Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unit utilitas dibuat dengan latar belakang yaitu kapasitas-kapasitas

atau daya tampung merupakan faktor pertama yang menjadi

pertimbangan ada tidaknya unit utilitas di suatu pabrik. Kontinuitas yang

tidak boleh dilupakan dalam pertimbangan pengadaan unit utilitas adalah

kontinuitas proses pabrik yang menggunakan bahan penunjang. Jika

pemenuhan kebutuhan akan bahan penunjang terjadi setiap hari, maka

diperlukan sebuah unit utilitas.

Sistem utilitas merupakan sarana atau unit yang diperlukan untuk

operasi suatu proses. Sarana atau unit penunjang memiliki maksud adalah

sebuah unit yang berfungsi sebagai penyediaan bahan-bahan penunjang

kegiatan pabrik, udara tekan, dan lain sebagainya. Unit utilitas penting

dalam suatu industri, seperti pada pabrik pupuk yang memerlukan air,

sehinga baik sebagai pelarut maupun keperluan pabrik lainnya. Selain itu,

industri membutuhkan bahan bakar untuk pengoperasian untuk alat yang

berbahan bakar.

Untuk itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai unit-unit utilitas

yang terdapat pada PT Pupuk Kalimantan Timur, khususnya pada Pabrik 5.

1
B. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui

dan memahami unit-unit utilitas yang terdapat pada Pabrik 5 PT Pupuk

Kalimantan Timur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unit Utilitas Pabrik 5 PT Pupuk Kaltim

Unit utilitas merupakan unit penunjang untuk kelancaran proses di

unit amonia dan unit urea. Oleh karena itu, unit utilitas menyediakan

sistem utilitas untuk menghasilkan dan mendistribusikan kebutuhan air

laut (sea water), air pendingin (sweet cooling water), air tawar (desalinated

water), air demin (demineralized water), nitrogen, udara

pabrik/instrumentasi (plant air/instrument air), serta menghasilkan dan

mendistribusikan tenaga listrik (electric power) termasuk emergency

power.

Utilitas terbagi menjadi beberapa unit/sistem, yaitu :

1. Unit sea water intake (SWI)

2. Unit klorinasi

3. Sistem cooling water (sweet cooling water and sea cooling water)

4. Sistem Desalinasi

5. Sistem demineralisasi

6. Sistem pembangkit tenaga listrik

7. Sistem steam

8. Sistem plant air/instrument

3
9. Sistem nitrogen generation

10. Sistem urea formaldehyde coating (UFC)

11. Sistem pengolahan air buangan

B. Unit Sea Water Intake

Unit ini berfungsi untuk menyalurkan air laut untuk bahan baku unit

desalinasi, klorin, dan make up cooling water. Intake head ditempatkan di

dasar laut pada kedalaman 10 meter dari rata-rata level air laut (mean sea

level). Kemudian, dihubungkan oleh pipa sub-marine yang tertimbun ke

intake basin yang diletakkan di tepi laut. Dengan demikian, akan diperoleh

kualitas sea water yang lebih baik karena minyak dan debu urea tidak akan

terbawa ke sea water intake.

Sea water ditempatkan ke unit desalinasi dengan laju alir sebesar 930

m3/jam, unit klorinasi sebesar 51 m3/jam, dan sebagai make up sea water

cooling water sebesar 2.233 m3/jam.

Sistem sea water intake terdiri dari :

1. 1x100% sea water intake head dengan kapasitas 3.800 m3/jam. Sea

water intake head berfungsi untuk menarik air laut yang telah bersih

secara terus menerus ke sea water intake basin. Sea water intake

head dilengkapi dengan saringan (bar screen) yang berfungsi untuk

mencegah masuknya padatan dan kotoran-kotoran yang cukup besar

dari air laut ke sea water intake basin. Larutan klorin (NaClO) dari

4
pabrik eksisting diinjeksikan ke sea water intake head dan sea water

intake basin dengan tujuan untuk mencegah dan menghambat

pertumbuhan mikroorganisme di sistem sea water intake head

dengan konsentrasi klorin di air laut sebesar 0,2 ppm.

2. Saluran injeksi klorin dari pabrik eksisting yang bertujuan untuk

mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan kadar residual

dijaga sebesar 0,2 ppm.

3. 1x40” pipa sea water intake. Saluran utama sea water intake terdiri

dari single line dengan diameter 40” fiberglass reinforced plastic

(FRP) yang menghubungkan outlet sea water intake head ke dalam

inlet sea water intake basin. Air laut mengalir dari sea water intake

head ke sea water intake basin menggunakan sistem bejana

berhubungan.

4. Sea water intake basin didesaian dengan kapasitas air laut 3.800

m3/jam. Terdapat 2 inlet kanal yang sama, dengan kapasitas 2x3.800

m3/jam agar dapat dilakukan pengalihan aliran air laut selama

pemeliharaan/perbaikan salah satu kanal dan travelling screen.

Material yang digunakan pada basin ini merupakan material konkrit

dan dilapisi dengan coating khusus yang cocok untuk air laut

sehingga tahan akan korosi.

5. Travelling band screen sejumlah 2x100%, dengan kapasitas masing-

masing adalah 3.800 m3/jam yang berfungsi untuk menangkap atau

5
menyaring kotoran kecil melayang yang lolos, serta organisme laut

yang berukuran kurang dari 6 mm.

6. Stop log yang berfungsi untuk pemeliharaan atau perbaikan dengan

cara memungkinkan penghentian sementara suplai air laut.

7. 2x100% screen wash pump untuk membersihkan travelling pump.

8. 2x100% sea water pump yang untuk mendistribusikan air make up ke

cooling water tower basin, unit klorinasi, dan unit desalinasi.

C. Unit Klorinasi

Sistem injeksi klorin bertujuan untuk menghambat pertumbuhan

mikroorganisme (bakteri, lumpur, dan alga) serta makroorganisme (kerang,

tiram, dan lain-lain) yang dapat menyebabkan pembetukan deposit di tube

condenser, peralatan, dan perpipaan di sistem pendingin air laut (sea

cooling water system).

Satu unit klorinasi dibangun dekat dengan cooling water basin. Unit

ini berfungsi untuk menginjeksi larutan NaClO untuk mencapai sisa

konsentrasi klorin dalam sirkulasi air laut sebesar 0,4 ppm di sea water

circulation return header.

Unit ini didesain untuk menghasilkan 60 kg/jam ekuivalen klorin dan

memiliki kemampuan dosing untuk 120% dari kebutuhan normal pada

dosing rate yang direkomendasikan. Unit klorinasi menghasilkan larutan

6
NaClO melalui proses elektrolisa air laut, reaksi elektrokimia yang terjadi

adalah sebagai berikut :

1. Reaksi primer di anoda

2Cl- → Cl2 + 2e (reaksi I)

2. Reaksi primer di katoda

2H2O + 2e → 2OH- + H2 (reaksi II)

2Na+ + 2OH- → 2NaOH (reaksi III)

3. Reaksi sekunder

2NaOH + Cl2 → NaClO + NaCl + H2O (reaksi IV)

Sodium hipoklorit (NaClO) yang diperoleh dari rekasi sekunder,

efektif untuk mencegah pertumbuhan biota laut seperti kerang laut,

rumput laut, dan lain-lain, yang dapat melekat di perpipaan, tube

condenser, dan filter. Larutan NaClO yang dihasilkan oleh unit klorinasi

diinjeksikan terus menerus ke dalam basin, sedangkan injeksi klorin di pipa

sea water intake berasal dari unit klorinasi pabrik 4 dan POPKA. Dengan

adanya injeksi klorin, maka sistem air laut di pabrik akan terlindungi dari

masalah melekatnya pertumbuhan organisme laut. Berbeda dari sistem

injeksi gas klorin, sistem elektroklorinasi dapat menguraikan klorin yang

berupa cairan. Dengan demikian, penanganan akan sangat mudah dan

tidak perlu risau akan kebocoran gas berbahaya.

7
D. Sea dan Sweet Cooling Water System

Cooling water system digunakan sebagai media pendingin untuk

proses maupun utilitas. Cooling water system terdiri dari 2 sistem yaitu sea

cooling water dan sweet cooling water. Sweet cooling water bersifat panas

karena telah dipergunakan sebagai pendingin fluida-fluida yang ada di

pabrik. Sedangkan sea cooling water digunakan untuk mendinginkan sweet

cooling water yang panas. Sea cooling water juga dipergunakan di surface

condenser untuk mengkondensasikan saturated steam yang berasal dari

outlet steam turbine.

1. Sea Water Circulation

Air laut yang berasal dari intake basin dikirim ke cooling basin

sebagai make up sea cooling water dengan menggunakan control

flow untuk menjaga agar flow make up tetap konstan. Cooling tower

basin didesain untuk dapat menampung cadangan sea cooling water

selama 10 menit apabila sea cooling water yang disirkulasikan

sebanyak 59.000 m3/jam dan tanpa make up.

Chemical injection package untuk sea cooling water yang

meliputi beberapa chemical injection system dipersiapkan untuk

sistem tersebut. Chemical injection package didesain untuk

beroperasi menginjeksikan asam sulfat, dipersant, dan shock dosing

bromine. Untuk injeksi asam sulfat dan dipersant, dilakukan secara

8
kontinu, sedangkan shock dosing bromine dilakukan dengan

konsentrasi sekitar 10 ppm selama 30 menit secara intermitten.

Sistem ini berbeda dari pabrik-pabrik lain yang ada di PT Pupuk

Kalimantan Timur karena air laut yang dipergunakan terus menerus

disirkulasikan, dan ketika dibuang ke laut sudah berada pada suhu

yang mendekati suhu air laut pada saat itu. Sedangkan pada pabrik

lain, air laut setelah dipergunakan akan dibuang langsung ke laut

dalam keadaan suhu sedikit di atas suhu air laut. Sistem sirkulasi ini

digunakan oleh Pabrik 5 untuk menjaga kondisi lingkungan air laut

tetap terjada.

2. Sweet Cooling Water

Sweet cooling water system merupakan sistem yang tertutup,

disirkulasikan oleh sweet water circulation pump. Sweet cooling

water merupakan pendingin yang umumnya digunakan di berbagai

alat penukar panas di unit utilitas, unit amonia, dan unit urea. Sweet

cooling water merupakan air demin yang digunakan sebagai air

pendingin.

Untuk menjaga rate sirkulasi sweet cooling water yang hilang

akibat adanya penguapan ketika proses pendinginan, maka perlu

ditambahkan dengan make up sweet cooling water yang berasal dari

tangki penyimpanan air demin.

9
Sama seperti air laut, sweet cooling water juga diinjeksikan

chemical untuk menjaga kualitas air. chemical yang diinjeksikan

adalah anti bakteri untuk membunuh mikroorganisme serta alga yang

dapat menyebabkan fouling di perpipaan atau peralatan dan juga

mencegah terjadinya korosi.

Untuk menjalankan sistem di atas, dibutuhkan beberapa

peralatan pendukung, antara lain :

a. Sea Water Cooling Water

Salah satu peralatan utama di dalam sistem air pendingin

adalah sea water cooling tower dengan tipe induced water

cooling tower (IDCT) yang memiliki beberapa ruang

pendingin/cooling cell yang berjumlah 16 cell. Masing-masing

cell dapat dioperasikan secara manual dan terpisah.

Kapasistas desain cooling tower ini sebesar 59.000

m3/jam atau setara dengan 125% kapasitas total cooling tower.

Meskipun 1 cell dalam kondisi tidak beroperasi, cooling tower

ini masih mampu memenuhi kebutuhan maksimum untuk sea

water cooling.

Induced dratf fan atau kipas pendingin terletak di bagian

paling atas dari sea water cooling tower yang berfungsi untuk

menarik udara melalui flling/bahan isian sebagai media

penukar panas, dan keluar di titik tertinggi yaitu fan stack di

10
atas masing-masing cooling cell. Aliran balik air panas yang

berasal dari alat penukar panas salah satunya MPHE (marine

plate heat exchanger) dialirkan menuju sistem distribusi air di

atas tiap-tiap ruang dari masing-masing cooling cell, dimana air

tersebut dipancarkan ke semua permukaan bahan isian

penukar panas, maksimum drift loss adalah 0,0005% dari laju

alir desain. Air akan mengalami proses pendinginan selama

mengalir ke bawah melalui permukaan dari bahan isian

penukar panas.

Air dingin yang keluar dari sisi bawah bahan isian

ditampung di dalam sea water cooling tower basin yan

gterletak di bagian dasar sea water cooling tower. Kanal dari

beton akan mengalirkan air laut dingin menuju tempat

penampungan untuk selanjutnya dihisap oleh pompa dan

diresirkulasi menuju alat penukar panas dan surface condenser.

b. Chemical Injection Package untuk Sea Cooling Water

Chemical injection package dibuat dalam satu lokasi dan

tidak terpisah dengan unit sea water cooling tower untuk

memudahkan injeksi asam sulfat, bromin, dan dispersant.

1) Asam sulfat digunakan untuk mengatur pH air laut

sehingga berada pada range 7-7,8.

11
2) Dispersant injection system disediakan sebagai scale

control agent dan suspended matter di cooling system.

Scale/kerak muncul di cooling water system dikarenakan

adanya mineral yang melebihi ambang batas

kelarutannya di dalam air. Kerak yang terbentuk

umumnya adalah kalsium karbonat, kalsium fospat, dan

magnesium silikat. Dispersant diinjeksikan ke sistem

untuk menghilangkan mineral yang mengerak, sehingga

kandungan mineral dibawah 4.000 ppm

3) Injeksi senyawa bromin diperuntukkan sebagai

desinfektan di dalam cooling water system. Senyawa

bormin memiliki efek biocide yang sama dengan senyawa

klorin. Shock dosing bromine dengan konsentrasi sebesar

10 ppm berlangsung selama 30 menit secara intermitten.

c. Chemical Injection Package untuk Sweet Cooling Water

1) Anti Bacterial Injection System

Anti bacterial injection system dipergunakan di

dalam sweet cooling system untuk mencegah

pertumbuhan bakteri, mikroorganisme, dan lumut. Anti

bakteri diinjeksikan sebesar 600 liter/jam setiap 1 kali

sebulan selama 1 jam untuk menjaga pertumbuhan

bakteri tetap di bawah 10.000 cfu/mL.

12
2) Nitrite Injection System

Nitrite injection system dipergunakan di sweet

water cooling system untuk mencegah terjadinya proses

korosi di perpipaan. Konsentrasi nitrit yang diinjeksikan

sebesar 300 ppm secara kontinu agar konsentrasi ion

nitrit dalam bentuk NaNO3 berada dalam range 450-600

ppm.

3) Side Stream Filter

Side stream filter dipergunakan untuk menyaring air

laut dan sweet cooling water. Masing-masing memiliki

ukuran saringan sebesar 25 mikron.

4) Marine Plate Heat Exchanger (MPHE)

Alat penukar panas yang dipergunakan untuk

memindahkan panas dari sweet cooling water menuju air

laut adalah plate & frame heat exchanger yang berjumlah

10 buah dengan mode operasi yaitu 9 yang beroperasi

dan 1 dalam keadaan stand by. Tipe alat tersebut

memiliki beberapa keuntungan dibandingan tipe

tradisional seperti shell & tube heat exchanger, antara

lain desain dan ukuran yang lebih kecil, berat yang ringan,

memiliki luas perpindahan panas yang lebih besar, serta

lebih mudah dalam hal perawatan maupun perbaikan.

13
E. Sistem Desalinasi

Sistem desalinasi Pabrik 5 menggunakan sistem reverse osmosis (RO)

yang terdiri dari seksi pre-treatment dan 2 main pass RO yang dinamakan

sea water reverse osmosis (SWRO) dan brackish water reverse osmosis

(BWRO).

Sistem RO untuk PT Pupuk Kaltim hanya digunakan pada Pabrik 1 dan

Pabrik 5. Sumber bahan baku unit desalinasi adalah air laut yang berasal

dari sea water intake basin. Unit desalinasi mempunyai kapasitas produksi

2x150 m3/jam air tawar (BWRO product) dan 60m3 dari total produk SWRO

digunakan sebagai portable water. Produk air dari unit desalinasi

mempunyai kualitas TDS<1000 ppm untuk produk SWRO dan TDS<10 ppm

untuk produk BWRO.

Secara garis besar, proses yang terjadi di dalam unit desalinasi adalah

sebaga berikut :

Gambar 2.1. Skema proses pada unit desalinasi

14
Berikut merupakan penjelasan beberapa sub unit dalam unit

desalinasi :

1. Pre-treatment

Pada saat operasi normal, air laut dari unit sea water intake

basin dipompakan masuk ke unit pre-treatment menggunakan

pompa sea wate pump. Unit pre-treatment bertujuan untuk

meminimalkan pembentukan fouling pada membran RO dan

mengurangi downtime akibat cleaning in place (CIP) pada membran.

Air umpan RO setelah melewati proses pre-treatment harus

mempunyai nilai SDI (Salt Density Index) di bawah 3. Unit pre-

treatment terdiri dari peralatan sebagai berikut :

a. Ultra Filtration (UF) Booster Pump

UF booster pump berfungsi untuk mengalirkan air laut

yang berasal dari sea water intake pump ke UF system.

b. Automatic Strainer

Air laut dari unit sea water intake pertama kali akan

melewati automatic strainer dengan ukuran screen 200 mikron.

Biota laut seperti ikan, kerang, dan partikel besar yang ada di

sea water akan tertangkap pada strainer.

c. Ultra Filtration (UF) Membrane System

Ultra filtration berfungsi untuk menghilangkan partikel

koloid suspended solid dan bakteri yang terkandung dalam air

15
laut dari automatic strainer. UF system terdiri dari 4 train,

dimana masing-masing train terdiri dari 100 UF module yang

terpasang. 1 UF module di dalamnya terdapat 7 membrane UF.

Produk ultra filtration memiliki SDI yang rendah (pada

umumnya 3) dan turbidity yang rendah (umumnya <0,2 NTU).

Pengaplikasian UF pada proses di pabrik mampu

menghilangkan bahan kimia berupa koagulan untuk proses pre-

treatment.

d. Ultra Filtration (UF) Permeate Tank

UF permeate tank berfungsi untuk menampung produk

air keluaran UF membrane. Kapasitas tangki sebesar 300 m3.

Outlet tangki ini akan dialirkan ke SWRO system.

2. Reverse Osmosis (RO)

Desalinasi air laut menggunakan 2 tingkatan membran RO yaitu

sea water reverse osmosis (SWRO) dan brackish water reverse

osmosis (BWRO), dengan produk desalinasi sebanyak 7,2

megaliter/hari atau sama dengan 7.200 m3/hari. Alat yang terdapat

pada sub unit RO ini adalah :

a. SWRO Feed Pump

Terdapat 3 buah SWRO feed pump dengan mode

pengoperasian 2 pompa running dan 1 stand by. Pompa ini

16
berfungsi untuk mengalirkan air dari UF permeate tank ke

sistem SWRO.

b. SWRO High Pressure Pump

2 SWRO high pressure pump dengan turbo charger

digunakan untuk menyuplai kecukupan tekanan feed di sistem

SWRO.

c. SWRO Transfer Pump

2 pompa SWRO transfer pump dengan mode

pengoperasian 1 pompa running dan 1 pompa stand by, yang

digunakan untuk mengalirkan produk SWRO tank untuk

penggunaan umum (portable water).

d. Energy Recovery System

Tipe energy recovery system yang digunakan didesalinasi

RO adalah turbo charger. Reject SWRO yan masih bertekanan

tinggi dimanfaatkan energinya di energy recovery system (ERS)

sebelum dialirkan kembali ke laut. Energi yang ter-recovery

tersebut dimanfaatkan untuk menaikkan tekanan umpan

SWRO.

e. SWRO Membrane

Produk UF pertama kali ditransfer ke sistem SWRO. Ada 2

train SWRO yang akan dioperasikan pada kapasitas maksimal

pada tekanan sekitar 50 kg/cm2G. Train SWRO terdiri dari 56

17
module SWRO yang disusun secara paralel. Masing-masing

module terdapat 7 elemen/membrane SWRO. Produk UF

dipompa untuk diumpankan ke membrane SWRO yang akan

membuat pure water melewati membran ke sisi yang

bertekanan rendah yang menghasilkan permeate dengan

TDS<100 ppm. Sebagian besar pengotor (impurities) pada

umpan akan tertinggal menjadi reject dan dialirkan kembali ke

laut. Sebagian produk SWRO akan digunakan sebagai raw

material untuk memproduksi portable water, dan sisanya akan

diumpankan ke sistem BWRO untuk dilakukan treatment

selanjutnya.

f. SWRO Product Tank

1 SWRO product tank dengan kapasitas 130m3 digunakan

untuk menampung produk SWRO.

3. Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO)

Permeate SWRO ditampung di tangki produk SWRO sebelum

diumpankan ke BWRO, sehingga menghasilkan produk seperti yang

diharapkan. Masing-masing train BWRO terdiri dari 18 module SWRO

yang disusun secara paralel. Masing-masing module terdapat 7

membrane BWRO. Reject BWRO akan di-recycle kembali ke tangki UF

filtrate.

18
a. BWRO Feed Pump

Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan air dari SWRO

product tank ke sistem BWRO.

b. BWRO Membrane

Pemilihan BWRO membrane didasarkan pada tingkat

salinitas produk air SWRO. Sistem BWRO mempunyai 2 train

dengan total module sebanyak 252 buah membrane module.

Masing-masing train terdiri dari 126 buah membrane module

yang berada di dalam 18 pressure vessel (module). Kapasitas

dari sistem membran BWRO adalah sebesar 300 m3/jam.

4. Reverse Osmosis Clean in Place

Dikarenakan sistem membrane RO tidak memiliki sistem

backwash, maka untuk proses pembersihannya membutuhkan

chemical cleaning membrane secara periodik. CIP umumnya

dilakukan tiap 3-6 bulan sekali, tergantung pada kualitas umpan air

laut, pressure drop membrane, flow permeate atau kualitas permeate

yang telah melewati batas minimal. Chemical cleaning menggunakan

asam (untuk foaling inorganic) atau alkalin (untuk foaling organic).

Limbah kimia dari proses CIP akan dialirkan ke neutralizer, sehingga

pH pada limbah yang bervariasi antara 1-11 akan menjadi netral

dengan menggunakan asam maupun basa sebelum dibuang ke

outfall.

19
a. CIP untuk UF

Selama CIP, larutan kimia disirkulasi dan diikuti dengan

soaking (perendaman) pada module UF. Ditambah dengan

scouring water, yang diperlukan saat backwash, dan juga

dilakukan scouring water selama proses soaking. Hal ini

menghasilkan mechanical agitation, yang akan meningkatkan

efektifitas dari CIP. Selama proses chemical cleaning, bahan

penyebab fouling akan larut atau terlepas dan terbawa larutan

kimia. Maintenance cleaning (MC) train UF membutuhkan

waktu 1,5-2 jam yang dilakukan setiap 1 mingu sekali sesuai

rekomendasi dan RC selama 3-4 jam yang dilakukan setiap 1

bulan sekali. Kebutuhan waktu cleaning ditentukan dari

kebutuhan tekanan umpan untuk menghasilkan sejumlah

filtrate. Dalam prosedur cleaning, cleaning dianggap berhasil

apabila tekanan umpan turun 10% dari tekanan umpan

sebelum cleaning.

b. CIP untuk RO

CIP membrane RO dilakukan dengan sirkulasi larutan

kimia pada membran RO, serta dengan flushing menggunakan

air sebelum dan sesudah proses chemical cleaning. Selama

proses chemical cleaning, fouling akan larut atau terlepas dan

terbawa oleh larutan kimia. CIP membrane RO membutuhkan

20
waku 1-3 jam dan mungkin membutuhkan waktu tambahan

untuk soaking dari 2 hingga 24 jam (tergantung pada jenis

fouling-nya). Keberhasilan cleaning akan mengakibatkan

pressure drop module membrane flow rate permeate rejet akan

kembaIi ke semula (start off run-nya). Perlu diperhatikan bahwa

sifat membran RO akan mengalami penurunan performa

setelah bertahun-tahun, dan hal ini harus diperhitungkan ketika

mengevaluasi keberhasilan prosedur cleaning.

c. Chemical Dosing System

Sistem ini terdiri dari beberapa chemical dosing pump dan

tangki bahan kimia, yaitu :

1) Sodium hidroksida (NaOH) yang berguna untuk mengatur

pH agar berada di kisaran 7.

2) Asam klorida (HCl) yang berguna untuk mengatur pH agar

berada di kisaran 7.

3) anti scale yang berguna untuk mencegah pembentukan

kerak pada membran RO.

4) Sodium bisulfit (NaHSO3) yang berguna untuk

menghilangkan kadar klorin dalam air, karena klorin

dapat mengoksidasi membran RO yang akan

mengakibatkan kerusakan.

21
F. Sistem Demineralisasi

1. Proses Demineralisasi

Unit demineralisasi berfungsi mengolah proses kondensat dari

unit amonia, unit urea, kondensat steam turbin, dan air desalinasi

menjadi air demin, yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi

boiler feed water (BWF) untuk menghasilkan steam 110 kg/cm2 di

pabrik amonia dan steam 80 kg/cm2 di boiler OEP.

Unit demineralisasi memproduksi air demin 2x480 m3/jam

dengan 1 unit dalam keadaan stand by. Unit ini memiliki acid storage

drum dan caustic storage drum yang masing-masing mempunyai

kapasitas penyimpanan selama 8 hari dari total kebutuhan untuk

proses regenerasi. Mode proses regenerasi untuk ion kation dan

anion didasarkan pada arah alirannya, yaitu proses counter current

untuk aliran regenerasi menggunakan asam dan proses co-current

untuk aliran regenerasi menggunakan caustic.

Proses kondensat dan kondensat steam/turbine yang dikirim ke

unit demineralisasi mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 2.1.Spesifikasi proses kondensat dan kondensat steam/turbine

Air Proses Kondensat Steam/Turbine


Parameter Satuan Amonia Urea Amonia Urea Utilitas
Max
Amonia ppmwt Max 10 2 2 2
1
Metanol ppmwt Max 50 - - - -
Total CO2 ppmwt Max 10 - 0,1 0,1 0,1
Max Max
Silika (S) ppmwt 0,01 0,01 0,01
0,01 0,02

22
Max
Urea ppmwt - - - -
1
TDS ppmwt 0,5 0,5 4 4 4
Total Iron ppmwt 0,35 0,35 0,3 0,3 0,3
Bikarbonat ppmwt - - - - -
Karbonat ppmwt Max 10 - 0,1 0,1 0,1
Sedangkan untuk produk demin memiliki spesifikasi sebagai berikut

Tabel 2.2. Spesifikasi produk demineralisasi

Product Requirement
Spesifikasi
Kualitas Satuan
Konduktivitas (pada
Max 0,02 u/cm
25ºC)
Total Tembaga (Cu) Max 0,003 ppm
Total Besi (Fe) Max 0,02 ppm
Silika (SiO2) Max 0,02 ppm
Na + K Max 0,01 ppm
Cr Max 0,02 Ppm
a. Proses Kondensat Treatment

Kondensat proses yang telah diolah di unit amonia dan

urea dikirim ke microfiltration automatic system yang

mempunyai kapasitas pengolahan sebesar 180 ton/jam. Alat ini

bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kadar

suspended solid yang terkandung di proses kondensat. Sistem

penyaringan ini dapat memisahakan semua padatan yang

terlarut dengan menggunakan filter berukuran 5 mikron dan

mempertahankan tingkat kebersihan kondensat proses. Hasil

penyaringan proses kondensat kemudian dimasukkan ke

desalinated water tank.

23
b. Kondensat Steam/Turbine

Di Pabrik 5, steam bertekanan tinggi dari OEP digunakan

untuk menggerakkan steam turbin generator 1 dan steam

keluaran dari turbin dikondensasikan semua di surface

condenser. Kondensat steam tersebut yang dikumpulkan di

bagian cylindrical hitwell fitted pada bagian bawah dari surface

condenser sisi shell, kemudian dikirim ke desalinated water

tank menggunakan steam condensate pump. Kemudian, steam

bertekanan sedang (medium pressure steam) digunakan untuk

menggerakkan turbin dari sea water circulation pump, sweet

water circulation, dan pompa sejenisnya. Tipe steam turbin

yang menggerakkan masing-masing pompa tersebut adalah

tipe condensing, dimana kondensat steam turbin setelah

didinginkan di surface condenser, dikumpulkan di bagian

cylindrical hotwell fitted yang terletak di bagian bawah dari

masing-masing surface condenser sisi shell-nya.

2. Mikrofiltrasi

Proses kondensat disaring dengan menggunakan mikrofilter

untuk menghilangkan suspended solid. Mikrofiltrasi akan

menghilangkan partikel padatan dengan ukuran lebih dari 5 mikron.

Selama filtrasi, kotoran akan terperangkap pada screen dan

mengakibatkan pressure drop pada filter akan naik. Pressure drop

24
menunjukkan perbedaan tekanan inlet dan outlet mikrofiltrasi.

Apabila kotoran yang terperangkap pada screen cukup banyak, maka

tekanan outlet akan turun. Ketika pressure drop naik 0,5 kg/cm2,

sinyal pressure drop akan dikirim ke controller untuk melakukan

backwash.

3. Mixed Bed Polisher

Proses kondensat yang telah difilter bergabung dengan steam

kondensat dan prouduk desalinasi untuk selanjutnya diproses dalam

mixed bed polisher, yang berisi resin kation dan anion menggunakan

pump. Resin kation berfungsi untuk menghilangkan kation seperti

natrium, kalsium, dan magnesium dengan menggantikan kation

tersebut dengan ion hidrogen yang ada resin cation exchange. Resin

anion berfungsi menghilangkan anion seperti klorida, sulfat, silika,

dan bikarbonat dengan menggantikan anion tersebut dengan ion

hidroksida yang ada di resin anion exchange.

4. Regenerasi

Air demin (produk dari mixed bed polisher) ditampung dan juga

digunakan sebagian untuk proses regenerasi mixed bed polisher.

Sebagai zat yang meregenerasi digunakan asam sulfat 98% untuk

meregenerasi kation dan caustic soda 40% untuk meregenerasi

anion. Pemasukan chemical dalam proses regenerasi menggunakan

ejektor yang dilengkapi alat ukur flow dan pengenceran chemical.

25
5. Netralisasi

Limbah dari proses regenerasi mixed bed polisher langsung

mengalir ke neutralization pond. Neutralization pond didesain untuk

menampung limbah kimia dari unit demineralisasi dan desalinasi.

Asam dan kaustik (basa) dari proses regenerasi akan saling

menetralkan. Namun, masih dibutuhkan bahan kimia untuk

mengatur pH pada kisaran 7-8 agar memenuhi standar untuk dikirim

ke outfall.

G. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

Kebutuhan energi listrik pada Pabrik 5 disuplai dari steam turbine

generator 1 (STG-1) berkapasitas 37.000 kVA (30 MW), 11 kV, dan 50 Hz.

STG-1 terintegrasi melalui trafo 33/11 kV dengan eksiting di pabrik lain PT

Pupuk Kaltim. Perlu diketahui bahwa trafo juga difasilitasi dengan neutral

ground resistant.

1. STG-1

STG-1 berlokasi di area Pabrik 5 yang sistem kelistrikan mampu

beroperasi secara paralel secara kontinu antara Pabrik 5 dengan

sistem integrasi 33 kV yang menggunakan transformer wye-delta dan

transformer ini mempunyai fasilitas on load top charger (OLTC).

26
2. STG-2

STG-2 berlokasi di area Kaltim 1 yang sistem kelistrikannya

mampu beroperasi paralel secara kontinu antara Pabrik 5 dengan

sistem integrasi 33 kV. STG-2 menggunakan transformer wye-delta

dan transformer ini menggunakan fasilitas on load top charger

(OLTC).

H. Steam System

Beberapa sumber utama steam yang digunakan di Pabrik 5 antara

lain disuplai dari :

1. Boiler batubara yaitu steam SH dengan tekanan 80,5 kg/cm2G dan

suhu 480ºC.

2. Pabrik amonia yaitu steam SHH dari waste heat boiler.

3. Pabrik urea yaitu steam SL. Kegunaan utama steam SH adalah untuk

power generator pada STG-1 dan STG-2, serta CO2 kompresor di

pabrik urea. Steam SH dengan tekanan 46 kg/cm2G dan temperatur

385ºC yang disuplai dari pabrik amonia yang dipergunakan untuk

menggerakkan peralatan rotating di unit utilitas seperti turbin dari

sweet water circulation pump, turbin dari sea water circulation pump,

dan peralatan pendukung lainnya yang digerakkan oleh turbin. Steam

SHH dihasilkan dari unit waste heat boiler di pabrik amonia

digunakan untuk menggerakkan masing-masing turbin synthesis gas

27
compressor dan refrigerant compressor. Sedangkan kelebihan steam

SHH akan di-letdown menjadi steam SM. Steam SM di pabrik amonia

digunakan untuk menggerakkan turbin dari peralatan rotating seperti

proses air compressor, BWF pump feed gas compressor serta sebagai

media pemanas untuk alat penukar panas. Di unit urea pada Pabrik 5,

turbin CO2 kompresor menggunakan steam SH dari OEP dan ekstraksi

steam SML (medium low pressure steam). Steam SML didistribusikan

ke beberapa alat penukar panas yang memerlukan proses

pemanasan. Kondensat steam dari semua pengguna didinginkan,

dikumpulkan, dan dikembalikan ke sistem dan digunakan kembali

sebagai boiler feed water setelah dilakukan pengolahan di unit

demineralisasi.

I. Unit Instrument Air dan Plant Air

Udara sebagai bahan baku utama untuk proses di unit instrument air

dan plant air berasal dari proses air compressor. Emergency air compressor

digerakkan oleh diesel dengan kapasitas 2.300 Nm3/jam, secara otomatis

akan running untuk menyuplai kebutuhan udara di unit instrument air dan

plant air. hal ini terjadi ketika air compressor di unit amonia shutdown

secara mendadak dan gagal dalam menyuplai udara ke unit tersebut.

Udara sebagai bahan baku di unit N2 generator juga berasal dari

proses air compressor dan sebagai back up yang juga dilengkapi dengan

28
portable air compressor yang termasuk dalam satu paket N2 generator.

Dalam kondisi proses air compressor shut down secara mendadak, maka

portable air compressor akan secara otomatis running oleh interlock untuk

menjaga agar unit N2 generator tetap beroperasi.

Pada unit instrument air terdapat sebuah air receiver yang berfungsi

untuk memastikan kecukupan kebutuhan instrument air ke semua

pengguna ketika sistem air compressor dalam kondisi upset. Air receiver ini

dirancang mampu mempertahankan kebutuhan instrument air selama 30

menit dari kapasitas desain unit instrument air. Dari air receiver ini, udara

akan didistribusikan untuk kebutuhan plant air dan instrument air.

Instrument air dryer berfungsi untuk mengeringkan udara yang

memenuhi spesifikasi dari instrument air. Udara bertekanan dimasukkan

melalui sebuah pre-filter untuk memisahkan partikel-partikel padat yang

berukuran kecil. Sebuah desiccant bed di dalam dryer vessel berfungsi

untuk memisahkan kandungan uap air dalam aliran udara bertekanan

untuk mencapai spesifikasi dew pount sesuai syarat. Udara kering dryer

vessel kemudian masuk ke sebuah after filter untuk memisahkan partikel-

partikel yang lolos dan desiccant lembut yang terbawa oleh udara kering.

Sistem instrument air dirancang untuk menjaga tekanan udara pada

kondisi normal berkisar 7 kg/cm2G dengan batas maksimum dan

minimumnya masing-masing sebesar 10,5 kg/cm2G dan 3,5 kg/cm2G.

29
begitu juga dengan plant air disuplai ke pengguna dengan tekanan 8

kg/cm2G dan tekanan maksimum sebesar 10,5 kg/cm2G.

J. Unit Nitrogen Generator

Unit pressure swing adsorption (PSA) didesain untuk menghasilkan

500 Nm3/jam gas nitrogen dengan kemurnian 0,001% oksigen. Plant

didesain untuk mengambil nitrogen dari udara atau plant air dengan

menggunakan PSA.

PSA memisahkan nitrogen dari udara dengan proses

adsorpsi/desorpsi oksigen dan komponen gas-gas atmosfer lainnya.

Adsorbers menggunakan sistem bed berlapis, ketika udara bertekanan

masuk, oksigen diserap dan nitrogennya diambil sebagai produk. Sebelum

jenuh dengan oksigen, bed adsorber diregenerasi dengan mengurangi

tekanan yang mengakibatkan gas buang yang kaya dengan oksigen terlepas

menuju vent.

Feed gas adalah udara bertekanan, disuplai dari stasiun air

compressor dan biasanya dilengkapi dengan water drains dan air receiver.

Fungsi utama air receiver untuk memenuhi permintaan beban tertinggi

selama proses pressurization dan untuk menyesuaikan secara tepat suplai

udara untuk bermacam-macam permintaan PSA, selain itu juga air receiver

sebagai bagian dari instalasi juga akan menghilangkan air kondensat yang

terkumpul. Unit ini juga dilengkapi dengan switch valve direct feed air,

30
produk gas, dan gas buang ke dan dari adsorber bed. Unit PSA

menghasilkan 2 aliran gas keluar aliran produk gas nitrogen secara kontinu

dan gas buang yang tidak kontinu dihembuskan ke atmosfer.

Secara spesifik produk buffer, digunakan untuk menjaga pemakaian

gas secara tetap oleh pengguna sepanjang siklus PSA. Elemen utama dari

unit PSA terdiri dari valve skid assembly, adsorber, buffer vessel, blow off

silencer, dan product filter.

K. Unit Urea Formaldehyde Coating (UFC)

Unit urea formaldehyde coating (UFC) berguna untuk menyediakan

campuran urea dan formaldehid (25% urea dan 60% formaldehid) yang

berguna untuk coating urea granul. Coating urea berguna untuk mencegah

menempelnya butiran urea yang satu dengan yang lain akibat sifat urea

granul yang higroskopis. Berikut merupakan proses-proses yang dilakukan

di unit ini :

1. Persiapan Feed ke Reaktor

Udara proses disaring melalui filter udara, sebelum dicampur

dengan recycle gas. Campuran udara dan recycle gas dikompresikan

di recirculation blower untuk dinaikkan tekanannya sekitar 0,51

kg/cm2.

Metanol cair pada suhu ambient diterima dari eksiting dan

disimpan di tangki penyimpanan metanol, kemudian metanol

31
dipompa dengan pompa ke methanol evaporator. Fungsi methanol

evaporator adalah untuk menguapkan metanol. Gas metanol

dicampur dengan gas proses dari recirculation blower. Campuran

reaksi (gas metanol dan gas proses dari recirculation blower) memiliki

kandungan metanol 8,4% mol, kandungan oksigen 10% mol, argon

0,08% mol, karbon dioksida 0,03% mol, karbon monoksida 0,93%

mol, dimetil eter 0,05% mol, formaldehid 0,01% mol, asam formiat 14

ppm, nitrogen 73,9% mol, dan air 6,31% mol. Gas proses dikirim ke

formaldehyde reactor, setelah dipanaskan di process gas heater

menjadi 202ºC.

2. Oksidasi Metanol menjadi Formaldehid

Dalam formaldehyde reactor, gas proses melewati tube yang

berisi katalis topsoe metal oksida. Oksida metanol menjadi

formaldehid mengikuti persamaan reaksi berikut :

CH3OH(g) + ½ O2(g) → HCHO(g) + H2O(g) + Q (reaksi V)

Sebagian formaldehid dalam jumlah terbatas akan teroksidasi lebih

lanjut menjadi karbon monoksida oleh reaksi samping berikut :

HCHO(g) + ½ O2(g) → CO(g) + H2O(g) + Q (reaksi VI)

Ini juga terbentuk sejumlah kecil dimetil eter dan asam formiat.

Reaksi-reaksi ini sangat eksotermis, dalam hal untuk menjaga kondisi

suhu optimal dan untuk membatasi terbentuknya produk samping,

panas reaksi harus dikendalikan. Hal ini dilakukan melalui transfer

32
panas dari tube katalis ke panas thermal oil yang mempunyai boiling

point stabil di bath. Gas keluaran formaldehyde reactor mempunyai

komposisi sebagai berikut :

a. Formaldehid : 8,32% wt

b. Metanol : 0,14% wt

c. Oksigen : 6,43% wt

d. Argon : 1,25% wt

e. Karbon dioksida : 0,04% wt

f. Karbon monoksida : 1,34% wt

g. Dimetil eter : 0,11% wt

h. Asam formiat : 85 ppm

i. Nitrogen : 72,8% wt

j. Air : 9,56% wt

Gas yang mengandung formaldehid akan dilewatkan ke

absorber formaldehid, yang mana formaldehid akan diserap oleh

urea solution. Temperatur gas formaldehyde outlet reactor

didinginkan menjadi 130ºC di after cooler sebelum memasuki

formaldehid absorber.

3. Pemanasan Awal Feed Inlet Reactor dan Pendingin Produk

Penguapan metanol di methanol evaporator, pemanasan gas

proses di dalam process gas heater, dan pendinginan di after cooler

dilakukan melalui proses perpindahan panas (heat transfer) dengan

33
cara mensirkulasikan thermal oil menggunakan oil circulation pump.

Thermal oil dipanaskan menjadi 240ºC di after cooler, kemudian

didinginkan menjadi 150ºC dalam process gas heater dan selanjutnya

didinginkan menjadi 100ºC di methanol evaporator. Methanol

evaporator menerima panas dan disirkulasi thermal oil dan juga dari

steam tekanan rendah (SL), ini memastikan suplai panas dan juga

sebagai control temperature.

4. Penyerapan Formaldehid

Di formaldehid absorber, gas formaldehid diserap dengan

larutan urea secara counter current. Produk urea formaldehid

menuju absorber di bagian bawah gas sisa (gas yang tidak terserap)

meninggalkan formaldehid absorber, dari atas dibagi menjadi :

a. Recycle gas, yang setelah dipisahkan dari kondensatnya di

recycle gas separator, kemudian dicampur dengan udara proses

dan dikembalikan ke reaktor oleh recirculation blower.

b. Tail gas, yang di-vent setelah mengalami pemurnian lebih lanjut

dalam incineration reactor. Gas yang tidak diserap di top

formaldehyde absorber mempunyai komposisi sebagai berikut :

1) Metanol : 0,11% wt

2) Air : 4,66% wt

3) Oksigen : 7,47% wt

4) Nitrogen : 84,56% wt

34
5) Argon : 1,45% wt

6) Asam formiat : 23 pp,

7) Karbon dioksida : 0,05% wt

8) Formaldehid : 0,02% wt

9) Karbon monoksida : 1,55% wt

10) Dimetil eter : 0,12% wt

5. Desain Absorber

Untuk menghindari korosi dan untuk mendapatan kemurnian

produk yang maksimum, peralatan-peralatan berikut ini terbuat dari

bahan stainless steel :

a. Formaldehyde reactor.

b. Semua peralatan antara reaktor dan formaldehid absorber.

c. Formaldehid absorber, terbagi menjadi beberapa tray section

dan 3 packed bed. Masing-masing packing bed dilengkapi

dengan external cooler circuit untuk menghilangkan panas

sensibel dan panas laten reaksi gas dan juga panas dari larutan

urea.

6. Proses Produksi Urea Formaldehid di Absorber

a. Bed Bagian Bawah

Gas proses masuk dari bawah absorber, kemudian

melewati packed bed bagian bawah UFC yang dihasilkan dari

bed yang ditampung di bagian bawah absorber, dan dipompa

35
oleh product circulation pump. Sebagian dari produk UFC

didinginkan di product circulation cooler, dan sekitar 50% urea

solution perlu ditambahkan sebelum disirkulasikan ke sisi atas

packed bed bagian bawah. Sebagian dari produk UFC

didinginkan hingga 40ºC dalam product cooler, dan dikirim ke

battery limit. Komposisi produk UFC adalah sebagai berikut :

1) Formaldehid : 60,1% wt

2) Urea : 25% wt

3) Air : 14% wt

4) Asam fospat : 0,02% wt

5) Metanol : 0,19% wt

6) Dimetil eter : 0,01% wt

7) Nitrogen + argon : 7 ppm

8) Oksigen : 1 ppm

Gas formaldehid yang lolos dari bed bagian bawah diserap di

bed selanjutnya dan di bagian tray absorber.

b. Bed Bagian Tengah

Pada packed bed bagian tengah larutan yang dihasilkan

dari bagian bawah bed tersebut dikembalikan menuju ke sisi

atas bed dengan absorber circulation pump, setelah didinginkan

di absorber circulation cooler.

36
c. Bagian Tray

Bagian tray ditempatkan di atas packed bed bagian

tengah. Gas formaldehid dan metanol dipisahkan dari

campuran gas dengan proses penyerapan secara counter

current dengan :

1) Urea solution dimasukkan dari atas tray ke 14.

2) Air demin dari packed bed atas ditambahkan ke tray

paling atas.

d. Bed Bagian Atas

Tujuan utama dari bed bagian atas adalah untuk

menyerap sisa gas formaldehid yang tidak terserap di tray

section. Di packed bed atas, larutan dari bagian bawah bed

tersebut dikembalikan ke bagian atas bed oleh absorber top

circulation pump, setelah didinginkan di absorber top

circulation cooler. Excess water sebagian digunakan untuk make

up tray bagian atas dan sebagian dikirim menuju BL.

7. Netralisasi dengan Larutan NaOH

Asam formiat adalah produk samping dalam proses

pembentukan gas formaldehid. Asam formiat harus dinetralisir pada

saat proses penyerapan formaldehid dalam urea solution dengan

tujuan untuk mencegah pengendapan senyawa molekul tinggi dari

campuran urea formaldehid.

37
Spesifikasi produk yang terbentuk oleh penyerapan

formaldehid dalam urea solution tergantung dari temperatur,

residence time, dan pH dari larutan (pH monitor antara 7,5-8,5). pH

harus dimonitor tidak hanya dalam sirkulasi, tetapi juga pada masing-

masing tray di bagian atas kolom. NaOH yang ditambahkan oleh

pompa injeksi NaOH digunakan untuk control pH (normal konsentrasi

NaOH = 10% wt). Pada kondisi ini, proses penyerapan akan

menghasilkan produk urea formaldehid dengan berat molekul

berbeda sebagai berikut :

2NH2CONH2(g) + HCHO(g) → NH2CONH.CO.MHCONH2 + Q

metiloldiurea (reaksi VII)

NH2CONH2(g) + HCHO(g) → HOCH2.NHCONH2 + Q

metilolurea (reaksi VIII)

NH2CONH2(g) + 2HCHO(g) → HOCH2NHCONH.CH2 + Q

dimetilolurea (reaksi IX)

Di bagian bawah absorber, jika formaldehid berlebih, reaksi IX

akan mendominasi. Di bagian kolom tray, jika urea berlebih, reaksi VII

kemungkinan akan lebih mendominasi. Jika terjadi kondisi asam,

akan menghasilkan reaksi samping berikut :

NH2CONH2(g) + HCHO(g) → NH2.CON.CH2(g) + H2O(g) + Q

metilurea (reaksi X)

38
Di bawah ini, kondisi agak asam, complex transparent resin

akan terbentuk, tetapi di dalam kondisi asam kuat, produk yang tidak

terlarut akan terendapkan dari campuran urea. Ada risiko

pembentukan asam formiat selama penyimpanan larutan urea

formaldehid dalam jangka waktu yang lama menurut reaksi

canizzaro:

2HCHO(g) + H2O(g) → CH3OH(g) + HCOOH(g) + Q (reaksi XI)

Oleh karena itu, pH larutan dalam penyimpanan dimonitor

secara berkala, dan dalam kasus ini pH turun NaOH harus

ditambahkan.

8. Rasio Urea Formaldehid

Apabila rasio molar urea formaldehid diatas 1:4 larutan

menunjukkan kecenderungan keruh setelah beberapa jam atau

beberapa hari berlangsung. Rasio dalam produk UFC sebesar rasio

1:4. Pada rasio ini tidak ada risiko kecenderungan keruh, juga tidak

ada risiko apapun dalam proses sirkulasi penyerapan hingga menjadi

produk. Di bagian atas dari tray rasio molar urea formaldehid diatas

1:4. Oleh karena waktu tinggal untuk formaldehid dalam bagian ini

sangat terbatas, pH harus dikendalikan (monitor kisaran pH 6-8),

sehingga tidak akan ada kekeruhan.

39
9. Produk Off Spec

Produk dari start up awal dibuang ke off spec product tank.

Sebagian kecil dari produk off spec diinjeksikan di suction absorber

circulation pump dan product off spec dikembalikan ke absorber.

10. Katalitik Incinerator

Tail gas dari absorber dipanaskan sampai sekitar 250ºC di tail

gas heater. Untuk meminimalkan polusi, tail gas ini dilewatkan

incineration reactor, dimana semua kandungan seperti CO, CH3OH,

HCHO, dan CH3O terbakar dengan O2 yang ada dalam tail gas dan

dikonversi menjadi sekitar 420-480ºC karena panas pembakaran di

reactor incinerator, dan kemudian di-venting ke atmosfer.

11. Heat Transfer Oil System

Panas dari proses eksotermis di formaldehyde reactor

didinginkan oleh thermal oil yang mendidih, vapor thermal oil

dipisahkan di oil separator, dan kemudian dikondensasikan dalam

waste heat boiler, yang mana panas ini digunakan untuk

memproduksi steam.

Kondensasi thermal oil dikembalikan ke reaktor melalui oil

separator. Oil separator terdapat packed bed kecil. Di packed

separator, cairan thermal oil dipanaskan oleh vapor thermal oil dari

reaktor untuk mencegah cairan dingin thermal oil tidak masuk ke

reaktor.

40
Dengan mengontrol tekanan thermal oil, secara otomatis

temperatur thermal oil juga terkontrol. Tekanan thermal oil dikontrol

dengan cara mengatur control valve thermal oil di inlet waste heat

boiler. Sirkulasi thermal oil berdasarkan gravitasi. Pengaturan

tekanan vapor thermal oil (antara 0,2-1,2 kg/cm2) didasarkan pada

kemampuan heat transfer oil di formaldehyde reactor, sehingga

didapatkan kisaran temperatur operasi reaktor yang didinginkan.

Tangki thermal oil berfungsi untuk menyimpan thermal oil. Selama

start up, formaldehyde reactor dipanaskan oleh sirkulasi thermal oil

panas dari oil start up heater menggunakan oil start up pump.

Sistem heat transfer oil juga dilengkapi dengan oil vent

condenser yang akan mengkondensasikan vapor oil yang berasal dari

venting oil separator ketika safety valve terbuka.

12. Steam System

Steam kondensat dari baterai limit dikirim ke dearator, yang

dimana steam kondensat dideaerasi menggunakan steam low

pressure dari waste heat boiler. Boiler feed water dari dearator

dipompa melalui BWF pump dan dikirim ke waste heat boiler. Di

waste heat boiler, panas yang dihasilkan dari formaldehyde reactor

(panas vapor thermal oil) digunakan untuk menghasilkan steam 5,5

kg/cm3. Continuous blow down dari waste heat boiler dilakukan

untuk mempertahankan tingkat kualitas dalam boiler.

41
L. Unit Penanganan Limbah

1. Limbah Cair

Buangan tersebut berasal dari :

a. Unit utilitas yang berupa air yang tidak terkontaminasi dan yang

terkontaminasi.

b. Pabrik amonia dan urea yang berupa air terkontaminasi.

c. Mesin-mesin dan penampang pelumas yang berupa air dengan

kandungan minyak yang sangat tinggi.

Pengolahan air buangan dilakukan dalam sebuah bak yang

disebut neutralization pond. Air buangan tersebut berupa larutan

regeneran dan regenerasi resin penukar ion, buangan benfield,

buangan dari penampungan asam dan basa serta dari buangan unit

amonia dan urea dengan kandungan CO2 yang tinggi. Pengolahan

dilakukan dengan penambahan asam dan basa untuk netralisasi.

Kondensat-kondensat air dari berbagai proses kondensasi,

absorpsi atau scrubbing mengandung sejumlah urea, amonia, dan

karbon dioksida terlarut. Kondensat-kondensat tersebut mengalir

turun melalui kaki barometrik dan dikumpulkan dalam tangki air

amonia. Amonia dan CO2 terlarut dalam air tersebut dikeluarkan

dengan proses desorpsi. Urea dihidrolisa terlebih dahulu agar

menjadi amonia dan CO2.

42
Air dari tangki air amonia setelah mengalami pemindahan

panas (pemanasan) dimasukkan ke kolom desorpsi. Dalam kolom ini

bertemu langsung dengan aliran gas/uap dari hasil hidrolisa dan

desropsi tahap kedua. Aliran gas membawa NH3 dan CO2 yang

terlarut, sejumlah air keluar kolom desorpsi dan mengalir ke

kondensor karbamat tekanan rendah untuk selanjutnya mengikuti

proses daur ulang.

Hidrolida berlangsung pada tekanan 17 kg/cm2abs dan dipanasi

dengan steam tekanan tinggi. Uap/gas dari hidrolisa diteruskan untuk

desorpsi hidrolisa ke kolom desorpsi pertama. Air yang keluar dari

kolom hidrolisa diekspansikan dalam pemindah panas untuk

diteruskan ke kolom desorpsi kedua.

Pada kolom desopsi kedua, amonia dan CO2, sisa yang

terbentuk pada hidrolisa dikeluarkan dengan menggunakan steam

tekanan rendah. Uap/gas yang keluar dari kolom ini diumpankan ke

kolom desorpsi pertama.

Air yang telah dibebaskan dari zat terlarut (dari desorpsi kedua)

dilewatkan pemindah panas untuk memanaskan air-amonia yang

masuk ke kolom desorpsi pertama dan seterusnya didinginkan. Air

yang diperoleh diharapkan hanya mengandung 100 ppm urea dan 50

ppm amonia.

43
2. Limbah Gas

Berupa gas NH3 dan CO2 yang dihasilkan dari proses kondensasi

pada condensate stripper di pabrik amonia. Limbah ini dimanfaatkan

kembali untuk meningkatkan efisiensi bahan baku dan mengurangi

pencemaran lingkungan.

3. Limbah Padat

Debu urea yang lolos ke atmosfer dari sistem dust chamber

pada unit prilling tower diminimalisir dengan menghembuskan

kembali ke prilling tower dengan ejector debu.

44
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

45
DAFTAR PUSTAKA

Sidi, Kadek Aditya Palaguna dan Brendayani, 2016, Laporan Kerja Praktik
Departemen Operasi Pabrik 5 PT Pupuk Kalimantan Timur, Surabaya, Prodi
Teknik Kimia Fakulta Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jawa Timur.

Supriyadi, Joko dan Supriyandi, 2012, Laporan Kerja Praktik Departemen Operasi
Kaltim 2 PT Pupuk Kaltim, Semarang, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.

46

Anda mungkin juga menyukai