TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
MUHARAM DEDY S. N
0353010022
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
MUHARAM DEDY S. N
0353010022
MUHARAM DEDY S. N
0353010022
Telah diuji, dipertahankan, dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada Hari Selasa, 08 Juni 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
1. Pembimbing I, 1. Penguji I,
Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul ”Analisa Laju Erosi DAS Amprong-
Malang Akibat Perubahan Tata Guna Lahan” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat akademis bagi mahasiswa strata
1 (S-1) diprogram studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun, maka hasil dari laporan
tugas akhir ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian penyusun
telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang terbaik. Untuk itu
penyusun mengharapkan adanya saran dan kritik demi menyempurnakan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini pula penyusun menguapkan terima kasih yang sebesar-
1. Bapak Dr. Ir. Edi Mulyadi, SU selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
2. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT selaku ketua Program Studi Teknik Sipil UPN ”Veteran”
Jawa Timur.
3. Ibu Ir. Minarni Nur Trilita, MT selaku Dosen Pembimbing Utama yang senantiasa
memberikan arahan dan dukungan serta motivasi dan waktu yang telah diberikan
i
4. Bapak Iwan Wahjudijanto, ST selaku Dosen Pembimbing kedua terima kasih banyak
atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan sampai terselesaikannya tugas akhir
ini.
5. Bapak Ir. Hendrata Wibisana, MT selaku Dosen Wali terima kasih banyak atas
6. Ibu Novie Handajani, bapak Febru dan juga ibu Nunik (KaLab Tanah Fakultas
Pertanian) atas bantuan dan juga dukungannya yang telah diberikan kepada penyusun
7. Seluruh Dosen dan staf Pengajar, yang telah banyak memberikan pengetahuan dan
Gedangan – Malang) yang telah membantu dalam penyediaan data yang diperlukan
9. Kedua Orang Tuaku Bapak dan Ibuku dan juga kedua Adikku (Kiky dan Ayu) yang
telah banyak memberikan dukungan lahir dan batin, material, spiritual, dan moral
selama pengerjaan Tugas Akhir ini sampai dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman Geng Ijo, kawan-kawan Mektan, Mas Teguh (Black) dan Semua
teman-teman ‘03’, Teman Senasib dan Seperjuangan Hidro (Aq, Ngahadi dan Gatot)
serta seluruh teman-teman dan Alumni - Alumni Program Studi Teknik Sipil yang
tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu yang telah memberikan semangat dan doa
ii
11. Seluruh rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
Semoga segala bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada penyusun
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Penyusun berharap tugas akhir ini dapat
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
v
2.4 Analisa Frekuensi ........................................................................... 9
vi
3.1.3 Data Jenis Tanah pada DAS Amprong .................................. 44
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 93
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (uji satu sisi) ......................... 16
Tabel 2.3 Klasifikasi Kelas Struktur Tanah untuk Nomograf Erodibilitas Tanah . 25
Tabel 2.5 Perkiraan Besarnya Nilai K pada Beberapa Tanah di Jawa ................... 27
Tabel 2.7 Nilai Faktor Gabungan Panjang dan Ketajaman Lereng (LS) ................ 29
Tabel 2.8 Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah .................. 32
Tabel 2.9 Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah ................ 33
Tabel 2.10 Kelas Bahaya Erosi yang digunakan di Indonesia (Dephut, 1985) ...... 40
Tabel 3.1 Tata Guna Lahan di Sekitar Daerah Aliran Sungai Amprong ................ 44
Tabel 4.1 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Jabung ...................................... 52
Tabel 4.2 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Kedungkandang ....................... 53
Tabel 4.3 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Poncokusumo ........................... 54
Tabel 4.4 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Tumpang .................................. 55
Tabel 4.5 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Pendem .................................... 56
Tabel 4.6 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Karangploso ............................. 57
Tabel 4.7 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Singosari .................................. 58
Tabel 4.8 Uji Konsistensi Data Curah Hujan Sta. Lowokwaru .............................. 59
ix
Tabel 4.9 Curah Hujan Rata-Rata Harian Maximum Berdasarkan Stasiun
Jabung ..................................................................................................... 61
Kedungkandang ...................................................................................... 61
Poncokusumo ......................................................................................... 62
Tumpang ................................................................................................. 62
Pendem ................................................................................................... 63
Karangploso ........................................................................................... 63
Singosari ................................................................................................. 64
Lowokwaru ............................................................................................. 64
Tabel 4.20 Perhitungan Hujan Rencana dengan Metode Log Person Type III ...... 69
Kuadrat ................................................................................................... 71
x
Tabel 4.23 Perhitungan Erosivitas (R) DAS Amprong ......................................... 75
Tabel 4.26 Nilai Gabungan Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) pada DAS
Amprong .............................................................................................. 78
Tabel 4.27 Nilai Tanaman Penutup dan Manajemen Tanaman (C) pada DAS
Amprong .............................................................................................. 80
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
ANALISA LAJU EROSI DAS AMPRONG - MALANG
AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN
MUHARAM DEDY S. N
0353010022
ABSTRAK
Banjir hampir setiap tahun terjadi di kota Malang yang terparah terjadi pada
Desember 2007 lalu, salah satunya di sekitar daerah aliran sungai Amprong yang
mengakibatkan kerugian harta dan jiwa yang sangat besar. Kejadian bencana ini sangat
terkait dengan curah hujan, tanaman, dan juga tanah. Selain itu juga diakibatkan oleh
luapan sungai Amprong itu sendiri.
Diperlukan suatu pendekatan analisa untuk menjelaskan kejadian tersebut, karena
banjir dengan erosi adalah sesuatu yang saling terkait. Erosi merupakan suatu proses
terkelupasnya atau lepasnya partikel tanah dan bergerak atau berpindah dari lokasi
awalnya, disebabkan oleh adanya gaya yang bekerja padanya, dapat berasal dari percikan
air hujan ataupun dari aliran air. Analisa yang digunakan untuk memprediksi laju erosi
yang terjadi di DAS Amprong dipergunakan metode USLE.
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan analisa USLE diperoleh nilai erosi
pada DAS Amprong sebesar 378.507,4374 ton/ha/tahun dan besarnya nilai erosi pada
DAS Amprong tersebut termasuk dalam kelas V tingkat bahaya erosi. Besarnya tingkat
erosi yang terjadi pada DAS Amprong disebabkan karena terdapat banyaknya lereng
yang curam di sekitar DAS Amprong tersebut. Perlu dilakukan penanaman menurut garis
kontur untuk mengurangi tingkat erosi yang terjadi pada DAS Amprong tersebut
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Air dan tanah merupakan sumber daya yang paling fundamental yang dimiliki
oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan
pangan, sandang, papan dan tempat dilaksanakannya berbagai aktifitas. Tanah juga
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Air merupakan zat kehidupan, dimana
tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Air tidak
hanya digunakan untuk kehidupan metabolisme tubuh manusia saja tetapi juga
pembangkit tenaga listrik, serta penyediaan air bersih yang biasa digunakan untuk
minum maupun mandi. Oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan, pengolahan, dan
Sungai adalah salah satu sumber air yang digunakan oleh kebanyakan orang
Kabupaten Malang, DAS Amprong memiliki luas sebesar 57810.58 ha. Masalah yang
sering terjadi pada DAS Amprong adalah terjadinya banjir tiap tahunnya diakibatkan
karena curah hujan yang tinggi dan juga akibat dari luapan DAS Amprong itu sendiri,
yang terparah terjadi pada Desember 2007 yang mengakibatkan kerugian harta dan jiwa
yang sangat besar (banyaknya rumah penduduk di kota Malang yang terendam air).
Kejadian bencana ini terkait dengan fenomena siklus hidrologi, dimana unsur utamanya
1
2
adalah curah hujan, tanaman sebagai penahan laju air hujan masuk langsung ke
Dampak dari aliran air hujan dapat merusak tata guna lahan yang dikerjakan oleh
didaerah aliran sungai, akan dilakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk mencegah,
memelihara dan menjaga tata guna lahan dari erosi yang ada didaerah aliran sungai.
penanganan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi erosi yang terjadi di
c. Data jenis yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari Balai
d. Data curah hujan menggunakan data curah hujan 10 tahun ( 1998 – 2007 )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Erosi merupakan suatu proses terkelupasnya atau lepasnya partikel tanah dan
bergerak atau berpindah dari lokasi awalnya, disebabkan oleh adanya gaya yang bekerja
padanya, dapat berasal dari percikan air hujan ataupun dari aliran air. Erosi menjadi
Erosi juga terjadi di sepanjang tebing sungai, di mana kecepatan aliran tinggi dan
tahanan material tanggul rendah. Banjir yang berkepanjangan dan diikuti proses
degradasi yang lain, juga membuat tebing sungai harus dilindungi. Pada tahun 2007
pada DAS Amprong terjadi banjir yang mengakibatkan banyak kerugian faktor utama
Curah hujan,
Tanaman sebagai penahan laju air hujan masuk langsung ke permukaan tanah
Untuk menghitung[ tingkat erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat menggunakan
metode USLE
5
Curah hujan yang diperlukan untuk rancangan pengendalian banjir adalah curah
hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan bukan curah hujan pada satu titik
tertentu, curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau daerah dan dinyatakan dalam
mm. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun penakar
hujannya, dengan anggapan bahwa didaerah tersebut sifat hujannya uniform (seragam).
Dimana :
_
R = curah hujan daerah (mm)
Metode ini digunakan apabila titik-titik pengamatan didalam daerah tersebut tidak
tersebar merata, maka dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh pada tiap
titik pengamatan dengan mencari curah hujan rata-rata daerah pengaliran di dataran yang
A1 R1 A2 R2 ...... An Rn
R
_
A1 A2 ...... An
A1 R1 A2 R2 ...... An Rn
R
_
Dimana :
_
R = curah hujan daerah (mm)
titik-titik pengamatan
A1 A2 A
W1,W2,……Wn = , ...... n
A A A
7
hujan yang sama. Cara ini menggunakan isohyet sebagai garis-garis yang membagi
daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah, yang luasnya dipakai sebagai faktor koreksi
dalam perhitungannya.
R R2 R R3 R Rn1
A1 1 A2 2 ...... An n
R
_
2 2 2 ............................... (2.3)
Atotal
Dimana :
_
R = curah hujan daerah (mm)
Dalam suatu deretan pengamatan hujan sering terjadi ketidaksesuaian data. Untuk
itu uji konsistensi terhadap data hujan perlu dilakukan untuk mengetahui adanya
penyimpangan data hujan, sehingga dapat diketahui data tersebut layak dipakai dalam
Ketidaksesuaian data tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :
- Perubahan iklim.
Sri Harto (1993) menyebutkan bahwa ketidakpanggahan data dapat diuji dengan
cara analisis kurva massa ganda berupa penggambaran besaran hujan komulatif stasiun
yang diuji dengan besaran hujan komulatif rata-rata hujan dari beberapa stasiun acuan di
lurus. Cara pengujian menggunakan kurva massa ganda dilakukan sebagai berikut :
acuan (mm) dengan ordinat hujan komulatif stasiun yang diuji (mm)
deretan data. Adapun cara perbaikannya adalah dengan mengoreksinya sebagai berikut :
Dimana :
Yz
ao
ao
Analisa frekuensi adalah analisa untuk menentukan dan meramalkan periode ulang
dapat dilakukan dengan seri data yang diperoleh dari rekaman data baik data hujan
maupun data debit. Analisa ini sering dianggap sebagai cara analisa yang paling baik
karena dilakukan terhadap data yang terukur langsung yang tidak melewati
pengalihragaman terlebih dahulu. Analisa frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik
data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan
antara lain : distribusi normal, distribusi gumbel dan distribusi log person type III.
Distribusi normal banyak digunakan dalam analisa, distribusi normal atau kurva
normal disebut pula distribusi Gauss. Fungsi densitas peluang normal (normal
probability density function) dari variabel acak kontinyu X dapat ditulis sebagai berikut
P X
1 X 2
e 2
2
1
..................................................................... (2.6)
Dimana :
e = 2,71828
= 3,14156
11
Bentuk kurvanya simetris terhadap X = , dan grafiknya selalu diatas sumbu datar X,
Nilai mean = modus = median. Nilai X mempunyai batas - < X < + . Apabila sebuah
1. Kira-kira 68,27% terletak didaerah satu deviasi standar sekitar nilai rata-
2. Kira-kira 95,45% terletak didaerah dua deviasi standar sekitar nilai rata-
3. Kira-kira 99,73% terletak didaerah tiga deviasi standar sekitar nilai rata-
Luas dari kurva normal selalu sama dengan satu unit persegi sehingga :
P X
1 X 2
dx 1,0 ........................................ (2.7)
e 2
2
1
P X1 X X 2
1 X 2
X2
e 2
2
1
dx ................................................... (2.8)
X1
Apabila nilai X adalah standar, dengan kata lain nilai rata-rata = 0 dan deviasi
P t
1 2
2
t
1
e 2 ....................................................................................... (2.9)
12
X
dengan t
.......................................................................................... (2.10)
Yt Yn
XT X
Sn
_
S X ........................................................................... (2.11)
dimana :
_
X = curah hujan rata-rata
Yn = reduce mean
y
n
Distribusi Log Pearson tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi terutama
analisis data maksimum dan minimum dengan nilai ekstrem. Untuk menganalisa
frekuensi curah hujan dengan metode Log Pearson type III adalah sebagai berikut
_
Log XT = Log X + K . Slog x ................................................................. (2.12)
dimana :
_
a. Mencari harga Log X
Log
n
Log X
X
i 1
_
n _ 2
n 1
S log x
log X log X
n 1
14
n _ 3
i 1
Cs
n x log X log X
n 1 n 2 S log x 3
Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sampel data terdapat fungsi
dilakukan ada 2 jenis yaitu uji Chi-Kuadrat dan uji Smirnov-Kolmogorov. Umumnya
pengujian dilaksanakan dengan cara menggambarkan data pada kertas peluang dan
menentukan apakah data tersebut merupakan garis lurus, atau dengan membandingkan
peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang di
analisis. Pengambilan keputusan uji ini mengunakan parametar X2, oleh karena itu
disebut uji Chi-Kuadrat. Parameter X2, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Xh 2
G
Oi Ei 2 .......................................................................... (2.13)
i 1 Ei
15
dimana :
2. Apabila peluang lebih kecil dari 1% maka persamaan distribusi teoritis yang
keputusan
16
Tabel 2.1 Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (uji satu sisi)
derajat kepercayaan
Dk 0.995 0.99 0.975 0.95 0.05 0.025 0.01 0.005
Uji kecocokan Smirnov – Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non
parametrik karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Uji ini
diperoleh dengan memplot data dan probabilitasnya dari data yang bersangkutan, serta
17
hasil perhitungan empiris dalam bentuk grafis. Dari kedua hasil pengeplotan, dapat
Nilai kritis Δ untuk pengujian ini tergantung pada jumlah data dan Δ Nilai kritis
(Δ cr). Uji ini digunakan untuk memeriksa penyimpangan horisontal yaitu prosentase
probabilitas. Bila nilai kritis Δ cr lebih besar dari nilai peluang maka Metode Log Person
a. Urutkan data mulai dari yang terbesar ke terkecil atau sebaliknya dan
c. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesarnya antara peluang
1. Apabila nilai D lebih kecil dari nilai Do maka distribusi teoritis yang
2. Apabila nilai D lebih besar dari nilai Do maka distribusi teoritis yang
N derajat kepercayaan
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
1,07 1,22 1,36 1,63
N > 50
N0,5 N0,5 N0,5 N0,5
besarnya erosi lahan adalah yang disebut Musgrave, yang selanjutnya terus berkembang
menjadi persamaan yang terkenal dan masih banyak dipake sampai sekarang yaitu
laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu
untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konversi
lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar
(sheet erosion) dan erosi alurdibawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut juga
memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi
19
pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing dan dasar
sungai.
Ea = R x K x LS x C x P .……………………………………………… (2.14)
dimana :
Ea = banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu, yang dinyatakan
sesuai dengan satuan K dan periode R dipilih, dalam praktek dipakai satuan
ton/ha/tahun.
R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi
hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dan intensitas
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu
tanah yang diperoleh dari petak percobaan yang panjangnya 22,13 m dengan
indeks erosi dari suatu lahan dengan panjang dan kemiringan lahan tertentu
terhadap besarnya erosi dari plot lahan dengan panjang 22,13 dan kemiringan
antara besarnya erosi dari suatu lahan dengan penutup tanamn dan manajemen
tanaman tertentu terhadap lahan yang identik tanpa tanaman, tidak berdimensi.
20
lahan dengan tindakan konservasi praktis dengan besarnya erosi dari tanah
yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik, tidak berdimensi.
Kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi disebut sebagai erosivitas hujan. Erosivitas
hujan ditentukan oleh beberapa sifat hujan, seperti energi, diameter, intensitas dan
Erosivitas, yang dalam erosi air merupakan manifestasi hujan memiliki energi
potensial karena pengaruh massa dan percepatan gravitasi, yang kemudian dirubah
menjadi energi kinetik sebagai energi penggerak yang akan mendispersi dan
mengangkut partikel tanah. Energi ini akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
kemiringan dan panjang lereng, yang akan berakibat pada : (1)pengurangan infiltrasi, (2)
berlawanan dengan arah jatuhnya air hujan, dapat mengurangi besarnya energi kinetik
air hujan, sehingga tidak semua energi yang digunakan dalam proses erosi adalah energi
yang dihasilkan oleh air hujan atau limpasan permukaan (Utomo, 1994). Gesekan udara
21
dipengaruhi oleh luas permukaan butir hujan. Gesekan udara pada massa yang sama
makin besar dengan bertambahnya luas permukaan. Jadi semakin kecil ukuran butir
hujan maka gesekan udara semakin besar, sehingga kecepatan jatuhnya makin kecil.
dengan bertambah besarnya ukuran butir hujan. Adanya genangan air pada permukaan
Kemampuan butir hujan untuk menghancurkan tanah akan meningkat sampai kedalaman
lapisan air 0,3 ukuran butir, peningkatan kedalaman lapisan air selanjutnya akan
menurunkan daya pukul air hujan. Pada kedalaman 3 kali ukuran butir, kemampuan
butir hujan untuk menghancurkan tanah dapat dianggap tidak ada. Pada kondisi ini yang
berperanan dalam proses erosi, baik penghancuran maupun pengangkutan, adalah air
limpasan permukaan.
Karena terdapat berbagai ukuran butir pada suatu kejadian hujan, maka terdapat
banyak ukuran kecepatan yang harus diperhitungkan. Selain itu, jika ukuran butir hujan
mencapai lebih dari 5 mm maka butir hujan akan pecah menjadi beberapa butir yang
lebih kecil akibat adanya gaya gesek udara. Mengingat hal tersebut, beberapa ahli
menggunakan intensitas hujan untuk menghitung energgi kinetik air hujan. Penggunaan
intensitas hujan mempunyai arti yang penting, karena intensitas hujan mempunyai
hubungan yang erat dengan erosi. Pada umumnya makin besar intensitas hujan, makin
besar kemungkinan terjadinya erosi. Namun demikian, seringkali didapatkan hasil yang
tidak konsisten, yaitu bila hujan dengan intensitas tinggi terjadi dalam waktu singkat
22
tidak menimbulkan erosi tetapi hujan dengan intensitas sedang dalam waktu lama
Dengan fenomena tersebut, untuk keperluan ini diperlukan data intensitas hujan
dan jumlah hujan. Padahal kebanyakan data yang ada hanya menunjukkan jumlah
hujan. Dengan memperhatikan kondisi seperti ini, Bols (1978) mengembangkan model
untuk menghitung erosivitas hujan dengan menggunakan jumlah hujan dan besarnya
dimana :
Rm = erosivitas bulanan
Pmax = hujan harian maksimum (24 jam) pada bulan yang bersangkutan (cm)
Untuk menghitung erosivitas harian (Rh), digunakan hujan harian (Hh) dengan
persamaan :
dimana:
Rh = erositivitas harian
Hh = hujan harian ( cm )
23
fungsi dari sifat-sifat fisik tanah dan pengelolaannya (Hudson, 1981). Sedangkan
Utomo (1994) berpendapat bahwa erodibilitas adalah kemudahan tanah untuk tererosi,
yang ditentukan oleh : (1) ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar, baik air hujan
maupun limpasan permukaan, dan (2) kemampuan tanah untuk menyerap air (infiltrasi
dan perkolasi).
agregat, bahan organik dan bahan pengikat yang lain. Sedangkan kemampuan menyerap
dan meneruskan air dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi, permeabilitas tanah, tekstur
permukaan akan mampu mengerosi tanah jika energi limpasan yang berasal dari
kecepatan dan tebal aliran lebih besar daripada ketahanan tanah. Pada tanah dengan
partikel berukuran besar akan tahan terhadap erosi karena sukar diangkut, sedangkan
tanah yang didominasi oleh partikel halus tahan terhadap erosi karena adanya daya
kohesi dari partikel tanah dan pengikatan oleh bahan semen. Tanah yang mudah tererosi
adalah tanah yang didominasi oleh partikel berukuran sedang, yaitu debu dan pasir
halus.
urai air. Tanah dengan agregat yang mantap, karena adanya pengikatan oleh bahan
24
organik atau bahan semen yang lain, mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap
erosi. Kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan kemantapan pori, serta
kedalaman efektif tanah. Adanya mineral liat tipe 2:1 yang mempunyai kemampuan
menggunakan petak baku, yaitu petak pada keadaan tanah terbuka yang memungkinkan
kejadian erosi maksimum, pada lereng 9 % dan panjang lereng 22 meter. Dengan
mengetahui besarnya kehilangan tanah (A,ton/ha) dan erosivitas hujan (R), maka indeks
dimana :
K = Erodibilitas tanah
R = Erositivitas hujan
tepat, namun karena memerlukan biaya dan waktu yang besar maka Wischmeier,
Johnson dan Cross (1971) menggunakan cara estimasi dengan menghubungkan berbagai
sifat fisik tanah untuk menghitung indeks erodibilitas tanah. Persamaan yang didapat
adalah :
100 K = 2,1 M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)................................ (2.23)
25
dimana :
c = kelas permeabilitas
fisik tanah yaitu struktur tanahdan sifat fisik tanah yang lain. Struktur tanah diamati di
(Tabel 2.1). Tekstur tanah, kandungan bahan organik dan permeabilitas diamati di
Tabel 2.3 Klasifikasi Kelas Struktur Tanah untuk Nomograf Erodibilitas Tanah
Kelas Keterangan
1 Granuler sangat halus
2 Granuler halus
3 Granuler sedang-kasar
4 Masif kubus, lempung
Sumber : Morgan, 1986.
26
Tanah Nilai K
Regosol, Jatiluhur 0.23 – 0.31
Litosol, Jatiluhur 0.16 – 0.29
Latosol merah, Jatiluhur 0.12
Latosol merah kuning 0.26 -0.31
Latosol coklat 0.31
Grumusol, Jatiluhur 0.21
Gley humic, Jatiluhur 0.20
Hidromorf kelabu 0.20
Mediteran, Jogya 0.26
Litosol, Jogya 0.19
Grumusol, Jogya 0.24 – 0.31
Mediteran, Caruban 0.21 – 0.32
Grumusol, Caruban 0.26
Andosol, Batu 0.08 – 0.10
Andosol, Pujon 0.04 – 0.10
Cambisol, Pujon 0.12 – 0.16
Mediteran, Ngantang 0.20 – 0.30
Litosol, Malang Selatan 0.26 – 0.30
Regosol, Malang Selatan 0.16 – 0.28
Cambisol, Malang selatan 0.17 – 0.30
Mediteran, Malang Selatan 0.21 – 0.30
Latosol, Malang Selatan 0.14 – 0.20
Sumber : Wani Hadi Utomo, erosi dan Konservasi Tanah, 1994
28
Faktor ini gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan lereng. Faktor S
adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan terhdap kehilangan tanah pada
(Goldman et.al, 1986). Persamaan yang diusulkan oleh (Wischmeier and Smith, 1965,
L
m
faktor panjang yang nilainya =
22,1
L’ = ..........................................
(2.25)
tabel 2.6
Nilai faktor gabungan panjang dan ketajaman lereng (LS) yang diusulkan oleh Israelson
Tabel 2.7 Nilai Faktor Gabungan Panjang dan Ketajaman Lereng (LS)
Atau nilai LS dapat juga diperoleh dengan menggunakan nomograf seperti pada gambar
Nilai C merupakan faktor yang sangat rumit dan dipengaruhi oleh banyak
variabel. Variabel yang berpengaruh dapat dikelompokkan mmenjadi 2 (dua) grup yaitu
variabel alami dan yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan. Variabel alami terutama
adalah iklim dan fase pertumbuhan tanaman. Efektifitas tanaman dalam mencegah erosi
tergantung pada tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutup lahan, dan kerapatan
perakaran.
kedua.
Fase III : akhir fase II sampai panen (dapat diperinci menjadi 80%, 90% dan
Nilai faktor C untuk berbagai tanaman dan pengolahan tanaman yang bersumber dari
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (P) adalah perbandingan
antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap
besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan konservasi. Termasuk dalam tindakan
konservasi tanah adalah penanaman dalam strip, pengolahan tanah menurut kontur,
guludan dan terras. Nilai P adalah satu yang diberikan untuk lahan tanpa tindakan
konservasi. Beberapa nilai P dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini
Model regresi ganda sudah banyak dikembangkan untuk memprediksi yil sedimen
jangka panjang atau tahunan pada suatu daerah tangkapan air (DAS). Tujuan dari
Samuel and Singh (1989) melaporkan bahwa tidak ada satupun variabel tunggal
yang mempunyai korelasi kuat dengan yil sedimen, tetapi setelah mengkombinasikan
tiga atau lebih variabel, pengaruhnya menjadi kentara. Variabel yang paling sering
diperhitungkan adalah :
b. Nisbah antara panjang-lebar DAS (L/W) : yaitu nisbah antara panjang DAS
terpanjang (L) dan lebar DAS yang paling lebar (W) yang diukur saling tegak
lurus
c. Nisbah percabangan (Br) : yaitu nisbah antara jumlah anak sungai untuk suatu
tingkatan (order) terhadap jumlah anak sungai pada satu tingkatan yang lebih
tonggi
e. Kepadatan Drinase (Dd); nisbah antara panjang total sungai / saluran untuk
(Slaymaker, 1977) dan pernah dipakai oleh Law, 1987 untuk menginvestigasi variasi
P 2 hm
LogSY 2,65 0,46 log H tan S 1,56
Pma
dimana SY adalah yil sedimen (ton/km2/tahun), Phm adalah hujan tahunan rata-rata
(mm), H adalah ketinggian rata-rata (m), dan S adalah kemiringan rata-rata DAS
(derajad).
2. Nosin, 1964 memodifikasi persamaan Fournier untuk mendapatkan laju erosi aktual
P2
LogSY = 27,12 log hm - 475,40 untuk dataran rendah
Pma
P2
LogSY = 52,49 log hm - 513,20 untuk dataran tinggi
Pma
36
3. Douglas, 1968, berdasarkan studi yang dilakukan untuk yil sedimen layang pada
berikut ( dalam Morgan 1988, juga dari Taley and Dalvi, 1995 ) :
R
LogSY = -8,73 + 3,81logQwa – 1,54log b + 4,82 log Dd
L
Dimana SY adalah yil sedimen layang tahunan (m3/km2/tahun) : Qwa adalah debit
tahunan rata-rata (mm), Rb/L adalah nisbah relief-panjang DAS (ft/mi); Dd adalah
4. Pendekatan lain adalah persamaan yang diturunkan oleh walling, 1974 (dalam Taley
and Dalvi, 1995) untuk menghitung sedimen layang dari aliran akibat kejadian hujan
- 0,4961logQap + 0,2693DY
Dimana Syss adalah yil sedimen layang untuk satu kejadian hujan tunggal (kg); t
adalah lamanya hujan (jam); Qp adalah debit puncak (lt/detik); Qq adalah adalah
aliran permukaan puncak, yaitu debit dikurangi aliran dasar (lt/detik);QQ adalah debit
total untuk satu kejadian (mm); Qap adalah laju aliran sebelum hidrograf naik
(lt/detik); dan DY adalah jumlah hari dari suatu tahun dinyatakan dalam sinus
(radians) 2πDy, dimana Dy adalah hari dihitung dari 1 januari. Banyak variabel yang
dipakai dalam model ini saling berkorelasi dan kadang-kadang sulit untuk
nilai penjelasan yang tinggi serta memiliki prediksi dalam artian statistik, persamaan
tersebut mempunyai nilai konseptual yang rendah. Dalam hal ini variabel-variabel
10 L
LogSY = 2,057logPma – 0,867log
W
+ 1,783log Br + 0,317log(SL20)
- 0,270logCp – 4,974
Dimana Syss adalah yil sedimen tahunan (ha.mm/km2); Pma adalah hujan tahunan rata-
rata (mm); L/W nisbah panjang lebar DAS (km/km); Br adalah debit nisbah
percabangan; SL20 adalah kemiringan rata-rata daerah dalam DAS yang mempunyai
kedalaman tanah lebih dari 20 cm (%), dan Cp adalah prosentase DAS yang
terkonservasi.
6. Chakraborty, 1992, seperti yang dilaporkan di dalam Sebastian et.al (1995) telah
mengembangkan persamaan regresi ganda berdasarkan lebih dari 30 waduk kecil dan
Dimana SYss adalah yil sedimen tahunan (m3/tahun); Pm adalah hujan tahunan (mm);
A adalah luas DAS (km2); Dd adalah kerapatan drainase (km/km2), Sm adalah gradient
kemiringan rata-rata DAS (%); dan Fc adalah tanaman penutup lahan (%).
38
persentase lahan yang baik untuk ditanami; F4 persentase rumput dan belukar; dan F5
7. Suripin (1998) dalam studinya untuk anak-anak sungai di Solo Hulu, setelah
Dimana SY adalah yil sedimen tahunan (ton/ha/tahun) ; Qwa adalah debit tahunan
(mm); S adalah kemiringan rata-rata DAS (%); dan Dd adalah kerapatan drainase.
SDR) tidak menentu dan harganya bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya,
Williams (1975) melakukan modifikasi USLE dengan mengganti faktor R dengan faktor
aliran. Dengan cara baru ini, yang selanjutnya dinamai Modifikasi USLE (MUSLE),
sudah memperhitungkan baik erosi maupun pergerakan sedimen pada DAS berdasar
pada kejadian hujan tunggal (single event). MUSLE dapat dituliskan dalam bentuk
SY = a(VQQQ)b.K.C.P.LS
Dimana SY adalah yil sedimen tiap kejadian hujan (ton), VQ adalah volume
aliran (m3); QQ adalah puncak debit (m3), a dan b koefisien, yang besarnya masing-
masing adalah 11,8 dan 0,56 ( William1977 ). Namun besarnya koefisien ini bervariasi,
dan harus ditetapkan untuk tiap lokasi dengan cara mengkalibrasi dengan sedimentasi
waduk yang ada atau data lain yang lebih dapat dipercaya ( Simons and Senturk, 1992).
Besarnya erosi dari suatu wilayah (lahan) tidak hanya dipengaruhi faktor tanah,
tetapi faktor–faktor lain yaitu hujan, bentuk permukaan dan penutup tanah.
ditentukan oleh erosivitas hujan, tanah dan kemiringan (disebut kepekaan erosi
diperoleh dengan mengalikan K, LS, R dan CP. Berdasarkan erosi yang mungkin terjadi,
dapat disusun kelas bahaya erosi seperti yang disajikan pada tabel 2.10.
40
Tabel 2.10 Kelas Bahaya Erosi yang digunakan di Indonesia (Dephut, 1985)
0-15 I
15– 60 II
60 -180 III
180– 480 IV
> 480 V
METODOLOGI PERENCANAAN
Setiap usaha manusia akan didasarkan oleh suatu alasan yang mendorong untuk
bertindak. Apabila ingin memprediksi laju erosi DAS Amprong terhadap tata guna
lahan, maka harus diketahui alasannya. Untuk lebih memperkuat alasan tersebut
perlu adanya pengumpulan data–data, baik data yang diperoleh dari sumber maupun
dan sumber yang digunakan dalam memprediksi laju erosi pada DAS Amprong
data yang tersedia berupa data curah hujan bulanan yang dicatat oleh stasiun pencatat
curah hujan yang berpengaruh dan mewakili daerah aliran sungai Amprong. Data
hidrologi berupa data curah hujan selama 10 tahun dari tahun 1998 sampai tahun
2007. Data hujan tersebut diperoleh dari 8 stasiun hujan, yaitu Stasiun hujan Jabung,
Stasiun hujan. Pendem, Stasiun hujan Karangploso, Stasiun hujan Singosari dan
41
42
Kecamatan : Jabung
Kecamatan : Kedungkandang
Kecamatan : Poncokusumo
Kecamatan : Tumpang
Kecamatan : Junrejo
Kecamatan : Karangploso
Kecamatan : Singosari
Kecamatan : Lowokwaru
Pada DAS Amprong terdapat tata guna lahan yang terdiri dari : kebun, ,
pemukiman, ladang, hutan, sawah, irigasi, sawah tadah hujan dan semak belukar.
Data tata guna lahan di DAS Amprong dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini
LUAS
NO NAMA
(ha)
1 Kebun 8350.801
2 Padang Rumput 840.778
3 Pemukiman 6451.67
4 Ladang 19154.13
5 Hutan 6829.612
6 Sawah Irigasi 9168.249
7 Sawah Tadah Hujan 64.709
8 Semak Belukar 6950.756
Total 57810.58
Sumber : Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bango Gedangan Malang
Beberapa jenis tanah yang berada pada daerah aliran sungai Amprong,yaitu :
1. Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang yang berada pada daerah
curam dan mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus. Banyak
inceptisol yang berkembang dari abu vulkan atau andisol, yang mempunyai potensi
untuk pertanaman padi sawah (Goeswonoo,1985) dan pada tanah berlereng sesuai
dengan tanaman tahunan, daerah yang berlereng curam sesuai untuk hutan atau
2. Andisol adalah tanah yang berasal dari bahan induk abu vulkanik dan banyak
3. Alfisol adalah tanah yang berkembang dari batu kapur dan lahar. Alfisol termasuk
tanah yang subur dan sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
4. Lithosol adalah tanah yang berasal dari campuran batu kapur dan Napal
\
46
Uji data dilakukan bila ada data yang tidak konsisten. Beberapa hal yang
menyebabkan data hujan tidak konsisten antara lain pergantian jenis alat atau
spesifikasi alat, perkembangan lingkungan sekitar pos hujan, pemindahan lokasi pos
hujan atau perubahan elevasi pos hujan, dan perubahan alam. Salah satu cara untuk
menguji konsistensi data tersebut adalah dengan menggunakan Analisis Kurva Massa
Ganda untuk data hujan musiman atau tahunan dari suatu DAS.
metode rata-rata Aljabar, metode Theissen Poligon, dan metode Isohyet berdasarkan
data yang diperoleh dari suatu stasiun hujan. Tujuannya untuk mengetahui besarnya
curah hujan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai khususnya di daerah aliran
Analisa frekuensi dapat dilakukan dengan seri data yang diperoleh dari rekaman data
dari data hujan yang diperoleh. Untuk menganalisis probabilitas biasanya dipakai
beberapa macam distribusi antara lain Distribusi Normal, Distribusi Gumbel dan
untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sampel data terhapat fungsi
frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang akan dilakukan ada 2 jenis yaitu uji
dengan cara menggambarkan data pada kertas peluang dan menentukan apakah data
tersebut merupakan garis lurus, atau dengan membandingkan kurva frekuensi dari
perhitungan laju erosi menggunakan metode USLE yang bertujuan untuk mencari
kehilangan tanah dan juga untuk mengetahui tingkat erosi lahan yang terjadi di
sekitar daerah aliran sungai Amprong tersebut. Selain itu juga perlu mengetahui
berapa besar tingkat erosivitas, erodibilitas, faktor gabungan dan kemiringan lereng,
faktor tanaman penutup dan manajemen, serta faktor konservasi praktis tanaman
yang terjadi di daerah alirah sungai Amprong tersebut. Setelah itu baru diketahui
besarmya laju erosi yang terjadi di daerah aliran sungai Amprong tersebut. Untuk
Mulai
Pengumpulan Data-Data :
1. Peta Topografi DAS Amprong
2. Data Curah Hujan
3. Data Tata Guna Lahan
4. Data Tanah
Laju Erosi
Selesai
BAB IV
Dalam perhitungan ini digunakan data curah hujan harian yang nantinya diolah
menjadi data debit untuk dipakai data dasar dalam perencanaan. Data tersebut
diperoleh dari 8 stasiun pengamat hujan, yaitu Stasiun hujan Jabung, Stasiun hujan
hujan Pendem, Stasiun hujan Karangploso, Stasiun hujan Singosari dan Stasiun
hujan Lowokwaru. Kemudian dilakukan perhitungan tinggi hujan jangka pendek dan
dirata-rata. Dari hujan rata-rata ini dihitung tinggi hujan rencana dengan periode
Konsistensi data curah hujan dapat diuji dengan metode kurva massa ganda
(double mass curve). Dasar metode ini adalah membandingkan curah hujan tahunan
kumulatif dari stasiun yang akan diuji dengan kumulatif curah hujan tahunan rata-
rata dari stasiun-stasiun dasar. Data curah hujan disusun menurut urutan kronologis
Pengujian kurva massa ganda ini dilakukan untuk semua stasiun yang ada
dalam daerah aliran sungai Amprong yaitu Stasiun hujan Jabung, Stasiun hujan
Sta. Lowokwaru.
– Sta. Tumpang.
52
Perhitungan uji konsistensi untuk tiap-tiap stasiun dapat dilihat pada tabel
berikut :
1200
Kumulatif Curah Hujan Sta.
1000
800
Jabung (mm)
Sta. Jabung
600
Linier (Sta.Jabung)
400
200
0
84 178 268 350 447 549 655 737 823 928
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1 1998 64 64 88 88
2 1999 96 160 92 180
3 2000 77 237 97 277
4 2001 82 319 93 370
5 2002 111 430 95 466
6 2003 199 629 90 556
7 2004 108 737 103 659
8 2005 85 822 81 739
9 2006 57 879 88 827
10 2007 125 1004 101 928
Sumber : Hasil Perhitungan
1200
Kumulatif Curah Hujan Sta.
1000
Kedungkandang (mm)
Linier (Sta.
600
Kedungkandang)
400
200
0
88 180 277 370 466 556 659 739 827 928
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1 1998 74 74 87 87
900
800
Kumulatif Curah Hujan Sta.
700
Poncokusumo (mm)
600
500 Sta. Poncokusumo
400
300 Linier (Sta.
200 Poncokusumo)
100
0
87 181 279 374 472 581 687 772 860 958
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1 1998 80 80 86 86
1000
900
Kumulatif Curah Hujan Sta.
800
Tumpang (mm)
700
600
Sta. Tumpang
500
Linier (Sta. Tumpang)
400
300
200
100
0
86 179 274 368 465 572 676 760 843 943
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1 1998 85 85 85 85
1000
Kumulatif Curah Hujan Sta.
900
800
700
Pendem (mm)
600
Sta. Pendem
500
Linier (Sta. Pendem)
400
300
200
100
0
85 180 274 366 465 570 679 759 841 947
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1 1998 90 85 84 84
1000
900
Kumulatif Curah Hujan Sta.
800
Karangploso (mm)
700
600
Sta. Karangploso
500
Linier (Sta. Karangploso)
400
300
200
100
0
84 178 274 364 462 567 671 749 832 940
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1000
900
Kumulatif Curah Hujan Sta.
800
700
Singosari (mm)
600
Sta. Singosari
500
Linier (Sta. Singosari)
400
300
200
100
0
82 174 264 357 456 564 671 753 834 948
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6
1 1998 87 87 85 85
1200
Kumulatif Curah Hujan Sta.
1000
Lowokwaru (mm)
800
200
0
85 173 269 363 459 562 651 729 810 912
Kumulatif Rerata Curah Hujan (mm)
pada daerah aliran dipakai metode Arimatik Mean hal ini disebabkan karena letak
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan jumlah stasiun penakar
hujannya banyak, dengan anggapan bahwa didaerah tersebut sifat hujannya uniform
(seragam).
R ( R1 R2 ..... Rn )
_
1
n
Dimana :
_
R = curah hujan daerah (mm)
Setelah dilakukan uji data langkah selanjutnya yang dilakukan adalah analisa
Metode Distribusi Normal, Metode Distribusi Gumbel dan Metode Distribusi Log
Untuk menentukan metode yang sesuai, maka terlebih dahulu harus dihitung
besarnya parameter statistik yaitu Koefisien Asimetri (Cs), Koefisien Kurtosis (Ck),
Cara untuk mendapatkan nilai Cs, Ck, dan Cv adalah sebagai berikut :
3. Dari nilai rata-rata curah hujan maksimum bulanan kemudian dicari nilai R rata-
4. Dari nilai R rata-rata pada setiap tahun di cari nilai R rata-rata yang tertinggi.
66
6. Setelah nilai R rata-rata diurutkan maka nilai dari R rata-rata adalah nilai X i
(mm) yang dipergunakan untuk mencari nilai Cs, Ck, dan Cv.
Perhitungan selengkapnya dari Cs, Ck, dan Cv dapat dilihat dalam bentuk
No Tahun Xi P ( Xi - X ) ( Xi - X )2 ( Xi - X )3 ( Xi - X )4
Xi
X
n
X = 48,778
( Xi X ) 2
S
(n 1)
S = 13,07
n. ( Xi X )3
Cs
(n 1).(n 2)S 3
Cs = ,67
n. ( Xi X ) 4
Ck
(n 1).(n 2).( n 3).S 4
Ck = 0,61
Cv
S
X
CV = 0,28
Normal : Cs = 0
Log Normal : Cs = 3
Gumbel : Cs = 1,1396
: Ck = 5,4002
Kesimpulan :
Ck = 0,61
No Xi Log Xi (Log Xi - Log X ) (Log Xi - Log X)2 (Log Xi - Log X)3 (Log Xi - Log X)4
Log
n
Log X
X
i 1
_
X = 1,68
69
log X log X
n _ 2
n 1
S log x
n 1
S Log X = 0,18
log X log X
n _ 3
i 1
Cs
n x
n 1 n 2 S log x 3
Cs = - 1,32
Perhitungan hujan rencana pada DAS Amprong dengan metode Log Pearson
Pada tabel 2.1, menurut CD. Soemarto, Hidrologi Teknik, pada tr = 2 tahun
Nilai k = 0,210
X 2 = 37,75
Tabel 4.20 Perhitungan Hujan Rencana dengan Metode Log Person Type III
peluang yang dipilih, maka dalam penelitian ini menggunakan dua macam pengujian,
yaitu secara horisontal dengan Metode Smirnov Kolmogorov dan secara vertikal
Dari hasil prhitungan metode ini setelah diplotkan dikertas semilog dapat
Tabel 4.21 Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi Dengan Metode Smirnov Kolmogorov
No
Data Log P.Distribusi Empiris P.Distribusi Teoritis Δ (PE - PT)
Xi Xi (PE) (%) (PT) (%) (%)
1 37.00 1.57 9,09 18,77 9,68
2 39.13 1.59 18,18 26,01 7,83
3 40.38 1.60 27,27 30,06 2,79
4 41.13 1.61 36,36 32,47 3,89
5 43.63 1.64 45,45 39,84 5,61
6 46.25 1.67 54,55 49,77 4,78
7 48.25 1.68 63,64 55,64 8,00
8 48.75 1.69 72,73 57,47 15,26
9 64.63 1.81 81,82 89,69 7,87
10 78.63 1.90 90,91 102,83 11,92
Sumber : Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan :
Banyaknya data = 10
Taraf signifikan = 5 %
Karena Δ mzx < Δ Cr sehingga pemilihan Distribusi Log Pearson Type III
dapat diterima.
71
Dari hasil prhitungan metode ini setelah diplotkan dikertas semilog dapat
Tabel 4.22 Perhitungan Uji Kesesuaian Distribusi Dengan Metode Chi Kuadrat
2 2 ( X i - X T )2
No Empiris Xi Teoritis X T ( Xi - XT ) X =
XT
1 37.00 33,53 12,0409 0,3591
2 39.13 37,01 4,4944 0,1214
3 40.38 39,36 1,0404 0,0264
4 41.13 42,16 1,0609 0,0251
5 43.63 44,91 1,6384 0,0365
6 46.25 48,03 3,1684 0,0660
7 48.25 50,66 5,8081 0,1146
8 48.75 53,91 26,6256 0,4939
9 64.63 58,20 41,3449 0,7104
10 78.63 65,57 170,5636 2,6012
Jumlah 4,5546
Sumber : Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan :
Derajat Kebebasan = n – 1 = 10 – 1 = 9
Taraf signifikan = 5 %
Karena X2 hitung < X2 Cr sehingga pemilihan Distribusi Log Pearson Type III
dapat diterima.
72
73
tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis
tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konversi lahan). Persamaan yang
Ea = R x K x LS x C x P
Dimana :
Ea = banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu, yang dinyatakan
sesuai dengan satuan K dan periode R dipilih, dalam praktek dipakai satuan
ton/ha/tahun.
R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks
erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dan
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk
suatu tanah yang diperoleh dari petak percobaan yang panjangnya 22,13 m
per indeks erosi dari suatu lahan dengan panjang dan kemiringan lahan
tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan dengan panjang 22,13 dan
antara besarnya erosi dari suatu lahan dengan penutup tanamn dan
tidak berdimensi.
74
lahan dengan tindakan konservasi praktis dengan besarnya erosi dari tanah
yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik, tidak berdimensi.
Dengan menggunakan data hujan harian, hari hujan dapat dihitung secara
pendekatan nilai R m yang diusulkan oleh Bols (1978) dan khusus digunakan untuk
Hujan Bulanan (H m ) = 47 cm, Hujan max (P max ) = 8 cm, Hari Hujan (HH) = 24 hari
= 436,3724
Untuk nilai erosivitas(R m ) selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut ini
75
Erosivitas
Rm = 6,119 (H m )1,21 (HH)-0,47 (P-
0,53
Tahun Hujan Bulanan Hujan max Hari Hujan max )
H m (cm) P max (cm) HH (KJ/ha)
1998 47,0 8,0 24 436,3724
1999 36,8 8,4 14 429,0858
2000 17,9 12,5 9 272,5844
2001 32,6 9,0 19 332,9723
2002 70,6 9,1 23 779,8552
2003 61,7 19,9 23 1003,011
2004 50,8 20,0 20 848,8625
2005 35,7 10,3 13 477,1549
2006 21,5 10,5 18 223,9666
2007 54,8 12,5 22 693,4714
Total 5497,336
Rata2 549,7336
Sumber : Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bango Gedangan Malang
Terdapat 5 jenis tanah pada DAS Amprong yaitu : aluvial (inceptisol), andosol
(andisol), grumosol (inceptisol), mediteran (alfisol), dan NCB Soil (lithosol). Untuk
data jenis tanah pada DAS Amprong dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini
Sumber : Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bango Gedangan Malang
Nilai erodibilitas (K) untuk DAS Amprong dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut ini
Erodibilitas (K)
No Jenis Tanah
(ton/KJ)
1 Aluvial 0.28
2 Andosol 0.07
3 Grumosol 0.28
4 Mediteran 0.25
5 NCB Soil 0.28
Nilai erodibilitas (K) untuk DAS Amprong diperoleh berdasarkan tabel 2.5
lereng. Nilai LS diperoleh berdasarkan kontur pada peta topografi DAS Amprong
Amprong tersebut.
Perhitungan nilai gabungan panjang dan kemiringan lereng (LS) pada kontur
3100-2600 :
L
L'
m
22,1
1030
0,5
22,1
6,83
77
Maka diperoleh nilai gabungan panjang dan miring lereng (LS) sebagai berikut
65s 2 L 4,6 sL
LS 0,065 L
s 10000 s 2 10000
2 0,5
65 49 6,83
0,065 6,83
4,6 49 6,83
49
LS
49
2
10000 10000
2 2 0,5
LS 340,10
Untuk nilai gabungan panjang dan kemiringan lereng (LS) selengkapnya dapat
Tabel 4.26 Nilai Gabungan Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) pada DAS
Amprong
No Kontur L s m L' LS
1 3100-2600 1030 49 0,5 6,826883 340,1016
2 2600-2550 158 32 0,5 2,673821 96,85195
3 2550-2500 158 32 0,5 2,673821 96,85195
4 2500-2450 158 32 0,5 2,673821 96,85195
5 2450-2250 632 42 0,5 5,347643 241,8375
6 2250-2200 158 32 0,5 2,673821 96,85195
7 2200-1850 828 42 0,5 6,120953 276,809
8 1850-1800 158 32 0,5 2,673821 96,85195
9 1800-1750 158 32 0,5 2,673821 96,85195
10 1750-1450 808 37 0,5 6,046576 248,6601
11 1450-1400 158 32 0,5 2,673821 96,85195
12 1400-1300 757 13 0,5 5,85264 65,61358
13 1400-1300 461 22 0,5 4,567245 109,1183
14 1300-1150 765 20 0,5 5,883484 124,1135
15 1300-1150 335 45 0,5 3,893375 184,3164
16 1150-1050 906 11 0,5 6,402771 55,01483
17 1150-1050 461 22 0,5 4,567245 109,1183
18 1050-950 757 13 0,5 5,85264 65,61358
19 950-850 1204 8 0,5 7,381032 37,66504
20 950-850 757 13 0,5 5,85264 65,61358
21 850-750 1055 10 0,5 6,909237 50,85919
22 850-750 1503 7 0,5 8,24676 33,77388
23 850-750 608 16 0,5 5,245123 80,72323
24 750-650 1503 7 0,5 8,24676 33,77388
25 750-650 757 13 0,5 5,85264 65,61358
26 650-550 1354 7 0,5 7,827322 32,05611
27 650-609 1051 4 0,4 4,686884 7,807792
28 609-550 1501 4 0,4 5,404996 9,004082
29 550-500 3000 2 0,3 4,363336 2,680457
30 550-500 1951 3 0,4 6,002691 6,478258
31 550-500 752 7 0,5 5,833279 23,88968
32 500-481 1200 2 0,3 3,314642 2,03623
33 500-450 1501 3 0,3 3,544839 3,825681
34 500-450 2251 2 0,3 4,003086 2,45915
35 481-450 2550 1 0,3 4,155702 1,144178
36 450-450 0 0 0,2 0 0
37 450-500 304 16 0,5 3,708862 57,07995
38 450-500 1201 4 0,4 4,943793 8,235773
39 487-500 2700 0,48 0,2 2,614534 0,391625
40 487-500 600 2 0,3 2,692326 1,653933
41 500-500 0 0 0,2 0 0
Sumber : Hasil Perhitungan
79
No Kontur L s m L' LS
42 500-550 304 16 0,5 3,708862 57,07995
43 500-550 1351 4 0,4 5,182093 8,632753
44 500-550 1951 3 0,3 3,834948 4,138774
45 500-550 3000 2 0,3 4,363336 2,680457
46 500-550 4500 1 0,3 4,927721 1,356735
47 550-600 453 11 0,5 4,527443 38,90136
48 550-600 1201 4 0,4 4,943793 8,235773
49 550-600 2251 2 0,3 4,003086 2,45915
50 550-600 1351 4 0,4 5,182093 8,632753
51 500-600 1802 6 0,5 9,029865 28,7256
52 600-650 752 7 0,5 5,833279 23,88968
53 600-650 304 16 0,5 3,708862 57,07995
54 600-700 2102 5 0,5 9,752596 23,10161
55 600-700 757 13 0,5 5,85264 65,61358
56 650-700 304 16 0,5 3,708862 57,07995
57 700-750 304 16 0,5 3,708862 57,07995
58 750-850 608 16 0,5 5,245123 80,72323
59 750-850 1503 7 0,5 8,24676 33,77388
60 850-900 158 32 0,5 2,673821 96,85195
61 850-900 304 16 0,5 3,708862 57,07995
62 900-1150 1521 16 0,5 8,295995 127,6766
63 900-1150 2264 11 0,5 10,12143 86,96688
64 1150-1200 158 32 0,5 2,673821 96,85195
65 1200-1250 158 32 0,5 2,673821 96,85195
66 1250-1300 158 32 0,5 2,673821 96,85195
67 1300-1550 1079 23 0,5 6,987384 176,4962
68 1550-1700 1657 9 0,5 8,658948 53,63932
69 1550-2050 2746 18 0,5 11,1469 203,3963
70 1700-2050 966 36 0,5 6,611385 265,8497
71 2050-2100 158 32 0,5 2,673821 96,85195
72 2100-2150 158 32 0,5 2,673821 96,85195
73 2100-2350 1817 14 0,5 9,06737 114,0616
74 2150-2200 158 32 0,5 2,673821 96,85195
75 2200-2250 158 32 0,5 2,673821 96,85195
76 2350-2400 158 32 0,5 2,673821 96,85195
Sumber : Hasil Perhitungan
80
Nilai tanaman penutup dan manajemen tanaman berdasarkan data tata guna
lahan yang ada di DAS Amprong. Untuk nilai tanaman penutup dan manajemen
Nilai tanaman penutup dan manajemen tanaman dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut
ini
Tabel 4.27 Nilai Tanaman Penutup dan Manajemen Tanaman (C) pada DAS
Amprong
Nilai konservasi praktis (P) diperoleh berdasarkan pada tabel 2.9 terutama
berdasarkan pengolahan tanah dan tanaman menurut kontur (S) pada DAS Amprong
Untuk nilai konservasi praktis (P) dapat dilihat pada tabel 4.28 berikut
81
Jumlah Kemiringan
No Kemiringan Nilai P
(s)
1 Kemiringan 0 – 8 % 28 0,50
Nilai erodibilitas (K) berdasarkan data jenis tanah Andisol sebesar 0,25 ton/KJ
Nilai tanaman penutup dan manajemen penutup (C) berdasarkan data tata guna lahan
Nilai Konservasi praktis (P) berdasarkan kemiringan lereng (s) = 49 % sebesar 0,9
Ea = R x K x LS x C x P
Untuk nilai erosi (Ea) pada DAS Amprong selengkapnya dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut :
No R K LS C P Ea
1 550 0,28 9 0,01 0,5 6,93
2 550 0,28 9 1,0 0,5 693
3 550 0,28 9 0,4 0,5 277,2
4 550 0,28 6,48 0,01 0,5 4,9896
5 550 0,28 6,48 1,0 0,5 498,96
6 550 0,28 6,48 0,2 0,5 99,792
7 550 0,28 23,89 0,01 0,5 18,3953
8 550 0,28 23,89 1 0,5 1839,53
9 550 0,28 2,68 0,01 0,5 2,0636
10 550 0,28 2,68 1 0,5 206,36
11 550 0,28 2,04 0,01 0,5 1,5708
12 550 0,28 2,04 1 0,5 157,08
total 2828,7413
rata-rata 235,7284
Sumber : Hasil Perhitungan
No R K LS C P Ea
1 522 0,28 6,48 1 0,5 473,5584
2 522 0,28 6,48 0,01 0,5 4,735584
3 522 0,28 6,48 0,4 0,5 189,4234
4 522 0,28 3,83 1,0 0,5 279,8964
5 522 0,28 3,83 0,01 0,5 2,798964
6 522 0,28 3,83 0,4 0,5 111,9586
7 522 0,28 3,83 0,3 0,5 83,96892
8 522 0,28 2,46 1,0, 0,5 179,7768
9 522 0,28 2,46 0,01 0,5 1,797768
10 522 0,28 2,46 0,4 0,5 71,91072
11 522 0,28 2,46 0,3 0,5 53,93304
12 522 0,28 2,46 0,001 0,5 0,179777
13 522 0,28 1,14 1,0 0,5 83,3112
14 522 0,28 1,14 0,01 0,5 0,833112
15 522 0,28 1,14 0,001 0,5 0,083311
16 522 0,28 0 1,0 0,5 0
17 522 0,28 0 0,01 0,5 0
18 522 0,28 0 0,4 0,5 0
19 522 0,28 0 0,3 0,5 0
20 522 0,28 0 0,001 0,5 0
85
total 1538,166
rata-rata 76,6247
Sumber : Hasil Perhitungan
No R K LS C P Ea
1 550 0,07 57,08 0,4 0,75 659,274
2 550 0,07 57,08 1 0,75 1648,185
3 550 0,07 8,24 0,4 0,5 63,448
4 550 0,07 8,24 1 0,5 158,62
5 550 0,07 8,24 0,01 0,5 1,5862
6 550 0,07 57,08 0,4 0,75 659,274
7 550 0,07 57,08 1 0,75 1648,185
8 550 0,07 57,08 0,3 0,75 494,4555
9 550 0,07 8,24 0,4 0,5 63,448
10 550 0,07 8,24 1 0,5 158,62
11 550 0,07 38,9 0,4 0,75 449,295
12 550 0,07 38,9 1 0,75 1123,2375
13 550 0,07 0 0,4 0,5 0
14 550 0,07 0 1 0,5 0
total 7127,6282
rata-rata 509,116
Sumber : Hasil Perhitungan
86
NO R K LS C P Ea
1 550 0,28 0,39 0,4 0,5 12,012
2 550 0,28 0,39 1 0,5 30,03
3 550 0,28 0,39 0,01 0,5 0,3003
4 550 0,28 1,65 0,4 0,5 50,82
5 550 0,28 1,65 1 0,5 127,05
6 550 0,28 1,65 0,2 0,75 38,115
7 550 0,28 4,14 0,4 0,5 127,512
8 550 0,28 4,14 0,2 0,5 63,756
9 550 0,28 4,14 0,001 0,5 0,31878
10 550 0,28 4,14 0,001 0,5 0,31878
11 550 0,28 4,14 1 0,5 318,78
12 550 0,28 2,68 0,01 0,5 2,0636
13 550 0,28 2,68 0,2 0,5 41,272
14 550 0,28 2,68 1 0,5 206,36
15 550 0,28 2,68 0,4 0,5 82,544
16 550 0,28 1,36 1 0,5 104,72
17 550 0,28 1,36 0,4 0,5 41,888
18 550 0,28 1,36 0,2 0,5 20,944
19 550 0,28 1,36 0,001 0,5 0,10472
20 550 0,28 1,36 0,001 0,5 0,10472
21 550 0,28 38,9 0,001 0,75 4,49295
22 550 0,28 38,9 0,4 0,75 1797,18
23 550 0,28 38,9 1 0,75 4492,95
24 550 0,28 8,23 0,01 0,5 6,3371
25 550 0,28 8,23 1 0,5 633,71
26 550 0,28 8,23 0,4 0,5 253,484
27 550 0,28 8,23 0,2 0,5 126,742
28 550 0,28 2,46 0,4 0,5 75,768
29 550 0,28 2,46 1 0,5 189,42
30 550 0,28 23,89 0,4 0,5 735,812
31 550 0,28 23,89 1 0,5 1839,53
32 550 0,28 23,89 0,2 0,5 367,906
33 550 0,28 23,89 0,001 0,5 1,83953
34 550 0,28 57,08 0,2 0,75 1318,548
35 550 0,28 57,08 0,4 0,75 2637,096
total 15749,8295
rata-rata 449,9951
Sumber : Hasil Perhitungan
87
No R K LS C P Ea
1 550 0,07 57,08 0,4 0,75 659,274
2 550 0,07 57,08 0,2 0,75 329,637
3 550 0,07 57,08 1 0,75 1648,185
4 550 0,07 57,08 0,001 0,75 1,648185
5 550 0,07 57,08 0,4 0,75 659,274
6 550 0,07 57,08 0,2 0,75 329,637
7 550 0,07 57,08 1 0,75 1648,185
8 550 0,07 80,72 0,4 0,75 932,316
9 550 0,07 80,72 0,2 0,75 466,158
10 550 0,07 80,72 1 0,75 2330,79
11 550 0,07 96,85 0,4 0,9 1342,341
12 550 0,07 96,85 0,2 0,9 671,1705
total 11018,6157
rata-rata 918,2180
Sumber : Hasil Perhitungan
88
No R K LS C P Ea
1 550 0,25 0 0,01 0,5 0
2 550 0,25 0 0,4 0,5 0
3 550 0,25 0 1 0,5 0
4 550 0,25 0 0,2 0,5 0
5 550 0,25 6,27 0,01 0,5 4,310625
6 550 0,25 6,27 0,4 0,5 172,425
7 550 0,25 6,27 1 0,5 431,0625
8 550 0,25 6,27 0,001 0,5 0,4310625
9 550 0,25 8,24 0,01 0,5 5,665
10 550 0,25 8,24 1 0,5 566,5
11 550 0,25 8,24 0,2 0,5 113,3
12 550 0,25 28,73 0,01 0,5 19,751875
13 550 0,25 28,73 0,2 0,5 395,0375
14 550 0,25 28,73 1 0,5 1975,1875
15 550 0,25 8,63 0,01 0,5 5,933125
16 550 0,25 8,63 1 0,5 593,3125
17 550 0,25 8,63 0,4 0,5 237,325
18 550 0,25 8,63 0,2 0,5 118,6625
19 550 0,25 23,1 0,4 0,5 635,25
20 550 0,25 23,1 0,2 0,5 317,625
21 550 0,25 23,1 0,01 0,5 15,88125
22 550 0,25 23,1 1 0,5 1588,125
23 550 0,25 65,61 0,4 0,75 2706,4125
24 550 0,25 65,61 0,2 0,75 1353,20625
25 550 0,25 65,61 0,01 0,75 67,6603125
26 550 0,25 65,61 1 0,75 6766,03125
27 550 0,25 57,08 0,4 0,75 2354,55
28 550 0,25 57,08 0,2 0,75 1177,275
29 550 0,25 33,77 0,4 0,5 928,675
30 550 0,25 33,77 0,2 0,5 464,3375
31 550 0,25 33,77 1 0,5 2321,6875
total 25335,6208
rata-rata 791,7381
Sumber : Hasil Perhitungan
89
No R K LS C P Ea
1 550 0,28 57,08 0,2 0,75 1318,548
2 550 0,28 57,08 0,4 0,75 2637,096
3 550 0,28 57,08 1 0,75 6592,74
4 550 0,28 127,68 0,4 0,75 5898,816
5 550 0,28 127,68 0,2 0,75 2949,408
6 550 0,28 127,68 0,3 0,75 4424,112
7 550 0,28 127,68 0,001 0,75 14,74704
8 550 0,28 127,68 0,001 0,75 14,74704
9 550 0,28 86,97 0,4 0,75 4018,014
10 550 0,28 86,97 0,2 0,75 2009,007
11 550 0,28 86,97 1 0,75 10045,035
12 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
13 550 0,28 96,85 0,2 0,9 2684,682
14 550 0,28 96,85 0,4 0,9 5369,364
15 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
16 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
17 550 0,28 96,85 0,2 0,9 2684,682
18 550 0,28 96,85 0,4 0,9 5369,364
19 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
20 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
21 550 0,28 96,85 0,2 0,9 2684,682
22 550 0,28 96,85 0,4 0,9 5369,364
23 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
24 550 0,28 176,5 0,4 0,9 9785,16
25 550 0,28 176,5 0,001 0,9 24,4629
26 550 0,28 176,5 0,001 0,9 24,4629
27 550 0,28 53,64 0,001 0,75 6,19542
28 550 0,28 203,4 0,4 0,75 9397,08
29 550 0,28 203,4 0,001 0,75 23,4927
30 550 0,28 203,4 0,001 0,75 23,4927
31 550 0,28 265,85 0,4 0,9 14738,724
32 550 0,28 265,85 0,001 0,9 36,84681
33 550 0,28 265,85 0,001 0,9 36,84681
34 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
35 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
36 550 0,28 96,85 0,4 0,9 5369,364
37 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
38 550 0,28 96,85 0,001 0,9 13,42341
90
No R K LS C P Ea
1 550 0,25 96,85 0,001 0,9 11,9851875
2 550 0,25 96,85 0,001 0,9 11,9851875
3 550 0,25 96,85 0,001 0,9 11,9851875
total 35,9555625
rata-rata 11,9852
Sumber : Hasil Perhitungan
Jadi total nilai erosi DAS Amprong (Ea) sebesar 13.399,5516 ton/ha/thn
Luas DAS Amprong sebesar 57810,58 ha maka diperoleh nilai total erosi DAS
CP maka diperoleh nilai erosi untuk DAS Amprong sebesar 1.218,1411 ton/ha/thn,
maka berdasarkan tabel 2.10 kelas bahaya erosi untuk DAS Amprong termasuk kelas
Untuk mengatasi agar erosi yang terjadi pada DAS Amprong tidak semakin
besar tiap tahunnya maka perlu dilakukan beberapa pengendalian erosi antara lain
dapat berupa :
1. Pada daerah pemukiman dan juga pada daerah yang memiliki banyak
a. Pengolahan tanah,
c. Pembuatan teras.
f. Bangunan stabilisasi.
BAB V
5.1 Kesimpulan
memperhatikan batasan masalah dan juga dengan menggunakan metode USLE untuk
menghitung besarnya laju erosi pada DAS Amprong maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Laju erosi yang terjadi pada DAS Amprong sebesar 1.218,1411 ton/ha/thn.
Erosi yang terjadi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan yang terdapat pada
DAS Amprong dan juga terdapat banyak lereng yang curam pada DAS
Amprong tersebut. Besarnya erosi yang terjadi pada DAS Amprong termasuk
maka erosi yang terjadi pada DAS Amprong setiap tahunnya akan semakin
besar. Sehingga erosi tersebut dapat menyebabkan banjir dan longsor jika
di DAS Amprong :
Karena pada DAS Amprong memiliki banyak lereng yang curam maka
5.2 Saran
Selain menggunakan metode USLE untuk menghitung tingkat erosi pada suatu
DAS dapat juga menggunakan metode Regresi Ganda dan juga MUSLE untuk
menghitung tingkat erosi di suatu DAS. Untuk menghitung besar erosi pada DAS
Amprong dipergunakan metode USLE hal ini dikarenakan kelengkapan data yang
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Moch. Munir, M. S. (1995), Tanah – Tanah Utama Indonesia, Pustaka Jaya,
Malang.
Sri Harto Br,(1993), Analisis Hidrologi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.