Disusun Oleh:
Adilla Pratiwi (1606831956)
Jessica (1606883064)
Pael Desen Thesa Lonika (1606950592)
Pembimbing:
Dr. Eva Fathul Karamah, S.T., M.T
Daniel Toni Meriaman, S.T.
Disusun oleh:
Adilla Pratiwi (1606831956)
Jessica (1606883064)
Pael Desen Thesa Lonika (1606950592)
Pembimbing,
ii Universitas Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT ASAHIMAS CHEMICAL
Disusun Oleh:
Adilla Pratiwi (1606831956)
Jessica (1606883064)
Pael Desen Thesa Lonika (1606950592)
Disusun untuk melengkapi prasyarat menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi
Teknik Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
dan telah disetujui dan diajukan dalam Presentasi Kerja Praktik.
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Kerja Praktik Pembimbing Departemen
Dr. Ir. Yuliusman, M.Eng. Dr. Eva Fathul Karamah, S.T., M.T
NIP.196607201995011001 NIP.197103101997022001
iv Universitas Indonesia
melibatkan 9 area operasi, dengan proses utama pada area 200, 300, dan 400, yang
secara berturut-turut merupakan reaksi oksiklorinasi etilen, oksigen, dan asam
klorida menghasilkan EDC pada reaktor OHCl, reaksi klorinasi langsung etilen dan
klorin menghasilkan EDC pada reaktor HTDC, serta reaksi perengkahan EDC
membentuk asam klorida dan VCM pada cracking furnace. Hasil produksi akan
dijadikan bahan baku pembuatan polivinil klorida (PVC).
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat-Nya, rangkaian proses Kerja Praktik di PT Asahimas Chemical dapat
penulis jalankan dan selesaikan dengan baik. Kerja praktik ini dilaksanakan sebagai
mata kuliah wajib Program Studi Teknik Kimia Universitas Indonesia, yang
menjadi media persiapan penulis untuk menempuh kehidupan pasca kampus.
Sebagai pemenuhan kewajiban dalam pelaksanaan kerja praktik, laporan ini
disusun sebagai rangkuman fisik atas materi yang diperoleh selama pelaksanaan
kerja praktik. Secara garis besar, laporan ini menguraikan profil perusahaan,
deskripsi proses produksi yang mencakup bahan baku dan produk, aliran proses
utama, utilitas, quality assurance, dan pengolahan limbah, serta tugas khusus
mengenai penyelesaian masalah aktual di lapangan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis berterima kasih atas peran orang-
orang berikut yang membantu penulis secara langsung dan tidak langsung
menunaikan mata kuliah wajib ini, meliputi.
1. Bapak Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, M.Eng. selaku Ketua Departemen
Teknik Kimia Universitas Indonesia dan Ketua Program Studi Teknik
Kimia Universitas Indonesia.
2. Ibu Dr. Eva Fathul Karamah, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kerja
praktik.
3. Bapak Dr. Ir. Yuliusman, M.Eng. selaku koordinator mata kuliah spesial
Kerja Praktik.
4. Bapak Daniel Toni Meriaman selaku pembimbing tugas khusus dan
pemberi materi seputar proses pada pabrik VCM-3 PT Asahimas Chemical,
yang senantiasa meluangkan waktu dan usaha sebagai pembimbing utama
penulis dalam pelaksanaan kerja praktik.
5. Bapak Wahyu, Bapak Jujun, Bapak Faisal dan Bapak Fraidi selaku pemberi
materi teknis dan membimbing observasi peralatan di lapangan.
6. Para operator VCM-3 di distributed control system, yang memberikan
wawasan teknis kepada penulis terkait aliran proses, prinsip kerja alat, dan
mekanisme operasi real proses.
vi Universitas Indonesia
7. Ibu Inti, Bapak Rusman, dan seluruh staf divisi TEO yang memfasilitasi
kebutuhan penulis selama pelaksanaan kerja praktik di PT Asahimas
Chemical.
8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam
membantu penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Demi
perkembangan di masa mendatang, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak terkait dengan penulisan laporan kerja praktik ini. Semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta memberikan kontribusi nyata
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penyusun
BAB II ................................................................................................................ 5
2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................................ 5
2.7.1. Lokasi........................................................................................... 10
ix Universitas Indonesia
3.7.2. Pengolahan Limbah Padat ............................................................. 59
BAB IV ............................................................................................................. 63
4.1. Ringkasan Case Study ........................................................................ 63
BAB V............................................................................................................... 66
5.1. Pengumpulan Data ............................................................................... 66
BAB VI ............................................................................................................. 71
6.1. Validasi Data Desain Heat Exchanger HE-X401 ..................................... 71
BAB VII............................................................................................................ 86
x Universitas Indonesia
7.1. Kesimpulan ......................................................................................... 86
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
1 Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5 Universitas Indonesia
6
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. ASC memperkerjakan lebih dari 1.100
orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan,
termasuk dari daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai
upaya mewujudkan kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat secara terus
menerus, di samping menjalankan program padat karya, pembangunan puskesmas,
pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi, dan menyediakan kesempatan berusaha
bagi pengusaha kecil, dll.
Di bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di
bidang lingkungan PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja PT. ASC juga telah meraih sertifikat OHSAS
18001 serta menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini
membuktikan komitmen PT. ASC terhadap kualitas produknya demi meningkatkan
kepuasan pelanggan, pelestarian lingkungan hidup demi terjaganya kualitas
lingkungan di masa depan serta terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
karyawan dan orang lain yang bekerja untuk dan atas nama PT. ASC.
2.2. Struktur Organisasi
Untuk memastikan tercapainya tujuan perusahaan, PT. ASC menetapkan
pola kendali operasi perusahaan yang tercermin dalam struktur organisasi sebagai
berikut :
1. Dewan Komisaris, yang terdiri dari :
a. Presiden Komisaris
b. Wakil Presiden Komisaris
c. Komisaris
2. Dewan Direktur, yang terdiri dari :
a. Presiden Direktur
b. Wakil Presiden Direktur
c. Direktur, termasuk Manajer Pabrik (Plant Director)
d. Deputi Direktur
3. Manajer Divisi (Division Manager)
4. Asisten Manajer Divisi
5. Manajer Departemen (Department Manager)
6. Kepala Seksi (Section Chief)
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
untuk membangun kesadaran kepada semua karyawan untuk bekerja dengan baik
dan benar,terutama dalam penanganan bahan kimia.
