+ = .
Selesaian yang diperoleh dengan mengkonstruksi fungsi green adalah sama
dengan selesaian apabila dikerjakan dengan bantuan program maple.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi. Mereka
diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding makhluk lain karena
dilengkapi dengan akal. Dengan akal itulah mereka dapat menguasai ilmu
pengetahuan. Dan manusia yang paling ideal dalam pandangan Al Quran adalah
manusia yang mencapai derajat ketinggian iman dan ilmu pengetahuan,
(Rahman,2007: 14) sebagaimana terdapat dalam firman Allah surat Al Mujadalah
ayat 11 sebagai berikut:
_ < %! ` 3 %! . =-9 > < !, =-. ,>
Artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hanya perlu diingat bahwa tujuan utama dari kepemilikan ilmu
pengetahuan tidak semata-mata untuk mencerdaskan akal pikiran, mempunyai
kemampuan berdebat dan berdiskusi, tetapi juga untuk meningkatkan keimanan
dan keyakinan kepada Allah SWT., karena ilmuwan dalam pandangan Islam
adalah sosok yang secara bersamaan mengembangkan potensi dzikir dan pikir
untuk menghasilkan amal sholeh, yang dalam Al Quran disebut Ulul Albab.
(Abdusysyakir, 2007: 23). Di samping itu, tujuan mencari ilmu adalah untuk
meningkatkan amal ibadah yang kita tujukan dalam mencari ridhaNya. Ilmu dapat
mendekatkan seseorang hamba kepada Tuhannya, tetapi ilmu juga dapat
membuat seorang hamba jauh dari Tuhannya. Allah memberikan karunia yang
besar kepada manusia berupa akal agar digunakan untuk mengenaliNya.
Semangat Al Quran dalam mendorong umat Islam untuk bekerja sungguh-
sungguh pada pencarian ilmu harus terus disosialisasikan. Hal ini karena dunia
masa kini apalagi masa depan, adalah dunia yang dikuasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Siapapun yang menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai
dunia. Bahkan wahyu pertama Al Quran yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah perintah menuntut ilmu pengetahuan dan menekankan
pentingnya arti belajar dalam kehidupan umat manusia, (Rahman, 2007: 12) yaitu
surat Al Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:
% `!, 7, %! ,=> ,=> .} ,=s % 7, `.{
%! =. =)9!, =. .} ! `9 >-
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan .Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari ayat tersebut diawali dengan "iqra'" yang berarti "bacalah". Istilah ini
berarti membaca dengan mendalam, menyelidiki dan memahami alam yang
diciptakan oleh Tuhan. (Rahman, 2007: 19) Alam semesta memuat bentuk-bentuk
dan konsep matematika, meskipun alam semesta tercipta sebelum matematika itu
ada. Alam semesta serta segala isinya diciptakan oleh Allah dengan ukuran-
ukuran yang cermat dan teliti, dengan perhitungan-perhitungan yang mapan, dan
dengan rumus-rumus serta persamaan yang seimbang dan rapi. Sungguh tidak
salah jika dinyatakan bahwa Allah adalah Maha matematis.
(Abdusysyakir,2007:79) Allah berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49 sebagai
berikut:
!| . `: )=> ),
Artinya:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran
Selain itu juga terdapat dalam surat Al Furqan ayat 2:
%! 9 7=` ,.9 _{ `9 . 9 9 3 `&! 7.
7=9 ,=> 2 `: ) ).
Artinya:
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya),
dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.
Semua yang ada di alam ini, ada ukurannya, ada hitungannya, ada
rumusnya atau ada persamaannya. Ahli matematika atau fisika tidak membuat
suatu rumus sedikitpun, tetapi mereka hanya menemukan rumus atau persamaan
tersebut. Apabila dalam kehidupan terdapat suatu permasalahan, manusia harus
berusaha untuk menemukan selesaiannya atau solusinya.
Oleh karena itu, sangat penting sekali bagi manusia untuk belajar
matematika karena matematika memang ada dalam Al Quran, misalnya tentang
penjumlahan, pengurangan, persamaan, ilmu faraidh, dan lain sebagainya. Dengan
belajar matematika, selain untuk melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara
sistematis, logis, analitis, kritis, kreatif dan konsisten, juga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap teliti, cermat, hemat, jujur, tegas bertanggung jawab, sikap
pantang menyerah dan percaya diri.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang banyak manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Karena banyak sekali permasalahan dalam kehidupan yang
dapat diselesaikan dengan menggunakan matematika. Misalnya, permasalahan
dalam bidang fisika, biologi, psikologi, kimia, ekonomi, keuangan, dan lain-lain.
Akan tetapi dalam bidang tersebut, sering ditemukan masalah-masalah yang
penyelesaiannya tidak dapat diatasi hanya dengan menggunakan rumus atau
konsep yang sederhana, karena banyak fenomena yang melahirkan model
matematika.
Salah satu model matematika yang cukup penting adalah persamaan
diferensial. Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan satu
(atau beberapa) fungsi yang tak diketahui. Persamaan diferensial seringkali
muncul dalam model matematika yang mencoba menggambarkan keadaan
kehidupan nyata. Banyak hukum-hukum alam dan hipotesa-hipotesa yang dapat
diterjemahkan ke dalam persamaan yang mengandung turunan melalui bahasa
matematika. Sebagai contoh, turunan-turunan dalam fisika muncul sebagai
kecepatan dan percepatan, dalam geometri sebagai kemiringan (tanjakan), dalam
biologi sebagai laju pertambahan populasi, dalam psikologi sebagai laju belajar,
dalam kimia sebagai laju reaksi, dalam ekonomi sabagai laju perubahan biaya
hidup, serta dalam keuangan sebagai laju pertambahan investasi. Keadaan inilah
yang merupakan persoalan pada banyak model-model matematika, sehingga untuk
memperoleh suatu persamaan diferensial yang melukiskan suatu persoalan dalam
kehidupan nyata, biasanya diambil permisalan bahwa keadaan sebenarnya diatur
oleh hukum-hukum yang sangat sederhana yang biasanya sering dibuat
permisalan yang ideal.
Persamaan diferensial yang terbentuk dari permasalahan yang ada tersebut
juga bermacam-macam. Ada dua macam persamaan diferensial yaitu persamaan
diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Berdasarkan bentuknya,
terdapat persamaan diferensial homogen dan persamaan diferensial tak homogen.
Di samping itu, berdasarkan orde (tingkat)-nya, terdapat persamaan diferensial
orde satu, persamaan diferensial orde dua, persamaan diferensial orde tiga, sampai
dengan persamaan diferensial orde-n (orde tinggi). Sedangkan berdasarkan
koefisiennya, terdapat persamaan diferensial dengan koefisien konstan dan
persamaan diferensial dengan koefisien variabel (peubah). Serta berdasarkan
kelinearannya, terdapat persamaan diferensial linear dan persamaan diferensial
tidak linear.
Oleh karena banyaknya jenis persamaan diferensial, maka banyak pula
cara mencari penyelesaiannya. Sebagai contoh, persamaan diferensial biasa orde
satu, selesaiannya dapat dicari dengan pengintegralan. Sedangkan persamaan
diferensial linear homogen, misalnya persamaan diferensial linear homogen
dengan koefisien konstan, dapat diubah menjadi masalah pencarian akar
persamaan karakteristik untuk persamaan diferensial itu. Akan tetapi, masalahnya
sekarang pada persamaan diferensial linear tak homogen, untuk mencari selesaian
umumnya, selain harus mencari selesaian persamaan homogen pautannya, juga
harus dicari selesaian khususnya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode
tertentu.
Dalam penulisan skripsi ini, akan dikemukakan suatu metode untuk
menyelesaikan persamaan diferensial linear tak homogen yaitu dengan
mengkonstruksi fungsi green. Metode yang digunakan untuk mengkonstruksi
fungsi green adalah metode variasi parameter. Setelah itu, selesaiannya akan
dibandingkan apabila dikerjakan dengan bantuan program maple.
Dari uraian di atas, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil
judul Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linear Tak Homogen dengan
Mengkonstruksi Fungsi Green.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menyelesaikan persamaan diferensial linear tak homogen dengan
mengkonstruksi fungsi green.
2. Bagaimana perbandingan selesaian persamaan diferensial linear tak homogen
dengan mengkonstruksi fungsi green terhadap selesaian menggunakan bantuan
program maple.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan bagaimana menyelesaikan persamaan diferensial linear tak
homogen dengan mengkonstruksi fungsi green.
2. Mengetahui perbandingan selesaian persamaan diferensial linear tak homogen
dengan mengkonstruksi fungsi green terhadap selesaian menggunakan bantuan
program maple.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini untuk mengemukakan suatu metode baru
sebagai alternatif untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear tak homogen
yaitu dengan mengkonstruksi fungsi green.
E. Batasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, pembahasannya hanya dibatasi pada:
1. Masalah yang diselesaikan hanya persamaan diferensial linear tak homogen
dengan koefisien konstan dan sampai pada orde tiga.
2. Fungsi green yang dimaksud adalah fungsi green khusus pada matematika
yaitu suatu integral transformasi atau substitusi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial linear tak homogen.
3. Metode yang digunakan untuk mengkonstruksi fungsi green adalah metode
variasi parameter.
F. Metode Penulisan
Metode merupakan cara utama yang akan ditempuh untuk menemukan
jawaban dari suatu permasalahan. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penulisan
skripsi ini, penulis menggunakan metode kajian literatur atau kepustakaan, yaitu
penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi dengan bermacam materiil yang terdapat di perpustakaan.
Buku-buku matematika seperti: persamaan diferensial biasa dengan penerapan
modern, aljabar linear elementer, aljabar matriks untuk para insinyur, kalkulus dan
geometri analitis dan referensi lain yang relevan dengan pembahasan merupakan
referensi pendukung yang digunakan oleh penulis.
Adapun langkah-langkah penulisan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah. Sebelum penulis memulai kegiatannya, penulis
membuat rancangan terlebih dahulu mengenai suatu permasalahan yang akan
dibahas.
2. Mengumpulkan data. Dengan menggunakan metode kepustakaan, penulis
mengumpulkan bahan atau sumber dan informasi dengan cara membaca dan
memahami literatur yang berkaitan dengan persamaan diferensial dan tentang
fungsi green.
3. Menyelesaikan contoh. Di sini, penulis menyelesaikan soal dengan cara
mengaitkan materi yang sedang dikaji.
4. Membuat kesimpulan. Kesimpulan merupakan gambaran langkah dari
pembahasan atas apa yang sedang ditulis. Kesimpulan didasarkan pada data
yang telah dikumpulkan dan merupakan jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan.
5. Membuat laporan
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memahami perancangan penulisan skripsi ini, maka dibuat
sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah, metode
penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang kajian teori, yaitu: persamaan diferensial, orde dan
derajat suatu persamaan diferensial, persamaan diferensial linear, persamaan
diferensial linear homogen dengan koefisien konstan, bebas linear dan determinan
Wronski, masalah nilai awal, metode variasi parameter, minor, kofaktor dan
aturan cramer, sifat-sifat determinan, fungsi green, integral parsial serta kajian
keagamaan..
Bab III berisi tentang pembahasan, yaitu mengenai langkah-langkah dalam
mengkonstruksi fungsi green persamaan diferensial linear orde-n, yang disertai
contoh permasalahan yang kemudian diselesaikan dengan menggunakan metode
mengkonstruksi fungsi green dan perhitungan dengan bantuan program maple..
Bab IV yaitu penutup, yang berisi tentang kesimpulan dari pembahasan
serta saran-saran yang diberikan untuk penulisan selanjutnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam bab II ini akan dikemukakan teori-teori yang mendukung
pembahasan penyelesaian persamaan diferensial linear tak homogen dengan
mengkonstruksi fungsi green antara lain: persamaan diferensial, orde dan derajat
suatu persamaan diferensial, persamaan diferensial linear, persamaan diferensial
linear homogen dengan koefisien konstan, bebas linear dan determinan Wronski,
masalah nilai awal, metode variasi parameter, minor, kofaktor dan aturan cramer,
sifat-sifat determinan, fungsi green, integral parsial serta kajian keagamaan..
A. Persamaan Diferensial
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan satu (atau
beberapa) fungsi yang tak diketahui. (Finizio dan Ladas, 1988: 1)
Ada dua macam persamaan diferensial, yaitu:
1. Persamaan diferensial biasa yaitu persamaan di mana fungsi yang belum
diketahui hanya memuat satu variabel bebas saja. (Keterangan: variabel bebas
yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung dari nilai variabel yang lain)
Contoh:
1. 5 + = x
dx
dy
,di mana hanya mengandung satu variabel bebas yaitu variabel x.
