Pembentukan Pasir
Pasir terbentuk karena adanya proses pelapukan fisik dan kimia pada batuan. Proses
pelapukan ini biasanya dipelajari secara terpisah, tetapi pada kenyataannya kedua proses
ini biasanya berjalan beriringan karena keduanya cenderung saling mendukung dalam
proses pelapukan.
Pelapukan kimia merupakan faktor penting dalam pembentukan pasir secara keseluruhan,
karena proses ini terjadi secara efisien di lingkungan yang lembab maupun panas.
Sedangkan pelapukan fisik hanya mendominasi di tempat-tempat yang dingin dan / atau
kering. Pelapukan batuan dasar yang menghasilkan pasir biasanya terjadi di bawah tanah.
Tanah yang menutupi batuan dasar membuat lingkungan sekitar batuan menjadi lembab,
yang kemudian mempercepat proses disintegrasi batuan.
Granit. (ucl.ac.uk)
Granit adalah jenis batuan yang umum dan merupakan contoh yang bagus dari proses
pembentukan pasir. Granit sebelum melapuk, terdiri dari mineral-mineral berikut:
Kuarsa
Biotit dan / atau amphibole mengalami proses hidrolisis dan oksidasi, membentuk
mineral lempung dan oksida besi.
Kuarsa (dan muskovit jika ada) menjadi mineral residual, karena resisten terhadap
pelapukan.
Fragmen batuan yang lapuk kemudian menjadi bagian dari unsur tanah.
Setelah itu?
Butiran mineral kuarsa kemudian tererosi dan menjadi bagian sedimen pasir,
diangkut oleh arus sungai atau angin untuk kemudian diendapkan membentuk sand
dune, channel bar,point bar dan sandy beach.
Lempung akhirnya tererosi dan menjadi muatan suspensi dalam arus air sungai,
sampai kemudian terendapkan di lingkungan arus yang tenang.
Ion-ion terlarut akan diangkut oleh sungai, sampai akhirnya akan menjadi bagian dari
larutan garam di lingkungan air laut.
Komposisi Pasir
Pasir merupakan kompulan material residual dari yang sudah ada sebelum pelapukan
batuan terjadi. Namun, ada satu aspek penting - pasir terbentuk di lingkungan yang keras,
di mana hanya yang terkuat yang bisa bertahan. "Terkuat" adalah yang paling tahan
terhadap proses pelapukan. (baca: pasir terbentuk dari apa?)
Kuarsa adalah salah satu mineral dari daftar mineral penyusun pasir yang umum ditemukan
pada sampel pasir. Kuarsa menghuni 12% dari kerak bumi. Hanya saja feldspar lebih
banyak daripada kuarsa, menghuni lebih dari 50% kerak bumi.
Mineral-mineral yang relatif jarang seperti turmalin, zirkon, rutil, dll, juga sangat resisten
terhadap pelapukan, namun jarang ditemukan dalam jumlah banyak dalam komposisi pasir.
Mineral-mineral tersebut secara umum disebut sebagai heavy minerals (mineral berat).
Mineral berat ini kadang terkonsentrasi dalam jumlah yang banyak sebagai komponen
penyusun pasir. Hal tersebut biasanya diakibatkan oleh proses penyortiran hidrodinamik.
Baik itu gelombang laut atau aliran sungai yang menyortir butiran yang lebih berat dan
membawa butiran lainnya yang lebih ringan. Endapan yang dihasilkan dari proses ini
dikenal sebagai placers. Mineral-mineral yang sering diekstrak dari endapan placer adalah
emas, kasiterit, ilmenit, monasit, magnetit, zirkon, rutil, dll.
Kasiterit. (geology.com)
Mineral-mineral pembentuk batuan lainnya seperti amphibole dan mika juga sering
ditemukan di dalam sampel pasir, meskipun hanya dalam jumlah sedikit. Kelompok mineral
ini termasuk yang tidak tahan terhadap pelapukan, contohnya seperti olivin dan piroksen.
Namun, ada beberapa pantai yang sebagian besar terdiri dari piroksen dan olivine dengan
sedikit campuran magnetit, sering disebut sebagai black sand (pasir hitam). Bagaimana hal
seperti itu bisa terjadi? Pasir pantai seperti ini biasanya terdapat di daerah vulkanik aktif.
Piroksen dan olivin merupakan mineral yang umum sebagai penyusun batuan mafik, seperti
basalt. Pasir hitam adalah fenomena khas dari kepulauan vulkanik samudra, di mana granit
dan batuan felsik lainnya tidak ditemukan.
Kebanyakan dari sampel pasir, butiran pasir terdiri dari mineral-mineral tunggal. Namun
terkadang pasir juga mengandung fragmen batuan (fragmen litik). Granit biasanya
terdisintegrasi menjadi butiran mineral yang berbeda-beda, tapi filit dan basal cenderung
hadir sebagai fragmen litik dalam komponen pasir. Hal tersebut terjadi karena filit dan basal
adalah batuan yang bertekstur halus. Fragmen litik ini sering terbentuk di daerah-daerah di
mana erosi terjadi sangat cepat, contohnya di daerah pegunungan.
Terkadang pasir juga mengandung mineral baru atau agregat mineral yang tidak terbentuk
dari proses pembekuan magma. Contoh penting adalah mineral lempung glauconite yang
terbentuk dalam endapan pasir di lingkungan laut, menghasilkan jenis batuan yang
disebut glauconitic sandstone. Keberadaan mineral ini memberi warna hijau gelap yang
khas untuk kebanyakan sampel pasir.
Ada banyak contoh pasir aneh lainnya yang membutuhkan kondisi pembentukan khusus.
Salah satu contoh yang baik adalah pasir di New Mexico yang terdiri dari gipsum murni.
Pasir dengan komposisi seperti ini cukup aneh dan jarang, karena gipsum merupakan
mineral evaporit. Mineral seperti ini hanya dapat bertahan dalam kondisi kering. Halit, yang
bahkan lebih mudah larut dari gipsum, juga dikenal sebagai komponen pembentuk pasir
dalam kondisi tertentu.
Debu vulkanik biasanya dipelajari secara terpisah, tidak diaktegorikan sebagai jenis pasir.
Mungkin karena kita manusia cenderung menciptakan hambatan buatan dan prinsip-prinsip
klasifikasi. Sedimen dan piroklastik adalah dua dunia yang berbeda. Pada kenyataannya,
hal ini menjadi lebih rumit karena selalu saja ada alasan untuk mengatakan bahwa butiran
debu vulkanik (dan material piroklastik lainnya seperti lapili dan bom) juga merupakan jenis
sedimen, karena mereka terendapkan di permukaan tanah melalui proses yang tidak jauh
berbeda dari proses endapan pasir di sungai, pantai, atau pun gurun. Debu vulkanik dan
pasir bahkan memiliki prinsip-prinsip klasifikasi yang sebanding. Debu vulkanik adalah
sedimen piroklastik dengan ukuran butir rata-rata kurang dari 2 milimeter. Oleh karena itu,
debu vulkanik juga bisa dianalogikan sebagai pasir atau lempung.
Jenis pasir berikutnya adalah pasir biogenik. Pasir biogenik terdiri dari fragmen
eksoskeleton dari organisme laut. Kontributor umum dari komponen jenis ini adalah koral,
foraminifera, landak laut, sponge, moluska, ganggang, dll. Jenis pasir seperti ini biasanya
dikenal sebagai pasir koral, meskipun dalam banyak kasus pasir tersebut tidak
mengandung fragmen koral sama sekali. Pasir biogenik biasanya berwarna terang dan
tersebar luas di daerah dekat katulistiwa. Koral biasanya hanya hidup di lingkungan air
hangat, tetapi ada juga beberapa taxons lain yang dapat hidup dengan baik di lingkungan
yang lebih dingin. Pasir biogenik karbonatan juga berkontribusi dalam pembentukan
batugamping.
Terkadang pasir mengandung beberapa atau seluruhnya terdiri dari butiran karbonat yang
bukan berasal dari fragmen organisme laut yang mati. Butiran karbonat ini disebut
sebagai ooid. Pasir juga tidak sepenuhnya terdiri dari mineral-mineral tunggal, litik, atau pun
biogenik. Dalam banyak kasus, dua di antaranya, atau bahkan ketiganya tercampur dalam
satu sampel sedimen pasir.
Tekstur dan Transportasi Sedimen Pasir
Ahli geologi mendeskripsikan pasir dengan mengukur kebundaran dan distribusi ukuran
butirnya. Dengan melakukan itu mereka dapat mendapatkan informasi tentang asal-usul
pasir tersebut. Kebundaran biasanya memberikan informasi tentang seberapa jauh rute
transportasi sedimen, dan distribusi ukuran butir membantu ahli geologi untuk menentukan
dari lingkungan mana sedimen tersebut diendapkan. Pasir sungai biasanya terpilah buruk,
sedangkan pasir pantai atau gurun lebih bulat dan terpilah baik.
Ukuran rata-rata butiran pasir ditentukan oleh energi dari media transport. Semakin kuat
kecepatan arus (baik itu arus sungai atau gelombang laut) maka semakin mungkin arus
tersebut membawa material yang lebih berat / besar.
Pada umumnya media transport pasir adalah arus sungai. Butiran pasir cenderung
bergerak melompat-lompat terhadap rata-rata kecepatan arus sungai. Mode gerakan ini
dikenal sebagaisaltation. Sedangkan lanau, material sedimen yang jauh lebih ringan dari
pasir, cenderung bergerak melayang-layang terhadap rata-rata kecepatan arus sungai.
Gerakan ini disebutsuspended load.
Dataran banjir, channel bar dan point bar di Sungai Bone, Gorontalo. (google map)
Butiran sedimen pasir yang diangkut oleh sungai-sungai pada akhirnya diendapkan di mulut
sungai, di mana kecepatan arus tiba-tiba menurun. Kemudian, gelombang laut (longshore
currents) mengambil alih dan membawa sedimen pasir ke sepanjang garis pantai. Butiran
sedimen pasir yang dibawa oleh sungai-sungai juga diendapkan pada flood plain, channel
barmaupun point bar.
***
Bahan Bacaan:
Pettijohn, F. J., Potter, P. E. and Siever, R. 1973. Sand and Sandstone. Springer
Di Kalimantan Barat tersebar endapan pasir kuarsa, baik yang merupakan endapan sungai, muara
pantai dan endapan aluvial lainnya serta endapan batuan plateau sand, tentunya cadangannya
sangat berlimpah. Namun selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Kadangkala hanya
dimanfaatkan sebagai tanah urug, padahal berkualitas cukup baik. Pasir kuarsa adalah akumulasi
hasil rework dari lapukan batuan granit dan batu pasir kuarsa, dengan ukuran 2 mm sampai 1 / 16
mm. berformula SiO2.
Pasir kuarsa dimanfaatkan dalam industri gelas, bahan refraktori, industri pengecoran besi,
ampelas, gelas optik dengan persyaratan kualitas tersendiri. Selama ini informasi mengenai
endapan pasir kuarsa di Kalimantan Barat belum sampai ketujuan. Demi optimalisasi pemanfaatan
pasir kuarsa di Kalimantan Barat, penulis bermaksud untuk menyebarluaskan informasi ini. Agar
pengelola, pengusaha dan masyarakat tambang mau melirik endapan pasir kuarsa di Kalimantan
Barat ini.
Endapan yang cukup berkualitas baik dan sumberdayanya banyak antara lain di Kabupaten Sambas
( Sedau, Karimunting Pangkalan Batu ), Kabupaten Pontianak ( Pempadang, Mandor ) dan
Kabupaten Ketapang ( Padang Duabelas ).
Diharapkan penyebarluasan informasi kemasyarakat tambang, khususnya pengelola bahan galian
industri untuk optimalisasi pemanfaatan Pasir Kuarsa di Kalimantan Barat agar semakin
berkembang.
Pemetaan Geologi/Alterasi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan
informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda
mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada
informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta
tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang
diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan
eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000
mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala
peta
geologi
sebaiknya
1
:
10.000
s/d
1
:
2.500.
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat
dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi
melalui
orientasi
lapangan
atau
dengan
cara
tali-kompas.
Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat
diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit,
maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan
menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau
dengan
teodolit.
Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui
pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan
sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di
permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
geologi regional
direncanakan
dan geomorfologi
tersebut
daerah
efektif
diketahui, agar
dan
lintasan yang
representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalurjalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat
memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasanlintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat
mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada
2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai
titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop
(titik
awal
dan
titik
akhir
sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari
lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
korelasi
(interpretasi)
batas
satuan-satuan
litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan
pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali
kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di
sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk
mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi
dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada
salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi
keseluruhan wilayah.
3. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zonazona intrusi, dan proses sedimentasi.
4. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan,
zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat
antara lain :
1. Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).
2. Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
3. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat
dihindarkan (efisiensi).
4. Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan
pasti.
menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan penampang
geologi dari data pengamatan singkapan di lapangan.
Pekerjaan pemboran pasir besi dilakukan dengan menggunakan bor dangkal baik yang bersifat manual
(Doormer) maupun bersifat semi mekanis ( Gambar 1 ). Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Penentuan lokasi titik bor
Setting alat bor
Pembuatan lubang awal dilakukan dengan menggunakan mata bor jenis Ivan sampai batas permukaan air
tanah.
Setelah menembus lapisan air tanah, pemboran dilakukan dengan menggunakan casingyang didalamnya
dipasang bailer.
Pemboran dihentikan sampai batas batuan dasar.
Pengambilan conto pasir besi yang terletak di atas permukaan air tanah diambil dengan sendok pasir ( sand
auger) jenis Ivan berdiameter 2,5 inchi, sedangkan conto pasir yang berada di bawah permukaan air tanah
dan bawah permukaan air laut diambil denganbailer yang dilengkapi ball valve. Conto-conto diambil untuk
setiap kedalaman 1,5 meter atau setiap satu meter dan dibedakan antara conto dari horizon A, conto horizon
B dan conto dari horizon C.
Pola pemboran dan interval titik bor yang digunakan pada pekerjaan ini disesuikan dengan tahapan survei,
sebagai contoh pada tahapan eksplorasi rinci digunakan pola pemboran dengan interval 100 m x 20 m
(Gambar 2).
Pembuatan Sumur Uji, pada umumnya dilakukan pada pasir besi undak tua yang telah mengalami
kompaksi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengambil conto-conto pasir besi pantai sampai pada kedalaman
tertentu sampai mencapai permukaan air dan untuk mengetahui profil/penampang tegak perlapisan pasir
besi.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Penentuan lokasi sumur uji.
Penggalian dengan luas bukaan sumur 1m x 1m atau 1,5m x 1,5m.
Bila terjadi runtuhan maka dibuat penyangga.
Pembuatan sumur dihentikan apabila telah mencapai permukaan air atau telah mencapai batuan dasar.
Pengambilan conto pasir besi dari sumur uji diambil dengan interval setiap satu meter menggunakan
metoda channel sampling, dengan ukuran 5 cm x 10 cm.
Preparasi Conto, proses preparasi di lapangan untuk conto bor dan sumur uji dapat dilakukan dengan
dua metoda, yaitu: increment atau Riffle splitter. Conto yang diambil harus homogen dari setiap interval
kedalaman. Dengan pengambilan yang cukup representatif akan menjamin ketelitian dalam analisa kimia,
perhitungan sumber daya atau cadangan dari endapan pasir besi pantai. Pengambilan conto-conto tersebut
didasari oleh prosedur baku dalam eksplorasi endapan pasir besi pantai.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi dengan metoda increment mengacu pada Japan Industrial
Standard (J.I.S ), yaitu :
Conto pasir hasil pemboran atau sumur uji ditampung pada suatu wadah dan diaduk hingga homogen
Conto tersebut di atas dimasukkan dalam kotak increment, diratakan dan dibagi dalam garis kotak- kotak
(Gambar 3).
Conto direduksi dengan menggunakan sendok increment dari kotak increment, dari tiap-tiap kotak
ditampung dalam kantong conto (Gambar 4).
Conto hasil reduksi kemudian dikeringkan.
Conto yang sudah dikeringkan dari tiap tiap interval dibagi menjadi 3 bagian. Satu bagian untuk conto
individu, satu bagian untuk conto komposit dan satu bagian untuk duplikat.
Satu bagian conto dari tiap interval digabungkan dengan interval lainnya menjadi conto komposit.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi dengan metoda riffle splitter, yaitu :
Conto pasir hasil pemboran atau sumur uji ditampung pada suatu wadah dan diaduk hingga homogen,
kemudian dikeringkan
Conto yang telah kering direduksi dengan riffle splitter hingga mendapatkan berat yang diinginkan (+ 3
kg).
Conto yang sudah mengalami splitting dari tiap tiap interval dibagi menjadi 3 bagian. Satu bagian untuk
conto individu, satu bagian untuk conto komposit dan satu bagian untuk duplikat.
Satu bagian conto dari tiap interval digabungkan dengan interval lainnya menjadi conto komposit.
Penentuan Persentase Kemagnetan (MD), diawali dengan pemisahan mineral magnetik dengan nonmagnetik, sebagai berikut:
Hasil preparasi conto dilapangan sebanyak 1 kg, direduksi hingga + 100 gr menggunakan splitter (conto
hasil reduksi).
Conto hasil reduksi ditaburkan dalam suatu tempat secara merata.
Pemisahan dilakukan dengan menggerak-kan magnet batang 300 gauss berulang-ulang minimal 7 kali di
atas selembar kaca setebal 2 mm yang dibawahnya tertabur conto pasir untuk mendapatkan conto
konsentrat yang cukup bersih. Jarak antara magnet batang dengan lapisan pasir harus dibuat tetap untuk
menghindari perbedaan kuat medan magnet.
Konsentrat yang diperoleh dari pemisahan magnet, ditimbang dalam satuan gram. Dengan
membandingkan berat konsentrat dan berat conto hasil reduksi, maka didapat harga persentase magnetik
dengan rumus :
Berat
MD : X 100 %
Konsentrat
Analisa Laboratorium dilakukan conto-conto setelah dikumpulkan (Gambar 6). Pekerjaan analisa
laboratorium meliputi analisa kimia dan fisika.
Analisa kimia dilakukan terhadap conto individu untuk mengetahui kandungan unsur dalam konsentrat,
antara lain: Fetotal (FeO dan Fe2O3, Fe3O4) dan Titan. Analisa kimia dapat dilakukan dengan beberapa metoda,
antara lain AAS, volumetrik, XRF dan ICP.
Analisa fisika yang dilakukan antara lain analisa mineral butir, analisa ayak, analisa sifat magnetik dan berat
jenis. Analisa mineral butir dilakukan untuk mengetahui jenis dan persen berat mineral baik untuk fraksi
magnetik maupun nonmagnetik Conto yang dianalisa mineral butir berasal dari conto komposit, yang
mewakili wilayah/ blok pemboran. Analisa ayak dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butiran pasir besi
yang dominan. Analisa ayak dilakukan terhadap conto pilihan berasal dari bagian-bagian blok interval dalam
bentuk conto komposit berat 500 gram yang dibagi menjadi 6 fraksi, yakni :
1. butiran yang lebih besar + 2 mm atau + 10 mesh
2. butiran antara 2 + 1mm atau 10 + 18 mesh
3. butiran antara 1 + mm atau 18 + 35 mesh;
4. butiran antara 1/2 + mm atau 35 + 72 mesh;
5. butiran antara 1/4 + 1/8 atau 72 + 150 mesh dan
6. butiran yang lebih kecil dari 1/8 mm.
Masing-masing fraksi jumlahnya dinyatakan dalam persen berat yang dapat digambarkan dalam bentuk
diagram balok sehingga sebaran fraksi pasir besi yang dominan dapat diketahui (Gambar 7). Analisa berat
jenis dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis pasir besi. Analisa dilakukan dengan cara conto asli ( crude
sand) seberat 100 gram dimasukkan ke dalam air yang diketahui volumenya di dalam gelas ukur. Untuk
memudahkan perhitungan ditetapkan volume 200 cc, apabila kenaikan air menjadi A cc, maka volume pasir
yang dimasukkan = A 200 cc.
Jadi berat jenis = 100 / (A-200) gram /cc.
Pengolahan Data dari hasil pengamatan dan analisa laboratorium diolah dan ditafsirkan secara seksama
untuk memberikan gambaran tentang kondisi geologi daerah penelitian yang berkembang dari aspek
genetik, posisi, hubungan serta distribusinya.
Data hasil analisa MD dan pemboran dibuat profil penyebaran endapan pasir besi terhadap sumbu panjang
(sejajar pantai) dan sumbu pendek (tegak lurus pantai) danisograde. Lokasi-lokasi pengambilan conto diplot
dalam peta topografi hasil pengukuran (Peta Lokasi Pengambilan Conto dan Peta Isograde).
Peta-peta yang dihasilkan bertujuan untuk keperluan penambangan, misalnya : peta isograde dan peta
topografi serta penampang tegak sebaran bijih besi ke arah kedalaman baik sejajar garis pantai maupun
yang memotong tegak lurus garis pantai. Bentukbentuk gumuk pasir baik yang front maupun back
dunes dipetakan secara rinci.
Perhitungan sumber daya secara manual dilakukan dengan beberapa metoda, antara lain:
Metoda daerah pengaruh dengan rumus :
C = (L x t) X MD x SG
Dimana :
C = Sumber daya dalam ton
L = Luas daerah pengaruh dalam m2
t
meter
Tebal
rata-rata
endapan
pasir
besi
dalam