2.6. Pengelolaan Lingkungan
Mengingat proses produksi yang dilakukan melibatkan bahan kimia yang
berkategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sehingga dapat menghasilkan
timbulan produk samping dan limbah berbahaya dan beracun pula sebagai hasil
proses, maka perusahaan telah mengantisipasinya dengan mempersiapkan instalasi
pengolah limbah sesuai jenis limbah yang timbul, seperti :
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment/WWT)
2. Instalasi Pengolahan Limbah Padat (Solid Waste Incinerator/SWI)
3. Instalasi Pengolahan Limbah Gas
Pengolahan limbah pabrik baik untuk limbah cair maupun limbah gas
dioperasikan dan dikontrol secara seksama sesuai dengan standar yang ditentukan,
sementara untuk limbah-limbah yang tidak dapat diolah sendiri, dikirimkan ke
Perusahaan Pengolah Limbah yang ditunjuk pemerintah. Dengan demikian
pencemaran yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar
dapat dihindarkan, sesuai prasyarat Undang-undang terkait dan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001.
2.7. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Lokasi dan tata letak pabrik merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pembangunan pabrik. Lokasi pabrik yang strategis
ditentukan berdasarkan ketersediaan sumber energi dan utilitas lainnya,
ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, peluang pasar, dan sarana transportasi atau
pengangkutan.
2.7.1. Lokasi
PT Asahimas Chemical memiliki kantor pusat di World Trade Centre 2
(WTC 2) 10th Floor, Jalan Jend. Sudirman Kavling 29-31 Jakarta. Lokasi pabrik PT
Asahimas Chemical terletak di kawasan industri Cilegon, Jalan Raya Anyer Km
122, Desa Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan, Cilegon, Banten.
2.7.2. Tata Letak Pabrik
PT Asahimas Chemical terletak di tepi jalan raya Cilegon – Anyer, dengan
batasan daerah sebagai berikut.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
BAB III
DESKRIPSI PROSES PRODUKSI
Universitas Indonesia
15
Soda Kaustik yang dihasilkan pada pabrik ini merupakan hasil yang didapat
dari pabrik C/A. Wujud yang dihasilkan pada pabrik ini berupa dalam wujud
cair dengan tingkat kemurnian 48% dan juga serpihan/flakes dengan tingkat
kemurnian 98%. Pada umumya, Soda Kaustik merupakan bahan kimia yang
digunakan sebagai ampuran bahan baku sabun, detergen, dan lain-lain.
Kapasitas produksi soda kaustik adalah sebesar 700.000 ton/ tahun untuk
wujud cair dan 30.000 ton/tahun untuk wujud flake.
B. Monomer Vinil Klorida (VCM)
Monomer Vinil Klorida merupakan produk hasil pabrik VCM. Produk ini
biasanya digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan PVC dan juga
diijual ke pabrik lain. Kapasitas produksi VCM adalah sebesar 800.000
ton/tahun.
C. Polivinil Klorida (PVC)
Polivinil Klorida merupakan produk yang dihasilkan pada pabrik PVC.
Sebagian besar PVC yang diproduksi digunakan sebagai aplikasi pada
bidang konstruksi, dengan meninjau harga yang ekonomis, kekuatan yang
baik, serta kemudahan dalam instalasi. PVC merupakan bahan plastik
dengan volume produksi nomor tiga terbesar di dunia. Kapasitas produksi
PVC adalah sebesar 550.000 ton/tahun.
D. Etilen Diklorida (EDC)
EDC yang dihasilkan dari reaksi oksiklorinasi dan klorinasi langsung Dijual
ke industry lain dan juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan VCM.
E. Natrium Hipoklorit (NaClO)
Natrium hipoklorit dihasilkan dari hasil campuran soda kaustik dan klorin.
Produk ini dijual dengan kadar kepekatan 10% yang dapat digunakan
sebagai campuran bahan desinfektan dan pembersih. Kapasitas produksi
NaClO adalah sebesar 70.000 ton/tahun.
F. Klorin (Cl2)
Klorin yang dihasilkan dari pabrik CA digunakan sebagai umpan reaksi
pembentukan EDC. Selain itu, klorin juga digunakan sebagai desinfektan
dan dimanfaatkan oleh industri obat-obatan.
G. Asam Klorida (HCl)
Universitas Indonesia
16
HCl dihasilkan dari proses cracking EDC menjadi VCM. Dimana, HCl yang
dihasilkan merupakan produk samping dari proses cracking. HCl yang
dihasilkan digunakan sebagai umpan reaksi oksiklorinasi menghasilkan
EDC. Selain digunakan dalam proses, HCl juga dijual dengan konsentrasi
33%. Sebagai campuran obat-obatan dan makanan. Kapasitas produksi
asam klorida adalah sebesar 355.000 ton/tahun.
3.2. Deskripsi Umum Proses Produksi
PT Asahimas Chemical dalam proses produksi terdiri dari 3 proses utama,
yaitu klor – alkali (C/A), monomer vinil klorida (VCM), dan polivinil klorida
(PVC). Ketiga proses ini berkaitan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara
ketiga proses tersebut dapat diilustrasikan melalui block flow diagram berikut.
Gambar 3.1. Block Flow Diagram Sederhana Proses Produksi PT Asahimas Chemical
(Sumber: PT Asahimas Chemical, 2018)
Uraian berikutnya memaparkan deskripsi umum proses pada setiap pabrik,
dengan penekanan lebih rinci pada pabrik VCM.
3.2.1. Deskripsi Umum Pabrik C/A (Klor – Alkali)
Pabrik C/A menghasilkan soda kaustik sebagai produk utamanya. Bahan
bakunya adalah garam industri yang diproses dengan cara elektrolisis. Produk
Universitas Indonesia
17
samping dari reaksi ini mengahasilkan klorin dan hidrogen. Gas klorin yang
dihasilkan dari pabrik ini, selanjutnya diolah pada pabrik VCM.
Proses diawali dengan pelarutan garam industri tangki pelarutan dengan
menggunakan air industri, sehingga terbentuk larutan natrium klorida (NaCl).
Selanjutnya, larutan ini diumpankan ke dalam reaktor untuk beberapa tahap
pemurnian. Pertama, dilakukan brine purification dengan menambahkan bahan
kimia, ion-ion pengotor dalam larutan garam itu dinonaktifkan. Proses dilanjutkan
dengan memasukkan larutan dalam clarifier, yang bertujuan untuk mengendapkan
kotoran dan dapat dipisahkan. Pada tahap pemurnian kedua, larutan garam (brine)
diumpankan ke dalam brine resin tower (anion/cation bed). Resin tower ini
digunakan untuk mengikat ion-ion pengotor yang masih terikat dalam larutan
garam. Larutan garam yang sudah bersih disebut sebagai BRP (purified brine).
Setelah dimurnikan, bahan baku siap melewati berbagai rangkaian proses
ini
Unit elektrolisis
Reaksi elektrolisis dilakukan dengan menggunakan Ion Exchange
Membrane Technology yang dikenal dengan Azec system. Sistem ini
merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Asahi Glass Co. Ltd. dari
Jepang yang memiliki keunggulan bebas polusi, karena tidak menggunakan
unsur merkuri dan dapat menghemat energi karena konsumsi listrik yang
rendah. BRP diumpankan ke sel elektrolisis pada bagian anoda, sementara
pada katoda diumpankan demineralized water (WD). Pada bagian dalam sel
elektrolisis terdapat membran berjenis monopolar yang hanya dapat
ditembus atau dilewati oleh ion natrium. Proses elektrolisis terjadi dengan
adanya bantuan energi listrik dari PLN yang dirubah dari arus bolak-balik
(AC) menjadi arus searah (DC) dengan menggunakan rectifier sesuai
dengan kebutuhan energi di elektrolisis. Adapun reaksi yang terjadi dalam
proses elektrolisis diuraikan sebagai berikut.
Reaksi pada anoda
NaCl → Na + Cl
1
Cl → Cl + e
2
Reaksi pada katoda
Universitas Indonesia
18
1
+ → +
2
+ →
Reaksi keseluruhan
1 1
+ → + +
2 2
Hasil proses elektrolisis adalah gas hidrogen, gas klorin dan soda kaustik
(NaOH) dengan konsentrasi 32%-wt. Gas hidrogen yang dihasilkan
digunakan sebagai bahan bakar furnace pada reaksi perengkahan EDC
membentuk VCM pada pabrik VCM.
Unit evaporasi kaustik
Unit evaporasi kaustik ini menggunakan sistem evaporator Tripple Effect.
Kalor yang dibutuhkan untuk evaporasi berasal dari pembakaran LPG dan
hidrogen dengan udara. Sistem ini mengubah larutan NaOH sebagai hasil
proses elektrolisis yang kemudian dipekatkan dari konsentrasi 32%-wt
menjadi 48%-wt. Produk yang telah terbentuk kemudian disimpan di dalam
tangki penampung dan siap untuk dipasarkan. Larutan NaOH dalam wujud
cair dengan kadar 48%-wt hasil keluaran evaporator siap dipasarkan. Selain
itu, juga dijual dalam bentuk flake dengan konsentrasi 98%-wt setelah
dibentuk menggunakan flaker.
Unit pemrosesan klorin
Gas klorin dari hasil elektrolisis kemudian digunakan sebagai bahan baku
dalam reaksi pembentukan EDC. Pembentukan EDC ini diproses pada
pabrik VCM. Pada unit pemrosesan klorin, terdapat seksi chlorine gas
drying and compression dimana terjadi proses pendinginan dan pencucian
gas klorin. Setelah dilakukan proses pendinginan dan pencucian, kemudian
dilanjutkan dengan proses pengeringan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya korosi. Tahap terakhir pada unit ini adalah menaikkan tekanan
gas untuk mendistribusikan ke unit selanjutnya. Pada seksi chlorine
liquefaction, klorin didinginkan dan dikondensasikan menggunakan freon
karena akan disimpan dalam fasa cair.
Purifikasi HCl
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Recovery VCM
Recovery VCM digunakan untuk memproses VCM yang tidak bereaksi baik
dari seksi polimerisasi maupun seksi demonomerisasi membentuk cairan
VCM. Recovery VCM dilakukan dalam VCM gas holder yang dikompresi
sehigga menghasilkan kondensasi yang dapat digunakan kembali sebagai
bahan baku polimerisasi.
Penyimpanan dan Pengemasan
Produk PVC yang telah disimpan sementara dalam product silo dikemas
dalam kantong kemasan berukuran 25 kg dan 600 kg. Seksi penyimpanan
dan pengemasan menggunakan 4 buah silo, 3 buah untuk storage dan 1 buah
untuk produk PVC off-grade. Ketika dilakukan flushing, kantong-kantong
yang telah terisi ditransfer ke bagging melalui conveyor yang secara
otomatis bertumpuk pada sebuah palet dan kemudian disimpan dalam
gudang.
3.3. Departemen VCM-3
Pabrik VCM didirikan untuk meningkatkan aspek ekonomis operasi pabrik
C/A. Gas klorin yang dihasilkan dijadikan umpan pembentukan VCM. Selain itu,
ada pula umpan tambahan berupa etilen dan oksigen, dihasilkanlah monomer vinil
klorida, yang menjadi bahan baku pembentukan PVC pada pabrik PVC.
Terdapat 3 pabrik VCM yang beroperasi, dengan nama VCM-1, VCM-2,
VCM-3. Ketiga pabrik ini memiliki prinsip utama yang sama, dengan perbedaan
pada teknologi yang digunakan dalam proses. Tinjauan pembahasan selanjutnya
akan berfokus pada pabrik VCM-3.
Pabrik VCM-3 tersusun atas 9 area yang terintegrasi satu dengan yang lain
untuk menghasilkan VCM. Kesembilan area itu dijabarkan sebagai berikut.
Area 100 : Ethylene Handling
Area 200 : Reaksi Oksiklorinasi (OHCl)
Area 300 : Reaksi Klorinasi Langsung (HTDC) dan Purifikasi EDC
Area 400 : Reaksi Perengkahan EDC
Area 500 : Purifikasi VCM
Area 600 : Waste Water Treatment
Area 700 : Refrigeran
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
diperoleh melalui impor dari Qatar dan dari PT Chandra Asri Petrochemical. Etilen
disimpan dalam tangki penyimpanan berbentuk bola dalam fasa liquid. Tangki
penyimpanan diberi nama ST-X921 dan diinsulasi.
Etilen disimpan dengan kisaran temperatur -106oC dalam tangki
penyimpanan. Kemudian, etilen ini dipanaskan dengan heater, dengan sumber
panas berupa gas HCl dan uap metanol. Aliran etilen selanjutnya diteruskan ke
reaktor OHCl pada unit 200 untuk reaksi oksiklorinasi dan ke reaktor HTDC pada
unit 300 untuk reaksi klorinasi langsung.
3.3.2. Area 200
Reaksi oksiklorinasi merupakan reaksi pembuatan EDC dengan
memanfaatkan HCl yang terbentuk dari hasil perengkahan. HCl ini kemudian
direaksikan dengan suplai oksigen untuk menghasilkan klorin yang akan bereaksi
dengan etilen menjadi EDC melewati dua tahap berikut.
1
2 + → +
2
+ →
Intermediet klorin yang terbentuk akan secara langsung bereaksi dengan
umpan etilen sehingga diperoleh reaksi total sebagai berikut.
1
2 + + → +
2
Peralatan utama yang ada di area 200 meliputi reaktor hidrogenasi, reaktor
oksiklorinasi, kolom quencher, serta recovery train dengan proses OVR (Oxygen
Vent Recycle).
Sebelum memasuki reaktor oksiklorinasi, HCl, etilen, dan oksigen perlu
melalui tahapan preheat untuk memastikan fasa berada di fasa gas untuk mencegah
terjadinya dew point corrosion. Setelah tahapan preheat, HCl perlu melewati
reaktor hidrogenasi RE-X205, dengan tujuan mengkonversi kandungan asetilen
menjadi etilen menurut reaksi berikut. Kontaminasi etilen berasal dari hasil
perengakahan EDC. Etilen merupakan salah satu produk samping dari perengkahan
EDC.
C H +H →C H
Adapun hidrogen yang diperlukan dalam reaksi diperoleh dari pabrik C/A-
5 dengan temperatur berkisar pada 80oC. Gas hidrogen ini disimpan di VE-X220
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
reaktor oksiklorinasi RE-X201. Recycle gas ini berperan sebagai medium fluidisasi
bagi katalis dalam reaktor.
Sebagian kecil recyle gas di-purge dari sistem untuk menghilangkan
akumulasi CO2, CO, etilen, dan inert. Aliran purge dari crude EDC KO Pot
bergabung dengan aliran vent dari CO2 stripper menuju vent gas chiller HE-X211
dan vent gas separator VE-X212 untuk recovery EDC sebelum dibuang ke
insinerator.
Fasa cair dari crude EDC KO pot akan dipompakan ke kolom CO2 stripper
TW-X205, di mana CO2 terlarut akan di-strip oleh nitrogen. Campuran EDC dan
air selanjutnya dialirkan ke crude EDC decanter, di mana air dan EDC dipisahkan
dengan prinsip dekantasi oleh perbedaan berat jenis. Dari decanter, air akan
dikembalikan ke kolom quencher TW-X201 sementara EDC akan dipompakan ke
caustic wash tank VE-X204. Kaustik diinjeksikan pada caustic wash tank dengan
tujuan menghilangkan kloral dan 2-kloroetanol yang terbentuk sebagai produk
samping dari reaksi oksiklorinasi. EDC yang telah bersih dari pengotor selanjutnya
dikirim ke tangki penampung ST-X901.
Universitas Indonesia
Gambar 3.4. Process Flow Diagram Sederhana Area 200 Pabrik VCM-3
(Sumber: Departemen VCM-3, PT Asahimas Chemical, 2019)
27 Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
HBC akan turun sebagai produk bawah. Produk atas hiboil column selanjutnya
dialirkan melalui HE-X305 untuk didinginkan dan menuju VE-X302. Dari vessel
ini, sebagian aliran akan ditransfer ke line mixer LM-X205 untuk recovery EDC,
sementara pengotor akan dibuang menggunakan sistem HTDC vent ke area 800.
Produk bawah hiboil column dialirkan kembali ke reaktor RE-X301 untuk backup
level dan sebagian dialirkan ke vacuum column TW-X303 untuk mem-blow
komponen heavies. Adapun produk tengah dari hiboil column berupa EDC
ditransfer ke tangki penyimpanan ST-X903 untuk menjadi umpan furnace, dan
sebagian dikirimkan ke TW-X305 untuk pemurnian EDC lebih lanjut apabila
terdapat kebutuhan ekspor EDC.
Dalam vacuum column TW-X303, terjadi pemisahan antara EDC dan high
boiling component menggunakan tekanan vakum, di mana EDC keluar sebagai
produk atas dan HBC keluar sebagai produk bawah. Tekanan vakum dipilih untuk
digunakan atas dasar keunggulan yaitu mengurangi kebutuhan steam dan
temperatur untuk melangsungkan proses separasi. Kolom ini didukung oleh reboiler
HE-X307 dengan medium pemanas berupa steam bertekanan rendah (SLP) dan
kondenser HE-X308 dengan medium pendingin berupa air pendingin. Produk atas
akan dialirkan ke VE-X304, di mana sebagian aliran akan direfluks kembali dan
sebagian lainnya memasuki sistem vent dan recovery EDC ke line mixer LM-X205.
Sementara itu, produk bawah vacuum column berupa tar akan memasuki tangki
penyimpanan EDC Tar ST-X931 pada area insinerator.
Universitas Indonesia
Gambar 3.5. Process Flow Diagram Sederhana Area 300 Pabrik VCM-3
(Sumber: Departemen VCM-3, PT Asahimas Chemical, 2019)
30 Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
EDC panas kemudian masuk ke bagian radiasi dan mulai terengkah pada
temperatur sekitar 350 oC sampai temperatur akhir sekitar 500oC. Reaksi ini
merupakan reaksi endoterm dengan panas reaksi sebesar 71 kJ/mol. Proses
penguapan EDC secara superheated harus dijalankan dengan sempurna untuk
mengurangi potensi terbentuknya coke, yang dapat menyebabkan pengendapan dan
penurunan efisiensi furnace serta meningkatkan kebutuhan panas dalam proses
perengkahan.
Proses cracking ini dirancang untuk membentuk VCM dengan konversi
EDC mencapai 55%. Untuk mencapai konversi yang dikehendaki, waktu tinggal
EDC pada radiant coil sekitar 14 detik. Jika temperatur ditingkatkan, selektivitas
akan berkurang meski menaikkan konversi. Tekanan juga diatur pada 11 kg/cm2(g)
pada coil exit sebab tingginya tekanan akan menyebabkan bertambahnya
pembentukan coke.
Hasil keluaran furnace berupa VCM, HCl, dan pengotor lain selanjutnya
dikirim ke Transfer Line Exchanger HE-X411. Unit ini menggunakan bantuan air
sebagai penangkap energi panas dari keluaran furnace dan menghasilkan steam
bertekanan sangat tinggi (SHHP).
Setelah melewati TLE, aliran diteruskan ke kolom quench scrubber TW-
X401. Adapun tujuan pendingingan gas secara mendadak dijabarkan sebagai
berikut.
Mendinginkan gas keluaran furnace hingga mencapai dew point gas.
Pendinginan yang cepat terhadap gas dilakukan untuk mengurangi potensi
terjadinya reaksi samping, pembentukan coke, dan reaksi balik antara VCM
dan HCl yang bisa membentuk 1,1-EDC yang tidak dapat digunakan untuk
proses perengkahan bila di-recycle.
Memisahkan fasa cairan dan fasa gas untuk mendapatkan efektivitas
pemisahan dalam area 500 secara sempurna.
Menghilangkan karbon dan tarr yang dihasilkan dari proses cracking.
Memaksimalkan kondensasi overhead product dari quenching tower. Aliran
uap akan dipertukarkan panas dengan feed EDC untuk preheating sebelum
dimasukkan ke furnace.
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
ditransfer melalui sistem pendingin menggunakan etilen dan refrigeran menuju HCl
column reflux accumulator VE-X501 dan direfluks kembali ke kolom.
Produk atas kolom HCl yang merupakan HCl free organic akan menuju HE-
X403 sebelum akhirnya menuju area 200 sebagai umpan reaktor oksiklorinasi. HCl
yang menuju reaktor oksiklorinasi dipastikan bebas senyawa organik untuk
mencegah terjadinya reaksi samping membentuk produk trikloroetilen.
Cairan yang ditangani oleh kolom HCl merupakan cairan yang berkarbon
yang bsa menyebabkan terjadinya fouling pada peralatan, terutama reboiler. Untuk
mengantisipasi jika terdapat masalah pada reboiler saat beroperasi. Maka terdapat
reboiler cadangan yang standby. Aliran bawah kolom HCl TW-X501 yang
mengandung EDC dan VCM selanjutnya diumpankan menuju kolom VCM TW-
X502 setelah melewati strainer pada sistem perpipaan tersebut. Perlu dilakukan
perawatan secara berkala pada aliran ini karena pada aliran ini sering terdapat coke
yang menyumbat aliran.
Pada kolom VCM TW-X502 terjadi pemisahan antara EDC dan VCM yang
dilengkapi dengan kondenser HE-X504 dan reboiler HE-X503. Adapun medium
pendingin kondenser adalah air pendingin sementara media pemanas di reboiler
merupakan steam bertekanan menengah (SMP). Produk atas kolom TW-X502 yang
mengandung VCM dan trace HCl selanjutnya memasuki VCM stripper TW-X504
sementara produk bawah berupa EDC recycle dialirkan ke reaktor klorinator RE-
X510.
Produk bawah kolom VCM TW-X502 yang merupakan EDC recycle akan
dialirkan menuju RE-X510 untuk mengubah light menjadi heavies. Keluaran
reaktor ini akan masuk ke tangki penyimpanan ST-X902 dan melalui economizer
HE-X513 untuk selanjutnya memasuki hiboil column TW-X302 sebagai recovery
EDC.
Pada VCM stripper TW-X504, terjadi pemisahan antara VCM dan HCl sisa.
HCl yang keluar sebagai produk atas akan didinginkan oleh kondenser HE-X508
dengan medium pendingin berupa air pendingin. Sebagian aliran ini direfluks
kembali ke kolom, sementara sebagian lainnya dialirkan menuju VCM dryer TW-
X506 dengan adanya penambahan soda kaustik untuk menghilangkan jejak HCl
yang masih ada. Produk bawah kolom VCM TW-X504 yaitu produk VCM akan
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
Gambar 3.6. Process Flow Diagram Sederhana Area 400 dan 500 Pabrik VCM-3
(Sumber: Departemen VCM-3, PT Asahimas Chemical, 2019)
36 Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
Gambar 3.7. Process Flow Diagram Sederhana Area 600 Pabrik VCM-3
(Sumber: Departemen VCM-3. PT Asahimas Chemical, 2019)
39 Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
Wet vent gas, dry vent gas, VHT (HTDC vent gas), dan HCl neutralization.
Peralatan utama area 800 mencakup 2 waste liquid-gas incinerator, 2 steam
drum, 2 waste storage untuk light dan heavies, 2 quencher, 2 kolom absorber, 2
kolom scrubber, 4 HCl storage, 2 alkali storage, 1 HCl nt storage.
Tar dan gas buang dibakar dalam insinerator FU-X851 dan FU-X861. FU-
X851 digunakan untuk membakar sebagian besar tar sementara FU-X861
digunakan untuk membakar vent gas. Untuk melengkapi segitiga api proses
pembakaran, bahan bakar berupa natural gas (NG) dimasukkan ke dalam furnace,
beserta udara yang juga dimasukkan menggunakan blower. Untuk memperoleh
proses pembakaran yang optimum, udara bertekanan (air pressure) berasal dari
utilitas diaplikasikan untuk mengabutkan tar cair sebelum proses pembakaran
berlangsung. Proses ini bertujuan untuk menaikkan tekanan agar tidak terjadi
penetesan tar cair ke bagian bawah furnace.
Proses pembakaran menghasilkan gas HCl, karbon, dan Fe. Hasil
pembakaran ini selanjutnya diteruskan ke unit gabungan waste heat recovery HE-
X851 dan steam drum VE-C854, dan menghasilkan SHHP untuk menjadi backup
steam pada furnace di area 400. Keluaran unit ini selanjutnya diteruskan ke
quencher VE-X858 sebagai unit pendingin sebelum memasuki kolom HCl
absorber. Quencher tersusun atas material carbon steel yang dilapisi lining dan batu
tahan panas di dalamnya. Keluaran bottom quencher direfluks kembali seiring
dengan proses pembuangan (blow) Fe ke area 600.
Kolom HCl absorber TW-X851 tersusun atas bubble tray dengan masukan
air demineral yang berfungsi mengabsorb gas HCl. Kolom ini terhubung dengan
kolom alkali scrubber TW-X852 yang berfungsi untuk meng-scrub sisa asam
menggunakan soda kaustik dan natrium tiosulfit untuk mencegah polusi ke
lingkungan. Produk kolom HCl absorber yang memenuhi spesifikasi akan dikirim
ke tangki penyimpanan ST-X851. Adapun pesifikasi yang dimaksud meliputi kadar
HCl sebesar 19 s.d. 21%, kadar Fe kurang dari 10 ppm, serta kadar klorin bebas
sebesar maksimum 5 ppm. Produk HCl yang diperoleh selanjutnya akan dialirkan
ke tangki ST-X812 dan dipompakan ke pabrik C/A-1 dan VCM-2 untuk diolah
lebih lanjut. Selain itu, HCl yang dihasilkan juga dapat digunakan sebagai agen
netralisasi pada area 600. Sementara itu, produk yang tidak memenuhi spesifikasi
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
Gambar 3.8. Process Flow Diagram Sederhana Area 800 Pabrik VCM-3
(Sumber: Departemen VCM-3, PT Asahimas Chemical, 2019)
43 Universitas Indonesia
3.3.9. Area 900
Area 900 merupakan area penyimpanan baik berupa bahan baku maupun
produk yang dihasilkan. Area ini terdiri dari:
- Tabung etilen
- Deaerator
Deaerator merupakan tempat pendistribusian kondensat dari hasil
kondensasi reboiler dengan suhu 134°C. Deaerator berfungsi untuk
menghilangkan oksigen dalam air karena oksigen bersifat korosif. Ada
beberapa bagian dari deaerator, yaitu untuk SHHP, SMP, dan SLP.
Kondensat yang dihasilkan dari SHHP disebut SHHC, Kondensat yang
dihasilkan SMP disebut SMC, dan kondensat yang dihasilkan dari SLP
disebut SLC. SMP dan SHHP akan dimasukkan ke kondensat drum VE-
X953, sementara SLP akan masuk ke LP kondensat drum. Tujuan dari
pemisahan kondensat dari tekanan yang berbeda adalah agar tidak terjadi
hummering dalam pipa.
Pada sistem deaerator digunakan blower untuk menjaga konsentrasi dari
zat-zat kimia yang lain tetap rendah. Hasil kondensasi dari VE-X955 akan
dimasukkan ke dalam steam drum. Sumber steam berasal dari panas dari
furnace, reaktor OHCl (oksiklorinasi), incinerator, dan panas dari
interkoneksi.
- Storage
ST-X903 digunakan untuk penyimpanan EDC yang bersumber dari
TW-X302, TW-X303, dan TW-X305.
ST-X901 digunakan untuk penyimpanan Wet Crude EDC yang
bersumber dari produk OHCl, VE-X204 yang merupakan proses
dekantasi. Hasil dari tempat penyimpanan ini digunakan untuk TW-
X301 dalam proses pemisahan air.
