Anda di halaman 1dari 55

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/354493495

AKUISISI DAN PERHITUNGAN DATA PERMEABILITAS DAN KADAR AIR


TANAH DI LAPANGAN PANAS BUMI WAY RATAI, LAMPUNG DENGAN
METODE FALLING-HEAD

Research · September 2021


DOI: 10.6084/m9.figshare.16599509

CITATIONS READS

0 1,230

3 authors:

Ryas Hary I Gede Boy Darmawan


Lampung University Lampung University
2 PUBLICATIONS 1 CITATION 43 PUBLICATIONS 47 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nandi Haerudin
Lampung University
28 PUBLICATIONS 60 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ryas Hary on 10 September 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AKUISISI DAN PERHITUNGAN DATA PERMEABILITAS DAN KADAR
AIR TANAH DI LAPANGAN PANAS BUMI WAY RATAI, LAMPUNG
DENGAN METODE FALLING-HEAD

(Laporan Praktik Kerja Lapangan)

Oleh
RYAS HARY PRIHANTORO
NPM. 1715051034

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Akuisisi dan Perhitungan Data Permeabilitas


dan Kadar Air Tanah di Lapangn Panas bumi
Way Ratai, Lampung dengan Metode Falling-
Head

Nama : Ryas Hary Prihantoro

Nomor Pokok Mahasiswa : 1715051034

Jurusan : Teknik Geofisika

Fakultas : Teknik

Bandar Lampung, 25 Juli 2021

MENGESAHKAN,

Ketua Jurusan Teknik Geofisika, Dosen Pembimbing,


Fakultas Teknik,
Universitas Lampung,

Karyanto, S.Si., M.T. Dr. Ir. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si.


NIP. 196912301998021001 NIP. 197509112000121002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Akuisisi dan Perhitungan Data Permeabilitas


dan Kadar Air Tanah di Lapangn Panas bumi
Way Ratai, Lampung dengan Metode Falling-
Head

Nama : Ryas Hary Prihantoro

Nomor Pokok Mahasiswa : 1715051034

Jurusan : Teknik Geofisika

Fakultas : Teknik

Bandar Lampung, 25 Juli 2021

MENGESAHKAN,

Dosen Pembimbing Lapangan

Hesti, S.Si., M.Eng


NIP. 198606192019032014

iii
ABSTRAK

AKUISISI DAN PERHITUNGAN DATA PERMEABILITAS DAN KADAR


AIR TANAH DI LAPANGAN PANAS BUMI WAY RATAI, LAMPUNG
DENGAN METODE FALLING-HEAD

Oleh
Ryas Hary Prihantoro

Lapangan panas bumi Way Ratai merupakan salah satu area potensi panas bumi
yang berada di Provinsi Lampung yang terletak di Gunung Ratai, Kabupaten
Pesawaran, Lampung. Salah satu upaya survei pendahuluan yang dilakukan
dengan menghitung permeabilitas dengan metode falling-head. Perhitungan
permeabilitas dan kadar air tanah di area panas bumi Way Ratai dilakukan untuk
mengetahui perbedaan laju permeabilitas tanah dalam keadaan jenuh dari contoh
tanah utuh yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan pada 13 titik pada area yang
tersebar di sekitar Margodadi, Way Asin, Bambu Kuning, Padok, Kalitiga, Way
Urang, Cangkuang, dan Padang Cermin. Bedasarkan proses pengukuran
menghasilkan nilai permeabilitas berada pada rentang 0,01 cm/s sampai 3,791
cm/s. Hasil perhitungan nilai permeabilitas dan kadar air tanah dapat disimpulkan
bahwa pada area panas bumi ini mempunyai daerah recharge yang baik, karena
rata-rata nilai permeabilitasnya sebesar 1,204 cm/s.
Kata kunci: Pemeabilitas, Manifestasi, Panas bumi, Kadar Air Tanah, Way Ratai.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Subhanahu Wa

Ta’ala, Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaiakan Laporan Kerja Praktik ini dengan baik dan tepat pada

waktunya dengan judul laporan Kerja Praktik “Akuisisi dan Perhitungan Data

Permeabilitas dan Kadar Air Tanah di Lapangan Panas bumi Way Ratai,

Lampung dengan Metode Falling-Head”. Terima kasih penulis sampaikan

kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan laporan ini. Penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan di

dalam Laporan Kerja Praktik Lapangan ini, sehingga sangat diharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga semua yang tertulis di dalam laporan ini dapat

memberikan manfaat kepada siapapun, baik kalangan umum maupun akademisi

untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 25 Juli 2021


Penulis,

Ryas Hary Prihantoro


NPM. 1715051034

v
SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas berkat rahmat dan hidayah serta

karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja

Praktik berjudul “Akuisisi dan Perhitungan Data Permeabilitas dan Kadar

Air Tanah di Lapangan Panas bumi Way Ratai, Lampung dengan Metode

Falling-Head”. Tak lupa shalawat serta salam yang selalu tercurahkan kepada

junjungan kita nabi besar Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam yang menjadi

suri tauladan bagi kita.

Dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa

selesainya proses ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Karyanto, S.Si., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas

Teknik, Universitas Lampung dan Dosen Pembimbing Kerja Praktik yang

telah banyak memberi motivasi dan masukan.

2. Bapak Dr. Ir. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si. selaku dosen Pembimbing Kerja

Praktik yang telah banyak meluangkan waktu memberi masukan, koreksi dan

pengarahan dalam mengerjakan Laporan Kerja Praktik ini.

vi
3. Bapak I Gede Boy Darmawan, S.Si., M.Eng. selaku dosen Pembimbing Lapangan ktik

Kerja Praktik yang telah banyak membantu dan membimbing.

4. Bapak Dr. Alimuddin, S.Si., M.Si. selaku penguji yang telah memberikan

waktunya.

5. Dosen-dosen Teknik Geofisika Universitas Lampung, selaku orang-orang

yang saya hormati karena telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat.

6. Bapak Hamim Thohari dan Ibu Suprapti Rahayu selaku kedua orang tua saya

yang amat saya cintai dalam hidup yang telah banyak memberi dukungan

motivasi, semangat, financial, menyayangi dan mencintai saya dengan

sepenuh hati.

7. Mas Ryan, Mas Rio, dan Mas Riwanda selaku kakak yang telah membantu

dan mendukung penulis dibanyak hal

8. Keluarga Teknik Geofisika 2017 yang selalu ada membantu.

9. Tim Ratai Ceria (Ukhti, Bryan, Acep, kak Adli, kak Winda, Icun, dan

Mustika) yang menemani pengerjaan kerja praktik baik di Lab dan di

lapangan panas bumi Way Ratai dengan penuh ceria dan sedikit lelah.

10. Pak Aceng yang menjadi pemandu penulis menemukan area-area manifestasi.

11. Teman - teman Pengurus Masjid Daarul Hikmah Al-Huda yang membantu

dan mengingatkan untuk jangan lupa sholat.

12. Serta semua pihak yang terlibat, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Bandar Lampung, 25 Juli 2021


Penulis,

Ryas Hary Prihantoro


NPM. 1715051034

vii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

SANWACANA ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.3 Batasan Penelitian ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Daerah Penelitian ................................................................................ 4
2.2 Geologi Regional dan Stratigrafi ........................................................ 5
2.3 Sistem Panas bumi Way Ratai ............................................................ 7

III. TEORI DASAR


3.1 Panas bumi .......................................................................................... 8
3.2 Sistem Panas bumi .............................................................................. 9
3.3 Manifestasi Panas bumi ...................................................................... 10
3.4 Permeabilitas ....................................................................................... 11

viii
3.5 Faktor Pengaruh Permeabilitas ........................................................... 13
3.6 Klasifikasi Permeabilitas Tanah ......................................................... 15
3.7 Hukum Darcy ...................................................................................... 15

IV. PROFIL INSTANSI


4.1 Latar Belakang .................................................................................... 17
4.2 Profil Instansi ...................................................................................... 18
4.3 Inventaris Lab. Lingkungan dan Rekayasa ......................................... 19

V. METODOLOGI PENELITIAN
5.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 22
5.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 23
5.3 Diagram Alir ....................................................................................... 23
5.4 Tahap Pengolahan Data
5.4.1 Permeabilitas Metode Falling-Head .......................................... 25
5.4.2 Kadar Air Tanah ........................................................................ 25

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 27
6.2 Pembahasan
6.2.1 Prosedur Akuisisi Penelitian ....................................................... 29
6.2.2 Hasil pengukuran ........................................................................ 30
6.2.3 Perhitungan Data Pengukuran
a. Permeabilitas ............................................................................ 34
b. Kadar Air Tanah Kering........................................................... 35
c. Kadar Air Tanah Basah ............................................................ 36
6.2.4 Interpretasi Data Pengukuran ...................................................... 37

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan .......................................................................................... 39
7.2 Saran ..................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................. 4

2. Peta Geologi Area Penelitian ....................................................................... 6

3. Sistem Panas bumi ...................................................................................... 9

4. Permeabilitas ............................................................................................... 12

5. Struktur Organisasi Lab. Lingkungan dan Rekayasa ................................... 18

6. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 24

7. Data Hasil Penelitian .................................................................................... 28

8. Peta Topografi 3D Daerah Pengukuran ....................................................... 29

9. Titik R1 Manifestasi Margodadi .................................................................. 31

10. Sampel Tanah R4 untuk Uji Laboratorium ................................................ 32

11. Tanah Setelah Dipindahkan dari Pipa ........................................................ 32

12. Perangkat Alat Vacuum .............................................................................. 33

13. Pengukuran dengan Metode Falling Head ................................................ 34

14. Peta Persebaran Kadar Air Tanah Kering .................................................. 35

15. Peta Persebaran Kadar Air Tanah Basah ................................................... 37

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Permeabilitas Tanah ................................................................... 15

2. Inventaris Lab. Lingkungan dan Rekayasa. ................................................. 19

3. Jadwal Penelitian Kerja Praktik ................................................................... 22

4. Data Penelitian Hasil Akuisisi ..................................................................... 31

5. Perhitungan Permeabilitas............................................................................ 35

6. Perhitungan Kadar Air Tanah Kering .......................................................... 36

7. Perhitungan Kadar Air Tanah Basah............................................................ 37

xi
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lapangan energi panas bumi atau geothermal merupakan suatu energi

alternatif yang bersifat renewable (dapat diperbaharui), yang bersumber dari

aktivitas tektonik di dalam bumi. Sumber energi panas bumi di Indonesia

tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Lampung sendiri

memiliki potensi panas bumi yang cukup tinggi yang tersebar di beberapa

daerah, salah satunya berada di daerah Way Ratai yang masih dalam status

eksplorasi. Keberadaan sesar menjadi kontrol dalam siklus hidrologi pada

daerah panas bumi. Dalam mengidentifikasi sesar dan pengontrol sistem

panas bumi yang lain dari suatu lokasi diperlukan metode geofisika yang

relevan untuk menggambarkan sistem yang mengontrol panas bumi Potensi

ini terkait dengan kondisi geologi Indonesia yang merupakan daerah subduksi

dan gunungapi (Haerudin dkk., 2017). Untuk menggambarkan potensi panas

bumi di suatu daerah perlu dilakukan karakterisasi melalui survei geologi,

geokimia dan geofisika. Survei geologi dilakukan untuk memberikan

gambaran mengenai kondisi geologi permukaan di suatu daerah, seperti

litologi, stratigrafi, serta struktur-struktur yang berkembang di daerah

tersebut. Survei geokimia digunakan dalam penelitian eksplorasi panas bumi

untuk mendapatkan karakteristik temperatur fluida panas bumi, sedangkan


2

metode geofisika digunakan untuk mendapatkan gambaran struktur dan

kondisi bawah permukaan suatu lapangan panas bumi.

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk meloloskan air struktur

dan tekstur serta unsur organik lainnya yang ikut ambil bagian dalam

menaikan laju inflasi dan menurukan laju air. Tekstur tanah merupakan salah

satu sifat fisik tanah, begitu juga dengan permeabilitas (Rohmat, 2009). Pada

eksplorasi lapangan panas bumi, sangat diperlukan data permeabilitas tanah

pada daerah sekitar manifestasi panas bumi yang berguna untuk nilai

koefisien permeabilitas tanah (k), juga disebut sebagai besaran kecepatan air

mengalir dalam lapisan tanah. Oleh karenanya satuan koefisien ini adalah

satuan jarak per satuan waktu. Semakin kecil butiran tanah, maka akan

semakin kecil rongga yang terdapat antar butirannya, sehingga semakin

lambat pula air mengalir dalam lapisan tanah tersebut. Oleh karena itu, pada

tanah lempung kecepatan air mengalir relatif lebih lambat.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan perbedaan nilai permeabilitas tanah dalam keadaan jenuh dari

contoh tanah utuh yang berbeda.

2. Mendapatkan dan mengidentifikasi hasil perhitungan nilai permeabilitas

pada daerah panas bumi Way Ratai.


3

1.3 Batasan Penelitian

Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah perhitungan nilai

kandungan air, permeabilitas, dan porositas yang diambil dari data hasil

akuisisi lapangan panas bumi Way Ratai menggunakan metode perhitungan

permeabilitas Falling-Head.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dari nilai permeabilitas dan

kandungan air yang diperoleh menjadi parameter reservoar panas bumi yang

produktif pada lapangan panas bumi Way Ratai.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Penelitian

Adapun daerah penelitian berada pada area lapangan panas bumi Way Ratai,

Kecamataan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung yang

secara geografis berada pada 5,12°-5,84°LS dan 104,92°-105,34°BT. Berikut

daerah lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


5

2.2 Geologi Regional dan Stratigrafi

Secara umum daerah penelitian Way Ratai, Kecamatan Padang Cermin,

Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung pada geologi regional Tanjung

Karang. Adapun peta geologi regional daerah Way Ratai seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.

Dari peta geologi pada Gambar 2 terlihat lokasi penelitian memiliki beberapa

formasi batuan di antaranya adalah Menanga (Km), Komplek Gunung Kasih

(Pzg), Formasi Lampung (Qti), Alluvium (Qa), Gunungapi Pesawaran

(Qhvp), Formasi Tarahan (Tpot), Dasite Piabung (Tmda), Formasi

Hulusimpang (Tomh), dan Formasi Sabu (Tpos). Formasi Menanga terdiri

atas perselingan serpih, batu lempung dengan basal, sisipan rijang dan lensa

batu gamping. Komplek Gunung Kasih berisikan sekis pelitan dan sedikit

gnes. Formasi Lampung terdiri atas tuf berbatu apung, tuf riolit, tuf padu tufit,

batu lempung tufan dan batupasir tufan. Aluvium terdiri atas kerakal, kerikil,

pasir, lempung dan gambut. Gunungapi Pesawaran terdiri atas lava (andesit-

basal), breksi dan ruff erupsi dari Gunung Pesawaran. Formasi Tarahan terdiri

atas tuf padu, breksi dengan sisipan rijang. Dasite Piabung terdiri atas dasit.

Formasi Hulusimpang terdiri atas lava andesit basal, tuf dan breksi gunungapi

terubah dengan lensa batugamping, sedangkan Formasi Sabu terdiri atas

perselingan antara breksi konglomeratan dengan batupasir.


6

Gambar 2. Peta Geologi Area Penelitian


7

Stratigrafi regional daerah ini tersusun oleh batuan-batuan dari runtutan Pra-

Tersier, Runtunan Tersier, Runtunan Kuarter dan Batuan Terobosan.

Runtunan tersier terdiri dari batuan tertua adalah runtuhan malihan derajat

rendah-sedang yang terdiri dari sekis, genis, pulam dan kuarsit yang termasuk

Kompleks Gunungkasih. Kompleks Gunungkasih terdiri dari sekis, kuarsa

pelitik grafitik, pualam dan sekis gampingan, kuarsit serisit, suntika migmatit,

sekis amfibol dan ortogenes. Dengan asumsi bahwa penyebaran litologi ini

mencerminkan keadaan geologi kompleks tersebut, memberikan dugaan kuat

bahwa runtunan batuan beku malihan (Pzgs) merupakan sisa-sisa busur

magma Paleozoikum serta sisa-sisa runtunan sedimen malih parit atau tanah

muka yang berhubungan dengan busur tersebut (Putri dkk., 2014).

2.3 Sistem Panas bumi Way Ratai

Dalam perhitungan temperatur pada reservoar panas bumi dengan kondisi di

lokasi sistem panas bumi Way Ratai terdeteksi oleh keadaan alterasi di

permukaan. Secara hidrologi ditunjukkan oleh mineral hidrotermal dan fluids

inclusion. Terdapat beberapa sumur air panas yang muncul di permukaan

sebagai bentuk manifestasi yang menunjukkan adanya sumber panas bumi.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis kimia dengan menggunakan

persamaan Quart-max, steam loss untuk menghitung temperatur pada

reservoar geothermal. Berdasarkan hasil perhitungan SiO2 pada penelitian

untuk mencari suhu reservoar didapatkan hasil bahwa suhu reservoar

geothermal Way Ratai adalah 131,8oC, sesuai dengan zona steam loss yaitu

100 – 250oC.
8

III. TEORI DASAR

3.1 Panas bumi

Panas bumi secara umum dapat diartikan sebagai jumlah kandungan

panas yang tersimpan dalam bumi dan membentuk sistem panas bumi yang

telah ada sejak bumi terbentuk. Sistem panas bumi tersebut mencakup sistem

hidrotermal yang merupakan sistem tata air, proses pemanasan dan kondisi

sistem dimana air yang terpanasi terkumpul, sehingga sistem panas bumi

mempunyai persyaratan harus tersedianya air, batuan pemanas, batuan sarang

dan batuan penutup (Alzwar dkk., 1987).

Sumber daya panas bumi (geothermal energy) dapat ditemui di banyak

tempat di muka bumi ini. Tetapi, tidak semua panas bumi dapat dijadikan dan

dimanfaatkan sebagai sumber listrik. Ada beberapa jenis reservoar panas

bumi, yaitu reservoar hidrotermal (hydrothermal reservoir), reservoar

bertekanan tinggi (geopressured reservoir), reservoar batuan panas kering

(hot dry rock reservoir), dan reservoar magma (Edwards dkk., 1982).
9

3.2 Sistem Panas bumi

Sistem panas bumi tersusun oleh beberapa parameter kebumian, seperti

sumber panas, reservoar, batuan penudung, sumber fluida, dan siklus

hidrologi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Air hujan (rain water)

akan merembes ke dalam tanah melalui saluran pori-pori atau rongga-rongga

di antara butir-butir batuan, sehingga air dengan leluasa menerobos turun ke

batuan panas (hot rock). Air tersebut terakumulasi dan terpanaskan oleh

batuan panas (hot rock), akibatnya temperatur air meningkat, volume

bertambah dan tekanan menjadi naik. Tekanan yang terus meningkat

menyebabkan air panas naik ke atas melalui celah, retakan dan pori-pori yang

berhubungan di dalam permukaan. Sumber panas bumi berasal dari distribusi

suhu dan energi panas di bawah permukaan bumi. Suhu di permukaan

ditentukan oleh konduksi panas melalui batuan padat dan konveksi di dalam

sirkulasi fluida. Suhu bumi bertambah besar secara konstan selaras dengan

bertambahnya kedalaman posisi di bawah permukaan bumi (Suharno, 2012).

Gambar 3. Sistem panas bumi (Dick dan Fanelli, 2013)


10

3.3 Manifestasi Panas bumi

Manifestasi panas bumi adalah sirkulasi fluida yang berasal dari daerah

recharge yang muncul ke permukaan melalui upflow dan outflow dimana

fluida tersebut akan keluar dan melewati batuan. Komposisi mineral pada

batuan tersebut terubah dan menghasilkan mineral ubahan kemudian fluida

yang muncul ke permukaan akan menjadi air panas atau uap air melalui

rekahan batuan (Ibradi dkk., 2019).

Panas bumi di permukaan dapat berbentuk, seperti warm ground,

steaming ground, kolam lumpur panas, kolam air panas, fumarole, sumber air

panas, rembesan, geyser, dan daerah alterasi hidrotermal selalu dikaitkan

dengan proses geologi dan model sistem panas bumi. Warm ground adalah

tanah panas yang keluar karena konduktivitas termal pada lapisan bagian atas

dan gradien temperatur lebih dari 25o-30oC. Aliran panas yang tinggi dapat di

deteksi dengan infra merah. Steaming ground diartikan sebagai tanah beruap.

Uap yang keluar berasal dari penguapan air panas pada kedalaman dangkal

atau dari kedalaman yang dalam. Kolam lumpur panas atau mud vulkano

adalah kubangan lumpur panas, sedikit mengandung uap dan gas CO2 dan

tidak terkondensasi. Gas CO2 keluar dari salah satu celah dengan temperatur

lebih kecil dari titik didih. Kolam air panas biasanya terdapat di tengah-

tengah suatu kubahan hidrotermal minor purba dan bisa juga berbentuk hot

lake. Kolam air panas terjadi dari fumarole yang sudah tidak aktif lagi. Kolam

air panas yang bersistem uap air biasanya berlumpur dan berwarna abu-abu,

sedangkan yang bersistem air panas biasanya bersih dan sedikit abu-abu,

yang bersistem air panas asam terjadi pada kedalaman yang sangat dalam.
11

Fumarol adalah hembusan gas magnetik dan uap yang keluar dengan suhu

tinggi, dimana uap air umumnya lebih banyak dengan temperatur kurang dari

100oC (Basid dkk., 2014).

Manifestasi panas bumi di permukaan sangat penting untuk

mendapatkan perkiraaan awal. Data hasil analisis air yang diambil dari

manifestasi permukaaan, sangat berguna untuk memperkirakan asal sumber

air, jenis reservoar, suhu di bawah permukaan, karakter dan jenis fluida

reservoar (Suharno, 2013).

Fluida panas bumi yang terkandung dalam reservoir hidrothermal

berasal dari air permukaan, antara lain air hujan (air meteorik) yang meresap

masuk ke bawah permukaan dan terpanaskan oleh suatu sumber panas. Air

tersebut akan masuk melalui rekahan-rekahan kedalam batuan permeabel.

Apabila disekitar batuan tersebut terdapat sumber panas, maka panas akan

dirambatkan melalui batuan (secara konduksi) dan melalui fluida (secara

konveksi). Geokimia panasbumi mempelajari komposisi kimia fluida

panasbumi (air dan uap) untuk mengetahui karakteristik fluida dan proses

yang mempengaruhi tersebut, baik di reservoir maupun saat fluida tersebut

naik ke permukaan. Survey geokimia bertujuan untuk mencari indikasi

mineralisasi pada suatu daerah dimana metode ini digunakan untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan pola geokimia yang tidak normal

atau dikenal dengan istilah anomali (Fadhly dkk., 2017). Tipe air panasbumi

berdasarkan kandungan anion dominan berupa Cl, SO4, dan HCO3 terbagi

menjadi (Nicholson dalam Rony dkk., 2019):


12

a. Air Klorida

Merupakan tipe fluida panasbumi dalam atau deep geothermal fluid

yang umumnya ditemukan pada sistem panasbumi bertemperatur tinggi. Mata

air panas dengan tipe air klorida memiliki temperatur tinggi, debit yang besar,

rasio Cl/SO4 tinggi, pH 5-9 dan kandungan klorida yang tinggi yang berasal

langsung dari reservoir.

b. Air Sulfat

Merupakan tipe fluida panasbumi yang terbentuk akibat kondensasi gas

panasbumi pada air permukaan Hidrogen Sulfida (H2S) yang terdapat dalam

uap panas tersebut mengalami oksidasi menjadi sulfat. Tipe air panas ini juga

disebut sebagai steam-heated water. Mata air panas bertipe sulfat biasanya

berasal dari reservoir dangkal, memiliki pH rendah, kandungan klorida

rendah dan sulfat tinggi.

c. Air Bikarbonat

Merupakan tipe fluida panasbumi yang terbentuk akibat kondensasi uap

dan gas ke dalam air permukaan yang minim oksigen. Tipe air bikarbonat

biasanya memiliki pH mendekati netral akibat adanya reaksi dengan batan

selama migrasi lateralnya.

3.4 Permeabilitas

Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah

meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju

infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah, permeabilitas

didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan

atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Selain itu permeabilitas juga
13

merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah. Hantaran hidraulik tanah

timbul adanya pori kapiler yang saling bersambungan antara satu dengan

yang lain

Permeabilitas menujukan kemampuan tanah untuk meloloskan air

struktur, sturktur dan tekstur serta unsur organik lainya juga ikut ambil bagian

dalam menaikan laju inflasi dan menurukan laju air. Tekstur tanah merupakan

salah satu sifat fisik tanah, begitu juga dengan permeabilitas. Permeabilitas

dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Permeabilitas berbeda dengan drainase

yang lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas dapat

mencakup bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel –

partikel lainya yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk ke dalam

tanah.

Gambar 4. Permeabilitas

Permeabilitas tanah diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy.

Hukum Darcy untuk satu dimensi yaitu aliran secara vertikal. Sifat ini

dipengaruhi oleh geometri (ruang) pori dan sifat dari cairan yang mengalir di

dalamnya. Air dapat mengalir dengan mudah di dalam tanah yang


14

mempunyai pori-pori besar. Pori kecil dengan hubungan antar pori yang

seragam akan mempunyai permeabilitas lebih rendah, sebab air akan

mengalir melalui tanah lebih lambat. Kemungkinan tanah yang pori-porinya

besar, permeabilitasnya mendekati nol, yaitu jika pori-pori tersebut terisolasi

sesamanya. Permeabilitas juga mendekati nol, yaitu jika pori-pori tanah

sangat kecil, seperti tanah berteksur lempung. Air di dalam tanah tidak

bergerak vertikal, akan tetapi ke arah horizontal, dinamai rembesan lateral.

Rembesan lateral disebabkan oleh permeabilitas berbagai lapisan tanah yang

tidak seragam. Air yang masuk lapisan tanah dengan laju agak cepat,

mungkin tertahan oleh lapisan yang permeabilitasnya lambat atau kedap air.

Ada dua macam permeabilitas, yaitu permeabilitas jenuh dan tak jenuh.

Permeabilitas jenuh (aliran jenuh) adalah permeabilitas terjadi apabila seluruh

pori terisi oleh air. Nilai permeabilitas ditentukan dengan data lapangan dan

data analisis laboratorium berbeda dengan nilai permeabilitas tanah dalam

keadaan jenuh.

Pengujian untuk nilai permeabilitas tanah di laboratorium biasanya

dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengujian permeabilitas lapangan

dan permeabilitas laboratorium. Untuk pengujian permeabilitas laboratorium,

ada dua metode yang digunakan, yaitu metode Constant Head dan Falling

Head.

Metode constant head adalah metode pengujian permeabilitas yang

biasanya digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki

koefisien permeabilitas yang tinggi, seperti pasir, kerikil atau beberapa

campuran pasir dan lanau. Kemudian untuk metode falling-head adalah


15

metode pengujian permeabilitas yang biasanya digunakan untuk tanah yang

memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah

seperti tanah lempung.

3.5 Faktor Pengaruh Permeabilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah, antara lain

tekstur tanah, porositas distribusi ukuran pori, stabilitas agregat, stabilitas

struktur tanah, serta kadar bahan organik. Hubungan yang lebih utama

terhadap permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori, sedangkan faktor-

faktor yang lain hanya ikut menentukkan porositas dan distribusi ukuran pori.

Tekstur kasar mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan

tekstur halus karena tekstur kasar mempunyai pori makro dalam jumlah

banyak, sehingga umumnya tanah yang didominasi oleh tekstur kasar, seperti

pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah

(Aslami, 2014).

Adapun juga beberapa faktor-faktor yang dipengaruhi permebilitas

tanah, antara lain:

1. Infiltrasi

Infiltrasi, yaitu kecepatan air melalui tanah. Pada tekstur tanah pasir yang

memiliki ruang pori besar, akan memiliki daya infiltrasi yang cepat dan

permeabilitasnya sangat tinggi. Namun, pada tekstur pada tekstur liat akan

berbeda. Tekstur liat memiliki kemampuan yang baik menyimpan air,

maka akan mengakibatkan daya infiltrasi menjadi lambat yang

menyebabkan permeabilitas akan juga lambat.


16

2. Drainase

Drainase merupakan aliran air. Drainase pada masing-masing tekstur tanah

tidak sama. Pada tekstur tanah pasir yang memiliki ruang pori yang besar,

maka drainasenya akan tinggi, sehingga permeabilitasnya pun akan

semakin cepat. Namun, tekstur tanah liat memiliki aliran drainase yang

kurang baik, yang menyebabkan permeabilitasnya melambat.

3. Evaporasi

Evaporasi merupakan proses penguapan. Pada tanah jenuh, akan memiliki

kadar air yang tinggi atau banyak, maka evaporasinya akan tinggi,

sehingga permebilitasnya pun akan tinggi. Namun, pada tanah tak jenuh

yang memiliki kadar air yang rendah, sehingga evaporasi pun akan rendah

dan permebilitasnya rendah pula.

4. Erosi

Erosi adalah proses pengikisan lapisan tanah di permukaan sebagai akibat

dari tumbukan buturan hujan dan aliran air di permukaan. Erosi akan

berpengaruh pada permeabilitas tanah, apabila erosi besar maka

permeabilitas tanah akan rendah, begitu juga sebaliknya apabila erosi

rendah maka permebilitasnya akan tinggi.

3.6 Klasifikasi Permeabilitas Tanah

Adapun untuk mengetahui kriteria atau klafikasi permeabilitas tanah

yang diambil dari penuntun klasifikasi tanah adalah sebagai berikut:


17

Tabel 1. Klasifikasi Permeabilitas Tanah (Uhland dan O’Neal, 1951).

Kelas Permeabilitas (cm/s)


Sangat Lambat 0,125
Lambat 0,125 – 0,5
Agak Lambat 0,5 – 2
Sedang 2 – 6,25
Agak Cepat 6,25 – 12,5
Cepat 12,5 – 25
Sangat Cepat 25

3.7 Hukum Darcy

Nilai permeabilitas dapat dicari menggunakan Hukum Darcy, dimana

Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu

fluida mengalir melalui media berpori, seperti batur. Hal ini bergantung pada

prinsip bahwa jumlah aliran antara dua titik adalah berbanding lurus dengan

perbedaan tekanan antara titik-titik dan kemampuan media melalui yang

mengalir untuk menghambat arus (Djarwanti, 2008).

𝑄 = 𝑘×𝑖×𝐴 (1)

𝑘 = (𝑄 × 𝐿) ÷ (∆ℎ/𝐴) (2)

Dimana,

𝑄 = Debit (m3/s)

𝑘 = Koefisien Permeabilitas (Darcy)

𝐴 = Luas Penampang (m2)

𝑖 = Koefisien Hidrolik = ∆ℎ/𝐿


18

IV. PROFIL INSTANSI

4.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan

percobaan, pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan

ilmu sains, juga merupakan salah satu pilar pokok keberhasilan proses

pembelajaran di perguruan tinggi. Disamping itu, laboratorium merupakan

tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian

uji coba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang

menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang

memadai. Manajemen laboratorium harus ditata sedemikian rupa, sehingga

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan laboratorium sebagai sebuah

organisasi dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Laboratorium Geofisika

Lingkungan dan Rekayasa merupakan laboratorium yang melakukan proses

monitoring dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama satu semester.

Hasil monitoring yang didapatkan dari Laboratorium Geofisika Lingkungan

dan Rekayasa berisi tentang laporan kegiatan, rencana kegiatan, dan barang

inventaris pada laboratorium tersebut selama satu semester.


19

4.2 Profil Instansi

Profil instansi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kerja praktik

adalah sebagai berikut :

Nama Instansi : Lab Lingkungan dan Rekayasa, Teknik Geofisika

Universitas Lampung

Alamat : Laboratorium Terpadu JTG Lt. 1 - Jl. Brojonegoro No. 1

Gedong Meneng, Rajabasa, Gedong Meneng, Kec.

Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 35142

Struktur Organisasi Laboratorium :

Gambar 5 . Struktur Organisasi Lab. Lingkungan dan Rekayasa

Tujuan Strategi : Dalam perencanaan jangka panjang Lab. Lingkungan dan

Rekayasa memiliki tujuan strategis sebagai berikut:

1. Mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan agenda

kerja lab untuk periode 3-5 tahun mendatang

2. Inventarisasi sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan

lab untuk periode 3-5 tahun yang akan datang.


20

3. Pengembangan kemampuan manajerial staf pengelola dan

PLP laboratorium

4. Peningkatan kualitas layanan laboratorium terhadap stake

holder, baik para mahasiswa, staf dosen, kalangan

pemerintah dan industri maupun masyarakat umum

5. Penguatan dan perluasan fungsi dan manfaat Laboratorium

Geofisika Lingkungan dan Rekayasa untuk kalangan non

akademis (industri dan masyarakat umum)

4.3 Inventaris Lab. Lingkungan dan Rekayasa

Adapun daftar inventaris di Lab. Lingkungan dan Rekayasa dalam laporan

laboratorium semester genap TA 2018/2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Inventaris Lab. Lingkungan dan Rekayasa.


Jumlah Kondisi Asal
No Peralatan
Unit Baik Rusak Barang
Ground Penetration Radar
1 Main Unit 1 Baik
2 Antena 1 GHz 1 Baik
1
3 Antena L1 4 Baik
4 Antena L2 2 Baik
5 Main Unit Antena 1 Baik
6 Ranka roda 1 Baik
7 Rangka non-roda 1 Baik
8 GPS 1 Baik
9 Aki Kering 12V Kecil 1 Baik
10 Adaptor 1 Baik
11 Kabel Aki 1 Baik
12 Kabel Koneksi 1 Baik
13 Kabel Roda 1 Baik
14 Casing Antena 1 Baik
15 Belt Antena 2 Baik
16 Dudukan Laptop 1 Baik
17 Tas Aki 1 Baik
18 Hard Casing 1 Baik
X-Ray Spectroscopy
2 Main Unit X-Ray
1
1 Spectroscopy Baik
21

Jumlah Kondisi Asal


No Peralatan
Unit Baik Rusak Barang
2 PDA 1 Baik
3 Stylus/stick PDA 3 Baik
4 Bateray Main Unit 2 Baik
5 Bateray PDA 2 Rusak
6 Charger Bateray PDA 1 Rusak
7 Charger Bateray Main Unit 1 Rusak
8 Sample Kalibrasi Ag 1 Baik
9 Kabel konektor Car 1 Baik
10 Plastik Sampel 1 Baik
11 Hard Casing 1 Baik
12 Cover Lapangan Main Unit 1 Baik
Current Flow meter
3 1 Main unit Debit Meter 3 Baik
2 Stick + kabel 1.5m 3 Baik Rusak 1
3 Kabel 5m 3 Baik
4 Profiler diameter 3cm 3 Baik
5 Profiler diameter 3cm 3 Baik
6 Profiler 0.9cm 3 Baik
7 Casing 3 Baik
Total Station
4 1 Main unit 1 Baik
2 Prisma 2 Baik
3 Tripod 2 Baik
4 Statik 1 Baik
5 Meteran @5m 1 Baik
6 Manual 1 Baik
7 Casing safety 2 Baik
Magnetometer
1 Main unit 2 Baik
5
2 Sensor 2 Baik
3 Accu 6V 2 Baik
4 Kabel connector 2 Baik
5 Adaptor 2 Baik
6 Hard Casing 2 Baik
7 Kabel RS232 2 Baik
8 Kabel data 2 Baik
Peralatan Penunjang
6 1 Kompas Geologi 5 Baik
2 GPS Garmin CS76 5 Baik
3 Palu Geologi Sedimen 5 Baik
4 Palu Geologi Beku 5 Baik
5 PH Meter 3 Baik
6 Loop Geology 5 Baik
7 Loop Geeology with Lamp 5 Baik
8 Digital Thermometer 1 Baik
9 Digital Anemometer 1 Baik
10 Digital Multimeter 1 Baik
11 Safety Box Package 2 Baik
12 DC Power Supply 4 Baik
22

Jumlah Kondisi Asal


No Peralatan
Unit Baik Rusak Barang
13 Multimeter Analog 4 Baik
14 Breadboard 10 Baik
15 Solder 8 Baik
16 Stand Solder 8 Baik
17 Sedotan Timah 4 Baik
18 Transformator CT 500 mA 4 Baik
Transformator Engkel 500
19 mA 4 Baik
20 Transformator 1 A 2 Baik
21 Digital Clamp meter 1 Baik
Panel Ampere meter HUA
4
22 5A Baik
23

V. METODE PENELITIAN

5.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun Praktik Kerja Lapangan dilakukan pada:

Tempat : Lapangan panas bumi Way Ratai dan Lab Lingkungan dan

Rekayasa, Teknik Geofisika Universitas Lampung

Alamat : Laboratorium Terpadu JTG Lt. 1 – Jl. Brojonegoro No. 1

Gedong Meneng, Rajabasa, Gedong Meneng, Kec.

Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 35142

Tanggal : 1 September – 30 September 2020 dengan jadwal penelitian

seperti yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Jadwal Penelitian Kerja Praktik


September Januari-Juni
Oktober November Desember
2020 Minggu 2021 Minggu Juli Minggu Ke-
Kegiatan Minggu Ke- Minggu Ke- Minggu Ke-
Ke- Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

Akuisisi

Perhitungan
Data
Penyusunan
Laporan
Seminar Kerja
Praktik
Pencetakan
Laporan
24

5.2 Alat dan Bahan

Adapun data penelitian yang digunakan adalah data hasil akuisisi pada

beberapa lokasi manifestasi dan formasi geologi yang berbeda di lapangan

panas bumi Way Ratai, dengan alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :

1. GPS

2. Pipa Plastik

3. Gelas Ukur

4. Stopwatch

5. Alat Hidrolik

6. Tabung Sampel Tanah

7. Alat Pengukur Permeabilitas (Falling Head)

8. Alat Vakum Udara

9. Software Microsoft Office

10. Software ArcGis

11. Software Surfer

5.3 Diagram Alir

Adapun diagram alir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Mulai

Akuisisi Lapangan

Sampel Sampel Tanah Sampel Tanah


Tanah Basah Kering Permeabilitas

1
25

Pengumpulan Sampel

Data Lapangan

Pengidentifikasian Data Lapangan

 Kadar Air
Tanah Basah
 Kadar Air
Tanah Kering
 Nilai
Permeabilitas

Menghitung Kadar Air Menghitung Kadar Menghitung Permeabilitas


Tanah Basah Air Tanah Kering Metode Falling Head

Nilai Kadar Air Nilai Kadar Air Nilai Permeabilitas


Tanah Kering Tanah Basah Metode Falling Head

Gridding Data

Peta Sebaran Permeabilitas


dan Nilai Kadar Air

Selesai

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian


26

5.4 Tahap Pengolahan Data

5.4.1 Permeabilitas Metode Falling Head

Dalam perhitungan permeabilitas dengan metode lapangan lalu dengan

metode falling-head pada laboratorium menggunakan persamaan sebagai

berikut :

𝐾 = 𝑄/𝑡 𝑥 𝐿/ℎ 𝑥 1/𝐴 (3)

𝑄 = 𝑉/𝑡 (4)

dengan:

𝑄 = Infiltrasi (m3/s)

𝑉 = Volume air (liter)

𝐾 = Permeabilitas (cm/s)

𝐿 = Tebal contoh tanah (m)

ℎ = “water head” ialah tinggi permukaan air dari permukaan contoh

tanah (m)

𝐴 = Luas permukaan contoh tanah (m2)

𝑡 = Waktu pengukuran saat tanah jenuh dan konstan (s)

5.4.2 Kadar Air Tanah

Adapun perhitungan kadar air tanah dibagi menjadi dua, yaitu kadar air

tanah kering dan kadar air tanah basah (Winarno, 2004). Perhitungannya

akan menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝑊 − (𝑊1 − 𝑊2) (5)


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑥100%
𝑊1 − 𝑊2
27

𝑊 − (𝑊1 − 𝑊2) (6)


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 𝑥100%
𝑊

dimana:

𝑊 = Bobot sampel sebelum dikeringkan (gr)

𝑊1 = Bobot sampel dan cawan kering (gr)

𝑊2 = Bobot cawan kosong (gr)


28

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitian

Adapun hasil perhitungan nilai permeabilitas pada lapangan panas bumi

Way Ratai ditampilkan pada Gambar 6 di bawah ini. Berdasarkan gambar

tersebut ini, dapat dilihat nilai permeabilitas terendah sebesar 0,01 cm/s

terletak pada titik R1 di lokasi Manifestasi Margodadi dan yang tertinggi

sebesar 3,791 cm/s terletak pada titik R10 di Kebun Coklat Way Urang. Nilai

permeabilitas pada daerah pengukuran didominasi kisaran 0,01 cm/s sampai

2,2 cm/s. Perbedaan warna menunjukkan perbedaan nilai permeabilitas pada

titik pengukuran. Nilai permeabilitas rendah diindikasikan daerah pengukuran

merupakan daerah yang dekat dengan manifestasi panas bumi, dikarenakan

lapisan tanah disekitarnya didominasi oleh batuan yang teralterasi menjadi

mineral clay. Sementara, nilai permeabilitas yang tinggi diindikasikan

merupakan daerah di perbukitan dan sekitaran hutan yang dapat dijadikan

daerah recharge dalam sistem panas bumi daerah Way Ratai.


29

Gambar 7. Data Hasil Penelitian


30

6.2 Pembahasan

6.2.1 Prosedur Akuisisi Penelitian

Dalam akuisisi data dilakukan pada tanggal 1 September sampai 30

September 2020. Penelitian ini dilakukan selama 5 jam/hari dimana tiap-

tiap titik menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam tergantung dengan

kondisi di lapangan. Pada Gambar 7 diperlihatkan peta topografi 3D pada

lapangan panas bumi Way Ratai, Lampung.

Gambar 8. Peta Topografi 3D Daerah Pengukuran

Dalam melakukan akuisi ini, hal yang pertma dilakukan adalah melihat

desain akuisisi dan menginput titik yang akan dituju kedalam GPS, setelah

mencapai di titik tersebut, maka dipersiapkan untuk dilakukan

pengukuran. Pertama menyiapkan alat pengukurnya berupa gelas ukur,

pipa ukur, dan stopwatch. Sebelum mengambil sampel tanah, permukaan


31

tanah harus dibersihkan dari tanah humus, sedalam 10-15cm sampai

terlihat lapisan tanah aslinya. Setelah itu, dilakukan pengukuran

permeabilitas lapangan, dan pengambilan sampel tanah untuk diuji

kedalam laboratorium mekanika tanah. Dalam melakukan pengukuran, hal

yang menghabiskan waktu adalah mencari lokasi titik survey. Selain itu

pemasukan pipa ke tanah juga dapat mempengaruhi waktu pengukuran,

untuk satu titik kurang lebih memakan waktu 45 menit tergantung dengan

kondisi tanah, pada satu titik dapat dilakukan 3 sampai 5 kali perhitungan

di lapangan. Hal ini disebabkan karena dalam pengukuran permeabilitas

menunggu sampai tanah mencapai titik jenuhnya. Setelah itu dilakukan

pemindahan sampel tanah ke dalam ring sample menggunakan alat

hidrolik, agar lapisan tanah tidak rusak. Lalu dilakukan proses vakumisasi

udara dan pemadatan tanah, proses ini memakan waktu 3-7 hari per

sampel. Setelah proses vakumisasi selesai, maka dilakukan uji

permeabilitas menggunakan alat metode falling-head, yaitu dengan cara

mengaliri air dengan volume konstan dari atas untuk melewati tanah

sampel dan diukur berapa lama waktu yang diperlukan oleh fluida untuk

melewati sampel tanah tersebut, maka didapatkan nilai debit air (Q). Lalu

proses yang terakhir adalah menghitung kadar air tanah, dimulai dengan

menimbang sampel tanah sebelum dikeringkan dan sesudah dikeringkan,

proses ini memakan waktu selama 24jam. Setelah semua proses selesai,

selanjutnya adalah proses perhitungan permeabilitas dan kadar air tanah.


32

6.2.2 Hasil Pengukuran

Dari proses pengukuran permeabilitas di lapangan panas bumi Way

Ratai sebanyak 13 titik yang tersebar di beberapa manifestasi, seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 4. Dengan titik R1 pada Gambar 8, dapat

diidentifikasi pada daerah tersebut merupakan titik yang paling mendekati

daerah Manifestasi Margodadi, pada titik R2 daerah sekitaran area survei

berbentuk persawahan masyarakat setempat, pada titik R3 kembali

menemui titik yang dekat dengan manifestasi di daerah Padok, pada titik

R4 diidentifikasi dengan daerah sekitar berupa area pertambangan ilegal

milik warga, pada titik R5 terdapat di area perkebunan pohon coklat, pada

titik R6 tidak jauh berbeda dengan area sebelumnya masih di area

perkebunan daerah Way Urang, sedangkan pada titik R7 berada pada

lereng bukit Way Ratai yang termasuk titik tertinggi pada survei ini.

Tabel 4. Data Penelitian Hasil Akuisisi


Koordinat (UTM)
No. Nama Titik Nilai K Keterangan
x y
1 R - 01 517710 9383453 0.010 Manifestasi Margodadi
2 R - 02 516276 9382888 1.307 Bukit Lereng Sawah
3 R - 03 515321 9383422 1.830 Manifestasi Padok
4 R - 04 514338 9381994 1.699 Tambangan
5 R - 05 515628 9382811 1.264 Kebun Cokelat
6 R - 06 511997 9382929 0.392 Kebun Cokelat Way Urang
7 R - 07 513337 9385592 1.961 Lereng Puncak Bukit
8 R - 08 521547 9385811 0.374 Lereng Hutan Margodalem
9 R - 09 510728 9380750 0.610 Lereng Hutan Tambangan
10 R - 10 510822 9382941 3.791 Kebun Cokelat Way Urang
11 R - 11 507457 9379415 1.264 Kebun Cokelat Kelumbayan
12 R - 12 507291 9383118 0.654 Kebun Pinggir Sawah
13 R - 13 506050 9383433 0.497 Area Lapangan Tanah Merah
33

Kemudian, titik R8 terletak di daerah hutan Margo Dalem, pada titik R9

terletak di area pertambangan emas ilegal, pada titik R10 masih di area

perkebunan warga daerah Way Urang, pada titik R11 berada di kebun

pinggir jalan raya Kelumbayan, pada titik R12 berada di kebun yang

berada di pinggir sawah, dan pada titik terakhir R13 berada di area kebun

yang dapat diidentifikasi dengan tanah merah pada daerah sekitarnya.

Gambar 9. Titik R1 Manifestasi Margodadi

Gambar 10. Sampel Tanah R4 untuk Uji Laboratorium

Setelah sampel diuji di lapangan, maka selanjutnya sampel akan dibawa ke

laboratorium seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9, untuk diuji lebih

lanjut. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memindahkan tanah yang
34

sebelumnya berada di dalam pipa ke wadah cetakan besi alat pengukuran

permeabilitas yang berukuran 4 inchi, seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 10, menggunakan alat hidrolik agar kepadatan dan kejenuhan tanah

tidak berubah dan terganggu pada saat proses pemindahan berlangsung.

Gambar 11. Tanah Setelah Dipindahkan dari Pipa

Langkah selanjutnya adalah melakukan vacuum (pembuangan udara sisa)

untuk menghilangkan sisa udara yang terdapat di dalam sampel tanah.

Proses ini memakan waktu yang terlama pada pengolahan data di

laboratorium, biasanya untuk satu sampel berdurasi pengukuran 24-36

jam. Tergantung dari jenis tanah dan pori yang terkandung pada sampel

tersebut. Sampel tanah dimasukkan ke ember perendaman, lalu

menyalakan pompa agar udara tersedot dan terbuang seperti yang

ditampilkan pada Gambar 11. Langkah ini dilakukan berulang-ulang

sampai udara sudah tidak tersisa lagi dalam tabung pengukuran sampel

tanah.
35

Gambar 12. Perangkat Alat Vacuum

Setelah udara habis terbuang, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

pengukuran permeabilitas dengan metode falling-head, yang diperlukan

pada saat pengukuran ini adalah ketelitian dalam membaca dan mengatur

waktu pengukuran, alat yang dibutuhkan berupa stopwatch, notebook, dan

penggaris seperti yang ditampilkan pada Gambar 12.

Gambar 13. Pengukuran dengan Metode Falling Head

Setelah didapatkan hasil debit air dan waktu yang diperlukan, lalu dicatat

di dalam notebook untuk selanjutnya dilakukan perhitungan agar

mendapatkan nilai permeabilitas (K) pada percobaan tersebut.


36

6.2.3 Perhitungan Data Pengukuran

Proses perhitungan nilai permeabilitas, kadar air tanah kering, dan

kadar air tanah basah sebagai berikut.

a. Permeabilitas

Pada perhitungan permeabilitas (K), data yang diperlukan adalah debit

air (Q), volume (V) yang digunakan selama pengukuran menggunakan

gelas ukur, luas permukaan pipa pengukuran (A), ketinggian air dalam

pipa pengukuran (h), dan ketinggian sampel tanah di dalam pipa

pengukuran (L), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Permeabilitas


Koordinat (UTM) Data
No. Nama Titik Keterangan
x y t (menit) V (ml) Q L (cm) h (cm) A (cm2) K
1 R - 01 517710 9383453 240 330 1.375 14.5 2.5 765 0.010 Manifestasi Margodadi
2 R - 02 516276 9382888 3 100 33.33 15 0.5 765 1.307 Bukit Lereng Sawah
3 R - 03 515321 9383422 2 100 50 14 0.5 765 1.830 Manifestasi Padok
4 R - 04 514338 9381994 2 100 50 13 0.5 765 1.699 Tambangan
5 R - 05 515628 9382811 3 100 33.33 14.5 0.5 765 1.264 Kebun Cokelat
6 R - 06 511997 9382929 10 100 10 15 0.5 765 0.392 Kebun Cokelat Way Urang
7 R - 07 513337 9385592 2 100 50 15 0.5 765 1.961 Lereng Puncak Bukit
8 R - 08 521547 9385811 6 330 55 13 2.5 765 0.374 Lereng Hutan Margodalem
9 R - 09 510728 9380750 6 100 16.67 14 0.5 765 0.610 Lereng Hutan Tambangan
10 R - 10 510822 9382941 1 100 100 14.5 0.5 765 3.791 Kebun Cokelat Way Urang
11 R - 11 507457 9379415 3 100 33.33 14.5 0.5 765 1.264 Kebun Cokelat Kelumbayan
12 R - 12 507291 9383118 4 100 25 10 0.5 765 0.654 Kebun Pinggir Sawah
13 R - 13 506050 9383433 5 100 20 9.5 0.5 765 0.497 Area Lapangan Tanah Merah

b. Kadar Air Tanah Kering

Pada perhitungan kadar air tanah kering yang ditunjukkan pada Gambar

13, data yang diperlukan adalah massa tanah kering sebelum melakukan

oven dan setelah dilakukan prosen oven.


37

Gambar 14. Peta Persebaran Kadar Air Tanah Kering

Data ini berguna untuk pemetaan tanah yang lambat dan cepat dalam

mengalami infiltrasi, sesuai dengan daerah dan bentuk lahan pada area

panas bumi Way Ratai. Perhitungan sampel ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan Kadar Air Tanah Kering


Sampel W3 W1 W2 %Kadar Air %Kadar Air tiap Sampel
10.6 65.64 33.6 0.582
R- 1 0.587
10.57 59.92 30.68 0.593
10.59 77.28 44.92 0.485
R- 7 0.492
10.57 69.04 39.85 0.499
10.57 62 41.03 0.408
R- 8 0.408
10.59 61.34 40.58 0.409
10.6 64.62 38.53 0.483
R- 9 0.512
11.73 57.66 32.84 0.540
10.6 75.19 41.22 0.526
R - 12 0.569
11.73 60.63 30.67 0.613

c. Kadar Air Tanah Basah

Kadar air tanah basah dihitung dengan menggunakan persamaan (6)

yang dihitung dengan data luas area, data konduktivitas yang didapat
38

dari penelitian sebelumnya, data gradient termal manifestasi, dan data

gradient termal normal dari penelitian yang dilakukan. Dimana, nilai

gradient termal normal diasumsikan 0 karena pada beberapa penelitian

nilai gradient termal bahkan mencapai nilai minus (-). Setelah

dilakukan perhitungan maka didapat nilai heat loss konduksi pada

lapangan panas bumi Way Ratai adalah sebesar 1.758 kWe seperti pada

Tabel 7 dengan peta persebaran heat loss konduksi dapat dilihat pada

Gambar 14.

Tabel 7. Perhitungan Kadar Air Tanah Basah


Sampel W3 W2 W1 %Kadar Air %Kadar Air tiap Sampel
10.6 33.6 65.64 1.393
R- 1 1.424
10.57 30.68 59.92 1.454
10.59 44.92 77.28 0.943
R- 7 0.970
10.57 39.85 69.04 0.997
10.57 41.03 62 0.688
R- 8 0.690
10.59 40.58 61.34 0.692
10.6 38.53 64.62 0.934
R- 9 1.055
11.73 32.84 57.66 1.176
10.6 41.22 75.19 1.109
R - 12 1.346
11.73 30.67 60.63 1.582

Gambar 15. Peta Persebaran Kadar Air Tanah Basah


39

6.2.4 Interpretasi Data Pengukuran

Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh data suhu permeabilitas

tertinggi pada area panas bumi Way Ratai adalah 3,791 cm/s yang berada

di titik pengukuran R10 pada daerah Way Urang, sedangkan nilai

permeabilitas terendah 0,01 cm/s berada di titik pengukuran R1 yang

berada di Manifestasi Margodadi.

Dengan nilai rata-rata permeabilitas pada lapangan panas bumi

Way Ratai sebesar 1,204 cm/s. Nilai ini menjadi hal yang dapat digunakan

untuk memprediksi bahwa pada area panas bumi tersebut mempunyai

daerah recharge yang kurang baik pada sistem panas bumi Way Ratai.

Adapun di beberapa lokasi penelitian ditemukan nilai permeabilitas yang

sangat kecil, ini mengindikasikan bahwa pada area tersebut mempunyai

lapisan mineral clay yang cukup tebal, sehingga mengakibatkan tidak

ditemukannya manifestasi berupa gas yang cukup kuat pada lapangan

panas bumi Way Ratai ini. Namun demikian, perhitungan nilai

permeabilitas dan kadar air pada penelitian ini baru berfokus pada area

manifestasi dan beberapa lokasi yang mempunyai litologi batuan yang

berbeda. Sehingga, diperlukannya penelitian lebih lanjut guna

mendapatkan hasil yang lebih kompleks.


40

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada 13 titik manifestasi yang sebagian besar

merupakan sumber mata air panas dan pegunungan Way Ratai.

Klasifikasi yang didapatkan dari nilai permeabilitas yaitu berkisar dari

sangat lambat (0,125 cm/s) sampai dengan sedang (2 - 6,25 cm/s).

Berdasarkan data yang diperoleh, data nilai permeabilitas tertinggi di Way

Ratai adalah 3,791 cm/s yang berada di titik pengukuran R10 pada area

kebun warga daerah Way Urang berjenis tanah gembur dan berakar,

sedangkan untuk nilai permeabilitas terendah sebesar 0,01 cm/s berada

pada titik R1 di kawasan Manifestasi Margodadi, berjenis tanah lempung

dan berpasir.

2. Hasil perhitungan nilai permeabilitas pada area wilayah panas bumi Way

Ratai mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,204 cm/s, maka nilai ini kurang

baik sebagai area recharge pada suatu area panas bumi.


41

7.2 Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih kompleks diperlukan perhitungan

lanjutan, seperti dengan memperluas titik pengukuran pada area panas bumi

Way Ratai. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang lebih kompleks dalam

melakukan perhitungan baik atau tidaknya area recharge pada lapangan panas

bumi Way Ratai.


42

DAFTAR PUSTAKA

Alzwar, M., Samodra, H., dan Tarigan, J.J. 1987. Pengantar Dasar Ilmu Gunung
Api. Penerbit Nova, Bandung.

Aslami, F. 2014. Rancang Bangun Alat Ukur Moefisien Permeabilitas Tanah


Menggunakan Metode Falling Head. Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Basid, A., Andrini, N., dan Arfiyaningsih, S. 2014. Pendugaan Reservoar Sistem
Panas bumi dengan Menggunakan Survei Geolistrik Resistivitas dan Self
Potensial (Studi Kasus: Daerah Manifestasi Panas bumi di Desa Lombang,
Kecamatan Batang-Batang, Sumenep). Jurnal Neutrino: Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, 7(1), 57-70.

Dickson, M. H., & Fanelli, M. 2013. Geothermal energy: utilization and


technology. Routledge.

Djarwanti, N. 2008. Komparasi Koefisien Permeabilitas (k) pada Tanah Kohesif.


Media Teknik Sipil, 8(1), 21-24.

Edwards, L.M., Chilingar, G.V., Rieke, H.H., dan Fertl, W. H. 1982. Handbook of
Geothermal Energy. Gulf. Houston 1-21.

Fadhly, A., Syafri, I. dan Abdurrokhim. 2017. Zonasi Anomali Unsur Geokimia di
Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluki Utara Berdasarkan Data
Univariat dan Multivariat. Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY,
15(3), 243-254.

Haerudin N, Raflesia F, Rustadi. 2017. Analisis Sebaran Hiposenter Gempa


Mikro dan Poisson’s Ratio Di Lapangan Panas bumi Desert Peak Sebelum
dan Sesudah Stimulasi Enhanced Geothermal System (EGS). Jurnal
Geofisika Eksplorasi Vol. 3/No. 2

Ibradi, A. D., Sutriyono, E., dan Jati, S. N. 2019. Kajian Geokimia Mata Air
Panas Sebagai Manifestasi Geotermal Daerah Kamojang, Kabupaten
Garut, Provinsi Jawa Barat. Prosiding Applicable Innovation of
Engineering and Science Research, 2019, 1126-1130.
43

Putri, M. K., Suharno, dan Hidayatika, A. 2014. Introduction to Geothermal


System of Way Ratai. Proceedings Indonesia International Geothermal
Convention & Exhibition 2014. Jakarta Convention Center, Indonesia 4-6
June 2014.

Rohmat, D. 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi Menurut Karakteristik Lahan


(Kajian Empirik di DAS Cimanuk Bagian Hulu). Penerbit UNS, Semarang.

Rony, P. P. S., Didit, A. H., Hutabarat, J. dan Kusnadi, D. 2019. Sistem Panas
Bumi Non-Vulkanik Daerah Buntuna, Tolitoli, Sulawesi Tengah,
Berdasarkan Pendekatan Geologi dan Geokimia Air Panas. Padjadjaran
Geoscience Journal, 3(4), 254-260.

Suharno. 2012. Sistem Panas bumi. Penerbit Universitas Lampung, Bandar


Lampung.

Suharno. 2013. Eksplorasi Geothermal. Penerbit Universitas Lampung, Bandar


Lampung

Uhland, R. E., & O'Neal, A. M. 1951. Soil Permeability Determinations for Use in
Soil and Water Conservation. US Soil Conserv. Serv. Tech. Pub, 101.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai