Anda di halaman 1dari 22

NANOMAGNETIT SEBAGAI PENINGKAT SENSITIVITAS

ELEKTRODE PASTA KARBON DALAM ANALISIS IODIDA


SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK

HANIFAH FAUZIAH

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
HANIFAH FAUZIAH. Nanomagnetit sebagai Peningkat Sensitivitas Elektrode
Pasta Karbon untuk Analisis Iodida secara Voltammetri Siklik. Dibimbing oleh
DEDEN SAPRUDIN dan AKHIRUDDIN MADDU.

Salah satu cara untuk meningkatkan sensitivitas dalam teknik voltammetri


siklik adalah dengan menambahkan suatu katalis. Katalis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nanomagnetit (Fe 3 O 4 ). Nanomagnetit disintesis secara
hidrotermal dari FeCl 3 sebagai sumber besi, natrium sitrat sebagai reduktor, dan
urea sebagai sumber basa. Pencirian dengan difraktometer sinar-X dan mikroskop
elektron payaran-spektroskopi dispersif energi menunjukkan magnetit merupakan
hasil utama sintesis dengan ukuran partikel rata-rata 68 nm. Nanomagnetit
tersebut digunakan sebagai pemodifikasi elektrode pasta karbon (EPK). Analisis
voltammetri terhadap iodida 1 mM pada selang potensial 0–1.2 V dalam elektrolit
KCl menghasilkan dua pasang puncak reduksi-oksidasi (redoks). Hubungan yang
linear antara komposisi magnetit, kecepatan payaran, dan konsentrasi iodida
terhadap intensitas arus puncak yang dihasilkan menunjukkan nanomagnetit dapat
berperan sebagai katalis reaksi redoks iodida. Nanomagnetit berhasil
meningkatkan sensitivitas EPK dalam pengukuran iodida, 10 kali lipat pada reaksi
oksidasi, dan 7 kali lipat pada reduksi.

HANIFAH FAUZIAH. Nanomagnetite as Sensitivity Enhancer of Carbon Paste


Electrode for Iodide Analysis by Cyclic Voltammetry. Supervised by DEDEN
SAPRUDIN and AKHIRUDDIN MADDU.

Catalyst is a means to enhance sensitivity in cyclic voltammetry technique.


The catalyst used in this research was nanomagnetite (Fe 3 O 4 ). Nanomagnetite
was synthesized by hydrothermal method from FeCl 3 as the iron source, sodium
citrate as the reductant, and urea as the base source. The characterization by X-ray
diffractometer and scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy
showed nanomagnetite was the main product of synthesis with average particle
size of 68 nm. The nanomagnetite was used as modifier of carbon paste electrode
(CPE). Iodide analysis at range potential 0–1.2 V in KCl as electrolyte solution
resulted two redox peak pairs. The linear correlation of magnetite composition,
scan rate, and iodide concentration with peak current intensity indicated that
nanomagnetite could be the catalyst for redox reaction of iodide. Nanomagnetite
successfully enhanced the sensitivity of CPE in iodide measurement, 10 and 7
folds for oxidation and reduction, respectively.
NANOMAGNETIT SEBAGAI PENINGKAT SENSITIVITAS
ELEKTRODE PASTA KARBON UNTUK ANALISIS IODIDA
SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK

HANIFAH FAUZIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul : Nanomagnetit sebagai Peningkat Sensitivitas Elektrode Pasta Karbon
untuk Analisis Iodida secara Voltammetri Siklik
Nama : Hanifah Fauziah
NIM : G44070054

Disetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Deden Saprudin, SSi, MSi Dr Akhiruddin Maddu


NIP 19680518 1994121 001 NIP 19660907 199802 1 006

Diketahui
Ketua Departemen,

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS


NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Alhamdulillah, ungkapan penuh syukur penulis panjatkan kepada Allah


SWT, atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
dengan judul “Nanomagnetit sebagai Peningkat Sensitivitas Elektrode Pasta
Karbon untuk Analisis Iodida secara Voltammetri Siklik”. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deden Saprudin, SSi,
MSi, dan Bapak Dr Akhiruddin Maddu selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan arahan, dorongan, semangat, dan doa kepada penulis selama
melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Suherman, Bapak Dede, Ibu Nunung, Bapak Kosasih, Bapak Yani, Bapak Eko,
Bapak Wawan, Bapak Didi, dan Bapak Didik yang telah memberikan banyak
bantuan dan arahan kepada penulis.
Terima kasih banyak penulis sampaikan kepada Apa, Ibu, Firda Fazriah,
dan Muhammad Iqbal Tawakal, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ilfa Nuraisyah
Siregar dan Ita Purnama Sari beserta rekan-rekan Kimia 44.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam ilmu pengetahuan.

Bogor, Nopember 2011

Hanifah Fauziah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada hari Minggu, tanggal 20 Agustus 1989
dari ayah H. Asep Suparman dan ibu Hj. Kakay Karyawati. Penulis adalah putri
pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMAN 5 Bogor dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia
Dasar (2008/2009), Kimia Analitik 1 (2009/2010), Elektrokimia dan Teknik
Pemisahan (2010/2011), dan Kimia Analitik Layanan Ilmu Teknologi Pangan
(2010/2011). Pada tahun 2008 penulis beserta tim memenangi Lomba
Kewirausahaan Tingkat Persiapan Bersama. Bulan Juli–Agustus 2010 penulis
melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Garudafood Putra Putri Jaya, Jakarta.
Bulan Mei 2011 penulis beserta tim lolos Program Kreativitas Mahasiswa bidang
Penelitian (PKM-P) yang didanai oleh Dirjen Pendididikan Tinggi (DIKTI).
Bulan Juni 2011 penulis dan tim menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional (PIMNAS) di Universitas Hassanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
PENDAHULUAN ..................................................................................................1
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ...............................................................................................2
Lingkup Kerja .................................................................................................2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis Nanomagnetit ....................................................................................3
Pengujian Elektrode Termodifikasi Nanomagnetit ........................................5
SIMPULAN . ...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9
LAMPIRAN . .........................................................................................................10
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Pola nilai hkl magnetit ........................................................................................4
2 Potensial puncak redoks .....................................................................................6
3 Sensitivitas pengukuran iodida secara voltammetri siklik .................................8

