Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai derajat Ahli Madya (A.Md)
Politeknik Negeri Medan
Diajukan Oleh:
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya.
Yang memberikan pengetahuan, kesehatan dan kesempatan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini berjudul: “Analisis Pemeliharaan Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah Pada Penyulang BG-3 Daerah Kerja PT PLN (Persero) ULP Binjai
Barat”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
studi Diploma 3 Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan.
Dalam pembuatan laporan ini,penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun
segi administrasi. Oleh sebab itu selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak M. Syahruddin M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Bapak Nobert Sitorus S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Medan.
3. Bapak Suparmono S.T., M.T selaku Kepala Prodi Teknik Listrik Politeknik
Negeri Medan.
4. Bapak Ir.Gunoro,M.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
pengalaman, arahan dan pengetahuan selama penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini.
5. Bapak Achmad Sodikin selaku Manager PT PLN (Persero) ULP Binjai Barat.
6. Bapak Muhammad Fuad Habib selaku Supervisor PT PLN (Persero) ULP
Binjai Barat.
7. Bapak Drs. Bahtera Tarigan, M.T Selaku Dosen Wali kelas EL-6E yang telah
banyak memotivasi kami dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan.
9. Teman-teman seperjuangan Stambuk 2016 terkhusus kelas EL-6E yang
memberikan dukungan terhadap penyelesaian laporan ini.
i
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberikan rahmatnya kepada kita semua. Semoga Laporan
ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Hormat Penulis,
1605033009
ii
DAFTAR ISI
hal
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
2.3.1 Isolator............................................................................................... 5
iii
2.3.5 Konektor.......................................................................................... 13
BAB 3 DATA UMUM PADA PT PLN (PERSERO) ULP BINJAI BARAT .....26
iv
4.5.3 Pemeliharaan Semesteran ( 6 Bulan ) ............................................. 37
4.8.1 Pengertian........................................................................................ 48
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penyulang BG 3
Lampiran 2 Gangguan Pada Bulan Febuari
Lampiran 3 Gangguan Pada Bulan Maret
Lampiran 4 Gangguan Pada Bulan April
Lampiran 5 Gangguan Pada Bulan Mei
Lampiran 6 Spesifikasi Thermovision
Lampiran 7 Surat Perintah Kerja PLN Dengan Pihak Ke Tiga
Lampiran 8 Foto Bersama Setelah Sidang Tugas Akhir
viii
ABSTRAK
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
b) Gangguan-gangguan apa saja yang memerlukan pemeliharaan jaringan
distribusi tegangan menengah pada penyulang BG 3 pada PT PLN
(Persero) ULP Binjai Barat.
2
c) Manfaat bagi Penyusun.
Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun
langsung ke lapangan, sehingga menumbuhkan kemampuan dan
keterampilan meneliti dan pengetahuan yang lebih mendalam terutama
pada bidang kajian yang di kaji.
a) Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan cara mencari buku-buku referensi untuk
mendapat data teori yang sesuai dengan judul tugas akhir.
b) Metode Diskusi
Dengan melakukan konsultasi dengan Dosen Pembimbing dalam
penyelesaian tugas akhir.
c) Metode Observasi
Dengan melakukan pengamatan secara langsung saat dilakukan
pemeliharaan yang kemudian akan dianalisa kegunaan dari pemeliharaan
tersebut.
3
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan menngenai Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan, Manfaat, Metode Penulisan
dan Sistematika Penulisan.
BAB 5 PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari
keseluruhan pembahasan studi pemeliharaan jaringan distribusi
tegangan menengah agar penyaluran tenaga listrik dapat berfungsi
dengan baik.
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
SUTM adalah sarana untuk menyalurkan daya listrik yang dipasang di udara
dan ditempatkan diatas tiang dengan cara dan konstruksi tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku. Pada sistem distribusi jaringan tegangan menengah
dan tegangan rendah terdapat komponen-komponen yang mendukung
tersalurnya tenaga listrik dengan baik sampai ke konsumen.
5
Sesuai fungsi diatas dan penempatannya yang berada diruang terbuka, maka
suatu isolator harus mempunyai sifat:
6
b. Isolator tarik (strain insulator).
2.3.2 Konduktor
7
Untuk mendapatkan penghantar dengan persyaratan di atas dan ditinjau dari
segi ekonomis masih menguntungkan, maka bahan penghantar yang bnyak
digunakan sebagai saluran tenaga listrik adalah logam aluminium dan
tembaga. Berikut ini beberapa penghantar jaringan tegangan menengah,
yaitu:
a) Logam Murni
BCC : Bare Copper Conductor.
AAC : All Aluminium Conductor.
b) Logam Campuran
AAAC : All Aluminium Alloy Conductor.
c) Logam Paduan
Copper Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Tembaga.
Aluminium Clad Steel : Kawat Baja Berlapis Aluminium.
d) Kawat Lilit Campuran
ACSR : Aluminium Cable Steel Reinforced.
Untuk penghantar ukuran kecil, penghantar bisa terdiri hanya satu kawat,
tetapi untuk ukuran yang besar terdiri beberapa kawat yang dipilin menjadi
satu. Hal itu selain untuk keperluan kelenturan, maka kuat tarik dan daya
hantar akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan penghantar yang
hanya terdiri dari satu kawat.
8
tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan
khususnya pada sistem tegangan menengah masalah impedansi
diperhitungkan karena nilainya cukup berarti. Apabila perbedaan nilai
tegangan tersebut melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran
tersebut rendah. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum
berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar.
Dimana :
Rc = Resistansi kabel ( Ω / km )
Xc = Reaktansi kabel ( Ω / km )
L = Panjang kabel ( m)
9
2.3.3 Tiang
Tiang listrik berfungsi untuk menompang konduktor, isolator dan alat
pelengkap lainnya, sehingga dapat diperoleh jarak yang aman antara
konduktor dengan makhluk hidup dan bangunan. Terbuat dari bahan yang
kuat yang mampu menahan beban tarik maupun beban tekan yang berasal
dari kawat penghantar ataupun tekanan angin. Tiang listrik harus
mempunyai sifat antara lain :
a) Mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi.
b) Mempunyai umur yang panjang.
c) Mudah dan murah pemeliharaannya.
d) Tidak terlalu berat.
e) Mempunyai harga yang murah.
f) Berpenampilan yang menarik.
g) Mudah dipasang dan dicabut kembali.
Menurut bahannya tiang terdiri dari :
a. Tiang besi
Dari bahan baja (steel) terdiri dari 2 atau 3 susun pipa dengan ukuran
berbeda bagian atas lebih kecil dari bagian di bawahnya, setiap pipa
disambung, bagian yang lebih kecil dimasukkan ke dalam bagian yang
lebih besar sepanjang 50 cm dipasang pen dan dilas.
b. Tiang beton
Dari bahan campuran semen, pasir dan batu split, dicor dengan kerangka
besi baja yang dibentuk bulat dan diregangkan sesuai kekuatan tiang
yang diinginkan. Untuk pengerasannya dengan cara diputar dengan
kecepatan tinggi selama beberapa waktu, sampai akhirnya membentuk
seperti pipa, dimana bagian tengahnya berupa lobang. Tiang beton dapat
digunakan setelah dipanaskan dengan temperatur cukup tinggi selama
beberapa menit dan kemudian didinginkan kembali secara alami.
10
c. Tiang kayu
Dari kayu yang tahan perubahan cuaca (panas, hujan) dan tidak mudah
rapuh oleh bahan-bahan lain yang ada didalam tanah, tidak dimakan
rayap atau binatang pengerat. Pada saat ini tiang kayu sudah jarang
digunakan lagi dengan alasan ekonomis, yaitu tiang dari bahan beton
lebih murah harganya.
Ketentuan yang harus dipenuhi pada tiang listrik adalah :
a) Beban kerja.
Ialah beban yang diijinkan terhadap tiang, sehingga tiang tersebut
mampu menahan beban tersebut secara terus menerus. Letak beban
kerja 20 cm dibawah puncak tiang, dan tiang dalam keadaan
terpasang kuat 1/6 panjang tiang bagian bawah. Beban kerja
dinyatakan dalam DaN (deca newton).
c) Penandaan.
Tanda pengenal tiang menyatakan : panjang, beban kerja, kode pabrik
dan nomor seri produksi, terletak bagian bawah tiang 1,5 m diatas
9 m / 200 d a N
garis tanah. Contoh:
Bp−234
11
Tabel 2.1 Panjang Tiang Sesuai dengan Penggunaannya
Panjang tiang
Keterangan
(m)
8 Penopang JTR (strut pole).
9 JTR (listrik desa dg beban kerja 100 daN); JTM 6kV.
JTM 6 kV sirkuit tunggal, dengan panjang gawang 40 m.
10 JTM 20 kV atau JTM 6 kV sirkuit ganda.
11 JTM 20 kV sirkuit tunggal dengan panjang gawang 60 m.
12 JTM 20 kV sirkuit ganda.
13 ; 14; 15 Ukuran khusus.
12
Ukuran travers dapat dilihat dari Gambar 2.3 berikut.
5 cm
5 7,5 cm
5 cm
10 cm
7,5 cm
2.3.5 Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat
penghantar. Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam, yaitu :
a. Joint Sleeve
Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan
penghantar pada posisi lurus. Pengencangannya dengan cara dipres.
Bentuk fisik joint sleeve dapat dilihat dari Gambar 2.4 berikut.
13
b. Repair Sleeve
Berfungsi untuk memperkuat kembali kawat yang sebagian uratnya ada
yang putus. Pengencangannya dengan cara dipres. Bentuk fisik repair
sleeve dapat dilihat dari Gambar 2.5 berikut.
14
d. Taping Clamp
Berfungsi untuk penyadapan dari saluran ke peralatan listrik lainnya.
Bentuk fisik taping clamp dapat dilihat dari Gambar 2.7 berikut.
15
peredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.
Bentuk fisik fuse cut out dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut ini.
16
Ada dua cara pemasangan Lightning arrester pada jaringan yaitu :
17
dilas penuh yang diisi dengan gas SF6. Interrupter tersebut diletakkan secara
berkelompok dan digerakkan oleh mekanisme pegas. Ini dioperasikan baik
secara manual maupun dengan sebuah motor DC dalam kompartemen motor
di bawah tangki. Listrik motor berasal dari baterai-baterai 24 V dalam ruang
kontrol. Transformer-transformer arus dipasang di dalam tangki dan
dihubungkan ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan indikasi
gangguan dan line measurement. Terdapat bushing-bushing dengan
transformer tegangan kapasitif, ini terhubung ke elemen-elemen elektronik
untuk memberikan line sensing dan pengukuran. Elemen-elemen elektronik
kontrol terletak dalam ruang kontrol memiliki standar yang sama yang
digunakan untuk mengoperasikan swicthgear intelijen, yang dihubungkan
ke swicthgear dengan kabel kontrol yang dimasukkan ke Swicth Cable
Entry Module (SCEM) yang terletak di dalam kompartemen motor. Bentuk
fisik Load Break Switch dapat dilihat dari Gambar 2.11 berikut.
18
ini untuk menjaga keamanan dari para pekerja yang melaksanakan
perbaikan atau perawatan, karena difungsikan untuk memisahkan bagian
yang bertegangan dan tidak maka DS ini pada sisi yang tidak bertegangan
dipasang grounding yang berguna untuk membuang sisa energi (kapasitansi)
yang tersimpan pada konduktor, system grounding dan close dari DS ini
saling interlocking. Hal ini untuk menghindari short circuit. Selain itu DS
tidak didiesain sebagai pemutus tegangan seperti CB-CB yang terdapat pada
panel atau gardu induk, oleh karena itu DS harus dilengkapi dengan
pemutus beban, kerja dari DS pun harus setelah CB benar –benar open atau
tidak ada daya yang mengalir ke DS, atau dapat dikatakan kerja dari DS dan
CB adalah interlocking juga. Pemisah atau DS digunakan untuk menjamin
keamanan para pekerja pada saat melakukan pekerjaan yang menyangkut
tegangan listrik, dan juga memberikan efisiensi karena harganya yang lebih
murah dibandingkan harga CB. Bentuk fisik Disconnecting Switch dapat
dilihat dari Gambar 2.12 berikut.
2.3.10 Recloser
Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang
dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu
suatu peralatan elektronik sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan
ini tidak berhubungan dengan tegangan menengah dan pada peralatan
ini recloser dapat dikendalikan cara pelepasannya. Dari dalam kotak kontrol
inilah pengaturan (setting) recloser dapat ditentukan. Alat pengaman ini
19
bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu sistem dari arus lebih
yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya adalah
untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur selang
waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak
membuka tetap (lock out), kemudian recloser akan menutup kembali setelah
gangguan itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah
membuka atau menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan
kemudian recloser akan membuka tetap (lock out).
Bentuk fisik Relay recloser dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut ini.
20
tempat terus-menerus, karena itu diperlukan suatu persyaratan dan sistem
isolasi yang khusus untuk melindungi peralatan dari kelembaban.
Keuntungan penggunaan kabel tanah dibandingkan dengan jaringan udara
adalah :
Bagian utama dalam hantaran yang berisolasi ialah bagian yang harus ada
(dimiliki) oleh kabel tanah, yaitu :
a. Penghantar
Sebagai bahan penghantar yang digunakan adalah ;
a) Tambaga.
b) Aluminium.
b. Isolasi
Sebagai bahan isolasi yang digunakan adalah :
a) Isolasi Thermoplastik PVC ( Polyvinyl Ohloride ).
b) Isolasi Elastomerio XLPE ( Cros Link Poly Ethylene ).
21
d. Perisai
Fungsi dari perisai ini adalah sebagai pelindung kabel terhadap gaya
mekanis pada waktu pemasangan dan selama kabel ditanam serta
dioprasikan.
Bentuk perisai kawat bulat atau kawat pipih (pita), terbuat dari :
a) Baja yang di galvanisasi.
b) Aluminium gabungan.
Pada permukaan selubung luar kabel harus diberi tanda dengan cetak
tinta atau cetak timbul yang jelas dan tidak mudah terhapus, dengan jarak
antara tidak lebih dari 50 cm.
22
Penandaan sekurang-kurangnya adalah :
c. Kode Pengenal.
Untuk memudahkan pengenalan kabel, maka diperlukan penandaan kabel
yang terlihat dari Tabel 2.2 berikut ini:
Kode Uraian
Pengenal
N Inti Terbuat Dari Bahan Tembaga.
NF Kabel udara dengan inti terbuat dari tembaga.
NA inti terbuat dari bahan alumunium.
NFA kabel udara dengan inti terbuat dari alumunium.
23
Kode Uraian
Pengenal
Y Isolasi Atau Selubung Dari PVC (Poly Vynil Chloride)
Tegangan Kerja Maksimal 1000 V Titik Lebih 70oc.
2X Isolasi atau selubung dari XLPE (Cross Link Poly Etheline)
Tegangan Kerja Sampai Di Atas 20 Kv Titik Leleh 90oc.
S atau SE Pelindung Elektrik, Terbuat Dari Pita Pelat Tembaga.
C atau CE Pelindung Elektrik Terbuat Dari Kawat Tembaga
yang dipasang Konsentris.
F Pelindung Elektrik Terbuat Dari Kawat Tembaga
yang dipasang Konsentris.
Gb Pelindung Mekanik Terbuat Dari Spiral Pelat Baja.
B Pelindung Mekanik Terbuat Dari Lapisan Pelat Baja.
d) Spesifikasi kabel
24
Tabel 2.3 Spesifikasi Konstruksi Kabel SKTM
25
BAB 3
DATA UMUM PADA PT PLN (PERSERO) ULP BINJAI BARAT
FEEDER DAERAH
BN 4 JL. VETERAN, JL. KAMP.KARO, JL. AIR HITAM, JL.
BATU GAJAH, JL. RAMBUNG PUTIH, JL. KERPE BUKIT,
JL. PERHIASAN, JL. BANGUN SARI, JL. PERDAMDAN
NAULI, JL. SEI MATI, JL. LALANGAN, JL. BESILAM, JL.
SETUNGKIT, JL. GERGAS, JL. PAYA KERBO, JL. PAYA
RAMBE, JL. LUBUK GONG, JL. PATOK 18, JL.
PERUMNAS SERATUS.
BN 5 JL. GATOT SUBROTO, JL. TANJUNG SARI, JL. ANGGUR,
JL. BINJAI KUALA, GANG KENANGA, JL. CINTA
DAPAT, JL. SEI LIMBAT STABOR, JL.SUKAREJO, JL.
ARA TUNGGAL, JL. PAYA JAMBU.
26
FEEDER DAERAH
BG 3 JL. SAWI, JL. DURIAN, JL. H.HASAN, JL. PAYA ROBA,
JL. GUNUNG RINJANI, JL. KSATRIA, JL. DELTA
KRISTAL, JL. SAMANHUDI, JL. PERUM BERNGAM, JL.
GUNUNG JAYA WIJAYA, JL. GUNUNG BENDAHARA,
JL. GUNUNG SINABUNG, JL. MARCAPADA.
MG 5 JL. PERINTIS KEMERDEKAAN, JL. BAKTI, JL. SEI
REMBAN, JL. PABRIK PLASTIK, JL. SAMBI REJO IV
TEMBONG, JL. SAMBI REJO III, JL. SAMBI REJO BUMI
AYU, JL. PENDIDIKAN, JL. PERUM KW DAME, JL.
SUDAMA.
Informasi jumlah trafo penyulang BG 3 dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut
ini.
27
Informasi komponen-komponen proteksi dapat dilihat pada tabel 3.4
berikut.
KOMPONEN JUMLAH
PROTEKSI
FCO 411
LA 351
DS -
LBS 3
RECLOSER 1
TOTAL 124
28
BAB 4
PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH
PADA PENYULANG BG 3 DAERAH KERJA PT PLN (PERSERO) ULP
BINJAI BARAT
29
2) Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan
surja petir dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat
menyebabkan gangguan hubung singkat karena tembus isolasi
peralatan ( breakdown ).
3) Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing
serta akibat kecerobohan manusia.
30
primer biasanya dipasang Recloser dimana akan membuka saat ada
gangguan temporer dan akan menutup secara otomatis saat gangguan
tersebut hilang. Jenis gangguan ini ialah : timbulnya flashover antar
penghantar dan tanah (tiang, travers atau kawat tanah) karena sambaran
petir, flashover dengan pohon-pohon, dan lain sebagainya. Gangguan yang
bersifat permanen (persistant), yaitu gangguan yang bersifat tetap. Agar
jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan pemeliharaan
dengan cara menghilangkan gangguan tersebut.
Gangguan ini akan menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan
listrik dan pada titik gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. PLN
biasanya membagi gangguan hubung singkat phasa ke tanah menjadi:
31
mengakibatkan pengelupasan isolasi dan menyebabkan hubung singkat
dan sebagainya.
32
kehilangan daya pembangkit, yang selanjutnya akan menimbulkan ayunan
daya (power swing). Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini
adalah, mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-
unit pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai
pengaman salah kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang lebih
luas.
33
4.4.1 Pemeliharaan Secara Preventif
Pemeliharaan preventif adalah pemeliharan yang dilakukan untuk mencegah
kerusakan tiba-tiba pada jaringan listrik dan juga berguna untuk
mempertahankan jaringan agar beroperasi dengan baik, dan untuk
mempertahankan umur peralatan pada jaringan listrik.
Berdasarkan tingkat kegiatannya pemeliharaan preventif dapat dibedakan
atas pemeriksaan rutin dan pemeriksaan sistematis.
a) Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual
(inspeksi) untuk kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran-saran (rekomendasi) dari
hasil inspeksi, antara lain penggantian, pembersihan, peneraan dan
pengetesan.
Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan pemeriksaan rutin ini adalah
dapat ditemukannya kelainan – kelainan atau hal – hal yang dikawatirkan
bisa menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode pemeliharaan
rutin berikutnya.
Suatu sistem jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami pemeliharaan
rutin apabila sistem jaringan sudah diperiksa secara visual dan saran –
saran sudah dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang bersifat
perubahan / rehabilitasi jaringan.
b) Pemeriksaan Sistematis
Pemeliharaan sistematis adalah pekerjaan pemeliharaan yang
dimaksudkan untuk menemukan kerusakan atau gejala kerusakan yang
tidak ditemukan/diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi yang kemudian
disusun saran-saran untuk perbaikan. Pekerjaan dalam kegiatan
pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan lebih
teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang.
Suatu sistem jaringan dapat dikatakan sudah dilaksanakan pemeliharaan
sistematis apabila sistem jaringan sistem tersebut sudah dipelihara secara
34
sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya penyempurnaan /
perubahan.
35
kencang, kebakaran dan sebagainya yang biasanya waktunya mendadak.
Dengan demikian sifat pekerjaan pemeliharaan untuk keadaan ini adalah
sifatnya mendadak dan perlu segera dilaksanakan, dan pekerjaannya tidak
direncanakan.
Contoh kegiatan pemeliharaan darurat adalah:
a) Perbaikan / penggantian JTM yg rusak akibat kebakaran.
b) Perbaikan / penggantian instalasi gardu yang rusak.
c) Perbaikan / penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat bencana
alam.
36
telanjang atau tidak berisolasi. Dimana saluran udara semacam ini
diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external misalnya pohon-
pohon, benang layang-layang, dan sebagainya. Kegiatan yang perlu
dilakukan dalam program triwulanan adalah :
a) Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak
aman yang sesuai dengan yang di ijinkan ( 2 m ).
b) Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan
dan segera mengadakan tindak lanjut.
37
4.5.4 Pemeliharaan Tahunan
38
7) Dilarang bekerja di ruang dengan bahaya kebakaran / ledakan, lembab
dan sangat panas.
39
4.6.1 Perampalan
Dalam penyaluran ketenagalistrikan ke pelanggan pastinya terdapat
beberapa permasalahan jaringan yang saya temui selama saya melaksanakan
kegiatan PKL di PT. PLN (Persero) ULP Binjai Barat antara lain:
1) Gangguan akibat tanaman warga mengenai HUTM.
2) Jaringan Di Timpah Pohon Tumbang.
3) Layangan sangkut pada jaringan.
40
Gambar 4. 3 Sesudah Dilakukan Penutuhan Pohon
41
4.6.2 Pemeliharaan SKTM
42
Pada saat dilakukan pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
43
Pelepasan pin isolator yang lama dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.
Setelah dilakukan pergantian pin isolator yang lama dengan yang baru dapat
dilihat dari gambar 4.7 berikut.
44
e) Persiapan peralatan kerja.
f) Koordinasi dengan Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) bahwa
tim PDKB siap melaksanakan pekerjaan.
g) Memasang tangga, memasang tali pelayanan serta mengamankan
gangguan.
h) Mengukur arus yang mengalir pada jumper dan harus dipastikan
bernilai 0 A.
i) Memotong jumper outdoor ketiga phasa.
j) Memasang grounding pada kabel outdoor.
k) Melakukan perbaikan pada jumper outdoor.
l) Mengupas isolasi penghantar bila penghantar SUTM berjenis A3CS
(berisolasi Half Insulated) atau membersihkan penghantar bila
penghantar SUTM berjenis A3C (kawat telanjang).
m) Melepas grounding pada kabel outdoor.
n) Melepas peralatan persiapan.
o) Koordinasi dengan Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) bahwa
tim PDKB selesai melaksanakan pekerjaan.
Pada saat jumperan putus dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut.
45
Pada saat dilakukan pemeliharan jumperan yang putus dapat dilihat dari gambar
4.9 berikut.
a) Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan,
b) Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
dirinci dalam pasal 2;
c) Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut.
Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja seperti diurai pada pasal 3, yakni:
46
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara atau getaran.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
n) Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman, atau barang
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
4.7.1 Tujuan K3
Tujuan K3 adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai:
a) Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.
b) Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
c) Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.
d) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.
47
4.8 Standart Operation Procedure (SOP)
4.8.1 Pengertian
Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah
kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat
Protap.
Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja peralatan harus
memenuhi ketentuannya, yaitu aman dioperasikann kembali, maka untuk itu
perlu diatur cara melakukan pemeliharaan, peralatan untuk mengukur
kondisi peralatan kubikel, perkakas kerja yang digunakan pada waktu
pemeliharaan.
48
Contoh :
49
dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah
kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel.
2. Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan dengan baik dan
aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja
dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya
kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap
jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin agar
selalu siap kapanpun digunakan.
50
Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :
1) Perkakas kerja
2) Alat bantu kerja
3) Alat Ukur
4) Material / bahan
5) Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
6) Berkas Dokumen Instalasi Distribusi yang akan dioperasikan
7) Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.
3. Prosedur Komunikasi
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan
dari mulai persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai pelaporan
pekerjaan.
51
4.8.4 Pembuatan SOP
SOP
DINAS GANGGUAN
.....................................
........................................
......................................
PETUGAS :
KOORDINASI :
1. Piket UPJ
2. Pelaksana Lapangan
52
PERALATAN KERJA :
1. Pakaian Kerja
2. Helm pengaman
3. Sepatu alas karet Isolasi Tahan 24 kV
4. Sarung tangan Karet Isolasi Tahan 24 kV
5. Sarung tangan kulit
Tangga fibre/ Aluminium
MATERIAL :
PROSEDUR KERJA :
53
LANGKAH KERJA :
54
gangguan, lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain sesuai SOP.
6. Bila pada gardu penyulang tersebut belum terpasang indikator burdin, dan titik
gangguan belum diketahui , petugas menuju gardu pertama dari penyulang
tersebut.
7. Buka PMS arah GI , arah beban dan arah gardu kedua.
8. Yakinkan bahwa pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka dengan
memeriksa melalui kaca pemantau di kubikel tersebut.
9. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah GI dan instalasi gardu
tersebut,
10. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
11. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja dan
petugas apakah sudah dalam keadaan aman
12. Bila sudah aman minta agar tegangan dari GI dinormalkan sampai dengan PMS
incoming gardu pertama.
13. Bila tegangan sudah normal sampaidengan PMS incoming, masukkan PMS
incoming, cek lampu indikator, bila sudah masuk . masukkan PMS kearah
beban gardu tersebut.
14. Lakukan pemeriksaan beban gardu tersebut, bila sudah normal,
15. Satu orang petugas bersama pengemudi menuju gardu kedua.
16. Digardu kedua buka PMS incoming, PMS out going dan PMS beban dibuka .
yakinkan pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka.
17. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah gardu pertama dan instalasi
gardu tersebut,
18. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
19. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja dan
petugas apakah sudah dalam keadaan aman
20. Koordinasi dengan piket UPJ agar tegangan dari gardu pertama dimasukkan
sampai dengan PMS incoming gardu kedua.
21. Bila sudah ada informasi tegangan sudah masuk periksa lampu indikator kubikel
tersebut.
55
22. Masukkan PMS incoming, masukkan PMS arah beban, lakukan pemeriksaan.
23. Lakukan langkah tersebut sampai diketahui titik gangguan.
24. Bila titik ganguan sudah diketahui, laporkan kepiket UPJ
25. Atas perintah piket UPJ , lakukan pemindahkan sebagian beban ke peyulang
yang tidak terganggu.
26. Bereskan dan periksa peralatan kerja, K-3, petugas serta lingkungan, kembali
kekantor.
27. Pembuatan laporan hasil pekerjaan sebagai dasar tindaklanjut perbaikan seksi
HAR.
Cara Kedua :
56
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
2) Gangguan yang paling sering terjadi di ULP Binjai Barat yaitu pada
jaringan distribusi tegangan menengah dibandingkan dengan JTM pada
ULP yang lain, karena penggunaan SUTM yang merupakan penghantar
udara telanjang (contoh: AAAC) yang rentan terhadap gangguan.
57
5.2 SARAN
58
DAFTAR PUSTAKA
1. Cornella De LL Obregat, gG class NH fusses. Tersedia: http://www.df-
sa.es/nh/fuses/gg/ , 12 Juli 2019.
2. Daman Suswanto (2009). Sistem Distribusi Tenaga Listrik.1 . 299.
3. Djiteng Marsudi. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta :
Graha Ilmu.
4. Ilham Widian Fatari (2012). Pemeliharaan Jaringan Distribusi. Tersedia:
http://ilhamwidianfatari.blogspot.com/2012/03/pemeliharaan-jaringan-
distribusi.html, 12 Juli 2019.
5. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero). Kriteria Disain Enjinering
Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik. Jakarta: PT. PLN (PERSERO), 2010.
6. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero). Standar Konstruksi Jaringan
Tegangan Menengah. Jakarta: PT. PLN (PERSERO), 2010.
7. Lei Yang. Metal Oxide Surge Arrester, Lightning Arrester. Tersedia:
http://www.ecvv.com/product/1233894.html , 12 Juli 2019.
8. Zhejiang Fuerte Electrical Apparatus. Fuse Cutout. Tersedia:
http://www.asia.ru/en/ ProductInfo/1077001.html , 12 Juli 2019.
59
LAMPIRAN - LAMPIRAN
60
Penyulang BG 3
20 LATERAL
BJ 193 160kVA BJ 91
50 KVA 160 KVA
PUSKESMAS
BJ170
50 KVA
TT 1
25 KVA
H. HASAN
BJ137 BJ92
160 kVA 160 kVA BJ65
100kVA
JL. SAWI
BJ96
100kVA
BJ144
160kVA
BJ93 BJ169 BJ31
160kVA 50kVA 50kVA
JL. DURIAN
PAYA ROBA
BJ145
160kVA
BJ154
100kVA
BJ126
50 kVA
BJ64
200kVA
BJ155 BJ125
BJ183 100kVA 200kVA
TT 4 TT 3
BJ181 BJ140 25kVA
25 KVA 25 KVA
100kVA 100kVA BJ115 LPJU
BJ 194
250kVA
BN3 BJ43 JL. GUNUNG RINJANI 100kVA
BJ47 100kVA
160kVA BJ182 SECTOS
LP MANUVER NO
BJ45 BJ196 25kVA BJ42
BJ165 TT5 BJ171 BJ197 DPR BJ156
100kVA 25kVA 100 kVA 160kVA 100kVA
100kVA
200kVA 50kVA
NC REC
SB 75 SB 74 PERUM BERNGAM
100kVA 100kVA SB23
160 kVA
SB54
50kVA
SB01
200kVA DISPEN
SB65 SB 73
100kVA 50 kVA
TRAFO UMUM SB44
160kVA TT 7
25 KVA
TRAFO TOWER
100kVA WIJAYA
SB67
100kVA
SB03
200kVA
SB59
50kVA
SB20
JL. GUNUNG BENDAHARA
160kVA
PDAM TIRTA SARI SB56 SB60
JL. Gn. KINIBALU
SB43
122030231389 / 345000VA 100kVA 200kVA
160kVA
800kVA PERUM BSI
SB38 SB62 SB58 SB13 SB52 SB 69
SB71 SB04
100kVA 25kVA 100kVA 100kVA 100kVA 160kVA
PDAM 200kVA
SB51 160kVA
160kVA
GUNUNG SINABUNG
MARCAPADA
SB39 SB42
SB47
200kVA SB40 100kVA
50kVA
100kVA SB11
SB28 200kVA
SB12
100kVA
SB48
200 KVA
TT 9
25 KVA
TT 10
25 KVA
SB21
SB25 100kVA
50kVA
SB46
50kVA
61
Spesifikasi Thermovision
Model
FLIR E4 FLIR E5 FLIR E6 FLIR E8
Number
Imaging and Optical Data
IR
80 × 60 120 × 90 160 × 120 320 × 240
Resolution
MSX
320 × 240
Resolution
Thermal
<0.15°C <0.10°C <0.06°C
Sensitivity
Field of
45° × 34°
View
Focus Focus Free
Detector Uncooled Microbolometer
Screen 3.0 in. 320 × 240 color LCD
Frame Rate 9 Hz
Analysis
IR image, visual image,
Image IR image, visual image,
MSX, picture-in-picture,
Modes MSX, thumbnail gallery
thumbnail gallery
62
Multi Spectral IR image with enhanced detail presentation
Dynamic Imaging
(MSX)
Emissivity
Variable from 0.1 to 1.0
Correction
Set-Up
Set-up Commands Local adaptation of units, language, date and time formats
Image Storage
Other
63