Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Analisis Teknik Thermography dalam Predictive


Maintenance pada Konektor Bushing Trafo Unit 10
PLTU Rembang

Nama : ERI SUDANTOKO


NIM : 21060114120015

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktek di PT PJB UBJ O&M PLTU
REMBANG pada tanggal 10 Juli 2017 sampai 15 Agustus 2017 dengan judul :

“Analisis Teknik Thermography dalam Predictive Maintenance pada Konektor


Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang”

Disusun oleh :

Nama : Eri Sudantoko


NIM : 21060114120015

telah disetujui dan disahkan di Semarang pada tanggal …………

Semarang, Agustus 2017

Mengetahui,

Ketua Departemen Dosen Pembimbing


Teknik Elektro Kerja Praktek

Dr. Wahyudi, S.T., M.T. Dr. Ir. Hermawan, DEA


NIP 196906121994031001 NIP 196002231986021001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK


Di PT PJB UBJ O&M PLTU REMBANG

Dengan judul

“Analisis Teknik Thermography dalam Predictive Maintenance pada Konektor


Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang”

Disusun oleh :
Eri Sudantoko
21060114120015

Universitas Diponegoro Semarang


10 Juli s/d 15 Agustus 2017
Telah diperiksa pada tanggal :
4 September 2017

Mengetahui :

Pembimbing Lapangan,

Manager Enjiniring Supervisor Senior CBM

Wahyu Tri Wibowo Sisyanto

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan nikmat iman serta kesehatan yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan Kerja Praktek dengan judul “Analisis Teknik
Thermography dalam Predictive Maintenance pada Konektor Bushing Trafo
Unit 10 PLTU Rembang”.
Kerja praktek merupakan kegiatan wajib yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa selain perkuliahan, praktikum, dan tugas akhir sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Program Sudi Sarjana, Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang. Hal ini dianggap penting
dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa, dan mempersiapkan
mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya.
Pengalaman yang diperoleh penulis selama kerja praktek di PT. PJB UBJ
O&M PLTU REMBANG semoga dapat memberikan wawasan tentang dunia kerja
dan aplikasi keilmuan yang sangat berguna di kemudian hari. Namun, segala
pengalaman, ilmu dan wawasan yang diperoleh tidak dapat dituliskan dalam
laporan ini karena segala keterbatasannya
Selama pelaksanaan Kerja Praktek dan penyelesaian laporan ini, tak lepas
dari hambatan. Namun, berkat motivasi, informasi, dan konsultasi dari berbagai
pihak, akhirnya semua dapat diatasi. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah- Nya.
2. Mugiartik dan Subono orangtua penulis serta Rino Herwangga kakak
penulis yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materiil.
3. Bapak Yuli Christiyono, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Departemen Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang.
4. Bapak Dr. Ir. Hermawan, DEA selaku dosen pembimbing kerja praktik
yang telah memberi arahan, bantuan, dan kemudahan dalam membuat
laporan kerja praktek.
5. Bapak Yudhy Bhagaskara, selaku General Manajer yang telah berkenan
mengizinkan penulis melaksanakan kerja praktek di PLTU Rembang.

iv
6. Bapak Wahyu Tri Wibowo, selaku Manajer Enjiniring yang telah
memberikan bantuan selama melaksanakan kerja praktek.
7. Bapak Sisyanto, selaku Supervisor Senior Condition Based Maintenance
yang telah memberikan materi dan arahan kepada penulis selama
melaksanakan kerja praktek.
8. Mas Yazid, Mas Yudi, Mas Hermanto, Mas Darmawan, Mas Anam, dan
Mas Rangga yang telah membimbing penulis selama menjalani kerja
praktek.
9. Mbak Sariatul Masrifah selaku Staff Perpustakaan yang telah memberikan
dukungan sarana dan prasarana kepada penulis selama kerja praktek.
10. Segenap teman kerja praktek dari kampus ITS, UTY, PNM, dan
UNISSULA yang selalu menemani dan mendukung penulis dalam kerja
praktek.
11. Ali Mashduuqi, Farouq Muhammad Noor, dan Muhammad Andika
Pratyaksa sebagai partner selama menjalani kerja praktek.
12. Semua teman – teman Teknik Elektro angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungan.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada pembaca. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari segenap pembaca untuk perbaikan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, Juli 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................. 4
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................... 4
1.5 Metodologi Pengumpulan Data ................................................ 4
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ................................................. 5

BAB II COMPANY PROFILE PT PJB UBJ O&M PLTU REMBANG


2.1 Profil Perusahaan ...................................................................... 6
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................... 6
2.3 Anak Perusahaan ....................................................................... 9
2.4 Visi dan Misi Perusahaan .......................................................... 9
2.5 Tata Nilai Perusahaan ............................................................... 11
2.6 Struktur Organisasi ................................................................... 13
2.6.1 Tugas dan Wewenang Setiap Divisi ................................ 14
2.6.2 Tempat Penempatan Kerja Praktek .................................. 16
2.7 Tata Tertib dan Kewajiban Karyawan ..................................... 16
2.8 Lokasi Perusahaan/Instansi ....................................................... 18
2.9 Sarana Penunjang PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang ........... 19

vi
2.10 Layout PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang ............................ 22
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Siklus Umum Pembangkitan Energi Listrik pada PT PJB UBJ
O&M PLTU Rembang .............................................................. 24
3.1.1 Siklus Batubara ............................................................... 25
3.1.2 Proses Pembakaran dan Flue Gas System ....................... 33
3.1.3 Siklus Air dan Uap .......................................................... 43
3.1.4 Kelistrikan ....................................................................... 55
3.2 CBM (Condition Based Maintenance) ..................................... 60
3.2.1 Definisi Thermography ................................................. 61
3.2.2 Cara Kerja Thermography ............................................. 61
3.2.3 Penggunaan Thermography dalam Peralatan Listrik ... 61
3.2.4 Keuntungan Penggunaan Thermography ...................... 62
3.2.5 Kondisi yang dapat Terdeteksi oleh Thermography ..... 62

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................... 63
4.2 Flowchart Pembahasan Kasus .................................................. 64
4.3 Pembahasan Kasus ................................................................... 65
4.3.1 Kaidah Pengukuran ......................................................... 70
4.3.2 Standar Pengukuran Thermography................................. 72
4.3.3 Data Thermography ......................................................... 73
4.4 Analisa Permasalahan .............................................................. 75
4.5 Kondisi Ketika Terjadi Gangguan ............................................ 76

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 78
5.2. Saran ......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT. PJB (Pembangkitan Jawa – Bali) .................................... 10


Gambar 2.2 Struktur Organisasi dan Personal .................................................. 13
Gambar 2.3 Lokasi PLTU 1 Jawa Tengah Rembang .......................................... 18
Gambar 2.4 Gedung Administrasi PLTU Rembang ........................................... 19
Gambar 2.5 Masjid PLTU Rembang .................................................................. 19
Gambar 2.6 Kantin PLTU Rembang................................................................... 20
Gambar 2.7 Workshop PLTU Rembang ............................................................. 20
Gambar 2.8 Lapangan Tenis PLTU Rembang .................................................... 21
Gambar 2.9 Lapangan Parkir PLTU Rembang ................................................... 21
Gambar 2.10 Layout PLTU Rembang ................................................................ 22
Gambar 3.1 Siklus Umum PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang........................ 24
Gambar 3.2 Ship Unloader pada PLTU .............................................................. 26
Gambar 3.3 Belt Conveyor pada PLTU ............................................................. 26
Gambar 3.4 Junction Tower pada PLTU ........................................................... 27
Gambar 3.5 Telescopic Chute pada PLTU ......................................................... 27
Gambar 3.6 (a) Stacker Reclaimer pada PLTU ................................................. 28
(b) Posisi Stacking ........................................................................... 28
(c) Posisi Reclaiming ...................................................................... 28
Gambar 3.7 Coal Yard pada PLTU .................................................................... 29
Gambar 3.8 Crusher ........................................................................................... 30
Gambar 3.9 Tripper ............................................................................................ 30
Gambar 3.10 Coal Bunker .................................................................................. 31
Gambar 3.11 Coal Feeder ................................................................................... 32
Gambar 3.12 Coal Pulverizer ............................................................................ 32
Gambar 3.13 Seal Air Fan (SA Fan) ................................................................... 33
Gambar 3.14 Susunan Burner Pada Masing-masing Corner ............................. 34
Gambar 2.15 Siklus pembakaran dan flue gas system ........................................ 35
Gambar 3.16 Desain Burner Batubara ............................................................... 35
Gambar 3.17 Desain Swirler ............................................................................... 36
Gambar 3.18 Wind Box ....................................................................................... 37

viii
Gambar 3.19 Primary Air Fan (PA Fan) ............................................................ 38
Gambar 3.20 Forced Draft Fan (FD Fan) .......................................................... 38
Gambar 3.21 Air Preheater ................................................................................. 39
Gambar 3.22 ESP ................................................................................................ 40
Gambar 3.23 Fly Ash Silo ................................................................................... 40
Gambar 3.24 Induced Draft Fan (ID Fan).......................................................... 41
Gambar 3.25 Stack atau Chimney ....................................................................... 41
Gambar 3.26 Submerged Scrapper Conveyor .................................................... 42
Gambar 3.27 Bottom Ash Sylo ........................................................................... 43
Gambar 3.28 Sea Water Pump ........................................................................... 45
Gambar 3.29 Desalination Plant ........................................................................ 46
Gambar 3.30 Demin Plant atau Water Treatment Plant ................................... 47
Gambar 3.31 Cool Condesate Storage Tank ...................................................... 47
Gambar 3.32 Circulating Water Pump ............................................................... 48
Gambar 3.33 Deaerator ...................................................................................... 49
(a) Bagian bawah .......................................................................... 49
(b) Bagian atas .............................................................................. 49
(c) Skema deaerator ...................................................................... 49
Gambar 3.34 (a) High Pressure Heater .............................................................. 50
(b) Low Pressure Heater ............................................................. 50
Gambar 3.35 Boiler pada PLTU Rembang ......................................................... 52
Gambar 3.36 Spesifikasi Turbin ......................................................................... 53
Gambar 3.37 Turbin pada PLTU Rembang ........................................................ 53
Gambar 3.38 Kondensor pada PLTU .................................................................. 54
Gambar 3.39 (a) Boiler Feed Pump Tipe Turbin ............................................... 54
(b) Boiler Feed Pump Tipe Motor ............................................... 54
Gambar 3.40 Generator pada PLTU Rembang ................................................... 58
Gambar 3.41 Main Transformator pada PLTU Rembang .................................. 58
Gambar 3.42 UAT pada PLTU Rembang ........................................................... 59
Gambar 3.43 Switch Yard ................................................................................... 59
Gambar 4.1 Flowchart Pembahasan .................................................................. 64
Gambar 4.2 Perbedaan gambar visible dengan gambar inframerah .................... 66

ix
Gambar 4.3 FLIR T620 ....................................................................................... 67
Gambar 4.4 Tampilan Software FLIR Tools....................................................... 68
Gambar 4.5 Hasil gambar kamera inframerah .................................................... 68
Gambar 4.6 Perbedaan gambar fokus dan tidak fokus........................................ 70
Gambar 4.7 Perbedaan mode manual dan automatik .......................................... 70
Gambar 4.8 Spot objek terkover ......................................................................... 71
Gambar 4.9 Hasil gambar dengan perbedaan jarak ............................................ 71
Gambar 4.10 Hasil gambar dengan sudut yang tidak sesuai ............................... 71
Gambar 4.11 Hasil gambar dengan daerah objek yang tidak sesuai ................... 72
Gambar 4.12 Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang ....................... 74
Gambar 4.13 Gambar inframerah Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU
Rembang ........................................................................................ 74

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Boiler ............................................................................... 51


Tabel 4.1 Tabel spesifikasi FLIR T620 ............................................................. 69
Tabel 4.2 Standar Pengukuran Thermography ................................................... 72
Tabel 4.3 Data nilai suhu Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang .... 73

xi
ABSTRAK

Kebutuhan listrik saat ini semakin berkembang pesat dengan seiringnya


kemajuan teknologi yang semakin pesat. Kebutuhan listrik ini merupakan
kebutuhan yang sangat penting dan juga mendesak. Sehingga diperlukan penyedia
energi listrik yang andal guna memenuhi kebutuhan listrik. Oleh karena itu PLTU
mulai digalakkan pembangunannya.
PLTU secara garis besar menghasilkan listrik dengan mengubah air
menjadi uap dengan memanfaatkan panas dari pembakaran batubara dalam
boiler. Uap yang dihasilkan akan digunakan sebagai media penggerak turbin uap
yang telah dikopel dengan generator untuk membangkitkan tenaga listrik. Pada
boiler terdapat beberapa komponen, diantaranya coal feeder, pulverizer, furnace,
economizer, deaerator, steam drum, dan lain-lain.
Pada PLTU Rembang terdapat bagian yang dinamakan Predictive
Maintenance/ Condition Based Maintenance. CBM (Condition Based
Maintenance) merupakan pemeliharaan yang dilakukan atas dasar pemantauan
dan analisa kondisi operasi mesin pembangkit untuk mengetahui gejala kelainan
secara dini. CBM membutuhkan teknologi dan keahlian orang yang
menggabungkan semua data analisis dan performance yang ada untuk membuat
keputusan sebagai sumber kegiatan pemeliharaan.
Teknologi yang digunakan untuk pengambilan data CBM di PLTU
Rembang adalah vibrasi, thermography, MCSA, tribology dan DGA.
Thermography merupakan salah satu metode Predictive Maintenance yang
digunakan untuk pemeriksaan peralatan listrik berdasarkan daerah yang memiliki
panas berlebih yang disebabkan oleh penigkatan resistansi sehingga masalah
dapat diperbaiki sebelum menyebabkan kerusakan komponen yang dapat
menciptakan bahaya keamanan dan hilangnya produktivitas.

Kata kunci : PLTU, CBM, Thermography

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Saat ini kemajuan teknologi di Indonesia sudah semakin pesat yang
merupakan sebuah negara berkembang. Pada masa berkembangnya teknologi ini,
permintaan listrik akan terus tumbuh sejalan dengan perkembangan teknologi dan
pertumbuhan ekonomi. Karena telah kita ketahui bahwasanya hampir semua
kegiatan manusia membutuhkan energi listrik. Mulai dari pengguna rumah tangga
hingga skala industri. Energi listrik merupakan kebutuhan yang vital bagi kegiatan
sehari-hari. Hampir semua peralatan yang digunakan memerlukan listrik, peralatan
rumah tangga hingga mesin-mesin industri yang membutuhkan energi listrik yang
besar. Oleh karena itu diperlukan pasokan yang besar agar dapat memenuhi energi
listrik untuk pelanggan dan juga harus berkesinambungan serta handal.

Apabila supply energi listrik ini terhenti walaupun hanya dalam waktu
singkat, tentu akan memberikan dampak yang besar bagi pelanggan khususnya
pelanggan industri karena peralatan yang digunakan kebanyakan harus beroperasi
sepanjang waktu. Sehingga memerlukan pasokan energi listrik yang kontinyu.

Maka dari itu dibangunlah pembangkit – pembangkit listrik sebagai


pemasok energi listrik. Ada beberapa jenis pembangkit listrik misalnya PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTG ( Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLTD
(Pembangkit listrik Tenaga Diesel), PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap), dan
lain-lain. Pembangkit – pembangkit ini yang bertugas membuat pasokan energi
listrik yang nantinya akan di salurkan kepada pelanggan.

PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) merupakan pembangkit listrik


yang paling banyak digunakan di Indonesia karena berbagai kelebihan yaitu dapat
dioperasikan dengan berbagai jenis bahan bakar, dapat dibangun dengan kapasitas
yang bervarisasi, dapat dioperasikan dengan berbagai operasi pembebanan, dan
kontinyuitas operasi serta usia pakai yang relatif lama. Salah satu PLTU yang
beroperasi menggunakan batubara sebagai bahan bakar di Indonesia adalah PT PJB

1
2

UBJ O&M PLTU Rembang milik PT PLN (Perusahan Listrik Negara) yang
dioperasikan oleh PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang yang memiliki kapasitas 2
x 315 MW.

PLTU batubara memiliki lima komponen utama yaitu boiler (steam


generator), turbin uap (steam turbine), pompa, kondensor, dan generator.
Komponen tersebut bekerja secara berkaitan untuk menghasilkan energi listrik.
Boiler merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai penghasil uap yang
digunakan untuk memutar turbin. Boiler menghasilkan uap dengan cara membakar
batubara pada suatu ruang bakar (furnance) yang disekitar ruang bakar tersebut
terdapat pipa-pipa air atau uap.

Di dalam pengoperasian PLTU terdapat bagian yang dinamakan Predictive


Maintenance/Condition Based Maintenance. Condition Based Maintenance adalah
pemeliharaaan yang dilakukan atas dasar pemantauan dan analisa kondisi operasi
mesin pembangkit untuk mengetahui gejala kelainan secara dini. Salah satu
teknologi pengambilan data Condition Based Maintenance adalah thermography.
Thermography memungkinkan untuk pemeriksaaan sejumlah besar peralatan listrik
dalam waktu yang singkat.
3

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan kerja praktek yang dilaksanakan adalah:
1.2.1 Tujuan Umum
a. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai teori yang dipelajari
selama kuliah dengan aplikasinya di lapangan.
b. Mengukur sejauh mana kemampuan analisa perbandingan secara teori
dengan kondisi nyata di lapangan.
c. Sebagai media untuk memperoleh ilmu, pengalaman berpikir kritis dan
praktis, melatih keterampilan serta bertindak dalam lingkungan
masyarakat industri yang sesuai dengan disiplin ilmu yang di pelajari
mahasiswa.
d. Mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja sesungguhnya dengan
kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui manfaat dan proses pemeriksaan thermography komponen
listrik di PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
b. Mengetahui kondisi peralatan yang mengalami gangguan saat proses
pemeriksaan thermography di PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
c. Mengetahui penanganan permasalahan pada pemeriksaan thermography
di PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
4

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam menyusun laporan ini, penulis hanya membahas permasalahan
sebagai berikut:
a. Menganalisa penggunaan teknik thermography pada Konektor
Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang.
b. Menganalisa hasil penggunaan teknik thermography pada Konektor
Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut:
Tempat : PT. PJB UBJ O&M PLTU REMBANG.
Waktu : 10 Juli 2017 s/d 15 Agustus 2017.

1.5 Metodologi Pengumpulan Data

Dalam menulis laporan ini, metode yang diterapkan oleh penulis untuk
mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1. Metode Pengukuran
Penulis melakukan pengukuran secara langsung suhu koneksi bushing
trafo unit 10 PLTU Rembang.
2. Metode Observasi
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung di lapangan.
3. Interview
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan atau dialog dengan pembimbing
kerja praktek dan karyawan PT PJB UBJ O&M PLTU REMBANG.
4. Studi Literatur
Penulis membaca literatur-literatur yang terkait dengan pelaksanaan
kerja praktek.
5

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan laporan ini, penulis membagi kedalam beberapa bab:

1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengulas tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan kerja praktek, tempat
dan waktu pelaksanaan, metodologi pengumpulan data laporan, dan
membahas mengenai sistematika penulisan laporan.

2. BAB II COMPANY PROFILE PT PJB UBJ O&M PLTU


REMBANG
Dalam bab ini penulis membahas tentang sejarah singkat dan struktur
organisasi PT PJB UBJ O&M PLTU REMBANG

3. BAB III KAJIAN PUSTAKA


Dalam bab ini membahas tentang Pengertian, Proses pembangkitan
energi listrik dan bagian – bagian dari PLTU Rembang serta teknologi
thermography.

4. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA


Dalam bab ini penulis membahas mengenai analisa perrmasalahan
mengenai teknik thermography pada Konektor Bushing Trafo Unit 10
PLTU Rembang.

5. BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil laporan kerja
praktek di PT PJB UBJ O&M PLTU REMBANG.
BAB II
COMPANY PROFILE PT PJB UBJ O&M PLTU REMBANG

2.1 Profil Perusahaan


Nama Perusahaan : PT Pembangkitan Jawa Bali UBJ O&M
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Rembang
Jenis Produk : Listrik
Alamat Perusahaan : Jl. Raya Semarang – Surabaya KM. 13
Sluke, Rembang, Jawa Tengah, Indonesia
No Telp. Perusahaan : 0295- 4552779

2.2 Sejarah Singkat Perusahaan

PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang, merupakan PLTU yang dimiliki oleh
PT PLN (persero) dan dikelola oleh anak perusahaannya yaitu PT PJB
(Pembangkitan Jawa Bali). PT PJB didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan
tujuan melaksanakan desentralisasi, meningkatkan efisiensi dan pelayanan serta
mampu berkembang secara mandiri dengan menyelenggarakan usaha
ketenagalistrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan
menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas, serta untuk bersaing dengan
perusahaan-perusahaan pembangkit listrik swasta.
PT PJB melaksanakan kegiatan usaha antara lain sebagai penyediaan tenaga
listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan andal, melaksanakan pembangunan dan
pemasangan alat ketenagalistrikan, pemeliharaan dan pengoperasian alat
ketenagalistrikan, serta usaha-usaha lain yang berkaitan dengan kegiatan perseroan
dalam rangka memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki.

6
7

PT PJB berkantor pusat di Jl. Ketintang Baru 11 Surabaya. Tahun 2015 total
kapasitas pembangkit PT PJB sebesar 6.977 MW,yang tersebar di 6 (enam) UP,
yaitu :
1. UP Muara Karang di DKI Jakarta (909 MW)
2. UP Muara Tawar di Kabupaten Bekasi (1.760 MW)
3. UP Cirata di Kabupaten Purwakarta (1.008 MW)
4. UP Gresik di Kabupaten Gresik (2.219 MW)
5. UP Paiton di Kabupaten Probolinggo (800 MW)
6. UP Brantas di Kabupaten Malang (281 MW)

Untuk mendukung keaandalan operasi pembangkit existing . PT PJB


mendirikan unit supporting. Terdapat tiga unit supporting di PT PJB, yaitu:
1. Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Barat (UPHB) di Jakarta, dengan
tugas utama memberikan layanan pemeliharaan unit pembangkit di
Wilayah Barat, yaitu : UP Muara Karang, UP Muara Tawar, dan UP
Cirata.
2. Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur (UPHT) di Gresik dengan
tugas utama memberikan layanan pemeliharaan unit pembangkitan yang
ada di Wilayah Timur, yaitu: UP Gresik, UP Paiton, dan UP Brantas.
3. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) di Purwakarta, dengan tugas
utama mengelola waduk Cirata untuk menjaga ketersediaan dan kualitas
air untuk PLTA Cirata.

Disamping mengelola pembangkit milik sendiri (unit existing), PT PJB juga


melaksanakan operation and maintenance pembangkit eksternal, yang dilakukan
Unit Bisnis Jasa Operation and Maintenance (UBJ O&M). Hingga 2015 terdapat 5
UBJ O&M di Pulau Jawa, yaitu:
1. UBJ O&M Indramayu, melaksanakan jasa operation and maintenance
PLTU Indramayu 3x235 MW.
2. UBJ O&M Rembang, melaksanakan jasa operation and maintenance
PLTU Rembang 2x315 MW.
3. UBJ O&M Pacitan, melaksanakan jasa operation and maintenance PLTU
Pacitan 2x315 MW.
8

4. UBJ O&M Tanjung Awar-Awar, melaksanakan jasa operation and


maintenance PLTU Tanjung Awar-Awar 2x315 MW.
5. UBJ O&M Paiton Baru, melaksanakan jasa operation and maintenance
PLTU Paiton Baru 1x660 MW.

Sedangkan di Luar Jawa hanya ada satu UBJ O&M, yaitu UBJ O&M Luar
Jawa yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan operation and maintenance
pembangkit di Luar Jawa. Pelaksanaan di lapangan di percayakan kepada PT PJB
Services, adalah anak perusahaan PT PJB yang bergerak di bidang operation and
maintenance pembangkit.
PT PJB mengelola operation and maintenance PLTU Luar Jawa yang
meliputi:
1. PLTU Amorang 2x25 MW di Sulawesi Utara
2. PLTU Kendari 2x10 MW di Sulawesi Tenggara
3. PLTU Bolok 2x16,5 MW di Kupang, Nusa Tenggara Timur
4. PLTU Ropa 2x7 MW di Ende, Nusa Tenggara Timur
5. PLTU Tidore 2x7 MW di Maluku Utara
6. PLTU Tenayan 2x100 MW di Kepulauan Riau
7. PLTU Air Anyer 2x30 MW di Kepulauan Bangka
8. PLTU Belitung Baru 2x7 MW di Kepulauan Belitung

Pembangunan PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang merupakan salah satu


pelaksanaan program percepatan listrik 10.000 MW yang bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan listrik nasional yang diperkirakan mengalami
kenaikan permintaan serta meningkatkan mutu dan keandalan sistem
penyediaan penyaluran, dan pelayanan listrik kepada konsumen.
2. Untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia yang selama ini
digunakan sebagai bahan bakar, sehingga dapat menekan biaya produksi
listrik.

PLTU Rembang memiliki kapasitas 2 x 315 MW dengan bahan bakar utama


batubara berkalori rendah dengan konsumsi kurang lebih 2.160.000 ton per tahun.
9

2.3 Anak Perusahaan


PT. PJB juga memiliki anak perusahaan pada bidang pembangkitan, yaitu:
1. PT PJB Service
Didirikan tahun 2001 dengan usaha inti pada bidang operasi dan
pemeliharaan pembangkit listrik, serta layanan lain yang terkait dengan
pembangkit listrik. Kegiatan bisnis meliputi supervisi pemeliharaan,
komisioning dan operasi, operasi dan perawatan total, inspeksi dan
overhaul, pemecahan masalah, inspeksi bore-scope, analisa vibrasi,
balancing dan alignment, rekalibrasi alat-alat listrik, dan instrument kontrol,
pembelian dan pembaharuan suku cadang, rehabilitasi pembangkit, relokasi
dan instalasi lengkap, serta teknik, pengadaan dan konstruksi.
2. PT Rekadaya Elektrika
Perusahaan ini bergerak dalam bidang jasa EPC (Engineering,
Procurement & Construction) untuk industri kelistrikan. Awalnya,
kepemilikan saham PJB dalam perusahaan ini sebesar 98,91 persen, lalu
ditingkatkan menjadi pemilik saham mayoritas. Saham lainnya dimiliki oleh
PT Rekayasa Industri, dan YPK PLN.
3. PT Navigat Innovative Indonesia
PT Navigat Innovative Indonesia (PT NII) berdiri 21 Oktober 2002,
menfokuskan diri pada bidang investasi pembangkit berbahan bakar
batubara. PT PJB masuk menjadi pemegang saham PT NII sejak 12 januari
2012, dengan cara mengambil alih 72,97 persen saham. Sejak itu PT NII
resmi menjadi anak perusahaan PTPJB.
10

2.4 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi PT PJB

Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka


dengan standar kelas dunia.

2. Misi PT PJB
a. Memproduksi tenaga listrik yang andal dan berdaya saing.
b. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata
kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best
practise dan ramah lingkungan.
c. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai
kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan
bisnis.

3. Motto PT PJB
Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang
Makna : Produsen listrik terpercaya mengandung pengertian bahwa
PJB merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik yang andal
dengan EAF yang tinggi, EFOR yang rendah dengan harga produksi
sangat kompetitif.
Kini dan mendatang mengandung pengertian bahwa pembangkit PJB
andal dengan harga produksi yang kompetitif bukan hanya saat ini saja,
tetapi selamanya.

Gambar 2.1 Logo PT PJB (Pembangkitan Jawa Bali) [8]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
11

2.5 Tata Nilai Perusahaan


1. INTEGRITAS
Kepribadian yang selalu memperjuangkan kebenaran melalui
kejujuran dan tanggung jawab
Artinya : Setiap karyawan PJB dalam menjalankan tugasnya
menjunjung tinggi kejujuran dan tanggung jawab, memegang teguh
rahasia perusahaan, serta memberikan keteladanan.
Kata Kunci : jujur, dedikasi, konsisten

2. KERJASAMA
Menyatukan kemampuan serta bakat setiap orang untuk mencapai
tujuan bersama
Artinya : Karyawan PJB responsif dan aktif dalam kegiatan bersama,
menghargai perbedaan, dan bersifat terbuka, serta mencapai sinergi
dan menghasilkan win-win solution.
Kata Kunci : apresiasi, pembelajaran bersama, aktif terlibat

3. KEUNGGULAN
Kondisi dimana kualitas kerja dapat melampaui standar yang
telah ditetapkan
Artinya : Karyawan PJB mempunyai komitmen yang tinggi untuk
mencapai hasil yang terbaik, mencapai peningkatan, dan keberhasilan
yang berkelanjutan, serta memanfaatkan perubahan sebagai peluang.
Kata Kunci : ide, efisien, efektif

4. PELAYANAN
Sikap dan perilaku mementingkan kepuasan pelanggan,
pemegang saham, masyarakat dan bangsa
Artinya : Karyawan PJB komunikatif dalam berhubungan dengan
pelanggan, memenuhi harapan dan dapat memberikan kepuasan
pelanggan, serta memberikan yang terbaik kepada pelanggan.
Kata Kunci : motivasi, perbaikan berkelanjutan, cepat tanggap
12

5. SADAR LINGKUNGAN
Kesadaran untuk selalu memelihara alam dan lingkungan
kerjanya sebagai sumber daya demi kelestarian perusahaan
Artinya : Karyawan PJB aktif menjaga kelestarian lingkungan,
membina hubungan baik dengan lingkungan masyarakat sekitar,
menciptakan suasana kerja yang sehat dan menyenangkan, serta
mengutamakan keselamatan.
Kata Kunci : lingkungan hidup, lingkungan masyarakat, lingkungan
kerja
13

2.6 Struktur Organisasi


PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang memiliki struktur organisasi
sebagai berikut:

General Manager

Manajer Enjiniring Manajer Majer keuangan &


Manajer Operasi Manajer Logistik
Pemeliharaan Administrasi

SPV Senior SO SPV Senior SPV Senior SPV Senior Inventori


SPV Senior SDM Kontrol & Kataloger
Turbine & Aux Rendal Operasi Rendal Har
Staff Staff Staff Staff Staff

SPV Senior SO SPV Senior SPV Senior Outage SPV Senior SPV Senior
Boiler & Aux Produksi (A,B,C,D) Management Keuangan Pengadaan
Staff Staff Staff Staff Staff

SPV Senior SPV Senior Coal & Ash SPV Senior SPV Senior Umum SPV Senior
Common & Aux handling (A,B,C,D) Pemeliharaan Listrik & CSR Administrasi Gudang
Staff Staff Staff Staff Staff

SPV Senior Pemeliharaan


SPV Senior SPV Senior Kimia &
Kontrol
Component Analyst Laboratorium & Instrumen
Staff Staff Staff

SPV Senior Pemeliharaan


SPV Senior Condition SPV Senior Niaga &
Mesin 1 (Boiler, Turbin &
Based Maintenance Bahan Bakar AAB)
Staff Staff Staff

SPV Senior Pemeliharaan


SPV Senior Manajemen
Mesin 2 (Sistem Bahan Bakar
Mutu & Risiko & Abu)

Staff Staff

SPV Senior
Sarana
Staff

SPV Senior
Lingkungan
Staff

SPV Senior K3
Staff

Gambar 2.2 Struktur Organisasi dan Personal [8]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang

2.6.1 Tugas dan Wewenang Setiap Divisi


14

PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang dipimpin oleh seorang general


manager (pimpinan tertinggi) dengan lima manajer yang memimpin
divisinya, yaitu manajer operasi, manajer pemeliharaan, manajer enjiniring
dan manajer administrasi.
1. Pimpinan Tertinggi (General Manager)
Pimpinan tertinggi memiliki tugas utama mengelola pembangkit tenaga
listrik. Dengan rincian tugas sebagai berikut:
1. Menjabarkan tugas pokok, target tahunan, target kinerja.
2. Mengimplementasikan dan mengevaluasi Kebijakan, program,
Proses, dan Prosedur.
3. Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan jasa O&M.
4. Meningkatkan kesiapan SDM.
5. Memberikan rekomendasi kepada Direksi dan Manajemen PLN
untuk meningkatkan kinerja PLTU rembang.
6. Membuat laporan secara berkala yang mencakup progres,
pencapaian target, keberhasilan dan kendala kendala pengelolaan
O&M sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih
lanjut.

2. Manajer Operasi
Manajer operasi memiliki tugas mengelola kebijakan operasi yang
meliputi:
1. Kinerja operasi.
2. Pengoperasian pembangkit.
3. Penjualan energi, manajemen bahan bakar.
4. Melakukan inovasi untuk memastikan agar produksi tenaga listrik
mencapai sasaran kontrak kinerja operasi yang ditetapkan.

3. Manajer Pemeliharaan
15

Tugas manajer pemeliharaan memiliki kewenangan sebagai berikut:


1. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan rencana anggaran.
2. Pelaksanaan pemeliharaan rutin dan non rutin untuk memastikan
kesiapan dan keandalan unit.

4. Manajer Enjiniring
Manajer enjiniring memiliki kewenangan sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi, analisis dan perbaikan penyelenggaraan
pembangkitan listrik meliputi sistem dan prosedur, resources dan
SDM untuk memastikan produksi listrik yang efisien.
2. Melaksanakan program SMK3, SML, sistem manajemen mutu dan
manajemen resiko.

5. Manajer Administrasi
Manajer administrasi memiliki tugas memastikan pelaksanaan fungsi
Administrasi Unit Bisnis Jasa O&M PLTU Rembang agar berjalan dengan
baik, efektif dan efisien guna mendukung keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran Unit Bisnis Jasa O&M PLTU Rembang yang
telah ditetapkan sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh
Direksi.

6. Manajer Logistik
Manajer Logistik memiliki tugas melakukan manajemen logistik yaitu
mengurus sistem untuk mengawasi proses arus dari logistik dari mulai
penyimpanan, pengantaran yang strategis untuk material, bahan-bahan
atau suku cadang, dan juga barang jadi atau produk akhir agar dapat
mencapai tujuan dan sasaran Unit Bisnis Jasa O&M PLTU Rembang yang
telah ditetapkan sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh
Direksi.

2.6.2 Tempat Penempatan Kerja Praktek


16

Pada pelaksanaan kerja praktek di PLTU UBJOM Rembang


ditempatkan di divisi Enjiniring CBM. Tugas-tugas dari CBM sebagai
berikut :
1. Aktivitas penjadwalan pemeliharaan hanya dilakukan pada saat
ditemukan adanya gejala kegagalan fungsi peralatan.
2. Kondisi mekanik dan operasional secara periodic dimonitor dan
jika ada gejala kelainan maka dicari root cause failure / akar
penyebab kerusakan untuk dijadwalkan perbaikan.
3. Menghindari unplanned breakdown (kerusakan yang tidak
terduga).
4. Meningkatkan umur mesin (MTBF = Mean Time Between Failure)
/ waktu antara kerusakan.
5. Meningkatkan reliability atau kehandalan.
6. Perusahaan yang telah mencapai best practice / praktek terbaik,
80% kegiatan pemeliharaanya adalah kegiatan terencana (planned
maintenance), dimana 50% adalah predictive maintenance.
7. Pengmbilan data dengan jalan pengukuran.
8. Pengumpulan data sebagai dasar analisa dan sejarah pemeliharaan
(data management).
9. Analisa dan rekomendasi sebagai dasar perencanaan pemeliharaan
(Tactical Maintenance).
10. Pelaporan hasil analisa.

2.7 Tata Tertib dan Kewajiban Karyawan


Dalam perusahaan ini adapun tata tertib dan kewajiban karyawan yang harus
ditaati sebagai berikut:
1. Karyawan diwajibkan untuk datang ke tempat kerja tepat pada waktu
yang telah ditetapkan.
2. Karyawan wajib melakukan absensi menggunakan alat fingerprit.
3. Pada jam kerja diwajibkan memakai tanda pengenal, berpakaian rapi
dan sopan serta tidak dibenarkan menggunakan alas kaki selain sepatu.
17

4. Karyawan wajib mengikuti dan mematuhi setiap petunjuk dan instruksi


yang diberikan oleh atasannya.
5. Karyawan wajib mengabdikan semua kegiatan pada tugas pekerjaannya
yang telah ditentukan oleh perusahaan selama jam kerja.
6. Menggunakan dan menjaga dengan baik alat-alat atau perlengkapan
kerja dengan penuh tanggung jawab.
7. Karyawan wajib menjaga serta memelihara nama baik perusahaan
melaporkan kepada pimpinan perusahaan atau atasannya apabila
mengetahui hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian
perusahaan.
8. Karyawan dilarang menggunakan inventaris atau benda-benda milik
perusahaan keluar lingkungan perusahaan dengan alasan yang tidak
dapat dibenarkan.
9. Karyawan tidak diperkenankan tidak masuk kerja, datang terlambat,
meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya tanpa alasan yang dapat
diterima.
10. Karyawan tidak diperbolehkan terlibat atau melakukan kegiatan usaha
lain selain usaha perusahaan.
Adapun tata tertib masuk dan keluar lingkungan perusahaan PLTU
Rembang sebagai berikut:
1. Karyawan wajib menggunakan pintu atau gerbang yang telah disediakan
untuk masuk dan keluar perusahaan.
2. Karyawan wajib mengisi daftar absensi pada tempat yang telah
disediakan baik pada waktu masuk maupun pulang kerja.
3. Karyawan yang akan masuk atau keluar dari lingkungan perusahaan
selama jam kerja harus memperoleh izin yang sesuai dengan tata cara
yang telah ditentukan.
4. Karyawan harus mengizinkan petugas keamanan atau atasan memeriksa
barang pribadinya pada saat masuk atau keluar perusahaan.
5. Karyawan yang ingin membawa masuk atau membawa keluar benda-
benda milik perusahaan harus memperoleh izin sesuai dengan tata cara
yang ditentukan.
18

2.8 Lokasi Perusahaan/Instansi


PLTU Rembang terletak di Desa Leran dan Desa Trahan, Kec. Sluke, Kab.
Rembang pada koordinat 110°-111°30’ BT dan 6°30’-7° LS. Lokasi PLTU berjarak
sekitar 137 km dari Semarang ke arah timur dan menghadap ke utara Laut Jawa
serta berjarak sekitar 600 meter dari jalan utama pantai utara Jawa Tengah bagian
timur.

Gambar 2.3 Lokasi PLTU Rembang [9]


Sumber: https://www.google.com/maps/
19

2.9 Sarana Penunjang PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang


Sarana-sarana penunjang yang ada di PLTU Rembang antara lain :
1. Gedung Administrasi

Gambar 2.4 Gedung Administrasi PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang

Gedung administrasi PLTU Rembang berada di sebelah utara unit.


Gedungnya terdiri dari tiga lantai, lantai pertama digunakan untuk para
pegawai PJB, lantai kedua digunakan untuk para pegawai PLN, dan lantai
ketiga digunakan untuk tempat bersantai ( tempat merokok, ngobrol-
ngobrol dan lain-lain).

2. Masjid

Gambar 2.5 Masjid PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
20

Masjid di PLTU Rembang ada satu, berada di sebelah barat gedung


administrasi. Masjid ini berfungsi dengan baik ditandai dengan adanya
sholat berjamaah minimal di waktu dzuhur, ashar dan maghrib. Hari
jum’at pun diadakan jum’atan di masjid ini.

3. Kantin

Gambar 2.6 Kantin PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang

Kantin di PLTU Rembang ada satu buah, tempatnya berada di


sebelah selatan masjid. Makan siang para pegawai biasanya di kantin ini.

4. Workshop

Gambar 2.7 Workshop PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
21

Gedung workshop di PLTU Rembang berada di sebelah barat


kantin. Di dalamnya berisi alat-alat khusus dan umum yang digunakan
untuk proses perawatan pada unit.

5. Lapangan Tenis

Gambar 2.8 Lapangan Tenis PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang

Lapangan tenis di Rembang ada dua buah. Tempatnya di sebelah


utara dari tempat parkir.

6. Tempat Parkir

Gambar 2.9 Lapangan Parkir PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
22

Tempat parkir di Rembang berada di sebelah timur gedung


administrasi. Tempat parkir tersebut terdapat dua area, yaitu area mobil
dan area sepeda motor.

2.10 Layout PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang

Gambar 2.10 Layout PLTU Rembang


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang

Keterangan:
1. Turbine 11. Water Treatment Plant
2. Generator 12. Desalination Plant
3. Deaerator Bay 13. Switchyard
4. Boiler 14. Substation Control Building
5. Central Control Building 15. LFO
6. ESP 16. Out Fall
7. ESP Building 17. Jetty
8. Chimney 18. Pump it & Pump House
9. Demin Tank 19. Inlet Channel
10. Raw Water Tank 20. Electro Chlorination Plant
23

21. Fire Fighting Pump House 34. Coal Run OFF Pond
22. Fire Station 35. Auxiliry Boiler
23. Workshop & Storage 36. Hydrogen Plant
24. Masjid 37. Bottom Ash Silo
25. Kantin 38. Fly Ash Silo
26. Administation Building 39. Coal Crusher House
27. Dosmetic Sewage Treatment Plant 40. Coal Handling Control Building
28. Parkir 41. Seal Pit
29. Ash Pond 42. Generator Transformer
30. Deaerator 43. Intake Pipe
31. Coal Yard 44. Shelter
32. Discharge Channel 45. Junction Tower Conveyor & Belt
33. Dead Coal Yard
BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Siklus Umum Pembangkitan Energi Listrik pada PT PJB UBJ O&M
PLTU Rembang
PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang dirancang menggunakan bahan bakar
utama batu bara berkalori rendah dengan bantuan High Speed Diesel (HSD) sebagai
bahan bakar start up bersamaan dengan udara panas bertekanan. Panas hasil
pembakaran batubara dalam boiler digunakan untuk memanaskan air sampai
mendidih dan menghasilkan uap (steam). Uap (steam) yang dihasilkan tersebut
digunakan untuk memutar turbin uap. Turbin yang berputar telah dikopel dengan
generator untuk menghasilkan tenaga listrik.

Gambar 3.1 Siklus Umum PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang [4]
Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

24
25

3.1.1 Siklus Batubara

Pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang memiliki proses


pengangkutan batubara memiliki tiga proses utama, yaitu loading, direct
unloading dan unloading.
1. Proses unloading
Dalam proses unloading batubara dari kapal tongkang dibongkar
oleh ship unloader dan diangkut melalui belt conveyor menuju coal yard.
Dalam pengisian ke coal yard dapat dilakukan dengan dua alat yaitu
telescopic chutee atau stacker reclaim.
2. Proses loading
Proses loading ini merupakan proses pengisian batu bara ke coal
bunker. Proses ini juga memiliki dua cara, yaitu melalui stacker reclaim atau
reclaim hooper kemudian diangkut oleh belt conveyor ke coal bunker.
3. Proses direct unloading
Proses direct unloading juga dapat disebut proses loading, hal ini
dikarenakan proses ini adalah proses pengisian batu bara ke coal bunker.
Pengisian langsung ini berasal dari tongkang yang dibongkar oleh ship
unloader dan langsung dibawa ke coal bunker melalui belt conveyor. Proses
ini dilakukan saat batubara pada coal bunker kritis.

Dalam pengangkutan batubara dalam PLTU terdapat beberapa alat


yang digunakan dan memiliki fungsi tersendiri, mulai dari proses muat (load),
pengangkutan atau transportasi, dan pembongkaran.

1. Ship Unloader (SU)


Ship Unloader merupakan alat utama dalam pembongkaran batubara yang
dikirim melalui kapal tongkang. Pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang ship
unloader yang terpasang berjenis ZQX1750. Ship unloader jenis tersebut memiliki
cara kerja dengan mengambil batubara dari tongkang dan diletakkan pada hopper
ship unloader yang kemudian diumpankan ke belt conveyor untuk diteruskan ke coal
yard maupun coal bunker. Ship unloader jenis tersebut dapat beroperasi secara
manual maupun semi-auto.
26

Gambar 3.2 Ship Unloader pada PLTU [10]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

2. Belt Conveyor (BC)


Conveyor merupakan suatu sistem mekanik untuk memindahkan barang dari satu
tempat ke tempat lain, dalam hal ini conveyor di PLTU Rembang adalah conveyor
berupa ban karet berjalan yang berguna untuk mengirim atau mentransfer batubara
untuk kebutuhan bahan bakar. Di PLTU Rembang ada 9 line conveyor, yaitu
conveyor BC1, BC2, BC3A, BC3B, BC5, BC6, BC7, BC8, BC9A, BC9B, dan
BC10A, BC10B.

Gambar 3.3 Belt Conveyer pada PLTU [10]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
27

3. Junction Tower (JT)


Suatu tempat untuk memindahkan batubara dari suatu line conveyor ke conveyor
lain. Di dalam junction tower (JT) ada hopper yang berguna untuk mengatur
perpindahan batubara dari conveyor ke conveyor lain. Di PLTU Rembang ini ada 6
junction tower, yaitu JT 1, JT 2, JT 4, JT 5, JT 6, JT 7.

Gambar 3.4 Junction Tower pada PLTU [10]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

4. Thelescopic Chute (TC)


Telescopic chute merupakan alat bantu pembongkaran batu bara dalam keadaan
darurat. Dilengkapi dengan chute untuk mencegah abu batubara yang berterbangan
saat pembongkaran. Peralatan ini bisa naik secara otomatis jika level batubara di
bawahnya sudah mempunyai jarak sesuai pengaturan tertentu.

Gambar 3.5 Telescopic Chute pada PLTU [10]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
28

5. Stacker Reclaimer (SR)


Stacker Reclaimer adalah suatu peralatan untuk menaruh atau menata
(fungsi sebagai stacker) batubara di coal yard dan mengambil (fungsi sebagai
reclaimer) batubara dari coal yard untuk kemudian disalurkan ke coal bunker
melalui conveyor. Stacker reclaimer memiliki dua prinsip kerja yaitu proses
stacking dan reclaiming. Prinsip kerja stacking adalah dengan menggerakkan
belt conveyor pada boom tripper dan boom bucket ke arah live stock area.
Bucket wheel tidak digerakkan karena tidak mempunyai peran untuk proses
stacking. Sedangkan proses reclaiming adalah dengan menggerakkan
conveyor boom tripper dan boom bucket ke arah coal bunker, dan juga dengan
memutar bucket wheel guna mengambil batubara dari tumpukan untuk
diteruskan diangkut melalui belt conveyor sampai masuk ke coal bunker.

(a)

(b) (c)
Gambar 3.6 (a) Stacker Reclaimer pada PLTU (b) Posisi Stacking (c) Posisi
Reclaiming [10]
Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
29

6. Coal Yard
Coal yard merupakan area untuk penampungan batubara sementara
sebelum digunakan untuk pembakaran. Di coal yard ini batubara ditimbun
menggunakan bantuan dari SR (stacker Reclaimer) dan thelescopic chute.
Batubara yang ada di coal yard mudah sekali terbakar, oleh karena itu
batubara di coal yard ini perlu di siram dengan air. Di PLTU Rembang ini
batubara yang digunakan memiliki kandungan 4200 kkal/kg dan 5200
kkal/kg.

Gambar 3.7 Coal Yard pada PLTU [10]


Sumber: PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

7. Crusher
Crusher berfungsi untuk menggerus batubara yang akan masuk pada coal
bunker menjadi lebih kecil sehingga dapat memudahkan kerja pulverizer.
Sebelum masuk dalam crusher, batubara berukuran diatas 3 cm akan tergerus
sehingga memiliki ukuran dibawah 3 cm. Crusher yang terdapat pada PT PJB
UBJ O&M PLTU Rembang mempunyai tipe ring granulator dengan
kapasitas 700 ton/jam. Penggerak utama crusher yaitu motor 400KW 1487
Rpm dengan kecepatan putar rotor 744 Rpm.
30

Gambar 3.8 Crusher [10]


Sumber:PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

8. Tripper dan Scrapper Conveyor


Tripper berfungsi untuk memasukkan batubara dari belt conveyor menuju
coal bunker. Pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang terdapat dua buah
tripper. Selain itu digunakan scrapper yang berfungsi untuk membersihkan
tumpahan batubara pada belt conveyor untuk dimasukkan ke dalam coal
bunker.

Gambar 3.9 Tripper [10]


Sumber:PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
31

9. Coal bunker
Coal bunker merupakan sarana penampung (storage) sementara batubara
untuk memasok kebutuhan ketel. Di PLTU Rembang ini ada 5 bunker untuk
tiap unitnya. Kapasitas bunker umumnya dirancang agar dapat memasok
kebutuhan ketel selama beberapa jam, tanpa ada tambahan pemasokan
batubara ke bunker.

Gambar 3.10 Coal Bunker [10]


Sumber:PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

10. Coal Feeder


Untuk kuantitas beban yang berbeda maka jumlah bahan bakar yang
dibakarpun juga akan berbeda. Oleh karena itu dipakailah Coal Feeder, yaitu
peralatan yang berfungsi untuk menimbang dan mengatur mass flow rate
batubara yang akan masuk ke mill sekaligus sebagai penyalur batubara ke
mill. Di PLTU Rembang ada 5 coal feeder untuk tiap unit.
32

Gambar 3.11 Coal Feeder [10]


Sumber:PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

11. Coal Pulverizer


Pulverizer berfungsi untuk menggiling bongkahan batubara menjadi
serbuk halus (PF), agar lebih mudah bercampur dengan udara pembakaran
didalam ketel sehingga proses pembakaran sempurna akan berlangsung lebih
cepat. Di PLTU Rembang sendiri ada 5 unit pulverizer untuk tiap unitnya.
Penghalusan batubara dilakukan dengan pulverizer dengan tingkat
ukuran kehalusan sampai dengan ukuran 200 mesh. 200 mesh adalah saringan
dengan lubang sebanyak 200 perpanjang linier 1 inch atau 40000 lubang per-
inchi2. Ukuran ini diperoleh dari pertimbangan optimalisasi baik pada sistem
pembakaran sendiri maupun pada pada tingkat efisiensi pulverizer sendiri.

Gambar 3.12 Coal Pulverizer [10]


Sumber:PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.
33

12. Seal Air Fan (SA FAN)


SA Fan berfungsi menghasilkan udara sebagai udara perapat yang
digunakan pada Coal Feeder, Mill Purverizer, supaya kondisi udara dalam
coal feeder dan coal pulverizer menjadi vacuum.

Gambar 3.13 Seal Air Fan [10]


Sumber:PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang.

3.1.2 Proses Pembakaran dan Flue Gas System

Proses pembakaran dan flue gas system dimulai batubara keluar dari
coal pulverizer sampai sisa debu pembakaran keluar dari stack menuju udara
atmosfer. Pertama-tama Batubara yang ditampung pada coal bunker keluar
menuju coal feeder. Coal feeder berfungsi mengatur laju pemakaian batubara
sebelum digerus oleh pulverizer. Setelah digerus oleh pulverizer, batubara
yang berupa serbuk halus tersebut dibawa ke burner oleh primary air melalui
pipa-pipa primary air heater. Saat awal proses pembakaran, batubara tidak
langsung menjadi bahan bakar utama tetapi dipatik terlebih dahulu
menggunakan high speed disel (HSD) yang dikeluarkan melalui oil gun. Pada
pembakaran juga dibutuhkan udara pembakaran (secondary air) yang berasal
dari force draft fan dan ditampung sementara pada wind box. Setelah proses
pembakaran diatas 30% atau memiliki load 100MW, maka HSD akan
dimatikan mulai dari layer paling atas (layer E). Tiap proses pematian oil gun
HSD tiap layer, dilakukan penyalaan burner batubara secara bersamaan dari
layer yang paling bawah (layer A).
34

Pada proses pembakaran tersebut burner diarahkan pada sudut


tertentu sehingga dapat membentuk bola api (fire ball).

Gambar 3.14 Susunan burner pada masing-masing corner [10]

Sisa pembakaran batubara ada yang turun kebawah dinamakan


bottom ash, dan ada yang terbang mengikuti udara pembakaran disebut fly
ash. Fly ash memiliki kandungan yang dapat membahayakan kesehatan,
maka dari itu digunakan electrostatic precipitator untuk menangkap fly ash.
Setelah fly ash berkurang sekitar 98%, flue gas tersebut dibuang ke udara
atmosfer melalui stack atau chimney. Sedangkan untuk bottom ash yang turun
ke bawah diangkut menggunakan Submerger Scrapper Conveyor dan
ditampung dalam bottom ash cylo. Begitu juga dengan fly ash yang telah
disaring atau ditangkap menggunakan electrostatic precipitator akan
ditampung pada fly ash cylo dengan transfer menggunakan udara kompresor.
35

gas flow

Superheater econo
reheater mizer

Coal
bunker EP

Coal Boiler

furnace
AIR HEATER
Transporter

ID Fan STACK

mill reject
PULVERIZER
FD Fan

PA Fan

Gambar 3.15 Siklus pembakaran dan flue gas system [10]

1. Burner batubara
Burner batubara berfungsi untuk mencampur serbuk batubara bertekanan
dengan udara pembakaran. Dalam kondisi normal operasi, perlu diyakinkan
adanya panas yang cukup di zona pembakaran untuk menyalakan semua
bahan bakar yang masuk. PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang dengan sistem
pembakaran tipe tangensial memiliki 20 buah coal burner dengan rincian
empat corner dan di masing-masing corner terdapat lima layer.

Gambar 3.16 Desain burner batubara [10]


36

2. Oil burner
Boiler PLTU Rembang dengan tipe pembakaran tangential corner
memiliki 3 layer oil burner dari 12 oil burner yang terpasang di system burner
(4 corner). Satu layer dipasang pada grup atas system burner (layer D dan E)
sedangkan dua lainnya pada grup bawah (layer A, B, dan C). Saat Oil burner
tidak beroperasi, burner ini berfungsi sebagai nozzle secondary air. Oil burner
merupakan peralatan mekanis yang sederhana digunakan untuk
mengkabutkan bahan bakar minyak HSD.
Oil burner digunakan untuk start up boiler dan penyetabil pembakaran saat
beban rendah. Untuk penyalaan, digunakan high energy igniter, kemudian oil
burner menyalakan primary air pulverized coal nozzle. Total jumlah
penggunaan oil burner hanya sampai 30% BMCR (Boiler Maximum
Continuous Rate). Sistem insert dan retract oil burner digerakkan dengan
pneumatic actuator. Seluruh burner dapat digerakkan naik dan turun dengan
sudut ±30°.

Gambar 3.17 Desain swirler [10]


37

3. Wind box
Wind box berfungsi untuk mendistribusikan udara pembakaran ke masing-
masing burner agar terjadi proses pembakaran yang sempurna. Udara
pembakaran tersebut berasal dari force draft fan. Tiap unit memiliki dua wind
box dimana masing-masing wind box mensuplai dua corner.

Gambar 3.18 Wind box [10]

4. Primary Air Fan (PA Fan)


PLTU Rembang memiliki 2 set PA Fan dengan kapasitas 2x50 %. PA Fan
berfungsi untuk mensuplai udara primer (primary air) yang digunakan
sebagai udara pengangkut serbuk batubara dari pulverizer/mill menuju burner
untuk dibakar. Disamping sebagai sarana transportasi serbuk batubara, udara
primer juga berfungsi untuk mengeringkan batubara didalam pulverizer. Oleh
karena itu, sebelum menuju pulverizer udara primer terlebih dahulu melewati
air preheater. Di dalam air preheater udara dipanakan terlebih dahulu dengan
memanfaatkan panas dari gas buang.
38

Gambar 3.19 Primary Air Fan (PA Fan) [10]

5. Forced Draft Fan (FD Fan)


PLTU Rembang memiliki 2 FD Fan untuk tiap unitnya. FD Fan berfungsi
untuk menyediakan atau menghasilkan udara sekunder (secondary air) yang
digunakan sebagai udara pembakaran pada furnace di boiler.

Gambar 3.20 Forced Draft Fan (FD Fan) [10]


39

6. Air Preheater
Air preheater berfungsi untuk memanaskan udara dari PA Fan dan FD Fan
untuk menghasilkan udara primer dan udara sekunder. Udara primer PA Fan
digunakan untuk mensuplai udara ke pulverizer. Sedangkan udara sekunder
FD Fan digunakan untuk mensuplai ke boiler sebagai udara utama ke boiler.
Air preheater memanfaatkan media flue gas untuk memanaskan udara
tersebut.

Gambar 3.21 Air Preheater [10]

7. Electrostatic Precipitators (ESP)


Electrostatic Precipitators berfungsi menangkap debu sisa pembakaran
yang disebut dengan fly ash. Fly ash yang berada pada Flue Gas melewati
ESP yang selanjutnya diberi muatan ion negatif oleh Discharge electrode
(particle charging). Kemudian partikel fly ash tersebut dilewatkan ke
Collecting Electrode (Elektroda kutub positif) yang menangkap fly ash / abu
terbang (particle collecting). Collecting Electrode digetarkan oleh rapper, fly
ash yang menempel jatuh dan terkumpul di hopper ESP. (transporting of
collected materials).
40

Gambar 3.22 ESP [10]

8. Fly ash silo


Fly ash silo merupakan tempat penampungan sisa pembakaran berupa
serbuk-serbuk debu yang dapat dimanfaatkan campuran bahan baku semen.
Fly ash ini merupakan sisa-sisa pembakaran batubara yang berupa debu dari
economizer hopper, air preheater hopper, dan ESP.

Gambar 3.23 Fly Ash Sylo [10]


41

9. Induced Draft Fan (ID Fan)


PLTU Rembang memiliki 2 ID Fan untuk tiap unitnya. ID Fan berfungsi
untuk mempertahankan pressure pada furnace boiler supaya bernilai negatif
dengan cara menghisap gas hasil pembakaran batubara pada furnace menuju
stack dengan cara paksa oleh fan (ID Fan).

Gambar 3.24 Induced Draft Fan (ID Fan) [10]

10. Stack atau chimney


Stack atau chimney merupakan cerobong pembuangan flue gas setelah
dilakukan penyaringan pada ESP. Dalam bangunan stack terdapat pengukur
kadar gas buang, antara lain NOx, CO, SO, O2, CO2, dan temperatur.

Gambar 3.25 Stack atau chimney [10]


42

11. Submergerd Scrapper Conveyor


Submergerd Scrapper Conveyor atau yang biasa disebut SSC berfungsi
untuk memindahkan bottom ash pada bawah boiler menuju bottom ash silo.
Submergerd scrapper conveyor mempunyai penggerak utama berupa motor.
Motor tersebut akan menggerakkan rantai yang terdapat scrapper untuk
mengambil sisa pembakaran batubara pada dasar boiler (bottom hopper),
yaitu bottom ash.

Gambar 3.26 Submerged scrapper conveyor [10]


43

12. Bottom ash silo


Bottom ash silo merupakan tempat penampung sisa pembakaran batubara
yang bersifat berat. Material bottom ash ditampung pada kolam ash pond
yang telah disediakan.

Gambar 3.27 Bottom Ash Sylo [10]

3.1.3 Siklus Air dan Uap

Siklus air dimulai pemompaan air laut oleh Sea Water Pump dan
dimasukkan ke Desalt Evaporation yang berfungsi untuk mengubah menjadi
air tawar dan ditampung dalam Feed Water Tank. Kemudian dialirkan
menuju Demin Plant untuk dijadikan air murni dan menghilangkan
kandungan mineral dan ditampung di Cool Condensate Storage Tank, dan
kemudian air murni tersebut bersatu dengan air kondensat dalam hotwell.
Setelah itu air mengalir dari hotwell menuju Condensate Pump untuk
dipompakan menuju LP heater (Low Pressure Heater) yang berfungsi untuk
meningkatkan temperatur air. Dari LP heater, air memasuki Deaerator untuk
diproses menghilangkan ion-ion oksigen dan lainnya.
44

Dapat pula dikatakan deaerator memiliki fungsi untuk


menghilangkan buble atau balon yang biasa terdapat pada permukaan air.
Agar proses pelepasan ini berlangsung sempurna, temperatur air harus
memenuhi suhu yang disyaratkan. Setelah pada kondensor, air dipompakan
oleh boiler feed pump (BFP) menuju boiler. Air yang dipompakan harus
memiliki tekanan tinggi sehingga dapat menghasilkan uap yang bertekanan
tinggi pula. Sebelum memasuki boiler air mengalami beberapa proses
pemanasan dengan alat high pressure heater (HP heater). Setelah memasuki
boiler dan terjadi proses pemanasan, maka air akan berubah menjadi uap. Uap
uang dihasilkan pada proses awal ini memiliki kualitas yang rendah yaitu
berupa uap jenuh yang masih mengandung kadar air.
Kadar air ini berbahaya bagi turbin karena dapat menyebabkan sudu-
sudu turbin terkikis. Untuk menghilangkan kadar air pada uap jenuh dan
merubahnya menjadi uap kering agar dapat digunakan memutar turbin maka
digunakan alat bernama superheater. Uap yang telah keluar turbin akan
didinginkan dengan kondensor sehingga terjadi perubahan fasa dari uap
menjadi air dan ditapung pada hotwell.

1. Sea water pump (Pompa desalinasi)


Sea water pump atau pompa desalinasi digunakan untuk memompakan air
laut dari hasil filtrasi yang kemudian menuju chlorination plant dan akhirnya
ke desalination plant. Chlorination plant sendiri adalah tempat pengolahan
air untuk menghilangkan biota-biota laut dengan menambah zat chlorine,
dimana zat chlorine tersebut didapatkan dari hasil reaksi kimia dengan
penambahan arus listrik.
45

Gambar 3.28 Sea water pump [4]

2. Desalination plant
Desalinationt plant adalah suatu tempat yang digunakan untuk pengolahan
air laut menjadi air tawar. Pada PLTU 1 Jawa Tengah menggunakan proses
multi effect distillation (MED) dan terdapat dua unit. Masing-masing plant
terdiri dari lima separate evaporator stage, dua final condenser, vaccum
system, chemical dosing system (antiscale, antifoam, acid/ caustic untuk
cleaning system), dan peralatan untuk unit pemanas.
Air laut yang akan digunakan di MED plant harus ditreatment
terlebih dahulu di sea water treatment plant untuk menghilangkan padatan
dan kotoran. Air laut yang sudah dibersihkan kemudian ditransfer ke MED
plant dengan sea water pump. Di MED plant, air laut didistribusikan ke dua
unit desalination yang terdiri dari beberapa tingkat dan masing-masing akan
diuapkan. Dengan proses penguapan, garam-garam yang terlarut akan
tertinggal sehingga uap yang timbul bebas dari garam. Uap air laut akan
terkondensasikan di heat exchanger menjadi raw water yang selanjutnya
disimpan dalam raw water tank dan didistribusikan ke WTP atau untuk
kebutuhan lain di pembangkit listrik. Air laut dengan kadar garam tinggi
kemudian dibuang ke laut.
46

Media pemanas (steam) yang digunakan adalah medium pressure steam


yang berasal dari auxiliary boiler (pada saat start up) dan dari turbin (pada
saat normal operasi). Pada saat proses penguapan (evaporation) air laut,
beberapa solids atau padatan akan tertinggal pada permukaan heat exchanger,
dan dapat dihilangkan dengan proses acid cleaning.

Gambar 3.29 Desalination plant [4]

3. Demin plant atau water treatment plant (WTP)


Water treatment plant (WTP) berfungsi untuk memenuhi kualitas air
pengisi boiler setelah dilalukan penyulingan oleh desalination plant. Water
treatment plant memiliki dua proses kerja yaitu inservice dan regenerasi.
Proses inservice adalah proses pemurnian/demineralisasi air suling desalt
(raw water). Dimana raw water diberi dengan resin-resin sehingga unsur
anion akan diikat oleh resin anion dan unsur kation akan diikat oleh unsur
kation. Sehingga raw water yang dihasilkan akan memiliki nilai conduct
dibawah 1ms/cm. Proses inservice akan berhenti apabila sudah terjadi
kejenuhan dimana nilai conduct mengenai batas limit yaitu 1 ms/cm. Proses
regenerasi adalah proses mengembalikan/mengaktifkan kondisi resin anion
dan resin kation yang telah jenuh akibat digunakan untuk proses pemurnian
air. Adapun untuk regenerasi resin anion menggunakan bahan kimia NaOH,
sedangkan untuk regenerasi resin kation digunakan bahan kimia HCl.
47

Gambar 3.30 Demin plant atau water treatment plant [4]

4. Cool condensate storage tank dan Hotwell


Cool condensater storage tank merupakan tempat pencampuran dari air
hasil kondensasi dan mark up water yang berupa air dari water treatment
plant (air demin). Sedangkan hotwell adalah tempat penampungan sementara
dari air kondensasi.

Gambar 3.31 Cool Condensate Storage Tank [4]


48

5. Circulating water pump


Circulating water pump (CWP) sebagai bagian dari sistem pembangkitan
pada PLTU berfungsi sebagai penyedia pasokan bagi air pendingin pada
kondensor. CWP pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang terdiri dari dua
buah pompa (2 x 50%) untuk satu unit PLTU. Jadi total terdapat empat buah
pompa CWP pada PLTU 2 x 300 MW. Jenis dari pompa ini menurut alirannya
adalah tipe mixed flow. Aliran air dari pompa CWP merupakan aliran sirkulasi
dari laut dan kembali ke laut. Suplai air diambil dari intake kanal yang
kemudian dialirkan ke area CWP untuk kemudian dipompa. Air laut yang
sudah dipompa akan menyuplai kondensor dan heat exchanger (sebelumnya
melewati Sea Water Booster Pump) yang kemudian alirannya kembali
dialirkan ke laut. Pompa CWP ini dilengkapi dengan peralatan pendukungnya
berupa bar screen, travelling screen, dan screen wash pump. Bar screen
merupakan penyaring awal dari aliran air laut terhadap adanya kotoran
terutama yang berdimensi besar. Setelah bar screen terdapat travelling screen
yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang lebih kecil yang tidak terjebak
pada bar screen. Travelling screen terdiri dari motor penggerak, yang
dihubungkan dengan rantai untuk memutar travelling screen. Travelling
screen terdiri dari basket-basket dengan kawat mesh yang berputar untuk
menyaring sampah yang terbawa air laut. Sampah yang menempel ini
kemudian di semprot dengan spray air laut yang di pompa oleh screen wash
pump. Tekanan aliran screen wash pump sebesar 7 Kg/cm2 untuk medorong
sampah dari kawat saring ke saluran buangan.

Gambar 3.32 Circulating Water Pump [4]


49

6. Deaerator
Deaerator adalah alat yang digunakan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan kadar gas O2 dari air pengisi. Deaerator juga berfungsi
sebagai pemanas kontak langsung dengan air pengisi. Karena didalam
deaerator uap dan air pengisi sama-sama disemprotkan didalam dearator.
Uap akan memisahkan gas dari air pengisi untuk kemudian gas-gas tersebut
bergerak dengan cepat kebagian atas deaerator dan selanjutnya dibuang ke
atmosfir. Uap yang digunakan adalah uap yang berasal dari ekstraksi uap
intermediet pressure turbin.

(a) (b)

(c)
Gambar 3.33 Deaerator (a) bagian bawah (b) bagian atas (c) skema deaerator [4]
50

7. Low Pressure Heater (LPH) dan High Pressure Heater (HPH)


Low Pessure Heater (LPH) adalah pemanas awal air pengisi sebelum
masuk ke deaerator . Media pemanasannya adalah uap yang diambil dari low
pressure turbine (LP turbine). Di PLTU 1 Rembang Jawa Tengah
menggunakan 4 low pressure heater yaitu LPH #8, LPH #7, LPH #6, LPH#5.
Sedangkan untuk high pressure heater adalah alat pemanas kedua air pengisi
boiler dari deaerator setelah LP heater . Prinsip kerja HPH sama dengan LPH,
yang membedakan adalah tekanan kerja yang digunakan. Pada LPH uap yang
digunakan berasal dari ekstraksi uap low pressure turbine, sedangkan pada
HPH uap yang digunakan berasal dari ekstraksi uap high pressure turbine dan
intermediet pressure turbine. Pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
terdapat tiga buah HPH dan disusun secara seri berdasarkan aliran air untuk
mengisi boiler.

(a) (b)
Gambar 3.34 (a) High pressure heater (b) Low pressure heater [4]

8. Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk menguapkan air pengisi
sehingga terjadi perubahan fasa, dari fasa cair menjadi uap basah. Uap basah
yang dihasilkan akan mengalami pemanasan lanjut menjadi fasa superheated
(uap kering) dengan komponen boiler yang dinamakan superheater. Fasa
superheated tersebut yang digunakan untuk memutar turbin.
51

Jenis boiler yang digunakan pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
berjenis water in tube (air dalam pipa) dan memiliki 9 lantai, dengan kapasitas
uap yang dihasilkan maksimal 1025 ton/jam pada tiap unit
Boiler PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang memiliki beberapa komponen
yaitu economizer, steam drum, superheater, dan reheater. Masing-masing
komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda dalam proses perubahan
fasa atau siklus uap dan air. Economizer berfungsi sebagai pemanas sebelum
memasuki steam drum, economizer terletak pada bagian boler paling akhir
sebelum ESP.
Pada steam drum akan terjadi pemisahan fasa antara uap basah dan air.
Air yang belum menjadi uap akan turun dan dipanaskan kembali dengan tube
wall yang terletak pada furnance. Sedangkan uap basah akan dipanaskan
kembali oleh low temperatur superheater, rear superheater, dan final
superheater sehingga menjadi uap kering. Uap kering tersebut memasuki
high pressure turbine dan uap keluaran high pressure turbine dipanaskan
kembali oleh reheater, dan menuju intermediet pressure turbine dan low
termperatur turbine.
Tabel 3.1 Spesifikasi boiler
Beban 300 MW
Main Steam Flow 837,7 ton/jam
Main Steam Pressure 16,1 MPa
Main Steam Temperature 539 oC
Reheat Pressure 3,4 MPa
Reheat Temperature 538,2 oC
Feed Water Temperature 280 oC
Coal Rate Max 170 ton/jam (B-MRC)
Burner system 20 Corner Burners
Boiler Efficiency 82,27 %
52

Gambar 3.35 Boiler pada PLTU Rembang [4]

9. Turbin
Turbin merupakan salah satu komponen utama dalam siklus
pembangkitan. Turbin berfungsi sebagai konversi energi termal pada uap
menjadi energi kinetik (gerak). Turbin memiliki cara kerja dengan merubah
energi termal uap menjadi kinetik dengan melewatkan uap melalui nozzle,
sehingga memiliki kecepatan tinggi. Uap tersebut diarahkan ke sudu-sudu
turbin sehingga menghasilkan putaran poros turbin. Pada PLTU 1 Jawa
Tengah terdapat tiga jenis turbin yang terangkai dalam satu sistem, yaitu High
pressure turbine, intermediet pressure turbine, dan low pressure turbine.
53

Gambar 3.36 Spesifikasi Turbin [4]

Gambar 3.37 Turbin pada PLTU Rembang [4]

10. Kondensor
Kondensor adalah alat yang digunakan untuk mengondensasikan uap
(merubah uap menjadi cair) dari LP Turbine. Dalam kondensor, uap melewati
pipa-pipa kondensor yang berisi air laut (air dingin). Sehingga akan terjadi
penurunan temperatur dan uap akan menjadi air.
54

Air laut sebagai media pendingin, sehingga setelah digunakan untuk


mendinginkan uap air laut akan dibuang langsung ke laut. Air hasil
pendinginan uap akan dimasukkan kembali kedalam boiler (stream drum).

Gambar 3.38 Kondensor pada PLTU [4]

11. Boiler feed pump (BFP)


Boiler feed pump adalah jenis khusus dari pompa yang digunakan untuk
memompa air ke dalam steam drum melalui HPH. Pada PT PJB UBJ O&M
PLTU Rembang terdapat dua jenis BFP yaitu dengan penggerak turbins dua
buah dengan kapasitas 2x50% dan penggerak motor satu buah dengan
kapasitas 30%. Pada saat awal penyalaan, semua BFP menyala sehingga total
130% tetapi setelah sistem stabil maka yang bekerja hanyalah dengan
penggerak turbin atau 100%.

(a) (b)
Gambar 3.39 (a) Boiler Feed Pump Tipe Turbin (b) Boiler Feed Pump Tipe Motor [4]
55

3.1.4 Kelistrikan
Dalam PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang, komponen untuk
membangkitkan energi listrik adalah generator. Setelah listrik keluar pada
generator sebesar 20 KV akan dinaikkan tegangannya menjadi 150 KV oleh
trafo dan disalurkan ke gardu induk Pati dan gardu induk Rembang.
1. Generator
Generator merupakan mesin konversi energi elektromekanik yang
berfungsi untuk mengubah energi mekanik dalam bentuk putaran poros
menjadi energi listrik.
Konstruksi Generator
Komponen utama generator terdiri dari :
a. Bagian yang tetap disebut stator.
b. Bagian yang bergerak disebut rotor.

a. Stator
Stator pada umumnya merupakan tempat ggl dibangkitkan dan
tempat arus beban mengalir bila generator berbeban. Stator generator
untuk pusat-pusat pembangkit listrik umumnya terdiri dari 3 bagian
yaitu:

1. Rangka Stator ( Stator Frame ).


Rangka stator dibuat menyerupai tabung silinder yang bagian
dalamnya diperkuat dengan rusuk-rusuk berupa lempengan-lempengan
cincin baja yang dilas. Disekeliling bagian dalam rangka silinder ini
kemudian dipasang baja-baja bulat yang juga dilas sehingga
menyerupai bentuk sangkar.
2. Inti stator ( stator core ).
Inti stator terbuat dari segmen-segmen dimana tiap segmen tersebut
terdiri dari laminasi lembaran plat baja silikon yang memiliki sifat
kemagnitan sangat baik (permeabilitasnya tinggi).
56

3. Kumparan stator (stator winding ).


Kumparan stator terbuat dari lempeng-lempeng tembaga
berpenampang segi empat (copper strips) dan mempunyai
konduktifitas yang tinggi yang dililit dengan pita isolasi diseluruh
permukaannya sehingga membentuk batang solid yang terisolasi.
Batang tembaga berisolasi ini kemudian ditempatkan pada alur (slot)
inti stator dan dikunci dengan pasak yang terbuat dari bahan isolasi.

b. Rotor
Pada umumnya rotor merupakan tempat dimana medan magnet
dibangkitkan. Rotor generator terdiri dari 2 bagian yaitu body (inti
rotor) dan kumparan rotor.
1. Inti Rotor
Inti rotor terbuat dari baja tuang yang dibubut atau bahan
ferromagnetik yang mempunyai permeabilitas tinggi disekeliling inti
motor dibuat alur-alur dalam arah aksial untuk menempatkan konduktor
kumparan dan sebagai saluran bagi media pendingin.
2. Kumparan Rotor
Kumparan rotor terbentuk dari lempengan konduktor tembaga, yang
mempunyai konduktifitas tinggi yang dimasukkan ke dalam alur-alur
pada inti rotor setelah seluruh permukaan alur dilapisi bahan isolasi.
Konduktor-konduktornya sendiri juga dilapisi bahan isolator. Kedua
ujung kumparan masing-masing dihubungkan ke “slipring” yang
terbuat dari baja tempa yang diisolasi terhadap rotor bodi (untuk rotor
generator dengan sistem eksitasi statis). Untuk generator dengan sistem
eksitasi tanpa sikat arang (brushless), kedua ujung kumparan rotor
disambungkan ke konduktor yang melintasi lubang dipusat rotor agar
dapat disambung ke output rotating rectifier. Di kedua ujung rotor
kemudian dipasang fan untuk mensirkulasikan media pendingin.
57

3. Bantalan ( Bearing )

Rotor pada umumnya diitumpu dikedua ujungnya dengan bantalan


(bearing). Perlu diketahui bahwa salah satu atau bahkan kedua bantalan
ini diisolasi terhadap pondasi (ground). Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya sirkuit tertutup antara rotor, bantalan dan pondasi
(ground) yang dapat menimbulkan aliran arus liar. Bila aliran arus liar
ini terjadi, maka permukaan bantalan minyak pelumas akan rusak
akibat efek elektrokimia (electro chemical).

Prinsip dasar generator


Bekerja berdasarkan hukum Faraday, yakni: “Apabila lilitan
penghantar dengan jumlah N lilitan atau konduktor diputar memotong
garis-garis gaya medan magnet yang diam, atau lilitan penghantar diam
dipotong oleh garis-garis gaya medan-medan magnet yang berputar,
maka pada penghantar tersebut timbul EMF atau GGL ( Gaya Gerak
Listrik ) atau tegangan induksi “.

Besarnya tegangan yang dihasilkan


d
E  N
dt
N = Banyaknya lilitan
d
= Perubahan medan magnet web/detik
dt
Pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang, generator yang digunakan
berjenis asinkron memerlukan 3000 Rpm atau frekuensi 50Hz, memiliki rated
capacity 370 MW dan rated voltage 20 kV dengan rated power factor 0,85.
58

Gambar 3.40 Generator pada PLTU Rembang [3]

2. Main Transformator
Transformator yang digunakan untuk menyalurkan tegangan 20 KV
yang dihasilkan unit pembangkit ke saluran transmisi 150 KV melalui
GIS (Gas Insulated Substation).

Gambar 3.41 Main Transformator pada PLTU Rembang [12]


59

3. Unit Auxiliriary Transformer (UAT)


Trafo UAT digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik
pembangkit. Trafo ini mengambil tegangan dari main trafo kemudian
diturunkan menjadi 6,3 KV untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Gambar 3.42 UAT pada PLTU Rembang [12]

4. SwitchYard
Saluran Udara Tegangan Tinggi atau biasa disingkat SUTT
merupakan saluran yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik
yang telah diproduksi oleh pembangkitan energi listrik menuju gardu
induk. Tegangan yang mengalir pada SUTT adalah 150KV.

Gambar 3.43 SwitchYard [12]


60

3.2 CBM (Condition Based Maintenance)


Condition Based Maintenance / Predictive Maintenance adalah pemeliharaan
yang dilakukan atas dasar pemantauan dan analisa kondisi operasi mesin pembangkit untuk
mengetahui gejala kelainan secara dini. Predictive Maintenance membutuhkan teknologi
dan keahlian orang yang menggabungkan semua data yang ada, maintenance histories ,
data operasi dan desain untuk membuat keputusan kapan harus dilakukan tindakan
perawatan. Predictive Maintenace berguna untuk mengurangi terjadinya kerusakan mesin
yang tidak terduga dan tindakan perawatan dapat direncanakan.
Pemeliharaan Predictive merupakan kegiatan pemeliharaan alat-alat bantu yang
dilakukan pada waktu-waktu tidak tertentu ketika peralatan mengalami kelainan atau unjuk
kerja yang menurun dengan maksud untuk mengembalikkan / memulihkan peralatan
kembali normal. Memeriksa/mengganti suku cadang yang ditemukan mulai kurang
berfungsi Usaha perbaikan kecil/penggantian part agar kerusakan yang lebih serius dapat
dicegah, misalnya penggantian bantalan, gland packing dll.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi perawatan:


 Umur peralatan/mesin produksi
 Tingkat kapasitas pemakaian mesin
 Kesiapan suku cadang
 Kemampuan bagian perawatan untuk bekerja cepat
 Situasi pasar, kesiapan dana dan lain-lain.

Di PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang, ada beberapa metode yang


digunakan untuk Predictive Maintenance motor induksi tiga fasa yaitu pengecekan
vibrasi, MCSA, thermography dan tribology. Dari beberapa metode tersebut, salah
satunya yaitu metode thermography untuk menganalisa gangguan faktor thermal.
Dalam prosesnya kegiatan ini juga membutuhkan teknologi dan keahlian orang
yang memadai. Tujuannya yaitu untuk mengetahui gejala gangguan koneksi yang
buruk, beban tidak seimbang, isolasi yang memburuk, atau masalah lain yang
berpotensi pada komponen listrik berenergi.
61

3.2.1 Definisi Thermography

Termography adalah metode uji non destruktif yang dapat


digunakan untuk mendeteksi koneksi yang buruk, beban tidak seimbang,
isolasi yang memburuk, atau masalah lain yang berpotensi pada komponen
listrik berenergi. Masalah-masalah ini dapat menyebabkan penggunaan daya
berlebih, peningkatan biaya pemeliharaan, atau kegagalan peralatan yang
mengakibatkan gangguan layanan yang tidak terjadwal, kerusakan peralatan,
atau masalah lainnya.

3.2.2 Cara Kerja Thermography

Thermography, juga disebut pemeriksaan inframerah, didasarkan


pada penginderaan panas yang dipancarkan dari permukaan suatu benda
dalam bentuk radiasi inframerah. instrumen tes yang digunakan untuk
mendeteksi dan mengkonversi radiasi inframerah menjadi nilai suhu atau
gambar termal, yang dapat digunakan untuk menilai kondisi termal objek
pada saat pengukuran. Kamera infra merah adalah salah satu jenis umum dari
perangkat pencitraan termal inframerah.

3.2.3 Penggunaan Thermography dalam Peralatan Listrik

Sistem energi listrik menghasilkan panas karena hambatan listrik.


Jumlah panas yang dihasilkan adalah terkait dengan jumlah arus yang
mengalir melalui sistem dan perlawanan dari komponen sistem individual dan
koneksi dalam sistem. Ketika komponen memburuk, peningkatan
tahanannya, menyebabkan peningkatan panas. Demikian pula, koneksi yang
buruk akan membuat komponen memiliki tahanan yang lebih tinggi daripada
koneksi yang baik, bersamaan dengan temperatur yang lebih tinggi.
Termografi dapat digunakan untuk mendeteksi perbedaan suhu tersebut.
62

3.2.4 Keuntungan Penggunaan Thermography

National Fire Protection Association (NFPA) memperkirakan


bahwa sepuluh persen dari kebakaran yang terjadi di properti manufaktur
terkait dengan kegagalan sistem listrik, seperti kegagalan isolasi listrik,
terminal, dan komponen terkait. Selain itu, kegagalan dapat menyebabkan
karyawan bisa terkena hidup sirkuit listrik, membuat mereka rentan terhadap
cedera serius atau kematian dari listrik. Dengan mendeteksi koneksi-
resistansi tinggi dan memperbaiki mereka, kemungkinan kerusakan pada
kabel listrik dan komponen terkait akan berkurang.
Keuntungan lain untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan ini
adalah penghematan biaya dari konservasi energi dan pemadaman dan
perbaikan yang lebih rendah biaya. resistensi yang tinggi di sirkuit
menyebabkan peningkatan aliran arus. Ketika arus meningkat, konsumsi daya
yang dihasilkan akan meningkat. Selanjutnya, menarik arus tinggi dapat
menyebabkan kritis komponen sirkuit listrik, seperti sekering, pemutus
sirkuit, dan transformer, gagal sebelum waktunya. Kegagalan ini
mengakibatkan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang lebih tinggi, dan
gangguan bisnis yang dihasilkan.

3.2.5 Kondisi yang dapat Terdeteksi oleh Thermography

Termografi inframerah digunakan untuk mencari daerah kelebihan


panas (disebabkan oleh peningkatan resistensi) sehingga masalah dapat
diperbaiki sebelum komponen gagal, menyebabkan kerusakan komponen,
menciptakan bahaya keamanan dan hilangnya produktivitas. Karena
peningkatan pemanasan adalah tanda kegagalan, inframerah adalah alat
diagnostik terbaik yang tersedia untuk menemukan koneksi yang panas pada
tahap awal degenerasi. Berikut adalah kondisi yang dapat terdeteksi oleh
thermography:
• Longgar / koneksi memburuk • Beban tidak seimbang
• Overloads • Pemanasan induktif
• Sirkuit Terbuka • Peralatan rusak
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang Permasalahan

Condition Based Maintenance (CBM) merupakan sebuah proses yang


membutuhkan teknologi dan keahlian orang yang menggabungkan semua data
analysis ( diagnostik & konventional ) dan performance yang ada ( maintenance
historis, data operasi dan desain peralatan ) untuk membuat rekomendasi sebagai
dasar kegiatan pemeliharaan.
Teknologi yang digunakan untuk pengambilan data Condition Based
Maintenance (CBM) di PLTU Rembang adalah vibrasi, thermography, motor
current signature analysis (MCSA), tribology dan dissolved gas analysis (DGA).
Dimana pengambilan data berdasarkan dengan jadwal yang sudah dibuat oleh tim
CBM [13].
Thermography merupakan salah satu metode Predictive Maintenance yang
digunakan untuk pemeriksaan sejumlah besar peralatan listrik dalam waktu yang
cukup singkat. Thermography berguna untuk mencari daerah kelebihan panas yang
disebabkan oleh peningkatan resistansi sehingga masalah dapat diperbaiki sebelum
menyebabkan kerusakan komponen yang dapat menciptakan bahaya keamanan dan
hilangnya produktivitas.
Pada saat melaksanakan kerja praktek dilakukan pengambilan data suhu
pada Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang. Pengambilan data tersebut
dilakukan sebagai pengecekan rutin berkala yang dilakukan oleh bidang Condition
Based Maintenance. Pada konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang
terdapat historis data suhu salah satu fasa yang melebihi batas normal yaitu suhu
maksimal >100˚C dan ∆T >40˚C.

63
64

4.2 Flowchart Pembahasan Kasus

Analisis permasalahan perbedaan suhu antara fasa R, S, dan T pada


Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang secara umum dapat digambarkan
dengan flowchart pada Gambar 4.1 [13].

Mulai

Pengambilan
Data

Data Thermography
pada konektor
bushing trafo unit
10

Analisis
Thermography

T Jika ada
gangguan

Rekomendasi

Pemantauan
Rekomendasi

Perbaikan

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Pembahasan [13]

Metode awal yang kami lakukan adalah studi literatur tentang Condition
Based Maintenance / Predictive Maintenance pada PLTU Rembang. Kemudian
pengambilan data Thermography pada Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU
Rembang menggunakan FLIR T620, apabila terjadi gangguan maka dianalisa lagi
dan hasil analisa tersebut berupa rekomendasi untuk pemeliharaan.
65

4.3 Pembahasan Kasus

Thermography adalah suatu ilmu yang mengumpulkan dan melakukan


analisa dari informasi thermal dari kamera infra merah. Termography merupakan
metode uji non destruktif yang dapat digunakan untuk mendeteksi koneksi yang
buruk, beban tidak seimbang, isolasi yang memburuk, atau masalah lain yang
berpotensi pada komponen listrik berenergi. Masalah tersebut dapat menyebabkan
penggunaan daya berlebih, peningkatan biaya pemeliharaan, atau kegagalan
peralatan yang mengakibatkan gangguan layanan yang tidak terjadwal, kerusakan
peralatan, dan masalah lainnya.
Thermography didasarkan pada penginderaan panas yang dipancarkan dari
permukaan suatu benda dalam bentuk radiasi inframerah. instrumen tes yang
digunakan untuk mendeteksi dan mengkonversi radiasi inframerah menjadi nilai
suhu atau gambar termal, yang dapat digunakan untuk menilai kondisi termal objek
pada saat pengukuran. Kamera inframerah adalah salah satu jenis umum dari
perangkat pencitraan thermal inframerah.
Sistem energi listrik menghasilkan panas karena hambatan listrik. Jumlah
panas yang dihasilkan adalah terkait dengan jumlah arus yang mengalir melalui
sistem dan perlawanan dari komponen sistem individual dan koneksi dalam sistem.
Ketika komponen memburuk, peningkatan tahanannya, menyebabkan peningkatan
panas. Demikian pula, koneksi yang buruk akan membuat komponen memiliki
tahanan yang lebih tinggi daripada koneksi yang baik, bersamaan dengan
temperatur yang lebih tinggi. Thermography dapat digunakan untuk mendeteksi
perbedaan suhu tersebut.
Cara kerja kamera thermography adalah dengan sistem pencitraan
inframerah yang dapat mendeteksi energi infra merah. Semua objek (bahkan yang
dingin) memancarkan panas dalam bentuk energi inframerah. Ketika objek
memanas, objek akan memancarkan lebih banyak energi, dan panjang gelombang
menjadi lebih pendek. Radiasi inframerah, cahaya tampak dan sinar ultraviolet
adalah bentuk energi dalam spektrum elektromagnetik. Satu-satunya perbedaan
adalah panjang gelombang. Mata manusia hanya dapat melihat rentang kecil warna
dalam spektrum elektromagnetik. Gelombang cahaya ini berkisar panjang 0,4-0,7
mikron.
66

Jika sebuah objek mendapat cukup panas, energi akan mencapai kisaran
terlihat dan objek akan "bersinar" merah, seperti burner pada kompor listrik.
Untungnya, sistem pencitraan inframerah dapat mendeteksi energi inframerah jauh
sebelum mencapai tahap terlihat.
Kamera inframerah yang modern juga menyediakan pembacaan suhu yang
sebenarnya, dan menyimpan data, sehingga informasi yang dapat kemudian
digunakan untuk menghasilkan laporan. Namun, mengumpulkan informasi adalah
bagian yang mudah. Pekerjaan sesungguhnya adalah apa yang dapat dilakukan
dengan data yang dikumpulkan.
Perbedaan thermography dengan gambar visible adalah warna yang ada pada
gambar tersebut. Warna pada gambar biasa adalah pantulan dari cahaya, seperti
pada gambar dibawah, radiator berwarna putih karena permukaannya memantulkan
komponen warna putih. Sedangkan pada gambar inframerah tidak jauh berbeda
dengan gambar visible, kamera infra merah juga menggunakan warna untuk
menggambarkan pandangan thermal dari apa yang kita lihat. Perbedaan terbesar
antara gambar inframerah dengan gambar visible yaitu warna pada gambar
inframerah mengekspresikan refleksi maupun emisi dari objek, hal ini dapat dilihat
pada Gambar 4.2 [6].

Gambar 4.2 Perbedaan gambar visible dengan gambar inframerah [6]

Keuntungan dari thermograpy untuk mendeteksi dan memperbaiki


kesalahan adalah penghematan biaya dari konservasi energi dan pemadaman dan
perbaikan yang lebih rendah biaya. resistensi yang tinggi di sirkuit menyebabkan
peningkatan aliran arus. Ketika arus meningkat, konsumsi daya yang dihasilkan
akan meningkat.
67

Selanjutnya, menarik arus tinggi dapat menyebabkan kritis komponen


sirkuit listrik, seperti sekering, pemutus sirkuit, dan transformer, gagal sebelum
waktunya. Kegagalan ini mengakibatkan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang
lebih tinggi, dan gangguan bisnis yang dihasilkan.
Selain itu inspeksi thermography memiliki keuntungan sebagai berikut [6]:
• Mengurangi down time terjadwal
• Meningkatkan waktu hidup peralatan
• Tidak ada gangguan layanan selama pemeriksaan
• risiko rendah
• biaya perbaikan lebih rendah
• Meningkatkan keuntungan
• Mencegah bencana kegagalan

Adapun alat atau teknologi yang digunakan dalam metode thermography


yang dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Kamera Inframerah (FLIR T620)

Gambar 4.3 FLIR T620 [7]

Data gambar thermography yang didapat menggunakan kamera inframerah


selanjutnya diolah menggunakan aplikasi dari kamera tersebut yaitu FLIR Tools.
Aplikasi ini menungkinkan kita untuk mengolah data yang ada sampai menjadi
seebuah laporan rekomendasi yang utuh untuk pemeliharaan lebih lanjut. Gambar
4.4 merupakan tampilan dari aplikasi FLIR Tools:
68

Gambar 4.4 Tampilan Software FLIR Tools [7]

Gambar 4.5 Hasil gambar kamera inframerah [7]


69

Berikut ini adalah spesifikasi dari kamera infra merah FLIR T620:
Tabel 4.1 Tabel spesifikasi FLIR T620 [7]
Accuracy +/-2°C (+/-3.6°F) or +/-2% of reading,
whichever is greater, at 25°C (77°F)
nominal
Thermal Resolution (640 × 480)
Thermal Sensitivity <0.04°C @ 30°C
Temperature Range -40°F to 1,202°F (-40°C to 650°C)
Measurement Presets 6 presets: center spot; hot spot (box
max); cold spot (box min); no
measurements; user preset 1; user preset
2
Spot Mode 10 moveable
Frame Rate 30 Hz
Field of View 25° × 19°
Optional Lenses 25°, 7° & 15° Tele, 45° & 80° Wide;
Close up: 100 μm, 50 μm, 25 μm

Focus Manual & Automatic


Min. Focus Distance 0.82 ft (0.25 m)
Display Size 4.3”
Touchscreen Capacitive touch screen
Min. Focus Distance 0.82 ft (0.25 m)
Battery Operating Time >2.5 hrs
Built-in Digital Camera 5 MP
Laser Pointer + Laser Locator (on IR Included
image)

Digital Zoom 2×, 4× and 8×


IR Window Correction Included
Difference temperature/Delta T Included
Picture in Picture Scalable & Moveable
Weight (including battery) 2.87 lbs (1.3 kg)
70

4.3.1 Kaidah Pengukuran


Kaidah pengukuran thermography dapat dilihat pada penjelasan
dibawah ini :
1. Dapatkan gambar yang bagus dan fokus. Jika gambar tidak baik
dan tidak fokus, maka pengukurannya menjadi salah [15].

Gambar 4.6 Perbedaan gambar fokus dan tidak fokus [15]


2. Secara umum, banyak kamera dapat mengadaptasikan skala
secara otomatis. Gunakan mode ini pada awalnya, tetapi tidak
tertutup kemungkinan kita melakukan penyetelan secara manual.
Pilihlah palette warna yang sesuai [15].

Gambar 4.7 Perbedaan mode manual dan automatik [15]


71

3. Target yang diinginkan harus mengkover spot. Sedapat mungkin


gambar diambil pada jarak terdekat yang bisa dicapai [15].

Gambar 4.8 Spot objek terkover [15]

Gambar 4.9 Hasil gambar dengan perbedaan jarak [15]


4. Saat pengambilan gambar, perhatikan sudut pandang, jangan
mengambil gambar objek pada sudut lebih besar dari 45/50º.
Hati-hati juga saat berhadapan dengan objek, kita akan
berhadapan dengan pantulan dari badan kita [15].

Gambar 4.10 Hasil gambar dengan sudut yang tidak sesuai [15]
72

5. Pilihlah suatu daerah objek yang memiliki emisivitas yang paling


tinggi untuk melakukan pengukuran temperatur [15].

Gambar 4.11 Hasil gambar dengan daerah objek yang tidak sesuai [15]
6. Simpan gambar infra merah yang didapat, juga simpan gambar
visible dengan kamera digital [15].

4.3.2 Standar Pengukuran Thermography


Berikut adalah standar pengukuran thermography :
Tabel 4.2 Standar Pengukuran Thermography [16]
Standard of Thermography Inspection

< 5˚C 5˚C- 10˚C 11˚C- 20˚C 21˚C- 40˚C > 40˚C

< 75˚C Normal Low Medium High Critical

Information
75˚C - 100˚C of Medium High Critical Critical
overloading
Information
>100˚C of high Critical Critical Critical Critical
overloading

Requires monitoring and a check-up at the earliest


LOW
convenient time
MEDIUM Requires attention

HIGH Requires attention as soon as possible

CRITICAL Requires immediate attention


73

Tabel 4.2 adalah standar yang dipakai untuk thermography pada


PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang bagian Condition Based Maintenance.
Standar ini dijadikan sebagai acuan untuk analisa gambar thermal yang
diambil dengan kamera infra merah [16].
Differential Temperature ( ∆T ) adalah selisih nilai suhu pada spot
yang memiliki nilai suhu tertinggi dan spot yang memiliki nilai suhu terendah
dari beberapa spot yang telah ditentukan sebagai objek. Sedangkan Maximum
Temperature adalah nilai suhu tertinggi pada salah satu spot dari beberapa
spot yang telah ditentukan sebagai objek.

4.3.3 Data Thermography


Pada saat pengamatan di lapangan di temukan permasalahan
perbedaan suhu antar fasa pada Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU
Rembang, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.12 Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang


Berikut adalah keterangan dari Gambar 4.10:
Lokasi : PLTU Rembang Unit 10
Equipment : Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang
Side : Phase R, S, T
74

Dt1 51.1 °C
50

T. S. R.
40

30

20.0

Gambar 4.13 Gambar inframerah Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang

Dari Gambar 4.13 dapat diperoleh data sebagai berikut:


Tabel 4.3 Data nilai suhu Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang [2]

DELTA T VALUE (R & T) 2.3˚C

PHASE R MAX. Temperature 39.6 °C

PHASE S MAX. Temperature 39.9 °C

PHASE T MAX. Temperature 42.2 °C


75

4.4 Analisis Pembahasan


Dari data diatas dapat diketahui suhu pada Konektor Bushing Trafo Unit 10
PLTU Rembang tiap fasanya yang menyebabkan perbedaan suhu setiap fasanya.
Hal ini dapat mengakibatkan berbagai masalah lainnya, untuk itu data yang telah
didapat perlu di analisis dengan tepat.

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai suhu masing masing fasa
adalah sebagai berikut:
Fasa R = 39.6˚C
Fasa S = 39.9˚C
Fasa T = 42.2˚C
Sehingga bisa didapatkan nilai ∆T
∆T = nilai suhu tertinggi – nilai suhu terendah
Jadi
∆T = 42.2˚C – 39.6˚C
= 2.6˚C
Selanjutnya lihat Tabel 4.2 untuk menentukan kondisi yang dialami dan
tindakan yang harus dilakukan pada Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU
Rembang.
Karena nilai ∆T = 2.6˚C dan nilai maksimum suhu adalah 42.2˚C pada fasa
T maka dapat diketahui bahwa kondisi Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU
Rembang adalah Normal, yang artinya bidang CBM tidak memberikan
rekomendasi kepada bidang Pemeliharaan, namun hanya dilakukan pengecekan
sesuai dengan jadwal rutin yang telah ditentukan.
76

4.5 Kondisi Ketika Terjadi Gangguan

Apabila pada hasil analisa termografi didapatkan gangguan akibat dari tidak
normalnya suhu pada konektor bushing trafo maka bidang CBM akan membuat
laporan rekomendasi yang diajukan pada bidang pemeliharaan. Sebelum dilakukan
penanganan oleh bagian pemeliharaan, rekomendasi tersebut akan dibuatkan work
order yang nantinya menjadi acuan untuk pekerjaan tersebut. Hal yang harus
dilakukan untuk memperbaikinya antara lain:
1. Lakukan pembersihan pada area konektor bushing trafo dengan cara
menghilangkan kotoran yang menempel pada bushing tersebut, dan
periksa kekencangan antara penghantar dan konektor.
2. Lakukan perencanaan perbaikan dengan cara membuat laporan
rekomendasi untuk perbaikan komponen. Rekomendasi ini ditujukan
pada bagian pemeliharaan.

Gangguan akibat dari tidak normalnya suhu pada konektor bushing trafo
tersebut juga dapat mengindikasikan hal-hal berikut ini :
1. Penghantar yang terhubung pada konektor bushing kurang kencang.
2. Kerusakan pada kabel dan terminasi.
3. Kontaminan debu dan garam pada permukaan bushing.
4. Arus beban melebihi kapasitas arus beban penuh (full load) dari trafo.
77

Selain itu, gangguan akibat tidak normalnya suhu pada konektor bushing
trafo dapat mengakibatkan :
1. Flashover yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan penghantar di
permukaan bushing. Kontaminan dapat mengakibatkan jalannya arus
melalui permukaan bushing sehingga mencapai body trafo. Umumnya
kontaminan ini tidak menjadi penghantar sampai endapan kotoran
tersebut basah karena hujan/embun.
2. Rusaknya isolasi lilitan pada kumparan trafo akibat overload. Overload
terjadi karena beban yang terpasang pada trafo melebihi kapasitas
maksimum yang dapat dipikul trafo dimana arus beban melebihi arus
beban penuh (full load) dari trafo. Trafo menjadi panas dan kawat tidak
sanggup lagi menahan beban, sehingga timbul panas yang
menyebabkan naiknya suhu lilitan tersebut.
3. Ledakan pada bushing trafo akibat dari tegangan yang mengalir pada
konektor bushing melebihi kapasitas trafo sehingga dapat
menyebabkan kerusakan yang luas untuk peralatan yang berdekatan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah kegiatan Kerja Praktek yang telah dilakukan pada PT PJB UBJ
O&M PLTU Rembang dapat disimpulkan bahwa:
1. Kegiatan Kerja Praktek sangat bermanfaat guna meningkatkan kemampuan dan
pengalaman mahasiswa saat terjun dalam dunia kerja serta pengaplikasian ilmu
yang telah didapatkan di bangku kuliah, khususnya sangat mendukung dalam
dunia kerja industri pembangkitan listrik.
2. Thermography merupakan salah satu metode dalam Condition Based
Maintenance yang berguna untk mencari daerah kelebihan panas yang
disebabkan oleh peningkatan resistansi sehingga masalah dapat diperbaiki
sebelum menyebabkan kerusakan peralatan yang dapat menciptakan
ketidakstabilan dalam sistem pembangkit dan berakhir dengan hilangnya
produktivitas.
3. Berdasarkan analisa, kondisi Konektor Bushing Trafo Unit 10 PLTU Rembang
adalah Normal, yang artinya bidang CBM tidak memberikan rekomendasi
kepada bidang Pemeliharaan, namun hanya dilakukan pengecekan sesuai dengan
jadwal rutin yang telah ditentukan.

78
79

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan setelah melakukan kegiatan kerja praktek


pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan alat pelindung diri seperti safety shoes dan helm untuk peserta KP.
Diharapkan kedepannya lebih dipersiapkan lagi.
2. Diharapkan pada dunia industri, khususnya industri pembangkitan menjalin
kerjasama dengan institusi pendidikan guna meningkatkan kualitas
pembangkitan energi listrik di Indonesia.
3. Diharapkan keandalan peralatan pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang
dijaga, guna dapat menjaga keandalan unit secara keseluruhan dan tidak
mengganggu produksi listrik secara nasional khususnya pada daerah Jawa
Tengah.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik.

[2] Thermography Inspection PLTU Rembang.

[3] Dongfang Electric. Electrical Operation Manual Generator & Electrical

Equipment PLTU Rembang.

[4] Operation & Maintenance Manual for Boiler, Turbine and Auxiliaries
(BTG).

[5] Tim PLTU Rembang. Kumpulan Laporan Overseas Training Operarion &
Maintenance (O&M) PLTU Rembang 2 x 315 MW. PT.PJBS.Surabaya,
2009.

[6] Hanover Risk Solution. Thermographic Testing of Electrical Equipment.

[7] http://www.flir.com/

[8] http://www.ptpjb.com/

[9] http://www.google.com/

[10] PT Pembangkitan Jawa Bali Achieversary.

[11] Kusmantoro, Adhi. Pemeriksaan Kondisi Peralatan Mekanikal dan


Elektrikal Gedung Menggunakan Metode Infrared Thermography, Jurnal
Teknik Elektro Vol. 5 No. 1, 2013.

[12] Operation & Maintenance Common Electrical Equipment, Volume 47: PT


PLN PLTU Rembang 2x315 MW.

[13] Laporan Bulanan Condition Based Maintenance PLTU Rembang.

[14] Satmoko, Ari. Pemeliharaan Prediktif Pada Jaringan Listrik Dengan


Thermography Infra Merah.

[15] Rahardi. Inframerah Termografi.

[16] NEC Handbook (National Electrical Code, NFPA 70) 2005, Article
110.14(C)(1)(a) for circuits rated 100 amperes or less.
BIODATA

Nama : ERI SUDANTOKO


NIM : 21060114120015
Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 2 Juli 1996
Alamat Rumah : Desa Raci RT. 6 / RW. I , Kecamatan Batangan,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Pendidikan : SD Negeri Raci 02
SMP Negeri 1 Juwana
SMA Negeri 1 Pati
Program Studi Sarjana - Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang
Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik
Hobi : Bermusik
Motto hidup : Hadapi setiap rintangan yang ada
E-mail : erisudantoko@gmail.com
Nomer Telpon : 082218943973

Anda mungkin juga menyukai