Anda di halaman 1dari 7

METODA PENYARING RUANG SEDERHANA PADA

INTERFEROMETER MICHELSON

Metode ini sulit dilakukan karena cacat


Pieldrie Nanlohy*) lensa yang
, Samy harus **)
J. Litiloly dihilangkan berukuran sangat
kecil dan tidak terlihat oleh mata, dan pada
kenyataannya suatu benda apapun memang tidak
ABSTRACT
mungkin dibersihkan secara sempurna dari
We Have demonstrated a simple spatial filtering kotoranyang
way to reducemelekat padanya.Dalam
laser penelitian ini,
noise output which
kami
spreaded by lens. In this method, a high precission ingin
positive membuat
lens teknik
with large focuspenyaringan
(~100 mm) has ruang pada
sinar Interferometre
been placed in the front of objective lens of Michelson laser yang disebarkan olehresult
system. Filtering lensais obyektif
determined by fringe visibility that occurred. With spatial filtering
dengan peralatanwe obtained visibilityyang
dan metode (0,61 ±sederhana.
0,01), meanwhile (0,25 ± 0,02) with no filter. Selanjutnya, kami ingin membandingkan visibilitas
Keywords: Michelson Interferometer, Spatial Filtering, Visibility yang dibentuk oleh interferometri
kisi interferensi
yang menggunakan penyaring

ruang dengan yang tidak menggunakan penyaring


I. PENDAHULUAN
ruang.
LASER (Light Ampilfication by Stimulated Teknik penyaringan ruang yang diusulkan
Emission of Radiation) adalah penguatan cahaya dimaksudkan untuk mengganti penyaring ruang
melalui radisai emisi yang terstimulasi.Sifat yang terdiri dari susunan lensa obyektif dan pinhole
gelombang cahayanya yang monokromatis dan yang tidak tersedia di laboratorium.Metode ini
mempunyai koherensi yang tinggi telah dapat ditambahkan pada aransemen interferometer,
dimanfaatkan pada banyak pengukuran fisika yang seperti interferometer Michelson atau Mach-
menggunakan interferometer (Halliday dan Zehnder yang mempunyai aplikasi yang sangat
Resnick, 1978). luas, misalnya untuk karakterisasi fisis berbagai
Pola interferensi yang terbentuk pada medium transparan yang sering dilakukan di
interferometer harus terlihat jelas dan mudah Laboratorium Fisika Dasar dan Optika.
diamati. Berkas laser yang mempunyai luas
penampang cukup kecil, dengan diameter antara 1-2
mm, harus disebarkan lebih dahulu menggunakan II. TINJAUAN PUSTAKA
lensa obyektif yaitu lensa positif yang mempunyai
jarak fokus relatif kecil antara 4-32 mm. Jika dua buah gelombang cahaya atau
Sayangnya, penyebaran sinar yang sangat besar ini lebih dengan frekuensi sama dan beda fase yang
menghasilkan gangguan penyinaran (noise) pada konstan terhadap waktu disuperposisikan, intensitas
berkas keluarannya yang disebabkan oleh terjadinya yang dihasilkannya tidak merata dalam ruang, tetapi
interferensi antara berkas yang terdifraksi oleh didapatkan memenuhi persamaan
cacat lensa berupa partikel debu atau goresan yang
sangat kecil pada permukaan lensa dengan berkas I = I1 + I2 + 2 a1a2 cos (  2  1 ) (1)
yang tidak terganggu oleh partikel tersebut. Suatu
teknik penyaringan ruang dengan menggunakan dengan I1 dan I2 adalah intensitas cahaya yang
lubang yang sangat kecil (pinhole) diaplikasikan berintereferensi, a1 dan a2 adalah besar
untuk menghilangkan gangguan tersebut. Sinar amplitudonya dan (  2  1 ) adalah beda fase
laser yang keluar dari lensa dapat dianggap terdiri
dari suatu berkas laser yang tidak terdifraksi dan kedua gelombang cahaya. Intensitas resultan yang
beberapa berkas lain yang merupakan hasil difraksi bervariasi menghasilkan suatu pola intensitas yang
oleh partikel debu, yang masing-masing merupakan nilai-nilai maksimum dan minimum
mempunyai titik fokus yang berbeda. Penyaringan pada titik-titik tertentu.Fenomena ini disebut
ruang dilakukan dengan memblok semua titik fokus sebagai interferensi.Interferensi merupakan
sinar difraksi dan melewatkan sinar yang tidak manifestasi koherensi.Untuk menghasilkan frinji-
terdifraksi melalui sebuah lubang. Pada prakteknya, frinji interferensi, sangat diperlukan syarat agar
jika seberkas laser dilewatkan pada lensa obyektif gelombang-gelombang yang berinterferensi tersebut
dan berkas yang telah disebarkan oleh lensa tetap koheren selama periode waktu tertentu. Jika
tersebut ditangkap dengan layar, tampak pola- pola salah satu gelombang berubah fasenya, frinji akan
interferensi yang terdistribusi secara acak pada berubah menurut waktu dengan sangat cepat
luasan penampang berkas. Jika digunakan asumsi sehingga tidak terlihat frinji.
dari Vest (1979), bahwa gangguan tersebut Ukuran dari kekontrasan frinji yang
diakibatkan oleh adanya kotoran pada permukaan dinamakan penampakan frinji (fringe visibility) juga
lensa, gangguan tersebut dapat dihilangkan dengan dinamakan sebagai ukuran koherensi. Michelson
membersihkan permukaan lensa dari semua cacat mendefinisikan penampakan frinji sebagai (Laud,
yang ada. 1988) :

