SKRIPSI
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
publikasi ilmiah dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua
sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
C54080004
SKRIPSI
2013
SKRIPSI
.
.
Judul Penelitian : PENERAPAN METODE RADON TRANSFORM
UNTUK REDUKSI GELOMBANG MULTIPLE
SEISMIK 2D DI PERAIRAN BARAT SUMATRA
Menyetujui,
.Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Shang Hyang Widhi Waca atas
Penelitian ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak, oleh karena itu
Dr. Ir. Henry M. Manik, M.T sebagai dosen pembimbing dalam penelitian
skirpsi ini atas segala saran, bimbingan dan nasehatnya selama penelitian
Ibu Puji yang bukan hanya sebagai dosen penulis juga sebagai orang tua
asuh selama kuliah di ITK dan telah memberikan semangat dan motivasi
Dr. Udrekh, Ibu Trevi Puspitasari dan Ibu Sumira di Laboratorium NEO-
Net, P3TISDA serta Balai Teknologi Survey Kelautan – BPPT yang telah
Bapak Susilo, Pak Reza Rahardian, Pak Tumpal, Pak Subarsyah, Pak
Andrian Wilyan, Pak Kris Budiono, Ibu Yulinar dari pihak Pusat
skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Orang Tua penulis
untuk segala hal yang telah diberikan, baik motivasi dan semangat penuh
yang begitu berharga , serta telah memberikan pelajaran luhur dan segala
doa serta kerja kerasnya kepada penulis dari awal hingga akhir
Marsya, Buncay, Nano, Fahmi, Pitoy, Reffa, Kijah, Joni, dan teman-teman
Mbak Besta, Bang Aris Jamady, dan Kang Aad atas segala masukkan dan
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
apabila terdapat kesalahan dalam hal penulisan, penulis mohon maaf. Kritik dan
penelitian ini
Halaman
1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Metode Seismik ................................................... 4
2.1.1 2D Seismic Marine Acquisition ......................................... 4
2.1.2 Sistem Perekaman Seismik ................................................ 5
2.1.3 Prosedur Operasional Seismik Laut ................................... 7
2.2 Tipe Gelombang Elastik ............................................................. 8
2.2.1 Hukum-Hukum yang Mendasari Penjalaran Gelombang .. 12
2.2.2 Efek Medium Pada Penjalaran Gelombang ....................... 16
2.2.3 Pembagian Energi Pada Suatu Batas Lapisan .................... 18
2.3 Atenuasi ...................................................................................... 18
2.3.1 Mekanisme Atenuasi .......................................................... 19
2.4 Pemrosesan Data Seismik ........................................................... 19
2.4.1 Format Rekaman dan Input Data ....................................... 19
2.4.2 Geometry............................................................................ 22
2.4.3 Editing dan Filtering .......................................................... 22
2.4.4 True Amplitude Recovery ................................................... 23
2.4.5 Deconvolution .................................................................... 25
2.4.6 Analisa Kecepatan ............................................................. 27
2.4.7 Normal Moveout (NMO) Correction ................................. 31
2.4.8 Stacking .............................................................................. 32
2.5 Gangguan pada Data Seismik ....................................................... 33
2.5.1 Noise .................................................................................. 33
2.5.2 Gelombang Multiple .......................................................... 34
2.6 Radon Transform ........................................................................ 37
2.6.1 Radon Transform Parabolic .............................................. 40
2.6.2 Transformasi Radon Slant-Stack ....................................... 42
2.6.3 Transformasi Radon Hiperbolik ........................................ 43
3. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 45
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 45
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 45
3.3 Metode Pengolahan Data ............................................................ 46
3.3.1 Input Data dan Reformatting Data Berdomain SEG-D ...... 48
3.3.2 Sorting Data ....................................................................... 50
3.3.3 Geometry ............................................................................ 52
3.3.4 Trace editing ...................................................................... 62
3.3.5 Bandpass Filter dan Spectral Analysis .............................. 64
3.3.6 True Amplitude Recovery 1 ................................................ 66
3.3.7 Penentuan Deconvolution Gate.......................................... 69
3.3.8 Tes Parameter 2.................................................................. 71
3.3.9 Preprocessing .................................................................... 73
3.3.10 Velocity Analysis 1 ........................................................... 76
3.3.11 Stack ................................................................................. 85
3.3.12 Pengolahan Data Seismik (Radon Demultiples) .............. 87
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 92
4.1 Analisis Spektral ......................................................................... 92
4.2 Parameter Test dalam True Amplitude Recovery ........................ 96
4.3 Velocity Analysis ......................................................................... 98
4.4 Prepocessing ............................................................................... 101
4.4.1 Hasil Prepocessing............................................................ 103
4.5 Stack ............................................................................................ 107
4.5.1 Brute Stack ........................................................................ 109
4.6 Penerapan Filter Radon Tranform ............................................. 110
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 118
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 118
5.2 Saran ........................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 120
LAMPIRAN ............................................................................................ 122
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. 123
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
ledakan dynamit, airgun. Metode seismik adalah suatu metode dalam geofisika
yang digunakan untuk mempelajari struktur dan strata bawah permukaan bumi.
gempa.
Survey laut merupakan sesuatu yang mahal dan membutuhkan biaya yang
begitu mahal. Dalam proses perekaman data seismik laut seringkali membutuhkan
kemampuan teknologi dan user yang baik. Hal ini berguna untuk meningkatkan
akurasi dari interpretasi data di lapangan. Dalam survei seismik, suatu trace
seismik yang ideal mestinya hanya berisi signal data yaitu sederetan spike TWT
yang berkaitan dengan reflektor di dalam bumi. Namun pada kenyataannya dalam
trace seismik tersebut juga terdapat noise. Analisis trace diperlukan untuk
Signal merupakan data yang diharapkan dalam trace seismik yang berisi
cermat sangat diperlukan dalam tahap analisis trace, misalnya dengan menduga
amplitudo sinyal seismik dan polaritas pada setiap trace. Polaritas pulsa terpantul
memiliki koefesien refleksi (R) antara -1 dan +1. Bila R = 0, berarti tidak terjadi
pemantulan.
Secara garis besar noise dapat dikategorikan menjadi dua, yakni koheren
dan inkoheren. Noise koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke trace
sementara noise inkoheren atau acak atau random terdiri dari noise-noise yang
tidak memiliki pola teratur. Random noise biasanya mempunyai frekuensi yang
lebih tinggi dan fasanya tidak sama sedangkan pada noise koheren frekuensi dan
Salah satu akibat yang disebabkan oleh noise saat perekaman di lapangan
adalah terjadinya multiple. Multiple ini dapat terjadi karena sepanjang perambatan
(teratenuasi) oleh air laut atau terperangkap dalam lapisan batuan lunak.
multiple yang terjadi. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
marine karena sulitnya dibedakan dari gelombang utama dan seringkali energi
utama tidak fokus dengan masih adanya energi multiple. Penelitian ini ditujukan
1.2 Tujuan
metode Radon Transform pada data real time terhadap efek multiple yang
di bawah laut dengan menggunakan peralatan yang cukup rumit seperti: streamer,
gambar 1.
kapal utama, gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-
biasanya ditempatkan 240 meter di belakang kapal utama (3 meter di dalam air).
dengan departemen survey gravity dan magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat
Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, selama operasi ini disertai
pula dua buah kapal perintis (chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal
menghalau kapal-kapal yang dapat menghalagi operasi ini. Selain itu di belakang
streamer, terdapat juga sebuah kapal pengawal. Operasi akuisisi data seismik
memakan waktu dari mulai beberapa minggu sampai beberapa bulan, tergantung
bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat
dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah
sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan
suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif
untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut
adalah air-gun.
terdeformasi oleh perubahan tekanan air. Hal ini akan menghasilkan beda
yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan dan insulasi. Model Hydrophone
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari
hydrophone sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat
singkat, maka sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan
Gambar 1.
waktu terjadi gempa bumi. Seismik berasal dari kata seismos yang berarti gempa
bumi. Jika terjadi gempa bumi, pada stasiun penerima akan diperoleh bentuk
gelombang yang dapat dikenal (gambar 4), yang datang paling awal disebut
yang biasa disebut gelombang S. Gelombang ini merambat tegak lurus terhadap
badan atau body waves. Gelombang rayleigh dan gelombang love disebut sebagai
Pada gelombang permukaan transfer energy terjadi akibat free surface dan
c d
e f
1. Gelombang tubuh
Gerakan partikel pada gelombang ini searah dengan arah penjalaran gelombang.