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Bejana hidrotermal .............................................................................................2
2 Skema pembuatan elektrode pasta karbon .........................................................3
3 Hasil sintesis ......................................................................................................3
4 Difraktogram hasil sintesis dan standar JCPDS No.19-0629 .............................4
5 Citraan SEM nanomagnetit hasil sintesis ...........................................................4
6 Arus elektrolit KCl . ............................................................................................5
7 Voltammogram blanko dan sampel menggunakan EPK dan M10 . ...................5
8 Voltammogram sampel pada berbagai komposisi nanomagnetit .......................6
9 Hubungan intensitas arus puncak dengan komposisi nanomagnetit . .................7
10 Pengaruh kecepatan payaran .............................................................................. 7
11 Pengaruh konsentrasi iodida ..............................................................................8

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Penentuan rendemen hasil sintesis ...................................................................11
2 Standar magnetit JCPDS No. 19-0629 .............................................................12
3 Penentuan pola h2+k2+l2 ...................................................................................13
4 Penentuan ukuran kristal rata-rata ....................................................................14
 

 
1

PENDAHULUAN ukuran partikel, semakin luas permukaan


untuk melakukan reaksi sehingga semakin
Magnetit (Fe3O4) adalah molekul besi banyak analat yang mengalami reaksi redoks.
oksida yang banyak ditemukan di alam dalam Hal ini menyebabkan arus yang dihasilkan
tanah, batuan, meteorit, debu atmosfer, dan semakin tinggi (Scholz 2007). Penambahan
dasar lautan. Molekul ini tersusun atas dua magnetit, terutama dalam ukuran nanometer
bentuk Fe, yaitu Fe2+ dan Fe3+. Atom Fe2+ dan (nanomagnetit), dapat meningkatkan luas
salah satu Fe3+ berikatan oktahedral, permukaan (Roonasi 2007), sehingga
sedangkan Fe3+ lainnya berikatan tetrahedral diharapkan semakin meningkatkan
membentuk kristal spinel kubus terpusat muka sensitivitas.
(Roonasi 2007). Dengan demikian, sifat elektrokatalis yang
Magnetit (Fe3O4) telah menjadi perhatian didukung oleh luas permukaan yang besar
ilmu dan teknologi selama beberapa dekade diharapkan dapat menjadi dasar potensi
terakhir. Sifat magnet dan katalitiknya yang nanomagnetit dalam meningkatkan
menarik menjadikan magnetit merupakan sensitivitas pengukuran. Oleh karena itu, pada
oksida besi yang paling banyak dimanfaatkan penelitian ini, nanomagnetit disintesis dan
untuk berbagai aplikasi. Salah satu contoh digunakan sebagai pemodifikasi elektrode
aplikasi magnetit adalah dalam bidang kerja untuk meningkatkan arus pengukuran
elektronik. Magnetit digunakan untuk analat secara voltammetri siklik.
membuat media perekam magnetik, induktor, Elektrode kerja yang digunakan dalam
elektromagnet, motor, dan komponen listrik penelitian ini adalah elektrode pasta karbon.
lainnya (Huber 2005). Baru-baru ini, magnetit Elektrode ini dipilih karena memiliki
telah dikembangkan dalam bidang sensor gangguan arus yang lebih kecil, relatif murah,
elektrokimia. Loh et al. (2008) dan Kim et al. serta mudah untuk dibuat atau diperbaharui
(2011) telah menggunakan magnetit dalam (Radi 1999). Analat yang digunakan adalah
biosensor reaksi enzimatis. iodida, karena iodida dapat melakukan reaksi
Salah satu teknik sensor elektrokimia redoks yang dapat balik dan mudah diamati
adalah voltammetri siklik. Teknik ini banyak (Harris 2007), sehingga sesuai untuk
digunakan karena memiliki kelebihan yaitu digunakan dalam studi awal pengembangan
dapat memberikan data kualitatif dan sensor.
kuantitatif reaksi reduksi-oksidasi (redoks) Parameter-parameter pengukuran yang
secara bersamaan (Scholz 2010). Sinyal yang diamati dalam penelitian ini diantaranya
terukur dalam teknik voltammetri siklik karakteristik permukaan elektrode kerja,
adalah puncak arus reaksi redoks akibat kecepatan payaran, dan konsentrasi analat.
pemberian potensial rendah ke tinggi lalu Pengaruh karakteristik permukaan elektrode
kembali ke potensial rendah atau sebaliknya kerja diamati dengan melihat hubungan antara
(Scholz 2010). komposisi nanomagnetit dengan intensitas
Hal yang paling mendasar dalam bidang arus puncak (Ip) yang dihasilkan. Pengamatan
sensor adalah sensitivitas. Menurut Harvey parameter kecepatan payaran dilakukan untuk
(2000), sensitivitas adalah perubahan sinyal mengetahui jenis proses yang terjadi pada
yang terjadi akibat setiap unit perubahan permukaan. Menurut persamaan Randles-
jumlah analat. Semakin besar nilai Ševˇcik, jika Ip berbanding lurus dengan
sensitivitas, maka semakin baik kualitas kecepatan payaran, maka proses pada
sensor. Peningkatan sensitivitas pengukuran elektrode kerja melibatkan proses adsorpsi
dapat dilakukan dengan beberapa hal, salah pada permukaan. Akan tetapi, jika Ip
satunya dengan melibatkan proses berbanding lurus dengan akar kuadrat dari
elektrokatalisis pada elektrode kerja. Proses kecepatan payaran, maka terjadi proses difusi
ini dapat mempercepat laju reaksi redoks, pada elektrode kerja (Scholz 2010). Pengaruh
sehingga sensitivitas lebih tinggi. Proses konsentrasi iodida terhadap Ip diamati untuk
elektrokatalisis dapat dipacu dengan adanya menentukan sensitivitas pengukuran iodida
logam pada elektrode kerja (Scholz 2010). menggunakan elektrode pasta karbon
Keberadaan logam Fe dalam magnetit termodifikasi nanomagnetit. Hubungan yang
memungkinkan terjadinya proses elektro- linier antara parameter-parameter tersebut
katalisis. terhadap arus yang dihasilkan dapat menjadi
Proses elektrokatalisis dapat semakin dasar potensi nanomagnetit sebagai peningkat
ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sensitivitas dalam perngukuran iodida secara
partikel katalis. Menurut Roonasi (2007), voltammetri siklik.
berdasarkan prinsip adsorpsi, semakin kecil
2

