DISUSUN OLEH:
ERVA KURNIAWAN
01/150871/ET/02218
Disusun oleh:
ERVA KURNIAWAN
01/150871/ET/02218
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
KAJIAN POLA ALIRAN PADA SUNGAI PROGO HILIR
DENGAN 2 GROUNDSILL MENGGUNAKAN
SOFTWARE BOSS SMS
Disusun oleh:
ERVA KURNIAWAN
01/150871/ET/02218
iii
Dalam suj ud syukurku di hadap-M u
Dalam doaku mohon keridhoan-M u
iv
KATA PENGANTAR
v
8. Teman-teman Komunitas #lovvigate, #kumprang, #DalnetBantul,
#jatiroto, #planet_bumi, #k@mpret, #dhielovvi dan #waroengpodjok
(my nickname is Darknest) yang telah berbagi janji dan harapan tanpa ada
jarak, perbedaan ruang tempat dan waktu.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu (mohon maaf) atas
segala bantuannya selama penyusunan Tugas Akhir ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, sehingga dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penyusun berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama bagi civitas akademika Jurusan
Teknik Universitas Gadjah Mada.
Penyusun.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
BAB IV METODOLOGI
A. Prosedur Perhitungan ....................................................... 15
1. Bagan alir Proses perhitungan .................................... 16
2. Kondisi Batas pada RMA2 ......................................... 16
B. Pembuatan Model Matematik .......................................... 20
1. Pre Processing Unit .................................................... 20
2. Eksekusi Program (running)....................................... 23
3. Post Processing Unit .................................................. 26
C. Penentuan Lokasi (gages) ................................................ 27
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 28
A. Parameter Aliran .............................................................. 28
B. Pola Aliran....................................................................... 28
C. Kecepatan Aliran ............................................................. 30
1. Groundsill Sapon ....................................................... 34
2. Groundsill Jembatan .................................................. 36
D. Pola Aliran pada titik tinjau (gage) .................................. 37
1. Gage di Groundsill Sapon .......................................... 38
2. Gage di Groundsill Jembatan ..................................... 40
3. Gage di Belokan Sungai Progo ................................... 43
4. Gage di Hilir Sungai Progo ........................................ 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 47
A. Kesimpulan...................................................................... 47
B. Saran ............................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 49
LAMPIRAN .......................................................................................... 50
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Segmen sungai progo yang akan ditinjau ......................... 3
Gambar 3.1. Groundsill dengan tipe ambangnya .................................. 9
Gambar 3.2. Denah groundsill dan limpasannya .................................. 9
Gambar 4.1. Bagan alir proses perhitungan .......................................... 16
Gambar 4.2. Grafik pasang-surut sungai progo selama 48 jam ............. 17
Gambar 4.3. Grafik kala ulang debit tahunan Sungai Progo .................. 19
Gambar 4.4. Node-node batas .............................................................. 21
Gambar 4.5. Model geometri salah satu potongan Sungai Progo .......... 21
Gambar 4.6. Model geometri Sungai Progo (inzet: groundsill) ............. 22
Gambar 5.1. Kontur dan vektor kecepatan di groundsill jembatan ........ 28
Gambar 5.2. Kontur dan vektor kecepatan di groundsill
jembatan tanpa groundsill ................................................ 29
Gambar 5.3. Kontur dan vektor kecepatan di groundsill sapon ............. 29
Gambar 5.4. Kontur dan vektor kecepatan di groundsill sapon tanpa
Groundsill ....................................................................... 29
Gambar 5.5. Denah penempatan titik di Groundsill Hilir Sapon ........... 32
Gambar 5.6. Denah penempatan titik di Groundsill Hilir Jembatan ...... 33
Gambar 5.7. Grafik kecepatan aliran (velocity mag) di groundsill
hilir sapon ........................................................................ 34
Gambar 5.8. Grafik elevasi permukaan (water surface elevation)
di groundsill hilir sapon ................................................... 34
Gambar 5.9. Grafik kedalaman air (water depth) di groundsill hilir
sapon ............................................................................... 35
Gambar 5.10. Grafik kecepatan aliran (velocity mag) di groundsill
hilir jembatan ................................................................... 36
Gambar 5.11. Grafik elevasi permukaan (water surface elevation)
di groundsill hilir jembatan .............................................. 36
ix
Gambar 5.12. Grafik kedalaman air (water depth) di groundsill hilir
jembatan .......................................................................... 37
Gambar 5.13. Denah penempatan gage di groundsill sapon ................... 38
Gambar 5.14. Kecepatan Aliran di gage hulu groundsill sapon .............. 38
Gambar 5.15. Elevasi Muka Air di gage hulu groundsill sapon .............. 39
Gambar 5.16. Kecepatan Aliran di gage hilir groundsill sapon ............... 39
Gambar 5.17. Elevasi Muka Air di gage hilir groundsill sapon .............. 40
Gambar 5.18. Denah penempatan gage di groundsill jembatan .............. 40
Gambar 5.19. Kecepatan Aliran di gage hulu groundsill jembatan ......... 41
Gambar 5.20. Elevasi Muka Air di gage hulu groundsill jembatan ......... 41
Gambar 5.21. Kecepatan aliran di gage hilir groundsill jembatan........... 42
Gambar 5.22. Elevasi Muka Air di gage hilir groundsill jembatan ......... 42
Gambar 5.23. Denah gage belokan Sungai Progo ................................... 43
Gambar 5.24. Vektor Kecepatan di belokan Sungai Progo ..................... 43
Gambar 5.25. Kecepatan aliran di gage belokan Sungai Progo ............... 43
Gambar 5.26. Elevasi Muka Air di gage Belokan Sungai Progo ............. 44
Gambar 5.27. Denah penempatan gage di hilir Sungai Progo ................. 44
Gambar 5.28. Kecepatan aliran di gage hilir Sungai Progo ..................... 45
Gambar 5.29. Kedalaman Air di gage hilir Sungai Progo ....................... 45
Gambar 5.30. Elevasi Muka Air di gage hilir Sungai Progo ................... 46
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data perhitungan (input) ..................................................... 15
Tabel 4.2. Data Hidrograf Sungai Progo ............................................. 18
Tabel 4.3. Nilai Eddy Viscositas ......................................................... 19
Tabel 4.4. Nilai Koefisien Kekasaran Manning ................................... 20
Tabel 4.5. Penempatan Gage ............................................................... 27
Tabel 5.1. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran
dengan dan tanpa groundsill pada debit maksimum di
sekitar groundsill hilir sapon ............................................... 31
Tabel 5.2. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran
dengan dan tanpa groundsill pada debit minimum di sekitar
groundsill hilir sapon .......................................................... 31
Tabel 5.3. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran
dengan dan tanpa groundsill pada debit maksimum di
sekitar groundsill hilir jembatan.......................................... 32
Tabel 5.4. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran
dengan dan tanpa groundsill pada debit minimum di sekitar
groundsill hilir .................................................................... 32
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
INTISARI
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sungai merupakan alur bentukan alam yang keberadaannya membutuhkan
pemanfaatan secara optimal. Sebagai sumber air dan sedimen, maka pengelolaan
yang baik menjadi hal yang harus dilakukan sedemikian hingga jumlah air dan
sedimen tersebut memadai kebutuhan. Dengan adanya berbagai pemanfaatan
sungai tersebut diperlukan adanya perencanaan yang baik mengenai sungai yang
bersangkutan.
Sungai Progo mengalir melalui wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sungai ini merupakan sungai terbesar di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan panjang keseluruhan ± 120 km dan luas daerah pengaliran sungai (DPS)
± 2.380 km2, sungai ini memiliki potensi yang besar. Selain potensi sumber daya
air, sungai ini juga menyimpan potensi bahan tambang terutama pasir. Sebagian
besar penduduk di sepanjang daerah pengaliran Sungai Progo yang bermata
pencaharian sebagai petani mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Untuk
keperluan pertanian tersebut air dari Sungai Progo disadap dan dialirkan ke
sejumlah daerah irigasi. Dengan debit aliran yang cukup besar, Sungai Progo
sangat bermanfaat untuk suplai kebutuhan air irigasi dan penyediaan air baku.
Disisi lain kondisi ini cukup merugikan yaitu adanya penambangan pasir
sungai yang berlebihan terutama di sekitar jembatan srandakan juga membawa
permasalahan tersendiri. Suplai sedimen yang terdapat sepanjang sungai ini
dieksploitasi oleh penduduk sekitar sehingga membahayakan keberadaan
Jembatan Srandakan. Sedimen yang tersedia dalam jumlah sedikit mengakibatkan
gerusan terjadi di sekitar pilar jembatan, sehingga dapat mengakibatkan
keruntuhan pilar jembatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, saat ini
sedang dibangun sebuah bangunan groundsill di sebelah hilir jembatan srandakan.
Dengan siklus musim yang ada dan intensitas penambangan pasir yang
terdapat di Sungai Progo ini maka diperlukan studi yang lebih lanjut guna
pemanfaatan sungai ini di masa yang akan datang. Semakin berkembangnya
teknologi komputasi di bidang hidrologi, maka bertambah banyak pula model
matematik yang dikembangkan untuk menganalisis berbagai permasalahan
2
B. Tujuan Penelitian
Penggunaan perangkat lunak Surface Water Modelling System dalam
penelitian ini adalah membuat suatu simulasi untuk memprediksikan pola aliran
yang mungkin terjadi akibat pengaruh pasang surut maupun debit aliran pada
Sungai Progo dengan 2 groundsill, yaitu pada kondisi existing sebelah hilir
Jembatan Srandakan dan sebelah hilir Bangunan Sapon.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini permasalahan penulis batasi pada beberapa hal berikut
ini.
1. Segmen sungai yang diteliti mulai hulu bendung sapon hingga muara
Sungai Progo (gambar 1.1).
2. Aliran dianggap dua dimensi horizontal dengan rerata kedalaman (depth
average).
3. Pada penelitian ini hanya meninjau pola aliran sungai dan tidak meninjau
pola erosi sedimentasi.
3
hasil simulasi hidrodinamik. Dari beberapa kali kalibrasi secara trial dan error
diperoleh suatu nilai yang cocok karena hasil simulasinya dapat mendekati
fenomena di model fisik.
Selain itu dari penelitian ini juga dapat dikaji mengenai pola aliran serta
kecepatan permukaan. Untuk pola aliran permukaan air yang spesifik akibat
adanya krib pada model fisik di Laboratorium adalah adanya pusaran didepan krib
dan pusaran di sebelah hilir krib.
A. Groundsill
(1)
9
(2)
mendapatkan gradasi dasar sungai yang stabil dan aman. Desain mercu yang
semakin tinggi gaya tarik aliran air sungainya akan semakin menurun,
mengakibatkan terlalu tinggi dasar sungai di sebelah hulu dan akan
mengakibatkan gerusan pada sebelah hilir groundsill. Lantai terjun pada tubuh
bendung memiliki kelandaian tertentu dan mempunyai fungsi secara langsung
terhadap energi loncatan air pada kolam olak.
b. Apron Hilir (Down-stream Apron), termasuk bagian dari kolam olak dengan
panjang yang ditentukan berdasarkan ketinggian muka air hulu yang berfungsi
untuk melindungi dasar sungai dari turbulensi air yang jatuh pada lantai terjun.
c. Apron Depan (Up-stream Apron), merupakan bagian groundsill yang berada
di sebelah hulu bendung dengan fungsi mengurangi pengaruh piping pada
groundsill.
d. Side Wall dan Wing Wall, adalah bangunan pengarah aliran air sungai dan
merupakan bagian yang rentan terhadap gerusan maupun ketidakstabilan tanah
fondasinya. Bangunan ini perlu pula dilindungi terhadap bahaya piping
dengan memasang tirai (sheet-pile) pada dasar pondasinya. Untuk kondisi
daerah yang tanah pondasinya keras dimungkinkan kesulitan dalam pekerjaan
pemancangan tirai tersebut.
e. Rip-Rap, adalah bagian pelengkap groundsill yang berfungsi melindungi dasar
sungai dari gerusan akibat energi turbulensi air pada bagian ujung apron hilir.
Rip-rap dapat terbuat dari bronjong batuan yang disusun hingga ketebalan
yang dinyatakan aman terhadap bahaya pasir apung (quick sand). Bagian ini
biasa disebut denga lantai konsolidasi.
B. Teknik Sungai
Sungai secara sederhana dapat dijelaskan sebagai saluran yang membawa
air dari sumbernya dihulu dan dari sekitar alurnya ke laut. Bentuk fisik sungai
adalah saluran yang memiliki alur, bentuk tampang lintang dan kemiringan dasar
tertentu. Ketiga sifat fisik tersebut mencerminkan geometri sungai. Oleh karena
itu, geometri sungai umumnya dinyatakan dengan 3 parameter yaitu: alur
(planform), tampang melintang (cross section), dan tampang memanjang
(longitudinal profile). Selain sifat fisik, sungai sangat dipengaruhi oleh air yang
11
mengalir didalamnya. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara geometri
sungai dan hidraulika sungai.
Sebagai aset yang memiliki potensi sumber daya besar, sungai
memerlukan pengelolaan yang baik. Perencanaan perbaikan dan pengaturan
sungai diadakan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan suatu lembah
sungai, serta kebutuhan masyarakat. Sungai diperbaiki dan diatur sedemikian rupa
sehingga dapat diadakan pencegahan terhadap bahaya banjir dan sedimentasi,
serta mengusahakan agar alur sungai senantiasa dalam keadaan stabil. Dengan
demikian akan memudahkan pemanfaatan air yang akan memberikan kemudahan
penyadapan, pelestarian lingkungan, dan menjamin kelancaran serta keamanan
lalulintas sungai.
Pada penelitian ini studi lebih ditekankan pada pengoperasian perangkat
lunak Surface Water Modelling System yang menjadi kajian utama penelitian ini.
Penggunaan perangkat lunak ini sangat membantu menginterpretasikan
persamaan-persamaan model matematis yang berhubungan dengan fenomena
alam.
IV METODOLOGI
A. Prosedur Perhitungan
Data-data yang benar sangat diperlukan sebagai input dari model yang
dibuat. Dengan adanya data-data yang benar tersebut akan menjadikan model
yang akan diteliti menjadi sesuai dengan kondisi aslinya. Masukan data-data yang
akan digunakan sebagai ketentuan–ketentuan dalam perhitungan ini dalam
software Boss SMS disebut kondisi batas atau boundary condition, dan diisikan
pada sub program RMA2. Penjelasan tentang kondisi batas pada RMA2 adalah
seperti dibawah ini. Sedangkan data input yang diberikan untuk perhitungan pada
tugas akhir ini berdasarkan data sekunder laporan teknis penelitian tentang Sungai
Progo.
Tabel 4.1. Data perhitungan (input)
Data ini dapat dihitung jika eksekusi GFGEN dan RMA2 berjalan dengan
baik dan benar. Pembuatan mesh dan masukan input berperan berhasil atau
tidaknya eksekusi GFGEN dan RMA2.
16
Selesai
Tinggi muka air di hilir berupa pasang-surut di muara Sungai Progo yaitu
di pantai Samas.
Dari data pengukuran pasang-surut tersebut didapat beberapa
elevasi muka air berikut ini:
MHWL : + 1,85 m
MSL : + 1,05 m
MLSL : + 0,25 m
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pengujian, lama
pengujian dilakukan selama 3 periode. Karena waktu untuk untuk 1
periode adala 16 jam, maka total waktu pengujian adalah 48 jam sehingga
pasang-surut dimuara Sungai Progo yang akan diisikan menjadi:
1,65
1,45
1,25
Elevasi
1,05
0,85
0,65
0,45
0,25
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48
Waktu
3000
2500
2 tahunan
2000 5 tahunan
D ebit
10 tahunan
1500
25 tahunan
1000 50 tahunan
100 tahunan
500
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu
Untuk menentukan jenis aliran yang terjadi dilhat dari angka froude
yang dihasilkan dari kecepatan yang ada, adapun persamaannya adalah
sebagai berikut:
U
Fr ................................................................................ (3.1)
gh
Dengan Fr = Angka Froud
Model geometri untuk Sungai Progo secara utuh dapat dilihat pada gambar
4.6.
6) Hotstart output file ialah suatu output pada running data proses yang
akan digunakan lagi untuk proses selanjutnya (tidak diaktifkan).
7) Hotstart input file ialah suatu input data dari hasil proses hotstart
output file yang akan digunakan untuk proses selanjutnya (tidak
diaktifkan).
8) Pemilihan jenis satuan yaitu english atau metric unit, dalam hal
inidigunakan satuan metric.
9) GFGEN geometric file, ialah pembacaan geometrik file dalam format
GFGEN (diaktifkan).
10) Save RMA2 result, ialah penyimpanan hasil RMA2 (diaktifkan).
11) Full print output berfungsi menyimpan seluruh hasil hitungan dalam
file berekstensi OT (diaktifkan).
12) Iterations ialah jumlah iterasi dari suatu running data agar terjadi nilai
yang konvergen, dalam hal ini diambil 4.
13) Water temp ialah temperatur air pada penelitian dalam skala satuan
derajat celcius, diisikan 27ºC.
14) Jenis aliran Dinamik.
15) Specify time step time, yaitu menetapkan step waktu disikan 1.
16) Number time step, yaitu jumlah step yang dihitung. Lama pengujian
dilakukan selama 3 periode. Karena waktu untuk untuk 1 periode
adalah 16 jam, maka total waktu pengujian adalah 48 jam.
Setelah seluruh data terisi sebelum menyimpan kedalam file bc, cek dulu
di dalam menu RMA2 model check, disini SMS akan memberi komentar
jika terjadi kesalahan dalam penginputan data. Setelah tidak ada masalah
baru disimpan dan diberi nama (sebaiknya dibuat sama dengan file pada
geo agar tidak terjadi kesalahan)
2. Eksekusi Program (running)
Ada dua macam running yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu
GFGEN dan RMA2
24
a. Run GFGEN
Program ini bertujuan mengubah data file geometri dengan format
ASCII ke dalam format binary. Ada tiga buah file masukan dalam
eksekusi ini, yaitu file geometry (file.geo), file print output (file.ot1) dan
file binary (file.bin). Cara menjalankan program ini adalah sebagai
berikut:
1) Eksekusi lewat SMS melalui menu RMA2 dengan pilihan run GFGEN
atau mengklik shortcut GFGV430 pada layar windows explorer, secara
langsung akan muncul jendela MSDOS yang di dalamnya terdapat
program numeris tersebut.
2) Setelah semua perintah selesai, secara otomatis program mengeksekusi
data masukan tadi. Bila tanda berupa suara (beep) dan terdapat tulisan
stop program terminated, maka eksekusi program telah selesai.
Di bawah ini contoh run GFGEN:
PROGRAM GFGEN version 4.30
>>>>> Plotting de-activated <<<<<
This executable is dimensioned for
15000 Nodes and 5000 Elements
Last modification date: 09-08-1995
--> FOR THE REORDER LIST WITH STARTING NODE = 2616 ... LAST NODE = 2477
--> REORDERING SUM = 872918 BAND SUM = 47793
--> SELECTED ELEMENT ORDER HAS A REORDERING SUM = 635752
--> Binary geometry file has been written
--> GFGEN has Finished
Stop - Program terminated.
b. Run RMA2
Output dari GFGEN dapat dibaca pada file.ot1 dan yang berbentuk file
binary yang merupakan masukan untuk program hidrodinamik RMA2. cara
running program ini sama dengan saat running GFGEN hanya file-file yang
diisikan berbeda. File-file yang harus dimasukkan adalah file.bc, file.ot2,
file.bin (hasil dari running GFGEN) dan file.sol. Bila eksekusi telah selesai
akan terdengar bunyi beep dan pada monitor terdapat tulisan RMA2 has
finished initial solution serta stop program terminated. Dibawah ini contoh
run RMA2.
Gambar 5.2. Kontur dan vektor kecepatan di groundsill jembatan tanpa groundsill
Gambar 5.4. Kontur dan vektor kecepatan di groundsill sapon tanpa groundsill.
30
Dari hasil visual kontur kecepatan sungai tanpa groundsill dapat dilihat
bahwa kecepatan aliran relatif stabil bila dibandingkan aliran dengan groundsill,
kecepatan mengikuti pola alur delta sungai. Pada aliran dengan 1 groundsill
maupun dengan 2 groundsill, aliran diatas bendung kecepatan lebih tinggi, hal ini
dikarenakan terjadi kenaikan elevasi dasar di bangunan groundsill.
Vektor kecepatan aliran sungai tanpa groundsill teratur dan searah
mengikuti pola delta pada sungai, sedangkan apabila pada aliran terpasang
bangunan groundsill dapat dilihat bahwa vektor kecepatan seakan-akan mengolak
dan tidak beraturan terutama vektor diatas groundsill, hal ini karena adanya
kenaikan elevasi dasar sungai akibat bendung pada bangunan groundsill..
C. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan
gerusan. Hal ini dikarenakan semakin besarnya kecepatan aliran maka kecepatan
gesernya akan semakin bertambah. Kecepatan aliran pada suatu titik dipengaruhi
oleh besar debit aliran dari hulu dan luas tampang basahnya, dengan debit tertentu
apabila luas tampang basah pada titik tersebut lebih kecil maka kecepatan aliran
akan lebih besar, begitu pula sebaliknya. Sedangkan besar-kecilnya luas tampang
basah dipengaruhi oleh kedalaman air.
Kecepatan aliran di sekitar groundsill Sungai Progo dapat digambarkan
seperti pada tabel 5.1 sampai dengan tabel 5.4, yaitu dengan menganggap
koordinat (0,0) ada pada bagian kiri bawah bingkai gambar peta dari import file
seperti yang dijelaskan pada bagian lampiran. Penempatan koordinat pada tabel
dibawah disesuaikan pada koordinat node di bangunan groundsill, sedangkan
pada aliran tanpa groundsill koordinatnya mengikuti. Dari tabel kemudian dibuat
grafik untuk membandingkan pola aliran yang terjadi pada sungai dengan dan
tanpa bangunan groundsill pada saat debit maksimum dan minimum. Debit
maksimum terjadi pada jam ke 55 sebesar 2418 m/det3, sedangkan debit minimum
terjadi pada jam ke 99 sebesar 335 m/det3.
31
Tabel 5.1. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran dengan dan
tanpa groundsill pada debit maksimum di sekitar groundsill hilir sapon.
Koordinat Kecepatan Elevasi permukaan Kedalaman aliran
Titik
X Y DG TG DG TG DG TG
1 6626,89 7278,43 2,47 2,64 20,41 19,53 9,26 8,37
2 6565,42 7275,44 2,97 3,28 20,04 19,03 8,91 7,89
3 6508,44 7250,70 3,19 3,47 19,80 18,59 9,30 8,09
4 6471,99 7234,64 2,65 3,86 19,60 18,18 8,60 7,66
5 6467,67 7232,29 3,75 3,85 18,97 18,15 5,47 7,62
6 6464,89 7230,61 4,21 3,84 18,90 18,10 4,40 7,58
7 6462,10 7228,81 2,54 3,76 18,69 18,09 9,19 7,53
8 6448,62 7221,67 1,87 3,24 18,64 17,98 9,14 7,35
9 6422,80 7206,77 1,45 1,33 17,89 17,70 7,17 6,96
10 6367,89 7177,47 1,22 1,23 17,24 17,23 6,54 6,53
Keterangan: DG: dengan groundsill
TG: tanpa groundsill
Tabel 5.2. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran dengan dan
tanpa groundsill pada debit minimum di sekitar groundsill hilir sapon.
Koordinat Kecepatan Elevasi permukaan Kedalaman aliran
Titik
X Y DG TG DG TG DG TG
1 6626,89 7278,43 0,755 1,250 15,74 14,32 4,580 3,17
2 6565,42 7275,44 0,851 1,710 15,68 14,10 4,540 2,98
3 6508,44 7250,70 0,846 1,600 15,64 13,89 5,130 3,38
4 6471,99 7234,64 0,625 1,630 15,61 13,73 4,160 3,20
5 6467,67 7232,29 2,160 1,610 15,68 13,71 2,190 3,18
6 6464,89 7230,61 4,700 1,610 13,67 13,70 0,166 3,17
7 6462,10 7228,81 1,350 1,580 13,64 13,69 4,140 3,14
8 6448,62 7221,67 0,605 1,330 13,91 13,62 4,210 3,00
9 6422,80 7206,77 0,483 0,505 13,44 13,48 2,700 2,74
10 6367,89 7177,47 0,483 0,506 13,23 13,23 2,530 2,53
Keterangan: DG: dengan groundsill
TG: tanpa groundsill
32
Tabel 5.4. Tabel kecepatan, elevasi permukaan dan kedalaman aliran dengan dan
tanpa groundsill pada debit minimum di sekitar groundsill jembatan.
Koordinat Kecepatan Elevasi permukaan Kedalaman aliran
Titik
X Y DG TG DG TG DG TG
1 5274,79 5252,15 0,295 0,202 10,44 10,11 2,06 1,72
2 5225,52 5159,43 0,566 0,374 10,40 10,09 2,19 1,88
3 5201,94 5143,28 0,240 0,365 10,39 10,08 4,29 2,15
4 5187,98 5117,09 0,077 0,373 10,39 10,06 4,39 2,19
5 5183,36 5109,93 0,723 0,382 10,43 10,06 0,93 2,20
6 5181,88 5107,00 0,691 0,367 9,94 10,06 0,44 2,23
7 5180,12 5104,18 0,120 0,368 10,12 10,06 4,26 2,22
8 5173,71 5090,35 0,172 0,349 10,12 10,05 4,26 2,24
9 5171,03 5042,11 0,649 0,460 10,11 10,04 2,03 1,96
10 5102,71 4939,02 0,732 0,542 9,99 9,98 1,92 1,91
Keterangan: DG: dengan groundsill
TG: tanpa groundsill
DG max
2,50 TG max
DG min
2,00
TG min
1,50
1,00
0,50
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tiitk
Gambar 5.7. Grafik kecepatan aliran (velocity mag) di groundsill hilir sapon.
20,00
19,00
18,00
DG max
elevasi
17,00 TG max
16,00 DG min
TG min
15,00
14,00
13,00
12,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
titik
6,00
TG max
5,00 DG min
4,00 TG min
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
titik
Gambar 5.9. Grafik kedalaman air (water depth) di groundsill hilir sapon.
Di groundsill hilir sapon kecepatan aliran (velocity mag) dengan
menggunakan bangunan berfluktuasi di titik 4, 5, 6 dan 7 berbeda dengan aliran
tanpa bangunan yang relatif konstan. Kecepatan tertinggi yaitu di titik 5 dan 6
diatas bendung bangunan groundsill dikarenakan aliran di titik ini meluncur
seiring dengan semakin rendahnya kedalaman air. Di titik 7 aliran dengan
groundsill kecepatan mengalami penurunan karena di titik ini kedalaman air
meninggi sehingga mengakibatkan luas tampang basah bertambah, dengan debit
aliran yang sama maka kecepatan di titik ini akan lebih rendah, dapat dilihat pada
gambar 5.9.
Di sebelah hulu groundsill pada sungai dengan bangunan groundsill
kecepatan yang terjadi lebih rendah bila dibandingkan aliran pada sungai tanpa
bangunan groundsill. Hal ini dikarenakan bendung pada groundsill menahan
aliran air, sehingga kecepatannya menurun.
Elevasi permukaan air (water surface elevation) dengan dan tanpa
bangunan groundsill stabil cenderung menurun. Di titik 5 dan 6 yaitu titik di atas
bendung terjadi perubahan pola aliran. Aliran di sebelah hulu bendung bersifat
sub kritis yaitu akibat pengaruh dari bendung yang menaikkan elevasi muka air
sehingga aliran di daerah hulu bendung kecepatannya rendah. Di titik 6 aliran
berubah menjadi super kritis akibat pengaruh dari apron hilir yang elevasi
dasarnya lebih rendah dari mercu bendung, hal ini mengakibatkan aliran
36
meluncur. Pada gambar 5.9 terlihat pengaruh perubahan ini yaitu di titik 5 dan 6
elevasi muka air pada saat debit minimum di kedua titik ini menurun tajam.
2. Groundsill Jembatan
Grafik Kecepatan Aliran di Groundsill Hilir Jem batan
1,600
1,400
1,200
1,000 DG max
kecepatan
TG max
0,800
DG min
0,600 TG min
0,400
0,200
0,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
titik
Gambar 5.10. Grafik kecepatan aliran (velocity mag) di groundsill hilir jembatan.
14,00
13,00 DG max
TG max
elevasi
12,00 DG min
TG min
11,00
10,00
9,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
titik
6,00
TG max
5,00
DG min
4,00 TG min
3,00
2,00
1,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
titik
Gambar 5.12. Grafik kedalaman air (water depth) di groundsill hilir jembatan.
Seperti halnya pada bangunan groundsill sapon elevasi permukaan pada
bangunan groundsill jembatan relatif stabil. Pada saat debit minimum elevasi
muka air terjadi penurunan tajam di titik 5 dan 6, hal ini dikarenakan di titik ini
aliran melalui apron hilir (down-stream Apron) pada bangunan groundsill. Aliran
di titik ini super kritis sehingga air meluncur menyebabkan elevasi menurun
tajam.
Di hulu groundsill kecepatan yang terjadi lebih rendah pada sungai tanpa
bangunan groundsill, hal ini berkaitan dengan sifat bendung yang menahan laju
aliran sehingga selain elevasi muka air di hulu naik, bendung juga mengakibatkan
kecepatan aliran turun. Perilaku ini sama pada kondisi hulu groundsill sapon.
Bila ditinjau pada grafik 5.12, kedalaman air pada kedua sungai lebih
tinggi pada aliran sungai dengan groundsill baik saat debit maksimum maupun
minimum. Hal ini disebabkan adanya bendung di groundsill yang membuat aliran
terkumpul di hulu bendung sehingga elevasi muka air naik. Sedangkan kedalaman
air di atas bendung groundsill paling lebih kecil, hal ini dikarenakan naiknya
elevasi dasar sungai.
Hasil dari plot manager pada gage dapat dihasilkan informasi berupa
grafik yang diperlihatkan pada gambar 5.13 sampai gambar 5.30. Pada grafik
tersebut jam ke 56 dianggap jam pertama karena salah satu kelemahan dari
software Boss SMS 5 adalah tidak bisa menganalisa elevasi aliran yang tidak ada
aliran air, sehingga cara mengatasinya adalah dengan memberikan elevasi
“pancingan” pada muara sebesar elevasi di hulu yang paling besar kemudian
menurun bertahap sampai elevasi yang dikehendaki. Aliran dianggap stabil
setelah pasang surut yang ke 3 maka 2 pasang surut yang pertama tidak dipakai.
a. Hulu groundsill
2,7
kecepatan
2,2
dengan groundsill
tanpa groundsill
1,7
1,2
0,7
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
19
18
kedalaman
17
dengan groundsill
16 tanpa groundsill
15
14
13
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
1,1
1
0,9
kecepatan
0,6
0,5
0,4
0,3
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
17
kedalaman
16
dengan groundsill
tanpa groundsill
15
14
13
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
a. Hulu groundsill
1,15
0,95
kecepatan
dengan groundsill
0,75
tanpa groundsill
0,55
0,35
0,15
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
13
12,5 dengan groundsill
tanpa groundsill
12
11,5
11
10,5
10
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
b. Hilir Groundsill
0,35
0,3
kecepatan
dengan groundsill
0,25
tanpa groundsill
0,2
0,15
0,1
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
14
13
kedalaman
12 dengan groundsill
tanpa groundsill
11
10
9
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
2,5
2
kecepatan
belokan 1
1,5 belokan 2
belokan 3
1
0,5
0
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
20
19
kedalaman
belokan 1
18 belokan 2
belokan 3
17
16
15
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
3
muara 1
2,5 muara 2
2 muara 3
1,5
1
0,5
0
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
Pola aliran di titik ini selain dipengaruhi oleh debit aliran juga oleh
perilaku pasang-surut di muara sungai. Hal ini dapat dilihat pada grafik kecepatan
di titik 1 pengaruh pasang-surut mengakibatkan kecepatan aliran di titik ini naik
turun. Pada saat air laut pasang elevasi muka air di muara naik sehingga air laut
masuk ke sungai. Hal ini menyebabkan aliran dari hulu terhalang sehingga
kecepatannya berkurang. Dan ketika air surut elevasi muka air di muara turun, hal
ini seakan-akan membuat air tertarik ke laut menyebabkan kecepatan aliran dari
hulu naik.
6
kedalaman
muara 1
5 muara 2
muara 3
4
1
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
5
muara 1
elevasi
muara 2
4
muara 3
1
51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90 93 96 99
waktu
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di depan,
maka beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Kaitannya dengan fungsi groundsill untuk mencegah erosi sedimen,
kecepatan aliran di sebelah hulu groundsill lebih rendah dibandingkan
kecepatan diatas groundsill, hal ini menyebabkan terjadinya gaya tarik
sedimen sehingga endapan terkumpul di bagian hulu groundsill.
2. Kecepatan aliran air di hulu groundsill pada aliran sungai dengan
groundsill lebih rendah dibandingkan kecepatan aliran pada sungai tanpa
groundsill, hal ini disebabkan aliran terhalang oleh bendung pada
groundsill sehingga membuat air terakumulasi di hulu dan menghambat
laju aliran.
3. Pola aliran di muara sungai selain dipengaruhi oleh debit aliran juga oleh
perilaku pasang-surut di muara sungai, yaitu ketika air laut pasang elevasi
muka air di muara naik hal ini menyebabkan aliran dari hulu terhalang dan
kecepatannya berkurang. Pada saat air surut elevasi muka air di muara
turun, hal ini seakan-akan membuat air tertarik ke laut menyebabkan
kecepatan aliran dari hulu naik.
4. Pola aliran di belokan sungai progo dipengaruhi oleh arah aliran air yang
berubah dan adanya delta pada sungai. Aliran air dari kanan terhalang oleh
tepi sungai di sebelah kiri menyebabkan aliran membelok. Kecepatan
aliran akan terpusat di tepi sungai sebelah kiri akibat gaya sentrifugal
aliran air sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya erosi di tepi kiri
belokan sungai.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya dengan perangkat lunak ini perlu dihitung
juga pola sedimentasi yang terjadi sepanjang sungai progo ini, sehingga
hasil yang didapat benar-benar mewakili kondisi asli.
48
DAFTAR PUSTAKA
Adi, R. A., 2001, Unjuk Kerja Piranti Lunak Boss SMS (Surface Water Modelling
System) pada Kajian Pola Aliran dan Sedimentasi pada Perencanaan
Kolam Pelabuhan Ikan Glagah, Tugas Akhir Teknik Sipil S1 UGM,
Yogyakarta.
Anggoro R. (2001), Unjuk Kerja Piranti Lunak Boss SMS pada Kajian Pola Aliran
dan Sedimentasi pada Perencanaan Kolam Pelabuhan Ikan Glagah, Tugas
Akhir Teknik Sipil S1 UGM
Arisanto, B., 2000, Penggunaan perangkat Lunak SMS 5.04 Untuk Kajian Pola
Aliran dan Gerusan di Sekitar Pilar Jembatan, Tugas Akhir Teknik Sipil S1
UGM, Yogyakarta.
Boss SMS, 2000, SMS Surface Water Modeling System version 7.0, Environmental
Modeling Research Laboratory of Brigham Young University.
Boss SMS, 2000, Users Guide to GFGEN - Version 4.27, US Army Corps of
Engineers Waterways Experiment Station - Hydraulics Laboratory
Donnell, B. P., 1997, User guide to RMA 2 WES Version 4.3, Engineering Computer
Graphics Laboratory, Brigham Young University.
DPU Yogyakarta, 1987, Draft Final Report Srandakan Groundsill, South Java
Flood Control Project, Dinas Pekerjaan Umum sub.bag Pengairan,
Yogyakarta.
Hadi, K., 2000, Penggunaan Perangkat Lunak Surface Water Modeling System
5.04 Untuk Kajian Pola Aliran dan Gerusan di Sekitar Krib, Tugas Akhir
Teknik Sipil S1 UGM, Yogyakarta.
Sosrodarsono, S., 1985, Perbaikan dan Pengaturan Sungai, cetakan I, PT. Pradnya
Paramitha, Jakarta.
L ampiran 1
Pembuatan M odel M atematis
1
(sungai) dan lain-lain, dapat diambil dan dijadikan domain pada Boss SMS,
namun dalam tugas akhir ini hanya akan dijelaskan cara pembuatan domain
dengan piranti yang ada pada Boss SMS.
b. Pembuatan node.
Uraian di bawah ini akan manerangkan cara pembuatan node dilengkapi
dengan gambar-gambar untuk memperjelas uraian di atasnya, adapun
langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
1) Menekan tombol “ ” create nodes string dengan mouse, klik satu kali
pada gambar peta, koordinat secara otomatis akan terisi, lanjutkan
dengan titik-titik yang lain.
2) Untuk memudahkan pembuatan node digunakan menu nodes yang
terdapat pada sisi atas jendela tayang. Misalnya kita akan membuat
titik-titik kemudian dari kiri ke kanan atau atas ke bawah cukup
membuat dua buah titik, kemudian pilih tombol “ ” select nodes tool,
klik salah satu titik kemudian dengan menekan tombol shift pada
papan keyboard klik satu titik yang lain. Pilih menu nodes dan klik
node interp opts dan isikan beberapa titik atau segmen yang yang
diinginkan dalam number of intervals in string, tekan linear jika ingin
titik-titik lurus diantaranya dan tekan arch jika membuat titik-titik
setengah lingkaran diantaranya, kemudian isi nilai jari-jari setengah
lingkaran tadi, secara otomatis koordinat langsung terisi. Kemudian
lanjutkan sampai semua titik yang diinginkan terpenuhi.
c. Pembuatan elemen/jaring-jaring (mesh)
Langkah-langkah pembuatan mesh atau jaring-jaring dapat dilihat dibawah
ini:
1) Pilih tombol “ ” create nodestring tool dan klik semua titik-titik yang
telah dibuat tadi dan harus dibagi menjadi empat empat bagian yaitu
atas, bawah kiri dan kanan jika kita menggunakan piranti rectangular
patch. Namun hanya tiga bagian jika menggunakan piranti triangular
patch pada menu element. Pada saat mengklik setiap titik maka warna
titik akan berubah menjadi merah dan merah tua setelah menekan
3
tombol enter atau klik dua kali, maka keempat nodestring akan
terbentuk.
2) Setelah nodestring terbentuk klik tombol “ ” select nodestring tool,
maka akan muncul beberapa kotak sesuai dengan grup nodestring
yang telah dibuat di atas, dan sambil menekan tombol shift klik
keempat kotak yang ada, maka warna kotak akan berubah menjadi
hitam. Kemudian dari menu program pilih element dan klik
rectangular patch, pada jendela tayang akan muncul kotak dialog
rectangular patch. Element type pilih quadrilaterals untuk bentuk
segiempat dan triangles untuk bentuk segitiga, tekan tombol preview
maka jaring elemen telah terbentuk. Untuk lebih jelas terlihat pada
gambar 2.
menyimpan data tadi. Kekurangan dengan cara ini adalah pada saat
running selesai, maka program dalam MS DOS ini tidak berhenti tetapi
lengsung menghilang dan kembali ke program SMS dalam MS
Windows. Selain itu dapat juga mengeksekusi program melalui MS
DOS sehingga kekurangan dengan cara sebelumnya dapat teratasi.
Cara yang lain adalah menjalankan melalui windows explorer dengan
terlebih dulu mengubah properties file Gfgv430.pif. Caranya adalah
klik kanan file Gfgv430.pif kemudian tekan properties. Jika pada
attribute, kotak yang tercentang adalah read-only dan centang archive.
Kemudian tekan program, pada bagian Cmd line ubah tulisan
GVGV430.EXE menjadi GVGV430.EXE /h dan kotak close on exit
yang tercentang dikosongkan. Berikut ini adalah urutan file masukan
saat melakukan running GFGEN.
Enter gfgen run control input file name
File.geo
Enter full print output file name
File.ot1
NO BANNER WERE SUPLIED AS INPUT
Enter the binary output geometry file name
File.bin
2) Setelah semua perintah selesai, secara otomatis program mengeksekusi
data masukan tadi, bila telah ada tanda berupa suara (beep) dan
terdapat tulisan stop program terminated, maka eksekusi program
telah selesai. Namun ada kalanya juga program tidak berhasil
melakukan running akibat kekurangtepatan dalam penginputan data,
program otomatis berhenti (tanda stop) serta muncul komentar
kesalahan.
b. Run RMA2
Setelah eksekusi program GFGEN selesai dan tidak terdapat komentar
error.., maka output dari program diatas telah dapat dibaca pada file.ot1
dan juga berbentuk file.bin sehingga menjadi masukan untuk program
9
dinamik RMA2. Cara running RMA2 sama dengan saat running GFGEN
hanya file-file yang diisikan berbeda. File-file yang harus kita tuliskan
adalah file.bc, file.ot2, file.bin (hasil running GFGEN), file.sol (hasil
running RMA2) dan file.rsr (hotstart), jika kita memerlukan pengulangan
running. Bila eksekusi telah selesaiakan terdengan bunyi (beep) dan
terdapat tulisan RMA2 has finished initial solution serta stop program
terminated. Namun sering kali program tidak bisa di eksekusi sampai
selesai, maka eksekusi berhenti di tengah jalan dan menuliskan kesalahan
yang terjadi (error..). Ini berarti terdapat kesalahan pada saat penginputan
data di RMA2. buka kembali menu RMA2 isikan kembali dengan
parameter-parameter yang benar, simpan dalam file.bc dan eksekusi
program sampai berhenti. Adapun urutan file masukan saat melakukan
running RMA2 adalah sebagai berikut:
ENTER RUN CONTROL INPUT FILE NAME
File.bc
ENTER FULL RESULTS LISTING OUTPUT FILE NAME
File.ot2
RMA2 VERSION 4.30 READING INPUT DATA ... UNIT= 2
READ VARIABLE RECRD=T1 erv CHKDMS= DMS =
NO BANNERS ON INPUT CONTROL FILE ... REWIND
T1 erva
T2 Created by SMS
T3 Tugas Akhir Sungai Progo
SI 0
$L 0 0 60 64 0 3 0
<< CAUTION >> AutoPEC/N LU turned off via $L
<< CAUTION >> Final Binary for vorticity is turned off via $L
ENTER INPUT GEOMETRY FILE (binary)
File.bin
ENTER FINAL RMA-2 SOLUTION/RESULTS FILE (binary)
File.sol
10