2. 0 2 3
2
2
= + + y
dx
dy
dx
y d
3. 3 ' = +y xy
4. ( ) x y y y cos ' ' ' 2 ' ' '
2
= + +
5. ( ) ( )
2 2 2
3 ' ' ' x y y y = + +
Pada contoh 3, 4 dan 5 di atas, lambang ' y , ' ' y , dan ' ' ' y berturut-turut
menyatakan turunan pertama, turunan kedua, serta turunan ketiga dari fungsi
) (x y terhadap x . Dengan kata lain
dx
dy
y = ' ,
2
2
' '
dx
y d
y = , dan
3
3
' ' '
dx
y d
y = .
2. Persamaan diferensial parsial yaitu persamaan diferensial di mana fungsi yang
belum diketahui memuat dua atau lebih variabel bebas.
Contoh:
1.
y
z
x z
x
z
+ =
2. y x
y
z
x
z
+ =
2
2
2
2
2
B. Orde dan Derajat Suatu Persamaan Diferensial
Orde persamaan diferensial adalah tingkat tertinggi turunan yang timbul.
Sedangkan derajat persamaan diferensial dapat ditulis sebagai polinomial dalam
turunan, adalah derajat turunan tingkat tertinggi yang terjadi. (Ayres, 1995: 1)
Contoh:
1. 5 + = x
dx
dy
, merupakan persamaan diferensial biasa orde 1 derajat 1.
2. 0 2 3
2
2
= + + y
dx
dy
dx
y d
, merupakan persamaan diferensial biasa orde 2 derajat 1.
3. 3 ' = +y xy , merupakan persamaan diferensial biasa orde 1 derajat 1
4. ( ) x y y y cos ' ' ' 2 ' ' '
2
= + + , merupakan persamaan diferensial biasa orde 3 derajat 2
5. ( ) ( )
2 2 2
3 ' ' ' x y y y = + + , merupakan persamaan diferensial biasa orde 2 derajat 2.
6.
y
z
x z
x
z
+ =
2
2
2
2
2
, merupakan persamaan diferensial parsial orde 2 derajat 1.
C. Persamaan Diferensial Linear
Sebuah persamaan diferensial termasuk persamaan diferensial linear jika
memenuhi dua hal berikut:
1. Variabel-variabel terikat dan turunannya paling tinggi berpangkat satu.
2. Tidak mengandung bentuk perkalian antara sebuah variabel terikat dengan
variabel terikat lainnya, atau turunan yang satu dengan turunan lainnya, atau
variabel terikat dengan sebuah turunan. (Kusumah, 1989: 4)
Jadi istilah linear berkaitan dengan kenyataan bahwa tiap suku dalam
persamaan diferensial itu, peubah-peubah
) (
, , ' ,
n
y y y L berderajat satu atau
nol. (Finizio Ladas, 1988: 58)
Contoh:
1. 3 ' = +y xy
2. x y y y = + + ' ' ' 2 ' ' '
Jadi bentuk umum persamaan diferensial linear orde-n adalah:
( ) ( )
) ( ) ( ' ) ( ' ' ) ( ) ( ) (
1 2
1
1 0
x f y x a y x a y x a y x a y x a
n n n
n n
= + + + +
K
(2.1)
Keterangan:
Jika 0 ) ( = x f , maka persamaan (2.1) disebut persamaan diferensial linear
homogen orde-n
Jika 0 ) ( x f , maka persamaan (2.1) disebut persamaan diferensial linear tak
homogen orde-n
Jika semua koefisien ) ( , ), ( ), (
1 0
x a x a x a
n
K adalah tetap, maka persamaan
(2.1) disebut persamaan diferensial linear dengan koefisien konstan.
Jika semua koefisien ) ( , ), ( ), (
1 0
x a x a x a
n
K adalah berupa fungsi, maka
persamaan (2.1) disebut persamaan diferensial linear dengan koefisien
variabel (peubah). (Finizio Ladas, 1988: 58)
Sedangkan contoh dari persamaan yang termasuk persamaan diferensial tak
linear adalah sebagai berikut:
1. x y y sin ' '
2
= +
2. x yy y = + ' ' ' '
Persamaan diferensial pertama tak linear karena mengandung perkalian antara
variabel terikat, yaitu suku
2
y , sedangkan persamaan diferensial kedua tak
linear karena mengandung perkalian variabel terikat dengan turunannya, yaitu
suku ' yy .
(Finizio Ladas, 1988: 58)
D. Persamaan Diferensial Linear Homogen dengan Koefisien Konstan
Bentuk umum persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstan:
0 ' ' '
1 2
) 1 (
1
) (
0
= + + + + +
y a y a y a y a y a
n n n
n n
K (2.2)
di mana
n
a a a , , ,
1 0
K adalah konstanta.
Untuk menentukan selesaiannya yaitu dengan mensubstitusi
tx
e y = , kemudian
menentukan bilangan tepat t sehingga
tx
e memenuhi persamaan (2.2). Karena
tx
e y = ,
tx
te y = ' ,
tx
e t y
2
' ' = , dan seterusnya hingga
tx n n
e t y = . Bila
disubstitusikan dalam persamaan (2.2) akan didapatkan suatu persamaan dalam t,
yaitu: ( ) 0
2
2
1
1 0
= + + + +
n
n n n tx
a t a t a t a e L .
Karena 0
tx
e , maka ( ) 0
2
2
1
1 0
= + + + +
n
n n n
a t a t a t a L (2.3)
Persamaan (2.3) tersebut disebut persamaan karakteristik dari persamaan
diferensial (2.2), dan akar-akarnya disebut akar-akar karakteristik. Ada tiga
kemungkinan selesaian yang bebas linear dari persamaan (2.2), yaitu:
1. Bila akar-akarnya real dan berlainan, maka selesaian bebas linearnya yaitu
x t x t x t
n
e e e , , ,
2 1
L
2. Bila akar-akarnya real dan sama, maka selesaian bebas linearnya yaitu
tx n tx tx
e x xe e
1
, , ,
L
3. Bila akar-akarnya kompleks, maka selesaian bebas linearnya yaitu
x bi a
e
) ( +
,
x bi a
e
) (
atau ) sin (cos bx bx e
ax
+
E. Bebas Linear dan Determinan Wronski
Definisi 2.1:
Suatu kumpulan m fungsi
m
f f f , , ,
2 1
L , masing-masing terdefinisi dan
kontinyu pada selang b x a , dikatakan tergantung linear (tidak bebas linear)
pada selang b x a . Jika ada konstanta-konstanta
m
c c c , , ,
2 1
K yang tidak
semuanya bersama-sama dengan nol, sehingga
0 ) ( ) ( ) (
2 2 1 1
= + + + x f c x f c x f c
m m
K untuk setiap x dalam selang b x a .
Dalam hal lain, fungsi-fungsi itu disebut bebas linear dalam selang itu.
(Finizio Ladas, 1988: 66)
Contoh:
1. Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi ) 5 / 12 ( 3 ) (
1
+ = x x f dan 4 5 ) (
2
+ = x x f
tergantung linear pada selang ( ) ,
2. Sebaliknya, buktikan bahwa fungsi-fungsi x x f = ) (
1
dan
2
2
) ( x x f = bebas
linear pada selang 1 1 x
Penyelesaian:
1. Untuk menunjukkan bahwa fungsi-fungsi
1
f dan f
2
tergantung linear, harus
ditunjukkan ada konstanta
1
c dan
2
c yang tidak kedua-duanya nol, sehingga
0 ) 4 5 (
5
12
3
2 1
= + + |
\
|
+ x c x c untuk setiap x dalam selang x . Ini
dimungkinkan jika dipilih misalnya
1
c = 5 dan
2
c = -3
2. Dimisalkan
1
f dan f
2
tergantung linear pada selang 1 1 x . Yaitu ada
konstanta
1
c
dan
2
c , tidak kedua-duanya nol, sedemikian hingga
0
2
2 1
= + x c x c untuk setiap x dalam selang 1 1 x . Tetapi untuk 1 = x dan
1 = x , didapatkan : 0
2 1
= + c c dan 0
2 1
= + c c . Satu-satunya penyelesaian
sistem ini adalah 0
2 1
= = c c . Ini berlawanan dengan pemisalan awal bahwa
1
f dan f
2
tergantung linear. Jadi,
1
f dan
2
f bebas linear pada selang
1 1 x .
Definisi 2.2:
Misalkan
n
f f f , , ,
2 1
L kumpulan n buah fungsi yang semuanya dan turunan-
turunannya sampai dengan turunan ke 1 n kontinyu pada selang b x a .
Wronski dari
n
f f f , , ,
2 1
L dihitung pada x , dinyatakan oleh ( ) x f f f W
n
; , , ,
2 1
K
dan ditentukan sebagai determinan
( ) x f f f W
n
; , , ,
2 1
K =
1 1
2
1
1
2 1
2 1
2 1
' ' ' ' ' '
' ' '
n
n
n n
n
n
n
f f f
f f f
f f f
f f f
K
M M M M
K
K
L
Tiap fungsi yang muncul dalam determinan ini dihitung pada x.
Contoh:
Diketahui
2
1
) ( x x f = dan x x f cos ) (
2
= , cari ( ) x f f W ; ,
2 1
Penyelesaian: Dari definisi di atas dan fungsi-fungsi yang diketahui, dapat
dihitung:
( ) x x x x
x x
x x
x x x W cos 2 sin
sin 2
cos
; cos ,
2
2
2
=
y x a y x a y x a y x a y x a
n n n
n n
K
Maka untuk setiap pilihan konstanta-konstanta
m
c c c , , ,
2 1
L , kombinasi linear
m m
y c y c y c + + + K
2 2 1 1
merupakan suatu penyelesaian juga.
Bukti:
Bukti ini tergantung pada dua sifat penurunan
( ) ' ' ' '
2 1 2 1 k k
f f f f f f + + + = + + + K K dan ( ) ' ' cf cf = , di mana c suatu konstanta.
Di sini disajikan secara terperinci untuk m = 2 dan n = 3. Andaikan bahwa y
1
dan y
2
merupakan penyelesaian persamaan diferensial
0 ) ( ' ) ( ' ' ) ( ' ' ' ) (
0 1 2 3
= + + + y x a y x a y x a y x a
Dengan mensubstitusikan
2 2 1 1
y c y c + ke dalam persamaan diferensial ini, akan
diperoleh:
0 ) )( ( )' )( ( ' )' )( ( ' ' )' )( (
?
2 2 1 1 0 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 3
= + + + + + + + y c y c x a y c y c x a y c y c x a y c y c x a
0 ) )( ( ) ' ' )( ( ) ' ' ' ' )( ( ) ' ' ' ' ' ' )( (
?
2 2 1 1 0 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 3
= + + + + + + + y c y c x a y c y c x a y c y c x a y c y c x a
[ ] [ ] 0 ) ( ' ) ( ' ' ) ( ' ' ' ) ( ) ( ' ) ( ' ' ) ( ' ' ' ) (
?
2 0 2 1 2 2 2 3 2 1 0 1 1 1 2 1 3 1
= + + + + + + + y x a y x a y x a y x a c y x a y x a y x a y x a c
0 ) 0 ( ) 0 (
?
2 1
= + c c
0 0 0 = +
Misalkan diberi n fungsi-fungsi
n
y y y , , ,
2 1
L yang masing-masing merupakan
penyelesaian persamaan diferensial linear homogen orde-n,
Di sini, ingin ditentukan apakah fungsi-fungsi itu tergantung linear atau tidak
fungsi-fungsi ini tergantung linear jika dapat diperoleh n buah konstanta
n
c c c , , ,
2 1
L yang tidak semuanya nol, sehingga 0
2 2 1 1
= + + +
n n
y c y c y c K
Karena tiap y
i
merupakan penyelesaian persamaan diferensial di atas, turunan-
turunan
1
, , ' ,
n
i i i
y y y L ada. Maka Persamaan 0
2 2 1 1
= + + +
n n
y c y c y c K dapat
diturunkan n -1 kali untuk memperoleh sistem persamaan
0
2 2 1 1
= + + +
n n
y c y c y c K
0 ' ' '
2 2 1 1
= + + +
n n
y c y c y c K
0 ' ' ' ' ' '
2 2 1 1
= + + +
n n
y c y c y c K
..
0
1 1
2 2
1
1 1
= + + +
n
n n
n n
y c y c y c K
Persamaan tersebut merupakan sistem persamaan aljabar yang linear dan
homogen untuk
n
c c c , , ,
2 1
L yang tidak diketahui. Sistem persamaan itu
mempuyai penyelesaian selain penyelesaian trivial 0
1
= c , 0
2
= c , , 0 =
n
c jika
dan hanya jika determinan koefisiennya sama dengan nol. Jadi, fungsi-fungsi
n
y y y , , ,
2 1
L tergantung linear jika ( ) 0 ; , , ,
2 1
= x y y y W
n
K untuk setiap x dalam
selang definisi persamaan diferensial itu. (Finizio Ladas, 1988: 68)
Dapat dibuktikan bahwa kebalikannya juga benar: jika fungsi-fungsi itu
tergantung linear, maka Wronskiannya sama dengan nol untuk suatu x. karena itu
terdapat ketentuan berikut untuk menguji kebebasan linear (atau ketergantungan
linear).
Teorema 2.2:
n
y y y , , ,
2 1
L merupakan n buah penyelesaian persamaan diferensial (2.2),
yang didefinisikan pada selang b x a , bebas linear jika dan hanya jika
( ) 0 ; , , ,
2 1
x y y y W
n
K untuk setiap x dalam selang b x a .
Sebagai contoh: x x y cos ) (
1
= dan x x y sin ) (
2
= merupakan penyelesaian
persamaan diferensial 0 ' ' = +y y yang bebas linear karena Wronskiannya
1 sin cos
cos sin
sin cos
2 2
= + =
x x
x x
x x
tidak pernah nol.
Selain itu, juga
x
e dan
x
e
e e
e e
e e
x x
x x
(Finizio Ladas, 1988: 69)
Teorema 2.3
Jika
n
y y y , , ,
2 1
L merupakan penyelesaian-penyelesaian persamaan diferensial
(2.2), di mana tiap ) (x a
i
didefinisikan dan kontinyu pada b x a dan
0 ) ( x a
n
pada b x a , maka baik ( ) x y y y W
n
; , , ,
2 1
K identik nol pada
b x a atau ( ) x y y y W
n
; , , ,
2 1
K tidak pernah nol pada b x a .
Bukti:
Bukti ini untuk kasus 2 = n . Untuk singkatnya dinyatakan
( ) ), ( / ) ( ) ( , ; ,
2 1 2 1
x a x a x p x y y W = dan ) ( / ) ( ) (
2 0
x a x a x q = . Ingat bahwa p dan q
keduanya adalah fungsi yang kontinyu, karena 0 ) (
2
x a . Sekarang
2 1 2 1
2 1
2 1
' '
' '
y y y y
y y
y y
W = =
Jadi ( )
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' y y y y y y y y y y y y W = + =
( ) ) ' ' ( ' ) ' (
2 1 2 1 2 1 1 2 2 1
y y y y p y qy py y py y = =
pW =
Dengan menggunakan persamaan
x
x
dt t a
ds a
ds e s b e y x y
x
s
x
x
s
0
0
) (
0
) ( ) ( dengan
) ( ) ( x p x a = dan 0 ) ( = x b didapatkan bahwa persamaan diferensial
pW W = ' mempunyai penyelesaian
(
(
x
x
dx s p x W x W
0
) ( exp ) ( ) (
0
karena fungsi eksponen tidak pernah nol, menurut persamaan di atas, jika W nol
pada titik x
0
pada selang b x a , maka W identik nol, dan jika W tidak nol pada
titik x
0
, maka W tidak pernah nol. (Finizio Ladas, 1988: 70)
Definisi 2.3:
Misalkan bahwa
n
y y y , , ,
2 1
L merupakan n buah penyelesaian persamaan
diferensial (2.2). Misalkan juga bahwa fungsi-fungsi itu bebas linear pada selang
definisi persamaan diferensial ini. Dikatakan bahwa fungsi-fungsi itu membentuk
himpunan fundamental (atau sistem fundamental) penyelesaian persamaan
diferensial tersebut.
Sebagai contoh, fungsi cos x dan sin x merupakan suatu himpunan fundamental
penyelesaian persamaan diferensial 0 ' ' = +y y . Juga fungsi
x
e dan
x
e
membentuk suatu himpunan fundamental penyelesaian persamaan diferensial
0 ' ' = y y .
Catatan: Determinan Wronski digunakan terutama sebagai penguji untuk
menentukan apakah suatu himpunan penyelesaian suatu persamaan diferensial
bebas linear atau tidak. (Finizio Ladas, 1988: 71)
F. Masalah Nilai Awal
Definisi 2.4:
Masalah nilai awal persamaan diferensial linear orde-n 0 , , , , =
(
n
n
dx
y d
dx
dy
y x F K
diartikan sebagai: carilah sebuah penyelesaian persamaan diferensial dalam
interval b x a < < sedemikian hingga di titik
0
x berlaku kondisi awal
1 0
) 1 (
) 1 (
1 0
0 0
) (
) (
) (
=
=
=
n
n
n
y x
dx
y d
y x
dx
dy
y x y
M
dengan
0
x dalam selang b x a < < dan
1 1 0
, , ,
n
y y y K merupakan konstanta.
(Kusumah, 1989)
Jika persamaan diferensialnya orde satu, maka kondisi awalnya hanya
berupa persamaan tunggal
0 0
) ( y x y = . Sedangkan untuk persamaan diferensial
orde dua, kondisi awalnya dalam bentuk:
1 0 0 0
) ( ; ) ( y x
dx
dy
y x y = = , di mana
terdapat dua persamaan.
Istilah kondisi awal berasal dari mekanika. Dalam mekanika,
0 0
) ( y x y =
menyatakan kedudukan sebuah obyek pada saat
0
x , dan
1 0
) ( y x
dx
dy
= menyatakan
kecepatan obyek pada saat
0
x . (Kusumah, 1989: 35)
G. Metode Variasi Parameter.
Apabila terdapat persamaan:
) ( ) ( ' ) ( ' ' ) ( ) ( ) (
1 2
) 1 (
1
) (
0
x f y x a y x a y x a y x a y x a
n n n
n n
= + + + + +
K (2.4)
Metode ini secara teori disusun menurut pemikiran berikut. Andaikan telah
diketahui bahwa penyelesaian umum dari pautan persamaan diferensial homogen
0 ) ( ' ) ( ' ' ) ( ) ( ) (
1 2
) 1 (
1
) (
0
= + + + + +
y x a y x a y x a y x a y x a
n n n
n n
K
adalah
n n h
y c y c y c y + + + = K
2 2 1 1
. Maka apakah mungkin memperlakukan
konstanta-konstanta
i
c sebagai fungsi-fungsi (peubah)
i
u dan menentukan syarat-
syarat yang tepat pada fungsi-fungsi itu, demikian sehingga pernyataan
n n
y u y u y u + + + K
2 2 1 1
merupakan penyelesaian dari persamaan diferensial yang tak homogen.
Pendekatan seperti itu telah terbukti membawa hasil yang berarti, yang disajikan
dalam teorema di bawah ini. Teorema ini dinyatakan untuk persamaan umum
orde-n, tetapi demi kemudahan penyajian, di sini hanya dibuktikan untuk kasus
2 = n .
Teorema 2.4:
Jika
n
y y y , , ,
2 1
L membentuk himpunan penyelesaian persamaan diferensial,
dan
n
u u u , , ,
2 1
L memenuhi sistem persamaan sebagai berikut:
= + + +
= + + +
= + + +
0
1 1
2 2
1
1 1
2 2 1 1
2 2 1 1
) (
' ' '
0 ' ' ' ' '
0 ' ' '
a
x f
y u y u y u
y u y u y u
y u y u y u
n
n n
n n
n n
n n
K
M
K
K
maka
n n
y u y u y u y + + + = K
2 2 1 1
merupakan penyelesaian khusus persamaan
(2.4).
Bukti: (Kasus khusus 2 = n ).
Menurut hipotesa,
1
y dan
2
y membentuk sistem penyelesaian fundamental untuk
persamaan 0 ) ( ' ) ( ' ' ) (
2 1 0
= + + y x a y x a y x a dan bahwa
1
u dan
2
u memenuhi sistem
persamaan aljabar
0 ' '
2 2 1 1
= + u y u y
0
2 2 1 1
) (
' ' ' '
a
x f
u y u y = +
Determinan dari sistem di atas merupakan Wronski dari penyelesaian bebas linear
1
y dan
2
y . Karena determinan ini tak nol, sistem itu mempunyai penyelesaian
tunggal ' , '
2 1
u u . Dari '
1
u dan '
2
u kita tentukan
1
u dan
2
u dengan pengintegralan.
Setelah itu harus ditunjukkan bahwa fungsi
2 2 1 1
y u y u y + = merupakan
penyelesaian persamaan diferensial tersebut.
Penurunan
2 2 1 1
y u y u y + = didapatkan:
2 2 2 2 2 2 1 1
' ' ' ' ' y u y u y u y u y + + + =
' ' '
2 2 1 1
y u y u y + =
Penurunan ' ' '
2 2 1 1
y u y u y + = didapatkan:
0
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1
) (
' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '
a
x f
y u y u y u y u y u y u y + + = + + + =
sekarang ' ' , ' , y y y disubstitusikan pada persamaan awal, maka didapatkan:
[ ] [ ]
1 1 2 2 2 1 1 1
0
2 2 1 1 0 2 1 0
) ( ' ) (
) (
' ' ' ' ) ( ) ( ' ) ( ' ' ) ( y u x a y u y u x a
a
x f
y u y u x a y x a y x a y x a + + +
(
+ + = + +
[ ] [ ] ) ( ) ( ' ) ( ' ' ) ( ) ( ' ) ( ' ' ) (
2 2 2 1 2 0 2 1 2 1 1 1 0 1
x f y x a y x a y x a u y x a y x a y x a u + + + + + + =
) (x f =
dengan demikian lengkaplah bukti ini. (Finizio Ladas, 1988: 122-123)
H. Minor, Kofaktor dan Aturan Cramer
1. Minor dan Kofaktor
Definisi 2.4:
Jika A adalah suatu matriks bujur sangkar, maka minor anggota a
ij
dinyatakan
oleh M
ij
dan didefinisikan menjadi determinan submatriks yang masih tersisa
setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan dari A. Bilangan (-1)
i+j
M
ij
dinyatakan oleh C
ij
dan disebut kofaktor anggota a
ij
. (Anton, 2000: 135)
Contoh:
Misalkan
(
(
(
=
8 4 1
6 5 2
4 1 3
A
Maka minor anggota a
11
adalah
16
8 4
6 5
8 4 1
6 5 2
4 1 3
11
= =
= M
Kofaktor a
11
adalah 16 ) 1 (
11 11
1 1
11
= = =
+
M M C
Demikian juga minor entri a
32
adalah
26
6 2
4 3
8 4 1
6 5 2
4 1 3
32
=
= M
Kofaktor a
32
adalah 26 ) 1 (
32 32
2 3
32
= = =
+
M M C
Jika diperhatikan maka kofaktor dan minor elemen a
ij
hanya berbeda
dalam tandanya, yakni C
ij
=
ij
M . Cara cepat untuk menentukan apakah
penggunaan tanda + atau tanda merupakan kenyataan bahwa penggunaan tanda
yang menghubungkan C
ij
dan M
ij
berada dalam baris ke i dan kolom ke j dari
susunan:
(
(
(
(
(
(
+ +
+ + +
+ +
+ + +
M M M M M
K
K
K
K
Misalnya C
11
= M
11
, C
21
= -M
21
, C
12
= -M
12
, C
22
= M
22
dan seterusnya.
2. Perluasan Kofaktor.
Bentuk umum matriks berordo 3 x 3
(
(
(
=
33 32 31
23 22 21
13 12 11
a a a
a a a
a a a
A
32 23 11 33 21 12 31 22 13 32 21 13 31 23 12 33 22 11
) det( a a a a a a a a a a a a a a a a a a A + + =
Yang biasa ditulis ulang sebagai
) ( ) ( ) ( ) det(
22 13 23 12 31 33 12 32 13 21 32 23 33 22 11
a a a a a a a a a a a a a a a A + + =
karena pernyataan yang ada dalam kurung adalah kofaktor
21 11
, C C dan
31
C ,
maka didapatkan
31 31 21 21 11 11
) det( C a C a C a A + + = (2.5)
Persamaan (2.5) tersebut menunjukkan bahwa determinan A bisa dihitung dengan
mengalikan anggota-anggota pada kolom pertama A dengan kofaktornya dan
menambahkan hasil kali yang didapatkan. Metode menghitung det (A) ini disebut
dengan perluasan kofaktor di sepanjang kolom pertama A. Jadi:
Determinan matriks A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan
mengalikan entri-entri dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor-
kofaktornya dan menambahkan hasil-hasil kali yang dihasilkan; yakni, untuk
setiap n i 1 dan n j i , maka
nj nj j j j j
C a C a C a A + + + = K
2 2 1 1
) det(
(perluasan kofaktor sepanjang kolom ke j)
dan
in in i i i i
C a C a C a A + + + = K
2 2 1 1
) det(
(perluasan kofaktor sepanjang baris ke i)
(Anton, 2000: 137-138)
Contoh:
Misalkan
(
(
(
=
2 4 5
3 4 2
0 1 3
A . Hitunglah det (A) dengan menggunakan perluasan
kofaktor sepanjang baris pertama.
Penyelesaian:
4 5
4 2
0
2 5
3 2
) 1 (
2 4
3 4
3
2 4 5
3 4 2
0 1 3
) det(
+
= A
=3(-4) (1)(-11) = -1
3. Aturan Cramer
Teorema 2.5:
Jika AX=B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linear dalam n bilangan
tak diketahui sehingga 0 ) det( A , maka sistem tersebut mempunyai sistem
pemecahan yang tunggal. Pemecahan ini adalah
,
) det(
) det(
1
1
A
A
x = , ,
) det(
) det(
2
2
K
A
A
x =
) det(
) det(
A
A
x
n
n
=
di mana A
i
adalah matriks yang kita dapatkan dengan menggantikan entri-entri
dalam kolom ke i dari A dengan entri-entri dalam matriks
(
(
(
(
=
n
b
b
b
B
M
2
1
(Anton, 2000: 144)
Bukti:
Jika 0 ) det( A , maka A dapat dibalik. Dan X=A
-1
B adalah pemecahan tunggal
dari AX=B. sehingga diperoleh:
(
(
(
(
(
(
(
(
= = =
n nn n n
n
n
b
b
b
C C C
C C C
C C C
A
B A adj
A
B A X
M
K
M K M M
K
K
2
1
2 1
2 22 12
1 21 11
1
) det(
1
) (
) det(
1
Dengan mengalikan matriks-matriks ini akan memberikan
(
(
(
(
+ + +
+ + +
+ + +
=
nn n n n
n n
n n
C b C b C b
C b C b C b
C b C b C b
A
X
K
M
K
K
2 2 1 1
2 22 2 12 1
1 21 2 11 1
) det(
1
Entri dalam baris ke j dari X dengan demikian adalah
) det(
2 2 1 1
A
C b C b C b
x
nj n j j
j
+ + +
=
K
Sekarang dimisalkan
(
(
(
(
(
=
+
+
+
nn nj n nj n n
n j j
n j j
j
a a b a a a
a a b a a a
a a b a a a
A
K K
M K M M M K M M
K K
K K
1 1 2 1
2 1 2 2 1 2 22 21
1 1 1 1 1 1 12 11
Karena A
j
berbeda dari A hanya dalam kolom ke j, maka kofaktor dari
entri-entri
n
b b b , , ,
2 1
K dalam A
j
adalah sama seperti kofaktor dari entri-entri yang
bersesuaian dalam kolom ke j dari a. Perluasan kofaktor det (A
j
) sepanjang kolom
ke j dengan demikian adalah
nj n j j j
C b C b C b A + + + = K
2 2 1 1
) det(
Dengan mensubstitusikan hasil ini ke dalam
) det(
2 2 1 1
A
C b C b C b
x
nj n j j
j
+ + +
=
K
maka akan memberikan
) det(
) det(
A
A
x
j
j
= terbukti.
Contoh:
Gunakan aturan Cramer untuk memecahkan
x
1
+ 2x
3
= 6
-3x
1
+ 4x
2
+ 6x
3
= 30
-x
1
-2x
2
+ 3x
3
= 8
Penyelesaian:
(
(
(
=
3 2 1
6 4 3
2 0 1
A
(
(
(
=
3 2 8
6 4 30
2 0 6
1
A
(
(
(
=
3 8 1
6 30 3
2 6 1
2
A
(
(
(
=
8 2 1
30 4 3
6 0 1
3
A
Maka
11
10
44
40
) det(
) det(
1
1
= =
A
A
x
11
18
44
72
) det(
) det(
2
2
= = =
A
A
x
11
38
44
152
) det(
) det(
3
3
= = =
A
A
x
I. Sifat-Sifat Determinan
Determinan mempunyai banyak sifat-sifat penting yang bermanfaat untuk
membangun cara menghitungnya. Sifat-sifat determinan tersebut adalah sebagai
berikut: (Gere dan Weaver, 1983: 52)
1. Nilai determinan dapat dihitung melalui memperkalikan setiap elemen
dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktornya dan menjumlahkan
hasil kali ini.
2. Jika dua baris atau kolom dari suatu determinan dipertukarkan, maka nilai
determinannya akan berganti tanda.
3. Determinan dari suatu matriks bujur sangkar sama dengan determinan dari
transposnya.
4. Jika semua elemen dari salah satu baris atau kolom suatu determinan
dikalikan dengan skalar , maka nilai determinannya akan berlipat
juga. Jika semua elemen sebanyak j baris atau kolom suatu determinan
dikalikan , maka nilai determinannya akan berlipat
j
.
5. Jika matriks bujur sangkar berordo n dikalikan skalar , maka
determinannya akan berlipat
n
.
6. Jika dua matriks bujur sangkar yang berordo sama diperkalikan, maka
determinan hasil kalinya sama dengan hasil kali determinan-
determinannya. Secara umum, determinan hasil kali dari sejumlah matriks
bujur sangkar berordo sama adalah sama dengan hasil kali dari
determinan-determinannya.
7. Jika hasil kali dua atau lebih matriks bujur sangkar adalah matriks nol,
maka paling sedikit satu di antara matriks-matriks itu singular (yakni
determinannya nol).
8. Jika matriks persegi panjang berordo m x n dikalikan dengan matriks
persegi panjang berordo n x m dan jika m >n, maka hasil kali ini adalah
suatu matriks singular yang berordo m.
9. Determinan suatu matriks diagonal atau suatu matriks segitiga adalah sama
dengan hasil kali elemen-elemen diagonal utamanya.
10. Suatu determinan akan bernilai nol apabila satu di antara keadaan ini
terjadi:
a. Semua elemen dari suatu baris atau kolom nol.
b. Semua kofaktor elemen dari suatu baris atau kolom bernilai nol.
c. Dua baris atau kolom identik.
d. Semua elemen dari salah satu baris atau kolom adalah hasil kali
suatu skalar dari elemen sesuai dari baris atau kolom yang lain.
e. Baris-baris atau kolom-kolom bergantungan linear; yakni salah
satu baris atau kolom adalah kombinasi linear dari baris atau kolom
lainnya.
11. Jika elemen-elemen salah satu baris atau kolom dari suatu determinan
dikalikan dengan kofaktor elemen-elemen yang sesuai dari baris atau
kolom yang berbeda dan kemudian hasil kalinya dijumlahkan, maka
hasilnya senantiasa nol.
12. Nilai determinan tidak akan berubah jika salah satu baris atau kolom
dikalikan dengan suatu skalar lalu dijumlahkan ke baris atau kolom
lainnya. Aturan ini dapat digunakan untuk menghasilkan semua elemen
kecuali satu dari suatu baris atau kolom bernilai nol.
J. Fungsi Green
Konsep Fungsi Green:
Pandang persamaan diferensial linear tak homogen orde-n:
( ) ( )
) ( ) ( ' ) ( ' ' ) ( ) ( ) (
1 2
1
1 0
x f y x a y x a y x a y x a y x a
n n n
n n
= + + + +
K
dengan fungsi ) (x f merupakan fungsi yang kontinyu. Fungsi ) , ( t x G dikatakan
fungsi green untuk masalah nilai awal persamaan diferensial di atas jika
memenuhi kondisi berikut ini:
a. ) , ( t x G terdefinisi pada daerah R = I x I dari semua titik (x, t) dengan x dan t
terletak dalam selang I.
b.
n
n
x
G
x
G
x
G
t x G
, , , ), , (
2
2
K merupakan fungsi yang kontinu pada R = I x I
c. Untuk setiap x
0
dalam selang I, fungsi dt t f t x G x y
x
x
p
) ( ) , ( ) (
0
= adalah solusi
persamaan diferensial di atas yang memenuhi kondisi awal
0 ) ( ) ( ' ' ) ( ' ) (
0
) 1 (
0 0 0
= = = = =
x y x y x y x y
n
p p p p
K (Sugiarto, 2002: 22)
K. Integral Parsial
Salah satu teknik pengintegralan yang paling ampuh disebut
pengintegralan parsial. Ia didasarkan pada pembalikan rumus turunan hasil kali
dua fungsi.
Andaikan ) (x f u = dan ) (x g v = mendefinisikan fungsi mulus, (yaitu fungsi
yang mempunyai turunan kontinyu). Telah diketahui bahwa:
[ ] ); ( ' ) ( ) ( ' ) ( ) ( ) ( x f x g x g x f x g x f D
x
+ =
apabila kedua ruas diintegralkan, maka diperoleh:
+ = dx x f x g dx x g x f x g x f ) ( ' ) ( ) ( ' ) ( ) ( ) (
atau
= dx x f x g x g x f dx x g x f ) ( ' ) ( ) ( ) ( ) ( ' ) (
Karena dx x g dv ) ( ' = dan dx x f du ) ( ' = , maka persamaan di atas dapat ditulis
sebagai:
= vdu uv udv (2.6)
dan dikenal sebagai rumus pengintegralan parsial. Rumus ini memungkinkan
untuk mengalihkan masalah dari pengintegralan berbentuk
xdx ln
Penyelesaian:
Andaikan x u ln = dan dx dv = . Maka dx
x
du |
\
|
=
1
dan
= = x dx v
Menurut rumus pengintegralan parsial (2.6),
dx
x
x x x xdx
|
\
|
=
1
ln ln
+ = = C x x x dx x x ln ln
Contoh 2:
Tentukan
xdx e
x
sin
Penyelesaian:
Ambil
x
e u = dan xdx dv sin = . Maka dx e du
x
= dan x v cos =
Menurut rumus pengintegralan parsial (2.5),
+ = xdx e x e xdx e
x x x
cos cos sin (2.7)
Untuk selanjutnya diterapkan pengintegralan parsial lagi untuk
xdx e
x
cos
Andaikan
x
e u = dan xdx dv cos = ; maka dx e du
x
= dan
K (3.1)
Selesaian umum persamaan diferensial di atas adalah:
) ( ) ( ) ( x y x y x y
p h
+ =
dengan ) (x y
h
merupakan selesaian umum persamaan diferensial homogen
pautannya dan ) (x y
p
merupakan suatu selesaian khusus atau selesaian
partikulirnya.
Untuk menentukan selesaian partikulirnya, dalam pembahasan ini
dikemukakan dengan cara mengkonstruksi fungsi green. Adapun langkah yang
dilakukan dalam megkonstruksi fungsi green adalah sebagai berikut:
1. Menentukan selesaian bebas linear persamaan diferensial homogen:
0 ) ( ' ) ( ' ' ) ( ) ( ) (
1 2
) 1 (
1
) (
0
= + + + + +
y x a y x a y x a y x a y x a
n n n
n n
K (3.2)
Seperti yang telah dikemukakan pada kajian teori, bahwa untuk menentukan
selesaian persamaan (3.2) yaitu dengan mensubstitusi
tx
e y = , kemudian
menentukan bilangan tepat t sehingga
tx
e memenuhi persamaan (3.2). Karena
tx
e y = ,
tx
te y = ' ,
tx
e t y
2
' ' = , dan seterusnya hingga
tx n n
e t y = . Bila
disubstitusikan dalam persamaan (3.2) akan didapatkan suatu persamaan
dalam t, yaitu: ( ) 0
2
2
1
1 0
= + + + +
n
n n n tx
a t a t a t a e L .
Karena 0
tx
e , maka ( ) 0
2
2
1
1 0
= + + + +
n
n n n
a t a t a t a L (3.3)
Persamaan (3.3) tersebut disebut persamaan karakteristik dari persamaan
diferensial (3.2), dan akar-akarnya disebut akar-akar karakteristik. Ada tiga
kemungkinan selesaian yang bebas linear dari persamaan (3.2), yaitu:
a. Bila akar-akarnya real dan berlainan, maka selesaian bebas linearnya yaitu
x t x t x t
n
e e e , , ,
2 1
L
b. Bila akar-akarnya real dan sama, maka selesaian bebas linearnya yaitu
tx n tx tx
e x xe e
1
, , ,
L
c. Bila akar-akarnya kompleks, maka selesaian bebas linearnya yaitu
x bi a
e
) ( +
,
x bi a
e
) (
atau ) sin (cos bx bx e
ax
+
Apabila selesaian bebas linear dari persamaan diferensial homogennya
dimisalkan ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y
n
K , maka
) ( ) ( ) ( ) (
2 2 1 1
x y c x y c x y c x y
n n h
+ + + = K dengan
n
c c c , , ,
2 1
L merupakan
konstanta.