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat gelas,


bejana hidrotermal, oven, pipet mikro,
spektroskopi serapan atom (AAS),
difraktometer sinar-X (XRD) (Shimadzu
XRD-7000), mikroskop elektron payaran-
spektroskopi dispersif energi (SEM-EDS)
(Jeol), pH-meter (HM-20S), dan galvanostat-
potensiostat (E-Chem).
Bahan yang digunakan adalah garam Gambar 1 Bejana hidrotermal.
FeCl3·6H2O (Nacalai Tesque), urea (Merck),
natrium sitrat (Merck), KI (Merck), KCl Penentuan Rendemen Sintesis
(Merck), H2SO4 (Merck), K3Fe(CN)6 (Wako), Cairan limbah sintesis ditambahkan HNO3
etanol, serbuk grafit, parafin cair, aqua- hingga pH 2, lalu dianalisis kandungan Fe-nya
bidestilata, gas N2, HCl, K2SO4, elektrode menggunakan AAS. Kandungan Fe dalam
pembanding Ag/AgCl, dan elektrode tambah- nanomagnetit merupakan selisih dari mol Fe
an kawat platina. awal dan mol Fe yang tidak berubah menjadi
nanomagnetit (dalam cairan). Rendemen
Lingkup Kerja merupakan persen Fe yang berubah menjadi
nanomagnetit.
Penelitian ini terdiri atas tiga tahap utama,
yaitu sintesis, pembuatan elektrode, dan Pencirian XRD
pengujian nanomagnetit sebagai pemodifikasi Pencirian XRD dilakukan untuk
elektrode pasta karbon untuk analisis iodida mengetahui kristal besi oksida yang terdapat
dengan teknik voltammetri siklik. Sintesis dalam sampel dan untuk menentukan ukuran
nanomagnetit dilakukan dengan teknik kristal. Sekitar 200 mg sampel dicetak
hidrotermal. Untuk mengetahui keberhasilan langsung pada aluminium ukuran 2×2.5 cm.
sintesis, hasil yang diperoleh dicirikan dengan Sampel dicirikan dengan lampu radiasi Cu
XRD, SEM-EDS, dan AAS. Selanjutnya tiga dengan panjang gelombang 1.5406 Å.
jenis elektrode dibuat, yaitu elektrode pasta
karbon (EPK), EPK termodifikasi nano- Pencirian SEM-EDS
magnetit, dan elektrode Ag/AgCl. Setelah itu, Pencirian SEM dilakukan untuk
pengujian nanomagnetit sebagai pemodifikasi mengetahui morfologi sampel, sedangkan
EPK untuk analisis iodida dilakukan dengan EDS digunakan untuk mengetahui komposisi
mengamati pengaruh pemberian nano- unsur yang terkandung dalam nanomagnetit
magnetit, kecepatan payaran, dan konsentrasi yang dihasilkan. Sampel diletakkan pada plat
iodida terhadap sinyal yang dihasilkan. aluminium yang memiliki dua sisi kemudian
dilapisi dengan lapisan emas setebal 48 nm.
Sintesis Nanomagnetit (Cheng et al. (2010) Sampel yang telah dilapisi diamati
dengan modifikasi) menggunakan SEM dengan tegangan 22 kV
Sebanyak 0.5406 g (2 mmol) garam dan perbesaran 30 000 kali dan 50 000 kali.
FeCl3·6H2O, 1.1764 g (4 mmol) natrium sitrat
dan 0.3604 g (6 mmol) urea dilarutkan dalam Pembuatan Elektrode Pasta Karbon (EPK)
akuades 40 mL. Larutan diaduk dengan (Qiong et al. (2003) dengan modifikasi)
pengaduk magnet selama 30 menit, kemudian EPK dibuat dengan mencampurkan 100
dipanaskan dalam bejana hidrotermal mg grafit dan 35 µL parafin cair, lalu
(Gambar 1) selama 12 jam pada suhu 200 ˚C. dicampur hingga membentuk pasta homogen.
Setelah itu, bajana hidrotermal didinginkan Sebuah tabung gelas dengan diameter sekitar
pada suhu kamar. Hasil sintesis berupa 2.5 mm digunakan sebagai badan elektrode.
padatan yang terdispersi dalam cairan. Kawat tembaga sebagai penghubung elektrode
Padatan dipisahkan dengan menghisap cairan ke sumber listrik dimasukkan ke dalam
hingga padatan tertinggal, lalu dicuci dengan tabung hingga tersisa ruang kosong sekitar 5
etanol dan dikeringkan. Padatan tersebut mm pada ujung tabung.
merupakan nanomagnetit.
3

Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga Pengaruh Kecepatan Payaran


penuh dan padat. Permukaan elektrode Hubungan kecepatan payaran dengan Ip
dihaluskan menggunakan ampelas halus dan diamati untuk mengetahui jenis mekanisme
kertas minyak hingga licin dan berkilau reaksi pada permukaan elektrode. Respon arus
(Gambar 2). larutan KI 1 mM dalam KCl 0.1 M diamati
pada selang potensial 0 – 1.2 V. Kecepatan
payaran yang digunakan berkisar antara 10
mV/s sampai 160 mV/s.

