Anda di halaman 1dari 84

UNIVERSITAS INDONESIA

PRETREATMENT DAN HIDROLISIS TANDAN KOSONG KELAPA


SAWIT (TKKS) DENGAN METODE STEAMI NG DAN ENZIMATIK



SKRIPSI


RUDY SURYA SITORUS
0806368105

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
DEPOK
JUNI 2011

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
PERNYATA\T{}I KEASLIAN SKRIPS I
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas lndonesia
Nama Mahasiswa : Rudv Surya Sitorus
NPM : 0806268105
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan
judul "Pretreatment
Dan Hidrolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Metode Steaming Dan
Enzimatis" adalah :
1. Dibuat dan diselesaikan sendiri dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan
lapangan dan buku-buku serta
jurnal-jurnal
acuan yang tertera didalam
referensi pada karya skripsi saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau pernah
dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana dari universitas lain, kecuali bagian
yang sumber informasinya dicantumkan sebagaim ana mestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau
jurnal
acuan yang
tertera didalam referensi pada karya skripsi saya.
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang dinyatakan diatas, maka karya skripsi
saya ini batal.
Depok,lO Juni 20ll
Yang Membuat Pernyataan
q"W
Rudy Surya Sitorus
Universitas Indonesia
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
Pembimbing
Penguji 1
Penguji 2
Penguji 3
Ditetapkan di
Tanggal
Dr.-Ing. Misri Gozan., M.Tech
Prof. Anondho Wij anarko.,M.Eng
Ir. Mahmud Sudibandriyo.,M.Sc, P.hD
Dianursanti. ST..MT
: Depok
:22 l wi 20l l
HALAMAN PENGESAHAAN
Rudy Surya Sitorus
0806368 I 05
Teknik Kimia
PRETREATME]{T DAN HIDROLISIS
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
(TKKS) DENGAN METODE STEAMING
DAN ENZIMATIK
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada program studi Teknik Kimia Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
(=&r
@rrffi*t
(,W
)
(@r' )
l l l
Universitas Indonesia
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR
puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat unhlk mencapai gelar Sa{ana Teknik
Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagt saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR.Ing Misri Gozan.,M.Tech selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
Z. &ang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan material dan
moral.
3. Teman-teman mahasiswa/i durjurusan Teknik Kimia UI, khususnya dari kelas
ekstensi 2008 atas dukungan semangat dan bantuan informasi yang telah
diberikan.
4. Teman-teman di laboratorium bioproses
yang telah melakukan penelitian
bersama- sama dalam suka dan duka.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, khususnya bioproses.
Depok, 10 Juni 20lI
Penulis
Rudy Surya Sitorus
i v
Universitas Indonesia
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Sebagai
ini :
Nama
NPM
HALAMAN PBRI\IYATAAN PERSETUJUAN PUBL IKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
sivitas akademik Universitas lndonesi a, saya yang bertandatangan dibawah
: Rudy Surya Sitorus
: 0806368105
Program Studi : Ekstensi
Departemen : Teknik Krmia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, meyetujui untuk diberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Ekslusif
(Non-Exclusive Royalty
Free Right), atas karya ilmiah saya yang berjudul :
"Pretreatment dan Hidrolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan metode Steaming
Dan Enzimatik".
Beserta perangkat ada yang ada (lika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.
Demikian pernyataan, saya buat dengan sebenarnya.
Depok, 22 Juni 20ll
a
, \ /
\ l . z
\1rV\,F
v ! { t
't
\/
Rudy ilrru Sitorus
Universitas Indonesia
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
ABSTRAK
Nama : Rudy Surya Sitorus
Judul Skripsi : Pretreatment dan Hidrolisis Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Dengan Metode Steaming Dan Enzimatik
Pengembangan bioetanol dari material lignoselulosa adalah dengan mengkonversi
seluruh polisakarida yang ada menjadi monosakarida dengan memanfaatkan berbagai
jenis
enzim. Pada penelitian ini menggunakan metode steaming dan enzimatis.
Steaming bertujuan untuk menghilangkan lignin yang dapat menghambat akses enzim
dalam memecah polisakarida menjadi monosakarida, sehingga menyebabkan
hidrolisis tidak optimal.
Rumusan masalah dalam seminar ini antara lain, mencari waklu optimum yang
diperlukan untuk melakukan hidrolisis, ukuran terbaik dari TKKS agar diperoleh
glukosa terbanyak dari hasil hidrolisis, suhu optimum hidrolisis, dan yang terakhir
adalah komposisi enzim yang terbaik pada saat hidrolisis.
Metode pengujian pada penelitian ini meliputi uji komposisi (uji lignin dan uji
selulosa) dan uji kadar glukosa. % Glukosa tertinggi yang diperoleh dari hidrolisis
enzim selobiase adalah pada kondisi suhu 50oC, pH 5 dan ukuran TKKS 63pM
dengan
o/o
yield sebesar 6.808% dari berat kering TKKS dan untuk enzim selulase
pada kondisi 37oC, pH 5 dan ukuran TKKS 63pM dengano/o yield sebesar 13.693%
dari 0.5 gr berat kering TKKS. Dan untuk kombinasi kedua enzim, % Glukosa
tertinggi yang diperoleh dari kombinasi enzim selulase dan enzim selobiase dengan
perbandingan 2:l yang memberikan
oh
yreld sebesar 23.561% dari 0.5 g berat kering
TKKS.
Kata kunci : TKKS, Hidrolisis Enzimatik, Konversi, Bioetanol
vi
Universitas Indonesia
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
ABSTRACT
Name : Rudy Surya Sitorus
Thesis : Pretreatment and Hidrolysis Of Palm Empty Fruit Bunch By
Steaming and EnzYmatic
Development of bioethanol from lignocellulosic materials is to convert all existing
polysaciharides into monosaccharides by utilizing various types of enzyrnes. ln this
itudv using Steaming and enzymatic methods. Steaming aims to remove lignin,
whiih can inhibit the access of enzymes in the breakdown of polysaccharides into
monosaccharides, thus causing hydrolysis is not optimal.
Formulation of the problem in this seminar, among others, to find the optimum time
required to perform the hydrolysis, the best measure of glucose TKKS order to obtain
most of the results of hydrolysis, the optimum temperature hydrolysis, and the last is
the best composition of the enzyme during hydrolysis.
Testing methods in the study include composition test (test of lignin and cellulose
test) and test glucose levels.
o/olltghest
Glucose obtained from the enzyrne hydrolysis
selobiase is at 50oC temperature conditions,
pH 5 and 63pM TKKS size with theo/o
yield of 6808% of dry weight for the enzyme cellulase TKKS and conditions 37 " C,
pH S and 63pM TKKS size with theoh yield of 13 693 % of 0.5 g dry weight TKKS.
And for the combination of the two enzymes, the highest% Glucose obtained from
the combination of cellulase enzymes and enzyme selobiase a2:l which gives% yield
of 23
,5610/o
from 0 .5 g dry weight TKKS .
Keyword : Palm Empty Fruit Bunch, Hydrolysis of Enzimatic, Convertion,
Bioethanol
vl r
Universitas Indonesia
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011


viii
Universitas Indonesia

DAFTAR ISI


JUDUL ...... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .. ii
PENGESAHAN .... iii
KATA PENGANTAR .. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
ABSTRAK vi
ABSTRACT .. vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN . xiii

1. PENDAHULUAN .... 1
1.1 Latar Belakang Masalah . 1
1.2 Perumusan Masalah . 5
1.3 Tujuan Penelitian . 6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian 6
1.5 Batasan Masalah .. 7
1.6 Manfaat Penelitian 7

2. TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Etanol . 9
2.2 Reaksi Hidrolisis Enzimatis ... 12
2.3 Mekanisme Kerja Enzim 14
2.4 Lignoselulosa . 15
2.4.1 Lignin . 17
2.4.2 Selulosa .. 19
2.4.3 Hemiselulosa ... 22

3. METODE PENELITIAN .. 25
3.1 Skema Penelitian 25
3.2 Variabel .. 26
3.3 Prosedur Percobaan 26
3.3.1 Tahapan Percobaan . 26
3.3.2 Pengujian Komposisi .. 26
3.3.2.1 Pengujian Lignin .. 26
3.3.2.2 Pengujian Selulosa ... 27
3.3.2.3 Pengujian Total Gula ... 30


Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
ix


Universitas Indonesia

3.3.3 Tahapan Hidrolisis . 31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 Pengujian Komposisi Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit .. 34
4.2 Pengujian Kadar Glukosa . 34
4.2.1 Hubungan Waktu Hidrolisis Terhadap % Glukosa 34
4.2.2 Hubungan Ukuran TKKS Terhadap % Glukosa .... 37
4.2.3 Penentuan Suhu Optimum Pada Enzim Selobiase . 39
4.2.4 Penentuan Optimalisasi pH Pada Enzim Selobiase 39
4.2.5 Penentuan Besarnya Hidrolisis Enzim Selulase . 40
4.2.6 Penentuan Besarnya Hidrolisis Kombinasi Enzim 41
4.2.7 Aktivitas Enzim Selulase Dan Selobiase ... 42
4.2.8 Perbandingan Hasil Penelitian 44


5. KESIMPULAN & SARAN .. 46
5.1 Kesimpulan .. 46
5.2 Saran 47

DAFTAR REFERENSI 48

LAMPIRAN











Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011


x
Universitas Indonesia


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Luas dan produksi kelapa sawit di Indonesia .. 1
Gambar 2.1 Teori Mekanisme Kerja Enzim 14
Gambar 2.2 Tandan Kosong Kelapa Sawit . 16
Gambar 2.3 Struktur Mikroskopi Dari Kayu ... 17
Gambar 2.4 Lignin 19
Gambar 2.5 Struktur Selobiosa . 20
Gambar 2.6 Struktur Selulosa ... 20
Gambar 2.7 Model Molekul Selulosa . 20
Gambar 2.8 Gula Penyusun Hemiselulosa . 23
Gambar 2.9 Struktur Hemiselulosa .... 24
Gambar 3.1 Skema Penelitian 25
Gambar 4.1.a Hubungan Waktu Hidrolisa dengan %Glukosa Pada 35
suhu 27
o
C Dan Ukuran 63 M Pada Berbagai pH (4,4.5, dan5)
Gambar 4.1.b Hubungan Waktu Hidrolisa dengan %Glukosa Pada 36
suhu 37
o
C Dan Ukuran 63 M Pada Berbagai pH (4,4.5, dan5)
Gambar 4.1.c Hubungan Waktu Hidrolisa dengan %Glukosa Pada . 36
suhu 50
o
C Dan Ukuran 63 M Pada Berbagai pH (4,4.5, dan5)
Gambar 4.2.a Ukuran TKKS vs % Glukosa Pada pH 4 Dan Jam 37
ke-45 Diberbagai suhu (27,37dan 50
o
C)
Gambar 4.2.b Ukuran TKKS vs % Glukosa Pada pH 4.5 Dan Jam .. 38
ke-45 Diberbagai suhu (27,37dan 50
o
C)
Gambar 4.2.b Ukuran TKKS vs % Glukosa Pada pH 4,5 Dan Jam 38
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
xi


Universitas Indonesia


ke-45 Diberbagai suhu (27,37dan 50
o
C)
Gambar 4.2.c Ukuran TKKS vs % Glukosa Pada pH 5 Dan Jam . 38
ke-45 Diberbagai suhu (27,37dan 50
o
C)
Gambar 4.3 Penentuan Suhu Optimum Hidrolisis .. 39
Gambar 4.4 Hubungan pH Terhadap % Glukosa 40
Gambar 4.5 Ilustrasi Hubungan % Yield Glukosa Dengan pH 40
Gambar 4.6 Konversi TKKS menjadi Glukosa Dengan Enzim Selulase 41
Gambar 4.7 Besarnya % Glukosa Yang Dihasilkan pada Kombinasi .. 42
Enzim Selulase dan Selobiase
Gambar 4.8 Aktivitas Enzim Selulase Dan Selobiase diDalam TKKS . 42
Gambar 4.9 Mekanisme Kerja Enzim 43
Gambar 4.10 Jenis Dan Aksi Enzim Selulase . 43
Gambar 4.11 Aksi Enzim Selobiase 44











Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011

xii
Universitas Indonesia


DAFTAR TABEL


Tabel 1.1 Sifat-sifat Bioetanol Dan Gasoline 3
Tabel 1.2 Rincian Penelitian Sebelumnya 4
Tabel 2.1 Perbedaan Petroleum Dengan Etanol .. 10
Tabel 2.2 Program Pengembangan Dan Penggunaan Biofuel 11
Dibeberapa Negara
Tabel 2.3 Komponen Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit .. 16
Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi TKKS 34
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Penelitian 44









Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011

xiii
Universitas Indonesia


DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1 Perhitungan Uji Komposisi Kimia
Lampiran 2 Pembuatan Kurva Standar Dan Contoh Perhitungan Total Gula
Lampiran 3 Hidrolisis Enzim Selobiase
Lampiran 4 Hidrolisis Kombinasi Enzim
Lampiran 5 Perhitungan Secara Teoritis Hidrolisis Selulase
Lampiran 6 Gambar Tahap Proses Penelitian


Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
1


Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia terus memperluas lahan perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produksi
CPO. Kenaikan luas lahan dan produksi kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 1.1
(Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia, 2010).

Gambar 1.1 Luas dan produksi kelapa sawit di Indonesia ( Pusat Penelitian Kelapa
Sawit Indonesia, 2010; http://iopri.org/)
Dalam gambar diatas, bahwa dalam waktu kurang dari 5 tahun terakhir produksi
minyak kelapa sawit meningkat terus dari 1,2 juta ton (2005) menjadi 1,9 juta ton
(2009). Peningkatan produksi minyak kelapa sawit ini, seiring dengan perluasan
perkebunan kelapa sawit ditanah air.
Dalam proses kelapa sawit menjadi minyak (CPO), dapat dihasilkan limbah yang
berupa cangkang, serat/ serabut TKKS, pelepah sawit dan batang sawit. Serat/ serabut
TKKS dalam jumlah yang banyak itu dapat dimanfaatkan sebagai kompos atau bahan
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
2


Universitas Indonesia
baku bioetanol. Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang dihasilkan
bervariasi bergantung jenis kelapa sawit, usia pengunduhan dan cara memproses
TBS (Tandan Buah Sawit) (Manurung, Christine Natalia, 2009) . Jika diambil
asumsi 1 kg minyak kelapa sawit yang dihasilkan diperoleh dari 2 kg TKKS, maka
diperkirakan jumlah limbah padat TKKS pada tahun 2009 dapat mencapai 3,8 juta
ton.
Umumnya pabrik kelapa sawit mengolah TKKS dengan membakar TKKS untuk
dijadikan kompos guna menghindari biaya transportasi pembuangan limbah TKKS.
Komposisi dari tandan kosong kelapa sawit terdiri dari bahan selulosa 37%,
hemiselulosa 27% dan lignin 15% (hambali et al., 2007). Selulosa yang dihasilkan
bisa diubah menjadi sakarosa (glukosa dan pentosa) melalui proses hidrolisis
enzimatik. Kedua jenis sakarosa tersebut bila difermentasi akan berubah menjadi
alkohol yang biasa disebut sebagai bioetanol. Bioetanol yang sudah dimurnikan dapat
digunakan untuk campuran bahan bakar premium karena memiliki kemiripan dengan
premium.
Jika setengah saja dari keseluruhan selulosa dan hemiselulosa dapat diubah menjadi
etanol, maka potensi etanol Indonesia dari TKKS pada tahun 2009 sekitar 6 juta ton
(lebih dari 6. 10
6
kiloLiter/tahun). Bila harga etanol kualitas 99,8% di pasaran sekitar
Rp. 14.000,-/liter, maka penjualan bioetanol dari TKKS bisa mencapai angka 13
Trilyun rupiah (http://www.komporbioetanol.blogspot.com).
Bioetanol merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dibandingkan minyak
bumi dan batubara. Berdasarkan data dari Carbon Dioxide Information Analysis
Center (2000), penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi dan gas
bumi, emisi dari industri semen dan konversi lahan, merupakan sumber utama emisi
CO
2
di dunia yakni mencapai 74 persen dari total emisi. Di Indonesia sendiri, emisi
CO
2
merupakan penyumbang terbesar emisi Gas Rumah Kaca (GRK), hampir 70
persen.

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
3


Universitas Indonesia
Tabel 1.1 Sifat Sifat Bioetanol dan Gasoline

Sumber : Djojonegoro, W, 1981.
Brazil menjadi produsen etanol terbesar di dunia yang mengoperasikan sekitar 400
unit pabrik etanol dengan kapasitas produksi sekitar 16 juta KL/ tahun (Thells, 2004).
Keberhasilan ini telah mengilhami pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) di
negara-negara lain. Secara umum proses produksi bioetanol dari material
lignoselulose terbagi menjadi 4 tahap. Pertama, proses pendegradasian lignin (untuk
mempermudah proses hidrolisis dan fermentasi) dengan melarutkan kristal
NO KETERANGAN UNIT BIOETANOL Gasoline
1. Sifat Termal
Nilai Kalori
Panas penguapan 20
o
C
Tekanan uap pada 38
o
C
Angka oktan motor
Index Cetan
Suhu pembakaran sendiri
Perbandingan nilai bakar
terhadap premium

kkal/liter
kkal/liter
Bar
MON
o
C
o
C


5.023,3
6,4
0,2
94,0
3,0
363,0
0,6

8.308,0
1,8
0,8
82,0
10,0
221,0-260,0
1,0
2. Sifat Kimia
C/H
Keperluaan udara (kg
udara/kg bahan bakar)



4,0
9,0

6,7
14,8
3. Sifat Fisika
Berat jenis
Titik didih
Kelarutan dalam air

g/cm
o
C


0,8
78,0
Ya

0,7
32,0-185,0
Tidak
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
4


Universitas Indonesia
polisakarida dengan proses steaming pada suhu 120
o
C. Kedua, proses hidrolisis yaitu
untuk memecah rantai polisakarida menjadi monosakarida dengan proses secara
enzimatik. Ketiga, proses fementasi untuk mengubah monosakarida menjadi etanol,
dengan menggunakan sacharomycess cerevisiae. Tahap ke empat, proses pemurnian
etanol umumnya dengan distilasi atau separasi (M, Samsuri, 2008). Penelitian yang
akan dilakukan ini diharapkan dapat menentukan beberapa hal seperti, ukuran terbaik
yang digunakan saat hidrolisis, waktu hidrolisis yang optimum, suhu dan pH
optimum dari hidrolisis, jenis dan kombinasi enzim yang terbaik yang dapat
digunakan untuk dapat dihasilkan % yield tertinggi. Dengan mengetahui semua
karakteristik diatas, maka diharapkan dapat diperoleh model pengembangan bioetanol
yang efektif dan optimal.
Tabel 1.2 Rincian Penelitian Sebelumnya
NO BAHAN /
/METODE/
PRODUK
PROSES HASIL NAMA
PENELITI
1.
TKKS
/penambahan basa/
lignosulfonat
Isolasi lignin dari
TKKS dengan variasi
pada penambahan
NaOH larutan
pemasaknya dan
variasi H
2
SO
4
pada
proses isolasinya dan
menghasilkan
Natrium
lignosulfonat.
Rendemen lignin terbesar
19,95% diperoleh pada
NaOH 10% dan H
2
SO
4

20%, terkecil 3,185% pada
NaOH 0% dan H
2
SO
4
5%.
Suryani, Ani,
(IPB07
Bogor);
2.
TKKS/Fermentasi
padat/ etanol
Sakarifikasi
menggunakan metode
fermentasi padat,
yakni dengan
menginokulasikan
uspense spora
T.reesei sebanyak
10%
Konsentrasi etanol paling
tinggi yang dihasilkan
pada fermentasi selama 72
jam
sebesar 0,046 % dengan
konversi gula menjadi
etanol sebesar 47,32%.
Purwinda
Iriani ,
(SITH09
ITB)
3.
TKKS/
pembakaran/
Batako
Memanfaatkan sisa
pengolahan abu
tandan kosong kelapa
sawit
(TKKS) sebagai
komposisi abu TKKS 10-
50% diperoleh batako
dengan sifat fisis yaitu
penyerapan air (11,09-
15,17)%, densitas (1,94-
Dian Triana
Sari,
(FMIPA10
USU)
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
5


Universitas Indonesia
bahan pengisi dalam
pembuatan batako
1,69) gr/cm3, sedangkan
sifat mekaniknya yaitu
kekerasan (93-81,7)HB,
kuat tekan (10,67-5,09)
Mpa, impact/ketangguhan
(2,53-0,69)x 104 J/m2,
kuat patah (0,91-0,51)
Mpa.
4.
TKKS & bagas
tebu/ enzim
ligninolitik dua
galur jamur
tiram /slude untuk
pertumbuhan
aktivitas lakase,
Mn-P dan Li-P.

Pertumbuhan
miselium FPP
Omphalina sp dan P.
ostreatus pada
medium bagas tebu
dan TKKS
Hasil analisis lignin dan
selulosa,serta hemiselulosa
TKKS berturut-turut ialah
27,52%, 51,4% dan
1,92%, sedangkan
bagas tebu mengandung
lignin, selulosa,
dan hemiselulosa berturut-
turut ialah
36,28%, 45,7% dan
8,59%.

Widiastuti et
al,
(Balai
Penelitian
Bioteknologi
Perkebunan
Indonesia,
Bogor 07)
5.
Bagas/ SSF/
bioetanol
Dengan steaming
pada suhu 180
o
C dan
enzimatik dengan
beberapa deret enzim.
% Yield dari etanol yang
berbasis bagas dan
selulose dengan masa
inkubasi 96 jam adalah
12% dan 23,9%.
M. Samsuri
(FT UI08)
6.
Jerami Padi &
jagung
Hidrolisisi enzimatis
dengan Trichoderma
ressei dan Aspergillus
niger.
%Yield 0,338 IU/mL dan
%Yield 0,308 IU/mL
dengan masa inkubasi 4
hari
Nadiem
Anwar, Arief
widjaja FTI
ITS10)
Sumber : Beberapa jurnal penelitian
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diperoleh informasi bahwa hingga saat ini TKKS lebih
banyak dimanfaatkan sebagai kompos dan dibakar langsung dalam furnace/tungku.
Belum banyak penggunaan TKKS sebagai bahan baku etanol, meskipun potensinya
sangat tinggi. Untuk membuat etanol dari TKKS diperlukan informasi berikut yang
belum didapatkan dari literatur yang tersedia.
a. Berapakah ukuran terbaik TKKS agar diperoleh gula terbanyak dalam proses
hidrolisis?
b. Berapakah komposisi jumlah enzim selulase dan selobiase yang diperlukan
dalam hidrolisisis secara enzimatik?
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
6


Universitas Indonesia
c. Berapakah pH dan temperatur optimum yang diperlukan untuk aktivitas
enzim agar dapat menghasilkan gula terbanyak?
d. Berapa lama waktu hidrolisis enzim yang diperlukan?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat konversi optimum dari
TKKS menjadi gula dengan berbagai perlakuan.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu :
a. Untuk melihat ukuran terbaik terbaik TKKS agar diperoleh gula terbanyak
dalam proses hidrolisis.
b. Untuk melihat, berapakah jumlah enzim selulase dan selobiase yang
diperlukan dalam hidrolisisis secara enzimatik?
c. Untuk melihat, berapakah pH dan temperatur optimum yang diperlukan untuk
aktivitas enzim agar dapat menghasilkan gula terbanyak?
d. Untuk melihat, berapa lama waktu hidrolisis enzim yang diperlukan?
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
a. Melakukan analisa pengaruh enzim selulase, selobiase, dan kombinasinya
terhadap produksi gula dari TKKS.
c. Melakukan analisa uji komposisi terhadap ukuran TKKS yang digunakan
(dengan metode dari SNI dan Jurnal).
d. Analisa uji komposisi yang dilakukan adalah : pegujian lignin (metode klason;
SNI 0492:2008, pengujian selulosa; SNI 0444:2009, pengujian total gula;
metode antrone, AOAC, 1984).

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
7


Universitas Indonesia
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap TKKS diubah menjadi gula.
b. Waktu hidolisis pengambilan sampel uji pada jam ke- 3, 6, 9, 15, 21, 27,33,
39, 45 dan jam ke- 48.
c. Enzim yang digunakan adalah enzim selulase dan selobiase murni dengan
merk sigma aldrich.
d. Steaming yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perlakuan awal dengan
melakukan pemanasan larutan TKKS pada suhu 120
o
C.
e. Pengujian komposisi dari TKKS ini hanya meliputi uji lignin, uji selulosa, dan
uji gula.
f. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioproses Departemen Teknik
Kimia Universitas Indonesia (FTUI).
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Secara ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah sebagai
solusi pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) di tanah air. Dimana,
kesediaan minyak bumi yang sekarang ini semakin menurun, dan harga
minyak bumi yang semakin tinggi serta emisi dari minyak bumi yang tidak
ramah terhadap lingkungan. Pengembangan BBN akan mencegah Indonesia
dari krisis energi.
b. Secara ekonomis, penelitian ini dapat menjawab dari masalah limbah TKKS
yang melimpah di Indonesia dan pemanfaatan yang belum maksimal dari
limbah TKKS ini, dengan asumsi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
8


Universitas Indonesia
c. Segi lingkungan, jika pemerintah sukses dalam pengembangan bioetanol
ditanah air, dan dapat dilakukan konversi secara besar-besaran dari BBM ke
BBN maka pemerintah telah melakukan penghijauan udara dengan
pengurangan emisi dari BBM.

















Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
9


Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etanol
Bahan baku etanol dapat diperoleh dari berbagai bahan baku pertanian atau
limbah pertanian dan perkebunan, antara lain seperti jagung, bagas, pati singkong, tandan
kosong kelapa sawit,dll. Bioetanol sendiri dapat menggantikan fungsi bahan aditif seperti
Metil Tersier Butil Eter (MTBE) dan Tetra Ethyl Lead (TEL) yang relatif kurang ramah
lingkungan (M.Samsuri,2008). Bioetanol yang diperoleh dapat dicampurkan langsung
dengan bensin dengan berbagai komposisi untuk dapat meningkatkan efisiensi pada
mesin serta memberikan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan. Pencampuran
etanol dengan bensin disebut gasohol, contohnya gasohol BE-10 artinya bahan bakar
campuran antara bioetanol sebanyak 10% dan bensin premium sebanyak 90%
(M.Samsuri,2008). Dimasa mendatang etanol murni dimungkinkan sebagai bahan bakar,
jika telah dilakukan penyesuaian terhadap sistem permesinan. Dalam kelanjutan dari
penelitian ini gula akan difermentasi oleh S.cerevisiae untuk dapat menghasilkan etanol.
Adapun beberapa metode yang dapat digunakan untuk dapat menghasilkan etanol, yaitu :
1. Proses Fermentasi.
Menggunakan S.cerevisiae sebagai mikroba yang akan memfermentasi selama
beberapa hari untuk dapat dihasilkan etanol
2. Sintesis Kimia
Melalui reaksi antara gas etilen dan uap air dengan asam sebagai katalis. Katalis
yang digunakan seperti asam phospat dan asam sulfat.
Dinegara lain, produksi etanol telah dilakukan dengan jumlah cukup besar, dimana
produksi terbesar terdapat di Amerika serikat dan Brazil. Pada tahun 2005 kedua negara
ini telah menyumbangkan 35% kebutuhan etanol dunia. Dengan produksi masing-masing
negara sekitar 43 juta gallon, diikuti China sebesar 1 juta gallon (8%), Uni Eropa sebesar
900 ribu gallon (7%) dan India sebesar 500 ribu gallon (4%). Indonesia pada tahun 2005
itu hanya dalam jumlah yang kecil kurang dari 0,01% (The Indonesia Economic
Intelligence, 2010).
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
10


Universitas Indonesia
Pada tahun 2008 harga minyak mencapai nilai tertingginya yaitu 146,69 dolar AS per
barrel. Pada pertengahan tahun 2011 ini harga minyak sekitar 100 dolar AS per barrel
(http://www.tambangnews.com/hargaminyak). Dengan permasalahan mahalnya harga
minyak tersebut, serta pencemaran emisi yang tinggi dari pembakaran minyak, maka
diharapkan diperoleh suatu bahan bakar pengganti minyak dengan cost yang rendah dan
harga jual yang terjangkau serta ramah terhadap lingkungan. Untuk itu diharapkan
bioetanol dapat menjawab persoalan ini. Reaksi yang terjadi pada proses produksi
ethanol/bio-ethanol secara sederhana ditujukkan pada reaksi 1 dan 2.

hidrolisis
(C
6
H
10
O
5
)n --------------------- n C
6
H
12
O
6
......... (2.1)
pati enzim glukosa
C
6
H
12
O
6
------------------------ 2 C
2
H
5
OH + 2 CO
2
(2.2)
glukosa yeast/ragi etanol
Tabel 2.1 Perbedaan Petroleum Dengan Etanol

Sumber : Makalah Misri Gozan, 2010

Faktor Pembeda Petroleum (gasoline) Etanol
Source Non Reversible Reversible
Nilai Oktan Rendah, sehingga
dibutuhkan zat aditif
imbale yang
berbahaya
Tinggi, tidak perlu zat aditif, bahkan bisa
digunakan sebagai aditif pengganti timbal
pada gasoline
Emisi Buang Berbahaya & non
biodegrable
Tidak berbahaya karena semuanya
biodegrable,Penggabungan etanol kadar
tinggi dapat mengurangi emisi nitrogen 20%
serta dapat menurunkan Volatile Organic
Compounds (VOCs) yaitu senyawa yang
dapat menguap pada suhu rendah sampai
30% atau lebih. (VOCs bahan pemicu
formasi lapisan ozone)Mampu mengurangi
SO
2
Etanol mengurangi kadar CO pada
bahan bakar dan 100% CO
2
dalam sekali
life cycle
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
11


Universitas Indonesia
Pati akan dihidrolisis secara enzimatik untuk mendapatkan glukosa, yang dengan
proses peragian lebih lanjut maka akan diperoleh etanol. Etanol yang dihasilkan
diharapkan memliki kadar alkohol yang tinggi sekitar 99% lebih. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terdapat air pada mesin yang dapat membuat korosi mesin
dan peyumbatan (kerak). Hal yang dikeluhkan bagi pengguna bioetanol adalah harus
sering menguras tangki minyak karena sifat etanol yang mudah mengabsorbsi air.
Tabel 2.2 : Program Pengembangan & Penggunaan Biofuel di Beberapa Negara
NO NEGARA PROGRAM YANG DIJALANKAN
1. Amerika Serikat Mengeluarkan Renewable Fuel Standard.
Pada tahun 2012 ditargetkan menghasilkan sekitar 7,5
miliar gallon ethanol.
Pengembangan ethanol berbasis jagung.
Memperlakukan proteksi berupa tarif sebesar 2,5% plus
54 cents per gallon.
Insentif pajak sebesar $0,01 per gallon.
2.
Brazil
Mensyaratkan campuran ethanol 25% dalam gasoline.
Memperlakukan proteksi berupa tarif sebesar 20%.
Kebijakan pajak khusus bagi industri ethanol.
3.
China
Memberlakukan E-10 (campuran 10% ethanol) di 5
propinsi.
Pengembangan ethanol berbasis jagung.
4. India 5% ethanol dalam seluruh gasoline.
Kebijakan membeli biodiesel.
Pemberlakuan tarif impor sebesar 186%.
5. Uni Eropa Pengunaan biofuel 2% (2005) dan 5,75% (2010) dari
total kebutuhan energi.
Pengenaan tarif impor sebesar $87 cents per gallon.
6. Argentina Memberlakukan E-5 selama 5 tahun.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
12


Universitas Indonesia
Sumber : dari berbagai sumber, diolah The Indonesia Economic Intelligence,2010
2.2 Reaksi Hidrolisis Enzimatis
Reaksi hidrolisis untuk dapat menghasilkan gula dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
dengan hidrolisis asam dan hidrolisis enzimatis. Hidrolisis enzimatis memiliki
keuntungan dibandingkan dengan hidrolisis asam, diantaranya dapat menurunkan
resiko korosi pada alat proses serta mengurangi kehilangan energi pada bahan bakar
produksi. Dimana enzim memIliki kemampuan mengaktifkan senyawa lain secara
spesifik dan dapat meningkatkan kecepatan reaksi yang akan meningkatkan konversi
dari proses hidrolisis. Enzim memiliki ukuran yang sangat besar apabila
dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya (M.Samsuri, 2008).
Penelitian ini menggunakan dua jenis enzim untuk dapat menghidrolisis TKKS.
Enzim selulase digunakan untuk menghidrolisis selulosa menjadi glukosa. Karena
strukturnya yang rigid, selulosa kristalin resisten terhadap aksi individual selulase.
7. Kolombia Memberlakukan E-10 di 10 kota besar.
8. Venezuela Memberlakukan E-10 secara bertahap di seluruh wilayah
Venezuela.
9. Jepang Tujuan jangka panjang adalah menggantikan sekitar 20%
kebutuhan minyak dengan biofuel atau liquid natural gas
(LNG).
10. Kanada Sebanyak 45% gasoline menjadi E-10 pada tahun 2010.
Pengenaan tarif impor sebesar $19 cents per gallon.
11. Swedia Memberlakukan E-5 di seluruh negara.
12. Thailand Memberlakukan E-10 pada tahun 2007 di seluruh
wilayah Thailand.
13. Indonesia Pemanfaatan biofuel sebesar 2% energi mix pada tahun
2005-2010, 3% energi mix pada tahun 2011-2015, dan
5% energi mix pada tahun 2016-2025.

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
13


Universitas Indonesia
Konversi efektif dari selulase dimungkinkan oleh kerja sinergis dari ketiga subgroup
selulase berikut:
1. Endo--1,4-Dglukanase yang memecah ikatan internal glukosidik yang berada di
antara rantai glukan yang runtuh.
2. Exo -1,4-Dglukanase/ exo -1,4-D-selobiohidrase yang memecah dimer selobiosa
dari rantai glukan dan melepaskannya kedalam larutan.
3. -glucosidase yang menyempurnakan hidrolisis selulosa menjadi glukosa dengan
memecah selobiosa menjadi monomer glukosa.
Selulase dapat dihasilkan dari mikroorganisme diantaranya yaitu Trichoderma resei,
Trichoderma longbractium, Trichoderma harzianum, T. hamatum, T. koningii,
T.pseudokongii, T. pilulifemm, dan, T. aureoviride. Mikroorganisme lainnya yang
juga bisa memproduksi selulase adalah Aspergillus terreus (M, Samsuri, 2008).
Dan enzim lainnya yang dapat digunakan dalam proses hidrolisis untuk menghasilkan
glukosa adalah enzim selobiase atau disebut juga enzim -glukosidase. Enzim ini
diperlukan karena keberadaan enzim selobiase dalam selulase hanya sedikit
didominasi oleh enzim endoselulase dan enzim eksoselulase, sehingga sangat
diperlukan penambahan dari luar enzim selobiase ini untuk dapat menghasilkan
konversi glukosa yang tinggi pada saat hidrolisis. Enzim lain yang dapat juga
ditambahkan pada proses hidrolisis yaitu enzim xylanase. Enzim ini berperan
menghidrolisis hemiselulase menjadi xylosa atau gula xylosa. Namun penggunaan
xylanase banyak digunakan untuk mengurangi pemakaian klorin dalam pemutih
kertas, karena enzim ini bersifat termostabil dan tahan terhadap pH alkali.
Secara teoritis reaksi hidrolisis selulase menjadi glukosa adalah sebagai berikut:
(C
6
H
10
O
5
)n + nH
2
O
Selulase
n C
6
H
12
O
6
(2.3)
Sedangkan reaksi parsial selulosa menjadi selobiosa sebagai berikut:
(C
6
H
10
O
5
)n + n/2 H
2
O
enzim selulase
n/2(C
12
H
22
O
11
) (2.4)
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
14


Universitas Indonesia
Sedangkan reaksi hidrolisis selobiosa menjadi glukosa seabagai berikut
n/2C
12
H
22
O
11
+ n/2H
2
O
enzim selobiase
nC
6
H
12
O
6
.. (2.5)
Secara teoritis reaksi hidrolisis hemiselulase khususnya xylan menjadi xylosa dapat
ditulis sebagai berikut :
(C
5
H
8
O
4
)n + nH
2
O
Xylanase
n C
5
H
10
O
5
(2.6)
2.3 Mekanisme Kerja Enzim
Terdapat dua teori tentang mekanisme kerja dari enzim, yaitu teori kunci
gembok (Lock and Key Fisher hypothesis) dan teori kecocokan induksi (induce fit
Koshland hypothesis). Seperti terilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Teori Mekanisme Kerja Enzim (http:// www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)

Menurut hpotesis lock and key Fisher, sisi aktif mempunyai struktural yang kokoh
dan struktur enzim tidak berubah selama proses pengikatan berlangsung. Fisher
mengemukakan bahwa struktur suatu enzim yang ada hubungannya dengan substrat
adalah komplemen seperti gembok dengan kuncinya. (gambar 2.1 kiri)
Sedangkan menurut Koshland dalam hipotesa nya induce fit, mengemukakan bahwa
sisi aktif enzim menyesuaikan diri dengan substrat selama pembentukan kompleks
enzim-substrat (gambar 2.1 kanan). Dimana faktor utama yang menentukan apakah
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
15


Universitas Indonesia
suatu enzim akan bekerja pada substrat tertentu adalah kestabilan masa transisi
enzim-substrat selama proses pembentukan produk (Samsuri,M,2008)
2.4. Lignoselulosa
Lignoselulosa merupakan senyawa yang terutama tersusun atas lignin, selulosa, dan
hemiselulosa. Didalam kandungannya bervariasi tergantung pada jenis dan umur
tanaman (khairil, 2009). Komponen ini merupakan sumber penting untuk
menghasilkan produk bermanfaat seperti gula dari proses fermentasi, bahan kimia dan
bahan bakar cair. Lignoselulosa bisa diperoleh dari bahan kayu, jerami, rumput-
rumputan, limbah pertanian/hutan, limbah industri (kayu, kertas) dan bahan berserat
lainnya.
Enzim pendegradasi lignoselulosa adalah selulase yang banyak digunakan dalam
berbagai industri seperti industri makanan, farmasi, tekstil, detergen, dan sebagainya
(Hidaka et al, 1998). Umumnya enzim yang digunakan saat ini masih impor. Enzim
dapat diproduksi oleh kelompok bakteri, kapang maupun khamir.
Mikroba yang umum digunakan adalah Trichoderma reesei (Sim and Oh, 1993).
Selain itu juga telah diteliti produksi selulasa dari jenis mikroba lain seperti
Scopulariopsis brevicaulis TOF 1212 (Nakatani et al, 1998) dan Ruminococcus albus
(Ohara et al ,1998). Clostridium, Cellulomonas, Trichoderma, Penicillium,
Neurospora, Fusarium, Aspergillus, dan lain-lain juga menunjukan adanya
kemampuan aktivitas selulolitik dan hemiselulolitik yang tinggi pada proses
fermentasi untuk menghasilkan gula (Chandel et al, 2007). Walaupun demikian,
peluang untuk mengembangkan enzim dari mikroorganisme lain masih terbuka lebar.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
16


Universitas Indonesia

Gambar 2.2 Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tabel 2.3 Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (persen berat kering)
Komposisi (%) Tun Tedja
Irawadi, 1991
Pratiwi., et al
1988 dalam Said
1994
Azemi., et al 1994
dalam said 1994
Darnoko.,et al
1995
Lemak 5,35 - - -
Protein 4,45 - - -
Selulosa 32,55 35,81 40 38,76
Lignin 28,54 15,70 21 22,23
Hemiselulosa 31,70 27,01 24 -
Sari - - - 6,37
Pentosan - - - 26,69
Holoselulosa - - - 67,88
Abu - 6,04 15 6,59
Pektin - - - 12,85
Sumber : Heradewi, 2007
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
17


Universitas Indonesia

Gambar 2.3 Struktur mikroskopi dari kayu (http://www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)

2.4.1 Lignin
Lignin adalah polimer tri-dimensional phenylphropanoid yang dihubungkan dengan
beberapa ikatan berbeda antara karbon ke karbon dan beberapa ikatan lain antara unit
phenylprophane yang tidak mudah dihidrolisis. Di alam lignin ditemukan sebagai
bagian integral dari dinding sel tanaman, terbenam di dalam polimer matrik dari
selulosa dan hemiselulosa. Lignin adalah polimer dari unit phenylpropene. Komposisi
lignin sendiri di alam sangat bervariasi tergantung pada spesies tanaman. Adapun
pengelompokan seperti kayu lunak, kayu keras, dan rumput-rumputan, lignin dapat
dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu: guaiacyl lignin dan guaiacyl-syringyl
lignin (Gibbs, 1958 ). Guaiacyl lignin adalah produk polimerisasi yang didominasi
oleh coniferyl alcohol, sedangkan guaiacyl-syringlyl lignin tersusun atas beberapa
bagian dari inti aromatic guaiacyl dan syringyl, bersama dengan sejumlah kecil unit
p-hydroxyphenyl. Kayu lunak terutama tersusun atas unit guaiacyl, sedangkan kayu
keras juga tersusun atas unit syringyl (M.Samsuri,2008). Kayu lunak ditemukan lebih
resisten untuk didelignifikasi dengan ekstraksi basa daripada kayu keras. Hal ini
menimbulkan dugaan bahwa guaiacyl lignin membatasi pemekaran (swelling) serat
dan menghalangi serangan enzim pada syringyl lignin. Struktur yang lebih resisten
dari guaiacyl lignin juga telah diobservasi di dalam study degradasi dari lignin
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
18


Universitas Indonesia
sintetis oleh fungi perombak lignin Phanerochaeta chrysosporium (Faix et al., 1985).
Beberapa studi lignin terbaru menemukan bahwa terdapat struktur lignin yang
bermacam-macam. Lignin seperti terdiri dari daerah amorphous dan bentuk-bentuk
terstruktur seperti partikel tabung dan globul. Ada indikasi pula bahwa struktur kimia
dan tri-dimensional lignin sangat dipengaruhi oleh matrik polisakarida. Simulasi
dinamik menunjukkan bahwa gugus hydroxyl dan methoxyl di dalam prekusor lignin
dan oligomer mungkin berinteraksi dengan mikrofibril selulosa sejalan dengan fakta
bahwa lignin memiliki karakteristik hidrofobik.
Tipe ikatan utama lignin di dalam kayu spruce adalah ikatan (linkage) ether, aryl
ether adalah yang utama. Sebagai dimana ikatan arylglycerol tambahan, unit
phenylpropene diikat oleh ikatan karbon-ke-karbon. Grup fungsional yang
mempengaruhi reaktifitas lignin meliputi gugus phenolic hydroxyl bebas, methoxyl,
benzylic hydroxyl, benzyl alcohol, noncyclic benzyl ether dan carbonyl. Guaiacyl
lignin mengandung gugus phenolic hydroxyl daripada syringyl. Skema struktur dari
lignin kayu lunak, termasuk struktur baru dibenzodiaxocin, diperlihatkan pada
Gambar 2.4.
Lignin dapat terdegradasi dengan perlakuan steaming atau dengan menggunakan
jamur pelapuk. Jamur pelapuk putih seperti C.subvermispora, L.Edodes dan P.
Ostreatus. Dengan menggunakan jamur tersebut, maka akan terjadi biodegradasi
lignin, karena jamur tersebut mampu menghasilkan enzim-enzim seperti lignin
peroxidase (LiP), manganese-dependent peroxidase (MnP), dan laccase yang dapat
memutus ikatan lignin dengan mengoksidasi senyawa berbasis fenol yang terdapat
pada lignin, sehingga ikatannya akan rusak.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
19


Universitas Indonesia

Gambar 2.4 Lignin (http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)

Dalam konversi biomassa gula menjadi etanol dengan proses hidrolisis dan
fermentasi, kekuatan lignin menjadi penghalang dalam proses hidrolisisnya. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu perlakuan untuk menghancurkan ikatan lignin yang
sangat kuat tersebut. Perlakuan yang dimaksud dapat berupa steaming atau perlakuan
dengan jamur pelapuk putih atau kombinasi kedua perlakuan. Perlakuan awal ini
diharapkan dapat mengoptimalkan konversi polisakarida menjadi etanol, dengan cara
menghilangkan lignin di dalam TKKS. Dan pada penelitian ini digunakan perlakuan
awal dengan steaming pada suhu 120
o
C selama 3 jam.
2.4.2 Selulosa
Selulosa adalah komponen utama yang mencapai 37% dari bobot kering TKKS
(Hambali et.,al 2007). Selulosa sangat erat berasosiasi dengan hemiselulosa dan
lignin. Isolasi selulosa membutuhkan perlakuan kimia yang intensif. Selulosa terdiri
dari unit monomer D-glukosa yang terikat melalui -1-4-glikosidik. Residu glukosa
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
20


Universitas Indonesia
tersusun dengan posisi 180
o
berikatan antara satu dengan yang lain, dan selanjutnya
pengulangan unit dari rantai selulosa yang terdiri dari dua buah selulose membentuk
unit selobiosa (Gambar 2.4). Derajat polimerasi (DP) selulosa bervariasi antara 7000-
15000 unit glukosa tergantung pada bahan asalnya (khairil, 2009)

Gambar 2.5 Struktur Selobiosa (http://www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)

Gambar 2.6 Struktur Selulosa (http://www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)

Gambar 2.7 Model molekul selulosa (http://www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
21


Universitas Indonesia
Gugus fungsional dari rantai selulosa adalah gugus hydroxyl. Gugus -OH ini dapat
berinteraksi satu sama lain dengan gugus -O, -N, dan -S, membentuk ikatan
hydrogen. Ikatan -H juga terjadi antara gugus -OH selulosa dengan air. Gugus-OH
selulosa menyebabkan permukaan selulosa menjadi hidrofilik. Rantai selulosa
memiliki gugus-H di kedua ujungnya. Ujung -C1 memiliki sifat pereduksi. Struktur
rantai selulosa distabilkan oleh ikatan hydrogen yang kuat disepanjang rantai. Di
dalam selulosa alami dari tanaman, rantai selulosa diikat bersama-sama membentuk
mikrofibril yang sangat terkristal (highly crystalline) dimana setiap rantai selulosa
diikat bersama-sama dengan ikatan hidrogen. Proses degradasi selulosa dapat
dilakukan oleh mikrooragnisme selulotik yang berasal dari bakteri maupun jamur.
Dimana, degradasi sempurna selulosa akan melepaskan karbondioksida (CO
2
) dan air
pada kondisi aerobik. Kondisi aerobik akan melepaskan karbondioksida (CO
2
),
metana dan air. Mikroorganisme tersebut dapat mendegradasi selulosa karena
menghasilkan enzim dengan spesifikasi yang berbeda yang saling kerjasama. Dimana
enzim tersebut akan menghidrolisis ikatan -1-4-glikosidik. Hidrolisis sempurna akan
menghasilkan monomer selulosa yaitu glukosa, dan hidrolisis tak sempurna akan
menghasilkan disakarida dari selulosa yaitu selobiosa, jika di hidrolisis lebih lanjut
menjadi glukosa (Samsuri, M, 2008).
Selulosa tersintesis dialam sebagai molekul individu (rantai lurus dari residu
glukosil), sekitar 30 molekul individu selulosa bergabung membentuk unit yang lebih
besar yang dikenal dengan nama fibril dasar (protofibril). Unit ini tergabung lagi
membentuk unit yang lebih besar dengan mikrofibril. Mikrofibril ini bergabung dan
membentuk serat selulosa. Serat selulosa memiliki karakteristik serat yang cukup
halus, berstruktur linear dan memiliki ikatan hydrogen intramolekuler dan antar
molekuler yang cukup tinggi. Akibatnya selulosa tidak termoplastik dan sulit untuk
diuraikan tanpa bantuan bahan kimia atau enzim (M. Samsuri, 2008).
Serat selulosa dialam sebenarnya tidak murni hanya kristalin, tetapi terdapat daerah
lain yang disebut daerah amorphous. Total area permukaan selulosa lebih besar
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
22


Universitas Indonesia
daripada area permukaan serat lain dalam dimensi yang sama. Efek dari heterogennya
struktur serat, dapat menyebabkan sebagian kecil serat yang terhidrasi oleh air ketika
direndam dalam larutan dan beberapa pori-pori mikro dapat dipenetrasi oleh molekul
yang lebih besar, seperti enzim.
Kristalin alami dari selulosa adalah struktur dimana semua atom mempunyai posisis
tetap dengan posisi tersendiri dari antar atom yang ada. Kumpulan kristalin
merupakan kumpulan komponen molekul individu mikrofibril yang tersusun secara
kuat untuk mencegah penetrasi dari molekul enzim dan molekul yang lebih kecil
seperti air.
2.4.3 Hemiselulosa
Hemiselulosa umumnya dikelompokkan berdasarkan residu gula utama yang
menyusun rangkanya, seperti: xylan, mannan, galactan, dan glucan, dengan xylan
dan mannan adalah gugus utama dari hemiselulosa (Gambar 2.6). Hemiselulosa
umumnya dilaporkan berasosiasi secara kimia atau terikat-silang dengan polisakarida,
protein, atau lignin. Xylan kemungkinan sebagai wilayah ikatan utama antara lignin
dan karbohirat lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada selulosa, dan dapat
diisolasi dari kayu dengan ekstraksi. Rata-rata derajat polimerisasi (DP) dari
hemiselulosa bervariasi antara 70 dan 200 tergantung pada jenis kayu. Pada material
lignoselulosa, secara umum monosakarida dari hemiselulosa yang terbanyak adalah
xylosa. Hemiselulosa memiliki karakteristik yang berbeda dengan selulosa karena
memilki ikatan yang lebih kuat dan relatif lebih mudah untuk terhidrolisis menjadi
monomernya. Oleh sebab itu diperlukan enzim dan yeast yang spesifik dalam
mengkonversi hemiselulosa menjadi etanol
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
23


Universitas Indonesia

Gambar 2.8 Beberapa gula penyusun hemiselulosa (http://www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)
Hemiselulosa di dalam kayu keras dan tanaman semusim terutama tersusun atas xylan
(15%-30%), sedangkan hemiselulosa kayu lunak tersusun atas galaktoglukomannan
(15%-20%) dan xylan (7%-10%). Rasio molar antara xylosa: asam glukoronat: residu
acetil adalah antara 10: 1: 7. Perbedaan hemiselulosa dengan selulosa yaitu
hemiselulosa mudah larut dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedangkan
selulosa adalah sebaliknya. Hemiselulosa juga bukan merupakan serat-serat panjang
seperti selulosa. Hasil hidrolisis selulosa akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan
hasil hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa dan monosakarida lainnya
(Winarno, 1984). Menurut Hartoyo (1989), hemiselulosa tersusun dari gabungan
gula-gula sederhana dengan lima atau enam atom karbon. Degradasi hemiselulosa
dalam asam lebih tinggi dibandingkan dengan delignifikasi, dan hidrolisis dalam
suasana basa tidak semudah dalam suasana asam (Achmad, 1980). Mac Donal dan
Franklin (1969) menyatakan bahwa adanya hemiselulosa mengurangi waktu dan
tenaga yang diperlukan untuk melunakkan selama proses mekanis dalam air.
Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan berlaku sebagai perekat
antar sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan tanaman lainnya.
Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat, mudah mengembang, larut
dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam alkali. Kandungan hemiselulosa
yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antar serat, karena hemiselulosa
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
24


Universitas Indonesia
bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal. Pada saat proses pemasakan
berlangsung, hemiselulosa akan melunak, dan pada saat hemiselulosa melunak, serat
yang sudah terpisah akan lebih mudah menjadi berserabut (Indriany, 2005).

