Anda di halaman 1dari 26

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI FIELD EFFECT

TRANSISTOR (FET) BERBASIS CADMIUM SULFIDE (CdS)


UNTUK DETEKTOR CAHAYA TAMPAK

ROYNIZAR

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii

ABSTRAK

ROYNIZAR. Pembuatan dan Karakteristik Field Effect Transistor Berbasis


Cadmium Sulfide (CdS) untuk Detektor Cahaya Tampak. Dibimbing oleh
Dr.AKHIRUDDIN MADDU dan HERIYANTO SYAFUTA, M.Si
Sensor cahaya dapat dibuat dari logam, oksida logam, polimer konduktif
organic,semikonduktor. Sensor cahaya dari bahan semikonduktor memiliki
kelebihan dalam menunjukkan sensitivitas serta dapat digunakan pada suhu ruang.
Cadmium sulfide sebagai lapisan aktif dari sensor field effect transistor (FET)
sensitif dalam merespon cahaya. Terdapat 3 lapisan utama pada sensor sensor
FET yaitu lapisan silikon tipe-p, lapisan SiO2, dan lapisan aktif CdS. Setiap
lapisan mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda. Lapisan SiO2
terbentuk saat dipanaskan pada suhu 1000oC dengan pemberian gas oksigen. Hasil
ini dapat terlihat secara kasat mata, yaitu terjadi perubahan warna pada subtrat
dari warna abu-abu menjadi kuning keemasan. Deposisi lapisan CdS yang dibuat
dengan metode chemical bath deposition (CBD) pada suhu 70oC menghasilkan
lapisan berwarna kuning di atas subtrat silikon yang telah dioksidasi. Pemilihan
waktu dan suhu saat deposisi sangat mempengaruhi sifat dan morfologi lapisan
CdS yang dihasilkan. Daerah serapan cahaya dari lapisan CdS berada pada kisaran
panjang gelombang 450-550 nm dengan nilai selah energi sebesar 2,46 eV. Pada
karakteristik I-V sensor FET, arus drain-source dipengaruhi oleh tegangan gate
yang diberikan. Semakin besar tegangan gate yang diberikan maka semakin besar
pula arus drain-source yang dihasilkan. Respon sensor FET terhadap cahaya
memperlihatkan bahwa apabila sensor diberikan cahaya maka terjadi peningkatan
arus drain-source akibat adanya penurunan resistansi lapisan CdS. Respon
dinamik sensor FET memperlihatkan adanya perubahan tegangan output saat
diberikan cahaya. Terjadi penurunan tegangan output saat diberikan cahaya pada
setiap peningkatan intensitas. Sensor FET memiliki waktu respon sekitar 0,9 detik
dan waktu pemulihan sekitar 1,3 detik.

Kata kunci: field effect transistor, cadmium sulfide, karakteristik I-V, sensor
cahaya.
iii

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI FIELD EFFECT


TRANSISTOR (FET) BERBASIS CADMIUM SULFIDE (CdS)
UNTUK DETEKTOR CAHAYA TAMPAK

ROYNIZAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iv

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pembuatan dan Karakterisasi Field Effect Transistor (FET) Berbasis


Cadmium Sulfide (CdS) untuk Detektor Cahaya Tampak
Nama : Roynizar
NIM : G74080038

Menyetujui,

Dr. Akhiruddin Maddu Heriyanto Syafutra, M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Akhiruddin Maddu


Ketua Departemen Fisika

Tanggal Lulus :
v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembuatan dan
Karakterisasi Field effect transistor (FET) Berbasis Cadmium Sulfide (CdS) untuk
Detektor Cahaya Tampak”.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan, membimbing,
menasehati, dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi
2. Kakak dan adik penulis yang telah memberikan motivasi, doa dan materi
kepada penulis
3. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu selaku pembimbing I yang telah memberi
bimbingan, motivasi, kritik dan saran
4. Bapak Heriyanto syafutra,M.Si selaku pembimbing II yang telah memberi
bimbingan, motivasi, kritik dan saran
5. Bapak Dr. Toni Ibnu Sumaryada selaku penguji atas masukan dan saran
6. Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan M.S selaku dosen editor yang
telahmemberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi
7. Beasiswa BUMN yang telah membantu penulis menyelesaikan studi S1
8. Seluruh Dosen pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA
IPB
9. Desty Putri Amungkasi yang telah menemani dan motivasi penulis dalam
menyelesaikan studi S1
10. Teman – teman Fisika 45 yang telah bersama-sama penulis dalam
menempuh studi S1
11. Teman – teman angkatan 44, 45, 46, dan lainya atas kebersamaan selama
di IPB
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kemajuan dari aplikasi material yang dikembangkan ini. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya untuk kita semua. Aamiin.
Bogor, Februari 2013

Roynizar
vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nanga Merakai, Kabupaten


Sintang pada tanggal 24 Ferbruari 1991 dari pasangan
Elvizar dan Mawarni. Penulis merupakan anak kedua dari
empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan masa studi di SD Negeri 1
Ketungau Tengah, SLTP Negeri 1 Ketungau Tengah dan
SMA Negeri 1 Kamang Magek. Pada tahun 2008 penulis lulus SMA dan di tahun
2008 penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama
mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IPMM (Ikatan Pelajar
Mahasiswa Minang) sebagai anggota dan KEMAWITA sebagai bagian
Kependidikan. Selain itu penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan
Departemen, Fakultas maupun tingkat IPB.
i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii


DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.4 Hipotesis............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semikonduktor .................................................................................. 1
2.2 Semikonduktor Cadmium Sulfide (CdS) ........................................... 3
2.3 Transistor .......................................................................................... 4
2.4 Field Effect Transistor (FET) berbasis CdS...................................... 4
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 5
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 5
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................... 5
3.3.1 Penumbuhan lapisan SiO2 .................................................. 5
3.3.2 Penumbuhan lapisan tipis CdS ........................................... 5
3.3.3 Karakterisasi lapisan tipis CdS .......................................... 6
3.3.4 Pembuatan sensor FET………….. ..................................... 6
3.3.5 Karakterisasi I-V sensor FET ............................................ 6
3.3.6 Pengujian respon dinamik sensor FET ............................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Lapisan SiO2 ................................................................... 7
4.2 Proses Pembuatan Lapisan Tipis CdS ............................................... 7
4.3 Karakteristik Lapisan Tipis CdS ....................................................... 8
4.4 Karakteristik I-V Sensor FET ........................................................... 8
4.5 Respon Sensor FET terhadap cahaya ................................................ 9

vi
ii

4.6 Respon Dinamik Sensor FET terhadap Cahaya ................................ 10


4.7 Stabilitas dan Waktu Respon Sensor FET ........................................ 11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11
5.2 Saran .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12
LAMPIRAN ........................................................................................................ 14

vii
iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pita energi semikonduktor................................................................. 1