2. Memisalkan ) (x y
p
dengan mengganti konstanta
n
c c c , , ,
2 1
L dengan fungsi
) ( , ), ( ), (
2 1
x u x u x u
n
L yang akan ditentukan.
Jadi ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (
2 2 1 1
x y x u x y x u x y x u x y
n n p
+ + + = K . (3.4)
Menurut teorema 2.4 pada bab II,
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (
2 2 1 1
x y x u x y x u x y x u x y
n n
+ + + = K akan merupakan selesaian
dari persamaan (3.1) jika ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y
n
K membentuk himpunan
selesaian dan jika fungsi ) ( , ), ( ), (
2 1
x u x u x u
n
L memenuhi sistem persamaan
sebagai berikut:
= + + +
= + + +
= + + +
0
) 1 ( ) 1 (
2 2
) 1 (
1 1
2 2 1 1
2 2 1 1
) (
' ' '
0 ' ' ' ' '
0 ' ' '
a
x f
y u y u y u
y u y u y u
y u y u y u
n
n n
n n
n n
n n
K
M
K
K
3. Menyelesaikan sistem untuk menentukan ) ( ' x u
k
dengan aturan Cramer.
Sistem di atas dapat disajikan dalam bentuk persamaan matriks B AX = ,
di mana:
(
(
(
(
=
1 1
2
1
1
2 1
2 1
' ' '
n
n
n n
n
n
y y y
y y y
y y y
A
L
M L M M
L
L
;
(
(
(
(
=
'
'
'
2
1
n
u
u
u
X
M
;
(
(
(
(
(
=
0
) (
0
0
a
x f
B
M
Menurut teorema 2.5 pada bab II, jika AX=B adalah sistem yang terdiri dari n
persamaan linear dalam n bilangan tak diketahui sehingga 0 ) det( A , maka
sistem tersebut mempunyai pemecahan yang tunggal. Pemecahan ini adalah
,
) det(
) det(
1
1
A
A
x = , ,
) det(
) det(
2
2
K
A
A
x =
) det(
) det(
A
A
x
n
n
=
di mana A
i
adalah matriks yang didapatkan dengan menggantikan entri-entri
dalam kolom ke j dari A dengan entri-entri dalam matriks
Dari sistem di atas, det(A) =
1 1
2
1
1
2 1
2 1
' ' '
n
n
n n
n
n
y y y
y y y
y y y
K
M K M M
K
K
juga bisa disebut sebagai
determinan Wronski yang disimbolkan dengan [ ] ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y W
n
K .
Karena ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y
n
K merupakan selesaian bebas linear, maka
[ ] 0 ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y W
n
K . Sehingga syarat pada teorema tersebut
terpenuhi. Jadi sistem tersebut mempunyai selesaian yang tunggal:
1 1
2
1
1
2 1
2 1
1 1
1
1
1
1
2
1
1
1 1 2 1
1 1 2 1
' ' '
'
) (
' 0 ' ' '
0
det
det
) ( '
+
+
+
= =
n
n
n n
n
n
n
n
n
n
n
k
n
k
n n
k k
k k
k
k
y y y
y y y
y y y
y
y
y
y x f y y y
y y y y
y y y y
A
A
x u
L
M L M M
L
L
M
K K
K M M M K M M
K L
K K
dengan n k , , 2 , 1 K =
Misalkan ) (x V
k
merupakan determinan yang diperoleh dari
[ ] ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y W
n
K dengan menggantikan kolom ke k dengan
(
(
(
(
1
0
0
M
Maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi
[ ] ) ( , ), ( ), (
) (
1
' ' 0 ' ' '
0
) ( '
2 1
1 1
1
1
1
1
2
1
1
1 1 2 1
1 1 2 1
x y x y x y W
x f
y y y y y
y y y y y
y y y y y
x u
n
n
n
n
k
n
k
n n
n k k
n k k
k
K
K K
M K M M M K M M
K K
K K
+
+
+
=
[ ] ) ( , ), ( ), (
) ( ) (
) ( '
2 1
x y x y x y W
x f x V
x u
n
k
k
K
=
4. Menentukan ) (x u
k
dengan mengintegralkan ) ( ' x u
k
terhadap t diperoleh:
[ ]
dt
t y t y t y W
t f t V
x u
x
x n
k
k
=
0
) ( , ), ( ), (
) ( ) (
) (
2 1
K
dengan n k , , 2 , 1 K = (3.5)
5. Mensubstitusi persamaan (3.5) pada persamaan (3.4) sehingga diperoleh:
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (
2 2 1 1
x y x u x y x u x y x u x y
n n p
+ + + = K
[ ] [ ]
+ + + =
L
K K
) (
) ( , ), ( ), (
) ( ) (
) (
) ( , ), ( ), (
) ( ) (
2
2 1
2
1
2 1
1
0 0
x dty
t y t y t y W
t f t V
x dty
t y t y t y W
t f t V
x
x n
x
x n
[ ]
) (
) ( , ), ( ), (
) ( ) (
0
2 1
x y dt
t y t y t y W
t f t V
n
x
x n
n
K
[ ]
dt t f
t y t y t y W
t V x y t V x y
x y
x
x n
n n
p
+ +
=
0
) (
) ( , ), ( ), (
) ( ) ( ) ( ) (
) (
2 1
1 1
K
K
dt t f t x G x y
x
x
p
) ( ) , ( ) (
0
=
Dari langkah-langkah tersebut, maka didapatkan fungsi green
[ ] ) ( , ), ( ), (
) ( ) ( ) ( ) (
) , (
2 1
1 1
t y t y t y W
t V x y t V x y
t x G
n
n n
K
K+ +
= (3.6)
Jadi selesaian umum persamaan diferensial (3.1) adalah:
dt t f t x G x y x y
x
x
h
) ( ) , ( ) ( ) (
0
+ =
Untuk selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa ) , ( t x G yang didefinisikan
pada persamaan (3.6) merupakan fungsi green untuk persamaan ( 3.1)
Dari konsep fungsi green pada bab II, fungsi ) , ( t x G dikatakan fungsi green untuk
masalah nilai awal persamaan diferensial (3.1) jika memenuhi kondisi berikut ini:
a) ) , ( t x G terdefinisi pada daerah R = I x I dari semua titik (x, t) dengan x dan
t terletak dalam selang I.
b)
n
n
x
G
x
G
x
G
t x G
, , , ), , (
2
2
K merupakan fungsi yang kontinu pada R = I x I
c) Untuk setiap x
0
dalam selang I, fungsi dt t f t x G x y
x
x
p
) ( ) , ( ) (
0
= adalah
selesaian persamaan diferensial di atas yang memenuhi kondisi awal
0 ) ( ) ( ' ' ) ( ' ) (
0
1
0 0 0
= = = = =
x y x y x y x y
n
p p p p
K
Untuk membuktikannya, akan dijelaskan sebagai berikut:
Untuk kondisi a):
) , ( t x G terdefinisi ) , ( t x karena [ ] [ ] x x t t y t y t y W
n
, , 0 ) ( , ), ( ), (
0 2 1
K
Untuk kondisi b):
) , ( t x G kontinu ) , ( t x karena ) ( , ), ( ), ( ), ( , ), ( ), (
2 1 2 1
x y x y x y t V t V t V
n n
K K kontinu
) , ( t x . ) ( , ), ( ), (
2 1
t V t V t V
n
K kontinu karena ) ( , ), ( ), (
2 1
x y x y x y
n
L dan turunan-
turunannya kontinu sampai dengan orde ke 1 n .
x
G
kontinu ) , ( t x karena ) ( , ), ( ), ( ), ( , ), ( ), (
2 1 2 1
x y x y x y t V t V t V
n
n
n n
n
K K
kontinu ) , ( t x
Untuk kondisi c):
Dari konstruksi ) (x y
p
terlihat bahwa dt t f t x G x y
x
x
p
) ( ) , ( ) (
0
= adalah selesaian
persamaan diferensial (3.1).
Jelas bahwa 0 ) ( ) , ( ) (
0
0
0
= =
dt t f t x G x y
x
x
p
) ( ) , ( ) ( ) ( '
0
x f x x G dt t h
x
G
x y
x
x
p
+
= (3.7)
Akan dibuktikan x x x G = , 0 ) , (
[ ]
0
) ( , ), ( ), (
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (
) , (
2 1
2 2 1 1
=
+ + +
=
x y x y x y W
x V x y x V x y x V x y
x x G
n
n n
K
K
n n
V y V y V y + + + K
2 2 1 1
1
0 ' '
0
1
' 0 '
0
1
' ' 0
0
1
2
1
1
2 1
2 1
1 1
1
1
1
2
1 1
2
2
2
1
K
M K M M
K
K
K
K
M K M M
K
K
K
M K M M
K
K
+ + + =
n n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
y y
y y
y y
y
y y
y y
y y
y
y y
y y
y y
y
Dengan menggunakan aturan kofaktor:
Untuk n ganjil, maka:
Kofaktor anggota
n
a
1
adalah
2 2
3
2
2
3 2
3 2
1 1 1
1
' ' '
) 1 ( ) 1 (
+
= = =
n
n
n n
n
n
n n
genap
n
ganjil
y y y
y y y
y y y
M M M
K
M K M M
K
K
Kofaktor anggota
n
a
2
adalah
2 2
3
2
1
3 1
3 1
1 2 2
2
' ' '
) 1 ( ) 1 (
+
= = =
n
n
n n
n
n
n n
ganjil
n
ganjil
y y y
y y y
y y y
M M M
K
M K M M
K
K
Kofaktor anggota
nn
a adalah
2
1
2
2
2
1
2 1
2 1
' ' '
) 1 ( ) 1 (
+
= = =
n
n
n n
n
n
nn nn
genap
nn
ganjil ganjil
y y y
y y y
y y y
M M M
K
M K M M
K
K
Jadi
1 2 2 1 1
y V y V y V y
n n
= + + + K x kofaktor anggota
n
a
1
+ y
2
x kofaktor anggota
n
a
2
+ + y
n
x kofaktor anggota
nn
a
2 2
3
2
1
3 1
3 1
2
2 2
3
2
2
3 2
3 2
1 2 2 1 1
' ' ' ' ' '
= + + +
n
n
n n
n
n
n
n
n n
n
n
n n
y y y
y y y
y y y
y
y y y
y y y
y y y
y V y V y V y
K
M K M M
K
K
K
M K M M
K
K
K
2 2
2
2
1
2 1
2 1
2 1
2
1
2
2
2
1
2 1
2 1
' ' '
' ' '
= + +
n
n
n n
n
n
n
n
n
n n
n
n
n
y y y
y y y
y y y
y y y
y y y
y y y
y y y
y
K
M K M M
K
K
K
K
M K M M
K
K
K
Menurut sifat determinan, karena pada baris pertama dan kedua terdiri dari
elemen-elemen yang identik, maka 0
2 2 1 1
= + + +
n n
V y V y V y K
Untuk n genap, maka:
Kofaktor anggota
n
a
1
adalah
2 2
3
2
2
3 2
3 2
1 1 1
1
' ' '
) 1 ( ) 1 (
+
= = =
n
n
n n
n
n
n n
ganjil
n
genap
y y y
y y y
y y y
M M M
K
M K M M
K
K
Kofaktor anggota
n
a
2
adalah
2 2
3
2
1
3 1
3 1
1 2 2
2
' ' '
) 1 ( ) 1 (
+
= = =
n
n
n n
n
n
n n
genap
n
genap
y y y
y y y
y y y
M M M
K
M K M M
K
K
Kofaktor anggota
nn
a adalah
2
1
2
2
2
1
2 1
2 1
' ' '
) 1 ( ) 1 (
+
= = =
n
n
n n
n
n
nn nn
genap
nn
genap genap
y y y
y y y
y y y
M M M
K
M K M M
K
K
Jadi
1 2 2 1 1
y V y V y V y
n n
= + + + K x kofaktor anggota
n
a
1
+ y
2
x kofaktor anggota
n
a
2
+ + y
n
x kofaktor anggota
nn
a
2 2
3
2
1
3 1
3 1
2
2 2
3
2
2
3 2
3 2
1 2 2 1 1
' ' ' ' ' '
+ = + + +
n
n
n n
n
n
n
n
n n
n
n
n n
y y y
y y y
y y y
y
y y y
y y y
y y y
y V y V y V y
K
M K M M
K
K
K
M K M M
K
K
K
2 2
2
2
1
2 1
2 1
2 1
2
1
2
2
2
1
2 1
2 1
' ' '
' ' '
=
n
n
n n
n
n
n
n
n
n n
n
n
n
y y y
y y y
y y y
y y y
y y y
y y y
y y y
y
K
M K M M
K
K
K
K
M K M M
K
K
K
Menurut sifat determinan, karena pada baris pertama dan kedua terdiri dari
elemen-elemen yang sama, maka 0
2 2 1 1
= + + +
n n
V y V y V y K
Karena [ ] 0 ) ( , ), ( ), (
2 1
t y t y t y W
n
K maka 0 ) , ( = x x G
Akibatnya persamaan (3.7) menjadi:
=
x
x
p
dt t f
x
G
x y
0
) ( ) ( '
0 ) ( ) ( '
0
0
0
=
x
x
p
dt t f
x
G
x y
) ( ) , ( ) ( ) ( ' '
0
2
2
x f x x
x
G
dt t f
x
G
x y
x
x
p
=
0 0 ) ( ) ( ' '
0
0
2
2
0
= +
x
x
p
dt t f
x
G
x y
dan seterusnya sehingga
) ( ) , ( ) ( ) (
0
2
2
1
1
1
x f x x
x
G
dt t f
x
G
x y
x
x
n
n
n
n
n
p
=
0 0 ) ( ) (
0
0
1
1
0
1
= +
x
x
n
n
n
p
dt t f
x
G
x y
B. Soal-Soal yang Diselesaikan
Contoh 3.1.1
Selesaikan persamaan diferensial berikut:
x y y y 2 ' 2 ' ' 9 ' ' ' 5 = + dengan syarat awal 4 ) 0 ( ' ' , 3 ) 0 ( ' , 1 ) 0 ( = = = y y y
Penyelesaian:
Penyelesaian dengan mengkonstruksi fungsi green
Persamaan yang diselesaikan adalah: x y y y 2 ' 2 ' ' 9 ' ' ' 5 = + (3.8)
Persamaan diferensial homogennya yaitu: 0 ' 2 ' ' 9 ' ' ' 5 = + y y y
Apabila disubstitusi m y = ' ,
Maka persamaan karakteristiknya: 0 2 9 5
2 3
= + m m m
( ) 0 2 9 5
2
= + m m m
( )( ) 0 2 1 5 = + m m m
dari persamaan tersebut, diperoleh: 0 = m ; ( ) 0 1 5 = + m ; ( ) 0 2 = m
Akar-akar karakteristiknya yaitu: m
1
= 0,
5
1
2
= m , 2
3
= m
Jadi selesaian homogennya:
x
x
h
e c e c c x y
2
3
5
1
2 1
) ( + + =
Dengan
=
=
=
x
x
e x y
e x y
x y
2
3
5
1
2
1
) (
) (
1 ) (
x
x
e x y
e x y
x y
2
3
5
1
2
1
2 ) ( '
5
1
) ( '
0 ) ( '
=
=
=
x
x
e x y
e x y
x y
2
3
5
1
2
1
4 ) ( ' '
25
1
) ( ' '
0 ) ( ' '
=
=
=
[ ]
t
t
t
t
t
t
e e
e e
e e
t y t y t y W
2
5
1
25
1
2
5
1
5
1
2
5
1
3 2 1
4 0
2 0
1
) ( ), ( ), (
=
Dengan menggunakan perluasan kofaktor sepanjang kolom pertama maka:
[ ]
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
n
e e
e e
e e
e e
e e
e e
t y t y t y W
2
5
1
5
1
2
5
1
2
5
1
25
1
2
5
1
2
5
1
25
1
2
5
1
5
1
2 1
2
0
4
0
4
2
1 ) ( , ), ( ), (
+ +
= K
t t t
t
t
t
t
e e e
e e
e e
5
9
5
9
5
9
2
5
1
25
1
2
5
1
5
1
25
22
25
2
5
4
4
2
= =
t
t
t
t
t
t
e e
e e
e e
t V
2
5
1
25
1
2
5
1
5
1
2
5
1
1
4 1
2 0
0
) (
=
Dengan menggunakan perluasan kofaktor sepanjang kolom pertama maka:
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
e e
e e
e e
e e
e e
e e
t V
2
5
1
5
1
2
5
1
2
5
1
25
1
2
5
1
2
5
1
25
1
2
5
1
5
1
1
2
1
4
0
4
2
0 ) (
+ +
=
t t t
t
t
t
t
e e e
e e
e e
5
9
5
9
5
9
2
5
1
5
1
2
5
1
5
11
5
1
2
2
=
|
|
\
|
=
t
t
t
e
e
e
t V
2
2
2
2
4 1 0
2 0 0
0 1
) ( =
Dengan menggunakan perluasan kofaktor sepanjang kolom kedua maka:
t t
t
t
t
t
t
t
t
t
e e
e
e
e
e
e
e
e
e
t V
2 2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2 2 0
4 1
2 0
2 0
0
0
4 1
0
0
4 1
2 0
1 ) ( = = = + + =
1 0
0 0
0 1
) (
5
1
25
1
5
1
5
1
5
1
3
t
t
t
e
e
e
t V
=
Dengan menggunakan perluasan kofaktor sepanjang kolom ketiga maka:
t
t
t
t
t
t
t
t
t
e
e
e
e
e
e
e
e
e
t V
5
1
5
1
5
1
25
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
5
1
25
1
5
1
5
1
25
1
5
1
5
1
3
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1 ) (
+ +
=
Jadi fungsi greennya:
[ ] ) ( ), ( ), (
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (
) , (
3 2 1
3 3 2 2 1 1
t y t y t y W
t V x y t V x y t V x y
t x G
+ +
=
( )
t
t
x t
x t
e
e e e e e
t x G
5
9
5
1
2 2
5
1
5
9
25
22
5
1
2
5
11
. 1
) , (
|
|
\
|
+ +
|
|
\
|
=
) ( 2
) (
5
1
22
5
11
25
2
5
) , (
t x
t x
e e t x G
+ + =
5
2
) (
t
t f =
Selesaian khususnya:
dt
t
e e x y
x
x
t x
t x
p
5
2
22
5
11
25
2
5
) (
0
) ( 2
) (
5
1
|
|
\
|
+ + =
tdt e e x y
x
x
t x
t x
p
|
|
\
|
+ + =
1
) ( 2
) (
5
1
0
11
1
11
10
1 ) (
dt te te t x y
x
x
t x
t x
p
|
|
\
|
+ + =
0
) ( 2
) (
5
1
11
1
11
10
) (
Karena pada suku kedua dan ketiga terdapat integral dari dua buah fungsi, maka
dihitung dengan menggunakan integral parsial.
Untuk suku yang kedua yaitu: dt te
t x
) (
5
1
11
10
Dimisalkan: t u = , maka dt du =
) (
5
1
t x
e dv
= , maka
+ = =
C e dt e v
t x t x ) (
5
1
) (
5
1
5
Jadi: ( )
|
|
\
|
= =
dt e e t vdu uv dt te
t x t x t x ) (
5
1
) (
5
1
) (
5
1
5 5
11
10
11
10
11
10
|
|
\
|
=
) (
5
1
) (
5
1
25 5
11
10
t x t x
e e t
Untuk suku yang ketiga yaitu: dt te
t x
) ( 2
11
1
Dimisalkan: t u = , maka dt du =
) ( 2 t x
e dv
= , maka
+ = =
C e dt e v
t x t x ) ( 2 ) ( 2
2
1
Jadi: ( ) |
\
|
= =
dt e te vdu uv dt te
t x t x t x ) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
2
1
2
1
11
1
11
1
11
1
|
\
|
=
) ( 2 ) ( 2
4
1
2
1
11
1
t x t x
e te
x
x
t x t x
t x t x
p
e te e e t t x y
0
) ( 2 ) ( 2
) (
5
1
) (
5
1
2
4
1
2
1
11
1
25 5
11
10
2
1
) (
(
(
(
|
\
|
+
|
|
\
|
+ =
) (
4
1
2
1
11
1
25 5
11
10
2
1
0
) ( 2 ) ( 2
) (
5
1
) (
5
1
2
x y e xe e e t x
p
x x x x
x x x x
|
\
|
+
|
|
\
|
+ =
44
1
22
1
11
250
11
50
2
1
) (
2
+ = x x x x y
p
4
91
2
9
2
1
) (
2
+ = x x x y
p
Maka selesaian umum persamaan diferensial tak homogen (3.8) adalah:
) ( ) ( ) ( x y x y x y
p h
+ =
4
91
2
9
2
1
) (
2 2
3
5
1
2 1
+ + + =
x x e c e c c x y
x
x
(3.9)
Untuk mencari nilai
3 2 1
, , c c c persamaan di atas dengan menggunakan nilai awal
yang telah diberikan.
4
91
2
9
2
1
) (
2 2
3
5
1
2 1
+ + + =
x x e c e c c x y
x
x
2
9
2
5
1
) ( '
2
3
5
1
2
+ + =
x e c e c x y
x
x
1 4
25
1
) ( ' '
2
3
5
1
2
+ =
x
x
e c e c x y
Dari syarat awal yang diberikan 1 ) 0 ( = y , maka diperoleh:
4
91
) 0 (
0
3
0
2 1
+ + = e c e c c y
4
91
1
3 2 1
+ + = c c c (3.10)
Dari syarat awal yang diberikan 3 ) 0 ( ' = y , maka diperoleh:
2
9
2
5
1
) 0 ( '
0
3
0
2
+ + = e c e c y
2
9
2
5
1
3
3 2
+ + = c c (3.11)
Dari syarat awal yang diberikan 4 ) 0 ( ' ' = y , maka diperoleh:
1 4
25
1
) 0 ( ' '
0
3
0
2
+ = e c e c y
1 4
25
1
4
3 2
+ = c c (3.12)
Dari persamaan (3.11) dan (3.12), dikerjakan dengan menggunakan metode
eliminasi (persamaan (3.11) dikalikan dengan dua dan persamaan (3.12) dikalikan
satu), maka diperoleh:
6 9 4
5
2
3 2
= + + c c (3.13)
4 1 4
25
1
3 2
= + c c (3.14)
Apabila persamaan (3.13) dikurangi dengan persamaan (3.14) maka diperoleh:
2 10
25
11
2
= + c
8 10 2
25
11
2
= = c
11
200
11
25
8
2
= |
\
|
= c
Kemudian untuk menentukan nilai
3
c , maka nilai
2
c disubstitusikan pada
persamaan (3.14) diperoleh:
4 1 4
11
200
25
1
3
= + |
\
|
c
11
47
11
8 11 44
11
8
1 4 4
3
=
+
= + = c
44
47
4
` 1
11
47
3
= |
\
|
= c
Kemudian untuk menentukan nilai
1
c , maka nilai
2
c dan
3
c disubstitusikan pada
persamaan (3.10) diperoleh:
1
4
91
44
47
11
200
1
= + + c
44
198
11
200
44
47
4
91
1
1
= + = c
Maka dengan metode eliminasi diperoleh:
44
198
1
= c ,
11
200
2
= c dan
44
47
3
= c
Kemudian substitusi nilai-nilai tersebut pada persamaan (3.9):
4
91
2
9
2
1
44
47
11
200
44
198
) (
2 2
5
1
+ + + =
x x e e x y
x
x
atau
4
73
2
9
2
1
44
47
11
200
) (
2 2
5
1
+ + =
x x e e x y
x
x
Jadi selesaian khusus persamaan diferensial linear tak homogen (3.8) dengan
menggunakan syarat awal adalah:
4
73
2
9
2
1
44
47
11
200
) (
2 2
5
1
+ + =
x x e e x y
x
x
Contoh 3.1.2
Selesaikan persamaan diferensial berikut:
x y y y 2 sin 2 ' 3 ' ' = + dengan syarat awal 3 ) 0 ( ' , 1 ) 0 ( = = y y
Penyelesaian:
Persamaan yang diselesaikan adalah: x y y y 2 sin 2 ' 3 ' ' = + (3.15)
Persamaan diferensial homogennya yaitu: 0 2 ' 3 ' ' = + y y y
Dengan mengambil m y = ' , maka persamaan karakteristiknya adalah
0 2 3
2
= + m m
0 ) 2 )( 1 ( = m m
1
1
= m dan 2
2
= m
Jadi selesaian homogennya:
x x
h
e c e c x y
2
2 1
) ( + =
Dengan
= =
= =
x x
x x
e x y e x y
e x y e x y
2
2
2
2
1 1
2 ) ( ' ) (
) ( ' ) (
[ ]
t t t
t t
t t
e e e
e e
e e
t t y t y W
3 3 3
2
2
2 1
2
2
3 ) ( ), ( = = =
t t
t
t
e e
e
e
t V
2 2
2
2
1
0
2 1
0
) ( = = =
t t
t
t
e e
e
e
t V = = = 0
1
0
) (
2
[ ] ) ( ), (
) ( ) ( ) ( ) (
) , (
2 1
2 2 1 1
t y t y W
t V x y t V x y
t x G
+
=
) ( 2 2 2
3
2 2
) (
) (
) , (
t x t x t x t x
t
t x t x
e e e e e e
e
e e e e
t x G
+ = + =
+
=
Selesaian khususnya:
( ) dt t e e x y
x
x
t x t x
p
+ =
0
2 sin ) (
) ( 2
( )dt t e t e x y
x
x
t x t x
p
+ =
0
2 sin 2 sin ) (
) ( 2
Karena terdapat integral dari dua fungsi, maka digunakan integral parsial.
Untuk integral yang pertama:
tdt e
t x
2 sin atau
tdt e
t x
2 sin
Dimisalkan: t u 2 sin = , maka tdt du 2 cos 2 =
dt e dv
t x
= , maka
+ = =
C e dt e v
t x t x
=
vdu uv tdt e
t x
2 sin
= tdt e e t tdt e
t x t x t x
2 cos 2 ) ( 2 sin 2 sin
+ = tdt e te tdt e
t x t x t x
2 cos 2 2 sin 2 sin (3.16)
Kemudian untuk tdt e
t x
2 cos
diintegralkan parsial lagi,
Misal t u 2 cos = , maka tdt du 2 sin 2 =
dt e dv
t x
= , maka
+ = =
C e dt e v
t x t x
=
vdu uv tdt e
t x
2 cos
=
dt t e e t tdt e
t x t x t x
) 2 sin 2 ( ) ( 2 cos 2 cos
= tdt e te tdt e
t x t x t x
2 sin 2 2 cos 2 cos (3.17)
Kemudian persamaan (3.17) disubstitusikan pada persamaan (3.16), diperoleh:
|
|
\
|
+ =
tdt e te te tdt e
t x t x t x t x
2 sin 2 2 cos 2 2 sin 2 sin
= tdt e te te tdt e
t x t x t x t x
2 sin 4 2 cos 2 2 sin 2 sin
t x t x t x
te te tdt e
=
2 cos
5
2
2 sin
5
1
2 sin
Jadi
t x t x t x
te te tdt e
+ =
2 cos
5
2
2 sin
5
1
2 sin
Untuk integral yang kedua:
tdt e
t x
2 sin
) ( 2
Dimisalkan: t u 2 sin = , maka tdt du 2 cos 2 =
dt e dv
t x ) ( 2
= , maka
+ = =
C e dt e v
t x t x ) ( 2 ) ( 2
2
1
=
vdu uv tdt e
t x
2 sin
) ( 2
= tdt e e t tdt e
t x t x t x
2 cos 2
2
1
)
2
1
( 2 sin 2 sin
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
+ = tdt e te tdt e
t x t x t x
2 cos 2 sin
2
1
2 sin
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
(3.18)
Kemudian untuk tdt e
t x
2 cos
) ( 2
diintegralkan parsial lagi,
Misal t u 2 cos = , maka tdt du 2 sin 2 =
dt e dv
t x ) ( 2
= , maka
+ = =
C e dt e v
t x t x ) ( 2 ) ( 2
2
1
=
vdu uv tdt e
t x
2 cos
) ( 2
=
dt t e e t tdt e
t x t x t x
) 2 sin 2 (
2
1
)
2
1
( 2 cos 2 cos
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
= tdt e te tdt e
t x t x t x
2 sin 2 cos
2
1
2 cos
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
(3.19)
Kemudian persamaan (3.19) disubstitusikan pada persamaan (3.18), diperoleh:
|
|
\
|
+ =
tdt e te te tdt e
t x t x t x t x
2 sin 2 cos
2
1
2 sin
2
1
2 sin
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
= tdt e te te tdt e
t x t x t x t x
2 sin 2 cos
2
1
2 sin
2
1
2 sin
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
2 cos
2
1
2 sin
2
1
2 sin 2
t x t x t x
te te tdt e
=
Jadi
) ( 2 ) ( 2 ) ( 2
2 cos
4
1
2 sin
4
1
2 sin
t x t x t x
te te tdt e
=
Jadi ( )dt t e t e x y
x
x
t x t x
p
+ =
0
2 sin 2 sin ) (
) ( 2
x
x
t x t x t x t x
p
te te te te x y
0
) ( 2 ) ( 2
2 cos
4
1
2 sin
4
1
2 cos
5
2
2 sin
5
1
) (
(
(
|
\
|
+ |
\
|
+ =
x x x x x y
p
2 cos
4
1
2 sin
4
1
2 cos
5
2
2 sin
5
1
) ( + =
x x
x x x x
x y
p
2 sin
20
1
2 cos
20
3
20
2 cos 5 2 sin 5 2 cos 8 2 sin 4
) ( =
+
=
Jadi ) ( ) ( ) ( x y x y x y
p h
+ =
x x e c e c x y
x x
2 sin
20
1
2 cos
20
3
) (
2
2 1
+ + =
Untuk mencari nilai
2 1
, c c persamaan di atas dengan menggunakan nilai awal
yang telah diberikan.
x x e c e c x y
x x
2 cos
20
2
2 sin
20
6
2 ) ( '
2
2 1
+ =
Dari syarat awal yang diberikan 1 ) 0 ( = y , maka diperoleh
) 0 sin(
20
1
) 0 cos(
20
3
) 0 (
0
2
0
1
+ + = e c e c y
20
3
1
2 1
+ + = c c
20
17
20
3
1
2 1
= = + c c (3.20)
Dari syarat awal yang diberikan 3 ) 0 ( ' = y , maka diperoleh:
) 0 cos(
20
2
) 0 sin(
20
6
2 ) 0 ( '
0
2
0
1
+ = e c e c y
20
2
2 3
2 1
+ = c c
20
62
20
2
3 2
2 1
= + = + c c (3.21)
Untuk menentukan nilai
2
c , maka persamaan (3.20) dikurangi dengan(3.21),
sehingga diperoleh:
4
9
20
45
2
= = c
Selanjutnya untuk menentukan nilai
1
c , maka substitusi nilai
2
c pada persamaan
(3.20), sehingga diperoleh:
20
17
4
9
1
= + c
5
7
20
28
20
45 17
4
9
20
17
1
= =
= = c
Kemudian substitusi nilai
2 1
, c c pada ) (x y , sehingga diperoleh:
x x e e x y
x x
2 sin
20
1
2 cos
20
3
4
9
5
7
) (
2
+ + =
Jadi selesaian khusus persamaan diferensial linear tak homogen (3.15) dengan
menggunakan syarat awal adalah:
x x e e x y
x x
2 sin
20
1
2 cos
20
3
4
9
5
7
) (
2
+ + =
Contoh 3.1.3
Selesaikan persamaan diferensial berikut:
x
e y y y
2
1
' ' ' = + + dengan syarat awal 1 ) 0 ( ' , 0 ) 0 ( = = y y
Penyelesaian:
Persamaan yang diselesaikan adalah:
x
e y y y
2
1
' ' ' = + + (3.22)
Persamaan diferensial homogennya yaitu: 0 ' ' ' = + + y y y
Dengan mengambil m y = ' , maka persamaan karakteristiknya adalah
0 1
2
= + + m m
Untuk menentukan nilai m, digunakan rumus abc dengan 1 , 1 , 1 = = = c b a
Maka
2
3 1
2
3 1
2
4 1 1
2
4
2
12
i
a
ac b b
m
=
=
=
=
Sehingga diperoleh: i m 3
2
1
2
1
1
+ = , i m 3
2
1
2
1
2
=
Jadi selesaian homogennya: x e c x e c x y
x x
h
3
2
1
cos 3
2
1
sin ) (
2
1
2
2
1
1
+ =
dengan
= =
+ = =
x e x e x y x e x y
x e x e x y x e x y
x x x
x x x
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos
2
1
) ( ' 3
2
1
cos ) (
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin
2
1
) ( ' 3
2
1
sin ) (
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
[ ]
t e t e t e t e
t e t e
t y t y W
t t t t
t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
sin
) ( ), (
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2 1
+
=
|
|
\
|
+
|
|
\
|
=
t e t e t e
t e t e t e
t t t
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin
2
1
3
2
1
cos
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos
2
1
3
2
1
sin
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
sin
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
sin
2
1
|
\
|
+ |
\
|
=
t e
t t e t e t t e
t
t t t
t t
e t t e
=
|
|
\
|
|
\
|
+ |
\
|
= 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
sin 3
2
1
2 2
t e
t e t e
t e
t V
t
t t
t
3
2
1
cos
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos
2
1
1
3
2
1
cos 0
) (
2
1
2
1
2
1
2
1
1
=
=
t e
t e t e
t e
t V
t
t t
t
3
2
1
sin
1 3
2
1
cos 3
1
1
3
2
1
sin
2
1
0 3
2
1
sin
) (
2
1
2
1
2
1
2
1
2
=
+
=
Jadi fungsi greennya:
[ ] ) ( ), (
) ( ) ( ) ( ) (
) , (
2 1
2 2 1 1
t y t y W
t V x y t V x y
t x G
+
=
t
t x t x
e
t e x e t e x e
t x G
|
|
\
|
+
|
|
\
|
=
3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
cos 3
2
1
cos 3
2
1
sin
) , (
2
1
2
1
2
1
2
1
|
|
\
|
=
t xe e t e x e t x G
t x t x
3
2
1
sin 3
2
1
cos
3
2
3
2
1
cos
3
2
3
2
1
sin ) , (
2
1
2
1
2
1
2
1
Selesaian khususnya:
dt e t xe e t e x e x y
x
x
t t x t x
p
|
|
\
|
=
0
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
cos
3
2
3
2
1
cos
3
2
3
2
1
sin ) (
dt t e x e tdt e x e
x
x
x
x
t
x
t
x
=
0 0
3
2
1
sin 3
2
1
cos
3
2
3
2
1
cos 3
2
1
sin
3
2
2
1
2
1
Karena terdapat integral dari dua fungsi, maka digunakan integral parsial.
Untuk integral yang pertama:
tdt e
t
3
2
1
cos
Dimisalkan: t u 3
2
1
cos = , maka tdt du 3
2
1
sin 3
2
1
=
dt e dv
t
= , maka
+ = = C e dt e v
t t
= vdu uv tdt e
t
3
2
1
cos
tdt e te tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
=
tdt e t e tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
+ = (3.23)
Kemudian untuk tdt e
t
3
2
1
sin
+ = = C e dt e v
t t
= vdu uv tdt e
t
3
2
1
sin
tdt e te tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
=
tdt e t e tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
= (3.24)
Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (3.24) pada (3.23), diperoleh:
(
+ =
tdt e t e t e tdt e
t t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
tdt e t e t e tdt e
t t t t
3
2
1
cos
4
3
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
+ =
t e t e tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
4
7
+ =
t e t e tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
2
1
7
4
3
2
1
cos
7
4
3
2
1
cos + =
Sehingga t e t e tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
7
2
3
2
1
cos
7
4
3
2
1
cos + =
Untuk integral yang kedua:
tdt e
t
3
2
1
sin
Dimisalkan: t u 3
2
1
sin = , maka tdt du 3
2
1
cos 3
2
1
=
dt e dv
t
= , maka
+ = = C e dt e v
t t
= vdu uv tdt e
t
3
2
1
sin
tdt e te tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
=
tdt e t e tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
= (3.25)
Kemudian untuk tdt e
t
3
2
1
cos
+ = = C e dt e v
t t
= vdu uv tdt e
t
3
2
1
cos
tdt e te tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
=
tdt e t e tdt e
t t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
cos
+ = (3.26)
Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (3.26) pada (3.25), diperoleh:
(
+ =
tdt e t e t e tdt e
t t t t
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
tdt e t e t e tdt e
t t t t
3
2
1
sin
4
3
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
=
t e t e tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin 3
2
1
sin
4
7
=
t e t e tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
2
1
7
4
3
2
1
sin
7
4
3
2
1
sin =
Sehingga t e t e tdt e
t t t
3
2
1
cos 3
7
2
3
2
1
sin
7
4
3
2
1
sin =
Jadi dt t e x e tdt e x e x y
x
x
x
x
t
x
t
x
p
=
0 0
3
2
1
sin 3
2
1
cos
3
2
3
2
1
cos 3
2
1
sin
3
2
) (
2
1
2
1
|
\
|
+ =
t e t e x e x y
t t
x
p
3
2
1
sin 3
7
2
3
2
1
cos
7
4
3
2
1
sin
3
2
) (
2
1
x
x
t t
x
t e t e x e
0
3
2
1
cos 3
7
2
3
2
1
sin
7
4
3
2
1
cos
3
2
2
1
(
(
|
\
|
) ( 3
2
1
cos
7
4
3
2
1
cos 3
2
1
sin
3 7
8
3
2
1
sin
7
4
3
2
1
cos 3
2
1
sin
3 7
8
) (
0
2
2
1
2
1 2
2
1
2
1
x y x e
x x e x e x x e x y
p
x
x x x
p
|
\
|
+
|
\
|
+ =
x x
p
e x x e x y
2
1 2 2
2
1
7
4
0 3
2
1
cos 3
2
1
sin
7
4
) ( =
|
|
\
|
|
\
|
+ |
\
|
=
Maka selesaian umum persamaan diferensial tak homogen (3.22) adalah:
) ( ) ( ) ( x y x y x y
p h
+ =
x x x
e x e c x e c x y
2
1
2
1
2
2
1
1
7
4
3
2
1
cos 3
2
1
sin ) ( + + =
(3.27)
Untuk mencari nilai
2 1
, c c persamaan di atas dengan menggunakan nilai awal
yang telah diberikan.
x x
x x x
e x e c
x e c x e c x e c x y
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
2
1
1
7
2
3
2
1
sin 3
2
1
3
2
1
cos
2
1
3
2
1
cos 3
2
1
3
2
1
sin
2
1
) ( '
+
+ =
Dari syarat awal yang diberikan 0 ) 0 ( = y , maka diperoleh
0 0
2
0
1
7
4
) 0 cos( ) 0 sin( ) 0 ( e e c e c y + + =
7
4
0
2
+ = c
7
4
2
= c
Dari syarat awal yang diberikan 1 ) 0 ( ' = y , maka diperoleh:
0 0
2
0
2
0
1
0
1
7
2
) 0 sin( 3
2
1
) 0 cos(
2
1
) 0 cos( 3
2
1
) 0 (
2
1
) 0 ( ' e e c e c e c e c y + + =
Untuk menentukan nilai
1
c , maka substitusi nilai
7
4
2
= c pada persamaan di atas
Maka:
1
7
4
3
2
1
1
= + c
7
3
7
4
1 3
2
1
1
= = c
3
7
2
3
21
6
3
3
3 7
6
3
2
7
3
1
= = =
|
|
\
|
= x c
Maka dengan metode eliminasi diperoleh:
3
7
2
1
= c , dan
7
4
2
= c
Kemudian nilai-nilai
1
c dan
2
c tersebut disubstitusikan pada persamaan (3.27):
x x x
e x e x e x y
2
1
2
1
2
1
7
4
3
2
1
cos
7
4
3
2
1
sin 3
7
2
) ( + =
Jadi selesaian khusus persamaan diferensial linear tak homogen (3.22) dengan
menggunakan syarat awal adalah:
x x x
e x e x e x y
2
1
2
1
2
1
7
4
3
2
1
cos
7
4
3
2
1
sin 3
7
2
) ( + =
C. Perhitungan dengan Menggunakan Program Maple
Apabila dikerjakan dengan menggunakan program maple, maka akan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Contoh 3.1.1
> restart:
> pers1:=5*diff((y)(x),x$3)-9*diff((y)(x),x$2)-
2*diff(y(x),x)=2*x;
:= pers1 = 5
|
\
|
|
|
d
d
3
x
3
( ) y x 9
|
\
|
|
|
d
d
2
x
2
( ) y x 2
|
\
|
|
d
d
x
( ) y x 2 x
>
solusi1:=dsolve({pers1,y(0)=1,D(y)(0)=3,(D@@2)(y)(0)=4}
,y(x));
:= solusi1 = ( ) y x + +
47
44
e ee e
( ) 2 x 200
11
e ee e
|
\
|
|
x
5 x
2
2
9 x
2
73
4
plot({rhs(solusi1)},x=0..1);
Contoh 3.1.2
> pers2:=diff((y)(x),x$2)-
3*diff(y(x),x)+2*y(x)=sin(2*x);
:= pers2 = +
|
\
|
|
|
d
d
2
x
2
( ) y x 3
|
\
|
|
d
d
x
( ) y x 2 ( ) y x ( ) sin 2 x
> solusi2:=dsolve({pers2,y(0)=1,D(y)(0)=3},y(x));
:= solusi2 = ( ) y x +
3
20
( ) cos 2 x
1
20
( ) sin 2 x
9
4
e ee e
( ) 2 x 7
5
e ee e
x
> plot({rhs(solusi2)},x=0..1);
Contoh 3.1.3
> restart:
>
pers3:=diff((y)(x),x$2)+diff(y(x),x)+y(x)=exp(1)^((1/2)
*x);
:= pers3 = + +
|
\
|
|
|
d
d
2
x
2
( ) y x
|
\
|
|
d
d
x
( ) y x ( ) y x ( ) e ee e
|
\
|
|
x
2
> solusi3:=dsolve({pers3,y(0)=0,D(y)(0)=1},y(x));
:= solusi3 = ( ) y x +
2
7
e ee e
|
\
|
|
x
2 |
\
|
|
sin
3 x
2
3
4
7
e ee e
|
\
|
|
x
2 |
\
|
|
cos
3 x
2
4
7
e ee e
|
\
|
|
x
2
> plot({rhs(solusi3)},x=1..2);
D. Tinjauan Agama Terhadap Hasil Pembahasan
Al Quran sangat menekankan bahwa semua ciptaan ini diciptakan oleh
Allah dengan maksud dan tujuan tertentu, bukan sekedar sebagai sebuah
permainan. Allah berfirman dalam surat Ash Shad ayat 27:
! !)=> !.9 _{ ! !], L,
Artinya:
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah.
Dalam tafsir Al Mishbah dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan langit
dan bumi juga segala hal yang ada di antara keduanya dengan tata aturan yang
demikian rapi, indah serta harmonis. Ini menunjukkan bahwa Dia tidak bermain-
main yakni tidak menciptakannya secara sia-sia tanpa arah dan tujuan yang
benar. Seandainya penciptaan alam ini tanpa tujuan yang haq, maka itu berarti
apa yang dilakukan Allah SWT. menyangkut kehidupan dan kematian makhluk,
serta penciptaan dan pemusnahannya, semua dilakukan-Nya tanpa tujuan. Tetapi
karena itu bukan permainan, bukan juga tanpa tujuan, maka pasti yang Maha
Kuasa itu membedakan antara yang berbuat baik dan buruk, lalu memberi
ganjaran balasan sesuai amal perbuatan masing-masing.
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di depan, didapatkan
bahwa dengan mengkonstruksi fungsi green dapat digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial tak homogen. Hal ini sejalan dengan apa
yang ada dalam Al Quran bahwa sesuatu yang dibentuk pasti mempunyai tujuan
dan maksud tertentu, sehingga dapat mempermudah dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
Manusia telah diberi akal oleh Allah, sehingga mereka harus
menggunakan nikmat Allah tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat. Dengan
nikmat yang telah diberikan oleh Allah tersebut, harus berusaha dengan sungguh-
sungguh dan harus yakin bahwa setiap permasalahan pasti terdapat selesaiannya.
Allah SWT telah berfirman dalam Al Quran surat Alam Nasyrah ayat 5:
| _ .`-9 .
Artinya :
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Dari ayat tersebut, telah jelas bahwa Allah pasti memberi kemudahan
setelah kesulitan, asalkan manusia tersebut tetap berusaha. Kaitannya dengan
pembahasan ini yaitu bahwa dalam persoalan matematika, permasalahan yang ada
harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan memilih metode yang tepat untuk
digunakan, sehingga akan didapatkan selesaian dengan mudah.
Memang dalam kehidupan ini pasti terdapat banyak permasalahan, dan
setiap masalah yang ada tersebut tidak untuk dihindari, akan tetapi untuk
diselesaikan. Sebagai manusia, harus berusaha untuk menyelesaiakn setiap
masalah yang ada dengan benar. Dalam menyelesaikan masalah, harus tetap
berpedoman pada aturan-aturan yang ada, sebagaimana juga terdapat dalam Al
Quran surat Al Imron ayat 103 sebagai berikut:
..s ,> < !-> %. `. - < 3=. | . s
#9! , 3,=% `>,.! .-, !>| . ?s !: `> !9
.)! !] 79. ,` < 39 . /3=-9 .:
Atinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.
Jadi dalam menyelesaikan permasalahan matematika juga sejalan dengan
yang ada dalam Al Quran bahwa dalam kehidupan harus tetap berpegang pada
aturan-aturan agama Islam. Sehingga kita mendapat petunjuk.
Di samping itu, dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam
matematika harus dikerjakan dengan cermat dan teliti, karena dalam Al Quran
Allah juga telah berfirman dalam surat Maryam ayat 94:
)9 9.> s s
Artinya:
Sesungguhnya Allah Telah menentukan jumlah mereka dan menghitung
mereka dengan hitungan yang teliti.
Allah SWT oleh ayat di atas dilukiskan sebagai ahshahum , yang dipahami
oleh banyak ulama sebagai Dia yang mengetahui kadar setiap peristiwa dan
rinciannya, baik yang terjangkau oleh makhluk maupun yang mereka tidak dapat
jangkau, seperti hembusan nafas, rincian perolehan rizki dan kadar untuk masa
kini dan mendatang. Jadi Allah yang mengetahui amat teliti rincian segala sesuatu
dari segala segi jumlah dan kadarnya, panjang dan lebarnya, jauh dan dekatnya,
tempat dan waktunya, kadar cahaya dan gelapnya, sebelum, sedang/ketika dan
saat wujudnya dan lain-lain.
Begitu juga refleksinya dalam kehidupan, bahwa dalam menyelesaikan
suatu permasalahan harus dikerjakan dengan hati-hati dan teliti dan tidak boleh
tergesa-gesa. Dalam setiap melangkah harus tetap berpedoman pada aturan-aturan
yang telah ditetapkan. Jadi dengan mempelajari matematika, dapat menambah
keimanan dan ketaqwaan kita, karena apa yang ada dalam Al Quran juga sejalan
dengan apa yang ada pada matematika.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab III, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear tak homogen dengan
mengkonstruksi fungsi green, maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
mengkonstruksi fungsi green dari persamaan diferensial tersebut. Cara dalam
mengkonstruksi fungsi green yaitu:
1. Menentukan selesaian bebas linear persamaan diferensial homogen ) (x y
h
2. Memisalkan selesaian khusus ) (x y
p
dengan mengganti konstanta
n
c c c , , ,
2 1
L dengan fungsi ) ( , ), ( ), (
2 1
x u x u x u
n
L .
3. Menentukan ) ( ' x u
k
dengan aturan Cramer
4. Menentukan ) (x u
k
dengan mengintegralkan ) ( ' x u
k
terhadap t dengan
batas atas x dan batas bawah x
0
.
5. Mensubstitusi ) (x u
k
pada ) (x y
p
sehingga diperoleh konstruksi fungsi
green ) , ( t x G .
Setelah didapatkan fungsi green, maka dapat ditentukan selesaian persamaan
diferensial linear tak homogennya yaitu dt t f t x G x y x y
x
x
h
) ( ) , ( ) ( ) (
0
+ =
2. Apabila dikerjakan dengan program maple, terlihat bahwa selesaian persamaan
diferensial linear tak homogen yang dikerjakan dengan mengkonstruksi fungsi
green sama dengan selesaian apabila dikerjakan dengan bantuan program maple.
B. Saran
Saran yang diberikan untuk penulisan berikutnya adalah:
1. Mengkaji lebih lanjut tentang fungsi green
2. Menggunakan metode yang lain dalam mengkonstruksi fungsi green.
DAFTAR PUSTAKA
Abdusysyakir, M.Pd. 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN
Press
Anton, Howard. 2000. Dasar-Dasar Aljabar Linear Edisi 7 Jilid I. Batam:
Interaksara.
Azzaino, Zuardin. 1989. Khilafah Azas-Azas Managemen Ilahiah. Jakarta:
Pustaka Al Hidayah.
Ayres, Frank. 1995. Persamaan Diferensial. Jakarta: Erlangga.
Finizio dan Ladas. 1988. Persamaan Diferensial Biasa dengan Penerapan
Modern. Jakarta: Erlangga.
Gere, James M dan William Weaver Jr. 1987. Aljabar Matriks untuk Para
Insinyur. Jakarta: Erlangga.
Kusumah, Yahya S. 1989. Persamaan Diferensial. Jakarta: Depdikbud.
Purcell, Edwin J. 1986. Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta: Erlangga.
Rahman, Afzalur. 2007. Ensiklopediana Ilmu Dalam Al Quran. Bandung: PT
Mizan Pustaka
Sudaryat, Sueb. 1986. Persamaan Diferensial. Universitas Terbuka: penerbit
Karunika Jakarta.
Sugiarto, Iwan. 2002. Mengkonstruksi Fungsi Green Persamaan diferensial
Linear Orde-n. Jurnal Integral: Universitas Parahyangan Bandung
Zainuddin, M, dkk. 2004. Memadu Sains dan Agama. Malang: Bayumedia
Publishing.