Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS KHUSUS KERJA PRAKTEK

PT. SULFINDO ADIUSAHA

MERAK-BANTEN

EVALUASI PERFORMANCE COOLING TOWER UNIT EDC-VCM

“Laporan ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana
Teknik Kimia “

Disusun Oleh :

Ninik Indah Hartati (153020036)

Revy Andar Raesta (153020025)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji


Kerja Praktek Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang.

Pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing,

Rita Dwi Ratnani ST.,M, Eng. IPM

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek dan dapat menyusun
laporan Kerja Praktek di PT. SULFINDO ADIUSAHA, Merak.

Laporan Kerja Praktek ini disusunsebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan program sarjana pada Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang. Dimana tujuan dari dilaksanakannya Kerja
Praktek ini yaitu sebagai aplikasi teori yang telah diperoleh di bangku kuliah serta
sebagai pembelajaran sebelum memasuki dunia kerja. Laporan Kerja Praktek ini
disusun berdasarkan serangkaian orientasi yang dilakukan saat pelaksanaan Kerja
Praktek yang berisikan tinjauan umum mengenai proses produksi di PT. Sulfindo
Adiusaha, Merak khususnya di Unit Ethylene Dicloride – Vinyl Cloride Monomer
(EDC-VCM).

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesar-


besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama
menjalankan Kerja Praktek ini kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat dan kasih saying-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung dan mensuport baik
secara moril maupun materil selama penulis menjalankan kerja praktek.
3. Ibu Rita Dwi Ratnani ST.,M.Eng. IPM selaku dosen pembimbing di kampus.
4. Bapak Wahyu, Bapak Cholil Anwar dan bapak Kurnia selaku pembimbing
lapangan di unit EDC-VCM yang telah membimbing, memotivasi dan
memberikan ilmu kepada penulis.
5. Bapak A. Rofiudin yang telah membimbing dalam penyelesaian laporan ini.
6. Staff dan Karyawan PT. Sulfindo Adiusaha yang sangat ramah dan membantu
penulis dalam pelaksanaan kerja praktek.
7. Bapak Imam Sujarwo yang telah membantu penulis dalam mencari industri
untuk melaksanakan Kerja Prakek.
8. Bapak Ade Muria yang telah memberikan rekomendasi kepada penulis
sehingga penulis dapat melakukan kerja praktek di PT. Sulfindo Adiusaha.

iii
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan laporan
ini, besar harapan penulis akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Merak, 5 Oktober 2018

penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1


1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………… 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat …………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………... 3

BAB III METODOLOGI …………………………………………………… 12

3.1.Cara memperoleh data ……………………………………………… 12


3.2.Cara mengolah data ………………………………………………… 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 14

BAB V PENUTUP ………………………………………………………… 20

6.1.Kesimpulan ………………………………………………………… 20
6.2.Saran ……………………………………………………………….. 20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Cooling tower banyak digunakan di industri untuk sistem pendinginan air.
Pada cooling tower air didinginkan oleh udara. Panas yang dilepaskan air ke
udara terdiri dari panas sinsibel dan panas laten. Besarnya pelepasan panas dari
air ke udara menentukan peformansi cooling tower.
Cooling tower merupakan salah satu peralatan yang harus dijaga
operasionalnya. Pemeliharaan terhadap cooling tower perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerugian dan pada waktunya menimbulkan permasalahan
pada rusaknya peralatan yang mengakibatkan sistem tidak berfungsi. Masalah
yang sering timbul dalam operasional cooling tower adalah korosi, kerak, dan
tumbuhnya microorganisme yang sangat berbahaya baik untuk sistem perpipaan
maupun untuk peralatan yang lain pada cooling tower.
Pemeliharaan pada cooling tower dapat meningkatkan performansi cooling
tower dengan dilakukannya pembersihan terhadap komponen-komponen seperti :
filler, pipa, nozzle, spray dan aliran udara. Perawatan dilakukan ketika
temperature yang diinginkan tidak tercapai dikarenakan komponen cooling tower
kotor atau terjadi kerusakan.
Jenis cooling tower yang akan dianalisa pengaruh tindakan pemeliharaan
adalah flow .Kapasitas air yang didinginkan sebanyak 3120 m3/h. Cooling tower
tersebut berfungsi untuk menurunkan temperatur air yang keluar dari PHE (Plate
Heat Exchanger) yang berfungsi untuk mendinginkan dalam proses pembuatan
etnylene dichloride dan vinyl clorida monomer, kemudian air yang keluar dari
cooling tower tersebut akan disirkulasikan kedalam proses produksi.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan kerja praktek ini adalah bagaimana
cara untuk mengevaluasi kinerja dari cooling tower UT 210 type Induced Draft di
unit EDC-VCM PT.Sulfindo Adiusaha.

1
1.3.Tujuan
Melakukan evaluasi terhadap kinerja dari cooling tower UT 210 type Induced
Draft di unit EDC-VCM PT. Sulfindo Adiusaha dengan metode perhitungan
berdasarkan buku Chemical Engineering Handbook, Perry Vol 1.

1.4.Manfaat
Dapat mengetahui kinerja dari cooling tower UT 210 type Induced Draft di
unit EDC-VCM PT. Sulfindo Adiusaha.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


Energy tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, tetapi hanya dapat
diubah bentuknyandari suatu bentuk ke bentuk lain atau dapat dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lain. Salah satu bentuk energy adalah panas. Dalam
suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat
atau perubahan tekanan, reaksi kimia, dan kelistrikan.
Menara pendingin (Cooling Tower) didefinisikan sebagai alat penukar
kalor dengan fluida kerjanya adalah udara yang berfungsi mendinginkan air
dengan mengontakannya keudara sehingga menguapkan sebagian kecil dari
air tersebut. Dalam kebanyakan menara pendingin yang melayani sistem
refrigerasi dan penyamanan-udara, menggunakan satu atau lebih kipas
propeler untuk menggerakan udara secara vertikal keatas atau horizontal
melintasi menara. Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam
range dan approach seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Range&approach temperature menara pendingin

3
Gambar 2.2. Skema menara pendingin

Range adalah pengurangan suhu air yang melalui menara pendingin


sedangkan approach adalah selisih antar suhu bola basah (wet bulb) yang
masuk dan suhu air yang keluar. Suhu pada umumnya diukur menggunakan
termometer biasa yang sering dikenal seperti suhu bola-basah (wet bulb) dan
suhu bola-kering (dry bulb) adalah suhu yang bolanya di beri kasa basah,
jika air menguap dari kasa dan bacaan suhu pada termometer menjadi rendah
daripada suhu bola-kering. Saat kelembaban tinggi, penguapan akan
berlangsung lambat dan suhu bola-basah (Twb) identik dengan suhu bola-
kering (Tdb). Namun suhu temperatur bola basah akan semakin jauh
perbedaannya dengan temperatur bola kering. Adapun sistem mesin
pendingin yang paling banyak digunakan adalah sistem kompresi uap.
Secara garis besar komponen sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri
dari:
1. Kompresor, berfungsi untuk mengkompresi refrigeran dari fasa uap tekanan
rendah evaporator hingga ke tekanan tinggi kondensor.
2. Kondensor, berfungsi untuk mengkondensasi uap refrigeran kalor lanjut yang
keluar dari kompresor.
3. Katup ekspansi, berfungsi untuk menjepit (throttling) refrigeran bertekanan
tinggi yang keluar dari konsensor dimana setelah melewati katup ekspansi ini
tekanan refrigeran turun sehingga fasa refrijeran setelah keluar dari katup
ekspansi ini adalah berupa fasa cair + uap.
4. Evaporator, berfungsi untuk menguapkan refrigeran dari fasa cair + uap
menjadi fasa uap.

4
2.2.Fungsi menara pendingin
Mesin pendingin akan melepaskan kalor melalui kondensor, refrigeran
melepaskan kalornya ke air pendingin sehingga air tersebut menjadi panas.
Selanjutnya air panas ini dipompa menuju menara pendingin. Tujuan menara
pendingin ialah menyerap banyak kalor dan menyediakan banyak air
pendingin untuk digunakan pada instalasi pendingin dengan kata lain menara
pendingin mempunyai fungsi menurunkan suhu air dan mengekstrak kalornya
menuju atmosfir. Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih
rendah daripada mesin pendingin lain yang menggunakan metode pendingin
udara, seperti radiator pada kendaraan bermotor.

2.3.Prinsip kerja menara pendingin


Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan
perpindahan kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung
dari air ke udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana
sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke
atmosfir. Sehingga air yang tersisa didinginkan secara signifikan. Prinsip kerja
menara pendingin dapat dilihat pada gambar di atas. Air dari bak/basin
dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke menara pendingin.
Air panas yang keluar tersebut secara langsung melakukan kontak dengan
udara sekitar yang bergerak secara paksa (forced draft) karena pengaruh fan
atau blower yang terpasang pada bagian atas menara pendingin untuk menarik
udara (induced draft), lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi. Sistem ini sangat
efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat
rendah mendekati suhu bola-basah udara. Air yang sudah mengalami
penurunan suhu ditampung ke dalam bak/basin. Pada menara pendingin juga
dipasang katup make up water untuk menambah kapasitas air pendingin jika
terjadi kehilangan air ketika proses evaporative cooling tersebut sedang
berlangsung.

5
2.4.Konstruksi menara pendingin

Gambar 2.3 spesifikasi menara pendingin tipe LCT 400


Konstruksi menara pendingin tipe LCT 400 jenis cross-flow adalah sebagai
berikut:
a. Rangka dan casing
Hampir semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang
tutup luar (wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan
rancangan yang lebih kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat
menjadi rangka.

b. Terdapat bahan pengisi


Bahan pengisi berbentuk percikan/splash fill: air jatuh bodi atas
lapisan yang berurut dari batang pemercik horizontal, secara terus-menerus
pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan
bahan pengisi. Bahan pengisi percikan dari plastic memberikan
perpindahan panas yang lebih baik daripada bahan pengisi percikan dari
kayu. Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastik yang
tipis dengan jarak yang berdekatan dimana di atasnya terdapat semprotan
air, membentuk lapisan film yang tipis dan melakukan kontak dengan
udara. Permukaannya dapat berbentuk datar bergelombang, berlekuk, atau
pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan memberi
perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih kecil daripada
bahan pengisi jenis splash.
1. Kolam air dingin
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah
menara, dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara

6
dan bahan pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau titik
terendah untuk pengeluaran air dingin.
2. Sprinkle Head

Gambar 2.3 sprinkle head

Alat ini mendistribusikan air dengan cara berputar dari pipa


inlet dan menyebarkannya melalu pipa yang terpasang di sisi-sisinya
diatas filler pvc, alat ini tidak mengunakan motor tapi berputar karena
adanya tekanan air. Part ini terbuat dari besi alumunium.

3. Filler PVC

Gambar 2.4 filler PVC.

Alat ini mempunyai kemampuan transfer panas yang tinggi


sampai 54 derajat celcius, alat ini digunakan untuk memperlambat
jatuhnya air seperti penampung air sementara dari nozzle pipa sprinkle
head untuk mempertemukan udara yang masuk dari luar dengan air
sehingga suhu udara dalam air bisa dikurangi.

4. Reducer

Gambar 2.5 Reducer

7
Alat ini digunakan sebagai motor pada fan blade, untuk penggunaannya
ada yang memakai roda gigi dan belt tapi tanpa bunyi berisik.
5. Fan Blade

Gambar 2.6. fan blade

Kipas aksial (jenis baling-baling) dan sentrifugal keduanya


digunakan di dalam menara. Kipas ini disesuaikan untuk mengirim
aliran udara yang dikehendaki, untuk model LCT 3 sampai 30 model ini
terbuat dari plastik dan untuk model LCT 40 terbuat dari besi
alumunium.

6. Saluran udara masuk


Ini adalah titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk
ini dapat berada pada seluruh sisi menara.
7. Nozzle
Alat ini berada pada pipa yang dipasangkan di sprinkle head
berguna untuk menyemprotkan air outlet diatas filler PVC. 10 Cooling
Tower (Supply) Basin Air yang berasal dari pompa ditampung didalam
basin lalu didistribusikan ke mesin – mesin untuk sirkulasi, water inlet
juga ditampung dalam 1 water basin pada cooling tower kemudian
disirkulasikan berulang kali.

2.5.Performa menara pendingin


Performa menara pendingin dievaluasi untuk membahas approach dan
range operasi pada nilai rancangan, indetifikasi area pemborosan energi, dan
juga untuk sarana perbaikan. Sebagai evaluasi performa, pemantauan
dilaksanakan untuk mengukur parameter-parameter signifikan berikut ini:
a. Suhu udara wet bulb
b. Suhu udara dry bulb
c. Suhu air masuk menara pendingin
d. Suhu air keluar menara pendingin

8
e. Laju aliran air
f. Laju aliran udara
Parameter terukur akan digunakan untuk mengukur performa menara
pendingin dengan beberapa cara yaitu:
a. Range
Range merupakan perbedaan atau jarak antara temperatur air masuk dan
keluar menara pendingin. Range yang tinggi berarti bahwa menara
pendingin telah mampu menurunkan suhu air secara efektif dan
kinerjanya baik. Rumusnya adalah sebagai berikut.

Range (°C) = temperatur air masuk (°C) – temperatur air keluar (°C)

Range bukan ditentukan oleh menara pendingin, namun oleh proses yang
dilayaninya. Range pada suatu alat penukar kalor ditentukan seluruhnya
oleh beban panas dan laju sirkulasi air yang melalui penukar panas dan
menuju ke air pendingin. Menara pendingin biasanya dikhususkan untuk
mendinginkan laju aliran tertentu dari satu suhu ke suhu lainnya pada
suhu wet bulb tertentu.
b. Approach
Approach adalah perbedaan antara suhu air dingin keluar menara
pendingin dan suhu wet bulb ambien. Semakin rendah approach semakin
baik kinerja menara pendingin. Walaupun range dan approach harus
dipantau, akan tetapi, approach merupakan indikator yang lebih baik
untuk kinerja menara pendingin.
Approach (°C) = temperatur air keluar (°C) – temperatur wet bulb (°C)

Sebagaimana aturan yang umum, semakin dekat approach terhadap wet


bulb, akan semakin mahal menara pendinginnya karena meningkatnya
ukuran. Ketika ukuran menara harus dipilih, maka approach menjadi
sangat penting, yang kemudian diikuti oleh debit air dan udara, sehingga
range dan wet bulb mungkin akan menjadi semakin tidak signifikan.

c. Efektifitas pendinginan
Efektivitas pendinginan merupakan perbandingan antara range dan range

9
ideal. Semakin tinggi perbandingan ini, maka semakin tinggi efektivitas
pendinginan suatu menara pendingin

Efektifitas pendingin (%)


𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘−𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
=100% x ( )
𝑤𝑒𝑡 𝑏𝑢𝑙𝑏

d. Debit air spesifik


Sesuai dengan ukuran luas penampang menara pendingin dan debit air,
maka dapat dihitung debit air spesifik dengan rumus sebagai berikut.
msp = Atower x V

dimana :

msp = debit air spesifik (l/min/m2)

m = debit air (l/min)

Atower = luas penampang menara pendingin (m2)

V = laju alir (m3/menit)

e. Kapasitas pendinginan (cooling load)


Kapasitas pendinginan suatu menara pendingin adalah setara
dengan kemampuan menara pendingin tersebut dalam membuang panas
ke lingkungan. Kapasitas pendinginan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
Q =MCP∆T
Sedangkan kapasitas pendinginan spesifik persatuan luas penampang
menara pendingin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
𝑄
Qsp =𝐴 𝑡𝑜𝑤𝑒𝑟

Dimana :
Q = kapasitas pendinginan (kW)
m = debit air (kg/s)
Cp =kalor jenis air (KJ/kg0C)
∆T = Perbedaan suhu air masuk dan air keluar (oC)
Atower = luas penampang menara pendingin (m2)

10
f. Laju penguapan air ke udara
Salah satu parameter kinerja menara pendingin yang penting
adalah laju penguapan air ke udara. Proses penguapan inilah yang
menjadi prinsip dasar suatu menara pendingin dalam mendinginkan air
kondensor. Adapun rumus untuk menghitung laju penguapan air ke udara
pada suatu menara pendingin adalah sebagai berikut.
𝑉
Laju penguapan air (l/menit) = (ωH2- ωH1 ) x𝑝 𝑣1 x 60

Dimana :
(ωH2- ωH1 ) = selisih antara rasio kelembaban udara keluar
dan masuk menara pendingin (kg uap air/ kg
udara)
V = debit aliran udara (m3/s)
Ρ = densitas air (0,99285 kg/l)
v1 = volume spesifik udara ambient(m3/kg)
g. Rasio air dengan udara
Nilai rasio air-udara adalah parameter yang sangat penting dalam
pemilihan suatu menara pendingin, terutama dalam pemilihan kapasitas
fan. Rasio ini merupakan perbandingan antara debit air spesifik yang
hendak didinginkan terhadap debit udara spesifik yang diinduksikan oleh
fan minim

𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘( )
Rasio air – udara = 𝑚2
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 ( )
𝑚2

h. Kesetimbangan energi
Dengan asumsi adiabatis untuk operasi suatu menara pendingin,
maka akan berlaku persamaan kesetimbangan energi antara energi yang
masuk dan keluar dari suatu menara pendingin.

Gambar 2.7 Diagram menara pendingin

11
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Pengumpulan Data


Langkah awal dalam mencapai tujuan khusus ini adalah pengumpulan data
primer dan data sekunder

3.1.1 Pengumpulan Data Primer


Pengumpulan data primer didapatkan dari data di lapangan
(pengukuran secara langsung) dan di control room yang meliputi
temperatur masuk air, temperatur keluar air, temperatur udara masuk,
relative humidity, debit masuk air, wet bulb temperatur, massa air
masuk cooling tower, drift loss, cycles of concentration, Cp air.

3.1.2 Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder didapatkan dari Specification
Cooling Tower Type Induce Draft yang meliputi ukuran design beserta
data fisiknya. Data sekunder lain didapat dari literature buku Chemical
Engineers Handbook, Perry Vol 1.

3.2. Pengolahan Data


Untuk mengevaluasi kinerja suatu cooling tower, dilakukan langkah-langkah
perhitungan sebagai berikut:
1. Menghitung Range
Range (°C) = temperatur air masuk (°C) – temperatur air keluar (°C)

2. Menghitung Approach
Approach (°C) = temperatur air keluar (°C) – temperatur wet bulb (°C)

3. Menghitung Efektivitas
Efektifitas pendingin (%)
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘−𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
=100% x ( )
𝑤𝑒𝑡 𝑏𝑢𝑙𝑏

12
4. Menghitung Evaporation Loss (We)
We = 0,00085 x 1,8 x range (oC) x COC

5. Menghitung Drift Loss (Wd)


(0,1−0,3)𝑥 𝐶𝑂𝐶
Wd = | | x Debit masuk air (m3/h)
100

6. Menghitung Blow Down (Wb)


𝑊𝑒
Wb = 𝐶𝑂𝐶−1

7. Menghitung Make up Water (Wm)


Wm = (We + Wb + Wd) m3/h

8. Kapasitas Pendingin (Q)


Q = debit air masuk (kg/s) x Cp air (kJ/kg.K) x ∆T (K)

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Perbandingan Data Aktual dan Design Cooling Tower UT 210 type
Induced Draft (Lama, 1997)
Design Aktual
T in water (oC) 38 32,5
T out water (oC) 30 28,25
Flow water(m3/h) 3200 3160,25
T in air (oC) 31 31
Twb (oC) 24,55 24,55
Holding volume (m3) 900 900
RH (%) 57,5 57,5
Drift loss (%) 0,01 0,01
Cycle 5 3,4
Cp air (kJ/kg K) 4,19 4,19

Dengan melakukan perhitungan mengunakan metoda dari buku


Chemical Engineers Handbook, Perry Vol 1, didapat hasil perhitungan untuk
evaluasi cooling trower UT 210 type Induced Draft sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Cooling Tower UT 210 Type Induced Draft
(Lama, 1997)
Design Aktual
Range (oC) 8 4,25
Approach (oC) 5,5 3,7
Efektivitas (%) 59,2 53
Evaporation loss (m3/h) 46,4 (1,45%) 20,54 (0,65%)
Drift loss (m3/h) 0,32 (0,01%) 0,31 (0,009%)
Blow down (m3/h) 11,28 (0,3525%) 8,56 (0,274%)
Make up water (m3/h) 58 (1,8125%) 29,42 (0,9429%)

14
Tabel 4.3 Perbandingan Data Aktual dan Design Cooling Tower UT 210 type
Induced Draft (Baru, 2014)
Design Aktual
T in water (oC) 38 31,5
T out water (oC) 30 26,25
Flow water(m3/h) 1000 1069,75
T in air (oC) 31 31
Twb (oC) 24,55 24,55
RH (%) 57,5 57,5
Drift loss (%) 0,01 0,01
Cycle 5 3,4
Cp air (kJ/kg K) 4,19 4,19

Dengan melakukan perhitungan mengunakan metoda dari buku


Chemical Engineers Handbook, Perry Vol 1, didapat hasil perhitungan untuk
evaluasi cooling trower type Induced Draft sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Cooling Tower UT 210 Type Induced Draft
(Baru, 2014)
Design Aktual
Range (oC) 8 5,25
Approach (oC) 5,5 1,7
Efektivitas (%) 59,2 75
Evaporation loss (m3/h) 12,2 (1,22%) 8,59 (0,27%)
Drift loss (m3/h) 0,1 (0,01%) 0,1 (0,003%)
Blow down (m3/h) 2,95 (0,3525%) 3,58 (0,1147%)
Make up water (m3/h) 15,25 (1,8125%) 12,28 (0,3935%)

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan kinerja cooling tower UT 210 type Induced


Draft PT.Sulfindo Adiusaha maka diperoleh grafik sebagai berikut:

15
Kehilangan Air pada Cooling Tower UT 210
80
60

m3/h
40
20
0
We Wd Wb Wm
DESIGN 46.4 0.32 11.28 58
AKTUAL 20.54 0.31 8.56 29.42

Gambar 4.1 Grafik kehilangan air pada cooling tower UT 210 lama

Kehilangan Air pada Cooling Tower UT 210


20
15
m3/h

10
5
0
We Wd Wb Wm
DESIGN 12.2 0.1 2.95 15.25
AKTUAL 8.59 0.1 3.58 12.28

Gambar 4.2 Grafik kehilangan air pada cooling tower UT 210 baru

Evaporation loss merupakan kuantitas air yang menguap dari


cooling water. Secara teoritis, kuantitas evaporasi bekerja hingga 1,8 m3
untuk setiap 1.000.000 kCal panas yang keluar. Berdasarkan gambar 4.1
dan 4.2 menunjukkan nilai We (Evaporating loss) dari cooling tower
lama dan cooling tower baru lebih kecil daripada nilai We design. Hal
tersebut karena design untuk suhu masuk air lebih tinggi daripada suhu
actual. Besar kecilnya penguapan tergantung kontak antara suhu masuk
air dengan udara ambient. Semakin tinggi suhu air yang di dinginkan
semakin banyak air yang teruapkan. Faktor lain yaitu karena umur filler
yang sudah lama sehingga proses transfer panas untuk memperlambat
jatuhnya air seperti penampung air sementara dari nozzle pipa sprinkle
head untuk mempertemukan udara yang masuk dari luar dengan air
akan berkurang nilai efesiensinya karena ketika filler sudah kurang
efektif maka akan meningkatkan suhu udara dalam air.

16
Untuk nilai drift lost pada kedua cooling tower tersebut dalam
kategori baik karena niali drift loss yang dihasilkan lebih kecil atau
samadengan drift lost design. Sedangkan untuk nilai blowdown aktual
berdasarkan gambar 4.2 lebih tinggi daripada nilai blowdown design, hal
tersebut disebabkan karena parameter dari cycle of concentration (COC)
dari aktual lebih kecil daripada design. Dimana COC merupakan rasio
perbandingan antara TDS silica dalam sirkulasi air yang masuk dan
silica dalam make up water. Seharusnya concentration silica pada make
up water dikecilkan sehingga diperoleh nilai COC yang maksimal dan
nilai blowdown yang minimum.

Make up water merupakan jumlah air yang terkumpul pada


water basin atau tangki di cooling tower setelah proses pendinginan.
Berdasarkan 2 grafik tersebut menuinjukkan make up water yang sedikit
sehingga efisiensi dari cooling tower tinggi.

Performance Cooling Tower UT 210


40
30
20
°C

10
0
Rang Appr
T,in T,out Twb
e oach
DESIGN 38 30 24.55 8 5.5
AKTUAL 32.5 28.25 24.55 4.25 3.7

Gambar 4.3 Grafik performance cooling tower UT 210 lama

Performance Cooling Tower UT 210


40
30
20
°C

10
0
Rang Appr
T,in T,out Twb
e oach
DESIGN 38 30 24.55 8 5.5
AKTUAL 31.5 26.25 24.55 5.25 1.7

Gambar 4.4 Grafik performance cooling tower UT 210 baru

17
Range adalah perbedaan antara suhu air masuk dan keluar dari
cooling tower. Range cooling tower yang tinggi menunjukan bahwa
menara pendingin telah mampu menurunkan suhu air secara efektif, dan
kinerjanya bagus. Range bukan ditentukan oleh menara pendingin,
namun oleh proses yang dilayaninya. Range pada suatu alat penukar
kalor ditentukan seluruhnya oleh beban panas dan laju sirkulasi air yang
melalui penukar panas dan menuju ke air pendingin. Menara pendingin
biasanya dikhususkan untuk mendinginkan laju aliran tertentu dari satu
suhu ke suhu lainnya pada suhu wet bulb tertentu. Berdasarkan grafik
4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa nilai range yang diperoleh masih belum
mencapai maksimal sehingga menara pendingin dikatakan belum
mampu menurunkan suhu air secara efektif.

Sedangkan approach adalah perbedaan antara suhu air yang


keluar dari menara pendingin dengan suhu bola basah. Walaupun range
dan approach harus dipantau, akan tetapi approach merupakan indikator
yang lebih baik untuk kinerja menara pendingin. Semakin rendah
approach maka semakin baik kinerja menara pendingin. Sebagaimana
aturan yang umum, semakin dekat approach terhadap wet bulb, akan
semakin mahal menara pendinginnya karena meningkatnya ukuran.
Ketika ukuran menara harus dipilih, maka approach menjadi sangat
penting, yang kemudian diikuti oleh debit air dan udara, sehingga range
dan wet bulb mungkin akan menjadi semakin tidak signifikan.

Efektifitas
59,2

60 53
Persentase (%)

55

50

45
DESIGN AKTUAL

Gambar 4.5 Grafik efektifitas cooling tower UT 210 lama

18
Efektifitas
75
80 59,2

Persentase (%)
60

40

20

0
DESIGN AKTUAL

Gambar 4.6 Grafik efektifitas cooling tower UT 210 baru

Efektivitas pendinginan merupakan perbandingan antara range


dan range ideal. Semakin tinggi perbandingan ini, maka semakin tinggi
efektivitas pendinginan suatu menara pendingin. Pada gambar 4.5
efektifitas dari cooling tower lama mengalami penurunan 10,47%. Hal
tersebut sudah dalam kategori efisien menurut chemical engineering site
tahun 2018 menyatakan bahwa kinerja cooling tower dikatakan bagus
ketika di rentan 70-75%.

Sedangkan pada gambar 4.6 efektivitas cooling tower


mengalami peningkatan sebanyak 26,6%. Hal ini telah melewati target
dari design yang disebabkan karena kondisi plant shut down. Artinya
produksi VCM yang diminta lebih sedikit sehingga beban kerja cooling
tower ringan.

19
BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan
PT.Sulfindo Adiusaha terdapat cooling tower dengan type Induced
Draft yang berfungsi untuk menurunkan temperatur antara fluida panas
dengan udara hingga suhu tertentu. Analisis unjuk kerja dilakukan untuk
mengetahui efektivitas dari cooling tower yang digunakan oleh PT.Sulfindo
Adiusaha secara keseluruhan. Parameter yang mengacu pada buku Chemical
Engineers Handbook, Perry Vol1 sebagai berikut:

5.2. Saran
- Dilakukan pengecekan filler secara berkala
- Agar dijalankan sesuai dengan design sehingga menambah life time
cooling tower.

20
DAFTAR PUSTAKA

Awaludin,budi dkk. 2012. ” Perhitungan Kebutuhan Cooling Tower Pada


Rancang Bangun Untai Uji Sistem Kendali Reaktor Riset” Batan. E-
journal.

Bhavani,et all.2013.”Design of cooling tower”. International journal of scientific


& engineering research

Hutriadi .2017.” Analisis kinerja cooling tower 8330 ct01 pada water
treatment plant-2 pt krakatau steel (persero). Tbk”jakarta. E-journal
Universitas Mercubuana.

Handoyo yopi, 2015. “Analisis performa cooling tower lct 400 pada p.t.
Xyz”Bekasi.E-Journal Unisma.

Putra suhardi. 2015.” Analisa Perhitungan Beban Cooling Tower Pada Fluida Di
Mesin Injeksi Plastik”Jakarta . E-Journal Universitas Mercubuana.

Perry . 1997 “ chemical engineering hand book” mcgraw-hill.

Www.chemicalengineeringside.com diakses pada 11:26 wib tanggal 1 oktober 2018

21

Anda mungkin juga menyukai