Oleh :
Denisa Permata Putri
1
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1755051001
Fakultas : Teknik
MENGESAHKAN
Dr. Ir. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si Dr. Ir. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si
NIP. 197509112000121002 NIP. 197509112000121002
ii
IDENTIFIKASI KERENTANAN TANAH DAN KETEBALAN LAPISAN
PADA RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) UNIVERSITAS
LAMPUNG BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR
Oleh
Denisa Permata Putri
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
sampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsungmaupun tidak
diharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga semuayang tertulis di dalam
Penulis,
iv
SANWACANA
Dengan penuh rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
Praktik Kerja Lapangan ini. Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
Mikrotremor” adalah salah satu syarat untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini
penulis menyadari bahwa selesainya proses ini tidak lepas dari bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
1. Bapak Dr. Nandi Haerudin S.Si., M.Si., selaku ketua Jurusan Teknik Geofisika
2. Ibu Hesti, S.Si., M.Eng, selaku Pembimbing Lapangan Kerja Praktik Teknik
v
3. Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa, petuah dan dukungan dalam
4. Kak Putri, Kak Haqqi, Kak Arief, dan Kak Eko yang telah memberikan ilmu
5. Muhammad David yang telah memberikan semangat, doa, dan membantu saat
6. Vivi Anita Sari dan Devita Sari teman seperjuangan selama kerja praktik terima
7. Intan, Rere, Alma, Danti, Tasya, Sukma, dan teman seperjuangan Teknik
baiknya, harapan penulis agar laporan ini dapat berguna bagi pembaca. Dalam
penulisan laporan ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik
lagi kedepannya.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
SANWACANA .................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
B. Struktur Geologi..................................................................................... 5
C. Stratigrafi ............................................................................................... 6
D. Mikrotremor ........................................................................................... 7
B. Mikrotremor ........................................................................................... 12
vii
C. Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) ..................................... 13
F. Amplifikasi ............................................................................................ 18
D. Diagram Alir
B. Pembahasan ............................................................................................ 34
A. Kesimpulan ............................................................................................. 41
B. Saran ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Peta Lokasi Penetian ............................................................................ 4
Gambar 10. Nilai frekuensi dominan RSUM3 pada kurva HVSR .................... 28
Lapisan ........................................................................................... 29
ix
DAFTAR TABEL
x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengakibatkan dampak besar bagi manusia. Bencana alam dapat terjadi setiap
saat di permukaan bumi, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, angin topan, dan tanah longsor. Salah satu bencana alam yang
yang terletak jauh dari sumber gempa yang dilewati oleh gelombang gempa.
antara lain magnitude gempa, jarak bangunan terhadap sumber gempa, kualitas
keempat penyebab tingkat kerusakan bangunan tersebut, ada dua hal yang bisa
1
untuk mengurangi resiko bencana alam khususnya gempa bumi. Daerah yang
amplifikasi tanahnya tinggi tidak cocok untuk pemukiman, bila terpaksa harus
pada suatu daerah. Hal ini menyatakan apabila terjadi gempa atau gangguan
berupa getaran yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi natural,
seismik yang terjadi akibat adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan.
bangunan akibat gempa bumi. Beberapa parameter yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah frekuensi natural, amplifikasi tanah dan indeks kerentanan
B. Tujuan Penelitian
2
2. Mengetahui tingkat kerentanan tanah berdasarkan nilai indeks tanah di
C. Batasan Masalah
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lokasi Penelitian
E.
4
B. Struktur Geologi
pegunungan kasar di bagian Tengah dan Barat Daya, daerah pantai berbukit
puluh meter di atas muka laut. Pegunungan Bukit Barisan terdiri batuan alas
curam dengan ketingian antara 500-1.680 m di atas muka laut. Daerah pantai
bertopografi beraneka ragam dan sering kali terdiri dari perbukitan kasar,
mencapai ketinggian 500 m di atas muka laut dan terdiri dari batuan gunungapi
epiklastika berbatu apung, tuf, tuf pasiran dan batu pasir tufan.
aneka bahan (batu pasir dan batu lempung tufaan, tufa pasiran berbatu
apung).
4. QTv merupakan batun gunung apli plio pliostosen (tuf, breksi gunung
5. Qa merupakan alluvium.
5
6. Qpb merupakan lava basal yang berongga mengandung olibine dan
trdmit.
8. Qv merupakan batuan gunang api kuarter (breksi gunung api, lava, dan
pliosen (batu pasir, batu lumpur tufaan, tufa, konglomerat, dan banyak
moluska).
gunung api dan tuf yang terdiri dari andesit basalt, bersisipan batu
10. Tpov merupakan batuan gunung api paleosen oligosen (breksi gunung
api, lava, tuf dan tuf padu bersusun andesit basal, sisipan tuf, batu pasir
11. pCm merupakan batuan malihan pra karbon (sekis mika,sekis klorit,
sekis kuarsa, dan sekis grafit dengan genes, filit, kuarsit dan pualam
C. Stratigrafi
dari sekis, genes, pualam dan kuarsit, yang termasuk kompleks Gunungkasih.
6
runtuhan batuan gunungapi busur dan benua dan sedimen yang diendapkan di
formasi-formasi sabu, campang dan tarahan. Urutan Kuarter terdiri dari lava
D. Mikrotremor
dari dua sumber yaitu alam dan manusia. Nilai amplitudo ambient noise
seismik tidak besar tetapi terjadi secara terus menerus. Sumber mikrotremor
frekuensi sekitar 0,5 Hz. Frekuensi tinggi yaitu lebih dari 1 Hz bisa ditimbulkan
oleh angin dan aliran air. Sumber utama yang menghasilkan nilai frekuensi
tinggi yaitu aktifitas manusia seperti lalu lintas kendaraan, mesin, dan lainnya
(Rahmatullah, 2013).
maksimum.
7
Daryono (2009) melakukan penelitian dan pengukuran mikrotremor di
sedimen permukaan, frekuensi resonansi (fo) dan nilai puncak rasio spektrum
HVSR (Ao) untuk mengetahui persebaran indeks kerentanan seismik (Kg) dan
2006 dengan fenomena efek tapak lokal di Graben Bantul. Data mikrotremor
resonansi (f0) berkisar antara 0,56 Hz hingga 14,0 Hz. Nilai puncak rasio
spektrum HVSR (Ao) berkisar antara 0,7 hingga 8,4. Indeks kerentanan seismik
(Kg) berkisar antara 0,04 hingga 29,22. Persebaran nilai indeks kerentanan
belt”. Zona kerusakan parah yang terkonsentrasi di sepanjang Sesar Opak tidak
disebabkan oleh reaktivasi sesar seperti yang dipredikasi oleh para ahli ilmu
8
Indeks kerentanan seismik dapat diperoleh dari analisis hasil
× 10−6 s 2 /cm hingga 100 × 10−6 s 2 /cm rentan mengalami kerusakan tinggi
Bantul, daerah dengan indeks kerentanan seismik 21,2 × 10−6 s 2 /cm memiliki
seismik antara lain seperti yang dilakukan oleh Laberta et. al. (2013) dengan
daerah Candi Ratu Boko, dan Putra (2013) yang menentukan tingkat
9
penelitian yang sudah dilakukan, ada kemiripan pola antara indeks kerentanan
Berdasarkan kondisi Geologi, Desa Gunung Gajah memiliki jenis batuan yang
komplek. Terdapat tiga jenis batuan yang muncul dipermukaan yaitu batu
metamorf, batu beku, dan batu sedimen dalam jumlah yang luas dan memiliki
umur yang berbeda dari umur pra-tersier hingga umur quarter. Dari kondisi
tektonik yang sangat tinggi. Daerah ini juga terdapat banyak blok patahan yang
frekuensi dominan, amplifikasi, Kg, dan PGA yang mana nilai – nilai tersebut
digunakan untuk mengetahui gerakan tanah pada penelitian ini adalah metode
10
III. TEORI DASAR
A. Gempa Bumi
di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan
pengulangan gempa bumi pada episenter yang sama dan terjadi setelah gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Frekuensi
suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami
terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
11
berupa kebakaran, kecelakaan industry dan transpormasi serta banjir
B. Mikrotremor
Mikrotremor merupakan getaran alami yang berasal dari dua sumber yaitu
frekuensi gempa bumi, periodenya kurang dari 0,1 detik dan secara umum
amplitudo sebesar 0,001 cm/s sampai 0,01 cm/s. Dalam kajian teknik
kegempaan, litologi yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi bila
alami yang terdapat pada suatu daerah. Hal ini menyatakan apabila terjadi
gempa atau gangguan berupa getaran yang memiliki frekuensi yang sama
12
bangunan tinggi maka bangunan tersebut lemah atau rentan, sedangkan nilai
2013)
dekat pusat massa bangunan dan dekat dengan dinding bangunan tersebut
(SESAME, 2004)
dasar lapisan lunak. Metode ini dapat menunjukkan adanya korelasi yang tepat
dengan frekuensi alami dasar medium pada lapisan yang lunak (soft soil).
13
komponen horizontal dan vertikal rekaman dari ambient noise terkait erat
dengan frekuensi fundamental tanah dan dari sini diperoleh faktor amplifikasi.
(Nakamura, 2000)
𝑆𝐻𝑆 (1)
𝑇𝐻 =
𝑆𝐻𝐵
permukaan tanah dan SHB adalah spektrum dari komponen gerak horizontal
𝑆𝑉𝑆 (2)
𝑇𝑉 =
𝑆𝑉𝐵
SVS adalah spektrum dari komponen gerak vertikal di permukaan tanah dan
SVB adalah spektrum dari komponen gerak vertikal pada dasar lapisan tanah.
Data mikrotremor tersusun atas beberapa jenis gelombang, tetapi yang utama
besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal saat rentang frekuensi
0,2-20,0 Hz, sehingga rasio spektrum antara komponen horizontal dan vertikal
𝑆𝐻𝑆 (3)
=1
𝑆𝐻𝐵
dasar mendekati nilai satu, sehingga hanya ada pengaruh yang disebabkan oleh
struktur geologi lokal atau site effect (TSITE). TSITE menunjukkan puncak
14
amplifikasi pada frekuensi dasar dari suatu lokasi. Dari persamaan (2) dan (3)
𝑇𝐻 (4)
𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸 =
𝑇𝑉
adanya kontras impedansi antara lapisan sedimen dengan batuan keras yang
lebih dalam. Interferensi antara gelombang seismik yang terjebak pada lapisan
D. Frekuensi Dominan
diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di wilayah tersebut sehingga
Lachet dan Brad (1994) melakukan uji simulasi dengan menggunakan 6 model
gelombang geser dan ketebalan lapisan soil. Hasil simulasi menunjukkan nilai
15
Tabel 1. Tabel Kalisifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Dominan
Kalsifikasi Frekuensi
Klasifikasi Kanai Deskripsi
Tanah Dominan (Hz)
Tipe Jenis
didominasi oleh
dll. 5 – 10 meter
dll. 30 meter
16
soil, lumpur,dll.Dengan
lebih
E. Periode Dominan
batuan (Tabel 2) yang ada di suatu wilayah. Nilai periode dominan didapatkan
1
𝑇0 = (6)
𝑓0
Dimana :
T0 = Periode Dominan
f0 = Frekuensi Dominan
Klasifikasi tanah
17
Batuan alluvial, dengan Sedang
dll.
permukaan dan litologi batuannya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
F. Amplifikasi
adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain gelombang
medium lain yang lebih lunak dibandingkan dengan medium awal yang
18
tanah berkaitan dengan perbandingan kontras impedansi lapisan permukaan
lapisan tersebut tinggi maka nilai faktor penguatan juga tinggi, begitu pula
karena perbedaan kecepatan gerakan gelombang geser (Vs) di batuan dasar dan
pada lapisan tanah (sedimen). Nilai Vs dari batuan dasar ke permukaan akan
nilai modulus geser (Gs) dan faktor redaman, sehingga percepatan tanah akan
makin membesar. Semakin besar nilai faktor amplifikasi, maka semakin besar
Hamid, 2017)
yaitu:
19
𝐴𝑜 = {(𝜌𝑏 . 𝑣𝑏 )/(𝜌𝑠 . 𝑣𝑠 )} (7)
horizontal dan vertikalnya (H/V). Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan
mengubah sifat fisik batuan. Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat
bervariasi sesuai dengan tingkat deformasi dan pelapukan pada tubuh batuan
tanah dapat dihitung secara teoritis, seperti yang dilakukan oleh Wakamatsu
20
G. Kecepatan Gelombang Geser (Vs30)
permukaan. Menurut Roser dan Gosar (2010) nilai Vs30 digunakan untuk
Dimana :
Ev = Elevasi (m)
Dm = Jarak (km) dari gunung atau bukit pra tersier atau tersier
dan frekuensi natural merupakan faktor yang penting dalam mitigasi bencana
suatu tempat.
21
Pada kajian ini parameter yang digunakan adalah frekuensi natural,
amplifikasi tanah dan index kerentanan tanah. Secara sederhana analisis HVSR
atau H/V adalah merupakan analisis data getaran tanah untuk memperoleh nilai
frekuensi natural (f0), amplifikasi tanah(A0) dan index kerentanan tanah (Kg).
memilah antara data asli dan noise dengan menerapkan anti triggering pada
data mentah (waveform). Selain itu juga dilakukan smoothing data dengan
frequency of interest antara 0-15 Hz. Hasil yang diperoleh kemudian dilakukan
Fast Fourier Transform untuk mendapatkan kurva HVSR. Dari kurva HVSR
Hasil ekstraksi frekuensi natural dan amplifikasi dari kurva HVSR untuk
kerentanan tanah (Kg) seperti pada persamaan (2). Dari hasil analisis, secara
penelitian.
𝐴0 2
𝐾𝑔 = (10)
𝑓0
22
I. Lapisan Sedimen
pengaruh geologi lokal (local site effect) ketika terjadi gempa bumi. Periode
sedimen. Semakin besar nilai periode predominan suatu tempat maka makin
tebal pula lapisan sedimen di wilayah tersebut begitu juga sebaliknya. Nilai
memiliki nilai amplifikasi tanah yang lebih kecil dibanding wilayah dengan
23
IV. METODOLOGI
Praktik kerja lapangan ini dilakukan selama 1 bulan dimulai dari tanggal
Bulan
Kegiatan Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Mikrotremor
Interpretasi Data
Penyusunan Laporan
Seminar Kerja Praktik
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktik kerja lapanan ini
24
Universitas Lampung yang kemudian diolah dengan menggunakan Software
Geopsy 3.2.2, Software Surfer 11, Software Microsoft Office Excel, Software
C. Prosedur Penelitian
• Studi Literatur
dengan metode Horizontal Spectral Rasio (HVSR), baik itu dari jurnal
maupun buku.
• Pengolahan data
penelitian. Adapun tahapan pengolahan data pada laporan kerja praktik ini
25
Gambar 5. Input Data Mikrotremor
26
Gambar 7. Proses Pemilihan Window pada titik RSUM9
27
Gambar 9. Hasil Akhir Pengolahan
lapisan.
28
Gambar 11. Nilai Amplifikasi, Periode Dominan dan Indeks
Ketebalan Lapisan
ketebalan lapisan.
amplifikasi.
dominan.
29
11. Kemudian buat pemodelan sebaran titik pengukuran berdasarkan
• Interpretasi data
pengukuran.
30
D. Diagram Alir
Adapun diagram alir dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
Mulai
Filtering
Windowing
Kurva HVSR
Frekuensi Dominan
Periode Vs30
Dominan
Indeks
Amplifikasi Kerentanan
Tanah
Analisa Ketebalan
Lapisan
Selesai
31
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
32
33
Gambar 15. Kurva HVSR 10 Titik Pengukuran
Indeks
Frekuensi Periode
Kerentanan
No Kode Dominan Dominan Amplifikasi
Tanah Kg
(Hz) (s)
(1/cm/s2)
1 RSUM1 0,732 1,364 5,135 35,991
2 RSUM2 0,870 1,148 4,432 22,557
3 RSUM3 1,386 0,721 2,983 6,419
4 RSUM4 0,734 1,360 5,122 35,711
5 RSUM5 0,674 1,482 5,510 45,012
6 RSUM6 1,213 0,823 3,341 9,198
7 RSUM7 1,274 0,784 3,204 8,054
8 RSUM8 0,618 1,617 5,935 56,984
9 RSUM9 1,083 0,923 3,680 12,504
10 RSUM10 1,244 0,803 3,270 8,591
B. Pembahasan
Getaran ini yang akan direspon oleh tanah yang akan mampu dirasakan oleh
kita. Tanah yang bergetar akan membuat kita ikut bergetar. Aktivitas bumi
34
Aktivitas seperti ini akan berdampak pada terjadinya gemoa bumi. Gempa
bumi berarti tanah yang diinjak oleh manusia akan bergetar, tepatnya dilapisan
bumi. Maka ketika lempeng bergerak, maka tanah akan menerima respon
berupa getaran.
tersebut. Hal ini bergantung pada amplifikasi dan frekuensi dominan. Lapisan
kerak bumi tidak serta merta terdiri hanya dari 1 lapisan saja. Akan tetapi,
lapisan kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tanah lagi. Setiap lapisan tanah
bergantung pada seberapa banyak dan setebal apa lapisan-lapisan dalam tanah
yang sedang disurvei. Semakin banyak lapisan tanah dalam tanah yang sedang
diukur nilai amplifikasinya maka nilai amplifikasi akan semakin besar, begitu
kurang dari frekuensi getaran dari gempa maka tanah akan dengan mudah
retak. Jika frekuensi dominan tanah melebihi frekuensi getaran gempa bumi
yang sedang terjadi maka tanah akan dengan mudah mampu menahannya
35
dominan. Karena pengukuran dilakukan pada 10 titik maka setiap amplifikasi
dan frekuensi dominan yang diperoleh memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai
frekuensi dominan ini yang selanjutnya digunakan sebagai penentu jenis tanah
pada titik tersebut. Kemudian dari nilai amplifikasi dan frekuensi natural
yang terjadi. Tiap data memiliki durasi yang berbeda dan pengamatan
dari sumbu horizontal puncak kurva H/V. Dari nilai frekuensi dominan
(f0) dapat ditentukan nilai periode dominan daerah penelitian. Dari nilai
36
Gambar 16. Pemodelan Nilai Frekuensi Dominan (f0)
nilai frekuensi dibawah 2,5 Hz tersusun dari batual alluvial yang terbentuk
dari sedimentasi delta, top soil, lumpur, dan lain-lain serta ketebalan
atau lebih. Sehingga pada rentang nilai frekuensi dominan 0,61 Hz – 1,3
37
2. Analisis Sebaran nilai amplifikasi (A0)
nilai frekuensi dominan dari suatu titik penelitian tetapi juga memberikan
38
Berdasarkan pemodelan nilai amplifikasi di RSUP Unila pada
Gambar 16. diketahui bahwa nilai amplifikasi di area RSUP Unila yang
kali), kategori resiko tinggi dengan nilai amplifikasi (6< A0 < 9 ), dan
kategori resiko sangat tinggi dengan nilai amplifikasi (A0 > 9 ). Oleh
39
Berdasarkan pemodelan nilai periode dominan pada Gambar 17.
antara 0,7 s sampai dengan 1,6 s. Berdasarkan acuan tabel klasifikasi tanah
menjadi 4 jenis yaitu jenis A dengan nilai frekuensi antara 0.05 – 0.10 s
dengan nilai periode lebih dari 0.4 s mengindikasikan karakter jenis batuan
RSUP Unila lebih dari 0,4 s.Oleh karea itu daerah tersebut merupakan
menghasilkan nilai indeks kerentanan tanah pada area RSUP Unila sebesar
40
Persamaan 10 dengan parameternya yaitu nilai frekuensi dominan (f0)
tanah pada 10 titik pengukuran di area RSUP Unila termasuk daerah yang
agak rentan terjadi kerusakan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa titik yang
memiliki nilai indeks diatas 20. Titik RSUM3, RSUM6, RSUM7, RSUM9
dan RSUM10 memiliki nilai indeks kerentanan tanah berkisar 6,41 s2/cm
sampai dengan 12,5 s2/cm ini tergolong kedalam daerah yang akan
RSUM8 memiliki nilai indeks kerentanan tanah tinggi yaitu 35,9 s2/cm
agar tidak terjadi kerusakan dan korban saat terjadi gempa bumi.
41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1,3 Hz, nilai amplifikasi sebesar 2,9 – 5,9. nilai periode dominan sebesar
m.
2. Pada percobaan ini diperoleh nilai indeks kerentanan tanah sebesar 8,0
B. Saran
pengolahan data.
42
2. Diperlukannya analisis lebih lanjut terhadap hasil interpretasi untuk
3. Diperlukannya penelitian lebih lanjut terkait tata ruang bangunan, baik dari
43
DAFTAR PUSTAKA