Vp = √ (1)
Dimana :
Vp : Kecepatan Primer
: Modulus Bulk
: Konstanta Lame
: Densitas
lebih rendah dari gelombang P. Gelombang ini disebut juga gelombang S atau
transversal; memiliki gerakan partikel yang berarah tegak lurus terhadap arah
penjalaran gelombang.
(a)
(b)
VS = √ (2)
Dimana :
: Konstanta Lame
: Densitas
2. Gelombang Permukaan
dan frekuensi rendah yang menjalar pada permukaan bebas (free surface).
mayor ellips tegak lurus dengan permukaan dan sumbu minor sejajar dengan arah
berikut :
VR = 0.09194 √
= 0.09194 Vs (3)
Dimana :
: Konstanta Lame
: Densitas
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam
(a)
(b)
dapat dilihat bahwa kedua gelombang tersebut independent satu dengan lainnya.
(spherical). Jika gelombang bola menjalar pada radius yang besar, gelombang
tersebut dapat diperlakukan sebagai bidang. Garis yang tegak lurus dengan muka
bidang permukaan dua medium elastik yang memiliki kecepatan longitudinal VL1
dan VL2, kecepatan gelombang transversal VT1 dan VT2, serta memiliki densitas ρ1
dan ρ2.
yang kita perhatikan hanya yang kembali ke medium atas, saat sinar gelombang
bola pertama, yang memiliki nilai sama dengan sudut datang. Tangen untuk
Untuk kasus normal insiden (i=0), perbandingan dari energi refleksi gelombang
–
= (5)
Akar dari persamaan di atas merupakan koefisien refleksi. Dari hubungan di atas
dapat terlihat energi refleksi tergantung pada kontras dari densitas dan kecepatan
mencapai minimum dan bertambah perlahan pada sudut kritis dan kemudian
perhatikan Gambar 9.
Gambar 9. Refraksi Gelombang pada Bidang Batas Lapisan.
Dari gambar 9 terlihat gelombang longitudinal pada medium yang lebih rendah
menjalar sepanjang AD, sementara muka gelombang berjalan pada medium atas
dari titik C ke B yang berjarak x, dan gelombang yang mengalami refraksi dan
membentuk sudut RL dengan bidang batas. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa :
(6)
sin I = sin RL = =
(7)
sehingga =
Bila sin i = VL1/VL2, maka sin RL sama dengan satu, karena membentuk sudut
900. Pada kasus ini gelombang refraksi tidak menjalar pada medium, tetapi pada
yang lebih besar dari sudut kritis, maka tidak ada gelombang yang direfraksikan
ke medium dua. Sudut kritis ini sangat penting untuk seismik refraksi, dimana
gelombang yang datang dengan sudut kritis pada permukaan lapisan yang
Surface Source
Selain prinsip dan hukum yang telah disebutkan di atas, prinsip Fermat
mengatakan bahwa :
Sinar gelombang bergerak dari satu titik ke titik yang lain akan menempuh
Salah satu yang penting dari penjalaran gelombang adalah masalah energi
bervariasi dengan waktu, maka setiap elemen dalam medium memiliki kecepatan
sebesar û = ∂u/∂t, yang berasosiasi dengan energi kinetik. Energi kinetik δEk
didapatkan dalam setiap elemen volum δV sebesar δEk = ½(ρδV) û2. Energi per
potensialnya mendekati 0 dan sebaliknya. Karena energi total sama dengan energi
melalui suatu unit bidang normal terhadap arah propagasi dalam suatu unit waktu.
Ambil suatu silinder tak hingga dengan penampang δϑ, dimana sumbernya paralel
dengan propagasi gelombang dan panjangnya sama dengan jarak yang dilalui
dalam waktu δt. Energi totalnya adalah EVδtδϑ. Besarnya intensitas sama dengan
energi total dibagi dengan δϑ, dan dengan interval waktu δt, adalah :
I=EV (13)
pada saat menemui bidang batas. Deformasi ini akan dapat menimbulkan dua
model deformasi akibat dua jenis tipe stress yang bekerja, yakni deformasi
kompresi – dilatasi dan deformasi shear (geser). Sifat dari dua medium dapat
dibedakan atas dasar densitas dan kecepatan. Bila sinar gelombang melewati suatu
batas lapisan, maka ada empat persamaan yang dihasilkan dari kondisi syarat
batas untuk gelombang datang P atau SV, refleksi dan transmisi. Untuk
gelombang datang SH, hanya akan terdapat gelombang refleksi dan transmisi
2.3 Atenuasi
oleh faktor ini lazim disebut sebagai peristiwa atenuasi. Pada peristiwa ini yang
antar butir dan relaksasi antar butir dalam batuan (Sanny, 1998). Keberadaan
fluida di dalam batuan juga berpengaruh terhadap atenuasi. Beberapa teori telah
diusulkan dalam hal ini, seperti aliran dari fluida terhadap matriks batuan, yang
disebut sebagai biot flow dan berbagai jenis dari aliran dalam rekahan atau
atenuasi dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, mana yang lebih dominan
diterima oleh geophone masih berupa analog. Gelombang analog ini dicuplik
multiplex dan ditampilkan dalam bentuk common shot gather, oleh karena itu
perlu dilakukan perubahan dari format urutan waktu (time sequential) ke urutan
Tahapan ini dilakukan karena data seismik yang direkam dalam media
seismik yang direkam oleh saluran 1 sampai saluran ke-n yang terdiri dari sampel
ke-1 sampai sampel ke-m dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
di mana :
i = 1 sampai m, menyatakan nomor sampel,
seismik pada nomor sampel yang sama akan tetapi nomor trace yang berlainan,
maka data dalam bentuk seperti yang dituliskan sesuai dengan format multiplexer.
Demultiplexing = (Aij)T
Dalam hal ini baris pertama menyimpan sampel nomor 1 sampai m untuk
saluran nomor 1 saja. Baris kedua menyimpan sampel nomor 1 sampai m dari
paramater lapangan dari observer log, yaitu besaran di permukaan dengan besaran
shot point dan nomor stasiun, dll. Besaran-besaran di bawah permukaan adalah
seismik yang direkam dalam 1 shot (dalam pita magnetik atau media
informasi yang tak perlu ditampilkan sehingga dapat dihilangkan. Proses yang
lurus dalam koordinat x-t yang menjadi batas antara sinyal-sinyal langsung dan
dimensi (x-t) sekaligus, maka editing beroperasi dalam satu dimensi dan bersifat
yang dianggap jelek yang ada pada setiap trace seismik yang terekam. Bila
di dalam trace tersebut diset menjadi nol. Hal ini tidak akan mempengaruhi hasil
akhir karena pada saat stacking, ada berpuluh-puluh trace seismik yang
dijumlahkan.
daerah penyelidikan.
1. Kekuatan sumber ledakan dan kopling antara sumber ledakan dengan medium.
offset.
asalnya.
1. Gain Removal.
3. Koreksi Atenuasi.
menjadi demikian lemah, maka penguatan amplifier ini digantikan oleh penguatan
lain yang nilai-nilainya didapat dari experimental gain curve yang dianggap lebih
sampel).
t : interval sampel
T : interval sampel
maka :
g nt (15)
Gain Removal = g ' nt
Gnt
g ' nt merupakan trace seismik dengan amplitudo yang sangat lemah untuk
didapatkan, kurva-kurva ini kemudian dikalikan dengan g ' nt dalam upaya
20
t t1
1
hnt g nt
v.nt 10
20B
10 (16)
G n t
di mana :
2.4.5 Deconvolution
sehingga yang tersisa hanya estimasi dari reflektifitas lapisan bumi. Dekonvolusi
bumi mengalami proses konvolusi (filtering). Dalam hal ini bumi bersikap sebagai
filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk
gelombang seismik (wavelet) yang semula tajam dan tinggi amplitudonya (dalam
streching).
dapat didekati dengan model konvolusi. Trace seismik dapat dianggap sebagai
hasil konvolusi antara deret koefisien refleksi dengan sinyal seismik (wavelet).
Menghilangkan ringing
untuk diinterpretasi
Menghilangkan multiple
Metoda-Metoda Dekonvolusi
Secara garis besar metoda dekonvolusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
adalah spiking deconvolution. Sementara jika disain filter tidak kita ketahui, kita
dapat memperolehnya secara statistik dari data itu sendiri. Metoda ini disebut
Dekonvolusi Prediktif
yang bisa diprediksi dari trace seismik untuk kemudian dihilangkan. Dekonvolusi
Dekonvolusi Spike
adalah peminimuman selisih antara masukan, yang berupa konvolusi antara deret
reflektifitas dan wavelet sumber, dan keluaran yang diinginkan, yaitu deret
Sifat elastis batuan di bumi sangat bervariasi. Pada jenis batuan yang
samapun dapat memiliki sifat elastis yang berbeda, misalnya disebabkan tingkat
salah satu informasi penting yang akan digunakan untuk konversi data seismik
dari domain waktu ke kedalaman. Sumber data kecepatan yang paling akurat
didapat dari pengukuran check-shot sumur tetapi metoda tersebut hanya dapat
dilakukan pada area yang sangat dekat dengan lokasi sumur, pada kenyataannya
interpretasi dilakukan pada area-area yang jauh dari lokasi sumur. Masalah
masalah dalam penentuan posisi struktur dan masalah pada waktu dilakukan
proses migrasi. Oleh karena itu analisa kecepatan adalah suatu proses yang sangat
terdiri dari :
z (17)
VI
t
t
i 1
i
yaitu kecepatan interval sepanjang suatu section geologi ketika puncak dari
z dz (19)
VE Lim
t 0 t dt
1
VRMS nTon VRMS
2 2
n 1 Ton 1 2
(20)
VIDn 1,n
To n Ton 1
yaitu kecepatan yang diukur dengan log kecepatan
1
n 2
VI i t i
2
(21)
V RMS i 1
n
t i
i 1
yaitu akar kuadrat rata-rata (root mean square) dari kecepatan interval.
Kecepatan RMS selalu lebih besar daripada kecepatan rata - rata kecuali untuk
X
VNMO (22)
T X T
2 2
1
X X 2 X 12 2
VNMO
T 2 T 2
X 0 (23)
yaitu kecepatan yang diperlukan untuk melakukan proses NMO dengan benar.
6. Kecepatan interval Dix, dirumuskan sebagai
1
VNMO nTon VNMO
2 2
Ton 1
n 1
2
VIDn 1,n (24)
To n Ton 1
karena VNMO ≈ VRMS
(one-way time) dan T didefinisikan sebagai waktu dua arah (two-way time).
2. Porositas
3. Tekanan, baik akibat dari tekanan luar (efek over burden) atau tekanan
pori
time t(x) dari CMP gather sepanjang jalur perambatan dari source ke D kemudian
dimana x adalah offset, yaitu jarak antara masing-masing source dan receiver, v
adalah kecepatan (velocity) dari medium di atas reflector dan t0 adalah waktu
time pada zero-offset. Untuk reflektor yang flat seperti gambar 14. Perbedaan two-
way travel-time t(x) pada offset x dan t0 pada zero offset disebut normal moveout
atau NMO.
(offset) antara sumber dan penerima. Karena hasil dari koreksi NMO sensitif
terhadap kecepatan yang digunakan maka fenomena ini dapat digunakan untuk
memberikan hasil event refleksi yang segaris sehingga ketika di-stack akan
pemfilteran untuk menghilangkan efek noise koheren dan acak terhadap event
seismik. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan reliabilitas perkiraan event seismik
2.4.8 Stacking
Stacking adalah penggabungan dua atau lebih trace menjadi satu trace
atau disebut dengan gather data. Dalam pengolahan data digital, amplitudo dari
kelipatan adalah untuk stacking semua trace secara bersama-sama. Stacking tidak
efektif dalam menekan multiple dan difraksi. Sebelum akhir stacking semua
kasar tentang perbedaan horizontal, noise yang besar dan sebagainya. Stack ini
2.5.1 Noise
Dalam survei seismik, suatu trace seismik yang ideal merupakan trace
yang hanya berisi sinyak data yaitu sederetan spike TWT yang berkaitan dengan
reflektor di dalam bumi. Namun pada kenyataannya pada trace seismik tersebut
juga terdapat noise di dalamnya. Sinyal merupakan data yang kita harapkan
Pengamatan yang cermat sangat diperlukan dalam tahap analisis trace, misalnya
amplitudo sinyal seismik dan polaritas pada setiap trace. Polaritas pulsa terpantul
memiliki koefesien refleksi (R) antara -1 dan +1. Bila R = 0, berarti tidak terjadi
pemantulan. Secara garis besar noise dapat dikategorikan menjadi dua, yakni
noise inkoheren atau acak atau random terdiri dari noise-noise yang tidak memiliki
pola teratur. Noise acak biasanya mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan
fasanya tidak sama, sedangkan pada noise koheren frekuensi dan fasanya sama
noise yang biasanya ditemui dalam trace gather antara lain sebagai berikut :
1. Direct wave, yaitu gelombang yang langsung merambat dari sumber getar ke
2. Gelombang bias atau refraksi, yaitu noise koheren di daerah first arrival.
3. Ground-roll, yaitu noise koheren berfrekuensi rendah sering dijumpai pada
data darat.
tinggi.
5. Multiple, yaitu noise koheren dimana event seismik mengalami lebih dari satu
7. Slash, yaitu gangguan pada trace seismik yang disebabkan oleh konektor
8. Noise instrumen, yaitu noise yang muncul karena kerusakan kanal selama
akuisisi berlangsung.
permukaan lebih dari satu kali sebelum sampai ke permukaan. Refleksi multiple
seismik.
keduanya pada spektrum kecepatan (semblance) seperti pada gambar di bawah ini.
atau dengan kata lain terjadinya koefesien negatif (Van Der Kruk, 2001).
Sehingga dengan adanya penurunan kecepatan, maka akan terjadi refleksi selain
permukaan lapisan air dan udara. Koefesien refleksi air-udara mendekati -1. Jika
di bagian bawah air padat, maka lapisan air akan menjebak energi antara
permukaan air dan bagian bawahnya. Pada kasus ini, refleksi multiple bisa lebih
reverberations (gambar 17) dan peg-leg multiples (gambar 18). Tipe utama
lainnya adalah interbed multiple (gambar 19) yang terjadi sebagai contoh akibat
dikerjakan dalam tugas akhir ini adalah dengan menggunakan radon transform.
Prinsip dari radon transform adalah mengubah data dari domain waktu t(x) ke τ-ρ
sehingga dengan mute yang tepat bisa memisahkan gelombang utama (primary)
yang diakibatkan oleh dasar laut. Data seismik yang merupakan data dengan
domain waktu (T) dan jarak (X) ditansformasikan secara linier ke dalam domain
waktu pada jarak nol/time intercept (τ) dan slowness (p). Dalam domain inilah
gather yang sudah dilakukan koreksi NMO sehingga multiple dalam domain T-X
yang terlihat memiliki gradient negative akan memiliki kenampakan yang berubah
dalam domain τ-p yaitu gradient akan menjadi positif. Hal ini dikarenakan nilai
kecepatan yang beragam dan mengecil dari multiple. Sedangkan reflektor dalam
domain T-X yang terlihat datar akan memiliki kenampakan berupa titik yang
berada pada nilai p sekitar nol karena nilai kecepatan pada reflektor akan
multiple. Muting pada domain τ-p dilakukan dalam beberapa variasi untuk
dibandingkan dan dianalisa agar menghasilkan CMP gather yang terbaik bebas
data yang telah dikoreksi NMO dikenakan radon transform. Multiple akan
mengalami atenuasi setelah berubah dari domain t(x) ke domain τ-ρ. Pada domain
τ-ρ dilakukan koreksi NMO, event primary akan menjadi flat tetapi multiple
memiliki residual moveout yang naik berdasarkan offset. Dan karena memiliki
perbedaan moveout, primary dan multiple akan tampak pada daerah yang berbeda
pada domain τ-ρ. Kemudian dilakukan mute terhadap daerah ρ>0 yang dianggap
sebagai multiple. Sehingga energy primary dipisahkan dari energy multiple yang
semblance.
Radon transform merupakan teknik secara matematika yang telah luas
digunakan dalam pengolahan data seismic. Terdapat tiga jenis radon transform
yang biasa digunakan untuk menekan multiple, yaitu slant-stack atau τ-ρ
transform hiperbolik dan radon transform parabolic (Cao Zhihong, 2006). Radon
Radon transform yang digunakan pada penghilangan efek multiple pada data
Radon transform pertama dibuat oleh Johan Radon (1917). Deans (1983)
mendiskusikan teori matematikanya dan Durrani serta Bisset (1984) menguji sifat
dasar dari Radon transform ini. Thorson dan Claerbout (1985) menggunakan
Radon transform hiperbolik sebagai dasar penggunaan velocity analysis tools, dan
multiple oleh Hampson (1986). Sejak saat itu Radon transform menjadi salah satu
1997).
Prinsip kerja Radon transform dengan merubah data dari domain t-x (time-
20. Radon transform dikenakan pada data CMP gather yang sudah terkoreksi
NMO atau pada common shot gather. Dengan ray parameter ρ~1/v, maka event
primary akan dipetakan sekitar ρ=o dan event multiple pada daerah ρ>0 (Mustoin,
2000).
Gambar 20. Pemetaan Event dari Domain T-X ke Domain τ- ρ.
pada near-offset dan tidak bisa menahan amplitude dari primary sehingga ada
yang sudah terkoreksi NMO bisa diperkirakan dengan melihat sebagai parabolik.
Radon transform parabolic bisa dikenakan pada CMP gather yang sudah
Sebuah kurva parabolic yang tepat pada CMP domain bisa dipetakan
secara teori pada satu titik yang terfokus pada Radon transform parabolic. t = τ +
qx2 dapat dianggap sebagai satu event dengan two-way travel-time pada zero-
offset t0 dan kecepatan RMS Vrms. jika event ini dikoreksi dengan satu kecepatan
Vc, maka event tersebut akan tampak pada time T(x) dimana :
(27)
(28)
(29)
(30)
Jika (x/(Vrt0)) << 1, maka rumus dengan orde lebih tinggi bisa dihentikan.
Sehingga pada tingkat persamaan tersebut (persamaan 30) adalah benar. Event
yang terkoreksi NMO pada input bisa dilihat kira-kira sebagai parabolik dan
(31)
Dengan q=1/2t0Vr2 sebagai event yang mempunyai selisih dengan bentuk ideal
parabolik, amplitudo yang tidak bisa diperkirakan dalam radon dan event yang
atau shot gather karena hiperbola pada domain CMP menjadi betul-betul parabola
setelah peregangan t2 pada sumbu time. Anggapan bahwa event pada CMP gather
(32)
(33)
Istilah lain dari transformasi tersebut adalah transformasi radon atau transformasi
= τ-ρ linier. Hal itu didefinisikan dengan menjumlahkan data pada domain time-
shot, CMP (Commom Mid Point) atau CSP (Common Scatter Point) gahter ; τ
Secara teori, sebuah event dengan linear moveout dalam domain time-
offset dapat dipetakan menjadi sebuah titik dengan transformasi slant-stack dan
event hiperbolik, seperti sebuah even primer atau sebuah multipel, dapat dipetakan
menjadi sebuah elipse dalam domain τ-ρ seperti pada gambar di bawah ini
(Rahadian 2011).
Gambar 22. Event Linear dan Hiperbolik dalam CDP Gather dan Transformasi
Slant-Stack.
persamaan 35. Sebuah titik pantul pada lapisan horizontal menghasilkan even
hiperbolik ke dalam titik yang fokus pada domain Radon, transformasi Radon
(35)
U (τ,q) = ∑x d(t=√
q = 1/v2rms (36)
Penjumlahan lintasan didefinisikan sebagai t = √ yang
menyatakan sebuah kurva hiperbolik. Secara teori definisi ini memetakan event
Time Time
Offset q (s2m-2)
Gambar 23. Even Hiperbolik dalam Domain CMP (a) yang Dipetakan Pada Titik
yang Fokus dalam Domain Radon (b) dengan Transformasi Radon
Hiperbolik.
3. METODOLOGI PENELITIAN
BPPT, Jakarta pada bulan Juli hingga bulan Agustus 2012. Daerah yang dijadikan
sebagai objek penelitian adalah di daerah laut Sumatra bagian Barat. Data ini
merupakan data yang didapat dari hasil survey BPPT dengan kerjasama pihak
Jerman pada bulan Juli tahun 2008. Data lintasan SUME23.31 merupakan
No Alat Bahan
PC berbasis intel core 2 duo: Hardisk 1 Terabyte ; Data SEG-D
1
RAM 8 GB SUME23.31
Landmark Promax R5000 : software pengolah data
2
seismik 2D dan 3D
3 VM-Ware Workstation 7
Data yang digunakan dalam pengolahan data seismik ini merupakan data
seismik laut 2D satu lintasan dengan konfigurasi bentangan kabel Off-End Spread.
Area = SUME23.31
Line = Line23
Receiver Interval = 12.5 m
Shoot Point Interval = 25 m
Shot Line Azimuth = 25°
Source Depth =8m
Receiver Depth = 20 m
Number of Channels = 696
Near Offset = 100 m
Far Offset = 1650.8 m
Number of Shots = 1070
FFID Range = 12384 s/d 13453
Off-end Spreads
8m
8m
Channel 192 Channel 1
50 m
12.5 m
100 m
1650.8 m
Jumlah total lintasan yang terdiri atas 24 line dan yang dijadikan sebagai
kajian dalam penelitian ini adalah pada line 23. Jarak antara bagian belakang
kapal hingga ke channel pertama adalah 150 meter. Source (Gun) berada di
di bawah permukaan laut. Jumlah channel sebanyak 192 buah dengan spasi antar
Deconvolution
Velocity Analysis
Prepocessing
NMO
Brute Stack
Radon Transform
Radon Stack
1). Pembuatan ruuang kerja area, proses pembuatan ruang kerja area
dipilih perintah Add pada jendela ruang kerja area dengan Mouse Botton 1
(MB1), kemudian diketik nama dari area tersebut, dan diakhiri dengan menekan
[ENTER]. Pada tahap ini telah terbentuk ruang kerja area (Gambar 26).
2). Pembuatan ruang kerja line, area yang telah dibuat pada tahap
sebelumnya diklik dengan MB1, kemudian user akan masuk ke jendela ruang
kerja line. Dipilih perintah Add pada jendela ruang kerja line dengan MB1, lalu
diketik nama dari lintasan seismik, dan diakhiri dengan menekan [ENTER]. Pada
tahap ini telah telah terbentuk ruang kerja line (Gambar 27).
3). Pembuatan ruang kerja flows, untuk memasuki ruang kerja flows,
diklik MB1 pada nama lintasan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada
ruang kerja flows, dipilih perintah Add, lalu diketik nama dari processing flows
yang akan dilakukan, dan diakhiri dengan menekan [ENTER]. Sampai dengan
reformatting data ke dalam format software (seg-d promax). Data dengan domain
SEG-D pada umumnya adalah data digital hasil rekaman langsung dari akuisisi data
dilapangan. Data dalam format SEG-D pada awalnya merupakan data rekaman seismik
per tembakan atau shot kemudian digabungkan menjadi satu kelompok dalam setiap line
yang biasa disebut dengan shot gather. Selanjutnya data inilah yang kemudian
dimasukkan dan di-reformating kedalam format ProMAX untuk pengolahan data
Penyortiran data ini penting dilakukan karena merupakan salah satu bagian
Gambar 32. Pengurutan Data Berdasarkan Source Number 900 dan 1000.