Gambar 2 Perpindahan elektron dari pita valensi ke pita konduksi ................... 2
Gambar 3 (a) Struktur kristal silikon, (b) lepasnya elektron dari struktur ikatan
kovalen silikon .................................................................................... 2
Gambar 4 Perubahan keadaan energi gap pada silikon ..................................... 2
Gambar 5 (a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga
menggantikan posisi salah satu atom, (b) struktur pita energi
semikonduktor tipe-p .......................................................................... 3
Gambar 6 (a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima
menggantikan posisi salah satu atom, (b) struktur pita energi
semikonduktor tipe-n .......................................................................... 3
Gambar 7 Struktur piranti FET .......................................................................... 4
Gambar 8 Skema penumbuhan lapisan SiO2 ..................................................... 5
Gambar 9 Skema deposisi CBD .......................................................................... 6
Gambar 10 Struktur piranti field effect transistor (FET) ................................... 6
Gambar 11 Rangkaian karakterisasi I-V sensor FET ......................................... 6
Gambar 12 Rangkaian pengujian respon dinamik sensor FET .......................... 7
Gambar 13 Lapisan SiO2 di permukaan atas subtrat silikon .............................. 7
Gambar 14 Kurva absorbansi lapisan tipis CdS................................................. 8
Gambar 15 Karakteristik I-V sensor FET .......................................................... 9
Gambar 16 Kurva hubungan Id-s terhadap Vg pada Vd-s = 10 V......................... 9
Gambar 17 Karakteristik I-V sensor FET terhadap cahaya dengan Vg = 0 V ... 9
Gambar 18 Karakteristik I-V sensor FET terhadap cahaya dengan Vg = 5 V ... 9
Gambar 19 Respon dinamik sensor FET terhadap variasi intensitas cahaya ...... 10
Gambar 20 Kurva hubungan antara intensitas cahaya terhadap tegangan ........ 10
Gambar 21 Respon dinamik variasi Vg pada kondisi terang dan gelap ............. 10
Gambar 22 Stabilitas sensor FET....................................................................... 11
Gambar 23 Waktu respon sensor FET ............................................................... 11
Gamabr 24 Waktu pemulihan sensor FET ......................................................... 11
viii
iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram alur kerja penelitian ........................................................ 15

Lampiran 2 Perhitungan nilai celah energi pada kurva absorbansi CdS ............ 16

ix
BAB I tinggi yang dapat beroperasi pada suhu tinggi,
frekuensi tinggi dan daya tinggi.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan Penelitian
1.1 Latar Belakang
Penelitian ini bertujuan untuk membuat
Pengembangan teknologi piranti fotonik
piranti field effect transistor (FET) berbasis
mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam
Cadmium Sulfide (CdS) sebagai lapisan aktif
beberapa dekade terakhir ini. Hal ini dipicu
untuk detektor cahaya tampak.
oleh perkembangan teknologi optoelektronik
yang meningkat. Teknologi optoelektronik 1.3 Rumusan Masalah
saat ini telah dimanfaatkan dalam banyak 1. Apakah cadmium sulfide (CdS) dapat
bidang, seperti dalam bidang komunikasi dijadikan lapisan aktif pada field effect
optik, pengukuran optik dan sebagainya. transistor (FET) sebagai fotodetektor?
Piranti optoelektronik terdiri dari sumber 2. Bagaimana karakteristik field effect
cahaya seperti LED, LASER, detektor dan transistor (FET) berbasis CdS dapat
komponen-komponen optik lainnya. Detektor digunakan sebagai fotodetektor?
optik merupakan salah satu bagian vital dalam
teknologi optoelektronik. Detektor pada 1.4 Hipotesis
piranti optoelektronik ini pada umumnya 1. Semakin besar tegangan gate yang
merupakan bahan semikonduktor yang diberikan pada sensor FET maka semakin
memiliki efek optoelektronik. Contoh besar pula arus drain-source yang
penerapan teknologi optoelektronik terdapat dihasilkan.
pada Video Compact Disc (VCD), karena 2. Semakin besar intensitas cahaya yang
pada VCD dapat ditemukan sumber cahaya diberikan pada sensor FET maka semakin
dan juga detektor yang terbuat dari bahan kecil resistansi dari lapisan aktif CdS.
semikonduktor.
Detektor optik semikonduktor dapat BAB II
merespon berbagai macam bentuk radiasi
elektromagnetik. Silikon, Germanium, TINJAUAN PUSTAKA
Gallium Arsenida dan Cadmium Sulfida
(CdS) adalah bahan yang sifat kelistrikannya 2.1 Semikonduktor
dapat merespon cahaya sehingga bahan itu Semikonduktor adalah material zat padat
disebut bahan yang memiliki efek yang memiliki konduktivitas listrik diantara
optoelektronik (listrik-optik). Sifat listrik- konduktor dan isolator. Resistivitas
optik ini yang menyebabkan banyak ilmuwan- semikonduktor berkisar antara 10-5 sampai
ilmuwan tertarik untuk meneliti bahan 105 Ωm.1 Pada semikonduktor terdapat pita
semikonduktor CdS. energi yang memperbolehkan keberadaan
Sifat listrik-optik bahan semikonduktor elektron, yaitu pita valensi berenergi rendah
meliputi fotoresistif atau fotokonduktif, yaitu yang terisi penuh oleh elektron dan pita
sifat listriknya (resistansi atau konduktansi) konduksi berenergi tinggi yang kosong. 2
bervariasi terhadap respon cahaya. Detektor Celah energi yang memisahkan kedua pita
optik juga dapat dibuat dalam bentuk piranti tersebut disebut sebagai pita terlarang atau
dioda dan transistor, yang sifat listrik- disebut juga energi gap (Eg). Celah energi
optiknya disebut fotodioda dan fototransistor. pada material semikonduktor ditunjukkan
Dalam penelitian ini akan dikembangkan pada Gambar 1.
field effect transistor (FET) dengan bahan
aktif yaitu CdS. Bahan semikonduktor CdS
termasuk dalam bahan semikonduktor yang
memiliki sifat fotoresistif yang cukup baik
dan pembuatan relatif mudah dan murah. FET
berbasis CdS ini dapat dikembangkan untuk
pembuatan piranti elektronik dan
optoelektroni, seperti fotodetektor UV, dioda
laser dan dioda pengemisi cahaya yang
beroperasi pada panjang gelombang tampak, Gambar 1 Pita energi semikonduktor2
piranti-piranti transistor, display, memori
penyimpan data yang memiliki mobilitas
2

Salah satu sifat penting semikonduktor


adalah memiliki celah energi 0.2-2.5 eV. Nilai
celah energi tersebut lebih kecil dari nilai
celah energi isolator. Sifat ini memungkinkan
suatu elektron memasuki tingkatan energi
yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi elektron untuk berpindah dari
pita valensi ke pita konduksi ialah suhu dan
penyinaran.2 Perpindahan elektron terjadi
apabila elektron pada pita valensi menyerap
energi sama dengan atau lebih besar dari nilai Gambar 4 Perubahan keadaan energi gap
celah energi antara pita valensi dan pita pada silikon.3
konduksi seperti terlihat pada Gambar 2.
Elektron dan hole inilah yang menjadi Semikonduktor intrinsic, pada suhu 0 K
pembawa muatan listrik pada material semua elektron berada pada ikatan kovalen.
semikonduktor.1 Pada suhu tersebut, tidak ada elektron bebas
Sifat listrik kristal semikonduktor yang atau tidak ada pembawa muatan sehingga
mempunyai ikatan kovalen dapat juga bersifat isolator. Struktur ikatan pada
diterangkan dengan memperhatikan keadaan semikonduktor dapat dilihat pada Gambar 3.
ikatannya. Kristal semikonduktor yang murni Saat semikonduktor intrinsic berada pada
atau tidak ditambahkan bahan pengotor dalam suhu 300K, celah energi antara pita valensi
pembuatannya disebut semikonduktor dan pita konduksi berkurang sehingga
intrinsic, sedangkan yang ditambahkan bahan beberapa elektron valensi dapat keluar dari
pengotor disebut semikonduktor ektrinsic.3 ikatan kovalen menjadi elektron bebas sebagai
pembawa muatan negatif. Berkurangnya celah
energi pada semikonduktor dapat dilihat pada
Gambar 4. Munculnya elektron bebas diikuti
dengan terbentuknya hole sebagai pembawa
muatan positif.10
Semikonduktor ektrinsic dapat diperoleh
dengan menambahkan (doping) atomatom
asing dalam pembuatannya. Tujuan dari
pemberian doping ini ialah untuk memperoleh
elektron valensi bebas dalam jumlah yang
lebih banyak dan permanen dan diharapkan
Gambar 2 Perpindahan elektron dari pita dapat menghantarkan listrik.2 Semikonduktor
valensi ke pita konduksi2 ektrinsic terdiri dari dua tipe yaitu
semikonduktor tipe-p dan semiknduktor
tipe-n. Semikonduktor tipe-p diperoleh
dengan menambahkan sejumlah kecil atom
pengotor dari golongan IIIA (atom trivalent
seperti Aluminium, Boron, Galium atau
Indium) pada semikonduktor murni, misalnya
silikon murni. Atom – atom pengotor ini
4

memiliki tiga elektron valensi sehingga dapat


membentuk tiga ikatan kovalen. Saat sebuah
atom trivalen menempati posisi atom silikon
dalam kristal maka hanya ada tiga elektron
Gambar 3 (a) Struktur kristal silikon, (b) yang dapat membentuk ikatan kovalen dan
lepasnya elektron dari struktur tersisa sebuah muatan positif (hole) dari atom
ikatan kovalen silikon2 silikon yang tidak berpasangan.4 Struktur
semikonduktor tipe-p dapat dilihat pada
Gambar 5 (a) . Material yang dihasilkan dari
proses pengotoran ini dinamakan
semikonduktor tipe-p karena menghasilkan
pembawa muatan positif pada kristal yang
3

netral. Karena atom pengotor menerima Material dari proses pengotoran ini
elektron, maka atom pengotor ini disebut disebut semikonduktor tipe-n karena
atom aseptor. Penambahan atom aseptor ini
4
menghasilkan pembawa muatan negatif.
akan menimbulkan tambahan tingkat energi Karena atom pengotor memberikan elektron,
sedikit di atas pita valensi. Peningkatan energi maka atom pengotor ini disebut atom donor. 4

pada semikonduktor tipe-p dapat dilihat pada Penambahan atom donor ini akan menambah
Gambar 2.5 (b).3 satu tingkat energi baru di bawah pita
Semikonduktor tipe-n dapat diperoleh konduksi.3 Penambahan energi pada
dengan cara yang sama seperti semikonduktor semikonduktor tipe-n dapat dilihat pada
tipe-p, dengan menambahkan atom pengotor Gambar 6 (b).
pentavalen (golongan VA, seperti arsenik,
fosfor, atau antimon ) pada silikon murni. 2.2 Semikonduktor Cadmium Sulfide (CdS)
Atom pentavalen yang menempati posisi atom Cadmium sulfide (CdS) merupakan bahan
silikon dalam kristal, lima elektron valensi semikonduktor dalam kelompok senyawa
dari atom pengotor akan membentuk empat golongan II-VI dengan struktur kristal Zinc
ikatan kovalen lengkap dan tersisa satu Blende dan Wurtzite sebagiamana bahan
elektron yang tidak berpasangan. Sisa elektron semikonduktor dari senyawa-senyawa yang
ini akan menjadi elektron bebas dan menjadi lain. Senyawa II-VI yakni CdS memiliki sifat
pembawa muatan dalam proses hantaran optik dan listrik yang cocok untuk
listirk. Struktur semikonduktor tipe-n dapat fotodetektor, disamping untuk piranti-piranti
dilihat pada Gambar 6 (a).2 optoelektronik lainnya.
Cadmium sulfide (CdS) miliki koefisien
absorbansi yang tinggi sehingga sebagian
besar cahaya dapat diabsorbansi pada CdS
dalam bentuk lapisan tipis sehingga sangat
efektif untuk dijadikan field effect transistor
(FET). Cadmium sulfide memiliki lebar celah
pita (bandgap) dalam kisaran 2.3-2.5 eV serta
memiliki jenis celah pita semikonduktor
direct bandgap dengan n= ½ (untuk yang
indirect,n=2). Cadmium sulfide juga memiliki
fotokonduktansi yang tinggi sehingga sangat
Gambar 5 (a) Struktur kristal silikon dengan cocok untuk piranti fotodetektor.6-8
sebuah atom pengotor valensi tiga Ada beberapa teknik pendeposisian yang
menggantikan posisi salah satu digunakan untuk menumbuhkan lapisan CdS
atom silikon, (b) struktur pita sehingga sifat optik, listrik dan strukturnya
energi semikonduktor tipe-p sesuai dengan yang diinginkan. Diantaranya
menggunakan pendeposisian secara kimia,
physical vapour deposition, spray pyrolysis 8 ,
electro deposition, chemical bath deposition
10-14
, teknik brush plating 15, hidrotermal 16dan
lain-lain. Dari semua teknik di atas, chemical
bath deposition (CBD) merupakan teknik
yang biasanya digunakan untuk
menumbuhkan lapisan tipis CdS. Teknik CBD
memiliki banyak keuntungan seperti
sederhana, tidak membutuhkan peralatan yang
Gambar 6 (a) Struktur kristal silikon dengan canggih, bahan yang terbuang sedikit,
sebuah atom pengotor valensi lima merupakan cara yang ekonomis teknik
menggantikan posisi salah satu pendeposisian pada area yang luas untuk
atom silikon, (b) struktur pita semikonduktor golongan II–VI seperti CdS,
energi semikonduktor tipe-n5 dan tidak menghasilkan gas yang beracun.13
Metode CBD merupakan proses yang lambat,
sehingga orientasi kristalnya dapat diatur
dengan peningkatan struktur bulirnya. Lapisan
CdS yang ditumbuhkan dengan metode CBD
4

