Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMANTAUAN LETUSAN GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN DATA


MIE LIDAR KOTOTABANG

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Oleh:
Tiara Rizka Rahmani
15034040
Bidang Kajian Geofisika

PROGRAM STUDI FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN AKADEMIK

PEMANTAUAN LETUSAN GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN DATA


MIE LIDAR KOTOTABANG

Nama Mahasiswa : TIARA RIZKA RAHMANI


NIM : 15034040
KBK : GEOFISIKA
Program Studi : FISIKA
Jurusan : FISIKA
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas : Universitas Negeri Padang
Supervisor : Syafrijon, S.Pd, M.Kom

Padang, Agustus 2018

Disetujui oleh:

Ketua Jurusan Fisika Dosen Pembimbing


FMIPA UNP

Dr. Ratnawulan, M.Si Drs. Letmi Dwiridal, M.Si


NIP. 19690120 199303 2 002 NIP. 19681028 199303 1 004

i
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN

PEMANTAUAN LETUSAN GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN DATA


MIE LIDAR KOTOTABANG

Oleh:
Tiara Rizka Rahmani
15034040

Disetujui dan disahkan sebagai


Laporan Praktek Kerja Lapangan
Oleh:

Kepala BPAA LAPAN Agam Pembimbing Lapangan

Syafrijon, S.Pd, M.Kom Syafrijon, S.Pd, M.Kom


NIP. 19730701 200112 1 002 NIP. 19730701 200112 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, selalu bersyukur kepada Allah SWT atas

limpahan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya yang tiada henti penulis terima dan

rasakan, salah satunya yakni penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja

lapangan di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN Agam dengan judul

Pemantauan Letusan Gunung Berapi Menggunakan Data Mie Lidar

Kototabang. Shalawat beriringan salam turut penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW., yang telah membimbing manusia ke arah yang benar dan

menjauhi keterpurukan.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata

kuliah Praktek Kerja Lapangan pada Jurusan Fisika, Program Studi Fisika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang. Selama

melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan serta pembuatan laporan, penulis tak

henti hentinya mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, saudara, dan para sahabat yang senantiasa selalu

memberikan do’a, dukungan, dan motivasi dalam segala hal kepada penulis.

2. Bapak Prof. Ganefri, Ph.D selaku Rektor Universitas Negeri Padang.

3. Bapak Drs. Lufri, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

iii
4. Ibuk Dr. Ratnawulan, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika.

5. Ibuk Syafriani, S.Si, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Fisika.

6. Bapak Drs. Letmi Dwiridal, M.Si selaku Pembimbing.

7. Bapak Syafrijon, S.Pd, M.Kom selaku Kepala Balai Pengamatan Antariksa

dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Agam, sekaligus sebagai Pembimbing

Lapangan.

8. Seluruh karyawan dan staff di BPAA LAPAN Agam yang telah membantu

dalam proses Praktek Kerja Lapangan dan pembuatan laporan Praktek Kerja

Lapangan.

9. Teman-teman seperjuangan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang.

Semoga semua do’a, dukungan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT, Amiin Ya Rabb

Alamiin. Dalam penulisan laporan sekiranya banyak ditemukan kesalahan dan

kekhilafan, untuk itu penulis memohon maaf dan respon berupa kritik dan saran dari

pembaca guna perbaikan laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Akhir kata penulis

ucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Agam, 16 Agustus 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN AKADEMIK .................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Batasan Masalah ..................................................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 3

D. Manfaat Praktek Kerja Lapangan ........................................................................ 3

BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan .................................................... 4

B. Aktivitas dan Mekanisme Praktek Kerja Lapangan ........................................... 4

C. Deskripsi Perusahaan Tempat Pelaksanaan PKL .............................................. 6

BAB III PEMANTAUAN LETUSAN GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN


DATA MIE LIDAR KOTOTABANG

A. Tinjauan Kondisi Riil ............................................................................................ 21

B. Tinjauan Literatur .................................................................................................. 22

C. Hasil dan Analisa .................................................................................................... 29

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 35

B. Saran .................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi LAPAN Secara Umum..................................................... 8

Gambar 2.2. Struktur Organisasi BPAA LAPAN Agam ...................................................... 11

Gambar 3.1. Block Diagram Lidar Secara Umum ................................................................ 26

Gambar 3.2. Laser dan Cermin Pemantul ............................................................................. 27

Gambar 3.3. Teleskop ........................................................................................................... 27

Gambar 3.4. Komputer Monitoring ...................................................................................... 28

Gambar 3.5. Skema Kerja Mie lidar ..................................................................................... 28

Gambar 3.6. Data Mie lidar 26 April 2018 ........................................................................... 29

Gambar 3.7. Data Mie lidar 27 April 2018 ........................................................................... 30

Gambar 3.8. Data Mie lidar 28 April 2018 ........................................................................... 30

Gambar 3.9. Data Mie lidar 29 April 2018 ........................................................................... 30

Gambar 3.10. Data Mie lidar 30 April 2018 ......................................................................... 31

Gambar 3.11. Data Mie lidar 01 Mei 2018 ........................................................................... 31

Gambar 3.12. Data Mie lidar 02 Mei 2018 ........................................................................... 31

Gambar 3.13. Data Mie lidar 03 Mei 2018 ........................................................................... 32

Gambar 3.14. Kerapatan SO2 Rata-Rata Tiap Jam ............................................................... 33

Gambar 3.15. Indikator Kerapatan Aerosol .......................................................................... 33

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Peralatan Pengamatan Kelompok Antariksa di BPAA LAPAN Agam ............... 14

Tabel 2.2. Peralatan Pengamatan Kelompok Atmosfer di BPAA LAPAN Agam ............... 16

Tabel 3.1. Spesifikasi Mie lidar Kototabang ......................................................................... 26

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aerosol merupakan partikel yang ukurannya lebih besar daripada ukuran

molekul, tetapi cukup kecil sehingga dapat melayang di dalam atmosfer

(Prawirowardoyo, 1996). Aerosol terdapat di atmosfer, dari permukaan hingga

ketinggian stratosfer. Bahkan tanpa disadari, aerosol pun banyak terdapat di

dalam ruangan, terutama ruangan tertutup dengan ukuran yang sangat halus (nano

aerosol). Sangat banyak aerosol yang dilepaskan dalam letusan gunung berapi

masuk ke dalam lapisan stratosfer dan mampu memberikan perubahan pada iklim

global (Hamdi, 2015).

Indonesia merupakan negara yang memiliki 400 gunung berapi dan 130

diantaranya merupakan gunung berapi aktif yang memiliki peluang menjadi

penyumbang aerosol yang potensial pada atmosfer. Dengan letak geografis yang

sangat representatif di khatulistiwa menjadikan gunung api aktif tersebut akan

memainkan peranan penting dalam iklim global jika terjadi letusan yang dahsyat

(Hamdi, 2015). Dalam skala global, aerosol yang dikeluarkan oleh letusan

Gunung Pinatubo telah menyebabkan pendinginan global (global cooling) dengan

penurunan suhu sebesar 0,5-0,7 ˚C di troposfer bawah dan belahan bumi utara

pada September 1992 (Dutton and Christy, 1992).

Aerosol yang dihasilkan dari letusan gunung berapi tentu sangat

mengancam kesehatan dan keamanan kehidupan makhluk hidup. Hasil letusan

gunung berapi berupa abu vulkanik mampu merusak sistem pernafasan manusia

1
jika menghirupnya. Aerosol yang dilepaskan ke atmosfer melalui proses letusan

gunung berapi dapat tersebar ke tempat yang jauh (Hamdi, 2015). Hal tersebut

dikarenakan adanya perbedaan tekanan udara pada atmosfer, dimana udara

bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Berdasarkan pemahaman mengenai gunung berapi, penulis tertarik untuk

melihat ada atau tidaknya pengaruh letusan gunung berapi tepatnya gunung

Marapi di Sumatera Barat dengan salah satu instrumen yang terdapat di BPAA

LAPAN Agam, tempat penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan

(PKL). Instrumen tersebut tak lain adalah LIDAR (Light Detection and Ranging)

yang mampu mendeteksi debu aerosol yang terdapat di atmosfer yang

mengenainya. Berdasarkan uraian yang dikemukakan, sebagai sumber informasi

maka penulis mempelajari lidar guna mengetahui adanya sebaran aerosol di

atmosfer dan melihat prilaku yang mampu terekam bilamana terjadi aktivitas

letusan gunung berapi.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penulisan laporan ini yaitu untuk memudahkan

dalam menyelesaikan laporan PKL. Maka penulis hanya membatasi penulisan

laporan pada pemantauan fenomena letusan gunung Marapi dengan kejadian

letusan terbaru yaitu pada tanggal 27 April 2018 dan 2 Mei 2018 menggunakan

data Mie lidar Kototabang.

2
C. Tujuan

1. Tujuan pelaksanaan PKL antara lain:

a. Mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi sebagai salah

satu penerapan disiplin dan pengembangan karir.

b. Mengetahui secara langsung pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari

bangku perkuliahan.

c. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja yang diperoleh di lapangan.

2. Tujuan penulisan laporan PKL antara lain:

Tujuan dari penulisan laporan PKL yakni untuk mengetahui dan

memahami hasil analisa letusan gunung Marapi menggunakan data Mie lidar

Kototabang.

D. Manfaat

1. Manfaat pelaksanaan PKL adalah sebagai berikut:

a. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna apabila

telah menyelesaikan perkuliahan, sehingga dapat menyesuaikan diri

dengan dunia kerja.

b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh pada

masa kuliah serta menambah wawasan dan pengalaman.

2. Manfaat penulisan laporan PKL adalah sebagai berikut:

Mampu menyusun bahan bacaan dalam kajian pemantauan letusan

gunung berapi menggunakan data Mie lidar Kototabang.

3
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

PKL dilaksanakan di BPAA LAPAN Agam yang berada di Bukit

Kototabang, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam,

Sumatera Barat. Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan selama

satu bulan, yaitu dari tanggal 20 Juli 2018 sampai 20 Agustus 2018.

B. Aktivitas dan Mekanisme Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Mahasiswa selaku peserta PKL belajar sambil kerja di lapangan.

Mahasiswa dibimbing oleh kepala dan para peneliti serta perekayasa yang ada di

BPAA LAPAN Agam agar dapat memahami dan mengetahui aktivitas yang

dilakukan di BPAA LAPAN Agam. Pelaksanaan PKL diawali dengan pengenalan

lingkungan kerja, kepala Balai, para Tata Usaha, para staff, serta alat-alat yang

terdapat di BPAA LAPAN Agam.

Peralatan yang terdapat di BPAA LAPAN Agam digunakan untuk

mengukur parameter antariksa dan atmosfer. Pengukuran dibidang antariksa

menggunakan alat seperti Magnetometer, Teleskop, Meteor Wind Radar, Imager

Airglow, Ionosonda, GPS Scintilasi, FPI, GRBR dan GNSS. Sedangkan di bidang

atmosfer dilakukan menggunakan berbagai alat, yakninya EAR, X-Band Radar,

Sensor CO2, Lidar, Ceilometer, Disdrometer, RASS, AWS, MRR, ORG dan EPAM

5000. Kegiatan pengambilan data dilakukan setiap hari dengan pengaturan waktu

sesuai dengan fungsinya.

4
Ruang lingkup pelaksanaan PKL adalah sesuai kondisi BPAA LAPAN

Agam yang melakukan perekaman, pengolahan, dan manajemen serta kompilasi

data antariksa dan atmosfer. Dalam praktek lapangan ini, topiknya dikhususkan

pada analisa data sesuai dengan konsentrasi bidang kajian (KBK) penulis. PKL

dimulai dengan mengamati dan mempelajari sistem kerja dari semua peralatan

yang ada di BPAA LAPAN Agam. Diantara peralatan yang diamati dipilih salah

satu peralatan dan mengkajinya lebih jauh sesuai dengan literatur yang ada.

Penulis memilih instrumen Mie lidar yang berfungsi untuk melakukan

pengamatan aerosol dan awan di atmosfer BPAA LAPAN Agam.

Selama proses PKL di BPAA LAPAN Agam, penulis diberikan kebebasan

berdiskusi dengan semua karyawan. Mengingat topiknya difokuskan pada bagian

aerosol, maka diskusi lebih sering dilakukan dengan Bapak Syafrijon, S.Pd,

M.Kom selaku pembimbing lapangan yang merupakan peneliti bidang sains

atmosfer dan Kepala Balai. Pembimbing lapangan menerangkan dan menjelaskan

berbagai fenomena yang berkaitan dengan instrumen Mie lidar, serta

membimbing penulis agar mampu menganalisa data yang terekam.

Peneliti dari berbagai negara sering mengunjungi BPAA LAPAN Agam

dalam beberapa periode tertentu. Pada saat penulis melakukan kegiatan PKL,

terdapat professor, mahasiswa, dan teknisi dari Kyoto University yang sedang

melakukan penelitian di BPAA LAPAN Agam. Pada waktu PKL di BPAA

LAPAN Agam juga dikunjungi oleh professor dari Nagoya University yang

melakukan kegiatan maintenance beberapa alat yang di tempatkan di BPAA

LAPAN Agam. Saat itu penulis juga mendapatkan ilmu dan kesempatan

5
berdiskusi dengan mereka melalui penjelasan kegiatan dan hasil penelitian yang

telah dilakukannya.

PKL dimulai dari tanggal 20 Juli 2018 sampai dengan 20 Agustus 2018,

dan jadwalnya dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. BPAA

LAPAN Agam juga memiliki agenda tahunan, yaitu maintenance peralatan yang

ada di BPAA LAPAN Agam, khususnya EAR (Equatorial Atmosfer Radar) dan

peralatan lainnya. Kegiatan maintenance langsung ditangani oleh peneliti dari

masing-masing universitas di Jepang dan Singapura bersama dengan peneliti dari

LAPAN.

Kegiatan diskusi dengan pembimbing dilakukan disela-sela waktu

kesibukan dari aktifitas pembimbing. Bapak syafrijon, S.Pd, M.Kom selaku

pembimbing mengarahkan penulis dalam mempelajari berbagai literatur dan

fenomena yang dapat dikaji menggunakan Mie lidar. Bimbingan berlangsung

tidak hanya dalam ruangan kerja, namun juga di lapangan. Aktifitas di lapangan

berupa pengoperasian alat dan perekaman data.

C. Deskripsi Instansi Tempat Pelaksanaan PKL

1. LAPAN Secara Umum

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah

Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berkedudukan dan bertanggung

jawab kepada Presiden Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan tugasnya

dikoordinasikan oleh menteri yang bertanggung jawab dibidang Ristek Dikti.

6
LAPAN memiliki visi dan misi serta tugas pokok yakninya sebagai berikut:

Visi:

Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan

Indonesia Yang Maju dan Mandiri.

Misi:

a. Meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf

internasional.

b. Meningkatkan kualitas produk terknologi dan informasi di bidang

penerbangan dan antariksa dalam memecahkan permasalahan nasional.

c. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan keantariksaan untuk

kepentingan nasional.

Tugas Pokok:

LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya

serta penyelenggaraan keantariksaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

7
Struktur organisasi LAPAN secara umum, yakni sebagai berikut:

Gambar 2.1. Struktur Organisasi LAPAN Secara Umum

2. Sejarah Singkat Tempat Praktek Kerja Lapangan

Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional Nomor 15 tahun 2015 yang ditandatangani tanggal 9 Oktober 2015

Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam adalah unit pelaksana teknis

di lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Sains Antariksa dan

Atmosfer.

8
Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Agam

adalah salah satu stasiun pengamat yang terletak di wilayah equator, tepatnya

di Kototabang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Stasiun ini berada pada koordinat 100˚32” BT, 0˚23” LS dengan ketinggian

900 m di atas permukaan laut. Pembangunan BPAA LAPAN Agam

didasarkan karena kurangnya data-data meteorologi untuk wilayah Indonesia

bagian barat. Kototabang merupakan daerah penyimpanan panas sensible

maupun panas laten dan tempat besar pembentukan awan-awan raksasa

seperti cumulonimbus. Kototabang memiliki letak geografis yang unik karena

diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan

Pasifik). BPAA LAPAN Agam diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan

Teknologi, Dr. AS Hikam tanggal 26 Juni 2001.

Kototabang terletak jauh dari keramaian sehingga sesuai dengan syarat

penempatan alat-alat meteorologi berdasarkan Office of the Federal

Coordinator for Meteorology (OFCM) yang tertulis pada dokumen OFCM

#FSM-S4-1987 (Federal Standar for Siting Meteorology Sensors Airports).

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam penempatan dan pemasangan

alat-alat meterologi:

a. Jauh dari sumber goncangan dan kontaminasi

Situs dari sensor harus jauh dari sumber kontaminasi seperti lubang angin,

sumber asap, sumber cahaya langsung dan sumber uap air. Selain itu juga

harus jauh dari Bandar udara atau jalan raya yang dapat menyebabkan

9
getaran pada sensor sehingga kinerja sensor berkurang. Jarak minimum

idealnya adalah 30 m.

b. Jarak dari penghalang

Jarak antara sensor dengan semua penghalang harus dua kali dari tinggi

penghalang tersebut. Penghalang dapat berupa pohon, bangunan, maupun

tiang pagar yang terdapat disekitar alat. Hal ini menghindari adanya noise

pada data yang diambil.

c. Tinggi, vertikal, dan orientasi dari sensor

OFCM menganjurkan sensor cuaca memiliki tinggi 10 kaki (3 m). Untuk

peletakan Lidar (Airborne) dianjurkan tingginya antara 80 dan 100 km.

Pemasangan ORG paling rendah tingginya 2 m dan maksimal 5 m.

Instalasi dari sensor harus kokoh sehingga tahan getaran dan tidak terjadi

penyimpangan dalam pembacaan sensor. Posisi sensor sejajar dengan

celah pada lensa receiver. Secara vertikal sudut antara sensor dan

transmitter tidak lebih 2˚ dari transmitter.

3. Struktur Organisasi BPAA LAPAN Agam

Kepala Balai memimpin urusan tata usaha dan kelompok jabatan. Tata

usaha dan kelompok jabatan memiliki tugas masing-masing guna

menjalankan visi dan misi perusahaan. Adapun struktur organisasi dari BPAA

LAPAN Agam yakninya sebagai berikut:

10
Gambar 2.2. Struktur Organisasi BPAA LAPAN Agam

4. Aktivitas Tempat Praktek Kerja Lapangan

Aktivitas BPAA LAPAN Agam diantaranya melakukan pengamatan,

perekaman, pengolahan dan pengelolaan data antariksa dan atmosfer.

Kegiatan pengamatan meliputi kegiatan operasional harian peralatan,

perawatan dan perbaikan peralatan. Kegiatan perekaman meliputi mengambil

data (back up) dari peralatan dan menyimpan nya di media lain. Kegiatan

pengolahan meliputi mengolah data mentah dari peralatan (raw data) menjadi

11
data yang bisa diinterpretasikan. Kegiatan pengelolaan meliputi pengiriman

data ke pusat terkait, penyimpanan data/arsip dan pemanfaatan data.

Bidang penelitian terkait yang dilakukan oleh BPAA LAPAN Agam adalah:

a. Pemodelan Iklim

Kegiatan pemodelan iklim disuatu daerah dilakukan dengan cara melihat

keadaan atmosfer pada daerah yang dimodelkan tersebut. Bidang ini

meliputi monitoring dan penelitian tentang pembentukan awan, hubungan

atmosfer dan ionosfer, serta aktifitas awan dan hujan. Dalam bidang ini,

penggunaan alat yang sesuai sangatlah membantu. Alat-alat tersebut

meliputi EAR, X-Band Radar, RASS, Disdrometer, ORG, AWS, dan Micro

Rain Radar.

b. Pengkajian Ozon dan Polusi Udara

Bidang pengkajian ozon dan polusi udara adalah pengkajian kandungan

yang terdapat di atmosfer. Penelitian ini diantaranya penelitian tentang

aerosol (debu atmosfer). Penelitian ini menggunakan Lidar sebagai alat

utama dalam pengamatan.

c. Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan

Bidang ini meneliti tentang stabilitas udara dan profil temperatur serta

tekanan udara. Penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh iklim

menggunakan alat ukur kelembaban udara yang diterbangkan dengan

balon udara. Alat yang digunakan adalah Radiosonde. Saat pengukuran,

alat ini dilepas dengan balon udara ada periode tertentu. Untuk

12
mempermudah penelitian, alat ini dilengkapi GPS untuk menentukan

posisi dari alat saat diterbangkan.

d. Aplikasi Geomagnet dan Magnet Antariksa

Bidang ini melihat pengaruh magnet bumi dan antariksa terhadap

gelombang atmosfer. Peralatan yang digunakan adalah Magnetometer.

Magnetometer menghasilkan parameter H, D, dan Z.

e. Matahari dan Antariksa

Bidang matahari dan antariksa adalah bidang yang mempelajari pengaruh

matahari dan antariksa terhadap keadaan atmosfer bumi. Bidang ini

meneliti tentang matahari, bintang, planet, meteor, dan angin. Peralatan

yang digunakan adalah Meteor Wind Radar dan Teleskop.

f. Ionosfer dan Telekomunikasi

Bidang ini adalah bidang yang meniliti bagian atmosfer yang

dimanfaatkan dalam telekomunikasi khususnya ionosfer. Bidang ionosfer

dan telekomunikasi meliputi penelitian pada gelombang gravitasi

atmosfer, variasi, dan penjalaran energi. Peralatan yang digunakan yaitu

GPS Scintilasi, Airglow Imager, Ionosonda, dan GNU Radio Beacon

Receiver.

5. Peralatan di BPAA LAPAN Agam

Peralatan-peralatan yang terdapat di BPAA Agam dapat dilihat pada

Tabel berikut:

13
Tabel 2.1. Peralatan Pengamatan Kelompok Antariksa di BPAA LAPAN

Agam

Gambar Alat Nama Alat Fungsi

GPS Sistem penentuan

Scintilation posisi secara global

Alat ini

menghasilkan
Magnetometer
parameter

Geomagnet

Mengamati

ionosfer, meliputi

frekuensi
Ionosonda
maksimum,

minimum, dan

optimum.

14
GNU Radio
Alat untuk
Beacon
mengukur Total
Receiver
Electro Content
(GRBR)

Mengamati prilaku
Airglow Imager
atmosfer

Peralatan optik

Teleskop mengamati benda

yang jauh

15
Memonitor meteor
Meteor Wind
yang jatuh di
Radar (MWR)
atmosfer

Mengukur angin
Fabry-Perot
netral di wilayah
Interferometer
mesopouse dan
(FPI)
troposfer

Tabel 2.2. Peralatan Pengamatan Kelompok Atmosfer di BPAA LAPAN

Agam

Gambar Alat Nama Alat Fungsi

Mengamati profil
Equator
angin pada
Atmosfer Radar
ketinggian 1,5-20
(EAR)
km.

16
Optical Rain Mengamati curah

Gauge (ORG) hujan.

Mengamati

penyebaran, posisi,
X-Band Radar
dan arah penjalaran

awan.

Mendapatkan data

kecepatan, besarnya
Disdrometer
dan jumlah butiran

hujan.

Mengamati

Ceilometer ketinggian dasar

awan

17
Memancarkan suara

Radio Acustic arah vertikal guna

Sound System mendapatkan profil

(RASS) temperature vertikal

sampai 15 km.

Mendapatkan
Micro Rain
kandungan uap air
Radar (MRR)
di atmosfer

Light Detection
Mengamati aerosol
and Ranging
dan awan
(LIDAR)

18
Mengukur kadar
Sensor
kandungan CO2
Karbondioksida
permukaan

Automatic Mengamati

Weather Station parameter udara

(AWS) dan radiasi matahari

Equipment

Particulate Air Untuk mendapatkan

Monitoring data kualitas udara

(EPAM) 5000

19
Peralatan untuk
Very High
pengamatan
Frequency
iregularitas lapisan
(VHF) Radar
ionosfer

Memantau kondisi
Automatic Link
lapisan ionosfer dan
Establishment
propagasi
(ALE)
gelombang radio

20
BAB III
PEMANTAUAN LETUSAN GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN DATA
MIE LIDAR KOTOTABANG

A. Tinjauan Kondisi Riil

BPAA LAPAN Agam merupakan satu-satunya Balai Pengamatan

Antariksa dan Atmosfer LAPAN yang berada di Pulau Sumatera, terletak di atas

bukit Kototabang, Kec. Palupuh, Kab. Agam, Sumatera Barat yang berada pada

ketinggian 900 m di atas permukaan laut dan ±50 km dari pantai barat pulau

Sumatera. Balai ini memiliki banyak peralatan dalam kegiatannya memantau

aktivitas antariksa dan atmosfer.

Atmosfer merupakan lapisan gas atau campuran gas yang menyelubungi

bulatan bumi. Campuran gas ini dinamakan udara (Prawirowardoyo, 1996).

Atmosfer penting bagi kehidupan karena tanpa atmosfer maka hewan dan

tumbuhan tidak dapat hidup. Di samping itu, atmosfer bertindak sebagai

pelindung kehidupan di bumi dari tenaga matahari yang kuat pada siang hari dan

mencegah hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari (Tjasyono, 1992).

Pada lapisan atmosfer terdapat aerosol yang dapat dikatakan tidak pernah

habis. Aerosol merupakan partikel yang ukurannya lebih besar daripada ukuran

molekul, tetapi cukup kecil sehingga dapat melayang di dalam atmosfer

(Prawirowardoyo, 1996). Aerosol terdapat di atmosfer, dari permukaan hingga

ketinggian stratosfer. Bahkan tanpa disadari, aerosol pun banyak terdapat di

dalam ruangan, terutama ruangan tertutupdengan ukuran yang sangat halus (nano

21
aerosol). Sangat banyak aerosol yang dilepaskan dalam letusan gunung berapi

masuk ke dalam lapisan stratosfer dan mampu memberikan perubahan pada iklim

global (Hamdi, 2015). Prilaku atmosfer berupa struktur awan dan aerosol dapat

dipantau menggunakan instrumen LIDAR (Light Detection and Ranging) yang

berada di BPAA LAPAN Agam.

B. Tinjauan Literatur

1. Gunung Berapi

Gunung berapi aktif pada dasarnya mengalami erupsi yang mampu

mengeluarkan material berupa eflata, abu vulkanik, lava, lahar, eksalasi, dan

awan panas. Eflata merupakan material padat yang terdiri dari bom dan lapili

(seperti kerikil, pasir, dan debu). Sedangkan eksalasi adalah gas berupa

nitrogen belerang yang disebut solfatar, uap air yang disebut fumarol dan gas

asam yang disebut moffet.

Material-material yang dikeluarkan dari aktivitas letusan gunung

berapi ini sangat berbahaya untuk masyarakat yang berada disekitarnya. Salah

satunya abu vulkanik yang merupakan gas berbahaya yang dapat membunuh

makhluk hidup dikarenakan memiliki konsentrasi di atas ambang batas. Gas

vulkanik berbahaya tersebut mengandung CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dan lain

sebagainya.

2. Udara

Udara berperan sebagai hambatan terhadap benda-benda yang

bergerak melaluinya, sehingga gerakan yang ditimbulkan oleh meteor-meteor

yang melewati lapisan atmosfer atas dapat cukup menciptakan panas untuk

22
menghancurkan sebagian besar meteor-meteor tersebut, sebelum mencapai ke

permukaan bumi. Udara bertindak sebagai langit-langit yang melindungi bumi

dari tenaga matahari pada siang hari dan mencegah sebagian besar hilangnya

panas pada malam hari. Jika tidak ada atmosfer, maka temperatur bumi pada

siang hari akan melambung tinggi sampai diatas 200˚F dan pada malam hari -

300˚F.

Udara terdiri dari unsur-unsur dan senyawa kimia. Gas yang

membentuk udara dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Gas permanen, yaitu Nitrogen, Oksigen, Hidrogen, Helium, Argon, Neon,

Kripton, dan Xenon. Gas-gas ini memiliki proporsi relative konstan dari

permukaan bumi sampai ketinggian kira-kira 25 km.

b. Gas berubah yaitu uap air, Karbondioksida, Ozon, Sulfurdioksida, dan

Nitrogen dioksida. Ketiga gas ini penting dalam pertukaran panas oleh

penyinaran antara atmosfer, bumi, matahari, dan antara bagian-bagian di

atmosfer sendiri, selama jumlah dan konsentrasinya masih dalam batasnya

(Tjasyono, 1992).

3. Aerosol

Aerosol memainkan peranan penting dalam iklim global, baik itu

berdampak secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu aerosol juga

diyakini dapat menyebabkan hujan asam, bahkan penipisan lapisan ozon

melalui proses heterogeneous reaction, khususnya di daerah kutub utara.

Aerosol pada umumnya terdapat pada lapisan troposfer dan stratosfer.

Keberadaan pada lapisan troposfer didominasi oleh aktivitas manusia

23
khususnya dalam penggunaan bahan bakar fosil. Sedangkan sumber aerosol di

lapisan stratosfer banyak disebabkan oleh letusan gunung berapi yang dahsyat

(Hamdi, 2015).

Partikel aerosol dapat hilang dari atmosfer melalui dua mekanisme

yaitu pengendapan di permukaan bumi (deposisi kering) dan penggabungan

ke dalam tetesan awan selama pembentukan presipitasi (pengendapan basah).

Deposisi basah dan kering menyebabkan waktu tinggal yang relatif singkat di

troposfer, hal ini disebabkan karena distribusi geografis sumber partikel

sangat tidak seragam, sehingga aerosol di troposfer sangat bervariasi dalam

konsentrasi dan komposisinya di atas bumi. Waktu tinggal partikel aerosol

dalam troposfer bervariasi mulai dari beberapa hari sampai beberapa minggu

(Thomey, 1979). Aerosol dapat keluar dari atmosfer bilamana ukurannya

besar, dipengaruhi gaya gravitasi, akhirnya dapat jatuh ke permukaan bumi.

Bilamana ukurannya kecil, dapat dibersihkan dari atmosfer dengan terbawa

oleh curahan, misalnya hujan dan salju (Prawirowardoyo, 1996).

4. Lidar

LIDAR (Light Detection and Ranging) merupakan suatu sistem sensor

aktif yang menggunakan cahaya laser untuk mengukur ketinggian. Sensor

lidar berfungsi untuk memancarkan sinar laser ke objek dan merekam kembali

gelombang pantulannya setelah mengenai objek (Liu, 2007). Pada umumnya

gelombang yang dipancarkan oleh sensor terdiri atas dua bagian, yaitu

gelombang hijau dan gelombang infra merah. Gelombang hijau berfungsi

24
sebagai gelombang penetrasi jika suatu sinar laser mengenai daerah perairan.

Sinar hijau berfungsi untuk mengukur data kedalaman.

a. Jenis-Jenis Lidar di Kototabang

Peralatan lidar Kototabang terdiri dari lima jenis. Setiap jenis lidar

mempunyai daerah pengamatan dan fungsi yang berbeda-beda. Lidar di

Kototabang melakukan pengukuran dari ketinggian 0 – 20 km. Adapun

jenis-jenis lidar tersebut yakninya sebagai berikut:

1) Resonance Scattering Lidar, berfungsi untuk mengamati struktur-

struktur lapisan metalik seperti Na, Fe, Ca, ion dalam daerah

mesopause.

2) Narrowband Resonance Scattering Lidar, berfungsi untuk mengamati

struktur temperatur di dalam daerah mesopause.

3) Rayleight Lidar, berfungsi untuk mengamati struktur-struktur

temperatur malam hari dan siang hari di dalam mesosfer dan stratosfer.

4) Mie Lidar, berfungsi untuk mengamati struktur-struktur awan dan

aerosol di dalam troposfer (dioperasikan tiap hari).

5) Raman Lidar, berfungsi untuk mengamati profil-profil uap air di

dalam troposfer.

25
Gambar 3.1 Blok Diagram Lidar Secara Umum (Nagasawa et al, 2005)

b. Spesifikasi dan Prinsip Mie Lidar

Adapun spesifikasi dari Mie lidar Kototabang yakninya sebagai

berikut:

Tabel 3.1. Spesifikasi Mie Lidar Kototabang

Target Struktur-struktur awan dan aerosol

Panjang Gelombang 532 nm

Pulsa Energi 10 mJ

Diameter Teleskop 20 cm

Akuisisi Data Analog


(Abo, 2018)

Berdasarkan gambar 3.1. dapat diketahui prinsip kerja dari Mie lidar

dimana menggunakan cermin pemantul maka sinar laser yang dihasilkan

oleh laser seperti yang terlihat pada gambar 3.2. berikut.

26
Gambar 3.2. Laser dan Cermin Pemantul

kemudian sinar laser dibelokkan menuju angkasa dan berinteraksi dengan

komponen-komponen penyusun atmosfer seperti uap air dan aerosol.

Akibat interaksi ini maka sinar laser akan mengalami peristiwa fisika,

diantaranya adalah refleksi, reflaksi, dan depolarisasi. Sinar yang kembali

ke permukaan bumi kemudian dikumpulkan menggunakan teleskop.

Gambar 3.3. Teleskop

Selanjutnya dianalisa menggunakan photon counting. Dari analisis

sinar yang diterima dapat diketahui dua parameter utama lidar, yaitu

27
depolarization ratio yang berkaitan dengan bentuk/bangun partikel

pemantul, dan backscattering ratio yang berkaitan dengan kerapatan

partikel pemantul. Seterusnya hasil analisa sinar di kirim ke komputer

kontrol dan pada computer kontrol akan di tampilkan hasil dari observasi

yang dilakukan seperti gambar 3.4. Secara keseluruhan proses

pengumpulan data Mie lidar dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.4. Komputer Monitoring

Gambar 3.5. Skema Kerja Mie lidar (Iwasaki et al, 2008)

28
C. Hasil dan Analisa

Mie lidar yang terdapat di Kototabang diaktifkan setiap harinya (kecuali

pada pukul 11.00 – 13.00 WIB) mengingat data yang mampu direkam olehnya

adalah aerosol dan struktur awan. Pada gambar 3.6. sampai gambar 3.13. terlihat

data berupa grafik yang menjelaskan kerapatan aerosol (Scattering Ratio)

berdasarkan ketinggian tiap jam. Data Mie lidar dapat diakses melalui situs

internet https.comp.tmu.ac.jp/lidar/Koto/KotoADSRwww. Data tersedia sejak

tahun 2004 sampai sekarang. Data yang tertera di bawah ini merupakan data

selama fenomena letusan gunung Marapi pada tanggal 26 April 2018 - 03 Mei

2018.

Gambar 3.6. Data Mie lidar 26 April 2018

29
Gambar 3.7. Data Mie lidar 27 April 2018

Gambar 3.8. Data Mie lidar 28 April 2018

Gambar 3.9. Data Mie lidar 29 April 2018

30
Gambar 3.10. Data Mie lidar 30 April 2018

Gambar 3.11. Data Mie lidar 01 Mei 2018

Gambar 3.12. Data Mie lidar 02 Mei 2018

31
Gambar 3.13. Data Mie lidar 03 Mei 2018

Dari data Mie lidar tanggal 26 April 2018 sampai dengan tanggal 03 Mei

2018 yang dihubungkan dengan fenomena letusan gunung Marapi pada tanggal

27 April 2018 dan 02 Mei 2018, ternyata letusan gunung Marapi memicu

ketebalan aerosol di Kototabang. Aerosol dengan kerapatan tinggi maksimum

berada pada tanggal 01 Mei 2018 seperti yang terlihat pada gambar 3.14.,

sedangkan untuk data dengan kerapatan rendah dikatakan sebagai kondisi setelah

terjadinya letusan gunung Marapi, dimana aerosol bertahan pada posisinya lebih

kurang selama 2 hari. Adapun indikator dari kerapatan aerosol ditunjukkan pada

gambar 3.15.

32
Gambar 3.14. Kerapatan SO2 Rata-Rata Tiap Jam

Gambar 3.14. didapatkan dari hasil plot data satelit MERRA-2 Model

M2T1NXAER v5.12.4. Data ini merupakan hasil akses melalui internet dengan

link https://giovanni.gsfc.nasa.gov/giovanni/ dan untuk kegiatan pengaksesan

dapat dilakukan dengan membuat akun terlebih dahulu. Pengaturan koordinat

disesuaikan dengan resolusi dari satelit yang digunakan dan lokasi yang ingin

diketahui kondisinya. Dari gambar 3.14. plot hubungan kerapatan SO2 tiap jam

terlihat bahwasanya kerapatan aerosol mengalami fluktuasi dari tanggal 26 April

2018 hingga 03 Mei 2018.

Gambar 3.15. Indikator Kerapatan Aerosol

Kerapatan aerosol pada umumnya memiliki satuan km-1, menandakan massa jenis

dari aerosol tiap ketinggian. Aerosol dengan kerapatan yang tinggi dan jumlahnya

yang banyak dapat dikatakan sebagai gas yang berbahaya. Pada teorinya udara

33
kering yang berisikan campuran gas dengan konsentrasi yang tinggi (tanpa uap

air) mengandung Sulfurdioksida (SO2) dan dapat dihasilkan salah satunya oleh

letusan gunung berapi.

34
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang terekam oleh Mie lidar Kototabang, dapat

disimpulkan fenomena letusan gunung Marapi Sumatera Barat pada tanggal 27

April 2018 dan 02 Mei 2018 memicu ketebalan atau kerapatan aerosol di daerah

Kototabang (100˚32” BT, 0˚23” LS). Dari data terlihat kerapatan aerosol pada

rentang tanggal 26 April 2018 hingga 03 Mei 2018 mengalami fluktuasi

(umumnya meningkat), dengan nilai kerapatan rata rata 1x10-6 hingga 7x10-6

kg/m2. Serta dapat disimpulkan bahwasanya data Mie lidar Kototabang dapat

digunakan untuk memantau adanya letusan gunung berapi berdasarkan kerapatan

aerosol di atmosfer yang terukur.

B. Saran

Kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan guna perbaikan

penyajian makalah ini. Maka dari itu saran yang membangun akan sangat berguna

bagi penulis.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abo, Makoto., et al. 2018. Characteristics of Volcanic Stratospheric Aerosol Layer

Observed by CALIOP and Ground Based Lidar at Equatorial Atmosphere

Radar Site. EPJ Web of Conferences. Vol. 176. Page. 1-4

Dutton, E.G.; J.R. Christy. 1992. Solar Radiative Forcing at Selected Locations and

Evidence for Global Lower Tropospheric Cooling Following the Eruptions of

El Chichon and Pinatubo. Geophysical Research Letters. Vol. 19. Page 2313-

2316.

Hamdi, Saipul. 2015. Dampak Aerosol Terhadap Lingkungan Atmosfer. Berita

Dirgantara. Vol. 14. No. 1. Hal 9-16.

Iwasaki, S. 2008. Optical Observation of Clouds, Elucidation of ground-based

atmosphere observation network in equatorial Asia.

Liu, Bo., et al. 2007. Development of a Mie Scattering Lidar System for Measuring

whole Tropospheric Aerosols. Jurnal of Optics: Pure and Applied Optics.

Vol. 9. Page. 828-832.

Nagasawa, Chikao., et al. 2005. Multi-purpose lidar system for observations of

equatorial atmosphere. Proceedings of SPIE. Vol. 5653. Page. 130-137.

Prawirowardoyo, Susilo. 1996. Meteorologi. Bandung: ITB.

Thomey, S. 1979. Developments in Atmospheric Science 7: Atmospheric Aerosols.

Elsivier Scientific Publishing Company: Amsterdam.

Tjasyono, Bayong. 1992. Klimatologi Terapan. Bandung: PIONIR JAYA.

Anda mungkin juga menyukai