Anda di halaman 1dari 5

4.

4 Lingkungan Pengendapan Daerah Penelitian

Batuan dari formasi Mallawa ini diperkirakan berumur Palcosen-Eosen

(Rab. Sukamto, 1982), terendapkan dalam lingkungan paralik sampai laut

dangkal, dan ketebalan formasi ini tidak kurang dari 400 meter. Beberapa contoh

batubara Formasi Mallawa yang telah diteliti antara lain pada daerah Mallawa,

Taccepa, Bontoa, dan Uludaya pada Kabupaten Maros. Endapan batubara di

daerah tersebut diatas berupa lapisan dengan ketebalan bervariasi dari 1-6 lapisan.

Ketebalan Batubara pada Formasi Mallawa berukuran antara 0,15 - 1,60 meter.

Berselingan dengan lempung, batupasir, dan lanau. Ciri fisik berwarna hitam

sampai hitam kecoklatan, kilap terang sampai pudar, getas, rekahan terisi lempung

dan adapula pirit, umumnya memiliki pecahan konkoidal. Formasi batuan tersebut

diendapkan pada lingkungan paralik hingga laut dangkal, sehingga lapisan

batubaranya sebagian besar kandungan unsur belerang cukup tinggi yakni berkisar

0,96-9,85 %. Sedangkan nilai kalori berkisar antara 4.236 7.470 k.cal/kg dan fuel

ratio 0,9 1.3. Batubara Formasi Mallawa tersingkap pula di Desa Gattareng,

Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Singkapan. Batubara terdiri dari 5

(lima) lapisan dengan ketebalan 0,35 meter. Dari hasil uji kualitas batubara

Kabupaten Soppeng diperoleh nilai kalori 5880-6600 Cal/g, Zat Terbang 35-40%,

dan kadar belerang 1,4-1,8%. Pada daerah penelitian didapatkan lingkungan

pengendapan untuk tiap litologi yaitu:

1. BatuPasir merupakan batuan yang mengalami pengendapan pada laut

transisi yaitu delta plain, dikarenakan pada daerah tersebut tenang

sehingga pembentukan batuPasir. Pembentukan batupasir di deltaplain


melibatkan serangkaian proses geologis yang terjadi di muara sungai dan

delta. Delta merupakan wilayah di mana sungai bertemu dengan laut atau

danau, dan sering kali menjadi tempat pengendapan material sedimen yang

membentuk batupasir. Proses ini dimulai di daerah pegunungan atau

daratan tinggi, di mana sungai membawa material sedimen seperti pasir,

kerikil, dan lumpur ke arah muara sungai. Sungai membawa sedimen

tersebut dalam aliran airnya menuju muara, dan kecepatan aliran ini dapat

mempengaruhi ukuran dan jenis sedimen yang diangkut. Ketika sungai

mencapai muara, kecepatan aliran sungai berkurang secara signifikan

karena bertemu dengan air laut atau air danau. Material sedimen yang

diangkut oleh sungai akan mulai mengendap di daerah ini, membentuk

endapan delta. Estuari dan area dangkal di sekitarnya menjadi tempat

utama bagi sedimentasi.

2. Sisipan Batubara, lingkungan pengendapannya yaitu daerah Prodelta,

dikarenakan proses pembentukan batubara tidak sepenunya terjadi,

sehingga membentuk sisipan. Sisipan batu bara pada prodelta merupakan

hasil dari proses-proses geologis yang terjadi di delta sungai. Prodeltalah

wilayah di mana sedimen sungai bertemu dengan air laut, dan ini adalah

tempat di mana material organik seperti batu bara dapat terakumulasi.

Material organik ini bersama-sama dengan sedimen lainnya mengalami

pengendapan di daerah prodelta, di mana air sungai bertemu dengan air

laut.
Di sini, terbentuklah lapisan sedimen yang kaya akan material organik,

seperti lumpur dan tanah liat, yang merupakan bahan dasar pembentukan

batu bara. Di lingkungan prodelta, ketika sedimen-sedimen tersebut

terendapkan, material organik terakumulasi dan terperangkap di dalamnya.

Proses ini memerlukan kondisi lingkungan tertentu, seperti lingkungan

yang bersifat anaerob (tanpa oksigen) di bawah lapisan sedimen, agar

material organik tidak terurai sepenuhnya.Seiring berjalannya waktu,

lapisan-lapisan sedimen di bawah tekanan dapat mengalami litifikasi,

mengubah sedimen menjadi batuan padat. Material organik yang

terakumulasi di dalam sedimen ini mengalami transformasi menjadi batu

bara melalui proses pematangan termal. Pematangan ini terjadi karena

panas dan tekanan di dalam bumi.

3. BatuGamping, terbentuk pada lingkungan pengendapan laut dangkal.

Pembentukan batugamping pada laut dangkal melibatkan serangkaian

proses geologis yang terjadi di lingkungan laut dangkal. Batugamping

umumnya terbentuk dari kalsium karbonat yang mengendap dan

mengkristal. Di laut dangkal, terdapat banyak organisme seperti karang,

moluska, dan foraminifera yang memiliki kerangka atau cangkang yang

terbuat dari kalsium karbonat. Organisme-organisme ini dapat

memperoleh kalsium karbonat dari air laut untuk membentuk struktur

keras mereka. Organisme-organisme tersebut memiliki siklus hidup yang

melibatkan pertumbuhan, pemadatan, dan kematian. Organisme yang mati

atau bagian tubuhnya yang mati, seperti cangkang dan kerangka karang,
mengendap di dasar laut dangkal. Endapan organisme kalsium karbonat ini

dapat menciptakan lapisan tipis yang terus bertambah seiring waktu.

Proses ini menciptakan suatu lingkungan di mana endapan kalsium

karbonat terakumulasi dan membentuk sedimen.Endapan sedimen yang

mengandung organisme kalsium karbonat mengalami tekanan dan

kompaksi dari di atasnya. Kompaksi ini menyebabkan partikel-partikel

sedimen saling terkait erat, dan proses litifikasi mengubah sedimen

menjadi batuan padat, hingga mengalami pengangkatan oleh proses

geologi.

4. Batu Lempung Pembentukan batu lempung pada laut dangkal melibatkan

serangkaian proses geologis yang terjadi di lingkungan perairan dangkal.

Material sedimen yang umumnya terdiri dari partikel-partikel kecil seperti

lumpur, pasir, dan tanah liat dibawa oleh aliran air sungai atau ombak

menuju daerah laut dangkal.Ketika air laut mencapai daerah laut dangkal,

kecepatan aliran air berkurang, menyebabkan endapan material sedimen.

Partikel-partikel lumpur dan tanah liat yang kecil cenderung mengendap di

perairan dangkal karena gaya tarik gravitasi yang lebih besar terhadap

partikel-partikel kecil ini. Pembentukan batu lempung terkait erat dengan

kondisi lingkungan di laut dangkal. Air yang relatif tenang dan

sedimentasi yang lambat mendukung pengendapan partikel-partikel kecil.

Seiring berjalannya waktu, lapisan sedimen di dasar laut dangkal

mengalami proses konsolidasi. Tekanan dari sedimen di atasnya

menyebabkan partikel-partikel sedimen saling terkait erat dan membentuk


lapisan yang padat, hingga mengalami diagenesis dan pengangkatan oleh

proses geologi.

Anda mungkin juga menyukai