Pengaruh Konsentrasi iodida


Kurva kalibrasi dibuat dengan
memplotkan konsentrasi iodida (0–1 mM)
dengan Ip. Pengujian voltammetri siklik
dilakukan menggunakan EPK termodifikasi
Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta nanomagnetit dengan kecepatan payaran 100
karbon. mV/s. Linearitas kurva ditentukan sebagai
parameter analisis kuantitatif.
Pembuatan EPK Termodifikasi  
Nanomagnetit HASIL DAN PEMBAHASAN
Nanomagnetit, serbuk grafit, dan parafin
cair dicampur hingga membentuk pasta Sintesis Nanomagnetit
homogen. Sebuah tabung gelas dengan
diameter 2.5 mm digunakan sebagai badan
elektrode. Kawat tembaga sebagai Sintesis nanomagnetit dilakukan melalui
penghubung elektrode ke sumber listrik proses hidrotermal dari larutan FeCl3·6H2O,
dimasukkan ke dalam tabung hingga tersisa natrium sitrat, dan urea. Hasil sintesis berupa
sebuk hitam (0.15 g) yang dapat ditarik
ruang kosong sekitar 5 mm pada ujung
tabung. Pasta dimasukkan ke ujung tabung dengan batang magnet (Gambar 3). Hasil
hingga padat. Permukaan elektrode dihaluskan analisis AAS terhadap kandungan Fe dalam
produk samping sintesis menunjukkan bahwa
menggunakan ampelas halus lalu kertas
minyak hingga menghasilkan permukaan yang sebanyak 99.99% Fe berubah menjadi produk
licin dan berkilau. (Lampiran 1).

Pembuatan Elektrode Ag/AgCl


Elektrode Ag/AgCl terbuat dari kawat Ag
yang dihubungkan dengan tembaga. Kawat
Ag terlebih dahulu dielektrolisis dengan
larutan KCl 0.1 M pada potensial 3 V hingga
terlapisi dengan Cl-. Tabung gelas disiapkan (a) (b) (c)
dan diberi membran pada salah satu ujungnya. Gambar 3 Koloid hasil sintesis (a), produk
Kawat Ag yang telah dielektrolisis tertarik oleh magnet (b), dan
dimasukkan ke dalam tabung gelas berisi serbuk hitam hasil sintesis (c).
larutan KCl 3 M, kemudian dicirikan dengan
voltammetri siklik menggunakan larutan Keberhasilan sintesis dapat dilihat dari
K3Fe(CN)6 1 mM. hasil pencirian menggunakan teknik difraksi
sinar-X (Gambar 4). Pola difraksi sinar-X
Pengaruh Komposisi Nanomagnetit menunjukkan puncak-puncak pada sudut yang
Modifikasi elektrode pasta karbon sesuai dengan standar magnetit (JCPDS No.
dilakukan dengan mencampurkan 19-0629) (Lampiran 2). Difraktogram juga
nanomagnetit dengan komposisi 5% (M5), menunjukkan puncak-puncak yang memiliki
10% (M10), dan 15% (M15) pada pasta susunan intensitas yang sesuai dengan standar.
karbon dengan komposisi grafit dan parafin Hal ini menandakan bahwa hanya terdapat
yang tetap. Percobaan voltammetri siklik Fe3O4 dalam hasil sintesis tanpa adanya kristal
dilakukan dalam elektrolit KCl 0.1 M yang lain.
mengandung 1 mM KI. Respon arus diamati
pada selang potensial 0–1.2 V dengan
kecepatan payaran 100 mV/s.
4

(a)

Gambar 4 Difraktogram hasil sintesis (a) dan


standar JCPDS No.19-0629 (b).

Tabel 1 Pola nilai hkl magnetit

2θ hkl h2 + k2 + l2
18.3780 111 3
30.1688 220 8 (b)
35.5415 311 11 Gambar 5 Citraan SEM nanomagnetit hasil
43.1687 400 16 sintesis perbesaran 30 000 kali
(a) dan 50 000 kali (b).
53.5942 422 24
57.0564 511 27
62.6597 440 32 Analisis EDS menunjukkan bahwa partikel
yang dihasilkan mengandung besi dan oksigen
Penentuan pola nilai h2 + k2 + l2 sebagai penyusun utama magnetit dengan
ditunjukkan dalam Lampiran 3. Berdasarkan komposisi sebesar 29.45% dan 53.07%. Unsur
pola nilai h2 + k2 + l2 pada Tabel 1, hasil lain yang terdapat pada partikel berasal dari
sintesis adalah kristal kubus terpusat muka reagen yang digunakan. Unsur-unsur tersebut
(Guan et al. 2009). Ukuran kristal rata-rata diantaranya karbon (14.86%) yang berasal
adalah 46.66 nm. Ukuran ini ditentukan dari dari sitrat dan urea, dan natrium (2.62%) yang
setengah lebar garis difraksi menggunakan berasal dari natrium sitrat.
persamaan Scherrer (Lampiran 4). Berdasarkan hasil pencirian menggunakan
Citraan SEM memperlihatkan morfologi teknik AAS, XRD, dan SEM-EDS,
permukaan partikel magnetit. Pada perbesaran nanomagnetit berhasil disintesis. Selain itu,
50 000 kali, terlihat bahwa partikel-partikel magnetit merupakan kristal utama yang
magnetit berkumpul membentuk bulatan dihasilkan tanpa adanya kristal lain.
(Gambar 5a). Hal ini dapat disebabkan oleh Keberhasilan pembentukkan nanomagnetit
adanya gaya magnet yang membuat partikel- diduga mengikuti mekanisme sebagai berikut:
partikel tersebut saling tarik-menarik dan FeCl3 Æ Fe3+ + 3Cl- .................................. (1)
bersatu membentuk bulatan (Zhao dan Asuha Fe3+ + e- Natrium sitrat Fe2+ .......................... (2)
2010). Pada perbesaran 30 000 kali, terlihat CO(NH2)2 + H2O Æ 2NH3 + CO2 ............. (3)
partikel magnetit berukuran rata-rata 68 nm NH3 + H2O Æ NH4+ + OH- ....................... (4)
(Gambar 5b). Fe3+ + 3OH- Æ Fe(OH)3 ........................... (5)
Fe2+ + 2OH- Æ Fe(OH)2 ........................... (6)
Fe(OH)2 + 2Fe(OH)3 Æ Fe3O4 + 4H2O...... (7)
5

Kompleks FeCl3·6H2O berperan sebagai dapat disebabkan oleh adanya arus kapasitif.
sumber besi yang hanya menyediakan besi Arus ini muncul akibat pergerakan ion-ion
dalam bentuk Fe3+, sedangkan magnetit negatif menuju ke elektrode kerja, tapi tidak
tersusun atas Fe3+ dan Fe2+. Oleh karena itu terlibat dalam reaksi redoks. Adanya logam
ditambahkan sitrat sebagai pereduksi untuk pada M10 meningkatkan arus kapasitif. Hal
membentuk Fe2+. Sitrat berperan penting ini terjadi karena ion-ion negatif teradsorpsi
dalam pembentukkan kristal Fe3O4. Tanpa pada permukaan logam dan membentuk
adanya sitrat, hanya akan dihasilkan α-Fe2O3 lapisan listrik ganda yang dapat meningkatkan
(Cheng et al. 2010). Menurut Gutteridge arus kapasitif (Scholz 2010). Walaupun
(1991), sitrat mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ demikian, voltammogram blanko M10 tetap
diawali dengan mengionnya natrium sitrat tidak menunjukkan adanya puncak redoks.
menjadi ion sitrat. Kemudian, ion sitrat dan Oleh karena itu, larutan KCl 0.1 M merupakan
Fe3+ membentuk kompleks Fe(III)-sitrat. elektrolit blanko yang baik untuk pengukuran
Adanya ion H+ dalam larutan mengakibatkan KI menggunakan EPK dan M10.
terjadinya reduksi Fe3+ menjadi Fe2+,
sedangkan sitrat teroksidasi.
Pada saat pemanasan, urea terdekomposisi
menjadi NH3 (reaksi 3) yang membuat
suasana basa dalam sistem reaksi. Suasana
basa ini memicu pembentukkan Fe(OH)3 dan
Fe(OH)2 (reaksi 6 dan 7) yang akan berubah
menjadi Fe3O4 setelah proses dehidrasi
(Cheng et al. 2010) (reaksi 8).

Pengujian Elektrode Termodifikasi


Nanomagnetit

Pengaruh Pemberian Nanomagnetit


Larutan KCl 0.1 M digunakan sebagai
elektrolit dalam pengukuran KI. Pada saat
pemayaran dari potensial 0.0 V hingga 1.2 V,
larutan KCl tidak memberikan respon arus
puncak, baik pada EPK maupun pada EPK
termodifikasi nanomagnetit 10% (M10) (a)
(Gambar 6). Hal ini berarti KCl tidak
mengalami reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
pada selang potensial tersebut, karena
potensial reaksi redoks Cl- ada pada 1.36 V,
sedangkan K+ 2.92 V (Scholz 2010).

80

60
EPK
Arus ( μ A)

M10
40

20

0 (b)
Gambar 7 Analisis voltammetri siklik elek-
-20 trolit KCl 0.1 M menggunakan
EPK ( ) dan M10 ( ), serta
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2
larutan KI 1 mM dalam KCl 0.1
Potensial (V) M dengan EPK ( ) dan M10
Gambar 6 Arus elektrolit KCl. ( ) (a), perbesaran voltammo-
gram EPK (b).
M10 menunjukkan arus blanko yang lebih
tinggi daripada EPK tanpa modifikasi. Hal ini
6

Penambahan KI 1 mM dalam larutan KCl membentuk kompleks dengan I- menjadi


0.1 M memunculkan dua pasang puncak triiodida (I3-) (reaksi 11). Ion I3- teroksidasi
oksidasi atau anodik (Epa) dan reduksi atau kembali menjadi I2 menghasilkan Epa2 (reaksi
katodik (Epc) (Gambar 7). Potensial puncak 12). Bentuk puncak oksidasi 2 yang landai
ditunjukkan pada Tabel 2. Pada EPK, puncak diduga terjadi akibat reaksi oksidasi dilakukan
oksidasi 2 tidak jelas terlihat, karena puncak bertahap karena diawali oleh pembentukkan
arus yang ditunjukkan terlalu kecil (Gambar triiodida. Selama pemberian potensial negatif,
7b). Beda potensial pasangan puncak redoks 1 I2 tereduksi menjadi I3- menghasilkan Epc2
pada EPK adalah sebesar 54 mV, sedangkan (reaksi 13), lalu iodida tereduksi kembali
pada M10 lebih kecil, yaitu 43 mV. Pasang- menjadi I- menghasilkan Epc1 (reaksi 14).
an puncak redoks kedua pada M10 memiliki Pada permukaan EPK termodifikasi
beda potensial yang lebih tinggi yaitu 301 nanomagnetit, proses pada permukaan
mV. elektrode diduga mengikuti reaksi redoks
yang sama dengan EPK (reaksi 9–14).
Tabel 2 Potensial puncak redoks (V) Namun, karena terdapat logam besi dengan
sistem Fe2+ dan Fe3+, maka diduga terjadi
Potensial EPK M10 reaksi tambahan karena proses elektrokatalisis
sebagai berikut:
Epa1 0.463 0.447
Epa1 : 2I- + 2Fe3+ Æ I2 + 2Fe2+ .......... (14)
Epc1 0.409 0.404 Epa2 : 2I3- + 2Fe3+ Æ 3I2 + 2Fe2+ ....... (15)
ΔE1 0.054 0.043 Epc1 : I2 + 2Fe2+ Æ 2I- + 2Fe3+ .......... (16)
Epc2 : 3I2 + 2Fe2+ Æ 2I3- + 2Fe3+ ....... (17)
Epa2 - 0.850
Epc2 0.690 0.549 Menurut Scholz (2010), pada permukaan
ΔE2 - 0.301 elektrode logam, dapat terjadi proses
elektrokatalisis. Pada proses ini, logam yang
Menurut Scholz (2010), berdasarkan terkandung dalam elektrode bersifat sebagai
persamaan energi bebas Gibbs, jika beda katalis sehingga meningkatkan kecepatan
potensial antara puncak oksidasi dan reduksi reaksi. Menurut Fernandas (2007), proses
lebih kecil sama dengan 54 mV, maka reaksi elektrokatalisis melibatkan transfer elektron
redoks tersebut termasuk reaksi reversibel. oleh logam. Elektron yang mengalir dalam
Dengan demikian, pasangan reaksi redoks proses transfer elektron dapat terlibat dalam
pertama baik pada EPK maupun M10 adalah reaksi redoks analat pada permukaan
reaksi reversibel. Sementara itu, pasangan elektrode. Dengan demikian, reaksi redoks
puncak kedua pada EPK adalah reaksi quasi semakin termediasi, sehingga nanomagnetit
reversibel karena puncak yang ditunjukkan mampu meningkatkan intensitas arus puncak.
landai dan jarak antara puncak reduksi dan Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak
oksidasi lebih besar dari 54 mV (Scholz komposisi nanomagnetit, semakin tinggi arus
2010). puncak yang dihasilkan (Gambar 8).
Dua pasang puncak pada voltammogram
muncul karena ada dua buah reaksi redoks. 120 Pasta karbon (PK)
Diduga, pada EPK, reaksi redoks yang terjadi PK + magnetit 5%
PK + magnetit 10%
adalah sebagai berikut: 80 PK + magnetit 15%
Awal : KI Æ K+ + I- .................. (8)
Arus (μA)

