LOVEEANE RIBKA
D011 19 1019
LEMBAR PENGESAHAN
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
orang lain dan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri.
Semua informasi yang ditulis dalam skripsi yang berasal dari penulis lain telah
diberi penghargaan, yakni dengan mengutip sumber dan tahun penerbitannya. Oleh
karena itu semua tulisan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis. Apabila ada pihak manapun yang merasa ada kesamaan judul dan atau hasil
temuan dalam skripsi ini, maka penulis siap untuk diklarifikasi dan
mempertanggungjawabkan segala resiko.
Segala data dan informasi yang diperoleh selama proses pembuatan skripsi, yang
akan dipublikasi oleh Penulis di masa depan harus mendapat persetujuan dari Dosen
Pembimbing.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan isi skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Yang Menyatakan
Materai
Loveeane Ribka
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“ALTERNATIF DESAIN REVETMENT DI CENTER POINT OF
INDONESIA MAKASSAR” yang merupakan salah satu syarat yang diajukan
untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam
penyusunan tugas akhir ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka tugas
akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr. Eng. Ir. Muhammad Isran Ramli ST., M.T., selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof . Dr. H. M Wihardi Tjaronge S.T., M.Eng., selaku Ketua
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Silman Pongmanda, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
mulai dari awal penelitian hingga selesainya penulisan ini.
4. Ibu Dr. A. Ildha Dwipuspita, ST., MT., selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
mulai dari awal penelitian hingga selesainya penulisan ini.
5. Seluruh Dosen Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
6. Seluruh Staf dan Karyawan Departemen Teknik Sipil, staf Laboratorium
dan asisten Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
7. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Lentey Karundeng dan Ibunda
Ratnawati atas doa, kasih sayang, motivasi, dan segala dukungan selama ini,
baik moral maupun material yang diberikan.
8. Wali orang tua yaitu tante Irmawati, tante Jumiati, om Asdar dan om Aksar
atas kasih sayang dan segala dukungan selama masa perkuliahan ini.
9. Saudara kandung yang tercinta yaitu, Julyandre Hikari Karundeng,
Novangga Noel Karundeng dan Gerard Rizky Paskah Karundeng yang
selalu memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini.
10. Teman seperjuangan yaitu Ersiana Sari Tandilolo, Sara Malisan Lati,
Nafilah Rohadatul Aisy dan Juwita Apri Liasari yang senantiasa
memberikan dukungan terbaik selama masa perkuliahan.
11. Anastasya, Sykasihayati, Nur Aviyah, Ananda Niken, Christy yang tetap
memberikan dukungan dari jarak yang jauh.
12. Saudari Nur Yasmin dan Azizah atas bantuan dan dukungannya hingga
penyelesaian tugas akhir ini.
13. Teman-Teman GEOMETRIC KMKO SIPIL 2019 yang senantiasa
memberikan warna selama perkuliahan, dukungan tiada henti serta semangat
dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
14. Rekan-rekan di KKD KEAIRAN 2019 yang senantiasa membantu serta
memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir.
iv
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dari semua pihak.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
v
ABSTRAK
ABSTRACT
Makassar City is the capital of South Sulawesi Province and the fourth largest
city in Indonesia and the largest in Eastern Indonesia with an area of 175.8 km2.
Since 2020, Makassar has had a new iconic tourist spot, the Center Point of
Indonesia, commonly known as CPI. This area is the result of reclamation with an
area of 157 hectares facing directly to the open sea of the Makassar Strait. This
reclaimed area is surrounded by coastal protection buildings, namely revetment,
which uses a large rock arrangement on the sloping side. Revetment design with
this arrangement of large rocks has often been used, therefore alternative revetment
designs are carried out so that the revetment design is more efficient and displays
something new in the Center Point of Indonesia area.
The main objective of this research is to analyze preliminary hydro-
oseanographic data based on secondary data on revetment planning to formulate
alternative revetment designs at Center Point of Indonesia.
This research uses quantitative research methods and the data used are
primary and secondary data, then the wave height and period are analyzed using
the ocean forecasting method which will be used in determining the wave return
period.
The results obtained obtained wave height with a return period of 10 years
ranging from 3,91 meters with a period of 7,75 seconds in deep sea waters so that
the planned wave height of 2,50 meters can be calculated. Based on the wave
height, the elevation of the revetment building lighthouse is 8,22 meters calculated
from the ground and the revetment arrangement used is concrete cubes and rocks
and the addition of wave reflector seawalls to minimize water runoff.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data angin, sebaran angin dan mawar angin tahun 2013-2022 ........ 77
Lampiran 2. Tabel Rekapitulasi analisa data angin dan peramalan gelombang ... 87
Lampiran 3. Tabel L-1 .......................................................................................... 90
Lampiran 4. Data tanah ......................................................................................... 91
Lampiran 5. Dokumentasi peninjauan lokasi penelitian ....................................... 92
xiii
L Panjang gelombang
LO Panjang gelombang laut dalam
LWS Low Water Spring = muka air laut surut purnama
Mo Momen yang mengakibatkan penggulingan
MR Momen yang menahan penggulingan
MSL Mean Water Level = muka air laut rata-rata
N Jumlah batu lindung
NS Stability Number
Ø Sudut geser
P Porositas
Pa tegangan utama arah horizontal untuk kondisi aktif
Ph Gaya horizontal
Pp tegangan utama arah horizontal untuk kondisi pasif
Ru Tinggi rayapan gelombang
Sb Set down didaerah gelombang pecah
SLR Sea Level Rise = kenaikan muka air laut akibat efek
rumah kaca
SMB Sverdrup Munk Bretscheider
SPM Shore Protection Manual
SS Storm Surge = kenaikan muka air akibat badai
t Tebal lapis armor
T Periode gelombang
U Kecepatan angin
UA Kecepatan tegangan angin
UL Kecepatan angin di daratan
UW Kecepatan angin di lautan
UWS Underwatersill
W Berat minimum armor unit
WS Wind set up = kenaikan muka air akibat badai
α Sudut
𝜃 Sudut kemiringan
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pantai
Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu
pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat
di tepi laut yang masih dapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan
perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah daerah di tepi perairan yang
dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah
daerah yang terletak di atas dan dibawah permukaan laut dimulai dari batas garis
pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah
permukaan dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan
bagian dibawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan
air laut, dimana posisinya tidak tepat dan berpindah dan sesuai dengan pasang surut
air laut dan erosi pantai yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu
sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian
yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari
titik pasang tertinggi ke arah daratan. (Triatmodjo, 1999). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
Ditinjau dari profil pantai, daerah ke arah pantai dari garis gelombang pecah
dibagi menjadi tiga daerah yaitu inshore, foreshore, dan backshore. Perbatasan
antara inshore foreshore adalah batas antara air laut pada saat muka air rendah dan
permukaan pantai. Proses gelombang pecah di daerah inshore sering menyebabkan
terbentuknya longshore bar, yaitu gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira
sejajar dengan garis pantai. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis
pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang
tinggi. Profil pantai di daerah ini mempunyai kemiringan yang lebih curam daripada
profil di daerah inshore dan backshore. Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh
foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai
bersamaan dengan muka air tinggi (Triatmodjo, 1999).
2.2.1 Revetment
pelabuhan, bendungan ataupun pantai dengan gelombang kecil. Ada dua tipe
Revetment yaitu “permiable revetment” dan “impermiable revetment” (Pratikto,
1996).
Revetment adalah bangunan berupa struktur penahan gempuran gelombang
sebagai proyeksi terhadap tebing pantai yang ditempatkan di sepanjang kawasan
yang akan dilindungi. Penggunaan revetment dimaksudkan untuk memperkuat tepi
pantai agar tidak terjadi pengikisan pantai akibat gempuran gelombang. Tetapi bila
dinding penahan tidak direncanakan dengan baik, dapat mengakibatkan kerusakan
yang terjadi menjadi relatif cepat. Karena itu pada bagian dasar perlu dirancang
suatu struktur penahan erosi yang cukup baik (Sub Direktorat Rawa dan Pantai,
1997).
2.2.4 Groin
2.3 Batimetri
𝐹= (1)
Konstanta AK1, AO1, AM2, AS2 adalah amplitudo konstituen pasang surut
utama atau bisa disebut konstanta pasang surut utama.
Bilamana:
F ≤ 0,25 : pasang harian ganda
F ≤ 3,00 : pasang harian tunggal
0,25 < F < 3,00 : pasang campuran condong ke harian ganda
1,50 < F < 3,00 : pasang campuran condong ke harian tunggal
11
Grafik pasang surut sesuai dengan tipe pasang surutnya dapat dilihat pada
Gambar 8.
3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari
muka air tinggi selama periode 19 tahun.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari
muka air rendah selama periode 19 tahun.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adlaah muka air rerata antara
muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan
sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air
tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada
saat pasang surut pernama atau bulan mati.
𝑈 = 𝑈 (2)
dengan:
U10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 m (knots, m/det)
UZ = kecepatan angin pada ketinggian z m (knots, m/det)
Z = ketinggian data kecepatan angin diambil (m)
yang berlaku untuk z lebih kecil dari 20 m.
15
Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan terdekat
diberikan oleh persamaan :
𝑅 = (3)
Dengan:
RL = Nilai diperoleh dari grafik hubungan antara kecepatan angin di darat dan di
laut
UW = Kecepatan angin di atas permukaan laut (m/s)
UL = Kecepatan angin di atas daratan (m/s)
Seperti grafik pada Gambar 10 merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Great
Lake, Amerika Serikat. Grafik tersebut dapat digunakan untuk daerah lain kecuali
apabila karakteristik daerah sangat berlainan.
2.5.2 Fetch
𝐹 = (5)
dengan:
Feff = Fetch rerata efektif (km)
Xi = Panjang segmen fetch yang diukur dari titik konservasi gelombang (km)
𝑎 = deviasi pada kedua sisi dari arah angin dengan menggunakan pertambahan
6° sampai sudut terbesar 42° pada kedua sisi arah angin
17
Besarnya tinggi dan periode gelombang di laut dalam ini didapatkan dari hasil
analisis data angin yang didapatkan dari BMKG dengan panjang fetch efektif yang
sudah diperhitungkan terlebih dahulu. Perhitungan tinggi dan periode gelombang
di laut dalam dapat menggunakan metode Sverdrup Munk Bretscheider (SMB)
yang telah dimodifikasi (CERC, 1984). Perumusan metode SMB dapat dilihat pada
Tabel 3. Perhitungan dengan metode SMB mempunyai 2 klasifikasi yaitu
berdasarkan Fetch Limited dan Fully Developed. (dengan satuan yang digunakan
adalah satuan SI dengan g = 9,8 m/s2).
Pemilihan rumus untuk peramalan tinggi dan periode gelombang di laut
dalam harus memperhatikan kondisi lapangan, sehingga hasil dari pendekatan
hitungan secara empiris bisa logis dan sesuai dengan kondisi yang ada. Perumusan
berdasarkan kondisi Fetch Limited digunakan bila pantai tertutup oleh penghalang
(pulau atau teluk). Sedangkan perumusan berdasarkan kondisi Fully Developed Sea
digunakan bila pantai berhubungan dengan laut bebas yang tidak ada
penghalangnya. Apabila hasil perhitungan berdasarkan metode SMB didapatkan
sangat besar, maka harus dikoreksi terhadap grafik pada Gambar 12 agar sesuai
dengan kondisi lapangan.
Berdasarkan pada kecepatan angin, lama hembus angin dan fetch dapat
menggunakan grafik pada Gambar 12 (SPM, 1984). Dari grafik tersebut apabila
panjang fetch, faktor tegangan angin dan durasi diketahui maka tinggi dan periode
gelombang signifikan dapat dihitung.
angin yang setelah itu digunakan untuk memprediksi gelombang. Dalam hal ini,
gelombang peramalan adalah gelombang yang signifikan.
Penentuan kala ulang gelombang rencana biasanya didasarkan pada nilai
daerah yang akan dilindungi dan jenis konstruksi yang akan dibangun. Semakin
tinggi nilai ekonomis daerah yang akan dilindungi makin besar pula kala ulang
gelombang rencana yang akan dipilih. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula
besarnya risiko kehilangan jiwa apabila terjadi kegagalan konstruksi. Semakin
besar kemungkinan terjadinya korban jiwa semakin tinggi pula kala ulang
gelombang rencana yang dipilih. Untuk menentukan kala ulang gelombang rencana
biasanya dilakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk memilih kala ulang
yang memberikan kelayakan terbaik (dapat dilihat dari Net Benefit terbaik, Benefit
Cost Rasio Terbaik, Total Cost terendah atau pertimbangan korban jiwa yang
mungkin terjadi). Dalam penentuan kala ulang (return period) gelombang rencana
dapat dipergunakan pedoman yang terdapat pada Tabel 4 tentang pedoman
pemilihan gelombang rencana yang sesuai dengan jenis struktur bangunan yang
dapat dilihat sebagai berikut:
ulang gelombang ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan
metode Fisher Tippet, Weibull, dan Gumbel. (Yuwono, 2020).
Pada penelitian ini, hanya menggunakan salah satu metode yaitu metode
Gumbel. Metode Gumbel memiliki persamaan sebagai berikut.
𝐻 = (6)
( )
𝜎𝐻 = (7)
H = 𝐻 + (Y − Y ) (8)
dengan:
𝐻 = rata-rata tinggi gelombang signifikan dari seluruh data yang ada
𝜎𝐻 = deviasi standard tinggi gelombang signifikan
Nilai Y, Yn, σn berdasarkan periode ulang dan jumlah data dapat dilihat pada
Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 seperti berikut.
gelombang adalah tidak pecah atau pecah. Untuk itu perlu diketahui
batas terjadinya gelombang pecah dan mengaitkannya dengan
kedalaman lokasi bangunan. Hitungan tinggi dan kedalaman
gelombang pecah dilakukan dengan menggunakan Gambar 13.
b. Berdasarkan tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi. Cara
ini dipakai apabila bangunan berada pada kedalaman yang lebih kecil,
sehingga gelombang yang menjalar dari laut dalam telah pecah sebelum
mencapai bangunan. Tinggi gelombang maksimum merupakan fungsi
kedalaman air. Apabila kedalaman rencana maksimum pada bangunan
dan periode gelombang datang diketahui, maka dapat dihitung tinggi
gelombang rencana. Hitungan dapat dilakukan dengan menggunakan
Gambar 14 . gambar tersebut menunjukkan bahwa apabila pantai relatif
datar (m=0) maka perbandingan Hb /ds = 0,78.
pecah akan terjadi penurunan elevasi muka air rerata terhadap elevasi muka air diam
di sekitar lokasi gelombang pecah. Kemudian dari titik dimana gelombang pecah
permukaan air rerata miring ke atas ke arah pantai.
,
𝑆 =− (10)
dengan :
Sb = Set-down di daerah gelombang pecah
T = Periode Gelombang
Hb = Gelombang pecah
db = Kedalaman gelomban
g = Percepatan gravitasi
Wave set-up dipantai diberikan oleh bentuk berikut :
𝑆 = ∆𝑆 − 𝑆 (11)
Longuet-Higgins dan Stewart melakukan analisa data hasil percobaan yang
dilakukan oleh Saville (1961, dalam SPM, 1984) dan hasilnya adalah ∆S = 0,15 db.
Dengan menganggap bahwa db = 1,28 Hb maka :
∆𝑆 = 0,15𝑑 (12)
Substitusi persamaan makan didapatkan
Peningkatan suhu bumi yang diakibatkan oleh efek rumah kaca menyebabkan
penguapan lebih besar yang berakibat meningkatnya curah hujan dan berpotensi
mengalami kebanjiran. Dampak lainnya adalah peningkatan tinggi muka air laut
yang disebabkan oleh pemuaian air laut dan mencairnya gunung-gunung es di
kutub. Kenaikan permukaan air laut akan menyebabkan mundurnya garis pantai
sehingga menggusur daerah pemukiman dan mengancam daerah perkotaan yang
rendah, membanjiri lahan produktif dan mencemari persediaan air tawar. Gambar
16 memberikan perkiraan besarnya kenaikan muka air laut tahun 1990-2100, yang
disertai perkiraan atas dan bawah.
𝐼 = , (14)
dengan:
Ir = bilangan irrabaren
𝜃 = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
H = tinggi gelombang di lokasi bangunan
L0 = panjang gelombang di laut dalam
Stabilitas unit lapis lindung tergantung pada berat dan bentuk unit serat
kemiringan sisi bangunan. Bentuk unit akan mempengaruhi kaitan antara butir batu
yang ditumpuk. Butir batu dengan sisi takam akan mengait satu sama lain dengan
baik sehingga akan lebih stabil. Batu-batu pada lapis pelindung dapat diatur
peletakannya untuk mendapat kaitan yang cukup baik atau diletakkan secara
sembarang. Semakin besar kemiringan memerlukan batu semakin berat. Berat tiap
butir batu dapat mencapai beberapa ton. Kadang-kadang sulit mendapatkan batu
seberat itu dalam jumlah yang sangat besar. Untuk mengatasinya maka dibuat batu
buatan dari beton dengan bentuk tertentu (Bambang Triatmodjo, 2006).
Batu atau unit buatan ini bisa berbentuk sederhana seperti kubus yang
memerlukan berat yang cukup besar, atau bentuk khusus yang lebih ringan tetapi
lebih sulit dalam pembuatan, karena diperlukan cetakan/bekisting khusus. Unit
buatan bisa berupa tetrapod, tribar, hexapod, dolos, dsb. beberapa bentuk unit
buatan diberikan pada Gambar 19. Tetrapod mempunyai empat kaki yang
berbentuk kerucut terpancung. Tribar terdiri dari tiga kaki yang saling dihubungkan
oleh lengan. Quadripod mempunyai bentuk mirip tetrapod tetapi sumbu-sunbu dari
ketiga kakinya berada pada bidang datar. Dolos terdiri dari dua kaki saling
menyilang yang dihubungkan dengan lengan (Bambang Triatmodjo, 2006).
29
𝑊= ( )
(16)
𝑆 = (17)
dengan:
W = Berat butir batu pelindung
γr = Berat jenis batu
γa = Berat jenis air laut
H = Tinggi gelombang rencana
θ = Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
KD = Koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung (batu alam
atau buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan antara butir,
30
dan kondisi gelombang. Nilai KD untuk berbagai bentuk batu pelindung diberikan
dalam Tabel 8.
Catatan :
n : jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung
*1 : penggunaan n=1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah
*2 : sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai KD, penggunaan KD dibatasi
pada kemiringan 1:1,5 sampai 1:3
*3 : batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan
bangunan
2.9.3 Lebar Puncak, Tebal Lapis Pelindung Utama dan Lapis Bawah serta
Jumlah Unit Lapis Pelindung.
𝐵 = 𝑛𝑘∆ (18)
dengan:
B = lebar puncak
N = jumlah butir batu (nminimum=3)
k∆ = koefisien lapis
W = berat butir batu pelindung
γr = berat jenis batu pelindung
puncak pemecah gelombang terkadang juga diberikan dinding dan lapis beton
yang dicor di tempat dengan tujuan untuk memperkuan puncak bangunan,
menambah tinggi puncak bangunan, dan sebagai jalan untuk perawatan.
Tebal lapis lindung utama dan lapis bawah pertama dan kedua diberikan rumus
berikut :
𝑡 = 𝑛𝑘∆ (19)
Jumlah butir unit lapis lindung pada lapis lindung utama tiap satu satuan luas
diberikan oleh persamaan berikut :
𝑁 = 𝐴𝑛𝑘∆ 1 − (20)
dengan :
t = tebal lapis pelindung
n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
k∆ = koefisien lapis
W = berat unit lapis lindung atau batu pada lapis lindung
A = luas permukaan
P = porositas rerata dari lapis pelindung (%)
N = jumlah butir batu untuk satu satuan luas permukaan A
γr = berat jenis batu
32
Berat butir batu untuk fondasi dan pelindung kaki bangunan diberikan oleh
persamaan berikut :
𝑊= ( )
(21)
dengan :
W = Berat butir batu pelindung (ton)
γr = Berat jenis batu (ton/m3)
H = Tinggi gelombang rencana (m)
Sr = perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air laut = γ r /γa
γa = Berat jenis air laut (1,025~1,03 ton/m 3)
NS = angka stabilitas rencana untuk fondasi dan pelindung tumit bangunan
tumit dapat ditempatkan pada tanah dasar galian sampai kedalaman tanah keras.
