OLEH:
NADA JUWITA
D061221010
GOWA
2023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
SEDIMENTOLOGI
LAPORAN PENELITIAN
OLEH :
NADA JUWITA
D061221010
GOWA
2023
SEDIMENTOLOGI
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh :
Dosen Pengampuh I Praktikan
Dosen Pengampuh II
Safruddim, S.T.,M.Eng
NIP : 19890207 202005 3 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
Sedimentologi di semester tiga ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya, saya berterima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah
Sedimentologi atas ilmu yang telah diberikan terutama kepada kakak asisten yang
selalu berusaha menjelaskan materi kepada para praktikan agar dapat dimengerti,
laporan, sehingga menghasilkan laporan yang baik dan bermanfaat. Kedua orang
tua yang telah banyak memberi bantuan baik dari segi moral maupun spiritual.
Serta, ucapan terima kasih kepada teman – teman kelompok yang sudah berjuang
laporan ini tentulah masih jauh dari kata sempurna tetapi penulis berharap
agar pembaca dapat memberi kritik dan saran untuk perbaikan dan menjadi acuan
untuk kedepannya. Demikian, laporan ini penulis susun dengan segala kelebihan
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.22 Batu Lempung Pirit DMP (1) dan (2) .............................................
Gambar 4.26 Batu Lempung Biasa DMP (1) dan (2) ...........................................
Secara harfiah geologi berarti ilmu tentang bumi atau studi tentang bumi.
Bumi disini bukan berarti hanya fisik dari bumi saja yaitu bahan penyusun bumi,
dan bentuk bumi itu sendiri, tetapi juga berbagai proses yang terjadi pada bumi
terjadi didalam bumi maupun yang terjadi dipermukaan bumi. Ada berbagai macam
cabang ilmu geologi salah satunya sedimentologi yaitu cabang ilmu geologi yang
erosi, transportasi, deposisi hingga litifikasi. Salah satu bagian yang penting untuk
dipelajari dalam batuan sedimen maupun endapan sedimen adalah tekstur dari
sedimen itu sendiri baik yang sudah mengalami litifikasi menjadi batuan maupun
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tekstur adalah hubungan antara butir
padaa batuan sedimen. Dalam mempelajari tekstur batuan sedimen harus diketahui
batuan sedimen yaitu ukuran butir, morfologi butir, kemas antar butir pada batuan
dan hubungan antar butir. Dari keempat komponen tersebut salah satu komponen
yang akan dibahas dalam laporan ini adalah komponen ukuran butir beserta bentuk
1. Untuk mengetahui ukuran butir dari mineral dan batuan dalam suatu
geografis daerah penelitian terletak pada 04º 50’ 43’’ Lintang Selatan dan 119º 53'
4'' Bujur Timur. Dengan luas wilayah 6 Ha, dengan batas-batas titik koordinat
seperti pada Gambar 1.1. Lokasi penelitian dapat ditempuh melalui jalur darat
dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Perjalanan dari
baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan
hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di
bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-
dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras, penceminan adanya
yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh
(Rab Sukamto,1982).
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rerdah, dengan
puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan ini
tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah
batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini
adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian
utara selebar 35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat
Sungai Walanae yang mengalir ke utara Bagian selatan berupa perbukitan rendah
dan di bagian utara terdapat dataran aluvium yang sangat luas mengelilingi D.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkan dalam
lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir.
Batuan sedimen Formasi Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat
dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan
flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini secara berangsur beralih ke
endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus dari Eosen Awal
sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m,
dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat.
Sedimen klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen bersisipan
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
dengan bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir
sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan
gunungapi yang masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan
itu semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa
stok, sill dan retas, bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan
granodiorit. dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 ± 2 juta tahun. Setelah Pliosen
Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga tidak
tempat di tepi Sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan Holosen
dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung;
Batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan
tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat
batugamping dan napal umumnya mengandung moluska yang belum diperiksa, dan
berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal beberapa
bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya
ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan
masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus,
Pada Kala Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa tepi daratan yang
dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Malawa; sedangkan
di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika
skewness dan parameter statistic lainnya, yang dihitung secara aritmetrik dan
geometris (dalam satuan metrik) dan logaritmik (dalam satuan phi) menggunakan
momen dan metode grafis Folk dan Ward. Metode perbandingan telah
memungkinkan istilah deskriptif Folk and Ward digunakan untuk momen statistic.
(Pettijohn, 1975).
Ukuran butir (grain size) adalah sifat dasar batuan sedimen siliklastik dan
menjadi salah satu sifat deskriptif yang penting dari batuan tersebut. Ada tiga yang
ukuran butir sedimen dan energi pengendapan. Terdapat tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam pemerian ukuran butir sedimen yaitu teknik pengukuran butir
sedimen, metode penyajian data ukuran butir dan kegunaan data ukuran butir
(Pettijohn, 1975).
Terdapat tingkat skala ukuran butir yang telah dikembangkan, namun pada
umumnya yang sering digunakan oleh ahli sedimentologi yaitu skala Udden-
Wenworth. Skala wenworth berkisar antar lebih kecil dari 1/256 mm (0,0039) mm
sampai lebih besar dari 256 mm dan terbagi menjadi empat kategori utama
2.2.2 Sortasi
butir rata-rata. Sortasi dapat juga diartikan sebagai keseragaman dari ukuran besar
butir material sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya
maka, pemilahan semakin baik. Pasir dari berbagai macam lingkungan air
menunjukkan bahwa pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir
sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi
2.2.3 Skewness
terhadap distribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir
dimana pada bagian Tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.
Butiran yang lebih kasar serta lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri jumlah yang
sama. Apabila dalam suatu distribusi ukuran butir berlebihan partikel kasar, maka
skewnessnya bernilai positif dan apabila dalam distribusi ukuran butir berlebihan
Besar butir rata-rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi
sedimen (misalnya pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus). Besar butir rata-rata
2.2.4 Kurtosis
kurva dengan bagian bawah. Kurva yang sangat datar menggambarkan sedimen
yang terpilah buruk yang disebut platykurtic. Kurva yang berbentuk lonceng
∅95 − ∅5
𝐾=
22,44(∅75 − ∅25)
2.2.5 Mean
smear slide merupakan sutau metode yang kuat dan secara cepat dapat
dilakukan, smear slide dapat menyediakan presentase data yang akurat yang
digunakan untuk mengetahui sekuen dari batuan sedimen Tephra dan ash falls juga
sedimen yang dapat terdapat pada sampel. Pada smear slide butiran sedimen dapat
ada dan terekam pada smear slide. Material umumnya dijumpai pada pengmatan
1. Terigen kuarsa, feldspar, rock fragmen, gelas vulkanik, clay, mika dan
mineral aksesoris
2. Biogenic distom, radiolaria, spicule, silicoflagellates foraminifera,
sedimen lepas pada permukaan kaca preparat lalu kemudian dilem dengan
menggunakan Canada Balsam lalu ditutup lagi oleh kaca preparat. Preparasi contoh
yang sudah siap ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop binokuler mengenai
kelimpahan Biogenik, bukan biogenik, dan Autigenik serta ukuran besar butir
Jenis – jenis mineral yang digunakan dalam pengamatan smear slide atau
sangat keras dan inert, serta bisa bertahan dalam beberapa kali proses reworking
1. Zircon, Zirkon dengan rumus kimia ZrSiO4 adalah jenis mineral zirkonium
baddeleyite dan eudialyte (ZrO2). Kedua jenis mineral ini juga termasuk
2. Turmalin merupakan kristal dengan energi paling kuat di dunia batu kristal.
Tourmaline dikenal juga sebagai permata, cantik semi mulia. Secara fisika,
memproduksi muatan listrik yang berbeda, pada satu ujung yaitu listrik
menunjuk arah poros garis lurus turmalin diberi tekanan akan menghasilkan
muatan listrik dua kutub, muatan listrik negatif ini diserap oleh molekul di
3. Kilap rutil termasuk kilap intan dan umumnya berwarna merah mengkilap.
Kekerasan rutil masuk dalam skala 6 - 6.5 skala mohs dan ceratnya
brittle, dimana mineral ini dapat hancur ketika dipukuli dengan benda keras.
b. Mineral Metastabil
sedikit keras hingga keras, dimana kekerasannya dapat disebabkan oleh beberapa
proses yang berlangsung, baik proses internal maupun proses eksternal. Adapun
permukaan tanah tandus, mineral merupakan salah satu contoh mineral yang
kristalisasi magma.
2. Apatit, mineral ini memiliki tingkat stabilitas yang rendah hingga tinggi,
Mineral ini juga didapati menyusun batuan beku plutonik atau lelehan, yang
berasal dari batuan metamorf. Umumnya, mineral ini merupakan salah satu
4. Biotit, mineral ini dapat berasal dari pembekuan langsung magma atau
asam hingga intermediet, akan tetapi juga sering dijumpai pada batuan beku
c. Mineral Opak
Mineral opak atau opaq ialah salah satu jenis mineral yang memiliki berat
jenis yang besar atau sangat tinggi, dikarenakan mineral opak banyak mengandung
unsur besi atau Fe. Mineral ini memiliki sifat kejernihan yang buram, sehingga
tidak dapat ditembus oleh cahaya. Contoh dari mineral ini ialah :
1. Pirit, Pirit memiliki kilap logam,dan umumnya warna pirit adalah kuning
emas. Kekerasan pirit termasuk dalam skala 6 – 6.5 skala mohs. cerat pirit
adalah hitam kehijauan, sedangkan belahannya adalah sangat tidak jelas.
(Prothero,2018).
3. Magnetit, Kilap magnetit termasuk dalam kilap logam dan magnetit berwarna
hitam. Kekerasan magnetit masuk dalam skala 5.5 – 6.5 skala mohs dan
4. Hematit, Kilap hematite termasuk kilap logam dan umumnya berwarna abu-
abu perak. Untuk kekerasan hematite masuk dalam skala 5 – 6 skala mohs,
lalu ceratnya adalah merah darah atau merah kecoklatan. Untuk hematite
ilmenit masuk dalam skala 5 – 6 skala mohs, sedangkan ceratnya adalah hitam
2.4 Sphericity
Sphericity adalah kebulatan yang menunjukkan sifat yang diwariskan oleh suatu
butir. Butir berbentuk papan akan cenderung membundar Ketika tertransport dan
membentuk butir dengan sumbu lebih pendek dari kedua sumbu yang lain (low
semakin jauh butiran tertransportasi maka nilai sphericity semakin tinggi (William,
1982).
Gambar 2.8 Nilai sphericity berdasarkan klasifikasi Folk 1968
a. Bentuk
discoid, rods atau blades berdasarkan perbandingan rasio b/a, dan c/b (Williams,
1982).
Tabel 2.1 Kelas bentuk butir berdasarkan ( Zingg, 1935 dalam Pettijohn, 1975 )
b. Sphericity (ψ)
bola, maka butiran tersebut mempunyai nilai sphericity yang semakin tinggi. Selain
itu, parameter ini juga menunjukkan perbedaan luas permukaan objek dengan luas
permukaan bola ynag volumenya sama dengan volume objek. Nilai sphericity suatu
butiran diukur dengan memperhatikan nilai diameter atau atau sumbu dari panjang
3 𝐿. 𝐼. 𝑆
Ψ=√
𝐿3
3 𝑆2
Ψ= √
𝐿. 𝐼
d. Mekanisme Transportasi
Ketika sedimen tertransportasi oleh media air, dapat disebut sebagai fluvial
sumbernya disebut erosi. Terdapat 3 cara partikel tertransportasi, yaitu : rolling atau
disepanjang bagian bawah dari arus udara atau air tanpa kehilangan kontak dengan
dengan jarak yang pendek dalam suatu tubuh fluida sebelum dikembalikan kembali
Pada tahap persiapan yang dilakukan dimulai dengan menyiapakn alat dan
bahan yang digunakan untuk Fieldtrip, mengurus surat izin dan keperluan lain
dan dalam proses pekruliahan, mengerjakan tugas pendahuluan yang diberikan dan
dilanjutkan dengan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pengolahan
section dengan pengambilan data pada tiap perlapisan yang berbeda lalu dicatat
pada tabel yaitu arah dan slope menggunakan Kompas, jarak menggunakan roll
meter, kedudukan batuan, ukuran butir, litologi dan terakhi yaitu pemerian dan
dengan 5 pembagian yaitu BatuPasir Kuarsa, Batu Lempung Pirit, BatuPasir biasa,
dengan 2 DMP lalu mencatat hasil pada tiap gambar yaitu komposisi mineral yang
kelompok yang sudah dibagikan dengan pembuatan laporan sesuai dengan format
yang diberikan.
Tahapan Persiapan
Tahapan
Pengambilan data
Tahapan Olah
Data
Penyusunan
Laporan
BAB IV
PEMBAHASAN
mean, modus, sortasi, skewness, dan parameter statistik lainnya digunakan untuk
beragam cara, termasuk pendekatan aritmetik dan geometrik dalam satuan metrik
serta pendekatan logaritmik dalam satuan phi menggunakan metode Mean dan
diperkenalkan oleh Folk dan Ward dapat digunakan untuk menjelaskan momen
statistik. Analisis ukuran butir sedimen dengan parameter seperti sortasi, skewness,
kurtosis, dan mean membantu dalam memahami bagaimana ukuran butir material
aeolin (terkait angin), dan marine (terkait laut). Proses selanjutnya adalah
seperti pemadatan, sementasi, diagenesis, dan litifikasi. Ada beberapa metode atau
cara yang dilakukan untuk menganalisis distribusi ukuran butir, yaitu cara grafis
beberapa parameter. Parameter nilai pada pengukuran butir sedimen antara lain
ukuran butir rata-rata (mean), keseragaman butir (sorting), skewness, dan kurtosis.
berdasarkan nilai phi pada sumbu horizontal kurva prosentase frekuensi kumulatif.
4.1.1 Fasies 1
4.1.1.1 Deskripsi Umum
memiliki ciri-ciri warna yang berubah dari coklat muda hingga coklat tua, serta
menunjukkan sifat permeabilitas yang baik, porositas yang baik, sortasi yang baik,
dan memiliki struktur kemas tertutup. Batupasir ini memiliki ukuran butir berkisar
antara 1/8 hingga 1/4 mm dan secara ilmiah diklasifikasikan sebagai batuan
batupasir kuarsa halus sesuai dengan klasifikasi oleh Wenworth pada tahun 1922.
partikel dan pencatatan berat masing-masing sampel. Setelah data berat sampel
tercatat, langkah berikutnya adalah mengolah data tersebut menggunakan perangkat
partikel (kurva x) dan persentase kumulatif (kurva y) yang diperoleh dari analisis
pada grafik, seperti P5, P16, P20, P25, P45, P50, P75, P80, P84, dan P95, sangat
penting.
kunci, seperti nilai mean yang mengindikasikan bahwa fasies ini dapat
diklasifikasikan sebagai Medium Sandstone. Selain itu, nilai sorting yang tinggi
menunjukkan bahwa fasies ini termasuk dalam kategori Very Well Sorted. Selain
butiran, dan nilai kurtosis yang rendah mengindikasikan bahwa distribusi ini
Mean, atau rata-rata aritmetika, dalam konteks analisis butiran adalah hasil
perhitungan yang mencerminkan ukuran butir rata-rata pada suatu sampel. Untuk
menghitung mean, dapat digunakan perkiraan yang diperoleh dari nilai persentil
tertentu yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata. Data lapangan yang
Maka didapatkan,
sandstone (klasifikasi Udden (1898), Wenworth (1992), dan Friedman and Sanders
(1978).
Maka,
0,5 − 0,08 1,25 + 0,07
𝑆𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖 = + = 0,345
4 6,6
c. Skewness
Maka,
penelitian sangat positif skewed dengan arah skewness yang sangat condong ke
d. Kurtosis
sampel berkumpul sekitar nilai rata-rata. Setiap parameter statistik diukur dengan
kondisi butiran yang sedang diamati atau dianalisis. Dalam konteks ini, kurtosis
memberikan gambaran tentang sejauh mana butiran dalam sampel mendekati nilai
rata-rata, dan setiap parameter statistik memiliki metode pengukuran dan peraturan
yang berbeda dalam menjelaskan karakteristik butiran tersebut (Penuntun
Sedimentologi).
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
Maka
1,25 − 0,07
𝐾= = 0,1500
2,44 (0,08 − 0,085)
very platykurtic atau kurva yang mempunyai puncak sangat tajam yang
4.1.2 Fasies 2
4.1.2.1 Deskripsi Umum
ciri warna segar berupa abu gelap yang berubah menjadi abu kehitaman saat
terpapar cuaca. Batuan ini memiliki sifat permeabilitas yang baik, porositas yang
baik, sortasi yang baik, dan memiliki struktur kemas tertutup. Ukuran butiran dalam
batuan ini berkisar antara 1/16 hingga 1/8 mm dan secara ilmiah diklasifikasikan
sebagai batuan batulanau sesuai dengan klasifikasi oleh Wenworth pada tahun
1922.
pengukuran partikel, serta pencatatan berat sampel. Kemudian, data berat sampel
(kurva x) dan persentase kumulatif rata-rata (kurva y) yang diperoleh dari data ini
digunakan untuk membuat grafik granulometri. Dengan cara ini, hasil grafik dapat
seperti P5, P16, P20, P25, P45, P50, P75, P80, P84, dan P95.
penting, hasil dari grafik granulometri pada fasies 2 menghasilkan nilai mean 0,061
(Coarse Siltstone) , nilai sorting 0,09 (Moderately Sorted) , nilai skewnes 0,37
Mean, atau rata-rata aritmetika, dalam konteks analisis butiran adalah hasil
perhitungan yang mencerminkan ukuran butir rata-rata pada suatu sampel. Untuk
menghitung mean, dapat digunakan perkiraan yang diperoleh dari nilai persentil
tertentu yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata. Data lapangan yang
Maka didapatkan,
siltstone (klasifikasi Udden (1898), Wenworth (1992), dan Friedman and Sanders
(1978).
Maka,
0,08 − 0,038 0,25 + 0,025
𝑆𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖 = + = 0,09031
4 6,6
c. Skewness
Maka,
distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal) dari sampel penelitian berupa
very negatively skewed dengan jenis skewnessnya very skewed towards the fine side.
d. Kurtosis
sampel berkumpul sekitar nilai rata-rata. Setiap parameter statistik diukur dengan
kondisi butiran yang sedang diamati atau dianalisis. Dalam konteks ini, kurtosis
memberikan gambaran tentang sejauh mana butiran dalam sampel mendekati nilai
rata-rata, dan setiap parameter statistik memiliki metode pengukuran dan peraturan
Sedimentologi).
