Anda di halaman 1dari 135

SIDANG SKRIPSI

HARI/TGL/WAKTU : KAMIS/20-JUNI-2019/13:00
TEMPAT : RUANG SIDANG RD 2.17 FT
PEMBIMBING UTAMA : Dr. GUSTA GUNAWAN, S.T., M.T.
PEMBIMBING PENDAMPING : BESPERI, S.T., M.T.
PENGUJI : 1. Dr. KHAIRUL AMRI, S.T., M.T.

SKRIPSI 2. Dr. MUHAMMAD. FAUZI, S.T., M.T.

HALAMAN JUDUL
BESPERI, S.T., M.T.
ANALISIS DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN
PENDEKATAN METODE HIDROGRAF
SATUAN SINTETIS (HSS) SNYDER
DAN HEC-RAS VERSI 5.0.7
(Studi Kasus DAS Air Bengkulu di Bagian Hilir)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan


Tingkat Sarjana (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Oleh:

OKKY KURNIAWAN
G1B015052

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN


PENDEKATAN METODE HIDROGRAF
SATUAN SINTETIS (HSS) SNYDER
DAN HEC-RAS VERSI 5.0.7
(Studi Kasus DAS Air Bengkulu di Bagian Hilir)

Oleh :

OKKY KURNIAWAN
G1B015052
Telah diseminarkan dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji pada
Hari,........ Tanggal .........., di Ruang .......... Fakultas Teknik Universitas
Bengkulu

MENYETUJUI
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Dr. Gusta Gunawan, S.T., M.T. Besperi, S.T., M.T.


NIP. 197303181998021001 NIP. 196904172000121003

Dosen Penguji 1 Dosen Penguji 2

Dr. Khairul Amri, S.T., M.T. Dr. Muhammad Fauzi, S.T., M.T.
NIP. 197202121998021002 NIP. 197006271999031005

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik

Drs. Boko Susilo, M.Kom


NIP. 195904241986021002

i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

ANALISIS DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN


PENDEKATAN METODE HIDROGRAF
SATUAN SINTETIS (HSS) SNYDER
DAN HEC-RAS VERSI 5.0.7
(Studi Kasus DAS Air Bengkulu di Bagian Hilir)

Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau diduplikasi dari skripsi
yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan di lingkungan Universitas Bengkulu maupun perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.

Bengkulu, Mei 2019


Yang Membuat Pernyataan,

Okky Kurniawan
G1B015052

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
 ”Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya” (Q.S Al - Zalzalah:7)
 ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR. Ibnu Majah)
 “Aku kuat karena aku pernah lemah, aku pemberani karena aku pernah takut, aku
bijak karena aku pernah bodoh” (5AMSUCCESS)
 “Penghalang terbesar untuk meraih kesuksesan adalah takut untuk menghadapi
kegagalan” (Merry Riana)
 “Dunia ini seperti hukum III Newton, aksi = reaksi. Jadi apa yang kamu berikan
maka itulah yang akan didapatkan” (Okky Kurniawan)
 Filosofi Air
Mengajarkan kerendahan hati, selalu mengalir ke tempar yang lebih rendah.
Mengajarkan kebaikan, air berguna bagi kehidupan semua makhluk.
Mengajarkan kegigihan, tetesan air bisa melubangi kerasnya batu karang.
Mengajarkan soal fleksibilitas, tidak kaku dan mudah beradaptasi dimanapun.
Mengajarkan keseimbangan, bersifat lembut tapi bisa menjadi kuat bila
dibutuhkan.
Skripsi ini penyusun persembahkan untuk :
 Allah SWT. Atas berkat, rahmat, cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku
kekuatan sampai saat ini, memberikankan kelancaran dalam pengerjaan dan
penyelasaian skripsi ini. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW.
 Keluargaku, Abah, Mamak, serta saudara-saudariku yang selalu memberikan
dukungan, semangat, motivasi. Skripsi ini kupersembahkan untuk Keluarga
sebagai tanda terima kasih atas semua yang telah diberikan selama ini.
 Support terbaik, Putri Ersi Mareta yang telah mendukung secara penuh serta
membantu dalam menyelesaikan perkuliahan ini dengan hasil yang memuaskan.
 Teman-teman Teknik Sipil 2015 (TESLA) yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan serta doa dalam penulisan skripsi ini.

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin,
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Debit Puncak Menggunakan
Pendekatan Metode Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Snyder dan HEC-RAS versi
5.0.7 (Studi kasus DAS Air Bengkulu di Bagian Hilir)“, sebagai syarat untuk
mencapai gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Bengkulu.
Penulisan skripsi ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Drs. Boko Susilo, M.Kom., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bengkulu.
2. Bapak Besperi, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas
Bengkulu serta sekaligus dosen pembimbing pendamping skripsi yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Gusta Gunawan, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing utama skripsi telah
memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Khairul Amri, S.T., M.T., selaku dosen dosen penguji 1 skripsi yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Muhammad Fauzi, S.T.,M.T., selaku dosen penguji 2 skripsi yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Elhusna, S.T., M.T., selaku koordinator skripsi.
7. Kedua orang tua saya Muhamad Tahir dan Ena Lestari, serta saudara saya Etha
Maharani, Trio Mahendra dan Fadhila, yang telah membantu baik doa, moral, dan
materil dalam menjalani kuliah di Program Studi Teknik Sipil Universitas
Bengkulu sampai penulisan akhir skripsi ini.
8. Teman-teman Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu terutama Teknik
Sipil Angkatan 2015 yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini.

iv
9. Teman-teman tim penelitian yang telah membantu dalam proses melakukan
penelitian yaitu Ajerlin, Iqbal, dan Putri Ersi Mareta.
Kritik dan saran pembaca sangat penulis harapkan untuk menjadi dorongan dan
motivasi bagi penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, Mei 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
DAFTAR RUMUS .............................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiv
DAFTAR NOTASI .............................................................................................. xvi
ABSTRAK ......................................................................................................... xviii
ABSTRACT ........................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... I-1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... I-2
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... I-2
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................... I-3
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................ I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ II-1
2.1 Hidrologi ................................................................................................. II-1
2.2 Siklus Hidrologi ...................................................................................... II-1
2.3 Daerah Aliran Sungai (DAS) .................................................................. II-2
2.4 Banjir dan Pengendalinya ........................................................................ II-2
2.4.1 Penyebab dan Dampak Banjir........................................................ II-3
2.4.2 Normalisasi Sungai ........................................................................ II-4
2.5 Data Hidrologi ......................................................................................... II-4
2.5.1 Perencanaan Daerah Aliran Sungai (DAS) .................................... II-5
2.6 Hidrolika.................................................................................................. II-5
2.6.1 Jenis aliran ..................................................................................... II-5

vi
2.6.2 Sifat-sifat aliran.............................................................................. II-5
2.7 Debit Sungai ............................................................................................ II-6
2.8 Curah Hujan ............................................................................................ II-6
2.9 Analisa Frekuensi .................................................................................... II-9
2.9.1 Parameter Statistik (Pengukuran Dispersi) .................................... II-9
2.9.2 Distribusi Probabilitas Kontinyu ................................................... II-9
2.9.3 Pengujian Kecocokan Sebaran ..................................................... II-12
2.10Intensitas Curah Hujan (It).................................................................... II-13
2.11Debit Banjir Rencana ............................................................................ II-13
2.12Program HEC-RAS ................................................................................ II-17
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... III-1
3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... III-1
3.2 Metode Penelitian ................................................................................... III-2
3.2.1 Pengumpulan Data ........................................................................ III-2
3.2.2 Alat penelitian ............................................................................... III-3
3.3 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... III-3
3.3.1 Perhitungan Debit Banjir Rencana ................................................ III-3
3.3.2 Menghitung Kecepatan Aliran Sungai .......................................... III-5
3.3.3 Input Data ke HEC-RAS ................................................................ III-9
3.4 Analisis Kapasitas Tampungan ............................................................ III-10
3.5 Bagan Alir ............................................................................................ III-10
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ......................................... IV-1
4.1 Gambaran Umum Kondisi DAS Bengkulu ............................................ IV-1
4.2 Analisis Debit Sungai di Lapangan ........................................................ IV-2
4.3 Analisis Curah Hujan .............................................................................. IV-4
4.3.1 Hujan Rerata Metode Poligon Thiessen ....................................... IV-6
4.3.2 Analisa Hujan Harian Maksimum Rerata Wilayah ...................... IV-7
4.3.3 Analisa Curah Hujan Maksimum Harian Rerata......................... IV-10
4.4 Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana ............................................ IV-10
4.4.1 Parameter Statistik (Pengukuran Dispersi) ................................. IV-10
4.4.2 Analisis Jenis Distribusi .............................................................. IV-13
4.4.3 Pengujian Kecocokan Sebaran .................................................... IV-15

vii
4.5 Curah Hujan Rencana ........................................................................... IV-18
4.6 Analisis Debit Banjir Rencana ............................................................. IV-19
4.6.1 Debit Aliran Dasar (Base Flow) ................................................. IV-19
4.6.2 Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Snyder .......................... IV-20
4.6.3 Perbandingan Hidrograf Satuan Sintetis .................................... IV-28
4.7 Analisis Hidrolika dengan HEC-RAS 5.0.7 .......................................... IV-34
4.7.1 Membuat Peta DAS Air Bengkulu di HEC-RAS 5.0.7 ............... IV-34
4.6.2 Memasukan Data Geomteri Sungai ............................................ IV-40
4.6.5 Memasukan Data Debit Sungai dan Analisis Unsteady Flow..... IV-44
4.6.3 Analisis Muka Air Banjir ............................................................ IV-47
4.6.4 Validasi Banjir Rencana dengan Kondisi Lapangan .................. IV-51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. V-1
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... V-1
5.2 Saran ......................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi .............................................................................. II-2
Gambar 2.2 Cara poligon Thiessen ..................................................................... II-8
Gambar 2.3 Cara Garis Isohyet ........................................................................... II-8
Gambar 2.4 Metode Pemisahan Aliran Dasar dan Aliran Langsung ................ II-15
Gambar 2.5 Skema model HSS Snyder ........................................................... II-16
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian DAS Air Bengkulu ............................................ III-1
Gambar 3.2 Metode-metode Pengukuran dengan Current meter ...................... III-5
Gambar 3.3 Pengukuran Metode Merawas ........................................................ III-5
Gambar 3.4 Pengukuran Metode Perahu ........................................................... III-6
Gambar 3.5 Pengukuran Metode Sisi Jembatan ................................................ III-7
Gambar 3.6 Pengukuran Metode Kereta Gantung ............................................. III-8
Gambar 3.7 Jendela Kerja HEC-RAS Data Geometri Sungai ............................ III-9
Gambar 3.8 Jendela Kerja Untuk Aliran Unsteady data ................................... III-9
Gambar 3.9 Jendela Kerja Unsteady Flow Analysis ........................................ III-10
Gambar 3.10 Diagram Alir Pelaksanaan Peneliti ............................................ III-11
Gambar 4.1 Koordinat Pengukuran Geometri Sungai ....................................... IV-1
Gambar 4.2 Poligon thiessen yang dihasilkan ................................................... IV-6
Gambar 4.3 Pembagian luasan stasiun pos hujan DAS Bengkulu ..................... IV-6
Gambar 4.4 Luasan 3 stasiun pos hujan DAS Bengkulu ................................... IV-7
Gambar 4.5 Tiga Pos Stasiun Hujan DAS Bengkulu ......................................... IV-8
Gambar 4.6 Kurva IDF dengan Metode Mononobe ........................................ IV-19
Gambar 4.7 Hidrograf Satuan Sintetis Snyder ................................................. IV-24
Gambar 4.8 Hidrograf Banjir HSS Snyder ..................................................... IV-27
Gambar 4.9 Perbandingan HSS Periode Ulang 2 Tahun ................................. IV-30
Gambar 4.10 Perbandingan HSS Periode Ulang 5 Tahun ............................... IV-32
Gambar 4.11 Perbandingan HSS Periode Ulang 10 Tahun ............................. IV-33
Gambar 4.12 Perbandingan HSS Periode Ulang 25 Tahun ............................. IV-34
Gambar 4.13 Pengaktifan Menu HEC-RAS ..................................................... IV-34
Gambar 4.14 Layar Utama (Cara Mengubah Satuan Sistem) .......................... IV-34
Gambar 4.15 Layar Pembuatan Project Baru ................................................... IV-35

ix
Halaman
Gambar 4.16 RAS Mapper Editor .................................................................... IV-35
Gambar 4.17 Laman website ESRI .................................................................. IV-36
Gambar 4.18 Pencarian Indonesia.................................................................... IV-36
Gambar 4.19 Pemilihan Kode File ................................................................... IV-36
Gambar 4.20 Pemilihan Kode File ................................................................... IV-37
Gambar 4.21 Memasukan Koordinat Wilayah Bengkulu ................................ IV-37
Gambar 4.22 Memasukan Peta Wilayah Bengkulu Secara Online .................. IV-38
Gambar 4.23 Download Peta Terrain .............................................................. IV-38
Gambar 4.24 Pemilihan Peta Terrain .............................................................. IV-39
Gambar 4.25 Dowload Peta Terrain ................................................................ IV-39
Gambar 4.26 Peta Wilayah Bengkulu dengan Google Hybrid. ...................... IV-39
Gambar 4.27 Peta Wilayah Bengkulu dengan google hybrid .......................... IV-40
Gambar 4.28 Peta Terrain Wilayah Bengkulu ................................................. IV-40
Gambar 4.29 Menampilkan Background Peta Pada Geometric Data.............. IV-41
Gambar 4.30 Skema Alur Sungai Air Bengkulu .............................................. IV-41
Gambar 4.31 Mengisi Data Penampang Melintang Hilir Sungai .................... IV-42
Gambar 4.32 Mengisi Data Penampang Melintang Sungai Air Bengkulu ...... IV-42
Gambar 4. 33 Mengisi Data Penampang Melintang Sungai Air Bengkulu ..... IV-43
Gambar 4.34 Interpolasi Penampang Melintang Sungai.................................. IV-43
Gambar 4.35 Jendela Editor Unsteady Flow Data........................................... IV-44
Gambar 4.36 Pengisian Data Hidrograf Debit Sebagai Syarat Batas Hulu ..... IV-44
Gambar 4.37 Pengisian Data Hidrograf Debit ................................................. IV-45
Gambar 4.38 Menu Run Unsteady Flow Analysis .......................................... IV-45
Gambar 4.39 Running Unsteady Flow Anlaysis .............................................. IV-46
Gambar 4.40 Salah Satu Profil Muka Air Perhitungan Unsteady .................... IV-46
Gambar 4.41 Gambar Perspektif Profil Muka Air di Sepanjang Sungai ......... IV-47
Gambar 4.42 Pengukuran Ketinggian Banjir di Jalan Tanggul ....................... IV-51

x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Persyaratan parameter statistik suatu distribusi ................................ II-12
Tabel 2.2 Kriteria Pemilihan Periode Ulang Banjir Rencana ........................... II-14
Tabel 4.1 Kondisi DAS Bengkulu di Lapangan................................................. IV-2
Tabel 4.2 Data curah Hujan Maksimum Air Bengkulu Periode 2009 – 2018 .. IV-5
Tabel 4.3 Urutan Kecil ke Terbesar ................................................................... IV-5
Tabel 4.4 Bobot Luasan Poligon Thiessen ......................................................... IV-7
Tabel 4.5 Rekap Data Curah Hujan Harian Maksimal ..................................... IV-8
Tabel 4.6 Perhitungan Hujan Harian Maksimum Rerata Poligon Thiessen....... IV-9
Tabel 4.7 Rekap Data Hujan Hasil Analisa Poligon Thiessen ........................... IV-9
Tabel 4.8 Urutan dari Kecil Terbesar ............................................................... IV-10
Tabel 4.9 Parameter Statistik ........................................................................... IV-11
Tabel 4.10 Parameter Logartimik .................................................................... IV-12
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Dispersi ............................................................ IV-13
Tabel 4.12 Distribusi Sebaran Metode Gumbel Tipe I .................................... IV-13
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Tipe III ....................... IV-14
Tabel 4.14 Distribusi Sebaran Metode Log Normal ........................................ IV-14
Tabel 4.15 Syarat Penggunaan Jenis Sebaran .................................................. IV-15
Tabel 4.16 Rekapitulasi Curah Hujan Rencana ............................................... IV-15
Tabel 4.17 Pehitungan Chi-Square untuk distribusi Log-Pearson Type III ..... IV-16
Tabel 4.18 Uji Kecocokan Sebaran Smirnov-Kolmogorov .............................. IV-17
Tabel 4.19 Intensitas Curah Hujan ................................................................... IV-18
Tabel 4.20 Tabulasi perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Snyder ................ IV-22
Tabel 4.21 Hidrograf Banjir Snyder dengan Hujan Periode Ulang 2 Tahun ... IV-25
Tabel 4.22 Rekaputilasi Hidrograf Banjir Snyder ........................................... IV-26
Tabel 4.23 Data Nilai HSS SCS....................................................................... IV-28
Tabel 4.24 Data Nilai HSS Nakayasu .............................................................. IV-29
Tabel 4.25 Penampang Melintang Sungai Air Bengkulu Periode 2 Tahun ..... IV-47

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Sertifikat Kalibrasi Current Meter dengan Alat Pemberat ............... L-1
Lampiran 2 Sertifikat Kalibrasi Current Meter dengan Tongkat Penduga .......... L-4
Lampiran 3 Nilai Hasil Pengolahan Data Arus Sungai Bagian Hulu .................. L-6
Lampiran 4 Nilai Hasil Pengolahan Data Arus Sungai Bagian Tengah .............. L-7
Lampiran 5 Nilai Hasil Pengolahan Data Arus Sungai Bagian Hilir ................... L-8
Lampiran 6 Curah Hujan Harian Maksimum ...................................................... L-9
Lampiran 7 Reduced Mean Yn .......................................................................... L-12
Lampiran 8 Reduced Standard Deviation Sn ...................................................... L-13
Lampiran 9 Reduced Variate YT ........................................................................ L-14
Lampiran 10 Harga K Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III .......................... L-15
Lampiran 11 Standart Variabel Kt ..................................................................... L-16
Lampiran 12 Nilai Kritis Untuk Uji Keselarasan Chi Kuadrat .......................... L-17
Lampiran 13 Nilai Delta Kritis Untuk Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorof . L-18
Lampiran 14 HSS Snyder - Asli dan Terkoreksi ............................................... L-19
Lampiran 15 Hidrograf Banjir Periode Ulang 2 Tahun ..................................... L-20
Lampiran 16 Hidrograf Banjir Periode Ulang 5 Tahun ..................................... L-21
Lampiran 17 Hidrograf Banjir Periode Ulang 10 Tahun ................................... L-22
Lampiran 18 Hidrograf Banjir Periode Ulang 25 Tahun ................................... L-23
Lampiran 19 Hidrograf Banjir Periode Ulang 50 Tahun ................................... L-24
Lampiran 20 Hidrograf Banjir Periode Ulang 100 Tahun ................................. L-25
Lampiran 21 Dokumentasi DAS Air Bengkulu ................................................. L-26

xii
DAFTAR RUMUS
Halaman
Rumus 2.1 Debit (Q) ........................................................................................... II-6
Rumus 2.2 Nilai Rata-Rata (X) ........................................................................... II-7
Rumus 2.3 Hujan Rerata (RThiessen) ..................................................................... II-7
Rumus 2.4 Hujan Rerata (RIshoyet) ....................................................................... II-8
Rumus 2.5 Nilai Rata-Rata Varian...................................................................... II-9
Rumus 2.6 Deviasi Standar (Sd) ......................................................................... II-9
Rumus 2.7 Koefisien Kemencengan (Cs) ........................................................... II-9
Rumus 2.8 Koefisien Kurtosis (Ck) .................................................................... II-9
Rumus 2.9 Koefisien Variasi (Cv) ...................................................................... II-9
Rumus 2.10 Distribusi Gumbel Tipe I .............................................................. II-10
Rumus 2.11 Distribusi Log Pearson Tipe III .................................................... II-10
Rumus 2.12 Harga Rata-Rata Logaritmik Tipe III ........................................... II-11
Rumus 2.13 Deviasi Standar Log Person Tipe III ............................................ II-11
Rumus 2.14 Koefisien Skewness Log Person Tipe III ..................................... II-11
Rumus 2.15 Harga Rata-Rata Logaritmik ......................................................... II-11
Rumus 2.16 Distribusi Log Normal .................................................................. II-11
Rumus 2.17 Uji Kecocokam Chi-Kuadrat (Chi-Square) .................................. II-12
Rumus 2.18 Derajat Kebebasan ........................................................................ II-12
Rumus 2.19 Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov........................................... II-13
Rumus 2.20 Intensitas Curah Hujan.................................................................. II-13
Rumus 2.21 Aliran Dasar (Base Flow) ............................................................. II-15
Rumus 2.22 Waktu Tenggang (Basin Lag Time) .............................................. II-16
Rumus 2.23 Waktu Tenggang (Basin Lag Time) ............................................. II-16
Rumus 2.24 Debit Puncak ................................................................................. II-16
Rumus 2.25 Waktu Dasar ................................................................................. II-16
Rumus 2.26 Durasi Hujan Efektif ..................................................................... II-16
Rumus 2.27 Waktu Titik Berat ke Puncak Hidrograf ....................................... II-16
Rumus 2.28 Debit Puncak Durasi tr .................................................................. II-16

xiii
DAFTAR ISTILAH

Hidrologi : Ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai


terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya
dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan
makhluk hidup.
Siklus hidrologi : Proses kontinyu (berulang) dimana air bergerak dari
bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi.
Daerah Aliran Sungai : Daerah yang dibatasi oleh punggung-punggung
pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah
tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada suatu
titik/stasiun yang ditinjau.
Hujan : Turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa
berupa hujan salju, kabut, embun, dan hujan es.
Hujan rencana : Hujan dengan periode ulang tertentu (T) yang
diperkirakan akan terjadi disuatu daerah pengaliran.
Periode ulang : Waktu hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai
tertentu, debit rencana misalnya, akan disamai atau
dilampaui 1 kali dalam jangka waktu hipotetik tersebut.
Intensitas curah hujan : Ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dimana air tersebut berkonsentrasi.
IDF : (Intensitas Durasi Frekuensi) kurva yang memberikan
hubungan antara intensitas hujan dengan durasi hujan.
Debit : Besaran aliran air di sungai atau di saluran dinyatakan
dalam satuan m3/detik yaitu volume air yang mengalir di
sungai atau saluran tersebut setiap detiknya.
Debit banjir rencana : Debit dengan periode ulang tertentu (T) yang
diperkirakan akan melalui suatu sungai atau bangunan
air.
Debit puncak : Debit terbesar selama periode banjir yang terjadi pada
saat tinggi muka air mencapai titik maksimum.

xiv
Hidrograf : Kurva yang memberikan hubungan antara parameter
seperti debit (Q) terhadap waktu (t).
Hidrograf satuan : Hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran dasar) yang
tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan
efektif sebesar 1 mm yang terjadi secara merata di
permukaan DAS dengan intensitas tetap dalam suatu
durasi tertentu.
Hujan efektif : Bagian hujan yang menyebabkan terjadinya aliran
permukaan.
Aliran dasar : Komponen penting dalam hidrograf yang berasal dari
groundwater (air tanah) yang merembes ke saluran
sungai, tanpa melihat variabilitas hujan.
Hidrograf satuan sintetis : Hidrograf satuan yang diturunkan berdasarkan data
sungai pada DAS yang sama atau DAS terdekat tetapi
memiliki karakteristik yang sama.
Standar Deviasi : Besar perbedaan dari nilai sampel terhadap rata-rata.
Frekuensi hujan : Besaran kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui.
Koefisien Skewness : Suatu nilai yang menunjukkan derajat ketidak simetrisan
dari suatu bentuk distribusi.
Koefisien Kurtosis : Suatu nilai yang digunakan untuk mengukur
keruncingan dari bentuk kurva distribusi yang umumya
dibandingkan dengan distribusi normal.

xv
DAFTAR NOTASI

Sd : Deviasi standar
Cs : Koefisien kemencengan
Ck : Koefisien kurtosis
Cv : Koefisien variasi
n : Jumlah data
XT : Nilai hujan rencana yang dengan data ukur T tahun
YT : Nilai reduksi variat
Yn : Nilai rata-rata dari reduksi variat
Sn : Deviasi standar dari reduksi variat
Y : Nilai logaritmik dari X atau Log X
k : Karakteristik distribusi peluang Log-Pearson Tipe III
Kt : Karakteristik variabel untuk periode ulang T tahun
X2 : Harga Chi-Square terhitung
Ei : Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i
Oi : Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
DK : Derajat kebebasan
P : Nilai untuk distribusi metode Gumbel
Δ : Perbedaan
Δmaks : Perbedaan maksimum
Δcr : Perbedaan kritis
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t : Lamanya curah hujan (jam)
tc : Waktu konsentrasi (jam)
L : Panjang saluran dari hulu sampai ke titik kontrol (km)
S : Kemiringan lahan antara elevasi hulu dan hilir
QB : Aliran dasar (m3/detik)
A : Luas DAS (km2)
D : Kerapatan jaringan kuras
TR : Waktu naik (jam)

xvi
Qp : Debit puncak (m3/detik)
TB : Waktu dasar (jam)
Qt : Debit puncak diukur dalam jam ke-t (m3/detik)
k : Koefisien tampungan (jam)
SF : Faktor sumber (km)
SIM : Faktor simetri
WF : Faktor lebar (km)
Wi : Lebar sungai di hilir (km)
Wu : Lebar sungai di hulu (km)
JN : Jumlah sungai
S : Landai sungai rata-rata
SN : Frekuensi sumber
RUA : Perbandingan antara luas DAS dengan luas DAS di hulu (km2)
Ф : Indeks infiltrasi (mm/jam)
Au : Luas DAS di hulu (km2)
tg : Waktu konsentrasi (jam)
Ro : Hujan satuan (1 mm)
tr : Satuan waktu dari curah hujan (jam)
α : Koefisien karakteristik hidrograf

xvii
Okky Kurniawan Pembimbing :
NPM G1B015052 I. Dr. Gusta Gunawan, S.T., M.T.
Program Studi Teknik Sipil II. Besperi, S.T., M.T.

ANALISIS DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN


PENDEKATAN METODE HIDROGRAF
SATUAN SINTETIS (HSS) SNYDER
DAN HEC-RAS VERSI 5.0.7
(Studi Kasus DAS Air Bengkulu di Bagian Hilir)

ABSTRAK
Sungai Air Bengkulu merupakan sungai yang memiliki fungsi sangat penting dan
memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan. Sungai Air Bengkulu
sering mengalami banjir. Banjir merupakan kondisi debit aliran suatu penampang
melebihi daya tampung aliran sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui nilai debit rencana yang akan terjadi pada periode ulang 2, 5, 10, 25,
50 dan 100 tahun. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa curah hujan
harian selama 10 tahun dari 3 stasiun hujan. Metode yang digunakan adalah
menggunakan pendekatan metode Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Snyder yang
kemudian diintegrasikan kedalam program HEC-RAS versi 5.0.7. Hasil
penelitian menunjukkan besar debit data kala ulang 2 tahun sebesar 1026,151
m3/detik, kala ulang 5 tahun sebesar 1196,162 m3/detik, kala ulang 10 tahun
sebesar 1302,766 m3/detik, kala ulang 25 tahun sebesar 1400,449 m3/detik, kala
ulang ulang 50 tahun sebesar 1473,655 m3/detik dan kala ulang 100 tahun sebesar
1541,835 m3/detik. Berdasarkan hasil analisis dari program HEC-RAS didapat
bahwa wilayah banjir yaitu di STA 32000 (Daerah desa Kancing) sampai daerah
hilir. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sungai
Air Bengkulu untuk kala ulang 2 tahun sudah tidak mampu dalam menampung
debit aliran yang terjadi.

Kata kunci : Debit aliran, HSS Snyder, HEC-RAS 5.0.7, Sungai Air Bengkulu,
Periode Ulang

ABSTRAK

xviii
Okky Kurniawan Pembimbing :
NPM G1B015052 I. Dr. Gusta Gunawan, S.T., M.T.
Program Studi Teknik Sipil II. Besperi, S.T., M.T.

PEAK DISCHARGE ANALYSIS USING A METHOD APPROACH


SYNTHETIC UNIT HYDROGRAPH SNYDER
AND HEC-RAS 5.0.7
(Case Study Bengkulu Watershed in Downstream)

ABSTRACT
Bengkulu River is a river that has a very important function and have the most
impact area during the rainy season. Bengkulu River often flooded. Flooding is a
cross-flow conditions exceed capacity of the river flow. The purpose of this study
was to determine the value of the discharge plan that would occur in the period
of 2, 5, 10, 25, 50 and 100 years. This study uses secondary data daily rainfall for
10 years from 3 stations rain. The method used is the method approach, Synthetic
Unit Hydrograph Snyder were then integrated into the program HEC-RAS
version 5.0.7. The results showed a large flow of data when the 2-year return
period of 1026.151 m3/sec, when the 5-year return period 1196.162 m3/sec, when
the 10-year return period of 1302.766 m3/sec, 25-year return period of 1400.449
m3/sec, when the 50-year return period of 1473.655 m3/sec and 100-year return
period of 1541.835 m3/sec. Based on the analysis of HEC-RAS program found
that the flood area that is in STA 32000 (Kancing village area) to the downstream
areas. The conclusion of the results showed that he river Air Bengkulu to return
period of 2 years is not able to accommodate flow rates occur.

Kata kunci : Flood Discharge, HSS Snyder, HEC-RAS 5.0.7, Bengkulu


Watershed, Return Period

ABSTRACT

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang terletak diantara dua benua yang
menyebabkan Indonesia memiliki tiga iklim yaitu iklim musim (muson), iklim
tropis dan iklim laut. Musim penghujan yang biasanya terjadi di antara bulan
Oktober – April mengakibatkan curah hujan di hampir setiap wilayah Indonesia.
Sedikitnya enam wilayah memiliki curah hujan yang cukup tinggi di seluruh
Indonesia, diantaranya adalah Bali, NTB, Bengkulu, Lampung, seluruh jawa dan
sebagian wilayah Sumatera Barat (BNPB, 2017).
Provinsi Bengkulu merupakan provinsi di Pulau Sumatera yang terletak pada
koordinat 2°16’ - 5°13’ Lintang Selatan dan 101°01’ - 103°46’ Bujur Timur,
membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra
Hindia dengan panjang garis pantai ± 525 km dan luas wilayah 19.778,7 km2.
(Wikipedia, 2019).
Provinsi Bengkulu memiliki banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) yang perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Salah satu DAS yang perlu
diperhatikan adalah DAS Air Bengkulu. DAS Air Bengkulu mencakup daerah
seluas 51.500 Ha dan berlokasi di dua kabupaten di Bengkulu (Bengkulu Tengah
dan Kota Bengkulu). Sungai utama di DAS ini adalah Sungai Air Bengkulu. DAS
ini terbagi dalam 3 Sub-DAS yaitu Sub-DAS Rindu Hati mencakup area seluas
19.207 Ha, Sub-DAS Susup mencakup area seluas 9.890 Ha, Sub-DAS Bengkulu
Hilir mencakup area seluas 22.402 Ha (Ardiansyah & Mustikasari, 2011).
Akibat dari banyaknya sungai dan terjadinya perubahan tataguna lahan
tersebut, Provinsi Bengkulu termasuk langganan bencana banjir di tiap tahun.
Tahun 2019 tercatat merupakan tahun terburuk dalam terjadinya bencana banjir.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkulu berdasarkan
laporan sementara tanggal 7 Mei 2019 tercatat sebanyak 24 orang meninggal dunia,
2 orang luka berat, 2 orang luka ringan dan 4 orang hilang. Kerugian yang akibatkan
sebesar 144 Miliar. Banjir terjadi karena debit aliran atau debit maksimum suatu
penampang melebihi daya tampung aliran sungai (BPBD, 2019).

I-1
Permasalahan banjir menunjukkan perlu diadakan penelitian analisis debit
puncak DAS Air Bengkulu dengan menggunakan pendekatan metode Hidrograf
Satuan Sintetis (HSS). Hidrograf aliran merupakan bagian yang sangat penting
dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan banjir dan ketersediaan
air sebab hidrograf aliran dapat menggambarkan suatu distribusi waktu dari aliran
sungai dan dapat menentukan bentuk daerah aliran sungai (Junia dkk, 2015).
Peneliti menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Snyder kemudian dilakukan
pemodelan banjir dengan mengunakan software Hydrologic Engineering Center’s
- River Analysis System (HEC-RAS) Versi 5.0.7.
HEC-RAS merupakan software pemodelan mengenai sungai. Peneliti lain yang
menggunakan software ini seperti Irawan, E. S. (2017) menggunakan HEC-RAS
versi 4.0 dan Parinduri, R. T. (2018) menggunakan HEC-RAS versi 5.0.1. Seiring
bertambahnya waktu HEC-RAS mempunyai versi terbaru yaitu versi 5.0.7. Oleh
karena itu peneliti menggunakan HEC-RAS versi 5.0.7. Hasil dari penelitian ini
akan membantu dalam melakukan evakuasi untuk mengurangi korban jiwa dan
kerugian akibat bencana banjir serta diharapkan menjadi acuan dalam perbaikan
(rekonstruksi) penampang sungai yang kemungkinan terjadi banjir.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Berapa debit puncak DAS Air Bengkulu bagian hilir dengan metode
Hidrograf Satuan Sintetis Snyder?
2. Bagaimana mengetahui kapasitas DAS Air Bengkulu bagian hilir dalam
menampung debit banjir yang lewat dengan aliran tak permanen (Unsteady
flow) dengan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis Snyder?
3. Dimana lokasi titik-titik daerah yang berpotensi banjir mengunakan
program HEC-RAS versi 5.0.7?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghitung debit puncak DAS Air Bengkulu bagian hilir dengan metode
Hidrograf Satuan Sintetis Snyder.

I-2
2. Menganalisa kapasitas DAS Air Bengkulu bagian hilir dalam menampung
debit banjir yang lewat dengan aliran tak permanen (Unsteady flow) dengan
menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis Snyder.
3. Mengetahui titik-titik daerah yang berpotensi banjir mengunakan program
HEC-RAS versi 5.0.7.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan Pemerintah Daerah sebagai
pengembangan pedoman untuk pengendalian banjir.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
dimana saja lokasi yang berpeluang besar terendam banjir kepada
masyarakat sekitar di sekitar sungai Air Bengkulu.
3. Dalam bidang pendidikan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman
untuk penelitian selanjutnya.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memacu perkembangan teknologi dalam
menangani bencana banjir di sungai Air Bengkulu.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Pengambilan data primer dilakukan pada titik batas hulu DAS Air Bengkulu
di Desa Penanding Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah,
pengambilan data bagian tengah di Desa Taba Terunjam Kecamatan Karang
Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah dan hilir di Kecamatan Bentiring Kota
Bengkulu.
2. Data hujan yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Provinsi Bengkulu dan pos hujan DAS Air
Bengkulu selama 10 tahun terakhir (2009-2018) yang dianggap sudah valid
sehingga tidak dilakukan lagi pengukuran ulang.
3. Analisa banjir diselesaikan dengan menggunakan software HEC-RAS versi
5.0.7 dengan jenis analisa unsteady flow.

I-3
4. Debit banjir rencana yang digunakan dalam periode ulang 2 tahun, 5 tahun,
10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun dengan anggapan kondisi DAS
dan lingkungan sekitarnya tetap.
5. Kondisi DAS Air Bengkulu yang digunakan adalah data dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Bengkulu yang dianggap
sudah sesuai dengan kondisi sebenarnya sehingga tidak dilakukan
pengindentifikasian ulang. Jumlah pos penakar hujan yang digunakan hanya
terbatas 3 pos penakar hujan, yaitu :
a. Pos Hujan Taba Penanjung
b. Pos Hujan Karang Tinggi
c. Pos Hujan UNIB

I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidrologi
Hidrologi (berasal dari bahasa Yunani, Hidrologia, ilmu air) adalah cabang
ilmu teknik sipil yang mempelajari pergerakan, distribusi dan kualitas air di seluruh
bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air (Asdak C, 2014).
Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku air, proses
terjadinya, sirkulasi dan distribusi, sifat kimia dan fisika, dan reaksinya dengan
lingkungan termasuk hubungannya dengan kehidupan (Santosa, 1988). Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hidrologi adalah ilmu tentang air di bawah
tanah, keterdapatannya, peredaran dan persebarannya, persifatan kimia dan
fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan makhluk
hidup. Aspek hidrologi meliputi: siklus hidrologi, karakteristik hujan, data hujan,
dan pengolahan data hujan (Hasmar, 2012).

2.2 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi merupakan rangkaian proses perubahan fase dan pergerakan
air dalam suatu sistem hidrologi (Hendrayanto, 2008). Air yang berada di atmosfer
mengalami kondensasi membentuk awan, kemudian menjadi hujan atau disebut
presipitasi. Hujan dari atmosfer tidak semuanya akan sampai ke bumi karena ada
sebagian akan berkondensasi kembali, sebagian lagi hujan ada yang tertahan oleh
permukaan vegetasi pada suatu lahan (intersepsi). Air hujan yang sampai ke
permukaan tanah sebagian akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi) sebagian lagi
akan menjadi aliran permukaan (run off). Air yang masuk ke dalam tanah
mengisi air tanah (groundwater) mengalir secara perlahan-lahan di dalam tanah
kemudian keluar dari tanah di tempat-tempat yang lebih rendah. Air tersebut
kemudian mengalami penguapan (evaporasi) dan pada tumbuhan disebut
transpirasi. Air yang menguap ini akan menuju ke atmosfer kembali. Sebagian air
hujan yang sampai ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah. Sisanya yang
tidak terinfiltrasi akan mengisi permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-
daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya sampai ke laut. Siklus
hidrologi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

II-1
Sumber : (Kodoatie & Sjarief, 2010)
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

2.3 Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh pungung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil
kesungai utama. Daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir. Daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan
daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase yang tinggi, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng yang besar, bukan merupakan daerah banjir. Sementara
daerah hilir DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah
pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil dan merupakan daerah kemiringan
lereng kecil. Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari
kedua keadaan DAS yang berbeda tersebut (Asdak C, 2014).

2.4 Banjir dan Pengendalinya


Banjir merupakan bencana hidrologis yang salah satu penyebabnya adalah
kegagalan pengelolaan DAS. Banjir juga bisa disebabkan karena curah hujan yang
sangat tinggi sehingga hutan tidak dapat berfungsi sebagai pengurang limpasan.
Bencana tersebut mengindikasikan lingkungan terutama di bagian hulu DAS yang
berfungsi sebagai daerah resapan air (Auliyani, 2017). Bencana banjir adalah
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat (Undang-undang No. 24, 2007).

II-2
Banjir terjadi karena debit aliran atau debit maksimum suatu penampang
melebihi daya tampung aliran sungai. Banjir adalah suatu kondisi jumlah debit air
yang ada melebihi jumlah daya tampung aliran sungai. Banjir merupakan peristiwa
alam yang dapat menimbulkan banyak kerugian berupa harta, benda dan bahkan
menelan korban jiwa.

2.4.1 Penyebab dan Dampak Banjir


Banjir sering terjadi pada musim penghujan, namun hujan tidak selalu menjadi
faktor utama penyebab banjir. Menurut (Nugroho, 2014) setidaknya ada 5 faktor
penting terjadinya banjir di Indonesia.
a. Curah hujan
Dalam daur hidrologi, penyebaran hujan tidak merata menurut ruang dan
waktu, namun dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal baik fenomena alam
maupun kegiatan manusia. Sebagaimana di Indonesia yang memiliki iklim
tropika basah dengan curah hujan tinggi pada musim hujan
b. Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)
Perbedaan karakteristik DAS pada masing-masing sungai mengakibatkan
adanya perbedaan pada sifat aliran/banjir antara sungai yang satu dengan yang
lain. Karakteristik DAS berupa luas, bentuk dan kemiringan lereng, demikian
pula susunan sungai utama dan anak-anak sungainya pada DAS tersebut
menghasilkan adanya variasi sifat banjir pada sungai. Semakin luas suatu DAS,
ditambah dengan pendeknya aliran sungai utama, mengakibatkan cepatnya
banjir yang datang, dibandingkan dengan DAS lain yang memiliki aliran
sungai utamanya yang lebih panjang.
c. Kemampuan alur sungai mengalirkan air banjir
Penurunan kemampuan alur sungai merupakan salah satu faktor penyebab
banjir. berkurangnya kemampuan sungai dalam mengalirkan air disebabkan
oleh adanya pendangkalan dan penyempitan alur sungai. Pengdangkalan dapat
terjadi karena adanya pengendapan sedimen secara alami maupun akibat
adanya penumpukan sampah yang dibuang ke sungai. Sementara itu,
penyempitan alur sungai diantaranya disebabkan oleh adanya desakan
pembangunan sehingga lahan yang seharunya merupakan dataran banjir
berubah fungsi menjadi lahan permukinan tetap.

II-3
d. Perubahan tata guna lahan di DAS
Perubahan fisik yang terjadi pada DAS akan berpengaruh langsung terhadap
kemampuan DAS untuk menyerap air. Perubahan tata guna lahan pada DAS
yang tidak mempertimbangkan kemampuannya dalam menyerap air akan
mengakibatkan berkurangnya daya tahan (retensi) DAS dalam menyerap air
sehingga mengurangi kemampuannya menahan air agar tidak menjadi air
limpasan yang kemudian dapat menjadi banjir.
e. Pengelolaan sungai meliputi tata wilayah, pembangunan sarana-prasarananya
hingga tata pengaturannya.
Pengelolaan sungai di Indonesia telah diatur dalam beberapa ketentuan baik
dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun berbagai kendala
dalam pelaksanaan tata pengaturan wilayah sungai ini seringkali masih kurang
optimal, apalagi jika berbenturan dengan pertumbuhan penduduk dan tingkat
urbanisasi yang semakin pesat.

2.4.2 Normalisasi Sungai


Normalisasi sungai adalah kegiatan yang bertujuan untuk melewatkan debit
banjir rencana (Qrencana) secara aman dengan jalan mengecek kapasitas sungai dan
melakukan pelurusan alur sungai yang disertai dengan perkuatan tebing dan
stabilisasi dasar sungai, sehingga tidak terjadi limpasan/luapan. Debit banjir
rencana merupakan debit rencana di sungai atau di saluran alamiah dengan periode
ulang tertentu yang dapat dialirkan tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan
diperoleh dari analisis data hidrologi.

2.5 Data Hidrologi


Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena
hidrologi (hydrologic phenomena), seperti besarnya curah hujan, temperatur,
penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka
air sungai, kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah
menurut waktu (Soerwarno, 1995).

II-4
2.5.1 Perencanaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai ditentukan berdasarkan topografi daerah tersebut, di mana
daerah aliran sungai adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit
diantara dua buah sungai sampai ke sungai yang ditinjau (Aji & Yomi, 2005). Pada
peta topografi dapat ditentukan cara membuat garis imajiner yang menghubungkan
titik dengan elevasi kontur tertinggi disebelah kiri dan kanan sungai yang ditinjau.

2.6 Hidrolika
Hidraulika berasal dari kata hydor dalam bahasa Yunani yang berarti air.
Dengan demikian ilmu hidraulika dapat di definisikan sebagai cabang dari ilmu
teknik yang mempelajari perilaku air baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
Pada kondisi aliran terbuka memiliki karakteristik meliputi jenis dan sifat aliran
(Triatmodjo, 1993).

2.6.1 Jenis aliran


Penggolongan jenis aliran berdasarkan perubahan kedalaman aliran sesuai
dengan perubahan ruang dan waktu.
a. Aliran lunak (steady flow)
Aliran steady flow adalah aliran yang mempunyai kedalaman tetap untuk
kedalaman tertentu.
b. Aliran tidak lunak (unsteady flow)
Aliran ini mempunyai kedalaman aliran yang berubah tidak sesuai dengan
waktu (Hasmar, 2012).

2.6.2 Sifat-sifat aliran


Pada saluran terbuka, aliran yang terjadi pada saluran adalah:
a. Aliran laminar
Gaya kekentalan (viscosity) relatif sangat besar dibandingkan dengan gaya
inersia, sehingga kekentalan berpengaruh besar terhadap perilaku aliran.
Butir-butir air bergerak menurut lintasan tertentu yang teratur atau lurus.
Aliran ini ditandai dengan tidak terjadinya olakan pada muka air.

II-5
b. Aliran turbulen
Gaya kekentalan (viscosity) relatif lemah dibandingkan dengan gaya inersia.
Butir-butir air bergerak menurut lintasan yang tidak teratur, tidak lancar atau
tidak tetap. Aliran ini ditandai dengan terjadinya olakan pada muka air (Hasmar,
2012).

2.7 Debit Sungai


Menurut Anonim II (2009), debit air (water discharge) adalah volume air yang
mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu, dalam
satuan m³/detik. Debit suatu aliran sungai sangat bergantung dengan curah hujan
yang turun dalam suatu DAS. Semakin besar curah hujan yang turun, maka semakin
besar pula debit yang mengalir pada suatu penampang sungai, dan begitu juga
sebaliknya (Amri & Syukron, 2014). Adapun perhitungan debit berdasarkan
kondisi steady flow seperti berikut:
Q=AxV (2.1)
Dimana:
Q = Debit air (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)
A = Luas penampang basah (m2)
Kecepatan aliran pada jarak tempuh yang sama, semakin singkat waktu
tempuh, maka kecepatan yang di hasilkan akan semakin baik. Kecepatan aliran
yang terjadi akan berbeda dalam satu sungai utamanya dimana sungai dibagian hulu
akan memberikan kecepatan yang lebih beser dibandingkan kondisi sebelah hilir
begitu pula halnya dengan aliran limpasan (surface run off) di bagian hulu yang
cenderung lebih besar (Cahyani dkk, 2016).

2.8 Curah Hujan


Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan pemanfaatan
air dan rancangan pengendali banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm (Sosrodarsono &
Takeda, 2003).

II-6
Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-
rata di atas areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos
penakar atau pencatat yaitu: cara tinggi rata-rata (arithmetic mean), cara polygon
Thiessen dan cara Isohyet (Soemarto, 1986).
a. Cara tinggi rata-rata aljabar
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil harga rata-rata
hitung (arithmetic mean) dari penakaran pada penakar hujan dalam area
tersebut. Hasil yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang
didapat dengan cara lain, jika titik pengamatan itu banyak dan tersebar merata
diseluruh daerah itu. Persamaan untuk menghitung curah hujan rata- rata
dengan cara arithmetic mean adalah sebagai berikut:
1
𝑅̅ = 𝑛 (𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 … + 𝑅𝑛 ) (2.2)

Keterangan :
𝑅̅ = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah titik-titik (pos) pengamatan
𝑅1 , 𝑅2 , 𝑅𝑛 = Curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

b. Cara poligon Thiessen


Metode polygon Thiessen dipakai apabila daerah pengaruh dan curah hujan
rata-rata tiap stasiun berbeda-beda. Metode polygon Thiessen ditentukan
dengan cara membuat poligon antar pos hujan pada suatu wilayah DAS,
kemudian tinggi hujan rata-rata dihitung dari jumlah perkalian antara tiap-tiap
luas poligon dan tinggi hujanya dibagi dengan luas seluruh DAS (Sosrodarsono
& Takeda, 2003). Cara polygon Thiessen dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Persamaan untuk perhitungan hujan rerata wilayah dengan metode
Thiessen digunakan persamaan sebagai berikut:
𝐴 𝑥 𝑅𝑖
𝑅𝑇ℎ𝑖𝑒𝑠𝑠𝑒𝑛 = ∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖 (2.3)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan :
R = Curah hujan maksimum rata-rata (mm)
Ai = Luas DAS stasiun i (Km2)
Ri = Curah hujan stasiun i (mm)
ΣA = Luas DAS (Km2)

II-7
Gambar 2.2 Cara poligon Thiessen
c. Cara garis Ishoyet
Peta Isohyet digambar pada peta topografi dengan perbedaan interval 10 sampai
20 mm berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan didalam dan
disekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis Isohyet
yang berdekatan diukur diukur dengan planimeter. Cara Isohyet dapat dilihat
pada Gambar 2.3. Persamaan untuk menghitung curah hujan rata-rata
menggunakan metode garis Isohyet adalah sebagai berikut:
𝐴 𝑅 + 𝐴 𝑅 +⋯+𝐴 𝑅
𝑅̅ = 1 𝐴1 + 2𝐴 2+⋯+𝐴 𝑛 𝑛 (2.4)
1 2 𝑛

Keterangan:
𝑅̅ = Curah hujan rata-rata (mm)
𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴𝑛 = Luas bagian antara garis-garis Isohyet
𝑅1 , 𝑅2 , 𝑅𝑛 = Curah hujan daerah dari bagian-bagian 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴𝑛

Gambar 2.3 Cara Garis Isohyet

II-8
2.9 Analisa Frekuensi
Analisa frekuensi bertujuan untuk mencari hubungan antara besarnya suatu
kejadian ekstrim (maksimum dan minimum) dan frekuensi yang dihitung meliputi:
parameter statistik, distribusi peluang kontinyu dan uji kecocokan (Kamiana, 2011).

2.9.1 Parameter Statistik (Pengukuran Dispersi)


Besarnya derajat dari sebaran variat disekitar nilai rata-ratanya disebut dengan
variasi atau dispersi dari pada suatu data sembarang variabel hidrologi. Beberapa
macam cara untuk mengukur dispersi dilakukan dengan perhitungan dengan rumus
dasar sebagai berikut (Soerwarno, 1995):
∑ni=1 Xi
̅ =
X (2.5)
n
2
∑ni=1 (Xi -X
̅)
Sd =√ (2.6)
n-1

n ∑ni=1{(Xi )-X
̅ }3
Cs = (2.7)
(n-1)(n-2)Sd3
1 n
̅ }4
∑ {(Xi )-X
n i=1
Ck = 4 (2.8)
Sd
Sd
Cv = ̅
(2.9)
X
Keterangan:
Sd = Deviasi standar
Cs = Koefisien kemencengan (Skewness)
Ck = Koefisien kurtosis
Cv = Koefisien variasi
Xi = Nilai varian ke i
̅
X = Nilai rata-rata varian
n = Jumlah data

2.9.2 Distribusi Probabilitas Kontinyu


Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis), yang sering
digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi, seperti distribusi Gumbel Tipe
I, Log Pearson Tipe III, dan Log Normal.

II-9
a. Distribusi Gumbel Tipe I
Untuk mengukur curah hujan rencana dengan Distribusi Gumbel Tipe I
digunakan persamaan distribusi empiris sebagai berikut (Soerwarno, 1995).
̅ + S (YT - Yn )
XT = X (2.10)
S n

Dimana:
XT = Nilai hujan rencana dengan data ukur T tahun (mm)
̅
X = Nilai rata-rata hujan (mm)
S = Deviasi standar (simpangan baku)
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
=√ 𝑛 −1

YT = Nilai reduksi variat (reduced variate) dari variabel yang diharapkan terjadi
pada periode ulang T tahun, dapat dihitung dengan rumus:
T-1
= -ln [-ln ] ; untuk T ≥ 20, maka Y = ln T
T

Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat (reduced mean) nilainya tergantung dari
jumlah data (n)
Sn = Deviasi standar dari reduksi variat (reduced standart deviation) nilainya
tergantung dari jumlah data (n)

b. Distribusi Log Pearson Tipe III


Metode Log Pearson Tipe III apabila digambarkan pada kertas peluang
logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat
dinyatakan sebagai model matematik dangan persamaan sebagai berikut
(Soerwarno, 1995):
̅ +k×S
Y=Y (2.11)
Dimana:
Y = Nilai logaritmik dari X atau log X
X = Curah hujan (mm)
̅
Y = Rata-rata hitung (lebih baik rata-rata geometrik) nilai Y
S = Deviasi standar nilai Y
K = Karakteristik distribusi peluang Log-Pearson Tipe III

II-10
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Mengubah data curah hujan sebanyak n buah X1, X2, X3,...,Xn menjadi log
(X1), log (X2), log (X3),..., log (Xn).
2) Menghitung harga rata-ratanya dengan rumus berikut:
∑ni=1 (Xi)
̅̅̅̅̅̅̅̅
log X = (2.12)
n

Dimana:
̅̅̅̅̅̅
log X = Harga rata-rata logaritmik
n = Jumlah data
Xi = Nilai curah hujan tiap-tiap tahun (R24 maks) (mm)
3) Menghitung harga deviasi standarnya (Sd) dengan rumus berikut:
n
∑ {log(Xi)-log(X)} ̅̅̅̅̅̅̅̅ 2
Sd log X = √ i=1
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (2.13)
n-1

4) Menghitung koefisien skewness (Cs) dengan rumus:


3
∑ni=1{log(Xi)-log(X)
̅̅̅̅̅̅̅̅}
Cs = 3 (2.14)
(n-1)(n-2)( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
Sd log X)

Sehingga persamaannya dapat ditulis:


log X = ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
log (Xi) + k ( Sd log X ) (2.15)

c. Distribusi Log Normal


Distribusi Log Normal apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik
akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat dinyatakan sebagai
model matematik dengan persamaan sebagai berikut (Soerwarno, 1995):
̅ + Kt × S
XT = X (2.16)
Dimana:
XT = Besarnya curah hujan yang mungkin terjadi dengan periode ulang X
tahun (mm)
̅
X = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Deviasi standar data hujan maksimum tahunan
Kt = Standar variabel untuk periode ulang T tahun
Menurut (Kamiana, 2011) penentuan jenis distribusi probabilitas yang sesuai
dengan data dilakukan dengan mencocokan parameter data tersebut dengan syarat
masing-masing jenis distribusi seperti pada Tabel 2.1

II-11
Tabel 2.1 Persyaratan parameter statistik suatu distribusi
No Distribusi Persyaratan
Cs ≈ 1,14
1 Gumbel
Ck ≈ 5,4
Cs ≈ 0
2 Normal
Ck ≈ 3
Cs ≈ Cv3 + 3 Cv
3 Log Normal
Ck ≈ Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3
4 Log Pearson III Selain dari nilai diatas

2.9.3 Pengujian Kecocokan Sebaran


Untuk menentukan kecocokan (the goodness of fit test) distribusi frekuensi
dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat
menggambarkan/mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian
parameter. Ada dua jenis uji kecocokan yaitu uji Kecocokan Chi-Kuadrat (Chi-
Square) dan uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov.
a. Uji Kecocokan Chi-Kuadrat (Chi-Square)
Pengujian dengan metode ini didasarkan pada jumlah pengamatan yang
diharapkan pada pembagian kelas, dan ditentukan terhadap jumlah data
pengamatan yang terbaca di dalam kelas tersebut, atau dengan membandingkan
nilai Chi-Square (X2) dengan nilai Chi-Square kritis (X2cr) (Soerwarno, 1995).
Pengujian kecocokan Chi Kuadrat dengan rumus:
n
2 (Oi - Ei)2
X = ∑ (2.17)
Ei
t=1

Dimana:
X2 = Harga Chi-Square terhitung
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke i
n = Jumlah data
Suatu distribusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung < X2 kritis. Dari hasil
pengamatan yang didapat dicari penyimpangan dengan chi-square kritis paling
kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil
adalah 5%. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Soerwarno, 1995):
Dk = K - (P + 1) (2.18)

II-12
Dimana:
Dk = Derajat kebebasan
P = Nilai untuk distribusi Metode Gumbel, P = 1
b. Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov
Pengujian kecocokan sebaran dengan metode ini dilakukan dengan
membandingkan probabilitas untuk tiap variabel dari distribusi empiris dan
teoritis didapat perbedaan (Δ) tertentu. Perbedaan maksimum yang dihitung
(Δmaks) dibandingkan dengan perbedaan kritis (Δcr) untuk suatu derajat nyata
dan banyaknya variat tertentu, maka sebaran sesuai jika (Δmaks) < (Δcr).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus (Soerwarno, 1995):
Pmaks P(x)
α= - (2.19)
P(x) Δcr

2.10 Intensitas Curah Hujan (It )


Intensitas hujan atau intensitas hujan rencana dapat dikatakan sebagai
ketinggian atau kederasan hujan per satuan waktu, biasanya dalam satuan
(mm/jam) atau (cm/jam). Berkaitan dengan intensitas hujan rencana, tinggi
intensitas hujan rencana akan semakin besar seiring dengan periode ulang
semakin besar. Jika data hujan jangka pendek tidak tersedia, dan yang tersedia
adalah data hujan harian maka persamaan regresi curva IDF dapat diturunkan
dengan metode Mononobe (Soemarto, 1986).
Perhitungan curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus Mononobe sebagai berikut:
R24 24 2/3
It = × [ ] (2.20)
24 t
Dimana:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Lamanya curah hujan (jam)

2.11 Debit Banjir Rencana


Menurut (Kamiana, 2011), Debit Banjir Rencana (QT) adalah debit dengan
periode ulang tertentu (T) yang diperkirakan akan melalui suatu sungai atau

II-13
bangunan air. Untuk menganalisa debit banjir rencana dapat dilakukan dengan
menggunakan metode hidrograf yang dilakukan dengan menggunakan bantuan
model hidrograf satuan sintetis dan model non hidrograf yang dilakukan dengan
teknik analisa frekuensi (Buana, 2010).

a. Kriteria Perencanaan Penentuan Periode Ulang Banjir


Berbagai macam bangunan-bangunan air memerlukan perhitungan hidrologi
yang merupakan bagian dari perencanaan bangunan-bangunan tersebut. Pemilihan
periode ulang (retrun period) banjir rencana untuk bangunan air adalah suatu
masalah yang sangat bergantung pada analisa statistik dari urutan kejadian banjir
baik berupa debit air di sungai.
Pemilihan suatu teknik analisa penentuan banjir rencana tergantung dari data-
data yang tersedia dan macam dari bangunan air tersebut. Kriteria pemilihan banjir
dengan hanya meninjau kemungkinan terjadinya banjir yang lebih besar atau sama
dengan banjir rencana, sekali atau lebih selama bangunan air tersebut berdiri.
Kriteria lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan banjir
rencana dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kriteria Pemilihan Periode Ulang Banjir Rencana
Periode Ulang
No Jenis Bangunan Air
Banjir T (tahun)
1 Bendung (weir) 50 – 200
2 Saluran pengelak banjir (flood diversion canal) 20 – 50
3 Tanggul sungai 10 - 20
4 Drainase saluran di sawah / permukiman 5 – 10
Sumber: Loebis dalam Buana, 2010

b. Aliran Dasar (Base Flow)


Hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan, yang berasal
dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari
air tanah yang pada umumnya tidak memberikan respon yang cepat terhadap hujan.
Hujan juga dapat dianggap terbagi dalam dua komponen, yaitu hujan efektif dan
kehilangan (losses). Hujan efektif adalah bagian hujan yang menyebabkan

II-14
terjadinya aliran permukaan. Kehilangan hujan merupakan bagian hujan yang
menguap, masuk kedalam tanah kelembaban tanah, dan simpanan air tanah.
Hidrograf aliran langsung dapat diperoleh dengan memisahkan hidrograf dari
aliran dasarnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya adalah
metode garis lurus (straight line method), metode panjang dasar tetap (fixed base
method) dan metode kemiringan berbeda (variable slope methode) seperti terlihat
pada Gambar 2.4 (Buana, 2010).

Q Q

A Aliran langsu
ng B A Aliran langsung B
Aliran dasar Aliran dasar
t t
(a). Metoda Garis Lurus (b). Metoda Panjang Dasar Tetap

A Aliran langsung
C
B Aliran dasar
t
(c). Metoda Kemiringan Berbeda

Sumber: Buana, 2010


Gambar 2.4 Metode Pemisahan Aliran Dasar dan Aliran Langsung
Jika data debit pada suatu daerah tidak diketahui, maka untuk memperkirakan
aliran dasar digunakan persamaan pendekatan dengan variabel masukan luas DAS
dan kerapatan jaringan sungai (density drainage). Persamaan ini merupakan
pendekatan untuk aliran dasar yang tetap, dengan memperhatikan pendekatan
Kraijenhoff Van Der Leur (1967) tentang hidrograf air tanah (Surono dan Nadeak,
2005):
QB = 0,4751×A0,6444 ×D0,9430 (2.21)
Dimana:
QB = Aliran dasar (m3/detik)
A = Luas DAS (km2)
D = Kerapatan jaringan kuras (drainage density)/indeks kerapatan sungai
yaitu perbandingan jumlah panjang sungai semua tingkat dibagi dengan
luas DAS

c. Metode Hidrograf Satuan Sintetis Snyder


Penelitian banjir dengan metoda hidrograf pertama kali dikembangkan
berdasarkan karakteristik sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) di kawasan

II-15
pegunungan Appalachian Amerika Serikat. Dalam model HSS Snyder tersebut
terdapat 2 parameter non fisik yang merupakan fungsi dari karakteristik DAS yaitu
Ct dan Cp (Junia dkk, 2015).

Sumber : Kamiana dalam Kapantow dkk, 2017


Gambar 2.5 Skema model HSS Snyder
Rumus yang ditetapkan oleh Snyder dimana waktu hujan tr dihubungkan
dengan basin lag tp dengan persamaan berikut:
tp = 5,5 tr (2.22)
Selanjutnya persamaan hidrograf sintetis Snyder’s dikembangkan dengan
beberapa persamaan berikut:
1. Lama curah hujan efektif (te ), (tr )dan (Tp )

te > tr = 1 jam ; te < tr = 1 jam (2.23)


Tp
te = (2.24)
5,5

TP = tP + 0,25 (tr − te ) ; TP = tP + 0,5 tr (2.25)


2. Waktu dasar hidrograf satuan (Tb)
tr
Tb = 5 𝑥 (TP + ) (2.26)
2

3. Debit puncak (Qp)


0,275 × Cp × A
Qp = (2.27)
Tp

Untuk mempermudah pekerjaan tersebut diberikan rumus Alexejev, yang


memberikan bentuk hidrograf satuannya (Soemarto,1995).
(Qp 𝑥 Tp )
λ = (2.28)
(h x A)

𝑎 = (1,32 x λ) + (0,15 x λ) +0,045 (2.29)

II-16
Sehingga tabulasi perhitungan HSS Snyder menggunakan persamaaan berikut :
t (jam)
X = (2.30)
Tp
(1−𝑥)2
Y = 10−𝑎 𝑥 (2.31)
Dimana:
𝑄𝑝 = Basin lag time (jam)
𝑡𝑟 = Durasi hujan efektif (jam)
L = Panjang sungai utama (km)
𝑙𝑐 = Jarak antara titik kontrol ke titik berat DAS (km)
𝐶𝑡 = Koefisien yang tergantung dengan kemiringan DAS (0,75 – 3,00)
𝑡𝑑 = Durasi standar hujan efektif (jam)
𝑄𝑝 = Debit puncak durasi 𝑡𝐷
𝑄𝑝𝑟 = Debit puncak durasi 𝑡𝑟
𝑡𝑝𝑟 = Waktu dari titik berat 𝑡𝑟 ke puncak hidrograf satuan (jam)
A = Luas DAS (km2)
𝐶𝑝 = Koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS (0,90 – 1,40)

2.12 Program HEC-RAS


HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai,
River Analysis System (RAS) yang dibuat oleh Hydrologic Engineering Center
(HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for Water Resources (IWR),
di bawah US Army Corps of Engineers (USACE). HEC-RAS merupakan model
satu dimensi aliran permanen maupun tak permanen (steady and unsteady one-
dimensional flow model). HEC-RAS memiliki empat komponen model satu dimensi
antara lain:
a. Hitungan profil muka air aliean permanen tak permanen
b. Hitungan transpor sedimen
c. Hitungan kualitas air
Satu elemen penting dalam HEC-RAS adalah keempat komponen tersebut
memakai data geometri yang sama, routline hitungan hidraulika yang sama serta
beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air
berhasil dilakukan (Istiarto, 2014).

II-17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Ruang lingkup lokasi penelitian dibatasi di daerah hilir Daerah Aliran Sungai
(DAS) Air Bengkulu. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Bengkulu yang mengalir dari Kabupaten
Bengkulu Tengah sampai ke Kota Bengkulu. Letak pengambilan sampel bagian
hulu DAS berada di Desa Penanding, pengambilan sampel bagian tengah DAS
berada di Desa Taba Terunjam dan pengambilan sampel bagian hilir DAS berada
di Kecamatan Bentiring. Penentuan lokasi penelitian mengacu pada daerah yang
terindikasi mengalami dampak banjir akibat luapan Sungai Air Bengkulu. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Sumber : (Peta Wilayah Administrasi Bengkulu, 2010)


Gambar 3.1 Lokasi Penelitian DAS Air Bengkulu

III-1
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Pengumpulan Data
Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari instansi
terkait, buku-buku, kumpulan jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian atau literatur-
literatur lainnya yang berhubungan dengan judul yang dibahas guna diperlukan
sebagai referensi. Data-data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Proses pengumpulan data dilakukan dengan mencari data yang dibutuhkan
untuk melakukan penelitian. Data Primer yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Dimensi Penampang
Pengukuran dimensi penampang dilakukan langsung dilapangan.
Pengukuran dimensi penampang menggunakan alat berupa meteran.
2. Jumlah Putaran Current Meter
Nilai jumlah putaran current meter digunakan untuk menghitung kecepatan
aliran yang terjadi. Nilai jumlah putaran didapat dengan menggunakan alat
current meter dengan waktu yang digunakan untuk setiap 50 detik.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki
keterkaitan fungsi dan kegunaan dengan salah satu aspek pendukung bagi
keabsahan suatu penelitian. Proses pencarian data yaitu dengan mencari
berbagai sumber data dari instansi terkait yang diperlukan untuk melakukan
penelitian. Data sekunder juga bisa di tinjau dari buku-buku serta penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Data Sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Data Curah Hujan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Bengkulu.
2. Angka Meaning diperoleh dari referensi buku dan jurnal.
3. Tabel Kalibrasi Current Meter didapat dari Badan Wilayah Sungai
Sumatera VII Bengkulu

III-2
3.2.2 Alat penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya:
a. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.
b. Roll meter yang digunakan sebagai alat pengukur di lapangan.
c. Current meter yang digunakan untuk menghitung kecepatan aliran sungai.
d. Peilschaal yang digunakan untuk mengukur kedalaman sungai tiap rai yang
telah ditentukan.
e. Stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan pada
pengukuran jumlah putaran current meter.
f. Kalkulator digunakan perhitungan data.
g. Komputer dan aplikasi HEC-RAS untuk mengolah data.

3.3 Pelaksanaan Penelitian


Tahapan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
3.3.1 Perhitungan Debit Banjir Rencana
Perhitungan debit banjir rencana dan curah hujan periode ulang tertentu
meliputi :
a. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam perhitungan.
b. Perhitungan curah hujan harian maksimum rerata untuk tiap-tiap tahun data
dengan metode Partial Series.
c. Menentukan parameter statistik dari data yang telah diurutkan dari kecil kebesar,
yaitu Nilai rata-rata (X), Deviasi standar (Sd), Koefisien kemencengan (Cs),
Koefisien Kurtosis (Ck), dan Koefisien variasi (Cv).
1. Hitung nilai rata-rata dengan rumus pada Persamaan 2.5.
2. Hitung deviasi standar dengan rumus pada Persamaan 2.6.
3. Hitung koefisien kemencengan dengan rumus pada Persamaan 2.7.
4. Hitung koefisien kurtosis dengan rumus pada Persamaan 2.8.
5. Hitung koefisien variasi dengan rumus pada Persamaan 2.9.
d. Analisis curah hujan rencana dicoba dengan menggunakan distribusi, yaitu
distribusi Gumbel Tipe I, Log Pearson Tipe III, dan Log Normal. Rumus umum
̅ + Kt × S.
yang digunakan Xt = X
e. Uji kecocokan sebaran menggunakan Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov,
dengan kriteria pengujian:

III-3
Untuk Uji Chi-Kuadrat jika nilai f2 Hitungan < F2 cr (diterima).
Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov jika nilai Dmaks < Do kritis (diterima).
f. Analisis intensitas curah hujan dihubungkan dengan kejadian dan lamanya curah
hujan, rumus yang digunakan adalah rumus Dr. Mononobe. Rumus dapat dilihat
pada persamaan 2.16.
g. Menganalisis debit aliran dasar (base flow) dengan melakukan perhitungan
kerapatan jaringan sungai (D) terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam
Rumus debit aliran dasar pada Persamaan 2.18.
h. Menentukan curah hujan efektif jam-jaman.
i. Analisis Hidrograf Satuan dengan Metode Snyder.
Untuk menentukan nilai 𝑡𝑝 dengan rumus pada Persamaan 2.18.
Untuk menentukan basin lag time dengan rumus pada Persamaan 2.19.
Untuk menentukan debit puncak dengan rumus pada Persamaan 2.20.
j. Analisis debit banjir rencana menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)
Snyder. Rumus dapat dilihat pada Persamaan 2.16.
k. Menentukan besarnya debit puncak (Qp) dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50
dan 100 tahun.

III-4
3.3.2 Menghitung Kecepatan Aliran Sungai
(Irvandi, 2016) menjelaskan untuk mendapatkan nilai jumlah putaran
menggunakan current meter dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
metode merawas, metode perahu, metode jembatan, dan metode kereta gantung.

Gambar 3.2 Metode-metode Pengukuran dengan Current meter


a. Metode Merawas

Gambar 3. 3 Pengukuran Metode Merawas


Pengukuran debit dengan cara merawas adalah pengukuran dengan cara
petugas pengukur langsung masuk ke dalam badan air. Petugas pengukur minimal
terdiri dari 2 orang, 1 orang petugas mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas
mencatat data pengukuran. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas.
2. Posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak boleh
menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang diukur.
3. Pengukur harus berdiri pada posisi yang tidak mempengaruhi kecepatan air
yang melalui alat ukur arus.

III-5
4. Letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara 2,5 – 7,5 cm di hilir
kabel baja yang telah dibentangkan.
5. Hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan
penampang melintang.
6. Apabila lebar sungai memungkinkan maka mengukur jumlah putaran aliran
dengan cara berdiri di papan atau alat lain di atas aliran akan lebih baik daripada
berdiri dalam air.
7. Apabila posisi current meter (arah aliran) tidak tegak lurus terhadap
penampang melintang sungai, maka besarnya sudut penyimpangan perlu
dicatat untuk menghitung koreksi kecepatan di vertikalnya.
8. Apabila dasar saluran berubah-ubah sehingga tekanan kaki pengukur akan
mempengaruhi kecepatan dan kedalaman maka alat ukur harus diletakkan di
depan sebelah kaki pengukur.
Merawas dilaksanakan apabila keadaan alur dan kecepatan saluran
memungkinkan untuk diseberangi langsung dengan merawas. Cara pengukuran
merawas ini mempunyai keuntungan dapat memilih penampang melintang yang
terbaik untuk pengukuran.

b. Metode Perahu

Gambar 3.4 Pengukuran Metode Perahu


Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas pengukur
menggunakan sarana perahu sebagai alat bantu pengukuran. Petugas pengukur
minimal terdiri dari 3 orang, 1 orang petugas memegang dan menggeser perahu, 1
orang petugas mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data
pengukuran.

III-6
Petugas pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan perahu perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dilakukan apabila tidak memungkinkan pengukuran dengan cara merawas.
2. Alat ukur arus dilengkapi dengan alat penggulung kabel (sounding reel) dan
pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan).
3. Posisi alat ukur harus berada di depan perahu.
4. Kabel yang digunakan untuk mengukur lebar sungai (tagline) harus terpisah
dari kabel yang digunakan untuk menggantungkan perahu.
5. Apabila lebar sungai lebih dari 100 m, atau sungai digunakan untuk
transportasi air maka kabel penggantung perahu tidak dapat digunakan.
Pengaturan posisi perahu diatur dengan menggunakan sextant meter agar
lintasan pengukuran tetap berada pada satu jalur sehingga lebar sungai sesuai
dengan lebar sungai sesungguhnya. Metode ini disebut metode sudut (angular
method). Selain metode ini dapat juga digunakan metode perahu bergerak.

c. Metode Sisi Jembatan

Gambar 3.5 Pengukuran Metode Sisi Jembatan


Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran dilakukan dari sisi
jembatan bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan yang digunakan tidak terdapat
pilar. Peralatan yang digunakan adalah bridge crane, sounding reel, tagline, dan 1
set current meter serta pemberat yang beratnya tergantung dari kecepatan aliran.
Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang petugas mengoperasikan
bridge crane dan peralatan pengukur dan 1 orang petugas mencatat data
pengukuran.

III-7
Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat
fasilitas jembatan, dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan
airnya cukup deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan
menggunakan perahu.

d. Metode Cable Car (Kereta Gantung)

Gambar 3.6 Pengukuran Metode Kereta Gantung


Cable car adalah alat bantu pengukuran berupa kereta gantung yang
digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat ukur lebar sungai,
dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur dan dudukan sounding reel.
Peralatan yang digunakan adalah current meter lengkap dengan ekor panjang dan
pemberat yang disesuaikan dengan kondisi kecepatan dan kedalaman aliran.
Petugas pengukur terdiri dari 2 orang, 1 orang petugas mengoperasikan peralatan
dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran.

III-8
3.3.3 Input Data ke HEC-RAS
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perhitungan dengan HEC-RAS
adalah sebagai berikut :
a. Memasukan data yang dibutuhkan untuk program bantu: HEC-RAS berupa data
geometri. Pada Gambar 3.7 memperlihatkan windows HEC-RAS untuk
memasukan data geometri.

Sumber : Users Manual of HEC-RAS, 2019.


Gambar 3.7 Jendela Kerja HEC-RAS Data Geometri Sungai
b. Setelah data geometri selesai dimasukan lakukan analisis hidrolika pada Aliran
Unsteady Data yang dimasukan berupa data debit rencana Q. Pada Gambar 3.8
memperlihatkan windows HEC-RAS untuk jendela kerja untuk aliran unsteady.

Sumber : Users Manual of HEC-RAS, 2018.


Gambar 3.8 Jendela Kerja Untuk Aliran Unsteady data

III-9
c. Kemudian setelah selesai memasukan semua data Unsteady lakukan running
pada sowftware HEC-RAS untuk melihat kapasitas tampung sungai terhadap
debit rencana Q. Pada Gambar 3.9 memperlihatkan jendela kerja unsteady flow
analysis.

Sumber : Users Manual of HEC-RAS, 2018.


Gambar 3.9 Jendela Kerja Unsteady Flow Analysis
d. Setelah melakukan semua langkah di atas dengan benar akan keluar output hasil
analisis pada program HEC-RAS berupa tabel, potongan melintang sungai dan
profil memanjang sungai akan terlihat kapasitas sungai mampu atau menampung
debit rencana Q.

3.4 Analisis Kapasitas Tampungan


Setelah semua data yang dibutuhkan dimasukan kedalam program maka
langkah selanjutnya ialah melakukan running program, dengan output yaitu berupa
profil muka air dan kapasitas tampungan sungai. Apabila kapasitas sungai tidak
mencukupi maka terjadi limpasan air. Selanjutnya dilakukan penangulangan banjir
dengan HEC-RAS. Penelitian dinyatakan selesai bila kapasitas tampungan
mencukupi.

3.5 Bagan Alir


Dalam penyusunan skripsi terdapat beberapa tahapan sampai selesainya
skripsi ini, adapun flowchart dapat dilihat pada Gambar 3.10.

III-10
Mulai
iii
Studi literatur dan pengumpulan
data sekunder (topografi dan
data hidrologi) DAS

Data curah hujan

Analisis data
1. Hujan kawasan DAS
2. Analisa Frekuensi
3. Analisis hujan rencana

Debit banjir rencana:


Hidrograf satuan
sintetis Snyder

Instal program
HEC-RAS 5.0.7

Data Geometri Sungai Data Aliran


Input data

Alur sungai Penampang Kontrol Aliran

Plan Aliran Plan Geometri

Running HEC-RAS

Hidrograf Tampilan hasil Tabel Debit

Interpretasi Hasil

Cek hidrolisis
sungai

Selesai

Gambar 3.10 Diagram Alir Pelaksanaan Peneliti


III-11
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kondisi DAS Bengkulu


Pengukuran geometri sungai dilakukan pada tiga lokasi tepatnya pada Sungai
Air Bengkulu hulu yang berada di Desa Penanding Kecamatan Karang Tinggi
Kabupaten Bengkulu Tengah dengan koordinat 3°45'33.92" LS dan 102°26'1.42"
BT, Sungai Air Bengkulu bagian tengah yang berada di Desa Desa Taba Terunjam
Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah dengan koordinat
3°47'27.46" LS dan 102°21'47.45" BT serta Sungai Air Bengkulu bagian hilir
berada di Kecamatan Bentiring Kota Bengkulu dengan koordinat 3°47'2.81" LS
dan 102°19'13.51" BT. Pengukuran jarak hulu dan hilir (alur sungai memanjang)
menggunakan tools ruller pada google earth dan didapat hasil 28.2 km. Jendela
aplikasi google earth dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Sumber: Google Earth Pro, 2019


Gambar 4.1 Koordinat Pengukuran Geometri Sungai
Pengukuran lebar sungai menggunakan meteran dan didapat jarak melintang
Sungai Air Bengkulu bagian hulu sebesar 52 meter, pada Sungai Air Bengkulu
bagian tengah sebesar 38 meter dan pada Sungai Air Bengkulu bagian hilir sebesar
32 meter. Pengukuran geometri dan kecepatan aliran sungai dengan metode
merawas pada bagian hulu. Pengukuran bagian tengah dan hilir dilakukan diatas
jembatan. Rekapitulasi data lebar sungai kemudian dijadikan dasar sebagai input

IV-1
data dalam pemodelan geometri sungai menggunakan HEC-RAS 5.0.7 yang akan
diolah pada sub bab selanjutnya.

4.2 Analisis Debit Sungai di Lapangan


Untuk mendapatkan debit sungai dilapangan perlu dilakukan pengukuran secara
langsung. Data yang didapat dilapangan dapat menggambarkan situasi debit sungai
yang ada di lapangan.
Tabel 4.1 Kondisi DAS Bengkulu di Lapangan
Data Kondisi DAS Bengkulu di Lapangan
Muka air Tetap (tidak naik/turun)
Keadaan saat mengukur Cerah
Kondisi lokasi Material dasar batu pasir
Metode pengukuran Merawas dan jembatan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Berdasarkan kondisi DAS Bengkulu diatas, telah dilakukan penelitian di
lapangan secara langsung. Data-data yang didapat di lapangan seperti lebar,
kedalaman dan kecepatan air. Semua data yang didapat akan digunakan untuk
menghitung debit lapangannya. Dalam penelitian ini menggunakan alat yaitu
current meter sebagai alat ukur kecepatan. Tabel kalibrasi current meter yang
digunakan yang terbaru yaitu kalibrasi tanggal 3 Desember 2018 (Lampiran 1 dan
Lampiran 2). Untuk mencari kecepatan dari current meter perlu dilakukan kalibrasi.
Kalibrasi penggunaan current meter metode pengukuran merawas menggunakan
sebagai berikut:
Rumus kecepatan : n < 0,46 v = 0,2139 n + 0,0197 (m/s)
n ≥ 0,46 v = 0,2564 n + 0,0003 (m/s)
Pengukuran kecepatan current meter dengan metode jembatan menggunakan
rumus kalibrasi sebagai berikut:
Rumus kecepatan : n < 0,46 v = 0,2093 n + 0,0194 (m/s)
n ≥ 0,46 v = 0,2523 n - 0,0002 (m/s)
n merupakan jumlah putaran (N) per 50 detik satuan waktu atau dapat ditulis
𝑁
𝑛= . 50 detik merupakan lamanya waktu pada putaran current meter.
50

Untuk mencari nilai n adalah jumlah putaran pada pembacaan digital current meter
dibagi waktu sebagai berikut (metode merawas):

IV-2
Jumlah putaran 150
n= = =3
waktu 50
n = 3 (≥ 0,46)
v = 0,2564 n + 0,0003 (m/s)
= 0,2564 (3) + 0,0003
= 0,7695 m/s
Untuk mencari nilai n adalah jumlah putaran pada pembacaan digital current meter
dibagi waktu sebagai berikut (metode jembatan):
Jumlah putaran 103
n= = = 2,06
waktu 50
n = 2,06 (≥ 0,46)
v = 0,2523 n - 0,0002 (m/s)
= 0,2523 (2,06) - 0,0002
= 0,5195 m/s
Adapun untuk mencari luasannya adalah lebar sungai dikali dengan dalam
sungai. Sehingga untuk debitnya luas sungai yang didapat dikali kecepatan seperti
pada persamaan 2.1 pada bab 2 rumusnya sebagai berikut :
A = lebar x dalam
= 2 x 0,65
= 1,30 m2
jadi untuk debitnya yaitu,
Q=AxV
= 1,30 m2 x 0,7695 m/dtk
= 1,000 m3 /dtk
Berdasarkan pengukuran di lapangan bahwa jumlah kecepatan aliran dari hasil
pengukuran di lapangan dapar dilihat pada Lampiran 3 yaitu 0,827 m/dtk untuk luas
nya adalah 42,32 m2 . Sehingga untuk debit air yang mengalir secara keseluruhan
adalah 35,001 m3 /dtk. Dari Lampiran 4 dapat diketahui berdasarkan pengukuran di
lapangan bahwa jumlah kecepatan aliran dari hasil pengukuran dilapangan yaitu
0,668 m/dtk untuk luas nya adalah 19,65 m2 . Sehingga untuk debit air yang
mengalir secara keseluruhan adalah 13,126 m3 /dtk. Dari Lampiran 5 dapat
diketahui berdasarkan pengukuran di lapangan bahwa jumlah kecepatan aliran dari

IV-3
hasil pengukuran dilapangan yaitu 0,416 m/dtk untuk luas nya adalah 8,75 m2 .
Sehingga untuk debit air yang mengalir secara keseluruhan adalah 3,643 m3 /dtk.
Untuk hasil pengukuran di lapangan yang didapat luasan kecil hanya dalam m2,
sehingga debit yang dihasilkan pun kecil. Adapun hasil pada metode hidrograf ini
dalam proses perhitungannya membutuhkan curah hujan 10 tahun terakhir. Data-
data seperti curah hujan tersebut tidak dibutuhkan pada pengukuran di lapangan,
sehingga debit yang diperoleh masing-masing pun wajar terlalu jauh selisihnya.
Sehingga pengukuran di lapangan dan perhitungan menggunakan metode hidrograf
tidak bisa dibandingkan disebabkan parameter-parameter, data yang diperlukan dan
metode yang digunakan berbeda.

4.3 Analisis Curah Hujan


Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan
ketersediaan data yang secara kualitas dan kuantitas cukup memadai. Data curah
hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian selama 9 tahun terakhir sejak
tahun 2010 hingga tahun 2018.
1) Pos Hujan Taba Penanjung
Nama Pos Hujan : Taba Penanjung
Daerah Aliran Sungai : Air Bengkulu
Kecamatan : Tanjung Heran
Kabupaten : Bengkulu Tengah
2) Pos Hujan Karang Tinggi
Nama Pos Hujan : Karang Tinggi
Daerah Aliran Sungai : Air Bengkulu
Kecamatan : Karang Tinggi
Kabupaten : Bengkulu Tengah
3) Pos Hujan UNIB
Nama Pos Hujan : UNIB
Daerah Aliran Sungai : Air Bengkulu
Kecamatan : Rawa Makmur
Kotamadya : Bengkulu
Data curah hujan harian pada Sta. Taba Penanjung, Sta. Karang Tinggi dan
Sta. UNIB dapat dilihat pada Lampiran 6. Data curah hujan yang diperoleh

IV-4
dianalisis untuk mendapatkan data curah hujan maksimum. Analisis curah hujan
maksimum didapat dengan mengambil rata-rata dari ketiga pos curah hujan,
dilakukan analisis dengan metode partial series (mengurutkan data dari kecil ke
besar atau sebaliknya). Hasil rata-rata curah hujan harian maksimum 10 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan hasil yang sudah diurutkan dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data curah Hujan Maksimum DAS Air Bengkulu Periode 2009 – 2018
Rh Max Stasiun (mm) Rh Max rata-
No. Tahun Taba Penanjung Karang Tinggi UNIB rata
(mm) (mm) (mm) (mm)
1 2009 112 - 219 110,33
2 2010 151 - 159 103,33
3 2011 180 108 168 152,00
4 2012 178 155 165 166,00
5 2013 112 121 163 132,00
6 2014 110 105 156 123,67
7 2015 116 164 135 138,33
8 2016 180 99 198 159,00
9 2017 150 112 180 147,33
10 2018 132 57 202 130,33
Rata-rata 142,10 92,10 174,50 136,23
Sumber : Hasil Perhitungan, 2019
Tabel 4.3 Urutan Kecil ke Terbesar
No. Tahun Data (X)
1 2010 103,33
2 2009 110,33
3 2014 123,67
4 2018 130,33
5 2013 132,00
6 2015 138,33
7 2017 147,33
8 2011 152,00
9 2016 159,00
10 2012 166,00
Sumber : Hasil Perhitungan, 2019
Berdasarkan pada Tabel 4.3 diperoleh curah hujan harian maksimum rata-rata
tertinggi pada Sungai Air Bengkulu di Pos Taba Penanjung, Pos Karang Tinggi dan
Pos UNIB pada tahun 2012 sebesar 166,00 mm dan curah hujan harian minimum
pada tahun 2010 dengan nilai 103,33 mm.

IV-5
4.3.1 Hujan Rerata Metode Poligon Thiessen
Poligon Thiessen digunakan untuk membagi area DAS berdasarkan sebaran
titik dari stasiun pengukur curah hujan dengan menjadi beberapa blok poligon yang
memiliki bobot luasan tertentu. Dalam penelitian ini tahap awal analisa hujan harian
maksimum rerata wilayah tiap tahun diawali dengan memodelkan poligon thiessen
menggunakan google earth. Data inputannya adalah poligon batas DAS Bengkulu
dan data titik koordinat dari tiga stasiun pengukur hujan yang digunakan yaitu
stasiun Taba Penanjung, stasiun Karang Tinggi dan stasiun UNIB. Data poligon
thiessen dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Sumber:Hasil Pengolahan,2019
Gambar 4.2 Poligon thiessen yang dihasilkan
Pertama hubungan masing-masing stasiun curah hujan sehinga membentuk
segitiga poligon.

Sumber:Hasil Pengolahan, 2019


Gambar 4.3 Pembagian luasan stasiun pos hujan DAS Bengkulu

IV-6
Dari titik berat segitiga poligon tarik garis lurus menuju tengah masing-masing
sisi. Kemudian akan terbentuk luasan masing-masing pos curah hujan dari garis
bantu yang telah dibentuk tadi. Pembagian luasan stasiun pos hujan DAS Bengkulu
dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

Sumber: Hasil Pengolahan, 2019


Gambar 4.4 Luasan 3 stasiun pos hujan DAS Bengkulu
Berdasarkan pemodelan poligon thiessen diatas, dihasilkan pembagian luasan
DAS menjadi tiga luasan poligon penyusun DAS dengan presentase luasan yang
disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Bobot Luasan Poligon Thiessen
No Stasiun Hujan Bobot Luasan (𝐤𝐦𝟐 ) Bobot Luasan (%)
1 Taba Penanjung 193,59 27,991
2 Karang Tinggi 100,04 29,532
3 UNIB 221,37 42,305
Total Luasan DAS 515,000 100

4.3.2 Analisa Hujan Harian Maksimum Rerata Wilayah


Analisa hujan harian maksimum rerata wilayah tahunan (RThiessen) dilakukan
berdasarkan pembobotan curah hujan menurut posisi ketiga stasiun pengukur curah
hujan dengan model Poligon Thiessen. Tahap pertama adalah merekap data curah
hujan harian maksimal tiap stasiun hujan yang diperoleh dari instansi terkait. Hasil
rekap data curah hujan harian maksimal dari tiga stasiun hujan disajikan dalam
Tabel 4.5.

IV-7
Tabel 4.5 Rekap Data Curah Hujan Harian Maksimal dari Tiga Stasiun Hujan
Rh Max Stasiun (mm)
No. Tahun Taba Penanjung Karang Tinggi UNIB
(mm) (mm) (mm)
1 2009 112 0 219
2 2010 151 0 159
3 2011 180 108 168
4 2012 178 155 165
5 2013 112 121 163
6 2014 110 105 156
7 2015 116 164 135
8 2016 180 99 198
9 2017 150 112 180
10 2018 132 57 202
Rata-rata 142,10 92,10 174,50
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Data ketiga stasiun hujan diatas yaitu Taba Penanjung, Karang Tinggi dan
UNIB perbedaannya dapat terlihat jelas pada grafik batang pada Gambar 4.5.

CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM DAS BENGKULU


CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM

200
180
160
140
120
(mm)

100
80
60
40
20
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Taba Penanjung 112 151 180 178 112 110 116 180 150 132
Karang Tinggi 0 0 108 155 121 105 164 99 112 57
UNIB 219 159 168 165 163 156 135 198 180 202
Taba Penanjung Karang Tinggi UNIB
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Gambar 4.5 Tiga Pos Stasiun Hujan DAS Bengkulu
Setelah data curah hujan harian maksimal direkap, maka dapat dilanjutkan
untuk perhitungan curah hujan harian maksimum rerata wilayah berdasarkan
pembobotan metode poligon thiessen. Sampel perhitungan selengkapnya untuk data
hujan pada tahun 2010 diuraikan pada Tabel 4.6.