Epa1 : 2I- Æ I2 + 2e- .................. (9) 40

KI berlebih : I- + I2 Æ I3- .................... (10)


Epa2 : 2I3- Æ 3I2 + 2e- .............. (11) 0

Epc2 : 3I2 + 2e- Æ 2I3- ............. (12)


-40
Epc1 : I2 + 2e- Æ 2I- .................... (13)
-80
Pada potensial awal, anion iodida (I-) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2
dalam larutan teradsorpsi pada permukaan Potensial (V)
elektrode kerja. Selama pemberian potensial (a)
positif, I- teroksidasi menjadi iodin (I2) Gambar 8 Voltammogram siklik KI 1 mM
menghasilkan Epa1 (reaksi 10). Konsentrasi KI dalam KCl 0.1 M pada
yang besar menyebabkan adanya I- berlebih berbagai komposisi nano-
dalam larutan. Menurut Harris (2007), I2 magnetit.
dalam larutan tidak stabil, sehingga
7

Puncak yang lancip pada reaksi redoks 1


35 lebih sesuai untuk digunakan sebagai sinyal
30 pengukuran, karena puncak arus dapat dilihat
Oksidasi dengan lebih jelas. Di samping itu, elektrode
Arus Puncak (μA) 25
Reduksi M10 menunjukkan pola voltammogram paling
20
baik. Oleh karena itu, pengamatan pengaruh
15 parameter penentuan iodida lainnya dilakukan
10 pada pasangan redoks 1 menggunakan
5
elektrode M10.
0
0 5 10 15 Pengaruh Kecepatan Payaran
Komposisi Magnetit (%) Kecepatan payaran dapat mempengaruhi
tinggi arus puncak yang dihasilkan, baik
Gambar 9 Hubungan intensitas arus puncak puncak oksidasi maupun reduksi (Gambar
dengan komposisi nanomagnetit. 10). Hubungan antara kecepatan payaran dan
tinggi arus puncak adalah linear mengikuti
Hubungan antara Ip redoks 1 dengan persamaan:
komposisi nanomagnetit adalah linear
(Gambar 9), mengikuti persamaan: Ipa = 2.891v1/2 + 0.509 (R² = 0.987)
Ipc = 1.114v1/2 + 11.87 (R² = 0.970)
Ipa = 2×106 m + 3.10-6 R2 = 0.969
Ipc = 2×106 m + 5.10-6 R² = 0.981 dengan Ipa (μA) adalah intensitas puncak
anodik atau oksidasi, Ipc (μA) adalah
dengan Ipa (A) adalah intensitas puncak intensitas puncak katodik atau reduksi, dan
anodik atau oksidasi, Ipc (A) adalah intensitas v1/2 (mV/s)1/2 adalah akar kuadrat kecepatan
puncak katodik atau reduksi, dan m (%) payaran.
adalah komposisi nanomagnetit.
Di sisi lain, pasangan puncak redoks 2 200

menunjukkan hubungan yang tidak linear 150

antara intensitas arus puncak dan komposisi 100


A rus ( μ A )

nanomagnetit (Gambar 8). Intensitas arus 50


10 mV/s
20 mV/s
puncak meningkat dari komposisi 0
40 mV/s
nanomagnetit 0, 5, hingga 10%, lalu menurun 50 mV/s
80 mV/s
-50
pada komposisi 15%. Hal ini diduga terjadi 100 mV/s
-100
karena pada komposisi 5%, molekul I2 yang 125 mV/s
160 mV/s
terbentuk pada oksidasi 1 masih sedikit, -150

sehingga molekul I3- yang terbentuk dari 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2
proses pengkompleksan juga sedikit, maka Potensial (V)
tidak banyak I3- yang teroksidasi. (a)
Ketika komposisi nanomagnetit meningkat Ip (μA)
menjadi 10%, proses elektrokatalisis dan luas 40

permukaan semakin meningkat, sehingga Oksidasi


35
Reduksi
semakin banyak I2 yang terbentuk dari proses
30
oksidasi 1. Hal ini menyebabkan
pembentukkan I3- semakin banyak dan reaksi 25
oksidasi I3- menjadi I2 semakin meningkat. 20
Penurunan intensitas terjadi pada
komposisi nanomagnetit 15%. Hal ini diduga 15

karena I2 yang terbentuk pada oksidasi 1 lebih 10


banyak dibandingkan dengan I- yang tersisa,
sehingga pembentukkan I3- sedikit. Hal ini 5
2 4 6 8 10 12 14
menyebabkan hanya sedikit I3- yang v1/2
teroksidasi menjadi I2 pada oksidasi 2. (b)
Berdasarkan data ini, komposisi nanomagnetit Gambar 10 Voltammogram KI 1 mM dalam
10% menunjukkan pola voltammogram yang KCl 0.1 mM pada beberapa
paling baik. kecepatan payaran (v) (a), dan
kurva hubungan v1/2 dengan arus
puncak reaksi redoks (b).
8

Berdasarkan persamaan Randles–Ševˇcik, Tabel 3 Sensitivitas pengukuran iodida secara


jika intensitas arus puncak berbanding lurus voltammetri siklik
dengan kecepatan payaran, maka proses pada
elektrode melibatkan proses difusi. Sensitivitas (μA/mM)
Nanomagnetit yang dicampurkan pada pasta Elektrode
Oksidasi 1 Reduksi 1
karbon tersebar di dalam pasta. Iodida
kemudian terdifusi ke dalam pasta dan EPK 3.2 3.7
bertumbukan dengan magnetit sehingga M10 32.5 27.0
menalami reaksi elektrokatalisis. Semakin
banyak iodida yang berdifusi dan
bertumbukan dengan nanomagnetit, semakin
tinggi Ip yang dihasilkan. Hal ini mendukung SIMPULAN
reaksi elektrokatalisis 14–17.
Sintesis menghasilkan kristal murni
Pengaruh Konsentrasi Iodida nanomagnetit dengan ukuran partikel 68 nm
Konsentrasi iodida berbanding lurus telah disintesis secara hidrotermal dan
dengan intenssitas pasangan arus puncak digunakan sebagai pemodifikasi elektrode
redoks 1 pada selang konsentrasi 0–1 mM pasta karbon (EPK). Pengukuran voltammetri
(Gambar 11). Hubungan linearitas antara siklik terhadap iodida 1mM dalam elektrolit
konsentrasi KI pada selang 0–1 mM dengan KCl 0.1 M pada selang potensial 0-1.2 V
intensitas puncak arus mengikuti persamaan: menghasilkan dua pasang puncak reduksi-
oksidasi (redoks). Pasangan redoks pertama
Ipa = 32.54 c – 0.526 R2 = 0.993 merupakan reaksi reversibel, sedangkan
Ipc = 27.15 c – 0.491 R2 = 0.993 pasangan redoks kedua quasi reversibel.
Pasangan redoks 1 digunakan untuk
dengan Ipa (μA) adalah intensitas puncak mengamati parameter pengukuran iodida.
anodik atau oksidasi, Ipc (μA) adalah Sifat elektrokatalis dan luas permukaan yang
intensitas puncak katodik atau reduksi, dan c besar membuat nanomagnetit mampu
(mM) adalah konsentrasi iodida. meningkatkan sensitivitas pengukuran iodida
secara voltammetri siklik masing-masing 10
dan 7 kali lipat untuk reaksi oksidasi dan
30
reduksi.
Oksidasi
Puncak Arus (μA)

Reduksi
20

10

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0


Konsentrasi (mM)
Gambar 11 Kurva standar pengukuran iodida.

Berdasarkan Tabel 3, nanomagnetit


mampu meningkatkan sensitivitas pengukuran
iodida 10 kali lipat untuk reaksi oksidasi dan 7
kali lipat untuk reaksi reduksi. Linearitas dan
sensitivitas yang ditunjukkan menandakan
bahwa nanomagnetit dapat digunakan sebagai
pemodifikasi elektrode pasta karbon yang baik
untuk analisis iodida secara voltammetri
siklik.
9

DAFTAR PUSTAKA Radi A. 1999. Preconcentration and


voltammetric study of nicergoline at a
Cheng W, Tang K, Qi Y, Sheng J, Liu Z. carbon paste electrode. Mikrochim. Acta.
2010. One-step synthesis of 132: 49–53.
superparamagnetic monodisperse porous
Fe3O4 hollow and core-shell spheres. Roonasi P. 2007. Adsorption and surface
Journal of Mat. Chem. 20: 1799–1805. reaction properties of synthesized
magnetite nanoparticles [tesis]. Luleå:
Fernandas JB. 2007. Electrocatalysis. Goa: Department of Chemical Engineering and
Deprtement of Chemistry, University of Geosciences, Division of Chemistry, Luleå
Goa. [terhubung berkala] University of Technology.
http://203.199.213.48/1121/1/Electrocataly
Scholz F, editor. 2010. Electroanalytical
si1.pdf. [9 Des 2011].
Methods Guide to Experiments and
Applications. Ed ke-2. Heidelberg:
Guan N, Wang Y, Sun D, Xu J. 2009. A
Springer.
simple one-pot synthesis of single-
crystalline magnetite hollow spheres from Zhao S, Asuha S. 2010. One-pot synthesis of
a single iron precursor. Nanotech J. 20: 1– magnetite nanopowder and their magnetic
8. properties. Powder Tech.197 : 295–297.
Gutteridge JMC. 1991. Hydroxyl radical Zhu Y, Cao L, Hao J, Qu Q, Xin S, Zhang H.
formation from the auto-reduction of a 2010. Electrochemical liquid-phase
ferric citrate complex.  Free Radical microextraction and determination of
Biology and Medicine. 11 (4): 401–406. iodide in kelp based on a carbon paste
electrode by cyclic voltammetry.
Harris CD. 2007. Quantitative Chemical
Microchim Acta. 170:121–126.
Analysis. Edisi ke-7. New York: Freeman
and Co.

Harvey D. 2000. Modern Analytical


Chemistry. New York: McGraw Hill.
 
Huber DL. 2005. Synthesis, Properties, and
Applications of Iron Nanoparticles.
Weinheim: Willey.

Kim MI, Ye Y, Won BY, Shin S, Lee J, dan


Park HG. 2011. A highly efficient
electrochemical biosensoring platform by
employing conductive nano-composite
entrapping magnetic nanoparticles and
oxidase in mesoporous carbon foam. Adv.
Func. Mater. 21: 2868–2875

Loh KS, Lee YH, Musa A, Salmah AA, dan


Zamri I. 2008. Use of Fe3O4 nanoparticles
for enhancement of biosensor response to
the herbicide 2,4-dichlorophenoxyacetic
acid. Sensors. 8: 5775–5791.

Qiong H, Junjie F, Sengshui H. 2003.


Voltammetric method based on an ion-
pairing reaction for the determination of
trace amount of iodide at carbon-paste
electrode. Anal Sci. 19: 681–686.
10

LAMPIRAN
11

Lampiran 1 Penentuan rendemen hasil sintesis

Pengukuran Fe dilakukan terhadap cairan hasil samping sintesis. Dari pengukuran


tersebut, diperoleh konsentrasi Fe yang tidak berubah menjadi produk. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Konsentrasi Fe dalam hasil


Ulangan
samping (ppm)
1 0.0595
2 0.0549
3 0.0732
Rerata 0.0625

Penentuan Fe yang berubah menjadi magnetit


1. Konsentrasi Fe awal
Bobot Fe yang ditimbang: 2 mmol FeCl3 = 2 mmol × 56 g/mol
= 112 mg
Konsentrasi Fe (ppm) dalam 40 mL air = 112 mg / 0.04 L
= 2800 ppm
2. Konsentrasi Fe tersisa pada cairan
Konsentrasi setelah diencerkan dengan HNO3 (volume HNO3 yang
ditambahkan 0.7 mL pada 7 mL cairan magnetit) = 0.0625 ppm
Konsentrasi sebelum pengencaran:
7.7 mL
[Fecairan] = 0.0625 ppm
7mL

= 0.0688 ppm
konsentrasi akhir
3. Rendemen (%) = × 100 %
konsentrasi awal
konsentrasi awal-konsentrasi sisa
= × 100 %
konsentrasi awal
2800-0.0688 ppm
= × 100 %
2800 ppm

= 99.99 %
12

Lampiran 2 Standar magnetit JCPDS No. 19-0629


13

Lampiran 3 Penentuan pola h2+k2+l2

d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7
s √s
4.82367 2.95994 2.52384 2.41739 1.70862 1.61289 1.48145
1 1.00 4.82 2.96 2.52 2.42 1.71 1.61 1.48
2 1.41 6.82 4.19 3.57 2.96 2.42 2.28 2.10
3 1.73 8.35 5.13 4.37 3.63 2.96 2.79 2.57
4 2.00 9.65 5.92 5.05 4.19 3.42 3.23 2.96
5 2.24 10.79 6.62 5.64 4.68 3.82 3.61 3.31
6 2.45 11.82 7.25 6.18 5.13 4.19 3.95 3.63
7 2.65 12.76 7.83 6.68 5.54 4.52 4.27 3.92
8 2.83 13.64 8.37 7.14 5.92 4.83 4.56 4.19
9 3.00 14.47 8.88 7.57 6.28 5.13 4.84 4.44
10 3.16 15.25 9.36 7.98 6.62 5.40 5.10 4.68
11 3.32 16.00 9.82 8.37 6.94 5.67 5.35 4.91
12 3.46 16.71 10.25 8.74 7.25 5.92 5.59 5.13
13 3.61 17.39 10.67 9.10 7.55 6.16 5.82 5.34
14 3.74 18.05 11.08 9.44 7.83 6.39 6.03 5.54
15 3.87 18.68 11.46 9.77 8.11 6.62 6.25 5.74
16 4.00 19.29 11.84 10.10 8.38 6.83 6.45 5.93
17 4.12 19.89 12.20 10.41 8.63 7.04 6.65 6.11
18 4.24 20.47 12.56 10.71 8.88 7.25 6.84 6.29
19 4.36 21.03 12.90 11.00 9.13 7.45 7.03 6.46
20 4.47 21.57 13.24 11.29 9.36 7.64 7.21 6.63
21 4.58 22.10 13.56 11.57 9.60 7.83 7.39 6.79
22 4.69 22.63 13.88 11.84 9.82 8.01 7.57 6.95
23 4.80 23.13 14.20 12.10 10.04 8.19 7.74 7.10
24 4.90 23.63 14.50 12.36 10.26 8.37 7.90 7.26
25 5.00 24.12 14.80 12.62 10.47 8.54 8.06 7.41
26 5.10 24.60 15.09 12.87 10.68 8.71 8.22 7.55
27 5.20 25.06 15.38 13.11 10.88 8.88 8.38 7.70
28 5.29 25.52 15.66 13.35 11.08 9.04 8.53 7.84
29 5.39 25.98 15.94 13.59 11.28 9.20 8.69 7.98
30 5.48 26.42 16.21 13.82 11.47 9.36 8.83 8.11
31 5.57 26.86 16.48 14.05 11.66 9.51 8.98 8.25
32 5.66 27.29 16.74 14.28 11.85 9.67 9.12 8.38

d = ( nλ ) / (2 sin θ)
= ( 1 × 1.5406) / (2 × 0.1596)
= 4.8237
s = h2 + k2 + l2

dengan: d = parameter kisi


n = indeks bias
λ = panjang gelombang (Å)
θ = sudut payaran, misalnya 9.190
14

Lampiran 4 Penentuan ukuran kristal rata-rata

2θ θ cos θ FWHM FWHM 1/2 β Ukuran (nm)


18.38 9.19 0.99 0.32 0.16 0.0028 52.56
30.17 15.08 0.97 0.46 0.23 0.0040 37.38
35.54 17.77 0.95 0.44 0.22 0.0039 39.43
37.16 18.58 0.95 0.30 0.15 0.0026 58.39
43.17 21.58 0.93 0.36 0.18 0.0031 49.60
57.06 28.53 0.88 0.37 0.19 0.0033 50.62
62.66 31.33 0.85 0.50 0.25 0.0044 38.62
Rerata 46.66

Contoh perhitungan
Ukuran kristal pada ulangan 1 berdasarkan persamaan Scherrer (λ=0.15406 nm):
.
Ukuran kristal =
. .
= . .
= 52.56 nm

Anda mungkin juga menyukai