Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan
Oleh:
Tiara Rizka Rahmani
15034040
Bidang Kajian Geofisika
Disetujui oleh:
i
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN
Oleh:
Tiara Rizka Rahmani
15034040
ii
KATA PENGANTAR
limpahan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya yang tiada henti penulis terima dan
rasakan, salah satunya yakni penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja
lapangan di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN Agam dengan judul
Muhammad SAW., yang telah membimbing manusia ke arah yang benar dan
menjauhi keterpurukan.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah Praktek Kerja Lapangan pada Jurusan Fisika, Program Studi Fisika, Fakultas
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan serta pembuatan laporan, penulis tak
henti hentinya mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
1. Kedua orang tua, saudara, dan para sahabat yang senantiasa selalu
memberikan do’a, dukungan, dan motivasi dalam segala hal kepada penulis.
3. Bapak Drs. Lufri, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
iii
4. Ibuk Dr. Ratnawulan, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika.
5. Ibuk Syafriani, S.Si, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Fisika.
Lapangan.
8. Seluruh karyawan dan staff di BPAA LAPAN Agam yang telah membantu
dalam proses Praktek Kerja Lapangan dan pembuatan laporan Praktek Kerja
Lapangan.
Semoga semua do’a, dukungan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT, Amiin Ya Rabb
kekhilafan, untuk itu penulis memohon maaf dan respon berupa kritik dan saran dari
pembaca guna perbaikan laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 35
B. Saran .................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Peralatan Pengamatan Kelompok Antariksa di BPAA LAPAN Agam ............... 14
Tabel 2.2. Peralatan Pengamatan Kelompok Atmosfer di BPAA LAPAN Agam ............... 16
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam ruangan, terutama ruangan tertutup dengan ukuran yang sangat halus (nano
aerosol). Sangat banyak aerosol yang dilepaskan dalam letusan gunung berapi
masuk ke dalam lapisan stratosfer dan mampu memberikan perubahan pada iklim
Indonesia merupakan negara yang memiliki 400 gunung berapi dan 130
penyumbang aerosol yang potensial pada atmosfer. Dengan letak geografis yang
memainkan peranan penting dalam iklim global jika terjadi letusan yang dahsyat
(Hamdi, 2015). Dalam skala global, aerosol yang dikeluarkan oleh letusan
penurunan suhu sebesar 0,5-0,7 ˚C di troposfer bawah dan belahan bumi utara
gunung berapi berupa abu vulkanik mampu merusak sistem pernafasan manusia
1
jika menghirupnya. Aerosol yang dilepaskan ke atmosfer melalui proses letusan
gunung berapi dapat tersebar ke tempat yang jauh (Hamdi, 2015). Hal tersebut
melihat ada atau tidaknya pengaruh letusan gunung berapi tepatnya gunung
Marapi di Sumatera Barat dengan salah satu instrumen yang terdapat di BPAA
(PKL). Instrumen tersebut tak lain adalah LIDAR (Light Detection and Ranging)
atmosfer dan melihat prilaku yang mampu terekam bilamana terjadi aktivitas
B. Batasan Masalah
letusan terbaru yaitu pada tanggal 27 April 2018 dan 2 Mei 2018 menggunakan
2
C. Tujuan
bangku perkuliahan.
memahami hasil analisa letusan gunung Marapi menggunakan data Mie lidar
Kototabang.
D. Manfaat
3
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
satu bulan, yaitu dari tanggal 20 Juli 2018 sampai 20 Agustus 2018.
Mahasiswa dibimbing oleh kepala dan para peneliti serta perekayasa yang ada di
BPAA LAPAN Agam agar dapat memahami dan mengetahui aktivitas yang
lingkungan kerja, kepala Balai, para Tata Usaha, para staff, serta alat-alat yang
Airglow, Ionosonda, GPS Scintilasi, FPI, GRBR dan GNSS. Sedangkan di bidang
Sensor CO2, Lidar, Ceilometer, Disdrometer, RASS, AWS, MRR, ORG dan EPAM
5000. Kegiatan pengambilan data dilakukan setiap hari dengan pengaturan waktu
4
Ruang lingkup pelaksanaan PKL adalah sesuai kondisi BPAA LAPAN
data antariksa dan atmosfer. Dalam praktek lapangan ini, topiknya dikhususkan
pada analisa data sesuai dengan konsentrasi bidang kajian (KBK) penulis. PKL
dimulai dengan mengamati dan mempelajari sistem kerja dari semua peralatan
yang ada di BPAA LAPAN Agam. Diantara peralatan yang diamati dipilih salah
satu peralatan dan mengkajinya lebih jauh sesuai dengan literatur yang ada.
aerosol, maka diskusi lebih sering dilakukan dengan Bapak Syafrijon, S.Pd,
dalam beberapa periode tertentu. Pada saat penulis melakukan kegiatan PKL,
terdapat professor, mahasiswa, dan teknisi dari Kyoto University yang sedang
LAPAN Agam juga dikunjungi oleh professor dari Nagoya University yang
LAPAN Agam. Saat itu penulis juga mendapatkan ilmu dan kesempatan
5
berdiskusi dengan mereka melalui penjelasan kegiatan dan hasil penelitian yang
telah dilakukannya.
PKL dimulai dari tanggal 20 Juli 2018 sampai dengan 20 Agustus 2018,
dan jadwalnya dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. BPAA
LAPAN Agam juga memiliki agenda tahunan, yaitu maintenance peralatan yang
ada di BPAA LAPAN Agam, khususnya EAR (Equatorial Atmosfer Radar) dan
LAPAN.
tidak hanya dalam ruangan kerja, namun juga di lapangan. Aktifitas di lapangan
6
LAPAN memiliki visi dan misi serta tugas pokok yakninya sebagai berikut:
Visi:
Misi:
internasional.
kepentingan nasional.
Tugas Pokok:
perundang-undangan.
7
Struktur organisasi LAPAN secara umum, yakni sebagai berikut:
Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Agam adalah unit pelaksana teknis
bawah dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Sains Antariksa dan
Atmosfer.
8
Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) LAPAN Agam
adalah salah satu stasiun pengamat yang terletak di wilayah equator, tepatnya
Stasiun ini berada pada koordinat 100˚32” BT, 0˚23” LS dengan ketinggian
diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan
Pasifik). BPAA LAPAN Agam diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan
alat-alat meterologi:
Situs dari sensor harus jauh dari sumber kontaminasi seperti lubang angin,
sumber asap, sumber cahaya langsung dan sumber uap air. Selain itu juga
harus jauh dari Bandar udara atau jalan raya yang dapat menyebabkan
9
getaran pada sensor sehingga kinerja sensor berkurang. Jarak minimum
idealnya adalah 30 m.
Jarak antara sensor dengan semua penghalang harus dua kali dari tinggi
tiang pagar yang terdapat disekitar alat. Hal ini menghindari adanya noise
Instalasi dari sensor harus kokoh sehingga tahan getaran dan tidak terjadi
celah pada lensa receiver. Secara vertikal sudut antara sensor dan
Kepala Balai memimpin urusan tata usaha dan kelompok jabatan. Tata
menjalankan visi dan misi perusahaan. Adapun struktur organisasi dari BPAA
10
Gambar 2.2. Struktur Organisasi BPAA LAPAN Agam
data (back up) dari peralatan dan menyimpan nya di media lain. Kegiatan
pengolahan meliputi mengolah data mentah dari peralatan (raw data) menjadi
11
data yang bisa diinterpretasikan. Kegiatan pengelolaan meliputi pengiriman
Bidang penelitian terkait yang dilakukan oleh BPAA LAPAN Agam adalah:
a. Pemodelan Iklim
atmosfer dan ionosfer, serta aktifitas awan dan hujan. Dalam bidang ini,
meliputi EAR, X-Band Radar, RASS, Disdrometer, ORG, AWS, dan Micro
Rain Radar.
Bidang ini meneliti tentang stabilitas udara dan profil temperatur serta
alat ini dilepas dengan balon udara ada periode tertentu. Untuk
12
mempermudah penelitian, alat ini dilengkapi GPS untuk menentukan
Receiver.
Tabel berikut:
13
Tabel 2.1. Peralatan Pengamatan Kelompok Antariksa di BPAA LAPAN
Agam
Alat ini
menghasilkan
Magnetometer
parameter
Geomagnet
Mengamati
ionosfer, meliputi
frekuensi
Ionosonda
maksimum,
minimum, dan
optimum.
14
GNU Radio
Alat untuk
Beacon
mengukur Total
Receiver
Electro Content
(GRBR)
Mengamati prilaku
Airglow Imager
atmosfer
Peralatan optik
yang jauh
15
Memonitor meteor
Meteor Wind
yang jatuh di
Radar (MWR)
atmosfer
Mengukur angin
Fabry-Perot
netral di wilayah
Interferometer
mesopouse dan
(FPI)
troposfer
Agam
Mengamati profil
Equator
angin pada
Atmosfer Radar
ketinggian 1,5-20
(EAR)
km.
16
Optical Rain Mengamati curah
Mengamati
penyebaran, posisi,
X-Band Radar
dan arah penjalaran
awan.
Mendapatkan data
kecepatan, besarnya
Disdrometer
dan jumlah butiran
hujan.
Mengamati
awan
17
Memancarkan suara
sampai 15 km.
Mendapatkan
Micro Rain
kandungan uap air
Radar (MRR)
di atmosfer
Light Detection
Mengamati aerosol
and Ranging
dan awan
(LIDAR)
18
Mengukur kadar
Sensor
kandungan CO2
Karbondioksida
permukaan
Automatic Mengamati
Equipment
(EPAM) 5000
19
Peralatan untuk
Very High
pengamatan
Frequency
iregularitas lapisan
(VHF) Radar
ionosfer
Memantau kondisi
Automatic Link
lapisan ionosfer dan
Establishment
propagasi
(ALE)
gelombang radio
20
BAB III
PEMANTAUAN LETUSAN GUNUNG BERAPI MENGGUNAKAN DATA
MIE LIDAR KOTOTABANG
Antariksa dan Atmosfer LAPAN yang berada di Pulau Sumatera, terletak di atas
bukit Kototabang, Kec. Palupuh, Kab. Agam, Sumatera Barat yang berada pada
ketinggian 900 m di atas permukaan laut dan ±50 km dari pantai barat pulau
Atmosfer penting bagi kehidupan karena tanpa atmosfer maka hewan dan
pelindung kehidupan di bumi dari tenaga matahari yang kuat pada siang hari dan
mencegah hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari (Tjasyono, 1992).
Pada lapisan atmosfer terdapat aerosol yang dapat dikatakan tidak pernah
habis. Aerosol merupakan partikel yang ukurannya lebih besar daripada ukuran
dalam ruangan, terutama ruangan tertutupdengan ukuran yang sangat halus (nano
21
aerosol). Sangat banyak aerosol yang dilepaskan dalam letusan gunung berapi
masuk ke dalam lapisan stratosfer dan mampu memberikan perubahan pada iklim
global (Hamdi, 2015). Prilaku atmosfer berupa struktur awan dan aerosol dapat
B. Tinjauan Literatur
1. Gunung Berapi
mengeluarkan material berupa eflata, abu vulkanik, lava, lahar, eksalasi, dan
awan panas. Eflata merupakan material padat yang terdiri dari bom dan lapili
(seperti kerikil, pasir, dan debu). Sedangkan eksalasi adalah gas berupa
nitrogen belerang yang disebut solfatar, uap air yang disebut fumarol dan gas
berapi ini sangat berbahaya untuk masyarakat yang berada disekitarnya. Salah
satunya abu vulkanik yang merupakan gas berbahaya yang dapat membunuh
vulkanik berbahaya tersebut mengandung CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dan lain
sebagainya.
2. Udara
yang melewati lapisan atmosfer atas dapat cukup menciptakan panas untuk
22
menghancurkan sebagian besar meteor-meteor tersebut, sebelum mencapai ke
dari tenaga matahari pada siang hari dan mencegah sebagian besar hilangnya
panas pada malam hari. Jika tidak ada atmosfer, maka temperatur bumi pada
siang hari akan melambung tinggi sampai diatas 200˚F dan pada malam hari -
300˚F.
Kripton, dan Xenon. Gas-gas ini memiliki proporsi relative konstan dari
Nitrogen dioksida. Ketiga gas ini penting dalam pertukaran panas oleh
(Tjasyono, 1992).
3. Aerosol
berdampak secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu aerosol juga
23
khususnya dalam penggunaan bahan bakar fosil. Sedangkan sumber aerosol di
lapisan stratosfer banyak disebabkan oleh letusan gunung berapi yang dahsyat
(Hamdi, 2015).
Deposisi basah dan kering menyebabkan waktu tinggal yang relatif singkat di
dalam troposfer bervariasi mulai dari beberapa hari sampai beberapa minggu
4. Lidar
lidar berfungsi untuk memancarkan sinar laser ke objek dan merekam kembali
gelombang yang dipancarkan oleh sensor terdiri atas dua bagian, yaitu
24
sebagai gelombang penetrasi jika suatu sinar laser mengenai daerah perairan.
Peralatan lidar Kototabang terdiri dari lima jenis. Setiap jenis lidar
struktur lapisan metalik seperti Na, Fe, Ca, ion dalam daerah
mesopause.
temperatur malam hari dan siang hari di dalam mesosfer dan stratosfer.
dalam troposfer.
25
Gambar 3.1 Blok Diagram Lidar Secara Umum (Nagasawa et al, 2005)
berikut:
Pulsa Energi 10 mJ
Diameter Teleskop 20 cm
Berdasarkan gambar 3.1. dapat diketahui prinsip kerja dari Mie lidar
26
Gambar 3.2. Laser dan Cermin Pemantul
Akibat interaksi ini maka sinar laser akan mengalami peristiwa fisika,
sinar yang diterima dapat diketahui dua parameter utama lidar, yaitu
27
depolarization ratio yang berkaitan dengan bentuk/bangun partikel
kontrol dan pada computer kontrol akan di tampilkan hasil dari observasi
28
C. Hasil dan Analisa
pada pukul 11.00 – 13.00 WIB) mengingat data yang mampu direkam olehnya
adalah aerosol dan struktur awan. Pada gambar 3.6. sampai gambar 3.13. terlihat
berdasarkan ketinggian tiap jam. Data Mie lidar dapat diakses melalui situs
tahun 2004 sampai sekarang. Data yang tertera di bawah ini merupakan data
selama fenomena letusan gunung Marapi pada tanggal 26 April 2018 - 03 Mei
2018.
29
Gambar 3.7. Data Mie lidar 27 April 2018
30
Gambar 3.10. Data Mie lidar 30 April 2018
31
Gambar 3.13. Data Mie lidar 03 Mei 2018
Dari data Mie lidar tanggal 26 April 2018 sampai dengan tanggal 03 Mei
2018 yang dihubungkan dengan fenomena letusan gunung Marapi pada tanggal
27 April 2018 dan 02 Mei 2018, ternyata letusan gunung Marapi memicu
berada pada tanggal 01 Mei 2018 seperti yang terlihat pada gambar 3.14.,
sedangkan untuk data dengan kerapatan rendah dikatakan sebagai kondisi setelah
terjadinya letusan gunung Marapi, dimana aerosol bertahan pada posisinya lebih
kurang selama 2 hari. Adapun indikator dari kerapatan aerosol ditunjukkan pada
gambar 3.15.
32
Gambar 3.14. Kerapatan SO2 Rata-Rata Tiap Jam
Gambar 3.14. didapatkan dari hasil plot data satelit MERRA-2 Model
M2T1NXAER v5.12.4. Data ini merupakan hasil akses melalui internet dengan
disesuaikan dengan resolusi dari satelit yang digunakan dan lokasi yang ingin
diketahui kondisinya. Dari gambar 3.14. plot hubungan kerapatan SO2 tiap jam
Kerapatan aerosol pada umumnya memiliki satuan km-1, menandakan massa jenis
dari aerosol tiap ketinggian. Aerosol dengan kerapatan yang tinggi dan jumlahnya
yang banyak dapat dikatakan sebagai gas yang berbahaya. Pada teorinya udara
33
kering yang berisikan campuran gas dengan konsentrasi yang tinggi (tanpa uap
air) mengandung Sulfurdioksida (SO2) dan dapat dihasilkan salah satunya oleh
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
April 2018 dan 02 Mei 2018 memicu ketebalan atau kerapatan aerosol di daerah
Kototabang (100˚32” BT, 0˚23” LS). Dari data terlihat kerapatan aerosol pada
(umumnya meningkat), dengan nilai kerapatan rata rata 1x10-6 hingga 7x10-6
kg/m2. Serta dapat disimpulkan bahwasanya data Mie lidar Kototabang dapat
B. Saran
penyajian makalah ini. Maka dari itu saran yang membangun akan sangat berguna
bagi penulis.
35
DAFTAR PUSTAKA
Dutton, E.G.; J.R. Christy. 1992. Solar Radiative Forcing at Selected Locations and
El Chichon and Pinatubo. Geophysical Research Letters. Vol. 19. Page 2313-
2316.
Liu, Bo., et al. 2007. Development of a Mie Scattering Lidar System for Measuring