Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batuan adalah batuan penyusun kerak bumi sekaligus agregat atau kumpulan

mineral-mineral yang telah membeku atau mengalami proses kristalisasi. Proses

siklus batuan menghasilkan empat jenis batuan, yaitu batuan beku,sedimen,

piroklastik, dan metamorf yang terus berubah. Konservasi yang terjadi disiklus

batuan dipengaruhi sejumlah proses seperti pelapukan, transportasi, dan litifikasi.

Di bumi ini batuan paling banyak ditemukan ialah batuan sedimen dimana

banyak ditemukan pada kerak bumi. Batuan sedimen adalah jenis batuan yang

terbentuk oleh endapan dan sedimentasi yang biasa terjadi dipermukaan bumi dan

dibawah tanah atau didalam air. Sedimentasi adalah nama kolektif untuk proses

yang menyebabkan partikel mineral atau organik mengendap pada tempatnya.

Sebelum diendapkan, batuan sedimen dibentuk oleh proses pelapukan dan erosi,

kemudian diangkut ketempat pengendapan oleh air, angin es, gerakan massa atau

glitser, yang disebut agen transportasi. Batuan sedimen juga dapar terbentuk karena

endapan mineral dari larutan air atau cangkang makhluk air yang terlepas dari

suspensi dan batuan sedimen ini disebut batuan sedimen non klastik.

Menurut data statistik yang ada pada saat ini, sekitar 86-90% produk mineral

tahunan berasal dari mineral sedimenter dan endapan biji. Manfaat ekonomis

pentimh dari batuan sedimen, antara lain : mengandung bahan bakar fosil serta air

terkandung, merupakan material bahan bakar, misalnya batu nara dan serpij

minyak, merupakan material baku industri keramik, semen portland, serta bahan
bangunan, tempat dimana mineral logam dan nonlogam terakumulasi. Kenyataan

itu sudah cukuo menjadi alasan untui mempelajari sedimentelogi, oleh karena itu

praktikum ini dilakukan untuk stufi lanjutan mengenai batuan sedimen.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujusn dilakukannya praktikum ini ialah menganalisis,

mendeskripsi, serta membuat sketsa dari batuan yang menjadi sampel pada

praktikum ini. Ada beberapa tujuan dilakukannya praktikum ini, antara lain :

1. Dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan batuan sedimen

2. Memahami dan dapat menentukan penamaan batuan sedimen

3. Memahami karakterstik batuan sedimen

4. Mengklasifikasikan jenis-jenis batuan sedimen.

1.3 ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Sampel batuan sedimen

2. Alat tulis

3. Buku prnuntun

4. Lup

5. Komparator batuan sedimen

6. Lembar kerja praktikum

7. HCL

8. Lap halus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Sedimen

Pada awalnya, Bumi adalah bola raksasa membara yang terdiri atas materi leleh

atau magma, yang mengandung zat kimia bernama unsur. Saat magma mendingin, unsur-

unsur ini bergabung membentuk mineral. Sekitar delapan unsur bergabung membentuk

mineral batuan. Oksigen dan silikon merupakan dua unsur paling lazim. Mereka bergabung

membentuk kelompok mineral yang disebut silikat. Gabungan unsur yang berbeda

menghasilkan berbagai jenis mineral batuan. Batuan menyelimuti seluruh bumi, tetapi

mungkin tersembunyi dibawah bangunan, tumbuhan, air, atau es. Ada tiga macam batuan

berdasarkan cara terbentuknya yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Mereka terbentuk dari senyawa kimia padat yang disebut mineral. Ada ribuan jenis mineral,

termasuk intan, emas, dan garam. Namun, kebanyakan batuan terbentuk dari beberapa jenis

mineral saja. Batu pasir murni, misalnya, hanya terdiri atas kuarsa, mineral yang paling

melimpah, sedangkan granit terdiri atas tiga mineral yaitu kuarsa, felsapar, dan mika. (

Hynes, 2006)

Beberapa mineral tidak seperti yan terlihat. Pirit misalnya, tampak seperti emas

bagi orang awam. Para ahli memanfaatkan ciri-ciri fisik untuk mengidentifikasi mineral

dengan benar. Diantaranya adalah warna, kenampakan khas mineral terutama bentuk dan

ukurannya, serta kekerasan. Kekerasan mineral diukur dengan Skala Mohs. Skala ini

meningkat seiring kekerasan mineral, dari 1 hingga 10. Intan adalah mineral paling keras

dengan tingkatan 10 Skala Mohs. Tingkatan pirit adalah 6 hingga 6,5 lebih lunak dari intan,

tetapi jauh lebih keras dari emas yang berkisar antara 2,5 sampai 3. Jadi, jika kamu mengira

sudah menemukan emas, jangan tertipu oleh penampilannya, yakinkan bahwa mineral itu

memiliki ciri yang tepat. ( Hynes, 2006 )


Kristal merupakan struktur pembangun Sebagian bessar batuan. Sering kali kristal

terlalu kecil untuk dilihat. Namun pada beberapa kasus langka, ukurannya bisa sebesar

tiang listrik. Kristal terbentuk saat mineral membeku atau mengkristal, menjadi bentuk

teratur dengan lempeng-lempeng datar yang Bersatu membentuk ujung tajam. Semua tipe

kristal memiliki bentuk yang khas. ( Hynes, 2006 )

Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terbentuk oleh endapan dan

sementasi yang bias terjadi di permukaan bumi dan di bawah tanah atau didalam

air. Sedimentasi adalah nama kolektif untuk proses yang menyebabkan partikel

mineral atau organik mengendap pada tempatnya. Sebelum diendapkan, sedimen

dibentuk oleh proses pelapukan dan erosi dari daerah sumber, yang terdiri dari

campuran kemudian diangkut ke tempat pengendapan oleh air, angin, es, gerakan

massa atau gletser, yang disebut agen transportasi. Sedimentasi juga dapat terjadi

karena endapan mineral dari larutan air atau cangkang makhluk air yang terlepas

dari suspensi. Hamparan batuan sedimen di benua-benua kerak bumi sangat luas

(73% permukaan tanah bumi saat ini), namun total kontribusi batuan sedimen

diperkirakan hanya 8% dari total volume kerak bumi. Batuan sedimen hanya

lapisan tipis di atas kerak yang terdiri dari batuan beku dan metamorf. Batuan

sedimen diendapkan dalam lapisan sebagai strata, membentuk struktur yang disebut

bedding. Studi tentang batuan sedimen dan batuan strata memberikan informasi

tentang lapisan bawah yang berguna untuk teknik sipil, misalnya dalam

pembangunan jalan, rumah, terowongan, kanal atau bangunan lainnya. Batuan

sedimen juga sumber penting sumber daya alam seperti batubara, air minum, atau
bijih mineral. batuan sedimen adalah sumber utama untuk memahami sejarah Bumi,

termasuk palaeogeografi mempelajari sifat dan sedimentologi. Sedimentologi adalah

bagian dari geologi dan geografi fisik dan tumpang tindih sebagian dengan disiplin

ilmu lain di bidang ilmu bumi, seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan geologi

struktural. Batuan sedimen juga ditemukan di Mars. ( Islami, 2017)

2.2 Proses Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen, termasuk semua aktivitas

yang mempengaruhi dan merubah sedimen menjadi batuan sedimen. Batuan

sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil rombakan

batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme,

yang diendapkan pada cekungan sedimentasi yang kemudian mengalami

pembatuan. Pengertian proses sedimentasi meliputi proses transportasi dan

pengendapan sedimen, termasuk dalam hal ini semua sumber energi yang mampu

mentranspor dan mengendapkan seperti angin, air, es, dan gravitasi (Selly, 1976).

2.2.1 Pelapukan dan Erosi

Proses pelapukan batuan merupakan perubahan sifat batuan, terjadi karena

faktor utama, yaitu karena factor fisis dan faktor kimia, yang sangat dipengaruhi

cuaca. Pelapukan fisis dipengaruhi pemuaian batuan akibat kekurangan beban,

pembentukan kristal dalam celah- celah batuan, perubahan suhu, kegiatan

organisme, dan penarikan oleh koloid-koloid tanah.

Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan

tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini

dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan


kualitas lingkungan hidup. Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses

erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lainnya akan

terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa.

Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat

yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian.

(Apandi, 2015)

2.2.2 Transportasi Material

a. Gravitasi

Kasus paling sederhana mengenai transportasi sedimen yang tidak signifikan

melibatkan media di sekitarnya adalah jatuhan partikel dari tebing atau lereng

akibat gravitasi. Jatuhan batuan (rock falls) menghasilkan gundukan sedimen di

dasar lereng, biasanya secara umum terdiri dari debris kasar yang kemudian tidak

mengalami proses sedimentasi kembali (rework).

Akumulasi ini terlihat sebagai scree (akumulasi debris batuan di dasar tebing,

bukit, atau lereng gunung, sering membentuk timbunan) di sepanjang sisi-sisi

lembah di daerah pegunungan. Akumulasi ini membentuk kerucut talus (talus

cone) dengan suatu permukaan pada sudut diam (angle of rest) kerikil, sudut

maksimum dimana material akan tetap stabil dan klastik tidak akan jatuh menuruni

lereng. Sudut ini bervariasi dengan bentuk dan distribusi ukuran butir, tetapi

biasanya antara 30 dan 35 derajat dari bidang horizontal. Endapan scree berada di

daerah pegunungan dan terkadang di sepanjang pantai: endapan ini jarang

terawetkan di dalam rekaman stratigrafi.


Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada

landslides dan massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps,

avalanches, mudflows, dan subaerial debris flows) dan submarine debris flow

transportasi terjadi ketika gaya yang menahan (resisting force) terlampaui. Pada

falls, slides, slumps dan avalanches, retakan dihasilkan ketika batuan kehilangan

gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak dan berhenti ketika

energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi yang terpilah buruk, tidak

berlapis.

b. Air

Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme

transportasi yang paling signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di

dalam channel dan sebagai aliran permukaan (overland flow). Arus-arus di laut

digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-aliran ini mungkin

cukup kuat untuk membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan material yang

lebih halus dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan atau

ribuan kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen. Mekanisme air yang

menggerakkan material ini akan dibahas di bawah.

c. Udara

Setelah air, udara adalah media transportasi terpenting. Angin berhembus di

atas lahan mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang

jauh. Kapasitas angin untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas


rendah dari udara. Perbedaan densitas antara media dan klastik berpengaruh

terhadap keefektifan media dalam menggerakkan sedimen.

d. Es

Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat

mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode yang panjang

es bergerak melintasi permukaan lahan, meskipun sangat lambat. Es adalah fluida

berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan sejumlah

besar debris klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada daerah di dalam dan

di sekitar tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen

atau permanen. Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika meluasnya

es (glaciation). (Aphandi, 2015)

2.2.3 Deposisi atau Pengendapan

Deposisi/Pengendapan adalah proses geologi di mana sedimen yang

dihasilkan oleh proses pelapukan, ataupun tanah dan batuan ditambahkan ke suatu

lahan yang dataran lebih rendah yang di tansportasikan oleh angin, es, air, dan

gravitasi. Deposisi terjadi ketika kekuatan yang bertanggung jawab untuk

transportasi sedimen tidak lagi cukup untuk mengatasi gaya gravitasi dan gesekan,

menciptakan ketahanan terhadap gerak. Deposisi juga bisa mengacu pada

penumpukan sedimen dari bahan turunan organik atau proses kimia. Sebagai

contoh, kapur dibuat sebagian dari kerangka kalsium karbonat mikroskopik

plankton laut, pengendapan yang telah menginduksi proses kimia (diagenesis)

untuk mendepositkan kalsium karbonat lebih lanjut. Demikian pula, pembentukan


batubara dimulai dengan pengendapan bahan organik, terutama dari tanaman,

dalam kondisi anaerobic.

2.2.4 Pembebanan atau Burial

Burial history menjelaskan sebuah proses sedimentasi dan subsiden dari suatu

cekungan sejak sedimen mulai mengalami penurunan atau subsiden, yang

merupakan evolusi geodinamik melalui akumulasi, kompaksi, pengangkatan, dan

denudasi. Porositas umumnya terjadi 60% selama proses sedimentasi awal. Dengan

sedimen semakin meningkat, porositas menurun turn sampai 10% ketika beberapa

air keluar dari proses tersebut. Dengan jumlah porositas yang menurun, maka

permeabilitas juga menurun, yang membuat cairan secara perlahan keluar dari

sedimen, membentuk wilayah dengan tekanan yang lebih dalam sedimen.Dasar

sejarah pengendapan lapisan sedimen atau burial history merupakan pemodelan

kompaksi atau pemadatan. Metode stacking dan backstripping dalam pemodelan

kompaksi digunakan untuk merekonstruksi sejarah peng endapan. Metode stacking

menjelaskan proses sedimentasi dan penurunan dari sejarah pengendapan dari

waktu lampau hingga sekarang. Ketebalan sedimen asli dapat direkonstruksi

berdasarkan prinsip pemadatan. Dengan menggunakan metode backstripping dapat

merekonstruksi ketebalan sedimen asli dari struktur geologi sekarang (Dian, 2016)

2.2.5 Diagenesis dan Litifaksi

Diagenesis adalah suatu perubahan mulai dari sedimen atau batuan

sedimen yang ada menjadi batuan sedimen yang berbeda selama dan setelah

terbentuknya batuan (litifikasi), pada suhu dan tekanan kurang dari yang
dibutuhkan untuk pembentukan batuan metamorf. Diagenesis tidak termasuk

perubahan dari pelapukan. Proses Ganesa batuan sedimen :

a. Litifaksi (Lithification) adalah proses dimana sedimen baru yang terurai

perlahan-lahan berubah menjadi batuan sedimen. Ketika litifikasi perubahan-

perubahan terjadi baik secara kimia, fisika dan biologi yang kemudian akan

memengaruhi sedimen sejak pertama kali diendapkan.

b. Kompaksi, eban akumulasi sejumlah sedimen atau material lain

mengakibatkan hubungan agregasi antar butir batuan menjadi lebih lekat dan

air yang dikandung dalam pori-pori antar butir terdesak keluar. Akibatnya

adalah volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil namun

sangat kompak.

c. Sementasi, dengan keluarnya air dari ruang pori-pori batuan maka material

yang terlarut di dalamnya mengendap dan merekat (menyemen) butiran-

butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan Karbonat, Silika,

Oksida atau mineral lempung lainnya. Proses ini mengkibatkan porisitas

sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.

d. Reaktilisasi pada saat sedimen terakumulasi, mineral-mineral yang kurang

stabil akan mengkristal kembali atau rekristalisasi kemudian menjadi stabil.

Proses ini umumnya terjadi pada jenis batu gamping terumbu. Mineral aragonit

(bahan struktur kerangka koral hidup) lambat laun berekristalisasi menjadi

bentuk polimorfnya, kalsit. (Indrawati 2022)


2.3 Jenis Batuan Sedimen

2.2.1 Batuan Sedimen Klastik

Batuan klastik terdiri dari fragmen, mineral dan batuan yang sudah ada

sebelumnya. Klastik adalah fragmen, potongan dan butir batu yang lebih kecil yang

terhasil dari batuan lainnya dengan pelapukan fisik. Ahli geologi menggunakan istilah

klastik dengan mengacu pada batuan sedimen serta partikel dalam transportasi

sedimen baik dalam suspensi atau lapisan, dan pada endapan sedimen. Batuan Klastik

dapat dibagi sesuai dengan ukuran butiran bahan komponen. Dari yang terbesar

sampai yang terkecil: Konglomerat (Conglomerate) Batu pasir (Sandstone) Siltstone

(Siltstone) serpih (shale). ( Islami, 2017)

Kata klastik merupakan bahasa Yunani yang mempunyai arti ‘jatuh’. Menurut

Pettjohn (1975), batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal yang berupa batuan

metamorf, batuan beku, atau batuan sedimen itu sendiri. Pengertian lain dari batuan

sedimen klastik adalah jenis batuan sedimen (batuan endapan) yang dihasilkan

dari proses sedimentasi batuan beku atau material padat lain yang

mengalami pelapukan mekanik.

Proses terbentuknya batuan sedimen klastik di awali dengan pelapukan

batuan sedimen itu sendiri maupun jenis- jenis batuan lain. Hasil pelapukan berupa

fragmen yang terbawa oleh aliran air kemudian diendapkan di sungai, danau atau

rawa. Pengendapan tersebut berlangsung secara mekanis yang terbagi menjadi 2

jenis menurut ukuran butiran batu. Batuan yang memiliki ukuran besar terjadi

akibat proses pengendapan langsung setelah peristiwa erupsi gunung berapi.


Pengendapan langsung ini terjadi di lingkungan sungai, danau atau laut yang berada

di sekitar gunung berapi. Batuan yang terbentuk akan dikategorikan dalam batuan

detritus kasar. Sedangkan batuan yang berukuran kecil terbentuk akibat proses

pengendapan yang terjadi di zona laut dangkal maupun laut dalam. Dalam proses

pengendapan, batuan sedimen akan mengalami diagenesa. Disebut diagenesa

karena proses- proses yang akan terjadi pada meterial endapan berlangsung pada

suhu yang rendah, baik selama litifikasi maupun sesudahnya. Diagenesa ini

bertujuan untuk membuat material endapan menjadi batuan yang keras. Tahapan

dari diagenesa meliputi :

1. Kompaksi sedimen – Pada tahap diagenesa yang pertama ini, material

sedimen akan dimampatkan satu dengan yang lain. Pemampatan tersebut terjadi

akibat adanya tekanan berupa beban berat yang berasal dari atas material sedimen.

Setelah dimampatkan, volume material sedimen akan menurun, sedangkan

kerapatan antar butiran menjadi semakin tinggi.

2. Sementasi – Dalam tahap kedua yang disebut dengan sementasi, material yang

berada di antara rongga butir sedimen akan mengendap dan mengikat butiran

sedimen yang lain.

3. Rekristalisasi – Tahap ini merupakan proses pengkristalan ulang suatu

mineral. Mineral tersebut diperoleh dari proses pelarutan material sedimen sebelum

maupun sesudah diagenesa.


4. Autigenesis – Pada tahap autigenesis akan dibentuk mineral yang merupakan

partikel baru pada suatu sedimen. Mineral tersebut berupa silika, karbonat,

gypsum, klorita dan lain sebagaimya.

5. Metasomatisme – Tahap yang terakhir adalah metasomatisme, yakni

bergantinya material sedimen tanpa disertai penurunan volume material

asalnya. (Citra, 2016)

2.3.2 Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen non klastik terdiri atas batuan sedimen kimiawi dan batuan

sedimen organis. Batuan sedimen kimiawi terjadi karena proses pengendapan

kimiawi, seperti pengendapan dan pengikisan oleh air yang mengandung banyak

garam (evaporit). (Citra, 2016)

2.3.3 Konglomerat

Konglomerat terdiri dari gabungan kerikil, dengan berbagai jumlah pasir dan

lumpur di tempat antara butir-butir besar. Konglomerat adalah komposit yang

diurutkan dari berbagai macam ukuran butir bulat mulai dari pasir sampai batu bulat

(> 2 mm). Terlihat pada gambar beberapa butiran besar berada dalam butihan

butiran lebih halus. Batuan berbutir kasar ini telah tersemensasi dengan batuang

halus, dengan demikian batuan berbutir kasar ini sudah tidak bisa di epaskan lagi dari

kesatuan batuan nya. ( Islami, 2017)

2.3.4 Batu Pasir

Batu pasir mengacu pada batuan sedimen dengan butiran antara 1/16

milimeter dan 2 mm, yang sudah tersemen bersama melalui proses litifikasi. Oleh
karena itu batu pasir tidak memiliki mineral tertentu, namun dalam praktiknya,

batupasir biasanya hampir semua kuarsa. Kebanyakan batupasir memiliki sejumlah

kecil lempung mineral, hematit, ilmenit, feldspar, dan mika lainnya yang

menambahkan warna dan karakter pada matriks kuarsa. Pada Gambar 6.5 terlihat

batuan pasir yang sudah tidak bisa dideraikan lagi. Pasir pasir tersebut sudah melalui

proses pengendapan, pemadatan dan penyemenan sehingga pasir pasir tersebut

sudah membentuk suatu kesatuan yang padat. ( Islami, )

2.3.5 Silt

Silt atau lempung adalah istilah ukuran yang digunakan untuk bahan yang lebih

kecil dari pasir (umumnya 1/16 sampai 1/256 milimeter)

Ini terutama terdiri dari butiran butiran bulat yang disortir dengan baik. Lumpur di

dalam siltstone ini sangat murni, tidak mengandung pasir dan tidak ada tanah liat. (

Islami, 2017)

2.3.6 Shale

Deposit padat lumpur dan tanah liat dikenal sebagai Shale. Shale adalah batuan

halus, cukup sampai halus yang terbentuk dari pemadatan butiran dengan ukuran

bulat dan dan sangat kecil dengan ukuran partikel kurang dari 1/256 mm. Warnanya

bervariasi, misalnya Serpih hitam kaya akan bahan organik (ini menununjukkan

deposit di lingkungan perairan yang tenang, seperti laguna, laut dangkal, dan zona

pasang surut. Serpih merah ini adalah karena diwarnai oleh oksida besi dan

mengindikasikan kondisi pengoksidasi di lingkungan seperti dataran banjir. Sedimen

yang membentuk serpih kemungkinan besar dideposit secara bertahap di lingkungan


yang tidak bergejolak, seperti danau, laguna, dataran banjir, dan cekungan laut dalam.

( Islami, 2017)

2.3.7 Limestone (Batu Kapur)

Batu kapur adalah batuan sedimen non-klastik, terdiri dari kalsium karbonat

(kalsit atau CaCO3) dan berasal dari proses kimia dan organik. Ketika organisme ini

mati, kerang mereka terakumulasi di dasar laut, untuk waktu yang lama, kerang

tersebut membangun deposit batu kapur. Batu kapur bisa setebal seratus meter dan

lebih dari seribu kilometer persegi. Batu kapur adalah bahan bangunan yang umum.

Batu kapur terbuat dari mineral kalsit. Seringkali mengandung fosil. Batu kapur

terbentuk di lautan dari cangkang dan kerangka makhluk laut mati. Beberapa fosil

batu kapur terlalu kecil untuk dilihat tanpa mikroskop. Kapur adalah sejenis batu

kapur yang biasanya berwarna putih. Terdiri hampir seluruhnya dari cangkang

makhluk laut kecil mungil.

2.3.8 Dolostone

Dolostone sangat mirip dengan batu kapur, namun sebagian besar terdiri dari

mineral dolomit, magnesium karbonat kalsium (CaMg (CO 3)2).

Dolostone terbentuk saat magnesium dalam air menggantikan beberapa kalsium

yang ada di batu kapur. Untuk alasan ini, dolostone sering didahului dengan

pembentukan endapan batu kapur. Dolostone terbentuk sangat lambat dan jarang

diamati terbentuk di lingkungan modern saat ini. Sampel batuan dolostone dapat

dilihat pada Gambar 6.6 bagian kanan atas.


2.3.9 Batu Garam (Rock Salt / Halite)

Halit umumnya dikenal sebagai batu garam, adalah sejenis garam, mineral

(alami) berupa natrium klorida (NaCl). Halit membentuk kristal isometrik.

Mineralnya biasanya tidak berwarna atau putih, tapi mungkin juga biru muda, biru

tua, ungu, merah muda, merah, oranye, kuning atau abu-abu tergantung pada jumlah

dan jenis lain yang mengotorinya. Biasanya terjadi dengan mineral deposit evaporite

lainnya seperti beberapa sulfat, halida, dan borat. Warna ini memberikan indikasi

bahwa batuan garam ini telah tercampur dengan mineral lainnya.

2.3.10 Gypsum

Gypsum adalah mineral sulfat lunak yang tersusun dari kalsium sulfat dihidrat,

dengan rumus kimia CaSO4 · 2H2O. Ini banyak ditambang dan digunakan sebagai

pupuk, dan sebagai penyusun utama dalam banyak bentuk plester, kapur tulis dan

papan dinding. Varietas gypsum berbintik putih atau berwarna halus, yang disebut

alabaster, telah digunakan untuk patung oleh banyak kebudayaan termasuk Mesir

Kuno, Mesopotamia, Romawi Kuno, Kekaisaran Bizantium dan altar Nottingham di

Inggris Abad Pertengahan. Skala Mohs kekerasan mineral, mendefinisikan nilai

kekerasan 2 untuk gypsum. Gypsum terbentuk sebagai mineral evaporite dan sebagai

produk hidrasi anhidrit. Gambar 6.6 bagian tengah kanan memperlihatkan contoh

batuan gypsum.

2.3.11 Coal (Batubara)

Batu bara adalah batuan sedimen hitam atau kecoklatan yang mudah terbakar.

Batu bara antrasit, dapat dianggap sebagai batuan metamorf karena kemudian

terpapar dengan suhu dan tekanan tinggi. Batubara terdiri terutama dari karbon,
bersama dengan sejumlah unsur lainnya, terutama hidrogen, sulfur, oksigen, dan

nitrogen. Batubara adalah bahan bakar fosil yang terbentuk saat bahan tanaman mati

diubah menjadi gambut, yang kemudian diubah menjadi lignit, kemudian batubara

sub- bituminous, setelah itu batubara bitumen, dan terakhir antrasit. Pada Gambar

6.6 (bawah) terlihat urutan ini adalah dimulai dari kanan. Ini melibatkan proses

biologi dan geologi. Proses geologi berlangsung selama jutaan tahun sekitar 400 juta

tahun yang lalu. Sepanjang sejarah manusia, batubara telah digunakan sebagai

sumber energi, terutama dibakar untuk produksi listrik dan panas, dan juga

digunakan untuk keperluan industri, seperti penyulingan logam. Batubara adalah

sumber energi terbesar untuk pembangkit listrik di seluruh dunia, sekaligus sebagai

salah satu sumber pelepasan karbon dioksida terbesar di dunia. Batubara diekstraksi

dari tanah oleh penambangan batubara. Sejak 1983, produsen batubara utama dunia

adalah China. Pada tahun 2015 Cina menghasilkan 3.747 juta ton batubara - 48% dari

7.861 juta ton produksi batubara dunia. Pada tahun 2015 produsen besar lainnya

adalah Amerika Serikat (813 juta ton), India (678), Uni Eropa (539) dan Australia

(503). Pada tahun 2010, eksportir terbesar adalah Australia dengan 328 juta ton

(27% ekspor batubara dunia) dan Indonesia dengan 316 juta ton (26%), sedangkan

importir terbesar adalah Jepang dengan 207 juta ton (18% impor batubara dunia ),

China dengan 195 juta ton (17%) dan Korea Selatan dengan 126 juta ton (11%).

2.4 TEKSTUR BATUAN SEDIMEN

2.4.1 Klastik
a. Ukuran butir (grain size)

Batuan sedimen klastik digolongkan dan diberi nama sesuai dengan ukuran

butirnya. Pembagian tersebut disampaikan oleh Wentworth,1922.


b. Pemilahan (sorting)

Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan /

sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sbb :

1. Kebundaran (roundness).

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada

batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :

· 2. Membundar Sempurna (Well Rounded),

hampir semua permukaan cembung (equidimensional). Membundar

(Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan tepu

butiran cekung.

c. Kemas (fabric)

Kemas memiliki pengertian seberapa banyak rongga yang terdapat diantara butiran.

Batuan sedimen yang memiliki kemas baik, tertutup berarti semakin sedikit rongga

yang ada diantara butiran. Atau sebaliknya pada batuan sedimen yang memiliki

kemas terbuka berarti memiliki banyak rongga diantara butirannya. Batuan sedimen

yang telah mengalami kompaksasi lanjut akan memiliki kemas tertutupsekalipun

sebelumnya kemasnya terbuka. Pasir yang belum terbatukan adalah berkemas

terbuka sedangkan pada batu lempung dan batu lanau yang mempunyai butiran

halus cenderung terkemas secara tertutup.

Struktur Batuan Sedimen Klastik

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan

sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi


pembentukannya.pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun

segera setelah proses pengendapan.

Bisa dikatakan pula bahwa struktur sedimen adalah kenampakan batuan

sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Studi struktur paling baik dilakukan

dilapangan. Berdasarkan asalnya struktur sedimen yang terbentuk dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

2.4.2 Nonklastik

Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik

1. Kristalin

Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking.

2. Amorf

Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf.

2.5 Struktur Batuan Sedimen

Struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang

lebih besar, merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen dan

diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.

Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun setelah proses

pengendapan.

Klasifikasi struktur sedimen (Tucker, 1982) mengelompokan kedalam 4

kelompok atau macam, yaitu: erotional structures, depositional structures, post –

depotional sedimentarystructures, dan biogenic sedimentary structures.

1. Erotional Structures
Struktur yang terbentuk akibat adanya arus yang mengikis batuan yang lebih tua

sebelum sedimen diendapkan diatasnya. Termasuk kedalam struktur

sedimen erotional structures adalah:

a. Flute cast

Terbentuk akibat pengikisan dan merupakan ciri dari endapan turbidit. Struktur ini

berada dibawah permukaan dan memanjang sampai berbentuk segitiga dengan

bagian yang membulat kearah hulu dan mempunyai panjang mulai dari beberapa

millimeter hingga mencapai puluhan centimeter. Struktur ini bisa menunjukan arah

arus purba (paleo current).

Gambar 2.1 Flute Cast

b. Groove cast

Berbentuk punggungan memanjang pada permukaan lapisan berkisar dari beberapa

millimeter hingga beberapa centimeter. Struktur ini pada permukaan lapisan

mungkin seluruhnya sejajar atau mungkin memperlihatkan beberapa arah. Struktur

ini terbentuk melalui pengikisan alur yang dipotong terutama oleh objek yang

terseret sepanjang arus dan merupakan ciri dari arus turbidit. Arah dari struktur ini

adalah arus yang mengendapkannya.


Gambar 2.2 Groove Cast

c. Tool mark

Struktur ini terbentuk ketika objek dibawa oleh arus sungai dan berhubungan

dengan permukaan sedimen dibawahnya. Tanda ini terjadi sebagai akibat objek

menggelinding, menusuk dan menyikat permukaan sedimen dibawahnya. Objek

yang membuat tanda ini biasanya berupa mud clast, fragmen binatang dan

rombakan tumbuhan.

Gambar 2.3 Tool mark

d. Scour mark

Merupakan struktur dalam skala kecil dan terdapat pada bagian bawah perlapisan.

Pada pandangan bidang biasanya memanjang dalam arah arus. Dengan

bertambahnya ukuran, merkah gerus ini berangsur menjadi alur (channel). Ciri khas

permukaan merkah gerus adalah pemotongan endapan yang terletak di bawah dan

hadirnya sedimen kasar di atas permukaan gerusan.


e. Channel

Struktur sedimen berskala besar, beberapa meter hingga kilometer panjangnya.

Alur pula sering terisi oleh sedimen yang kasar daripada sedimen dibawahnya atau

dengan sedimen yang berbatasan, dan sering berupa konglomerat alas (basalt

conglometare).

2. Depositional Structures

Struktur sedimen yang terjadinya bersamaan dengan pengendapan. Struktur

pengedapan ini terdapat pada bagian atas dan bagian bawah perlapisan. Termasuk

kedalam struktur sedimen depositional structures adalah:

a. Masif

Bila tidak menunjukkan struktur dalam lapisan (Pettijohn & Potter, 1964) atau

ketebalan lapisan lebih dari 120 cm ( Mc. Kee & Weir, 1953). Faktor kemungkinan

pembentukan struktur masif ini yaitu : Pertama, saat diendapkan memang tidak

mempunyai struktur sedimen, Kedua, struktur pengendapannya telah dirusak oleh

beberapa proses seperti bioturbasi, rekristalisasi dan pengeringan. Struktur ini

dibentuk dalam keadaan yang cepat dan umumnya berupa endapan turbidit, aliran

butir (grain flow) dan aliran debris (debris flow).

Gambar 2.4 Masif


b. Perlapisan sejajar

Bila bidang perlapisannya saling sejajar dengan ketebalan lapisan lebih dari 1 cm.

Perlapisan ini terbentuk akibat adanya perubahan dalam butiran sedimen, warna

maupun susunan mineraloginya.

Gambar 2.5 Perlapisan Sejajar

c. Laminasi; Perlapisan sejajar yang ketebalannya kurang dari 1 cm.

Gambar 2.6 Laminasi

d. Gradded bedding

Bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar

(bersusun terbalik: inverse gradding) maupun dari kasar ke halus pada arah vertical,

struktur ini merupakan ciri dari suatu sedimentasi pada arus yang pekat.

Gambar 2.7 Gradded Bedding


Gambar 2.8 Inverse Bedding

e. Perlapisan silang-siur (Cross bedding) dan Laminasi silang-siur (Cross

Lamination)

Perlapisan atau laminasi yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang

berada diatasnya atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, struktur ini

terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.

Gambar 2.9 Perlapisan silang siur

f. Ripple

Struktur ini terbentuk pada permukaan lapisan yang dikontrol oleh arus yang

mengalir baik oleh air, angin maupun gelombang. Gelembur yang berasal dari arus

disebut current ripple, oleh angin disebut wind ripple dan oleh gelombang

disebut wave ripple. Skala yang lebih besar disebut sebagai dune (Gumuk Pasir).

Variasi ripple antara lain: Swaley & Hummocky, Herringbone, Symetry & Asymetry

Ripple dll.
Gambar 2.10 Ripple Marks

g. Rainspot

Rainspot adalah cekungan kecil yang terbentuk oleh butiran air hujan pada

permukaan batuan sedimen berbutir halus yang masih lunak. Struktur ini berguna

untuk menentukan lapisan atas dan lapisan bawah dari suatu perlapisan terutama

pada lapisan yang miring maupun terbalik.

3. Post – depositional Sedimentary Structures

Terbentuk melalui gerakan sedimen (nendatan) dan lainnya melalui reorganisasi

bagian dalam seperti pengeringan dan pembebanan. Proses-proses kimia-fisika

setelah pengendapan menghasilkan stylolite, solution dan nodule.

a. Nendatan (slump) dan longsoran (slide)

Pada daerah yang miring, masa sedimen dapat diangkut sepanjang lereng.

Bergeraknyya masa sedimen dapat mengakibatkan perubahan pada bagian dalam

masa sedimen itu. Gerakan seperti ini disebut longsoran (slide). Jika masa sedimen

secara internal berubah selama gerakan sepanjang lereng disebut nendatan (slump).

Masa yang mengalami nendatan menunjukkan lipatan-lipatan minor. Kehadiran

nendatan dan longsoran dalam suatu runtunan dapat ditentukan dari terdapatnya
lapisan diatas dan dibawah perlapisan tersebut tidak terganggu. Struktur yang sering

juga muncul akibat adanya longsoran maupun pembebanan dapat menimbulkan

struktur Growth Fault.

b. Sandstone dike dan sand volcano

Struktur ini relatif jarang dijumpai, mudah ditentukan oleh memotongsilangnya

dengan lapisan sekitarnya dan diisi dengan pasir. Sand volcano berbentuk kerucut

dengan suatu cekungan pada pusatnya yang terdapat pada bidang perlapisan

c. Dish dan Pillar structure

Struktur ini terdiri dari laminasi yang cekung keatas, biasanya beberapa centimeter

lebarnya, dipisahkan oleh zona tanpa struktur (pillar). Dish dan Pillar

structure dibentuk oleha air yang lewat sedimen secara mendatar dan keatas (fluid

escape) dan umumnya terbentuk pada endapan kipas bawah laut.


d. Load structure

Dibentuk melalui tenggelamnya suatu lapisan kedalam lapisan yang lain. Load

cast biasanya terdapat pada dasar batupasir yang terletak diatas batulumpur.

Lumpur yang ada dapat diinjeksikan keatas kedalam batupasir membentuk struktur

flame. Juga sebagai akibat pembebanan, biasanya pasir dapat tenggelam kedalam

lumpur membentuk struktur ball dan pillow.

e. Deformed bedding

Deformed bedding dan istilah seperti disrupted, convolute dan conturted

bedding dapat diterapkan pada perlapisan sejajar, perlapisan silang-siur dan

laminasi silang-siur yang dihasilkan selama pengendapan telah terganggu, tetapi

tidak ada pergerakan sedimen secara mendatar dalam skala besar. Convolute
bedding terdapat dalam laminasi silang-siur, dengan laminasi diubah dalam bentuk

antiklin dan sinklin. Convolute seperti ini sering tidak asimetri atau menungging

kearah arus purba, sedangkan conturted dan disrupted tidak menunjukkan

orientasi.

f. Nodule

Nodule juga disebut konkresi, biasanya terbentuk dalam sedimen setelah

pengendapan. Mineral-mineral yang sering terdapat pada nodul adalah kalsit,

dolomit, siderit, pirit, colophane dan kuarsa. Nodul kalsit, pirit dan siderit

diameternya bisa beberapa milimeter sampai beberapa centimeter biasanya terdapat

dalam batuan lumpur. Nodul chert biasanya terdapat dalam batugamping, nodul

kalsit dan dolomit kadang-kadang terdapat dalam batupasir. Bentuk nodule

bervariasi, bisa bulat, pipih, memanjang dan bisa juga tidak teratur.

4. Biogenic Sedimentary Structures

Fosil jejak dapat diinterpretasikan aktifitas binatangnya yang menyebabkan

timbulnya struktur ini, tetapi sifat alami binatangnya sendiri sulit untuk ditentukan

karena organisme yang berbeda sering mempunyai cara hidup yang sama. Suatu

binatang dapat menghasilkan struktur yang berbeda tergantung pada tingkah

lakunya dan sifat sedimen seperti ukuran butir, kandungan air dan sebagainya.
Struktur buluh (burrow) biasanya dibuat oleh crustacea, anellid, bivalve dan

echinoid, sedangkan permukaan track dan trail dibuat oleh crustacea, trilobite,

annelid, gastropod dan vertebrata. Struktur yang agak mirip buluh (burrow) dapat

dihasilkan oleh akar tumbuhan, walapun yang terakhir sering mengandung karbonat

a. Bioturbation; menunjukkan gangguan sedimen oleh organisme.

b. Trace fossil (fosil jejak)

Fosil jejak adalah struktur sedimen yang dihasilkan pada sedimen yang tidak

terkonsolidasi oleh kegiatan organisme. Kelompok utama yang terdapat pada

permukaan lapisan dan permukaan bawah lapisan adalah crawling, grazing (Jejak

makan) dan resting (Jejak istirahat), sedangkan yang terdapat dalam lapisan adalah

struktur feeding (Jejak sedang mencari makan) dan dwelling (Jejak menguni). Jejak

merayap biasanya dihasilkan oleh crustacea, trilobita dan annelid/Vertebrata seperti

dinosaurus meninggalkan cetakan kaki sebagai fosil jejak. Struktur biogenik ini

mempunyai pola terputar, meandering dan radial. Struktur menghuni (Dwelling

structure) adalah macam-macam buluh (burrow) dari bentuk tebing tegak sampai

hurup U, orientasinya bisa tegak, mendatar atau miring dengan perlapisan.


2.5 Lingkungan Endapan

Secara umum dikenal tiga lingkungan pengendapan yaitu lingkungan darat

(non marine), transisi dan laut (marine). Beberapa contoh lingkungan darat

contohnya endapan rawa, sungai dan danau, angin dan gletser. Endapan transisi

merupakan endapan yang ada di daerah antara darat dan laut, delta, laguna dan

litoral. Sementara endapan laut adalah endapan neritik batial dan abisal

- Endapan Sungai

Sungai merupakan sarana atau wadah utama yang mentransport sedimen sepanjang

daratan. Endapannya dijumpai hampir di semua lokasi yang dilalui namun berbeda

dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung tipe arus, energi pengangkutan dan

beban sedimennya. Sungai besar dan lebar arusnya tenang, mengendapkan endapan

berbutir kasar hingga halus. Saat banjir terjadi, lanau dan lempung diendapkan di

dataran banjir. Sedimen organik terkumpul pada alur-alur yang sudah tidak dialiri

air. Akan tetapi pada sungi yang sempit dan arus besar hasil endapannya berbutir

kasar, kerakal dengan pemilahan buruk yang disebut endapan aluvial. Pada kaki

lereng curam endapannya berbentuk kipas yang berbutir kasa hingga pasir,

pemilahannya buruk dan berstruktur silang silur.


Lingkungan Pengendapan

- Endapan Danau

Endapan ini terakumulasi di tepian atau offshore dan di dasar danau. Endapan

tepian danau biasanya punya ukuran kerikil dan pasir, pemilahannya baik,

berbentuk tepian (beach) atau punggungan memanjang (bar). Ketika aliran sungai

masuk ke danau maka kecepatan dan energinya menurun dan sedimen yang terbawa

akan mengendap dan menyebar ke arah danau membentuk delta. Pada bagian depan

delta terendapkan sedimen halus dan di dasar terbentuk lapisan-lapisan tipis

laminasi.

- Endapan Angin

Disebut juga eolian deposit yaitu sedimen yang dibawa angin. Ukuran sedimen ini

lebih halus dibandingkan yang dibawa oleh air. Hasil endapan akan terkumpul

sebagai tumpukan pasir terpilah baik, berbentuk bukit-bukit rendah di padang pasir

- Endapan Delta

Delta di laut berkembang ke arah laut dimana sungai bermuara dan

mengendapkan beban sedimen yang dibawanya. Delta yang besar-besar

pengendapannya sangat kompleks dengan sedimen kasar di bagian alurnya,


sedimen halus diendapkan diantara alur-alur serta sedimen paling halus

diendapkan di dasar laut.

- Sedimen Lepas Pantai

Air tawar yang menuju muara masih dapat terus mengalir hingga menuju arah

laut. Sedimen yang halus terbawa sebagai larutan secara perlahan-lahan

mengendap di dasar laut atau bisa juga diserap oleh organisme permukaan dan

dipisahkan menjadi bulatan-bulatan kecil dan jatuh ke dasar. Mayoritas sedimen

laut yang kasar diendapkan hingga 5-6 km dari daratan setelah disebar oleh arus

pantai. Sedimen kasar juga dijumpai di lepas pantai yang terendapkan saat muka

air laut turun.

- Endapan Karbonat

Sedimen karbonat berasal dari biogenik terakumulasi di paparan benua dimana

sedimen yang datang darat sangat sedikit. Iklim dan suhu permukaan laut yang

cukup hangat untuk mendukung melimpahnya pertumbuhan organisme yang

memisahkan karbonat. Sedimen karbonat biasanya terakumulasi sebagai

hamparan melebar dan datar yang membatasi benua atau ke atas membentuk

daratan di dasar laut. Sedimen ini dominan berasal dari rombakan cangkang

berukuran pasir, bersamaan dengan endapan anorganik yang menghasilkan

lumpur karbonat. Rombakan bertekstur kasar ini terdapat di dekat terumbu koral

dan alga di daerah keruh dengan arus cukup kuat.

- Endapan Laut Dalam


Endapan laut dalam memerlihatkan dengan sedimen campuran yang sebagian

besar adalah hasil aktifitas biologi air permukaan dan sebagian sedimen darat

yang telah ditransport sangat jauh dari daratan benua yang menuju ke laut dalam.

Dalam geologi, lingkungan pengendapan atau lingkungan sedimen

menggambarkan kombinasi proses fisik, kimia dan biologi yang terkait dengan

pengendapan jenis endapan tertentu dan oleh karena itu tipe batuan yang akan

terbentuk setelah lithifikasi. Dengan demikian batuan yang ada pada lingkungan

tertentu akan menjadi alat perekam bagaimana lingkungan saat batuan tersebut

terbentuk dulu. Dalam kebanyakan kasus, lingkungan yang terkait dengan jenis

batuan atau asosiasi jenis batuan tertentu dapat disesuaikan dengan analog yang ada.

Namun, lebih jauh ke belakang pada sedimen yang di bentuk dengan skala waktu

geologi. Secara umum terdapat 3 lingkungan pengendapan batuan sedimen, yaitu

lingkungan kontinen (darat), pantai dan laut lingkungan kontinen diberi warna

coklat, lingkungan pantai warna coklat muda dan lingkungan laut diberi warna biru.

Batuan sediment yang diendapkan pada setiap lingkungan pengendapan memiliki ciri

husus baik, dari segi ukuran partikel, warna, maupun komponen lainnya yang

pengendapan tersebut. Semakin dekat dari sumber sedimen, butiran akan semakin

kasar, dan semakin jauh dari sumber sedimen butiran semakin halus. Sedimen akan

disertai dengan mineral mineral tambahan lainnya bergantung pada lokasi dimana

sedimen tersebut diendapkan.


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Metode Penelitian

Metode pada praktikum ini adalah pengamatan dan deskripsi sampel

secara megaskopis.

3.2 Tahapan Penelitian

PENDAHULUAN
- DESKRIPSI STUDI
- ASISTENSI ACARA
- TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM

DESKRIPSI MEGASKOPIS SKETSA

MINERAL

TESKTUR
STRUKTUR

NAMA BATUAN

ANALISIS

BABLAPORAN
IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sampel 1

Gambar 4.1 Batuan Rijang

Pada sampel nomor urut 1 dengan nomor peraga 01, merupakan jenis batuan

sedimen non-klastik yang memiliki warna segar merah kecoklatan serta warna

lapuk kuning kecoklatan. Bagian tekstur permeabilitas sampai dengan struktur

sedimennya dikosongkan karena merupakan batuan sedimen non-klastik, tidak

memiliki ukuran butir sehingga tidak ada parameter yang jela dalam

penenentuannya, komposisi kimianya silikaan karena terbentuk dilaut dalam,

komposisi materialnya yaitu semen yang berbentuk angular serta nama batuannya

adalah Rijang.
4.1.2 Sampel 2

Gambar 4.2 Pasir Batu Halus

Pada sampel nomor urut 2 dengan nomor urut peraga Mohklis adalah jenis batuan

sedimen klastik yang memiliki warna segar kuning kecoklatan serta warna lapuk

coklat kehitaman. Pada bagian tekstur permeabilitas yaitu High Permeability

karena mudah meloloskan fluida begitupun porositasnya karena dapat menyimpan

fluida, dengan kemas terbuka , sortasi baik dan memilki ukuran butiran halus dan

bersortasi buruk karena memiliki besar butir yang beragam. Jadi berdasarkan ciri

fisik dan klasifikasi Weenworth, 1922 nama batuannyanya ialah Batu Pasir

Halus

4.1.3 Sampel 3

Gambar 4.3 Batu Pasir Sangat Halus


Pada sampel nomor urut 3 dengan nomor urut peraga Rehan adalah jenis batuan

sedimen klastik yang memiliki warna segar kuning serta warna lapuknya warna

coklat kehitaman. Pada bagian tekstur permabilitasnya yaitu Low Permability,

porositasnya yaitu Low Porositas begitupula sortasinya baik, untuk ukuran

butirnya silt, dan komposisi kimianya yaitu karbonatan. Adapun nama batuan

dengan nomor peraga Rehan yaitu Batu Pasir Sangat Halus.

4.1.4 Sampel 4

Gambar 4.4 Batu Pasir Sangat Halus

Pada sampel nomor urut 04 dengan nomor urut peraga N14 adalah jenis batuan

sedimen klastik yang memiliki warna segar abu-abu serta warna lapuk berwarna

abu-abu kecoklatan. Pada bagian tekstur batuan ini memiliki tekstur Low

Permeability, porositasnya yaitu Low Porositas, begitupula sortasinya baik dan

kemasnya tertutup dengan komposisi kimia karbonatan, dan untuk penamaan

batuan yaitu Batu Pasir Sangat Halus.


4.1.5 Sampel 5

Gambar 4.5 Konglomerat


Pada sampel nomor urut 05 dengan nomor urut peraga R20 adalah jenis batuan

sedimen klastik yang memiliki warna segar abu-abu, serta warna lapuk

kecoklatan, adapun permeabilotasnya yaitu Low Permeability, porositasnya juga

Low Porositas. Pada struktur batuan ini termasuk Bedding serta komposisi kimia

batuan ini silikaan. Untuk penamaan batuan ini adalah Konglomerat.

4.2 Genesa Batuan Sedimen

4.2.1 Genesa pembentukan batuan Rijang

Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh dalam

sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut, jumlah

yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi nodul

yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air ke

sebuah lingkungan pengendapan. Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut

bergabung dalam jumlah yang besar maka akan membentuk lapisan rijang dalam

suatu massa sedimen. Rijang yang terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut
sebagai batuan sedimen kimia. Beberapa silikon dioksida dalam rijang

diperkirakan memiliki asal biologis.

4.2.2 Genesa pembentukan pasir batu halus

Batupasir adalah suatu batuan sedimen clastic yang dimana partikel penyusunnya

kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir dibentuk dari

butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, seperti ombak pada suatu

pantaiatau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen bersama-

sama olehtanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batupasir tersebut.

Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu

mineral yangumum yang bersifat menentang laju arus. Seperti halnya pasir, batu

pasir dapatmemiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat

muda, coklat,kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering

kalimembentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu

batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu.

4.2.3 Genesa pembentukan batuan Konglomerat

Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan

yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan

ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun

oleh batupasir dan diperkuat dan dipadatkan lagi kerikil.


LAMPIRAN

4.1 Hasil

4.1.2 Sampel 1

No urut : 01

Nomor Peserta : 01

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna Segar : Merah kecoklatan

Warna Lapuk : Abu-abu kecoklatan

Tekstur

Permeabilitas :

Porositas :

Kemas :

Sortasi :

Ukuran Butir :

Struktur Sedimen :

Komposisi Kimia :

Komposisi Material :

Komposisi Bentuk Ukuran Batuan Asal %

Material

Fragmen

Matriks

Semen

Nama Batuan : Rijang


Sketsa Keterangan

4.1.3 Sampel 2

No urut : 02

Nomor Peserta : Mukhlis

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna Segar : Kuning keputihan

Warna Lapuk : Abu-abu kecoklatan

Tekstur

Permeabilitas : High Permeability

Porositas : High porositas

Kemas : Terbuka

Sortasi : Baik

Ukuran Butir : Pasir

Struktur Sedimen :

Komposisi Kimia : Silikaan

Komposisi Material :
Komposisi Bentuk Ukuran Batuan Asal %

Material

Fragmen

Matriks

Semen

Nama Batuan : Batu Pasir Halus

Sketsa Keterangan

4.2.3 Sampel 3

No urut : 03

Nomor Peserta : Rehan

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna Segar : Kuning

Warna Lapuk : Coklat kehitaman

Tekstur

Permeabilitas : Rendah

Porositas : Rendah
Kemas : Tertutup

Sortasi : Baik

Ukuran Butir : Silt

Struktur Sedimen :

Komposisi Kimia : Karbonatan

Komposisi Material :

Komposisi Bentuk Ukuran Batuan Asal %

Material

Fragmen

Matriks

Semen

Nama Batuan :

Sketsa Keterangan

4.2.4 Sampel 4

No urut : 04

Nomor Peserta : N14


Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna Segar : Abu-abu

Warna Lapuk : Abu-abu kecoklatan

Tekstur

Permeabilitas : Rendah

Porositas : Rendah

Kemas : Tertutup

Sortasi : Baik

Ukuran Butir : Laminasi

Struktur Sedimen :

Komposisi Kimia : Karbonatan

Komposisi Material :

Komposisi Bentuk Ukuran Batuan Asal %

Material

Fragmen

Matriks

Semen

Nama Batuan :

Sketsa Keterangan
4.2.5 Sampel 5

No urut : 05

Nomor Peserta : R20

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Warna Segar : Abu-abu

Warna Lapuk : Kecoklatan

Tekstur

Permeabilitas : Rendah

Porositas : Rendah

Kemas : Terbuka

Sortasi : Buruk

Ukuran Butir :

Struktur Sedimen : Bedding

Komposisi Kimia : SilIkaan

Komposisi Material :
Komposisi Bentuk Ukuran Batuan Asal %

Material

Fragmen Rounded 6cm Batuan Beku 40%

Matriks Angular Batuan Beku 30%


1,5cm
Semen Rounded Batuan Beku 30%
0,5 cm

Nama Batuan : Konglomerat

Sketsa Keterangan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :

Kita dapat mengetahui dan mendeskripsikan mengenai batuan sedimen

berdasarkan klasifikasi batuan sedimen, dapat menentukan penamaan batuan

sedimen berdasarkan klasifikasi yang sudah didapatkan, mampu memahami

dan mengetahui karakteristik batuan sedimen dan mampu mengklasifikasikan

jenis-jenis batuan sedimen dengan benar.

5.2 Saran

a. Saran Untuk Laboratorium

• Alat dan sampel tetap terjaga dan terpebaharui jika diperlukan untuk

kedepannya.

• Menambah kapasitas ruangan.

• Memperbaiki pendingin ruangan.

b. Saran Untuk Asisten

• Mempertahankan keramahan asisten

• Lebih sabar menghadapi kami

• Tetap menjadi panutan yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Site.2016. Batuan Sedimen.

Rida Apandi. 2015. Pelapukan dan Erosi. Jakarta

Ferdinata Meliala. 2017. Mekanisme Transportasi Sedimentasi :

ISI YOGYAKARTA

Oktav Dian. 2016. Burial Story

Muhammad Khairil. 2014. Geologi Dasar. Universitas Haluoleo

Anda mungkin juga menyukai