*).
Pieldrie Nanlohy ;Dosen Jurusan Fisikan Fakultas MIPA k Unpatti
**)
Samy J Litiloly; Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Unpatti
1082 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 2, 2012; 1081 - 1086

I maks  I min dihasilkan cukup tinggi sehingga penampang sinar


V= (2) laser dapat diamati.
I maks  I min Penyaring ruang (spatial filtering)
digunakan untuk menghilangkan cacat penyinaran
dimana Imaks adalah intensitas frinji dan Imin adalah pada lensa obyektif yang disebabkan oleh aberasi
intensitas frinji gelap disebelahnya. Interferensi sferis dan cacat lensa. Cara menggunakan teknik
akan saling memperkuat bila selisih lintasan optik penyaringan ruang yaitu dengan menempatkan
dari dua berkas merupakan kelipatan bulat panjang sebuah lubang tepat pada fokus lensa sehingga sinar
gelombang yakni : yang tidak melewatinya akan terhalang. Untuk
2d cos  m (3) mendapatkan penyaringan ruang yang efektif,
digunakan lubang (pinhole) berukuran antara 5
dan saling memperlemah bila merupakan kelipatan sampai 25 µm (Collier dkk., 1971).Metode ini
setengah panjang gelombangnya, yakni meskipun sederhana, tetapi sulit
diaplikasikan.Penempatan lubang yang sangat kecil
 1
2d cos    m   (4) tepat pada fokus lensa membmembutuhkan presisi
 2 yang tinggi.
Dalam penelitian ini penyaring ruang yang
dengan m adalah orde interferensi yang berupa diusulkan berupa peralatan optik yang terdiri dari
bilangan bulat (0, 1, 2, 3,……). Untuk λtertentu, lensa positif dengan jarak fokus yang relatif besar
maka nilai θ yang tetap, dimana arah berkas cahaya (dipakai jarak titik fokus 100 mm) yang diletakkan
menyelubungi suatu kerucut dengan ½ sudut di depan lensa obyektif yang mempunyai jarak
puncak θ. Orde interferensi beserta intensitas fokus kecil, kira-kira tepat pada jarak titik fokus
cahaya ke arah itu adalah tetap yaitu maksimum dari lensa positif tersebut.
bila dipenuhi persamaan (3) dan berharga minimum Prinsip kerjanya adalah keluaran berkas
bila dipenuhi persamaan (4). laser terlebih dahulu difokuskan dengan
Interferometer Michelson merupakan menggunakan lensa positif sehingga diameter
piranti optik yang dirancang dengan menggunakan berkas laser menjadi lebih kecil dan pada saat
prinsip pembagian amplitudo gelombang cahaya melalui lensa obyektif dapat dipilih bagian dari
yang berasal dari satu sumber.Cahaya tersebut lensa obyektif yang bebas dari cacat lens yang
dibagi menjadi dua dengan menggunakan cermin berupa partikel debu atau goresan yang sangat kecil
separuh pantul dan kemudian digabungkan kembali pada permukaan lensa untuk dilewati berkas laser,
pada layar dengan selisih lintasan yang ditempuh sehingga berkas yang keluar dari lensa obyektif
oleh kedua sinar tadi merupakan kelipatan tertentu benar-benar bersih tanpa adanya gangguan
dan panjang gelombang cahaya yang digunakan penyinaran (noise).
(gambar 1).

Gambar 1. Model Interferometer


Michelson (Born dan Wolf, 1975)

Lensa obyektif merupakan sebutan bagi lensa


positif dengan jarak fokus yang cukup kecil,
berkisar antara 4-32 mm (Vest, 1979).Lensa ini Gambar 2. Penyaring ruang dengan titik fokus lensa 100
sering digunakan untuk menyebarkan sinar laser mm dianggap tepat pada pusat lensa obyektif
pada interferometri mengingat perbesaran yang
Pieldrie Ciptoadi Nanlohy, Sammy J Litiloly; Metoda Penyaring Ruang Sederhana Pada 1083
Interferometer Michelson

III. METODE PENELITIAN Lensa 100 mm


Pembuatan sistem penyaring ruang
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar FMIPA
UGM.Sistem tersebut kemudian diuji pada
pembuatan interferometer Michelson dan pola
interferensinya dibandingkan dengan interferometer
Michelson yang tidak menggunakan penyaring
ruang.