Gambar 2.9 Struktur Hemiselulosa (http:// www.chem-
istry.org/materi_kimia/kimia.../struktur)










Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
25


Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Skema Penelitian




.

..




















Gambar 3.1 Skema Penelitian
TKKS
Di potong & digiling
Di saring
Ukuran 1 (63M) Ukuran 3 (250 M) Ukuran 2 (125 M)
Pretreatment dengan steaming
pada suhu 120
o
C selama 3 jam
Uji komposisi
kimia TKKS (uji
lignin, uji selulosa
dan hemiselulosa)

Ukuran Terbaik
Uji Kadar Glukosa
Uji Kadar
Glukosa

Hidrolisis pada pH 4; 4.5 dan 5
pada temperatur 27; 37 dan 50
o
C
dengan enzim selobiase
Hidrolisis ulang dengan
penambahan parameter pada suhu
55,60 & 65
o
C serta penambahan pH
5.4; 5.8 & 6.2
Hidrolisis enzim selulase : enzim
selobiase dengan komposisi (1:1;
1:2; dan 2:1) pada suhu 37
o
C dan
50
o
C dan pH 5
Uji komposisi kimia TKKS (uji lignin dan selulosa, selobiosa dan hemiselulosa)
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
26


Universitas Indonesia
3.2 Variabel
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel bebas adalah variasi ukuran,
variasi suhu, variasi pH dan kombinasi enzim untuk mencari komposisi terbaik agar
dapat menghidrolisis TKKS menjadi gula secara optimum. Sedangkan sebagai
variabel terikatnya adalah gula yang dihasilkan dari TKKS pada proses hidrolisis
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Tahapan Percobaan
Sejumlah TKKS yang telah dikeringkan terlebih dahulu kemudian di potong dan
digiling, lalu disaring untuk mendapatkan beberapa ukuran (63M, 125M dan 250
M) TKKS. Selanjutnya dilakukan pengujian komposisi dari TKKS yang meliputi uji
lignin, uji selulosa dan uji gula. Dan tahap berikutnya dilakukan hidrolisis pada
beberapa kondisi pH, suhu, kombinasi enzim dan ukuran dari TKKS untuk melihat
batasan optimum dari hidrolisis enzimatik tersebut.
3.3.2 Pengujian Komposisi kimia
3.3.2.1 Pengujian Lignin (Metode Klason, SNI 0492 :2008)
a. Ditimbang (1 gr + 0.1 gr) contoh TKKS yang telah dikeringkan di dalam oven
pada temperatur 108

C.
b. Diekstraksi contoh TKKS dengan alkohol-benzene dengan ratio 1:2 sebanyak
200 ml (SNI 1032:1989). Kemudian sampel hasil ekstraksi tersebut
dipindahkan kedalam gelas piala 50 ml dan ditambahkan asam sulfat 72%
sebanyak 15 ml. Penambahan di lakukan perlahan-lahan, sambil dilakukan
pengadukan atau maserasi dengan batang pengaduk selama 2 sampai 3 menit.
c. Setelah terdispersi sempurna, tutup gelas piala dengan kaca aroji dan biarkan
pada bak perendam selama dua jam dan dilakukan pengadukan sekali-kali
selama proses berlangsung.
d. Dipindahkan sampel dalam gelas piala secara kuantitatif kedalam erlenmeyer
500 ml dibilas dengan menambahkan air suling sebanyak 360 ml. sehingga
konsentrasi asam sulfat menjadi 3%.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
27


Universitas Indonesia
e. Dipanaskan larutan dalam erlenmeyer tersebut dengan menambahkan batu
didih sebelumnya. Pemanasan dilakukan selama 4 jam dengan temperatur
yang tidak terlalu tinggi (sekitar 125
o
C) dan gunakan refluks sebagai
pendingin balik.
f. Kemudian didekantasi larutan dan dipindahkan endapan secara kuantitatif
kedalam corong dengan dilapisi kertas saring yang telah diketahui
sebelumnya.
g. Dicuci endapan lignin dengan air panas sampai bebas asam. (uji
dengan kertas lakmus).
h. Kemudian pindahkan endapan dalam kertas saring tersebut yang telah
bebas asam ke dalam cawan penguapan yang telah konstan beratnya.
Keringkan dalam oven pada suhu (105C 3 C) selama satu jam,
dinginkan dalam desikator sekitar 15 menit dan timbang sampai
berat konstan.
i. Pengujian dilakukan secara duplo.
Penentuan kadar lignin dapat dihitung dengan rumus berikut :
L = A/B x 100%. (3.1)
Dimana :
L adalah nilai kadar lignin dinyatakan dalam persen (%)
A adalah endapan lignin. dinyatakan dalam gram (g)
B adalah berat contoh kering oven dinyatakan dalam gram (g)
3.3.2.2 Pengujian Selulosa (selulosa alfa & selulosa beta, dan gamma SNI
0444:2009)
a. Penentuan Pengujian Selulosa Alfa
1. Disiapkan cawan penguapan yang telah didapat berat konstan dengan
mengeringkan pada suhu 105C 5C.
2. Ditimbang dua contoh TKKS sebanyak 1,5 g 0,1 g dengan ketelitian 0,1 mg.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
28


Universitas Indonesia
3. Disiapkan NaOH 17.5% sebanyak 75 ml (suhu NaOH harus 25C + 0,2C
pada saat dimasukan dalam gelas piala 300 ml).
4. Diaduk sampel TKKS sampai terdispersi sempurna (hindari terjadinya
gelembung selama proses pengadukan).
5. Dicuci pengaduk, jika ada pulp yang menempel dengan 25 mL NaOH 17,5%.
Aduk suspensi dengan pengaduk selama 30 menit lalu tambahkan aquades
100 mL,
6. Diaduk suspensi kemudian disaring dan 10 mL - 20 mL filtrat pertama
dibuang.
7. Disiapkan labu 100 mL untuk menampung filtrat berikutnya. Endapan yang
didapat jangan dicuci dan dijaga pada saat penyaringan tidak terbentuknya
gelembung.
8. Dipipet filtrat sebanyak 25 mL dan 10 mL larutan kromat 0,5 N ke dalam labu
250 mL. lalu tambahkan secara perlahan-lahan 50 mL H
2
SO
4
sambil
digoyangkan.
9. Dipanaskan larutan pada suhu 125C - 135C tambahkan batu didih
kedalamnya. Kemudian tambahkan 50 mL aqudes dan didinginkan sampai
suhu ruang. Ditambahkan 2-4 tetes indikator ferroin dan titrasi dengan larutan
Ferro Ammonium Sulfat 0.1N sampai berwarna ungu (V
2
), dan sampel di uji
secara duplo.
10. Dilakukan juga titrasi terhadap blanko (V
1
) dengan 12,5 mL larutan NaOH
17,5% dan 12,5 mL aquades.
Kandungan selulosa alfa dihitung menurut rumus sebagai berikut :
X = 100 - 6,85 (V
2
-V
1
) x N x 20 ... ( 3.2)
A x W
Di mana :
X adalah selulosa alfa, dinyatakan dalam persen (%);
V
1
adalah volume titrasi blanko, dinyatakan dalam milliliter (mL);
V
2
adalah volume titrasi filtrat TKKS, dinyatakan dalam milliliter (mL)
N adalah normalitas larutan Ferro Ammonium Sulfat;
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
29


Universitas Indonesia
A adalah volume titrat TKKS yang dianalisa dinyatakan dalam milliliter
(ml);
W

adalah berat kering oven sampel TKKS pada pengujian alfa selulosa
dinyatakan dalam gram (g).
b. Penentuan Pengujian Selulosa Gamma
1. Dipipet filtrat sebanyak 50 mL kedalam labu takar 100 mL (filtrat pada
pengujian alfa selulosa pada langkah 7).
2. Ditambahkan H
2
SO
4
3N sebanyak 50 mL, sehingga labu sudah terisi penuh,
lalu dihomogenisasikan dengan membolak-balik lautan dalam labu takar
tersebut
3. Kemudian pindahkan dalam Erlenmeyer 250 mL lalu dipanaskan pada suhu
sekitar 70C sampai 90C selama beberapa menit untuk mengkoagulasi
selulosa beta. Endapan dibiarkan sampai mengendap sempurna (sekitar satu
malam), kemudian dekantasi dan saring untuk mendapatkan larutan jernih
tersebut (filrat).
4. Dipipet filtrat tersebut sebanyak 50 mL kedalam Erlenmeyer 250 mL lalu
ditambahkan 10 mL larutan kalium dikromat 0,5 N dan ditambahkan secara
perlahan-lahan 90 mL H
2
SO
4
pekat.
5. Kemudian tambahkan 50 mL aquades dan dinginkan sampai suhu ruang.
Ditambahkan 2- 4 tetes indikator ferroin dan titrasi dengan larutan Ferro
Ammonium Sulfat 0,1N sampai berwarna V
4
). sampel di uji secara duplo.
6. Dilakukan juga titrasi terhadap blanko (V
3
) dengan 12,5 mL larutan NaOH
17,5% , 12,5 mL aquades dan 25 mL H
2
SO
4
3N.
Pada pengujian kandungan selulosa beta, maka harus menghitung terlebih
dahulu kandungan selulosa gamma dan selulosa alfa, karena rumusan selulosa
beta terkait dengan rumusan kandungan selulosa gamma dan selulosa alfa.
Adapun rumusan yang dihitung sebagai berikut :
Y = 6,85 (V
4
V
3
) x N x 20 .. (3.3)
25 x W

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
30


Universitas Indonesia

Dimana :
Y adalah selulosa alfa, dinyatakan dalam persen (%);
V
3
adalah volume titrasi blanko pada pengujian beta selulosa, dinyatakan
dalam milliliter (mL);
V
4
adalah volume titrasi filtrat TKKS setelah pengendapan selulosa beta,
dinyatakan dalam mililiter (mL).
W, adalah berat kering oven sampel TKKS pada pengujian beta selulosa
dinyatakan dalam gram (g).
c. Penentuan Kandungan Selulosa Beta
Z = 100 - (X+Y) .. (3.4)
Dimana:
Z adalah selulosa beta dinyatakan dalam persen (%).
X dan Y berturut-turut adalah sebagai selulosa alfa dan gamma.
3.3.2.3 Pengujian Total Gula dengan Metode Antrone (AOAC, 1984)
a. Pembuatan Kurva Standar
1. Timbang 200 mg glukosa standar dan larutkan kedalam labu takar 100 mL
dengan, lalu dipipet dari larutan tersebut 10 mL dan diencerkan kembali
dengan aquades ke dalam labu takar 100 mL.
2. Dari larutan tersebut pipet sebanyak 0,0 (blanko); 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0
mL larutan glukosa standar, lalu ditambahkan aquades sampai volume
masing-masing tabung reaksi 1mL.
3. Ditambahkan dengan cepat 5 mL pereaksi antrone kedalam masing-masing
tabung reaksi.
4. Tutup tabung reaksi dan campur larutan tersebut hingga merata.
5. Dipanaskan dalam waterbath suhu 100
o
C selama 12 menit.
6. Didinginkan dengan cepat kedalam air mengalir.
7. Dipindahkan kedalam kuvet dan ukur absorbansinya pada panjang gelombang
630 nm.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
31


Universitas Indonesia
8. Dibuat kurva hubungan antara absorbansi dengan mg glukosa, yang dijadikan
sebagai kurva standar.

b. Pembuatan Larutan Antrone
Ditimbang sebanyak 1 gram antrone dilarutkan dengan H
2
SO
4
97% dan
ditepatkan kedalam labu takar 1L.
c. Penetapan Sampel
Sampel hasil hidrolisis dipipet dan disaring sebanyak 1 mL lalu diencerkan
dengan aquades kedalam labu takar 100 mL. Selanjutnya dipipet 1 mL dan
dilakukan tahap 3 sampai tahap 7 seperti pengujian kurva standar. Lalu di
tentukan mg gula pereduksi (glukosa) didalam sampel dengan menggunakan
persamaan Y= bX+a.
Dimana Y = absorbansi
X = mg glukosa
Total gula (%) = mg gula dari kurva standar x FP x 100 (3.5)
mg sampel
3.3.3 Persiapan Hidrolisis
Pada Tahap ini dilakukan dua tahap. Adapun tahap-tahap yang dilakukan
sebagai berikut :
a. Tahap Hidrolisis TKKS dengan Enzim Selobiase
Pada tahap ini di timbang TKKS sebanyak 2,5 gr, lalu dimasukan ke dalam
Erlenmeyer. Selanjutnya disiapkan deret buffer sitrat, yaitu buffer pH 4, pH
4,5 dan buffer pH 5, untuk dimasukan kedalam Erlenmeyer yang telah disi
oleh TKKS. Masing-masing buffer dimasukan sebanyak 50 mL sesuai dengan
kode yang telah dibuat. Sebagai contoh 27/5/63, artinya dimasukan buffer pH
5 untuk ukuran 63M pada suhu 27
o
C. Beberapa kode sampel yang digunakan
yaitu 27/4/63; 27/4/125; 27/4/250; 27/4.5/63; 27/4.5/125; 27/4.5/250; 27/5/63;
27/5/125; 27/5 250; 37/4/63; 37/4/125; 37/4/250; 37/4.5/63; 37/4.5/125;
37/4.5/250; 50/4/63; 50/4/125; 50/4/250; 50/4.5/63; 50/4.5/125; 50/4.5/250;
50/5/63; 50/5/125; 50/5/250. Kemudian dipipet sejumlah enzim 0.5 mL dan
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
32


Universitas Indonesia
dimasukan kedalam Erlenmeyer tersebut. diambil sejumlah sampel hasil
hidrolisis pada masing periode waktu hidrolisis 3, 6, 9, 15, 21, 27, 33, 39, 45
dan 48 jam sebanyak 3 mL. Dipipet 1 mL sampel pada waktu hidrolisis
tersebut kedalam labu takar 100 mL dan diencerkan hingga tanda batas
dengan aquades. Sampel siap di uji kadar glukosa dengan metode antrone.
Pada tahap hidrolisis ini digunakan parameter suhu (27, 37 dan 50
o
C), ukuran
TKKS (63, 125, 250 M) , larutan buffer (pH 4, 4.5, dan 5) dan waktu
hidrolisis.
b. Tahap Hidrolisis TKKS dengan Enzim Selobiase dan enzim Selulase
Sama seperti tahap diatas, pada tahap ini kembali digunakan enzim selobiase
murni dengan penambahan variasi suhu, yaitu suhu 55, 60 dan 65
o
C, dan
penambahan variasi pH, yaitu pH 5,4, ; 5,8 dan 6,2. Pada saat yang sama,
dilakukan hidrolisis dengan enzim selulase murni pada kondisi optimumnya,
yaitu pada suhu 37
o
C pada pH 5 dengan ukuran TKKS 63 M. Di saat yang
sama juga dilakukan hidrolisis enzimatik dengan variasi suhu 37 dan 50
o
C
dan variasi kombinasi enzim, tetapi pada tahap ini hanya digunakan sampel
sebanyak 0,5 gram dan enzim yang digunakan sebanyak 0,05 gr dengan
berbagai komposisi (enzim selulase : selobiase; 1:1 ; 1:2 ; 2:1).












Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
33


Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Komposisi Kimia Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Sebelum melakukan hidrolisis terhadap TKKS ini, ditentukan terlebih dahulu
komposisi dari TKKS. Komposisi uji yang dilakukan antara lain, uji kadar lignin, uji
kandungan selulosa dan hemiselulosa (, dan selulosa). Uji sebelum dilakukan
steaming adalah sebagai berikut kadar lignin sebesar 24,58%, kadar selulosa (-
selulosa) sebesar 37,53%, dan kadar hemiselulosa sebesar (-selulosa) 24,84%.
Sedangkan hasil penelitian diperoleh hasil uji setelah dilakukan steaming pada suhu
110
o
C selama 3 jam, yaitu sebagai berikut, kadar lignin sebesar 21,43%, kadar
selulosa (-selulosa) sebesar 44,54%, dan kadar hemiselulosa sebesar (-selulosa)
27,14%. Dengan komposisi kandungan selulosa yang cukup besar ini, maka
dimungkinkan untuk dapat menghasilkan glukosa dengan jumlah yang cukup besar.
Dalam menentukan kadar lignin digunakan metode klason yang telah ditulis ulang
dalam SNI (SNI 0492:2008). Prinsip metode ini adalah menghilangkan ekstraktif
dengan alkohol dan benzene, lalu menghilangkan karbohidrat dengan menambahkan
H
2
SO
4
72%, bagian yang tidak larut dalam H
2
SO
4
72% ini disaring, dikeringkan dan
ditimbang dan ditentukan sebagai kadar lignin. Lignin secara fisik membungkus
mikrofibril selulosa dalam suatu matriks hidrofobik dan terikat secara kovalen baik
pada selulosa maupun hemiselulosa (Said, 1994). Lignin ada di dalam dinding sel
maupun di daerah antar sel (lamela tengah) dan menyebabkan kayu menjadi keras
dan kaku sehingga mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Konsentrasi lignin
tertinggi terdapat dalam dinding sel yaitu pada bagian lamela tengah dan akan
semakin mengecil pada lapisan di dinding sekunder (Sjostrom, 1995). Untuk
pengukuran kadar selulosa menggunakan metode SNI 0444, yang diukur sebagai -
selulosa dengan prinsip sebagai bahan yang tidak larut dan tahan terhadap natrium
hidroksida. Dan untuk hemiselulosa, yang diukur sebagai -selulosa, dengan prinsip
sebagai bagian pulp yang tertinggal didalam larutannya.