trace header entry berupa pilihan source yang akan membaca data dengan
ensemble order shot. Pada pilihan secondary digunakan none yang berarti tidak
ada pengurutan trace dalam ensemble. Pengubahan nilai source dapat dirubah
tergantung pada pemilihan awal. Pada flow di atas, terlihat bahwa pemilihan
berdasarkan source dan channel number. Pilihan CHAN untuk secondary trace
header entry akan mengurutkan setiap ensemble SOURCE oleh channel number,
dan juga membatasi banyaknya channel untuk diproses. Pengubahan nilai sort
Pilihan primary trace header entry dengan menggunakan pilihan CDP bin
number adalah untuk membuat gather CDP dari input dataset. Selanjutnya untuk
pilihan secondary trace header entry dipilih offset yang dimaksudkan untuk
mengurutkan trace di dalam setiap gather CDP oleh header offset. Dalam
parameter sort order for dataset digunakan input nilai 900-1000(25):*/ berarti
bahwa :
Penggunaan kemampuan sorting data dalam disk data input, akan dengan
Number) yang secara kasar sama dengan offset. Selanjutnya untuk tanda *:* ini
berarti bahwa pembacaan data akan memilih semua channel dari semua shot yang
3.3.3 Geometry
Pada flow ini dilakukan pendefinisian geometri dari data yang telah di-
lapangan (Jusri, 2004). Informasi mengenai geometri akan menjadi suatu identitas
(header) dari trace seismik yang terekam, dan akan menjadi suatu atribut yang
sangat vital dalam pengolahan data seismik tersebut selanjutnya. Geometry adalah
proses penggabungan data parameter akuisisi dengan data seismik. Hal ini
dilakukan karena data seismik hasil rekaman di lapangan hanya akan mengandung
aktif dalam perekaman data seismik. Untuk mempermudah penyajian data dalam
pengolahan data parameter akuisisi lain perlu di tambahkan dalam data seismik
seperti koordinat shot point, koordinat receiver, koordinat CDP, penomoran CDP,
offset, dan lainnya. Langkah dalam proses geometry adalah sebagai berikut
(Gambar 36).
dimasukkan antara lain source depth, stremer depth, azimuth/ship direction, receiver
interval, shot interval, near channel, far channel, offset, first station, station increment,
a) Selanjutnya dipilih perintah Setup dan pada jendela Geometry Setup yang keluar
diisi dengan data akuisisi dari Observer Report. Informasi dalam dimasukkan ke
dalam menu Setup ini akan digunakan dalam Quality Control (Gambar 38).
Gambar 38. Setup Parameter.
Assign Midpoint By
spreadsheets.
laporan observer.
b) Selanjutnya pada menu utama dipilih Auto-2D. Menu ini akan menampilkan
dihitung dan hasil perhitungannya menjadi informasi masukan dalam source and
diisi 1
Far Channel merupakan channel terjauh dari vessel diisi dengan 192
Group interval yaitu interval receiver dalam meter diisi dengan 12.5.
Diklik OK.
c) Tabel Source
d) Pattern
Dipilih menu Patterns kemudian akan muncul jendela PAT Ordered Parameter
mengimpor informasi mengenai pola receiver dan source pada saat penembakan.
Pattern merupakan pola yang dimiliki oleh airgun maupun streamer (Gambar
41).
e) Binning
sampai dapat terbangun database dalam ProMAX. Tahap ini dilakukan dalam 3
tahap, antara lain terdapat pada gambar 42, 43, dan 44.
Gambar 42. Penyocokan Pattern dan Source.
diklik OK
Diklik OK.
diklik OK.
Gambar 43. Binning dan Penomoran CDP.
f) Trace QC
Dipilih menu TraceQC maka akan membuka jendela TRC Ordered Parameter
geometri data. Salah satu cara untuk meng-QC hasil geometri kita sudah benar
atau belum adalah dengan menampilkan penampang antara CDP* dan Offset*
(Gambar 45).
Gambar 45. Trace QC.
Perintah yang dilakukan adalah View lalu View All dan XY Graph. Apabila
tampilan penampang tersebut telah menunjukkan pola yang sesuai dengan pola
Apabila masih ada kesalahan maka dapat dicek dan dikoreksi dari spreadsheet
ini.QC dilakukan untuk mengevaluasi apakah data yang kita masukkan sudah
yang dimasukkan merupakan data seismik yang sudah disortir berdasarkan first dan last
Disk data input dipilih data berdasarkan hasil input data pada flow
Disk data output dipilih nama output yang akan digunakan, yaitu
geometry
pula dengan setingan terhadap hasil OPF dan beberapa parameter geometry pada
shared folder yang diatur pada etc-config file. Setingan ini dimaksudkan untuk
dapat mengatur partisi penyimpanan hasil processing agar di saat inline geometry
tidak terjadi error. Script yang dirubah adalah pada secondary disk yang dipilih
1. Trace Muting
gelombang langsung dan gelombang refraksi. Proses trace muting ini adalah
2. Trace Killing
Trace killing merupakan proses menghapus 1 atau lebih trace yang dianggap
error pada saat akuisisi dilakukan. Seperti receiver yang terlalu noisy. Proses
trace killing ini sama dengan proses trace muting yaitu mengalikan amplitudo
Pada proses ini dilakukan pengeditan data. Proses yang dilakukan meliputi
1). Dataset “geometry” digunakan sebagai input pada Disk Data Input.
2). Data ditampilkan dengan menggunakan proses Trace Display dan
Gambar 50. Flows untuk Menampilkan Data dengan Automatic Gain Control.
3). Setelah flow tadi di Execute, maka muncul display (Gambar 51).
kasus ini dipilih perintah Pick Top Mute. Hasil picking diberi nama “TestMute”.
Kemudian dilakukan picking pada data seismik sesuai pada gambar 52.
Gambar 52. Picking Top Mute.
1. Data
Data yang dijadikan input adalah shot gather yang sudah dilakukan geometry
sebelumnya dan belum dilakukan editing agar dapat melihat seluruh kandungan
frekuensinya.
2. Spectral Analysis
data. Dari spectral analysis ini kita dapat melihat frekuensi dominan yang
terkandung, frekuensi yang bersifat noise, sehingga dapat menentukan
frekuensi pada data marine berkisar 10 – 80 Hz, besar ini akan sangat
Hal yang perlu adalah dalam pengisian „number of traces per analysis
3. Bandpass filter
hilang akibat atenuasi gelombang pada saat penjalaran gelombang. Dalam proses
ini akan mengembalikan amplitudo yang hilang seiring dengan kedalaman dengan
1. Input data
Data yang menjadi masukkan adalah data seismik yang sudah dilakukan editing
dan filtering.
Parameter Test
Parameter test dilakukan untuk mencari nilai parameter yang paling optimal
untuk diaplikasikan pada data. Nilai parameter yang optimal adalah yang mampu
memunculkan reflector pada layer bagian bawah namun tidak membahkan noise.
1. Tes Parameter 1
seismik karena terserap oleh filter bumi. Tahap-tahap yang dilakukan adalah
yang akan di test. Parameter yang akan dites adalah 8,6, dan 4 dB/s.
5). Pada proses True Amplitude Recovery diisi masukan sebagai berikut
(Gambar 58).
Gambar 58 Tes Parameter untuk TAR.
for spherical spreading adalah 1/dist untuk tes TAR 1 dan dipilih
Select velocity parameter file dipilih tabel kecepatan yang diperoleh pada
Pada dB/sec correction constant diisi dengan 99999 dengan tujuan agar
TAR ini.
proses ini, dipilih display 4 ensemble/screen, dan 2 display panel, serta trace
(Gambar 59).
Gambar 59. Tampilan Tes Parameter untuk TAR1 1/dist (Atas), TAR2
1/(time*vel**2) (Bawah).
tes sebelumnya (dengan catatan bahwa pemilihan nilai ini dilihat berdasarkan
hasil tampilan trace display yang paling mendekati dengan paramater awal dan
Pada tahap ini dilakukan pembuatan Time Gate yang akan digunakan
Kill/Reverse
“Decon Gate”.
Setelah dilakukan picking untuk puncak untuk Time Gate Decon, dibuat
layer baru dengan mengklik MB3 dan dipilih New Layer untuk melakukan
Tahap terakhir dipilih menu File kemudian Save Pick dan kemudian
Exit/Stop Flow .
3.3.8 Test Parameter 2
yang hilang karena terfilter oleh bumi sehingga diperoleh traces yang lebih spike
dan kontinyu. Tahap-tahap yang dilakukan adalah membuat flows seperti gambar
62.
yang akan di test. Parameter yang akan dites adalah 30, 80, 120, 160, dan 200 s.
(Gambar 63).
Gambar 63. Spiking/Predictive Decon.
Pada Decon operator length(s) diisi dengan 99999 dengan tujuan agar
dekonvolution ini.
mengeliminasi desain jendela dengan sedikit sampel yang aktif dari faktor
gate.
Get decon gates from the DATABASE, dipilih Yes, dan parameter decon
(Gambar 64).
Gambar 64. Tes Parameter untuk Dekonvolusi.
3.3.9 Preprocessing
Dalam tahap preprocessing ini dilakukan beberapa proses yaitu Input data,
Editing data, TAR, Dekonvolusi, Normal Move Out. Semua proses ini dilakukan
parameter yang telah diperoleh pada flow Parameter Test 2, yaitu Decon
operator length(s) dipilih 120 s dan Time Gate yang dipilih adalah “Decon
Gate”.
proses Disk Data Output. Dataset ini digunakan sebagai masukan dalam proses
analisis kecepatan I.
7). Setelah dilakukan Analisa Kecepatan, yang akan dijelaskan pada
yang bertujuan mengoreksi data yang terekam berupa garis lengkung (hiperbola)
menjadi garis yang lurus, sehingga pada saat stack diperoleh sinyal yang
ada anisotropi.
Velocity parameter file yang dipilih adalah tabel kecepatan terbaru yaitu
Velan 1.
karena merupakan faktor yang paling menentukan dari hasil (penampang) yang
Kecepatan ini kemudian dapat dipakai untuk berbagai macam proses seperti true
amplitude recovery, NMO correction, dan migrasi. Tahapan velocity ini dapat
lunak ProMAX 2D ver. 5000.0.0.0 (Landmark Graphic Co.), berikut flow velocity
Data
Data yang menjadi masukkan dalam process velocity analisis haruslah data
Perlu diperhatikan, nilai maximum fold harus disesuaikan pada data yang
dapat dilihat pada database dan nilai minimum dan maksimum CDP
Velocity analysis
picking velocity.
(Gambar 69).
- Maximum offset = (jarak antar rec x jumlah rec) + near offset (m)
- Minimum semblance analysis value = di bawah kecepatan air laut (data
tabel parameter kecepatan yang akan digunakan dalam proses pengolahan seismik
yang lain. Dengan analisis ini, akan didapatkan informasi-informasi yang tepat
koreksi NMO, diurutkan berdasarkan CDP, dan merupakan data prestack yang
untuk menghasilkan tabel kecepatan yang digunakan dalam proses koreksi NMO
dekonvolusi.
Minimum center cdp number dipilih 200, yaitu nomor CDP minimum
Cdp increment dipilih 100, yaitu interval analisa kecepatan per CDP.
Analisa kecepatan dilakukan tiap 100 CDP, atau 100 x 12.5 = 1250 meter,
Bandpass Filter dan Automatic Gain Control. Parameter yang digunakan bernilai
default.
Absolute offset of first bin center dipilih 200 sebagai offset absolut dari
Semblance sample rate dipilih 20, sebagai jeda antara pusat jendela
analisis semblance.
perhitungan semblance.
kecepatan stack.
Number of CDPs per stack strip dipilih 9, yaitu jumlah CDP yang akan
Velocity guide function table name dipilih Initial velocity, yaitu tabel
ini di-execute.
6). Input data yang digunakan dalam analisa kecepatan adalah Velocity
Precompute menggunakan Disk Data Input, dengan primary trace header entry
menggunakan sg_cdp yaitu trace header yang dibuat sendiri oleh user (Gambar
73).
Gambar 73. Pembuatan Trace Header sg_cdp dalam Disk Data Input.
Velocity guide function table name dipilih Tar 1, yaitu tabel kecepatan
10). Setelah semua CDP dilakukan picking, simpan hasil picking tersebut.
Select poststack data file dipilih Brute Stack, yaitu dataset yang
Terdapat beberapa aturan mendasar untuk melakukan picking ini. Picking yang
- Picking harus memiliki gradient yang negatif, yaitu velocity bertambah besar
- Picking dilakukan pada reflektor bukan pada multiple (pada kasus data marine,
multiple akan memiliki kecepatan +/- 1500 m/s pada waktu 2x lipat waktu
seabed).
- Picking velocity tidak selalu berada di-semblance yang paling tinggi, yang
beberapa kasus lebih penting picking velocity yang dapat meluruskan reflektor
daripada picking untuk mendapatkan velocity interval yang lebih tinggi dari
lapisan di atasnya.
3.3.11 Stack
Proses stack merupakan proses penjumlahan dari beberapa trace pada
setiap CDP, yang bertujuan meningkatkan Signal to Noise Ratio. Karena dataset
yang digunakan hanya mengalami proses Preprocessing saja, maka hasil stack ini
1). Dataset masukan yang digunakan pada Disk Data Input adalah
(Gambar 79).
Gambar 79. CDP/Ensemble Stack.
Root power scalar for stack normalization dipilih 0.5, nilai ini digunakan
untuk menghindari adanya amplitudo yang besar pada stack dengan waktu
dangkal.
Has NMO been applied? Dipilih Yes, karena NMO telah diaplikasikan
3). Dipilih proses Trace Display Label, untuk memberikan label pada hasil
stacking.
menghilangkan efek multiple dengan menerapkan Radon Filter pada data seismik.
Number of P-values dipilih 35, yaitu jumlah trace dalam ruang Radon
Minimum and Maximum P-value of interest (ms) dipilih -100 dan 400.
yaitu nilai default pada proses ini. Nilai yang sebenarnya tergantung pada
Minimum and Maximum time of interest (ms) dipilih 300 dan 2000 ms,
yaitu nilai minimum dan maksimum data yang akan difilter, data di luar
nilai frekuensi yang akan terfilter. Nilai di luar ini tidak akan berubah.
Type of transform to perform dipilih Parabolic, yaitu tipe dari radon
mereduksi multiple.
Damping for radon solution dipilih 0.1, yaitu nilai fraksional dari proses
damping untuk menstabilkan solusi matriks pada radon space dari data
input.
dilakukan picking mute (garis kuning) seperti tampak pada gambar di atas.
(Gambar 83).
Gambar 83. Proses Muting dalam Analisa Radon/Tau-P. Sebelum Muting (kiri)
dan Sesudah Muting (kanan).
4). Setelah diperoleh tabel mute pada domain radon, maka langkah selanjutnya
Nilai-nilai parameter pada Radon Filter ini harus sama dengan nilai-nilai
Mute the data in the radon domain? Dipilih Yes, karena telah dibuat
Type of mute dipilih Top, sesuai dengan picking mute pada Radon/Tau-P
Analysis.
Get mute file from the DATABASE? dipilih Yes, yaitu parameter mute yang
berdasarkan CDP.
7). Mengeluarkan dataset hasil stacking dengan Disk Data Output dengan
metode pemilihan data yang digunakan adalah simple. Pemilihan data dengan
simple akan menerima trace secara langsung untuk dianalisis. Display data yang
digunakan adalah trace yang berarti bahwa data dikontrol dengan menggunakan
nomor dari trace yang memungkinkan subset dari trace dapat dianalisis.
yang dapat diperoleh secara interaktif. Terdapat tiga cara untuk memilih subset
dari data, yaitu simple selection, single selection, dan multiple subset selection.
yang diamati merupakan sejumlah trace yang diapat pada waktu yang sama.
Sebagai pembanding adalah kita melihat hasil spectral sebelum dan setelah di
perbandingan terhadap data sebelum dan sesudah filter. Hasil pada gambar di atas
merupakan hasil sebelum di filter. Pada data tersebut terlihat nilai intensitas lebih
kecil dari -20 dB pada rentang frekuensi hingga 100 Hz. Data tersebut
Sedangkan setelah dilakukan bandpass filter maka akan terlihat pola yang
lebih jelas. Bahwa pada kisaran frekuensi 0-100 Hz terlihat adanya peningkatan
nilai intensitas (dB) yang berbeda pada data awal sebelum dilakukan bandpass
filter. Kisaran frekuensi yang digunakan sebagai dasar pembanding adalah <100
Hz karena pola dari phase yang didapatkan pada data >100 Hz memiliki pola
yang tidak teratur karena dominasi phase pada rentang >100 Hz ada beberapa titik
dengan nilai maksimum (+) dan nilai minimum (-). Nilai intensitas menjadi > -20
dB (Gambar 87).
Gambar 87. Kisaran Nilai Frekeunsi Kurang dari 75 Hz.
Frekuensi yang kurang dari 75 Hz terlihat pola phase yang relatif konstan
pada cakupan -150 s/d 150. Semakin besar frekuensi yang digunakan, maka akan
diperlukan sejumlah input nilai yang disesuaikan dengan hasil tampilan pada trace
display. Hal ini bermaksud untuk menjelaskan apakah penggunaan AGC dan
bandpass telah dapat mereduksi noise atau belum. Penggunaan nilai ini dilakukan
secara tetap dengan besaran yang sama. Untuk nilai bandpass digunakan 3-5-60-
120 (merupakan tetapan yang digunakan dan merupakan acuan dari data
baik pada saat deconvolution ataupun stack. Oleh sebab itu, penggunaan bandpass
filter dan automatic gain control ini harus mempertimbangkan data dari hasil
tampilan trace display, apakah setelah di perkuat, apakah noise sudah semakin
berkurang atau malah sebaliknya data kita yang justru berkurang (dilihat dari hasil
trace display).
Tahap selanjutnya adalah editing yaitu dengan Pick Top Mute (Gambar
88a dan 88b). Pada tahap ini data yang kualitasnya jelek dibuang atau di-mute,
biasanya berupa gelombang refraksi atau noise gelombang yang melewati medium
air laut. Hal yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai data pada bagian atas
merupakan seabed atau seafloor. Juga digunakan Kill Mute untuk menghilangkan
a)
b)
merupakan salah satu tahap yang bertujuan untuk mengembalikan amplitudo dan
terserap oleh filter bumi. Parameter nilai intensitas yang digunakan sebagai
pembanding adalah pada kisaran -3, 2, 4, 6, dan 8 dB/sec (nilai ini merupakan
nilai pembanding dalam interpretasi dari trace display). Hal ini dapat dilakukan
dengan nilai yang dapat lebih kecil tergantung pada hasil tampilan awal dari data
(apakah data tersebut sudah dapat melingkupi atau menunjukkan sedikit gambaran
input ini merupakan nilai basis for spherical divergence yang digunakan untuk
menghitung koreksi karena amplitudo yang hilang sebagai dampak adanya efek
dapat dilakukan atau tidak tergantung dari hasil tampilan dari trace display.
Apabila ternyata data awal yang di-input mengalami gambaran interpretasi yang
tidak begitu jelas atau memperburuk hasil tampilan, maka sebaiknya TAR ini
dalam koreksi statik pada data seismik darat yang terkait pada koreksi
lapisan lapuk.
3. Apply dB/sec corrections, nilai dB/sec sebagai masukkan yang sangat
yang dirubah hanya pada parameter 1 dan 3. Dengan input yang didapat dari
pembanding nilai test parameter masukan dalam test TAR (Gambar 89).
masing dari display di atas menggunakan semua parameter yang sama, namun
berbeda dalam input spherical divergence corrections. Hal ini menjelaskan bahwa
bukan multiple. Berdasarkan hasil uji dengan beberapa kali iterasi, maka
didapatkan penggunaan nilai 1/(time*vel**2) lebih dapat memperjelas reflektor
tanpa memotong penampang seismik pada far offset. Sebab beberapa dari data
tersebut, data-data yang terdapat pada far offset setelah diberikan TAR justru
kecepatan agar berada di posisi yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan dengan
meluruskan sinyal yang bengkok seperti yang ditunjukkan pada gambar 90.
display semblance yang menunjukkan kisaran kecepatan pada setiap batas lapisan.
Picking yang dilakukan tidak hanya dengan melihat kisaran kecepatan pada
semblance, namun diperkirakan juga kisaran yang tepat pada titik picking yang
tinggi (menunjukkan gradasi warna yang semakin besar sesuai dengan kisaran
yang digunakan) belum tentu dilakukan picking pada titik tersebut. Selain itu,
dalam picking velocity data yang dianggap sebagai multiple sebaiknya tidak di
picking. Multiple yang didapatkan pada data SUME23.31 ini terdapat pada kisaran
Sinyal seismik yang terbentuk merupakan sinyal seismik positif. Hal ini
dilakukan analis kecepatan ini, maka akan didapatkan nilai kecepatan interval.
Gambar 90. Picking Velocity Terhadap Semblance dengan Nilai Kecepatan yang
Tinggi Ditunjukkan dengan Warna Merah.
1. Geometri pengukuran, terutama yang terkait dengan offset jauh karena makin
jauh bentangan pengukuran maka makin baik koreksi NMO yang dihasilkan
2. Keberulangan dalam stacking fold karena dapat mengurangi noise acak atau
random
saat stack akan terlihat bentuk event yang tidak tepat sehingga hasil brute stack
meskipun telah berjalan dengan normal, tetapi belum dapat digunakan sebagai
hasil yang valid dalam pendefinisian geologi dari area survey yang diamati.
dilakukan beberapa kali hingga didapatkan kisaran kecepatan yang lebih baik
pada penampang seismik yang diamati. Dalam picking pada semblace di velocity
yang dianggap jelas sebagai reflektor dan memiliki harga velocity semblance yang
dapat dihindari. Selain itu, picking yang dilakukan juga harus memperhatikan
CDP gather akan menjadi datar setelah di-aplly NMO apabila picking yang
dilakukan tepat. Sehingga tampilan CDP gather bisa dijadikan acuan untuk
91). Hal ini disebabkan karena pada CDP tertentu terdapat kesulitan picking sebab
terkait dalam proses running data. Oleh sebab itu, maka dalam velocity editing ini
data hasil picking velocity tidak dapat ditampilkan bersama dengan hasil post-
stack. Hal ini tentunya akan mengurangi keakuratan dalam interpolasi kecepatan
lapisan. Hal ini disebabkan, karena dengan dapat menampilkan hasil post-stack
4.4 Prepocessing
merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan berhasil tidaknya penerapan
metode filter yang digunakan, dalam hal ini metode yang diujicobakan adalah
radon tansform. Jika tahap prepocessing kurang tepat atau salah, maka hasil akhir
Dengan kata lain adalah proses mengompres wavelet agar dapat memberikan daya
pisah terhadap adanya lapisan batuan dalam bumi pada penampang seismik.
seismik yang terekam dapat dianggap sebagai hasil dari konvolusi dari sinyal
karena faktor offset, maka terjadi peredaman pada amplitudo dan frekuensi
gelombang seismik oleh lapisan batuan yang tidak elastik, maka dari itu
dan prediction distance. Pemilihan hasil autokorelasi dan proses parameter test
dari CDP gather dan data hasil stack. Untuk menentukan nilai prediction distance
kemudian nilai time pada saat second zero crossing dari hasil autokorelasi adalah
besarnya nilai prediction distance yang kita pilih. Untuk menentukan nilai
gather data yang belum didekonvolusi dan CDP gather yang sudah didekonvolusi
merepresentasikan zona yang tidak dipengaruhi multiple. Nilai operator length ini
akan mempengaruhi energi pada gelombang. Semakin besar operator length maka
semakin kecil energi yang terbuang, sebaliknya semakin kecil nilai operator
length semakin besar energi yang terbuang. Pemilihan operator length haruslah
optimal sehingga tidak meninggalkan energi yang besar. Beberapa nilai operator
length yaitu 75, 128, 156, 198, 242, 288, dan 330 ms kemudian dibandingkan dan
dianalisa parameter yang paling sesuai. Penentuan nilai operator length yang
paling tepat juga bisa dilakukan dengan melihat hasil stack dari dekonvolusi
prediction distance yang tetap. Pada hasil ujicoba tersebut didapatkan bahwa
decon operator length dengan kualitas data yang bagus adalah pada 128 s dan
Dari keadaan geologi dan interpretasi dasar laut, perairan ini tergolong
perairan dalam dengan daerah sepanjang gunung bawah laut. Oleh sebab itu
diasumsikan pada kasus ini, nilai kecepatan pada setiap layer adalah bervariasi
apabila hasil awal pada trace display dirasa belum cukup menunjukan penampang
yang baik. Namun hasil tersebut dapat kita perbandingkan sebelum dan sesudah di
dihasilkan. Karena meskipun dari awal pengerjaan data, parameter spiking telah
multiple dari data. Oleh sebab itu manipulasi dari spiking sangat diperlukan untuk
ms) secara maksimal. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui gambar 93 s/d 97
sebagai pembanding dan dilakukan beberapa kali iterasi (dengan catatan bahwa
data dengan parameter TAR tetap, dan parameter decon operator length tetap,
(2011), bahwa data yang akan digunakan sebagai input dalam radon adalah data
hasil di atas terlihat bahwa di saat menggunakan zero phase spiking, multiple
4.5 Stack
terhadap perbedaan waktu yang disebabkan oleh perbedaan jarak source dan
receiver. Hal yang dimaksud adalah pada saat pemasukan parameter dalam NMO,
karena NMO ini berfungsi untuk meluruskan gelombang refleksi primer sebelum
(Memiliki NMO yang lebih besar). Dengan melakukan koreksi NMO terhadap
lurus seperti gelombang primer, sehingga multiple akan teratenuasi pada proses
CDP stacking.
Setelah koreksi NMO dilakukan terhadap semua CDP, seluruh data di-
menjadikan source dan receiver pada suatu posisi, yaitu zero offset.
Stacking ini terdiri atas penjumlahan trace-trace dari suatu CDP gather
yang menghasilkan suatu komposit trace. Posisi ini di permukaan adalah sama
dengan titik tengah bersama antara source dan receiver. Penjumlahan trace dari
CDP akan memperbaiki signal to noise ratio (SNR) dengan asumsi bahwa
common reflection point (CDP) refleksi primer dalam satu fase dan memperkuat
sinyal secara konstruktif, dimana ambient noise dan sinyal seismik lain yang tidak
b) b)
Pekerjaan stacking dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada data awal prepocessing
dan hasil dari Radon. Manipulasi data dilakukan dengan merubah tahap Radon
terbaik yang digunakan. Jadi dalam pembagian tersebut dilakukan dengan melihat
perbedaan apakah radon filter sebaiknya dilakukan sebelum stacking atau setelah
dengan jelas. Pada stacking selanjutnya diharapkan multiple tersebut yang saat
stacking awal masih terlihat jelas dapat berkurang dan hilang setelah dikenai filter
radon.
Pada gambar 98 terlihat bahwa saat stack, multiple periode pertama masih
muncul pada kedalaman 13000 ms-1. Efek bowtie yang sebelumnya saat
prepocessing masih terlihat, namun setelah di stack telah hilang. Seperti terlihat
pada gambar di atas, bahwa di sekitar puncak pertama, terdapat beberapa data
yang terfilter, hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor muting atau parameter
TAR, spiking yang menyebabkan hal ini. Saat di-NMO data di sekitar puncak
periode panjang. Teknik yang digunakan adalah dengan memisahkan multiple dan
sinyal primer pada data seismik berdasarkan moveout-nya. Filter radon dengan
nilai dibagian sebelah kanan (lebih besar dari nol) merupakan indikasi adanya
energi multiple. Bagian yang dianggap multiple tersebut kemudian dipotong dan
dipisahkan dari data primer. Masukan dari proses ini adalah data yang telah
dilakukan proses NMO dengan header berupa CDP gather dan header
residual moveout tersebut bergantung pada hasil NMO. Jadi reflektor yang telah
di-NMO akan mempunyai nilai moveout nol sedangkan multiple akan mempunyai
Sinyal multiple akan terlihat pada daerah yang mempunyai moveout lebih
besar dari pada nol yakni multiple yang mengalami undercorrected. Tipe radon
hasil yang didapatkannya setelah stack. Pada parameter number of P-value diisi
oleh angka yang lebih besar dari fold maksimum. Pada data ini fold maksimum
berada pada kisaran 60 (dapat dilihat pada saat QC geometry). Parameter P-value
of interest biasanya diisi dengan nilai nominal -100, hal ini untuk mengatasi
refleksi primer yang mengalami overcorected (baik saat muting atau NMO),
offset dibagi dengan kecepatan RMS minimum (Vrms). Karena data ini
merupakan data marine, maka kecepatan RMS minimum adalah kecepatan air.
Multiple akan terlihat muncul pada bagian yang memiliki nilai moveout lebih
besar daripada nol. Hasil tersebut dapat dilihat perbedaanya pada gambar di
bawah ini.
Tipe filter Radon yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Radon
Hiperbolik. Tipe Radon Hiperbolik ini lebih cocok digunakan pada kasus laut
termasuk multiple permukaan yang terdapat pada data yang digunakan dalam
lebih baik dibandingkan dengan data yang belum mengalami proses filter Radon,
karena proses ini merupakan salah satu metode untuk menghilangkan multiple
sehingga data seismik kita menjadi bebas multiple dan akan memberikan
a)
b)
Gambar 102. Perbandingan Hasil (a) Sebelum dan (b) Sesudah Radon Filter.
Hasil di atas menunjukkan bahwa multiple pada kedalaman antara 12000-
Meskipun belum seluruh multiple dapat dihilangkan, namun noise terhadap data
pada far offset (efek bowtie) dapat diminimalkan secara optimal. Hal tersebut
terlihat pada lingkaran merah dimana noise tersebut telah hilang. Radon transform
efektif dalam menghilangkan multiple yang berada di offset jauh, karena dengan
offset yang cukup maka perbedaan moveout antara refleksi primer dengan multiple
Pada area offset dekat, filter radon sulit untuk melihat perbedaan moveout
antara refleksi primer dan multiple karena kelengkungan hiperbolik dari refleksi
primer dan multiple masih berupa garis lurus sehingga ketika ditransformasikan
ke dalam domain radon akan terlihat sama. Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan
fungsi dari radon ini, maka dapat dilakukan dengan kombinasi filter seperti
SRME lebih efektif digunakan untuk mengeliminasi multiple pada daerah near
offset. Metode SRME ini lebih efektif pada near offset karena dalam reduksi
kemungkinan disebabkan oleh adanya feather angle dari streamer pada saat
akusisi data. Dan ini ditambah pula dengan tidak adanya data file UKOAA yang
dibutuhkan sebagai data navigasi dan positioning streamer dan gun array dalam
tahap geometri. Dengan adanya feather angle dan tidak digunakannya data
UKOAA, maka nilai offset yang terekam dalam database dan diolah dalam
prediksi multiple adalah bukan offset sebenarnya. Ketika di offset dekat, posisi
streamer relatif lurus sehingga offset-nya masih tepat dan sebaliknya semakin ke
arah far offset perbedaan offset-nya menjadi semakin besar dengan offset
Proses muting dalam domain τ-p ini akan sangat mempengaruhi energi
yang terkandung dalam gelombang. Efeknya semakin besar area muting yang
dilakukan maka akan semakin kecil nilai amplitude yang dihasilkan saat
Sebelum a) b) c) d)
Mute
muting (B), (C) dan (D) mampu menekan keberadaan multiple, namun tidak dapat
a) b)
adalah 0.2 dan contrast power factor adalah 1.8 (nilai ini merupakan nilai
terbaik). Sebelum dikenakan Radon Filter (Gambar 105a) terlihat bahwa pada
garis vertikal di zona kecepatan 1600 ms-1 pada kedalaman 13000 ms noise
terhadap data (multiple) masih terlihat jelas dengan nilai kecepatan yang rendah,
karena seharusnya dengan semakin bertambahnya kedalaman, nilai kecepatan
pengecekan pada titik kedalaman yang sama (time 13000 ms) didapatkan bahwa
multiple yang tadinya memiliki zona kecepatan yang rendah di time 13000 ms
menjadi hilang dan pola peningkatan kecepatan yang di-picking menjadi semakin
baik dan menghasilkan tampilan dari data yang telah terbebas dari multiple.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
ini dan terkait kepada tujuan awal, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Radon Transform dapat mereduksi multiple dari data seismik SUME23.31. Pada
near offset masih terdapat sedikit multiple, sedangkan pada far offset, metode ini
dapat menghilangkan efek bowtie. Pengaruh offset merupakan hal yang sangat
lintasan dengan feather angle 00 sangatlah sulit, karena terkait faktor lingkungan
semakin besar kemampuan mereduksi multiple dan tereduksinya data primer akan
5.2. Saran
yang lebih efektif dalam menghilangkan seluruh multiple seperti SRME (Surface
Related Multiple Elimination) atau dengan menggunakan kombinasi lain dengan
beberapa filter. Pemilihan data sebaiknya menggunakan data survey yang lengkap,
karena terkait koreksi dan input data dalam geometri yang sangat berpengaruh
bersaudara.
Kelautan, jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan
pengalaman menulis dan kepemimpinan, sosial, budaya, dan politik. Penulis aktif
tahun 2012 dan beberapa seminar nasional di Indonesia. Prestasi terbaik penulis
selama di IPB adalah peraih 104 Inovasi Indonesia Prospektif tahun 2012 oleh
Menteri Negara Riset dan Teknologi-Republik Indonesia dan peraih 5 besar Karya
Tulis terbaik dalam Oil Spill Combat Team Indonesia tahun 2012. Penulis juga
aktif dalam Badan Dharma Dana Nasional sebagai anggota dari tahun 2008-2013,
KMHD IPB hingga tahun 2013, Brahmacarya hingga tahun 2013, dan Unit
Sumatera”.