Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum R-Lab

Fisika Dasar I

Nama : Jessica
NPM : 1606883064
Fakultas : Teknik
Departemen : Teknik Kimia
Nomor dan Nama Percobaan : KR01 - Disipasi Kalor Hotwire
Tanggal Percobaan : 12 April 2017
Koordinator Asisten : Reza Wardhana

Laboratorium Fisika Dasar


Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar (UPP IPD)
Universitas Indonesia
Depok

1
Disipasi Kalor Hotwire
I. Tujuan Percobaan
Menggunakan hotwire sebagai sensor kecepatan aliran udara.

II. Alat
1.Kawat pijar (hotwire)
2.Fan
3.Voltmeter dan Amperemeter
4.Adjustable power supply
5.Camcorder
6.Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis

III. Teori
Single normal probe adalah suatu tipe hotwire yang paling banyak digunakan
sebagai sensor untuk memberikan informasi kecepatan aliran dalam arah axial saja.
Probe seperti ini terdiri dari sebuah kawat logam pendek yang halus yang disatukan
pada dua kawat baja. Masing masing ujung probe dihubungkan ke sebuah sumber
tegangan. Energi listrik yang mengalir pada probe tersebut akan didisipasi oleh kawat
menjadi energi kalor. Besarnya energi listrik yang terdisipasi (P) sebanding dengan
tegangan, arus listrik (i) yang mengalir di probe tersebut dan lamanya waktu arus listrik
mengalir (Δt).

P = v i Δt … (1)

Bila probe dihembuskan udara maka akan merubah nilai resistansi kawat sehingga
merubah besarnya arus listrik yang mengalir. Semakin cepat udara yang mengalir maka
perubahan nilai resistansi juga semakin besar dan arus listrik yang mengalir juga
berubah.
Jumlah perpindahan panas yang diterima probe dinyatakan oleh overheat ratio yang
dirumuskan sebagai:
Overheat ratio = τ = (Tw −
Tr)/T0 ...(2)
..
Rw = resistansi kawat pada temperatur pengoperasian (dihembuskan udara).

2
Ra = resistansi kawat pada temperatur ambient (ruangan)

Hot wire probe harus dikalibrasi untuk menentukan persamaan yang


menyatakan hubungan antara tegangan kawat (wire voltage , E) dengan kecepatan
referensi (reference velocity , U) setelah persamaan diperoleh, kemudian informasi
kecepatan dalam setiap percobaan dapat dievaluasi menggunakan persamaan tersebut.
Persamaan yang didapat berbentuk persamaan linear atau persamaan polinomial.
Pada percobaan yang akan dilakukan yaitu mengukur tegangan kawat pada
temperatur ambient dan mengukur tegangan kawat bila dialiri arus udara dengan
kecepatan yang hasilkan oleh fan. Kecepatan aliran udara oleh fan akan divariasikan
melalui daya yang diberikan ke fan yaitu 70 , 110 , 150 dan 190 dari daya maksimal
230 m/s.

Gambar Prosedur Percobaan Disipasi Kalor

IV. Teori Tambahan


Dalam ilmu fisika, terdapat konsep yang disebut energi. Energi dapat
didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan usaha. Energi terdiri dari
berbagai jenis seperti energi potensial, energi kinetik, energi kalor, dll. Di bumi, banyak
sekali sumber energi. dari energi yang terbarukan terbarukan sampai dengan energi
yang tak terbarukan. Energi terbarukan merupakan jenis energi yang tidak habis bila

3
dikonsumsi secara kontinu oleh manusia. Contoh dari sumber energi terbarukan adalah
angin, matahari, air, dan sebagainya. Sedangkan, sumber energi yang tidak terbarukan
adalah jenis energi yang akan habis bila dikonsumsi secara kontinu, seperti energy fosil
(minyak dan gas bumi) dan batu bara.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa jumlah energi dari sebuah sistem
tertutup itu tidak berubah, ia akan tetap sama. Energi tersebut tidak dapat diciptakan
maupun dimusnahkan; namun ia dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi
lain. Contohnya, energi kimia dapat diubah menjadi energi kinetik dalam ledakan
dinamit, energi kimia dalam tubuh yang berasal dari bahan makanan diubah menjadi
energi gerak ketika kita berlari, dan energi listrik yang mengalir pada lampu akan
diubah menjadi energi cahaya. Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika)
berbunyi:
“Energi total tidak berkurang dan juga tidak bertambah pada proses apa
pun. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, dan dipindahkan dari
satu benda ke benda lainnya, tetapi jumlah totalnya tetap konstan.”

E awal = E akhir

Perubahan bentuk energi ini dapat kita lihat dalam percobaan hotwire. Dalam
percobaan ini, akan dilihat hubungan antara kecepatan angin dengan besarnya tegangan
yang dihasilkan. Dari percobaan ini pula akan dihasilkan suatu energi kalor sebagai
hasil dari konversi energi listrik. Energi listrik itu sendiri dihasilkan oleh suatu daya
listrik yang dihubungkan dengan tegangan listrik. Kita akan mengecek atau mengukur
kalor yang teramati dengan menggunakan suatu sensor dari hotwire yang disebut
disipasi kalor.
Hotwire merupakan sensor yang digunakan untuk memberikan informasi
tentang kecepatan aliran udara. Ada berbagai macam jenis hotwire dan setiap jenisnya
memiliki kepekaan yang berbeda terhadap kecepatan aliran udara. Untuk percobaan
disipasi kalor hotwire ini, praktikan menggunakan hotwire jenis single normal probe.
Alat ini terdiri dari sebuah kawat logam pendek yang halus yang disatukan pada dua
kawat baja yang dipanasi dengan arus listrik dan bekerja berdasarkan prinsip
perpindahan panas konveksi. Masing-masing ujung probe dihubungkan ke sebuah
sumber tegangan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah energi listrik yang mengalir pada probe
tersebut akan didisipasi oleh kawat menjadi energi kalor. Besarnya energi listrik yang
4
terdisipasi sebanding dengan tegangan, arus listrik yang mengalir di probe tersebut dan
lamanya waktu arus listrik mengalir. Jadi, semakin besar arus listrik yang mengalir,
semakin lama arus listrik itu mengalir dan semakin besar tegangan dari listrik pada hot
wire maka akan semakin besar energi listrik yang dihasilkan dan akan semakin banyak
pula energi panas hasil dari disipasi energi listrik menjadi energi kalor.

W=V I ∆t

W = energi listrik (Joule)


V = tegangan listrik (Volt)
I = arus listrik (Ampere)
∆t = selang waktu (sekon)
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai
peranan penting dalam sebuah sistem
pengaturan otomatis. Ketetapan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor
akan sangat menentukan kinerja dari sitem pengaturan secara otomatis. Besaran
masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran
fisika, kimia, mekanis dan sebagainnya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem
pengukuran, atau sistem manipulasi atau pengentrolan, maka biasanya besaran yang
bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat
yang disebut transducer.
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut
ini:
1. Linieritas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara
kontiyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontiyu.
2. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas
yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menujukan
“ perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukkan “
3. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukkan seberapa cepat tanggapannya terhadap
perubahan masukkan. Percobaan ini memiliki kaitan dengan energi yaitu energi

5
panas dan listrik. Disipasi kalor merupakan peristiwa timbulnya panas akibat
gesekan antarpartikel yang berada dalam suatu ruang. Disipasi kalor terjadi dalam
peristiwa sehari-hari seperti menggosokkan kedua telapak tangan, mengerem
mobil, mengamplas besi, menyalakan korek api kayu, dan lain sebagainya.
Fenomena disipasi ini digunakan dalam mendesain

V. Cara Kerja
1. Mengaktifkan Web cam dengan meng-klik icon video pada halaman web r-Lab.
2. Memberikan aliran udara dengan kecepatan 0 m/s, dengan meng-klik pilihan drop
down pada icon “atur kecepatan aliran”.
3. Menghidupan motor pengerak kipas dengan meng-klik radio button pada icon
“menghidupkan power supply kipas.
4. Mengukur Tegangan dan Arus listrik di kawat hot wire dengan cara meng-klik icon
“ukur”.
5. Mengulangi langkah 2 hingga 4 untuk kecepatan 70, 110, 150, 190 dan 230 m/s.

VI. Data Hasil Percobaan


Waktu Kec Angin V-HW I-HW
1 0 2.112 54.0
2 0 2.112 54.0
3 0 2.112 54.1
4 0 2.112 54.1
5 0 2.112 54.2
6 0 2.112 54.2
7 0 2.112 54.2
8 0 2.112 54.2
9 0 2.112 54.2
10 0 2.112 54.3
1 70 2.113 54.2
2 70 2.113 54.2
3 70 2.113 54.2
4 70 2.113 54.2

6
5 70 2.113 54.2
6 70 2.113 54.2
7 70 2.113 54.2
8 70 2.113 54.2
9 70 2.113 54.2
10 70 2.113 54.2
1 110 2.113 54.1
2 110 2.113 54.1
3 110 2.113 54.2
4 110 2.113 54.2
5 110 2.113 54.2
6 110 2.113 54.3
7 110 2.113 54.3
8 110 2.113 54.3
9 110 2.113 54.2
10 110 2.113 54.1
1 150 2.110 54.3
2 150 2.110 54.2
3 150 2.110 54.1
4 150 2.110 54.0
5 150 2.111 54.0
6 150 2.110 53.9
7 150 2.111 53.9
8 150 2.110 53.9
9 150 2.110 53.9
10 150 2.110 53.9
1 190 2.106 54.0
2 190 2.106 54.0
3 190 2.107 54.1
4 190 2.107 54.1
5 190 2.107 54.2
6 190 2.107 54.3

7
7 190 2.107 54.3
8 190 2.106 54.3
9 190 2.106 54.3
10 190 2.106 54.4
1 230 2.104 53.9
2 230 2.104 53.9
3 230 2.104 53.9
4 230 2.104 54.0
5 230 2.104 54.0
6 230 2.104 54.1
7 230 2.104 54.3
8 230 2.104 54.4
9 230 2.104 54.4
10 230 2.104 54.4

VII. Pengolahan Data dan Evaluasi


1. Grafik yang menggambarkan hubungan Tegangan Hotwire dengan Waktu untuk
tiap kecepatan aliran udara.
a. Tabel dan grafik untuk v = 0
Waktu Kec Angin V-HW I-HW
1 0 2.112 54.0

8
2 0 2.112 54.0
3 0 2.112 54.1
4 0 2.112 54.1
5 0 2.112 54.2
6 0 2.112 54.2
7 0 2.112 54.2
8 0 2.112 54.2
9 0 2.112 54.2
10 0 2.112 54.3

b. Tabel dan grafik untuk v = 70 m/s


Waktu Kec angin V-HW I-HW

1 70 2.113 54.2
2 70 2.113 54.2
3 70 2.113 54.2
4 70 2.113 54.2
5 70 2.113 54.2
6 70 2.113 54.2

9
7 70 2.113 54.2
8 70 2.113 54.2
9 70 2.113 54.2
10 70 2.113 54.2

c. Tabel dan grafik untuk v = 110 m/s


Waktu Kec angin V-HW I-HW
1 110 2.113 54.1
2 110 2.113 54.1
3 110 2.113 54.2
4 110 2.113 54.2
5 110 2.113 54.2
6 110 2.113 54.3
7 110 2.113 54.3
8 110 2.113 54.3
9 110 2.113 54.2
10 110 2.113 54.1

10
d. Tabel dan grafik untuk v = 150 m/s
Waktu Kec angin V-HW I-HW

1 150 2.110 54.3


2 150 2.110 54.2
3 150 2.110 54.1
4 150 2.110 54.0
5 150 2.111 54.0
6 150 2.110 53.9
7 150 2.111 53.9
8 150 2.110 53.9
9 150 2.110 53.9
10 150 2.110 53.9

11
e. Tabel dan grafik untuk v = 190 m/s
Waktu Kec angin V-HW I-HW

1 190 2.106 54.0

2 190 2.106 54.0

3 190 2.107 54.1

4 190 2.107 54.1

5 190 2.107 54.2

6 190 2.107 54.3

7 190 2.107 54.3

8 190 2.106 54.3

9 190 2.106 54.3

10 190 2.106 54.4

12
f. Tabel dan grafik untuk v = 230 m/s
Waktu Kec angin V-HW I-HW

1 230 2.104 53.9

2 230 2.104 53.9

3 230 2.104 53.9

4 230 2.104 54.0

5 230 2.104 54.0

6 230 2.104 54.1

7 230 2.104 54.3

8 230 2.104 54.4

9 230 2.104 54.4

10 230 2.104 54.4

2. Grafik yang menggambarkan Tegangan hotwire dengan kecepatan aliran angin


Kec V-HW
Angin
0 2.112
70 2.113

13
110 2.113
150 2.110
190 2.106
230 2.104

3. Kecepatan angin sebagai fungsi dari tegangan hotwire


Berdasarkan persamaan energi/usaha listrik
W=V I t
Sedangkan persamaan dari usaha adalah
𝑊 = 𝐹. 𝑆
Dari kedua persamaan, didapat persamaan berikut
𝐹. 𝑆 = 𝑉 𝐼 𝑡
𝐹𝑣𝑡=𝑉𝐼𝑡
𝐹𝑣=𝑉𝐼
Fv
𝑉= 𝐼

Untuk mendapatkan persamaan garis


y = mx + a
14
y = V (tegangan hotwire)
x = v (kecepatan angin)
Dibuat tabel dengan metode least square:

i Xi (m/s) Yi (V) Xi2 (m2/s2) Yi2 (V2) XiYi (mV/s)

1 0 2,112 0 4.46054 0

2 70 2,113 4900 4.46477 147.91

3 110 2,113 11200 4.46477 232.43

4 150 2,1102 22500 4.45294 316.53

5 190 2,1065 36100 4.43734 400.235

6 230 2,104 52900 4.42682 483.92

Σ 750 12.6587 128500 26.7072 1581.03

Dari tabel di atas, bisa ditentukan nilai gradien (b) dari persamaan garis, dengan cara:
NΣ(XiYi) − ∑Xi. ∑Yi
𝑏=
𝑁∑𝑋𝑖 2 − (∑𝑋𝑖)2
( 6 1581.03) − (750 12.6587)
𝑏=
(6 128500) − 562500
𝑏 ≅ −3.76259 x 10-5

Selanjutnya untuk mencari nilai konstanta (a) dapat menggunakan rumus :


∑𝑋𝑖 2 ∑𝑌𝑖 − ∑𝑋𝑖∑𝑋𝑖𝑌𝑖
𝑎=
𝑁∑𝑋𝑖 2 − (∑𝑋𝑖)2
(128500)(12.6587) − (750)(1581.03)
𝑎=
6(128500) − 562500
𝑎 = 2,11449

Untuk menghitung kesalahan relatif yang terjadi dapat menggunakan perbandingan


antara nilai gradien (b) dengan rata-rata perubahan gradien (∆m). Namun sebelum
mencari nilai rata-rata perubahan gradien (∆m) , kita harus mencari nilai ∆y terlebih
dahulu dengan menggunakan rumus berikut:

15
2
1 2
∑𝑋𝑖 2 (∑Yi)2 − 2∑𝑋𝑖∑𝑌𝑖(∑𝑋𝑖𝑌𝑖) + 𝑁(∑𝑋𝑖𝑌𝑖)2
∆𝑦 = [∑𝑌𝑖 − ]
𝑁−2 𝑁∑𝑋𝑖 2 − (∑𝑋𝑖)2
1
∆𝑦 2 = [26,7072
6−2
128500(160,243) − 2(750)(12,6587)(1581.03) + 6(1581.03)2
− ]
6(128500) − (750)2
∆𝑦 ≅ 0

Setelah mendapat nilai ∆𝑦, kita akan mencari nilai ∆b yaitu dengan rumus :

𝑁
∆𝑏 = ∆𝑦√
𝑁∑𝑋𝑖 2 − (∑𝑋𝑖)2

∆𝑏 ≅ 0

Persentase tingkat kesalahan relatif pada percobaan ini adalah:


∆𝑏
𝐾𝑅 = | | ×100% = 0%
𝑏

Berdasarkan hasil m (gradien) dan konstanta a yang didapat, persamaan kecepatan


angin sebagai fungsi dari tegangan adalah:

y = -0,0000376259x + 2,11449

4. Apakah kawat hotwire dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan angin?


Berdasarkan hasil percobaan dan pengolahan data yang didapatkan, terlihat bahwa
kawat hotwire dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan angin. Hal ini
disebabkan karena hotwire akan menghasilkan energi listrik yang kemudian akan
dikonversi menjadi energi kalor, yang membuat kawat menjadi panas. Daya pada
kawat yang menghasilkan energi listrik ini akan berbanding lurus dengan kenaikan
dari tegangan, arus dan lama/waktu, sesuai persamaan:

P=viΔt

P = daya (Watt)
V = tegangan (Volt)
I = kuat arus (Ampere)
Δt = selang waktu (sekon)

16
Oleh karena itu ketika tegangan, arus, dan lamanya selang waktu meningkat maka
daya yang dihasilkan akan semakin besar. Sebaliknya apabila tegangan, arus, dan
waktu menurun/berkurang maka daya akan menurun pula. Selain itu dari grafik
yang menghubungkan antara kecepatan angin dan tegangan, dapat diketahui bahwa
semakin besar kecepatan angin maka akan tegangan akan semakin menurun. Hal
ini karena energi kalor mengalami disipasi. Penambahan kecepatan angin akan
menambah resistansi kawat hotwire, yang berakibat menurunkan tegangan dan
daya listrik. Akibatnya, energi kalor yang dihasilkan juga akan berkurang. Untuk
mengetahui hubungan antara resistansi kawat dengan suhu tertentu dapat diketahui
berdasarkan persamaan berikut:
τ = (Tw − Tr)/T0
Rw = resistansi kawat pada temperatur pengoperasian (dihembuskan udara).
Ra = resistansi kawat pada temperatur ambient (ruangan)
Kecepatan angin dapat diukur berdasarkan nilai penambahan tegangan dari hotwire
yang berhubungan dengan energi listrik yang dihasilkan menjadi energi kalor.

VIII. Analisis
1. Analisis Percobaan
Percobaan mengenai disipasi kalor hotwire ini dilakukan dengan
menggunakan R-Lab sehingga pratikan tidak dapat memegang alatnya secara
langsung dan hanya melalui internet untuk melakukan percobaan tersebut.
Percobaan ini pada awalnya dilakukan dengan cara mengatur terlebih dahulu
kecepatan angin yang diberikan. Kecepatan angin yang diberikan akan menjadi
variabel bebas yang berubah-ubah sesuai dengan alat yang akan kita ukur. Dalam
percobaan ini, kecepatan angin awal yang digunakan adalah nol, sehingga pada saat
itu dianggap pada saat dimana ruang hampa terjadi.
Setelah mendapat data dari kecepatan angin 0 m/s, praktikan dapat mencoba
dengan kecepatan angin yang berbeda-beda yaitu 70 m/s, 110 m/s, 150 m/s, 190 m/s,
dan 230 m/s. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perubahan kecepatan
angin terhadap tegangan dan arus listrik yang dihasilkan. Setelah selesai melakukan

Overheat ratio = (Tw − Tr)/T0 ...(2)


17
..
percobaan, praktikan dapat mengklik link data untuk mendownload data hasil
percobaan dan dapat juga mengklik link grafik untuk mengetahui grafik yang
dihasilkan berdasarkan data percobaan yang didapat.
Hasil yang didapat pada percobaan dengan kecepatan angin nol adalah berupa
tegangan dan arus listrik yang dihubungkan dengan daya listrik yang diberikan sesuai
dengan persamaan daya listrik yang sebanding dengan perubahan energi kalor yang
akan didisipasi oleh kecepatan angin. Idealnya, nilai dari tegangan listrik akan
semakin berkurang seiring dengan penambahan kecepatan angin yang diberikan
karena penambahan kecepatan angin akan memberikan resistansi energi listrik yang
semakin besar sehingga daya listrik yang dihasilkan juga akan semakin kecil yang
diikuti dengan energi kalor yang semakin kecil juga.

2. Analisis Data dan Hasil Percobaan


Dalam percobaan ini, nilai yang didapat secara teoritis harusnya grafik akan
menunjukkan nilai penurunan dari tegangan seiiring dengan penambahan tegangan
listrik. Namun, hasil dari percobaan ini cenderung menyimpang dari ideal. Pada
kecepatan angin 0, 70 m/s, 110 m/s, 150 m/s, dan 190/ms, tegangan hotwire didapat
stagnan pada waktu apapun, tetapi pada kecepatan angin 230 m/s, tegangan hotwire
yang didapat pertama naik sekitar ±0,001V dan perlahan turun dengan kecepatan
angin yang bertambah. Kenaikan di awal kemungkinan disebabkan fluktuasi arus
yang menaikkan tegangan di awal. Setelah stabil, perlahan-lahan energi dari kawat
menjadi terdisipasi dan tegangannya menurun.
Proses yang dilakukan ternyata presisi dengan nilai kesalah relatif yang limit
0% sehingga bisa dibulatkan. Data yang diperoleh ternyata konsisten setelah diubah.
Slope yang dihasilkan memiliki nilai negatif atau turun. Hal ini mengindikasikan
bahwa data menunjukkan hubungan invers dari kecepatan angin dan tegangan listrik.

3. Analisis Perhitungan dan Grafik


Perhitungan dilakukan dengan mencari hubungan antara variasi angin dan
tegangan. Pertama, data yang didapat dirata-ratakan.. Setelah itu dapat dibuat grafik
yang menghubungkan antara tegangan hotwire dengan waktu, maupun grafik
perbandingan antara kecepatan angin dengan tegangan hotwire. Langkah selanjutnya
adalah kita menggunakan metode Least Square. Dengan metode least square ini,
praktikan harus mencari nilai x2, y2, dan xy yang bisa didapatkan setelah praktikan
18
memasukkan nilai rataan tegangan hotwire. Dengan rumus yang telah diketahui,
praktikan dapat mencari nilai gradien dari persamaan garis yang dibentuk dalam
grafik yang menggambarkan hubungan antara kecepatan angin dan tegangan hotwire.
Setelah mendapatkan gradien, gradien tersebut dapat kita subtitusi pada persamaan
y=bx + a dimana y adalah tegangan dan x adalah nilai kecepatan angin. Berikut
adalah persamaan yang didapat:

y = -0,0000376259x + 2,11449

Jika perhitungan sudah selesai, hasilnya bisa diinterpretasikan dalam bentuk grafik.
Berikut beberapa poin penting yang dapat dianalisis dari grafik yang telah diolah:
• Grafik Tegangan Hotwire terhadap Waktu
Dalam percobaan ini, praktikan membuat 6 grafik yang sesuai dengan 6
kecepatan angin yang berbeda. Sumbu x untuk waktu (s), sedangkan sumbu y
untuk tegangan (volt). Grafik yang pertama adalah grafik dengan kecepatan 0
m/s. Untuk kecepatan yang sama, grafik berbentuk garis lurus untuk t=1 sampai
t=10s. Namun, dengan bertambahnya kecepatan, terlihat gangguan dalam besar
tegangan dan muncul fluktuasi. Kenaikan kecepatan angin ternyata
mempengaruhi kestabilan tegangan.
• Grafik Tegangan Hotwire terhadap Kecepatan Angin
Dalam grafik yang menghubungkan tegangan hotwire dengan kecepatan angin, grafik
mengalami kecenderungan naik di kecepatan 70 m/s sebesar 0,001 volt. Untuk
sementara, tegangan stagnan di 2.113V hingga kecepatan angin mencapai 150 m/s.
Setelah itu kecepatan angin cenderung meski beberapa kali naik. Pada kecepatan 230
m/s, tegangan mencapai titik terendah dengan voltase 2.104V. Secara keseluruhan,
setelah dilakukan pengolahan data, grafik ini adalah turun dari ujung kiri ke kanan
atas koordinat, walaupun dengan sedikit bulk di awal . Kemiringannya sangat kecil
yaitu sebesar -0,0000376259. Pada grafik ini sumbu x melambangkan kecepatan
angin (m/s), sedangkan sumbu y melambangkan tegangan (s).

5. Analisa Kesalahan
Kesalahan relatif menunjukkan seberapa presisi praktikan dalam memperoleh
data percobaan. Kesalahan relatif pada percobaan ini adalah sebesar≈ 0%. Hal ini
disebabkan oleh:

19
• Percobaan tidak dilakukan secara langsung sehingga praktikan kurang
berinteraksi dengan alat, sehingga mempengaruhi kedalaman analisis.
• Alat praktikum yang sensitif dengan kecenderungan fluktuatif pada kecepatan
angin yang sama.
• Kondisi suhu ruangan yang tidak diketahui oleh praktikan, yang ternyata dapat
mempengarui kondisi kawat hotwire.
• Ketidaksensitifan alat, yang kemungkinannya adalah probe dan voltmeter,
dalam menerima distorsi atau hembusan dari angin. Terlihat bahwa dari
kecepatan 0 sampai dengan 110 m/s, tegangan hotwire cenderung naik. Namun,
alat mulai stabil di kecepatan 150 m/s dan mulai konsisten secara teoritis dan
pengamatan.

IX. Kesimpulan
1. Energi yang dihasilkan dipengaruhi oleh tegangan, arus, dan juga waktu. Apabila
tidak ada perubahan pada ketiga besaran ini, maka energi yang dihasilkan akan tetap
sama.
2. Hotwire dapat digunakan sebagai sensor untuk mencari kecepatan aliran udara dengan
cara melihat nilai tegangan yang terukur, misalnya pada anemometer.
3. Hubungan antara tegangan hotwire dan kecepatan angin berbanding terbalik. Hasil
perhitungan memperoleh besaran y = -0,0000376259x + 2,11449

X. Daftar Pustaka

Dailey, D J. Operational Amplifiers and Linear Integrated Circuits: Theory and


Applications.

eLaboratory UPP IPD Universitas Indonesia. Modul Praktikum Fisika Dasar 1. Tersedia:
http://sitrampil.ui.ac.id/elaboratory. Diakses 25 Maret 2015

Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engineers, Third Edition, Prentice Hall, NJ, 2000.

Halliday, Resnick, Walker; Fundamentals of Physics, 7th Edition, Extended Edition, John
Wiley & Sons, Inc., NJ, 2005.

20

Anda mungkin juga menyukai