable kedalaman pondasi memiliki pengaruh yang lebih besar daripada variabel rasio
jarak lapis pertama geogrid dalam peningkatan daya dukung pondasi persegi pada
perkuatan tanah pasir.

Kata Kunci: daya dukung, tanah pasir, perkuatan geogrid, variasi kedalaman
pondasi, variasi rasio jarak lapis pertama geogrid terhadap lebar pondasi.

xi
SUMMARY

Ekki Darmawan Pujo Susilo, Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering


Universitas Brawijaya, May 2017, Effect of Depth of Foundation (Df/B) and Geogrid Top
Layer Spacing (u/B) on Bearing Capacity of Sand Soil for Rectangular Foundation with
Length of Foundation (L/B) = 1,5 and Geogrid Layer Spacing (h/B) = 0,3, Supervisor:
Dr. Ir. As'ad Munawir, MT and Dr. Ir. Arief Rachmansyah.

Sandy soil type is one type of soil that has some geotechnical problems due to the
nature of the sand that has a bond between small particles and large friction angle in a
large, so it needs to be repaired on the soil. One of the improvements that can be made on
sandy soil is the use of geogrid. Geogrid is one type of geosynthetic which can give
interlocking effect on sand soil so that it can increase the carrying capacity of the soil
when compared with geotextile.

In this research, physical testing is done on square foundation with some


combination of variables. Tests conducted require the help of test equipment such as
hydraulic jack and LVDT dial where it will get the value of carrying capacity and decrease
in the sand soil. Samples of sand soil are included in the gradual test box to 7 layers and
each layer has a height of 10 cm. After the sample is put into compaction then check the
density and water content on each layer. Then the installation of geogrid and foundation
is placed in the middle of the box and certainly not slope (inclination). Physical modeling
in this study used sand soil with 3 layer of geogrid reinforcement and applied variation of
foundation depth (3.6 cm, 5.4 cm, 7.2 cm) and the first geogrid spacing ratio to the width
of the foundation (0.3; 0 , 4, 0.5).

From the test results obtained that the use of geogrid affect the increase in soil
bearing capacity of sand by 30.532%. In addition the maximum carrying capacity value
occurs when the smaller the variation of the first geogrid spacing ratio as well as the
increasing variation in the depth ratio of the foundation. If seen from BCR analysis seen
that the maximum increase of support capacity lies in the foundation depth of 3.6 cm with
a ratio of u / B = 0.3. For the percentage of increase in carrying capacity for the first
geogrid spacing variable on the soil sand reinforcement is 11.154%, while for the depth
of the foundation depth ratio is 13.008%. It can be argued that, the depth of the foundation
variation has a greater influence than the geogrid first spatial ratio variable in increasing
the carrying capacity of the square foundation in the sand soil retention.

Keywords: bearing capacity, sandy soil, geogrid reinforcement, foundation depth


variation, variation of geogrid's first spacing ratio to the width of the foundation.

xii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam merencanakan suatu bangunan, perencanaan pondasi merupakan salah satu hal
yang penting karena pondasi sebagai struktur bawah (sub structure) akan meneruskan beban
struktur di atasnya (upper structure) ke dasar tanah. Karena letaknya berada di bawah
permukaan tanah, maka perbaikan pada pondasi susah dilakukan, sehingga dalam
merencanakan diperlukan ketelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
pondasi antara lain beban struktur diatas pondasi dan tanah dasar tempat pondasi berpijak,
sehingga perlu dilakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu. Perlunya penyelidikan tanah
untuk mengetahui jenis dan karakteristik dari tanah tersebut sehingga dapat digunakan untuk
mengantisipasi kegagalan struktur pada bagian tanah dasar.
Di Indonesia merupakan wilayah tropis sehingga di wilayah Indonesia memiliki
beberapa jenis tanah yang berbeda. Salah satu jenis tanah yang ada di Indonesia adalah tanah
berpasir. Tanah berpasir adalah salah satu contoh tanah yang memiliki daya dukung rendah.
Pembangunan struktur diatas tanah berpasir akan menghadapi beberapa masalah geoteknik,
karena sifat pasir diantaranya memiliki ikatan antar partikel yang kecil dan sudut gesek
dalam yang besar. Resiko utama adalah penurunan (settlement) yang akan timbul perlu
diperhatikan berkaitan dengan keamanan struktur tersebut.
Tanah pasir sendiri dibedakan menjadi tiga jenis menurut sifat agregatnya antara lain
pasir padat (dense sand), pasir sedang (medium sand), dan pasir lepas (loose sand). Dari
berbagai jenis pasir tersebut berpengaruh terhadap kerapatannya. Semakin rendah harga
kerapatan relatif pada tanah pasir maka gaya geser yang dimiliki akan semakin rendah, hal
ini dikarenakan gaya geser yang dibutuhkan untuk melepaskan ikatan antar partikelnya
semakin rendah. Kuat geser maksimum pada tanah akan diperoleh apabila pada tanah pasir
tersebut memiliki harga kerapatan relatif tinggi, diuji pada uji geser langsung dan akan
menghasilkan deformasi yang mengakibatkan peningkatan volume.

1
2

Pada tahun 1964 Henry Vidal memperkenalkan teknik modern perkuatan pada tanah.
Henry Vidal menambahkan material komposit yang berbentuk lembaran metal yang
diletakan secara horizontal pada tanah granular dengan menganalogi pemanfaatan friksi
pada material tanah dengan penambahan material komposit tersebut.
Perbaikan tanah dengan geosintetis banyak mengalami perkembangan dalam
beberapa dekade terakhir ini. Salah satu metode yang menggunakan perkuatan geosintetis
adalah perkuatan pondasi tanah, metode ini merupakan perkuatan konstruksi tanah pondasi
dangkal yang pengaplikasiannya dapat dipertimbangkan sebagai inovasi alternatif
perkuatan tanah dengan biaya yang lebih efektif dibanding alternatif perkuatan
konvensional lainnya.
Wilson Chung dan Giovani Cascante (2006) melakukan penelitian didapatkan
kesimpulan bahwa perkuatan berlapis akan bekerja dengan baik apabila diletakkan pada
kedalaman geogrid layer pertama u = 0,3B (kedalaman kritis) dan apabila jarak antar geogrid
lebih kecil dari 0,3B (h < 0,3B).
Nilai Bearing Capacity Ratio (BCR) dari tanah pasir dengan perkuatan geogrid jauh
meningkat dibandingkan dengan pondasi tanpa perkuatan geogrid. Disebutkan hal ini dapat
terjadi karena terjadi ikatan antara butiran pasir dengan goegrid sehingga menambah
kohesifitas pasir, dan geogrid juga dapat membantu untuk menahan gaya tarik saat tanah
menerima beban dari atas. Pada penelitian tersebut didapatakan bahwa nilai BCR optimum
dengan nilai u/B adalah 0,33 (Hemantkumar Ronad, 2014)
Dari beberapa penelitian yang sudah disebutkan diatas, belum ada kesimpulan yang
menyebutkan pengaruh kedalaman pondasi (overbudden) dan jarak pertama geogrid
terhadap peningkatan daya dukung tanah dengan perkuatan geogrid. Sehingga hal tersebut
yang melatarbelakangi penelitian ini.
3

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu adanya solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maka masalah yang timbul pada tanah pasir
adalah sebagai berikut:
1. Tanah pasir yang memiliki kohesi kecil mengakibatkan daya dukung tanah menjadi
kecil.
2. Untuk mencegah pondasi agar tidak mengalami keruntuhan maka perlu dilakukan
suatu perkuatan pada tanah pasir guna menambah nilai daya dukung tanah pasir.
3. Adanya pengaruh kedalaman pondasi (Df/B) dan jarak lapis pertama geogrid (u/B)
terhadap daya dukung tanah.

1.3 Rumusan Masalah


Mengacu pada identifikasi masalah yang telah diketahui, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku daya dukung yang terjadi pada tanah pasir tanpa perkuatan
geogrid dibandingkan jika diberikan perkuatan geogrid menggunakan variasi
kedalaman pondasi persegi Df/B dan rasio u/B ?
2. Bagaimana perilaku daya dukung yang terjadi akibat rasio u/B terhadap tanah pasir
yang diperkuat dengan geogrid?
3. Bagaimana perilaku daya dukung yang terjadi akibat variasi kedalaman pondasi
(Df/B) terhadap tanah pasir yang diperkuat dengan geogrid?
4. Berapakah rasio Df/B dan rasio u/B yang paling optimum untuk daya dukung
tanah pasir dengan pondasi persegi pada perencanaan tanah pasir yang diperkuat
menggunakan geogrid?

3
4

1.4 Batasan Masalah


Memperjelas apa saja ruang lingkup dalam penelitian dari rumusan masalah, Batasan
masalah yang diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur dan Mekanika Tanah Teknik Sipil
Universitas Brawijaya
2. Tanah yang digunakan adalah tanah pasir homogen isotropis , tanah yang
digunakan merupakan jenis tanah pasir bersimbol SP (Poorly Graded Sand) yang
diklasifikasi menurut sistem Unified (U.S.C.S).
3. Digunakan geogrid tipe biaxial Miragrid ® GX 40/40, yang diambil dari PT.
Tetrasa Geosinindo.
4. Air yang digunakan yaitu air PDAM Kota Malang
5. Menggunakan pondasi persegi dengan acuan B=12 cm
6. Pengidentifikasian daya dukung menggunakan pondasi dangkal dengan tipe
persegi dengan lebar pondasi L/B = 1,5 (216 cm2) dengan jarak dasar pondasi ke
muka tanah yang memiliki rasio sebesar Df/B=0,3 ; Df/B=0,45 ; Df/B=0,6
7. Digunakan jarak lapis pertama geogrid sebesar u/B=0,3 ; u/B=0,4 ; u/B=0,5
dengan jarak antar geogrid yang digunakan adalah h/B=0,3
8. Penempatan beban hanya dilakukan pada satu posisi dan merupakan beban
merata arah vertikal tanpa sudut inklinasi.
9. Jumlah lapisan geogrid yang digunakan dalam pemodelan fisik pondasi adalah 3
lapis perkuatan.
10. Jarak antar geogrid yang digunakan dalam pemodelan fisik pondasi tanah pasir
adalah H=0,3B
5

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengaruh perkuatan tanah pasir dengan membandingkan daya
dukung tanah pasir tanpa perkuatan terhadap daya dukung tanah pasir yang diberi
perkuatan geogrid menggunakan variasi rasio u/B dan kedalaman pondasi.
2. Mendapatkan seberapa besar pengaruh variasi kedalaman pondasi terhadap daya
dukung tanah pasir yang telah diberi geogrid.
3. Mendapatkan bagaimana pengaruh variasi rasio u/B terhadap daya dukung
perkuatan tanah pasir yang telah diberi geogrid.
4. Untuk mengetahui rasio kedalaman pondasi (df/B) dan jarak antar geogrid u/B
yang optimum terhadap daya dukung tanah pasir untuk pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan tentang pemilihan
kedalaman pondasi dan rasio u/B yang optimum pada perencanaan perkuatan
pondasi persegi menggunakan geogrid untuk tanah pasir
2. Dapat dijadikan salah satu pilihan alternatif perkuatan tanah dengan penggunaan
geogrid pondasi persegi pada tanah pasir
3. Dapat dijadikan sebagai referensi bahan acuan yang bisa digunakan sebagai
penelitian lanjutan tentang perkuatan daya dukung (bearing capacity) pondasi
persegi dengan menggunakan geogrid,

5
6
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasir
Pasir merupakan material yang lepas sebab tidak memiliki gaya ikat satu dengan yang
lainnya. Pettijohn dan Siever (1973) menyampaikan pendapat mengenai definisi pasir yang
merupakan material granular alami yang belum terkonsolidasi. Pasir terdiri dari butiran-
butiran yang berukuran dari 0,0625 – 2 mm. Material granular yang lebih halus dari pasir
disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai kerikil.
Berikut merupakan persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan
bangunan. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dank eras dengn indeks
kekerasan < 2,2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat. Tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir tersebut mengandung lumpur lebih dari
5% maka pasir harus dicuci Pasir tidak boleh mengandung bahan organic yang terlalu
banyak. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan 1,5 sampai 3,8 dan terdiri
dari butir-butir yang beraneka ragam Tanah pasir merupakan tanah yang memiliki butiran
tanah yang terpisah ketika keadaan kering dan melekat hanya apabila berada dalam keadaan
basah akibat gaya tarik permukaan di dalam air. Tanah pasir merupakan tanah non-kohesif
yang tidak memiliki garis batas antara keadaan plastis dan tidak plastis, karena jenis tanah
ini tidak plastis untuk semua nilai kadar air. Tetapi dalam beberapa kondisi tertentu, tanah
non-kohesif dengan kadar air cukup tinggi dapat bersifat sebagai suatu cairan kental. Tarikan
permukaan memberikan tanah non-kohesif suatu kohesi semu (apparent cohesion) yang
disebut demikian karena kohesi tersebut akan hilang apabila tanah itu benar-benar kering
atau benar-benar jenuh. (Bowles, 1993:38)
Menurut penjelasan dari Teng (1981) bahwa karakteristik dari tanah granular antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Secara umum merupakan material yang baik sebagai tanah dasar dari struktur
maupun jalan. Kecuali pasir lepas, daya dukung dari tanah

7
8

b. granular besar dan penurunan yang terjadi kecil. Penurunan terjadi dalam waktu
singkat setelah beban diberikan.
c. Merupakan material tanggul yang baik, karena memiliki kuat geser yang tinggi.
Mudah dipadatkan, dan tidak rentan membeku.
d. Merupakan material timbunan (backfill) terbaik untuk dinding penahan, dinding
basement, dan lainnya dikarenakan gaya tekan lateralnya yang kecil, mudah
dipadatkan, dan mudah mengalirkan air.
e. Tidak dapat digunakan sebagai tanggul untuk bendungan, reservoir, dan lain-lain
karena memiliki permeabilitas. Oleh karena itu, diperlukan proses dewatering
pada tanah pasir yang berada di bawah muka air tanah rentan mengalami
penurunan bila terkena beban yang bergetar. Kriteria teknis dari tanah berbutir
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepadatan, gradasi, dan bentuk
butiran penyusunnya. Bentuk dari butiran penyusun tanah pasir dapat diamati
menggunakan mata telanjang maupun dengan bantuan kaca pembesar. Bentuk
dari butiran-butiran tersebut dideskripsikan dalam bentuk angular, subangular,
subrounded, rounded, dan very rounded.

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk butiran tanah pasir


Sumber : Teng (1981)
Tanah yang termasuk tipe pasir atau kerikil (disebut juga tanah berbutir kasar) jika,
setelah kerikil disingkirkan, lebih dari 65% material tersebut berukuran pasir dan kerikil.
Pasir dan kerikil dapat dibagi menjadi fraksi-fraksi kasar, medium, dan halus, seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.1. Partikel pasir biasanya mengandung butiran-butiran mineral
(Craig, R.F.1989:11). Rentan ukuran partikel ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut:
9

Tabel 2.1 Rentang ukuran partikel


Rentang ukuran partikel

Sumber : Craig, R.F(1989. Mekanika Tanah Edisi ke Empat)


Pasir adalah partikel-partikel batuan yang lolos saringan no. 4 (4,75 mm) dan tinggal
dalam saringan no. 200 (0,075 mm), dengan pembagian sebagai berikut:
a. Pasir kasar: butirannya lolos saringan no. 4 (4,75 mm) dan tertahan dalam
saringan no. 10 (2 mm).
b. Pasir medium : butirannya lolos saringan no. 10 (2 mm) dan tertahan dalam
saringan no. 40 (0,425 mm).
c. Pasir halus : butirannya lolos saringan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan dalam
saringan no. 200 (0,075 mm) (Hardiyatmo,H.C., 2011:2).

2.1.1 Klasifikasi Pasir Berdasarkan Unified (U.S.C.S)


Metode klasifikasi tanah dengan menggunakan USCS (Unified Soil Classification
System) merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak digunakan dalam bidang
geoteknik. Klasifikasi ini diusulkan oleh A. Cassagrande pada tahun 1942 kemudian
dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan United State Army
Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials
(ASTM) telah memakai USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah.
Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan
geoteknik.
Pada awalnya terdapat dua divisi utama dalam sistem ini. Tanah diklasifikasikan
sebagai tanah kasar ( kerikil dan pasir ) jika lebih dari 50% tertahan pada saringan no. 200
dan sebagai tanah berbutir halus ( lanau dan lempung ) jika 50% atau lebih lolos saringan
no. 200. Pendapat yang disampaikan oleh Bowles (1991) kelompok-kelompok tanah utama
pada sistem klasifikasi Unified diperlihatkan pada Tabel 2.2 berikut ini.
10

Tabel 2.2 Sistem Klasifikasi Tanah USCS


Sistem Klasifikasi Tanah USCS
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50% L
Organik O wL > 50% H
Gambut Pt
Sumber: Bowles(1991).
Klasifikasi sistem tanah USCS secara visual di lapangan sebaiknya dilakukan pada
setiap pengambilan contoh tanah. Hal ini berguna di samping untuk dapat menentukan
pemeriksaan yang mungkin perlu ditambahkan, juga sebagai pelengkap klasifikasi yang di
lakukan di laboratorium agar tidak terjadi kesalahan tabel.
Dimana :
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50.
11

Tabel 2.3 Sistem klasifikasi USCS


Sistem klasifikasi USCS

Sumber: http://ilmudasardanteknik.blogspot.co.id (2014)

2.1.2 Kepadatan Relatif Pasir

Definisi dari kepadatan relatif atau persentase kepadatan tertentu adalah sebagai nilai
banding dari berat volume kering di pemodelan atau di lapangan dengan berat volume kering
maksimum di laboratorium menurut percobaan standar, seperti percobaan standar proctor
atau modifikasi proctor. Persamaan untuk kepadatan relatif dapat dilihat pada Persamaan (2-
1).
d− field
RC = x 100% ...............................................................................(2-1)
d−laboratory
12

Perlu diingat bahwa memadatkan tanah pada sisi fase basah akan menghasilkan kuat
geser tanah yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar air pada sisi fase kering. Oleh
karena itu, selain nilai persentase kepadatan, rentang kadar air tanah pada tanah yang akan
dipadatkan juga perlu diperhatikan.

2.2 Daya Dukung Tanah.


Pada dasarnya daya dukung tanah adalah kemampuan tanah memikul tekanan
maksimum yang diijinkan bekerja pada tanah pondasi

2.2.1 Rumus Kapasitas Dukung Secara Umum

Meyerhof (1963) telah mengembangkan rumus-rumus perhitungan kapasitas daya


dukung dengan mempertimbangkan faktor : kedalaman, bentuk dan kemiringan beban.
Rumus daya dukung secara umum dari Meyerhof adalah :
qu = c.Nc.Fcs.Fcd.Fci + .Df.Nq.Fqs.Fqd.Fqi + ½..B.N.Fs.Fd.Fi .............. (2-2)
Dimana :
qu = daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi (= diameter untuk pondasi lingkaran )
 = berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk
Fcd, Fqd, Fd = faktor kedalaman
Fci, Fqi, Fi = faktor kemiringan beban
Nc; Nq; N = faktor daya dukung,
dukung diberikan oleh Meyerhof sebagai berikut :
 
N q  tan 2  45    e π.tan ............................................................................. (2-3)
 2
Nc  (Nq  1).cot  ......................................................................................... (2-4)
N γ  2.(Nq  1).tan  .................................................................................... (2-5)

Rumus umum yang digunakan untuk menentukan faktor pengaruh bentuk, kedalaman
dan kemiringan beban dapat digunakan seperti dalam Tabel 2.4
13

Tabel 2.4 Faktor bentuk, kedalaman dan kemiringan yang rekomendasikan


Faktor bentuk, kedalaman dan kemiringan yang rekomendasikan
Faktor Rumus Sumber
Bentuk B Nq De Beer (1970)
Fcs  1  
L Nc
B
Fqs  1  tan 
L
B
Fγs  1  0,4 
L
Kedalaman a. Bila Df/B  1; Untuk  = 0 Hansen (1970)
Df
Fcd  1  0,4
B
Fqd  1
Fd  1
Untuk  > 0
1 - Fqd
Fcd  Fqd -
N c  tanφ
Df
Fqd  1  2 tanφ 1  sinφ ²
B
Fd  1
b. Bila Df/B > 1; Untuk  = 0
D 
Fcd  1  0,4 tan 1  f 
 B
Fqd  1
Fd  1
Untuk  > 0
1 - Fqd
Fcd  Fqd -
N c  tanφ
D 
Fqd  1  2 tanφ 1  sinφ ²tan 1  f 
 B 
Fγd  1

2.2.2 Pondasi Dangkal


Pondasi merupakan bagian terendah suatu konstruksi bangunan yang berfungsi
meneruskan beban bangunan di atasnya ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya.
Terdapat dua jenis pondasi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal
didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Pondasi dangkal
meliputi pondasi telapak, pondasi memanjang, dan pondasi rakit. Pondasi telapak (spread
14

footing) adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam menopang beban kolom (Hadiyatmo,
2006). Macam-macam jenis pondasi dangkal dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Jenis pondasi dangkal


Sumber: Hadiyatmo (2006)

Menurut Peck dkk (1953) dalam buku Hadiaytmo (2006) membedakan pondasi
sumuran dan pondasi dangkal dari nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B). Untuk pondasi
sumuran Df/B > 4, sedangkan untuk pondasi dangkal Df/B ≤ 1.

2.2.3 Tegangan Kontak


Menurut Sidharta S.K (1997) Tegangan kontak yang bekerja dibawah pondasi akibat
beban struktur diatasnya (Upper structure load) diberi nama tegangan kontak (contact
pressure). Menghitung tegangan kontak digunakan persamaan sbb:
Q Mx .X My .Y
σ= ± ± ................................................................................... (2-6)
A Iy Ix

σ = Tegangan kontak (kg/cm2)


Q = Beban aksial total (kg)
Mx, My = Momen total sejajar respektif terhadap sumbu x dan sumbu y (kg.m)
x.y = Jarak dari titik berat pondasi ketitik dimana tegangan kontak dihitung
sepanjang respektif sumbu x dan sumbu y (m)
Ix, Iy = momen inersia respektif terhadap sumbu x dan sumbu y (m)
Apabila yang bekerja adalah beban aksial saja dan tepat pada titik beratnya maka
persamaan tersebut menjadi:
Q
σ= …………………………………………………………… (2-7)
A

Dimana:
A = Luas bidang pondasi
15

𝑄
𝜎=
𝐴

Gambar 2.3 Tegangan Kontak


Pengertian tegangan kontak ini akan sangat berguna terutama didalam penentuan faktor
keamanan FS (Safety Factor). Secara umum faktor keamanana didefinisikan sebagai berikut:
Kapasitas daya dukung dihitung didasarkan atas sifat-sifat tanah dan dimensi pondasi.
Sedangkan tegangan kontak dihitung didasarkan beban struktur diatas pondasi. (upper
structure load) dan dimensi pondasi. Hubungan antara keduanya dinyatakan dalam bentuk
faktor kemanan dimana:
• FS = 1, Artinya tegangan kontak sama dengan kapasitas daya dukung (bearing
capacity). Lapis tanah tepat dalam seimbang menerima beban
• FS > 1, Artinya tegangan kontak lebih kecil dari mobilisasi kapasitas daya dukung.
Lapis tanah dapat menerima beban
• FS < 1, Artinya tegangan kontak lebih besar dari mobilisasi kapasitas daya dukung.
Lapis tanah tidak dapat menerima beban.
Kapasitas daya dukung yang digunkan biasanya kapasitas daya dukung ultimate, tetapi
apabila dikehendaki FS lebih konservatif, kapasitas daya dukung yang digunakan adalah
kapasitas daya dukung izin (allowable bearing capacity).

2.2.4 Pola Keruntuhan Pondasi Tanpa Perkuatan

Perilaku pondasi tergantung pada besarnya beban yang diterima oleh pondasi dan juga
karakteristik tanah tersebut. Pada pondasi dangkal hubungan perilaku penurunan pondasi
dengan bertambahnya beban dapat dilihat pada Gambar 2.4.
16

Gambar 2.4 Fase Keruntuhan Pondasi


Menurut Gambar 2.4 terdapat beberapa fase dalam proses keruntuhan pondasi, fase
fase tersebut adalah :
a. Fase 1
Pada fase ini tanah megalami doformasi lateral dan vertikal ke arah bawah. Selama
beban yang diberikan pada tanah tersebut kecil penurunan yang terjadi akan berbanding
dengan besarnya beban, dan pada fase ini tanah masih dalam keadaan elastis. Tanah yang
terletah dibawah pondasi akan mengalami kompresi sehingga hal ini dapat meningkatkan
daya dukung tanah.

b. Fase II
Fase ini merupakan zona plastis dimana baji tanah mulai terbentuk. Dengan semakin
bertambahnya beban maka gerakan tanah ke arah lateral akan semakin terllihat, hal ini
diikuting dengn retakan lokal juga pergeseran tanah disekeliling pondasi. Pada zona plastis
ini kuat geser tanah sanat berpengaruh dalam menahan beban.

c. Fase III
Fase ini diidentifiksi dengan kecepatan defromasi yang semakin bertambah seiring
dengan bertabahnya beban. Defromasi terbut diikuti dengan pergerakan tanah kearah luar
dan penggembungan tanah kepermukaan, selanjutnya tanah akan mengalami keruntuhan
ddengan bidang runtuh yang berbentuk lengkungan dan garis (bidang geser radial dan bidang
geser linier).
17

Menurut Vesic (1963) mekanisme keruntuhan pondasi dibagi menjadi 3 macam,


dintaranya:

a. Keruntuhan Geser Umum


Keruntuhan pondasi terjadi menurut bidang runtuk yang dapat diidentifikasi dengan
jelas. Baji tanah yang terbentuk pda dasar pondasi (zona A) menekan tanah kebawah
sehingga menyebabkan aliran tanah secara plastis pada zona B (Gambar 2.4). gerakan karah
luar pada kedua zona tersebut ditanah oleh tegangan tanah pasif pada zona C. Bila tegangan
pasif pada zona C terlampaui, maka tanah akan bergerak dan menggembung pada daerah
sekitar pondasi. Bidang longsor yang terjad berupa garis lusur serta lengkung yang
berkembang sampai permukaan tanah. Saat keruntuhan terjadi, tanah bergerah kerah luar
dan atas, hal ini terjadi dalam waktu yang singkat dan disertai dengan penggulingan pondasi.

b. Keruntuhan Geser Lokal


Kerunntuhan yang terjadi hampir sama dengan kerunntuhan geser umum, namun bidang
runtuh yang terbentuk tidak mencapai permukaan tanah. Pondasi tenggelam akibat
bertambahnya beban pada kedalaman yang cukup dalam, sehingga menyebabkan taah
disekitar pondasi menjadi mampat. Pada keruntuhan geser umum ini mampatnya tanah tidak
menyebabkan tanah berada pada zona plastis sehingga tanah mengalami sedikit
penggelembungan namun tidak terjadi penggulingan pondasi.

c. Keruntuhan Penetrasi
Pada tipe keruntuhan ini, tidak terjadi penggembungan pada sekitar pondasi. Penurunan
tanah sebanding dengan bertambahnya beban sehingga menyebabkan tanah disekitar pindasi
mengalami pemampatan. Karena pergeseran lateral tidak cukup besar hal ini mengakibatkan
kuat geser ultimit tanah tidak dapat berkembang. Pondasi menembus tanah ke bawah dan
baji tanah yang terbentuk hanya menyebabkan tanah menyisih. Saat keruntuhan, bidang
runtuh pada tanah tidak dapat terlihat.
18

Gambar 2.5 Macam macam keruntuhan pondasi


Vesic (1963) melakukan uji model untuk mengetahui pengaruh kedalaman pondasi
dibandingkan dengan lebar pondasi (Df/B) terhadap keruntuhan pondasi. Menurutnya
keruntuhan geser umum diharapkan terjadi pada kedalaman pondasi yang relatif dangkal
seperti pada Gambar 2.6 Menurut Coduto (1994):
• Keruntuha geser umum sering terjadi pada pasir padat (Dr > 67%)
• Keruntuhan geser lokal terjadi pada pasir dengan kepadatan sedang (30% < Dr <
67%)
• Keruntuhan geser penetrasi terjadi pada pasir longgar (Dr< 30%)
Rc = 80 +0,2Dr……………………………………………………………… (2.8)
19

Gambar 2.6 Grafik hubungan Df/B dan Dr pada tanah pasir

2.2.5 Faktor Keamanan pada Pondasi Dangkal

Besarnya kapasitas dukung ijin kotor (qijin = qall = gross allowable load-bearing
capacity) adalah :
qu
q ijin  ……. ..............................................................................................(2-9)
SF

Sedangkan penambahan tegangan di bawah tanah netto (qijin(net)) = beban dari


bangunan atas (superstructure) per satuan luas pada pondasi dinyatakan dalam :
q u(net) qu  q
q ijin(net)   ..................................................................................(2.10)
SF SF

keterangan :
qu = kapasitas dukung batas kotor (gross ultimate bearing capacity)
qu(net) = kapasitas dukung batas netto (net ultimate bearing capacity)
q = tekanan overburden = .Df
SF = faktor keamanan (factor of safety) umumnya minimal bernilai 3.
20

2.3 Geosintetik
Geosintetik berasal dari kata (Geosynthetic) yaitu terdiri dari dua bagian, yaitu Geo
yang berhubungan dengan tanah dan Synthetic yang berarti bahan buatan manusia. Definisi
yang disampaikan para ahli di bidang geosintetik adalah sebagai berikut, geosintektik
umumnya berbentuk lembaran dan sebagainya difungsikan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh konstruksi yang berkaitan dengan tanah. (Niken, 2012).

2.3.1 Jenis-Jenis Geosintetik


Pada dasarnya, geosintetik dibagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring. Berdasarkan
bahannya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu alami dan sintetik. Bahan sintetik
merupakan yang paling populer digunakan karena material polimer tahan terhadap degradasi
biologis dan kimiawi. Material polimer tersebut antara lain polipropilena (PP), polyester
(PET), dan polietilena (PE). Bahan alami seperti serat kapas dan rami juga dapat digunakan
tetapi hanya bersifat sementara (Kementrian PU, 2009).
Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi menjadi kedap air dan lolos air.
Jenis geosintetik yang dapat meloloskan air adalah geotekstil, yang dimana geotekstil dibagi
lagi berdasarkan proses pembuatannya, yaitu tak-teranyam dan teranyam. Kemudian jenis
geosintetik yang tidak dapat meloloskan air adalah geomembran dan geosynthetic clay liner.
Berdasarkan bentuk jaring dibagi menjadi dua, yaitu jala terbuka dan jala rapat. Jenis
geosintetik yang berbentuk jala terbuka adalah geogrid dan untuk jala rapat adalah net dan
matras.
Saat ini terdapat bahan baru yaitu penggabungan beberapa material antara geotekstil
dengan geomembran atau dengan bahan sintetik lainnya dengan harapan mendapat
keuntungan dari masing-masing bahan. Produk tersebut dikenal sebagai geokomposit dan
produk ini dapat berupa gabungan dari geotekstil-geonet, geotekstil-geogrid, geotekstil-
geomembran, geotekstil-geonet, dan bahkan struktur sel polimer tiga dimensi. Klasifikasi
pengelompokan geosintetik dijelaskan oleh bagan adalah sebagai berikut :
21

GEOSINTETIK

TEKTIL JARING

JARING
KEDAP AIR : JARING RAPAT:
LULUS AIR TERBUKA :
GEOMEMBRAN MATRAS, NET
GEOGRID

GOTEKSTIL

TERANYAM TAK TERANYAM RAJUTAN

Gambar 2.7 Klasifikasi Geosintetik


Sumber: Modul Pelatihan Geosintetik (2009)

2.3.2 Geogrid
Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama
lainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk
saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki
fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D 4439)

a. Pengertian Geogrid
Penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan material perkuatan geosintektik
berjenis jaring terbuka yaitu geogrid . Geogrid merupakan salah satu jenis geosintetik yang
berbentuk jaring dengan jala terbuka. Fungsi utama geogrid adalah sebagai perkuatan.
Penguatannya mengacu pada mekanisme sifat teknis tanah komposit / agregat yang dapat
ditingkatkan secara mekanis. Geogrid dibentuk oleh suatu jaring teratur dan terhubung satu
sama lainnya yang mempunyai bukaan berukuran tertentu sehingga saling mengunci
(interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya baik tanah, atuan ataupun struktur lain
disekitarnya. Menurut ASTM D4439, bukaan (aperture) pada geogrid memiliki ukuran yang
lebih besar dari 6,35 mm (1/4 in.).
22

Kelebihan dari penggunaan geogrid antara lain :


2. Kekuatan tarik yang tinggi,
3. Pelaksanaan yang cepat,
4. Memungkinkan penggunaan material setempat,
5. Pemasangan yang mudah dan dapat membangun lebih tinggi dan tegak,
6. Tambahan PVC sebagai pelindung terhadap ultraviolet,
7. Pemasangan dan harga geogrid murah dibandingkan beton.
8. Merupakan struktur yang fleksibel sehingga tahan terhadap gaya gempa,
9. Tidak mempunyai resiko yang besar jika terjadi deformasi struktur, dan
10. Tipe elemen penutup lapisan luar dinding penahan dapat dibuat dalam bentuk yang
bermacam-macam, sehingga memungkinkan untuk menciptakan permukaan
dinding yang mempunyai nilai estetika.
Kekurangan dari geogrid adalah pemasangannya memerlukan PVC. Geogrid tanpa
PVC akan mengalami penurunan tingkat kemampuan penahan gaya tarik. Karena bahan
Geogrid sangat peka terhadap naik turunnya temperatur udara, dimana pemuaian akan
sangat mudah terjadi terhadap bahan geogrid pada saat mendapatkan temperatur tinggi.
Pemuaian akan membuat geogrid getas, dan akhirnya akan mengurangi kuat tarik.

b. Jenis Geogrid
Geogrid memiliki bentuk geometri yang tersusun dari dua set elemen ortogonal penahan
tarik dengan pola segi empat. Karena keperluan akan sifat geosintetik yang memiliki kuat
tarik serta ketahanan rangkak yang tinggi, maka geogrid diproduksi dari bahan plastic yang
molekulnya diorientasikan kearah Tarik. Jenis geogrid dijabarkan oleh Isparmo dalam
Geotextile.web.id sebagai berikut. Material dasar geogrid bisa berupa : Polyphropylene,
Polyethilene dan Polyesther atau material polymer yang lain. Berdasarkan bentuk bukaannya
(Aperature), maka Geogrid bisa dibagi antara lain sebagai berikut :
23

• Geogrid Uniaksial
Adalah Geogrid yang mempunyai bentuk bukaan tunggal dalam satu segmen (ruas)

Gambar 2.8 Geogrid Uniaksial


Sumber: http://www.chinageogrid.com

• Geogrid Biaksial
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk persegi

Gambar 2.9 Geogrid Biaksial


Sumber: http://www.chinageogrid.com

• Geogrid Triaksial
Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk segitiga

Gambar 2.10 Geogrid Triaksial


Sumber: http://www.chinageogrid.com
Selain itu, geogrid juga dibedakan menurut cara penyambungan elemen memanjang
dan melintangnya. Penyambungan kedua elemen tersebut antaralain terdiri atas metode
ekstrusi, anyaman, dan pengelasan.
24

Gambar 2.11 Geogrid berdasarkan cara penyambung elemennya


Sumber: Modul Pelatihan Geosintetik (2009)

c. Karakteristik Geogrid Sebagai Bahan Perkuatan

• Kekuatan Tarik

“Kuat tarik didefinisikan sebagai tegangan tarik maksimum yang mampu ditahan oleh
benda uji pada titik keruntuhan. Seluruh aplikasi geosintetik bergantung pada sifat mekanik
ini baik sebagai fungsi primer maupun fungsi sekunder.” (Dirjen Bina Marga, 2009:45).
Hal hal yang mempengaruhi kuat tarik pada suatu elemen geosintetik ialah rasio lebar
geosintetik terhadap panjang benda uji, suhu, ketebalan geosintetik dan kelembaban ruangan
saat pengujian dilakukan.
Dalam modul pelatihan geosintetik oleh direktoran jendral bina marga, dijelaskan
bahwa Geogrid memiliki kuat tarik serta modulus tarik yang tinggi dengan tingkat regangan
rendah bahkan dengan regangan 2%. Hal ini ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.12 Diagram Kuat Tarik Geogrid


Sumber: Modul Pelatihan Geosintetik (2009)
25

• Interaksi Geogrid dengan Tanah

Pada penelitian broms (1988) dilakukan penelitian mengenai dinding penahan tanah
yang diperkuat dengan geotekstil. Didapatkan kesimpulan bahwa tahanan geser antar
permukaan tanah dan perkuatan tidak termobilisasi penuh sepanjang radius lembar
perkuatan.
Pada penelitian Nimmesgern dan Bush (1991) dilakukan uji cabut (pull-out) pada
geogrid yang diletakkan dalam material granuler. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan
bahwa penambahan tegagan kompresi meningkatkan kekuatan tanah dan berkontribusi
dalam ketahanan cabut.

• Mekanisme Kerja Geogrid

Geogrid sebagai salah satu jenis geosintetik memiliki banyak kegunaan, salah satunya
yaitu berfungsi untuk stabilitas tanah dengan meningkatkan sifat mekanis tanah,
meningkatkan faktor keamanan, serta meningkatkan daya dukung tanah khususnya tanah
pasir.
Tanah pasir yang diberi perkuatan geogrid umumnya terdiri dari timbunan padat dengan
digabungkan perkuatan geosintetik yang disusun ke arah horisontal. “Ketika tanah dan
geosintetik digabungkan, material komposit (tanah yang diperkuat) tersebut menghasilkan
kekuatan tekan dan tarik tinggi sehingga dapat menahan gaya yang bekerja dan deformasi.
Pada tahapan tersebut, geosintetik berlaku sebagai bagian tahanan tarik (gesekan, adhesi,
saling mengikat (interlocking) atau pengurungan (confinement) yang digabungkan ke
tanah/timbunan dan menjaga stabilitas massa tanah” (Prasasti, 2014:3).

Gambar 2.13 Mekanisme kerja geogrid dengan butir pasir.


26

2.3.3 Pola Keruntuhan Pondasi dengan Perkuatan

Menurut Manas Mohanty (2007) mekanisme perkuatan tanah tergantung pada


pergerakan geser tanah diantara tanah dan pekuatan, dimana perkuatan tersebut akan
memebantu tanah dalam menahan gaya lateral dan deformasi tanah.
Tanah dibawah pondasi dibagi menjadi 3 zona seperti pada pola kerunntuhan yang
telah dijelaskan sebelumnya, yaitu zona A, B, dan C. Dalam perkuatan tanah, tanah yang
berkemungkinan untuk mengalami kegagalan dilawan dengan perkuatan tanah yang
diletakkan untuk dapat menahan gaya horizontal (pergerakan lateral Zona 2). Keberadaan
perkuatan tanah menambah gaya gesek antara pertikel sehingga dapat menahan gaya
horizontal
Menurut Huang and Menq (1997) yang telah melakukan penelitian terhadap pondasi
pada tanah perkuatan berdasarkan mekanisme kegagalan yang dijelaskan melalui desertasi
Chen (2007) seperti pada Gambar 2.7. Efek dari adanya perkuatan multilayer menyebabkan
penyaluran serta pelebaran tegangan dari pondasi. Konsep dasar penyebaran beban adalah
dari daya dukung pondasi dengan lebar B apabila diterima oleh tanah dengan perkuatan
menjadi lebih lebar yaitu B+ΔB.

Gambar 2.14 Keruntuhan pondasi dangkal dengan perkuatan


Sumber: Huang and Menq (1997)
Pada tanah tanpa perkuatan:
qu(unreinforce, Df=0) = η x ɣ x B x Nɣ ..................................................... (2-11)
Pada tanah dengan perkuatan:
qu(R) = qu(unreinforce, Df=d) = η x ɣ x (B + ΔB) x Nɣ + ɣ x d x Nq ........... (2-12)
Dimana:
qu(unreinforce, Df=0) = Daya dukung tanah tanpa perkuatan
qu(R) = Daya dukung tanah dengan perkuatan
Df = Kedalaman pondasi
η = Koefisien tergantung bentuk pondasi
27

ɣ = Berat isi kering tanah


B = Lebar pondasi
Nq, Nɣ = Faktor daya dukung tanah
ΔB = Penambahan lebar pondasi karena perkuatan ( 2 x d) tan a
ɑ = Sudut distribusi tegangan (tana = 0.68−2.071 h/B+0.743CR+0.03l
/ B + 0.076N)
CR = Luas perkuatan / Luas tanah yang diberi perkuatan
l = Panjang perkuatan
N = Jumlah perkuatan

2.4 Metode Pemadatan Tanah


Dalam praktek usaha pemadatan tanah sering dijumpai dari cara yang tradisional
sampai cara yang modern. kedua cara tersebut dapat diterima tetapi secara ekonomi pada
prinsipnya adalah stabilitas tanah ini untuk mencari alternative perbaikan tanah yang
termurah dan berkondisi cukup stabil. Ada beberapa metode pemadatan tanah antara lain,
2.4.1 Metode Surface Compaction
Metode surface compaction adalah metode pemadatan yang dilakukan pada
permukaan tanah. Metode surface compaction terdiri dari dua metode yaitu metode gilasan
dan metode dynamic compaction.
a. Metode Gilasan
Metode gilasan memadatkan tanah dengan memanfaatkan berat dari alat penggilas
selama proses pemadatan. Metode ini menggunaan peralatan berat dengan roda penggilas
yang rata atau bergerigi menyesuaikan dengan kondisi tanah yang akan dipadatkan. Alat
yang digunakan antara lain smooth-wheel roller, pneumatic rubber-tired rollers, sheepsfoot
rollers dan vibratory rollers.

Gambar 2.15 Pneumatic rubber-tired rollers dan smooth-wheel roller


28

b. Metode Dynamic Compaction


Metode dynamic compaction memadatkan tanah dengan menjatuhkan material dengan
beban yang besar dari ketinggian tertentu. Metode ini digunakan untuk mengurangi
penurunan pondasi, keruntuhan akibat gempa dan potensi liquifaksi.

Gambar 2.16 Dynamic compaction

2.4.2 Metode Vibro-Compaction


Metode vibro-compaction adalah metode pemadatan menggunakan vibratory probe
(alat yang bergetar) yang dimasukkan kedalam lapisan tanah pasir lepas atau tanah granular
pada kedalaman dimana pemadatan melalui permukaan sudah tidak efektif untuk mencapai
kedalaman yang diinginkan. Vibrating probe memadatkan butiran tanah lepas yang tidak
berkohesi menggunakan getaran secara mekanik, dalam beberapa penerapan tingkat
kejenuhan air digunakan untuk meminimalisir tegangan efektif antara butiran tanah yang
mengakibatkan butiran tanah untuk tersusun kembali dengan gaya gravitasi sehingga
memiliki kondisi yang lebih padat.

Gambar 2.17 Proses vibro-compaction


29

2.4.3 Metode Compaction Grouting


Metode compaction grouting adalah metode pemadatan dengan melakukan injeksi
mortar dengan nilai slump yang rendah terhadap tanah dengan kedalaman tertentu.
Spesisemen akan mengembang dengan terus dilakukannya injeksi, memadatkan tanah di
sekitarnya melalui tekanan yang diberikan. Dengan metode ini selain memadatkan tanah,
metode ini juga memberikan perkuatan terhadap tanah dengan terciptanya kolom
spesisemen yang mengurangi nilai penurunan dan meningkatkan kuat geser.

Gambar 2.18 Proses compaction grouting

2.5 Penelitian Sebelumnya

2.5.1 Pengaruh Jarak Lapis pertama Geogrid (U)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Qiming Chen (2007) yang menggunakan pondasi
persegi dengan variasi nilai rasio u/B adalah 0,4; 0,5; 0,67; dan 1,0 dan jenis perkuatan
miragrid didapatkan bahwa nilai BCR optimum berada pada rasio 0,3 dengan nilai BCR
diantara 0,3B cenderung turun seperti pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Grafik Pengaruh rasio u/B terhadap nilai BCR pondasi persegi.
Sumber: Qiming Chen (2007)
30

2.5.2 Penentuan Daya Dukung Tanah (qu)

Dalam menentukan daya dukung tanah ultimate ada beberapa cara, antara lain dapat
dilihat pada Gambar 2.20 berikut.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.20 Metode penentuan nilai daya dukung pada pondasi dangkal (a) metode
tangent intersection; (b) Metode Log – Log; (c) Metode Hiperbolic;(d) Metode 0,1B
Pada Gambar 2.20 terdapat beebrapa metode yang dapat digunakan sebagai acuan
keruntuhan atau daya dukung tanah. Metode yang pertama adalah metode tangent
intersection. Pada metode ini digunakan 2 garis tangensial yang satu ditarik dari atas dan
yang lainnya ditarik dari sisi bawah pada kurva sehingga akan berpotongan. Perpotongan ini
kemudian ditarik garis vertikal ke bawah, dan titik dimana garis vertikal tersebut menyentuh
kurva adalah daya dukung dan penurunan yang terjadi (Mansur andKaufman,1956). Metode
kedua adalah metode Log- log, metode ini tidak banyak berbeda dengan metode tangent
intersection hanya saja pada metode log – log ini digunakan grafik logaritmik dalam
penentuan nilai beban ultimatenya ataupun penurunannya. Metode ketiga merupakan
metode hiperbolic, metode ini digunakan perbandingan segitiga, dimana garis miring
31

segitiga tersebut didapatkan melalui bagian bawah kurva, kemudian penentuan nilai beban
ultimit didapatkan melalui perbandingan 1/b. Kemudian metode keempat adalah dengan
menentukan penurunan izin sebesar 10% dari B atau 0,1B, dimana B merupakan lebar
pondasi.

2.5.3 Efek Skala Model Terhadap Nilai Daya Dukung Teoritis


Nilai daya dukung pondasi dangkal menggunakan teori terzaghi memiliki nilai yang
berbeda jika dibandingkan dengan nilai daya dukung pondasi dangkal yang memiliki skala
model yang kecil, dimana didapatkan bahwa nilai daya dukung dengan skala model yang
kecil memiliki nilai daya dukung yang lebih besar.
Dari tiga faktor daya dukung milik Terzaghi yang digunakan, semuanya dipengaruhi
oleh nilai sudut geser tanah. Namun dalam pertimbangan pondasi permukaan pada tanah
granular, hanya faktor N yang berhubungan dengan berat isi () dari tanah yang akan
diselidiki. Faktor N juga memliki ketergantungan dengan ukuran pondasi selain sudut geser
tanah yang juga berhubungan dengan relative density. Beberapa peneliti sebelumnya
mengusulkan bahwa nilai N yang dilakukan penyesuaian sebagai efek skala dianggap
sebagai faktor daya dukung modifikasi, N*.
Shiraishi (1990) mengusulkan bahwa nilai faktor daya dukung modifikasi (N*)
sebagai fungsi dari lebar pondasi sebagai berikut
1
⁄3
𝐵
(1+( 𝑖 ) )
𝑁∗ 𝐵
= 1⁄ ..................................................................................... (2-13)
𝑁 𝐵 5
(1+( 𝑖 ) )
𝐵

Dimana :
N* = Faktor daya dukung modifikasi
N = Faktor daya dukung Terzaghi
Bi = Lebar pondasi acuan = 1,4 m (kondisi N*/N = 1)
B = Lebar pondasi sebenarnya
Rumus empirik ini didapatkan dari penelitian model oleh De Beer (1963)
menggunakan nilai lebar pondasi 0,05-0,2 m dan nilai sudut geser tanah 41-44o.
Shiraishi (1990) mendapati bahwa perhitungan dari rumus eksperimen yang berasal
dari tes skala model untuk pondasi prototipe dapat mengarah terhadap perkiraan nilai N*
yang terlalu besar. Untuk mengatasi hal ini, Shiraishi (1990) mengusulkan rumus “rekayasa
praktis” yang mereduksi nilai N* sekitar 30% dari nilai rumus sebenarnya (2-13)
32

0,71𝑁
𝑁∗ = ........................................................................................... (2-14)
𝐵0,2

Cerato (2007) melakukan penelitian menggunakan jenis pondasi persegi dan lingkaran
dengan lebar 25,4; 50,8 dan 101,6 mm, Dr 24%, 57% dan 87% yang selanjutnya diplot
terhadap persamaan Shiraishi (1990) pada Gambar 2.23 berikut

Gambar 2.21 Grafik hubungan rasio N*-B


Sumber: Cerato (2007)

2.6 Bearing Capacity Ratio dan Settlement Reduction Factor


Dalam penelitian ini untuk mengevaluasi keuntungan penggunaan perkuatan tanah
pondasi digunakan Bearing Capacity Ratio (BCR) dan Settlement Reduction Factor (SRF).
BCR dideinisikan sebagai rasio dari daya dukung tanah dengan perkuatan dengan daya
dukung tanah tanpa perkuatan, sedangkan SRF didefinisikan sebagai rasio dari penurunan
dari tanah dengan perkuatan dengan penurunan tanah tanpa perkuatan (Q. Chen, 2007).
33

Gambar 2.22 (a) titik runtuh tidak diketahui, (b) titik runtuh diketahui
BCR sendiri dibagi menjadi 2 yaitu, BCRs dan BCRu. BCRs adalah nilai BCR yang
diambil pada titik penurunan tertentu, nilai penurunan untuk SRF juga diambil berdasarkan
nilai penurunan pada saat pengambilan nilai untuk BCRs. Sedangkan BCRu adalah nilai
BCR yang diambil pada daya dukung ultimit. Pada saat hasil penelitian menunjukkan titik
keruntuhan yang pasti Gambar 2.20 (b), maka keuntunagan penggunaan perkuatan dapat
dihitung dengan BCRs, BCRu dan SRF, namun apabila titik keruntuhan tidak dapat
dipastikan Gambar 2.20 (a), maka keuntungan penggunaan perkuatan hanya dapat dihitung
dengan BCRs dan SRF (Q. Chen, 2007). Berikut rumus yang digunakan :
qu( R) qR su( R) s
BCR u  ; BCR s  ; SRFu  ; SRF  r .................................(2-15)
qu q su s

Dimana :
BCRu = Bearing Capacity Ratio saat daya dukung ultimit
BCRs = Bearing Capacity Ratio pada titik tertentu
SRFu = Settlement Reduction Factor pada daya dukung ultimit
SRF = Settlement Reduction Factor pada titik tertentu
qu(R) = Nilai daya dukung tanah ultimit dengan perkuatan
qu = Nilai daya dukung tanah ultimit tanpa perkuatan
qR = Nilai daya dukung tanah pada titik tertentu dengan perkuatan
qu = Nilai daya dukung tanah pada titik tertentu tanpa perkuatan
sr = Nilai penurunan tanah dengan perkuatan
s = Nilai penurunan tanah tanpa perkuatan
34

Penentuan nilai BCR didasarkan pada penelitian sekala penuh yang dilakukan oleh
Laboratories des Ponts et Chaussees (LPC) pada pondasi dangkal pada jurnal amar et al
(1994), disebutkan bahwa nilai bearing capacity didefinisikan berdasarkan beban pada saat
penurunan 10% dari lebar pondasi (s/B = 0,1) (Lavasan dan Ghazavi, 2012).
3 BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Desember 2016 sampai dengan selesai
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah dan Geoteknik serta Laboratorium Struktur dan
Bahan Konstruksi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir lepas dengan simbol
SP (Poorly Graded) berdasarkan Sistem Unified (U.S.C.S). Geogrid yang digunakan
adalah geogrid dengan tipe biaxial dari PT. Tetrasa Geosinindo
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Silinder beton
b. Pondasi Persegi (12 cm x 18 cm)
c. Hidarulic jack
d. Load cell
e. LVDT

35
36

Gambar peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada


gambar berikut:

(a) (b) (c) (d)


Gambar 3.1 (a) Silinder beton (b) Pondasi 12cm x 18cm (c) Alat Pembacaan (d)LVDT dan
Load Cell.

3.3 Jumlah dan Perlakuaan Benda Uji


Percobaan ini dibuat 9 buah benda uji dengan 3 variasi rasio jarak antar geogrid (h/B)
dan 3 variasi jarak lapis pertama geogrid (u/B), pondasi yang digunakan merupakan pondasi
persegi dengan dimensi 12cm x 18 cm dengan kondisi tanah dasar merupakan tanah pasir
dengan RC 85. Pengujian dilakukan didalam sebuah box penelitian dengan dimensi 100cm
x 150cm x 100cm. Perlakuan pengujian menggunakan jumlah lapis geogrid N = 3 dan rasio
panjang pondasi terhadap lebar pondasi L/B adalah 1,5. Pengulangan dilakukan apabila
terjadi penyimpangan dan dilakukan dengan perlakuan benda uji yang sama. Perlakuan
pengujian menghasilkan Gambar 3.2 berikut.

B L L

L B L B

Df Df

u u
h h

70 70 l = 3L L/B = 1,5 b = 3B
h/B = 0,3
Df/B = 0,3 ; 0,45 dan 0,6
L/B = 1,5
Df/B = 0,3 ; 0,45 dan 0,6 u/B = 0,3 ; 0,4 an 0,5
RC = 85% RC = 85%
B = 12 cm B = 12 cm
N =3

150 100
150 100

(a) (b)
Gambar 3.2 Model tes percobaan (a) Potongan melintang dan memanjang sampel tanpa
perkuatan; (b) Potongan melintang sampel dengan perkuatan geogrid.
Dalam penelitian ini faktor yang perlu diperhatikan adalah metode pemadatan benda uji.
Tanah yang dipakai merupakan tanah dengan jenis pasir, maka metode mekanis pemadatan
yang dipakai adalah dengan menggilas menggunakan beton silinder. Jenis pemadatan seperti
ini lebih memungkinkan pemadatan yang lebih merata pada setiap lapisan.
37

Pemadatan dilakukan tiap lapisan. Ketinggian tanah di tiap lapisan yaitu 10 cm,
sehingga penggilasan dilakukan beberapa kali sampai ketinggian yang diinginkan di tiap
lapisannya. Pemadatan dengan cara ini didasarkan pada kontrol volume, sehingga berat
tanah yang dimasukkan ke dalam box pengujian setiap lapisnya diukur dan ditimbang sesuai
dengan kepadatan untuk keinggian lapisan setiggi 10 cm. Volume tanah yang dimasukkan
didasarkan pada penelitian pendahuluan untuk mengukur kepadatan tanah dengan
menggunakan density test.

3.4 Metode Penelitian


Metode penelitian yang akan dibahas terdiri dari macam pengujian dasar hingga
metode perlakuan sampel uji. Metode penelitian unu digunakan untuk memepermudah
dalam pelaksaan penelitian nantinya.

3.4.1 Pengujian Dasar

Dalam penelitian ini dilakukan penelitian dasar pada tanah, yaitu seperti antara lain :
a. Pemeriksaan specific gravity butiran tanah mengikuti ASTM D-854-58
b.Pemeriksaan analisis saringan (grain size) menurut ASTM C-136-46
c. Pemeriksaan kekuatan geser langsung (direct shear) menurut ASTM D-3080-72
d.Pemadatan standar (compaction) mengikuti ASTM D-698-70

3.4.2 Persiapan Benda Uji

Pada pengujian ini, tanah yang akan digunakan disaring terlebih dahulu dengan
saringan No. 4 .Tanah yang lolos saringan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam box uji
dengan volume tanah 100 x 150 x 70 cm = 1050000 cm3 yang dibagi dalam beberapa lapisan.
Kepadatan didapatkan menggunakan metode penggilasan urugan tanah dengan
menggunakan silinder yang terbuat dari beton seberat 11,28 kg dengan diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm. Pemadatan dengan cara ini didasarkan pada kontrol volume, sehingga tanah
yang dimasukkan ke dalam box pengujian tiap lapisannya diukur ketinggiannya dan
ditimbang. Jumlah gilasan yang dilakukan untuk mendapatkan kepadatan yang diinginkan
didapatkan dengan cara memadatkan hingga ketinggian yang diinginkan, yaitu 10 cm,
kemudian di kontrol kepadatannya dengan menggunakan uji density. Adapun metode
pengambilan atau kontrol density pada sampel uji adalah seperti pada Gambar 3.3.
38

Pondasi

Df
7
6

7@10 = 70.0
5
4
3
2
1

Gambar 3.3 Layer pengambilan density.


Pengujian dilakukan dengan menggunakan plat besi yang telah dibentuk sedemikian
rupa sehingga menyerupai pondasi. Digunakan plat besi dimaksudkan sehingga saat
dilakukan pengujian pondasi tidak rusak, ataupun mengalami deformasi. Plat besi yang
digunakan seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Plat besi sebagai pondasi

3.4.3 Metode Pelaksanaan Sampel Uji

Pemodelan tanah pasir yang dilakukan di box uji dirancang menyerupai kondisi yang
ada di lapangan sehingga mempermudah pengamatan dan menghemat waktu. Beberapa
langkah yang dilakukan dalam melaksanakan pemodelan uji fisik tanpa perkuatan geogrid
adalah sebagai berikut:
39

1. Tanah pasir diayak menggunakan ayakan no.4 sampai didapatkan gradasi butiran
halus sampai sedang.
2. Tanah pasir dimasukkan ke dalam box uji perlapis lalu digilas menggunakan silinder
beton pada setiap lapisannya sesuai tinggi lapisan yang ditunjukkan pada Gambar
3.3. Metode pemadatan seperti pada Gambar 3.5

(a)

(b)
Gambar 3.5 (a) sebelum dilakukan pemadatan pasir diratakan terlebih dahulu; (b)
proses pemadatan pasir dengan silinder beton
3. Stelah dilakukan pemdatan, setial layer pada sampel uji dilakukan pengujia kadar air
dan density (kepadatan) seperti pada Gambar 3.6.
40

Gambar 3.6 Pengujian kadar air dan density pada sampel uji.
4. Pengujian dilakukan dengan nilai u= 0,3B dan lebar pondasi dalah 12cm x 18cm,
metode pemasangan pondasi adalah sebagai berikut (Gambar 3.7):
a. Menentukan posisi Pondasi yang akan digunakan dengan menggunakan unting-
untuing sehingga posisi pondasi seperti yang diinginkan (tepat di tenah box uji)
sehingga garis runtuh pondasi tidak menatap box uji.
b. Memberikan tanda sesuai dengan ukuran dasar pondasi.
c. Tanda digunakan untuk posisi perletakan mal kayu.
d. Mal kayu ditancapkan pada tanda yng telah diberikan untuk memberikan
kedalaman pondasi yang ditentukan, dalam penelitian ini digunakan Df/B=0,3 ;
0,45 dan 0,6.
e. Setelah mal dilepas, dan sebagian tanah diambil kontrol Df dengan penggaris.
f. Meletakkan pondasi pada kedalam yang telah dibuat.
g. Kontrol kemiringan dengan waterpass sehingga tidak terjadi inklinasi saat
pembebanan.
h. Penimbunan kembali tanah dengan volume yang sesuai dengan kepadatan tanah.
i. Pemasangan pondasi selesai.
41

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)


Gambar 3.7 (a) Penempatan posisi pondasi sehingga tepat di tengah; (b)membuat
garis untuk plot bentuk pondasi; (c) garis yang digunakan sebagai acuan letak
pandasi; (d) Meletakkan mal untuk mengukur kedalaman pondasi yang
digunakan; (e)kontrol kedalaman pondasi setelah mal dilepas; (f)memasang
pondasi yang akan digunakan; (g)kontrol waterpass sehingga tidak ada inklinasi;
(penimbunan tanah kembali sesuai dengan volume kepadatan tanah; (i) pondasi
siap untuk dibebani.

5. Tanah didiamkan selama ± 30 menit agar rongga-rongga yang ada pada tanah terisi
oleh partikel partikel yang juga menyesuaikan terhadap pergeseran tanah sehingga
rongga rongga tersebut dapat terisi.
Langkah-langkah dalam percobaan pada pembuatan pemodelan pondasi persegi pada
tanah pasir dengan menggunakan perkuatan geogrid, yaitu:
1. Tanah pasir diayak menggunakan ayakan no.4 sampai didapatkan gradasi butiran
halus sampai dengan sedang.
42

2. Tanah pasir dimasukkan ke dalam box uji perlapis lalu digilas menggunakan silinder
beton pada setiap lapisannya sesuai tinggi lapisan yang ditunjukkan pada Gambar
3.2 (b). Setiap lapisan dikontrol kadar air dan kepadatannya menggunakan uji
density.
3. Menghamparkan geogrid dengan perletakan seperti pada Gambar 3.8. pemasngan
geogrid juga digunakan unting-uting sehingga letaknya sesuai dengan yang
diharapkan.

Gambar 3.8 perletakan geogrid pada sampel uji.


4. Dilakukan pengisian pasir sesuai dengan perlapisan geogrid yang direncanakan lalu
dipadatkan menggunakan silinder beton, sesuai dengan layer, untuk lebih jelasnya
seperti pada Gambar 3.3.
5. Setiap lapisan yang telah digilas dicek kadar airnya dan kepadatannya menggunakan
uji density seperti pada Gambar 3.6.
6. Pemsangan pondasi dengan langkah seperti pada perlakukan sampel tanpa perkuatan
yang telah dijelaskan sebelumnya.
7. Tanah didiamkan selama ± 30 menit agar rongga-rongga yang ada pada tanah terisi
oleh partikel partikel yang juga menyesuaikan terhadap pergeseran tanah sehingga
rongga rongga tersebut dapat terisi
8. Pengujian dilakukan dengan menyesuaikan variabel penelitian yang berupa jarak
antar geogrid (h) dan letak lapis geogrid teratas (u).
43

3.4.4 Pengujian Pembebanan

Uji pembebanan dilakukan menggunakan hidraulic jack. Dalam pembebanan


digunakan load cell untuk mengukur besarnya beban yang terjadi. Pembebanan dilakukan
dengan menggunakan pemodelan pondasi. Pondasi terbuat dari plat baja. Sebagai faktor
kedalaman, pondasi diberikan tambahan balok baja pada tengah pondasi sehingga
ketinggiannya dapat desesuikan dengan kondisi sebenarnya.
Adapun langkah-langkah pengujian pembebanan adalah sebagai berikut:
1. Memasang pondasi persegi pada kedalaman yang telah menjadi variabel. Lebar
pondasi yang digunakan adalah 12 cm dan panjang pondasi yang digunakan adalah
18 cm.
2. Memasang load cell guna mengukur besarnya beban yang diterima tanah. Untuk
memastikan beban sudah terletak di tengah pondasi dan tidak terjadi momen,
dilakukan pengecekan dengan waterpass serta unting-unting seperti pada Gambar
3.9 dan 3.12.

Gambar 3.9 pemsangan load cell pada sampel uji


3. Memasang dial LVDT dan LVDT digital pada pondasi seperti ilustrasi pada Gambar
3.10 guna mengetahui besarnya penurunan tanah selama pembebanan.
44

Gambar 3.10 LVDT yang telah terpasang.


4. Uji pembebanan dengan dongkrak hidrolik. Pembebanan dilakukan bertahap tiap 20
kg hingga mengalami keruntuhan.

Gambar 3.11 Siap dilakukan uji pembebanan.


5. Mencatat berapa beban yang diberikan dan berapa penurunan yang terjadi pada
benda uji.

Load Frame (WF)


Beton
Penyanggah
Hyraulic Jack
LVDT

Load Cell
Extension

Df

Pondasi

Gambar 3.12 Model pengujian sampel


45

3.4.5 Metode Analisis Data

Berdasarkan hasil uji pembebanan, didapat data beban serta penurunan yang terjadi
pada pondasi. Data yang diambil merupakan data dari pondasi tanpa perkuatan dan pondasi
dengan perkuatan geogrid variasi rasio h/B dan rasio u/B.
Daya dukung dihitung dengan Persamaan 3.1 berikut:
Pu
qu = (3-1)
A

dengan :
Pu = beban maksimum yang dicatat saat uji pembebanan
A = luasan pondasi
Data-data di atas kemudian disajikan pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, dan Tabel 3.3 sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Persegi Tanpa Perkuatan
Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Persegi Tanpa Perkuatan

Kedalaman Penurunan Beban qu


No.
Pondasi (cm) (mm) Maksimum (kg) (kg/cm2)

1 3,6
2 5,4
3 7,2

Tabel 3.2 Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Persegi Dengan Perkuata
Daya Dukung dan Penurunan Pondasi Persegi Dengan Perkuatan

Rasio
Rasio Beban
Jarak Lapis Penurunan qu
Kedalaman maksimum
No. Pertama (mm) (kg/cm2)
Pondasi (kg)
Geogrid
1 0,3
2 0,3 0,45
3 0,6
4 0,3
5 0,4 0,45
6 0,6
7 0,3
8 0,5 0,45
9 0,6
46

Data diatas digunakan sebagai dasar grafik hubungan antara penurunan dan daya
dukung. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan geogrid sebagai perkuatan pondasi dalam
meningkatkan daya dukung, dilakukan analisis Bearing Capacity Ratio (BCR). Perhitungan
BCR diperoleh dari rumus Persamaan 3.2, yaitu :
q
BCR = (3-2)
qo

dengan :
BCR = Bearing Capacity Ratio
q = daya dukung dengan perkuatan geogrid
qo = daya dukung tanpa perkuatan
Data hasil perhitungan BCR nantinya ditampilkan seperti dalam tabel berikut :
Tabel 3.3 Bearing Capacity Ratio (BCR) Untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid
Bearing Capacity Ratio (BCR) Untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid terhadap
Dasar Pondasi (u/B) dan Variasi Kedalaman Pondasi Df/B

qu qu Pondasi Dengan
Pondasi Perkuatan Geogrid BCR
Rasio
No. Tanpa (kg/cm2)
u/B
Perkuatan
(kg/cm2)
Df=3,6 Df=5,4 Df=7,2 Df=3,6 Df=5,4 Df=7,2
1 0,3
2 0,4
3 0,5

3.5 Variasi Penelitian


Dalam Penelitian ini mengacu pada variabel bebas dan terikat sebagai acuan penelitian.
Variabel tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Variabel yang digunakan yaitu:
a. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu:
• Daya dukung tanah
• Penurunan
b. Variabel Bebas dalam penelitian ini yaitu:
1. Jarak lapisan pertama geogrid terhadap dasar pondasi yang digunakan yaitu3,6
cm, 4,8 cm dan 6 cm.
2. Rasio kedalaman pondasi yang digunakan sebesar Df/B = 0,3 ; 0,45 dan 0,6
dimana kedalaman pondasi yang dipakai saat u = 3,6 cm adalah 3,6 cm, 5,4 cm
dan 7,2 cm, saat u = 4,8 cm adalah 3,6 cm, 5,4 cm dan 7,2 cm, saat u = 6 cm
adalah 3,6 cm, 5,4 cm dan 7,2 cm.
47

c. Variable Kontrol dalam Penelitian ini adalah:


1. Lebar geogrid yang digunakan adalah 3B dan luas yang digunakan sebesar 1944
cm2.
2. Kepadatan relatif tanah pasir adalah RC 85%
Panjang pondasi yang digunakan adalah 18cm
Jarak antar geogrid (h) 3,6 cm
Jumlah lapis perkuatan geogrid n = 3
48

3.6 Bagan Alir Tahapan Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan, dapat dilihat pada gambar 3.13
berikut.

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Sifat Fisik Tanah :


1.Pemeriksaan analisis saringan Sifat Mekanis Tanah :
2.Pemeriksaan specific gravity Pengujian geser langsung
tanah (Direct Shear)
3.Kepadatan standar
(Compaction)

Penentuan panjang geogrid

gg

Persiapan model tes

gg

A
49

Tanpa perkuatan Perkuatan dengan geogrid

Variasi rasio kedalaman pondasi


dengan lebar pondasi (Df/B)

Variasi rasio jarak lapis pertama


geogrid dengan lebar pondasi (u/B)

Pembebanan Pada Model Tes

Pengolahan data

Analisis :
1. Daya dukung tanah

2. Penurunan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.13 Bagan alir percobaan


50
4 BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Bahan


Penelitian ini menggunakan 3 bahan utama yaitu tanah pasir, pondasi, dan geogrid
untuk perkuatannya. Karakteristik bahan-bahan tersebut yaitu :
a. Tanah yang digunakan adalah tanah pasir homogen isotropis , tanah yang
digunakan merupakan jenis tanah pasir bersimbol SP (Poorly Graded Sand) yang
diklasifikasi menurut sistem Unified (U.S.C.S).
b. Pondasi yang digunakan untuk menopang dan meneruskan beban adalah pondasi
persegi dengan lebar pondasi (B) 12 cm dan panjang pondasi (L) 18 cm Pondasi
terbuat dari plat baja yang dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk pondasi
persegi.
c. Bahan perkuatan yang digunaka adalah geogrid biaksial tipe Miragrid GX 40/40
dengan kuat Tarik 40 kN/m2. Geogrid terbuat dari bahan poliester dan diperoleh dari
PT. Tetrasa Geosinindo.
Tabel 4.1 Tipe Geogrid
Tipe Geogrid

sumber : PT. Tetrasa Geosinindo

51
52

4.1.1 Analisis Saringan

Sebelum dilakukan penelitian utama, dilakukan penelitian dasar pada pasir yang
digunakan. Salah satunya adalah analisis gradasi butiran tanah. Pengujian ini dimaksudkan
untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan. Data yang diperoleh dari hasil pengujian analisis saringan terhadap
gradasi butiran tanah disajikan pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Hasil pembagian ukuran butiran tanah


Berdasarkan data hasil pengujian gradasi, diketahui pasir yang lolos saringan no. 200
sebesar 1,377%. Pada sistem Klasifikasi Unified, tanah tersebut digolongkan sebagai tanah
berbutir kasar dengan prosentase tanah yang tertahan saringan no. 200 lebih dari dari 50%.
Kemudian jumlah prosentase tertahan saringan No.4 kurang dari 50% yaitu 5,44% sehingga
dapat diklasifikasikan kedalam jenis tanah pasir.
Untuk menentukan jenis pasir, maka digunakan Rumus (4-1) berikut ini.
(𝐷60 ) (𝐷30 )2
𝐶𝑢 = >6 𝐶𝑐 = 𝐷 ≠ 1 < 𝐶𝑐 < 3.....................(4-1)
𝐷10 10 𝑥 𝐷60

Diketahui:
D60 = 1,2
D30 = 0,56
D10 = 0,32
53

(1,2) (0,56)2
𝐶𝑢 = = 375 < 6 𝐶𝑐 = 0,32 𝑥 1,2 = 0,816
0,32

Karena nilai Cu kurang dari 6 dan nilai Cc tidak diantara 1 dan 3 maka dapat
disimpulkan bahwa jenis pasir ini tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW (Well Graded
Sand) sehingga gradasi pasir tersebut adalah SP (Poorly Graded Sand), yaitu pasir
bergradasi buruk dan pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran
halus.

4.1.2 Analisis Spesific Grafity


Pengujian Specific Grafity dilakukan untuk menentukan berat jenis tanah dengan
butiran yang lolos saringan no.4 menggunakan alat bantu yaitu picnometer. Air yang
dugunakan juga merupakan air yang telah dilakukan proses deaired yang berupa pendidihan
air hinggatidak terdapat gelembungudara lagi did dalam air tersebut. Yang dimaksud dengan
Specific Grafity adalah berat butir tanah dibandingkan berat air suling dengan isi yang sama
pada suhu tertentu.
Hasil penelitian laboratorium diperoleh data kalibrasi labu ukur beserta data Specific
Grafity yang didapatkan dari rumus berikut:
𝑊𝑠
𝐺𝑆 =
𝑊2 + 𝑊𝑠 − 𝑊1
Dimana :
SG = Specific Grafity
Ws = Berat tanah kering
W1 = Berat labu ukur + air + tanah
W2 = Berat labu ukur + air

Tabel 4.2 Hasil pengujian specific grafity pada tanah pasir sample.
Hasil pengujian specific grafity pada tanah pasir sample.
Labu
A B C
Ukur
Gs 2,628 2,661 2,644
Rata-rata 2,644

4.1.3 Analisis Kepadatan Tanah (Compaction)

Analisis kepadatan dilakukan dalam dua cara, yaitu kepadatan di laboratorium dan
kepadatan saat dilakukan sampel uji. Kepadatan di laboratorium digunakan utnuk mengetahu
kepadatan tanah yang maksimum dan kadar air optimumnya sehingga dapat digunakan
54

acuan dalam kontrol kepadatan pada sampel uji. Pada penelitian ini digunakan RC 85%,
yang artinya bukan kepadatan maksimum yang digunakan namun 85% dari kepadatan
maksimumnya. RC 85% tersebut yang digunakan dalam kepadatan sampel uji.
a. Kepadatan Tanah Standar di Laboratorium (Proctor Test)

Pengujian kepadatan standar (compaction) bertujuan untuk menetukan hubungan antara


kadar air dengan kepadatan tanah yang dinyatakan dalam berat isi kering. Pengujian
dilakukan dengan memadatkan tanah didalam mold berdiameter 15,4 cm dengan tinggi 11,3,
menggunakan proktor standar dengan berat 2,5 kg. Tinggi jatuh untuk pemadatan standar
ialah sebesar 30,48 cm (12 inch) dengan jumlah tumbukan sebanyak 56 kali disetiap
lapisannya. Uji pemadatan ini mengacu pada ASTM D-698-70 metode B. Dari hasil
pengujian tersebut, didapatkan nilai berat isi kering (𝛾𝑑) maksimum sebesar 1,725 gr/cm3
dengan kadar air optimum (OMC) sebesar 10,20 %. Grafik pengujian tersebut ditunjukkan
dalam Gambar 4.2 berikut.

Grafik Pemadatan
2.100

2.000
Dry density (gr/cm3)

1.900

1.800

1.700

1.600

1.500
4 5 6 7 8 9 10 11 12
water content,w (%)

Gambar 4.2 Hasil pengujian pemadatan di laboratorium mekanika tanah.


Dari pengujian pemadatan labolatorium juga idapatkan nilai berat isi basah yang dapat
dijadikan acuan dalam penelitian pada model nantinya. Didpatkan nilai berat isi basah yang
diperoleh adalah 1,90 gr/cm3. Pada penelitian ini yang dignakan adalah kepadatan pasir
dengn Rc 85% sehingga berat isi yang diinginkn pada pengujian model adalah
b. Kepadatan Tanah Model
Setelah dilakukan pengujian kepadatan di laboraturium, maka perlu mencari kepadatan
tanah model di lapangan. Alat yang digunakan untuk menentukan berat isi kering di
lapangan (γlap) adalah density ring. Setelah pengujian kepadatan di lapangan, dapat
dihasilkan nilai kepadatan relatif (RC) dengan membandingkan berat isi kering model
55

(γlap) dengan berat isi kering yang diperoleh dari pemadatan standar di laboratorium (γlab).
Berat isi basah (γlap) yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1,613 gr/cm 3 untuk
kepadatan relatif sebesar 85%.
Pemodelan pondasi dibagi menjadi 7 lapisan dengan tinggi masing-masing sebesar 10
cm. Pemadatan tanah pada tiap lapisan dilakukan dengan cara menggilas tanah dengan
menggunakan beton silinder dengan berat 11,28 kg dan tinggi 30 cm. Jumlah gelindingan
yang dilakukan untuk mendapatkan kepadatan yang diinginkan didapatkan dengan cara
memadatkan hingga ketinggian target yaitu 10 cm. Kemudian dilakukan pengujian density
test untuk mengontrol nilai kepadatan agar sesuai dengan kepadatan rencana.

4.1.4 Analisis Kuat Geser Langsung

Pengujian dasar lainnya adalah Analisis pengujian geser langsung. Pengujian ini
dimaksudkan untuk menetukan parameter nilai kohesi tanah (c) serta nilai sudut geser dalam
tanah (ϕ). Hasil dari pengujian ini disajikan dalam grafik hubungan antara tengangan normal
(σ) dan tegangan geser maksimum (τ). Dari grafik tersebut dapat diperoleh nilai kohesi tanah
serta nilai sudut geser tanah dengan menghubungkan ketiga titik yang diperoleh dengan garis
linear sehingga membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal pada nilai kohesi (c)
dan memotong sumbu horizontal dengan membentuk sebuah sudut yang merupakan sudut
geser dalam tanah (ϕ). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai sudut
geser dalam tanah (ϕ) sebesar 31,691o dan nilai kohesi (c) sebesar 0,0029 kg/cm2. Grafik
hasil pengujian direct shear disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Hubungan antara tegangan geser dan tegangan normal pada uji direct shear
56

4.2 Hasil Pengujian Kepadatan dan Kadar Air Model Test


Model test yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu model test
tanpa perkuatan dan model test dengan perkuatan. Perlakuan antara perkuatan dan tanpa
perkuatan disamakan.

4.2.1 Tanah Pasir Tanpa Perkuatan


Dengan menggunakan density test dapat diperoleh nilai kadar air dan berat isi kering
tanah pada pemodelan pondasi persegi tanpa perkuatan geogrid. Nilai tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Nilai Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah Pondasi Persegi Tanpa Perkuatan
Nilai Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah Pondasi Persegi Tanpa Perkuatan Geogrid
Dimensi Pondasi Kadar air Berat Isi Kering
Df/B
(L/B) (%) (gr/cm3)
0,3 10,08 1,471
1,5 0,45 10,49 1,465
0,6 10,08 1,473

4.2.2 Tanah Pasir dengan Perkuatan


Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada pemodelan pondasi persegi dengan
perkuatan 3 lapis geogrid diperoleh nilai kadar air dan berat isi kering dengan menggunakan
density test yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai Kadar Air dan Berat Isi Kering Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid
Nilai Kadar Air dan Berat Isi Kering Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid
Kadar air Berat Isi
Df
u/B (%) Kering
(cm)
(gr/cm3)
0,3 9,42 1,481
3,6 0,4 10,35 1,481
0,5 10,38 1,473
0,3 10,31 1,469
5,4 0,4 10,61 1,467
0,5 10,45 1,469
0,3 9,60 1,481
7,2 0,4 13,11 1,477
0,5 10,04 1,457
57

4.3 Hasil Pengujian Daya Dukung Tanah pasir Tanpa Perkuatan Geogrid
Hasil pengujian yang akan dijelaskan berupa daya dukung pondasi tanpa perkuatan
yang dikerjakan secata teoritik dan model test. Sehingga dapat diketahui perbandingan antara
pengerjaan secara toeritis apabila dibandingkan dengan model test.

4.3.1 Hasil Perhitungan Teoritik

Pendekatan secara analitik pada tanah pasir tanpa perkuatan dapat dicari dengan
beberapa cara. Untuk memperkirakan dasar nilai daya dukung digunakan metode Meyerhof,
Hansen dan Vesic. Hasil dari perhitungan dengan metode analitik tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5 Nilai Daya Dukung Analitik untuk Pondasi Persegi tanpa Perkuatan Geogrid
Nilai Daya Dukung Analitik untuk Pondasi Persegi tanpa Perkuatan Geogrid
Dimensi qu (kN/m2)
Pondasi Df/B
(L/B) Meyerhof Hansen Vesic
0,3 42, 632 33,184 40,478
1,5 0,45 52,239 43,784 51,559
0,6 62,271 55,116 63,406

4.3.2 Hasil Eksperimen Mengunakan Model Test


Penelitian ini dimaksudkan salah satunya adalah untuk mengetahui daya dukung
maksimum yang terjadi. Untuk tanah pasir tanpa perkuatan, didapatkan data-data hasil
pengujian daya dukung seperti yang tertera pada Tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6 Nilai Daya Dukung Berdasarkan Eksperimen untuk Pondasi Tanpa Perkuatan
Nilai Daya Dukung Berdasarkan Eksperimen untuk Pondasi Tanpa Perkuatan
Df
qu (kN/m2)
(cm)
3,6 101,129

5,4 119,206

7,2 145,817

Dari percobaan pembebanan yang dilakukan pada model tanah pasir tanpa perkuatan
didapatkan hasil pembacaan terhadap daya dukung dan penurunan yang terjadi. Hasil
pembacaan daya dukung dan penurunan yang terjadi disajikan pada grafik hubungan antara
daya dukung dan penurunan pada Gambar 4.4 berikut ini.
58

TANPA PERKUATAN
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 Df/B=0,3 | L/B=1,5
Df/B=0,45 | L/B=1,5 5
-8
Df/B=0,6 | L/B=1,5
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28 B=12

L
25
-33
Df
30
-38
100 cm

-43 70 cm 35

-48 100 cm
40

Gambar 4.4 Grafik pengujian model test tanpa perkuatan.


Dari Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada saat rasio penurunan dengan lebar pondasi
sebesar 10%, didapatkan daya dukung terbesar saat kedalaman pondasi 7,2 cm yaitu sebesar
145,817 kN/m2.

4.3.3 Analisis Penurunan Secara Teoritik dan Eksperimen

Melalui beberapa hasil yang telah disampaikan maka ddapat diketahui seperti pada
Gambar 4.5, bahwa dukung pondasi lebih besar saat dilakukan melalui pengujian model test
dibandingkan dengan perhitungan secara teoritik.
175
150
Tegangan Tanah (kN/m2)

125
100
75
50
25
0
Df/B = 0,3 Df/B = 0,45 Df/B = 0,6
EKSPERIMEN L=1,5B 101.129 119.206 145.817
MEYERHOF L=1,5B 42.632 52.239 62.271
HANSEN L=1,5B 33.184 43.784 55.116
VESIC L=1,5B 40.478 51.559 63.406

Gambar 4.5 Perbandingan daya dukung teoritis dan model test.


59

4.3.4 Efek Skala Model terhadap Daya Dukung Teoritik


Perbedaan nilai daya dukung (Bearing Capacity) yang cukup besar antara model uji
dengan teoritis dipengaruhi karena adanya faktor skala. Apabila digunakan nilai daya
dukung tanah model dengan daya dukung tanah teoritis jelas terdapat perbedaan yang cukup
besar pada keduanya. Oleh karena itu digunakan pembanding lain seberti lebar pondasi dan
kepadatan pondasi sehingga mengetahui pengaruh keduanya terhadap perbesaran daya
dukung tanah pada skala model. Perhitungan teoritis didsarkan pada persamaan 2-7.

Tabel 4.7 Perbandingan nilai teoritis dengan nilai model tes


Perbandingan nilai teoritis dengan nilai model tes
qu
B Df qu teoritis qu/ɣB qu/ɣB Per-
model Nɣ Teoritis Nɣ Model
besaran
(m) (m) (kN/m2) (kN/m2) Teoritis Model
0,12 0,036 123,48 35.371 28,836 84,713 20,161 70,383 2,937
0,12 0,054 144,07 46.600 28,836 89,817 26,562 82,119 3,114
0,12 0,072 167,18 55.388 28,836 95,791 31,571 95,292 3,321
0,18 0,036 101,27 41.412 28,836 46,393 15,737 38,482 1,608
0,18 0,054 119,21 49.977 28,836 48,225 18,991 45,299 1,672
0,18 0,072 145,82 58.541 28,836 54,543 22,246 55,411 1,891
0,24 0,036 94,74 43.395 28,836 31,284 12,368 27,001 1,084
0,24 0,054 102,63 51.602 28,836 27,137 14,707 29,249 0,941
0,24 0,072 121,54 59.809 28,836 27,861 17,045 34,639 0,966
60

Perbandingan dengan Metode Teoritis (Mayerhoff)


120.0
teoritis
100.0
model
80.0
qu/ɣB

60.0

40.0

20.0

0.0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
B

Gambar 4.6 Perbandingan nilai qu/ɣB antara model dengan metode teoritis Mayerhoff
Pada Gambar 4.6 diketahui bahwa terdapat berbedaan yang siginifikan antara teoritis
dengan model, dimana nilai qu/ɣB pada skala model lebih besar dibandingkan dengan
teoritis. Perbesaran yang terjadi antara skala model terhadap teoritis hampir mencapai 3 kali
lipat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7. Namun dengan samakin bertambahnya
lebar pondasi perbedan antara nilai teoritis dan skala model menjadi lebih kecil.

Rasio Model Tes terhadap Teori Mayerhof


3.5

3
Nɣ model/Nɣ teoritis

2.5

1.5

1 y = 93.57x2 - 51.413x + 7.947

0.5

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
B

Gambar 4.7 Perbandingan besar nilai daya dukung skala model dengan teoritis (Mayerhoff)
pada lebar pondasi yang berbeda beda
Pada jurnal Cerato dan Lutenegger (2007) digunakan metode modofikasi shiraisi untuk
merubah dari skala prototipe ke skala model.
61

Tabel 4.8 Perhitungan nilai Nɣ* berdasarkan teori Shiraishi


Perhitungan nilai Nɣ* berdasarkan teori Shiraishi
B qu
Nɣ hitung Nɣ
Nɣ*/Nɣ Nɣ*/Nɣ Nɣ*/Nɣ
(m) (kN/m2) mundur Terzhagi
shiraishi reduksi
0,12 123,48 84,713 28,836 2,027 1,084 1,507
0,12 144,07 89,817 1,598
0,12 167,18 95,791 1,704
0,18 101,27 46,393 1,792 1,000 0,825
0,18 119,21 48,225 0,858
0,18 145,82 54,543 0,971
0,24 94,74 31,284 1,644 0,944 0,556
0,24 102,63 27,137 0,483
0,24 121,54 27,861 0,496

Perbandinga Modifikasi Shiraishi (1990) dengan Model Tes

5
Shiraishi
4 Shiraishi Reduksi 30%
Model Tes
3
Nɣ*/Nɣ

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
B

Gambar 4.8 Grafik hubungan N*/N-B modifikasi Shiraishi (1990) dan model tes
Dari Gambar 4.8 didapatkan bahwa pada pondasi dengan lebar 0,12 m berada diantara
2 persamaan Shiraishi, sementara pondasi dengan lebar 0,18 dan 0,24 m berada di bawah
dari garis persamaan modifikasi Shiraishi. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan sudut
geser tanah mengingat Shiraishi menggunakan dasar penelitian pada sudut geser tanah
sebesar 41-44o, juga akibat panjang pondasi pada model dengan lebar pondasi 0,18 dan 0,24
m yang memiliki panjang yang konstan (0,12 m) dimana bentuk pondasi tidak konstan
berbentuk persegi melainkan berubah menjadi persegi panjang.
62

4.4 Hasil Pengujian Daya Dukung Pondasi pada Tanah pasir dengan Perkuatan
Geogrid
Hasil pengujian yang akan dijelaskan berupa daya dukung pondasi dengan perkuatan
yang pada masing-masing variabel bebas yang telah ditentukan. Adapaun variabel bebas
yang digunakan adalah kedalaman pondasi (Df) yaitu 0,3B; 0,45B; dan 0,6B, serta jarak
lapis pertama geogrid (u) yaitu 0,3B; 0,4B; dan 0,5B.

4.4.1 Analisis Daya Dukung Pondasi Persegi pada Tanah Pasir dengan Perkuatan
Geogrid

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian pondasi pada tanah pasir dengan Pada
pengujian yang dilakukan pada model pondasi peregi dengan perkuatan geogrid 3 lapis
dengan variasi (Df/B) serta variasi jarak pertama geogrid u/B dan dimensi pondasi (L/B)=1,5
dengan h/B = 0,3 didapatkan nilai daya dukung yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 dan Tabel
4.10. Sedangkan nilai daya dukung terhadap variasi rasio Df/B dan jarak lapis pertama
geogrid ditunjukkan pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
Tabel 4.9 Nilai Daya Dukung Eksperimen Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid
Nilai Daya Dukung Eksperimen Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid pada Variasi
Rasio Df/B
Df Beban Penurunan qu qu
u/B s/B (%)
(cm) (kg) (mm) (kg/cm2) (kN/cm2)
0,3 473 12 10 2,194 219,402
3,6 0,4 447 12 10 2,071 207,142
0,5 380 12 10 1,762 176,207
0,3 529 12 10 2,452 245,290
5,4 0,4 502 12 10 2,327 232,737
0,5 420 12 10 1,946 194,641
0,3 598 12 10 2,769 276,993
7,2 0,4 559 12 10 2,588 258,814
0,5 501 12 10 2,322 232,207
63

300

250

200
q (kN/m2)

150

100
Df/B=0,3
50 Df/B=0,45
Df/B=0,6
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
u/B

Gambar 4.9 Nilai daya dukung ultimit (qu) eksperimen pondasi persegi dengan perkuatan
geogrid pada variasi rasio Df/B

Tabel 4.10 Nilai Daya Dukung Eksperimen Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid
Nilai Daya Dukung Eksperimen Pondasi Persegi dengan Perkuatan Geogrid pada Variasi
u/B
Df
u/B Beban (kg) Penurunan (mm) s/B (%) qu (kg/cm2) qu (kN/cm2)
(cm)
3,6 473 12 10 2,194 219,402
0,3 5,4 529 12 10 2,452 245,290
7,2 598 12 10 2,769 276,993
3,6 447 12 10 2,071 207,142
0,4 5,4 502 12 10 2,327 232,737
7,2 559 12 10 2,588 258,814
3,6 380 12 10 1,762 176,207
0,5 5,4 420 12 10 1,946 194,641
7,2 501 12 10 2,322 232,207
64

300

250

200
q (kN/m2)

150

100
u/B=0,3
50 u/B=0,4
u/B=0,5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Df/B

Gambar 4.10 Nilai daya dukung ultimit (qu) eksperimen pondasi persegi dengan perkuatan
geogrid pada variasi u/B
Dapat dilihat dari Tabel 4.7 dan 4.8, Gambar 4.6 dan 4.7 bahwa semakin kecil rasio
jarak lapis pertama geogrid (u/B) maka semakin besar daya dukungnya, hal ini dikarenakan
semakin dekat jarak lapis pertama geogrid maka respon perkuatan yang dikarenakan gaya
tarik geogrid semakin cepat, sehingga daya dukungnya juga semakin besar. Selain itu
semakin besarnya rasio kedalaman pondasi (Df/B), maka nilai daya dukung akan semakin
besar. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh timbunan tanah diatas pondasi, sehingga
semakin dalam pondasi di letakan maka tanah yang menahan keruntuhan tanah juga semakin
tebal dan daya dukung tanah juga akan semakin besar. Teori diatas dapat dibuktikan dengan
rumus umum daya dukung yang dibuat oleh mayerhof sebagai berikut,
qu = c . Nc . fcs .f cd .fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . ϒ . B . Nϒ .fγs .f γd .fγi
Dimana fcd, fqd dan f γd merupakan faktor kedalaman pondasi yang di rumuskan
sebagai berikut,
f cd = 1 + 0,2 √𝐾𝑝 (D/B)

fqd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B)

f γd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B)


Dapat dilihat pada rumus diatas bahwa kedalaman pondasi merupakan faktor pengali,
sehingga semakin dalam pondasi maka semakin besar nilai daya dukungnya. Nilai daya
dukung terbesar pada saat u/B = 0,3 dan kedalaman pondasi Df/B = 0,6. Hal ini mungkin
65

bisa terjadi dikarenakan lapisan tanah bawah akan terpengaruh saat lapisan atasnya
dipadatkan. Tanah yang ada di bawah akan semakin padat dibandingkan tanah diatasnya

4.4.2 Analisis Penurunan Tanah Pasir dengan Variasi Kedalaman Pondasi.

Variasi kedalaman pondasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam daya
dukung tanah pasir dengan perkuatan geogrid. Pada penelitian ini digunakan nilai Df adalah
0,3B; 0,45B, dan 0,6B, dan diharapkan didapatkan nilai daya dukung yang paling maksimum
dengan variasi kedalaman pondasi tersebut.
a. Rasio kedalaman pondasi dengan lebar pondasi (Df/B) 0,3

Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid 3 lapis di laboratorium dengan Df/B = 0,3, didapatkan nilai daya dukung
dan penurunan yang terjadi. Hasil pembacaan daya dukung dan penurunan untuk model
pondasi persegi dengan perkuatan geogrid saat Df/B = 0,3 disajikan dalam grafik hubungan
antara daya dukung dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut.

Perbandingan Variasi "u/B" dengan "Df/B=0,3"


q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15
s/B ( % )

-23 20
-28 B=12
25
-33 L

30
-38 Df
u
100 cm

-43
h 70 cm 35

-48 100 cm 40

Gambar 4.11 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid saat Df/B = 0,3 serta u/B = 0,3 ; 0,4 dan 0,5
Dari Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa semakin kecil jarak pertama lapis pertama
geogrid, maka nilai daya dukung yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk hasil pengujian
model pondasi persegi dengan rasio Df/B = 0,3, pada u=0,3B didapatkan penurunan sebesar
12 mm dengan nilai qu = 219,402 kN/cm2, pada u=0,4B didapatkan penurunan sebesar 12
66

mm dengan nilai qu = 207,142 kN/cm2, dan pada u=0,5B didapatkan penurunan sebesar 12
mm dengan nilai qu = 176,207 kN/cm
b. Rasio kedalaman pondasi dengan lebar pondasi (Df/B) 0,45

Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid 3 lapis di laboratorium dengan Df/B = 0,45, didapatkan nilai daya dukung
dan penurunan yang terjadi. Hasil pembacaan daya dukung dan penurunan untuk model
pondasi persegi dengan perkuatan geogrid saat Df/B = 0,45 disajikan dalam grafik hubungan
antara daya dukung dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut.

Perbandingan Variasi "u/B" dengan "Df/B=0,45"


q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28 B=12
25
-33 L

30
-38 Df
u
100 cm

-43
h 70 cm 35

-48 100 cm 40

Gambar 4.12 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid saat Df/B = 0,45 serta u/B=0,3 ; 0,4 dan 0,5
Dari Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa semakin kecil jarak lapis pertama geogrid, maka
nilai daya dukung yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk hasil pengujian model pondasi
persegi dengan rasio Df/B = 0,45; pada u=0,3B didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 245,290 kN/cm2, pada u=0,4B didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan nilai
qu = 232,737 kN/cm2, dan pada u=0,5B didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan nilai
qu = 194,641 kN/cm2.
67

c. Rasio kedalaman pondasi dengan lebar pondasi (Df/B) 0,6

Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada permodelan tanah Berdasarkan


hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi dengan perkuatan geogrid 3
lapis di laboratorium dengan Df/B = 0,6, didapatkan nilai daya dukung dan penurunan yang
terjadi. Hasil pembacaan daya dukung dan penurunan untuk model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid dengan Df/B = 0,6 disajikan dalam grafik hubungan antara daya dukung
dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut.

Perbandingan Variasi "u/B" dengan "Df/B=0,6"


q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
B=12 25
-33 L
30
-38 Df
100 cm u
-43 h 70 cm
35

-48 100 cm
40

Gambar 4.13 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid saat Df/B = 0,6 serta u/B = 0,3 ; 0,4 dan 0,5
Dari Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa semakin kecil jarak lapis pertama geogrid, maka
nilai daya dukung yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk hasil pengujian model pondasi
persegi dengan rasio df/B = 0,6, pada u=0,3B didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 276,993 kN/cm2, pada u=0,4B didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan nilai
qu = 258,814 kN/cm2, dan pada u=0,5B didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan nilai
qu = 232,207 kN/cm2.

4.4.3 Analisis Penurunan Tanah Pasir dengan Variasi Jarak Lapis Geogrid.
Variasi jarak lapis pertama geogrid merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
dalam daya dukung tanah pasir dengan perkuatan geogrid. Pada penelitian ini digunakan
68

nilai h adalah 0,2B; 0,25B, dan 0,3B, dan diharapkan didapatkan nilai daya dukung yang
paling maksimum dengan variasi jarak pertama geogrid tersebut.
a. Rasio jarak pertama geogrid dengan lebar pondasi (u/B) 0,3

Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada permodelan tanah Berdasarkan


hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi dengan perkuatan geogrid 3
lapis di laboratorium dengan menggunakan jarak lapis pertama geogrid u/B=0,3, didapatkan
nilai daya dukung dan penurunan yang terjadi. Hasil pembacaan daya dukung dan penurunan
untuk model pondasi persegi dengan perkuatan geogrid menggunakan u/B=0,3 disajikan
dalam grafik hubungan antara daya dukung dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar
4.11 berikut.

Perbandingan Variasi "Df/B" dengan "u/B=0,3"


q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 Df/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Df/B=0,45 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
Df/B=0,6 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28 B=12

L
25
-33
Df 30
-38 100 cm u
h 70 cm
-43 35
100 cm
-48 40

Gambar 4.14 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid saat u/B=0,3 serta Df/B = 0,3; 0,45 dan 0,6
Dari Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa semakin besar variasi rasio kedalaman pondasi,
maka nilai daya dukung yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk hasil pengujian model
pondasi persegi pada u=0,3B, pada Df/B = 0,3 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 219,402 kN/cm2, pada Df/B = 0,45 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 245,290 kN/cm2, dan pada d/B = 0,6 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 276,993 kN/cm2.
69

b. Rasio jarak pertama geogrid dengan lebar pondasi (u/B) 0,4

Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid 3 lapis di laboratorium dengan menggunakan jarak lapis pertama geogrid
u/B=0,4, didapatkan nilai daya dukung dan penurunan yang terjadi. Hasil pembacaan daya
dukung dan penurunan untuk model pondasi persegi dengan perkuatan geogrid
menggunakan u/B=0,4 disajikan dalam grafik hubungan antara daya dukung dan penurunan
yang dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut.

Perbandingan Variasi "Df/B" dengan "u/B=0,4"


q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
Df/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
0
-3
Df/B=0,45 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
Df/B=0,6 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28 B=12
25
L
-33
30
-38 100 cm
Df
u

-43
h 70 cm 35

-48 100 cm 40

Gambar 4.15 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid saat u/B=0,4 serta Df/B = 0,3; 0,45 dan 0,6
Dari Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa semakin besar variasi rasio kedalaman pondasi,
maka nilai daya dukung yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk hasil pengujian model
pondasi persegi pada u=0,4B, pada Df/B = 0,3 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 207,142 kN/cm2, pada Df/B = 0,45 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 232,737 kN/cm2, dan pada Df/B = 0,6 didapatkan penurunan sebesar 12 mm
dengan nilai qu = 258,814 kN/cm2.
c. Rasio jarak pertama geogrid dengan lebar pondasi (u/B) 0,5

Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi dengan
perkuatan geogrid 3 lapis di laboratorium dengan menggunakan jarak lapis pertama geogrid
u/B=0,5, didapatkan nilai daya dukung dan penurunan yang terjadi. Hasil pembacaan daya
70

dukung dan penurunan untuk model pondasi persegi dengan perkuatan geogrid
menggunakan u/B=0,5 disajikan dalam grafik hubungan antara daya dukung dan penurunan
yang dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut.

Perbandingan Variasi "Df/B" dengan "u/B=0,5"


q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 Df/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Df/B=0,45 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
Df/B=0,6 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28 B=12
25
L
-33
30
-38 100 cm
Df
u

-43
h 70 cm 35

-48 100 cm 40

Gambar 4.16 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid saat u/B=0,5 serta Df/B = 0,3; 0,45 dan 0,6
Dari Gambar 4.16 dapat dilihat bahwa semakin besar variasi rasio kedalaman pondasi,
maka nilai daya dukung yang dihasilkan juga semakin besar. Untuk hasil pengujian model
pondasi persegi pada u=0,5B, pada Df/B = 0,3 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 176,207 kN/cm2, pada Df/B = 0,45 didapatkan penurunan sebesar 12 mm dengan
nilai qu = 194,641 kN/cm2, dan pada Df/B = 0,6 didapatkan penurunan sebesar 12 mm
dengan nilai qu = 232,207 kN/cm2.

4.5 Perbandingan Hubungan Penurunan dan Daya Dukung Tanah Pasir Tanpa
Perkuatan dan Pasir dengan Perkuatan Geogrid
Hubungan penurunan dan daya dukung pada pasir tanpa perkuatan dan pasir
menggunakan perkuatan geogrid ditujukan untuk mengetahui dan membuktikan bahwa
geogrid terbukti dapat meningkatan daya dukung pada tanah pasir secara signifikan. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tanah pasir yang digunakan memiliki kepadatan
85%, dimana dengan kepadatan itu pasir diungkinkan memiliki residual strenght sehingga
beban dapat terus bertambah walaupun tanah telah mengalami keruntuhan. Oleh karena itu,
71

itu mengetahui keruntuhan dari tanah pasir digunkan rasio penurunan terhadap lebar pondasi
yaitu 10%. Nilai 10% ini diambil dari beberapa penelitian sebelumnya juga beberapa jurnal
yang telah dipatenkan.

4.5.1 Df/B = 0.3


Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi di
laboratorium dengan menggunakan variasi u/B = 0,3 ; 0,4 ; 0,5 dan Df/B = 0,3, variabel
tetap L/B = 1,5 dan h/B = 0,3 pada pondasi menerus dengan perkuatan geogrid 3 lapis. Maka
didapatkan nilai daya dukung dan penurunan yang terjadi antara pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dengan pondasi persegi menggunakan perkuatan geogrid. Grafik
hubungan antara daya dukung dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut.

Df/B=0,3
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3
5
-8 u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Tanpa Perkuatan
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
B=12 25
-33 L
30
-38 Df
100 cm u
-43 h 70 cm
35

-48 100 cm
40

Gambar 4.17 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dan pondasi persegi dengan perkuatan geogrid, u/B = 0,3 ; 0,4 ; 0,5 serta
Df/B = 0,3
Dapat diperhatikan pada Gambar 4.17 terlihat bahwa penurunan yang terjadi pada
pondasi persegi dengan perkuatan geogrid pada awal pembebanan lebih besar dari
penurunan pondasi tanpa perkuatan geogrid, kemudian di akhir penurunannya menjadi lebih
kecil daripada pondasi persegi tanpa perkuatan geogrid jika ditinjau dari beban yang sama.
Namun apabila dilihat dari pola runtuhnya tanah pasir yang diberikan perkuatan akan lebih
besar ketimbang tanah pasir tanpa perkuatan. Hal ini terjadi dikarenakan beban yang mampu
ditahan oleh tanah pasir dengan perkuatan akan jauh lebih besar jika dibandingkan tanah
72

pasir tanpa perkuatan, dengan begitu nilai dari daya dukung yang dihasilkan oleh tanah pasir
dengan perkuatan pun akan semakin besar.

4.5.2 Df/B = 0,45


Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi di
laboratorium dengan menggunakan variasi u/B = 0,3 ; 0,4 ; 0,5 dan Df/B = 0,45, variabel
tetap L/B = 1,5 dan h/B = 0,3 pada pondasi menerus dengan perkuatan geogrid 3 lapis. Maka
didapatkan nilai daya dukung dan penurunan yang terjadi antara pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dengan pondasi persegi menggunakan perkuatan geogrid. Grafik
hubungan antara daya dukung dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Df/B=0,45
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3
5
-8 u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Tanpa Perkuatan 10
-13
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28 B=12
25
-33 L

30
-38 Df
u
100 cm

-43
h 70 cm 35

-48 100 cm 40

Gambar 4.18 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dan pondasi persegi dengan perkuatan geogrid, u/B = 0,3 ; 0,4 ; 0,5 serta
Df/B = 0,45
Dapat diperhatikan pada Gambar 4.18 terlihat bahwa penurunan yang terjadi pada
pondasi persegi dengan perkuatan geogrid pada awal pembebanan lebih besar dari
penurunan pondasi tanpa perkuatan geogrid, kemudian di akhir penurunannya menjadi lebih
kecil daripada pondasi persegi tanpa perkuatan geogrid jika ditinjau dari beban yang sama.
Namun apabila dilihat dari pola runtuhnya tanah pasir yang diberikan perkuatan akan lebih
besar ketimbang tanah pasir tanpa perkuatan. Hal ini terjadi dikarenakan beban yang mampu
ditahan oleh tanah pasir dengan perkuatan akan jauh lebih besar jika dibandingkan tanah
pasir tanpa perkuatan, dengan begitu nilai dari daya dukung semakin besar.
73

4.5.3 Df/B = 0,6


Berdasarkan hasil pembebanan yang dilakukan pada model pondasi persegi di
laboratorium dengan menggunakan variasi u/B = 0,3 ; 0,4 ; 0,5 dan Df/B = 0,6, variabel
tetap L/B = 1,5 dan h/B = 0,3 pada pondasi menerus dengan perkuatan geogrid 3 lapis. Maka
didapatkan nilai daya dukung dan penurunan yang terjadi antara pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dengan pondasi persegi menggunakan perkuatan geogrid. Grafik
hubungan antara daya dukung dan penurunan yang dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Df/B=0,6
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3 u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
5
-8
Tanpa Perkuatan
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
B=12
25
-33 L
30
-38 Df
u
-43
100 cm
h 70 cm
35

-48 100 cm
40

Gambar 4.19 Hubungan tegangan tanah dan penurunan pada model pondasi persegi tanpa
perkuatan geogrid dan pondasi persegi dengan perkuatan geogrid, u/B = 0,3 ; 0,4 ; 0,5 serta
Df/B = 0,6
Dapat diperhatikan pada Gambar 4.19 terlihat bahwa penurunan yang terjadi pada
pondasi persegi dengan perkuatan geogrid pada awal pembebanan lebih besar dari
penurunan pondasi tanpa perkuatan geogrid, kemudian di akhir penurunannya menjadi lebih
kecil daripada pondasi persegi tanpa perkuatan geogrid jika ditinjau dari beban yang sama.
Namun apabila dilihat dari pola runtuhnya tanah pasir yang diberikan perkuatan akan lebih
besar ketimbang tanah pasir tanpa perkuatan. Hal ini terjadi dikarenakan beban yang mampu
ditahan oleh tanah pasir dengan perkuatan akan jauh lebih besar jika dibandingkan tanah
pasir tanpa perkuatan, dengan begitu nilai dari daya dukung yang dihasilkan oleh tanah pasir
dengan perkuatan pun akan semakin besar.
74

4.6 Analisis Bearing Capacity Ratio


Analisis BCR (Bearing Capacity Ratio) merupakan analisis perbandingan nilai daya
dukung maksimum pada saat beban runtuh antara pondasi persegi dengan perkuatan geogrid
dan pondasi persegi tanpa perkuatan geogrid. Dikarenakan penelitian ini menggunakan
anggapan bahwa pondasi mengalami keruntuhan stabil saat nilainya dibawah sama dengan
10% dari lebar pondasi, maka daya dukung maksimum pondasi persegi terjadi saat
penurunan pondasi sama dengan 10% dari lebar pondasi. Analisis BCR ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan terhadap nilai daya dukung yang terjadi ketika pondasi sudah
diperkuat menggunakan geogrid. Sehingga dapat diketahui rasio Df/B dan u/B yang
menghasilkan peningkatan nilai daya dukung paling optimum.

4.6.1 Bearing Capacity Ratio (BCR) pada Sampel Tanah dengan Variasi Kedalaman
Pondasi (Df)

Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada setiap variasi rasio jarak lapisan
Pembebanan yang dilakukan pada setiap variasi kedalaman pondasi didapatkan nilai Bearing
Capacity Ratio (BCR) yang bisa dilihat pada Tabel 4.11 dan untuk grafik perbandingan nilai
BCR variasi kedalaman pondasi tanah pasir dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Tabel 4.11 Nilai BCR untuk Variasi Rasio Df/B


Nilai BCR untuk Variasi Rasio Df/B
Df qu Tanpa Perkuatan qu Dengan Perkuatan
u/B BCR
(cm) Geogrid (kN/cm2) Geogrid (kN/cm2)
3,6 101,129 219,402 2,170
0,3 5,4 119,206 245,290 2,058
7,2 149,817 276,993 1,900
3,6 101,129 207,142 2,048
0,4 5,4 119,206 232,737 1,952
7,2 149,817 258,814 1,775
3,6 101,129 176,207 1,742
0,5 5,4 119,206 194,641 1,633
7,2 149,817 232,207 1,592
75

2.500

2.000

1.500
q (kN/m2)

1.000
u/B=0,3
0.500 u/B=0,4

u/B=0,5
0.000
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Df/B

Gambar 4.20 Perbandingan nilai BCR untuk variasi rasio Df/B


Dapat dilihat dari Tabel 4.11 dan Gambar 4.20 bahwa nilai daya dukung BCR
mengalami penurunan dari Df/B = 0,3 sampai dengan Df/B = 0,6. Nilai BCR optimum pada
penelitian ini diperoleh saat pondasi dengan rasio Df/B = 0,3 pada u/B = 0,3 yaitu sebesar
2,170.

4.6.2 Bearing Capacity Ratio (BCR) pada Sampel Tanah dengan Variasi Jarak Lapis
Pertama Geogrid (u)
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada setiap variasi rasio jarak lapisan
Pembebanan yang dilakukan pada setiap variasi jarak lapis pertama geogrid didapatkan nilai
Bearing Capacity Ratio (BCR) yang bisa dilihat pada Tabel 4.12 dan untuk grafik
perbandingan nilai BCR variasi jarak lapis pertama geogrid tanah pasir dapat dilihat pada
Gambar 4.21.
76

Tabel 4.12 Nilai BCR untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid
Nilai BCR untuk Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid
Df qu Tanpa Perkuatan qu dengan Perkuatan
u/B BCR
(cm) Geogrid (kN/cm2) Geogrid (kN/cm2)
0,3 101.129 219,402 2,170
3,6 0,4 101.129 207,142 2,048
0,5 101.129 176,207 1,742
0,3 119.206 245,290 2,058
5,4 0,4 119.206 232,737 1,952
0,5 119.206 194,641 1,633
0,3 145.817 276,993 1,900
7,2 0,4 145.817 258,814 1,775
0,5 145.817 232,207 1,592

2.500

2.000

1.500
q (kN/m2)

1.000
Df/B=0,3

Df/B=0,45
0.500
Df/B=0,6
0.000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
u/B

Gambar 4.21 Perbandingan nilai BCR untuk variasi jarak lapis pertama geogrid

Dari Tabel 4.12 dan Gambar 4.21 diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil jarak
lapis pertama geogrid maka nilai daya dukung akan semakin besar, sementara nilai BCR
maksimum pada penelitian ini diperoleh pada saat u/B = 0,3 dengan rasio Df/B = 0,3 yaitu
77

sebesar 2,170. Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka sejalan dengan pendapat terdahulu
yang diutarakan oleh (Hemantkumar Ronad, 2014) tentang bagaimana pengaruh jarak lapis
pertama geogrid yakni nilai BCR optimum terjadi saat nilai u/B = 0,33

4.7 Analisis Peningkatan Nilai Daya Dukung pada Tanah Pasir yang Menggunakan
Perkuatan Geogrid
Dari analisis yang telah dilakukan pada sub-bab 4.5 dan 4.6 dibuktikan bahwa dengan
Hasil analisis BCR yang telah dilakukan, dapat diperhatikan bahwa peningkatan nilai daya
dukung tanah pasir tanpa perkuatan dengan yang menggunakan perkuatan geogrid.
Peningkatan nilai daya dukung dapat dilihat pada Tabel 4.13 dengan melihat prosentasenya,
sedangkan untuk peningkatan daya dukung antara variabel pada tanah pasir dengan
perkuatan dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15.

Tabel 4.13 Peningkatan Daya Dukung Pondasi Persegi


Peningkatan Daya Dukung Pondasi Persegi
qu Tanpa qu dengan
Df Perkuatan Perkuatan Peningkatan
u/B
(cm) Geogrid Geogrid (%)
(kN/cm2) (kN/cm2)
3,6 101,129 219,402 116,952
0,3 5,4 119,206 245,290 105,770
7,2 145,817 276,993 89,959
3,6 101,129 207,142 104,829
0,4 5,4 119,206 232,737 95,239
7,2 145,817 258,814 77,492
3,6 101,129 176,207 74,240
0,5 5,4 119,206 194,641 63,282
7,2 145,817 232,207 59.246
Rata-rata Total 87,446%
Peningkatan
78

Tabel 4.14 Peningkatan Daya Dukung antar Variasi Df/B


Peningkatan Daya Dukung antar Variasi Df/B
Peningkatan
qu dengan Rata-rata
Df qu antar
u/B Perkuatan Peningkatan
(cm) Variasi d/B
(kN/cm2) (%)
(%)
3,6 219,402 11,800
0,3 5,4 245,290 12,925 12,362
7,2 276,993 -
3,6 207,142 12,356
0,4 5,4 232,737 11,205 11,780
7,2 258,814 -
3,6 176,207 10,462
0,5 5,4 194,641 19,300 14,008
7,2 232,207 -
Rata-rata
Total 13,008%
Peningkatan

Tabel 4.15 Peningkatan Daya Dukung antar Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid
Peningkatan Daya Dukung antar Variasi Jarak Lapis Pertama Geogrid
Peningkatan
qu dengan Rata-rata
Df/B qu antar
u/B Perkuatan Peningkatan
(cm) variasi u/B
(kN/cm2) (%)
(%)
0,3 285,594 5,919
0,4 222,222 17,556 11,737
3,6
0,5 214,269 -
0,3 334,615 5,394
0,4 263,575 19,575 12,483
5,4
0,5 253,914 -
0,3 214,675 7,024
7,2 0,4 194,851 11,458 9,241
0,5 188,111 -
Rata-rata Total 11,154%
Peningkatan
79

Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa rata-rata prosentase peningkatan daya
dukung untuk variabel jarak lapis pertama geogrid tanah pasir adalah sebesar 11,154 %,
sedangkan untuk variabel rasio Df/B adalah 13,008 %. Dapat dikatakan bahwa, variable
Df/B memiliki pengaruh yang lebih besar daripada variabel rasio jarak lapis pertama geogrid
dalam peningkatan daya dukung pondasi persegi pada tanah pasir.
80
5 BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan variasi rasio kedalaman pondasi
dengan jarak lapis pertama geogrid (Df/B) 0,3 ; 0,45 dan 0,6 serta jarak lapis pertama geogrid
3,6 ; 4,8 dan 6 cm pada pemodelan fisik pondasi persegi tanah pasir dengan jumlah lapisan
perkuatan (n) sejumlah 3 lapis dan jarak antar geogrid (h/B) sebesar 0,3 dengan lebar pondasi
sebesar L = 1,5B, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Daya dukung ultimate pada pondasi persegi tanpa perkuatan geogrid nilainya lebih
kecil dibandingkan daya dukung ultimate pada pondasi persegi dengan perkuatan
geogrid pada variasi rasio kedalaman pondasi (Df/B) dengan jarak lapis pertama
geogrid (u/B), sehingga dengan adanya perkuatan geogrid terjadi peningkatan daya
dukung pada pondasi persegi rata-rata sebesar 87,446%. Saat tanah dibebani,
geogrid akan berinteraksi dengan partikel tanah dan memberi respon gaya tarik guna
meningkatkan daya dukung pada tanah. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya.
2. Semakin besar variasi rasio kedalaman pondasi, maka akan semakin besar nilai daya
dukung ultimate pada pondasi persegi dengan perkuatan geogrid. Dengan rata-rata
nilai peningkatan sebesar 13,008 %.
3. Semakin kecil variasi rasio jarak lapis pertama geogrid, maka akan semakin besar
nilai daya dukung ultimate pada pondasi persegi dengan perkuatan geogrid. Dengan
rata-rata nilai peningkatan sebesar 11,154%.
4. Dapat dilihat dari hasil analisia BCR bahwa nilai daya dukung dari pondasi persegi
dengan perkuatan geogrid variasi rasio Df/B dan variasi rasio u/B mengalami
penurunan seiring meningkatnya rasio keduanya. Apabila ditinjau dari nilai daya
dukung ultimate pada variasi rasio kedalaman pondasi Df/B akan meningkat seiring
meningkatnya rasio tetapi jika ditinjau pada variasi rasio jarak lapis pertama geogrid
u/B akan menurun seriring meningkatnya rasio tersebut.

81
82

5.2 Saran
Penelitian ini berpedoman terhadap penelitian terdahulu serta diperlukan ketelitian dan
metode pelaksanaan yang baik agar tercapainya hasil yang baik. Karena itu ada beberapa
saran untuk melanjutkan penelitian tentang pondasi persegiu pada tanah pasir antara lain
sebagai berikut.
1. Menambah jumlah sampel pada setiap variasi dari 3 menjadi 4 sehingga dapat
meningkatkan keakuratan penelitian seperti yang dicontohkan penelitian terdahulu.
2. Untuk penelitian pada tanah pasir sebaiknya selalu menjaga nilai kadar air pada
benda uji pasir dengan melakukan penelitian didalam ruangan yang bebas dari sinar
matahari langsung dan angin, mengingat bahwa pasir merupakan material lepas.
Selain itu perlunya melakukan pemadatan yang baik dan konsisten sehingga
perilaku pondasi yang ditunjukan oleh grafik tegangan tanah dan penurunannya
tetap sama pada setiap variasi.
3. Perlunya melakukan perbaikan pada box uji dikarenakan frame profil WF sudah
mengalami kemiringan dikarenakan seringnya digunakan untuk pengujian. Hal ini
dapat berpengaruh terhadap miringnya load cell pada saat melakukan pembebanan
pada model pondasi sehingga akan mempengaruhi hasil akhir.
83

6 DAFTAR PUSTAKA

Alamshahi, S., & Hataf, N. (2009) "Bearing capacity of strip footings on sand slopes
reinforced with geogrid and grid-anchor", Geotextiles and Geomembranes, 27(3),
217–226. doi:10.1016/j.geotexmem.2008.11.011.

ASTM C-136 Standard test method for Sieve analysis of fine and coarse aggregate, Annual
Books of ASTM Standards, USA, 2002.

ASTM D-698 Standard test method for Laboratory Compaction Characteristic using
Standard Effort, Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002

ASTM D-854 Standard test methods for specific gravity of soil solids by water pycnometer,
Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002

ASTM D-3080 Standard test method direct shear test of soils under consolidated drained
conditions, USA, 2002

Bowles, J.E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga.

Brinch Hansen, J. 1970. A Revised and Extended Formula for Bearing Capacity.
Copenhagen : Danish Geotechnical Institute Bulletin No. 28, DGI

Chen, Q. (2007) “An Experimental Study on Characteristics and Behavior of Reinforced


Soil Foundation”, A Dissertation. Louisiana State University.

Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga

Direktorat Jendral Bina Marga. 2009. Modul Pelatihan Geosintetik. Jakarta: Direktorat
Jendral Bina Marga.

Direktorat Jendral Bina Marga. 2009. Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatanan Tanah
Dengan Geosintetik. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.

83
84

Dinas Pekerjaan Umum. 2009. Modul Pelatihan GeosintetikVolume 1: Klasifikasi dan


Fungi Geosintetik. Jakarta : Dinas Pekerjaan Umum

Ghazavi, M., & Mirzaeifar, H. (2010) "Bearing Capacity of Multi-Edge Shallow


Foundations on Geogrid-Reinforced Sand", 600, 1–9.

Hardiyatmo, H.C. 2002. Teknik Fondasi 1 Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

Hardiyatmo, H.C. 2011. Analisis dan Perancangan Fondasi I. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Hussin D. James .(2006). The Foundation Engneering Handbook.

Koerner,R.M.,1984,Construction and Geotechnical Method in Foundation Engineering,


McGraw-Hill.

Meyerhof,G.G. (1955). Influence of Roughness of base and Ground-Water conditions on the


Ultimate Bearing Capacity of Foundations, Geotechnique 5:227-242

Meyerhof, G.G. (1963). “Some Recent Research on the Bearing Capacity of Foundations,”
Canadian Geotechnical Journal, Vol. 1, pp. 16-26.

NYSDOT Geotechnical .(2013). Geotechnical Design Manual Chapter 14 Ground


Improvement Technology.
Omar, M.T, Das, B.M, Puri, V.K. and Yen, S.C. (1993) "Ultimate Bearing Capacity of
Shallow Foundations on Sand with Geogrid Reinforcement", Canadian Geotechnical
Journal, 30, pp. 545 ~549.

Patra CR, Das MB, dan Shin EC. 2005. Ultimate Bearing Capacity Of Eccentrically Loaded
Strip Foundasion On Sand Reinforce With Geogrid .Makalah dalam Symposium in
Tsunami Reconstruction with Geosynthetics.National Institue of Technology.
Bangkok, 8-9 Desember 2005

Shin, E.C. and Das, B.M., (2000). Experimental Study of Bearing Capacity of a Strip
Foundation on Geogrid Reinforced Sand. Geosynthetics International, Vol. 7, No. 1,
pp. 59-71.
85

Shin, E.C., Das, B.M., Lee, E.S., and Atalar, C., 2002. “Bearing capacity of strip foundation
on geogrid-reinforced sand.” Geotechnical and Geological Engineering, 20, pp. 169-
180.
Taha and Altalhe, (2013). Numerical and Experimental Evaluation of Bearing Capacity
Factor Ng of Strip Footing on Sand Slopes. International Jurnal of Physical Science
Vol. 8 (36), pp 1807-1823.
Tiwari S. K., Kumawat N. K., (2014), “Recent Development in Ground Improvement
Techniques – A Review”. International Journal of Recent Development in
Engineering and Technology, Vol. 2, Issue 3, March 2014.

Vesic, A.S. 1963. Ultimate Loads and Settlements of Deep Foundation in Sand. Proc. Symp.
On Bearing Capacity and Settlement of Foundation, Duke University

Vesic, A.S., 1975. Foundation Engineering Handbook. Winterkorn and Fang, Van Nostrand
Reinhold, pp. 121-147.

Yetimoglu, T.,Wu, J.T.H., Saglamer, A., (1994),” Bearing capacity of rectangular footings
on geogridreinforced sand”, Journal of Geotechnical Engineering, ASCE, 120 (12),
pp. 2083–2099.
86
1. LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Gradasi Butiran Tanah (Gransize)

Tertahan Jumalah %
Saringan %
Saringan Tertahan Komulatif
Komulatif
Diameter Lolos
Nomor (gram) (gram) Tertahan
(mm) Saringan
4.75 4 52.33 52.33 5.44 94.561
2 10 143.41 195.74 20.34 79.656
0.84 20 273.3 469.04 48.75 51.252
0.42 40 364.66 833.7 86.65 13.352
0.3 50 56.03 889.73 92.47 7.529
0.18 80 45.37 935.1 97.19 2.813
0.15 100 13.18 948.28 98.56 1.444
0.075 200 0.62 948.9 98.62 1.379

87
88

Lampiran 2 Analisi Specific Grafity

Data Kalibrasi Labu ukur


Labu ukur 1 Labu Ukur 2 Labu Ukur 3

No. Berat Labu Berat Labu Berat Labu


Temperatur Temperatur Temperatur
Ukur + Air Ukur + Air Ukur + Air
(˚C) (˚C) (˚C)
(gram) (gram) (gram)

1 48 160.81 48 160.24 48 154.39


2 44 161 44 160.48 44 154.72
3 42 161.14 42 160.6 42 154.83
4 40 161.18 40 160.68 40 154.87
5 35 161.36 35 160.81 35 154.99
6 34 161.37 34 160.88 34 155.1
7 33 161.37 33 160.94 33 155.11
8 32 161.48 32 160.94 32 155.05
9 30 161.52 30 161.03 30 155.28
89
LABU UKUR Keterangan Satuan 1
Berat Labu Ukur gram 40.4 40.4 40.4 40.4 40.4 40.4 40.4 40.4
Berat Tanah Kering (Ws) gram 20 20 20 20 20 20 20 20
Berat Labu Ukur + Air + Tanah (W1) gram 172.89 173.62 173.75 173.71 173.71 173.84 173.97 173.99
Suhu (˚C) 54 38 36 35 34 32 31 30
Berat Labu Ukur + Air (W2) gram 160.63 161.23 161.31 161.34 161.38 161.46 161.49 161.53
Spesific Grafity (SG) GS = Ws/(W2+Ws-W1) 2.584 2.628 2.647 2.620 2.607 2.626 2.658 2.652
Rata-Rata SG GS/Jumlah data 2.628

LABU UKUR Keterangan Satuan 2


Berat Labu Ukur gram 46.3 46.3 46.3 46.3 46.3 46.3 46.3 46.3
Berat Tanah Kering (Ws) gram 20 20 20 20 20 20 20 20
Berat Labu Ukur + Air + Tanah (W1) gram 172.41 173.18 173.24 173.3 173.45 173.49 173.56 173.51
Suhu (˚C) 54 38 36 35 34 32 31 30
Berat Labu Ukur + Air (W2) gram 160.05 160.71 160.79 160.83 160.88 160.96 161.00 161.04
Spesific Grafity (SG) GS = Ws/(W2+Ws-W1) 2.618 2.656 2.648 2.654 2.693 2.678 2.688 2.656
Rata-Rata SG GS/Jumlah data 2.661

LABU UKUR Keterangan Satuan 3


Berat Labu Ukur gram 43.2 43.2 43.2 43.2 43.2 43.2 43.2 43.2
Berat Tanah Kering (Ws) gram 20 20 20 20 20 20 20 20
Berat Labu Ukur + Air + Tanah (W1) gram 166.63 167.45 167.58 167.62 167.38 167.51 167.64 167.52
Suhu (˚C) 54 38 36 35 34 32 31 30
Berat Labu Ukur + Air (W2) gram 154.3 154.9 155.0 155.0 155.1 155.2 155.2 155.2
Spesific Grafity (SG) GS = Ws/(W2+Ws-W1) 2.623 2.680 2.698 2.697 2.599 2.615 2.646 2.591
Rata-Rata SG GS/Jumlah data 2.644
Rata – rata = 2,644

90
91

Lampiran 3 Analisis Uji Geser Langsung (Direct Shear)

Diameter : 6 cm Height : 1,8 cm


Area : 28,28571 cm2 Lever ratio : 14,14
Volume Weight : 1,161 gr/cm3
Calibration : 0,358

NORMAL
FORCE P1 = 0.4 kg P2 = 0.8 kg P3 = 1.2 kg
NORMAL TESION
STRESS s1 = 0.20 kg/cm2 s2 = 0.40 kg/cm2 s3 = 0.60 kg/cm2
STRAIN DIAL SHEAR SHEAR DIAL SHEAR SHEAR DIAL SHEAR SHEAR
DIAL READING FORCE STRESS READING FORCE STRESS READING FORCE STRESS (mm)

0 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00


25 1.5 0.54 0.02 2.9 1.04 0.04 14 5.01 0.18 0.42
50 1.8 0.64 0.02 4.0 1.43 0.05 18.7 6.69 0.24 0.83

75 2.2 0.79 0.03 7.2 2.58 0.09 22.8 8.16 0.29 1.25
100 3.0 1.07 0.04 8.5 3.04 0.11 28.0 10.02 0.35 1.67
125 4.5 1.61 0.06 11.0 3.94 0.14 30.0 10.74 0.38 2.08

150 5.1 1.83 0.06 12.2 4.37 0.15 30.0 10.74 0.38 2.50
175 6.0 2.15 0.08 13.7 4.90 0.17 30.0 10.74 0.38 2.92
200 7.0 2.51 0.09 16.5 5.91 0.21 30.0 10.74 0.38 3.33
225 8.0 2.86 0.10 18.0 6.44 0.23 3.75
250 8.5 3.04 0.11 18.5 6.62 0.23 4.17
275 8.7 3.11 0.11 18.7 6.69 0.24 4.58
300 9.0 3.22 0.11 18.7 6.69 0.24 5.00
325 9.5 3.40 0.12 18.7 6.69 0.24 5.42
350 9.7 3.47 0.12 5.83
375 9.9 3.54 0.13 6.25
400 10.5 3.76 0.13 6.67
425 10.5 3.76 0.13 7.08
450 10.5 3.76 0.13 7.50
475
92

Maka dihasilkan shear stress dari persamaan diatas sebagai berikut:


NO NORMAL STRESS SHEAR STRESS SHEAR STRESS (TL)
1 0.20 0.1329 0.120555055
2 0.40 0.2367 0.244010109
3 0.60 0.3799 0.367465164

NO URAIAN NILAI SATUAN


1 Gradien 0.6174
2 Sudut Geser ( rad ) 0.553115470 Rad
3 Sudut Geser ( deg ) 31.69118203 °
4 Kohesi 0.0029 Kg/cm2
Lampiran 4 Analisis Uji Pemdatan Standar (ASTM D-698-70 METODE B)

Jumlah Tumbukan/Layer = 56x


Jumlah layer = 3
Berat Proktor = 2,5 kg
Diameter mold = 15,4 cm
Tinggi mold = 11,3 cm
Volume mold = 2104,79 cm3
Kadar Air
Penambahan air (ml) 150 200 250 300 400 500 600
Teng Baw Teng Baw Teng Baw Teng Baw Tenga Baw Tenga Bawa Ten
Lapisan Atas Atas Atas Atas Atas Atas Atas Bawah
ah ah ah ah ah ah ah ah h ah h h gah
Cawan No. 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 3
Berat cawan + berat
15,2 15,3 13,1 10,8 13,7 17,1 30,6 21,7 18,1 15,2 20,4 14,3 12,46 17,42 12,9 23,20 24,15 23,1 14,3 12,5 11,2
tanah basah
Berat cawan + berat
14,9 14,9 12,8 10,7 13,3 16,6 29,3 20,8 17,4 14,7 19,5 13,8 11,79 16,32 12,2 21,89 22,22 21,2 13,4 11,6 10,5
tanah kering
Berat air 0,33 0,3 0,39 0,1 0,36 0,53 1,23 0,9 0,65 0,52 0,9 0,52 0,67 1,1 0,69 1,31 1,93 1,88 0,84 0,91 0,78
Berat cawan 5,63 5,4 6,17 4,2 5,43 5,42 5,71 4,20 5,70 5,97 5,63 6,10 4,18 4,18 4,29 4,18 4,02 4,07 4,24 4,17 4,30
Berat tanah kering 9,28 9,5 6,63 6,4 7,93 11,1 23,6 16,6 11,7 8,77 13,8 7,75 7,61 12,14 7,99 17,71 18,2 17,1 9,22 7,45 6,21
Kadar air w% 3,56 3,5 5,88 2,7 4,54 4,74 5,19 5,40 5,52 5,93 6,48 6,71 8,80 9,06 8,64 7,40 10,60 10,9 9,11 12,2 12,5
Rata-rata Kadar Air % 4,3329 4,0208 5,3708 6,3744 8,8337 9,6502 11,2953

93
94

Kepdatan (Density)
Adding Water CC 150 200 250 300 400 500 600
Moisture can no. 1 2 3 4 5 6 7
Wt. of can + wet soil gram 14,58 13,91 23,51 16,68 14,28 23,49 12,71
Wt. of can + dry soil gram 14,23 13,56 22,58 16,03 13,46 21,78 11,86
Wt. of water gram 0,4 0,4 0,9 0,6 0,8 1,7 0,8
Wt. of can gram 5,74 5,03 5,20 5,90 4,22 4,09 4,24
Wt. of dry soil gram 8,49 8,53 17,38 10,13 9,25 17,69 7,63
Water content, w % 4,16 4,18 5,33 6,38 8,87 9,65 11,06
Wt. of soil + mold gram 9480 9560 9640 9720 9800 9940 9780
Wt. of mold gram 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000
Wt. of soil in mold gram 3480 3560 3640 3720 3800 3940 3780
Wet density, gw gr/cm3 1,6534 1,6914 1,7294 1,7674 1,8054 1,8719 1,7959
Dry density, gd gr/cm3 1,5873 1,6235 1,6418 1,6614 1,6583 1,7072 1,6171

Zero Air Void


Grafik Pemadatan
Kadar Air ɣw Gs ɣd 2.100
4,16 1 2,6 2,0154
4,18 1 2,6 2,014606 2.000
5,33 1 2,6 1,968994

Dry density (gr/cm3)


6,38 1 2,6 1,929157 1.900

8,87 1 2,6 1,840854


1.800
9,65 1 2,6 1,81487
11,06 1 2,6 1,769528
1.700

1.600

1.500
4 5 6 7 8 9 10 11 12
water content,w (%)
Lampiran 5 Hasil Pengujian Kepadatan dan Kadar Air Benda Uji

Benda Uji Tanpa Perkuatan


- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; Df/B = 0,3
Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 5.60 6.00 5.50 5.60 5.60 4.20 5.50 6.00 5.60 5.40 5.60 5.80 5.60 6.00 4.20 5.83 4.30 5.40 5.50 4.20 5.90
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 21.70 22.40 21.10 21.57 21.50 20.30 21.50 22.40 21.52 21.30 21.90 22.50 21.81 21.85 20.23 21.71 20.08 21.31 21.60 20.60 22.20
3. Mass of Wet Soil gr 16.10 16.40 15.60 15.97 15.90 16.10 16.00 16.40 15.92 15.90 16.30 16.70 16.21 15.85 16.03 15.88 15.78 15.91 16.10 16.40 16.30
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.621 1.651 1.570 1.607 1.600 1.621 1.610 1.651 1.602 1.600 1.641 1.681 1.632 1.595 1.613 1.598 1.588 1.601 1.621 1.651 1.641
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.21 20.90 19.73 20.11 20.01 18.76 19.99 20.89 20.06 19.82 20.39 20.95 20.36 20.37 18.72 20.30 18.67 19.91 20.11 19.12 20.75
8. Mass of Dry Soil gr 14.61 14.90 14.23 14.51 14.41 14.56 14.49 14.89 14.46 14.42 14.79 15.15 14.76 14.37 14.52 14.47 14.37 14.51 14.61 14.92 14.85
9. Mass of Water gr 1.49 1.50 1.37 1.46 1.49 1.54 1.51 1.51 1.46 1.48 1.51 1.55 1.46 1.48 1.50 1.40 1.40 1.39 1.49 1.48 1.45
10. Water Content % 10.23 10.07 9.63 10.04 10.35 10.56 10.42 10.15 10.08 10.26 10.21 10.22 9.88 10.27 10.33 9.70 9.77 9.61 10.22 9.92 9.76
11. Average Water Content % 10.08
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.471 1.500 1.432 1.460 1.450 1.466 1.458 1.499 1.455 1.451 1.489 1.525 1.485 1.446 1.462 1.457 1.447 1.461 1.471 1.502 1.495

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; Df/B = 0,45


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 6.00 5.70 6.10 5.60 5.50 5.50 6.30 5.60 5.60 4.00 4.20 4.20 5.90 4.10 5.40 5.10 5.70 8.30 8.00 8.20 7.80
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 22.30 21.79 22.29 21.89 21.60 21.50 22.70 21.89 21.40 20.20 19.90 19.80 22.10 19.80 21.30 21.40 21.70 24.60 24.00 24.50 23.70
3. Mass of Wet Soil gr 16.30 16.09 16.19 16.29 16.10 16.00 16.40 16.29 15.80 16.20 15.70 15.60 16.20 15.70 15.90 16.30 16.00 16.30 16.00 16.30 15.90
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.641 1.620 1.630 1.640 1.621 1.610 1.651 1.640 1.590 1.631 1.580 1.570 1.631 1.580 1.600 1.641 1.610 1.641 1.610 1.641 1.600
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.82 20.34 20.83 20.42 20.20 20.05 21.26 20.42 19.97 18.74 18.40 18.35 20.64 18.38 19.83 20.00 20.18 23.20 22.53 22.98 21.02
8. Mass of Dry Soil gr 14.82 14.64 14.73 14.82 14.70 14.55 14.96 14.82 14.37 14.74 14.20 14.15 14.74 14.28 14.43 14.90 14.48 14.90 14.53 14.78 13.22
9. Mass of Water gr 1.48 1.45 1.47 1.48 1.40 1.45 1.44 1.48 1.43 1.46 1.50 1.45 1.46 1.42 1.47 1.40 1.51 1.40 1.47 1.52 2.68
10. Water Content % 9.97 9.93 9.97 9.96 9.52 9.94 9.61 9.96 9.92 9.92 10.56 10.23 9.92 9.93 10.19 9.40 10.44 9.40 10.11 10.28 20.29
11. Average Water Content % 10.45
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.492 1.474 1.482 1.491 1.480 1.465 1.506 1.491 1.447 1.483 1.429 1.424 1.483 1.438 1.452 1.500 1.458 1.500 1.463 1.488 1.330

95
96

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; Df/B = 0,6


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 5.60 6.00 5.70 5.70 5.20 5.70 4.07 4.04 6.00 4.20 4.20 5.64 4.10 4.05 5.50 4.20 4.14 4.00 6.00 4.20 4.30
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 22.50 22.00 21.30 21.70 22.10 21.50 20.00 19.70 22.20 20.60 19.90 21.20 20.60 20.20 21.70 20.60 20.30 20.10 21.80 20.60 20.20
3. Mass of Wet Soil gr 16.90 16.00 15.60 16.00 16.90 15.80 15.93 15.66 16.20 16.40 15.70 15.56 16.50 16.15 16.20 16.40 16.16 16.10 15.80 16.40 15.90
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.701 1.610 1.570 1.610 1.701 1.590 1.603 1.576 1.631 1.651 1.580 1.566 1.661 1.626 1.631 1.651 1.627 1.621 1.590 1.651 1.600
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 21.10 20.54 20.00 20.17 20.47 19.97 18.55 18.26 20.72 19.17 18.52 19.83 19.13 18.70 20.10 19.05 18.89 18.58 20.46 19.16 18.66
8. Mass of Dry Soil gr 15.50 14.54 14.30 14.47 15.27 14.27 14.48 14.22 14.72 14.97 14.32 14.19 15.03 14.65 14.60 14.85 14.75 14.58 14.46 14.96 14.36
9. Mass of Water gr 1.40 1.46 1.30 1.53 1.63 1.53 1.45 1.44 1.48 1.43 1.38 1.37 1.47 1.50 1.60 1.55 1.41 1.52 1.34 1.44 1.54
10. Water Content % 9.03 10.04 9.09 10.57 10.67 10.72 10.01 10.13 10.05 9.55 9.64 9.65 9.78 10.24 10.96 10.44 9.56 10.43 9.27 9.63 10.72
11. Average Water Content % 10.01
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.560 1.463 1.439 1.456 1.537 1.436 1.457 1.431 1.482 1.507 1.441 1.428 1.513 1.475 1.470 1.495 1.485 1.468 1.455 1.506 1.445
Benda Uji dengan Perkuatan
- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,3; u/B = 0,3; n = 3
Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 5.80 5.60 6.00 5.70 5.60 6.20 5.60 5.90 5.90 5.70 6.10 6.00 5.40 5.40 4.10 5.60 4.20 4.10 5.50 4.10 6.10
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 21.80 21.60 21.91 22.30 22.00 22.50 22.20 22.00 21.30 20.60 22.00 21.91 21.31 21.90 20.50 22.10 20.60 20.40 21.60 20.20 21.90
3. Mass of Wet Soil gr 16.00 16.00 15.91 16.60 16.40 16.30 16.60 16.10 15.40 14.90 15.90 15.91 15.91 16.50 16.40 16.50 16.40 16.30 16.10 16.10 15.80
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.610 1.610 1.601 1.671 1.651 1.641 1.671 1.621 1.550 1.500 1.600 1.601 1.601 1.661 1.651 1.661 1.651 1.641 1.621 1.621 1.590
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.20 20.10 21.30 20.60 20.50 21.00 20.70 20.40 20.10 19.40 20.50 21.20 20.50 20.60 18.85 20.46 19.20 18.86 20.06 18.66 20.41
8. Mass of Dry Soil gr 14.40 14.50 15.30 14.90 14.90 14.80 15.10 14.50 14.20 13.70 14.40 15.20 15.10 15.20 14.75 14.86 15.00 14.76 14.56 14.56 14.31
9. Mass of Water gr 1.60 1.50 0.61 1.70 1.50 1.50 1.50 1.60 1.20 1.20 1.50 0.71 0.81 1.30 1.65 1.64 1.40 1.54 1.54 1.54 1.49
10. Water Content % 11.11 10.34 3.96 11.41 10.07 10.14 9.93 11.03 8.45 8.76 10.42 4.65 5.34 8.55 11.19 11.01 9.33 10.41 10.58 10.59 10.45
11. Average Water Content % 9.42
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.449 1.459 1.540 1.500 1.500 1.490 1.520 1.459 1.429 1.379 1.449 1.530 1.520 1.530 1.485 1.496 1.510 1.486 1.465 1.465 1.440
- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,3; u/B = 0,4; n = 3
Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 4.20 4.10 4.10 3.90 4.30 5.60 5.60 4.10 5.80 5.60 5.70 5.70 5.40 5.40 4.20 5.70 5.90 5.60 5.60 5.90 4.00
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 20.20 20.00 20.50 20.40 20.01 22.00 21.31 20.70 22.40 21.31 22.30 21.69 21.70 21.80 20.60 21.20 22.10 22.10 22.20 22.50 20.30
3. Mass of Wet Soil gr 16.00 15.90 16.40 16.50 15.71 16.40 15.71 16.60 16.60 15.71 16.60 15.99 16.30 16.40 16.40 15.50 16.20 16.50 16.60 16.60 16.30
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.610 1.600 1.651 1.661 1.581 1.651 1.581 1.671 1.671 1.581 1.671 1.609 1.641 1.651 1.651 1.560 1.631 1.661 1.671 1.671 1.641
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 18.80 18.53 18.96 18.90 18.62 20.50 19.88 19.10 20.90 19.79 20.77 20.16 20.24 20.20 19.15 19.60 20.59 20.40 20.54 21.06 18.67
8. Mass of Dry Soil gr 14.60 14.43 14.86 15.00 14.32 14.90 14.28 15.00 15.10 14.19 15.07 14.46 14.84 14.80 14.95 13.90 14.69 14.80 14.94 15.16 14.67
9. Mass of Water gr 1.40 1.47 1.54 1.50 1.38 1.50 1.43 1.60 1.50 1.52 1.53 1.53 1.46 1.60 1.45 1.60 1.51 1.70 1.66 1.44 1.63
10. Water Content % 9.59 10.16 10.33 10.00 9.66 10.07 10.02 10.67 9.93 10.72 10.16 10.57 9.84 10.81 9.70 11.51 10.29 11.49 11.11 9.51 11.11
11. Average Water Content % 10.35
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.470 1.453 1.496 1.510 1.442 1.500 1.437 1.510 1.520 1.428 1.517 1.455 1.494 1.490 1.505 1.399 1.478 1.490 1.504 1.526 1.477
98

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,3; u/B = 0,5; n = 3


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 5.90 6.00 5.60 4.20 5.70 5.50 5.70 5.90 5.70 5.60 5.60 6.30 5.60 5.70 4.00 5.50 6.00 5.80 4.10 5.70 4.10
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 22.30 22.40 21.00 20.50 22.10 21.80 21.90 22.20 21.20 21.30 22.10 22.70 21.31 21.51 20.40 22.10 22.60 22.00 19.90 22.00 20.20
3. Mass of Wet Soil gr 16.40 16.40 15.40 16.30 16.40 16.30 16.20 16.30 15.50 15.70 16.50 16.40 15.71 15.81 16.40 16.60 16.60 16.20 15.80 16.30 16.10
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.651 1.651 1.550 1.641 1.651 1.641 1.631 1.641 1.560 1.580 1.661 1.651 1.581 1.591 1.651 1.671 1.671 1.631 1.590 1.641 1.621
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.70 20.90 19.40 19.10 20.50 20.30 20.40 20.80 19.90 19.80 20.50 21.10 19.83 20.09 18.91 20.50 21.00 20.40 18.35 20.39 18.76
8. Mass of Dry Soil gr 14.80 14.90 13.80 14.90 14.80 14.80 14.70 14.90 14.20 14.20 14.90 14.80 14.23 14.39 14.91 15.00 15.00 14.60 14.25 14.69 14.66
9. Mass of Water gr 1.60 1.50 1.60 1.40 1.60 1.50 1.50 1.40 1.30 1.50 1.60 1.60 1.48 1.42 1.49 1.60 1.60 1.60 1.55 1.61 1.44
10. Water Content % 10.81 10.07 11.59 9.40 10.81 10.14 10.20 9.40 9.15 10.56 10.74 10.81 10.42 9.88 9.99 10.67 10.67 10.96 10.89 10.96 9.86
11. Average Water Content % 10.38
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.490 1.500 1.389 1.500 1.490 1.490 1.480 1.500 1.429 1.429 1.500 1.490 1.432 1.448 1.501 1.510 1.510 1.470 1.434 1.479 1.475

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,45; u/B = 0,3; n = 3


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 4.20 5.50 4.20 5.80 5.70 4.30 5.50 4.20 5.50 4.20 5.50 4.10 5.50 5.90 4.10 5.80 5.70 5.70 5.50 4.10 6.10
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 20.21 22.00 20.50 22.20 21.41 20.60 21.40 20.60 21.40 20.10 21.51 20.01 21.70 21.81 20.50 22.60 21.41 21.60 21.60 20.20 21.90
3. Mass of Wet Soil gr 16.01 16.50 16.30 16.40 15.71 16.30 15.90 16.40 15.90 15.90 16.01 15.91 16.20 15.91 16.40 16.80 15.71 15.90 16.10 16.10 15.80
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.611 1.661 1.641 1.651 1.581 1.641 1.600 1.651 1.600 1.600 1.611 1.601 1.631 1.601 1.651 1.691 1.581 1.600 1.621 1.621 1.590
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 18.67 20.40 18.93 20.73 19.94 19.10 20.00 19.10 19.80 18.50 20.01 18.55 20.20 20.41 18.85 21.10 20.02 20.20 20.06 18.66 20.41
8. Mass of Dry Soil gr 14.47 14.90 14.73 14.93 14.24 14.80 14.50 14.90 14.30 14.30 14.51 14.45 14.70 14.51 14.75 15.30 14.32 14.50 14.56 14.56 14.31
9. Mass of Water gr 1.54 1.60 1.57 1.47 1.47 1.50 1.40 1.50 1.60 1.60 1.49 1.45 1.50 1.40 1.65 1.50 1.38 1.40 1.54 1.54 1.49
10. Water Content % 10.61 10.74 10.64 9.81 10.34 10.14 9.66 10.07 11.19 11.19 10.30 10.04 10.22 9.65 11.19 9.80 9.66 9.66 10.58 10.59 10.45
11. Average Water Content % 10.31
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.456 1.500 1.483 1.503 1.433 1.490 1.459 1.500 1.439 1.439 1.461 1.455 1.480 1.460 1.485 1.540 1.442 1.459 1.465 1.465 1.440
- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,45; u/B = 0,4; n = 3
Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 5.50 5.70 4.00 5.70 6.00 5.40 4.00 4.00 4.00 5.60 4.20 4.10 5.50 4.20 4.00 5.40 5.90 5.80 5.70 5.60 6.00
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 21.90 21.71 20.10 22.20 22.60 21.41 20.30 19.71 20.10 21.30 19.50 20.20 21.40 20.80 20.40 21.50 21.81 22.10 21.50 21.70 22.60
3. Mass of Wet Soil gr 16.40 16.01 16.10 16.50 16.60 16.01 16.30 15.71 16.10 15.70 15.30 16.10 15.90 16.60 16.40 16.10 15.91 16.30 15.80 16.10 16.60
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.651 1.611 1.621 1.661 1.671 1.611 1.641 1.581 1.621 1.580 1.540 1.621 1.600 1.671 1.651 1.621 1.601 1.641 1.590 1.621 1.671
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.33 20.17 18.63 20.50 20.90 19.82 18.75 18.19 18.56 19.70 18.00 18.50 19.70 19.10 18.91 20.06 20.41 20.65 20.10 20.29 21.10
8. Mass of Dry Soil gr 14.83 14.47 14.63 14.80 14.90 14.42 14.75 14.19 14.56 14.10 13.80 14.40 14.20 14.90 14.91 14.66 14.51 14.85 14.40 14.69 15.10
9. Mass of Water gr 1.57 1.54 1.47 1.70 1.70 1.59 1.55 1.52 1.54 1.60 1.50 1.70 1.70 1.70 1.49 1.44 1.40 1.46 1.40 1.41 1.50
10. Water Content % 10.56 10.61 10.03 11.49 11.41 11.00 10.51 10.72 10.58 11.35 10.87 11.81 11.97 11.41 9.99 9.81 9.65 9.81 9.72 9.59 9.91
11. Average Water Content % 10.61
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.493 1.456 1.473 1.490 1.500 1.451 1.485 1.428 1.466 1.419 1.389 1.449 1.429 1.500 1.501 1.476 1.460 1.494 1.449 1.479 1.520

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,45; u/B = 0,5; n = 3


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 6.00 5.60 5.60 5.40 5.70 5.80 5.70 5.50 5.60 4.30 5.90 6.00 4.70 3.90 5.60 5.70 4.10 5.70 5.50 5.60 4.24
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 22.20 21.50 21.90 21.60 22.10 21.20 22.10 21.60 21.90 20.10 22.40 22.10 21.00 20.40 21.46 21.71 20.20 21.41 21.60 21.70 20.50
3. Mass of Wet Soil gr 16.20 15.90 16.30 16.20 16.40 15.40 16.40 16.10 16.30 15.80 16.50 16.10 16.30 16.50 15.86 16.01 16.10 15.71 16.10 16.10 16.26
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.631 1.600 1.641 1.631 1.651 1.550 1.651 1.621 1.641 1.590 1.661 1.621 1.641 1.661 1.596 1.611 1.621 1.581 1.621 1.621 1.637
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.60 19.90 20.30 20.10 20.40 19.80 20.60 20.13 20.41 18.70 20.87 20.66 19.43 18.87 20.00 20.25 18.71 19.96 19.98 20.08 18.91
8. Mass of Dry Soil gr 14.60 14.30 14.70 14.70 14.70 14.00 14.90 14.63 14.81 14.40 14.97 14.66 14.73 14.97 14.40 14.55 14.61 14.26 14.48 14.48 14.67
9. Mass of Water gr 1.60 1.60 1.60 1.50 1.70 1.40 1.50 1.47 1.49 1.40 1.53 1.44 1.57 1.53 1.46 1.46 1.50 1.44 1.62 1.62 1.59
10. Water Content % 10.96 11.19 10.88 10.20 11.56 10.00 10.10 10.02 10.04 9.72 10.24 9.81 10.64 10.24 10.14 10.00 10.26 10.13 11.19 11.19 10.84
11. Average Water Content % 10.45
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.470 1.439 1.480 1.480 1.480 1.409 1.499 1.473 1.491 1.449 1.507 1.476 1.483 1.507 1.449 1.465 1.470 1.436 1.457 1.457 1.477
100

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,6; u/B = 0,3; n = 3


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 6.00 4.00 6.00 4.20 6.00 5.70 5.50 6.20 5.60 6.00 5.70 5.50 6.00 5.60 4.20 5.40 6.00 5.40 5.60 5.90 4.00
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 22.10 19.90 21.80 20.50 22.20 21.50 22.20 22.60 21.30 21.70 22.10 21.20 21.80 21.60 20.60 21.60 22.00 21.20 22.20 22.80 20.30
3. Mass of Wet Soil gr 16.10 15.90 15.80 16.30 16.20 15.80 16.70 16.40 15.70 15.70 16.40 15.70 15.80 16.00 16.40 16.20 16.00 15.80 16.60 16.90 16.30
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.621 1.600 1.590 1.641 1.631 1.590 1.681 1.651 1.580 1.580 1.651 1.580 1.590 1.610 1.651 1.631 1.610 1.590 1.671 1.701 1.641
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.70 18.70 20.50 19.20 20.80 20.10 20.70 21.20 20.00 20.50 20.80 19.70 20.60 20.20 19.15 20.20 20.50 19.70 20.54 21.06 18.67
8. Mass of Dry Soil gr 14.70 14.70 14.50 15.00 14.80 14.40 15.20 15.00 14.40 14.50 15.10 14.20 14.60 14.60 14.95 14.80 14.50 14.30 14.94 15.16 14.67
9. Mass of Water gr 1.40 1.20 1.30 1.30 1.40 1.40 1.50 1.40 1.30 1.20 1.30 1.50 1.20 1.40 1.45 1.40 1.50 1.50 1.66 1.74 1.63
10. Water Content % 9.52 8.16 8.97 8.67 9.46 9.72 9.87 9.33 9.03 8.28 8.61 10.56 8.22 9.59 9.70 9.46 10.34 10.49 11.11 11.48 11.11
11. Average Water Content % 9.60
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.480 1.480 1.459 1.510 1.490 1.449 1.530 1.510 1.449 1.459 1.520 1.429 1.470 1.470 1.505 1.490 1.459 1.439 1.504 1.526 1.477

- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,6; u/B = 0,4; n = 3


Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 5.70 6.10 6.20 5.90 5.70 5.70 4.20 5.60 5.90 4.20 5.60 6.20 4.00 4.20 4.00 6.00 5.60 5.30 4.10 5.70 4.10
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 23.00 23.10 23.40 21.70 22.20 21.90 21.40 22.50 22.80 21.50 22.20 23.10 20.10 20.30 20.40 22.10 21.90 21.70 19.90 22.00 20.20
3. Mass of Wet Soil gr 17.30 17.00 17.20 15.80 16.50 16.20 17.20 16.90 16.90 17.30 16.60 16.90 16.10 16.10 16.40 16.10 16.30 16.40 15.80 16.30 16.10
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.741 1.711 1.731 1.590 1.661 1.631 1.731 1.701 1.701 1.741 1.671 1.701 1.621 1.621 1.651 1.621 1.641 1.651 1.590 1.641 1.621
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 19.90 19.80 20.10 20.10 20.80 21.10 20.20 20.60 20.20 20.50 20.30 18.70 18.60 19.30 18.91 20.00 21.10 20.70 18.61 20.39 18.24
8. Mass of Dry Soil gr 14.20 13.70 13.90 14.20 15.10 15.40 16.00 15.00 14.30 16.30 14.70 12.50 14.60 15.10 14.91 14.00 15.50 15.40 14.51 14.69 14.14
9. Mass of Water gr 3.10 3.30 3.30 1.60 1.40 0.80 1.20 1.90 2.60 1.00 1.90 4.40 1.50 1.00 1.49 2.10 0.80 1.00 1.29 1.61 1.96
10. Water Content % 21.83 24.09 23.74 11.27 9.27 5.19 7.50 12.67 18.18 6.13 12.93 35.20 10.27 6.62 9.99 15.00 5.16 6.49 8.89 10.96 13.86
11. Average Water Content % 13.11
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.429 1.379 1.399 1.429 1.520 1.550 1.610 1.510 1.439 1.641 1.480 1.258 1.470 1.520 1.501 1.409 1.560 1.550 1.460 1.479 1.423
- Dimensi Pondasi 12 cm x 18 cm; h/B = 0,3; Df/B = 0,6; u/B = 0,5; n = 3
Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 4 Layer 5 Layer 6 Layer 7
Ring No.
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Height of Ring cm 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Diameter of Ring cm 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25
1. Mass of Ring gr 6.00 6.00 5.60 5.70 5.50 6.10 5.90 5.70 5.70 5.60 5.50 5.90 4.10 4.20 5.60 5.70 5.60 6.10 5.50 5.60 4.24
2. Mass of Wet Soil + Ring gr 22.30 21.10 21.40 21.90 22.00 22.60 22.00 21.30 21.30 20.80 21.70 21.40 19.60 20.00 21.46 21.70 21.80 22.20 21.60 21.70 20.50
3. Mass of Wet Soil gr 16.30 15.10 15.80 16.20 16.50 16.50 16.10 15.60 15.60 15.20 16.20 15.50 15.50 15.80 15.86 16.00 16.20 16.10 16.10 16.10 16.26
4. Volume of Soil cm3 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94 9.94
3
5. Soil Unit Weight gr/cm 1.641 1.520 1.590 1.631 1.661 1.661 1.621 1.570 1.570 1.530 1.631 1.560 1.560 1.590 1.596 1.610 1.631 1.621 1.621 1.621 1.637
7. Mass of Dry Soil + Ring gr 20.90 19.70 20.20 20.50 20.70 21.10 20.00 19.70 20.00 19.50 20.30 20.10 18.30 18.70 20.00 20.20 20.20 20.80 19.98 20.08 18.91
8. Mass of Dry Soil gr 14.90 13.70 14.60 14.80 15.20 15.00 14.10 14.00 14.30 13.90 14.80 14.20 14.20 14.50 14.40 14.50 14.60 14.70 14.48 14.48 14.67
9. Mass of Water gr 1.40 1.40 1.20 1.40 1.30 1.50 2.00 1.60 1.30 1.30 1.40 1.30 1.30 1.30 1.46 1.50 1.60 1.40 1.62 1.62 1.59
10. Water Content % 9.40 10.22 8.22 9.46 8.55 10.00 14.18 11.43 9.09 9.35 9.46 9.15 9.15 8.97 10.14 10.34 10.96 9.52 11.19 11.19 10.84
11. Average Water Content % 10.04
12. Dry Density of Soil (γd) gr/cm3 1.500 1.379 1.470 1.490 1.530 1.510 1.419 1.409 1.439 1.399 1.490 1.429 1.429 1.459 1.449 1.459 1.470 1.480 1.457 1.457 1.477
102

Lampiran 6 Hasil Pengujian daya dukung dan Penurunan Tanpa Perkuat

B= 120 mm Bacaan Pembacaan 1 Pembacaan 2


L= 180 mm ke-1 55.54 54.92
A= 216 cm2 ke-2 48.72 49.58
Df / B = 0.3
H/B= -
U/ B= -

LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 55.54 54.92 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000 0.000
20 55.54 54.87 0.00 0.05 0.03 0.02 0.093 9.259 -0.025
40 55.43 54.81 0.11 0.11 0.11 0.09 0.185 18.519 -0.110
60 55.38 54.76 0.16 0.16 0.16 0.13 0.278 27.778 -0.160
80 55.26 54.74 0.28 0.18 0.23 0.19 0.370 37.037 -0.230
100 55.16 54.54 0.38 0.38 0.38 0.32 0.463 46.296 -0.380
120 54.33 54.01 1.21 0.91 1.06 0.88 0.556 55.556 -1.060
140 53.08 53.07 2.46 1.85 2.16 1.80 0.648 64.815 -2.155
160 52.09 51.47 3.45 3.45 3.45 2.88 0.741 74.074 -3.450
180 49.44 50.04 6.10 4.88 5.49 4.58 0.833 83.333 -5.490
200 46.84 46.22 8.70 8.70 8.70 7.25 0.926 92.593 -8.700
220 43.32 42.7 12.22 12.22 12.22 10.18 1.019 101.852 -12.220
240 42.25 38.13 13.29 16.79 15.04 12.53 1.111 111.111 -15.040
260 38.56 36.8 16.98 18.12 17.55 14.63 1.204 120.370 -17.550
280 34.57 33.95 20.97 20.97 20.97 17.48 1.296 129.630 -20.970
300 32.78 30.49 22.76 24.43 23.60 19.66 1.389 138.889 -23.595
320 29.1 26.65 26.44 28.27 27.36 22.80 1.481 148.148 -27.355
340 25.21 23.05 30.33 31.87 31.10 25.92 1.574 157.407 -31.100
360 20.27 19.05 35.27 35.87 35.57 29.64 1.667 166.667 -35.570
380 14.73 12.72 40.81 42.20 41.51 34.59 1.759 175.926 -41.505
400 11.21 8.58 44.33 46.34 45.34 37.78 1.852 185.185 -45.335
420 7.09 4.17 48.45 50.75 49.60 41.33 1.944 194.444 -49.600
440 45.44 46.25 51.73 54.08 52.91 44.09 2.037 203.704 -52.905
460 39.96 40.79 57.21 59.54 58.38 48.65 2.130 212.963 -58.375
480 38.97 29.36 58.20 70.97 64.59 53.82 2.222 222.222 -64.585
103

B= 120 mm Bacaan Pembacaan 1 Pembacaan 2


L= 180 mm ke-1 54.14 55.01
A= 216 cm2 ke-2 55.55 50.93
Df / B = 0.45
H/B= -
U/ B= -
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 54.14 55.01 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000 0.000 0.000
20 54.14 54.94 0.00 0.07 0.04 0.029 0.093 9.259 -0.035
40 53.97 54.84 0.17 0.17 0.17 0.142 0.185 18.519 -0.170
60 53.85 54.71 0.29 0.30 0.29 0.246 0.278 27.778 -0.295
80 53.62 54.67 0.52 0.34 0.43 0.358 0.370 37.037 -0.430
100 53.57 54.44 0.57 0.57 0.57 0.475 0.463 46.296 -0.570
120 53.16 54.28 0.98 0.73 0.86 0.713 0.556 55.556 -0.855
140 52.7 53.93 1.44 1.08 1.26 1.050 0.648 64.815 -1.260
160 52.17 53.04 1.97 1.97 1.97 1.642 0.741 74.074 -1.970
180 51.3 52.73 2.84 2.28 2.56 2.133 0.833 83.333 -2.560
200 49.68 50.54 4.46 4.47 4.47 3.721 0.926 92.593 -4.465
220 47.33 48.19 6.81 6.82 6.82 5.679 1.019 101.852 -6.815
240 45.44 44.02 8.70 10.99 9.85 8.204 1.111 111.111 -9.845
260 42.23 42.3 11.91 12.71 12.31 10.258 1.204 120.370 -12.310
280 39.45 40.32 14.69 14.69 14.69 12.242 1.296 129.630 -14.690
300 37.53 37.18 16.61 17.83 17.22 14.350 1.389 138.889 -17.220
320 34.94 34.48 19.20 20.53 19.87 16.554 1.481 148.148 -19.865
340 31.89 31.63 22.25 23.38 22.82 19.013 1.574 157.407 -22.815
360 27.92 28.34 26.22 26.67 26.45 22.038 1.667 166.667 -26.445
380 24.31 24.16 29.83 30.85 30.34 25.283 1.759 175.926 -30.340
400 20.25 19.58 33.89 35.43 34.66 28.883 1.852 185.185 -34.660
420 16.28 15.36 37.86 39.65 38.76 32.296 1.944 194.444 -38.755
440 12.41 11.38 41.73 43.63 42.68 35.567 2.037 203.704 -42.680
460 9.33 8.37 44.81 46.64 45.73 38.104 2.130 212.963 -45.725
480 55.44 42.79 44.92 54.78 49.85 41.542 2.222 222.222 -49.850
500 51.03 37.28 49.33 60.29 54.81 45.675 2.315 231.481 -54.810
520 43.08 36.74 57.28 60.83 59.06 49.213 2.407 240.741 -59.055
540 39.26 32.69 61.10 64.88 62.99 52.492 2.500 250.000 -62.990
104

B= 120 mm Bacaan Pembacaan 1 Pembacaan 2


L= 180 mm ke-1 54.83 54.19
A= 216 cm2 ke-2 53.82 54.73
Df / B = 0.6
H/B= -
U/ B= -
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2)q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 54.83 54.19 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000 0.000
20 54.83 54.06 0.00 0.13 0.07 0.05 0.093 9.259 -0.065
40 54.68 54.04 0.15 0.15 0.15 0.12 0.185 18.519 -0.150
60 54.58 53.94 0.25 0.25 0.25 0.21 0.278 27.778 -0.250
80 54.41 53.91 0.42 0.28 0.35 0.29 0.370 37.037 -0.350
100 54.33 53.69 0.50 0.50 0.50 0.42 0.463 46.296 -0.500
120 54.02 53.56 0.81 0.63 0.72 0.60 0.556 55.556 -0.720
140 53.75 53.38 1.08 0.81 0.95 0.79 0.648 64.815 -0.945
160 53.6 52.96 1.23 1.23 1.23 1.03 0.741 74.074 -1.230
180 53.01 52.73 1.82 1.46 1.64 1.37 0.833 83.333 -1.640
200 52.58 51.94 2.25 2.25 2.25 1.88 0.926 92.593 -2.250
220 51.74 51.1 3.09 3.09 3.09 2.58 1.019 101.852 -3.090
240 51.14 49.53 3.69 4.66 4.18 3.48 1.111 111.111 -4.175
260 49.38 48.38 5.45 5.81 5.63 4.69 1.204 120.370 -5.630
280 47.3 46.66 7.53 7.53 7.53 6.28 1.296 129.630 -7.530
300 45.31 43.96 9.52 10.23 9.88 8.23 1.389 138.889 -9.875
320 42.54 41.05 12.29 13.14 12.72 10.60 1.481 148.148 -12.715
340 40.1 38.71 14.73 15.48 15.11 12.59 1.574 157.407 -15.105
360 37.26 36.31 17.57 17.88 17.73 14.77 1.667 166.667 -17.725
380 34.83 33.51 20.00 20.68 20.34 16.95 1.759 175.926 -20.340
400 31.61 29.92 23.22 24.27 23.75 19.79 1.852 185.185 -23.745
420 28.08 26.17 26.75 28.02 27.39 22.82 1.944 194.444 -27.385
440 24.61 22.6 30.22 31.59 30.91 25.75 2.037 203.704 -30.905
460 22.07 20.09 32.76 34.10 33.43 27.86 2.130 212.963 -33.430
480 21.03 12.97 33.80 41.22 37.51 31.26 2.222 222.222 -37.510
500 17.57 8.64 37.26 45.55 41.41 34.50 2.315 231.481 -41.405
520 10.54 7.16 44.29 47.03 45.66 38.05 2.407 240.741 -45.660
540 6.99 3.39 47.84 50.80 49.32 41.10 2.500 250.000 -49.320
560 49.27 49.9 52.39 55.63 54.01 45.01 2.593 259.259 -54.010
580 45.28 45.66 56.38 59.87 58.13 48.44 2.685 268.519 -58.125
600 39.49 39.51 62.17 66.02 64.10 53.41 2.778 277.778 -64.095
105

Lampiran 7 Hasil Pengujian daya dukung dan Penurunan Dengan Perkuatan


B= 120 mm Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2
L= 180 mm 1 52.5 52.29
A= 216 cm2 2 48.87 49.22
Df / B = 0.3
H/B= 0.3
U/ B= 0.3
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 52.5 52.29 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 52.43 52.21 0.070 0.080 0.075 0.062 0.093 9.259 -0.075
40 52.32 52.01 0.180 0.280 0.230 0.192 0.185 18.519 -0.230
60 52.18 51.91 0.320 0.380 0.350 0.292 0.278 27.778 -0.350
80 52.03 51.75 0.470 0.540 0.505 0.421 0.370 37.037 -0.505
100 51.86 51.6 0.640 0.690 0.665 0.554 0.463 46.296 -0.665
120 51.62 51.41 0.880 0.880 0.880 0.733 0.556 55.556 -0.880
140 51.33 51.26 1.170 1.030 1.100 0.917 0.648 64.815 -1.100
160 51.21 51.08 1.290 1.210 1.250 1.042 0.741 74.074 -1.250
180 50.95 50.86 1.550 1.430 1.490 1.242 0.833 83.333 -1.490
200 50.68 50.62 1.820 1.670 1.745 1.454 0.926 92.593 -1.745
220 50.37 50.36 2.130 1.930 2.030 1.692 1.019 101.852 -2.030
240 50.08 50.1 2.420 2.190 2.305 1.921 1.111 111.111 -2.305
260 49.74 50.08 2.760 2.210 2.485 2.071 1.204 120.370 -2.485
280 49.3 49.45 3.200 2.840 3.020 2.517 1.296 129.630 -3.020
300 49.04 49.19 3.460 3.100 3.280 2.733 1.389 138.889 -3.280
320 48.37 48.65 4.130 3.640 3.885 3.238 1.481 148.148 -3.885
340 47.8 48.3 4.700 3.990 4.345 3.621 1.574 157.407 -4.345
360 46.91 47.79 5.590 4.500 5.045 4.204 1.667 166.667 -5.045
380 45.72 47.05 6.780 5.240 6.010 5.008 1.759 175.926 -6.010
400 44.54 46.09 7.960 6.200 7.080 5.900 1.852 185.185 -7.080
420 43.47 45.09 9.030 7.200 8.115 6.763 1.944 194.444 -8.115
440 42.06 43.7 10.440 8.590 9.515 7.929 2.037 203.704 -9.515
460 40.72 42.33 11.780 9.960 10.870 9.058 2.130 212.963 -10.870
480 39.05 40.75 13.450 11.540 12.495 10.413 2.222 222.222 -12.495
500 37.81 39.15 14.690 13.140 13.915 11.596 2.315 231.481 -13.915
520 35.91 37.44 16.590 14.850 15.720 13.100 2.407 240.741 -15.720
540 33.57 35.07 18.930 17.220 18.075 15.063 2.500 250.000 -18.075
560 31.92 33.36 20.580 18.930 19.755 16.463 2.593 259.259 -19.755
580 30.2 31.66 22.300 20.630 21.465 17.888 2.685 268.519 -21.465
600 28.75 30.15 23.750 22.140 22.945 19.121 2.778 277.778 -22.945
620 26.91 28.29 25.590 24.000 24.795 20.663 2.870 287.037 -24.795
640 24.87 26.28 27.630 26.010 26.820 22.350 2.963 296.296 -26.820
660 23.09 24.39 29.410 27.900 28.655 23.879 3.056 305.556 -28.655
680 20.04 22.34 32.460 29.950 31.205 26.004 3.148 314.815 -31.205
700 18.95 20.35 33.550 31.940 32.745 27.288 3.241 324.074 -32.745
720 17.09 18.29 35.410 34.000 34.705 28.921 3.333 333.333 -34.705
740 15.52 16.91 36.980 35.380 36.180 30.150 3.426 342.593 -36.180
760 13.06 14.44 39.440 37.850 38.645 32.204 3.519 351.852 -38.645
780 11.08 12.88 41.420 39.410 40.415 33.679 3.611 361.111 -40.415
800 9.67 11.23 42.830 41.060 41.945 34.954 3.704 370.370 -41.945
820 7.62 9.21 44.880 43.080 43.980 36.650 3.796 379.630 -43.980
840 6.05 7.58 46.450 44.710 45.580 37.983 3.889 388.889 -45.580
860 4.44 6.04 48.060 46.250 47.155 39.296 3.981 398.148 -47.155
880 3.15 4.73 49.350 47.560 48.455 40.379 4.074 407.407 -48.455
900 48.16 48.51 50.060 48.090 49.075 40.896 4.167 416.667 -49.075
106

Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2


1 55.41 51.81
B= 120 mm
2 55.66 55.02
L= 180 mm
A= 216 cm2
Df / B = 0.3
H/B= 0.3
U/ B= 0.4
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 55.41 51.81 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 55.42 51.76 -0.010 0.050 0.020 0.017 0.093 9.259 -0.020
40 55.41 51.4 0.000 0.410 0.205 0.171 0.185 18.519 -0.205
60 55.4 51.16 0.010 0.650 0.330 0.275 0.278 27.778 -0.330
80 55.4 50.85 0.010 0.960 0.485 0.404 0.370 37.037 -0.485
100 55.32 50.53 0.090 1.280 0.685 0.571 0.463 46.296 -0.685
120 55.38 50.24 0.030 1.570 0.800 0.667 0.556 55.556 -0.800
140 55.37 49.94 0.040 1.870 0.955 0.796 0.648 64.815 -0.955
160 55.36 49.64 0.050 2.170 1.110 0.925 0.741 74.074 -1.110
180 55.36 49.33 0.050 2.480 1.265 1.054 0.833 83.333 -1.265
200 55.34 48.96 0.070 2.850 1.460 1.217 0.926 92.593 -1.460
220 55.32 48.61 0.090 3.200 1.645 1.371 1.019 101.852 -1.645
240 55.28 48.21 0.130 3.600 1.865 1.554 1.111 111.111 -1.865
260 55.22 47.74 0.190 4.070 2.130 1.775 1.204 120.370 -2.130
280 55.11 47.04 0.300 4.770 2.535 2.113 1.296 129.630 -2.535
300 55.03 46.41 0.380 5.400 2.890 2.408 1.389 138.889 -2.890
320 54.97 45.27 0.440 6.540 3.490 2.908 1.481 148.148 -3.490
340 54.66 43.78 0.750 8.030 4.390 3.658 1.574 157.407 -4.390
360 54.37 42.57 1.040 9.240 5.140 4.283 1.667 166.667 -5.140
380 53.93 40.8 1.480 11.010 6.245 5.204 1.759 175.926 -6.245
400 53.16 39.14 2.250 12.670 7.460 6.217 1.852 185.185 -7.460
420 52.07 37.02 3.340 14.790 9.065 7.554 1.944 194.444 -9.065
440 50.73 34.38 4.680 17.430 11.055 9.213 2.037 203.704 -11.055
460 48.99 31.03 6.420 20.780 13.600 11.333 2.130 212.963 -13.600
480 46.72 27.49 8.690 24.320 16.505 13.754 2.222 222.222 -16.505
500 40.88 22.47 14.530 29.340 21.935 18.279 2.315 231.481 -21.935
520 34.64 17.03 20.770 34.780 27.775 23.146 2.407 240.741 -27.775
540 28.1 10.92 27.310 40.890 34.100 28.417 2.500 250.000 -34.100
560 23.75 5.88 31.660 45.930 38.795 32.329 2.593 259.259 -38.795
580 50.67 51.9 36.650 49.050 42.850 35.708 2.685 268.519 -42.850
600 47.8 49.52 39.520 51.430 45.475 37.896 2.778 277.778 -45.475
620 43.1 46.84 44.220 54.110 49.165 40.971 2.870 287.037 -49.165
107

Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2


1 55.53 52.81
B= 120 mm
L= 180 mm 2 - -
A= 216 cm2
Df / B = 0.3
H/B= 0.3
U/ B= 0.5
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 55.53 52.81 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 55.53 52.69 0.000 0.120 0.060 0.050 0.093 9.259 -0.060
40 55.52 52.35 0.010 0.460 0.235 0.196 0.185 18.519 -0.235
60 55.51 52.03 0.020 0.780 0.400 0.333 0.278 27.778 -0.400
80 55.5 51.74 0.030 1.070 0.550 0.458 0.370 37.037 -0.550
100 55.49 51.45 0.040 1.360 0.700 0.583 0.463 46.296 -0.700
120 55.49 51.16 0.040 1.650 0.845 0.704 0.556 55.556 -0.845
140 55.48 50.86 0.050 1.950 1.000 0.833 0.648 64.815 -1.000
160 55.46 50.56 0.070 2.250 1.160 0.967 0.741 74.074 -1.160
180 55.45 50.18 0.080 2.630 1.355 1.129 0.833 83.333 -1.355
200 55.44 49.76 0.090 3.050 1.570 1.308 0.926 92.593 -1.570
220 55.42 49.33 0.110 3.480 1.795 1.496 1.019 101.852 -1.795
240 55.4 48.87 0.130 3.940 2.035 1.696 1.111 111.111 -2.035
260 55.33 48.18 0.200 4.630 2.415 2.013 1.204 120.370 -2.415
280 55.18 47.2 0.350 5.610 2.980 2.483 1.296 129.630 -2.980
300 54.62 45.64 0.910 7.170 4.040 3.367 1.389 138.889 -4.040
320 53.95 43.27 1.580 9.540 5.560 4.633 1.481 148.148 -5.560
340 53.03 41.07 2.500 11.740 7.120 5.933 1.574 157.407 -7.120
360 51.52 38.09 4.010 14.720 9.365 7.804 1.667 166.667 -9.365
380 49.82 34.82 5.710 17.990 11.850 9.875 1.759 175.926 -11.850
400 45.85 28.92 9.680 23.890 16.785 13.988 1.852 185.185 -16.785
420 37.88 21.49 17.650 31.320 24.485 20.404 1.944 194.444 -24.485
440 30.74 14.29 24.790 38.520 31.655 26.379 2.037 203.704 -31.655
460 23.81 7.22 31.720 45.590 38.655 32.213 2.130 212.963 -38.655
480 48.17 51.83 39.230 48.800 44.015 36.679 2.222 222.222 -44.015
500 42.7 49.45 44.700 51.180 47.940 39.950 2.315 231.481 -47.940
520 35.68 44.52 51.720 56.110 53.915 44.929 2.407 240.741 -53.915
108

B= 120 mm Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2


L= 180 mm 1 53.28 54.69
A= 216 cm2 2 51.50 53.13
Df / B = 0.45
H/B= 0.3
U/ B= 0.3
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 53.28 54.69 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 53.24 54.68 0.040 0.010 0.025 0.018 0.093 9.259 -0.021
40 52.46 54.56 0.820 0.130 0.475 0.336 0.185 18.519 -0.404
60 52.14 54.49 1.140 0.200 0.670 0.475 0.278 27.778 -0.569
80 51.86 54.4 1.420 0.290 0.855 0.606 0.370 37.037 -0.727
100 51.39 54.16 1.890 0.530 1.210 0.857 0.463 46.296 -1.029
120 51.2 54.01 2.080 0.680 1.380 0.977 0.556 55.556 -1.173
140 50.91 53.77 2.370 0.920 1.645 1.165 0.648 64.815 -1.398
160 50.65 53.53 2.630 1.160 1.895 1.342 0.741 74.074 -1.611
180 50.38 53.27 2.900 1.420 2.160 1.530 0.833 83.333 -1.836
200 50.1 53 3.180 1.690 2.435 1.725 0.926 92.593 -2.070
220 49.81 52.77 3.470 1.920 2.695 1.909 1.019 101.852 -2.291
240 49.47 52.49 3.810 2.200 3.005 2.129 1.111 111.111 -2.554
260 49.15 52.24 4.130 2.450 3.290 2.330 1.204 120.370 -2.797
280 48.7 51.95 4.580 2.740 3.660 2.593 1.296 129.630 -3.111
300 48.16 51.66 5.120 3.030 4.075 2.886 1.389 138.889 -3.464
320 47.18 51.24 6.100 3.450 4.775 3.382 1.481 148.148 -4.059
340 46.46 50.94 6.820 3.750 5.285 3.744 1.574 157.407 -4.492
360 45.61 50.58 7.670 4.110 5.890 4.172 1.667 166.667 -5.007
380 44.69 50.21 8.590 4.480 6.535 4.629 1.759 175.926 -5.555
400 43.74 49.79 9.540 4.900 7.220 5.114 1.852 185.185 -6.137
420 42.57 49.26 10.710 5.430 8.070 5.716 1.944 194.444 -6.860
440 41.49 48.8 11.790 5.890 8.840 6.262 2.037 203.704 -7.514
460 40.52 48.26 12.760 6.430 9.595 6.796 2.130 212.963 -8.156
480 39.32 47.39 13.960 7.300 10.630 7.530 2.222 222.222 -9.036
500 38.11 46.26 15.170 8.430 11.800 8.358 2.315 231.481 -10.030
520 36.71 44.71 16.570 9.980 13.275 9.403 2.407 240.741 -11.284
540 35.14 42.85 18.140 11.840 14.990 10.618 2.500 250.000 -12.742
560 33.97 41.52 19.310 13.170 16.240 11.503 2.593 259.259 -13.804
580 31.88 39.27 21.400 15.420 18.410 13.040 2.685 268.519 -15.649
600 30.46 37.82 22.820 16.870 19.845 14.057 2.778 277.778 -16.868
620 28.22 35.56 25.060 19.130 22.095 15.651 2.870 287.037 -18.781
640 25.88 33.16 27.400 21.530 24.465 17.329 2.963 296.296 -20.795
660 24.65 31.9 28.630 22.790 25.710 18.211 3.056 305.556 -21.854
680 21.62 28.88 31.660 25.810 28.735 20.354 3.148 314.815 -24.425
700 20.3 27.54 32.980 27.150 30.065 21.296 3.241 324.074 -25.555
720 17.7 24.99 35.580 29.700 32.640 23.120 3.333 333.333 -27.744
740 15.2 22.47 38.080 32.220 35.150 24.898 3.426 342.593 -29.878
760 13.04 20.32 40.240 34.370 37.305 26.424 3.519 351.852 -31.709
780 10.66 17.91 42.620 36.780 39.700 28.121 3.611 361.111 -33.745
800 8.71 15.95 44.570 38.740 41.655 29.506 3.704 370.370 -35.407
820 50.45 52.11 45.620 39.760 42.690 30.239 3.796 379.630 -36.287
840 48.88 50.77 47.190 41.100 44.145 31.269 3.889 388.889 -37.523
860 47.17 49.85 48.900 42.020 45.460 32.201 3.981 398.148 -38.641
880 42.37 47.28 53.700 44.590 49.145 34.811 4.074 407.407 -41.773
900 41.03 46.07 55.040 45.800 50.420 35.714 4.167 416.667 -42.857
920 38.91 43.71 57.160 48.160 52.660 37.301 4.259 425.926 -44.761
940 35.24 39.67 60.830 52.200 56.515 40.031 4.352 435.185 -48.038
960 33.33 37.71 62.740 54.160 58.450 41.402 4.444 444.444 -49.683
109

B= 120 mm Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2


L= 180 mm 1 53.28 54.69
A= 216 cm2 2 52.97 53.13
Df / B = 0.45
H/B= 0.3
U/ B= 0.4
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 53.28 54.69 0 0 0 0.000 0.000 0.000 0
20 53.24 54.68 0.04 0.01 0.025 0.021 0.093 9.259 -0.025
40 52.46 54.56 0.82 0.13 0.475 0.396 0.185 18.519 -0.475
60 52.14 54.49 1.14 0.2 0.67 0.558 0.278 27.778 -0.67
80 51.86 54.4 1.42 0.29 0.855 0.713 0.370 37.037 -0.855
100 51.39 54.16 1.89 0.53 1.21 1.008 0.463 46.296 -1.21
120 51.2 54.01 2.08 0.68 1.38 1.150 0.556 55.556 -1.38
140 50.91 53.77 2.37 0.92 1.645 1.371 0.648 64.815 -1.645
160 50.65 53.53 2.63 1.16 1.895 1.579 0.741 74.074 -1.895
180 50.38 53.27 2.9 1.42 2.16 1.800 0.833 83.333 -2.16
200 50.1 53 3.18 1.69 2.435 2.029 0.926 92.593 -2.435
220 49.81 52.77 3.47 1.92 2.695 2.246 1.019 101.852 -2.695
240 49.47 52.49 3.81 2.2 3.005 2.504 1.111 111.111 -3.005
260 49.15 52.24 4.13 2.45 3.29 2.742 1.204 120.370 -3.29
280 48.7 51.95 4.58 2.74 3.66 3.050 1.296 129.630 -3.66
300 48.16 51.66 5.12 3.03 4.075 3.396 1.389 138.889 -4.075
320 47.18 51.24 6.1 3.45 4.775 3.979 1.481 148.148 -4.775
340 46.46 50.94 6.82 3.75 5.285 4.404 1.574 157.407 -5.285
360 45.61 50.58 7.67 4.11 5.89 4.908 1.667 166.667 -5.89
380 44.69 50.21 8.59 4.48 6.535 5.446 1.759 175.926 -6.535
400 43.74 49.79 9.54 4.9 7.22 6.017 1.852 185.185 -7.22
420 42.57 49.26 10.71 5.43 8.07 6.725 1.944 194.444 -8.07
440 41.49 48.8 11.79 5.89 8.84 7.367 2.037 203.704 -8.84
460 40.52 48.26 12.76 6.43 9.595 7.996 2.130 212.963 -9.595
480 39.32 47.39 13.96 7.3 10.63 8.858 2.222 222.222 -10.63
500 38.11 46.26 15.17 8.43 11.8 9.833 2.315 231.481 -11.8
520 36.71 44.71 16.57 9.98 13.275 11.063 2.407 240.741 -13.275
540 35.14 42.85 18.14 11.84 14.99 12.492 2.500 250.000 -14.99
560 33.97 41.52 19.31 13.17 16.24 13.533 2.593 259.259 -16.24
580 31.88 39.27 21.4 15.42 18.41 15.342 2.685 268.519 -18.41
600 30.46 37.82 22.82 16.87 19.845 16.538 2.778 277.778 -19.845
620 28.22 35.56 25.06 19.13 22.095 18.413 2.870 287.037 -22.095
640 25.88 33.16 27.4 21.53 24.465 20.388 2.963 296.296 -24.465
660 24.65 31.9 28.63 22.79 25.71 21.425 3.056 305.556 -25.71
680 21.62 28.88 31.66 25.81 28.735 23.946 3.148 314.815 -28.735
700 20.3 27.54 32.98 27.15 30.065 25.054 3.241 324.074 -30.065
720 17.7 24.99 35.58 29.7 32.64 27.200 3.333 333.333 -32.64
740 15.2 22.47 38.08 32.22 35.15 29.292 3.426 342.593 -35.15
760 13.04 20.32 40.24 34.37 37.305 31.088 3.519 351.852 -37.305
780 10.66 17.91 42.62 36.78 39.7 33.083 3.611 361.111 -39.7
800 8.71 15.95 44.57 38.74 41.655 34.713 3.704 370.370 -41.655
820 50.45 52.11 45.62 39.76 42.69 35.575 3.796 379.630 -42.69
840 48.88 50.77 47.19 41.1 44.145 36.788 3.889 388.889 -44.145
860 47.17 49.85 48.9 42.02 45.46 37.883 3.981 398.148 -45.46
880 42.37 47.28 53.7 44.59 49.145 40.954 4.074 407.407 -49.145
110

B= 120 mm
L= 180 mm
Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2
A= 216 cm2 1 55.45 53.09
Df / B = 0.45
2 55.67 55.03
H/B= 0.3
U/ B= 0.5
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 55.45 53.09 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 55.45 52.86 0.000 0.230 0.115 0.096 0.093 9.259 -0.115
40 55.44 52.52 0.010 0.570 0.290 0.242 0.185 18.519 -0.290
60 55.43 52.05 0.020 1.040 0.530 0.442 0.278 27.778 -0.530
80 55.41 51.6 0.040 1.490 0.765 0.638 0.370 37.037 -0.765
100 55.4 51.2 0.050 1.890 0.970 0.808 0.463 46.296 -0.970
120 55.4 50.85 0.050 2.240 1.145 0.954 0.556 55.556 -1.145
140 55.39 50.54 0.060 2.550 1.305 1.088 0.648 64.815 -1.305
160 55.38 50.21 0.070 2.880 1.475 1.229 0.741 74.074 -1.475
180 55.37 49.89 0.080 3.200 1.640 1.367 0.833 83.333 -1.640
200 55.36 49.55 0.090 3.540 1.815 1.513 0.926 92.593 -1.815
220 55.34 49.1 0.110 3.990 2.050 1.708 1.019 101.852 -2.050
240 55.32 48.73 0.130 4.360 2.245 1.871 1.111 111.111 -2.245
260 55.29 48.28 0.160 4.810 2.485 2.071 1.204 120.370 -2.485
280 55.21 47.72 0.240 5.370 2.805 2.338 1.296 129.630 -2.805
300 55.19 46.85 0.260 6.240 3.250 2.708 1.389 138.889 -3.250
320 55.01 45.05 0.440 8.040 4.240 3.533 1.481 148.148 -4.240
340 53.96 43.82 1.490 9.270 5.380 4.483 1.574 157.407 -5.380
360 53.28 42.13 2.170 10.960 6.565 5.471 1.667 166.667 -6.565
380 52.31 40.02 3.140 13.070 8.105 6.754 1.759 175.926 -8.105
400 51.07 37.41 4.380 15.680 10.030 8.358 1.852 185.185 -10.030
420 49.84 34.82 5.610 18.270 11.940 9.950 1.944 194.444 -11.940
440 47.76 31.26 7.690 21.830 14.760 12.300 2.037 203.704 -14.760
460 44 28.24 11.450 24.850 18.150 15.125 2.130 212.963 -18.150
480 40.03 24.25 15.420 28.840 22.130 18.442 2.222 222.222 -22.130
500 36.16 21.73 19.290 31.360 25.325 21.104 2.315 231.481 -25.325
520 31.7 16.54 23.750 36.550 30.150 25.125 2.407 240.741 -30.150
540 27.92 12.88 27.530 40.210 33.870 28.225 2.500 250.000 -33.870
560 24.62 9.71 30.830 43.380 37.105 30.921 2.593 259.259 -37.105
580 20.11 5.42 35.340 47.670 41.505 34.588 2.685 268.519 -41.505
600 54.92 54.39 36.090 48.310 42.200 35.167 2.778 277.778 -42.200
620 51.44 53.24 39.570 49.460 44.515 37.096 2.870 287.037 -44.515
640 49.67 51.61 41.340 51.090 46.215 38.513 2.963 296.296 -46.215
660 46.83 49.72 44.180 52.980 48.580 40.483 3.056 305.556 -48.580
111

B= 120 mm
L= 180 mm
BacaanPembacaan p1embacaan 2
A= 216 cm2
1 53.66 52.73
Df / B = 0.6
2 48.40 50.46
H/B= 0.3
U/ B= 0.3
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 53.66 52.73 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 53.53 52.65 0.130 0.080 0.105 0.087 0.093 9.259 -0.105
40 53.3 52.51 0.360 0.220 0.290 0.242 0.185 18.519 -0.290
60 52.98 52.32 0.680 0.410 0.545 0.454 0.278 27.778 -0.545
80 52.64 52.07 1.020 0.660 0.840 0.700 0.370 37.037 -0.840
100 52.33 51.82 1.330 0.910 1.120 0.933 0.463 46.296 -1.120
120 52.05 51.58 1.610 1.150 1.380 1.150 0.556 55.556 -1.380
140 51.79 51.38 1.870 1.350 1.610 1.342 0.648 64.815 -1.610
160 51.57 51.19 2.090 1.540 1.815 1.513 0.741 74.074 -1.815
180 51.34 51.02 2.320 1.710 2.015 1.679 0.833 83.333 -2.015
200 51.12 50.84 2.540 1.890 2.215 1.846 0.926 92.593 -2.215
220 50.9 50.65 2.760 2.080 2.420 2.017 1.019 101.852 -2.420
240 50.65 50.44 3.010 2.290 2.650 2.208 1.111 111.111 -2.650
260 50.4 50.23 3.260 2.500 2.880 2.400 1.204 120.370 -2.880
280 50.21 50.05 3.450 2.680 3.065 2.554 1.296 129.630 -3.065
300 49.93 49.82 3.730 2.910 3.320 2.767 1.389 138.889 -3.320
320 49.7 49.61 3.960 3.120 3.540 2.950 1.481 148.148 -3.540
340 49.42 49.37 4.240 3.360 3.800 3.167 1.574 157.407 -3.800
360 49.12 49.15 4.540 3.580 4.060 3.383 1.667 166.667 -4.060
380 48.82 48.91 4.840 3.820 4.330 3.608 1.759 175.926 -4.330
400 48.41 48.61 5.250 4.120 4.685 3.904 1.852 185.185 -4.685
420 47.88 48.3 5.780 4.430 5.105 4.254 1.944 194.444 -5.105
440 47.35 48.03 6.310 4.700 5.505 4.588 2.037 203.704 -5.505
460 46.68 47.64 6.980 5.090 6.035 5.029 2.130 212.963 -6.035
480 45.76 47.18 7.900 5.550 6.725 5.604 2.222 222.222 -6.725
500 45.11 46.73 8.550 6.000 7.275 6.063 2.315 231.481 -7.275
520 44.02 46.06 9.640 6.670 8.155 6.796 2.407 240.741 -8.155
540 43.28 45.66 10.380 7.070 8.725 7.271 2.500 250.000 -8.725
560 42.28 44.48 11.380 8.250 9.815 8.179 2.593 259.259 -9.815
580 41.11 43.44 12.550 9.290 10.920 9.100 2.685 268.519 -10.920
600 39.94 42.25 13.720 10.480 12.100 10.083 2.778 277.778 -12.100
620 38.75 41.04 14.910 11.690 13.300 11.083 2.870 287.037 -13.300
640 37.69 40.05 15.970 12.680 14.325 11.938 2.963 296.296 -14.325
660 36.51 38.92 17.150 13.810 15.480 12.900 3.056 305.556 -15.480
680 35.21 37.35 18.450 15.380 16.915 14.096 3.148 314.815 -16.915
700 33.52 36.17 20.140 16.560 18.350 15.292 3.241 324.074 -18.350
720 32.8 34.82 20.860 17.910 19.385 16.154 3.333 333.333 -19.385
740 30.18 33.1 23.480 19.630 21.555 17.963 3.426 342.593 -21.555
760 28.53 31.51 25.130 21.220 23.175 19.313 3.519 351.852 -23.175
780 26.57 29.65 27.090 23.080 25.085 20.904 3.611 361.111 -25.085
800 24.48 27.67 29.180 25.060 27.120 22.600 3.704 370.370 -27.120
820 22.14 25.42 31.520 27.310 29.415 24.513 3.796 379.630 -29.415
840 20.21 23.62 33.450 29.110 31.280 26.067 3.889 388.889 -31.280
860 18.18 21.64 35.480 31.090 33.285 27.738 3.981 398.148 -33.285
880 15.6 19.12 38.060 33.610 35.835 29.863 4.074 407.407 -35.835
900 13.65 17.35 40.010 35.380 37.695 31.413 4.167 416.667 -37.695
920 11.66 15.55 42.000 37.180 39.590 32.992 4.259 425.926 -39.590
940 9.71 13.33 43.950 39.400 41.675 34.729 4.352 435.185 -41.675
960 6.77 10.94 46.890 41.790 44.340 36.950 4.444 444.444 -44.340
980 47.76 50.23 47.530 42.020 44.775 37.313 4.537 453.704 -44.775
1000 45.6 49.34 49.690 42.910 46.300 38.583 4.630 462.963 -46.300
1020 43.53 48.47 51.760 43.780 47.770 39.808 4.722 472.222 -47.770
1040 41.05 47.11 54.240 45.140 49.690 41.408 4.815 481.481 -49.690
112

B= 120 mm
L= 180 mm Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2
1 54.95 51.67
A= 216 cm2
2 53.53 50.74
Df / B = 0.6
H/B= 0.3
U/ B= 0.4
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 54.95 51.67 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 54.94 51.68 0.010 -0.010 0.000 0.000 0.093 9.259 0.000
40 54.91 51.67 0.040 0.000 0.020 0.017 0.185 18.519 -0.020
60 54.85 51.63 0.100 0.040 0.070 0.058 0.278 27.778 -0.070
80 54.77 51.55 0.180 0.120 0.150 0.125 0.370 37.037 -0.150
100 54.67 51.48 0.280 0.190 0.235 0.196 0.463 46.296 -0.235
120 54.55 51.4 0.400 0.270 0.335 0.279 0.556 55.556 -0.335
140 54.37 51.29 0.580 0.380 0.480 0.400 0.648 64.815 -0.480
160 54.18 51.16 0.770 0.510 0.640 0.533 0.741 74.074 -0.640
180 53.96 50.98 0.990 0.690 0.840 0.700 0.833 83.333 -0.840
200 53.76 50.83 1.190 0.840 1.015 0.846 0.926 92.593 -1.015
220 53.53 50.61 1.420 1.060 1.240 1.033 1.019 101.852 -1.240
240 53.23 50.34 1.720 1.330 1.525 1.271 1.111 111.111 -1.525
260 53.02 50.15 1.930 1.520 1.725 1.438 1.204 120.370 -1.725
280 52.71 49.85 2.240 1.820 2.030 1.692 1.296 129.630 -2.030
300 52.38 49.56 2.570 2.110 2.340 1.950 1.389 138.889 -2.340
320 52.09 49.3 2.860 2.370 2.615 2.179 1.481 148.148 -2.615
340 51.71 48.95 3.240 2.720 2.980 2.483 1.574 157.407 -2.980
360 51.28 48.57 3.670 3.100 3.385 2.821 1.667 166.667 -3.385
380 50.9 48.23 4.050 3.440 3.745 3.121 1.759 175.926 -3.745
400 50.39 47.75 4.560 3.920 4.240 3.533 1.852 185.185 -4.240
420 49.88 47.25 5.070 4.420 4.745 3.954 1.944 194.444 -4.745
440 49.27 46.53 5.680 5.140 5.410 4.508 2.037 203.704 -5.410
460 48.54 45.49 6.410 6.180 6.295 5.246 2.130 212.963 -6.295
480 47.93 44.54 7.020 7.130 7.075 5.896 2.222 222.222 -7.075
500 47.16 43.6 7.790 8.070 7.930 6.608 2.315 231.481 -7.930
520 46.16 42.16 8.790 9.510 9.150 7.625 2.407 240.741 -9.150
540 44.79 40.8 10.160 10.870 10.515 8.763 2.500 250.000 -10.515
560 43.21 39.26 11.740 12.410 12.075 10.063 2.593 259.259 -12.075
580 41.36 37.83 13.590 13.840 13.715 11.429 2.685 268.519 -13.715
600 39.39 35.99 15.560 15.680 15.620 13.017 2.778 277.778 -15.620
620 37.8 34.34 17.150 17.330 17.240 14.367 2.870 287.037 -17.240
640 36.12 32.83 18.830 18.840 18.835 15.696 2.963 296.296 -18.835
660 34.3 31 20.650 20.670 20.660 17.217 3.056 305.556 -20.660
680 32.45 28.94 22.500 22.730 22.615 18.846 3.148 314.815 -22.615
700 30.73 27.35 24.220 24.320 24.270 20.225 3.241 324.074 -24.270
720 28.31 24.85 26.640 26.820 26.730 22.275 3.333 333.333 -26.730
740 26.74 23.32 28.210 28.350 28.280 23.567 3.426 342.593 -28.280
760 25.01 21.6 29.940 30.070 30.005 25.004 3.519 351.852 -30.005
780 22.92 19.46 32.030 32.210 32.120 26.767 3.611 361.111 -32.120
800 21.07 17.62 33.880 34.050 33.965 28.304 3.704 370.370 -33.965
820 18.84 15.3 36.110 36.370 36.240 30.200 3.796 379.630 -36.240
840 16.73 13.15 38.220 38.520 38.370 31.975 3.889 388.889 -38.370
860 14.47 10.83 40.480 40.840 40.660 33.883 3.981 398.148 -40.660
880 12.45 8.81 42.500 42.860 42.680 35.567 4.074 407.407 -42.680
900 51.44 48.61 44.590 44.990 44.790 37.325 4.167 416.667 -44.790
920 50.35 47.45 45.680 46.150 45.915 38.263 4.259 425.926 -45.915
940 48.91 45.45 47.120 48.150 47.635 39.696 4.352 435.185 -47.635
960 47.72 43.2 48.310 50.400 49.355 41.129 4.444 444.444 -49.355
113

B= 120 mm
L= 180 mm
Bacaan Pembacaan 1 pembacaan 2
A= 216 cm2 1 54.250 53.150
Df / B = 0.6
2 53.08 50.74
H/B= 0.3
U/ B= 0.5
LVDT Penurunan
Beban (kg) s/B (%) q (kg/cm2) q (kN/m2) y
Pembacaan 1 Pembacaan 2 Pembacaan 1 Pembacaan 2 Rata-Rata
0 54.250 53.150 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
20 54.230 53.110 0.020 0.040 0.030 0.025 0.093 9.259 -0.030
40 54.170 53.000 0.080 0.150 0.115 0.096 0.185 18.519 -0.115
60 54.110 52.870 0.140 0.280 0.210 0.175 0.278 27.778 -0.210
80 54.040 52.700 0.210 0.450 0.330 0.275 0.370 37.037 -0.330
100 53.670 52.218 0.580 0.932 0.756 0.630 0.463 46.296 -0.756
120 53.551 51.969 0.699 1.181 0.940 0.783 0.556 55.556 -0.940
140 53.402 51.690 0.848 1.460 1.154 0.962 0.648 64.815 -1.154
160 53.242 51.422 1.008 1.728 1.368 1.140 0.741 74.074 -1.368
180 53.053 51.123 1.197 2.027 1.612 1.343 0.833 83.333 -1.612
200 52.579 50.569 1.671 2.581 2.126 1.772 0.926 92.593 -2.126
220 52.371 50.292 1.879 2.858 2.369 1.974 1.019 101.852 -2.369
240 52.074 49.896 2.176 3.254 2.715 2.263 1.111 111.111 -2.715
260 51.797 49.550 2.453 3.601 3.027 2.522 1.204 120.370 -3.027
280 51.539 49.223 2.711 3.927 3.319 2.766 1.296 129.630 -3.319
300 50.880 48.511 3.370 4.639 4.004 3.337 1.389 138.889 -4.004
320 50.516 48.088 3.734 5.062 4.398 3.665 1.481 148.148 -4.398
340 50.202 47.725 4.048 5.425 4.737 3.947 1.574 157.407 -4.737
360 49.720 47.194 4.530 5.956 5.243 4.369 1.667 166.667 -5.243
380 49.170 46.565 5.080 6.585 5.833 4.861 1.759 175.926 -5.833
400 48.401 45.575 5.849 7.575 6.712 5.593 1.852 185.185 -6.712
420 47.814 44.528 6.436 8.622 7.529 6.274 1.944 194.444 -7.529
440 47.257 43.443 6.993 9.707 8.350 6.958 2.037 203.704 -8.350
460 46.719 42.426 7.531 10.724 9.128 7.606 2.130 212.963 -9.128
480 45.898 41.047 8.352 12.103 10.228 8.523 2.222 222.222 -10.228
500 44.333 39.259 9.917 13.891 11.904 9.920 2.315 231.481 -11.904
520 43.137 38.005 11.113 15.145 13.129 10.941 2.407 240.741 -13.129
540 41.417 36.168 12.833 16.982 14.907 12.423 2.500 250.000 -14.907
560 39.901 34.078 14.349 19.072 16.711 13.925 2.593 259.259 -16.711
580 38.307 32.679 15.943 20.471 18.207 15.173 2.685 268.519 -18.207
600 36.2683 30.4871 17.982 22.663 20.322 16.935 2.778 277.778 -20.322
620 35.01 29.03 19.240 24.120 21.680 18.067 2.870 287.037 -21.680
640 32.81 26.78 21.440 26.370 23.905 19.921 2.963 296.296 -23.905
660 30.48 24.43 23.770 28.720 26.245 21.871 3.056 305.556 -26.245
680 28.87 22.84 25.380 30.310 27.845 23.204 3.148 314.815 -27.845
700 25.04 19.15 29.210 34.000 31.605 26.338 3.241 324.074 -31.605
720 22.82 16.89 31.430 36.260 33.845 28.204 3.333 333.333 -33.845
740 20.46 14.49 33.790 38.660 36.225 30.188 3.426 342.593 -36.225
760 18.84 12.87 35.410 40.280 37.845 31.538 3.519 351.852 -37.845
780 16.5 10.48 37.750 42.670 40.210 33.508 3.611 361.111 -40.210
800 13.25 7.21 41.000 45.940 43.470 36.225 3.704 370.370 -43.470
820 52.22 49.89 41.860 46.790 44.325 36.938 3.796 379.630 -44.325
840 50.98 48.67 43.100 48.010 45.555 37.963 3.889 388.889 -45.555
860 49.7 47.33 44.380 49.350 46.865 39.054 3.981 398.148 -46.865
880 47.56 44.1 46.520 52.580 49.550 41.292 4.074 407.407 -49.550
114

Lampiran 8 Grafik Daya Dukung dan Penurunan

TANPA PERKUATAN
0 100 200 300 400 500
0
-3 Df/B=0,3 | L/B=1,5
5
-8 Df/B=0,45 | L/B=1,5
-13 10
Df/B=0,6 | L/B=1,5
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
25
-33
30
-38

-43 35

-48 40
q ( kN/m2 )

Df/B=0,3
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15
s/B ( % )

-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40
115

Df/B=0,45
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40

Df/B=0,6
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15
s/B ( % )

-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40
116

u/B=0,3
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
-3 Df/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Df/B=0,45 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8 Df/B=0,6 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40

u/B=0,4
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
Df/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
Df/B=0,45 | L/B=1,5 | h/B=0,3 5
-8
Df/B=0,6 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15
s/B ( % )

-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40
117

u/B=0,5
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
Df/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3 0
-3
Df/B=0,45 | L/B=1,5 | 5
-8
h/B=0,3
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40

Df/B=0,3
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3
5
-8 u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Tanpa Perkuatan
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15
s/B ( % )

-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40
118

Df/B=0,45
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3
u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3
5
-8 u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
Tanpa Perkuatan 10
-13
Sattlement ( mm )

-18 15

s/B ( % )
-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40

Df/B=0,6
q ( kN/m2 )
0 100 200 300 400 500
0
u/B=0,3 | L/B=1,5 | h/B=0,3
-3 u/B=0,4 | L/B=1,5 | h/B=0,3
u/B=0,5 | L/B=1,5 | h/B=0,3
5
-8
Tanpa Perkuatan
-13 10
Sattlement ( mm )

-18 15
s/B ( % )

-23 20
-28
25
-33
30
-38
-43 35

-48 40
119

Lampiran 9 Perhitungan Teoritis Tanah Pasir Tanpa Perkuata

A. Metode Meyerhof

γ = 16,13 kN/m3

c = 0,0029

Ø = 31,691

B = 0,12 m

L = 0,18 m

▪ Df/B = 0,3
L = 0,18 m (panjang pondasi)
Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = (Nq-1) tan (1,4 Ø) = (22,353-1) tan (1,4 . 31,691) = 20,887
Kp = tan2 (45 + Ø/2) = tan2 (45 + 31,691/2) = 3,2
fcs = 1 + 0,2 Kp B/L = 1 + 0,2 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,43
fqs = 1 + 0,1 Kp B/L = 1 + 0,1 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,21
fγs = 1 + 0,1 Kp B/L = 1 + 0,1 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,21
f cd = 1 + 0,2 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,2 √3,2 (0,036/0,12) = 1,11

fqd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,1√3,2 (0,036/0,12) = 1,05

fγd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,1 √3,2 (0,036/0,12) = 1,05


fci, fqi, fγi, = 1

qu = c . Nc . fcs .f cd .fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . ϒ . B . Nϒ .fγs .f γd .fγi


= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,11 . 1 + (0,036 . 16,13) . 22,353 . 1,21 . 1,05 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 20,887 . 1,21 . 1,08 . 1
= 42,632 kN/m3
120

▪ Df/B = 0,45
L = 0,18 m (panjang pondasi)
Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = (Nq-1) tan (1,4 Ø) = (22,353-1) tan (1,4 . 31,691) = 20,887
Kp = tan2 (45 + Ø/2) = tan2 (45 + 31,691/2) = 3,2
fcs = 1 + 0,2 Kp B/L = 1 + 0,2 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,43
fqs = 1 + 0,1 Kp B/L = 1 + 0,1 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,21
fγs = 1 + 0,1 Kp B/L = 1 + 0,1 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,21
f cd = 1 + 0,2 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,2 √3,2 (0,054/0,12) = 1,16

fqd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,1√3,2 (0,054/0,12) = 1,08

fγd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,1 √3,2 (0,054/0,12) = 1,08


fci, fqi, fγi, = 1

qu = c . Nc . fcs .f cd .fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . ϒ . B . Nϒ .fγs .f γd .fγi


= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,16 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,21 . 1,08 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 20,887 . 1,21 . 1,08 . 1
= 52,239 kN/m3

▪ Df/B = 6
L = 0,18 m (panjang pondasi)
Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = (Nq-1) tan (1,4 Ø) = (22,353-1) tan (1,4 . 31,691) = 20,887
Kp = tan2 (45 + Ø/2) = tan2 (45 + 31,691/2) = 3,2
fcs = 1 + 0,2 Kp B/L = 1 + 0,2 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,43
fqs = 1 + 0,1 Kp B/L = 1 + 0,1 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,21
fγs = 1 + 0,1 Kp B/L = 1 + 0,1 . 3,2 . 0,12/0,18 = 1,21
f cd = 1 + 0,2 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,2 √3,2 (0,072/0,12) = 1,21

fqd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,1√3,2 (0,072/0,12) = 1,11

fγd = 1 + 0,1 √𝐾𝑝 (D/B) = 1 + 0,1 √3,2 (0,072/0,12) = 1,11


fci, fqi, fγi, = 1
121

qu = c . Nc . fcs .f cd .fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . ϒ . B . Nϒ .fγs .f γd .fγi


= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,21 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,21 . 1,11 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 20,887 . 1,21 . 1,11 . 1
= 62,271 kN/m3

B. Metode Hansen

γ = 16,13 kN/m3

c = 0,0029

Ø = 31,691

B = 0,12 m

L = 0,18 m

▪ Df/B = 0,3
L = 0,18 m (panjang pondasi)
Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = 1,5 (Nq-1) tan (1,4 Ø) = 1,5 (Nq-1) tan 31,691 = 19,775
fcs = 1 + (B/L)(Nq / Nc) = 1 + (0,12/0,18) . (22,353/34,586) = 1,43
fqs = 1 + (B/L) tan Ø = 1 + (0,12/0,18) tan 31,691 = 1,41
fγs = 1 – 0,4 (B/L) = 1 – 0,4 (0,12/0,18) = 0,73
f cd = 1 + 0,4 (D/B) = 1 + 0,4 (0,036/0,12) = 1,12
fqd = 1 + 2 tan Ø (1-sin Ø)2(D/B)
= 1 + 2 tan 31,691 (1-sin 31,691) 2 (0,036/0,12) = 1,08
fγ d,fci, fqi, fγ i, fcδ, fqδ, fγ δ, fcβ, fqβ, fγ β =1
qu = c . Nc . fcs . f cd . fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . γ . B . Nγ . fγ s .f γ d .fγ i
= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,12 . 1 + (0,036 . 16,13) . 22,353 . 1,41 . 1,08 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 19,775 . 0.73 . 1 . 1
= 33,184 kN/m3
122

▪ Df/B = 0,45
L = 0,18 m (panjang pondasi)
Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = 1,5 (Nq-1) tan (1,4 Ø) = 1,5 (Nq-1) tan 31,691 = 19,775
fcs = 1 + (B/L)(Nq / Nc) = 1 + (0,12/0,18) . (22,353/34,586) = 1,43
fqs = 1 + (B/L) tan Ø = 1 + (0,12/0,18) tan 31,691 = 1,41
fγs = 1 – 0,4 (B/L) = 1 – 0,4 (0,12/0,18) = 0,733
f cd = 1 + 0,4 (D/B) = 1 + 0,4 (0,054/0,12) = 1,18
fqd = 1 + 2 tan Ø (1-sin Ø)2(D/B)
= 1 + 2 tan 31,691 (1-sin 31,691) 2 (0,054/0,12) = 1,13
fγ d,fci, fqi, fγ i, fcδ, fqδ, fγ δ, fcβ, fqβ, fγ β =1
qu = c . Nc . fcs . f cd . fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . γ . B . Nγ . fγ s .f γ d .fγ i
= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,18 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,41 . 1,13 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 19,775 . 0.733 . 1 . 1
= 43,784 kN/m3

▪ Df/B = 0,6
L = 0,24 m (panjang pondasi)
Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = 1,5 (Nq-1) tan (1,4 Ø) = 1,5 (Nq-1) tan 31,691 = 19,775
fcs = 1 + (B/L)(Nq / Nc) = 1 + (0,12/0,18) . (22,353/34,586) = 1,43
fqs = 1 + (B/L) tan Ø = 1 + (0,12/0,18) tan 31,691 = 1,41
fγs = 1 – 0,4 (B/L) = 1 – 0,4 (0,12/0,18) = 0,73
f cd = 1 + 0,4 (D/B) = 1 + 0,4 (0,072/0,12) = 1,24
fqd = 1 + 2 tan Ø (1-sin Ø)2(D/B)
= 1 + 2 tan 31,691 (1-sin 31,691) 2 (0,072/0,12) = 1,17
fγ d,fci, fqi, fγ i, fcδ, fqδ, fγ δ, fcβ, fqβ, fγ β =1
qu = c . Nc . fcs . f cd . fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . γ . B . Nγ . fγ s .f γ d .fγ i
= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,24 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,41 . 1,17 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 19,775 . 0,73 . 1 . 1
= 55,116 kN/m3
123

C. Metode Hansen

γ = 16,13 kN/m3

c = 0,0029

Ø = 31,691

B = 0,12 m

L = 0,18 m

▪ Df/B = 0,3
L = 0,18 m (panjang pondasi)

Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = 2 (Nq + 1) tan Ø = 2 (76,671 + 1). tan 31,691 = 28,836

Fsc = 1 + (B/L)(Nq/Nc) = 1 + (0,12/0,18) (22,353/34,586) = 1,43

Fsq = 1 + (B/L) tan = 1 + (0,12/0,18) tan 31,691 = 1,41

Fsγ = 1 – 0,4(B/L) = 1 – 0,4 (0,12/0,18) = 0,73

Fdc = 1 + 0,4(d/B) = 1 + 0,4 (0,045/0,12) = 1,18

Fdq = 1 + 2 tan Ø (1-sin Ø)2(D/B)


= 1 + 2 tan 31,691 (1-sin 31,691) 2 (0,036/0,12) = 1,08
Fdγ, Fic, Fiq, Fiγ,fcδ, fqδ, fγ δ, fcβ, fqβ, fγ β = 1

qu = c . Nc . fcs . f cd . fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . γ . B . Nγ . fγ s .f γ d .fγ i


= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,18 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,41 . 1,08 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 19,775 . 0,73 . 1 . 1
= 40,478 kN/m3
124

▪ Df/B = 0,45
L = 0,18 m (panjang pondasi)

Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = 2 (Nq + 1) tan Ø = 2 (76,671 + 1). tan 31,691 = 28,836

Fsc = 1 + (B/L)(Nq/Nc) = 1 + (0,12/0,18) (22,353/34,586) = 1,43

Fsq = 1 + (B/L) tan = 1 + (0,12/0,18) tan 31,691 = 1,41

Fsγ = 1 – 0,4(B/L) = 1 – 0,4 (0,12/0,18) = 0,733

Fdc = 1 + 0,4(d/B) = 1 + 0,4 (0,045/0,12) = 1,18

Fdq = 1 + 2 tan Ø (1-sin Ø)2(D/B)


= 1 + 2 tan 31,691 (1-sin 31,691) 2 (0,054/0,12) = 1,13
Fdγ, Fic, Fiq, Fiγ,fcδ, fqδ, fγ δ, fcβ, fqβ, fγ β = 1

qu = c . Nc . fcs . f cd . fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . γ . B . Nγ . fγ s .f γ d .fγ i


= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,18 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,41 . 1,13 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 19,775 . 0,733 . 1 . 1
= 51,559 kN/m3

▪ Df/B = 0,6
L = 0,24 m (panjang pondasi)

Nq = e(π tanØ) tan2 (45 + Ø/2) = e(π tan 31,691) tan2 (45 + 31,691/2) = 22,353
Nc = (Nq-1) cot Ø = (22,353-1) cot 31,691= 34,586
Nγ = 2 (Nq + 1) tan Ø = 2 (76,671 + 1). tan 31,691 = 28,836

Fsc = 1 + (B/L)(Nq/Nc) = 1 + (0,12/0,24) (22,353/34,586) = 1,43

Fsq = 1 + (B/L) tan = 1 + (0,12/0,24) tan 31,691 = 1,41

Fsγ = 1 – 0,4(B/L) = 1 – 0,4 (0,12/0,24) = 0,73

Fdc = 1 + 0,4(d/B) = 1 + 0,4 (0,045/0,12) = 1,18

Fdq = 1 + 2 tan Ø (1-sin Ø)2(D/B)


= 1 + 2 tan 31,691 (1-sin 31,691) 2 (0,054/0,12) = 1,17
Fdγ, Fic, Fiq, Fiγ,fcδ, fqδ, fγ δ, fcβ, fqβ, fγ β = 1


125

qu = c . Nc . fcs . f cd . fci + q . Nq . fqs . f qd . fqi + 0,5 . γ . B . Nγ . fγ s .f γ d .fγ i


= 0,0029 . 34,586 . 1,43 . 1,18 . 1 + (0,054 . 16,13) . 22,353 . 1,41 . 1,17 . 1 +
0,5 . 16,13. 0,12 . 19,775 . 0,73 . 1 . 1
= 63,406 kN/m3
126

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian


Tahap 1

(Penimbangan – Pengumpulan – Memasukan pasir tiap layer kedalam box)

Tahap 2

(Penataan – Perataan – Penggilasan sesuai dengan kepadatan yang dicari)

Tahap 3

(Density Test)
127

Tahap 4

(Pemotongan Geogrid – Pemasangan – Pengulangan tahap 1 dan 2)

Tahap 5

(Persiapan pemasangan pondasi pada layer teratas setelah pemadatan – Pelubangan)


128

Tahap 6

(Pemasangan Pondasi – Pengecekan Kemiringan – Overbuden)

Tahap 7

(Setting Tools - Pompa Hidrolik – Load cell)


129

Tahap 8

(Pemasangan besi penahan – Pemasangan LVDT)

Tahap 9

(Setting Monitor - Pengujian)

Anda mungkin juga menyukai