Gambar 6. Aransemen Interferometer Michelson dengan


penyaring ruang

Hasil yang didapatkan dianalisis secara kualitatif


dan kuantitatif.Analisis secara kualitatif dilakukan
pengamatan terhadap foto-foto penyinaran maupun
pola interferensi yang terjadi selama percobaan.
Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan
Gambar 3. Interferometer Michelson tanpa penyaring mengukur distribusi intensitas pada bidang
ruang (Junaidi, 1997) penyinaran dan menentukan tingkat visibilitas kisi
pada interferometer Michelson yang menggunakan
Lensa 100 mm penyaring ruang maupun yang tidak
menggunakannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan terhadap penyinaran cahaya
laser yang disebarkan dengan lensa obyektif tanpa
menggunakan penyaring ruang menunjukkan hasil
yang tidak merata. Intensitas penyinaran tampak
terang di beberapa titik yang letaknya tidak
beraturan dan tampak gelap pada titik-titik yang
lain seperti terlihat pada gambar 7.

Gambar 4. Aransemen Interferometer Michelson tanpa


penyaring ruang

Gambar 7. Penyinaran laser yang disebarkan tanpa


Gambar 5. Interferometer Michelson dengan penyaring penyaring ruang
ruang
1084 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 2, 2012; 1081 - 1086

Gambar 8. Distribusi intensitas pada diameter bidang


Gambar 10. Distribusi intensitas sepanjang diameter
penyinaran tanpa menggunakan penyaring
bidang penyinaran dengan menggunakan
ruang
penyaring ruang

Grafik pada gambar 8 menunjukkan Pengukuran visibilitas yang dilakukan


pengukuran intensitas pada titik-titik sepanjang dengan mengukur intensitas maksimum dan
garis melintang penyinaran juga menunjukkan hasil minimum kisi interferensi memberikan hasil Imax =
yang tidak seragam.Pada penyinaran yang (197 ± 2) mV dan Imin = (117 ± 4) mV, setelah
menggunakan penyaring ruang, tampak intensitas disubtitusikan ke persamaan (2) menghasilkan nilai
yang merata pada bidang penyinaran (gambar visibilitas sebesar V = (0,25 ± 0,02) untuk
9).Pengukuran intensitas yang dilakukan interferometer Michelson tanpa penyaring ruang,
menunjukkan bahwa sedangkan pengukuran visibilitas kisi
distribusi intensitas tersebut memiliki nilai interferometer Michelson yang menggunakan
maksimum di titik tengah penyinaran, dan menurun penyaring ruang memberikan hasil Imax = (248 ± 3)
secara radial dengan nilai minimum padatepi mV dan Imin = (60 ± 2) mV, yang menghasilkan
bidang penyinaran seperti grafik (gambar 10). nilai visibilitas sebesar V = (0,61 ± 0,01).
Berkas sinar yang digunakan pada Interferometer Hasil penyinaran yang lebih baik
Michelson harus sejajar atau hampir sejajar didapatkan bila pada sistem lensa ditambahkan
sehingga layar dapat menangkap bidang penyinaran sebuah lensa positif (pada percobaan digunakan
secara maksimum. lensa 100 mm) sedemikian rupa sehingga titik
fokusnya berada didekat lensa obyektif seperti yang
diusulkan.Penyaring ruang yang diusulkan ini dapat
secara efektif mengeliminasi terjadinya aberasi
sferis maupun difraksi oleh cacat lensa.Efek aberasi
sferis dapat dihilangkan karena sinar laser
dikumpulkan oleh lensa 100 mm di dekat sumbu
optik sehingga tidak ada bagian sinar yang
melewati lensa di titik jauh sumbu yang dapat
mengakibatkan aberasi.
Efek difraksi oleh cacat lensa dapat
dihilangkan karena diameter sinar yang jatuh pada
permukaan lensa berukuran sangat kecil sehingga
bisa dipilih bagian permukaan lensa yang bersih
dari debu.
Interferometer Michelson pada penelitian
dibuat dengan mengkondisikan perbedaan jarak
tempuh sinar yang berinterferensi cukup kecil dan
intensitas kedua sinar sama agar dihasilkan
visibilitas maksimum (Vest, 1979). Dengan
Gambar 9. Penyinaran laser yang disebarkan dengan pengkondisian tersebut, visibilitas kisi yang
penyaring ruang didapatkan akan menunjukkan derajat koherensi
kedua sumber (Laud, 1988). Dari pengukuran,
didapatkan nilai visibilitas kisi interferensi yang
dihasilkan oleh interferometer Michelson dengan
Pieldrie Ciptoadi Nanlohy, Sammy J Litiloly; Metoda Penyaring Ruang Sederhana Pada 1085
Interferometer Michelson

penyaring ruang lebih besar dari pada visibilitas kisi penyaring ruang menghasilkan penyinaran yang
dari interferometer tanpa penyaring ruang. Hasil ini tidak merata. Visibilitas kisi interferensi yang
menunjukkan bahwa berkas sinar pada dihasilkan oleh interferometer Michelson dengan
interferometer yang menggunakan penyaring ruang menggunakan penyaring ruang lebih besar dari
mempunyai derajat koherensi yang lebih tinggi. visibilitas kisi interferensi tanpa penyaring ruang.
Hasil sebesar V = (0,61 0,01) tersebut sudah Visibilitas kisi interferensi dengan penyaring ruang
cukup baik mengingat derajat koherensi sempurna : V = (0,61 ± 0,01) ; Visibilitas kisi interferensi
dengan V = 1 tidak pernah diperoleh. Pada tanpa penyaring ruang : V = (0,25 ± 0,02).
Kenyataannya, dari eksperimen terbaik yang pernah
dilakukan hanya bisa dihasilkan V  0,85 (Laud, Ucapan Terima Kasih
1988). Kami mengucapkan terima kasih kepada
Drs. Sunarta, SU; kepala Laboratorium Fisika
Dasar FMIPA UGM, dan kepada Drs. Wagini,
M.Si; staf Dosen pada Jurusan Fisika FMIPA
UGM, yang telah banyak membantu dengan
memberikan fasilitas dan diskusi yang berharga
selama penelitian.

Daftar Pustaka
1. Astuti, E. T.,1985, Studi Pendahuluan
Secara Eksperimen Mengenai
Holografi, Skripsi S-1, Fakultas MIPA
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Born, M. dan Wolf, E.,1975, Principles of
Optics, Fifth Edition, Pergamon Press,
Great Britain.
Gambar 11. Pola Interferensi yang terbentuk tanpa 3. Collier, R. J., Burekhardt, C. B. dan Lin,
penyaring ruang L. H.,1971, Optical Holography,
Academic Press, New York.
4. Halliday, D. dan Resnick R., 1978, Fisika
2 (terjemahan dalam bahasa Indonesia ole
Silaban, P. dan Sucipto, E.), Edisi ke-3,
Penerbit Airlangga, Surabaya.
5. Hamdani, 1995, Interferometer
Michelson dengan Laser He-Ne dan
Penggunaannya untuk Mengukur
Indeks Bias Udara, Skrpsi S-1, Fakultas
MIPA Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
6. Hecht, E. dan Zajac A., 1974, Optics,
Addison-WesleyPublishing,
Massachussets.
7. Laud, B. B., 1988, Laser dan Optik
Nonlinier, (terjemahan dalam bahasa
Indonesia oleh Sutanto), Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
8. Lestari, W., 2001, Studi Pengaruh
Gambar 12. Pola Interferensi yang terbentuk Konsentrasi Terhadap Gradien Indeks
dengan penyaring ruang Bias terhadap Suhu Metanol dan Etanol
dengan Menggunakan Interferometer
V. KESIMPULAN Mach-Zehnder, Skripsi S-1, Fakultas
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat MIPA Universitas Gadjah Mada,
disimpulkan bahwa, telah didapatkan suatu metode Yogyakarta.
penyaringan ruang yang sederhana yang cukup 9. Lokollo, R., 1998, Penentuan Indeks
efektif untuk membersihkan sinar keluaran laser Bias Gas Alam Cair (Butana) dengan
yang disebarkan oleh lensa obyektif dari gangguan Menggunakan Interferometer
(noise) laser yang disebarkan oleh lensa Michelson, Skrpsi S-1, Fakultas MIPA
obyektif.Dengan menggunakan penyaring ruang Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
dihasilkan penyinaran dengan distribusi intensitas 10. Maruto, G., Utomo, A. B. S. dan
yang merata, sedangkan yang tidak menggunakan Nurwantoro, 1992, Panduan Praktikum
1086 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 9 Nomor 2, 2012; 1081 - 1086

Metode Fisika Eksperimen,


Laboratorium
Fisika Atom dan Inti Jurusan Fisika
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
11. Millman, J., 1972, Electronic Analog and
Digital Circuit and System, Mc. Graw
Hill International Book Company, Tokyo.
12. Junaidi, E., 1997, Pengukuran Gradien
Indeks Bias terhadap Perubahan Suhu
dengan menggunakan Interferometer
Michelson, Skripsi-S1, Fakultas MIPA
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai