Anda di halaman 1dari 98

MODEL MATEMATIKA PADA RADANG AKUT DENGAN SISTEM

PERSAMAAN DIFERENSIAL

SKRIPSI




Oleh:
ACH. MUHDOR
NIM. 03510028



























JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2007

MODEL MATEMATIKA PADA RADANG AKUT DENGAN SISTEM
PERSAMAAN DIFERENSIAL




SKRIPSI




Diajukan Kepada
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)




Oleh:
ACH. MUHDOR
NIM. 03510028



















JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2007

MODEL MATEMATIKA PADA RADANG AKUT DENGAN SISTEM
PERSAMAAN DIFERENSIAL





SKRIPSI





Oleh:
ACH. MUHDOR
NIM. 03510028




Telah Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I:




Usman Pagalay, M. Si
NIP. 150 327 240
Dosen Pembimbing II:




Ach. Nashichuddin, M. Ag
NIP. 150 302 531



Tanggal: 11 Desember 2007



Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi





Sri Harini, M. Si
NIP. 150 318 321

MODEL MATEMATIKA PADA RADANG AKUT DENGAN SISTEM
PERSAMAAN DIFERENSIAL



SKRIPSI



Oleh:

ACH. MUHDOR
NIM: 03510028



Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan
Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Tanggal 18 Desember 2007



SUSUNAN DEWAN PENGUJI TANDA TANGAN
1. Penguji Utama : Sri Harini, M. Si ( )

2. Ketua Penguji : Abdussakir, M. Pd ( )

3. Sekretaris Penguji : Usman Pagalay, M. Si ( )

4. Anggota Penguji : Ach. Nashichuddin, M. Ag ( )



Mengetahui dan Mengesahkan
Ketua Jurusan Matematika



Sri Harini, M. Si
NIP. 150 318 321

MOTTO

9& ? #. > !# W =. 6 f. 7 $=& M/$O


$` $9# A? $=2& . _m */ $/ U !#
$W{# $=9 `=9 `2G

24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat


perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.
(QS. Ibrahim, 14: 24 25)

YOU HAVE TO WORK HARD, DOESNT MATTER WHOSE YOUR


FATHER IS
(Confusius)



Untuk:
Bapak Moh. Ali dan Ibu Siti Rokibah
Yang telah percikkan kasih sayang
dengan sabar dan ikhlas telah mengasuh
serta do'anya selalu mengalir tulus tiada henti-hentinya

Untuk:
Abd. Wasik dan Ach. Jaelani
Yang selalu memberiku semangat dalam menjalani kehidupan

Untuk:
Siti Arifah
Terima kasih telah menghantarkanku
menyongsong lembaran baru sejarah hidup


Semua pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan skripsi ini,
tanpa bantuan dan kerja sama kalian,
karya ini mungkin tidak akan pernah menemukan titik temu.

Thanks for being so attentive and nice to me.
Thanks a bunch for everything.
I pray between all of us be the happiest people forever.

ABSTRAK


Muhdor, Ach. 2007. Model Matematika Pada Radang Akut Dengan Sistem
Persamaan Diferensial. Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Usman Pagalay, M. Si, (II) Ach. Nashichuddin, M. Ag.

Kata Kunci: Model Matematika, Radang Akut, Sistem Persamaan Diferensial


Radang akut adalah reaksi awal tubuh terhadap pengaruh-pengaruh yang
merusak. Pengaruh-pengaruh tersebut disebabkan karena adanya patogen, bakteri
atau benda asing lainnya. Keadaan ini bukanlah suatu penyakit, melainkan sebagai
manifestasi adanya penyakit. Tanpa reaksi ini maka penyebab jejas seperti kuman
akan menyebar ke seluruh tubuh atau suatu luka tidak akan sembuh. Reaksi
radang dapat diamati dari gejala-gejala klinis. Di sekitar jaringan yang terkena
radang terjadi peningkatan panas (kalor), timbul warna kemerah-merahan (rubor),
sakit (dolor) dan pembengkakan (tumor). Kemungkinan disusul perubahan
struktur jaringan yang dapat menimbulkan kehilangan fungsi. Berdasarkan latar
belakang tersebut pembahasan dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui
model matematika pada radang akut menggunakan sistem persamaan diferensial,
(2) mengetahui titik kestabilan dari model matematika pada radang akut
menggunakan sistem persamaan diferensial.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh model matematika pada
radang akut adalah sebagai berikut:
P N k
P k
P s k
p
P
P k
dt
dP
pn
mp m
m pm
pg
*
1
+


( )
*
*
*
*
N
D k P k N k
D k P k N k s
dt
dN
n
nd np nn nr
nd np nn nr

+ + +
+ +
=
D
N s
N
k
dt
dD
d
dn
dn

+
=
6 6
6
*
*

Model ini terdiri dari satu sistem persamaan diferensial tak linier yang
bergantung pada variabel-variabel yang menyatakan tingkat patogen (P), fagosit
yang diaktifkan (N*) dan kerusakan jaringan (D). Kemudian, untuk menentukan
titik kestabilannya menggunakan software MAPLE dan penyelesaian model
dinamik dengan metode numerik Runge-Kutta orde 4 yang perhitungannya
menggunakan software MATLAB. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh titik
kestabilan, yaitu: titik kritis yang menunjukkan titik kestabilan saat ketiadaan
infeksi atau disebut kestabilan tanpa penyakit, yakni: {y = 0., z = 0., x = 0.}.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan ridha-Nya
skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang menunjukkan kepada umatnya sebuah agama yang
hakiki, yaitu Islam.
Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan, dukungan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang,
2. Prof. Drs. Sutiman B. Sumitro, SU., DSc, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
3. Sri Harini, M. Si, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
4. Drs. Usman Pagalay, M. Si dan Ach. Nashichuddin, M. Ag, selaku dosen
pembimbing yang dengan kesabaran membimbing dan memberi arahan serta
masukan yang amat berguna sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik,
5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang, yang memberikan bimbingan dan ilmunya
kepada penulis,
6. Kedua orang tua beserta segenap keluarga yang selalu memberi dorongan
dan bantuan baik materiil maupun spirituil sehingga skripsi ini bisa
diselesaikan,

7. Teman-teman Matematika, terutama angkatan 2003 dan teman-teman Pesma
al-Hijrah yang selalu mengisi hari-hari penulis dalam suka dan duka sampai
diselesaikannya skripsi ini,
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi
semua pihak.


Malang, Desember 2007

Penulis

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Pembahasan ....................................................................... 3
D. Manfaat Pembahasan .................................................................... 3
E. Batasan Masalah ............................................................................ 4
F. Metode Penelitian .......................................................................... 4
G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Persamaan Diferensial .................................................. 7
B. Persamaan Diferensial Linier dan Persamaan Diferensial
Taklinier ......................................................................................... 9
C. Sistem Persamaan Diferensial Linier dan Sistem Persamaan
Diferensial Taklinier ..................................................................... 10
D. Kestabilan Titik Kritis dari Sistem Otonomous ............................ 11
E. Persamaan Logistik ....................................................................... 19
F. Metode Numerik untuk Persamaan Diferensial ............................ 23
G. Model Matematika ........................................................................ 25
H. Radang .......................................................................................... 27
I. Radang Akut ................................................................................. 30
J. Pemodelan Matematika dalam Prespektif Islam ........................... 39

BAB III : PEMBAHASAN
A. Pembentukan Model Matematika pada Radang Akut ................... 46
B. Solusi Numerik Model Matematika .............................................. 51

C. Hasil Numerik Sistem Persamaan Diferensial .............................. 52
D. Interpretasi Model Matematika pada Radang Akut ...................... 55

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 57
B. Saran .............................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61

DAFTAR TABEL



No. Judul Halaman

2.1 Rangkuman Mediator Kimia Pada Radang .................................................... 39

3.1 Reaksi yang Menyertai Respon Imun Lokal (M) dan Patogen (P) ................ 46

3.2 Reaksi-reaksi yang Menyertai Istirahat dan Diaktifkannya Fagosit (N*) ...... 48

3.3 Reaksi-reaksi yang Menyertai Kerusakan Jaringan (D).................................. 50

DAFTAR GAMBAR



No. Judul Halaman

2.1 Grafik Pertumbuhan Eksponensial ................................................................. 20

2.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi ................................................................ 22

2.3 Langkah dalam Pemodelan Matematika ........................................................ 25

2.4 Bisul di Kulit, Menunjukkan Karakteristik dari Radang, Yaitu Kemerah-
merahan dan Bengkak .................................................................................... 30

2.5 Kuku Jari Kaki Tumbuh ke Dalam yang Kemudian Terkena Infeksi
Menunjukkan Karakteristik Kemerah-merahan dan Bengkak yang
Merupakan Karakteristik dari Radang Akut .................................................. 30

3.1 Grafik Populasi Patogen (P)............................................................................ 54

3.2 Grafik Populasi Fagosit yang Diaktifkan (N*) ............................................... 54

3.3 Grafik Laju Kerusakan Jaringan (D) ............................................................... 55

DAFTAR LAMPIRAN



No. Judul Halaman

1. Listing Program Penyelesaian untuk Menentukan Titik Kestabilan
Dengan Software MAPLE ............................................................................... 61

2. Listing Program Penyelesaian Sistem Persamaan Diferensial Tak Linear
Dengan Metode Runge-Kutta Orde 4 Menggunakan Software MATLAB ..... 70

3. Hasil Numerik Model Matematika pada Radang Akut .................................... 72



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respon awal dari tubuh terhadap pengaruh-pengaruh yang merusak
disebut radang akut. Pengaruh-pengaruh merusak tersebut bisa disebabkan karena
adanya patogen, bakteri atau benda asing lainnya. Reaksi radang dapat diamati
dari gejala-gejala klinis. Di sekitar jaringan terkena radang terjadi peningkatan
panas (kalor), timbul warna kemerah-merahan (rubor), sakit (dolor) dan
pembengkakan (tumor). Kemungkinan disusul perubahan struktur jaringan yang
dapat menimbulkan kehilangan fungsi. (Soewarni, 2003: 1)
Keadaan ini bukanlah suatu penyakit namun merupakan manifestasi
adanya penyakit. Tanpa adanya reaksi radang maka kuman akan menyebar ke
seluruh tubuh atau suatu luka tidak akan sembuh. Tiap organ atau jaringan dapat
mengalami radang. Reaksi radang akan tergantung pada keadaan kesehatan
seseorang, nutrisi, imunitas dan juga derajat beratnya jejas. (Sudarto, dkk, 2002:
83).
Seringkali dihadapi banyak permasalahan di bidang non-matematika,
misalnya di bidang kedokteran, fisika, teknik, ilmu-ilmu sosial, dan lain
sebagainya tidak dapat diselesaikan secara langsung. Salah satu cara untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan matematika.
Secara umum pengertian model adalah suatu usaha menciptakan suatu
replika/tiruan dari suatu fenomena alam. Pada model Matematika replika/tiruan

tersebut dilaksanakan dengan mendeskripsikan fenomena alam dengan satu set
persamaan. Kecocokan model terhadap fenomena tersebut tergantung dari
ketepatan formulasi persamaan matematis dalam mendeskripsikan fenomena alam
yang ditirukan.
Allah berfirman dalam al-Quran:
$) . ` )=z )/
Artinya: Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(QS. Al-Qomar, 54: 49).
Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitung-hitungannya, ada
rumusnya atau ada persamaannya (Abdusysyakir, 2007: 80). Pada dasarnya
manusia tidak dapat membuat rumus sedikitpun, mereka hanya menemukannya
rumus atau persamaan. Dalam pemodelan matematika, ilmuwan hanya mencari
persamaan-persamaan atau rumus-rumus yang berlaku pada fenomena, sehingga
ditemukannya suatu model matematika. Dengan adanya model matematika
tersebut, akan dibahas apakah model tersebut sesuai dengan keadaan yang terjadi
pada keadaan biologis radang akut sebagai akibat adanya infeksi patogen.
Dalam penelitian ini, dibentuk suatu model Matematika dari respon
radang akut karena adanya patogen. Model ini tidak termasuk dari komponen-
komponen respon imun yang adaptif, seperti T-Sel dan antibodi spesifik. Akan
tetapi, model ini menguraikan respon yang umum terhadap ancaman patogen.
Awalnya dimulai beberapa langkah, didasarkan pada pengujian dari subsistem

terhadap ciri-ciri yang berlaku umum dari interaksi-interaksi komponen sistem
imun tertentu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa masalah yang akan
dibahas, meliputi:
1. Bagaimana model matematika pada radang akut menggunakan sistem
persamaan diferensial?
2. Bagaimana titik kestabilan dari model matematika pada radang akut
menggunakan sistem persamaan diferensial?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan ini
adalah:
1. Mengetahui model matematika pada radang akut menggunakan sistem
persamaan diferensial
2. Mengetahui titik kestabilan dari model matematika pada radang akut
menggunakan sistem persamaan diferensial

D. Manfaat Pembahasan
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dalam mengkaji permasalahan
matematika yang berkaitan dengan keilmuan lain, khususnya ilmu kedokteran.

2. Bagi Mahasiswa Matematika
Membantu dalam pekuliahan, terutama tentang model matematika dan
persamaan diferensial sekaligus mengetahui aplikasinya.
3. Bagi Pembaca
Sebagai wahana dalam menambah pengetahuan tentang model
matematika pada radang akut.

E. Batasan Masalah
Model ini tidak termasuk dari komponen-komponen respon imun yang
adaptif, seperti T-Sel dan antibodi spesifik. Akan tetapi, model ini menguraikan
respon yang umum karena adanya ancaman patogen. Radang akut yang menjadi
objek penelitian ini adalah di sekitar jaringan yang terjadi radang mempunyai
gejala-gejala klinis adanya peningkatan panas (kalor), timbul warna kemerah-
merahan (rubor), sakit (dolor), pembengkakan (tumor) dan hilangnya fungsi
karena perubahan struktur jaringan. Kemudian untuk memudahkan proses
perhitungan penulis menggunakan software MAPLE untuk mencari titik
kestabilan dan MATLAB untuk mencari penyelesaian model dinamik
menggunakan metode numerik Runge-Kutta orde 4.

F. Metode Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan atau studi literatur. Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang
dalam menunjukkan penelitiannya dilakukan dengan cara mendalami,

mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam
kepustakaan. Sumber kajian pustaka dapat berupa jurnal penelitian, disertasi, tesis,
skripsi, laporan penelitian, atau diskusi-diskusi ilmiah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode:
a) Dokumentasi, yaitu mencari data megenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, jurnal, majalah, makalah, surat kabar dan lain-lain. (Arikunto,
2002: 206)
b) Kajian teoritis, yaitu dengan membaca, menggali dari buku-buku yang
berkaitan dengan masalah persamaan diferensial, model matematika dan
radang.
Setelah didapatkan data dari sumber-sumber di atas, langkah selanjutnya
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Untuk mendapatkan model matematika
pada radang akut adalah didasarkan pada mekanisme terjadinya radang akut.
Adapun langkah-langkah umum dalam pembentukan model adalah
mengumpulkan data-data dan informasi dengan cara membaca dan memahami
literatur yang berkaitan dengan mekanisme radang yang kemudian menentukan
variabel yang digunakan dengan mengasumsikan bahwa hanya ada tiga, yaitu
variabel-variabel yang menggambarkan populasi patogen, fagosit yang diaktifkan
ketika munculnya patogen dan kerusakan jaringan. Selanjutnya mengestimasi
parameter-parameter yang relevan dalam sistem persamaan diferensial taklinier
yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan interpretasi.
Penyelesaian analitik sistem persamaan diferensial taklinier sulit
ditentukan sehingga penyelesaian dilakukan dengan menggunakan metode

numerik Runge-Kutta dan untuk memudahkan perhitungan digunakan software
MATLAB. Kemudian untuk mencari titik kestabilan dari model tersebut
digunakan software MAPLE.

G. Sistematika Pembahasan
BAB I: Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan,
manfaat pembahasan, batasan masalah, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
BAB II: Kajian Pustaka
Berisi pengertian persamaan diferensial, persamaan diferensial
linier dan persamaan diferensial tak linier, sistem persamaan
diferensial linier dan sistem persamaan diferensial tak linier,
kestabilan titik kritis dari sistem otonomous, persamaan logistik,
metode numerik untuk persamaan diferensial, model matematika,
radang, radang akut, dan pemodelan matematika dalam perspektif
Islam.
BAB III: Pembahasan
Berisi pembentukan model matematika pada radang akut, solusi
numerik model matematika, hasil numerik sistem persamaan
diferensial, dan interpretasi model matematika pada radang akut.
BAB IV: Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Persamaan Diferensial
Definisi 1:
Yang dimaksud dengan persamaan diferensial adalah persamaan yang
memuat hubungan antara x, suatu fungsi y dari x dan turunannya:
y', y'', y''', y
(4)
, ..., y
(n)
, di mana
) (n
n
n
y
dx
y d
=
adalah turunan (derivative) ke
n dari y terhadap x. (Baisuni, 1986: 333)
Definisi 2:
Persamaan yang menyangkut satu atau lebih fungsi (peubah tak bebas)
beserta turunannya terhadap satu atau lebih peubah bebas disebut
persamaan diferensial. (Pamuntjak dan Santoso, 1990: 1-11)
Persamaan diferensial dapat pula dibeda-bedakan menurut persamaan
diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial.
Definisi 3:
Persamaan Diferensial Biasa adalah persamaan diferensial yang
menyangkut satu atau lebih fungsi (peubah tak bebas) beserta
turunannya terhadap satu peubah bebas. (Pamuntjak dan Santoso, 1990:
1-12)
Untuk selanjutnya yang dimaksud dengan persamaan diferensial adalah
persamaan diferensial biasa.


Definisi 4:
Persamaan diferensial yang menyangkut satu atau lebih fungsi (peubah
tak bebas) beserta turunannya terhadap lebih dari satu peubah bebas,
disebut persamaan diferensial parsial. (Pamuntjak dan Santoso, 1990: 1-
12)
Contoh 1:
1.
x
e x
dx
dy

= 3 2 cos 2
2. 3 = + xy
dx
dy

3.
x
e xy
dx
y d
= + 2
3
3

4. u
t
u
x
u
=


5. 0 2 = +

u
t
u
x
u

Pada contoh 1 persamaan 1 sampai dengan 3 adalah persamaan
diferensial biasa, x merupakan variabel bebas dan y variabel terikat. Sementara
persamaan 4 sampai 5 adalah persamaan diferensial parsial, variabel terikatnya u
dan variabel bebasnya x dan t.






B. Persamaan Diferensial Linier dan Persamaan Diferensial Tak linier
Definisi 5:
Persamaan diferensial linier adalah persamaan diferensial yang
berpangkat satu dalam peubah bebas dan turunan-turunannya, yaitu
persamaan diferensial yang berbentuk:
) ( ) ( ) ( ... ) ( ) (
0 1
1
1
1
x f y x a
dx
dy
x a
dx
y d
x a
dx
y d
x a
n
n
n
n
n
n
= + + + +


Diasumsikan bahwa
n
a a a ,..., ,
1 0
dan fungsi-fungsi ( ) x f merupakan
fungsi-fungsi yang kontinu pada suatu selang I dan koefisien pertama ( ) 0 x a
n

untuk setiap I x . (Pamuntjak dan Santoso, 1990: 1-14)
Definisi 6:
Persamaan diferensial yang bukan persamaan diferensial linier disebut
persamaan diferensial tak linier.
Dengan demikian persamaan diferensial
( )
( ) 0 , , , =
m
y y x F L adalah
persamaan diferensial tak linier, jika salah satu dari yang berikut dipenuhi oleh F:
1. F tidak berbentuk polinom dalam
( ) m
y y y , , , L
2. F tidak berbentuk polinom berpangkat lebih dari 2 dalam
( ) m
y y y , , , L
(Pamuntjak dan Santoso, 1990: 1-14)
Contoh 2:
1. 0 6 5
2
2
= + + y
dx
dy
dx
y d
(Persamaan Diferensial Linier)
2.
x
xe
dx
dy
x
dx
y d
x
dx
y d
= + +
3
3
3
2
4
4
(Persamaan Diferensial Linier)

3. y + 5y + 6y
2
= 0 (Persamaan Diferensial Tak linier)
4. y + 5(y)
3
+ 6y = 0 (Persamaan Diferensial Tak linier)

C. Sistem Persamaan Diferensial Linier dan Sistem Persamaan Diferensial
Tak linier
Sistem persamaan diferensial linier adalah persamaan yang terdiri dari
lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Sistem dari dua persamaan
diferensial dengan dua fungsi yang tak diketahui berbentuk:
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) t f x t a x t a x
t f x t a x t a x
2 2 22 1 21 2
1 2 12 1 11 1
+ + =
+ + =
&
&
(2.1)
di mana koefisien
22 21 12 11
, , , a a a a dan
2 1
, f f merupakan fungsi t yang kontinu
pada suatu selang I dan
2 1
, x x adalah fungsi t yang tak diketahui. Sistem (2.4)
memiliki penyelesaian eksplisit jika koefisien koefisien
21 12 11
, , a a a dan
22
a semuanya konstanta.
Sistem persamaan diferensial linier dengan n buah fungsi-fungsi yang
tak diketahui berbentuk:
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) t f x t a x t a x t a x
t f x t a x t a x t a x
t f x t a x t a x t a x
n n nn n n
n n
n n
+ + + + =
+ + + + =
+ + + + =
L &
M
L &
L &
2 2 1 1
2 2 2 22 1 21
1 1 2 12 1 11
(2.2)
atau secara singkat:
( ) ( ) t f x t a x
i i
n
j
ij i
+ =

=1
& , . , , 2 , 1 n i L =

Sistem persamaan diferensial tak linier adalah persamaan yang terdiri
dari lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Sistem dari dua persamaan
diferensial tak linier dengan dua fungsi yang tak diketahui berbentuk:
( )
( ) y x G dy cx y
y x F by ax x
,
,
+ + =
+ + =
&
&
(2.3)
di mana 0 bc ad
Dalam menyelesaikan sistem persamaan diferensial linier dan sistem
persamaan diferensial tak linier dapat juga menggunakan metode eksplisit yang
diperluas sesuai dengan tingkat kesukaran, yaitu dengan metode eliminasi
(metode penyelesaian sistem persamaan diferensial dalam dua fungsi yang tak
diketahui dan dengan koefisien konstan) dan metode matriks (metode
penyelesaian sistem persamaan diferensial dalam n buah fungsi yang tak diketahui
dan dengan koefisien konstan). Persamaan diferensial tak linier dan sistem
persamaan diferensial tak linier seringkali muncul dalam penerapan. Tetapi, hanya
beberapa tipe persamaan diferensial linier dan persamaan diferensial tak linier
(sebagai contoh: terpisah, homogen, eksak) yang dapat diselesaikan secara
eksplisit. (Amaliyah, 2007: 11 - 12)

D. Kestabilan Titik Kritis dari Sistem Otonomous
Suatu sistem persamaan diferensial yang berbentuk:
) , (
.
y x f x = , ) , (
.
y x g y = (2.4)
di mana fungsi-fungsi f dan g bebas dari waktu disebut Sistem otonomous.

Sebuah titik (x
0
, y
0
) merupakan titik kritis (atau titik kesetimbangan) dari
Sistem (2.4) jika f(x
0
, y
0
) = 0 dan g(x
0
, y
0
) = 0. Karena turunan suatu konstanta
sama dengan nol, akibatnya jika titik (x
0
, y
0
) merupakan titik kritis dari (2.4),
maka sepanjang fungsi konstan
x(t) x
0
, y(t) y
0
(2.5)
merupakan penyelesaian dari (2.8) untuk semua t.
Jika setiap penyelesaian dari (2.4) yang memulai cukup dekat dengan
penyelesaian (2.5) pada t = 0 akan tetap dekat dengan (2.5) untuk seluruh waktu t
> 0 berikutnya, maka penyelesaian (2.5) atau titik kritis (x
0
, y
0
), disebut stabil.
Definisi 7:
Titik kritis (x
0
, y
0
) atau penyelesaian konstan (2.5) dari Sistem (2.4)
disebut stabil jika untuk setiap bilangan positif ada suatu positif
demikian sehingga setiap penyelesaian (x(t), y(t)) dari (2.4) yang pada t
= 0 memenuhi
[x(0) x
0
]
2
+ [y(0) y
0
]
2
< (2.6)
ujud dan memenuhi
[x(t) x
0
]
2
+ [y(t) y
0
] < (2.7)
untuk semua t > 0. (Finizio/Ladas, 1982: 291)
Definisi 8:
Sebuah titik kritis (x
0
, y
0
) atau penyelesaian konstan (2.5) disebut stabil
asimtotis jika titik itu stabil dan jika sebagai tambahan ada
0
demikian
sehingga setiap penyelesaian (x(t), y(t)) dari (2.4) yang pada t = 0
memenuhi

[x(0) x
0
]
2
+ [y(0) y
0
]
2
<
0
(2.8)
ujud untuk semua t > 0 dan memenuhi
0
) ( lim x t x
t
=

,
0
) ( lim y t y
t
=

(2.9)
(Finizio/Ladas, 1982: 291)
Definisi 9:
Sebuah titik yang tidak stabil disebut takstabil.
(Finizio/Ladas, 1982: 291)
Contoh 3:
Buktikan bahwa titik kritis (0,0) dari sistem
y x =
.
, x y =
.
(2.10)
adalah stabil. Stabilkah asimtotikkah titik ini?
Penyelesaian Akan diterapkan definisi 1. misalkan diberikan . Pilih
Setiap penyelesaian dari (2.10) yang berbentuk
( ) t c t c t x sin cos
2 1
+ =
( ) t c t c t y cos sin
2 1
=
dengan c
1
dan c
2
konstanta sebarang. Di sini x
0
= y
0
= 0, x(0) = c
1
, dan y(0) = - c
2
.
harus dibuktikan bahwa (2.6) menyatakan (2.7). Benarlah, c
1
2
+ c
2
2
<
menyatakan bahwa
( ) ( ) = < + = + +
2
2
2
1
2
2 1
2
2 1
cos sin sin cos c c t c t c t c t c (2.11)
dan lengkaplah bukti bahwa titik kritis (0,0) dari sistem (2.10) adalah stabil. Dari
persamaan (2.11) diketahui bahwa trayektori dari sistem (2.10) merupakan
lingkaran-lingkaran yang berpusat di titik kritis (0,0). Jadi, lingkaran-lingkaran itu

tidak menghampiri titik kritis bila t . Ini berarti persamaan (2.9) tidak
berlaku. Karena itu, (0,0) bukan titik kritis dari (2.10) yang stabil asimtotis.
Contoh 4:
Buktikan bahwa titik kritis (0,0) dari sistem
x x =
.
, y y =
.
(2.12)
adalah stabil asimtotis.
Penyelesaian Pertama harus dibuktikan bahwa (0,0) adalah stabil. Misalkan
diberikan Pilih . Penyelesaian umum dari (2.12) berbentuk
( )
t
e c t x

=
1
, ( )
t
e c t y

=
2
,
dengan c
1
dan c
2
konstanta sebarang. Di sini x
0
= y
0
= 0, x(0) = c
1
, dan y(0) = c
2
.
Kembali harus dibuktikan bahwa (2.6) menyatakan (2.7). Benarlah, c
1
2
+ c
2
2
<
menyatakan bahwa
( ) ( ) ( ) = < + + = +
2
2
2
1
2 2
2
2
1
2
2
2
1
c c e c c e c e c
t t t

Jadi, titik (0,0) adalah stabil. Karena (untuk sebarang c
1
dan c
2
)
( ) 0 lim lim
1
= =


t
t t
e c t x , ( ) 0 lim lim
2
= =


t
t t
e c t y ,
maka titik kritis (0,0) adalah stabil asimtotis.
Contoh 5:
Buktikan bahwa titik kritis (0,0) dari sistem
y x x 4 3
.
+ = , y x y 3 2
.
+ = (2.13)
adalah takstabil.

Penyelesaian Andaikan titik (0,0) stabil, maka untuk akan ada suatu
demikian sehingga (2.6) menyatakan (2.7). Perhatikan bentuk penyelesaian
dari (2.16) berikut
( )
t
e t x
2

= , ( )
t
e t y
2

=
Di sini x
0
= y
0
= 0, x(0) = y(0) = 2 , dan karena itu persamaan (2.6) dipenuhi.
Tetapi, persamaan (2.7) menjadi

<
t
e
2
2

yang tidak benar untuk semua t > 0. Jadi, (0,0) adalah titik kritis takstabil dari
sistem (2.13)
Stabilitas berarti bahwa perubahan kecil dalam syarat awal hanya
menyebabkan pengaruh kecil pada penyelesaian, kestabilan asimtotis berarti
bahwa pengaruh dari suatu perubahan kecil cenderung menghilang samasekali,
sedang ketakstabilan berarti bahwa suatu perubahan kecil dalam syarat awal
mempunyai pengaruh besar pada penyelesaian.
Sistem otonomous (2.4) linier dengan koefisien konstan, bila:
by ax x + =
.
, dy cx y + =
.
(2.14)
dengan a, b, c, dan d konstanta-konstanta, kita dapat memperoleh penyelesaian
secara eksplisit. Dimisalkan bahwa ad bc 0. Maka titik (0, 0) adalah satu-
satunya titik kritis dari (2.14). Penyelesaian dari sistem (2.14) berbentuk:
kt
Ae x = ,
kt
Be y = ,
di mana merupakan akar dari persamaan karakteristiknya:

( ) 0
2
= + + bc ad d a (2.15)
Sifat stabilitas titik kritis (0,0) dari sistem (2.15) hampir seluruhnya tergantung
pada akar-akar dari persamaan (2.15).
Teorema 1:
a) Titik kritis (0,0) dari Sistem (2.14) stabil, jika dan hanya jika, kedua akar dari
persamaan (2.15) adalah riil dan negatif atau mempunyai bagian riil tak
positif
b) Titik kritis (0,0) dari sistem (2.14) stabil asimtotis, jika dan hanya jika, kedua
akar dari persamaan (2.15) adalah riil dan negatif atau mempunyai bagian riil
yang negatif
c) Titik kritis (0,0) dari sistem (2.14) takstabil, jika salah satu (atau kedua) akar
dari persamaan (2.15) riil dan positif atau jika paling sedikit satu akar
mempunyai bagian riil yang positif
Jika sistem (2.4) berbentuk:
( ) y x F by ax x ,
.
+ + = ( )
) , (
.
y x G dy cx y + + = , (2.16)
dengan ad bc 0 dan F(0, 0) = G(0, 0) = 0. [Jadi, (0, 0) merupakan titik kritis
dari (2.16)]. Selanjutnya, andaikan bahwa fungsi-fungsi F dan G kontinu dan
mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu di dekat titik asal (0,0), dan
bahwa:
0
) , (
lim
) , (
lim
2 2
0
0 2 2
0
0
=
+
=
+

y x
y x G
y x
y x F
y
x
y
x
(2.17)

syarat (2.17) berarti bahwa sistem linier (2.14) merupakan hampiran yang baik
dari sistem (2.16). Maka berlaku:
Teorema 2:
a) Titik kritis (0,0) dari sistem tak linier (2.16) adalah stabil asimtotis jika titik
kritis (0,0) dari Sistem yang dilinierkan (2.14) adalah stabil asimtotis
b) Titik kritis (0,0) dari sistem tak linier (2.16) adalah tak stabil jika titik kritis
(0,0) dari sistem (2.14) adalah tak stabil.
Contoh 6:
Buktikan bahwa titik kritis (0,0) dari sistem tak linier
( )
2 2
.
y x y x x + + + =
( )
2
3
2 2
.
2 y x y y + = (2.18)
adalah stabil asimtotis
Penyelesaian Di sini a = -1, b = 1, c = 0, d = -2, dan ad bc = 2 0.
( ) ( ). ,
2 2
y x y x F + = ( ) ( )
2
3
2 2
, y x y x G + = , dan ( ) ( ) 0 0 , 0 0 , 0 = = G F . Jelaslah,
syarat (2.17) dipenuhi. Sistem yang menjadi linier adalah
y x x + =
.
, y y 2
.
= (2.19)
persamaan karakteristik dari sistem (2.19) adalah 0 2 3
2
= + + . Akar-akarnya
adalah 1
1
= dan 2
2
= . Karena akar-akar itu keduanya negatif, titik (0,0)
merupakan titik kritis stabil asimtotis dari (2.19). Jadi, menurut Teorema 2(a),
titik (0,0) juga nerupakan titik kritis stabil asimtotis dari sistem tak linier (2.18).



Contoh 7:
Buktikan bahwa titik kritis (0,0) dari sistem tak linier
2 2
.
4 3 y x y x x + + =
xy y x y + = 3 2
.
(2.20)
adalah takstabil.
Penyelesaian Di sini a = -3, b = 4, c = -2, d = 3, dan ad bc = -1 0.
( ) ( ). ,
2 2
y x y x F = ( ) xy y x G = , , dan ( ) ( ) 0 0 , 0 0 , 0 = = G F . x dan y dinyatakan
dalam koordinat polar x = r cos , y = r sin , (x mendekati 0 dan y mendekati 0
sepadan dengan r mendekati 0). Maka
( ) ( )
0 2 cos
sin cos ,
2 2 2
2 2
=

=
+


r
r
r
y x
y x F
bila r mendekati 0
dan

( )
0 sin cos
sin cos ,
2
2 2
= =
+


r
r
r
y x
y x G
bila r mendekati 0.
Jadi, syarat (2.17) dipenuhi. Sistem yang menjadi linier adalah
y x x 4 3
.
+ =
y x y 3 2
.
+ = (2.21)
Persamaan karakteristik dari sistem (2.21) adalah 0 1
2
= . Akar-akarnya adalah
1
1
= dan 1
2
= . Karena salah satu akarnya positif, titik (0,0) adalah titik kritis
takstabil dari (2.21). Menurut Teorema 2(b), titik (0,0) juga merupakan titik kritis
takstabil dari sistem tak linier (2.20). (Finizio/Ladas, 1982: 294)


E. Persamaan Logistik
Model pertumbuhan populasi mengasumsikan bahwa laju pertumbuhan
populasi terhadap waktu berbanding lurus dengan jumlah populasi yang ada
(Boyce, 1992 dan Haberman, 1998). Misalkan n N(t) menyatakan jumlah populasi
pada saat t dan diketahui bahwa jumlah populasi saat t = t
0
adalah N
0
, maka
model matematikanya dapat dituliskan:
N R
dt
dN
0
= , di mana R
0
konstan (2.22)
N(t
0
) = N
0
(2.23)
Model ini merupakan persamaan diferensial yang mempunyai solusi:
( )
( )
0 0
0
t t R
e N t N

= (2.24)
Dengan asumsi ini didapatkan solusi yang berbentuk fungsi eksponen.
Oleh karenanya, model ini sering disebut sebagai model pertumbuhan
eksponensial (exponential growth models). Asumsi (2.22) seringkali dituliskan
juga dalam bentuk:
0
1
R
dt
dN
N
= (2.25)
yaitu laju pertumbuhan populasinya konstan.
Jika solusi (2.24) ditampilkan dalam bentuk grafik, maka didapatkan dua
grafik berikut (Gambar 2.1)



Gambar 2.1 Grafik Pertumbuhan Eksponensial
(sumber: Purnomo, Model Pertumbuhan Populasi Dengan Memodifikasi Model
Pertumbuhan Logistik, 2000)


Dari grafik di atas jelas bahwa untuk R
0
> 0 diperoleh ( ) =

t N
t
lim . Jika
hasil ini dikaitkan dengan jumlah suatu populasi, maka akan menimbulkan
pertanyaan: dapatkah suatu populasi berkembang sampai pada jumlah tak-hingga?
Sedangkan, untuk R
0
< 0 akan didapatkan ( ) 0 lim =

t N
t
, yang mana jika dikaitkan
dengan jumlah populasi nampaknya hasil ini cukup logis. Suatu populasi akan
mendekati kepunahan (akan habis) jika laju pertumbuhannya negatif.
Namun demikian, Fulford (1997) sebenarnya telah menjawab sebagian
keraguan di atas. Model pertumbuhan eksponensial di atas dapat dipakai secara
cukup meyakinkan. Dengan mengambil logaritma pada kedua ruas persamaan
(2.24) didapat:

( ) t R t R N In InN
0 0 0 0
+ =
yang mana pada sumbu ln N dan t, grafik ini berupa garis lurus. Ternyata, untuk
suatu periode observasi tertentu, fungsi dari jumlah bakteri E. coli dalam suatu
medium yang mengandung glukosa sebagai nutrisinya mendekati persamaan garis
lurus ini.
Proses linierisasi (dari fungsi eksponen menjadi fungsi linier) seperti
yang disebutkan oleh Fulford tersebut secara matematis masih perlu
dipertanyakan karena secara implisit sebenarnya terjadi manipulasi dengan
memperkecil simpangan dari data sebenarnya.
Model pertumbuhan lain yang lebih valid adalah model pertumbuhan
logistik (logistic growth models). Dengan menggunakan kaidah logistik (logistic
law) bahwa persediaan logistik ada batasnya, model ini mengasumsikan: pada
masa tertentu jumlah populasi akan mendekati titik kesetimbangan (equilibrium).
Pada titik ini jumlah kelahiran dan kematian dianggap sama, sehingga grafiknya
akan mendekati konstan (zero growth).
Model pertumbuhan logistik menurut Fulford (1997) dapat diturunkan
dengan menggunakan asumsi (lihat Gambar 2):
a. Laju pertumbuhan populasi
dt
dN
N
1
pada saat N = 0 adalah k (bernilai konstan)
b. Laju pertumbuhan ini menurun secara linier dan bernilai 0 saat N = K.



Gambar 2.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi
(sumber: Purnomo, Model Pertumbuhan Populasi Dengan Memodifikasi Model
Pertumbuhan Logistik, 2000)


Boyce (1992) menyebut nilai k dengan istilah laju pertumbuhan intrinsik
(intrinsic growth rate), yaitu nilai yang menggambarkan daya-tumbuh suatu
populasi. Dalam hal ini diasumsikan k > 0, yaitu mengingat setiap populasi
memiliki potensi untuk berkembang biak.
Dari asumsi di atas dapat diturunkan suatu model pertumbuhan populasi
yang disebut sebagai model pertumbuhan logistik, yaitu:
N
K
k
k
dt
dN
N
=
1

atau

=
K
N
kN
dt
dN
1 (2.26)
(Purnomo, 2000: 21 24)

F. Metode Numerik untuk Persamaan Diferensial
Persamaan diferensial biasa mendeskripsikan bagaimana tingkat
perubahan variabel dalam suatu Sistem dipengaruhi oleh variabel-variabel di
dalam Sistem itu sendiri dan juga pengaruh dari luar, yaitu input. Dalam kasus-
kasus di mana persamaan sukar diselesaikan secara anaitis, maka lebih mudah
untuk menyelesaikannya secara numerik. (Arhami dan Desiani, 2005: 131).
Metode penyelesaian numerik tidak ada batasan mengenai bentuk
persamaan diferensial. Penyelesaian berupa tabel nilai-nilai numerik dari fungsi
untuk berbagai variabel bebas. Penyelesaian suatu persamaan diferensial
dilakukan pada titik-titik yang ditentukan secara berurutan. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih teliti maka jarak (interval) antara titik-titik yang berturutan
tersebut dibuat semakin kecil.
Ada beberapa metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan
persamaan diferensial, akan tetapi penyusun menggunakan metode Runge-Kutta.
Metode ini memberikan ketelitian hasil yang lebih besar dan tidak memerlukan
turunan dari fungsi. Bentuk umum dari metode Runge-Kutta adalah:
( ) x x y x y y
i i i i
+ =
+
, ,
1

dengan ( ) x y x
i i
, , adalah fungsi pertambahan yang merupakan kemiringan
rerata pada interval. Fungsi pertambahan dapat ditulis dalam bentuk umum:
n n
k a k a k a + + + = L
2 2 1 1

dengan a adalah konstanta dan k adalah:
( )
i i
y x f k ,
1
=
( ) x k q y x p x f k
i i
+ + =
1 11 1 2
,

( ) x k q x k q y x p x f k
i i
+ + + =
2 22 1 21 2 3
,
M
( ) x k q x k q x k q y x p x f k
n n n n n i n i n
+ + + + + =
1 1 , 1 2 2 , 1 1 1 , 1 1
, L
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai k mempunyai hubungan
berurutan. Nilai k
1
muncul dalam persamaan untuk menghitung k
2
, yang juga
muncul dalam persamaan untuk menghitung k
3
, dan seterusnya. Hubungan yang
berurutan ini membuat metode Runge-Kutta adalah efisien dalam hitungan.
(Bambang, 2002: 182 184)
Ada beberapa tipe metode Runge-Kutta yang tergantung pada nilai n
yang digunakan. Untuk n =1 disebut metode Runge-Kutta orde satu, namun dalam
penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan metode Runge-Kutta orde 4.
Adapun bentuk dari metode Runge-Kutta orde 4 adalah:
( )
i i
y x hf k ,
1
=

+ + =
2
,
2
1
2
k
y
h
x hf k
i i

+ + =
2
,
2
2
3
k
y
h
x hf k
i i

( )
3 4
, k y h x hf k
i i
+ + =
( )
4 3 2 1 1
2 2
6
1
k k k k y y
i n
+ + + + =
+
(2.27)
(Karris, 2004: 9-6)
Untuk memudahkan proses perhitungan, pembahasan dalam skripsi ini
menggunakan software MATLAB untuk menyelesaikan sistem persamaan
diferensial dengan metode Runge-Kutta orde 4.

G. Model Matematika
Dalam bagian ini disajikan proses formulasi fenomena/kelakuan dunia
nyata dalam bentuk matematika. Matematika yang kita gunakan adalah persamaan
diferensial. Langkah dalam pemodelan masalah dunia nyata diilustrasikan dalam
diagram berikut:



Gambar 2.3 Langkah dalam pemodelan matematika
(sumber: Baiduri, Persamaan Diferensial & Matematika Model, 2002)

Selanjutnya, langkah-langkah pemodelan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langkah 1: Identifikasi masalah
Pemodel harus mempunyai kemampuan yang cukup dalam formulasi
verbal agar masalah bisa ditranslasikan ke dalam bahasa matematika. Translasi ini
akan terus diselesaikan pada langkah berikutnya.
Langkah 2: Membuat asumsi
Secara umum kita tidak bisa mengharap bahwa semua faktor yang
berpengaruh pada peristiwa yang sedang kita amati dapat dimodelkan dengan
1.Memformulasikanmodelreal
(identifikasimasalah)
2.Asumsiuntuk
model
3.Memformulasikan
masalah
6.Validitas
model
5.Interpretasi
solusi
4.Menyelesaikan
masalah

matematika. Hal ini disederhanakan dengan mereduksi banyaknya faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian yang sedang diamati sehingga kompleksitas
persoalan bisa direduksi dengan mengasumsikan hubungan sederhana antara
variabel. Asumsi di sini dibagi dalam dua kategori utama:
a) Klasifikasi model
Apa yang mempengaruhi tingkah laku pengamatan pada Langkah 1. Hal ini
diidentifikasi sebagai variabel, baik berupa variabel bebas maupun variabel
terikat. Dalam model akan dijelaskan variabel terikat dan sisanya sebagai
variabel bebas. Kita juga boleh memilih variabel mana yang mesti diabaikan.
b) Menentukan interelasi antara variabel yang terseleksi untuk dipelajari
Sebelum kita membuat hipotesa tentang relasi antara variabel, secara umum
kita membuat beberapa penyederhanaan tambahan. Persoalan mungkin cukup
kompleks bahwa relasi antar semua variabel tidak bisa dilihat secara
permulaan. Dalam kasus ini kita biasanya membuat submodel. Di sini satu
atau lebih variabel bebas dipelajari secara terpisah. Perlu diperhatikan bahwa
submodel ini terintegral terhadap asumsi yang dibuat pada model utama.
Langkah 3: Menyelesaikan dan menginterpretasi model
Sekarang kita perhatikan semua submodel untuk melihat apakah model
yang disusun sudah cukup. Selanjutnya model tersebut akan diselesaikan secara
matematika. Dalam hal ini model yang kita gunakan dan penyelesaiannya
menggunakan persamaan diferensial. Seringkali di sini kita mengalami kesulitan
untuk menyelesaikan dan menginterpretasi model. Dalam kondisi ini kita kembali
ke Langkah 2 dan membuat asumsi sederhana tambahan atau kembali ke Langkah

1 untuk membuat definisi ulang dari permasalahan. Penyederhanaan atau definisi
ulang sebuah model merupakan bagian yang penting dalam model matematika.
Langkah 4: Verifikasi model
Sebelum menggunakan model untuk menyimpulkan kejadian dunia
nyata, model tersebut mesti diuji. Ada beberapa pertanyaan yang diperlukan yang
diajukan sebelum melakukan uji dan mengumpulkan data. Pertama, apakah model
menjawab masalah yang telah diidentifikasi pada Langkah 1 atau apakah kita
menyimpang dari isu utama seperti yang dikonstruksi dalam model? Kedua,
bisakah kita mengumpulkan data untuk menguji dan mengoperasikan model dan
apakah model memenuhi syarat bila diuji? Dalam mendesain sebuah tes untuk
model yang kita buat, kita sebaiknya menggunakan data aktual yang diperoleh
dari observasi empirik. (Baiduri, 2002: 15 - 17)

H. Radang
Radang adalah reaksi awal dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu
rangsang atau injury (cidera atau jejas). Keadaan ini bukanlah suatu penyakit
namun merupakan manifestasi adanya penyakit. Reaksi ini merupakan upaya
pertahanan tubuh baik untuk menghilangkan penyebab jejas maupun akibat jejas,
misalnya sel atau jaringan yang nekrotik. Tanpa reaksi radang maka penyebab
jejas misalnya kuman akan menyebar ke seluruh tubuh atau suatu luka tidak akan
sembuh.
Reaksi radang akan diikuti oleh upaya pemulihan jaringan, yaitu upaya
penggantian sel parenkim yang rusak dengan sel baru melalui regenerasi atau

menggantinya dengan jaringan ikat. Reaksi radang akan berhenti bila penyebab
dapat dimusnahkan.
Berdasarkan penyebabnya, radang terbagi dalam dua golongan, yaitu:
1. Benda mati
a. Rangsang fisis, contohnya trauma, benda asing, rangsang panas atau
dingin yang berlebihan, tekanan, listrik, sinar matahari, sinar rontgen, dan
radiasi,
b. Rangsang kimia, contohnya asam dan basa yang kuat, juga keracunan
obat.
2. Benda hidup. Contohnya: kuman patogen, bakteri, parasit, dan virus. Selain
itu juga ada reaksi imunologi dan gangguan vaskular serta hormonal yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Benda hidup, kuman, dan parasit mengiritasi jaringan melalui zat kimia
yang dilepaskan atau diproduksi berupa toksin, dan juga bertindak sebagai
rangsang mekanis akibat adanya benda tersebut dalam sel atau jaringan.
Pengetahuan tentang radang berkembang sejalan dengan perkembangan
ilmu kedokteran. Dua ribu tahun yang lalu, Cornelius Celsus telah menulis
tentang tanda-tanda pokok radang (tanda kardinal), antara lain:
1. Rubor (merah), disebabkan karena adanya hiperemia aktif karena
bertambah vaskularisasi di daerah cidera tersebut,
2. Kalor (panas), disebabkan karena hiperemia aktif,
3. Tumor (bengkak), sebagian disebabkan karena hiperemia aktif dan
sebagian lagi disebabkan karena edema setempat serta stasis darah,

4. Dolor (sakit), disebabkan karena terangsangnya serabut saraf pada daerah
radang. Belum jelas apakah karena adanya edema ataukah karena iritasi
zat kimia yang terlepas, misalnya asetilkolin dan histamin. Tetapi
sesungguhnya rasa nyeri ini mendahului proses radang. Hal ini mungkin
karena terbentuknya suatu zat oleh sel mast. Zat ini berguna untuk
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah. Bahan lain yang
berperan penting adalah bradikinin, di mana jika seorang disuntik
bradikinin tidak murni, zat ini akan menyebabkan rasa nyeri pada
permukaan kulit sebelum terjadi migrasi sel darah putih,
5. Kemudian oleh Galen, ditambahkan fungtio laesa, yaitu berkurangnya
fungsi karena adanya rasa sakit akibat saraf yang terangsang sehingga
bagian organ tubuh tidak berfungsi. Penyebab lain penurunan fungsi tubuh
adalah edema.
Tanda utama dari radang ini disebut juga Cardinal Symptom dan
disebabkan oleh perubahan pembuluh darah. (Sudiono, dkk, 2003: 81 - 82)
Rukmini (2002) dalam Sudarto (2002: 85 - 95) mengatakan bahwa jenis
radang dapat dibagi atas radang akut dan radang kronik. Pada radang akut proses
berlangsung singkat beberapa menit hingga beberapa hari, dengan gambaran
utama eksudasi cairan dan protein plasma serta emigrasi sel leukosit terutama
neutrofil. Radang kronik berlangsung lebih lama dan ditandai adanya sel limfosit
dan makrofag serta proliferasi pembuluh darah dan jaringan ikat.
Dasar reaksi radang ialah suatu reaksi vaskuler dan reaksi seluler. Reaksi
(perubahan) vaskuler merupakan perubahan pada pembuluh darah, sedang reaksi

seluler ialah perubahan yang terjadi pada sel yang terlihat pada radang. Pada
penulisan skripsi ini, penulis memfokuskan pembahasannya pada radang akut.








Gambar 2.4 Bisul di kulit, menunjukkan karakteristik dari radang, yaitu kemerah-
merahan dan bengkak. Warna hitam di sekitar jaringan nekrotik mengelilingi
bagian pusat yang bernanah
(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Inflammation#Acute_inflammation)












I. Radang akut






Gambar 2.5 Kuku jari kaki tumbuh ke dalam yang kemudian terkena infeksi
menunjukkan karakteristik kemerah-merahan dan bengkak yang merupakan
karakteristik dari radang akut
(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Inflammation#Acute_inflammation)


1. Perubahan vaskuler pada radang akut
Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah, dapat dipelajari dengan
baik, dengan menggunakan pembuluh darah yang transparan.
Urutan peristiwa yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula akan terjadi vasokonstriksi yaitu penyempitan pembuluh darah
terutama pembuluh darah kecil (arteriol). Proses ini hanya berlangsung
beberapa detik sampai beberapa menit bergantung kepada kerasnya
rangsang. Pada luka bakar misalnya, vasokonstriksi dapat berlangsung
sampai beberapa menit,
2. Kemudian akan terjadi vasodilatasi yang dimulai dari pembuiluh arteriol
yang tadinya menyempit lalu diikuti oleh bagian lain pembuluh darah itu.
Akibat dilatasi ini, maka aliran darah akan bertambah sehingga pembuluh

darah itu penuh berisi darah dan tekanan hidrostatiknya meningkat, yang
selanjutnya dapat menyebabkan keluarnya cairan plasma dari pembuluh
darah itu,
3. Aliran darah menjadi lambat. Karena permiabilitas kapiler juga bertambah,
maka cairan darah dan protein akan keluar dari pembuluh darah dan
mengakibatkan darah menjadi kental. Pembuluh darah yang melebar itu
tampak penuh dengan sel darah (hiperemia),
4. Marginasi leukosit. Leukosit bergerak mendekati dinding pembuluh darah
dan akhirnya melekat pada sel endotel. Kemudian akan terjadi emigrasi
yaitu leukosit keluar dari pembuluh darah.
Keseluruhan proses ini sebenarnya terjadi akibat adanya zat kimia yang
menyerupai histamin dan zat prostaglandin.
Peningkatan permiabilitas terjadi pada pembuluh darah kecil yaitu
pembuluh kapiler, arteriol dan vena kecil. Akibat peninggian permiabilitas ini,
maka akan terjadi proses eksudasi yaitu proses keluarnya cairan plasma dan
protein dari pembuluh darah.
Cairan yang telah keluar dari pembuluh darah ini, tidak mudah masuk
lagi ke dalam pembuluh seperti halnya pada keadaan normal. Hal ini disebabkan
karena tekanan osmosis di luar pembuluh darah makin tinggi sedangkan tekanan
hidrostatika makin rendah.
2. Perubahan seluler pada radang akut
Salah satu tanda terpenting radang akut adalah terjadinya emigrasi sel
radang yang berasal dari darah. Pada fase awal yaitu dalam 24 jam pertama, sel

yang paling banyak bereaksi ialah sel neutrofil atau leukosit polimorfonukleus
(PMN).
Sesudah fase awal yang bisa berlangsung sampai 48 jam, mulailah sel
makrofag dan sel yang berperanan dalam Sistem kekebalan tubuh seperti limfosit
dan sel plasma bereaksi.
Leukosit polimorfonukleus berfungsi menelan dan merusak bakteri,
kompleks imun dan debris yang berasal dari jaringan yang nekrotik. Selain itu
leukosit juga dapat mengeluarkan enzim dan radikal beracun yang dapat
menyebabkan makin luasnya reaksi radang atau makin banyaknya kerusakan
jaringan.
a. Jenis sel yang terlibat dalam radang
1. Neutrofil
Merupakan primadona pada radang akut, dijumpai pada abses dan
empiema serta akan mengakibatkan leukositosis. Melalui diapedesis sel
neutrofil keluar dari pembuluh darah menuju ke lokasi jaringan yang cedera
secara kemotaksis. Sel inilah yang paling dahulu tiba di tempat cedera.
Fungsi utama neutrofil ialah fagositosis bakteri dan destruksi sel
dengan enzim lisosomal.
2. Basofil
Sel basofil mengandung granula. Granula ini mengandung histamin
dan heparin. Sel basofil ini berperan juga pada reaksi hipersensitifitas.
3. Eosinofil

Menghasilkan antihistamin dan berperan untuk mencegah reaksi
hipersensitif. Jumlah eosinofil akan meningkat pada keadaan alergi atau
infeksi parasit. Eosinofil mempunyai sifat fagositosis walaupun ringan.
4. Sel mast
Mempunyai fungsi mirip basofil dan merupakan sel jaringan ikat yang
terletak dekat pembuluh darah kecil. Sel mast menghasilkan histamin, heparin.
5. Makrofag
Dijumpai pada alveoli, pleura, peritoneum, sebagai sel Kupffer di hati,
histiosit jaringan ikat, sel mesangial ginjal, makrofag tetap dan makrofag yang
menyebar pada kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang.
Makrofag berasal dari sumsum tulang yang dilepas dalam pembuluh
darah dan kemudian menyebar ke berbagai organ. Mobilisasi makrofag dari
sumsum tulang dapat segera terjadi tiap saat bila diperlukan.
Fungsi makrofag ialah:
a. Endositosis
- Pada fagositosis membran sitoplasma akan mengelilingi partikel dan
membentuk vakuol intraseluler
- Pinositosis. Membran sel mengelilingi cairan ekstraseluler serta partikel
b. Pencernaan partikel yang dikelilinginya
- Enzim lisosome makrofag mempunyai zat yang bersifat degradatif mirip
seperti yang dijumpai pada neutrofil
- Fungsi antimikroba terbaik pada organisme intraseluler atau yang
berkapsula seperti mikoplasma, salmonela, kriptokokus.

c. Opsonisasi. Makrofag mempunyai reseptor permukaan untuk
imunoglobulin G (IgG), molekul dan untuk komplemen komponen C3b.
Fungsi imunologik makrofag:
Makrofag merupakan unsur penting Sistem imun. Keterlibatan awal
dilakukan dengan memulai respon imun dan reinteraksi dengan sel limfosit T.
a. Mengaktifkan sel T
Pada waktu fagositosis maka makrofag akan mengolah komponen
antigen benda asing dalam vakuolnya. Kemudian makrofag akan
menampilkan antigen yang telah diproses itu pada sel T melalui molekul
major histocompability complex (MHC), yang terletak di permukaan
makrofag. Gabungan antigen yang telah diproses serta MHC dibutuhkan
untuk mengaktifkan sel T. Makrofag menghasilkan interleukin 1 (IL-1)
merupakan zat yang diperlukan untuk menstimulasi sel T untuk
menghasilkan interleukin 2 (IL-2).
b. Mengaktifkan makrofag
Sel T yang telah diaktifkan akan mengakibatkan mobilisasi dan
mengaktifkan makrofag dengan mengeluarkan limfokin.
c. Aktifasi sel B
Aktifasi sel B dibantu oleh adanya helper-inducer T cells yang
akan mengadakan proliferasi akibat adanya IL-2.
6. Limfosit
Limfosit dijumpai pada berbagai jenis radang khususnya setelah
berkurangnya neutrofil. Limfosit berasal dari stem cell sumsum tulang. Stem

cell akan berdiferensiasi menjadi limfosit di organ limfoid primer, misalnya
dan sumsum tulang. Dari tempat ini limfosit bermigrasi menuju organ limfoid
sekunder yaitu limpa, kelenjar getah bening, sentrum germinativum berbagai
organ (misal tonsil, plak peyer, apendiks), dijumpai sebagai sel T dan sel B.
Sel T menghasilkan limfokin yang akan menarik sel tertentu misalnya
makrofag dan basofil yang berfungsi sebagai mediator non spesifik pada
radang.
Sel B akan berubah menjadi sel plasma yang menghasilkan
imunoglobulin. Imunogloblin berperan dalam Sistem imun sebagai antibodi
yang akan menetralkan toksin yang dihasilkan bakteri, melakukan opsonisasi,
dan mengakibatkan bakteriolisis dengan bantuan komplemen.

b. Mediator kimia pada radang
Pada proses radang, walaupun penyebabnya berbeda-beda, namun reaksi
yang terjadi sama. Hal ini dimungkinkan karena adanya zat mediator kimia yang
menentukan reaksi yang terjadi.
Aktifitas biologik mediator terjadi melalui pengikatan reseptor spesifik
pada sel target. Beberapa mediator mempunyai efek enzimatik langsung, misalnya
protease atau dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif.
Mediator dapat berasal dari plasma atau dari sel.
Mediator asal sel sumbernya ialah trombosit, neutrofil, monosit/makrofag dan sel
mast, dan dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu sebagai granula dalam sel yang siap

pakai dan entuk yang harus disintesis terlebih dahulu bila ada stimulus. Contoh
mediator siap pakai ialah histamin yang dihasilkan oleh sel mast.
Mediator ini dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Amin vasoaktif (vasoactive amine)
Zat ini ada dalam sel mast, basofil dan trombosit, dan akan keluar dari sel
apabila terjadi cedera, reaksi imunologik, reaksi anafilaksis dan lain
sebagainya.
Zat ini terutama berperan pada saat permulaan proses radang dan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah serta peninggian permiabilitas
pembuluh darah. Contohnya ialah histamin dan serotonin.
2. Metabolit yang berasal dari asam arakidonat
Zat yang berasal dari asam arakidonat misalnya prostaglandin, lekotren,
zat lipid yang bersifat kemotaktik. Pembentukan asam arakidonat akan
dihambat oleh obat-obat golongan steroid. Pembentukan prostaglandin
akan dihambat oleh obat-obat aspirin dan indomethacin.
Prinsip kerja zat-zat ini juga seperti zat lainnya, yaitu:
- vasokonstriksi,
- vasodilatasi,
- peningkatan permiabilitas,
- kemotaksis.
3. Limfokin merupakan zat aktif hasil sel-T akibat reaksi imunologik
Termasuk kelompok ini ialah interferon dan interleukin. Interferon
mempunyai kemampuan anti viral dan anti tumor.

4. Nitrogen monoksida (NO) merupakan mediator yang baru ditemukan,
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah, dihasilkan oleh sel endotel
dan makrofag,
5. Radikal bebas yang berasal dari oksigen
Zat-zat ini cenderung menimbulkan kerusakan pada jaringan karena zat-zat
ini dapat menyebabkan:
- kerusakan sel endotel yang secara tidak langsung akan menyebabkan
meningkatnya permiabilitas,
- tidak aktifnya antiprotease sehingga kerusakan jaringan akan makin
luas,
- meningkatnya proses kemotaksis.
Dalam keadaan normal, di dalam serum terdapat zat yang dapat mencegah
pengaruh radikal ini sehingga kerusakan jaringan tidak terjadi.
Mediator asal plasma ada dalam bentuk prekursor dan perlu diaktifkan untuk
dapat berfungsi.
Ada 2 Sistem yaitu Sistem kinin dan Sistem komplemen.
1. Sistem kinin
Sistem ini akan menghasilkan bradikinin dan proses fibrinlisis/koagulasi.
Bila plasma mengenai kolagen atau endotoksin, maka faktor Hageman
akan diaktifkan. Rangkaian akhir ialah terbentuknya bradikinin.
Bradikinin berperan mirip histamin. Yaitu meningkatkan permiabilitas
kapiler, vasokonstriksi otot polos dan vasodilatasi pembuluh darah. Nyeri
terutama diakibatkan oleh bradikinin. Faktor Hageman akan mengaktifkan

Sistem pembekuan darah, dengan hasil akhir yaitu fibrinogen yang diubah
menjadi fibrin. Pada proses ini terbentuk fibrinopeptida yang
mengakibatkan permiabilitas pembuluh darah meningkat dan aktifitas
kemotaktik leukosit. Proses fibrinolisis akan menyebabkan pembekuan
yang bermanfaat untuk menjerat kuman.
2. Sistem komplemen
Sistem komplemen akan membentuk C3a dan C5a serta C5b yang
mempunyai efek kemotaktik pada neutrofil. Efek lain ialah meningkatkan
permiabilitas pembuluh darah serta mempunyai peranan dalam fagositosis
berupa opsonisasi. (Sudarto, 2002: 89 - 95)

Tabel 2.1 Rangkuman Mediator Kimia pada Radang

Mediator Asal Peningkatan
Permiabilitas
Kemotaksis Sifat lain
Histamin dan
serotonin
Sel mast,
trombosit
+ -
Bradikinin Plasma + - Nyeri
C3a
C5a
Protein
plasma
melalui hati,
makrofag
+
+
-
+
Opsonisasi
Aktifasi
leukosit
Prostaglandin Sel mast dari
membran
fosfolipid
Meningkatkan
kemampuan
mediator lain
- Vasodilatasi,
nyeri, demam
Leukotrine B4 Leukosit - + Aktifasi adesi
leukosit
Radikal bebas
asal oksigen
Leukosit + + Kerusakan
endotel,
kerusakan
jaringan
Nitrogen
monoksida
Endotel,
makrofag
Vasodilatasi,
sitotoksis

(sumber: Kumar. Basic patholog edisi ke-6. 1999 dalam Sudarto, dkk. Patologi I
(Umum). 2002)

J. Pemodelan Matematika dalam Perspektif Islam
Pemecahan masalah dalam dunia nyata dengan matematika dilakukan
dengan mengubah masalah tersebut menjadi bahasa matematika. Masalah nyata
dalam kehidupan biasanya timbul dalam bentuk gejala-gejala yang belum jelas
hakikatnya. Kita masih harus membuang faktor-faktor yang tidak/kurang relevan,
mencari data-data dan informasi tambahan, lalu kita menemukan hakikat masalah
sebenarnya. Langkah ini dinamakan sebagai mengidentifikasi masalah. Langkah
selanjutnya setelah mengidentifikasi masalah, maka melalui beberapa
pendefinisian diadakan penerjemahan masalah ke bahasa lambang, yaitu
matematika. Penerjemahan ini disebut pemodelan matematika. Setelah model
matematika jadi, maka dicari alat yang dapat digunakan untuk menyelesaikannya.
Pemodelan inilah yang menjadi kunci dalam penerapan matematika. Memodelkan
masalah ke dalam bahasa matematika berarti menirukan atau mewakili objek yang
bermasalah dengan relasi-relasi matematis. Istilah faktor dalam masalah menjadi
peubah atau variabel dalam matematika. Pada hakikatnya, kerja pemodelan tidak
lain adalah abstraksi dari masalah nyata menjadi masalah (model) matematika.
(Fathoni, 2006)
Matematika pada dasarnya berkaitan dengan pekerjaan menghitung,
sehingga tidak salah jika matematika disebut ilmu hitung atau ilmu al-hisab.
Dalam urusan menghitung, Allah adalah rajanya. Allah sangat cepat dalam

menghitung dan sangat teliti (Abdusysyakir, 2007: 83). Alam semesta besarta
isinya diciptakan Allah dengan ukuran-ukuran yang sangat cermat dan teliti,
dengan perhitungan yang mapan dan dengan rumus-rumus serta persamaan yang
seimbang dan rapi. Sesuai dengan ayat Al-Quran yang berbunyi
$) . ` )=z )/
Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(QS. Al-Qomar, 54: 49)
Dalam perkembangannya, matematika dapat digunakan untuk
mengungkapkan suatu kejadian menjadi ungkapan yang sistematis. Salah satu
keajaiban Allah adalah telah ditemukan pemodelan-pemodelan matematika. Pada
hakikatnya manusia hanya mencari persamaan atau rumus-rumus yang berlaku
pada suatu fenomena. Bahkan telah ditemukan aturan-aturan yang sistematis pada
wabah seperti demam berdarah, malaria, flu burung, tuberkulosis dan lain
sebagainya.
Ahli matematika tidak dapat membuat rumus sedikitpun, mereka hanya
menemukan rumus atau persamaan. Albert Einstein tidak membuat rumus
2
mc e = tetapi dia hanya menemukan dan menyimbulkannya. Archimedes
menemukan hitungan mengenai volume benda melalui media air. Hukum
archimedes itu sudah ada sebelumnya dan dialah yang menemukan pertama kali
melalui hasil menelaah dan membaca ketetapan Allah. (Abdusysyakir, 2007: 80)
Pada pembahasan sebelumnya sudah didapatkan model matematika pada
radang akut. Dari model tersebut juga bisa digambarkan fenomena pengaruh

patogen dan kerusakan pada tingkat fagosit yang beristirahat diaktifkan. Juga
dipaparkan kerja dari fagosit yang merupakan sel pemakan yang sanggup menelan
dan menghancurkan patogen berupa bakteri dan benda asing lainnya. Dengan kata
lain, fagosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap pengaruh-
pengaruh yang merusak. Tidak bisa terbayangkan seandainya di dalam tubuh
manusia tidak terdapat sistem pertahanan atau kekebalan tubuh.
Ada makna tersendiri di balik kenyataan bahwa sistem yang sangat
mengagumkan umat manusia bahkan pada titik pemahaman ini ditempatkan pada
sebuah sel yang tidak memiliki kemampuan untuk berpikir dan bernalar. Ini
merupakan cerminan dari keunikan ciptaan Allah Yang Maha Mengetahui, pada
sel yang sangat kecil. Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa kemahabijaksanaan
Allah meliputi segalanya. (Yahya: 2004)
s` `/ = ) $/ $ . N9# {#
$m ?9# `9#
Artinya: "... mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah
tidak merasa lelah memelihara keduanya, dan Allah Maha-tinggi lagi
Mahabesar." (QS. Al Baqarah, 2: 255)
Pada radang akut dapat dicari suatu pemodelan matematika dengan
memperhatikan komponen-komponen yang menjadi penyebab radang akut
tersebut. Untuk menemukan suatu model ini diperlukan suatu usaha keras agar

dapat menemukan pemodelan yang diinginkan dan sesuai dengan keadaan yang
nyata. Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha
mempergunakan waktunya sebaik mungkin. Dengan adanya kesempatan tersebut
maka manusia akan mampu mengerjakan pekerjaan yang lebih bermanfaat.
Alangkah ruginya di saat menjalani sesuatu yang bermanfaat kemudian
disia-siakan. Manusia akan merugi jika diberikan modal maka modalnya
dihamburkan dengan sia-sia. Begitu juga manusia jika sudah diberi modal waktu,
kemudian waktunya dihambur-hamburkan, maka akan termasuk manusia yang
merugi.
Sebagaimana firman Allah:
`9# ) }# 9 z ) %!# #`# #= Ms=9# ##? ,s9$/
##? 99$/
Artinya: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan menjalankan amal
saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr: 1-3)


BAB III
PEMBAHASAN

Radang akut adalah reaksi awal dari tubuh terhadap pengaruh-pengaruh
yang merusak. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa disebabkan karena adanya
patogen, bakteri atau benda asing lainnya. Reaksi ini merupakan upaya pertahanan
tubuh baik untuk menghilangkan penyebab jejas maupun akibat jejas, misalnya
sel atau jaringan yang nekrotik. Tanpa reaksi radang maka penyebab jejas
misalnya patogen akan menyebar ke seluruh tubuh atau suatu luka tidak akan
sembuh.
Model yang direduksi dari respon radang akut terdiri dari sistem
persamaan diferensial tak linear yang tergantung pada variabel-variabel yang
menggambarkan level-level dari patogen (P), fagosit yang diaktifkan (N*) seperti
neutrofil yang diaktifkan, dan kerusakan jaringan (D). pertama kita membangun
model ini dengan mengingat dua variabel subsistem N*/P dan N*/D, kemudian
mengkombinasikan subsistem-subsistem ini ke bentuk sistem tiga variabel, yaitu:
1. Populasi patogen (P) terhadap waktu
2. Populasi fagosit ketika diaktifkan (N*) karena kehadiran patogen
3. Laju kerusakan jaringan (D) terhadap waktu
Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan digunakan untuk
membentuk model matematika, selanjutnya menentukan parameter-parameter
untuk memenuhi variabel-variabel tersebut. Adapun parameter-parameter yang

digunakan untuk membentuk model matematika adalah sebagai berikut (Reynolds
A, 2006: 222):
M(t) = populasi respon lokal non-spesifik pada waktu t
P(t) = populasi patogen pada waktu t
N*(t) = populasi fagosit yang diaktifkan pada waktu t
D(t) = kerusakan jaringan pada waktu t
k
pg
= laju pertumbuhan patogen
P

= populasi maksimum patogen


k
pm
= laju respon lokal non-spesifik (M) menghilangkan patogen
s
m
= sumber penghasil respon lokal non-spesifik

m
= laju kerusakan respon lokal non-spesifik
k
mp
= laju respon lokal non-spesifik dihabiskan patogen
k
pn
= laju fagosit yang diaktifkan mengkonsumsi patogen
s
nr
= sumber penghasil fagosit yang beristirahat

nr
= laju kerusakan fagosit yang beristirahat

n
= laju kerusakan fagosit yang diaktifkan
k
dn
= laju kerusakan maksimum yang diproduksi oleh fagosit yang diaktifkan

d
= laju pengurangan kerusakan, kombinasi perbaikan, resolusi dan regenerasi
jaringan
k
nn
= aktifasi fagosit yang beristirahat oleh fagosit yang diaktifkan sebelumnya
dan sitokin-sitokinnya
k
np
= aktifasi fagosit yang beristirahat oleh patogen
k
nd
= aktifasi fagosit yang beristirahat oleh kerusakan jaringan

s
dn
= menentukan level fagosit yang diaktifkan yang dibutuhkan untuk
menyebabkan kerusakan hingga setengah maksimumnya

A. Pembentukan Model Matematika Pada Radang Akut
Diasumsikan hanya ada satu patgen yang masuk menyerang tubuh.
Suatu individu normal dalam keadaan sehat, mempunyai kemampuan untuk
merespon dan memusnahkan infeksi-infeksi lokal karena patogen. Respon lokal
ini efektif dan dengan cepat memusnahkan patogen-patogen. Untuk menentukan
pemusnahan imun lokal non-spesifik terhadap patogen ini, diasumsikan reaksi-
reaksi dalam tabel 3.1, yaitu respon imun lokal non-spesifik dan patogen yang
digambarkan oleh variabel M dan P.

Tabel 3.1 Reaksi yang Menyertai Respon Imun Lokal (M) dan Patogen (P)

M + P
pm
k
M
P dihancurkan ketika bertemu M dengan laju k
pm

M + P
mp
k
P
M dihabiskan ketika bertemu P dengan laju k
mp


m
s
M
sumber penghasil M
M
m


kematian M


Dari reaksi dalam tabel 3.1, diperoleh permulaan persamaan berikut:
) ( ) ( ) (
) (
t P t M k t M s
dt
t dM
mp m m
= (3.1)

) ( ) (
) (
t P t M k
dt
t dP
pm
= (3.2)
Ketika patogen mulai menyerang tubuh, maka sistem kekebalan tubuh
yang dalam hal ini imun lokal non-spesifik akan melakukan reaksi (perlawanan)
terhadap patogen dan berusaha memusahkannya. Reaksi tersebut dinyatakan
dengan M(t), dan reaksi dari patogen ketika menyerang tubuh dinyatakan dengan
P(t).
Dengan sedikit melakukan manipulasi terhadap persamaan (3.1), yaitu
dengan memisalkan
( )
dt
t dM
sama dengan 0, maka diperoleh:
M(t) = ( ) ( ) t P k s
mp m m
+
Kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (3.2). Lebih lanjut, untuk
menggabungkan dinamika dari populasi patogen ke dalam model, digunakan
sebuah bagian pertumbuhan logistik,
( )

p P P k
pg
1
maka kita memperoleh persamaan patogen:
) (
) (
) (
1 ) (
) (
t P k
t P s k
p
t P
t P k
dt
t dP
mp m
m pm
pg
+

(3.3)
Selanjutnya, komponen kunci dari respon imun akut adalah pemusnahan
patogen oleh sel-sel imun fagositik, seperti aktifnya neutrofil dan makrofag.
Fagosit yang beristirahat diaktifkan oleh patogen dan oleh fagosit sebelumnya
diaktifkan melalui pengikatan endotoksin dan sitokin radang. Sekali diaktifkan,
fagosit menjadi efisien pada pemusnahan patogen. Ketika laju pertumbuhan
patogen rendah, fagosit yang diaktifkan mampu membersihkan patogen pada

individu normal. Tetapi, jika laju pertumbuhannya tinggi, patogen akan tetap
mempengaruhi infeksi meskipun adanya serangan dari fagosit yang diaktifkan.

Tabel 3.2 Reaksi-reaksi yang Menyertai Istirahat dan Diaktifkannya Fagosit

*
*
N N
N k P k
R
nn np

+

Aktifasi fagosit yang beristirahat (N
R
) diinduksi oleh
kehadiran patogen (P) dan oleh feedback positif dari
fagosit yang diaktifkan (N*) melalui sitokin radang
R
s
N
nr

sumber penghasil N
R


nr
R
N


kematian N
R


n
N

*
kematian N*


Dari reaksi-reaksi sistem yang ditunjukkan pada Tabel 3.2, diperoleh
persamaan-persamaan berikut:
) ( ) (
) (
1
t N R t N s
dt
t dN
R R nr nr
R
= (3.4)
) ( ) (
) (
*
1
*
t N t N R
dt
t dN
n R
= , di mana P k N k R
np nn
+ =
*
1
(3.5)
Ketika fagosit yang beristirahat bertemu dengan suatu perantara yang
mampu mengaktifkannya, bagaimanapun, proses aktifasinya cepat. Dengan
melakukan manipulasi terhadap persamaan (3.4), yaitu dengan memisalkan
( )
dt
t dN
R
sama dengan 0, maka diperoleh:

( )
1
R
s
t N
nr
nr
R
+
=


Kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (3.5) yang akan
menghasilkan persamaan:
) (
) (
*
1
1
*
t N
R
R s
dt
t dN
n
nr
nr

+
=
Ketika persamaan tersebut dikombinasikan dengan persamaan (3.3) yang
ditambahkan dengan term tambahan untuk menggambarkan konsumsi langsung
patogen oleh fagosit yang diaktifkan, maka diperoleh sistem (3.6) dan (3.7)
) ( ) (
) (
) (
) (
1 ) (
) (
*
t P t N k
t P k
t P s k
p
t P
t P k
dt
t dP
pn
mp m
m pm
pg

(3.6)
) (
) (
*
1
1
*
t N
R
R s
dt
t dN
n
nr
nr

+
= (3.7)
Ketika fagosit-fagosit yang diaktifkan bereaksi terhadap suatu infeksi,
kehadiran fagosit-fagosit ini dalam jaringan tidak hanya membunuh patogen,
tetapi juga mempunyai peran penting terhadap kerusakan jaringan. Kerusakan
jaringan membebaskan sitokin-sitokin radang, yang selanjutnya menyebabkan
pengaktifan fagosit. Ini merupakan interaksi timbal balik positif antara fagosit dan
kerusakannya juga ada dalam kehadiran patogen dan dapat digerakkan oleh
stimulus yang lain, seperti trauma jaringan.
Seperti dalam sistem (3.6) dan (3.7), persamaan (3.8) dalam sistem
tersebut diperoleh dengan mengingat sebuah sistem dari persamaan (3.4). Hanya
saja perbedaan antara persamaan N* (3.7) dan (3.8) muncul dalam aktifasi fagosit
yang beristirahat, yakni sekarang menggunakan D dari pada P. Bersamaan dengan

itu, R
1
dari persamaan (3.7) diganti dengan D k N k R
nd nn
+ =
*
2
dalam persamaan
(3.8).
Tabel 3.3 Reaksi-reaksi yang Menyertai Kerusakan Jaringan

D N
D k N k
nd nn

+ *
*
Ketika fagosit mulai diaktifkan karena munculnya
patogen, maka akan mengakibatkan kerusakan jaringan


Dalam jumlah yang sedikit, fagosit yang diaktifkan tidak menyebabkan
adanya kerusakan yang signifikan. Bagaimanapun, ketika mereka mengakumulasi
dalam respon terhadap infeksi, fagosit yang diaktifkan akan menambah kerusakan
jaringan.
Model interaksi antara fagosit yang diaktifkan dan kerusakannya,
digambarkan melalui subsistem N
*
/D, yang terdiri dari persamaan berikut:
) (
) (
*
2
2
*
t N
R
R s
dt
t dN
n
nr
nr

+
= (3.8)
( ) ) ( ) (
) (
*
t D t N f k
dt
t dD
d s dn
= (3.9)
di mana D k N k R
nd nn
+ =
*
2
dan fungsi titik jenuh fenomenologi didefinisikan
sebagai ( ) ( )
6 6 6
V s V V f
dn s
+ = .
Kerusakan jaringan (D) dimodelkan secara non-linier dengan fagosit
yang diaktifkan dengan Hill function, f
s
, dalam persamaan (3.9). f
s
harus dipilih
cukup besar untuk menghasilkan model yang sesuai dengan kesehatan dalam
subsistem N*/D.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh tiga model matematika.
Model ini menunjukkan kombinasi dinamik dari persamaan sebelumnya dan
merupakan penggabungan dari persamaan-persamaan di atas termasuk pengaruh
patogen dan kerusakan jaringan pada tingkat fagosit yang beristirahat diaktifkan.
Model tiga variabel tersebut adalah:
) ( ) (
) (
) (
) (
1 ) (
) (
*
t P t N k
t P k
t P s k
p
t P
t P k
dt
t dP
pn
mp m
m pm
pg

(3.10)
) (
) (
*
*
t N
R
R s
dt
t dN
n
nr
nr

+
= (3.11)
( ) ) ( ) (
) (
*
t D t N f k
dt
t dD
d s dn
= (3.12)
di mana D k P k N k R
nd np nn
+ + =
*
dan ( ) ( )
6 6 6
V s V V f
dn s
+ = .

B. Solusi Numerik Model Matematika
Dari model yang terdiri dari tiga persamaan di atas membentuk sistem
persamaan diferensial taklinier. Kemudian diberikan parameter pada persamaan
diferensial tersebut (Reynolds A, 2006: 222):
k
pg
= bervariasi antara 0.021
2.44/jam
P

= 20 x 10
6
/ cc
k
pm
= 0.6/unit M/jam
s
m
= 0.005 unit M/jam

m
= 0.002/jam
k
mp
= 0.01/unit P/jam
k
pn
= 1.8/unit N*/jam
s
nr
= 0.08 unit N
R
/jam

nr
= 0.12/jam

n
= 0.05/jam
k
dn
= 0.35 unit D/jam

d
= 0.02/jam
k
nn
= 0.01/unit N*/jam

k
np
= 0.1/unit P/jam
k
nd
= 0.02/unit D/jam
s
dn
= 0.06 unit N*

Sehingga sistem menjadi:
) ( ) ( 8 . 1
) ( 01 . 0 12 . 0
) ( 005 . 0 6 . 0
10 20
) (
1 ) ( 6 . 0
) (
*
6
t P t N
t P
t P x
x
t P
t P
dt
t dP

=
( )
) ( 05 . 0
) ( 02 . 0 ) ( 1 . 0 ) ( 01 . 0 12 . 0
) ( 02 . 0 ) ( 1 . 0 ) ( 01 . 0 08 . 0 ) (
*
*
* *
t N
t D t P t N
t D t P t N
dt
t dN

+ + +
+ +
=
) ( 02 . 0
) ( * 06 . 0
) ( *
35 . 0
) (
6 6
6
t D
t N
t N
dt
t dD

+
=
Langkah selanjutnya akan ditentukan titik kestabilan dari sistem
persamaan di atas dan dengan menggunakan software Maple diperoleh:
{ } , , = y 0. = z 0. = x 0.

Titik kritis ini menunjukkan ketiadaan infeksi atau tubuh dalam keadaan sehat.

C. Hasil Numerik Sistem Persamaan Diferensial
Apabila nilai parameter dari sistem di atas dimasukkan, maka akan
diperoleh titik kestabilan, yaitu: titik kritis yang menunjukkan titik kestabilan saat
ketiadaan infeksi, yaitu: {y = 0., z = 0., x = 0.}.
Dengan memasukkan nilai parameter pada sistem persamaan akan
diperoleh matrik Jacobian:

=
33 32 31
23 22 21
13 12 11
a a a
a a a
a a a
jac
dengan
( )
y
x
x
x
x a 8 . 1
01 . 0 002 . 0
00003 . 0
01 . 0 002 . 0
003 . 0
10 6 . 0 6 . 0
2
7
11

+
+
+
=


x a 8 . 1
12
=

0
13
= a
( )
( )
2 21
02 . 0 1 . 0 01 . 0 12 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 008 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 12 . 0
008 . 0
z x y
z x y
z x y
a
+ + +
+ +

+ + +
=
( )
( )
05 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 12 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 0008 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 12 . 0
0008 . 0
2 22

+ + +
+ +

+ + +
=
z x y
z x y
z x y
a
( )
( )
2 23
02 . 0 1 . 0 01 . 0 12 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 0016 . 0
02 . 0 1 . 0 01 . 0 12 . 0
0016 . 0
z x y
z x y
z x y
a
+ + +
+ +

+ + +
=
0
31
= a
( )
6 13
11
6 13
5
32
10 46656 . 0
1 . 2
10 46656 . 0
1 . 2
y
y
y
y
a
+

+
=


02 . 0
33
= a
dan nilai matriks Jacobian di sekitar titik kritis yang menunjukkan kestabilan saat
ketiadaan infeksi, yakni:

=
02 . 0 0 0
3 0133333333 . 0 3 0433333333 . 0 6 0666666666 . 0
0 0 900000000 . 0
: 1 jac

akan diperoleh nilai eigen: {-0.04333333333, -0.9000000000, -0.02000000000}.
Kemudian dengan menggunakan metode Runge-Kutta orde 4 dan
dengan bantuan software MATLAB, akan diperoleh perilaku dinamik dari sistem
di atas dan dalam simulasi ini menggunakan nilai awal: P(t) = 1, N*(t) = 0, D(t) =
0.










Gambar 3.1 di atas menunjukkan populasi patogen terhadap waktu selama 200
jam.











Gambar 3.2 di atas menunjukkan populasi fagosit yang diaktifkan terhadap waktu
selama 200 jam.













Pada Gambar 3.3 di atas menunjukkan laju kerusakan jaringan terhadap waktu
selama 200 jam.

D. Interpretasi Model Matematika pada Radang Akut
Pada Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3 menunjukkan perilaku dinamik dari
Patogen (P), Fagosit yang diaktifkan (N*), dan Kerusakan jaringan (D) terhadap
waktu selama 200 jam. Populasi patogen pada awalnya bergerak naik, hal ini
disebabkan karena belum ada fagosit yang diaktifkan. Akan tetapi pada
perkembangan selanjutnya, populasi patogen terus bergerak turun, karena pada
keadaan ini sudah ada fagosit yang diaktifkan. Ini bisa dilihat pada Gambar 3.2,
yaitu gambar yang menunjukkan populasi fagosit yang diaktifkan terhadap waktu.
Fagosit terus bergerak naik setelah ada patogen yang menginfeksi. Sesuai dengan
fungsinya, bahwa fagosit akan memakan dan memusnahkan patogen atau benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Selama sistem imun dalam tubuh tetap kuat,

maka semakin banyak patogen yang dimusnahkan, sehingga pada waktu tertentu
patogen akan musnah. Pada Gambar 3.3 menunjukkan laju kerusakan jaringan.
Hal ini merupakan kerusakan yang ditimbulkan karena fagosit yang diaktifkan
oleh adanya patogen. Karena selain memusnahkan patogen, fagosit juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Dalam jumlah yang sedikit, fagosit yang
diaktifkan tidak menyebabkan adanya kerusakan yang signifikan. Akan tetapi,
ketika fagosit mengakumulasi dalam respon terhadap infeksi, fagosit yang
diaktifkan akan menambah kerusakan jaringan. Ini juga dapat dilihat pada Gambar
3.3 bahwa laju kerusakan jaringan semakin naik, hal ini karena fagosit yang
diaktifkan juga semakin meningkat.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
sebagai beikut:
1. Model matematika pada radang akut berbentuk:
P N k
P k
P s k
p
P
P k
dt
dP
pn
mp m
m pm
pg
*
1
+


( )
*
*
*
*
N
D k P k N k
D k P k N k s
dt
dN
n
nd np nn nr
nd np nn nr

+ + +
+ +
=
D
N s
N
k
dt
dD
d
dn
dn

+
=
6 6
6
*
*

Interpretasi dari solusi model Matematika pada radang akut
menunjukkan bahwa dalam waktu tertentu populasi patogen akan bertambah
karena belum ada fagosit yang diaktifkan. Akan tetapi ketika fagosit sudah
diaktifkan dan terus bertambah dengan berjalannya waktu, mengakibatkan
populasi patogen terus menurun dan akan musnah.
2. Diperoleh titik kestabilan, yaitu: titik kritis yang menunjukkan titik kestabilan
saat ketiadaan infeksi atau disebut kestabilan tanpa penyakit, yakni:
{y = 0., z = 0., x = 0.}.




B. Saran
Bentuk model sistem persamaan diferensial yang dibahas dalam skripsi
ini hanya memperhatikan proses terjadinya radang karena ada patogen yang
menginfeksi organ tubuh dan belum termasuk proses antiradang yang berfungsi
sebagai penghambat timbulnya radang. Oleh karena itu, disarankan pada
pembahasan selanjutnya dibentuk model yang menggambarkan mekanisme
antiradang.

DAFTAR PUSTAKA


Abdusysyakir. 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN Press.

Amaliyah, Fakhrina. 2007. Pemodelan Penyebaran Penyakit Tuberculosis (TB)
Dengan Sistem Persamaan Diferensial. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang: Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang.

Arhami, Muhammad dan Desiani, Anita. 2005. Pemrograman MATLAB.
Yogyakarta: Andi Publisher.

Baiduri. 2002. Persamaan Diferensial & Matematika Model. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.

Baisuni, M. Hasyim. 1986. Kalkulus. Jakarta: UI-Press.

Boyce, William E. & . Diprima, Richard C. (1992). Elementary Differential
Equations and Boundary Value Problem. New York: John Wiley & Sons,
Inc.

Fathoni, Abdul Halim. 2006. Bahasa Matematika.
http://www.sigmetris.com/artikel_11.html (diakses 11 Desember 2007).

Fulford, Glenn (1997). Modelling with Differential and Difference Equations.
Cambrigde: Cambrigde University Press.

Haberman, Richard (1998). Mathematical Models: Mechanical Vibrations,
Population Dynamics, and Traffic Flow. Philadelphia: Society for
Industrial and Applied Mathematics.

Hanselman, Duane dan Littlefield, Bruce. 2002. MATLAB Bahasa Komputasi
Teknis. Yogyakarta: Andi dan Pearson Education Asia Pte. Ltd.

Hude, Darwis, M., dkk. 2002. Cakrawala Ilmu Dalam al-Quran. Jakarta: Pustaka
Firdaus.

Ikrasnaya. 2007. Hakikat Tawakal. http://ikrasnaya.multiply.com/journal/item/37.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2007.

Jawetz, Melnick & Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta:
EGC.

Karris, Steven T. 2004. Numerical Analysis Using MATLAB and Spreedsheets
Second Edition. New York: Orchard Publications.
Ladas, Finizio. 1982. Persamaan Diferensial Biasa. Jakarta: Erlangga.


Mansjoer, Soewarni. 2003. Mekanisme Kerja Obat Antiradang.
http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=
document_detail&xid=174&PHPSESSID=28bc5c3438f2bea319cda6abdf4
7c4cf (diakses 11 Desember 2007).

Pamuntjak, R.J. dan Santosa Widiarti. 1990. Persamaan Diferensial Biasa.
Bandung: ITB.

Purnomo, Kosala Dwidja. 2000. Model Pertumbuhan Populasi Dengan
Memodifikasi Model Pertumbuhan Logistik. Majalah Matematika dan
Statistika. Volume 1 No. 1: 21 24.

Ramali, Ahmad dan Pamoentjak, K. St. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta:
Djambatan.

Reynolds, Angela, dkk. 2006. A reduced mathematical model of the acute
inflammatory response: I. Derivation of model and analysis of anti-
inflammation. Journal of Theoretical Biology 242 (2006) 220236.
http://www.sciencedirect.com/ (diakses 2 Nopember 2007).

Riyono, Joko. 1994. Aplikasi model Matematika Pada Masalah Optimasi dan
Biologi. Trisakti, 13: 48.

Robbins, Stanley, L., dkk. 1999. Dasar Patologi Penyakit (Buku Saku) Edisi 5.
Jakarta: EGC.

Stewart, James. 2003. Kalkulus Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

Sudarto, Sutisna dan Tjarta. 2002. Patologi I (Umum) Edisi 1. Jakarta: Sagung
Seto.

Sudiono, Janti, dkk. 2003. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC.

Triatmodjo, Bambang. 2002. Metode Numerik dilengkapi dengan program
komputer. Yogyakarta: Beta Offset.

Wikipedia. 2007. Inflammation.
http://en.wikipedia.org/wiki/Inflammation#Acute_inflammation (diakses
28 Juli 2007).

Yahya, Harun. 2004. Rahasia Kekebalan Tubuh. http://www.pakdenono.com
(diakses pada 5 Desember 2007).

Zainuddin, A, dan Jamhari, Muhammad. 1999. al-Islam 2 (Muamalah dan
Akhlak). Bandung: Pustaka Setia.

Lampiran 1 Listing program penyelesaian untuk menentukan titik kestabilan
dengan software MAPLE


> restart:
> dx:=k[pg]*x*(1-x/p[infinity])-((k[pm]*s[m]*x)/(mu[m]+k[mp]*x))-
(k[pn]*y*x);
:= dx k
pg
x

1
x
p

k
pm
s
m
x
+
m
k
mp
x
k
pn
y x
>
dy:=((s[nr]*(k[nn]*y+k[np]*x+k[nd]*z))/(mu[nr]+(k[nn]*y+k[np]*x+k[nd]*z
)))-mu[n]*y;
:= dy
s
nr
( ) + + k
nn
y k
np
x k
nd
z
+ + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z

n
y
> dz:=k[dn]*(y^6/(s[dn]^6+y^6))-mu[d]*z;
:= dz
k
dn
y
6
+ s
dn
6
y
6

d
z

> fixedpoint:=solve({dx,dy,dz},{x,y,z});
fixedpoint { } , , = x 0 = y 0 = z 0 = x 0 y RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( = , { , :=
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) z k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( = ,
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

}

> fix1:=fixedpoint[1];fix2:=fixedpoint[2];
:= fix1 { } , , = x 0 = y 0 = z 0


fix2 = x 0 y RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
+ ( = , { :=
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + ) z k
dn
RootOf( = ,

n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr
+

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

}

> with(plots):with(linalg):
Warning, the name changecoords has been redefined

Warning, the protected names norm and trace have been redefined and
unprotected

> jac:=jacobian([dx,dy,dz],[x,y,z]);
jac :=

, ,

+ k
pg

1
x
p

k
pg
x
p

k
pm
s
m
+
m
k
mp
x
k
pm
s
m
x k
mp
( ) +
m
k
mp
x
2
k
pn
y k
pn
x 0

s
nr
k
np
+ + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z
s
nr
( ) + + k
nn
y k
np
x k
nd
z k
np
( ) + + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z
2

,

s
nr
k
nn
+ + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z
s
nr
( ) + + k
nn
y k
np
x k
nd
z k
nn
( ) + + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z
2

n
,

s
nr
k
nd
+ + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z
s
nr
( ) + + k
nn
y k
np
x k
nd
z k
nd
( ) + + +
nr
k
nn
y k
np
x k
nd
z
2

, ,

0
6 k
dn
y
5
+ s
dn
6
y
6
6 k
dn
y
11
( ) + s
dn
6
y
6
2

d

>
jac1:=subs(fix1,evalm(jac));eigenvals(jac1);jac2:=subs(fix2,evalm(jac));eigen
vals(jac1);

:= jac1

k
pg
k
pm
s
m

m
0 0
s
nr
k
np

nr

s
nr
k
nn

nr

n
s
nr
k
nd

nr
0 0
d

, ,
k
pg

m
k
pm
s
m

m
+
nr

n
s
nr
k
nn

nr

d

jac2 :=
k
pg
k
pm
s
m

m
k
pn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
+ (

k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + ) 0 0 , ,

s
nr
k
np

nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
+ ( +

k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + ) k
nd
k
dn
RootOf( +

n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr
+

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

s
nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(


( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

k
np

nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

2
s
nr
k
nn

nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

,
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

s
nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(


( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

k
nn

nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

n
s
nr
k
nd

nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

,
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

s
nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(


( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

k
nd

nr
k
nn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ ) k
nd
k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(


( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
s
dn
2
+

s
dn
4
s
dn
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
2
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
4

0 6 k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
+ (

,
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + )
5
s
dn
6
+

RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr
+ (

n
_Z k
nn

d
s
dn
6

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ + )
6

6 k
dn
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
(
( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
11
s
dn
6
RootOf
n
_Z
7
k
nn

d
( +

( ) + k
nd
k
dn

n
s
nr
k
nn

nr

d
_Z
6
k
nd
k
dn
_Z
5
s
nr

n
_Z k
nn

d
s
dn
6
+ +

nr

d
s
dn
6
s
nr
k
nn

d
s
dn
6
+ )
6

d
,


, ,
k
pg

m
k
pm
s
m

m
+
nr

n
s
nr
k
nn

nr

d

> restart:
> dx:=.6*x*(1-x/20000000)-(.6*.005*x)/(.002+.01*x)-1.8*y*x;
:= dx 0.6 x

1
x
20000000
0.0030 x
+ 0.002 0.01 x
1.8 y x
> dy:=.08*(.01*y+.1*x+.02*z)/(.12+.01*y+.1*x+.02*z)-.05*y;
:= dy
0.08 ( ) + + 0.01 y 0.1 x 0.02 z
+ + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
0.05 y
> dz:=.35*(y^6/(.46656e-13+y^6))-.02*z;
:= dz
0.35 y
6
+ 0.46656 10
-13
y
6
0.02 z
> fixedpoint:=solve({dx,dy,dz},{x,y,z});

fixedpoint { } , , = x 0. = y 0. = z 0. { } , , = x 0. = y -46.60167358 = z 17.50000000 { , , :=
= x 0. = z -0.004047255320 0.002935459856 I , ,
= y -0.001245838711 0.0009048427493 I } = x 0., { ,
= z + -0.004047255320 0.002935459856 I,
= y + -0.001245838711 0.0009048427493 I } = x 0., { ,
= z 0.001541099740 0.004764448587 I,
= y 0.0004755704818 0.001464980294 I } = x 0., { ,
= z + 0.001541099740 0.004764448587 I,
= y + 0.0004755704818 0.001464980294 I },
{ } , , = x 0. = y 0.001540536459 = z 0.005012311162 ,
{ } , , = x 0. = z 17.50000000 = y 1.201673582 ,
{ } , , = y 1.600000025 = x -0.7600000138 10
8
= z 17.50000000 ,
{ } , , = x -3.152485971 = y 0.3897829908 = z 17.50000000 ,
{ } , , = y 1.165235046 = x -0.4003441818 = z 17.50000000 ,
{ } , , = x -0.1962925904 = y -44.62168465 = z 17.50000000 { ,
= y -0.003399977973 0.001959200975 I = x 0.2949347798 0.002879657903 I , ,
= z + -1.485705731 0.008062022585 I } = x + 0.2949347798 0.002879657903 I, { ,
= y + -0.003399977973 0.001959200975 I = z -1.485705731 0.008062022585 I , },
= y -0.6716019645 10
-5
0.003929731850 I, {
= x 0.2999204550 0.005893541495 I = z + -1.499660295 0.01669629157 I , } { ,
= y + -0.6716019645 10
-5
0.003929731850 I = z -1.499660295 0.01669629157 I , ,
= x + 0.2999204550 0.005893541495 I } = x 0.3051447878 0.003017513579 I, { ,
= z + -1.514634087 0.008650785868 I = y 0.003406693993 0.001970837070 I , } { ,
= y + 0.003406693993 0.001970837070 I = x + 0.3051447878 0.003017513579 I , ,
= z -1.514634087 0.008650785868 I } = x 0.1968823036 10
8
179999.9992 I, { ,
= y + 0.005196152270 0.002999999910 I = z + -0.9844115176 10
8
900000.0060 I , },
= x + 0.1968823036 10
8
179999.9992 I = y 0.005196152270 0.002999999910 I , , {
= z -0.9844115176 10
8
900000.0060 I } { ,
= y + 0.3148979266 10
-11
0.005999999825 I = x 0.1999999950 10
8
359999.9985 I , ,
= z + -0.9999999750 10
8
0.1800000012 10
7
I } { ,
= y 0.3148979266 10
-11
0.005999999825 I,
= z -0.9999999750 10
8
0.1800000012 10
7
I,
= x + 0.1999999950 10
8
359999.9985 I } = x 0.2031176864 10
8
179999.9993 I, { ,
= z + -0.1015588432 10
9
900000.0060 I = y + -0.005196152273 0.002999999915 I , }
= z -0.1015588432 10
9
900000.0060 I, { ,
= y -0.005196152273 0.002999999915 I = x + 0.2031176864 10
8
179999.9993 I , }

> fix1:=fixedpoint[1];fix2:=fixedpoint[2];
:= fix1 { } , , = x 0. = y 0. = z 0.


:= fix2 { } , , = x 0. = y -46.60167358 = z 17.50000000

> with(plots):with(linalg):
Warning, the name changecoords has been redefined

Warning, the protected names norm and trace have been redefined and
unprotected

> jac:=jacobian([dx,dy,dz],[x,y,z]);
jac :=
+ 0.6 0.6000000000 10
-7
x
0.0030
+ 0.002 0.01 x
0.000030 x
( ) + 0.002 0.01 x
2
1.8 y 1.8 x 0

, ,


0.008
+ + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
0.008 ( ) + + 0.01 y 0.1 x 0.02 z
( ) + + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
2

,

0.0008
+ + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
0.0008 ( ) + + 0.01 y 0.1 x 0.02 z
( ) + + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
2
0.05 ,

0.0016
+ + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
0.0016 ( ) + + 0.01 y 0.1 x 0.02 z
( ) + + + 0.12 0.01 y 0.1 x 0.02 z
2

, ,

0
2.10 y
5
+ 0.46656 10
-13
y
6
2.10 y
11
( ) + 0.46656 10
-13
y
6
2
-0.02

>
jac1:=subs(fix1,evalm(jac));eigenvals(jac1);jac2:=subs(fix2,evalm(jac));eigen
vals(jac1);
:= jac1

-0.900000000 -0. 0
0.06666666666 -0.04333333333 0.01333333333
0 0. -0.02

, , -0.04333333333 -0.9000000000 -0.02000000000

:= jac2

82.98301244 -0. 0
60.50524264 6.000524264 12.10104853
0 -0.2 10
-10
-0.02

, , -0.04333333333 -0.9000000000 -0.02000000000


Lampiran 2 Listing program penyelesaian sistem persamaan diferensial tak linier
dengan metode Runge-Kutta orde 4 menggunakan software MATLAB.

clc;clear;format short;
f=inline('0.6*x*(1-x/20000000)-(0.6*0.005*x)/(0.002+0.01*x)-
1.8*y*x','t','x','y','z')
g=inline('0.08*(0.01*y+0.1*x+0.02*z)/(0.12+0.01*y+.1*x+0.02*z)-
0.05*y','t','x','y','z')
j=inline('0.35*((y^6)/(0.46656e-13+y^6))-0.02*z','t','x','y','z')
x0=input('nilai awal, x(0)=');
y0=input('nilai awal, y(0)=');
z0=input('nilai awal, z(0)=');
dt=input('masukkan jarak interval, dt=');
a=input('masukkan batas bawah interval pencarian=');
b=input('masukkan batas atas interval pencarian=');
n=(b-a)/dt;
x=zeros(n,1);x(1)=x0;
y=zeros(n,1);y(1)=y0;
z=zeros(n,1);z(1)=z0;
t=[0:dt:n*dt];
for i = 1:n
k1=dt*f(t(i),x(i),y(i),z(i));
m1=dt*g(t(i),x(i),y(i),z(i));
n1=dt*j(t(i),x(i),y(i),z(i));
k2=dt*f(t(i)+(dt/2),x(i)+(k1/2),y(i)+(m1/2),z(i)+(n1/2));
m2=dt*g(t(i)+(dt/2),x(i)+(k1/2),y(i)+(m1/2),z(i)+(n1/2));
n2=dt*j(t(i)+(dt/2),x(i)+(k1/2),y(i)+(m1/2),z(i)+(n1/2));
k3=dt*f(t(i)+(dt/2),x(i)+(k2/2),y(i)+(m2/2),z(i)+(n2/2));
m3=dt*g(t(i)+(dt/2),x(i)+(k2/2),y(i)+(m2/2),z(i)+(n2/2));
n3=dt*j(t(i)+(dt/2),x(i)+(k2/2),y(i)+(m2/2),z(i)+(n2/2));
k4=dt*f(t(i)+dt,x(i)+k3,y(i)+m3,z(i)+n3);
m4=dt*g(t(i)+dt,x(i)+k3,y(i)+m3,z(i)+n3);
n4=dt*j(t(i)+dt,x(i)+k3,y(i)+m3,z(i)+n3);
x(i+1)=x(i)+(1/6)*(k1+2*k2+2*k3+k4);
y(i+1)=y(i)+(1/6)*(m1+2*m2+2*m3+m4);
z(i+1)=z(i)+(1/6)*(n1+2*n2+2*n3+n4);
end
disp(' iterasi t x y z')
disp([[1:i+1]' t' x y z])

figure(1)
plot(t',x,'-o')
title('Gbr. 3.1 Grafik populasi patogen (P)')
xlabel('Waktu')
ylabel('Jumlah patogen')
grid on

figure(2)
plot(t',y,'-*')
title('Gbr. 3.2 Grafik populasi fagosit yang diaktifkan (N*)')
xlabel('Waktu')
ylabel('Jumlah fagosit yang diaktifkan')
grid on

figure(3)
plot(t',z,'--')
title('Gbr. 3.3 Grafik laju kerusakan jaringan (D)')
xlabel('Waktu')
ylabel('Laju kerusakan jaringan')
grid on


Lampiran 3 Hasil numerik model matematika pada radang akut

iterasi t x y z
1. 0 1.0000 0 0
2. 0.5000 1.1917 0.0189 0.1374
3. 1.0000 1.4180 0.0393 0.3101
4. 1.5000 1.6788 0.0611 0.4811
5. 2.0000 1.9711 0.0840 0.6505
6. 2.5000 2.2883 0.1078 0.8181
7. 3.0000 2.6201 0.1323 0.9841
8. 3.5000 2.9525 0.1573 1.1485
9. 4.0000 3.2688 0.1825 1.3112
10. 4.5000 3.5509 0.2079 1.4722
11. 5.0000 3.7808 0.2332 1.6317
12. 5.5000 3.9430 0.2582 1.7896
13. 6.0000 4.0256 0.2828 1.9459
14. 6.5000 4.0219 0.3070 2.1007
15. 7.0000 3.9314 0.3305 2.2539
16. 7.5000 3.7591 0.3533 2.4056
17. 8.0000 3.5155 0.3753 2.5558
18. 8.5000 3.2151 0.3963 2.7045
19. 9.0000 2.8746 0.4162 2.8517
20. 9.5000 2.5115 0.4350 2.9975
21. 10.0000 2.1426 0.4524 3.1418
22. 10.5000 1.7825 0.4684 3.2846
23. 11.0000 1.4430 0.4829 3.4261
24. 11.5000 1.1330 0.4958 3.5661
25. 12.0000 0.8582 0.5071 3.7048
26. 12.5000 0.6220 0.5168 3.8420
27. 13.0000 0.4261 0.5250 3.9779
28. 13.5000 0.2710 0.5318 4.1125
29. 14.0000 0.1565 0.5376 4.2457
30. 14.5000 0.0807 0.5425 4.3776
31. 15.0000 0.0373 0.5471 4.5081
32. 15.5000 0.0159 0.5515 4.6374
33. 16.0000 0.0064 0.5559 4.7654
34. 16.5000 0.0026 0.5604 4.8921
35. 17.0000 0.0010 0.5650 5.0175
36. 17.5000 0.0004 0.5697 5.1417
37. 18.0000 0.0002 0.5745 5.2647
38. 18.5000 0.0001 0.5794 5.3864
39. 19.0000 0.0000 0.5844 5.5070
40. 19.5000 0.0000 0.5895 5.6263
41. 20.0000 0.0000 0.5947 5.7445
42. 20.5000 0.0000 0.5999 5.8614
43. 21.0000 0.0000 0.6052 5.9772

44. 21.5000 0.0000 0.6105 6.0919
45. 22.0000 0.0000 0.6159 6.2054
46. 22.5000 0.0000 0.6214 6.3178
47. 23.0000 0.0000 0.6269 6.4290
48. 23.5000 0.0000 0.6324 6.5392
49. 24.0000 0.0000 0.6379 6.6483
50. 24.5000 0.0000 0.6435 6.7562
51. 25.0000 0.0000 0.6490 6.8631
52. 25.5000 0.0000 0.6546 6.9690
53. 26.0000 0.0000 0.6602 7.0738
54. 26.5000 0.0000 0.6658 7.1775
55. 27.0000 0.0000 0.6714 7.2802
56. 27.5000 0.0000 0.6770 7.3819
57. 28.0000 0.0000 0.6825 7.4826
58. 28.5000 0.0000 0.6881 7.5822
59. 29.0000 0.0000 0.6937 7.6809
60. 29.5000 0.0000 0.6992 7.7786
61. 30.0000 0.0000 0.7047 7.8754
62. 30.5000 0.0000 0.7102 7.9711
63. 31.0000 0.0000 0.7157 8.0659
64. 31.5000 0.0000 0.7212 8.1598
65. 32.0000 0.0000 0.7266 8.2527
66. 32.5000 0.0000 0.7320 8.3448
67. 33.0000 0.0000 0.7374 8.4358
68. 33.5000 0.0000 0.7427 8.5260
69. 34.0000 0.0000 0.7480 8.6153
70. 34.5000 0.0000 0.7533 8.7037
71. 35.0000 0.0000 0.7585 8.7913
72. 35.5000 0.0000 0.7637 8.8779
73. 36.0000 0.0000 0.7689 8.9637
74. 36.5000 0.0000 0.7740 9.0486
75. 37.0000 0.0000 0.7791 9.1327
76. 37.5000 0.0000 0.7841 9.2160
77. 38.0000 0.0000 0.7891 9.2984
78. 38.5000 0.0000 0.7941 9.3800
79. 39.0000 0.0000 0.7990 9.4608
80. 39.5000 0.0000 0.8039 9.5408
81. 40.0000 0.0000 0.8087 9.6200
82. 40.5000 0.0000 0.8135 9.6984
83. 41.0000 0.0000 0.8182 9.7760
84. 41.5000 0.0000 0.8229 9.8529
85. 42.0000 0.0000 0.8276 9.9290
86. 42.5000 0.0000 0.8322 10.0043
87. 43.0000 0.0000 0.8367 10.0789
88. 43.5000 0.0000 0.8412 10.1527
89. 44.0000 0.0000 0.8457 10.2258

90. 44.5000 0.0000 0.8501 10.2982
91. 45.0000 0.0000 0.8545 10.3699
92. 45.5000 0.0000 0.8588 10.4408
93. 46.0000 0.0000 0.8631 10.5111
94. 46.5000 0.0000 0.8673 10.5806
95. 47.0000 0.0000 0.8715 10.6494
96. 47.5000 0.0000 0.8757 10.7176
97. 48.0000 0.0000 0.8798 10.7851
98. 48.5000 0.0000 0.8838 10.8519
99. 49.0000 0.0000 0.8878 10.9181
100. 49.5000 0.0000 0.8918 10.9835
101. 50.0000 0.0000 0.8957 11.0484
102. 50.5000 0.0000 0.8995 11.1126
103. 51.0000 0.0000 0.9034 11.1761
104. 51.5000 0.0000 0.9071 11.2391
105. 52.0000 0.0000 0.9109 11.3014
106. 52.5000 0.0000 0.9146 11.3630
107. 53.0000 0.0000 0.9182 11.4241
108. 53.5000 0.0000 0.9218 11.4846
109. 54.0000 0.0000 0.9254 11.5444
110. 54.5000 0.0000 0.9289 11.6037
111. 55.0000 0.0000 0.9324 11.6623
112. 55.5000 0.0000 0.9358 11.7204
113. 56.0000 0.0000 0.9392 11.7779
114. 56.5000 0.0000 0.9425 11.8349
115. 57.0000 0.0000 0.9458 11.8912
116. 57.5000 0.0000 0.9491 11.9470
117. 58.0000 0.0000 0.9523 12.0023
118. 58.5000 0.0000 0.9555 12.0570
119. 59.0000 0.0000 0.9587 12.1112
120. 59.5000 0.0000 0.9618 12.1648
121. 60.0000 0.0000 0.9648 12.2179
122. 60.5000 0.0000 0.9679 12.2704
123. 61.0000 0.0000 0.9708 12.3224
124. 61.5000 0.0000 0.9738 12.3740
125. 62.0000 0.0000 0.9767 12.4250
126. 62.5000 0.0000 0.9796 12.4755
127. 63.0000 0.0000 0.9824 12.5255
128. 63.5000 0.0000 0.9852 12.5750
129. 64.0000 0.0000 0.9880 12.6240
130. 64.5000 0.0000 0.9907 12.6725
131. 65.0000 0.0000 0.9934 12.7205
132. 65.5000 0.0000 0.9961 12.7681
133. 66.0000 0.0000 0.9987 12.8152
134. 66.5000 0.0000 1.0013 12.8618
135. 67.0000 0.0000 1.0038 12.9079

136. 67.5000 0.0000 1.0064 12.9536
137. 68.0000 0.0000 1.0088 12.9988
138. 68.5000 0.0000 1.0113 13.0436
139. 69.0000 0.0000 1.0137 13.0880
140. 69.5000 0.0000 1.0161 13.1319
141. 70.0000 0.0000 1.0185 13.1753
142. 70.5000 0.0000 1.0208 13.2184
143. 71.0000 0.0000 1.0231 13.2610
144. 71.5000 0.0000 1.0254 13.3032
145. 72.0000 0.0000 1.0276 13.3449
146. 72.5000 0.0000 1.0298 13.3863
147. 73.0000 0.0000 1.0320 13.4272
148. 73.5000 0.0000 1.0342 13.4677
149. 74.0000 0.0000 1.0363 13.5078
150. 74.5000 0.0000 1.0384 13.5476
151. 75.0000 0.0000 1.0404 13.5869
152. 75.5000 0.0000 1.0425 13.6258
153. 76.0000 0.0000 1.0445 13.6644
154. 76.5000 0.0000 1.0465 13.7025
155. 77.0000 0.0000 1.0484 13.7403
156. 77.5000 0.0000 1.0504 13.7777
157. 78.0000 0.0000 1.0523 13.8148
158. 78.5000 0.0000 1.0542 13.8514
159. 79.0000 0.0000 1.0560 13.8877
160. 79.5000 0.0000 1.0578 13.9237
161. 80.0000 0.0000 1.0597 13.9593
162. 80.5000 0.0000 1.0614 13.9945
163. 81.0000 0.0000 1.0632 14.0294
164. 81.5000 0.0000 1.0649 14.0639
165. 82.0000 0.0000 1.0666 14.0981
166. 82.5000 0.0000 1.0683 14.1319
167. 83.0000 0.0000 1.0700 14.1655
168. 83.5000 0.0000 1.0716 14.1986
169. 84.0000 0.0000 1.0733 14.2315
170. 84.5000 0.0000 1.0749 14.2640
171. 85.0000 0.0000 1.0765 14.2962
172. 85.5000 0.0000 1.0780 14.3281
173. 86.0000 0.0000 1.0795 14.3596
174. 86.5000 0.0000 1.0811 14.3909
175. 87.0000 0.0000 1.0826 14.4218
176. 87.5000 0.0000 1.0840 14.4525
177. 88.0000 0.0000 1.0855 14.4828
178. 88.5000 0.0000 1.0869 14.5128
179. 89.0000 0.0000 1.0884 14.5425
180. 89.5000 0.0000 1.0898 14.5719
181. 90.0000 0.0000 1.0911 14.6011

182. 90.5000 0.0000 1.0925 14.6299
183. 91.0000 0.0000 1.0938 14.6585
184. 91.5000 0.0000 1.0952 14.6868
185. 92.0000 0.0000 1.0965 14.7148
186. 92.5000 0.0000 1.0978 14.7425
187. 93.0000 0.0000 1.0990 14.7699
188. 93.5000 0.0000 1.1003 14.7971
189. 94.0000 0.0000 1.1015 14.8240
190. 94.5000 0.0000 1.1028 14.8506
191. 95.0000 0.0000 1.1040 14.8769
192. 95.5000 0.0000 1.1052 14.9030
193. 96.0000 0.0000 1.1064 14.9289
194. 96.5000 0.0000 1.1075 14.9545
195. 97.0000 0.0000 1.1087 14.9798
196. 97.5000 0.0000 1.1098 15.0049
197. 98.0000 0.0000 1.1109 15.0297
198. 98.5000 0.0000 1.1120 15.0543
199. 99.0000 0.0000 1.1131 15.0786
200. 99.5000 0.0000 1.1142 15.1027
201. 100.0000 0.0000 1.1152 15.1266
202. 100.5000 0.0000 1.1163 15.1502
203. 101.0000 0.0000 1.1173 15.1736
204. 101.5000 0.0000 1.1183 15.1967
205. 102.0000 0.0000 1.1193 15.2196
206. 102.5000 0.0000 1.1203 15.2423
207. 103.0000 0.0000 1.1213 15.2648
208. 103.5000 0.0000 1.1223 15.2870
209. 104.0000 0.0000 1.1232 15.3090
210. 104.5000 0.0000 1.1241 15.3308
211. 105.0000 0.0000 1.1251 15.3524
212. 105.5000 0.0000 1.1260 15.3738
213. 106.0000 0.0000 1.1269 15.3949
214. 106.5000 0.0000 1.1278 15.4159
215. 107.0000 0.0000 1.1287 15.4366
216. 107.5000 0.0000 1.1295 15.4572
217. 108.0000 0.0000 1.1304 15.4775
218. 108.5000 0.0000 1.1312 15.4976
219. 109.0000 0.0000 1.1321 15.5175
220. 109.5000 0.0000 1.1329 15.5373
221. 110.0000 0.0000 1.1337 15.5568
222. 110.5000 0.0000 1.1345 15.5761
223. 111.0000 0.0000 1.1353 15.5953
224. 111.5000 0.0000 1.1361 15.6142
225. 112.0000 0.0000 1.1369 15.6330
226. 112.5000 0.0000 1.1376 15.6516
227. 113.0000 0.0000 1.1384 15.6700

228. 113.5000 0.0000 1.1391 15.6882
229. 114.0000 0.0000 1.1399 15.7062
230. 114.5000 0.0000 1.1406 15.7240
231. 115.0000 0.0000 1.1413 15.7417
232. 115.5000 0.0000 1.1420 15.7592
233. 116.0000 0.0000 1.1427 15.7765
234. 116.5000 0.0000 1.1434 15.7937
235. 117.0000 0.0000 1.1441 15.8107
236. 117.5000 0.0000 1.1447 15.8275
237. 118.0000 0.0000 1.1454 15.8441
238. 118.5000 0.0000 1.1461 15.8606
239. 119.0000 0.0000 1.1467 15.8769
240. 119.5000 0.0000 1.1473 15.8930
241. 120.0000 0.0000 1.1480 15.9090
242. 120.5000 0.0000 1.1486 15.9249
243. 121.0000 0.0000 1.1492 15.9405
244. 121.5000 0.0000 1.1498 15.9561
245. 122.0000 0.0000 1.1504 15.9714
246. 122.5000 0.0000 1.1510 15.9866
247. 123.0000 0.0000 1.1516 16.0017
248. 123.5000 0.0000 1.1522 16.0166
249. 124.0000 0.0000 1.1527 16.0314
250. 124.5000 0.0000 1.1533 16.0460
251. 125.0000 0.0000 1.1539 16.0604
252. 125.5000 0.0000 1.1544 16.0748
253. 126.0000 0.0000 1.1549 16.0889
254. 126.5000 0.0000 1.1555 16.1030
255. 127.0000 0.0000 1.1560 16.1169
256. 127.5000 0.0000 1.1565 16.1306
257. 128.0000 0.0000 1.1570 16.1443
258. 128.5000 0.0000 1.1576 16.1578
259. 129.0000 0.0000 1.1581 16.1711
260. 129.5000 0.0000 1.1586 16.1843
261. 130.0000 0.0000 1.1590 16.1974
262. 130.5000 0.0000 1.1595 16.2104
263. 131.0000 0.0000 1.1600 16.2232
264. 131.5000 0.0000 1.1605 16.2359
265. 132.0000 0.0000 1.1609 16.2485
266. 132.5000 0.0000 1.1614 16.2610
267. 133.0000 0.0000 1.1619 16.2733
268. 133.5000 0.0000 1.1623 16.2855
269. 134.0000 0.0000 1.1628 16.2976
270. 134.5000 0.0000 1.1632 16.3095
271. 135.0000 0.0000 1.1636 16.3214
272. 135.5000 0.0000 1.1641 16.3331
273. 136.0000 0.0000 1.1645 16.3447

274. 136.5000 0.0000 1.1649 16.3562
275. 137.0000 0.0000 1.1653 16.3676
276. 137.5000 0.0000 1.1657 16.3789
277. 138.0000 0.0000 1.1661 16.3900
278. 138.5000 0.0000 1.1665 16.4011
279. 139.0000 0.0000 1.1669 16.4120
280. 139.5000 0.0000 1.1673 16.4228
281. 140.0000 0.0000 1.1677 16.4335
282. 140.5000 0.0000 1.1681 16.4442
283. 141.0000 0.0000 1.1684 16.4547
284. 141.5000 0.0000 1.1688 16.4651
285. 142.0000 0.0000 1.1692 16.4754
286. 142.5000 0.0000 1.1695 16.4856
287. 143.0000 0.0000 1.1699 16.4956
288. 143.5000 0.0000 1.1702 16.5056
289. 144.0000 0.0000 1.1706 16.5155
290. 144.5000 0.0000 1.1709 16.5253
291. 145.0000 0.0000 1.1713 16.5350
292. 145.5000 0.0000 1.1716 16.5446
293. 146.0000 0.0000 1.1719 16.5541
294. 146.5000 0.0000 1.1723 16.5635
295. 147.0000 0.0000 1.1726 16.5729
296. 147.5000 0.0000 1.1729 16.5821
297. 148.0000 0.0000 1.1732 16.5912
298. 148.5000 0.0000 1.1735 16.6003
299. 149.0000 0.0000 1.1738 16.6092
300. 149.5000 0.0000 1.1742 16.6181
301. 150.0000 0.0000 1.1745 16.6269
302. 150.5000 0.0000 1.1748 16.6355
303. 151.0000 0.0000 1.1750 16.6441
304. 151.5000 0.0000 1.1753 16.6527
305. 152.0000 0.0000 1.1756 16.6611
306. 152.5000 0.0000 1.1759 16.6694
307. 153.0000 0.0000 1.1762 16.6777
308. 153.5000 0.0000 1.1765 16.6859
309. 154.0000 0.0000 1.1767 16.6940
310. 154.5000 0.0000 1.1770 16.7020
311. 155.0000 0.0000 1.1773 16.7099
312. 155.5000 0.0000 1.1776 16.7178
313. 156.0000 0.0000 1.1778 16.7256
314. 156.5000 0.0000 1.1781 16.7333
315. 157.0000 0.0000 1.1783 16.7409
316. 157.5000 0.0000 1.1786 16.7485
317. 158.0000 0.0000 1.1788 16.7560
318. 158.5000 0.0000 1.1791 16.7634
319. 159.0000 0.0000 1.1793 16.7707

320. 159.5000 0.0000 1.1796 16.7779
321. 160.0000 0.0000 1.1798 16.7851
322. 160.5000 0.0000 1.1800 16.7922
323. 161.0000 0.0000 1.1803 16.7993
324. 161.5000 0.0000 1.1805 16.8063
325. 162.0000 0.0000 1.1807 16.8132
326. 162.5000 0.0000 1.1810 16.8200
327. 163.0000 0.0000 1.1812 16.8268
328. 163.5000 0.0000 1.1814 16.8335
329. 164.0000 0.0000 1.1816 16.8401
330. 164.5000 0.0000 1.1818 16.8467
331. 165.0000 0.0000 1.1820 16.8532
332. 165.5000 0.0000 1.1823 16.8596
333. 166.0000 0.0000 1.1825 16.8660
334. 166.5000 0.0000 1.1827 16.8723
335. 167.0000 0.0000 1.1829 16.8785
336. 167.5000 0.0000 1.1831 16.8847
337. 168.0000 0.0000 1.1833 16.8908
338. 168.5000 0.0000 1.1835 16.8969
339. 169.0000 0.0000 1.1837 16.9029
340. 169.5000 0.0000 1.1839 16.9088
341. 170.0000 0.0000 1.1840 16.9147
342. 170.5000 0.0000 1.1842 16.9205
343. 171.0000 0.0000 1.1844 16.9263
344. 171.5000 0.0000 1.1846 16.9320
345. 172.0000 0.0000 1.1848 16.9377
346. 172.5000 0.0000 1.1850 16.9433
347. 173.0000 0.0000 1.1851 16.9488
348. 173.5000 0.0000 1.1853 16.9543
349. 174.0000 0.0000 1.1855 16.9597
350. 174.5000 0.0000 1.1857 16.9651
351. 175.0000 0.0000 1.1858 16.9704
352. 175.5000 0.0000 1.1860 16.9757
353. 176.0000 0.0000 1.1862 16.9809
354. 176.5000 0.0000 1.1863 16.9861
355. 177.0000 0.0000 1.1865 16.9912
356. 177.5000 0.0000 1.1867 16.9962
357. 178.0000 0.0000 1.1868 17.0012
358. 178.5000 0.0000 1.1870 17.0062
359. 179.0000 0.0000 1.1871 17.0111
360. 179.5000 0.0000 1.1873 17.0160
361. 180.0000 0.0000 1.1874 17.0208
362. 180.5000 0.0000 1.1876 17.0256
363. 181.0000 0.0000 1.1877 17.0303
364. 181.5000 0.0000 1.1879 17.0350
365. 182.0000 0.0000 1.1880 17.0396

366. 182.5000 0.0000 1.1882 17.0442
367. 183.0000 0.0000 1.1883 17.0487
368. 183.5000 0.0000 1.1884 17.0532
369. 184.0000 0.0000 1.1886 17.0576
370. 184.5000 0.0000 1.1887 17.0620
371. 185.0000 0.0000 1.1889 17.0664
372. 185.5000 0.0000 1.1890 17.0707
373. 186.0000 0.0000 1.1891 17.0750
374. 186.5000 0.0000 1.1893 17.0792
375. 187.0000 0.0000 1.1894 17.0834
376. 187.5000 0.0000 1.1895 17.0876
377. 188.0000 0.0000 1.1896 17.0917
378. 188.5000 0.0000 1.1898 17.0957
379. 189.0000 0.0000 1.1899 17.0997
380. 189.5000 0.0000 1.1900 17.1037
381. 190.0000 0.0000 1.1901 17.1077
382. 190.5000 0.0000 1.1903 17.1116
383. 191.0000 0.0000 1.1904 17.1154
384. 191.5000 0.0000 1.1905 17.1193
385. 192.0000 0.0000 1.1906 17.1231
386. 192.5000 0.0000 1.1907 17.1268
387. 193.0000 0.0000 1.1908 17.1305
388. 193.5000 0.0000 1.1910 17.1342
389. 194.0000 0.0000 1.1911 17.1378
390. 194.5000 0.0000 1.1912 17.1414
391. 195.0000 0.0000 1.1913 17.1450
392. 195.5000 0.0000 1.1914 17.1485
393. 196.0000 0.0000 1.1915 17.1520
394. 196.5000 0.0000 1.1916 17.1555
395. 197.0000 0.0000 1.1917 17.1589
396. 197.5000 0.0000 1.1918 17.1623
397. 198.0000 0.0000 1.1919 17.1657
398. 198.5000 0.0000 1.1920 17.1690
399. 199.0000 0.0000 1.1921 17.1723
400. 199.5000 0.0000 1.1922 17.1756
401. 200.0000 0.0000 1.1923 17.1788


DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
Jl . Gaj ayana No. 50 Mal ang 65144. Tel p (0341) 551354.

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI



Nama : ACH. MUHDOR
NIM : 03510028
Fakultas/Jurusan : SAINS DAN TEKNOLOGI/MATEMATIKA
Judul : MODEL MATEMATIKA PADA RADANG AKUT
DENGAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL
Pembimbing : I . USMAN PAGALAY, M. Si
II. ACH. NASHICHUDDIN, M. Ag


No Tanggal Materi
Tanda Tangan
Pembimbing
1. 20 Juli 2007 Proposal 1.
2. 25 Juli 2007 Persetujuan Proposal 2.
3. 25 Oktober 2007 Bab I dan II 3.
4. 1 Nopember 2007 Revisi Bab I dan II 4.
5. 3 Desember 2007 Bab III 5.
6. 6 Desember 2007 Revisi Bab III 6.
7. 10 Desember 2007 Kajian Keagamaan 7.
8. 11 Desember 2007 Revisi Kajian Keagamaan 8.
9. 11 Desember 2007 Bab IV dan Abstrak 9.
10. 12 Desember 2007 ACC Kajian Keagamaan 10.
11. 12 Desember 2007 Revisi Bab IV dan Abstrak 11.
12. 12 Desember 2007 Revisi Total Skripsi 12.



Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika



Sri Harini, M.Si
NIP. 150 318 321

Biografi Penulis



Ach. Muhdor, dilahirkan di desa Madegan, Sampang, Madura
pada tanggal 24 Juni 1984. Mulai menuntut ilmu di tanah
kelahirannya. Tamat SD (1997) dan SMP (2000), langsung
memasuki MA Negeri dan tamat pada tahun 2003.

Setelah menamatkan jenjang pendidikan dasar dan menengah,
ia melanjutkan pengembaraan ilmiahnya di Jurusan Matematika
UIN Malang. Selain mendalami ilmu matematika, ia juga
berusaha menguasai ilmu komputer dan pada tahun keempat masa kuliahnya,
selama tiga semester ia dipercaya menjadi asisten pengajar mata kuliah Program
Komputer di Laboratorium Komputer Jurusan Matematika UIN Malang.

Mengisi waktu luang di luar kesibukan kuliah, ia belajar webdesign. Memiliki
website (blog) dengan alamat URL http://mhsome.blogspot.com. Saat ini sedang
menyelesaikan sebuah website yang berisi content software gratis (freeware),
terutama software yang biasa digunakan dalam bidang ilmu matematika. Penulis
bisa dihubungi melalui e-mail mhmathics@yahoo.co.id.

Anda mungkin juga menyukai