memiliki stoikiometri yang tinggi dan biasanya dibuat dengan menggunakan teknik
resistansi gelap yang tinggi. deposisi lapisan tipis seperti evaporation,
Teknik deposisi yang digunakan untuk sputtering, chemical vapor deposition, dan
menumbuhkan CdS telah banyak dilakukan spin-coating. FET terdiri dari tiga terminal
dengan metode yang beragam. Penggunaan dengana pengisian konduksi antara dua
setiap metode ini akan mempengaruhi sifat terminal, sumber dan drain, dikendalikan oleh
optik, listrik dan struktur CdS yang modulasi potensial listrik dari terminal ketiga
dihasilkan. Menurut beberapa literatur, yaitu gate. 21
struktur lapisan tipis CdS yang dibuat dengan
menggunakan metode CBD dapat bermacam- 2.4 Field Effect Transistor (FET) Berbasis
macam tergantung pada kondisi deposisi. CdS
Strukturnya dapat berbentuk kubik, hexagonal Dalam beberapa dekade terakhir ini,
atau campuran kedua fasa tersebut.17-18 bahan semikonduktor cadmium sulfide (CdS)
Banyak juga peneliti mencatat bahwa terjadi telah banyak menyita perhatian para peneliti
pengotoran oleh oksigen dan nitrogen pada karena sifatnya yang menarik untuk
lapisan tipis CdS jika menggunakan metode dikembangkan pada aplikasi teknologi tinggi.
penumbuhan dengan CBD. Selain itu, Salah satu aplikasi yang penting pada bahan
penggunaan complexing agent juga dapat CdS yaitu menjadi bahan aktif pada field
mempengaruhi sifat fisis CdS. Penambahan effect transistor (FET). CdS berbasis FET
complexing agent ammonium dapat telah banyak dipelajari untuk aplikasi dalam
memperbesar jumlah Cadmium Sulfida yang perangkat fotodetektor, biosensor dan flat
terbentuk dibanding molekul pengotor panel display. Dalam pembuatan FET kualitas
lainnya. 18 tiap lapisan sangat peting untuk menunjukkan
kerja dari FET. FET memiliki 3 lapisan yaitu
2.3 Transistor lapisan substrat, lapisan insulator dan lapisan
Pada tahun 1951, William Schockley aktif CdS.
menemukan transistor sambungan pertama, Lapisan subtrat menjadi kontak gate yang
komponen semikonduktor yang dapat berfungsi sebagai pengatur arus source-drain.
menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal Kontak gate diberi tegangan (Vgs)
radio dan televisi. Kumpulan transistor telah menimbulkan peningkatan arus source-drain
banyak menghasilkan rangkaian secara eksponensial, dengan daerah linier
semikonduktor lain termasuk rangkaian mendefinisikan nilai tegangan ambang.
terpadu (IC), suatu komponen kecil yang Lapisan insulator berfungsi untuk mereduksi
mengandung ribuan transistor miniatur.19 arus source-drain. Sedangkan lapisan CdS
Pada keadaan normal, arus yang dialirkan berfungsi sebagai bahan aktif yang sensitif
melalui kolektor dan emitor disekat oleh basis terhadap cahaya tampak.
sehingga arus tidak bisa mengalir. Untuk Prinsip kerja FET yaitu dengan
membuka katup basis, maka harus mengontrol distribusi pembawa elektron
memberikan arus pada basis. Semakin besar dalam semikonduktor dengan
arus yang diberikan maka katup basis terbuka mempergunakan medan listrik-dalam. Jika
semakin lebar dan arus yang mengalir dari bahan aktif yang digunakan tipe-n, dengan
kolektor menuju emitor semakin besar. demikian memberikan tegangan positif pada
Ada dua jenis transistor yaitu transistor gerbang (gate) akan menghasilkan akumulasi
sambungan bipolar (bipolar junction muatan negatif pada lapisan aktif disekitar
transistor, BJT) dan transistor efek medan permukaan dielektrik. Ketika muatan
(field effect transistor, FET), yang pembawa sudah cukup terakumulasi
karakteristik kerja dan konsrtuksinya konduktivitas daerah akumulasi muatan
berbeda.20 Transistor efek medan (FET) meningkat secara signifikan.22
adalah piranti terkendali tegangan, yang
berarti karakteristik output dikendalikan oleh
tegangan masukan.
Pada dasarnya terdapat dua jenis
transistor efek medan yaitu transistor efek
medan tipe-hubungan (JFET) dan transistor
efek medan tipe MOS (MOSFET). Field
effect transistor (FET) merupakan salah satu Gambar 7 Struktur piranti FET
bentuk dari MOSFET. Konfigurasi FET
5

BAB III
METODE PENELITIAN
Furnace
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan
Februari 2012 hingga Oktober 2012
O2
diLaboratorium Biofisika, Laboratorium
Silikon-p
Fisika Material, Laboratorium Spektroskopi
Departemen Fisika IPB, Pusat Penelitian dan
Pengembangan (PUSLITBANG) Kehutanan,
Laboratorium MOCVD (Metalorganic Gambar 8 Skema penumbuhan lapisan SiO2
Chemical Vapor Deposition) ITB, BATAN.
3.3.2 Pembuatan lapisan tipis CdS
3.2 Alat dan Bahan Penelitian Lapisan tipis CdS (bahan semikonduktor
Alat yang digunakan dalam penelitian ini tipe-p) dibuat dengan metode CBD (chemical
adalah furnce, X-Ray Diffraction (XRD), bath deposition). Dengan metode ini, lapisan
spektroskopi UV-VIS, I-V meter,gunting, terdeposisi pada substrat dengan mencelupkan
selotip, double tip, hot plate, magnetic stirrer, subtrat ke dalam larutan yang mengandung
stirrer, pipet, tabung reaksi, gelas kimia, gelas ion-ion Cd+ dan ion-ion sulfida S2- sambil
ukur, pengaduk, dan neraca analitik dipanaskan serta diaduk. Bahan-bahan yang
sedangkan wafer silikon, cadmium klorida digunakan adalah CdCl2 sebagai sumber ion
(CdCl2), thiourea (H2NCSNH2), aceton, kadmuim (Cd+), Thiourea sebagai sumber ion
etanol, gas oksigen O2, NH4Cl, H2SO4, H2O2, sulfur (S2-), larutan amonia sebagai agen
pasta perak dan akuades. pengkompleks (complexing agent), air
destilasi dan amonium klorida (NH4Cl)
3.3 Prosedur Penelitian sebagai stabiliser agar larutan tidak cepat
mengendap.
3.3.1 Penumbuhan lapisan SiO2 Skema metode CBD ditunjukkan pada
Lapisan tipis SiO2 ditumbuhkan dengan Gambar 9, terdiri dari dua gelas piala dengan
metode wet thermal. Substrat yang digunakan ukuran berbeda. Salah satunya berukuran
adalah silikon wafer tipe-p (Si-p). Silikon kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam
dimasukan ke dalam larutan aseton lalu dicuci gelas yang lebih besar. Gelas yang kecil diisi
dalam ultrasonic bath selama 30 menit. larutan deposisi, kemudian dimasukkan ke
setelah itu dibersihkan di dalam asam dalam gelas lebih besar yang diisi air.
peroxymonosulphuric selama 15 menit Sebelumnya, pada dinding sebelah dalam
kemudian silikon dicuci kembali dengan asam gelas kecil ditempel beberapa substrat kaca
HF. Substrat Si-p tersebut dioksidasi untuk dengan ukuran tertentu (misalnya 1 x 2 cm2).
menghasilkan lapisan SiO2 di atas substrat Si- Selanjutnya, kedua gelas diletakkan di atas
p. Lapisan SiO2 dibuat dengan memanaskan pemanas (hot plate) yang dilengkapi
substrat Si-p di dalam furnace hingga pengaduk magnetik (magnetic stirrer).
mencapai suhu sekitar 10000 C, gas oksigen Mula-mula dibuat larutan campuran
murni (O2) dialirkan ke dalam furnace selama 20 ml CdCl2 (0.1 M) dengan 20 ml Thiourea
pemanasan berlangsung. Variasi volume O2 (1 M) di dalam gelas piala 100 ml. Larutan
yang diberikan berbeda-beda. Gas O2 mulai tersebut diletakkan di atas hot plate
diberikan pada suhu 600oC, dengan volume dipanaskan pada suhu 30oC dan diputar pada
2.5 mL selama 5 menit. Pada saat suhu kelajuan 300 rpm selama 30 menit. Sebanyak
furnace telah mencapai 1000oC, maka volume 10 mL NH4OH (0.1 M) dan 5 ml NH4Cl
O2 yang diberikan bertambah menjadi 5 mL ditambahkan ke dalam larutan campuran
selama 10 menit. keadaan 1000oC ini akan tersebut. Larutan campuran tersebut
dipertahankan selama 2 jam, sehingga akan dipanaskan pada suhu 70oC dan diputar pada
terbentuk lapisan SiO2 pada subtrat. kelajuan 300 rpm selama 2 jam. Optimasi
suhu dan waktu perlu dilakukan untuk
mengatur morfologi baik struktur, sifat dan
ketebalan lapisan yang dihasilkan.
6

Pemasangan kontak dilakukan dengan


Termometer memberikan lapisan metal di atas lapisan aktif
CdS. Pemasangan kontak (metalisasi) pada
lapisan CdS menggunakan logam emas.
Larutan Air Metasisasi dilakukan di BATAN atau di ITB.
deposisi Lapisan metal tersebut digunakan untuk
Substrat
memudahkan dalam pemasangan pasta perak
pada lapisan CdS dan terbentuk kontak
Stirrer ohmik. Pada saat pemasangan kabel, pasta
perak akan merekatkan antar kontak emas
dengan kabel.

3.3.5 Karakterisasi I-V sensor FET


Hotplate Stirrer Karakterisasi FET dilakukan dengan
cara menghubungkan piranti FET. Kontak
gate dihubungkan dengan tegangan dari
Gambar 9 Skema deposisi CBD
power supply sebesar 0 V, 2 V, 4 V, 8 V,
10 V. Pada setiap tegangan gate (Vg) yang
3.3.3 Karakterisasi lapisan tipis CdS
Agar ketebalan lapisan yang dihasilkan digunakan arus drain (Id) diukur dengan
sesuai dengan yang diinginkan untuk menggunakan Keithley 2400 dengan tegangan
membuat field effect transistor (FET), maka drain (Vd) yang digunakan bervariasi dari 0
perlu dilakukan optimasi dalam proses sampai 10 volt.
deposisi. Optimasi yang harus dilakukan pada Karakteristik I-V FET divariasikan
kondisi deposisi, meliputi konsentrasi larutan- terhadap kondisi terang dan gelap. Kondisi
larutan yang digunakan, suhu deposisi dan awal sensor dikarakterisasi saat keadaan gelap
waktu deposisi. Optimasi dalam hal suhu dengan tegangan gate 0 V, kemudian diberi
dapat menentukan struktur dan sifat lapisan cahaya pada sensor tersebut. Kondisi
CdS yang terbentuk. Sedangkan, waktu selanjutnya, sensor diberi tegangan gate 5 V
deposisi ditujukan untuk mendapatkan dalam keadaan gelap, setelah itu diberikan
ketebalan lapisan CdS yang dihasilkan. cahaya dengan intensitas yang sama seperti
Sampel-sampel lapisan tipis CdS yang pada kondisi yang pertama.
berhasil ditumbuhkan dengan metode CBD
Kontak Kontak
selanjutnya dikarakterisasi dengan Source Drain
spektroskopi UV-Vis. Uji Spektroskopi
UV-VIS ditujukan untuk mengetahui sifat Cadmium Sulfide
optik lapisan CdS yaitu menentukan nilai Kontak
celah energinya. Sifat Optik lapisan tipis CdS SiO2 Gate
yang dibuat dengan metode CBD diukur pada
Silikon tipe-p
suhu ruang dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS dengan range
panjang gelombang 200-1000 nm.
3.3.4 Pembuatan sensor FET Gambar 10 Struktur piranti field effect
Pembuatan sensor FET dilakukan dengan transistor (FET) berbasis CdS
membuat lapisan tipis SiO2 di atas lapisan Si
tipe-p sebagai bahan dielektriknya. Lapisan
dielektrik tersebut kemudian dilapisi dengan
CdS sebagai bahan aktifnya. Untuk
mengkarakterisasi sensor FET maka
dilakukan pemasangan kontak prototipe
sensor FET seperti pada Gambar 10.
Lapisan CdS merupakan bagian paling
Gambar 11 Rangkaian karakterisasi I-V FET
penting pada sensor FET. Metode yang
digunakan untuk membuat lapisan CdS yaitu
metode CBD (chemical bath deposition).
Dengan menggunakan metode ini, diharapkan
dapat menghasilkan lapisan CdS yang tipis.
7

3.3.6 Pengujian respon dinamik sensor BAB IV


FET HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian respon dinamik dilakukan
dengan memvariasikan kondisi saat terang 4.1 Pembuatan Lapisan SiO2
dan gelap. Sensor FET disusun secara seri Pembuatan lapisan silikon dioksida
dengan resistor, seperti pada Gambar 12. (SiO2) dilakukan menggunakan metode
Rangkaian dihubungkan dengan baterai 9 volt termal, dengan perlakuan subtrat silikon
dan variasi tegangan gate yaitu 0 V, 5 V, dan dipanaskan di dalam furnace pada suhu
10 V. sensor FET dihubungkan denga sensor 1000oC selama 3 jam. Kemudian gas oksigen
tegangan yang terkoneksi langsung dengan (O2) dialirkan ke dalam furnace selama
komputer. pemanasan berlangsung. Gas oksigen akan
Sensor akan diuji pada kondisi tegangan berikatan dengan silikon yang membentuk
gate 0 V dengan memvariasikan intensitas lapisan SiO2. Lapisan SiO2 akan menjadi
cahaya yaitu pada 0 watt/m2, 14 watt/m2, dan lapisan dielektrik yang berfungsi untuk
85 watt/m2 dengan menggunakan lampu optik mereduksi elektron yang menglir pada lapisan
sebagai sumber cahayanya. Setelah itu aktif sensor FET. Hasil lapisan SiO2 yang
diberikan tegangan gate saat 0 V, 5 V, dan terbentuk dapat dilihat pada Gambar 13. Pada
10 V dengan kondisi terang-gelap. Hal ini Gambar 13 terlihat perbedaan warna antara
bertujuan untuk melihat perbandingan substrat silikon dengan lapisan SiO2. Warna
tegangan gate saat kondisi terang dan gelap. lapisan SiO2 yang dihasilkan adalah kuning
Dilakukan juga pengujian kestabilan dari keemasan, sedangkan warna subtrat silikon
sensor FET yaitu dengan memberikan adalah perak.
tegangan gate 0 V saat kondisi terang dan
gelap. Hal ini dilakukan untuk melihat 4.2 Proses Pembuatan Lapisan Tipis CdS
kemampuan sensor apakah dapat balik Metode CBD digunakan untuk
(reversible) atau tidak. menumbuhkan lapisan tipis CdS dengan
menggunakan cadmium klorida (CdCl2)
sebagai sumber ion cadmium (II) (Cd+2) dan
thiourea sebagai sumber ion sulfur (S2-).
Selain itu, NH4OH digunakan sebagai buffer
untuk mempertahankan pH selama
pendeposisian dilakukan dan untuk
mengontrol kecepatan reaksi. Selain itu,
konsentrasi NH4OH juga dapat mempengaruhi
seberapa banyak CdCl2 yang terhidrolisis
dalam air. Sedangkan NH4Cl digunakan agar
CdS dapat menempel pada subtrat.
Gambar 12 Rangkaian pengujian respon Tahapan pembentukan CdS terbagi dalam
dinamik sensor FET 3 tahapan yaitu proses nucleation center,
pembentukan ion per ion (mekanisme
heterogen) dan pembentukan kluster per
kluster (mekanisme homogen). Proses
nucleation center merupakan proses
pembentukan ion Cadmium dan ion Sulfur
baik pada substrat maupun pada larutan bath.
Pada permukaan CdS ion per ion dapat
menghasilkan CdS dengan morfologi yang
lebih baik dibandingkan jika yang terjadi
adalah kluster per kluster.25
Dalam penelitian ini, terlihat
pembentukan CdS terjadi pada mekanisme
Gambar 13 Lapisan SiO2 di permukaan atas homogen yang ditandai dengan banyak
substrat silikon terbentuknya koloid berwarna kuning di
dalam larutan bath sehingga mempengaruhi
struktur kristal CdS yang terbentuk.
Lamanya deposisi dan suhu deposisi
mempengaruhi karakteristik fisik CdS yang
8

dihasilkan. Jika deposisi dilakukan selama Keterangan :


kurang dari 2 jam maka lapisan yang - Eg = energi gap
dihasilkan sangat tipis. Sebaliknya jika - h = konstanta planck
deposisi dilakukan selama lebih dari 2 jam (6,6261x10-34 Js)
maka lapisan yang dihasilkan akan semakin - c = kecepatan cahaya ( 3x108 m/s)
tebal. Lapisan yang tebal tidak cocok - λedge = panjang gelombang tepi absorbs
digunakan sebagai window layer dalam sampel CdS
fotodetektor karena dapat menyebabkan
aliran elektron di dalam lapisan tidak tersebar Berdasarkan kurva absorbansi CdS
merata. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini diketahui nilai λed sekitar 503 nm sehingga
digunakan pendeposisian selama 2 jam. diperoleh nilai celah energi (Eg) dari CdS
Berkaitan dengan dua mekanisme yang sekitar 2.46 eV. Nilai ini sesuai dengan
dijelaskan sebelumnya, jika deposisi beberapa literatur dengan nilai celah energi
dilakukan dalam jangka waktu yang lama CdS sekitar 2.3 – 2.5 eV. Celah energi CdS
maka semakin banyak kluster CdS yang sangat mempengaruhi sifat konduktivitas
menempel pada permukaan sampel sehingga listrik CdS. Semakin besar celah energi, maka
akan menghasilkan morfologi lapisan yang akan semakin kecil konduktivitas listriknya.
kurang baik.
Pada penelitian ini, suhu deposisi
dilakukan pada suhu 70oC. Jika deposisi 1.5
dilakukan pada suhu dibawah 70oC maka Absorbansi (a.u) λedge
butuh waktu yang sangat lama untuk
1
menumbuhkan lapisan pada substrat. Selain
0.5
itu, lapisan yang dihasilkan akan sangat tipis
akibat terbentuknya kluster-kluster pada 0
permukaan sampel. Ketika suhu deposisi
dinaikan di atas 100oC maka lapisan yang 400 600 800
Panjang gelombang (nm)
dihasilkan tidak merata dan banyak terbentuk
koloid pada larutan bath yang kadang
menempel pada permukaan lapisan CdS. Gambar 14 Kurva absorbansi lapisan tipis
CdS
4.3 Karakteristik Lapisan Tipis CdS
Secara umum sifat optik bahan 4.4 Karakteristik I-V Sensor FET
semikonduktor CdS dapat diamati dengan Karakterisasi I-V sensor FET dilakukan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS yang dengan memberikan tegangan bias maju (V d-s)
meliputi absorbansi, transmitansi dan sambil mengukur arus drain-source (Id-s).
reflektansi. Nilai absorbansi lapisan CdS yang Gambar 15 memperlihatkan hubungan antara
dideposisi dengan suhu 70oC dan di suhu Id-s (arus drain-source) terhadap Vd-s
aneling 200oC pada beberapa panjang (tegangan drain-source) dengan
gelombang dapat dilihat pada Gambar 14. memvariasikan Vg (tegangan gate) yakni 0 V,
Dari Gambar 14, pita absorbansi berada pada 2 V, 4 V, 6 V , 8 V, 10 V. Tegangan bias maju
panjang gelombang 400-550 nm, hal ini (Vd-s) diberikan mulai dari 0 V hingga 10 V.
sesuai dengan beberapa literatur yang Berdasarkan kurva I-V sensor FET
memperlihatkan bahwa pita absorbansi CdS terlihat bahwa tegangan gate yang diberikan
terjadi pada rentang panjang gelombang mempengaruhi arus drain-source. Tegangan
350-550 nm.26 gate yang diberikan yaitu positif karena
CdS merupakan material semikonduktor lapisan aktif CdS merupakan semikonduktor
yang memiliki celah energi khas. Pola tipe-n. Semakin positif tegangan gate yang
absorbansi dapat digunakan untuk diberikan maka semakin kecil nilai resistasi
memperkirakan nilai celah energi (E g) yang dari CdS sehingga membuat semakin banyak
dimiliki oleh sampel CdS berdasarkan arus drain-source yang dapat dilewatkan. Hal
persamaan (1) : inilah yang menyebabkan rasio antara
tegangan dan arus menjadi semakin mengecil.
Eg = hc/λedge (1)
9

arus-tegangan sangat diperlukan untuk


Vg= 0 V mengetahui apakah sensor yang dapat
2.5E-03 Vg= 2 V berfungsi sebagai fotodetektor atau tidak.
Vg= 4 V Distribusi arus-tegangan pada gambar
2.0E-03
Vg= 6 V menunjukkan bahwa sensor FET bersifat
Id-s (A)

1.5E-03 Vg= 8 V fotodetektor, karena terlihat dari kurva I-V


1.0E-03 Vg= 10 V terjadi perubahan arus yang signifikan saat
kondisi terang.
5.0E-04 Pengukuran kuva I-V dilakukan dengan
0.0E+00 menghubungkan elektroda negatif pada
0 5 10 gerbang source, elektroda positif pada
Vd-s (V) gerbang drain dan gate. Kedua variasi
tegangan gate tersebut menunjukkan kenaikan
Gambar 15 Karakteristik I-V sensor FET arus ketika diberikan tegangan bias maju,
kenaikan arus ini terjadi karena resistansi pada
250 lapisan CdS semakin mengecil dengan
200 meningkatnya tegangan bias maju. Penyinaran
Id-s (µA)

150 pada lapisan aktif CdS, akan meningkatkan


pasangan elektron-hole didaerah lapisan CdS.
100
Pasangan elektron-hole akan terpisah oleh
50
medan listrik yang kemudian akan
0 berkontribusi terhadap peningkatan arus,
0 5 10 sehingga pada kurva terlihat adanya
peningkatan arus ketika lapisan CdS disinari
Vg (V) dibandingkan dengan gelap.
Gambar 16 Kurva hubungan Id-s terhadap Vg Kenaikan arus selain dipengaruhi oleh
pada Vd-s = 10 V cahaya, juga dipengaruhi oleh tegangan gate
yang diberikan. Semakin besar tegangan gate
Untuk melihat pengaruh tegangan gate yang diberikan maka akan semakin besar arus
(Vg), maka dibuat kurva hubungan antara arus yang dihasilkan. Hal ini disebabkan semakin
drain-source (Id-s) dengan tegangan gate (Vg) mengecilnya resistasi dari lapisan CdS.
pada Vd-s = 10 V, seperti ditunjukan pada
Gambar 16. Gambar 16 memperlihatkan
kurva hubungan antara arus drain-source (Id-s) terang
3.00E-02
dengan tegangan gate (Vg) pada Vd-s = 10 V,
yang diperoleh dari Gambar 15. Terlihat jelas 2.00E-02 gelap
Id-s (A)

bahwa tegangan gate berpengaruh terhadap


arus drain-source. Semakin besar tegangan 1.00E-02
gate yang diberikan maka semakin besar pula 0.00E+00
arus drain-source yang dihasilkan. 0 10 20 30
Pada penelitian ini, tegangan gate yang
diberikan kecil. Hal ini bertujuan untuk Vd-s (V)
mencegah terjadinya kebocoran pada lapisan Gambar 17 Karakteristik I-V sensor FET
SiO2. Apabila telah terjadi kebocoran pada terhadap cahaya dengan Vg = 0 V
lapisan SiO2 maka sensor FET tidak bias 4.00E-02 terang
berfungsi dengan baik.
3.00E-02
Id-s (A)

gelap
4.5 Respon sensor FET terhadap Cahaya 2.00E-02
Pengukuran I-V menggunakan alat I-V
1.00E-02
meter (sourcemeter, Keithley 2400).
Pengukuran tersebut dilakukan denga 0.00E+00
perlakuan yaitu kondisi tanpa cahaya (gelap) 0
10 20 30
dan dengan cahaya (terang). Terdapat dua Vd-s (V)
variasi tegangan gate yang diberikan yaitu 0 Gambar 18 Karakteristik I-V sensor FET
V dan 5 V. Gambar 17 dan 18 menunjukkan terhadap cahaya dengan Vg = 5 V
kurva karakteristik arus-tegangan untuk
tegangan gate 0 V dan 5 V. Karakteristik
10

Terlihat pada Vg = 0 V, terjadi kenaikan


arus yang signifikan bila dibandingkan
dengan Vg = 5 V. Pada saat Vg = 0 V terjadi
kenaikan arus drain-source sebesar
1,31x10-2 A dengan Vd-s = 27 V. Sedangkan
saat Vg = 5 V, hanya terjadi kenaikan arus
drain-source sebesar 6,88x10-3A dengan
Vd-s = 27 V. Hasil ini menunjukkan bahwa
saat Vg = 0 V memiliki respon yang lebih baik
terhadap cahaya.
Gambar 19 Respon dinamik sensor FET
4.6 Respon Dinamik sensor FET terhadap terhadap variasi intersitas cahaya
cahaya.
Gambar 19 menunjukkan respon dinamik
sensor FET terhadap variasi intersitas cahaya
yaitu pada 0.02 watt/m2; 14.78 watt/m2;
85.53 watt/m2. Sensor FET dihubungkan seri
dengan resistor yang berfungsi untuk
membagi tegangan. Pada saat intensitas
cahaya 0.02 watt/m2, tegangan yang
dihasilkan sebesar 2.55V. Namun setelah
intensitas cahaya diperbesar menjadi Gambar 20 Kurva hubungan antara intensitas
14.78 watt/m2, nilai tegangan yang dihasilkan cahaya terhadap tegangan
menjadi berkurang yaitu sebesar 2.3V. Begitu
juga saat intensitas cahaya diperbesar lagi
menjadi 85.53 watt/m2, nilai tegangan yang
dihasilkan menjadi semakin berkurang
menjadi 2.15V.
Untuk melihat pengaruh intensitas
cahaya, maka dibuat kurva hubungan antara
intensitas terhadap tegangan output yang
diperoleh dari kurva pada Gambar 19.
Gambar 20 memperlihatkan kurva hubungan
antara intensitas terhadap tegangan output, Gambar 21 Respon dinamik variasi V g pada
semakin besar intensitas cahaya yang kondisi terang dan gelap
diberikan maka semakin kecil tegangan output
Pada data ini divariasikan tegangan gate
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan, adanya
yaitu 0 V, 5 V, dan 10 V. Terlihat pada
interaksi antara cahaya yang diberikan dengan
Vg = 0 V, respon sensor terhadap cahaya lebih
lapisan CdS, sehingga menyebabkan akan
besar bila dibandingkan dengan Vg = 5 V dan
meningkatkan pasangan elektron-hole
10 V. Terlihat pada gambar, saat Vg = 0 V
didaerah lapisan CdS. Pasangan elektron-hole
maka terjadi perubahan tegangan output
akan terpisah oleh medan listrik yang
sebesar 0.4 V. sedangkan saat V g = 5 V hanya
kemudian akan berkontribusi terhadap
terjadi perubahan tegangan output sebesar
penurunan resistansi dari CdS.
0.2 V dan saat Vg = 10 V terjadi perubahan
Gambar 21 memperlihatkan respon
sebesar 0.3 V. Hal ini menujukan bahwa saat
dinamik sensor FET terhadap cahaya pada
Vg = 0 V, sensor dapat bekerja dengan lebih
tegangan gate berbeda. Semakin besar
baik dikarenakan perubahan tegangan output
tegangan gate yang diberikan, maka tegangan
yang lebih besar.
output yang dihasilkan pada sensor akan
semakin meningkat. Hal ini berbeda ketika
sensor diberi cahaya, akan terjadi penurunan
tegangan output yang diakibatkan adanya
penurunan resistansi dari sensor.
11

4.7 Stabilitas dan Waktu respon sensor


FET
Stabilitas sensor FET yang telah dibuat
dapat diketahui berdasarkan Gambar 22.
Sensor FET diberi perlakuan tanpa cahaya
(gelap) dan dengan cahaya (terang) secara
berulang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan sensor apakah dapat kembali ke
keadaan semula setelah digunakan. Gambar
22 memperlihatkan perlakuan sensor saat Gambar 23 Waktu respon sensor FET
tanpa cahaya (gelap) menghasilkan tegangan
output sebesar 2.6 V, sedangkan saat diberi
cahaya, tegangan output menurun hingga
2.2 V. Namun setelah dikembalikan ke
kondisi semula (gelap), maka tegangan output
kembali menjadi 2.6 V. Hal ini terlihat bahwa
sensor memiliki resistansi yang dapat balik
(reversible) sehingga sensor FET dapat
digunakan secara berulang.
Waktu respon merupakan waktu yang
dibutuhkan sensor untuk berubah dari keadaan
awal ke keadaan stasioner. Sedangkan waktu
Gambar 24 Waktu pemulihan sensor FET
pemulihan yaitu waktu yang diperlukan oleh
sensor untuk menghasilkan suatu output yang
dapat kembali ke keadaan semula. Gambar 23 BAB V
meperlihatkan sensor FET memiliki waktu KESIMPULAN DAN SARAN
respon sekitar 0.9 detik merupakan waktu
yang dibutuhkan sensor berubah dari 2.6 V 5.1 Kesimpulan
(tanpa cahaya) menjadi 2.2V (keadaan Lapisan SiO2 terbentuk saat dipanaskan
stasioner saat diberi cahaya). Sedangkan pada suhu 1000oC dengan pemberian gas
Gambar 24 memperlihatkan waktu pemulihan oksigen. Hasil ini dapat terlihat secara kasat
(recovery) pada sensor FET. Hasil mata, yaitu terjadi perubahan warna pada
menunjukkan sensor memiliki waktu subtrat dari warna abu-abu menjadi kuning
pemulihan selama 1.3 detik merupakan waktu keemasan.
yang dibutuhkan sensor berubah dari 2.2 V Deposisi lapisan CdS yang dibuat dengan
(keadaan stasioner saat diberi cahaya) menjadi metode chemical bath deposition (CBD) pada
kembali kekeadaan semula yaitu 2.6 V (tanpa suhu 70oC menghasilkan lapisan berwarna
cahaya). Hasil ini menunjukkan bahwa sensor kuning di atas subtrat silikon yang telah
FET memiliki waktu respon yang lebih cepat dioksidasi. Pemilihan waktu dan suhu saat
dari pada waktu pemulihannya. deposisi sangat mempengaruhi sifat dan
morfologi lapisan CdS yang dihasilkan.
Daerah serapan cahaya dari lapisan CdS
berada pada kisaran panjang gelombang
450-550 nm dengan nilai selah energi sebesar
2.46 eV.
Pada karakteristik I-V sensor FET, arus
drain-source dipengaruhi oleh tegangan gate
yang diberikan. Semakin besar tegangan gate
Gambar 22 Stabilitas sensor FET yang diberikan maka semakin besar pula arus
drain-source yang dihasilkan. Respon sensor
FET terhadap cahaya memperlihatkan bahwa
apabila sensor diberikan cahaya maka terjadi
peningkatan arus drain-source akibat adannya
penurunan resistansi dari lapisan CdS.
Respon dinamik sensor FET
memperlihatkan adanya perubahan tegangan
12

output saat diberikan cahaya. Terjadi Pengetahuan Alam, Institut Pertanian


penurunan tegangan output saat diberikan Bogor.
cahaya pada setiap peningkatan intensitas.
Sensor FET memiliki waktu respon sekitar 9 Hiie, J., Dedova, T., Valdna, V., Muska,
0.9 detik dan waktu pemulihan sekitar 1.3 K. 2006. Comparative study of nano-
detik. structured CdS thin film prepared by
CBD and spray pyrolysis: annealing
5.2 Saran effect. Thin Solid Film, 511,443–447.
Penelitian ini dapat dikembang lebih
lanjut dengan memvariasikan waktu dan 10 Khallaf, H. et all. 2008. Characterization
banyaknya gas oksigen yang diberikan pada of gallium-doped CdS thin film grown by
saat pembentukan lapisan SiO2. Hal ini chemical bath deposition. Apl Surface
bertujuan agar didapatkan hasil pembentukan Sci, 255, 4129–4134.
lapisan SiO2 yang maksimal.
11 Khallaf, H. et all. 2009. In-situ boron
BAB VI doping of chemical-bath deposited CdS
DAFTAR PUSTAKA thin film. Hys Status Solidi, 206, 256–
262.
1 Lestari, S. I. 2006. Sintesis dan
optimalisasi gel kitosan-gom guar 12 Zhou, X., Li, Z., Xu, S.2006. Preparation
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika and formation mechanism of CdS nano-
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut film via chemical bath deposition. Front
Pertanian Bogor. Chem China, 3,18–22.

2 Yani, S. 2011. Sintesis dan optimalisasi 13 Çetinörgü, E., Gümüş, C., Esen, R. 2006.
gel kitosan [tesis]. Bogor : Fakultas Effects of deposition time and suhue on
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, the optical properties of air-annealed
Institut Pertanian Bogor. chemical bath deposited CdS film. Thin
Solid Film, 515,1688–1693.
3 Rio, S.R., Iida, M. 1999. Fisika dan
Teknologi Semikonduktor. Jakarta: 14 Metin, H., Sat, F., Erat, S., Ari, M. 2008.
Pradnya Paramita Cadmium sulphide thin film grown by
CBD: the effect of thermal annealing on
4 [Anonim]. Semikonduktor. 2012. the structural, electrical and optical
hhtp://jonioke.blogspot.com/2010/04/- properties. J Optoelectronics and
semikonduktor.html. [12 Oktober 2011]. Advanced Materials. Vol. 10. hlm 2622–
2630.
5 [Hamonanga]. Prinsip dasar
semikonduktor. 2009. http://- 15 Murali, KR., Kumaresan, S., Prince, J.J.
www.electroniclab.com/index.php?option 2007. Characteristics of CdS thin film
=com_content&view=article&id=13:prin brush electrodeposited on low-suhue
sip-dasar-semikonduktor. [12 Oktober substrates. J Materials Science in
2011]. Semiconductor Processing. Vol. 10.hlm
56–60.
6 Hutauruk, P. T. P. 2000. Efek fotovoltaik
lapisan tipis CdS (Cadmium Sulfide) 16 Jinxin, Z., Gaoling, Z., Gaorong, H. 2007.
pada sistem sel surya fotoelektrokimik Preparation of CdS nanoparticles by
[skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika hydrothermal method in microemulsion.
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Front Chem China, 2, 98–101.
Pertanian Bogor.
17 Haider, AJ., Mousa, AM., Al-Jawad,
7 Kireen, P.S. 1975. Semiconduktor SMH. 2008. Annealing effect on
Physics. Mir Publishers.Moscow.Hal 579 structural, electrical and optical properties
of CdS film prepared by CBD method. J
8 Kurniati M.2002.Studi sifat optik, listrik Semiconductor Technology and Science.
dan fotoelektrokimia lapisan tipis Vol. 8. hlm 2.
semikonduktor CdS [Usulan Penelitian].
Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu
13

18 Malinowska, B., Rakib, M., Durand, G.


2005. Analytical characterization of
cadmium cyanamide in CdS thin film and
bulk precipitates produced from CBD
process in pilot plant. J Solar Energi
Materials & Solar Cells. Vol 86. hlm
399–419.

19 Malvino, A.P.2003.Prinsip-Prinsip
Elektronika.Jakarta:Salemba Teknika.

20 Toole, Mike.2003. Rangkaian Elektronik


Prisip dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga.

21 Widodo, T.S. 2002. Elektronika Dasar.


Jakarta: Salemba Teknika

22 Chang, J. B.2006. Functionalized


polytiophene thin-film transistor for low-
cast gas sensor array isertasi]. California
: Electrical Engineering and Computer
Sciences, University of California at
Berkley.

23 Mahdi M.A. et al. 2009. Structural and


optical properties of chemical deposition
CdS thin film. J Nanoelectronics and
Materials. Vol. 2. hlm 163-172.

24 Pentia, E., Pintilie, L., Pintilie, I., Botila,


T. 2000. The influence of cadmium salt
anion on the growth mechanism and on
the physical properties of CdS thin film. J
Optoelectronics and Advanced Materials.
Vol. 2. hlm 593-601.

25 Devi, R. et all. 2007. Synthesis of


nanocrystalline CdS thin in PVA matrix.
Bull Mater. Vol. 30. hlm 123-128.
LAMPIRAN
15

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Lapisan SiO2

Deposisi Lapisan CdS

Metalisasi

Karakterisasi I-V

Pengujian FET terhadap cahaya

Pengolahan dan analisis data

Penulisan laporan

Selesai
16

Lampiran 2. Perhitungan nilai celah energi pada kurva absorbansi CdS

1.4
1.2
Absorbansi (a.u)

1 λedge
0.8
0.6
0.4
0.2
0
400 500 600 700 800
Panjang gelombang (nm)

Dari gambar di atas diperoleh nilai λedge sebesar 503,33 nm

Dengan nilai h (konstanta Planck) = 6,6261 x 10-34 Js, dan c (kelajuan cahaya) =

3x108 m/s, maka didapatkan nilai Eg (celah energi) sebesar :

Eg = 6,6261.10-34 x 3.108 = 3,94936x10-19


503,33.10-9

Jadi, nilai celah energi untuk CdS ialah sebesar 3,94936x10-19 J atau sama dengan
2,467427 eV.

Anda mungkin juga menyukai