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
Maka
0,25 − 0,025
𝐾= = 0,053
2,44 (0,038 − 0,05)
very platykurtic atau kurva yang mempunyai puncak sangat tajam yang
4.1.3 Fasies 3
4.1.3.1 Deskripsi Umum
tua gelap dan warna lapuk coklat kehitaman, permeabilitas baik, porositas baik,
sortasi baik dan kemas tertutup. Memiliki ukuran butir 1/16-1/8 mm dengan nama
Cara mendapatkan grafik granulometri pada suatu faises yaitu dengan cara
dan melakukan pengukuran partikel lalu sampel kemudian ditimbang dan mencatat
setiap berat sampel. Kemudian data berat sampel yang dihasilkan kemudian diolah
menentukan ukuran partikel dan persentase kumulatif. Data ukuran partikel (kurva
x) dan rata-rata kumulatif (kurva y) yang diperoleh dari data tersebut dapat
digunakan untuk membuat grafik granulometri. Hal ini terlihat dengan memeriksa
hasil grafik yang dihasilkan dengan mengatur titik-titik sesuai dengan grafik yang
dihasilkan dengan menentukan nilai P5, P16, P20, P25, P45, P50, P75, P80, P84,
dan P95.
Hasil dari grafik granulometri pada fasies 2 menghasilkan nilai mean 0,063
(Coarse Siltstone) , nilai sorting 0,098 (Moderately Sorted) , nilai skewnes 0,35
4.1.3.3 Perhitungan
GRAFIK P5 P16 P20 P25 P45 P50 P 75 P80 P84 P95 RUMUS KLASIFIKASI
MEAN 0,05 0,05 0,055 0,06 0,07 0,065 0,07 0,07 0,075 0,4 0,063333 COARSE SILT (UDEN&WENWORTH,1922)
STANDAR DEVIASI 0,05 0,05 0,055 0,06 0,07 0,065 0,07 0,07 0,08 0,4 0,098182 VERY WELL SORTED (FOLK 1974)
SKEWNES 0,05 0,05 0,055 0,06 0,07 0,065 0,07 0,07 0,08 0,4 0,457143 SKEWED TOWARDS THE COARSE SIDE (FOLK &WARD 1957)
KURTOSIS 0,05 0,05 0,055 0,06 0,07 0,065 0,07 0,07 0,08 0,4 0,070002 VERY PLATYKURTIC (FOLK &WARD 1957)
Mean, atau rata-rata aritmetika, dalam konteks analisis butiran adalah hasil
perhitungan yang mencerminkan ukuran butir rata-rata pada suatu sampel. Untuk
menghitung mean, dapat digunakan perkiraan yang diperoleh dari nilai persentil
tertentu yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata. Data lapangan yang
Maka didapatkan,
(klasifikasi Udden (1898), Wenworth (1992), dan Friedman and Sanders (1978).
Maka,
c. Skewness
Maka,
distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal) dari sampel penelitian berupa
very negatively skewed dengan jenis skewnessnya very skewed towards the fine side.
d. Kurtosis
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
Maka
0,4 − 0,05
𝐾= = 0,07
2,44 (0,05 − 0,06)
platykurtic atau kurva yang mempunyai puncak sangat tajam yang menggambarkan
Pada lapangan dijumpai jenis batuan batupasir, dengan warna segar coklat
muda dan warna lapuk coklat kehitaman, permeabilitas baik, porositas baik, sortasi
baik dan kemas tertutup. Memiliki ukuran butir 1/8-1/4 mm dengan nama batuan
Cara mendapatkan grafik granulometri pada suatu faises yaitu dengan cara
dan melakukan pengukuran partikel lalu sampel kemudian ditimbang dan mencatat
setiap berat sampel. Kemudian data berat sampel yang dihasilkan kemudian diolah
menentukan ukuran partikel dan persentase kumulatif. Data ukuran partikel (kurva
x) dan rata-rata kumulatif (kurva y) yang diperoleh dari data tersebut dapat
digunakan untuk membuat grafik granulometri. Hal ini terlihat dengan memeriksa
hasil grafik yang dihasilkan dengan mengatur titik-titik sesuai dengan grafik yang
dihasilkan dengan menentukan nilai P5, P16, P20, P25, P45, P50, P75, P80, P84,
dan P95. Setiap titik data disajikan berdasarkan nilai P, misalnya nilai P5 seperti
Hasil dari grafik granulometri pada fasies 2 menghasilkan nilai mean 0,31
(Medium Sandstone) , nilai sorting 0,26 (Very Well Sorted) , nilai skewnes 0,87
a. Mean
Mean, atau rata-rata aritmetika, dalam konteks analisis butiran adalah hasil
perhitungan yang mencerminkan ukuran butir rata-rata pada suatu sampel. Untuk
menghitung mean, dapat digunakan perkiraan yang diperoleh dari nilai persentil
tertentu yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata. Data lapangan yang
telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan rumus khusus untuk menghitung
Maka didapatkan,
sandstone (klasifikasi Udden (1898), Wenworth (1992), dan Friedman and Sanders
(1978).
Maka,
c. Skewness
distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal) dari sampel penelitian berupa
very positively skewed dengan jenis skewnessnya very skewed towards the course
side.
d. Kurtosis
batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa
(Penuntun Sedimentologi).
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
Maka
1,13 − 0,05
𝐾= = 0,09002
2,44 (0,07 − 0,08)
very platykurtic atau kurva yang mempunyai puncak sangat tajam yang
4.1.5 Fasies 5
4.1.5.1 Deskripsi Umum
Pada lapangan dijumpai jenis batuan batulanau, dengan warna segar abu
kecoklatan dan warna lapuk coklat kehitaman, permeabilitas baik, porositas baik,
sortasi baik dan kemas tertutup. Memiliki ukuran butir 1/16-1/8 mm dengan nama
Cara mendapatkan grafik granulometri pada suatu faises yaitu dengan cara
dan melakukan pengukuran partikel lalu sampel kemudian ditimbang dan mencatat
setiap berat sampel. Kemudian data berat sampel yang dihasilkan kemudian diolah
menentukan ukuran partikel dan persentase kumulatif. Data ukuran partikel (kurva
x) dan rata-rata kumulatif (kurva y) yang diperoleh dari data tersebut dapat
digunakan untuk membuat grafik granulometri. Hal ini terlihat dengan memeriksa
hasil grafik yang dihasilkan dengan mengatur titik-titik sesuai dengan grafik yang
dihasilkan dengan menentukan nilai P5, P16, P20, P25, P45, P50, P75, P80, P84,
dan P95. Setiap titik data disajikan berdasarkan nilai P, misalnya nilai P5 seperti
0,038(Coarse Siltstone) , nilai sorting 0,054Very Well Sorted) , nilai skewnes -0,146
KURTOSIS 0,01 0,015 0,017 0,02 0,03 0,05 0,05 0,05 0,051 0,24 0,030001 PLATYKURTIC (FOLK &WARD 1957)
a. Mean
Mean, atau rata-rata aritmetika, dalam konteks analisis butiran adalah hasil
perhitungan yang mencerminkan ukuran butir rata-rata pada suatu sampel. Untuk
menghitung mean, dapat digunakan perkiraan yang diperoleh dari nilai persentil
tertentu yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata. Data lapangan yang
Maka didapatkan,
0,015 + 0,05 + 0,051
𝑀𝑧 = = 0,038667
3
sandstone (klasifikasi Udden (1898), Wenworth (1992), dan Friedman and Sanders
(1978).
Maka,
c. Skewness
Maka,
distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal) dari sampel penelitian berupa
very positively skewed dengan jenis skewnessnya very skewed towards the course
side.
d. Kurtosis
batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa
(Penuntun Sedimentologi).
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
Maka
0,24 − 0,01
𝐾= = 0,030001
2,44 (0,015 − 0,02)
4.1.6 Fasies 6
4.1.6.1 Deskripsi Umum
muda dan warna lapuk coklat abu-abu, permeabilitas baik, porositas baik, sortasi
baik dan kemas tertutup. Memiliki ukuran butir 1/8-1/4 mm dengan nama batuan
Cara mendapatkan grafik granulometri pada suatu fasies yaitu dengan cara
dan melakukan pengukuran partikel lalu sampel kemudian ditimbang dan mencatat
setiap berat sampel. Kemudian data berat sampel yang dihasilkan kemudian diolah
menentukan ukuran partikel dan persentase kumulatif. Data ukuran partikel (kurva
x) dan rata-rata kumulatif (kurva y) yang diperoleh dari data tersebut dapat
digunakan untuk membuat grafik granulometri. Hal ini terlihat dengan memeriksa
hasil grafik yang dihasilkan dengan mengatur titik-titik sesuai dengan grafik yang
dihasilkan dengan menentukan nilai P5, P16, P20, P25, P45, P50, P75, P80, P84,
dan P95. Setiap titik data disajikan berdasarkan nilai P, misalnya nilai P5 seperti
pada grafik (kurva y). Hasil dari grafik granulometri pada fasies 6 menghasilkan
nilai mean 0,313 (Medium Sandstone) , nilai sorting 0,26 (Very Well Sorted) , nilai
skewnes 0,70 (Very Positively Skewed), nilai kurtosis 0,09 (Very Platykurtic).
Gambar 4.17 Grafik Fasies 6
a. Mean
Mean, atau rata-rata aritmetika, dalam konteks analisis butiran adalah hasil
perhitungan yang mencerminkan ukuran butir rata-rata pada suatu sampel. Untuk
menghitung mean, dapat digunakan perkiraan yang diperoleh dari nilai persentil
tertentu yang terpilih dari kurva kumulatif dan nilai rata-rata. Data lapangan yang
Maka didapatkan,
sandstone (klasifikasi Udden (1898), Wenworth (1992), dan Friedman and Sanders
(1978).
Maka,
c. Skewness
Maka,
distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal) dari sampel penelitian berupa
very positively skewed dengan jenis skewnessnya very skewed towards the course
side.
d. Kurtosis
batasan untuk menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa
(Penuntun Sedimentologi).
𝑝95 − 𝑝5
𝐾=
2,44 (𝑝16 − 𝑝25)
Maka
1.13 − 0,05
𝐾= = 0,09
2,44 (0,07 − 0,08)
very platykurtic atau kurva yang mempunyai puncak sangat tajam yang
smear slide merupakan sutau metode yang kuat dan secara cepat dapat
dilakukan, smear slide dapat menyediakan presentase data yang akurat yang
digunakan untuk mengetahui sekuen dari batuan sedimen Tephra dan ash falls juga
a. Deskripsi Umum
keadaan segar putih. Permeabilitas baik, porositas buruk, kemas tertutup, sortasi
sangat baik, memiliki ukuran butir 1/8 hingga 1/4. Pada lapisan ini dijumpai
struktur berlapis dengan ketebalan perlapisan 1,25 meter dengan komposisi mineral
plagioklas dan mineral kuarsa yang melimpah sehinggan batuan ini dinamai Quartz
Sandstone (Wenworth,1922).
Quartz (Qz) yang memiliki warna putih bening, bentuk angular, dan tingkat
kejernihan translucent. Mineral ini dijumpai sekitar 60% pada DMP 1 dan 60%
pada DMP 2. Dijumpai juga keberadaan mineral Plagioklas (Pl) yang berwarna
putih dengan bentuk angular, dan tingkat kejernihan opaq. Plagioklas ini
terdistribusi sekitar 35% pada DMP 1 dan DMP 2 35%. Sisanya terdiri dari Rock
Fragmen yang hadir sekitar 5% pada DMP 1 dan DMP 2, dengan warna kuning
kehitaman.
a. Deskripsi Umum
sortasi sangat baik, dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 mm. Pada lapisan ini
mineral yang dijumpai berupa mineral pirit dan mineral lempung sehingga batuan
dan ruang kosong. Dalam analisis mineral pada sampel ini, ditemukan mineral Pirit
(Pi) dengan warna kuning, bentuk Subangular, dan tingkat kejernihan Opaq.
Mineral ini hadir sekitar 45% pada DMP 1 dan 75% pada DMP 2. Sementara itu,
sisanya merupakan Contaminated Materials (Cm), atau mineral karbon sekitar 35%
dengan bentuk angular dan berwarna hitam pada DMP 1 dan DMP 2 dan mineral
lempung berwarna cokelat berbentuk angular sekitar 10% pada DMP 1 dan DMP 2
serta terdapat ruang kosong yaitu hadir sekitar 10% pada DMP 1 dan 10% pada
DMP 2.
4.2.3 BatuPasir Biasa
a. Deskripsi Umum
Pada batuan sedimen dengan warna segar kecoklatan dan warna lapuk
coklat kehitaman, adapun permeabilitasnya baik, porositas baik, sortasi baik dan
kemasnya tertutup dengan ukuran butir yaitu 1/8 hingga1/2 mm. dijumpai pada
teroksidasi dan rock fragmen sehingga diberi nama batuan yaitu Sandstone
(Wenworth,1922).
pada lapisan ketiga, yaitu batupasir dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Pada lapisan ini, ditemukan material
teroksidasi, rock fragmen dan Contaminated Materials atau mineral pengotor dan
terdapat ruang kosong. Rock fragmen memiliki warna Kuning, bentuk subrounded
dan tingkat kejernihan translucent. Mineral ini tersebar sekitar 50% pada DMP 1
dan 65% pada DMP 2. Selain itu, pada lapisan ini juga terdapat material teroksidasi
dengan warna cokelat berbentuk subrounded sekitar 10% pada DMP 1 dan 15%
pada DMP 2 dan Contaminated Materials (Cm) atau mineral pengotor, yang
mencapai sekitar 10% pada DMP 1 dan 10% pada DMP 2 dengan warna hitam
kekuningan dan ruang kosong sekitar 30% pada DMP 1 dan 10% pada DMP 2
a. Deskripsi Umum
Pada batuan sedimen dengan warna segar abu-abu kehitaman dan warna
lapuk yaitu hitam, adapun permeabilitasnya buruk, porositas buruk, sortasi baik dan
kemasnya tertutup dengan ukuran butir yaitu <1/256 mm. dijumpai pada lapisan
struktur laminasi dan burrow dengan ketebalan lapisan sekitar 1.45 meter dengan
keberadaan mineral lempung dengan warna kuning, bentuk subrounded, dan tingkat
kejernihan Opaq. Material ini hadir sekitar 80% pada DMP 1 dan 80% pada DMP
2. Selain itu, terdapat Contaminated Materials (Cm), atau mineral pengotor, yang
mencapai sekitar 5% pada DMP 1 dan 10% pada DMP 2 dengan warna kuning
kehitaman dan terdapat ruang kosong sekitar 15% pada DMP 1 dan 10% DMP 2.
a. Deskripsi Umum
Pada batuan sedimen non klastik, warna lapuk berwarna cokelat, warna
segar berwarna hitam tidak bereaksi dengan HCL dan tidak memiliki ukuran butir.
Dijumpai pada lapisan ini berstruktur berlapis dengan ketebalan lapisan sekitar 45
cm dan dijumpai mineral pirit dan karbon sehingga nama batuan ini adalah Pyrite
Coal.
dapat diamati lapisan kelima, yaitu Pyrite Coal dengan Diameter Media Pandang 1
(DMP 1) dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Dalam lapisan ini, kita
menemukan mineral Pirit (Pi) dengan warna kuning, berbentuk subangular, dan
memiliki tingkat kejernihan Opaq. Mineral ini tersebar sekitar 10% pada DMP 1
dan 10% pada DMP 2. Sisanya adalah Material Karbon (C) yang berwarna hitam,
berbentuk subrounded, dengan presentasi sekitar 70% pada DMP 1 dan 70% pada
DMP 2, dalam sampel tersebut juga terdapat matriks sekitar 10% pada DMP 1 dan
DMP 2 dan terdapat ruang kosong sekitar 10% pada DMP 1 dan DMP 2.
4.3 Sphericity
Sphericity adalah kebulatan yang menunjukkan sifat yang diwariskan oleh suatu
butir. Butir berbentuk papan akan cenderung membundar Ketika tertransport dan
membentuk butir dengan sumbu lebih pendek dari kedua sumbu yang lain (low
4.3.1 Sampel 1
Dijumpai sampel dengan batuan asal yaitu batuan beku pada Sungai
dan dalam keaadaan segar berwarna abu-abu kehitaman. Dijumpai tekstur pada
berstruktur masif dan dijumpai mineral piroksin, massa dasar dan plagioklas
sehingga diberi nama pada batuan ini yaitu batuan Andesit (Klasifikasi Fenton,
1940).
Gambar 4.30 klasifikasi Rittenhouse 1935
pada sampel 01 termasuk dalam kategori 0,89 yang menunjukkan bentuk butir dari
3 𝐷𝑆 2
√
𝐷𝑙. 𝐷𝐼
Diketahui : DS = 3 cm
DL = 8 cm
DI = 4 cm
3 32
√ = 0.65 cm
8.4
ini berdasarkan klasifikasi Folk 1968 termasuk pada kelas subelongate ( 0,63-
0,66).
termasuk kedalam bentuk Roller berdasarkan dari ukuran yang di dapatkan yaitu :
a = 8 cm, b = 4 cm dan c = 3 cm sehingga pada b/a didapatkan hasil 0,5 cm dan c/b
didapatkan hasil 0,75 sehingga masuk dalam DS/D1 > 2/3 dan DI/DL < 2/3 Roller
4.3.2 Sampel 2
Dijumpai sampel dengan batuan asal yaitu batuan beku pada Sungai
dan dalam keaadaan segar berwarna abu-abu kehitaman. Dijumpai tekstur pada
batuan ini yaitu kristanilitas hipokristalin granularitas porfiro afanitik. Dengan
relasi inequigranular dan dengan bentuk batuan euhedral. Pada batuan ini
berstruktur masif dan dijumpai mineral piroksin dan massa dasar sehingga diberi
nama pada batuan ini yaitu batuan Basalt Porfiri (Klasifikasi Fenton, 1940).
pada sampel 02 termasuk dalam kategori 0,71 yang menunjukkan bentuk butir dari
Diketahui : DS = 4 cm
DL = 8,5 cm
DI = 4,5 cm
3 42
√ = 0.74 cm
8,5.4,5
ini berdasarkan klasifikasi Folk 1968 termasuk pada kelas equant ( 0,72-0,75).
Penentuan bentuk butir berdasarkan klasifikasi Zingg 1935, pada sampel ini
termasuk kedalam bentuk Roller berdasarkan dari ukuran yang di dapatkan yaitu :
a = 8,5 cm, b = 4,5 cm dan c = 4 cm sehingga pada b/a didapatkan hasil 0,52 cm
dan c/b didapatkan hasil 0,88 sehingga masuk dalam DS/D1 > 2/3 dan DI/DL < 2/3
jauh dari batuan asalnya sehingga belum sepenuhnya rounded atau bulat.
4.3.3 Sampel 3
Dijumpai sampel dengan batuan asal yaitu batuan beku pada Sungai
dan dalam keaadaan segar berwarna abu-abu kehitaman. Dijumpai tekstur pada
relasi inequigranular dan dengan bentuk batuan euhedral. Pada batuan ini
berstruktur masif dan dijumpai mineral piroksin dan massa dasar sehingga diberi
nama pada batuan ini yaitu batuan Basalt Porfiri (Klasifikasi Fenton, 1940).
sampel 03 termasuk dalam kategori 0,87 yang menunjukkan bentuk butir dari
3 𝐷𝑆 2
√
𝐷𝑙. 𝐷𝐼
Diketahui : DS = 5 cm
DL = 9 cm
DI = 7 cm
3 52
√ = 0.73 cm
9.7
Maka, berdasarkan perhitungan matematis yang didapatkan pada sampel
ini berdasarkan klasifikasi Folk 1968 termasuk pada kelas equant ( 0,72-0,74).
Penentuan bentuk butir berdasarkan klasifikasi Zigg 1935, pada sampel ini
termasuk kedalam bentuk Roller berdasarkan dari ukuran yang di dapatkan yaitu :
a = 9 cm, b = 7 cm dan c = 5 cm sehingga pada b/a didapatkan hasil 0,77 cm dan
c/b didapatkan hasil 0,71 sehingga masuk dalam DS/D1 > 2/3 dan DI/DL > 2/3
penelitian yaitu transisi yang terdapat pada delta plain dan prodelta hingga laut
dangkal, pada daerah peralihan antara lingkungan darat dan laut sehingga
oleh sungai-sungai atau aliran air dari pegunungan menuju daerah pesisir dengan
faktor topografi, iklim, dan vegetasi yang ada disekitar didaerah penelitian.
Ketika sungai-sungai ini mencapai daerah pesisir atau dataran rendah, lalu
melepaskan beban sedimen karena kecepatan aliran air yang melambat. Estruasi
yang merupakan perairan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut,
menghasilkan lingkungan transisi antara air tawar dan air laut untuk pembentukan
batuan sedimen. Pada daerah penelitian juga terbentuk endapan delta sungai yang
sedimen sungai di muara sungai dengan faktor seperti kecepatan air dan jumlah
sedimen yang diangkut, dan arus pasang surut. Dimana pada delta plain membentuk
BatuBara.
seperti yang dijumpai pada daerah penelitian yaitu BatuGamping. Selain itu,
5.1 Kesimpulan
1. Fasies 1
kuarsa dengan sifat-sifat seperti warna segar coklat muda, warna lapuk coklat tua,
permeabilitas yang baik, porositas yang baik, sortasi yang baik, dan kemasan yang
tertutup. Batuan ini memiliki ukuran butir berkisar antara 1/8 hingga 1/4 mm dan
klasifikasi Wenworth yang dibuat pada tahun 1922. Namun, ketika dilakukan
signifikan dengan data yang diperoleh di lapangan. Hasil analisis mencatat nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,46 (Medium Sandstone), sorting sebesar 0,34 (Very Well
Sorted), skewness sebesar 0,61 (Positively Skewed), dan kurtosis sebesar 0,15
sampel di lapangan yang melibatkan sentuhan tangan secara langsung dan variasi
ukuran butir yang tidak seragam. Hasil analisis yang berbeda ini menunjukkan
2. Fasies 2
batulanau kasar dengan karakteristik seperti warna segar abu gelap dan warna
lapuk abu kehitaman. Batuan ini memiliki permeabilitas yang baik, porositas yang
baik, sortasi yang baik, dan kemasan yang tertutup. Ukuran butir batuan ini
berkisar antara 1/16 hingga 1/8 mm, dan batuan ini tergolong sebagai "batulanau"
lapangan. Hasil analisis tersebut mencatat nilai rata-rata (mean) sebesar 0,061
(Coarse Siltstone), sorting sebesar 0,09 (Well Sorted), skewness sebesar 0,37 (Very
Positively Skewed), dan kurtosis sebesar 0,05 (Very Platykurtic). Perbedaan ini
melibatkan sentuhan tangan secara langsung dan variasi ukuran butir yang tidak
menginterpretasi
3. Fasies 3
tua gelap yang segar dan coklat kehitaman yang sudah lapuk. Batuan ini memiliki
permeabilitas, porositas, sortasi, dan kemas yang baik. Ukuran butirnya berkisar
antara 1/16 hingga 1/8 mm dan dikenal dengan nama batuan batulanau
data yang berbeda, dengan nilai mean 0,063 (Coarse Siltstone), sortasi 0,098
(Moderately Sorted), skewnes 0,35 (Very Positively Skewed), dan kurtosis 0,07
4 Fasies 4
segar coklat muda yang kemudian menjadi coklat kehitaman akibat pelapukan.
yang baik. Ukuran butirnya berkisar antara 1/8 hingga 1/4 mm dan dikenal dengan
granulometri pada fasies 4 menunjukkan data yang serupa, dengan nilai mean 0,31
(Medium Sandstone), sortasi 0,26 (very Well Sorted), skewnes 0,87 (Very
Positively Skewed), dan kurtosis 0,09 (Very Platykurtic). Hal ini menunjukkan
5 Fasies 5
Saat di lapangan, ditemukan batuan batulanau kasar dengan warna segar abu
Batuan ini memiliki sifat permeabilitas, porositas, sortasi, dan kemas yang baik.
Ukuran butirnya berkisar antara 1/16 hingga 1/8 mm dan dikenal dengan nama
fasies 5 menunjukkan data yang berbeda, dengan nilai mean 0,038 (Coarse
Siltstone), sortasi 0,056 (Very Well Sorted), skewnes -0,146 (Very Negatively
warna segar coklat muda yang berubah menjadi coklat abu-abu karena pelapukan.
Batuan ini memiliki sifat permeabilitas, porositas, sortasi, dan kemas yang baik.
Ukuran butirnya berkisar antara 1/8 hingga 1/4 mm dan dikenal dengan nama
granulometri pada fasies 6 menunjukkan data yang berbeda, dengan nilai mean
0,313 (Medium Sandstone), sortasi 0,26 (Very Well Sorted), skewnes 0,70 (Very
dilakukan secara manual dengan tangan dan variasi ukuran butir yang tidak
seragam
1. Sampel 1
pada lapisan ketiga, yaitu batupasir dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Pada DMP 1 dijumpai mineral kuarsa
yang melimpah sekitar 60% dengan bentuk angular dan mineral plagioklas sekitar
35% dengan warna putih dan berbentuk angular sisanya merupakan rock fragmen
dijumpai mineral kuarsa yang melimpah sekitar 60% dengan bentuk angular dan
mineral plagioklas sekitar 35% dengan warna putih dan berbentuk angular sisanya
(Wenworth,1922).
2. Sampel 2
pada lapisan ketiga, yaitu batupasir dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Pada DMP 1 dijumpai mineral pirit
sekitar 45% dengan warna kuning dan berbentuk subangular, mineral lempung
sekitar 10% dengan warna kecoklatan berbentuk angular dan mineral kontaminasi
berupa karbon sekitar 35% dengan warna hitam berbentuk angular. Pada DMP 2
juga dijumpai mineral pirit sekitar 45% dengan warna kuning dan berbentuk
angular dan mineral kontaminasi berupa karbon sekitar 35% dengan warna hitam
(Wenworth,1922).
3. Sampel 3
pada lapisan ketiga, yaitu batupasir dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Pada DMP 1 dijumpai mineral
10% dijumpai juga rock fragmen sekitar 50% berwarna kuning dengan bentuk
warna kuning kecoklatam dengan bentuk subrounded sekitar 15% dijumpai juga
rock fragmen sekitar 65% berwarna kuning dengan bentuk subrounded dan
4. Sampel 4
pada lapisan ketiga, yaitu batupasir dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Pada DMP 1 dijumpai mineral lempung
dengan warna kuning dengan bentuk subrounded sekitar 80% dan mineral
juga dijumpai mineral lempung dengan warna kuning dengan bentuk subrounded
5. Sampel 5
pada lapisan ketiga, yaitu batupasir dengan Diameter Media Pandang 1 (DMP 1)
dan Diameter Media Pandang 2 (DMP 2). Pada DMP 1 dijumpai mineral pirit
dengan bentuk subangular dengan warna kuning sekitar 15%, karbon dengan
warna hitam berbentuk subrounded sekitar 65% dan matriks dengan warna cokelat
dengan bentuk subrounded sekitar 10%. Pada DMP 2 juga 1 dijumpai mineral pirit
dengan bentuk subangular dengan warna kuning sekitar 15%, karbon dengan
warna hitam berbentuk subrounded sekitar 65% dan matriks dengan warna cokelat
dengan bentuk subrounded sekitar 10% sehingga pada sampel ini diberi penamaan
Pyrite Coal.
5.1.3 Sphericity
1. Sampel 1
sampel 01 berada pada nomor kelas 0,89. Berdasarkan klasifikasi Folk 1968
sampel 01 termasuk pada kelas subelongate dengan ukuran 0.65 cm. Berdasarkan
penentuan bentuk butir menurut Zingg, 1935 sampel 01 termasuk dalam DS/D1 >
2/3 dan DI/DL < 2/3 Roller dengan hasil b/a = 0,5 cm dan c/b = 0,75 cm. Adapun
2. Sampel 2
sampel 02 berada pada nomor kelas 0,71. Berdasarkan klasifikasi Folk 1968
sampel 02 termasuk pada kelas equant dengan ukuran 0.74 cm. Berdasarkan
penentuan bentuk butir menurut Zingg, 1935 sampel 02 termasuk dalam DS/D1 >
2/3 dan DI/DL < 2/3 Roller dengan hasil b/a = 0,52 cm dan c/b = 0,88 cm. Adapun
sampel 03 berada pada nomor kelas 0,87. Berdasarkan klasifikasi Folk 1968
sampel 03 termasuk pada kelas equant dengan ukuran 0.0,73 cm. Berdasarkan
penentuan bentuk butir menurut Zingg, 1935 sampel 03 termasuk dalam DS/D1
> 2/3 dan DI/DL < 2/3 Spheroidal dengan hasil b/a = 0,77 cm dan c/b = 0,71 cm.
Adapun mekanisme transportasi pada sampel ini bentuk butir yang subrounded-
rounded mencirikan bahwa transportasi yang cukup jauh dari batuan asalnya.
dijumpai lingkungan pengendapan daerah penelitian yaitu transisi terdapat pada pro
delta dan delta plain hingga laut dangkal, pada daerah peralihan antara lingkungan
darat dan laut sehingga membentuk berbagai jenis batuan sedimen yang diantaranya
menciptakan batuan sedimen seperti yang dijumpai pada daerah penelitian yaitu
Aston Jay Martin. 2017. Sedimentologi dan Stratigrafi. Malang: Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional
Fachreziman. 2018. Analisis Granulometri. Bandung
Folk, R.L. and W.C. Ward. 1957. Brazos River bar, a study in the significance of
grainsize parameters. J. of Sedimentary Petrologi
Friedman dan Sanders. (1978). Principle of Sedimentology. New York. John Wyley
Pettijohn, F.J.1975. Sedimentary Rocks. Harper and Row Limited: New York
Sukamto, R., 1982. Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
Wadell, H.A. (1932) Volume, Shape and Roundness of Rock Particles. The Journal
of Geology, 40, 443-451.
Williams, Howel, Francis J. Turner, and Charles M. Gilbert. 1982. Petrography
“An Introduction to the Study of Rocks in Thin Section”. W. H. Freeman
and Company : New York
Wentworth, C.K. (1922): A Scale of Grade and Class Terms for Clastic
Sediments, Journal of Geology, 30, 377–394
Zingg, Th., 1935, Beitrage zur Schotteranalyse, Min. Petrog. Mitt. Schweiz, v.15,
p.39-140 (cited by Pettijohn, 1975).
LAPORAN
PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI
ACARA III : SPHERICITY
OLEH:
NADA JUWITA
D061201010
GOWA
2023
ABSTRAK