Apabila tanah dasar adalah pasir yang cukup dalam maka apron tumit ditempatkan
pada kedalaman 0,6 sampai 2,0 m.
Revetment dibangun di sepanjang pantai dan berada di atas muka air rencana
atau pada air dangkal. Apron tumitnya terbuka terhadap serangan gelombang.
Karena berada di air dangkal, gelombang pecah bisa langsung menghantam apron
tumit. Oleh karena itu apron tumit harus aman terhadap serangan gelombang.
Keruntuhan pada apron tumit bisa menyebabkan runtuhnya seluruh tubuh
bangunan.
34
Unit pelindung apron tumit dari revetmen yang terbuka terhadap gelombang
di laut dangkal dapat merupakan perpanjangan dari lapis pelindung utama. Apabila
memungkinkan apron tumit dibuat terendam. Jika gerusan ringan, tebal apron tumit
terendam minimum adalah tumpukan dua lapis batu. Apabila gerusan cukup besar,
tebal pelindung dapat dua kalinya dan kedalaman bertambah sampai 1,5 kali. Untuk
gerusan parah, lebar tumit terpendam dibuat sama dengan atau dua kali dari
kedalaman tumit, yang bisa 2 sampai 3 kali tinggi gelombang rencana.
Jika apron adalah berm yang ditempatkan pada tanah dasar, tebal apron tumit
sama dengan lapis satu batu, dan lebar apron adalah tigas atau empat batu. Apabila
gerusan besar, tebal apron tumit adalah dua kali tebal lapis rerata satu batu dan
lebarnya sama dengan 3 sampai 4,5 tinggi gelombang rencana.
Gambar 23. Grafik untuk tembok laut dengan kekasaran blok beton
1 + 𝑠𝑖𝑛∅ ∅
𝐾𝑝 = = tan 45° +
1 − 𝑠𝑖𝑛∅ 2
Adapun langkah yang dipakai untuk tanah terkohesi, maka tegangan utama
arah horizontal untuk kondisi pasif dan aktif
1
𝑃𝑎 = 𝑥 𝛾 𝑥 𝐻 𝑥 𝐾𝑎 − 2 𝑥 𝐶 𝑥 √𝐾𝑎 𝑥 𝐻
2
1
𝑃𝑝 = 𝑥 𝛾 𝑥 𝐻 𝑥 𝑃𝑎 − 2 𝑥 𝐶 𝑥 √𝑃𝑎 𝑥 𝐻
2
dengan:
∅ = sudut gesek dalam tanah
𝛾 = berat volume tanah
H = tinggi dinding
Ka = koefisien tanah aktif
Kp = koefisien tanah pasir
𝐹𝑆 = >2 ( 22 )
𝛴𝑀 = 𝑀 + 𝑀 + 𝑀 + 𝑀 + 𝑀 + 𝑀 + 𝑀 ( 23 )
𝛴𝑀 = 𝑃𝑎 ( 24 )
dengan:
MR = Momen yang melawan penggulingan (kN.m)
Mo = Momen yang mengakibatkan penggulingan (kN.m)
H = Tinggi dinding (m)
Ph = gaya horizontal (kN)
( ∅) ( )
𝐹𝑆 = > 1,5 ( 25 )
dengan:
V = berat tanah di belakang dinding penahan tanah (kN)
C = kohesi antara tanah dengan dasar dinding penahan tanah (kN/m 2)
B = lebar dinding penahan tanah
tan ∅ = faktor geser antara tanah dan dinding penahan tanah
BAB III
METODE PENELITIAN/PERANCANGAN
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuanlitatif.
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menganalisis data yang telah ada,
oleh karena itu landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
2) Sumber data
Pada penelitian ini akan menggunakan 2 sumber data yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan seperti
identifikasi masalah yang terjadi pada lokasi penelitian dan pengambilan
dokumentasi bagaimana keadaan lokasi saat ini.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait atau hasil
survei dari pihak lain seperti data peta bathimetri, data pasang surut dan
data angin.
MULAI
PEKERJAAN PERSIAPAN
Studi pustaka
Tinjauan lapangan
Pengumpulan data sekunder
ANALISA DATA
Penentuan data angin
Penentuan fetch efektif
Analisa Refraksi
Analisa Shoaling
Perhitungan gelombang pecah
Penentuan elevasi muka air
TIDAK
ANALISIS STABILITAS
Terhadap guling
Terhadap geser
YA
HASIL PERENCANAAN
Gambar desain
Laporan akhir
SELESAI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstanta S0 M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1
A (m) 1,2 1,884 1,262 0,292 0,587 2,203 1,991 0,251
Phase 0 -43,78 47,99 -52,45 1,07 -83,03 -67,19 25,88
Sumber : KM 48 Tahun 2020
Dengan menggunakan data konstanta pasang surut tersebut maka tipe pasang
surut yang terjadi di lokasi dapat diprediksi dengan menggunakan rumus Formzhal
Number (FN).
𝐴𝐾1 + 𝐴𝑂1
𝐹 =
𝐴𝑀2 + 𝐴𝑆2
2,203 + 1,991
𝐹 =
1,884 + 1,262
𝐹 = 1,33 (0,25 < F < 1,50)
47
Berdasarkan bilangan Formzhal yang didapatkan, maka dapat diketahui tipe pasang
surut yang terjadi merupakan tipe pasang campuran condong ke harian ganda
(Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal). Adapun grafik dan range pasang surut
sebagai berikut.
Data angin yang digunakan merupakan data tiap bulan selama 10 tahun, mulai
tahun 2013 hingga 2022. Data pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 12.
Kemudian data angin selama 10 tahun tersebut dapat disajikan dalam bentuk
diagram mawar angin (windrose) seperti pada Gambar 34 agar karakteristik angin
dapat dibaca dengan cepat dan mudah.
(BL). Jika arah derajat kecepatan merupakan 0°, maka masuk dalam kategori angin
tenang (Calms).
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Januari 28,0 14,5 15,5 17,5 10,5 12,5 13,5 1,9 2,2 2,6
Februari 0,0 19,5 12,5 14,5 22,5 11,5 8,5 1,6 1,8 2,1
Maret 0,0 8,5 10,5 8,0 8,0 8,5 17,5 0,7 1,1 1,1
April 0,0 10,5 13,5 6,0 8,0 6,0 7,0 0,6 0,8 0,7
Mei 0,0 14,5 6,0 7,0 7,0 8,5 9,5 1,2 1,4 0,9
Juni 0,0 6,0 6,0 7,0 5,0 5,0 6,0 2,0 1,0 1,2
Juli 10,5 8,0 6,0 8,0 22,5 5,0 6,0 2,1 1,6 1,8
Agustus 0,0 7,0 7,0 8,5 6,0 6,0 8,5 1,9 1,4 1,4
September 0,0 10,5 14,5 9,5 7,0 6,0 5,0 1,9 1,2 1,8
Oktober 0,0 7,0 7,0 16,5 12,5 6,0 11,5 1,7 2,4 0,7
November 0,0 7,0 6,0 8,5 7,0 10,5 7,0 0,5 0,7 0,7
Desember 0,0 13,5 15,5 14,5 12,5 10,5 8,5 1,8 2,1 2,0
51
Jika data yang dimiliki merupakan data angin pengukuran di darat maka
diperlukan koreksi untuk mendapatkan nilai kecepatan di laut. Faktor koreksi
dilambangkan dengan RL, yang didapatkan menggunakan grafik hubungan
kecepatan angin di laut dan darat.
𝑈
0,9 =
28
Setelah menghitung total dari Xi cos a tiap-tiap arah, lalu dapat dihitung fetch
efektif pada arah Barat Laut, Barat dan Barat Daya yang menggunakan rumus
sebagai berikut:
55
𝛴 𝑋 cos 𝑎
𝐹 =
𝛴 cos 𝑎
3357,732
𝐹 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑢𝑡 =
13,511
= 𝟐𝟒𝟖, 𝟓𝟐𝟎 km
5974,169
𝐹 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑡 =
13,511
= 𝟒𝟒𝟐, 𝟏𝟕𝟑 km
2432,407
𝐹 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑡 𝐷𝑎𝑦𝑎 =
13,511
= 𝟏𝟖𝟎, 𝟎𝟑𝟑 km
𝐻 = 1,616𝑥10 𝑈 𝐹
𝑇 = 6,238𝑥10 𝑈 𝐹
Dengan menggunakan rumus fetch limited, tegangan angin sebesar 37,582
dengan panjang fetch Barat Laut yaitu 248,520 km maka tinggi gelombang dapat
dihitung sebagai berikut:
𝐻 = 1,616𝑥10 𝑈 𝐹
𝑇 = 6,238𝑥10 𝑈 𝐹
5,1 m ; 8,9 s
Untuk mendapatkan tinggi dan periode gelombang pada periode kala ulang
tahun 10, 20, 30, 50 dan 100 diperlukan nilai σn, Y , Yn dan seperti pada Tabel 20.
59
Perhitungan tinggi dan periode gelombang dengan kala uang tertentu (Metode
Gumbel).
Tabel 20. Perhitungan tinggi dan periode gelombang dengan kala uang
tertentu (Metode Gumbel)
Periode
ulang
𝑯𝑺 𝝈𝑯𝑺 𝝈𝒏 𝒀 𝒀𝒏 𝑯𝑺𝑻 𝑻𝑶 𝝈𝑻𝑺 𝑻𝑺𝑻
gelombang
(tahun)
10 2,031 1,006 0,940 2,250 0,495 3,910 6,394 0,726 7,749
20 2,031 1,006 1,060 2,970 0,523 4,355 6,394 0,726 8,069
30 2,031 1,006 1,110 3,339 0,536 4,573 6,394 0,726 8,227
50 2,031 1,006 1,160 3,902 0,548 4,941 6,394 0,726 8,492
100 2,031 1,006 1,200 4,600 0,560 5,420 6,394 0,726 8,837
Sehingga didapatkan tinggi dan periode beberapa kala ulang untuk laut dalam
seperti pada Tabel 21.
= = 0,053
,
Berdasarkan nilai d/Lo, maka nilai d/L, n dan koefisien shoaling dapat dilihat pada
lampiran L-1 (Triatmodjo, 2006) dengan nilai sebagai berikut.
= 0,09726
𝑛 = 0,8942
𝐾 = 0,8385
Maka didapatkan panjang gelombang dilaut dangkal:
𝑑
= 0,09726
𝐿
𝐿 = 0,09726 𝑥 𝑑 = 0,09726 𝑥 5 = 51,409 𝑚
cos 𝑎° cos 45
𝐾 = = = 0,763
cos 𝑎 cos 27,831
Untuk pantai dengan kemiringan relatif datar, perhitungan gelombang pecah dapat
menggunakan rumus tanpa melalui grafik terlebih dahulu. Apabila pantai relatif
datar, maka tinggi gelombang pecah ditentukan dengan rumus:
𝐻 = 0,78𝑑
Dengan kedalaman perairan, ds = 5 m
𝐻 = 0,78 𝑥 5 = 3,9 𝑚
𝐻 3,9
= = 0,0066
𝑔𝑇 9,81 𝑥 6,89
Berdasarkan grafik hubungan, maka didapatkan nilai kedalaman pada gelombang
pecah sebagai berikut:
𝑑
= 1,3
𝐻
𝑑 = 𝐻 𝑥 1,3
𝑑 = 3,9 𝑥 1,3
𝑑 = 5,07 𝑚
62
Untuk wave set-up diambil data dari perhitungan sebelumnya, dengan data
Hb = 3,9 m dan T = 8,61 s. Maka besar wave set up adalah:
𝐻
𝑆 = 0,19 1 − 2,82 𝐻
𝑔𝑇
3,9
𝑆 = 0,19 1 − 2,82 3,9
9,81 𝑥 7,75
𝑆 = 0,57 𝑚
Gambar 41. Penentuan nilai kenaikan muka air laut pada tahun 2033
63
Berdasarkan grafik, kenaikan muka air laut yang terjadi pada 10 tahun kedepan
yaitu pada tahun 2033 dengan perkiraan terbaik adalah 21 cm (direncanakan umur
bangunan = 10 tahun)
𝑆𝐿𝑅 = 21 𝑐𝑚 = 0,21 𝑚
Diketahui:
Jenis Bangunan = Revetment
Lapis Lindung = Kubus Beton
Tinggi Gelombang = 2,50 m
Periode Gelombang = 7,75 detik
Kemiringan bangunan = 1:2
Perhitungan run up gelombang dapat dilihat sebagai berikut.
𝐿 = 1,56 𝑥 𝑇
𝐿 = 1,56 𝑥 7,75
𝐿 = 93,70 𝑚
Untuk mengetahu run up gelombang, perlu diketahui bilangan iribarren:
1
𝑡𝑔 𝜃 2
𝐼 = , = , = 3,061
𝑇 7,75
𝐿 93,70
64
Berat lapis lindung dihitung dengan rumus Hudson. Untuk lapis lindung
kubus beton dengan n = 2 lapis.
𝛾𝐻
𝑊=
𝐾 (𝑆 − 1) cot 𝜃
2,4 𝑥 2,50
𝑊 =
7,5(2,3 − 1) 2
𝑊 = 1,063 𝑡𝑜𝑛
𝑊 = 1063 𝑘𝑔
𝑊
𝑡 = 𝑛𝑘∆
𝛾
0,445
𝑡 = 2 𝑥 1,10
2,4
𝑡 = 1,7 𝑚
Pada lapis lindung kedua, berat butir batu pelindung menggunakan berat
pelindung pertama yang dibagi 10 seperti berikut:
𝑊 1,063
=
10 10
𝑊 = 0,106 𝑡𝑜𝑛
𝑊 = 106,28 𝑘𝑔
66
0,106
𝑡 = 5 𝑥 1,10
2,65
𝑡 = 1,88 𝑚
𝑊 1,063
=
200 200
𝑊 = 0,0053 𝑡𝑜𝑛
𝑊 = 5,314 𝑘𝑔
𝑊
𝐵 = 𝑛𝑘∆
𝛾
1,063
𝐵 = 3 𝑥 1,10
2,4
𝐵 = 2,5 𝑚
Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas (10 m2) dan porositas = 47
dihitung dengan rumus berikut:
𝑃 𝛾
𝑁 = 𝐴𝑛𝑘∆ 1 −
100 𝑊
47 2,4
𝑁 = 10 𝑥 2 𝑥 1,10 1 −
100 1,063
𝑁 = 20,07 → 20 𝑏𝑢𝑎ℎ
Maka jumlah butir pelindung tiap satuan luas (10 m2) berjumlah 20 buah butir batu
pelindung kubus beton.
67
Setelah mengetahui bagian dari dinding penahan tanah maka dapat diperhitungkan
luas, berat, jarak terhadap titik c hingga total momen yang menahan terjadinya
penggulingan (MR). Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.
𝛴𝑀
𝐹𝑆 =
𝛴𝑀
𝑀 +𝑀 +𝑀 +𝑀 +𝑀 +𝑀 +𝑀
𝐹𝑆 =
𝐻
𝑃𝑎
3
55,176 + 83,448 + 83,448 + 210,672 + 13,056 + 103,95 + 252
𝐹𝑆 =
7,1
140,48 3
801,75
𝐹𝑆 = = 2,411
332,489
𝐹𝑆 = 2,411 > 2, maka stabilitas guling aman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengumpulan data sekunder dan menganalisis data tersebut maka
didapatkan kondisi hidro-oseanografi sebagai berikut :
a. Kedalaman pada daerah sekitar kawasan Center Point of Indonesia sebesar
-5 meter.
b. Tipe Pasang surut di Laut Makassar merupakan tipe pasang campuran
condong ke harian ganda, dengan nilai HWS = 1,47 meter, MSL = 0,73
meter dengan LWS = 0 meter.
c. Tinggi dan periode gelombang pada laut dalam yang didapatkan dengan
Metode Gumbel sebesar 3,91 meter dengan periode sebesar 7,75 detik.
2. Berdasarkan analisis dan perhitungan dengan mengacu pada teori dan rumus-
rumus empiris serta parameter-parameter yang ada, maka dalam perencanaan
revetment di Center Point of Indonesia Makassar telah diperoleh suatu
kesimpulan sebagai berikut :
a. Elevasi perencanaan bangunan revetment +8 meter dari dasar laut.
b. Lapis lindung revetment menggunakan 2 material berbeda dan penambahan
lapisan inti menambahkan geotekstil.
- Lapis lindung pertama (Kubus beton) dengan berat 1,063 ton, tebal lapis
1,7 meter sehingga besar sisi kubus 0,8 x 0,8 meter.
- Lapis lindung kedua (Batu Kasar) dengan berat 0,1063 ton, tebal lapis
1,88 meter sehingga diameter bebatuan 0,5 meter.
- Lapisan inti geotekstil memiliki berat yang berkisar pada 0,00531 ton.
c. Lebar puncak revetment sebesar 2,5 meter.
d. Jumlah batu pelindung tiap satuan luas 10 m2 berjumlah 20 buah kubus
beton.
e. Pelindung kaki revetment memiliki lebar 5 meter dan tebal 1,8 meter.
f. Tembok pelengkung reflektor gelombang terbuat dari beton.
g. Pondasi sumuran pada tembok pelengkung memiliki kedalaman 4 meter
(susunan 4 buah pondasi sumuran 1 meter).
74
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Azra, L., Sarita, U., Adityawan, M., H., D., Fitriah. (2022). Perhitungan Stabilitas
Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi Pada Gedung Wisma Kebun Raya
Kendari. Univeristas Halu Oleo Kendari. Jurnal Media Konstruksi 7(2) : 40-
41.
Kartikasari Y. (2008). Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck on
Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Institut
Teknologi Bandung.
Pratikto, Widi A., dkk. (2014). Struktur Pelindung Pantai. Mediatama Saptakarya :
Surabaya.
Sager, W. (1998). Measuring The Depth. Quarterdeck Online Winter 1998 / Spring
1999; Vol. 6, No. 3. http :// oceanography.tamu.edu /Quarterdeck /1998/3/
sager-2.html.
Samudra, A., R., S., Halim, F., Jasin, M., I. (2018). Evaluasi Kinerja Breakwater
Terhadap Gelombang Di Kawasan Pelabuhan Manado. Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal Sipil Statistik 6(4) : 214.
Lampiran 1. Data angin, sebaran angin dan mawar angin tahun 2013-2022
Tahun : 2013
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 56 315 BL
Februari 0 0 CALM
Maret 0 0 CALM
April 0 0 CALM
Mei 0 0 CALM
Juni 0 0 CALM
Juli 21 220 BD
Agustus 0 0 CALM
September 0 0 CALM
Oktober 0 0 CALM
Nopember 0 0 CALM
Desember 0 0 CALM
Tahun : 2014
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 29 320 BL
Februari 39 290 B
Maret 17 320 BL
April 21 320 BL
Mei 29 280 B
Juni 12 300 BL
Juli 16 360 U
Agustus 14 60 TL
September 21 70 T
Oktober 14 250 B
Nopember 14 280 B
Desember 27 320 BL
Tahun : 2015
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 31 330 BL
Februari 25 320 BL
Maret 21 310 BL
April 27 320 BL
Mei 12 240 BD
Juni 12 240 BD
Juli 12 260 B
Agustus 14 250 B
September 29 250 B
Oktober 14 240 BD
Nopember 12 300 BL
Desember 31 230 BD
Tahun : 2016
Arah
Kecepatan
Bulan
Maksimum (Knot) (……o) Mata Angin
Januari 35 250 B
Februari 29 290 B
Maret 16 260 B
April 12 330 BL
Mei 14 310 BL
Juni 14 320 BL
Juli 16 60 TL
Agustus 17 10 U
September 19 320 BL
Oktober 33 260 B
Nopember 17 290 B
Desember 29 300 BL
Tahun : 2017
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 21 310 BL
Februari 45 260 B
Maret 16 280 B
April 16 330 BL
Mei 14 3 U
Juni 10 30 TL
Juli 45 300 BL
Agustus 12 330 BL
September 14 50 TL
Oktober 25 105 T
Nopember 14 320 BL
Desember 25 300 BL
Tahun : 2018
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 25 280 B
Februari 23 300 BL
Maret 17 280 B
April 12 320 BL
Mei 17 90 T
Juni 10 20 U
Juli 10 110 T
Agustus 12 170 S
September 12 40 TL
Oktober 12 240 BD
Nopember 21 30 TL
Desember 21 300 BL
Tahun : 2019
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 27 270 B
Februari 17 300 BL
Maret 35 290 B
April 14 320 BL
Mei 19 310 BL
Juni 12 50 TL
Juli 12 240 BD
Agustus 17 5 U
September 10 250 B
Oktober 23 220 BD
Nopember 14 350 U
Desember 17 290 B
Tahun : 2020
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 4 321 BL
Februari 3 340 U
Maret 1 356 U
April 1 116 TG
Mei 2 123 TG
Juni 4 132 TG
Juli 4 134 TG
Agustus 4 136 TG
September 4 143 TG
Oktober 3 160 S
Nopember 1 155 TG
Desember 4 328 BL
Tahun : 2021
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 4 322 BL
Februari 4 320 BL
Maret 2 356 U
April 2 174 S
Mei 3 136 TG
Juni 2 126 TG
Juli 3 133 TG
Agustus 3 130 TG
September 2 136 TG
Oktober 5 168 S
Nopember 1 359 U
Desember 4 324 BL
Tahun : 2022
Kecepatan Arah
Bulan Maksimum
(Knot) (……o) Mata Angin
Januari 5 323 BL
Februari 4 324 BL
Maret 2 0 CALM
April 1 139 TG
Mei 2 122 TG
Juni 2 124 TG
Juli 4 126 TG
Agustus 3 133 TG
September 4 153 TG
Oktober 1 138 TG
Nopember 1 360 U
Desember 4 46 TL
Dengan
Dengan Duration
U Arah UA Fetch Fetch ket
Limited
Tahun Bulan Mata RL UW Limited
Angin
H T t H T
(knot) (m/s) (m/s) (km)
(m) (s) (jam) (m) (s)
Januari 56 28,0 BL 0,9 25,20 37,58 248,520 9,6 13,1 5,0 5,1 8,9 DL
Februari 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Maret 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
April 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Mei 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juni 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
2013
Juli 21 10,5 BD 1,08 11,34 14,07 180,033 3,1 8,5 5,0 1,5 5,5 DL
Agustus 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
November 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Desember 0 0,0 CALM 0 0,00 0,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Januari 29 14,5 BL 0,96 13,96 18,17 248,520 4,6 10,3 5,0 2,0 6,3 DL
Februari 39 19,5 B 0,9 17,55 24,08 442,173 8,2 13,7 5,0 3,1 7,2 DL
Maret 17 8,5 BL 1,15 9,78 11,72 248,520 3,0 8,9 5,0 1,2 4,9 DL
April 21 10,5 BL 1,08 11,34 14,07 248,520 3,6 9,5 5,0 1,5 5,5 DL
Mei 29 14,5 B 0,96 13,96 18,17 442,173 6,2 12,5 5,0 2,0 6,3 DL
Juni 12 6,0 BL 1,27 7,62 8,63 248,520 2,2 8,0 5,0 0,7 4,3 DL
2014
Juli 16 8,0 U 1,17 9,36 11,12 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Agustus 14 7,0 TL 1,23 8,61 10,03 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 21 10,5 T 1,08 11,34 14,07 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 14 7,0 B 1,23 8,61 10,03 442,173 3,4 10,2 5,0 1,1 4,7 DL
November 14 7,0 B 1,23 8,61 10,03 442,173 3,4 10,2 5,0 1,1 4,7 DL
Desember 27 13,5 BL 0,99 13,33 17,17 248,520 4,4 10,1 5,0 2,0 6,1 DL
Januari 31 15,5 BL 0,94 14,53 19,09 248,520 4,9 10,5 5,0 2,3 6,5 DL
Februari 25 12,5 BL 1,01 12,63 16,06 248,520 4,1 9,9 5,0 1,8 5,8 DL
Maret 21 10,5 BL 1,08 11,34 14,07 248,520 3,6 9,5 5,0 1,5 5,5 DL
April 27 13,5 BL 0,99 13,33 17,17 248,520 4,4 10,1 5,0 2,0 6,1 DL
Mei 12 6,0 BD 1,27 7,62 8,63 180,033 1,9 8,0 5,0 0,7 4,3 DL
Juni 12 6,0 BD 1,27 7,62 8,63 180,033 1,9 8,0 5,0 0,7 4,3 DL
2015
Juli 12 6,0 B 1,27 7,62 8,63 442,173 2,9 9,7 5,0 0,7 4,3 DL
Agustus 14 7,0 B 1,23 8,61 10,03 442,173 3,4 10,2 5,0 1,1 4,7 DL
September 29 14,5 B 0,96 13,96 18,17 442,173 6,2 12,5 5,0 2,0 6,3 DL
Oktober 14 7,0 BD 1,23 8,61 10,03 180,033 2,2 7,6 5,0 1,1 4,7 DL
November 12 6,0 BL 1,27 7,62 8,63 248,520 2,2 8,0 5,0 2,0 6,1 DL
Desember 31 15,5 BD 0,94 14,53 19,09 180,033 4,1 9,4 5,0 2,3 6,5 DL
Januari 35 17,5 B 0,91 15,93 21,37 442,173 7,3 13,2 5,0 2,6 6,7 DL
Februari 29 14,5 B 0,96 13,96 18,17 442,173 6,2 12,5 5,0 2,0 6,3 DL
Maret 16 8,0 B 1,17 9,36 11,12 442,173 3,8 10,6 5,0 1,2 4,8 DL
April 12 6,0 BL 1,27 7,62 8,63 248,520 2,2 8,0 5,0 0,7 4,3 DL
Mei 14 7,0 BL 1,23 8,61 10,03 248,520 2,6 8,5 5,0 1,1 4,7 DL
2016
Juni 14 7,0 BL 1,23 8,61 10,03 248,520 2,6 8,5 5,0 1,1 4,7 DL
Juli 16 8,0 TL 1,17 9,36 11,12 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Agustus 17 8,5 U 1,15 9,78 11,72 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 19 9,5 BL 1,12 10,64 13,01 248,520 3,3 9,2 5,0 1,3 5,3 DL
Oktober 33 16,5 B 0,91 15,06 19,95 442,173 6,8 12,9 5,0 2,5 6,6 DL
88
November 17 8,5 B 1,15 9,78 11,72 442,173 4,0 10,8 5,0 1,2 4,8 DL
Desember 29 14,5 BL 0,96 13,96 18,17 248,520 4,6 10,3 5,0 2,0 6,3 DL
Januari 21 10,5 BL 1,08 11,34 14,07 248,520 3,6 9,5 5,0 1,5 5,5 DL
Februari 45 22,5 B 0,9 20,25 28,72 442,173 9,8 14,6 5,0 3,8 7,8 DL
Maret 16 8,0 B 1,17 9,36 11,12 442,173 3,8 10,6 5,0 1,2 4,8 DL
April 16 8,0 BL 1,17 9,36 11,12 248,520 2,8 8,8 5,0 1,2 4,8 DL
Mei 14 7,0 U 1,23 8,61 10,03 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juni 10 5,0 TL 1,33 6,63 7,27 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
2017
Juli 45 22,5 BL 0,9 20,25 28,72 248,520 7,3 12,0 5,0 3,8 7,8 DL
Agustus 12 6,0 BL 1,27 7,62 8,63 248,520 2,2 8,0 5,0 0,7 4,3 DL
September 14 7,0 TL 1,23 8,61 10,03 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 25 12,5 T 1,01 12,63 16,06 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
November 14 7,0 BL 1,23 8,61 10,03 248,520 2,6 8,5 5,0 1,1 4,7 DL
Desember 25 12,5 BL 1,01 12,63 16,06 248,520 4,1 9,9 5,0 1,8 5,8 DL
Januari 25 12,5 B 1,01 12,63 16,06 442,173 5,5 12,0 5,0 1,8 5,8 DL
Februari 23 11,5 BL 1,04 11,96 15,03 248,520 3,8 9,7 5,0 1,7 5,7 DL
Maret 17 8,5 B 1,15 9,78 11,72 442,173 4,0 10,8 5,0 1,2 4,8 DL
April 12 6,0 BL 1,27 7,62 8,63 248,520 2,2 8,0 5,0 0,7 4,3 DL
Mei 17 8,5 T 1,15 9,78 11,72 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juni 10 5,0 U 1,33 6,63 7,27 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
2018
Juli 10 5,0 T 1,33 6,63 7,27 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Agustus 12 6,0 S 1,27 7,62 8,63 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 12 6,0 TL 1,27 7,62 8,63 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 12 6,0 BD 1,27 7,62 8,63 180,033 1,9 7,2 5,0 0,7 4,3 DL
November 21 10,5 TL 1,08 11,34 14,07 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Desember 21 10,5 BL 1,08 11,34 14,07 248,520 3,6 9,5 5,0 1,5 5,5 DL
Januari 27 13,5 B 0,99 13,33 17,17 442,173 5,8 12,3 5,0 2,0 6,1 DL
Februari 17 8,5 BL 1,15 9,78 11,72 248,520 3,0 8,9 5,0 1,2 4,8 DL
Maret 35 17,5 B 0,91 15,93 21,37 442,173 7,3 13,2 5,0 2,6 6,7 DL
April 14 7,0 BL 1,23 8,61 10,03 248,520 2,6 8,5 5,0 1,1 4,7 DL
Mei 19 9,5 BL 1,12 10,64 13,01 248,520 3,3 9,2 5,0 1,4 5,3 DL
Juni 12 6,0 TL 1,27 7,62 8,63 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
2019
Juli 12 6,0 BD 1,27 7,62 8,63 180,033 1,9 7,2 5,0 0,7 4,3 DL
Agustus 17 8,5 U 1,15 9,78 11,72 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 10 5,0 B 1,33 6,63 7,27 442,173 2,5 9,2 5,0 0,6 3,8 DL
Oktober 23 11,5 BD 1,04 11,96 15,03 180,033 3,3 8,7 5,0 1,7 5,7 DL
November 14 7,0 U 1,23 8,61 10,03 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Desember 17 8,5 B 1,15 9,78 11,72 442,173 4,0 10,8 5,0 1,2 4,8 DL
Januari 4 1,9 BL 1,7 3,25 3,03 248,520 0,8 5,7 5,0 1,1 7,1 FL
Februari 3 1,6 U 1,7 2,80 2,52 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Maret 1 0,7 U 1,9 1,25 0,93 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
April 1 0,6 TG 1,9 1,17 0,86 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Mei 2 1,2 TG 1,8 2,21 1,88 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juni 4 2,0 TG 1,65 3,34 3,13 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
2020
Juli 4 2,1 TG 1,65 3,44 3,25 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Agustus 4 1,9 TG 1,7 3,20 2,97 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 4 1,9 TG 1,7 3,26 3,03 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 3 1,7 S 1,7 2,92 2,65 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
November 1 0,5 TG 1,9 0,95 0,67 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Desember 4 1,8 BL 1,7 3,03 2,78 248,520 0,7 5,5 5,0 1,0 6,9 FL
Januari 4 2,2 BL 1,65 3,64 3,48 248,520 0,9 5,9 5,0 1,2 7,4 FL
202
1
Februari 4 1,8 BL 1,7 3,13 2,89 248,520 0,7 5,6 5,0 1,0 7,0 FL
89
Maret 2 1,1 U 1,8 2,07 1,73 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
April 2 0,8 S 1,9 1,58 1,25 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Mei 3 1,4 TG 1,8 2,49 2,18 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juni 2 1,0 TG 1,9 1,81 1,48 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juli 3 1,6 TG 1,7 2,80 2,52 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Agustus 3 1,4 TG 1,8 2,57 2,27 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 2 1,2 TG 1,8 2,14 1,82 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 5 2,4 S 1,65 3,93 3,82 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
November 1 0,7 U 1,9 1,27 0,95 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Desember 4 2,1 BL 1,65 3,40 3,19 248,520 0,8 5,8 5,0 1,1 7,2 FL
Januari 5 2,6 BL 1,55 3,99 3,90 248,520 1,0 6,2 5,0 1,4 7,7 FL
Februari 4 2,1 BL 1,65 3,55 3,37 248,520 0,9 5,9 5,0 1,2 7,3 FL
Maret 2 1,1 CALM 1,8 1,99 1,65 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
April 1 0,7 TG 1,9 1,32 1,00 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Mei 2 0,9 TG 1,9 1,67 1,34 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Juni 2 1,2 TG 1,8 2,24 1,92 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
2022
Juli 4 1,8 TG 1,7 3,02 2,76 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Agustus 3 1,4 TG 1,8 2,46 2,14 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
September 4 1,8 TG 1,7 3,00 2,74 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Oktober 1 0,7 TG 1,9 1,24 0,92 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
November 1 0,7 U 1,9 1,29 0,98 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
Desember 4 2,0 TL 1,7 3,33 3,12 - 0,0 0,0 5,0 0,0 0,0 -
90