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
34


Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi TKKS
PARAMETER
UJI
METODE KADAR ( %)
SEBELUM
STEAMING
KADAR ( %)
SETELAH
STEAMING
Uji lignin Klason (SNI 0492;2008) 24,58% 21,43%
Uji selulosa Selulosa ( SNI 0444;2009) 37,53% 44,54%
Uji hemiselulase Selulosa ( SNI 0444;2009) 24,84% 27,14%

4.2 Pengujian Kadar Glukosa
Pada pengujian kadar glukosa digunakan metode Antrone. Prinsip pengujian
ini adalah antrone bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat
pekat menghasilkan warna biru yang khas. Dimana sebelumnya telah dilakukan
pretreatment TKKS dengan steaming selama 3 jam dan dihidrolisis selama 48 jam
dalam rentang waktu tertentu (setiap 3 atau 6 jam sekali) dilakukan pengambilan
sampel utuk selanjutnya dilakukan pengujian kadar glukosa. Hasil yang diperoleh
dari hidrolisis ini mewakili beberapa parameter, seperti waktu hidrolisis, ukuran
TKKS, pH larutan hidrolisis, suhu hidrolisis, dan komposisi enzim. Dan selanjutnya
di analisis hubungan antara parameter tersebut terhadap % glukosa yang dihasilkan.
4.2.1 Hubungan Antara Waktu Hidrolisis Terhadap Konsentrasi Glukosa (%)
Pada Hidrolisis Enzim Selobiase
Pengaruh waktu hidrolisis terhadap % glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis,
yang diwakili ukuran TKKS 63M pada berbagai suhu (27,37 dan 50
o
C) dan
berbagai pH (4, 4.5, 5) dapat dilihat dari gambar 4.1a-4.1c.





Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
35


Universitas Indonesia

Gambar 4.1.a Hubungan Waktu Hidrolisis Dengan % Yield Glukosa Pada Suhu 27
o
C
Dan Ukuran 63 M Pada Berbagai pH (4, 4.5, 5)

Dari gambar 4.1.a dapat dilihat bahwa waktu hidrolisis yang semakin lama akan
menghasilkan % yield glukosa yang semakin tinggi (Surhaini, 2010). Namun
demikaan, pada suhu tertentu dihasilkan nilai % yield glukosa yang tetap. Hal ini
dikarenakan enzim selobiase pada waktu lebih dari 45 jam telah menunjukan
penurunan aktivitasnya, sehingga hidrolisis TKKS menjadi glukosa juga terhenti.
Pada kondisi suhu 27
o
C, pH 5, ukuran 63M dan waktu hidrolisis ke-45 jam
diperoleh hasil % yield glukosa tertinggi yaitu sebesar 5.668 % dari berat kering
TKKS. Sedangkan pada waktu ke-48 jam hanya diperoleh % yield glukosa sebesar
5.587% dari berat kering TKKS tersebut. Namun demikan, untuk waktu hidrolisis
belum dapat diperoleh kepastian tentang waktu optimum dari hidrolisis, perlu
penambahan waktu hidrolisis yang lebih lama lagi untuk dapat memastikan waktu
optimum dari hidrolisis enzimatik ini.
Pada gambar 4.1.b, sama halnya pada suhu 27
o
C, pada 37
o
C dan 50
o
C juga
memberikan kesimpulan yang sama, yaitu semakin lama hidolisis secara enzimatik,
maka akan dihasilkan % yield glukosa yang semakin besar pula. Hasil hidrolisis
tertinggi pada kondisi 45 jam hidrolisis TKKS pada suhu 37
o
C dengan ukuran 63 M
dengan berbagai pH (pH 4, 4.5, 5) dihasilkan % yield glukosa yang sebesar 6.055%
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
36


Universitas Indonesia
dari berat kering TKKS. Dan pada 48 jam hidrolisis glukosa yang dihasilkan hanya
sebesar 6.035% dari berat kering TKKS.


Gambar 4.1.b Hubungan Waktu Hidrolisis Dengan % Yield Glukosa Pada Suhu
37
o
C Dan Ukuran 63 M Pada Berbagai pH (pH 4, 4.5, 5) Dengan Enzim Selobiase

Gambar 4.1.c Hubungan Waktu Hidrolisis Dengan % Yield Glukosa Pada Suhu 50
o
C
Dan Ukuran 63 M Pada Berbagai pH (4, 4.5, 5) Dengan Enzim Selobiase

Untuk suhu 50
o
C, diperoleh kesimpulan yang sama. Dan hasil % yield glukosa yang
diperoleh pada kondisi ini dan waktu 45 jam hidrolisis tersebut adalah 6.808%
glukosa dari basis berat kering. Sedangkan pada 48 jam waktu hidrolisis hanya
diperoleh glukosa sebesar 6,747% dalam basis berat kering TKKS.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
37


Universitas Indonesia
4.2.2 Hubungan Antara Ukuran TKKS Terhadap Konsentrasi Glukosa (%)
Pada Hidrolisis Enzim Selobiase
Selain waktu hidrolisis, faktor lain yang mempengaruhi konversi % glukosa adalah
ukuran TKKS yang akan dihidrolisis. Untuk dapat melihat faktor ukuran TKKS
terhadap % glukosa yang dihasilkan, dapat dilihat pada gambar 4.2 a-4.2c.


Gambar 4.2.a Ukuran TKKS Vs % Yield Glukosa Pada pH 4 Dan Jam ke-45 Di
Berbagai Suhu (27,37,50
o
C) Dengan Enzim Selobiase

Pada kondisi pH 4 dan jam ke-45 untuk ukuran TKKS tertinggi terdapat pada
ukuran TKKS 63M dengan % yield glukosa sebesar 4,997% pada suhu 50
o
C dari
basis berat kering TKKS. % Yield glukosa tertinggi kedua yang diperoleh dari ukuran
TKKS 125 M sebesar 4,285% pada suhu 50
o
C dari basis kering TKKS. Pada
kondisi pH 4 terlihat bahwa ukuran TKKS yang semakin kecil akan memberikan %
yield glukosa yang semakin tinggi. Hal ini karena enzim selobiase yang akan
menghidrolisis TKKS akan lebih mudah.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
38


Universitas Indonesia

Gambar 4.2.b Ukuran TKKS Vs % Yield Glukosa Pada pH 4.5 Dan Jam ke-45 Di
Berbagai Suhu (27,37,50
o
C) Dengan Enzim Selobiase

Gambar 4.2.c Ukuran TKKS Vs %Yield Glukosa Pada pH 5 Dan Jam ke-45 Di
Berbagai Suhu (27,37,50
o
C) Dengan Enzim Selobiase

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa ukuran TKKS sangat berpengaruh
terhadap besarnya % yield glukosa yang dihasilkan. Dimana semakin kecil ukuran
dari TKKS maka akan dihasilkan % yield glukosa yang semakin tinggi. Hal ini terjadi
karena ukuran partikel yang lebih kecil lebih mudah terhidrolisis. Dimana enzim
lebih mudah bertumbukan dengan selulase didalam TKKS untuk kemudian
dihidrolisis menjadi glukosa. Enzim yang digunakan pada pengukuran diatas adalah
hanya enzim selobiase. Adapun urutan % yield glukosa yang dihasilkan dari yang
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
39


Universitas Indonesia
tertingi ke terendah berdasarkan ukuran TKKS berturut-turut sebagai berikut 63M,
125 M, dan 250M.
4.2.3 Penentuan Suhu Optimum Hidrolisis Pada Enzim Selobiase
Pada penentuan suhu optimum hidrolisis ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini. Adapun variabel suhu hidrolisis yang digunakan pada penentuan suhu
optimum pada penelitian ini yaitu suhu ruang (27
o
C), 37
o
C, 50
o
C, 55
o
C dan 62
o
C .

Gambar 4.3 Penentuan Suhu Optimum Hidrolisis
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa variabel tetap adalah ukuran TKKS 63M
dan pH hidrolisis pada pH 5. Suhu hidrolisis yang semakin tinggi akan meningkatkan
konversi TKKS menjadi glukosa, namun pada suhu tertentu enzim akan kehilangan
aktivitasnya, sehingga memberikan % konversi yang stabil dan cenderung menurun.
Hal ini dapat dilihat dari kurva diatas bahwa pada suhu 65
o
C telah memberikan %
yield glukosa yang semakin turun, sehingga disimpulkan bahwa suhu optimum untuk
enzim selobiase adalah suhu 50
o
C. Sesuai Jadi jika hidolisis terjadi diluar suhu
optimumnya maka akan dihasilkan konversi glukosa yang lebih rendah (Dwira,
Rahima , 2010)
4.2.4 Penentuan Optimalisasi pH Pada Enzim Selobiase
Pada penentuan optimalisasi pH dilakukan pada ukuran TKKS 63 M, pada
suhu 50
o
C (sebagai ariable tetap). Dan variable pH yang digunakan pada penelitian
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
40


Universitas Indonesia
ini yaitu pH 4; 4,5;5; 5,4; 5,8 dan 6,2. Penentuan pH optimum ini dapat dilihat pada
gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hubungan pH Terhadap % Glukosa
Pada gambar diatas penentuan pH optimum terdapat pada pH 5 yang memberikan
konversi gula sebesar 6,808%. pH ini artinya enzim selobiase menunjukan aktivitas
tertingginya pada kondisi pH 5. Jika dilambangkan hubungan antara pH dengan %
glukosa adalah seperti lonceng (Dwira, Rahima , 2010).

% yield
glukosa

pH
Gambar 4.5 ilustrasi hubungan antara pH dengan % yield glukosa
4.2.5 Penentuan Besarnya Hidrolisis Enzim Selulose Didalam TKKS
Pada penelitian ini digunakan ukuran 63 M, pH 5 dan suhu 37
o
C untuk
penentuan konversi TKKS menjadi Gula. Dan hasil % yield glukosa yang diperoleh
dapat dilihat pada gambar 4.6. Dari gambar 4.6 pada penggunaan enzim selulase
untuk menghidrolisis TKKS menjadi Glukosa memiliki konversi yang lebih tinggi
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
41


Universitas Indonesia
yaitu sebesar 13,693%, jika dibandingkan penggunaan enzim selobiase saja yang
hanya sebesar 6,808% pada kondisi optimum masing-masing enzim. Namun
diperlukan kombinasi keduanya agar dapat dihasilkan % yield glukosa yang semakin
tinggi.

Gambar 4.6 Konversi TKKS menjadi Glukosa Dengan Enzim Selulase
4.2.6 Penentuan Besarnya Hidrolisis Kombinasi Enzim Selulase Dan Enzim
Selobiase Didalam TKKS
Pada penentuan besarnya hidrolisis kombinasi dua enzim ini dilakukan
dengan dua varibel suhu dan tiga varibel kombinasi enzim. Suhu yang digunakan
adalah suhu 37
o
C & 50
o
C. Dan kombinasi yang digunakan yaitu kombinasi enzim
selulase:enzim selobiase ((1:1);(1:2);(2:1)). Dari kedua varibel suhu dan ketiga
kombinasi enzim ini, maka akan dapat ditentukan berapa kondisi dan komposisi yang
diperlukan untuk dapat menghasilkan % yield glukosa yang tertinggi pada kondisi
yang optimum. Berdasarkan gambar diatas diperoleh kondisi optimum yaitu pada
waktu hidrolisis jam ke-45 dengan % yield glukosa tertinggi terdapat pada kombinasi
enzim selulase:selobiase dengan ratio 2:1. Hal ini dikarenakan didalam TKKS enzim
yang digunakan untuk menghidrolisis memiliki kecukupan dengan substrat yang
tersedia, dan disimpulkan juga bahwa masing-masing enzim ini bekerja secara
spesifik ke substrat masing-masing dan tidak saling menghambat.
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
42


Universitas Indonesia

Gambar 4.7 Besarnya % Yield Glukosa Yang Dihasilkan Pada Kombinasi Enzim
Selulose Dan Selobiose (selulase:selobiase)

Keterangan gambar :
* a1:b1 = Suhu 37
o
C, ukuran 63M dan pH 5 (selulase : selobiase; 1:1)
* a2:b2 = Suhu 37
o
C, ukuran 63M dan pH 5 (selulase : selobiase; 1:2)
* a3:b3 = Suhu 37
o
C, ukuran 63M dan pH 5 (selulase : selobiase; 2:1)
* a4:b4 = Suhu 50
o
C, ukuran 63M dan pH 5 (selulase : selobiase; 1:1)
* a5:b5 = Suhu 50
o
C, ukuran 63M dan pH 5 (selulase : selobiase; 1:2)
* a6:b6 = Suhu 50
o
C, ukuran 63M dan pH 5 (selulase : selobiase; 2:1)
4.2.7 Aktivitas Enzim Selulase Dan Selobiase Didalam TKKS
Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa, enzim selulase dan selobiase
yang menghidrolisis TKKS bekerja secara spesifik didalam substrat masing-masing,
seperti terlihat didalam gambar 4.8

Gambar 4.8 Aktivitas Enzim Selulase dan Selobiase Didalam TKKS
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
43


Universitas Indonesia
Sesuai dengan tinjauan pustaka sebelumnya mengenai mekanime enzim yang
didasarkan dua teori, yaitu teori kunci gembok (Lock and Key Fisher hypothesis) dan
teori kecocokan induksi (induce fit Koshland hypothesis) dimana disimpulkan bahwa
enzim tidak akan berebut substrat yang lain selama proses hidrolisis (M. Samsuri,
2008) Enzim bekerja dengan mengikat substratnya membentuk kompleks enzim-
substrat yang selanjutnya terpisah membentuk produk dan enzim.

Gambar 4.9 Mekanisme Kerja Enzim (http://2.bp.blogspot.com)

Gambar 4.10 Jenis Dan Aksi Enzim Selulase (M.Samsuri, 2008)
Dari gambar 4.9 dapat dilihat juga bagaimana enzim selulase menghidrolisis suatu
material lignoselulosa untuk menghasilkan glukosa. Dimana komponen utama dari
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
44


Universitas Indonesia
penyusun selulase adalah endoselulase dan eksoselulase. Endoselulase bekerja
memecah ikatan internal untuk memutuskan struktur kristalin pada selulosa dan
membuka rantai polisakarida. Sedangkan eksoselulase bekerja membelah 2-4 unit
dari akhir rantai yang diproduksi oleh endoselulase menghasilkan polisakarida dan
monosakarida yaitu glukosa.

Gambar 4.11 Aksi Enzim Selobiase (M.Samsuri, 2008)
Keberadaan enzim selobiase didalam selulase ternyata sangat sedikit, karena
didominsi oleh enzim endoselulase dan eksoselulase sehingga tidak optimal jika
hanya mengandalkan selobiase didalam selulase. Jadi sangat penting untuk
menambah selobiase murni didalam proses hidrolisis enzimatik (M.Samsuri, 2008)
Enzim selobiase adalah enzim yang memecah selobiosa menjadi glukosa. Aksi enzim
selobiase dapat dilihat dari gambar 4.10
4.2.8 Perbandingan Hasil Penelitian
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Penelitian
BAHAN BAKU METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
NAMA
PENELITI
(tahun
publukasi)
Bonggol jagung Sakarifikasi dan
fermentasi
9,97% etanol dari berat
kering bonggol
Said Zul
Amraini
(2008)
Jerami padi Hidrolisis
enzimatik dan
fermentasi
24,8% etanol dari berat
kering jerami
Kuhad dan
Singh, (1993)
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
45


Universitas Indonesia
Pohon cemara Hidrolisis
enzimatik dan
fermentasi
31,0% etanol dari berat
kering batang cemara
Kuhad dan
Singh, (1993)
Buah Bintaro Hidrolisis
enzimatik dan
fermentasi
65,81% etanol dari
berat kering buah
Greg Iman,
Tony
Handoko
Bagas Hidrolisis
enzimatik
19,7% etanol dari berat
kering bagas
M. Samsuri
(2008)
TKKS Sakarifikasi dan
fermentasi
14,6% TKKS dari berat
kering TKKS
Purwinda,
Iriani (2009)
TKKS Hidrolisis
enzimatik
23,56% TKKS dari
berat kering TKKS
Sitorus
Rudy (2011)
Sumber : Dari Berbagai Peneliti

Dari hasil diatas jelas bahwa pengembangan bioetanol dengan basis bahan
lignoselulosa sedang banyak dilakukan penelitian, guna mendapatkan pilot plant yang
dapat diterapkan dikemudian hari di negeri ini. Pada tabel diatas, juga disimpulkan
bahwa penelitian TKKS yang dilakukan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
dapat dilakukan model pengembangan pada penelitian berikutnya, karena hasil dari
penelitian ini cukup menjanjikan, karena hasil konversi yang cukup tinggi dan
ketersediaan dari bahan baku yang sangat melimpah dinegeri ini.








Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
46


Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini dapat membuat
beberapa kesimpulan. Dan penelitian ini juga telah dapat menjawab berbagai
persoalan dari perumusan masalah yang dibuat. Secara umum kesimpulan dari
penelitian ini adalah hidrolisis yang dilakukan secara enzimatik dengan enzim
selulase dan enzim selobiase telah berhasil dilakukan, walaupun belum mendapatkan
konversi yang optimum dari hidrolisis TKKS menjadi glukosa jika dibandingkan
perhitungan secara teoritis.
Secara khusus penelitian ini menyimpulkan, antara lain :
a. Pengaruh ukuran terhadap % yield glukosa yang dihasilkan adalah ukuran yang
semakin kecil akan memberikan % yield glukosa yang semakin tinggi. Dalam
penelitian ini digunakan ukuran 63 M, 125 M dan 250 M. Maka, jika
diurutkan berdasarkan hasil % yield glukosa yang terbesar adalah berturut-turut
sebagai berikut 63 M, 125 M, 250 M.
b. Pengaruh suhu hidrolisis terhadap % yield glukosa yang dihasilkan adalah suhu
yang semakin tinggi akan memberikan % yield glukosa yang semakin tinggi,
namun pada suatu hidrolisis terdapat suhu optimum dari aktivitas masing -
masing enzim yang digunakan. Pada pengaruh suhu hidrolisis ini kondisi suhu
optimum untuk enzim selobiase adalah 50
o
C dan selulase 37
o
C.
c. Pengaruh pH buffer larutan hidrolisis terhadap % yield glukosa yang dihasilkan
adalah pH larutan buffer akan mempengaruhi kinerja dari aktivitas enzim itu
sendiri, dimana masing-masing enzim memiliki aktivitas yang berbeda pada
larutan buffer yang berbeda. Untuk pengaruh pH buffer terhadap % yield glukosa
yang dihasilkan pada penelitian ini digunakan beberapa deret buffer seperti
buffer pH 4; 4,5; 5; 5,4; 5,8, dan 6,2. dan diperoleh pH buffer yang optimum
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
47


Universitas Indonesia
untuk hidrolisis dengan enzim selobiase adalah pada pH 5. Karena pada pH
buffer ini memberikan % yield glukosa tertinggi.
d. Pengaruh waktu hidrolisis terhadap % yield glukosa yang dihasilkan adalah
waktu hidrolisis yang semakin lama dapat memberikan % yield glukosa yang
besar, namun seperti halnya pada pengaruh suhu dan pH buffer, pengaruh waktu
hidrolisis juga terdapat nilai optimum. Pada penelitian ini diperoleh nilai
optimum dari waktu hidrolisis yaitu selama 45 jam hidrolisis. Namun perlu
dilakukan penambahan waktu hidrolisis, agar dapat diperoleh waktu hidrolisis
optimum yang lebih jelas.
e. % Yield yang tertinggi yang dihasilkan pada kondisi optimum dari hidrolisis
enzim selobiase adalah sebesar 6,808% dari 2,5 gr berat kering TKKS.
f. % Yield yang dihasilkan pada hidrolisis enzim selulase pada kondisi
optimumnya adalah sebesar 13,693% dari 0,5 gr berat kering TKKS.
g. Kombinasi enzim selulase dan enzim selobiase yang memberikan % yield
tertinggi adalah pada kombinasi 2:1 (enzim selulase : selobiase) dengan % yield
sebesar 23,561% dari 0,5 gr berat kering TKKS.
5.2 Saran
Penelitian ini tentu masih terdapat kekurangannya dan juga diperlukan
penyempurnaan, seperti dalam penentuan metode penelitian atau parameter -
parameter yang lebih spesifik untuk dapat menjawab optimalisasi dari penggunaan
enzim agar dapat menghasilkan % yield glukosa yang optimum pada kondisi yang
optimum. Terutama perlu dilakukan penambahan waktu hidrolisis, agar dapat
diperoleh waktu optimum hidrolisis yang lebih jelas. Selanjutnya untuk dapat
digunakan bahan sebagai bahan bakar bioetanol, maka diperlukan proses penelitian
lebih lanjut, seperti melakukan fermentasi glukosa menjadi etanol.

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
48


Universitas Indonesia





Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
DAFTAR REFERENSI
Arief Wrdlaia, Nadiem Anwar . (2.010).
Optimasi Hidrohsis Enzim Selulase untuk
Hidrolisis Jerami Padi. Surabaya : FTI ITS.
Assosiation of Oficial Analysis Chemis
[AOAC].
(1984).
Official Methods of
Analysis of the Aoac, Gaithersburg, United States: AOAC lnternatisnal.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2003). Pulp dan Kayu-Cara Uji Lignin
Metode Klokson Jakarta: Standarisasi Nasional Indonesia 0492.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2008). Pulp-Cara Uji Kadar Selulosa alfo,
beta dan gamma, Jakafta: Standarisasi Nasional Indonesia 0444.
Eka Putri, Lilly Surraya. (2008). Korwersi Pati Gonyong menjadi Bioetanol Melalui
Proses Hidrolisis Dan Fermemntasi. Tanggerang: UIN.
Euis Hermiati., et al. (2010). Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu
Untuk Produksi Bioetanol. Bogor: IPB.
Gerhauser & Abdullah. (2008). Pirolisis Tandan Kosong Sowit dengon Katalis ZSM-
5. Menjadi Bio-oil. Riau: Unri.
Gozan M. (2010) Pemanfuotan Tandan Kosong Kelapa Sowit Sebagai Bahan Bqku
Bioetqnol Dengan Metode Enzimatffr. Depok: FT UI.
Horga minyak 201 I.(201 1). http://www.tambangnews.com
Iriani, Purwinda. (2009). Kajian Awal Biokorwersi Tandsn Kosong Kelapa Sowit
QKKS)
Menjadi Etonol Melolui Sakrifikasi dan Fermentasi Alkoholik. Bandung:
STIH-ITB.
Jardoyo. (2011). Harga bioetanol 2011. http://www.komporbioetanol.blogspot.com
Keenan, Kleinfelter dan Wood. (1979). Kimia Untuk
(Jniversitas
Jilid L (A. Hadyana
Pudjaatmaka, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Khairil. (2009). C ara P e mbuot sn Et anol. http :ilwww.i sroiworldpress.com.
Manurung, E. (2000). Pembangunan Perkebunan Kelapa Smryit di Intlonesia,
Ancaman' ferhadap IIutan Alum. Bogor: Direktorat Jenderal Perkebunan Rl.
Ntrr PLttri . Yeny. (2007) i l l ani pt:l uj uri Putcut' rth
' l ' upc
Kctun (Or_y' :u
.ytrti t' tt gl ti l i ns,sa1
T' t' rhtul ttp Duvu Teri mu Kon.sunwr. Bogor : IPB.
4B
Uni ver si t as I ndonesi a
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
49
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. (2010). Luas ereq dan produksi kelapa sqwit di
Indonesia. Bogor : PPKS.
Samsuri M. (2008). Konversi Bagas Menjadi Etanol Dengon Kombinasi Perlakuan
Awal Dan Enzim Dalam Proses Sakarfiknsi Dan Fermentasi Serempak (SSF). Depok:
FT UI.
Samsuri M, Gozan M, Prasetya B, Nasikin M. (September 2007). Sakorifikasi dan
Fermenatasi Bagas lvlenjadi Etanol Menggunaksn Enzim Selulase dan Selobiase.
Depok : Jurnal Teknologi XXI, FT UI.
Simanjuntak Riswan. (2009). Studt Pembuatan Etanol Dari Limbqh Gula (molase).
Fakultas Pertanian. Medan: USU.
Surhaini . (2010). Pengaruh pH Dan Lama Fermentasi Oleh Enzim Selulase Dalam
Proses Hidrolisis Untuk Meningkotkqn Nilai Gizi Eceng Gondok. Jambi : Universitas
Jambi.
Suryani, Ani. (2007) Produksi Lignosulfunat Berbasis Tandan Kosong Kelapa Sawit
QKKS)
dan Lindi Hitom Pabrik PULP. Bogor : IPB
Trisanti Anindyawati. (2009). Prosepek Enzim dan Limbah Lignoselulosa Untuk
Produk*i Bioetqnol. Bandung: Pusat Penelitian Bioteknologi UPI,
Triana D. (2009). Pembuatqn Dsn Karalderistik Bqtako Menggunakan Abu TKKS.
Medan : FMIPA USU.
Widyaastuti, et al. (2007). Optimasi Pertumbuhan don Ahivitos Enzim Lignolitik
Omphalina sp Dan Pleurotus Pada Fermentasi Padat. Bogor: Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Uni ver si t as l ndonesi a
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
LAMPIRAN 1

1. Uji Kompisisi TKKS
1.1 Uji Kadar Lignin
*Kadar lignin ditentukan oleh rumusan berikut:
L = A/B x 100 % (3.1)
*Untuk perlakuan sebelum steaming:
A
1
= endapan lignin sebelum steaming = 0.247 gram
B
1
= Berat sampel kering TKKS = 1,005 gram ; L = % Lignin
Sehingga: L
1
= A
1
/B
1

L
1
= 0,247/1,005 x 100% = 24,58%
Jadi kadar lignin sebelum steaming sebesar 24,58%
*Untuk perlakuan steaming:
A
2
= endapan lignin sesudah steaming = 0,196 gram
B
2
= Berat Sampel kering TKKS = 1,003 gram
Sehingga: L
2
= A
2
/B
2

L
2 =
0,215/1,003 x 100% = 21,43%
Jadi kadar lignin setelah steaming sebesar 21,43%
1.2 Uji Kadar Selulosa
Uji kadar - Selulosa dirumuskan sebagai berikut :
X = 100 - 6,85 (V
2
-V
1
) x N x 20 ................................. ( 3.2)
A x W
A = 25 ml = vol filtrat TKKS
W= 1,5 gram = berat kering TKKS
V
1
= 0 ml = vol.titrasi blanko
V
2
= 171 ml = vol titrasi TKKS sampai menjadi ungu
X
1
= kadar selulosa sebelum steaming ; X
2
= kadar selulosa setelah steaming
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan
*Maka kadar -selulosa didalam TKKS sebelum steaming adalah:
X
1
= 100 - 6,85 (V
2
-V
1
) x N x 20
AXW


X
1
= 100- 6,85 (171-0) mL x 0,1 N x 20 = 37,53%
25 mL x 1,5 gram

Jadi kadar -selulosa didalam TKKS sebelum steaming adalah X
1
= 37,53%
*Untuk kadar -selulosa didalam TKKS setelah steaming adalah :
V
1
= 0 ml = vol.titrasi blanko
V
2
= 151,8 ml = vol titrasi TKKS sampai menjadi ungu
X
2
= 100 - 6,85 (151,8-0) mL x 0,1 N x 20 = 44,54%
25 mL x 1,5 gram
Jadi kadar -selulosa didalam TKKS sebelum steaming adalah X
1
= 44,54%
1.3 Uji Kadar HemiSelulosa
Uji kadar - Selulosa dirumuskan sebagai berikut :
Y= 6,85 (V
4
-V
3
) x N x 20 ................................. ( 3.3)
25 x W
* Kondisi sebelum steaming :
V
3
= 0 ml = vol.titrasi blanko
V
4
= 68 ml = vol titrasi TKKS sampai menjadi ungu
Y
1
= kadar selulosa sebelum steaming
Y
1
= 6,85 (68-0) mL x 0,1N x 20
25 mL X 1,5 gram
Y
1
= 24,84%
* Kondisi setelah steaming Y
2
= 6,85 (74,3-0)mL x 0,1N x 20
25 mL X 1,5 gram
Y
2
= 27,14
V
3
= 0 ml = vol.titrasi blanko
V
4
= 74,3ml = vol titrasi TKKS sampai menjadi ungu
Y
2
= kadar selulosa setelah steaming
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
LAMPIRAN 2

2.1. Pembuatan Kurva Standar Dan Contoh Perhitungan Total gula (%)


Gambar 2.1 Kurva Standar
2.2 Contoh perhitungan
Pada suhu 27
o
C, waktu hidrolisis jam ke-45 dan ukuran 63M sebanyak 2.5 gr.
Diperoleh data, U
1
= 0.79, dari kurva standar Y=0.0983X-0.0028. *Dari persamaan
nilai Y=absorbansi; X= mg glukosa, maka untuk A
1
, 0.79=0,0983X-0,0028, maka
X=3.343mg glukosa. Dengan faktor pengenceran (FP) 100 kali, maka:
Total gula (%) = mg gula dari kurva standar x FP x 100
mg glukosa

= 0.832 x 100 x 100%
2500

Total gula (%) = 3.328% berat kering TKKS




Konsentrasi
glukosa absorbansi
0 0
0.2 0.017
0.4 0.033
0.6 0.053
0.8 0.078
1 0.097
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
LAMPIRAN 3
3 Hidrolisis Enzim Selobiase
3.1 Pada suhu 27
o
C, pH 4 dan ukuran 63M

3.2 Pada suhu 27
o
C, pH 4 dan ukuran 125M

3.3 Pada suhu 27
o
C, pH 4 dan ukuran 250M
PARAMETER
(waktu, suhu, pH dan
ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/4/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula (%) waktu hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.032 0.03 0.354 0.334 1.416 1.335 1.375
6 0.037 0.034 0.405 0.374 1.620 1.497 1.558
9 0.039 0.04 0.425 0.435 1.701 1.742 1.721
15 0.043 0.046 0.466 0.496 1.864 1.986 1.925
21 0.048 0.05 0.517 0.537 2.067 2.149 2.108
27 0.056 0.053 0.598 0.568 2.393 2.271 2.332
33 0.064 0.066 0.680 0.700 2.718 2.800 2.759
39 0.071 0.073 0.751 0.771 3.003 3.084 3.044
45 0.079 0.08 0.832 0.842 3.329 3.369 3.349
48 0.078 0.08 0.822 0.842 3.288 3.369 3.329
PARAMETER (waktu,
suhu, pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/4/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula (%) waktu hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.026 0.025 0.293 0.283 1.172 1.131 1.152
6 0.029 0.027 0.323 0.303 1.294 1.213 1.253
9 0.03 0.032 0.334 0.354 1.335 1.416 1.375
15 0.035 0.037 0.385 0.405 1.538 1.620 1.579
21 0.039 0.041 0.425 0.446 1.701 1.782 1.742
27 0.048 0.046 0.517 0.496 2.067 1.986 2.026
33 0.052 0.05 0.557 0.537 2.230 2.149 2.189
39 0.055 0.053 0.588 0.568 2.352 2.271 2.311
45 0.059 0.057 0.629 0.608 2.515 2.433 2.474
48 0.058 0.057 0.619 0.608 2.474 2.433 2.454
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/4/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula (%)
waktu hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.019 0.017 0.222 0.201 0.887 0.806 0.846
6 0.023 0.021 0.262 0.242 1.050 0.968 1.009
9 0.026 0.027 0.293 0.303 1.172 1.213 1.192
15 0.029 0.031 0.323 0.344 1.294 1.375 1.335
21 0.032 0.033 0.354 0.364 1.416 1.457 1.436
27 0.036 0.038 0.395 0.415 1.579 1.660 1.620
33 0.04 0.041 0.435 0.446 1.742 1.782 1.762
39 0.043 0.045 0.466 0.486 1.864 1.945 1.904
45 0.046 0.048 0.496 0.517 1.986 2.067 2.026
48 0.045 0.047 0.486 0.507 1.945 2.026 1.986
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011

Lanjutan
3.4 Suhu 27
o
C, pH 4.5 dan ukuran 63M







3.5 Suhu 27
o
C, pH 4.5 dan ukuran 125M







3.6 Suhu 27
o
C, pH 4.5 dan ukuran 250M








PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/4.5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.028 0.027 0.313 0.303 1.253 1.213 1.233
6 0.031 0.033 0.344 0.364 1.375 1.457 1.416
9 0.036 0.039 0.395 0.425 1.579 1.701 1.640
15 0.047 0.045 0.507 0.486 2.026 1.945 1.986
21 0.055 0.053 0.588 0.568 2.352 2.271 2.311
27 0.069 0.067 0.730 0.710 2.922 2.840 2.881
33 0.087 0.084 0.914 0.883 3.654 3.532 3.593
39 0.091 0.092 0.954 0.964 3.817 3.858 3.837
45 0.105 0.106 1.097 1.107 4.387 4.427 4.407
48 0.103 0.107 1.076 1.117 4.305 4.468 4.387
PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/4.5/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.026 0.024 0.293 0.273 1.172 1.091 1.131
6 0.029 0.027 0.323 0.303 1.294 1.213 1.253
9 0.032 0.03 0.354 0.334 1.416 1.335 1.375
15 0.037 0.036 0.405 0.395 1.620 1.579 1.599
21 0.041 0.042 0.446 0.456 1.782 1.823 1.803
27 0.047 0.045 0.507 0.486 2.026 1.945 1.986
33 0.056 0.053 0.598 0.568 2.393 2.271 2.332
39 0.064 0.062 0.680 0.659 2.718 2.637 2.678
45 0.07 0.069 0.741 0.730 2.962 2.922 2.942
48 0.069 0.07 0.730 0.741 2.922 2.962 2.942

PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/4.5/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-Rata
Kadar Gula
(%)

waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.021 0.02 0.242 0.232 0.968 0.928 0.948
6 0.024 0.025 0.273 0.283 1.091 1.131 1.111
9 0.028 0.026 0.313 0.293 1.253 1.172 1.213
15 0.031 0.03 0.344 0.334 1.375 1.335 1.355
21 0.033 0.035 0.364 0.385 1.457 1.538 1.497
27 0.038 0.039 0.415 0.425 1.660 1.701 1.681
33 0.041 0.043 0.446 0.466 1.782 1.864 1.823
39 0.043 0.045 0.466 0.486 1.864 1.945 1.904
45 0.045 0.05 0.486 0.537 1.945 2.149 2.047
48 0.048 0.051 0.517 0.547 2.067 2.189 2.128
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.7 Suhu 27
o
C, pH 5 dan ukuran 63M







3.8 Suhu 27
o
C, pH 5 dan ukuran 125M







3.9 Suhu 27
o
C, pH 5 dan ukuran 250M







PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.045 0.043 0.486 0.466 1.945 1.864 1.904
6 0.065 0.061 0.690 0.649 2.759 2.596 2.678
9 0.072 0.068 0.761 0.720 3.044 2.881 2.962
15 0.084 0.082 0.883 0.863 3.532 3.451 3.491
21 0.091 0.09 0.954 0.944 3.817 3.776 3.797
27 0.109 0.104 1.137 1.086 4.549 4.346 4.448
33 0.121 0.117 1.259 1.219 5.038 4.875 4.956
39 0.132 0.129 1.371 1.341 5.485 5.363 5.424
45 0.135 0.138 1.402 1.432 5.607 5.729 5.668
48 0.133 0.136 1.381 1.412 5.526 5.648 5.587
PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE ( 27/5/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.036 0.033 0.395 0.364 1.579 1.457 1.518
6 0.041 0.039 0.446 0.425 1.782 1.701 1.742
9 0.044 0.042 0.476 0.456 1.904 1.823 1.864
15 0.058 0.054 0.619 0.578 2.474 2.311 2.393
21 0.065 0.061 0.690 0.649 2.759 2.596 2.678
27 0.084 0.082 0.883 0.863 3.532 3.451 3.491
33 0.098 0.094 1.025 0.985 4.102 3.939 4.020
39 0.109 0.105 1.137 1.097 4.549 4.387 4.468
45 0.121 0.117 1.259 1.219 5.038 4.875 4.956
48 0.118 0.116 1.229 1.209 4.916 4.834 4.875
PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (27/5/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.028 0.026 0.313 0.293 1.253 1.172 1.213
6 0.034 0.031 0.374 0.344 1.497 1.375 1.436
9 0.037 0.039 0.405 0.425 1.620 1.701 1.660
15 0.044 0.042 0.476 0.456 1.904 1.823 1.864
21 0.059 0.057 0.629 0.608 2.515 2.433 2.474
27 0.086 0.084 0.903 0.883 3.613 3.532 3.573
33 0.099 0.098 1.036 1.025 4.142 4.102 4.122
39 0.108 0.11 1.127 1.148 4.509 4.590 4.549
45 0.114 0.112 1.188 1.168 4.753 4.671 4.712
48 0.112 0.113 1.168 1.178 4.671 4.712 4.692
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.10 Suhu 37
o
C, pH 4 dan ukuran 63M







3.11 Suhu 37
o
C, pH 4 dan ukuran 125M







3.12
Suhu 37
o
C, pH 4 dan ukuran 125M







PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/4/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
kadar gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.059 0.057 0.629 0.608 2.515 2.433 2.474
6 0.062 0.059 0.659 0.629 2.637 2.515 2.576
9 0.068 0.066 0.720 0.700 2.881 2.800 2.840
15 0.071 0.069 0.751 0.730 3.003 2.922 2.962
21 0.076 0.074 0.802 0.781 3.207 3.125 3.166
27 0.081 0.083 0.852 0.873 3.410 3.491 3.451
33 0.095 0.098 0.995 1.025 3.980 4.102 4.041
39 0.11 0.112 1.148 1.168 4.590 4.671 4.631
45 0.114 0.116 1.188 1.209 4.753 4.834 4.793
48 0.115 0.113 1.198 1.178 4.793 4.712 4.753
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/4/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.063 0.061 0.669 0.649 2.678 2.596 2.637
6 0.069 0.069 0.730 0.730 2.922 2.922 2.922
9 0.072 0.074 0.761 0.781 3.044 3.125 3.084
15 0.075 0.076 0.791 0.802 3.166 3.207 3.186
21 0.079 0.08 0.832 0.842 3.329 3.369 3.349
27 0.084 0.083 0.883 0.873 3.532 3.491 3.512
33 0.087 0.088 0.914 0.924 3.654 3.695 3.674
39 0.091 0.088 0.954 0.924 3.817 3.695 3.756
45 0.097 0.099 1.015 1.036 4.061 4.142 4.102
48 0.096 0.096 1.005 1.005 4.020 4.020 4.020
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/4/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
kadar gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.041 0.043 0.446 0.466 1.782 1.864 1.823
6 0.046 0.045 0.496 0.486 1.986 1.945 1.965
9 0.053 0.052 0.568 0.557 2.271 2.230 2.250
15 0.059 0.062 0.629 0.659 2.515 2.637 2.576
21 0.064 0.066 0.680 0.700 2.718 2.800 2.759
27 0.074 0.076 0.781 0.802 3.125 3.207 3.166
33 0.075 0.076 0.791 0.802 3.166 3.207 3.186
39 0.076 0.077 0.802 0.812 3.207 3.247 3.227
45 0.081 0.084 0.852 0.883 3.410 3.532 3.471
48 0.08 0.083 0.842 0.873 3.369 3.491 3.430
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.13 Suhu 37
o
C, pH 4.5 dan ukuran 63M








3.14 Suhu 37
o
C, pH 4.5 dan ukuran 125M







3.15 Suhu 37
o
C, pH 4.5 dan ukuran 250M







PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/4.5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.084 0.086 0.883 0.903 3.532 3.613 3.573
6 0.087 0.089 0.914 0.934 3.654 3.736 3.695
9 0.092 0.092 0.964 0.964 3.858 3.858 3.858
15 0.095 0.094 0.995 0.985 3.980 3.939 3.959
21 0.098 0.099 1.025 1.036 4.102 4.142 4.122
27 0.103 0.104 1.076 1.086 4.305 4.346 4.326
33 0.109 0.107 1.137 1.117 4.549 4.468 4.509
39 0.115 0.113 1.198 1.178 4.793 4.712 4.753
45 0.129 0.121 1.341 1.259 5.363 5.038 5.200
48 0.128 0.121 1.331 1.259 5.322 5.038 5.180
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/4.5/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.083 0.081 0.873 0.852 3.491 3.410 3.451
6 0.087 0.088 0.914 0.924 3.654 3.695 3.674
9 0.09 0.089 0.944 0.934 3.776 3.736 3.756
15 0.094 0.096 0.985 1.005 3.939 4.020 3.980
21 0.098 0.099 1.025 1.036 4.102 4.142 4.122
27 0.102 0.104 1.066 1.086 4.264 4.346 4.305
33 0.105 0.107 1.097 1.117 4.387 4.468 4.427
39 0.109 0.108 1.168 1.127 4.671 4.509 4.590
45 0.112 0.11 1.148 1.148 4.590 4.590 4.590
48 0.11 0.111 1.148 1.158 4.590 4.631 4.610
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/4.5/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.062 0.061 0.659 0.649 2.637 2.596 2.678
6 0.065 0.064 0.690 0.680 2.759 2.718 2.820
9 0.067 0.068 0.710 0.720 2.840 2.881 2.901
15 0.069 0.07 0.730 0.741 2.922 2.962 2.942
21 0.071 0.07 0.751 0.741 3.003 2.962 3.125
27 0.074 0.077 0.781 0.812 3.125 3.247 3.471
33 0.089 0.091 0.934 0.954 3.736 3.817 3.837
39 0.092 0.094 0.964 0.985 3.858 3.939 3.878
45 0.094 0.093 0.985 0.975 3.939 3.898 3.980
48 0.095 0.096 0.995 1.005 3.980 4.020 4.000
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.16 Suhu 37
o
C, pH 5 dan ukuran 63M







3.17 Suhu 37
o
C, pH 5 dan ukuran 125M








3.18 Suhu 37
o
C, pH 5 dan ukuran 250M






PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar
Gula(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.089 0.091 0.934 0.954 3.736 3.817 3.776
6 0.092 0.094 0.964 0.985 3.858 3.939 3.898
9 0.098 0.099 1.025 1.036 4.102 4.142 4.122
15 0.106 0.104 1.107 1.086 4.427 4.346 4.387
21 0.109 0.111 1.137 1.158 4.549 4.631 4.590
27 0.115 0.113 1.198 1.178 4.793 4.712 4.753
33 0.128 0.129 1.331 1.341 5.322 5.363 5.343
39 0.139 0.137 1.443 1.422 5.770 5.689 5.729
45 0.145 0.147 1.504 1.524 6.014 6.096 6.055
48 0.143 0.148 1.483 1.534 5.933 6.136 6.035
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/5/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.082 0.08 0.863 0.842 3.451 3.369 3.410
6 0.087 0.085 0.914 0.893 3.654 3.573 3.613
9 0.094 0.095 0.985 0.995 3.939 3.980 3.959
15 0.098 0.099 1.025 1.036 4.102 4.142 4.122
21 0.103 0.105 1.076 1.097 4.305 4.387 4.346
27 0.109 0.106 1.137 1.107 4.549 4.427 4.488
33 0.116 0.115 1.209 1.198 4.834 4.793 4.814
39 0.123 0.128 1.280 1.331 5.119 5.322 5.221
45 0.14 0.142 1.453 1.473 5.811 5.892 5.851
48 0.137 0.143 1.422 1.483 5.689 5.933 5.811
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (37/5/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.068 0.069 0.720 0.730 2.881 2.922 2.901
6 0.085 0.09 0.893 0.944 3.573 3.776 3.674
9 0.089 0.092 0.934 0.964 3.736 3.858 3.797
15 0.092 0.097 0.964 1.015 3.858 4.061 3.959
21 0.095 0.098 0.995 1.025 3.980 4.102 4.041
27 0.099 0.104 1.036 1.086 4.142 4.346 4.244
33 0.107 0.117 1.117 1.219 4.468 4.875 4.671
39 0.11 0.109 1.148 1.137 4.590 4.549 4.570
45 0.119 0.118 1.239 1.229 4.956 4.916 4.936
48 0.117 0.116 1.219 1.209 4.875 4.834 4.855
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.19 Suhu 50
o
C, pH 4 dan ukuran 63M







3.20 Suhu 50
o
C, pH 4 dan ukuran 125M








3.21 Suhu 50
o
C, pH 4 dan ukuran 250M






PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/4/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.075 0.073 0.791 0.771 3.166 3.084 3.125
6 0.085 0.084 0.893 0.883 3.573 3.532 3.552
9 0.089 0.092 0.934 0.964 3.736 3.858 3.797
15 0.092 0.094 0.964 0.985 3.858 3.939 3.898
21 0.097 0.099 1.015 1.036 4.061 4.142 4.102
27 0.104 0.104 1.086 1.086 4.346 4.346 4.346
33 0.109 0.107 1.137 1.117 4.549 4.468 4.509
39 0.115 0.113 1.198 1.178 4.793 4.712 4.753
45 0.119 0.121 1.239 1.259 4.956 5.038 4.997
48 0.118 0.121 1.229 1.259 4.916 5.038 4.977
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/4/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.052 0.05 0.557 0.537 2.230 2.149 2.189
6 0.059 0.058 0.629 0.619 2.515 2.474 2.494
9 0.063 0.061 0.669 0.649 2.678 2.596 2.637
15 0.068 0.067 0.720 0.710 2.881 2.840 2.861
21 0.074 0.075 0.781 0.791 3.125 3.166 3.145
27 0.08 0.086 0.842 0.903 3.369 3.613 3.491
33 0.092 0.09 0.964 0.944 3.858 3.776 3.817
39 0.101 0.098 1.056 1.025 4.224 4.102 4.163
45 0.103 0.102 1.076 1.066 4.305 4.264 4.285
48 0.102 0.102 1.066 1.066 4.264 4.264 4.264
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/4/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.061 0.06 0.649 0.639 2.596 2.555 2.576
6 0.069 0.068 0.730 0.720 2.922 2.881 2.901
9 0.073 0.072 0.771 0.761 3.084 3.044 3.064
15 0.075 0.078 0.791 0.822 3.166 3.288 3.227
21 0.08 0.082 0.842 0.863 3.369 3.451 3.410
27 0.084 0.085 0.883 0.893 3.532 3.573 3.552
33 0.089 0.088 0.934 0.924 3.736 3.695 3.715
39 0.091 0.088 0.954 0.924 3.817 3.695 3.756
45 0.094 0.095 0.985 0.995 3.939 3.980 3.959
48 0.093 0.093 0.975 0.975 3.898 3.898 3.898
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.22 Suhu 50
o
C, pH 4.5 dan ukuran 63M







3.23 Suhu 50
o
C, pH 4.5 dan ukuran 125M








3.24 Suhu 50
o
C, pH 4.5 dan ukuran 250M







PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/4.5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.076 0.074 0.802 0.781 3.207 3.125 3.166
6 0.081 0.078 0.852 0.822 3.410 3.288 3.349
9 0.087 0.085 0.914 0.893 3.654 3.573 3.613
15 0.094 0.092 0.985 0.964 3.939 3.858 3.898
21 0.11 0.099 1.148 1.036 4.590 4.142 4.366
27 0.114 0.11 1.188 1.148 4.753 4.590 4.671
33 0.117 0.117 1.219 1.219 4.875 4.875 4.875
39 0.121 0.129 1.259 1.341 5.038 5.363 5.200
45 0.126 0.129 1.310 1.341 5.241 5.363 5.302
48 0.127 0.128 1.320 1.331 5.282 5.322 5.302
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SLOBIASE (50/4.5/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.055 0.053 0.588 0.568 2.352 2.271 2.311
6 0.061 0.06 0.649 0.639 2.596 2.555 2.576
9 0.063 0.065 0.669 0.690 2.678 2.759 2.718
15 0.069 0.073 0.730 0.771 2.922 3.084 3.003
21 0.079 0.082 0.832 0.863 3.329 3.451 3.390
27 0.085 0.084 0.893 0.883 3.573 3.532 3.552
33 0.092 0.09 0.964 0.944 3.858 3.776 3.817
39 0.095 0.099 0.995 1.036 3.980 4.142 4.061
45 0.112 0.114 1.168 1.188 4.671 4.753 4.712
48 0.109 0.113 1.137 1.178 4.549 4.712 4.631
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/4.5/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.045 0.043 0.486 0.466 1.945 1.864 1.904
6 0.051 0.061 0.547 0.649 2.189 2.596 2.393
9 0.053 0.055 0.568 0.588 2.271 2.352 2.311
15 0.061 0.06 0.649 0.639 2.596 2.555 2.576
21 0.068 0.069 0.720 0.730 2.881 2.922 2.901
27 0.079 0.077 0.832 0.812 3.329 3.247 3.288
33 0.086 0.087 0.903 0.914 3.613 3.654 3.634
39 0.092 0.091 0.964 0.954 3.858 3.817 3.837
45 0.098 0.099 1.025 1.036 4.102 4.142 4.122
48 0.095 0.097 0.995 1.015 3.980 4.061 4.020
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011

Lanjutan
3.25 Suhu 50
o
C, pH 5 dan ukuran 63M







3.26 Suhu 50
o
C, pH 5 dan ukuran 125M







3.27 Suhu 50
o
C, pH 5 dan ukuran 250M







PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.108 0.106 1.127 1.107 4.509 4.427 4.468
6 0.117 0.115 1.219 1.198 4.875 4.793 4.834
9 0.121 0.119 1.259 1.239 5.038 4.956 4.997
15 0.128 0.126 1.331 1.310 5.322 5.241 5.282
21 0.133 0.132 1.381 1.371 5.526 5.485 5.506
27 0.137 0.138 1.422 1.432 5.689 5.729 5.709
33 0.155 0.158 1.605 1.636 6.421 6.543 6.482
39 0.159 0.161 1.646 1.666 6.584 6.665 6.625
45 0.163 0.166 1.687 1.717 6.747 6.869 6.808
48 0.162 0.164 1.677 1.697 6.706 6.787 6.747
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/5/125)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.101 0.1 1.056 1.046 4.224 4.183 4.203
6 0.109 0.107 1.137 1.117 4.549 4.468 4.509
9 0.115 0.115 1.198 1.198 4.793 4.793 4.793
15 0.119 0.118 1.239 1.229 4.956 4.916 4.936
21 0.127 0.126 1.320 1.310 5.282 5.241 5.261
27 0.134 0.135 1.392 1.402 5.567 5.607 5.587
33 0.149 0.148 1.544 1.534 6.177 6.136 6.157
39 0.151 0.15 1.565 1.554 6.258 6.218 6.238
45 0.154 0.157 1.595 1.626 6.380 6.503 6.442
48 0.156 0.154 1.615 1.595 6.462 6.380 6.421
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/5/250)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.07 0.086 0.741 0.903 2.962 3.613 3.288
6 0.076 0.089 0.802 0.934 3.207 3.736 3.471
9 0.085 0.092 0.893 0.964 3.573 3.858 3.715
15 0.089 0.094 0.934 0.985 3.736 3.939 3.837
21 0.093 0.099 0.975 1.036 3.898 4.142 4.020
27 0.099 0.104 1.036 1.086 4.142 4.346 4.244
33 0.119 0.107 1.239 1.117 4.956 4.468 4.712
39 0.123 0.113 1.280 1.178 5.119 4.712 4.916
45 0.125 0.127 1.300 1.320 5.200 5.282 5.241
48 0.126 0.124 1.310 1.290 5.241 5.160 5.200
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

3.28 Suhu 50
o
C, pH 5.4 dan ukuran 63 M








3.29 Suhu 50
o
C, pH 5.8 dan ukuran 63 M







3.30 Suhu 50
o
C, pH 6.2 dan ukuran 63M







PARAMETER
(waktu, suhu,
Ph dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/5.4/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.108 0.106 1.127 1.107 4.509 4.427 4.468
6 0.114 0.115 1.188 1.198 4.753 4.793 4.773
9 0.118 0.119 1.229 1.239 4.916 4.956 4.936
15 0.125 0.126 1.300 1.310 5.200 5.241 5.221
21 0.13 0.132 1.351 1.371 5.404 5.485 5.445
27 0.132 0.135 1.371 1.402 5.485 5.607 5.546
33 0.147 0.149 1.524 1.544 6.096 6.177 6.136
39 0.149 0.148 1.544 1.534 6.177 6.136 6.157
45 0.158 0.166 1.636 1.717 6.543 6.869 6.706
48 0.158 0.164 1.636 1.697 6.543 6.787 6.665
PARAMETER
(waktu, suhu,
Ph dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/5.8/63 )
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.104 0.106 1.086 1.107 4.346 4.427 4.387
6 0.113 0.11 1.178 1.148 4.712 4.590 4.651
9 0.117 0.119 1.219 1.239 4.875 4.956 4.916
15 0.129 0.127 1.341 1.320 5.363 5.282 5.322
21 0.132 0.135 1.371 1.402 5.485 5.607 5.546
27 0.136 0.138 1.412 1.432 5.648 5.729 5.689
33 0.146 0.147 1.514 1.524 6.055 6.096 6.075
39 0.149 0.15 1.544 1.554 6.177 6.218 6.197
45 0.155 0.153 1.605 1.585 6.421 6.340 6.380
48 0.153 0.154 1.585 1.595 6.340 6.380 6.360
PARAMETER
(waktu, suhu,
Ph dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (50/6.2/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.103 0.106 1.076 1.107 4.305 4.427 4.366
6 0.11 0.11 1.148 1.148 4.590 4.590 4.590
9 0.114 0.116 1.188 1.209 4.753 4.834 4.793
15 0.117 0.119 1.219 1.239 4.875 4.956 4.916
21 0.121 0.124 1.259 1.290 5.038 5.160 5.099
27 0.127 0.125 1.320 1.300 5.282 5.200 5.241
33 0.138 0.139 1.432 1.443 5.729 5.770 5.750
39 0.143 0.146 1.483 1.514 5.933 6.055 5.994
45 0.15 0.152 1.554 1.575 6.218 6.299 6.258
48 0.15 0.151 1.554 1.565 6.218 6.258 6.238
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan
3.31 Suhu 55
o
C, pH 5 dan ukuran 63M







3.32 Suhu 60
o
C, pH 5 dan ukuran 63M







3.33 Suhu 65
o
C, pH 5 dan ukuran 63M









PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (55/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.11 0.113 1.148 1.178 4.590 4.712 4.651
6 0.12 0.122 1.249 1.270 4.997 5.078 5.038
9 0.128 0.129 1.331 1.341 5.322 5.363 5.343
15 0.139 0.14 1.443 1.453 5.770 5.811 5.790
21 0.143 0.145 1.483 1.504 5.933 6.014 5.974
27 0.148 0.15 1.534 1.554 6.136 6.218 6.177
33 0.157 0.158 1.626 1.636 6.503 6.543 6.523
39 0.159 0.161 1.646 1.666 6.584 6.665 6.625
45 0.163 0.164 1.687 1.697 6.747 6.787 6.767
48 0.161 0.164 1.666 1.697 6.665 6.787 6.726
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (60/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.113 0.115 1.178 1.198 4.712 4.793 4.753
6 0.119 0.118 1.239 1.229 4.956 4.916 4.936
9 0.128 0.126 1.331 1.310 5.322 5.241 5.282
15 0.135 0.134 1.402 1.392 5.607 5.567 5.587
21 0.143 0.145 1.483 1.504 5.933 6.014 5.974
27 0.149 0.147 1.544 1.524 6.177 6.096 6.136
33 0.158 0.156 1.636 1.615 6.543 6.462 6.503
39 0.159 0.161 1.646 1.666 6.584 6.665 6.625
45 0.163 0.165 1.687 1.707 6.747 6.828 6.787
48 0.163 0.165 1.687 1.707 6.747 6.828 6.787
PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELOBIASE (65/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.112 0.11 1.168 1.148 4.671 4.590 4.631
6 0.118 0.116 1.229 1.209 4.916 4.834 4.875
9 0.126 0.124 1.310 1.290 5.241 5.160 5.200
15 0.129 0.127 1.341 1.320 5.363 5.282 5.322
21 0.135 0.138 1.402 1.432 5.607 5.729 5.668
27 0.139 0.14 1.443 1.453 5.770 5.811 5.790
33 0.152 0.153 1.575 1.585 6.299 6.340 6.319
39 0.159 0.161 1.646 1.666 6.584 6.665 6.625
45 0.16 0.161 1.656 1.666 6.625 6.665 6.645
48 0.159 0.158 1.646 1.636 6.584 6.543 6.564
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
LAMPIRAN 4

4. Hidrolisis Kombinasi Enzim
4.1 Enzim Selulase
Contoh perhitungan : Pada suhu 37
o
C, waktu hidrolisis jam ke-45, pada pH 5 dan
ukuran 63M sebanyak 2.5 gr. Diperoleh data, U
1
= 0.064, dari kurva standar
Y=0.0983X-0.0028. Dari persamaan nilai Y=absorbansi; X= mg glukosa ,maka untuk
U
1
, 0.79 =0,0983X-0,0028, maka X=0.680 mg glukosa. Dengan faktor pengenceran
(FP) =100, maka:
Total gula (%) = mg gula dari kurva standar x FP x 100
mg glukosa
% Total gula = 0.680 x 100 x 100% = 13.591%
500 mg










PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELULASE (37/5/63)
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula (%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.048 0.049 0.517 0.527 10.336 10.539 10.437
6 0.05 0.05 0.537 0.537 10.743 10.743 10.743
9 0.053 0.054 0.568 0.578 11.353 11.556 11.455
15 0.054 0.053 0.578 0.568 11.556 11.353 11.455
21 0.056 0.057 0.598 0.608 11.963 12.167 12.065
27 0.057 0.058 0.608 0.619 12.167 12.370 12.269
33 0.059 0.058 0.629 0.619 12.574 12.370 12.472
39 0.061 0.06 0.649 0.639 12.981 12.777 12.879
45 0.064 0.065 0.680 0.690 13.591 13.795 13.693
48 0.063 0.064 0.669 0.680 13.388 13.591 13.489
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan
4.2 Kombinasi Enzim selulase : Enzim selobiase (1:2), suhu 37
o
C dan pH 5







4.3 Kombinasi Enzim selulase :Enzim selobiase (1:1), suhu 37
o
C dan pH 5







4.4 Kombinasi Enzim selulase :Enzim selobiase (2:1), suhu 37
o
C dan pH 5










PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELULOSE : ENZIM SELOBIOSE (1:2) SUHU 37
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.057 0.057 0.608 0.608 12.167 12.167 12.167
6 0.059 0.062 0.629 0.659 12.574 13.184 12.879
9 0.061 0.063 0.649 0.669 12.981 13.388 13.184
15 0.063 0.062 0.669 0.659 13.388 13.184 13.286
21 0.067 0.067 0.710 0.710 14.201 14.201 14.201
27 0.07 0.072 0.741 0.761 14.812 15.219 15.015
33 0.078 0.079 0.822 0.832 16.439 16.643 16.541
39 0.08 0.079 0.842 0.832 16.846 16.643 16.745
45 0.082 0.083 0.863 0.873 17.253 17.457 17.355
48 0.081 0.083 0.852 0.873 17.050 17.457 17.253
PARAMETER
(waktu, suhu, pH
dan ukuran)
ENZIM SELULOSE : ENZIM SELOBIOSE (1:1) SUHU 37
Absorbansi mg Gula Total Gula (%) Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu hidrolisis
(jam ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.053 0.054 0.568 0.578 11.353 11.556 11.455
6 0.056 0.058 0.598 0.619 11.963 12.370 12.167
9 0.059 0.059 0.629 0.629 12.574 12.574 12.574
15 0.061 0.062 0.649 0.659 12.981 13.184 13.082
21 0.065 0.064 0.690 0.680 13.795 13.591 13.693
27 0.07 0.072 0.741 0.761 14.812 15.219 15.015
33 0.074 0.073 0.781 0.771 15.626 15.422 15.524
39 0.077 0.079 0.812 0.832 16.236 16.643 16.439
45 0.081 0.082 0.852 0.863 17.050 17.253 17.152
48 0.081 0.08 0.852 0.842 17.050 16.846 16.948
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELULOSE : ENZIM SELOBIOSE (2:1) SUHU 37
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.06 0.062 0.639 0.659 12.777 13.184 12.981
6 0.062 0.063 0.659 0.669 13.184 13.388 13.286
9 0.068 0.069 0.720 0.730 14.405 14.608 14.507
15 0.07 0.072 0.741 0.761 14.812 15.219 15.015
21 0.072 0.074 0.761 0.781 15.219 15.626 15.422
27 0.077 0.077 0.812 0.812 16.236 16.236 16.236
33 0.085 0.084 0.893 0.883 17.864 17.660 17.762
39 0.088 0.089 0.924 0.934 18.474 18.678 18.576
45 0.091 0.092 0.954 0.964 19.084 19.288 19.186
48 0.092 0.091 0.964 0.954 19.288 19.084 19.186
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
Lanjutan

4.5 Kombinasi Enzim selulase : Enzim selobiase (1:1), suhu 50
o
C dan pH 5








4.6 Kombinasi Enzim selulase : Enzim selobiase (2:1), suhu 50
o
C dan pH 5





Kombinasi Enzim selulase : Enzim selobiase (1:2), suhu 50
o
C dan pH 5

4.7 Kombinasi Enzim selulase : Enzim selobiase (1:2), suhu 50
o
C dan pH 5







PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELULOSE : ENZIM SELOBIOSE (1:1) SUHU 50
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.064 0.062 0.680 0.659 13.591 13.184 13.388
6 0.067 0.065 0.710 0.690 14.201 13.795 13.998
9 0.069 0.068 0.730 0.720 14.608 14.405 14.507
15 0.07 0.071 0.741 0.751 14.812 15.015 14.914
21 0.073 0.074 0.771 0.781 15.422 15.626 15.524
27 0.077 0.078 0.812 0.822 16.236 16.439 16.338
33 0.087 0.085 0.914 0.893 18.271 17.864 18.067
39 0.093 0.091 0.975 0.954 19.491 19.084 19.288
45 0.095 0.096 0.995 1.005 19.898 20.102 20.000
48 0.095 0.094 0.995 0.985 19.898 19.695 19.797
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELULOSE : ENZIM SELOBIOSE (2:1) SUHU 50
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.079 0.081 0.832 0.852 16.643 17.050 16.846
6 0.083 0.083 0.873 0.873 17.457 17.457 17.457
9 0.089 0.087 0.934 0.914 18.678 18.271 18.474
15 0.091 0.093 0.954 0.975 19.084 19.491 19.288
21 0.093 0.096 0.975 1.005 19.491 20.102 19.797
27 0.097 0.099 1.015 1.036 20.305 20.712 20.509
33 0.106 0.107 1.107 1.117 22.136 22.340 22.238
39 0.11 0.111 1.148 1.158 22.950 23.154 23.052
45 0.114 0.112 1.188 1.168 23.764 23.357 23.561
48 0.113 0.112 1.178 1.168 23.561 23.357 23.459
PARAMETER
(waktu, suhu,
pH dan ukuran)
ENZIM SELULOSE : ENZIM SELOBIOSE (1:2) SUHU 50
Absorbansi mg Gula Total Gula (%)
Rata-rata
Kadar Gula
(%)
waktu
hidrolisis (jam
ke-) u1 u2 u1 u2 u1 u2
3 0.063 0.062 0.669 0.659 13.388 13.184 13.286
6 0.066 0.065 0.700 0.690 13.998 13.795 13.896
9 0.069 0.068 0.730 0.720 14.608 14.405 14.507
15 0.071 0.071 0.751 0.751 15.015 15.015 15.015
21 0.074 0.074 0.781 0.781 15.626 15.626 15.626
27 0.076 0.078 0.802 0.822 16.033 16.439 16.236
33 0.086 0.085 0.903 0.893 18.067 17.864 17.965
39 0.092 0.091 0.964 0.954 19.288 19.084 19.186
45 0.094 0.095 0.985 0.995 19.695 19.898 19.797
48 0.093 0.094 0.975 0.985 19.491 19.695 19.593
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
LAMPIRAN 5

5.1 Perhitungan Secara Teoritis Hasil Hidrolisis TKKS Menjadi Glukosa
Dengan Bantuan Enzim
Perhitungan secara teoritis dilakukan dengan mengasumsikan 100% TKKS sebanyak
0.5 gram terhidrolisis sempurna untuk hidrolisis dengan enzim selulase. Dari hasil uji
komposisi pada penelitian ini diketahui bahwa TKKS mengandung 45% selulosa.
enzim

TKKS Glukosa
Gambar 1. Ilustrasi Sederhana, Reaktor Untuk Konversi TKKS menjadi Glukosa
Dari Ilustrasi diatas, maka hidrolisis TKKS menjadi Glukosa adalah sebagai berikut:
5.2 Selulosa
Jumlah Selulosa dalam TKKS = 45% x 0,5 gram = 0,225 gram
Reaksi yang terjadi secara sempurna
(C
6
H
10
O
5
)n + n/2 H
2
O
enzim selulase
n/2(C
12
H
22
O
11
)
Mr selulosa = (162)n gram/mol
Mr glukosa = 180 gram/mol
Mol selulosa = Berat selulosa = 0,225 gram = 0,00139/n mol
Mr selulosa (162)n gram/mol
Mol glukosa = n x mol selulosa = n x 0,00139/n mol = 0,00139 mol
gram glukosa = 0.00139 mol x 180 gram/mol = 0.2502 gram
Yield glukosa (basis berat kering TKKS) = gram glukosa = 0,2502 gram= 50,04%
gram sampel 0,5 gram
Jadi secara teoritis % yield yang dihasilkan dari hidrolisis dengan enzim selulase
adalah 50,04%.



REAKTOR
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
LAMPIRAN 6
GAMBAR TAHAP PROSES PENELITIAN

1. Uji Komposisi TKKS
1.1 Uji Kadar Lignin TKKS

Gambar 1.1a. Penentuan Kadar Lignin (refluks)

Gambar 1.1.b Penentuan Kadar Lignin (penyaringan)

Gambar 1.1c Lignin pada TKKS
Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
1.2 Uji Kadar Selulosa


Gambar 1.2 a Penentuan Kadar -Selulosa (titrasi)

Gambar 1.2 b Penentuan Kadar -Selulosa (pengendapan 1 malam)

Gambar 1.2.c Penentuan Kadar -Selulosa (titrasi)


Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011
2. Hidrolisis TKKS

Gambar 2.1 Hidrolisis TKKS secara Enzimatis Dengan Enzim Selobiase Pada Waktu
Hidrolisis jam ke-45


Gambar 2.2 Spektofotometer untuk Penentuan Kadar Glukosa Berdasarkan
Absorbansi yang diperoleh

Pretreatment dan..., Rudy Surya Sitorus, FT UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai