TUGAS AKHIR
Oleh :
Nama : Ariondra
No.Bp : 1801011057
Prodi : D-3 Teknik Mesin
Oleh :
Nama : Ariondra
No.Bp : 1801011057
Prodi : D-3 Teknik Mesin
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Kepala Prodi D3 Teknik Mesin
Rakiman, ST,.MT
NIP. 19650502 199003 1002
i
KATA PENGANTAR
ii
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 yang telah memberikan banyak
bantuan selama proses pendidikan di Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Padang.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dari awal pembuatan
tugas akhir hingga selesainya ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga dukungan, bantuan dan do’a serta bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan pahalan dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kekhilafan dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Dengan kerendahan hati penulis
berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Ariondra
1801011057
iii
DAFTAR ISI
iv
4.3 Hasil Observasi Lapangan ...................................................................... 33
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 39
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 39
5.2. Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Pelanggan Perumda Air Minum Kota Padang ........... 22
Tabel 4.2 Air Yang Diproduksi, Distribusi dan Air Terjual
Tahun 2017 dan 2018 ............................................................................. 23
Tabel 4.3 Air Yang Diproduksi, Distribusi dan Air Terjual
Tahun 2019 dan 2020 .............................................................................. 23
Tabel 4.4 Hasil Observasi Lapangan ...................................................... 38
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini Penulis akan Menganalisa Penyebab
Terjadinya Kebocoran pada Pipa Distribusi Perumda Air Minum Kota Padang di
Wilayah Utara guna untuk mengetahui penyebab terjadinya hal tersebut dan
mencari solusi dari data yang didapat dilapangan nantinya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari tugas akhir ini adalah :
1. Memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi program Diploma III
Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu dan praktek yang didapat dibangku kuliah ke
dunia kerja.
2
1. Sistem pendistribusian air Perumda Air Minum Kota Padang di Wilayah
Utara
2. Penyebab-penyebab kebocoran pada pipa distribusi Perumda Air Minum
Kota Padang di Wilayah Utara
3. Cara penanganan kerusakan dan perawatan pada pipa distribusi Perumda Air
Minum Kota Padang di Wilayah Utara
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh adalah :
1. Sebagai suatu penerapan teori dan praktek kerja yang didapat selama bangku
perkuliahan
2. Mendapatkan solusi dari permasalahan yang dikaji
3. Menjadi landasan jika terjadi permasalahan yang sama dikemudian harinya.
3
Bab ini membahas teori pendukung, dasar-dasar pemilihan bahan serta
rumus perhitungan yang digunakan pada bahan dan komponen.
BAB III METODOLOGI
Dalam bab ini diuraikan tentang perencanaan dan cara untuk memperoleh
data data dilapangan.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas data data yang didapat dilapangan serta pengolahan
datanya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan memberikan gambaran akhir dari
pembahasan. Saran dibuat berdasarkan pengalaman penulis ditujukan kepada
para pembaca yang ingin melanjutkan atau mengembangkan pembahasan topik
ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
sungai-sungai yang mempunyai kecepatan rendah menyebabkan hilangnya zat
padat yang melayang dan bakteri patogen akan mati karena kurangnya makanan,
walaupun demikian kontaminasi baru terhadap air permukaan akan terjadi akibat
adanya air buangan dan pertumbuhan alga yang menjadi sumber makanan untuk
organisme.
Air permukaan terdiri dari air sungai dan air danau. Air sungai adalah air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi dan mengalir melewati daerah aliran sungai. Daerah
aliran sungai merupakan daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik
tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari daerah aliran sungai sebelahnya oleh
suatu pembagi atau punggung bukit yang dapat ditelusuri pada peta topografi. Air
danau adalah air permukaan berasal dari air hujan atau air tanah yang keluar ke
permukaan tanah dan terkumpul pada suatu titik yang relatif rendah dan cekung [3].
6
Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu :
1. Fluida tak termampatkan (incompressible)
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan
tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.
2. Fluida termampatkan (compressible)
Pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida ini secara umum disebut fluida
termampatkan.
Fluida dapat juga dibedakan berdasarkan kekentalannya, yaitu fluida nyata
(viscous fluid) dan fluida ideal (non viscous fluid). Fluida nyata adalah fluida yang
memiliki kekentalan, fluida ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
contohnya air dan udara. Sedangkan fluida ideal, tidak ada dalam kehidupan sehari-
hari dan hanya dipakai dalam teori dan kondisi-kondisi khusus saja.
Kemudian jenis aliran fluida berdasarkan gaya yang terjadi pada fluida
dibedakan atas :
Aliran Laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau laminar –
laminar dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative
antara lapisan.
Aliran Turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh
fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan antara aliran laminar dan aliran
turbulen.
7
2.3 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds aliran digunakan untuk menunjukkan sifat utama
aliran,yaitu apakah aliran adalah laminar,turbulen,atau transisi serta letaknya pada
skala yang menuujukkan pentingnya secara relatif kecenderungan turbulen
berbanding dengan laminar.
𝑉𝐷𝜌
Re = ................................................................................................... (2.1)
𝑚
dimana :
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
𝜌 = Massa jenis fluida (kg/m3)
m = Viskositas dinamik fluida (kg/m.s)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada
pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds kritis.
Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari 4000.
2.4 Rapat Jenis (Desnisty)
Rapat jenis atau density (r ) adalah ukuran konsentrasi suatu zat dan dinyatakan
dalam satuan massa per satuan volume. Sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung ratio massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap
volume bagian tersebut. Hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝑑𝑚
ρ= (kg/m3).......................................................................................... (2.2)
𝑑𝑣
dimana :
m = Massa fluida (kg)
V = Volume fluida (m3)
Besar nilai rapat jenis dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur
maka kerapatan fluida akan berkurang dikarenakan gaya kohesi dari
molekulmolekul fluida menjadi berkurang [4].
2.5 Viskositas
Viskositas fluida adalah ukuran ketahanan suatu fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun
8
dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin
bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas
dari zat cair tersebut [4].
Viskositas dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Viskositas kinematik, adalah perbandingan antara viskositas mutlak terhadap
rapat jenis / density
𝜇
V= 𝜌 ............................................................................................................. (2.3)
dimana :
µ = Nilai dari viskositas mutlak atau viskositas dinamik (kg./m.s)
ρ = Nilai kerapatan massa fluida (kg/m3)
2. Viskositas dinamik atau viskositas mutlak mempunyai nilai sama dengan hukum
viskositas Newton.
𝜏
µ = 𝑑𝑢/𝑑𝑦 ...................................................................................................... (2.4)
dimana :
𝜏 = Tegangan geser pada fluida (N/m2)
du/dy = Gradient kecepatan ((m/s)/m)
dimana :
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
9
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
V = Volume fluida (m3)
dimana :
ρ = Massa jenis fluida (kg/m2)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
P = Tekanan pada suatu titik aliran fluida (Pa)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
z = Tinggi suatu titik dari permukaan (m) [4].
10
Tabel 1. Sifat – Sifat Fisika Air
Modulus
Viskosit Viskositas Tegangan Tinggi
elastisitas
Suhu Berat Kerapatan as kinematik permukaan Tekanan
curahan
0C N/m3 ρ kg/m3 µ x 103 ѵ x 106 ѵ x 102 uap
x x 10-7
N-s/m2 m2/s N/m p√y .† m
N/m2
0 9806 999,9 1,792 1,792 7,62 0,06 204
5 9807 1000,0 1,519 1,519 7,54 0,09 206
10 9804 999,7 1,308 1,308 7,48 0,12 211
15 9798 999,1 1,140 1,141 7,41 0,17 214
20 9789 998,2 1,005 1,007 7,36 0,25 220
25 9778 997,1 0,894 0,897 7,26 0,33 222
30 9764 995,7 0,801 0,804 7,18 0,44 223
35 9749 994,1 0,723 0,727 7,10 0,58 224
40 9730 992,2 0,656 0,661 7,01 0,76 227
45 9711 990,2 0,599 0,605 6,92 0,98 229
50 9690 988,1 0,549 0,556 6,82 1,26 230
55 9666 985,7 0,506 0,513 6,74 1,61 231
60 9642 983,2 0,469 0,477 6,68 2,03 228
65 9616 980,6 0,436 0,444 6,58 2,56 226
70 9589 977,8 0,406 0,415 6,50 3,20 225
75 9560 974,9 0,380 0,390 6,40 3,96 223
80 9530 971,8 0,357 0,367 6,30 4,86 221
85 9499 968,6 0,336 0,347 6,20 5,93 217
90 9466 965,3 0,317 0,328 6,12 7,18 216
95 9433 961,9 0,299 0,311 6,02 8,62 211
100 9399 958,4 0,284 0,296 5,94 10,33 207
11
c) Pelayanan dalam keadaan darurat, diakibatkan oleh terputusnya sumber
pada transmisi, ataupun terjadinya kerusakan atau gangguan pada suatu
bangunan pengolahan air.
2) Pemerataan aliran dan tekanan akibat variasi pemakaian di dalam daerah
distribusi.
3) Sebagai distributor pusat atau sumber pelayanan dalam daerah distribusi.
Lokasi reservoir tergantung dari sumber topografi. Penempatan reservoir
mempengaruhi system pengaliran distribusi, yaitu dengan gravitasi, pemompaan,
atau kombinasi gravitasi pemompaan [3]
Adapun Perumda Air Minum Kota Padang sebelum mendistribusikan air
bersih, air terlebih dahulu diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA).
b. Sistem Pemipaan
Adalah sistem yang mampu membagikan air pada setiap konsumen dengan
berbagai cara, baik dalam bentuk sambungan langsung rumah (house connection)
atau sambungan melalui kran (public tap). Pada zat cair ideal sewaktu mengalir di
dalam pipa tidak ada tenaga yang hilang, tetapi pada zat cair biasa yang mempunyai
kekentalan terjadi gesekan antara zat cair dengan dinding pipa dan/atau antara zat
cair dengan zat cair itu sendiri, sehingga terjadi kehilangan tenaga [7].
a) Endapan dapat berkumpul karena aliran diam bila flushing tidak dilakukan,
sehingga dapat menimbulkan bau dan rasa.
12
b) Bila ada bagian yang diperbaiki, bagian bawahnya tidak akan mendapat air.
c) Tekanan berkurang bila area pelayanan bertambah.
2. Sistem loop/grid, tidak ada ujungnya. Air mengalir lebih dari satu arah.
Keuntungan:
a) Air mengalir dengan arah bebas, tidak ada aliran diam.
b) Perbaikan pipa tidak akan menyebabkan daerah lain tidak kebagian air, karena
ada aliran dari arah lain.
c) Pengaruh karena variasi/fluktuasi pemakaian air dapat dikurangi.
Kerugian:
a) Perhitungan perpipaan lebih kompleks
b) Diperlukan lebih banyak pipa dan perlengkapannya (fittings).
13
1. Korosi
Korosi adalah degradasi atau penurunan mutu logam akibat reaksi kimia
suatu logam dengan lingkungannya. Korosi merupakan masalah besar bagi
bangunan dan peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti gedung,
jembatan, mesin, pipa, mobil, kapal dan lain sebagainya [9]. Proses korosi pada
umumnya sulit dideteksi, lama kelamaan akan membentuk bukaan yang berujung
menjadi kebocoran pada pipa saluran air. Selain dipengaruhi oleh umur pipa,
senyawa kimiawi yang terkandung dalam air juga menjadi penyebabnya dan juga
mineral dan pH yang tidak seimbang akan mempercepat proses korosi tersebut
terjadi.
Tipe-tipe korosi pada pipa umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Uniform Corrosion
yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan
permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai
akibat permukaan terkonversi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada
peralatan-peralatan terbuka, Misalnya permukaan luar pipa.
b. Pitting Corrosion
yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam karena
hancurnya film dari proteksi logam yang disebabkan oleh rate korosi yang berbeda
antara satu tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.
c. Stress Corrosion Cracking
yaitu korosi berbentuk retak-retak yang tidak mudah dilihat, terbentuk
dipermukaan logam dan berusaha merembet ke dalam. Ini banyak terjadi pada
logam-logam yang banyak mendapat tekanan. Hal ini disebabkan kombinasi dari
tegangan tarik dan lingkungan yang korosif sehingga struktur logam melemah.
d. Errosion Corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena tercegahnya pembentukan film pelindung
yang disebabkan oleh kecepatan alir fluida yang tinggi, misalnya abrasi pasir.
e. Galvanic Corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena terdapat hubungan antara dua metal yang
disambung danter dapat perbedaan potensial antara keduanya.
14
f. Crevice Corrosion
yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrup-
sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotorankotoran endapan atau timbul dari
produk-produk karat.
g. Selective Leaching
Korosi ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari Campuran
logam. Contoh yang paling mudah adalah desinfication yang melepaskan zinc dari
paduan tembaga [5].
Menghitung Laju Korosi dengan Metode Weight loss per unit area and unit
time. Weight loss per unit area and unit time atau pengurangan berat per satuan luas
dan satuan waktu ini biasa digunakan pada waktu lampau karena pengurangan berat
biasanya secara langsung menentukan kuantitas pada pengujian korosi. Spesimen
uji ditimbang sebelum dan sesudah dicelupkan kedalam media korosi. Atas dasar
ini dapat dihitung penyusutan ketebalan sebagai pengurangan berat per satuan
luas/massa jenis dimana CR adalah laju korosi (mpy), W adalah berat yang hilang
(mg), D adalah massa jenis logam (g/cm3 ), A adalah luas dari spesimen (in2 ) dan
t adalah waktu (jam). Rumus yang digunakan untuk menghitung laju korosi :
534 W
mpy = ........................................................ (2.10) [6].
DAt
Gambar 2.2 dibawah ini merupakan contoh pipa yang mengalami korosi.
2. Penyumbatan
Adanya penyumbatan, khususnya dibagian yang memiliki tekanan air yang
tinggi, berpotensi menyebabkan keretakan yang berujung kebocoran nantinya.
15
Inilah mengapa kita selalu perlu memastikan bahwa saluran air bebas dari berbagai
masalah penyumbatan. Penyebab terjadinya penyumbatan ini biasanya karena
adanya endapan lumpur dan kotoran lainnya. Lakukan pembersihan secara rutin
dan waspada terhadap benda yang rawan mengakibatkan penyumbatan pada pipa.
Gambar 2.3 dibawah ini memperlihatkan kondisi pipa yang tersumbat.
3. Jenis Pipa
Pemilihan jenis pipa juga menjadi hal yang sangat penting dalam proses
pendistribusian air, salah dalam memilih pipa yang cocok dengan kondisi tertentu
akan mengakibatkan kerusakan atau kebocoran pada pipa tersebut. Adapun
beberapa jenis pipa air yang digunakan di Perumda Air Minum Kota Padang antara
lain :
a. Pipa Air PVC
Pipa air PVC adalah salah satu jenis pipa yang sangat populer digunakan untuk
saluran pipa mengalirkan air di hunian. Disebut PVC karena diproses dari bahan
polivinil klorida dan termasuk salah satu polimer termoplastik. Adapun kelebihan
dan kekurangan pipa PVC ialah sebagai berikut :
Kelebihan :
1. Bahan yang ringan, kuat, dan tahan terhadap serangan kimia, karena bobotnya
yang ringan pipa PVC ini bisa mengurangi biaya penanganan, transportasi dan
pemasangan.
2. Tahan karat
3. Pipa-pipa ini memiliki sifat elastis yang baik.
4. Permukaan bagian dalam yang halus dari pipa membuat lebih sedikit gesekan.
16
5. Tahan lama, pipa PVC merupakan pipa yang tahan akan pelapukan,
pembusukan, korosi dan guncangan, bahan ini juga sangat fleksibel sehingga
tidak akan mudah patah.
6. Elastis.
7. Hemat biaya.
Kekurangan :
1. Tidak tahan terhadap suhu tinggi
2. Mudah retak
17
c. Pipa Air Galvanis
Pipa air galvanis adalah pipa saluran air yang terbuat dari besi seng
dengan dilapisi baja. Pipa air jenis ini merupakan salah satu pipa saluran air
yang membutuhkan teknik tinggi saat proses pemasangan. Salah satu
contohnya adalah pada proses pemotongan pipa yang harus akurat. Selain itu,
dibutuhkan pengaman pipa apabila akan di instalasi dalam tanah.
18
BAB III
METODOLOGI
untuk membantu penulis dalam pengolahan data dan penyusunan laporan untuk
19
3.4 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Pengamatan Lapangan
Pengambilan Data
Tidak
Analisa
Ya
Pembuatan Laporan
Selesai
20
3.5 Diagram Waktu Pengerjaan
Adapun diagram waktu pengerjaannya dapat dilihat pada table berikut ini :
2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
1
Proposal
2 ACC Proposal
3 Bimbingan
4 Studi Literature
5 Pengamatan Lapangan
6 Pengambilan Data
7 Pembuatan Laporan
8 Sidang
21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Sistem Penyediaan Air Perumda Air Minum Kota Padang
4.1.1. Cakupan Pelayanan
Pelayanan Perumda Air Minum Kota Padang, secara administratif
sudah melayani 11 Kecamatan dari 11 Kecamatan di Kota Padang. Pelayanan
tersebut dilayani oleh sistem perkotaan (BNA). Pada tahun 2020 jumlah
pelanggan atau sambungan rumah yang terpasang (SR) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Pelanggan Perumda Air Minum Kota Padang
Uraian Jumlah
Pelanggan (SR) 136.873
Aktif (SR) 114.900
Non Aktif (SR) 21.973
Cakupan Pelayanan (%) 61,53
22
berekening (NRW = non revenue water). Berikut adalah data kehilangan air
Perumda Air Minum Kota Padang tahun 2017-2020.
Tabel 4.2 Air Yang Diproduksi, Distribusi dan Air Terjual Tahun 2017 dan 2018
TAHUN
Uraian Satuan 2017 2018
Jumlah Air yang Diproduksi M3/Tahun 38.861.932 41.477.486
Jumlah Air yang Didistribusi M3/Tahun 37.776.623 40.351.663
Jumlah Air yang Terjual M3/Tahun 26.689.245 28.364.894
Jumlah Air yang Hilang
(NRW) M3/Tahun 11.087.378 11.989.769
Persentase Air yg Hilang
(NRW) % 29,35 29,71
Tabel 4.3 Air Yang Diproduksi, Distribusi dan Air Terjual Tahun 2019 dan 2020
TAHUN
Uraian Satuan 2019 2020
Jumlah Air yang Diproduksi M3/Tahun 44.249.461 45.042.620
Jumlah Air yang Didistribusi M3/Tahun 43.065.040 41.136.011
Jumlah Air yang Terjual M3/Tahun 30.535.187 29.537.286
Jumlah Air yang Hilang
(NRW) M3/Tahun 12.529.853 11.598.725
Persentase Air yg Hilang
(NRW) % 29,10 28,20
23
50.000.000
45.000.000
Kebocoran
JUMLAH AIR (M3/TAHUN) 40.000.000 pipa
produksi
35.000.000
30.000.000
Produksi
25.000.000
Distribusi
20.000.000 Terjual
15.000.000
Kebocoran
10.000.000 pipa
distribusi
5.000.000
0
2017 2018 2019 2020
Grafik 4.1 Jumlah Produksi, Distribusi dan Air terjual Perumdam Kota Padang
tahun 2017-2020
Kehilangan Air
13.000.000
JUMLAH AIR HILANG (M3/TAHUN)
12.500.000
12.000.000
11.500.000
Kehilangan Air
11.000.000
10.500.000
10.000.000
2017 2018 2019 2020
Grafik 4.2 Tingkat Kehilangan Air Perumdam Kota Padang tahun 2017-2020
Dari grafik 4.1 dan grafik 4.2 dapat diketahui debit kebocoran produksi lebih kecil
dibandingkan dengan debit kebocoran distribusi. Hal itu dikarenakan sistem
jaringan pipa transmisi Perumdam Kota Padang bisa dikatakan masih baru sehingga
kualitas dari perlengkapan dari jaringan masih dalam kondisi yang baik, tidak
24
banyak karat dan kebocoran pada sambungan. Selain itu jaringan pipa transmisi
Perumdam Kota Padang dapat dipantau oleh petugas dengan mudah sehingga jika
terjadi suatu kebocoran dapat langsung ditangani. Sedangkan kebocoran distribusi
sangat tinggi disebabkan jaringan pipa yang menyebar dan ditanam didalam tanah
sehingga untuk mengetahui kebocoran sedini mungkin sulit untuk dilakukan.
Untuk Wilayah Utara suplai airnya berasal dari IPA Latung, IPA Guo
Kuranji dan sumur bor yang ada di kawasan Balai Baru dan Siteba. Untuk
mempermudah pendistribusian air pelanggan dikelompokkan lagi
berdasarkan rayon-rayon. Wilayah utara melayani rayon 9, rayon 10, rayon
14 dan rayon 15
25
4.2 Sistem Distribusi Perumda Air Minum Kota Padang
Sistem Distribusi yang digunakan adalah sistem tertutup. Adapun sistem
pendistribusian bisa dilihat dari gambar dibawah ini :
Sumber Pipa
Air IPA Reservoir Pelanggann
Distribusi
Baku
26
a. Intake Latung
Sumber air Intake Latung berasal dari Sungai Latung yang terletak di
Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah. Intake Latung memiliki
kapasitas sebesar 200 liter/detik dengan ketinggian 47 mdpl.
b. Intake Taban
Intake Taban di bangun pada tahun 2010 dengan jenis Intake bendung
dan sumber air dari Sungai Taban dengan kapasitas Intake 100 liter/detik.
Intake Taban terletak di Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah.
c. Intake Sei Duo
Sumber Intake Sei Duo berasal dari Sungai Duo yang terletak di Lubuk
Minturun, Kecamatan Koto Tangah. Intake sei Duo dibangun pada tahun
2010 dengan kapasitas Intake 40 liter/detik dan jenis Intake adalah Intake
bendung.
d. Intake Sariak
Intake Sei Sariak memiliki kapasitas sebesar 60 liter/detik. Intake ini
dibangun pada tahun 2010 dengan sumber air dari Sungai Sariak, terletak
di Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah.
e. Intake Gariang
Sumber air Intake Gariang berasal dari Sungai Gariang yang terletak di
Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah. Intake Gariang memiliki
kapasitas sebesar 60 liter/detik.
f. Intake Guo Kuranji
Intake Guo Kuranji memiliki kapasitas 40 liter/detik yang bersumber dari
Sungai Lubuk Tempurung. Intake Guo terletak di Kecamatan Kuranji.
27
secara fisika biasanya dilakukan dengan memanfaatkan sifat makanis dari air
tanpa tambahan zat kimia. Contoh penerapannya adalah pengendapan,
adsorbsi, filtrasi, dll. Pengolahan secara kimiawi tentu saja dengan
penambahan zat kimia seperti tawas, klor, dll yang biasanya untuk
menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Sedangkan
pengolahan secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme tertentu
yang dapat membantu menjernihkan air.
Perumda Air Minum Kota Padang menggunakan instalasi pengolahan
air (IPA) secara fisika dan kimiawi. Pada dasarnya, pengolahan air tersebut
dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Intake Building
Sesuai dengan namanya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat
pertama masuknya air dari sumber air. Bangunan ini dilengkapi
dengan screen bar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda asing yang
terdapat dalam air. Selanjutnya air akan masuk ke dalam bak besar sebelum
dipompakan ke water treatment plant.
2. Water Treatment Plant
WTP merupakan instalasi utama pengolahan air bersih. Terdapat
beberapa bagian pengolahan pada WTP yang membuat air menjadi layak
digunakan. Adapun bagian tersebut:
Koagulasi
Bagian pertama kita kenal dengan bak koagulasi. Di bak ini air akan di
destabilisasi dari partikel koloid/kotoran. Proses destabilisasi dapat dilakukan
secara kimiawi dengan penambahan zat tawas (aluminium sulfat) maupun
dengan cara fisika yaitu dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump) dan secara mekanis (batang pengaduk) agar
tawas bercampur merata dengan air.
Flokulasi
Proses selanjutnya adalah flokulasi untuk membentuk dan
memperbesar flok (kumpulan kotoran). Prosesnya air akan diaduk perlahan
agar tawas yang tercampur di air dapat mengikat partikel kotoran dan
membentuk flok yang lebih besar agar lebih mudah mengendap.
28
Sedimentasi
Setelah flok terbentuk (biasanya berbentuk lumpur), air akan masuk ke
bak sedimentasi dimana berat jenis flok yang lebih berat akan otomatis
mengendap di dasar bak dan air bersih dapat terpisah dari lumpur.
Filtrasi
Setelah air terpisah dari lumpur, air akan disaring lagi agar benar-benar
bersih dengan dimasukkan ke bak filtrasi. Bak filtrasi dapat menggunakan
teknologi membran, namun dapat pula disubtitusi dengan media lainnya
seperti pasir dan kerikil silica. Proses ini dilakukan dengan bantuan gaya
grafitasi.
Desinfeksi
Setelah proses pengolahan selesai, biasanya juga dilakukan proses
tambahan (disinfeksi) berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan,
dll untuk menghindari adanya potensi kuman dan bakteri yang terkandung di
dalam air.
Perumda Air Minum Kota Padang memiliki 15 unit Instalasi
Pengelolaan Air (IPA) dan 12 unit Sumur Bor. IPA terbesar yang dimiliki
adalah IPA Gunung Pangilun dengan kapasitas terpasang 500 l/dt dan
kapasitas produksi sekitar 450 liter/detik. Sedangkan IPA yang terkecil
adalah IPA Pegambiran dengan kapasitas terpasang 5 lt/dt dan kapasitas
produksi 5 lt/dt. Sementara dari 12 sumur bor yang dimiliki saat ini hanya 3
sumur bor yang beroperasi, sedangkan yang lain tak dioperasikan karena
berbagai faktor, seperti jumlah kapasitas airnya yang turun drastis, tidak
efisien dan yang lainnya.
Apabila dilihat dari pengolahannya, IPA di Perumda Air Minum Kota
Padang terbagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu pengolahan lengkap dan
pengolahan tidak lengkap. Pengolahan lengkap meliputi proses koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Sedangkan pengolahan tidak
lengkap hanya dengan pembubuhan desinfektan dan filtrasi saja. Adapun IPA
dengan pengolahan lengkap terdapat di Gunung Pangilun, Taban, Latung I,
II, III, IV dan Ulu Gadut IA serta Ulu Gadut II, sedang yang lainnya
29
pengolahan tidak lengkap. Adapun IPA yang digunakan untuk pendistribusian
air di wilayah utara adalah :
a. IPA Latung
IPA Latung berkapasitas 290 liter/detik yang terdiri dari 4 IPA, yaitu:
1. IPA 10 liter/detik
2. IPA 40 liter/detik
3. IPA 40 liter/detik
4. IPA 200 liter/detik
IPA Latung terletak pada ketinggian 73 m dpl dengan sumber air dari
Intake Latung dan Intake Gariang. IPA ini dibangun pada tahun 1994 – 2006.
IPA Latung melayani Kawasan Utara Kota padang (Wilayah Pelayanan
Utara), terutama Kecamatan Koto Tangah, sebagian Kecamatan Padang Utara
dan sebagian Kecamatan Kuranji.
30
mdpl. Sumber airnya berasal dari Intake Guo Kuranji. IPA Guo Kuranji
melayani kawasan kuranji terutama daerah Belimbing dan sekitarnya.
c. IPA Palukahan
IPA ini memiliki kapasitas produksi 100 l/d dan telah menggunakan
metode pengolahan lengkap (Full Treatment) yang juga merupakan IPA Indoor
pertama di Sumatera Barat. IPA ini untuk mengoptimalkan pelayanan Kec.
Koto Tangah, Kuranji dan Nanggalo.
31
d. IPA Taban
IPA ini memiliki kapasitas produksi 100 l/d yang terletak didaerah
air dingin Kec. Koto Tangah.
3.2.3. Reservoir
Setelah air selesai diolah, air akan dimasukkan ke tempat penampungan
sementara di dalam reservoir sebelum didistribusikan ke rumah dan
bangunan. Untuk mengalirkan air, biasanya digunakan pipa HDPE dan pipa
PVC.
Untuk lebih menghemat biaya pembangunan dan operasional, biasanya
Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan Reservoir dibangun di daerah yang cukup
tinggi (bukit atau gunung) sehingga dapat menghemat penggunaan pompa air
karena dapat dialirkan dengan gaya grafitasi. Untuk menjangkau wilayah
yang lebih luas, biasanya air akan ditampung lagi di reservoir di tiap daerah
sebelum dipompakan ke rumah dan bangunan.
32
a. Pipa Primer : Pipa yang berada dijalur Utama, ukuran pipa primer adalah
150mm-450mm
b. Pipa Sekunder : Pipa semakin kecil, ukuran pipa sekunder adalah 100mm
c. Pipa Tersier : Pipa yang digunakan untuk Sambungan Rumah, ukuran
pipa tersier adalah 50mm dan 80mm
d. Pipa Persier : Pipa yang digunakan untuk menghubungkan pipa tersier ke
pelanggan atau rumah, ukuran pipa persier adalah 20mm
33
Gambar 4.7 Korosi pada pipa
b. Kesalahan Pemasangan Awal
Pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai SOP seperti kesalahan dalam
pemasangan awal pada pipa akan mengakibatkan pipa bocor. Kesalahan
pemasangan awal yang sering terjadi yaitu pembakaran dan pemasangan
sambungan yang tidak sempurna, posisi pipa yang tidak pas,dan
pemasangan pipa tidak terlalu dalam. Pada hasil pemasangan awal yang
tidak sempurna ini, lama kelamaan pipa pasti akan terjadi kebocoran.
Kesalahan pemasangan awal yang mengakibatkan kebocoran dapat
dilihat pada gambar 4.8.
Cara untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan pemasangan awal
ialah meningkatkan pengawasan dari pihak Perumda Air Minum Kota
Padang kepada biro yang bekerja dalam pemasangan awal. Dengan
demikian dapat dipastikan bahwa pemasangan harus sesuai dengan SOP
yang berlaku.
34
Gambar 4.8 Kesalahan pemasangan awal
c. Tekanan Air
Tekanan air yang tinggi merupakan salah satu penyebab bocornya
pipa. Kebocoran yang disebabkan oleh tekanan air yang tinggi ini juga
berpengaruh besar terhadap pemasangan awal dan jenis bahan yang
digunakan. Jika saat pemasangan sambungan atau elbow yang kurang pas,
maka akan mudah terjadi kebocoran. Bahan yang digunakan juga tidak
mampu menahan apabila tekanan air naik secara tiba tiba. Perumda Air
Minum Kota Padang menggunakan bahan PVC untuk sambungan.
Kebocoran yang disebabkan oleh tekanan air dapat dilihat pada gambar
4.9.
Cara untuk mengantisipasi kebocoran akibat tekanan air yang tinggi
ialah meningkatkan kualitas pemasangan awal seperti sambungan,
memperkecil bukaan valve di reservoir saat pengunaan air pelanggan
35
turun dan dapat menggunakan valve otomatis yang dapat membuang
tekanan air apabila tekanan tiba-tiba melebihi tekanan normal.
36
Gambar 4.10 Kebocoran Akibat Bencana Alam
b. Pembuatan Drainase
Pembuatan drainase adalah suatu pekerjaan membuat bangunan air
yang berfungsi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan dan
mengendalikan erosi tanah , kerusakan jalan, dan bangunan yang ada.
Kebocoran yang terjadi karena pembuatan drainase diakibatkan oleh
cangkul, tembilang, dan alat berat yang terkena dengan pipa distribusi
Perumda Air Minum Kota Padang. Kebocoran ini dapat dilihat pada
gambar 4.11.
Cara untuk mengantisipasi kebocoran yang diakibatkan oleh
pembuatan drainase ialah meningkatkan koordinasi antara pihak PUPR
dengan pihak Perumda Air Minum Kota Padang sehingga saat melakukan
pekerjaan pembuatan drainase, pekerja dari PUPR sudah tau keberadaan
jaringan pipa distribusi Perumda Air Minum Kota Padang.
37
Gambar 4.11 Kebocoran Akibat Pembuatan Drainase
Dari hasil observasi pada tanggal 6-17 september penulis mendapatkan data
kebocoran sebagai berikut:
NO Teknis Terjadi
1 Korosi 2 kali
Jumlah 10 kali
1 Bencana Alam 0
2 Drainase 6 kali
Jumlah 6 kali
38
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa pada Tugas Akhir ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari grafik 4.1 dan grafik 4.2 dapat diketahui debit kebocoran produksi lebih
kecil dibandingkan dengan debit kebocoran distribusi. Hal itu dikarenakan
sistem jaringan pipa transmisi Perumdam Kota Padang bisa dikatakan masih
baru sehingga kualitas dari perlengkapan dari jaringan masih dalam kondisi
yang baik, tidak banyak karat dan kebocoran pada sambungan. Selain itu
jaringan pipa transmisi Perumdam Kota Padang dapat dipantau oleh petugas
dengan mudah sehingga jika terjadi suatu kebocoran dapat langsung ditangani.
Sedangkan kebocoran distribusi sangat tinggi disebabkan jaringan pipa yang
menyebar dan ditanam didalam tanah sehingga untuk mengetahui kebocoran
sedini mungkin sulit untuk dilakukan.
2. Kebocoran terbagi 2 yaitu teknis dan non teknis. Kebocoran yang sering terjadi
yaitu kebocoran teknis daripada kebocoran non teknis. Dengan demikian,
menjadi bahan evaluasi bagi pihak Perumda Air Minum Kota Padang untuk
meningkatkan SDM dan kualitas dari hasil kerja sehingga dapat mengurangi
jumlah kebocoran dan kerugian dari air yang hilang akibat kebocoran tersebut.
3. Kebocoran non teknis memang tidak dapat dihindari oleh pihak Perumda Air
Minum Kota Padang, tapi hal ini dapat diantisipasi sejak dini sebelum
terjadinya hal-hal diluar teknis mengakibatkan kebocoran pada pipa distribusi
dengan cara meningkatkan koordinasi dengan pihak eksternal sebelum
melakukan pekerjaan diwilayah atau jaringan pipa distribusi Perumda Air
Minum Kota Padang dan memasang jaringan pipa seaman mungkin dari hal-
hal yang dapat membuat pipa distribusi terjadi kebocoran dari pihak luar atau
diluar dari aspek teknis yang ada di Perumda Air Minum Kota Padang.
5.2. Saran
Melihat hasil dari analisa yang didapat dari Tugas Akhir ini, maka dapat
disarankan untuk menganalisa lebih lanjut tentang potensi-potensi yang dapat
mengakibatkan kebocoran pada pipa distribusi sehingga kebocoran dapat dideteksi
39
sedini mungkin, penanganan kebocoran secepat mungkin dan pemeliharaan
jaringan secara rutin untuk mengurangi dan meminimalisir kerugian yang
ditanggung oleh Perumda Air Minum Kota Padang.
40
DAFTAR PUSTAKA
[1] Riris, D. A. H. (2016). Analisis Kinerja Pdam Kota Padang Dengan Pendekatan
Balanced Scorecard (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
[2] Oci, O. (2018). Rancang Bangun Dashboard Transaksi pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Padang dengan Menggunakan
Aplikasi Microsoft Power BI (Doctoral dissertation, Universitas
Andalas).
[3] Ekawati, Nur Puji.2010. “Analisis Kebocoran Di Sub Zona Kerjo Perumda Air
Minum Karanganyer”. [Tugas Akhir]. Universitas Sebelas Maret.
[4] Waspodo, W. (2017). “Analisa Head Loss Sistem Jaringan Pipa Pada
Sambungan Pipa Kombinasi Diameter Berbeda”. Suara Teknik: Jurnal
Ilmiah, 8(1).
[5] Irawan, Andi.2016. “Analisis Korosi Pada Pipa Gas”. [Tugas Akhir].
Universitas Negeri Semarang.
[6] Sulistyono, W., & Bayuseno, A. P. (2014). “Analisis korosi dan erosi di dalam
pipa pdam semarang”. JURNAL TEKNIK MESIN, 2(4), 354-363.
[7] Saputra, E. (2015). PROTOTYPE STEAM POWER PLANT (Efesiensi Termal
SteamPower PlantDengan Variasi Bahan Bakar Campuran Kerosin dan
Minyak Jelantah) (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
[8] Zulfa, S. I., Nikmah, A., & Nisak, E. K. (2020). Analisa Penguasaan Konsep
pada Tekanan Hidrostatis dan Hukum Pascal Mahasiswa Pendidikan
Fisika. Jurnal Fisika Indonesia, 24(1), 24-29.
[9] Bahri, S. (2007). Penghambatan Korosi Baja Beton Dalam Larutan Garam Dan
Asam Dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina Dan
Oktilamina. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA, 3 (1), 231-236.
41