ST-X902 digunakan untuk penyimpanan Dry Crude EDC yang
bersumber dari proses cracking.
ST-X930, ST-X931, dan ST-X932 digunakan untuk penyimpanan
limbah dengan ST-X930 bersumber dari hasil Top TW-X301,
dekantasi, VE-X301 yang kemudian limbah yang terkumpul dibakar
44 Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
Parameter Persyaratan
COD (Mn) < 2 ppm
Residu Cl2 < 0,1 ppm
Turbiditas < 1,0 ppm
(Sumber: Utilitas, PT Asahimas Chemical, 2016)
Sebelum disuplai menjadi bahan baku industri, air ditampung dalam basin
dan diberi koagulan. Selanjutnya bahan baku air dari basin dikirim ke coagulant
Universitas Indonesia
51
filter untuk menyaring padatan yang terkoagulasi, lalu gas klorin diinjeksikan untuk
menghilangkan mikroorganisme yang ada di dalam air. Setelah itu, air tangki
dialirkan ke penampungan air industri melalui carbon filter untuk menyaring
pengotor berukuran lebih kecil. Air hasil proses ditampung dalam kapasitas tangki
850 m3 dan kemudian digunakan sebagai bahan baku air demineralisasi.
3.5.2.2. Potable Water (WN)
Potable water merupakan air yang digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga di PT Asahimas Chemical, meliputi keperluan gedung, kantin, toilet, dan
lain – lain. Sumber air yang digunakan berasal dari deep well, yang melalui proses
penyaringan menggunakan coagulant filter dan ditambahkan klorin sebesar 0,05
ppm, dan disaring dengan carbon filter untuk menyerap substansi organik yang
terkandung.
3.5.2.3. Air Demineral (WD)
Air demineral merupakan air yang tidak mengandung mineral-mineral
terlarut seperti Ca2+, Mg2+, Na+ dan logam-logam lainnya. Kapasitas tangki
penampung air demineral yang berada di PT Asahimas Chemical adalah 900 dan
1000 m3. Dalam pembuatan air demineral, digunakan air industri yang dimasukkan
dalam cation exchanger dan menjalani reaksi berikut.
R-H+ ⟶ R-M + H+
Hasil dari tahap cation exchanger kemudian dimasukkan ke dalam
degasifier, dengan tujuan menghilangkan gas CO2 yang terlarut dalam air
menggunakan ejektor sampai tekanan mencapai 760 mmH2O.
HCO3- ⟶ CO2 + H2O
Tahap akhir adalah memasukkan air ke dalam anion exchanger. Tahap ini
mampu menghilangkan ion-ion OH- yang ada di dalam air, sehingga diperoleh air
demineral.
H+ + R-OH + Na+ ⟶ R-N + H2O
Pada umumnya, air demineral dapat digunakan untuk air proses di dalam
pabrik, untuk regenerasi, dan backwash kolo resi, serta sebagai umpan boiler. Air
demineral yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
Universitas Indonesia
52
Parameter Persyaratan
Konduktivitas elektrik < 5 µS/cm
Kadar silika < 0,1 ppm
Total Fe < 0,005 ppm
Suspended solids < 0,1 ppm
Residu oksigen < 1,0 ppm
(Sumber: Utilitas, PT Asahimas Chemical, 2016)
3.5.2.4. Boiler Feed Water (BFW)
Air umpan boiler merupakan air dengan kualitas tertinggi yang ada di
industri. Hal itu disebabkan kualitas air yang buruk dapat memicu terjadinya korosi
yang akan mengakibatkan kerusakan pada boiler.
Bahan baku dari BFW adalah air demineral yang telah ditambahkan
hidrazin untuk mengikat oksigen dan natrium fosfat untuk meningkatkan keasaman
sehingga menjadi basa.
3.5.2.6. Air Pemadam Kebakaran
Air pemadan kebakaran digunakan untuk memadamkan api saat terjadi
kebakaran di pabrik. Air ini diperoleh langsung dari sumur, lalu ditampung dalam
bak penampung, dan selanjutnya didistribusikan ke bagian-bagian pabrik dengan
sistem hidran. Selain air sumur, air laut dapat digunakan sebagai alternatif air
pemadam kebakaran.
3.5.3. Pemisahan Udara
Air Separation adalah unit pada utilitas yang menghasilkan kebutuhan
oksigen dan nitrogen, baik dalam bentuk cair maupun gas. Bahan baku pada unit
air separation adalah udara yang ada di lingkungan. Produk yang dihasilkan pada
air separation unit adalah sebagai berikut:
Gas Nitrogen
Gas nitrogen yang dihasilkan dibedakan menjadi dua yakni Nitrogen Low
Pressure (4,3 s.d. 5 kg/cm2.G) yang dihasilkan sebanyak 1500 m3/h dan
Nitrogen High Pressure (12 kg/cm2.G) yang dihasilkan sebanyak 2000
m3/h. Nitrogen Low Pressure digunakan untuk membilas air murni yang
diumpankan ke dalam reaktor, membilas air murni yang berisi VCM, dan
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
54
sebagai air pendingin, air laut harus disaring dulu menggunakan bar screen
dan fine screen. Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan kotoran dari
ukuran besar sampai dengan ukuran yang relatif kecil seperti kayu, plastik,
pasir, dan lain-lain. Selanjutnya, dilakukan penyaringan lanjutan dengan
striner untuk menyaring kotoran dengan ukuran yang sangat kecil, agar
tidak menyumbat pada heat exchanger.
Cooling Water System
Jenis cooling water system merupakan air pendingin yang digunakan pada
cooling tower. Air yang digunakan adalah air industri. Air yang diproses
pada cooling tower sebelumnya diinjeksikan NaClO dan nitrit terlebih
dahulu, yang berturut-turut menghilangkan mikroorganisme dan mencegah
pembentukan scale.
3.5.6. Penyediaan Bahan Bakar
Unit ini menyediakan bahan bakar yang akan digunakan pada proses
industri. Jenis bahan bakar yang digunakan di PT Asahimas Chemical diuraikan
sebagai berikut.
Liqufied Petroleum Gas (LPG) dan Liquified Natural Gas (LNG)
LPG sebagai bahan bakar yang digunakan PT Asahimas Chemical
bersumber dari PERTAMINA. Tekanan LPG yang digunakan berkisar pada
2,5 s.d. 3 kg/cm2.G. Selain penggunaan LPG, terdapat juga penggunaan
LNG yang dikirim dari Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui pipa bawah
tanah.
Fuel Oil
Fuel Oil merupakan hasil pencampuran dari heavy oil (HVO) dan Industrial
Diesel Oil (IDO). Pencampuran ini dilakukan untuk efisiensi biaya dan
peningkatan kualitas dari bahan bakar tersebut. Pencampuran yang
dilakukan memiliki rasio 60:40, hasil dari pencampuran tersebut diharapkan
memilki kandungan sulfur yang memenuhi baku mutu lingkungan. HVO
dan IDO merupakan dua bahan yang disupply oleh satu perusahaan yang
sama, yaitu Pertamina.
Batubara
Universitas Indonesia
55
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
hasil proses PT Asahimas Chemical ini dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
wujudnya, yaitu limbah gas, padat, dan cair.
Secara khusus untuk pabrik VCM-3, limbah cair sisa proses produksi yang
dihasilkan merupakan cairan yang mengandung senyawa organik. Limbah ini
kemudian diolah lebih lanjut pada unit waste water treatment (WWT). Sementara
itu, tar sebagai limbah padat dan gas buang (vent gas) sebagai limbah gas akan
diolah lebih lanjut pada unit insinerator. Gas buang umumnya masih mengandung
senyawa klorin (Cl2) dan HCl yang berbahaya bila terhirup. Selain tar, coke juga
merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses cracking EDC. Coke
umumnya ditemukan dalam bentuk lumpur (sludge) dan masih mengandung
senyawa tembaga. Adapun standar effluent atau buangan limbah yang ditetapkan
dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3.8. Standar Effluent
Parameter Nilai Satuan
pH 6,0 – 9,0
Suspended solid (SS) 50 mg/L
Cu 3 mg/L
Fe 10 mg/L
Biochemical Oxygen Demand (BOD) 150 mg/L
Chemical Oxygen Demand (COD) 300 mg/L
Karbon Tetraklorida 0,02 mg/L
(Sumber: Utilitas, PT Asahimas Chemical, 2017)
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
organik yang ada pada line 3 kurang lebih hanya 3 ppm, dengan kandungan
COD kurang lebih 20 ppm, dan pH sekitar 11,5. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka hanya perlu dilakukan proses pH adjustment.
Line 4. Limbah Cair Asam Organik
Selain pada line 2, proses pengolahan limbah dari VCM-1 juga dilakukan
pada line 4. Kondisi limbah pada line 4 ini memiliki kandungan limbah
organik kurang lebih 300 ppm, suspended solid 265 ppm, dan COD 50,4
ppm. Tingkat keasamannya sendiri berada pada kondisi asam. Berdasarkan
kandungan tersebut, maka pengolahan yang harus dilakukan adalah pH
adjustment, proses clarifying, dan organic treatment.
Line 5. Organic Acid Waste dan Old Incine Scrubbing
Proses pengolahan pada line 5 (limbah HCl 19% SWI (Solid Waste
Incinerator), air, HCl scrubbing pembakaran) adalah proses netralisasi
sebab waste water yang ada di line 5 memiliki kandungan Fe, S, dan Cu
kurang lebih 605 ppm. Pengolahannya sendiri dilakukan dengan cara Cu
treatment dan proses clarifying.
Line 6. C/A Slurry
Line 6 merupakan waste water yang berasal dari Departemen C/A I, II yang
berupa slurry. Komposisi waste water yang berada pada line 6 didominasi
oleh COD dengan konsentrasi lebih dari 700 ppm dan ada senyawa lain
berupa garam, seperti NaCl, NaHCO3, dan Na2SO4 dalam suasana basa.
Proses pengolahannya sendiri dilakukan dengan netralisasi dan dewatering.
Line 7. VCM-2 Plant Waste Water
Waste water pada line 7 berasal dari VCM-2 sama sepeerti pada line 2,
hanya saja kandungan COD pada line 7 lebih tinggi dibanding pada line 2.
Proses pengolahannya pun sama seperti yang ada pada line 2.
Pada pabrik VCM-3, limbah cair organik yang dihasilkan ditampung dalam
waste liquid receiver. Limbah cair yang dikenal dengan tar pada umumnya
mengandung 80% Cl, 18,5% C, dan 1,5% H. Dengan pertimbangan atas kandungan
klorin yang masih banyak, perlu dilakukan proses pengolahan limbah pada area 800
seiring dengan recovery HCl untuk diolah dan dipasarkan secara mandiri. Adapun
air limbah proses diolah di area 600 dengan alat utama berupa kolom waste water
Universitas Indonesia
62
stripper yang menghasilkan buangan limbah ke WWT Bio sementara EDC di-
recover kembali ke area produksi.
Universitas Indonesia
BAB IV
PENDAHULUAN LAPORAN KHUSUS
Universitas Indonesia
65
meski terjadi bending. Alat penukar panas ini ingin dirancang dengan overdesign
sebesar 10% agar tetap terjaga pertukaran panasnya. Penulis diminta membantu
desain alat penukar panas baru tersebut dan memberi rekomendasi operasi proses
yang optimal.
4.4. Tujuan
Adapun tujuan dalam pelaksanaan tugas khusus ini dijabarkan sebagai
berikut.
Melakukan validasi data desain HE-X401 dengan menggunakan piranti
lunak HTRI.
Mengusulkan desain baru HE-X401 yang efektif untuk mengatasi masalah
kebocoran dan memperoleh pertukaran panas yang optimal.
Mengusulkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan operasi dan
meminimalkan fouling pada HE-X401.
Universitas Indonesia
BAB V
METODOLOGI LAPORAN KHUSUS
66 Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
Universitas Indonesia
70
Beberapa parameter yang ditinjau adalah laju alir masuk EDC, laju alir liquid
purge, dan laju alir SHHP. Masing-masing parameter dikontrol dengan control
valve tertentu. Besar bukaan aktual tiap control valve akan dicatat pada tahap ini.
Universitas Indonesia
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
71 Universitas Indonesia
72
Universitas Indonesia
73
Tabel 6.1. Perbandingan Datasheet dengan Hasil Perhitungan Data Desain HE-X401
1 1 ( " 1
!
= + + ×
ℎ 2#$ ! ℎ!
Universitas Indonesia
74
Hasil simulasi mendapatkan nilai U clean yang lebih kecil dari datasheet.
Diduga penyebab deviasi ini disebabkan karena nilai Kw dari material cupronikel
70/30 pada HTRI berbeda dengan nilai yang dimasukkan pada datasheet.
Kedua, deviasi dari nilai U clean berdasarkan perhitungan piranti lunak
desain HE yang dilakukan secara bertahap (Bennett, et al., 2007). Nilai area efektif
yang berbeda akan memengaruhi nilai koefisien keseluruhan total.
1
&'()* = *
+ ,- -)' ∑/01 &'()*,/ + ,/
Universitas Indonesia
75
Universitas Indonesia
76
Data – data aktual yang diperoleh kemudian dijadikan input dalam HTRI
Xchanger Suite. Rangkuman input perhitungan ditunjukkan pada gambar berikut.
Universitas Indonesia
77
Pada proses kalkulasi, dilakukan perubahan pada laju alir cold shell. Hasil
report akan dibandingkan dengan hasil keluaran desain. Setelah dilakukan running,
Universitas Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
Universitas Indonesia
80
Universitas Indonesia
81
Universitas Indonesia
82
Universitas Indonesia
83
diperoleh overdesign ~8%. Demikian ketika digunakan layout pattern 30° dengan
menambah tie rods di sisi radius akan diperoleh pula overdesign ~8%. Oleh sebab
itu, pengubahan layout pattern saja tidak cukup untuk memperoleh overdesign yang
diinginkan dengan ukuran diameter shell yang sama. Selain itu, pengubahan pola
tube kurang disukai dalam aplikasi EDC Vaporizer sebab EDC yang merupakan
fluida dengan tingkat fouling tinggi ditempatkan pada sisi shell. Jika digunakan tube
dengan pola selain 90° akan memberikan kesulitan dalam tahap pembersihan.
Universitas Indonesia
84
tabel berikut tersaji hasil parameter dengan variasi diameter dalam shell yang
berbeda. Tabel yang diarsir menandakan parameter yang terkait tidak lulus evaluasi
sehingga tidak dipilih.
Tabel 6.7. Simulasi resizing HE-X401
Dari hasil simulasi, dapat disimpulkan bahwa shell dengan diameter 1985
mm dan jumlah tie rods/dummy tube di sisi radius 176 yang akan dipilih untuk
desain baru dari heat exchanger. Pemilihan ini berdasarkan hasil perhitungan yang
menunjukkan bahwa desain tersebut memenuhi semua kriteria evaluasi.
Redesain ukuran shell akan menyebabkan perubahan parameter lain, seperti
ukuran kettle dan jumlah liquid dalam alat penukar panas. Desain baru dengan
diameter dalam shell 1985 mm memerlukan lebih banyak liquid EDC untuk
memastikan semua tube terendam. Berdasarkan studi Gulley(1996), memastikan
tube terendam adalah keharusan dari desain kettle agar tube tidak terselimuti oleh
uap yang punya konduktivitas termal rendah dan menurunkan efisiensi pertukaran
panas. Namun, semakin banyak fasa liquid dalam vaporizer membutuhkan ruang
pemisahan (disengagement space) lebih besar. Penambahan ruang akan mencegah
terbawanya cairan dengan uap (entrainment).
Berdasarkan segala pertimbangan mengenai sifat fisik dan prinsip
pertukaran panas, berikut adalah hasil akhir dari redesain yang dilakukan.
Vaporizer HE-X401 baru akan memiliki ukuran yang lebih besar dengan memasang
tie rods di titik rentan stres mekanik.
Universitas Indonesia
85
ID(mm) 1985
Kettle diameter(mm) 2700
OD% 10,15
Tubes 4110
Tie rods/dummy tube 364
ΔP(kgf/cm2) 0,019
Universitas Indonesia
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Melalui rangkaian pelaksanaan kerja praktik yang telah dijalani di PT
Asahimas Chemical, beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dijabarkan sebagai
berikut.
PT Asahimas Chemical merupakan pabrik klor alkali – vinil klorida terbesar
di Asia Tenggara, yang menghasilkan beberapa jenis bahan kimia dasar
untuk memenuhi kebutuhan industri hilir pada umumnya.
Proses produksi pada PT Asahimas Chemical mencakup proses klor alkali
(C/A), monomer vinil klorida (VCM), dan polivinil klorida (PVC) yang
saling berkaitan satu dengan yang lain.
PT Asahimas Chemical memanfaatkan bahan baku utama berupa garam
industri, etilen, oksigen, dan listrik untuk menghasilkan produk utama
berupa soda kaustik (NaOH) dan polivinil klorida (PVC).
Pabrik VCM bertujuan untuk mengolah gas kloridn sebagai produk C/A dan
menghasilkan VCM yang menjadi bahan baku plastik PVC.
Departemen VCM-3 melibatkan 9 area operasi dengan proses utama:
- Reaksi oksiklorinasi yang mereaksikan etilen, oksigen, dan asam klorida
untuk menghasilkan EDC pada reaktor OHCl.
- Reaksi klorinasi langsung dengan mereaksikan etilen dan klorin untuk
menghasilkan EDC pada reaktor HTDC.
- Reaksi perengkahan EDC membentuk asam klorida dan VCM pada
cracking furnace.
Sistem utilitas dikelola oleh Departemen Utilitas yang menjalankan operasi
pengolahan air, pembentukan steam, pembentukan instrument air,
penyediaan pendingin, dan penyediaan bahan bakar.
Pengolahan limbah pada Departemen VCM-3 menggunakan unit
pengolahan air limbah untuk mengolah air dan memperoleh kembali EDC,
86 Universitas Indonesia
87
serta unit insinerator untuk mengolah gas buang dan tar dan memperoleh
kembali HCl.
Sementara, dari case study yang dilaksanakan dapat diambil kesimpulan
berikut.
Data desain heat exchanger HE-X401 tervalidasi benar oleh piranti lunak
HTRI Xchanger Suite.
Ditinjau dari data proses desain, operasi vaporizer belum sesuai dengan
rekomendasi desain. Salah satunya kondisi operasi yang belum sesuai
adalah kecepatan fluida dalam shell yang terlalu lambat sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya settling pengotor.
Redesain yang disarankan untuk mengatasi masalah kebocoran di HE-X401
adalah dengan menambah ukuran shell menjadi 1985 mm dengan 4110 tube
dan 364 tie rods terpasang di sisi radius.
Selain itu, usaha untuk meminimalkan fouling harus selalu dilakukan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kecepatan fluida
dalam shell, meningkatkan liquid purge, dan meminimalkan terbawanya
padatan besi terlarut dari reaktor klorinasi langsung.
7.2. Saran
Ditinjau dari sudut pandang sebagai peserta kerja praktik, penulis
menyadari bahwa PT Asahimas Chemical telah beroperasi secara efisien, disiplin,
serta menciptakan kenyamanan bagi para pekerjanya. Berikut merupakan beberapa
saran umum yang penulis dapat berikan selama mengikuti kegiatan selama 1 bulan.
Integrasi antara Divisi TEO dan departemen tempat peserta kerja praktik
menjalankan kegiatan perlu ditingkatkan, agar materi awal yang diperlukan
peserta seutuhnya dapat dipenuhi oleh TEO.
Memberikan kesempatan kepada peserta kerja praktek untuk dapat
mempraktekkan secara langsung proses di lapangan, seperti di laboratorium
dan di ruang DCS.
Melalui proses pengolahan data dan tinjauan literatur, beberapa saran yang
dapat diusulkan dalam rangka penyelesaian masalah pada heat exchanger HE-X401
dijabarkan sebagai berikut.
Universitas Indonesia
88
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
89 Universitas Indonesia
90
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
91 Universitas Indonesia
92
Universitas Indonesia
93
Universitas Indonesia
94
Universitas Indonesia
95
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Process Flow Diagram area 400
96 Universitas Indonesia
Lampiran 3. Detail Redesain Baru
97 Universitas Indonesia
98
Universitas Indonesia