IV-8
Tabel 4.6 Perhitungan Hujan Harian Maksimum Rerata Poligon Thiessen
Ai (%) Rhmax Rthiessen (mm)
P-Thiessen Ai
(Ai/Total) (mm) (Rhmax X Ai %)
Sta Taba Penanjung 193,59 0,37590 112 42,10
Sta Karang Tinggi 100,04 0,19425 - -
Sta UNIB 221,37 0,42984 219 94,14
515 1.00 136,24
Sumber:Hasil Pengolahan, 2019
Sesuai hasil dari tabel perhitungan di atas diperoleh nilai Rthiessen dari ketiga
stasiun hujan pada tahun 2009 sebesar 136,24 mm. Dengan masih menggunakan
metode yang sama, selanjutnya digunakan untuk menganalisa Rthiessen
tahun 2010-2018 yang hasil analisa seluruhnya ditampilkan kedalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rekap Data Hujan Hasil Analisa Poligon Thiessen
Stasiun 𝑅 𝑇ℎ𝑖𝑒𝑠𝑠𝑒𝑛
No Tahun Taba Penanjung Karang Tinggi UNIB
(mm) (mm) (mm) (mm)
1 2009 112 0 219 136,24
2 2010 151 0 159 125,11
3 2011 180 108 168 160,86
4 2012 178 155 165 167,94
5 2013 112 121 163 135,67
6 2014 110 105 156 128,80
7 2015 116 164 135 133,49
8 2016 180 99 198 172,00
9 2017 150 112 180 155,51
10 2018 132 57 202 147,52
Rata-rata 142,10 92,10 174,50 146,31
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019

IV-9
4.3.3 Analisa Curah Hujan Maksimum Harian Rerata dengan Partial Series
Setelah didapatkan data curah hujan rerata tahunan tiap pos hujan lalu
dilakukan analisis dengan metode partial series, yaitu proses mengurutkan data dari
kecil ke besar atau sebaliknya. Data curah hujan tahunan rerata yang sudah
diurutkan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Urutan dari Kecil Terbesar
Tahun 2010 2014 2015 2013 2009 2018 2017 2011 2012 2016
Rthiessen 125,11 128,80 133,49 135,67 136,24 147,52 155,51 160,86 167,94 172,00
(mm)
Sumber: Hasil Pengolahan , 2019
Berdasarkan pada Tabel 4.8 diperoleh bahwa curah hujan harian maksimum
rerata tahunan tertinggi pada DAS Bengkulu di tiga pos hujan yang sudah diurutkan
yaitu pada tahun 2016 sebesar 172,00 mm dan curah hujan rerata tahunan minimum
pada tahun 2010 dengan nilai 125,11 mm.

4.4 Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana


Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah untuk mengetahui besaran
peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi kemungkinan.

4.4.1 Parameter Statistik (Pengukuran Dispersi)


Penentuan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit
banjir rencana berdasarkan analisis distribusi curah hujan awalnya dengan
pengukuran dispersi. Pengukuran dispersi dilakukan untuk mendapatkan besaran
dispersi. Besarnya dispersi dapat dilakukan pengukuran dispersi yakni melalui
perhitungan parameter statistik untuk (𝑋𝑖 − 𝑥̅ ), (𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2, (𝑋𝑖 − 𝑥̅ )3, (𝑋𝑖 − 𝑥̅ )4
terlebih dahulu. Sedangkan perhitungan parameter statistik untuk analisis logaritma
yaitu (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ ), (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ )2, (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ )3 dan (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 −
𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ )4.
Dimana: 𝑋𝑖 dan 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 = Besarnya curah hujan daerah (mm)
𝑥̅ dan 𝐿𝑜𝑔 𝑥̅ = Rata-rata curah hujan maksimum daerah (mm)
Hasil Perhitungan parameter statistik dan parameter logaritmik dapat dilihat pada
Tabel 4.9 dan 4.10.

IV-10
Tabel 4.9 Parameter Statistik
No. Tahun Rh (Xi) (𝑋𝑖 − 𝑋) (𝑋𝑖 − 𝑋) 2 (𝑋𝑖 − 𝑋) 3 (𝑋𝑖 − 𝑋)
1 2010 125,11 -21,21 449,77 -9538,52 202290,13
2 2014 128,80 -17,51 306,70 -5371,10 94062,76
3 2015 133,49 -12,82 164,43 -2108,57 27038,53
(
4 2013 135,67 -10,64 113,29 -1205,91 12835,68
5 2009 136,24 -10,08 101,55 -1023,35 10312,55
6 2018 147,52 1,21 1,45 1,75 2,11
7 2017 155,51 9,20 84,63 778,54 7162,07
8 2011 160,86 14,54 211,45 3074,78 44711,39
9 2012 167,94 21,63 467,85 10119,56 218884,73
10 2016 172,00 25,69 659,89 16951,64 435460,74
Jumlah 1463,14 0,00 2561,02 11678,82 1052760,69
Rata-rata 146,31
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan harian maksimum
yaitu 172,00 mm dengan nilai rata-rata 146,31mm. Selanjutnya data tersebut
dilakukan untuk perhitungan parameter statistik dengan cara mencari nilai Deviasi
standar (Sd), Koefisien kemencengan (Cs), Koefisien kortosis (Ck) dan Koefisien
variasi (Cv). Perhitungan parameter statistik dengan menggunakan Persamaan 2.5
sampai Persamaan 2.9 pada bab 2 dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini:
a. Rata-rata:
∑ni=1 Xi 1463,14
̅=
X = = 146,31
n 10
b. Deviasi standar
2
√∑ni=1 (Xi -X
̅) 2561,02
Sd = =√ = 16,869
n-1 10-1

c. Koefisien kemencengan (Skewness)


n ∑ni=1{(Xi )-X
̅ }3 10 × (11678,82)
Cs = = = 0,338
(n-1)(n-2)Sd3 (10-1)(10-2)×16,8693
d. Koefisien kurtosis
1 n ̅ }4 1
∑i=1{(Xi )-X ×1052760,69
Ck = n = 10 = 1,300
Sd4 16,869
e. Koefisien variasi
Sd 16,869
Cv = = = 0,115
̅
X 146,31

IV-11
Tabel 4.10 Parameter Logaritmik
No Tahun Xi Log Xi ̅ ) 3 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − log 𝑥̅)
̅ ) 2 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − log 𝑥
(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − log 𝑥̅ ) 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − log 𝑥
1 2010 125,11 2,0973 -0,0654 0,0043 -0,0003 0,00002
2 2014 128,80 2,1099 -0,0528 0,0028 -0,0001 0,00001
3 2015 133,49 2,1255 -0,0373 0,0014 -0,0001 0,00000
4 2013 135,67 2,1325 -0,0302 0,0009 0,0000 0,00000
5 2009 136,24 2,1343 -0,0284 0,0008 0,0000 0,00000
6 2018 147,52 2,1689 0,0061 0,0000 0,0000 0,00000
7 2017 155,51 2,1918 0,0290 0,0008 0,0000 0,00000
8 2011 160,86 2,2064 0,0437 0,0019 0,0001 0,00000
9 2012 167,94 2,2252 0,0624 0,0039 0,0002 0,00002
10 2016 172,00 2,2355 0,0728 0,0053 0,0004 0,00003
Jumlah 1463,14 21,63 0,0000 0,0222 0,0002 0,00008
rata-rata 146,31 2,163
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

Dari Tabel 4.10 dapat diketahui nilai Log rata-rata adalah 2,156. Berikut adalah
perhitungan nilai parameter-parameter logaritmik:
a. Rata-rata
∑ni=1 Log Xi 1463,14
̅̅̅̅̅̅̅̅
Log X= = = 146,31
n 10
b. Deviasi Standar
2
∑ni=1 (Log Xi - Log X
̅) 0,0222
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑆𝑑 𝐿𝑜𝑔 𝑋 = √ =√ = 0,0496
n-1 10-1

c. Koefisien Kemencengan (Skewness)


n ∑ni=1{(Log Xi )- Log X
̅ }3 10 × (0,0002)
Cs = = = 0,02
(n-1)(n-2)Sd3 (10-1)(10-2)×0,04963
d. Koefisien Kurtosis
1 n 1
X}4 10 ×0,00008
̅̅̅̅̅̅̅̅
∑i=1{(Log Xi )-Log
Ck = n = = 1,272
Sd4 0,0496
e. Koefisien Variasi
Sd ̅̅̅̅̅̅̅
Log X 0,0496
Cv = = = 0,0230
̅̅̅̅̅̅̅
Log X 2,163
Berdasarkan perhitungan diatas didapat nilai parameter-parameter statistik dan
logartimik yang akan digunakan untuk penentuan jenis distribusi. Nilai statistik dan
logaritmik ditabelkan ke tabel 4.11.

IV-12
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Dispersi
Nilai
Parameter Statistik Logaritmik
Rata-rata 146,31 2,163
Standar Deviasi 16,869 0,050
Koefisien Kemencengen (Cs) 0,338 0,024
Koefisien Kurtosis (Ck) 1,300 1,272
Koefisien Variasi (Cv) 0,115 0,0230
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

4.4.2 Analisis Jenis Distribusi


Metode analisis distribusi yang digunakan untuk menganalisis besar curah
hujan rencana harus memenuhi beberapa parameter yang menjadi syarat
penggunaan suatu metode distribusi.
a. Metode Gumbel Tipe I
Dalam metode distribusi Gumbel, parameter dasar statistik dihitung terlebih dahulu
untuk menghitung hujan dalam periode ulang (T). Untuk mencari nilai faktor
reduksi nilai rata-rata dan nilai reduksi standar deviasi dapat dilihat pada Lampiran
7 dan Lampiran 8 dengan melihat nilai N (jumlah data).
Jumlah data (N) = 10
̅)
Nilai rata-rata (X = 146,31
Standar Deviasi (Sd) = 16,869
Reduced Mean (Yn) = 0,4952 (Lampiran 7)
Reduced Standar Deviasi (Sn) = 0,9496 (Lampiran 8)
Reduced Variate (YT) = Lampiran 9
S
̅ + (Yt - Yn ),
Perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 pada bab 2 yaitu: Xt = X S n

Tabel 4.12 Distribusi Sebaran Metode Gumbel Tipe I


No Periode X Sd Yn Sn Yt Xt
1 2 146,31 16,869 0,4952 0,9496 0,3665 144,028
2 5 146,31 16,869 0,4952 0,9496 1,4999 164,162
3 10 146,31 16,869 0,4952 0,9496 2,2502 177,490
4 25 146,31 16,869 0,4952 0,9496 3,1985 194,336
5 50 146,31 16,869 0,4952 0,9496 3,9019 206,832
6 100 146,31 16,869 0,4952 0,9496 4,6001 219,234
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

IV-13
b. Metode Log Pearson Tipe III
Untuk menghitung curah hujan rencana dengan menggunakan metode distribusi
Log Pearson Type III diperlukan parameter dasar statistik sebagai berikut:
Jumlah data (N) = 10
̅̅̅̅̅̅̅
Nilai rata-rata (Log X) = 2,163
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
Standar Deviasi (Sd Log X) = 0,050
Koefisien Kemecengan (Cs) = 0,024
Faktor Frekuensi (K) = Lampiran 10
Setelah didapatkan parameter dasar statistik yang diperlukan, dilakukan
perhitungan curah hujan rencana dengan distribusi Log Pearson Type III dengan
̅ +k×S
periode ulang tertentu berdasarkan persamaan berikut: Y = Y
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Metode Log Pearson Tipe III
No Periode Log X Sd Log X Cs K Y X = 10
1 2 2,163 0,0496 0,02 -0,003 2,163 145,395
2 5 2,163 0,0496 0,02 0,841 2,204 160,123
3 10 2,163 0,0496 0,02 1,284 2,226 168,443
4 25 2,163 0,0496 0,02 1,758 2,250 177,821
5 50 2,163 0,0496 0,02 2,065 2,265 184,162
6 100 2,163 0,0496 0,02 2,341 2,279 190,069
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

c. Metode Log Normal


̅ + Kt × Sd
Menghitung curah hujan menggunakan Persamaan : Xt = X
Nilai Kt didapat dari Lampiran 11 dengan melihat masing-masing periode yang
digunakan seperti pada periode 5 tahun dengan nilai Kt yaitu 0,64 dan periode 50
nilai Kt adalah 2,75.
Tabel 4.14 Distribusi Sebaran Metode Log Normal
No Periode X Sd Kt Xt
1 2 146,31 16,869 -0,22 142,603
2 5 146,31 16,869 0,64 157,110
3 10 146,31 16,869 1,26 167,569
4 25 146,31 16,869 2,10 181,739
5 50 146,31 16,869 2,75 192,704
6 100 146,31 16,869 3,45 204,512
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

IV-14
d. Menentukan Curah Hujan Jam-Jaman
Untuk menentukan curah hujan yang akan dipakai dalam perencanaan
pengendalian banjir DAS Air Bengkulu, maka hasil perhitungan curah hujan
rencana periode T tahun pada tiga metode tersebut dianalisis dengan syarat-syarat
sebaran yang dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Syarat Penggunaan Jenis Sebaran
Jenis Distribusi Syarat Hasil Perhitungan Keterangan
Metode Gumbel Ck ≈ 5,4 1,300 Tidak Memenuhi
Tipe I Cs ≈ 1,14 0,338 Tidak Memenuhi
Cs ≈ Cv3+3Cv
0,338 Tidak Memenuhi
Metode Log ≈ 0,409
Normal Ck ≈ Cv8+6Cv6+15Cv4+16Cv2+3
1,300 Tidak Memenuhi
≈ 3,299
Metode Log
Selain nilai di atas 1,300 Memenuhi
Pearson Tipe III
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Dari ketiga metode yang digunakan diatas yang memenuhi syarat sebaran adalah
Metode Log Pearson Tipe III dengan selain nilai-nilai Cs dan Ck yang didapati dari
metode sebelumnya. Dari jenis sebaran yang telah memenuhi syarat tersebut perlu
diuji kecocokan distribusinya dapat diterima atau tidak.
Rekapitulasi perhitungan hujan rencana rancangan dari metode Gumbel Tipe I,
metode Log Pearson Tipe III dan Log Normal dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Rekapitulasi Curah Hujan Rencana
Metode Metode Log Metode Log
No Periode
Gumbel Tipe I Pearson Tipe III Normal
1 2 144,028 145,395 142,603
2 5 164,162 160,123 157,110
3 10 177,490 168,443 167,569
4 25 194,336 177,821 181,739
5 50 206,832 184,162 192,704
6 100 219,234 190,069 204,512
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

4.4.3 Pengujian Kecocokan Sebaran


a. Uji Kecocokan Chi-Kuadrat (Chi-Square)
Untuk menguji kecocokan sebaran Metode Log Pearson Tipe III, digunakan uji
kecocokan sebaran Chi-Kuadrat (Chi-Square) (Soewarno, 1995). Digunakan
Persamaan 2.17 dan Persamaan 2.19 pada bab 2 sebagai berikut:

IV-15
n
2 (Oi-Ei)2
X = ∑
Ei
i=1

K = 1 + 3,322 Log n K = Jumlah kelas


= 1 + 3,322 Log 10 = 4,3322 ≈ 5 n = Jumlah data
DK = K – (1+1) DK = Derajat kebebasan
= 5 – (1+1) P = Interval Peluang
=3
n 10
Ei = = =2
K 5
Xmax − Xmin (172,00 − 125,11)
∆X =( )= = 11,724 ≈ 12
(K − 1) (5 − 1)
1 1
Xawal = Xmin - ∆X = 125,11 − ( 12) = 119,607
2 2
Hasil perhitungan Chi-Square untuk metode distribusi Log-Pearson Type III dapat
dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Pehitungan Chi-Square untuk metode distribusi Log-Pearson Type III
Jumlah Data
No Probabilitas (%) f2=((Oi-Ei)^2)/Ei
Oi Ei
1 119,607 < x < 130,607 4 2 2,00
2 130,607 < x < 141,607 2 2 0,00
3 141,607 < x < 152,607 1 2 0,50
4 152,607 < x < 163,607 3 2 0,50
5 163,607 < x < 174,607 0 2 2,00
Jumlah 10 10 5,00
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Dari Tabel 4.17 didapatkan nilai X2Cr hasil hitungan = 5,00. Bandingkan X2Cr
hasil tabel dengan X2Cr hasil hitungan.
Derajat kepercayaan (α) = 5% (5%)
X2 Hasil hitungan = 5,00
X2 Cr = 7,815
Nilai X2Cr didapat pada Lampiran 12 dengan cara melihat nilai DK
dihubungkan pada derajat kepercayaan (α). Dilihat hasil perbandingan di atas
bahwa ternyata X2 Hitungan (5,67) < X2 Cr (7,815), maka hipotesa yang diuji dapat
diterima.

IV-16
b. Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering juga uji kecocokan non parametrik
(non parametric test), tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Hasil hitungan
uji kecocokan sebaran dengan Smirnov-Kolmogorov untuk Metode karena
pengujian Log Pearson Type III dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Xi = Curah hujan rencana
Xrt = Rata-rata curah hujan
= 146,31 mm
Sd = Deviasi standar
= 16,869
n = Jumlah data
= 10
Tabel 4.18 Uji Kecocokan Sebaran Smirnov-Kolmogorov
Log Xi M P(x)=M/(n+1) P(x<) f(t)=(Xi-Xrt)/Sd P'(x)=M/(n-1) P'(x<) D
a b c d = a-c e f g h = (d-g)
125,11 1 0,091 0,909 -1,257 0,222 0,778 0,131
128,80 2 0,182 0,818 -1,038 0,333 0,667 0,152
133,49 3 0,273 0,727 -0,760 0,444 0,556 0,172
135,67 4 0,364 0,636 -0,631 0,556 0,444 0,192
136,24 5 0,455 0,545 -0,597 0,667 0,333 0,212
147,52 6 0,545 0,455 0,071 0,778 0,222 0,232
155,51 7 0,636 0,364 0,545 0,889 0,111 0,253
160,86 8 0,727 0,273 0,862 1,000 0,000 0,273
167,94 9 0,818 0,182 1,282 1,111 -0,111 0,293
172,00 10 0,909 0,091 1,523 0,000 1,000 -0,909
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Derajat kepercayaan (α) = 0,05 (5%)
Dmaks = -0,909
Dokritis = 0,41 untuk n = 10
Nilai Do kritis didapat pada Lampiran 13 dengan cara melihat jumlah data (n)
dihubungkan pada derajat kepercayaan (α). Dilihat dari perbandingan di atas bahwa
Dmaks (-0,909) < D0kritis (0,41), maka metode sebaran yang diuji dapat diterima.

IV-17
4.5 Curah Hujan Rencana
Perhitungan intensitas curah hujan ini menggunakan metode Dr. Mononobe,
yang merupakan sebuah variasi dari persamaan-persamaan curah hujan jangka
pendek.
4.5.1 Intensitas Curah Hujan
Adapun tabel perhitungan distribusi hujan dengan metode Mononobe
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Contoh perhitungan:
Untuk t = 1 jam dengan rumus Mononobe
𝑅2 24 2/3 145,395 24 2/3
I= 𝑥 ⌈ ⌉ = 𝑥 ⌈ ⌉ = 50,41
24 𝑡 24 1
Tabel 4.19 Intensitas Curah Hujan
R24
t (jam) R2 R5 R10 R25 R50 R100
145,395 160,123 168,443 177,821 184,162 190,069
1 50,41 55,51 58,40 61,65 63,85 65,89
2 31,75 34,97 36,79 38,84 40,22 41,51
3 24,23 26,69 28,07 29,64 30,69 31,68
4 20,00 22,03 23,17 24,46 25,34 26,15
5 17,24 18,98 19,97 21,08 21,83 22,54
6 15,27 16,81 17,69 18,67 19,34 19,96
7 13,77 15,17 15,96 16,85 17,45 18,01
8 12,60 13,88 14,60 15,41 15,96 16,47
9 11,65 12,83 13,50 14,25 14,76 15,23
10 10,86 11,96 12,58 13,28 13,76 14,20
11 10,19 11,22 11,81 12,46 12,91 13,32
12 9,62 10,59 11,14 11,76 12,18 12,57
13 9,12 10,04 10,56 11,15 11,55 11,92
14 8,68 9,56 10,05 10,61 10,99 11,34
15 8,29 9,13 9,60 10,14 10,50 10,83
16 7,94 8,74 9,20 9,71 10,06 10,38
17 7,62 8,40 8,83 9,32 9,66 9,97
18 7,34 8,08 8,50 8,98 9,30 9,59
19 7,08 7,80 8,20 8,66 8,97 9,25
20 6,84 7,53 7,93 8,37 8,67 8,94
21 6,62 7,29 7,67 8,10 8,39 8,66
22 6,42 7,07 7,44 7,85 8,13 8,39
23 6,23 6,86 7,22 7,62 7,89 8,15
24 6,06 6,67 7,02 7,41 7,67 7,92
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

IV-18
Dari metode Mononobe pada Tabel 4.19 dapat digambarkan ke dalam kurva
IDF dengan metode Mononobe seperti terlihat pada Gambar 4.6.
Kurva IDF Metode Mononobe
70

60
Intensitas Hujan (mm/Jam)

50 2 Tahun
5 Tahun
40 10 Tahun
25 Tahun
30 50 Tahun
100 Tahun
20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Durasi Hujan (Jam)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Gambar 4.6 Kurva IDF dengan Metode Mononobe

4.6 Analisis Debit Banjir Rencana


Perhitungan debit rencana diperlukan untuk keperluan perencanaan
pengendalian banjir. Pada penelitian ini metode penentuan debit banjir rencana
akan dilakukan dengan metode Hidrograf Satuan Sintetis Snyder.
4.6.1 Debit Aliran Dasar (Base Flow)
Dengan pertimbangan bahwa lokasi studi tidak tersedia data debit pengamatan
untuk mengetahui debit aliran dasar, maka perhitungan Debit Aliran Dasar (Base
Flow) dihitung dengan Persamaan 2.21 pada bab 2 pendekatan dengan variabel
masukan luas DAS dan kerapatan jaringan sungai (drainage density). Berikut
merupakan tahapan perhitungan Debit Aliran Dasar (Base Flow):
Luas DAS hilir (A) = 221,37 km2
Panjang Total = 40 km

IV-19
Perhitungan kerapatan jaringan sungai:
Panjang Total Tingkat Sungai
D=
Luas DAS (A)
40
=
221,37
= 0,1807
Menghitung besar aliran dasar QB dengan menggunakan Persamaan 2.21 pada bab
2 yaitu sebagai beriku:
QB = 0,4751 × A0,6444 × D0,9430
= 0,4751 × 221,370,6444 × 0,18070,9430
= 3,048 m3/detik

4.6.2 Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Snyder


Persamaan umum hidrograf satuan sintetis Snyder adalah sebagai berikut :
0,275 × Cp × A
Qp =
Tp
Dengan menggunakan persamaan yang dijelaskan pada langkah-langkah
perhitungan dibawah ini adapun parameter-parameter perhitungan yang diperlukan
adalah:
1) Karakteristik DAS Air Bengkulu, meliputi:
a. Luas daerah aliran sungai (A) = 515 km2
b. Panjang sungai utama (L) = 40 km
c. Panjang sungai dari outlet ke titik berat DAS (Lc ) = 20 km
d. Koefisien waktu (Ct ) =1
e. Koefisien puncak (Cp ) = 1,2
f. Tinggi hujan (h) = 1 mm
2) Parameter-parameter Hidrograf
a. Time Lag (tp ) m Persamaan 2.22 pada bab 2 :
tp = Ct (L x Lc )0,3
= 1 x (40 x 20)0,3
= 7,429 jam
b. Lama curah hujan efektif (tr ), te dan Tp menggunakan Persamaan 2.23 dan
Persamaan 2.24 pada bab 2 dengan tr = 1 jam :

IV-20
tp 7,429
te = =
5,5 5,5

= 1,351 jam
te > tr = 1 jam, karena nilai dari te > tr sehingga persamaan yang digunakan
untuk mencari Tp adalah sebagai berikut:
TP = tP + 0,25(tr -te )
= 7,429 + 0,25 (1-1,351)
= 7,341 jam
c. Mencari nilai Debit Puncak (Qp ) dengan menggunakan Persamaan 2.27

pada bab 2 :
0,275 × Cp × A
Qp =
Tp
0,275 × 1,2 × 515
=
7,341
= 23,150 m3 /dtk
d. Menentukan waktu dasar hidrograf satuan (Tb ) menggunakan Persamaan
2.26 pada bab 2 :
tr
Tb = 5 𝑥 (TP + )
2
1
= 5 𝑥 (7,341 + )
2
= 39,206 menit
e. Metode Alexeyev untuk mencari nilai λ dan a menggunakan Persamaan 2.28
dan 2.29 pada bab 2 :
(Qp 𝑥 Tp )
λ =
(h x A)
(23,150 x 7,341)
=
(1 x 515)
= 0,330
𝑎 = (1,32 x λ) + (0,15 x λ) + 0,045
= (1,32 x 0,330) + (0,15 x 0,330) + 0,045
= 0,530

IV-21
3) Untuk X dihitung dengan Persamaan 2.30 pada bab 2 :
t (jam)
X=
Tp
1
=
7,341
= 0,136
4) Untuk Y dihitung dengan Persamaan 2.38 pada bab 2 :
(1−𝑥)2
Y = 10−𝑎 𝑥

(1−0,136)2
−0,530
= 10 0,136

= 0,001
5) Untuk HSS Unit U (t,1)
= nilai Y x Qp

= 0,001 x 23,150
= 0,029
Adapun hasil tabulasi perhitungan hidrograf satuan sintetis Snyder seperti
diberikan dalam Tabel 4.20 berikut ini:
Tabel 4.20 Tabulasi perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Snyder
HSS Unit UH HSS unit
t (jam) X Y
(t,1) terkoreksi
0,136 0,001 0,029 0,013
1
2 0,272 0,093 2,160 0,986
3 0,409 0,352 8,146 3,717
4 0,545 0,629 14,555 6,642
5 0,681 0,833 19,292 8,804
6 0,817 0,951 22,024 10,050
7 0,954 0,997 23,086 10,535
7,429 1,012 1,000 23,146 10,562
8 1,090 0,991 22,942 10,469
9 1,226 0,950 22,003 10,041
10 1,362 0,889 20,583 9,393
11 1,498 0,817 18,909 8,629
12 1,635 0,740 17,138 7,821

IV-22
Lanjutan Tabel 4.20
1,771 0,664 15,371 7,014
13
14 1,907 0,591 13,673 6,239
15 2,043 0,522 12,083 5,514
16 2,179 0,459 10,622 4,847
17 2,316 0,402 9,296 4,242
18 2,452 0,350 8,106 3,699
19 2,588 0,304 7,046 3,216
20 2,724 0,264 6,109 2,788
21 2,861 0,228 5,285 2,412
22 2,997 0,197 4,563 2,082
23 3,133 0,170 3,933 1,795
24 3,269 0,146 3,385 1,545

 313,487 143,056
Tinggi Hidrograf 2,191 1,000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019
Seperti pada HSS lainnya parameter yang digunakan dalam perhitungan
hidrograf banjir metode HSS Snyder yaitu nilai UH. Nilai UH didapat dari hasil
perhitungan mencari ordinat Hidrograf Satuan Sitentik Snyder yang telah
terkoreksi, mencari nilai UH yang telah terkoreksi dengan bantuan microsoft excel,
perbandingan nilai UH yang belum terkoreksi dan sudah terkoreksi dapat dilihat
pada Lampiran 14. Adapun salah satu perhitungan untuk mendapatkan UH
terkoreksi sebagai berikut :
Luas Sub-DAS Air Bengkulu = 515 Km2
Qt total = 313,487
Tinggi Hidrograf = Qt x 3600 x 109 /1012 / 𝐴
= 313,487 x 3600 x 109 /1012 / 515
= 2,191
UH terkoreksi = Nilai UH Snyder yg belum terkoreksi/Tinggi Hidrograf
= 0,029/2,191
= 0,013 (pada t =1 jam)

IV-23
Berdasarkan Tabel 4.20, selanjutnya dapat digambarkan kedalam grafik unit
hidrograf seperti terlihat pada Gambar 4.7.
Hidrograf Satuan Sintetik Metode Snyder
25 23.146

20
Debit (m3/s)

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
t (jam)
Sumber : Hasil perhitungan, 2019
Gambar 4.7 Hidrograf Satuan Sintetis Snyder
Dari Gambar 4.7 menunjukkan bahwa UH (Unit Hidrograph) pada saat
t=7,429 pada nilai jam Tp adalah waktu dimana puncak atau nilai maksimum untuk
nilai UH 23,146 m3/detik, dan pada saat t=24 jam nilai minimum untuk nilai UH
3,385 m3/detik. Nilai UH yang didapat selanjutnya dimasukkan pada perhitungan
Hidrograf Banjir dengan tabulasi untuk menentukan nilai dan waktu puncak tiap
periode ulang.
Perhitungan hidrograf banjir metode HSS Snyder dilakukan sama seperti pada
metode HSS lainnya, dimana parameter yang diperlukan yaitu nilai UH, hujan jam-
jaman, hujan efektif, dan aliran dasar (base flow). Contoh perhitungan dengan
menggunakan metode HSS Snyder dapat dilihat pada Tabel 4.21.
R1 = UH × Hujan Efektif
= 10,562 × 40,066 = 423,195
Debit Banjir = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6 + Base Flow
= 423,195+226,185+146,744+102,076+72,871+52,032+3,048
= 1026,151 m3/detik (pada t=7,429 jam)

IV-24
Tabel 4.21 Hidrograf Banjir Snyder dengan Hujan Periode Ulang 2 Tahun
Waktu Hujan Efektif Debit
UH QB
(t) R1 R2 R3 R4 R5 R6 Banjir
(m3/dt) (m3/dt)
(jam) 38,464 20,157 12,775 8,624 5,911 3,974 (m3/dt)
0 0 0,000 3,048 3,048
1 0,013 0,528 0,000 3,048 3,576
2 0,986 39,500 21,112 0,000 3,048 63,659
3 3,717 148,932 79,600 51,643 0,000 3,048 283,223
4 6,642 266,122 142,234 92,279 64,190 0,000 3,048 567,873
5 8,804 352,739 188,528 122,313 85,082 60,739 0,000 3,048 812,449
6 10,050 402,685 215,223 139,632 97,129 69,339 49,510 3,048 976,565
7 10,535 422,099 225,599 146,364 101,812 72,682 51,897 3,048 1023,500
7,429 10,562 423,195 226,185 146,744 102,076 72,871 52,032 3,048 1026,151
8 10,469 419,468 224,193 145,452 101,177 72,229 51,573 3,048 1017,140
9 10,041 402,291 215,012 139,496 97,034 69,271 49,462 3,048 975,614
10 9,393 376,333 201,138 130,495 90,773 64,802 46,270 3,048 912,858
11 8,629 345,734 184,784 119,885 83,392 59,533 42,508 3,048 838,883
12 7,821 313,340 167,471 108,652 75,579 53,955 38,525 3,048 760,568
13 7,014 281,031 150,202 97,448 67,785 48,391 34,553 3,048 682,458
14 6,239 249,993 133,614 86,686 60,299 43,047 30,737 3,048 607,423
15 5,514 220,928 118,079 76,608 53,289 38,042 27,163 3,048 537,156
16 4,847 194,204 103,796 67,341 46,843 33,440 23,877 3,048 472,549
17 4,242 169,964 90,840 58,936 40,996 29,266 20,897 3,048 413,947
18 3,699 148,206 79,212 51,391 35,748 25,520 18,222 3,048 361,346
19 3,216 128,836 68,859 44,674 31,076 22,185 15,840 3,048 314,517
20 2,788 111,704 59,702 38,734 26,943 19,235 13,734 3,048 273,100
21 2,412 96,633 51,648 33,508 23,308 16,640 11,881 3,048 236,665
22 2,082 83,434 44,593 28,931 20,125 14,367 10,258 3,048 204,755
23 1,795 71,916 38,437 24,937 17,346 12,383 8,842 3,048 176,909
24 1,545 61,897 33,082 21,463 14,930 10,658 7,610 3,048 152,687
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

Untuk perhitungan Hidrograf Banjir Snyder dengan hujan periode ulang 2


sampai dengan 100 tahun yang telah ditabulasikan, dapat dilihat pada Lampiran 15
sampai dengan Lampiran 20. Hasil dari perhitungan Hidrograf Banjir, dapat
direkapitulasikan tiap-tiap periode ulangnya dapat dilihat pada Tabel 4.22.

IV-25
Tabel 4.22 Rekaputilasi Hidrograf Banjir Snyder
Periode Ulang (Tahun)
Waktu (t)
(jam) Q2 Q5 Q10 Q25 Q50 Q100
m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik
0 3,048 3,048 3,048 3,048 3,048 3,048
1 3,576 3,643 3,695 3,724 3,753 3,780
2 63,659 71,864 77,485 81,723 85,256 88,546
3 283,223 323,283 349,631 371,419 388,669 404,735
4 567,873 652,913 707,596 755,099 791,717 825,821
5 812,449 940,541 1021,707 1094,459 1149,615 1200,984
6 976,565 1138,336 1239,774 1332,723 1402,381 1467,256
7 1023,500 1193,070 1299,398 1396,828 1469,845 1537,848
7,429 1026,151 1196,162 1302,766 1400,449 1473,655 1541,835
8 1017,140 1185,653 1291,319 1388,141 1460,702 1528,282
9 975,614 1137,227 1238,565 1331,423 1401,013 1465,825
10 912,858 1064,043 1158,842 1245,709 1310,808 1371,438
11 838,883 977,776 1064,867 1144,670 1204,477 1260,177
12 760,568 886,447 965,378 1037,704 1091,907 1142,388
13 682,458 795,357 866,150 931,018 979,632 1024,908
14 607,423 707,853 770,827 828,531 871,776 912,051
15 537,156 625,910 681,563 732,558 770,775 806,368
16 472,549 550,566 599,487 644,314 677,908 709,195
17 413,947 482,227 525,041 564,273 593,674 621,056
18 361,346 420,885 458,219 492,428 518,065 541,943
19 314,517 366,275 398,729 428,467 450,754 471,510
20 273,100 317,975 346,114 371,898 391,221 409,217
21 236,665 275,486 299,828 322,133 338,849 354,418
22 204,755 238,273 259,290 278,548 292,981 306,423
23 176,909 205,800 223,916 240,516 252,956 264,542
24 152,687 177,553 193,145 207,432 218,139 228,111
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

Dari hasil rekapitulasi hidrograf banjir rencana pada Tabel 4.22 dari periode
ulang 2 tahun sampai 100 tahun, dibuat grafik hidrograf banjir untuk Sub-DAS Air
Bengkulu dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetis Snyder seperti
terlihat pada Gambar 4.8 Pada periode ulang 2 tahun debit puncaknya sebesar
1026,151 m3/detik dan debit puncak pada periode 100 tahun nilainya sebesar
1541,835 m3/detik yang terjadi pada t = 7,429 jam.

IV-26
1600
Hidrograf Debit Banjir Rancangan Berbagai Kala Ulang Metode Synder

1541.835
1400
1473.655
1400.449
1200
1302.766
1196.162
1026.151
1000 Q2
Debit (m3/s)

Q5
800
Q10

Q25
600
Q50

400 Q100

200

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
t (jam)
Sumber : Hasil perhitungan,2019
Gambar 4.8 Hidrograf Banjir HSS Snyder

IV-27
4.6.3 Perbandingan Hidrograf Satuan Sintetis
Hidrograf aliran menggambarkan suatu distribusi waktu dari aliran (dalam
hal ini debit) di sungai dalam suatu DAS pada suatu lokasi tertentu. Beberapa
metode hidrograf satuan sintetis yang telah ada antara lain adalah 1) Cara SCS, 2)
Cara Nakayasu, 3) Cara Snyder, 4) Cara GAMA-I, 5) Cara ITB. Akan tetapi penulis
hanya membandingkan 3 cara yaitu 1) Cara Snyder, 2) Cara Nakayasu, 3) Cara
SCS. Data untuk hidrograf Nakayasu dan SCS merupakan data sekunder yang
diperoleh dari peneliti DAS Air Bengkulu. Data nilai hidrograf Nakayasu dan SCS
dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24.
Tabel 4.23 Data Nilai HSS SCS
Periode Ulang (Tahun)
Waktu (t)
Q2 Q5 Q10 Q25
(jam)
m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik
0 3,35 3,35 3,35 3,35
1 16,64 21,91 24,78 27,86
2 80,11 112,99 130,93 150,18
3 204,85 297,63 348,24 402,55
4 378,55 563,69 664,68 773,06
5 606,41 924,92 1098,68 1285,14
6 809,63 1265,37 1513,99 1780,79
7 916,88 1433,24 1714,93 2017,22
7,929 960,92 1502,18 1797,46 2114,32
8 959,01 1499,18 1793,87 2110,10
9 918,79 1436,23 1718,52 2021,44
10 838,35 1310,33 1567,81 1844,12
11 730,15 1140,96 1365,08 1605,58
12 625,77 977,59 1169,52 1375,48
13 512,78 800,73 957,82 1126,39
14 425,64 664,33 794,55 934,29
15 362,44 565,41 676,14 794,96
16 302,11 470,98 563,11 661,97
17 256,15 399,04 476,99 560,65
18 213,06 331,59 396,26 465,65
19 175,71 273,14 326,29 383,32
20 146,98 228,17 272,46 319,99
21 120,17 186,21 222,23 260,89
22 101,79 157,43 187,78 220,36
23 86,18 133,00 158,54 185,95
24 72,93 112,25 133,71 156,73
Sumber : Putri Ersi Mareta (2019)

IV-28
Tabel 4.24 Data Nilai HSS Nakayasu
Periode Ulang (Tahun)
Waktu (t)
Q2 Q5 Q10 Q25 Q50 Q100
(jam)
m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik m3/detik
0 1,93 1,93 1,93 1,93 1,93 1,93
1 46,93 54,39 58,67 66,06 66,84 70,04
2 363,11 427,29 464,12 527,72 534,44 562,00
3 995,87 1195,74 1310,45 1508,54 1529,46 1615,29
4 767,31 930,55 1024,23 1186,00 1203,09 1273,18
5 576,10 705,88 780,36 908,97 922,56 978,29
6 414,56 507,83 561,35 653,78 663,55 703,60
7 318,24 389,73 430,76 501,62 509,10 539,80
8 255,71 313,07 345,99 402,84 408,84 433,47
9 205,54 251,57 277,98 323,59 328,41 348,17
10 165,29 202,22 223,41 260,00 263,87 279,72
11 133,00 162,62 179,63 208,99 212,09 224,81
12 107,78 131,71 145,44 169,15 171,66 181,93
13 91,67 111,95 123,59 143,69 145,81 154,52
14 78,00 95,20 105,07 122,11 123,91 131,29
15 66,42 81,00 89,36 103,81 105,33 111,59
16 56,60 68,96 76,05 88,29 89,59 94,89
17 48,28 58,75 64,76 75,14 76,24 80,74
18 41,22 50,10 55,20 64,00 64,93 68,74
19 35,24 42,76 47,09 54,55 55,33 58,57
20 30,16 36,55 40,21 46,53 47,20 49,94
21 25,87 31,28 34,38 39,74 40,31 42,63
22 22,22 26,81 29,44 33,98 34,46 36,43
23 19,13 23,02 25,25 29,10 29,51 31,18
24 16,51 19,81 21,70 24,97 25,31 26,73
Sumber: Rulintan (2018)
Dari ketiga nilai hidrograf yang didapatkan, dibuat grafik hidrograf satuan
sintetis untuk memudahkan membandingkan besaran nilai debit banjir yang
didapatkan. Grafik perbandingan hidrograf dapat dilihat pada Gambar 4.9 sampai
Gambar 4.12 untuk periode ulang tertentu.

IV-29
Perbandingan Hidrograf Banjir Periode Ulang 2 Tahun
1200

Metode Snyder
1000
Metode Nakayasu

Metode SCS
800
Waktu Puncak
Debit (m3/s)

9 (Tp)
Tp = 3
600
Tp = 7,429

Tp = 7,929
400

200

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
t (jam)

Gambar 4.9 Perbandingan HSS Periode Ulang 2 Tahun

IV-30
Perbandingan Hidrograf Banjir Periode 5 Tahun
1600

1400
Metode Snyder

1200 Metode Nakayasu

Metode SCS
1000
Waktu Puncak
Debit (m3/s)

800
9 (Tp)
Tp = 3

Tp = 7,429
600
Tp = 7,929

400

200

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
t (jam)

IV-31
Gambar 4.10 Perbandingan HSS Periode Ulang 5 Tahun
Perbandingan Hidrograf Banjir Periode Ulang 10 Tahun
1800

1600

Metode Snyder
1400
Metode Nakayasu
1200 Metode SCS
Debit (m3/s)

Waktu Puncak
1000
(Tp)
Tp =3
800
Tp = 7,429
600 Tp = 7,929

400

200

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
t (jam)

IV-32
Gambar 4.11 Perbandingan HSS Periode Ulang 10 Tahun
Perbandingan Hidrograf Banjir Periode Ulang 25 Tahun
2200

2000

1800 Metode Snyder

Metode Nakayasu
1600

Metode SCS
1400
Waktu Puncak
Debit (m3/s)

1200
Tp = 3
1000
Tp = 7,429
800
Tp = 7,929
600

400

200

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
t (jam)

IV-33
Gambar 4.12 Perbandingan HSS Periode Ulang 25 Tahun

IV-34
4.7 Analisis Hidrolika dengan HEC-RAS 5.0.7
4.7.1 Membuat Peta DAS Air Bengkulu di HEC-RAS 5.0.7
Peta digunakan untuk memudahkan dalam menggambar alur sungai, sehingga
didapatkan hasil yang skalatis dan sesuai dengan keadaan aslinya. Tahap dalam
pembuatan peta sungai Air Bengkulu sebagai berikut:
1. Untuk memulai suatu permodelan hidrolika dengan software HEC-RAS terlebih
dahulu aktifkan menu HEC-RAS. Pengaktifan menu HEC-RAS dapat dilihat pada
Gambar 4.13.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.13 Pengaktifan Menu HEC-RAS
2. Setelah mengaktifkan menu HEC-RAS layar utama (Gambar 4.14) akan muncul.
Sebelum memulai suatu project batu ubah terlebih dahulu sistem satuan yang
dipakai, pada menu options ubah unit system ke metric system dan buat sebagai
deflaut. Jendela cara mengubah satuan sistem dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.14 Layar Utama (Cara Mengubah Satuan Sistem)

IV-34
Untuk memulai suatu project baru pilih new project dari menu file (Gambar 4.15)
kemudian isi nama file pada title akhiran .prj pada file name kemudian klik OK.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.15 Layar Pembuatan Project Baru
3. Mulai membuat peta wilayah Sungai Air Bengkulu dengan mengklik ikon RAS
Mapper. Jendela RAS Mapper akan terlihat seperti Gambar 4.16.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.16 RAS Mapper Editor
4. Untuk membuat peta wilayah sungai Air Bengkulu terlebih dahulu mendownload
dari website resmi ESRI http://spatialreference.org dengan tipe file .prj. Adapun
langkah-langkah untuk mendownload file tersebut antara lain:
a. Buka website resmi ESRI yaitu http://spatialreference.org. Laman website
resmi ESRI dapat dilihat pada Gambar 4.17.

IV-35
Sumber : Analisa Sendiri, 2019
Gambar 4.17 Laman website ESRI
b. Lalu pada kolom search ketik indonesia, lalu pilih search. Pencarian di situs
ESRI dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.18 Pencarian Indonesia
c. Pilih dan klik file dengan kode EPSG:23832: DGN95 / Indonesia TM-3 zone
47.2. Pemilihan file dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.19 Pemilihan Kode File

IV-36
d. Pilih dan klik pada menu file .PRJ File. Setelah diklik maka file tersebut akan
didownload. Pemilihan menu file dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.20 Pemilihan Kode File
e. Masukkan koordinat geografis wilayah dengan mengklik tools dan pilih set
projection for project. Masukkan file yang telah didownload di kolom ESRI
Projection File (*.prj). Memasukkan koordinat dapat dilihat Gambar 4.21.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.21 Memasukan Koordinat Wilayah Bengkulu
5. Tampilkan peta secara online dengan mengklik menu tools dan pilih web
imagery, lalu pilih Google Hybrid untuk menampakan peta dengan bantuan
satelit Google. Dapat dilihat pada Gambar 4.22.

IV-37
Sumber : Analisa Sendiri, 2019
Gambar 4.22 Memasukan Peta Wilayah Bengkulu Secara Online
6. Klik menu tools dan pilih new terrain maka akan muncul jendela kerja new
terrain layer. Untuk terrain data diperlukan untuk mendownload file peta
terrain kota Bengkulu berformat .tif. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Buka dan pilih SRTM Data dari alamat website
http://srtm.csi.cgiar.org/srtzip/srtm_v41/srtm_mask_geotiff/srtm_mk_57_
13_13.zip. Laman terrain dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.23 Download Peta Terrain
b. Pilih Tile Size Tile 5 x 5 degree dan format Geo TIFF. Lalu klik pada peta
yang terdapat Kota Bengkulu kemudian klik search. Proses pemilihan peta
terrain dapat dilihat pada Gambar 4.24.

IV-38
Sumber : Analisa Sendiri, 2019
Gambar 4.24 Pemilihan Peta Terrain
c. Kemudian klik download SRTM, maka file terrain kota Bengkulu akan
didownload. Proses dowload SRTM dapat dilihat pada Gambar 4.25.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.25 Dowload Peta Terrain
d. Masukkan peta terrain yang telah didownload pada menu tools dan pilih
new terrain maka akan muncul jendela kerja new terrain layer. Kemudian
klik create (Gambar 4.26).

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.26 Peta Wilayah Bengkulu dengan Google Hybrid.

IV-39
e. Klik centang pada kotak layer sebelah kiri layer peta akan dimunculkan pada
jendela ras mapper, lalu klik menu file dan pilih exit. Peta Wilayah
Bengkulu dengan google hybrid dapat dilihat pada Gambar 4.27.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.27 Peta Wilayah Bengkulu dengan google hybrid

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.28 Peta Terrain Wilayah Bengkulu
4.6.2 Memasukan Data Geomteri Sungai
Tahap dalam input data geometri adalah sebagai berikut :
1. Klik menu edit jendela utama HEC-RAS, pilih geometric data. Untuk
menampilkan peta sebagai background, klik ikon background pictures on
schematic yang berada diujung. Centang pilihan google hybrid dan plot terrain
untuk menampilkan peta pada jendela geometric data. Menampilkan
background peta pada geometric data dapat dilihat pada Gambar 4.29.

IV-40
Sumber : Analisa Sendiri, 2019
Gambar 4.29 Menampilkan Background Peta Pada Geometric Data
2. Klik tombol river reach dan lakukan zoom dengan menscroll mouse pada
gambar untuk mempermudah menggambar alur sungai sesuai dengan alur peta
situasi. Alur digambar dimulai dari hulu dengan mengklik kiri pada setiap titik
alur sungai, tidak boleh terbalik. Klik dua kali pada bagian hilir sungai untuk
mengakhiri alur sungai atau skema alur. Kotak dialog akan muncul, isi nama
sungai pada river dan “hulu ke hilir” pada reach. Skema Alur Sungai Air
Bengkulu dapat dilihat pada Gambar 4.30.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.30 Skema Alur Sungai Air Bengkulu
3. Memasukan data penampang melintang sungai dengan mengklik tombol cross
section, ikon ke-2 dari atas pada papan tombol kiri, akan muncul jendela kerja
untuk pengisian data penampang sungai. Tuliskan data penampang melintang
Sungai Air Bengkulu yang telah diperoleh sebelumnya dari pengukuran
langsung dilapangan. Masukkan data berurutan mulai dari hilir sampai ke hulu.

IV-41
Klik menu options dan pilih add a new cross section. Tuliskan nomor
penampang melintang “0” sebagai awal di bagian hilir sungai. Setiap tampang
lintang didefinisikan sebagai river sta yang diberi nomor utur sesuai nomor
penampang lintang, dimulai dari hilir dan bertambah besar ke arah hulu. Urutuan
nomor ini tidak boleh dibalik. Jendela cross section dapat dilihat pada Gambar
4.31.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.31 Mengisi Data Penampang Melintang Hilir Sungai Air Bengkulu
4. Data Selanjutnya adalah jarak tampang “0” Ke Tampang Selanjutnya di sisi hilir
(Downstream Reach Lengths), yaitu jarak bantaran kiri (Left Overbank, LOB),
jarak antar alur utama (Main Channel, Channel), dan jarak antar bantaran kanan
(Right Overbank, ROB). Karena tampang “0” merupakan tampang paling hilir,
maka isian ini dapat dibiarkan kosong atau diisi dengan angka nol. Masukkan
pula nilai koefesien kekasaran dasar, Manning’s N Values, adalah 0,02. Klik
tombol apply data untuk menyimpang data ke dalam HEC-RAS dan ditampilkan
gambar tampang lintang di sisi kanan layar (Gambar 4.32).

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.32 Mengisi Data Penampang Melintang Sungai Air Bengkulu

IV-42
5. Memasukan data penampang melintang pada daerah hulu dengan mengklik
menu options dan pilih copy current cross section, tuliskan jarak hulu terhadap
hilir sebagai river sta. Ubah data cross section seusai dengan data penampang
melintang hulu Sungai Air Bengkulu yang telah diperoleh sebelumnya dari
pengukuran di lapangan. Jendela cross section data dapat dilihat Gambar 4.33.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4. 33 Mengisi Data Penampang Melintang Sungai Air Bengkulu
6. Keluar dari menu cross section, lalu lakukan interpolasi untuk penampang
sungai yang berada di tengah. Klik menu tools dan pilih XZ Interpolation, pilih
within a reach. Jendela interpolasi akan muncul dan masukan angka “500’
sebagai jarak antar tampang lintang yang akan diinterpolasi. Klik tombol
Interpolate XS’s. Jendela interpolasi dapat dilihat pada Gambar 4.34.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.34 Interpolasi Penampang Melintang Sungai

IV-43
4.6.5 Memasukan Data Debit Sungai dan Analisis Unsteady Flow
Sungai Air Bengkulu merupakan aliran tak permanen atau aliran unsteady maka
untuk memasukan data debit rencana menggunakan menu Unsteady Flow Data.
Langkah-langkah memasukan debit Sungai Air Bengkulu sebagai aliran tak
permanen adalah :
1. Aktifkan layar editor data aliran tak permanen dengan mengklik menu edit dan
pilih Unsteady Flow Data, maka akan muncul jendela kerja pengisian data aliran
tak permanen. Jendela Editor Unsteady Flow Data dapat dilihat pada Gambar
4.35.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.35 Jendela Editor Unsteady Flow Data
2. Klik tombol Flow Hydrograph sebagai pilihan Boundry Condition Type pada
daerah hulu sungai. Layar editor hidrograf debit akan aktif. Masukan data debit
rencana pada perhitungan tabulasi debit rencana dengan metode nakayasu
berturut-turut pada jam ke-0, ke-2 dan seterusnya. Klik tombol plot data yang
ada di bagian bawah layar editor hidrograf aliran untuk menampilakan hidrograf
debit. Jendela pengisian data hulu dapat dilihat pada Gambar 4.36.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.36 Pengisian Data Hidrograf Debit Sebagai Syarat Batas Hulu

IV-44
3. Mengatur syarat batas hilir dengan RS “0”, bawa kursor ke kotak di kanan RS 0
dan klik tombol tersebut. Klik tombol Normal Depth sebagai syarat batas hilir
RS 0 masukan nilai Slope Friction yaitu 0,0001 klik OK. Lalu, simpan data
aliran tak permanen dengan mengklik Menu File Dan Pilih Save Unsteady Flow
Data (Gambar 4.37). Tutup layar editor aliran tak permanen.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.37 Pengisian Data Hidrograf Debit Sebagai Syarat Batas Hilir di RS 0
4. Setelah semua data disimpan dilakukan analisis aliran tak permanen. Analisis
data diawali dengan mengklik menu run pada jendela kerja utama HEC-RAS
pilih Unsteady Flow Analysis atau mengklik tombol Performance Unsteady
Flow Analysis dapat dilihat pada Gambar 4.38.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.38 Menu Run Unsteady Flow Analysis
5. Lakukan hitungan aliran tak permenen dengan menklik tombol Compute.
Tunggu beberapa saat, hingga selesai. Tutup layar hitungan HEC-RAS Finished
Computaions dengan mengklik tombol close. Jendela running unsteady flow
analysis dapat dilihat pada gambar 4.39.

IV-45
Sumber : Analisa Sendiri, 2019
Gambar 4.39 Running Unsteady Flow Anlaysis
6. Persentasi profil muka air di sebuah tampang melintang. Mengklik menu view
pada jendela kerja utama HEC-RAS pilih cross section atau mengklik tombol
performan cross section.Profil melintang hasil Running Unsteady Data dapat
dilihat pada Gambar 4.40.

Sumber : Analisa Sendiri, 2019


Gambar 4.40 Salah Satu Profil Muka Air Perhitungan Unsteady
7. Persentasi gambar perspektif aliran sungai, pilih menu view Klik X-Y-Z
Perspectiv Plot atau tombol 3D Multiple Cross Section Plot (Ikon ke 19 dari kiri
tampilan pada tombol ). Perspektif profil muka air di sepanjang sungai dapat
dilihat pada Gambar 4.41.

IV-46
Sumber : Analisa Sendiri, 2019
Gambar 4.41 Gambar Perspektif Profil Muka Air di Sepanjang Sungai

4.6.3 Analisis Muka Air Banjir


Setelah dilakukan running program HEC-RAS atau menginterpolasikan
penampang sungai terlebih dahulu, ada penampang sungai dibeberapa stationing
tidak dapat menampung debit banjir. Potongan melintang Sungai Air Bengkulu
dengan simulasi debit banjir rencana periode 2 tahun dapat dilihat Tabel 4.25.
Tabel 4.25 Penampang Melintang Sungai Air Bengkulu Periode 2 Tahun
NO PENAMPANG MELINTANG KETERANGAN

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir STA 0
,02
Legend
1,6
EG Max W S
1,5 WS Max WS
Elevat ion (m)

Crit Max WS
Elevasi Muka Air
1,4
STA 0
1,3 Ground +1.45
Bank Sta
1,2

1,1

1,0
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

IV-47
Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019
River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
Legend
1,7
EG Max W S
1,6 WS Max WS
Elevasi Muka Air
Elevation (m)
STA
1,5 Ground
1000 1,4 Bank Sta +1.52
1,3

1,2

1,1
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
2,2 Legend

2,0 EG Max W S
WS Max WS
Elevation (m)

STA 1,8
Elevasi Muka Air
Ground
5000 Bank Sta +1.80
1,6

1,4

1,2
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
Legend

2,6 EG Max W S
WS Max WS
Elevasi Muka Air
Elevation (m)

2,4
STA Ground
2,2
10000 Bank Sta +2.14
2,0

1,8

1,6
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
Legend
3,2
EG Max W S
3,0
WS Max WS
Elevation (m)

STA 2,8
Ground
Elevasi Muka Air
2,6
15000 Bank Sta +2.00
2,4
2,2
2,0
1,8
0 10 20 30 40 50 60
Station (m)

IV-48
Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019
River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
Legend
3,6
EG Max W S
3,4
WS Max WS
Elevasi Muka Air

Elevation (m)
3,2
STA Ground
3,0
20000 2,8 Bank Sta +2.40
2,6
2,4
2,2
2,0
0 10 20 30 40 50
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
5,0 Legend

4,5 EG Max W S
WS Max WS
Elevasi Muka Air
Elevation (m)

STA 4,0 Ground


25000 Bank Sta +2.60
3,5

3,0

2,5
0 10 20 30 40 50
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
5,5 Legend

5,0 EG Max W S
WS Max WS
Elevation (m)

STA
4,5
Ground
Elevasi Muka Air
4,0
30000 Bank Sta +3.35
3,5

3,0

2,5
0 10 20 30 40 50
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
5,5 Legend

5,0 EG Max W S
WS Max WS
Elevasi Muka Air
Elevation (m)

4,5
STA Ground
4,0
32000 Bank Sta
+4.20
3,5

3,0

2,5
0 10 20 30 40 50
Station (m)

IV-49
Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019
River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
6,5 Legend
6,0
EG Max W S
5,5
WS Max WS

Elevation (m)
STA 5,0
Ground
Elevasi Muka Air
4,5
35000 Bank Sta +4.80
4,0
3,5
3,0
2,5
0 10 20 30 40 50
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
8 Legend

7 EG Max W S
WS Max WS
Elevation (m)

STA 6 Ground
Elevasi Muka Air
37000 Bank Sta +5.90
5

3
0 10 20 30 40 50
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir
,02
8 Legend

7 EG Max W S
WS Max WS
Elevasi Muka Air
Elevation (m)

STA 6 Ground

39000 5
Bank Sta
+7.50
4

3
0 10 20 30 40 50
Station (m)

Skripsi Plan: Plan 01 20/05/2019


River = Sungai Air Bengk Reach = Hulu ke Hilir STA 40000
,02
9 Legend

8 EG Max W S
WS Max WS
Elevasi Muka Air
Elevation (m)

7
STA Ground
6
40000 Bank Sta
+8.75
5

3
0 10 20 30 40 50
Station (m)

IV-50
4.6.4 Validasi Banjir Rencana di HEC-RAS dengan Kondisi Lapangan
Tahun 2019 bencana banjir di Bengkulu tergolong dalam kondisi banjir
terparah dalam sejarah. Oleh karena itu perlu dilakukan validasi banjir yang telah
direncanakan dengan banjir rencana yang dibuat pada program HEC-RAS. Adapun
metode yang dilakukan yaitu menghitung nilai tinggi yang terjadi dengan cara
menghitung bekas banjir yang ada dan membandingkan dengan nilai program
HEC-RAS.
Salah satu sampel tempat yang diambil yaitu di Jalan Tanggul dengan STA
koordinat 3°46'43.9" LS dan 102°17'50.5" BT yang diukur dari hulu. Berdasarkan
kondisi lapangan, naiknya muka air yang terjadi di Jalan Tanggul sebesar ±6.00 m
yang merupakan hampir sama dengan rencana banjir di HEC-RAS yang ditabelkan
pada Tabel 4.24. Proses pengukuran tinggi lapangan dapat dilihat pada Gambar
4.42.

Gambar 4.42 Pengukuran Ketinggian Banjir di Jalan Tanggul

IV-51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa data yang dilakukan dalam penyusunan
skripsi ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisa hidrologi menggunakan metode Snyder pada DAS Air
Bengkulu dengan mengabaikan perubahan tata guna lahan didapat nilai debit:
Q2th = 1026,151 m3/detik
Q5th = 1196,162 m3/detik
Q10th = 1302,766 m3/detik
Q25th = 1400,449 m3/detik
Q50th = 1473,665 m3/detik
Q100th = 1541,835 m3/detik
Dari hasil tersebut, debit terkecil adalah Q2th = 1026,162 m3/detik dan debit
terbesar adalah Q100th = 1541,835 m3/detik.
2. Hasil analisis dengan menggunakan program HEC-RAS 5.0.7 dengan debit
yang telah dihitung dari hasil hidrologi Q2th di Sungai Air Bengkulu sebesar
1026,162 m3/detik sudah tidak mampu menampung debit banjir. Sehingga
diperlukan upaya perbaikan untuk mengendalikan luapan DAS Bengkulu.
3. Hasil analisis dengan menggunakan program HEC-RAS 5.0.7 dengan debit
yang telah dihitung menghasilkan daerah potensi banjir yaitu dimulai dari STA
32000 (Daerah Desa Kancing) sampai bagian hilir.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data curah hujan yang digunakan sebaiknya lebih lengkap (lebih dari 10
tahun). Semakin lengkap tahun data yang digunakan akan menghasilkan
kemencengan yang lebih kecil terhadapat perhitungan.
2. Perlu diperhatikan saat menganalisis data menggunakan HEC-RAS versi 5.0.7
karena apabila telah keluar dari aplikasi maka data sebelumnya menjadi kacau.

V-1
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan metode HSS yang lainnya,
agar didapat nilai perbandingan dari beberapa metode HSS.
4. Perlu diperhatikan besaran data sekunder berupa nilai curah hujan yang
diperoleh dari instansi terkait, karena akan mempengaruhi nilai debit rencana
yang akan dihasilkan.

V-2
DAFTAR PUSTAKA

Aji, L. S., & Yomi. (2005). Modifikasi Bendung Kaligendeng Sungai Luk Ulo
Kebumen Jawa Tengah. Semarang: Fakultas Teknik UNDIP.

Amri, K., & Syukron, A. (2014). Analisis Debit Puncak DAS Padang Guci
Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Jurnal profil, 2, 108-119.

Ardiansyah, O., & Mustikasari, R. (2011). Gambaran Umum Permasalahan


Pengelolaan DAS Air Bengkulu. Bengkulu: Telapak.

Asdak C. (2014). Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Auliyani, D. (2017, Oktober 18). Daerah Bahaya Banjir di SUB Daerah Aliran
Sungai Sepauk dan Tempunak, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan
Barat. JPPDAS, 83-95.

BMKG. (2019). Curah Hujan Maksimum Bulanan Periode 10 Tahunan di Wilayah


Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kotamdya. Kota Bengkulu

Buana, H. (2010). Studi Perencanaan Dimensi Bendungan Rukoh di DAS Rukoh-


Tiro Kabupaten Pidie Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Malang:
Universitas Brawijaya.

BWS Sumatera VII. (2019). DAta Curah Hujan. BWS Sumatera VII. Bengkulu.

Cahyani, I., Sudarsono, & Wigati, R. (2016). Analisis Banjir Menggunakan


Software HEC-RAS 4.1 (Studi kasus sub DAS Cisimeut hilir HM 0+00
Sampai dengan HM 69+00). Jurnal Teknik Sipil UNTIRTA, V(1), 13-23.

Hasmar, H. H. (2012). Drainase Terapan. Yogyakarta: UII Press Yoyakarta.

Hendrayanto. (2008). Modul Mata Kuliah Hidrologi Hutan. Bogor: Departemen


Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Irvandi, R. (2016, Mei 12). Makalah Current Meter. Diambil kembali dari Scribd:
https://id.scribd.com/doc/312368796/Makalah-Current-Meter

Istiarto. (2014). Modul Pelatihan: Simulasi Aaliran 1-Dimensi dengan Bantuan


Paket Program Hidrodinamika HEC-RAS. Yogyakarta: JTSL FT UGM.
Junia, N., Fauzi, M., & Suprayogi, I. (2015, Februari 1). Kesesuaian Model
Hidrograf Satuan Sintetis Studi Kasus Sub DAS Daerah Aliran Sungai Siak
Bagian Hulu. Jom FTEKNIK, 2(1), 1-9.

Kamiana, M. I. (2011). Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Kodoatie, R., & Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Offset.

Mareta, P. E (2019). Analisis Debit Puncak DAS Air Bengkulu Bagian Hilir
Menggunakan Pendekatan Metode Hidrograf Satuan Sintetis Soil
Conservation Service (HSS SCS) dan Program HEC-RAS 5.0.7, Program
Studi Teknik Sipil, Universitas Bengkulu.

Nugroho, A. G. (2014). Perencanaan Ambang Pelimpah Bendungan Keumireu


(Inong) di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Malang: Universitas Brawijaya.

Parinduri, R. T (2018). Evaluasi Kinerja DAS Air Bengkulu Dengan Menggunakan


Metode Nakayasu dan Program HEC-RAS Versi 5.0.1 (Studi Kasus DAS
Sungai Bengkulu). Program Studi Teknik Sipil, Universitas Bengkulu.

Santosa, B. (1988). Hidrolika. Jakarta: Erlangga.

Soemarto. (1986). Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.

Soerwarno. (1995). Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data Jilid
1. Bandung: Nova.

Sosrodarsono, S., & Takeda, K. (2003). Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta:


Pradnya Paramita.

Triatmodjo, B. (1993). Hidraulika I. Yogyakarta: Beta Offset.

Wikipedia. (2019, Maret 12). Diambil kembali dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu
Lampiran 1 Sertifikat Kalibrasi Current Meter dengan Alat Pemberat

Sumber : Badan Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu

L-1
Sumber : Badan Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu

L-2
Sumber : Badan Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu

L-3
Lampiran 2 Sertifikat Kalibrasi Current Meter dengan Tongkat Penduga

Sumber : Badan Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu

L-4
Sumber : Badan Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu

L-5
Lampiran 3 Nilai Hasil Pengolahan Data Arus Sungai Bagian Hulu
Sungai air bangkahulu Tanggal 27/04/2019 Merek Alat SEBA
No.Pos 01-138-00-01 Mulai Selesai Nomor Body F.2990
Tempat Desa Penanding Jam 11,30 12,15 Nomor Kincir 2.2148.250.125
Waktu Putaran 50 detik M.A. (m) Pengukuran dengan : MERAWAS
Petugas Okky Cuaca Cerah Cerah Debit 35,0013 m3/det
Rumus Kecepatan
N < 0.46 V = 0,2139 (n/50) + 0.0197 m/detik
N ≥ 0.46 V = 0,2564 (n/50) + 0.0003 m/detik

Vertikal Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0,2 0,6 0,8 0,2 0,6 0,8 Rata-rata (m2) (m3/det)
0 0 0 0 ma kanan start
1 2 2 0,65 150 0,77 0,77 1,30 1,00
2 4 2 0,75 124 0,64 0,64 1,50 0,95
3 6 2 0,9 145 157 0,74 0,81 0,77 1,80 1,39
4 8 2 0,86 134 147 0,69 0,75 0,72 1,72 1,24
5 10 2 0,9 187 191 0,96 0,98 0,97 1,80 1,75
6 12 2 0,91 147 193 0,75 0,99 0,87 1,82 1,59
7 14 2 0,93 173 187 0,89 0,96 0,92 1,86 1,72
8 16 2 0,84 182 207 0,93 1,06 1,00 1,68 1,68
9 18 2 0,82 182 191 0,93 0,98 0,96 1,64 1,57
10 20 2 0,85 153 195 0,78 1,00 0,89 1,70 1,52
11 22 2 0,87 152 140 0,78 0,72 0,75 1,74 1,30
12 24 2 0,88 143 115 0,73 0,59 0,66 1,76 1,16
13 26 2 0,93 181 201 0,93 1,03 0,98 1,86 1,82
14 28 2 0,87 160 175 0,82 0,90 0,86 1,74 1,50
15 30 2 0,86 152 161 0,78 0,83 0,80 1,72 1,38
16 32 2 0,86 163 188 0,84 0,96 0,90 1,72 1,55
17 34 2 0,85 179 200 0,92 1,03 0,97 1,70 1,65
18 36 2 0,84 147 169 0,75 0,87 0,81 1,68 1,36
19 38 2 0,87 150 162 0,77 0,83 0,80 1,74 1,39
20 40 2 0,89 146 174 0,75 0,89 0,82 1,78 1,46
21 42 2 0,9 122 165 0,63 0,85 0,74 1,80 1,33
22 44 2 0,92 134 168 0,69 0,86 0,77 1,84 1,43
23 46 2 0,87 156 171 0,80 0,88 0,84 1,74 1,46
24 48 2 0,72 138 0,71 0,71 1,44 1,02
25 50 2 0,62 124 0,64 0,64 1,24 0,79
26 52 2 0 ma kiri finish 42,32 35,0013
Q= 35,0013 m3/det
A= 42,32 m2
V= 0,82706 m/det
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-6
Lampiran 4 Nilai Hasil Pengolahan Data Arus Sungai Bagian Tengah
Sungai air bangkahulu Tanggal 28/04/2019 Merek Alat SEBA
No.Pos 01-138-00-01 Mulai Selesai Nomor Body F.2990
Tempat Taba Terunjam Jam 10.00 11.00 Nomor Kincir 2.2148.250.125
Waktu Putaran 50 detik M.A. (m) Pengukuran dengan : Jembatan
Petugas Okky Cuaca Cerah Cerah Debit 13,126 m3/det
Rumus Kecepatan
N < 0.46 V = 0,2139 (n/50) + 0.0197 m/detik
N ≥ 0.46 V = 0,2564 (n/50) + 0.0003 m/detik

Vertikal Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0,2 0,6 0,8 0,2 0,6 0,8 Rata-rata (m2) (m3/det)
0 0 0 0 MA kiri START
1 2,50 2,50 0,15 103 0,52 0,52 0,38 0,19
2 5,00 2,50 0,35 102 0,51 0,51 0,88 0,45
3 7,50 2,50 0,40 149 0,75 0,75 1,00 0,75
4 10,00 2,50 0,47 138 0,70 0,70 1,18 0,82
5 12,50 2,50 0,52 136 0,69 0,69 1,30 0,89
6 15,00 2,50 0,70 133 0,67 0,67 1,75 1,17
7 17,50 2,50 0,48 133 0,67 0,67 1,20 0,81
8 20,00 2,50 0,42 144 0,73 0,73 1,05 0,76
9 22,50 2,50 0,61 126 0,64 0,64 1,53 0,97
10 25,00 2,50 0,81 121 111 0,61 0,56 0,59 2,03 1,18
11 27,50 2,50 1,51 152 140 0,77 0,71 0,74 3,78 2,78
12 30,00 2,25 1,60 143 115 0,72 0,58 0,65 3,60 2,34
13 32,00 0,00 0,00 MA kanan FINISH 19,65 13,13
F= 13,13 m2
A= 0,66797 m2
V= 0,82706 m/det
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-7
Lampiran 5 Nilai Hasil Pengolahan Data Arus Sungai Bagian Hilir
Sungai air bangkahulu Tanggal 28/04/2019 Merek Alat SEBA
No.Pos 01-138-00-01 Mulai Selesai Nomor Body F.2990
Tempat Bentiring Jam 12.00 13.00 Nomor Kincir 2.2148.250.125
Waktu Putaran 50 detik M.A. (m) Pengukuran dengan : Jembatan
Petugas Okky Cuaca Cerah Cerah Debit 13,126 m3/det
Rumus Kecepatan
N < 0.46 V = 0,2139 (n/50) + 0.0197 m/detik
N ≥ 0.46 V = 0,2564 (n/50) + 0.0003 m/detik

Vertikal Rai Lebar Dalam Jumlah Putaran Kecepatan pada (m/det) Luas Debit
(m) (m) (m) 0,2 0,6 0,8 0,2 0,6 0,8 Rata-rata (m2) (m3/det)
0 4 0 0 MA kiri START
1 8,00 2,50 1,10 286 245 1,44 1,24 1,34 2,75 3,68
2 12,00 2,50 0,80 242 226 1,22 1,14 1,18 2,00 2,36
3 16,00 2,50 0,60 165 0,83 0,83 1,50 1,25
4 20,00 2,50 0,50 133 0,67 0,67 1,25 0,84
5 24,00 2,50 0,70 176 188 0,89 0,95 0,92 1,75 1,61
6 28,00 2,50 1,00 221 178 1,11 0,90 1,01 2,50 2,52
7 32,00 2,50 0,90 168 145 0,85 0,73 0,79 2,25 1,78
8 36,00 2,50 0,80 137 156 0,69 0,79 0,74 2,00 1,48
9 40,00 2,50 0,90 177 164 0,89 0,83 0,86 2,25 1,94
10 44,00 2,50 0,70 156 141 0,79 0,71 0,75 1,75 1,31
11 48,00 2,50 0,60 105 0,53 0,53 1,50 0,79
12 52,00 2,25 0,00 MA kanan FINISH 21,50 19,55
F= 39,10 m2
A= 0,90931 m2
V= 0,82706 m/det
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-8
Lampiran 6 Curah Hujan Harian Maksimum

Sumber : BMKG Provinsi Bengkulu

L-9
Sumber : BMKG Provinsi Bengkulu

L-10
Sumber : BMKG Provinsi Bengkulu

L-11
Lampiran 7 Reduced Mean Yn

L-12
Lampiran 8 Reduced Standard Deviation Sn

L-13
Lampiran 9 Reduced Variate YT

L-14
Lampiran 10 Harga K Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III

L-15
Lampiran 11 Standart Variabel Kt

L-16
Lampiran 12 Nilai Kritis Untuk Uji Keselarasan Chi Kuadrat

L-17
Lampiran 13 Nilai Delta Kritis Untuk Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorof

L-18
Lampiran 14 HSS Snyder - Asli dan Terkoreksi
t (jam) X Y HSS Unit U (t,1) HSS unit terkoreksi
1 0,151 0,003 0,075 0,033
2 0,302 0,139 3,558 1,577
3 0,452 0,445 11,407 5,056
4 0,603 0,727 18,631 8,258
5 0,754 0,907 23,232 10,298
6 0,905 0,988 25,313 11,220
6,686 1,008 1,000 25,623 11,358
7 1,055 0,996 25,534 11,318
8 1,206 0,958 24,546 10,880
9 1,357 0,892 22,849 10,128
10 1,508 0,812 20,797 9,219
11 1,659 0,727 18,623 8,255
12 1,809 0,643 16,472 7,301
13 1,960 0,563 14,433 6,397
14 2,111 0,490 12,553 5,564
15 2,262 0,424 10,853 4,811
16 2,412 0,364 9,338 4,139
17 2,563 0,312 8,003 3,548
18 2,714 0,267 6,836 3,030
19 2,865 0,227 5,823 2,581
20 3,016 0,193 4,949 2,194
21 3,166 0,164 4,197 1,860
22 3,317 0,139 3,553 1,575
23 3,468 0,117 3,004 1,331
24 3,619 0,099 2,536 1,124
Jumlah 322,738 143,056
Tinggi Hidrograf 2,256 1,000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-19
Lampiran 15 Hidrograf Banjir Periode Ulang 2 Tahun

Hujan Efektif
Waktu UH QB Debit Banjir
(t) (jam) (m3/dt) R1 R2 R3 R4 R5 R6 (m3/dt) (m3/dt)
39,340 20,957 13,544 9,376 6,651 4,706
0 0 0,000 3,048 3,048
1 0,033 1,302 0,000 3,048 4,350
2 1,577 62,037 33,048 0,000 3,048 98,132
3 5,056 198,917 105,964 68,483 0,000 3,048 376,412
4 8,258 324,876 173,064 111,848 77,428 0,000 3,048 690,263
5 10,298 405,110 215,805 139,471 96,550 68,487 0,000 3,048 928,471
6 11,220 441,402 235,138 151,966 105,199 74,622 52,804 3,048 1064,179
6,686 11,358 446,810 238,018 153,828 106,488 75,537 53,451 3,048 1077,180
7 11,318 445,259 237,192 153,294 106,118 75,274 53,266 3,048 1073,451
8 10,880 428,020 228,009 147,359 102,010 72,360 51,203 3,048 1032,008
9 10,128 398,441 212,252 137,175 94,960 67,359 47,665 3,048 960,900
10 9,219 362,659 193,191 124,856 86,432 61,310 43,384 3,048 874,880
11 8,255 324,736 172,989 111,800 77,394 54,899 38,848 3,048 783,713
12 7,301 287,233 153,011 98,889 68,456 48,559 34,361 3,048 693,558
13 6,397 251,676 134,070 86,647 59,982 42,548 30,108 3,048 608,078
14 5,564 218,892 116,605 75,360 52,169 37,005 26,186 3,048 529,265
15 4,811 189,253 100,816 65,156 45,105 31,995 22,640 3,048 458,013
16 4,139 162,841 86,746 56,063 38,810 27,529 19,480 3,048 394,517
17 3,548 139,559 74,344 48,048 33,261 23,594 16,695 3,048 338,549
18 3,030 119,212 63,505 41,042 28,412 20,154 14,261 3,048 289,633
19 2,581 101,548 54,095 34,961 24,202 17,167 12,148 3,048 247,169
20 2,194 86,296 45,971 29,710 20,567 14,589 10,324 3,048 210,505
21 1,860 73,187 38,987 25,197 17,443 12,373 8,755 3,048 178,990
22 1,575 61,961 33,007 21,332 14,767 10,475 7,412 3,048 152,001
23 1,331 52,376 27,901 18,032 12,483 8,855 6,266 3,048 128,960
24 1,124 44,215 23,554 15,223 10,538 7,475 5,289 3,048 109,342
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-20
Lampiran 16 Hidrograf Banjir Periode Ulang 5 Tahun

Hujan Efektif
Waktu UH QB Debit Banjir
(t) (jam) (m3/dt) R1 R2 R3 R4 R5 R6 (m3/dt) (m3/dt)
45,166 24,627 16,345 11,688 8,643 6,471
0 0 0,000 3,048 3,048
1 0,033 1,495 0,000 3,048 4,543
2 1,577 71,224 38,835 0,000 3,048 113,107
3 5,056 228,375 124,522 82,645 0,000 3,048 438,589
4 8,258 372,987 203,372 134,978 96,521 0,000 3,048 810,905
5 10,298 465,104 253,598 168,313 120,358 89,004 0,000 3,048 1099,426
6 11,220 506,770 276,317 183,391 131,141 96,978 72,601 3,048 1270,245
6,686 11,358 512,979 279,702 185,638 132,747 98,166 73,491 3,048 1285,771
7 11,318 511,198 278,731 184,994 132,286 97,825 73,236 3,048 1281,317
8 10,880 491,406 267,939 177,831 127,165 94,038 70,400 3,048 1231,827
9 10,128 457,446 249,423 165,542 118,377 87,539 65,535 3,048 1146,910
10 9,219 416,365 227,024 150,676 107,746 79,678 59,650 3,048 1044,185
11 8,255 372,826 203,284 134,920 96,479 71,346 53,412 3,048 935,314
12 7,301 329,770 179,808 119,338 85,337 63,106 47,244 3,048 827,651
13 6,397 288,948 157,549 104,565 74,773 55,294 41,395 3,048 725,572
14 5,564 251,308 137,026 90,944 65,033 48,092 36,003 3,048 631,454
15 4,811 217,280 118,472 78,630 56,227 41,580 31,128 3,048 546,364
16 4,139 186,956 101,938 67,656 48,380 35,777 26,784 3,048 470,538
17 3,548 160,227 87,364 57,983 41,463 30,662 22,955 3,048 403,701
18 3,030 136,866 74,626 49,530 35,418 26,191 19,608 3,048 345,287
19 2,581 116,586 63,569 42,191 30,170 22,310 16,702 3,048 294,576
20 2,194 99,076 54,021 35,854 25,639 18,960 14,194 3,048 250,792
21 1,860 84,026 45,815 30,407 21,744 16,080 12,038 3,048 213,157
22 1,575 71,136 38,787 25,743 18,408 13,613 10,191 3,048 180,927
23 1,331 60,133 32,787 21,761 15,561 11,507 8,615 3,048 153,412
24 1,124 50,763 27,679 18,370 13,136 9,714 7,273 3,048 129,984
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-21
Lampiran 17 Hidrograf Banjir Periode Ulang 10 Tahun

Hujan Efektif
Waktu UH QB Debit Banjir
(t) (jam) (m3/dt) R1 R2 R3 R4 R5 R6 (m3/dt) (m3/dt)
48,488 26,720 17,942 13,006 9,779 7,477
0 0,000 0,000 3,048 3,048
1 0,033 1,605 0,000 3,048 4,686
2 1,577 76,464 42,136 0,000 3,048 123,224
3 5,056 245,174 135,105 90,721 0,000 3,048 479,104
4 8,258 400,424 220,656 148,168 107,409 0,000 3,048 887,963
5 10,298 499,317 275,151 184,761 133,936 100,705 0,000 3,048 1207,216
6 11,220 544,048 299,801 201,313 145,934 109,727 83,891 3,048 1398,981
6,686 11,358 550,713 303,474 203,779 147,722 111,071 84,919 3,048 1416,084
7 11,318 548,801 302,420 203,072 147,209 110,686 84,624 3,048 1411,178
8 10,880 527,553 290,711 195,209 141,510 106,400 81,348 3,048 1356,659
9 10,128 491,096 270,621 181,719 131,731 99,047 75,726 3,048 1263,116
10 9,219 446,993 246,318 165,400 119,901 90,152 68,925 3,048 1149,955
11 8,255 400,251 220,561 148,104 107,363 80,725 61,718 3,048 1030,024
12 7,301 354,028 195,089 131,000 94,964 71,403 54,590 3,048 911,423
13 6,397 310,203 170,939 114,784 83,208 62,563 47,833 3,048 798,974
14 5,564 269,795 148,672 99,832 72,369 54,414 41,602 3,048 695,295
15 4,811 233,263 128,541 86,314 62,570 47,046 35,969 3,048 601,560
16 4,139 200,708 110,601 74,268 53,838 40,480 30,949 3,048 518,031
17 3,548 172,013 94,789 63,650 46,140 34,693 26,524 3,048 444,404
18 3,030 146,934 80,969 54,370 39,413 29,635 22,657 3,048 380,055
19 2,581 125,162 68,971 46,313 33,573 25,243 19,300 3,048 324,192
20 2,194 106,364 58,613 39,358 28,531 21,452 16,401 3,048 275,960
21 1,860 90,206 49,709 33,379 24,197 18,193 13,910 3,048 234,502
22 1,575 76,369 42,084 28,259 20,485 15,403 11,776 3,048 198,998
23 1,331 64,556 35,574 23,888 17,316 13,020 9,954 3,048 168,688
24 1,124 54,498 30,031 20,166 14,618 10,991 8,403 3,048 142,879
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-22
Lampiran 18 Hidrograf Banjir Periode Ulang 25 Tahun

Hujan Efektif
Waktu UH QB Debit Banjir
(t) (jam) (m3/dt) R1 R2 R3 R4 R5 R6 (m3/dt) (m3/dt)
52,272 29,103 19,761 14,508 11,073 8,623
0 0,000 0,000 3,048 3,048
1 0,033 1,730 0,000 3,048 4,778
2 1,577 82,430 45,894 0,000 3,048 131,372
3 5,056 264,306 147,157 99,919 0,000 3,048 514,429
4 8,258 431,670 240,340 163,190 119,809 0,000 3,048 958,056
5 10,298 538,280 299,696 203,493 149,398 114,030 0,000 3,048 1307,945
6 11,220 586,501 326,544 221,722 162,782 124,246 96,748 3,048 1521,591
6,686 11,358 593,687 330,545 224,439 164,776 125,768 97,933 3,048 1540,196
7 11,318 591,626 329,397 223,660 164,204 125,331 97,593 3,048 1534,859
8 10,880 568,720 316,644 215,000 157,847 120,479 93,815 3,048 1475,552
9 10,128 529,418 294,762 200,142 146,938 112,153 87,332 3,048 1373,793
10 9,219 481,873 268,291 182,168 133,743 102,081 79,489 3,048 1250,693
11 8,255 431,484 240,236 163,119 119,757 91,406 71,177 3,048 1120,227
12 7,301 381,654 212,492 144,281 105,927 80,850 62,957 3,048 991,209
13 6,397 334,408 186,187 126,421 92,814 70,842 55,163 3,048 868,883
14 5,564 290,847 161,934 109,953 80,724 61,614 47,978 3,048 756,097
15 4,811 251,465 140,007 95,064 69,793 53,271 41,481 3,048 654,130
16 4,139 216,370 120,468 81,797 60,053 45,836 35,692 3,048 563,264
17 3,548 185,436 103,245 70,103 51,467 39,283 30,589 3,048 483,170
18 3,030 158,400 88,192 59,882 43,963 33,556 26,129 3,048 413,169
19 2,581 134,929 75,124 51,009 37,449 28,584 22,258 3,048 352,400
20 2,194 114,664 63,841 43,348 31,825 24,291 18,915 3,048 299,931
21 1,860 97,245 54,143 36,763 26,990 20,601 16,041 3,048 254,831
22 1,575 82,328 45,838 31,124 22,850 17,441 13,581 3,048 216,209
23 1,331 69,594 38,747 26,309 19,316 14,743 11,480 3,048 183,236
24 1,124 58,750 32,710 22,210 16,306 12,446 9,691 3,048 155,161
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-23
Lampiran 19 Hidrograf Banjir Periode Ulang 50 Tahun

Hujan Efektif
Waktu UH QB Debit Banjir
(t) (jam) (m3/dt) R1 R2 R3 R4 R5 R6 (m3/dt) (m3/dt)
54,846 30,725 20,998 15,529 11,954 9,402
0 0,000 0,000 3,048 3,048
1 0,033 1,816 0,000 3,048 4,863
2 1,577 86,489 48,451 0,000 3,048 137,988
3 5,056 277,320 155,355 106,176 0,000 3,048 541,899
4 8,258 452,926 253,730 173,408 128,244 0,000 3,048 1011,357
5 10,298 564,785 316,394 216,235 159,917 123,095 0,000 3,048 1383,474
6 11,220 615,381 344,738 235,606 174,243 134,122 105,495 3,048 1612,633
6,686 11,358 622,921 348,961 238,493 176,378 135,766 106,787 3,048 1632,353
7 11,318 620,758 347,750 237,665 175,765 135,294 106,416 3,048 1626,696
8 10,880 596,724 334,286 228,463 168,960 130,056 102,296 3,048 1563,834
9 10,128 555,487 311,185 212,675 157,284 121,068 95,227 3,048 1455,974
10 9,219 505,601 283,239 193,576 143,159 110,196 86,675 3,048 1325,493
11 8,255 452,731 253,621 173,334 128,189 98,673 77,611 3,048 1187,206
12 7,301 400,447 224,331 153,316 113,385 87,277 68,648 3,048 1050,453
13 6,397 350,875 196,561 134,337 99,349 76,473 60,150 3,048 920,793
14 5,564 305,169 170,956 116,838 86,408 66,512 52,315 3,048 801,245
15 4,811 263,847 147,808 101,017 74,707 57,506 45,231 3,048 693,165
16 4,139 227,024 127,180 86,919 64,281 49,480 38,919 3,048 596,851
17 3,548 194,567 108,997 74,492 55,091 42,406 33,355 3,048 511,955
18 3,030 166,199 93,105 63,631 47,059 36,223 28,491 3,048 437,757
19 2,581 141,573 79,309 54,203 40,086 30,856 24,270 3,048 373,344
20 2,194 120,310 67,398 46,062 34,065 26,222 20,625 3,048 317,730
21 1,860 102,034 57,160 39,065 28,891 22,238 17,492 3,048 269,927
22 1,575 86,382 48,392 33,073 24,459 18,827 14,809 3,048 228,989
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-24
Lampiran 20 Hidrograf Banjir Periode Ulang 100 Tahun

Hujan Efektif
Waktu UH QB Debit Banjir
(t) (jam) (m3/dt) R1 R2 R3 R4 R5 R6 (m3/dt) (m3/dt)
57,259 32,245 22,159 16,487 12,779 10,133
0 0,000 0,000 3,048 3,048
1 0,033 1,896 0,000 3,048 4,943
2 1,577 90,294 50,849 0,000 3,048 144,191
3 5,056 289,522 163,042 112,041 0,000 3,048 567,653
4 8,258 472,854 266,284 182,989 136,153 0,000 3,048 1061,327
5 10,298 589,635 332,048 228,181 169,778 131,593 0,000 3,048 1454,284
6 11,220 642,457 361,794 248,623 184,988 143,382 113,694 3,048 1697,986
6,686 11,358 650,328 366,227 251,669 187,254 145,139 115,087 3,048 1718,752
7 11,318 648,070 364,955 250,795 186,604 144,635 114,688 3,048 1712,795
8 10,880 622,979 350,825 241,085 179,379 139,035 110,247 3,048 1646,599
9 10,128 579,927 326,581 224,425 166,983 129,427 102,629 3,048 1533,019
10 9,219 527,847 297,252 204,270 151,987 117,804 93,412 3,048 1395,620
11 8,255 472,650 266,169 182,910 136,094 105,485 83,644 3,048 1249,999
12 7,301 418,066 235,430 161,786 120,377 93,303 73,984 3,048 1105,995
13 6,397 366,313 206,286 141,759 105,475 81,753 64,826 3,048 969,459
14 5,564 318,596 179,415 123,293 91,736 71,104 56,381 3,048 843,572
15 4,811 275,456 155,121 106,598 79,314 61,476 48,747 3,048 729,760
16 4,139 237,013 133,472 91,721 68,245 52,896 41,944 3,048 628,339
17 3,548 203,127 114,390 78,608 58,488 45,334 35,947 3,048 538,941
18 3,030 173,512 97,712 67,147 49,961 38,724 30,706 3,048 460,809
19 2,581 147,802 83,233 57,197 42,558 32,986 26,156 3,048 392,980
20 2,194 125,604 70,733 48,607 36,166 28,032 22,228 3,048 334,417
21 1,860 106,523 59,988 41,223 30,672 23,774 18,851 3,048 284,079
Sumber: Hasil Perhitungan, 2019

L-25
Lampiran 21 Dokumentasi DAS Air Bengkulu

Satu set alat Current Meter

Persiapan Current Meter Mode Tongkat Penduga

Pengukuran Debit Aliran Metode Merawas

L-26
Persiapan Current Meter Mode Jembatan

Pengukuran Debit Aliran Metode Jembatan

Tim Pelaksanaan Penelitian

L-27

Anda mungkin juga menyukai