KL-4100
Disusun oleh:
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Menyetujui,
NIP : 199303162019031014
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat serta berkat yang melimpah kepada penulis sehingga dapat mengerjakan dan
menyelesaikan laporan Kerja Praktik dimana waktu pelaksanaan kerja praktik
dimulai sejak tanggal 20 Juni hingga 20 Agustus 2023.
Satria Ramadhan
NIM. 120300089
4
UCAPAN TERIMAKASIH
Laporan ini dapat tersusun tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
saransaran dari banyak pihak sehingga penulis mengucapkan rasa terima kasih atas
segala bimbingan maupun bantuan berupa materi serta doa secara langsung maupun
tidak langsung kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan nikmat yang diberikan serta izin
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Keluarga penulis yang sejak awal tidak berhenti memberikan doa, dukungan,
dan materi sejak awal perkuliahan.
3. Bapak Muhammad Fatkhurozzi, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis pada saat kerja praktik.
4. Bapak Fudi Firmantoro, S.T., M.T. sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
Kegiatan Air Tanah dan Air Baku Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai
Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk dapat mengikuti kerja praktik di proyek penyediaan air
baku di Pulau Pisang.
5. Bapak Wahyu Febrico Manta, S.T., M.Eng. sebagai Pelaksana Teknis Kegiatan
Air Tanah dan Air Baku Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar
Wilayah Sungai Mesuji Sekampung yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan ini..
6. Bapak Heri Mardianto sebagai Direksi pada proyek penyediaan air baku di
Pulau Pisang yang telah membantu penulis selama kegiatan kerja praktik.
7. Seluruh jajaran dan staff Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, yang
telah mendukung dan membantu penulis selama kegiatan kerja praktik.
8. Seluruh jajaran dan staff pada proyek penyediaan air baku di Pulau Pisang, yang
telah mendukung dan membantu penulis selama kegiatan kerja praktik.
9. Rhezicka Aulia Putri, sebagai pendamping yang selalu mendukung dan
memberikan dorongan moral terhadap penulis selama kegiatan kerja praktik dan
dalam menyelesaikan laporan ini.
10. Teman-teman, yang selalu mendukung untuk dapat menyelesaikan laporan ini.
5
DAFTAR ISI
6
3.11. Wash Out ...................................................................................................... 24
3.12. Peralatan ....................................................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................................... 28
4.1. Flowchart atau Diagram Alir ............................................................................. 28
4.2. Persiapan dan Pendatangan Pipa Primer.......................................................... 28
4.3. Penggalian Jalur Pipa ........................................................................................ 29
4.4. Penyambungan dan Penanaman Pipa Primer .................................................. 30
4.4.1. Pengaturan alat ......................................................................................... 30
4.4.2. Penyambungan Pipa Primer...................................................................... 32
4.5. Penyambungan dan Penanaman Pipa Sekunder .............................................. 35
4.6. Penimbunan Pipa .............................................................................................. 36
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................................... 37
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 38
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 39
7
DAFTAR GAMBAR
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air bersih adalah hal yang paling penting bagi kehidupan makhluk
hidup. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) merupakan salah satu penyedia
air di wilayah Indonesia. Air bersih yang didapatkan berasal dari air sungai
yang mengalir dari pegunungan. Melihat keterbatasan air bersih masyarakat di
Pulau Pisang mendorong pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR
(Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung. Balai Besar Wilayah
Sungai Mesuji Sekampung atau BBWS berinisiatif membangun jaringan pipa
transmisi Air Baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Pulau Pisang.
Pada proyek kali ini yaitu penyediaan air baku di Pulau Pisang yang
mencangkup satu kecamatan yaitu Kecamatan Pulau Pisang dan satu Pekon
atau Desa yaitu Tembakak. Adapun ruang lingkup pekerjaan pada proyek ini
diantaranya adalah pemasangan pipa primer, pipa sekunder, dan juga sumur
bor. Pada pengerjaan pipa induk/primer menggunakan pipa High Density
Polyethylene (HDPE) PN 20 dan PN 16 berdiameter 6 inci dan pipa sekunder
menggunakan pipa High Density Polyethylene (HDPE).
9
1.2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktik ini
adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Butt Fusion?
2. Bagaimana proses pemasangan Pipa distribusi air berjenis HDPE dengan
metode Butt Fusion?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pelaksanaan konstruksi
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemasangan pipa dengan metode
Butt Fusion
3. Mengetahui proses pemasangan pipa distribusi air berjenis HDPE dengan
metode Butt Fusion
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari kerja praktek ini adalah :
1. Menyelesaikan mata kuliah kerja praktik
2. Memperoleh pengalaman dan wawasan mengenai dunia pekerjaan insinyur
3. Memperoleh pengetahuan berupa informasi mengenai proses pemasangan
pipa HDPE pada proyek penyediaan air baku
1.5. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk menghindari pembahasan yang melebar.
Batasan ruang lingkup yang diberlakukan adalah sebagai berikut :
1. Proses pemasangan pipa primer berjenis HDPE
2. Proses pemasangan pipa sekunder berjenis HDPE
1.6. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan Kerja praktek ini dilaksanakan pada:
Proyek : Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung – Penyediaan Air
Baku di Pulau Pisang
Alamat : Kecamatan Pulau Pisang, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung
Waktu : 20 Juni 2023 – 20 Agustus 2023
10
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1. Profil BBWS Mesuji Sekampung
Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung atau biasa disingkat BBWS-
MS, merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Unit Pelaksana Teknis yang
selanjutnya disingkat UPT adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang
tertentu di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
11
2.2.2. Misi
Sejalan dengan tugas dan fungsi Balai Besar Wilayah Sungai
Mesuji Sekampung dan juga untuk mewujudkan visi dari Balai Besar
Wilayah Sungai Mesuji Sekampung itu sendiri sehingga dirumuskan
misi Balai Besar Wilayah Mesuji Sekampung sebagai berikut:
1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air
termasuk sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air,
kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi, guna menggerakkan
sektor – sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka
kemandirian ekonomi;
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung
konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan
layanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa
di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas
daratan dan maritim;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur dan perumahan rakyat
untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam
rangka mewujudkan kualitas hidup manusia indonesia sejalan
dengan prinsip infrastruktur untuk semua;
4. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri
konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan
antar daerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan,
dan kawasan pedesaan, dalam rangka NKRI;
5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber
daya manusia, pengendalian dan pengawasan, kesekretariatan
serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung fungsi
manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian
yang efisien, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat.
12
2.3 Tugas Pokok
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 bahwa Provinsi
Lampung ada 3 (tiga) wilayah sungai yaitu Wilayah Sungai Seputih Sekampung,
Wilayah Sungai Mesuji Sekampung dan Wilayah Sungai Semangka, namun
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 23 Tahun
2008, bahwa Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung mempunyai wilayah
kerja mencakup 2 (dua) wilayah sungai yang terdiri dari Wilayah Sungai Seputih
Sekampung yang merupakan wilayah sungai strategis nasional yang terletak di
Provinsi Lampung dan Wilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang merupakan wilayah
sungai lintas provinsi yang terletak di Provinsi Lampung dan Sebagian Provinsi
Sumatera Selatan.
13
17. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;
18. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang
milik negara selaku unit akuntansi wilayah;
19. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan, dan penggunaan biaya jasa pengelolaan
sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
20. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta komunikasi publik;
21. Penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja balai; dan
22. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan penggunaan sumber daya air dan
penyidikan tindak pidana bidang sumber daya air.
14
Gambar 2. 3 Lokasi Proyek
2.6 Progres Proyek
Proyek penyediaan air baku di Pulau Pisang dimulai sejak November 2022, dan
diperkirakan akan selesai pada Desember 2023. Pada saat memulai kerja praktik di
bulan juni, progres kumulatif aktual proyek telah dikerjakan sampai angka
54,373%.
Gambar 2. 4 Kurva S
15
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Pipa
Pipa adalah sebuah selongsongan bundar (silinder berongga) yang
digunakan untuk mengalirkan fluida cairan atau gas. Pipa biasanya disamakan
dengan istilah tube, pipa tersebut biasanya terbuat dari bermacam-macam bahan
sesuai dengan kebutuhannya, seperti: besi, tembaga, kuningan, plastic, pvc,
alumunium, stainless. (Mukti Wibowo. 1974).
Pipa adalah suatu batang silinder berongga yang dapat mengalirkan zat
cair, uap, gas ataupun zat padat yang dapat dialirkan berjenis tepung/ serbuk.
Untuk pembuatan pipa disesuaikan dengan kebutuhan dan dibedakan dari batas
kekuatan tekanan, ketebalan dinding pipa, temperatur zat yang mengalir, jenis
material berkaitan dengan korosi dan kekuatan pipa tersebut.
Pipa adalah benda berbentuk lubang silinder dengan lubang di tengahnya
yang terbuat dari logam maupun bahan–bahan lain sebagai sarana pengaliran
atau transportasi fluida berbentuk cair, gas maupun padat yang berjenis serbuk.
Fluida yang mengalir ini memiliki temperature dan tekanan yang berbeda–beda.
Pipa biasanya ditentukan berdasarkan nominalnya, sedangkan tube adalah salah
satu jenis pipa yang ditetapkan berdasarkan diameter luarnya.
16
2. Pipa minyak
Pada dasarnya, pipa baja merupakan pipa yang terbuat dari besi dengan
kombinasi bahan lain, seperti karbon (C) dan mangan (Mn). Bahan
gabungan besi dan karbon ini termasuk yang paling umum digunakan untuk
pipa minyak.
3. Pipa gas
Pipa ini terbuat dari Carbon Steel Material, pipa jenis ini adalah yang paling
banyak digunakan, spesifikasinya banyak ditemukan dalam ASTM
(American Society of Testing and Materials) dan ASME (American Society
of Mechanical Engineering).
4. Pipa uap Pada umumnya pipa uap terbuat dari baja paduan rendah seperti
P11 dan P22.
5. Pipa udara Bahan pipa udara yang dapat digunakan bervariasi dari
aluminium, tembaga, kuningan dan stainless steel.
6. Pipa lumpur Pipa ini terbuat dari pipa baja merupakan pipa yang terbuat dari
besi dengan kombinasi bahan lain, seperti karbon (C) dan mangan (Mn).
Bahan gabungan besi dan karbon
7. Pipa drainase dan lain–lain.
1. Badan Pipa
Badan pipa adalah bagian terpenting pada pipa atau bagian utama
dimana di dalam body pipa ini berongga yang berfungsi sebagai media
mengalirnya fluida. Umumnya bagian dalam rongga pipa ini yang sering
mengalami kerusakan atau keropos akibat dari fluida yang mengalir dengan
17
tekanan tinggi, hal ini yang sering terjadi pada instalasi pipa air laut karena
kandungan garam yang tinggi pada air laut sehingga mempercepat proses
pengorosian karena body pipa yang digunakan di atas kapal umumnya
terbuat dari besi baja galvanis, baja hitam, baja campuran, stainless steel,
kuningan, tembaga ataupun aluminium. Sedangkan pada pipa distribusi air
umumnya menggunakan pipa yang terbuat dari plastik memiliki keunggulan
untuk meminimalisir ataupun mencegah terjadinya korosi didalam pipa dan
terkontaminasi nya air yang nantinya akan dikonsumsi oleh konsumen.
Gambar 3. 2 Flange
18
2018). Karena jaringan distribusi inilah yang menyalurkan air dari instalasi
pengolahan air menuju ke masyarakat. Sistem jaringan distribusi yang
digunakan dapat menggunakan sistem jaringan perpipaan (Damanhuri, 1989).
3.6. Sumber Air
Sumber air merupakan tempat mendapatkan air bersih yang akan
disalurkan nantinya kepada konsumen yang ditargetkan pada suatu wilayah.
Sumber air memiliki banyak kriteria yang harus dipenuhi, sumber air yang
dapat didistribusikan antara lainnya adalah:
a. Air Laut
Air laut merupakan air yang bersumber dari laut lepas, air laut
mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3 % sehingga tidak memenuhi syarat untuk diminum.
b. Air Hujan
Air hujan adalah air yang bersumber dari proses alami atau siklus hujan.
Air hujan disebut juga dengan air angkasa dengan sifat kualitas sebagai
berikut.
1. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat
mineral
2. Pada umumnya bersifat lebih bersih
3. Dapat bersifat korosif
c. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang bersumber dari dataran maupun
pegunungan. Air permukaan dibagi menjadi 3 klasifikasi. diantara
klasifikasi air permukaan adalah sebagai berikut.
1. Air waduk (berasal dari air hujan)
2. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
3. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)
d. Air tanah
Air tanah merupakan sumber air yang mengendap ataupun terkandung
didalam tanah. Air tanah terbagi menjadi 3 klasifikasi berdasarkan
kedalamannya, diantaranya sebagai berikut.
1. Air Tanah Dangkal Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan
tanah. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter.
2. Air Tanah Dalam Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan
kedalaman 100-300 meter.
3. Mata Air Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepermukaan
tanah.Keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di
lereng-lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Berdasarkan
munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :
Mata air (gravity spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat
sendiri.
Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan.
19
3.7. Penentuan Jalur Pipa
Penentuan jalur pipa disusun berdasarkan beberapa kriteria dan
berdasarkan pengalaman penggelaran kabel listrik bawah laut atau pipa bawah
laut baik itu pipa gas maupun air yang bertujuan untuk memenuhi kriteria
keamanan baik untuk pipa itu sendiri dan proses penggelarannya:
1. Lokasi Landing Point aman dari aktivitas kehidupan dan tersedia secara
legal.
2. Memperharikan kondisi pasang surut dimana lokasi LP aman ketika terjadi
pasang tertinggi atau surut terjauh atau dalam kondisi yang ekstrim.
3. Memperhatikan kondisi angin ekstrim dimana musim disaat angin
terkencang kondisi LP dan pipa cukup aman.
4. Kondisi gelombang dan kondisi arus dimana telah mempertimbangkan
kondisi pada saat ekstrim sesuai dengan prediksi dari model hidrodinamika
atau setidaknya berdasarkan informasi nelayan yang biasa melaut di area
perairan dimana lokasi RJP.
5. Kondisi sedimentasi berdasarkan model hidrodinamika tidak terjadi secara
namun tetap memperhitungkan kemungkinan ekstrim.
6. Kondisi seismic dengan memperhatikan kondisi gempa secara umum dan
penilaian berdasarkan PGA (peak ground acceleration) dimana akan
dijadikan sebagai salah satu perhitungan struktur agar tahan menghadapi
gempa.
7. Kondisi batimetri
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 129 Tahun 2016
Tentang Alur Pelayaran di laut dan Bangunan dan/atau instalasi di
perairan terutama dalam Bab IX kondisi dari LP ke kedalaman 20 meter
pipa dipendam sedalam 2 meter dan diatas 20 meter hingga 25 meter
pipa di gelar di permukaan dengan memperhatikan kedudukan yang
steady.
b. Tingkat kemiringan (slope) < 14% untuk menghindari adanya
kemungkinan terjadinya bending atau pembengkokan pipa baik secara
vertikal maupun horizontal.
8. Kondisi morfologi permukaan dasar laut
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 129 Tahun 2016
Tentang Alur Pelayaran di laut dan Bangunan dan/atau instalasi di
perairan terutama 12 dalam Bab IX Pasal 65 dimana pada ayat 1
memperhatikan kondisi morfologi permukaan dasar laut berupa karang,
maka kondisi pemendaman sulit dilakukan sehingga untuk menghindari
kondisi ini diharapkan RJP tidak melewati karang.
b. Berdasarkan data grab sampler yang tervalidasi oleh data SBP di peroleh
bahwa di area koridor penggelaran pantai Way Sindi (Tembakak) dan
makin sedikit ke arah tengah (Lintasan SBP L3) dan kearah utara,
karang semakin banyak yang muncul di permukaan dasar laut dan
20
beberapa sangat ekstrim. Sedangkan kearah Pulau Pisang kondisi
permukaan dasar laut cenderung berpasir dengan mengandung coral dan
sedikit batuan.
c. Begitu juga berdasarkan data hasil uji laboratorium terhadap sample
grab sampling maka berdasarkan nilai Gravity Specific (GS) diharapkan
sesuai dengan peraturan tersebut diharapkan kondisi diatas 2,0 nilai gs
dianalogikan sebagai kekerasan beton yang merupakan pengerasan dari
pasir sehingga untuk melakukan pemendaman memerlukan tindakan
lebih besar sehingga kondisi ini tidak diharapkan.
9. Parameter lain yang menjadi pertimbangan adalah RJP tidak pada area
dimana terdapat struktur geologi seperti patahan, sesar, antiklin atau sinklin
dan kubah batu (dome). Berdasarkan interpretasi terhadap citra penampang
SBP pada semua lintasan tidak terdapat indikasi adanya struktur geologi
sehingga keseluruhan koridor aman untuk terpilih sebagai RJP berdasarkan
parameter ini.
10. Masih terkait dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 129 Tahun 2016
Tentang Alur Pelayaran di laut dan Bangunan dan/atau instalasi di perairan
terutama dalam Bab IX Pasal 65 ayat 2 dimana kondisi untuk menghindari
terjadinya persilangan (crossing) dengan instalasi kabel atau pipa lain
dimana pada koridor terdapat kabel laut 20 kV yang telah ada sehingga
diperlukan analisa mendalam untuk menentukan interval jarak antara kedua
kabel dan pipa sehingga masing-masing aman. Untuk saat ini kondisi yang
memungkinkan adalah dengan formula interval antar kabel eksisting dan
RJP adalah 5 × kedalaman dengan dimikian kondisi yang diharapkan adalah
5 × kedalaman 13 maksimum 25,02 yaitu 125,1 meter sedangkan kondisi
minimum diperkirakan harus 2 × kedalaman yaitu 50,04 meter.
Adapun dalam pekerjaan proyek penyediaan air baku ini jalur pipa dibagi
menjadi 3 bagian berdasarkan lokasi penyambungan pipa tersebut. Adapun jalur
pipa yang sudah dibagi adalah sebagai berikut ini.
1. Jalur pipa Tembakak
Jalur pipa tembakak dimulai dari intake atau sumber air yaitu sungai siring-
liwa dan menuruni bukit sampai kepada lokasi Landing Point 1 (LP1).
21
Gambar 3. 3 Jaringan Pipa Tembakak
2. Jalur pipa bawah laut
Jalur pipa bawah laut dimulai dari Landing Point 1 (LP1) dan menyusuri
dasar atau permukaan bawah laut sampai ke lokasi Landing Point 2 (LP2).
22
Gambar 3. 5 Jaringan Pipa Pulau Pisang
23
Gambar 3. 7 Reservoir
3.10. Box Control
Box Control atau kotak kontrol adalah sebuah bangunan atau tempat
dimana debit air dapat diatur, dari box control inilah air dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan aktual. Wadah ini dimaksudkan juga untuk
mengontrol air disaat kapasitas air di reservoir sudah mencapai batas
maksimalnya.
24
Gambar 3. 9 Box Control
3.12. Peralatan
Berikut adalah peralatan yang di gunakan dalam kontruksi pipa:
1. Excavator digunakan untuk mengeruk tanah yang akan dijadikan jalur pipa,
dan menimbun kembali dengan tanah saat pipa sudah ditanamkan. Namun
Excavator hanya digunakan untuk mengeruk tanah yang berbatu maupun
crossing yang mengharuskan membongkar jalan dan tidak memungkinkan
untuk menggunakan cangkul.
Gambar 3. 10 Excavator
2. Dump Truck digunakan untuk mengantarkan material pipa ke gudang
penyimpanan atau Workshop
25
Gambar 3. 11 Dump Truck
3. Mobil bak digunakan untuk membawa peralatan lain seperti mesin butt
fusion maupun pipa untuk dibawa ke lokasi penyambungan.
Gambar 3. 13 Cangkul
26
5. Meteran digunakan untuk mengukur berapa panjang dan dalam tanah yang
akan dikeruk.
Gambar 3. 14 Meteran
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Flowchart atau Diagram Alir
Pada BAB ini akan dibahas mengenai metode pelaksanaan proses
pemasangan Pipa Primer berjenis HDPE dan Pipa Sekunder berjenis HDPE.
Alur pembahasan dijabarkan pada diagram berikut.
MULAI
SELESAI
28
Gambar 4. 2 Survei Elevasi Galian Pipa
29
kasus lain jika terdapat tanah keras (berbatu) maka penggalian bisa dibantu
dengan menggunakan excavator untuk mempermudah pekerjaan penggalian
tanah.
30
Gambar 4. 6 Mencari Bar Placer
2. Jika tekanan pada mesin hidrolis sudah sesuai, maka pastikan
kembali pengaturan tersebut sudah tersimpan didalam
pengaturannya.
31
4.4.2.Penyambungan Pipa Primer
Setelah melaksanakan pengaturan alat dan mendapatkan bar yang
sempurna, maka pelaksanaan dapat dilanjutkan ke pekerjaan selanjutnya
yaitu penyambungan Pipa. Adapun langkah-langkah dalam
penyambungan pipa primer adalah sebagai berikut.
1. Masukan Pipa primer berdiameter 6” ke mesin hidrolis, pastikan pipa
dalam kondisi lurus dan sejajar.
32
3. Kemudian buka mesin hidrolis dan masukin alat serut, dan pastikan
ujung pipa yang akan dipanaskan sudah rata. Penyerutan dilakukan
sampai 2 kali serutan tidak putus.
33
5. Setelah pipa di sterilisasi, proses selanjutnya adalah pemanasan (pre-
heating) dengan tekanan 30 bar dan suhu 150˚C . Lalu pipa
ditempelkan ke heating plate sampai ketebalan diujung pipa ±2 mm.
34
7. Kemudian mesin secara otomatis akan membuka hidrolis, dan segera
cabut heating plate dari pipa. Lalu mesin hidrolis akan secara otomatis
menutup untuk masuk ke tahap selanjutnya yaitu welding atau
penyambungan pipa.
35
3. Pasanglah kembali Compression Collar dan kencangkan dengan tangan
atau alat pengencang standar.
4. Lakukan hal yang serupa pada pipa lainnya yang akan disambungkan.
36
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
39
40
41